IV. 4.1
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini berada di Kawasan Pesisir Pantai Tlanakan,
Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan kawasan yang mengalami rehabilitasi terbesar di Jawa Timur untuk sumberdaya hutan mangrove non-kawasan hutan. Selain itu, adanya rehabilitasi hutan mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan ini tentu akan mengurangi resiko rusaknya pesisir pantai dan bertambahnya luasan hutan mangrove yang berimplikasi pada nilai ekonomi total dari mangrove tersebut. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2011 hingga Mei 2012. 4.2
Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui wawancara, pengisian kuesioner, dan observasi langsung ke lapangan untuk melihat langsung keadaan hutan mangrove, keadaan masyarakat, dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di lapangan oleh masyarakat yang terkait dengan pemanfaatan hutan mangrove. Wawancara untuk memperoleh data primer dan data sekunder juga dilakukan kepada pemerintah dan masyarakat terkait rehabilitasi hutan mangrove dan manfaat ekonomi hutan mangrove. Wawancara kepada masyarakat ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai kondisi aktual hutan mangrove pasca rehabilitasi dan besarnya WTP masyarakat untuk tetap memperoleh manfaat dengan kondisi mangrove yang baik. Data sekunder yang diperlukan meliputi kondisi geografis lokasi penelitian, keadaan demografi, keadaan sosial ekonomi masyarakat, nilai potensi hutan
17
mangrove sebagai penghasil kayu, ikan, udang, dan kepiting. Data ini diperoleh dari kantor Desa dan Kecamatan Tlanakan serta instansi-instansi terkait lainnya. 4.3
Metode Pengambilan Contoh/Pengumpulan Data Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan dengan studi data
sekunder mengenai rehabilitasi dan sumberdaya hutan mangrove dari instansi terkait. Selain itu data diperoleh dari hasil wawancara dan pengisian kuesioner dari responden. Pengambilan sampel ini dengan sengaja pada masyarakat sekitar Pesisir Pantai Tlanakan dengan menggunakan metode non-probability sampling, hal ini dikarenakan daftar penduduk yang benar-benar terkait dengan pemanfaatan hutan mangrove tidak diketahui secara pasti. Responden ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Teknik tersebut untuk memilih responden berdasarkan tujuan penelitian. Teknik tersebut akan mempermudah proses pengambilan data, hemat, dan menjamin ketelitian. Responden dalam penelitian ini dibagi berdasarkan metode penelitian yang digunakan, terdiri atas lima kelompok: 1.
Responden untuk analisis deskriptif berjumlah 5 orang sebagai Key Information, terdiri dari tokoh masyarakat serta aparat pemerintah yang terkait dan memahami kondisi hutan mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan, Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur.
2.
Responden untuk Productifity Method hanya terdiri dari nelayan dan masyarakat tertentu saja yang mengetahui harga kayu mangrove, ikan, udang, dan kepiting yang biasa mereka peroleh di pasaran. Produktivitas dari komoditas ikan, udang, dan kepiting diperoleh melalui data sekunder yang
18
ada di instansi terkait. Produktivitas kayu mangrove diperoleh dari analisis volume tegakannnya. 3.
Responden untuk menilai manfaat hutan mangrove sebagai tempat tujuan wisata berjumlah 35 orang. Responden tersebut akan diwawancarai terkait biaya perjalanan mereka menuju lokasi hutan mangrove.
4.
Responden untuk Contingent Valuation Method (CVM) nilai keberadaan berjumlah 35 orang. Responden tersebut terdiri dari masyarakat umum lainnya yang mengetahui keberadaan hutan mangrove. Responden akan diwawancarai untuk mengetahui kesediaan membayar masyarakat terhadap keberadaan sumberdaya alam hutan mangrove.
5.
Responden untuk Contingent Valuation Method (CVM) nilai warisan berjumlah 35 orang. Terdiri dari masyarakakat lokal yang berlokasi di sekitar Pesisir Pantai Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Berdasarkan kaidah ekonometrik, jumlah 35 responden sudah mencukupi,
karena bila ukuran contohnya lebih besar atau sama dengan 30, bagaimanapun bentuk populasinya, teori penarikan contoh menjamin akan diperolehnya hasil yang memuaskan (Walpole, 1997) 4.3.1
Matriks Penelitian Matriks penelitian bertujuan untuk melihat alat, dan karakteristik data
penelitian secara sistematis. Tujuan, alat analisis, dan karakteristik data yang dilakukan dalam penelitian “Nilai Ekonomi Total Hutan Mangrove Pasca Rehabilitasi di Pesisir Pantai Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur” dapat dilihat pada Tabel 1.
