KARAKTERISTIK PENGGERGAJIAN KAYU GANITRI (Elaeocarpus ganitrus Roxb.) DARI HUTAN RAKYAT DENGAN POLA AGROFORESTRY (Sawing Characteristic of Ganitri Wood From Community Forest with Agroforestry System Oleh/By: Mohamad Siarudin & Ary Widiyanto Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Jl. Raya Ciamis-Banjar Km 4, Ciamis 46201 Email:
[email protected] ABSTRACT Research on sawing characteristic of ganitri wood (Elaeocarpus ganitrus Roxb.) with live sawing and semi quarter sawing patterns has been conducted at BPTA Ciamis. The materials consisted of 34 manglid logs (17 logs for each sawing pattern) with diameter ranging from 20,75 cm to 33,50 cm, which were taken from community forest at Salawu, Tasikmalaya District, West Java. Results showed that recovery, sawing efficiency, productivit, fuel consumption and average of board width processed through live sawing pattern are 54,16%; 51,20%; 0,95 m3/h; 1,34 liter/m3; 17,11 cm respectively; while those of semi quarter sawing are 56,43%; 40,24%; 0,87 m3/jam; 1,13 liter/m3; 9,57 cm respectively. Analysis of t-test shows that both of sawing patterns are not different in recovery and productivity, but highly significantly different in sawing efficiency and average of board width and significantly different in fuel consumption. Live sawing pattern reveals higher sawing efficiency tend to produce wider boards and high fuel consumption . Keywords: Sawing pattern, live sawing, semi quarter sawing, elaeocarpus ganitrus ABSTRAK Penelitian tentang karakteristik penggergajian kayu ganitri (Elaeocarpus ganitrus Roxb.) dengan pola satu sisi dan pola semi perempatan telah dilaksanakan di BPTA Ciamis. Bahan yang digunakan adalah 34 dolok manglid (17 dolok untuk masingmasing pola penggergajian) yang berasal dari hutan rakyat di Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat dengan rentang diameter antara 20,75 cm sampai dengan 33,50 cm. Hasil menunjukkan bahwa rendemen, efesiensi menggergaji, produktifitas, penggunaan bahan bakar, dan rata-rata lebar papan pada pola satu sisi berturut-turut 54,16%; 51,20%; 0,95 m3/jam; 1,34 liter/m3; 17,11 cm, sedangkan pada pola semi perempatan berturut-turut 56,43%; 40,24%; 0,87 m3/jam; 1,13 liter/m3; 9,57 cm. Hasil uji-t menunjukan bahwa pola penggergajian satu sisi dan pola penggergajian semi perempatan menghasilkan rendemen dan produktifitas yang relatif seragam, namun berbeda sangat nyata pada efesiensi menggergaji dan lebar papan rata-rata, serta berbeda nyata pada penggunaan bahan bakar. Pola penggergajian satu sisi
1
menghasilkan efesiensi menggergaji yang lebih tinggi, sortimen papan yang lebih lebar serta penggunaan bahan bakar yang lebih tinggi. Kata kunci: Pola penggergajian, pola satu sisi, semi perempatan, ganitri I. PENDAHULUAN Di Indonesia, ganitri banyak dijumpai di beberapa daerah antara lain di Jawa Tengah, Jawa Barat (Bandung-Lembang), Sumatera, Kalimantan, Bali, dan Timor (Anonim, 2008). Bahkan pada tahun 1909 diketahui bahwa di Cicalengka, Tasikmalaya, dan Banjar, pohon ganitri dibudidayakan dalam talun ganitri (Bachtiar, 2007). Pada sistem agroforestry komplek, ganitri banyak dikombinasikan dengan beberapa tanaman buah-buahan seperti durian, mangga