No. 10 Mei 2011
Inovasi Pendidikan Media Komunikasi SMP dan MTs
Kolegialitas Pengawas dan Guru untuk Keberhasilan Pembelajaran
DF dan guru yang didampingi berdiskusi mengevaluasi keberhasilan dan kekurangan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
DF Siap Dampingi Replikasi BTL DF (Distrik Fasilitator) memiliki peran penting dalam keberhasilan pelatihan BTL dan pendampingan penerapannya di sekolah. Para DF yang terdiri dari para guru, kepala sekolah, dan pengawas selama ini aktif membantu dan mendampingi sekolah dalam implementasi BTL. Program DBE3 yang akan berakhir pada tahun ini membuat banyak sekolah/madrasah nonmitra yang mengajukan diri untuk mendapatkan replikasi. Bahkan ada kabupaten/kota yang seluruh SMPnya berinisiatif dengan dana mandiri melakukan replikasi BTL. Paket pelatihan yang dikembangkan DBE3 yang dapat dimanfaatkan sekolah/daerah dengan pendampingan DF adalah Pelatihan BTL 1, 2, 3 dan 4, Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran, Penelitan Tindakan Kelas, BTL untuk Pengawas, dan Paket Pelatihan bagi Kepala Sekolah untuk Mendukung Keberhasilan Pembelajaran.
Pelatihan BTL untuk Pengawas membuat kehadiran pengawas sangat dinantikan oleh guru. Pada kegiatan praktik kunjungan kelas, para pengawas mulai kegiatan persiapan, pelaksanaan pembelajaran, sampai pasca pembelajaran, mereka berkolabolasi untuk mencapai keberhasilan dan meningkatkan kualitas pembelajaran. PELATIHAN pengajaran profesional dan pembelajaran bermakna (BTL) untuk pengawas yang dilaksanakan DBE3 di lima provinsi mitra (Maret-April 2011), berhasil membangun komitmen para pengawas dalam membangun kolegialitas dengan guru. Pelatihan ini sekaligus memadukan kemampuan pengawas dan guru dalam menerapkan BTL. Dalam melaksanakan tugasnya pengawas berkolaborasi secara kolegial mendampingi guru untuk memaksimalkan keberhasilan pembelajaran di kelas. Pada kegiatan kunjungan kelas, tampak hubungan yang cair antara pengawas dan guru. Dalam kegiatan persiapan pembelajaran, pengawas menjadi teman diskusi guru untuk menguatkan perencanaan. Pengawas juga terlibat aktif dalam memfasilitasi proses pembelajaran, tanpa mengurangi peran guru atau menurunkan wibawa pengawas. Pasca pembelajaran, secara bersama mereka mengavaluasi keberhasilan dan kelemahan yang terjadi untuk ditindaklanjuti. Berita lainnya disajikan pada halaman 2.
Sekolah yang Berhasil
Mempercepat perubahan di kelas adalah salah satu tugas penting DF. Kunjungi website kami di www.inovasipendidikan.net
KOMITMEN stakeholders sekolah mitra DBE3 dalam melakukan perubahan, telah dapat dilihat dan dirasakan langsung dampaknya dalam pembelajaran. Berita tentang keberhasilan sekolah/madrasah mitra DBE3 menjadi sajian utama yang diulas dalam berita utama maupun berita dari provinsi. Pada halaman 10 dan 11 dapat dilihat keberhasilan sekolah/madrasah mitra maupun nonmitra yang mereplikasi program DBE3, dalam showcase yang digelar di lima provinsi mitra.
Berita dari Provinsi
Hal 14
Paket Pelatihan BTL untuk Pengawas Pengawas sekolah merupakan mitra strategis bagi sekolah dalam peningkatan mutu, terutama dalam mendampingi guru agar mampu menerapkan hasil pelatihan di kelas. Untuk itu, DBE3 mengembangkan paket pelatihan untuk pengawas sekolah. Paket ini dirancang khusus untuk kepentingan pelatihan pengawas sekolah dan diberi nama yang sama dengan paket pelatihan untuk guru yaitu “Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna”. Seluruh pengawas kabupaten dan provinsi mitra DBE3 dilatih secara khusus untuk mendampingi keberhasilan pembelajaran di kelas. Berikut adalah foto rangkaian pelatihan yang dilaksanakan di enam provinsi mitra DBE3.
1
1
Keterangan Foto:
2
1 dan 2. Pengawas sekolah di Sumatera Utara dan Banten tampak serius bekerjasama di kelompoknya melakukan hal yang biasa dilakukan guru, mulai membuat pemetaan kurikum, membuat lembar kerja, mempraktikkan proses belajar kooperatif, membuat rubrik penilaian, sampai menulis refleksi pelatihan. 3. Saat melakukan kunjungan sekolah, pengawas dan guru di Jawa Tengah tampak cair saat berdiskusi tentang persiapan mengajar.
4
3
5
4. Drs Rustam pengawas sekolah dari Deli Serdang dan Drs Edhison Panggabean ikut mengecek kelengkapan school kit yang digunakan guru IPS sebagai media pembelajaran untuk topik perekonomian di SMPN 2 Lubuk Pakam Deli Serdang. 5. Siswa di Sulawesi Selatan tidak canggung bertanya dan berkomunikasi dengan pengawas yang mendampingi guru pada PBM. 6. Drs. Ulil Azmi pengawas dari Kota Tebing Tinggi ikut bersama siswa mencari binatang dalam praktik IPA untuk topik ekosistem di MTs N Lubuk Pakam Deli Serdang Sumut.6. 7. Salma, S.Pd guru SMP YP PGRI Makasar tengah berbagi dengan Drs. Murtala pengawas Kabupaten Pangkep tentang masalah pembelajaran yang dihadapinya di kelas.
6
Media Komunikasi SMP dan MTs
8. Untuk menindaklanjuti hasil pelatihan, para pengawas dan DC DBE3 Jawa Timur menyusun sinkronisasi program rencana pendampingan pengawas kepada guru, yang juga akan melibatkan distrik fasilitator. Edisi 10/ Mei 2011
Berita dari Provinsi
Hal 15
Usai Dilatih, Pengawas Jateng Fasilitasi Sekolah
7
8
SETELAH dilatih, para pengawas extension district di Jawa Tengah (Kudus, Boyolali, Grobogan, Karanganyar, Purworejo) langsung mengimplementasikan di sekolah Dr. Nuning pengawas dari Boyolali sedang mitra. Bahkan, para pengawas mendampingi kepala sekolah. langsung berinisiatif mendampingi sekolah replikasi. “BTL sangat tepat untuk diterapkan untuk semua sekolah, karenanya kami sepakat untuk mendampingi penerapan BTL di semua sekolah dampingan kami,” tukas Drs. Sunarto,M.Pd Koordinator pengawas sekolah Kabupaten Boyolali. Hanya saja, pada saat melakukan implementasi di sekolah replikasi ternyata komitmen tersebut terbentur dengan kenyataan banyak kepala sekolah yang baru diangkkat sehingga belum mengenal BTL. Untuk itu, DBE3 Jawa Tengah berinisiatif akan melaksanakan pelatihan kepada semua kepala sekolah replikasi dan kepala sekolah mitra yang baru tentang BTL dengan menggunakan modul pengawas yang dimodifikasi. Dengan demikian, semua pengawas bisa mengimplementasikan tidak hanya di sekolah mitra saja.
Apa Saja Materi yang Dilatihkan?
