Prosiding Seminar Nasional LP3M (Lembaga Pengembangan, Pembelajaran, dan penjaminan Mutu) Surabaya, 5 November 2016 Membangun Karakter untuk Memperkokoh Persatuan dan kesatuan Bangsa
MEMBANGUN KARAKTER MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DI LINGKUNGAN KELUARGA Listyaningsih Emai:
[email protected] Universitas Negeri Surabaya
ABSTRAK Dalam rangka membangun karakter setiap individu, keluarga memiliki peran yang sangat penting. Lingkungan keluarga merupakan wahana pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Lingkungan keluarga sangat menentukan terbentuknya karakter seseorang. Nilai-nilai yang diajarkan di lingkungan keluarga akan tampak dalam perwujudan sikap dan perilaku seseorang. Bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai sebagai kepribadian bangsa, nilai-nilai tersebut telah dirumuskan sebagai dasar negara kesatuan Republik Indonesia yaitu Pancasila. Karakter bangsa Indonesia adalah karakter yang berdasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila. Karena itu, membangun karakter individu melalui internalisasi nilai—nilai Pancasila di lingkungan keluarga ini penting dalam rangka membangun karakter bangsa Kata kunci: karakter, internalisasi, nilai-nilai Pancasila, keluarga
PENDAHULUAN Masalah karakter bangsa hingga saat ini masih menjadi permasalahan bagi bangsa Indonesia. Berbagai permasalahan yang menunjukkan buruknya karakter adalah masih adanya perilaku
di
masyarakat antara lain korupsi, kekerasan dalam rumah tangga, perkelahian, narkoba, perusakan lingkungan, pelanggaran lalu lintas dan sebagainya. Permasalahan-permasalahan tersebut hingga saat ini secara terus-menerus dicarikan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Berbagai solusi terkait pembangunan karakter bangsa sudah dilakukan. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional pada awal tahun 2010 telah mencanangkan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Karakter (Kemendiknas, 2010: 3) adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter setiap individu. Dalam rangka membangun karakter setiap individu, keluarga memiliki peran yang sangat penting. Keluarga merupakan komunitas pertama yang menjadi tempat bagi seseorang sejak dini, 178
Prosiding Seminar Nasional LP3M (Lembaga Pengembangan, Pembelajaran, dan penjaminan Mutu) Surabaya, 5 November 2016 Membangun Karakter untuk Memperkokoh Persatuan dan kesatuan Bangsa
belajar konsep baik dan buruk, pantas dan tidak pantas, benar dan salah. Di lingkungan keluarga anak belajar tata nilai atau moral. Karena tata nilai yang diyakini seseorang akan tercermin dalam karakternya, dikeluargalah proses pendidikan karakter berawal (Raka dkk., 2002:45). Oleh karena itu, lingkungan keluarga sangat menentukan terbentuknya karakter seseorang. Nilai-nilai yang diajarkan di lingkungan keluarga akan tampak dalam perwujudan sikap dan perilaku seseorang. Jika di lingkungan keluarga anak dibiasakan untuk disiplin, maka anak juga akan memiliki karakter tersebut. Bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai sebagai kepribadian bangsa, nilai-nilai tersebut telah dirumuskan sebagai dasar negara kesatuan Republik Indonesia yaitu Pancasila. Karakter bangsa Indonesia adalah karakter yang berdasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila. Pancasila bagi bangsa Indonesia memiliki fungsi yang sangat penting yaitu sebagai dasar Negara, sebagai ideologi Negara dan sebagai pandangan hidup bangsa. Sebagai dasar Negara Pancasila dijadikan sebagai pedoman dan sekaligus landasan dalam penyelenggaraan negara.
