MATERI DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium llmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Jurusan llmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Petemakan, lnstitut Pertanian Bogor (INMT-FAPET, IPB) dan Laboratorium Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan (Balitbio), Cimanggu, Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap yaitu percobaan in vitro dan in vivo. Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 18 bulan, dimana penelitian in vitro dilakukan seiama 8 bulan dan penelitian in vivo selama 10 bulan.
Materi Penelitian
Beberapa materi dan bahan pakan untuk ternak yang akan digunakan pada ransum penelitian adalah : Rumput Brachiaria humidicola diperoleh dari kebun rumput Fakultas Petemakan, IPB (Jonggol), sebagai sumber hijauan. Dedak padi, jagung kuning, bungkil kedelai diperoleh dari Laborat~riumlndustri Makanan Temak (Feed meal) Fakultas Petemakan, IPB. Bungkil inti sawit (Elaeis guineensis, Jacq) diperoleh dari PT. Karyana Gita Utama, Cicurug (berasal dari PTP. Xlll Pontianak, Kalimantan Barat). Premix, Dicalsium Phosphat (DCP), dan garam diperoleh dari PT. lndo Feed, Bogor. Formaldehida teknis (40%) dan bahan-bahan kimia diperoleh dari Toko Bahan Kimia Brataco, Bogor.
48 Domba yang digunakan untuk penelitian adalah domba Priangan, sebanyak 36 ekor, jenis kelamin jantan, umur 12-14 bulan. Rataan bobot awal untuk selumh domba penelitian (36 ekor) 17,9 k 2,O kg.
lnstrumen Penelitian lnstrumen yang digunakan pada penelitian in vitm dan in vivo ini adalah: 2 unit timbangan duduk, masing-masing kapasitas 5 kg dan 50 kg 1 unit timbangan domba kapasitas 100 kg 2 unit hand sprayer kapasitas 0,5 dan 1 liter mesin penggiling bahan makanan (willey mill) mesin pencampur (mixerj horisontal mesin pelet sistim steam oven listrik pengering bahan pakan tanur listrik 4 unit soxlet (analisis skstrak eter)
20 buah cawan conway (analisis N-NHJ) 1 unit gas chromatography (analisis asam lemak tak jenuh) 1 unit High Performance Liquid Chromatogm,ohy (HPLC) (analisis LDL-kolesterol dan HDL kolesterol). 1 set fermentor (analisis kecemaan in vitm) 1 unit destilasi markam (enalisis total VFAj 1 unit freezer 36 buah Vacum Venojack peralatan gelas di laboratorium 38 unit kandang metabolisme (individual) beserta kelengkapan peralatan kandang (1,2 x 0,6 x 1,2 m3). 1 unit spektrofotometer masa (single beam) 1 unit pH meter (merk corning) 1 buah planimeter (merk Hruden) 1 buah termometer bimetal 1 buah alat pencetak daging
1 buah pressure gauge (merk Daiichi Keiki) 1 unit alat Warner Biatzer Shear (merk Chatillon) 1 buah pisau penyembelih hewan, 1 buah pisau seksi untuk memisahkan
daging, tulang dan rusuk.
Percobaan Tahap I (In Vitro)
Percobaan ini dilakukan dengan cara fermentasi bath culture, yang bertujuan untuk mengetahui taraf penggunaan formaldehida yang ditambahkan pada bungkil inti sawit, terhadap protein dan asam lemak poli tak jenuh yang dapat dilindungi, dan lama penyimpanan bungkil inti sawit setelah mendapat perlakuan formaldehida. Variabel yang akan diamati adalah konsentrasi N-NH3, Volatile fatty acid (VFA), kecernaan bahan kering dan bahan organik fermentasi anaerob (KCBK dan KCBO ferrnentasi anaerob), KCBK dan KCBO total fermentasi, dan kecernaan asam lemak tak jenuh. Penelitian (in vjtm) tahun pertarna ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap Pola Faktorial; 4 (macam bahan makanan) x 5 (level formaldehida yang digunakan) x 4 (waktu penyimpanan setelah diproses) dengan 2 ulangan. Dengan demikian persamaan matematiknya dapat ditulis sebagai berikut (Steel dan Torrie, 1993) :
Dimana YiH
= hasil pengamatan ke i, j, k, I;
= nilai tengah; = pengaruh bahan ke i; BI = pengaruh formaldehida ke j; Fi = pengaruh waktu penyimpanan sampel ke k; Wk = pengaruh interaksi bahan makanan dan formaldehida ke ij; BFii BWik = pengaruh interaksi bahan makanan dan waktu penyimpanan ke ik; FWik = pengaruh interaksi formaldehida dan waktu ke jk; BFWUk= pengaruh interaksi bahan makanan, formaldehida dan waktu keijk; CL
Cijld
= galat percobaan
Faktor B = jenis bahan makanan yang digunakan; ke empat jenis bahan tersebut adalah rumput Brachiaria humidicola (R), dedak padi (D), jagung kuning (J), bungkil inti sawit (Elais guinensis Jack) (S). Faktor F = taraf perlakuan formaldehid yang digunakan (L); ke lima level formaldehid (0; 2,5; 5,O; 7 3 ; 10% formaldehid dari kandungan protein kasar bahan makanan). Faktor W = lama waktu penyimpanan bahan pakan O/V) setelah diberi perlakuan dengan formaldehid; ke empat waktu penyimpananl perlakuan bahan makanan setelah diberi formaldehid, sebelum difermentasi dengan cairan rumen, adalah 0, 2, 4 dan 6 hari. Pencampuran Fonnaldehida dengan Bahan Pakan (In Vitro)
Semua sampel bungkil inti sawit yang akan diamati digiling halus (mesin penggiling Willey mill). Dari sampel yang digiling halus tersebut diambil sebanyak 1 kg (dengan kadar air 50%) untuk dicampur (disemprot dengan hand sprayer) dengan larutan formaldehida teknis (40%) sebanyak 0%; 2,5%; 5%; 7,5%; dan 10% (vlb) dari kandungan protein kasar sesuai dengan konsentrasi formaldehida tersebut dalam desain, selanjutnya diaduk merata (Ferguson ef a/., 1967). Kemudian bungkil inti sawit yang telah dicampur dengan formaldehida tersebut disimpan dalam kantong-kantong plastik polyethilen hitam sesuai waktu menurut desain penelitian, setelah itu dikering-anginkan (sinar matzhari). Dengan demikian ada 80 buah kantong bahan pakan yang dipreparasi.