dan rambutan serta tanaman pertanian seperti pisang, kacang tanah dan singkong. Ganitri merupakani tanaman multiguna yang memiliki manfaat kayu maupun non-kayu. Salah potensi yang menjadikan pohon ganitri di kenal di dunia adalah hasil bijinya dimanfaatkan sebagai bagian ritual bagi pemeluk agama Hindu. Biji-biji ganitri diuntai membentuk rangkaian seperti tasbih bagi penganut Islam atau rosario bagi kaum Nasrani. Itulah sebabnya pasar terbesar biji ganitri ke India dan Nepal, negara di Asia Selatan yang memiliki penganut Hindu terbesar. Saat ini Indonesia adalah pemasok 70% kebutuhan biji ganitri dunia, sebanyak 20% pasokan lainnya dari Nepal. Sedangkan India, negara paling banyak menggunakan ganitri hanya memproduksi 5%. Menurut beberapa sumber, pengekspor dari Indonesia membutuhkan 350 ton biji kering ganitri sekali kirim (Bachtiar, 2007). Menurut Indian Times, setiap tahun jutaan biji ganitri asal Indonesia
2
masuk ke India dengan transaksi diestimasi mencapai Rp. 500-miliar (Helmina, 2007). Kayu ganitri dikenal memiliki tampilan yang mewah, ringan dan dijadikan sebagai bahan bangunan dan kosntruksi ringan, perkakas kayu, furniture, kayu lapis, papan sambung, plywood dll (Anonim, 2008). Ganitri memiliki berat jenis rata-rata 0,42 (0,40 ~ 0,45), kayu teras berwarna kuning dan kayu gubal berwarna putih. Sementara menurut Seng (1990) kayu ganitri memiliki kelas awet V dan kelas kuat III – IV. Meskipun kayu ganitri sangat potensial untuk dikembangkan sebagai penghasil kayu pada sistem agroforestry, saat ini informasi hasil-hasil penelitian mengenai karakteristik penggergajian dan pengerjaan jenis ganitri di Indonesia masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk karakteristik penggergajian ganitri pada dua pola penggergajian, yaitu pola satu sisi dan pola semi perempatan. Diharapkan informasi ini dapat menjadi pertimbangan bagi masyarakat yang melakukan budidaya ganitri dengan tujuan untuk dimanfaatkan kayunya.
II. BAHAN DAN METODE A. Bahan dan Peralatan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2009. Sampel pohon berasal dari hutan rakyat pola agroforestry kompleks/multistrata di Desa Sundawenang dan Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kab. Tasimalaya. Pengerjaan kayu akan dilaksanakan di Bengkel Kerja Balai Penelitian Kehutanan
3
Ciamis bekerja sama dengan industri penggergajian dan pengolahan kayu di Kab. Ciamis. Peralatan yang digunakan adalah mesin gergaji ban (Band Saw), alat ukur waktu (stop watch), meteran dll. Spesifikasi mesin gergaji yang digunakan adalah merk Dong Fang, model MJ-339 H, dan diameter pulley 36”.
B. Prosedur Kerja Dolok
ganitri
dikelompokkan
ke
dalam
dua
kelompok
dengan
menyetimbangkan keragaman diameter pada masing-masing kelompok. Kelompok pertama sejumlah 17 dolok dibelah dengan pola satu sisi, sedangkan kelompok kedua dengan jumlah yang sama dibelah dengan pola semi perempatan (Gambar 1). Proses pembelahan, perataan sisi dan pemotongan ujung sampai diperoleh papan persegi dengan ketebalan seragam (3 cm), kedua kelompok dolok dilakukan dengan menggunakan mesin gergaji pita dan operator yang sama. Pengamatan dan pengukuran dilakukan sebelum, selama dan sesudah proses pembelahan dolok.
