MANFAAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH
ADI CHANDRA BERAMPU
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manfaat Partisipasi Masyarakat dalam Program Pengelolaan Sampah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014 Adi Chandra Berampu NIM I34100121
ABSTRAK Adi Chandra Berampu. Manfaat Partisipasi Masyarakat dalam Program Pengelolaan Sampah. Di bawah bimbingan IVANOVICH AGUSTA. Keberadaan perusahaan dalam suatu wilayah masyarakat seharusnya dapat membawa manfaat bagi masyarakat itu sendiri baik dalam aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Untuk mewujudkan harapan tersebut maka disusun program-program CSR dengan memperhatikan partisipasi masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya, sebab partisipasi merupakan salah satu prinsip pengembangan masyarakat yang paling penting. Diduga terdapat faktor internal (karakteristik individu) yang berhubungan dengan tingkat partisipasi. Variabel faktor internal yang diteliti adalah tingkat umur, tingkat pendidikan, lama tinggal, dan tingkat pendapatan. Hasil penelitian kemudian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan tingkat partisipasi masyarakat. Tingkat partisipasi masyarakat diduga berhubungan dengan tingkat manfaat program yang dapat dirasakan. Variabel tingkat manfaat yang diteliti antara lain tingkat pengetahuan, tingkat keterampilan, tingkat kebersihan lingkungan, dan tingkat peluang ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat partisipasi dengan tingkat manfaat program yang diperoleh masyarakat. Kata Kunci : karakteristik individu, tingkat partisipasi, tingkat manfaat program ABSTRACT
ADI CHANDRA BERAMPU. Benefits of Public Participation in Waste Management Program. Suvervised by IVANOVICH AGUSTA. The existence of the company in a public area should be able to bring benefits to society itself, as in the social, economic, and environmental. To realize these expectations then CSR programs are implemented by taking into account the participation of the community and other stakeholders, because participation is one of the the most important of community development principles. There are internal factors that considered relates to the level of participation. Variables of internal factor (individual characteristics) are age level, education level, length of stay, and income level. The results of the research showed that there is no relationship between the individual characteristics to the level of community participation. The level of community participation considered relates to the level of program‟s benefits that can be felt. Variables of program utilization such as the level knowledge level, skill level, environmental cleanliness level, and economic opportunities level. The results of the research showed that there is a relationship between the level of participation and the level of program‟s benefits that community receive. Keywords: individual characteristics, the participation level, the program‟s benefits level
MANFAAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH
ADI CHANDRA BERAMPU
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi Nama NIM
: Manfaat Partisipasi Masyarakat dalam Program Pengelolaan Sampah : Adi Chandra Berampu : I34100121
Disetujui oleh
Dr. Ivanovich Agusta, SP, M.Si Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir Siti Amanah, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal Lulus: ________________
PRAKATA
Segala puja dan puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT, Rabb semesta alam, Sang Maha Pencipta dan Maha Pemilik Ilmu. Peneliti bersyukur atas segala rahmat dan nikmat yang diberikan kepada peneliti sehingga skripsi yang berjudul “Manfaat Partisipasi Masyarakat dalam Program Pengelolaan Sampah” ini dapat diselesaikan tanpa hambatan dan masalah yang berarti. Shalawat dan salam tak lupa senantiasa peneliti sampaikan kepada baginda Rasul Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabat, termasuk para ahlul „ilmi sebagai pewaris ilmu dari pada nabi-nabi. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Atas dasar itu maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Nasabah Bank Sampah Bintang Mangrove sebagai responden dan seluruh pihak yang menjadi informan pada penelitian ini. Data dan informasi sungguh sangat berarti bagi penelitian ini. 2. Dr. Ivanovich Agusta, SP, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu peneliti dalam proses penelitian dan memberikan banyak masukan yang sangat berarti selama penulisan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Saharuddin, M.Si selaku dosen penguji utama dan Ir. Hadiyanto, M.Si selaku dosen penguji akademik, koreksi, kritik, dan saran yang diberikan banyak membantu perbaikan skripsi ini. 4. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Sadar Berampu dan Ibunda Jamilah Sagala, Kakak Zulaika Berampu, Adik-adik Khairunnisa Berampu, Wiwin Khafifah Berampu, dan Abdul Rasyid Berampu, yang tak pernah putus mencurahkan dukungan, semangat, doa, dan cinta bagi peneliti. 5. Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si selaku dosen pembimbing studi pustaka yang telah banyak memberikan masukan selama penulisan studi pustaka, termasuk juga pelajaran-pelajaran hidup penuh hikmah yang menjadi pengalaman berharga bagi peneliti. 6. Keluarga Ibu Chusniyati dan Bapak Kisbianto di Kelurahan Gunung Anyar Tambak, Surabaya, yang telah banyak membantu peneliti selama proses penelitian di lapangan. 7. Seluruh tenaga pendidik, dosen, asisten dosen dan asisten praktikum di Departemen SKPM IPB yang telah membagikan ilmu, wawasan, serta pengetahuan bagi peneliti, serta seluruh pegawai dan karyawan yang telah mencurahkan tenaganya bagi kelancaran proses belajar mengajar. 8. Kementerian Agama RI yang telah memberikan beasiswa penuh selama kuliah, serta Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah tercinta, jika tidak
9.