19
Tabel 1. Matriks Penelitian No 1
2
4.4
Tujuan Penelitian
Data yang Dibutuhkan
Metode Analisis
Mengidentifikasi sumberdaya alam hutan mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan pascarehabilitasi. Mengestimasi nilai ekonomi total dari hutan mangrove pasca-rehabilitasi
Kondisi aktual sumberdaya alam hutan mangrove pasca-rehabilitasi
Analisis Deskriptif
Nilai ekonomi dari manfaat langsung hutan mangrove yang telah direhabilitasi tersebut Nilai ekonomi dari manfaat hutan mangrove sebagai penahan abrasi
Productivity Method
Nilai ekonomi dari manfaat hutan mangrove sebagai feeding ground Nilai ekonomi dari hutan mangrove sebagai tempat tujuan ekowisata Nilai pilihan dari hutan mangrove
Productivity Method
Nilai keberadaan dan niai warisan dari hutan mangrove pasca rehabilitasi
Contingen Valuation Method (CVM)
Replacement Cost
Sumber Data Observasi, Wawancara Instansi Terkait
Wawancara, Instansi Terkait
Wawancara, Study Literatur, Instansi Terkait Wawancara, Instansi Terkait
Travel Cost Method (TCM)
Wawancara, Kuesioner
Benefit Transfer
Nilai Biodiversity Ekosistem Mangrove Wawancara, Kusioner
Jumlah Responden (Orang)
5
30
3
3
35
-
70
Metode dan Prosedur Analisis Pengolahan dan analisis data dilakukan pada bulan Maret 2012. Metode
analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan Minitab 14. Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi kondisi aktual hutan mangrove pasca rehabilitasi. Nilai ekonomi total hutan mangrove yang telah mengalami rehabilitasi tersebut dinilai melalui identifikasi manfaat dan fungsi yang terkait
20
dengan hutan mangrove serta kuantifikasi nilai manfaat tersebut ke dalam nilai uang. 4.4.1 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif adalah suatu analisis
yang digunakan untuk
menggambarkan perkembangan karakteristik kondisi sosial dan ekonomi tertentu dari suatu daerah. Beberapa kondisi sosial dan ekonomi yang perlu dideskripsikan misalnya, laju pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk, dan sebagainya. Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu populasi. Misalnya populasi pohon mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan yang dilihat dari nilai rata-rata diameter pohon dan tingginya serta kerapatannya. Deskripsi dari kondisi sosial dan ekonomi suatu daerah bisa beragam bentuknya, yaitu berupa tabulasi silang, grafik histogram dan sebagainya. Bentuk deskripsi ini dipilih sesuai dengan keperluan analisis agar tujuan penelitian bisa dicapai. 4.4.2
Identifikasi Manfaat dan Fungsi Hutan Mangrove Nilai ekonomi suatu sumberdaya pada dasarnya dibedakan menjadi dua,
yaitu nilai kegunaan (use value) dan nilai non-guna (non-use value) nilai keguanaan meliputi nilai guna langsung, nilai guna tidak langsung, dan nilai guna pilihan. Nilai non-guna terdiri dari nilai warisan dan nilai keberadaan. 1.
Nilai Guna Langsung (Direct Use Value) Nilai guna langsung dihasilkan dari pemanfaatan secara langsung dari
suatu sumberdaya, dalam hal ini adalah hutan mangrove yang terehabilitasi. Nilai manfaat langsung tersebut dihitung dari jenis manfaat yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat Pesisir Pantai Tlanakan. Nilai manfaat langsung ini diidentifikasi dari hasil tangkapan kepiting, udang, ikan, dan nilai potensi kayu mangrove.
