BAB 3 METODOLOGI
3.1 Konfigurasi Uji Sistem Konfigurasi uji sistem ini dilakukan untuk memahami performa atau kinerja dari sistem GEPON Alloptic dan untuk menganalisa masalah implementasi di lapangan yang dilakukan dengan percobaan di laboratorium.
3.1.1 Konfigurasi Uji Sistem di Laboratorium Pada percobaan pertama akan dilakukan tiga konfigurasi uji sistem untuk mengetahui pengaruh splitting pada sistem GEPON Alloptic. Konfigurasi uji sistem ini dimaksudkan untuk mengetahui range spesifik optical power budget, berupa batas atas maupun batas bawah optical power (daya optikal) input oleh ONU (Optical Network Unit Alloptic Home 4000) yang diterima dari OLT (Optical Line Terminal Alloptic Edge 200). Oleh karena itu, dilakukan percobaan untuk menentukan seberapa besar optical power budget yang dibutuhkan. Dalam aplikasinya, optical power input pada ONU merupakan optical power yang dapat diterima setelah terjadi atenuasi (redaman) pada saluran transmisi serat optik. Berikut adalah konfigurasinya: Konfigurasi perangkat GEPON yang terhubung langsung tanpa ada peredaman karena splitter :
72
73
Gambar 3.1 Diagram Blok Perangkat GEPON yang Terhubung Langsung Tanpa Ada Peredaman Karena Splitter
Konfigurasi perangkat GEPON menggunakan splitter 1x2 dengan rasio 5/95 :
Gambar 3.2 Diagram Blok Perangkat GEPON Menggunakan Splitter 1x2 dengan Rasio 5/95
Konfigurasi ini menunjukan adanya power loss atau berkurangnya optical power karena atenuasi (redaman) oleh splitter ke masing-masing ONU dari optical power yang dihasilkan OLT. Pada ONU A dengan split ratio 5% memiliki spesifikasi insertion loss sebesar 13.6 dB dan pada ONU B dengan split ratio 95% memiliki spesifikasi nilai insertion loss sebesar 0.5 dB. Insertion loss yang dimaksud adalah loss yang terdapat pada tiap splitter.
74
Konfigurasi perangkat GEPON menggunakan splitter 1x2 dengan rasio 50/50 dan splitter 1x16 dengan rasio 6.25/line :
Gambar 3.3 Diagram Blok Perangkat GEPON Menggunakan Splitter 1x2 dengan Rasio 50/50 dan Splitter 1x16 dengan Rasio 6.25%/line
Konfigurasi ini menunjukan adanya power loss atau berkurangnya optical power karena atenuasi (redaman) oleh splitter ke masing-masing ONU dari optical power yang dihasilkan OLT. Pada ONU A dengan split ratio 50% memiliki spesifikasi insertion loss sebesar 3.6 dB sedangkan pada ONU B mengalami atenuasi (redaman) yang lebih besar oleh splitter, yaitu 3.1 dB pada split ratio 50% kemudian ditambah dengan split ratio 6.25% yang memiliki spesifikasi insertion loss sebesar 13 dB.
