PEMILIHAN JENIS TANAMAN PENYUSUN HUTAN RAKYAT POLA AGROFORESTRY BERDASARKAN KEPUTUSAN PETANI DI KABUPATEN TASIKMALAYA Dian Diniyati dan Eva Fauziyah Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Jl. Raya Ciamis-Banjar Km 4 Po Box 5 Ciamis 46201; Telp. (0265) 771352 E-mail:
[email protected]
ABSTRACT Species selection is the first step must be farmers decided to develop privately owned forest business and the decision is influenced by many factors. The aim of this research was to find out species developed in the privately owned forests, and the functions as well as the reasoning of developing the specieses in the agroforestry forests. This research was conducted from Marc to July 2011 in Tasikmalaya Regency. A number of sixty (60) respondents were selected by simple random sampling method. The primary data were collected using interview technique supported by questionnaires which were prepared in advance, while the secondary data consisted of documents or reports related with the research theme. The data then were analyzed descriptively. The result showed that the variation of species developed such as wood product, plantations, fruits, foods or medicines plants were very high. Each site had specific species, but among sites had similarly popular species. The species developed by farmers had many functions i.e. economically, ecologically and esthetically. There were seventh factors which related each other in influencing farmer‘s decision in the plants selection which will be developed on their forest lands. However, sixty respondents said that economic factors and success story as well as heritage become the main factors which influenced the farmer‘s decision in the plants selection of favorite woody plants, local woody plants, and nonwood forest products. Key words: species selection, planting, privately owned forest, function.
1. Pendahuluan Pemilihan jenis tanaman yang akan dikembangkan di hutan rakyat merupakan suatu keputusan yang harus diambil oleh petani dan keluarganya, dan ini juga akan berdampak terhadap berkembangan hutan rakyat. Salah satu faktor pertimbangan dalam pemilihan jenis adalah faktor ekonomis yaitu harus mampu menjadi sumber pendapatan bagi petani. Keputusan yang dilakukan petani dalam menentukan jenis tanaman yang akan dibudidayakan merupakan tahap awal dalam pengembangan hutan rakyat. Biasanya dalam menentukan jenis tanaman yang akan dibudayakan dipengaruhi oleh berbagai kepentingan, baik itu yang langsung berhubungan dengan petani dan keluarganya maupun dengan pihak-pihak luar. Pihak-pihak luar juga sangat berkepentingan untuk mengetahui dan memahami tentang pemilihan jenis tanaman tersebut supaya memudahkan dalam upaya membantu mengembangkan hutan rakyat tersebut (Santika, 2004). Sehingga
tidaklah mengherankan usaha ini akan memberikan peluang bisnis yang luas, dan jenis-jenis yang dibudidayakan akan semakin beragam. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jenis-jenis yang terdapat di hutan rakyat, pemanfaatannya serta alasan kenapa jenis tersebut dibudidayakan. 2. Metode penelitian 2.1. Lokasi dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Tasikmalaya, yaitu Kecamatan Pagerageung Desa Tanjungkerta, Kecamatan Sodonghilir Desa Sepatnunggal, Kecamatan Parungponteng Desa Karyabakti. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Maret – Juli 2011. 2.2. Teknik pengumpulan, pengolahan, dan analisis data Unit analisis penelitian ini adalah petani yang tergabung dalam kelompok tani hutan rakyat serta tegakan hutan rakyat. Responden petani dipilih secara simple random sampling
Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012
421
sebanyak 60 orang. Tegakan hutan rakyat dipilih secara sengaja sebanyak 60 obyek hutan rakyat. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu selain itu juga dilakukan sensus terhadap jenis-jenis tanaman yang ada di hutan rakyat. Data sekunder dikumpulkan dari laporan instansi terkait yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Data yang telah diperoleh dikelompokkan sesuai dengan tujuan dan ditabulasi kemudian dianalisis secara deskriptif. 3. Hasil dan pembahasan 3.1.Jenis tanaman penyusun hutan rakyat Hasil inventarisasi jenis tanaman penyusun hutan rakyat di Desa Tanjungkerta diketahui ada 12 jenis tanaman kehutanan yaitu albasia (falcataria mollucana), afrika (Maesopsis emenii), mahoni (Swietenia macrophylla), manglid (Manglietia glauca), Jati putih (Gmelina Arborea), trembesi (Enterolobium Saman PRAIN), suren (Toona Sureni), johar (Cassia siamea LAMK), lamtoro (Leucaenea glauca BENTH), walang (Achasma Walang VAL), hanjuang (Cordyline fruticosa) dan bamboo (Bambusa). Tanaman perkebunan ada 9 jenis terdiri dari cengkeh, aren, melinjo, kelapa, jarak, asam jawa, karet, kopi, dan coklat. Tanaman buah ada 17 jenis yaitu durian, jengkol, pisitan, nangka, petai, mangga, rambutan, alpukat, pisang, pepaya, sukun, kweni, sirsak, jambu, dukuh, nanas dan picung. Tanaman obat yang banyak ditanam hanyalah jenis kapulaga. Tanaman pangan dijumpai 6 jenis terdiri dari jagung, kacang tanah, talas, singkong, leunca, ganyong. Desa Tanjungkerta ini terletak di wilayah pengembangan Tasikmalaya bagian Utara, yang memiliki topografi mulai dari datar, berombak, bergelombang dan berbukit. Dengan ketinggian sekitar 800 m dpl, kondisi topografi inilah akhirnya akan membentuk jenis-jenis penyusun hutan rakyatnya, selain itu kondisi sosial dan pendidikan akan mempengaruhi pemilihan jenis tanaman tersebut (Enda, 2011). Di Desa Sepatnunggal jenis tanaman kehutanan yang dijumpai ada 35 jenis, yaitu afrika (Maesopsis emenii), albasia (Falcataria mollucana), akasia (Acacia mangium), beringin (Ficus sp), bintenu (Melochia umbellata), bungur (Lagerstroemia hexaptera), bamboo (Bambusa), cemara (Casuarina 422
Junghuhniana MIQ), cangcaratan (Nauclea sp), Jati putih (Gmelina Arborea), hamirun (Vernonia arborea HAM), huru (Schima bancana), jabon (Anthocephalus indicus RICH), jati (Tectona Grandis), kipare (Glochidion sp), kisampang (Evodia latifolia DC), kioray (Schizolobium excelsum VOG), kiteja (Machilus rimosa BL), kibancet (Turpinia pomifera DC), kidamar (Agathis alba FOXW), kaya (Khaya antoteka), kiharupat (Nephorolepis biserrata SCHOTT.), kenanga (Canangium odoratum), laban (vitex pubescens), manglid (Manglietia glauca), mahoni (Swietenia macrophylla), mindi (Melia Azedarach LINN), pinus (Pinus merkusii), padali (Radermachera gigantea MIQ), puspa (Schima Noronhae), pundung (Baccaurea javanica MUELL.), rasamala (Altingia excalsa NORONHA), suren (Toona Sureni), salam (Machilus rimosa BL), tisuk (Hibiscus macrophyllus ROXB). Variasi jenis tanaman perkebunan ada 7 jenis, yang terdiri dari cengkeh, kelapa, aren, teh, coklat, jambe dan kopi. Terdapat 12 jenis tanaman buah diantaranya yaitu petai, durian, mangga, picung, jengkol, pisang, nangka, duku, manggis, jambu, kweni dan jeruk. Sedangkan tanaman obat ada 3 jenis yaitu kapulaga, jarak dan honje sedangkan tanaman pangan memiliki 2 jenis singkong dan talas. Perbedaan jenis tanaman yang dikembangkan oleh petani untuk setiap lokasi penelitian disebabkan