EDUSCOPE, Vol. 1 No. 1 Juli 2015
ISSN : 2460 - 4844
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS AKSARA JAWA MELALUI METODE DRILL Suwarsi SDN Ngepeh 3 Loceret
[email protected] ABSTRACT Class Action Research (CAR) to improve the ability to read and write Java script through the drill method in grade V SDN Ngepeh 3 Loceret Subdistrict In Nganjuk Regency Lesson 2014/2015. Research subjects consisted of 20 people grade V SDN Ngepeh 3, Loceret, Nganjuk. Research Action Class consists of 4 stages, namely; planning, implementation measures, observation and reflection, with a view to comparing the value of an action before and after the action. Types of methods used in the collection of data disesuailkan with the nature of research that is done. Data collected through observations, tests, field notes, documentation, and special notes from special need students. Results of analysis showed that the use of the drill method, a total of 13 students who completed and only 7 students who hadn't (cycle 1). On cycle II all students of 20 students have achieved 100% learning completion with details of the average value of a home study class at 60.50; on cycle 1 increased by 77.50; While on cycle II the average of value score reached is 85.50. KEYWORD: reading skill’s, writing aksara jawa skill’s, and drill method’s
Aksara Jawa merupakan bagian dari mata
umumnya adalah bila mereka harus membaca atau
pelajaran bahasa Jawa, bagi siswa pelajaran
menulis aksara Jawa. Aksara dasar dalam aksara
bahasa
untuk dipelajari.
Jawa berjumlah 20 buah, dikenal sebagai
Perkembangan pola belajar yang saat ini terjadi di
hanacaraka. Disamping itu terdapat 20 buah
lingkungan akademis seperti halnya sekolah dasar,
aksara pasangan hanacaraka yang digunakan bila
bahwa minat belajar peserta didik terhadap mata
kata sebelumnya berakhiran konsonan. Untuk
pelajaran bahasa Jawa masih menarik. Hal ini
memodifikasi bunyi agar menjadi lebih beragam
dikarenakan terlalu rumitnya mata pelajaran
dalam aksara Jawa terdapat sandhangan.
Jawa cukup
sulit
bahasa Jawa dan juga kurang terbiasanya mereka
Berbagai kendala yang ditemukan ketika
untuk membaca tulisan-tulisan dalam bentuk
pembelajaran bahasa Jawa di SDN Ngepeh 3
aksara Jawa dan menulis aksara Jawa, sehingga
Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk, antara
siswa menganggap mata pelajaran bahasa Jawa
lain: masih banyak siswa yang mengalami
sebagai
kesulitan dalam membaca dan menulis aksara
pelajaran
yang
sangat
sulit
dan
menjenuhkan. Pembelajaran
Jawa, karena guru cenderung hanya menggunakan bahasa
Jawa
memiliki
metode ceramah dalam proses pembelajaran.
kesulitan saat dihadapkan dengan keterampilan
Akibatnya siswa kurang minat, konsentrasi dan
membaca dan menulis aksara Jawa. Kesulitan
aktivitas siswa dalam pembelajaran serta banyak
yang lebih “menakutkan” bagi para pelajar pada
siswa yang kurang menguasai materi pelajaran.
Suwarsi: Meningkatkan Kemampuan Membaca … SDN 3 Ngepeh Loceret
Pembelajaran
aksara
Jawa
masih
23
mempelajari aksara Jawa.
didominasi dengan pendekatan yang berorientasi
Keadaan di atas diperparah dengan hasil
pada guru (teacher centered approach). Guru
nilai ulangan harian yang berada di bawah batas
menempatkan diri pada posisi pengontrol dan
nilai KKM (yaitu 72). Dari 20 siswa yang mencapai
penentu. Hakikatnya, siswa ditempatkan sebagai
ketuntasan hanya 3 siswa sedangkan yang belum
objek. Pembelajaran bersifat satu arah dan
tuntas masih 17 siswa dengan rata-rata kelas
biasanya disampaikan dengan metode ceramah.
