PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (GN-RHL) : Kasus di Desa Sirnagalih dan Pamalayan, Kecamatan Bayongbong serta Desa Margaluyu dan Ciburial, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut
D.H.M. NUR ABDULLAH AZIZ M.K. E14101030
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (GN-RHL) : Kasus di Desa Sirnagalih dan Pamalayan, Kecamatan Bayongbong serta Desa Margaluyu dan Ciburial, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut
D.H.M. NUR ABDULLAH AZIZ M.K.
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
Judul
: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (GN-RHL) : Kasus di Desa Sirnagalih dan Desa Pamalayan, Kecamatan Bayongbong serta Desa Margaluyu dan Ciburial, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut
Nama Mahasiswa
: D.H.M. Nur Abdullah Aziz M.K.
NRP
: E14101030
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS. NIP. 131 412 316
Mengetahui, Dekan Fakultas Kehutanan
Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS. NIP. 131 430 799
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat beserta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi seluruh umat manusia. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Institut Pertanian Bogor, yang berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan : Kasus di Desa Sirnagalih dan Pamalayan, Kecamatan Bayongbong serta Desa Margaluyu dan Ciburial, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut.” Tujuan dari penelitian ini adalah, mengetahui dan membandingkan tingkat partisipasi peserta program dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan, mengetahui perkembangan tanaman serta mengetahui tingkat keeratan hubungan antara karakteristik peserta program dengan tingkat partisipasi. Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada keluarga tercinta atas ketulusan dan keikhlasan doa, kasih sayang dan motivasi, Bapak Dr.Ir. Nurheni Wijayanto, MS. selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, nasehat, masukan dan pengarahan selama penelitian dan penyusunan skripsi, serta Dinas Kehutanan Kabupaten Garut sebagai instansi yang telah memberi ijin tempat penelitian, serta semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran membangun sangat diharapkan oleh penulis. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, Agustus 2006
Penulis
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Partisipasi Masyarakat dalam Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan : Kasus di Desa Sirnagalih dan Pamalayan, Kecamatan Bayongbong serta Desa Margaluyu dan Ciburial, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan diantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2006 D.H.M. Nur Abdullah Aziz M.K. NRP E14101030
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Eti Jubaedah dan Bapak Saefurohman, S.Sos. serta kakakku Dikdik Muhammad Nur Rasyid Ridla yang telah memberikan dorongan moral dan material serta kasih sayang yang akan selalu tercurah. 2. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS. yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. 3. Dr.Ir. Juang Rata Matangaran, MS. selaku penguji dari Departemen Hasil Hutan dan Ir. Agus Priyono Kartono, MSi. selaku penguji dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. 4. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Fakultas Kehutanan IPB, terima kasih atas waktu yang diluangkan untuk memberikan yang terbaik. 5. Endang Sumarna, SP. atas bantuan data dan diskusinya selama penelitian. 6. Pak Ipin Garnida, Pak Adin, Pak Udi, Pak Ustadz Hadma Wijaya dan Pak Ojo atas bantuan dan keramahannya selama melakukan penelitian. 7. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Garut dan Wargi Asgar Bogor atas kesempatannya mengemban amanah. 8. Leny, Isma, Toni, Sandra, Wira, Irwan, Hery, Hendra, Yunita, Susan, Vien, Eva, Dudi, Bambang, Dimas, Kania, Dyah, Ahmad, Asri, Ika, Rani, Ani, Dini, Edwin, Putri, Muji, M. Harris, Aulia, Jufri, Alfared, Hernowo, Sukri, Trias, Dita, Ely, Lukman, Nur Maliki, Dikkie, Reny, Pudy, Ana, Priyo, Gunanto, Didi, Sari, Fajar atas suka dan dukanya. Tetap jaga ukhuwah!!!!! 9. Rekan-rekan Komando Dormitory, Wisma Cibanteng Indah, Pondok Alaska atas segala kenyamanan yang diberikan. 10. Rekan-rekan Fakultas Kehutanan IPB atas segala kekeluargaannya. 11. Teman sejati yang akan menemani sampai di kehidupan kekal nanti. Amien. 12. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Garut, Jawa Barat pada tanggal 5 Agustus 1983. Penulis
merupakan
anak
kedua
dari
dua
bersaudara
dari
pasangan
Saefurohman,S.Sos dan Eti Jubaedah. Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1989 sampai tahun 1995 di SD Muhammadiyah 2 Garut. Pendidikan lanjutan tingkat pertama penulis tempuh di SMPN 1 Garut dari tahun 1995 sampai tahun 1998. Pendidikan lanjutan tingkat menengah atas diselesaikan di SMUN 1 Tarogong Garut dari tahun 1998 sampai tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Bidang minat yang dipilih pada saat perkuliahan adalah bidang Politik Ekonomi Sosial Kehutanan. Selama masa perkuliahan, penulis aktif di organisasi intra dan ekstra kampus. Diantaranya anggota KOPMA IPB (2002), Staf Biro Kewirausahaan Departemen Keuangan BEM Fakultas Kehutanan IPB (2002-2004), Staf Litbang Forest Management Students Club (FMSC) (2002-2003), Ketua Presidium FMSC (2003), Sekretaris Umum FMSC (2003-2004), Staf Departemen Pertanian BEM KM IPB (2004-2005), Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Garut (HIMAGA) IPB (2004-2005). Penulis pernah aktif sebagai Asisten Praktikum mata kuliah Ilmu Ukur Hutan (2003-2004). Tahun 2003 penulis melaksanakan magang di KPH Kedu Selatan, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Tahun 2004 Praktek Pengenalan Hutan (PUK) di jalur Kamojang – Sancang (BKSDA II Jawa Barat) dan Praktek Umum Pengelolaan Hutan (PUPH) di KPH Tasikmalaya Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.. Tahun 2005 penulis melaksanakan kegiatan Praktek Lapangan (PKL) di IUPHHK Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat. Tahun 2005 penulis melakukan penelitian dengan judul ”Partisipasi Masyarakat dalam Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan : Kasus di Desa Sirnagalih dan Pamalayan, Kecamatan Bayongbong serta Desa Margaluyu dan Ciburial, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut” di bawah bimbingan Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS.
DHM. Nur Abdullah Aziz MK (E14101030). PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN : Kasus di Desa Sirnagalih dan Pamalayan, Kecamatan Bayongbong serta Desa Margaluyu dan Ciburial, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, dibimbing oleh Dr. Ir. Nurheni Wijayanto,MS. RINGKASAN
Kegiatan GN-RHL tidak akan pernah berhasil tanpa didukung oleh partisipasi masyarakat, karena keberhasilan suatu kegiatan pembangunan akan sangat ditentukan oleh adanya partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan GN-RHL diharapkan memiliki arti yang besar, oleh karena itu diharapkan pada masyarakat akan dapat menumbuhkan rasa memiliki, rasa tanggung jawab dan merasakan adanya manfaat yang diperoleh dari kegiatan GNRHL tersebut. Perkembangan tanaman GN-RHL dapat dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan program GN-RHL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat
partisipasi
petani
peserta
GN-RHL,
mengetahui
perkembangan tanaman GN-RHL, dan menganalisis hubungan karakteristik petani dengan partisipasi petani dalam GN-RHL. Penelitian dilaksanakan di Desa Sirnagalih dan Desa Pamalayan, Kecamatan Bayongbong, serta Desa Margaluyu dan Desa Ciburial, Kecamatan Leles Kabupaten Garut. Waktu pelaksanaan penelitian dari bulan November 2005-Januari 2006. Penelitian ini dilakukan terhadap masyarakat peserta program GN-RHL. Alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah kuesioner, kamera, kalkulator, software SPSS 13 dan alat tulis. Pemilihan responden sebagai obyek penelitian dari lokasi terpilih diambil secara acak sebanyak 30 responden setiap desa sebagai unit contoh dari jumlah total masyarakat peserta GN-RHL sebanyak 278 orang, yang memenuhi kriteria anggota Kelompok Tani yang aktif menggarap lahan GN-RHL. Metoda analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan menggunakan uji statistik untuk menguji hubungan tingkat partisipasi masyarakat dengan karakteristik masyarakat diuji dengan analisis Rank Correlation Spearman (rs). Analisis fisik tanaman yang digunakan dalam menilai kondisi fisik tanaman GN-RHL adalah dengan menilai kerusakan pohon berdasarkan kriteria-kriteria metode Forest
Health Monitoring (FHM) yaitu dengan menghitung Nilai Indeks Kerusakan (NIK) pada semua level pohon. Dari data yang diperoleh di lapangan diketahui tingkat partisipasi masyarakat di empat desa penelitian dalam tahap perencanaan GN-RHL termasuk dalam kategori tinggi dengan kecenderungan sedang (2,03). Untuk tahap pelaksanaan GN-RHL di empat desa penelitian termasuk dalam kategori tinggi (22,11). Tingkat partisipasi masyarakat dalam GN-RHL di Desa Margaluyu lebih tinggi daripada tiga desa lokasi GN-RHL lainnya. Tingkat keberhasilan fisik tanaman GN-RHL di empat desa penelitian termasuk gagal dengan persen hidup sebesar 12 %. Berdasarkan metode Forest Health Monitoring (FHM) sebagian besar tanaman (99,88%) yang diindikasikan terkena kerusakan termasuk dalam kategori sehat sekali. Karakteristik sosial dan ekonomi peserta GN-RHL yang berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi pada tahap perencanaan program, yaitu tingkat pendidikan (1,000) dan jumlah tanggungan keluarga (-0,322) di Desa Sirnagalih, dan pekerjaan sampingan (-0,392) di Desa Margaluyu. Sedangkan karakteristik sosial dan ekonomi peserta GN-RHL yang berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan program, yaitu tingkat pendidikan (0,431) dan jarak tempuh (0,477) di Desa Sirnagalih, jarak tempuh (0,455) di Desa Pamalayan dan jumlah tanggungan keluarga (0,425) di Desa Ciburial. Untuk karakteristik sosial dan ekonomi peserta GN-RHL yang berhubungan nyata dengan partisipasi pada program GN-RHL, yaitu tingkat pendidikan (0,480) di Desa Sirnagalih, jumlah tanggungan keluarga (0,512) dan pekerjaan utama (-0,397) di Desa Ciburial dan pekerjaan sampingan (0,374) di Desa Margaluyu.
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ............................................................................................................ i DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................v DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vi PENDAHULUAN ...................................................................................................1 Latar Belakang ...................................................................................................1 Perumusan Masalah ...........................................................................................1 Tujuan Penelitian ...............................................................................................2 Manfaat Penelitian .............................................................................................2 TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................4 Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) ...........................4 Partisipasi Masyarakat .......................................................................................5 Keberhasilan Tanaman Program GN-RHL .......................................................9 Penilaian Kesehatan Pohon .............................................................................10 METODE ...............................................................................................................14 Lokasi dan Waktu Penelitian ...........................................................................14 Sasaran dan Alat ..............................................................................................14 Jenis Data yang Diambil ..................................................................................14 Teknik Pengumpulan Data ..............................................................................15 Teknik Pengambilan Contoh ...........................................................................15 Pengolahan Data ..............................................................................................16 Analisis Data....................................................................................................19 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN .........................................................23 Letak dan Luas Desa Penelitian ......................................................................23 Kondisi Fisik Desa Penelitian .........................................................................23 Aksesibilitas dan Sarana Prasarana Desa Penelitian .......................................25 Tata Guna Lahan Desa Penelitian ...................................................................25
Keadaan Sosial Ekonomi .................................................................................26 HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................................29 Karakteristik Responden..................................................................................29 Partisipasi Masyarakat dalam Program GN-RHL ...........................................35 Perkembangan Tanaman GN-RHL .................................................................40 Tingkat Keeratan Hubungan ...........................................................................45 KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................................50 Kesimpulan...... ................................................................................................50 Saran................ ................................................................................................50 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................52 LAMPIRAN ...........................................................................................................55
ii
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Kriteria Pemberian Skor Partisipasi Masyarakat Peserta GN-RHL Tahap Perencanaan GN-RHL .....................................................................................16 2. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat Peserta GN-RHL Tahap Perencanaan GN-RHL .....................................................................................17 3. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat Peserta GN-RHLTahap Pelaksanaan GN-RHL......................................................................................18 4. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam GN-RHL ..............................18 5. Kode dan Definisi Tipe Kerusakan ..................................................................21 6. Kode dan Definisi Lokasi Kerusakan ..............................................................21 7. Kode dan Nilai Ambang Keparahan Kerusakan ..............................................21 8. Kode dan Nilai Tipe, Lokasi dan Keparahan Kerusakan .................................22 9. Perhitungan Nilai Indeks Kerusakan Pohon ....................................................22 10. Batas-batas Wilayah Lokasi Penelitian ............................................................23 11. Sarana dan Prasarana yang Terdapat di Masing-masing Desa Penelitian........25 12. Tata Guna Lahan di Desa-desa Lokasi Penelitian............................................26 13. Data Kependudukan di Masing-masing Desa Penelitian .................................26 14. Struktur Umur Penduduk di Masing-masing Desa Penelitian .........................27 15. Tingkat Pendidikan Masyarakat di Masing-masing Desa Penelitian ...............27 16. Mata Pencaharian Masyarakat di Masing-masing Desa Penelitian .................28 17. Sebaran Umur Responden ................................................................................29 18. Tingkat Pendidikan Responden .......................................................................30 19. Mata Pencaharian Utama Responden...............................................................31 20. Mata Pencaharian Sampingan Responden .......................................................32 21. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden .......................................................33 22. Pendapatan Responden ....................................................................................33 23. Luas Kepemilikan Lahan Responden...............................................................34 24. Jarak Tempuh Responden ................................................................................34 25. Tingkat Partisipasi Petani dalam Tahap Perencanaan di Desa Penelitian........35 26. Distribusi Petani Peserta Program GN-RHL menurut Tingkat Partisipasi dalam Tahap Perencanaan di Desa Penelitian .................................................36
iii
27. Tingkat Partisipasi Petani dalam Tahap Pelaksanaan di Desa Penelitian ........37 28. Distribusi Petani Peserta Program GN-RHL menurut Tingkat Partisipasi dalam Tahap Pelaksanaan di Desa Penelitian ..................................................37 29. Tingkat Partisipasi Petani dalam GN-RHL di Desa Penelitian ........................39 30. Distribusi Petani Peserta Program GN-RHL menurut Tingkat Partisipasi dalam GN-RHL di Desa Penelitian .................................................................39 31. Data Jumlah Tanaman GN-RHL.....................................................................41 32. Data Kesehatan Tanaman GN-RHL.................................................................44 33. Korelasi Berperingkat Spearman Antara Karakteristik Petani dengan Partisipasi Petani dalam Tahap Perencanaan ...................................................46 34. Korelasi Berperingkat Spearman Antara Karakteristik Petani dengan Partisipasi Petani dalam Tahap Pelaksanaan ...................................................47 35. Korelasi Berperingkat Spearman Antara Karakteristik Petani dengan Partisipasi Petani dalam GN-RHL ...................................................................48
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Lokasi GN-RHL di Empat Desa Penelitian ..................................................... 24 2. Gubug Kerja GN-RHL di Empat Desa Penelitian ........................................... 38 3. Pohon-pohon yang Mengalami Kerusakan ...................................................... 45
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Rekapitulasi Data GN-RHL di Empat Desa Penelitian ................................. 56 2. Kuesioner Penelitian ...................................................................................... 60
vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomi, ekologi dan sosial yang tinggi. Hutan alam tropika juga berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan sehingga kelestariannya harus dijaga dan dipertahankan dengan pengelolaan hutan yang tepat (Departemen Kehutanan, 2003a). Namun seiring perkembangan pembangunan dan perjalanan waktu, kondisi hutan dan lahan, dilihat dari penutupan lahan/vegetasi, mengalami
fenomena degradasi
sumberdaya hutan dan lahan yang terus meningkat baik kualitas maupun kuantitasnya yang cepat dan dinamis. Kerusakan hutan dan lahan di Indonesia sudah mencapai taraf yang mengkhawatirkan dan telah menjadi keprihatinan banyak pihak baik secara nasional maupun internasional. Dari 120 juta hektar luas hutan, diperkirakan ± 56 juta hektar telah rusak, dengan laju deforestasi sebesar 1,6 juta sampai 2 juta hektar per tahun. Sumberdaya hutan yang telah mengalami kerusakan perlu direhabilitasi. Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) dimaksudkan untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas, dan peranan hutan sebagai sistem penyangga kehidupan tetap terjaga (Departemen Kehutanan, 2003b). Kegiatan RHL tersebut sangat strategis bagi kepentingan nasional sehingga kegiatan tersebut diarahkan sebagai gerakan berskala nasional yang terencana dan terpadu, melibatkan berbagai pihak yang terkait, baik pemerintah, swasta dan masyarakat luas. Gerakan tersebut adalah Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) yang penyelenggarannya dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi. Perumusan Masalah Desa Sirnagalih dan Pamalayan, Kecamatan Bayongbong, serta Desa Margaluyu dan Ciburial, Kecamatan Leles merupakan beberapa daerah yang
2 termasuk ke dalam pencanangan program GN-RHL dari 52 daerah di Kabupaten Garut. Program GN-RHL di daerah ini telah dimulai sejak tahun 2003. Kegiatan GN-RHL tersebut tidak akan pernah berhasil tanpa didukung oleh partisipasi masyarakat, karena keberhasilan suatu kegiatan pembangunan akan sangat ditentukan oleh adanya partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat terhadap kegiatan GN-RHL diharapkan memiliki arti yang besar, oleh karena itu diharapkan pada masyarakat akan dapat menumbuhkan rasa memiliki, rasa tanggung jawab dan merasakan adanya manfaat yang diperoleh dari kegiatan GNRHL tersebut. Perkembangan tanaman GN-RHL dapat dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan program GN-RHL. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1) Bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan GN-RHL di lokasi penelitian, 2) Seberapa besar perkembangan tanaman GN-RHL, serta 3) Seberapa besar tingkat keeratan hubungan antara karakteristik masyarakat di lokasi penelitian dengan partisipasi mereka dalam kegiatan GN-RHL. Tujuan Penelitian Sejalan dengan latar belakang dan masalah penelitian yang telah dikemukakan terdahulu, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui dan membandingkan tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan GN-RHL di lokasi penelitian. 2. Mengetahui perkembangan tanaman GN-RHL. 3. Menganalisis keeratan hubungan karakteristik masyarakat dengan partisipasi mereka dalam kegiatan GN-RHL. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi : 1. Dapat memberikan informasi mengenai tingkat partisipasi masyarakat dalam GN-RHL.