karena kondisi topografinya dan wilayahnya yang berbeda, dimana Desa Sepatnunggal ini termasuh pada wilayah pengembangan Kabupaten Tasikmalaya bagian Tengah, yang memiliki kondisi topografi yaitu bergelombang, berbukit dan bergunung-gunung dengan ketinggian tempat rata-rata 700 m dpl (Hadiyatulloh, 2010). Desa Karyabakti termasuk pada wilayah pengembangan Kabupaten Tasikmalaya bagian selatan, jelas letak desa ini yang ada di sebelah selatan akan memberikan warna tersendiri terhadap jenis tanaman penyusun hutan rakyat dibandingkan dengan desa lainnya. Desa ini berada pada ketinggian 600 m dpl. Variasi jenis tanaman kayu jauh lebih banyak dibandingkan dengan dua desa penelitian lainnya, yaitu ada 38 jenis yaitu afrika (Maesopsis emenii), albasia (Falcataria mollucana), akasia (Acacia mangium), bamboo (Bambusa), binuwang (Octomeles sumatrana), cayur (Pterospermum javanicum), calik angin (Croton argyratus BL.), dadap (Erythrina sp), jati putih (Gmelina arborea), ganitri
Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012
(Elaeocarpus Ganitrus ROXB), huru (Schima bancana), hanjuwang (Cordyline fruticosa), hantap (Sterculia macrophylla VENT.), ipis kulit (Kibessia azurea BL), jati (Tectona Grandis), johar (Cassia siamea LAMK), jabon (Anthocephalus indicus RICH), kenanga (Canangium odoratum), kemiri (Aleurites moluccana WILLD), kisampang (Evodia latifolia DC), kipare (Glochidion sp), kisaat (Nauclea sp), kibancet (Turpinia pomifera DC), kidamar (Agathis alba FOXW), kiara (Ficus sp), kicareuh (Alangium begoniifolium), kaya (Khaya antoteka), laban (Vitex pubescens), lame (Alstonia scholatis R. BR), mahoni (Swietenia macrophylla), manglid (Manglietia glauca), pinus (Pinus merkusii), pingku (Dysoxylum sp), puspa (Schima walicii), rasamala (Altingia excalsa NORONHA), suren (Toona Sureni), trembesi (Enterolobium Saman PRAIN) dan tisuk (Hibiscus macrophyllus ROXB). Tanaman kayu yang menjadi primadona ini pada dasarnya sama dengan tanaman di desa lainnya. Variasi jenis yang banyak ini merupakan tanaman kayu lokal yang terus dikembangkan dan dipertahankan oleh petani, hal ini dapat meningkatkan keanekaragaman jenis tanaman kayu. Tanaman perkebunan ada 9 diantaranya tanaman coklat, aren, cengkeh, karet, kelapa, talingkup, teh, kopi dan picung. Demikian juga halnya dengan jenis tanaman buah jenisnya lebih banyak yaitu ada 19 jenis yaitu petai, jeruk, rambutan, mangga, sirsak, manggis, durian, menteng, duku, jengkol, nangka, picung, pisitan, alpukat, pisang, limus, sukun dan nanas. Tanaman obat dijumpai ada 3 jenis yaitu kapulaga, sereh dan pinang serta tanaman pangan yang banyak dijumpai adalah ubi jalar dan talas. 3.2. Pemanfaatan jenis tanaman Tanaman kayu rakyat yang ada di Kabupaten Tasikmalaya seluruhnya berjumlah 51 jenis dan semuanya dapat dimanfaatkan, bagian batangnya sebagai bahan bangunan ataupun bahan furniture. Kayu rakyat ini selain untuk memenuhi kebutuhan sendiri juga untuk konsumsi industri. Namun utamanya adalah untuk dijual, seperti disampaikan oleh Awang et al. (2007) bahwa tujuan kegiatan pemanenan hasil hutan rakyat yaitu kebutuhan sendiri atau menjualnya ke pembeli. Biasanya jika untuk konsumsi sendiri tanaman kayu ini akan dibiarkan lebih besar dan masak tebang. Namun jika akan dijual, penebangan kapan saja bisa terjadi tergantung dengan kebutuhan