Pelatihan BTL untuk Pengawas BERIKUT adalah isu dalam
kelompok. paket pelatihan BTL untuk Penilaian pengawas. Untuk menjadikan penilaian guru terhadap hasil belajar siswa seobRelevansi Program DBE3 jektif mungkin, pada unit ini peserta dengan Permendiknas No. akan diperkenalkan pada penilaian 41/2007 tentang Standar dengan menggunakan rubrik Proses Unit ini membahas sejauhmana penilaian. relevansi program DBE3 dengan Kunjungan Sekolah Permendiknas Nomor 41 Tahun ”Melihat Baru Percaya” (Seeing is 2007 tentang Standar Proses. beliving) itulah pesan yang ingin disampaiakn dengan kegiatan kunJurnal Reflektif Pada unit ini peserta akan jungan sekolah pada unit ini. PePengawas sekolah mempresentasikan pemetaan diperkenalkan pada jurnal reflek- kurikulum kreasinya. serta akan mengunjungi sekolah tif, yaitu suatu catatan reflektif yang telah menerapkan program guru tentang mengajarnya. DBE3. Peserta diharapkan dapat melihat indikatorTelaah Kurikulum indikator penerapan program DBE3 terwujud di sekolah. Peserta diperkenalkan pada bagaimana isi kurikulum Pendampingan (kompetensi-kompetensi mata pelajaran) dipetakan, Para guru yang telah dilatih/ditatar memerlukan pendampdikelompokkan, dan ‘diikat’ dengan suatu tema agar pembeingan dari pengawas/fasilitator lain sehingga mereka lajaran menjadi kontekstual dan efisien. memiliki keberanian dalam menerapkan hasil-hasil pelatiPertanyaan Tingkat Tinggi dan Lembar Kerja han. Pada unit ini peserta akan diperkenalkan pada bagaiPeserta dilatih bagaimana merumuskan pertanyaan tingkat mana melakukan pendampingan yang memberikan semantinggi dilanjutkan dengan merancang lembar kerja dimana gat kepada guru untuk melakukan pembaharuan. pertanyaan tersebut sebagai salah satu Mendorong Perubahan yang komponen lembar kerja itu. Berkesinambungan Pembelajaran Kooperatif Peserta diperkenalkan pada cara mendorong guru dan kepala sekolah agar melakukan pembaharuan secara terus Peserta diperkenalkan pada cara bagaimana mengaktifkan menerus di sekolah. semua anggota kelompok ketika mereka berkerja dalam
Media Komunikasi SMP dan MTs
Edisi 10/ Mei 2011
Berita Utama
Hal 4
sempurna alias 100. Menurut Kasi Mapenda Kantor Kemenag Kabupaten Tuban Drs.H.M Badar, M.Ag yang pada saat penilaian dilakukan masih menjabat sebagai kepala madrasah, bahwa kontribusi DBE3 terhadap pencapaian prestasi ini amatlah besar, terutama pada item Standar Proses dan Standar Penilaian Pendidikan. Pada dua item ini, hal yang dinilai diantaranya adalah kelengkapan mengajar termasuk silabus, RPP, media pembelajaran, proses pembelajaran hingga hasil akhirnya berupa nilai ulangan dan nilai ujian sangat meningkat dibanding sebelumnya. “DBE3 telah membawa perubahan yang luar biasa di madrasah ini. Sejak bermiAtmosfir pembelajaran di MTsN Rengel membudayakan peran aktif tra dengan siswa dengan difasilitasi secara penuh oleh madrasah. DBE3, semangat guru-guru untuk terus melakukan inovasi pembelajaran di kelas KABAR gembira diterima dari Kabupaten Tuban. meningkat tajam. MTsN Rengel, salah satu sekolah mitra DBE3 di kabupaten Akibatnya semangat ini mendapatkan pencapaian yang luar biasa berkait belajar siswa jugaprestasinya di bidang pembelajaran. Pada akreditasi yang meningkat sehingga dilakukan oleh Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah, hal ini tentu saja madrasah ini mendapatkan nilai akumulatif 97. Sebuah angka berpengaruh pada yang mendekati sempurna. Sungguh luar biasa. prestasi sekolah yang Bahkan pada item Standar Proses dan Standar Penilaian juga ikut meningkat,” Pendidikan, nilai yang didapat oleh madrasah ini adalah Hasil akreditasi MTsN Rengel. ujarnya.
Standar Proses dan Standar Penilaian Akreditasi MTsN Rengel Sempurna
MTsN Model Pasirsukarayat Inisiatif Gelar Showcase MTsN Model Pasir Sukarayat, Rangkasbitung, Lebak, Banten membuktikan dampak positif DBE3 di madrasahnya. Mereka berinisiatif mengadakan Showcase Sekolah pada tanggal 23 Maret 2011. Event ini mengusung nama DBE3 dan Unjuk Hasil Prestasi MTsN. Showcase sekolah tersebut berisi kegiatan pemajangan hasil karya siswa dan guru di seluruh kelas dan presentasi kepala madrasah dan guruguru yang telah dilatih oleh DBE3 mengenai keberhasilan dan hambatan yang dialami selama ini. Temuan hasil kreativitas guru dan siswa juga menyemarakkan pameran, seperti Neraca Pegas dengan bahan dasar karet dan kardus yang menghasilkan ukuran yang sesuai dengan Neraca Pegas pabrikan, pembuatan Jam Air menggunakan Media Komunikasi SMP dan MTs
bahan-bahan yang terjangkau dan menentukan lingkaran dengan kulit jeruk. Drumband madrasah juga ikut memeriahkan acara. Meski hujan turun cukup deras, showcase yang lumayan menggebrak ini tetap berjalan meriah. MTsN Model memamerkan seluruh good practices. Acara ini dikunjungi oleh para guru dan murid sekolah di sekitarnya. Kepala sekolah SMPN 2 yang ikut mengunjungi acara showcase tersebut sangat mendukung acara ini. Sebagai bukti keefektifan paket BTL3, event ini menjadi ajang pemenuhan tagihan-tagihan pasca training BTL3 di Lebak. “Sekitar 95% dari 6 tagihan BTL3 dapat dilihat keberhasilannya di madrasah ini secara lengkap,” kata Abdus Subhan dan Nurlaelati DF Lebak. Showcase ini menggunakan dana mandiri madrasah.
Berbagai karya siswa yang dipamerkan pada acara showcase. Edisi 10/ Mei 2011
Berita dari Provinsi
Hal 5
Memetakan Kelas, Memetakan Dunia
Sumatera Utara
Jika tersesat dan malu bertanya, cari saja peta maka Anda akan menemukan jalan keluar. Berikut catatan Pengalaman Mengajar Darmian Samosir, S.Pd, Guru IPS SMPN 1 Sidikalang, Dairi, Sumut. BAGI saya peta bukan sekadar gambar yang dilengkapi informasi. Peta adalah petunjuk penting yang bermanfaat bagi kehidupan. Jika peta dipelajari dengan serius, pengetahuan itu bisa bermanfaat di masa depan bagi siswa. Saya mencoba mengajarkan kompetensi dasar (KD) 4.1 menggunakan peta, atlas dan globe untuk mendapatkan informasi ruang, dengan cara lain. Jika selama ini saya meminta siswa untuk mengambar peta dengan meniru dari gambar yang sudah ada. Tapi kali ini saya meminta siswa memetakan lingkungan sekitar mereka. Saya mengampuh KD ini dalam empat pertemuan berbeda. Memetakan Rumah Teman Saya melempar pertanyaan kepada siswa,”dapatkan kamu memetakan rumah temanmu, padahal kamu belum pernah mengunjunginya?” Siswa menggeleng tanda tidak mampu. Kemudian saya memotivasi siswa bahwa hari ini mereka bisa memetakan peta rumah teman-teman mereka. Saya meminta siswa menggambarkan rute dari rumah mereka ke sekolah. Dalam mengambar rute, saya meminta
Hasil karya siswa memetakan kelas.. Media Komunikasi SMP dan MTs
Seluruh siswa tampak aktif bekerjasama berbagi tugas dalam praktik memetakan kelas dalam pembelajaran IPS. mereka mengingat gedung atau tandatanda penting yang mereka lalui setiap harinya. Gedung dan tanda-tanda penting ini harus mereka masukkan ke dalam rute. Siswa bekerja secara perorangan. Rute yang mereka gambar membantu siswa mengenali lokasi tinggal temannya. Beberapa siswa baru menyadari betapa dekatnya rumah tinggal mereka. Setelah itu saya menerangkan kepada siswa tentang perbedaan peta, atlas dan globe. Kemudian saya menambahkan informasi tentang jenis, bentuk dan penggunaan peta. Syarat Pembuatan Peta Pada pertemuan berikutanya, saya mengajak siswa mengenali syarat pembuatan peta. Saya menantang siswa dengan dua pertanyaan: 1) mengapa peta menggunakan warna tertentu selalu menggunakan warna tertentu seperti hijau, kuning, coklat dan biru?, dan 2) mengapa pula setiap peta harus menggunakan skala, tapi angkanya berbeda-beda? Setelah itu, saya memberikan informasi tentang materi yang dipelajari. Bahwa warna mewakili informasi tertentu. Misalnya warna hijau, biasa menginformasikan tentang hutan. Sedangkan angka memberikan informasi perbesaran dan perkecilan.
