DASAR-DASAR KOMUNIKASI dan
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
Penataran dan Lokakarya Peningkatan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional
Maman Rachman
Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Profesi Universitas Negeri Semarang 2015
PRAKATA Tulisan pada Modul ini terbagi menjadi dua bagian. Bagian Pertama yaitu Dasar-dasar Komunikasi dan Bagian Kedua Keterampilan Dasar Mengajar. Sesuai dengan pembagian tersebut, isi bagian pertama mencakupi kajian hakikat komunikasi, komunikasi antar pribadi, dan komunikasi dosen-mahasiswa. Bagian kedua yaitu Keterampilan Dasar Mengajar mencakupi kajian cara menguasai keterampilan dasar mengajar, komponen dan prinsip keterampilan dasar mengajar. Penguasaan terhadap dasar-dasar komunikasi akan memungkinkan dosen berkomunikasi secara lebih baik dan efektif. Sejalan dengan itu, seorang dosen yang menguasai dasar-dasar komunikasi dengan baik dan berkomunikasi secara efektif akan dengan baik pula berinteraksi dengan para mahasiswa dalam proses pembelajaran. Komunikasi merupakan salah satu kunci keberhasilan kegiatan. Oleh karena itu, jika dosen mampu berkomunikasi secara lebih efektif, dapat dipastikan bahwa ia akan mampu mengelola kegiatan belajar-mengajar, lebih efektif pula. Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa seorang dosen sangat perlu menguasai dasar-dasar komunikasi. Keterampilan dasar mengajar merupakan salah satu komponen dalam pembentukan kemampuan profesional seorang pengajar. Seorang dosen yang profesional
akan
mampu
mendemonstrasikan
berbagai
keterampilan
dasar
mengajar secara utuh dan terintegrasi dalam kegiatan belajar-mengajar yang dikelolanya. Penguasaan terhadap berbagai keterampilan dasar mengajar akan memungkinkan seorang dosen mengatasi berbagai masalah yang muncul dalam kegiatan belajar-mengajar, sehingga kegiatan belajar-mengajar dapat berlangsung secara lebih efektif pula. Oleh karena itu, serorang dosen yang ingin berhasil dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pengajar/pendidik seyogianya menguasai dengan baik keterampilan dasar mengajar tersebut. Kulminasi dari penguasaan dasar-dasar komunikasi dan keterampilan dasar mengajar oleh seorang pengajar/pendidik berdampak pada kualitas pembelajaran dosen-mahasiswa di kelas, yang sudah barang tentu hal ini akan berujung pada
pemahaman yang komprehensif dan holistik terhadap materi perkuliahan yang dikaji dan dipelajari oleh para mahasiswa. Semarang, Januari 2015 DAFTAR ISI halaman KATA PENGANTAR .................................................................................. PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL BAGIAN PERTAMA: DASAR-DASAR KOMUNIKASI BAB I HAKIKAT KOMUNIKASI ................................................................. A. Pendahuluan B. Sajian Materi 1. Tujuan Komunikasi 2. Fungsi Komunikasi 3. Komunikasi sebagai Ilmu Multidisiplin 4. Proses Komunikasi 5. Syarat-Syarat Keberhasilan Komunikasi C. Penutup 1. Rangkuman 2. Test Formatif BAB II KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DAN KOMUNIKASI DOSEN- MAHASISWA .................................................................. A. Pendahuluan B. Sajian Materi 1. Komunikasi antar Pribadi 2. Komunikasi antar Pribadi dalam Kegiatan Belajar-Mengajar 3. Komponen Keterampilan Berkomunikasi antar Pribadi 4. Komunikasi Dosen dan Mahasiswa C. Penutup 1. Rangkuman 2. Test Formatif BAGIAN KEDUA: KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR BAB III JENIS DAN CARA MENGUASAI KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR ............................................ A. Pendahuluan B. Sajian Materi
1. Jenis Keterampilan Dasar Mengajar 2. Cara Menguasai Keterampilan Dasar Mengajar C. Penutup 1. Rangkuman 2. Test Formatif BAB IV KOMPONEN DAN PRINSIP KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR .......................................... A. Pendahuluan B. Sajian Materi 1. Keterampilan Bertanya 2. Keterampilan Memberi Penguatan 3. Keterampilan Mengadakan Variasi 4. Keterampilan Menjelaskan 5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran 6. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil 7. Keterampilan Mengelola Kelas 8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan C. Penutup 1. Rangkuman 2. Test Formatif DAFTAR PUSTAKA GLOSARIUM
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Elemen-elemen dalam Proses Komunikasi Gambar 2. Harapan Dosen-Mahasiswa Gambar 3. Keutuhan Keterampilan Dasar Mengajar Gambar 4. Langkah Cara Penguasaan Keterampilan Dasar Mengajar
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL Modul Dasar-Dasar Komunikasi dan Keterampilan Dasar Mengajar dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan mengajar para dosen, terutama para dosen pemula. Kemudian, ditindak lanjuti dengan mengikuti serangkaian kegiatan dalam Penlok PEKERTI. Serangkaian kegiatan Penlok PEKERTI dimaksud adalah kegiatan Penlok Pekerti berupa kajian terhadap materi Dasar-Dasar Komunikasi dan Keterampilan Dasar Mengajar, Praktik Mengajar Keterampilan Dasar Mengajar bersama teman sejawat. Langkah-langkah yang dilakukan oleh peserta Penlok Pekerti adalah sebagai berikut. 1. Mempelajari dasar-dasar komunikasi dengan saksama, kemudian kerjakan tes formatif yang ada pada setiap akhir bab. Setelah itu mempelajari Keterampilan Dasar Mengajar, dilanjutkan dengan mengerjakan tes formatif pada setiap akhir bab materi. 2. Melakukan praktik melatihkan lima jenis keterampilan dasar mengajar pada kegiatan Praktik Mengajar Mikro bersama teman sejawat. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan Modul Praktik Mengajar. Langkah-langkah yang dilakukan oleh Instruktur Penlok Pekerti adalah sebagai berikut. 1. Melakukan proses penataran dan lokakarya dengan menggunakan langkah orientasi konsep, memberi contoh, memberi latihan/tugas, memberi umpan balik secara variatif. 2. Memfasilitasi para peserta untuk dapat melatihkan berbagai macam jenis keterampilan dasar mengajar pada praktik mengajar mikro (sesuai jadwal yang telah disiapkan), dengan menyiapkan perlengkapan untuk kepentingan praktik mengajar.
Berdasarkan langkah-langkah tersebut, diharapkan para peserta Penlok Pekerti akan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran yang selanjutnya
berdampak pada peningkatan kualitas hasil belajar.
BAGIAN PERTAMA DASAR-DASAR KOMUNIKASI BAB I HAKIKAT KOMUNIKASI A. Pendahuluan Sebagai makhluk sosial, manusia sangat membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Saling ketergantungan ini dapat dijalin secara baik jika terjadi komunikasi yang baik. Bahasa adalah alat utama komunikasi, dengan media bahasa yang saling dipahami akan terjalin komunikasi yang efektif. Berkomunikasi dapat dilakukan secara langsung, dapat juga dilakukan dengan tidak langsung, seperti dengan telepon atau pesan singkat melalui handphone. Berkomunikasi, tidak hanya dengan sesama manusia, tetapi juga dapat dengan Sang Maha Pencipta beserta seluruh ciptaan-Nya. Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Penelitian mengungkapkan bahwa 70% waktu bangun, digunakan untuk berkomunikasi (Ahira, 2014). Selanjutnya, disadari atau tidak, komunikasi menentukan kualitas hidup seseorang. Oleh sebab itu, komunikasi bukan hanya ilmu pengetahuan, melainkan juga merupakan seni bergaul. Sajian materi pada bab 1 ini adalah pengertian dan tujuan berkomunikasi, fungsi komunikasi, komunikasi sebagai ilmu multidisiplin, proses komunikasi, dan syarat-syarat keberhasilan komunikasi. Setelah mempelajari bab 1 ini, diharapkan peserta penlok akan dapat mensintesis pengertian dan tujuan berkomunikasi, menganalisis fungsi komunikasi, mendeskripsikan komunikasi sebagai ilmu multidisiplin, mensintesis proses komunikasi, dan menganalisis syarat-syarat keberhasilan komunikasi. Mengingat bab ini menguraikan dasar-dasar komunikasi, peserta penlok diharapkan membaca dan mengembangkan bahan kajian referensi terkait dengan komunikasi. Selain itu, bab ini perlu mendapat perhatian mendalam, karena materi
ini terkait dengan kesiapan peserta memahami materi komunikasi dalam bab dua, tiga, dan empat modul ini. Kerjakan tugas yang tersaji pada bab 1 ini agar peserta penlok dengan mudah dan terampil dalam mengimplementasikan dasar-dasar komunikasi dalam tugas sebagai tenaga pendidik.
