ANALISIS GENDER DALAM GERAKAN REHABILITASI LOKAL HUTAN MANGROVE (BAKAU) PADA KELOMPOK MASYARAKAT PEDULI LINGKUNGAN (PAPELING) DI DESA SIDODADI, KECAMATAN PADANG CERMIN, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN, PROPINSI LAMPUNG
Oleh: AGENG RARA CINDOSWARI A14203036
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN AGENG RARA CINDOSWARI. Analisis Gender dalam Gerakan Rehabilitasi Lokal Hutan Mangrove (Bakau) Pada Kelompok Masyarakat Peduli Lingkungan (PAPELING) di Desa Sidodadi, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Lampung Selatan, Propinsi Lampung (Di bawah bimbingan NURAINI W. PRASODJO). Matsui (2002), Shiva dan Mies (1993), Shiva (1988), Pratama (2005), Hidayati (2005), Suryaalam (2005) menyatakan bahwasanya kemiskinan, ketidakadilan gender, kerusakan lingkungan alam, dan industrialisasi adalah manifestasi dari pembangunan yang timpang. Pembangunan yang timpang menganggap semua kegiatan yang tidak menghasilkan laba dan menumpuk modal, bukan pekerjaan atau tergolong pekerjaan yang tidak produktif. Pembangunan yang timpang tidak mengenal kenyataan bahwa untuk mewujudkan keadilan yang merata mutlak perlu keselarasan alam dan langkah-langkah untuk memelihara keselarasan alam. Kondisi tersebut menumbuhkan protes keras di kalangan pecinta lingkungan. Protes terhadap dampak developmentalisme yang membuahkan kerusakan bagi lingkungan, menyulut gerakan perlindungan terhadap lingkungan di kalangan pembela lingkungan Pembangunan di Negara Indonesia tidak jauh berbeda dengan apa yang telah dipaparkan di muka. Secara lebih konkret, kondisi ini termanifestasikan dari adanya ancaman kerusakan hutan mangrove (bakau) di sepanjang Pantai Timur Propinsi Lampung khususnya di Desa Sidodadi, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Lampung Selatan. Ancaman terhadap kerusakan hutan mangrove (bakau) ini akan merugikan masyarakat sekitarnya, karena bakau merupakan salah satu sumberdaya yang banyak memiliki fungsi dan kegunaan. Oleh karena itu, masyarakat Desa Sidodadi menggagas gerakan rehabilitasi hutan mangrove
(bakau) secara partisipatif di tingkat lokal. Dalam konteks partisipatif yang melibatkan masyarakat, maka pemahaman mengenai masyarakat sebagai entitas tunggal yang selama menganggap bahwa masyarakat hanyalah kaum laki-laki haruslah dihilangkan. Peranan dan posisi perempuan dalam masyarakat juga harus ikut dipertimbangkan. Penelitian ini bertujuan menjelaskan akses dan kontrol gender dalam pelaksanaan dan manfaat gerakan rehabilitasi lokal hutan mangrove (bakau). Selain itu penelitian ini juga bertujuan menjelaskan akses dan kontrol gender terhadap manfaat gerakan rehabilitasi lokal hutan mangrove (bakau). Selanjutnya, penelitian ini juga ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi akses dan kontrol gender dalam pelaksanaan dan manfaat gerakan rehabilitasi lokal hutan mangrove (bakau). Tujuan akhir dari penelitian ini untuk memahami pengaruh gerakan rehabilitasi lokal hutan mangrove (bakau) terhadap kondisi perempuan di tingkat lokal. Penelitian ini merupakan penelitian survey cluster dengan pertimbangan bahwa di Kecamtan Padang Cermin terdapat beberapa gerakan peduli lingkungan yang tidak dapat diamati secara empiris, sehingga peneliti memilih salah satu kelompok gerakan peduli lingkungan yang dapat menggambarkan gerakan peduli lingkungan tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dipilih oleh peneliti karena mampu menjelaskan hubungan antar variabel melalui hitungan data yang dikuantifisir sehingga dapat memperlihatkan hubungan yang jelas antar variabel. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara kuesioner. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sidodadi,
Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Lampung Selatan, Propinsi Lampung. Pemilihan lokasi penelitian tersebut dilakukan secara purposive. Populasi penelitian ini adalah seluruh anggota Kelompok Masyarakat Peduli Lingkungan (PAPELING) yang berjumlah 50 orang, di mana 30 orang berjenis kelamin laki-laki dan 20 orang berjenis kelamin perempuan. Anggota PAPELING tersebut dibedakan berdasarkan kategori faktor internal (demografis rumah tangga, pola nafkah dan teritorial tempat tinggal. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam menjelaskan hubungan antara faktor-faktor internal dengan akses dan kontrol anggota PAPELING dalam pelaksanaan dan manfaat gerakan rehabilitasi lokal hutan bakau. Diduga, anggota PAPELING yang termasuk ke dalam kategori demografis rumah tangga dini akan memiliki akses dan kontrol yang rendah dalam pelaksanaan dan manfaat gerakan dibandingkan dengan anggota PAPELING yang termasuk ke dalam kategori demografis rumah tangga lanjut. Diduga, anggota PAPELING yang termasuk ke dalam kategori pola nafkah sangat tergantung dengan sumberdaya laut akan memiliki akses dan kontrol yang tinggi dalam pelaksanaan dan manfaat gerakan dibandingkan dengan anggota PAPELING yang termasuk ke dalam kategori pola nafkah tidak tergantung dengan sumberdaya laut. Diduga, anggota PAPELING yang termasuk ke dalam kategori teritorial tempat tinggal sangat dekat dengan lokasi rehabilitasi akan memiliki akses dan kontrol yang tinggi dalam pelaksanaan dan manfaat gerakan dibandingkan dengan anggota PAPELING yang termasuk ke dalam kategori teritorial tempat tinggal jauh dari lokasi rehabilitasi. Dari 50 orang anggota PAPELING, didapatkan 32 orang termasuk ke dalam kategori demografis rumah tangga lanjut, 18 orang termasuk ke dalam
kategori rumah tangga demografis dini. Selanjutnya, dari 50 orang anggota PAPELING didapatkan 20 orang termasuk ke dalam kategori pola nafkah sangat tergantung dengan sumbedaya laut, 21 orang termasuk ke dalam kategori pola nafkah sedikit tergantung dengan sumberdaya alam dan 9 orang termasuk ke dalam kategori pola nafkah tidak tergantung dengan sumberdaya laut. Sedangkan untuk kategori faktor internal teritorial tempat tinggal dibedakan menjadi 25 orang termasuk ke dalam kategori teritorial tempat tinggal sangat dekat dengan lokasi rehabilitasi, 17 orang termasuk ke dalam kategori teritorial tempat tinggal dekat dengan lokasi rehabilitasi dan 8 orang termasuk ke dalam kategori teritorial tempat tinggal jauh dari lokasi rehabilitasi. Hasil penelitian menunjukkan anggota PAPELING laki-laki dan perempuan memiliki akses dan kontrol yang berbeda dalam pelaksanaan dan manfaat gerakan rehabilitasi lokal hutan bakau. Perbedaan akses anggota PAPELING laki-laki dan perempuan terhadap pelaksanaan gerakan terlihat dari pembagian kerja secara budaya antara laki-laki dan perempuan. Kegiatan-kegiatan yang menyangkut pemahaman wilayah agronomis yang lebih luas dikuasai secara dominan oleh anggota laki-laki. Sedangkan anggota perempuan hanya menguasai pemahaman wilayah agronomis yang lebih sempit. Perbedaan kontrol antara anggota PAPELING laki-laki dengan anggota PAPELING perempuan terhadap pelaksanaan gerakan terlihat dari beberapa kegiatan yang dapat diputuskan baik oleh anggota PAPELING laki-laki maupun oleh anggota PAPELING perempuan. Kegiatan pemahaman kondisi wilayah, kegiatan menentukan lokasi penanaman dan kegiatan menentukan jarak tanam dikontrol sepenuhnya oleh anggota laki-
laki. Sedangkan kegiatan pemeliharaan di kontrol baik oleh laki-laki maupun perempuan. Manfaat gerakan dalam bentuk uang merupakan manfaat yang paling banyak diakses oleh anggota PAPELING baik laki-laki maupun perempuan berdasarkan demografis rumah tangga, pola nafkah dan teritorial tempat tinggal. Manfaat gerakan seperti kelestarian lingkungan, pengetahuan mengenai bibit bakau dan kesempatan bersosialisasi dirasakan oleh anggota PAPELING laki-laki dan perempuan. Namun, manfaat tersebut diakses secara berbeda oleh anggota PAPELING laki-laki dan perempuan. Kontrol terhadap manfaat jaringan kerja dikontrol lebih sedikit oleh anggota PAPELING laki-laki dari pada akses terhadap manfaat tersebut. Manfaat kelestarian lingkungan dan pengetahuan mengenai bibit bakau dikontrol lebih sedikit daripada aksesnya oleh anggota PAPELING perempuan. Faktor internal seperti demografis rumah tangga, pola nafkah dan teritorial tempat tinggal mempengaruhi akses