Topik 1 : Penguatan Pendidikan Karakter di Satuan Pendidikan
MENABUR KASIH MEMBENTUK KARAKTER ANTIKEKERASAN DALAM LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA NEGERI 1 TONDONG TALLASA KABUPATEN PANGKEP ARTIKEL OLEH MUSDAYAN HARUNA, S.Pd. (Guru SMA Negeri 1 Tondong Tallasa, Sulawesi Selatan) I. Pengantar Hasil penelitian menunjukkan bahwa agresi psikologis dapat membuat anak menjadi sulit beradaptasi atau bahkan berperilaku buruk, karena berbagai faktor. Bentuk penerapan disiplin terlalu keras pada anak biasanya dilakukan oleh orang tua yang masih muda usia, sebaiknya jangan dilakukan. Hal ini dapat memengaruhi mental anak di masa mendatang. Begitulah kesimpulan akhir sebuah survai
tentang orang tua dan perilaku agresif terhadap anak yang
dilakukan oleh Murray Straus, sorang sosiolog dari Universitas of New Hampshire terhadap 991 orang tua (Tim Penyusun, 2010: 80) Menurut penelitian tersebut, membentak dan mengancam adalah bentuk paling umum dari agresi yang dilakukan orang tua. Tindakan yang lebih ekstrim lagi seperti mengancam, memaki, dan memanggil secara kasar dengan panggilan bodoh, malas, nakal, dan sebagainya, maka membentak memang paling banyak dilakukan. Perlakuan seperti uraian di atas, sering pula dilakukan di satuan pendidikan jenjang SMA / SMK dan sederajat. Sebagian dari pengajar (guru BK) telah melaksanakan tugas sebagai guru Bimbingan dan Konseling yang tidak seperti diharapkan. Pada umumnya guru Bimbingan dan Konseling yang melakukan hal ini adalah pengajar yang tidak sesuai disiplin ilmunya mendapatkan tugas BK. Sebagian kecil dari guru ini adalah tenaga pengajar yang profesional yang kekurangan jam sertifikasi (24 jam) pada bidang pelajaran lain kemudian diberi tambahan jam sebagai guru Bimbingan dan Konseling. Penanganan dengan cara kekerasan menambah karakter siswa yang lebih buruk. Agresi siswa SMA / SMK dan sederajat menjadi sulit beradaptasi bahkan MUSDAYAN HARUNA, S.PD.
( ARTIKEL SIMPOSIUM GURU NASIONAL 2016 )
1
Topik 1 : Penguatan Pendidikan Karakter di Satuan Pendidikan
berperilaku buruk, kurang percaya diri, bahkan menjadi pemberontak. Padahal secara psikologis, karakter siswa yang buruk dapat diperbaiki dengan cara yang lebih halus dengan penuh rasa kasih sayang. Kasih sayang merupakan salah satu unsur makanan otak yang penting dan benar-benar dibutuhkan oleh anak untuk hidup. Kasih sayang ternyata tidak hanya memengaruhi perkembangan emosi anak, tetapi juga memberikan pengaruh besar terhadap arsitektur otak (Tim Penyusun, 2010:75). Penguatan pendidikan karakter di satuan pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai upaya. Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh guru Bimbingan dan konseling adalah menerapkan layanan menabur kasih membentuk karakter antikekerasan. Secara kodrat guru Bimbingan dan Konseling akan dibebani tugas membina karakter anak didik. Seorang guru BK harus mampu menunaikan tugasnya
dan bertanggung jawab sebagai pembina karakter anak didik. Oleh
karena itu, seorang guru dituntut lebih dahulu membina dan mendidik diri sendiri, membina pribadi sendiri, sehingga tingkah laku, perbuatan maupun ucapannya dapat digunakan sebagai contoh karakter yang baik bagi siswa. Dengan demikian, betapa harus berhati-hatinya guru membawa diri di depan siswa atau peserta didik. Tiap gerakan atau perbuatan dan ucapan, khususnya guru bimbingan dan konseling akan terlihat dan menjadi contoh dalam pemahaman kepribadian peserta didik untuk perkembangan karakternya. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis artikel menawarkan sebuah layanan membentuk karakter antikekerasan dengan cara “menabur kasih”. Sebuah layanan dalam bimbingan dan konseling yang secara halus memberikan arahan atau pertolongan dalam menindaklanjuti siswa yang bermasalah. Menabur kasih memberikan sentuhan kasih sayang untuk memahami, mengungkap, dan memberikan jalan keluar terhadap permasalahan yang dihadapi peserta didik yang bermasalah untuk membentuk karakter yang diharapkan sehingga anak secara jujur mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya. Berdasarkan tujuan ini penulis tertarik menulis artikel dengan judul “Menabur Kasih Membentuk Karakter Antikekerasan dalam Layanan Bimbingan dan Konseling SMAN 1 Tondongtallasa Kab. Pangkep”.