Metode Analisa In Vitro Kecernaan Bahan Kering (BK) dan Bahan Organik (BO) in vitro
Dilakukan dengan metode Tilley dan Terry (1963) yang telah dimodifikasi. Sebanyak 1-2 g bahan pakan ditimbang dimasukkan dalam tabung fermentor ditambah dengan larutan saliva buatan (McDougall) sebanyak 12 ml pada suhu 39°C dan pH 6,5-6,9 dan cairan rumen 8 ml. Kemudian diinkubasikan secara
anaerob selama 24 jam dalam shakerbath. Setelah 24 jam tutup tabung fermentor dibuka dan ditambahkan larutan HgCI2 jenuh sebanyak 0,2 rnl untuk mematikan mikroba. Tabung disentrifuse dengan kecepatan 10.000 rpm selama 10 menit. Supematan dibuang dan endapan ditambahkan 20 ml larutan pepsin 0,2% dalam suasana asam. lnkubasikan dalam suasana aerob selama 24 jam. Endapan disaring dengan kertas saring Whatman no. 41. Kemudian dianalisa kadar bahan kering dan bahan organiknya. Sebagai blanko digunakan cairan rumen tanpa perlakuan. Koefisien cema BK dan BO dihitung dengan persamaan : KCBK =
KCBO =
BK awal - (BK residu - BK blanko) BK awal BO awal - (BO residu - BO blanko) BO awal
~100%
x Z 00%
Pengukuran kadar N-NH3
Kadar N-NH3 ditentukan dengan teknik Microdifusi Conway (Geneml Laboratory Procedure, 1966). Sebanyak 1 ml supernatan diletakkan sebelah kiri sekat cawan conway dan 1 ml larutan Na2C03jenuh ditempatkan pada sekat sebelah kanan. Pada cawan kecil dibagian tengah diisi dengan asam borat berindikator methil red dan brom kresol green sebanyak 1 rnl. Kemudian cawan Conway ditutup rapat dengan tutup bewaselin lalu digoyang-goyang sehingga supematan bercampur dengan Na2C03, lalu dibiarkan selama 24 jam pada suhu kamar. Amonia yang terikat dengan asam borat dititrasi dengan H2SO40.005 N sampai warna berubah kemerah-merahan. Kadar N-NH3dihitung dengan rumus : N-NH3= (ml titrasi x N H2S04x 1000) mM
Pengukuran asam lemak volatil (VFA) total Pengukuran VFA ditentukan dengan destilasi uap (General Laboratory, 1966). Sebanyak 5 ml supernatan dimasukkan dalam tabung destilasi yang dipanaskan dengan uap air. Tabung segera ditutup rapat setelah menambahkan 1 ml H2SO4 15%. Uap air panas akan mendesak VFA melewati tabung pendingin terkondensasi dan ditampung dengan erfemeyer berisi 5 ml NaOH 0.5 N sampai mencapai volume sekitar 300 mi. Selanjutnya ditambahkan indikator phenolphtalein sebanyak 2 tetes dan dititrasi dengan HCI 0.5 N. Titrasi beiakhir pada saat titik awal perubahan warna, dari merah menjadi bening. Dilakukan pula titrasi blanko terhadap 5 ml NaOH. Kadar VFA dihitung dengan rumus VFA total = (b-s) x N HCI x 1000/5 mM dimana : b = volume titran blar?ko s = volume titran sampel N = normalitas larutan HCI Asam lemak Penentuan asam lemak (asam lemak jenc;h dan asarn lemak poli tak jenuh) dapat menggunakan khromatografi gas (AOAC, 1995). Diperlukan proses ekstraksi dan esterifikasi contohbahan yang akan diukur asam lemaknya sebelum dianalisis dengan khromatografi Gas. Ekstraksi Untuk contoNbahan padat diekstraksi dengan pelarut lemak
petroleum benzene atau
dietil
eter,
menggunakan alat
ekstrasi
soxhlet
(contohbahan berbentuk cair menggunakan alat ekstraksi goldfish dengan metode Mattick dan Lee, 1959). Disiapkan labu lemak yang ukurannya sesuai dengan alat ekstraksi soxhlet, lalu dikeringkan dalam oven, dinginkan dalam desikator dan ditimbang. Ditimbang 1 sampai 2 g contohlbahan bentuk tepung dan dibungkus
dengan kertas saring. Contohlbahan diletakkan dalam soxhlet, kemudian dipasang kondenser diatasnya. Selanjutnya ditambahkan petroleum benzene ke dalam soxhlet, banyaknya sesuai dengan ukurannya. Kemudian dilakukan reflux selama 5 jam, sampai pelarut yang turun ke dalam labu bewarna jemih. Destilasi pelarut yang ada di dalam labu lemak, kemudian ditampung pelarutnya. Hasil ekstraksi dalam labu lemak dipanaskan dalam oven pada suhu 1 0 5 ' ~ .Setelah dikeringkan sampai beratnya tetap, dinginkan dalam esksikator, timbang labu beserta lemaknya. Selarijutnya berat lemak dapat dihitung. Esterifikasi 0,2 g asam lemak bebas diambil dari labu lemak masukkan ke
dalam botol kecil, kemudian ditambahkan 1 ml (0,5 m! NaOH (0,5 N) + 0,5 ml methanol (50%)). Selanjutnya dipanaskan selama 20 menit dalam water bath dan didinginkan, lalu ditambahkan 2 ml BF3 dipanaskan 20 menit dalam water bath kemudian didinginkan. Selanjutnya ditambahkan 2 ml NaCl dan 1 ml Hexan lalu dihomogenisasikan dengan vortex. Contohlbahan diambil 2 pI dengan mikro syringe dan siap diinjeksikan kedalam khromatografi gas. Kondisi alat khromatografi gas yang digunakan ada!ah: o
Merek khromatografi gas Hitachi, tipe 263-50.
