No. 2 April 2009
Inovasi Pendidikan Media Komunikasi SMP dan MTs
Praktek Mengajar pada ToT
Fokus Program DBE3 DBE3 bekerja di 44 kabupaten di enam provinsi. Pada masa dua tahun ke depan, DBE3 akan memfokuskan pada pelaksanaan program pemantapan, termasuk pelatihan whole school untuk SMP dan MTs di 25 kabupaten. Peta kabupaten di mana DBE3 bekerja bisa dilihat pada halaman 16. 25 kabupaten pemantapan telah dipilih dan District Facilitator (DF) yang akan membantu kegiatan pelatihan sekolah juga telah dipilih. Para DF yang dipilih akan menangani mata pelajaran utama: Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, IPA dan IPS. Anda bisa membaca tentang pelatihan DF di halaman berikutnya.
Tim pelatih nasional dibentuk dan anggotanya terdiri dari pelatih DBE3 yang ada dan pelatih program lainnya yang berpengalaman. Tim ini akan membantu DBE3 dalam menyelenggarakan program pelatihan. Pada bulan Maret lalu, tim ini mengikuti pelatihan di Solo, Jawa Tengah. Pada pelatihan tersebut peserta mendapatkan pengetahuan praktis dan pendekatan yang akan nantinya akan disampaikan pada pelatihan di tingkat kabupaten dan sekolah. Bagian penting dalam pelatihan adalah praktek mengajar di sekolah mitra DBE3 di Boyolali dan Karanganyar. Praktek mengajar ini berjalan baik dan para peserta menunjukkan bahwa mereka bisa menerapkan apa yang mereka pelajari pada pelatihan. Misalnya, Peserta pelatihan di Solo sedang membaca dan pada pelajaran IPA, para siswa mendiskusikan hasil kerja mereka dengan kelompok bisa mempraktekkan percobaan secara langsung. Di gambar sebelah kanan, anda bisa melihat Ronika, siswa SMPN 2 Ngemplak Boyolali sedang melakukan percobaan dengan air dan miyak. Anda juga bisa melihat laporan percobaan yang ditulis oleh Sulastri. DBE3 berupaya agar siswa bisa melakukan percobaan dan mengungkapkan ide mereka dengan kata-kata mereka sendiri.
Website DBE3
Saat ini DBE3 memiliki sebuah website, www.inovasipendidikan.net, di mana anda bisa mendapatkan semua informasi yang ada di newsletter ini. Sebentar lagi anda bisa memasukkan komentar anda pada website ini.
Inovasi Pendidikan diterbitkan oleh DBE3 dan didanai oleh USAID untuk mendokumentasikan dan menyebarkan inovasi serta praktek-praktek terbaik yang terkait dengan pendidikan dasar.
Berita Utama
Hal. 2
Lebih Lanjut Tentang ToT Para pelatih nasional dilatih dengan menggunakan metoda dan pendekatan yang juga akan digunakan untuk pelatihan untuk District Facilitator (DF) pelatihan whole school. Ini artinya para pelatih nasional ini akan melakukan kegiatan yang persis sama dengan apa yang mereka lakukan kemudian. Hal ini sangat penting, karena para pelatih nasional ini harus mempraktekkan kegiatan yang akan dilakukan oleh para DF. Apa yang disampaikan pada pelatihan? Topik utama pada pelatihan adalah: • Teknik pengajaran yang efektif untuk membangun kecakapan hidup • Menciptakan suasana kelas yang baik untuk menunjang pembelajaran? • Persiapan mengajar dan praktek mengajar • Peran kepala sekolah dan pengawas dalam meningkatkan kualitas belajar mengajar Merancang rencana kerja untuk tiap sekolah.
Para peserta sedang praktek mentoring pada ToT
Tiga kegiatan lainya yang khusus ditujukan untuk pelatih DBE3 (pelatih nasional dan DF) adalah: •Bagaimana melakukan pendampingan guru yang efektif •Bagaimana mengefektifkan MGMP •Bagaimanamenjadi fasilitator yang efektif Praktek Mengajar Salah satu kegiatan penting dalam pelatihan adalah mempersiapkan dan mengajarkan materi ajar sesuai dengan pendekatan pembelajaran aktif dan kontekstual untuk membangun kecakapan hidup siswa. Para peserta ToT mempersiapkan RPP dan menerapkannya di sekolah mitra DBE3 di Boyolali dan Karanganyar. Salah satu contoh dari kegiatan praktek mengajar dapat dilihat di halaman cover dari newsletter ini. Penggunaan Alat Bantu Ajar yang Murah Banyak guru mengira bahwa mereka memerlukan alat yang mahal untuk mengajarkan PAKEM. Sebenarnya tidaklah demikian. Banyak contoh yang menunjukkan bahwa alat bantu ajar bisa dibuat dari materi yang murah dan mudah didapat. Seperti yang anda lihat pada gambar percobaah pendulum ini (atas). Sang guru menggunakan kayu, benang, batu dan selotip untuk membuat pendulum, untuk menunjukkan hubungan antara panjang pendulum dan waktu yang diperlukan untuk berayun.
Perubahan Yang Diharapkan Terjadi Setelah Pelatihan Ketika kita mengikuti pelatihan kita harus tahu apa yang harus berubah pasca pelatihan. Berikut ini adalah perubahanperubahan yang ingin kita lakukan di sekolah sebagai hasil dari program pelatihan whole school • Perubahan pada proses belajar mengajar: • Siswa akan diberi kegiatan yang lebih variatif untuk membangun kecakapan mereka. Hal ini termasuk praktek kerja dan penggunaan bahan lokal sebagai sumber belajar. • Siswa akan mengerjakan tugas yang merangsang mereka untuk berdiskusi dan berpikir. Hasil kerja mereka akan mencerminkan pemikiran mereka sendiri. • Perubahan pada suasana kelas: • Siswa akan lebih teroganisir, termasuk dalam kerja kelompok dan posisi duduk • Hasil kerja siswa akan ditempelkan di tembok untuk menunjang proses belajar Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
• •
•
•
Perpustakaan sekolah akan digunakan untuk menunjang belajar mengajar Perubahan pada sistem pengembangan profesi: • Guru-guru akan berpartisipasi dalam pertemuan antar guru untuk meningkatkan kualitas • Ada aktivitas pengembangan profesi di sekolah, di mana guru-guru bisa mengembangkan ide mereka dan belajar dari koleganya. Ada perubahan positif terkait kepemimpinan kepala sekolah dan pengawas dalam mengobservasi dan membantu para guru Ada perubahan positif yang terkait dengan performa siswa di kelas dan hasil ujian mereka.
Nomor 02/April 2009
Berita Utama
Hal. 3
Kegiatan Pembelajaran yang Menarik Beberapa kegiatan yang menarik dapat dilihat pada praktek mengajar untuk Bahasa Inggris dan IPS di MTsN Ngemplak, Boyolali. Penekanan kegiatan Bahasa Inggris adalah agar siswa menggunakan bahasa Inggris secara aktif.