MUSDAYAN HARUNA, S.PD.
( ARTIKEL SIMPOSIUM GURU NASIONAL 2016 )
2
Topik 1 : Penguatan Pendidikan Karakter di Satuan Pendidikan
II. Masalah Menerapkan Menabur Kasih membentuk karakter antikekerasan dalam layanan bimbingan dan konseling berterima dengan baik bagi siswa di SMA Negeri 1 Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep. Hal paling mendasar dalam layanan bimbingan dan konseling ini adalah sedapat mungkin memperlakukan siswa yang berkonflik dengan pemberian kasih sayang dan memperbaiki karakter (antikekerasan) untuk membentuk karakter yang diharapkan. Tiap orang mengalami problema kehidupan yang beraneka ragam. Tidak ada yang terkecuali. Problema kehidupan ini mungkin disebabkan oleh kekecewaan karena ditinggal pacar, kesepian, perasaan rendah diri karena faktor keturunan, cemas dan ketakutan, kesulitan keuangan, kecanduan obat terlarang, dan lain sebagainya. Konflik dialami oleh kaum tua, remaja, muda, dan anakanak. (Caprio, 1984:7). Problematika kehidupan pada remaja disebabkan pula oleh kekerasan media misalnya film yang memperlihatkan pembunuhan, perkelahian, dan bentuk-bentuk agresi lain yang mengerikan yang memengaruhi karakter remaja (David, O Sears, 1991:37) Beberapa konflik di atas, dialami oleh peserta didik di satuan pendidikan. Konflik-konflik tersebut dapat ditangani dengan salah satu penanganan menabur kasih membentuk karakter antikekerasan. Namun, dalam menerapkan layanan ini guru Bimbingan dan Konseling masih terkendala oleh beberapa permasalahan seperti: 1. Kesalahpahaman siswa karena merasa diperhatikan (menabur kasih), meliputi: 1) Sebagian siswa yang mendapat perhatian kurang dapat memosisikan diri sebagai siswa sehingga bersikap seperti teman terhadap gurunya. 2) Siswa merasa dekat dengan guru bimbingan dan konseling sehingga sebagian siswa yang telah mendapat layanan menabur kasih mudah menyapa guru tanpa melihat situasi dan kondisi keberadaan guru. 2. Kurang tersedia waktu di satuan pendidikan dalam menerapkan layanan menabur kasih membentuk karakter antikekerasan oleh guru Bimbingan dan Konseling. 3. Kurangnya jumlah tenaga pendidik (guru Bimbingan dan Konseling) dengan jumlah siswa yang akan mendapatkan layanan menabur kasih antikekerasan dalam layanan bimbingan dan konseling. MUSDAYAN HARUNA, S.PD.
( ARTIKEL SIMPOSIUM GURU NASIONAL 2016 )
3
Topik 1 : Penguatan Pendidikan Karakter di Satuan Pendidikan
4. Permasalahan yang rumit adalah memecahkan masalah siswa yang melakukan kesalahan disebabkan oleh faktor terganggunya kesehatan. III. Pembahasan dan Solusi A. Kesalahpahaman siswa karena merasa diperhatikan akibat layanan (menabur kasih) dalam membentuk karakter antikekerasan Dalam perkembangan kehidupan seorang anak mengalami pengaruh atau perilaku yang kurang baik karena pengaruh lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan pendidikan. Pada saat-saat tertentu, secara kurang disadari pengaruh itu akan muncul dalam bentuk perbuatan ataupun dalam katakatanya (lisan). Hal ini kerap ditemukan pada satuan pendidikan jenjang SMA, misalnya di SMA Negeri 1 Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Menumbuhkan karakter ke keinginan anggota keluarga dan satuan pendidikan, maka peran Bimbingan dan Konseling (konselor) di sekolah berpengaruh besar dalam peningkatan karakter siswa ke arah yang diinginkan oleh keluarga dan sekolah. Pengaruh positif dari pembentukan karakter dapat mewujudkan sekolah yang aman dan nyaman bagi peserta didik bukan hanya sebatas pemberian ilmu pengetahuan kognitif (kecerdasan pengetahuan)
dan
psikomotorik (keterampilan), tetapi sedapat mungkin guru memberikan pendidikan afektif (sikap) bagi peserta didik yang lebih terarah. Pembentukan karakter menjadi satu hal yang penting diperhatikan dalam satuan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada usia remaja (SMA) rentang terjadi perkelahian, kesalahpahaman, pemungutan liar (pamalakan), perselisihan karena teman wanita, persaingan kelompok, bahkan pengaruh obat-obatan terlarang. Bukan hal mustahil ditemukan dan hal-hal lain yang cukup meresahkan keberadaan sekolah. Untuk mengatasi berkembangnya karakter yang tidak diinginkan dan membentuk karakter yang diharapkan maka guru Bimbingan dan Konseling menerapkan layanan menabur kasih membentuk karakter
antikekerasan. Namun layanan ini mengakibatkan
masalah sebagai berikut:
MUSDAYAN HARUNA, S.PD.
