asiatech-integrasi.com
april 2016 - EDISI xiII
Eka Desnita,
Berkarya dengan Penuh Dedikasi Dr. Aisah Dahlan
Ituk Herarindri
Mimpi Tentang Smile Airport Khoe Ribka
Keseimbangan antara Bisnis dan Kemanusiaan Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, MPd
(Ketua Umum Kowani)
Janji Giwo pada Tuhan di Kala Sakit
Sang Pembebas Para Pecandu Narkoba
Peni Rahayu
Srikandi Bidang Teknologi Informasi
Dr. Hj. B.R.A Mooryati Soedibyo
Menerobos Tradisi Keraton, Menginspirasi Kaum Perempuan APRIL 2016
1
2
APRIL 2016
APRIL 2016
3
INSIDE A P R I L 2016
10
INTERVIEW
Dr. Hj. B.R.A Mooryati Soedibyo Menerobos Tradisi Keraton, Menginspirasi Kaum Perempuan
20
INTERVIEW
Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, MPd (Ketua Umum Kowani) Janji Giwo pada Tuhan di Kala Sakit
28
INTERVIEW
34
INTERVIEW
ITUK HERARINDRI Mimpi Tentang Smile Airport
40
figure
Eka Desnita Berkarya dengan Penuh Dedikasi
46
figure
Khoe Ribka
Peni Rahayu
Keseimbangan antara Bisnis dan Kemanusiaan
Srikandi Bidang Teknologi Informasi
4
APRIL 2016
54
innovation
Kesetaraan oleh: H. Jerry Tomasoa, SH, MBA (Groups Marketing Director)
58
66
INTERVIEW
Maya Miranda Ambarsari Ibu Rumah Tangga yang Sukses Jadi Pengusaha
INTERVIEW
Dr. Aisah Dahlan Sang Pembebas Para Pecandu Narkoba
75
parade outing
Outing and Capacity Building PT Asiatech Integrasi 2016
APRIL 2016
5
Editor Note
Surat dari Brawijaya Sidang Pembaca Yang Budiman,
Kesetaraan gender, adalah suatu kondisi dimana semua manusia (baik lakilaki maupun perempuan) bebas mengembangkan kemampuan personal mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa dibatasi oleh stereotype.
Bangsa Indonesia telah berupaya menciptakan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera tanpa adanya: kesenjangan gender. Berbagai cara telah dilakukan pemerintah untuk mengurangi kesenjangan gender dalam masyarakat. Perempuan dan laki-laki sebagai warga dan masyarakat mendapat hak yang sama atas akses, manfaat, partisipasi dan kontrol dalam pembangunan. Kesetaraan gender, adalah suatu kondisi dimana semua manusia (baik laki-laki maupun perempuan) bebas mengembangkan kemampuan personal mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa dibatasi oleh stereotype. Bidang Teknologi Informasi harus diakui masih menjadi domain atau ranah laki-laki. Tapi, di beberapa contoh di perkotaan menunjukkan bahwa banyak perempuan yang telah sukses. Bahkan, bagi perempuan yang bekerja dari rumah, teknologi sangat bermanfaat dengan TIK (telpon, internet, komputer). Salah satu talenta yang dimiliki perempuan adalah kemampuannya membangun jaringan dan komunikasi. Perempuan dikenal memiliki kepribadian yang luwes. Ia pintar membentuk komunitas, mulai dari kegiatan sosial, arisan, sampai urusan hobi. Dalam era teknologi informasi yang kian maju, para perempuan pun tak mau ketinggalan untuk memanfaatkannya .Istilah Teknologi Informasi yang lebih merujuk pada teknologi, digunakan dalam menyampaikan, maupun mengolah informasi. TI secara lebih mudah dipahami sebagai pengolahan informasi yang berbasis pada teknologi komputer. Seringkali TI merupakan bagian dari kegiatan bisnis atau usaha. Pada intinya istilah Teknologi Informasi adalah teknologi yang memanfaatkan komputer sebagai perangkat utama mengolah data menjadi informasi yang bermanfaat. Dunia teknologi tak lagi didominasi kaum Adam. Dengan pemberdayaan perempuan serta ditampilkannya gaya hidup perempuan pembawa inspirasi. Semoga para perempuan yang ditampilkan pada edisi Majalah Asiatech bulan April ini, bisa menjadi referensi kita. Sampai Jumpa Edisi Depan. Salam
Pemimpin Redaksi Mirawati Basri
6
APRIL 2016
APRIL 2016
7
Advisor H. Ir. Dibyo Rahardjo, MA H. Ir Nur Darodjat, MM Syamsul Munir
E d i s i X i i I A P R I L 2 0 1 6 • V o l u m e Iv
Commissary H. Jerry Tomasoa, SH, MBA Chief Editor Hj. Mirawati Basri Executive Advisor Hj. Poppy Amalya, M.psi, psi, M.NLP. Vivi Roviana, S.I. Kom Media Coach S.S Budi Rahardjo Managing Editor Daryati Rahmania Oktaviana Special Editor Alexander Rasyid Hallatu Nurul L Irfan Farida Hendro Gunawan Reporter Slamet Widodo Photographer Yul Adrianyah
asiatech-integrasi.com
Creative Designer Teguh Siswanto
april 2016 - EDiSi xiii
Distributor PT. ASIATECH INTEGRASI Eka Desnita,
Account Manager Tony Hendrasakti
berKarya dengan penuh dediKasi Dr. Aisah Dahlan
sang peMbebas para pecandu narKoba
Ituk Herarindri
MiMpi TenTang sMile airporT
Peni Rahayu
Khoe Ribka
KeseiMbangan anTara bisnis dan KeManusiaan Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, MPd
(Ketua Umum Kowani)
JanJi giwo pada Tuhan di Kala saKiT
sriKandi bidang TeKnologi inforMasi
Dr. Hj. B.R.A Mooryati Soedibyo
Menerobos Tradisi KeraTon, Menginspirasi KauM pereMpuan APRIL 2016
ASIATECH EDISI - APRIL final oke 18.indd 1
8
1
18/04/2016 13:54:33
APRIL 2016
Legal Consultant Husdi Herman, S.H., MM (Husdi Herman & Associates) Account BCA 5660-359-313 Danamon 2395-1452 Address Jl. Brawijaya III No. 87 Kebayoran Baru Jakarta 12160 – Indonesia Phone : +62-21-727 99194 Fax : +62-21-727 99195 www.asiatech-magazine.com
APRIL 2016
9
intervie w
Dr. Hj. B.R.A Mooryati Soedibyo
Menerobos Tradisi Keraton, Menginspirasi Kaum Perempuan 10
APRIL 2016
intervie w
APRIL 2016
11
intervie w
P ait an e w on g akra m i . . . Du d u b o n do du du ru p o. . . N amu n g ati p ai tan e. . . L u p u t p is an , ke n o p i s an . . . Yen gamp an g , l u w i h g a m p an g . . . Yen an gel, kal an g ku n g an g el . . Tan k en o ti n am b ak arto. . .
L
antunan tembang Jawa di atas cukup menyejukkan suasana siang itu, saat Tim Asiatech mewawancarai Dr. Hj. B.R.A Mooryati Soedibyo, di kediamannya di Menteng, Jakarta Pusat. Meski usianya sudah 88 tahun, namun suara lembutnya masih nyaring dan merdu. Dengan sepak terjangnya, siapa yang tak kenal dengan Mooryati Soedibyo. Pengusaha, pakar jamu sekaligus doktor dan pejuang kesetaraan gender, adalah beberapa atribut yang disandangkan padanya. Ketika masih usia muda, Mooryati Soedibyo “turun gunung” dari kehidupan Keraton Surakarta untuk mengabdi pada suami dan keluarga di luar Keraton. Sebagai salah satu cucu Sri Susuhunan Pakoeboewono X, Mooryati yang lahir di Surakarta, 5 Januari 1928 ini, dibesarkan dengan tradisi Keraton Surakarta yang kental. Ia mendapat pendidikan secara tradisional yang menekankan pada tata krama, seni tari klasik, kerawitan, membatik, ngadi saliro ngadi busono, mengenal tumbuh-tumbuhan berkhasiat, meramu jamu dan kosmetika tradisional dari bahan alami, bahasa dan sastra Jawa, tembang dengan langgam mocopat, aksara Jawa kuno dan bidang seni lainnya. Tentu di luar tembok keraton hal-hal tersebut sangat bermanfaat. Manusia memang dipengaruhi masa kecil, lingkungan sekitar dan keluarga. Sejak kecil, Mooryati Soedibyo atau akrab disapa Bu Moor ini memang sudah tinggal di istana. Sehingga sangat lekat sekali didikan ningrat atau ala keraton, termasuk mengenal tumbuh-tumbuhan alam yang berkhasiat sebagai obat dan kosmetik. Sebagai contoh, jika batuk Bu Moor lebih suka
12
APRIL 2016
mengonsumsi kencur dengan sedikit garam. Namun tentu itu hanya sebagai pertolongan pertama saja. Cita-cita awal Bu Moor adalah ingin menjadi diplomat. Namun, ia malah ditakdirkan hanya menjadi ibu rumah tangga dengan lima orang anak. Ia memulai bisnis jamu dan kecantikan justru pada umur 45 tahun. Awalnya ia hanya mengajak dan menganjurkan orang-orang di sekelilingnya termasuk teman-temannya untuk memakai bahan alami asli Indonesia. Namun kemudian ada orang yang memberi ide, mengapa hanya mengajak saja, mengapa tidak sekalian membuat? Akhirnya, dari situlah ia mulai menerima pesanan berbagai jamu-jamuan khas Jawa dan lama-kelamaan makin banyak yang memesan.
Foto: Yul Adrianyah
intervie w Meski warisan turun temurun , jamu yang berbahan herbal tetap harus diteliti. Karena ada banyak tumbuhan dengan beragam khasiat. Apalagi Indonesia adalah negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia. “Dengan penelitian ini, jamu harus berkembang dan terus berkembang. Mengapa begitu? Karena hidup juga berubah, jadi kita harus terus berinovasi,” ujar Bu Moor kepada Asiatech. “Mustika Ratu” adalah nama yang kemudian dipakai oleh Bu Moor sebagai brand atas jamu-jamu hasil racikannya. Nama Mustika Ratu sebenarnya bersumber dari kalimat filosofi Jawa yaitu Trahing kusumo rembesing madu, trahing sinatrio mustikaning ratu, yang artinya kira-kira adalah “The Royal Heritage”. Mustika Ratu membuat nama wanita yang tetap tampil anggun ini lantas mencuat sebagai seorang pengusaha ternama di Indonesia. Ia menjadi wanita dengan nomor urut 7 sebagai 99 wanita yang paling berpengaruh di Indonesia pada tahun 2007 versi majalah Globe Asia. Produk Mustika Ratu tak hanya beredar di Indonesia, namun juga telah diekspor ke lebih dari 20 negara, diantaranya Rusia, Belanda, Jepang, Afrika Selatan, TimurTengah, Malaysia dan Brunei juga negara-negara di benua Amerika. Produknya juga mulai beragam, mulai dari produk untuk balita, remaja, dan dewasa mulai dari kualitas super dan premium. Bu Moor menuturkan, mengembangkan bisnisnya mengalir begitu saja, secara tradisional saja. Seperti produk yang dihasilkannya, Tradisional. Saat itu ia hanya punya modal Rp 25 ribu. Tetapi memang bahan-bahan saat itu sangat murah, sehingga dengan uang Rp25 ribu saja sudah bisa dapat banyak bahan di garasi. Dari modal itu ia kemudian memperoleh keuntungan berlipat. Dari keuntungan itu ia putarkan lagi dan terus begitu sampai akhirnya bisa membuat pabrik pada tahun 1978 dan usahanya berubah menjadi PT pada tahun 1981. “Itu Amazing! Hampir tidak bisa saya percaya. Saya memulainya dari garasi rumah. Apalagi saya memulainya secara trial and error, wong memang tidak bisa dagang kok....ha ha ha,” ujarnya dengan logat Jawa. Mustika Ratu kemudian berkembang tak hanya produk jamu dan kosmetika saja, namun kemudian merambah ke bisnis spa dengan sistem franchise di luar negeri. Konsepnya Jawa, Taman Sari seperti di Yogya, dimana namanya mengacu pada nama pasanggrahan di Yogyakarta. Namun semua cara perawatannya berdasarkan tradisi Keraton Surakarta, baik perawatannya maupun jamunya yang semuanya dilayani oleh therapist-therapist Indonesia. Franchise nya sendiri sudah ada di Jepang, Kanada, Chekoslovakia, Bulgaria, Malaysia. Dimana semua bahan dan ramuannya dikirim langsung dari Indonesia. “Karena kebetulan saya juga punya sekolah kecantikan yang mengajarkan banyak ketrampilan. Saya selalu terkesan melihat bagaimana orang luar negeri begitu menghargai tradisi ini. Sementara di Indonesia sendiri justru dianggap
Foto: Yul Adrianyah
kuno. Kita sering kurang menghargai tradisi kita sendiri, padahal kebudayaan kita banyak ditiru dan diambil orang lain,” jelas Bu Moor. Tanggal 21 April, bertepatan dengan peringatan “Hari Kartini” Bu Moor meluncurkan Buku Otobiografi dirinya. Bukunya ia beri judul “Menerobos Tradisi Memasuki Dunia Baru – The Untold Story”. Buku setebal 500 halaman ini menceritakan kisah secara utuh kehidupan wanita penuh inspirasi ini dari msa kecil hingga kesuksesannya sekarang. Seperti apa kisah di balik penulisan buku ini? Apa saja pesan yang ingin disampaikan Bu Moor kepada pembacanya? Kepada Tim Asiatech (Mirawati bsri, SS Budi Raharjo, Abdul Kholis, dan fotografer Yul Ardiansyah) Mooryati Soedibyo membeberkan kisahnya. Berikut petikannya. Apa saja kegiatan Ibu saat ini? Saya sedang menulis buku tentang otobiografi saya. Bisa diceritakan apa saja yang ingin ditulis dalam buku otobiografi Ibu? Buku ini tentang life story saya. Isinya, pengalaman yang saya alama selama saya hidup, dari masa kecil hingga sekarang yang perlu saya lestarikan agar bisa dibaca anak dan cucu. Ada pembahasan tentang kesetaraan gender dalam buku ini? Saya banyak memberikan pendidikan kepada kaum APRIL 2016
13
intervie w
Foto: Yul Adrianyah
perempuan. Tetapi hubungan saya dengan laki-laki juga banyak, dengan tidak ada perbedaan gender. Karena saya juga pernah masuk ke dalam Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI di MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) pada tahun 2004-2009. Di sana, tidak ada pembedaan laki-laki dan perempuan. Apaagi saya masuk ke DPD ini kan non partisan, bukan tergabung dalam partai. Di sini banyak sekali kerjasama saya dengan laki-laki. Pun demikian dalam menjalankan usaha, saya tidak membeda-bedakan pegawai laki-laki dan perenpuan, karena pegawai saya di Mustika Ratu juga banyak yang laki-laki. Dalam menjalankan bisnis Mustika Ratu juga dipertahankan kesetaraan gender? Betul. Bahkan, agen-agen Mustika Ratu itu jarang sekali yang perempuan, tetapi umumnya laki-laki. Kami memang perlu kerjasama dengan laki-laki, karena agen-agen saya ini memiliki organisasi yang kuat untuk menjangkau ke pelosok daerah-daerah. Jadi dalam buku ini bicara soal kesetaraan gender itu bukan berarti saya melawan laki-laki. Bukan begitu. Lakilaki itu tetap harus dihormati. Lha, saya selalu ngajari bahwa perkawinan itu harus asah-asih-asuh antara suami dan istri. Soal kesetaraan gender sudah diterapkaan sejak merintis bisnis? Adakah handicap yang Ibu alami? Handicap antara laki-laki dan perempuan tidak ada. Tetapi kalau menurut tradisi atau budaya, itu memang ada pembatasannya. Sekolahnya, Pamardisiwi yang taman kanakkanan itu untuk perempuan. Sedangkan untuk laki-laki itu Kesatrian. Sementara kalau Eropeeshe Lagere School (Sekolah Belanda pada saat itu) campur. Kemudian dalam hidup, setelah mengarungi hidup ini, yang saya alami sejak kecil kan tidak bisa saya lepaskan. Karena tradisi itu kan keluarga. Bagaimana Ibu menerjemahkan tradisi yang sesungghnya? 14
APRIL 2016
Tradisi itu kan peraturan-peraturan, apa yang baik dan apa yang tidak baik dalam hidup. Tradisi itu perbaikan agar hidup kita lebih sejahtera. Nah, dalam buku Otobiografi saya itu, saya menceritakan apa yang saya alami selama ini, mulai dari sejak masih kecil, berkeluarga, berbisnis, berpolitik, hingga sampai usia lansia sekarang ini. Selain yang Ibu sampaikan tadi, apa pesan-pesan khusus yang ingin Ibu sampaikan dalam buku ini? Yang ingin saya sampaikan ya pesan yang terbaik yang pernah saya alami. Saya ingin memberikan inspirasi kepada banyak generasi muda. Maka itu, saya ingin membuat suatu cerita dalam buku ini dengan judul “Menerobos Tradisi Memasuki Dunia Baru”. Saya menerobos tradisi memasuki dunia baru. Apa saja sih yang sudah Ibu terobos dalam perjalanan hidup Ibu selama ini? Dalam buku ini saya akan menceritakan kisah saya yang mungkin orang lain belum pernah dengar atau belum pernah tahu apa sebenarnya tradisi itu? Buku ini diluncurkan pada tanggal 21 April. Saya sengaja pilih tanggal dan hari baik. Itu memang peringatan hari lahirnya Ibu Kartini. Masa Ibu Kartini itu beda dengan masa saya. Pada masa Ibu Kartini itu hidup dalam tradisi dimana dia tidak bisa bergerak, tidak bisa menerobos. Sementara tradisi pada masaku, aku masih bisa menerobos dan aku masih bisa mencari peluang. Aku masih bisa memberikan penjelasanpenjelasan, kenapa begini ...kenapa begini. Itu semua saya ceritakan dalam buku ini. Ibu kan istilahnya”menerobos”, lalu bagaimana dengan anak-anak Ibu? Apakah harapannya bisa dengan istilah yang lebih kuat, misalnya “menerjang”? (Tertawa). Benar itu, sekarang sudah menerjang... soalnya sekolahnya sudah pada di luar negeri. Kalau aku bilang ke anak-cucu saya, “Kowe wis nganggo cara Inggris, aku ora iso cara Inggris... (Kamu sudah pakai cara Inggris, saya tidak bisa cara Inggris, Bahasa Jawa) (tertawa). Cara memandang tradisi antara orang dulu dengan sekarang beda, Ibu melihatnya bagaimana dengan perbedaan ini? Kadang-kadang ada orang yang memandang bahwa tradisi itu ketinggalan zaman. Jadi, kalau dia sudah sekolahnya di luar negeri, maka memandang tradisi itu hanya sebagai kearfian lokal (the local wisdom). Kearifan lokal itu adalah pemikiran leluhur kita. Menorobos tradisi bisa diartikan meninggalkan tradisi tidak? Memang, ada yang beranggapan seperti itu bahwa menerobos tradisi itu disamakan dengan meninggalkan tradisi. Tapi bukan begitu. Filsofi Jawa tentang pelajaran tatakrama, sastra Jawa, tarian Jawa, dan semua kegiatankegiatan yang sebetulnya kegiatan yang dulu sudah dirintis oleh leluhur kita yang dianggap bagus dan baik. Tapi sekarang kan orang sekolahnya sudah maju. Bahasa Inggrisnya sudah bagus. Sehingga wong Jawa lupa Jawanya. Lha, cucu saya aja Bahasa Jawa nggak bisa. Jadi, anak
intervie w
APRIL 2016
15
intervie w saya yang lagi di Canada, anaknya dikirim ke sini selama satu tahun, biar bisa Bahasa Jawa. Di sini satu tahun, nanti kembali lagi ke Canada. Bisa Ibu ceritakan sekilas bagaimana masa kecil Ibu waktu hidup di Keraton? Dari Keraton saya umur tiga tahun. Saya ini anak Bupati dari Demak, Jawa Tengah. Itu Bupati Pesisir, bukan Bupati Keraton. Saya ini cucu dari Pakubuwono X, Ibuku putrinya Pakubuwono X. Nah, Ibuku itu dilamar Bupati pesisir. Maka
Foto: Yul Adrianyah
akhirnya ibu saya keluar dari Keraton, karena pesisir itu sudah lebih modern lantaran nurut sama aturan Belanda waktu itu. Sedangkan Keraton di sana itu masih keraton yang kecil dan sengaja diperkecil oleh Belanda. Tapi masih memiliki budaya yang kuat. Ada perbedaan gaya dalam mendidik anak antara ibu dan bapak dari Ibu? Berbeda dengan ibu saya, ayah saya lebih tegas dan keinginan untuk mau lebih kuat dan beliau ini bekerja keras. Jadi Keraton yang memagari tradisi, saya menerobos dan didukung sama Bapak saya. Bapak saya waktu itu bilang “Majulah! Jangan berhenti. Perempuan nggak kalah. Anakku harus maju” Nah, kalau ibuku kan selalu berpegang pada aturan antara laki-laki dan perempuan itu dipisah sekolahnya. Untuk sekolah perempuan pelajarannya ya yang kaitannya budaya 16
APRIL 2016
Jawa seperti nembang (menyanyi), menari tarian Jawa, dan filosofi budaya Jawa. Keberanian Ibu dalam menerobos tradisi, apa tidak ditentang orang-orang di Keraton? Iya, saya dikritik sama orang-orang Keraton. Sebab, mereka berpikir yang namanya menerobos itu diartikan meninggalkan tradisi Keraton. Saya bilang, ”Nanti dulu. Ini saya jelaskan dalam buku otobiografi saya ini.” Saya katakan, menerobos yang saya lakukan itu kan saya mencari peluang bagaimana aku kepingin sekolah. Saya itu waktu masih di Pamardiputri itu masih ikut pawiyatan keputren, yang ikut ya isinya wanita-wanita semua waktu itu. Tapi Bapak saya maunya keluar dari Keraton, biar lebih maju. Kapan tepatnya Ibu keluar dari Keraton? Aku menikah umur 24 tahun. Nah, waktu umur 25 tahun saya minta izin ke Ibu saya keluar dari keraton dan ingin sekolah, masuk univeritas. Saya juga belajar macam-macam yang bersifat umum. Tapi saya tetap nggak melupakan tradisi saya. Saya ‘nyembah’ pada orang yang lebih tua di depan orang banyak nggak malu. Buat saya, itu memang tradisi yang buat saya masih bagus. Maka itu, menerobos yang saya maksud bukan meninggalkan tatakrama dan filosofi. Itu semua saya tulis dalam buku saya ini. Masalah bobot, bibit, bebet juga dipersoalkan ketika Ibu menikah dengan orang di luar Keraton? Persoalan bobot, bibi, bebet juga saya tulis di buku ini. Tadinya, kalau sudah dewasa kan tidak boleh keluar Keraton untuk sekolah. Itu kan aturan ibu saya. Padahal, ibu saya itu sudah lebih maju dibandingkan dengan Ibu R.A Kartini. Maka itu, aku kepengin bisa lebih maju lagi. Meski demikian, aku masih ngajarkan ngadi saliro dan ngadi busono, kok. Maka itu, sekali lagi, menerobos tradisi itu bukan berarti meninggalkan tradisi. Aku pergi ke luar negeri tetap pakai busana adat Jawa, nggak pakai rok. Bahkan aku masih mempertahankan jamu dengan sumberdaya kearifan lokal yang dibuat dari tanaman asli Indonesia. Itu bukti kalau saya itu masih mempertahankan ngadi saliro, ngadi busono, dan ngadi budaya. Indonesia itu kan memiliki kekayaan sumberdaya alam yang luar biasa. Kenapa tidak dimanfaatkan. Dulu aku bisnis aja sudah nggak boleh. Dalam buku otobiografi Ibu, apa saja terobosan yang dituangkan? Terobosan saya yang pertama itu keluar dari Keraton karena ingin sekolah. Terobosan kedua, soal suami pilihan saya itu, saya milihnya nggak sesuai bobot, bibi, bebet. Kalau aturan Keraton kan bobot itu harus ada kedudukan atau orang yang memiliki jabatan. Bibit harus ada keturunan. Sedangkan bebet, itu artinya harus sudah punya materi. Terobosan ketiga, keluar Keraton, tapi tidak meninggalkan budaya kearifan lokal. Terobosan keempat, merintis bisnis. Itu semua saya terobos. Ibu sempat dimusuhi keluarga atau saudara waktu itu? Ibuku sempat marah dan nangis waktu itu. Tapi bapakku tidak masalah. Lha wong bapakku bupati Brebes, ayahnya
intervie w bupati Demak, dan adik Bapak Jepara yang merupakan ayah Ibu RA Kartini. Buat Ibu, apa yang paling berat waktu menerobos tradisi saat itu? Oh, semuanya berat. Semua berat. Hidup saya itu penuh perjuangan. Menerobos, kok. Lha wong mencari suami saja, kalau menurut tradisi Keraton itu harus orang Keraton. Tapi nyatanya suami saya orang biasa, bukan orang Keraton. Bobot bibit bebet, itu jelas kok. Ibuku saja waktu mau cari suami sudah dicarikan saudara di lingkungan Keraton. Lalu, bagaimana bapak dan ibu dari Ibu akhirnya bisa menikah? Jadi waktu Bapak saya itu mau jadian sama ibuku itu tadinya nggak diterima, karena bupati pesisir, bukan bupati Keraton. Butuh waktu dua tahun. Nah, bapakku waktu dua tahun tidak diterima, keluar Keraton lalu mencari Sekretariat Gubernur Jenderal. Setelah lewat Gubernur Jenderal ini dimasukkan ke dalam Keraton, akhirnya diterima. Itu cara bapakku untuk bisa meminang ibu saya. Jadi, meski dua tahun nggak diterima, ya begitu caranya. Nah, kalau bicara bobot itu orang yang diajak untuk berkeluarga atau hidup bersama. Orang yang bobot itu orang yang pribadinya baik, punya pengetahuan biar nantinya bisa bekerja. Bobot itu buat saya nggak usah anak pejabat atau anak bupati. Bebet artinya mandiri, bisa bekerja dan materi akan datang sendiri. Buktinya suami saya itu orang biasa. Tapi kan orangnya baik. Nggak ada yang cacat dan dikenal dari keluarga yang baik-baik. Suami Ibu dari kalangan mana? Suami saya itu anak lurah. Ini yang berat untuk saya terobos. Lha, orang Keraton kok suaminya cuma anak lurah. Berat, tapi saya terobos. Syukurnya bapakku nggak masalah dan akhirnya bisa diterima, semua saya ceritakan apa adanya. Waktu kami menikah, suami saya jadi kepala sekolah di Bandung. Dia itu orangnya baik, pinter, dan sekolahnya di Amerika dibiayai oleh pemerintah. Dia juga pernah ikut bareng Pak Harto ketika masa Agresi Belanda yang kedua tahun 1948. Soal bisnis, seberapa berat penentangan dari kalangan Keraton waktu itu? Nah itu terobosan ketiga , dulu, wanita itu kalau sudah kawin tidak boleh bisnis. Jadi. Harus ikut suami. Suami itu guru laki-laki. Guru laki-laki itu lebih tinggi. Apapun kedudukannya seorang istri, tapi kamu harus nurut. Nah, waktu suami saya mau pensiun dari Kementerian Perindustrian, tadinya juga saya harus nurut apa adanya. Waktu itu zamannya Pak Harto kan istri pegawai negeri nggak boleh bisnis. Nah, waktu itu saya pernah nulis surat permohonan izin untuk bisnis ke Pak Menteri. Syukurnya, setelah saya jelaskan bahwa bisnis yang mau saya jalani itu jamu-jamu resep Keraton, dan saya jelaskan kalau rempahrempah tidak dimanfaatkan bisa punah, akhirnya diizinkan. Itu yang akan saya kembangkan, karena yang ndoro-ndoro itu nggak ada yang bisnis. Semua produsen jamu yang ada waktu itu kan semuanya orang-orang keturunan Tionghoa.