10.
11.
12.
13.
14. 15.
nyantri disana mungkin peneliti tidak akan pernah menerima beasiswa tersebut. Seluruh kerabat di keluarga besar CSS MoRA IPB yang telah banyak membantu di masa-masa awal kuliah, dan terkhusus 59 orang sahabatsahabatku di CSS MoRA Cie-cie 47 yang telah menjadi teman seperjuangan semenjak di Amarilis hingga detik ini. I‟m proud of you.! Teman spesialku, Ita Karina Bancin, seorang yang menjadi sumber inspirasiku, seorang yang telah mengarahkanku hingga akhirnya memilih IPB menjadi almamater, seorang yang terus mengingatkanku agar segera menyelesaikan studi dan melanjutkan perjuangan meraih mimpi-mimpi. Teman seperjuangan dan sepermainan, sahabat-sahabat terbaik yang dianugerahkan Tuhan dalam kehidupanku, Ricardus Keiya, Fuad Habibi Siregar, Sylsilia Trinova Sembiring, Fera Nur Aini, Fatwa M Aziz, Rizky Anggara, M Demmy Busthomi, M Zulkarnaen, dan Randy Wiguna, kalian adalah sahabat yang telah menjadikan masa-masa mahasiswaku begitu manis dan patut dikenang untuk selamanya. Teman-teman satu bimbingan, M Ajron Abdullah, Saefihim, Ipa Sahda, dan Ritma Pradhita yang telah saling membantu dan menyemangati satu sama lain. Dr. Sofyan Sjaf yang telah memberikan kepercayaan bagi peneliti menjadi Asisten Praktikum MK Sosiologi Pedesaan, dan rekan-rekan asisten, Mbak Turasih, Mbak Zessy AB, Bang Rajib Ghandi, Bang Lukman Hakim, Bang Anom, Ciput, dan Sisil, sungguh kalian telah menjadikanku mencintai sosiologi. Sahabatku dari saat nyantri, Abdullah Nasution, yang telah banyak membantu proses penelitian selama di Surabaya, dan Semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga terselesaikannya skripsi ini
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca dalam memahami lebih jauh tentang Partisipasi dalam CSR. Bogor,
Agustus 2014
Adi Chandra Berampu
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian PENDEKATAN TEORITIS Tinjaun Pustaka Konsep Partisipasi Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) Manfaat Implementasi Program CSR Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian Definisi Operasional PENDEKATAN LAPANG Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Pemilihan Responden dan Informan Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengolahan dan Analisis Data PROFIL KELURAHAN GUNUNG ANYAR TAMBAK Kondisi Geografi dan Demografi Kondisi Sosial dan Ekonomi PROGRAM BANK SAMPAH BINTANG MANGROVE Perkembangan Bank Sampah Hubungan Pengurus Bank Sampah Bintang Mangrove dengan Masyarakat KARAKTERISTIK INDIVIDU RESPONDEN Tingkat Umur Tingkat Pendidikan Lama Tinggal Tingkat Pendapatan PARTISIPASI RESPONDEN Tingkat Partisipasi Perkembangan Tingkat Partisipasi HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU RESPONDEN DENGAN TINGKAT PARTISIPASI Hubungan Tingkat Umur dengan Tingkat Partisipasi Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi Hubungan Lama Tinggal dengan Tingkat Partisipasi Peserta Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi Peserta Uji Hipotesis
1 1 4 4 5 7 7 7 8 8 11 12 14 14 19 19 19 20 21 21 23 23 24 29 29 31 37 37 38 39 40 43 43 44 45 45 46 47 48 49
HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI DENGAN TINGKAT MANFAAT PROGRAM Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Pengetahuan Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Keterampilan Peserta Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Kebersihan Lingkungan Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Peluang Ekonomi Uji Hipotesis SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
51 51 53 55 57 59 61 61 61 63 65 67
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13 Tabel 14 Tabel 15 Tabel 16 Tabel 17 Tabel 18 Tabel 19 Tabel 20 Tabel 21