( ARTIKEL SIMPOSIUM GURU NASIONAL 2016 )
4
Topik 1 : Penguatan Pendidikan Karakter di Satuan Pendidikan
1) Sebagian siswa yang mendapat perhatian (layanan menabur kasih membentuk karakter antikekerasan) kurang dapat memosisikan diri sebagai siswa sehingga bersikap seperti teman terhadap gurunya. Cara mendidik anak sering dilakukan secara keliru dengan memanjakan anak atau disiplin yang berlebihan dalam keluarga. Kedua hal ini akan membawa dampak yang tidak diinginkan bagi anak. Memanjakan anak berarti mencintai anak dengan berlebihan dan memberikan simpati berlebihan. Jelas perbuatan itu dapat merusak pendidikan anak. Dalam praktiknya memanjakan anak berarti memberikan sesuatu dengan berlebih-lebihan. (Tim Penyusun, 2010:155). Sebaliknya disiplin yang berlebihan akan mengecilkan jiwa anak ke sebuah ketakutan yang akan memperburuk karakternya. Demikian pula pendidikan atau penguatan karakter di satuan pendidikan. Menghadapi permasalahan siswa SMA/SMK sederajat bukanlah pekerjaan ringan. Kesabaran, ketelitian, dan keikhlasan menjadi sebuah modal dasar bagi seorang konselor di jenjang satuan pendidikan. Hal ini karena sebagian siswa yang telah ditangani dengan layanan menabur kasih (pemberian kasih sayang) membentuk karakter antikekerasan terkadang kurang dapat memosisikan diri sebagai siswa dan bersikap seperti teman terhadap gurunya. Sebuah layanan yang dianggap sudah maksimal dalam kenyataan masih memiliki permasalahan dalam menerapkannya. Masih ada saja sisi negatif. Melihat dari kenyataan ini maka solusi yang ditawarkan terhadap siswa yang berperilaku dan berpandangan menganggap guru sebagai teman adalah memberi pernyataan langsung secara rileks di setiap pertemuan dengan siswa bahwa ada jarak yang membedakan siswa dan guru. Seorang siswa yang kurang dapat memosisikan dirinya sebagai siswa harus mendapatkan perlakuan yang berbeda ketika mengatasi masalahnya dan ketika guru sedang dalam tahap mengajar atau berada di depan siswa lain. 2) Siswa merasa dekat dengan guru Bimbingan dan Konseling sehingga sebagian siswa yang telah mendapat layanan menabur kasih mudah menyapa guru tanpa melihat situasi dan kondisi keberadaan guru Keluarga yang menghadirkan anak ke dunia ini, secara kodrat bertugas mendidik anak. Sejak kecil, anak hidup, tumbuh, dan berkembang di dalam MUSDAYAN HARUNA, S.PD.