Sementara orang Jawa-nya sendiri malah lupa dengan jamu. Aku nggak mau lupa. Siapa Menteri Perindustrian waktu itu? Waktu iu Menteri Perindustriannya itu Jenderal Ahmad Jusuf. Setelah saya jelaskan apa bisnisnya, beliau mengizinkan. Jadi, waktu itu suami saya kurang dua tahun jelang pensiun. Nah, aku akhirnya dapat surat dari Sekjen dan diperbolehkan bisnis. Berapa modal awal Ibu merintis bisnis waktu itu? Modal awal saya itu cuma Rp 25 ribu. Waktu itu aku belikan kencur, gula Jawa, cengkeh, dan kayu manis. Itu saya buat jadi jamu, itu orang-orang desa pada minum. Nah, aku kembangkan jamu ini untuk diminum para ndoro, temantemanku di Kementerian Perindustrian. Kebetulan saya dipilih sama ibu menteri. Orangnya itu baik banget. Saya ini istri pegawai negeri biasa, tapi dipercaya sama ibu menteri untuk ngajari ngadi saliro ngadi busono. Tapi waktu itu busananya masih sederhana sekali, belum seperti sekarang. Tapi mereka di kementerian Perindustrian mau memulai. Awal memulai usahanya itu waktu usia Ibu berapa tahun? Waktu itu umur saya sudah 45 tahun, soalnya nunggu suami saya pensiun. Sudah tua. Padahal soal bisnis, aku itu kan nggak sekolah bisnis. Pokoknya jalan aja. Tapi aku harus
Foto: Yul Adrianyah
bisnis, bagaimana aku bisa jualan. Aku jualan jamu beras kencur itu botolan. Orang lain juga sama waktu itu jualnya botolan. Siapa pembeli yang Ibu bidik waktu awal-awal? Aku jualnya ke teman-teman. Aku jual di arisan. Kebetulan waktu itu aku wakil ketua RT (Rukun Tetangga). Lingkungan RT ini aku tawari jamu buatanku. Pegawaiku waktu itu cuma dua orang wanita. Terus aku tambah tiga orang laki-laki yang pakai sepeda untuk jual beras kencur. Aku mulai bisnis itu dari garasi. Selain Ibu, saudara Ibu juga ada yang berbisnis? APRIL 2016
17
intervie w Sampai sekarang nggak ada saudaraku yang bisnis kayak aku ini. Lha, mereka masih di lingkungan Keraton. Karena memang nggak boleh, dan sampai sekarang nggak ada yang berani menerobos seperti aku ini. Ibu dikenal sebagai tokoh inspirasi bagi kalangan perempuan. Apa komentar Ibu? Inspirasi dalam hal bisnis iya, tapi kalau dalam hal perkawinan nggak. Soal perjalanan bisnis dari nol hingga sekarang, Ibu ceritakan juga dalam buku otobiografi? Wah, saya ceritakan komplit. Saya bikin 500 halaman, lengkap dengan foto-fotonya. Di era sekarang Ibu sebagai lansia, apakah masih mengikuti juga perkembangan teknologi? Harus. Kita nggak bisa mengubah kemajuan. Kemajuan zaman itu berubah dengan sendiri, dimana mau nggak mau
Foto: Yul Adrianyah
kita harus mengikuti. Kalau kita nggak mau, nanti ketinggalan. Selama berbisnis pernah mengalami kegagalan? Kegagalan itu pernah dialami, pada waktu Pak Harto (Presiden Soeharto) mau lengser. Bisnis saya pernah rugi. Apa-apa mahal, penjualan bisnis saya turun. Penyababnya, daya beli masyarakat menurun. Yang ada waktu itu cuma orang demo dan protes, nggak ada orang dandan dan orang minum jamu mulai berkurang. Lha, yang tadinya suka minum jamu buatan saya (Mustika 18
APRIL 2016
Ratu) pada pindah ke saingan-saingan saya yang harganya lebih murah. Aku susah banget karena kehilangan pembeli. Makanya penjualan jadi turun. Turun berarti nggak ada untung. Saya ngalami ini selama dua tahun. Bagaimana cara Ibu bangkit dari dari kerugian waktu itu? Buat saya, yang penting masih jualan. Masih jualan berarti saya masih bisa bayar pegawai, dan saya nggak usah untung dulu. yang penting saya penuhi tanggung jawab dulu membayar karyawan, dan nggak boleh berhenti bisnis. Nah, waktu itu saya harus bikin produk baru. Sementara, produk yang tadinya 200 diturunkan jadi 100, sehingga harganya murah. Akhirnya, loyal customer Mustika Ratu yang tadinya ke produk lain yang murah, mereka kembali lagi beli ke saya. Strategi itu Ibu dapatkan dari sekolah bisnis? Nggak, saya ini main feeling aja. Lha, sekolah bisnisnya S3 baru kemarin-kemarin, kok. Saya ini nggak punya bakat, tapi kalau punya tekad itu harus jalan. Ini kebiasaan bapakku. Beliau itu, kalau sudah punya tekad, jalan aja. Maka itu, biarkan harganya murah, yang penting bisnis tetap jalan dan customer jangan sampai hilang. Lha, dulu aku itu promosinya rekoso (susah payah). Dalam menjalankan bisnis, apa dulu Ibu juga persiapkan bahwa nantinya harus memasuki era digital dan dunia komputer? Kalau saya dulu kan promosinya nggak pakai komputer. Nah, saya bilang ke anak saya (Putri K Wardani, CEO PT Mustika Ratu Tbk.) yang meneruskan bisnis saya, dia bilang ke saya “kalau dulu Ibu gampang, tinggal telepon saja. Sekarang dengan teknologi yang lebih maju, promosi dalam waktu singkat bisa tersebar kemana-mana. Sainganya juga banyak sekali. Saingannya lebih daripada sekadar komputer. Produk-produk dari luar negeri sudah banyak yang masuk ke Indonesia”. Coba bayangkan, sekarang orang tanpa punya produk pun sudah bisa bisnis, mereka pakai produk orang lain. Mereka bisa dapat duit dari bisnis online, nggak usah ada tenaga kerja yang banyak bisa jalan. Kalau dulu saya kan harus bayar pegawai banyak. Sekarang nggak usah punya pabrik, nggak usah punya pegawai banyak, bisa bisnis dan dapat uang banyak. Strategi apalagi yang Ibu lakukan untuk mengembangkan bisnis Mustika Ratu? Kalau aku caranya begini, kalau nggak punya duit, aku lakukan go public saja. Sekarang Mustika Ratu sudah go public dan jadi perusahaan Tbk. Selain itu, kalau dulu saya lebih banyak mengandalkan salon-salon kecantikan, sekarang saya ganti dengan membuka jaringan agen-agen yang memiliki mobil. Dengan begitu, produk saya bisa menjangkau ke seluruh pelosok. Para agen itu independen? Mereka kontrak aja sama Mustika Ratu. Nah, yang muridmurid saya yang salon juga saya kasih insentif yang sama dengan agen, karena mereka juga berjasa. Selain itu, saya
intervie w juga mengembangkan produk lain, seperti minuman dan makanan. Soalnya, kalau hanya produk Mustika Ratu aja, bisa macet bisnis aku. Sekarang aku juga memiiki distributor sendiri untuk mendistribusikan produk-produk bisnisku. Aku sudah punya jaringan di setiap provinsi. Mereka, melalui tim salesman-nya bisa menjangkau ke seluruh pelosok. Dulu ketika mengawali bisnis ini sempat ada kendala dari suami? Ya, yang namanya kendala, setuju dan tidak setuju itu biasa. Itu dinamika hidup. Dulu dari tahun 1973-1978 saya kumpulkan uang sampai akhirnya bisa beli tanah 1 Foto bersama tim redaksi Asiatech. hektare di Ciracas, Jakarta Timur, yang sekarang jadi pabrik Mustika Ratu. Waktu itu, aku hanya beli 1 untuk masuk di DPD RI . hektare aja, padahal duitku waktu itu masih sisa. Jadi, saya non partai. Nah, saat bersamaan, saya daftar Dulu kan tanah masih murah. Kalau tahu sekarang harga S3 di UNS ternyata diterima juga. Itulah anak saya marah. tanah mahalnya bukan main, aku belikan tanah semua duitku Maunya saya milih salah satu saja. Aku lulus S3 umurku (tertawa). Tapi memang waktu itu aku belum kepikir mau sudah 78 tahun. Dan saya nggak pernah mbolos kuliah. Jadi, bikin pabrik. Nah, tahun 1981 bangun pabrik itu aku bangun kuliahnya hanya Sabtu – Minggu. Kan di DPD sabu libur, jadi dengan utang bank Rp 100 juta. Ini baru pertama kali aku aku bisa kuliah. utang bank. Sebelumnya nggak berani. Selama aktif dua-duanya, msih ada waktu untuk Waktu itu Ibu sudah memikirkan manjemen menghadiri acara lainnya? profesioanl seperti sekarang, misalnya merekrut pegawai Pokoknya selama aku kuliah S3 dan aktif di MPR, nggak profesional atau kerjasama dengan pihak lain? pernah hadiri undangan-undangan pernikahan. Lha, lagi Kalau dulu aku prinsipnya “alon-alon asal klakon” (pelankuliah kok. Sampai-sampai aku pernah mikir, wah nanti pelan, yang penting terlaksana, Bahasa Jawa). Dulu aku kalau aku mantu..bisa-bisa nggak ada yang mau datang nih. mikirnya begini, kalau aku rekrut orang pinter, atau kerjasama (tertawa) dengan pihak lain yang punya duit banya, terus ngurusin duit Waktu itu, apa sebenarnya motivasi Ibu masuk ke banyak juga, takutnya malah aku yang ‘dimakan’. (tertawa) DPD? Apa karena ingin berpolitik? Sebelum melimpahkan bisnis ke anak, apa saja yang Aku ini kan DPD di MPR, bukan di Parlemen. Jadi nggak dulu Ibu persiapkan? ada politik. Nah, aku ingin berbuat sesuatu untuk Bangsa ini. Aku melakukan riset tentang bisnis keluarga. Sebab, yang Selama ini kan aku cuma bisnis. namanya bisnis keluarga itu kan lemah, kalau tidak ditangani Di tengah kesibukan Ibu sebagai pebisnis dan dengan baik. Aku nggak mau begitu. Aku lakukan penelitian kegiatan lainnya, bagaimana mengimbangi waktu sampai ke luar negeri, agar tahun bagaimana persiapan yang dengan suami? baik untuk melimpahkan bisnis ke anak. Suami aku kan juga sibuk. Dinas ke sana, dinas ke sini. Soal melanjutkan kuliah. Ketika Ibu melanjutkan Tapi tetap ketemu meskipun sama-sama sibuk. Biasanya kami S3, waktu itu juga mengikuti pemilihan angota DPD. sering makan bareng, kalaupun sama–sama sibuk. Dia juga Bagaimana reaksi anak-anak Ibu saat itu? memahami kesibukan saya. Betul itu. Anak saya ada yang marah, karena saya sudah Soal kebiasaan, dulu Ibu suka ngunyah kencur. Apa sepuh. Anak saya minta saya untuk memilih salah satu saja, sekarang masih? jadi anggota DPD atau sekolah S3. Biar nggak kecapean. Masih terus. Masih ngunyah kencur mentah. Dari dulu Saya pilih dua-duanya. Kebetulan tahun 2002 aku itu lulus S2 sampai sekarang masih dibawa-bawa. Kencur mentah Bahasa Inggris di Universitas Sebelas Maret Solo (UNS). Tahun dipotong-potong, di masukan ke tas kalau pergi ke mana2004, aku ikut pemilihan dan mendapat suara terbanyak mana, terus dikunyah. u *** APRIL 2016
19
doc. pribadi
20
APRIL 2016
intervie w
Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, MPd (Ketua Umum Kowani)
Janji Giwo pada Tuhan di Kala Sakit
S
emasa masih belia, ia sering diajak orangtuanya memberikan bantuan kepada orang-orang miskin yang tinggal di pinggiran rel kereta api di sekitar Jakarta. Hatinya trenyuh menyaksikan kehidupan warga yang hidup di sana. Sejak itu, hatinya tergerak dan ia tak ingin hidup miskin seperti mereka. Maka, sejak lulus kuliah, bersama teman-temannya ia merintis bisnis di bidang properti, mengerjakan proyek-proyek pembuatan landscape, taman kota. Beberpa proyek pembuatan taman di kawasan Jakarta ia kerjakan. Tak kenal lelah, siang hingga malam hari. Bahkan, wanita ini sendiri yang membawa berbagai material pembuatan taman kota dengan mobil bak terbuka. Bukan pekerjaan mudah bagi seorang perempuan. Namun, bagi wanita ini, ia harus melakukannya demi karirnya ke depan. Semangat kerja boleh saja setinggi gedung pencakar langit. Uang yang didapat dari hasil kerja itu pun cukup membuat “gendut” rekening. Namun, kemampuan fisik juga memiliki keterbatasan. Ia pun jatuh sakit. Tak tanggung-tanggung, wanita berparas cantik dan tinggi semampai ini divonis oleh dokter terkena penyakit liver. Mau tak mau ia harus dirawat di rumah sakit dalam waktu cukup lama. Masa recovery fisiknya pun butuh waktu hingga setahun. Ia harus istirahat total. Wanita bermata indah ini sempat menyerahkan seluruh rekening dan semuanya pada keluarga. Ia tak tahu apa yang bakal terjadi pada dirinya, selanjutnya.
Sepertinya ada kepasrahan yang mendalam. Di saat itulah ia merenung hingga akhirnya mengucapkan janji pada Tuhan Yang Maha Kuasa. Ia berjanji, setelah sembuh nanti, separuh dari apa yang dihasilkan dari bisnisnya akan digunakan untuk kepentingan orang banyak. Dan organiasasi non profit adalah salah satu jalannya untuk dia berbagi dengan sesama. Tuhan Maha Mendengar janji hamba-Nya. Setelah sembuh, wanita ini pun menunaikan “janjinya” itu dengan aktif di berbagai organisasi yang banyak membutuhkan donasi. Itulah sepenggal kisah perjalana hidup Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, MPd, Ketua Umum Kowani, periode 2014 - 2019. Di kalangan pengusaha properti, nama wanita kelahiran Bandung, 8 Mei 1962 ini sudah tak asing lagi. Giwo, begitu ia bisa dipanggil, tergolong pengusaha properti sukses di Tanah Air. Di bawah bendera PT Bumisatu Group. Sejak didirikan, grup perusahaan properti yang membangun banyak proyek ini berkembang pesat. Di tengah kesibukannya sebagai pengusaha, pemilik nama asli Sri Wuryaningsih dari pasangan H. R. Wirjatmo dan Hj. Tahjaningsih ini masih menyempatkan diri aktif di berbagai organisasi kewanitaan. Salah satu harapannya adalah membantu agar kaum wabnita Indonesia agar lebih maju dan sejahtera. Seperti apa sepak terjang peraih penghargaan “Pengusaha Wanita Teladan IWAPI 1997” ini? Gebrakan apa saja yang dilakukan selama memimpin Kowani? Di ruang kerjanya di Gedung Kowani, Menteng, Jakarta pusat, kepada Tim Asiatech, Giwo menuturkan banyak hal. Berikut petikannya Apa kesibukan Anda saat ini di Kowani? Kesibukan saya selain sebagai ibu rumah tangga , pengusaha dan sebagai organisatoris. Baru saja sebelum wawancara ini kami membahas tentang RUU Pekerja Rumah Tangga. Hari ini kami juga baru saja rapat tentang rencana pembuatan buku Kowani 88 Tahun. Selain itu, kami juga sedang persiapan akan ke Kalimantan Tengah, dalam rangka kerjsama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan kehutanan serta UNDP (United Nations DevelDok. Pribadi opment Programme) untuk urusan peremAPRIL 2016
21
intervie w puan sahabat pengendalian perubahan iklim dan sekaligus penanaman pohon. Jadi, dalam satu hari ini kami rencankan untuk kegiatan satu minggu ke depan. Untuk membiayai kegiatan yang begitu padat, Kowani anggarannya dari mana? Kalau dulu kan Kowani masih dapat bantuan dana khusus dari President sebesar 25 juta /bulan melalui sekneg dari masa Presiden pertama sampai masa Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono. Sedangkan pada masa kepresidenan Bapak Joko Widodo, bantuan tsb belum terrealisasi sampai sekarang. Padahal menurut AD/ART Kowani disebutkan bahwa Presiden RI merupakan Pelindung Kowani sejak dari Negara ini merdeka karena Kowani berdiri sebelum Indonesia merdeka Jadi mulai sekarang dana operasionalnya dari mana? Ya, sekarang pinter-pinternya pengurus Kowani saja, dengan cara bermitra dengan pihak swasta dan dari hasil yayasan. Kegiatan kami hampir setiap hari, tapi alhamdulillah, kami bisa terus berkiprah. Bahkan, kegiatan kami makin hari makin banyak dalam hal peningkatan pemberdyaan perempuan, walaupun tidak ada lagi dana yang didukung dari pemerintah. Akhirnya, kami juga harus cari dana CSR.(corporate social responsibility) Jadi, bisa dibilang Kowani sudah hampir sama dengan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), ya? Ya. Kami independen. Dan, dari dulu kami juga memang independen. Dan sekarang memang kami harus kerja dan kerja untuk bisa menghidupi Kowani. Kalau begitu, apa tidak sebaiknya nama Kowani diganti saja, misalnya “Kowani Perjuangan”? Kowani Perjuangan...ha ha ha ha ha... Jadi, Kowani di era sekarang sudah beda dengan Kowani era dulu? Kalau Kowani di era dulu kan, perjuangannya menghadapi penjajah Belanda untuk mencapai Kemerdekaan. Karena kan Kowani dibentuk pada tahun 1928, ketika itu diawali dengan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober. Waktu itu semua perempuan-perempuan Indonesia dari seluruh suku di Indonesia maunya bersatu, ingin ada satu wadah perempuan untuk membantu Pemerintah untuk melawan penjajah. Ada kisah perjuangan yang menarik waktu itu. Neneknya Pak Anis Baswedan (Menteri Pendidikan) dan beberapa perempuan lain mau ke Jogja dengan kereta api. Belanda mengetahui rencana ini, kemudian melarang kereta api jalan dan tidak mau mengangkut ibu-ibu yang akan pergi ke Jogja. Karena dilarang, akhirnya ibu-ibu itu demonstrasi dengan tidur di bantalan rel kereta api. Belanda akhirnya kewalahan, karena transportasi orang Belnda pun waktu itu jadi terganggu. Akhirnya, para ibu ini diperbolehkan naik kereta ke Jogja. Dan 22
APRIL 2016
terjadilah Kongres Pertama Wanita pda tanggal 22 Desember 1928. Sekarang tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu. Tapi peringatan Hari Ibu sekarng arahnya bukan ke perjuangan yang Anda ceritakan? Masyarakat sekarang tahunya, Hari Ibu itu ya sekadar Hari Ibu. Padahal, hari itu adalah hari perjuangan dan pergerakan kaum perempuan dalam membantu Pemerintah melawan penjajah Belanda, untuk melawan kebodohan, untuk meingkatkan kualitas hidup melalui pendidikan, kesehatan, dan lainnya. Sekarang perjuangan seperti apa yang dilakukan Kowani? Banyak yang harus diperjuangkan oleh Kowani diantaranya Sekarang kami terus berjuang untuk melawan kekerasan terhadap perempuan dan bagaimana bisa meningkatkan kualitas hidup kaum perempuan melalui pilar pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik, Lingkungan Hidup. Contohnya, sekarang kami sedang memperjuanglan Rancangan Undang-undang (RUU) Pekerja Rumah Tangga (PRT) dan peruangan Rancangan keadilan dan kesetaraan gender serta RUU anti kekerasan seksual Ini kaitannya dengan PRT yang ada di luar negeri atau dalam negeri? Yang ada di dalam negeri. Kita ini bukan pengguna PRT, tetapi dengan adanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), asing makin banyak yang menggunakan PRT kita. Ternyata, majikan asal Korea hanya membayar Rp 500 ribu, PRT kita bekerja selama 24 jam, tidak boleh duduk dan harus terus berdiri. Itulah Foto: Yul Adrianyah yang akan kita terus perjuangkan hak-haknya. Jadi, jangan sampai orang asing semena-mena dengan pekerja kita di Negara sendiri. Kalau Anda sendiri mengenal Kowani sejak kapan? Sejak saya kecil, Ibu saya kebetulan Bhayangkari (istri polisi ) . Bhayangkari sendiri merupakan salah satu anggota organisasi Kowani. Jadi sejak kecil saya sudah tahu Kowani. Duluwaktu sy msh kecil saya melihatnya, Kowani itu organisasi yang “serem” sangat tinggi dan berkelas, wadahnya tokoh-tokoh perempuan profesional Kapan tepatnya Anda bergabung dengan Kowani? Saya masuk pada tahun 1999, sebagai Ketua Bidang Ekonomi, Koperasi dan Ketenagakerjaan. Dulu tiga bidang ini disatukan. Masuk di sini atas nama Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI), sebagai pengusaha propert. tapi sejak tahun 2004 s/d sekarang saya mewakili Organisasi Gerakan Wanita Sejahtera (GWS) sebagai ketua umum, saya mengajukan diri untuk pemilihan salah satu Ketua Kowani, dan terpilih. Di Kowani ini kan ada enam ketua. Dan, pada periode lalu saya mengajukan diri sebagai calon
intervie w ketua umum, dan terpilih dengan jumlah suara 82% suara. Waktu itu ada tiga calon ketua umum, salah satunya Ibu Dewi Motik. Di Kowani itu anggotanya terdiri dari 86 organiasasi kewanitaan. Jadi, untuk dipilih jadi Ketua Umum, juga harus melalui proses pemilihan yang demokratis ,terbuka dan akutable sperti mau masuk jadi anggota dewan ttapi yang memilih adalah pimpinan orgnisasi wanita di tingkat pusat. Implementasi perjuangan Kowani contoh riil yang sekarang apa sih? Pernah, kami membawa pulang tenaga kerja Indonesia yang mau dihukum pancung di Arab Saudi. Kami juga membuat pelatihan-pelatihan kewirausahaan, kursus-kursus, seperti achievement motivation training sampai pelatihan pembuatan proposal. Kami juga membuat Kowani Fair, sampai saat ini masih terus ada. Apa kelebihan yang Anda miliki, sehingga bisa terpilih dengan suara 82%? Mungkin begini, bergabung di Kowani ini kan pekerjaan sosial. Jadi apa yang kita lakukan di sini adalah untuk amal ibadah. Saya mikir-nya ke situ saja, jadi nggak ada pemikiran lain yg penting kita krja ikhlas tetapi tetap professional sebagai organisatoris. Anggotanya Kowani yang mencapai 52jt orang diseluruh Indonesia, mungkin melihatnya seperti itu. Jadi, bagaimana pun saya sudah jadi ketua umum, maka harus all out, baik tenaga, pikiran, bahkan uang juga. Apa visi dan misi yang Anda usung ketika mencalonkan diri sebagai Ketua Umum Kowani waktu itu? Visi misinya ya kami memimpikan kaum wanita Indonesia, menjadi wanita Indonesia yang berkualitas, berdediksi, bermoral, beretika, memiliki skill, menjadi perempuan yang mandiri, bermartabat, dan perempuan Indonesia yang memiliki visioner. Selain itu, memiliki pandangan jauh ke depan. Contohnya, kita memiliki satu keluarga. Seorang ibu rumah tangga bisanya menginginkan anaknya menjadi anak yang berguna, menjadi anak yang mandiri. Kalau contoh wanita yang visioner itu seperti apa? Kita sebagai istri, tidak mengharapkan dari penghasilan dari satu income (penghasilan) dari suami. Tetapi mengharapkan adanya double income, untuk anak- anak kita bisa menjadi lebh baik, sekolahnya juga lebih baik dan bekualitas. Selain itu juga harus memikirkan masa depan anak, dari sisi agama, moral. Tidak sekadar anak lulus jadi sarjana, tapi anak harus memiliki basic yang kuat. Menjadi perempuan yang visioner itu tidak dengan meninggalkan kodratinya sebagai wanita dan mmpunyai pandangan maju dan jauh kedepan Apa saja kodrati yang dimaksud? Kodrati wanita itu antara lain, menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui. Itu kodrati wanita yang tidak bisa dijalankan oleh laki-laki. Tapi kalau ada yang bilang bahwa perempuan itu harus ke sumur, dapur, dan kasur. Itu bukan kodrati, tapi itu peran yang bisa dilakukan oleh laki-laki. Itu sudah salah kaprah. Dan cita-cita saya memang seperti itu untuk menghilangkan stigma yang negatif tentang perempuan. Misalnya? Misalnya, ada seorang kyai ceramah di forum tingkat na-
Foto: Yul Adrianyah
sional begini, kalau perempuan itu harus ke dapur, ke sumur, dan harus ke kasur. Kalau tidak menjalankan kodratinya yang ini, katanya, laki-lakinya akan kabur. Itu kan sudah salah kaprah. Anda menentang hal itu? Loh, iya, kami tentang. Kami ini bukan ke arah yang fenimisme, bukan ke arah perempuan jadi jagoan. Yang kami mau itu,perempuan perannya lebih dari yang sementara ini kami dengar. Perempuan harus punya peranan penting dalam pembangunan ini. Saya pernah sampaikan di forum internasional di Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa Newyork bulan Maret lalu, bahwa dengan semakin baiknya persamaan hak gender, maka makin baik ekonominya (Better Equality equals Better Economy) . Pembangunan yang utama adalah pembangunan SDM. Kalau negara memperlakukan baik perempuan dengan persamaan gender, maka pembangunan negara tersebut akan bertambah maju. Lalu peran organiasai dalam hal ini, seperti apa? Peran organisasi itu memfasilitasi agar perempuan-perempuan ini akan semakin lebih maju. Pertama, yang tidak memiliki usaha jadi punya usaha. Yang sudah punya usaha, usahanya jadi lebih maju lagi. Yang masih usaha kecil, bisa jadi usaha kelas menengah., dan seterusnya. Nah, Kowani sudah memfailitasi dengan membuat pelatihan kewirausahaan dan pelatihanpelatihan lain yang bersifat memotivasi kaum perempuan untuk mampu berbuat sesuatu. Sebelumnya, kondisi para perempuan Indonesia itu seperti apa di mata Kowani? Perempuan Ind dimata Kowani sudah lbh baik di bidang APRIL 2016
23