B. Sajian Materi I 1. Pengertian dan Tujuan Berkomunikasi Secara harpiah, komunikasi berarti hubungan, sedangkan berkomunikasi dapat diartikan berhubungan. Dalam kata berkomunikasi tersirat adanya interaksi, yang terjadi minimal antara dua pihak. Interaksi atau komunikasi itu terjadi karena ada sesuatu, yang dapat berupa informasi atau pesan yang ingin disampaikan. Oleh karena itu, definisi komunikasi biasanya mencakup pihak yang berkomunikasi dan sesuatu yang dikomunikasikan. Tekanan yang diberikan pada setiap aspek menimbulkan adanya perbedaan/variasi pada definisi komunikasi. Sehubungan dengan itu, komunikasi dapat didefinisikan dengan berbagai cara, seperti yang dikemukakan Wiryawan dan Noorhadi (1990); Wardani (2005), antara lain seperti berikut. a. Komunikasi dapat dipandang sebagai proses penyampaian informasi. Dalam pengertian ini, keberhasilan komunikasi sangat tergantung dari penguasaan materi dan pengaturan cara-cara penyampaian: sedangkan pengirim dan penerima pesan bukan merupakan komponen yang menentukan. b. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan dari seorang kepada orang lain. Pengertian ini secara implisit menempatkan pengirim pesan sebagai penentu utama keberhasilan, sedangkan penerima pesan dianggap objek yang pasif. c. Komunikasi diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. Pengertian ini memberikan pesan yang seimbang antara pengirim pesan, pesan yang disampaikan, dan penerima pesan yang merupakan tiga komponen utama dalam proses komunikasi. Pesan dapat disampaikan dengan berbagai media, namun pesan itu hanya punya arti jika pengirim dan penerima pesan berusaha menciptakan arti tersebut.
d. Sementara itu, Harold Koontz dalam Hasibuan (1996) mengemukakan bahwa komunikasi digambarkan sebagai pemindahan informasi dari seseorang keorang lain, tetapi informasi yang ditranfer itu harus dipahami sepenerima. Hasibuan (1996) menyatakan bahwa komunikasi adalah proses pemindahan lambanglambang yang mengandung pengertian antar-individu. Terdapat empat tingkatan tujuan orang berkomunikasi, yaitu (1) pada tingkat sosial pertama, orang berkomunikasi untuk kesenangan belaka, (2) pada tingkat sosial kedua, orang berkomunikasi untuk menunjukkan keterkaitannya dengan orang lain, (3) pada tingkat sosial ketiga, orang berkomunikasi untuk membangun dan memelihara hubungan, dan (4) pada tingkat sosial keempat, mereka berkomunikasi untuk menegaskan hubungan-hubungan mereka (Morissan, 2013). Secara umum berkomunikasi, bukan hanya berbicara secara verbal, melainkan juga secara nonverbal (bahasa tubuh). Terkadang bahasa verbal sejalan dengan bahasa nonverbalnya. Artinya, apa yang diucapkan sesuai dengan gerah-gerik tubuh yang diperlihatkan. Namun demikian, ada kalanya bertentangan. Membaca bahasa tubuh seseorang secara objektif memang tidak mudah. Hal ini menentukan latihan intensif. Caranya ialah dengan berlatih membaca unsur-unsur bahasa badan. 2. Fungsi Komunikasi Fungsi
komunikasi
antara
lain
agar
manusia
dapat
mengontrol
lingkungannya, beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka berada, serta melakukan transformasi warisan sosial kepada generasi berikutnya. Dengan demikian, melalui komunikasi yang baik hubungan antar manusia dapat dipelihara kelangsungannya. Dengan komunikasi antar manusia bisa memperbanyak sahabat, memperbanyak rezeki, memperbanyak dan memelihara pelanggan, dan juga memelihara hubungan baik antara bawahan dan atasan dalam sebuah organisasi. Fungsi komunikasi dari aspek kesehatan, menghindari gangguan kejiwaan atau depresi, kurang percaya diri, menderita kanker, dan cepat mati dibanding dengan orang yang senang berkomunikasi; dari aspek komunikasi dengan diri sendiri berfungsi meningkatkan kematangan berpikir sebelum bertindak; dari aspek antar pribadi berfungsi meningkatkan hubungan insani, menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidak pastian akan sesuatu, serta untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain; dari komunikasi publik untuk menumbuhkan kebersamaan atau solidaritas, mempengaruhi orang lain, memberi
informasi, mendidik dan menghibur; dari aspek komunikasi massa berfungsi untuk menyebarluaskan informasi, meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan kegembiraan dalam hidup seseorang ( Cangara, 2009; Ahira, 2014).
3. Komunikasi sebagai Ilmu Multidisiplin Pada awalnya pertumbuhannya, komunikasi merupakan studi retorika dan jurnalistik yang banyak berkaitan dengan pembentukan pendapat umum. Oleh karena itu, dalam peta ilmu pengetahuan, komunikasi dinilai oleh banyak pihak sebagai ilmu yang monodisiplin yang berinduk pada ilmu politik. Namun, dengan perkembangan masyarakat yang begitu cepat, terutama kemajuan di bidang genetika dan teknologi komunikasi, maupun dibidang-bidang lainnya telah membawa dampak makin kaburnya batas-batas kewenangan dan fungsi beberapa ilmu pengetahuan, sehingga ilmu yang tadinya monodisiplin cenderung multidisiplin. Berdasar kemajuan seperti itu, ilmu komunikasi dipelajari, tumbuh dan berkembang dan diajarkan hampir pada semua disiplin ilmu. Mengacu pada realita seperti itu, ilmu komunikasi semakin disadari bukan lagi sebagai ilmu monodisiplin yang berinduk pada ilmu politik, cenderung makin diakui sebagai ilmu yang multidisiplin, terbuka dan dibina banyak disiplin ilmu (Cangara, 2009). 4. Proses Komunikasi Komunikasi adalah suatu proses, bukah hal yang statis. Implikasi dari hal itu adalah bahwa komunikasi memerlukan tempat, dinamis, menghasilkan perubahan dalam usaha mencapai hasil, melibatkan interaksi bersama, serta melibatkan suatu kelompok. Pada setiap peristiwa komunikasi akan melibatkan delapan elemen komunikasi yang meliputi sumber, enkoding, pesan, saluran, dekoding, penerima, umpan balik, dan gangguan (Joseph Dominick dalam Morissan, 2014). Proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut. Umpan Balik
Komunikator
Pesan
Saluran
Komunikan
Encoding decoding
Gambar 1. Elemen-lemen dalam Proses Komunikasi
Pengirim pesan melakukan encode, yaitu memformulasikan pesan yang akan disampaikan dalam bentuk code yang sedapat mungkin dapat ditafsirkan oleh penerima pesan. Misalnya, Pramuka menggunakan bahasa isyarat/morse sebagai code, atau penjaga pintu kereta api menggunakan bendera merah sebagai code. Penerima pesan kemudian menafsirkan atau men-code code yang disampaikan oleh penerima pesan. Berhasil tidaknya komunikasi atau tercapai tidaknya tujuan komunikasi tergantung dari ketiga komponen tersebut. Dilihat dari prosesnya, komunikasi dapat dibedakan atas komunikasi verbal dan
komunikasi
nonverbal.
Komunikasi
verbal
adalah
komunikasi
dengan
menggunakan bahasa, baik bahasa tulis maupun bahasa lisan. Sedangkan komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunkana isyarat, gerak-gerik, gambar, lambang, mimik muka, dan lain sebagainya. 5. Syarat-Syarat Keberhasilan Komunikasi Ketercapaian tujuan komunikasi merupakan keberhasilan komunikasi. Keberhasilan ini tergantung dari berbagai faktor sebagai berikut. a. Komunikator Komunikator merupakan sumber dan pengirim pesan. Kepercayaan penerima pesan pada komunikator serta keterampilan komunikator dalam melakukan komunikasi menentukan keberhasilan komunikasi. b. Pesan yang disampaikan Keberhasilan komunikasi tergantung dari: 1) daya tarik pesan itu sendiri, 2) kesesuaian pesan dengan kebutuhan penerima pesan, 3) lingkup pengalaman yang sama (areal of shared experience) antara pengirim dan penerima pesan tentang pesan tersebut, serta 4) peran pesan dalam memenuhi kebutuhan penerima pesan c. Komunikan (Penerima Pesan) Keberhasilan komunikasi tergantung dari:
1) kemampuan komunikan menafsirkan pesan 2) komunikan sadar bahwa pesan yang diterima memenuhi kebutuhannya, 3) perhatian komunikan terhadap pesan yang diterima. d. Konteks Komunikasi berlangsung dalam setting atau lingkungan tertentu. Lingkungan yang kondusif (nyaman, menyenangkan, aman, menantang) sangat menunjang keberhasilan komunikasi. e. Sistem Penyampaian Sistem penyampaian pesan berkaitan dengan metode dan media. Metode dan media yang sesuai dengan berbagai jenis indra penerima pesan yang kondisinya berbeda-beda akan sangat menunjang keberhasilan komunikasi. C. Penutup 1. Rangkuman Komunikasi bermakna proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. Komunikasi baru dapat dilakukan apabila ada dua pihak, pemberi dan penerima informasi. Komunikasi hanya merupakan alat untuk menyampaikan perintah dan informasi dari seseorang kepada orang lain, bukan sebagai tujuan, komunikasi harus dapat dimengerti. Unsur-unsur komunikasi yaitu: komunikator, adalah orang yang menyampaikan pesan komunikasi; pesan yaitu informasi, perintah, laporan, berita dan lain-lain yang disampaikan; saluran yaitu alat (simbol) yang dipergunakan untuk komunikasi; komunikan, yaitu orang yang menerima pesan komunikasi; reaksi timbal balik, yaitu reaksi yang ditimbulkan oleh komunikasi tersebut. Fungsi-fungsi komunikasi dapat sebagai instructive, berfungsi untuk memberi perintah dari atasan kepada bawahan; informative, berfungsi untuk menyampaikan informasi, berita dan pesan-pesan lainnya, influencing, berfungsi untuk memberikan saran-saran, nasihat dari seseorang kepada orang lain; evaluative, berfungsi untuk menyampaikan laporan dari bawahan kepada atasannya. Tipe-tipe
komunikasi
dapat
berupa:
komunikasi
formal,
yaitu
komunikasi dalam organisasi formal, pesannya instruktif dan evaluatif;
komunikasi informal, yaitu dalam organisasi informal dan formal, pesannya berfungsi informatif dan evaluatif. Proses komunikasi dengan langkah: ide (komunikatator) dialihkan ke dalam lambang komunikasi, lambang dikomunikasikan dan disampaikan melalui saluran, simbol-simbol komunikasi dipersepsi dan ditafsirkan, terjadi kegiatan/umpan balik/kelakuan dan timbul interaksi. Hambatan komunikasi dapar berupa: hambatan semantis, yaitu hambatan yang disebabkan oleh bahasa; hambatan teknik, yaitu hambatan yang
disebabkan
oleh
alat-alat
teknis
yang
dipergunakan
untuk
berkomunikasi, misal telepon, dll.; hambatan biologis yaitu hambatan yang ditimbulkan oleh kurang baiknya panca indera komunikator atau komunikan, misal tuli atau gagu; hambatan fisiologis, yaitu hambatan karena kejiwaan yang disebabkan perbedaan status dan keadaan, misalnya antara direktur dan pesuruh; hambatan persepsi, yaitu hambatan yang disebabkan komunikan kurang mampu menangkap atau menafsirkan pesan komunikasi sehingga dipersepsi serta dilakukan secara salah. Syarat-syarat komunikasi yang baik adalah mempergunakan bahasa yang baik dan benar, lengkap - agar pesan yang disampaikan dipahami komnikan, tepat - komunikasi/perintah yang diberikan itu benar, jelas – artinya pesan yang disampikan secara benar, dan disampaikan pada saat yang tepat. Metoda komunikasi dapat dilakukan secara langsung, bila pesan yang disampaikan secara langsung sehingga terjadi umpan balik yang langsung pula; tidak langsung bila pesan disampaikan tidak langsung oleh komunikator,
sehingga
umpan
balik
tertunda
atau
tidak
langsung;
komunikasi horizontal, jika pesan yang disampaikan seseorang kepada orang lain bertujuan untuk menjalin hubungan saja; komunikasi searah jika komunikasi yang disampaikanberupa indoktrinasi dan hanya komunikator saja yang berperan aktif, sedangkan komunikan bersifat pasif, misalnya pemimpin upacara memberi aba-aba, atau imam dalam shalat; komunikasi dua arah, jika komunikator dan komunikan sama-sama berperan aktif.. Terjadi pergeseran terhadap ilmu komunikasi, yang semula sebagai ilmu
monodisiplin
bergerak
ke
multidisiplin.
