No. 8 November 2010 Kepala SMP/MTs Analisis Kebutuhan Belajar Mapel
Para kepala SMP/MTs bekerjasama mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran setiap mapel pada pelatihan Peran KS dalam Mendukung Keberhasilan Pembelajaran Aktif. PADA pelatihan BTL 4 ada sesi khusus untuk pelatihan kepala sekolah. Paran KS, PS, pejabat dari Kemendiknas dan Kemenag kabupaten dan provinsi kepala sekolah mitra DBE3 mengidentifikasi dukungan yang perlu diberikan kepala sekolah, utamanya pada pengalokasian anggaran agar terwujud keberhasilan pembelajaran aktif. Fakta-fakta dukungan yang diberikan untuk keberhasilan pembelajaran aktif, seperti kebutuhan setiap guru mapel, kebutuhan khusus untuk pembina ekstrakurikuler, dan khusus untuk staf. ”Pelatihan ini memberikan gambaran nyata proses yang seharusnya terjadi di kelas,” urai Drs. Zulkifli Kepala SMPN 1 Patumbak Deli Serdang Sumut yang terkesan dengan proses pelatihan yang mendorong seluruh peserta untuk aktif. ”Kami siap mendukung kebutuhan sekolah untuk keberhasilan pembelajaran aktif,” kata Drs. Kasniady, M.Pd Kabid SMP Kemendiknas Kabupaten Soppeng yang terlibat aktif dalam pelatihan di Palopo Sulsel. Kunjungi website kami di www.inovasipendidikan.net
Inovasi Pendidikan Media Komunikasi SMP dan MTs Peserta TOT BTL 4 sedang melakukan diskusi MGMP di sekolah setelah praktik mengajar. Mereka mengidentifikasi keberhasilan pemecahan masalah yang dirancang sebelumnya.
BTL 4 Perkaya Ide Kegiatan MGMP PAKET Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna 4 atau BTL4, melatih guru dalam mengkaji pemecahan masalah penerapan pembelajaran aktif di kelas. Pendekatan yang dipakai menekankan pentingnya kerjasama kelompok sesama guru mata pelajaran. Karena itu, paket ini memberikan pengayaan ide dan kegiatan berdaya guna untuk mengaktifkan kegiatan peningkatan mutu pembelajaran melalui forum MGMP. Peserta dilatih mengenali secara mendalam berbagai masalah dalam penerapan BTL di sekolah dan menemukan cara-cara memecahkannya secara tepat. Dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah, peserta diajak untuk melakukannya dengan cara bekerjasama seperti pola “lesson study” sederhana. Kegiatan yang dilakukan dengan bekerjasama ini akan menjadi modal dasar untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan di daerah dalam rangka peningkatan profesionalisme guru melalui kegiatan MGMP. Berdasarkan pemecahan masalah yang telah disepakati bersama, peserta melakukan ujicoba tindakan di kelas untuk mengetahui secara pasti ketepatan pemecahannya. Berita lainnya tentang pelaksanaan TOT BTL4 dapat dilihat pada halaman 2.
Dampak Meluas, Replikasi jadi Primadona DAMPAK Program DBE3 telah dirasakan langsung di sekolah mitra. Siswa aktif belajar secara berkelompok dan karya siswa tampak di semua kelas untuk mengapresiasi kreativitas siswa. Sekolah dan madrasah nonmitra banyak yang menginginkan replikasi program DBE3. Dengan biaya sendiri SMP dan MTs ikut berlatih membudayakan pembelajaran aktif yang bermakna. Berita keberhasilan sekolah yang melakukan perubahan dan program replikasi menjadi topik Pembelajaran aktif yang bermakna semakin meluas, utama pada halaman utama permintaan replikasi BTL juga semakin banyak. dan beriita dari provinsi.
Berita Utama
Hal 2
Pelatihan BTL4 Berlangsung di Semua Propinsi Paket pelatihan dengan nama ‘Better Teaching and Learning 4’ atau BTL4 telah dikembangkan DBE3 dan dilatihkan kepada 15 orang fasilitator nasional per propinsi pada tanggal 28 s.d. 30 September 2010 di Makassar. Fasilitator tersebut. telah melatih 15 orang fasilitator daerah, yang akan melatih guru-guru di daerah masing-masing.
1
2
Paket pelatihan BTL4 memperkenalkan pola ‘lesson study’ sederhana di mana guru-guru menganalisis dan memperbaiki pembelajaran. Pola kegiatan dibagi menjadi lima sesi sebagai berikut: 1. Peserta pelatihan mengidentifikasi masalah yang dialami dalam pelaksanaan pembelajaran ‘Contextual Teaching and Learning’ (CTL), faktor penyebab, dan alternatif pemecahannya. 2. Mereka, dalam kelompok kurang-lebih 5 orang, membuat atau memperbaiki Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang mereka miliki untuk mengatasi masalah yang telah diidentifikasi pada kegiatan sebelumnya. Topik dalam RPP yang dipilih adalah topik yang segera akan diajarkan di kelas. 3. Salah seorang dari kelompok mengajar di kelas dengan menggunakan RPP yang sudah dikembangkan diamati (dan dibantu) empat orang lainnya. Setelah pembelajaran selesai, mereka melakukan refleksi tentang pembelajaran dan memperbaiki RPP. 4. Setelah RPP diperbaiki setiap peserta membawa RPP tsb. ke kelasnya sendiri untuk diajarkan kepada siswanya. Kalau sempat, guru-guru didampingi fasilitator daerah pada saat mengajar. 5. Tahap akhir adalah refleksi bersama oleh guru di MGMP tentang pelaksanaan RPP di kelas masing-masing. Dalam kegiatan BTL4 ini ada dua kali praktik mengajar untuk topik yang sama. Ternyata masalah dalam RPP baru nampak pada saat praktik pertama, dan, setelah RPP diperbaiki, praktik kedua jauh lebih berhasil. Masalah yang sering nampak di praktik pertama adalah (i) sebagian siswa kurang aktif karena tidak terlibat dalam kegiatan; (ii) tugas yang dirancang kurang menantang siswa untuk berpikir dan berbuat. Namun, setelah dibahas dan RPP diperbaiki masalah tersebut banyak teratasi dalam praktik mengajar kedua. Beberapa foto dari pelatihan fasilitator nasional ditampilkan pada halaman ini:
3
1. Fasilitator kelompok Matematika menyusun RPP didampingi staf teknis DBE3. 2. Percobaan menyaring air kotor menjadi air bersih. 3. Peserta pelatihan mendampingi siswa melaksanakan tugasnya. 4, 5 & 6 Kegiatan praktis mencari rumus luas permukaan bola. (4) Siswa memotong lingkaran untuk menutupi permukaan bola. Perlu 3 lingkaran untuk menutupinya. (5) Guru mendampingi siswa. (6) Lembar kerja yang dirancang untuk kegiatan ini. 7. Siswa di kelas lainnya menguji jumlah vitamin C di berbagai jenis buah.
Memperkuat MGMP
4
5 Media Komunikasi SMP dan MTs
Kegiatan sejenis ini merupakan pola kegiatan yang dapat dilaksanakan di MGMP. Memang kegiatan BTL4 di daerah untuk sekolah mitra DBE3 akan dibagi lima sesi seperti dijelaskan di atas untuk diselenggarakan melalui MGMP. 6
7 Edisi 08/ November 2010
Berita Utama
Hal 3
Baru Saja Dilatih, Guru Sudah Menerapkannya di Kelas
1
2
GURU dan kepala sekolah SMPN7 Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, yang merupakan sekolah non-mitra DBE3, baru dilatih dalam BTL2 pada tanggal 7 s.d. 9 November 2010. Pelatihan dibiayai oleh sekolah dan guru sendiri. Guru semua mata pelajaran dilibatkan dalam pelatihan. Guru-guru tersebut berfoto di bawah spanduk pelaksanaan pelatihan. Ketika sekolah dikunjungi pada tanggal 12 November, hasil pelatihan sudah mulai diterapkan di semua kelas. Sudah ada perubahan fisik di semua kelas. Meja dan kursi sudah diatur supaya siswa duduk berkelompok dan sudah mulai ada pajangan hasil karya siswa. Tetapi perubahan tidak berhenti pada hal fisik! Kegiatan di beberapa kelas sudah dirancang untuk mendorong siswa untuk berpikir dan berbuat sendiri. Siswa di kelas Bahasa Inggris di sebelah kiri diajarkan membuat kalimat dengan menggunakan media konkret, misalnya: ‘The pen is on the chair.’ Kemudian siswa diminta oleh guru menyusun banyak kalimat sejenis, yang ditulis di kertas kecil. Kertas tersebut dipajangkan, dibaca, dan diperbaiki teman lainnya. Peran guru juga berubah di kelas yang diamati. Pada foto 2 tampak guru Bahasa Inggris, Ibu Yanti mendampingi siswa menyusun kalimat. Di sekolah mitra DBE3 SMPN2 Rangkasbitung juga ada kegiatan praktik di kelas. Pada foto 3 tampak anak belajar tentang 3 listrik dengan menggunakan kit IPA.
DBE3 Berpameran di Lokakarya UNICEF PROGRAM ‘Mainstreaming Good Practices in Basic Education’ (MGP-BE), yang dikelola oleh UNICEF dan dibiayai Uni-Eropa telah bekerja di 12 kabupaten di 6 propinsi untuk meningkatkan mutu dan manajemen pendidikan. Mereka telah mengundang berbagai program yang mengerjakan hal yang sama untuk menyelenggarakan pameran pada saat lokakarya akhir proyek MGP-BE pada tgl. 4 dan 5 November di Kementrian Pendidikan Nasional, Jakarta. Program yang berperanserta dalam pameran tersebut yaitu DBE1, DBE2, DBE3, program UNICEF lainnya, program AUSAID, dan program JICA.
Stand DBE 3 pada pameran MGPBE yang menampilkan ragam keberhasilan praktik pembelajaran terbaik di SMP/MTs mitra.
