FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI MASYARAKAT PADA GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (Kasus Desa Citepus, Kecamatan Palabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat)
Oleh :
EDI KURNIAWAN A14202063
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI MASYARAKAT PADA GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (Kasus Desa Citepus, Kecamatan Palabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat)
Oleh : EDI KURNIAWAN A14202063
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh: Nama
: EDI KURNIAWAN
NRP
: A 14202063
Program Studi : Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Judul Skripsi
: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat pada Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Studi Kasus Desa Citepus, Kecamatan Palabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat).
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS NIP. 131 476 600 Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019 Tanggal Lulus: 4 Februari 2008
RINGKASAN
EDI KURNIAWAN. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI MASYARAKAT PADA GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN dan LAHAN. Studi Kasus Desa Citepus, Kecamatan Palabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. (Dibawah bimbingan DJUARA P. LUBIS). Konsep partisipasi telah digunakan pemerintah dalam pembangunan. Gerakan nasional rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan) adalah salah satu contoh pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah dan bagaimana konsep partisipasi yang ada didalamnya. Skripsi bertujuan untuk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat pada Gerhan, tingkat partisipasi masyarakat pada Gerhan serta mencoba mempelajari pengaruh yang disebabkan oleh partisipasi masyarakat pada keberhasilan Gerhan ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pemahaman individu dipengaruhi oleh tingkat kekosmopolitanan, kesempatan berpartisipasi sama sekali tidak dipengaruhi oleh karakteristik individu sedangkan sikap masyarakat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan tingkat kekosmopolitanan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa partisipasi pada perencanaan dipengaruhi oleh tingkat pemahamn indidvidu, partisipasi pada pelaksanaan dan evaluasi dipengaruhi oleh faktor kesempatan yang disediakan oleh program kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Partisipasi masyarakat pada pembangunan pada akhirnya membawa dampak baik itu bagi masyarakat dalam hal ini kelompok tani dan pemerintah. Bagi kelompok tani dengan adanya pelaksanaan Gerhan maka secara langsung mendatangkan keuntungan yang bersifat ekonomis diantaranya peningkatan lapangan pekerjaan yang tentu saja pada akhirnya meningkatkan pendapatan yang diperoleh dari upah selama pelaksanaan dan juga berasal dari hasil panen tanaman-tanaman yang ditanam nantinya. Dari sisi ekologis maka dengan adanya Gerhan maka berkurangnya luas lahan kritis dan lahan tidak produktif menjadi
lahan yang produktif. Gerhan juga membawa dampak pada kehidupan bermasyarakat warga di sekitar wilayah pekerjaan, dengan pelakasanaan Gerhan maka kerjasama antar warga kembali mengalami peningkatan. Dari sisi penanggung jawab pelaksanaan, partisipasi masyarakat walaupun tidak membawa dampak pada memperkecil biaya pelaksanaan namun partispasi masyarakat mampu mempercepat pelaksanaan pekerjaan. Pada akhirnya berdampak pada terciptanya
'komunitas vegetasi hutan' dan/atau 'komunitas
vegetasi yang berfungsi ekologis sebagai hutan' dalam satuan ruang Daerah Aliran Sungai (DAS).
PERNYATAAN DENGAN
INI
SAYA
MENYATAKAN
BERJUDUL
“FAKTOR-FAKTOR
PARTISIPASI
MASYARAKAT
BAHWA YANG
PADA
SKRIPSI
YANG
MEMPENGARUHI
GERAKAN
NASIONAL
REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Maret 2008
Edi Kurniawan A14202063
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala kasih sayang-Nya serta karunia-Nya penulis telah dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masayarakat Pada Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan)” Kasus Desa Citepus, Kecamatan Palabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi ini disusun untuk memenuhi kelulusan pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Tersusunnya skripsi ini berkat adanya petunjuk serta dorongan dari semua pihak dalam memberikan pengarahannya. Maka dengan segala kerendahan hati, perkenankanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS selaku Dosen Pembimbing
yang telah
membimbing dan memberikan masukan selama penyelesaian skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Bogor, Maret 2008
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulilah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat-Nya kepada kita semua. Atas izin dari-Nya juga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat kelulusan studi S1 di Institut Pertanian Bogor. Penulisan skripsi ini mengambil judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat pada Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan”. Pada kesempatan ini rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan penulis sampaikan kepada : 1. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan banyak bimbingan, dorongan serta restunya kepada penulis 2. Bapak Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukan selama penyelesaian skripsi ini. 3. Ibu Dr. Ir. Sarwiti S. Agung, MS dan Bapak Ir. Dwi Sadono, MS yang telah bersedia menjadi Dosen Penguji dalam ujian skripsi saya. 4. Bapak Ir. Murdianto, MS selaku Pembimbing Akademik. 5. Bapak Bayu Subekhi, SE beserta jajaran kantor Dinas Kehutanan Kabupaten Sukabumi, atas bantuan kepada penulis selama penelitian di lapangan. 6. Semua karyawan PT. Citra Giga Agrotama yang ikut membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.. 7. Keluarga besar Ir. Deden Kesumajaya, MBA atas bimbingan, dan dorongan serta pengalaman yang telah diberikan kepada penulis. 8. Bang Trisna Kak Wilda, Kak Yuli, Bang Kiki, Tama, Om Budi, Bu Mila, Dicky, Agung, Mba Sri, Mas Tomo, Eva atas do’a dan dukungannya. 9. Teman-teman KPM 39, Bayu, Ipank, Inonk, Echie, Al-Khairi serta temanteman BIGREDS, Abe, Dani Kembe atas dukungan dan semangatnya, “You’ll Never Walk Alone.......” 10. Mbak Maria, Mbak Icha dan semua Kru Sekretariat KPM yang membuat semuanya menjadi lebih mudah.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Aek Nagaga, Sumatera Utara pada tanggal 24 Maret 1984. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Suadi dan Ibu Rubini. Riwayat pendidikan penulis pada tahun 1990 hingga tahun 1994 dengan menjadi siswa di Sekolah Dasar Negeri No 010136 Aek Nagaga, kemudian melanjutkan sekolah di Sekolah Dasar Negeri No 064979 Medan hingga tahun 1996. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 7 Medan hingga tahun 1999. Kemudian pada tahun 1999 hingga tahun 2002 melanjutkan sekolah Di Sekolah Menengah Umum (SMU) Plus Muhammadiyah Medan. Pada tahun 2002 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (KPM), Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Falkutas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa, penulius pernah aktif sebagai pengurus pada Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian (MISETA) pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2004. Penulis juga aktif dalam UKM Bulutangkis IPB pada tahun 2003 sampai dengan 2005. Penulis juga pernah menjadi Volunteer pada Piala Asia 2007 Jakarta Juli sampai Agustus 2007, serta “LO” Borussia Dortmund pada Desember 2007. Penulis juga bekerja pada PT.. Citra Giga Agrotama sejak Oktober 2006 sampai dengan sekarang.
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL................................................................................................xii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xvi
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................1 1. 1.
Latar Belakang..............................................................................1
1. 2.
Perumusan Masalah......................................................................3
1. 3
Tujuan Penelitian..........................................................................3
1. 4.
Kegunaan Penelitian.....................................................................4
BAB II PENDEKATAN TEORITIS..................................................................5 2. 1.
Tinjauan Pustaka..........................................................................5 2.1.1. Partisipasi...........................................................................5 2.1.2. Bentuk Partisipasi...............................................................8 2.1.3. Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi...........................15
2. 2. Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan.......................19 2.2.1. Landasan Operasional.......................................................20 2.2.2. Tujuan...............................................................................20 2.2.3. Sasaran..............................................................................21 2.2.4. Pelaksanaan.......................................................................22 2.2.5.Permasalahan......................................................................26 2.5.1. Masalah Teknis........................................................26 2.5.2. Masalah Non Teknis................................................28 2. 3
Kerangka Pemikiran....................................................................31
BAB III METODELOGI PENELITIAN...........................................................43 3. 1.
Lokasi dan waktu Penelitian.......................................................43
3. 2.
Teknik Pemilihan Responden.....................................................43
3. 3
Metode Pengumpulan Data.........................................................44
3. 4.
Teknik Pengolahan Data.............................................................45
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ................................46 4.1.
Profil Desa Citepus.....................................................................46
4.2.
Kegiatan Gerhan di Desa Citepus...............................................47
4.3.
Karakteristik Responden.............................................................50
BAB V PENDORONG PARTISIPASI MASYARAKAT DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA.........................................................53 5.1. Tingkat Pemahaman dan Faktor Yang Mempengaruhinya..............53 5.1.1. Usia......................................................................................54 5.1.2. Tingkat Pendidikan..............................................................55 5.1.3. Status Ekonomi....................................................................56 5.1.4. Tingkat Kekosmopolitanan..................................................57 5.1.5. Status Sosial.........................................................................59 5.2. Kesempatan dan Faktor Yang Mempengaruhinya...........................60 5.2.1. Usia......................................................................................61 5.2.2. Tingkat Pendidikan..............................................................62 5.2.3. Status Ekonomi....................................................................63 5.2.4. Tingkat Kekosmopolitanan..................................................65 5.2.5. Status Sosial.........................................................................66 5.3. Sikap Masyarakat dan Faktor Yang Mempengaruhinya..................67 5.3.1. Usia......................................................................................68 5.3.2. Tingkat Pendidikan..............................................................69 5.3.3. Status Ekonomi....................................................................70 5.3.4. Tingkat Kekosmopolitanan..................................................71 5.3.5. Status Sosial.........................................................................72
5.4. Manajemen Program........................................................................73 5.4.1. Strategi dan Kebijaksanaan..................................................75 5.4.2. Sosialisasi.............................................................................77 5.5. Ikhtisar..............................................................................................77
BAB VI TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA.....................................80 6.1. Partisipasi Pada Perencanaan dan Faktor Yang Mempengaruhinya80 6.1.1. Tingkat Pemahaman............................................................81 6.1.2. Kesempatan........................................................................83 6.1.3. Sikap Masyarakat...............................................................83 6.2. Partisipasi Pada Pelaksanaan dan Faktor Yang Mempengaruhinya84 6.2.1. Tingkat Pemahaman............................................................85 6.2.2. Kesempatan..........................................................................86 6.2.3. Sikap Masyarakat.................................................................87 6.3. Partisipasi Pada Evaluasi dan Faktor Yang Mempengaruhinya.........88 6.3.1. Tingkat Pemahaman.............................................................89 6.3.2. Kesempatan.........................................................................90 6.3.3. Sikap Masyarakat.................................................................91 6.4. Ikhtisar.............................................................................................92
BAB VII PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KEBERHASILAN PELAKSANAAN GERHAN..............................95 7.1. Keuntungan.....................................................................................95 7.1.1. Keuntungan Ekonomi...........................................................96 7.1.2. Keuntungan Sosial...............................................................98
7.1.3. Keuntungan Ekologi...........................................................100 7.2. Waktu dan Biaya Pelaksanaan.......................................................104 7.2.1. Waktu Pelaksanaan............................................................104 7.2.2. Biaya Pelaksanaan..............................................................105
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………...107 8.1. Kesimpulan....................................................................................107 8.2. Saran...............................................................................................108 DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................110 LAMPIRAN.......................................................................................................112
DAFTAR GAMBAR Nomor 1
Judul Gambar
Halaman
Kerangka Pemikiran Tentang Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masyarakat Pada Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan)..............................................................................34
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul Tabel
Halaman
1. Rencana Luas Sasaran GN-RHL /Gerhan selama 5 Tahun......................21 2. Jumlah Bibit yang Ditanam Untuk Pembuatan Hutan Rakyat dalam Kegiatan Gerhan Desa Citepus Blok Datarmamat I dan Datarmamat II Tahun 2004............................................................... 49 3. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Usia, Tingkat Pendidikan, Status Ekonomi, Tingkat Kosmopolitanan Tahun 2007...... 52 4. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pemahaman Kelompok Tani Blok Datarmamat terhadap Gerhan, 2007.....................54 5. Jumlah Responden Menurut Usia dan Tingkat Pemahaman Responden Kelompok Tani Datarmamat, 2007..........................................................54 6. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pemahaman Kelompok Tani Datarmamat, 2007..........................................................56 7. Jumlah Responden Menurut Status Ekonomi dan Tingkat Pemahaman Kelompok Tani Datarmamat, 2007..........................................................57 8. Jumlah Responden Menurut Tingkat Kosmopolitanan dan Tingkat Pemahaman Kelompok Tani Datarmamat, 2007.....................................58 9. Jumlah Responden Menurut Status Sosial dan Tingkat Pemahaman Kelompok Tani Datarmamat, 2007..........................................................59 10.
Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Kesempatan Untuk Berpartipasi pada Gerhan, 2007..............................................................60
11. Jumlah Responden Menurut Usia dan Kesempatan Berpartisipasi Kelompok Tani Datarmamat pada Gerhan, 2007...................................................... 61 12. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Kesempatan Berpartisipasi Kelompok Tani Datarmamat pada Gerhan, 2007............. 62 13. Jumlah Responden Menurut Status Ekonomi dan Tingkat Kesempatan Untuk Berpartisipasi Kelompok Tani Datarmamat.................................64
14. Jumlah Responden Menurut Tingkat Kekosmopolitanan dan Kesempatan Berpartisipasi Kelompok Tani Datarmamat, 2007.........................................65 15. Jumlah Responden Menurut Status Sosial dan Kesempatan Berpartisipasi Kelompok Tani Datarmamat, 2007................................................................66 16. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Sikap Responden terhadap Pelaksanaan Gerhan, 2007..............................................................................67 17. Jumlah Responden Menurut Usia dan Sikap Kelompok Tani Datarmamat, 2007..........................................................................................68 18. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Sikap Kelompok Tani Datarmamat terhadap Gerhan,2007...............................................................69 19. Jumlah Responden Menurut Status Ekonomi dan Sikap Kelompok Tani Datarmamat, 2007..........................................................................................70 20. Jumlah Responden Menurut Tingkat Kosmopolitanan dan Sikap Kelompok Tani Datarmamat, 2007.................................................................................71 21. Jumlah Responden Menurut Status Sosial dan Sikap Kelompok Tani Datarmamat, 2007.........................................................................................73 22. Matriks Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pemahaman, Kesempatan dan Sikap Masyarakat...................................................................................79 23. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Partisipasi Kelompok Tani Blok Datarmamat pada Perencanaan Gerhan, 2007..............................81 24. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pemahaman dan Tingkat Partisipasi Perencanaan Kelompok Tani Datarmamat pada Gerhan, 2007..........................82 25. Jumlah Responden Menurut Kesempatan dan Tingkat Partisipasi pada Perencanaan Kelompok Tani Datarmamat pada Gerhan, 2007...................83 26. Jumlah Responden Menurut Sikap Masyarakat dan Tingkat Partisipasi Perencanaan Kelompok Tani Datarmamat pada Gerhan, 2007..................84 27. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Partisipasi Pelaksanaan Kelompok Tani Blok Datarmamat pada Gerhan, 2007...........85 28. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pemahaman dan Tingkat Partisipasi Pelaksanaan Kelompok Tani Datarmamat pada Gerhan, 2007....................86
29. Jumlah Responden Menurut Kesempatan Yang Diberikan dan Tingkat Partisipasi Pelaksanaan Kelompok Tani Datarmamat pada Gerhan, 2007......87 30. Jumlah Responden Menurut Sikap dan Tingkat Partisipasi Pelaksanaan Kelompok Tani Datarmamat pada Gerhan, 2007............................................88 31. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Partisipasi Evaluasi Kelompok Tani Blok Datarmamat pada Gerhan, 2007...................................89 32. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pemahaman dan Tingkat Partisipasi Evaluasi Kelompok Tani Datarmamat pada Gerhan, 2007.............................90 33. Jumlah Responden Menurut Kesempatan dan Tingkat Partisipasi Evaluasi Kelompok Tani Datarmamat pada Gerhan, 2007............................................91 34. Jumlah Responden Menurut Sikap Masyarakat dan Tingkat Partisipasi Evaluasi Kelompok Tani Datarmamat pada Gerhan, 2007.............................92 35. Matriks Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masyarakat..................................................................................................... 94 36. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Peningkatan Lapangan Pekerjaan Dengan Adanya Gerhan Blok Datarmamat, 2007..........................96 37. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Perubahan Peningkatan Pendapatan Dengan Adanya Gerhan di Blok Datarmamat, 2007...................97 38. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Peningkatan Pengetahuan Dengan Adanya Pelaksanaan Gerhan pada Lokasi Blok Datarmamat, 2007..99 39. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tercapainya Peningkatan Kerjasama Antar Warga Dengan Adanya Pelaksanaan Gerhan Blok Datarmamat, 2007.........................................................................................100 40. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tercapainya Perbaikan Lingkungan Dengan Adanya Gerhan Blok Datarmamat, 2007....................101 41. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Akan Tercapainya Penggunaan Sumber Daya Yang Lebih Terpadu Dengan Adanya Gerhan Blok Datarmamat, 2007........................................................................................102 42. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Waktu Pekerjaan Pelaksanaan Gerhan Blok Datarmamat, 2007........................................................................................104
43. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Biaya Pelaksanaan Gerhan Blok Datarmamat, 2007..............................................................................................................105
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dua puluh tahun terakhir ini, konsep partisipasi digunakan secara luas dalam wacana pembangunan. Dalam kurun waktu tersebut, konsep itu mengacu pada partisipasi dalam gelanggang sosial, masyarakat atau proyek pembangunan. Namun kini konsep partisipasi semakin banyak dihubungkan dengan hak-hak kewargaan (citizenship) dan pemerintahan (governance) yang demokratis (The British Council, 2001). Dalam pendekatan pembangunan yang dibuat oleh pemerintahan RI tahun 1978, mulai terlihat adanya keterlibatan masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan yang dicanangkan. Kenyataan dalam pelaksanaannya masih banyak kendala-kendala yang menghambatnya. Dari beberapa hasil pembangunan dan proses pembangunan yang sedang berjalan, tampak beberapa kenyataan yang ada lapangan yang dapat menyebabkan terhambatnya proses pembangunan yang bersangkutan. Kendala-kendala tersebut bukan hanya dari satu pihak saja, akan tetapi dari kedua belah pihak; antara pemerintah di satu pihak dan masyarakat (rakyat) di pihak lain. Kendala di pihak pemerintah lebih cenderung pada hal-hal yang mengarah pada pemerintah itu sendiri, seperti sikap mental para pegawai pelaksana pembangunan. Hal ini berkaitan dengan sistem birokrasi yang diterapkan yang mempunyai implikasi terhadap individu pelaksananya. Kendala yang muncul dari masyarakat lebih didasari pada kesiapan untuk menerima program. Desa tidak mempunyai organisasi formal untuk membantu merencanakan dan implementasi
proyek
pembangunan
(rendahnya
kemampuan
berorganisasi).
Lemahnya
sumberdaya manusia (khususnya dalam bidang pendidikan dan ekonomi) yang pada umumnya pedesaan, menganut sistem kehidupan pada masa sekarang dan untuk nanti biar nanti saja dipikirkan. Selain itu masyarakat desa terdiri dari banyak kepentingan yang tidak mudah menyatukannya. Hal ini terkait dengan sifat masyarakat desa yang primordial, dan juga adanya budaya diam, yang terbiasa dijajah, terbiasa diperintah (Marzali, 2001). Hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh banyak pihak tentang partisipasi menunjukkan bahwa program-program yang asalnya dari atas tidak menarik penduduk untuk datang menghadiri rapat-rapat penyuluhan dibandingkan dengan program-program yang langsung dapat mereka rasakan manfaatnya seperti misalnya proyek-proyek yang menyangkut peningkatan produksi bagi mereka (Slamet, 1989). Hambatan umum bagi warga untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, yang ditemukan dalam proses perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi diakibatkan oleh pengawasan sumberdaya keuangan yang dilakukan pihak berwenang yang lebih tinggi dan begitu sedikitnya sumberdaya yang tersedia bagi kegiatan ini. Hal ini umumnya disebabkan oleh ketidakmampuan pemerintah mencapai perolehan pajak pendapatan karena berbagai alasan politis dan teknis, dan dalam beberapa kasus, karena tidak cukupnya alokasi dari pendapatan pusat. Oleh karena itu untuk meminimalkan pengeluaran pemerintah maka pemerintah yang mengambil inisiatif lebih besar dalam penyusunan rencana, pelaksanaan program, serta pengawasan untuk menghindari pengeluaran yang lebih besar jika semua hal tersebut dilakukan bersama-sama dengan masyarakat. Selain untuk
menghemat dana, hal ini dilakukan juga untuk menghemat waktu sehingga biaya operasional yang dikeluarkan dapat ditekan ( British Council, 2001). Hal yang menarik untuk kemudian dijadikan titik tolak untuk melakukan penelitian lebih pada faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi masyarakat pada Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan) yang sekarang ini sedang dilaksanakan agar Gerakan ini tidak saja berguna untuk menghindari bancana di masa yang akan datang tetapi juga membawa manfaat bagi masyarakat dalam jangka panjang.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah
tingkat partisipasi masyarakat pada Gerakan Nasional
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan)? 2. Faktor apakah yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat pada Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan)? 3. Bagaimanakah pengaruh partisipasi masyarakat terhadap keberhasilan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan)?
1.3 Tujuan Penelitian Untuk menjawab beberapa permasalahan, maka diperlukan suatu kajian untuk memahami:
1. Mengetahui tingkat partisipasi masyarakat pada Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan).
2. Mengetahui faktor apa sajakah yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat pada Gerakan Nasional Rehabilitasi Lahan (Gerhan). 3. Mengetahui
pengaruh partisipasi masyarakat terhadap keberhasilan
pelaksanaan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan).
1.4 Kegunaan Penelitian Pemahaman atas faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam Gerakan Nasional Rehabilitasi Lahan (Gerhan) diharapkan akan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dalam kajian-kajian yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat. Kehadiran tulisan ini juga diharapkan dapat memberi arahan bagi pengambil kebijakan dalam melahirkan kebijksanaan atau strategi dalam pelaksanaan program-program berikutnya.
BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Partisipasi Partisipasi mencakup suatu pengertian luas, karena itu beberapa rumusan definisi dari berbagai ahli sering kurang menetap. Namun secara umum partisipasi diartikan sebagai gejala dimana seorang diikutsertakan dalam perencanaan serta pelaksanaan dari segala sesuatu yang berpusat kepada kepentingannya dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangannya atau tingkat kewajibannya. Dari pernyataan tersebut hal penting yang merupakan eksistensi suatu partisipasi, adalah suatu bentuk keterlibatan emosional dan perasaan seseorang atau sekelompok anggota masyarakat secara langsung dalam program pembangunan yang dianggap mampu memberikan keuntungan, manfaat, serta perubahan yang dikehendaki bersama sesuai dengan harapan masyarakat (Madrie, 1986). Davis yang dikutip oleh Tonny (1988) mengemukakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan emosi dan mental seseorang dalam situasi kelompok yaitu adanya ketersediaan untuk mengambil bagian dalam menetapkan tujuan bersama, serta kesediaan memikul tanggung jawab bagi pencapaian tujuan bersama. Menurut Soekanto yang dikutip oleh Abdussamad (1991) partisipasi adalah kegiatan secara nyata masyarakat secara aktif yang dilandasi oleh sikap, kehendak, dan kesadaran untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Kajian Kelompok Bank Dunia mendefinisikan partisipasi sebagai sebuah proses dimana para pemilik kepentingan (stakeholder) mempengaruhi dan berbagi pengawasan atas inisiatif dan keputusan pembangunan serta sumber daya yang
berdampak bagi mereka. Dari sudut pandang ini, partisipasi dapat dilihat pada tataran konsultasi atau pengambilan keputusan dalam semua tahapan siklus proyek, dari evaluasi kebutuhan, sampai penilaian, implementasi, pemantauan dan evaluasi. Walaupun proyek partisipasi itu bisa saja didanai oleh negara, partisipasi didalamnya dipandang tidak terkait pada masalah-masalah politik atau pemerintahan yang lebih luas, namun sebagai cara untuk mendorong tindakan di luar lingkup pemerintah. Fokusnya lebih pada partisipasi langsung pemilik kepentingan utama, dan bukan pada partisipasi tidak langsung melalui wakil yang dipilih (Bank Dunia, 2001). Partisipasi menyangkut suatu bentuk keterlibatan atau keikutsertaan masyarakat sebagai individu di luar aktivitas-aktivitas bersama atas dasar kemauan sendiri tanpa adanya unsur paksaan yang dapat memberikan manfaat atau keuntungan bagi dirinya sendiri, selain itu juga merupakan keikutsertaan yang telah menjadi bentuk keyakinan/kepercayaan masing-masing individu sehingga tujuan dari pembangunan yang diharapkan tercapai secara maksimal (Koentjaraningrat, 1987). Dari sifatnya maka partisipasi lokal dapat dibahas dalam tiga cara yaitu : 1. Individu-individu
atau
kelompok-kelompok
yang
berpartisipasi
yang
mengacu pada sifat sosial dari masyarakat lokal dalam sistem yang ada dan tersedia. Bisa saja partisipasi dilakukan oleh staff pemerintahan lokal daerah, atau kelompok penduduk tertentu dari satu daerah yang didasari pada primordial. Bisa saja bentuk kombinasi dari kedua bentuk kelompok di atas . 2. Pembahasan partisipasi bisa saja menurut jenis institusi yang terlibat atau tersedia di daerah, seperti adanya pemerintah lokal yang sudah ada, organisasi non pemerintah/swadaya yang ada di daerah tersebut. Bisa juga yang bersifat
sementara atau berbentuk panitia pembangunan berdasarkan jenis program yang akan masuk. 3. Berdasarkan tujuan dan fungsi maka partisipasi lokal dapat diartikan sebagai pola dalam memperkenalkan keinginan masyarakat lokal, mengembangkan ide pembangunan, memberikan pengetahuan lokal. Partisipasi juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat. Melalui kesadaran mengenai kondisi yang tidak memuaskan, sehingga harus diperbaiki dengan kegiatan manusia (masyarakat) sendiri, kemampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan, serta adanya kepercayaan diri bahwa ia dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat (Verhangen, 1979). Dari pernyataan tersebut dapat diambil beberapa hal penting yang merupakan eksistensi suatu partisipasi. Hal-hal itu adalah sebagai berikut : 1. Pada partisipasi terdapat adanya keterlibatan mental dan emosional dari seseorang yang berpartisipasi. Seperti halnya sebagai keterlibatan personal dan psikologis dari seseorang dalam kelompoknya. 2. Pada partisipasi terdapat adanya kesediaan dari seseorang untuk memberi kontribusi, memberikan suatu aktivitas, kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan. 3. Suatu partisipasi menyangkut kegiatan-kegiatan dalam suatu kehidupan kelompok atau suatu komunitas dalam masyarakat. 4. Pada partisipasi akan diikuti oleh adanya rasa tanggung jawab terhadap aktivitas yang dilakukan seseorang.
5. Pada partisipasi terkandung di dalamnya bahwa ada hal yang akan menguntungkan bagi individu, artinya menyangkut adanya pemuasan akan tercapai suatu tujuan bagi dirinya.
2.1.2. Bentuk Partisipasi Bentuk partisipasi muncul akibat proses interaksi yang terjadi antara individu dan kelompok masyarakat lainnya, partisipasi dilihat sebagai bentuk kegiatan dimana kontribusi masyarakat tampak pada saat dimulainya suatu perencanaan program, pelaksanaan, bahkan sampai pembangunan itu selesai. Partisipasi juga dapat dikatakan sebagai gejala dimana proses perubahan sosial di masyarakat itu terbentuk sehingga mampu untuk membentuk jaringan sosial baru serta mampu mengurangi ketergantungan terhadap pihak luar. Dari pendapat Koentjaraningrat dalam Tarigan (1993) terdapat dua sumber munculnya partisipasi yaitu partisipasi karena ada dorongan atau motivasi dari luar dan partisipasi yang munculnya dari dalam diri manusia itu sendiri. Kedua bentuk partisipasi tersebut mempunyai kekuatan sendiri-sendiri yang saling mengisi. Partisipasi dari luar dapat berupa paksaan atau rangsangan berbuat dalam pembangunan. Partisipasi yang muncul dari dalam diri manusia itu, tanpa ada paksaan dan rangsangan dari luar masyarakat dengan kesadaran sendiri melaksanakan pembangunan. Justru yang diharapkan dalam pembangunan masyarakat adalah partisipasi dengan kesadaran sendiri. Dusseldorp yang dikutip oleh Slamet (1989) mencoba membuat klasifikasi dari berbagai tipe partisipasi. Dalam setiap klasifikasi Dusseldorp menunjukkan dua macam partisipasi yang dipilih secara tajam, namun kadangkala ada jenis
partisipasi yang mungkin berada di tengah dari dua jenis yang tajam itu. Tipe-tipe partisipasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Partisipasi Berdasarkan Derajat Kesukarelaan. Ada dua bentuk partisipasi berdasarkan derajat kesukarelaan, yaitu partisipasi bebas dan partisipasi terpaksa. Partisipasi bebas yaitu keterlibatan seorang individu secara sukarela di dalam suatu kegiatan partisipatif tertentu. Partisipasi jenis ini terbagi kedalam dua sub kategori lagi yaitu : Partisipasi spontan, yang terjadi bila seorang individu mulai berpartisipasi berdasarkan pada keyakinanya tanpa dipengaruhi melalui penyuluhan atau ajakan oleh lembaga-lembaga atau oleh orang lain. Partisipasi terbujuk yaitu bila seorang individu mulai berpartisipasi setelah dia diyakinkan melalui program penyuluhan atau oleh pengaruh orang lain sehingga berpartisipasi secara sukarela di dalam aktivitas kelompok tertentu. Partisipasi terpaksa yang dapat terjadi melalui cara : 1.
Terpaksa karena hukum, yaitu partisipasi individu karena dipaksa oleh peraturan atau hukum, yang bertentangan dengan keyakinan dan tanpa persetujuan orang tersebut.
2.
Terpaksa karena keadaan sosial ekonomi. Yaitu partisipasi yang terjadi karena apabila mereka tidak berpartisipasi mereka akan memperoleh kesulitan sosial ekonomi yang sebenarnya mereka tidak suka.
2. Partisipasi Berdasarkan Cara Keterlibatan. Partisipasi ini sangat dikenal dalam partisipasi politik. Dapat dibedakan pada dua jenis, yaitu: Partisipasi langsung, terjadi bila seorang individu menampilkan kegiatan tertentu didalam proses partisipasi. Partisipasi tidak langsung, yaitu bila
seorang individu mendelegasikan hak partisipasinya kepada orang lain yang berikutnya akan mewakilinya dalam kegiatan-kegiatan yang lainnya. 3. Partisipasi Berdasarkan pada Keterlibatan di dalam Berbagai Tahap dalam Pembangunan Terencana. Partisipasi dalam proses ini memiliki beberapa tahapan yaitu: perumusan tujuan, penelitian, persiapan rencana, penerimaan rencana, pelaksanaan, dan penilaain. Disebut partisipasi lengkap bila seorang individu baik secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam seluruh tahapan-tahapan tersebut. Disebut partisipasi sebagian bila seorang individu baik secara langsung maupun tidak langsung tidak terlibat di dalam seluruh tahapan-tahapan diatas. 4. Partisipasi pada Tingkatan Organisasi Partisipasi pada golongan ini dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu: Partisipasi yang terorganisasikan yang terjadi pada seorang individu yang terlibat dalam suatu struktur organisasi dan seperangkat tata kerja sedang dalam proses pengembangan atau penyiapan. Partisipasi yang tidak terorganisasi, yaitu terjadi bila orang-orang berpartisipasi hanya dalam tempo atau jangka waktu tertentu saja misalnya yang umumnya karena keadaan yang gawat seperti kebakaran, banjir atau gempa bumi. Namun bukan hanya untuk peristiwa yang menyedihkan saja, tetapi juga untuk peristiwa yang menggembirakan seperti pesta, perayaan hari besar. Partisipasi ini dapat menjadi benih partisipasi yang terorganisasi. 5. Partisipasi Berdasarkan pada Intensitas dan Frekuensi Kegiatan. Partisipasi dalam kelompok ini dibagi berdasarkan frekuensi aktivitas partisipasi dan dibedakan menjadi partisipasi intensif yang terjadi pada frekuensi partisipasi yang tinggi dan partisipasi ekstensif yang terjadi bila pertemuan-
pertemuan diselenggarakan secara tidak teratur dan kegiatan-kegiatan atau kejadian-kejadian yang membutuhkan partisipasi dalam interval waktu yang panjang. 6. Partisipasi Berdasarkan pada Lingkup Liputan Kegiatan Partisipasi jenis ini dapat digolongkan berdasarkan dua jenis yaitu: a) partisipasi tidak terbatas bila seluruh kekuatan yang empengaruhi komunitas tertentu dapat diawasi oleh dan dijadikan sasaran kegiatan yang membutuhkan partisipasi anggota komunitas itu. b) yang terjadi bila hanya sebagian sebagian kegiatan sosial, politik, administratif dan lingkungan fisik yang dapat dipengaruhi melalui kegiatan partisipatif, yang dapat terjadi hanya dalam masyarakat yang hidup dalam isolasi sempurna. 7. Partisipasi Berdasarkan pada Efektivitas Berdasarkan pada tingkat efektivitasnya, partisipasi dibedakan menjadi dua, yaitu: Partisipasi efektif, yaitu kegiatan-kegiatan partisipasi yang telah menghasilkan perwujudan seluruh tujuan-tujuan yang mana aktifitas partisipasi diusahakan. Partisipasi tidak efektif, yang terjadi bila tidak satupun atau sejumlah kecil saja dari tujuan-tujuan aktifitas partisipasi yang dicanangkan terwujud. 8. Partisipasi Berdasarkan Siapa yang Terlibat Orang-orang yang dapat berpartisipasi dapat dibedakan sebagai berikut: Anggota masyarakat setempat : -
Penduduk setempat
-
Pemimpin setempat
Pegawai pemerintah: -
Penduduk dalam masyarakat
-
Bukan penduduk
orang-orang luar : -
Penduduk dalam masyarakat
-
Bukan penduduk.
9. Partisipasi Berdasarkan pada Gaya Partisipasi Di dalam setiap model itu terdapat perbedaan tujuan-tujuan yang dikejar dan perbedaan dalam gaya partisipasi. 1. Pembangunan lokalitas Melibatkan orang-orang di dalam pembangunan mereka sendiri dan dengan cara ini menumbuhkan energi sosial yang dapat mengarah pada kegiatan menolong diri sendiri. mencoba melibatkan seluruh anggota masyarakat serta mempunyai fungsi integratif 2. Perencanaan sosial Tujuan utama melibatkan orang-orang adalah untuk mencocokkan sebesar mungkin terhadap kebutuhan yang dirasakan dan membuat program lebih efektif. Partisipasi didalam perencanaan social dapat dicirikan sebagai informing atau placiation. Akan tetapi adalah juga mungkin bahwa partisipasi berkembang dalam bentuk partnership atau perwakilan kekuasaan. 3. Aksi sosial. Tujuan utama dari tipe partisipasi ini ialah memindahkan hubunganhubungan kekuasaan dan pencapaian terhadap sumber-sumber. Perhatian utama ada pada satu bagian dari masyarakat yang kurang beruntung.
Peningkatan partisipasi diantara kelompok sasaran adalah salah satu dari maksud-maksud yang penting. Sajogyo (1979) dalam Dianawati (2004), menunjukkan bahwa sebagai indikator partisipasi masyarakat dalam pembangunan meliputi tiga hal, yaitu : (1) peluang untuk ikut serta menentukan kebijaksanaan pembangunan, (2) peluang untuk ikut serta melaksanakan pembangunan, dan (3) peluang untuk ikut serta menilai hasil-hasil pembangunan. Menurut Yadav (1980) dalam Susiatik (1998) ada empat macam kegiatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan yaitu: (1) partisipasi dalam pembuatan perencanaan dan partisipasi dalam pengambilan keputusan, (2) partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, (3) partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi, dan (4) partisipasi dalam pemanfaatan hasil-hasil pembangunan. Menurut Pamuji (1997) dalam Arifah (2002) ada empat indikator partisipasi masyarakat yaitu: 1. Partisipasi dalam perencanaan., kegiatannya yaitu keterlibatan dalam bentuk kehadiran, menyampaikan pendapat dan mengambil keputusan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan yang dilaksanakan. 2. Partisipasi
dalam pelaksanaan
kegiatan yaitu
keterlibatan
dalam
penyediaan tenaga sejak persiapan pelaksanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan dan pasca pelaksanaan kegiatan yang berupa pemeliharaan hasilhasil kegiatan. 3. Partisipasi
dalam
pemanfaatan
hasil
kegiatan,
masyarakat dalam bentuk pemanfaatn hasil kegiatan.
yaitu
keterlibatan
4. Partisipasi dalam kegiatan evaluasi dan monitoring, yaitu keterlibatan masyarakat dalam bentuk penyusunan pengendalian (melalui pelatihan partisipatif) dan pengumpulan data (melalui survei partisipatif). Masyarakat yang sudah mulai berpartisipasi dalam proses pembangunan mulai dari tingkat perencanaan, tingkat pelaksanaan, tingkat pemanfaatan hasil hingga tingkat evaluasi, akan dapat mendorong terciptanya tujuan pembangunan (Kartasubrata, 1986). Lebih lanjut, pentingnya partisipasi pada tingkat perencanaan agar perumusan langkah-langkah pelaksanaan dan sasaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat. Demikian juga dalam pelaksanaan dan evaluasi menunjukkan adanya tanggung jawab yang besar dalam mendukung program serta proyek yang dijalankan. Selaras dengan itu masyarakat mempunyai harapan yang nyata untuk memperoleh hasil dari pembangunan yang telah direncanakan tersebut. Afiff (1992), dalam konteks pembangunan kehutanan dalam kaitannya untuk menunjang biodiversity (keanekaragaman hayati) di hutan maka partisipasi masyarakat perlu agar: 1. Dapat menampung reaksi dan mendapat umpan balik terhadap keputusan yang akan diambil sehingga dengan demikian dapat mengurangi dampak, meningkatkan kualitas dari keputusan yang diambil dan menghindari konflik yang berkepanjangan. 2. Dapat mengakomodasi aspirasi kebutuhan rakyat yang sesungguhnya yang pada akhirnya lebih menjamin dukungan masyarakat terhadap konservasi biodiversity.
3. Proses penyampaian informasi dan pendidikan kepada masyarakat berlangsung secara efektif. 4. Dapat dijamin adanya proses pengidentifikasian permasalahan yang sesungguhnya
terjadi
penanggulangannya
dan
yang
kebutuhan-kebutuhan
pada
akhirnya
akan
bagi mejamin
alternatif adanya
penyelesaian masalah yang berkaitan dengan pengelolaan biodiversity di hutan. Di saat semua orang membicarakan pentingnya partisipasi petani dalam pembangunan pertanian muncul pendapat dari Uphoff (1979) yang dikutip oleh Tonny (1988) yang merupakan pendapat optomis yaitu mengurus partisipasi yaitu mengurus partisipasi kadang-kadang melambatkan kemajuan pada tahap tertentu dalam urutan pembangunan seperti pada tahap perencanaan dan pengambilan keputusan tetapi mengabaikannya akan mengakibatkan kegagalan dalam pelaksanaan pembangunan
2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Undang-Undang No 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Lingkungan Hidup, pada pasal 6 ayat 1 mengatakan, setiap orang mempunyai hak dan kewajiban untuk berperan serta dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup. Kemudian juga diuraikan kembali dalam penjelasan ayat 1 tersebut hak dan kewajiban setiap orang sebagai anggota masyarakat untuk berperan serta dalam kegiatan pengelolaan lingkungan hidup mencakup baik tahap perencanaan maupun tahap-tahap pelaksanaan dan penilaian. Dengan adanya peran serta tersebut anggota masyarakat mempunyai motivasi kuat untuk untuk bersama-sama
mengatasi masalah lingkungan hidup dan mengusahakan berhasilnya kegiatan pengelolaan lingkungan hidup. Dari itu maka dalam pelaksanaan pembangunan, melibatkan masyarakat adalah merupakan tujuan pembangunan itu sendiri, baik melibatkan dalam bentuk menentukan arah melalui perencanaan, maupun melibatkan dalam memikul beban serta tanggung jawab melalui pelaksanaan dan melibatkan untuk memetik hasil serta memberi penilaian. Secara umum dapat kita lihat suatu rumusan mengenai faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat yaitu: 1. Keadaan sosial masyarakat 2. Kegiatan program pembangunan 3. Keadaan alam sekitar (Sastropoetro, 1988) Partisipasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian seseorang, misalnya sikap, kemauan, keterampilan, ambisi dan lain sebagainya. Juga akan dipengaruhi oleh suasana lingkungan dimana orang tersebut tinggal. Faktor dalam terdiri dari : (1) memiliki kemampuan, baik kemampuan material, pemikiran maupun kemampuan untuk bekerjasama; (2) memiliki ambisius mencapai tujuan; (3) memiliki kemauan untuk dapat ikut kegiatan; (4) memiliki kesempatan untuk dapat ikut kegiatan; (5) kondisi mental tertentu, yang dipengaruhi oleh kondisi emosional tertentu yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang; (6) memiliki keyakinan dan harapan pada pimpinan; (7) memiliki tujuan yang ingin dicapai dan (8) sifat suka ikut-ikutan. Lebih lanjut Rogers yang dikutip oleh Abdussamad (1991) mengemukakan bahwa kemampuan seseorang dalam berpartisipasi dipengaruhi oleh : (1) kemampuan membaca dan menulis; (2) sifat kosmopolit; (3) tingkat pendidikan;
(4) status sosial ekonomi dan umr. Kemudian Slamet dikutip oleh Abdussamad (1991), cepat lambatnya proses adopsi inovasi oleh individu sangat dipengaruhi oleh ciri-ciri pribadi yang terdiri dari : (1) umur; (2) pendidikan; (3) status sosial ekonomi; (4) pola hubungan (lokalit dan kosmopolit); (5) keberanian mengambil resiko; (6) sikap terhadap perubahan; (7) motivasi berkarya; (8) aspirasi; (9) fatalisme dan (10) diagnotisme. Keadaan sosial masyarakat dapat berupa pendidikan, pendapatan, kebiasaan, kepemimpinan, keadaan keluarga, kemiskinan, kedudukan sosial. Bentuk program pembangunan merupakan kegiatan yang dirumuskan serta di kendalikan oleh pemerintah yang dapat berupa organisasi kemasyarakatan dan tindakan-tindakan kebijaksanaan. Keadaan alam sekitar adalah faktor fisik daerah yang ada pada lingkungan tempat hidup masyarakat. Kemudian dalam partisipasi ini, hal yang banyak mempengaruhi adalah luasnya pengetahuan masyarakat tentang sesuatu hal. Tingkat pengetahuan seseorang yang dimiliki tentang sesuatu hal dapat menentukan suatu niat untuk melakukan kegiatan. Pengetahuan ini kemudian mempengaruhi sikap, niat dan perilaku. Hubungan keempat konsep tersebut dalam kaitannya dengan partisipasi di dalam suatu kegiatan biasanya beranggapan bahwa, adanya pengetahuan terhadap manfaat suatu hal akan menyebabkan orang mempunyai sikap yang positif terhadap hal tersebut. Sikap yang positif akan mempengaruhi niat untuk ikut serta dalam kegiatan yang berkaitan dengan hal tersebut. Niat untuk ikut serta dalam suatu kegiatan sanagat tergantung pada apakah seseorang mempunyai sikap positif terhadap kegiatan tersebut. Adanya niat untuk melakukan suatu kegiatan
akhirnya akan menentukan apakah kegiatan tersebut betul-betul dilakukan. Kegiatan yang sudah dilakukan inilah yang disebut perilaku (Tarigan, 1993). Untuk dapat terjadinya partisipasi diperlukan adanya suatu kesempatan, kemauan, kemampuan untuk berpartisipasi. Partisipasi juga suatu bentuk khusus di dalam pembagian kekuasaan, tugas dan tanggung jawab dalam komunitas. Selain itu partisipasi dipengaruhi oleh needs, motivasi, struktur sosial, stratifikasi sosial dalam masyarakat, orang akan berpartisipasi menyangkut adanya kebutuhan akan kepuasan, mendapatkan keuntungan, dan meningkatkan status. Bentuk partisipasi dapat berupa pengorbanan waktu, pemberian uang, menyumbang tenaga serta menyumbang materi lainnya (Madrie, 1986). Menurut
Kartasubrata
(1986),
dorongan
dan
rangsangan
untuk
berpartisipasi mencakup faktor-faktor kesempatan, kemauan dan bimbingan. Bila melihat hubungan antara dorongan dan rangsangan dengan intensitas partisipasi dalam pembangunan hutan untuk semua implikasinya adalah bila penduduk diberi lebih banyak kesempatan, ditingkatkan kemampuannya dengan cara memberi peluang untuk dapat memberi lebih banyak pengalaman dan dimotivasi kemauannya untuk berpartisipasi maka intensitas dalam pembangunan hutan akan meningkat. Kesempatan untuk berpartisipasi hendaknya tidak hanya diberikan pada waktu pelaksanaannya saja tetapi juga dimulai dari pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian dan kemudian distribusi hasilnya.