intervie w pendidikan, ekonomi, politik seperti : kita lbh maju drpd amrika krn kita sdh pernah punya presiden perempuan, kemudian pada Kabinet Kerja presiden Joko widodo ada 7 mentri perempuan Kowani serig mengadakan pelatihan-pelatihan seperti AMT (achivment Motivation Program) yang dilanjutkan dngan kewirausahaan pembuatan proposal unt pengajuan kredit ke bank. Sebelum mengadakan pelatihan ini sekitar 70% perempuan yg mengikuti ya sudah begini saja. Pasrah. Tidak ada percaya diri. Tidak ada keinginan untuk maju. Jadi, tantangan dan hambatan untuk maju adalah kurang percaya diri dan kurang berani, serta setiap tantangan dia terima saja. Kenapa? Karena masalah budaya. Maka itu, kami adakan pelatihan untuk mereka, salah satunya membuat proposal. Bagaimana bisa membuat usaha, kalau bikin proposal untuk pengajuan permodalan ke bank saja tidak bisa. Kalau di Kowani Fair, apa saja yang dilakukan? Di acara ini kami mempertemukan antara penjual, pembeli dan produsen. Kowani Fair dilakukan setiap tahun. Ternyata, kegiatan ini menjadi daya tarik negara-negara lain di dunia, seperti India, Afrika, Kanada, dan Malawi. Mereka mau mencontoh Kowani Indonesia. Dalam konteks macam ini, lalu apa peran negara? Memang, seharusnya ini tanggung jawab bersama dengan seluruh stake holder, kowani bkrja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Kementerian Komunikasi dan informatika. Waktu saya bicara di Markas PBB, mereka juga bilang, seharusnya ini yang mengadakan negara. Jadi, ya Kowani hanya memfasilitasi dan mewadahi dari pemerintah, karena diperlukan kerjasama dari masyarakat sebagai kepanjangan tangan dari pemrintah. seperti yang dalam waktu dekat ini kami akan bikin e-commerce. Kegiatan ini yang mengadakan dari Kominfo (Kementerian Komunikasi dan Informatika). Pesertanya dari Kowani. E-commerce ini peminatnya banyak sekali dari kaum wanita, karena bisnis ini bisa dijalani nggak harus keluar rumah. Jadi kontribusi pemerintah sekarang masih belum ada wujudnya? Kowani sudah banyak melakukan Mou dgn pemerintah seperti Kementerian Pendidikan dan kebudayaan, kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, kementrian Agraria dan Tata Ruang, BPOM, BNN, Kementerian Kelautan dan Perikanan yang semuanya bertujuan untuk peningkatan dan pemberdayaan perempuan dan anak Artinya, sekarang Kowani hanya dianggap organisasi yang memiliki massa saja? 24
APRIL 2016
Ya, benar. Karena Kowani kan anggotanya 52 juta orang lebih, dari seluruh lintas agama dan kalangan. Lalu, bagaimana dengan kerjasama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak? Begini, adanya menteri Pemberdayaan Perempuan itu kan karena adanya Kowani, dari zamannya Ktua umum Kowani yang dijabat oleh Ibu L. Sutanto. Dulu namanya Menteri Pernanan Wanita. Sampai saat ini, kami bermitra hanya dalam pelaksanaan-pelaksanaan seminar dan kegiatan sosialisasi saja. Jadi, semacam sudah rantai putus ya. Bukan pada posisi sederajat.. Sebenarnya sederajat, kami ini sebagai peserta yang dilibatkan untuk menentukan kebijakan bersama. Tapi Kowani sendiri di mata kementerian dianggap sebagai LSM saja? Sebagai organisasi wanita terbesar dan trtua di Indonesia. Kerjanya seperti LSM, . Memang cukup berat Kowani di era sekarang. Ini juga diakui oleh Ibu Linda Gumelar (Mantan Ketua Umum Kowani sebelumnya). Tapi alhamdulillah, kami masih terus berusaha agar menjadi lebih baik. Kami juga sudah kerjasama dengan PT Pos Indonesia, sampai ada Perangko Kowani. Dan yang membanggakan, kami sudah bisa tampil berbicara di Markas bsar PBB di Nwyork. Ini pertama kali dilakukan, sejak Kowani ada mendapatkan side event dimana mengangkat tema tentang“THE ROLE OF WOMEN IN SMALL MEDIUM-SIZE ENTERPRISES (SMEs) . How We Can Contribute to Advancing Economies for Humandoc. pribadi centered Sustainable Development, (Peran Perempuan dalam UKM , bagaimana Kita Berkontribusi untuk Memajukan Ekonomi untuk Pembangunan Berkelanjutan) Semua pengurus Kowani volunteer (relawan)? Begini. Kami sudah komitmen, bahwa yang bergabung di sini itu harus mau berjuang di Kowani. Dan yang menjadi pengurus di sini juga dipilih anggota. Untuk menjadi pengurus pun masing-masing calon memiliki saingan cukup banyak. Maka itu, siapa saja yang siap menjadi dewan pengurus, maka harus komitmen dengan ikhlas. Dan, kami disni tidak di gaji. Semua kegiatan ya kami biayai sendiri dengan dana yang ada. Bagaimana cara Anda berkomunikasi dengan anggota yang begitu banyak jumlahnya? Selama ini kami menggunakan website dan media sosial (facebook, instagram, twitter). Dan kami ada 12 bidang, masing-masing menggunakan Whats App (WA) Group . Makanya, Asiatech ini kan ahlinya di bidang Information Technology (IT), kami ada rencana mau kerjasama. Perempuan ini harus maju dalam teknologi. Kami ingin bikin Connecting Women. Kalau ini terbentuk, saya yakin dahsyat banget. Kami bisa berkomunikasi dengan cepat dengan seluruh anggota. Kami maunya, punya satu pi-
intervie w ranti IT yang bisa diakses dengan mudah oleh seluruh anggota. Jadi seluruh informasi apa saja dari Kowani bisa diakses oleh seluruh anggota yang jumlahnya 52 juta lebih itu. Di tingkat dunia, kiprah Kowani seperti apa? Kowani di tingkat intermasional, itu sebagai anggota International Council of Women (ICW), anggota ASEAN Confederation of Womens Organization (ACWO), anggota Consutative Status with The ECOSOC. ICW ini dibentuk tahun 1888, anggotanya Kowani seluruh dunia. Tapi saya lihat ICW ini belum menggunakan Connecting Women. Masih menggunakan email atau Whats App. Untuk ECOSOC, tahun depan, Indonesia tidak masuk ke dalam ECOSOC, tapi Kowani masih tetap menjadi anggota ECOSOC. Kalau kita ada link-nya dengan menggunakan IT, wah itu bagus banget. Kalau masing-masing organisasi dunia tadi punya link IT, waduh..perempuan sedunia bisa nyambung. Kalau boleh kritik, di mata laki-laki Kowani selama ini masih dianggap sebagai oraganisasi yang kaku dan kurang cair. Apa komentar Anda? Ya benar. Itu juga seperti ICW yang ada di PBB. Pengurusnya itu sudah senior-senior. Presiden ICW adalah saudaranya Ban Ki Moon, Sekjen PBB asal Korea. Jadi, banyak yang profesor. Mereka hanya menguasai soal akademis saja. Kita maunya, perempuan-perempuan yang maju, tapi masih bermartabat dan beretika. Kami ingin wanita Indonesia itu memiliki karakter diri, memiliki integritas, jangan sampai lupa akan kodratinya dan sebagai Ibu Bangsa, untuk melahirkan generasi muda Indonesia yang cinta pada Bangsa dan Negaranya. Anda melihat kondisi generasi muda sekarang seperti apa? Sekarang moral dan etika sudah hampir tergerus. Saya juga Prihatin melihat para generasi penrus bangsa yang banyak terjerat narkoba, Dalam kaitannya dengan mencegah kasus penyalahgunaan narkoba, saya berkeyakinan keluarga menjadi kunci utama. Peran keluarga dalam hal mendidik, mengawasi dan memberikan perlindungan yang maksimal terhadap anak akan membuat peluang anak menggunakan narkoba bisa diminimalisir. Oleh karena itu saya sangat berfokus pada ketahanan keluarga, yang dimulai dari karakter ibu di keluarganya masingmasing. Di luar Kowani, apa masih ada kegiatan organisasi lainnya? Saya aktif juga di Aliansi Pita Putih Indonesia (APPI) sebagai ketua Umum, yang pusatnya adalah Global White Ribbon Alliance yang bermarkas di Washington DC Amerika Serikat dan di London inggris. Organisasi ini visinya adalah menurunkan angka kematian ibu melahirkan dan bayi baru lahir. Ternyata, angka kematian ibu melahirkan yang tertinggi itu ada di Jakarta. Di International Council of Women (ICW) saya menjabat sebagai Coordinaor of Communication Kemudian, saya juga Ketua Gerakan Wanita Sejahtera (GWS) yang anggotanya adalah ada sebagian pekerja rumah tangga, pedagang, pembuat jamu, yang kegiatan utamnya adalah koprasi yg dimiliki oleh GWS dan masih ada beberapa
kegiatan lainnya. Background Anda lebih ke bisnis atau bidang lainnya? Sebenarnya backgroud saya itu bisnis dan pendidikan. Kalau akdemik saya, di manajemen pendidikan, dari S1 sampai S3. Kemudian skill saya, arsitektur landscape. Pernah punya cita-cita jadi arsitek? Cita-cita sih mau jadi dokter mau nolong dan mengobati orang Kalau aktivitas bisnisnya apa saja? Properti, ada yang di Bali, di Jakarta, perumahaan di Anyer, ada Industri Real estate di Kapuk. Sekarang Anda masih terjun langsung mengurusi bisnis setiap hari? Nggak, dalam waktu satu minggu, ada waktu saya harus komunikasi dengah karyawan, untuk mengetahui perkembangan perusahaan. Bisnis properti itu ditinggal dalam waktu seminggu itu tidak masalah. Bukan seperti bisnis ritel atau
Foto: Yul Adrianyah
restoran yang perlu dimonitor tiap hari. Intinya, bisnis tetap harus saya monitor, nggak bisa dilepas begitu saja. Minimal dalam seminggu harus saya monitor. Dalam mengelola bisnis Anda tandem dengan suami? Dulu kan pertama suami saya sebagai PNS di Kementerian Pekerjaan Umum (PU). Saya lulus kuliah bikin perusahaan landscape bersama teman-teman. Jadi bikin dari perencanaan, sampai pelaksnaan konstruksinya. Sementara sebagai PNS kan waktunya nggak bisa disambi untuk bareng bisnis saya. Nah, seiring berjalannya waktu sampai tahun 1992, saya pernah berpikir takut miskin. Rasa takut ini muncul setelah saya sering diajak oleh orang tua memberikan bantuan kepada orang-orang miskin yang tinggal di sekitar rel kereta dn lainnya. Makanya, orang tua saya bilang, “Kalau kamu nggak mau miskin, ya harus pinter. Jangan hanya mengandalkan suami.” Apa yang Anda tangkap dari pesan orangtua Anda itu? Dari situ saya berpikir bahwa saya harus mendatangkan income. Dengan gaji suami saya yang waktu itu hanya Rp 500 ribu, saya nggak mungkin minta sama suami. Maka itu, saya jadi kontraktor. Kerjanya siang malam, saya nyopir sendiri mobil bak terbuka bawa kebutuhan bikin landscape di Thamrin, di Lebak APRIL 2016
25
intervie w Bulus. Bayangkan, capeknya kayak apa. Dan mobil bak terbuka itu masih jadi kenangan buat kami sekeluarga, dan nggak saya jual. Karena kecapekan, saya akhirnya jatuh sakit, sampai kena liver. Masuk rumah sakit, dan recovery-nya berjalan cukup lama, sampai satu tahun. Di saat saya sakit itulah, saya berpikir, saya kerja keras begini akhirnya. Di saat itulah pula, saya “berjanji” sama Tuhan. Setelah pulih nanti, apa yang saya hasilkan bukan hanya untuk keluarga, tapi juga harus berbagi dengan orang lain. Jadi, separuh untuk perusahaan, separuh lagi untuk banyak orang melalui organiasi. Itu menjadi momentum “titik balik” dalam kehidupan Anda? Betul. Itu kejadian tahun 1992. Nah, setelah sembuh saya mulai ikut organiasai macam-macam. Nah, kemudian suami saya berpikir, “wah, ini istri saya kerja banting tulang urusin bisnis. Kenapa nggak mengundurkan diri saja dri PNS?” Sejak itu, akhirnya suami saya mengundurkan diri dari Kementerian PU. Kemudian bergabung sama saya di PT Bumi Satu Group. Sejak itu, saya dan suami bagi tugas dalam mengelola bisnis. Selain properti, ada bisnis lain yang dijalani? Dulu saya pernah bikin bisnis makanan, tapi kelihatannya nggak cocok, jadi berhenti. Saya milih, core business-nya adalah properti. Sebelum berkarir, Anda pernah terpikirkan untuk jadi ibu rumah tangga saja? Tidak ada. Begitu saya lahir dan masih anak-anak, sudah dididik oleh orangtua. Biasanya, anak perempuan itu diasuh oleh perempuan,tapi saya diasuh oleh laki-laki. Yang mengasuh saya baru saja meninggal. Jadi, saya teringat jasa-jasanya. Bagaimana oragtua dulu mendidik Anda? Ayah saya adalah polisi yang kemudian dikaryakan menjadi pegawai negeri, jadi ibu saya adalah ibu Bhayangkari kemudian jadi ibu Dharmawanita dan mempunyai usaha, punya toko dimana saya juga dapat tugas untuk jaga toko dan juga kadang-kadang sebagai kasir. Tapi sebagai ibu rumah tangga yang bisa mengelola rumah tangga dengan baik dan bisa mendatangkan double income. Orang tua saya itu tidak membeda-bedakan anak perempuan dan anak laki-laki. Justru, anak perempuan itu harus bisa seperti anak laki-laki. Dan anak laki-laki harus bisa seperti perempuan. Ibu saya kan sebagai istri polisi, sebagai Ibu Bhayangkari, jadi tidak hanya sebagai ibu rumah tangga. Dulu awalnya, memang saya inginnya jadi ibu rumah tangga yang baik, mengabdi pada suami. Tapi saya harus berkarir, karena ilmu hasil belajar dari sekolah kan harus diterapkan. Kabarnya, dulu Anda pernah jadi Putri Ayu? 26
APRIL 2016
Ya, itu tahun 1981. Di ruang kerja Anda ini banyak sekali asesoris bentuk kura-kura, termasuk pin di baju Anda. Ada maknanya? Asesoris kura-kura hijau dari mexico itu awalnya dikasih oleh-oleh sama ibu mertua tahun 1992. Nah, ini mengingatkan saya sama eyang kakung saya yang suka dengan kura-kura. Waktu itu kura-kura beneran, tapi sekarang kan nggak boleh karena sudah dikonservasikan. Kenapa saya kura-kura, itu setelah saya pelajari filosofinya. Bertelur banyak, tapi bukan untuk dirinya sendiri. Kura-kura setelah bertelur, lalu ditutup dengan pasir. Dia lalu pergi menyelam lagi ke pantai. Sementara, telurnya dimakan oleh orang untuk obat. Falsfahnya, kita menghasilkan sesuatu, bukan hanya untuk kita sendiri tapi juga untuk orang lain. Selain itu, falasah lainnya adalah, kalau kita punya aset, tidak untuk diperlihatkan kemana-mana, sehingga kelihatannya sombong. Filosofi lainnya? Kura-kura itu selalu jalan maju ke depan, dia tidak pernah jalan mundur. Adakah hewan yang jalannya mundur? Banyak, undur-undur, kucing, anjing, kerbau, macan, dan lainnya kadang jalannya mundur. Tapi kura-kura tidak. Falsafahnya, kalau ada masalah, kita diam sejenak sambil mencari solusi, lalu jalan lagi. Kura-kura kemana-mana selalu membawa rumahnya (tempurung). Falasafahnya, kemana-mana rumah adalah sesuatu, keluarga menjadi pertahanan yang utama. Kita ada masalah, kembalilah ke rumah. Selesaikan urusan di dalam rumah, bukan di rumah orang atau di tempat lain. Kura-kura itu jalannya pelan, apa doc. pribadi ada falasafahnya juga? Ya. Kura-kura jalannya pelan, tapi pasti. Dan kalau ada sesuatu yang digigit, kura-kura tidak akan melepas, kecuali ada geledek (petir). Falsafahnya, kalau kita sudah mendapatkan sesuatu yang berharga, jangan mudah dilepaskan, baik itu suami atau pasangan dalam hidup. Kita jaga baik-baik. Selain itu, jumlah ruas pada tempurungnya ada 13. Falasafahnya, kita tidak boleh percaya dengan hal-hal yang takhayul, misalnya percaya dengan angka 13 begini begitu. Kalau dari sisi keindahan apa yang Anda suka? Replika kura-kura itu beraneka macam warna dan coraknya. Indah banget. Semua replika kura-kura ini Anda beli semua? Nggak, ini hadiah dari teman-teman. Ada yang dikasih Bu Khofifah Indar Parawangsa (Menteri Sosial). Ada yang dari Bu Linda Gumelar. Dan teman-teman lain. Kalau ke luar negeri, sengaja cari replika kura-kura juga? Tidak. Tidak sengaja cari. u
intervie w
Sepenggal Cerita Panggilan ‘Giwo’
W
anita yang pernah meraih berbagai penghargaan ini terlahir dengan nama asli Sri Wuryaningsih dari pasangan H. R. Wirjatmo dan Hj. Tahjaningsih. Giwo menikmati masa kecilnya dengan cukup banyak kebahagiaan yang menghampiri dirinya. Ia memang berasal dari keluarga yang berkecukupan. Ayahnya, dulu seorang mantan polisi yang sempat menjadi direktur utama Damri dan PPD. Sedangkan sang ibu banyak aktif di berbagai organisasi sosial. Sehingga, untuk urusan materi, Giwo termasuk anak yang cukup beruntung. “Masa kecil saya sangat bahagia,” kenang Giwo. Tak ayal, ketika Giwo melihat kondisi anak-anak yang sempat mengalami kekerasan atau kurang menyenangkan, ia menjadi sangat tersentuh hatinya. Hal tersebut menimbulkan rasa kekhawatiran dari dirinya sendiri dan mendorongnya untuk berkecimpung di dunia anak-anak melalui KPAI, organisasi yang pernah ia pimpin sebelumnya. Meski lahir di Bandung, Giwo ternyata mengalami masa kecil dan remajanya di Jakarta. “Saya cuma lahir di Bandung, karena dulu nenek saya bidan,” aku Giwo. Giwo kecil dikenal sebagai anak perempuan yang sangat aktif di berbagai kegiatan, termasuk di sekolahnya yakni dengan menjadi anggota OSIS. Tak heran, saat ini keaktifannya dalam berorganisasi masih terlihat dari beberapa organisasi yang diikutinya selain menjabat sebagai Ketua Umum Kowani. Giwo mengenyam pendidikan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasarnya di Regina Pacis. Setelah itu, ia kemudian melanjutkan ke SMPN 12, Jakarta. Masa-masa SMU juga ia habiskan di Jakarta, tepatnya di SMUN 70, Bulungan, Blok M, Jakarta Selatan.“Saya dulu sering ikut berorganisasi di sekolah dan kampus,” ujarnya. Menginjak masa remaja, Giwo termasuk anak perempuan yang pintar dan dikenal memiliki paras yang cantik. Tak heran, ia sempat terjun di dunia modeling dengan bermodalkan kecantikan wajahnya. Meski demikian, jiwanya lebih memilih untuk terjun di dunia anak-anak dan organisasi ketimbang harus menekuni dunia modeling. Di masa remajanya, selain ia aktif di dunia modeling, Giwo juga tak melupakan pendidikannya. Terbukti, ia melanjutkan pendidikannya dengan mengambil gelar Sarjana Pendidikan FPTK IKIP Jakarta (sekarang UNJ, red). Di kampus, Giwo juga aktif di kelembagaan senat mahasiswa dan kegiatan sosial kemahasiswaan lainnya. Tak hanya itu, Giwo juga mengambil pendidikan sarjana lainnya di uni-
versitas berbeda. Ia juga mengambil jurusan arsitektur lansekap Universitas Trisakti dan lulus tahun 1989. Tidak merasa puas dengan pendidikan sarjananya, Giwo kemudian melanjutkan pendidikan pasca sarjananya di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dengan mengambil jurusan Manajemen Pendidikan. Gelar doktor pun sudah ia raih. Pendidikan bagi perempuan satu ini memang menempati posisi yang cukup penting, selain keluarga dan kegiatannya di organisasi. Panggilan Sayang dari Ayahanda Memang banyak orang yang bertanya kenapa wanita yang memiliki nama asli Sri Wuryaningsih ini kerap dipanggil Giwo dalam kehidupannya sehari-hari. Ada cerita menarik di balik nama panggilannya tersebut. Orang pertama yang memanggilnya dengan panggilan Giwo adalah ayahnya sendiri. Sang ayah, Wirjatmo pertama kali memanggil anak keduanya itu dengan nama Giwo ketika masih kanak-kanak. “Dulu Bapak yang suka manggil dengan nama itu,” aku Giwo. Awalnya, sang ayah memanggil dengan nama panggilan Wu atau Wo, yang berasal dari Wuryaningsih dan memiliki arti sebagai nama kesayangan gadis Jawa. Lama kelamaan nama itu kemudian berubah menjadi Giwo dan menjadi pangFoto: Yul Adrianyah gilan sayang dari sang ayah dan seluruh anggota keluarga. Lucunya, panggilan tersebut kemudian berlanjut setelah Giwo memasuki masa-masa sekolah. “Teman-teman sekolah saya juga ikut-ikutan memanggil saya Giwo,” kenang Giwo. Bahkan setelah ia menjadi seorang model pun, tetap saja dipanggil dengan nama Giwo. Tak hanya itu saja, Giwo juga ternyata diambil dari nama istri Gatotkaca, yakni Pergiwo Pergiwati. Ia pun berharap dapat mencontoh sifat baik istri Gatotkaca tersebut dengan menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Alhasil, semua orang lebih mengenal sosok wanita tangguh ini dengan nama Giwo, ketimbang nama asli yang sebenarnya. Dengan namanya itu pula, Giwo mendapatkan banyak sekali kesempatan dalam berbagai organisasi dan mampu memperoleh jabatan sebagai Ketua KPAI dengan menggunakan nama Giwo. Entah karena adanya hoki atau keberuntungan dari nama Giwo tersebut atau bukan, tapi yang pasti masyarakat dan orang-orang di sekitarnya kini lebih mengenal wanita ini sebagai Giwo, sebuah nama dari sosok wanita yang berusaha untuk melindungi anakanak dari segala macam bentuk tindakan kekerasan dan perselisihan orang tua. (Abdul Kholis) APRIL 2016
27
Foto: Yul Adrianyah
intervie w
28
APRIL 2016
intervie w
Khoe Ribka
Keseimbangan antara Bisnis dan Kemanusiaan Di usianya yang akan menginjak 55 tahun, masih terlihat energik, penuh semangat dan punya jiwa kemanusiaan. Dia adalah wanita sukses pendiri Hotel Amos Cozy Melawai Jakarta, Khoe Ribka.
D
i kalangan pebisnis wanita nama Khoe Ribka cukup dikenal. Dia adalah President Director & CEO Amos Cozy Hotel & Convention Hall Jakarta, Presiden Club di Lions Club Magnolia Jakarta Pusat, pernah mendapat Anugerah Perempuan Indonesia (API-III) 2015, bendahara umum di Himpunan Pengusaha Pribumi (HIPPI) DKI Jakarta, anggota pengurus IWAPI DPC Jakarta Selatan dan pengurus BPD PHRI DKI Jakarta, Divisi Pengembangan Produk. Sederet aktivitas dan usaha dikelolanya. Namun, ibunda dua putra yang ramah ini masih menyempatkan diri untuk berbagi dengan sesama. Menurutnya sebagai manusia dia harus memberikan pelayanan pada sesamanya. Setelah sekian puluh
Foto: Yul Adrianyah
tahun berkarir dan terjun di bidang bisnis, di saat sekarang, di usianya, dia wajib untuk berbagi dan memberikan pelayanan. Jiwa kemanusiaan Ribka, nama akrabnya, muncul sejak muda. “Di usia sekarang saatnya untuk berbagi. Apa yang kita cari dalam hidup ini kalau tidak bisa berbagi dengan sesama? Kita wajib memberikan pelayanan pada mereka yang membutuhkan. Apalagi saya berkarir sejak usia muda. Pahit APRIL 2016
29
intervie w
Di usia sekarang saatnya untuk berbagi. Apa yang kita cari dalam hidup ini kalau tidak bisa berbagi dengan sesama? Kita wajib memberikan pelayanan pada mereka yang membutuhkan. Apalagi saya berkarir sejak usia muda. Pahit getir kehidupan sudah pernah saya rasakan sejak kecil,
30
APRIL 2016
Foto: Yul Adrianyah
intervie w
APRIL 2016
31
intervie w
Foto: Yul Adrianyah
getir kehidupan sudah pernah saya rasakan sejak kecil,” cerita Ribka panjang lebar. Sejak lahir dia dibesarkan tanpa asuhan seorang ayah. Hanya ibunda dan neneknya. Hal ini yang membuatnya terpacu untuk terus maju dan menjadi sukses. Pahit getir kehidupan pernah dia rasakan sejak kecil. Di usia muda, 17 tahun, Ribka pun telah bekerja part time selepas pulang sekolah. Saat menginjak bangku kuliah, bekerja pun tetap dilakukan Ribka. PT Indo Semar Sakti, sebuah perusahaan rekaman raksasa yang dulu pernah merajai industri rekaman di Indonesia. Dibalik kebesaran perusahaan rekaman ini Khoe Ribka adalah sosok wanita yang telah berhasil membawa perusahaan ini merajai industri rekaman di Indonesia. Bukan hanya bisnis perhotelan dan industri musik saja yang dia jalani. Ternyata Ribka juga masuk dunia pendidikan. Justru dunia pendidikan lebih duku dia geluti. Di tahun 1994 wanita yang punya hobi berkebun ini mendirikan Solideo Christian School di BSD. “Dunia pendidikan adalah obsesi dan cita-cita saya awalnya. Saya punya cerita menarik, sehingga saya ingin mendirikan sebuah sekolah. Dan akhirnya Tuhan memberi jalan saya untuk punya sekolah itu,” papar penyuka makanan Jepang ini. Dulu, di saat dalam kondisi susah Ribka kecil belajar tanpa TK langsung masuk SD. Di SD Fajar Sion kawasan Kota 32
APRIL 2016
ini Ribka selalu pulang dengan kondisi sedih dan menangis. Karena sering diejek teman-temannya. Dia belum bisa menulis dan membaca, begitu juga dengan menyanyi. Saat pulang ibundanya pun sering menasehatinya sekolah adalah atas kemauannya sendiri, apapun kondisinya harus diterima. Tentu hal itu membuat tekanan batin yang luar biasa buat Ribka. Ternyata Tuhan memberikan jalan baginya. Ada seorang guru yang punya jiwa sabar dan ikhlas rela mengajarinya selepas pulang sekolah. Dari sini, jiwa Ribka pun terpacu untuk maju dan mengejar impiannya. “Lalu dalam hati saya selalu berdoa. Tuhan semoga saya nantinya bisa jadi guru dan memberikan pendidikan. Mengajar adalah cita-cita saya. Alangkah senangnya jadi guru yang disukai murid seperti guru saya SD itu,” ungkapnya. Seiring dengan perkembangan waktu dan terpaan hidup, cita-cita Ribka pun bergeser, apalagi dia sudah memulai di dunia bisnis. Tapi dunia pendidikan tidak pernah dia lupakan. Akhirnya dia berpikiran jika hanya jadi guru dia hanya bisa mengajar 30-40 anak, tapi kalau punya sekolah dia tentu bisa memberikan pendidikan pada ribuan anak. Wauh cita-cita yang hebat!