Tim DBE 3 yang membantu pameran. Media Komunikasi SMP dan MTs
Di atas adalah foto pameran DBE3. Foto di samping kiri ada beberapa staf dan mitra daerah DBE3 yang membantu menata pameran tersebut, dari kiri ke kanan: Pak Dindin, Communications Officer DBE3, Ibu Sri Supanti, Kepala Sekolah dan fasilitator daerah dari Boyolali-Jateng, dan pak Mulyana Surya Atmaja, guru dan fasilitator daerah dari Karawang-Jawa Barat. Edisi 08/ November 2010
Berita Utama
Hal 4
Seleksi Wali Kelas untuk Melestarikan Pembelajaran Aktif KEPALA MTsN Binamu, Drs. Irfan melakukan beberapa langkah strategis untuk merawat belajar aktif di madrasahnya. Saat ini segenap guru ex-peserta pelatihan paket BTL2 berperan sebagai penggerak perubahan. Praktik pembelajaran kooperatif merata di semua kelas. Bahkan ditiru guru non lima mapel target. Siswa belajar lebih interaktif antar kelompok. Siswa sudah mulai terbiasa presentasi dan mendiskusikan hasil karyanya. Pajangan karya siswa di kelola sebagai sumber belajar baru dan jadi rujukan penilaian portofolio siswa. Untuk menguatkan dan melestarikan capaian tersebut, dirinya mengoptimalkan peran wali kelas sebagai manager pengendali model pembelajaran. Pemilihan wali kelas didasarkan pada assessment kecakapan mengelola pembelajaran aktif . ”Saya sangat yakin dengan rasa nyaman yang diciptakan saat pembelajaran akan membuat siswa rajin belajar, disiplin
tata tertib siswa, serta rajin ke sekolah,” tukas pak Irfan. Jika pengelolaan kelas tidak mendukung pem- Suasana pembelajaran di MTsN Binamu. belajaran inovatif serta rasa nyaman belajar bagi siswa tidak terwujud di kelas, maka kondisi ini menjadi dasar mereview performa wali kelas. Review kinerja wali kelas di laksanakan per tri wulan. Hasil review itu menjadi rujukan kuat akan perlunya penggantian wali kelas. Sebagai apresiasi dan reward atas kinerjanya, madrasah memberikan insentif bulanan kepada wali kelas.
Supervisi Kelas Bersahabat di SMPN 5 Garut UNTUK meningkatkan kualitas proses belajar mengajar melalui supervisi, Drs. H. Yana Darmana, M.Pd kepala SMPN 5 Garut, melakukan Yana Darmana,M.Pd supervisi kelas yang bersahabat. Upaya pokoknya adalah memahami dan memecahkan masalah belajar-mengajar dan membantu guru memecahkan masalah itu. Dengan cara ini, supervisI kelas di SMPN 5 Garut menjadi lebih “bersahabat” dan tidak lagi menakutkan bagi guru. Justru supervisi menjadi hal yang dinanti-nanti oleh para guru. Langkah-langkah konkret yang ditempuhnya adalah sbb.: 1. Membuat kesepakatan kapan akan dilakukan supervisi kelas dengan guru yang bersangkutan; 2. Mendiskusikan materi pelajaran apa yang akan diajarkan pada saat supervisi kelas; 3. Membantu membuat persiapan mengajar dengan memberikan masukan-masukan; 4. Meyakinkan guru bahwa kedatangan kasek sebagai supervisor bukan akan menilai atau mengawasi namun untuk memberikan bantuan teknis. 5. Membuat kesepakatan untuk membagi peran antara supervisor Media Komunikasi SMP dan MTs
melalui pertanyaan, “Bagaimana dengan guru. perasaan Bapak/Ibu selama proses Untuk lebih memantapkan pembelajaran tadi? Apakah masih ada program supervisi, dirinya melakukan kekurangan yang Bapak/Ibu lakukan hal-hal berikut: selama proses pembelajaran tadi, di 1. Datang lebih pagi sebelum guru bagian mana saja?; masuk kelas untuk melakukan 3. Menanyakan peningkatan aspek apa “kontrak” ulang tentang: langkahyang ingin dilakukan oleh guru. langkah pembelajaran, peran masing4. Memberikan saran atau arahan; masing, dan organisasi waktu. 5. Merencanakan tindak lanjut, misalnya: 2. Masuk ke dalam kelas bersama-sama “Apa yang perlu Bapak/Ibu lakukan dengan guru yang bersangkutan, agar selanjutnya agar pembelajaran yang tidak menganggu konsentrasi dan akan dilakukan besok lebih baik?” tidak menimbulkan rasa takut. Kini supervisi kelas lebih diterima 3. Meminta guru yang bersangkutan oleh guru dan siswa sebagai hal yang untuk menyampaikan kepada siswa justru dinanti-nantikan. Guru merasakan bahwa kepala sekolah datang di kelas supervisi kelas sebagai sebuah akan membantu proses pembelajaran kebutuhan bagi pengembangan sehingga tidak menimbulkan rasa profesionalismenya. Bahkan, saat COP penasaran bagi siswa. DBE3 Stuart Weston dan rombongan 4. Kepala sekolah ikut berperan dalam berkunjung ke kelas-kelas di SMPN 5 proses pembelajaran tersebut, dan Garut, guru dan siswa tampak nyaman tidak lupa membuat catatan-catatan mengikuti proses pembelajaran. kecil tentang kelebihan maupun halhal yang terjadi selama proses pembelajaran yang memerlukan perbaikan. 5. Kepala tidak sekali-kali mengambil alih peran guru. Setelah supervisi kelas, pak Darmana biasa melakukan: 1. Diskusi dengan guru atas dasar sikap saling Siswa tidak canggung dengan kehadiran Stuart Weston menghargai; COP DBE3 yang mengunjungi kelasnya. 2. Refleksi diri misalnya Edisi 08/ November 2010
Berita Utama
Hal 5
Sekolah di Cilegon Mendorong Siswa Berpikir dan Berbuat Siswa Bekerja Secara Mandiri dan Berpikir Kritis Apakah reaksi Anda kalau melihat guru berdiri diam di foto 1? Gurunya pasif? Sama sekali tidak begitu! Pak Sutarno merancang pembelajaran yang baik dan berhasil mengaktifkan siswa, sehingga beliau dapat mendengarkan siswa berbicara di depan kelas (foto 2). Sebelum pembelajaran IPS, 1 2 siswanya di SMP 7 Cilegon ditugaskan untuk mencari informasi dari buku dan internet tentang beberapa hal, a.l. bank, keuangan, dan perdagangan internasional. Pada saat pembelajaran beberapa siswa maju ke depan kelas untuk menjelaskan temuan mereka. Yang luar biasa adalah keberanian dan tingkat pemahaman siswa tentang topik yang mereka pelajari. Mereka tidak hanya menyebut teori tetapi memberikan contoh konkret misalnya fungsi bank.
3
Di SMP2 Cilegon keberanian dan tingkat pemahaman siswa juga menonjol dalam pelajaran IPA ketika mereka membahas seleksi alam dan evolusi. Siswa di foto 3 menjelaskan beberapa contoh seleksi alam, dan juga menjelaskan bahwa teori evolusi dari Charles Darwin belum tentu 100% benar dan terbukti, karena hanya merupakan teori.
4
Pada foto 4 siswa di SMP3 Cilegon ditugaskan sebelum pelajaran IPS membuat sosiodrama tentang penyimpangan sosial. Pada saat pembelajaran mereka sempat memainkan sosiodrama yang sudah disiapkan, serta membahas masalah-masalah yang muncul dalam sosiodrama tersebut. Kami ucapkan selamat kepada paraguru di Cilegon atas keberhasilan siswa yang mampu bekerja secara mandiri dan berpikir kritis.
Kerja Praktis untuk Mengembangkan Konsep Di Cilegon juga berlangsung kegiatan praktis yang menarik. Kegiatan tersebut dapat menarik minat siswa untuk belajar, serta mengembangkan konsep mereka. Pada foto 5 dan 6 siswa SMPN3 Cilegon mengidentifikasi letak/posisi berbagai rasa makanan (asam, manis, asin, pahit,) di lidah. Gurunya Ibu Ninik Setiorini juga bersemangat mendampingi siswa. Pada foto 7 terlihat kartu untuk melatih siswa dalam konsep persamaan dan grafik. Kartu ini dikembangkan sekelompok guru di MGMP Matematika, termasuk Ibu Komarni dan Ibu Romlah (lihat foto 8) beserta Ibu Leni.
6
Media Komunikasi SMP dan MTs
5
7
8
Edisi 08/ November 2010
Berita dari Provinsi
Hal 6
Dari Lokal Menuju Internasional Visi Internasional SMPN 3 Sibolga, Sumatera Utara DITA MANULLANG, siswa IX-C berdiri tegak di depan kelas. Dihadapan rekan sekelas, ia menyampaikan pengalaman hidupnya. “...I want telling you about my life,” tukas Dita. Dita tidak pernah kursus bahasa Inggris. Ia hanya belajar bahasa Inggris di sekolah. Tapi Dita mampu bertestimoni lebih dari lima menit dalam bahasa negeri Ratu Elisabeth itu. Dita cuma satu dari ratusan siswa SMPN 3 Sibolga yang cakap berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Lewat kegiatan English Morning (EM), sekolah mendorong siswa berani berbicara dalam bahasa asing. Setiap minggu, siswa bergilir berpidato di halaman sekolah. EM digagas tiga bulan lalu. Awalnya EM dilakukan oleh guru. Secara
1
2
terjadwal, guru bergantian berpidato. Guru didorong menunjukkan kemampuan berbahasa Inggris. Setelah dipraktikan sebulan, EM berlanjut pada siswa. Mereka diminta berpidato. Mereka juga dibebaskan memilih topik. Seperti Risty Rahma Chaniago, siswi IX-A, ia memilih dampak positif bagi pelajar sebagai topik pidatonya. Menurut Kepala Sekolah, Muhammad Yazid, S.Pd, MAP EM bertujuan membudayakan bahasa Inggris. Proses pembudayaan ini tidak terlepas dari visi Pak Yazid membawa SMPN 3 Sibolga menjadi sekolah bertaraf internasional. Kemitraan Selain mengembangkan kebiasan berkomunikasi dalam bahasa Inggris, Pak Yazid juga membenahi infrastruktur sekolah. Lewat kemitraan dengan orang tua dan masyarakat, Pak Yazid berhasil mengumpulkan dana untuk memulai kelas internasional. Kelas internasional angkatan pertama mendapat dukungan dari Bank Indonesia (BI). Sedangkan angkatan kedua, mendapat dukungan dari PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo).
