No. 4 November 2009 DBE3 telah memenuhi Permintaan Presiden! Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, pada saat membuka Temu Nasional 2009 di Jakarta, 29 Oktober 2009, menyatakan, “Saya minta Menteri Pendidikan Nasional untuk mengubah metodologi belajar-mengajar yang ada selama ini. Sejak taman kanak-kanak hingga sekolah menengah jangan hanya gurunya yang aktif , tetapi harus mampu membuat siswanya juga aktif.” (Kompas, 30 Oktober 2009) Sejak tahun 2005 hingga sekarang, DBE3 menyelenggarakan pelatihan bagi guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas SMP/MTs di enam provinsi yang berfokus pada pengembangan pembelajaran yang menuntut siswa lebih aktif dalam proses belajar. Apa yang dilakukan oleh DBE3 sejalan dengan pernyataan presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Inovasi Pendidikan Media Komunikasi SMP dan MTs Paket Pelatihan Baru untuk Sekolah Mitra PAKET pelatihan baru sudah disiapkan untuk digunakan di sekolah mitra DBE3. Paket baru ini membahas beberapa hal penting dalam pembelajaran yaitu: penyuPraktik mengajar di MTsN Binjai dalam sunan lembar kerja yang menantang rangka pelatihan fasilitator nasional siswa untuk berpikir, penggunaan media pembelajaran yang berbiaya rendah dan dimanfaatkan oleh siswa, serta penilaian hasil karya siswa dengan menggunakan rubrik. Pelatihan untuk tim fasilitator nasional DBE3 dalam penggunaan paket baru ini sudah dilaksanakan pada tgl. 5 s.d. 9 Oktober di Medan. Tim tersebut dipilih dari enam propinsi mitra DBE. Mereka akan melatih fasilitator dari 25 daerah mitra DBE3 yang melaksanakan program ‘’whole school training’ untuk meningkatkan mutu dan relevansi pembelajaran. Pelatihan tersebut sangat partisipatif. Seperti biasa, pelatihan diakhiri dengan praktik mengajar. Dua atau tiga peserta pelatihan merancang dan melaksanakan pembelajaran yang meliputi hal-hal yang disebut di atas dan menyangkut lembar kerja, media, dan penilaian.
Kepala Sekolah Mendorong Perubahan di Sekolah Bila ingin terjadi perubahan di sekolah harus ada dorongan dari kepala sekolah. Pada saat pelatihan fasilitator nasional di Medan dua kepala sekolah yang telah berhasil mengubah sekolahnya diminta untuk berpresentasi.
Contoh pembelajaran aktif yang telah dikembangkan DBE3 dapat dilihat dalam edisi ini: kabar dari beberapa sekolah, a.l. SMPN 8 Bogor, SMPN 33 Makassar dan MTsN Binjai.
Kunjungi website kami di www.inovasipendidikan.net
Drs. H. Adi Mutia, M.Pd, Kepala SMPN 2 Lubuk Pakam, Deli Serdang biasa menggunakan pendekatan kekeluargaan, dan melakukan supervisi klinis setiap triwulan. Hal yang paling penting adalah beliau tidak sekedar meminta guru untuk melakukan inovasi di kelas, tetapi juga mempraktikannya sendiri. Kepala sekolah Suasana kelas di SMPN Lubuk Pakam memberi contoh yang baik. (atas) dan MTsN Binjai (bawah) Drs. Yusran Adnin, MA, Kepala Sekolah MTs Negeri Binjai biasa hadir di sekolah 20 menit sebelum PBM dimulai, dan berada di lingkungan sekolah sembari mengamati situasi. Beliau mendorong gurunya menggunakan pernyataan ,”…Bapak dan Ibu pasti bisa !!” serta memberikan penghargaan kepada materi yang di pajangkan dalam bentuk pujian, misalnya,”…Ibu sungguh luar biasa ..!!!” Informasi lebih lanjut dan lengkap dapat Anda baca lebih banyak di bagian lain newsletter ini: Apa saja isi pelatihan BTL3? (hal. 2), Praktik Mengajar di MTsN Binjai (hal. 3), Seni Kepemimpinan Kepala Sekolah (hal 4), Foto-foto tim fasilitator nasional dari setiap propinsi (hal. 20).
Berita Utama
Hal. 2
Paket Pelatihan Baru bagi Sekolah Mitra Pelatihan DBE3 dengan menggunakan modul pelatihan BTL1 dan 2 telah memperkenalkan dan mengembangkan kecakapan hidup siswa melalui pembelajaran kontekstual/ CTL. Pelatihan ini akan dilanjutkan dengan Pelatihan Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna 3, yang lebih dikenal dengan nama ‘Better Teaching and Learning 3’ (BTL3) yang akan diberikan ke 10 sekolah mitra DBE3 di setiap daerah. Pelatih adalah fasilitator daerah yang dilatih di pelatihan tingkat propinsi. Pelatihan akan berlangsung selama 3,5 hari dan peserta pelatihan adalah guru mata pelajaran pokok (BI, Matematika, B. Inggris, IPA, dan IPS), serta kepala sekolah dan pengawas. Paket BTL3 ini membahas beberapa issu secara lebih mendalam a.l.:
Lembar Kerja: Saat ini LK banyak yang seperti tes, mengisi titik-titik, kurang menantang siswa untuk berpikir. BTL3 membantu peserta mengembangkan Lembar Kerja yang menantang siswa untuk memecahkan masalah
Media Pembelajaran: Saat ini media sering digunakan guru untuk berdemonstrasi daripada digunakan oleh siswa. BTL3 membantu peserta mengembangkan Media Contoh lembar kerja yang menantang siswa untuk berPembelajaran yang berbiaya rendah dan dimanfaatkan oleh pikir dan berbuat siswa
Penilaian: Saat ini penilaian sering terbatas pada tes pilihan ganda daripada penilaian hasil karya siswa. BTL3 membantu peserta mengembangkan penilaian hasil kerja siswa dengan menggunakan rubrik.
Jurnal Reflektif: Peserta pelatihan diminta menyusun jurnal refleksi tentang kegiatan mereka selama pelatihan maupun di sekolah. Jurnal tersebut sebaiknya berisi refleksi keberhasilan, masalah yang dialami, dan langkah tindak lanjut.
Di dalam pelatihan peserta diminta menyusun program pembelajaran jangka menengah, yang nanti akan mereka laksanakan di sekolah masing-masing. Seperti biasa, pelatihan BTL3 mewajibkan peserta untuk praktik mengajar di sekolah
Sosialisasi dan Pelatihan Kepala Sekolah dan Pengawas: Sebelum pelatihan dilaksanakan di sekolah akan dilaksanakan sosialisasi di tingkat propinsi kepada kepala sekolah, pengawas, dan pemda. Mereka juga dilatih tentang bagaimana mendorong perubahan di kelas.
Lokakarya Lanjutan dan Pameran: Sekitar 4 s.d. 6 minggu sesudah pelatihan akan diadakan lokakarya lanjutan selama satu hari, di mana peserta pelatihan diminta membawa, membahas, dan memamerkan hasil pelatihan yang telah diterapkan di sekolah, termasuk hasil karya siswa, lembar kerja dan media yang digunakan, dan jurnal refleksi. Di beberapa daerah sudah direncanakan lokakarya ini akan dijadikan pameran untuk dikunjungi sekolah non-mitra supaya mereka belajar tentang program BTL ini.
Salah satu hal yang dibahas dalam pelatihan BTL3 adalah bagaimana menilai hasil karya siswa seperti yang di atas? Dan penilaiannya dapat dimanfaatkan untuk apa saja?