Amos Cozy dengan 92 Kamar Tematik Di tahun 1994, di BSD yang awalnya hanya untuk berinvestasi, Ribka pun mendirikan Solideo. Di sini Ribka mulai aktif di dunia pendidikan. Dan di tahun 2011, Ribka
intervie w memasuki dunia bisnis perhotelan, mendirikan Amos Cozy Hotel & Convention Hall Jakarta di kawasan Melawai. Kawasan yang sudah penuh padat dengan hotel dan bisnis. “Justru di sini opportunity nya. Karena banyak demand, sehingga saya berani untuk masuk dunia bisnis hotel. Apalagi Melawai adalah pusat bisnis yang ramai dan hidup,” papar wanita berkelahiran 9 Mei 1961 ini. 20 November 2011, adalah grand opening dari Amos Cozy, yang menawarkan 92 kamar dengan nuansa dan desain yang berbeda dari tiap-tiap kamar. Ke-92 kamar ini bertematik dengan tema nusantara sampai mancanegara. Tersedia 5 tipe kamar di antaranya, Classic, Deluxe, Family Suite, Junior Suite, dan Diamond Suite. Semua tipe tersebut memiliki tema yang berbeda-beda dari nuansa Jepang, Korea, China, Paris Van Java, Eropa, Timur tengah, Mesir, Seatel Tower, Tailand, Bali, Sunda, Jawa, Papua, Singapura, Hongkong, Malaysia, Belanda, Manado, Persia, Victorian, Swiss, dan lainlain. “Seperti kamar dengan tema Jepang, dalam kamar ini, kita akan benar-benar merasakan seperti berada di Jepang, karena lantainya terbuat dari kayu, tulisan kanji terpampang di dinding kamar, tempat tidur model tatami, dan tempat makan di bawah pun dapat dijumpai dan dinikmati di kamar tipe ini. Sedangkan untuk kamar dengan tema Jawa, nuansanya sudah sangat terasa dari pintu masuk yang sudah didesain dari gebyok dengan kayu jati aslinya,” jelas Ribka. Begitupun dengan kamar tema Mesir, semua furnitur dirancang sedemikian rupa sehingga nuansa Timur Tengah sangat kental ketika memasuki kamar ini. “Keunikan tema yang dimiliki tidak saja dapat dinikmati di 92 kamar, namun juga dapat ditemukan di 16 ruang pertemuan, di antaranya adalah nuansa salah satu kota di Italia – Florence yang dapat ditemukan di Grand Ballroom yang terletak di lantai 3 hotel,” tambahnya. Semangat berjuang yang dimiliki Khoe Ribka memang menular dari sang ibunda yang mendidiknya dengan semangat dan disiplin yang sangat kuat. “Ibu mengajarkan saya banyak sekali pelajaran tentang hidup yang membuat saya bisa bertahan dan mencapai sukses seperti sekarang ini,” ujarnya. Di usia yang masih sangat belia, dia bisa bertahan hidup dengan semangat dan disiplin yang diwarisi sang ibu kepada dirinya. Ribka juga menambahkan selain semangat dan keteladanan, ibunya juga mengajarkan
kepadanya akan pentingnya berbagi dan cinta kasih kepada sesama manusia. Dengan segudang pengalaman dan kemampuan yang dimilikinya, tidak mengherankan bila Khoe Ribka mampu menjadi seorang pengusaha wanita yang sangat disegani. Seperti belum lama ini (tahun 2014), salah satu usahanya di bidang perhotelan dengan brand Amos Cozy Hotel and Convention Hall berhasil mendapatkan MURI World Class Internasional dari Museum Rekor Indonesia sebagai salah satu hotel dengan tema kamar terbanyak di dunia. Selain itu dia telah berhasil membawa Amos Cozy Hotel menjadi brand hotel terbaik dengan memiliki nilai atau value yang berbeda dengan hotel-hotel yang lain. Delapan nilai yang sangat luhur ini antara lain, percaya kepada Tuhan, kejujuran, kesetiaan, antusiasme, pantang menyerah, disiplin, kepedulian yang tulus dan management kemanusiaan. Dengan nilai-nilai ini, tidak heran semua perusahaan yang dipimpinnya menjadi perusahaan yang kuat dan berfilosofi. Perempuan yang hebat!. u NURUL L. IRFAN
Foto: Yul Adrianyah
APRIL 2016
33
intervie w
Ituk Herarindri
Mimpi Tentang Smile Airport
A
doc. pribadi
da yang berbeda bila kita mengamati Bandara Internasional Soekarno-Hatta, belakangan ini. Keberadaan taksi kini lebih tertib. Ruang publik kian beragam, sehingga membuat para pelanggan lebih nyaman. Begitu pula dengan sejumlah fasilitas tambahan, mulai dari penempatan kursi-kursi baru, sehingga dapat menambah kapasitas tempat duduk untuk penumpang dan pengantar. Kini terdapat pula sentralisasi layanan informasi bagi pelanggan yang disediakan melalui fasilitas Customer Service Center. Fasilitas ini tersedia berkat sinergi bersama dengan maskapai penerbangan yang beroperasi di Terminal 2 dan Terminal 3. Tujuannya untuk memberikan kemudahan serta solusi cepat atas berbagai kebutuhan informasi, penanganan keluhan, atau kebutuhan pelanggan lainnya terkait dengan pelayanan bandara atau maskapai penerbangan. PT Angkasa Pura (AP) II (Persero) selaku pengelola bandara terus melakukan beberapa peningkatan pelayanan dan penataan fasilitas baru di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Layanan maupun fasilitas ini untuk memberikan kenyamanan bagi seluruh pelanggan. Salah satu motor penggerak adanya peningkatan pelayanan maupun penataan fasilitas baru ini adalah Ituk Herarindri selaku Director of Airport Service & Facility AP II. “Diharapkan pelanggan datang dengan senyum, pergi pun dengan senyum, agar terwujud Smile Airport di seluruh bandara di bawah pengelolaan AP II,” kata Ituk, panggilan akrabnya. Melalui sentuhan tangan dinginnya, Bandara Internasional SoekarnoHatta kini jadi lebih humanis. Layanan yang lebih ramah dan manusia juga mulai terasa di 13 bandara di kawasan Indonesia Barat, khususnya di bawah
34
APRIL 2016
intervie w
Foto: Yul Adrianyah
pengelolaan AP II. “Kami ingin pengunjung datang tersenyum dengan pelayanan yang kami berikan,” ujar mantan Vice President of Customer Care PT Kereta Api Indonesia (KAI) ini. Ituk menjelaskan, pada kuartal pertama 2015, ia fokus pada peningkatan pelayanan dan keamanan. Hal itu antara lain mencakup peningkatan kebersihan, penerangan, papan tanda, penyediaan troli, dan penyempurnaan layanan contact center. Setelah itu, pelayanan dilanjutkan dengan penataan parkir kendaraan dan arus lalu lintas serta penertiban taksi gelap, calo tiket, dan pedagang asongan. Pada kuartal kedua, Ituk menuturkan, AP II memfokuskan pada penyediaan informasi pelayanan bandara yang terintegrasi, implementasi lost and found untuk bagasi penumpang. Selain itu, dilakukan perbaikan bandara secara estetika serta adanya ruang informasi dan pelayanan pelanggan. Persiapan kultur baru pelayanan, yaitu Smile Airport, juga bermula dari sini. Program ini pun lantas berbuah hasil. Bandara Soekarno Hatta yang dikelola AP II meraih penghargaan Sapta Pesona Toilet Umum Bersih di Bandara Internasional/Nasional 2015 dari Kementerian Pariwisata. Selain Soekarno-Hatta,
8 (delapan) bandara lain yang dikelola AP II juga berhasil meraih penghargaan di ajang tersebut antara lain, Bandara Kualanamu, Tanjung Pinang, Pekanbaru, Palembang, Aceh, Halim Perdanakusuma, Pontianak, Padang. Menurut Ituk, pengawasan atau monitoring adalah salah satu faktor penting dalam bidang kebersihan di bandara termasuk kebersihan toilet. Karena itu, ujarnya, AP II akan memastikan bahwa hal tersebut dilakukan secara detail guna menjaga level pelayanan dan juga dapat menjadi dasar untuk meningkatkan pelayanan ke depannya. “Sejumlah upaya yang telah kami lakukan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta akan terus kami tingkatkan. Upaya nyata tersebut adalah wujud usaha kami untuk memberikan pelayanan prima (service excellent) dalam memenuhi harapan serta kebutuhan seluruh pelanggan,” tuturnya. Berikut wawancara lengkapnya: Bisa dijelaskan mengenai program di bidang pelayanan dan fasilitas ini? Dulunya pelayanan itu adalah salah satu bagian dari operation, tapi karena sekarang pelayanan ada direktoratnya sendiri jadi akan lebih fokus. Teman- teman karyawan AP II di sini sangat semangat untuk ikut andil dalam meningkatkan pelayanan dan fasilitas Bandara. Apakah program ini sejalan dengan mimpi Anda mewujudkan Smile Airport? Kita punya cita-cita, punya vision menjadi world class airport. Smile Airport artinya semua orang yang datang ke 13 bandara yang kita kelola, datang dengan senyum, pulang dengan senyum. Untuk mewujudkan itu tak mudah, mewujudkan senyum orang itu kan tak mudah. Jadi saya lebih sharing how to-nya, bagaimana bisa mewujudkan seperti itu, salah satunya dengan training dan standarisasi. Karena salah satu indikator bandara kita jadi world class airport adalah selain sistem juga people-nya. Maksudnya, Anda sedang menyiapkan people-nya sekarang? Kita punya beberapa poin atau titik-titik di mana itu bersinggungan dengan pelanggan. Pertama lewat telepon, contact center 24 jam dan social media. Kemudian untuk tatap muka ada customer service (CS). Untuk CS melayani pelanggan di dalam ruangan, ada juga CS mobile dan duta larangan merokok. Kalau CS melayani pelanggan face to face di dalam ruangan dengan seragam baju batik, tetapi kalau CS mobile dengan seragam memakai topi, polo shirt oranye, dan sepatu roda. Mereka bertugas di terminal dengan sangat proaktif melayani penumpang yang ada di bandara. Kalau duta larangan merokok mengingatkan pelanggan yang merokok tidak pada tempatnya. Bandara mana yang jadi acuan sistem pelayanan seperti ini? Bagi saya kalau service harus punya ciri khas. Misalnya CS mobile mereka memakai baju yang mencolok supaya lebih dikenali orang. Yang kedua itu ada lagi duta larangan merokok memakai baju kuning dan celana jeans, untuk mengingatkan
APRIL 2016
35
intervie w kami akan mengembangkan lima bandara baru, seperti di Bandung, Pangkal Pinang, Pontianak, Jambi, dan sebagainya. Kita akan menyisipkan kearifan lokal di situ, jadi nanti ada indonesian culture. Di Terminal 3 Ultimate akan menampilkan hasil karya anak bangsa seperti lukisan, patung, batik, maupun karya seni lainnya. Negara kita kaya akan budaya, jadi saya ingin bandara kita modern tapi tetap ada nuansa Indonesian culture. Misalnya Bandara Soekarno-Hatta jadi bandara transit atau hub, artinya orang tak sempat keluar bandara. Dia bisa foto-foto di situ untuk menunjukkan bukti bahwa ia sudah ada di Indonesia. Adakah bentuk aplikasinya terkait dengan kearifan lokal dalam segi tehnologi? Kalau dengan teknologi bisa dengan display-display apa yang lebih menarik yang bisa display secara bergantian. Misalnya tarian, bahkan saya pernah lihat di tv itu ada display tarian yang membuat penonton seolaholah ikut menari di situ. Tema dari kegiatan Angkasa Pura II di bandara adalah Indonesia Menari, Pameran yang akan disiapkan adalah pameran batik, pameran tenun, pameran suvenir, pameran patung, pameran lukisan, dan sebagainya. Sistem pelayanan baru ini tergolong revolusiner atau hanya memaksimalkan apa yang sudah ada sebelumnya? Kalau revolusiner konotasinya kurang positif ya. Kita lebih kepada inovasi dan transformasi layanan supaya service culturenya bisa terimplementasikan. Tapi culture Foto: Yul Adrianyah yang baru itu kan butuh waktu, kita ingin senyumnya itu yang memang keluar dari hati, pelanggan yang merokok tidak pada tempatnya. Merokok bukan senyum yang dipaksa. Karena senyum itu kan harus boleh, tetapi di tempat merokok. Mereka direkrut dengan ada pemancingnya, kita yang senyum lebih dahulu maka standarisasi khusus misal tingginya 160 cm, harus bisa bahasa pelanggan juga akan tersenyum. Inggris, harus ramah, dan berpenampilan menarik. Apakah Anda tergolong galak untuk menegakkan Semenjak kapan pola pelayanan di bandara seperti sistem pelayanan baru ini? ini? Saya sebenarnya lebih bersikap tegas dan harus konsisten. Semenjak saya di sini dari tahun lalu. Tapi memang Kalau misalnya saya menemukan suatu area yang bersih, jumlahnya terbatas karena masih uji coba. Ternyata memang misalnya toilet, kalau dilain waktu saya ke tempat itu lagi harus masyarakat kita, kesadaran untuk merokok di tempat yang tetap bersih. Saya selalu sempatkan untuk mengecek sendiri disediakan itu masih perlu ditingkatkan. Kalau bisa orang saat piket, baik piket Sabtu-Minggu (pisami) atau piket libur merokok hanya di tempat merokok. panjang (pilipa). Direksi kita turun semua ke lapangan. Saya Adakah handicap dari sisi budaya, apalagi 13 bandara tak pernah bilang-bilang kalau ke sana, jadi saya mengecek ada di sejumlah daerah dengan budaya berbeda? sendiri. Saya biasa mengajak karyawan ngobrol, juga dengan Selama ini handicap dari sisi budaya sih enggak ada ya. pelanggan. Pelayanan bandara kita kan ada yang internasional, ada yang Sebagai pribadi, apa benar melayani telah menjadi domestik. Tapi memang kita akan menampilkan budaya filosofi Anda sendiri dalam bekerja? khas Indonesia, selain budaya lokal setempat. Contohnya 36
APRIL 2016
intervie w Saya berprinsip, kalau saya memberi atau berbagi malah hidup saya itu akan lebih mudah. Jadi semua hal yang terjadi, misalnya dalam pekerjaan itu ada masalah, ada problem, ada tekanan, saya hadapi dengan tenang dan mudah. Misalnya juga pada saat dikomplain, saya mau memberi informasi yang benar. Saya memberi tapi memang kemungkinan pemberian saya itu masih kurang, nah kurangnya apa dan di mana? Dengan begitu saya malah dapat sesuatu untuk lebih ditingkatkan lagi. Anda juga memberikan konsep pelayanan ini di training-training perusahaan. Saya punya materi training yang namanya service mindset. Di service mindset itulah saya sharing bagaimana memberi atau berbagi itu adalah sesuatu yang membuat kita itu menjadi lebih kaya, entah tabungannya di dunia, entah tabungannya di akhirat, kita tak tahu. Yang jelas, kita sudah menabung. Saya sudah training ribuan orang, karena sebelum di AP II saya adalah konsultan service excellent & trainer publik. Bisa diceritakan, bagaimana proses perubahan dari Anda yang tomboy dulu namun jadi feminin sekarang? Saya memang tomboy waktu kecil. Saya olahraganya karate, diving, main layang-layang, main kelereng. Saya tidak bisa kalau disuruh main boneka, masak-masakan. Tapi pada saat saya mau skripsi, saya tertarik dengan dunia pariwisata karena kebetulan saya aktif di pariwisata. Kemudian Kepala Pariwisata Surabaya, Jawa Timur, bilang, “kalau kamu mau
dapat data-data soal pariwisata Surabaya, maka kamu harus ikut pemilihan Cak Ning dulu.” Cak Ning itu seperti AbangNone di Jakarta. Waktu itu saya jalannya seperti polisi, tapi harus ikut acara modelling. Akhirnya saya ajak teman-teman di kampus untuk ikut. Tak disangka saya terpilih. Setelah menang, kemudian banyak tawaran untuk ikut kontes lainnya, seperti Puteri Batik, Ratu Pariwisata dan sebagainya. Dari situlah saya jadi lebih feminin, saya diajari dandan, tatakrama, diajarkan memakai busana yang feminin dan memakai sepatu high heels. Tapi kata Alm. papa saya, saya tak cocok jadi model, ha-ha-ha. Anda sempat aktif di organisasi sosial politik. Karena papa saya bilang dunia modelling itu tak cocok buat saya, terus saya ke organisasi politik, ke Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Papa saya bilang lagi, kayaknya kamu tidak cocok juga deh disitu. Beliau menyarankan untuk menjadi pekerja profesional saja, jadi pembicara atau berbagi ilmu. Jadinya, saya ngikutin papa saya saja. Jadilah saya karyawan profesional dan trainer publik. Namun, Anda tampaknya besar di industri pelayanan ya. Saya memang senang dunia pelayanan. Saya mengawali karier di dunia pelayanan sebagai customer service di Bank Niaga. Setelah itu ke Satelindo, ke Indosat. Setelah Indosat terus ke Kereta Api. Setelah Kereta Api, saya ke AP II. Di luar pekerjaan, dulunya saya adalah konsultan dan trainer untuk
doc. pribadi
APRIL 2016
37
intervie w
doc. pribadi
Foto bersama keluarga
service excellent. Saya tidak pernah merasa bahwa ini saya direktur lantas semua orang harus mengikuti perintah saya. Karena setiap berada di suatu tempat apapun posisi saya, saya prinsipnya adalah memberi atau berbagi, saya ingin berbagi pengalaman dan ilmu yang sudah saya dapatkan karena tidak semua orang mempunyai kesempatan mendapat training-training bagus yang selama ini saya dapatkan. Nama Ituk Herarindri itu artinya apa? Ituk itu bahasa Jawa, artinya sibuk. Waktu mama saya hamil, eyang putri kami sibuk sekali mempersiapkan kelahiran saya. Kata papa saya, “kalau sibuk terus nanti kalau anakku lahir tak namain Ituk”. Bahasa Yogya sibuk itu utek. Herarindri itu singkatan nama tiga orang perempuan. Her itu dari Hermina, nama eyang saya dari mama. Rar itu Surarsi, nama eyang dari papa. Sedangkan Indri itu penggalan nama mama saya. Waktu kecil, orang-orang suka memplesetkan nama saya jadi getuk lindri, ha-ha-ha. Tapi, nama ini seperti jadi doa yang dikabulkan. Saya jadi orang yang selalu sibuk, tak bisa diam. Kadang capek, tapi yang penting happy. Apa resep Anda dalam berkarier dan mengurus keluarga? Kalau salah satu dikalahkan, berarti kita menyalahi kodrat, tak boleh. Jadi kita harus benar-benar mengelola waktu 38
APRIL 2016
dengan baik. Jadi, semua mendapat perhatian. Perusahaan merasa diperhatikan, suami merasa diperhatikan, anak juga merasa diperhatikan. Jadi kita harus pintar-pintar mengatur waktu. Kalau ada jatah waktu buat anak, sediakan. Nanti anak mau bicara sama siapa? Jatahnya suami juga. Paling kita tinggal mengurangi waktu untuk diri kita sendiri saja. Keluarga dan karier itu memiliki jatah waktu sendiri-sendiri. Kalau memang giliran waktunya untuk keluarga ya jangan dikurangi. Me time untuk kita cukup sedikit saja. Anda tak pernah membawa pekerjaan kantor ke rumah? Kalaupun saya harus bawa pekerjaan kantor, saya selalu bilang daripada saya menghabiskan waktu di kantor dan saya harus pulang di atas jam 10 malam, mendingan saya kerja di rumah saja dan mereka men-support. Kadang saya Sabtu-Minggu mesti cek bandara, atau mesti tugas ke mana. Nanti mereka biasanya jemput, setelah itu bisa ke mall makan bareng. Jadi waktunya bisa disempat-sempatkan. Adakah pesan khusus Anda untuk wanita Indonesia? Saya ingin wanita Indonesia itu lebih banyak yang berkiprah di berbagai bidang, sehingga bisa mencapai suatu posisi yang memungkinkan bisa lebih banyak berbagi. Tak ada sesuatu yang kebetulan kenapa saya bisa di sini, kenapa ada wanita lain ada di posisi tertentu. Di manapun kita ditempatkan kita
intervie w harus bisa menemukan apa sih bentuk berbaginya? Berbagi untuk masyarakat dalam bentuk apa? Juga berbagi waktu dan perhatian untuk keluarga. Wanita sekarang sudah bebas memilih apakah dia mau berkarier sebagai ibu rumah tangga, membesarkan dan mendidik anaknya sehingga jadi anak yang berguna, atau mau berkarier. Kalau saya Insya Allah, bisa lakukan keduanya. Suami satu, anak satu, masa tak bisa? He-he-he. Untuk para wanita karier yang merasa lebih dibanding suaminya, apa pesan Anda? Sebenarnya kita itu kan dari tulang rusuk laki-laki ya. Jadi pada saat saya diminta membantu kereta api, saya masih tanya suami sama anak dulu, boleh enggak? Karena restu suami itu penting, yang akan ditunjukkan ke dalam bentuk support-nya. Saya juga tanya anak saya, anak saya itu sangat cinta sama Indonesia. Saat akan bergabung di KAI anak saya bilang, “mama harus buat bangsa Indonesia ini kereta apinya bagus”. Saat akan bergabung di PT Angkasa Pura II (Persero) anak saya bilang, “mama harus bikin bandara kita benar-benar jadi bandara internasional yang bisa dibanggakan.” Apapun posisi kita di kantor, saat kita di rumah harus jadi orang biasa. Artinya di rumah saya support suami sama anak. Saya di rumah jadi Cinderella, tapi saya senang. Saya benar-benar jadi ibu rumah tangga. Saya menyuci, menyapu, menyetrika. Saya juga mengajari anak saya bahwa perempuan harus pintar mengurus rumah tangga. Jika pun nasibnya
dia tidak boleh jadi wanita karier sama suaminya, tetap bisa jadi ibu rumah tangga yang baik. Alhamdulillah anak saya bisa memasak, menyuci, menjahit, menyulam, mengepel, menyapu, membersihkan kamar, dan lain-lain. Anda berpikir inikah puncak karier Anda? Saya tak pernah berpikir ini puncak karier atau bukan, karena saya prinsipnya berbagi. Saya ditempatkan di mana saja, saya mau berbagi. Saat di Indosat saya berbagi, di KAI saya berbagi dan sekarang di Angkasa Pura II pun niatnya untuk berbagi. Jadi saya tak pernah mikirin ini puncak karier saya. Perjalanan hidup saya saat ini di sini, tapi saya harus benar-benar optimal di sini. Jangan sampai saya cuma sekedar nama saja. Adakah obsesi Anda yang belum terwujud? Pada saat saya naik haji 3 tahun yang lalu, saya sempat berdoa di depan Ka’bah, saya ingin pada usia 50 tahun ini sisa hidup saya untuk berbagi. Jadi begitu saya ditugaskan di AP II dan usia saya 50 tahun, saya ingin berbagi ilmu dan pengalaman serta ingin mewujudkan cita-cita AP II menjadi World Class Airport – Smile Airport. Kelak saya ingin punya sekolah gratis, supaya bisa berbagi ilmu dengan anak-anak yang kurang beruntung. Perjalanan hidup saya saat ini sampai di sini, karena bagi saya hidup itu adalah sebuah perjalanan, karir dan harta adalah titipan, Nyawa adalah pinjaman. Jadi jalani hidup ini dengan sebaikbaiknya berbagi dan memberi manfaat lebih untuk sesama. u
Foto: Yul Adrianyah
Foto bersama tim redaksi Asiatech
APRIL 2016
39
f i g u re
40
APRIL 2016
f i g u re
Eka Desnita
Berkarya dengan Penuh Dedikasi
Foto: Yul Adrianyah
B
erangan-angan menjadi dokter atau arsitek, siapa sangka Eka Desnita kini menjadi seorang manajer bidang information and technology (IT). Bukan berarti pencapaian ini tanpa alasan dan proses. Eka Desnita, yang berarti anak pertama yang lahir pada bulan Desember ini, menjelaskan, bidang IT memang hal yang juga menarik baginya. “Pada tahun 1980-an, pekerjaan yang paling gampang nyari duit ya bidang IT, waktu itu lagi booming. Orangtua saya menyarankan untuk menekuni bidang ini,” kata Nita, panggilan akrabnya. Untuk itu, ia memilih program studi IT begitu ia melanjutkan pendidikan di perguruan tingginya. Kendati menjalani pendidikan dengan setengah hati, Nita akhirnya bisa menyelesaikan kuliahnya dengan meraih gelar computer science engineer di sebuah kampus di New York, Amerika Serikat. Ia pun bergegas kembali ke tanah air untuk membangun kariernya. Berbekal ijazah dan gelar IT engineer tadi, tahun 1985 Nita menjadi tukang ketik di sebuah perusahaan kontraktor pertambangan berkat ajakan seorang temannya. “Kebetulan ada teman yang butuh tukang ketik. Saya pikir tidak apa-apa saya coba, daripada nganggur,” katanya. Disingkirkan rasa gengsinya begitu dia diterima hanya sebagai juru ketik. Seingatnya, Nita sama sekali tak melampirkan berkas apapun dalam lamarannya. “Gaji saya waktu itu Rp 250 ribu. Lumayan juga, ke kantor cuma naik bemo, hehehe,” tuturnya sembari tertawa. Yang ada di pikiran Nita kala itu, yang penting tidak menganggur dan ada kegiatan. “Nganggur di rumah kayaknya enggak enak banget. Jadi, kerjaan apa saja saya kerjain, yang penting ada gaji,” katanya, menambahkan. Ketekunan dan kerja keras Nita mulai menampakkan hasil. Ia lantas direkomendasikan untuk lebih dilibatkan dalam kegiatan perusahaan yang lebih strategis. Terlebih, Nita yang juga anak seorang diplomat, dianggap fasih berbahasa Inggris, sehingga terlihat menonjol di perusahaan yang berbasis di Kanada, itu. “Perusahaan tempat saya bekerja berasal dari Kanada, yang pekerjanya masih banyak bule-nya. Jadi komunikasi dengan bahasa Inggris sangat dibutuhkan,” APRIL 2016
41
f i g u re katanya. Dari situlah ia mulai diperhitungkan. Tak disangka, perusahaan tersebut membutuhkan seorang profesional di bidang IT. Daripada masih mencari tenaga dari luar, Nita pun direkomendasikan untuk pindah bagian pada 1986. “Akhirnya kemampuan dan ilmu saya bisa dipakai,” tutur Nita. Ia pun terlibat dalam pembuatan program-program maupun aplikasi perkantoran yang dibutuhkan perusahaan. Kendati perkembangan komputer di Indonesia belum secanggih Negara maju, menurutnya, tetap ada bahasa umum di bidang IT yang dipakai secara global. Ia pun bergabung dengan sebuah perusahaan minyak berbasis Amerika, pada tahun 1999 di bagian “Project”. Nita dipercaya untuk memimpin “project IT group” dengan
sejumlah proyek besar yang menjadi tanggung jawab timnya. “Banyak banget proyeknya, seperti membangun platform di lepas pantai, itu memerlukan intensif support IT sebagai sistem untuk berkoordinasi,” katanya. Di perusahaan multinasional ini, ia berkesempatan untuk membangun karier dan mengembangkan diri di tengah budaya perusahaan yang multikultur. Nita mengakui, kemampuan berbahasa internasional mutlak dibutuhkan. Di situlah kemampuan Nita menonjol dan diperhitungkan. “Bahasa Inggris menjadi sesuatu yang basic. Karena kita sering sekali berhubungan dengan Corporate dan penting sekali untuk kita bisa bicara secara spontan untuk berdiskusi atau pun memberikan pendapat dengan lancar dan spontan. Untung sempet sekolah di luar, jadi komunikasi ke corporate atau pun ke teman2 expat, jadi gampang” tutur Nita. 42
APRIL 2016
Setelah 2 tahun, ia kemudian ditugaskan sebagai “Project Planner” untuk proyek pembangunan pipa gas di lepas pantai. Disini dia belajar banyak mengenai perencanaan dan penganggaran. Begitupun dengan komunikasi dengan para stakeholder. Ilmu ini di luar jalur IT, tetapi sangat diperlukan untuk menjadi manajer. Loyalitas dan dedikasi Nita pada akhirnya terbayar lunas. Nita pun mulai dipercaya dan diakui sebagai tenaga professional. Dia kembali ke group IT, dan dipercayai untuk mengepalai sub-tim “Business Information Support”. Pada tahun 2003, Nita menjadi perempuan satu-satunya yang menjadi leader atau manajer di divisi IT. “Saya tak pernah melihat perempuan sebagai suatu gender, handicap, atau whatever ya. Tapi salah satu nya adalah professionalisme dan ketekunan yang membuat kita bisa maju”. Di divisi ini, ujar Nita, lebih banyak didominasi para pekerja lelaki. Kendati demikian, situasi ini tidak dianggapnya sebagai kendala atau hambatan dalam meniti karier, bahkan meraih sukses. “Saya justru menyukai lingkungan kerja di perusahaan saya ini. Penghargaan dan penghormatan terhadap sesama manusia begitu tingginya,” katanya. Di divisi ini, Nita memimpin sekitar 100 orang staf, pegawai tetap maupun kontrak. “Saya sekarang sudah 12 Foto: Yul Adrianyah tahun jadi IT Manager. Di perusahaan ini kita mendapat banyak arahan dari global. Dengan demikian, kita bisa banyak belajar dari teman-teman di kantor pusat untuk membangun kredibilitas,” tutur Nita. Ia tergolong sukses membentuk dan mengembangkan sebuah tim yang solid. Sebagai seorang leader, ia tak sungkan berbagi ilmu dan wawasan kepada para stafnya. “Kami saling support dan saling mendukung satu sama lain,” ujarnya. Karena itu, Nita bermimpi, jika ia pensiun, akan ada sosok penerusnya dengan tim yang lebih solid dan berdedikasi tinggi yang akan meneruskan tanggung jawabnya di divisi IT. “Sekarang aja kalau saya cuti, sistem dan proyek tetap jalan. Anak-anak di tim saya sudah bisa saya lepas karena sudah sangat mandiri,” katanya. Sebab, baginya, ukuran sukses seorang leader adalah ketika ia mampu menyiapkan sebuah sistem kerja yang bisa ditinggalkan dan bisa jalan dengan sendiri. u
f i g u re
Leader sekaligus Mentor Apakah arti seorang leader bagi Eka Desnita? Menurutnya, seorang pemimpin juga harus bisa menjadi mentor bagi stafnya. Nita mengakui memang memiliki passion di bidang pengembangan sumber daya manusia. Karena itu, ia seringkali memberikan motivasi dan edukasi pada para bawahannya. Knowledge Sharing dan diskusi pada saat makan siang sering di lakukannya sekedar untuk berbagi ilmu bukan hanya dalam hal kerjaan, termasuk mengenai hal2 kehidupan sehari-hari, seperti sekolah anak, mengurus rumah tangga, dll.