60,50. Dari data hasil ulangan harian membaca
Pendekatan ini tentunya harus diubah secara
dan
bertahap dengan aplikasi pendekatan yang lebih
peningkatan proses pembelajaran, agar siswa
berorientasi pada siswa.
sekolah dasar tersebut terampil membaca dan
Pendekatan Student Centered Approach (SCA) merupakan pendekatan yang secara teoritis
menulis
aksara
Jawa
tersebut
perlu
menulis aksara Jawa, salah satunya menggunakan metode drill.
dapat diaplikasikan dalam pembelajaran aksara
Menurut Sudjana (1991; 86), metode drill
Jawa. SCA mengarahkan siswa untuk pencapaian
adalah satu kegiatan melakukan hal yang sama,
kompetensi. SCA juga menekankan pada proses,
berulang-ulang dengan tujuan untuk memperkuat
dengan tujuan memberikan pengalaman belajar
suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu
pada siswa. Proses merupakan sesuatu yang
keterampilan agar menjadi bersifat permanen.
penting dalam pembelajaran aksara Jawa, karena materi disampaikan secara bertahap.
Langkah-langkah penerapan metode drill, sebagai berikut (Sumiati dan Asra, 2011): (a) guru
Metode pembelajaran yang selama ini
memberi penjelasan singkat tentang konsep,
diterapkan dalam pembelajaran aksara Jawa
prinsip, atau aturan yang menjadi dasar dalam
adalah
melaksanakan pekerjaan yang akan dilatihkan; (b)
metode
ceramah.
Guru-guru
pada
umumnya hanya mengajarkan aksara Jawa
guru
dengan metode ceramah, kemudian menuliskan
pekerjaan itu dengan baik dan benar sesuai
aksara-aksara tersebut di papan tulis, dan
dengan konsep dan aturan tertentu. Pada bentuk
menyuruh siswa untuk menghafalkan. Penerapan
pelajar verbal yang dipertun jukkan adalah
metode ini ternyata membebani siswa, karena
pengucapan atau penulisan kata atau kalimat; (c)
siswa
untuk
jika belajar dilakukan secara kelompok atau
mempelajari materi membaca dan menulis Jawa.
klasikal, guru dapat memerintah salah seorang
Oleh karena itu, perlu diterapkan metode yang
siswa untuk menirukan apa yang telah dilakukan
mendorong siswa
untuk aktif kreatif serta
guru, sementara siswa lain memperhatikan; (d)
menumbuhkan semangat para siswa dalam
latihan perseorangan dapat dilakukan melalui
cenderung
merasa
terpaksa
menunjukkan
EDUSCOPE Vol. 1 No. 1 Juli 2015
bagaimana
melakukan
24
Suwarsi: Meningkatkan Kemampuan Membaca … SDN 3 Ngepeh Loceret
bimbingan dari guru sehingga dicapai hasil belajar
METODE
sesuai dengan tujuan.
Penelitian ini menggunakan Penelitian
Metode drill memiliki kelebihan antara lain:
Tindakan Kelas dan berlangsung selama dua
(a) mengkokohkan daya ingatan murid, karena
siklus. Penelitian berlangsung di kelas V SDN
seluruh
Ngepeh 3 Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk
pikiran,
perasaan,
kemauan
dikonsentrasikan pada pelajaran yang dilatihkan;
Tahun
Pelajaran
2014/2015.
Pelaksanaan
(b) siswa dapat menggunakan daya fikirnya
Tindakan dimulai pada tanggal 4 Februari 2015
dengan baik, dengan pengajaran yang baik, maka
s/d 11 Maret 2015. Jumlah siswa yang terlibat di
siswa menjadi lebih teliti; (c) adanya pengawasan,
dalam penelitian ini sebanyak 20 orang yang
bimbingan dan koreksi yang segera serta langsung
terdiri dari 11 orang laki-laki dan 9 orang
dari guru; (d) siswa akan memperoleh ketangkasan
perempuan.
dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai
Penelitian akan dilaksanakan dalam 2
dengan apa yang dipelajarinya; (e) guru bisa lebih
siklus, setiap siklus terdiri dari dua pertemuan.
mudah mengontrol dan dapat membedakan mana
Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan,
siswa yang disiplin dan yang tidak; (f) pemanfaatan
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi
kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi
(Arikunto dkk, 2009).
yang tinggi dalam pelaksanaannya serta dapat
Pengumpulan
data
melalui
metode
membentuk kebiasaan yang baik (Bahri, S.D dan
observasi, tes, dokumen, dan catatan lapangan.