a
b
Gambar 1. Pola penggergajian – pola satu sisi (a) dan pola semi perempatan (b)
4
Figure 1. Sawing patterns – live sawing pattern (a) and semi quarter sawing pattern (b) Pengamatan dan pengukuran yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Pengukuran waktu efektif dan waktu total Waktu efektif diukur pada saat proses pembelahan dan perataan sisi/ujung, yaitu setiap kali saat bilah gergaji menempel kayu sampai dengan saat bilah lepas dari kayu. Waktu total diukur pada setiap dolok, yaitu mulai pada saat dolok mulai berada diatas meja penggergajian sampai pembelahan dan perataan pingir/ujung selesai dilakukan. 2. Pengukuran dimensi papan Papan gergajian yang dihasilkan diukur lebar, panjang, tebal (seragam, 3 cm) dan ditentukan volumenya. 3. Pengamatan distribusi lebar papan Pengamatan distribusi lebar papan dilakukan dengan mengelompokkan lebar papan ke dalam beberapa kelas lebar 3-5 cm, 6-10 cm, 11-15 cm, 16-20 cm, 21-25 cm, 26-30 cm, 31-35 cm, dan >35. Pada masing-masing kelas lebar papan tersebut dihitung jumlah papannya.
C. Pengolahan Data Data hasil pengukuran diolah mejadi beberapa variabel dengan rumus sebagai berikut: 1. Volume dolok
V dolog 1 / 4..D 2 P
5
di mana : V dolok = Volume dolok (m3) D П
= 3,14
P
= diameter dolok = panjang dolok (m)
2. Rendemen
R di mana : R
V papan 100 V dolog
= Rendemen (%)
V papan
= volume papan (m3)
V dolok
= volume dolok (m3)
3. Efesiensi menggergaji E
di mana : E
We 100 Wtot
= Efisiensi menggergaji (%)
We
= waktu effektive (jam)
Wtot
= waktu total (jam)
4. Produktifitas
P di mana : P
V papan W tot
= Produktifitas (m3/jam)
V papan
= volume papan (m3)
W tot
= waktu total (jam)
5. Distribusi lebar papan Jumlah papan pada setiap kelas lebar papan dihitung persentasenya dibanding total papan yang dihasilkan masing-masing pola penggergajian. Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif. Data-data yang telah diolah dianalisis dengan uji-t dua sampel independen (Independent-Samples t-Test) untuk mengetahui perbedaan antara kedua pola penggergajian. Sampel dolok yang digunakan untuk kedua pola pernggergajian
6
diasumsikan memiliki keragaman yang seimbang atau homogen, sehingga terlebih dahulu dilakukan uji Levene untuk keseimbangan keragaman (Levene’s Test for Equality of Variances). Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan software SPSS 13. III.HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Dimensi dolok Dimensi dolok merupakan salah satu faktor yang menentukan rendemen penggergajian. Berdasarkan hasil pengukuran, rata-rata diameter dolok ganitri 25,66 cm dengan volume rata-rata 0,11 m3/dolok. Hasil pengukuran dimensi dolok dan rendemen penggergajian berdasarkan kelompok dolok yang dijadikan sampel untuk kedua pola penggergajian disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Dimensi dolok dan rendemen kayu ganitri Tabel 1. Log dimention and ganitri wood recovery Pola satu sisi Pola semi perempatan Perihal Satuan (Live sawing) (Semi quarter sawing) No (Items) (Unit) Kisaran Rata-rata Kisaran Rata-rata 1
Diameter batang
cm
(Log diameter) 2
Volume dolok
20,75 –
25,62
33,50 m3
(Log volume)
0,07 – 0,18
20,75 –
25,70
33,50 0,11
0,07 –
0,11
0,18
Hasil uji hipotesis Levene (Levene’s Test for Equality of Variances) sebagaimana disajikan dalam Tabel 2.