3.1.2 Perbandingan Konfigurasi Uji Sistem di Laboratorium dengan Konfigurasi Sistem di Lapangan Pada percobaan kedua ini akan dilakukan perbandingan antara konfigurasi uji sistem yang dilakukan di laboratorium dengan konfigurasi sistem di lapangan yang telah dilakukan oleh PT. INFOKOM INTERNUSA. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan hasil optical power
75
yang didapat pada saat konfigurasi di laboratorium dengan hasil pengukuran di lapangan, di mana ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh seperti pemilihan splitter yang digunakan serta faktor jarak yang disubstitusi dengan menambahkan optical attenuator pada ujung connector kabel serat optik sesuai dengan nilai atenuasi yang dihasilkan pada jarak tertentu. Konfigurasi sistem di lapangan tersebut dapat dilihat pada blok diagram di bawah ini:
Gambar 3.4 Diagram Blok Perbandingan Konfigurasi Uji Sistem di Laboratorium dengan Konfigurasi Sistem di Lapangan
3.2
Perangkat Keras Untuk konfigurasi uji sistem ini kami menggunakan beberapa perangkat keras yang ada pada PT. INFOKOM INTERNUSA yang mana merupakan perusahaan yang bergerak di bidang komunikasi dan merupakan salah satu
76
authorized supplier produk Alloptic yang berbasis serat optik. Perangkat keras yang digunakan selama penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.2.1 Switch Manageable
Gambar 3.5 Switch Manageable Loop Type IG7216
Switch yang digunakan adalah Loop IG7216. Switch ini memiliki 16 port 10/100/1000M UTP dan untuk port 13 sampai dengan port 16 memiliki dua fungsi karena merupakan kombinasi dengan 4 port Small Form-factor Pluggable (SFP) 1000M. Pada port-port tersebut jika ingin menggunakan fastEthernet, maka yang aktif adalah adalah port Ethernet, sedangkan jika ingin menggunakan SFP maka yang akan aktif adalah port GE (Gigabit Ethernet). Fungsi switch ini adalah untuk menerima data yang dikirimkan server dari salah satu port-nya kemudian dengan port yang lain data diteruskan menuju Optical Line Terminal (OLT) Alloptic Edge 200 menggunakan VLAN trunking (VLAN antar network device). Port yang
77
digunakan pada switch ini adalah salah satu port GE 1000M yang memerlukan modul Small Form-factor Pluggable (SFP) kemudian dilanjutkan ke port Gigabit Ethernet dari Optical Line Terminal Alloptic Edge 200.
3.2.2 Optical Line Terminal Alloptic Edge 200
Gambar 3.6 Optical Line Terminal Alloptic Edge 200
Optical Line Terminal (OLT) merupakan salah satu komponen utama dari PON. Pada konfigurasi yang dilakukan Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 akan menerima data melalui port 1-Gigabit Ethernet (GE) yang memerlukan modul Small Form-factor Pluggable (SFP) kemudian akan meneruskan data-data tersebut dari port PON (PON-1) menuju Optical Network Unit Alloptic Home 4000 dan Optical Network Unit Alloptic Xgen 1000.
78
3.2.3 Optical Network Unit Alloptic Home 4000
Gambar 3.7 Optical Network Unit Alloptic Home 4000
Optical Network Unit Alloptic Home 4000 digunakan untuk menerima data yang dikirimkan oleh Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 kemudian diteruskan ke client (pelanggan). Optical Network Unit Alloptic Home 4000 memiliki empat port fastEthernet yang digunakan oleh client untuk mengambil data dan dua port lainnya digunakan untuk voice, serta satu port untuk PON yang digunakan untuk menerima data dari Optical Line Terminal Alloptic Edge 200. Jumlah port fastEthernet, voice, maupun PON bergantung pada tipe dari Optical Network Unit Alloptic-nya.
79
3.2.4 Optical Network Unit Alloptic Xgen 1000
Gambar 3.8 Optical Network Unit Alloptic Xgen 1000
Optical Network Unit Alloptic Xgen 1000 sama seperti Optical Network Unit Alloptic Home 4000 di mana berfungsi menerima data dari Optical Line Terminal Alloptic Edge 200. Optical Network Unit Alloptic Xgen 1000 ini hanya memiliki empat port fastEthernet tanpa ada port untuk voice, tetapi memiliki dua port PON di mana salah satu port-nya bisa digunakan sebagai cadangan apabila di port yang satu mengalami kerusakan atau terputus. Jumlah port dari Optical Network Unit ini juga bergantung pada tipenya masing-masing.
80
3.2.5 Serat Optik
Gambar 3.9 Serat Optik
Kabel serat optik ini digunakan sebagai media transmisi data yang diterima Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 untuk diteruskan Optical Network Unit Alloptic Home 4000 maupun Optical Network Unit Alloptic Xgen 1000. Pada konfigurasi uji sistem yang dilakukan, kabel serat optik yang digunakan memiliki connector tipe SC/APC (Subscriber Connector /Angle Polished Connector) dan dapat membawa tiga panjang gelombang sekaligus, yaitu panjang gelombang 1310 nm, 1490 nm, dan 1550 nm.
