Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 4, Agustus 2016 (Edisi Khusus)
ISSN 2087-3557
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN MELALUI METODE DEMONSTRASI Mubarokah SD Negeri Kedungpatangewu, Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan dan aktivitas belajar pada siswa kelas I SDN Kedungpatangewu Kedungwuni Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2015/2016 melalui metode demonstrasi. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terselesaikan dalam dua siklus. Setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Metode pengumpulan data tes, observasi, dan dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan dengan lembar observasi, tes dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan prestasi belajar, pada pra siklus memperoleh nilai rata-rata 56,6 dengan ketuntasan belajar 31,0 %, pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 62,8 dengan ketuntasan belajar 55,3 %, dan pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 76,6 dengan ketuntasan belajar 100% (28 siswa). © 2016 Didaktikum Kata Kunci: Demonstrasi; Menghitung; Penjumlahan;
PENDAHULUAN Matematika merupakan suatu ilmu yang memiliki obyek abstrak, untuk keperluan penyampaian obyek-obyek matematika yang abstrak kepada peserta didik diperlukan suatu sistem penyampaian materi/obyek matematika. Sistem penyampaian ini, harus mempertimbangkan kesiapan/kematangan, kemampuan serta tingkat pengembangan intelektual peserta didik (Suhito: 2007). Keberhasilan suatu pembelajaran selain menguasai materi, juga harus menggunak an pendekatan pembelajaran yang tepat yang diharapkan dapat membentuk siswa dalam pengembangan pengetahuan secara efektif. Metode pengajaran merupakan suatu bagian dari proses pendidikan di sekolah karena itu menjadi suatu alat yang harus dikuasai oleh setiap guru. Guru tidak hanya bisa merumuskan tujuan pembelajaran, mengelola kelas ataupun melaksanakan pembelajaran akan tetapi juga dituntut untuk menguasai metode dan model pembelajaran. Namun masih ada guru yang belum mengoptimalkan manfaat dari suatu metode dengan tepat dengan kata lain kurang efektif, sehingga seringkali siswa sebagai penerima materi pelajaran hanya tahu menerima tanpa ada kesan yang mendalam. Hal ini juga terjadi pada pengajaran matematika, sehingga banyak yang beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang kurang menyenangkan dan tidak sedikit siswa yang kurang memahami materi pelajaran matematika.
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN MELALUI METODE DEMONSTRASI Mubarokah
31
Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematik a diskrit. Penguasaan matematika yang kuat sejak dini diperlukan untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan. Dalam pra riset yang dilakukan peneliti, pada tahun pelajaran 2014/2015 sebagian siswa kelas 1 di SDN Kedungpatangewu Kedungwuni Pekalongan untuk pelajaran matematika masih belum mendapatkan tempat di hati para peserta didik. Pada umumnya matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dimengerti sehingga peserta didik takut terhadap mata pelajaran matematika. Terlihat dari kurang semangatnya peserta didik ketika menerima mata pelajaran matematika, akibatnya hasil belajar mata pelajaran matematika sering rendah. Termasuk yang menjadi kesulitan peserta didik dalam mempelajari matematika adalah menghitung penjumlahan. Kesulitan peserta didik terlihat dari hasil nilai ulangan peserta didik kelas 1 tahun pelajaran 2014/2015, pada materi menghitung penjumlahan menunjukkan hasil belajar matematika peserta didik masih rendah berdasarkan pada Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 65 yang ditetapkan oleh pihak Sekolah, ketuntasan yang tidak tercapai lebih dari 60% dari jumlah siswa yang ada di kelas 1 tersebut. Sementara proses belajar mengajar selama ini masih menggunakan metode ekspositori. Metode ekspositori adalah cara penyampaian pelajaran dari seorang guru kepada peserta didik di dalam kelas dengan cara berbicara di awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab (Willa Adrian Soekotjo Loedji: 2007). Metode seperti ini menyebabkan peserta didik kurang aktif, tergambar ketika dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung. Saat peserta didik diberi kesempatan bertanya, sedikit sekali dari peserta didik yang bertanya, akibatnya peserta didik yang belum jelas tidak dapat terdeteksi oleh guru. Selain itu, jika disuruh mengerjakan soal di depan kelas hanya peserta didik tertentu yang mau maju dengan inisiatif sendiri, Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang menuntut keaktifan peserta didik dan dapat memotivasi peserta didik untuk belajar, yaitu metode demonstrasi, metode ini dapat membantu peserta didik untuk memahami dengan jelas jalannya suatu konsep pembelajaran dan mengkonkretkan materi yang abstrak. Pemilihan metode dan media pembelajaran dirasakan mempunyai peran strategis dalam upaya mendongkrak keberhasilan proses belajar mengajar khususnya pada materi bangun ruang, karena penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan sedikit ceramah dan metode-metode yang berpusat pada guru serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik. Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran ( E. Mulyasa: 2008). Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian dengan judul “ Meningkatkan Kemampuan Menghitung Penjumlahan Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas I SDN Kedungpatangewu Kedungwuni Pekalongan Tahun Pelajaran 2015/2016”. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan ? (2) Apakah ada peningkatan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Matematika pokok bahasan menghitung penjumlahan?.