3 2. Bahan masukan bagi para pelaksana dan pengelola kegiatan GN-RHL untuk mengambil kebijakan dalam peningkatan dan pengembangan kegiatan selanjutnya. 3. Sebagai bahan acuan untuk mengadakan penelitian lanjut.
TINJAUAN PUSTAKA
Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) merupakan bagian dari sistem pengelolaan hutan dan lahan, yang ditempatkan pada kerangka daerah aliran sungai (DAS). Rehabilitasi mengambil posisi untuk mengisi kesenjangan ketika sistem perlindungan tidak dapat mengimbangi hasil sistem budidaya hutan dan lahan, sehingga terjadi deforestasi dan degradasi fungsi hutan dan lahan (Departemen Kehutanan, 2003b). Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) merupakan upaya rehabilitasi hutan dan lahan serta perbaikan yang sifatnya terpadu, menyeluruh, bersama-sama dan terkoordinasi dengan melibatkan semua stakeholders melalui suatu perencanaan, pelaksanaan serta pemantauan yang efektif dan efisien (Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, 2003). GN-RHL bertujuan untuk mewujudkan perbaikan lingkungan dalam upaya penanggulangan bencana alam banjir, tanah longsor dan kekeringan secara terpadu, transparan dan partisipatif, sehingga sumberdaya hutan dan lahan berfungsi optimal untuk menjamin keseimbangan lingkungan dan tata air DAS, serta memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat (Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, 2003). GN-RHL bertujuan untuk melakukan upaya rehabilitasi hutan dan lahan secara terpadu dan terencana dengan melibatkan semua instansi pemerintah terkait, swasta dan masyarakat, agar kondisi lingkungan hulu dapat kembali berfungsi sebagai daerah resapan air hujan secara normal dan baik (Badan Koordinasi Nasional, 2005). GN-RHL ini meliputi dua ruang lingkup yaitu: 1. Lingkup kegiatan Ruang lingkup kegiatan GN-RHL ini meliputi dua kegiatan pokok yaitu : a. Kegiatan pencegahan perusakan lingkungan Kegiatan Pencegahan Perusakan Lingkungan adalah meliputi kegiatan sosialisasi kebijakan perbaikan lingkungan, pemberdayaan masyarakat dan penegakan hukum.
5 b. Kegiatan penanaman hutan dan rehabilitasi Kegiatan Penanaman Hutan dan Rehabilitasi adalah meliputi penyediaan bibit tanaman (pengadaan bibit, renovasi dan pembangunan sentra produksi bibit), penanaman (reboisasi, hutan rakyat, penanaman turus jalan, pemeliharaan tanaman, dll) dan pembuatan bangunan konservasi tanah (dam pengendali, dam penahan, gully plug, pembuatan teras (terasering), sumur resapan, grass barrier, dll), penyusunan rencana dan rancangan kegiatan, pengembangan kelembagaan (pendampingan, pelatihan dan penyuluhan) dan pembinaan (Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, 2003). 2. Lingkup wilayah Ruang lingkup wilayah kegiatan GN-RHL diarahkan pada daerah-daerah aliran sungai yang kritis. Pemerintah telah mengidentifikasikan 68 DAS kritis yang perlu segera ditangani (Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, 2003). Perencanaan
GN-RHL
merupakan
bagian
integral
dari
sistem
perencanaan RHL Nasional. Hirarki Perencanaan RHL Nasional terdiri dari Pola Umum RHL, Rencana RHL Lima Tahun, Rencana Teknis RHL (Pola dan Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah), Rencana Teknis Tahunan dan Rancangan Kegiatan (Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, 2003). Partisipasi Masyarakat Keberhasilan program pengembangan masyarakat baik yang dirancang oleh pemerintah maupun pihak swasta ditentukan oleh partisipasi dari berbagai stakeholders. Para ahli mendefinisikan konsep partisipasi beragam. Menurut Soelaiman (1985) dalam Susiatik (1998) partisipasi anggota masyarakat dalam kegiatan pembangunan, yaitu adanya sikap mendukung dan adanya keterlibatan masyarakat secara individu, kelompok atau ke dalam kesatuan bersama, perencanaan dan pelaksanaan program atas dasar tanggung jawab sosial. Menurut Cohen dan Uphoff (1980) dalam Kartasubrata (1986), partisipasi adalah suatu istilah deskriptif yang mencakup berbagai kegiatan dan situasi yang
6 beraneka ragam karena besar sekali kemungkinan terjadi kesalahpahaman tentang sebab dan akibatnya, ruang lingkup dan penyebarannya. Sedangkan menurut Verhangen (1979) dalam Soebiyanto (1993) menyatakan bahwa partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari kegiatan interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian kewenangan, tanggung jawab dan manfaat. Afiff (1992) menyatakan secara umum partisipasi masyarakat diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang dimulai dari perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi. Partisipasi sering pula diterjemahkan sebagai kerelaan masyarakat untuk menerima ganti rugi meskipun dalam musyawarah tidak terjadi kesepakatan, kerelaan berkorban untuk orang banyak, kesediaan untuk menerima kehadiran sebuah proyek. Ada beberapa macam atau bentuk partisipasi yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain menurut Yadov (1980) dalam Susiatik (1998) menjelaskan ada empat macam kegiatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan yaitu : (1) partisipasi dalam pembuatan perencanaan dan partisipasi dalam pengambilan keputusan, (2) partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, (3) partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi dan (4) partisipasi dalam pemanfaatan hasil-hasil pembangunan. Pendapat senada diungkapkan oleh Sahidu (1998) menyatakan berpartisipasi dalam proses pembangunan bisa saja secara parsial, dan dapat pula secara prosesional pembangunan yang meliputi tahap-tahap ; (1) perencanaan dan pengambilan keputusan pembangunan, (2) pelaksanaan kegiatan pembangunan, (3) pemanfaatan hasil-hasil pembangunan, dan (4) penilaian hasil-hasil pembangunan. Menurut Pamudji (1997) dalam Asnawati (2004) menyatakan bentukbentuk partisipasi, terdiri dari : (1) Partisipasi dalam perencanaan kegiatan, yaitu keterlibatan dalam bentuk kehadiran, menyampaikan pendapat dan pengambilan keputusan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan (2) Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, yaitu keterlibatan dalam bentuk penyediaan dana, pengadaan sarana, dan berkorban waktu dan tenaga sejak persiapan kegiatan, pelaksanaan dan pasca pelaksanaan kegiatan yang berupa pemeliharaan hasil-hasil kegiatan
7 (3)
Partisipasi dalam pengendalian kegiatan monitoring, pengawasan dan evaluasi, yaitu keterlibatan warga masyarakat dalam bentuk : penyusunan pedoman pengendalian (melalui survey partisipatif), pengumpulan data (melalui survey partisipatif), dan penilaiaannya (melalui penilaian aspiratif)
(4) Partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan, yaitu keterlibatan masyarakat dalam bentuk pemanfaatan. Sastropoetro (1986) dalam Santosa (1999) membagi faktor yang mempengaruhi partisipasi seseorang menjadi tiga hal yaitu : 1. Keadaan sosial masyarakat yang meliputi tingkat pendidikan, pendapatan, kebiasaan dan kedudukan dalam sistem sosial 2. Kegiatan program pembangunan, kegiatan ini merupakan kegiatan yang dirumuskan dan dikendalikan oleh pemerintah 3. Keadaan alam sekitar yang mencakup faktor fisik atau keadaan geografis daerah yang ada pada lingkungan tempat hidup masyarakat tersebut. Menurut Hollsteiner (1981) dalam Utomo (1984), setidaknya ada tiga faktor yang mempersulit dalam mewujudkan partisipasi masyarakat, yaitu : 1. Ahli dari golongan elite menganggap diri mereka paling tahu dan merasa harus mempengaruhi masyarakat 2. Rakyat atau golongan bawah belum terbiasa dengan pola hidup modern, sehingga partisipasi mereka rendah tingkatannya, bahkan lebih menunjukkan partisipasi yang tinggi dalam kegiatan ritus kolektif yang tradisionil 3. Adanya kontradiksi antara usaha mengembangkan partisipasi dengan usaha mencapai target secepat-cepatnya. Sedangkan menurut Soetrisno (1995) terdapat beberapa permasalahan sosial politik yang menghambat partisipasi rakyat yaitu : (1) pembangunan dipandang sebagai suatu ideologi, sehingga sulit dikritik lebih-lebih dikaji ulang dalam mencari alternatifnya, (2) adanya aparat yang bertugas menjaga pembangunan dengan ketat seperti halnya menjaga ideologi, dengan demikian masyarakat menjadi enggan membicarakan pembangunan secara kritis dan terbuka sehingga pemerintah sulit mendapatkan feedback dari masyarakat, (3) rakyat yang cenderung memiliki sifat tertutup ditambah lagi sikap aparat yang cenderung reaktif, dan (4) pengaruh perbedaan bahasa.
8 Sahidu (1998) menyatakan berpartisipasi dalam pembangunan bukan hanya berarti mengerahkan tenaga kerja secara sukarela dalam proses pembangunan, akan tetapi merupakan input dan sekaligus sebagai output pembangunan. Berpartisipasi dalam pembangunan berarti mengambil bagian atau berperanserta dalam pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan, dengan memberikan masukan berupa pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal, dan atau materi serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan. Pendapat senada diungkapkan oleh Soetrisno (1995) yang menyatakan bahwa partisipasi rakyat dalam kegiatan pembangunan bukanlah mobilisasi dalam pembangunan. Partisipasi rakyat dalam pembangunan adalah kerjasama antara rakyat dengan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan dan membiayai pembangunan.
Untuk mengembangkan dan melembagakan
partisipasi rakyat dalam pembangunan harus diciptakan suatu perubahan persepsi dari pemerintah terhadap pembangunan. Pembangunan harus merupakan suatu kewajiban moral dari seluruh bangsa, bukan ideologi baru yang harus diamankan. Untuk membangkitkan partisipasi rakyat dalam pembangunan diperlukan sikap toleransi dari aparat pemerintah terhadap kritikan dan lain-lain, karena kritik tersebut merupakan salah satu bentuk dari partisipasi. Slamet (1980) dalam Kartasubrata (1986) mengemukakan bahwa syaratsyarat yang diperlukan agar masyarakat dapat berpartisipasi adalah : 1. Adanya kesempatan untuk membangun atau ikut dalam pembangunan 2. Adanya kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan tersebut 3. Adanya kemauan untuk berpartisipasi. Menurut Kartasubrata (1986), dorongan dan rangsangan untuk berpartisipasi mencakup faktor-faktor kesempatan, kemauan, kemampuan dan bimbingan. Kesempatan untuk berpartisipasi hendaknya tidak hanya dalam diberikan pada waktu pelaksanaannya saja tetapi juga mulai dari pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian dan kemudian distribusi hasilnya. Pendapat senada diungkapkan oleh Sahidu (1998) yang menyatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan hanya dapat ditingkatkan melalui peningkatan dan pengembangan kemauan, kemampuan, dan kesempatan
9 berpatisipasi, karena perilaku partisipasi merupakan hasil interaksi faktor-faktor keamanan, kemampuan dan kesempatan. Keberhasilan Tanaman Program GN-RHL Penilaian kinerja adalah proses untuk mengukur kinerja setiap tahap kegiatan GN-RHL secara periodik, dengan tujuan untuk memperoleh umpan balik dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan (Departemen Kehutanan, 2004). Untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan program Perhutanan Sosial perlu dilakukan evaluasi terhadap hasilhasil yang diharapkan, yaitu keberhasilan tanaman hutan yang baik (Perhutani, 1988). Tujuan dari penilaian keberhasilan tanaman kehutanan menurut Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi (1979) dalam Mansuri (1988) adalah untuk memperoleh gambaran dan kesimpulan tentang hasil akhir dari kegiatan Perhutanan Sosial. Gambaran dan kesimpulan tersebut dipakai sebagai dasar untuk menetapkan langkah-langkah lebih lanjut, baik dalam rangka pemeliharaan maupun dalam rangka pengulangan kegiatan. Mansuri (1988) menyatakan bahwa ukuran keberhasilan suatu tanaman dari kegiatan Perhutanan Sosial yang paling mudah adalah dilihat dari persen jadi tanaman tersebut (tanaman yang hidup). Ukuran tersebut dapat memberikan gambaran tentang persiapan tanaman, di samping itu persen jadi tanaman juga dipengaruhi oleh kesuburan tanah dan cara mengerjakannya. Instruksi Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertanian (1979) dalam Mansuri (1988) menyatakan bahwa pemeliharaan dilakukan pada areal tanaman yang berhasil sesuai dengan umur tanaman yaitu sebagai hasil tanaman tahun pertama persentase tumbuh tanaman di lokasi rata-rata di atas 35 % dinyatakan berhasil sedangkan persentase tumbuh di bawah 35% dinyatakan gagal. Pemeliharaan tanaman yang berumur satu tahun meliputi kegiatan penyiangan, pendangiran dan penyulaman, sedangkan pemeliharaan pada tanman yang berumur dua tahun adalah penyiangan dan pendangiran saja. Sedangkan
berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kehutanan
Nomor
:
P.03/Menhut-V/2004 pemeliharaan tanaman GN-RHL tahun pertama dapat
10 dilaksanakan apabila pertumbuhan tanaman di atas 55%. Bila persentase tumbuh tanaman di bawah 55% dinyatakan gagal (Dinas Kehutanan Garut, 2005). Tanaman dinyatakan sehat apabila pertumbuhan baik (daun dan batang segar), batang lurus, tajuk lebat dan tidak terserang hama dan penyakit. Tanaman tidak sehat apabila pertumbuhan tidak baik, batang tidak lurus, daun pucat kekuning-kuningan dan terserang hama dan penyakit (Departemen Kehutanan, 2004). Penilaian Kesehatan Pohon Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kerusakan pohon Menurut Mangold (1997) timbulnya gejala penyakit tumbuh-tumbuhan ditentukan oleh tiga unsur, yaitu : a). Unsur Tanaman Tanaman yang fisiknya lemah, kebanyakan akibat kekurangan gizi karena kekurangan rabuk (tanahnya kurus), kemasaman tanah tidak sesuai dengan sifat tanaman, kebanyakan air yang menggenang, juga karena kekurangan salah satu zat hara, sebagai akibat dari perabukan yang tidak seimbang (misalnya kebanyakan urea). b). Unsur-unsur Penyebab Jasad-jasad renik kebanyakan menjadi penyebab penyakit. Penyakit disebabkan oleh jenis bakteri, cendawan, virus dan nematoda. Namun tidak semua jasad renik jahat terhadap manusia. Bakteri dan cendawan dapat dibagi dalam dua golongan utama ialah yang dapat menimbulkan penyakit dan yang bermanfaat bagi manusia. c). Unsur-unsur Lingkungan (1). Iklim/cuaca Iklim
atau
cuaca
yang
basah
(lembab)
sangat
membantu
berkembangbiaknya penyakit, terutama bakteri dan cendawan. Bilamana banyak turun hujan, maka selain semua bagian tanaman menjadi basah, juga seluruh tanaman kadar airnya meningkat. Daun tanaman terpaksa membuka
lubang-lubang
daunnya
selebar-lebarnya
untuk
dapat
membuang kebanyakan air di dalam tubuh. Pembukaan lubang-lubang ini
11 dimanfaatkan oleh bakteri/cendawan untuk dengan mudahnya masuk ke dalam jaringan-jaringan. (2). Suhu dan kelembaban udara Bakteri dan cendawan untuk dapat berkembangbiak yang optimal memerlukan suhu dan kelembaban udara tertentu. (3). Unsur Angin Angin merupakan pembantu yang baik bagi penyebaran spora bakteri dan cendawan. Bukan tidak mungkin, karena angin dapat membawa debu, dapat pula menyebarkan penyakit virus. (4). Air di dalam tanah Tidak ada air dalam tanah berarti semua yang hidup yang berpijak pada tanah akan berhenti pertumbuhannya. Sebaliknya kebanyakam air pun dapat merupakan hambatan. Untuk jenis cendawan tertentu kebanyakan air adalam tanah justru baik, sehingga cendawan akan lebih ganas menyerangnya. (5). Unsur tanah Tanah ada yang berat, sedang dan sangat gembur. Ketiga-tiganya tidak merupakan tempat berpijak yang sama baiknya untuk jasad-jasad renik. Tanah yang sedang beratnya hingga yang cukup gembur mempunyai sifat cukup baik menahan air dan cukup banyak mengandung hawa
yang
segar.