7
Tabel 2. Uji Levene untuk keseimbangan keragaman Tabel 2. Levene’s Test for Equality of Variances D V dolok K Nilai p (p-value)
0,930
0,968
0,437
T
L
0,446
0,081
Keterangan (remarks): D = diameter batang (log diameter); V log = volume dolok (log volume); K = kebundaran (circularity); T = keruncingan (taper); L = Kelengkungan Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai p yang yang dihasilkan dari uji Levene tidak ada yang lebih kecil dari α = 0,05 (taraf kepercayaan 95%). Hal ini berarti asumsi keragaman kedua kelompok sama besar terpeenuhi (equal variances assumed). Dengan kata lain keragaman diameter, volume dolok dan angka bentuk batang pada kedua kelompok relatif sama sehingga memenuhi asumsi untuk pengamatan variabel-variabel yang akan diperbandingkan pada uji-t. 2. Rendemen Tabel 3 menunjukkan bahwa pola penggergajian satu sisi menghasilkan rendemen berkisar antara 42,42 % sampai dengan 61,87 % dengan rata-rata 54,16 %. Rendemen pada pola penggergajian semi perempatan berkisar antara 47,98 % sampai dengan 66,18 % dengan rata-rata 56,43 %. Berdasarkan hasil uji beda (Tabel 4.4) dapat diketahui bahwa nilai-p pada uji-t sebesar 0,703 atau lebih besar dari α (0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rendemen pada kedua pola penggergajian tersebut tidak berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%. Hasil ini kurang lebih sama dengan penelitian pada tanaman manglid (Manglieta glauca) oleh Siarudin dan Rachman (2010), yang menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada rendemen dua pola penggergajian yang sama.
8
Tabel 3. Rendemen dua pola penggergajian Tabel 3. Recovery of two sawing pattern R (%) Pola penggergajian (Sawing patterns) min max rata-rata penggergajian satu sisi 42,42 61,87 54,16 (Live sawing) penggergajian semi perempatan 47,98 66,18 56,43 (Semi quarter sawing) Keterangan (remarks): R = rendemen (recovery); min = nilai terendah (minimum value); max = nilai tertinggi (maximum value) Berdasarkan perhitungan volume dolok total sejumlah 1,58 m 3 pada pola satu sisi dihasilkan volume papan 0,86 m 3, sedangkan pola semi perempatan menghasilkan volume papan 0,89 m3 dari total dolok 1,59 m3. Volume papan rata-rata per dolok pada kedua pola penggergajian tersebut sama, yaitu 0,06 m 3/dolok. Tabel 4. Uji-t dua pola penggergajian Tabel 4. T-Test of two sawing pattern Variabel t (Variable)
Derajat bebas (Degree of freedom) 28
Perbedaan Rata-rata (Mean difference) -2,26467
Nilai-p (pvalue)
Rendemen -1,165 0,703tn (Recovery) Efesiensi menggergaji 39.380 19,219 41,62733 0,000** (Sawing efficiency) Produktifitas 1,721 20,506 0,08200 0,100tn (Productivity) Penggunaan bahan bakar 2,541 23,439 0,21133 0,017* (Fuel consumption) Lebar papan 9,297 23,301 7,53733 0,000** (Width of board) Keterangan (remarks): * = berbeda nyata (significantly different) ** = berbeda sangat nyata (highly significantly different) tn = tidak berbeda nyata (no significantly different) 3. Efisiensi menggergaji
9
Hasil pengukuran waktu efektif dan waktu total rata-rata per dolok baik pada proses pembelahan maupun perataan sisi dan pemotongan ujung ditampilkan dalam Gambar 2. 2.00
4.50
1.84
1.80
1.20
3.62
3.50
waktu total (mnt)
waktu efektif (mnt)
1.60 1.40
4.09
4.00
1.63
1.17 1.19
1.00 0.80
0.67
0.60
0.44
3.00 2.50 2.00
1.60 1.60
1.50
0.40
1.00
0.20
0.50
-
2.49 2.02
-
Pembelahan
Pola satu sisi
Perataan
total
Pembelahan
Pola semi perempatan
Pola satu sisi
Perataan
total
Pola semi perempatan