Seperti di setiap pelatihan, ada praktik mengajar supaya peserta dapat mempraktikkan apa yang mereka pelajari dalam pelatihan
Pelatihan Fasilitator Daerah Pelatihan fasilitator daerah dalam paket pelatihan baru sedang dilaksanakan di propinsi pada saat penulisan newsletter ini. Pelatihan ini partisipatif dan praktis. Di samping ini dua fasilitator daerah, Ibu Titiek Soertirahajoe dari Grobogan dan Bpk Bambang Susilo dari Purworejo berdiri di sebelah pajangan hasil karya siswa yang dihasilkan di praktik mengajar dan dipamerkan di tempat pelatihan.
Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
Nomor 04/November 2009
Berita Utama
Hal. 3
MTs Negeri Binjai Tunjukkan Banyak Inovasi: Sekolah yang harus dikunjungi! Salah satu sekolah yang benar-benar menerapkan hasil pelatihan DBE3 adalah MTs Negeri Binjai, Sumatera Utara. Kepala sekolahnya, Bpk Yusran Adnin menunjukkan kepemimpinan luar biasa sehingga pelaksanaan pembaharuan hampir sama di semua kelas, dan oleh semua guru. Bpk. Yusran menjadi nara sumber di pelatihan Pelatih Nasional di Medan pada sore hari tgl. 8 Oktober. Presentasinya dirangkum pada halaman 4. MTsN Binjai juga digunakan peserta Pelatihan Pelatih Nasional untuk praktik mengajar pada pagi tgl. 8 Oktober 2009. Di bawah ini ada beberapa foto dari MTsN Binjai yang menunjukkan keunggulan sekolah ini, serta mencerminkan keadaan pada saat praktik mengajar. 1. Di semua kelas perabotan dikelola dalam kelompok. Siswa terbiasa berdiskusi, memecahkan masalah bersama, dan mengungkapkan pendapat mereka sendiri. 2. Dalam praktik mengajar Matematika Ibu Fitri Hilmiyati, seorang fasilitator yang berasal dari Cilegon, membantu siswa membuat berbagai grafik.
1
3. Pada saat praktik mengajar siswa-siswi kelas 8 membandingkan kurs penukaran beberapa uang, yaitu dolar Amerika, rupiah, dan ringgit Malaysia selama beberapa hari. Ibu Siti Romlah, seorang fasilitator dari Jawa Timur, membantu siswa melaksanakan tugas tersebut. 4. Gambar ini menunjukkan Lembar Kerja yang disiapkan oleh guru untuk kegiatan di atas. LK ini diberi judul ‘Mau Investasi Dimana?’ Siswa harus membuat grafik dan mencoba memprediksi kurs pada hari yang akan datang. Berdasarkan prediski tersebut mereka memberi saran investasi dana. 5. Dalam praktik mengajar Bahasa Inggris, Bpk Gianto, seorang fasilitator dari Karanganyar, Jawa Tengah, membantu siswa kelas 8 menjawab pertanyaan tentang wacana yang sudah mereka baca.
2
6. Guru-guru MTsN Binjai semangat melaksanakan pembelajaran yang menarik, inovatif, dan menyenangkan. ‘Teamwork’ mereka dan kerja sama yang akrab dengan kepala sekolah sangat tampak pada saat kunjungan ke MTsN Binjai.
Kalau Anda tertarik dan ingin tahu bagaimana melaksanakan inovasi dalam manajemen sekolah dan pembelajaran, kami sangat menyarankan Anda untuk berkunjung ke MTsN Binjai. 3
5 Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
4
6 Nomor 04/November 2009
Berita Utama
Hal. 4
Seni Kepemimpinan Kepala Sekolah: Upaya menciptakan sekolah yang bermutu Peran kepala sekolah adalah kunci pengembangan pendidikan bermutu. Kepala sekolah harus mampu memotivasi dan mengembangkan kemampuan profesional guru. Pada saat pelatihan fasilitator nasional di Medan pada bulan Oktober 2009, dua kepala sekolah, yang sudah berhasil menerapkan pembaharuan di sekolahnya, menjadi nara sumber. Di bawah ini adalah cerita dari nara sumber ‘bagaimana menjadi kepala sekolah yang berhasil?’ Drs. H. Adi Mutia, M.Pd, Kepala SMPN 2 Lubuk Pakam, Deli Serdang Kami menggunakan pendekatan kekeluargaan di lingkungan Sekolah, yaitu guru dan pegawai dijadikan sebagai teman, dengan kata lain lepaskan status sebagai kepala sekolah. Kami mengadakan rapat dengan seluruh guru/pegawai, bila materi rapat padat maka kami selalu membiasakan untuk makan siang bersama. Setiap awal tahun ajaran kami bersama-sama mendiskusikan program yang akan dilaksanakan satu tahun ke depan. Dari hasil diskusi ini kami menyusun skala prioritas untuk direalisasikan. Kami akan menyediakan bahanbahan yang dibutuhkan. Saya melakukan supervisi klinis setiap triwulan. Teknisnya, saya membagi tanggung jawab melakukan supervisi dengan wakil kepala sekolah dan para pembantu kepala sekolah. Lewat cara ini, saya berbagi pengalaman dan pengetahuan. Kelak kalau mereka menjadi kepala sekolah, mereka sudah punya pengalaman. Saya tidak sekadar meminta guru untuk melakukan inovasi di kelas. Tapi saya mempraktikkannya juga. Saya masuk ke kelas untuk mengajar. Saya memodelkannya, sehingga ketika saya meminta guru lain untuk melakukan hal yang sama, mereka lebih siap untuk menerima. Pelaksanaan MGMP di tingkat sekolah, selalu diperkaya dengan menghadirkan nara sumber.
Secara periodik, kami melakukan pertemuan dengan komite sekolah dan alumni. Lewat pertemuan ini, kami bisa menjalin komunikasi yang berujung pada dukungan secara material dan moral. Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
Drs. Yusran Adnin, MA, Kepala Sekolah MTs Negeri Binjai Saya sebagai kepala sekolah hadir 20 menit sebelum PBM dimulai, dan berada di lingkungan sekolah sembari mengamati situasi. Cara Memotivasi Guru: • Memeriksa RPP dan Silabus dengan menggunakan pernyataan ,”…Bapak dan Ibu pasti bisa !!” • Memberikan penghargaan kepada materi yang dipajangkan dalam bentuk pujian, misalnya,”…ibu sungguh luar biasa ..!!!” • Menghargai prestasi guru dengan pujian dan reward, serta tidak memberi nilai yang mematikan. • Memberikan petunjuk bagaimana menggunakan metode yang relevan. • Menujukkan kesalahan dengan bahasa yang santun,”…yang ibu/ bapak lakukan sudah baik, tetapi masih perlu kita sesuaikan dengan petunjuk.” • Memberikan kesempatan bagi guru untuk menyampaikan permasalahannya (sharing), serta membahasnya untuk memecahkan masalah yang terjadi (individu dan kolektif). • Memanggil guru yang melanggar aturan ke kantor untuk berbicara secara langsung (face to face). • Menyiapkan semua fasilitas MGMP yang dibutuhkan guru. Cara membangun kerja sama dengan guru dan masyarakat: • Makan bersama guru di ruang rapat • Membeli makanan ringan dari dana pribadi dan memotivasi guru untuk bergiliran membawa makanan ringan. • Mengundang masyarakat dalam acara seremonial keagamaan dan menjadikan masyarakat sebagai pengawal moral Nomor 04/November 2009
Berita Utama
Hal. 5
SMPN 33 Makassar Memberikan Pendidikan Bermutu: • •
Menerapkan ‘Moving Class’ dengan berhasil Pelajaran yang menarik dan menantang SMPN 33 Makassar adalah salah satu sekolah yang baru saja bergabung dengan DBE3. Sebagian guru dilatih oleh DBE3 pada bulan Juni 2009, dan guru yang lain termasuk guru semua mata pelajaran (tidak hanya mata pelajaran yang di-UNkan) dilatih pada bulan Agustus. Pelatihan tersebut dibiayai oleh sekolah sendiri. Mereka sudah mulai melaksanakan sistem ‘moving class’. Ada ruang kelas khusus setiap mata pelajaran, siswa berpindah kelas, dan guru tetap di kelas mata pelajaran tersebut. Dengan cara ini guru dapat menciptakan suasana kelas yang sesuai untuk setiap mata pelajaran. Sejak bergabung dengan DBE3 mereka sudah menerapkan banyak hal terkait dengan CTL. Siswa bekerja secara kooperatif di semua kelas dengan menggunakan media pembelajaran yang bervariasi. Tugas yang diberikan kepada siswa cukup menantang mereka untuk berpikir dan berbuat. Hasil kerja mereka bermutu dan merupakan pemikiran mereka sendiri. Beberapa foto yang mencerminkan keadaan sekolah ini ditampikan di sisi kiri. 1
1. Bpk Muchtar, guru IPS, memantau siswa membahas penyebab dan akibat gempa bumi di Padang. Mereka harus mencari informasi dari berbagai sumber, termasuk buku dan Koran. 2. Hasil karya siswa tentang gempa bumi di Padang yang dipajangkan di dinding kelas. 3. Kelas IPA berlangsung di laboratorium. Siswa asyik meneliti tentang perubahan yang terjadi, ketika berbagai bahan dipanaskan. Bahan tersebut termasuk air dan lilin. 4. Siswa yang sedang belajar biologi menggambar bagian tubuh manusia.