Manfaat keterlibatan masyarakat dan perusahaan dalam implementasi CSR Definisi operasional Jadwal pelaksanaan penelitian Jumalah dan persentase masyarakat Gunung Anyar Tambak berdasarkan Jumlah dan persentase masyarakat Gunung Anyar Tambak berdasarkan etnis Jumlah dan persentase masyarakat Gunung Anyar Tambak berdasarkan struktur mata pencaharian menurut sektor Jumlah dan persentasi masyarakat Gunung Anyar Tambak berdasarkan tingkat pendidikan Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat umur pada tahun 2014 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2014 Jumlah dan persentase responden berdasarkan lama tinggal pada tahun 2014 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan pada tahun 2014 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan pada tahun 2014 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat partisipasi pada tahun 2014 Uji korelasi rank spearman tingkat umur dengan tingkat partisipasi responden Uji korelasi rank spearman tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi responden Uji korelasi rank spearman lama tinggal dengan tingkat partisipasi responden Uji korelasi rank spearman tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi responden Uji korelasi Rank Spearman tingkat partisipasi dengan tingkat pengetahuan Uji korelasi Rank Spearman tingkat partisipasi dengan tingkat keterampilan Uji korelasi Rank Spearman tingkat partisipasi dengan tingkat kebersihan lingkungan Uji korelasi Rank Spearman tingkat partisipasi dengan tingkat peluang ekonomi
12 14 20 24 24 25 26 37 38 39 40 41 43 45 46 47 49 52 53 55 57
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6 Gambar 7 Gambar 8 Gambar 9
Kerangka pemikiran Bank Sampah Bintang Manggrove Gunung Anyar Tambak Struktur pengurus Bank Sampah Bintang Manggrove Dokumentasi Bank Sampah Bintang Manggrove Grafik jumlah responden berdasarkan hubungan tingkat partisipasi dengan tingkat pengetahuan Grafik jumlah responden berdasarkan tingkat partisipasi dan tingkat keterampilan Grafik jumlah responden berdasarkan tingkat partisipasi dan tingkat kebersihan lingkungan Grafik jumlah responden berdasarkan tingkat partisipasi dan tingkat peluang ekonomi Display jenis sampah, kerajinan tangan dari sampah, memilah sampah
13 35 32 34 52 54 56 58 59
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Keberadaan perusahaan dalam suatu wilayah masyarakat seharusnya dapat membawa manfaat bagi masyarakat itu sendiri baik dalam aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Karena perusahaan merupakan sebuah lembaga yang tidak dapat lepas dari peran manusia dan lingkungan perusahaan serta tidak akan mampu mencapai keberlanjutan bisnis tanpa memperhatikan peran berbagai pemangku kepentingan. Perusahaan memiliki potensi untuk mengembangkan wilayah sekitar operasi bisnisnya karena perusahaan dapat mendorong terciptanya aktivitas-aktivitas masyarakat lokal yang bersifat positif. Seperti mendorong terciptanya kegiatan wirausaha di kalangan masyarakat, termasuk juga penyerapan tenaga kerja lokal oleh perusahaan, mendorong pelaksanaan aksi-aksi yang bermanfaat bagi peningkatan taraf pendidikan dan kesehatan masyarakat, serta mendorong aktivitas yang mendatangkan dampak positif bagi kelestarian lingkungan hidup. Niat baik perusahaan tersebut dapat direalisasikan dengan mewujudkan program Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan secara etis, jujur, dan legal. CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan yang saat ini sering dikaitkan dengan isu ekonomi, sosial, dan lingkungan merupakan bentuk pengembangan dari konsep kedermawanan sosial. CSR sebagai sebuah konsep yang semakin populer ternyata belum memiliki definisi tunggal yang disepakati secara umum. WBCSD (The World Business Council for Sustainable Development)1 dalam publikasinya mendefinisikan CSR sebagai komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal, dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. Adapun menurut Departemen Sosial RI2, CSR adalah komitmen perusahaan dalam melakukan kegiatan operasional dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan serta menghargai kepentingan