(a) (b) Gambar 2. Waktu efektif (a) dan waktu total (b) rata-rata pada dua pola penggergajian Figure 2. Average of effective time (a) and total time (b) within two sawing patterns Gambar 2 (a) memperlihatkan total waktu efektif pada pola satu sisi lebih tinggi dibanding pada pola semi perempatan. Tingginya waktu efektif pada pola satu sisi tersebut diduga disebabkan proses perataan pinggir masih dilakukan pada kedua sisi papan; sementara perataan pinggir pada pola semi perempatan hanya pada salah satu satu sisi, karena sebelumnya dilakukan pembelahan awal yang menyebabkan salah satu sisi papan yang dihasilkan sudah rata. Hal ini terbukti dengan rendahnya waktu efektif perataan pinggir pada pola semi perempatan (rata-rata 0,44 menit) dibanding pola satu sisi (rata-rata 0,67 menit). Hal yang sebaliknya terjadi pada waktu total dimana dan waktu total pada pola semi perempatan tampak lebih tinggi dibanding pola satu sisi (Gambar 2 (b)). Hal ini
10
diduga disebabkan pola yang lebih rumit pada pola semi perempatan membutuhkan pernyiapan penempatan log dalam proses pembelahan yang memerlukan waktu relatif lebih lama. Demikian juga jumlah lintasan pada proses pembelahan pola semi perempatan lebih banyak dibanding pola satu sisi (Gambar 1). Dengan demikian dapat dijelaskan juga bahwa meskipun rendemen kedua pola tersebut relatif seragam, tetapi pola semi perempatan membutuhkan waktu yang lebih besar sehingga efesiensinya lebih rendah dari pola satu sisi (Tabel 5). Sebagaiman dikemukakan Rachman dan Malik (2008), pola perempatan memerlukan waktu lebih selama produksi untuk mendapatkan irisan dengan posisi radial yang lebih tepat. Tabel 5. Efisiensi menggergaji pada dua pola penggergajian Tabel 5. Sawing efficiency within two sawing pattern Nilai rata-rata per dolok (Average value per log) Pola penggergajian (Sawing patterns) We Wtot E (%) (menit) (menit) penggergajian satu sisi 1,84 3,62 51,20 (Live sawing) penggergajian semi perempatan 1,63 4,09 40,24 (Semi quarter sawing) Keterangan (remarks): We = waktu efektif (effecitve time); Wtot = waktu total (total time); E = efisiensi menggergaji (sawing efficiency) Pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa efesiensi menggergaji pada pola satu sisi lebih besar daripada pola perempatan. Hasil uji-t pada Tabel 4 menunjukkan bahwa efesiensi menggergaji pada kedua pola tersebut bebeda sangat nyata. Pada pola penggergajian satu sisi, dari waktu total rata-rata proses pembelahan 3,62 menit per dolok, waktu efektif gergaji membelah sebesar 51,20% atau 1,84 menit. Sementara
11
pada pola semi perempatan, dari total waktu rata-rata 4,09 menit per dolok hanya 1,63 menit waktu efektifnya atau 40,24 %. Sebagaimana sudah dijelaskan, rendahnya efesiensi pada pola semi perempatan disebabkan pola ini membutuhkan penempatan dolok yang relatif lebih rumit dibandingkan pola satu sisi pada saat proses pembelahan. 4. Produktifitas Pada Tabel 6 dapat diketahui produktifitas pola satu sisi cenderung lebih tinggi dibanding pola semi perempatan, tetapi hasil uji-t pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa produktifitas penggergajian pada kedua pola tersebut tidak berbeda nyata ata relatif seragam. Produktifitas pada pola satu sisi dan pola semi perempatan masingmasing sebesar 0,95 m3/jam dan 0,87 m3/jam atau keduanya hanya memiliki selisih 0,08 m3/jam. Perbedaan ini berbeda dengan hasil penelitian Rachman dan Balfas (1989) pada jenis rasamala (Altingia excelsa Noronha) yang menyatakan bahwa pola satu sisi meningkatkan produktifitas penggergajian jenis tersebut sebesar 0,18 m3/jam dibanding pola semi perempatan. Produktifitas penggergajian ganitri yang cukup tinggi pada pola satu sisi serupa dengan hasil penelitian Rachman dan Balfas (1993) dalam Sutigno dkk (2000) pada jenis mangium (Acacia mangium Willd) yang menunjukkan bahwa rata-rata produktifitas penggergajian pada jenis tersebut dapat mencapai 0,906 m3/jam. Tabel 6. Produktifitas pada dua pola penggergajian Tabel 5. Productivity within two sawing pattern Pola penggergajian