2
5. Ibu Hasmawati (di sebelah kiri), seorang fasilitator daerah DBE3 untuk mata pelajaran IPS yang juga guru di SMPN 33 Makassar, biasa membantu dan mendampingi teman guru IPS lainnya. Ibu Rosmawati (di sebelah kanan), seorang guru IPS yang telah didampingi, berdiri bersama siswanya dari kelas 7 sedang menunjukkan hasil karya mereka tentang kebutuhan hidup.
4
3
5 Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
6. Karena semua guru sudah dilatih suasana kelas yang menarik dan menyenangkan, suasana luar biasa itu terlihat tidak hanya di ruang kelas mata pelajaran pokok. Di ruang keterampilan juga ada pameran hasil karya siswa yang terlihat cantik. Salah satu keuntungan sistem ‘moving class’ adalah pameran seperti ini sangat mungkin dilakukan.
6 Nomor 04/November 2009
Berita Utama
Hal 6
2
1
3
Berkeliling Kabupaten Soppeng: Mutiara belajar yang berarti PADA tanggal 20 Oktober 2009, Bpk. Stuart Weston, COP DBE3 berkunjung ke Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan. Di sini ada beberapa foto yang menujukkan penerapan pelatihan DBE3 di SMP dan MTs di Soppeng. Sebagian sekolah yang dikunjungi adalah sekolah yang baru bergabung dengan DBE3 dan pertama kali dilatih pada bulan Juni 2009. 1. Siswa di SMP Muhammadiyah bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan tugasnya. 2. Suasana kelas di SMP Muhammadiyah 3. Di MTs Ganra, sekolah yang baru bergabung dengan DBE3, siswa mencari benda biotik (hidup) dan abiotik (tidak hidup) di lingkungan sekolah.
4
4. Guru dan kepala sekolah SMP Muhammadiyah bersama COP DBE3. 5. Bpk Kasniadi, Kepala Bidang Pendidikan Dasar yang mendorong perubahan di sekolah mitra DBE3.
5
6. Suasana SMPN 1 Watansoppeng 7. Di SMP Liliriaja, yang baru bergabung dengan DBE3, siswa membaca dan memberi umpan balik hasil karya siswa lainnya. 8. Siswa SMPN 1 Watansoppeng mengerjakan pecobaan listrik. 6
9. Siswa melaporkan hasil kerja mereka tentang bak, serta meminta pertanyaan dari teman sekelas.
7
Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
8
9
Nomor 04/November 2009
Berita Utama
SMPN 8 Bogor Baru Bergabung dengan DBE3, Banyak Pembaharuan Sudah Diterapkan
1
SMPN 8 Bogor dilatih pertama kali oleh DBE3 pada bulan Juli 2009. Kepala sekolah, Ibu Hj. Yani Herliani, S.Pd. (foto sebelah kanan) mempunyai visi yang tegas dan seni kepemimpinan yang sangat efektif, sehingga beliau berhasil mendorong semua guru secara merata untuk menerapkan pembaharuan sesuai prinsip-prinsip pelatihan DBE3. Sekolahnya digunakan untuk praktik mengajar pada saat pelatihan fasilitator daerah Jawa Barat dan Banten. Peserta pelatihan sempat berkeliling sekolah sebelum praktik mengajar dimulai. Mereka kaget melihat kebersihan dan kerapian sekolah. Selain itu, meskipun masih pagi hari, banyak guru yang melakukan kegiatan praktik dengan menggunakan media yang beragam. Dalam sambutan di hadapan guru peserta pelatihan, Ibu Yani berseloroh, “Kami sekolah SBI - berarti ‘sekolah bebas iuran’!” Tetapi setelah melihat keadaan sekolah dan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, mungkin banyak peserta yang berpendapat bawa ini adalah SBI— sekolah bertaraf internasional—beneran! Foto di bawah ini adalah foto pembelajaran yang berlangsung pada saat kami masuk sekolah. Guru yang tampak adalah guru sekolah bukan peserta praktik mengajar. 1. Suasana kelas rapih dan menarik, semua kelas diatur dalam kelompok dan siswa sudah terbiasa bekerja kooperatif. Pajangan hasil karya siswa juga tampak di semua kelas.
2
2. Alat bantu belajar di SMPN 8 Bogor digunakan secara rutin dan dimanfaatkan oleh siswa (tidak hanya untuk demonstrasi guru!) Siswi ini menggunakan timbangan dalam pembelajaran matematika. 3. Kegiatan menarik dan praktis tidak terbatas pada mata pelajaran pokok. Semua guru mata pelajaran sudah dilatih oleh sekolah sendiri. Ini adalah pelajaran musik, di mana siswa-siswi memainkan alat musik. 4. Siswa biasa mengungkapkan pemikirannya, berdiskusi, dan berbicara di depan temannya. 5. Laboratorium komputer teratur dan digunakan siswa secara terusmenerus. Semua komputer berfungsi karena ada sistem perawatan yang efektif.
3
4 Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
6. Laboratorium IPA juga digunakan secara rutin untuk kegiatan praktikum. Di sini siswa mencari/membuat pewarna dari sayuran.
5
6 Nomor 04/November 2009
Berita Utama
Hal 8
Guru Kutai Timur Siap Menerapkan Pembelajaran Relevan Model DBE 3 SEKITAR 110 guru SMP dan SMA Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur pada 18-21 Oktober 2009 mengikuti pelatihan yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai bekerjasama dengan Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Modul DBE3 tentang Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna (BTL 2 dan 3) menjadi bagian yang diadaptasi dalam pelatihan tersebut. Dengan difasilitasi 12 dosen UNESA, peserta dilatih dalam mengembangkan dan mengimplementasikan pembelajaran kontekstual untuk mengembangkan kecakapan hidup siswa. Mereka membuat pertanyaan/tugas yang mendorong siswa berpikir tingkat tinggi, pemecahan masalah, praktik pembelajaran kooperatif, pengelolaan kelas, mengidentifikasi media, membuat lembar kerja, dan melakukan praktik mengajar dengan pola team teaching di SMP dan SMA unggulan di Kutai Timur.
