DETEKSI DINI SERANGAN PENYAKIT JAMUR UPAS PADA TANAMAN KOPI Oleh: Umiati,SP I.
PENDAHULUAN Tanaman kopi (Coffea spp ) adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang
termasuk dalam family Rubiaceae dan genus Coffea. Secara alami kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak mudah rebah. Kopi dapat berproduksi baik apabila ditanam pada tanah yang sesuai, yaitu tanahdengan kedalaman efektif yang cukup dalam (> 100 cm ) gembur, berdrainase baik, serta cukup tersedia air,unsur hara terutama Kalium (K) harus cukup dan tersedia bahan organik.Kopi adalah salah satu komoditi utama yang banyak dikembangkan di perkebunan Indonesia,Kopi Indonesia saat ini menempati peringkat ketiga terbesar di dunia dari segi hasil produksi. Kopi di Indonesia memiliki sejarah panjang dan memiliki peranan penting bagi pertumbuhan perekonomian masyarakat di Indonesia. Indonesia diberkati dengan letak geografisnya yang sangat cocok difungsikan sebagai lahan perkebunan kopi. Letak Indonesia sangat ideal bagi iklim mikro untuk pertumbuhan dan produksi kopi. (Anonim, 2015). Sebagai negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brasil dan Vietnam, Indonesia mampu memproduksi sedikitnya 748 ribu ton atau 6,6 % dari produksi kopi duniapada tahun 2012. Dari jumlah tersebut, produksi kopi robusta mencapai lebih dari 601 ribu ton (80,4%) dan produksi kopi arabika mencapai lebih dari 147 ribu ton (19,6%).Luas lahan perkebunan kopi di Indonesia mencapai 1,3 juta hektar(ha) dengan luas lahan perkebunan kopi robusta mencapai 1 juta ha dan luas lahan perkebunan kopi arabika mencapai 0,30 ha.Hal tersebut disampaikan Menteri Perindustrian Mohamad S Hidayat ketika membuka Seminar dan Pameran Kopi Nusantara 2013 di Plasa Pameran Industri, Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (25/6). (Hartono, 2013). Salah satu penyakit yang menyerang tanaman kopi di Indonesiaadalah jamur upas (Corticium salmonicolor). Gejala khas tanaman yang terserang jamur upas yaitu layu mendadak. Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh serangan jamur upas adalah tanaman tidak dapat berproduksi dengan maksimal karenainfeksi penyakit ini menyebabkan kematian (dieback) pada pohon kopi yang terserang. Maka dari itu perlu adanya deteksi dini untuk penyakit tersebut supaya tidak cepat menyebar.
Gambar 1. Gejala serangan jamur upas, batang yang telah mati
Sumber : Hohn dan Litsch (1907).
II.
Tanaman Kopi
2.1 Tanaman Kopi Di dunia perdagangan dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang paling sering dibudidayakan hanya kopi arabika, robusta, dan liberika. Pada umumnya, penggolongan kopi berdasarkan spesies, kecuali kopi robusta. Kopi robusta bukan nama spesies karena kopi
ini
merupakan
keturunan
dari
beberapa
spesies
kopi,
terutama
Coffea
canephora(AAK, 1988). 2.1.2 Morfologi Secara alami, tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak mudahrebah. Namun, akar tunggang tersebut hanya dimiliki oleh tanaman kopi yang berasal dari bibit semai atau bibit sambung (okulasi)yang batang bawahnya berasal dari bibit semai. Sementara tanaman kopi yang berasal dari bibit setek, cangkok, atau okulasi yang batang bawahnya berasal dari bibit setek tidak memiliki akar tunggang sehinggarelatife mudah rebah (AAK, 1988).
Batang dan cabang kopi berkayu, tegak lurus dan beruas-ruas.
Tiap ruas hampir selalu ditumbuhi kuncup. Tanaman ini mempunyai dua macam pertumbuhan
cabang,
yaitu
cabang Orthrotropdan
Plagiotrop.