Pancasila sebagai ideologi berarti nilai-nilai
Pancasila menjadi sesuatu yang didambakan dan dicita-citakan dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan sebagai pandangan hidup berarti Pancasila sebagai pedoman dalam bersikap dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga fungsi tersebut menjadi fungsi yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, karena itu internalisasi nilai-nilai Pancasila sangat diperlukan baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun di masyarakat. Mengacu kepada hakekat Pancasila yang digali dari budaya bangsa Indonesia, hal ini berarti bahwa Pancasila telah menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia yang memberikan pola perilaku atau karakter bangsa Indonesia. Dengan kata lain, karakter bangsa Indonesia dicerminkan oleh karakter yang terkandung di dalam nilai Pancasila yaitu (1) Ketuhanan Yang Maha Esa; (2) Kemanusiaan yang adil dan beradab; (3) Persatuan Indonesia; (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan; (5) Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia (Kemendiknas, 2011:39). Bertolok ukur dari hal tersebut, maka internalisasi nilai-nilai Pancasila pada setiap diri individu itu penting dalam rangka membangun karakter bangsa. Salah satu strategi dalam menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila adalah melalui pendidikan di lingkungan keluarga. Keluarga memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam upaya membangun karakter individu. Pengetahuan dan pemahaman nilai-nilai Pancasila saat ini hanya di sekolah saja, padahal lingkungan keluarga juga tidak kalah pentingnya dalam mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai luhur yang terdapat dalam Pancasila. Apalagi aktivitas anak sebagian besar juga berada di lingkungan keluarganya, maka orang tua juga perlu menjalankan salah satu fungsi edukasi untuk mengajarkan kepada anak-anaknya 179
Prosiding Seminar Nasional LP3M (Lembaga Pengembangan, Pembelajaran, dan penjaminan Mutu) Surabaya, 5 November 2016 Membangun Karakter untuk Memperkokoh Persatuan dan kesatuan Bangsa
Karakter Bangsa Indonesia Berdasarkan Nilai-nilai Pancasila Karakter adalah adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak (Kemendiknas, 2010: 3). Menurut Lickona (1992:22) karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral. Sifat alami itu dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya. Menurut Suyanto (dalam Wibowo, 2012: 33) karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Menurut Samani dan Hariyanto (2011: 43) karakter dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Karakter bangsa Indonesia adalah karakter yang dimiliki warga negara bangsa Indonesia berdasarkan tindakan-tindakan yang dinilai sebagai suatu kebajikan berdasarkan nilai yang berlaku di masyarakat dan bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang berlaku di masyarakat dan bangsa Indonesia adalah nilai-nilai Pancasila yang merupakan dasar negara, ideology, dan pandangan hidup bagi bangsa Indonesia. Pada setiap sila dalam Pancasila memuat nilai-nilai instrumental yang merupakan penjabaran dari nilai dasar Pancasila. Selanjutnya nilai-nilai tersebut diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karakter bangsa Indonesia yang diturunkan dari setiap sila Pancasila (Kemendiknas, 2011: 39) terlihat pada tabel berikut: Tabel 1 Seperangkat Karakter dari Setiap Sila Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa 1. Hormat dan bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan 2. Saling menghormati
Kemanusiaan 1. Persamaan hak dan kewajiban 2. Saling mencintai 3. Tenggang rasa 4. Tidak semenamena terhadap orang lain
KARAKTER Persatuan dan Kesatuan 1. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa di atas kepentingan
Kerakyatan
Keadilan Sosial
1. Mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara 2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain 3. Mengutamakan
1. Sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyon gan 2. Sikap adil 3. Menjaga
180
Prosiding Seminar Nasional LP3M (Lembaga Pengembangan, Pembelajaran, dan penjaminan Mutu) Surabaya, 5 November 2016 Membangun Karakter untuk Memperkokoh Persatuan dan kesatuan Bangsa
kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan itu. 3. Tidak memaksakan agama dan kepercayaan kepada orang lain. 4. Hubungan antara manusia dengan Tuhannya
5. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan 6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan 7. Berani membela kebenaran dan keadilan 8. Merasakan dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia serta mengembangka n sikap hormatmenghormati
pribadi dan golongan 2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara 3. Bangga menjadi bangsa Indonesia yang bertanah air Indonesia serta menjunjung tinggi Bahasa Indonesia 4. Memajukan persatuan dan kesatuan yang ber-Bhineka Tunggal Ika
musyawarah untuk mufakat 4. Beritikad baik dan bertanggung jawab dalam melaksanakan keputusan bersama 5. Menggunakan akal sehat dan nurani luhur dalam bermusyawarah 6. Berani mengambil keputusan yang secara moral dapat dipertanggungjawab kan kepada Tuhan Yang maha Esa serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan
4.
5. 6. 7. 8. 9. 10.
keharmonisan antara hak dan kewajiban Hormat terhadap hakhak orang lain Suka menolong orang lain Jauh dari sikap pemerasan Tidak boros Tidak bergaya hidup mewah Suka bekerja keras Menghargai karya orang lain
Karakter bangsa merupakan hal yang penting dalam rangka membangun kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan dasar negara. Dari karakter bangsa ini harus dapat diturunkan untuk membangun karakter individu yang diterapkan diberbagai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai yang ada dalam Pancasila tersebut merupakan pedoman dalam bersikap dan berperilaku sehari-hari. Salah satu fungsi Pancasila adalah sebagai pandangan hidup bangsa, hal ini berarti Pancasila menjadi pegangan dan acuan bagi manusia Indonesia dalam bertingkah laku, baik dalam berhubungan dengan sesama manusia, dengan Tuhan
yang menciptakannya maupun dengan lingkungannya.