Keberhasilan
dalam
berkomunikasi tidak lepas dari pengembangan dan kepemilikan unsur yang
perlu dipenuhi dari berbagai unsur yang menyertainya yaitu komunikator, komunikan, pesan, konteks, dan sistem penyampaian. Pemilikan akan sarana. 2. Tes Formatif a. Jelaskan mengapa terjadi perubahan terhadap perhatian ilmu komunikasi, yang semula sebagai ilmu yang monodispiln, tetapi sekarang bergeser sebagai ilmu multidispilin. Berikan contoh sebagai bukti yang mendukung jawaban Saudara. b. Kemukakan hal-hal yang perlu dikembangkan/dimiliki oleh seorang dosen untuk setiap komponen komunikasi (dosen, pesan, mahasiswa, sarana) agar dalam berkomunikasi tersebut berhasil? c. Komunikasi memerlukan saluran, tetapi saluran memiliki kekuatan dan kelemahan. Kemukakan apa sajakah yang perlu diperhatikan dan dipersiapakn oleh komunikan terkait dengan adanya gangguan dalam saluran dalam konteks pwenyampaian pesan?
BAB II KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DAN KOMUNIKASI DOSEN- MAHASISWA A. Pendahuluan Sebagai makhluk sosial, manusia sangat membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Saling ketergantungan ini dapat dijalin secara baik jika terjadi komunikasi yang baik. Bahasa adalah alat utama komunikasi, dengan media bahasa yang saling dipahami akan terjalin komunikasi yang efektif. Berkomunikasi dapat dilakukan secara langsung, dapat juga dilakukan dengan tidak langsung, seperti melalui telepon atau pesan singkat melalui handphone. Berkomunikasi, tidak hanya dengan sesama manusia, tetapi juga dapat dengan Sang Maha Pencipta beserta seluruh ciptaan-Nya. Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Penelitian mengungkapkan bahwa 70% waktu bangun, digunakan untuk berkomunikasi (Ahira, 2014). Selanjutnya, disadari atau tidak, komunikasi menentukan kualitas hidup seseorang. Oleh sebab itu, komunikasi bukan hanya ilmu pengetahuan, melainkan juga merupakan seni bergaul. Sajian materi pada bab 2 ini adalah komunikasi antar pribadi, komunikasi antar
pribadi
dalam
kegiatan
belajar-mengajar,
komponen
keterampilan
berkomunikasi antar pribadi, komunikasi dosen dan mahasiswa. Setelah peserta penlok mempelajari materi ini, peserta penlok diharapkan akan menerapkan komunikasi antar pribadi, menerapkan komunikasi antar pribadi dalam kegiatan belajar-mengajar, mendeskripsikan komponen keterampilan berkomunikasi antar pribadi, dan mengimplentasikan komunikasi dosen dan mahasiswa. Mengingat modul ini hanya menyajikan dan menguraikan hal-hal pokok saja, para peserta penlok untuk mengembangkan pemahaman diri dengan membaca referensi dan artikel-artikel dalam jurnal terkait dengan bab ini . Kerjakan tugas yang tersaji pada bab 2 ini agar peserta penlok dengan mudah dan terampil
dalam mengimplementasikan dasar-dasar komunikasi dalam tugas sebagai tenaga pendidik. B. Sajian Materi 1. Komunikasi antar Pribadi Komunikasi antar pribadi dimaksudkan sebagai komunikasi yang berlangsung secara informal antara dua orang individu. Dengan kata lain, komunikasi jenis ini dapat berlangsung dari hati ke hati karena antar kedua individu yang bekomunikasi tersebut terdapat hubungan saling mempercayai. Komunikasi antar pribadi dapat terjadi dalam berbagai situasi dan tempat. Ia muncul ketika seseorang pramuwisata melayani seorang wisatawan, seorang pedagang melayani pembeli, seorang ibu dengan anaknya, atau antara seorang dosen dengan mahasiswanya, misalnya. Komunikasi antar pribadi akan berlangsung secara efektif, jika pihakpihak yang berkomunikasi menguasai keterampilan berkomunikasi antar pribadi. Keterampilan ini sebenarnya secara tidak sengaja telah dilatihkan melalui pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika seorang anak mengadu kepada ibunya, si ibu dengan penuh rasa kasih sayang membelai anaknya, mendengarkan dengan penuh kasih sayang dan perhatian mengulang bagian tertentu dari pembicaraan anaknya, atau mengajukan pertanyaan yang dianggapnya sesuai. Demikain juga seorang petugas supermarket akan mendengarkan dengan saksana pertanyaan pembelinya, atau seorang perawat menunjukkan rasa simpati yang dalam pada pasien yang sedang dirawatnya. 2. Komunikasi antar Pribadi dalam Kegiatan Belajar-Mengajar Dalam kegiatan belajar-mengajar, komunikasi antar pribadi merupakan perisriwa yang seharusnya muncul setiap saat. Komunikasi jenis ini dapat terjadi antara dosen dengan mahasiswa, atau antara mahasiswa dengan mahasiswa. Keefektifan komunikasi tersebut seperti sudah disiratkan di atas sebenarnya sangat tergantung dari kedua belah pihak yang berkomunikasi. Namun, karena dosen yang memegang kendali kelas, maka tanggung jawab terjadinya komunikasi antar pribadi yang sehat dan efektif terletak pada tangan dosen. Keberhasilan dosen mengemban tanggung jawab tersebut
sangat tergantung dari keterampilan dosen di dalam melakukan komunikasi ini. Dalam kehidupan persekolahan, tidak jarang terjadi siswa tidak mau pergi ke sekolah karena merasa tidak diperhatikan oleh gurunya, ataupun perkelahian muncul karena para siswa merasa diperlakukan tidak adil. Tidak jarang terjadi pula para siswa yang sangat hormat dan kagum pada gurunya karena merasa mendapat perhatian penuh dari gurunya. Oleh karena itu, keterampilan berkomunikasi antar pribadi mutlak parlu dikuasai oleh dosen. 3. Komponen Keterampilan Berkomunikasi antar Pribadi Keterampilan berkomunikasi antar pribadi dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok sebagaimana dikemukakan oleh Sokolove dan Sadke, dalam Wardani (2005), sebagai berikut. a. Kemampuan untuk mengungkapkan perasaan mahasiswa Kemampuan ini berkaitan dengan penciptaan iklim yang positif dalam kegiatan belajar, yang memungkinkan mahasiswa mau mengungkapkan perasaan atau masalah yang dihadapinya tanpa merasa dipaksa atau dipojokkan. Iklim yang demikian ini dapat ditumbuhkan dosen dengan dua cara, yatu menunjukkan sikap memperhatikan (attending behavior) dan mendengarkan dengan aktif (active listening). Dalam usaha menumbuhkan iklim ini, dosen perlu bersikap: 1) memberi dorongan, bukan bermusuhan, 2) bertanya, bukan menghakimi, serta 3) fleksibel (luwes), bukan terstruktur. Sikap memperhatikan dapat ditunjukkan dengan berbagai cara seperti mengadakan kontak pandang, mimik muka, maupun gerakan tubuh, mengucapkan kata-kata singkat misalnya ya, benar, yang semuanya ini menunjukkan
bahwa
dosen
sedang
mendengarkan
mahasiswa
berbicara. Secara singkat dapat dikatakan bahwa sikap memperhatikan yang efektif dapat ditunjukkan dengan dua cara, yaitu isyarat nonverbal (kontak pandang, mimik muka, sikap tubuh yang rileks atau gerak mendekati) serta isyarat verbal (diam/kesenyapan sejenak, katakata/komentar singkat, atau kesimpulan singkat). Tentulah sangat menyakitkan bagi mahasiswa jika ketika mereka berbicara kepada
dosen, dosen memandang ke tempat lain dan sama sekali tidak menunjukkan adanya perhatian pada pembicaraan mahasiswa. b. Kemampuan menjelaskan perasaan yang diungkapkan mahasiswa Bila mahasiswa sudah bebas mengungkapkan perasaan/masalah yang dihadapinya, tugas dosen kini adalah membantu mahasiswa untuk mengklasifikasi ungkapan perasaan tersebut. Untuk itu, dosen perlu menguasai dua jenis keterampilan, yaitu merefleksikan dan mengajukan pertanyaan inventori. Tindakan merefleksikan dapat disamakan dengan dosen menaruh cermin di hadapan mahasiswa sehingga mahasiswa dapat melihat kembali apa yang dilakukan atau diucapkannya. Dalam hal ini, dosen dapat mengulangi kembali ucapan mahasiswa atau memberikan balikan. Sebagaimana yang disebutkan Rogers dalam Morissan
(2013),
mahasiswa
yang
melihat
sendiri
sikap
yang
ditampilkannya, kebingungannya, atau perasaannya diekspresikan secara akurat oleh orang lain, akan mulai merintis jalan untuk menerima keadaan tersebut. Agar dapat merefleksikan ungkapan perasaan mahasiswa secara efektif, dosen perlu mengingat hal-hal berikut: 1) Hindari
prasangka
terhadap
pembicaraan
atau
topik
yang
dibicarakan, 2) Perhatikan dengan cermat semua pesan verbal/nonverbal dari pembicara, 3) Lihat, dengarkan, dan rekam dalam hati kata-kata/perilaku khas yang diperlihatkan oleh pembicara, 4) Bedakan/simpulkan kata-kata/pesan yang bersifat emosional, 5) Beri tanggapan pada mahasiswa dengan cara memparaphrase katakata yang diucapkan, menggambarkan perilaku khusus yang diperlihatkan, dan tanggapan mengenai kedua hal tersebut, 6) Jaga nada suara, jangan sampai berteriak, menghakimi atau seperti memusuhi, 7) Minta klarifikasi apakah yang dikatakan pada nomor 5 itu benar demikian. Dalam kaitan ini, pertanyaan inventori dapat didefinisikan sebagai pertanyaan yang menyebabkan orang melacak pikiran, perasaan, dan perbuatannya sendiri, serta menilai keefektifan dari
perbuatan tersebut. Menurut pengamat psikologi humanistik, manusia yang sehat dan matang mampu menilai perasaannya sendiri, menentukan tingkat produktivitasnya, dan kemudian berdasarkan kedua hal itu, memodifikasi perilakunya. Pertanyaan inventori dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu: 1) Pertanyaan yang menuntut mahasiswa untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya, contoh: Bagaimana perasaan Anda? Ceritakan apa yang Anda alami! 2) Pertanyaan yang menggiring mahasiswa untuk mengidentifikasi pola-pola
perasaan,
pikiran,
dan
perbuatannya.