32
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 4, Agustus 2016 (Edisi Khusus)
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian Tindakan Kelas. Prosedur Penelitian Tindakan menurut Arikunto (2009) model bagan penelitian tindakan secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri SDN Kedungpatangewu, Kecamatan Kedungwuni , Kabupaten Pekalongan. Subjek penelitian adalah siswa kelas I semester I tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 28 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi tes (pretest dan postest) untuk mengukur ranah kognitif dan kreativitas hasil belajar siswa, observasi untuk mengukur kreativitas siswa dan dokumentasi untuk mencari data yang berkaitan dengan aktivitas dan hasil belajar siswa dari masingmasing individu sebelum maupun sesudah dilaksanakan tindakan penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan lembar observasi, tes dan dokumentasi. Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui instrumen observasi dilakukan teknik analisis data untuk menguji hipotesis tindakan adalah teknik deskriptif kuantitatif dengan membandingkan ketuntasan belajar antara waktu sebelum dilakukan tindakan, tindakan siklus I, tindakan siklus II, dan tindakan siklus III. Langkah – langkah analisis data sebagai berikut (Trianto: 2009): P=
F x 100 % N
Keterangan: P = Persentase anak yang mendapat prestasi tertentu F = Jumlah anak yang mendapat prestasi tertentu N = Jumlah anak keseluruhan
HASIL DAN PEMB AHASAN Kondisi Awal Dari hasil penilaian pada pra siklus, siswa yang mencapai tuntas belajar hanya 9 atau 9/28 x 100 % = 34,5 %. Siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 19 siswa yaitu 19/28 x 100 % = 65,5 %. Dengan nilai rata-rata kelas 56,6, nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 40. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran dikategorikan kurang. Diperoleh nilai 13 dengan rata-rata 1,30. Siklus I Penelitian pada siklus pertama selama dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 4 x 45 menit. Tahap-tahap yang dilaksanakan pada siklus I yaitu sebagai berikut: 1. Perencanaan Siklus pertama diawali dengan kegiatan perencanaan. Dalam kegiatan perencanaan, peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan perencanaan ditandai dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang merupakan pedoman dalam melakukan langkah-langkah pembelajaran, membuat alat evaluasi siklus I berupa soal tes, menyiapkan lembar observasi, menyiapkan kotak pertanyaan.
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN MELALUI METODE DEMONSTRASI Mubarokah
33
2.