Kemudian saya meminta siswa melakukan kerja kelompok. Mereka saya minta menghitung jarak sesungguhnya antar kota M –Q, yang pada skala peta berjarak 12,5 cm dengan skala 1: 3.500.000. Peta juga dapat diperbesar dan diperkecil. Proses ini dilakukan sesuai kebutuhan. Kemudian saya menunjukkan kepada siswa cara memperbesar dan memperkecil sebuah peta. Setelah itu siswa diminta melakukan hal yang sama. Memetakan Kelas Pada pertemuan terakhir untuk KD yang saya ampuh, saya meminta siswa memetakan kelas mereka. Langkah pertama, saya meminta siswa mengukur ruangan dan benda-benda yang ada di dalamnya (seperti kursi, meja, jendela dll). Setelah itu, siswa mengambar ulang kelas dalam kertas sekala dengan ukuran yang ditentukan. Dalam proses mengukur siswa bekerja secara berkelompok. Namun dalam proses mengambar siswa bekerja secara perorangan. Andreas P. Sirait, siswa kelas VII mengaku senang dengan proses itu. Andreas mengaku mengerti fungsi peta, proses pembuatan dan memanfatkannya.”Saya tahu kini kegunaan peta itu,” kata Andreas. Edisi 10/ Mei 2011
Berita dari Provinsi
Hal 6
Salah satu siswa menunjukkan salah satu kata kunci dalam merangkai puzzle untuk menemukan sejarah Hindu dan Budha.
ramai karena tiap kelompok tidak mau kalah.Setelah mendapatkan kata-kata kunci, siswa kemudian mengurutkannya. Satu persatu arti dari kata-kata itu mereka cari dan tuliskan pada kertas yang dibuat menarik. Kumpulan kata-kata itu kemudian mereka tuliskan pada kertas besar. Saya meminta perwakilan kelompok untuk melakukan presentasi. Setelah selesai presentasi, saya memberikan siswa tugas lanjutan. Mereka saya minta menjawab sejumlah pertanyaan sebagai tugas di rumah. Saya cukup senang karena metode yang saya persiapkan bisa dipraktikan dengan baik.Pembelajaran berlangsung effektif dan menyenangkan. Dengan menggunakan puzzle, siswa lebih tertantang untuk menemukan kata-kata kunci. Mereka juga mampu menerangkan dengan baik arti dari kata -kata itu.
Mencari Sejarah Hindu dan Budha Lewat Puzzle Hindu dan Budha adalah bagian sejarah Indonesia. Dua agama tua ini sudah ada sebelum Indonesia merdeka. Keduanya tidak saja meninggalkan jejak sejarah tetapi juga kebudayaan yang memperkaya Indonesia. KAMIS (27/4) saya mengampuh KD 5.1: mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa HinduBudha serta peninggalanpeninggalannya. Kali ini topik ini saya ampuh dengan menggunakan model pembelajaran world square. Saya memotivasi siswa dengan mengajukan pertanyaan menantang: pernahkah kamu dengar kata-kta Hindu-Buhda? Apa maksudnya? Dan Kapankah Hindu-Budha itu berkembang di Indonesia? untuk membantu siswa, saya menempelkan pada sebuah kertas besar benda-benda peninggalan sejarah Hindu-Budha seperti candi. Saya memberikan penjelasan singkat tentang sejarah Hindu-Budha. Saya kemudian memberikan puzzle kepada siswa. Puzzle itu berisi katakata kunci tentang topik yang saya ampuh. Saya meminta siswa mencari kata-kata kunci itu dan menuliskan Media Komunikasi SMP dan MTs
artinya. Siswa bekerja secara berkelompok. Saya meminta mereka berkompetisi antar kelompok. Kompetisi membuat siswa bergegas bekerja. Mereka mencari dengan teliti satu persatu kata kunci. Mereka mencoba mencari kata-kata itu dengan menyilang, luruh atau menghubungkan tiap huruf dari atas ke bawah. Suana menjadi
Seluruh anggota kelompok tampak serius memecahkan masaalah di kelompoknya.
Edisi 10/ Mei 2011
Berita dari Provinsi
Hal 7
Kemajuan Membanggakan di MTs At-Ta’awun Garut
Jawa Barat-Banten
BERGABUNG pada tahun 2009, MTs At-Ta’awun Sukaresmi Garut merupakan mitra baru DBE3. Meski begitu, madrasah ini telah menunjukkan perubahan penting dalam hal pembelajaran, lingkungan, dan pengelolaan sekolah. Hasilnya, siswa belajar penuh gairah, aktif dan senang, menghasilkan karya-karya membanggakan. Siswanya aktif membaca..
Memajang karya penuh rasa bangga.
Karya siswa menghiasi setiap sudut sekolah dan menjadi bagian penting lingkungan sekolah
Cara belajar baru yang mengasyikkan dan bermakna.
Sejumlah prestasi ditorehkan.
Siswa berpose di booth MTs AtTa’awun pada event DBE3 Showcase di Garut. Sambil merasa bangga karya mereka dipamerkan, siswa juga belajar dari karya-karya sekolah lain. Edisi 10/ Mei 2011
Berita dari Provinsi
Hal 8
Belajar Berkisah Di MTsN Lohbener, Indramayu PEMBELAJARAN berkisah ini merupakan proses penempaan untuk kompetensi berikut: SK: Mengungkapkan pengalaman dan informasi melalui kegiatan bercerita dan menyampaikan pengumuman. KD: Menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif. Proses Pembelajaran Kegiatan awal berlangsung selama lima menit terdiri atas penyampaian tujuan pembelajaran, gambaran kegiatan yang akan dilakukan, dan apersepsi. Kegiatan inti berlangsung selama enam puluh Dengan wajah ekspresif, salah satu siswa MTsN Lohbener mengisahkan lima menit:, yaitu: ceritanya kepada teman kelompoknya. ◊ Siswa mendengarkan cerita dari narasumber mengenai pengalaman yang mengesankan (3’); ◊ Siswa berdiskusi tentang kriteria bercerita yang Lembar Kerja baik (5’); ◊ Siswa dikelompokkan (enam kelompok) (2’); PENGALAMAN ◊ Siswa mengerjakan lembar kerja (5’); ◊ Setiap siswa menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dalam kelompoknya (20’); ◊ Setiap kelompok memilih siswa yang terbaik dalam menyampaikan ceritanya (5’); MEMALUKAN MENYEDIHKAN MENYENANGKAN ◊ Siswa terbaik dari tiap kelompok menceritakan kembali pengalamannya di depan kelas (20’ ◊ Kelompok lain menilai penampilan dengan menggunakan rubrik penilaian yang disediakan. … … (5’) … … … Kegiatan akhir berlangsung selama sepuluh 1. Daftarlah pengalaman-pengalaman yang pernah kalian alami mengacu menit. Siswa mengomentari kegiatan pada diagram di atas! penyampaian cerita yang dilakukan teman 2. Pilihlah salah satu pengalaman yang paling mengesankan yang pernah mereka, dan melakukan penilaian (dengan rubrik kalian alami! penilaian). Guru memberikan penguatan dan 3. Ceritakan pengalaman yang telah kamu alami di depan kelas! penugasan sebagai pengembangan. SLETING TERBUKA
RUBRIK PENILAIAN N O
KRITERIA
1
DIKSI
2
KEEFEKTIFAN KALIMAT
3
KELANCARAN
4
EKSPRESI
4
3
TINGKAT KUALITAS 2
SKOR
1
Semua kata yang digunakan sesuai dengan konteks
Terdapat 1 sampai 3 kata yang digunakan tidak sesuai dengan konteks
Terdapat 4 sampai 6 kata yang digunakan tidak sesuai dengan konteks
Terdapat 7 atau lebih kata yang digunakan tidak sesuai dengan konteks
Semua kalimat yang digunakan efektif
Terdapat 1 sampai 3 kalimat yang digunakan tidak efektif lancar
Terdapat 4 sampai 6 kalimat yang digunakan tidak efektif Kurang lancar
Terdapat 7 atau kalimat yang digunakan tidak efektif
Sesuai dengan cerita
Kurang sesuai dengan cerita
Tidak sesuai dengan cerita
Sangat lancer Sangat sesuai dengan cerita
Tidak lancar
TOTAL SKOR Media Komunikasi SMP dan MTs
Edisi 10/ Mei 2011
Berita dari Provinsi
Hal 9
Mengukur Tekanan Hidrostatis Ibu Atit Djuwita guru IPA SMPN 4 Tarogong Kidul, Garut, Jawa Barat, mengajar kelas VIII-C dengan KD “Menyelidiki tekanan pada benda padat, cair, dan gas serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.” Berikut adalah pengalaman yang dipraktikkan di kelasnya sehingga berhasil membuat siswanya menikmati pembelajaran dan pencapaian KD menjadi maksimal. Lembar Kerja
TEKANAN HIDROSTATIS 1. Lakukan kegiatan berikut:
◊ ◊ ◊ ◊ ◊ ◊
Isilah botol dengan air. Tandai batas permukaan air. Angkatlah botol tersebut. Lepaskan plester secara sekaligus. Perhatikan air yang memancar dari tiap lubang. Urutkan pancaran air dari yang pancarannya paling dekat sampai yang pancarannya paling jauh.