Sumatera Utara
Muhammad Yazid, S.Pd, MAP, Dukungan didapatkan melalui program CSR (Coorporate Social Responsibilty). Menurut Pak Yazid, dukungan dari pihak ketiga (masyarakat dan swasta) tidak mudah. Perusahan menuntut adanya jaminan kualitas.” Mereka menuntut ada prestasi yang konstan yang diraih SMPN 3 Sibolga,” tukasnya. PBM Lewat dukungan DBE3, proses belajar mengajar (PBM) semakin berkembang di SMPN 3 Sibolga. PBM menjadi menyenangkan dan siswa lebih kreatif. “Pengaruh DBE3 sangat besar,” jelas Pak Yazid. Menurut Pak Yazid, model PBM dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) mendukung visi internasional SMPN 3. Model ini membuat ruang kelas lebih bersemangat dan gembira. 4
3 Media Komunikasi SMP dan MTs
Keterangan Foto: 1. Karya siswa dipanjangkan di majalah dinding sekolah. 2. Siswa bekerja dalam berkelompok. 3. Dita Manullang memberi testimoni dalam bahasa Inggris dengan tajuk My Life. 4. Karya siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Karya ini mewakili komentar siswa atas berita media massa dalam topik mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi dalam bentuk komentar dan laporan rupanya tidak selamanya berbentuk kalimat. Edisi 08/ November 2010
Berita dari Provinsi
Hal 7
MTs Negeri Lubuk Pakam Buka Klinik Matematika Mereka pernah mencoba SURYANI ROSA, siswi kelas melakukan di dalam VIII-2 mengeluh kurang mampu waktu PBM, tapi hasilnya menghitung panjang garis singgung tidak maksimal. Siswa lingkaran. Ia diminta datang ke merasa malu dan rendah klinik dan mendapat dua terapi diri karena menjadi pusat khusus dari Arfi Wahyuni, guru perhatian siswa yang lain. matematika. Ibu Arfi memberikan Setelah itu, proses terapi penjelasan mendalam soal teori diubah.”Kami berusaha garis singgung lingkaran. Setelah menjaga privasi anak,” itu Ibu Arfi memberikan soal-soal ujar Ibu Arfi. untuk dijawab. Hasilnya, Proses terapi dimulai kemampuan Surayani meningkat dengan mendiagnosa 40 persen. Tapi Ibu Arfi belum Ruang Klinik. Ibu Arfi Wahyuni, guru matematika MTsN kelemahan si anak. Demi puas.”Besok terapi kembali,” tulis Lubuk Pakam, Deli Serdang menyambut siswa yang akan mempermudah proses Ibu Arfi dalam Buku Terapi diterapi di depan ruang klinik. diagnosa, guru membuat Matematika Siswa MTs N L.Pakam. alat bantu berupa buku Suryani adalah salah satu catatan. Dalam buku itu tercatat tanggal, nama siswa dan pasien klinik Matematika MTs Negeri LB. Klinik itu cuma kelasnya, guru yang memberikan terapi, keluhan, jenis terapi berukuran 12 meter persegi. Di dalam ruangan terpajang dan hasilnya. ragam rumus, alay peraga dan media pembelajaran Proses terapi membuat guru dan siswa lebih dekat. Siswa matematika. Sebuah meja kayu bersama dua kursi plastik merasa nyaman untuk menyerap materi yang diajarkan guru. menjadi tempat guru dan siswa melakukan terapi Guru juga lebih fokus dalam membantu si anak. Selain itu matematika. dalam proses pengerjaan soal, siswa lebih leluasa dan Klinik ini resmi beroperasi dua tahun lalu. Gagasan terbuka untuk bertanya. “Matematika itu sulit jika anak tidak awalnya diajukan guru-guru matematika. Mereka ingin menyukainya. Jadi tantangannya adalah bagaimana membuat membantu siswa yang lemah matematika agar mampu anak menyukai matematika. Jika sudah suka, maka semua bisa menjawab soal-soal.” Ini mirip proses remedial, tapi jadi mudah,” terang Ibu Arfi. dimodifikasi,” tutur Ibu Arfi. Dalam mengukur hasil terapi, guru-guru matematika Menurut Ibu Arfi proses konsultasi di klinik tidak beda membuat standart. Jumlah dan jenis soal yang diberikan dengan konsultasi kesehatan dengan dokter. Langkah awal kepada siswa berpariasi. Keberhasilan anak menjawab soal dari proses terapi dimulai dengan mengindentifikasi siswa menjadi ukuran kemajuan terapi. Jika tidak memuaskan, maka yang lemah matematika. Biasanya guru menemukan siswa proses terapi diperpanjang pada hari berikutnya. tersebut dalam proses belajar mengajar (PBM). Siswa yang Misalnya bagi Suryani. Setelah diterapi dua hari berturutterindentifikasi diminta untuk datang ke klinik di luar jam turut, kemampuan Suryani menyelesaikan soal meningkat pelajaran. drastis.” Alhamdullilah, sudah 70 persen paham,” simpul Ibu Menurut Ibu Arfi lebih lanjut, siswa sengaja tidak Arfi dalam hasil terapi tanggal 5 Februari 2010. mendapat bimbingan khusus di kelas dalam waktu PBM.
Sering Presentasi, Menang Lomba Pidato Angga Wiranda, Siswa Kelas IX-3 SMP Negeri 1 Tanjung Morawa, Deli Serdang, Sumatera SAYA bisa mememenangi lomba Pidato Bahasa Indonesia Tingkat Provinsi Sumut tahun 2010, karena terbiasa berbicara di Angga Wiranda depan kelas. Di sekolah, cara belajar kami agak berbeda. Kami belajar berkelompok dan banyak Media Komunikasi SMP dan MTs
berdiskusi. Hasil diskusi selalu dipresentasikan di depan kelas. Berbicara di depan kelas itu tidak mudah. Saya harus mampu menjelaskan hasil diskusi dengan baik. Cara menyampaikan juga harus jelas dan percaya diri. Guru kami sering mengajak kami berkompetesi dan melemparkan pertanyaan, kemudian kami berlomba mengangkat tangan. Jawaban yang benar akan menambah nilai. Kami senang dengan itu.
Dulu kami duduk berbaris. Kami lebih banyak mendengar guru. Kami jarang berdiskusi. Kami jarang pula mempresentasikan hasil belajar kami. Sekarang kami sudah sering berbicara di depan kelas. Saya sering mewakili kelompok untuk menyampaikan pikiran kami. Karena sering berbicara di depan kelas, saya jadi lebih percaya diri. Ketika ikut lomba pidato, saya tidak merasa takut sama sekali. Saya suka cara belajar yang sekarang. Edisi 08/ November 2010
Berita dari Provinsi
Hal 8
Ubah Cara Berpikir Pengelola Pendidikan Dampak DBE 3 versi Drs. Rustam Manalu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Sibolga SAYA melihat secara umum Diknas Kota Sibolga alokasikan program DBE3 berhasil mengubah cara dana sebesar Rp. 80.061.300,- untuk berpikir (mindset) pengelola pendidikan mereplikasi pelatihan BTL 2 di tahun di kota Sibolga. Perubahan itu dimulai 2010. Jumlah itu akan ditingkatkan dari kepala dinas, kepala sekolah dan untuk tahun 2011. guru-guru. Perubahan ini sesuai dengan manajemen berbasis sekolah (MBS) dan Drs. Jhonson Sihombing pelaksanaan KTSP (Kurikulum Tingkat Kepala Tenaga Pendidikan dan Pengajaran Satuan Pendidikan). Pemerintah daerah (Kadikjar) Diknas Kota Sibolga. hanya memberikan rambu-rambu. Sehingga proses utama pembelajaran itu ada di sekolah. Kini guru tidak lagi menjadi satusatunya sumber pengetahuan. Guru dituntut berkembang menjadi fasilitator. Pendidikan tidak lagi berpusat pada guru, tetapi telah berpusat pada siswa. Hal ini membutuhkan perubahan cara berpikir. Terkhusus dalam mengintegrasikan kecakapan hidup (life Drs. Jhonson Sihombing (kaca-mata), skill) dalam proses belajar mengajar. Ini Kepala Pendidikan dan Pengajaran sesuai dengan UU Nomor 20 tahun (Kadikjar) dan Drs. Rustam Manalu, 2003 tentang sistem pendidikan Kepala Dinas Pendidikan Kota Sibolga. nasional dan Permendiknas Nomor 19 tahun 2005. Demi menghadapi perubahan ini, Manusia sejak lahir sudah punya life pengelola pendidikan harus berubah. skill yang menuntut kreativitas, karena KTSP berada di sekolah, maka sekolah dengan itu manusia bisa bertahan yang harus mengembangkannya. Di hidup. Kalau kita lihat, orang desa mulai dari pengembangan metode biasanya lebih kreatif karena tantangan pembelajaran sampai penyediaan geografisnya lebih sulit.
perangkat pembelajaran. Guru di dorong menciptakan perangkat pembelajaran dari yang sederhana sampai yang lebih rumit. Sehingga sekarang guru kita lebih percaya diri. DBE3 telah berhasil di bidang itu. Sekolah-sekolah telah banyak berubah. Terutama dalam cara berpikir pengelola pendidikan, baik kepala sekolah dan para guru. Kami akan melanjutkan keberhasilan ini dan mengimbaskannya. Ada dua alasan kami harus melakukannya. Pertama, kami melihat dan merasakan dampak yang bagus. Kedua, pemangku kepentingan (stockholders) yang ikut mengkonsep program ini baik DPRD, Bappeda dan sekolah punya komitmen kuat untuk mengembangkan program. Bagi Kota Sibolga yang geografisnya tidak luas, tidak ada jalan lain di bidang pendidikan selain peningkatan kualitas pendidikan. Mau tidak mau prioritas pendidikan harus pada hal itu; peningkatan kualitas PBM. Demi memastikan berkelanjutan, kami akan mendorong sekolah yang mengembangkan model pembelajaran yang sudah dijalankan. Kami akan melakukan monitoring dan evaluasi untuk memastikan itu.