Siswa kelas 9b MTsN Ngemplak sedang belajar IPS. Mereka menuliskan informasi yang mereka dapatkan ke catatan mereka. Bpk. Bambang Sudarsono, salah satu pelatih nasional, sedang mengamati dan memberikan saran ke siswa.
Siswa kelas 7b sedang menjodohkan kata dalam bahasa Inggris dengan kata dalam bahasa Indonesia
Siswa kelas 7c sedang membuat “jasjus” dan menulis instruksi pembuatannya dalam bahasa Inggris
Siswa kelas 7a sedang mencari katakata dalam bahasa Inggris dan Indonesia dari beberapa benda di sekitar mereka. Salah satu siswa, Fikrin, sedang memperlihatkan hasil kerja kelompoknya, dibantu oleh Ibu Maria Tasilin, pelatih nasional.
Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
Nomor 02/April 2009
Berita Utama
Hal. 4
”Jadilah Pionir dan Sumber Inspirasi” Wakil Gubernur Sumatra Utara Membuka ToT DBE3 di Medan TOT calon fasilitator daerah di Sumatera Utara yang digelar di BPPNFI Medan (24-27/3) dibuka secara resmi oleh Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Utara, Gatot Pujo Nugroho. Dalam sambutannya, beliau memberikan apresiasi kepada DBE 3 USAID yang telah membantu peningkatan mutu pendidikan di Sumatera Utara. Dirinya berharap seluruh peserta TOT dapat menjadi pionir guru inspiratif di daerahnya. ”Tugas guru tidak hanya mengajarkan mata pelajaran. Guru harus bisa berperan sebagai orang tua, sahabat, atau kakak bagi siswanya. Guru harus bisa menggugah siswa untuk bisa menjadi
Tim DBE3 Sumut berpose dengan Wagub Sumatera Utara (tengah) setelah pembukaan pelatihan untuk District Trainer
manusia yang lebih baik,” papar pak Gatot. Menurut Pak Gatot, dalam pembelajaran ada proses dialogis, metode mengajar dengan komunikasi dua arah. Hal ini bisa dilakukan di kelas dengan diskusi. Pola pendidikan yang masih satu arah, menurutnya membuat anak tidak kreatif. Mereka tidak terbiasa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri. Pak Gatot juga memberikan pesan khusus kepada para peserta, “Hasil pelatihan yang didapat bukan untuk diri sendiri. Tularkan pada teman seprofesi. Semua hal ideal yang didapatkan dari TOT ini, gunakan untuk menjadi virus kebaikan yang menular di sekitarnya.”
Siswa SMPN 1 Jogonalan Tampil pada Upacara Serah Terima Sekolah di Klaten Siswa SMPN 1 Jogonalan, Klaten, tampil pada upacara serah terima 35 sekolah yang diadakan pada tanggal 27 Februari 2009, di SDN 01 Babadan, Klaten. Upacara serah terima ini adalah bagian akhir dari kerja sama antara USAID/Indonesia dan ConocoPhillips Indonesia yang membantu proses rekonstruksi dan rehabilitasi sekolah di Klaten pasca gempa bumi 2006 di Yogyakarta. Penampilan siswa SMPN 1 Jogonalan ini bukanlah yang pertama kali. Mereka telah tampil tiga kali, pada lokakarya siaga bencana yang diadakan di Semarang, Solo dan Yogyakarta. Namun kali ini mereka tampil di depan pejabatpejabat USAID, ConocoPhillips, BP Migas dan Pemerintah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Drama yang ditampilkan anak-anak ini berfokus pada bagaimana mempersiapkan diri menghadapi gempa dan apa yang harus dilakukan jika gempa terjadi. Pesan dalam drama ini disampaikan dengan gamblang, menggunakan bahasa sederhana untuk mengajarkan remaja tentang persiapan menghadapi bencana. Para siswa yang tampil juga ikut serta dalam pembuatan buku saku Siaga Gempa. Drama yang mereka tampilkan adalah salah satu cara untuk mensosialisasikan isi dari buku saku tersebut. Dan drama yang mereka tampilkan mendapatkan sambutan yang meriah. Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
Siswa SMPN 1 Jogonalan, Klaten, sedang tampil pada acara serah terima sekolah di Klaten. Diseminasi ke Kabupaten Target di Sumatera Utara Pada tanggal 10 Februari, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pakpak Bharat, Bpk. Holler Sinamo, mengunjungi DBE3 Medan untuk mendiskusikan rencana diseminasi program DBE3. Sebagai kelanjutan pertemuan itu, DBE3 Sumatera Utara menerima surat resmi yang berisi permohonan agar DBE3 membantu proses diseminasi modul dasar ke 60 guru SMP/MTs di lima kecamatan di Pakpak Bharat pada bulan Juni dan Juli 2009. DBE3 setuju untuk menanggung biaya pelatih dan materi. Sedangkan biaya lainnya akan ditanggung oleh Kabupaten Pakpak Bharat. DBE3 akan mengundang DF dari kabupaten Dairi untuk membantu pelaksanaan pelatihan ini. Nomor 02/April 2009
Kolom
Hal. 5
Pembelajaran Kontekstual dan Pendidikan Kecakapan Hidup By Drs. Farhan, M.Pd PENDIDIKAN di Indonesia belum berhasil dalam upaya memproduksi lulusan yang kreatif, inovatif, dan produktif. Hal ini terjadi karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh para guru di sekolah cenderung teoretis dan hanya terfokus pada penyampaian materi pelajaran dan kurang memperhatikan aspek pengembangan kecakapan hidup seperti kerjasama, berpikir kritis dan membangun motivasi. Kecakapan semacam inilah yang bagi siswa untuk hidup di kemudian hari. Upaya mengintegrasikan kecakapan hidup ke dalam aktivitas kelas sangat tergantung pada pemahaman dan kemampuan guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang tepat. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan mengimplementasikan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang kritis ( Critical thinking ) , transfer pengetahuan, analisis data, dan pemecahan masalah. Ketika menyelesaikan studi S2 saya di Universitas Sebelas Maret, Surakarta, saya melakukan riset mengenai
implementasi pembelajaran kontekstual, termasuk di MTsN Kudus.