o Merek recorder Hitachi, tipe D 2500 o Merek dan ukuran Chromorsorb silicone OV-17, 80-100 mesh, panjang 3 m dengan garis tengah 5 mm o
Suhu injector 230°c, suhu column inisial 150°c, dan suhu column final 180°c, Range 5'~lrnenit dan attenuation 24 Tekanan gas N250 kgf/cm2
o Tekanan gas Hz2 kgf/cm2dan tekanan udara 0,5 kgf/cm2
o Detector (FID) o
Kecepatan kertas recorder 5 rnrnlmenit Pehitungan konsentrasi asarn lernak jenuh dan asarn lernak poli tak jenuh dilakukan dengan rurnus :
C=
Tinggi Sampel x Konsentrasi Standar Tinggi Standar
Percobaan Tahap Il (In Vivo) Percobaan ini dilakukan dengan menggilna~an36 ekor domba Priangan
+
jantan, umur 12-14 bulan yang rnempunyai rataan bobot awal 17,9 2,Okg. Ransum percobaan disusun rnernpertirnbangkan kecukupan kebutuhan protein dan energi, dengan kandungan protein 13,65% dan TDN 64,11% (NRC, 1985). Ransum yang digunzkan terdiri dari konsentrat dengan rumput, perbandingannya 60:40. Bahan penyusun konsentrat adalah bungkil inti sawit (45%), jagung kuning, dedak padi, bungkil kedelai, garam, premix, dan dicalsiurn phosphat (DCP) sebanyak 15%. Rumput yang digunakan adalah rurnput Brachiaria humidicola (40%). Percobaan ini bertujuan untuk mengaplikasikan taraf pemberian forrnaldehida yang terbaik untuk rnelindungi protein dan asam lernak poli tak jenuh bahan pakan dari degradasi rnikroba rumen pada percobaan in vifro. Selanjutnya akan diamati respon kornbinasi bahan pakan dalarn ransurn percobaan yang diperlakukan pada domba terhadap kinerja, kualitas daging, kandungan asam lemak poli tak jenuh daging, kandungan kolesterol daging, kandungan kolesterol-LDL dan kolesterol-HDL darah. Penelitian tahap II ini dibagi dalarn beberapa bagian percobaan, antara lain; percobaan pengamatan kinerja dornba, kualitas daging, kandungan kolesterol
daging, kandungan asam lemak jenuh dan poli tak jenuh daging. Percobaan ini menggunakan metoda Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial yang terdiri dari dua faktor perlakuan, yaitu ransum (R) dengan empat taraf perlindungan bungkil inti sawit dengan forrnaldehida (0%; 15%; 30%; dan 45% konsentrat juga dilindungi formaldehida) dan lama penggemukan
0 (3,
6, dan 9 minggu) dengan tiga
ulangan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analisis Peragam (Analysis of Covariance) dengan bobot badan sebagai faktor koreksi untuk menghilangkan pengaruh keragaman bobot awal. Analisis data parametrik dilakukan dengan prosedur GLM (General Linear Model) dan untuk data non parametrik dengan Wilcoxon Score. Least Square Means digunakan untuk menguji perbedaan diantara perlakuan (data parametrik) (SAS, 1997) dan untuk data non parametrik dengan menggunakan Uji Banding Rataan Rank (Gibbon, 1975). Model analisis peragam dalam Rancangan Acak Lengkap Faktorial (Stee! dan Torrie, 7993) adalah sebagai berikut :
Keterangan : Yijk = Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan ij CI = Nilai rataan peubah yang diamati Ri = Pengaruh ransum ke-i W, = Penganrh lama waktu penggemukan ke-j RWij = Pengamh interaksi antara ransum ke-i dan lama penggemukan ke-j = Bobot awal pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi ij Xiik Eijk = Galat pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi ij Faktor R =
taraf bungkil inti sawit yang diproteksi fomaldehida (0, 15, 30 dan 45%) dari konsentrat yang juga diproteksi formaldehida. Taraf formaldehida yang digunakan untuk perlindungan protein dan lemak adalah taraf yang terbaik dari percobaan tahap I adalah 5% (in vitro) dari total kandungan protein kasar bahan makanan yang digunakan sebagai konsentrat.