Menggambar Komentar Topik mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi dalam bentuk komentar dan laporan rupanya tidak selamanya berbentuk kalimat. Di SMP Negeri 3 Sibolga, Kota Sibolga, Sumatera Utara topik ini bisa menghasilkan gambar karikatur. SEPTIYAN PRATAMA, siswa kelas IX-D sumbringah menunjukkan gambar karikaturnya. Deretan mobil dengan teks mengelitik, membuat kaya Pratama menarik perhatian. Lewat karikatur ia mengungkapkan perasaannya.”Saya mau semua orang punya kesempatan yang sama,” ujar Pratama. Gagasan Pratama datang dari berita media massa. Ia diminta Ibu Riamin Tambunan, guru Bahasa Indonesia untuk mengindentifikasi dari laporan media massa. Pratama mencermati point penting dalam sebuah laporan. Setelah itu, Pratama bersama kelompok diminta membuat rencana penulisan laporan. Penyusunan harus mengacu pada point yang mereka cermati dari laporan sebelumnya. Selama proses, siswa menemukan pokokpokok laporan yang menarik. Setelah Pratama berhasil mengidentifikasi, kemudian Media Komunikasi SMP dan MTs
dilanjutkan dengan membuat format penilaian. Format ini disusun secara partisipatif. Katagori laporan menarik disusun berdasarkan penemuan siswa. Kemudian Ibu Tambunan meminta Pratama bekerja perorangan. Mereka diminta menggambarkan komentarnya atas laporan yang ada. Laporan dalam dibuat dalam bentuk Septiyan Pratama gambar karikatur. menunjukkan hasil karyanya. Menurut Ibu Tambunan, jika anak diminta menuliskan dalam bentuk kalimat, maka akan kesulitan. ”Makanya saya minta mereka menggambar,” Edisi 08/ November 2010
Berita dari Provinsi
Hal 9
Jawa Barat-Banten
Kepala SMPN 1 Telagasari karawang:
DBE3 Ubah Wajah Kami
“DBE3 benar-benar telah mengubah wajah kami. Para guru telah menunjukkan perubahan besar dalam hal profesionalisme. Para siswa pun merayakannya dengan belajar lebih giat dan berkarya lebih banyak,” kata pak Muhammad Samyun Kepala SMPN 1 Telagasari Karawang. Pak SAMYUN lebih jauh menggambarkan perubahan yang terjadi di sekolah yang dipimpinnya, seperti tampak dalam foto: 1. Guru tidak lagi mendominasi proses belajar, tetapi lebih mendorong siswa untuk berinisiatif dalam pembelajaran (student-oriented); 2. Guru mampu membuat ide-ide baru dalam pembelajaran, baik media, alat peraga, dan strategi belajar itu sendiri; 3. Siswa tampak sangat bergairah mengikuti pembelajaran; 4. Siswa diberi keleluasaan untuk mengungkapkan ide dan pendapatnya; 5. Pembelajaran dilaksanakan dengan cara berkelompok (kooperatif); 6 dan 7. Siswa mendapatkan apresiasi atas karya-karyanya dan diberi kesempatan untuk menunjukkan karyanya di ruang kelas; 8. Pencapaian nilai siswa di atas KKM mengalami peningkatan pesat dan lingkungan sekolah menjadi lebih menyenangkan dan dinamis. Muhammad Samyun
1
2
5
6
4
7
3
8
Refleksi Siswa Humaeroh Siswa Kelas VIII-A SMPN 1 Telagasari, Karawang. Menurut pendapat saya, materi belajar yang digunakan para guru di sekolah kami lumayan mudah dan cepat untuk dimengerti. Guru saya melakukannya dengan rinci dan langsung kepada inti pengajarannya. Misalnya saat belajar matematika, awalnya saya kebingungan pada penggunaan Pythagoras pada bangun datar. Sekarang, teorema Pythagoras sangat menyenangkan untuk dipelajari. Lagipula, kegiatan belajarnya menarik dan membuat saya dan teman-teman aktif bekerjasama. Ternyata belajar berkelompok itu sangat menyenangkan, karena kami bisa bersosialisasi dan saling bantu dengan siswa-siswa lain. Dulu saya takut berbicara. Ternyata berbicara dan mengeluarkan pendapat itu menyenangkan.
Media Komunikasi SMP dan MTs
Edisi 08/ November 2010
Berita dari Provinsi
Hal 10
Otak dan Otot Berpadu saat Belajar IPA MATA pelajaran IPA oleh sebagian siswa masih dianggap sebagai pelajaran hapalan yang sangat mengganggu pikiran Ibu Atit Djuwita Guru IPA SMPN 4 Tarkit Garut. Kecenderungan siswa menghafal materi pelajaran mengakibatkan materi tersebut mudah dilupakan. Dirinya mencoba mengubah kebiasaan menghafal itu dengan kegiatan pembelajaran yang memadukan aktivitas intelektual dengan gerakan fisik. Berikut adalah pengalaman bu Atit yang ditulis dengan gaya bertutur. BELAJAR intelektual berfokus pada belajar dengan memecahkan masalah dan berpikir. Aspek intelektual dalam belajar dapat terlatih jika siswa terlibat dalam aktivitas seperti memecahkan masalah, melahirkan gagasan yang kreatif, mengajarkan perencanaan strategis, mencari dan menyaring informasi serta merumuskan pertanyaan. Pembelajaran menggunakan aktivitas fisik biasanya cenderung identik dengan praktik atau eksperimen. Padahal aktivitas fisik bila dimanfaatkan secara maksimal dapat membantu siswa memahami informasi dengan mengasosiasikan gerakan dengan fakta. Jadi belajar menggunakan aktivitas fisik memerlukan usaha yang dapat merangsang siswa untuk melibatkan tubuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menciptakan suasana belajar yang membuat siswa bangkit aktif secara fisik. Untuk kegiatan pembelajaran tersebut, saya menyusun Rencana
Otot sebagai Alat Gerak Aktif 1. Perhatikan gambar di bawah ini!
Otot Polos
Otot Lurik
Otot Jantung
2. Bandingkan ketiga jenis otot tersebut! Apa perbedaan ketiganya dilihat dari bentuk, inti sel, kerja otot, dan letak? 3. Susunlah otot-otot berikut menjadi pasangan otot antagonis berdasarkan gerakan yang dihasilkan: fleksor, supinator, adduktor, depresor, abduktor, pronator, elevator, dan ekstensor! 4. Jelaskan tiga macam gangguan otot yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari! Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja (LK) dengan mengambil topik Otot sebagai Alat Gerak Aktif. Pada kegiatan introduction, respon siswa sangat bagus. Banyak dari mereka yang pernah mengalami kram ketika selesai olah raga. Antusisme siswa merupakan langkah awal yang sangat baik. Aktivitas intelektual mereka mulai digunakan ketika setiap kelompok mengerjakan LK. Setiap kelompok ratarata mampu menjawabnya dengan baik dan benar. Ketika mereka latihan memperagakan kerja otot-otot antagonis, setiap anggota kelompok berlatih dengan kompak.Setelah selesai mengerjakan LK satu per satu perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk presentasi. Setiap kelompok diwakili oleh 2 orang untuk presentasi, seorang bertugas menjelaskan hasil diskusi dan seorang lagi memperagakan kerja otot antagonis (pertanyaan LK
no. 3). Untuk jawaban pertanyaan LK no. 2 dan 4 hampir tidak ada memberi sedikit arahan yang diperlukan. Antusiasme yang mereka perlihatkan tidak surut sampai kegiatan belajar berakhir. Saat pembelajaran berlangsung, saya menemukan beberapa kelompok yang kurang memahami pertanyaan no. 3 pada LK. Instruksinya mungkin kurang jelas, siswa kebingungan bagaimana memasangkannya. Tapi, bila ini diubah menjadi pertanyaan menjodohkan, tentu bukan lagi pertanyaan tinggi. Mungkin siswa masih perlu waktu untuk belajar berpikir tingkat tinggi. Pada tulisan refleksi di akhir belajar, siswa mengaku dapat memahami materi pelajaran. Saya sendiri merasa perlu terus menggali kegiatan belajar yang melibatkan aktivitas fisik. Cara belajar ini juga akan dikembangkan pada topik IPA lainnya.
MTsN Jatibarang, Indramayu
Refleksi Siswa Lecut Kinerja Guru Kepala MTsN Jatibarang, Indramayu, mengeluarkan kebijakan setiap guru meminta siswa untuk menulis refleksi pada akhir pembelajaran. Refleksi siswa menjadi bahan bagi guru untuk memperbaiki proses pembelajaran. Mengacu pada refleksi siswa, guru dapat mengajar jauh lebih baik. Foto berikut menunjukkan proses penulisan refleksi, pemajangannya, dan sejumlah contoh refleksi siswa MTsN Jatibarang, Media Komunikasi SMP dan MTs
Edisi 08/ November 2010
Berita dari Provinsi
Hal 11 Para siswa tampil dengan grup bandnya dalam pembelajaran musikalisasi puisi.
Musikalisasi Puisi dengan Parade Band Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas IX, terdapat KD menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada kesesuaian isi puisi dan suasana/irama yang dibangun. Baren Barnabas Guru SMPN 2 Cikajang Garut mengembangkan strategi untuk pencapaian KD tersebut, yaitu dengan Parade Band. Alokasi waktu disiapkan enam jam pelajaran untuk tiga kali pertemuan. PEMBELAJARAN musikalisasi puisi sebaiknya dapat dijadikan kesempatan emas untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Kesenangan para siswa akan musik, lagu, dan grup band yang diidolakannya dapat dimanfaatkan sebagai salah satu faktor pendukung pembelajaran musikalisasi puisi. Bukankah sebuah lagu pada mulanya adalah sebuah puisi juga? Ya, dapat dikatakan bahwa lagu adalah puisi yang diaransemen, diberi nada dan irama, serta diiringi dengan bunyi-bunyian dari alat-alat musik tertentu. Pendek kata, antara puisi dan lagu memiliki hubungan yang sangat erat. Kaitan inilah yang mencetuskan ide untuk menggelar musikalisasi puisi melalui sebuah acara dengan konsep parade band demokrasi: dari siswa, oleh siswa, dan untuk siswa. Pada pertemuan pertama, PBM difokuskan pada pemahaman tujuan pembelajaran, penjelasan materi musikalisasi puisi disertai contohcontoh, diperdengarkannya sebuah lagu puitis ”Saat Terakhir” dari grup band ST 12, kemudian bersama-sama menentukan suasana lagu tersebut ditinjau dari susunan kata, cara menyanyikan, serta iringan musiknya. Setelah itu, siswa berkelompok dengan anggota 4-6 orang. Mereka diberikan pula LK berupa puisi berjudul Media Komunikasi SMP dan MTs
”Buat Saudara Kandung” karya Hartojo Andangdjaja (dan beberapa pertanyaan) untuk dianalisis dari segi suasananya lengkap dengan alasan yang disertai kutipan kata-kata kuncinya. Langkah berikutnya adalah menyusun rubrik penilaian untuk menilai presentasi tiap kelompok dalam menyampaikan hasil diskusinya. Keseluruhan LK kemudian dipajang di dinding kelas dan setiap kelompok diberi kesempatan untuk saling melihat hasil kerjanya itu sambil membubuhkan komentarnya. Terakhir, siswa dan guru melakukan refleksi atas pembelajaran saat itu. Sebagai PR, setiap kelompok ditugaskan untuk menghubungkan suasana puisi dengan nada dan irama yang pas untuk mengiringinya. Tidak lupa, untuk pertemuan berikutnya setiap kelompok ditugaskan juga untuk membawa alat-alat musik yang diperlukan. Pada pertemuan kedua, di awal pembelajaran siswa dan guru bertanya jawab tentang menghubungkan suasana puisi dengan irama musikalisasi puisi yang telah ditugaskan. Berikutnya, setiap kelompok dipersilakan untuk bersiapsiap menampilkan musikalisasi puisi yang telah digubahnya. Agar lebih kental nuansa parade bandnya, mereka juga diwajibkan memberi nama kelompoknya dengan nama yang mencerminkan sebuah band. Tentu saja nama yang baru, bagus, pantas, komersil, bermakna, mudah diingat, serta memiliki konotasi positif. Rubrik penilaian pun disusun bersama -sama dilanjutkan dengan pengundian untuk urutan penampilan. Saat sebuah band menampilkan musikalisasi puisinya, kelompok band lainnya melakukan penilaian. Oleh juru bicara setiap kelompok, hasil penilaian itu kemudian dipresentasikan dan diserahkan kepada kelompok yang bersangkutan.