21
Nilai manfaat langsung dari hutan mangrove dari produktivitas ikan, udang, dan kepitingnya dapat diperoleh dengan menggunakan Productivity Method. Nilai tersebut diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pamekasan. Sementara nilai potensi kayu mangrove diperoleh dengan menggunakan Analysis of Standing Volume (Analisis Volume Tegakan) pada pohon mangrove dengan menentukan tiga titik contoh (sampel). Menurut Nilwan et al (2003) dalam Santoso (2005) rumus umum yang digunakan pada Analysis of Standing Volume (Analisis Volume Tegakan) adalah: Vha= 0,5x Π x D2 x T x K Keterangan: D: Diameter rata-rata (m) T: Tinggi rata-rata (m) K: Kerapatan rata-rata per ha Π: 3,14 Analisis volume tegakan ini dapat menggambarkan kondisi dari hutan mangrove pada tiap hektar. Selain itu juga dapat dijadikan perhitungan awal dari nilai ekonomi potensi kayu mangrove. 2.
Nilai Guna Tidak Langsung (Indirect Use Value) Nilai guna tidak langsung dari hutan mangrove dapat diidentifikasi dari
manfaat fisik dan biologisnya serta dari potensi kawasan hutan mangrove sebagai tujuan ekowisata. Manfaat fisik dari hutan mangrove yaitu sebagai penahan abrasi air laut. Manfaat biologisnya yaitu sebagai tempat pemijahan ikan, daerah asuhan ikan dan sebagai penyedia makanan bagi ikan. Penilaian hutan mangrove secara fisik diestimasi dari fungsi hutan mangrove sebagai penahan abrasi. Nilai ekonomi hutan mangrove sebagai penahan
abrasi
ini
diperoleh berdasarkan
pendekatan biaya
pengganti
22
(Replacement cost) pembuatan penahan abrasi. Hutan mangrove ini diibaratkan sebagai bangunan dari beton yang berfungsi sebagai pemecah gelombang (breakwater). Pengestimasian nilai ekonominya dilakukan dengan cara mengukur panjang garis pantai yang dilindungi oleh hutan mangrove, kemudian biaya pembuatan breakwater yang diperoleh dikalikan satu per tiga dari panjang garis pantai yang dilindungi hutan mangrove. Hal ini dikarenakan manfaat hutan mangrove tersebut dapat tergantikan dengan membangun breakwater sepanjang satu per tiga dari panjang garis pantai (Santoso, 2005). Penilaian ekonomi secara biologi berbeda dengan penilaian ekonomi secara fisik. Penilaian ekonomi secara biologi didekati secara tidak langsung melalui Productivity Method. Produktivitas yang digunakan untuk mengetahui nilai tidak langsung dari hutan mangrove sebagai penyedia pakan yaitu produktivitas hasil tangkapan udang. Nilai ini diestimasi setara dengan hasil tangkapan udang disekitar hutan mangrove dikali dengan jumlah pakan yang dibutuhkan untuk setiap kilogram udang yang diperoleh dikali harga pakan udang didaerah penelitian (Sribianti, 2008). Nilai ekonomi ekowisata hutan mangrove diestimasi melalui pendekatan biaya perjalanan. Menurut Hufschmidt et al (1987) dalam Darmawan (2011) pendekatan biaya perjalanan dikembangkan untuk menilai manfaat barang lingkungan. Konsep ini dapat digunakan untuk memperoleh besarnya nilai tidak langsung hutan mangrove sebagai tujuan ekowisata terutama untuk kawasan yang belum memiliki harga tiket masuk. Biaya perjalanan pengunjung ini akan diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan panduan kuesioner.
23
Biaya perjalanan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk perjalanan menuju lokasi wisata. Biaya tersebut meliputi biaya transportasi, biaya konsumsi, biaya dokumentasi, dan biaya-biaya lainnya. Adapun fungsi dari biaya perjalanan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: C = Bt + Bk + Bd + Bl………………………………….....................................(1) Keterangan: C : Biaya perjalanan (Rp/orang) Bt : Biaya transportasi (Rp/orang) Bk : Biaya konsumsi (Rp/orang/hari) Bd : Biaya dokumentasi (Rp/orang) Bl : Biaya lain-lain (Rp) 3.