2. Bila massa jenis air 1000 kg/m3 hitunglah tekanan hidrostatis pada masing-masing lubang! Ingat:!
Hubungkan besar tekanan hidrostatis yang kamu dapatkan dengan pancaran air pada no.1. 3. Dari kegiatan yang telah kamu lakukan, apa yang dimaksud dengan tekanan hidrostatis? Salinlah hasil pekerjaan kelompokmu pada kertas folio berwarna! Media Komunikasi SMP dan MTs
Kegiatan Siswa Persiapan di Rumah Siswa menyediakan botol plastik kosong dan membuat lima buah lubang pada botol tersebut dari atas ke bawah dengan jarak tiap lubang 3 cm. Mereka memberi label pada tiap lubang: A pada lubang paling atas sampai E pada lubang paling bawah, kemudian menutup semua lubang dengan plester/selotip. Kegiatan pembelajaran Untuk apersepsi, dirinya meminta siswa menjelaskan kembali pengertian tekanan yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Untuk memotivasi siswa, Ibu Atit meminta siswa membandingkan perbedaan tekanan air ketika mereka berenang di permukaan kolam dan di dasar kolam. Aktivitas siswa dalam pembelajaran berlangsung sebagai berikut: • Siswa membentuk 9 kelompok. Setiap kelompok mengisi botol dengan air dan menandai batas permukaannya. Salah seorang anggota kelompok mengangkat botol tersebut dan anggota lainnya melepaskan plester/selotip secara sekaligus. • Siswa mengamati pancaran air yang keluar dari tiap lubang dan mengurutkannya dari yang pancarannya paling dekat sampai yang pancarannya paling jauh. • Siswa menghitung kedalaman air dengan cara mengukur tinggi tiap lubang dari tanda batas permukaan air. • Siswa menghitung besar tekanan hidrostatis pada masing-masing lubang dengan diketahui massa jenis air 1000 kg/m3 kemudian menghubungkan besar tekanan hidrostatis yang didapat dengan pancaran air pada percobaan. • Dari seluruh rangkaian percobaan siswa menjelaskan pengertian tekanan hidrostatis. Setiap kelompok menyalin hasil pekerjaannya ke dalam kertas berwarna. • Setiap kelompok melakukan kunjung-karya untuk memeriksa pekerjaan kelompok lain. Perwakilan kelompok diminta menuliskan jawaban di papan tulis. Penutup Pada kegiatan penutup, bu Atit bersama siswa melakukan refleksi pembelajaran. Selanjutnya untuk kegiatan tindak lanjut, siswa menerima tugas untuk menyelesaikan tiga buah soal hitungan tekanan hidrostatis. Edisi 10/ Mei 2011
Berita dari Provinsi
Hal 10
Showcase Keberhasilan Sekolah Serangkaian kegiatan showcase mempresentasikan keberhasilan sekolah dalam menerapkan pembelajaran aktif yang relevan bagi siswa dilaksanakan di seluruh kabupaten mitra DBE3 yang tersebar di enam provinsi, yaitu Sumatera Utara, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Kegiatan ini melibatkan kepala sekolah, guru, siswa, stakeholders, dan pemangku kepentingan pendidikan di kabupaten. Showcase berlangsung mulai bulan Mei sampai Juli 2011. Berikut cuplikan kegiatan showcase tersebut.
SULAWESI SELATAN: (1) Tari Padduppa yang dibawakan oleh siswa SMPN 1 Pancarijang, Sidrap, sesaat menjelang pembukaan Show Case. (Atas) Rahmat M, siswa SMPN 2 Palopo menunjukkan hasil karyanya, ekosistem buatannya. (Kanan) Stuart Weston, COP DBE3 Indonesia, sedang berbincang dengan dengan siswa penjaga stand mengenai cara kerja sebuah alat peraga pembelajaran.
JAWA TIMUR: Seorang pelajar dari MTs Brawijaya Kota Mojokerto sedang menjelaskan proses purifikasi air kepada Wakil Walikota Mojokerto (kiri atas). Drs. M. Bahri, guru IPS dari SMPN 1 Blega Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, sedang memberikan presentasi bersama dengan siswa-siswanya (kiri bawah). Bupati Bojonegoro, H. Suyoto, mengunjungi salah satu stand pada showcase di Kabupaten Bojonegoro. Media Komunikasi SMP dan MTs
Edisi 10/ Mei 2011
Berita dari Provinsi
Hal 11 1
2
JAWA TENGAH, JAWA BARAT, BANTEN, DAN SUMATERA UTARA. 1. Para pelajar tertarik untuk mengetahui informasi mengenai DBE3 pada showcase di kabupaten Karanganyar. Tampak mereka sedang membaca newsletter provinsi Jawa Tengah. 2. Seorang guru sedang menjelaskan materi pelajaran IPA dengan menggunakan robot. 3. Deyuni Nurul Khotimah (siswi MTsN Kasomalang) dan Sarah Fatimah (siswi MTs Mekarwangi) sedang memberikan testimoni pada showcase, yang bertempat di SMPN 2 Jalancagak, Subang 4. Dua siswi SMPN 2 Sidikalang mendemonstrasikan media pembelajaran sederhana untuk mengukur lingkaran. 5. Siswa SMPN 2 Pangaribuan menangkap ular di sawah sebagai pembelajaran mapel IPS, mengidentifikasi tanaman dan hewan di daerah tropis. 6. Siswa MTsN Kasomalang tengah mempresentasikan hasil kerja kelompoknya mengenai sifat dan unsur limas pada proses pembelajaran Matematika, saat kunjungan sekolah sebagai bagian dari rangkaian acara showcase Subang. 7. Showcse di Subang dihadiri oleh Plt. Bupati Subang, CoP DBE3, anggota DPRD, staf Disdik/Kemenag, kepala sekolah non mitra, guru-guru, serta siswa. Plt. Bupati dan Stuart Weston tampak saling bergantian memberikan penjelasan dan berbagi pengalaman/pengetahuan. 8. Bupati dan Wabup (Syahrul Pasaribu dan Adniz Siregar) berdialog dengan siswa SMPN 1 Batang Angkola, tentang Matematika.
3
6
Media Komunikasi SMP dan MTs
4
7
5
8
Edisi 10/ Mei 2011
Berita dari Provinsi
Hal 12
Jawa Tengah
Ayo, Kita Dukung Replikasi! perubahan apa yang terjadi setelah mengikuti Replikasi Pelatihan DBE 3. Lain lagi kisah Dra. Sri Supanti Nurhayati, M.Pd, setelah para gurunya mengikuti Pelatihan BTL 2 dan BTL 3, dirinya mengaktifkan MGMP tingkat sekolah. Forum tersebut ternyata Guru-guru di Karanganyar antusias mengikuti replikasi BTL 2. cukup efektif untuk mendukung peningkatan kualitas pembelajaran. USAI mengadakan replikasi MGMPS IPA misalnya, mereka berhasil modul pelatihan DBE 3, suasana mengembangkan RPP sendiri, Lembar pembelajaran di sekolah riuh dengan Penilaian, Lembar Kerja Siswa hingga suara siswa berdiskusi, menyampaikan merancang media pembelajaran yang pendapat, presentasi, bahkan suara sederhana. tepuk tangan siswa kerap terdengar Kisah keberhasilan replikasi di memberikan apresiasi satu sama lain. sekolahnya juga disampiakan Guru berupaya memfasilitasi siswa Munawaroh, M.Si guru IPS dari untuk dapat belajar. Demikian kesan Purworejo. “Menyenangkan sekali dari seorang guru saat ditanya
melihat anak-anak berdiskusi dengan teman kelompoknya, kemudian mempresentasikannya di depan kelas tanpa rasa takut. Guru berusaha mendekatkan dan mengaitkan pembelajaran dengan hal yang dekat dengan anak,” ujar Munawaroh yang membawa siswanya ke hutan jati di dekat sekolah untuk menerangkan kesesuaian tanah dengan jenis tanaman yang cocok. Dalam implementasi dan replikasi program pendidikan, gru berperan strategis dalam peningkatan kualitas. Melalui dukungan berbagai pihak seperti kepala sekolah yang menjadi tokoh sentral, sekolah mampu mengaplikasikan pengajaran dan pembelajaran terbaik. Per Maret 2011 DBE 3 Jawa Tengah mencatat ada 782 sekolah dengan 5.980 guru yang mendapatkan program replikasi. Melalui kontribusi daerah senilai Rp 808.997.700. Bahkan setiap Kabupaten telah memiliki Perencanaan Keberlanjutan untuk program replikasi. Ayo, kita dukung replikasi.
Ekspresi Pembelajaran Lewat Puisi “SELAIN memperkaya pembelajaran Bahasa Indonesia, puisi dapat merangsang siswa untuk mengekspresikan pembelajaran melalui khasanah kata-kata dan melatih kepekaan terhadap kondisi sekitar,” tutur Drs. Heru Purwanta, M.Hum. Dririnya biasa menggunakan alam sekitar sebagai objek penulisan puisi. Tetapi tidak sekedar meminta siswa keluar kelas, melihat alam, kemudian menulis puisi. Cara ini tidak kreatif dan tidak menarik bagi siswa. Berikut adalah langkah pembelajaran menulis puisi dengan alam sebagai sumber belajar yang dikembangkannya: 1. Ajak siswa keluar kelas atau tempat terbuka yang lapang. Minta siswa duduk melingkar dan Guru di tengah lingkaran tersebut. Siswa diminta untuk menghayati suasana alam. 2. Bagi siswa dalam kelompok kecil sesuai dengan jumlah objek yang dijadikan ide penulisan puisi, misalnya “sawah”, “pohon kelapa”, “sampah”, dan sebagainya. Langkahlangkah menulis puisi, yaitu mengamati objek secara cermat, menentukan hal yang paling menarik dari objek tersebut, mendeskripsikannya secara bebas, mengubah deskripsi menjadi baris-baris puisi, dan pada akhirnya menulis puisi secara bebas. 3. Saat siswa mengerjakan dalam kelompok kecil, Guru berkeliling untuk memberi motivasi kepada siswa. Hal yang perlu diingat, semua karya puisi baik, tidak ada yang salah atau jelek. 4. Tiba giliran setiap siswa dalam kelompok kecil untuk Media Komunikasi SMP dan MTs
5.