Contoh:
Bagaimana biasanya reaksi Anda dalam situasi seperti ini? Kondisi apa yang menyebabkan Anda bereaksi seperti itu? 3) Pertanyaan yang menggiring mahasiswa untuk mengidentifikasi konsekuensi/akibat dari perasaan, pikiran,
dan perbuatannya.
Contoh: Apa yang terjadi kalau Anda bereaksi seperti itu? Apa akibat respons yang Anda berikan tersebut bagi Anda sendiri? Bagaimana persaan Anda setelah perilaku itu Anda tunjukkan? c. Mendorong mahasiswa untuk memilih perilaku alternatif. Kemampuan ini meliputi hal-hal berikut. 1) Kemampuan
mencari/mengembangkan
berbagai
perilaku
alternatif yang sesuai. 2) Kemampuan melatih perilaku alternatif serta merasakan apa yang dihayati mahasiswa dengan perilaku tersebut. 3) Menerima balikan dari orang lain tentang keefektifan setiap perilaku alternatif. 4) Meramalkan konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang dari setiap perilaku alternatif . 5) Memilih perilaku alternatif yang paling sesuai dengan kebutuhan pribadi mahasiswa. 4. Komunikasi Dosen dan Mahasiswa Salah satu tugas dosen yang utama dalam mengajar adalah menciptakan iklim belajar yang kondusif. Pada dasarnya, dalam suatu interaksi, iklim yang muncul diciptakan oleh kedua belah pihak dalam hal ini
dosen dan mahasiswa. Namun, sebagai pengendali dalam kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung, dosen bertanggung jawab atas pengorganisasian kegiatan, waktu, fasilitas, dan segala sumber yang dimanfaatkan dalam kelas. Oleh karena itu, terciptanya iklim yang kondusif tersebut sangat tergantung dari dosen. Untuk menciptakan iklim yang kondusif tersebut, disarankan pentingnya pengkomunikasian harapan (expectation) dari dosen kepada mahasiswa (Houston dalam Wardani, 2005). Setiap mahasiswa yang ada di kelas harus sadar akan hal-hal yang diharapkan dari mereka. Misalnya mereka harus tahu bahwa jika dosen sedang menerangkan sesuatu, mereka harus memperhatikan dengan cermat, dan kemudian mengemukakan pendapat mereka jika ada hal yang perlu ditanyakan. Harapan tercermin dari apa yang dikerjakan dan dibuat oleh dosen dan mahasiswa. Harapan dapat terdiri atas berbagai hal seperti: 1) tugas-tugas yang jelas diketahui oleh setiap mahasiswa, 2) pembagian waktu yang jelas untuk mengerjakan setiap tugas, 3) perilaku
yang
semestinya
ditunjukkan
oleh
mahasiswa
dalam
menyelesaikan tugas-tugas itu, atau 4) cara pemberian balikan untuk setiap tugas. Harapan bukan merupakan sesuatu yang unik dalam profesi dosen. Di bidang profesi lain harapan ini selalu ada. Misalnya, bila kita memasuki tempat praktik seorang dokter, kita mengharapkan layanan yang ramah dari perawat, ruang tunggu yang bersih, serta perlakuan yang adil. Demikian juga halnya dengan seorang mahasiswa yang memasuki kelas untuk mengikuti kuliah. Ia akan mengharapkan banyak hal, seperti pengajar yang berwibawa dan kompeten, rasa aman, aturan kelas yang jelas, atau hubungan sosial yang baik sesama mahasiswa. Untuk memenuhi harapan tersebut, hal-hal berikut perlu diperhatikan oleh dosen. 1) Tujuan Nyatakan tujuan/arah kegiatan pada awal kuliah. Pengkomunikasian persyaratan mata kuliah yang mencakup garis besar kegiatan dan persyaratan yang harus dipenuhi untuk bisa lulus dari mata kuliah tersebut, merupakan salah satu cara untuk membuat para mahasiswa sadar akan tujuan yang dicapai dan persyaratan untuk mencapainya.
2) Respek (Rasa hormat) Rasa hormat mahasiswa kepada dosen dapat ditumbuhkan dengan cara menunjukkan lebih dahulu rasa respek dosen terhadap mahasiswa. Rasa saling menghormati antara dosen dan mahasiswa perlu dipelihara karena hal itu akan menumbuhkan lingkungan belajar yang sehat. 3) Keteraturan Aturan kelas yang jelas, sepertim tidak boleh merokok selama mengikuti kuliah, cara mengajukan pertanyaan yang sopan, atau batas waktu penyerahan paper yang jelas, akan membuat keteraturan dan rasa aman dalam kelas. 4) Berlaku Adil Perlakuan yang adil yang ditunjukkan oleh dosen terhadap mahasiswa, terutama yang berkaitan dengan aturan dan persyaratan mata kuliah yang telah disepakati sebelumnya, akan membantu menumbuhkan iklim kerja yang positif. 5) Rasa Aman Menjaga
rasa
aman
mahasiswa
dengan
mencegah
terjadinya
kekacauan merupakan tantangan berat bagi dosen-dosen muda yang belum berpengalaman. Ketegasan, ketepatan, dan kecepatan bertindak merupakan salah satu kunci dalam mencegah terjadinya hal-hal yang menghilangkan rasa aman mahasiswa. 6) Penuh Perhatian (Caring) Perhatian dosen terhadap para mahasiswa, baik melalui kontak pandang, senyuman, maupun kata-kata yang wajar, akan membantu menumbuhkan iklim kelas yang kondusif, dan memenuhi harapan mahasiswa. Secara ringkas, harapan dosen-mahasiswa dapat digambarkan seperti terlihat pada Gambar 2.
Tujuan
Respek Teratur
Adil
Aman
Perhatian
Harapan
Sumber: Wardani, 2005
Gambar 2. Harapan Dosen-Mahasiswa Sebagaimana halnya dengan jenis komunikasi secara umum, komunikasi antara dosen dan mahasiswa dapat dilakukan secara verbal maupun nonverbal. Kedua jenis komunikasi ini cukup efektif jika syarat-syarat terjadinya komunikasi terpenuhi. C. Penutup 1. Rangkuman Komunikasi antar pribadi sebagai komunikasi yang berlangsung secara informal antara dua orang individu, dapat berlangsung dari hati ke hati antar kedua individu yang berkomunikasi. Dalam kegiatan belajar-mengajar, komunikasi antar pribadi merupakan peristiwa yang muncul setiap saat. Keefektifan komunikasi tersebut tergantung dari kedua belah pihak yang berkomunikasi. Berkomunikasi antar pribadi dapat berhasil bila dimiliki kemampuan untuk mengungkapkan perasaan mahasiswa, kemampuan menjelaskan perasaan yang diungkapkan mahasiswa, dan kemampuan mendorong mahasiswa untuk memilih perilaku alternatif. Pembelajaran di kelas antara dosen-mahasiswa tidak lepas dari dasar-dasar komunikasi.
Dosen sebagai komunikator dan mahasiswa sebagai komunikan memiliki harapan, harapan-harapan tersebut dituangkan dalam penyampaian tujuan, respek, keteraturan, adil, rasa aman, dan penuh perhatian. 2. Tes Formatif a. Jelaskan dan beri contoh dalam hubungan dosen-mahasiswa di perguruan tinggi dimana Saudara kuliah: 1) apa yang dimaksud dengan komunikasi antar pribadi, 2) kapan komunikasi antar pribadi dilakukan, 3) mengapa komunikasi antar pribadi perlu dilakukan, dan 4) faktor-faktor apa yang perlu diperhatikan agar komunikasi antar pribadi itu berhasil. b. Ilustrasikan, harapan-harapan baik dosen maupun mahasiswa dalam sebuah proses pembelajaran, dan dalam bentuk apa saja harapanharapan tersebut diwujudkan baik oleh dosen maupun mahasiswa. c. Berdasarkan bentuk komunikasi seperti pada gambar berikut, bahwa dari komunikasi yang luas ke intra pribadi menunjukkan kasusnya sedikit ke banyak. Buktikan dan disertai contoh kasus yang terjadi pada komunikasi dosen-mahasiswa dalam dunia pendidikan. Bagaimana cara menanggulanginya.
