MATERI DAN METODE
Penelitian
yang
dilakukan
merupakan
serangkaian
percobaan
teknologi pengolahan pakan, percobaan in vitro dan percobaan in vivo. Percobaan dilakukan di ~aboratoriumMakanan Ternak dan Laboratorium Lapang, Fakultas Peternakan IPB di Kampus Darmaga serta Laboratorium llmu Faal FKH-IPB di Kampus Gunung Gede.
Percobaan
I.
Pengolahan Pod Kakao dengan Amoniasi dan Biofermentasi
Bahan Baku Pod kakao yang dipergunakan berasat dari PTP Xlt Rajamandala, Kabupaten Bandung. Kapang Phanerochaete chrysosporium Burdsall ATCC 34541 dari Puslitbang Bioteknologi-LIP1 Cibinong, sedangkan isi rumen dari
kandang sapi Fakultas Peternakan IPB.
Persiapan Sampel Pengarnbilan isi rumen melalui lubang fistula sapi dan dimasukkan ke dalam termos hangat.
Urea yang dipergunakan adalah urea tehnis,
sedangkan molases (tetes) berasal dari limbah pembuatan gula.
Perlakuan Pengolahan Empat perlakuan pengolahan dan satu perlakuan kontrol dengan tiga ulangan masing-masing perlakuan. Percobaan dilakukan skala laboratorium (in vitro). Perlakuan pengolahan tersebut adalah : Perlakuan 1.
Pod kakao tanpa pengolahan
Perlakuan 2.
Amoniasi pod kakao dengan 1.5% urea
Perlakuan 3. Fermentasi pod kakao dengan 3.0% tetes Perlakuan 4.
Biofermentasi pod kakao + 3.0% tetes isi rumen
Perlakuan 5.
Biofermentasi pod kakao + 3.0% tetes + Kapang Phanerochaete chrysosporium.
Amoniasi dan Biofermentasi Pod Kakao Amoniasi Urea Cacahan
pod kakao sebanyak 300 gr
yang telah
disterilisasi,
dicampurkan secara homogen dengan urea sebanyak 1.5% (blb). Kemudian dimasukkan dalam kantong plastik polietilen dan diinkubasikan anaerob (kedap udara) 7 hari.
Percobaan amonisasi pod kakao dengan urea ini
dilakukan dengan tiga ulangan.
Fermentasi dengan Tetes Cacahan pod kakao sebanyak 300 gr untuk setiap kantong plastik polietilen dicampurkan dengan tetes sebanyak 3.0% (blb) dan diaduk hingga merata.
Proses ensilase berlangsung anaerob pada suhu kamar selarna 7
hari. Perlakuan pengolahan ini dilakukan dengan tiga ulangan.
Biofermentasi dengan isi Rumen dan P. chrysosporium Cacahan pod kakao masing-masing sebanyak 300 gram untuk setiap ulangan perlakuan, dicampurkan dengan tetes sebanyak 3,0%b/b (sumber energi) diaduk rnerata sebagai substrat. Substrat pod kakao diinokulasikan dengan isi rumen sebanyak 3Oh (blb). Proses biofermentasi ini berlangsung selama 7 hari, dalam suasana an aerob.
Perlakuan ini juga dilakukan tiga
ulangan. Cacahan pod kakao sebagai substrat sebanyak 300 gram setiap ulangan juga diinokulasikan dengan kapang Phanerochaete chrysosporium, Burdsall ATCC 3451 1. Biofermentasi ini berlangsung selama 7 hari dalam suasana aerob dan suhu kamar.
Evaluasi Biomass a. pH biomass b. Perubahan kornposisi nutrien dengan Metode Proksimat c. Perubahan komposisi serat dengan Metode Van Soest d. Perubahan struktur jaringan sel dengan Scanning Electrone Microscope
(SEMI
Metode SEM Pod Kakao Persiapan spesimen untuk pod kakao dengan rnetode kirnia, terdiri atas
2
tahapan
yaitu
dipergunakan adalah :
fiksasi
dan
dehidrasi.