( ARTIKEL SIMPOSIUM GURU NASIONAL 2016 )
5
Topik 1 : Penguatan Pendidikan Karakter di Satuan Pendidikan
keluarga. Seluruh anggota keluarga mula-mula mengisi pribadi anak. Orang tua secara tidak direncanakan menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang diwarisi dari nenek moyang dan pengaruh lain yang diterima dari masyarakat. Anak menerima dengan daya peniruannya, dengan segala senang hati, sekali pun kadang-kadang anak tidak menyadari benar apa maksud dan tujuan yang ingin dicapai dengan pendidikan itu (Agus Sujanto, dkk., 2014:8) Sejak dilahirkan, setiap orang bertumbuh dan berkembang menurut masa dan irama perkembangan sendiri-sendiri, membawa daya kemampuan kodratnya sendiri, yang dikembangtumbuhkan di lingkungannya sendiri pula, sehingga hasilnya merupakan sesuatu yang kompleks dan unik. Keunikan yang disebabkan kekompleksan tersebut menyebabkan tidak seorang pun manusia memiliki persamaan dengan orang lain dalam hal apa pun (Babiyatun, 2011:52). Masa remaja adalah ketika remaja bertugas membekali diri untuk kehidupan yang bahagia, dan berperan dalam keluarga dengan pekerjaanpekerjaan yang dapat mendatangkan hasil guna mempertahankan hidup dan kehidupan selanjutnya (Agus Sujanto, dkk., 2014:156) Pada masa ini tingkat kedewasaan anak terbentuk dan sering berperilaku seperti manusia dewasa. Oleh karena itu terkadang mereka merasa seumur dengan guru bahkan berteman dengan guru dan mudah beradaptasi tanpa melihat situasi dan kondisi guru. Permasalahan seperti ini adalah hal wajaryang cukup ditangani dengan pemberian pemahaman yang jelas, menarik, tanpa menyinggung perasaann mereka. B. Kurang tersedia waktu di satuan pendidikan dalam menerapkan layanan menabur kasih membentuk karakter antikekerasan oleh guru Bimbingan dan Konseling Pelaksanaan rangkaian bimbingan dan konseling menabur kasih anti kekerasan membutuhkan waktu yang tidak singkat. Terlebih lagi jika yang menjadi konselor adalah guru yang ditambahkan tugasnya karena jam sertifikasi. Untuk itu ditawarkan sebuah program pembimbingan bagi guru mata pelajaran lain yang akan menambah jam sebagai guru BK. Program tersebut diharapkan dapat menguatkan pendidikan karakter di satuan pendidikan. Program ini disebut oleh penulis
dengan
istilah
MUSDAYAN HARUNA, S.PD.
layanan
menabur
kasih
membentuk
( ARTIKEL SIMPOSIUM GURU NASIONAL 2016 )
karakter 6
Topik 1 : Penguatan Pendidikan Karakter di Satuan Pendidikan
antikekerasan dalam bimbingan dan konseling SMA Negeri 1 Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep. Tahapan tersebut akan diuraikan berikut ini. Tahapan layanan menabur kasih membentuk karakter antikekerasan dalam layanan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 1 Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep meliputi : 1. Pendalaman masalah Kepribadian dan perilaku anak berawal dari peran orang tua dan seluruh keluarga. Penting bagi orang tua memahami perkembangan anak terutama psikologisnya. Bukan hanya dari orang tua, tetapi dari seluruh anggota keluarga. Demikian pula lingkungan di satuan pendidikan ikut membentuk karakter anak. 2. Pengumpulan data dari berbagai sumber Data yang dikumpulkan adalah kebiasaan anak, dengan siapa dia bergaul, kegiatan yang dilakukan di luar sekolah, kebiasaan di sekolah, sehingga dapat terlihat keinginan peserta didik. Anak bermasalah terkadang cari perhatian. Ada keinginan yang tidak tersalurkan karena pada dasarnya sebagian anak yang dilabeli nakal itu adalah anak cerdas. Sang anak memiliki potensi yang mungkin belum tergali sehingga terjadi disorientasi (kesalahsesuaian) sehingga tujuan yang diharapkan oleh keluarga dan sekolah tidak tercover pada diri peserta didik sehingga orang awam pada umumnya memberi label atau sebutan “nakal”. 3. Pelaksanaan layanan “Menabur kasih” Merubah perilaku atau karakter anak adalah proses. Tidak dapat secara instan. Ketika dipanggil masuk ke ruang Bimbingan dan Konseling (lebih baik datang sendiri setelah mendapat panggilan) ada namanya penerimaan awal disebut attending. Anak merasa dihargai, jika konselor (guru Bimbingan dan Konseling) terlebih dahulu memancing peserta didik bercerita di ruang Bimbingan dan Konseling
tentang hobinya atau cerita lain yang tidak ada sangkut pautnya
dengan masalah yang telah dihadapi.
Hal ini dilakukan agar siswa yang
melakukan kesalahan tidak merasa dihakimi dan diinterogasi. Guru Bimbingan dan Konseling harus menjadi teman setia anak, tempat mengungkapkan curahan hatinya.
MUSDAYAN HARUNA, S.PD.