(Pitoyo, dkk.2012: 15). Oleh karena itu, Pancasila sebagai pandangan hidup merupakan tuntunan bagi bangsa Indonesia dalam bersikap dan berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku. Membangun Karakter di Lingkungan Keluarga melalui Internalisasi Nilai-nilai Pancasila Internalisasi nilai-nilai Pancasila di lingkungan keluarga dapat dilakukan dengan memberikan keteladanan dan pembiasaan sikap yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Keluarga merupakan unit terkecil dalam struktur masyarakat yang dibangun di atas perkawinan yang terdiri atas ayah/suami, ibu/istri, dan anak. Keluarga merupakan lembaga sosial yang paling dasar untuk mencetak kualitas manusia. sampai saat ini, masih menjadi kayakinan dan harapan bersama bahwa keluarga senantiasa dapat diandalkan sebagai lembaga ketahanan moral, akhlak dalam konteks bermasyarakat. Baik buruknya generasi suatu bangsa, ditentukan oleh pembentukan pribadi dalam keluarga (Mufidah, 181
Prosiding Seminar Nasional LP3M (Lembaga Pengembangan, Pembelajaran, dan penjaminan Mutu) Surabaya, 5 November 2016 Membangun Karakter untuk Memperkokoh Persatuan dan kesatuan Bangsa
2003). Oleh karena itu, keluarga dalam hal ini orang tua memiliki peran yang sangat penting dan bertanggung jawab dalam membentuk karakter pada anak. Menurut pemerhati anak Juliana Langowuyo (dalam Wibowo, 2012: 120), pendidikan karakter harus dimulai sejak dini dan pihak yang paling bertanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membesarkan anak-anak menjadi generasi yang tangguh adalah orang tua. Orang tua adalah pihak yang paling dekat dengan anak sehingga kebiasaan dan segala tingkah laku yang terbentuk dalam keluarga menjadi contoh dan dengan mudah ditiru anak. Dengan demikian, faktor utama dalam membangun karakter dalam lingkungan keluarga adalah melalui keteladanan orang tua. Ada beberapa kiat menjadi orang tua yang ideal serta figure tauladan yang baik bagi anak menurut Lina Erliana (dalam Wibowo, 2012: 121), yaitu 1. Mengubah pola mendidik anak dan mulai menerapkan pola child center. Artinya, orang tua harus mengambil posisi sejajar dengan anak atau lebih dikenal dengan menjadikan orang tua sebagai sahabat anak. 2. Menyediakan waktu untuk anak. Komunikasi yang baik memerlukan waktu yang berkualitas. Setiap kali ada kesempatan, manfaatkan mpmen tersebut untuk mengajak anak bicara, jangan tunggu sampai anak bermasalah. 3. Orang tua mampu mengenali Bahasa tubuh dari anak. Dengan mengenali bahasa tubuh dengan baik, orang tua diharapkan bisa memberikan kasih saying yang tidak hanya dilontarkan dengan kata-kata, tetapi lewat sentuhan Bahasa tubuh. 4. Orang tua bisa memahami perasaan anak. 5. Orang tua mampu menjadi pendengar yang baik. 6. Menjadi orang tua yang menerapkan kedisiplinan dan konsisten di dalam keluarga. Orang tua adalah panutan bagi anak-anaknya, maka harus selalu bersikap konsisten pada apa yang akan ditanamkan. Keteladanan dari orang tua, merupakan hal yang penting dalam membangun karakter pada anak. Bagaimana orang tua bertindak akan terefleksi pada sikap dan perilaku anak. Demikian pula dalam membangun karakter yang berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila, orang tua juga harus bisa memberikan keteladanan melalui sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Orang tua bisa memberikan edukasi mengenai Pancasila kepada anak-anaknya tidak sekedar dengan memberikan pengetahuan saja pada anak, tetapi perlu diwujudkan secara langsung dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Internalisasi nilai-nilai Pancasila di lingkungan keluarga ini dilakukan melalui penerapan nilainilai Pancasila dalam kehidupan secara nyata yang ditunjukkan dengan sikap dan perbuatan. Pada sila 182
Prosiding Seminar Nasional LP3M (Lembaga Pengembangan, Pembelajaran, dan penjaminan Mutu) Surabaya, 5 November 2016 Membangun Karakter untuk Memperkokoh Persatuan dan kesatuan Bangsa
pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, ini menunjukkan adanya nilai karakter religious. Religius yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain. (Kemendiknas, 2010: 9-10). Dalam hal ini, bagaimana orang tua mampu memberikan keteladanan dengan menjalankan ibadah sesuai agama yang dianut. Sejak kecil anak sudah dibiasakan menjalankan ibadah secara bersama-sama keluarga. Menghargai antar umat beragama dengan mengembangkan sikap toleransi antar pemeluk agama yang berbeda. Pada sila kedua, kemanusaiaan yang adil dan beradab, dalam menginternalisasikan nilai-nilai ini, orang tua diharapkan mampu memberikan keteladanan dan membiasakan anaknya untuk saling tolong menolong, tidak membeda-bedakan dalam berteman, saling menyayangi, tenggang rasa, gemar melakukan kegiatan kemanusiaan, dan berani membela kebenaran dan keadilan. Pada sila ketiga, Persatuan Indonesia, orang tua harus mampu menempatkan persatuan dan kesatuan di atas segala kepentingan pribadinya. Orang tua memberikan keteladanan dengan mengembangkan sikap toleransi antarumat demi persatuan dan kesatuan dengan cara menjaga pergaulan dan hubungan yang baik dengan para tetangga walaupun berbeda agama, ras, suku, adat istiadat dan budaya. Dari sikap itu, anak akan belajar untuk bisa berteman dengan teman yang berbeda agama, suku, budaya dan mampu menghargai setiap perbedaan demi terciptanya persatuan dan kesatuan. Pada sila keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, orang tua menunjukkan sikap demokratis di lingkungan keluarga. Dalam setiap pengambilan keputusan mengajak anak untuk bermusyawarah mencapai kesepakatan dan tidak memaksakan kehendaknya kepada anak. Misalnya ketika anak ingin melanjutkan sekolah, orang tua memberikan kesempatan kepada anak untuk memilih sekolah yang dikehendaki. Orang tua hendaknya juga bisa menghargai pendapat anak-anaknya. Dari sikap tersebut, anak belajar untuk memahami segala bentuk perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak pada orang lain. Pada sila kelima, Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia, orang tua hendaknya bisa berlaku adil terhadap anak-anaknya. Orang tua tidak bersikap membeda-bedakan terhadap anakanaknya. Di lingkungan keluarga bisa diciptakan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan, menjaga keharmonisan antara hak dan kewajiban, hormat terhadap hak-hak orang lain, suka menolong orang lain, menjauhi dari sikap pemerasan, tidak boros, tidak bergaya hidup mewah, suka bekerja keras, dan menghargai karya orang lain. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dalam upaya membangun karakter bangsa yang berdasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila perlu dimulai dari lingkungan yang paling kecil yaitu 183
Prosiding Seminar Nasional LP3M (Lembaga Pengembangan, Pembelajaran, dan penjaminan Mutu) Surabaya, 5 November 2016 Membangun Karakter untuk Memperkokoh Persatuan dan kesatuan Bangsa
keluarga. Jika keluarga berhasil membangun karakter-karakter yang luhur, maka ini akan membawa keberhasilan pada pendidikan karakter pada lingkungan yang lebih luas yaitu masyarakat, bangsa dan negara. Keteladanan dan pembiasaan merupakan strategi yang bisa dilakukan dalam membangun karakter individu. Karakter bangsa yang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila perlu diinternalisasikan dan diimplementasikan dalam relaitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
KESIMPULAN Keteladanan dari orang tua, merupakan hal yang penting dalam membangun karakter pada anak. Bagaimana orang tua bertindak akan terefleksi pada sikap dan perilaku anak. Demikian pula dalam membangun karakter yang berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila, orang tua juga harus bisa memberikan keteladanan melalui sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Orang tua bisa memberikan edukasi mengenai Pancasila kepada anak-anaknya tidak sekedar dengan memberikan pengetahuan saja pada anak, tetapi perlu diwujudkan secara langsung dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Keteladanan dan pembiasaan merupakan strategi yang bisa dilakukan dalam membangun karakter individu demi mewujudkan karakter bangsa yang luhur.
SARAN Pembudayaan nilai-nilai Pancasila perlu dilakukan agar semua masyarakat mengetahui, meyakini, dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila yang merupakan jati diri dan kepribadian bangsa Indonesia. DAFTAR RUJUKAN Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Pedoman Sekolah. Jakarta : Kementerian Pendidikan Nasional ________________________. 2011. Naskah Akademik Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi. Jakarta : Kementerian Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Megawangi, Ratna. 2007. Character Parenting Space. Menjadi Orangtua Cerdas untuk Membangun Karakter Anak. Bandung : Read Publizing House Mufidah. 2003. Paradigma Gender. Malang: Bayumedia Publishing. Pitoyo dkk. 2012 Pancasila Dasar Negara. Yogyakarta : PSP Press. Samani, Mukhlas dan Hariyanto. 2011. Pendidikan Karakter. Bandung : Remaja Rosdakarya Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter. Strategi Membangun Karakter Bangsa yang Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 184