BAGIAN KEDUA KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR BAB 3 JENIS DAN CARA MENGUASAI KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR A. Pendahuluan Keterampilan dasar mengajar merupakan salah satu komponen dalam pembentukan kemampuan profesional. Seorang dosen yang profesional akan mampu mendemontrasikan berbagai keterampilan dasar mengajar secara utuh dan terintegrasi dalam kegiatan belajar-mengajar. Penguasaan terhadap berbagai keterampilan dasar mengajar akan memungkinkan seorang dosen mengatasi berbagai masalah yang muncul dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga kegiatan belajar-mengajar dapat berlangsung secara lebih efektif. Oleh karena itu, seorang dosen yang ingin berhasil dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pengajar/pendidik seyogianya menguasai dengan baik keterampilan dasar mengajar tersebut Sajian materi pada bab 3 ini ini adalah jenis keterampilan dasar mengajar dan cara menguasai keterampilan dasar mengajar. Setelah peserta penlok mempelajari materi ini, peserta penlok diharapkan akan mensintesis jenis keterampilan dasar mengajar dan mengimplementasikan keterampilan dasar mengajar dalam proses belajar mengajar di perguruan tinggi masing-masing. Mengingat modul ini hanya menyajikan dan menguraikan hal-hal pokok saja, para peserta penlok untuk mengembangkan pemahaman diri dengan membaca referensi dan artikel-artikel dalam jurnal terkait dengan bab ini . Kerjakan tugas yang tersaji pada bab 3 ini agar peserta penlok dengan mudah dan terampil dalam mengimplementasikan dasar-dasar komunikasi dalam tugas sebagai tenaga pendidik B. Sajian Materi 1. Jenis Keterampilan Dasar Mengajar Mengajar adalah perbuatan yang kompleks yang merupakan pengintegrasian secara utuh berbagai komponen kemampuan. Komponen kemampuan tersebut berupa pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan
nilai, sebagian telah dibentuk secara bertahap sejak awal mulainya pelatihan ini. Penyajian prinsip-prinsip belajar, berbagai teori dan strategi mengajar, rancangan instruksional, serta evaluasi instruksional adalah merupakan contoh pembentukan kemampuan tersebut. Setelah dosen pemula dianggap menguasai materi dan sistem penyampaian, tiba saatnya untuk berlatih mengusai keterampilan dasar mengajar, yaitu keterampilan yang bersifat generik yang harus dikuasai oleh semua guru atau dosen, terlepas dari tingkat kelas dan bidang studi yang diajarkannya. Keterampilan dasar mengajar merupakan keterampilan yang kompleks pula, yang pada dasarnya merupakan pengintegrasian utuh dari berbagai keterampilan yang jumlanya sangat banyak. Di antara keterampilan yang sangat banyak tersebut, menurut hasil penelitian Turney dalam Wardani (2005) terdapat delapan keterampilan dasar mengajar yang dianggap sangat berperan dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kedelapan keterampilan tersebut adalah keterampilan: 1)
Bertanya (dasar, lanjut)
2)
Memberi penguatan,
3)
Mengadakan variasi,
4)
Menjelaskan,
5)
Membuka dan menutup pelajaran
6)
Membimbing diskusi kelompok kecil,
7)
Mengelola kelas, serta
8)
Mengajar kelompok kecil dan perseorangan/individual Untuk keperluan pelatihan, keteramp[ilan yang kompleks tersebut
dapat dipilah-pilah menjadi delapan dasar mengajar seperti tersebut di atas, sehingga masing-masing dapat dilatihkan secara terpisah. Namun, ketika dosen menggunakan/menerapkan keterampilan ini di dalam kelas, ia harus mempu menampilkan secara utuh dan terintegrasi. Penguasaan terhadap setiap keterampilan tidak berarti penguasaan dalam mengintegrasikannya secara utuh. Dengan demikian, latihan mengintegrasikan keterampilan itu secara utuh perlu dilakukan. Secara ringkas keutuhan keterampilan dasar mengajar seperti tertera dalam Gambar 3.
Bertanya Memberi penguatan Mengadakan variasi
Keterampilan Utuh & Terintegrasi
Menjelaskan Membuka & Menutup Pelajaran Membimbing diskusi kelompok kecil
Mengelola kelas Mengajar kelompok kecil dan perorangan
Sumber: Wardani, 2005
Gambar 3. Keutuhan Keterampilan Dasar Mengajar 2. Cara Menguasai Keterampilan Dasar Mengajar Latihan penguasaan keterampilan secara terpisah dilakukan dalam bentuk Pengajaran Mikro. Pengajaran mikro adalah pengajaran biasa yang ukurannya diperkecil, sehingga memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut: Tujuan pengajaran
: terbatas (1-2 tujuan)
Tujuan latihan
: penguasaan satu kereremapilan
Materi pelajaran
: terbatas (yang dapat disajikan dalam waktu 10-20 menit)
Jumlah mahasiswa
: 5-10 orang
Waktu
: 10-20 menit
Pengajaran Mikro dapat dilakukan dalam bentuk sebenarnya, yaitu dengan menggunakan mahasiswa sebenarnya sebagai peserta didik,
dan dapat juga dilakukan dalam bentuk simulasi, yaitu dengan menggunakan teman sendiri sebagai mahasiswa (peer-teaching). Akhirnya perlu ditekankan, bahwa dalam latihan penguasaan satu keterampilan dosen juga menggunakan keterampilan lain, hanya tekanannya pada pendemontrasian penguasaan satu keterampilan yang akan dilatihkan. c. Penerapan keterampilan dalam praktik Setelah melakukan latihan penguasaan keterampilan dalam bentuk pengajaran mikro, dosen pemula kini meningkatkan latihannya dengan berlatih menerapkan keterampilan ini dalam Praktik Mengajar. Seyogianya, dalam hal ini dosen pemula dibimbing oleh dosen senior, sehingga setiap akhir latihan dapat diadakan diskusi balikan. Dosen pemula dapat juga dibantu oleh dosen pemula lain yang bertindak sebagai pengamat. Dengan tahap-tahap latihan seperti tersebut di atas, diharapkan para dosen pemula akan menguasai kedelapan keterampilan dasar mengajar sehingga dapat diterapkan dalam melakukan tugasnya seharihari di depan kelas. Secara ringkas cara menguasai Keterampilan Dasar Mengajar seperti terlihat pada Gambar 4. Perencanaan Pembelajaran
Praktik Micro Teaching (Ket. Mengajar)
Observasi / Perekaman
Diskusi/ Umpan Balik Gambar 4 Langkah cara penguasaan keterampilan dasar mengajar
C. Penutup 1. Rangkuman Mengajar adalah perbuatan yang kompleks yang merupakan pengintegrasian secara utuh berbagai komponen kemampuan. Komponen kemampuan tersebut berupa pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan nilai. Keterampilan dasar mengajar merupakan keterampilan yang kompleks pula, yang pada dasarnya merupakan pengintegrasian utuh dari berbagai keterampilan
yaitu
bertanya
(dasar,
lanjut),
memberi
penguatan,
mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil dan perseorangan. Untuk menguasai keterampilan dasar mengajar para dosen pemula perlu memahami, hakikat, prinsip dan komponen keterampilan dan menerapkan keterampilan dalam bentuk pengajaran mikro. Dengan tahap-tahap latihan seperti tersebut di atas, diharapkan para dosen pemula, terutama akan menguasai kedelapan keterampilan dasar mengajar sehingga dapat diterapkan dalam melakukan tugasnya sehari-hari di depan kelas. 2. Tes Formatif a. Kemukakan alasan Saudara mengapa mengajar merupakan perbuatan yang komples, dan kemampuan apa saja yang diperlukan agar dosen menjadi dosen yang profesional dalam pembelajaran? b. Langak-langkah apa saja yang dilatihkan kepada dosen pemula agar yang bersangkutan menjadi dosen yang berkualitas dalam proses belajamengajarnya? c. Keefektifan proses pembelajaran di kelas sangat tergantung pada dosen. Oleh karena itu, dosen memegang peranan sangat penting di dalam kelasa. 1) Buktikan pernyataan tersebut dan bagaimana kalau dosen tidak mengambil peran seperti yang diharapkan.? 2). Kemukakan hal-hal apa saja yang perlu dimiliki dosen agar pembelajaran berjalan efektif?
BAB 4 KOMPONEN DAN PRINSIP PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR A. Pendahuluan Keterampilan dasar mengajar merupakan salah satu komponen dalam pembentukan kemampuan profesional. Seorang dosen yang profesional akan mampu mendemontrasikan berbagai keterampilan dasar mengajar secara utuh dan terintegrasi dalam kegiatan belajar-mengajar. Penguasaan terhadap berbagai keterampilan dasar mengajar akan memungkinkan seorang dosen mengatasi berbagai masalah yang muncul dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga kegiatan belajar-mengajar dapat berlangsung secara lebih efektif. Oleh karena itu, seorang dosen yang ingin berhasil dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pengajar/pendidik seyogianya menguasai dengan baik keterampilan dasar mengajar tersebut Sajian materi pada bab 4 ini ini adalah Keterampilan Bertanya, Keterampilan
Memberi
Penguatan,
Keterampilan
Mengadakan
Variasi,
Keterampilan Menjelaskan, Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran, Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil, Keterampilan Mengelola Kelas, danKeterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan Setelah peserta penlok mempelajari materi ini, peserta penlok diharapkan akan dapat mendemonstrasikan dan mengimplementasikan Keterampilan Bertanya, Keterampilan Memberi Penguatan, Keterampilan Mengadakan Variasi, Keterampilan Menjelaskan, Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran, Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil, Keterampilan Mengelola Kelas, danKeterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan di perguruan tinggi masing-masing. Mengingat modul ini hanya menyajikan dan menguraikan hal-hal pokok saja, para peserta penlok untuk mengembangkan pemahaman diri dengan membaca referensi dan artikel-artikel dalam jurnal terkait dengan bab ini, seperti Abimanyu, 1984: Bolla, 1982: Kosasi, 1982. Kerjakan tugas yang tersaji pada bab 2 ini agar peserta penlok dengan mudah dan terampil dalam mengimplementasikan dasar-dasar komunikasi dalam tugas sebagai tenaga pendidik
B. Sajian Materi 1. Keterampilan Bertanya Keterampilan ini sangat diperlukan dan dikuasai oleh seorang dosen, karena hampir semua kegiatan belajar, dosen mengajukan pertanyaan dan kualitas pertanyaan menentukan kualitas jawaban pertanyaan tersebut dari mahasiswa. Pertanyaan dosen dapat mengaktifkan mahasiswa sehingga terlibat secara optimal dalam pembelajaran, di samping mengecek pemahaman mahasiswa terhadap materi yang dibahas. Keterlibatan ini akan mampu memotivasi mahasiswa untuk belajar karena ia merasa ikut berperan dalam pembelajaran. Perlu ditekankan, bahwa dalam konteks ini, yang dimaksud dengan pertanyaan adalah semua pertanyaan dosen (tidak terlepas dari kalimat tanya) yang meminta respon dari mahasiswa, dengan demikian, kalimat perintah dan kalimat tanya, dalam konteks ini, termasuk ke dalam jenis pertanyaan. Keterampilan bertanya dasar yang terdiri dari komponen-komponen berikut: a. Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat, memudahkan mahasiswa untuk memahaminya. b.