( ARTIKEL SIMPOSIUM GURU NASIONAL 2016 )
7
Topik 1 : Penguatan Pendidikan Karakter di Satuan Pendidikan
Konselor harus memahami bahwa anak usia remaja sangat labil. Sedikit saja peserta didik salah langkah di usia remajanya, maka menjadi penentu masa depannya. Salah langkah berarti akan salah menentukan masa depan. Guru Bimbingan dan Konseling bukan guru menjudge (menentukan seperti apa harusnya peserta didik) tetapi seorang konselor hanya membantu siswa menemukan jati diri, menemukan sendiri masalahnya. Tiba saatnya kelak dikemudian hari, peserta didik akan menemukan sendiri solusi dari permasalahan yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti guru Bimbingan dan Konseling tidak menuntaskan masalah yang dihadapi peserta didik. Seorang konselor berusaha membantu siswa memberi solusi sampai tuntas, tetapi ternyata
belum
tuntas
sementara
siswa
jika sudah berusaha dibantu dan tersebut
telah
menyelesaikan
pendidikannya pada jenjang SMA /SMK atau sederajat, maka sampai di sini pulalah peran seorang konselor. Contoh sederhana, seorang anak yang panjang rambutnya atau sudah melewati aturan sekolah, ketika terjadi proses konseling, diberi pertanyaan misalnya, “Nak bagus tidak jika rambutmu panjang ?” Sebagian besar anak menjawab tidak. “Nah, jika tidak bagus, bagusnya
bagaimana?”
Si anak
kemungkinan dengan pasti menjawab : “dipotong” Konselor dapat memberi support, jempol dengan memberi penguatan kalimat “Wah, ternyata kamu cerdas sekali, Nak. Kapan kira-kira Ananda memotong rambutnya ?” Si anak akan menyebut waktu, maka konselor akan membutuhkan kesabaran menunggu waktu yang telah diucapkan oleh Sang anak. Jika tiba waktunya maka guru Bimbingan dan Konseling akan mengunjungi peserta didik yang telah berjanji secara lisan tersebut. Jika waktunya tiba dan ternyata anak betul telah memotong rambutnya, seorang konselor harus memberi penghargaan baik dalam bentuk jempol atau bentuk yang lain agar anak merasa dihargai. Dengan demikian permasalahan dianggap telah tuntas. Andai si anak belum memotong rambutnya, konselor mengulangi kembali dengan metode lain dalam membentuk karakter anak ke arah yang diharapkan. Konselor dapat pula bertanya tentang arti sebuah janji bagi manusia. Peserta didik
MUSDAYAN HARUNA, S.PD.
( ARTIKEL SIMPOSIUM GURU NASIONAL 2016 )
8
Topik 1 : Penguatan Pendidikan Karakter di Satuan Pendidikan
yang bermasalah diberi kesempatan menjawab pertanyaan tersebut
sehingga
anak merasa bersalah dan memperbaiki diri. Guru Bimbingan dan Konseling hanya manusia biasa, terlepas dari keprofesionalnya terkadang out of function. Konselor
sebenarnya memiliki
perbedaan sudut pandang dengan psikologi. Seorang Psikologi dapat memberi nasihat bahkan memberikan solusi masalah, sedangkan konselor menunjukkan jalan keluar
dari sebuah masalah yang dihadapi oleh peserta didik (Duane
Schultz, 1991:63) Guru Bimbingan dan Konseling mempunyai tujuan merubah tingkah laku dengan sadar tanpa peserta didik merasa diintervensi, agar jika terulang kembali hal yang sama tanpa dituntun siswa sudah dapat mencari solusi sendiri. Inti dari layanan menabur kasih membentuk karakter antikekerasan dilakukan dengan hati dan rasa kasih sayang yang ikhlas, bukan dengan emosi dan memaksakan kehendak.
Penguatan Karakter Menabur Kasih C. Kurangnya jumlah tenaga pendidik (guru Bimbingan dan Konseling) dengan jumlah siswa yang akan mendapatkan layanan menabur kasih antikekerasan dalam layanan bimbingan konseling Permasalahan yang ditemukan di lapangan adalah kurangnya tenaga konselor dibanding jumlah konseli (siswa) yang harus diberi penguatan karakter MUSDAYAN HARUNA, S.PD.