Nilai Pilihan (Option Value) Nilai
pilihan
untuk
hutan
mangrove
biasanya
didekati
dengan
menggunakan metode Benefit Transfer. Metode ini menggunakan sistem penilaian benefit dari tempat lain, dimana sumberdaya tersedia, kemudian benefit tersebut ditransfer untuk memperoleh perkiraan kasar mengenai manfaat lingkungan (Tuwo, 2011). Metode tersebut didekati dengan cara menghitung besarnya nilai keanekaragaman hayati (biodiversitas) yang ada di ekosistem hutan mangrove tersebut. Menurut Ruitenbeek (1991) dalam Fahrudin (1996) hutan mangrove Indonesia memiliki nilai biodiversitas sebesar US$ 1 500 per km2 atau US$ 15 per ha. Nilai ini dapat digunakan untuk seluruh Hutan mangrove yang ada di Indonesia. Nilai manfaat pilihan dapat dirumuskan sebagai berikut: OV = US$15 per ha x Luas hutan mangrove………..........................(2) Dimana: OV = Option Value 4.
Nilai Warisan (Bequest Value) Hutan mangrove memiliki nilai warisan dari masyarakat sekarang ke
generasi yang akan datang jika bisa terpelihara dengan baik. Oleh sebab itu nilai
24
manfaat warisan tersebut perlu diestimasi. Metode yang digunakan adalah Contingent Valuation Method (CVM). Metode ini didasarkan pada kesediaan membayar seseorang (Willingness To Pay) untuk memelihara hutan mangrove agar bisa diwariskan pada generasi yang akan datang seperti saat menilai nilai keberadaan hutan mangrove. Pencarian data dalam metode ini dilakukan dengan wawancara dengan mengunakan panduan kuesioner. Teknik CVM ini memerlukan analisis survei yang kompeten untuk mencapai perkiraan yang bisa dipertahankan, akan tetapi sifat studi dan hasil penelitian dari CVM tidak sulit untuk menganalisis dan menjelaskan permasalahan. CVM telah banyak digunakan, serta banyak penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan metodelogi, membuat hasil lebih valid dan dapat diandalkan (Fadhli, 2011). Tahap-tahap dalam melakukan penelitian untuk menentukan Willingness To Pay (WTP) dengan menggunakan CVM dalam penelitian ini meliputi: a.
Membentuk Pasar Hipotetik Pasar hipotetik yang dibentuk adalah suatu pasar dengan kualitas hutan
mangrove yang berbeda dengan kondisi sekarang. Responden sebelumya telah menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai persepsi terhadap kondisi hutan mangrove. Pasar hipotetik dibentuk setelah responden diminta untuk mendengarkan atau membaca suatu pernyataan mengenai kondisi hutan mangrove saat ini (pasca rehabilitasi). Dijelaskan pula bahwa kondisi ini terjadi karena adanya rehabilitasi oleh pemerintah pada tahun 2009 yang bekerjasama dengan masyarakat setempat. Selanjutnya pasar hipotetik CVM yang ditawarkan, dibentuk dalam sebuah skenario sebagai berikut:
25
“Pihak pengelola berencana akan bekerjasama dengan masyarakat untuk terus merehabilitasi hutan mangrove. Hal tersebut memerlukan partisipasi aktif masyarakat melalui penarikan dana sumbangan. Selanjutnya dana tersebut akan digunakan untuk biaya pembelian bibit mangrove, pancang tegakan bibit mangrove, dan upah bagi masyarakat yang menanam pohon mangrove. Apakah anda bersedia untuk ikut berpartisipasi aktif ?. Berapa jumlah yang bersedia anda bayarkan untuk itu ? ”
Skenario ini memberikan gambaran kepada responden mengenai situasi hipotetik rencana pengelolaan dan pembayaran jasa SDAL sebagai upaya konservasi untuk kelesarian hutan mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan. Nilai sumberdaya alam tersebut akan diberlakukan dan ditanyakan kepada responden mengenai WTP per bulan untuk masyarakat sekitar hutan mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan. b.
Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP Apabila alat survei telah dibuat, maka survei tersebut dapat dilakukan
dengan wawancara langsung. Teknik yang digunakan dengan menggunakan metode referendum atau discrete choise (dichotomous choise). Responden diberi suatu nilai rupiah kemudian diberi pertanyaan setuju atau tidak. Metode lebih memudahkan responden dalam memahami maksud dan tujuan dari penelitian dibanding dengan metode lain. c.