Larutan-larutan
yang
a. Larutan buffer milionig terdiri atas campuran 2.26% sodium fosfate inonabiase (A = 83 ml) dan 2.52% NaOH (B = 17 mi), pH larutan 7.3. b. Glutaraldehyde 2 - 3%. c. Ethanol 50% s/d 100%. d. 250 amylacetate 100%.
.
Prosedur
1. lrisan bagian dalarn pod kakao berukuran 5 - 7 mrn, dicuci dengan buffer
milionig pH 7.3. 2. Laiu dimasukkan ke dalam larutan fiksasi 2 - 3% fiksatif glutaraldehyde,
pH 7.2 - 7.4 dan tekanan 450 - 550 mOsm, selama 2 - 4 jam. 3. Dicuci lagi dengan larutan buffer sebanyak 4
- 5 kali.
4. Proses dehidrasi dilakukan dengan mencelupkan ke dalam larutan
ethanol 50%. 60%, 70%, 8096, 90°h, dan 100% secara bertahap, masingmasing 5 - 10 rnenit untuk setiap larutan.
5. Lalu dimasukkan lagi ke dalam larutan isomylacetat loo%, selama 15 menit.
6. Sampel pod kakao dimasukkan ke dalam kontainer bertekanan tinggi, diisi GO2 cair dalam suhu kamar.
Dipanaskan sampai suhu kritis sehingga
larutan keluar berubah menjadi gas 7. Sampel pod kakao ditempelkan pada spesimen dengan carbon atau cat, kemudian dilakukan "coating" dengan emas atau platina. setiap sampel diarnati di dalam mikroskop elektron.
Setelah itu
Rancangan Percobaan Percobaan 1 rnenggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan lima macam perlakuan terdiri dari satu macarn perlakuan kontrol dan empat macam
perlakuan
pengolahan terhadap
pod
kakao.
Masing-masing
perlakuan diulang tiga kali. Selanjutnya dilakukan uji Duncan untuk melihat perbedaan nilai tengah antar perlakuan.
Percobaan 11. Uji Coba Formula Ransum Komplit Berdasarkan hasil percobaan ? ., disusun lima macam formula ransum komplit.
Biomass pod kakao digunakan sebagai sumber hijauan utama,
sedangkan sumber konsentrat adalah kulit biji kakao, bubuk kakao, dan bungkil kelapa sawit.
Ransurn perlakuan disusun iso protein dan iso-TON
berdasarkan kebutuhan protein kasar 16% dan kandungan TDN 69 dengan rasio konsentrat dan hijauan adalah 65 : 35. menggunakan program Mixit-2.
Formulasi ransum
Setiap ransum disuplernentasikan dengan
premix-sapi, urea, CaC03 dan gararn.
Kelima ransum yang diujicobakan
adalah .
R-l
=
Pod kakao tanpa perlakuan + konsentrat
R-I I
=
Amoniasi pod kakao + konsentrat
R-Ill
=
Silase pod kakao + konsentrat
R-IV
=
Biomassa pod kakao (isi rumen) + konsentrat
R-V
=
- 70%.
Biomassa pod kakao (P.chrysosporium) + konsentrat
Komposisi bahan makanan dan kornposisi nutrien di dalam masing-masing perlakuan selengkapnya disajikan pada Tabel 4. Sebelum dilakukan uji coba secara langsung pada ternak percobaan, dilakukan evaluasi kecernaan in vitro skala laboratorium dengan mengikuti rnetode Tilley dan Terry, (1969).
Peubah yang diukur meliputi pola
fermentasi di dalam rumen dan kecernaan ransum. Hasil percobaan in vitro ini dapat digunakan untuk memprediksi kelayakan formulasi ransum tersebut untuk ternak. Penelitian skala lapang, dilakukan di laboratorium lapang, Fakultas Peternakan, lnstitut Pertanian Bogor selama 6 bulan, menggunakan lima ekor anak sapi FH Jantan. Bobot tubuh sapi pada awal penelitian berkisar 145 rt 3.6 kg. Percobaan pemberian pakan dilakukan dengan dua puluh hari masa
adaptasi (prelim) dan sepuluh hari masa pengukuran data.