Suasana pelatihan tampak membuat peserta aktif bekerjasama, berdiskusi dalam kelompok, dan melakukan kunjung karya. Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
Proses praktik mengajar, tampak membuat siswa belajar aktif, memanfaatkan ragam media, belajar di luar kelas, memberi kesempatan pada siswa mengkreasi karya yang dipresentasikan, dan dipajangkan di kelas. Nomor 04/November 2009
Berita dari Provinsi
Hal 9
Jawa Timur
Membantu Kesulitan Guru melalui Pendampingan Siklus 1 DF memimpin pertemuan MGMP untuk guru sekolah mitra. Pada pertemuan itu para guru membuat persiapan mengajar untuk menerapkan yang diperoleh dalam pelatihan. DF membuat kesepakatan dengan peserta MGMP kapan mereka berkunjung ke sekolah untuk melihat pelaksanaan pembelajaran yang sudah disiapkan di MGMP. Pada Siklus 2, fasilitator daerah berkunjung ke sekolah sesuai kesepakatan untuk menyaksikan pembelajaran yang disiapkan. Pada Siklus ke 3 mereka berefleksi tentang pembelajaran yang telah didampingi. Para guru membawa hasil karya siswa dari pembelajaran yang diamati. Berdiskusi tentang hasil karya siswa, keberhasilan, dan masalah yang dihadapi. Kegiatan refleksi dilanjutkan dengan persiapan mengajar sebagai persiapan untuk putaran pendampingan berikutnya. Suasana pertemuan antara distrik fasilitator dengan guru-guru MGMP untuk membahas kegiatan pendampingan tindak lanjut pelatihan BTL Guru seringkali mengalami kesulitan dalam menerapkan hal-hal yang telah dipelajari selama pelatihan. Situasi dan kondisi pelatihan seringkali berbeda dengan situasi dan kondisi kelas. Untuk itulah, saat ini para fasilitator daerah DBE 3 mulai aktif melakukan pendampingan pasca pelatihan terutama dalam mendampingi guru dalam merealisasikan hasil pelatihan di dalam kelas. Fasilitator secara aktif mendampingi guru agar mampu “membumikan” yang telah dipelajari selama pelatihan ke dalam pembelajaran. Seperti yang dilakukan para distrik fasilitator (DF) di Kabupaten Tuban. Prosesnya diawali dengan kegiatan koordinasi antar distrik Implementasi pembelajaran kontekstual yang menfasilitator dan dihadiri oleh 14 DF (18/8). Dalam pertemuan ini dibadorong siswa belajar aktif dapat membudaya di has beberapa agenda yang bersifat teknis berkaitan dengan kegiatan sekolah melalui kegiatan MGMP, para guru dapat pendampingan. Strategi pendampingan yang diterapkan adalah melalui saling berbagi tentang praktik pengajaran terbaik. MGMP yang dibagi dalam tiga kluster, setelah itu pendampingan akan berlanjut di masing-masing sekolah. “Strategi pendampingan yang diterapkan adalah mePada pertemuan dengan MGMP di kluster 1 yang bertemlalui MGMP yang dibagi dalam tiga buah kluster, pat di SMPN 1 Merakurak, setelah para peserta menerima alur pendampingan, mereka melanjutkannya dengan memsetelah itu pendampingan akan berlanjut di masingbuat jadwal pendampingan, diskusi membahas silabus dan masing sekolah” RPP serta diskusi seputar masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Hal yang kurang lebih sama juga dilakukan pada pertemuan di kluster 2 dan kluster 3. Pasuruan Siapkan 3 Siklus Pendampingan Pasca pelatihan BTL 2 Kabupaten Pasuruan menstimulasi MGMP sekolah untuk melakukan berbagai aktivitas yang bertujuan menciptakan pembelajaran bermakna. Para DF di Kabupaten Pasuruan menyepakati proses pendampingan 10 sekolah mitra dibagi 3 kluster dan dilaksanakan dalam 3 siklus.
Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
Guru dan distrik fasilitator melakukan refleksi usai pembelajaran di kelas, menemukan ide-ide
Nomor 04/November 2009
Berita Dari Provinsi
Hal 10
Memfasilitasi Siswa Menciptakan Karya
Ragam hasil karya siswa yang dihasilkan melalui pembelajaran dapat menunjukkan unsur kreativitas anak, kontekstual, menarik untuk dilihat dan dibaca, serta perlu dikembangkan lebih lanjut dalam mengembangkan kecakapan hidup anak. Contoh: Peta Timbul hasil karya siswa SMPN 2 Sedati dalam pembelajaran IPS, menanam benih srikaya karya siswa MTs Nurul Huda, dan visi misi parpol ala siswa SMPN 15 Surabaya. Karya seperti ini perlu diapresiasi, dipajangkan, dan diportofoliokan.
Hasil karya siswa juga dapat menjadi sumber belajar dan memberikan gagasan baru bagi siswa lainnya, seperti yang dilakukan siswa SMPN 2 Sedati Sidoarjo dalam pembelajaran IPS. Mereka memperkaya gagasan dengan melakukan kunjung karya, mengamati dan mencatat gagasan hasil karya kelompok lainnya.
Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
Siswa MTsN Nglawak, didorong untuk terbiasa memanfaatkan komputer PC maupun laptop dalam pembelajaran. Pembelajaran seperti ini dapat memfasilitasi siswa menghasilkan ragam karya, seperti membuat laporan, bahan presentasi, gambar, dan karya kreatif lainnya.
Nomor 04/November 2009
Berita Dari Provinsi
Hal 11
Jawa Tengah
Guru berperan sebagai fasilitator bagi siswa seperti di SMP 2 Musuk.
Perubahan untuk Mengembangkan Kecakapan Hidup Siswa SETELAH program Whole School Approach (WSA) DBE3 diluncurkan pada awal tahun 2009, belum lama ini telah diselenggarakan Pelatihan Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna 2 (Better Teaching and Learning-2). Pelatihan diikuti oleh 961 guru, pengawas, dan Kepala Sekolah yang berasal dari 50 sekolah/madrasah mitra DBE3 di Provinsi Jawa Tengah yang tersebar di 5 kabupaten, yaitu: Kabupaten Boyolali, Grobogan, Karanganyar, Kudus, dan Purworejo. Pelaksanaannya disambut positif oleh pemerintah daerah di 5 kabupaten tersebut. Di Purworejo misalnya, Wakil Bupati Purworejo, Drs. H. Mahsun Zain mengatakan bahwa program DBE3 sangat membantu upaya pemerintah daerah dalam mendorong guru agar dapat beradaptasi dengan tuntutan zaman yang kian kompleks. Untuk itu, tak ada cara lain bagi guru kecuali meningkatkan kapasitasnya agar tetap relevan, salah satunya dengan mengikuti program DBE. Pelatihan BTL-2 ini, difokuskan pada pengembangan 2 kelompok kecakapan hidup, yaitu kecakapan akademis dan kecakapan sosial.
Pada kecakapan akademis dikembangkan kecakapan dalam memecahkan masalah dan pengambilan keputusan. Pada kecakapan sosial akan dikembangkan kecakapan bekerja dalam kelompok dan kecakapan belajar secara kooperatif. Selama empat hari peserta dilatih menerapkan pola pembelajaran kontekstual yang memiliki ciri: menuntut siswa untuk aktif dan kreatif, menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, memanfaatkan lingkungan yang ada di sekitar, dan bekerja dalam kelompok. ‘’Empat hari pelatihan sungguh membuat saya merasa dibekali amunisi untuk menjadi guru yang professional. Pelatihan ini mampu mencerahkan saya untuk mencoba metode-metode pembelajaran kooperatif di kelas,” komentar Nasrifah, S.Pd, guru MTs Miftahul Ulum Jati Kudus. Berdasarkan evaluasi siswa atas pembelajaran dengan menggunakan pola CTL hasilnya mengagumkan, mereka terkesan dan merasa senang, bahkan untuk mata pelajaran matematika yang biasanya membosankan dan “ditakuti”.
Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
Agus Prakosa, siswa SMP 3 Karanganyar, berkata ‘’Saya senang dengan sistem pembelajaran baru, menerima hal baru dalam pembelajaran seperti ada kontrak belajar, diskusi-diskusi yang menarik, menempel hasil presentasi dan menjadikan kami lebih berarti atau diperhatikan.’’ Ini adalah ungkapan dalam rangkaian pelatihan. Rangkaian materi pelatihan juga membahas tentang peran kepala sekolah/madrasah dan pengawas. Materi ini menekankan peningkatan kapasitas Kepala Sekolah/Madrasah dan Pengawas dalam melakukan proses pembinaan untuk menunjang peningkatan mutu pembelajaran, memahami program WSA dan menunjang peningkatan MGMP (musyawarah guru mata pelajaran) dan MKKS-KKM (musyawarah kerja kepala sekolah/kelompok kerja madrasah). Bahkan Forum MKKS Kabupaten Boyolali akan membuat replikasi pelatihan BTL-2 khusus diikuti oleh para Kepala Sekolah. ‘ ’Melihat perkembangan metode pembelajaran yang ada, Kepala Sekolah perlu mendapatkan pelatihan mengenai pembelajaran yang inovatif dan kreatif agar kami bisa mengawal kegiatan pembelajaran di kelas dengan modal yang memadai, “ kata Syamsudin,S.Pd Ketua MKKS Kabupaten Boyolali
Praktik mengajar IPA di SMP 1 Gebog.
Nomor 04/November 2009
Berita Dari Provinsi
Hal 12
Madrasah Kaki Gunung Merapi, Prestasi Tak Kalah Aksi
Kegiatan pembelajaran di MTsN Cepogo. AWALNYA, MTs N Cepogo merupakan MTs swasta bernama MTs Agama Islam yang didirikan pada tahun 1952, kemudian berubah menjadi MTs Negeri pada tahun 1997. Berada di kaki Gunung Merapi sekitar 15 KM dari kota Boyolali tidak membuat
madrasah ini kehilangan semangat untuk selalu berinovasi dan meningkatkan kualitas pembelajaran. “Saya dan DBE 3 datang hampir bersamaan pada tahun 2006. Pelatihan dan pendampingan dari DBE 3 terutama metode pembelajaran yang
tidak lagi konvensional selaras dengan program kami yang sedang berbenah untuk membuat anak senang belajar,” kata Drs. Nur Hudaya Solichin, Kepala MTsN Cepogo. Guru-guru yang masih muda merupakan modal utama MTs N Cepogo untuk melakukan perubahan model pembelajaran di kelas. Bila kita jalan berkeliling madrasah akan terlihat semua kelas mempunyai pengaturan tempat duduk yang bervariasi, hasil kreasi anak dipajang di dinding-dinding kelas dan kebun yang masih luas dimanfaatkan untuk pembelajaran. Madrasah ini setiap hari riuh dengan suara anak-anak bukan sedang bermain tapi mereka belajar. “Pendapat kami selalu dihargai, sehingga termotivasi untuk selalu bisa,” kata Nur Arifiani siswi kelas IX. Menuju madrasah berbasis TIK, MTsN Cepogo mulai dengan memasang jaringan internet kemudian mereplikasi pelatihan Intel Teach Getting Started untuk semua guru bahkan MTs swasta yang berada dalam satu KKM(Kelompok Kerja Madrasah) diundang untuk mengikuti pelatihan. Pak Nur menegaskan bahwa semua guru harus menguasai komputer utamanya untuk pembelajaran.
Budaya Mengemukakan Pendapat BERMULA dari menjadi mitra DBE 3, SMPN 1 Grobogan merasa beruntung karena mayoritas guru-gurunya telah mendapatkan pelatihan-pelatihan peningkatan mutu pendidikan yang beragam. Para guru dapat memahami bagaimana menciptakan pembelajaran yang lebih baik. Para Guru memberikan ruang kepada siswa untuk selalu mengekspresikan ide-ide mereka dengan menggunakan metode pembelajaran aktif dan menghargai anak dengan memajangkan karya kreasi mereka di dinding kelas. Lingkungan SMPN 1 Grobogan telah menciptakan lingkungan belajar yang positif. Misalnya, di sela-sela break atau istirahat, terbiasa dimanfaatkan untuk ”curhat” kaitan pembelajaran, kinerja guru, perkembangan kelas dan siswa. Itu terjadi antara guru dengan siswa, guru dengan guru, baik lintas mata pelajaran maupun di dalam MGMP tingkat sekolah, bahkan antar siswa. Siswa SMP 1 Grobogan mempresentasikan hasil diskusinya, dan Kedisiplinan siswa terbangun dari buku tata krama siswa. Lingkungan yang mendukung, ternyata menumbuhkan kelompok lainnya diberi kesempatan mengemukakan pendapat mereka. kemampuan siswa untuk berani dan dapat mengemukakan pendapat.
Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
Nomor 04/November 2009
Berita Dari Provinsi
Hal 13
Jawa Barat-Banten
Belajar Berkarya, Belajar dari Karya
Siswa SMPN 8 ini lagi asik menciptakan karya kelompok untuk disajikan dan dipajang.
Sebuah lukisan karya siswa SMPN 7 Bogor yang indah. Potensi penting untuk mengembangkan seni rupa juga fisika di kemudian hari.
Peta ini merupakan karya siswa SMP mitra DBE3 di Bogor. Sebagaimana judulnya, peta ini menggambarkan persebaran negara maju dan berkembang. Karya siswa ini dipaang untuk kemudian menjadi sumber belajar yang kaya. Sejarah, geografi, ekonomi, bahkan fisika dll dapat dipelajari dari peta ini.
Dengan pembelajaran kooperatif, para siswa ini bukan saja berkelompok melainkan juga aktif berinteraksi dan saling bertukar pikiran untuk menghasilkan karya bersama. Deskripsi dalam bahasa Inggris ini juga menjadi sumber belajar
Whole School Training Gali Kreativitas Siswa LIMA siswa memberikan jawaban atas pertanyaan guru. Masing-masing memiliki jawaban yang berbeda. Uniknya, lima jawaban yang berbeda itu dianggap benar semua. Masing-masing siswa pun memberikan alasan yang memperkuat kebenaran jawabannya. Inilah yang terjadi ketika guru mempraktikkan pertanyaan tingkat-tinggi pada sesi praktik BTL 2 di SMPN 1 Indramayu (13/7). Para siswa berhamburan ke luar ruang kelas untuk mencari jawaban kreatif atas pertanyaan guru yang multi-jawab. Di sana mereka mengerahkan kreativitasnya bukan saja untuk mencari jawaban melainkan juga untuk mengemukakan argumennya. “Dengan cara ini, siswa dituntut untuk berpikir secara kreatif,” ujar Mencari seorang guru. “Jawaban mereka tidak mesti sama, tapi semuanya jawaban kreatif mengena sesuai dengan alasan masing-masing,” tambahnya lagi. tentang Para siswa tampak puas dengan proses pembelajaran ini. Mereka merasa biologi di luar ruang ter-tantang untuk mencurahkan pikirannya. “Suka. Saya senang dengan kelas. cara belajar seperti ini,” aku seorang siswa saat ditanya kesannya.
Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
Nomor 04/November 2009
Berita Dari Provinsi
Hal 14
Guna Mendukung Pembelajaran Efektif Kepala Sekolah MTs Al-Ahliyah Menjalankan Instructional Leadership BELAJAR dari pelatihan BTL 2, kepemimpinan kepala madrasah MTs Al-Ahliyah kini difokuskan pada upaya mendukung proses pembelajaran yang efektif. Setiap kebijakan kepala madrasah diarahkan untuk sebesar-besarnya menopang mutu pembelajaran. A. Hidayaturrahman, kepala MTs Al-Ahliyyah, menerapkan apa yang disebut sebagai instructional leadership, suatu pola kepemimpinan yang berorientasi pada proses pengajaran dan pembelajaran. Gambar-gambar di halaman ini menyajikan ilustrasi proses pembelajaran di madrasah mitra DBE3, MTs Al-Ahliyyah, Kotabaru, Karawang. A. Hidayaturrahman (pak Ayat) tampak sedang mensosialisasikan kebijakankebijakannya kepada para staf dan guru di MTs Al-Ahliyah. Pada tiap kesempatan pertemuan dengan guru-guru, pak Ayat selalu memanfaatkannya untuk melakukan sosialisasi
Tak jarang Pak Ayat masuk ke kelas untuk mensosialisasikan kebijakannya sekaligus memastikan proses belajar aktif dan efektif berjalan dengan baik. Pengamatan kelas menjadi salah satu kegiatan rutinnya sebagai kepala madrasah.
Pada tahap aplikasi, siswa terlibat aktif dalam kerja kelompok. Di sini mereka bekerjasama untuk menghsilkan karya kelompok berupa identifikasi dan deskripsi benda-benda alam atau hewan dalam Bahasa Inggris.
Istiqomah menumbuhkan gairah belajar siswa dengan beragam strategi. Bersama Istiqomah, para siswa tampak larut dalam sebuah game guna meningkatkan perbendaharaan kosakata Bahasa Inggris mereka.
Dua siswa ini meminta umpan balik dari temanteman sekelasnya setelah mereka memaparkan hasil kerja kelompok. Siswa lain bisa bertanya jika ada hal-hal yang kurang jelas. Sesi ini dilakukan dalam Bahasa Inggris.
Siswa diberi kesempatan untuk melakukan presentasi. Dengan menggunakan Bahasa Inggris, dua siswa ini menjelaskan hasil dari diskusi kelompok mereka kepada kelompok lain.
Di akhir presentasi, giliran guru mata pelajaran memberi umpan balik terhadap hasil karya siswa, penyajian, dan respons dari kelompok lain. Di sini, guru berupaya untuk bertindak bijak dengan tidak menghakimi siswa tetapi memfasilitasi mereka.
Sebagaimana Istiqomah, guruguru lain di MTs Al-Ahliyyah juga berupaya mengembankan proses pembelajaran aktif. Di bawah dorongan dan dukungan kepala sekolah, mereka mencari inovasi-inovasi baru untuk mewujudkan pembelajaran efektif dan bermutu
Guru juga mengajak siswa melakukan pembelajaran di luar kelas. Cara ini ditempuh karena beberapa alasan. Pertama, hal ini dapat menghilangkan kejenuhan dengan adanya suasana baru. Kedua, ini merupakan kesempatan untuk memanfaatkan sumber belajar alami di luar kelas, di seputar lingkungan sekolah. Ketiga, siswa mendapatkan ruang yang lebih leluasa untuk melakukan kegiatan-kegiatan dengan mobilitas tinggi. Dan masih banyak lagi manfaat pembelajaran di luar kelas lainnya. Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
Nomor 04/November 2009
Berita Dari Provinsi
Hal 15
Sumatera Utara
Mengembangkan Diri Lewat Team Teaching SENIN 14 September 2009, Ibu Vanda Manurung, S.Pd dan Ibu Julita Tobing tampak bersemangat di depan kelas. Mereka berdua sedang menirukan proses wawancara. Hari itu, mereka berkolaborasi dalam team teaching (pasangan mengajar) untuk mengampu topik etika wawancara. Ibu Manurung dan Ibu Tobing mengaku sudah mempersiapkan materi pengajaran seminggu sebelumnya. Mereka terlebih dahulu melakukan diskusi dan menentukan pembagian peran. Tidak lupa pula mereka menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai bahan acuan. Menurut Kepala SMP Negeri 1 Tarutung, Bapak Drs. Dosner Sihotang, team teaching adalah program rutin disekolahnya. Setidaknya dua kali dalam seminggu, team teaching dipraktikkan. Lebih lanjut Pak Sihotang menjelaskan, lewat team teaching guru bisa meningkatkan profesionalisme. ” ...team teaching memberikan kesempatan kepada guru untuk mengambil ilmu dan skill dari guru yang lain,” jelas Pak Sihotang. Dampak positif tidak hanya dirasakan oleh guru seperti Ibu Manurung dan Ibu Tobing. Tommi Tobing (13), siswa kelas IX juga merasakan hal yang sama. Kolaborasi Ibu Manurung dan Ibu Tobing lewat pembelajara aktif (active learning), membuat suasana kelas menjadi menyenangkan. ” Sekarang kami belajar berkelompok. Dengan kelompok enak untuk berbagi ilmu. Kalau pribadi (sendirian-red) seperti kurang puas,” kata Tommi. 1. Ibu Vanda Manurung dan Ibu Julita Tobing mempraktikkan cara dan etika wawancara di depan kelas. 2. Siswa bekerja sama dalam kelompok untuk menyusun daftar pertanyaan sebelum melakukan wawancara. 3. Suasana yang nyaman, terbuka, dan dinamis membuat siswa aktif mengemukakan pendapat dan ide-idenya. 4. Ibu Vanda Manurung memberikan feedback (umpan-balik) untuk mempertajam diskusi siswa. 5. Siswa membacakan hasil diskusinya di depan siswa yang lain. Setelah hasil diskusi dibacakan, siswa yang lainnya diberikan kesempatan untuk memberikan pandangan (pendapat). 6. Seorang siswa menyimak dengan serius, ketika seorang temannya membacakan hasil diskusi kelompok. 7. Ibu Vanda Manurung dan Ibu Julita Tobing berfoto di depan karya siswa yang ditempel pada selembar kertas besar. 8. Ibu Vanda Manurung dan Ibu Julita Manurung dalam kolaborasi team teaching.
2
1
3 4
5
6
7
8
“Team teaching memberikan kesempatan kepada guru untuk mengambil ilmu dan skill dari guru yang lain…” Drs. Dosner Sihotang Kepala SMP Negeri 1 Taurutung Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
Nomor 04/November 2009
Berita Dari Provinsi
Hal 16
SMP Negeri 3 Pangaribuan:
Pembelajaran Aktif Di Balik Gunung SMP Negeri 3 Pangaribuan, Tapanuli Utara (Taput) diresmikan tahun 1980. Luasnya 8 hektar. Terletak di dataran tinggi. Tersembunyi dibalik barisan pegunungan. Jalannya berliku, penuh tanjakan tajam, turunan curam serta dihiasi jurang yang dalam. Butuh satu jam perjalanan dari Tarutung, Ibukota Kabupaten Taput untuk tiba di sana. . Ibu Mawan Sormin, S.Pd, sang kepala sekolah adalah sosok penting bagi sekolah ini. Lewat kepemimpinannya, Ibu Mawan melakukan pembaharuan untuk 291 siswanya. Semenjak bermitra dengan DBE 3 di tahun 2008, sekolah ini terusmenerus mempraktekkan pembelajaran aktif.