Faktor
kemasaman
tanah
dapat
mengekang
perkembangbiakan jasad renik. Bakteri lebih menyukai kemasaman penghuni tanah yang agak masam dan nematoda menyenangi tanah yang agak masam. Definisi tipe-tipe kerusakan pada pohon Menurut Nuhamara (2002) kerusakan-kerusakan yang terdapat pada pohon dengan menggunakan metode Forest Health Monitoring (FHM) adalah sebagai berikut : a) Kanker, gol (puru), kanker dapat disebabkan oleh berbagai agen, tetapi paling sering disebabkan oleh fungi. Kulit kambium mati, yang kemudian diikuti oleh matinya kayu di bawah kulit. Matinya kayu di bawah kulit tersebut disebabkan oleh agen penyebab kerusakan melalui penetrasi hingga ke kayu. Hal ini
12 menimbulkan jaringan mati di atas menjadi semakin dalam dan luas, atau membentuk gol yang disebabkan oleh fungi karat pada akar, batang, cabang. b) Konk, tubuh buah atau badan buah, tubuh buah pada batang utama, batang tajuk dan pada titik percabangan adalah indikator lapuk layu. Punky Wood atau kayu gembol timbul bila ada lubang (bukaan) yang besarnya lebih lebar dari satu pensil yang terjadi di batang utama. Kayu gembol merupakan petunjuk adanya jaringan kayu yang menjadi lunak, sering mengandung air dan mengalami degradasi. Cabang busuk atau cabang dengan konk bukanlah indikator lapuk, kecuali nilai ambang yang disyaratkan dipenuhi (> 20% dari cabang terkena, dalam hal ini busuk/berkonk). Tunggak yang lapuk yang terkait dengan regenerasi ,melalui trubus. c) Luka terbuka, suatu luka atau serangkaian luka dimana kulit telah mengelupas atau kayu bagian dalam tanah telah terbuka dan tidak ada tanda lapuk lanjut. Luka pangkasan yang memotong ke dalam kayu batang utama dikodekan sebagai luka terbuka, jika memenuhi nilai ambang, tetapi luka-luka yang tidak mengganggu keutuhan kayu batang utama dikeluarkan. d) Resinosis dan Gumosis, daerah resin atau gum (cairan) eksudasi pada cabang atau batang. e) Batang atau akar patah kurang dari 0,91 m dari batang-batang, akar-akar putus di dalam jarak/pada 0,91 m dari batang baik disebabkan oleh galian atau luka terpotong, atau luka oleh binatang. Batang patah/rusak pada daerah batang (di bawah dasar dari tajuk hidup dan pada pohon masih hidup). f) Brum pada akar atau batang, gerombolan/kerumunan daun di tempat yang sama pada batang atau akar. Contohnya tumbuhan berdaun jarum di bagian tenggara Amerika yang terinfeksi oleh benalu kerdil. g) Akar terluka atau mati, akar-akar dari batang yang terluka atau mati. h) Mati ujung, kematian dari ujung batang tajuk yang disebabkan oleh suatu serangga atau penyakit. i) Percabangan berlebihan atau brum di dalam daerah tajuk hidup, brum adalah suatu gerombolan ranting yang padat, tumbuh di suatu tempat yang sama terjadi di dalam daerah tajuk hidup. Termasuk struktur vegetatif dan organ yang bergerombol tidak normal.
13 j) Kerusakan kuncup daun atau tunas, termakan serangga, terkerat atau daun terkeliat, kuncup atau tunas terserang <50%,pada sekukurang-kurangnya 30% dari daun, kuncup atau tunas. k) Perubahan
warna
daun,
sekurang-kurangnya
30%
dari
daun
yang
terganggunya 50%. Daun terganggu harus lebih dari beberapa warna yang lain dari warna hijau. Jika pengamat tidak yakin bahwa warna daun itu hijau, maka anggaplah bahwa warna itu hijau dan bukan berwarna lain. l) Lain-lain, digunakan bila tidak ada penjelasan lain yang sesuai.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Sirnagalih dan Pamalayan, Kecamatan Bayongbong, serta Desa Margaluyu dan Ciburial, Kecamatan Leles Kabupaten Garut. Waktu pelaksanaan penelitian selama tiga bulan yaitu dari bulan November 2005 sampai dengan Januari 2006. Pemilihan lokasi contoh dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan kriteria lokasi kegiatan GN-RHL tahun tanam 2003. Sasaran dan Alat Penelitian ini dilakukan terhadap masyarakat Desa Sirnagalih dan Pamalayan, serta Desa Margaluyu dan Ciburial yang menjadi peserta program GN-RHL. Adapun alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah kuesioner sebagai alat pengumpulan data, kamera dan recorder sebagai alat dokumentasi, kalkulator dan alat tulis. Jenis Data Yang Diambil Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. 1. Data primer Diperoleh melalui wawancara langsung dengan para responden yaitu : peserta GN-RHL, Kepala Desa dan Masyarakat sekitar tempat dilaksanakannya program GN-RHL, dan dengan cara mengikuti kegiatan yang sedang dilaksanakan seperti pertemuan-pertemuan dan diskusi. Data-data tersebut meliputi : a) Data umum (karakteristik) rumah tangga : nama, umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, mata pencaharian utama dan sampingan, pendapatan, luas lahan garapan, dan jarak tempuh. b) Data partisipasi peserta dalam GN-RHL, yaitu tingkat partisipasi masyarakat
dalam
program
GN-RHL
dengan
melihat
persentase
masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam program GN-RHL. Peran serta
15 masyarakat yang tinggi dapat dilihat dari keaktifan mengikuti pertemuan, keseriusan di dalam menjalankan program yang telah ditetapkan. 2. Data sekunder Diperoleh dari kantor desa, kecamatan dan instansi terkait. Data-data tersebut meliputi : a) Keadaan umum lokasi penelitian meliputi letak, keadaan sosial ekonomi masyarakat dan keadaan fisik lingkungan. b) Keadaan tanah, topografi, ketinggian lahan dan curah hujan. c) Pihak / Instansi yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara : 1. Teknik Observasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung di lapangan terhadap objek yang diteliti, baik responden maupun keadaan lapangan. 2. Teknik Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung terhadap responden. 3. Teknik Studi Pustaka, yaitu pengumpulan data yang berdasarkan pada bukubuku literatur, laporan, karya ilmiah dan hasil penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini. 4. Teknik Pencatatan, yaitu pengumpulan data berdasarkan pada data sekunder yang tersedia. 5. Teknik Survei, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan quesioner. Teknik Pengambilan Contoh Pemilihan responden sebagai obyek penelitian dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari aparat desa dan kecamatan yang bersangkutan serta dari instansi lain yang terkait. Dari lokasi terpilih diambil secara acak sebanyak 30 responden setiap desa sebagai unit contoh dari jumlah total petani peserta GNRHL sebanyak 278 orang, yang memenuhi kriteria anggota Kelompok Tani yang aktif menggarap lahan GN-RHL.
16 Pengolahan Data Data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara dan studi literatur diolah dengan cara tabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif diolah dengan cara sebagai berikut : 1. Karakteristik petani peserta GN-RHL Data karakteristik petani peserta GN-RHL yang dihimpun untuk pengolahan data meliputi umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga (JTK), pekerjaan utama dan sampingan, luas pengusahaan hutan dan jarak tempat tinggal dengan hutan. Data tersebut kemudian dianalisis dengan sistem tabulasi dengan menghitung persentase dari tingkat partisipasi masyarakat, yang kemudian dibagi menjadi beberapa kelas sesuai dengan tingkatan atau kriteria yang telah ditetapkan. 2. Partisipasi masyarakat (a) Partisipasi tahap perencanaan GN-RHL Partisipasi atau keikutsertaan masyarakat peserta GN-RHL dalam kegiatan perencanaan GN-RHL, yang dilihat dari aspek keterlibatan mereka di dalam : (1) Kontrak kerja dengan pihak Dinas Kehutanan; (2) Pemasangan patok batas pada lahan milik; (3) Penentuan jenis tanaman lain; (4) Pembentukan Kelompok Tani (KT). Kriteria pemberian Skor berdasarkan jumlah keterlibatan atau keikutsertaan masyarakat peserta GN-RHL pada tahap perencanaan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kriteria Pemberian Skor Partisipasi Masyarakat Peserta GN-RHL Tahap Perencanaan No (1) 1 2 3 4 5
Sumber : Udin (2005)
Intensitas keikutsertaan (2) Terlibat 4 Kegiatan Terlibat 3 Kegiatan Terlibat 2 Kegiatan Terlibat 1 Kegiatan Tidak terlibat
Skor (3) 4 3 2 1 0
17 Indeks skor yang dapat diraih responden dalam tahap perencanaan bernilai nol sampai empat, tingkat partisipasi pada tahap perencanaan dapat dikategorikan seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat Peserta GN-RHL Tahap Perencanaan No (1) 1 2 3 4 5
Tingkat Partisipasi (2) Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Skor (3) 3,01-4,00 2,01-3,00 1,01-2,00 0,01-1,00 0,00
Sumber : Udin (2005) (b) Partisipasi tahap pelaksanaan GN-RHL Partisipasi tahap pelaksanaan GN-RHL dapat dilihat dari intensitas keikutsertaan petani dalam kegiatan : (1) Penyuluhan pertama; (2) Penyuluhan kedua ; (3) Penyuluhan ketiga; (4) Penyuluhan keempat; (5) Pertemuan KT pertama; (6) Pertemuan KT kedua; (7) Pertemuan KT ketiga; (8) Pertemuan KT keempat; (9) Pertemuan KT kelima; (10) Pertemuan KT keenam; (11) Pembuatan gubug kerja; (12) Penggebrusan tanah ; (13) Pembuatan jalan pemeriksaan; (14) Pembuatan teras guludan; (15) Pembuatan dan pemasangan ajir; (16) pembuatan plang tanaman; (17) menanam tanaman yang diprogramkan; (18) Menanam sesuai jarak tanam; (19) Menyulami tanaman yang mati; (20) Mewiwil tanaman; (21) Memupuk tanaman; (22) Menyemprot hama; (23) Tidak menanam tanaman yang dilarang; (24) Mendangir dan menyiangi tanaman; (25) Menanam jenis tanaman lain; (26) Merawat jenis tanaman; (27) Merawat jenis tanaman lain; (28) Mencegah kebakaran hutan; (29) Mencegah perencekan tanaman; (30) Mencegah penggembalaan liar; (31) Mencegah terjadinya erosi. Indeks skor dari kegiatan-kegiatan pada tahap pelaksanaan di atas masing-masing memiliki nilai 1 sehingga dapat dicapai oleh responden besaran nilai yang berkisar antara 0 sampai dengan 31. pemberian kategori tingkat partisipasi tahap pelaksanaan GN-RHL dapat dilihat pada Tabel 3.
18 Tabel 3. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat Peserta GN-RHL Tahap Pelaksanaan No (1) 1 2 3 4 5
Tingkat Partisipasi (2) Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Skor (3) > 24,00 18,01 – 24,00 12,01 – 18,00 6,01 – 12,00 0 – 6,00
Sumber : Udin (2005) (c) Partisipasi dalam GN-RHL Tingkat partisipasi masyarakat dapat dilihat melalui keikutsertaan mereka baik pada tahap perencanaan maupun tahap pelaksanaan GN-RHL. Oleh sebab itu indeks skor partisipasi dalam GN-RHL merupakan akumulasi indeks skor tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan. Besar skor tingkat partisipasi masyarakat dalam GN-RHL yaitu berkisar antara 035. Kategori tingkat partisipasi masyarakat dalam GN-RHL dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam GN-RHL No (1) 1 2 3 4 5
Tingkat Partisipasi (2) Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Skor (3) >28,00 21,01 – 28,00 14,01 – 21,00 7,01 – 14,00 0 – 7,00
Sumber : Udin (2005) 3. Keberhasilan tanaman program GN-RHL
Penilaian tingkat keberhasilan fisik tanaman GN-RHL dilakukan pada persentase tumbuh/jadi tanaman dan kesehatan tanaman. a). Persentase tumbuh/jadi tanaman Pengukuran persentase jadi tanaman dilakukan dengan cara random sampling dengan mengikuti jumlah responden. Persentase jadi tanaman dihitung dengan cara membandingkan antara tanaman yang jadi/tumbuh dengan jumlah rencana penanaman.