Zain, 1996); (g) pengertian siswa lebih luas melalui
Peneliti menetapkan beberapa kriteria sebagai
latihan berulang-ulang.
indikator
Berdasarkan
uraian
latar
keberhasilan
penerapan
metode
belakang
pembelajaran drill. Untuk aspek keaktifan, faktor
tersebut, maka peneliti sebagai guru mulok di kelas
yang diperhatikan adalah keaktifan siswa dalam:
V SDN Ngepeh 3 Kecamatan Loceret Kabupaten
(1) mengerjakan tugas yang diberikan, (2)
Nganjuk menganggap penting untuk melakukan
mengajukan pertanyaan pada guru, (3) menjawab
penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya
pertanyaan
atau
Meningkatkan Kemampuan Membaca dan Menulis
memberikan
masukan
Aksara Jawa Melalui Metode Drill Pada Siswa
materi.
Kelas V Semester II SDN Ngepeh 3 Kecamatan
Penelitian
permintaan dalam
dikatakan
guru,
(4),
menyimpulkan meningkatkan
Loceret Kabupaten Nganjuk Tahun Pelajaran 2014/
keaktifan manakala rata-rata dari semua aspek
2015”.
keaktifan mencapai minimal 72%. Untuk aspek penguasaan kemampuan membaca dan menulis aksara jawa, peneliti menetapkan kriterianya EDUSCOPE Vol. 1 No. 1 Juli 2015
Suwarsi: Meningkatkan Kemampuan Membaca … SDN 3 Ngepeh Loceret
25
berdasarkan hasil belajar aksara jawa yang diukur
metode drill tersebut dikatakan sudah berhasil
2 kali dalam setiap siklus, yaitu setiap 2 kali
meningkatkan
pertemuan.
kemampuan membaca dan menulis aksara jawa.
Pembelajaran
dikatakan
mampu
keaktifan
dan
penguasaan
meningkatkan kemampuan membaca dan menulis
Manakala sedikitnya satu dari kedua jenis
aksara jawa manakala sedikitnya 85% siswa
data yang ada lebih rendah kalau dibandingkan
memperoleh nilai minimal 85.
dengan kriteria yang ditetapkan, pembelajaran
Sehubungan
dengan
indikator
metode drill
tersebut masih belum berhasil
keberhasilan di atas, data yang dikumpulkan
meningkat
kan
keaktifan
dan
penguasaan
dalam penelitian ini (1) tingkat keaktifan siswa,
kemampuan membaca dan menulis aksara jawa
dan (2) penguasaan kemampuan membaca dan
perlu diperbaiki pada siklus berikutnya.
menulis aksara jawa. Tingkat keaktifan siswa diukur dengan cara, pengamatan terhadap
HASIL dan PEMBAHASAN
langkah-langkah pembelajaran dan suasana kelas
Siklus 1
pada
saat
pembelajaran
berlangsung,
Penguasaan kemampuan membaca dan menulis
Data tentang hasil tes pada pertemuan satu dan dua dapat disajikan pada tabel 1 berikut:
aksara siswa diukur dengan cara memberikan post
tes.
Data
tentang
keaktifan
siswa
dikumpulkan oleh pengamat sedangkan data
Tabel 1. Data Hasil Tes pada Siklus 1 No.
Nilai
Frekuensi
Prosentase
Ket
tentang penguasaan kemampuan membaca dan
1
> 72
13
65%
menulis
2
< 72
7
35%
Tuntas Belum tuntas
20
100%
aksara
dikumpulkan
oleh
peneliti.
Mengingat ini adalah PTK, maka di dalam penelitian ini juga dikumpulkan data-data tentang praktik/tindakan guru. Dalam hal ini, tersedia catatan lapangan. Data-data yang diperoleh ini diperiksa akurasinya dengan cara saling berbagi data sesama peneliti. Selanjutnya, data tersebut diolah dan dianalisis dengan cara membandingkan data tersebut
dengan
kriteria
pada
indikator
keberhasilan. Manakala kedua jenis data yang dikumpulkan tersebut lebih baik daripada kriteriakriteria yang ditetapkan, maka pembelajaran
Jumlah
Berdasarkan tabel diatas siswa yang mengalami ketuntasan sebanyak 13 siswa atau 65%, sedangkan yang belum tuntas ada 7 siswa atau 35%. Namun ketuntasan tersebut belum memenuhi kriteria indikator keberhasilan yaitu dengan ketuntasan belajar klasikal sekurangkurangnya 85%. Karena hasil belajar siswa masih belum mencapai ketuntasan belajar klasikal, maka penelitian dilanjutkan pada siklus II. Permasalahan yang diperbaiki yaitu: (a) sebagian besar siswa hanya mengandalkan
EDUSCOPE Vol. 1 No. 1 Juli 2015
26
Suwarsi: Meningkatkan Kemampuan Membaca … SDN 3 Ngepeh Loceret
sumber belajar dari sekolah (buku LKS), bahkan
Siklus 2
ada yang tidak membawa. Hanya sedikit siswa yang membawa pepak Bahasa Jawa sehingga
Data tentang hasil tes pada pertemuan satu dan dua dapat disajikan pada tabel 2 berikut:
semua materi hanya dari guru baik yang diterangkan maupun yang tertulis dipapan tulis; (b) siswa kurang memperhatikan penjelasan dari guru dan masih banyak siswa yang bermain-main dengan teman-temannya dan yang kurang paham
Tabel 2. Data Hasil Tes pada Siklus 2 No.
