MENGENAL PENYAKIT AKAR COKLAT (Phellinus noxius) PADA TANAMAN KOPI Oleh: Umiati,SP dan Dwi Purbo Lestari, SP.
I.
Pendahuluan Kopi ( Coffea spp. L) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki
peran penting dalam menunjang peningkatan ekspor non migas di Indonesia. Produktivitas kopi di Indonesia masih rendah, yakni rata-rata sebesar 700 Kg/ha/tahun, atau baru mencapai 60% dari potensi produktivitasnya. Rendahnya tingkat produktivitas dan produksi kopi karena 96% diusahakan oleh perkebunan rakyat. Bila dibandingkan dengan negara produsen utama kopi di dunia lainnya tingkat produktivitas kopinya lebih tinggi, seperti Vietnam (1.540 kg/hektare/tahun), Colombia (1.220 kg/hektare/tahun) dan Brazil (1.000 kg/hektare/tahun). Penyebabnya adalah karena rendahnya kualitas kopi yang umumnya dihasilkan oleh perkebunan rakyat. Rendahnya produkstivitas kopi di Indonesia ini, selain karena bentuk pengelolaan pengusahaan perkebunannya, juga disebabkan oleh serangan hama dan penyakit tanaman. Antara tahun 1986 dan 1990 produksi kopi merosot menjadi 25% dari semula, hal ini salah satu penyebabnya adalah akibat terserang hama dan penyakit( Sukamto, 1998). Dalam budidaya tanaman kopi, dikenal berbagai penyakit yang mengganggu tumbuh kembang tanaman dalam mencapai produksi buah yang optimal. Penyakitpenyakit tersebut timbul dari inveksi patogen baik dari jenis jamur, nematoda, bakteri maupun virus. Penyakit-penyakit pada tanaman kopi tersebut antara lain penyakit karat daun, bercak daun cercospora, penyakit jamur upas, penyakit akar hitam dan akar coklat, penyakit mati ujung, penyakit embun jelaga, dan penyakit bercak hitam pada buah. (Anonim, 2014). Penyakit akar coklat adalah penyakit akar yang penting pada tanaman kopi. Berdasarkan data Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kab. Aceh Tengah, penyakit ini telah tersebar di 14 kecamatan di Aceh Tengah dengan intensitas serangan 10-35%, sehingga dikhawatirkan dapat menurunkan produktivitas kopi mencapai 40-60%. Mula – mula penyakit dikenal pada akar- akar Artocarpus di Samoa. Dewasa ini penyakit terdapat di Indonesia, Malaysia, Srilangka, india,Filipina, Afrika,barat dan Afrika Timur (Semangun, 2000).
II.
Tanaman Kopi Kopi merupakan tanaman tahunan yang memiliki 3 organ vegetatif yaitu akar,
batang, dan daun. Sistem perakaran pada kopi yaitu sistem perakaran tunggang yang tidak mudah rebah. Perakaran tanaman kopi relatif dangkal, lebih dari 90% dari berat akar terdapat pada lapisan tanah 0-30 cm (Najiyati dan Danarti, 2012). Tanaman kopi mempunyai sifat dimorfisme dalam pertumbuhan vegetatifnya, yaitu pertumbuhan tegak (ortotropik) dan pertumbuhan ke samping (plagiotropik) dengan percabangan yang banyak. Batang kopi merupakan tumbuhan berkayu, tumbuh tegak ke atas, dan berwarna putih keabu- abuan. Pada batang, terdapat 2 macam tunas yaitu tunas seri (tunas reproduksi) yang selalu tumbuh searah dengan tempat tumbuh asalnya dan tunas legitim yang hanya dapat tumbuh sekali dengan arah tumbuh yang membentuk sudut nyata dengan tempat aslinya (Arif, 2011). Buah tanaman kopi terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri atas 3 bagian yaitu lapisan kulit luar (eksokarp), lapisan daging (mesokarp), dan lapisan kulit tanduk (endokarp) yang tipis tetapi keras. Buah kopi umumnya mengandung dua butir biji tetapi ada juga buah yang tidak menghasilkan biji atau hanya menghasilkan satu butir biji. Biji kopi terdiri atas kulit biji dan lembaga.
Secara morfologi, biji kopi
berbentuk bulat telur, bertekstur keras, dan berwarna putih kotor (Najiyati dan Danarti, 2012).
Gambar 1. TanamankopiSehathttps://sites.google.com/site/ caramembudidayakantanaman kopi/
III.
Penyakit Akar Coklat Penyakit akar coklat merupakan penyakit pada tanaman kopi yang disebabkan
oleh jamur. Infeksi awal dari jamur akar cokelat (noxius) pada tanaman kopi agak sulit dideteksi sehingga gejala yang terlihat di lapangan merupakan tahapan yang telah lanjut yaitu daun menguning, layu dan rontok, serta akarnya menjadi busuk, kering, rapuh dan mudah hancur. Bila diamati perakaran dan pangkal batang dari tanaman sakit, nampak diselimuti oleh butiran pasir dan tanah yang menempel sangat kuat pada akar yang terinfeksi sehingga terlihat lebih besar.