Percobaan
disusun dalam rancangan bujur sangkar latin (BSL) dengan lima perlakuan ransum dan lima periode waktu sebagai ulangan (5x5). Ransum perlakuan berbentuk pellet diberikan dua kali sehari, air minum disediakan sepanjang hari.
Evaluasi Ransurn Komplit Peubah-peubah yang diukur dan dianalisa pada percobaan dua adalah sebagai berikut : 1. Konsumsi nutrien (g/kgBB
75/hari).
2. Pertambahan bobot badan harian (penimbangan setiap 10 hari)
3. Kecernaan nutrien (metode koleksi total).
4.
Retensi nitrogen dan energi.
5 . Derajat keasaman (pH) dan kadar N-NH3cairan rumen. 6. Konsentrasi VFA total dan VFA parsial. 7. Komposisi tubuh ternak dengan metode Ruang Urea. 8. Sintesis protein mikroba derigan metode P~~
9. Alantoin urin dengan metode Larson
Tabel
4.
Kornposisi Bahan Makanan dan Zat Makanan dalam Ransurn Perlakuan 1
PERLAKUAN
URAIAN R
-l
R - Il
R - Ill
R - IV
R-V
Bahan Makanan (O/o Bahen kering)
Pod kakao Segar Amoniasi P. Kakao Silase P. Kakao Biomass P.Kakao (Isi Rurnen) Biomass P. Kakao (P. chrysospon'um) Bungkil Klp Sawit Kulit Biji Kakao Bubuk Kakao Premix-Sapi CaC03
35.00 35,OO 35.00 39.00 35,OO 38.00 4.00 20.00 1.OO 1.OO
29,OO 13.00 20.00 1.OO 1.OO
32,OO 10.00 20.00 1.OO 1 .OO
38.00 4.00 20.00 I.OO 1.OO
28.00 14.00 20.00 I.OO 1 .OO
0.50 0.50 100
0.50 0.50 100
0.50 0.50 100
0.50 0.50 100
0.50 0.50 100
Bahan Kering Abu, % BK Protein Kasar, % BK Serat Kasar, % BK Lernak Kasar, %BK Serat Deterjen Asam, (ADF % BK)
89.19 10.98 17.40 35.99 9.21 51.71
89.20 10.97 17.97 36.91 4.97 48.29
88.49 11.89 17.55 31.52 9.02 45.22
90.79 '11.08 17.12 30.01 8.03 47.88
90.33 12.40 17.93 28.22 5.60 48.84
Gross energi. MJ/kg Total Digest. Nutrien (TDN % BK)
21.87 65.12
17.4 65.03
19.26 65.2
17.55 65.01
20 65.44
Urea Gararn Kornposisi Nutrien
Metode Analisa
1. Komposisi Zat makanan Untuk mengetahui perubahan kornposisi zat makanan, pod kakao dianalisa kadar nutriennya sebelum dan sesudah pengotahan. Scanning elektron mikroskop dilakukan untuk rnempelajari perubahan struktur jaringan dinding sel. Setelah disusun ransum komplit juga dilakukan analisa. Metode analisa yang digunakan adalah rnetode Proksirnat dan Van Soest serta
Scanning Electron Microscopy (SEM).
2. Konsumsi Ransum dan Pertambahan Bobot Badan Ditentukan dengan cara mengurangi jumlah makanan yang diberikan dengan sisa makanan.
Rataan konsumsi ransum adatah jumlah konsumsi
selama 10 hari dibagi dengan 10. Kenaikan bobot badan ternak setiap hari
(PBBH)
adalah
kenaikan
masa
tubuh
selarna
10
hari
dibagi
10.