FaktorW =
lama waktu pemberian ransum yang mengandung bungkil inti sawit yang dilindungi formaldehida (3, 6, dan 9 minggu).
Pencampuran Forrnaldehida dengan Bahan Konsentrat Pakan (In Vivo)
Bahan konsentrat dan rumput yang terdiri dari bungkil inti sawit, jagung kuning, bungkil kedelai, dan dedak padi, serta rumput Brachiaria humidicola yang digunakan untuk penelitian, semua digiling halus terlebih dahulu. Dari bahan yang telah digiling halus tersebut, hanya bahan konsentrat (bungkil inti sawit, dedak padi, jagung kuning dan bungkil kedelai) yang dicampur dengan 5% formaldehida berdasarkan kandungan protein kasar bahan ons sent rat (disemprot sebanyak sesuai dengan konsentrasi formaldehida yang memberikan perlindungan protein dan asam lemak poli tak jenuh bahan pakan pada percobaan in vitro). Selanjutnya campuran tersebut dicampur dengan menggunakan alat mixer horizontal (Ferguson et a/., 1967). Setelah itu disimpan empat hari, lalu dikering-udarakan kemudian dibuat ransum (sesuai susunan ransum yang direncanakan). Selanjutnya ransum tersebut dibuat dalam bentuk pelet ukuran 8 mm (untuk ukuran domba), kemudian diberikan pada domba penelitian. Perlakuan ransum yang diuji adalah ; R, =
(45% bungkil inti sawit + 0% formaldehida) + (13% konsentrat + 5% formaldehida) + (40% rumput B. humidicola + 2% premix)
RZ =
(30% bungkil inti sawit + 0% formaldehida) + (15% bungkil inti sawit + 5% formaldehida) + (13% konsentrat + 5% formaldehida) + (40% rumput B. humidicola + 2% premix)
R3 =
(15% bungkil inti sawit + 0% formaldehida) + (30% bungkil inti sawit + 5% formaldehida) + (13% konsentrat + 5% formaldehida) + (40% rumput B, humidicola + 2% premix)
R4=
(45% bungkil inti sawit + 5% forrnaldehida) + (13% konsentrat + 5% formaldehida) + (40% rumput B. humidicola + 2% premix) Ransum penelitian disusun berdasarkan rekomendasi dari National Research
Council (NRC, 1985). Komposisi bahan pakan yang digunakan dalam ransum ditampilkan pada Tabel 8. Tabel 8. Komposisi bahan pakan dan kandungan nutrien ransum penelitian (% BK) No. 1. 2.
3. 4. 5.
1. 2. 3. 4. 5.
6. 7.
Bahan A. Ksmposisi bahan pakan Rumput Brachiaria humidicola Konsentrai yang terdiri dari: 2.1. Bungkil inti sawit a. tidak dilindungi formaldehida b. dilindungi formaldehida 2.2. Dedak padi 2.3. Jagung 2.4. Bungkil kedelai Garam NaCl Premix Dicalsium phosphat TOTAL B. Kandungan nutrien ransum (%) TDN ME (Kkallkg) Protein kasar Serat kasar Lemak kasar Komposisi asam lemak - Miristat (C 14:O) - Palmitat (C 16:O) - Stearat (C 18:O) - Oleat (C 18:1 n-9) - Linoleat (C 18:2 n-6) - Linolenat (C 18:3 n-3) - Docosapentaenoat (C 22:5 n-6) Ca P
R1 R2 R3 R4 ---------------(yo)-----------, 40 40 40 40 60 60 60 60 45 0 3,o 4,5 5,s 0,5 0,5 1,o 100
30 15 3,o 4,5 5,5 0,5 0.5 1,o 100
15 30 3,o 4,5 55 0,5 0.5 1,o 100
0 45 3,o 4,5 5,s 0,5 0.5 1,o 100
Pemeliharaan Domba Penelitian Dalam penelitian ini temak yang digunakan sebanyak 36 ekor domba Priangan jantan yang berumur 12-14 bulan, diperoleh dari pasar ternak Cicurug (Sukabumi). Domba dipelihara di dalam kandang individu yang berukuran 1,2 x 0,6 x 1,2 m3 di Laboratorium Lapangan llmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Fakultas Peternakan IPB. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat makan yang terbuat dari kayu dan ember plastik sebagai tempat minum. Kandang terletak dalam bangunan seluas 96 m2, beratap asbes. Tinggi bangunan 4 m, pada dinding sebelah kanar: dan kiri berupa beton setinggi 2 m yang diatasnya dipasang dinding kawat setingyi 2 m. Pada dinding bangunan bagian depan terdapat 2 pintu besi, sedangkan bagian belakang hanya berupa dinding tanpa pintu (kandang dibersihkan dan disemprot dengan pembasmi kutu Fumisit sebelum ditempati). Domba dimandikan dan dikeringkan teriebih dahulu, kemudian ditimbang. Diperoleh rataan bobot awal 19,9 2 2,O kg untuk seluruh domba penelitian (36 ekor).' Selanjutnya domba diacak tujuannya agar domba memperoleh kesempatan diberi perlakuan yang sama. Pada tahap persiapan. domba diberi obat anti stress (Biosalamine) dan obat cacing (Valbasen). DomSa tersebut mengalami masa adaptasi selama dua rninggu. Selama masa adaptasi domba diberi ransum penelitian dalam bentuk pelet. Lama masa penggemukan 3, 6, dan 9 minggu. Ransum perlakuan yang diberikan terdiri atas rumput Brachiaria humidicola dan konsentrat dengan perbandingan 40: 60 dan diberikan dalam bentuk pelet. Pemberian ransum dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore hari), sedangkan air minum diberikan secara ad libitum.