6.
7.
8.
membacakan hasil karyanya. Minta setiap siswa untuk memberikan penilaian dan menentukan siswa yang akan tampil mewakili kelompok. Minta siswa berkumpul lagi dalam lingkaran besar seperti semula. Guru menanyakan pengalaman siswa saat menulis puisi dan membacakannya dalam kelompok kecil. Usai bercerita pengalaman, Guru meminta wakil siswa dari setiap kelompok kecil membacakan puisinya. Agar lebih menarik, setiap siswa diminta untuk memberikan penilaian antar kelompok dan mendapatkan hadiah. Gali pendapat siswa terhadap siswa yang berhasil memenangkan kompetisi puisi tadi, seperti isi puisi, penghayatan puisi, dan sebagainya. Kegiatan ditutup dengan kunjung karya. Siswa diminta untuk memajang puisi di lokasi yang bebas, seperti diletakkan di tanah atau di tempel di pohon.
Guru aktif mendampingi siswa menikmati alam dan menulis puisi. Edisi 10/ Mei 2011
Berita dari Provinsi
Hal 13
Belajar IPA Lewat Balap Balon LANGKAH - LANGKAH PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran Kelas/Semester Tema Waktu Standar Kompetensi
Dengan wajah ekspresif, salah satu siswa MTsN Lohbener mengisahkan ceritanya kepada teman kelompoknya.
: IPA Fisika : VIII/1 : Hukum Newton : 2 x 40’ (2 jam pelajaran) : 5. Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari Kompetensi Dasar : 5.1. Mengidentifikasi jenis gaya, penjumlahan gaya dan pengaruhnya pada suatu benda yang dikenai gaya. Alat dan bahan : Balon, tali, sedotan, mobil mainan Skenario pembelajaran Keterangan: (1) kooperatif; (2) pemecahan masalah; (3) pertanyaan tingkat tinggi; (4) karya siswa
No
Langkah Pembelajaran
Aspek Kecapakan Hidup 1
BOSAN dan sulit adalah kesan yang muncul saat belajar Fisika. Hal ini yang dirasakan siswa SMP 1 Kudus yang memiliki prestasi belajar relatif baik namun saat berhadapan dengan pembelajaran IPA, umumnya siswa terlihat kurang bersemangat. Siswa sering tampak acuh, mengerjakan pekerjaan yang tidak berhubungan dengan pembelajaran, bosan dan minim atensi dalam pembelajaran. Berikut adalah pembelajaran BTL yang mampu meningkatkan motivasi belajar siswa, yang diterapkan Abdul Rochim, guru SMPN 1 Kudus .
1
2
3
4
Pendahuluan a. Guru mendemonstrasikan spidol di atas kertas ditarik secara cepat, siswa memprediksi apa yang terjadi b. Guru menggali pemahaman siswa tentang cara-cara pemisahan campuran gaya dalam kehidupan seharihari.
2
Kegiatan Inti a. Guru merumuskan peristiwa kelembaman/inersia dari pengalaman sehari-hari.
Balap Balon Gaya adalah sesuatu berupa tarikan atau dorongan yang dapat mengakibatkan perubahan arah, bentuk, kecepatan, ukuran dan lain-lain. Hukum Newton tentang gaya antara lain Hukum I Newton dengan kelembaman, Hukum II Newton tentang hubungan gaya, massa dan percapatan dan Hukum III Newton tentang gaya aksi reaksi. Penerapan Hukum-hukum Newton banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
b. Guru dan siswa menyimpulkan Hukum 1 newton c. Diskusi antar hubungan massa, gaya dan percepatan. d. Guru dan siswa merumuskan Hukum II Newton e. Diskusi tentang gaya, aksi dan reaksi. f. Guru dan siswa merumuskan Hukum III Newton. g. Guru dan siswa meniup balon yan g sudah
KEGIATAN I 1. Letakkan spidol di atas selembar kertas, kertas ditarik perlahan-lahan lalu hentikan. Apa yang terjadi? 2. Bagaimana jika kita menarik kertas sangat cepat? Apa yang terjadi? 3. Buatlah kesimpulanmu!
dipersiapkan, kemudian dilepas. h. Guru membentuk kelas menjadi 6 kelompok. i. Guru menjelaskan cara kerja kelompok. j. Siswa secara berkelompok mengambil alat dan bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan eksperimen.
KEGIATAN 2 Tiup balon lalu lepaskan! Apa yang terjadi? Mengapa demikian? Gambarkan gaya yang bekerja! 1. Dengan bantuan tali dan sedotan, buatlah desain praktik agar balon dapat bergerak lurus. 2. Balap balon? Mengapa tidak? 3. Mungkinkan kita bisa menggerakkan mobil-mobilan dengan balon? Buatlah laporan hasil eksperimen pada kertas terpisah secara individu yang menyebutkan: Tujuan; Alat & Bahan; Langkah Kegiatan; Data & Analisa data; Kesimpulan. Media Komunikasi SMP dan MTs
k. Siswa melakukan eksperimen sesuai dengan Lembar Kerja yang telah disediakan. l. Guru berkeliling mengamati kegiatan eksperimen siswa. m. Setelan siswa selesai melakukan eksperimen, mereka membuat laporan praktikum. n. Kelompok siswa mempresentasikan hasil kegiatan eksperimen. 3
Kegiatan Penutup Guru memandu siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan eksperimen.
Edisi 10/ Mei 2011
Berita dari Provinsi
Hal 14
Lomba Kreatif Pemanfaatan Karya Siswa dari Barang Bekas lagi, rupanya mendorong MTs Negeri Kudus mengadakan lomba kreativitas yang bertajuk, media pembelajaran dari bahan bekas bertajuk “ Karya Siswa dalam Memanfaatkan Barang Bekas sebagai Media/ Sumber Pembelajaran”. Water Rocket buatan siswa kelas VIII-B, berhasil menjadi juara Lomba yang pertama. digelar pada bulan Maret lalu itu, diikuti oleh perwakilan setiap kelas. ADA banyak cara yang dilakukan Tujuannya menggali potensi dan untuk membuat sumber belajar kreativitas siswa dalam menemukan tergantung dari kreativitas dalam sumber belajar yang selama ini sudah memanfaatkan media yang tersedia. diperoleh dalam mata pelajaran, Siswa Barang-barang yang selama ini sudah tampak antusias mengikutinya. “Siswa tak layak dipakai atau tidak bermanfaat
sangat menyukai lomba ini dan hasilnya juga bagus. Talenta siswa bisa diasah melalui lomba ini”, ujar Chasnah, M.Pd.I sebagai panitia penyelenggara. Selain lomba kreativitas siswa, ada pula lomba pengelolaan kelas yang dinilai mulai dari kebersihan kelas hingga penataan perpustakaan kelas. Diharapkan siswa tidak hanya menciptakan sumber belajar dari barang bekas, tetapi juga merawat dan memanfaatkan perpustakaan kelas sebagai sumber belajar. Perpustakaan kelas tidak hanya dikelola dengan baik, tetapi mampu meningkatkan minat baca siswa. Lomba ini merupakan upaya penyegaran siswa usai bergelut dengan soal ujian. Oleh karena itu, Kepala MTs Negeri Kudus Drs. H. Nur Salim menuturkan rencana untuk melakukan lomba serupa setiap tahun. Semoga guru pun tak kalah bersaing dengan siswa dalam menemukan kreativitas sumber belajar.