Pelaksanaan
Berdasarkan rencana pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya, pembel ajaran siklus I pertemuan pertama pelaksanaan pembelajaran dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: a) Tahap Awal Guru mengadakan apersepsi, guru menjelaskan tentang tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan dan manfaat yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran, guru menjelaskan teknik atau metode yang akan dipakai dalam kegiatan pembelajaran, guru memberikan motivasi kepada siswa agar mereka aktif pada saat kegiatan pembelajaran. b) Tahap Inti Guru menyajikan materi pokok bahasan tentang konsep bunyi. Guru mengawali kegiatan dengan pertanyaan bimbingan, yakni pertanyaan awal untuk mengarahkan pikiran dan pandangan siswa tentang materi penjumlahan. Kemudian guru melakukan pembagian kelompok secara heterogen yang terdiri dari 4-6 c) Tahap Akhir Pada akhir kegiatan siswa dan guru mengevaluasi kegiatan yang baru saja diselesaikan. Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan mengenai pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam dan doa. 3. Observasi Observasi dilaksanakan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan menggunak an lembar observasi. Observasi yang dilakukan yaitu observasi kepada siswa dan observasi kepada guru. Rata-rata aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran siklus I sebesar 2,90 termasuk dalam kategori baik, meningkat dari kondisi awal yang hanya sebesar 1,30 atau dalam kategori kurang. Walaupun aktivitas belajar siklus I termasuk dalam kategori baik tetapi hal itu masih belum mencapai indikator yang telah ditetapkan sehingga pelaksanaan tindakan dilanjutkan pada siklus selanjutny a yaitu siklus II. 4. Refleksi Tahap refleksi yaitu menganalisis hasil tes dan hasil pengamatan, serta mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. Refleksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan atau kendala pada siklus I, sehingga dapat diperoleh kesimpulan tentang bagian yang perlu diperbaiki dan bagian yang telah mencapai tujuan penelitian. Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung diperoleh informasi dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat adalah sebagai berikut: ketika peneliti membagi kelompok, siswa gaduh, siswa tidak memperhatikan dengan sungguh-sungguh ketika guru sedang menjelaskan materi, masih banyak siswa yang tidak aktif bertanya dan menjawab pertanyaan. Siklus II Penelitian pada siklus kedua hanya dilakukan dalam satu pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Tahap-tahap yang dilaksanakan pada siklus II yaitu sebagai berikut: 1. Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I maka peneliti menyusun rencana pembelajaran 2. Pada siklus II ini guru harus lebih mengoptimalkan pembelajaran agar siswa lebih antusias dalam kegiatan belajar mengajar. Guru juga harus mengetahui bahwa kemampuan tiap siswa berbeda-beda dan memberikan latihan secara bertahap dari yang mudah hingga sukar. Tahap perencanaan tersebut meliputi: menyusun rencana pembelajaran siklus II, mempersiapkan materi yang akan diajarkan,
34
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 4, Agustus 2016 (Edisi Khusus)
mempersiapkan media dengan menambahkan inovasi baru untuk memberikan peningkatan terhadap minat belajar siswa serta menyiapkan lembar tes akhir untuk siswa. 2. Pelaksanaan Guru melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti yang sebelumnya telah dikonsultasikan dengan guru kelas. Berikut deskripsi pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan model pembelajaran demonstrasi dalam siklus kedua: Pelaksanaan tindakan kelas siklus II dilaksanakan di kelas I SDN Kedungpatangewu yaitu: a) Tahap Awal Guru mengadakan apersepsi, guru menjelaskan tentang tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan dan manfaat yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran, guru menjelaskan teknik atau metode yang akan dipakai dalam kegiatan pembelajaran, guru memberikan motivasi kepada siswa agar mereka aktif pada saat kegiatan pembelajaran. b) Tahap Inti Guru menyajikan materi pokok bahasan tentang konsep bunyi. Guru mengawali kegiatan dengan pertanyaan bimbingan, yakni pertanyaan awal untuk mengarahkan pikiran dan pandangan siswa tentang materi penjumlahan. Kemudian guru melakukan pembagian kelompok secara heterogen yang terdiri dari 4-6 c) Tahap Akhir Pada akhir kegiatan siswa dan guru mengevaluasi kegiatan yang baru saja diselesaikan. Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan mengenai pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam dan doa. 3. Observasi Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran siklus II untuk mengetahui akibat dari tindakan yang telah dilakukan. Hasil observasi pada siklus II dibandingkan dengan hasil observasi pada siklus I apakah ada peningkatan atau tidak. Hasil observasi yang dilakukan oleh observer pada siklus II, diperoleh rata-rata sebesar 3,80 dengan kategori sangat baik sehingga mengalami peningkatan sebesar 1,6 pada pra siklus ke siklus I, dan 0,9 pada siklus I ke siklus II. Peningkatan terjadi karena siswa sudah memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh, sudah dapat menyampaikan pendapat dan dapat memanfaatkan waktu dengan baik dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. 