Memperkirakan Dugaan Rataan WTP WTPi dapat diduga dengan menggunakan nilai tengah dari kelas atau
interval kelas WTPi. Berdasarkan jawaban responden dapat diketahui bahwa WTPi yang benar berada antara jawaban yang dipilih (batas bawah kelas WTP) dengan WTP berikutnya (batas atas kelas WTP). Dugaan rataan WTP dihitung dengan rumus: ∑
26
Keterangan: EWTP : Dugaan rataan WTP Wi : Nilai WTP ke-i Pfi : Frekuensi relatif N : Jumlah responden i : Responden ke-i yang bersedia melakukan pembayaran nilai SDA d.
Penjumlahan Data Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai tengah penawaran
dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Setelah menduga nilai tengah WTP maka dapat diduga nilai WTP dari rumah tangga dengan menggunakan rumus: ∑
(
)
Keterangan TWTP : Total WTP WTPI : WTP individu sampai ke-i ni : Jumlah sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar WTP N : Jumlah sampel P : Jumlah populasi i : Responden ke-i yang bersedia membayar jasa sumberdaya alam dan lingkungan e.
Mengevaluasi Penggunaan CVM Evaluasi ini merupakan penilaian sejauh mana penggunaan CVM telah
berhasil dilakukan. Pada tahap ini memerlukan pendekatan seberapa besar tingkat keberhasilan dalam pengaplikasian CVM. Apakah hasil survei mengandung tingkat penalaran sanggahan yang tinggi. Apakah ada bukti bahwa responden benar-benar mengerti mengenai pasar hipotetik. Seberapa besar tingkat kesalahan responden dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. Seberapa baik pasar hipotetik yang digunakan dapat menangkap
27
setiap aspek dalam barang lingkungan. Seberapa baik permasalahan yang terjadi diasosiasikan dengan CVM. 5.
Nilai Manfaat Keberadaan (Existence Value) Keberadaan hutan mangrove dalam kehidupan masyarakat tentu akan
dirasakan oleh mereka apalagi jika hutan mangrove itu mengalami perubahan. Oleh sebab itu nilai manfaat keberadaan tersebut perlu diestimasi. Metode yang digunakan adalah Contingent Valuation Method (CVM). Metode ini didasarkan pada kesediaan membayar seseorang (Willingness to pay) terhadap keberadaan sumberdaya mangrove sehingga manfaat dan fungsi hutan mangrove tetap dirasakan oleh masyarakat. Tahap-tahap dalam melakukan penelitian untuk menentukan Willingness to pay (WTP) nilai keberadan dengan menggunakan CVM sama halnya dengan tahap-tahap untuk memperoleh nilai warisan. Hal yang membedakan adalah responden dan pasar hipotetiknya. Responden yang diperlukan untuk menilai keberadaan hutan mangrove adalah masyarakat yang mengetahui tentang hutan mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan dan mereka bukan masyarakat sekitar hutan mangrove. Pasar hipotetik yang dibentuk untuk memperoleh nilai keberadaan hutan mangrove adalah suatu pasar dengan kualitas hutan mangrove yang berbeda dengan kondisi sekarang. Pasar hipotetik dibentuk setelah responden diminta untuk mendengarkan atau membaca suatu pernyataan mengenai kondisi hutan mangrove saat ini (pasca rehabilitasi). Dijelaskan pula bahwa kondisi ini terjadi karena adanya rehabilitasi oleh pemerintah sebelumnya pada tahun 2009 yang
28
bekerjasama dengan masyarakat setempat. Selanjutnya pasar hipotetik CVM yang ditawarkan, dibentuk dalam sebuah skenario sebagai berikut: “Pihak pengelola berencana akan terus melakukan rehabilitasi. Hal tersebut memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat dengan penarikan dana sumbangan. Selanjutnya dana tersebut akan digunakan untuk biaya pembelian bibit mangrove, pancang tegakan bibit mangrove, dan upah bagi masyarakat yang menanam pohon mangrove. Berapa jumlah yang bersedia anda bayarkan untuk program rehabilitasi hutan mangrove tersebut ?”.