para pemangku kepentingan, yaitu investor, pelanggan, karyawan, rekan bisnis, penduduk setempat, lingkungan dan masyarakat umum. Terlepas dari beragamnya definisi terkait CSR, terdapat satu kesamaan yang disepakati bersama, bahwa CSR tidak terlepas dari berbagai kepentingan pemilik saham dan pemangku kepetingan perusahaan. Konsep inilah kemudian yang diterjemahkan John Elkington sebagai Konsep Triple Bottom Line, yaitu profit, people, dan planet. Konsep ini menjelaskan bahwa selain mengejar profit (keuntungan), perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat dalam pemenuhan
1
Diunduh pada tanggal 6 Februari 2014 http://content.wbcsd.org/work-program/businessrole/previous-work/corporate-social-responsibility.aspx 2 Diunduh pada tanggal 6 Februari 2014 http://kemsos.go.id/modules.php?name=glosariumkesos
2
kesejahteraan masyarakat (people), dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Wibisono 2007). Harus diakui bahwa semakin banyak perusahaan yang sadar akan pentingnya pengimplementasian CSR untuk bisnis yang berkelanjutan. Hingga akhir tahun 2012 dana yang digulirkan perusahaan di Indonesia untuk kegiatan CSR mencapai kisaran Rp 10 triliun, Rp 4 triliun berasal dari BUMN dan Rp 6 triliun dari perusahaan swasta (Latofi 2012)3. Jumlah ini jauh meningkat jika dibandingkan dengan hasil penelitian PIRAC yang menunjukkan pada tahun 2001 dana CSR di Indonesia hanya mencapai sekitar 115 miliar rupiah (Maulana 2009). Artinya implementasi CSR di Indonesia terus meningkat secara kuantitas. Namun apakah juga dibarengi dengan peningkatan secara kualitas? Hal ini masih menjadi perdebatan, sebab motif perusahaan dalam melaksanakan CSR seringkali tidak sepenuhya didasarkan atas panggilan tanggung jawab moral, melainkan lebih didorong oleh motif charity (amal atau derma) belaka, image building (promosi), tax-facility (fasilitas pajak), security-prosperity (keamanan dan peningkatan kesejahteraan), atau bahkan money laundering (pencucian uang) (Achda 2006 dalam Febriana 2008). Implementasi CSR yang mulai marak di Indonesia semenjak tahun 2005 telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan CSR bagi Perseroan Terbatas (PT) diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 2007 yang diberlakukan sejak tanggal 16 Agustus 2007 lalu. Dalam pasal 74 ayat (1) disebutkan bahwa “perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumberdaya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan atau CSR”. Dalam penjelasan UU disebutkan bahwa ketentuan ini bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan perusahaan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat 4. Rosyida dan Nasdian (2011) menjelaskan UU ini berarti mengatur peranan perusahaan dalam upaya mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi komunitas setempat, masyarakat umum dan perusahaan itu sendiri. PT PLN (Persero) merupakan salah satu perusahaan yang sadar betapa pentingnya penerapan CSR secara etis. Dari berbagai bentuk program CSR yang dijalankan oleh PT PLN salah satunya berfokus pada bina lingkungan dimana program bank sampah menjadi program andalannya. Bank sampah sama seperti bank pada umumnya, terdapat nasabah, memiliki buku tabungan, dan mereka bisa menabung kapan saja. Bedanya adalah nasabah tidak menyerahkan uang, melainkan sampah ke pengurus bank sampah, kemudian dikonversi menjadi tabungan dan dapat diuangkan. Hasil tabungan tersebut dapat digunakan untuk membayar iuran listrik nasabah setiap bulannya, dapat juga ditarik secara tunai, hebatnya lagi nasabah dapat meminjam uang untuk modal usaha dan pengembalian kredit pinjaman cukup menggunakan sampah. 3
Dikutip dari artikel swa.co.id yang berjudul “Tahun 2012 Dana CSR Perusahaan Capai Rp 10 T”, diunduh pada tanggal 31 Desember 2013 http://swa.co.id/corporate/csr/tahun-2012-dana-csr-perusahaan-capai-rp-10-triiun-2 4 Dikutip dari “Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas”.