( ARTIKEL SIMPOSIUM GURU NASIONAL 2016 )
9
Topik 1 : Penguatan Pendidikan Karakter di Satuan Pendidikan
di satuan pendidikan berupa layanan menabur kasih membentuk karakter antikekerasan di SMA Negeri 1 Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep. Oleh karena itu, dalam kenyataannya seorang guru mata pelajaran lain terkadang menambah
jam mengajar sebagai guru Bimbingan dan konseling, khususnya
kepada guru yang telah tersertifikasi, namun tidak cukup 24 jam. Keberadaan
guru
Bimbingan
dan
Konseling
ini
terkadang
tidak
menjalankan dan menerapkan dengan baik atau sistematis atau bahkan tidak paham mengenai tugas Bimbingan dan Konselor yang sebenarnya. Untuk itu di SMA Negeri 1 Tondong Tallasa tercipta sebuah program yang disebut Tutor sebaya Tim Bimbingan dan Konseling. Guru BK yang berjumlah 2 orang di SMA Negeri 1 Tondong Tallasa memberi konsultasi atau informasi kepada guru BK tentang rangkaian kegiatan menyelesaikan siswa bermasalah secara individu atau kelompok. Untuk lebih jelasnya rangkaian tersebut diuraikan berikut ini. Layanan menabur kasih adalah sebuah layanan bimbingan dan konseling untuk membentuk karakter siswa ke arah yang diinginkan. Penguatan karakter pendidikan di satuan pendidikan (sekolah) menjadi sangat penting dan diharapkan dapat menjadi solusi dalam perbaikan karakter siswa dan mewujudkan sekolah yang aman dan nyaman. Untuk itu, diterapkan layanan bimbingan dan konseling secara individual dan kelompok. Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli (siswa). Konseli mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat ia dipecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai petugas yang professional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan keterampilan psikologi. Konseling ditujukan kepada individu yang normal, yang menghadapi kesukaran dalam masalah pendidikan, pekerjaan, dan sosial di mana ia tidak dapat
memilih dan
memutuskan sendiri. Oleh karena itu, konseling hanya ditujukan kepada individuindividu yang sudah menyadari kehidupan pribadinya (Nurihsan, 2005:10) Dalam konseling diharapkan konseli dapat mengubah sikap, keputusan diri sendiri sehingga ia dapat lebih baik menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan memberikan kesejahteraan pada diri sendiri dan masyarakat sekitarnya. Konseling bertujuan
membantu
individu
untuk
mengadakan
interpretasi
fakta-fakta,
mendalami arti nilai hidup pribadi, kini dan mendatang. Konseling memberikan MUSDAYAN HARUNA, S.PD.
( ARTIKEL SIMPOSIUM GURU NASIONAL 2016 )
10
Topik 1 : Penguatan Pendidikan Karakter di Satuan Pendidikan
bantuan kepada individu untuk mengembangkan kesehatan mental, perubahan sikap, dan tingkah laku. Konseling menjadi strategi utama dalam proses bimbingan merupakan teknik standar serta tugas pokok seorang konselor di satuan pendidikan (Fudyartanta, 2012 : 205). Banyak teknik yang digunakan dalam konseling individu yaitu: menghampiri klien (attending), empati, refleksi, eksplorasi, menangkap pesan utama, bertanya untuk membuka percakapan, bertanya tertutup, dorongan minimal, interpretasi, mengarahkan, menyimpulkan sementara, memimpin, memfokus, konfrontasi, menjernihkan, memudahkan, diam, mengambil inisiatif, member nasihat, member informasi, merencanakan, dan menyimpulkan (Nurihsan, 2005: 11-12). Secara umum proses konseling individual dibagi atas tiga tahapan yaitu: 1. Tahap Awal Konseling Tahap awal ini terjadi sejak klien bertemu konselor hingga berjalan proses konseling dan menemukan definisi masalah klien. Cavanagh dalam Nurihsan, 2005:12 menyebut tahap awal ini dengan istilah introduction, invitation, and environmental support. Adapun yang dilakukan oleh konselor dalam proses konseling sebagai berikut: 1. Membangun hubungan konseling dengan melibatkan klien yang mengalami masalah 2. Memperjelas dan mendefinisikan masalah 3. Membuat penjajakan alternatif bantuan untuk mengatasi masalah 4. Menegosiasikan kontrak 2. Tahap Pertengahan (Tahap Kerja) Berdasarkan kejelasan masalah klien yang disepakati pada tahap awal, kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan pada 1) penjelajahan masalah yang dialami klien, 2) bantuan apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali apa-apa yang telah dijelajah tentang masalah klien. Cavanag dalam Nurihsan (2005:14) menyebut tahap ini tahap action. Adapun tujuan pada tahap ini sebagai berikut: a. Menjelajahi
dan
mengeksplorasi
masalah
serta
kepedulian
klien
dan
lingkungannya dalam mengatasi masalah tersebut. b. Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara c. Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak MUSDAYAN HARUNA, S.PD.
