POTENSI HUTAN RAKYAT DENGAN POLA AGROFORESTRY DI DAERAH CIAMIS DENGAN TANAMAN POKOK GANITRI (Elaeocarpus ganitrus) Oleh : Levina A.G. Pieter dan Budi Rahmawan
ABSTRAK Hutan rakyat merupakan lahan yang ditanami pepohonannya oleh pemilik. Hutan rakyat sekarang sangatlah marak dikelola oleh masyarakat di Indonesia. Salah satu jenis hutan rakyat yang sering digunakan adalah dengan menggunakan pola agroforestry dimana terjadi penggabungan antara komponen tanaman kayu dengan tanaman pertanian dan terkadang hewan. Agroforestry sering digunakan oleh masyarakat karena mengoptimalkan hasil lahan dengan berbagai macam tanaman yang biasanya memiliki waktu panen berbeda, sehingga masyarakat memiliki pendapatan yang berkelanjutan. Agroforestry sendiri bertujuan untuk mengoptimalkan hasil dari setiap komponennya dengan model pertanaman campur, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ganitri merupakan salah satu tanaman yang sering dijumpai pada hutan rakyat di daerah Ciamis. Ganitri sendiri merupakan tanaman jenis cepat tumbuh, secara alam mudah ditemukan dan tidak membutuhkan tempat hidup yang spesifik sehingga sesuai untuk hutan rakyat dengen pola agroforestry. Ganitri merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat, bijinya digunakan untuk alat beribadat agama Hindu, perhiasan dan obat dan bahan penyamak. Kayunya digunakan sebagai bahan baku pembuat piano dan biola, selain itu digunakan juga sebagai bahan bangunan. Tanamannya pun sering digunakan sebagai peneduh dan penyerap polutan. Kata kunci : Hutan Rakyat, Agroforestry, Ganitri (Elaeocarpus ganitrus), Ciamis
I.
PENDAHULUAN
Hutan rakyat (farm-forestry) adalah hutan di mana petani/pemilik lahan menanam pepohonan di lahannya sendiri. Mereka biasanya telah mengikuti pendidikan, latihan dan penyuluhan kehutanan ataupun memperoleh bantuan untuk kegiatan kehutanan (Hairiah,2003). Hutan rakyat merupakan bentuk pengelolaan lahan yang paling banyak digunakan di daerah Jawa Barat. Dalam prakteknya pengelolaan hutan rakyat dapat berupa hutan campuran yang murni merupakan tanaman berkayu, dan dengan agroforestry, melibatkan tanaman pertanian dan terkadang hewan dalam pengelolaannya. Dengan adanya hutan rakyat, maka diharapkan tercipta pelestarian baik pelestarian tanah dan air maupun pelestarian hutan. Menurut Cannel MGR (dalam Indriyanto,2008), agroforestry merupakan suatu system penggunaan tanaman dengan cara menanam pohon dan herba bercampur dalam bentuk zonasi atau secara berurutan menurut waktu atau dengan atau tanpa hewan yang diharapkan memberikan keuntungan lebih besar daripada jika hanya menanam tanaman pertanian saja atau tanaman kehutanan _____________________________________________________________________________________
60
Prosoding Workshop Status Riset dan Rencana Induk Penelitian Agroforestry
saja. Agroforestry dikelompokkan menjadi dua kategori utama, yaitu Agroforestry sederhana dan agroforestry kompleks. Agroforestry sederhana hanya merupakan perpaduan antara pepohonan dengan tanaman pangan. Untuk agroforestry kompleks dapat berupa hutan dan kebun. Penampakan fisik dan dinamika di dalamnya mirip dengan ekosistem hutan alam primer maupun sekunder (de Foresta, 2000). Menurut Mercer (1985) dalam Rachman(2010), Tujuan agroforestry adalah mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya khususnya sumberdaya tanah, hutan, pohon, dan sumberdaya manusia untuk meningkatkan pembangunan ekonomi lestari bagi masyarakat pedesaan dimana kegiatan agroforestry tersebut dilaksanakan. Untuk meningkatkan produktivitas pada hutan rakyat dengan system agroforestry, maka diperlukan pemilihan jenis yang tepat, kesesuaian tumbuh dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Ganitri (Elaeocarpus ganitrus, Roxb.) atau yang sering disebut jenitri, jenistri (Jawa Barat) merupakan tanaman berkayu yang banyak penggunaannya adalah bijinya sebagai alat untuk beribadat agama Hindu. Tanaman ini tersebar luas di daerah Asia. Tanaman yang termasuk dalan bangsa Malvales dan suku Elaeocarpaceae ini merupakan salah satu tanaman yang banyak ditanam di daerah Jawa Barat. Ganitri memiliki buah berwarna biru gelap hingga keunguan dan daun tua yang berwarna merah dengan gerigi pada pinggirnya dan berujung runcing berbentuk lanset, kayu berwarna putih. Ganitri selain digunakan bijinya, dapat juga kayunya sebagai bahan bangunan. Masa panen bagi kayunya adalah 20 tahun. Ganitri tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang sulit sehingga mudah untuk ditanam. II.
