MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Blok B Unit Unggas dan Laboratorium Penetasan Unggas, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan selama dua bulan, dari Desember 2010 sampai Februari 2011. Materi Ternak Ternak yang digunakan adalah 30 ekor ayam Arab betina berumur 33 minggu yang sudah bertelur dan 9 ekor jantan dewasa. Ayam Arab jantan dan betina yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Ayam Jantan dan Ayam Betina Arab yang Digunakan dalam Penelitian Pakan Pakan yang digunakan untuk ayam jantan adalah pakan pejantan CP594 dan pakan ayam betina adalah pakan komplit ayam petelur produktif 105M. Kandungan nutrisi pakan ayam petelur produktif disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Komposisi Zat Makanan Ayam Petelur Produktif Zat Makanan
Komposisi
Kadar air (%) Protein (%) Lemak (%) Serat (%) Abu (%) Kalsium (%) Fosfor (%)
Maks. 13,0 16,0–18,0 Min. 3,0 Maks. 6,0 Maks. 14,0 Min. 3,0-4,2 Min. 0,6-1,0
Sumber : PT Gold Coin Indonesia (2010)
12
Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam pemeliharaan yaitu kandang individu, lampu satu unit setiap sekat, tempat pakan dan air minum, formalin 5%, sapu, serokan, ember, dan egg tray. Alat dan bahan yang digunakan untuk inseminasi buatan yaitu tabung film sebagai penampung sperma, spuit 1 cc, tisu, gunting,
larutan NaCl
fisiologis 0,90%. Alat dan bahan yang digunakan untuk inkubasi telur adalah formalin 40%, kain lap, ampelas nomer nol, KMnO4, egg tray, candler, termometer, higrometer, dan mesin inkubator. Prosedur Persiapan Kandang dan Peralatan Persiapan kandang dan peralatan dilakukan dua minggu sebelum pelaksanaan penelitian. Lantai kandang dibersihkan, dikapur, dan didesinfeksi menggunakan larutan formalin 5%. Peralatan yang digunakan dibersihkan menggunakan air campuran desinfektan. Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum, sapu, serokan, dan ember. Pemeliharaan Pemeliharaan ayam dilakukan di kandang individu dengan ukuran kandang panjang 60 cm, lebar 30 cm, dan tinggi 50 cm. Ayam jantan sebanyak 9 ekor dipelihara selama 9 minggu untuk diambil semennya. Ayam betina sebanyak 30 ekor dipelihara selama 7 minggu. Pemberian pakan dilakukan tiga kali dalam sehari (pagi, siang, dan sore). Pemberian air minum dilakukan secara ad libitum. Pengumpulan telur dilakukan setiap hari dan telur diberi tanda berupa tanggal dan kode induk. Kotoran dibersihkan setiap 2 minggu sekali dengan menggunakan skop dan dimasukan ke dalam karung. Frekuensi Penampungan Semen Frekuensi penampungan semen yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan sebanyak satu kali, dua kali, dan tiga kali seminggu. Pejantan terdiri dari 9 ekor, dengan masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ekor. Sebelum pengambilan sperma, ayam pejantan dipuasakan kurang lebih selama 10 jam untuk mengurangi pencemaran feses pada sperma yang ditampung dan dapat mengurangi daya tunas. Pengambilan sperma dilakukan oleh dua orang, dengan tugas melakukan parangsangan dan sebagai penampung sperma. Orang pertama memegang ayam sehingga ayam dalam keadaan tenang dan melakukan perangsangan dengan mengurut lembut dari pangkal paha atas 13
hingga ke pangkal ekor secara berurutan sampai terjadi ejakulasi. Saat terjadi ejakulasi, sperma yang keluar segera ditampung oleh orang kedua. Sperma yang ditampung dari 3 ekor pejantan kemudian diencerkan untuk diinseminasikan pada 10 ekor betina. Proses Pengenceran Semen Pengenceran sperma dilakukan untuk memperbanyak volume sehingga dapat digunakan untuk menginseminasi lebih banyak betina. Bahan pengencer yang dipakai adalah larutan NaCl fisiologis 0,90% karena bahan ini memiliki tekanan osmotik yang hampir sama sengan spermatozoa. Dosis pengenceran adalah volume semen dari 3 ekor pejantan ditambah NaCl fisiologis 0,90% dengan perbandingan 1:4, yaitu 1 bagian sperma dan 4 bagian bahan pengencer lalu dikocok perlahan hingga homogen. Semen yang sudah diencerkan kemudian diinseminasikan kepada 10 ekor betina dengan dosis 0,15 ml. Teknik Inseminasi Buatan Pelaksanaan inseminasi buatan dilakukan oleh dua orang, orang pertama memegang paha ayam betina secara rapat, ibu jari kanan menekan daerah kloaka (sebelah kiri) dan tangan kiri, jari telunjuk dan jari tengah di letakkan seperti menggunting ekor dan tekan ke atas sedikit sedangkan ibu jari kiri menekan ke bawah sehingga alat reproduksi ayam betina keluar. Orang kedua memasukan alat suntik yang sudah berisi sperma ke dalam saluran vagina yang terletak di sebelah kiri sedalam ±7-8 cm sampai menyentuh uterus. Sebelum sperma disemprotkan, tekanan kloaka dikendurkan agar sperma tidak keluar lagi dari vagina. Waktu pelaksanaan IB adalah pada siang hari di atas jam 14.00 WIB karena pada saat itu ayam telah bertelur sehingga garakan sperma tidak mengalami hambatan. Pelaksanaan inseminasi buatan disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Peralatan Inseminasi Buatan dan Proses Inseminasi Buatan 14
