MATERI DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan awal bulan Maret 2005 sampai akhir bulan Mei 2005 di Bird Farm Perkutut Prima, Desa Sukakarya Mega Mendung Bogor selama 10 (sepuluh) minggu. Analisis Proksimat pada pakan (gabah lampung, milet, jawawut dan ketan hitam) dan pada ekstrak daun (Saga, Sambiloto dan Pare) dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Mataram. Analisis mineral (Fe, Mg dan Zn), vitamin A dan vitamin C pada pakan (gabah lampung, milet, jawawut dan ketan hitam) dan pada ekstrak daun (Saga, Sambiloto dan Pare) dilaksanakan di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mataram, sedangkan analisis mineral (Fe dan Zn) pada plasma darah dilaksanakan di Laboratorium Mineral BBIA Bogor, Perhitungan profil darah (diferensiasi sel darah putih) dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Adapun analisis hormon testosteron pada plasma darah dilaksanakan di Laboratorium Radioimmunoassay (RIA) BATAN Jakarta Selatan. Prosedur analisa proksimat, mineral (Fe, Mg dan Zn), vitamin A dan vitamin C pada ransum penelitian (pakan utama dan ekstrak daun) dapat dilihat pada Lampiran 1. Materi Penelitian Hewan Percobaan Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah burung perkutut hasil persilangan Induk Jantan Bangkok dengan Induk Betina Lokal, berumur 4-6 bulan dengan bobot badan 51 – 56 g/ekor yang didapatkan dari Bird Farm Perkutut Prima di Bogor. Jumlah perkutut yang digunakan 25 ekor yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Setiap kelompok perkutut dibagi dalam 5 ulangan, masing-masing 1 ekor.
25
Kandang dan Perlengkapan Penelitian Pemeliharaan perkutut selama penelitian dilakukan pada kandang berlantai beton, berdinding kawat dan beratap asbes yang dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Tampilan bagian dalam kandang penelitian Petak kandang penelitian pada Gambar diatas berukuran 120 cm x 60 cm x 180 cm sebanyak 25 petak kandang yang terbagi atas 2 kandang induk yang tiap kandang induk berisi 12 dan 13 petak kandang. Tiap petak ditempatkan 1 ekor perkutut yang dilengkapi dengan tempat pakan sebanyak 4 buah, terdiri dari tempat pakan (millet, jawawut, ketan hitam dan gabah lampung) dan tempat minum yang terbuat dari plastik. Sebagai alat penerangan digunakan lampu pijar 40 watt yang dipasang di bagian tengah pada tiap petak. Selain itu, tiap petak dilengkapi dengan nomor kandang untuk mempermudah dalam pencatatan data selama penelitian serta timbangan. Ransum Penelitian Bahan dan Susunan Ransum Bahan ransum penelitian yang digunakan terdiri dari pakan utama dan ekstrak daun. Pakan utama terdiri dari milet, jawawut, ketam hitam dan gabah lampung yang diproduksi oleh Sari Alam Solo dan dibeli dari Bird Farm Perkutut Prima di Bogor. Daun yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari daun saga, sambiloto dan pare yang diperoleh dari wilayah Bogor, Propinsi Jawa Barat,
26
dimana daun-daun tersebut diberikan pada hewan percobaan dalam bentuk ekstrak daun saga, sambiloto dan pare. Metode Penelitian Persiapan Ekstrak Daun Ekstrak daun dihasilkan melalui ekstraksi yang dilakukan dengan menggunakan metode maserasi daun. dimana bahan (daun segar) ditimbang, kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender. Selanjutnya akuades disiapkan untuk perendaman dengan perbandingan (1 : 5 g/g) selama 24 jam, setelah itu disaring menggunakan kertas saring Whatman no.40 dan ditampung dalam sebuah wadah kosong yang telah diketahui beratnya. Hasilnya di uapkan menggunakan Rotary Evaporator dengan suhu 400C sehingga yang tersisa adalah ekstrak daun berupa gel. Selanjutnya ekstrak dan wadah ditimbang beratnya sehingga dapat diketahui berat ekstrak daun yaitu (berat ekstrak + berat wadah) – berat wadah. Sebagai catatan, ekstrak daun (Saga, Sambiloto dan Pare) yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Dasar perhitungan konsentrasi ekstraksi perlakuan dedaunan berdasarkan pemberian berat daun saga segar sebanyak 30 lembar daun/ekor/minggu (Farm Prima Perkutut). Nilai konversi rataan berat segar 30 lembar daun saga sebesar 0.27 g (X), sehingga dapat dihitung konsentrasi ekstrak daun saga/ekor/minggu dengan rumus yaitu % rendemen daun saga (
Berat ekstrak x 100% ) x rataan Berat segar
berat segar 30 lbr daun saga (X) atau 6.78% x 0.27 g = 0.018 g/ekor/minggu. Hasil perhitungan tersebut merupakan nilai konsentrasi ekstrak yang berlaku juga pada ekstrak daun sambiloto dan pare, sedangkan kombinasi ekstrak dedaunan konsentrasi ekstraknya sama yaitu 0.018 g/ekor/minggu sehingga setiap konsentrasi ekstrak dedaunan sebesar 0.006 g/ekor/ minggu. Perlakuan ekstrak daun (Saga, Sambiloto dan Pare) diberikan secara oral (force feeding) melalui syringe dengan jangka waktu pemberian setiap minggu.