( ARTIKEL SIMPOSIUM GURU NASIONAL 2016 )
11
Topik 1 : Penguatan Pendidikan Karakter di Satuan Pendidikan
3. Tahap Akhir Konseling Cavanagh dalam Nurihsan (2005:15) menyebut tahap ini dengan istilah termination. Pada tahap ini konseling ditandai oleh beberapa hal berikut : a. Menurunnya kecemasan klien. Hal ini diketahui setelah konselor menanyakan keadaan kecemasannya. b. Adanya perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamik. c. Adanya tujuan hidup yang jelas di masa yang akan datang dengan program yang jelas pula. d. Terjadinya perubahan sikap positif terhadap masalah yang dialaminya dapat mengoreksi diri dan meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar, seperti orang tua, teman, dan keadaan yang tidak menguntungkan.
Bimbingan dan Konseling Individu
Bimbingan dan Konseling Perkelompok D. Permasalahan yang rumit adalah memecahkan masalah siswa yang melakukan kesalahan disebabkan oleh faktor terganggunya kesehatan Hubungan
antara pikiran (mind) dan perilaku telah dibahas dalam bidang
yang dinamakan psikosomatik yang dalam ilmu kedokteran merupakan salah satu MUSDAYAN HARUNA, S.PD.
( ARTIKEL SIMPOSIUM GURU NASIONAL 2016 )
12
Topik 1 : Penguatan Pendidikan Karakter di Satuan Pendidikan
subspesialisasi
ilmu
penyakit
dalam.
Menurut
pendekatan
Psikosomatik,
gangguan psikologis yang spesifik akan menimbulkan penyakit spesifik
pula.
Misalnya gangguan emosi seperti menekan perasaan remaja (siswa). Rasa sedih dan keinginan menangis, dapat muncul disebabkan tekanan darah tinggi. Pendekatan behavioral medicine dan psikologi kesehatan, tidak saja karena keadaan psikologi spesifik yang memengaruhi tubuh dan penyakit, namun memengaruhi pula semua fungsi psikologi, misalnya kebiasaan makan yang kurang baik, merokok, gaya hidup penuh stess, dan lain-lain. (Lukaningsih, 2011:16). Hubungan antara pikiran, perilaku, dan penyakit ada yang langsung dan tidak langsung. Contoh hubungan langsung ialah pikiran tentang suatu stimulus psikososial dapat mecetuskan suatu respon psikofisiologis (memikirkan kejadian Traumatic menyebabkan jantung berdebar, terlalu strmess mempengaruhi sistem kekebalan tubuh tak langsung. Contoh hubungan tak langsung antara lain kebiasaan dan gaya hidup seseorang seperti contoh tersebut di atas. Selain hubungan langsung dan tak langsung terdapat pula kaitan antara faktor kepribadian dengan penyakit dan perilaku tak sehat. Kadang kepribadian merupakan akibat dari suatu penyakit. Misalnya, seorang penderita tekanan darah tinggi menjadi sangat hati-hati dalam memilih makanan untuk mencegah kambuh. Penyakit bias muncul akibat kepribadian. Misalnya seorang yang selalu menunda pekerjaan sehingga akhirnya harus selalu begadang. Variabel biologi kepribadian, seperti tempramen juga menentukan perilaku, dan dapat secara langsung berdampak pada sistem faali. Misalnya tempramen pemarah memengaruhi fungsi jantung (Lukaningsih, 2011:16). Peranan para pendidik dalam hal ini sangat besar, pendidiklah yang akan menentukan keadaan individu itu di kemudian hari. Oleh karena itu, lapangan pendidikan
menimbulkan
pandangan
yang
optimistis
bahwa
pendidikan
merupakan usaha yang cukup mampu untuk membentuk pribadi individu. (Lukaningsih, 2011 : 20)
MUSDAYAN HARUNA, S.PD.