2.2.Gerakan Nasional Rehabilitasi Lahan (Gerhan)1 Kondisi kerusakan hutan dan lahan di Indonesia saat ini telah menjadi keprihatinan banyak pihak baik secara nasional maupun internasional. Fenomena degradasi sumberdaya hutan dan lahan terus meningkat baik kualitas maupun kuantitasnya. Data terakhir mengindikasikan bahwa kawasan hutan dan lahan yang mengalami kerusakan lebih dari 43 juta hektar, dengan laju deforestasi sebesar 1,6 juta sampai 2 juta ha per tahun. Kerusakan hutan dan lahan tersebut telah mengakibatkan bencana alam yang besar, bahkan pada akhir-akhir ini kecenderungannya semakin meningkat, khususnya banjir, tanah longsor dan kekeringan. Bencana tersebut telah menimbulkan kerugian nasional yang besar berupa kerusakan infrastruktur, berbagai asset pembangunan serta terganggunya tata kehidupan masyarakat. Penyebab utama terjadinya bencana tersebut adalah kerusakan lingkungan, terutama di wilayah hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai daerah tangkapan air. Kondisi di atas menumbuhkan kesadaran dari semua pihak untuk melakukan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) yang rusak guna memperbaiki dan mengembalikan fungsi dan produktivitas sumberdaya alam tersebut. Upaya tersebut juga dimaksudkan untuk menanggulangi bencana alam yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan terkoordinasi. Mengingat upaya RHL tersebut sangat strategis bagi kepentingan nasional maka kegiatan tersebut diarahkan sebagai gerakan berskala nasional yang terencana dan terpadu, melibatkan berbagai pihak terkait, baik pemerintah, swasta 1
Keputusan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Pedoman Penyelenggaaan Gerhan. Jakarta; Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat.
dan masyarakat luas. Gerakan tersebut adalah Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan) yang penyelenggaraannya dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi. 2.2.1. Landasan Operasional 1. Undang-undang nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. 2. Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. 3. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. 4. Keputusan Presiden Nomor 3 tahun 2001 tentang Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi. 5. Keputusan PresidenNomor 228/M Tahun 2001 tentang Pembentukan Kabinet Gotong Royong. 6. Keputusan Bersama Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Nomor : 09/Kep/ Menko/Kesra/III/2003,
tentang
Pembentukan
Tim
Koordinasi
Perbaikan Lingkungan Melalui Rehabilitasi dan Reboisasi Nasional.
2.2.2. Tujuan Gerhan bertujuan untuk mewujudkan perbaikan lingkungan dalam upaya penanggulangan bencana alam banjir, tanah longsor, dan kekeringan secara terpadu, transparan dan partisipatif, sehinga sumberdaya hutan dan lahan berfungsi optimal untuk menjamin keseimbangan lingkungan dan tata air DAS, serta memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat
2.2.3. Sasaran Sasaran dari Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Lahan dan Hutan (GN-RHL/ Gerhan) yaitu: a. Tercapainya upaya perbaikan lingkungan melalui upaya reboisasi dan rehabilitasi lahan. b. Terpadunya penggunaan sumberdaya dan alokasi anggaran untuk mendukung percepatan penyelenggaraan dan tingkat keberhasilan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan. c. Terwujudnya koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi yang optimal dalam penyelenggaraan Gerhan. d. Terbangunnya kelembagaan masyarakat untuk melaksanakan RHL. Selain sasaran-sasaran tersebut sasaran luas luas areal GN-RHL /Gerhan selama lima tahun adalah seluas tiga juta hektar, yang dilaksanakan secara bertahap dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rencana Luas Sasaran Gerhan selama 5 Tahun (2003-2007)
Tahun
Sasaran (Ha)
2003
300.000
2004
500.000
2005
600.000
2006
700.000
2007
900.000
TOTAL
3.000.000
Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan dimulai tahun 2003 meliputi areal seluas 300 ribu hektar yang tersebar di 21 DAS kritis di Indonesia. Dalam jangka waktu 5 tahun direncanakan akan direhabilitasi hutan dan lahan seluas 3 juta hektar dengan rincian tahun 2004 seluas 500 ribu ha, tahun 2005 seluas 600 ribu Ha, tahun 2006 seluas 700 ribu Ha, dan tahun 2008 seluas 900 ribu hektar. Melalui gerakan nasional ini diharapkan dapat terwujud perbaikan lingkungan, berfungsinya sungai dan prasarana pengairan serta sekaligus menggerakkan ekonomi rakyat. Rencana Gerhan 5 Tahun merupakan proyeksi dari rencana fisik, yang memuat arahan kebijakan pelaksanaan dan kebutuhan anggarannya. Rencana Gerhan tahunan memuat rencana definitif kegiatan RHL baik fisik maupun biayanya. Untuk pelaksanaan kegiatan lapangan disusun rancangan kegiatan menurut letak/tapak sasarannya. Sasaran Gerhan 5 tahun adalah 68 DAS prioritas, dengan rencana tahunan menurut urgensi penanganan sesuai kriteria DAS, yang merupakan keterpaduan rencana Departemen Kehutanan dan usul/pertimbangan Departemen Kimpraswil. 2.2.4. Pelaksanaan 1. Kegiatan Pokok Pelaksanaan Gerhan dibagi menjadi dua kelompok kegiatan yakni kegiatan Pencegahan Perusakan Hutan dan Kegiatan Penanaman dan Konservasi Tanah. a. Pencegahan Perusakan Lingkungan Kelompok kegiatan Pencegahan Perusakan Lingkungan terdiri dari kegiatan: 1). Sosialisasi Pencegahan Perusakan Lingkungan
Kegiatan sosialisasi pencegahan perusakan lingkungan bertujuan untuk menyebarluaskan program Gerhan di kalangan pelaksana, pembina, pengawas dan pengendalian program serta mendapatkan umpan balik dari masyarakat. Kegiatan sosialisasi PPL dilaksanakan pada tingkat Pusat, Propinsi,
dan
diselenggarakan.
Kabupaten/Kota Kegiatan
dimana
sosialisasi
kegiatan
yang
Gerhan
dilakukan
ini
berupa:
penyebarluasan informasi, pertemuan, rapat kerja, penyuluhan, lokakarya, sarasehan yang membahas tentang penyelenggaraan program Gerhan di lapangan. 2). Pemberdayaan Masyarakat Kegiatan pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk memotivasi dan mendorong masyarakat untuk ikut serta dan terlibat dalam program Gerhan. Kegiatan-kegiatan pemberdayaan terdiri dari :
a. Mendidik, melatih dan menyuluh masyarakat peserta pencegahan perusakan lingkungan. Peserta pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan PPL adalah kelompok-kelompok warga masyarakat yang terkait dengan upaya perbaikan lingkungan (antara lain LSM, karang taruna, guru, tokoh masyarakat, ulama, perguruan tinggi, serta kelompok masyarakat setempat lainnya, serta pejabat pemerintah pusat, Pemda, dan anggota DPRD). Materi yang disampaikan dalam kegiatan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan PPL disusun dalam bentuk modul khusus yang dikembangkan oleh Pokja PPL. b. Menciptakan sistem umpan balik (feed back system) melalui surat, telepon, internet (website) dan jaringan media. c. Melaksanakan kampanye media pada penyelenggaraan program penanaman hutan dan rehabilitasi lahan, Gerhan.
d. Konsultasi dengan DPR, DPRD, mengadakan briefing dan kerjasama sistem pemantauan dengan media, publikasi setiap bulan dan konferensi pers. 3). Penegakan Hukum Kegiatan penegakan hukum bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, penataan serta pematuhan terhadap ketentuan peraturan dan hukum yang berkaitan dengan upaya-upaya pencegahan kerusakan lingkungan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan pengakan hukum meliputi : pengendalian sistem pelaporan, penegaka hukum (laporan pengaduan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan eksekusi).
b. Penanaman dan Konservasi Tanah Kelompok kegiatan Penanaman dan Konservasi Tanah terdiri dari Kegiatan : 1). Pembibitan Kegiatan pembibitan bertujuan untuk menyediakan bibit tanaman yang berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pembuatan tanaman hutan rakyat di luar kawasan hutan, penanaman turus jalan, pembuatan tanaman reboisasi di kawasan hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi. Kegiatan pembibitan mencakup pengadaan bibit, renovasi sentra produksi bibit dan pembangunan sentra produksi bibit.
2). Pembuatan Tanaman. Tujuan
pembuatan
tanaman
adalah
untuk
memulihkan
mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga dapat berfungsi optimal sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengatur tata air, pencegahan bencana banjir, pengendalian
erosi dan memelihara kesuburan tanah serta mendukung kelestarian produktifitas sumberdaya hutan dan keanekaragaman hayati. Pembuatan tanaman dilaksanakan baik di dalam kawasan hutan (reboisasi) yang meliputi hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi; di luar kawasan hutan berupa hutan rakyat dan penanaman pada turus (kiri-kanan) jalan negara.
Jenis-jenis tanaman meliputi
jenis kayu-kayuan dan pohon serbaguna (multi purpose tree species/MPTS) yang disesuaikan dengan fungsi hutan, tujuan rehabilitasi kawasan dan kondisi agroklimat setempat. Tahapan pelaksanaan pembuatan tanaman terdiri dari, pembuatan rancangan teknis, penyediaan bibit, penyiapan lahan, penyiapan peralatan sarana prasarana, penanaman, pemeliharaan, perlindungan dan pengamanan tanaman. 3). Konservasi Tanah Kegiatan pembuatan bangunan konservasi tanah secara umum bertujuan untuk mengendalikan sedimen, erosi, limpasan air permukaan (surface run off) dan banjir. Jenis bangunan konservasi tanah meliputi dam pengendali, dam penahan, pengendali jurang (gully plug), sumur resapan, strip rumput (grass barrier). 4). Kegiatan Penunjang. Di samping kegiatan-kegiatan pokok di atas, masing-masing sektor terkait merencanakan kegiatan penunjang yang meliputi kegiatan-kegiatan: penyusunan pola kerjasama TNI dan masyarakat penyusunan baseline data kondisi waduk, dam, danau, dan sungai, pengembangan tanaman pangan
dengan pola tumpangsari, pengembangan tanaman perkebunan di wilayah kawasan industri masyarakat perkebunan (KIMBUN), pengadaan citra satelit, asistensi teknis dalam teknologi persemaian dan penafsiran citra satelit. 2.2.5. Permasalahan dalam Gerhan Secara
garis
besar
permasalahan
yang
dihadapi
Gerhan
dapat
dikelompokan menjadi permasalahan teknis dan permasalahan non teknis.
2.2.5.1. Masalah Teknis Permasalahan teknis yang dihadapi Gerhan antara lain terjadi pada hal-hal yang berkaitan dengan masih dipisahkannya pelaksanaan kegiatan bibit dan penanaman, pelaksanaan reboisasi kawasan hutan “remote area”, proses pembuatan tanaman serta pemeliharaan pada lokasi-lokasi reboisasi yang terisolir. Ketersediaan tenaga kerja yang sangat terbatas, dan pembibitan kualitas bibit.
• Pemisahan Pelaksanaan Kegiatan Pemisahan
pelakasanaan
kegiatan
pengadaan
bibit
dengan
kegiatan
penanaman antara lain menyebabkan tersendatnya alur pelaksana kagiatan pembuatan tanaman secara keseluruhan. Belum terjadinya sinkronisasi sistem birokrasi antara instansi BPDAS sebagai penyedia bibit dengan dinas yang mengurusi kehutanan kabupaten/kota dilain pihak seringkali menyebabkan bibit yang sudah disediakan menjadi “terlantar” karena tidak langsung ditanam. Tentunya keadaan ini akan menurunkan kualitas bibit dan pada ujungnya akan mempengaruh tingkat keberhasilan tanaman dilapangan .
• Permasalahan Reboisasi Kawasan Hutan di “Remote Area” Khusus untuk kegiatan reboisasi yang dilakukan di kawasan hutan “Remote Area” dengan jumlah penduduk yang relatif sangat sedikit (terutama reboisasi di luar Jawa), maka pelaksanaan kegiatan mulai dari proses pengangkutan bibit sampai dengan penanaman dan pemeliharaan tanamannya akan mengalami kesulitan. Tersendatnya proses distribusi bibit maupun penanaman dan pemeliharaan tanaman ini tentunya akan secara langsung berakibat pada rendahnya pencapaian kinerja penanaman hutan.
• Permasalahan Pembibitan Kegiatan pembibitan Gerhan tahun 2003-2005 menganut sistem pengadaan bibit. Dalam sistem ini, pihak BPDAS membeli bibit siap tanam dari pengusaha pengada bibit yang menjadi pemenang tender baik melalui proses penunjukan langsung (2003-2004) maupun proses pelelangan umum (2005). Titik krusial dari penerapan sistem pengadaan bibit ini adalah pada penelusuran keabsahan aspek asal usul benih yang dalam hal ini tidak bisa semata-mata percaya pada keterangan yang diberikan oleh pengusaha pengada bibit, walaupun BPTH telah mengembangkan sistem sertifikasi bibit tetapi penerapannya di lapangan tidak mudah. Jadi dengan sistem pengadaan bibit jaminan diperolehnya bibit yang berkualitas dalam kuantitas tertentu tidak sepenuhnya terjamin. Oleh karena itu dari beberapa pendapat yang berhasil dihimpun diusulkan agar kegiatan pembibitan sistem pengadaan diubah menjadi pelelangan umum kegiatan pembuatan bibit sehingga proses pengawasan dan penilaiannya bukan lagi dilakukan oleh LPI melainkan oleh
LPPI. Proses maupun hasil pembibitan dapat terawasi secara kontinyu dan ternilai secara bertahap, periodis dan yang paling penting terjamin baik kuantitas maupun kualitasnya.
2.2.5.2. Masalah Non Teknis Dalam aspek non teknis, maka beberapa masalah yang dihadapi Gerhan antara lain meliputi: (a). terlambat turunnya dokumen anggaran Gerhan (2004 dan 2005): (b). masih belum optimalnya peran Tim Pengendali Provinsi dan Kabupaten/kota: (c). masih rendahnya dukungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/kota terutama dalam penyediaan anggaran pendamping : (d). sampai dengan saat ini Departemen Kehutanan masih “sendiri” dalam menyelenggarakan Gerhan, departemen terkait lainnya bahkan belum mengalokasikan anggaran untuk Gerhan : (e). masih lemahnya koordinasi antara instansi di tingkat provinsi dan kabupaten/kota : (f). masih lemahnya kelembagaan masyarakat dan : (g). masih belum lancarnya aliran laporan dari daerah.
• Permasalahan Tata Waktu Anggaran Terlambatnya turun anggaran untuk Gerhan terutama pada tahu 2004 dan 2005 secara langsung berpengaruh pada pencapaian tingkat keberhasilan Gerhan. Disadari oleh semua pihak bahwa idealnya sistem penganggaran untuk hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan RHL tidak semata-mata harus mengikuti tahun anggaran. Kegiatan Gerhan pada intinya adalah aktifitas tanam menanam, sehingga faktor iklim menjadi faktor penentu keberhasilan Gerhan. Demikian pula kesinambungan kegiatan pembibitan, penanaman dan pemeliharaannya juga harus terus dijaga agar tingkat keberhasilan tanamannya
tidak menurun, oleh karena itu sistem penganggaran yang berkesinambungan seyogyanya dipertimbangkan untuk diterapkan pada kegiatan Gerhan ini minimal sampai dengan pemeliharaan tahun ke-2. Dengan perkataan lain sistem penganggaran Gerhan disarankan melalui sistem multi year.
• Permasalahan Kelembagaan di Daerah Peran Tim Pengendali Provinsi dan Tim Pembina Kabupaten/kota masih belum optimal dalam proses pembinaan dan pengendaliannya. Hasil FGD di tiga lokasi (Bandung, Palembang dan Makasar) terungkap bahwa proses pelaporan Tim Pembina kabupaten/ kota masih belum lancar atau tersendat sehingga secara langsung akan menghambat proses pengambilan keputusan di tahap
selanjutnya.
Rendahnya
dukungan
pemerintah
provinsi
dan
kabupaten/kota dalam penyediaan anggaran pendamping juga menjadi permasalahan tersendiri dalam percepatan program Gerhan.
• Permasalahan Kelembagaan Pusat Baik dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga Menko maupun dalam “Tekad Malino 2003” serta dalam Surat Keputusan Menko Kesejahteraan Rakyat
Nomor
18/KEP/MENKO/KESRA/III/2003
tentang
Pedoman
Penyelenggaraan Gerhan. Dalam penyelenggaraan Gerhan telah diamanatkan bahwa beberapa departemen secara langsung terkait dengan kegiatan Gerhan. Akan tetapi di tingkat pemerintah dalam hal ini Departemen Kehutanan seolah-olah “berjalan sendiri” dalam menyelenggarakan Gerhan. Bahkan lebih ironis lagi, ternyata departemen lainnya sampai sekarang belum pernah mengalokasikan anggarannya. Diharapkan pada tahun mendatang departemen-
departemen terkait minimal telah mengalokasikan anggaran sektor untuk menunjang program tersebut.
• Permasalahan koordinasi provinsi-kabupaten/ kota Masih lemahnya koordinasi antar instansi di tingkat provinsi dan kabupaten/kota menjadi permasalahan tersendiri yang harus dihadapi program Gerhan. Fungsi koordinasi yang seharusnya berjalan baik dan harmonis antara pengendalian dan pembinaan yang diemban oleh pemerintah provinsi sebagai perwakilan pemerintah pusat di daerah dan fungsi pembinaan yang disandang oleh pemerintah kabupaten/kota dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan belum terjalin dengan baik. Akibatnya berbagi masalah seperti tersendatnya pelaporan dan lain-lain masih saja terjadi.
• Permasalahan Kelembagaan Masyarakat Permasalahan kelembagaan masyarakat yang fokus kepada upaya Gerhan juga muncul dalam FGD di Bandung dan Makasar. Proses pendamping oleh pihak non birokrat belum mencapai hasil yang optimal, contoh kasus di Sulawesi Selatan oleh sebuah LSM ada yang kurang demokratis. Normanorma kelompok yang diekspetasikan terwujud, nyatanya kelompok masyarakat hanya jadi follower yang statis dalam Gerhan ( Warta Gerhan Vol 1. 2004). 2.3. Kerangka Pemikiran Partisipasi seseorang dalam suatu kegiatan sangat dipengaruhi oleh karekteristik individu orang tersebut yang dapat berupa: usia tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, tingkat kekosmopolitan dan status sosial individu. Lebih lanjut
Rogers dikutip oleh Abdussamad (1991) mengemukakan bahwa kemampuan seseorang dalam berpartisipasi dipengaruhi oleh : (1) kemampuan membaca dan menulis; (2) sifat kosmopolit; (3) tingkat pendidikan; (4) status sosial ekonomi dan umur. Tingkat partisipasi masyarakat
selain dipengaruhi oleh karakteristik
individu juga dipengaruhi oleh program atau kegiatan itu sendiri, bagaimana strategi dan kebijaksanaan program itu dan sosialisasi yang dilakukan untuk menyebarluaskan pelaksanaan program kepada masyarakat luas. Tingkat partispasi masyarakat juga didorong oleh beberapa faktor seperti: (1) tingkat pemahaman masyarakat itu sendiri terhadap program atau kegiatan itu sendiri, dimana jika tingkat pemahaman masyarakat yang tinggi akan berpengaruh positif terhadap partisipasi masyarakat, (2) kesempatan untuk berpartisipasi yang disediakan oleh program atau kegiatan kepada masyarakat untuk terlibat langsung didalam kegiatan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatn dan evaluasi program tersebut, (3) Sikap yaitu persepsi masyarakat terhadap program atau kegiatan tersebut. Menurut
Kartasubrata
(1986),
dorongan
dan
rangsangan
untuk
berpartisipasi mencakup faktor-faktor kesempatan, kemauan dan bimbingan. Bila melihat hubungan antara dorongan dan rangsangan dengan intensitas partisipasi dalam pembangunan hutan untuk semua kemampuannya dengan cara memberi peluang untuk dapat memberi lebih banyak pengalaman dan dimotivasi kemauannya untuk berpartisipasi maka intensitas dalam pembangunan hutan akan meningkat. Kesempatan untuk berpartisipasi untuk hendaknya tidak hanya diberikan pada waktu pelaksanaannya saja tetapi juga di mulai dari pengambilan
keputusan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian dan kemudian distribusi hasilnya. Tingkat partisipasi masyarakat dapat diketahui melalui keikutsertaan mereka dalam kegiatan-kegiatan yang meliputi:
(1) Perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) Pemanfaatan hasil, dan (4) evaluasi. Adanya partisipasi dari pihak-pihak yang terlibat dalam program pembangunan sering dipandang sebagai jalan untuk meraih sukses, khususnya untuk memecahkan permasalahan. Partisipasi melalui pengikutsertaan petani dapat menjadi cara yang lebih efisien untuk mencapai tujuan program yang telah dirumuskan (Van den Ban dan Hawkins, 1999) dalam Dianawati (2004). Tingkat partisipasi masyarakat juga pada akhirnya diharapkan mampu mempengaruhi keberhasilan suatu program dilihat dari segi biaya dan waktu pelaksanaan. Dilihat dari keuntungan yang diperoleh dari masyarakat dengan adanya kegiatan atau program tersebut dan juga dengan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program atau kegiatan tersebut. Menurut Hollnsteiner (1978), partisipasi masyarakat bukan hanya suatu ideologi demokratis tetapi juga mengikutsertakan rakyat dalam proses pengambilan keputusan mengenai hal-hal yang menyangkut dirinya sendiri adalah penting. Hal tersebut disebabkan karena sukses program lebih terjamin apabila mereka berkepentingan ikut ambil bagian dalam perencanaannya dan pelaksanaannya serta partisipasi masyarakat dapat mendidik kembali para perencana dan pengelola yang berhubungan langsung dengan proyek dan apabila benar-benar berdasarkan partispasi rakyat, maka proses tersebut dapat mengembangkan keterampilan masyarakat dan memupuk rasa kekeluargaan. Disamping itu partisipasi rakyat dapat meralat kesalahan-
kesalahan dalam perencanaan karena rakyat dapat menunjukkan bagian mana yang dapat terlaksana dan bagian mana yang tidak.
Karakteristik Individu • Usia • Tingkat Pendidikan • Status ekonomi • Tingkat Kekosmopolitanan • Status Sosial
Manajemen Program •
•
Strategi dan kebijaksanaan Sosialisasi
Faktor Pendorong Partisipasi • Tingkat Pemahaman • Kesempatan
•
Sikap
Tingkat Partisipasi Masyarakat •
Tahap Perencanaan
•
Tahap Pelaksanaan
•
Tahap Evaluasi
Keberhasilan Program • Keuntungan • Waktu dan Biaya Pelaksanaan
Keterangan :
Dapat diukur korelasinya (Kuantitatif) secara kualitatif
Gambar 1. Kerangka Pemikiran tentang Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Warga dalam Pelaksanaan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan).