Skenario ini memberikan gambaran kepada responden mengenai situasi hipotetik mengenai
rencana pengelolaan dan pembayaran jasa SDAL sebagai upaya
konservasi untuk kelestarian hutan mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan. Nilai sumberdaya alam tersebut akan diberlakukan dan ditanyakan kepada responden mengenai WTP per bulan untuk masyarakat yang mengetahui hutan mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan. 4.4.3 Analisis Regresi Linear Berganda Menurut Juanda (2009), analisis linear berganda (multiple regresion) adalah persamaan regresi yang menggambarkan hubungan antara beberapa peubah bebas dan satu peubah tak bebas. Analisis regresi linear berganda pada penelitian ini digunakan untuk mengevaluasi penggunaan CVM. Evaluasi pelaksanaan model CVM dapat dilihat dari tingkat keandalan
fungsi WTP.
Persamaan regresi linear berganda yang digunakan dalam menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi nilai WTP responden adalah sebagai berikut: WTP = β0 + β1JK + β2UR+ β3ST+ β4Pdi+ β5Pda+ β6Pk1+ β7Pk2+β8Pk3 + β9Pk4+ β10Pk5+ β11MH+ β12LN+ ɛi Keterangan WTP β0 β1,..,βn JK UR ST
: Nilai WTP Responden (Rp/orang) : Intersep : Koefisien Regresi : Jenis Kelamin (Dummy) : Usia Responden (Tahun) : Status (Dummy)
29
Pdi Pda Pk1 Pk2 Pk3 Pk4 Pk5 MH LN i
: Tingkat Pendidikan Responden : Tinkat Pendapatan Responden (Rp/bulan) : Jenis Pekerjaan sebagai Karyawan (Dummy) : Jenis Pekerjaan sebagai Nelayan (Dummy) : Jenis Pekerjaan sebagai Wiraswasta (Dummy) : Jenis Pekerjaan sebagai PNS (Dummy) : Jenis Pekerjaan lain (Dummy) : Mahasiswa (Dummy) : Kelestarian Lingkungan/Kondisi Hutan Mangrove (Dummy) : Responden ke-i (i = 1, 2, 3,...,n)
4.4.4 Kuantifikasi Manfaat ke Dalam Nilai Uang Langkah selanjutnya yang harus dilakukan setelah mengidentifikasi manfaat-manfaaat dari hutan mangrove adalah mengkuantifikasi seluruh manfaat yang diperoleh ke dalam nilai uang. Nilai tersebut dikuantifikasi berdasarkan nilai ekonomi total hutan mangrove secara keseluruhan. Ada beberapa nilai yang dapat digunakan untuk melakukan kuantifikasi dari sumberdaya mangrove, yaitu: 1.
Nilai Pasar Pendekatan nilai pasar digunakan untuk menghitung nilai ekonomi dari
komoditas-komoditas yang langsung dapat dimanfaatkan dari sumberdaya mangrove. Pendekatan ini dilakukan dengan menggunakan Productivity Method. Pendekatan ini dilakukan untuk menilai manfaat langsung dari penggunaan komponen suatu sumberdaya hutan mangrove seperti kayu, ikan, udang, dan kepiting. 2.
Harga Tidak Langsung Pendekatan ini digunakan untuk menilai manfaat tidak langsung dari hutan
mangrove. Pendekatan ini digunakan untuk komoditas yang tidak memiliki nilai pasar seperti manfaat tidak langsung hutan mangrove sebagai penahan abrasi pantai dan sebagai tempat tujuan ekowisata.
30
3.
Contingent Valuation Method (CVM) Pendekatan CVM ini digunakan untuk menghitung nilai dari manfaat
keberadaan dan nilai warisan dari hutan mangrove melalui responden terpilih. 4.
Nilai Total Ekonomi Nilai total dari hutan mangrove merupakan penjumlahan seluruh nilai
ekonomi dari manfaat hutan mangrove yang telah diidentifikasi dan dikuantifikasi ke dalam nilai uang. Nilai manfaat total tersebut dirumuskan sebagai berikut: TEV = DV + IV + OV +BV+EV....................................................................….(5) Keterangan TEV DV IV OV BV EV
: Total Economic Value : Direct Value : Indirect Value : Option Value : Bequest Value : Existence Value
31