dan biasanya diistilahkan dengan tebang butuh (Awang et al, 2007). Banyaknya jenis kayu rakyat yang ada wilayah Kabupaten Tasikmalaya, akan bertahan karena pasarnya sudah jelas yaitu untuk memenuhi konsumsi industri kerajinan. Ada beberapa tanaman kayu yang dimanfaatkan daunnya seperti jati yang digunakan sebagai pembungkus sayuran dan masakan namun hal ini sudah jarang dilakukan oleh masyarakat dilokasi penelitian. Daun manglid, afrika dan sengon muda digunakan sebagai pakan ternak, kegiatan ini dilakukan oleh petani di Desa Karyabakti Kabupaten Parungponteng. Daun bambu digunakan sebagai kerajinan tangan dan bahan pembungkus makanan dan ada beberapa tanaman kayu yang daunnya digunakan sebagai obat. Ada juga tanaman kayu yang bisa dimanfaatkan bijinya yaitu mahoni, namun pemanfaatannya belum dilakukan secara maksimal melainkan hanya kalangan tertentu saja. Tanaman non kayu yang terdapat di Kabupaten Tasikmalaya teridentifikasi ada 23 jenis, seluruhnya dapat dimanfaatkan oleh petani dengan berbagai cara, ada yang dimanfaatkan umbi, daun, biji, buah, dan batang. Tanaman non kayu ini dapat langsung dikonsumsi dan dijual supaya mendapat tambahan pendapatan. Selain itu tanaman non kayu yang batangnya berbentuk kayu juga dimanfaatkan sebagai bahan kontruksi rumah ataupun untuk bahan funirture, menurut Kepala Seksi pemasaran Dinas Kehutanan dan Perkebunan Ciamis (Perscom, Februari 2012) bahwa pohon nangka kayunya laku di pasaran untuk dijadikan sebagai bahan kontruksi bangunan. Demikian juga dengan batang kelapa, batangnya banyak dimanfaatkan sebagai bahan kontruksi rumah, seperti untuk kusen serta untuk bahan pembuatan meubel dan perlengkapan rumah tangga (Anonim, 2012). 3.3.Alasan pemilihan jenis tanaman penyusun hutan rakyat pola agroforestry Petani dalam mengembangkan tanaman kayu pasti memiliki alasan yang mempengaruhinya dalam pemilihan jenis tanaman seperti diuraikan pada Tabel 1. Alasan petani untuk menanam kayu primadona seperti mahoni, albasia dan manglid, kayu lokal serta tanaman non kayu lainnya dikelompokkan menjadi 7 aspek yaitu ekonomi, budidaya, succes story
Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012
423
Tabel 1. Alasan pemilihan Jenis tanaman penyusun hutan rakyat Alasan Menanam No (aspek) Kayu Primadona 1 Ekonomi Bisa dijual, menghasilkan uang dan membayar pajak Untuk biaya sekolah anak Kayu dan harganya bagus Nilai jual tinggi dan pasarnya bagus Untuk ongkos naik haji Dapat dijadikan sebagai tabungan
2
Jumlah responden Budidaya
Jumlah responden
Jenis Tanaman Kayu Non Dominan (Kayu lokal) Dapat menghasilkan uang untuk bayar pajak Untuk biaya sekolah anak Jangka pendek sudah menghasilkan uang Kayunya bagus dan dapat dijual Untuk dijadikan tabungan
Tanaman non kayu Karena dapat cepat dijual Cepat menghasilkan uang Ingin banyak penghasilan Penghasilan jangka pendek Harga jualnya tinggi Hasil yang diperoleh rutin
28 orang
26 orang
18 orang
Cepat besar dan pertumbuhannya karena umurnya pendek serta kayunya bagus Banyak penyakitnya tapi cepat besar untuk kayu albasia dan Tidak ada penyakitnya (manglid dan mahoni) Tanahnya cocok nanam kayu dan ringan pemeliharaan pertumbuhannya bagus dan cepat panen bibitnya gampang karena ada dikebun Daunnya untuk pakan ternak dan dapat dijadikan kompos Tumbuh sendiri dan tidak perlu pengawasan Tanah kosong jadi dtanami
Awalnya tumbuh sendiri
Tidak ada trubusannya sehingga tanah subur dan tidak harus sering dibersihkan lahannya
7 orang
14 orang
Dikembangkan karena bibitnya tersedia Mengisi kekosongan lahan Karena ingin punya tanaman kayu Cepat besar dan tumbuh sebagi pelindung kayu albasia biar tidak terkena penyakit daunnya bisa jadi obat dan sebagai pakan ternak kambing Untuk mengisi lahan yang kosong tidak mudah kena hama dan kayunya bagus 7 orang
No 3.