27
Adapun ransum perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut : Perlakuan A = Pakan utama (kontrol) B = Pakan kontrol + 0.018 gram ekstrak daun saga C = Pakan kontrol + 0.018 gram ekstrak daun sambiloto D = Pakan kontrol + 0.018 gram ekstrak daun pare hutan E = Pakan kontrol + Kombinasi (0.006 gram ekstrak daun saga + 0.006 gram ekstrak daun sambiloto + 0.006 gram ekstrak daun pare). Pelaksanaan Penelitian Sebelum penelitian dilaksanakan kandang dan perlengkapannya terlebih dahulu dibersihkan. Hal ini dilakukan untuk mencegah kemungkinan adanya gangguan penyakit sehingga mengakibatkan penyimpangan hasil penelitian. Pembersihan kandang dan peralatan dilakukan satu minggu sebelum anak perkutut datang. Anak perkutut yang baru datang ditimbang dengan menggunakan timbangan digital untuk mengetahui keragaman berat hingga ketelitian 0.1 g. Selanjutnya ditempatkan pada kandang perlakuan dan ulangan sesuai dengan unit kandang pengacakan. Kandang penelitian ini berada di atas bukit dengan ketinggian 700 m dari atas permukaan laut dengan suhu lingkungan berada dalam kisaran 24–27 0C. Tahap ini juga merupakan awal adaptasi perkutut selama 2 minggu. Pakan yang diberikan terdiri dari 2 bagian yaitu pakan perlakuan dan pakan utama. Pakan perlakuan diberikan setelah tahap adaptasi yaitu minggu ke-3 hingga minggu ke-9 saat burung perkutut berumur 4-6 bulan sedangkan pakan utama diberikan saat tahap adaptasi hingga minggu ke-10. pakan utama diberikan berdasarkan 10% dari berat badan perkutut. Namun dalam penelitian ini jumlah pemberian pakan utama dilebihkan untuk masing-masing jenis pakan utama sebesar 10 gram/4 hari, yang bertujuan untuk mengetahui kebutuhan nutrisi perkutut sedangkan untuk air minum diberikan ad libitum. Pakan utama yang terdiri dari milet, jawawut, ketan hitam, dan gabah lampung diberikan terpisah setiap ekor perkutut. Selama penelitian berlangsung dilakukan pembersihan kandang dan peralatan tiap 4 hari sekali untuk menjaga kebersihan kandang dan kesehatan perkutut.
28
Pemberian ekstrak daun saga, sambiloto, dan pare diberikan seminggu sekali setiap ekor pada pagi hari dengan cara ekstrak daun dilarutkan terlebih dahulu kemudian diberikan dengan menggunakan syringe secara oral. Pengambilan sampel darah untuk pengukuran (diferensiasi leukosit, mineral (Fe dan Zn) dan hormon testosteron) dan perekaman suara dilakukan pada minggu ke-10 hingga minggu ke-11 saat burung perkutut berumur 6-8 bulan. Pengambilan sampel darah dilakukan mulai jam 07.00-09.00 pada minggu ke-10. Sampel darah diambil dengan menggunakkan syringe steril kapasitas 1 cc di vena bawah sayap dan sampel darah yang diambil sebanyak 0.21 cc. Kemudian 0.2 cc sampel darah dimasukkan ke dalam tabung evendov kapasitas 1.5 cc yang mengandung antikoagulan heparin untuk diambil plasmanya dengan cara disentrifuga pada 10 000 rpm, suhu 10 0C, selama
5 menit, sehingga dapat digunakan untuk
mengukur mineral Fe, Zn dan hormon Testosteron, sedangkan sisa sampel darah 0.01 cc yang ada dalam syringe diteteskan pada salah satu ujung gelas objek lalu dibuat apusan dengan bantuan gelas objek yang lain. Apusan pada gelas objek tersebut digunakan untuk menghitung Diferensiasi Sel-Sel Leukosit. Untuk perekaman dilakukan selama 6 jam mulai jam 08.00-14.00 setiap hari selama 6 hari, yang mana 3 jam I untuk kandang I (12 unit) dan 3 jam berikutnya untuk kandang II (13 unit) dan dilakukan pergantian waktu setiap hari selama perekaman. Parameter burung perkutut yang diamati yaitu konsumsi ransum, konsumsi nutrien, diferensiasi sel-sel leukosit, mineral (Fe dan Zn), hormon testosteron, dan durasi (silabel dan antar silabel). Untuk data konsumsi ransum dan konsumsi nutrien ditabulasi dan dibahas secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran jumlah nutrisi yang dikonsumsi perkutut. Untuk perhitungan setiap parameter sebagai berikut: 1. Konsumsi ransum (g/ekor/hari) Konsumsi ransum setiap kelompok ulangan dihitung setiap 4 hari berdasarkan selisih ransum yang diberikan dengan sisa ransum. 2. Konsumsi nutrien - Konsumsi nutrien kelompok kontrol (A) diperoleh dari : ∑(ANR x KRA)