pembelajaran kontekstual itu memang tepat digunakan untuk pengembangan kecakapan hidup karena memiliki potensi yang kuat untuk menciptakan Studi Kasus di MTsN Kudus suasana pembelajaran yang bermakna Pembelajaran kontekstual yang dalam kehidupan nyata. Dalam penelitian mengintegrasikan pendidikan kecakapan ini dapat disimpulkan bahwa integrasi hidup berhasil diadopsi dan diterapkan pendidikan kecakapan hidup pada oleh guru-guru di MTsN Kudus. Hasilnya aktivitas belajar di kelas dapat dicapai adalah peningkatan pada interpersonal melalui pendekatan pembelajaran yang skill , kecakapan akademis dan kecakapan kontekstual . pra kejuruan dari para siswa. Ada Untuk mengakhiri artikel ini, saya perubahan signifikan yang positif yang ingin berbagi beberapa hal terkait terjadi di MTsN Kudus, yaitu: dengan pembelajaran kontekstual dan a. Suasana kelas menyenangkan dan kecakapan hidup. Jika hal-hal di bawah ini menantang sehingga dapat dipenuhi, saya yakin pembelajaran mendorong siswa untuk terlibat aktif kontekstual dapat diterapkan dan dalam pembelajaran membuahkan hasil yang positif. b. Guru menggunakan bahan ajar yang Pertama, harus ada usaha variatif peningkatan kesadaran guru akan c. Guru menerapkan manajemen kelas pentingnya pengembangan pendidikan yang lebih baik. Siswa bekerja secara kecakapan hidup. Pengetahuan guru akan individu maupun kelompok, membuat kecakapan hidup harus diterapkan pada mereka bisa saling berinteraksi proses pembelajaran di kelas. dengan baik Kedua, guru hendaknya selalu d. Pelajaran tidak monoton dan siswa berusaha untuk mendesain pembelajaran bisa mengerti materi ajar dengan kontekstual dengan menggunakan materi lebih mudah ajar yang variatif. e. Guru sering memberi pertanyaan Yang terakhir, para penyelengara dan tugas yang menantang sehingga pendidikan, seperti Kepala Dinas, dapat memacu kemampuan berfikir Pengawas Sekolah, dan Kepala Sekolah kritis siswa dan materi yang diajarkan harus memberi dukungan dan berhubungan dengan lingkungan menyediakan fasilitas kepada para guru siswa. untuk mengembangkan pembelajaran Kesimpulan kontekstual. Penelitian ini menunjukkan bahwa
Seleksi District Facilitator Untuk memastikan berlangsungnya program dengan sukses, program pelatihan DBE3 di tingkat kabupaten didukung oleh para DF. Untuk memilih fasilitator yang kompeten dan membangun rasa kepemilikan program dari pemerintah kabupaten, DBE3 melibatkan pemerintah kabupaten dalam proses seleksi DF. Garut, Jawa Barat: Pada tanggal 9 Maret, 2009, bertempat di SMPN 1 Garut, DBE3 Jabar menggelar proses seleksi DF. 50 peserta yang terdiri dari guru-guru SMP/MTs di Garut ikut terlibat dalam proses ini. Pada proses ini panelis yang terdiri dari personil Dinas Pendidikan, Kantor Depag dan DBE3 menguji kemampuan akademis dan komunikasi dari para peserta melalui wawancara dan presentasi. Dari 50 peserta, 15 orang terpilih menjadi DF untuk lima mata pelajaran: IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
Kepala Dinas Pendidikan Sidrap, Drs. Syahruddin, M.Ed, sedang mewawancarai salah satu peserta seleksi
Sidrap, Sulawesi Selatan: Diadakan pada tanggal 19-20 di kantor Dinas Pendidikan di Sidrap, proses seleksi ini melibatkan 24 peserta, yang terseleksi dari 46 pelamar. Para peserta proses seleksi ini diwawancarai oleh panel yang terdiri dari personil Dinas Pendidikan dan Kantor Depag serta DBE3. Dari 24 peserta terpilih 12 orang yang kemudian mengikuti pelatihan pada tanggal 30 Maret hingga 1 April 2009. Ke-12 DF yang baru ini akan bergabung dengan tiga orang DF yang sebelumnya telah memfasilitasi pelatihan bahasa Inggris yang diadakan oleh DBE3.
Nomor 02/April 2009
Berita Dari Provinsi
Hal 6
Irhamni, M.Ag, District Trainer DBE3 PAK Irhamni bergabung dengan proyek DBE3-EMOI di Aceh Utara sebagai District Trainer (DT) pada bulan Januari 2008. Melalui keterlibatannya di proyek ini, Pak Irhamni mendapatkan banyak pengalaman yang menginspirasinya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Aceh Utara. Menurutnya pelatihan pendidikan kecakapan hidup DBE3 sangat efektif dalam memotivasi dan membuat guru antusias dalam mengajar.
Irhamni, M.Ag, facilitating a workshop in Aceh Utara “Saat saya mengimplementasikan kecakapan hidup di kelas, siswa saya merespon dengan positif. Mereka menikmati pelajaran saya dan mencaricari saya kalau saya absen.”
Sumatera Utara
Mereka selalu meminta saya mengajar dengan metoda pembelajaran aktif yang membuat mereka bisa berpresentasi, berdiskusi dan melakukan role play. Dari pengamatan saya, mereka sekarang lebih percaya diri dalam mengungkapkan pemikirannya, menghargai temannya, mampu bekerjasama dalam kelompok dan meningkatkan kecakapan personal. Saya menceritakan hal ini ke kolega saya dan saya harap mereka juga bisa menerapkan hal yang sama. Saat ini saya berupaya meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah saya. Nanti, saya akan melakukannya di wilayah Aceh Utara,” kata guru Agama kelas 2 dan 3 di SMAN 3 Putra Bangsa, Lhoksukon, Aceh Utara. Disamping mengajar, Pak Irhamni yang lahir pada 29 Mei 1977 di Panton Labu, NAD, juga aktif menulis artikel, terutama mengenai pendidikan. Setelah bergabung dengan DBE3 ia merasa lebih percaya diri menjadi fasilitator dan sering diundang oleh Dinas Pendidikan untuk melatih guru di banyak tempat. “Walaupun DBE3 Aceh Utara hanya melatih guru-guru di 25 sekolah, saya juga menggunakan modul DBE3 di sekolah non target. Dengan kata lain,
Aceh Utara saya telah melakukan replikasi program. Tapi kita butuh dukungan pemerintah untuk berbuat lebih banyak. Saya dan beberapa DT sepakat untuk membentuk LSM lokal untuk mendukung program DBE3 dan membantu guru meningkatkan keterampilan mereka. Kami akan memperkenalkan metodologi dari modul DBE3 ke pemerintah. Dengan demikian kami mendapat dukungan dan bisa melanjutkan program setelah proyek DBE3 selesai,” kata Pak Irhamni. Disamping mendedikasikan diri di bidang pendidikan Pak Irhamni juga menjalankan usaha kecil di rumahnya. Ia mendesain gelas dengan gambar. Dikatakannya bahwa ia mendapatkan pesanan dari kota-kota sekitar. “Saya sudah memperkenalkan dan membangun kecakapan hidup di keluarga saya,” canda Pak Irhamni. “Manusia itu seperti mesin diesel yang akan berhenti ketika sudah rusak.” Itulah mottonya yang ia implementasikan sehari-hari. Ia tidak pernah berhenti bekerja untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Aceh Utara. Ia membayangkan Aceh yang lebih baik, di mana orang-orangnya menjadi pemimpin Indonesia. Ia yakin hal ini akan tercapai jika semua orang di Aceh bekerja sama untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
District Trainer Dbe3 Meraih Juara III Lomba Mengajar Fisika Tingkat Nasional
PANGGILANNYA Zainab. Nama lengkapnya Zainab Nirwani, S. Pd. Perempuan berkerudung ini lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara pada tanggal 26 Juni 1971. Dan dia adalah Juara III pada Lomba Mengajar Fisika Dengan Software tingkat nasional tahun 2008. Di tingkat provinsi Ibu Zainab adalah Juara I dan sekaligus Juara Favorit pada kompetisi yang sama. Prestasinya di kejuaraan ini adalah karena seringnya ia mengikuti pelatihan yang diadakan oleh DBE3. Dia telah menerapkan pengetahuan yang didapat dari pelatihan itu dalam kesehariannya di kelas. Sejak bergabung dengan DBE 3 sebagai District Trainer di Tebing Tinggi pada tahun 2006, dirinya menjadi lebih percaya diri dalam mengajar dan bergaul dengan koleganya. “Pembelajaran aktif yang mengintegrasikan kecakapan hidup dengan modul BTL, LSE dan ICT telah merubah strategi pembelajaran yang saya terapkan sebelumnya.
Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
Dengan ketiga modul ini saya menjadikan peserta didik sebagai pusat pembelajaran. Kecakapan sosial yang saya dapatkan membantu saya dalam mempresentasikan bahan lomba. Inilah hal penting yang membuat saya unggul dari peserta lain dan meraih juara satu sekaligus juara favorit di tingkat provinsi.” Selain sebagai guru IPA di SMP Negeri 1 Tebing Tinggi, Sumatera Zainab Nirwani Utara, Ibu Zainab juga aktif di PGRI. Dia juga menjadi Ketua MGMP Biologi Kota Tebing Tinggi. Melalui MGMP ini juga Bu Zainab terus aktif menularkan model -model pembelajaran yang dikembangkan oleh DBE3 kepada teman-teman sejawatnya.
Nomor 02/April 2009
Berita Dari Provinsi
Hal 7
Pelatihan untuk Fasilitator di Sumatera Utara Pelatihan untuk District Facilitator (DF) yang berlangsung di Medan dari tanggal 24-27 Maret 2009 dibuka oleh Wakil Gubernur (Wagub) Sumut, Bapak Gatot Pujo Nugroho, ST. Pelatihan ini diikuti oleh 15 peserta dari kabupaten pendalaman, 10 peserta (dosen) dari Universitas Negeri Medan, dan lima pelatih dari LPMP Sumut. Kabupaten yang terlibat dalam pelatihan ini adalah Binjai, Dairi, Tanjungbalai, Tapanuli Selatan dan Tapanuli Utara. Para peserta pelatihan yang dilatih oleh tim konsultan ini juga mendapatkan kesempatan untuk melakukan praktek mengajar di beberapa sekolah di Binjai. Praktek mengajar ini dilakukan secara berkelompok (team teaching).
Ibu Melva Silitonga, dosen dari Universitas Negeri Medan sedang membantu siswa kelas 8 dari SMP Tunas Pelita, Binjai, menyelesaikan percobaan mereka
Dua siswa SMPN 6 Binjai sedang membanding hasil kerja mereka dalam pelajaran bahasa Inggris
Diah mengajukan pertanyaan dan mengkoreksi penjelasan dari salah kelompok. Praktek belajar seperti sangat penting. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan memberi umpan balik ke kelompok lainnya.
Apakah siswa di kelas anda belajar seperti ini? Jika tidak, silakan mencoba aktivitas yang ditunjukkan pada halaman ini.
Seorang siswa dari SMP Tunas Pelita Binjai sedang membuat diagram untuk menggambarkan gerhana matahari dan bulan. Setelah menuliskan dengan bahasa mereka sendiri, para siswa menjelaskan diagram ini di depan kelas. Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
Pelatihan yang partisipatif – guru-guru mendiskusikan hal-hal seperti ‘bagaimana mengajukan pertanyaan yang menantang?’, ‘dukungan apa yang bisa diberikan kepala sekolah dan pengawas untuk sekolah?’ dan ‘bagaimana membuat pertemuan guru menjadi hal yang produktif untuk guru?’ Nomor 02/April 2009
Berita Dari Provinsi
Hal 8
Para siswa sedang melakukan eksperimen dengan menghangatkan air dengan lilin dan mencatat waktu serta perubahan suhu air. Mereka menggunakan data yang mereka peroleh untuk membuat grafik. Para siswa ini kemudian menulis laporan eksperimen mereka. Kegiatan ini sangat penting. Siswa harus bisa menjelaskan sesuatu dengan bahasa mereka, bukan hanya menghafal apa yang diberikan guru!
Dua siswa MTsN Binjai sedang menunjukkan tulisan mereka tentang siklus air
Peran guru pada pelajaran seperti ini adalah sebagai fasilitator. Ibu Lia Windari, guru di MTsN Binjai sedang membantu siswanya
Pembelajaran yang Berpusat Pada Siswa Pembelajaran yang tradisional berpusat pada apa yang guru lakukan di kelas. Model-model pembelajaran yang dipromosikan DBE3 berfokus pada apa yang dilakukan siswa. Fotofoto yang ada di halaman ini menjelaskan hal tersebut.
Setelah praktek mengajar IPS, para DF duduk bersama dengan guruguru di MTsN Binjai untuk berdiskusi mengenai pelajaran dan bagaimana membuatnya lebih baik.
Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
Nomor 02/April 2009
Berita Dari Provinsi
Hal 9
Jawa Barat-Banten
Rangkaian Pelatihan di Jawa Barat BULAN Maret 2009 menjadi bulan yang sibuk bagi DBE3 Jabar. Pada bulan ini beberapa pelatihan diselenggarakan, termasuk ToT untuk DF, diseminasi pelatihan DBE3 dan pelatihan untuk guru tentang model DBE3. Pelatihan-pelatihan ini melibatkan 182 peserta, terdiri dari guru, DF, staf Dinas Pendidikan dan Kanwil Depag, perwakilan universitas dan LPMP. Informasi lebih lanjut mengenai pelatihan adalah sbb.
ToT untuk DF di Indramayu ToT ini digelar pada tanggal 24-27 maret 2009 di Hotel Wiwi Perkasa, Indramayu. Pada pelatihan ini 101 orang ikut menjadi pesertanya. Difasilitasi oleh 11 orang fasilitator nasional, pelatihan ini ditujukan untuk DF dari lima pelajaran: IPA, IPS, Matematika, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Para DF ini nantinya akan bertanggung jawab untuk mengadakan pelatihan untuk guru di tingkat kabupaten yang mencakup Cilegon, Bogor, Karawang, Indramayu dan Garut, di Jawa Barat dan Banten. Para peserta mengikuti pelatihan ini dengan antusias. “Buat saya, sesi developing high-level questions sangat menantang dan menarik,” tukas salah satu peserta. Peserta lainnya berpendapat jika guru mencapai kapasitas mengajar yang tinggi, maka proses pembelajaran akan lebih baik. Peserta lainnya berkomentar, “Saya belajar banyak dari pelatihan ini. Saya yakin siswa saya akan lebih tertarik belajar Matematika dengan pendekatan baru yang saya pelajari di pelatihan ini.”