Replikasi BTL Buat Guru SMPN 1 Mayong Kompeten FENOMENA teacher centre atau siswa dianggap baik bila diam dan menurut, sudah menjadi masa lalu di SMPN 1 Mayong. Sekolah yang mendapat predikat SSN tersebut, berinisiatif mengadakan Replikasi BTL 2. Pelatihan itu diakui para guru sebagai gerakan perubahan untuk meningkatkan kinerja guru. Perubahan pun terjadi, sekolah yang memiliki 781 Siswa dengan 51 guru berhasil mengelola suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan siswa. Pola tempat duduk siswa tidak lagi dibuat seperti “gerbong kereta” tetapi dibuat secara berkelompok dan disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran. Pengaturan seperti ini memungkinkan siswa belajar bersosialisas dan berdiskusi. Di belakang kelas tersedia papan pajang, setiap siswa dapat menampilkan dan memajangkan karyanya. Suatu kebanggaan bagi siswa bahwa pajangan karya bisa dijadikan bahan evaluasi, refleksi dan apresiasi dan inspirasi pembelajaran. Guru menjadi lebih kreatif menciptakan skenario pembelajaran yang aktraktif dan inspiratif bagi siswa. Mulai dari pembuatan Lembar Kerja; merancang media hingga menentukan rubrik penilaian yang disesuaikan dengan pembelajaran bukan perkara mudah bagi guru. Namun, disinilah guru mampu mengaktualisasikan perannya secara optimal. Guru dan siswa merasa nyaman di kelas. Agar perubahan terjadi secara berkelanjutan, kepala sekolah menerapkan kebijakan pendampingan atau supervisi terhadap hasil pelatihan pada pembelajaran di kelas. Fasilitas dan sarana sekolah pun ditingkatkan. Perubahan adalah Media Komunikasi SMP dan MTs
Pengelolaan kelas di SMPN 1 Mayong dibuat dinamis untuk memberi kemudahan akses siswa untuk belajar berkelompok.
sebuah proses yang tidak terjadi secara instan. Diperlukan dukungan semua pihak agar peningkatan kualitas pendidikan berlangsung berkelanjutan. Kepala sekolah, guru, dan siswa menjadi kompeten adalah harapan dari sebuah perubahan. Edisi 10/ Mei 2011
Berita dari Provinsi
Hal 15
MTsN Pohjentrek Komitmen Terapkan Pembelajaran Bermakna BANYAK perubahan yang terjadi pasca bergabungnya MTsN Pohjentrek Kabupaten Pasuruan dengan DBE3 sebagai sekolah mitra. Dengan komitmen yang tinggi dari segenap warga sekolah, MTsN Pohjentrek telah mengaplikasikan hasil yang didapat dari pelatihan-pelatihan DBE3 ke dalam sebuah proses pembelajaran dan pengajaaran yang bermakna. Di setiap kelas terpasang papan pajangan yang digunakan untuk menampung hasil kreasi siswa. Susunan tempat duduk siswa sudah berubah menjadi berkelompok. Pada saat proses belajar mengajar, terlihat para guru telah mengajukan pertanyaan tingkat tinggi, sebuah hal yang jarang ditemui sebelumnya. Perubahan ini jelas bukan hasil kerja perseorangan, melainkan hasil komitmen bersama dari seluruh unsur di sekolah. Kepala sekolah juga telah berkomitmen untuk mengalokasikan biaya dalam anggaran sekolah guna mendukung peningkatan mutu pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran kelompok, terlihat mediasi teman sebaya, dimana mereka memahami pelajaran tidak hanya dari guru yang sedang mengajar, tetapi juga dari temannya saat sedang melakukan diskusi di dalam kelompok. Inilah yang disebut bahwa guru bukan satu-satunya sumber belajar. Siswa juga dapat lebih leluasa mengemukakan ide-ide mereka tanpa merasa takut bahwa pendapat mereka itu salah.
Jawa Timur
Perubahan yang terjadi di MTsN Pohjentrek Kabupaten Pasuruan pasca pendampingan yang dilakukan oleh DBE3.
Aktifkan Siswa dengan Kancing Gemerincing
Siswa berdiskusi menyelesaikan LK, siswa yang mengemukakan pendapatnya meletakkan kancing di atas meja. KELUHAN klasik yang sering dihadapi guru dalam menerapkan cooperative learning diantaranya: ada anak yang terlalu dominan dan banyak bicara mengemukakan pendapatnya. Sebaliknya, sering ada anak yang pasif dan pasrah saja pada temannya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok tidak bisa tercapai karena anak yang pasif akan terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Untuk mengatasi masalah itu, Yasdi, SE, District Facilitator DBE3 Kabupaten
Media Komunikasi SMP dan MTs
Bojonegoro menerapkan pembelajaran kooperatif “Kancing Gemerincing” pada pelajaran IPS di kelas 8-E, MTs Al Rosyid Kabupaten Bojonegoro, dengan KD “Mendeskripsikan Fungsi Pajak dalam Perekonomian Nasional.” Dalam kegiatan itu tiap anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka serta mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. Adapun Langkah-langkah pembelajarannya adalah : (1). Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing (bisa juga benda-benda kecil lainnya seperti potongan sedotan, batang korek api, kacang merah dan sebagainya); (2) Membentuk kelompok diskusi. Setiap kelompok terdiri dari 6 siswa; (3) Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing, (4) Guru membagikan Lembar kerja dan siswa mendiskusikannya; (5) Setiap kali seorang siswa dalam kelompok tersebut berbicara atau mengutarakan
pendapatnya, dia harus meletakkan satu kancingnya di tengah meja kelompok; (6) Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua temannya juga menghabiskan kancing mereka; (7) Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil sepakat untuk membagi bagi kancing lagi dan mengulangi prosedur seperti diawal diskusi; (8) Jika tugas sudah selesai, kelompok menyimpulkan hasil diskusinya dan menuliskannya pada kertas; (9) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi untuk mendapat tanggapan kelompok lain. Alhasil, setelah menerapkan metode pembelajaran tersebut, siswa kelas 8-E menjadi lebih aktif dalam berdiskusi. Metode ini mampu memastikan setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan serta dalam diskusi. Metode pembelajaran Kancing Gemerincing bisa menjadi solusi bagi guru yang menghadapi masalah kurang aktifnya anggota kelompok dalam berdiskusi.
Edisi 10/ Mei 2011
Berita dari Provinsi
Hal 16
Ekstraksi Aromatherapy dengan Penyulingan PERANGKAT pembelajaran praktek pemisahan campuran untuk menghasilkan “aromatherapy” yang dikembangkan Dra. Mukhlisotin, Distrik Fasilitator DBE3 Kabupaten Nganjuk ini, memberikan pengalaman siswa untuk mengekstrak campuran zat yang terdapat pada tumbuhan tertentu. Hasilnya berupa cairan yang mengandung minyak atsiri yang sekarang lebih dikenal dengan nama “aromatherapy” karena memang memberikan efek rileks dan menyegarkan. Pembelajaran ini mengajak siswa untuk mengetahui proses pembuatan salah satu produk yang saat ini sangat dibutuhkan di bidang industri kimia dasar. Dengan kegiatan praktik pemisahan campuran, khususnya penyulingan untuk menghasilkan produk aromatherapy diharapkan siswa memahami konsep IPA tentang pemisahan zat, memiliki skill dasar tentang teknologi yang menantang sekaligus menginspirasi siswa untuk peka terhadap potensi lingkungan, masyarakat dan tanah airnya. Bahan-bahan yang dipilih untuk diekstrak adalah bagian tumbuhan yang mengandung minyak atsiri/minyak yang disukai manusia: bunga, biji, kayu atau akar. Untuk praktik ini digunakan daun
jeruk purut dan pandan yang memiliki aroma kuat sehingga siswa mudah menerima konsep ‘pemisahan campuran’ melalui distilasi. Penggunaan bunga dan pala dimaksudkan untuk penanaman nilai manfaat dari cara tersebut untuk menghasilkan produk yang berorientasi industri dan pemanfaatan potensi alam di lingkungannya. Secara umum proses distilasi adalah proses pemisahan campuran yang didasarkan pada perbedaan titik didih. Ketika bahan-bahan direbus di tabung
destilat maka zat atsiri (zat mudah menguap) yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Uap ini diembunkan pada tabung pendingin dan kembali menjadi ‘zat cair beraroma’ yang ditampung sebagai hasil pemisahan. Hasil inilah yang dikenal sebagai “aromatherapy” sebagai karya siswa. Siswa juga diminta mengemas karya tersebut agar lebih menarik dan mendiskusikan beberapa permasalahan berkaitan dengan proses ini.
Siswa MTsN Nglawak Kabupaten Nganjuk sedang melakukan praktek penyulingan untuk menghasilkan aromatherapy.
Belajar “Petualangan ke Negara Maju” Drs. Ahmad Syaihu, Distrik Fasilitator DBE3 Kota Surabaya, menuturkan pengalamannya dalam mengajar IPS.
Media permainan petualangan ke negara maju hasil karya siswa MTsN 3 Kota Surabaya yang digunakan pada pembelajaran IPS. Media Komunikasi SMP dan MTs
DALAM pembelajaran IPS tentang negara maju, saya memfasilitasi siswa untuk menciptakan permainan yang berjudul ”Petualangan ke Negara Maju”. Permainan ini seperti monopoli atau halma. Jalannya permainan dimulai dengan pembagian, anggota kelompok yang berjumlah 6 orang tiap orang secara bergiliran akan menjawab pertanyaan yang terdapat di masingmasing negara maju. Pada tiap negara terdapat 10 pertanyaan yang harus dijawab oleh masing-masing anggota. Jadi secara keseluruhan ada 60 pertanyaan dari 6 negara maju tersebut. Tiap pertanyaan yang benar siswa akan mendapat 10 poin, pada akhir permainan tiap siswa memperoleh poin sesuai dengan banyaknya pertanyaan yang berhasil dijawab. Siswa dinyatakan sebagai pemenang adalah mereka yang paling dulu menyelesaikan 10 pertanyaan, dan tiba di finish lebih awal. Sedangkan yang tidak dapat menjawab pertanyaan, selain tidak dapat poin juga akan mendapatkan hukuman/sanksi yang sudah disepakati seluruh anggota kelompok. Selamat mencoba.