12
P (m3/jam)
(Sawing patterns)
min
max
rata-rata (average)
penggergajian satu sisi 0,55 1,18 0,95 (Live sawing) penggergajian semi perempatan 0,76 1,03 0,87 (Semi quarter sawing) Keterangan (remarks): P = produktifitas (productivity); min = nilai terendah (minimum value); max = nilai tertinggi (maximum value) Produktifitas penggergajian ditentukan berdasarkan volume papan yang dihasilkan persatuan waktu total (waktu penyiapan dan waktu proses penggergajian per dolog) yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah volume papan tersebut. Produktifitas yang seragam pada kedua pola tersebut menunjukkan meskipun efisiensi pada pola satu sisi lebih tinggi, tetapi volume papan yang dihasilkan tetap seragam dengan pola semi perempatan pada kisaran waktu yang sama. Dengan kata lain, pola semi perempatan lebih banyak membutuhkan waktu penyiapan selama proses pembelahan, namun tetap menghasilkan volume papan yang sama dengan pola satu sisi. Lebih lanjut, dengan produktifitas yang sama, perbedaan hasil papan kedua pola terjadi pada distribusi lebar papannya (Gambar 3 dan Gambar 4) 5. Distribusi lebar papan Hasil pengukuran lebar papan menunjukkan bahwa pola penggergajian satu sisi menghasilkan papan dengan lebar berkisar antara 8.5 cm sampai dengan 30,5 cm dengan rata-rata 17,39 cm. Pola penggergajian semi perempatan menghasilkan papan dengan lebar berkisar antara 4 cm sampai dengan 21 cm dengan rata-rata 9,73 cm. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pola penggergajian satu sisi menghasilkan papan yang lebih lebar daripada pola semi perempatan.. Hal ini dapat dilihat dari hasil
13
uji-t (Tabel 4) yang menunjukkan hasil lebar papan antar dua pola penggergajian yang berbeda sangat nyata (taraf kepercayaan 99%). 100
jumlah papan
80
75
60 47
40
28
24
20
24
0
0
3-5
6-10
21
11
9
11-15
16-20
1
4 0
02
21-25
26-30
31-35
00
>35
lebar papan (cm) Pola satu sisi
Pola semi perempatan
Gambar 3. Distribusi lebar papan pada dua pola penggergajian Tabel 5. Distribution of board width within two sawing pattern Pada Gambar 3 dapat diamati bahwa sebaran lebar papan pada pola penggergajian satu sisi tertinggi pada lebar 11-15 cm, yaitu sejumlah 28 papan (32 %), dan tidak terdapat lebar papan kurang dari 6 cm atau kelas 3-5 cm. Jumlah papan relative tinggi pada pola ini juga terdapat pada kelas lebar 16-20 cm dan 21-25 cm, yaitu sebanyak masing-masing 24 papan (atau 27 %) dan 21 papan (atau 24 %). Sementara sebaran lebar papan pada pola semi perempatan tertinggi pada lebar 6-10 dengan jumlah mencapai 75 papan atau 47 %, dan tidak terdapat papan dengan lebar lebih dari 26 cm. Jumlah lebar papan dengan lebar 3-5 cm pada pola ini bahkan cukup tinggi, yaitu mencapat 24 papan atau 15 %, sementara pada pola satu sisi tidak didapat lebar papan pada kelas ini. Dengan kata lain pola satu sisi memiliki kecenderungan menghasilkan papan yang lebih lebar dibanding pola semi
14