Selanjutnya, siswa dan guru melakukan refleksi sekaligus merencanakan pembelajaran musikalisasi puisi pada pertemuan ketiga atau terakhir. Disepakati dalam pertemuan itu, setiap kelompok diberi keleluasaan untuk menentukan sendiri puisi yang akan dimusikalisasi, baik puisi karya sendiri maupun orang lain. Sebagai motivasi kepada siswa agar tampil lebih all out, guru berjanji untuk menampilkan band dengan musikalisasi puisi terbaik pada acara perpisahan nanti. Selain itu, mereka juga akan menerima kado berupa foto penampilan mereka ketika beraksi di kelas dalam parade band musikalisasi puisi. Pertemuan ketiga, seluruh band telah bersiap-siap mengikuti parade band musikalisasi puisi. Bermacam-macam alat musik mereka bawa. Tampaknya, semuanya ingin menyuguhkan musikalisasi puisi yang apik dan terbaik. Guru memulai pembelajaran dengan mengadakan tanya jawab seputar tugas yang diberikan, kendala yang dihadapi, serta tata cara penyelenggaraan parade band dalam menampilkan musikalisasi puisi. Mereka disarankan agar memperkenalkan setiap anggota kelompoknya dan fungsinya dalam kelompok itu, apakah sebagai vokalis, backing vocal, gitaris (melodi dan rhythm), basis, dan lain-lain. Penilaian difokuskan pada kesesuaian suasana puisi dengan iringan musik, kekompakan kelompok dalam menampilkan musikalisasi puisi, serta kreativitas mereka dalam mengemas pertunjukannya. Ditinjau secara keseluruhan, pertunjukan parade band dalam musikalisasi puisi ini sangat menggairahkan para siswa. Beberapa kendala memang ditemui. Minimnya alat musik (terutama drum) yang dimiliki. Hal ini dapat diatasi dengan merujuk pada pepatah ”tak ada rotan, akar pun berguna”, yakni dengan cara mendayagunakan alat musik atau benda lainnya yang identik, seperti gendang, galon air mineral, atau bahkan dengan meja belajar yang ada di kelas. Beberapa kelompok yang takut lupa akan teks puisi diperbolehkan untuk membawa teks puisinya ketika tampil. Sementara itu, mengenai jenis kelompok diberi kebebasan saja, bisa homogen atau heterogen.
Edisi 08/ November 2010
Berita dari Provinsi
Hal 12
Jawa Tengah
Siswa asyik bermain peran dalam aktivitas jual dalam mempelajari aljabar dalam aritmatika pemecahan masalah sosial sederhana.
Pasar Kaget di MTs N Klego BELAJAR matematika siswa tidak perlu tegang. Salah satunya bisa dilihat di MTs N Klego Kabupaten Boyolali pasca replikasi modul BTL2 bersama dengan MTsN Temon dan MTs N Sambi. Pembelajaran Matemaitika dilakukan dengan aktivitas jual-beli untuk mempelajari tentang aljabar dalam aritmatika pemecahan masalah sosial. Banon Sri Haryati,S.Pd-guru matematika membuka pelajaran dengan brainstorming tentang kegiatan jual beli yang pernah dilakukan oleh para siswa. Untuk mengkongkretkan pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari guru meminta siswa untuk bermain peran. Siswa dibagi menjadi 3 kelompok, kelompok 1 berperan sebagai penjual/ pemilik toko (terdiri dari 4 orang masing-masing siswa mempunyai barang dagangan yang berbeda), kelompok 2 dan 3 didapuk menjadi pembeli. Kemudian guru membagikan daftar harga dasar dan harga jual bagi pemilik toko, sedangkan kelompok pembeli diberikan uang mainan sebagai modal untuk membeli. Sebelum permainan Media Komunikasi SMP dan MTs
dimulai guru membacakan aturan main bagi ketiga kelompok, yaitu kelompok pemilik toko harus berusaha untuk mendapatkan keuntungan maksimal sedangkan kelompok pembeli harus menawar barang semurah
mungkin. Permainan jual-beli dipraktikan selama 20 menit dengan bimbingan guru. Usai jual beli, kelompok 1 bertugas untuk merekap hasil penjualannya per unit dan keseluruhan. Sedangkan kelompok 2 dan 3 dibagikan daftar harga dasar dan harga jual untuk mengetahui apakah barang yang mereka beli terlalu mahal atau masuk dalam kategori murah. Di akhir pembelajaran setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi mengenai persentase untung dan rugi dari barang per unit, hasil sebagaian, dan hasil keseluruhan. Guru mendampingi para siswa untuk menentukan persentase untung dan rugi dari barang-barang yang telah terjual. Salah seorang siswa berkomentar bahwa dengan kegiatan yang sudah dilaksanakannya menginspirasi dirinya untuk mencoba berjualan karena sudah bisa menentukan persentase keuntungan yang sesuai dari harga dasar barang sehingga meminimalisir kerugian.
Kelompok pemilik toko memeriksa jumlah barang dengan daftar barang yang diberikan oleh guru. Edisi 08/ November 2010
Berita dari Provinsi
Hal 13
Siapapun yang Memimpin SMPN 2 Musuk,
Budaya Pembelajaran Bermakna di Kelas Takkan Luntur mendukung kegiatan pembelajaran di luar kelas, kegiatan ekstra kurikuler, mengirim siswa mengikuti lomba, dan pembentukan mathematics fans club. Kedua, mendukung kegiatan Pembelajaran aktif yang bermakna di SMPN 2 Musuk sudah membudaya. Siswa difasilitasi dalam guru, antara lain; belajar secara kooperatif, memanfaatkan beragam media termasuk lingkungan, siswa mempresentamemfasilitasi sikan hasil belajarnya, dan terdapat papan pajangan karya siswa di semua kelas. MGMP sekolah, kelompok kerja dan MGMP kabuDra. Sri Supanti Nurhayati,M.Pd Kepala SMP 2 paten, mengadakan replikasi BTL, dan mengadakan workMusuk Kabupaten Boyolali mengungkapkan bahwa sejak awal shop. Ketiga, untuk pemenuhan sarana dan prasarana pembelajaran aktif seperti menyediakan papan pajangan, menbergabung dengan DBE3 pada tahun 2009 telah banyak peyediakan almari penyimpan hasil karya siswa dan ATK. rubahan yang terjadi di sekolahnya. Saat ini MGMP sekolah sudah aktif dilaksanakan, pemanfaatan lingkungan sebagai Dukungan dana dari sekolah ternyata tidak sia-sia, hasilsumber belajar, papan pajangan dan almari penyimpanan nya bisa dilihat dari peningkatan hasil ujian nasional dari ratakarya siswa, pajangan siswa menghiasi semua kelas, dan pemrata 24,15 meningkat menjadi 28,21. Bahkan ada siswa yang berhasil meraih nilai matematika 10. belajaran bermakna sudah menjadi budaya. “Siapapun yang memimpin SMP 2 Musuk perubahan Bagaimana agar perubahan yang terjadi tetap langgeng? Dirinya mengambil langkah strategis agar perubahan pembedalam pembelajaran yang telah terjadi tidak akan luntur karena telah masuk dalam penganggaran dalam RKAS,” kata lajaran yang terjadi berkkelanjutan, yaitu dengan memberikan kepala sekolah yang mengajar Matematika itu. Semangat medukungan lewat penganggaran di RKAS (Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah). lakukan perubahan juga dipicu semboyan sekolah yaitu KeteMenurut bu Nur, anggaran sekolah tersebut diprioritasladanan lebih berarti daripada nasehat. kan untuk mendukung kegiatan siswa. Pertama, untuk
MTs NU Al Hidayah Songsong Perubahan sebagai Budaya MTs NU Al Hidayah adalah madrasah mitra DBE3 di Kabupaten Kudus sejak tahun 2006. Letaknya di Desa Getas Srabi sekitar 10 KM dari Kota Kudus. Implementasi nyata pembelajaran bermakna sudah tampak di setiap sudut kelas. Mulai dari setting tempat duduk sampai dengan papan pajangan yang semarak dengan hasil karya siswa. MTs ini melengkapi sarana pembelajaran lab Agama, selain lab Bahasa, lab IPA dan lab Komputer. Noor Azis,S.Ag-Kepala MTs NU Al Hidayah menyadari perubahan dalam pembelajaran yang telah dicapai tidak akan langgeng apabila tidak ada upaya untuk membudayakannya. Program-program yang telah dianggarkan untuk mendukung keberhasilan pembelajaran antara lain pelatihan dan pembuatan media, penyediaan papan Media Komunikasi SMP dan MTs
Media pembelajaran yang dibuat guru didukung pembiayaanya oleh madrasah. Para siswa memanfaatkan hasil karya yang dipajangkan sebagai sumber belajar. pajang di tiap kelas, penyediaan ATK untuk pembelajaran, fasilitas jaringan internet, penambahan buku untuk perpustakaan, fasilitas kepada guru untuk mengikuti kegiatan MGMP ditingkat kabupaten, kelompok kerja MTs, dan LP Ma’arif, pembiayaan untuk ekstraku-
rikuler, replikasi pelatihan BTL dan ICT, dan lainnya. Dampaknya terhadap pembelajaran aktif adalah peningkatan kepercayaan dari masyarakat. Setiap tahun rata-rata peningkatan jumlah siswa sekitar 30 orang.. Edisi 08/ November 2010
Berita dari Provinsi
Hal 14
Jawa Timur
Menginspirasi Guru untuk Maju DAMPAK DBE3 sudah terjadi di sekolah. Manfaatnya dirasakan langsung oleh para guru di sekolah. Hal ini yang membuat banyak sekolah non mitra yang melakukan replikasi terhadap modul DBE3. Semangat untuk melakukan perubahan membuat SMPN 3 Krian, SMPN 2 Krian dan SMPN 1 Wonoayu melakukan replikasi terhadap modul BTL 2. Dengan antusias yang tinggi, guru-guru dari tiga sekolah tersebut mengikuti sesi demi sesi yang difasilitasi para fasilitator. Riuh suara mereka tak ubahnya para siswa yang sering mereka ajar di kelas. Namun justru hal itulah yang membuat jalannya pelatihan menjadi hidup. M. Agus, seorang guru Matematika yang menjai peserta pelatihan mengatakan bahwa pelatihan ini memberi perspektif baru bagi dirinya, terutama dalam mengembangkan RPP yang terintegrasi dengan life skills. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Yayuk Dian Mayasari, yang sehari-hari mengajar IPA di SMPN 1 Wonoayu. Menurutnya, salah satu hal yang menonjol dari pelatihan ini adalah pengunaan pertanyaan tingkat tinggi dalam pembelajaran di kelas. Guru-guru sering melupakan manfaat dari penggunaan pertanyaan tingkat tinggi ini, dan hal inilah yang dia rasa merupakan hal baru. Setelah mendapatkan materi di kelas, kemudian di hari terakhir para peserta pelatihan melakukan praktik mengajar di kelas. Siswa menyambut praktik mengajar ini dengan
antusias. Walaupun bagi mereka model pembelajaran seperti ini adalah hal yang baru, para siswa tampak aktif belajar. Semua tugas dari guru praktik dikerjakan dengan sungguhsungguh.