Pengoleksian dan Penetasan Telur Pengoleksian telur yang dihasilkan dari induk yang telah diinseminasi dilakukan setiap hari, diberi kode, dan dikumpulkan menggunakan egg tray kemudian telur dibawa ke ruang penetasan. Sebelum telur dimasukkan kedalam mesin tetas, telur terlebih dahulu dibersihkan dengan kain lap dan ampelas nomer nol secara perlahan. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada telur. Telur yang sudah dibersihkan kemudian difumigasi dengan KMnO4 1,27 g dan Formalin 40% 2,545 ml selama 30 menit. Telur kemudian dimasukkan ke dalam mesin tetas yang telah difumigasi dengan KMnO4 2,54 g dan Formalin 40% 5,09 ml selama 60 menit. Pencatatan suhu pada mesin penetasan dilakukan setiap hari pada pagi, siang dan sore hari. Peneropongan (candling) pada telur dilakukan pada hari ke-6 dan ke-18. Pada candling hari ke-6, telur-telur yang tidak fertil dikeluarkan. Pada hari ke-18, telur-telur dipindahkan dari setter ke hatcher dengan diberi sekat-sekat dan tanda identitas agar mempermudah dalam identifikasi. Pengamatan viabilitas DOC dilakukan setelah anak ayam menetas. Koleksi dan pemberian kode pada telur serta mesin tetas yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Pengoleksian Telur dan Mesin Penetasan Peubah yang Diamati Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah: Fertilitas. Telur per induk yang sudah ditandai diinkubasi selama 6 hari. Uji fertilitas dilakukan dengan cara candling. Data yang dikumpulkan meliputi fertilitas (%) yang dihitung dari jumlah telur fertil dibagi dengan jumlah telur yang diinkubasi. Rumus perhitungan fertilitas adalah sebagai berikut :
15
Fertilitas (%) = Telur fertil dicatat per induk untuk menentukan lama atau durasi fertilitas. Lama atau Durasi Fertilitas. Durasi fertilitas adalah lama (jumlah hari) fertilitas yang dihitung dari hari ke-2 setelah inseminasi sampai hari terakhir fertil pada hari ke14 setelah inseminasi. Kematian Embrio. Persentase kematian embrio dihitung berdasarkan embrio mati pada umur tertentu dibagi dengan jumlah telur fertil. Rumus perhitungan persentase kematian embrio adalah sebagai berikut: Kematian embrio (%) = Daya Tetas. Telur per induk ditandai dan diinkubasi hingga menetas. Daya tetas (%) dihitung berdasarkan jumlah telur menetas dibagi dengan jumlah telur fertil. Rumus perhitungan daya tetas adalah sebagai berikut : Daya tetas (%) = Viabilitas. Viabilitas adalah kemampuan anak ayam untuk bertahan hidup setelah menetas (maksimal 24 jam setelah menetas dan kondisi bulu kering). Nilai viabilitas dinyatakan dalam satuan persen dengan cara membandingkan antara anak ayam yang sehat dan normal setelah menetas dengan jumlah seluruh anak ayam yang menetas. Rumus perhitungan viabilitas adalah sebagai berikut : Viabilitas (%) =
Rancangan Percobaan Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan, yaitu frekuensi penampungan semen 1 kali, 2 kali, dan 3 kali seminggu. Setiap perlakuan terdiri atas 10 ekor betina ayam Arab. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Model metematika yang digunakan (Gaspersz, 2001) adalah : Yij= µ + Pi + € ij 16
Keterangan : Yij = Hasil pengamatan durasi fertilitas, daya fertil, daya tetas, daya hidup dan kenormalan DOC, dan mortalitas embrio pada frekuensi penampungan semen ke-i dan ulangan ke-j. µ
= Rataan umum durasi fertilitas, daya fertil, mortalitas embrio, daya tetas, dan viabilitas.
Pi
= Pengaruh frekuensi penampungan semen ke-i (1 kali, 2 kali, dan 3 kali seminggu).
€Ij = Pengamatan galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j. Hipotesis : H0= Frekuensi penampungan semen yang berbeda (1 kali seminggu, 2 kali seminggu, dan 3kali seminggu) tidak berpengaruh terhadap durasi fertilitas, daya fertil, mortalitas embrio, daya tetas, dan viabilitas DOC. H1= Frekuensi penampungan semen yang berbeda (1 kali seminggu, 2 kali seminggu, dan 3 kali seminggu) berpengaruh terhadap durasi fertilitas, daya fertil, mortalitas embrio, daya tetas, dan viabilitas DOC. Data hasil penelitian dianalisis ragam menggunakan ANOVA untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Jika perlakuan berpengaruh nyata terhadap peubah yang diamati, maka dilakukan uji banding Duncan untuk mengetahui perbedaan di antara perlakuan tersebut.
17