81
3.2.6 Optical Splitter
Gambar 3.10 Optical Splitter
Optical splitter atau biasa disebut splitter ini digunakan sebagai pembagi atau pencerai serat optik agar bisa digunakan pada lebih dari satu Optical Network Unit. Optical splitter yang digunakan dalam konfigurasi uji sistem ini yaitu splitter 1x2 rasio 5/95, 1x2 rasio 10/90, 1x2 rasio 20/80, 1x2 rasio 50/50, dan 1x16 rasio 6,25/line di mana tiap rasio memiliki insertion loss-nya masing-masing.
3.2.7 Optical Attenuator
Gambar 3.11 Optical Attenuator
82
Optical attenuator merupakan suatu komponen yang digunakan untuk mengurangi optical power atau sebagai penambah atenuasi (redaman) pada serat optik. Pada tiga konfigurasi uji sistem yang dilakukan di laboratorium, optical attenuator ini digunakan sebagai atenuasi (redaman) untuk menentukan batas atas dan batas bawah optical power yang dapat diterima Optical Network Unit. Sedangkan untuk perbandingan dari konfigurasi sistem pada implementasi di lapangan, digunakan sebagai atenuasi (redaman) dari jarak (substitusi atenuasi (redaman) akibat jarak), sehingga optical power yang diterima oleh Optical Network Unit akan mengalami peredaman. Nilai dari optical attenuator yang digunakan adalah 1 dB, 2 dB, 5 dB, 7 dB, dan 10 dB.
3.2.8 Optical Power Meter
Gambar 3.12 Optical Power Meter
83
Optical Power Meter (OPM) dipergunakan untuk mengukur optical power pada serat optik dengan satuan dBm. Pengukuran yang dapat dilakukan pada Optical Power Meter (OPM) terbatas pada -50 dBm sampai +26 dBm. Pada proses pengukuran, optical power yang diukur hanya pada panjang gelombang 1490 nm (jalur downstream).
3.2.9 Spesifikasi PC/Notebook PC/Notebook Server dengan spesifikasi sebagai berikut : • Intel®Pentium®dual-core processor T2130 (1.86 GHz, 533 MHz FSB, 1 MB L2 cache) • Intel®Graphics Media Accelerator 950 • 512 MB DDR2 • 80GB HDD • 802.11b/g WLAN • Ethernet 10/100
PC/Notebook Client(A) dengan spesifikasi sebagai berikut : • Intel® Core™2 Duo processor P8700 (2.53Ghz, 3MB L2 cache, 1066Mhz FSB) • 3 GB of DDR3 1066 MHz memory • Intel® GMA 4500MHD (64 MB of dedicated video memory, up to 1695 MB of shared system memory) • 320 GB HDD
84
• Ethernet 10/100
PC/Notebook Client(B) dengan spesifikasi sebagai berikut : • Intel® Core™2 Duo Processor T6400 (2M Cache, 2.00 GHz, 800 MHz FSB) • 2 GB of DDR2 800 MHz memory • Intel® GMA 4500MHD (796MB of shared system memory) • 500 GB HDD • Ethernet 10/100
3.3 Perangkat Lunak Untuk konfigurasi uji sistem, kami menggunakan perangkat lunak sebagai berikut: 3.3.1 VLC Media Player
Gambar 3.13 VLC Media Player
VLC Media Player ini merupakan video media player yang memiliki fasilitas untuk streaming video. Fasilitas streaming ini yang digunakan oleh PC/Notebook Server dan PC/Notebook Client untuk melakukan video
85
streaming. Streaming yang dilakukan menggunakan metode multicast, yaitu video ditransmisikan ke sekelompok penerima yang sebelumnya telah ditentukan, dengan IP address multicast yang digunakan yaitu 239.1.1.1.
3.3.2 Integrated Program Loop
Gambar 3.14 Integrated Program Loop
Integrated Program Loop merupakan aplikasi pada switch yang digunakan untuk melakukan konfigurasi seperti membuat VLAN pada setiap port dan mengatur port tersebut sebagai access ataupun trunk. Port yang diatur sebagai access digunakan untuk mengambil atau mengirimkan data ke switch, sedangkan port yang diatur sebagai trunk digunakan untuk mengakses Optical Line Terminal Alloptic Edge 200. Oleh karena itu, data dari server dapat dikirimkan menuju Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 dan data tersebut dapat diterima oleh Optical Network Unit Alloptic Home 4000 dan Optical Network Unit Alloptic Xgen 1000.