Pemberian acuan, yaitu informasi yang diberikan sebelum mengajukan pertanyaan. Informasi ini diperlukan untuk menjawab pertanyaan.
b.
Pemusatan perhatian, kadang-kadang dosen perlu memulai pertanyaan dengan
cakupan
yang
luas,
kemudian
memusatkan
perhatian
mahasiswa pada satu tugas yang lebih sempit. c. Penyebaran pertanyaan, yang diajukan kepada mahasiswa, hendaknya ditujukan ke seluruh kelas, bukan kepada mahasiswa tertentu. Setelah memberikan waktu sejenak untuk berpikir, barulah dosen menunjuk secara acak mahasiswa lain untuk menanggapi jawaban temannya. d.
Pemindahan giliran. Satu pertanyaan yang kompleks dapat dijawab oleh beberapa
mahasiswa,
sehingga
semua
aktif
untuk
memikirkan
pertanyaan yang diberikan. e. Pemberian waktu berpikir. Setelah mengajukan pertanyaan, dosen hendaknya memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berpikir, sebelum menjawab.
f.
Pemberian tuntunan. Jika pertanyaan dosen tidak dapat dijawab oleh mahasiswa, dosen hendaknya memberikan tuntunan. Tuntunan dapat diberikan dengan cara: 1) mengungkapkan pertanyaan dengan cara lain; 2) menyederhanakan pertanyaan; dan 3) mengulangi penjelasan (acuan) sebelumnya.
Keterampilan bertanya lanjut, yang terdiri atas komponen-komponen berikut: a. Mengubah tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, yaitu dari tingkat yang paling rendah (mengingat) ke tingkat yang tinggi, seperti memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. b. Pengaturan urutan pertanyaan, yaitu mulai pertanyaan yang paling sederhana diikuti dengan yang kompleks, sampai kepada pertanyaan yang paling kompleks, seperti apa, mengapa, bagaimana, coba bandingkan, coba rangkum, dan seterusnya. c. Penggunan pertanyaan pelacak dengan berbagai teknik seperti: 1) klarifikasi, yaitu meminta penjelasan lebih lanjut atas jawaban siswa. 2) meminta siswa memberi alasan atas jawabannya 3) meminta ketepatan jawaban 4) meminta jawaban yang lebih relevan 5) meminta contoh 6) meminta jawaban yang lebih kompleks Dalam menerapkan keterampilan bertanya, guru perlu menghindari kebiasaan sebagai berikut: 1) mengulangi pertanyaan sendiri atau pertanyaan siswa 2) menjawab pertanyaan sendiri 3) menunjuk dulu sebelum bertanya 4) mengajukan pertanyaan yang mengundang jawaban serempak 5) mengajukan pertanyaan ganda Jika seluruh keterampilan ini dikuasi oleh dosen maka ia akan mampu bertanya efektif, sehingga dapat meningkatkan keterlibatan mahassiwa
dalam pembelajaran, yang sekaligus berarti meningkatkan keefektifan pembelajaran. 2. Keterampilan Memberikan Penguatan Penguatan adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Seorang dosen perlu menguasai keterampilan memberikan penguatan karena
penguatan
merupakan
dorongan
bagi
mahasiswa
untuk
meningkatkan penampilannya, serta dapat meningkatkan perhatian. Penguatan dapat diberikan dalam bentuk: a. Verbal, yaitu berupa kata-kata, kalimat pujian, seperti bagus, tepat sekali, atau “saya puas akan pekerjaan Saudara”. b. Nonverbal, yaitu berupa: 1) gerak mendekati, 2) mimik dan gerakan badan, 3) sentuhan, 4) kegiatan yang menyenangkan, serta 5) token (symbol atau benda kecil lain). Dalam memberikan penguatan, dosen perlu memperhatikan hal-hal berikut. 1)
Penguatan harus diberikan dengan hangat dan antusias sehingga peserta dapat merasakan kehangatan tersebut.
2)
Penguatan yang diberikan harus bermakna, yaitu sesuai dengan perilaku yang diberi penguatan.
3)
Hindarkan respon negatif terhadap jawaban peserta.
4)
Peserta yang diberikan penguatan harus jelas (sebutkan namanya, tujukan pandangan kepadanya).
5)
Penguatan dapat juga diberikan kepada kelompok peserta tertentu.
6)
Agar menjadi lebih efektif, penguatan harus diberikan segera setelah perilaku yang baik.
7)
Jenis penguatan yang diberikan hendaknya bervariasi.
3. Keterampilan Mengadakan Variasi Kehidupan akan lebih menarik jika dijalani dengan penuh variasi. Dalam kegiatan belajar mengajar ada perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi para siswa, serta mengarungi kejenuhan dan kebosanan. Variasi dalam kegiatan belajar-mengajar dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian. a.
Variasi dalam gaya mengajar, yang dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti: 1)
variasi suara: rendah, tinggi, besar, kecil,
2)
memusatkan perhatian,
3)
membuat kesenyapan sejenak,
4)
mengadakan kontak pandang,
5)
variasi gerakan badan dan mimik, dan
6)
mengubah posisi, misalnya dari depan kelas ke tengah atau ke belakang kelas.
b. Variasi dalam penggunaan media dan bahan pelajaran, yang meliputi: 1)
variasi alat dan bahan yang bisa dilihat
2)
variasi alat dan bahan yang dapat didengar, serta
3)
variasi alat dan bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi.
Variasi dalam pola interaksi dan kegiatan Pola interaksi dapat berbentuk: klasikal, kelompok, dan perorangan sesuai dengan keperluan, sedangkan variasi kegiatan dapat berupa mendengarkan
informasi,
menelaah
materi,
diskusi,
latihan,
atau
demonstrasi. Variasi yang dilakukan guru hendaknya sesuai dengan kondisi kelas, lancar, dan logis, sehingga tidak mengganggu alur pembelajaran yang sedang
berlangsung
Tugasnya,
setiap
variasi
harus
mempunyai
tujuan/sasaran yang jelas, dan bukan dilakukan hanya untuk tujuan variasi.
4. Keterampilan Menjelaskan a. Pengertian dan Tujuan Dalam
kaitan
dengan
kegiatan
belajar
mengajar-mengajar,
menjelaskan berarti mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan yang terencana secara sistimatis, sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh siswa definisi ini dapat dipahami bahwa keterampilan menjelaskan mutlak perlu dimiliki oleh para guru. Kegiatan menjelaskan bertujuan untuk: 1) Membimbing siswa memahami berbagai konsep, hukum, prinsip, atau prosedur 2) Membimbing siswa menjawab pertanyaan mengapa secara bernalar 3) Melibatkan siswa untuk berfikir 4) Mendapatkan balikan mengenal pemahaman siswa, serta 5) Mendorong murid menghayati berbagai proses penalaran. b. Komponen Keterampilan Kerampilan menjelaskan terdiri atas berbagai komponen sebagai berikut. 1) Komponen merencanakan penjelasan, yang mencakup: a) Isi pesan (pokok-pokok materi) yang dipilih dan disusun secara sistematis di sertai dengan contoh-contoh, dan b) Hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik penerima pesan siswa. Ketika merencanakan isi pesan (pokok-pokok materi), karateristik siswa haruslah dipertimbangkan, sehingga materi mudah dicerna. Misalnya, penggunaan istilah/bahasa dan tingkat kesukaran materi haruslah disesuaikan dengan karateritik s/m. 2) Komponen menyajikan penjelasan, yang mencakup hal-hal berikut. a) Kejelasan, yang dapat dicapai dengan berbagai cara, seperti (1) bahasa yang jelas, (2) berbicara yang benar, (3) mendefinisikan istilah-istilah teknis , dan (4) berhenti sejenak untuk melihat respon mahasiswa terhadap penjelasan dosen. b) Penggunaan contoh dan ilustrasi, yang dapat mengikuti pola induktif atau pola deduktif. c) Pemberian tekanan pada bagian-bagian yang penting dengan cara: penekanan suara, membuat ikhtisar, atau mengemukakan tujuan.
d) Balikan tentang penjelasan yang disajikan dengan melihat mimik mahasiswa atau mengajukan pertanyaan. c. Prinsip Penggunaan Dalam menerapkan keterampilan menjelaskan, prinsip yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut. 1)
Penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah, ataupun akhir pelajaran sesuai dengan keperluan.
2)
Penjelasan harus relevan dengan tujuan.
3)
Materi yang dijelaskan harus bermakna
4)
Penjelasan yang diberikan sesuai dengan kemampuan dan latar belakang mahasiswa.