Penirnbangan dilakukan pada awal dan akhir masa pengumpulan data selama 2 hari berturut-turut.
3. Kecernaan Nutrien Ditentukan dengan mengurangi nutrien yang dikonsumsi dengan nutrien
dalam feses,
yang
dianalisa
secara
proksimat.
Sedangkan
kandungan energi ransum dan feses diukur dengan Bomb kalorimeter. Penampungan feses dilakukan teknik koleksi total selama .mass koleksi
setiap periode koleksi. Jumlah feses selama 24 jam ditimbang dan setelah dicampur secara homogen, diambil sampel sebanyak 5% dan dikeringkan serta dikomposit untuk dianalisa kandungan nutriennya. Kecernaan bahan kering dan bahan organik in vitro dilakukan dengan metode Tilley dan Terry (1966).
Sebanyak 1
gram ransum komplit
dimasukkan ke dalarn tabung fermentor, ditambah dengan larutan saliva buatan (McDougall) sebanyak 12 ml pada suhu 39' dan pH 6.5 - 6.9, cairan rumen 8 ml. Kemudian diinkubasikan secara anaerob selama 24 jam dalam shakerbath. Setelah 24 jam tutup tabung fermentor dibuka dan ditarnbahkan larutan HgC12 jenuh sebanyak 0.2 ml untuk mematikan mikroba, kemudian disentrifuse dengan kecepatan 10 000 rpm selama 10 menit. dianalisa pH, N-NH3 dan VFA.
Sedangkan endapan ditambahkan 20 ml
pepsin 0.2% dalam suasana asam. jam.
Supernatan
lnkubasikan secara aerob selama 24
Endapan disaring dengan kertas saring Whatman no. 41.
dianalisa kadar bahan kering dan bahan organiknya.
Kemudian
Sebelumnya ransum
komplit awal dianalisa kadar bahan kering dan bahan organiknya. Cairan rumen tanpa dipergunakan sebagai blanko. Koefisien cerna nutrien dihitung dengan persamaan
-
KCBK (%) =
BK awal (BK residu - BK blanko) BK awal
KCBO (Oh) =
BO awal (BO residu BO blanko) X 100 BO awal
-
-
4. Retensi Nitrogen Dihitung dari besarnya konsumsi nitrogen dikurangi dengan jumlah nitrogen yang keluar bersama feses dan urin.
Besarnya retensi nitrogen
dapat dinyatakan dengan :
= K N - ( N F + NU)
RN (gjh)
Dimana :
5.
RN
= Retensi Nitrogen
KN
= Konsumsi Nitrogen
NF
= Nitrogen Feses
NU
= Nitrogen Urine
Pengukuran Komposisi Tubuh Ternak (Metode Ruang Urea) Pengukuran Ruang Urea dilakukan dengan mengikuti metode Rule et a/. , (1 986)
a.
Larutan urea dalam NaCl fisiologis yang telah disterilkan, diinfusikan melalui
kateter
polietilen
ke
dalam
vena
jugularis
sapi
dengan
menggunakan jarum no. 12. Larutan infusi mengandung 20% urea yang dilarutkan dalam 0.9% saline (NaCI) diinjeksikan dalam waktu 2 menit. Volume yang diinjeksikan diukur sesuai dengan bobot hidup ternak. Jumlah urea yang diinjeksikan adalah 0.65 mllkg0.75 larutan salin yang mengandung 20% urea.
b.
Sampel darah diambil dari vena jugularis saat sebelum dan 12 menit sesudah urea diinfusikan. Sampel darah ditampung pada tabung yang telah diberi larutan heparin untuk mencegah pembekuan darah.
c.
Sampel darah disentrifuse dengan 3000 rprn, selama 10 menit, dan diambil plasmanya untuk penentuan kadar urea plasma.
Penentuan
kadar urea plasma dengan cara mengubah urea dengan bantuan enzim urease
rnenjadi
arnonium
carbonat.