Pengambilan Data dan Sampel Data berat badan domba diperoleh dari penimbangan domba setiap minggu. Pengambilan cairan rumen domba dilakukan dengan alat stomach tube, sebelum domba dipotong. Serum darah diambil 10 cc dengan alat Vaccum Venojack dari Vena jugularis domba. Feses dan urin dikoleksi selama satu minggu (7 hari) dan sebanyak 10Y3 dari jumlah feses dan urin setiap harinya diambil, dan kemudian dikomposit.
Pemotongan dan Pengkarkasan Setelah mencapai target lama pemeliharaanlpenggemukan yaitu tiga, enam dan sembilan minggu domba dipotong tanpa pembiusan (stunning) pada bagian leher atas dekat rahang bawah sampai semua pembuluh darah, trachea clan oesophagus terputus. Pemotongan ternak dilakukan tanpa pemuasaan domba terlebih dahulu. Kepala dipisah dari tubuh pada sendi occipito atlanfis, kaki depan dipotong pada sendi c a p o metacarpal dan kaki belakang pada sendi tarso metatarsal. Bagian-bagian tersebut kemudian ditimbang. Tubuh hewan tanpa kepala dan kaki digantung pada pana belakang dekat fendo achiles. Kulit dilepas dengan hati-hati sehingga m. cutaneus trunci tetap rnelakat pada karkas. Sebelum jeroan dikeluarkan, rektum dipisahkan dari anus dan diikat supaya feses tidak mencemari karkas. Jeroan dikeluarkan melalui sayatan lurus ditengahtengah perut hingga tulang dada. Karkas disimpan di dalam ruang pendingin (chillerj selama 24 jam. Pada hari berikutnya dilakukan penguraian. Karkas yang telah didinginkan ditimbang untuk memperoleh bobot karkas dingin. Setelah lemak pelvis dan ginjal dipisah, karkas sebelah kiri dipotong menjadi
60
beberapa potongan komersial yaitu leg, loin, rack, shoulder, neck, shank, breast, dan flank (Romans dan Ziegler, 1977).Sampel daging otot longisimus dorsi pada potongan dari persendian thoracic vertebrae ke-12 dan ke-13 sampai dengan lumbar vertebrae ke-6 dari setengah karkas bagian kiri dipisahkan. Sampel daging tersebut diblender kemudian diambil secara acak untuk dianalisa kandungan asam lemak dan kolesterolnya, sedangkan untuk analisa residu formaldehida digunakan sampel daging domba yang mendapat perlakuan ransum R1, R2,R3,dan R4 dengan lama penggemukan 9 minggu.
Metode Analisa In Vivo Pertambahan bobot badan Diperoleh dari mengurangkan bobot badan akhir dengan bobot badan awal dibagi lama waktu pengamatan, penimbangan bobot badan ternak dilakukan setiap minggu. Konsumsi pakan Konsumsi pakan harian dihitung berdasarkan jumlah pakan segar yang disediakan dikalikan dengan kandungan bahan keringnya dikurangi sisa pakan dikalikan dengan bahan kering sisa pakan tersebut, dengan menggunakan timbangan. Konversi pakan Diperoleh berdasarkan jumlah konsumsi bahan kering pakan dibagi dengan kenaikan bobot badan per satuan waktu. Kecernaan zat makanan Ditentukan dengan metode koleksi total (Harris, 1970). Koleksi total dilaksanakan selama 7 hari berturut-turut. Setiap hari selama periode koleksi
tersebut konsumsi ransum diukur, begitu juga dengan pengeluaran feses dan urine. Sampel feses dan urine diambil sebanyak 10% dari total harian. Sampel harian feses dan urine dikomposit dan dianalisis kadar zat makanannya dengan analisis proksimat. Kecemaan zat makanan dihitung sebagai berikut :
Kecernaan =
(Zat makanan yang dikonsumsi - Zat makanan dalam feses) Zat makanan yang dikonsumsi
~100%
Retensi nitrogen
Dihitung dari besarnya konsumsi nitrogen dikurangi dengan jumlah nitrogen dalam feses dan urine. Besarnya retensi nitrogen dapat dinyatakan dengan : RN (glh) = KN - (NF-NU) Dimana:
RN = retensi nitogen; NF = nitrogen feses; NU = nitrogen urine KN = konsumsi nitrogen;
Analisis alantoin urine Analisis alantoin urine dilaksanakan berdasarkan metode kolorimetri. Allantoin dihidrolisis dalam larutan natrium hidroksida pada suhu 100°C menjadi alantoin acid yang seterusnya didegradasi menjadi urea dan glyoxi/lic acid dalam larutan asam khlorida. Glyoxytic acid kemudian bereaksi dengan fenilhidrazin hidroklorida membentuk fenilhidrazon. Produk tersebut bersama kalium ferrisianida dapat membentuk kromosfer yang tidak stabil, yang wamanya dapat dibaca pada panjang gelombang 522 nm. Kurva linear standar dibuat dengan menyiapkan larutan allantoin standar dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40, 50, 60 mglliter. Sebanyak 1 ml sampel urin dan 1 ml larutan standar atau aquades untuk masing-masing blanko dimasukkan kedalam tabung 15 ml lalu ditambahkan 5 ml aquades. Selanjutnya ditambahkan 1 rnl NaOH 0,5 N dikocok dengan vortex, lalu tabung tersebut
direndam dalam air mendidih selama 7 menit. Setelah diangkat dan didinginkan, kedalam setiap tabung ditambahkan 1 ml HCI 0,5 N, lalu ditambahkan 1 ml larutan fenilhidrazin. Setelah dikocok tabung segera direndam dalam air mendidih selama 7 menit, kemudian didinginkan dalam alcohol bath. Sebanyak 3 ml HCI pekat 11,4 N dan 1 ml kalium ferrisianida ditambahkan kedalam setiap tabung. Setelah tercampur sempuma, sebahagian dimasukkan kedalam cuvet, dan dibaca nilai OD (optical density) pada spektrofotometer (single beam model). Perhitungan konsentrasi alantoin sampel didasarkan pada hubungan linear antara konsentrasi alantoin standar dengan OD standar.