5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran a.
Pengertian dan Tujuan
Membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan penuh perhatian pada diri siswa. Sedangkan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan dosen untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Tujuan kegiatan membuka dan menutup pelajaran adalah untuk: 1) membangkitkan motivasi dan perhatian siswa, 2) membuat siswa memahami batas tugasnya, 3) membantu siswa memahami hubungan berbagai materi yang disajikan, dan 4) membantu mahasiswa mengetahui tingkat keberhasilannya. b. Komponen Keterampilan Komponen-komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran adalah sebagai berikut. Membuka pelajaran, mencakup hal-hal berikut. 1) Menarik perhatian siswa dengan berbagai cara, seperti menciptakan satu kejadian yang menarik. 2) Menimbulkan motivasi dengan:
a)
kehangatan dan keantusiasan,
b)
menimbulkan rasa ingin tahu,
c)
mengemukakan ide yang bertentangan, dan
d)
memperhatikan minat mahasiswa.
3) Memberikan acuan dengan cara: a)
mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas,
b)
menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan,
c)
mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas, dan
d)
mengajukan pertanyaan.
4) Membuat kaitan, dengan cara: a)
mengajukan pertanyaan atau persepsi, atau
b)
mengkaji ulang pelajaran yang lalu.
Menutup pelajaran, mencakup hal-hal berikut: 1) Meninjau kembali, dengan cara merangkum atau membuat ringkasan, 2) Mengadakan evaluasi penguasaan mahasiswa, dengan meminta mereka: a)
mendemonstrasikan keterampilan,
b)
menerapkan ide baru pada situasi lain,
c)
mengekspresikan pendapat sendiri
d)
memberikan soal-soal tertulis.
3) Memberikan tindak lanjut, yang dapat berupa pekerjaan rumah, merancang sesuatu, atau bekunjung kesuatu tempat. Keterampilan
membuka
pelajaran
akan
merupakan
awal
keberhasilan seorang guru karena kiat membuka pelajaran sangat menentukan termotivasi tidaknya siswa dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan
keterampilan
menutup
pelajaran
menentukan
tingkat
pemantapan pembelajaran yang dilakukan. Tidak semua keterampilan yang disebutkan di atas harus ditampilkan pada setiap membuka dan menutup pelajaran. Guru dapat memilih cara/keterampilan yang paling sesuai dengan tujuan, materi, siswa, serta kondisi kelas. Kegiatan membuka dan menutup pelajaran tidak saja dilakukan pada awal dan akhir kegiatan, tetapi juga pada awal dan akhir kegiatan,
tetapi juga pada awal dan akhir setiap penggal kegiatan, dengan catatan bahwa: kegiatan ini harus bemakna dan berkesinambungan. 6.
Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil a. Pengertian dan Tujuan Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu bentuk kegiatan belajar mengajar yang penggunaannya cukup sering diperlukan. Ciri-ciri diskusi kelompok kecil adalah: 1) Melibatkan 3-9 orang peserta, 2) Berlangsung dalam interaksi tatap muka yang informal, artinya setiap anggota dapat berkomunikasi langsung dengan anggota lainnya, 3) Mempunyai tujuan yang dicapai dengan kerja sama antara anggota lainnya, 4) Berlangsung menurut proses yang sistematis. Diskusi kelompok kecil memungkinkan mahasiswa: a) berbagi informasi dan pengalaman dalam memecahkan masalah, b) meningkatkan pemahaman atas masalah penting, c) meningkatkan keterlibatan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, d) mengembangkan kemampuan berfikir dan berkomunikasi, serta e) membina kerja sama yang sehat, kelompok yang kohesif, dan bertanggungjawab. b. Komponen Keterampilan Komponen keterampilan yang perlu dimiliki oleh pemimpin diskusi kelompok kecil adalah sebagai berikut. 1) Memusatkan perhatian, yang dapat dilakukan dengan cara: a) merumuskan tujuan diskusi secara jelas b) merumuskan kembali masalah, jika terjadi penyimpangan, c) menandai hal-hal yang tidak relevan jika terjadi penyimpangan, serta d) merangkum hasil pembicaraan pada saat-saat tertentu.
2)
Memperjelas masalah atau urunan pendapat, dengan cara: a) menguraikan kembali atau merangkum urutan pendapat peserta, b) mengajukan pertanyaan pada anggota kelompok tentang pendapat anggota lain, atau c) menguraikan gagasan anggota kelompok dengan tambahan informasi.
3) Menganalisis pandangan siswa, dengan cara: a) meneliti apakah alasan yang dikemukakan punya dasar yang kuat, dan b)
memperjelas hal-hal yang disepakati dan yang tidak disepakati.
4) Meningkatkan urunan mahasiswa, dengan cara: a) mengajukan pertanyaan kunci yang menantang mereka untuk berpikir, b) memberi contoh pada saat yang tepat, c) menghangatkan suasana dengan mengajukan pertanyaan yang mengundang perbedaan pendapat, d) memberi waktu untuk berpikir, dan e) mendengarkan dengan penuh perhatian 5) Menyebarkan kesempatan berpartipasi, dengan cara: a) memancing pendapat peserta yang enggan berpartisipasi b) memberikan kesempatan pertama pada peserta yang enggan berpatisipasi, c) mencegah secara bijaksana peserta yang suka memonopoli pembicaraan, d) mendorong siswa untuk mengomentari pendapat temanya, serta e) meminta pendapat mahasiswa jika terjadi jalan buntu. Menutup diskusi yang dapat dilakukan dengan cara: 1) merangkum hasil diskusi, 2) memberikan gambaran tindak lanjut, atau 3) mengajak para mahsiswa menilai proses diskusi yang telah berlangsung.
Dalam pelaksanaan diskusi, perlu diperhatikan hal-hal berikut. a) Diskusi hendaknya berlangsung dalam iklim terbuka, b) Diskusi yang efektif selalu didahului oleh perencanaan yang matang, yang mencakup: (1) topik yang sesuai (2) persiapan/pemberian informasi pendahuluan, (3) menyiapkan diri sebagai pemimpin diskusi, (4) pembentukan kelompok diskusi, serta (5) pengaturan tempat duduk yang memungkinkan semua anggota kelompok bertatap muka. 7.
Keterampilan Mengelola Kelas a.
Pengertian dan Tujuan Keterampilan
mengelola
kelas
adalah
keterampilan
dalam
menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang optimal guna terjadinya proses belajar-mengajar yang serasi dan efektif. Guru perlu menguasai keterampilan ini agar dapat: 1) Mendorong
mahasiswa
mengembangkan
tanggungjawab
individu
maupun klasikal dalam berperilaku yang sesuai dengan tata tertib serta aktivitas yang sedang berlangsung. 2) Menyadari kebutuhan mahasiswa, serta 3) Memberikan respon yang efektif terhadap perilaku mahasiswa. b.
Komponen Keterampilan Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan
kondisi belajar yang optimal. Penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal dapat dilakukan dengan cara berikut ini. 1) Menunjukkan sikap tanggap dengan cara: memandang secara seksama, mendekati, memberikan pertanyaan atau memberi reaksi terhadap gangguan dalam kelas. 2) Membagi perhatian secara visual dan verbal. 3) Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan mahasiswa dan menuntut tanggung jawab mahasiswa. 4) Memberi petunjuk-petunjuk yang jelas
5) Menegur secara bijaksana, yaitu secara jelas dan tegas, bukan berupa peringatan atau ocehan, serta membuat aturan. 6) Memberikan penguatan bila perlu. Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal. Keterampilan ini berkaitan dengan respon guru terhadap respon negatif siswa yang berkelanjutan. Untuk mengatasi hal ini guru dapat menggunakan 3 jenis strategi yaitu: modifikasi tingkah laku, pengelolaan (proses) kelompok,
serta menemukan dan mengatasi perilaku yang
menimbulkan masalah. a) Modifikasi Tingkah Laku Dalam strategi ini terhadap tiga hal komponen yang harus dikuasai dosen yaitu: (1) mengajarkan tingkah laku baru yang diinginkan dengan cara memberikan contoh dan bimbingan, (2) meningkatkan dan memunculkan tingkah laku mahasiswa yang baik dengan memberikan penguatan, dan (3) mengurangi munculnya tingkah laku yang kurang baik dengan memberi hukuman. Ketiga hal ini harus dilakukan guru dengan catatan bahwa: (1) pelaksanaan dilakukan segera setelah perilaku terjadi, serta (2) hukuman harus dilakukan secara pribadi dan tersendiri, hanya bila diperlukan. b)
Pengelolaan/ Proses kelompok Dalam strategi ini, kelompok dimanfaatkan dalam memecahkan masalah-masalah pengelolaan kelas yang muncul, terutama melalui diskusi. Dua hal yang perlu dilakukan dosen adalah: (1) memperlancar tugas-tugas dengan cara mengusahakan terjadinya kerjasama dan memantapkan standar serta prosedur kerja; serta (2) memelihara kegiatan kelompok, dengan cara memelihara dan memulihkan semangat, menangani konflik yang timbul, serta memperkecil masalah yang timbul.
c) Menemukan dan mengatasi tingkah laku yang menimbulkan masalah. Dalam strategi ini perlu ditekankan bahwa setiap tingkah laku yang keliru merupakan gejala dari suatu sebab. Untuk mengatasinya, ada berbagai teknik yang dapat ditekankan sesuai dengan hakikat tersebut, yaitu sebagai berikut: (1) pengabaian yang direncanakan, (2) campur tangan dengan isyarat, (3) mengawasi dari dekat, (4) mengakui perasaan negatif mahasiswa, (5) mendorong kesadaran mahasiswa untuk mengungkapkan perasaannya, (6) menjauhkan benda-benda yang bersifat mengganggu, (7) menyusun kembali program belajar, (8) menghilangkan ketegangan dengan humor (9)
menghilangkan penyebab gangguan
(10) pengekangan secara fisik, dan (11) pengasingan. c. Prinsip Penggunaan Dalam menerapkan keterampilan mengelola kelas, perlu diingat enam prinsip berikut. a) Kehangatan
dan
keantusiasan
dalam
mengajar,
yang
dapat
menciptakan iklim kelas yang menyenangkan. b)
Menggunakan kata-kata atau tindakan yang dapat menantang mahasiswa untuk berpikir.