Analisis
dikerjakan
dengan
menggunakan Boehringer Mannheim Gmbh. Ruang Urea (RU) dihitung menggunakan rurnus sebagai berikut :
RU (%) =
rng urea yang diinfusikan Perubahan kadar urea plasma x bobot hidup x 10
Kadar urea plasma diterangkan sebagai mg urea1100 ml atau mg%. Perhitungan : Nilai ruang urea (RU) dihitung setelah diketahui konsentrasi urea dalam plasma. Pendugaan komposisi tubuh, seperti kadar lemak, protein , air dan mineral dapat ditentukan dengan rnenggunakan persamaan sebagai berikut : Air Tubuh Kosong
(%)
= 59.10 + 0.22 x RU-0.04 x bobot tubuh
Protein Tubuh Kosong(%) = 16.70 + 0.07 x RU-0.01 x bobot tubuh Lemak Tubuh Kosong (%) = 19.50 - 0.31 x RU + 0.05 x bobot tubuh
6. Pengukuran Asarn Lernak Terbang (VFA) Penentuan total kadar asam lemak terbang (T-VFA) dilakukan dengan cara penyulingan (General Laboratory Procedure, 1966).
Sebanyak 5 mt
supernatan dimasukkan ke dalam tabung khusus kemudian ditambahkan
1 ml H2SO4 15% lalu ditutup. ,Tabung dihubungkan dengan labu pendingin tegak dan labu berisi air dan dipanaskan. Hasil distilasi ditampung di dalam erlenmeyer yang berisi 5 ml NaOH 0.5 N.
Proses distilasi berakhir sampai
distilat yang ditampung mencapai volume lebih kurang 300 ml.
Kemudian
ditambahkan 1 - 2 tetes indikator penopthalien dan dititar dengan HCI 0.5 N sampai terjadi perubahan warna dari merah jambu menjadi tidak berwarna. Kadar VFA total dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Dimana :
a = ml HCt yang dibutuhkan untuk titrasi blanko (5 ml Na0H)b = ml HCI yang dibutuhkan untuk titrasi hasil distilasi. Analisis konsentrasi asam lemak terbang (VFA) individual dilakukan dengan menggunakan teknik kromatografi gas.
Cairan rumen yang diambil
dengan stomach tube segera disaring, lalu diambil sebanyak 5 ml dan
.
,
dicampur dengan Iml pengendap proteln (metaphosphoric acid) selanjutnya disentrifus dengan kecepatan 1 0 000 rpm selama 15 menit dalam suhu 4 ' ~ . Pengendap protein terdiri dari 12,5 g metaphosphoric acid dan 50 ml air
steril.
Sebanyak 1 p supernatan diinjeksikan ke dalarn gas kromatograph.
Sebelurn injeksi sarnpel, terlebih dahulu diinjeksikan larutan standard VFA. Konsentrasi VFA individual (C) dalarn cairan rumen rnasing-masing dihitung dengan rnenggunakan rurnus sebagai berikut:
C (mM) =
Area sampel x Fp x Konsentrasi Standar Area standar
7. Pengukuran Kadar Amonia (N-NH3) Kadar N-NH3 ditentukan dengan teknik Mikro Difusi Conway (General Laboratory Procedure. 1966). Sebanyak Iml supernatan diletakkan sebelah kiri sekat cawan conway dan 1 ml larutan Na2C03 jenuh diternpatkan pada sekat sebelah kanan. Pada cawan kecil di bagian tengah diisi dengan asarn borat berindikator rnerah methil dan brorn kresol hijau sebanyak 1 mi. Kernudian cawan conway ditutup rapat dengan tutup d~goyang-goyangkan supaya
supernatan
bercampur
bervaselin lalu
dengan
Na2C03.