METODE
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dari hasil penelitian dan studi pustaka dari beberapa sumber terkait. III.
PERSEBARAN GANITRI DI CIAMIS
Ganitri pada daerah Jawa Barat tersebar pada ketinggian 0-1500 mdpl. Ganitri ditemukan di habitat asli pada ketinggian 1000 – 1500 mdpl di Jawa Barat. Pada kabupaten Ciamis, ganitri ditemukan pada kecamatan Cimerak, Gunung Sawal, Banjarsari, Kertamukti, Pangandaran, Padaherang, Kalipucang, Cijulang, Pamarican, Cimari, dan Pawindan. Pemanfaatan ganitri diambil kayu dan buahnya. Ganitri pada di habitat asli hutan alam ditemukan pada ketinggian 1200 pada Gunung Sawal. Ganitri pada habitat aslinya memiliki kenampakan batang yang bengkok dengan daun yang relative kecil. Ganitri pada hutan rakyat banyak ditemukan dalam bentuk monokultur, hutan campur dan agroforestry. Berikut disajikan pola penanaman ganitri pada daerah Ciamis.
Prosiding Workshop ____________________________________________________________________________________ Status Riset dan Rencana Induk Penelitian Agroforestry 61
Tabel 1. Pola Pengelolaan Ganitri di Kabupaten Ciamis No. Pola pengelolaan Kecamatan Ketinggian 0-100 m 1 Monokultur Pangandaran dpl Pangandaran, Pawindan, 0-126 m 2 Hutan Campuran Banjarsari dpl Cimerak, Cijulang, Pamarican, Cimari,Padaherang, 0-334 m 3 Agroforestry Panjalu dpl
Penggunaan Biji
Biji
Biji, kayu dan peneduh
Ganitri pada daerah Ciamis lebih banyak digunakan bijinya. Untuk penggunaan biji, maka biasanya tanaman ganitri memiliki kenampakan batang bengkok, diameter kecil, bercabang banyak, dan tanaman kerdil karena sering dikerat untuk mendapatkan hasil biji yang kecil (Gambar 1). Beberapa daerah menggunakan bibit yang merupakan hasil stek maupun okulasi untuk mempercepat pembuahan. Biji kemudian akan dikirim ke Jawa Tengah. Untuk penanaman dengan tujuan produksi kayu, ganitri memiliki kenampakan yang berbeda yaitu batang yang lurus dan tinggi, beberapa diberi perlakuan pruning untuk mempercepat pertumbuhan dan mengurangi beban tanaman.
Gambar 1. Kenampakan Ganitri yang dikerat IV.