Guru-guru di sekolah itu juga giat berinovasi. Contohnya Ibu Desthuthry Pakpahan S.Pd dan Ibu Rotua Silitonga, S.Pd. Selasa (15/09) mereka berduet sebagai team teaching (pasangan mengajar) dalam topic listrik dinamis. Kolaborasi dua orang guru ini berjalan apik dan kompak. Siswa juga tampak senang hari itu. Di sini siswa sudah duduk berkelompok. Karya-karya siswa menempel diseluruh dinding kelas. Bukan hanya itu, ruang kelas kini terasa lebih hangat karena canda-tawa dan kreatifitas siswa. Sesuatu yang mungkin jarang terjadi di masa lalu.
2 1
1.
Siswa sedang meng-eksplorasi imajinasinya dengan komputer jinjing (laptop).
2.
Ibu Desthuthry Pakpahan S.Pd dan Ibu Rotua Silitonga, S.Pd berkolaborasi sebagai team teaching (pasangan mengajar) dalam topik listrik dinamis.
3.
Ibu Rotua Silitonga, S.Pd mengefektifkan penggunaan ICT untuk mencari sumber-sumber informasi yang berhubungan dengan mata pelajaran yang diampunya.
4.
Guru Bahasa Inggris menggunakan media peraga untuk memudahkan pengucapan dalam bahasa Inggris.
5.
Seorang siswa menggunakan media batere, kabel dan lampu pijar mempraktekkan cara kerja listrik dinamis.
6.
Siswa bekerja secara berkelompok untuk menyusun kesimpulan hasil uji listrik dinamis.
4
3
5
6
“Disini guru-guru sekarang juga belajar melatih diri. Kalau mereka besok mau mengajar, maka jauh hari sebelumnya, mereka sudah mempersiapkan diri.” Ibu Mawan Sormin, S.Pd
Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
Nomor 04/November 2009
Berita Dari Provinsi
Hal 17
BTL2* Jadi Primadona
Sulawesi Selatan
BERITA tentang metode pembelajaran terbaru yang dilatihkan DBE3 benar-benar menjadi idola di kalangan pelaku pendidikan. Di wilayah kota dan kabupaten pengembangan, guru-guru dari sekolah non mitra sangat antusias mengikuti pelatihan BTL2. Animo mengetahui konten modul BTL2 ini dengan cepat disambut baik oleh kepala sekolah, pengawas dan tak ketinggalan dukungan KaDiknas dan KaKandepag. Pimpinan kedua leading sector ini memberikan arahan agar kepala sekolah mengalokasikan dana BOS untuk melatihkan guru -gurunya metode pembelajaran kontekstual. Bahkan ia meminta MKKS dan KKM diberdayakan dengan kegiatan replikasi pelatihan BTL2. Alhasil, Jaringan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) untuk SMP dan Kelompok Kerja Madrasah (KKM) untuk MTs sungguh menjadi pusat replikasi pelatihan BTL2. Lewat simpul jaringan ini tersulut semangat kepala sekolah dan guru untuk melaksanakan pemPraktik pembelajaran dalam kegiatan BTL 2 membuat baruan pengajaran dan pembelajaran di sekolahnya. Hasilnya, fantasguru lebih percaya diri dan mengalami langsung tis! BTL2 betul-betul menjadi primadona. penerapan hasil pelatihan BTL 2. Hanya berselang tiga bulan usai pelatihan pengajaran profesional dan pembelajaran bermakna (BTL2) di sekolah mitra, metode pembelajaran terbaru ini telah merambah 104 sekolah non mitra, dan diampu * Better Teaching and Learning 2, pelatihan untuk guru oleh 994 guru. Jumlah ini akan terus bertambah seiring dengan rencana yang diadakan oleh DBE3 pelaksanaan replikasi training yang sudah terjadwal hingga akhir Desember.
Fasilitator Daerah dan Pengawas Bantu Guru Terapkan Pembelajaran Kontekstual “Ups! Salah paham! Ternyata pelatihan guru DBE3 berbeda dengan pelatihan guru yang lain. Metode pembelajaran yang diberikan pada pelatihan DBE3 dilanjutkan kegiatan pendampingan di kelas.” Demikian ungkap sebagian guru yang telah mengikuti pelatihan BTL2 oleh DBE3. Mereka tidak pernah menyangka kalau sekembalinya dari pelatihan, mereka akan dibantu oleh fasilitator daerah dan pengawas dalam menerapkan pembelajaran kontekstual di kelas. Kegiatan pendampingan memang merupakan bagian integral dari pelatihan DBE3. Hingga saat ini ke-15 fasilitator daerah Makassar telah mendampingi 106 guru dari bidang studi bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan Bahasa Inggris. Sebelum melakukan pendampingan, dibuat rencana bersama kepala sekolah dan guru, untuk menentukan siapa yang akan didampingi dan kapan waktu pendampingannya. Seusai sesi pembelajaran, fasilitator daerah melakukan evaluasi performa bersama dengan guru yang bersangkutan. Hal ini sangat Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
penting untuk dilakukan. Usai pendampingan tahap pertama ini, sebagian besar fasilitator daerah berkomitmen untuk terus memberikan asistensi secara sukarela ke sekolah yang membutuhkan. Melibatkan Mahasiswa UNM Pendampingan yang dilaksanakan di Makassar, khususnya di SMPN 33 lebih spesial karena melibatkan mahasiswa yang melaksanakan praktik lapangan. Menurut kordinator daerah (DC) kota Makassar, La Sunra, pelibatan mahasiswa UNM dalam kegiatan ini sangat membantu mahasiswa calon guru untuk menerapkan pembelajaran kontekstual. Mahasiswa pun sangat senang karena mereka bisa secara langsung mempelajari Better Teaching and Learning yang berintikan pembelajaran aktif dan inovatif. Menguatkan Unsur Pembelajaran Kontekstual Selama pendampingan berlangsung, fasilitator daerah, pengawas, dan guru mengembangkan unsur-unsur pembelajaran kontekstual, yang meliputi:
Fasilitator Daerah dan Pengawas ikut membantu guru. 1) pertanyaan yang mendorong siswa berbuat, 2) pertanyaan tingkat tinggi, 3) pertanyaan klasikal dalam konteks yang tepat, 4) pertanyaan secara individual, 5) pembelajaran untuk mencapai kecakapan akademik, 6) pembelajaran untuk mencapai kecakapan sosial, 7) memfasilitasi siswa untuk mengemukakan solusi, 8) mengatur perabot kelas yang mendukung pembelajaran kooperatif, 9) menggunakan karya siswa sebagai sumber belajar, 10) menggunakan sumber belajar yang bervariasi dan 11) memberi pembelajaran yang menghasilkan karya siswa.