Seorang guru praktik sedang mendampingi kelompok tentang tugas yang harus dikerjakannya secara kooperatif. Kegiatan ini dilakukan pada kegiatan praktik mengajarBTL 2.
Berbagi Pengalaman, Mempercepat Perubahan BANYAK cara dilakukan untuk mempercepat perubahan pembelajaran seperti yang tertera dalam indikator keberhasilan DBE. Salah satu hal tersebut adalah dengan mengadakan Peserta study visit dari Provinsi study visit, sebuah Jawa Tengah sedang mengamati kegiatan yang diranproses pembelajaran di SMPN 2 cang untuk memWonoayu Kabupaten Sidoarjo. pertemukan daerah satu dengan yang lain dengan melakukan kunjungan. Kegiatan tersebut dapat dijadikan sebagai ajang untuk saling berbagi seputar praktikpraktik yang baik. Beberapa waktu lalu, DBE3 Provinsi Jawa Timur menerima kunjungan dari rombongan DBE3 Provinsi Jawa Tengah yang disusul dengan kunjungan dari rombongan DBE3 Kabupaten Tapanuli Selatan. Kedua rombongan yang datang pada waktu yang berbeda ini mengunjungi beberapa sekolah mitra DBE3 Jawa Timur di Kabupaten Sidoarjo. Rombongan DBE3 Provinsi Jawa Tengah berkesempatan mengunjungi SMPN 2 Sedati, SMPN 2 Wonoayu, SMPN 1 Gedangan
Media Komunikasi SMP dan MTs
dan MTs Nurul Huda. Setelah selesai melakukan kunjungan ke sekolah, rombongan melanjutkan agenda dengan berdialog dengan pihak pemangku kepentingan. ”Yang menarik dari kunjungan ini adalah saya sangat terkesan dengan semangat dan antusiasme yang telah ditunjukkan oleh para guru dan murid dalam proses pembelajaran di kelas,” ungkap Aris Munandar, Kepala Sekolah SMPN Tasikmadu Kabupaten Karanganyar, saat ditanya kesannya tentang kegiatan study visit ini. Setelah mendapatkan kunjungan dari rombongan DBE3 Provinsi Jawa Tengah, kunjungan berikutnya datang dari rombongan DBE3 Kabupaten Tapanuli Selatan yang mengunjungi SMPN 2 Sedati, SMPN 2 Wonoayu, MTs Nurul Huda dan MTsN Krian. Selama kunjungan di sekolah-sekolah tersebut, rombongan mengamati kegiatan belajar mengajar serta saling berbagi dengan dengan pihak sekolah seputar usaha untuk menghasilkan praktik pembelajaran yang baik.
Peserta dari rombongan DBE3 Kabupaten Tapanuli Selatan sedang bertanya seputar praktik pembelajaran yang baik pada sesi diskusi di SMPN 2 Sedati Kab. Sidoarjo.
Edisi 08/ November 2010
Berita dari Provinsi
Hal 15
SMPN 1 Beji Kab. Pasuruan
Manfaatkan Mini Market sebagai Sumber Belajar
Siswa SMPN 1 Beji Pasuruan sedang melakukan pembelajaran di luar kelas untuk mata pelajaran IPS, dengan obyek pengamatan mini market di dekat sekolah.
MODEL pembelajaran aktif ala DBE3 telah menginspirasi banyak guru untuk terus melakukan inovasi dalam kegiatan belajar di kelas. Dengan menerapkan pendekatan kontekstual, lingkungan sekitar dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Siswa diajak untuk keluar dan berhadapan langsung dengan realita yang ada sehingga membuat mereka selalu berpikir kritis terhadap fenomena yang ada di sekelilingnya. Hal itu yang diterapkan para guru di SMPN 1 Beji Kabupaten Pasuruan. Sejak mendapatkan pelatihan dari DBE3, para guru di sekolah ini makin terbuka untuk menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna bagi para siswa. Salah satu hal yang dilakukan adalah dengan mengajak langsung siswa untuk melakukan pembelajaran di luar kelas. Seperti yang dilakukan dalam pembelajaran IPS. Guru memanfaatkan mini market sebagai sumber belajar untuk siswa. Pola pembelajaran di luar kelas ini mendapat respon sangat positif dari para siswa. Mereka merasa lebih cepat dalam menangkap materi ajar yang disampaikan oleh para guru.
Latih Keberanian Siswa via Permainan Talking Futsal tense,” ungkap Hasanah siswa kelas 8A usai pembelajaran. Melalui Permainan talking futsal ini, siswa dikenalkan kosakata sederhana tanpa mereka sadar bahwa mereka mampu menggunakan kata kata tersebut untuk membuat kalimat simple present tense sederhana dalam Bahasa inggris. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 6 orang per kelompok. Setiap siswa dalam kelompok mempunyai tugas masing-masing layaknya sebuah tim futsal yang terdiri dari goal keeper, defender ataupun striker. Peraturannya hampir sama dengan olah raga futsal, yaitu ada 2 tim yang bertanding dan saling berhadap-hadapan. Bedanya adalah yang dioper bukan bola melainkan kalimat. Setiap pemain harus mampu membuat kalimat simple present tense dengan benar. Jika melakukan kesalahan maka pemain tersebut mendapatkan kartu kuning, dan “bola” dialihkan ke tim yang lain, begitu seterusnya. Jika ada siswa yang sudah berhasil mencetak gol (bola sudah sampai ke pemain ke 6) maka tim tersebut pemenangnya. Permainan ini membutuhkan konsentrasi karena selain sebagai pemain mereka harus memperhatikan kalimat yang diucapkan tim lawan dan mencatat serta melakukan koreksi sehingga “bola” dapat berpindah ke tim mereka. Pembelajaran dengan permainan ini, bisa melatih siswa untuk berani Kiri: Siswa sedang mendapat giliran untuk merangkai kalimat simple melakukan kesalahan dan berusaha memperbaiki present tense. Kanan: Hasil karya siswa setelah pembelajaran. kesalahan yang mereka buat. Selamat mencoba.
INTELLIGENCE is not to make no mistake but quickly to see how to make them good. Artinya kecerdasan bukan berasal dari tidak berbuat kesalahan tetapi dengan cepat tahu bagaimana mengubah kesalahan tersebut menjadi sesuatu yang baik. Begitulah ungkapan yang memotivasi orang untuk berani mencoba hal baru. Seperti pembelajaran Bahasa Inggris di MTs Negeri 3 Kota Surabaya, siswa diajarkan untuk tidak takut salah dalam praktik “speaking” melalui permainan “talking futsal”. Dalam permainan ini siswa mendapatkan banyak manfaat, selain melatih keberanian untuk tampil di depan publik, permainan ini juga melatih kerjasama antar siswa sehingga kecakapan sosial dapat tercapai. “Perasaan saya grogi tapi saya sangat senang sekali bisa membuat kalimat simple present
Media Komunikasi SMP dan MTs
Edisi 08/ November 2010
Berita dari Provinsi
Hal 16
Belajar Proses Ekskresi dengan Alat Peraga Sederhana menuliskan hasil pengamatan tersebut dan memajangnya di PEMBELAJARAN IPA akan lebih mudah dipahami oleh sisiwa apabila dalam penyampaian materinya, guru dinding kelas. Menurut para siswa dengan bantuan alat peraga, menggunakan alat peraga. Hal ini juga disadari oleh Toni Joko pelajaran IPA menjadi lebih mudah dipahami dan mengasyikFirmanto, guru IPA SMPN 1 Trucuk Kabupaten Bojonegoro . Dalam pelaksanaan pembelajaran yang membahas tentang sistem ekskresi pada manusia, Toni menggunakan alat bantu yang dibuatnya bersama para siswa. Alat bantu tersebut dibuat dari bahan yang mudah didapat dan berbiaya murah. Media ini sangat berguna untuk membantu siswa menggambarkan bentuk dari dari ginjal sebagai salah satu organ ekskresi, serta memahami salah satu proses yang terjadi pada peristiwa pembentukan urine. Disamping itu media pembelajaran ini juga membantu siswa untuk mengembangkan daya persepsinya dalam memprediksikan gangguan pada ginjal melalui kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan model nefron. Bahan yang dipakai untuk membuat alat peraga ini diantaranya adalah: bekas gergaji, lem kayu, limbah kertas dan cat kayu. Bermacam bahan tadi kemudian dibuat menjadi tiruan bentuk ginjal manusia, sehingga proses ekskresi dapat lebih dijelaskan kepada siswa. Proses eskresi dapat dengan mudah dipahami siswa dengan alat peraga Setelah siswa melakukan serangkaian serangkaian yang dibuat dari bahan sederhana oleh pak Toni. percobaan dan pengamatan, akhirnya mereka
SMPN 3 Krian Kabupaten Sidoarjo
Sekolah Non Mitra yang Telah Berubah MESKI SMPN 3 Krian Sidoarjo bukanlah sekolah mitra DBE3, namun semangat perubahan untuk menuju pembelajaran yang bermakna dan berpusat pada siswa nampak jelas terlihat. Komitmen yang tinggi dari kepala
sekolah dan seluruh gurunya untuk melakukan perubahan patut untuk diacungi jempol. Perubahan lingkungan kelas bisa teramati pada pengelolaan hasil karya siswa. Sekarang di setiap kelas dibuatkan papan pajangan. Tujuannya agar siswa dapat memajang buah pikirannya setelah mengikuti pembelajaran dan mendorong siswa untuk lebih aktif. Beberapa siswa menyatakan bahwa dengan perubahan ini membuat susana belajar di kelas menjadi lebih hidup dan menyenangkan dibanding dulu, saat mereka hanya duduk diam sambil mendengarkan guru mengajar. Tak hanya itu, kini dengan model pembalajaran kooperatif, keaktifan siswa meningkat. Jika dulu mereka terkesan takut dan malu-malu untuk mengeluarkan pendapatnya, kini siswa tak segansegan lagi untuk berpendapat. Menurut Rodhi Asa’d, Kepala Sekolah SMPN 3 Krian, DBE3 telah membuat semangat para guru untuk mengajar meningkat. Selain semangat mengajar guru yang meningkat, keaktifan siswa juga meningkat, akibatnya kini pembelajaran di kelas menjadi lebih menyenangkan.
