Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry Oleh : Binti Masruroh Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) menurut Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999, dimaksudkan untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas dan peranannya dalam mendukung sistem keidupan tetap terjaga. Kegiatan RHL salah satunya adalah penanaman pohon. Penanaman merupakan program yang sudah sangat terkenal dan mungkin sering kita lakukan. Berbagai macam program penanaman telah dilakukan namun hasilnya belum terlihat. Mengapa demikian? Sebagian program penanaman tidak diikuti dengan pemeliharaan sehingga banyak bibit mati di lapangan. Dalam silvikultur (ilmu yang mempelajari budidaya pohon) pemeliharaan tanaman harus dilakukan setelah penanaman, diantaranya adalah penyiraman, pemupukan, pembersihan gulma, penjarangan, pengendalian hama penyakit. Jika dihitung, biaya untuk pemeliharaan memang lebih besar dibandingkan dengan biaya penanaman. Mungkin karena itu, program pemeliharaan tidak dilaksanakan. Tapi, apalah arti sebuah penanaman jika hasilnya tidak dapat dinikmati oleh masyarakat? Di tengah rasa galau, pesimis dan menutup mata tentang sebuah program penanaman yang “belum berhasil”. Mata saya terhentak dan jiwa rimbawan saya bangkit dengan binar sebuah rasa OPTIMIS. Takjub saya melihat hamparan hijau meluas dari lembah sampai pucuk bukit dengan variasi rimbun tajuk berlapis lapis yang menandakan hamparan hutan yang kaya akan berbagai jenis vegetasi penyusunya. Dari keringat kerja keras Bambang istiawan beserta istri dan anaknya bukit yang gundul tandus, kering dan tak terasa lagi iklim mikronya berubah menjadi hutan yang rimbun, asri dan bermunculan mata air yang segar. Hutan organik, nama kelompok tani hutan yang dimotori oleh Bambang Istiawan dan keluarganya terletak di Blok S, Cipendawa, Megamendung dengan luas 12 Ha. Mengapa dinamakan hutan organik? Karena pemeliharaan hutan tersebut 100% menggunakan bahan organik yang ada di sekitar hutan.
Kegiatan yang dilakukan adalah 1.
Melaksanakan percobaan pada seluruh tingkatan penghutanan kembali (rehabilitasi hutan) a.l. pembibitan, pemeliharaan bibit , pohon dan lingkungannya, dalam pola konservasi untuk menguji dampak perbaikan ekosistemnya.
2.
Pengembangan pupuk organik yg diperlukan untuk penciptaan hutan alam.
3.
Melaksanakan percobaan penghutanan kembali dgn metode sendiri dan juga melakukan penerapan metode yang diterima dan dikenal dunia a.l. agroforestry dan atau metode lain untuk mendapatkan contoh progress rehabilitasi ekosistem yang alamiah.
4.
Melaksanakan uji coba penghutanan kembali yang terintegrasi dan memiliki dampak ekonomi langsung pada pelakunya.
5.
Melaksanakan percobaan penerapan standard dunia yang terkait dgn Lingkungan Hidup, Keselamatan, Hutan dan Manajemen dalam pekerjaan rehabilitasi ekosistem. Termasuk pertanian , peternakan organik.
6.
Melaksanakan secara terus menerus monitoring, pencatatan dan perbaikan / penyempurnaan terhadap seluruh hasil, dampak dan atau akibat dari seluruh pekerjaan yang dilakukan di kebun percobaan.
7.
Secara periodik melakukan sosialisasi hasil percobaan kepada pihak terkait
SEBELUM RHL
SETELAH RHL
Apa kunci sukses rehabilitasi di hutan organik? Pola agroforestry adalah kunci sukses keberhasilan rehabilitasi di hutan organik. Definisi agroforestry menurut ICRAF, agroforestry adalah kumpulan istilah untuk sistem dan teknologi pemanfaatan lahan
dimana tanaman kayu yang berumur panjang (pohon, semak, palma, bambu dll.) dibudidayakan secara sengaja dalam satu unit pengelolaan lahan dengan tanaman pertanian dan/atau ternak dengan pengaturan ruang dan waktu
tertentu.