Peserta ToT sedang mempelajari beberapa model pembelajaran
Pelatihan Modul DBE3 untuk Guru Digelar di Yayasan Pendidikan (YAPIN) Kerta Semaya, Indramayu, pada tanggal 24-25 Maret 2009, pelatihan ini difasilitasi oleh DF dari DBE3 dan dihadiri oleh 35 guru dari SMP dan MTs di Indramayu. Peserta berasal dari tujuh sekolah. Mereka mendapatkan pelatihan tentang better teaching and learning (modul 1). Pelatihan ini dibiayai oleh sekolah yang terlibat dengan menggunakan dana BOS
Dissemination of DBE3 in YAPIN Kertasemaya Indramayu, West Java.
Para siswa SMPN 2 Jatibarang, Indramayi, mengubah kelas mereka menjadi laboratorium Fisika pada saat sesi praktek mengajar di sekolah mereka.
Diseminasi Pelatihan DBE3 di Jawa Barat Diseminasi pelatihan DBE3 ini berlangsung pada 20-21 Maret di SMPN Satu Atap di Losarang, Indramayu. Pelatihan ini dihadiri oleh 46 guru yang mewakili enam sekolah di kecamatan Losarang. Pelatihan ini adalah saat yang tepat bagi guru untuk belajar strategi pembelajaran yang lebih baik. Inisiatif pelatihan ini berasal dari DF DBE3 di Indramayu, yang juga seorang pengawas sekolah. Pelatihan ini dibiayai oleh Dinas Pendidikan setempat dan diorganisir oleh Dinas Pendidikan di kecamatan Losarang. Dua orang DF DBE3 memfasilitasi pelatihan ini. Guru-guru bekerjasama dalam merancang pembeInovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
Nomor 02/April 2009
Berita Dari Provinsi
Hal 10
Jawa Barat-Banten
Murid-Murid Saya Menyukainya! NAMA saya Ilis Nurajizah. Saya guru di Madrasah Tsanawiyah Al-Ahliyah Bakanmaja, Kotabaru, Karawang, Jawa Barat. Saya beruntung bisa ikut serta dalam program pelatihan yang diadakan oleh DBE3 karena program tersebut sangat membantu meningkatkan kualitas guru. Pelatihan yang diadakan oleh DBE3 menarik dan berguna. Saya tidak merasa bosan sama sekali dalam mengikutinya. Program DBE3 yang saya ikuti membuat saya berpikir: jika fasilitator di program tersebut bisa membuat para peserta betah dalam proses belajar, mengapa kita tidak bisa melakukan hal yang sama ke siswa? Jawabannya: bisa! Saya telah mengimplementasikan metoda yang saya dapatkan dari pelatihan dan saya bisa melihat bahwa murid-murid saya menyukainya. Mereka lebih antusias dan perhatian. Mereka menyukai metodametoda belajar yang saya gunakan di
Ibu Ilis with her students at a school event
kelas. Dan saya sendiripun lebih menikmati proses mengajar. Suatu ketika ada kolega yang mengeluh ke saya tentang murid-muridnya yang gaduh. Dia bilang, “Tenggorokan saya sampai sakit karena harus berbicara keras ke siswa saya. Mengajar mereka sangat melelahkan,” katanya. Lalu saya katakan padanya bahwa saya pernah mengalami hal yang sama. Saya sarankan agar ia tidak mengajar
Guru dan Penjual Bakso NAMANYA Juli Edi Sarwono. Beliau adalah guru Matematika SMPN 19 Purworejo. Orangnya sangat sederhana. Namun dari kesederhanaannya, kita dapat belajar banyak hal. Di selasela kesibukannya mengajar, beliau juga berdagang bakso di lingkungan tempat tinggalnya. Sepulang mengajar, beliau berjualan bakso dari pukul 16.00 sampai sekitar pukul 23.00 WIB. Meskipun sibuk, beliau tidak pernah menelantarkan anak didiknya, bahkan beliau termasuk salah satu guru paling kreatif yang ada di SMPN 19. Salah satu bentuk kreativitasnya adalah membuat pajangan di kelas, meskipun hanya dipajang beberapa hari saja, karena ruangan kelas tersebut juga dipakai oleh guru lain. Namun beliau tidak kurang akal. Ketika pajangan sudah dilepas dari dinding kelas, beliau menyusunnya pada buku besar, seperti terlihat di samping ini. Dan hebatnya lagi, beliau juga masih sempat membuat bank Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
dengan cara menguliahi mereka tapi dengan memberikan tugas. Para siswa harus mengerjakan tugas ini di kelompok kecil. Cara ini ternyata berhasil. Menurut saya, banyak guru yang ikut serta dalam program pelatihan DBE3 berhasil dalam menerapkan ilmu yang mereka dapatkan. Mereka bisa membuat siswa lebih semangat dalam belajar. Hal ini terjadi karena metoda yang mereka dapatkan sewaktu pelatihan sangat berguna dan aplikatif. Di Karawang masih banyak guru yang memerlukan pelatihan DBE3. Karenanya kami memerlukan replikasi program. Dan hal ini bisa dilakukan jika semua pemangku kepentingan, terutama pemerintah daerah, mendukung. Sebagai seorang guru yang pernah ikut serta dalam program pelatihan DBE3, saya akan terus bekerja sebaik mungkin untuk menerapkan pengetahuan yang saya miliki dari pelatihan di kelas. (Diadaptasi dari artikel yang ditulis oleh Ibu Ilis Nurajizah).
Jawa Tengah soal untuk siswa-siswa kelas tiga yang akan menghadapi ujian akhir nasional. Tidak hanya itu, ketika beliau mengajar pada jam-jam akhir sekolah, tidak jarang beliau mengajak siswanya belajar di halaman sekolah, agar siswa tidak terlalu bosan. Hasilnya juga tidak mengecewakan. Siswanya mendapat nilai yang bagus dalam UAN. Satu orang siswa mendapatkan nilai sempurna, 10. Dan ia adalah siswa Pak Eko, begitu beliau akrab dipanggil. Apa yang dilakukan Pak Eko menurut pengakuan beliau merupakan penerapan dari hasil pelatihan modul dasar DBE3 yang beliau ikuti beberapa waktu lalu.