86
3.3.3 Alloptic GigaVu
Gambar 3.15 Alloptic GigaVu
GigaVu Element Manager merupakan aplikasi built-in pada setiap perangkat keras Alloptic. Aplikasi ini digunakan untuk melakukan konfigurasi pada Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 seperti mengaktifkan port baik port Ethernet pada Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 maupun pada Optical Network Unit Alloptic Home 4000, mengaktifkan port PON, dan mengatur bandwidth sehingga data dapat diterima pada Optical Network Unit Alloptic Home 4000 dan Optical Network Unit Alloptic Xgen 1000. Gigavu ini diakses melalui web browser (karena berbasis web).
87
3.3.4 Fraps
Gambar 3.16 Fraps
Aplikasi ini untuk mengetahui kualitas dari hasil video di mana parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas video tersebut adalah adalah frame yang diambil tiap detiknya. Untuk bisa mendapatkan hasil dari penggunaan aplikasi ini, ada beberapa bagian yang harus diatur, yaitu sebagai berikut : •
Folder to save benchmarks, digunakan untuk menentukan lokasi hasil capture yang disimpan.
•
Benchmark Setting, digunakan untuk menentukan jenis variabel yang akan di-capture misalnya FPS, Frametimes, atau MinMaxAvg.
•
Stop benchmark untuk menentukan waktu selesainya capture atau untuk menentukan waktu yang diperlukan untuk meng-capture.
88
3.4 Skematik Konfigurasi Uji Sistem 3.4.1 Skematik Konfigurasi Perangkat GEPON yang Terhubung Langsung Tanpa Ada Peredaman Karena Splitter
\
Gambar 3.17 Skematik Konfigurasi Perangkat GEPON yang Terhubung Langsung Tanpa Ada Peredaman Karena Splitter
Pada konfigurasi uji sistem pertama digunakan sistem jaringan akses GEPON. Optical power output PON-1 pada Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 langsung dihubungkan one-to-one ke Optical Network Unit Alloptic Home 4000. Gambar 3.17 adalah skematik yang digunakan untuk aplikasi video streaming pada teknologi serat optik.
89
Pada gambar 3.17, konfigurasi dirancang menggunakan satu PC server yang dihubungkan ke port 12 switch (LOOP TELECOM IG7216) kemudian melalui port 16 GE switch dengan VLAN trunking (VLAN antar network device) diteruskan ke port GE Optical Line Terminal Alloptic Edge 200. Kemudian hasil generate optical power dari Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 dikeluarkan pada port PON-1 dengan nilai optical power sebesar 2,18 dBm untuk jalur downstream (panjang gelombang 1490 nm). Penyaluran power ini menggunakan kabel serat optik one-to-one menuju Optical Network Unit Alloptic Home 4000. Pada proses transmisi dari Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 ke Optical Network Unit Alloptic Home 4000, kami melakukan pengukuran optical power dengan menggunakan optical power meter. Selain itu, juga dilakukan pengukuran setelah optical attenuator dihubungkan pada kabel serat optik yang masuk ke Optical Network Unit Alloptic Home 4000. Hal ini dilakukan karena nilai optical power yang diterima Optical Network Unit Alloptic Home 4000 akan berkurang akibat atenuasi (redaman) karena optical attenuator. Dari konfigurasi inilah dapat diketahui range spesifik optical power budget berupa batas atas dan batas bawah optical power yang dapat diterima Optical Network Unit Alloptic Home 4000 serta dapat mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas data atau video yang didapat oleh PC client. Pada akhirnya, output diteruskan ke PC Client melalui port fastEthernet dari Optical Network Unit Alloptic Home 4000.