CabangOrthrotrop
merupakan cabang yang tumbuh tegak seperti batang, disebut juga tunas air atau wiwilan atau cabang air. Cabang ini tidak menghasilkan bunga atau buah. Cabang plagiotropmerupakan cabang yang tumbuh ke samping. Cabang ini menghasilkan bunga dan buah (AAK, 1988). Daun kopi berbentuk bulat, ujungnya agak meruncing sampai bulat dengan bagian pinggir yang bergelombang. Daun tumbuh pada batang, cabang dan ranting. Pada cabang Orthrotrop letak daun berselang seling, sedangkan pada cabang
plagiotrop terletak pada satu bidang. Daun kopi robusta ukurannya lebih besar dari arabika (Wachjar, 1984). Pada umumnya, tanaman kopi berbunga setelah berumur sekitardua tahun. Bunga kopi berukuran kecil. Mahkota berwarna putihdanberbau harum. Kelopak bunga berwarna hijau. Bunga tersusun dalam kelompok, masing-masing terdiri dari 4-6 kuntum bunga. Tanaman kopi yang sudah cukup dewasa dan dipelihara dengan baik dapat menghasilkan ribuan bunga. Bila bunga sudah dewasa, kelopak dan mahkota akan membuka, kemudian segeraterjadi penyerbukan. Setelah itu bunga akan berkembang menjadi buah (AAK, 1988). Buah kopi terdiri dari daging buah dan biji. .Daging buah terdiri dari tiga bagian yaitu lapisan kulit luar (eksokarp), lapisan daging buah (mesokarp), dan lapisan kulit tanduk (endokarp) yang tipis, tetapi keras. Buah kopi yang muda berwarna hijau, tetapi setelah tua menjadi kuning dan kalau masak warnanya menjadi merah. Besar buah kirakira 1,5 x 1 cm dan bertangkai pendek. Pada umumnya buah kopi mengandung dua butir biji, biji tersebut mempunyai dua bidang, bidang yang datar (perut) dan bidang yang cembung (punggung). Tetapi ada kalanya hanya ada satu butir biji yang bentuknya bulat panjang yang disebut kopi "lanang". Kadang- kadang ada yang hampa, sebaliknya ada pula yang berbiji 3-4 butir yang disebut polysperma (AAK, 1988). Biji kopi kering mempunyai komposisi sebagai berikut: air 12%, protein 13%, lemak 12%, gula 9%, caffeine 1-1,5% (arabika), 2-2,5% (robusta), caffetanic acid 9%, cellulose dan sejenisnya 35%, abu 4%, zat-zat lainnya yang larut dalam air 5% (Wachjar,1984).Biji kopi secara alami mengandung cukup banyaksenyawacalonpembentuk citarasa dan aroma khas kopi antara lain asamamino dan gula(PPKKI, 2006). 2.1.3 Syarat Tumbuh Pertumbuhan dan produksi tanaman kopi sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim dan tanah, bibit unggul yang produksinyatinggi dan tahan terhadap hama dan penyakit. Hal yang juga penting harus dipenuhi adalah pemeliharaan antara lain: pemupukan, pemangkasan, pohon peneduh dan pemberantasan hama dan penyakit (AAK, 1988). Faktor-faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan kopiyang terpenting adalah distribusi curah hujan. Kopi memerlukan tiga bulan kering berturut-turut yang kemudian diikuti curah hujan yang cukup. Masa kering ini diperlukan untuk pembentukan primordia bunga, florasi dan penyerbukan, terutama lebih penting bagi kopi robusta. Jumlah curah hujan yang optimal bagi pertumbuhan kopi adalah 2000-3000 mm per tahun. Daerah kopi terbaik diBrasil mempunyai curah hujan 1778-2032 mm per tahun, dengan curah hujan
127-152,4 mm selama tiga bulan yang terkering. Hal ini disebabkan karena kopi arabika ditanam pada elevasi tinggi yang dingin dan relatif lebih lembab serta akarnya yang lebih dalam dari pada robusta (Wachjar, 1984). Setiap jenis kopi menghendaki suhu atauketinggian tempat yang berbeda. Misalnya, kopi robusta dapat tumbuh optimum pada ketinggian 400-700 m dpl dengan temperatur rata-rata tahunan 20°-24°C, tetapi beberapa diantaranya juga masih tumbuh baik dan ekonomis pada ketinggian 0-1000 m dpl. Kopi arabika menghendaki ketinggian tempat antara 500 - 1700 m dpl dengan temperatur rata-rata tahunan 17°-21°C. Tanaman kopi menghendaki penyinaran matahari yang cukup panjang, akan tetapi cahaya matahari yang terlalu tinggi kurang baik. Oleh karena itu dalam praktek kebun kopi