Nomor 04/November 2009
Berita Dari Provinsi
Hal 18
Pendampingan, Model Supervisi yang Lebih Tepat bagi Pengawas* LOKAKARYA yang dilaksanakan DBE3 bukanlah menjadi akhir sebuah proses peningkatan kapasitas guru. Proses selanjutnya adalah pe-nguatan aplikasi pengetahuan dan pe-ngalaman melalui kegiatan pendam-pingan guru di sekolah. Kegiatan ini juga menjadi ajang berbagi antar pelatih (fasilitator daerah) – yang menjadi pendamping -- dengan guru. Pada awalnya para pendamping ini diberi pelatihan yang memadai untuk menjadi pendamping yang handal. Melalui pelatihan, seorang calon pendamping diajari bagaimana menjadi motivator, pendengar, penanya yang baik, dan pemberi solusi yang arif. Mereka juga dibekali keterampilan antar pribadi yang baik serta pengetahuan yang luas. Sebagai seorang pengawas, yang juga fasilitator daerah, saya memandang pentingnya karakter yang disebut di atas untuk membantu pengemba-ngan profesionalisme pengawas. Seorang pengawas dituntut untuk selalu belajar dan mengikuti perkembangan dunia pendidikan. Seorang pengawas di-
tugaskan untuk membimbing guru dalam menyusun silabus, menyusun RPP, serta memilih metode dan strategi pembelajaran di kelas (Permendiknas Nomor 12 tahun 2007). Pengalaman melaksanakan pendampingan dalam program DBE3 telah membantu saya – sebagai pengawas -menemukan bentuk supervisi yang tepat. Saat di kelas, pengawas terkadang menampilkan aksi pamer otoritas strukturalnya di depan guru dan kepala sekolah. Hal ini harus diubah karena pengawas harus menjadi fasilitator, menjadi mitra sejajar guru dalam membangun pembelajaran kontekstual. Ia harus berbagi pengalaman dengan guru tentang pendekatan pembelajaran yang berpusat pada anak. Melalui pendekatan ini pengawas dan guru bisa mengajak anak untuk berpikir kritis, bekerjasama dalam kelompoknya, melakukan refleksi proses pembelajaran, dan menggunakan serta memilih sumberdaya belajar yang sesuai dan terjangkau.
Pengawas mendampingi guru dalam supervisi pembelajaran. Merefleksi diri sebagai pengawas yang melaksanakan pendampingan, saya menggarisbawahi bahwa peran pengawas yang direposisi sebagai pendamping (mentor) sangat membantu kepala sekolah dan guru dalam mewujudkan pengajaran profesional dan pembelajaran bermakna. Pada akhirnya hal ini akan berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan. * Ditulis oleh Drs. Abdul Latif , M.Si, Pengawas Diknas Sidrap, Sulawesi Selatan.
Guruku adalah Temanku Merenda cita-cita di atas titian juara seakan menjadi pilihannya. Meski usianya masih sangat belia, Rama Arisandi Udhin sa-ngat getol menjajal kemampuannya di bidang Sains dan Matematika. Berbagai kompetisi Sains dan Matematika diikutinya, mulai dari tingkat sekolah, kabupaten, provinsi, hingga nasional. Beberapa gelar telah diraih siswa kelas 3 SMP Negeri 2 Pangkajene ini, Rama Arisandi Udhin seperti juara kompetisi Matematika antar SMP se-Sulsel, Sulbar, dan Sulteng (2008), juara I Olimpiade Sains Matematika Kabupaten Pangkep, dan juara I Olimpiade Sains Matematika SMP tingkat provinsi Sulsel (2009). Ia bertekad meraih juara Olimpiade Sains Matematika tingkat nasional sebagai wakil provinsi Sulsel, serta menjuarai lomba Sains Matematika yang diselenggarakan beberapa universitas di Makassar. Putra sulung dari pasangan Udhin dan Rosmini yang lahir Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
1 Maret 1995 ini tak pernah menyangka bisa jatuh cinta pada Matematika. Di masa sekolah dasar ia sama sekali tidak suka bidang studi ini. Selain susah dan bikin pusing, Matematika juga membosankan. Tapi hal ini sudah berubah 180 derajat. Sekarang Matematika menjadi pelajaran favoritnya. Tiap hari, sepulang sekolah, ia meluangkan waktu selama 2 jam untuk belajar Matematika. Tidak cukup dengan itu, ia pun ikut bergabung dan aktif dalam kegiatan komunitas Siswa Cinta Matematika Sepada (SCAMS), sebuah kelompok belajar yang dirintis oleh guru Matematikanya sendiri, Mansyur Eppe, sejak 7 tahun silam. Menilik sebab kenapa ia senang Matematika, ternyata tak bisa lepas dari lingkungan belajar di sekolahnya. Guru Matematikanya selalu menciptakan suasana menyenangkan dalam belajar: diskusi kelompok, belajar di luar kelas, dan suasana belajar yang menyenangkan dan segar. Latihan dan praktik menjawab soal-soal banyak dilakukan di luar kelas. “Saya senang dengan suasana belajar di sekolah. Guru Matematika mengajar kami dengan santai. Bisa bertanya kapan dan di mana saja. Saya lebih merasakan bahwa guruku adalah temanku.” Menyitir ungkapan hikmah dari Imam Syafi’i bahwa sebuah proses belajar-mengajar akan berhasil jika guru dan murid sama -sama ikhlas. Guru ikhlas mengajar dan siswa ikhlas diajar. Semoga rasa “guruku adalah temanku” yang dirasakan Sandi Nomor 04/November 2009
Berita Dari Provinsi
Hal 19
Matematika: Momok yang Berubah menjadi Mainan Menyenangkan “Berkenalan dengan pembelajaran kontekstual (BTL2 DBE3) memberikan makna yang sangat berarti bagi saya dan siswa saya. Sebagai guru yang juga berperan sebagai fasilitator, saya menjadi teman mereka dalam berkreasi dan bereksperimen,” urai Mustafa guru Matematika di MTsN Takalala, Soppeng, di sela-sela riuh rendah dan kegembiraan siswanya belajar Matematika dengan materi Mengembangkan Konsep Segitiga Sebangun. Pada suatu kesempatan, pak Mustafa membagi siswanya dalam dua kelompok besar dan memberi tugas kepada masing-masing kelompok tersebut. Kelompok I diberi tugas untuk mengukur panjang sisi lapangan di halaman sekolah. Anggota kelompok ini menggunakan jangkar yang terbuat dari bambu, yang dibuat sendiri oleh siswa. Kelompok 2 mendapat tugas untuk mengukur tinggi pohon mangga di halaman sekolah. Tugas yang
Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs
diberikan ini terkait dengan materi segi tiga sebangun. Capaian belajar siswa Kelompok 1 dan 2 mampu mengukur panjang lapangan dan tinggi pohon mangga dengan menggunakan konsep segi tiga sebangun. Melalui konsep ini mereka bisa mengukur panjang lapangan dan tinggi pohon tanpa harus turun ke lapangan. Dengan kata lain, mereka melakukan perhitungan di dalam kelas. Setelah melakukan penghitungan, siswa dan guru melakukan refleksi bersama terhadap proses dan hasil yang dicapai. Melalui kegiatan belajar seperti ini, Matematika tidak lagi menjadi pelajaran yang ditakuti siswa, sebaliknya pelajaran ini menjadi sangat menyenangkan. Di bawah ini adalah gambar yang menceritakan proses kegiatan yang dilakukan.
Nomor 04/November 2009
Kegiatan Nasional
Hal 20
Fasilitator Nasional Tim fasilitator nasional telah dilatih dan bertugas melatih fasilitator daerah mitra. Tim tersebut terdiri atas kurang-lebih 15 orang per propinsi dan dipilih dari fasilitator daerah mitra. Di samping melatih fasilitator daerah mitra, mereka juga akan mendampingi fasilitator tersebut dalam persiapan dan pelaksanaan pelatihan sekolah mitra di setiap kabupaten/kota mitra DBE. Foto tim fasilitator nasional disertai beberapa staf DBE3 dari setiap propinsi ditampilkan di sini. JAWA TENGAH
SULAWESI SELATAN
JAWA BARAT / BANTEN
SUMATERA UTARA
JAWA TIMUR
Inovasi Pendidikan diterbitkan oleh DBE3 dan didanai oleh USAID untuk mendokumentasikan dan menyebarkan inovasi serta praktek-praktek yang baik yang terkait dengan pendidikan dasar. Jika anda ingin berkontribusi, silakan kirim artikel berikut foto ke
[email protected].