Berita dari Provinsi
Hal 17
Aktivitas menciptakan karya dan memajang karya merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan keaktifan dan kreativitas siswa.
ajang kompetisi antar siswa maupun kelompok. Karya siswa yang dipanjang di tempat panjangan atau di dinding dipilih dari karya terbaik atau lima yang baik dikelasnya. Siswa yang lain diberi kesempatan untuk mengamati pajangan dan membandingankan dengan hasiilkaryanya sendiri. Hal ini mendapat respon positif dari seluruh anggota kelas. Bagi siswa atau kelompok yang karyanya dipajang, mereka merasa men dapat penghargaan tersendiri dan siswa lain termotivasi untuk berusaha keras agar karya nya bisa terpilih untuk dipajang. Kondisi ini menciptakan suasana kompetisi sehat antar siswa maupun kelompok. Lebih jauh kompetisi ini mampu membangun kepercayaan diri
Menciptakan Kompetisi Sehat dengan Pajangan Karya Siswa Amrulloh, Distrik Fasilitator DBE3 Kabupaten Bojonegoro merefleksikan pembelajaran yang selama ini Dilaksanakannya di kelas. Hasilnya, pemajangan karya siswa sangat efektif mendorong siswa untuk aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Berikut penuturannya. DARI proses pembelajaran yang telah diterapkan, saya menemukan bahwa pemajangan hasil karya siswa secara individu maupun kelompok da-
pat menjadikan siswa menjadi lebih aktif dan kreatif. Tentunya pemajangan ini bukan sekedar menempel di dinding begitu saja. Kita menyadari bahwa pajangan karya siswa sangat penting sebagai sumber belajar. Terlepas dari itu semua, sejauh mana pajangan itu menjadi motivasi tersendiri bagi siswa dalam proses pembelajaran adalah tugas kita untuk memfasilitasinya. Penulis berusaha menjadikan proses mengkreasi dan memajang karya siswa sebagai
siswa dan memperkuat keinginan mereka untuk meraih sukses. Penulis merasakan kompetisi yang terjadi dalam pembelajaran ini mendorong terciptanya pembelajaran aktif dan kreatif yang melibatkan antusiasme siswa. Satu hal yang penting lagi dari pemajangan ini adalah adanya bukti otentik bahwa kita telah melakukan pembelajaran suatu teori, konsep , tema atau SK/KD tertentu bukan sekedar pembelajaran yang tertuang dalam RPP yang teoritis dan terjilid rapi.
Mendekatkan Matematika dengan Kehidupan Nyata
3
1
2
Pembelajaran Matematika yang selama ini dianggap menakutkan bagi siswa dapat diubah menjadi mengasyikkan dan kontekstual seperti yang dilakukan di SMPN 2 Semanding Kabupaten Tuban, saat siswa membahas menghitung luas tabung, kerucut dan bola (Gambar 1 dan 2). Selain di kelas, siswa juga memanfaatkan pabrik pembuat dandang (tempat nasi) yang berada di dekat sekolah sebagai sumber belajar (Gambar 3). Media Komunikasi SMP dan MTs
Edisi 10/ Mei 2011
Berita dari Provinsi
Hal 18
Sulawesi Selatan
7 Langkah Menjadi Guru Profesional Catatan dari Pengalaman Mansur Eppe, Guru SMPN 2 Pangkep, dalam Penerapan Pembelajaran Bermakna gan jelas lembar kerja, media maupun penilaian yang akan digunakan guru.
Salah satu model pembelajaran bermakna yang difasilitasi pak Mansyur. 1. Kenapa penting melakukan pemetaan kompetensi? Pemetaan kompetensi merupakan langkah awal dari sebuah rangkaian kegiatan pembelajaran kontekstual. Dalam pemetaan kompetensi guru “melihat dan mengamati” seluruh Kompetensi Dasar (KD) dalam suatu semester secara utuh dan terpadu. KD-KD yang akan dicapai dalam satu semester akan teramati dari segi perbedaannya, persamaannya, cara mengajarkannya, menilainya dan seterusnya. Untuk melahirkan pembelajaran kontekstual, KD-KD tersebut diikat dengan sebuah teks/konteks/ tema. Teks/konteks/ tema yang dirumuskan sifatnya aktual dan dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Teks/ konteks/tema yang terpilih inilah yang dijadikan payung dan menaungi KD-KD yang akan dibelajarkan. 2.Bagaimana RPP yang mendukung pembelajaran kontekstual? RPP yang kontekstual adalah RPP yang dijabarkan dari teks/konteks/tema dari kegiatan pemetaan kurikulum, atau dengan kata lain menggunakan teks/ konteks atau tema sebagai titik acuan RPP. Karena teks/konteks/tema menjadi acuan maka dengan sendirinya di dalam RPP kontekstual telah terlihat utuh sebuah kegiatan pembelajaran yang berpusat ke siswa dan menggunakan lingkungan atau masyarakat sebagai sumber belajar. Di samping itu di dalam RPP kontekstual tergambar denMedia Komunikasi SMP dan MTs
3. Kenapa harus membuat Lembar Kerja (LK) yang mendorong siswa berpikir kritis? Lembar Kerja (LK) yang baik adalah yang dapat membantu guru untuk membelajarkan siswa mencapai tujuan pembelajaran dengan efektif dan efisien, memicu berpikir kritis serta mengarahkan untuk melahirkan karya siswa. LK yang buruk adalah LK yang hanya sekedar memberi kesibukan kepada siswa namun tidak memicu berpikir kritis siswa. Pembelajaran yang menggunakan LK yang baik akan membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang merupakan salah satu keterampilan hidup yang harus dimiliki siswa. Meski tidak mudah, LK yang memicu berpikir kritis siswa sebaiknya dibuat oleh guru sendiri atau hasil diskusi dengan teman sejawat. 4. Kenapa penting mengembangkan media pembelajaran? Media pembelajaran membantu guru dan siswa mempermudah mencapai tujuan pembelajaran. Membantu guru mengajarkan materi secara efektif dan memudahkan siswa memahami materi pelajaran lebih cepat. Namun, tidak semua media yang dibutuhkan dalam pembelajaran kontekstual tersedia di sekolah. Jika tersedia di pasaran harganya relatif mahal, media pembelajaran sebaiknya dikembangkan sendiri oleh guru atau bekerjasama dengan sejawat. Media yang dikembangkan sebaiknya memanfaatkan potensi lingkungan sekitar, mudah digunakan, murah dan menarik bagi siswa. 5. Bagaimana melaksanakan penilaian hasil belajar siswa secara holistik? Siswa dilahirkan dengan berbagai kecerdasan yang berbeda dan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar. Sangat tidak adil jika menilai hasil
belajar siswa hanya berdasarkan satu kecerdasan saja, misalnya akademik. Keberuntungan bagi siswa yang memiliki kecerdasan akademik bagus namun kerugian bagi siswa yang menonjol kecerdasan kinestetiknya. Penilaian kinerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri, merupakan bentuk penilaian otentik yang mampu menilai kecerdasan siswa yang majemuk secara holistik. Melakukan penilaian otentik mutlak dilakukan dalam menilai hasil belajar, tidak menonjol hanya menggunakan bentuk penilaian tertulis semata. Rubrik penilaian yang digunakan dalam penilaian otentik akan mampu memberi informasi yang relatif lengkap hasil pembelajaran siswa berdasarkan kecerdasannya masing-masing. 6. Kenapa harus ada karya siswa? Karya siswa adalah buah dari pembelajaran kontekstual yang direncanakan dan dilaksanakan dengan baik. Karya siswa yang baik dapat dijadikan model dan sumber belajar bagi siswa lainnya. Di samping menggambarkan hasil pembelajaran yang diperoleh siswa, karya siswa juga merupakan cerminan dari kecerdasan majemuk yang dimiliki siswa. Karya siswa mampu mewadahi dan memicu pengembangan kecerdasan majemuk siswa. 7. Kenapa jurnal reflektif penting? Jurnal reflektif merupakan catatan tentang keberhasilan, ketidakberhasilan, kepuasan ketidakpuasan, atau perasaan lain yang dialami seorang guru setelah melaksanakan suatu pembelajaran kontekstual. Karena merupakan rekaman maka jurnal reflektif sangat penting dijadikan bahan dalam menganalis mengapa suatu pembelajaran sukses atau sebaliknya. Dengan demikian jurnal reflektif pada akhirnya menjadi dasar untuk memperbaiki RPP sehingga pelaksanaan pembelajaran berikutnya dapat lebih baik. Edisi 10/ Mei 2011