( ARTIKEL SIMPOSIUM GURU NASIONAL 2016 )
13
Topik 1 : Penguatan Pendidikan Karakter di Satuan Pendidikan
E. Kesimpulan dan Harapan Penulis A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada artikel ini, maka penulis menarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan tersebut sebagai berikut: 1. Memperkenalkan keunggulan pelaksanaan menabur kasih membentuk karakter antikekerasan sebagai sebuah layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan antara konselor (guru bimbingan dan konseling) dengan konseli (siswa yang menghadapi konflik), meliputi: 1) permasalahan sebagian siswa kurang dapat memosisikan diri sebagai siswa sehingga bersikap seperti teman terhadap gurunya. 2) permasalahan siswa merasa dekat dengan guru bimbingan dan konseling sehingga sebagian siswa yang telah mendapat layanan menabur kasih mudah menyapa guru tanpa melihat situasi dan kondisi keberadaan guru. Penanganan dalam artikel ini adalah pihak konselor memberi paham kepada konseli (siswa) tentang perbedaan status di antara mereka berdua, menjaga sikap dan jarak antara guru Bimbingan dan Konseling di jam-jam pembelajaran, 2. Kurang tersedia waktu di satuan pendidikan dalam menerapkan layanan menabur kasih membentuk karakter antikekerasan oleh guru Bimbingan dan Konseling. Solusi memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan sendiri konflik yang telah dihadapi setelah pemberian arahan dan bimbingan menabur kasih membentuk karakter antikekerasan. 3. Kurangnya jumlah tenaga pendidik (guru Bimbingan dan Konseling) dengan jumlah siswa yang akan mendapatkan layanan menabur kasih antikekerasan dalam layanan bimbingan dan konseling. Solusi menambah jam guru yang tersertifikasi mata pelajaran lain sebagai guru bimbingan dan konseling melalui program latihan tutur sebaya. Teman BK memberi tambahan ilmu pengetahuan kepada guru BK baru. 4. Rumitnya
memecahkan
masalah
siswa
yang
melakukan
kesalahan
disebabkan oleh faktor terganggunya kesehatan. Solusi konselor hanya sebagai pengarah, pembimbing
dalam memperkecil atau member solusi
konflik yang terjadi pada siswa, selanjutnya siswa yang melakukan usaha tersebut. Salah satu jika berkaitan terhadap kesehatan siswa, disarankan untuk ke dokter contoh dokter umum atau dokter psikiater. MUSDAYAN HARUNA, S.PD.
( ARTIKEL SIMPOSIUM GURU NASIONAL 2016 )
14
Topik 1 : Penguatan Pendidikan Karakter di Satuan Pendidikan
B. Harapan Penulis Berdasarkan pembahasan artikel ini, maka penulis memiliki beberapa harapan dalam penguatan pendidikan karakter di satuan pendidikan. Harapan tersebut sebagai berikut: 1. Penulis mengharapkan kepada pembaca, khususnya guru bimbingan dan konseling sedapat mungkin menerapkan layanan menabur kasih membentuk karakter antikekerasan pada satuan pendidikan, utamanya jenjang SMA/SMK sederajat. 2. Penulis mengharapkan adanya kesadaran dan keikhlasan di kalangan guru Bimbingan dan Konseling misalnya dengan belajar tutor sebaya tentang konsep-konsep penerapan layanan BK yang baik. 3. Masalah dan solusi dalam artikel ini dapat ditawarkan sebagai alternatif untuk penguatan pendidikan di satuan pendidikan. F. Daftar Pustaka Bahiyatun. 2010. Psikologi Ibu dan Anak. Jakarta: Anggota IKAPI Caprio, Frank S. 1984. Mengatasi Rasa Sepi, Frustasi, dan Rendah Diri. Jakarta ; Mega Media. David O. Sears, dkk. 1991. Psikologi Sosial. Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga, Anggota IKAPI Duane, Schultz. 2011. Psikologi Pertumbuhan. Model-Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta : Kanisius. Fudyartanta, Ki. 2012. Psikologi Perkembangan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Lukaningsih, Zuyina Luk dan Siti Bandiyah. Yogyakarta: Nuha Medika
2011. Psikologi Kesehatan.
Nurihsan, Achmad Juantika. 2005. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT Refika Aditama. Sujanto, Agus, dkk. 2014. Psikologi Kepribadian. Jakarta; PT Bumi Aksara. Tim Penyusun. 2010. Aktualisasi Pendidikan Karakter.: Mengawal Masa Depan Moralitas Anak. Jakarta : Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional.
MUSDAYAN HARUNA, S.PD.
( ARTIKEL SIMPOSIUM GURU NASIONAL 2016 )
15
Topik 1 : Penguatan Pendidikan Karakter di Satuan Pendidikan
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
MUSDAYAN HARUNA, S.PD.
( ARTIKEL SIMPOSIUM GURU NASIONAL 2016 )
16