Pajangan kelas yang dibuat Pak Eko disimpan dalam buku. Siswa dan guru bisa melihat dan meminjamnya untuk digunakan pada proses belajar
Nomor 02/April 2009
Berita Dari Provinsi
Hal 11
Jepara Memfinalisasikan Rencana Diseminasi PADA tanggal 22 Januari 2009, DBE3 Jawa Tengah mengadakan pertemuan dengan Dinas Pendidikan Jepara untuk membahas rencana diseminasi program DBE3 di tahun 2009. Pertemuan ini dihadiri oleh tujuh orang pejabat dari Dinas Pendidikan dan Kantor Depag, Bappeda dan Dewan Pendidikan. Di akhir pertemuan semua peserta sepakat untuk melakukan diseminasi setelah UAN. Diseminasi ini akan mencakup 15 SMP dan 15 MTs di emapt kecamatan di Jepara (Keling, Donorojo, Kembang, and Bangsri) dan melibatkan 90 guru dari mata pelajaran Matematika, PKn dan Bahasa Inggris. Suasana praktek mengajar di SMPN 4 Karanganom pada saat pelatihan berlangsung.
Profil Pak Taqim
“Be Better Facilitators after Training”
NAMA lengkapnya Drs. H. Mustaqim. Lahir di Jepara pada tanggal 9 Desember 1957. Sehari-hari beliau bekerja di kantor urusan agama (KUA) Cabang Mayong Jepara sebagai peyuluh agama ITULAH hal yang ditekankan Kepala dengan pangkat ahli madya. Bergabung dengan DBE3 Dinas Pendidikan Kabupaten Karanganyar, sejak akhir tahun 2006 dengan posisi sebagai district Drs. Sri Sunanto, pada sambutannya di acara facilitator (DF) bagi 5 institusi non formal education pembukaan pelatihan District Facilitator di (NFE) mitra DBE3 Kabupaten Jepara. Sunan Hotel Solo, tanggal 29 Maret 2009. Pak Taqim selalu mementingkan keinginan peserta belajar. Dalam satu minggu Pak Taqim bisa Beliau juga menambahkan bawa peserta pedua kali berkunjung ke mitra NFE walau dengan latihan harus menyadari bahwa pelatihan ini jarak tempuh yang berjauhan satu sama lain. Kunjungan intens beliau adalah salah satu medium untuk meningkatsebetulnya melebihi kewajibannya sebagai District Facilitator. Ia melakukan hal kan kualitas dan kecakapan mengajar. Lebih ini karena peduli terhadap anak didiknya. Ia katakan semakin dekat ia dengan lanjut Drs. Sri Sunanto juga menyatakan peserta belajar, semakin mudah ia bekerja sama dengan mereka. Baginya penghargaannya keapda DBE3 yang telah aktivitas menjahit, bordir, obras, komputer dan sablon harus bisa dikuasai bekerja untuk meningkat kualitas pendidikan santri sebelum keluar dari pondok pesantren dan PKBM supaya punya bekal ketrampilan di tengah-tengah masyarakatnya. di Jawa Tengah. Selain tugas rutin mendamping para tutor, Pak Taqim juga rajin bertemu Beliau berharap agar setiap orang mendudengan pimpinan pondok pesantren dan PKBM memberikan pemahaman kung program DBE3. Kepada peserta beliau tentang pentingnya kegiatan lifeskill dikelola secara lebih serius. Sebab berpesan agar menerapkan keterampilan sementara ini kegiatan lifeskill yang didapat selama pedi pondok pesantren terutama latihan di sekolah masing kurang mendapatkan perhatian, -masing. hanya menjadi kegiatan Pelatihan yang difasilipelengkap bagi paara santri/ warga belajar yang berminat tasi oleh fasilitator nasaja. sional ini diselenggarakan Pendekatan Pak Taqim ini pada 29 Maret sampai 1 berbuah hasil, 3 pondok April 2009, melibatkan pesantren menetapkan kegiatan 95 peserta yang terdiri pelatihan menjahit, bordir dan dari para District Facilitakomputer dijadikan sebagai tor, personil Dinas Penkegiatan ektra kurikuler para didikan, Mapenda dan santri yang wajib diikuti. Dengan keterampilan yang Kantor Depag, serta didapat dari pelatihan, para dosen dari Universitas santri akan memiliki bekal yang Negeri Semarang. cukup untuk hidup di masyarakat. Terima kasih, Pak Kursus menjahit, salah satu kegiatan di PKBM dan Pesantren, adalah Taqim. kegiatan yang memberi keterampilan teknis pada peserta didik.
Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
Nomor 02/April 2009
Berita Dari Provinsi
Hal 12
Jawa Timur
Training of Trainers di Jawa Timur TRAINING of Trainers untuk DF di Jawa Timur diselenggarakan pada tanggal 21-15 Maret di Tuban. Pelatihan ini dibuka oleh Sekretaris Kabupaten, Ibu Ir. Parastuti, mewakili Bupati. 75 DF (51 laki-laki dan 24 perempuan) ikut serta secara aktif dalam pelatihan 4 hari ini. Ke semua DF itu adalah juga guru mata pelajaran utama: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA dan IPS. Pelatihan ini juga melibatkan delapan staf dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dan 5 staf dari Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP). Tiga konsultan juga dilibatkan dalam pelatihan ini, membantu 12 orang fasilitator nasional. Salah seorang peserta -- Bapak Aryo, Kepala Sekolah SMP2 Gedangan, Sidoarjo – mengatakan, “Jika semua guru membuat persiapan yang matang sebelum mengajar, siswa pasti akan mendapatkan keterampilan dan pengetahuan yang lebih banyak.”
Ibu Parastuti, Sekretaris Kabupaten Tuban, memberikan sambutan atas nama Bupati pada pembukaan ToT
Peserta pelatihan bidang IPS sedang berdiskusi tentang bagaimana mengukur kompetensi individu sebelum menerapkan cooperative learning
Peserta bidang IPA sedang mempraktekan metode active learning
Mengintegrasikan Life Skills DBE3 dan Lesson Study JICA
Upaya Membangun Pembelajaran yang Lebih Menyenangkan By Drs. Slamet Mujiono District Facilitator DBE3 di Pasuruan
Kabupaten Pasuruan, daerah sasaran Proyek DBE3 sejak akhir tahun 2007, adalah salah satu daerah yang menjadi basis kegiatan Lesson Study (LS) yang difasilitasi oleh JICA. Pasuruan menjadi tantangan tersendiri bagi tim DBE3 yang bertugas di lapangan. Pertanyaan yang paling besar adalah: Bisakah DBE3 melaksanakan aktivitas di daerah yang
telah memiliki program LS dari JICA? Jawabannya: Bisa.