Nilai
Frekuensi
1 > 72 2 < 72 Jumlah
20 0 20
Prose ntase 100% 0% 100%
Ket Tuntas Belum tuntas
tidak mau bertanya tentang penjelasan materi Berdasarkan
yang telah diajarkan; (c) pembelajaran hanya
uraian
tersebut
dapat
terpusat pada siswa yang sudah bisa sehingga
disimpulkan bahwa pada siklus II keterampilan
kecenderungan menyontek masih tinggi; (d) dalam
membaca siswa dalam pembelajaran membaca
kegiatan Tanya jawab belum terkondisikan secara
dan menulis aksara Jawa hasil belajar siswa
maksimal. Siswa berani menjawab secara klasikal,
mengalami peningkatan dari siklus I hingga siklus
namun
bertanya/
II dalam membaca dan menulis aksara Jawa. Hal
mengungkapkan pendapat individu; (e) ketika
ini dapat dilihat dari tingkat ketuntasan siswa. Dari
mengerjakan soal latihan unjuk kerja masih
ke 20 anak, semua dinyatakan tuntas atau 100%
terdapat beberapa siswa yang keliling mencontek
siswa dapat menyelesaikan tugasnya dengan
hasil jawaban teman yang lain, tentunya hal
baik.
belum
berani
untuk
tersebut juga memancing kegaduhan kelas; (f)
Ketuntasan tersebut sudah memenuhi
ketika pelaksanaan tes unjuk kerja membaca
kriteria indikator keberhasilan yaitu dengan
lancar aksara Jawa, siswa yang lainnya sangat
ketuntasan belajar klasikal sekurang-kurangnya
ramai. Hal ini dikarenakan sebagian besar siswa
85%. Karena hasil belajar siswa sudah mencapai
mengabaikan
ketuntasan belajar klasikal, maka penelitian tidak
tugas
guru
untuk
membaca
bersama-sama dalam kelompok aksara Jawa yang diberikan oleh guru. Sehingga kelas menjadi
dilanjutkan lagi ke siklus berikutnya. Selain data dari tes, data hasil penelitian
dalam
siklus II diperoleh data berupa catatan lapangan,
mengelola pembelajaran menggunakan metode
hasil observasi keterampilan guru. Hasil observasi
drill meningkat setelah dilaksanakan siklus I.
aktivitas siswa yaitu: (a) ketika kegiatan tanya
gaduh;
dan
(g) keterampilan
guru
Berdasarkan refleksi dari pelaksanaan
jawab belangsung, sebagian besar siswa aktif
tindakan siklus I, maka perlu dilakukan perbaikan
menjawab pertanyaan secara bersama-sama,
yaitu melanjutkan pelaksanaan pada siklus II.
namun belum berani mengungkapkan pendapat
EDUSCOPE Vol. 1 No. 1 Juli 2015
Suwarsi: Meningkatkan Kemampuan Membaca … SDN 3 Ngepeh Loceret
Teori
secara individu serta siswa kurang aktif untuk
psikososial.
mengajukan pertanyaan.
pandangan bahwa pengetahuan itu dipengaruhi
Pada saat tes unjuk kerja membaca lancar aksara
situasi
Jawa, sudah bisa dikendalikan; (b) siswa sudah
pengetahuan didistribusikan diantara orang dan
aktif dalam menyimpulkan hasil belajar; (c)
lingkungan, yang mencakup objek, artifak, alat,
aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan
buku, dan komunitas tempat orang berinteraksi
metode drill meningkat setelah dilaksnakan siklus
dengan orang lain.