perempatan. Hal ini seperti hasil penelitian Rachman (1991) pada jenis sengon (Praserianthes falcataria) bahwa pola satu sisi menghasilkan papan lebih lebar yaitu 61% papan dengan lebar 15 - 17,5 cm sementara pada pola semi perempatan menghasilkan 42% papan dengan lebar 10 - 12,5 cm. Papan yang dihasilkan dari pola satu sisi berjumlah 88 papan dan pada pola semi perempatan berjumlah 158 papan atau hampir dua kali lipat lebih banyak dari jumlah papan pada pola satu sisi. Perbedaan jumlah yang cukup mencolok tersebut memperlihatkan kecenderungan lebar yang berbeda sangat nyata, mengingat rendemen kedua pola penggergajian tersebut relatif seragam berdasarkan hasil uji-t (Tabel 4). IV. KESIMPULAN 1. Rendemen, efesiensi menggergaji, produktifitas, penggunaan bahan bakar, dan rata-rata lebar papan pada pola satu sisi berturut-turut 54,16%; 51,20%; 0,95 m3/jam; 1,34 liter/m3; 17,11 cm, sedangkan pada pola semi perempatan berturutturut 56,43%; 40,24%; 0,87 m3/jam; 1,13 liter/m3; 9,57 cm. 2. Pola penggergajian satu sisi dan pola penggergajian semi perempatan menghasilkan rendemen dan produktifitas yang relatif seragam, namun berbeda sangat nyata pada efesiensi menggergaji dan lebar papan rata-rata, serta berbeda nyata pada penggunaan bahan bakar. 3. Pola penggergajian satu sisi menghasilkan efesiensi menggergaji yang lebih tinggi, sortimen papan yang lebih lebar serta penggunaan bahan bakar yang lebih tinggi.
15
4. Penggergajian ganitri dengan pola satu sisi dapat diterapkan untuk menghasilkan papan yang lebih lebar dengan tampilan serat yang lebih menarik, selain efesiensi yang lebih tinggi. Pola penggergajian semi perempatan dapat dipertimbangkan untuk tujuan penggergajian yang menginginkan hasil papan perempatan (quarter sawn board) dengan rendemen dan produktifitas yang tidak berbeda, serta penggunaan bahan bakar yang lebih hemat dengan pola satu sisi. V. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1999. Botaical Description of Rudraksha. www.thereligiousproducts. com/botanical-description-rudraksha.html. Diakses pada tanggal 12 Februari 2009. ______,
2007. Fotokimia Herbal Konya. www.geocities.com/bert_tons/ fitokimia.html. Tanggal akses: 21 Juni 2007
______, 2008. Geo Info: Ganitri (Elaeocarpus ganitrus) di Indonesia. staff.blog.ui.edu/taqyudin/index.php/2009/01/10/info-penting-ganitrielaeocarpus-sphaericus. Diakses pada tanggal 12 Februari 2009. Bachtiar, T., 2007. Ganitri, Pohon Mata Dewa Penyerap Polutan. pr.qiandra.net.id/prprint.php?mib=beritadetail&id=29619. Diakses pada tanggal 12 Februari 2009. Helmina, A., 2007. Bisnin Menggiurkan Pengingat Tuhan. www.trubusonline.co.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=9&artid=978 . Diakses pada tanggal 12 Februari 2009. Rachman, O., 1991. Pengaruh Pengerasan Mata Gergaji dan Pola Penggergajian terhadap Karakteristik Penggergajian Kayu Sengon (Paraseianthes falcataria). Jurnal Penelitian Hasil Hutan 9 (4) 1991: 163 – 169. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor. Rachman, O., dan J. Balfas, 1989. Pengaruh Peracunan Triklopir dan Pola Penggergajian Terhadap Sifat Penggergajian Kayu Rasamala (Altingia excelsa Noronha). Jurnal Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan 6 (5) 1989: 292-298. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.
16
Rachman, O., dan J. Malik, 2008. Penggergajian dan Pengerjaan Kayu, Pilar Industri Perkayuan Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor. Tidak diterbitkan. Seng, O.D., 1990. Spesific Grafity of Indonesian Woods and Its Significance for Practical Use, Diterjemahkan oleh Suwarsono P,H, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Departemen Kehutanan Indonesia. Bogor. Indonesia. Siarudin, M., dan O. Rachman, 2010. Karakteristik Penggergajian Kayu Manglid (Manglieta glauca Bl.) dengan Pola Satu Sisi dan Pola Semi. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan. Vol 3, No. 2 Th 2010. Institut Pertanian Bogor.
17