Sesudah dibiarkan selarna 24 jam dalarn suhu karnar, arnonia yang terikat asarn borat ditrtrasi dengan Na2C03 0.005 N, sarnpai titik awal perubahan warna dari biru rnenjadi kernerah-rnerahan.Kadar N-NH3 dihitung dengan rumus berikut : ,
2
N-NH3 = (ml titrasi x N-Hz SO4 x 1000 ) mM
8. Sintesa Protein Mikroba ( S P M ) Pengukuran menggunakan
laju
sistem
sintesis
protein
fermentasi
"batch
mikroba culture".
dilakukan Laju
dengan
sintesis
ini
diperhitungkan berdasarkan laju inkoporasi perunut 3 2 ke ~ dalam mikroba rumen. (Suwandyastuti, 1986). ' a.
Ke dalam tabung fermentor dimasukkan 12 ml saliva buatan, 1 g ransum, 8 ml cairan rumen sapi dan sekitar 1 pci
3 2 sebagai ~
perunut.
Radiofosfor yang digunakan dalarn bentuk garam natrium ( N ~ H ~ ~ ~ P O ~ ) . Proses ferrnentasi berlangsung dalam suasana anaerob dan dilakukan dalam shakerbath pada suhu 40°C.
Suasana anaerob diciptakan
dengan rnenjenuhi isi fermentor dengan gas C02 selama 3 jam. Proses fermentasi dihentikan dengan rnenambahkan 1 ml H2S04 5N ke datam tabung fermentor. b.
Produk fermentasi disentrifuse dengan kecepatan 12 000 rprn selema 20
menit.
Supernatan
dipisahkan,
lalu
dilakukan
radioaktivitas (S) dan pengukuran konsentrasi (P).
pencacahan
Endapan hasil
sentrifuse dicuci 5 kali dengan larutan NaCl 5 O h , kemudian dilakukan pengabuan basah (wet ashing) sampai diperoleh larutan jernih untuk selanjutnya dilakukan pencacahan radio-aktivitas endapan (E). c.
Pengabuan basah dilakukan dengan cara rnenimbang 1 g sarnpel dimasukkan ke dalarn labu kjeldahl.
Kemudian ditarnbahkan 20 ml
larutan oksidator (campuran 1 volume larutan asarn perklorat 60% dan 4
volume larutan asam nitrat 70%). Labu dipanaskan dalam lemari asarn sampai larutan menjadi jernih. d.
Radioaktivitas sampel dicacah mengggunakan alat pencacah sintilasi cair model Aloka LSC-753.
Nilai fosfor terinkorporasi (A) dihitung
sebagai berikut: A (mg120 ml) = E (c~ml2O ml) S (cpmlrnl)
p (mglml)
Sintesa protein mikroba rumen (SPM) dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :
S P M (mgl20 m113 jam) = A
x 7,6 x 6,25)
9. Alantoin dalam Urin Analisis alantoin urin menggunakan metode Larson (1954).
Pada
dasarnya merupakan reaksi dengan menggunakan asam phosfortungstat untuk deproteinasi. Metode analisa sebagai berikut : a.
Asam phosfotungstat 1.5 g ditarnbah akuades 5 ml dikocok merata, ditambahkan 5 ml sampel urin latu disentrifuse disimpan pada suhu dingin ( 4 ' ~ ) selama 90 rnenit.
b.
Lalu disentrifuse lagi hingga larutan jernih, tambahkan larutan Pb-asetat 5 rnl, disentrifuse dan ditambahkan lagi asam sulfat 5% sebanyak 5 ml
dan disentrifuse lagi hingga hornogen.
c.
Sampel diarnbil sebanyak 2 ml dan dimasukkan dalam tabung Folin-Wu ukuran 100 ml lalu dinetralisir dengan NaOH 5%.
Setelah pH 7,0,
ditambahkan Folin amoniacal copper 2 rnl dan dilakukan pemanasan dengan d.
waterbath selama 10 menit, kemudian didinginkan.