3
Bank sampah binaan CSR PT PLN (PERSERO) mulai beroperasi pada tahun 2011. Melalui program bank sampah ini PT PLN bermaksud untuk mendidik masyarakat tentang bagaimana seharusnya memanfaatkan sampah agar menjadi sesuatu yang bernilai. Masyarakat diajarkan agar tidak membuang sampah sembarangan, bagaimana memilah sampah lalu dikumpulkan, kemudian disetorkan ke bank sampah sebagai tabungan, dengan demikian sampah tidak menyebabkan terjadinya berbagai permasalahan lingkungan. Saat ini bank sampah binaan CSR PT PLN (PERSERO) telah tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya yang menarik perhatian peneliti adalah keberadaan Bank Sampah Bintang Mangrove yang beroperasi di Kelurahan Gunung Anyar Tambak, Surabaya. Menarik karena awal mula berdirinya diilhami oleh kondisi tanaman mangrove yang ditanam seringkali mati disebabkan banyaknya tumpukan sampah di sekitar bibir pantai. Atas dasar itu timbul inisiasi untuk mengadakan sebuah kegiatan yang bertujuan membersihkan sampah-sampah di sekitar bibir pantai tersebut, maka didirikanlah Bank Sampah Bintang Mangrove. Kota-kota besar di Indonesia selalu dihadapkan dengan permasalahan sampah yang belum terkelola dengan baik, tidak terkecuali di Kota Surabaya. Permasalahan sampah menjadi kompleks karena besarnya jumlah sampah seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi. Dengan populasi penduduk lebih dari empat juta jiwa, masyarakat kota Surabaya menghasilkan sampah padat sebanyak ± 27 966 M³ per hari. Keberadaan 757 truk dinas kebersihan hanya mampu mengangkut sekitar 25 925 M³ ke TPA, artinya terdapat sekitar 2 041 M³ sampah yang tak terangkut dan tercecer di berbagai tempat 5. Sampah yang tertinggal itu kemudian dibiarkan saja tanpa diolah sama sekali sehingga menyebabkan ligkungan kumuh dan kotor serta kerap menimbulkan penyakit. Jikapun ada yang peduli, sampah tersebut dikumpulkan lalu dibakar, dikubur atau dibuang ke sungai sehingga menimbulkan permasalahan baru seperti pencemaran air, udara, dan tanah. Ditambah lagi lahan untuk pembuangan akhir semakin terbatas serta masih menerapkan teknik pengelolaan sampah yang konvensional dan lambat. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang pengelolaan sampah mengamanatkan perlunya perubahan paradigma yang mendasar dalam pengelolaan sampah yaitu dari paradigma “kumpul-angkut-buang” menjadi pengolahan yang bertumpu pada pengurangan sampah dan penanganan sampah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Reduce, Reuse dan Recycle (3R)6. Namun kegiatan 3R ini masih menghadapi kendala rendahnya kesadaran masyarakat untuk memilah sampah, maka salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut yakni melalui pengembangan bank sampah seperti yang telah diterapkan oleh CSR PT PLN (PERSERO). Menarik bagi peneliti untuk melihat bagaimana hubungan tingkat partisipasi peserta program bank sampah dengan tingkat manfaat yang diperoleh.
5 6
Diunduh pada tanggal 6 Februari 2014 http://www.banksampahbinamandiri.com/ Diunduh pada tanggal 6 Februari 2014 http://www.menlh.go.id/profil-bank-sampah-indonesia-2013/
4
Rumusan Masalah Pengembangan masyarakat adalah salah satu bentuk program CSR yang banyak diimplementasikan oleh perusahaan. Pengembangan masyarakat merupakan sebuah aktualisasi dari CSR yang lebih bermakna daripada sekedar aktivitas charity ataupun tujuh dimensi CSR lainnya, hal ini disebabkan dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat terdapat kolaborasi kepentingan bersama antara perusahaan dengan komunitas, adanya partisipasi, produktivitas dan keberlanjutan (Rosyida dan Nasdian 2011). Dalam program bank sampah binaan CSR PT PLN (PERSERO) terdapat kolaborasi kepentingan bersama antara perusahaan, pemerintah daerah, dan masyarakat lokal yaitu kepentingan bersama yang terwujud dalam tujuan untuk mengelola sampah sehingga tercipta lingkungan yang lebih bersih, asri dan lestari. Pengembangan masyarakat harus selalu berupaya untuk memaksimalkan partisipasi dengan tujuan membuat setiap orang dalam masyarakat terlibat secara aktif dalam proses-proses dan kegiatan masyarakat, sebab partisipasi merupakan suatu bagian penting dari pemberdayaan dan penumbuhan kesadaran (Ife dan Teseriero 2008). Tanpa ada partisipasi aktif dari masyarakat maka dapat dipastikan seluruh kegiatan CSR yang dijalankan sedemikian rupa tidak akan berhasil. Ada dua faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam sebuah program, yaitu faktor internal yang mencakup karakterstik individu dan faktor eksternal yang meliputi hubungan antara pihak pengelola proyek dengan sasaran (Pangestu 1995). Berhubung penelitian ini berfokus kepada analisis individu sebagai peserta program bank sampah maka penelitian ini ingin melihat bagaimana hubungan karakteristik individu dengan tingkat partisipasi peserta dalam program bank sampah? Sebuah program CSR diharapkan mendatangkan kebermanfaatan bagi masyarakat selaku subyek dalam program tersebut. Tingkat manfaat program CSR bagi masyarakat dapat dilihat melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, peningkatan kebersihan lingkungan, dan peningkatan peluang ekonomi, adapun manfaat bagi perusahaan dapat dilihat dari meningkatnya reputasi perusahaan, lisensi sosial dari masyarakat, dan penghargaan dari pihak ketiga (Febriana 2008). Oleh sebab itu penting bagi peneliti untuk menganalisis bagaimana hubungan tingkat partisipasi peserta program bank sampah dengan tingkat manfaat program?