Berita dari Provinsi
Hal 19
bantu kamu mengatasi kegelapan jika belajar di malam hari. Kelompok ini merakit intalasi listrik untuk menyalakan balon lampu. Alat yang disediakan: Baterei, kabel, balon lampu, bambu ut stand baterai, saklar, solatif, keras kado Kelompok Ampere: Rancanglah alat yang dapat kamu pakai untuk memberi dekorasi dan penerangan suatu stand pameran. Kelompok ini merakit instalasi listrik lampu hias. Alat yang disediakan: Baterai, , kabel, saklar, bekas gelas plastik, isolasi dan lem fox, kayu bekas stick es krim Kelompok Lorenz: Buatlah sebuah alat yang dapat kamu pakai mengelililingi pulau-pulau yand di Pangkep. Kelompok ini membuat Perahu. Alat yang disediakan: baterai,dinamo, kabel, saklar, bekas gelas plastik, sterafoam, pipet, isolasi dan lem fox. Kelompok Galileo: Rancanglah Siswa merancang alat dalam pembelajaran IPA, menyimulasikan aplikasi perubahan alat yang dapat kamu pakai membuat energi dalam kehidupan sehari-hari. jus buah dengan cepat. Kelompok ini merancang Blender sederhana. Alat yang disediakan: baterai,dinamo, kabel, saklar, bekas botol mineral, sterafoam, potongan seng, dan isolasi Kedua, presentasi hasil karya. Pada tahap ini mereka mengidentifikasi bentuk-bentuk energi yang Pak Sudirman, guru IPA kelas VIII SMP Negeri 1 ditemukan dari produk yang mereka buat lalu menjelaskan Ma’rang, Pangkep menuturkan pengalamannya perubahanya. Di sini saya fasilitasi mereka berdiskusi atas memfasilitasi pembelajaran IPA yang Bermakna. perubahan energi yang ditemukan. Misalnya, kelompok Maxwell menjelaskan adanya tiga energi yang diidentifikasi, PEMBELAJARAN ini saya rancang untuk memotivasi dan perubahannya dari energi kimia ke energi listrik lalu ke siswa mengaitkan materi pelajaran tentang Energi dengan energi gerak. kebutuhan dan kondisi kehidupan sekitar mereka. Saya Ketiga, siswa membuat laporan hasil percobaan dan mengembangkan Kompetensi Dasar 5.3. Menjelaskan langkah-langkah mereka merancang alat untuk mengatasi hubungan bentuk energi dan perubahannya, perinsip masalahnya. Pada tahap ini, mereka tidak hanya menunjukkan usaha dan energi serta penerapannya dalam kekemampuannya untuk mendeskripsikan hasil karyanya, tapi hidupan sehari-hari. Tujuan yang ingin saya capai antara mereka juga menyatakan kesenangannya mengikuti lain: memampukan mereka menemukan bentuk-bentuk enpembelajaran ini. ergi lalu mengaplikasikan konsep energi dan perubahannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengukur efektifitas dan produktifitas pembelajaran, saya memfasilitasi mereka belajar kooperatif untuk menyelesaikan masalah. Inti pembelajaran meliputi: Pertama, dalam enam kelompok, mereka menyelesaikan masalah melalui experimen sederhana merancang alat. Karena itu, saya memberikannya 6 LK yang berbeda, yakni: Kelompok Maxwell: Rancanglah alat yang dapat dipakai mengembangkan obyek wisata yang berbasis kepulaun. Kelompok ini menciptakan produk Perahu. Alat yang disediakan: baterai,dinamo, kabel, saklar, bekas gelas plastik, Selain menemukan konsep mean, sterafoam, pipet, isolasi dan lem fox. median, dan modus, dengan menggunaKelompok Joule: Rancanglah sebuah alat yang dapat kan media buah kakao, pembelajaran membebaskan kamu dari udara panas dalam suatu ruangan. menjadi bermakna dan siswa menemuKelompok ini menciptakan Kipas Angin. Baterai, dinamo, kan jumlah produktivitas kebun kakao kabel, saklar, bekas gelas plastik, sterafoam, isolasi Alat yang telah berhasil dirancang kemudian dipresentasikan di daerahnya. Kelompok Newton: Rancanglah alat yang dapat memcara kerjanya.
Menganalisis Perubahan Energi
Media Komunikasi SMP dan MTs
Edisi 10/ Mei 2011
Praktik Yang Baik
Hal 20
Ketika Kelas Jadi Pasar Ibu Darmian Samosir, S.Pd, Guru IPS SMPN 1 Sidikalang, Dairi, Sumut, punya cara lain mengajarkan tentang pasar. Ia tidak memungut teori dari buku lalu mendiktekannya kepada siswa. Ibu Darmian mengajak siswa “membangun” pasar di dalam kelas. Siswa berperan menjadi penjual dan pembeli.
sekadar menjual barang, tapi menerangkan kepada si pembeli tingkat harga dari setiap barang yang dijajakan. Menurut Ibu Darmian dengan membuat pasar di kelas, siswa lebih mudah memahami proses jual beli dalam sistem perekonomian. Lebih lanjut, Ibu Darmian mengatakan bahwa model pembelajaran seperti yang Ia ampuh akan memberikan siswa kemampuan tawar-menawar di pasar.” Setidaknya siswa bisa menawar barang lah,” tutur Ibu Darmian.
Kelas VIII – 6 tampak berantakan. Di pintu kelas sejumlah baju tergantung. Di atas meja rupa-rupa barang berserakan. Kelas itu mirip pasar. Berbeda dengan pasar tradisional yang becek, bau dan hiruk pikuk. Pasar kelas VIII -6 dibangun di atas lantai semen dan kios-kiosnya terdiri dari meja belajar. Proses tawar-menawar juga terbilang unik. Si pedagang tidak Suasana kelas yang dbuat Ibu Darmian menjadi model pasar, membuat proses belajar menjadi bermakna.
Belajar Menulis Petunjuk dari Petani
Siswa belajar langsung dari narasumber dan lahan pertanian. PAK SUAIB, petani jagung di Tamalatea, kabupaten Jeneponto, tampil di depan kelas dan di kebun menjelaskan siswa kelas VIII SMPN 4 Tamalatea tentang tatacara menanam jagung dengan benar. Hari itu, Pak Orban guru Bahasa Indonesia, sengaja melibatkan anggota masyarakat sebagai sumber belajar bagi siswa untuk mencapai Kompetensi Dasar: 4.3. Menulis
petunjuk melakukan sesuatu dengan urutan yang tepat dan menggunakan bahasa yang efektif. Targetnya siswa mampu menangkap ide pokok langsung dari narasumber Kegiatan inti pembelajaran selama 2 x 40 menit meliputi: Pertama, memberikan siswa Tugas Individu untuk mencatat fakta-fakta tentang keadaan dua kelompok tanaman jagung yang ditanam secara benar lalu dirawat dengan baik serta kelompok yang cara penanamannya tidak tepat menanam; menyimak dan mencatat informasi pokok tentang cara-cara menanam jagung yang diuraikan langsung dari petani. Kedua, siswa mengerjakan Tugas Kelompok: (1) mendiskusikan dan merumuskan informasi dari petani menjadi teks petunjuk cara menanam jagung secara benar, (2) memilah dan menemukan kalimat clue (petunjuk) yang benar dari Amplop Sumber Belajar untuk dirangkai menjadi teks cara menanam jagung secara benar, (3) bekerjasama merangkai kalimat menjadi teks petunjuk tentang langkahlangkah yang benar menanam jagung,
(4) memajang hasil karya kelompok. Pada sesi ini saya menegaskan kepada siswa agar tidak menghabiskan banyak waktu untuk menghiasi karyanya. (5) belanja gagasan (shopping ide). Pada sesi ini saya mengarahkan siswa untuk mencermati perbedaan yang ditemukan (5) prensentasi hasi karya. Pada sesi ini saya memfasilitasi diskusi antar kelompok, memberi siswa kesempatan untuk saling mengkritisi pendapat. Ketiga, memberikan penguatan dengan menunjukkan urutan kalimat yang lebih tepat tentang langkah-langkah menanam jagung yang benar. ”Kegiatan inti pembelajaran saya kelola selama 65 menit. Apersepsi dan motivasi siswa selama 10 menit serta 5 untuk kegiatan refleksi pembelajaran. Setelah pembelajaran aktif ini, saya mendapatkan siswa-siswa saya mampu mengumpulkan ide pokok dari narasumber, mengeksplorasi kemampuan berbahasanya baik dalam bahasa tulis menyusun petunjuk melakukan sesuatu maupun kemampuan bahasa lisan lewat presentasi, diskusi dan beda pendapat.
Inovasi Pendidikan diterbitkan oleh DBE3 dan didanai oleh USAID untuk mendokumentasikan dan menyebarkan inovasi serta praktik-praktik yang baik yang terkait dengan pendidikan dasar. Jika anda ingin berkontribusi, silakan kirim artikel berikut foto ke
[email protected].