“Saya membangun tim dengan mengedepankan transparansi dan kejujuran. Sebagai tim IT kita juga harus open-minded and siap menghapadi perubahan dan beradaptasi dengan perubahan teknologi dengan cepat”, katanya. Karena itu, dalam pekerjaan nya sehari-hari, Nita memilih untuk memaksimalkan berbagai perangkat teknologi yang sudah ada dan berkembang sekarang ini. Dia menerapkan lingkugan paperless di tim nya. Kertas di ganti sebisa mungkin dengan gadget2 yang ada. Teknologi sekarang sangat membantu untuk bisa berkomunikasi dengan intensif. Fitur komunikasi seperti chatting, BBM, WhatsApp selalu ia pergunakan dalam membangun koordinasi dengan timnya. Baginya, berkomunikasi adalah segalanya. “Sekarang ini kita dapat bekerja dari rumah dengan mudahnya, selama kita ada koneksi ke internet. Makanya apabila ada anggota tim yang sakit2 dan engga enak badan, saya akan anjurkan dia untuk diam dirumah. Kalau pun di perlukan, dia bisa tetap terkonek ke kantor dari rumahnya. Mudah2an kedepannya kita bisa punya opsi untuk bisa bekerja dari rumah secara formil ya” ujarnya. u
Foto: Yul Adrianyah
APRIL 2016
43
f i g u re
Sebuah Pesan Sebagai seorang profesional di bidang IT, Eka Desnita tentu senantiasa mengikuti berbagai perkembangan maupun situasi nasional, khususnya regulasi di bidang teknologi informasi. Menurutnya, penerapan teknologi di dunia kerja sering kali berbenturan dengan regulasi yang diterapkan pemerintah. “Teknologi cepat sekali perkembangannya. Misalnya Handphone Kalo mau punya HP yang terkini, maka minimal setiap 6 bulan mesti ganti gadget! Bisa bangkrut juga nih kalo mau ngikutin trend HP” ujarnya. Yang ditekankan Nita soal perkembangan teknologi ini contoh nya adalah penggunaan teknologi awan atau cloud technology yang penerapannya masih terhalang kebijakan pemerintah. Padahal, kata Nita, dengan teknologi ini kita misalnya tidak harus punya data center “on-premise”. Cukup bekerja sama dengan service provider yang menyediakan service nya. Dengan menyewa teknologi awan, perusahaan akan bisa lebih efektif dan efisien. Sayangnya, menurut Nita, perusahaan gas dan minyak di Indonesia tak akan bisa maju secepat itu. Karena salah satu peraturan negara kita menyantumkan bahwa data-data yang punya Indonesia harus ada di perairan Indonesia. Dengan
teknologi awan, keberadaan data bisa dimana saja di awan virtual. Belum tentu ada di Indonesia. Karena itu, untuk saat ini terpaksa kita masih memakai cara “conventional” dimana semua data ataupun aplikasi masih kita simpan di server kita yang ada di data center milik perusahaan. “Teknologi sekarang sudah mengarah ke teknologi awan. Dimana data maupun aplikasi di simpan di awan secara virtual. Di kantor pusat dan unit bisnis international lainnya sudah memulai tehnologi awan. Hanya Indonesia yang masih terbentur dengan peraturan. Dan kemungkinan akibatnya penambahan biaya operasional di lokal”, kata Nita. Bagaimana dengan kekhawatiran terhadap keamanan rahasia Negara? Menurutnya, “Sekarang ada berbagai ‘tool’ untuk keamanan data. Datanya kan bisa di enkripsi and di otentikasi kan. Dan keamanan ini bisa diterapkan berlapislapis”. “Pemerintah perlu segera melakukan perubahan peraturan, dalam hal penyimpanan data, supaya kita bisa beroperasi secara optimal dan efisien”, lanjutnya. Intinya, Nita berujar, sudah semestinya perusahaanperusahaan di Indonesia memaksimalkan penggunaan teknologi supaya bisa maju seperti negara2 maju lainnya. u
Bagi Waktu, Bagi Peran Apakah wanita karier masih sanggup menjadi ibu rumah tangga yang sukses? Eka Desnita punya jawaban sendiri. Menurutnya, hal itu berkaitan dengan membagi waktu antara pekerjaan dan tanggung jawab di kantor dengan tugas dan kegiatan di rumah. “Jangan lebay saja kali ya. Maksudnya begini, makanya saya bilang untuk sukses di karier dan sukses di keluarga itu dua hal yang sangat susah. Karier itu kadang-kadang menuntut waktu, kadang ganggu waktu kita dengan keluarga,” ujar Nita. Kendati demikian, menurutnya, bukan berarti hal ini tak bisa disiasati. Apalagi dengan pesatnya teknologi sekarang, kata Nita, lebih memungkinkan untuk menjalani dua profesi ini secara lebih maksimal. Melalui teknologi, ujarnya, ia pun bisa bekerja dari rumah. “Keadaan sekarang sudah menjadi lebih gampang bagi perempuan untuk menjalani karir sebagai wanita pekerja dan menjadi ibu rumah tangga,” kata ibu ini. Dengan begitu, ia merasa memiliki waktu yang lebih fleksibel. Sebagai wanita karier, yang berhobi fotografi ini, dia sempat dihadapkan pada pilihan sulit terkait antara karier atau keluarga. Pada 2003 lalu, perusahaan mau menugaskannya pindah kerja ke Amerika. Itu artinya, Nita harus berbondong-bondong
44
APRIL 2016
bersama keluarga pindah ke Negeri Paman Sam. Nita pun dilema. “Saya membayangkan anak-anak dan suami pindah sekolah dan kerja dari Jakarta, ke kota kecil di Amerika, tempat saya bekerja. Rasaya tak mungkin,” katanya. Berbulat hati tetap di Jakarta, ia pun menghadap atasannya. “Maaf Pak, saya tak bisa pindah kerja ke Amerika. Saya siap menerima konsekuensinya,” ujar Nita. Si bos mengatakan, “Penugasan internasional ini tak akan datang dua kali.” Nita tetap tak bergeming. Ia berteguh hati pada saat itu untuk memilih keluarga daripada berkarier di Amerika. “Saya tak mau egois dengan memilih ke Amerika sendirian. Sudahlah, mendingan di Indonesia saja, dan tetap bersama keluarga” ucapnya. Soal konsekuesi? “Paling gaji diturunin, atau jabatan enggak naik-naik, tidak masalah. Saya lebih mementingkan keperluan keluarga” katanya. Akhirnya, atasannya dapat memahami pilihannya. “Ok, saya mengerti keputusanmu. Tetaplah di sini dengan posisimu sekarang”. Konsekuensi nya pada waktu itu karena saya baru di posisi sebagai Manajer IT, saya harus di dampingi seorang penasehat dari corporate. Ternyata ada solusi nya untuk pengembangan pagawai tanpa harus di tugas kan keluar”, cerita Nita dengan senyum. u
WIRE DATA ANALYTICS www.extrahop.com
APRIL 2016
45
f i g u re
46
APRIL 2016
f i g u re
Peni Rahayu
Srikandi Bidang Teknologi Informasi
I
Foto: Yul Adrianyah
ndustri teknologi acapkali didominasi kaum laki-laki. Karena itu, isu masalah kesetaraan gender di industri teknologi masih terus bergulir. Sebuah statistik menunjukkan bahwa lima perusahaan besar teknologi, yaitu Google, Yahoo, Intel, Hewlett-Packard (HP), dan LinkedIn, mayoritas tenaga kerjanya laki-laki. Namun, itu dulu! Secara perlahan, di balik belantara industri teknologi yang didominasi kaum pria, terselip srikandisrikandi yang gemilang mempertontonkan prestasinya. Tidak hanya cerdas, namun para wanita ini mampu menduduki posisi bergengsi di perusahaan kelas dunia. Meski terlahir sebagai kaum hawa, mental dan kepintaran mereka tidak kalah dari pria. Bahkan, mereka sanggup menjadi bos di jajaran perusahaan berkelas dunia. Salah satu srikandi sekaligus perempuan perkasa tersebut adalah Peni Rahayu, Direktur Technology Consulting PT PricewaterhouseCoopers Consulting (PWC) Indonesia. Peni, panggilan akrabnya, memang sudah 30 tahun lebih meniti karier secara
profesional sebagai wanita pekerja di bidang information technology (IT) atau teknologi informasi (TI). “Pekerjaan pertama saya memang jadi konsultan di PT Price Waterhouse Konsultan. Saya termasuk orang yang gigih dalam bekerja. Namun, saya merasa ada faktor luck juga dalam karier saya,” kata lulusan S2 dibidang Management Information and Decision Making dari Case Western Reserve University Amerika Serikat ini. Berbekal semangat dan kegigihan, tak lupa Peni menjadikan segala kesempatan sebagai sarana pembelajaran. Berbekal pembelajaran dan bakat itulah, ia tumbuh menjadi seorang profesional yang berdedikasi dan memiliki loyalitas tinggi terhadap pekerjaan. Selain berkarier di PWC, Peni juga sempat menjadi direktur bidang IT di PT Thames Pam Jaya. Sejak saat itu, karier anak keempat dari lima bersaudara ini kian mengilap. Ia pun sempat berpindah-pindah tempat dan melanglang buana ke perusahaan-perusahaan multinasional sebagai jajaran top di bidang IT. “Bakat untuk bisa mempelajari sesuatu bidang itu tetap harus ada. Belajar dengan penuh kegigihan. Namun, ada faktor keberuntungan juga, selain faktor the right time dan the right place,” ujarnya. Di samping itu, Peni tak bisa mengesampingkan waktur keberuntungan di balik cerita suksesnya duduk di jajaran top berbagai perusahaan. Kompetensinya dalam bidang IT tak bisa diragunkan lagi. Bahkan, dalam hal ini, Peni bisa diadu dengan kemampuan kaum pria dalam hal penguasaan teknologi. Karena itu, ia bahkan sempat menjadi buruan headhunter sewaktu menjadi direktur IT di PT Thames Pam Jaya. Ibu dua anak ini memang lebih banyak menghabiskan waktunya sebagai konsultan. Namun, sejak 2002 lalu, saat ditunjuk menjadi direktur di PT Thames Pam Jaya, ia mengaku bisa menikmati suatu tanggung jawab yang luar biasa. Waktu itu, ujarnya, teknologi sudah menjamur di Indonesia, dan sudah menjadi tulang punggung dari perusahaan. Di perusahaan tersebut, Peni bersama tim melakuan eksplorasi teknologi, termasuk memperkenalkan teknologi baru ke industri tersebut. “Kebetulan industri ini rawan pencurian, ada hubungannya juga dengan pembaca meter yang begitu mudah diselewengkan,” katanya. Ia pun lantas melakukan serangkaian inovasi bidang teknologi agar bisa membantu perusahaan untuk menguAPRIL 2016
47
f i g u re
Menjadi konsultan yang baik untuk klien, dengan cara menempatkan diri sebaikbaiknya: tetap professional dalam bekerja, tapi juga perlu memiliki chemistry yang tepat,”
rangi kecurangan-kecurangan itu. “Di situ saya mulai benarbener menikmati tanggung jawab yang besar sekali, karena IT sudah jadi tulang punggung perusahaan. Bayangkan, kalau sistem IT down, level direksi pun bisa setiap waktu telepon saya, tanya kenapa laporan tertentu terlambat, atau ada kesalahan, atau aplikasi yang tidak beroperasi dengan semestinya,” ujar Peni. Dari situlah, Peni bisa belajar banyak bahwa pimpinan IT harus berdampingan dengan bisnis. Di situlah, lanjutnya, yang menjadi tantangan yang paling tinggi untuk seorang pimpinan IT. “Ada proses-proses bisnis yang harus disupport oleh IT. Dan, kalau sudah begini, kita tak lagi bicara jender, tapi kompetensi,” tuturnya. Peni menyadari, bidang pekerjaan yang ia tekuni selama ini memang didominasi kaum lelaki. Mereka dominan, baik sebagai atasan maupun bawahan. Bahkan, bawahan Peni 48
APRIL 2016
sendiri sebagian besar di antaranya adalah para lelaki. “Anak buah saya 90% pria semua. Itu hal yang wajar ditemui di perusahaan-perusahaan lain,” katanya. Kendati begitu, alumnus SMAN 12 ini mengaku tak pernah Foto: Yul Adrianyah mengalami perlakukan diskriminatif dari mereka. “Alhamdulillah saya tak pernah mengalami perlakuan seperti itu. Memang perusahaan-perusahaan tempat saya bekerja selama ini juga sangat mendukung hak-hak perempuan,” ucapnya. Namun, sekali pernah ia merasakan perlakuan disepelekan, baik dari sisi kompetensi maupun kemampuannya di bidang IT. Menurutnya, kecenderungan pria menganggap perempuan itu tak bisa merupakan hal yang wajar. “Namun, saya bisa buktikan pada mereka bahwa saya seorang profesional dan sama sekali tidak ada niat untuk misalkan mengganggu atau merebut posisi mereka. Akhirnya mereka jadi respek sendiri,” katanya. Karena itu, Peni tetap bergeming dan terus memacu diri untuk melesat lebih jauh lagi di industri IT yang tergolong keras ini. Di hadapan kaum lelaki, Peni memoles diri seb-
f i g u re
Foto: Yul Adrianyah
agai sosok pembelajar, profesional, dan memiliki kompetensi yang sama, atau bahkan dengan passion yang jauh berbeda dibanding mereka. Dalam memimpin, Peni cenderung menerapkan pendekatan secara personal. “Yang saya terapkan dulu filosofi memimpin dengan hati, membuka komunikasi, tanpa melihat perbedaan jenis kelamin,” ujarnya. Untungnya, dengan pendekatan itu, kerja sama tim bisa dibangun. Kinerjanya pun bisa diandalkan. Sebagai konsultan, Peni lebih banyak memberikan rekomendasi ataupun saran pada kliennya mengenai kebijakan apa saja di bidang IT yang perlu diambil perusahaan. “Memang tak akan langsung dirasakan benefitnya, karena klienklien yang saya tangani sekarang proyeknya bersifat jangka panjang,” katanya. Saat rekomendasi maupun arahan tersebut didengar dan diikuti klien, di situlah Peni merasakan kebahagiaan tersendiri. Sebab, ujarnya, tugas konsultan sebatas memberikan nasehat yang tidak mengikat dan diharuskan untuk dipatuhi. Karena itu, “Pada saat klien bisa menerima lalu menggunakan rekomendasi saya untuk di proses lagi di internal mereka, itu suatu pencapaian yang luar biasa,” katanya. Peni menyadari, seorang konsultan sering mendapati dirinya sebagai tempat curhat unek-unek bagi permasalahan yang dihadapi klien, baik teknis maupun non teknis. Menurutnya, ada kecenderungan hal itu terjadi ketika sebelumnya tak
pernah didengarkan, sehingga permasalahan yang mereka hadapi terus menumpuk dari tahun ke tahun. “Menjadi konsultan yang baik untuk klien, dengan cara menempatkan diri sebaik-baiknya: tetap professional dalam bekerja, tapi juga perlu memiliki chemistry yang tepat,” kata Peni. Sebagai perempuan modern yang juga berkarier di dunia IT, ia juga merasakan langsung kemudahan-kemudahan yang ditawarkan pesatnya kemajuan teknologi sekarang. Dari gadget, ujarnya, ia juga biasa melakukan transaksi online seperti memesan makanan atau produk yang disukai dengan mudahnya, dan hal ini sangat membantu mengingat kondisi Jakarta yang macet. ”Bisnis online memang bertujuan memberikan kemudahan bagi konsumen, dan makin maraknya bisnis berbasis online akhir akhir ini, menuntut perubahan paradigma para pelaku bisnis untuk sadar kompetisi” tuturnya. Kendati sukses sebagai wanita karier sekaligus petinggi di bidang IT, Peni masih saja merasakan kegundahan. Sebagai pimpinan IT di beberapa perusahaan besar, ia merasa belum berhasil mendapatkan sekaligus mengorbitkan suksesor atau sosok perempuan pengganti dirinya sebagai pimpinan IT. Kendati, ujarnya, sudah ada talent-talent yang dikembangkan untuk menuju posisi tersebut. Sebagai konsultan IT di perusahaan multinasional, ia mengangankan terjadinya sebuah transformasi dunia IT melalui karya dan inovasinya. “Saya ingin melihat hasil karya saya selama ini terwujudkan,” katanya, dengan raut penuh optimis. u APRIL 2016
49
f i g u re
Foto-foto: doc. pribadi
Cerita tentang Seorang Penari dan Penunggang Kuda
P 50
erempuan dan menari, dua kata yang begitu erat namun kian langka ditemukan belakangan ini. Di tengah keglamoran dan modernitas, kegemaran menari seakan hilang dan dikalahkan oleh hobi dan APRIL 2016
minat baru di bidang teknologi, game online, atau nge-mall. Namun, Peni Rahayu pantas dikecualikan. Rupanya ia seorang penari andal dan masih gemulai menggerakkan badan dan jari lentiknya di panggung. Dalam berbagai kes-
f i g u re
Foto-foto: doc. pribadi
empatan di acara budaya, Peni masih menyisakan waktu untuk tampil menghibur dengan gerak gemulainya. Bila ditelisik, kegemaran menari itu diawali sejak di bangku sekolah dasar (SD). Kemahiran dalam menari ini rupanya diwarisi dari bakat sang ibu yang memang kelahiran Solo, Jawa Tengah. Kendati, sejak kecil ia tak pernah bercita-cita jadi penari. Waktu duduk di bangku SMA, perempuan kelahiran 1963 ini bahkan sempat bercita-cita jadi dokter. Cita-cita yang belakangan kandas, karena ia lebih memilih bidang teknologi informasi saat kuliah di Amerika. Peni berujar, menari merupakan wahana untuk tetap memelihara budaya dan tradisi Jawa. Sebuah filosofi yang tetap ia pegang teguh kendati sudah melanglang buana hingga ke mancanegara “Saya kalau dibanding teman-teman, saya mungkin salah satu yang sangat “nJawa-ni”,” katanya sembari terkekeh. Boleh dibilang, Peni tergolong memegang teguh tradisi dan budaya. Buktinya, kendati menjadi pimpinan di bidang IT dan hilir mudik ke luar negeri, ia tetap menjaga nilai-nilai tradisi dari leluhurnya. “Itu yang saya pelajari dari ibu saya, karena ibu saya itu memang seorang wanita Jawa tulen, yang mampu bertutur menggunakan Bahasa Jawa halus, dan mampu membatik juga. Di balik gemulai gerakannya, Peni juga ternyata menyimpan bakat yang lain, yaitu berkuda. Setiap akhir pekan, ia banyak menghabiskan waktu berlatih bersama kuda piaraannya di daerah Depok. Apakah rahasia yang membuatnya awet muda? Peni kembali tergelak. “Jangan terlalu stres kalau menghadapi suatu masalah,” ujarnya. Selain itu, ia juga biasa meluangkan waktu melakukan perawatan di salon maupun olahraga berkuda dan menari. u
APRIL 2016
51
f i g u re
Sukses di Karier dan Rumah Tangga
P
erkasa di dunia karier, juga digjaya dalam urusan mendidik anak. Begitu Peni Rahayu. “Menurut saya, wanita perkasa itu tentunya harus tetap menjaga kode etik sebagai wanita. Jadi tak bisa melupakan bahwa wanita juga adalah ibu dari anak-anaknya,” katanya. Bahkan, menurutnya, tugas besar seorang wanita membesarkan anak-anaknya. “Begitulah kodrat seorang wanita,” ujar Peni. Kendati demikian, ujarnya, seorang wanita juga perlu bekerja untuk membantu dalam mencari penghasilan keluarga. Apalagi, ujarnya, di Negara seperti Indonesia, agak berat bila penghasilan dibebankan pada seorang suami. Di sisi lain, lanjut Peni, seorang wanita juga dituntut untuk independen dari sudut penghasilan. Sebab, seorang istri tidak akan pernah tahu akhirnya mungkin suaminya juga akan mendapat masalah di pekerjaannya. “Jadi independensi atau kemandirian seorang wanita itu sangat penting menurut saya,” ujarnya. Dalam berkarier, kata Peni, seorang wanita juga memiliki posisi yang setara dengan pria. Seorang wanita juga sepantasnya bisa meniti karier setinggitingginya seperti halnya
Foto bersama Tim Asiatech
52
APRIL 2016
seorang pria. “Seorang wanita perkasa juga harus bisa meniti karier setinggi-tingginya,” katanya. Selama berkarier, Peni menuturkan, dirinya tetap belajar dan bertanggung jawab menjadi seorang ibu. Ia juga harus kembali ke dapur untuk memasak begitu pembantunya mudik saat lebaran. “Walaupun sekarang saya sendiri sudah jarang berada di dapur, karena memang tuntutan pekerjaan, pas lebaran atau liburan panjang, saya juga harus mengurus urusan dapur,” katanya. Jikapun tak bisa ditangani sendiri, ia memilih untuk mengelola keadaan tersebut dengan memesan makanan jadi, membagi pekerjaan rumah dengan anak-anak, dsb.. Sebagai seorang wanita, Peni pun memiliki wanita idola. Beberapa wanita idolanya antara lain petinggi Hewlett Packard Enterprise, Margaret Cushing “Meg” Whitman. Dia seorang petinggi wanita dengan gaji atau pendapatan paling tinggi di dunia. “Leadershipnya juga bagus,” kata Peni. Selain itu, ia juga mengidoalakan almarhumah Gusti Raden Ayu Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani alias Gusti Noeroel. Menurut Peni, Gusti Noeroel merupakan sosok wanita yang mampu melestasrikan, selain teguh dengan pendiriannya. u
Foto: Yul Adrianyah
PT ASIATECH INTEGRASI Support Partner Program
for More info: Autorized Distributor Jl. brawijaya III No. 87 Kebayoran baru – Jakarta Phone. 021 727 99 194.