c) Menggunakan
berbagai
variasi
yang
dapat
menghilangkan
kebosanan d) Keluwesan dosen dalam pelaksanaan tugas e) Penekanan pada hal-hal yang bersifat positif f)
Penanaman disiplin diri sendiri
Selanjutnya, dalam mengelola kelas, guru hendaknya menghindari hal sebagai berikut. a) Campur tangan yang berlebihan.
hal-
b) Kesenyapan/penghentian
suatu
pembicaraan/kegiatan
karena
ketidaksiapan guru. c) Ketidak siapan memulai dan mengakhiri pelajaran. d) Penyimpangan, terutama yang berkaitan dengan disiplin diri. e) Bertele-tele. f) Pengulangan penjelasan yang tidak diperlukan. 8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan a. Pengertian dan Tujuan Mengajar kelompok kecil dan individual, terjadi dalam konteks pengajaran klasikal. Di dalam kelas, seorang dosen mungkin menghadapi banyak kelompok kecil serta banyak mahasiswa yang masing-masing diberi kesempatan belajar secara kelompok atau secara individual. Penguasaan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan dosen mengelola kegiatan jenis ini secara efektif dan efesien serta memainkan perannya sebagai: 1) Organisator kegiatan belajar-mengajar, 2) Sumber informasi bagi mahasiswa, 3) Pendorong bagi mahasiswa untuk belajar, 4) Penyedia materi dan kesempatan belajar bagi mahasiswa, 5) Pendiagnosa dan pemberi bantuan kepada mahasiswa sesuai dengan kebutuhannya, serta 6) Peserta kegiatan yang punya hak dan kewajiban seperti peserta lainnya. b. Komponen Keterampilan Pelajaran
kelompok
kecil
dan
perseoranganl
masing-masing
memerlukan keterampilan yang berkaitan dengan penanganan mahasiswa dan penanganan tugas. Ada empat kelompok keterampilan yang perlu dikuasai oleh dosen dalam kaitan ini, yaitu sebagai berikut. 1) Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, yang ditunjukkan dengan cara: a) kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan mahasiswa,
dapat
b) mendengarkan
secara
simpatik
gagasan
yang
dikemukakan
mahasiswa, c) memberikan respon positif terhadap gagasan mahasiswa, d) membangun hubungan saling mempercayai, e) menunjukkan
kesiapan
untuk
membantu
mahasiswa,
tanpa
kecenderungan mendominasi, f) menerima perasaan mahasiswa dengan penuh perhatian dan keterbukaan, serta g) mengendalikan situasi agar mahasiswa merasa aman. 2)
Keterampilan mengorganisasikan, yang ditampilkan dengan cara: a) memberi orientasi umum, b) memvariasikan kegiatan, c) membentuk kelompok yang tepat, d) mengkoordinasikan kegiatan, e) membagi-bagi perhatian dalam berbagai tugas, serta f) mengakhiri
kegiatan
dengan
kulminasi
berupa
laporan
atau
kesepakatan. 3) Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar, yang dapat ditampilkan dalam bentuk: a) memberi penguatan yang sesuai, b) mengembangkan supervisi proses awal yang mencakup sikap tanggap terhadap keadaan mahasiswa pada awal kegiatan, c) mengadakan supervisi proses lanjut, yang berupa bantuan yang diberikan secara selektif, berupa: (1) pelajaran tambahan, bila perlu, (2) melibatkan diri sebagai peserta diskusi, (3) memimpin diskusi, jika perlu, dan (4) bertindak sebagai katalisator, d)
mengadakan supervisi pemaduan, dengan cara mendekati setiap kelompok/perorangan agar mereka siap untuk mengikuti kegiatan akhir.
4) Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajarmengajar, yang meliputi hal-hal berikut:
c.
a)
menetapkan tujuan pembelajaran,
b)
merencanakan kegiatan belajar,
c)
berperan sebagai penasehat, dan
d)
membantu mahasiswa menilai kemajuan sendiri.
Prinsip Penggunaan Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengajar kelompok kecil sebagai berikut. 1) Variasi pengorganisasian kelas
besar, kelompok, individual
disesuaikan dengan tujuan yang dicapai, kemampuan mahasiswa, ketersediaan fasilitas, waktu, serta kemampuan dosen. 2) Tidak semua topik dapat dipelajari secara efektif dalam kelompok kecil dan individual. Informasi umum sebaiknya disampaikan secara klasikal. 3) Pengajaran kelompok kecil yang efektif selalu diakhiri dengan suatu kulminasi berupa rangkuman, pemantapan, kesepakatan, laporan, dan sebagainya. 4) Dosen perlu mengenal mahasiswa secara individual agar dapat mengatur kondisi belajar dengan tepat. 5) Dalam kegiatan individual, mahasiswa dapat belajar secara bebas dengan bahan yang disiapkan. D. Penutup 1.
Rangkuman Keterampilan dasar mengajar merupakan salah satu komponen dalam pembentukan kemampuan profesional. Seorang dosen yang profesional akan mampu mendemontrasikan berbagai keterampilan dasar mengajar secara utuh dan terintegrasi dalam kegiatan belajar-mengajar. Penguasaan terhadap berbagai keterampilan dasar mengajar akan memungkinkan seorang dosen mengatasi berbagai masalah yang muncul dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk menguasai keterampilan dasar mengajar, dosen perlu mengetahui dan memahami komponen setiap
keterampilan dan prisip-prinsip setiap penggunaan keterampilan dasar mengajar yang dimaksud. Pemahaman terhadap kedua hal tersebut akan terinternalisasi dalam kegiatan utuh dosen ketika mengajar. 2. Tes Formatif a. Jelaskan,
mengapa
keterampilan
dasar
mengajar
merupakan
komponen pembentukan dosen yang profesional di bidangnya? b. Tuangkan dalam sebuah matriks komponen dan prinsip-prinsip dari delapan keterampilan dasar mengajar!
DAFTAR PUSTAKA Abimanyu, S. 1984. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran. Jakarta: Tim Pengembangan Program Pengalaman Lapangan P3G. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Ahira,
Anne. 2014. Pentingnya Komunikasi. http://www.anneahira/pentingnya-komunikasi.htm
Tersedia
pada
Bolla, JL. 1982. Keterampilan Mengelola Kelas. Jakarta: Tim Pengembangan Program Pengalaman Lapangan P3G. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bolla, JL. 1982. Supervisi Klinis. Jakarta: Tim Pengembangan Program Pengalaman Lapangan P3G. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bolla, JL. 1984. Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut.. Jakarta: Tim Pengembangan Program Pengalaman Lapangan P3G. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Cangara, Hafied. 2009. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers. Hasibuan, Malayu SP. 1996. Manajemen, Dssar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: Gunung Agung. Kosasi, R. 1982. Keterampilan Mengadakan Variasi. Jakarta: Tim Pengembangan Program Pengalaman Lapangan P3G. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kosasi, R. 1984. Keterampilan Menjelaskan. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (P2LPTK). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Morissan. 2013. Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Pah, D.N. 1984. Keterampilan Memberi Penguatan. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (P2LPTK). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Wardani, I.G.A.K. 1984. Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (P2LPTK). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Wardani, I.G.A.K. 1984. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (P2LPTK). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Wardani, I.G.A.K. 1984. Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (P2LPTK). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Wardani, I.G.A.K. 2005. Dasar-Dasar Komunikasi dan Keterampilan Dasar Mengajar. Jakarta: Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Wiryawan, SA dan Noorhadi,Th. 1990. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
GLOSARIUM Elemen bagian-bagian dasar yang mendasari sesuatu. Sumber adalah pengirim pesan (komunikator) yang menunjuk dari mana gagasan, ide atau pikiran yang disampaikan itu berasal. Enkoding adalah kegiatan yang dilakukan sumber untuk menerjemahkan pikiran dan ide ke dalam suatu bentuk yang dapat diterima oleh indra pihak penerima. Pesan adalah produk fisik aktual yang telah di enkoding sumber. Saluran atau channel adalah jalan yang dilalui pesan untuk sampai kepada penerima. Dekoding adalah kegiatan untuk menerjemahkan atau menginterpretasikan pesanpesan fisik ke dalam bentuk yang memiliki arti bagi penerima. Penerima pesan (komunikan) adalah sasaran atau target dari pesan, dapat berupa individu atau kelompok, lembaga atau bahkan suatu kumpulan besar manusia yang tidak saling mengenal. Umpan balik adalah tanggapan atau respons dari penerima pesan yang membentuk atau mengubah pesan berikut yang akan disampaikan sumber. Gangguan atau noise adalah segala sesuatu yang mengintervensi proses pengiriman pesan. Gangguan dapat berupa semantik berupa perbedaan makna atas kata-kata atau ungkapan yang sama. Gangguan mekanik terjadi bila muncul masalah dengan alat yang digunakan untuk membantu terjadinya komunikai. Gangguan lingkungan terjadi jika sumber gangguan berasal dari luar elemen komunikasi. Kesulitan Belajar Kesulitan belajar biasanya ditandai oleh suatu kegagalan dalam mencapai prestasi belajar. Hasil belajar dapat berupa penambahan penguasaan pengetahuan, sikap atau keterampilan tertentu. Kesulitan belajar adalah kegagalan dalam menghadapi aspek-aspek yang ingin dicapai. Kata strategi sama maknanya dengan siasat, kiat atau taktik. Dalam arti umum menurut Gibbs “strategi adalah rencana untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dengan biaya sekecil mungkin”. Belajar adalah Perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Pembelajaran Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,penguasaan kemahiran dan tabiat,serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
Proses Belajar Mengajar merupakan suatu rangkaian kegiatan komunikasi antara manusia, sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh dan manusia tumbuh melalui belajar. Kegiatan belajar-mengajar merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, sebab siswa melakukan kegiatan belajar karena guru mengajar, atau guru mengajar agar siswa belajar. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.