Alasan Menanam (aspek) Succes Story dan warisan
Kayu Primadona Digerakan oleh kelompok Banyak yang nanam jadi ikutan tanam Keingin sendiri sehingga coba nanam tanaman warisan orang tua Karena ingin punya tanaman kayu
4.
Jumlah responden Ekologi
5.
Jumlah responden Program Bantuan
6.
Jumlah responden Bahan Baku
Jenis Tanaman Kayu Non Dominan (Kayu lokal)
Tanaman non kayu ikutan orang lain
ikutan orang menanam karena digerakkan oleh kelompok tanaman warisan karena sudah ada di kebun
14 orang
17 orang
menjaga longsor menjaga kualiatas dan kelestarian lingkungan kesuburan tanah dan air
untuk menjaga longsor menjaga kelestarian dan kualitas lingkungan keindahan
4 orang
7 orang
0 orang
bibit bantuan dari kelompok karena ada bantuan
ada bantuan bibit
bibit mendapat bantuan
3 orang
5 orang
11 orang
untuk membuat rumah bahan bangunan
sebagai bahan bakar bahan bangunan rumah untuk konsumsi sendiri
bisa dimakan langsung untuk dimakan oleh petani dan keluarganya untuk konsumsi sehari-hari
3 orang
16 orang
bahan furniture Jumlah 6 orang responden 7. Kebutuhan senang jika melihat tanaman tumbuh Rohani dengan subur dan bagus Jumlah 1 orang responden Sumber data: diolah dari data primer 2011
10 orang
0 orang
0 orang
dan warisan, ekologi, program bantuan, bahan baku dan kebutuhan rohani. Aspek-aspek ini satu dengan lainnya saling memberi pengaruh terhadap keputusan petani untuk membudidayakan suatu jenis tanaman di lahannya. Responden mengaku bahwa pemilihan jenis tanaman ini dapat dipengaruhi oleh lebih dari satu aspek. Petani secara umum mengaku aspek ekonomi menjadi pendorong utama dalam membudidayakan suatu jenis tanaman, selain aspek budidaya. Petani mau menanam jika secara budidaya mudah untuk ditanam serta kayunya memiliki nilai jual yang tinggi. Petani mau menanam kayu lokal, salah satu alasannya yaitu untuk melindungi tanaman kayu primadona seperti albasia supaya tidak terkena hama dan penyakit. Nair (1981) menyatakan bahwa masalah pest tertentu sering bisa diatasi dengan menanam dua atau lebih tanaman secara bersama-sama. Alasan lain yang membedakan antara kayu primadona dan lokal adalah kayu lokal lebih banyak digunakan untuk konsumsi sendiri dan industri kerajinan rumah tangga. Aspek ekonomi juga melatarbelakangi petani dalam membudidayakan tanaman non kayu karena pendapatan yang diperoleh dalam jangka waktu yang pendek dan rutin serta dapat langsung dikonsumsi. Ada juga petani yang menanam kayu karena melihat keberhasilan orang lain, atau karena adanya dorongan dari kelompok, serta tanaman sudah ada di lahan tersebut sebelum lahan menjadi milik petani. Alasan tersebut dikelompokkan pada aspek success story dan warisan. Pada aspek kebutuhan rohani petani memiliki kepuasan jika bisa melihat hasil tanamannya dapat tumbuh dengan subur. Berdasarkan data yang terdapat di Tabel 1 diketahui bahwa dari 60 orang responden yang diwawancarai ternyata aspek ekonomi sebagai faktor utama yang mempengaruhi keputusan petani untuk memilih dan mengembangkan jenis tanaman. Hampir semua responden memperhatikan nilai ekonomi dari jenis kayu yang ditanamnya. Jumlah responden yang mengaku menanam karena alasan ekonomi yaitu 28 orang (kayu primadona), 26 orang (kayu lokal) dan 18 orang (tanaman non kayu). Aspek kedua yang mempengaruhi keputusan petani adalah aspek success story dan warisan yaitu 14 orang (kayu primadona), 17 orang (kayu lokal) dan 10 orang (tanaman non kayu).