APRIL2016 2016 APRIL
53 53
inn o vati o n
Kesetaraan oleh: H. Jerry Tomasoa, SH, MBA (Groups Marketing Director)
S
elamat pagi para pembaca setia majalah Asiatech, salam hangat dari saya dan segenap karyawan asiatech integrasi sukses untuk kita semua ……..Amiiiin , pada kesempatan kali ini saya ingin sharing bersama para pembaca sedikit mengulas mengenai KESETARAAN dalam kaitan nya hari Kartini banyak perbedaan dan pendapat mengenai hal ini yang cukup sensitive, penulis pada kesempatan ini ingin membahas dari sisi yang sedikit agak berbeda, secara harafiah kita bisa melihat bahwa : Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional , serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidak adilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan. Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki. Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki. Terwujudnya kesetaran dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan. Memiliki akses dan partisipasi berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk menggunakan sumber daya dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumber daya tersebut. Memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya. Sehingga memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan. Penulis mencoba sedikit menguraikan mengenai apa yang di maksud dengan kesetaraan gender ? Menurut pendapat penulis, kesetaraan gender itu bukan pemerataan dalam konsep utopis yang menuntut bahwa perempuan harus disamakan dengan lelaki. Ya jelas tidak bisa, dimana perempuan
54
APRIL 2016
dan lelaki diciptakan dengan struktur yang berbeda, pada dasarnya . Perempuan diciptakan seperti ini, dengan rahim dan payudara, dengan kulit halus dan jari-jari lentik bukannya tanpa tujuan. Lelaki diciptakan dengan kondisi yang berbeda dari lawan jenisnya (perempuan ), dengan testis dan jakun, dengan lengan kekar dan dada bidang juga bukan tanpa tujuan.
inn ovati o n Berangkat dari perbedaan fisik yang telah di berikan oleh yang maha kuasa ini penulis mencoba mengajak para pembaca sekalian untuk melihat ke belakang bagaimana seorang perempuan (istri,ibu) yang menjalakan fungsi atau perannya secara multi tasking,membantu suami dan keluarga dari sisi ekonomi di sini penulis mengambil contoh pada zaman rasulallah dimana pada saat itu , Khadijah istri Rasulullah? Beliau adalah enterpreneur perempuan berpendapatan tinggi, bahkan lebih tinggi dari suaminya sendiri. Perempuan dan kemandirian ekonomi adalah wacana sosial yang sudah banyak dilakukan bahkan sejak ribuan tahun lalu. Dari apa yang di sampaikan oleh penulis di atas adalah sedikit pandangan tentang Kesetaraan antara perempuan dan laki – laki, dalam melaksanakan tugas membangun keluarga, masyarakat,bangsa dan negara sesuai dengan kapasitas serta ke mampuannya dari setiap individu ( laki-laki dan perempuan). Pada tulisan berikutnya penulis kembali mengajak para pembaca untuk memahi maksud dari yang di namakan mengenai perempuan perkasa, menurut pandangan penulis adalah sebagai berikut : Mungkin banyak kaum lelaki yang menganggap perempuan sebagai mahluk lemah, tak berdaya, dan cengeng. Persepsi seperti itu dulu banget, perempuan saat ini harus tampil berani menjadi perempuan kuat, tegar dan mandiri, tanpa harus meninggalkan tugas dan kewajibannya sebagai ibu, istri bagi suami dan anak-anaknya. Banyak kita melihat perempuan kuat dan tegar, yang selalu setia mendampingi, menerima apapun keadaan suami walaupun hatinya tersakiti. Begitu juga dengan perempuan yang berpisah (cerai) dari suami. Mereka mampu hidup mandiri untuk menghidupi anak-anaknya. Perempuan adalah sosok yang selalu tabah, sabar dan bisa memaafkan apapun kesalahan yang telah diperbuat suaminya. Dari tulisan di atas muncul sebuah icon di masyarakat Indonesia yang mewakili keperkasaan kaum perempuan yakni ; Srikandi, nama itu tak asing di telinga orang indonesia. Sehingga menjadi icon sebuah kekuatan tentang wanita yang tangguh.(multi tasking ) Hampir setiap pergolakan dan pergerakan dengan atas nama wanita, nama Srikandi ini muncul. Dan menjadi simbol kekuatan sebuah tokoh wanita. Sebenarnya siapa Srikandi? Apakah di antara wanita tangguh sekarang layak menjadi icon Srikandi? Srikandi, sebuah icon dan simbol tentang wanita perkasa lainnya. Tidaklah karena dilahirkan menjadi seorang wanita, ia menjadi lemah. Bukan kasta seorang wanita menjadikan Srikandi tidak berbuat apa2 bagi bangsa dan negaranya. Tidak pula simbol wanita menghalanginya untuk belajar sama seperti pria. Bukan Srikandi ketika harus menyarah dan tanpa berbuat. Bukan karena atas nama wanita, ia harus menyerah
dengan keadaan bawaan. Bukan alasan bernama kelemahan wanita, ia harus berada di belakang layar. Sekarangpun, setelah kebebasan dan kesamaan antara pria dan wanita, banyak wanita tangguh yang menjadi simbol kemajuan bangsa. Menjadi pengerak ekonomi rumah tangga. Banyak wanita tangguh yang hadir dalam percaturan politik, hadir dalam dunia pendidikan dan masih banyak lainnya. Bahkan melebihi pria, hanya porsinya tidak sebanyak pria pada kondisi tertentu. Namun tidak berarti wanita tangguh mengorbankan sebuah kondrat menjadi wanita, yaitu ibu yang luar biasa. Mendidik keluarga, dan menjadi penyejuk rumah tangga. Namun, tidak sedikit pula wanita yang dengan kebebasannya tidak layaknya Srikandi. Justru ia menjadi simbol Sengkuni-isme yang jahat dan licik. Dari mereka pulalah, nama wanita hancur dan menjadi bahan tertawaan. Tidak membangun namun menghancurkan, tidak menyejukkan tapi membuat runyam, tidak memberikan keteladaan namun keburukan. Bgaimanapun juga, simbol Srikandi akan terus ada di antara wanita yang tangguh. Akan didapati lebih banyak wanita tangguh laksana Srikandi di tahun-tahun mendatang di negara Indonesia ini. Penulis kembali mengajak para pembaca untuk menengok kebelakang khususnya budaya di negara kita dimana pada zaman dahulu Sesuai pemikiran adat istiadat zaman itu adalah, hanya para lelaki yang boleh berpendidikan tinggi, wanita tidak. Karena wanita hanya memiliki porsi yang sedikit dalam rumahtangga. Namun kenyataannya tidak begitu. Pewarisan sifat kecerdasan seorang anak tidak hanya dipengaruhi oleh ayahnya, namun juga ibunya. Bahkan cenderung lebih banyak dipengaruhi oleh ibunya, sehingga muncul APRIL 2016
55
inn o vati o n suatu pemikiran dari se orang ibu Kartini,pada saat itu yang menilai bahwa seorang wanita sangat memerlukan pendidikan tinggi seperti layaknya seorang lelaki. Berangkat dari prinsip itulah, kemudian Kartini mulai sering membaca buku, menulis surat kepada teman-temannya di Belanda dan Eropa, bahkan sempat ia mengirimkan surat pada Abendanon; sahabatnya yang berada di negeri kincir angin, untuk meminta beasiswa agar Kartini dapat belajar di negeri itu. Kartini sangat menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan. Wanita, menurutnya, memiliki hak yang sama untuk dapat mengenyam bangku pendidikan. Dari latar belakang tersebut, sudah jelaslah bahwa arah perjuangan Kartini adalah memajukan pendidikan kaum wanita. Bukan berarti Kartini menganggap rendah pekerjaan rumahtangga yang dilaku-
kan kaum wanita, justru, karena aturan-aturan ke-rumahtanggaan itu tidak semata-mata pekerjaan teknis saja, namun juga strategis. Kemudian, muncullah isu-isu emansipasi yang digulirkan oleh Kartini saat itu. Emansipasi yang dimaksud oleh Kartini adalah agar wanita mendapatkan hak untuk mendapat pendidikan setinggi-tingginya. Agar tidak ada lagi wanita yang direndahkan derajatnya di hadapan para lelaki. Dan agar wanita diakui kecerdasannya serta diberikan porsi yang sama 56
APRIL 2016
untuk dapat mengaplikasikan ilmunya. Namun, pada masa sekarang ini, arti emansipasi yang sesungguhnya sudah mulai terkikis oleh kemajuan zaman. Wanita-wanita Indonesia sendiri mulai tidak mengerti dengan arti emansipasi, hingga hilang semua martabat, yang di junjung oleh pengerak kaum wanita Ibu Kartini atas perjuangan nya dalam menempatkan wanita memiliki kesempatan yang sama dengan kaum laki-laki dalam mengenyam pendidikan Redefinisi emansipasi. Agar kita, sebagai perempuan Indonesia, tau betul mengapa Kartini sangat berjuang untuk adanya emansipasi wanita. Kemudian pertanyaannya, kenapa harus hari Kartini yang diperingati? Kenapa tidak Cut Nyak Dien? Kenapa tidak Laksamana Kemalahayati? Andai saja, Cut Nyak Dien menjadi lirik lagu “Ibu kita Cut Nyak Dien.. Putri Sejati…”, mungkin saat ini tak ada lagi Gerakan Aceh Merdeka. Padahal, Cut Nyak Dien ikut berperang bersama kaum adam pada masanya, dengan senjata. Lantas mengapa bukan Laksamana Kemalahayati yang diperingati hari lahirnya? Padahal, Laksamana Kemalahayati merupakan salah satu dari wanita paling berani saat zaman penjajahan itu. Cournelis De Houtman mati di tangan wanita perkasa itu di atas kapal sang Kolonel. Tangkas dan Pemberani. Lantas mengapa harus Kartini? Padahal, Kartini hanyalah anak dari seorang bangsawan yang harus dipingit untuk dinikahkan, tidak boleh mengenyam pendidikan. Hanya satu yang ia perjuangkan : kesetaraan hak antara wanita dan lelaki dalam hal pendidikan. Hanya itu. Tapi mari sama-sama kita lihat prosesnya. Bagaimana sampai akhirnya, kumpulan suratnya pada sahabatnya Abendanon, dijadikan sebuah buku yang berjudul “Door Duisternis tot Licht”, yang artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Bagaimana sampai akhirnya, penjajahlah yang mendirikan Kartini Fond, dan menerbitkan buku kumpulan surat Kartini itu, di Belanda dan bukan di Indonesia. Itu point pentingnya. Kenapa kemudian kita memilih Kartini untuk diperingati hari kelahirannya, karena itu. Karena Kartini menulis. Karena Kartini menulis. Cut Nyak Dien memang hebat. Ia sangat tegas terhadap kaum penjajah sehingga meskipun ia wanita, ia ikut berperang bersama kaum lelaki. Tapi ia tidak menulis seperti yang dilakukan Kartini. Kemudian, Laksamana Kemalahayati. Wanita yang tangkas dan pemberani; yang telah membunuh Cournelis De Houtman di atas kapal sang kolonel. Bukankah bangga Indonesia memiliki ratu aceh seperti dirinya? Lantas mengapa bukan Ia? Sama, alasannya. Karena Laksamana Kemalahayati tidak menulis. Berbeda dengan yang dilakukan Kartini. Lalu mengapa hanya dengan menulis, Kartini menjadi sosok yang diperingati satu tahun sekali? Karena membaca akan membuatmu melihat dunia, sedangkan menulis, akan membuat dunia melihatmu. Kartini membaca dan menulis, untuk memajukan kaumnya, wanita, bangsa Indonesia. Selamat Hari Kartini! Maju dan cerdaskan lah kaum perempuan Indonesia untuk lebih baik dan teruslah berkarya untuk bangsa dan negara ini u
Jl. Brawijaya III No. 87 Kebayoran Baru – Jakarta APRIL 2016 021 727 99 194. 57 Phone.
intervie w
58
APRIL 2016
intervie w
Dr. Aisah Dahlan
Sang Pembebas Para Pecandu Narkoba S iang itu, jarum jam tangan sudah menunjuk angka 2 siang. Cuaca di langit kawasan Kalibata, Jakarta Selatan, tampak sedikit mendung. Terik matahari yang biasanya terasa, tak begitu dirasakan oleh beberapa orang yang beraktivitas di depan sebuah bangunan rumah adat Bugis. Sebagian anak-anak muda itu memiliki tato di lengannya. Namun senyum mereka berkembang mengiringi aktivitasnya. Sesekali mereka saling bercanda dan tertawa lepas. Meraka adalah para pasien pecandu narkoba yang tengah menjalani proses rehablitasi di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya (Yayasan SRS). Lokasinya, di Komplek Simpang Tiga Kalibata nomor 16, Jalan Raya Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Sekilas bangunan ini tampak biasa, tetapi setelah memasuki beberapa ruangnya, ternyata ini penuh dengan aktivitas sosial yang luar biasa. Di sinilah para pecandu narkoba menjalani proses rehablitasi. Mereka berasal dari semua kalangan: miskin, kelas menengah, sampai orang berpunya. Bahkan, mereka berasal dari berbagai daerah dan lintas agama; Islam, Kristen, Budha, dan Hindu. Mereka menjalani proses tahapan rehabilitasi, mulai dari detoksifiksi, hingga after care di tempat ini. Mereka berbaur menjadi satu, saling bantu, dan saling berbagi perasaan (sharing) seolah satu keluarga yang terpisahkan. Uniknya, sebagian dari mereka yang sudah sembuh total pun ada yang masih tinggal di tempat ini, menjadi sukarelawan membantu teman-teman mereka yang juga menjadi korban narkoba. Siapa tokoh dibalik lembaga swadaya masyarakat bermisi sosial ini? Dialah dr. Aisah Dahlan. Dokter cantik kelahiran Jakarta, 17 Desember 1968 ini adalah aktivis senior yang bergerak di bidang rehabilitasi para pecandu narkoba. Tingginya tingkat peredaran narkoba, khususnya di kalangan generasi muda, menjadi momok yang sangat menakutkan. Setiap tahun lebih dari ribuan nyawa orang Indonesia melayang sia-sia akibat penyalahguaan barang
setan ini. Inikah yang mendorong Aisah Dahlan kemudian terjun ke aktivitas sosial ini? Ternyata, ada alasan lain yang lebih kuat dari sekadar kondisi tersebut. Wanita yang pernah menerima berbagai penghargaan ini ternyata mengalami sendiri dampak dari obat-obatan terlarang ini. Pada tahun 1989, Aisah mendapatkan kenyataan bahwa salah adik bungsunya, Syahril Dahlan, terjerumus ketergantungan obat terlarang. Nahkan, adiknya itu tak hanya memakai satu jenis narkoba. “Tapi yang paling dominan dia ketergantungan heroin. Dia kecanduan selama 10 tahun, tapi baru ketahuan gejalanya pada tahun 1996,” ujarnya saat ditemui Tim Asiatech (SS Budi Raharjo, Abdul Kholis, dan Yul Ardiansyah) di salah satu ruangan Yayasan Sahabat Rekan Sebaya. Sebagai sulung dari lima bersaudara, ia merasa ikut bertanggungjawab atas kondisi sang adik. Terlebih ia memiliki pengetahuan kedokteran. Akan tetapi saat itu, Aisah mengakui belum terlalu paham apa yang harus dilakukan. Syahril akhirnya mendapatkan pertolongan di salah satu panti rehabilitasi terkenal di Malaysia. Namanya, Rumah Pengasih. Meskipun mengalami kesembuhan, pihak keluarga termasuk Aisah diingatkan bahwa bekas pecandu akan berisiko terjerumus kembali ke dalam penggunaan obatobatan terlarang, apabila mengalami depresi yang membuat semangatnya terpuruk. Peringatan ini menjadi kenyataan ketika Syahril tidak mampu menghadapi cobaan, usahanya ambruk. Kembali Aisah tampil mencoba menyembuhkan keterpurukan Syahril. Perjalanan hidup menuntun Aisah dalam lingkaran para pengguna narkoba. Tidak hanya dalam lingkungan keluarga, ketika bekerja pun kembali ia harus menghadapi para pecandu. Di RS Harum Kalimalang ia diminta mengelola unit khusus yang menangani korban narkoba. Dari pengalaman hidup inilah lalu ia mendirikan paguyuban yang diberi nama Sahabat Rekan Sebaya. Paguyuban ini berisi APRIL 2016
59
intervie w kelompok pecandu dan keluarga yang pernah ia tangani. Selanjutnya, paguyuban ini berubah menjadi Yayasan Sahabat Rekan Sebaya yang kini dikenal sebagai satu dari sedikit komunitas yang menyediakan pelatihan bagi bekas pecandu yang sudah selesai menjalankan rehabilitasi. Seperti apa liku perjuangan dokter yang pernah meraih delapan penghargaan prestise ini dalam membangun “rumah” Yayasan SRS? Apa saja kisah pilu dan gembira di balik aktivitas sosialnya itu? Ia menuturkannya kepada Asiatech. Berikut petikan wawancaranya.
Foto: Yul Adrianyah
Bisa dijelaskan apa dan bagaimaa Yayasan SRS yang Anda bentuk ini? Yayasan Sahabat Rekan Sebaya. Yayasan ini berdiri sejak tahun 1998 berdiri. Bergerak di bidang penanggulangan bahaya narkoba dan HIV Aids. Jadi di sini berkumpul anak-anak yang dulunya korban narkoba, masuk ke dalam pengobatan yang kebetulan saya dokternya. Mereka kami obati lewat beberapa fase. Ada fase detoksifikasi atau pembersihan dari kecanduan. Lamanya bisa antara dua minggu atau sebulan, tergantung zatnya. Yang paling lama itu ngebersihin pecandu ganja, bisa satu bulan. Setelah itu, kami masukkan mereka ke dalam proses berikutnya, yakni rehabilitasi selama satu tahun. Setelah rehabilitasi, ada proses berikutnya, yaitu pascarehabilitasi atau istilah internasionalnya after care. Mereka yang masuk dalam tahap terakhir ini, mereka sudah tidak lagi di panti rehab, sudah di rumah, tapi mereka masih tetap “bergabung”
60
APRIL 2016
dengan kami. Kami akan mencari tahu: apa bakatnya dan minatnya, sehingga bisa disalurkan. Mereka yang jadi pasien di sini, datang sendiri atau Anda yang menemukan? Macam-macam. Dari dulu kan saya sudah dikenal sebagai dokter yang mengobati korban narkoba. Jadi ada yang datang ke sini, ada juga yang kami adakan detoksifikasi massal. Waktu itu sudah bergabung sama (Grup Musik) Slank. Waktu Mas Bimbim minta saya untuk mengobati para penggemar Slank (slankers), tapi dengan biaya yang terjangkau atau murah. Saya bilang,”Bisa...gratis juga bisa”. Nah, sejak tahun 2006, kami bikin detoksifikasi massal 100 Slankers setiap tahun. Sampai sekarang kegiatan ini masih berlanjut. Jadi, pasien saya ini ada yang datang sendiri ke sini, ada juga yang keluarganya melapor, lalu kami menjemput ke rumahnya. Pokoknya macam-mcam, karena nggak semua pecandu yang mau pulih. Kalau dilihat dari sisi ekonomi, pasien yang ada di yayasan ini dari masyarakat kalangan mana saja? Semua kalangan ada. Yang kalangan bawah ada, kelas menengah ada, kelas atas juga ada. Walauppun mereka asalnya dari orang kaya, lama-lama uangnya habis juga. Habis dicuri sama anaknya buat beli narkoba. Orang yang dulu waktu ngobatin anaknya carinya kelas VIP, tapi karena sudah kesal lantaran kambuh lagi, pakai lagi, dan kambuh lagi, akhirnya orang tua carinya “ada kelas kambing, nggak?” (tertawa). Ini maklum, orang tua sangat kesal karena semua barang di rumah habis dijual buat ngobatin anaknya, atau dicuri untuk beli narkoba. Bahkan ada juga yang sampai cincin kawin orang tuanya terpaksa dijual untuk ngobatin anaknya. Akhirnya yang kaya pun jadi miskin. Apalagi yang miskin? Ketika pasien ini dari keluarga tidak punya uang, apakah juga diterima di sini? Ya. Di sini gratis. Yang paling mahal itu kan biaya makan sehari-hari mereka di sini. Makanya kami bersyukur sekarang ada bantuan dari Pemerintah. Kadang ada juga orang tua pasien yang ingin bantu. Saya selalu katakan ke mereka terserah mau bantua apa. Kasih beras kami terima, kasih sembako lainnya juga kami terima dengan senang hati. Kabarnya soal funding yayasan, Anda keluar dari kantong sendiri? Kalau funding-nya dari pribadi saya. Kalau ada pendapatan dari pasien atau saya pergi seminar ada dana, saya masukan ke dalam yayasan ini. Ini saya lakukan sampai sekarang. Tetapi, sejak tahun 2015, alhamdulillah, Pemerintah melalui Kementerian Sosial membuat program Wajib Lapor. Jadi semua LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang sesuai kriteria mereka diberikan program yang dinamakan IPWL (Intitusi Penerima Wajib Lapor). Ini terkait dengan Undangundang baru No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika. Program IPWL ini juga terkait dengan instruksi Presiden yang menyatakan bahwa Indonesia sudah masuk dalam darurat narkoba. Tahun kemarin ditargetkan mengobati 100 ribu pecandu. Makanya, digerakkan LSM seluruh Indonesia.
Pemerintah mulai membantu biaya makan untuk pasien. Kalau sebelumnya kan kami cari sendiri, lalu kami ajak masyarakat untuk menyumbang. Ada yang nyumbang beras, ada yang nyumbang mie instan, ada juga yang nyumbang telur, dan lainnya. Pokoknya serulah. Alhamdulillah. Nilai bantuan yang diberikan pemerintah? Nilainya, untuk makan, untuk program, dan untuk rekreasi, per orang Rp 1,5 juta. Tiap yayasan minimum menampung berapa pasien? Itu tergantung tempat yang tersedia di yayasan yang akan dibantu. Kalau di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya ini hanya mampu menampung 30 orang. Ini saja sudah cukup banyak buat saya. Bantuan Pemerintah itu untuk berapa periode? Untuk satu pasien sih hanya dibantu oleh Pemerintah untuk biaya selama enam bulan. Tapi untuk programnya sih efektifnya satu tahun. Semua pasien boarding di sini? Ya, semunya boarding (menginap) di sini. Lalu untuk biaya enam bulan berikutnya? Nah, setelah enam bulan bantuan Pemerintah habis, kami menyiasati untuk mencari dana tambahan berikutnya. Kami biasanya melakukan teknik tersendiri, bagaimana dana yang hanya untuk enam bulan bisa digunakan untuk satu tahun. Caranya? Ya, kami bikin menu makannya yang sederhana saja. Tapi yang jelas, bantuan Pemerintah itu buat kami sangat membantu sekali. Apalagi kalau ingat dulu, kami pontang panting cari dana agar bisa membantu adik-adik pasien kami ini selama proses pengobatan dan rehabilitasinya. Ada berapa jumlah LSM rehabilitasi di seluruh Indonesia? Tahun 2015 lalu ada 118 LSM rehablitasi yang sudah bergabung. Tahun ini akan bergabung lagi 70 LSM rehabilitasi. Kebetulan saya dianggap paling senior dalam hal penanganan korban narkoba, maka kami bersama LSM-LSM lainnya di Indonesia tahun ini membuat Asosiasi Rehabilitasi Sosial Narkoba Indonesia (AIRI), dan saya diangkat sebagai ketuanya untuk periode pertama. Metode yang diterapkan di setiap LSM sama? Berbeda-beda. Paling banyak menggunakan terapi komunitas, ada juga spiritual religi. Ada yang Nasrani, Muslim, Hindu, dan Budha. Kami menganggap semua metode bisa dipakai, asal rehabilitasinya paling tidak satu tahun. Kalau ngobati dua minggu itu, hanya fase awal, namanya detoksifikasi. Setelah proses detoksifikasi pecandu sudah tidak ketagihan lagi? Memang sudah tidak ketagihan lagi. Tetapi hidupnya harus diatur. Dulu mereka siang jadi malam, malam jadi siang. Kalau lagi perasaam sedih, perasaan takut, atau lainnya dia cari narkoba lalu pakai. Begitu seterusnya. Ini perubahan yang terjadi dari semua jenis narkoba. Memang dalam enam tahun terakhir yang paling banyak zat yang digunakan ada yang golongan stimulan, yakni amfhetamin. Nama dagangnya,
sabu-sabu. Dan hati-hati, sekarang yang pakai bukan lagi anak-anak, tapi orang-orang dewasa usia produktif juga banyak yang pakai. Dari sekian banyak pasien Anda, adakah yang berasal dari aparat, misal polisi atau anggota TNI? Ada. Apalagi sekarang, pemakai narkoba bukan hanya anak-anak, orang-orang yang umur produktif dan semua kalangan banyak yang pakai. Ada juga orang kantoran yang awalnya ingin fit kerja lembur dari pagi sampai pagi lagi, mereka ada yang pakai sabu-sabu. Kalau dia belum tahu apa itu narkoba, apa jenisnya, apa faktanya, itu pasti kena.
Biasanya modus pemakainnya seperti apa mereka? Modusnya, biasanya, itu karena bosnya di kantor yang ngajak. Kalau orang lain yang ngajak kan dia bisa nolak. Tapi kalau bosnya yang ngajak, itu yang repot. Misalnya, ada pekerjaan yang numpuk, lalu ditawari “Pakai ini saja, lebih kuat dari kopi nih..nggak bikin ngantuk”. Dalam enam tahun terakhir, saya lihat begitu modusnya. Pejabat yang pakai narkoba juga ada? Ada. Cuma mereka rehabilitsinya nggak di tempat biasa
APRIL 2016
61
intervie w campur dengan pecandu lainnya. Sekarang ada rehabilitasi yang dibuat di Bali, dibikin semacam resort mewah. Cuma mereka nggak lama di sana, paling tiga bulan. Biasanya pekerjanya (anak buahnya) juga dibawa ke sana, karena mereka juga harus kerja. Tiga bulan itu waktu yang minimal sekali untuk rehabilitasi. Tetapi, walaupun sudah rehab selama tiga bulan, seminggu sekali dia harus konseling. Kalau itu dilakukan, dia bisa selamat. Di Yayasan SRS, kalau kondisi pasiennya sudah berat kecanduannya, bagaimana cara mengatasinya? Detoksifikasi dulu. Ini tindakan klinis. Jadi detoksifikasi adalah fase untuk menghentikan ketagihannya. Karena kalau orang biasa pakai, lalu tiba-tiba tidak pakai, muncul gejala putus zat. Gejalanya tiap jenis narkoba lain. Nah, itulah yang kami obati. Diobatinnya dilihat dari gejalanya. Kalau hari ini dia merasa ngilu semua badannya, ya kami kasih obatnya anti ngilu. Kalau
hari ini merasakan sakit seperti semua sendi mau patah dan sakitnya serasa kuku mau dicabut, ya kami kasih obatnya. Ini biasanya untuk yang pecandu heroin, mereka merasakan sakitnya luar biasa selama proses detoks. Bedanya dengan pecandu sabu-sabu? Lain lagi kalau pecandu sabu-sabu. Selama proses detoksifikasi, pecandu sabu-sabu itu sering mengalami paranoid, takut terhadap sesuatu yang sebenarnya nggak ada, hidupnya serasa diawasi oleh CCTV. Kadang ada juga yang rasanya mau bunuh diri, karena depresi. Itulah kondisi pasien yang mengalami putus zat. Proses ini terjadi di saat sedang melalui proses detoksfisikasi. Biasanya para pecandu kan tidak lepas dari rokok. Bagaimana mengatasinya? Untuk rokok, kami tidak ada uang untuk belikan mereka rokok. Pada masa transisinya, kami masih memperbolehkan mereka merokok. Tapi di tempat-tempat tertentu. Rokok bisanya disediakan oleh orang tua masing-masing, tapi tidak 62
APRIL 2016
boleh diberikan langsung ke pasien. Rokok itu kami yang atur pemberiannya. Di yayasan ini ada para pembina, mereka yang mengatur dan mengarahkan. Kalau yang biasanya sehari dua bungkus rokok, misalnya, di sini diatur satu bungkus untuk dua hari. Jadi kalau mau merokok, mereka antri. Termasuk korek api pun yang pegang pembinanya, pasien tidak boleh pegang. Begitu perlahan diatur sampai mereka tidak merokok sama sekali. Para pembinanya dari mana saja? Mereka rata-rata para bekas pecandu yang sudah berhenti. Kami ada delapan pembina dan dua orang social worker (pekerja sosial) di sini. Mereka sudah kami training bagaimana caranya untuk membantu proses rehabilitasi. Kalau dokternya hanya Anda sendiri? Iya. Cuma saya sendiri. Tidak coba ajak dokter lainnya untuk gabung? Saya sudah mengajak teman-teman dokter lain, tapi ya itu...tidak gampang ngajak mereka. Soalnya menghadapi pecandu narkoba kan tidak mudah. Mereka pada takut. Mereka berpikir ini pekerjaan yang sulit, menghadapi anakanak yang emosinya labil, ditambah ada sedikit penyakit jiwanya. Kami dengar, sebelum terjun ke aktivitas sosial ini, awalnya Adik Anda juga pernah kecanduan. Apa betul? Jujur saja, kalau saja adik saya sendiri, Syahril Dahlan, tidak terkena narkoba, saya juga malas melakukan pekerjaan sosial ini. Jadi, awalnya memang saya lakukan pekerjaan ini, lantaran adik saya pernah jadi pecandu narkoba. Alhamdulillah sekarang sudah dalam pemulihan Kapan tepatnya adik Anda pernah jadi pecandu? Adik saya jadi pecandu selama 10 tahun. Tapi gejala-gejalanya baru ketahuan pad tahun 1996 . Waktu itu kan belum ada yang namanya BNN (Badan Narkotika Nasional). Waduh, boleh dibilang bengal juga adik saya ini, karena hampir semua jenis narkoba dia pakai. Tapi pilihan dominannya lebih ke heroin. Badannya jadi nggak keurus, nggak seperti sekarang ini, sudah sehat. Waktu itu pengobatannya ke mana? Kami sudah coba obati kemana-mana, tapi hasilnya masih kurang. Lalu kami dapat informasi bahwa di Kuala Lumpur, Malaysia, ada tempat rehabilitasi yang bagus, namanya Rumah Pengasih. Akhirnya tahun 1997 kami ke sana ngobati adik saya. Sampai di sana, suami saya tertarik. Wah, ini kok metodenya bagus ya. Mulanya saya ingin jadi spesialis anak, tapi suami saya malah menyarankan “mendingan kamu jadi spesialis pengobatan narkoba saja. Di jakarta kan banyak sekali yang jadi pecandu, tetangga kita, adik kamu, pasti ini ilmunya kepakai di Indonesia”. Lalu?