Hipotesis 1.
Karakteristik Individu ( usia, tingkat pendidikan, status ekonomi, tingkat kosmopolitanan dan status sosial) mempengaruhi partisipasi masyarakat.
2.
Strategi dan kebijaksanaan program yang diambil akan memepengaruhi tingkat partisipasi masyarakat.
3.
Tingkat Pemahaman, kesempatan, dan sikap masyarakat mempengaruhi tingkat partisipasi.
4.
Tingkat partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan).
Definisi Operasional Pengukuran variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini akan dibatasi pada rumusan penjabaran masing-masing variabel tersebut secara operasional. Variabel-variabel tersebut adalah : 1. Usia adalah satuan umur yang dihitung sejak lahir sampai tahun 2006. dapat dikategorikan menjadi usia muda ( berumur 31 tahun-45 tahun) dan Tua (usia 46-65 tahun). 2. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh oleh responden. Tingkat pendidikan petani dapat dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi.
Kategori
Tingkat Pendidikan
Rendah
Tidak sekolah- tidak tamat SD
Sedang
Tamat SD- tidak tamat SLTP
Tinggi
Tamat SLTP- Tamat SMU
3. Status ekonomi adalah kedudukan atau posisi responden yang dilihat dari sisi ekonomi responden dalam lingkungan tempat tinggal responden yang dilihat dari jumlah rupiah yang dikeluarkan responden untuk pembayaran rekening listrik, dan telepon, pembelian atau pembayaran voucher telepon selular, jumlah kepemilikan kendaraan yang dimiliki, kepemilikan barangbarang elektronik. Status ekonomi ini dalam penelitian dibagi
dalam
kategori rendah, sedang, dan tinggi, yang ditentukan berdasarkan bobot skor yang diperoleh responden berdasarkan kuesioner. Kategori
Skor
Rendah
0-39
Sedang
20-39
Tinggi
40-59
4. Tingkat kekosmopolitan adalah kemampuan petani untuk melakukan perjalanan keluar desa atau komunitasnya, frekuensi aktivitas petani menghadiri pertemuan resmi atau tidak resmi, akses pada benda-benda yang memungkinkan responden dapat berinteraksi dengan orang-orang yang berada di luar komunitasnya seperti, kepemilikan telepon selular, kendaraan bermotor, televisi, sumber informasi seperti koran/ majalah,
radio, internet yang sangat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan mereka tentang berbagai hal, khususnya di bidang pertanian. Kriteria pemberian skor kekosmopolitanan dilakukan berdasarkan intensitas perjalanan, menghadiri pertemuan serta kepemilikan benda yang memungkinkan responenden dapat berinteraksi dengan masyarakat yang berada di luar komunitasnya berdasarkan skor yang diperoleh responden pada kuesioner. Dibagi menjadi: Kategori
Skor
Rendah
0 – 29
Sedang
30 – 59
Tinggi
50 – 90
5. Status sosial adalah tempat atau posisi responden dalam suatu kelompok sosial, tempat responden secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan tempat tinggalnya, prestisenya, hak-hak serta kewajiban-kewajibannya. Kriteria pemberian skor berdasarkan pada pekerjaan utama responden, ada atau tidaknya pekerjaan lainnya, sereta jabatan pada organisasi yang ada di tempat responden tersebut. Dibagi dalam kategori tinggi sedang dan rendah. Kategori
Skor
Rendah
0-9
Sedang
10-18
6. Strategi dan kebijaksanaan adalah variabel yang digunakan untuk mengetahui langkah-langkah pelaksanaan program yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi dalam proyek gerakan nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. 7. Sosialisasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk menyebarluaskan program Gerhan di kalangan pelaksana, pembina, pengawas dan pengendalian program serta mendapatkan umpan balik dari masyarakat. Kegiatan sosialisasi PPL dilaksanakan pada tingkat Pusat, Propinsi, dan Kabupaten/Kota dimana kegiatan Gerhan ini diselenggarakan. Kegiatan yang dilakukan berupa: penyebarluasan informasi, pertemuan, rapat kerja, penyuluhan,
lokakarya,
sarasehan
yang
membahas
tentang
penyelenggaraan program Gerhan di lapangan. Variabel yang digunakan untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh penganggungjawab pelaksana untuk menjelaskan atau menyampaikan pelaksanaan program kepada masyarakat luas. 8. Tingkat Pemahaman adalah kemampuan individu untuk untuk memahami secara luas tentang Gerakan Nasional Rehabilitasi Lahan yang berarti mencakup pengertian dasar dan tujuan program ini yang dilihat dari skor total yang diperoleh responden tentang pengetahuan responden akan tujuan,
sasaran,
pelaksanaan
Gerhan.
Sikap
dikategorikan menjadi tinggi, sedang dan rendah.
masyarakat
dapat
Kategori
Skor
Rendah
0-10
Sedang
11-20
Tinggi
21-30
9. Kesempatan adalah peluang waktu yang diberikan oleh pelaksana program kepada masyarakat untuk terlibat langsung dalam pelaksanaan Gerakan Nasional Rehabiolitasi Hutan dan Lahan (Gerhan). Dilihat dari skor total dari kegiatan-kegiatan yang memungkinkan responden ikut serta dalam pelaksanaannya. Kesempatan untuk berpartisipasi dikategorikan menjadi rendah, sedang dan tinggi. Kategori
Skor
Rendah
0-5
Sedang
6-15
Tinggi
16-25
10. Sikap adalah persepsi awal atau penilaian awal masyarakat yang ditujukan pada pelaksanaan program Gerhan. Di lihat dari skor total yang diperoleh responden mengenai perlu tidaknya Gerhan dilaksanakan. Kriteria yang digunakan untuk mengetahui sikap masyarakat yaitu mendukung dan kurang mendukung. Kategori
Skor
Kurang Mendukung
0-12
Mendukung
13-25
11. Partisipasi tahap perencanaan adalah keikutsertaan petani responden dalam kegiatan perencanaan proyek Gerhan, yang dilihat dari aspek keterlibatan mereka dalam: pembuatan kontrak kerja, penentuan jenis tanaman, pembentukan kelompok tani, dan penentuan bagi hasil. Kriteria pemberian skor berdasarkan jumah keterlibatan atau keikutsertaan petani dalam proyek Gerhan, pada tahap perencanaan kegiatan. Indeks skor yang dapat diraih responden dalam tahap perencanaan bernilai nol
sampai
enam,
tingkat
partisipasi
pada
tahap
perencanaan
dikategorikan menjadi tinggi, sedang, dan rendah. Kategori
Skor
Rendah
0-9
Sedang
10-18
Tinggi
19-28
12. Partisipasi dalam pelaksanaan adalah keikutsertaan petani dalam pelaksanaan kegiatan Gerhan yang dapat dilihat dari intensitas keikutsertaan petani seperti dalam kegiatan-kegiatan: 1. Penyuluhan 2. Pembuatan bibit tanaman. 3. Penanaman dan 4. Penyulaman tanaman yang mati 5. Pemupukan dan penyemprotan hama.
Pemberian kategori tingkat partisipasi tahap pelaksanaan Gerhan dikategorikan menjadi tinggi, sedang, dan rendah. Kategori
Skor
Rendah
0-4
Sedang
5-9
Tinggi
10-15
13. Partisipasi tahap pemanfaatan hasil adalah keterlibatan petani responden dalam pemanfaatan hasil program Gerhan, dilihat dari aspek keterlibatan mereka dalam memanfaatkan hasil dari proyek tersebut. 14. Partisipasi dalam tahap evaluasi adalah partisipasi petani responden dalam mengevaluasi hasil kegiatan proyek, dilihat dari aspek keterlibatan mereka dalam penyusunan pedoman pengendalian, pengumpulan data mengenai keterlibatan petani dalam perencanaan, dan pelaksanaan
dan evaluasi
disesuaikan dengan petunjuk teknis proyek. Kriteria pemberian skor berdasarkan jumlah keterlibatan dan keikutsertaan petani peserta proyek Gerhan pada tahap evaluasi dikategorikan menjadi tinggi sedang dan rendah. Kategori
Skor
Rendah
0-2
Sedang
3-5
Tinggi
6-8
15. Keuntungan adalah variabel yang digunakan utuk mengetahui tingkat keuntungan menyeluruh yang diakibatkan oleh pelaksanaan program yang partisipatif. Keuntungan ini dapat dikategorikan menjadi keuntungan ekonomi, keuntungan sosial dan keuntungan ekologi. 16. Waktu dan biaya adalah variabel yang digunakan untuk mengetahui pengaruh partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan program dilihat dari penggunaan biaya dan waktu yang dibutuhkan.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani blok Datarmamat I-II Desa
Citepus Kecamatan Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Salah satu alasan yang menunjang penelitian dilakukan di wilayah ini adalah karena diadakannya pelaksanaan Gerhan pada tahun 2004 untuk pembuatan hutan rakyat seluas 100 hektare di wilayah Desa Citepus tepatnya Blok Kiaralawang I dan Kiaralawang II (50 hektare) dan Blok Datarmamat I dan Blok Datarmamat II (50 hektare, yang melibatkan empat kelompok tani, masing-masing satu kelompok tani untuk setiap bloknya. Satu kelompok tani terdiri dari 14 sampai 16 orang. Pengumpulan data dilakukan selama dua bulan yaitu Februari sampai dengan Maret 2007. Pengolahan data dan penulisan hasil laporan selanjutnya dilakukan selama satu bulan, yaitu April 2007.
3.2.
Teknik Pemilihan Responden Populasi dari penelitian ini adalah kelompok tani yang berada pada dua
blok Desa Citepus Kecamatan Pelabuhan Ratu. Responden yang diambil pada penelitian ini adalah yang menjadi anggota kelompok tani di desa tersebut. Pemilihan responden dilakukan dengan memanfaatkan kelompok tani yang sudah terbentuk sebelumnya. Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah anggota kelompok tani yang terlibat dalam pelaksanaan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan di desa Citepus.
Untuk data kualitatif, dilaksanakan wawancara mendalam kepada informan diantaranya pihak Dinas kehutanan, Pihak BP DAS selaku penaggung jawab pelksanaan Gerhan 3.3.
Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan penelitian bentuk deskriptif korelasional.
Penelitian deskriptif korelasional adalah bentuk penelitian untuk mempelajari pengaruh satu variabel terhadap variabel lain. Data yang terkumpul melalui metode deskriptif
kemudian diteliti keterhubungannya dengan menggunakan
metode korelasional. Pendekatan metode penelitian dilakukan untuk menggali fakta dan informasi di lapangan adalah dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif, hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat yang tidak mungkin diperoleh melalui kuisioner. Data kuantitaif diperoleh melalui hasil kuisioner sebagai instrumen utama. Kuisioner yang dugunakan dalam penelitian ini merupakan kuisioner terbuka dan tertutup. Data kualitatif diperoleh dengan melakukan wawancara. Sebelum wawancara dilakukan, dibuat panduan pertanyaan agar wawancara yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian. Informasi dan data yang diperoleh kemudian dicatat ke dalam catatan harian. Data dalam penelitian ini dibagi menjadi data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui dokumentasi kantor kepala Desa Citepus Kecamatan Pelabuhan Ratu. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan informasi mengenai gambaran umum lokasi penelitian. Sementara data
primer adalah data yang diperoleh melalui pengisian kuisioner dan hasil wawancara.
3.4.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data kuantitatif yang telah terkumpul kemudian diolah dengan
menggunakan program computer SPSS, sebagai uji non parametrik. Untuk analisis data kualitatif tidak menggunakan model matematik hanya terbatas pada teknik pengolahan data seperti membaca grafik, Tabel yang kemudian dilakukan analisis.
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
4.1 Profil Desa Citepus Desa Citepus termasuk pada wilayah Kecamatan Palabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah administratifnya adalah seluas 1.484,3 Hektare (hasil pengukuran kantor Dinas Tata Ruang Kabupaten Sukabumi tahun 2003), dengan batas wilayah sebelah utara yaitu Desa Cibodas dan Desa Buniwangi, sebelah timur dengan Desa Citarik, sebelah selatan dengan Samudera Indonesia dan Kelurahan Palabuhan Ratu dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Cikakak. Wilayah administratif Desa Citepus berjarak tiga kilo meter dengan Kantor Camat Palabuhan Ratu, tiga kilo meter dengan Ibukota Kabupaten, 159 kilo meter dengan Ibukota Provinsi dan 164 kilo meter dengan ibu kota negara. Desa Citepus dapat dicapai dengan menggunakan bus dengan tujuan terminal Palabuhan Ratu, bis jurusan Bogor-Palabuhan Ratu tersedia mulai pukul 7 pagi sampai pukul 6 sore, dilanjutkan dengan menggunkan angkutan umum yang tersedia mulai jam 7 pagi sampai dengan jam 6 sore, selain dengan angkutan umum Desa Citepus juga dapat dicapai dengan armada Oje yang tersedia dari pukul 7 pagi sampai dengan pukul 10 malam. Desa Citepus secara geografis terletak pada ketinggian 0 sampai 50 meter diatas permukaan laut, dengan bentuk topografi yang sebagian besar adalah dataran rendah dan pantai. Curah hujan tahunan sebesar 2.000 sampai 2.900 milimeter per tahun, dengan suhu udara rata-rata 32 derajat Celcius dan
kelembaban udara sebesar 60 persen. Tingkat kemiringan sebesar 15-40 persen. Jenis tanah yang terdapat di wilayah Desa Citepus adalah jenis tanah latosal, dengan solum tanah yang sedang, tingkat kesuburan tanah yang sedang dan tingkat kerusakan lahan yang sedang. Luas pemanfaatan lahan yaitu untuk tanaman tahunan sebesar tujuh persen, tanaman semusim sebesar lima persen, tanaman campuran 20 persen, dan lahan terlantar sebesar 68 persen. Dengan vegetasi (penutupan lahan) yaitu tanaman kayu-kayuan sebanyak 60 pohon per hektare. Jumlah kepala keluarga yang terdapat di Desa Citepus adalah sebanyak 2.477 Kepala Keluarga. Jumlah total penduduk sampai Desember 2006 adalah sejumlah 10.219 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 5.092 jiwa, dan 5.127 jiwa adalah penduduk dengan jenis kelamin wanita. Penduduk Desa Citepus bermata pencaharian sebagai petani (1857 orang), sebagai nelayan (389 orang), buruh (327 0rang), pedagang (977 orang), sebagai Pegawai Negeri Sipil/Tentara Nasional Indonesia sebanyak (65 orang), karyawan swasta (228 orang), pengusaha sedang atau besar (14 orang) dan sebagai pengrajin atau industri kecil rumah tangga sebanyak sembilan orang. Kepadatan penduduk satu jiwa per kilo meter persegi, dengan penyebaran penduduk yang tidak merata. Lembaga kemasyarakatan yang terdapat yaitu Badan Permusyawarahan Desa, Organisasi Kepemudaan, Kelompok Tani dan Majelis-majelis taklim.
4.2. Kegiatan Gerhan di Desa Citepus Pembuatan hutan rakyat dalam kegiatan Gerhan dilakukan di lokasi blok Datarmamat I dan Datarmamat II masing-masing seluas 50 hektare, dilakukan di
luar wilayah hutan yaitu pada lahan milik warga seluas 50 hektare, dan melibatkan 30 orang petani yang tergabung dalam 2 kelompok tani. Rata-rata kepemilikan lahan sebesar 0,25 hektare. Untuk memperlancar atau membantu pelaksanaan kegiatan Gerhan maka dibentuklah kelompok tani, yang bertanggung jawab pada proses persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman. Pembentukan kelompok tani dilakukan dengan cara membagi kelompok tani Kiaralawang yang telah terbentuk. Sebelum kelompok tani ini terlibat pada Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan) masing-masing kelompok tani telah mendapatkan penyuluhan, dan pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten selaku penangggung jawab pelaksanaan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan) pada kasus ini adalah pembuatan hutan rakyat. Sebanyak 20.000 batang tanaman kayu-kayuan dan MPTS sudah ditanam di wilayah ini. Jenis-jenis tanaman yang ditanam pada pembuatan hutan rakyat di lokasi Datarmamat I dan Datarmamat II dapat dilihat pada Tabel 2. Bibit tersebut berasal dari proses tender yang dilakukan oleh pemerintah melalui BPDAS. Pembuatan hutan rakyat yang dilakukan di blok Datarmamat I dan II nantinya akan dipilih menjadi objek penelitian, alasan ini berdasarkan bahwa blok Datarmamat I dan II merupakan salah satu blok yang dianggap berhasil dalam pelaksanaan pembuatan hutan rakyat dalam lingkup Gerhan di Kabupaten Sukabumi berdasarkan evaluasi dan penilaian yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Sukabumi, penilaian ini berdasarkan persentase tumbuh
tanaman. Dimana Blok Datarmamat I dan Blok Datarmamat II setelah dilakukan evaluasi memiliki persentase tumbuh tanaman diatas 55 persen.
Tabel 2. Jumlah Bibit yang Ditanam Untuk Pembuatan Hutan Rakyat dalam Kegiatan Gerhan DesaCitepus Blok Datarmamat I dan Datarmamat II tahun 2004.
Jenis Bibit
No
Jumlah (batang) MPTS ( Multi Purpose Tree Species) 1
Sukun
244
2
Mangga
1518
3
Durian
2068
4
Petai
2772
Kayu-kayuan 5
A. Mangium
338
6
Mindi
972
7
Manglid
552
8
Gemelina
2344
9
Mahoni
4068
10
Jati
7124
Sumber: Dinas Kehutanan kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (2004)
4.3. Karakteristik Responden Hasil penelitian tentang distribusi responden berdasarkan usia, disajikan dalam Tabel 3. Pada Tabel ini menunjukkan bahwa dari 30 responden, sebanyak 70 persen tergolong pada usia muda yaitu berumur di antara 31 tahun sampai dengan 45 tahun, dan 30 persen tergolong pada usia tua yaitu berumur antara 46 tahun sampai dengan 65 tahun. Jadi, mayoritas petani yang menjadi responden dalam penelitian ini tergolong usia muda. Hal ini sama dengan proporsi jumlah penduduk yang terdapat di daerah ini, yaitu bahwa kelompok tenaga kerja yang ada di wilayah Desa Citepus sebanyak 2.035 orang berumur 27 tahun sampai dengan 41 tahun. Berdasarkan data monografi desa tahun 2006 mayoritas penduduk Desa Citepus sebanyak 3.672 jiwa telah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar dan sebanyak 2.347 jiwa telah berhasil menyelesaikan pendidikan pada tingkat SLTP. Hasil penelitian menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda, bahwa mayoritas responden berada dalam kategori sedang yaitu pada tingkatan tamat sekolah dasar sampai tidak menyelesaikan sekolah pada tingkat SLTP .yaitu sebanyak 18 orang dengan persentase sebesar 60 persen. Status ekonomi masyarakat Desa Citepus yang sebagian besar adalah sebagai petani penggarap (data monografi desa, 2006) dengan tingkat pendapatan yang rendah. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa mayoritas responden berada dalam status ekonomi yang rendah, yaitu sebanyak 20 orang dengan persentase sebesar 66,7 persen. Telah tersedianya saluran listrik dan jaringan komunikasi tentu saja membawa dampak positif bagi warga desa untuk memperoleh informasi yang
berasal dari luar wilayah mereka, namun akses ini tentu saja tidak dimiliki oleh setiap warga desa. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat kekosmopolitanan dalam kategori sedang yaitu sebanyak 20 orang atau 66,7 persen. Mayoritas responden adalah masyarakat yang sebagian besar adalah kelas rendah, mereka hanya bekerja sebagai petani, dalam berorganisasi mereka hanya sebagai anggota yang tidak mempunyai peran yang lebih. Dan hanya sebagaian dari responden yang dikategorikan dalam status sosial yang sedang. Mereka ini biasanya adalah orang-orang yang telah memiliki jabatan pada kehidupan bermasyarakat, ketua RT, atau juga kelompok tani.
Tabel. 3. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Usia, Tingkat Pendidikan, Status Ekonomi, Tingkat Kosmopolitanan dan Status Sosial pada Tahun 2007.
Karakteristik Responden Usia • Muda (31-45 tahun) • Tua ( 46-65 tahun ) Tingkat Pendidikan • Rendah (Tidak sekolah–tidak tamat SD) • Sedang (Tamat SD-Tidak Tamat SLTP) • Tinggi (Tamat SLTP- SMU) Status Ekonomi • Rendah • Sedang • Tinggi
Jumlah Orang Persen 21 9
70.0 30.0
6 18 6
20.0 60.0 20.0
20 8 2
66.7 26.7 6.7
Tingkat Kekosmopolitanan • Rendah • Sedang • Tinggi
5 20 5
16.7 66.7 16.7
Status Sosial • Rendah • Sedang
24 6
80.0 20.0
BAB V PENDORONG PARTISIPASI MASYARAKAT DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Bank Dunia (1996) telah merumuskan definisi partisipasi sebagai suatu "proses dimana semua pihak yang memegang andil dalam proses pembangunan ikut mengarahkan dan mengatur proses pengembangan, serta keputusankeputusan dan sumber daya yang mempengaruhinya." Namun sebelum terjadinya partisipasi maka dibutuhkan suatu pendorong bagi masyarakat untuk memberikan andil dalam pembangunan. Faktor-faktor pendorong tersebut dapat berasal dari individu dan dapat juga berasal dari program atau kegiatan yang ada. Pada penelitian ini bahwa tingkat
pemahaman, kesempatan, sikap
responden dijadikan sebagai faktor pendorong partipasi masyarakat yang masingmasing dipengaruhi oleh faktor usia, tingkat pendidikan, status ekonomi, tingkat kekosmopolitanan dan status sosial responden, serta manajemen program itu sendiri.
5.1. Tingkat Pemahaman dan Faktor yang Mempengaruhinya Tingkat Pemahaman adalah kemampuan individu untuk memahami secara luas tentang Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan) yang berarti mencakup pengertian dasar dan tujuan program ini dilaksanakan. Hasil penelitian tentang distribusi responden berdasarkan tingkat pemahaman dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pemahaman Kelompok Tani Blok Datarmamat terhadap Gerhan, 2007 Tingkat Pemahaman
Jumlah ( Orang)
Persen
Rendah
11
36.7
Sedang
16
53.3
Tinggi
3
10.0
Jumlah
30
100.0
Berdasarkan Tabel 4 sebanyak 36.7 persen responden memiliki tingkat pemahaman yang rendah tentang Gerhan, 53.3 persen memiliki tingkat pemahaman yang sedang dan hanya 10 persen yang memiliki tingkat pemahaman yang tinggi tentang Gerhan. Jadi mayoritas petani yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki tingkat pemahaman dalam kategori sedang tentang Gerhan.