19 b). Kesehatan Tanaman Tanaman GN-RHL yang diteliti terutama yang mengalami kerusakan, kemudian dicatat kondisi fisiknya ke dalam tabel pengamatan. Pohon yang sehat dan yang mati tidak dihitung karena tidak termasuk kriteria pohon mengalami kerusakan. Sedangkan untuk membedakan antara pohon yang sehat dan sakit adalah dengan cara melihat adanya tipe kerusakan yang terdapat pada pohon. Persentase tanaman sehat dapat dihitung dengan cara membandingkan antara tanaman yang sehat dengan tanaman yang hidup dikalikan 100 %. Analisis Data Analisis korelasi Rank Spearman Metoda analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan menggunakan uji statistik untuk menguji hubungan tingkat partisipasi masyarakat dengan karakteristik masyarakat dan hubungan tingkat partisipasi masyarakat dengan tingkat keberhasilan fisik tanaman diuji dengan analisis Rank Correlation Spearman (rs), yang dapat menguji keeratan hubungan antarvariabel yang diukur. Adapun rumus Rank Correlation Spearman (rs) yang digunakan adalah sebagai berikut : Keterangan :
rs =
1 − 6∑ di 2
N ( N 2 − 1)
N = banyaknya sampel pengamatan di = beda rangking variabel
Nilai rs dapat berkisar antara -1 dan +1. Hal ini menyatakan bahwa terdapat hubungan peringkat antara variabel yang diuji. Tanda positif (+) menyatakan hubungan peringkat antar variabel searah, dan apabila tandanya negatif (-) menyatakan hubungan peringkat antar variabelnya berlawanan atau bertolak belakang. Jika rs mendekati nol maka kedua variabel tidak saling berhubungan (Walpole, 1992)
20 Koefisien Rank Correlation Spearman ini berlaku bagi data dalam bentuk peringkat. Datanya mungkin telah dikumpulkan dalam bentuk peringkat, atau mungkin baru ditentukan peringkatnya kemudian (Steel dan Torrie, 1980). Analisis fisik tanaman dengan metode FHM (Forest Health Monitoring)
Kondisi dari sebuah pohon dan kepekaan untuk menggambarkan kondisi tapak dan serangan dari serangga, penyakit atau binatang adalah indikator penting untuk tanaman agar beradaptasi pada tapaknya. Analisis fisik tanaman yang digunakan dalam menilai kondisi fisik tanaman GN-RHL adalah dengan menilai kerusakan pohon berdasarkan kriteria metode Forest Health Monitoring (FHM) yaitu dengan menghitung Nilai Indeks Kerusakan (NIK) pada semua level pohon. Nilai tersebut diperoleh dengan cara mengalikan nilai tipe kerusakan (Tabel 5), nilai lokasi kerusakan (Tabel 6) dan nilai keparahan kerusakan (Tabel 7). Apabila dalam satu pohon terdapat lebih dari satu kerusakan, maka dihitung sebagai kerusakan yang baru, sehingga NIK dari pohon tersebut adalah dengan menjumlahkan NIK pada masing-masing kerusakannya (Tabel 9). Nilai Indeks Kerusakan (NIK) pada level pohon dirumuskan sebagai berikut : NIK n = An .Bn .Cn r
Rumus total NIK pada satu pohon adalah :
∑ NIK n =1
Keterangan : r
∑ NIK
= Nilai total NIK
NIK n
= Nilai Indeks Kerusakan ke-n
An
= Nilai Tipe Kerusakan ke-n
Bn
= Nilai Lokasi Kerusakan ke-n
Cn
= Nilai Keparahan Kerusakan ke-n
n =1
Berdasarkan Mangold (1997), kesehatan suatu pohon dapat dilihat dari NIK-nya dengan melihat selang kesehatan pohon : Kelas sehat sekali
: 0-5
Kelas sehat
: 5-11
Kelas cukup sehat
: 11-15
Kelas rusak
: > 15
21 Tabel 5. Kode dan Definisi Tipe Kerusakan Kode 1 2 3 4 11 12 13 21 22 23 24 25 31
Uraian Kanker, Gol (puru) Konk, tubuh buah (badan buah), dan indikator lain tentang lapuk lanjut Luka terbuka/terkelupas Resinosis, gumosis (keluar cairan/getah) Batang atau akar patah Drum pada akar atau batang Akar patah atau mati kurang dari 0,91 m dari batang Hilangnya ujung dominan/mati ujung Cabang patah atau mati Percabangan atau brum yang berlebihan Daun, kuncup atau tunas mengalami kerusakan Daun berubah warna Lain-lain
Sumber : Mangold, 1997 Tabel 6. Kode dan Definisi Lokasi Kerusakan Kode Uraian 1 Akar dan tunggak (dengan tinggi 30 cm di atas permukaan tanah) 2 Akar dan batang bagian bawah 3 Batang bagiah tengah (setengah bagian bawah dari batang antara tunggak dan dasar tajuk hidup) 4 Bagian bawah dan bagian atas batang 5 Bagian atas batang (setengah bagian atas dari batang antara tunggak dan dasar tajuk hidup) 6 Batang tajuk (batang utama di dalam daerah tajuk hidup, di atas dasar tajuk hidup) 7 Cabang (lebih besar 2,54 cm pada titik percabangan terhadap batang utama atau batang tajuk di dalam daerah tajuk hidup) 8 Kuncup dan tunas (pertumbuhan lambat) 9 Daun
Sumber : Mangold, 1997 Tabel 7. Kode dan Nilai Ambang Keparahan Kerusakan Kode 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sumber : Mangold, 1997
Nilai Ambang Keparahan (Antara 10%-99%) 1-19 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-99 100
22 Tabel 8. Kode dan Nilai Tipe, Lokasi dan Keparahan Kerusakan Tipe Kerusakan Kode Nilai 1 1,9 2 1,7 3 1,5 4 1,5 11 1,6 12 1,3 13 1 21 1 22 1 23 1 24 1 25 1
Lokasi Kerusakan Kode Nilai 1 2 2 2 3 1,8 4 1,8 5 1,6 6 1,2 7 1 8 1 9 1
Keparahan Kerusakan Kode Nilai 1 1,0 2 1,1 3 1,2 4 1,3 5 1,4 6 1,5 7 1,6 8 1,7 9 1,8 10 1,9
Sumber : Mangold, 1997 Tabel 9. Perhitungan Nilai Indeks Kerusakan Pohon Jenis
Kerusakan
Nilai Kerusakan
NIK
No
Pohon
ke-1,2,....n
ke-1,2..n
Ke-1,2..n
∑ NIK
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
A
B
C
A
B
C
Keterangan : A
: Tipe Kerusakan
B
: Lokasi Kerusakan
C
: Keparahan Kerusakan
NIK
: Nilai Indeks Kerusakan Pohon
r
∑ NIK n =1
: Nilai total NIK
r
n =1
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak dan Luas Desa Penelitian Secara wilayah administratif Desa Sirnagalih dan Pamalayan berada di Kecamatan Bayongbong. Desa Sirnagalih memiliki luas 338,907 ha serta Pamalayan memiliki luas 519,928 ha. Sedangkan Desa Ciburial dan Margaluyu berada di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Desa Ciburial memiliki luas 649,788 ha serta Margaluyu memiliki luas 407,92 ha. Adapun batas wilayah lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Batas-batas Wilayah Lokasi Penelitian No
Lokasi Penelitian (1) (2) 1 Sirnagalih
Batas Wilayah Utara Selatan Barat (3) (4) (5) Kecamatan. Desa Desa Hegarmanah Cilawu Salakuray Kecamatan Kecamatan 2 Pamalayan Desa Cigedug Bayongbong Cigedug Desa Desa Desa 3 Ciburial Kandangmukti Salamnunggal Haruman Desa Kecamatan 4 Margaluyu Desa Banyuresmi Haruman Ciburial Sumber : Dinas Kehutanan Garut (2003)
Timur (6) Kecamatan Cilawu Desa Bayongbong Desa Leles Desa Sukarame
Kondisi Fisik Desa Penelitian Kondisi fisik di empat desa penelitian seperti terlihat pada Gambar 1. dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Desa Sirnagalih Desa Sirnagalih terletak pada ketinggian 700-1.200 m dpl, dengan topografi bergelombang dan sebagian besar berupa perbukitan/pegunungan. Curah hujan rata-rata per tahun adalah 800 mm dan suhu rata-rata harian 32 0C. Kesuburan tanah sedang dengan solum tanah berkisar antara 20-30 cm. Jenis tanah di desa ini termasuk ke dalam jenis tanah Andosol.
24 2. Desa Pamalayan Desa Pamalayan terletak pada ketinggian 1.300 m dpl, dengan topografi bergelombang dan sebagian besar berupa perbukitan/pegunungan. Curah hujan rata-rata per tahun adalah 1.410 mm dan suhu rata-rata 27 0C. Kesuburan tanah sedang dengan solum tanah berkisar antara 20-50 cm. Jenis tanah di desa ini termasuk ke dalam jenis tanah Latosol.
Gambar 1. Lokasi GN-RHL di empat desa penelitian 3. Desa Ciburial Desa Ciburial terletak pada ketinggian 750 m dpl, dengan topografi bergelombang dan sebagian besar berupa perbukitan/pegunungan. Curah hujan rata-rata per tahun adalah 1.000-1.500 mm dan suhu rata-rata 32
0
C.
Kesuburan tanah sedang dengan solum tanah setebal 55 cm. Jenis tanah di desa ini termasuk ke dalam jenis tanah Latosol. 4. Desa Margaluyu Desa Margaluyu terletak pada ketinggian 750 m dpl, dengan topografi bergelombang dan sebagian besar berupa perbukitan/pegunungan. Curah hujan rata-rata per tahun adalah 1.200 mm dan suhu rata-rata 32 0C. Kesuburan
25 tanah sedang dengan solum tanah berkisar antara 20-30 cm. Jenis tanah di desa ini termasuk ke dalam jenis tanah Latosol. Aksesibilitas dan Sarana Prasarana Desa Penelitian Jalan menuju lokasi penelitian pada umumnya sudah dilakukan pengaspalan, dan masih terdapat sebagian berupa jalan tanah dan berbatu. Jarak masing-masing desa lokasi penelitian ke ibukota bervariasi yaitu jarak Desa Sirnagalih ke ibukota kecamatan ± 3 km, Desa Pamalayan ± 7 km, Desa Ciburial ± 0,5 km dan Desa Margaluyu ± 5 km. Sarana transportasi umum yang ada diantaranya ojek yang menghubungkan masing-masing desa dengan ibukota kecamatan. Tabel 11 menjelaskan sarana dan prasarana di lokasi penelitian. Tabel 11. Sarana dan Prasarana yang Terdapat di Masing-masing Desa Penelitian Jumlah No Sarana Desa Desa Desa Desa (1) (2) Sirnagalih Pamalayan Ciburial Margaluyu (3) (4) (5) (6) 1. Sarana Pendidikan : 3 1 a. TK 5 3 3 5 b. SD 1 1 c. SLTP/Sederajat 1 2 d. SLTA/Sederajat 2 3 2 e. Pesantren 2. Tempat Ibadah : 12 10 10 21 a. Mesjid 25 5 9 38 b. Musholla/Langgar 1 1 2 1 3. Jembatan 1 4. Bak Penampung Air 1 5. Sarana Kesehatan : 7 10 10 a. Posyandu 7 b. Dokter Umum 1 1 1 c. Bidan 1 d. Puskesmas 1 Sumber : Departemen Dalam Negeri (2005) Tata Guna Lahan Desa Penelitian Tata guna lahan di masing-masing desa terdiri dari pemukiman dan bangunan,
persawahan,
kebun/tegalan/ladang,
hutan,
perkebunan,
kolam/perikanan dan tanah kosong. Tata guna lahan secara rinci untuk masingmasing lokasi penelitian disajikan pada Tabel 12.
26 Tabel 12. Tata Guna Lahan di Desa-desa Lokasi Penelitian Luasan Masing-masing Desa (ha) No Tata Guna Lahan Ds Ds. Ds. Ds. Sirnagalih Pamalayan Ciburial Margaluyu (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pemukiman 19,1 21 26,45 41,39 2. Sawah 130,694 6,18 86,20 3. Kebun Campuran 100,213 74,2 127,07 109,49 4. Tegalan 21,6 100,347 176,244 160,84 5. Lain-lain 67,3 324,381 313,842 10,00 Total 338,907 Sumber : Dinas Kehutanan Garut (2003)
519,928
649,786
407,92
Kondisi Sosial Ekonomi Desa Penelitian 1. Kependudukan/demografi Jumlah penduduk yang ada di desa lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 13 yang dapat menggambarkan sumberdaya manusia yang tersedia dan perbandingan antara penduduk laki-laki dan perempuan. Sedangkan sumberdaya yang produktif dapat digambarkan dari struktur umur penduduk yang dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 13. Data Kependudukan di Masing-masing Desa Penelitian No (1) 1 2 3 4
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Lokasi Laki-laki % Perempuan % (2) (3) (4) (5) (6) Desa Sirnagalih 3.139 49,86 3.156 50,14 Desa Pamalayan 2.137 47,75 2.338 52,25 Desa Ciburial 2.409 50,41 2.370 49,59 3.524 50,51 3.453 49,49 Desa Margaluyu
Σ Penduduk (7) 6.295 4.475 4.779 6.977
Σ KK (8) 1.722 1.225 1.195 1.700
Sumber : Departemen Dalam Negeri (2005) Struktur umur penduduk berkaitan dengan angkatan kerja yang sebagian besar berasal dari golongan produktif, yaitu usia 15-60 tahun. Dengan demikian, potensi angkatan kerja dapat dideteksi melalui jumlah penduduk usia
produktif.
Secara
umum
seluruh
lokasi
penelitian
memiliki
sumberdaya/angkatan kerja yang potensial, melihat cukup besarnya jumlah kelompok umur 15-25 tahun maupun umur 25-60 tahun yang termasuk ke dalam usia produktif.
27 Tabel 14. Struktur Umur Penduduk di Masing-masing Desa Penelitian No (1) 1 2 3 4
Lokasi Penelitian (2) Desa Sirnagalih Desa Pamalayan Desa Ciburial Desa Margaluyu
<5 (3) 417 524 682 875
Struktur Umur (Tahun) 5 – 15 15 – 25 25 -60 (4) (5) (6) 1.339 1.628 1.761 1.055 1.172 1.682 1.386 949 1.447 1.311 1.360 3.314
> 60 (7) 1.150 42 315 117
Total (8) 6.295 4.475 4.779 6.977
Sumber : Departemen Dalam Negeri (2005) 2. Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk di empat desa penelitian pada umumnya dapat dikatakan rendah. Sebagian besar penduduk di empat desa penelitian berpendidikan SD sebanyak 7.078 jiwa (45,38 %). Tingkat pendidikan yang relatif rendah ini disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, diantaranya letak desa yang relatif jauh dari pusat kota, dan kurangnya sarana pendidikan. Tingkat pendidikan penduduk di empat desa lokasi penelitian disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Sarana dan Prasarana yang Terdapat di Masing-masing Desa Penelitian Tingkat Pendidikan Lokasi Belum Tidak SD SMP Penelitian Sekolah Tamat SD (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Desa Sirnagalih 482 363 1.850 683 2 Desa Pamalayan 514 352 1.000 400 3 Desa Ciburial 356 323 9.01 749 4 Desa Margaluyu 985 25 3.327 1.300 2.337 1.063 7.078 3.132 Σ Penduduk % 14,98 6,81 45,38 20,08
No
SMA (7) 362 200 178 1.175 1.915 12,28
PTN/ PTS (8) 6 28 39 73 0,47
Total (9) 3.746 2.494 2.507 6.851 15.598 100,00
Sumber : Departemen Dalam Negeri (2005)
3. Mata pencaharian Kondisi geografis di empat desa penelitian dapat mempengaruhi mata pencaharian penduduknya. Kondisi alam yang memungkinkan usaha pada sektor pertanian berbanding lurus dengan mata pencaharian penduduk yang sebagian besar adalah sebagai petani, baik petani sawah maupun petani ladang. Mata pencaharian penduduk di empat desa lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 16.