90
3.4.2 Skematik Konfigurasi Perangkat GEPON Menggunakan Splitter 1x2 dengan Rasio 5/95
Gambar 3.18 Skematik Konfigurasi Perangkat GEPON Menggunakan Splitter 1x2 dengan Rasio 5/95
Pada konfigurasi uji sistem kedua digunakan sistem jaringan akses GEPON. Power output PON-1 pada Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 dihubungkan ke sebuah splitter 1x2 dengan rasio 5/95 yang artinya cabang splitter satu dan dua memiliki rasio 5% dan 95% dengan insertion
91
loss yang diketahui masing-masing 13.6 dB dan 0.5 dB. Cabang splitter yang 5% dihubungkan ke Optical Network Unit Alloptic Home 4000(A), sedangkan cabang splitter yang 95% dihubungkan ke Optical Network Unit Alloptic Home 4000(B). Proses awal dari konfigurasi ini hampir sama dengan konfigurasi pertama, yaitu PC server akan melakukan streaming video secara multicast kemudian data dikirim ke switch melalui port 12 dan diteruskan melalui port 16 GE switch dengan VLAN trunking (VLAN antar network device) masuk ke port GE Optical Line Terminal Alloptic Edge 200. Kemudian data akan dikirim menggunakan splitter 1x2 yang dibagi menjadi dua cabang dengan rasio 5% dan rasio 95% sehingga atenuasi (redaman) yang dihasilkan tiap cabang menjadi berbeda. Pemasangan optical attenuator dilakukan hampir sama dengan percobaan sebelumnya di mana ditambahkan pada setiap connector kabel serat optik yang masuk ke Optical Network Unit Alloptic Home 4000. Besarnya variasi nilai optical attenuator yang ditambahkan sesuai dengan kebutuhan yang mana untuk mengetahui range spesifik optical power budget berupa batas atas dan batas bawah optical power yang dapat diterima Optical Network Unit Alloptic Home 4000.
92
3.4.3 Skematik Konfigurasi Perangkat GEPON Menggunakan Splitter 1x2 dengan Rasio 50/50 dan Splitter 1x16 dengan Rasio 6.25/line
Gambar 3.19 Skematik Konfigurasi Perangkat GEPON Menggunakan Splitter 1x2 dengan Rasio 50/50 dan Splitter 1x16 dengan Rasio 6.25%/line
Pada konfigurasi uji sistem ketiga digunakan sistem jaringan akses GEPON di mana power output PON-1 pada Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 dihubungkan ke sebuah splitter 1x2 dengan rasio 50/50. Ini berarti
93
masing-masing cabang splitter memiliki rasio 50% namun terdapat perbedaan pada insertion loss yang dihasilkan yaitu antara 3.1 dB dan 3.6 dB. Pada cabang splitter yang memiliki insertion loss 3.6 dB dihubungkan langsung pada Optical Network Unit Alloptic Home 4000(A) yang telah terhubung dengan PC Client(A). Sedangkan pada cabang splitter yang memiliki insertion loss 3.1 dB dihubungkan lagi dengan splitter 1x16 dengan rasio 6.25%/ line, artinya setiap cabang dari splitter 16 cabang memiliki insertion loss sebesar 13 dB. Kemudian dari salah satu cabang dari splitter 1x16, dihubungkan ke Optical Network Unit Alloptic Home 4000(B) yang terhubung ke PC Client(B). Untuk menentukan range spesifik optical power budget berupa batas atas dan batas bawah optical power yang dapat diterima Optical Network Unit Home 4000(A) ataupun Optical Network Unit Home 4000(B), digunakan optical attenuator yang akan dipasang secara seri pada ujung connector kabel serat optik. Besarnya variasi nilai optical attenuator yang ditambahkan, disesuaikan dengan kebutuhan untuk menentukan range optical power budget tersebut.