4. Refleksi Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui pembelajaran siklus II, aktivitas belajar siswa pada saat pembelajaran Matematika dengan penerapan metode demonstrasi dapat dikatakan lebih baik daripada siklus I. Siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran, dilihat dari keaktifan siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, kemampuan siswa dalam memahami konsep bunyi berdasarkan karakteristik teks juga meningkat, dilihat dar i hasil tes evaluasi yang dilaksanakan di akhir siklus II sudah memenuhi indikator ketercapaian. Oleh karena itu, Penelitian Tindakan Kelas berakhir pada siklus II. Peningkatan kemampuan siswa dalam menghitung penjumlahan melalui penerapan metode demonstrasi dapat disajikan pada tabel 1:
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN MELALUI METODE DEMONSTRASI Mubarokah
35
Tabel 1. Peningkatan Kemampuan Menghitung Penjumlahan No
Pencapaian
Siklus Kondisi Awal
1 2 3 4
Nilai terendah Nilai tertinggi Nilai rata-rata Ketuntasan belajar (%)
40 90 56,6 31,0
I
II
40 90 62,8 55,3
70 100 76,6 100
Dari tabel dan gambar di atas menunjukkan bahwa prestasi belajar pada pra siklus memperoleh nilai rata-rata 56,6 dengan ketuntasan belajar 31,0 %, pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 62,8 dengan ketuntasan belajar 55,3 %, dan pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 76,6 dengan ketuntasan belajar 100% (28 siswa), sehingga pada pra siklus ke siklus I mengalami peningkatan 6,2 untuk nilai rata-rata dan 24,3 % (6 siswa) untuk ketuntasan belajar dan pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan 13,8 untuk nilai rata-rata dan 44,7% (13 siswa) untuk ketuntasan belajar. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan pada siswa kelas I SDN Kedungpatangewu Kedungwuni Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2015/2016. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran dari Pra Siklus ke siklus II mengalami peningkatan dan dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini : Tabel 2. Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus
Skor rata-rata
Kriteria
Kondisi Awal I II
1,30 2,90 3,80
Kurang Baik Sangat Baik
Grafik 1. Grafik Peningkatan Aktivitas Siswa
36
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 4, Agustus 2016 (Edisi Khusus)
Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa melalui metode demonstrasi, pada pra siklus diperoleh skor rata-rata 1,30 dengan kriteria kurang, pada siklus I diperoleh skor rata-rata 2,90 dalam kriteria baik, dan pada siklus II diperoleh skor rata-rata 3,80 dalam kriteria sangat baik sehingga mengalami peningkatan sebesar 1,6 pada pra siklus ke siklus I, dan 0,9 pada siklus I ke siklus II. Peningkatan terjadi karena siswa sudah memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh, sudah dapat menyampaikan pendapat dan dapat memanfaatkan waktu dengan baik dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. SIMPULAN Berdasarkan hasil yang diperoleh selama melaksanakan penelitian, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas ini telah menciptakan perubahan kearah yang positif diantaranya: (1) Melalui metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan siswa kelas 1 SDN Kedungpatangewu, hal ini berdasarkan hasil penelitian pada pra siklus memperoleh nilai ratarata 56,6 dengan ketuntasan belajar 31,0 %, pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 62,8 dengan ketuntasan belajar 55,3 %, dan pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 76,6 dengan ketuntasan belajar 100% (28 siswa), sehingga pada pra siklus ke siklus I mengalami peningkatan 6,2 untuk nilai rata-rata dan 24,3 % (6 siswa) untuk ketuntasan belajar dan pada siklus I ke sikl us II mengalami peningkatan 13,8 untuk nilai rata-rata dan 44,7% (13 siswa) untuk ketuntasan belajar, (2) Metode ini membuat siswa lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran, hal ini berdasarkan hasil penelitian pada pra siklus diperoleh skor rata-rata 1,30 dengan kriteria kurang, pada siklus I diperoleh skor ratarata 2,90 dalam kriteria baik, dan pada siklus II diperoleh skor rata-rata 3,80 dalam kriteria sangat baik sehingga mengalami peningkatan sebesar 1,6 pada pra siklus ke siklus I, dan 0,9 pada siklus I ke siklus II. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih, peneliti tujukan kepada Ibu Kepala, Guru, Observer dan Siswa Kelas I SDN Kedungpatangewu Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. DAFTAR PUSTAKA E. Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Professional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Suharsimi Arikunto. 2009. penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Suhito.2007. Strategi Pembelajaran Matematika Madrasah Ibtidaiyah (MI). Semarang: MDC Jateng. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Willa Adrian Soekotjo Loedji. 2007. Matematika Bilingual Untuk SMA Kelas X Semester 1 dan 2. Bandung: Yrama Widya.
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN MELALUI METODE DEMONSTRASI Mubarokah
37