28 Tabel 16. Mata Pencaharian Penduduk di Empat Desa Penelitian Mata Pencaharian No
Lokasi Penelitian
Petani/
Buruh Buruh / PNS/
Peternak Tani
Pengrajin/ Dagang Total
Guru
TNI/
Montir/
Swasta
Polri
Jasa
(5)
(6)
(7)
(1)
(2)
1
Desa Sirnagalih
1.520
2.664
52
57
59
57
4.409
2
Desa Pamalayan
2.800
800
27
6
10
57
3.700
3
Desa Ciburial
2.000
600
34
25
17
40
2.716
4
Desa Margaluyu
3.240
1.500
185
65
141
41
5.172
(3)
(4)
Sumber : Departemen Dalam Negeri (2005)
(8)
(9)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden Umur Umur rata-rata peserta program GN-RHL adalah 49 tahun. Pada kondisi ini, umumnya responden benar-benar produktif, mereka biasa melakukan kegiatan bertani dan berladang, berdagang setiap hari atau pegawai negeri. Untuk kisaran umur di bawah 30 tahun pada umumnya bekerja di luar daerah asalnya, mereka memiliki bentuk usaha lain di kota seperti berdagang, buruh pabrik dan berwiraswasta. Kisaran umur rata-rata peserta program GN-RHL di empat desa lokasi penelitian bervariasi. Umur rata-rata kelompok peserta GN-RHL di Desa Sirnagalih adalah 47 tahun, Pamalayan adalah 44 tahun, Ciburial adalah 51 tahun dan Margaluyu adalah 57 tahun. Sebagian besar responden di Desa Sirnagalih berada pada rentang umur 41-50 tahun yaitu sebanyak 12 orang atau sebesar 40 %. Desa Pamalayan sebagian besar responden berada pada rentang umur 31-40 tahun dan 41-50 tahun yaitu sebanyak 8 orang atau sebesar 26,67 %. Desa Ciburial sebagian besar responden berada pada rentang umur 51-60 tahun yaitu sebanyak 15 orang atau sebesar 50 %. Sebagian besar responden di Desa Margaluyu berada pada umur di atas 61 tahun yaitu sebanyak 13 orang atau sebesar 43,33 %. Sebaran umur peserta program GN-RHL dijelaskan pada Tabel 17. Tabel 17. Sebaran Umur Responden No (1)
1 2 3 4 5 Total
Umur (Tahun) (2)
<30 31-40 41-50 51-60 >61
Desa Sirnagalih (3) N % (Orang) 1 3,33 8 26,67 12 40,00 6 20,00 3 10,00 30 100,00
Desa Pamalayan
Desa Ciburial
(4) N (Orang) 5 8 8 7 2 30
Desa Margaluyu
(5) % 16,67 26,67 26,67 23,33 6,67 100,00
N (Orang) 0 3 10 15 2 30
(6) % 0,00 10,00 33,33 50,00 6,67 100,00
N (Orang) 0 6 2 9 13 30
% 0,00 20,00 6,67 30,00 43,33 100,00
30 Pendidikan Pendidikan berperan penting di dalam membentuk sikap atau pandangan masyarakat dalam usaha perbaikan kondisi daerah yang kritis, dalam hal ini melalui program GN-RHL. Tingkat pendidikan ini tentunya sangat berpengaruh dalam hal penyerapan informasi dan tingkat pengetahuan serta kesadaran responden akan kegiatan GN-RHL. Tingkat pendidikan sebagian besar responden yang masih rendah, merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan oleh instansi terkait dalam menentukan kebijakan program GN-RHL berikutnya. Secara umum tingkat pendidikan peserta program GN-RHL di empat desa masih rendah. Sebagian besar responden hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SD, yaitu 96,67 % pada Desa Sirnagalih, 93,33% pada Desa Pamalayan, 33,33% pada Desa Ciburial dan 80,00 % pada Desa Margaluyu. Tingkat pendidikan yang lebih baik hanya terlihat pada Desa Ciburial dan Margaluyu yaitu telah menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SLTA yaitu berturut-turut sebesar 16,67 % dan 6,67 %. Rendahnya tingkat pendidikan responden di daerah penelitian disebabkan berbagai faktor, antara lain karena kondisi perekonomian responden yang umumnya berpenghasilan rendah, aksesibilitas yang rendah serta masih minimnya sarana pendidikan yang ada di daerah penelitian. Tingkat pendidikan peserta program GN-RHL dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Tingkat Pendidikan Responden No (1)
1 2 3
Pendidikan (2)
SD SMP SMA Total
Desa Sirnagalih (3) N % (Orang) 29 96,67 1 3,33 0 0,00 30
100,00
Desa Pamalayan (4) N % (Orang) 28 93,33 2 6,67 0 0,00 30
Desa Ciburial (5) N % (Orang) 10 33,33 15 50,00 5 16,67
100,00
30
100,00
Desa Margaluyu (6) N % (Orang) 24 80,00 4 13,33 2 6,67 30 100,00
Mata pencaharian utama Kesempatan
memperoleh
pekerjaan
dan
tingkat
kemampuan
memanfaatkan potensi diri yang dimiliki responden untuk memenuhi kebutuhan hidup dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan juga menunjukkan tingkat penguasaan teknologi oleh masyarakat. Penguasaan dan penerapan teknologi pada berbagai kegiatan pertanian secara tidak langsung akan
31 meningkatkan efisiensi pengolahan (memperkecil biaya pengolahan) dan diharapkan membantu meningkatkan pendapatan masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung di empat lokasi diperoleh bahwa kondisi lahan mempengaruhi kehidupan sehari-hari responden, sehingga secara umum sebagian besar mata pencaharian utama responden di empat lokasi penelitian adalah petani. Lahan yang diusahakan di empat lokasi penelitian umumnya merupakan lahan kering dengan pola tanam campuran dengan jenis palawija seperti jagung, kol, kentang, tomat, cabe dan kacangkacangan. Tanaman lain yang diusahakan adalah tanaman tahunan/kayu-kayuan seperti sengon (jeunjing), suren, eucalyptus, alpukat, dan pepaya. Karakteristik mata pencaharian utama responden dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Mata Pencaharian Utama Responden No (1)
1 2 3 4 5 6 7
Pekerjaan Utama (2)
Desa Sirnagalih (3) N % (Orang)
Desa Pamalayan (4) N % (Orang)
Desa Ciburial (5) N % (Orang)
Desa Margaluyu (6) N % (Orang)
Petani/Peternak PNS/Guru Dagang Buruh Tani Pensiunan IRT Staf Desa
18 0 0 11 0 0 1
60,00 0,00 0,00 36,67 0,00 0,00 3,33
24 0 3 2 0 1 0
80,00 0,00 10,00 6,67 0,00 3,33 0,00
18 4 5 0 1 1 1
60,00 13,33 16,67 0,00 3,33 3,33 3,33
21 0 1 4 0 0 4
70,00 0,00 3,33 13,33 0,00 0,00 13,34
Total
30
100,00
30
100,00
30
100,00
30
100,00
Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel di atas, petani merupakan mata pencaharian utama sebagian besar responden di empat lokasi penelitian. Desa Sirnagalih (60 %), Pamalayan (80 %), Ciburial (60%) dan Margaluyu (70%). Di samping itu sebagian kecil ada juga yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS)/Guru, Dagang/Wiraswasta, Buruh Tani, Pensiunan dan Staf Desa. Mata pencaharian sampingan Sebagian responden di empat lokasi penelitian memiliki mata pencaharian sampingan. Kegiatan ini bertujuan untuk menambah pendapatan responden di samping mata pencaharian utama. Mata pencaharian sampingan responden di empat desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 20.
32 Pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa di Desa Sirnagalih (53,33%) dan Desa Margaluyu (76,67%) sebagian besar responden tidak memiliki pekerjaan sampingan. Sedangkan di Desa Pamalayan sebagian besar responden (90%) memiliki pekerjaan sampingan sebagai peternak (domba dan sapi perah). Di Desa Ciburial pekerjaan sampingan terbesar adalah sebagai petani (40%). Sebagian kecil responden di empat desa lokasi penelitian memiliki pekerjaan sampingan sebagai pedagang, buruh tani. Tabel 20. Mata Pencaharian Sampingan Responden No (1)
1 2 3 4 5 6
Pekerjaan Sampingan (2)
Petani Peternak Dagang IRT Buruh Tani Tidak Ada Total
Desa Sirnagalih
Desa Pamalayan
(3) N (Orang)
(4) N (Orang)
1 4 5 3 1 16 30
% 3,33 13,33 16,67 10,00 3,33 53,33 100,00
%
2 6,67 27 90,00 1 3,33 0 0,00 0 0,00 0 0,00 30 100,00
Desa Ciburial (5) N (Orang)
%
12 40,00 0 0,00 4 13,33 0 0,00 4 13,33 10 33,33 30 100,00
Desa Margaluyu (6) N (Orang) 3 0 4 0 0 23 30
% 10,00 0,00 13,33 0,00 0,00 76,67 100,00
Bila dibandingkan jumlah responden yang tidak memiliki pekerjaan sampingan di empat desa lokasi penelitian, Desa Margaluyu dan Sirnagalih memiliki persentase yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan di dua lokasi tersebut sebagian besar waktu responden habis untuk menggarap lahan pertanian. Sedangkan di Desa Pamalayan, sebagian besar responden menjadi peternak sapi perah, hal ini disebabkan karena hasil yang didapatkan berpengaruh terhadap pendapatan responden. Responden di Desa Ciburial yang memiliki pekerjaan utama di luar pertanian memanfaatkan waktu luangnya untuk menggarap lahan mereka sehingga pekerjaan sampingan mereka sebagian besar sebagai petani. Jumlah tanggungan keluarga Kisaran jumlah tanggungan keluarga (JTK) responden di empat desa lokasi penelitian adalah 1 sampai dengan 6 orang. Dari data karakteristik reponden yang terlampir pada lampiran 1 yang menggambarkan bahwa JTK terbanyak yaitu 8 orang dan terkecil yaitu 1orang. Responden di empat desa lokasi penelitian sebagian besar memiliki JTK pada kisaran 3-5 orang. Di Desa Sirnagalih sebesar 70%, Pamalayan sebesar
33 83,33%, Ciburial sebesar 63,33% serta di Margaluyu sebesar 66,67%. Tabel 21 dapat menunjukkan karakteristik JTK responden di empat desa lokasi penelitian. Tabel 21. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden No (1) 1 2 3
JTK (Orang) (2) 0-2 3-5 6-8 Total
Desa Sirnagalih (3) N % (Orang) 4 13,33 21 70,00 5 16,67 30 100,00
Desa Pamalayan (4) N % (Orang) 0 0,00 25 83,33 5 16,67 30 100,00
Desa Ciburial (5) N % (Orang) 5 16,67 19 63,33 6 20,00 30 100,00
Desa Margaluyu (6) N % (Orang) 4 13,33 20 66,67 6 20,00 30 100,00
Banyaknya JTK di empat desa lokasi penelitian membuat mereka bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarganya. Responden dalam menggarap lahan juga memberdayakan anggota keluarga mereka. Selain menjadi beban ekonomi, dengan jumlah anggota keluarga yang banyak dapat menjadi modal untuk tenaga kerja dalam meningkatkan pendapatan. Pendapatan Sebagian besar responden di Desa Sirnagalih dan Pamalayan memiliki tingkat pendapatan pada kisaran Rp. 200.000-Rp. 300.000. Desa Sirnagalih memiliki persentase sebesar 56,67 % dan Pamalayan sebesar 36,67 %. Sedangkan di Desa Ciburial pendapatan responden per bulan sebagian besar berkisar antara Rp. 300.000-Rp. 400.000 (33,33%). Di Desa Margaluyu sebagian besar responden memiliki pendapatan kurang dari Rp. 200.000 per bulan (46,67 %). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Tingkat Pendapatan Responden No (1)
1 2 3 4 5
Pendapatan (Rupiah) (2)
<200.000 200.001-300.000 300.001-400.000 400.001-500.000 >500.001 Total
Desa Sirnagalih
Desa Pamalayan
(3) N (Orang)
(4) N (Orang)
%
1 17 8 2 2
3,33 56,67 26,67 6,67 6,67
30
100,00
0 11 7 2 10
%
Desa Ciburial (5) N (Orang)
%
0,00 36,67 23,33 6,67 33,33
1 8 10 4 7
3,33 26,67 33,33 13,33 23,33
30 100,00
30
100,00
Desa Margaluyu (6) N (Orang) 14 10 3 1 2
% 46,67 33,33 10,00 3,33 6,67
30 100,00
Sebagian besar pendapatan responden di empat desa lokasi penelitian berkisar di antara Rp. 200.000-Rp. 400.000. Hal ini disebabkan oleh mata pencaharian utama responden yang sebagian besar mengandalkan pada hasil sektor pertanian dan dengan pendapatan tersebut dirasakan sudah mencukupi.
34 Luas kepemilikan lahan Dari data rekapitulasi GN-RHL di empat desa penelitian pada lampiran tabel dapat diketahui bahwa luas kepemilikan lahan terbesar untuk peserta program GN-RHL adalah 1,5 ha, dan untuk kepemilikan lahan terkecil adalah 0,14 ha. Karakteristik kepemilikan lahan responden di empat desa lokasi penelitian di sajikan pada Tabel 23. Tabel 23. Luas Kepemilikan Lahan Responden No (1)
Luas Lahan (Ha) (2)
1 2 3 4
< 0,25 0,26-0,50 0,51-1,00 > 1,00 Total
Desa Sirnagalih (3) N % (Orang) 13 43,33 11 36,67 6 20,00 0 0,00 30
100,00
Desa Pamalayan (4) N % (Orang) 16 53,33 6 20,00 5 16,67 3 10,00 30
100,00
Desa Ciburial (5) N % (Orang) 4 13,33 18 60,00 8 26,67 0 0,00 30
100,00
Desa Margaluyu (6) N % (Orang) 6 20,00 19 63,33 5 16,67 0 0,00 30
100,00
Dari Tabel 23 di atas dilihat bahwa sebagian besar responden di Desa Sirnagalih (43,33 %) dan Pamalayan (53,33%) memiliki lahan kurang dari 0,25 ha. Sedangkan sebagian besar responden di Desa Ciburial (60%) dan Margaluyu (63,33%) memiliki lahan yang berkisar antara 0,26-0,50 ha. Hanya sebagian kecil responden yang memiliki lahan lebih dari 1 Ha yaitu di Desa Pamalayan (10%). Dan sebagian kecil responden di empat desa lokasi penelitian memiliki lahan yang berkisar antara 0,51-1,00 ha. Jarak tempuh Aksesibilitas masyarakat ke lahan GN-RHL ditentukan oleh jarak tempuh. Jarak tempuh responden di empat desa lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Jarak Tempuh Responden No (1)
Jarak Tempuh (2)
Desa Sirnagalih (3) N (Orang)
1 2 3
<1,00 km 1,01-2,00 km > 2,01 km Total
20 9 1 30
% 66,67 30,00 3,33 100,00
Desa Pamalayan (4) N % (Orang) 7 23,33 21 70,00 2 6,67 30 100,00
Desa Ciburial (5) N (Orang) 27 3 0 30
% 90,00 10,00 0,00 100,0 0
Desa Margaluyu (6) N % (Orang) 22 73,33 6 20,00 2 6,67 30 100,00
Dari Tabel 24 terlihat bahwa sebagian besar responden di tiga desa penelitian, yaitu Desa Sirnagalih (66,67%), Ciburial (90%) dan Margaluyu
35 (73,33%) memiliki jarak tempuh ke lahan GN-RHL kurang dari 1 km. Sedangkan sebagian besar responden di Desa Pamalayan (70%) memiliki jarak tempuh yang berkisar antara 1-2 km. Hanya sebagian kecil responden di empat desa lokasi penelitian yang memiliki jarak tempuh lebih dari 2 km. Hal ini dapat menggambarkan bahwa lokasi lahan GN-RHL cukup dekat dengan tempat tinggal responden, dengan demikian diharapkan tingkat produktifitas responden peserta program GN-RHL dapat terjaga dengan baik. Partisipasi Masyarakat Program GN-RHL Partisipasi tahap perencanaan Pada tahap perencanaan program GN-RHL terdapat empat kegiatan yang dilakukan oleh peserta GN-RHL dan Dinas Kehutanan, yaitu : penandatanganan kontrak kerja, penentuan jenis tanaman, pemasangan patok batas dan pembentukan Kelompok Tani (KT). Berdasarkan pencapaian indeks skor, tingkat partisipasi responden dalam tahap perencanaan program GN-RHL dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Tingkat Partisipasi Petani Tahap Perencanaan di Desa Penelitian No (1) 1 2 3 4
Lokasi (2) Desa Sirnagalih Desa Pamalayan Desa Ciburial Desa Margaluyu Rata-rata
N (3) 30 30 30 30
Skor Minimum Maksimum (4) (5) 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3
Skor Rata-rata (6) 2,03 2,03 2,03 2,03 2,03
Kategori (7) Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi*)
Tingkat partisipasi peserta GN-RHL pada tahap perencanaan program di empat desa lokasi penelitian, umumnya termasuk kategori tinggi dengan kecendrungan sedang, dengan skor rata-rata 2,03. Hal ini terjadi karena dengan luas lahan yang tidak terlalu besar serta adanya kegiatan usaha lain di luar GNRHL pada beberapa daerah lokasi penelitian yang menyita sebagian waktu dan tenaga peserta. Selain itu, kegiatan penandatanganan kontrak kerja hanya melibatkan satu orang perwakilan saja dari peserta GN-RHL yaitu ketua KT. Kegiatan penentuan jenis tanaman dilakukan oleh Dinas Kehutanan setempat. Distribusi peserta GN-RHL berdasarkan tingkat partisipasinya dalam tahap perencanaan program dapat dilihat pada Tabel 26 berikut ini.
36 Tabel 26.
No (1) 1 2 3 4
Distribusi Petani Peserta Program GN-RHL menurut Tingkat Partisipasi dalam Tahap Perencanaan di Desa Penelitian
Lokasi (2) Desa Sirnagalih Desa Pamalayan Desa Ciburial Desa Margaluyu Rata-rata
N (3) 30 30 30 30 120
Partisipasi Tahap Perencanaan Sedang Tinggi Sangat Tinggi N % N % N % (6) (7) (8) (9) (10) (11) 29 96,67 1 3,33 0 29 96,67 1 3,33 0 29 96,67 1 3,33 0 29 96,67 1 3,33 0 116 96,67 4 3,33 0
0 0 0 0 0
Dari Tabel 26 tersebut terlihat bahwa tingkat partisipasi sebagian besar peserta GN-RHL dalam kegiatan tahap perencanaan program tergolong sedang yaitu 96,67%. Pada tahap perencanaan program ini tidak ada peserta yang mencapai kategori sangat tinggi, dan hanya 3,3% peserta yang termasuk kategori tinggi. Sebagian besar peserta termasuk ke dalam kategori sedang. Banyaknya peserta yang tingkat partisipasinya tergolong sedang memberikan gambaran bahwa keterlibatan peserta dalam kegiatan tahap perencanaan program masih kurang. Pada tahap perencanaan program ini, sebagian besar peserta hanya terlibat pada kegiatan teknis di lapangan seperti pemasangan patok batas dalam hal penentuan luas dan lokasi lahan garapannya. Pada tahap perencanaan program ini, kegiatan yang banyak melibatkan peserta GN-RHL, yaitu kegiatan pemasangan patok batas dan pembentukan kelompok tani. Kegiatan pemasangan patok batas dilakukan oleh seluruh peserta program GN-RHL, yaitu 100 %. Banyaknya peserta yang terlibat dalam kegiatan pemasangan patok batas karena kegiatan ini berkaitan dengan penentuan posisi atau letak lahan andil masing-masing peserta program. Partisipasi tahap pelaksanaan Tahap pelaksanaan program GN-RHL terbagi ke dalam lima kelompok besar kegiatan, yaitu : penyuluhan dan pembinaan, pertemuan Kelompok Tani (KT), persiapan, penanaman dan pemeliharaan, serta pengamanan. Berdasarkan pencapaian indeks skor, tingkat partisipasi responden dalam tahap pelaksanaan program GN-RHL dapat dilihat pada Tabel 27 dan gubuk kerja GN-RHL dapat dilihat pada gambar 2.