94
3.4.4 Skematik Perbandingan Konfigurasi Uji Sistem di Laboratorium dengan Konfigurasi Sistem di Lapangan
Gambar 3.20 Skematik Perbandingan Konfigurasi Uji Sistem di Laboratorium dengan Konfigurasi Sistem pada Implementasi di Lapangan
Pada bagian ini merupakan perbandingan antara konfigurasi uji sistem di laboratorium dengan konfigurasi sistem di lapangan yang merupakan contoh proyek (implementasi) dari PT.INFOKOM INTERNUSA. Gambar 3.20 merupakan skematik contoh proyek yang telah dilakukan oleh
95
PT.INFOKOM INTERNUSA untuk PT. Chevron Pasific Indonesia di Duri Pungut dan Sintong, Pekan Baru, Kepulauan Riau. Sistem
jaringan
akses
GEPON
yang
diimplementasikan
menggunakan dua buah jalur yaitu jalur main dan jalur protect. Jalur main adalah jalur utama yang digunakan dalam transmisi data, sedangkan jalur protect adalah jalur yang digunakan sebagai pengamanan atau cadangan pada koneksi jaringan untuk transmisi jika terdapat technical failure seperti putusnya jaringan kabel serat optik pada sistem. Pada sistem ini menggunakan satu buah Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 (Duri Tower) dengan menggunakan port PON-1 sebagai port optical power output di mana kemudian dibagi menjadi dua jalur yaitu jalur main dan protect menggunakan splitter 1x2 dengan rasio 50/50 (insertion loss: 3.1/3.6). Pada end line terdapat tiga site tempat ONU berada, yaitu KM125, CGS A3, dan CGS A5. Pada jalur main hasil optical power output dari pembagian salah satu cabang splitter 1x2 dengan rasio 50/50 dilakukan pembagian lagi untuk masing-masing site ONU di mana semua splitter yang digunakan menggunakan splitter 1x2 dengan rasio masing-masing 5/95 (insertion loss: 13.6/0.5) dan 10/90 (insertion loss: 10/0.7). Hal ini dapat dilihat pada gambar 3.20 di mana yang masuk pada site ONU KM125 menggunakan cabang splitter 1x2 dengan rasio 5%, kemudian cabang splitter dengan rasio 95% dihubungkan dengan splitter 1x2 dengan rasio 10/90 dan cabang splitter yang rasio 10% diteruskan pada site ONU CGS A3 ditambah optical attenuator 1
96
dB, serta cabang splitter yang 90% diteruskan pada site ONU CGS A5 dan ditambah dengan optical attenuator 10 dB. Selain itu, pada gambar 3.20 terlihat adanya atenuasi (redaman) diakibatkan jarak di mana nilai atenuasi (redaman) dalam 1 km jarak berkisar antara 0,25 dB sampai dengan 0,3 dB. Oleh karena itu, pada konfigurasi sistem di laboratorium jarak ini disubstitusikan dengan optical attenuator, dan diasumsikan 1 km pada konfigurasi mengalami atenuasi sebesar 0,3 dB (nilai optical attenuator yang digunakan disesuaikan dengan loss akibat panjangnya jarak). Maka dari itu, sesuai gambar 3.20 pada jalur main-nya digunakan optical attenuator 3 dB pada jarak 9 km dan optical attenuator 1 dB pada jarak 4 km. Pada jalur protect hasil optical power output dari salah satu cabang lain splitter 1x2 dengan rasio 50/50 dihubungkan ke splitter 1x2 dengan rasio 10/90, di mana pada cabang splitter 1x2 dengan rasio 10% masuk pada site ONU CGS A5 yang ditambahkan optical attenuator sebesar 1 dB. Kemudian pada cabang splitter rasio 90% dihubungkan dengan splitter 1x2 dengan rasio 20/80 (insertion loss: 7.1/1.3). Pada cabang splitter dengan rasio 20% akan ditambahkan optical attenuator sebesar 2 dB dan dihubungkan dengan site ONU CGS A3. Untuk cabang splitter dengan rasio 80% akan ditambahkan optical attenuator sebesar 7 dB dan dihubungkan ke site ONU KM125.
97
3.5 Konfigurasi Pada Perangkat Keras Berikut ini akan dijelaskan konfigurasi yang harus dilakukan pada perangkat Switch Manageable Loop Type IG7216 dan Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 .
3.5.1 Konfigurasi Perangkat Switch Manageable Loop Type IG7216 Pada switch ini, kami menggunakan port 7 sebagai port management untuk melakukan konfigurasi switch di mana menggunakan IP address pada PC yaitu “192.168.1.10” dengan subnet mask 255.255.255.0. Penggunaan IP address ini disesuaikan dengan IP address default dari switch itu sendiri agar berada dalam satu network yang sama sehingga dapat diakses. Konfigurasi switch ini berbasis web, yaitu menggunakan web browser pada PC untuk mengaksesnya. Tahap-tahap yang dilakukan untuk melakukan konfigurasi pada perangkat switch ini adalah sebagai berikut :
Gambar 3.21 Tampilan Login Konfigurasi Switch Manageable Loop Type IG7216
98
Gambar 3.22 Tampilan System Configuration
1.