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah penelitian seperti disebutkan sebelumnya yaitu: 1. Menganalisis hubungan karakteristik individu dengan tingkat partisipasi peserta dalam program bank sampah 2. Menganalisis hubungan tingkat partisipasi peserta program bank sampah dengan tingkat manfaat program.
5
Kegunaan Penelitan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pihak yang berminat maupun terkait dengan masalah CSR yang berkenaan dengan program pengelolaan sampah, terutama bagi: 1. Peneliti dan civitas akademika yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai CSR dalam kaitannya dengan tingkat partisipasi masyarakat dan tingkat kebermanfaatan program, semoga hasil penelitian ini dapat memberikan informasi/data serta menjadi literatur bagi penelitian sejenis. 2. Masyarakat, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran dalam meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya dalam hal pengelolaan dan manfaat sampah yang masih menjadi masalah rumit saat ini. 3. Pemerintah, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dalam merumuskan pedoman dan kebijakan khususya yang terkait dengan bidang lingkungan. 4. Perusahaan, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi atau masukan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan program CSR terutama yang terkait dengan bidang lingkungan.
6
7
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjaun Pustaka Konsep Partisipasi Partisipasi adalah inti dari sebuah program pemberdayaan dan pengembangan masyarakat. Partisipasi menurut Sajogyo (1998) adalah peluang untuk ikut menentukan kebijaksanaan pembangunan serta peluang ikut menilai hasil pembangunan. Adapun Nasdian (2006) mendefinisikan partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Titik tolak dari partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subjek yang sadar. Nasdian (2006) juga memaparkan bahwa partisipasi dalam pengembangan komunitas harus menciptakan peranserta yang maksimal dengan tujuan agar semua orang dalam masyarakat tersebut dapat dilibatkan secara aktif pada proses dan kegiatan masyarakat. Cohen dan Uphoff (1977) membagi partisipasi ke beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut: 1) Tahap pengambilan keputusan, diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud disini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu program. 2) Tahap pelaksanaan, merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek. 3) Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya. 4) Tahap menikmati hasil, dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran.
8
Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Partisipasi masyarakat dalam suatu program dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Pangestu (1995) faktor-faktor tersebut antara lain: 1) Faktor Internal, yaitu yang mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah pendapatan, dan lama tinggal di suatu lingkungan sosial. 2) Faktor Eksternal, meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran, hubungan ini dapat mempengaruhi partisipasi karena sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola positif dan menguntungkan mereka. Selain itu, bila didukung dengan pelayanan pengelolaan kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka sasaran tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam proyek tersebut. Penjelasan lebih jauh tentang karakteristik individu di atas dijelaskan oleh Tamarli (1994) dalam penelitiannya menyatakan bahwa umur merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi. Semakin tua seseorang, relatif berkurang kemampuan fisiknya dan keadaan tersebut akan mempengaruhi partisipasi sosialnya. Oleh karena itu, semakin muda umur seseorang, semakin tinggi tingkat partisipasinya dalam suatu kegiatan atau program tertentu. Sama halnya dengan pendapat Silaen (1998), semakin tua umur seseorang maka penerimaannya terhadap hal-hal baru semakin rendah. Hal ini karena orang yang masuk dalam golongan tua cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal yang sifatnya baru. Murray dan Lappin (1967) seperti dikutip Febriana (2008) menyatakan bahwa terdapat faktor internal lain, yang mempengaruhi partisipasi yaitu lama tinggal. Semakin lama tinggal di suatu tempat, semakin besar rasa memiliki dan perasaan dirinya sebagai bagian dari lingkungannya, sehingga timbul keinginan untuk selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan di lingkungan tempat tinggalnya. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) Definisi dan Sejarah Corporate Social Responsibility (CSR) Hingga saat ini belum ada definisi tunggal CSR yang telah disepakati secara luas. Sehinga terdapat banyak definisi CSR yang dapat digunakan untuk menjelaskan apa sebenarnya CSR itu. Seperti definisi berikut, CSR adalah tanggung jawab perusahaan kepada pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan Wibisono (2007). Sementara Nursahid (2006) mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab moral suatu organisasi bisnis terhadap kelompok yang menjadi pemangku kepentingan yang terkena pengaruh baik secara langsung ataupun tidak langsung dari operasi perusahaan.