37 Tabel 27. Tingkat Partisipasi Petani Tahap Pelaksanaan di Desa Penelitian No (1) 1 2 3 4
Lokasi (2) Desa Sirnagalih Desa Pamalayan Desa Ciburial Desa Margaluyu Rata-rata
N (3) 30 30 30 30
Skor Minimum Maksimum (4) (5) 16 26 14 28 16 28 18 28 16 27,5
Skor Rata-rata (6) 21,67 22,67 20,97 23,13 22,11
Kategori (7) Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Berdasarkan data indeks skor yang diperoleh, skor minimum di Desa Sirnagalih adalah 16 dan skor maksimum sebesar 26 dengan skor rata-rata untuk setiap responden adalah 21,67. Di Desa Pamalayan skor minimum adalah 14 dan skor maksimum sebesar 28 dengan skor rata-rata untuk setiap responden adalah 22,67. Di Desa Ciburial skor minimum adalah 16 dan skor maksimum sebesar 28 dengan skor rata-rata untuk setiap responden adalah 20,97. Di Desa Margaluyu skor minimum adalah 16 dan skor maksimum sebesar 28 dengan skor rata-rata untuk setiap responden adalah 23,13. Tingkat partisipasi peserta GN-RHL pada tahap pelaksanaan program di empat desa lokasi penelitian, umumnya termasuk kategori tinggi, dengan skor rata-rata 22,11. Distribusi peserta GN-RHL berdasarkan tingkat partisipasinya dalam tahap pelaksanaan program dapat dilihat pada Tabel 28 berikut ini. Tabel 28. Distribusi Petani Peserta Program GN-RHL menurut Tingkat Partisipasi dalam Tahap Perencanaan di Desa Penelitian
No (1) 1 2 3 4
Lokasi (2) Desa Sirnagalih Desa Pamalayan Desa Ciburial Desa Margaluyu Rata-rata
N (3) 30 30 30 30 120
Partisipasi Tahap Pelaksanaan Sedang Tinggi Sangat Tinggi N % N % N % (4) (5) (6) (6) (7) (8) 1 3,33 21 70,00 8 11,43 1 3,33 15 50,00 6 12,00 9 30,00 13 43,33 13 30,00 4 13,33 26 86,67 3 3,60 15 12,50 75 62,50 30 25,00
Dari Tabel 28 terlihat bahwa tingkat partisipasi sebagian besar peserta GN-RHL di empat desa penelitian dalam kegiatan tahap pelaksanaan program tergolong tinggi yaitu sebesar 62,50% (75 responden). Sehingga rata-rata skor partisipasi peserta pada tahap pelaksanaan termasuk dalam kategori tinggi.
38
Gambar 2. Gubuk kerja GN-RHL di empat desa penelitian Pada tahap pelaksanaan program ini peserta yang mencapai kategori sangat tinggi yaitu sebesar 25% (30 responden), dan hanya 12,5% peserta yang termasuk kategori sedang (15 responden). Sebagian besar peserta termasuk ke dalam kategori tinggi. Banyaknya peserta yang tingkat partisipasinya tergolong tinggi memberikan gambaran bahwa keterlibatan peserta dalam kegiatan tahap pelaksanaan program sudah baik. Pada tahap pelaksanaan program ini, sebagian besar peserta terlibat pada semua kegiatan meskipun tidak seragam antara satu desa dengan desa yang lain. Pada tahap pelaksanaan program ini, kegiatan yang banyak melibatkan peserta GN-RHL seperti tercantum dalam Lampiran 1, yaitu kegiatan persiapan, penanaman dan pemeliharaan. Kegiatan-kegiatan persiapan di empat desa lokasi penelitian dilakukan oleh seluruh peserta program GN-RHL dengan rata-rata mengikuti
5-6
kegiatan
persiapan.
Kegiatan-kegiatan
penanaman
dan
pemeliharaan tanaman juga dilakukan oleh seluruh peserta program dengan ratarata mengikuti 7-8 kegiatan. Banyaknya peserta yang mengikuti kegiatan tersebut karena motivasi petani dalam kegiaatan tersebut tergolong tinggi dan berkaitan dengan tingkat keberhasilan tanaman sangat ditentukan oleh kegiatan-kegiatan yang terlaksana secara baik dan teratur.
39 Tingkat partisipasi masyarakat dalam GN-RHL Tingkat partisipasi masyarakat dalam GN-RHL diperoleh dari akumulasi indeks skor tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan. Berdasarkan pencapaian indeks skor, tingkat partisipasi responden dalam program GN-RHL dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Tingkat Partisipasi Petani dalam GN-RHL di Desa Penelitian No (1) 1 2 3 4
Lokasi (2) Desa Sirnagalih Desa Pamalayan Desa Ciburial Desa Margaluyu
N (3) 30 30 30 30
Skor Minimum Maksimum (4) (5) 18 29 16 31 18 31 20 31
Rata-rata
18
Skor Rata-rata (6) 23,70 24,47 23,00 25,57
30,5
24,18
Kategori (7) Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Tingkat partisipasi peserta GN-RHL pada program GN-RHL di empat desa lokasi penelitian, umumnya termasuk kategori tinggi, dengan skor rata-rata 24,18. Tingkat partisipasi peserta pada program GN-RHL tertinggi adalah Desa Margaluyu, dengan skor rata-rata sebesar 25,57 diikuti berturut-turut Pamalayan (24,47), Sirnagalih (23,70) dan yang memiliki nilai skor rata-rata terendah adalah Desa Ciburial, yaitu sebesar 23. Nilai skor minimum terdapat di Desa Pamalayan yaitu sebesar 16 diikuti berturut-turut Sirnagalih dan Ciburial (Skor minimum 18) serta Margaluyu dengan skor minimum 20. Nilai skor maksimum Desa Sirnagalih yaitu 29 dan tiga desa yang lain masing-masing sama yaitu sebesar 31. Distribusi peserta GN-RHL berdasarkan tingkat partisipasinya dalam program GN-RHL dapat dilihat pada Tabel 30 berikut ini. Tabel 30. Distribusi Petani Peserta Program GN-RHL menurut Tingkat Partisipasi dalam Program GN-RHL di Desa Penelitian
No (1) 1 2 3 4
Lokasi (2) Desa Sirnagalih Desa Pamalayan Desa Ciburial Desa Margaluyu Rata-rata
N (3) 30 30 30 30
Partisipasi dalam GN-RHL Sedang Tinggi Sangat Tinggi N % N % N % (4) (5) (6) (7) (8) (9) 2 6,67 25 83,33 3 3,60 11 36,67 18 60,00 1 1,67 10 33,33 14 46,67 6 12,86 5 16,67 24 80,00 1 1,25 28
23,33
81
67,50
11
9,17
Dari Tabel 30 tersebut terlihat bahwa tingkat partisipasi sebagian besar peserta dalam program GN-RHL di empat desa penelitian tergolong tinggi, yaitu di Desa Sirnagalih sebesar 83,3%, Pamalayan sebesar 60%, Ciburial sebesar
40 46,67% dan Margaluyu sebesar 80%. Tingkat partisipasi peserta GN-RHL yang termasuk kategori sedang yaitu yang mengikuti 15-21 dari kegiatan seluruhnya berturut-turut dari yang terkecil adalah Desa Sirnagalih (6,67 %), Margaluyu (16,67 %), Ciburial (33,33 %) serta Pamalayan (36,67 %). Tingkat partisipasi peserta dipengaruhi oleh berbagai faktor dan kesempatan mereka untuk berpartisipasi dalam GN-RHL. Tingkat partisipasi pada kategori sangat tinggi di empat desa penelitian berturut-turut dari yang terkecil adalah Desa Margaluyu (1,25%), Pamalayan (1,67 %), Sirnagalih (3,6 %) serta Ciburial (12,86 %) Faktor-faktor yang mendorong tingginya partisipasi masyarakat dalam program GN-RHL di empat desa lokasi penelitian adalah mulai timbulnya kesadaran akan pentingnya keberadaan hutan sebagai penopang lingkungan di sekitar tempat tinggal mereka dan adanya kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup. Perkembangan Tanaman GN-RHL Jumlah tanaman Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa tiap peserta program di empat desa penelitian menerima bantuan tanaman kayu-kayuan dan Multi Purpose Trees Species (MPTS) berkisar antara 56-600 bibit tanaman dengan jenis yang berbeda-beda yang didasarkan pada luas kepemilikan lahan dan jarak tanam. Di Desa Sirnagalih bantuan tanaman berupa bibit puspa (Schima wallichii), manglid (Magnolia blumei), jati (Tectona grandis), suren (Toona sureni), melinjo (Gnetum gnemon), mangga (Mangifera Indica), rambutan (Nephelium lappaceum) dan durian (Durio zibethinus). Desa Pamalayan mendapat bantuan bibit nangka (Artocarpus heterophyllus). Sedangkan di Desa Ciburial dan Margaluyu bibit bantuan berupa jati, petai (Parkia speciosa), rambutan dan durian, di Desa Margaluyu ditambah satu bibit tanaman MPTS, yaitu melinjo. Tabel 31 menjelaskan perkembangan jenis tanaman kayu-kayuan dan MPTS sejak awal penanaman pada tahun 2003 sampai bulan Januari 2006 yang dimiliki oleh peserta program di masing-masing desa.
41 Tabel 31. Data Jumlah Tanaman No (1)
1
Lokasi (2)
Desa Sirnagalih
Jenis Kayu dan MPTS (3)
Awal Penanaman (Desember 2003) (4)
Hidup (Januari 2006) Σ Tanaman % (5) (6)
Puspa Manglid Jati Suren Melinjo Mangga Rambutan Durian
443 33 75 284 1.002 401 1.036 902
0 0 8 142 0 20 31 0
0 0 10 50 0 5 3 0
Puspa Manglid Rambutan Nangka Melinjo Mangga
1.016 571 1.714 1.285 1.285 476
203 343 86 0 0 24
20 60 5 0 0 5
2
Desa Pamalayan
3
Desa Ciburial
Jati Petai Rambutan Durian
1.240 844 339 2.537
496 84 0 25
40 10 0 1
Desa Margaluyu
Jati Petai Rambutan Durian Melinjo
1.240 684 1.689 331 1.016
930 34 0 0 0
75 5 0 0 0
20.444
2.426
12
4
Jumlah Total Pohon
Dari empat lokasi penelitian diperoleh bahwa total persen hidup untuk semua jenis tanaman kurang dari 55 % yaitu sebesar 12 %, berdasarkan hasil wawancara hal ini disebabkan karena sebagian besar jenis tanaman mengalami kerusakan/mati pada saat awal penanaman. Pada saat awal penanaman bertepatan dengan awal musim kemarau sehingga menyebabkan sebagian besar tanaman mati. Selain itu disebabkan oleh kondisi bibit yang jelek dan kurang/belum siap tanam serta beberapa jenis tanaman kurang cocok dengan kondisi lingkungan sekitarnya terutama jenis tanaman MPTS. Jenis tanaman kayu-kayuan memiliki persen tumbuh yang lebih tinggi dibanding dengan jenis tanaman MPTS. Di Desa Sirnagalih persen tumbuh puspa dan manglid sebesar 0 %, sedangkan di Desa Pamalayan persen tumbuh sebesar 20 % dan 60 %. Puspa di Jawa di dapati tumbuh di dalam rimba berpohon tinggi di dalam hutan sekunder di bagian barat pulau ini pada ketinggian 250 – 2.600 m dpl, yang terbanyak pada ketinggian
42 1.300-1.600 m dpl (Heyne, 1979 dalam Darmanto, 2003). Sedangkan manglid tumbuh baik pada tanah podsolik merah kuning pada ketinggian lebih dari 800 m dpl (Prawira, 1973 dalam Ferawati, 2003). Berdasarkan data monografi desa tahun 2005, diketahui bahwa ketinggian dua desa lokasi penelitian berkisar antara 700-1.300 m dpl, sebenarnya cocok untuk tanaman puspa dan manglid, hanya kondisi bibit tanaman yang jelek dan pada saat awal penanaman memasuki musim kemarau menyebabkan persen tumbuh tanaman menjadi sangat jelek untuk jenis tanaman puspa dan manglid di Desa Sirnagalih. Untuk jenis jati dan suren persen tumbuhnya di Desa Sirnagalih sebesar 10 % dan 50 %, sedangkan di Desa Ciburial persen tumbuh jati sebesar 40 %, serta di Desa Margaluyu persen tumbuh jati sebesar 75 %. Berdasarkan pendapat Sumarna (2003) bahwa secara umum jati membutuhkan iklim dengan curah hujan minimum 750 mm/tahun, optimum 1.000-1.500 mm/tahun serta maksimum 2.500 mm/tahun (Walaupun demikian, jati masih dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 3.750 mm/tahun). Suhu udara yang dibutuhkan tanaman jati minimum 1317 0C dan maksimum 39-43 0C. Pada suhu optimal 32-42 0C tanaman jati akan menghasilkan kualitas kayu yang baik. Kondisi Solum lahan yang dalam dan keasaman tanah (pH) optimum sekitar 6,0. Sedangkan suren tumbuh pada tanah kering dan tanah lembab yang subur di daerah pegunungan pada ketinggian di bawah 1.200 m dpl. Jenis ini menghendaki iklim agak kering dengan tipe curah hujan A-C (Martawijaya et. al. 1989 dalam Cipta, 2003). Berdasarkan data monografi desa tahun 2005, diketahui bahwa ketinggian tiga desa lokasi penelitian 750 m dpl, cocok untuk tanaman jati dan suren hanya kondisi bibit tanaman yang jelek dan pada saat awal penanaman memasuki musim kemarau menyebabkan persen tumbuh tanaman menjadi sangat jelek untuk jenis tanaman jati di Desa Sirnagalih dan Ciburial. Untuk jenis rambutan dan melinjo diketahui persen hidupnya yaitu 0 %, kecuali di Desa Sirnagalih persen tumbuh tanaman jenis rambutan sebesar 3 %, sedangkan untuk jenis tanaman petai, Desa Ciburial memiliki persen tumbuh tanaman sebesar 10 % dan di Desa Margaluyu yaitu sebesar 5 %. Berdasarkan pendapat Nakasone (1998) bahwa suhu akan mempengaruhi
pertumbuhan
rambutan, suhu minimal agar tanaman rambutan bisa tumbuh dengan maksimal
43 adalah 27 0C. Sedangkan suhu rata-rata lapangan di tiga Desa lokasi penelitian adalah 32 0C, lebih tinggi dibandingkan dengan Desa Pamalayan 27 0C, sehingga memberikan pertumbuhan yang kurang optimal. Menurut Nurcahyo (1998), sifat jenis tanaman melinjo adalah toleran terhadap lingkungan yang kering dan lembab, tanah liat, dan toleran terhadap tanah tidak subur. Melinjo dapat tumbuh pada ketinggian 0-1.200 m dpl, sedangkan ketinggian yang disarankan untuk mendapatkan hasil yang maksimal adalah 400 m dpl dengan curah hujan 5001.500 mm/tahun. Sedangkan untuk jenis petai diketahui bisa tumbuh subur pada ketinggian 500 – 1.500 m dpl, dan pH antara 4,5 – 5,5. Jika ditanam pada ketinggian lebih dari 1.000 m dpl maka akan menghasilkan buah yang kecil – kecil dengan polongan yang pendek (Nakasone, 1998). Jenis mangga dan durian diketahui persen hidupnya yaitu 0 %, kecuali di Desa Sirnagalih persen tumbuh tanaman jenis mangga sebesar
5 % dan di Desa
Ciburial persen tumbuh sebesar 1 %, sedangkan untuk jenis tanaman nangka, Desa Pamalayan memiliki persen tumbuh tanaman sebesar 0 %. Berdasarkan pendapat Purnomosidhi, et.al. (2002) mangga akan tumbuh baik pada temperatur antara 24-27 0C, curah hujan antara 750-2.500 mm/tahun. Mangga masih dapat tumbuh cukup baik sampai ketinggian 1200 m dpl, namun pada tempat dengan ketinggian di atas 600 m dpl produksi dan kualitas buah kurang baik, karena terlalu dingin. Sedangkan durian tumbuh baik pada daerah tropika basah dengan curah hujan ideal adalah lebih dari 2.000 mm/tahun dan tersebar merata sepanjang tahun. Ketinggian yang lebih ideal adalah 100-500 m dpl. Bila ditanam pada tempat yang lebih tinggi akan terjadi penurunan kualitas. Jenis tanaman nangka dapat tumbuh baik dan maksimal pada ketinggia 600-1.000 m dpl, dengan pH 67,5, dan suhu rata-rata 25 0C. Sebenarnya tanaman nangka akan lebih baik tumbuh pada daerah dengan curah hujan 1.000-1.500 mm/tahun (Nakasone, 1998). Kondisi kesehatan tanaman Kondisi bibit tanaman kayu-kayuan dan MPTS diasumsikan memiliki kualitas yang sama sesuai dengan standar pengadaan bibit yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Garut. Kondisi fisik tanaman Kayu-kayuan dan MPTS dinilai dengan metode Forest Health Monitoring (FHM), yaitu dengan menilai keseluruhan tanaman program GN-RHL dari ujung daun sampai akar,
44 tetapi yang dinilai adalah tanaman yang diperkirakan terkena hama dan penyakit (Gambar 3). Dari hasil penilaian didapat bahwa sekitar 20,93 % tanaman GNRHL yang masih hidup di empat desa penelitian termasuk ke dalam kategori pohon yang mengalami kerusakan, tetapi setelah diteliti lebih lanjut ternyata pada umumnya dapat dikategorikan pohon sehat sekali dan hanya satu jenis pohon yang dapat digolongkan ke dalam kerusakan pohon tipe sehat, dengan serangan penyakit berupa kanker. Data kesehatan pohon di empat desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 32 Tabel 32. Data Kesehatan Pohon di Desa Penelitian No (1)
Lokasi (2)
Jenis Kayu / MPTS (3)
Kelas Kesehatan Pohon Sehat Cukup Sekali Sehat Sehat Rusak (4) (5) (6) (7)
Σ Pohon (8)
1
Desa Sirnagalih
Jati Suren Mangga Rambutan
5 50 9 8
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
5 50 9 8
2
Desa Pamalayan
Puspa Manglid Rambutan Mangga
71 75 11 7
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
71 75 11 7
3
Desa Ciburial
Jati Petai Durian
105 27 7
0 0 0
0 0 0
0 0 0
105 27 7
4
Desa Margaluyu
Jati Petai
120 13
1 0
0 0
0 0
121 13
508
1
0
0
509
Jumlah Total Pohon
Berdasarkan hasil observasi lapang dan wawancara diperoleh bahwa jenis serangan hama dan penyakit tanaman di empat desa penelitian adalah berupa tanaman tidak berdaun, daun tanaman tidak berwarna hijau, cabang dan ranting berlubang, daun berbercak dan mengerut. Sedangkan jenis penyakit yang ada antara lain penyakit yang disebabkan oleh jamur/cendawan yang mengakibatkan kanker batang dan daun berbercak. Berdarkan hasil monitoring diperoleh bahwa untuk jenis tanaman kayu-kayuan biasanya lebih tahan terserang hama dibandingkan dengan tanaman MPTS. Dari 509 pohon yang diperkirakan mengalami kerusakan tenyata 99,80 % tanaman dapat dikategorikan sehat sekali, sedangkan 1 pohon sisanya (0,12 %) dikategorikan sehat.