Kombinasi LS dan Program DBE3 Tim DBE3 mendapat apresiasi yang tinggi dari beberapa kalangan di Pasuruan. Salah satunya adalah Ibu Sunarni, Kepala SMP Negeri 1 Rejoso, yang dapat menangkap peluang emas dari hasil diseminasi 2 bentuk pola pembelajaran yang sama bagusnya, yang tengah berkembang di Pasuruan. Hasil pertama kebijakannya adalah terselenggaranya lokakarya tentang materi LS dan DBE3, yang menghadirkan fasilitator LS dan DBE3 serta melibatkan 50 guru dari SMP Negeri 1 Lekok dan SMP Negeri
Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
1 Rejoso, pada tanggal 19-20 Januari lalu. Lokakarya ini menghasilkan sebuah pola pembelajaran baru yang kebih menyenangkan dan bermanfaat bagi semua pihak. Kolaborasi antar para pendidik semakin bagus dan kinerja guru semakin tinggi, baik dalam persiapan dan penyampaian bahan ajar. Para guru juga mampu mengintegrasikan life skills yang sangat dibutuhkan siswa. Berkat lokakarya ini, beberapa perubahan terjadi di kelas. Diantaranya adalah perubahan pada susunan kursi yang membuat siswa lebih mudah dalam berinteraksi. Small Group Discussion, Poster Session atau model pembelajaran aktif
(continued on next page) Nomor 02/April 2009
Berita Dari Provinsi
Page 13
Menuju Pengembangan DBE3: Komitmen dan Kebersamaan Kepala sekolah berperan penting dalam penerapan program pendidikan yang dibangun oleh DBE3. Sebagai pimpinan sekolah dan manajer sekolah, kepala sekolah memiliki otoritas dalam menentukan strategi yang mengarah kepada pelaksanaan proses pembelajaran yang baik. Di bawah ini adalah komentar dari Dra. Siti Nasrah – Kepala Sekolah SMP YP PGRI, Makassar dan Drs. Achmad Lutfi, MM, Kepala Sekolah SMPN 2 Sedati, Sidoarjo, Jawa Timur. Komentar ini diutarakan pada saat Anwar Holil, Konsultan DBE3 melakukan monitoring di sekolah mereka. Dra. Siti Nasrah, Kepala SMP YP PGRI Makasar: SMP YP PGRI telah menjadi mitra DBE3 selama setahun. Selama ini, kami telah menerapkan semua program yang dibuat oleh DBE3 secara konsisten. Kami merasakan hasil positif dari upaya yang telah kami lakukan. Sekarang kamu menerapkan metoda pembelajaran yang merangsang siswa untuk memecahkan persoalan dalam kelompok kecil. Berkat DBE3 ada beberapa perubahan positif di sekolah kami. Hal ini termasuk pengaturan kursi siswa di kelas. Kami punya banyak siswa di kelas. Bahkan ada yang 48. Untuk menciptakan ruangan yang lebih lega dan memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi, kami menyusun kursi dengan bentuk U. Dan ini terbukti efektif. Guru berperan penting dalam proses belajar. Siswa bisa menjadi lebih aktif dalam belajar ketika guru tahu bagaimana menerapkan pola belajar yang efektif. Untuk mendukung pembelajaran yang baik, kami memberi dukungan pada guru. Kami menyediakan flip chart, buku, dan kebutuhan lainnya. Kami juga merangsang siswa untuk menulis apa yang mereka pelajari dan mempresentasikannya di kelas. Masyarakat memberikan kepercayaan kepada kami, walaupun kami hanyalah sekolah swasta. Tiap tahun kami harus menolak siswa yang mendaftarkan diri. Sekarang kami memfokuskan diri pada peningkatan kualitas pembelajaran. Untuk itu, kami mengandalkan program DBE3. Saya tegaskan bahwa SMP YP PGRI memiliki komitmen yang tinggi untuk Siti Nasrah with Anwar Holil in the school meningkatkan mutu. library. (continued from previous page) lainnya juga diterapkan demi membangun komunikasi yang efektif dan dinamis antar sesama siswa dan dengan guru, sebagai fasilitatornya. “Meski lokakarya ini singkat namun peserta dapat merespon dengan baik dan berupaya untuk menerapkan hasil lokakarya di sekolah mereka,” jelas Ibu Sunarni. “Kami bangga karena dapat menggabungkan LS dan DBE3 dalam proses pembelajaran di sekolah. Tindak lanjut kami adalah mengadakan open lesson/open class yang menyediakan tempat dan waktu
Drs. A. Lutfi, MM, Kepala SMPN 2 Sedati: Saat ini, guru-guru di sekolah kami menerapkan pembelajaran kontekstual (CTL -- Contextual Teaching and Learning). DBE3 telah melatih dan membantu kami dalam penerapan CTL. Dan fasilitator DBE3 juga sangat dekat dengan guru-guru kami. Berkat DBE3 kami mengalami perubahan yang positif. Ruang kelas sekarang ini lebih tertata rapi. Siswa bisa bekerja dalam kelompok kecil untuk berdiskusi dan belajar dalam suasana yang lebih baik. Guru tidak hanya memberikan teori tapi juga contoh nyata dari kehidupan sehari-hari. Siswa mendapatkan kesempatan untuk memamerkan karya mereka di kelas. Bagi kami, hal ini adalah kemajuan yang besar. Kami menerapkan team teaching di sekolah kami. Menurut peraturan, guru harus mengajar 24 jam dalam seminggu. Dengan team teaching ini, guru-guru kami bisa memenuhi peraturan tersebut. Team teaching juga efektif dalam membantu siswa. Untuk memastikan keefektifan team teaching di sekolah kami, kami meminta guru-guru untuk memonitor pelaksanaannya. Jika ada guru yang mengikuti lokakarya atau pelatihan, kami akan minta mereka untuk berbagi ilmu dengan koleganya. Kami juga menerapkan ICT di kelas. Kami menggunakan laptop, LCD dan software pembelajaran, serta TV untuk proses belajar. Kami melakukan ini semua untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah kami.
bagi siapapun untuk mengamati kinerja guru dan/atau mengobservasi aktivitas pembelajaran peserta didik pada setiap hari Jumat sekolah kami,” tambahnya.
Implementasi dalam MGMP PKn Dengan dukungan penuh dari Dinas Pendidikan Kabupaten Pasuruan, Pengurus MGMP PKn melaksanakan lokakarya yang berfokus pada penerapan Lesson Study dan PAKEM dengan integrasi Life Skills DBE3 yang berlangsung setiap hari Kamis mulai 26 Februari hingga 14 Mei 2009. Penyelenggaraan kegiatan ini dipusatkan di SMP Negeri 1 Rejoso dengan peserta 20
Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
orang guru PKn dari SMP Negeri dan Swasta se Kabupaten Pasuruan. Lokakarya dan perpaduan pola-pola pembelajaran yang dilakukan adalah terobosan baru dalam mengintegrasikan program DBE3 dengan Lesson Study. Hal ini sangat baik dalam pengembangan potensi kecakapan hidup siswa sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan mempersiapkan diri dalam kegiatan pengembangan masyarakat.