Pengukuran kadar N-amonia (N-NH3) cairan rumen Kadar N-NH3 ditentukan dengan teknik Microdifusi Conway (General Laboratory Pracedures, 1966). Sebanyak 1 ml supernatan dari cairan rumen diletakkan sebelah kiri sekat cawan conway dan 1 ml larutan Na2COs jenuh ditempatkan pada sekat sebelah kanan. Pada cawan kecil dibagian tengah diisi dengan asam borat berindikator mefhil red dan brom kresol green sebanyak 1 ml. Kemudian cawan conway ditutup rapat dengan tutup bervaselin lalu digoyanggoyang sehingga supernatan bercampur dengan Na2C03.Dibiarkan selama 24 jam pada suhu kamar. Amonia yang terikat dengan asam borat dititrasi dengan H2SO4 0.005 N sampai warna berubah kemerah-merahan. Kadar N-NH3 dihitung dengan rumus berikut : N-NH3= (mi titrasi x N H2S04x 1000) mM
Pengukuran asam lemak volatil (VFA) total Pengukuran kadar VFA ditentukan dengan destilasi uap (General Laboratory, 1966). Sebanyak 5 rnl supernatan dimasukkan dalam tabung destilasi yang dipanaskan dengan uap air. Tabung segera ditutup rapat setelah menambahkan 1 ml H2SOS15%. Uap air panas akan mendesak VFA melewati tabung pendingin terkondensasi dan ditampung dengan erlerneyer berisi 5 ml NaOH 0.5 N sampai mencapai volume sekitar 300 ml. Selanjutnya ditarnbahkan indikator phenolphtalein sebanyak 2 tetes dan dititrasi dengan HCI 0.5 N. Titrasi berakhir pads saat titik awal perubahan warna, dari merah menjadi bening. Dilakukan pula titrasi blanko terhadap 5 ml NaOH. Kadar VFA dihitung dengan rumus : VFA total = (b-s) x N HCI x 100015 mM dimana :
b = volume titran blanko s = volume titran sampel N = normalitas larutan HCI
Pengukuran asam lemak volatil (VFA) individual (parsial) Analisis konsentrasi VFA individual dilakukan dengan menggunakan teknik kromatografi gas (AOAC, 1995). Cairan rumen yang diambil dengan stomach tube segera disentrifuse pada kecepatan 10.000 rpm selama 15 menit kemudian diambil supernatannya. Sebanyak 2 ml supernatan dipipet ke dalam tabung plastik kecil yang bertutup. Ke dalam tabung tersebut ditambahkan sebanyak 30 mg 5sulphosalicylic acid (CsH3(0H)S03H2H20) lalu dikocok. Kemudian disentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit kemudian disaring dengan rnilipore dan diperoleh cairan jernih. Sebanyak 1 PI cairan jernih diinjeksikan ke gas kromatografi. Sebelum injeksi sampel, terlebih dahulu diinjeksikan larutan VFA
standar. Perhitungan konsentrasi VFA individual dalam sampel dilakukan dengan menggunakan rumus berikut :
C
=
Tinggi sampel Tinggi standar
x Konsentrasi standar (%)
Populasi total bakteri Populasi bakteri rumen dicacah menggunakan metode pencacahan koloni. Bakteri yang dicacah hanya yang hidup. Prinsip perhitungannya adalah cairan rumen diencerkan secara serial lalu dilakukan pembiakan bakteri dalam tabung selama 7 hari. Kultivasi bakteri diiakukan pada pH 7, dibuat suasananya anaerob, dan pada suhu 3g°C. Media pembiakan yang digunakan adaiah non selektif media untuk total bakteri. Prosedur yang dilakukan adalah menurut Suryahadi (1990). Bahan-bahan yang digunakan untuk 100 ml media adalah 16,5 ml larutan A; 16,5 larutan B; 16,5 ml cairan rumen steril; 0 , l g pepton; G , l g ekstrak ragi; 0,5 g NaHC03; 0,2 g glukosa; 0 , l ml rezasurin 0,1%; dan 50 ml H20. Larutan A terbuat dari campuran (per liter): 3,O g KH2P04;6,O g NaCI; 3,O g (NH4) 2S04; 0,3 g CaCI2; dan 0,3 g MgS04. Larutan B terbuat dari campuran (per liter): 3,O g K2HP04. Bahan-bahan tersebut dicampur dalam botol yang dapat disterilisasi dengan autoclaf. Campuran tersebut dipanaskan perlahan-lahan sambil terus dialirkan gas C02 sampai terjadi perubahan warna dari merah kecoklat muda. Setelah itu segera didinginkan dengan meletakkan botol tersebut pada air es. Selama pemanasan gas C02 selalu dihembuskan ke dalam media tersebut. Setelah itu media dipindahkan ketabung Hungate masing-masing 5 ml tiap tabung yang sebelumnya diisi dengan 0,075 g agar (1,5% dari botol media). Lalu tabung ditutup, selanjutnya disterilkan dengan autoclaf pada suhu 1 1 0 selama ~ ~ 45 menit.