5.1.1. Usia Tabel 5 menunjukkan hubungan antara usia responden dengan tingkat pemahaman responden tentang Gerhan.
Tabel 5. Jumlah Responden Menurut Usia dan Tingkat Pemahaman Responden pada Kelompok Tani Datarmamat, 2007. Usia
Tingkat Pemahaman
Jumlah
Rendah
Sedang
Tinggi
Muda (31-45)
8
11
2
21
Tua (46-65)
3
5
1
9
Jumlah
11
16
3
30
Dari tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dan tingkat pemahaman responden. Dari Tabel pun dapat dilihat sebaran responden di kolom tingkat pemahaman yang sedang lebih banyak daripada sebaran responden di kolom tingkat pemahaman tinggi dan tingkat pemahaman yang rendah, dimana jumlah itu sehingga dapat disimpulkan bahwa usia tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat pemahaman responden tentang Gerhan. Analisis korelasi Spearman untuk hubungan usia dengan tingkat pemahaman responden yaitu nilai probabilitas (sig) untuk usia sebesar 0,805 yang bernilai lebih besar dari 0,1 (α = 0.1), artinya hubungan antara usia dan tingkat pemahaman tidak signifikan atau tidak ada hubungan yang nyata antara usia dan tingkat pemahaman. Hal ini dikarenakan Gerhan adalah program baru, dan tentunya pengetahuan tentang Gerhan ini hanya didapat masyarakat dari kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh penanggung jawab pelaksana saja, tidak bergantung kepada usia.
5.1.2. Tingkat Pendidikan Tabel
6 menunjukkan hubungan antara tingkat pendidikan responden
dengan tingkat pemahaman responden tentang Gerhan.
Tabel 6. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pemahaman Kelompok Tani Datarmamat, 2007
Tingkat pendidikan
Tingkat pemahaman Jumlah Rendah
Sedang
Tinggi
3
3
0
6
6
10
2
18
Tinggi
2
3
1
6
Jumlah
11
16
3
30
Rendah Sedang
Analisis korelasi Spearman untuk hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat pemahaman responden yaitu nilai probabilitas (sig) untuk tingkat pendidikan sebesar 0,408 yang bernilai lebih besar dari 0,1 (α = 0.1), artinya hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pemahaman tidak signifikan atau tidak ada hubungan yang nyata antara tingkat pemahaman dengan tingkat pendidikan. Hal ini dapat disebabkan karena pemahaman tentang Gerhan tidak didapatkan melalui jenjang pendidikan melainkan diperoleh pada penyuluhanpenyluhan yang dilakukan oleh petugas-petugas penyuluh kehutanan dari dinas kehutanan.
5.1.3. Status Ekonomi Tabel 7 menunjukkan hubungan antara status ekonomi responden dengan tingkat pemahaman responden terhadap Gerhan.
Tabel 7. Jumlah Responden Menurut Status Ekonomi dan Tingkat Pemahaman Kelompok Tani Datarmamat, 2007.
Status Ekonomi
Tingkat pemahaman
Jumlah
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
7
12
1
20
Sedang
4
3
1
8
Tinggi
0
1
1
2
Jumlah
11
16
3
30
Analisis korelasi Spearman untuk hubungan antara status ekonomi dengan tingkat pemahaman responden yaitu nilai probabilitas (sig) untuk status ekonomi sebesar 0,619 yang bernilai lebih besar dari 0,1 (α = 0.1), artinya hubungan antara status ekonomi dan tingkat pemahaman tidak signifikan. Angka koefisien korelasi antara status ekonomi dan tingkat pemahaman adalah 0,095 yang berarti terdapat hubungan antara status ekonomi dan tingkat pemahaman yang lemah. Koefisien korelasi tersebut bertanda positif yang artinya bahwa hubungan tersebut searah. Semakin tinggi status ekonomi maka tingkat pemahaman akan semakin tinggi.
5.1.4. Tingkat Kekosmopolitanan Tabel 8 menunjukkan hubungan antara tingkat kekosmopolitanan responden dengan tingkat pemahaman responden terhadap Gerhan.
Tabel 8. Jumlah Responden Menurut Tingkat Kosmopolitanan dan Tingkat Pemahaman Kelompok Tani Datarmamat, 2007.
Tingkat Kosmopolitanan
Tingkat pemahaman
Jumlah
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
3
2
0
5
Sedang
7
11
2
20
Tinggi
1
3
1
5
Jumlah
11
16
3
30
Analisis korelasi Spearman untuk hubungan antara tingkat kosmopolitanan dengan tingkat pemahaman responden yaitu nilai probabilitas (sig) untuk tingkat kosmopolitan sebesar 0,002 yang bernilai lebih kecil dari 0,1 (α = 0.1), artinya hubungan antara tingkat kosmopolitanan dan tingkat pemahaman signifikan. Angka koefisien korelasi antara
tingkat kosmopolitanan dan tingkat
pemahaman adalah 0,548 yang berarti terdapat hubungan antara tingkat kosmopolitanan dan tingkat pemahaman yang kuat. Koefisien korelasi tersebut bertanda positif yang artinya bahwa hubungan tersebut searah. Semakin tinggi tingkat kosmopolitan maka tingkat pemahaman akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan bahwa semakin tinggi frekuensi seorang melakukan perjalanan ke luar komunitas, serta kemudahan akses mereka kepada sumber-sumber informasi akan menambah pengetahuan dan wawasan mereka, terutama wawasan yang berhubungan dengan Gerhan, karena Gerhan tidak hanya dilaksanakan di desa mereka saja tetapi juga di desa-desa lainnya. Informasi atau wawasan yang mereka peroleh dari luar komunitas tentunya akan membawa dampak yang positif bagi mereka dalam melaksankan pekerjaan mereka dalam kegiatan Gerhan.
5.1.5. Status Sosial Tabel 9 menunjukkan hubungan antara status sosial responden dengan tingkat pemahaman responden terhdap program Gerakan Nasional rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan).
Tabel 9. Jumlah Responden Menurut Status Sosial dan Tingkat Pemahaman Kelompok Tani Datarmamat, 2007.
Status Sosial
Tingkat pemahaman
Jumlah
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
8
14
2
24
Sedang
3
2
1
6
Jumlah
11
16
3
30
Analisis korelasi Spearman untuk hubungan antara status sosial dengan tingkat pemahaman responden yaitu nilai probabilitas (sig) untuk status sosial sebesar 0,692 yang bernilai lebih besar dari 0,1 (α = 0.1), artinya hubungan antara status sosial dan tingkat pemahaman tidak signifikan. Angka koefisien korelasi antara status sosial dan tingkat pemahaman adalah -0,75 yang berarti terdapat hubungan antara status sosial dan tingkat pemahaman yang lemah. Koefisien korelasi tersebut bertanda negatif yang artinya bahwa hubungan tersebut berlawanan arah. Semakin tinggi status sosial maka tingkat pemahaman akan semakin rendah. Status sosial seseorang seringkali menjadikan dirinya enggan berkumpul bersama orang yang berbeda statusnya. Oleh karena itu seorang yang memiliki status sosial yang tinggi tidak akan memiliki pemahaman yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang
memiliki status sosial yang rendah, karena ketidaksediaan mereka yang memiliki status sosial yang tinggi untuk berkumpul dalam kegiatan-kegiatan sosialisasi Gerhan karena harus berkumpul dengan mereka yang memiliki status sosial yang lebih rendah.
5.2. Kesempatan dan Faktor yang Mempengaruhinya Kesempatan adalah peluang waktu yang diberikan oleh pelaksana porogram kepada masyarakat untuk terlibat langsung dalam pelaksanaan Gerakan Nasional Rehabilitasi hutan dan Lahan (Gerhan). Hasil penelitian tentang distribusi responden berdasarkan tingkat pemahaman dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Kesempatan Untuk Berpartipasi pada Gerhan, 2007.
Kesempatan Masyarakat
Jumlah
Persen
Sedang
12
40.0
Tinggi
18
60.0
Total
30
100.0
Berdasarkan tabulasi silang sebanyak 40 persen responden menyatakan kesempatan berpartisipasi dalam Gerhan dalam kategori sedang, dan 60 persen menyatakan kesempatan berpartisipasi dalam kegiatan Gerhan dalam kategori tinggi. Mayoritas responden menyatakan bahwa kesempatan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan Gerhan.
Kebijakan dan strategi pelaksanaan Gerhan yang dibuat oleh pemerintah pada dasarnya dibuat agar masyarakat lebih banyak dilibatkan, mulai dengan pembuatan perencanaan program, pembentukan kelompok kerja, penanaman tanaman, penilaian tanaman, pemeliharaan mulai dari pemupukan, penyulaman, dan pemberantasan hama dan penyakit tanaman. Artinya pada kegiatan Gerhan ini telah disediakan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam pelaksanaan. Namun sangat disayangkan oleh sebagian besar responden kelompok kerja tidak dilibatkan dalam pembuatan bibit tanaman yang nantinya akan ditanam.
5.2.1. Usia Tabel 11 menunjukkan hubungan antara usia responden dengan kesempatan responden untuk berpartisipasi pada Gerhan.
Tabel 11. Jumlah Responden Menurut Usia dan Kesempatan Berpartisipasi Kelompok Tani Datarmamat pada Gerhan, 2007. Usia
Kesempatan Berpartisipasi
Jumlah
Sedang
Tinggi
Muda (31-45)
9
12
21
Tua (46-65)
3
6
9
Jumlah
12
18
30
Analisis korelasi Spearman untuk hubungan usia dengan kesempatan responden berpartisipasi yaitu nilai probabilitas (sig) untuk usia sebesar 0,640 yang bernilai lebih besar dari 0,1 (α = 0.1), artinya hubungan antara usia dan
kesempatan tidak signifikan atau tidak ada hubungan yang nyata antara usia dan kesempatan. Angka koefisien korelasi antara usia dan kesempatan adalah 0,089 yang berarti terdapat hubungan yang lemah antara usia dan kesempatan. Koefisien korelasi tersebut bertanda positif yang artinya bahwa hubungan tersebut searah. Semakin
tinggi usia responden maka kesempatan untuk berpartisipasi akan
semakin tinggi. Hal ini dikarenakan bahwa kesempatan berpartisipasi ini telah diciptakan atau disediakan sehingga siapapun boleh mengambil kesempatan ini, atau usia tidak menjadi batasan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam Gerhan.
5.2.2. Tingkat Pendidikan Tabel 12 menunjukkan hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan kesempatan berpartisipasi dalam Gerhan.
Tabel 12. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Kesempatan Berpartisipasi Kelompok Tani Datarmamat pada Gerhan, 2007
Tingkat Pendidikan
Kesempatan Berpartisipasi
Jumlah
Sedang
Tinggi
Rendah
1
5
6
Sedang
9
9
18
Tinggi
2
4
6
Jumlah
12
18
30
Dari tabulasi silang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan kesempatan responden. Dari Tabel pun dapat dilihat sebaran responden di kolom tingkat pemahaman yang sedang lebih banyak daripada sebaran responden di kolom tingkat pemahaman tinggi dan tingkat pemahaman yang rendah, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat pemahaman responden tentang Gerhan. Analisis korelasi Spearman untuk hubungan tingkat pendidikan dengan kesempatan berpartisipasi responden yaitu nilai probabilitas (sig) untuk tingkat pendidikan sebesar 0,571 yang bernilai lebih besar dari 0,1 (α = 0.1), artinya hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat kesempatan tidak signifikan atau tidak ada hubungan yang nyata antara kesempatan berpartisipasi dengan tingkat pendidikan. Hal ini dikarenakan kesempatan untuk berpartisipasi dalam Gerhan sudah tersedia dalam strategi dan kebijakan pelaksanaan. Hal ini dapat diartikan bahwa keterlibatan masyarakat tidak ditentukan oleh tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang, melainkan karena adanya ruang yang disediakan bagi mereka untuk berpartisipasi.
5.2.3. Status Ekonomi Tabel
13
menunjukkan hubungan antara status ekonomi
responden
dengan kesempatan responden untuk berpartisipasi pada program Gerakan Nasional rehabilitasi Hutan dan Lahan.
Tabel 13. Jumlah Responden Menurut Status Ekonomi dan Tingkat Kesempatan Untuk Berpartisipasi pada Kelompok Tani Datarmamat, 2007.
Status Ekonomi
Kesempatan Berpartisipasi
Jumlah
Sedang
Tinggi
Rendah
9
11
20
Sedang
3
5
8
Tinggi
0
2
2
Jumlah
12
18
30
Analisis korelasi Spearman untuk hubungan antara status ekonomi dengan kesempatan untuk berpartisipasi yaitu nilai probabilitas (sig) untuk status ekonomi sebesar 0,366 yang bernilai lebih besar dari 0,1 (α = 0.1), artinya hubungan antara status ekonomi dan kesempatan berpartisipasi tidak signifikan. Hal ini dikarenakan kesempatan untuk berpartisipasi dalam Gerhan telah disediakan oleh pembuat kebijakan bagi masyarakat luas tanpa batasan status sosial yang dimilikinya. Angka koefisien korelasi antara status ekonomi dan kesempatan untuk berpartisipasi adalah 0,171 yang berarti terdapat hubungan antara status ekonomi dan kesempatan berpartisipasi yang lemah. Koefisien korelasi tersebut bertanda positif yang artinya bahwa hubungan tersebut searah. Semakin tinggi status ekonomi maka kesempatan untuk berpartisipasi akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan pandangan yang ada di masyarakat bahwa status ekonomi sesorang dalam masyarakat menjadikan dirinya lebih diutamakan untuk suatu kegiatan dengan kata lain hak seseorang untuk terlibat dalam suatu kegiatan biasanya juga dipengaruhi oleh status ekonomi.
5.2.4. Tingkat Kekosmopolitanan Tabel
14 menunjukkan hubungan antara tingkat kekosmopolitanan
responden dengan Kesempatan responden untuk berpartisipasi p program Gerakan Nasional rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan). Tabel 14. Jumlah Responden Menurut Tingkat Kosmopolitanan dan Kesempatan Kelompok Tani Datarmamat, 2007. Tingkat
Kesempatan Berpartisipasi
Jumlah
Kekosmopolitanan Sedang
Tinggi
Rendah
9
3
12
Sedang
3
11
14
Tinggi
0
4
4
Jumlah
12
18
30
Analisis korelasi Spearman untuk hubungan antara tingkat kosmopolitanan dengan kesempatan berpartisipasi responden yaitu nilai probabilitas (sig) untuk tingkat kosmopolitan sebesar 0,535 yang bernilai lebih besar dari 0,1 (α = 0.1), artinya hubungan antara tingkat kosmopolitanan dan kesempatan berpartisipasi tidak
signifikan. Hal ini dikarenakan bahwa kesempatan berpartisipasi
sebelumnya telah disediakan bagi siapa saja, sehingga tingkat kosmopolit seseorang tidak mempengaruhi seseorang boleh mengambil kesempatan ini atau tidak. Hanya saja tingkat kosmopolit seseorang memberikan nilai tambah bagi dirinya sendiri. Angka koefisien korelasi antara tingkat kosmopolitanan dan kesempatan berpartisipasi adalah 0,118 yang berarti terdapat hubungan antara tingkat kosmopolitanan dan kesempatan berpartisipasi yang lemah. Koefisien korelasi
tersebut bertanda positif yang artinya bahwa hubungan tersebut searah. Semakin tinggi tingkat kosmopolitan maka kesempatan berpartisiapsi akan semakin tinggi.
5.2.5. Status Sosial Tabel 15 menunjukkan hubungan antara status sosial responden dengan kesempatan berpartisiapsi responden pada program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan).
Tabel 15. Jumlah Responden Menurut Status Sosial dan Kesempatan Berpartisipasi Kelompok Tani Datarmamat, 2007. Status Sosial
Kesempatan Berpartisipasi
Jumlah
Sedang
Tinggi
Rendah
11
13
24
Sedang
1
5
6
Jumlah
12
18
30
Dari tabulasi silang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status sosial dan kesempatan responden untuk berpartisipasi. Hal ini dikarenakan bahwa kesempatan berpartisipasi telah disediakan bagi masyarakat dan kesempatan ini tidak membutuhkan syarat tertentu termasuk status sosial seseorang. Analisis korelasi Spearman untuk hubungan antara status sosial dengan kesempatan berpartisipasi responden yaitu nilai probabilitas (sig) untuk status sosial sebesar 0,205 yang bernilai lebih besar dari 0,1 (α = 0.1), artinya hubungan antara status sosial dan kesempatan berpartisipasi tidak signifikan. Angka koefisien korelasi antara
status sosial dengan kesempatan
berpartisipasi adalah 0,238 yang berarti terdapat hubungan antara status sosial
dengan kesempatan untuk berpartisipasi yang lemah. Koefisien korelasi tersebut bertanda positif yang artinya bahwa hubungan tersebut searah. Sehingga semakin tinggi status sosial maka kesempatan berpartisipasi akan semakin tinggi. 5.3. Sikap Masyarakat dan Faktor yang Mempengaruhinya Sikap adalah persepsi awal atau penilaian awal masyarakat yang ditujukan pada pelaksanaan program Gerhan. Hasil penelitian tentang distribusi responden berdasarkan sikap mereka terhadap pelaksanaan Gerhan dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Sikap Responden Terhadap Pelaksanaan Gerhan, 2007.
Sikap Responden pada pelaksanaan
Jumlah
Persen
Mendukung
16
53,3
Kurang Mendukung
14
46,7
Total
30
100,0
Gerhan
Berdasarkan Tabel 16 sebanyak 53,3 persen responden memiliki sikap mendukung terhadap pelaksanaan Gerhan di wilayah mereka, 46,7 persen memiliki sikap yang kurang mendukung terhadap pelaksanaan Gerhan. Mereka yang kurang mendukung pada umumnya adalah mereka yang berstatus petani penggarap yang lebih mengharapkan adanya imbalan uang tunai yang mereka peroleh dengan terlibat dalam pelaksanaan Gerhan. Hal ini tidak berlaku bagi mereka yang berstatus petani pemilik lahan, mereka pada dasarnya mendukung pelaksanaan Gerhan bukan semata karena adanya imbalan uang tunai, tetapi
mereka juga berharap pada hasil pelaksanaan program nantinya, perbaikan lingkungan yang tercapai dan tentu saja peningkatan pendapatan yang juga akan mereka peroleh. 5.3.1. Usia Tabel 17 menunjukkan hubungan antara usia responden dengan sikap responden pada program Gerakan Nasional rehabilitasi Hutan dan Lahan Tabel 17. Jumlah Responden Menurut Usia dan Sikap Kelompok Tani Datarmamat, 2007.
Sikap Responden Usia
Jumlah Kurang Mendukung
Mendukung
Muda
11
10
21
Tua
5
4
9
Jumlah
16
14
30
Dari tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dan sikap responden. Dari Tabel pun dapat dilihat sebaran responden di kolom sikap yang kurang mendukung lebih banyak daripada sebaran responden di kolom sikap yang mendukung pelaksanaan Gerhan, sehingga dapat disimpulkan bahwa usia tidak memberikan pengaruh terhadap sikap responden dalam pelaksanaan Gerhan. Analisis korelasi Spearman untuk hubungan usia dengan sikap yaitu nilai probabilitas (sig) untuk usia sebesar 0,161 yang bernilai lebih besar dari 0,1 (α = 0.1), artinya hubungan antara usia dan sikap tidak signifikan atau tidak ada hubungan yang nyata antara usia responden dengan sikap yang responden miliki.
Hal ini diduga karena sikap masyarakat tidak ditentukan oleh usia mereka. Sikap mereka pada dasarnya di tentukan oleh kebutuhan atau juga manfaat yang nantinya akan mereka peroleh. Semakin banyak manfaat yang akan mereka peroleh maka akan mempengaruhi sikap terhadap kegiatan atau program Gerhan.
5.3.2. Tingkat Pendidikan Tabel 18 menunjukkan hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan sikap responden pada program Gerakan Nasional rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan). Tabel 18. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Sikap Kelompok Tani Datarmamat Terhadap Gerhan, 2007 Sikap Responden
Tingkat Pendidikan
Kurang Mendukung
Jumlah
Mendukung
Rendah
4
2
6
Sedang
11
7
18
Tinggi
1
5
6
Jumlah
16
14
30
Dari tabulasi silang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan sikap responden. Dari Tabel pun dapat dilihat sebaran responden responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah dan sedang cenderung memiliki sikap yang kurang mendukung, sementara responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi lebih memiliki sikap mendukung program ini, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan memberikan pengaruh terhadap sikap responden tentang Gerhan.
Analisis korelasi Spearman untuk hubungan tingkat pendidikan dengan sikap yaitu nilai probabilitas (sig) untuk tingkat pendidikan sebesar 0,088 yang bernilai lebih kecil dari 0,1 (α = 0.1), artinya hubungan antara tingkat pendidikan dan sikap masyarakat signifikan. Angka koefisien korelasi antara tingkat pendidikan dan sikap adalah 0,317 yang berarti terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan sikap, yang cukup. Koefisien korelasi tersebut bertanda positif yang artinya bahwa hubungan tersebut searah. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka sikap masyarakat akan semakin mendukung. Hal ini dikarenakan bahwa tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuan yang mereka miliki, sementara tingkat pengetahuan seseorang tentang suatu hal akan menentukan atau mempengaruhi pandangan tentang suatu kegiatan, yang pada akhirnya menentukan sikap, dan perilaku mereka.
5.3.3. Status Ekonomi Tabel
19 menunjukkan hubungan antara status ekonomi
responden
dengan sikap responden pada program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan). Tabel 19. Jumlah Responden Menurut Status Ekonomi dan Sikap Kelompok Tani Datarmamat, 2007. Status Ekonomi Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Sikap Responden Mendukung 11 9 5 3 0 2 16 14
Kurang Mendukung
Jumlah 20 8 2 30
Dari tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status ekonomi dan sikap responden. Dari Tabel pun dapat dilihat sebaran responden di kolom yang sedang lebih banyak daripada sebaran responden di kolom tingkat pendidikan yang
tinggi dan tingkat pendidikan yang rendah,
sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat pemahaman responden tentang Gerhan. Analisis korelasi Spearman untuk hubungan status ekonomi dengan sikap yaitu nilai probabilitas (sig) untuk status ekonomi sebesar 0,163 yang bernilai lebih besar dari 0,1 (α = 0.1), artinya hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pemahaman tidak signifikan.