Siswa mengerjakan tugas kelompok pada pembelajaran Matematika.
Media Komunikasi SMP dan MTs
1
Edisi 08/ November 2010
2
Berita dari Provinsi
Hal 17
Utamakan Pembelajaran Kontekstual untuk Ketuntasan Belajar Siswa ”Kami memandang hasil UN yang baik itu penting. Tapi, yang tak kalah pentingnya adalah peningkatan ketuntasan belajar siswa atau Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) untuk semua mata pelajaran,” tukas Drs. Muslimin, M.Pd Kepala SMPN 1 Tellulimpoe, Sidrap. Menurutnya, KKM itulah yang dijadikan tolok ukur keberhasilan pembelajaran bagi siswa. Bagi guru, Peningkatan angka KKM juga menjadi rujukan penilaian atas perkembangan potensi siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Selaku kepala sekolah, dirinya selalu memotivasi semua guru untuk menetapkan target peningkatan angka KKM per semester. ”Kami sangat yakin jika grafik angka KKM bergerak naik, maka siswa mengalami kemajuan belajar. Penguasaan materi pelajaran semakin baik dan akan membantu mereka menyelesaikan soal UAN dengan baik,” katanya mantap. Target capaian angka KKM itu sendiri ditetapkan oleh setiap guru. Namun, mereka sangat berhati-hati menetapkannya karena jangan sampai angka tersebut membebani siswa. Untuk itu di awal sekolah melakukan analisis bersama mengenai kemam-
puan siswa termasuk nilai ujian di sekolah dasar, kompeleksitas materi pelajaran, dan daya dukung sumberdaya pembelajaran yang disediakan. Meningkatnya capaian target KKM beririsan langsung dengan kualitas proses pembelajaran. Karenanya, jika target peningkatan KKM tidak tercapai, mereka mengevaluasi proses belajar mengajar, dukungan dan ketersediaan sumber daya pembelajaran kontekstual, dan supervisi kelas. Target supervisi di tekankan pada
Sulawesi Selatan
jarannya. ”Kami memberikan advis kepada segenap guru agar mengutamakan metodologi pembelajaran kontekstual. Kegiatan pengembangan metode pembelajaran ini selanjutnya diintesifkan di MGMP sekolah,” papar pak Muslimin. Beruntung semua guru sudah punya bekal dari replikasi pelatihan BTL2 dan BTL3. “Kami intensifkan kegiatan yang mendukung peningkatan kualitas profesionalisme guru, supervisi perangkat pembelajaran,
Siswa SMPN 1Tellulimpoe, Sidrap sedang praktik IPA mengukur besar gaya menggunakan neraca pegas. Para gurunya terbiasa berkegiatan dalam MGMP sekolah. penguasaan materi oleh guru dan kemampuan transfer pengetahuannya. Di sinilah kepala sekolah berperan memotivasi dan memfasilitasi guru melakukan inovasi metode pembela-
memenuhi kebutuhan pembelajaran kontekstual, mengelola karya siswa dengan baik, dan memfasilitasi pengembangan potensi siswa lewat kegiatan ekstrakurikuler,” katanya lagi.
Memahami Cara Kerja Alat Optik Periskop NUR HISYAM, S.Pd guru IPA SMP YP PGRI Makasar memfasilitasi pembelajaran IPA yang membuat siswa aktif dan belajar menjadi bermakna. KD yang akan dicapai adalah mendeskripsikan alat-alat optik dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu indikatornya yaitu menjelaskan cara kerja beberapa produk teknologi yang relevan, seperti mikroskop, berbagai jenis teropong, dan periskop. Hasil belajar yang diharapkan sehubungan dengan periskop adalah siswa dapat merancang, membuat, serta menjelaskan cara kerja (prinsip kerja) periskop sederhana tersebut. Pada pembelajaran ini, guru mengajak siswa merancang dan membuat alat periskop sederhana. Langkah kegiatan pembelajaran yang utama adalah apersepsi, kerja kelompok, pajangan dan presentasi hasil karya, penguatan hasil karya, dan terakhir siswa merefleksi hasil dan proses pembelajaran. Selama pembelajaran berlangsung, guru memantau jalannya aktifitas kerjasama kelompok membuat Periskop. Media Komunikasi SMP dan MTs
Setelah menyelesaikan hasil karyanya, siswa mempraktikkan penggunaannya. Setiap kelompok kemudian mempresentasikan periskop hasil karyanya. Menerangkan langkah-langkah, material yang dipergunakan, serta cara kerja dan fungsi alat optik periskop digunakan. “Saya mengajak siswa bagaimana cara merancang, membuat alat periskop sederhana. Setelah selesai Secara berkelompok siswa siswa mencoba menggunakan membuat alat periskop alat tersebut, sehingga sederhana. mereka pun tahu prinsip kerja dari periskop tersebut. Siswapun terlihat semangat untuk membuatnya dan merasa terkesan,” tukas bu Nur. Edisi 08/ November 2010
Berita dari Provinsi
Hal 18
Menonton Film Bisu untuk Membuat Naskah Drama FOTO kegiatan dan situasi di sekolah dirangkai Drs. Nasir, M.Pd guru Bahasa Indonesia SMPN 20 Makasar menjadi gambar bergerak lewat program MovieMaker. ”Saya menyebutnya film bisu, karena di dalamnya tanpa kata atau clue (petunjuk) yang mengarahkan sekuens peristiwa yang diceritakan foto. Musik instrumentalia Kenny G menjadi back vocal film agar dapat menggugah suasana hati dan pikiran siswa untuk berimajinasi,” cerita pak Nasir. Film bisu berdurasi tujuh menit itu dijadikan sumber belajar untuk mengantar siswa mampu berkreasi menyusun kerangka cerita naskah drama, menentukan tokoh dan karakternya, serta menyusun naskah drama sebabak. Tujuan ini merujuk pada pencapaian KD menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama. Selama 60 menit kegiatan inti, siswa difasilitasi untk berpikir tingkat tinggi, memecahkan masalah, mengembangkan kecakapan kerjasama, serta berkarya. “Karena itu, saya memberikan LK yang mendorong siswa berpikir kritis, menuntun bekerja kelompok untuk menyusun ide dan alur cerita, menentukan tokoh dan karakternya, serta menyusun naskah drama satu babak,” kata pak Nasir. Dalam pembelajaran itu siswa dibagi menjadi delapan kelompok. Setiap kelompok bekerja dengan satu unit komputer. Naskah drama yang disusun langsung diketik dan dikoreksi
bersama dengan anggota kelompok masing-masing. Untuk menguatkan pemahaman siswa tentang Ide dan Alur cerita, Tokoh dan Pengkarakterannya, serta Naskah Drama Satu Babak yang baik, maka setiap kelompok bertanggung jawab mengkritisi satu naskah dari kelompok lain. Di monitor mereka langsung menuliskan koreksi atas karya yang dieditnya. Untuk penjiwaan naskah drama, disesi akhir kerja kelompok, mereka melakonkan karakter tokoh ciptaannya lewat pentas di depan kelas. Dengan sumber belajar film bisu itu, siswa mampu belajar aktif dan berkreasi sesuai imajinasi masingmasing. Naskah-naskah yang dikreasi memiliki ide yang kuat untuk dikembangkan, misalnya Indahnya Persahabatan di Sekolah karya salah satu kelompok. Di pembelajaran ini, ada beberapa hal positif yaitu, kemampuan siswa menyatukan persepsi atas ide cerita, alur, latar, tokoh dan karakternya; kemampuan mereka mengoreksi karya kelompok lain; kemampuan menjiwai karyanya saat mementaskan karakter tokoh imajinatifnya di depan kelas. Mengapresiasi karya siswa, guru menyampaikan kekuatan tiap-tiap karya yang meliputi alur cerita yang runtut, naskah yang sesuai kaidah serta tokoh dan perwatakannya. Pengelolaan waktu 80 menit pembelajaran kooperatif ini meliputi 10 menit apersepsi, kegiatan inti 60 menit,
Siswa berdiskusi dalam kelompok menyiapkan lakon karakter tokoh ciptaannya untuk dipentaskan di depan kelas.