45
Gambar 3. Kondisi tanaman yang mengalami kerusakan Tingkat Keeratan Hubungan Tingkat keeratan hubungan antara karakteristik petani dengan partisipasi petani dalam tahap perencanaan Untuk mengetahui hubungan karakteristik sosial dan ekonomi masingmasing peserta GN-RHL dengan tingkat partisipasi pada tahap perencanaan program di empat desa penelitian dilakukan analisis dan pengolahan data dengan menggunakan metode korelasi Rank Spearman. Secara keseluruhan hubungan antara karakteristik sosial dan ekonomi peserta GN-RHL dengan tingkat partisipasi tahap perencanaan dapat dilihat pada Tabel 33.
46 Tabel 33. Korelasi Berperingkat Spearman Antara Karakteristik Petani dengan Partisipasi Petani dalam Tahap Perencanaan Partisipasi dalam Tahap Perencanaan No (1)
Variabel (2)
1 2 3 4 5 6 7 8
Umur Pendidikan JTK Pekerjaan Utama Pekerjaan Sampingan Pendapatan Luas lahan Jarak Tempuh
Desa Sirnagalih (3) Nilai Korelasi
Desa Pamalayan (4) Nilai Korelasi
Desa Ciburial (5) Nilai Korelasi
Desa Margaluyu (6) Nilai Korelasi
0,248 1,000** 0,363* -0,322 0,154 0,161 0,298 0,223
0,054 -0,05 0,323 -0,062 -0,089 -0,033 0,295 -0,266
-0,065 -0,222 0,353 -0,062 -0,089 -0,033 0,295 -0,266
-0,108 -0,092 0,143 0,345 -0,392* 0,114 0,25 0,044
Keterangan : N = 30; *) = Nyata pada taraf 0,05; **) = Nyata pada taraf 0,01; JTK = Jumlah Tanggungan Keluarga Berdasarkan pada Tabel 33 di atas, variabel sosial dan ekonomi yang berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi petani pada tahap perencanaan program adalah tingkat pendidikan dan jumkah tanggugan keluarga di Desa Sirnagalih, dan pekerjaan sampingan di Desa Margaluyu. Adapun faktor umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pekerjaan utama, pekerjaan sampingan, pendapatan, luas lahan dan jarak tempuh di Desa Pamalayan dan Ciburial tidak menunjukkan hubungan yang nyata dengan tingkat partisipasi petani. Hal ini memberikan gambaran bahwa hal tersebut bukan merupakan kendala bagi peserta GN-RHL untuk berpartisipasi pada tahap perencanaan program. Pendidikan merupakan salah satu bagian yang mempengaruhi kualitas suatu daerah dan dapat juga mempengaruhi tingkat partisipasi peserta dalam GNRHL. Tingkat pendidikan yang rendah dari sebagian besar peserta tidak mengurangi tingkat pemahaman yang tinggi dari peserta GN-RHL di Desa Sirnagalih akan pentingnya keberadaan hutan sebagai penyangga kehidupan mendorong peserta untuk lebih aktif berpartisipasi dalam program. Demikian pula jumlah tanggungan keluarga yang sebagian besar berjumlah 3-5 orang di Desa Sirnagalih memiliki dampak yang positif terhadap tingkat partisipasi program. Semakin banyaknya jumlah tanggungan keluarga membuat peserta GN-RHL di Desa Sirnagalih ikut berpartisipasi aktif dalam tahap perencanaan program namun cenderung dalam asosiasi yang rendah. Sebaliknya
47 bagi peserta program GN-RHL di Desa Margaluyu yang memiliki pekerjaan sampingan, kegiatan tersebut berdampak pada tingkat partisipasi petani dalam tahap perencanaan program yang saling berhubungan negatif dengan asosiasi yang rendah. Tingkat keeratan hubungan antara karakteristik petani dengan partisipasi petani dalam tahap pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan program GN-RHL, karakteristik sosial dan ekonomi masyarakat peserta GN-RHL yang berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi yaitu tingkat pendidikan dan jarak tempuh di Desa Sirnagalih, Jarak tempuh di Desa Pamalayan dan jumlah tanggungan keluarga di Desa Ciburial. Secara keseluruhan hubungan antara karakteristik sosial dan ekonomi peserta GNRHL dengan tingkat partisipasi tahap pelaksanaan dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34. Korelasi Berperingkat Spearman Antara Karakteristik Petani dengan Partisipasi Petani dalam Tahap Pelaksanaan Partisipasi dalam Tahap Pelaksanaan No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8
Variabel (2)
Umur Pendidikan JTK Pekerjaan Utama Pekerjaan Sampingan Pendapatan Luas lahan Jarak Tempuh
Desa Sirnagalih (3) Nilai Korelasi 0,324 0,431* 0,022 -0,067 0,079 0,144 0,186 0,477**
Desa Pamalayan (4) Nilai Korelasi
Desa Ciburial (5) Nilai Korelasi
Desa Margaluyu (6) Nilai Korelasi
0,051 -0,103 0,228 0,051 -0,035 0,139 0,206 -0,455*
-0,235 0,291 0,425* -0,302 0,021 0,166 0,002 0,061
0,013 0,012 -0,057 -0,028 0,314 0,058 0,243 -0,052
Keterangan : N = 30; *) = Nyata pada taraf 0,05; **) = Nyata pada taraf 0,01; JTK = Jumlah Tanggungan Keluarga Berdasarkan pada Tabel 34 terlihat bahwa tingkat pendidikan dan jarak tempuh peserta program GN-RHL di Desa Sirnagalih berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi petani dalam tahap pelaksanaan program. Pendidikan merupakan salah satu bagian yang mempengaruhi kualitas suatu daerah dan dapat juga mempengaruhi tingkat partisipasi peserta dalam GN-RHL. Tingkat pendidikan yang rendah dari sebagian besar peserta tidak mengurangi tingkat pemahaman yang tinggi dari peserta GN-RHL di Desa Sirnagalih akan pentingnya keberadaan hutan sebagai penyangga kehidupan mendorong peserta untuk lebih aktif berpartisipasi dalam program.
48 Demikian pula jarak tempuh yang relatif dekat ke lokasi GN-RHL di Desa Sirnagalih memiliki dampak yang positif terhadap tingkat partisipasi program. Semakin dekat jarak tempuh lokasi membuat peserta GN-RHL di Sirnagalih ikut berpartisipasi aktif dalam tahap perencanaan program namun cenderung dalam asosiasi yang rendah. Sebaliknya bagi peserta program GN-RHL di Pamalayan yang memiliki jarak tempuh yang relatif sama dengan Sirnagalih, tetapi jarak tempuh tersebut berdampak pada tingkat partisipasi petani dalam tahap perencanaan program yang saling berhubungan negatif. Demikian pula jumlah tanggungan keluarga yang sebagian besar berjumlah 3-5 orang di a Ciburial memiliki dampak yang positif terhadap tingkat partisipasi program. Semakin banyaknya jumlah tanggungan keluarga membuat peserta GN-RHL di Sirnagalih ikut berpartisipasi aktif dalam tahap perencanaan program. Tingkat keeratan hubungan antara karakteristik petani dengan partisipasi petani dalam kegiatan GN-RHL Karakteristik sosial dan ekonomi masing-masing peserta GN-RHL dengan partisipasi partisipasi petani dalam program GN-RHL di empat desa penelitian yang memiliki hubungan yang nyata adalah tingkat pendidikan di Desa Sirnagalih, jumlah tanggungan keluarga dan pekerjaan utama di Desa Ciburial dan pekerjaan sampingan di Desa Margaluyu. Secara keseluruhan hubungan antara karakteristik sosial dan ekonomi peserta GN-RHL dengan tingkat partisipasi dalam GN-RHL di empat desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 35. Korelasi Berperingkat Spearman Antara Karakteristik Petani dengan Partisipasi Petani dalam GN-RHL Partisipasi dalam GN-RHL No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8
Variabel (2)
Umur Pendidikan JTK Pekerjaan Utama Pekerjaan Sampingan Pendapatan Luas lahan Jarak Tempuh
Desa Sirnagalih (3) Nilai Korelasi
Desa Pamalayan (4) Nilai Korelasi
Desa Ciburial (5) Nilai Korelasi
Desa Margaluyu (6) Nilai Korelasi
0,299 0,48** 0,093 -0,305 0,151 0,198 0,165 0,145
0,056 -0,145 0,191 0,229 -0,004 -0,115 0,033 -0,315
-0,143 0,293 0,512** -0,397* -0,021 0,266 0,036 -0,061
-0,022 -0,151 0,066 -0,312 0,374* 0,118 0,154 0,063
Keterangan : N = 30; *) = Nyata pada taraf 0,05; **) = Nyata pada taraf 0,01; JTK = Jumlah Tanggungan Keluarga
49 Berdasarkan pada Tabel 35 terlihat bahwa tingkat pendidikan peserta program GN-RHL di Desa Sirnagalih berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi petani dalam program GN-RHL. Tingkat pendidikan yang rendah dari sebagian besar peserta tidak mengurangi tingkat pemahaman yang tinggi dari peserta GN-RHL di Desa Sirnagalih akan pentingnya keberadaan hutan sebagai penyangga kehidupan mendorong peserta untuk lebih aktif berpartisipasi dalam program. Jumlah tanggungan keluarga yang sebagian besar berjumlah 3-5 orang di Desa Ciburial memiliki dampak yang positif terhadap tingkat partisipasi program. Semakin banyaknya jumlah tanggungan keluarga membuat peserta GN-RHL di Desa Ciburial ikut berpartisipasi aktif dalam tahap perencanaan program. Sebaliknya bagi peserta program GN-RHL di Desa Ciburial yang memiliki pekerjaan utama, kegiatan tersebut berdampak pada tingkat partisipasi petani dalam tahap perencanaan program yang saling berhubungan negatif. Bagi peserta program GN-RHL di Desa Margaluyu yang memiliki pekerjaan sampingan, kegiatan tersebut berdampak pada tingkat partisipasi petani dalam tahap perencanaan program yang saling berhubungan positif.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1. Tingkat partisipasi masyarakat di empat desa penelitian dalam tahap perencanaan GN-RHL termasuk dalam kategori tinggi dengan kecenderungan sedang. Untuk tahap pelaksanaan GN-RHL di empat desa penelitian termasuk dalam kategori tinggi. Tingkat partisipasi masyarakat dalam GN-RHL di Desa Margaluyu lebih tinggi dibandingkan tiga desa lokasi GN-RHL lainnya, karena faktor karakteristik responden yang mendukung. 2. Tingkat keberhasilan fisik tanaman GN-RHL di empat desa penelitian termasuk dalam kategori kurang. Berdasarkan metode Forest Health Monitoring (FHM) seluruh tanaman yang diindikasikan terkena kerusakan termasuk dalam kategori sehat sekali. 3. Karakteristik sosial dan ekonomi peserta GN-RHL yang berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi pada tahap perencanaan program, yaitu tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga di Desa Sirnagalih, dan pekerjaan sampingan di Margaluyu. Sedangkan karakteristik sosial dan ekonomi peserta GN-RHL yang berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan program, yaitu tingkat pendidikan dan jarak tempuh di Desa Sirnagalih, jarak tempuh di Pamalayan dan jumlah tanggungan keluarga di Ciburial. Untuk karakteristik sosial dan ekonomi peserta GN-RHL yang berhubungan nyata dengan partisipasi pada program GN-RHL, yaitu tingkat pendidikan di Desa Sirnagalih, jumlah tanggungan keluarga dan pekerjaan utama di Ciburial dan pekerjaan sampingan di Margaluyu. Saran 1. Perlu dilakukan analisis lebih lanjut dengan menggunakan metode yang lain untuk mengetahui hubungan karakteristik sosial dan ekonomi peserta dengan tingkat partisipasi GN-RHL pada tahun-tahun selanjutnya.
51 2. Perlu ditingkatkan kembali keserasian, keterpaduan dan mekanisme koordinasi dari semua pihak yang terkait untuk keberhasilan program GNRHL atau sejenisnya di waktu yang akan datang. 3. Perlu dilakukan penanaman kembali, terutama untuk jenis tanaman MPTS, karena tingkat keberhasilannya yang masih rendah dengan memperhatikan kualitas bibit dan awal waktu penanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Afiff, S.A. 1992. Partisipasi Masyarakat dalam Menunjang Konservasi Biodiversity di Hutan. Makalah Utama Lokakarya Konservasi Biodiversity di Hutan Produksi. Bogor : Fakultas Kehutanan, IPB. 29-30 April 1992. Asnawati, L. 2004. Partisipasi Masyarakat Dalam Pelestarian Hutan (Studi Kasus Masyarakat Kampung Cibeo (Baduy Dalam), Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten). [Skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Badan Koordinasi Nasional. 2005. Rehabilitasi dan Reboisasi Nasional melalui GN-RHL. http://www.bakornas.go.id/html/newsletter01.htm. diakses pada bulan Juni 2005. Cipta, J.D. 2003. Pengaruh Pupuk Phonska Terhadap Pertumbuhan Semai Pinus (Pinus merkusii Jungh, et de Vr), Suren (Toona sureni Merr) dan Kayu Afrika (Maeopsis eminii Engl.) pada Tanah Andosol di Lembang Jawa Barat . [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Darmanto, D. 2003. Produktivitas dan Model Pendugaan Dekomposisi Serasah pada Tegakan Agathis (Agathis laranthifolia Salisb), Puspa (Schima wallichii D.C.) dan Pinus (Pinus merkusii Jungh, et de Vr) di Sub DAS Cipeureu HPGW, Sukabumi . [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Departemen Kehutanan. 2003a. Buku Indikasi Kawasan Hutan dan Lahan Yang Perlu Dilakukan Rehabilitasi Hutan. http://www.dephut.go.id diakses pada bulan Juni 2005. ___________________. 2003b. Standar dan Kriteria Rehabilitasi Hutan dan Lahan. http://www.dephut.go.id diakses pada bulan Juni 2005. ___________________. 2004. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.03/MENHUT-V/2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. http://www.dephut.go.id diakses pada bulan September 2005. Dinas Kehutanan Garut. 2003. Rancangan Teknis Pembuatan Tanaman Hutan Rakyat Kabupaten Garut. Garut : Dishut. ___________________. 2005. Laporan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) di Luar Kawasan Hutan Kabupaten Garut Tahun 2004. Garut : Dishut. Departemen Dalam Negeri. 2005a. Daftar Isian Potensi Desa. Jakarta : Depdagri.