PENGELOLAAN GANITRI BERBASIS AGROFORESTRY
Ganitri dikelompokkan kedalam jenis cepat tumbuh, secara alam mudah ditemukan dan tidak membutuhkan tempat hidup yang spesifik, sehingga sangat sesuai untuk ditanam pada hutan rakyat. Selain itu, ganitri tidak hanya bisa digunakan bijinya, tetapi juga kayunya yang digunakan sebagai bahan baku _____________________________________________________________________________________
62
Prosoding Workshop Status Riset dan Rencana Induk Penelitian Agroforestry
industri gitar dan piano juga digunakan untuk bahan konstruksi bangunan (Rachman). Selain itu tanaman ganitri terkadang dijadikan peneduh, penyerap polutan dan bisa dijadikan tanaman hiasan. Penanaman ganitri pada dataran rendah memiliki penggunaan yang berbeda, biasanya untuk produksi bijinya. Nilai biji ganitri tergantung dari ukuran biji. Semakin kecil biji, maka akan semakin tinggi nilainya. Berikut merupakan gambar peringkat biji ganitri (Gambar 2). Permintaan terhadap biji ganitri terbesar berasal dari daerah India dengan potensi yang cukup menjanjikan. Tetapi pengelolaan ganitri sendiri masih sedikit di daerah Ciamis yang benar benar memperhatikan kualitas biji yang dihasilkan. Kurangnya pengetahuan petani untuk menghasilkan buah dengan biji kecil menyebabkan kurang optimalnya biji yang dihasilkan. Penanaman ganitri dalam skala besar pun masih sedikit ditemukan, hanya terdapat pada Kecamatan Pangandaran saja di Kabupaten Ciamis.
Gambar 2. Peringkat biji ganitri Ganitri pada daerah Ciamis ditemukan dalam beberapa bentuk pengelolaan agroforestry yaitu secara tumpangsari, multilapisan tajuk (Gambar 3) dan kebun. Biasanya ganitri tidak ditanam dengan jarak yang teratur. Kebun pekarangan merupakan kebun campuran yang terdiri atas tanaman tahunan yang menghasilkan buah-buahan, sayuran serta tanaman semusim yang terletak di sekitar rumah (Arsyad,1989 dalam Indriyanto,2008). Pada system multilapisan tajuk dan kebun pekarangan biasanya terdapat anakan alam ganitri. Permudaan buatan ganitri sendiri cukup sulit karena lapisan biji yang cukup keras sehingga sulit untuk mendapatkan benih. Pada penanaman multilapisan tajuk ini, tingkat kegagalan petani rendah karena beragammya tanaman yang ada, sehingga, apabila salah satu gagal, maka masih terdapat tanaman lainnya. Pola ini pun dapat dikatakan membutuhkan sedikit pemeliharaan karena sudah terjadi keseimbangan sendiri di dalamnya yang merupakan interaksi antar komponen.
Prosiding Workshop ____________________________________________________________________________________ Status Riset dan Rencana Induk Penelitian Agroforestry 63
Gambar 3. Sistem multilapisan tajuk dengan tanaman Ganitri Pada system tumpang sari, tanaman keras biasanya ditanam hanya dengan tanaman palawija atau semusim. Dengan jarak tanam yang teratur dan biasanya dilakukan pada lahan subur, dengan jarak tanam teratur dan pengerjaan yang intensif. Penamanan dengan system tumpang sari dilakukan hanya pada tanaman ganitri yang berumur muda hingga 4 tahun, agar tanaman semusim bisa mendapatkan cukup matahari. Selain itu, lahan yang subur dan pengolahan tanah yang intensif bagi tanaman semusim dapat juga memperbaiki nutrisi bagi tanaman ganitri. Ganitri pada daerah Ciamis biasanya ditanam secara tumpang sari dengan tanaman semusim berupa cabe, terong (Solanum melongena), kacang panjang (Phaseolus vulgaris) dan padi (Oryza sativa). Selain tanaman semusim, ganitri juga lazim dijumpai dengan tanaman empon-empon seperti jahe (Zingiber officinale Rosc.), kunyit (Curcuma longa), dan kapulaga (Amomum compactum). Menurut Rachman (2010), ganitri pada awal pertumbuhannya memerlukan naungan untuk bertumbuh, sehingga diperlukan tanaman campuran lainya yang bersifat lebih cepat tumbuh dan memiliki tajuk yang menaungi ganitri. Salah satu contoh tanaman yang bisa menaungi ganitri adalah sengon dan Suren. Berikut ini merupakan salah satu contoh penanaman anakan ganitri dengan naungan pohon kelapa (Gambar 4).