5.3.4. Tingkat Kekosmopolitanan Tabel
20 menunjukkan hubungan antara tingkat kekosmopolitanan
responden dengan sikap responden pada program Gerakan Nasional rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan).
Tabel 20. Jumlah Responden Menurut Tingkat Kekosmopolitanan dan Sikap Kelompok Tani Datarmamat, 2007
Sikap Responden
Jumlah
Tingkat Kosmopolitan Kurang Mendukung
Mendukung
Rendah
4
1
5
Sedang
11
9
20
Tinggi
1
4
5
Jumlah
16
14
30
Analisis korelasi Spearman untuk hubungan tingkat kosmopolitan dengan sikap yaitu nilai probabilitas (sig) untuk status ekonomi sebesar 0,060 yang bernilai lebih kecil dari 0,1 (α = 0.1), artinya hubungan antara tingkat kosmopolitanan dan sikap masyarakat signifikan. Angka koefisien korelasi antara tingkat kosmopolitan dan sikap adalah 0,347 yang berarti terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan sikap yang cukup. Koefisien korelasi tersebut bertanda positif yang artinya bahwa hubungan tersebut searah. Semakin tinggi tingkat kosmoplitan maka sikap masyarakat akan semakin mendukung. Hal ini karena tingkat kekosmopolitanan seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuan yang mereka miliki, sementara tingkat pengetahuan seseorang tentang suatu hal akan menentukan atau mempengaruhi pandangan tentang suatu kegiatan, yang pada akhirnya menentukan sikap, dan perilaku mereka. Sehingga semakin tinggi atau semakin banyak pengetahuan atau informasi yang responden dapatkan tentang Gerhan maka akan mempengaruhi sikap bahwa mereka akan mendukung Gerhan ini.
5.3.5. Status Sosial Tabel 21 menunjukkan hubungan antara status sosial responden dengan sikap responden pada program Gerakan Nasional rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan).
Tabel 21. Jumlah Responden Menurut Status Sosial dan Sikap Kelompok Tani Datarmamat, 2007
Sikap Responden Status Sosial
Jumlah Kurang mendukung
Mendukung
Rendah
15
9
24
Tinggi
1
5
6
Jumlah
16
14
30
Analisis korelasi Spearman untuk hubungan status sosial dengan sikap yaitu nilai probabilitas (sig) untuk status ekonomi sebesar 0,046 yang bernilai lebih kecil dari 0,1 (α = 0.1), artinya hubungan antara status sosial dan sikap masyarakat signifikan. Angka koefisien korelasi antara status sosial dan sikap adalah 0,367 yang berarti terdapat hubungan antara status sosial dan sikap yang cukup. Koefisien korelasi tersebut bertanda positif yang artinya bahwa hubungan tersebut searah. Semakin tinggi tingkat Status Sosial maka sikap masyarakat akan semakin mendukung. Hal ini dapat disebabkan karena kesan bahwa orang akan berpartispasi menyangkut adanya kebutuhan akan kepuasan, mendapatkan keuntungan dan tentu saja meningkatkan status mereka di mata orang lain.
5.4. Manajemen Program Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomi, ekologi dan sosial yang tinggi. Hutan alam tropika juga berfungsi
sebagai paru-paru dunia dan sistem penyangga kehidupan sehingga kelestariannya harus dijaga dan dipertahankan dengan pengelolaan hutan yang tepat. Kondisi hutan, dilihat dari penutupan lahan/vegetasi, mengalami perubahan yang cepat dan dinamis, sesuai perkembangan pembangunan dan perjalanan waktu. Banyak faktor yang mengakibatkan perubahan tersebut antara lain pertambahan penduduk, dan pembangunan diluar sektor kehutanan yang sangat pesat memberikan pengaruh besar terhadap meningkatnya kebutuhan akan lahan dan produk-produk dari hutan. Kondisi demikian diperparah dengan adanya perambahan hutan dan terjadinya kebakaran hutan yang mengakibatkan semakin luasnya kerusakan hutan alam tropika di Indonesia. Kerusakan hutan tersebut diperkirakan seluas 900 ribu hektar setiap tahunnya yang disebabkan oleh kegiatan perluasan perkebunan (500 ribu hektar pertahun), kegiatan proyek-proyek pembangunan (250 ribu hektar pertahun), kegiatan illegal logging (80 ribu hektar per tahun), dan kebakaran (70 ribu hektar per tahun). Menurut data selama 12 tahun (1985 sampai dengan 1997) angka degradasi dan deforestasi untuk pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi adalah 1,6 juta hektar per tahun sebagai akibat penebangan liar, pencurian kayu, perambahan hutan, kebakaran hutan, lahan dan kebun serta sistem pengelolaan hutan yang kurang tepat. Deforestasi dan degradasi hutan diperparah dengan terjadinya kebakaran hutan pada tahun 1997 di Pulau Sumatera dan Kalimantan, dengan kebakaran terbesar terjadi di Kalimantan Timur hingga mencapai kurang lebih 3,2 juta hektar. Dari hasil perhitungan untuk pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, diperkirakan laju deforestasi menjelang tahun 2000 telah melebihi angka 2,5 juta haktar per tahun.
Sumber daya hutan yang telah mengalami kerusakan perlu direhabilitasi. Kegiatan
Rehabilitasi
Hutan
dan
Lahan
(Gerhan)
dimaksudkan
untuk
memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas, dan peranan hutan sebagai sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. Pola pelaksanaan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan) merupakan keterpaduan program pemerintah dan partisipasi masyarakat. Dengan pembagian peran dan tugas pemerintah pusat sebagai penanggungjawab dan penyedia bibit, sedangkan pemerintah daerah dan masyarakat yang dibantu TNI sebagai pelaksana lapangan. Departemen Kehutanan akan melakukan pengadaan bibit dalam jumlah yang cukup besar yaitu sebanyak 263.046.600 batang yang terdiri dari kelompok akasia, kelompok jati, dan kelompok meranti sebanyak 177.483.162 batang dan kelompok multi purpose tree species (MPTS) sebanyak 85.563.438 batang. Pengadaan bibit tersebut dalam rangka mendukung pelaksanaan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan). Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan dilaksanakan berdasarkan kondisi spesifik setempat, yang meliputi aspek biofisik, sosial dan ekonomi. Sebagai langkah awal upaya rehabilitasi, dilakukan penilaian aspek biofisik berupa kondisi penutupan lahan menurut kriteria kekritisannya. 5.4.1. Strategi dan Kebijaksanaan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan) merupakan upaya rehabilitasi hutan dan lahan serta perbaikan lingkungan yang sifatnya terpadu dan menyeluruh, bersama-sama terkoordinasi dengan melibatkan semua
stakeholder melalui perencanaan, pelaksanaan serta pemantauan dan evaluasi yang efektif dan efisien. Memadukan kemampuan Pusat, mendayagunakan Pemerintah Daerah, menggerakkan peran serta masyarakat dan swasta dengan kepeloporan TNI di lapangan, diselaraskan dengan upaya penekanan laju kerusakkan hutan dan lahan, diprioritaskan pada hutan dan lahan kritis yang menimbulkan daya rusak besar, diterapkan sistem monitoring dan evaluasi terbuka dan terus-menerus dipilih jenis tanaman yang 'akrab' dengan kehidupan masyarakat setempat. Peran aktif masyarakat tentu saja merupakan modal utama
bagi
pelaksanaan gerakan ini, Di tingkat lapangan, pembagian peran para pihak secara tepat dan proposional sesuai dengan sifat dan jenis kegiatan Gerhan dilakukan dengan lentur dan fleksibel. Begitu juga dalam hal distribusi manfaatnya. Kelompok tani sebagai subjek peserta pengembangan kelembagaan masyarakat secara harmonis didampingi oleh LSM, tokoh masyarakat, ulama, sarjana terdidik, organisasi pecinta lingkungan dan berbagai organisasi masyarakat lainnya. Para pendamping ditunjuk oleh Bupati/Walikota agar bersama melakukan “belajar bersama” dalam berbagai bidang seperti teknologi dan produksi, pelatihan teknis sistem usaha tani, pengembangan kelembagaan dan sistem informasi. Bahkan lebih jauh dalam hal bantuan atau kerjasama permodalan. Dalam penguatan kelembagaan masyarakat telah dilaksanakan berbagai bentuk pelatihan petani Kader Gerhan di seluruh Kabupaten/kota. Departemen Kehutanan melalui Direktorat Jenderal RLPS senantiasa mendukung dan memfasilitasi kegiatan pengembangan kelembagaan masyarakat ini dengan menerbitkan berbagai modul pelatihan yang bersifat teknis. Apresiasi, interpretasi dan implementasi yang
lentur dan fleksibel terhadap berbagai modul pelatihan tersebut sesuai dengan kondisi spesifik local dilakukan oleh stakeholder secara harmonis dalam rangka penguatan kelembagaan kelompok.
5.4.2. Sosialisasi Sosialisasi adalah Kegiatan yang bertujuan untuk menyebarluaskan program GN-RHL di kalangan pelaksana, pembina, pengawas dan pengendalian program serta mendapatkan umpan balik dari masyarakat. Kegiatan sosialisasi PPL dilaksanakan pada tingkat Pusat, Propinsi, dan Kabupaten/Kota dimana kegiatan Gerhan ini diselenggarakan. Kegiatan yang dilakukan berupa: penyebarluasan informasi, pertemuan, rapat kerja, penyuluhan, lokakarya, sarasehan yang membahas tentang penyelenggaraan program Gerhan di lapangan yang dapat berguna untuk meningkatkan pemahaman, memanfaatkan kesempatan, serta menumbuhkan sikap positf di masyarakat.
5.5. Ikhtisar Masyarakat yang menjadi responden yang terpilih pada pelaksanaan penelitian ini mayoritas memiliki pemahaman pada kategori sedang yaitu sebanyak 53.3 persen. Sedangkan untuk kesempatan berpartisipasi yang diperoleh responden pada pelaksanaan Gerhan adalah pada kategori tinggi yaitu sebanyak 60 persen dan sikap responden terhadap pelaksanaan Gerhan di wilayah mereka mayoritas responden mendungkung dengan persentase sebesar 53.3 persen. Tabel 21 menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan tingkat pemahaman responden, kesempatan untuk berpartisipasi, dan sikap responden
adalah usia, tingkat pendidikan, status ekonomi,tingkat kekosmopolitanan dan status sosial responden dalam masyarakat. Usia responden pada dasarnya tidak mempengaruhi tingkat pemahaman, kesempatan berpartisipasi dan sikap masayarakat. Tingkat pendidikan tidak mempengaruhi tingkat pemahaman dan sikap responden, namun tingkat pendidikan mempengaruhi sikap masyarakat, artinya tingkat pendidikan responden tidaklah menentukan tingkat pemahaman, tidak menentukan seberapa besar porsi keterlibatan responden dalam Gerhan, tetapi berpengaruh terhadap penilaian responden mengenai Gerhan, yang pada akhirnya mempengaruhi sikap responden dalam memberikan dukungan baik itu yang sifatnya materi dan non materi. Status ekonomi juga tidak mempengaruhi tingkat pemahaman, kesempatan dan sikap responden terhadap Gerhan. Tingkat Kekosmopolitanan
responden
tidak
mempengaruhi
kesempatan
untuk
berpartisipasi, namun mempengaruhi tingkat pemahaman responden dan sikap responden, artinya tingkat kekosmopolitanan yang dimiliki responden dapat menjadikan dirinya lebih paham tentang Gerhan dikarenakan selain mendapat penjelasan Gerhan pada lokakarya ataupun penyuluhan responden juga memperoleh informasi tambahan dari berbagai sumber informasi, dan akhirnya mempengaruhi sikap responden tentang Gerhan, tetapi tingkat kekosmopolitanan tidak mempengaruhi kesempatan respondnen untuk berpartisipasi. Sementara status sosial tidak berpengaruh pada tingkat pemahaman, dan kesempatan untuk berpartisipasi tetapi mempengaruhi sikap responden terhadap Gerhan.
Tabel 22. Matriks Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pemahaman, Kesempatan dan Sikap Masyarakat.
Variabel Terikat Variabel Bebas
Tingkat
Kesempatan
Sikap
Pemahaman
Berpartisipasi
Usia
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tingkat
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Signifikan
Status Ekonomi
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tingkat
Signifikan
Tidak Signifikan
Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Signifikan
Pendidikan
Kosmopolitanan Status Sosial
BAB VI TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
Tingkat partisipasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung. Faktor-faktor pendukung inilah yang dijadikan alasan oleh seseorang untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan dengan kata lain bahwa faktor pendukung adalah sebuah motivasi bagi seorang untuk memberikan andil dalam suatu kegiatan dan juga menentkan besar kecilnya andil atau peran dalam kegiatan tersebut. Pada bab ini akan dijelaskan bahwa tingkat pemahaman, kesempatan dan sikap masayarakat dijadikan sebagai faktor-faktor pendorong bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan) mulai pada partisipasi pada perencanaan, pelaksanaan
serta
partisipasi pada evaluasi.
6.1. Partisipasi Pada Perencanaan dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Partisipasi tahap perencanaan adalah keikutsertaan petani responden dalam kegiatan perencanaan proyek Gerhan, yang dilihat dari aspek keterlibatan mereka dalam: pembuatan kontrak kerja, penentuan jenis tanaman, pembentukan kelompok tani, dan penentuan bagi hasil. Hasil penelitian tentang distribusi responden berdasarkan partisipasi pada perencanaan kegiatan Gerhan dilihat ada Tabel 23.
dapat
Tabel 23. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Partisipasi Kelompok Tani Blok Datarmamat pada Perencanaan Gerhan, 2007.
Partisipasi pada Perencanaan
Jumlah
Persen
Sedang
9
30
Tinggi
21
70
Jumlah
30
100
Berdasarkan Tabel 22 diatas, bahwa sebanyak 30 persen responden memiliki tingkat partisipasi yang sedang pada perencanaan Gerhan di wilayah mereka, 70 persen memiliki tingkat partisipasi yang tinggi pada perencanaan Gerhan di wilayah mereka. Mereka yang memiliki tingkat partisipasi dalam kategori sedang pada umumnya adalah mereka yang hanya menghadiri pertemuan-pertemuan yang dilaksanakan untuk pembuatan kontrak kerja, penentuan jenis tanaman, pembentukan kelompok tani tanpa memberikan masukan atau saran.
6.1.1. Tingkat Pemahaman Tabel 24 menjelaskan hubungan anatara tingkat pemahaman responden dan tingkat partisipasi pada perencanaan pada kegiatan Gerhan 2007.
Tabel 24. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pemahaman dan Tingkat Partisipasi Perencanan Kelompok Tani Datarmamat pada Gerhan, 2007.
Tingkat Partisipasi pada Tingkat Pemahaman
Jumlah
Perencanaan Sedang
Tinggi
Rendah
4
7
11
Sedang
5
11
16
Tinggi
0
3
3
Jumlah
9
21
30
Analisis korelasi Spearman untuk hubungan tingkat pemahaman dan tingkat partisipasi pada perencanaan yaitu nilai probabilitas (sig) tingkat pemahaman sebesar 0,038 yang bernilai lebih kecil dari 0,1 (α = 0.1), artinya hubungan antara tingkat pemahaman dan tingkat partisipasi pada perencanaan signifikan. Angka koefisien korelasi antara tingkat pemahaman dan tingkat partisipasi pada perencanaan adalah 0,380 yang berarti hubungan antara tingkat pemahaman dan tingkat partisipasi pada perencanaan adalah cukup. Koefisien korelasi tersebut bertanda positif yang artinya bahwa hubungan tersebut searah. Sehingga semakin tinggi tingkat pemahaman maka tingkat partispasi adalah semakin tinggi. Hal ini dapat disebabkan bahwa tingkat pemahaman seorang juga ditentukan oleh tingkat pengetahuan
seseorang.
Luasnya
pengetahuan
pada
akhirnya
mempengaruhi seseorang untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
sangat
6.1.2. Kesempatan Tabel 25 menjelaskan hubungan antara kesempatan responden dan tingkat partisipasi pada perencanaan pada kegiatan Gerhan 2007. Tabel 25. Jumlah Responden Menurut Kesempatan dan Tingkat Partisipasi pada Perencanan Kelompok Tani Datarmamat pada Gerhan, 2007. Tingkat Partisipasi pada Perencanaan Kesempatan
Jumlah Sedang
Tinggi
Sedang
6
10
16
Tinggi
6
8
14
Jumlah
12
18
30
Analisis korelasi Spearman untuk hubungan kesempatan dan tingkat partisipasi pada perencanaan yaitu nilai probabilitas (sig) untuk kesempatan sebesar 0,775 yang bernilai lebih besar dari 0,1 (α = 0.1), artinya hubungan antara kesempatan dan tingkat partisipasi pada perencanaan tidak signifikan. Hal ini juga dikarenakan bahwa kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan Gerhan adalah sama, atau kegiatan Gerhan telah menyediakan ruang bagi publik untuk terlibat dalam kegiatan ini dimana porsi untuk setiap orang adalah sama.
6.1.3. Sikap Tabel 26 menjelaskan hubungan anatara sikap responden dan tingkat partisipasi pada perencanaan pada kegiatan Gerhan 2007.
Tabel 26. Jumlah Responden Menurut Sikap dan Tingkat Partisipasi Perencanan Kelompok Tani Datarmamat pada Gerhan, 2007
Sikap
Tingkat Partisipasi pada Perencanaan
Jumlah
Sedang
Tinggi
Sedang
4
10
14
Tinggi
5
11
16
Jumlah
9
21
30
Analisis korelasi Spearman untuk hubungan sikap dan tingkat partisipasi pada perencanaan yaitu nilai probabilitas (sig) untuk sikap sebesar 0,708 yang bernilai lebih besar dari 0,1 (α = 0.1), artinya hubungan antara Sikap dan tingkat partisipasi pada perencanaan tidak signifikan. Hal ini dapat disebabkan bahwa masyarakat belum mempunyai sikap yang positif terhadap Gerhan, yaitu sikap yang ditimbulkan oleh pemahaman responden terhadap manfaat yang ada pada kegaiatan Gerhan,
sikap positif ini pada akhirnya akan mempengaruhi
masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan.
6.2. Partisipasi pada Pelaksanaan dan Faktor yang Mempengaruhinya Partisipasi dalam pelaksanaan adalah keikutsertaan petani dalam pelaksanaan kegiatan GN-RHL yang dapat dilihat dari intensitas keikutsertaan petani seperti dalam kegiatan-kegiatan: Penyuluhan, Pembuatan bibit tanaman, Penanaman, Penyulaman tanaman yang mati, Pemupukan dan penyemprotan hama. Hasil penelitian menunjukkan tingkat partisipasi responden dalam pelaksanaan Gerhan seperti terlihat pada Tabel 27 .
Tabel 27 . Partisipasi pada Pelaksanaan Kelompok Tani Blok Datarmamat Pada Gerhan, 2007
Partisipasi pada Pelaksanaan
Jumlah
Persen
Sedang
2
6,7
Tinggi
28
93,3
Jumlah
30
100
Berdasarkan Tabel 27, bahwa responden hanya sebanyak 6,7 persen memiliki tingkat partisipasi yang sedang pada pelaksanaan Gerhan di wilayah mereka, sebanyak 93,3 persen memiliki tingkat partisipasi yang tinggi pada pelaksanaan Gerhan di wilayah mereka. Mayoritas responden masuk kategori partisipasi yang tinggi, hal ini dikarenakan pihak masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan Gerhan adalah kelompok tani yang telah dibentuk menjadi kelompok kerja yang dibentuk sebelumnya, sehingga pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan pada pelaksanaan sudah menjadi tanggung jawab kelompok kerja tersebut. Mereka yang memiliki tingkat partisipasi dalam kategori sedang pada umumnya adalah mereka yang tidak selalu hadir dalam penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan pada pelaksanaan Gerhan.
6.2.1. Tingkat Pemahaman Tabel 28 menjelaskan hubungan anatara tingkat pemahaman responden dan tingkat partisipasi pada pelaksanaan pada kegiatan Gerhan 2007.
Tabel 28. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pemahaman dan Tingkat Partisipasi Pelaksanan Kelompok Tani Datarmamat pada Gerhan, 2007
Tingkat Partisipasi pada Pelaksanaan Tingkat Pemahaman
Jumlah Sedang
Tinggi
Rendah
0
11
11
Sedang
2
14
16
Tinggi
0
3
3
Jumlah
2
28
30
Analisis korelasi Spearman untuk hubungan tingkat pemahaman dan tingkat partisipasi pada pelaksanaan yaitu nilai probabilitas (sig) tingkat pemahaman sebesar 0,466 yang bernilai lebih besar dari 0,1 (α = 0.1), artinya hubungan antara tingkat pemahaman dan tingkat partisipasi pada pelaksanaan tidak signifikan. Angka koefisien korelasi antara tingkat pemahaman dan tingkat partisipasi pada perencanaan adalah 0,380 yang berarti hubungan antara tingkat pemahaman dan tingkat partisipasi pada perencanaan adalah cukup. Koefisien korelasi tersebut bertanda positif yang artinya bahwa hubungan tersebut searah. Sehingga semakin tinggi tingkat pemahaman maka tingkat partispasi adalah semakin semakin tinggi.
6.2.2. Kesempatan Tabel 29 menjelaskan hubungan antara kesempatan responden dan tingkat partisipasi pada pelaksanaan pada kegiatan Gerhan 2007.
Tabel 29. Jumlah Responden Menurut Kesempatan Yang Diberikan dan Tingkat Partisipasi Pelaksanaan Kelompok Tani Datarmamat pada Gerhan, 2007
Tingkat Partisipasi pada Pelaksanaan Kesempatan
Jumlah Sedang
Tinggi
Sedang
2
0
12
Tinggi
10
18
18
Jumlah
12
28
30
Analisis korelasi Spearman untuk hubungan tingkat pemahaman dan tingkat partisipasi pada pelaksanaan yaitu nilai probabilitas (sig) tingkat pemahaman sebesar 0,077 yang bernilai lebih besar dari 0,1 (α = 0.1), artinya hubungan antara tingkat pemahaman dan tingkat partisipasi pada pelaksanaan signifikan. Angka koefisien korelasi antara kesempatan dan tingkat partisipasi pada pelaksanaan adalah 0,327 yang berarti hubungan antara tingkat pemahaman dan tingkat partisipasi pada pelaksanaan adalah cukup. Koefisien korelasi tersebut bertanda positif yang artinya bahwa hubungan tersebut searah. Sehingga semakin tinggi tingkat pemahaman maka tingkat partispasi adalah semakin semakin tinggi.