Buka web browser (Internet Explorer/Mozilla/Google Chrome) dan ketik pada bagian address “192.168.1.1”.
2.
Akan terlihat tampilan untuk log-in, di mana meminta untuk memasukkan user name “ADMIN” dan password “LOOP”. Ini merupakan username default dan password default dari switch tersebut.
99
Gambar 3.23 Tampilan Port Configuration
3. Pada menu aplikasi, pilih port → port configuration → Auto Mode: Auto detect → apply. Auto detect digunakan untuk mendeteksi secara otomatis port yang sedang aktif.
Gambar 3.24 Tampilan 802.1Q Virtual LAN
100
4.
Untuk penggunaan VLAN. Yang harus diaktifkan terlebih dahulu dengan cara pilih VLAN → 802.1Q VLAN → 802.1Q VLAN → aktifkan 802.1Q VLAN → apply.
Gambar 3.25 Tampilan Tag Rule Configuration
5. Setiap port mempunyai peran masing-masing dan bisa ditentukan untuk digunakan sebagai port trunk (port penghubung antara perangkat interface Ethernet/ network device) atau port access (port penghubung antara perangkat interface Ethernet/network device dengan perangkat Ethernet client). Pada konfigurasi, kami menggunakan port 16 sebagai trunk dan port 12 sebagai access. Untuk mengatur peran port pada switch Pilih VLAN → 802.1Q VLAN → VLAN Tag Rules → port 16 : Trunk → Apply.
101
Gambar 3.26 Tampilan VLAN Stacking
6.
Pilih VLAN → 802.1Q VLAN → VLAN Stacking → port 12 : SPVID(PVID) adalah 200 . Untuk SPVID(PVID) adalah VLAN ID yang digunakan untuk berkomunikasi dengan OLT pada port 12 yaitu 200.
Gambar 3.27 Tampilan 802.1Q Static VLAN Setting
102
7.
Untuk membuat VLAN ID pilih VLAN → 802.1Q VLAN → Static 1Q VLAN → create VLAN dengan ID 200 → create → pilihlah port yang akan dijadikan member pada VLAN ID 200 yaitu port 12 dan port 16 yang kami pergunakan untuk konfigurasi ini.
Gambar 3.28 Tampilan Active 802.1Q VLAN Table
8.
Untuk melihat hasil konfigurasi VLAN yang telah dibuat maka pilih VLAN → 802.1Q VLAN → VLAN Table.
103
Gambar 3.29 Tampilan Trunk
9.
Pilih Trunk → Trunk Information → Trunk : Enable → apply.
3.5.2 Konfigurasi Perangkat Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 Port Management (port MGMT) yang ada di Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 dihubungkan dengan PC yang akan digunakan untuk melakukan konfigurasi pada Optical Line Terminal Alloptic Edge 200. Untuk IP address pada PC tersebut menggunakan 192.168.251.10 dengan subnet mask 255.255.255.0 dan default gateway adalah 192.168.251.251, di mana IP address yang digunakan disesuaikan dengan IP address default dari OLT agar berada dalam satu network yang sama sehingga dapat diakses. Konfigurasi Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 ini berbasis web, yaitu menggunakan web browser untuk mengaksesnya. Tahap-tahap yang dilakukan
104
untuk melakukan konfigurasi pada Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 sebagai berikut:
Gambar 3.30 Tampilan Login Alloptic GigaVu
1.
Buka web browser (Internet Explorer/Mozilla/Google Chrome) dan ketik pada bagian address “192.168.251.251”.
2.
Akan terlihat tampilan untuk log-in, di mana meminta untuk memasukkan user name “admin123” dan password “admin123”. Ini merupakan username default dan password default dari OLT.
105
Gambar 3.31 Tampilan Port Configuration
Gambar 3.32 Tampilan Saat Memilih Port PON
106
3.