Pada permukaan akar tersebut
ditemukan rizomorf berwarna coklat muda. Kayu dari akar yang sakit mula-mulacokelat muda, kemudian tumbuh garis-garis cokelat yang terdiri atas miselium jamur (Semangun, 2000, Supriadi et al., 2004, Brooks et al., 2007) Noxius adalah jamur patogen yang hidup didaerah tropis dan subtropis, mampu hidup di tanah dengan kisaran pH 4–8 dan suhu tanah 25-31°C dan tidak tumbuh pada suhu 40°C. Proses infeksi jamur ke dalam akar tanaman, yaitu dengan cara miselia menetrasi langsung ke dalam jaringan akar. Kondisi tanaman yang lemah akan mempercepat perkembangan infeksi. Tubuh buah jamur Phellinus noxius belum pernah ditemukan oleh karena itu untuk membedakan jamur ini dengan yang lainnya didasarkan pada keberadaan arthospora, yaitu struktur menyerupai miselia yang patahpatah. Peranan arthospora di alam belum diketahui. Jamur ini dapat bertahan hidup dari kekeringan dengan membentuk rhizomorf berwarna kuning kecokelatan di dalam akar dan kayu serta tanah selama beberapa tahun (Supriadi dan Wahyuno,2003).
Gambar 2. Gejala Serangan Akar Coklat pada Tanaman Kopi
3.1.
Gejala Serangan Penyakit Akar Coklat
Gejala tanaman terserang warna daun hijau kekuningan, kusam, layu dan menggantung. Seluruh daun menguning kemudian layu secara serempak, akhirnya mengering di cabang. Gejala khas jamur akar coklat, terutama akar tunggang tertutup oleh kerak yang terdiri dari butir-butir tanah yang melekat sangat kuat, sehingga tidak dapat lepas meskipun dicuci dan disikat. Diantara butir-butir tanah tampak adanya jaringan
jamur berwarna coklat tua sampai kehitaman. Kerak ini terjadi karena
misellium yang membungkus akar- akar itu berlendir, sehingga butir- butir tanah terikat dengan erat. Kayu akar yang sakit membusuk, kering dan lunak, mempunyai garisgaris coklat gambir, yang terdiri atas miselium jamur. Kadang – kadang dibeberapa tempat kayu berwarna coklat atau mempunyai pendek dan lebar yang berwarna coklat gambir (Semangun ,2000). 3.2.
Pengendalian Penyakit Akar Coklat Pengendalian penyakit akar coklat dapat dilakukan dengan membongkar pohon
terserang sampai keakarnya, lalu membakar. Lubang bekas bongkaran dibiarkan terbuka selama ± 1 tahun. Pohon sehat disekitar pohon sakit dan pohon-pohon sisipan ditaburi Trichoderma 200 gr/pohon dan pupuk kandang/pupuk organik. Diulang setiap 6 bulan sampai areal tersebut bebas dari jamur akar.
IV.
Kesimpulan
Penyakit akar coklat merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman kopi, mengingat pada serangan berat, penyakit ini dapat menyebabkan tanaman mati. Serangan penyakit akar coklat ini pernah terjadi secara luas pada tahun 1885 yang menyebabkan perkembangan perkebunan kopi di Indonesia berhenti (Anonim, 2014). Untuk itu kita perlu waspada terhadap perkembangan dan penyebaran penyakit akar coklat agar tidak merusak pertanaman kopi. Pengendalian .yang efektif terhadap perkembangan akar coklat adalah dengan menaburi Trichoderma 200 gr/pohon dan pupuk kandang/pupuk organik, diulang setiap 6 bulan sampai areal tersebut bebas dari jamur akar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim .2014 Kopi luwak 99. http://kopiluwakasli99.blogspot.co.id/2014/09/ penyakitpada-budidaya-tanaman-kopi.html Diakses tgl 25 September 2015. Arif S. Sadiman. (2011). Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Brooks, G.F., Carroll, K.C., Butel, J.S., dan Morse, S.A.2007. Jawetz, Melnick, & Adelberg's MedicalMicrobiology. 24thed. United States of America: TheMcGraw-Hill Companies, Inc. Najiyati, S dan Danarti. 2012.Kopi, Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit TanamanPerkebunan Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 835 h Supriadi, E. M. Adhi, D. Wahyuno, S.Rahayuningsih, N. Karyani, and M.Dahsyat. 2004. Brown root rot disease ofcashew in West Nusa Tenggara :Distribution and its causal organism.Indonesian Journal of Agricultural Science5(1):32-36 Sukamto (1998). Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum Dan Kejuruan, Jakarta : Dekdikbud.
Pendidikan Teknologi
Supriadi. 2004. Penerapan teknologi pengendalian penyakit busuk akar cokelat dan busuk akar putih pada jambu mete di NTB. LaporanTeknis Penelitian. Balittro, Bogor. p 31-55