53 _____________________. 2005b. Daftar Isian Tingkat Perkembangan Desa. Jakarta : Depdagri. Ferawati, T. 2003. Teknik Sterihoni, Induksi Tunas dan Induksi Akar untuk Stek Mikro Manglid (Magnolia blumei Dawth). [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Kartasubrata, J. 1986. Aspirasi Rakyat dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan di Jawa. [Disertasi]. Bogor : Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat. 2003. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 18 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. http://www.menlh.go.id diakses pada bulan Juni 2005 Mangold, R. 1997. Forest Health Monitoring ; Field Methods Guide USDA Forest. Mansuri. 1988. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Tanaman Penghijauan di Kabupaten Gunung Kidul. [Tesis]. Bogor : Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Nakasone, H.Y. 1998. Tropical Fruits. Crop Production Science in Holticulture : USA. Nuhamara, S.T. 2002. Inventarisasi Kerusakan Hutan (Indikator Kerusakan Struktur Vegetasi dan Tanaman). Bogor : Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Nurcahyo, E.M. 1998. Budidaya dan Pengelolaan Melinjo. Penebar Swadaya : Jakarta. Perhutani. 1988. Pedoman Pelaksanaan Program Perhutanan Sosial. Jakarta : Perum Perhutani. Purnomosidhi, P., Suparman, J.M. Roshetko dan Mulawarman. 2002. Perbanyakan dan Budidaya Tanaman Buah-buahan. ICRAF and Winrock International : Bogor. Sahidu, A. 1998. Partisipasi Masyarakat Tani Pengguna Lahan Sawah dalam Pembangunan di Daerah Lombok, Nusa Tenggara Barat. [Disertasi]. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Santosa, K.D. 1999. Pengembangan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Cagar Alam Kelompok Hutan Mangrove Pantai Timur. [Tesis]. Bogor : Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
54 Soebiyanto, F.X. 1993. Partisipasi Petani dalam Penyuluhan untuk Peningkatan Produktivitas Usahatani Tanaman Padi (Kasus di Kabupaten Klaten Jawa Tengah). [Tesis]. Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Soetrisno, L. 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Kanisius : Yogyakarta. Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1980. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. PT. Gramedia Pustaka Utama : Yogyakarta. Sumarna, Y. 2003. Budidaya Jati. Cetakan Ke -3. Penebar Swadaya : Jakarta. Susiatik, T. 1998. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Kegiatan PMDHT di Desa Mojorebo Kecamatan Wirosari Kabupaten Dati II Grobogan Jawa Tengah. [Tesis]. Bogor : Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Udin, R. 2005. Partisipasi Masyarakat dalam Program GN-RHL (Studi Kasus di Desa Sukadamai, Kecamatan Dramaga dan Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). [Tugas Akhir]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Utomo, B.S. 1984. Masalah Partisipasi Masyarakat Desa dalam Usaha-usaha Pembangunan Masyarakat Desa. Bogor : Lembaga Penelitian Sosiologi Pedesaan, Institut Pertanian Bogor. Walpole, R.E. 1992. Pengantar Statistika Edisi Ke -3. PT. Gramedia Pustaka Utama : Yogyakarta.
LAMPIRAN
56 Lampiran 1. Rekapitulasi Data GN-RHL di Empat Desa Penelitian Tabel Lampiran 1. Rekapitulasi Data GN-RHL Desa Margaluyu No
X1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah Rata-rata
70 52 60 60 65 75 45 52 75 32 75 72 60 38 45 65 65 35 70 35 68 52 38 55 70 55 36 52 61 70 1.703 56,77
X2 1 1 1 2 1 1 2 3 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1
X3
X4
X5
X6
X7
X8
Tani Tani Tani Tani Tani Tani Tani Staf Desa Tani Wiraswasta Tani Tani Tani Tani Buruh Tani Tani Buruh Tani Tani Tani Tani Tani Staf Desa Tani Buruh Tani Tani Tani Staf Desa Buruh Tani Staf Desa Tani
dagang wiraswasta dagang tani tani dagang tani -
2 3 2 3 4 4 6 5 4 4 2 2 8 6 8 4 1 4 3 5 4 5 6 5 5 4 3 4 8 4 128 4,27
200 300 200 700 600 200 400 300 200 500 200 200 200 300 200 200 200 300 200 300 200 300 300 200 400 250 400 250 300 200 8.700 290,00
0,4 0,5 0,2 0,5 0,5 0,8 0,4 0,35 0,6 0,2 0,2 0,8 0,5 0,2 0,35 0,35 0,5 0,4 0,5 0,2 0,5 0,6 0,6 0,4 0,3 0,4 0,3 0,2 0,35 0,3 12,4 0,41
3 0,5 0,8 0,6 0,6 0,7 1 2 0,5 0,5 0,5 0,7 1 0,7 1 2 2 3,5 2 2 0,5 1 1 1 1 2 1 1 0,7 1 35,8 1,19
38 1,27
Y1
Y2
Y3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 61
23 23 24 21 22 25 28 21 23 23 22 26 23 26 23 23 24 21 24 19 23 28 26 21 21 27 19 24 28 25 706
25 25 26 23 24 27 30 23 25 25 24 28 25 28 25 25 26 23 26 21 25 31 28 23 23 29 21 26 30 27 767
2,03
23,53
25,57
Tabel Lampiran 2. Rekapitulasi Data GN-RHL Desa Ciburial No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
X1 70 52 60 60 65 75 45 52 75 32 75 72
X2 1 1 1 2 1 1 2 3 1 2 1 1
X3
X4
X5
X6
X7
X8
Y1
Y2
Y3
Tani Tani Tani Tani Tani Tani Tani Staf Desa Tani Wiraswasta Tani Tani
dagang wiraswasta dagang tani -
2 3 2 3 4 4 6 5 4 4 2 2
200 300 200 700 600 200 400 300 200 500 200 200
0,4 0,5 0,2 0,5 0,5 0,8 0,4 0,35 0,6 0,2 0,2 0,8
3 0,5 0,8 0,6 0,6 0,7 1 2 0,5 0,5 0,5 0,7
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
23 23 24 21 22 25 28 21 23 23 22 26
25 25 26 23 24 27 30 23 25 25 24 28
Y4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Y4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 60 2
57 Lanjutan Tabel Lampiran 2 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah Rata-rata
60 38 45 65 65 35 70 35 68 52 38 55 70 55 36 52 61 70 1703 56,77
1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1
Tani Tani Buruh Tani Tani Buruh Tani Tani Tani Tani Tani Staf Desa Tani Buruh Tani Tani Tani Staf Desa Buruh Tani Staf Desa Tani
tani dagang tani -
8 6 8 4 1 4 3 5 4 5 6 5 5 4 3 4 8 4 128 4,27
38 1,27
200 300 200 200 200 300 200 300 200 300 300 200 400 250 400 250 300 200 8700 290,00
0,5 0,2 0,35 0,35 0,5 0,4 0,5 0,2 0,5 0,6 0,6 0,4 0,3 0,4 0,3 0,2 0,35 0,3 12,4 0,41
1 0,7 1 2 2 3,5 2 2 0,5 1 1 1 1 2 1 1 0,7 1 35,8 1,19
2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 61
23 26 23 23 24 21 24 19 23 28 26 21 21 27 19 24 28 25 706
25 28 25 25 26 23 26 21 25 31 28 23 23 29 21 26 30 27 767
2,03
23,53
25,57
Tabel Lampiran 3. Rekapitulasi Data GN-RHL Desa Pamalayan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
X1 40 45 51 60 59 47 61 50 57 41 60 54 49 34 42 43 60 60 61 49 57 52
X2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 3 2 2 1 3 3 3 1 2 1 2 2 2
X3 IRT Tani Tani Tani Tani Tani Tani Dagang Tani Guru Tani Tani Tani PNS PNS Dagang Tani Pensiunan Tani Tani Guru Dagang
X4 Tani Dagang Dagang buruh tani Tani Tani buruh tani buruh tani Tani Tani Tani buruh tani Tani Tani Tani
X5
X6
X7
X8
Y1
Y2
Y3
5 3 6 7 5 7 3 4 5 3 4 6 4 4 4 4 6 3 5 5 6 5
200 300 400 400 500 500 300 1000 400 400 300 400 400 800 900 600 700 400 300 300 400 700
0,75 0,42 0,28 0,28 0,42 1 0,14 0,71 0,42 0,45 0,14 0,35 0,4 0,32 0,14 0,85 0,42 0,5 0,28 0,57 0,32 0,57
0,5 0,3 0,5 0,5 0,3 0,4 0,5 0,9 0,7 0,8 1 1,1 1,3 1 1 1 0,6 0,7 0,9 1 1 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
21 16 26 23 17 20 22 20 16 21 24 20 17 26 24 21 18 26 17 18 22 17
23 18 28 25 19 22 24 22 18 23 26 22 19 28 26 23 20 28 19 20 24 19
Y4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 60 2
58 Lanjutan Tabel Lampiran 3. 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah Rata-rata
55 50 38 57 53 41 59 57 1542 51,40
1 1 2 2 2 2 2 3
Tani Staf Desa Tani Tani Dagang Tani Tani Dagang
54 1,80
Tani Dagang Dagang Tani Tani
6 5 5 7 4 5 4 5 145 4,83
300 400 300 500 700 400 300 500 14000 466,67
0,5 0,71 0,35 0,41 0,5 0,65 0,34 0,34 13,53 0,45
1 0,6 0,8 0,5 0,7 1 1 1,5 24,1 0,80
2 3 2 2 2 2 2 2 61
19 28 19 21 20 26 18 26 629
21 31 21 23 22 28 20 28 690
2,03
20,97
23,00
2 2 2 2 2 2 2 2 60 2
Tabel Lampiran 4. Rekapitulasi Data GN-RHL Desa Sirnagalih No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah Rata-rata
X1 57 42 70 45 35 35 43 50 35 50 40 55 35 45 75 30 50 52 54 56 50 48 55 43 50 65 45 35 40 40 1425 47,50
X2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 31 1,03
X3 Staf Desa Tani Tani Buruh tani Buruh tani Buruh tani Tani Buruh tani Tani Tani Buruh tani Tani Tani Buruh tani Buruh tani Buruh tani Tani Tani Tani Buruh tani Buruh tani Tani Tani Tani Tani Tani Tani Buruh tani Tani Tani
X4 Tani IRT ternak buruh tani dagang IRT IRT Tani dagang dagang dagang ternak ternak ternak dagang
X5
X6
X7
X8
Y1
Y2
Y3
5 4 5 7 3 4 6 6 3 3 4 4 6 3 4 5 4 3 2 4 2 5 5 6 3 2 4 3 2 5 122 4,07
400 300 300 300 300 300 500 300 300 400 300 300 400 300 300 300 400 400 400 300 200 400 500 600 300 300 400 300 300 600 10700 356,67
0,8 0,28 0,75 0,28 0,4 0,14 0,14 0,28 0,28 0,14 0,14 0,21 0,14 0,14 0,14 0,35 0,14 0,7 0,56 0,14 0,21 0,7 0,28 0,42 0,14 0,14 1 0,42 0,42 0,28 10,16 0,34
2 1 1,25 0,5 0,75 0,3 1 3 0,2 1 0,5 3 0,5 0,5 0,5 1 1 1 1,5 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 36,5 1,22
3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 61
26 23 21 21 23 20 24 21 16 24 19 25 19 21 21 22 22 21 22 21 19 23 25 19 20 22 21 22 25 22 650
29 25 23 23 25 22 26 23 18 26 21 27 21 23 23 24 24 23 24 23 21 25 27 21 22 24 23 24 27 24 711
2,03
21,67
23,70
Y4 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 45 1,5
59 Keterangan : X1 = umur (tahun); X2 = tingkat pendidikan; X3 = mata pencaharian utama; X4 = mata pencaharian sampingan; X5 = jumlah tanggungan keluarga (orang); X6 = pendapatan (rupiah x1000); X7 = luas lahan (ha); X8 = jarak tempuh (km); Y1 = partisipasi tahap perencanaan; Y2 = partisipasi tahap pelaksanaan; Y3 = partisipasi dalam GN-RHL; Y4 = nilai indeks kerusakan
60 Lampiran 2. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (GN-RHL) : Kasus di Desa Sirnagalih dan Pamalayan, Kecamatan Bayongbong Serta Desa Margaluyu dan Ciburial, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut
No. Responden
:
Tanggal Wawancara : Lokasi Penelitian
:
1. Dusun
:
2. Desa
:
3. Kecamatan
:
4. Kabupaten
:
A. Identitas Responden 1. Nama responden
:
2. Umur responden
:
3. Jenis kelamin
: (Pria/Wanita)
4. Pendidikan tertinggi
:
5. Pekerjaan utama
:
6. Pekerjaan sampingan
:
7. Agama / kepercayaan
:
8. Jumlah anggota keluarga
:
• Jumlah anak
:
orang pria;
• Jumlah pekerja dalam rumah tangga: 9. Jumlah hari kerja dalam seminggu
:
orang hari/minggu
• Di lahan GN-RHL
:
hari/minggu
• Di lahan pertanian lain
:
hari/minggu
• Sektor lain
:
hari/minggu
10. Pendapatan
: Rp.
orang wanita
/ bulan
61 B. Tingkat Partisipasi Masyarakat a. Tahap Perencanaan 1. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang GN-RHL ? a. Kegiatan bercocok tanam b. Kegiatan memperbaiki kondisi lingkungan c. Kegiatan memperbaiki kondisi lingkungan serta memberikan manfaat kepada masyarakat d. Alasan lain......................................................................................... 2. Apakah Bapak/Ibu ikut menandatangani kontrak kerja dengan pihak Dinas Kehutanan ? (Ya/Tidak) 3. Apakah Bapak/Ibu turut dalam penentuan jenis tanaman? (Ya/Tidak) Jika Ya, jenis tanamannya:........................................................ :........................................................ :........................................................ Jika Tidak, siapa yang menentukan ?.................................................... 4. Apakah Bapak/Ibu turut serta dalam pemasangan patok batas pada lahan milik? (Ya/Tidak) 5. Apakah Bapak/Ibu ikut dalam kegiatan KTH? (Ya/Tidak) Alasan................................................................................................... b. Tahap Pelaksanaan 1. Status keanggotaan dalam GN-RHL ? a. Ketua b. Pengurus c. Anggota 2. Dalam 6 bulan terakhir, sudah berapa kali Bapak/Ibu ikut dalam kegiatan penyuluhan dan pembinaan ? a. 4 kali atau lebih
d. 1 kali
b. 3 kali
e. Tidak pernah
c. 2 kali 3. Berapa kali Bapak/Ibu ikut pertemuan KTH dalam satu tahun ini ? a. 4 kali atau lebih
d. 1 kali
b. 3 kali
e. Tidak pernah
62 c. 2 kali 4. Kegiatan persiapan yang pernah Bapak/Ibu ikuti? ( ) Pembuatan jalan pemeriksaan ( ) Pembuatan gubuk kerja ( ) Penggebrusan tanah ( ) Pembuatan teras guludan ( ) Pembuatan dan pemasangan ajir ( ) Pembuatan plang tanaman 5. Kegiatan penanaman dan pemeliharaan tanaman yang Bapak/Ibu lakukan ? ( ) Menanam tanaman yang diprogramkan ( ) Menanam sesuai jarak tanaman ( ) Menyulam tanaman yang mati ( ) Mewiwil tanaman ( ) Memupuk tanaman ( ) Menyemprot hama ( ) Tidak menanam tanaman yang dilarang ( ) Mendangir dan menyiangi tanaman ( ) Menanam jenis tanaman lain ( ) memelihara tanaman jenis lain 6. Dalam pengamanan hutan Bapak/Ibu ikut serta ? ( ) Mencegah perencekan tanaman ( ) Mencegah penggembalaan liar ( ) Mencegah terjadinya erosi
( ) Mencegah kebakar hutan
7. Permasalahan yang Bapak/Ibu hadapi dalam pelaksanaan antara lain : ( ) Keterlambatan pengadaan bibit
( ) Dana Pemeliharaan
( ) Keterlambatan pengiriman pupuk ( ) Kualitan bibit tidak baik ( ) ...................................................
C. Informasi Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat 1) Informasi lahan a. Luas lahan garapan yang dimiliki (ha) b. Status lahan
:
63 ( ) Milik sendiri
:
( ) Sewa
:
( ) Lainnya
:
c. Harga lahan (jual/beli)
: Rp.
/m2
d. Harga sewa lahan
: Rp.
/m2
2) Informasi jarak Jarak tempat tinggal dengan hutan a. 0 – 1,5 km
b. 1,51 – 3 km
c. 3,01 – 4,5 km
d. >4,5 km