diberi naungan dengan tujuan agar intensitas cahaya matahari tidak terlalu kuat. Sebaliknya naungan yang terlalu berat (lebat) akan mengurangi pembuahan pada kopi.Produksi kopi dengan naungan sedang, akan lebih tinggi dari pada kopi tanpa naungan. Kopi termasuk tanamanhari pendek(short day plant), yaitu pembungaan terjadi bila siang hari kurang dari 12jam (Wachjar, 1984). Menurut AAK (1988), naunganyangseringdipergunakan di dalam perkebunan ialah jenisdadap(Eurythrinalithosperma),sengon laut (Albizzia falcata)dan lamtoro (Leucaena glauca), karena tumbuhnya cepat, bentuk dari naungannya merata, daunnya banyak, kalau dipangkas cepat tumbuh dan mudah ditanam. Selain pohon pelindung biasanya disertai tanaman penutup tanah seperti Centrosema, kecipir gunung (Psophocarpus), semacam koro (krotok), wedusan dan sebagainya. Semua ini sangat baik sebagai mulsa. Menurut percobaan-percobaan di luar negeri, dengan mulsa itu dapat menaikkan produksi 66% - 213% selama tiga tahun. Dengan demikian mulsa dan penutup tanah itu sangat penting untuk semua perkebunan.
III.
JAMUR UPAS Penyakit jamur upas disebabkan oleh jamur Corticium salmonicolor B.et Br. C.
salmonicolormempunyai basidium yang tersusun paralel pada stadium kortisium. Basidium berbentuk gada pada ujungnya terbentuk empat sterigmata yang mendukung basidiospora. Jamur C. salmonicolorFamili Corticiaceae,Ordo Sterealesdapat menyerang batang, cabang, ranting dan buah kopi. Infeksi jamur ini pertama kali terjadi pada sisi bagian
bawah cabang ataupun ranting. Serangan dimulai dengan adanya benang-benang jamur tipis seperti sutera, berbentuk sarang laba-laba. Selanjutnya pada bagian tersebut terjadi nekrosis kemudian membusuk sehingga warnanya menjadi coklat tua atau hitam. Nekrosis pada buah bermula dari pangkal buah di sekitar tangkai, kemudian meluas ke seluruh permukaan dan mencapai endosperma (AAK, 1988).
Konidia
Gambar 2. Jamur Upas (Corticium Salmonicolor) (Sumber : V Endriyati - 2010) 3.1 Gejala serangan Cabang atau ranting yang terserang layu mendadak. Serangan dapat terjadi pada cabang yang di bawah, tengah maupun di ujung pohon, bahkan dapat terjadi pada batang. Stadium sarang laba‐laba, berupa lapisan hifa tipis, berbentuk seperti jala berwarna putih perak. Stadium bongkol berupa gambaran hifa berwarna putih biasanya dibentuk pada lentisel atau pada celah‐celah. Stadium kortisium berupa lapisan kerak berwarna merah jambu, terdiri atas lapisan himenium, biasanya dibentuk pada sisi bawah cabang atau sisi cabang yang agak ternaung. Stadium nekator berupa bintil‐bintil kecil berwarna orange kemerahan merupakan sporodokhia jamur upas. Stadium nekator terdapat pada cabang yang tidak terlindung (Semangun, 2000). Hasil dari penelitian Ambarwati (1996), menunjukkan bahwa jamur pada daun kopi yang berupa lapisan miselium tipis kebanyakan berhubungan dengan jamur upas pada cabang. Miselium isolat jamur hialin, membentuk cabang tegak, dan mudah beranastomosis, sel-sel hifanya berinti satu sampai empat, sedangkan anatomi keraknya tersusun dari empat lapisan: 1. lapisan basal; 2. lapisan antara; 3. lapisan subhimenium; dan 4. lapisan himenium. Dari pengamatan di lapangan maupun morfologi miselium dan anatomi keraknya ternyata bahwa jamur yang terdapat pada daun kopi tersebut adalah
stadium sarang labah-labah jamur upas yang terdapat pada daun, yang berbahaya karena dapat menjadi sumber penular penyakit jamur upas. 3.2 Deteksi Dini untuk Pengendalian Jamur Upas. Deteksi Dini terhadap penyakit jamur upas merupakan tindakan awal antisipasi penyebaran penyakit dan atas dasar tersebut dapat segera dilakukan tindakan pengendalian . Tindakan pengendalian yang dapat dilakukan antara lain : 1. Memotong batang atau cabang sakit yang ukurannya masih kecil (diameter < 1 cm), yaitu dipotong 10 cm di bawah pangkal bagian yang sakit. Potongan‐potongan batang dan cabang yang sakit dikumpulkan kemudian dibakar. 2.