Nomor 02/April 2009
Berita Dari Provinsi
Hal 14
Bekerja dengan Ketulusan:
Kisah Sukses Mitra DBE3 di Jeneponto IBU Dra. Hartati Hamid adalah sosok yang tidak bisa dipisahkan dari PKBM Nur Alif. Ia adalah tokoh kunci dibalik susksesnya PKBM Nur Alif dalam mengembangkan bisnisnya. Ia memulai usahanya dengan berjualan kue tradisional dan sara’ba (minuman tradisional dari Sulawesi Selatan) di rumahnya. Kemudian ia juga merambah ke usaha jahit. Pekerja keras adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan ibu dua anak ini. Tahun-tahun 1995 hingga1997 adalah masa-masa sulit bagi dirinya. Suaminya – Bpk. Basri Daeng Situju – hanyalah seorang guru honor yang penghasilannya hanya cukup untuk menutupi transportasinya ke tempat kerja. Berangkat dari kesulitan ini, Ibu Hartati, Sarjana Pendidikan Luar Sekolah, berpikir untuk mengatasi kesulitan keluarga. Setelah mempertimbangkan dan mengevaluasi bisnis kue tradisionalnya, Ibu Hartati dan suaminya memutuskan untuk menyetopnya dan memulai bisnis baru: pembuatan tirai. Keterampilan membuat tirai ini ia dapat ketika belajar di Makassar. Dengan modal sebesar Rp. 300.000 ia memulai bisnis ini. Ia membuat beberapa contoh tirai dan memajangnya di pasar Jeneponto. Satu persatu pelanggan mulai tertarik. Pada
awalnya, beberapa pesanan yang datang kembangkan hanyalah dari Jeneponto saja. Namun melalui kerjasama kemudian, ia mendapatkan pesanan dari dengan Dinas Bantaeng, Gowa, Takalar bahkan Pendidikan Makassar. Ketika ditanya bagaimana Kabupaten caranya memasarkan produknya, Ibu Jeneponto. Ia Hartati menjelaskan bahwa ia merasa tertantang mendapatkan pengetahuan yang berguna untuk membuat Hartati Hamid dari pelatihan DBE3. orang tertarik Tidak cukup puas dengan usaha yang untuk belajar. Nalurinya yang kuat dijalankannya, Ibu Hartati dan suaminya untuk membantu orang lain memang kemudian membentuk Pusat Kegiatan sangat luar biasa. Sampai saat ini dia Belajar Masyarakat (PKBM) pada tahun membina warga belajar yang kurang 2004. Ia berharap PKBM ini bisa menjadi lebih 40 orang paket B. Ketika ditanya sumber inspirasi bagi masyarakat dan apa rahasia suksesnya dalam mengelola tempat berbagi ilmu. PKBM ini diberi PKBM dan bisnisnya, ia menyebutkan nama Nur Alif. Sekarang PKBM ini telah empt kata: keikhlasan, ketekunan, memiliki tujuh orang staf yang membantu keuletan dan kesabaran”. menjalankan kegiatannya. Aset PKBM Nur Alif telah berkembang dan sekarang menjadi Rp. 125 juta, terdiri dari mesin jahit, tempat usaha dan modal pengembangan usaha. Disamping itu, Ibu Hartati juga mengembangkan program Paket A dan B (untuk membantu masyarakat belaja kecakapan dasar seperti membaca dan Dimulai sejak 2004, PKBM Nur Alif sekarang memiliki berhitung). Program ini ia tujuh staf dan aset sebesar Rp. 25 juta.
Partner School Selection in South Sulawesi
Kepala Sekolah SMPN 1 Pancarijang, Drs. Haeruddin, M.Si, menyatakan keinginan sekolahnya untuk menjadi mitra DBE3
DBE3 meningkatkan jumlah mitra sekolahnya di 25 kabupaten pendalaman dari empat menjadi sepuluh. DBE3 Sulawesi Selatan memulai seleksi mitra sekolah dengan melibatkan staf dari Dinas Pendidikan dan Kantor Depag di tiap kabupaten. Bersama dengan tim DBE3 para staf ini menentukan kriteria seleksi, memonitor sekolah, dan melakukan assesment untuk mengetahui komitmen kepala sekolah untuk mengimplementasi pengetahuan yang didapatkan dari pelatihan. Dengan melibatkan Dinas Pendidikan dan Kantor Depag, DBE3 berharap tumbuhnya rasa memiliki dari institusi tersebut dan komitmen untuk mendukung keberlanjutan program.
Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
Pada tanggal 14-15 April 2009, seleksi sekolah berlangsung di Sidrap. Tim seleksi melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah dan mewawancarai kepala sekolah dan guru untuk memverifikasi informasi dan data terkini dari sekolah. Enam sekolah terpilih dari tiga kecamatan: Baranti, Pancarijang, and Tellulimpoe. Sekolah-sekolah ini adalah 1) SMP Negeri 2 Baranti 2) MTs Negeri Baranti 3) SMP Negeri 1Pancarijang 4) MTs YMPI Rappang-Pancarijang 5) SMPN 1 Tellulimpoe and 6) MTs DDI Amparita. Sekolah-sekolah ini telah disetujui oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kepala Kantor Depag.
Nomor 02/April 2009
Berita Dari Provinsi
Hal 15
Pelatihan District Facilitator di Sulawesi Selatan dalam Gambar PELATIHAN fasilitator lima daerah Sulawesi Selatan berlangsung selama empat hari mulai tgl. 30 Maret s.d. 2 April 2009 di Pare-Pare. Praktek mengajar dilaksanakan di sekolah binaan DBE3 di Kabupaten Pinrang dan Sidrap. Beberapa kegiatan di sekolah di Pinrang tergambar disini.
1
2
3
1. Ini bukan praktek mengajar tetapi kegiatan IPS sehari-hari yang kami temukan di kelas 7, SMP1 Mattirobulu, Pinrang. 2. Kegiatan Praktek IPA termasuk percobaan menyaring dan menjernikan air kotor. Siswa membuat saringan sendiri dengan menggunakan berbagai bahan bekas dan yang ada di lingkungan. 3. Siswa menulis dan memajang laporan percobaan perjernian air di dinding kelas . 4. Siswa-siswi kelas 7 ini dibawa keluar kelas untuk melihat benda biotik dan abiotik yang ada di dalam area satu meter persegi. Mereka dibantu oleh Bpk. Hamsin, fasilitator daerah dari Kabupaten Soppeng 4
5. Siswa-siswi kelas 8, dibantu salah satu fasilitator daerah Ibu Haniah dari SMPN6 Makassar, menyusun hasil karya mereka tentang pemantulan cahaya . 6. Setelah selesai praktek mengajar di SMPN1 Pinrang beberapa peserta pelatihan membahas pelaksanaan pembelajaran, termasuk keberhasilan, masalah yang dihadapi dan usulan untuk perbaikan ke depan.
5
6 Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
Nomor 02/April 2009
Berita Dari Provinsi Sumatera Utara
Hal 16
Peta Daerah Kerja DBE3 Daerah pendalaman Daerah binaan lainnya
Jawa Barat-Banten
Jawa Tengah
Jawa Timur
Sulawesi Selatan
Inovasi Pendidikan diterbitkan oleh DBE3 dan didanai oleh USAID untuk mendokumentasikan dan menyebarkan inovasi serta praktek-praktek terbaik yang terkait dengan pendidikan dasar. Jika anda ingin berkontribusi, silakan kirim artikel berikut foto ke
[email protected].