29
- Konsumsi nutrien kelompok B diperoleh dari : [∑(ANR x KRB)] + (AEksB x 0.018 gram) - Konsumsi nutrien kelompok C diperoleh dari : [∑(ANR x KRC)] + (AEksC x 0.018 gram) - Konsumsi nutrien kelompok D diperoleh dari : [∑(ANR x KRD)] + (AEksD x 0.018 gram) - Konsumsi nutrien kelompok E diperoleh dari : [∑(ANR x KRE)] + (AEksB x 0.006 gram) + (AEksC x 0.006 gram) + (AEksD x 0.006 gram) Keterangan : ANR AEksB AEksC AEksD KRA KRB KRC KRD KRE
: : : : : : : : :
Analisa nutrien ransum (pakan pokok) Analisa ekstrak saga (perlakuan B) Analisa ekstrak sambiloto (perlakuan C) Analisa ekstrak pare (perlakuan D) Konsumsi ransum (pakan pokok) pada perlakuan A Konsumsi ransum (pakan pokok) pada perlakuan B Konsumsi ransum (pakan pokok) pada perlakuan C Konsumsi ransum (pakan pokok) pada perlakuan D Konsumsi ransum (pakan pokok) pada perlakuan E
3. Diferensiasi Sel-Sel Leukosit Uji pada darah perkutut yang dilakukan pada penelitian ini adalah : Diferensiasi Leukosit preparat ulas darah dengan pewarnaan Giemsa, perhitungan dan klasifikasi per 100 leukosit. Metoda perhitungan jumlah eritrosit dan diferensiasi leukosit mengikuti metode Djojosoebagio (1989) sebagai berikut : Apusan darah dikeringkan dalam suhu kamar lalu difiksasi menggunakan methanol dengan cara dicelupkan selama 5 menit. Selanjutnya apusan darah diangkat, dikeringkan kembali lalu dimasukkan ke dalam larutan zat warna Giemsa selama 30 menit. Gelas objek diangkat dan dicuci kelebihan zat warna dengan menggunakan air kran yang mengalir. Apusan darah dikeringkan di udara dan selanjutnya apusan darah yang telah diwarnai diamati melalui mikroskop cahaya perbesaran dengan lensa objective. : 100 x; okuler : 10 x dan diteteskan minyak imersi pada preparat Diferensiasi leukosit dilakukan pada beberapa lapang pandang dan dihitung per 100 leukosit.
30
4. Mineral Fe dan Zn dari Plasma Sampel darah yang diambil plasmanya dengan cara disentrifuga pada 10 000 rpm, suhu 10 0C, selama 5 menit. Selanjutnya dilakukan pengukuran Fe dan Zn dari plasma mengikuti metode AAS (Price 1979) seperti pada Lampiran 2. 6. Analisis Kadar Hormon Testosteron Plasma diukur kandungan hormon testosteron dengan menggunakan kit COAT-A Count Testosteron buatan DPC Los Angles, USA. Pengukuran dilakukan secara kuantitatif dan menggunakan radioaktif
125I
(Jaffe dan
Behrman 1974). 7. Analisis Suara Perkutut Analisis durasi silabel dan durasi antar silabel dari suara perkutut dilakukan pada 238 cuplikan suara dari 22 individu perkutut (Purnamasari 2006). Cuplikan suara direkam dengan audio tape recorder merek Sony TCM323. Hasil rekaman dikonversikan dalam bentuk digital audio pada format WAVE, kemudian dianalisis melalui program avisoft-SASLab Pro versi 3.74 (Raimund 1999). Analisis Data Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri dari 5 ulangan dan 5 perlakuan. Model statistika RAL sebagai berikut : Yij = µ + τi + έij di mana : Yij = Respon dari suatu percobaan yang memperoleh perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ
= Rataan umum hasil percobaan
τi
= Pengaruh perlakuan ransom ke-i
έij = Pengaruh galat percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j j
= 1,2,3,4,5 (ulangan)
i
= 1,2,3,4,5 (ulangan)
31
Analisis data menggunakan analisis ragam (Analisis of Variance). Jika hasil analisa menunjukkan perbedaan nyata antara perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (Steel dan Torrie 1991). Data diolah dengan menggunakan Komputer Program Minitab Statistical Software Release 11.12.
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57