Sebelum di inokulasi, media tersebut diletakkan dalam penangas air pada suhu 4 7 ' ~ . Untuk pembiakan setiap contoh cairan rumen diperlukan 11 tabung Hungate. Kesebelas tabung diberi nomor 0-10. Dengan menggunakan syringe steril (satu ml) dilakukan inokulasi dan pengenceran serial dengan cara sebagai berikut: 0,5 ml cairan rumen contoh dimasukkan dalam tabung nomor 1. Begitu seterusnya
sampai tabung nomor 10. Setelah itu media dipadatkan dengan mendinginkannya dengan es, sambil diletakkan mendatar pada mesin pemutar, sehingga media memadat secara merata. Setelah itu seluruh tabung diletakkan dalam inkubator bersuhu 3g°C selama 7 hari, lalu dilakukan penghitungan koloni pada tabung nomor 6-10. Apabila pada tabung nomor 10 terdapat koloni, rnaka jumlah bakteri cairan rumen pada tabung tersebut adalah (n/0,5) (10") bakteri per ml cairan rurnen. Jumlah bakteri yang dilaporkan adalah nilai rataan pada tabung nomor 6 sampai 10. Untuk fungi sebeium cairan rumen dimasukkan dalam tabung Hungate terlebih dahulu ditambahkan antibiotika. Bobot awal Diperoleh dari penimbangan bobot domba sebellim dilakukan perlakuan. Bobot potong Diperoleh dari penimbangan yang dilakukan sebelum pemotongan. Bobot digesta Diperoleh dari pengurangan jeroan kotor dengan jeroan bersih. Bobot tubuh kosong Diperoleh dari pengurangan bobot potong dengan bobot digesta.
Bobot karkas panas Diperoleh dari penimbangan setelah ternak dipotong, dikuliti, dipotong kepala, keempat kaki bagian bawah, isi ruang dada dan isi ruang perut dibuang. Bobot karkas dingin Diperoleh dari penimbangan yang dilakukan pada karkas yang telah di layukan dalam ruangan (chiller3 dengan temperatur -4 sampai 1°c selama 24 jam. Skor konformasi paha Ditentukan berdasarkan penampakan bagian paha karkas rnenurut Boggs dan Merkel (1984). Skor Flank fat streaking Ditentukan dengan melihat intensitas perlemakan pada bagian secondary flank (Boggs aan Merkel, 1984).
Bobot setengah karkas Diperoleh dari penimbangan karkas sebelah kiri yang akan diurai. Bobot daging Diperoleh dari penimbangan masing-masing potongan komersial antara lain leg, loin, rack, shoulder, neck, shank, breast dan flank tanpa tulang.
Persentase daging Diperoleh dari perbandingan bobot daging terhadap bobot karkas lalu dikali 100.
Berat dan persentase lemak pelvis dan ginjal Diperoleh dari penimbangan lemak pelvis dan ginjal yang telah dipisahkan dari karkas. Persentase lemak pelvis dan ginjal = (Berat lemak pelvis dan ginjal/Bobot karkas) x 100%. Berat dan persentase tulang Diperoleh dari jumlah berat tulang potongan komersial.
Persentase karkas
Persentase karkas = (Bobot karkasIBobot potong) x 100%. Luas urat daging mata rusuk
Pengukuran dilakukan dengan membuat irisan melintang pada otot longisimus dorsi antara tulang-tulang rusuk ke-12 dan 13. Kemudian penampang melintang
tersebut digambar. Selanjutnya luas otot mata rusuk dapat diukur dengan mengukur luas gambar dengan planimeter (inc2). Skor marbling
Ditentukan dengan Chiller Assessment Standards dzri AUSTRAL!AN MEAT (1997), lemak pada otot longisimus dorsi. Warna lemak daging
Ditentukan dengan Standards Meat Fat Colours dari AUSTRALIAN MEAT (1997), lemak pada otot longisimus dorsi.
Warna daging
Ditentukan dengan Standard Meat Fat Colours AUSTRALIAN MEAT (1997), lemak pada ctot longisimus dorsi. Kadar air dan bahan kering daging
Nilai bahan kering daging diperoleh dengan cara cawan kosong yang digunakan ditimbang (a gram). Kedalam cawan dimasukkan sampel daging lalu ditimbang (b gram). Cawan yang berisi sampel daging disimpan dalam oven yang bersuhu 105% selama 24 jam. Setelah 24 jam dikeluarkan dari oven, kemudian didinginkan pada desikator selama 30 menit. Setelah itu cawan tersebut ditimbang (c clam). Kadar Air Daging =
(a + b) - c b
Bahan kering daging = (100 - Kadar air daging)%
x 100%
Lemak intramuskuler
Pengukuran lemak intramuskuler dilakukan dengan cara daging longisimus dorsi digiling sebanyak 3 g setelah dipisahkan dari lemak subkutan dan lemak intermuskuler. Kemudian, daging digiling pada ujung-ujungnya lalu dimasukan ke dalam soxhlet. Pasang rangkaian kondensor-soxhlet-labu lemak (sebelumnya ditimbang dulu, X g) lalu nyalakan pemanas yang bersuhu 4 0 ' ~ ; 4 jam kemudian tambahkan petroleum benzen. Setelah semua lemak turun, sampel diambi! dan biarkan soxhlet bekerja sampai petroleum benzen dalam labu lemak habis dan berada dalam tabung soxhlet. Labu lemak ditimbang (y g) dan disimpan dalam oven 1 0 5 ' ~selama 15 menit. Setelah itu lemaknya diambil (ditimbany). % Lemak Marbling =
-
x 100%
39
Keenlpukan daging
Pengukuran keempukan dilakukan secara objektif.