dan 10 menit untuk kegiatan refleksi dan penguatan. Detail langkah pembelajarannya sebagai berikut: 1. Siswa bekerja dalam 8 kelompok. 2. Setiap kelompok mengoperasikan satu unit komputer. 3. Siswa menonton secara cermat tayangan film. 4. Masing-masing kelompok menentukan ide ceritanya masingmasing. 5. Secara berkelompok siswa berdiskusi berdasarkan ide cerita yang telah dipilih. 6. Siswa menulis dialog naskah drama berdasarkan ide cerita yang dipilih pada komputer masing-masing. 7. Setiap kelompok saling mengunjungi dan menyunting hasil kerja kelompok lain. 8. Secara klasikal guru mengajukan pertanyaan “ Agar naskah drama menarik, hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan” 9. Setiap kelompok melaporkan hasil karya kelompoknya dan kelompok lain Siswa juga memanfaatkan komputer dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dan sudut sekolah menanggapinya. dimanfaatkan siswa untuk mendiskusikan tugas yang diberikan guru. Media Komunikasi SMP dan MTs
Edisi 08/ November 2010
Berita dari Provinsi
Hal 19
Speaking Through The Vocamino Game secara bergiliran searah jarum jam menuSISWA takut salah, kurang kosakata, runkan/ meletakkan kartu di atas meja; kurang percaya diri, dan tidak tertarik (4) Mengikuti aturan main, yaitu: (a) seberbahasa Inggris membuat Drs. Herdimua komunikasi saat bermain harus denyanto tertantang untuk selalu mengkreasi gan bahasa Inggris. (b) kartu kata Inggris pembelajaran yang menarik siswa. Dirinya dan kata Indonesia diturunkan secara membuat permainan yang di beri nama berbalasan, layaknya main domion. Tapi, Vocamino. Istilah ini singkatan dari gabunyang lebih penting adalah siswa mengugan kata Inggris Vocabulary dan kata capkan dengan jelas kata Inggris yang Indonesia Domino. diturunkannya; (c) anggota sesama Vocamino game ini untuk memfasilitasi kelompok berkewajiban membetulkan siswa berlatih berbahasa Inggris sambil Kartu domino kosa kata Bahasa inggris pengucapan kata yang salah. bermain dengan menggunakan kosakata buatan pak Herdiyanto. Di akhir permainan, wakil setiap yang baru didapatkannya. Medianya terkelompok tampil merangkai kata (khusus buat dari kartu domino, yang bagian dekata-kata dari materi Shopping List) menjadi kalimat dengan pan mata dominonya dibuka lalu dilapisi kertas BC lux warna menggunakan tabel isian model papan catur pembentuk kaliyang sudah ditulisi kata atau frase dari materi pembelajaran. mat. Tabel ini saya sediakan dari kertas karton ukuran plano Game ini di gunakan untuk mencapai KD Mengungkapkan dan tempelkan di whiteboard. tindak makna tutur fungsional pendek sangat sederhana sePermainan vocamino ini mengalokasikan waktu 10 menit cara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan untuk tiap kelompok. Khususnya membantu siswa berkomulingkungan sekitar. Khususnya saat menyajikan Materi Pokok nikasi langsung dengan teman kelompoknya, mengoreksi proteks fungsional Instruction dan Shopping List. nunciation yang salah, dan menuntun siswa merangkai serta Cara menggunakannya: (1) Siswa dibagi kelompok dengan membacakan kalimat-kalimat yang disusunya. Membantu enam orang anggota; (2) Setiap kelompok memainkan 24 mereka menggunakan kalimat dan frase yang dibutuhkan kartu vocamino, terdiri dari 12 kartu kata Inggris dan 12 laindalam permainan ini, antara lain: now my or your turn; I’m looknya adalah artinya. Kelompok kata dan frase (Instruction dan ing for the meaning of this word; here is the meaning; O.K; sorry, Shopping list) di kartu vocamino berbeda di setiap kelompok; pronunce it correctly; you’re right, dan ungkapan lainnya. Siswa (3) Enam siswa di setiap kelompok memegang empat kartu, tampak percaya diri berkomunikasi singkat dengan temannya. dua kata Inggris dan 2 kata Indonesia (arti leksikal). Mereka
Belajar Bioteknologi Sederhana melalui Tape Ketan Amran Muhyiddin, S.Pd menugaskan siswa membuat produk bioteknologi sederhana dengan membuat tape ketan. Kegiatan ini merupakan tugas proyek untuk siswa kelas IX SMPN 4 Pinrang. Tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran ini antara lain memfasilitasi siswa mengenal dan memahami secara nyata tentang mikroorganisme dan peranannya dalam produk bioteknologi sederhana. Untuk memastikan siswa paham tentang jenis-jenis mikroorganisme yang berperan dalam makanan berfermentasi, saya memilih media tape ketan. Tape ketan adalah panganan tradisional yang dibuat dengan cara fermentasi (peragian). Makanan olahan beras ketan ini sangat mudah bagi siswa untuk dijadikan sumber belajar karena mereka selalu mengkonsumsi. Tugas proyeknya adalah membuat tape dengan bahan yang terdiri dari beras ketan hitam atau putih 1 liter dan ragi 10 gram. Cara membuatnya: Media Komunikasi SMP dan MTs
di wadah berbeda juga selama 3 hari. (1) beras ketan direndam air selama 4 Analisis hasil percobaan menjadi bagian jam 2) Beras ketan dicuci bersih kemudian dikukus hingga masak dan penting bagi siswa. Alokasi waktu 2 x 45 menit dipakai menjadi sokko (Bugis: beras ketan siswa secara efektif untuk menjelaskan dikukus matang) (3) Ragi dicampurkan hasil tugas proyeknya yang dikerjakan dengan merata ke dalam sokko yang secara berkelompok di rumahnya. Sesudah dianginkan hingga dingin selama lama presentasi dan diskusi kelompok 2 jam (4) Sokko yang sudah dicampur ragi disimpan di dalam wadah tertutup siswa tampak mampu menemukan jenis-jenis mikroorganisme yang memlalu difermentasikan. buat tape jadi manis dan sokko jadi Tahap percobaan bermula pada basi. Mereka mampu berkreasi menjeproses fermentasi selama 3 hari. Untuk itu saya menugaskan siswa menyimpan laskan unsur-unsur mikroorganisme sokko ke dalam 3 wadah: (1) sokko seperti jamur dan bakteri yang memicu dengan ragi dalam wadah yang tertutup enzim-inzim melakukan metabolisme dalam tape. rapat (2) sokko dengan ragi dalam terbuka (3) sokko tanpa ragi dalam wadah terbuka. Sementara sokko tanpa ragi Hasil proyek pembuatan tape oleh siswa kelas IX SMPN 4 Pinrang. di simpan Edisi 08/ November 2010
Praktik yang Baik Penyebaran Praktik yang Baik Salah satu tujuan penting dari newsletter ini adalah untuk mendokumentasikan praktik yang baik khususnya di tingkat sekolah baik dalam manajemen sekolah maupun dalam pembelajaran. Dengan cara ini kami mengharapkan pembaca akan terinspirasi untuk meniru praktik-praktik tersebut di sekolah mereka sendiri. Pada halaman ini diceritakan dua contoh pembelajaran yang baik dari Subang, Jawa Barat dan Pinrang, Sulawesi Selatan.
Hasil karya siswa yang ditulis dengan kata-katanya sendiri dalam bahasa Inggris dari merespon makna sebuah monolog.
Mandiri dan Berinisiatif dalam Pembelajaran Bahasa Inggris DI kelas VII semester 2, Ibu Dian Purnamasari guru Bahasa Inggris SMPN 2 Jalancagak Subang, Jawa Barat, memfasilitasi siswa belajar tentang KD Merespon makna yang terdapat dalam monolog sangat sederhana secara akurat, lancar, dan berterima, untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat dalam teks berbentuk deskriptif dan prosedur. Ia hanya bicara sebentar di awal sesi pembelajaran, yakni menjelaskan strategi pembelajaran yang akan ditempuh. Selebihnya, kegiatan belajar berlangsung dengan siswa sebagai pengambil inisiatif. Mereka nyaris tidak membutuhkan guru. Bu Dian hanya bergerak pada dataran strategis. Ia hanya sesekali saja menghampiri siswa untuk memastikan proses belajar berjalan sesuai skenario. Pertama, siswa bekerja kelompok membahas kosa kata yang akan muncul dalam teks. Kedua, siswa mendengarkan teks lisan monolog berbentuk teks deskriptif. Ketiga, siswa saling bertanya-jawab seputar isi monolog itu. Keempat, siswa mendiskusikan ciri-ciri kebahasaan teks deskriptif. Kelima, siswa mendiskusikan fungsi sosial teks deskriptif. Selama proses belajar, para siswa tampak menikmati kerja kelompok. Dengan proses belajar ini, mereka dapat mengidentifikasi berbagai informasi, ciri-ciri kebahasaan, dan fungsi sosial teks deskriptif. Akhirnya, siswa dapat menghasilkan karya-karya yang kemudian dipajang di kelas.
Hal 20
Pahami Harga Pasar Setelah Jadi Penjual dan Pembeli MEMBUAT siswa paham tentang proses terbentuknya Harga Pasar membutuhkan kreasi. Indrayana, S.Pd guru IPS kelas VIII SMPN 4 Pinrang Sulsel, memfasilitasi siswa melalui Bermain Peran, yaitu memposisikan diri sebagai penjual dan pembeli. Metode itu dipilih untuk pencapaian KD Mendeskripsikan Permintaan dan Penawaran serta Terbentuknya Harga Pasar. ”Ini saya pilih agar siswa tidak hanya memperoleh pengertian verbal saja tentang Harga Pasar,” cerita bu Indra. Alokasi waktunya 4 x 40 menit (dua kali pertemuan). Pada pertemuan pertama, dirinya membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. Ada kelompok Penjual dan Kelompok Pembeli. Target yang ingin di capai adalah siswa dapat mendeskripsikan pemahamannya tentang Penawaran dan Permintaan. Kelompok penjual dan pembeli melakukan interaksi jual beli secara aktif. Kelompok pembeli membuat permintaan atas jumlah barang dengan variasi tingkat harga. Daftar harga permintaan tersebut di buat dalam tabel grafik lalu digambarkan dalam kurva permintaan. Begitupun sebaliknya, kelompok yang berperan sebagai penjual membuat kurva penawaran. Gambar kurva PERMNTAAN mereka bikin mulai dari titik harga barang paling rendah yang diminita pembeli. Demikian juga kurva PENAWARAN mereka buat dari titik tingkat angka atau harga tertinggi yang ditawarkan penjual. Sampai pada pertemuan ini siswa mampu mendeskripsikan pengertian Permintaan dan Penawaran. Kurva Permintaan dan Penawaran hasil karya siswa pada pertemuan pertama saya jadikan sumber belajar pada pertemuan kedua. Dengan kurva itu, mereka saya ajak memperbaharui pemahamannya tentang Permintaan dan Penawaran. Di sini siswa masih melakonkan peran penjual dan pembeli. Siswa berpasangan, satu sebagai penjual dan satu sebagai pembeli, melakukan tawar menawar harga. Sang penjual memberikan penawaran tertinggi, sementara sang pembeli meminta harga terendah. Di sini bu Indra mendampingi dan mencermati proses tawar menawar mereka. Saat mereka sementara tawar menawar untuk mencapai kesepakatan mengenai jumlah barang dan harga, maka saat itu siswa diingatkan bahwa saat itu terjadi keseimbangan pasar. Saat mereka menyepakati jumlah barang dan harga tertentu, maka diingatkan bahwa saat itu sudah terbentuk Harga Pasar. Melalui sesi presentasi hasil karya yang dipajang, guru mendapatkan data mereka mampu membuat kesimpulan tentang Harga Keseimbangan atau Harga Pasar sekaligus memahami proses terjadinya Harga Kurva Permintaan dan Keseimbangan atau Harga Pasar Penawaran karya siswa. tersebut.
Inovasi Pendidikan diterbitkan oleh DBE3 dan didanai oleh USAID untuk mendokumentasikan dan menyebarkan inovasi serta praktik-praktik yang baik yang terkait dengan pendidikan dasar. Jika anda ingin berkontribusi, silakan kirim artikel berikut foto ke
[email protected].