Sebelum
dilakukan
pengukuran
dengan
spektrometer,
segera
ditambahkan asam molibdat 2 ml dan 2.4-dinitro phenil hydrazine (2.4DNPH), lalu dilakukan pembacaan pada panjang gelombang 520 nm. Larutan alantoin standar 1 mg dibuat untuk dibandingkan dengan sampel. Perhitungan kadar Alantoin adalah sebagai berikut :
Kadar Alantoin (mg1100ml) =
alantoin standar 100 xlxalantoin sampel 5
Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (analysis of variance) untuk rancangan bujur sangkar latin (BSL 5 x 5).
Apabila di
antara perlakuan berbeda nyata, analisis dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Steel dan Torrie, 1988).
HASlL DAN P E M B A H A S A N
Pengaruh Pengolahan terhadap Nilai Gizi Pod Kakao Faktor kendala penggunaan pod kakao sebagai pakan, antara lain adalah rendahnya kadar protein dan tingginya kadar lignin, menyebabkan rendahnya kecernaan zat-zat makanan. Upaya rnengatasi kendala tersebut, dilakukan beberapa pengolahan terhadap
pod kakao seperti
amoniasi
dengan 1.5% urea ; ferrnentasi dengan 3.0% tetes (silase); bioferrnentasi dengan 3.0% isi rumen serta biofermentasi dengan kapang Phanerochaete chrysosporium
Burdsall ATCC
34541.
Pod
kakao
hasil
pengolahan
dibandingkan dengan pod kakao tanpa pengolahan sebagai kontrol.
Komposisi Zat Makanan Pod Kakao Secara umum keempat macam pengolahan terhadap pod kakao memberikan pengaruh sangat nyata terhadap perubahan kornposisi zat makanan (P<0.01) untuk serat kasar, lemak kasar dan Beta-N dan nyata (P<0.05) untuk protein kasar (Tabel 5).
Peningkatan protein kasar terjadi
pada perlakuan amoniasi dengan urea dan bioferrnentasi dengan kapang. Urea yang ditarnbahkan dalarn pod kakao rnengalarni proses ureolitik rnenjadi NHg dan C 0 2 oleh enzlrn urease dari bakteri yang ada dalarn pod kakao.
Bersarna air dari pod kakao NH3 rnembentuk basa yaitu amoniurn
hidroksisa NH40H.
Tabel 5.
I II
Pengaruh Perlakuan terhadap Kornposisi Zat Makanan Pod Kakao Berdasarkan Bahan Kering.
,1
aha an Organik
87.13
1 8.35.
Protein Kasar
Serat Kasar
11
1
87.74 9.5eab
5 5 ~ 7 ~50.92~
1 2.48a
Lemak Kasar
1
1
87.22 8.76..
(
1
87.37 8.34.
1
4 9 . 1 2 ~ 40.42"
2 . ~ 4 ~ 0.35'
1
0.24.
1
87.87 9.9s'
45.56' 1.61.
(
5:.:(
1 1
O.O1
0.01
Keterangan : Nilai dengan superskrip berbeda pada baris yang sarna, berbeda nyata pada nilai P yang tercantum berdasar Uji Jarak Berganda Duncan.
Peningkatan kadar protein kasar biornassa pod kakao pada perlakuan biofermentasi dengan kapang P. chrysosporium, diduga
hanya karena
tinggjnya persentase kehilangan bahan kering. Kehilangan bahan kering pod kakao
terbanyak
pada
perlakuan
bioferrnentasi
dengan
kapang
P.
chrysosporiurn yaitu sebesar 9.40%, sedangkan terkecil pada perlakuan amoniasi urea yaitu 24%. Hasil ini sedikit lebih rendah dari penelitian 8asuki (f994),
yang
rnenggunakan
kapang
P.
chrysosporium
biofermentasi substrat serbuk gergaji (10.11O h ) .
untuk
proses
Adanya penambahan tetes
ternyata ,dapat mengurangi penggunaan selulosa pada pod kakao oleh kapang P. chrysosporium untuk rnemenuhi kebutuhan energinya. Kehilangan bahan kering pakan tergantung pada species kapang dan jenis pakan yang diferrnentasikan (Zabel dan Jeffrey, 1992).
1 1