426
4. Kesimpulan dan saran 1) Tanaman yang populer dan banyak ditanam untuk setiap lokasi penelitian memiliki kesamaan jenis baik itu untuk tanaman kehutanan, perkebunan, buah, obat dan pangan sedangkan tanaman yang kurang populer di masyarakat sangat bervariasi jenisnya sehingga setiap lokasi penelitian akan berlainan. Banyaknya variasi jenis tanaman yang terdapat di hutan rakyat seluruhnya dapat dimanfaatkan dan memiliki pasang pasar yang potensial untuk dikembangkan 2) Penanaman suatu jenis sangat dipengaruh oleh faktor internal dan eksternal petani. Faktor-faktor ini mempengaruhi keputusan petani dalam pemilihan jenis yang akan dibudidayakan. Faktor-faktor tersebut dikelompokkan menjadi 7 aspek yaitu: aspek ekonomi, budidaya, success story dan warisan, ekologi, program bantuan, bahan baku dan kebutuhan rohani. Faktor ekonomi serta success story dan warisan merupakan aspek yang paling banyak mempengaruhi responden petani dalam memutuskan pemilihan jenis tanaman. 3) Kayu lokal yang masih dibudayakan oleh petani memberikan peluang usaha serta dapat menekan serangan hama penyakit terhadap jenis-jenis kayu yang popular dan komersial. Untuk itu diperlukan dukungan dari berbagai pihak agar meningkatkan citra dari kayu-kayu lokal supaya keberadaan kayu-kayu lokal tetap dapat dipertahankan. Upaya yang dapat dilakukan berupa pemberian bantuan bibit bagi jenis-jenis lokal, teknik budidaya dan upaya peningkatan pemanfaatannya. 5. Daftar pustaka Anonim. 2012. Sekilas Pengolahan dan Manfaat Batang Kelapa. Website: http://www.dekindo.com/content/artikel/p engolahan_batang_kelapa.pdf. Diakses pada tanggal 9 Mei 2012. Awang, S.A., E. B. Wiyono dan S. Sadiyo. 2007. Unit Manajemen Hutan Rakyat: Proses Konstruksi Pengetahuan Lokal. Banyumili Art Network. Yogyakarta
Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012
Enda. 2011. Rencana Kerja Penyuluh Kehutanan Dan Perkebunan Kecamatan Pagerageung Tahun 2011. Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya Kecamatan Pagerageung. Hadiatulloh, Y. 2010. Programa Penyuluhan. Pertanian Perikanan dan Kehutanan. Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Sodonghilir Tahun 2010. Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya. BP3K Kecamatan Sodonghilir. Tidak Diterbitkan. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I – IV. Badan Penelitian Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan. Jakarta Nair.P.K.R. 1981. Agroforestry with coconuts and other tropical plantation crops. Proceedings of a Consultative Meeting held in Nairobi, Kenya. Santika, R.Y.W. 2004. Studi Pemilihan Jenis Tanaman Pada Kebun-Talun Di Desa Sinargalih Dan Desa Muaracikadu, Kecamatan Sindangbarang Kabupaten Cianjur.Website:http://repository.ipb.ac.id /bitstream/handle/123456789/19631/E04R YW.pdf?sequence=2. Diakses pada tanggal 9 Mei 2012.
Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012
427