9
CSR adalah segala upaya manajemen yang dijalankan entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasar pilar ekonomi, sosial dan lingkungan, dengan meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif di setiap pilar (Sukada dkk. 2006). Menurut The World Business Council for Sustainable Development dalam Maulana (2009), CSR merupakan komitmen dunia usaha untuk terus bertindak etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas. CSR adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan normanorma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh (ISO 26000 2010)7. Menurut Rosyida dan Nasdian (2011), telaah lebih lanjut atas berbagai literatur menunjukkan bahwa ada empat skema yang biasa dipergunakan untuk menjalankan CSR perusahaan yaitu: (1) kontribusi pada program pengembangan masyarakat, (2) pendanaan kegiatan sesuai dengan kerangka legal, (3) partisipasi masyarakat dalam bisnis, dan (4) tanggapan atas tekanan kelompok kepentingan. CSR yang kini semakin marak diimplementasikan oleh berbagai macam perusahaan, mengalami evolusi dan metamorfosis dalam rentang waktu yang cukup lama (Wibisono 2007). Konsep ini tidak lahir begitu saja, akan tetapi melewati berbagai macam tahapan terlebih dahulu. Gema CSR mulai terasa pada tahun 1950an. Pada saat itu, persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang semula terabaikan mulai mendapatkan perhatian lebih luas dari berbagai kalangan. Buku yang bertajuk Social Responsibility of the Businessman karya Howard R.Bowen yang ditulis pada tahun 1953 merupakan literatur awal yang menjadi tonggak sejarah modern CSR. Bowen dijuluki “Bapak CSR” karena karyanya tersebut. Gema CSR bertambah ramai diperbincangkan setelah terbitnya “Silent Spring” yang ditulis oleh Rachel Carson, ia mengingatkan kepada masyarakat dunia bahwa betapa mematikannya pestisida bagi lingkungan dan kehidupan. Tingkah laku perusahaan perlu dicermati terlebih dahulu sebelum berdampak menuju kehancuran. Semenjak itu perhatian terhadap permasalahan lingkungan semakin berkembang dan mendapat perhatian yang luas (Wibisono 2007). Terobosan terbesar CSR dilakukan oleh John Elkington melalui konsep “3P” (Profit, People dan Planet) yang dituangkan dalam buku “Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business” pada tahun 1997, dimana dalam buku tersebut Elkington mengemukakan konsep “3P” (profit, people, dan planet) yang menerangkan bahwa dalam menjalankan operasional perusahaan, selain mengejar profit/keuntungan ekonomis sebuah korporasi harus dapat memberikan kontribusi positif bagi people (masyarakat) dan berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) 7
Diunduh pada tanggal 6 Februari 2014 www.iso.org/iso/discovering_iso_26000.pdf
10
(Wibisono 2007). Gaung CSR kian bergema setelah diselenggarakannnya World Summit on Sustainable Development (WSSD) pada tahun 2002 di Johannesburg, Afrika Selatan. Sejak saat itulah definisi CSR kian berkembang. Adapun di Indonesia, CSR mulai marak pada tahun 2004-an. Impelementasi CSR Implementasi CSR pada umumnya berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Hal ini tergantung pada kondisi internal perusahaan yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya (Dewani 2009): (1) Terkait dengan komitmen manajer perusahaan yang dituangkan dalam kebijakan perusahaan terkait CSR. (2) Menyangkut ukuran dan kematangan perusahaan. Perusahaan yang besar dan mapan lebih mempunyai potensi memberi kontribusi ketimbang perusahaan kecil dan belum mapan. (3) Regulasi dan sistem perpajakan yang diatur pemerintah. Tujuan dan misi implementasi CSR perusahaan biasanya ditentukan oleh nilai dalam perusahaan. Jika implementasi CSR dianggap sebagai nilai yang harus dipegang teguh oleh perusahaan, maka hal itu akan ikut menentukan tujuan dan misi perusahaan. Setidaknya ada tiga alasan penting mengapa kalangan perusahaan harus merespon dan mengimplementasikan CSR sejalan dengan operasi usahanya, yaitu (Dewani 2009): (1) Perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat, (2) kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosa mutualisme, dan (3) implementasi CSR merupakan salah satu cara untuk meredam atau menghindari konflik sosial. Ruang Lingkup Implementasi CSR Perusahaan Konsep tanpa aksi adalah mimpi, aksi tanpa konsep adalah kegiatan rutin sehari-hari. Artinya CSR tidak berarti apa-apa jika hanya sebatas