II. Berdasarkan refleksi dari pelaksanaan tindakan
Penerapan
dan
Vygotsky
27
bersifat
mengandung
kolaboratif,
metode
drill
dalam
teori
Social
siklus II, maka tidak perlu dilakukan perbaikan
pembelajaran
yaitu melanjutkan pelaksanaan pada siklus
Cognitive, melihat metode ini sesuai dengan tiga
berikutnya.
konsep yang dikembangkan dalam teori Vygotsky
Pembahasan
tersebut.
Setelah adanya diterapkan pembelajaran
sesuai
artinya
dengan
Teori
perkembangan
belajar
kognitif
behaviorisme,
dan
sosial
kognitif,
dengan metode drill siswa semakin lebih aktif.
merupakan suatu kesatuan teori yang mendukung
selain itu, siswa juga mampu membaca dan
metode dimana proses belajar dimulai dari belajar
menulis aksara jawa. Ketika siswa diminta untuk
tingkah
mengerjakan latihan-latihan yang diberikan dan
karakteristik
membacakan hasil pekerjaanya bahwa siswa
perkembangan kognitif dan sosial kognitif yang
memahami konsep dan mampu menjelaskan apa
tentunya mengarah kepada hasil belajar siswa.
laku,
yang
siswa
disesuaikan
dengan
dengan
mengacu
pada
yang dikerjakan artinya mereka benar-benar
Pada akhir pertemuan, guru memberikan
mengerti dan mengerjakan soal serta saling
evaluasi seperti PR, dan test akhir. Ini bertujuan
menggali pengetahuan untuk menggali jawaban.
untuk menguatkan pemahaman siswa. serta tak
Hal tersebut dengan pendapat Tappan
lupa memberikan motivasi untuk terus belajar yang
ada tiga konsep yang dikembangkan dalam teori
rajin, mencapai hasil terbaik. Dari hasil observasi
Vygotsky: (1) keahlian kognitif anak dapat
dan wawancara pada keterangan sebelumnya,
dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan
dalam
secara developmental; (2) kemampuan kognitif
menunjukkan perubahan yang terjadi di dalam diri
dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk
setiap siswa. Siswa semakin bersemangat belajar,
diskursus yang berfungsi sebagai alat psikologis
dan
untuk membantu dan mentransformasi aktivitas
berlangsung. Lebih aktif untuk berani bertanya dan
mental; dan (3) kemampuan kognitif berasal dari
mengerjakan soal latihan yang telah disediakan.
relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang
Disisi lain siswa belajar menghargai pendapat
kegiatan
senang
EDUSCOPE Vol. 1 No. 1 Juli 2015
pembelajaran
dalam
proses
ini
telah
pembelajaran
Suwarsi: Meningkatkan Kemampuan Membaca … SDN 3 Ngepeh Loceret
28
teman dan belajar menyimpulkan secara logis.
dorongan kepada guru untuk selalu melakukan inovasi dalam pembelajaran; (2) menyediakan
KESIMPULAN dan SARAN
fasilitas sekolah sehingga pembelajaran maksimal,
Kesimpulan
dan meningkatkan akreditasi sekolah.
Berdasarkan
dari
analisis
dan
pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan,
DAFTAR RUJUKAN
dapat ditarik kesimpulan bahwa: (a) penerapan
Anonim. Pak Guru, Pendidikan (April 12, 2011) http:// pakguruonline.pendidikan.id. Arikunto, Suharsimi dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Nana Sudjana. 1991. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Sumiati dan Asra. 2011. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
pembelajaran menggunakan metode drill dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Jawa siswa kelas V SDN Ngepeh 3 Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk pada materi membaca dan menulis aksara Jawa. Saran Saran yang dapat diberikan oleh peneliti sebagai berikut: a) Bagi
Guru.
menggunakan
Guru inovasi
diharapkan dalam
selalu kegiatan
pembelajaran. Menerapkan Metode dalam pembelajaran seperti metode drill baik dalam materi membaca dan menulis aksara Jawa. Metode drill merupakan metode pembelajaran yang menarik, yang dapat diterapkan saat pembelajaran menulis aksara Jawa dan dapat dicoba pada mata pelajaran lainnya. b) Bagi Siswa. Sebaiknya siswa lebih berani mengungkapkan pendapat melalui diskusi dan tanya jawab. Metode drill dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca dan menulis aksara Jawa. Bagi Kepala Sekolah. Sekolah diharapkan dapat memberikan dukungan diantaranya: (1)
EDUSCOPE Vol. 1 No. 1 Juli 2015