intervie w Akhirnya saya putuskan untuk belajar tentang dunia pencegahan narkoba. Tetapi saya nggak bisa belajar selama dua tahun tinggal di Malaysia. Soalnya, di Indonesia kami itu sudah ditunggu, karena sudah begitu banyak korban di sini. Dan waktu itu sudah banyak orang-orang kaya yang anaknya kena narkoba pada berobat ke sana, karena di Indonesia belum ada yang teknik pengobatannya seperti di sana. Kebetulan suami saya keluarganya ada yang punya rumah sakit di daerah Kalimalang, Bekasi. Saya kemudian bicara dengan direktur rumah sakitnya, untuk minta disiapkan tempat buat saya untuk mendetoksifikasi pasien pecandu narkoba, sebelum mereka dibawa ke Malaysia. Sejak tahun 1997 itulah kami mulai bekerja. Itupun masih dalam kebingungan, karena waktu itu belum ada yang namanya gadget, belum ada youtube atau internet seperti sekarang. Cari informasi tentang narkoba bukan perkara gampang waktu itu. Jadi berapa lama Anda belajar tentang narkoba? Kalau ditanya soal belajar, sampai sekarang saya masih terus belajar. Apalagi sekarang perkembangannya begitu cepat dan selalu ada yang baru. Jadi saya nggak belajar layaknya orang kuliah, tetapi saya belajar dari pusat rehabilitasi di Malaysia tadi. Bayangkan, waktu tahun 1997, di Pusat Rehabilitasi Rumah Pengasih tadi ada 100 tempat tidur pasien, isinya sebagian besar orang Indonesia. Hanya ada beberapa orang saja yang asal Malaysia. Sampai pernah pusat rehabilitiasi ini dapat teguran dari Kerajaan Malaysia, karena isinya orang Indonesia semua. Jadi waktu itu pecandu yang berobat di Malaysia rata-rata orang kaya, ya? Betul. Karena waktu itu biaya per bulannya bisa mencapai Rp 3 juta. Cukup besar untuk ukuran tahun itu. Jadi mereka ada yang jual tanah, jual mobil, dan lainnya demi mengobati anaknya ke Malaysia. Mungkin mereka berobat ke luar negeri untuk menutupi rasa malu kepada tetangga... Awalnya begitu. Tapi kan selain itu, ada yang namanya terapi keluarga. Di Indonesia lalu kami bikin Family Support Group bagi para keluarga pecandu. Terapi keluarga ini dilakukan untuk diajarkan beberapa hal penting, seperti hilangkan rasa malu, hilangkan rasa bersalah, dan hilangkan rasa penolakan terhadap korban pecandu. Sebab, orang yang terkana narkoba, keluarganya juga jadi sakit semua. Mereka jadi malu, sedih, rasa bersalah, dan lainnya. Nah, ciri-ciri keluarga ini juga bisa sama seperti pecandunya: malu, menutup diri, berbhong kalau ditanya orang lain, macam-macam. Mereka jadi ikutan sakit. Nah, tahun 1999, karena makin banyaknya orang Indonesia yang ingin berobat ke Malaysia, tetapi nggak ada uangnya, akhirnya dari pihak Rumah Pengasih menyarankan agar bikin pusat rehabilitasi yang serupa di Indonesia. Mereka akan bantu untuk transfer knowledge. Di Indonesia Anda yang mempelopori? Saya buat tempat rehabilitasi di Rumah Sakit Harum, di Kalimalang. Dan ada juga sahabat saya, Ibu Melani Hermanto,
ada juga yang bikin di rumahnya di daerah Jagakarsa, Jakarta Selatan, karena anak beliau juga ada yang kena narkoba waktu itu. Tahun 2002, ketika masa Pemerintahan Megawati membentuk BNN, meminta ke saya untuk sharing metode rehabilitasi ini. Dan saya juga minta diajarkan dari para konselor di Malaysia. Sejak itu, mulailah BNN bikin pusat rehabilitasi, Kementerian Sosial juga bikin yang mirip dengan Malaysia. Metodenya sama dengan yang di Malaysia? Metode dan pola pengobatan atau rehabilitasinya semua sama dengan yang ada di Malaysia. Metode ini bahkan, sama dengan yang digunkan di beberapa negera lain seperti Amerika, Pilipina, dan lainnya. Semuanya menggunakan metode Terapi Komunitas. Metode ini sudah terbukti ada output-nya sama? Ya. Tetapi tentunya dalam proses pemulihan narkoba, ada kemungkinan mereka melakukan relapsing atau kambuh. Pecandu narkoba jenis apa yang sering terjadi relapsing?
Foto: Yul Adrianyah
Semua jenis narkoba bisa relapsing. Periodenya berapa lama bisa terjadi relapsing? Tergantung. Kalau dia tidak lagi ke tempat yang bahaya, ke komunitas yang menyebabkan dia jadi pecandu lagi, maka dia selamat. Atau dia tahu diri, tidak boleh jalan sendiri, tidak boleh pegang uang banyak, dan selalu dipantau oleh keluarga, maka dia bisa selamat. Apakah pecandu yang karena relapsing itu masih dibantu oleh Pemerintah untuk rehabilitasinya? Nggak. Pemerintah hanya bantu sekali. Jadi, kriteria dibantu oleh pemerintah harus pasien baru dan data baru. Sampai sekarang “alumni” Yayasan Rekan Sebaya sudah berapa banyak? Wah, ini dia yang susah ngitung-nya. Sebab, sejak tahun 1998 ada yang hanya detoks saja, ada yang sampia rehabilitasi, ada juga yang sampai sekarang masih gabung dengan kami APRIL 2016
63
intervie w dan ada juga yang after care. Mungkin sudah ratusan. Soalnya waktu itu kan awal-awalnya serba darurat, banyak yang minta untuk dibantu untuk ditangani, akhirnya luput pencatatannya. Nah, sekarang kami mulai melakukan pendataan yang lebih rapi. Dari pengalaman Anda, selama proses rehablitiasi ada yang pernah kabur dari yayasan? Wah..itu sih biasa. Kabur itu sudah biasa. Itu terjadi di semua tempat rehabilitasi. Makanya, saya selalu katakan ke orang tuanya, “Ini anak Ibu, saya jaga sedemikian rupa ya. Kalau kabur itu biasa. Yang luar biasa justru ikut rehabilitasi di tempat saya, tapi dia tidak kabur”... (tertawa). Mereka itu kan bosan di tempat rehabilitasi...lha wong biasa hidup bebas. Dus, orang kalau sudah biasa pakai narkoba, lalu berhenti, jadi kangen sama narkoba. Narkobanya “manggil-manggil”. Hampir sama dengan orang pacaran yang nggak disetujui orang tuanya, dia akan kabur demi nemuin pacarnya. Nah, kalau ini dari bahan kimia, maka kekuatan memanggilnya bisa lebih kuat. Walaupun sudah didetoks? Ya. Waktu didetoks itu kan yang dihilangkan itu kecanduannya. Setelah itu, muncul “kerinduannya” terhadap narkoba. Itu yang terus kami obati mereka. Jadi meski sudah selesai didetoks, sugestinya untuk balik lagi ke narkoba masih berlanjut ya? Ya. Sugestinya terus ingin pakai. Proses detoks rata-rata berapa lama untuk pecandu? Rata-rata sebulan. Sebenarnya dua minggu sudah bersih. Ditandai dengan tes urine. Kalau sudah negatif, berarti sudah bersih. Yang lama itu untuk pecandu ganja, detoksnya bisa sebulan lebih. Soalnya zatnya selain diotak, menempel juga di lemak dalam tubuh. Untuk menjaga pasien yang ingin kabur, apa yang Anda lakukan? Kami ada tim atau staf di yayasan ini. Tetapi selama ini, yang “mondok” di sini keinginan kaburnya makin berkurang dibandingkan pada masa detoksifikasi. Kalau masih masa detoksifikasi, kami kerjasama dengan pihak rumah sakit. Sekarang kami bermitra dengan Rumah Sakit Bhayangkara, Selapa Polri, yang ada di Ciputat. 64
APRIL 2016
Di sini tidak ada tempat detoksnya? Kami lihat dulu pasiennya. Dilihat dari “tilik” dirinya. Kalau dia datang sendiri dengan kesadaran ingin sembuh dan tidak ada keinginan untuk kabur, maka detoksnya bisa dilakukan di yayasan. Tapi kalau dia datang diantar oleh orang tuanya, dan dilihat dari mukanya ada keinginan kabur, ya kami lakukan detoksnya di Rumah Sakit Bhayangkara. Tempat detoks di Rumah Sakit Bhayangkara, tempatnya memang dibuat nyaman seperti di dalam rumah. Ada kamar tidurnya, ada ruang tamunya. Tetapi lokasinya dan penjaganya dibuat berlapis-lapis. Meskipun begitu, toh tetap saja ada yang bisa kabur. Di saat penjaganya sedang tidur, ada yang kabur. Untuk detoks di rumah sakit, siapa yang bayar? Kalau detoksnya di rumah sakit yang bayar harus keluarga pasiennya. Makanya kalau ada pasien, saya lihat dulu orangnya. Kalau motivasinya untuk sembuh tinggi dan dia tidak punya uang, itu cukup di yayasan saja. Bagaimana kalau pasien hasil tangkapan polisi, apakah rehabnya juga harus bayar? Ya. Karena harus direhab di rumah sakit, maka keluarganya harus menanggung biaya pengobatannya. Seorang pecandu narkoba apakah juga ditemukan pengidap penyakit HIV-nya? Hampir semua tempat rehabilitasi, itu prosentasi HIV-nya antara 60% - 70%. Sedangkan kemungkinan hepatitis C bisa mencapai 90%. Penyakit ini berkait atau karena memang di pecandu juga melakukan aktivitas (sex bebas, misalnya) yang menyebabkan HIV? Karena jarum suntik yang di-share. Jadi mereka saling tukar jarum suntik waktu pakai narkoba. Bukan karena dia LGBT (Lesbian, Gay, Bisex, Transgender)? (Tertawa) Ya. LGBT juga jadi pintu masuk untuk terjangkitnya HIV Aids. Yang celaka kan sudah narkoba, dia LGBT juga...berat. Dan pasien yang begini juga ada. Bagaimana untuk meng-handle pasien yang terkena dua-duanya (narkoba dan HIV)? Bukankah virus HIV belum ada obatnya? Apapun jenis virus tidak ada yang mati. Termasuk virus influensa, virus cacar air dan lainnya. Diobati itu hanya untuk melemahkan virus saja, tidak mematikan. Virus akan mati setelah Kiamat tiba. Yang penting, kalau daya tahan tubuh
intervie w kuat, maka virus itu bisa keluar dari tubuh kita. Tetapi virus HIV itu tetap ada di dalam tubuh orang yang mengidap. Virus ini kan menyerang dan merusak sel darah putih, makanya daya tahan tubuhnya yang diserang. Padahal untuk bisa bertahan agar tidak sakit kan karena ada sel darah putih. Obatnya yang selama ini dipakai? Ada obat yang ditemukan, namanya antiretroviral. Obat itu goal-nya adalah agar virus HIV tidak terlalu aktif. Virusnya dilemahkan, agar pasien bisa cukup panjang waktunya untuk bisa hidup, agar tidak cepat masuk ke dalam fase Aids. Maksudnya? Orang yang terkena HIV, kalau tidak minum antiretroviral, dalam lima tahun bisa masuk ke fase Aids. Yaitu kumpulan berbagai penyakit, dia kenal TBC, kena kanker, kena meningitis, kena jamur dan lainnya, itu namanya Aids. Penyakitnya penyakit biasa, tapi kompleks. Orang yang terkena Aids juga tidak langsung meninggal, biasanya dia terkapar dulu selama tahunan. Itu kan derajat kesehatannya rendah sekali. Nah, dengan obat antiretorviral, orang yang terkena HIV bisa memperpanjang masa hidupnya, dengan catatan harus minum setiap hari dan pada jam yang sama selama seumur hidup dia. Kalau terlambat minum obat ini, HIV-nya bisa naik lagi. Begitu ganasnya virus ini. Obat antiretorviral untuk pengindap HIV juga masih dibantu Pemerintah juga? Ya. Obat yang masih dipakai oleh Pemerintah itu yang diproduksi dari India. Jenisnya disebut Lini Satu. Kalau tidak dibantu pemerintah, per bulan biayanya Rp 3 juta untuk obat ini. Di tahap Lini Satu ini masih dibantu Pemerintah. Tapi juga ada resistensi. Kalau ternyata virus HIV-nya sangat kebal dengan obat antiretroviral ini, maka harus menggunakan obat yang dosisnya lebih tinggi atau Lini Dua. Harganya bisa mencapai Rp 6 juta – Rp 7 juta per bulan. Yang begini sudah tidak dibantu lagi oleh Pemerintah. Harus dibayar sendiri. Apalagi kalau sudah sampai level Lini Tiga dan seterusnya, harga obatnya bisa berlipat-lipat. Dan orag tuanya biasanya sudah angkat tangan. Tadi Anda katakan dalam proses rehabilitasi ada yang disebut fase after care. Apa langkah pembinaan yang dilakukan oleh Yayasan SRS para after care? Kami sering adakan kumpul-kumpul dengan para keluarganya sebulan sekali, untuk sama-sama sharing bagaimana menjaga hidup sehat. Orang-orang yang peduli juga ada yang datang. Tagline yayasan ini Responsible, Care, & Concern. Bisa dijelaskan maksudnya? Responsible, Care, & Concern. Ada filosofinya, bertanggung jawab dan peduli. Adik-adik mantan pecandu yang ada di yayasan ini dilatih untuk bisa bertangungjawab terhadap dirinya, terhadap keluarga, terhadap orang lain. Mereka juga harus peduli dengan kesehatan diri dan lingkungannya. Contoh kecil, kalau kami lihat ada gelang karet atau
benda lainnya yang berceceran di lantai, lalu dia tidak peduli untuk merapikan, ya kami tegur dia. Ini untuk melatih kepedulian dengan lingkungan dia sendiri. Itulah yang kami sebut merehabilitasi. Jadi, direhabilitasi cara berpikirnya, pola hidupnya, dan lainnya. Para petugas atau staf yang sehari-hari menangani para pecandu ini apa pernah ada yang stres atau tidak kuat? Kami setiap pagi dan malam ada yang namanya kegiatan group sharing. Apa yang di-share? Mereka hanya men-share tentang “apa perasaanmu hari ini?”. Jadi, pagi-pagi sebelum mereka bertugas, mereka saling sharing. Share-nya bisa macam-macam, ada yang perasaannya campur aduk senang, sedih, dan lain-lain. Para mantan pencadu yang dalam fase after care apakah juga bikin semacam komunitas? Ya. Mereka bikin komunitas di facebook, namanya Komunitas “Cukup Gue”. Maksudnya, cukup gue yang jadi korban narkoba, kalian jangan sampai. Komunitas ini untuk
Foto: Yul Adrianyah
mengikatkan kembali para after care yang tempatnya jauhjauh di luar kota dan luar Jawa. Apa kegiatan lain dari komunitas ini? Komunitas ini juga sudah pernah bikin film layar lebar. Isinya seputar edukasi publik agar mereka terhindar dari bahaya narkoba. Judul filmnya “Cukup Gue”, untuk seri satu sudah dibuat tahun 2008. Dan sudah diputar di Blitz. Dan film “Cukup Gue” kedua bisa main di Cineplex. Desember tahun ini, rencananya kami akan bikin film “Cukup Gue” jilid tiga. Ada kisah cukup menarik, ada enam bersaudara, lima orang jadi pecandu plus satu keponakannya, dan tiga orang meninggal karena HIV dan Aids. Asyiknya, yang bikin skenario, sutradara, krunya, kameramennya, dan pemainnya mereka sendiri. Jadi, mereka sudah jadi orang-orang yang kreatif. Sebelumnya, memang mereka ditraining dulu sama teman-teman saya yang orang perfilman. u APRIL 2016
65
Foto: Yul Adrianyah
intervie w
66
APRIL 2016
intervie w
Maya Miranda Ambarsari
Ibu Rumah Tangga yang Sukses Jadi Pengusaha
W
anita tinggi semampai dan berparas cantik itu terlihat antusias menjelaskan perjuangannya membangun bisnis dan perjalanannya sebagai pekerja sosial. Ia duduk di sofa panjang meladeni setiap pertanyaan yang diajukan oleh Tim Asiatech, sembari melipat salah satu kakinya yang jenjang. Menjelang akhir perbincangan, tiba-tiba suaranya terbata-bata dan nyaris tak bisa terucap lagi. Matanya tampak berkaca-kaca, sambil menutupkan jemarinya ke sebagian wajahnya, menahan air mata yang hendak tumpah. Saat itu, ia tengah Bersama keluarga menceritakan suasana haru orang-orang duafa yang datang ke Rumah Belajar Miranda (RBM) miliknya, di bilangan Kebayoran, Jakarta Selatan. Tbk, perusahan tambang emas di Banyuwangi, Jawa Timur. Ia Meski mencoba untuk menahan, namun perlahan air juga pemilik sekaligus President Director PT Tri Tunggal Agung matanya mengalir dari sudut matanya. Ia teringat betul Propertindo, perusahaan properti – Grand Dafam Cisarua. bagaimana awal-awal suasana anak-anak kaum duafa yang Wanita yang akrab disapa Maya ini juga owner Elliottii (Excluingin belajar di RBM. Di sini mereka bisa belajar secara gratis. sive Guest Houses) di Pondok Indah, Kebayoran Baru dan PunPun demikian dengan kaum ibu-ibunya, mereka bergabung cak, Jawa Barat. dalam Majelis Ta’lim yang ia bentuk. Selain aktif berbisnis, ia juga dikenal sebagai pekerja sos“Ya Allah, awal-awal, mereka nggak berani masuk ruanial. Ia merupakan pendiri Rumah Belajar Miranda (RBM) yang gan RBM, yang mungkin dianggap terlalu mewah buat merberlokasi di Kebayoran, Jakarta Selatan. RBM ini bergerak di eka. Aku memang siapkan untuk mereka,” tuturnya sambil bidang pendidikan bagi kalangan kaum duafa secara gratis. terus mengusap matanya yang makin berkaca-kaca. RBM ibarat “oase” hidup bagi wanita pengusaha ini, di tengah Itu merupakan sepenggal pengalaman batin Maya Mimelimpahnya keberhasilan bisnis yang ia jalani. Momen-moranda Ambarsari yang ia tuturkan saat berbincang dengan SS men yang terjadi di kegiatan sosial ini acap menyentuh batinBudi Raharjo, Abdul Kholis, dan fotografer Yul Ardiansyah nya untuk selalu bersyukur. dari Asiatech. Menurut Maya, sukses dalam menjalankan bisnis perusaDi kalangan pengusaha muda, nama Maya Miranda Amhaan sangat relatif dan tidak pernah ada titik tertinggi untuk barsari sudah tak asing lagi. Wanita kelahiran Palembang, 9 itu. Sukses sangat tergantung pada kerja keras, kerja pintar, Juli 1973 ini dikenal sukses dalam meniti karir bisnisnya. Bisa fokus, kesempatan dan jaringan yang terentuk selama ia dibilang ia adalah sosok Kartini di era sekarang. Memiliki niat menjalankan kehidupannya. dan keberani menerobos “belenggu” zaman. Ia mengaku sangat bersyukur atas apa yang telah diaIa salah satu shareholder PT Merdeka Copper and Gold nugerahkan oleh Allah swt kepada diri dan keluarganya. Rasa APRIL 2016
67
intervie w
Foto: Yul Adrianyah
syukurnya itu, membuat ia sangat berhati-hati atas segala pemberiannya. Justru dengan sangat melimpahnya rahmat Allah swt, Maya merasa untuk menjaga jangan sampai berbuat keluar “jalur”. Ia merasa berkewajiban untuk menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat untuk lingkungan sekitarnya. “Allah itu Maha Mengetahui dan mempunyai recana untuk umat-Nya,” ucapnya. Keluasan bisnis dan kegiatan sosial ini, katanya, bukan semata hasil kerja keras. Bagi Maya, inilah anugerah yang ia dapatkan sekaligus sebagai pemegang amanah, agar bisa bermanfaat bagi banyak orang lain. Apa yang ia lakukan bersama suami dan partner bisnisnya, ia anggap sebagai mediator dari Sang Pencipta dengan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Begitu sadarnya Maya bahwa bisnis dan kesuksesannya adalah anugerah dari Sang Pencipta, maka budaya perusahaan dan tata kelola bisnis yang ia lakukan pun sarat dengan makna-makna agama yang ia anut, yakni Islam. Corporate cultur yang ditanamkan; antara pemilik, manajemen, dan karyawan adalah satu kesatuan dan menerapkan sistem kekeluargaan. Dengan budaya ini, maka digarapkan seluruh yang terlibat dalam bisnisnya, mempunyai semangat rasa memiliki perusahaan, sehingga sense of belonging-nya tinggi Sebagai pemimpin, Maya merasa wajib menjadi “role 68
APRIL 2016
model” dalam menerjemahkan niat baik dalam berbisnis, dengan menganut prinsip takwa. Berusaha semaksimal mungkin dekat dengan perintah-Nya, dan jauhi larangan-Nya. Nah, seperti apa kiat wanita pengusaha alumni master of Internatioanl Business, Swinburne University of technology, Melbourne, Australia, ini dana mengelola bisnis? Kepada Asiatech, Maya membeberkan banyak rahasianya. Berikut petikannya. Bisa diceritakan bagaimana aktivitas bisnis Anda saat ini? Salah satu bisnisku yang sekarang adalah di gold mining. Perusahan ini sudah go public sejak dua tahun lalu. Aku bareng teman-teman penguaha lain seperti Pak Sandiaga Uno dari Saratoga dan Pak Boy Tohir dari Adaro. Background Anda dulu memang dari bisnis? Background aku sih dulu sebenarnya lawyer. Kabarnya juga terjun di bisnis properti? Betul. Aku punya ketertarikan di dunia properti, makanya aku bangun hotel dan kondominium di Cisarua. Bisa dijelaskan apa dan bagaimana bisnis properti Anda jalani itu? Untuk di jakarta, akau bangun Elliottii Recident di Pondok Indah. Konsep desain Elliottii ini aku bikin dengan tampilan luxury dan desain interior yang, menurut aku, bagus banget. Nama Elliottii diambil dari mana? Elliottii itu dari bahasa Latin, artinya pohon pinus. Pohon
intervie w rusahaan aku ini Presdir, tetap suami bagiku nomor satu. pinus ini memiliki filosofi yang bagus. Bisa menaungi yang Dari CV Anda, pernah juga menekuni dunia model? ada di sekitarnya, seluruh bagiannya bisa dimanfaatkan unPernah, tapi cuma sedikit saja. Aku ini sebenarnya nggak tuk dibuat beragam produk, termasuk getahnya. Mudahbakat jadi model...hahahaha. Aku nggak terjun banget. Itu semudahan bisa meneduhi dan aku bisa menjadi pemimpin benarnya, kegiatan waktu aku kuliah di Melbourne, Australia. yang baik. Dan, pohon pinus itu posturnya tinggi seperti aku, Selain sebagai student, aku juga kerja di Indonesian Conselor. hahahahaha... Nah, kebetulan kerjaku itu untuk jadi model. Bukan hanya Sedangkan untuk Condotel Grand Dafam Cisarua, proyek model, tapi juga jadi tukang masak, dan MC. Macam-macam. ini akan dibangun dalam waktu dekat, sekitar bulan Juli taSengaja niatan untuk kuliah sambil kerja disana? hun ini, setelah Lebaran Idul Fitri. Proyek ini berada di Jalan Sebenarnya sih kuliah bisa full, ya. Artinya papa mamaku Raya Puncak KM 84, Cisarua, sebelum pertigaan Taman Safari. masih bisa biaya aku kuliah. Tapi waktu itu aku ingin nggak Harga yang ditawarkan mulai dari Rp 882 jutaan, tergantung mau dibiayai terus sama orangtua. Aku ingin membiayai diri unit tipe. Ada empat tipe, yaitu Deluxe,Executive, Exe Balcony, sendiri. dan Junior Suite. Dari sekian banyak kegiatan, mana passion yang palApa konsep yang Anda tawarkan dalam properti ini? ing kuat dari Anda? Konsepnya revival to the nature, yaitu hotel yang menguAku lebih kuat passion-nya di social actiivity. sung konsep kembali ke alam, dari segi desain interior dan Apa alasan Anda memilih passion ini untuk dijalani? fasilitasnya menggunakan barang berbahan dasar kayu dan Sejak aku lahir, di keluargaku terbiasa dengan kegiatan juga barang daur ulang. sosial. Orangtuaku itu bisa dibilang pelopornya. Papaku itu Berapa luas lahannya? pejabat eselon satu di Kementerian Perhubungan waktu itu, Luas lahan 1,5 hektar, tapi yang dibangun hanya 3000 m2 tepat di bawah menteri, tapi kehidupannya biasa saja. atau sekitar 20% dari luas lahan. Rencananya, akan kami banWaktu aku kecil, papa mamaku itu sudah menghidupi gun jadi 234 unit. banyak orang. Kami bantu orang-orang yang nggak mampu Siapa operator Condotel ini? untuk sekolah. Di situlah aku berpikir, bahwa ternyata hidup Operatorya itu Dafam Hotels Management yang sudah itu ya seperti itu. Jadi, kalau sekarang aku juga lakukan hal berpengalaman dan merupakan hotel chain lokal terbaik saat sama, itu bukan karena kewajiban, tapi karena happiness. ini. Memiliki jaringan luas baik di kalangan corporate maupun Apa ada wasiat khusus dari orangtua untuk melanjutgoverment. Dia juga mendapatkan berbagai macam awards kan social activity ini? baik skala nasional maupun internasional. Jadi, waktu mamaku sakit kanker, kami masih tinggal di Berapa nilai investasi yang dibutuhkan untuk memVila Sawo, di Kebayoran. Aku dan suami tinggal berdektan bangun Condotel Grand Dafam Ciasura ini? dengan rumah orang tua. Waktu itu aku nggak mau pindah Investasinya sekitar Rp 300 miliar. ke Pondok Indah, karena aku ingin merawat mamaku. Kabarnya, Anda pernah juga membuka bisnis adverAkhirnya, rumah yang tiga lantai itu aku jadikan tempat tising? untuk belajar anak-anak yang nggak mampu, yang aku kasih Aku dulu pernah di pembuatan billboard yang dipasang nama Rumah Belajar Miranda (RBM). Nama Miranda diambil di pinggir jalan-jalan raya. Aku juga pernah membangun BTS dari namaku. Kolam renang aku tutup lalu dijadikan kelas un(Base Transceiver Station) untuk perusahan telepon selular. tuk belajar. Cuma aku nggak lama di sini, karena aku pegang gold mining. Selajutnya, aku juga punya passion di interior design, maka jatuhnya ke bisnis propeti Kapan tepatnya bisnis properti Anda mulai? Setelah perusahaan gold mining tahun lalu IPO, baru aku jalani bisnis properti. Salah satunya itu Elliotees. Jadi aku ini banyak kesukaannya, aku suka interior design, aku suka masak, aku suka ngerawat tanaman, aku juga suka pelihara kucing. Intinya, aku ini sorang ibu rumah tangga. Kalau soal bisnis, buat aku itu bonus. Aku bersyukur dikasih kesempatan untuk memperluas wawasan. Tapi inti dari segalanya itu aku adalah seorang ibu rumah tangga, aku seorang istri dari suamiku, dan suamiku adalah imamku. Dimanapun berada, buat Bersama sang suami tercinta aku suami ya nomor satu. Meskipun di peAPRIL 2016
69
intervie w
Bisa dijelaskan apa dan bagaimana RBM yang Anda bangun ini? Ya, aku punya RBM. Di RBM ini kami menampung orangorang yang tidak mampu untuk sekolah di sini. Ada sekitar 500 orang yang aku tampung di sini. Apa saja macam pendidikan yang ada di sini? Macam-macam, ada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), ada Taman Pendidikan Al-Quran (TPA), ada juga untuk belajar hafiz Al Quran, ada mushola, dan perpustkaan, ada frachise matematika yang aku beli untuk belajar anak-anak tidak mampu, dan kegiatan sosial lainya. Dikelola dalam bentuk yayasan? Tidak. Kami bikin ini independen. Ya, kalu boleh dibilang aku ini socialpreneur. Bukan sosialita, ya? Aku malah nggak cocok kalau dibilang sosialita, hahahaha.... Ada persyaratan atau kriteria khusus untuk anak yang mau belajar di RBM? Siapa saja, mulai dari umur 2,5 tahun sampai umur anak sekolah. Karena itu sosial, maka semuanya gratis. Tapi kalau mereka memang mampu untuk bayar, silakan saja. Mereka bisa bayar Rp 50 ribu, atau bayar Rp 100 ribu, atau Rp 200 ribu, tidak ada masalah, asal mereka mampu. RBM dikelola dengan manajemen profesional? Ini memang sekolah gratis, tapi aku kelola dengan profesional. Semua gurunya tamatan sarjana dan mereka kami perlakukan secara profesional. Mereka juga kami beri tempat tingal di sana. Jadi, semuanya dikelola layaknya commercial activity, tetapi sebenarnya adalah social activity. Awal Mei nanti RBM ini memasuki dua tahun berjalan. RBM juga mengeluarkan ijazah? Tidak. Tapi kami mengeluarkan semacam surat keterangan bahwa para siswa itu lulus nantinya. Satu kelas berapa anak? 70
APRIL 2016
Maksimal 15 anak. Biar lebih intensif dalam proses belajarnya. Aplagi untuk bisa belajar hafiz Al Quran, nggak bisa belajar ramai-ramai seperti belajar biasa. RBM Sudah melahirkan hafiz Al Quran? Itu belum ya, karena untuk kelas hafiz juga masih tergolong baru, baru setengah tahun. Butuh waktu cukup lama untuk bisa melahirkan hafiz. Untuk kelas hafiz itu yang susah cari guru hafiznya. Kalau muridnya sih banyak yang mau. Guru hafiz itu bukan hanya sekadar bisa iqro atau baca Al Quran, tapi ilmunya perlu lebih dalam lagi. Nah, guru-gurunya itu yang kmi utamakan dari kalangan profesional yang sebelumnya juga dari kalangan yang tidak mampu dan mereka dapat beasiswa waktu kuliah. Foto: Yul Adrianyah Setiap tahunnya, data tampung RBM dibatasi? Ya, kami punya batasan daya tampung. Karena kami juga nggak mau asal banyak, tapi nggak mikirin kualitas. Kalau terlalu banyak, gurunya nggak bisa konsentrasi, muridnya pun nggak bisa konsentrasi juga. Sekarang jumlah muridnya ad sekitar 400 an anak, selebihnya 100 orang lebih itu adalah majelis taklim ibu-bu dari kalangan tidak mampu. Ada yang istri sopir, tukang gorengan, tukang sayur, dan lainnya. Kegiatan majelis taklimnya hanya belajar ngaji saja? Majelis taklim ini bukan hanya sekadar ngaji biasa. Tapi mereka juga kami bina untuk membuka usaha, agar ekonomi keluarga mereka bisa lebih baik. Kami memberikan bantuan modal usaha, tanpa bunga, dan dibayar kapan saja. Namun, kalau mereka nggak sanggup bayar pun buat aku nggak masalah. Tapi, kalau mereka sanggup bayar Rp 50 ribu atau Rp 100 ribu sebulan itu sudah bagus. Berapa plafon pinjaman modal usaha yang diberikan? Plafon sebenanya tergantung kebutuhan mereka. Tapi selama ini kami baru berikan maksimal Rp 5 juta per orang. Tapi statusnya tetap “pinjaman” biar mereka juga punya tanggung jawab moral. Ada syarat khusus untuk bisa ajukan pinjaman? Untuk kriterianya simpel saja. Misalnya, dia ngajinya rajin dan sudah lama ikut itu bisa dapat pinjaman. Tapi kalau nggak rajin ngaji, ya jangan dikasih pinjaman. Tapi kami juga adakan perlombaan, siapa yang ngajinya rajin dan datang tepat waktu, itu bisa dapat hadih uang. Meski nggak terlalu besar, buat mereka itu menyenangkan. Ini hanya sebagai triger saja biar mereka juga rajin. Selama ini ada pinjaman yang macet? Banyak sekali yang macet. Tapi buat saya itu sudah dianggap bantuan. Buat aku prinsipnya, bisa kembali alhamdulillah, nggak bisa kembali ya tetap bersyukur. Aku nggak merasa uang itu hilang, itu bisa dikatakan sebagai investasi akhiratku. Jadi lebih tenang, nggak perlu pusing.