6.2.3. Sikap Tabel 30 menjelaskan hubungan anatara sikap responden dan tingkat partisipasi pada pelaksanaan pada kegiatan Gerhan 2007.
Tabel 30. Jumlah Responden Menurut Sikap dan Tingkat Partisipasi Pelaksanaan Kelompok Tani Datarmamat pada Gerhan, 2007
Tingkat Partisipasi pada Pelaksanaan Sikap
Jumlah Sedang
Tinggi
Kurang mendukung
1
15
16
Mendukung
1
13
14
Jumlah
2
28
30
Analisis korelasi Spearman untuk hubungan sikap dan tingkat partisipasi pada pelaksanaan yaitu nilai probabilitas (sig) sikap sebesar 0,925 yang bernilai lebih besar dari 0,1 (α = 0.1), artinya hubungan antara tingkat pemahaman dan tingkat partisipasi pada pelaksanaan tidak signifikan.
6.2.
Partisipasi Pada Evaluasi dan Faktor yang Mempengaruhinya Partisipasi dalam tahap evaluasi adalah partisipasi responden dalam
kegiatan evaluasi hasil kegiatan proyek, dilihat dari aspek keterlibatan mereka dalam penyusunan pedoman pengendalian, pengumpulan data mengenai keterlibatan petani dalam perencanaan, dan pelaksanaan dan evaluasi disesuaikan dengan petunjuk teknis proyek. Hasil evaluasi nantinya akan menentukan apakah kegiatan Gerhan ini akan dilanjutkan pada tahap pemeliharaan atau tidak. Hasil penelitian menunjukkan tingkat partisipasi responden dalam evaluasi Gerhan seperti terlihat pada Tabel 31 .
Tabel 31. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Partisipasi Evaluasi Kelompok Tani Blok Datarmamat pada Gerhan, 2007
Partisipasi pada Pelaksanaan
Jumlah
Persen
Sedang
2
6.7
Tinggi
28
93.3
Jumlah
30
100.0
Berdasarkan Tabel 31, bahwa responden hanya sebanyak 6,7 persen memiliki tingkat partisipasi yang sedang pada evaluasi Gerhan di wilayah mereka, sebanyak 93,3 persen memiliki tingkat partisipasi yang tinggi pada evaluasi Gerhan di wilayah mereka. Mayoritas responden masuk kategori partisipasi yang tinggi, hal ini dikarenakan pihak masyarakat yang terlibat dalam evaluasi Gerhan adalah kelompok tani yang telah dibentuk menjadi kelompok kerja sebelumnya, sehingga pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan pada evaluasi sudah menjadi tanggung jawab kelompok kerja tersebut. Mereka yang memiliki tingkat partisipasi dalam kategori sedang pada umumnya adalah mereka yang tidak selalu hadir dalam penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan pada evaluasi Gerhan.
6.3.1. Tingkat Pemahaman
Tabel 32 menjelaskan hubungan antara tingkat pemahaman responden dan tingkat partisipasi pada evaluasi pada kegiatan Gerhan 2007.
Tabel 32. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pemahaman dan Tingkat Partisipasi Evaluasi Kelompok Tani Datarmamat pada Gerhan, 2007
Tingkat
Tingkat Partisipasi pada evaluai Jumlah
Pemahaman
Sedang
Tinggi
Rendah
0
11
11
Sedang
2
14
16
Tinggi
0
3
3
Jumlah
2
28
30
Analisis korelasi Spearman untuk hubungan tingkat pemahaman dan tingkat partisipasi pada evaluasi yaitu nilai probabilitas (sig) tingkat pemahaman sebesar 0,466 yang bernilai lebih besar dari 0,1 (α = 0.1), artinya hubungan antara tingkat pemahaman dan tingkat partisipasi pada evaluasi tidak signifikan. Hal ini disebabkan oleh tugas atau pekerjaan yang diberikan pada evaluasi Gerhan tidaklah membutuhkan suatu pemahaman khusus yang sifatnya menilai pada tanaman yang sudah ditanam.
6.3.2. Kesempatan
Tabel 33 menjelaskan hubungan antara kesempatan responden dan tingkat partisipasi pada evaluasi pada kegiatan Gerhan 2007.
Tabel 33. Jumlah Responden Menurut Kesempatan yang Diberikan dan Tingkat Partisipasi Evaluasi Kelompok Tani Datarmamat pada Gerhan, 2007
Tingkat Partisipasi pada Evaluasi Kesempatan
Jumlah Sedang
Tinggi
Sedang
2
0
12
Tinggi
10
18
18
Jumlah
12
28
30
Analisis korelasi Spearman untuk hubungan kesempatan dan tingkat partisipasi pada evaluasi yaitu nilai probabilitas (sig) kesempatan sebesar 0,077 yang bernilai lebih kecil dari 0,1 (α = 0.1), artinya hubungan antara kesempatan dan tingkat partisipasi pada evaluasi signifikan. Angka koefisien korelasi antara kesempatan dan tingkat partisipasi pada evaluasi adalah 0,327 yang berarti hubungan antara tingkat pemahaman dan tingkat partisipasi pada evaluasi adalah cukup. Koefisien korelasi tersebut bertanda positif yang artinya bahwa hubungan tersebut searah. Sehingga semakin tinggi tingkat pemahaman maka tingkat partispasi adalah semakin semakin tinggi.
6.3.3. Sikap
Tabel 34 menjelaskan hubungan antara sikap responden dan tingkat partisipasi pada perencanaan pada kegiatan Gerhan 2007.
Tabel 34. Jumlah Responden Menurut Sikap Masyarakat dan Tingkat Partisipasi Evaluasi Kelompok Tani Datarmamat pada Gerhan, 2007
Tingkat Partisipasi pada Evaluasi Sikap Masyarakat
Jumlah Sedang
Tinggi
Kurang mendukung
1
15
16
Mendukung
1
13
14
Jumlah
2
28
30
Analisis korelasi Spearman untuk hubungan sikap dan tingkat partisipasi pada pelak yaitu nilai probabilitas (sig) sikap sebesar 0,925 yang bernilai lebih besar dari 0,1 (α = 0.1), artinya hubungan antara tingkat pemahaman dan tingkat partisipasi pada pelaksanaan
tidak signifikan. hal ini dikarenakan bahwa
masyrakat yang terlibat dalam kegiatan evaluasi adalah mereka yang tergabung dalam kelompok tani yang telah ditunjuk sebagai pelaksana, oleh karena itu apapun sikap mereka terhadap Gerhan, mereka tetap harus melaksankan pekerjaan ini.
6.3.
Ikhtisar
Masyarakat yang menjadi responden yang terpilih pada pelaksanaan penelitian ini mayoritas memiliki tingkat partisipasi pada perencanaan dalam kategori tinggi sebanyak 70 persen responden. Sebanyak 93,3 persen respondnen
memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dalam partisipasi pada pelaksanaan dan partisipasi pada evaluasi. Tabel 35 menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masayarakat pada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi adalah tingkat pemahaman, kesempatan yang dimiliki dan sikap responden, Tingkat pemahaman responden berpengaruh pada partisipasi perencanaan, tetapi tidak berpengaruh pada partisipasi pelaksanaan, dan evaluasi. Tingkat pemahaman dibutuhkan dalam perencanaan karena tingkat pemahaman responden dalam hal apa itu Gerhan, tujuan, dan manfaatnya akan sangat membantu proses perencanaan gerakan ini meliputi pembentukan kelompok kerja, penentuan jenis tanaman dan bagi hasil yang berguna agar gerakan ini tetap pada tujuan dan manfaat yang diinginkan sebelumnya. Kesempatan
untuk
berpartisipasi
berpengaruh
pada
partisipasi
pelaksanaan dan partisipasi pada evaluasi, tetapi tidak pada perencanaan. hal ini dikarenakan responden atau masyarakat merasa bahwa posisi mereka adalah pelaksana yang bukan sebagai perencana, sehingga kesempatan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan dan evaluasi yang menjadi pusat perhatian mereka. Sikap masyarakat tidak berpengaruh pada partisipasi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Tabel 35. Matriks Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masyarakat.
Variabel Terikat Variabel Bebas
Tingkat
Partisipasi
Partisipasi
Partisipasi
Perencanaan
Pelaksanaan
Evaluasi
Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Kesempatan
Tidak Signifikan
Signifikan
Signifikan
Sikap
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Pemahaman
Masyarakat
BAB VII PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KEBERHASILAN PELAKSANAAN KEGIATAN GN-RHL
Hasil yang diharapkan dari pelaksananaan kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan(Gerhan) yaitu: 1. Meningkatkan
pengetahuan,
sikap
dan
keterampilan
para
pengguna/penggarap lahan dan para pembimbing/petugas dalam ikut mensukseskan program Gerakan nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan), sebagai kegiatan yang menunjang keberhasilan pelaksanaan pelestarian sumber daya hutan, lahan dan air. 2. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam melestarikan sumber daya hutan, lahan dan air. 3. Menyediakan bahan baku industri dan kebutuhan kayu di daerah, dengan demikian dapat menunjang pendapatan masyarakat melalui kegiatan industri rumah tangga.
7.1. Keuntungan Keuntungan adalah suatu hal yang diperoleh dengan adanya pelaksanaan gerhan yang dapat langsung dirasakan oleh masyarakat.
Keuntungan yang
diperoleh masyarakat dapat ditinjau dari segi ekonomi, sosial dan keuntungan ekologi.
7.1.1. Keuntungan Ekonomi. Keuntungan ekonomi adalah keuntungan yang diperoleh oleh masyarakat dengan diadakannya kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan) yang lebih bersifat materi atau dapat diukur secara ekonomi. Hasil penelitian mnunjukkan bahwa dengan diadakannya kegiatan Gerhan dalam rangka pelaksanaan Gerakan Nasional rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan) di wilayah Blok Datarmamat telah membawa dampak positif bagi warga masyarakat. Bahwa dengan adanya kegiatan Gerhan maka pendapatan petani peserta program mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 36. Tabel 36. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Peningkatan Lapangan Pekerjaan Dengan Adanya Gerhan Blok Datarmamat, 2007
Lapangan pekerjaan Meningkat dengan adanya Gerhan Peningkatan lapangan pekerjaan
Jumlah
Persen
29
96.7
Tidak mengalami peningkatan
1
3.3
Jumlah
30
100
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa 96, 7 persen responden menyatakan bahwa lapangan pekerjaan mereka mengalami peningkatan setelah diadakannya kegiatan Gerhan di wilayah mereka. Sementara hanya satu orang yang menyatakan bahwa pendapatan mereka tidak mengalami perubahan setelah diadakannya Gerhan di wilayah mereka. Peningkatan lapangan pekerjaan ini disebabkan oleh bertambahnya kebutuhan HOK dalam pelaksanan Gerhan di lapangan, mulai itu dari penyiapan
lahan, pembuatan lubang tanam, penyiapan bibit di lapangan, penanaman bibit, pemupukan, penyiraman, pemberantasan hama dan penyakit tanaman. Peningkatan pendapatan juga mengalami peningkatan seiring dengan adanya peningkatan lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 37 berikut.
Tabel 37. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Perubahan Peningkatan Pendapatan Dengan Adanya Gerhan Blok Datarmamat, 2007.
Perubahan Pendapatan dengan adanya Gerhan Peningkatan pendapatan
Jumlah
Persen
29
96.7
Tidak mengalami peningkatan
1
3.3
Jumlah
30
100
Dari tebel diatas dapat dilihat bahwa 96,7 persen responden manyatakan bahwa pendapatan mereka mengalami peningkatan setelah diadakannya kegiatan Gerhan di wilayah mereka. Sementara hanya 1 orang yang menyatakan bahwa pendapatan mereka tidak mengalami perubahan setelah diadakannya Gerhan di wilayah mereka. Peningkatan pendapatan yang masyarakat terima berasal dari upah harian yang mereka peroleh selama pekerjaan Gerhan. Upah yang mereka terima adalah sebesar Rp. 20.000/hari. Disamping itu khusus untuk pelaksanaan Gerhan di luar kawasan hutan Negara atau di lahan milik maka dalam jangka waktu tertentu
sesuai jenis dan umur tanamannya. Si pemilik lahan akan menikmati hasilnya baik dalam bentuk kayu, buah, getah dan lain-lain. Bagi pemerintah daerah kabupaten/kota, maka manfaat yang dirasakan dari pelaksanaan Gerhan antara lain berupa tumbuh dan berkembangnya usahausaha lokal yang mendukung kegiatan Gerhan seperti usaha pembuatan dan atau pengadaan bibit, usaha pengadaan peralatan tanam menanam, usaha angkutan dan lain-lain yang secara langsung maupun tidak langsung turut berperan serta dalam meningkatkan kesempatan kerja. Secara otomatis akan terjadi peningkatan pendapatan masyarakat yang pada ujungnya akan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Dengan adanya kenyataan aktifitas BPDAS setempat untuk memfasilitasi pemerintah kabupaten/kota akan lebih memperlancar hubungan dengan pemerintah untuk hak ikhwal yang terkait dengan Gerhan. Bagi pemerintah provinsi, manfaat yang dirahasiakan dari pelaksanaan Gerhan Tahun 2003-2005 antara lain berupa makin sinkronnya pelaksanan maupun monitoring dan evaluasi pelaksanaan Gerhan.
7.1.2. Keuntungan Sosial Keuntungan Sosial adalah keuntungan yang diperoleh oleh masyarakat dengan diadakannya kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan) yang lebih bersifat non materi seperti peningkatan keterampilan dan pengetahuan, peningkatan kerjasama antar warga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan dan pengatahuan masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan Gerhan pada pelaksanaan gerhan di blok Datarmamat Desa Citepus seperti terlihat pada Tabel 38.
Tabel 38. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Peningkatan Pengetahuan Dengan Adanya Pelaksanaan Gerhan Pada Lokasi Blok Datarmamat, 2007
Perubahan Pengetahuan dengan Adanya Gerhan Peningkatan pengetahuan
Jumlah
Persen
29
96.7
Tidak mengalami peningkatan
1
3.3
Jumlah
30
100
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa 96, 7 persen responden manyatakan bahwa pengetahuan dan keterampilan mereka mengalami peningkatan setelah diadakannya kegiatan Gerhan di wilayah mereka. Sementara hanya 1 orang yang menyatakan bahwa pengetahuan dan keterampilan tidak mengalami perubahan setelah diadakannya Gerhan di wilayah mereka. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan ini diperoleh petani dari penyuluhan dan pelatihan yang rutin dilaksanaan oleh instansi terkait dalam hal ini Dinas Kehutanan kabupaten Sukabumi. Peningkatan kerjasama antar warga juga mengalami peningkatan setelah dilaksanakannya Gerhan dalam rangka pelaksanan gerhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerja sama antar warga masyarakat mengalami peningkatan setelah diadakannya Gerhan di wilayah mereka. Dapat dilihat pada Tabel 39.
Tabel 39. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tercapainya Peningkatan Kerjasama Antar Warga Dengan Adanya Pelaksanaan Gerhan Blok Datarmamat, 2007
Jumlah
Persen
Peningkatan kerjasama antar warga
28
93,3
Tidak mengalami peningkatan
2
6,7
Total
30
100
Keuntungan Sosial
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa 93,3 persen responden menyatakan bahwa kerjasama antar warga mengalami peningkatan setelah diadakannya kegiatan Gerhan di wilayah mereka. Sementara hanya 2 orang yang menyatakan bahwa kerjasama antar warga tidak mengalami perubahan setelah diadakannya Gerhan di wilayah mereka. Peningkatan kerjasama yang dialami oleh masyarakat di wilayah pelaksanaan Gerhan disebabkan oleh adanya kelompok kerja yang dibentuk dalam menunjang kegiatan Gerhan agar lebih terorganisir, karena didalamnya juga terdapat AD/ART yang mangatur jalannya kelompok kerja tersebut. Sehingga aturan hak dan kewajiban seluruh anggota terdapat didalamnya.
7.1.3. Keuntungan Ekologi. Keuntungan ekologi adalah keuntungan yang diperoleh oleh masyarakat dengan diadakannya kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan) yang sifatnya tidak dapat dirasakan langsung dampaknya oleh masyarakat, sifatnya lebih pada perbaikan lingkungan di sekitar wilayah mereka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbaikan lingkungan akan tercipta dengan adanya Gerhan dalam rangka pelaksanaan Gerhan. Dapat dilihat pada Tabel 40. Tabel 40. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tercapainya Perbaikan Lingkungan Dengan Adanya Pelaksanaan Gerhan Blok Datarmamat, 2007.
Perbaikan lingkungan akan tercipta dengan adanya Gerhan Tercipta perbaikan lingkungan
Jumlah
Persen
27
90
Tidak mengalami perubahan
3
10
Jumlah
30
100
Dari Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa 90 persen responden yakin bahwa perbaikan lingkungan akan tecapai dengan adanya pelaksanaan gerhan. Dan hanya 10 persen dari responden yang tidak yakin bahwa perbaikan lingkungan tidak akan tercapai dengan dilaksanakannya gerhan. Pada dasarnya Gerhan dilaksanakan dalam upaya pemulihan dan peningkatan kemampuan fungsi dan produktifitas hutan dan lahan. Sehingga dapat dikatakan bahwa Gerhan adalah salah satu cara yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi dan produktifitas lahan. Minimal Gerhan dapat menghambat laju kerusakan hutan dan lahan yang terjadi di Indonesia. Selain itu dengan diadakannya gerhan juga diharapkan memperkecil frekuensi dan intensitas bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Selain perbaikan lingkungan gerhan juga diharapkan mampu mendorong penggunaan sumberdaya hutan dan lahan lebih terpadu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden merasa yakin bahwa penggunaan sumber daya
hutan dan lahan akan lebih terpadu dengan dilaksanakannya Gerhan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 41. Tabel 41. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tercapainya Penggunaan Sumber Daya yang Lebih Terpadu Dengan Adanya Gerhan Blok Datarmamat, 2007.
Penggunaan SD hutan dan lahan Akan lebih terpadu dengan adanya Gerhan Lebih terpadu
Jumlah
Persen
29
96,7
Tidak mengalami perubahan
1
3,3
Jumlah
30
100
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa 96,7 persen responden menyatakan bahwa penggunaan sumber daya hutan dan lahan akan lebih terpadu setelah diadakannya kegiatan Gerhan di wilayah mereka. Sementara hanya 1 orang atau hanya 3,3 persen yang menyatakan bahwa penggunaan sumber daya hutan dan lahan tidak akan mengalami perubahan setelah diadakannya Gerhan di wilayah mereka. Pelaksanaan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan selain diharapkan mampu menciptakan perbaikan lingkungan dan meningkatkan penggunaan sumber daya hutan dan lahan yang lebih terpadu juga diharapkan mampu mendatangkan devisa bagi negara Indonesia. Sebagai negara yang ikut menandatangani Protokol Kyoto pada tanggal 13 juli 1998 dan telah meratifikasinya pula, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang (developing country) yang tidak termasuk dalam kategori sebagai negara ”pencemar udara”- harus dapat memanfaatkan kesempatan untuk mendapatkan
devisa dari perdagangan oksigen. Dengan diadakannya Gerhan yang direncanakan dapat dilaksanakan dalam lima tahun yaitu mulai 2003 s/d 2008 diharapkan dapat menghsilkan komunitas vegetasi hutan atau komunitas vegetasi yang berfungsi sebagai hutan (hutan rakyat) seluas tiga juta Ha. Berdasarkan Protokol Kyoto maka: 1.
Dengan asumsi setiap hektar komunitas vegetasi hutan dapat menghasilkan kurang lebih 200 ton oksigen per tahun, maka oksigen yang akan dihasilkan dari komunitas vegetasi hutan hasil Gerhan adalah ± 600 juta ton/tahun.
2.
Berdasarkan tarif harga oksigen sebesar US 10 dollar /ton per tahun, maka negara berpotensi untuk untuk mendapatkan devisa dari berdagang oksigen yang berasal dari proses fotosintesis komunitas vegetasi hutan hasil Gerhan dari negara-negara pencemar udara sebesar 6.000.000.000 US dollar per tahun (dengan kurs Rp.9.900/ 1 US dollar). Maka potensi perolehan tersebut setara dengan Rp. 59,994 triliun/ tahun. Perolehan devisa dari berdagang oksigen selama setahun ini, maka : •
Apabila devisa tersebut mulai dapat diperoleh pada tahun ke-9 sejak penyelenggaraan Gerhan (tahun 2011), maka nilai devisa tersebut setara dengan lima kali lipat dari total biaya Gerhan selama 5 tahun.
•
Apabila total subsidi BBM tahun 2005 sebesar Rp. 100 triliun, maka dalam waktu kurang dari 2 tahun, perolehan devisa dari berdagang oksigen tersebut dapat menutup biaya subsidi BBM.
•
Jika perolehan divisa tersebut dimasukkan ke dalam APBN 2005, maka devisa ini memberi sumbangan tidak kurang dari 20 % dari total APBN.
•
Apabila daur perolehan devisa dari berdagang oksigen terseut dianggap 10 tahun mulai dari 2011 maka total devisa adalah Rp.599.94 triliun, perolehan tersebut diperkirakan dapat menutup sekitar 40 % dari total utang luar negeri Indonesia (warta Gerhan, Vol 1. 2006).
7.2. Waktu dan Biaya Pelaksanaan 7.2.1. Waktu Pelaksanaan Waktu adalah jumlah waktu yang di butuhkan (dalam satuan hari) guna menyelesaikan pekerjaan pelaksanaan Gerhan dalam rangka pelaksanaan Gerhan mulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi pelaksanaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya partisipasi langsung petani atau masyarakat dalam Gerhan maka akan mengurangi waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan atau mempercepat waktu pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 42 berikut. Tabel 42. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Waktu Pekerjaan Pelaksanaan Gerhan Blok Datarmamat, 2007. Pengaruh Partisipasi pada Waktu Pelaksanaan Mempercepat waktu pelaksanaan Tidak mempercepat Jumlah
Jumlah
Persen
29
96.7
1
3.3
30
100
Dari tebel diatas dapat dilihat bahwa 96,7 persen responden manyatakan bahwa dengan adanya partisipasi masyarakat pada Gerhan telah mempercepat waktu pelaksanaan. Sementara hanya 1 orang atau hanya 3,3 persen yang
menyatakan bahwa partispasi masyarakat tidak memepengaruhi waktu pekerjaan Gerhan.