Hasil pengukuran
dinyatakan dalam satuan kg/cm2. Cara kerja alat ini adalah sebagai berikut, sampel daging seberat 150 gram dimasukkan ke dalam air rebusan, sebelum itu termometer bimetal ditancapkan hingga menembus bagian dalam sampel daging, kemudian direbus hingga termometer bimetal menunjukkan angka ~ o ' c , sampel diangkat dan didinginkan. Setelah itu sampel daging dicetak dengan alat pencetak daging (corer) yang
berdiameter
1,27
cm.
Potongan-potongan
daging
tersebut
diukur
keempukannya dengan menggunakan alat berskala (kg/cm2)Warner Blafzer. Susut masak daging
Dihitung berdasarkan selisih berat sampel awal dikurangi dengan berat sampel yang telah konstan. Sampel yang digunakan terlebih dahulu ditimbang sebelum dilakukan perebusan dan ditancapkan termometer bimetal hingga menernbus bagian dalam daging. Kemudian direbus hingga suhu dalam daging
Maaf, halaman ini pada sumber aslinya memang tidak ada Sorry, this page is not available in the original source
ekstraksi sebanyak 100 mg ditambah 4 ml NaOH 0,5 N dimasukkan dalam tabung reaksi direflux selama 10 menit dengan kondensor. Ditambahkan 5 ml BF3 melalui kondensor, pemanasan dilanjutkan selama 2 menit, lalu ditambahkan 5 ml hexana dan dipanaskan selama 3 menit, kernudian diangkat. Ditambahkan 15 ml NaCl dan dikocok selama 15 detik, sehingga larutan terpisah. Lapisan bagian atas diambil dengan pipet, dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditambahkan Na2S04 anhydrous, lalu diinjeksikan 2 MIke dalam Gas Chromatography. Kolesterol daging Analisa kolesterol daging dilakukan sesuai dengan metode yang dimodifikzsi Tangendjaja et a/. (1988). Dilakukan ekstraksi kolesterol dari Igram daging dengan menggunakan pelarut khloroform + methanol (2 + 1, vlv) sebanyak 30 ml. Hasil ekstraksi diuapkan dengan evaporator sampai kering dan lemak yang diperoleh disaponifikasi dengan ? O ml KOH 50% dan 40 ml etanol dan direfluks selama 1 jam, kolesterol dipisahkan dengan sistem partisi menggunakan benzena. Endapan kolesterol yang didapat setelah refluksi dilarutkan dengan 2 ml metanol dan disaring dengan ultra-filter, kemudian sebanyak 10 pl disuntikkan kedalam injektor dan detektor UV dengan panjang gelombang 205 mm dengan fase gerak isopropanol asetonitril (1:l vlv), untuk menganalisa kadar kolesterol pada HPLC (High Performance Liquid Chromatography). Kadar kolesterol = Area sampel/Area standar x K standar x Fp x 100% Bobot Contoh Keterangan: K. standar = Konsentrasi standar; Fp = Faktor pengencer
Kolesterol LDL dan Kolesterol HDL Analisa ini dilakukan menurut Tangendjaja et a/. (1988). Analisa kolesterolLDL dan HDL darah dilakukan pada sampel serum darah domba penelitian. Domba
dipuasakan terlebih dahulu sebelum diambil darahnya. Darah yang diambil menggunakan vzcum venojack sebanyak 10 ml, kemudian langsung disentrifuse pada 3000 rpm selama 15 menit. Metode yang digunakan sama dengan metode analisa kolesterol total daging menurut Tangendjaja et a/. (1988) menggunakan HPLC, perbedaannya hanya pada fase geraknya. Analisa kolesterol LDL dan HDL menggunakan fase gerak gradient (fase gerak isopropanol dan asetonitril yang terpisah pada tabung yang berbeda), sedangkan untuk analisa kolesterol total daging menggunakan fase gerak isocratic (fase gerak isopropanol asetonitril langsung dicampur).
Residu formaldehida daging
Analisa residu formaldehida sesuai dengan AOAC (1980). Sampei daging sebanyak 3 gram diblender dan dirnasukkan dalam tabung Erlenmeyer, lalu ditambahkan 50 ml NaOH 1 N dan 50 ml H202,kemudian dipanaskan dengan kondensor sampai mendidih selama 5 menit, setelah itu didinginkan. NaOH dinetralkan dengan HCI menggunakan bantuan 3 tetes indikator phenol phtalein, kemudian diinjeksikan 2 pl pada Gas chromatography.
Analisis Ekonomi
Untuk mengetahui pendapatan usaha pemeliharaan domba Priangan jantan yang dilakukan selama penelitian, maka dilakukan analisis ekonomi dengan menggunakan kriteria pendapatan usaha ternak. Analisis ekonomi ini merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya produksi. Analisis ini digunakan karena usaha ini diperhitungkan untuk satu periode waktu pemeliharaan.