Batang atau cabang sakit yang ukurannya sudah cukup besar, apabila serangannya masih awal, bagian yang sakit cukup diolesi dengan fungisida Calixin RM atau Copper Sandoz 0,4% formulasi. Apabila serangannya sudah lanjut, batang atau cabang yang sakit dipotong, sisa cabang atau batang yang dipotong dan cabang‐cabang di sekitarnya diolesi dengan fungisida Calixin RM atau Copper Sandoz (http://indoagraris.wordpress.com/).
3. Memetik buah-buah yang sakit, dikumpulkan dan dibakar atau dipendam. 4. Pemangkasan pohon pelindung untuk mengurangi kelembaban kebun sehingga sinar matahari dapat masuk ke areal pertanaman kopi. Untuk mengatasi penyakit kopi tersebut, terutama penyakit jamur upas, cara-cara pengendalian harus dilakukan dengan konsep yang sesuai, cepat dan tepat, hal ini dilakukan agar dapat mengurangi kerugian yang ditimbulkan penyakit tersebut. Sebaiknya usaha pencegahan lebih diutamakan dari pengobatan sehingga diperlukan pengamatan sedini mungkin secara berkala dan terus menerus (Anonim, 2008). Kesimpulan Jamur upas merupakan salah satu penyebab penyakit yang merugikan pada pertanaman kopi. Serangan dimulai dengan adanya benang-benang jamur halus yang tipis seperti sutera, berbentuk sarang laba-laba. Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh serangan jamur upas adalah tanaman tidak dapat berproduksi karena infeksi penyakit ini menyebabkan kematian (dieback) pada pohon.Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa jamur upas itu penyakit yang dapat mematikan tanaman kopi.
DAFTAR PUSTAKA AAK, 1988. Budidaya Tanaman Kopi. Kanisius, Yogyakarta. Ambarwati dan Harsojo Tjokrosoedarmo, 1996. JAMUR UPAS (Upasia salmonicolor) PADA DAUN KOPI DI PAGILARAN. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia 2(1): 40–43, September 1996. .Anonim. 2008. http://kuniaorganic.blogspot.com/2008/11/hama-dan-insektisidamikroba.html Diakses pada tanggal 21-02-2011. Anonim.2014 http://Indoagraris.Wordpress.com/) Jenis pupuk organik Berdasarkan Asal Bahannya .Diakses pada tanggal 14 April 2014. Anonim. 2015. Produksi kopi di Indonesia. https://id.wikipedia.org/wiki/ Produksi_kopi_di_Indonesia. Diakses pada tanggal 14 Agustus 2015 Hohn dan Litsch, 1907, Corticium Subcoronatum, Departemen de Entomologi, Fitopatologia e Zoologia. AgriculturUniversity, De Sao Paolo, Brazil. Hartono, 2013. Produksi Kopi Nusantara Ketiga Terbesar Di Dunia. http://www.kemenperin.go.id/artikel/6611/Produksi-Kopi-Nusantara-KetigaTerbesar-Di-Dunia. Diakses pada tanggal 14 Agustus 2015. Semangun, 2000. Penyakit- Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. UGM Press. Yogyakarta. V Endriyati - 2010 Uji Efektifitas Chitosan Untuk Mengendalikan Penyakit JamurUpas ( Upasia salmonicolor (B. et Br.) Tjokr,.) Pada Tanaman Karet ( Hevea brasiliensis Muell. Arg.) “ dengan komisi pembimbing Bapak Ir. Mukhtar. Wachjar, A. 1984. Pengantar Budidaya Kopi. Jurusan Agronomi. Fakultas Agronomi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. PPKKI (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia), 2006. Pedoman Teknis Budi Daya Tanaman Kopi.Indonesia Coffee and Cacao Research Institut Jember, Jawa Timur