7.2.2. Biaya Pelaksanaan. Biaya adalah jumlah rupiah yang di butuhkan guna menyelesaikan pekerjaan pelaksanaan Gerhan dalam rangka pelaksanaan Gerhan mulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi pelaksanaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya partisipasi langsung petani atau masyarakat dalam Gerhan maka akan mengurangi waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan atau mempercepat waktu pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 43 berikut. Tabel 43. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Biaya Pelaksanaan Gerhan Blok Datarmamat, 2007. Pengaruh Partisipasi pada Biaya Pelaksanaan Memperkecil
Jumlah
Persen
23
76.7
Tidak memperkecil
7
23.3
Jumlah
30
100
Dari tebel diatas dapat dilihat bahwa 76,7 persen responden manyatakan bahwa dengan adanya partisipasi masyarakat pada Gerhan telah memperkecil biaya pelaksanaan. Sementara hanya 7 orang atau hanya 23,3 persen
yang
menyatakan bahwa partispasi masyarakat tidak memepengaruhi biaya pekerjaan Gerhan. Partisipasi masyarakat pada gerhan pada dasarnya tidak mempengaruhi biaya pelaksanaan Gerhan dalam pelaksanaan Gerhan hal ini dikarenakan Biaya
yang digunakan pada pelaksanaan Gerhan adalah biaya yang bersumber dari APBN. “Pembiayaan Gerhan kan berasal dari
APBN,
sehingga sebelum
pelaksanaan biasanya penghitungan sudah dilakukan sebelum pekerjaan. Sehingga partisipasi masyarakat
tidak berpengaruh pada biaya
pelaksanaan”. (Bayu, Dinas Kehutanan).
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat partisipasi dalam kategori tinggi pada partisispasi perencanaan, pelaksanaan dan partisipasi pada evaluasi. Faktor yang mempengaruhi tingginya tingkat partisipasi pada perencanan yaitu tingkat pemahaman responden. Tingkat pemahaman responden menjadi faktor yang mempengaruhi partisipasi pada perencanaan karena pada proses perencanaan ini lebih menitik beratkan pada pembentukan kelompok kerja, penentuan jenis tanaman dan bagi hasil, sehinggga pemahaman responden rentang Gerhan sangatlah dibutuhkan. Partisipasi pada pelaksanaan dan evaluasi lebih dipengaruhi oleh faktor Kesempatan. Hal ini dikarenakan responden atau masyarakat merasa bahwa posisi mereka adalah pelaksana yang bukan sebagai perencana, sehingga kesempatan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan dan evaluasi yang menjadi pusat perhatian mereka. Selain dapat dijelaskan bahwa tingginya tingkat partisipasi masyarakat pada pelaksanaan dan evaluasi dikarenakan oleh manajemen program yang telah memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam pelaksanaan Gerhan. Sikap masyarakat tidak berpengaruh pada partisipasi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Partisipasi masyarakat pada akhirnya mempengaruhi pada keberhasilan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan) baik itu bagi kelompok tani dan juga bagi dinas kehutanan. Bagi kelompok tani dengan adanya pelaksanaan gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan) maka secara langsung mendatangkan keuntungan yang bersifat ekonomis diantaranya peningkatan lapangan pekerjaan yang tentu saja pada akhirnya meningkatkan pendapatan yang diperoleh dari upah selama pelaksanaan dan juga berasal dari hasil panen tanaman-tanaman yang ditanam nantinya. Dari sisi ekologis maka dengan adanya Gerhan maka berkurangnya luas lahan kritis dan lahan tidak produktif menjadi lahan yang produktif. Gerhan juga membawa dampak pada kehidupan
bermasyarakat warga di sekitar wilayah
pekerjaan, dengan
pelakasanaan Gerhan maka kerjasama antar warga kembali mengalami peningkatan. Dari sisi penanggung jawab pelaksanaan, partisipasi masyarakat walaupun tidak membawa dampak pada memperkecil biaya pelaksanaan namun partispasi masyarakat mampu mempercepat pelaksanaan pekerjaan. Pada akhirnya berdampak pada terciptanya
'komunitas vegetasi hutan' dan/atau 'komunitas
vegetasi yang berfungsi ekologis sebagai hutan' dalam satuan ruang Daerah Aliran Sungai (DAS).
8.2. Saran 1. Pihak Dinas Kehutanan perlu menambah jumlah sosialisasi kepada kelompok tani, sehingga seluruh anggota kelompok tani lebih sadar dan
timbul rasa memiliki bahwa pelaksanaan Gerhan akan membawa manfaat bagi mereka, lingkungan mereka, bahkan negara. 2. Perubahan kebijakan penyelenggaraan pembuatan hutan rakyat perlu dilakukan, sehingga keterlibatan masyarakat mendapatkan porsi yang lebih dari sekarang, misalnya: kelompok tani sudah dilibatkan dalam pembuatan bibit tanaman yang akan ditanam.
DAFTAR PUSTAKA Abdussamad. 1991. Partisipasi Petani dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Afiff, Suraya A. 1992. Partisipasi Masyarakat dalam Menunjang Biodiversity di Hutan. Makalah Utama Lokakarya Konservasi Biodiversity di Hutan Produksi. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Arifah, Nur. 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Petani dalam Program Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT). Studi Kasus di Kelompok Tani Subur Jaya, Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Dianawati, Irma. 2004. Dinamika Kelompok Tani dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Partisipasi Petani dalam Proyek Pengembangan ketahanan Pangan. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Hidayat, Nur. 2003. Bahan Masukan Penyelenggaraan Gerakan Nasional Rehabilitasi Lahan. Jakarta. Departemen Kehutanan Hollnsteir, et.al. 1978. Development From the Buttom-up Mobilizing the Rural Poor Develovment. Manila. Kartasubrata, Junus. 1986. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan di Jawa. Disertasi. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Koentjaraningrat. 1987. Bunga Rampai Kebudayaan, Mentalitas dan Kebudayaan. Gramedia. Jakarta. Madrie. 1986. Beberapa Faktor Penentu Partisipasi Anggota Masyarakat dalam Pembangunan Pedesaan. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Marzali, Amri. 2001. Akses Peran Serta Masyarakat. Jakarta; Indonesia Center for Sustainable Development (ICSD). Menkokesra. 2003. Keputusan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Pedoman Penyelenggaaan GN-RHL. Jakarta; Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Nurlaela, Santi. 2004. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan tingkat Partisipasi Petani dalam Proyek Reboisasi Pola Hutan Kemasyarakatan (HKm). Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Sastropoetro. 1988. Dasar-Dasar Penelitian dalam Rangka Pengembangan Ilmu. Fakultas Pascasarjana Universitas Padjajaran. Bandung Slamet. 1989. Konsep-Konsep Dasar Partisipasi Sosial. Yogyakarta; PAU Studi Sosial Universitas Gadjah Mada. Susiatik, Titik. 1998. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Kegiatan Pembangunan Masyarakat Desa Hutan Terpadu (PMDHT) di Desa Mojorebo Kecamatan Wirosari Kabupaten Dati II Grobogan Jawa Tengah. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tarigan, Usman. 1993. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Reboisasi dan Penghijauan di Kabupaten Karo Sumatera Utara. Fakultas Pascasarjana KPK IPB-USU. The
British Council. 2001. 21 Teknik Masyarakat.London; British Council.
Mewujudkan
Partisipasi
Tonny, Fredian. 1988. Dinamika Kelompok tani dan Partisipasi Petani dalam Program Konservasi Tanah dan Air di Daerah Aliran Sungai Citanduy. Tesis. Institut Pertanian Bogor.
Berilah tanda ( x) pada setiap kolom ( ) di bawah ini yang merupakan jawaban yang menurut bapak/Ibu benar.
Karakteristik Individu 1. Nama
:
2. Usia
:
3. Pendidikan Terakhir Bapak/ Ibu :
•
a. Sekolah Dasar
( ) Tamat
( ) Tidak Tamat, sampai Kelas….
b. SLTP
( ) Tamat
( ) Tidak Tamat, sampai Kelas….
c. SMU
( ) Tamat
( ) Tidak Tamat, sampai Kelas….
d. Diploma 1
( ) Tamat
e. Diploma 3
( ) Tamat
f. Strata 1
( ) Tamat
g. Strata 2
( ) Tamat
Status Ekonomi
4. Jumlah pengeluaran Bapak/Ibu/Saudara Jenis Pembayaran
Rp/Bulan
Listrik
a. 20.000
b. 20.000- 40.000
c. ≥ 50.000
Telepon
a. 50.000
b. 50.000- 100.000
c. ≥ 100.000
Voucher Handphone
a. 25.000
b. 50.000
c. ≥ 100.000
5. Jenis Kendaraan/ alat transportasi yang dimiliki saat ini Jenis Kendaraan Sepeda Sepeda motor Mobil
Jumlah ( Unit)
6. Jenis barang elektronik yang dimiliki Jenis Barang
Jumlah (unit)
TV DVD / VCD Player Lemari Es Tape/ Radio 7. Jenis kegiatan
Frekuensi Menghadirin pertemuan/ Bulan 2 kali
3 kali
4 kali
Penyuluhan Pengajian Perjalanan ke kota 8. Sumber Informasi yang biasa diakses? ( ) Koran/ Majalah ( ) Televisi ( ) Radio ( ) Internet •
Status Sosial
9. Pekerjaan utama Bapak/ Ibu saat ini? ( ) PNS ( ) Petani ( ) Pedagang ( ) Pegawai swasta ( ) Lainnya, sebutkan………. 10. Pekerjaan Lain Bapak/Ibu selain Pekerjaan utama ( ) Ada, sebutkan……… ( ) Tidak ada
Tidak pernah
11. Jabatan
Organisasi yang terdapat Di desa
Pengurus
Anggota Aktif
•
Pasif
Manajemen Program
12. Apakah sebelumnya pernah diadakan penyuluhan tentang pelaksanaan GNRHL/Gerhan di desa ini? a. Pernah (Lanjutkan Ke Pertanyaan No.15) b. Tidak pernah 13. Berapa kali penyuluhan tersebut diadakan? a. Hanya satu kali dalam seminggu b. Lebih dari satu kali dalam seminggu c. Hanya satu kali dalam sebulan d. Lebih dari 1 kali dalam sebulan. 14. Apakah menurut Bapak/Ibu/Saudara banyaknya kunjungan dari petugas Perhutani dan PPL (petugas LSM setempat) di lapangan sudah memenuhi kebutuhan para petani ? a. Sudah b. Belum 15. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah diundang dalam kegiatan penyuluhan yang diadakan pemerintah atau pembina dalam rangka pelaksaan GN-RHL ? a. Pernah b. Tidak pernah
Faktor Pendorong Partisipasi Masyarakat • Tingkat Pemahaman 16. GN-RHL/Gerhan adalah: a. Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Laut b. Gerakan Nasional Rehabilitasi Hewan Laut c. Gerakan Nasional Rehabilitasi Hemat Listrik d. Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan 17. Tujuan GN-RHL/Gerhan adalah: a. Mewujudkan perbaikan lingkungan b. Menanggulangi bencana alam banjir, tanah longsor dan kekeringan c. Mewujudkan perbaikan lingkungan dan Menanggulangi bencana alam banjir, tanah longsor dan kekeringan, serta memberi manfaat yang nyata bagi masyarakat d. Menjamin keseimbangan lingkungan dan tata air DAS e. Semua jawaban benar 18. Sasaran dari program GN-RHL/Gerhan: a. Tercapainya upaya perbaikan lingkungan melalui upaya reboisasi dan
rehabilitasi lahan. b. Terpadunya penggunaan sumberdaya dan alokasi anggaran untuk
mendukung percepatan penyelenggaraan dan tingkat keberhasilan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan. c. Terwujudnya koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi yang optimal
dalam penyelenggaraan GN-RHL/Gerhan d. Terbangunnya kelembagaan masyarakat untuk melaksanakan RHL. e. Semua Jawaban benar
19. Pelaksanaan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL/Gerhan) di bagi menjadi 2 kelompok yaitu:? a. Pencegahan
Perusakan
Lingkungan
dan
Kegiatan
Penanaman,
konservasi tanah b. Pencegahan perusakan hutan, dan penanaman, konservasi tanah c. Pencegahan perusakan lingkungan, pembibitan dan penanaman
d. Pencegahan
perusakan
lingkungan
dan
konservasi
tanah
serta
pembibitan. 20. Kelompok kegiatan pencegahan perusakan lingkungan terdiri dari kegiatan: a. Sosialisasi, pemberdayaan masyarakat dan penegakan hukum. b. Sosialisasi, pelatihan, dan penegakan hukum c. Pemberdayaan masyarakat, pelatihan dan penyuluhan d. Pendidikan, penyuluhan dan penegakan hukum. 21. Kelompok kegiatan penanaman dan konservasi tanah terdiri dari kegiatan: a. Pembibitan, pembuatan tanaman, dan konservasi tanah b. Penyediaan lahan, pengamanan tanaman, pembuatan sumur resapan c. Pembangunan sentra produksi bibit, penyiapan lahan, dan pemeliharaan. d. Pembuatan tanaman, penyediaan bibit, dan penyiapan lahan. •
Sikap Masyarakat
22. Apakah GN-RHL/Gerhan adalah program yang diinginkan masyarakat dilaksanakan di lokasi ini? a. Ya b. Tidak 23. Apakah
Bapak/Ibu/saudara
bersedia
membantu
pelaksanaan
GN-
RHL/Gerhan di desa ini? a. Ya b. Tidak 24. Alasan Bapak/Ibu/saudara membantu pelaksanaan GN-RHL/Gerhan adalah karena: a. Adanya imbalan b. Ikhlas 25. Imbalan yang Bapak/ibu/saudara inginkan dalam proses pelaksanaan GNRHL/Gerhan berupa: a. Uang tunai b. Hasil sanaman saja nantinya c.
26. Apakah menurut Bapak/ibu/saudara perbaikan lingkungan akan tercapai dengan adanya GN-RHL/Gerhan di desa ini? a. Ya b. Tidak 27. Apakah
dengan
pelaksanaan
GN-RHL/Gerhan
maka
penggunaan
sumberdaya hutan akan lebih terpadu? a. Ya b. Tidak 28. Apakah yang bapak/Ibu/ saudara harapkan dari pelaksanaan GNRHL/Gerhan di daerah ini? a. Memperbaiki kondisi lingkungan b. Meningkatkan Pendapatan masyarakat c. Memperbaiki kondisi lingkungan dan meningkatkan pendapatan masyarakat d. Tidak ada yang di harapkan 29. Menurut Bapak/ Ibu jenis tanaman apa yang dibutuhkan oleh masyarakat desa sekarang ini? ( ) Kayu-kayuan (Jati, Mahoni, Sengon, Damar, dll) ( ) Buah-Buahan (Durian, Mangga, Manggis, Nangka, Petai, Jengkol, Sukun Rambutan dll) •
Kesempatan
30. Dalam hal apa masyarakat di ajak ikut berpartisipasi? Jenis kegiatan Membuat perencanaan pelaksanaan Membuat bibit tanaman Menanam tanaman Pemupukan Penyulaman
Ya
Tidak
Tingkat Partisipasi Masyarakat •
Perencanaan
31. Sebelum pelaksanaan GN-RHL/Gerhan di desa ini, apakah sebelumnya diadakan rapat penyusunan program kegiatan? a. Diadakan (lanjutkan ke pertanyaan berikutnya) b. Tidak diadakan (langsung ke pertanyaan 33) 32. Apa yang Bapak/Ibu/Saudara lakukan dalam rapat penyusunan program kegiatan pelaksanaan GN-RHL/Gerhan di desa ini? a. hadir dalam setiap rapat perumusan pelaksanaan b. hadir dalam setiap rapat perumusan dan aktif dalam menyampaikan saran c. tidak hadir sama sekali 33. Sebelum
pelaksanaan GN-RHL/Gerhan di desa ini, apakah rapat
penyusunan kontrak kerja diadakan? a. Diadakan (lanjutkan ke pertanyaan berikutnya) b. Tidak diadakan (langsung ke pertanyaan 35) 34. Apa yang Bapak/Ibu/saudara lakukan dalam penyusunan kontrak kerja pelaksanaan GN-RHL/Gerhan? a. Hanya menghadiri rapat penyusunan saja b. Hadir dan aktif dalam memberi saran dan masukan c. Tidak hadir sama sekali. 35. Sebelum pelaksanaan GN-RHL/Gerhan di desa ini, apakah ada rapat dalam penentuan jenis tanaman yang nantinya akan ditanam diadakan? a. Ada (lanjutkan ke pertanyaan berikutnya) b. Tidak ada (langsung ke pertanyaan 36) 36. Apa yang Bapak/Ibu/saudara lakukan dalam rapat penentuan jenis tanaman yang akan ditanam sekarang ini? a. Hanya menghadiri rapat penentuan saja b. Hadir dan aktif dalam memberi saran dan masukan c. Tidak hadir sama sekali.
37. Apakah Bapak/Ibu ikut serta dalam mengumpulkan benih tanaman yang ditanam tersebut? a. Ikut Serta b. Tidak 38. Sebelum pelaksanaan GN-RHL/Gerhan di desa ini, apakah ada rapat pembentukan kelompok kerja? a. Ada (lanjutkan ke pertanyaan berikutnya b. Tidak ada (langsung ke pertanyaan 40) 39. Apa yang Bapak/Ibu/saudara lakukan dalam pertemuan pembentukan kelompok kerja tersebut? a. Hanya menghadiri rapat penyusunan saja b. Hadir dan aktif dalam memberi saran dan masukan c. Tidak hadir sama sekali 40. Sebelum pelaksanaan GN-RHL/Gerhan di desa ini, apakah rapat dalam penentuan bagi hasil program diadakan? a. Diadakan (lanjutkan ke pertanyaan berikutnya) b. Tidak diadakan (langsung ke pertanyaan 42) 41. Apa yang Bapak/Ibu/saudara lakukan dalam pertemuan penentuan bagi hasil tersebut? a. Hanya menghadiri rapat penyusunan saja b. Hadir dan aktif dalam memberi saran dan masukan c. Tidak hadir sama sekali •
Pelaksanaan
42. Bagaimana kehadiran Bapak/Ibu/Saudara saat diundang untuk hadir dalam penyuluhan GN-RHL/Gerhan? a. Selalu Hadir b. Tidak Selalu c. Tidak Pernah Hadir Sama Sekali 43. Dalam penyuluhan tersebut apa yang Bapak/Ibu/Saudara lakukan? a. Hanya menghadiri b.
Hadir dan aktif dalam memberi saran/usul dan memberi pertanyaan
44. Apakah Bapak/Ibu/Saudara membuat bibit tanaman yang akan ditanam? a. Ya b. Tidak 45. Apakah Bapak/Ibu/Saudara ikut dalam menyulam tanaman yang mati setelah dilakukan penanaman sebelumnya? a.
Ya
b . Tidak 46. Apakah Bapak/Ibu/Saudara ikut dalam membuat kegiatan pemupukan pada tanaman yang telah ditanam? a. Ya b . Tidak 47. Apakah Bapak/Ibu/Saudara ikut dalam penyemprotan hama penyakit pada tanaman yang telah ditanam? a.
Ya
b . Tidak •
Evaluasi
48. Apakah
Bapak/Ibu/Saudara ikut serta dalam pelaksanaan
evaluasi
pelaksanaan GN-RHL/Gerhan di desa ini? a. Ya (Lanjutkan ke pertanyaan 48). b. Tidak 49. Dalam evaluasi pelaksanaan gerhan yang bapak/Ibu/Saudara lakukan? a. Menyusunan pedoman pengendalian. b. Mengumpulkan data guna penilaian perencanaan dan pelaksanaan.
Keberhasilan Program •
Keuntungan
50. Apakah menurut Bapak/Ibu pelaksanaan program GN-RHL/Gerhan benarbenar dapat menambah lapangan kerja? a. Ya b. Tidak 51. Pelaksanaan program GN-RHL/Gerhan telah membantu masyarakat Desa untuk meningkatkan pengetahuan dan kesejahteraan kehidupan masyarakat ?
a. Ya b. Tidak 52. Pendapatan ekonomi masyarakat (terutama para petani yang mendapat binaan program GN-RHL/Gerhan meningkat setelah terlibat secara aktif dalam pelaksaan program ini di Desa ? a. Ya b. Tidak 53. Kerjasama antar warga masyarakat menjadi lebih meningkat setelah mereka terlibat dalam kegiatan GN-RHL/Gerhan di desa selama ini ? a. Ya b. Tidak •
Waktu dan Biaya Pelaksanaan
54. Menurut Bapak/Ibu?/Saudara, dengan keikutsertaan Bapak/Ibu dalam pelaksanaan GN-RHL/Gerhan ini berarti mempercepat waktu pelaksanaan? a. Ya. b. Tidak 55. Menurut Bapak/Ibu?/Saudara, dengan keikutsertaan Bapak/Ibu dalam pelaksanaan GN-RHL/Gerhan ini berarti memperkecil biaya pelaksanaan? a. Ya. b. Tidak
Kuisioner 2 ( Ditujukan Kepada Dinas Kehutanan). 1.
Apakah kelompok tani hanya dilibatkan pada saat penanaman bibit di lokasi?
2.
Apakah masyarakat dilibatkan dalam penyusunan rancangan pelaksanaan GN-RHL/Gerhan?
3.
Apakah perencanaan program GN-RHL/Gerhan telah sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat ?
4.
Apakah sosialisasi program yang dilakukan telah sesuai dengan apa yang terdapat dalam pedoman pelaksanaan GN-RHL/Gerhan? •
Frekuensinya berapa banyak?
5.
•
Siapa yang menjadi sasaran sosialisasi tersebut?
•
Apa isi materi sosialisasi tersebut?
•
Apa yang ingin dicapai dari sosialisasi ini?
Dalam pelaksanaan GN-RHL/Gerhan ini apakah peran aktif masyarakat benar-benar dibutuhkan? •
Alasannya?
•
Dalam hal apa saja masyarakat diberi kesempatan untuk berperan aktif?
•
Bagaimana sikap masyarakat mengenai kesempatan yang ada ini?
•
Kriteria yang bagaimana yang harus dipenuhi masyarakat untuk berperan serta? seperti apa?
6.
Sejauh ini apakah pelaksanaan GN-RHL/Gerhan apakah sudah memenuhi target, dalam hal:
7.
•
Luas areal?
•
Jumlah tanaman?
•
Waktu pelaksanaan?
•
Biaya atau anggaran?
Apakah peran aktif masyarakat akan mempengaruhi hasil pelaksanaan dalam hal:
8.
•
Waktu pelaksanaan
•
Biaya
Bagaimana reaksi masyarakat terhadap program ini, apakah mendukung? indikatornya seperti apa?
9.
Dalam pemanfaatan hasil pelaksanaan nantinya apa saja yang menjadi hak masyarakat? besar porsinya? dan apakah masyrakat tahu akan hal ini?
Lampiran 1 PETA ADMINISTRASI KABUPATEN SUKABUMI
Lampiran 2 PETA ADMINISTRASI KECAMATAN PALABUHAN RATU
Lampiran 3 PETA ADMINISTRASI DESA CITEPUS