dan kontrol anggota PAPELING baik lakilaki maupun perempuan terhadap pelaksanaan gerakan rehabilitasi lokal hutan bakau. Namun, faktor internal tersebut tidak mempengaruhi akses dan kontrol anggota PAPELING baik laki-laki maupun perempuan terhadap manfaat gerakan rehabilitasi lokal hutan bakau. Hubungan yang ada hanya menjelaskan jumlah dan persentase sebaran manfaat yang dapat diakses maupun dikontrol oleh anggota PAPELING laki-laki dan perempuan berdasarkan demografis rumah tangga, pola nafkah dan teritorial tempat tinggal. Bagi anggota PAPELING perempuan faktor internal yang berhubungan dengan akses anggota PAPELING perempuan dalam pelaksanaan gerakan adalah
faktor pola nafkah dan teritorial tempat tinggal. Namun, keseluruhan faktor internal tidak berhubungan dengan kontrol anggota PAPELING perempuan dalam pelaksanaan gerakan rehabilitasi lokal hutan bakau. Bagi anggota PAPELING laki-laki, faktor internal yang berhubungan dengan akses dalam pelaksanaan gerakan rehabilitasi lokal hutan bakau adalah faktor pola nafkah. Di mana, semakin tergantung pola nafkah anggota PAPELING laki-laki dengan sumberdaya laut maka semakin tinggi akses mereka dalam pelaksanaan gerakan tersebut. Selanjunya, faktor internal yang berhubungan dengan kontrol anggota PAPELING laki-laki dalam pelaksanaan gerakan rehabilitasi hutan bakau hanya faktor pola nafkah yang secara nyata digambarkan oleh Tabel 36 memiliki hubungan yang signifikan dengan kontrol anggota PAPELING laki-laki dalam pelaksanaan gerakan tersebut. Profil akses dan kontrol anggota PAPELING laki-laki dan perempuan terhadap pelaksanaan dan manfaat gerakan rehabilitasi lokal hanya memberikan perubahan kondisi perempuan yang berkaitan dengan kesejahteran, kesehatan dan partisipasi dalam organisasi atau kelembagan saja. Namun, belum sampai merubah posisi perempuan yang berkaitan dengan penentuan keputusankeputusan di tingkat lokal. Selain itu, jika merujuk pada kerangka pemberdayaan perempuan yang digagas oleh Sara H Longwe, PAPELING beserta dengan gerakan rehabilitasi yang dilakukan baru mencapai tahap pertama dan tahap ke dua dari kerangka pemberdayaan perempuan. Keadaan yang mampu diubah oleh mereka baru mencapai kesejahteraan (“zero level of women empowerment”) yang ditunjukkan dengan pencapaian pemerataan hanya dalam pemenuhan kebutuhan praktis seperti penambahan pendapatan, pengetahuan teknis, dan kelestarian hutan
bakau. Selanjutnya, pada tahap ke dua mereka memberikan kesempatan pada anggota perempuan untuk mengakses sumberdaya kelompok dan manfaat dari gerakan rehabilitasi lokal hutan bakau tersebut. Berdasarkan pemaparan di atas, kondisi seperti itu menggambarkan gerakan rehabilitasi tersebut pada dasarnya hanya memberikan manfaat dalam memenuhi kebutuhan praktis gender saja. Dalam gerakan tersebut tidak memperlihatkan adanya pemenuhan kebutuhan strategis gender yang menyangkut perubahan posisi perempuan di tingkat lokal. Sehingga gerakan rehabilitasi tersebut memperlihatkan tidak ada perubahan pola hubungan yang setara antara perempuan dan laki-laki yang sebenarnya berguna bagi keberhasilan gerakan. Karena perempuan pada dasarnya memiliki potensi yang besar yang ikut menentukan keberhasilan gerakan.
ANALISIS GENDER DALAM GERAKAN REHABILITASI LOKAL HUTAN MANGROVE (BAKAU) PADA KELOMPOK MASYARAKAT PEDULI LINGKUNGAN (PAPELING) DI DESA SIDODADI, KECAMATAN PADANG CERMIN, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN, PROPINSI LAMPUNG
Oleh: AGENG RARA CINDOSWARI A14203036
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh : Nama
:
Ageng Rara Cindoswari
Nomor Pokok
:
A14203036
Program Studi
:
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Judul Skripsi
:
Analisis Gender dalam Gerakan Rehabilitasi Lokal Hutan Mangrove (Bakau) Pada Kelompok Masyarakat Peduli Lingkungan (PAPELING) di Desa Sidodadi, Kecamatan
Padang
Cermin,
Kabupaten
Lampung
Selatan, Propinsi Lampung. Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Nuraini W. Prasodjo, M.S. NIP. 131 967 634 Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus Ujian : 2 Juni 2008