Pada
sistem
agroforestry terdapat interaksi antar komponen ekonomis.
secara
ekologis
Secara
dan
ekologis
agroforestry berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan yaitu dapat mengendalikan erosi, penyedia oksigen, sumber mata air serta sumber keanekaragaman hayati. Secara ekonomis agroforestry dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena menghasilkan berbagai sumber pangan yang berasal dari tanaman pertanian maupun tanaman MPTs (multi purpose trees species). Tingginya variasi produk yang bisa dihasilkan lahan agroforestry diharapkan dapat mengubah pola pikir masyarakat yang memandang hutan hanya sebagai penghasil kayu sehingga keberadaan hutan dapat dipertahankan.
Kombinasi antara tanaman kehutanan dan tanaman pertanian pada hutan organik
sangat mendukung program rehabilitasi. Jenis tanaman kehutanan yang diusahakan adalah jati, mahoni, damar, kayu afrika, sungkai, sengon, bambu, kelapa dll. Jenis tanaman pertanian yang diusahakan adalah, cabai, tomat, wortel, seledri, jahe, kunyit, lengkuas, akar wangi, kapulaga dll. Dengan adanya tanaman pertanian di sekeliling tanaman kehutanan maka tanaman kehutanan akan terpelihara dengan baik. Petani dengan rutin akan memelihara tanaman pertanianya, memupuk, menyiram, membersihkan gulma maupun mengendalikan hama penyakit. Pemupukan dilakukan menggunakan pupuk organik yang berasal dari ternak berupa kambing yang dibudidayakan di lahan agroforestry. Penyiraman dilakukan dengan mengandalkan mata air muncul di sekitar hutan. Setiap pagi petani dapat memanen hasil sayuran organik dan memasarkanya.
Pemilihan jenis tanaman pertanian disesuaikan dengan kondisi tajuk tanaman. Saat
kondisi tajuk masih terbuka maka kita dapat memilih jenis tanaman pertanian yang membutuhkan cahaya matahari maksimal (intoleran) contohnya cabai, kacang tanah,
kacang panjang, tomat, terong, kangkung, bayam, wortel, kucai dll. Apabila tajuk pohon mulai tertutup maka kita bisa memilih tanaman pertanian dapat tumbuh di bawah tegakan (toleran) contohnya adalah kapulaga, lengkuas, jahe, kunyit, kencur dan kincung. Dengan pemilihan jenis tanaman pertanian yang tepat maka hasil produktivitas lahan semakin meningkat dan pemeliharaan terhadap lahan juga semakin intensif.
Penerapan agroforestry sangat membantu keberhasilan program rehabilitasi dalam
bentuk 1. Pemeliharaan tanaman kayu (tanaman rehabilitasi) sangat terbantu dengan keberadaan tanaman pertanian karena dengan merawat tanaman pertanian tanaman rehabilitasi juga terawat dan terpenuhi kebutuhan air maupun nutrisinya 2. Biaya pemeliharaan dapat ditekan karena menggunakan pupuk organik yang berasal dari kotoran kambing hasil peternakan di lokasi agroforestry 3. Produktivitas lahan meningkat dan kesejahteraan petani meningkat, hasil panen berupa wortel, kapu laga, kopi, jahe, kunyit, tomat, cabai, sawi, kucai, akar wangi 4. Kelestarian hutan terjaga karena pola pikir “hutan sebagai penghasil kayu” bergeser menjadi hutan sebagai sumber pangan sehingga masyarakat akan lebih menjaga dan merawat hutan Jenis tanaman kayu yang cukup berkembang di hutan organik adalah damar dan kayu afrika. Dimater kayu afrika umur 8 tahun dapat mencapai 100 cm. Pertumbuhan yang cukup cepat. Untuk pohon damar juga banyak di jumpai di hutan organik, batangnya lurus dan memiliki nilai estetika yang tinggi Kayu afrika umur 8 tahun dengan diameter 100 cm (2015)
Keberhasilan rehabilitasi hutan di hutan organic megamendung merupakan magnet yang cukup kuat untuk menarik pengunjung dari berbagai lapisan. Sebagai wisata edukasi, berbagai sekolah mulai tingkat TK sampai perguruan tinggi berkunjung ke tempat tersebut. Tamu dari berbagai belahan dunia juga sering datang untuk melihat keberhasilan rehabilitasi karya putra bangsa Indonesia. Berbekal dengan kemauan dan kerja keras lahan
yang tandus berubah menjadi hutan yang lestari. Semoga bisa memberikan inspirasi bagi kita untuk membangun kembali hutan Indonesia sebagai paru paru dunia. Minimal dimulai dari lingkungan sekitar kita