intervie w Aku yakin, nggak bisa kembali cicilan itu bukan karena mereka sengaja pengin macet, tapi mungkin karena memang nggak ada uang atau kebutuhannya lagi banyak. Dari awal memang sudah diperhitungan seperti itu? Jadi, kalau saya itu kalau berbisnis itu ya bisnis dunia akhirat. Makanya, buat saya, jadi pengusaha itu pengusaha untuk ibadah. Jadi bukan sekadar soal uang. Uang itu kalau hitungan kita sebagai manusia kan cuma 100 x 100 hasilnya sekian. Tapi klau kita melakukan suatu bisnis, lalu bisa bermanfaat bagi banyak orang, maka hasilnya lebih dari sekadar uang. Anak saya sehat, saya sehat, dan saya bahagia. Saya nggak perlu pusing mikirin uang saya dibawa lari rang lain. Pernah uang Anda dibawa lari orang lain? Pernah. Mungkin orang lain akan berpikir saya ini bodoh, uang saya dibawa lari orang. Yang bodoh itu orang yang membawa lari uang saya. Dia makan uang itu nggak seberapa, tapi dosa yang dia tanggung itu luar biasa. Saya malah tambah pahala. Bagi aku, kalau uang aku dicuri atau dibawa lari, itu bukan dimaknai bahwa dia menzalimi aku. Tapi dia menzalaimi diri sendiri, menzalimi keluarganya, dan anak istrinya. Dia yang capek sendiri, sementara aku bisa tidur nyeyak. Selain bantuan modal, ada pembinaan keterampilan untuk mereka? Ada. Setiap tiga bulan sekali, kami panggilkan konsultan keuangan, panggil ahli kecantikan, siapa tahu mereka ada yang tertarik untuk buka salon kecantikan. Kalau nggak punya modal ya kami bantu, biar usahanya bisa jalan. Selain itu, kami juga undang guru yoga. Kenapa yoga? Karena mereka boro-boro olahraga, buat cari makan saja susah. Jadi yoga ini untuk mereka olahraga. Apa yang Anda rasakan ketika melihat mereka sedang beraktivitas? Kalau aku lagi lihat mereka, aduh rasanya ikut happy banget. Nah, waktu minggu lalu kami datangkan Ibu Wakil Gubernur DKI (Ibu Djarot). Sebelumnya, kami juga hadirkan Duta Besar Paraguai dan Duta Besar Irak. Mereka mau datang ke RMB, karena kebetulan aku itu kenal dengan mereka. Ada pesan yang ingin disampaikan dengan mengundang para tokoh ini? Pesannya buat aku begini. Buat mereka orang-orang yang kurang mampu bisa punya kesempatan bertemu langsung face to face dengan tokoh-tokoh ini. Selama ini mereka kan hanya lihat di layar tv. Di RMB ini mereka bisa foto bareng dengan tokoh-tokoh ini. Ini aku lakukan, mumpung ku masih punya kesempatan melakukan ini. Selain bantuan yang Anda sebutkan, untuk program kesehatan juga dilakukan? Ya. Sebelumnya juga kami adakan pengobatan gratis untuk mereka. Misalnya pengobatan totok, agar jantungnya bisa lebih sehat. Kami juga ajak 300 ibu-ibu ke Cisarua untuk liburan, sekaligus untuk hataman Al Quran.
Berapa besar overhead per bulan yang Anda keluarkan untuk membiayai RBM? Soal overhead, kalau pun semua siswa di RBM bayar pun itu msaih belum mengcover biaya tiap bulannya. Tapi, kalau boleh jujur, sampai saat ini aku ini nggak menghitung. Jadi. Pokoknya aku tetap bersyukur bisa membiayai. Buat aku, rezeki itu bisa datang dari mana aja, kok. Semua ditanggung Anda? Ya. Alhamdulillah selama ini kami yang tanggung. Untuk menghidupi sekian banyak orang dengan baik, tentu dibutuhkan kelapangan hati. Dari mana Anda belajar ikhlas? Ikhlas itu, buat aku yang paling berat itu pada saat kehilangan keluarga. Contohnya, waktu aku baru pulang dari Australia, kakakku itu sakit kanker. Dia orangnya ganteng, tinggi besar, dia pengusaha dan mau menikah waktu itu. Nah, pada waktu sakaratul maut itu salaman sama saya, lalu saya tuntun untuk baca syahadat. Begitu selesai baca, kakak saya ‘berpulang’. Saat itulah, aku merasakan ikhlas itu berat sekali. Jadi kalau dibandingkan dengan kelihangan uang, buat aku hilang uang itu nggak ada apa-apanya. Aku bisa ikhlas
dengan ringan. Tapi saat kehilangan keluarga, itu yang sangat berat untuk ikhlas. Berat sekali. Tapi dari sini aku bisa mengambil hikmahnya, bahwa suatu saat kita bisa kehilangan apa saja dan kapan saja. Pernah mengalami kehilangan uang dana jumlah besar? Pernah, waktu aku mau bikin hotel di Yogyakarta. Uangku Rp 9 miliar dilarikan orang yang aku kasih kepercayaan untuk kelola pembangunan di sana. Aku angkat dia sebagai President Director, dan aku kasih kepercayaan untuk kelola uang. Eh, malah dibawa lari uang itu. Tanahnya masih belum diapaapakan, masih berumput begitu. Sebelumnya sudah Anda kenal orang itu? Mulanya, dia kelihatan orang baik-baik, agamanya kuat, rajin ibadah. Tapi mungkin karena kaget melihat uang Rp 9 miliar, jadi tergoda untuk melarikan. Ternyata godaan terberat APRIL 2016
71
intervie w itu ada di uang. Anda marah dengan pelaku? Yang marah itu orang-orangku yang jadi tim dia. Aku justru kasihan sama orang itu. Waktu itu aku juga ditanya beberapa wartawan saat di Jogja waktu itu,” bagaimana perasaan Ibu?” Ya aku jawab “Biasa-biasa saja.” Tapi diproses hukum juga? Tetap diproses hukum, karena uang segitu banyak kan untuk kebutuhan orang banyak. Banyak pekerja yang juga bergantung dengan proyek ini. Kalau bicara stres, kami hanya stres soal uang. Tapi dia (pelaku) yang stres itu juga keluarganya, istrinya, anaknya yang masih kecil-kecil ditinggal bapak-
nya masuk penjara. Jadi, aku berusaha untuk merasakan di posisi dia, betapa sengsaranya. Ada juga yang mengusulkan agar disita saja rumahnya (rumah pelaku). Tapi saya bilang “Jangan. Kasihan keluarganya. Nanti mereka mau tinggal di mana?” kalau soal uangnya, mungkin bisa dicicil, dia akan usaha lagi. Di bisnis gold mining juga pernah mengalami hal serupa? Pernah, baik bisnis tambang yang ada Kalimantan maupun yang di Banyuwangi. Bahkan, di Rumah Belajar RBM pun kemungkinan ada kejadian macam itu. Orang silau begitu melihat uang dalam jumlah besar. Anda tidak berusaha lakukan pencegahan agar ke72
APRIL 2016
jadian macam itu tak terulang? Lagi-lagi itu pembelajaran buat aku agar bagaimana bisa ikhlas. Aku berpikir, kalau itu memang masih jadi rezekiku, aku yakin pasti akan balik lagi. Atau, mungkin Tuhan punya rencana lain buat aku dan keluarga. Kejadian-kejadian tersebut, apakah dijadikan koreksi diri dalam kehidupan Anda? Ya, semua kejadian itu aku jadikan bahan untuk instrospeksi diri. Bagi aku, itu semua proses untuk pendewasaan hidup. Untuk aku, apa yang terjadi semua itu, aku harus bisa merasakan lebih bersyukur. Kenapa? Cuma uang. Tapi kalau belum pernah merasakan kehilangan keluarga, akan merasa sangat terasa berat. Di sisi lain, dalam bisnis ini, saya sebagai pemimpin juga harus lebih menahan diri. Sebagai pemimpin saya nggak bisa mudah emosi. Di saat orang-orang saya marah, karena uang dicuri, saya masih bisa tertawa. Saya nggak mau terbawa emosi. Memang saya luka karena uangnya dicuri, namun saya akan lebih luka kalau ada orang yang saya percaya justru mempermainkan saya. Lukanya bisa dalam, tapi bukan berarti dendam. Jadi bukan soal uangnya. Anda sering memberi kepercayaan pada orang lain dalam bisnis. Ada kriteria yang Anda buat? Kadang aku melihat orang dengan melihat apa yang sudah dia lakukan. Dan aku berpikir, “Ini orang kalau diberi kesempatan dan kepercayaan nanti bisa jadi besar. Bisa jadi bintang. Kalau akunya cukup jadi master campaign aja. Aku senang, dia yang bisa bangga. Sebenarnya orang yang aku kasih kepercayaan jadi presiden direktur hotel di Jogja juga begitu. Aku tadinya berpikir dia bisa jadi bintang ke depannya. Tapi ternyata, baru lihat uang banyak sudah kalap duluan. Ya sudah nggak bisa. Padahal, kalau nggak gampang tergoda uang, dia bisa dapatkan uang jauh lebih besar nantinya di saat dia berhasil kelola bisnis ini. Kembali ke aktivitas sosial Anda, ke depannya apa akan terus berlanjut, atau sudah merasa cukup? Wah, kalau yang itu justru aku masih merasa baru sebagai pemula. Kenapa aku cukup menggaungkan soal Rumah Belajar Miranda kepada Anda, sebenarnya bukan supaya jadi terkenal. Bukan itu tujuan saya. Justru aku menginginkan, orang kaya di Jakarta itu, masya Allah, banyak banget. Mudahmudahan, dengan aku bangun RBM ini nantinya ada orangorang kaya yang mau terinspirasi melakukan hal yang sama dengan aku. Waktu bikin RBM, ada yang sempat ‘mempertanyakan’? Ada. Waktu aku bikin RBM ini, banyak teman yang menyayangkan, karena daerah Jakarta Selatan itu daerah bisnis yang luar biasa. Kenapa nggak dikontrakin aja? Aku jawab, aku bikin ini untuk urusan dunia akhirat. Kalau hanya dikontrakin, paling aka dapat uang sewa saja. Tapi ini soal niat untuk akhirat juga, Insya Allah yang aku dapat sesuai dengan janji Allah SWT di Al Quran, Surah Al Baqarah ayat 165. Bahwa jika beramal satu bisa dapat berlipat-lipat pahalanya.
intervie w Ibu-ibu ini bilang ke saya, “Bu Maya, anak saya empat Dalam pengelolaan bisnis dan kegiatan sosial, seberasemua sekolah di sini. Ada yang ikut Olimpiade Matematika pa jauh intervensi Anda selama ini? dan Bahasa Inggris. Saya terima kasih sekali, saya ini cuma Masing-masing, baik di bisnis properti, gold mining, buruh cuci di tetangga, keliling cari cucian...” Ini benar-benar Rumah Belajar, saya hanya owner. Saya nggak berani melakubikin aku terharu... kan intervensi. Karena masing-masing sudah ada manajemen Inilah yang sangat mengharukan Maya. Di tengah keteryang dikelola secara profesional. Masing-masing manajemen batasan ekonomi, anak-anak orang ini bisa ikut Olimpiade pasti sudah ada kebijakannya masing-masing. Matematika. Buat saya, hah? Subhanallah, luar biasa. Anak Kehidupan Anda sudah sangat mapan, baik dari sisi saya aja nggak mampu ikut itu. bisnis maupun kegiatan sosial. Masih ada obsesi yang Jadi apa hikmah yang Ada dapat dari momen macam Anda kejar? itu? Saya ingin punya klinik, kalau besarnya ya ingin punya Ya Allah, jadi aku berpikir, ternyata, aku bikin RBM ini sanrumah sakit. Keinginan saya, klinik ini bisa melayani siapa saja. gat bermanfaat buat mereka. Orang-orang inilah yang meBagi yang mampu bayar, silakan bayar. Tapi kalau yang nggak nyadarkan aku, ternyata Rumah Belajar ini sangat bermanfaat mampu ya semuanya gratis. buat mereka. Maka itu, ada ungkapan orang bijak yang man Maunya aku sih, kalau aku dokter, aku duduk lalu layani jadda wa jadda, bersungguh-sungguhah engkau, maka engpasien dengan baik tulis resep, lalu pasien nggak usah bayar. kau akan mendapatkan yang engkau cita-citakan. Tapi karena kau bukan dokter, ya aku harus cari dokter, dia Setiap tokoh sukses, pasti ada sosok lain di baliknya. aku bayar dan aku cukup jadi pendiri klinik saja. Sama saja Bagaimana dengan Anda? dengan di dunia pendidikan di RBM. Karena aku bukan guru, Semua yang aku capai ini berkat dukunnggak ngerti bagaimana cara ngajar, ya cari gan kebaikan dari orang tua dan mertua. Saya tenaga pengajar, lalu kita bayar dan muridberuntung, karena kebaikan mereka, saya yang nya gratis. “Kalau saya menikmati. Mereka menaburkan benih kebaiKabarnya Anda sering dapat pengharitu, berbisnis kan kepada sesama, sehingga amal dan kebaigaan? kanya juga jatuh juga kepada saya. Itu yang Aduh, kalau bicara penghargaan, aku itu ya bisnis saya yakini. suka nggak sreg. Ada orang bilang,” Mbak dunia Lebih dari itu, dukungan suami yang memMaya nanti Anda mau dapat penghargaan. akhirat. berikan kepercayaan, support penuh dan selalu Tapi nanti kita bikinkan semacam tayangan mendampingi, baik suka maupun duka, serta clip atau foto dengan setingan begini-bigini, Menjadi dukungan anak saya, Muhammad Khalifah, biar orang bisa trenyuh. ”Aku jawab, “aduh Pengusaha yang rajin berdoa dan tak banyak tuntutan aku nggak bisa. Aku nggak mau menjual itu ibadah.” merupakan barokah yang luar biasa buat saya. penderitaan orang-lain. Aku bukan tipe Soal penampilan, Anda senang tampil yang macam itu”. Aku justru maunya, anakmewah? anak itu difoto atau bikin clip atau foto justru Aku sebenarnya senang yang simpel saja. di tempat yang menyenangkan, bukan sebaAku dandan macam ini karena aku mau ketemu teman-teliknya. man tim Asiatech. Hahaha... jadi malu aku...aku lebih senang Aku tuh maunya, anak-anak yang nggak mampu atau simpel-simpel saja. ibu-ibu, nenek-nenek yang dari kalangan nggak mampu jusKami dengar waktu kecil Anda senang tampil tomboy, tru bisa menikmati tempat yang buat mereka mewah. Waktu ya? awal-awal, mereka itu mau masuk ke ruangan Rumah Belajar Tomboy-tomboy banget sih nggak, tapi lebih senang Miranda aja sudah nggak berani. Ada juga yang ta.... tampil sporty aja waktu kecil. (Maya tak sanggup melanjutkan ucapannya, matanya Di bulan peringatan Ibu Kartini saat ini, sebagai penberkaca-kaca, menahan tangis haru membayangkan suasana gusaha, apa yang Anda cermati tentang perempuan Indoorang-orang duafa yang datang ke rumahnya merasa takut unnesia? tuk memasuki ruangan RBM. Perlahan air matanya mengalir di Sebagai perempuan Indonesia saya menganggap peremsudut matanya. Wawancara pun terhenti sejenak) puan Indonesia itu tangguh. Saya bangga perempuan IndoYa Allah, aku bilang ke mereka,”Nak..masuk aja. Ini angnesia bisa multi tasking, baik dalam mengurus keluarga magap aja punyamu juga. Kamu bisa belajar di sini...” (Maya mapun bekerja untuk membantu perekonomian keluarga. Buat sih terbata-bata ucapannya. Ia sejenak menghentikan ucapanaku, perempuan hebat itu bukan dilihat dari karirnya, namun nya sembari terus mengusap air matanya dengan tisu.) perempuan hebat itu perempuan yang tahu bagaimana berBahkan, ada ibu-ibu yang sudah jauh lebih tua dari aku, peran dalam menjalankan hidupnya. lalu cium tangan aku. Aku bilang, “Ya Allah... Maaf Bu, saya ini Sukses dan barokah buat Anda, ya... bukan ustadzah, nggak usah cium tangan. (Mata Maya maTerima kasih banget doanya. u kin terlihat merah, air matanya mengembung di kelopak matanya...) APRIL 2016
73
intervie w
Seni Menjalankan Bisnis ala Maya bangun dalam menjalankan bisnis, penah ia alami. “Dalam pekerjan, suka duka, ria-riak pasti ada. Tapi buat saya, suka dan duka itu adalah seni dalam menjalankan bisnis. Jadi, hadapi saja,” ujarnya. Dalam menerapkan kepemimpinan, ia mengaku, berusaha mempedomani ajaran Rasulullah SAW (Nabi Muhammad SAW). Seorang pemimpin haruslah bersifat sidiq, amanah, fatonah, dan tabliq. Sidiq, kejujuran, kebenaran selalu mendasari perilakunya sebagai pemimpin. Amanah, dimaknai bahwa kepercayaan yang diembannya tidak akan dikhianati. Tabliq, keter bukaan menjadi cara Maya memimpin, sehingga bawahan dapat mengetahui dan memahami kemana arah yang akan dituju perusahaan ini. Sedangkan fatonah, cerdas, diwujudkan dengan terus menerus belajar, baik formal maupun non formal.
Filosofi Jawa
M
eski tak memiliki latar belakang di bidang tambang dan pemain baru di bidang pro perti, tidak membuat Maya Miranda Ambasari lantas ciut dan kehilangan rasa percaya diri. Malah sebaliknya, pemilik berat bada 63 kg dan tinggi 170 cm ini justru merasa tertantang dengan bidang pekerjaan yang menurut orang lain “pekerjaan keras dan dunia lelaki”. Maya yang memiliki latar belakang sebagai lawyer dan master di bidang Interational Business (MIB) dari Swinburne University of Technology, Melbourne, Australia, justru terpacu dan tertantang untuk menjalani bisnis-bisnis ini. Jatuh
74
APRIL 2016
Sebagai orang yang berdarah suku Jawa dari garis ayahnya, Maya juga menerapkan asas-asas kepmimpinan menurut filsafat Asta Brata yang mengharuskan seorang pemimpin mewujudkan isfat-sifat yang dicontohkan oleh delapan anasir alam, yaitu api, angin, air, tanah, matahari, bulan, bintang dan mega (awan). Memberikan kesejahteraan pada bawahan, seperti sifat tanah yang sebagai sumber penghidupan. Memberikan kesejukan seperti mega, dan lainnya. Dan sebagai garis ibunya yang berdarah Bengkulu, maka mempunyai “sense of business”, menerapkan filosofi, berani mengekspresikan apa yang menurutnya benar, tegas, pantang menyerah, gigih, ulet, dan selalu optimis. Seiring dengan membesarnya perusahaan dan ba nyaknya para konsultan ahli yang dipekerjakan untuk bisnisnya, membuat Maya dapat lebih mengatur waktu untuk kegiatan lainnya, seperti terlibat dalam organisasi kewanitaan, juga aktif di kegiatan-kegiatan keagamaan. Meski demikian, ia menuturkan, urusan keluarga menjadi prioritas. Tidak bisa ditawar. u (Abdul Kholis)
Asiatech team berpose sebelum berangkat
Outing and Capacity Building PT. Asiatech Integrasi 2016 an article by Aty
Tahun 2016 ini Asiatech kembali mengadakan kegiatan Outing dan Capacity Building dengan tema special “Dream Big and Dare to Achive… Yes I’m Possible” bertempat di Pulau Umang Report Banten tanggal 10 – 12 Februari 2016.
APRIL 2016
75
parade o u tin g Hari pertama, Rabu 10 Februari 2016 Transportasi bis “LAKS” kami siapkan untuk membawa kami menuju Desa Sumur Pandeglang, titik akhir kami sebelum menyebrang menggunakan kapal boat. Tim kami sudah siap untuk perjalanan jam 08.00. Sepanjang perjalanan kami diguide oleh tim dari ROE (Rhythm of Empowerment), mereka memandu aneka permainan yang penuh semangat, dan tentunya interaktif
sehingga kita semua bisa menikmati perjalanan yang panjang tanpa merasakan kebosanan. Kami tiba di Desa Sumur sekitar jam 2 siang, disambut cuaca mendung dan sedikit rintik hujan. Dengan cuaca ini ternyata tidak memungkinan untuk menggunakan boat menuju pulau Umang, karena dikawatirkan akan ombaknya yang besar. Akhirnya kami menggunakan speed boat secara bergantian, karena kapasitasnya yang hanya menampung 5 orang.
Keceriaan sebelum menuju Pulau Umang
Setelah seluruh tim tiba dengan lengkap di lokasi, makan siang, selanjutnya kegiatan training motivational dimulai. Kali pertama bagi Asiatech menggunakan jasa ROE (Rhythm of Empowerment) dalam kegiatan training kami. ROE menggunakan metode pembelajaran yang unik dan pertama di Indonesia untuk membuka potensi disi dengan permainan bunyi, gerak dan music. Tim kami dibagi menjadi 5 kelompok yang tiap kelompok ditantang untuk meraih angka tertinggi sepanjang kegiatan training
Kegiatan Training dengan permainan bunyi, gerak dan music
76
APRIL 2016
parade o u tin g Setelah beristirahat dan makan malam bersama, acara dilanjutkan dengan internal meeting dan kontemplasi. Moment dimana kami bisa saling share akan apa yang sudah
terjadi dalam hubungan kerja setahun terakhir, perbaikan yang dibutuhkan dan terpenting melepaskan ketegangan yang timbul satu sama lain saat bekerja.
Internal Meeting dan Kontemplasi
Hari Kedua, Kamis 11 Februari 2016 Hari ini adalah hari puncak kegiatan kami. Semua kegiatan dilakukan outdoor, dipandu oleh tim ahli dari ROE. Dengan kelompok yang sama, kami ditantang untuk mengikuti
beberapa permainan seperti Star, Egg hunting, Escape from Alcatras, Kreasi Pasir dan Lego. Kami ditantang untuk menjadi yang terbaik dengan kerjasama dan kecepatan juga ketepatan dalam mengikuti permainan tersebut.
Photo bersama sebelum memulai permainan outbound APRIL 2016
77
parade o u tin g
Aneka permainan outbond 78
APRIL 2016
parade o u tin g
Keceriaan saat tabur tepung warna
Malam terakhir ini ditutup dengan pesta barbeque serta penguman pemenang untuk kegiatan outing selama 2 (dua) hari ini. Dan sepanjang malam, diisi dengan menyanyi dan menari bersama.
Hari Ketiga, Jumat 12 Februari 2016 Demikian liputan singkat perjalanan tim Asiatech kali ini. Semoga ada info bermanfaat yang bisa diambil dari liputan ini. Sampai jumpa di liputan selanjutnya.
Pengumuman Pemanang APRIL 2016
79
In order to be Irreplaceable, we must be different.
Autorized Distributor:
80
APRIL 2016