Pada konfigurasi ini kami menggunakan PON1 untuk mengirimkan data ke ONU. Untuk mengaktifkannya pilih System Provisioning → chassis configuration → klik PON 1 → Admin State : Enable → Submit.
Gambar 3.33 Tampilan Saat Memilih Port Ethernet
4. Untuk mengaktifkan GE-1 maka pilih System Provisioning → chassis configuration → klik 1GE 1 → Gig Ethernet – 1 : Enable → submit.
107
Gambar 3.34 Tampilan Pengaktifan Optical Network Unit
5. Untuk mengaktifkan ONU yang digunakan pilih System Provisioning → ONU configuration → Admin state : Enable → submit.
Gambar 3.35 Tampilan Pengaktifan Port Ethernet Pada Optical Network Unit
108
6.
Untuk mengaktifkan port 1 ONU sebagai IPVideo maka klik port Ethernet → Port 1 : Enable dan interface : IPVideo → submit.
Gambar 3.36 Tampilan Konfigurasi Port Ethernet Pada Optical Network Unit
7. Mengatur bandwidth pada port 1 ONU maka pilih System Provisioning → ONU configuration → IP Video → Port Configuration → Port 1: Enable, fast leave : no , channel alarm threshold: 3, max channel : 5, Secure STB: no, dan upstream BW: 100Mbps → submit.
109
Gambar 3.37 Tampilan VLAN Configuration Untuk IP Video
8.
Pilih System Provisioning → IP Video → Service → untuk VLAN ID : 200, IP Address: 192.168.251.251, IGMP diaktifkan dengan konfigurasi default, VLAN : Enable → submit.
Gambar 3.38 Tampilan PON Port Configuration Untuk IP Video
110
9.
Untuk mengatur bandwidth pada PON-1 pilih System Provisioning → IP Video → PON port → PON ID - 1 : Enabled, downstream BW: 90 Mbps, alarm threshold : 5, max channel: 7 → submit.
Gambar 3.39 Tampilan Network Port Configuration Untuk IP Video
10. Untuk mengatur bandwidth pada Gigabit Ethernet port 1 pilih System Provisioning → IP Video → Network Port → Gig Port 1: Enabled, downstream: 500 Mbps, upstream: 500 Mbps → submit.
111
Gambar 3.40 Tampilan Membuat IP Video Multicast Address
11. Untuk membuat IPVideo multicast address maka pilih System Provisioning → IP Video → multicast address → Multicast address: 239.1.1.1, Status : Enable, type: video -> submit.
Gambar 3.41 Tampilan Penyimpanan Configuration File.
112
12. Konfigurasi Optical Line Terminal Alloptic Edge 200 yang telah kita buat haruslah disimpan sebelum dimatikan agar konfigurasi tersebut tersimpan pada flash memori. Untuk menyimpannya pilih File Services → save/erase → save
3.6 Konfigurasi Pada Perangkat Lunak Berikut ini adalah konfigurasi untuk VLC Media Player pada PC Server dan pada PC Client.
3.6.1 Konfigurasi VLC Media Player Pada PC Server
Gambar 3.42 Tampilan VLC Media Player Pada Menu Open Media
1. Buka VLC media player. 2. Pilih Media → Streaming, maka akan muncul tampilan seperti gambar 3.42. 3. Pilih Add dan pilihlah video yang ingin distream dan klik Stream.
113
Gambar 3.43 Tampilan Stream Output Pada Destinations
4. Akan muncul konfigurasi untuk “Source”, kemudian klik “Next”. 5. Untuk konfigurasi “Destinations” pilih mode “UDP (legacy)” → Add. 6. Untuk Address : 239.1.1.1 dan Port : 1234 kemudian klik “Next”.
Gambar 3.44 Tampilan Stream Output Pada Option
114
7. Ganti Time-To-Live (TTL) menjadi 64 dan klik “Stream”
3.6.2Konfigurasi VLC Media Player Pada PC Client
Gambar 3.45 Tampilan Open Network Stream
1. Buka VLC media player 2. Pilih Media → Open Network Streaming, maka akan muncul tampilan seperti gambar 3.45 3. Pada network URL ketik : udp://@239.1.1.1:1234 dan klik “Play”