_____________________________________________________________________________________
64
Prosoding Workshop Status Riset dan Rencana Induk Penelitian Agroforestry
Gambar 4.Penanaman Anakan Ganitri dengan naungan Ganitri merupakan tanaman yang mudah ditanam karena tidak mengeluarkan zat alelopati sehingga dapat berasosiasi dengan tanaman lain selain itu untuk penghasil buah maka ganitri tidak harus pada tempat yang sesuai (dataran tinggi). Pada daerah Ciamis, tanaman hutan yang sering ditanam berasosiasi dengan ganitri adalah Sengon (Falcataria molluccana), Jati (Tectona grandis), tisuk (Hibiscus macrophyllus), mahoni (Swietenia macrophylla) dan Manglid (Manglieta glauca). Tanaman lain yang sering ikut ditanam adalah kelapa (Cocos nucifera), mangga (Mangifera spp.), rambutan (Nephelium sp.), bambu (Bambusa sp.) dan cengkeh (Syzygium aromaticum). V.
PENUTUP
Agroforestry merupakan salah satu bentuk pengelolaan hutan rakyat yang sering digunakan pada daerah Ciamis. Agroforestry sendiri bertujuan untuk mengoptimalkan hasil dari lahan dan juga untuk meningkatkan konservasi tanah dan air pada lahan milik.Ganitri mudah tumbuh dan berasosiasi dengan tanaman lain dan juga memiliki permudaan yang menyukai naungan sehingga dapat ditanam bercampur dengan tanaman lain baik tanaman semusim maupun tanaman keras dalam bentuk agroforestry. Pemanfaatan yang dimiliki ganitri sebenarnya cukup banyak, seperti penggunaan bijinya selain dari kayunya. Ganitri merupakan tanaman yang potensial untuk ditanam pada lahan masyarakat, tetapi keterbatasan pengetahuan mengenai tanaman ini dan budidayanya menyebabkan kurang berkembangnya ganitri.
DAFTAR PUSTAKA De Foresta, H.,A. Kusworo, G. Michon, dan W.A. Djatmiko. 2000. Ketika Kebun Berupa Hutan: Agroforest Khas Indonesia Sebuah Sumbangan Masyarakat. ICRAF. Bogor. Hairiatun, K., M.A. Sardjono, S. Sabarnudin. 2003. Pengantar Agroforestri. ICRAF. Bogor.
Prosiding Workshop ____________________________________________________________________________________ Status Riset dan Rencana Induk Penelitian Agroforestry 65
K. Heyne. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid II. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta http://bpthbalinusra.net/isbseedleaflet/202--elaeocarpus-sphaericusschum.html diakses 19 Desember 2011. Indriyanto.2008. Pengantar Budidaya Hutan. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Rachman, E., A. Rohandi, A. Hani. 2010. Evaluasi Penerapan Pola Tanam Jenis Pohon Potensial Pada Hutan Rakyat. Tulisan pada Prosiding Seminar Hasil- Hasil Penelitian “ Peningkatan Produktivitas Hutan Rakyat Untuk Kesejahteraan Masyarakat”. Balai Penelitian Kehutanan Ciamis dan Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor. Hal: 27-41. Rachman, E., T. Rostiwati, dan S. Bustomi. Ganitri (Elaocarpus sphaericarpus schum and e. ganitri) Pohon Serbaguna yang Potensial di Hutan Rakyat. www.forplan.id, diakses 20 desember 2011. Rohandi, A., Gunawan, L.A.G.Pieter, D. Swestiani,dan I.S. Ruhimat. 2010. Laporan Hasil Penelitian “.Strategi Pengembangan Tanaman Potensial Jenis Ganitri Berbasis Sebaran Populasi dan Potensi Lahan di Jawa Barat”. Balai Penelitian Kehutanan Ciamis. Tidak dipublikasikan.
_____________________________________________________________________________________
66
Prosoding Workshop Status Riset dan Rencana Induk Penelitian Agroforestry