konsep, tapi harus diimplementasikan dengan konsep yang benar. Setidaknya implementasi CSR perusahaan energi dapat meliputi program-program seperti berikut (Suharto 2010): (1) CSR Bidang Pendidikan Sebagai salah satu pilar pembangunan bangsa, pendidikan tidak bisa diabaikan oleh perusahaan dalam menerapkan CSR. Maka tidak mengherankan apabila pendidikan adalah bidang yang tidak terlewatkan dalam implementasi CSR setiap perusahaan energi. Misalnya memberikan beasiswa, pengadaan bantuan tenaga pengajar, pengadaaan peralatan yang menunjang pendidikan dan lain sebagainya. (2) CSR Bidang Kesehatan Peningkatan kesehatan suatu penduduk adalah salah satu target Milenium Development Goals (MDGs). Program CSR bidang kesehatan bisa dilakukan lewat banyak cara, disesuaikan dengan kebutuhan dan apa yang semestinya dilakukan di daerah setempat. Misalnya memberikan pengobatan gratis, pemberian bantuan makanan tambahan untuk anak-anak dan balita, serta bantuan peralatan Posyandu dan perbaikan infrastruktur Puskesmas di daerah operasional mereka dan lain sebagainya. (3) CSR Bidang Lingkungan
11
Tanggungjawab terhadap perlindungan lingkungan sering kali dianggap berada dalam ranah publik. Di masa lalu pemerintah dipandang sebagai aktor utama yang mengadopsi perilaku ramah lingkungan, baik melalui regulasi, saksi dan tidak jarang melalui penawaran insentif. Sementara itu, sektor swasta hanya dilihat sebagai penyebab timbulnya masalah-masalah lingkungan. Namun, kecenderungan ini kini terbalik. Kiprah perusahaan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan secara lingkungan mulai nyata dan meluas. Misalnya melalui penanaman pohon, pengelolaan limbah perusahaan dengan baik, penggunaan peralatan yang ramah lingkungan, program bank sampah, manfaat sampah, aksi bersih-bersih, dan lain sebagainya. (4) CSR Bidang Modal Sosial Bidang sosial dalam konteks CSR seringkali di lihat sebagai pola bantuan sosial yang dilakukan perusahaan kepada lingkungan sekitar dalam rangka mencapai keharmonisan sosial antara perusahaan dan lingkungannnya (masyarakat). Misalnya pembangunan infrastruktur, pembinaan karang taruna, sunatan massal, bantuan sosial pesta adat, bantuan bencana alam dan lain sebagainya. Manfaat Implementasi Program CSR Implemetasi CSR mendatangkan berbagai manfaat baik bagi perusahaan maupun pemangku kepentingan terutama masyarakat sekitar perusahaan yang terlibat dalam program-program CSR. Menurut Wibisono (2007) manfaat bagi perusahaan yang berupaya mengimplementasikan CSR, yaitu dapat mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan, layak mendapatkan social licence to operate, mereduksi risiko bisnis perusahaan, melebarkan akses sumberdaya, membentangkan akses menuju pasar, mereduksi biaya, memperbaiki hubungan dengan stakeholders, memperbaiki hubungan dengan regulator, meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan serta berpeluang mendapatkan penghargaan. Sedangkan manfaat CSR bagi masyarakat menurut Ambadar (2008), yaitu dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, kelembagaan, tabungan, konsumsi dan investasi dari rumah tangga warga masyarakat. Manfaat implementasi perusahaan dapat ditinjau dari sisi perusahaan maupun stakeholder. Jika diarahkan pada implementasi CSR dalam konteks pengembangan masyarakat, maka manfaat CSR bisa dilihat lebih spesifik bagi perusahaan dan bagi masyarakat. Rogovsky (2000) dalam Dewani (2009), menyusun konsep manfaat keterlibatan masyarakat dan perusahaan dalam implementasi program CSR, seperti disajikan pada Tabel 1. Perusahaan yang memberikan perhatian terhadap aktivitas yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan berpotensi lebih besar untuk mengimplementasikan CSR dalam program yang bertujuan melestarikan lingkungan. Program CSR lingkungan biasanya turut andil dalam aktivitas manajemen bencana. Manajemen bencana disini bukan saja memberikan bantuan semata kepada korban ketika terjadi bencana, namun yang lebih penting turut berpartisipasi dalam usaha-usaha mencegah terjadinya bencana sejak dini. Termasuk juga meminimalkan resiko terjadinya bencana melalui usaha-usaha pelestarian lingkungan sebagai tindakan preventif
12
untuk. Lingkungan yang lestari tentunya dibutuhkan untuk keberlanjutan kehidupan umat manusia dalam jangka panjang. Tabel 1 Manfaat keterlibatan masyarakat dan perusahaan dalam implementasi CSR Manfaat bagi perusahaan Manfaat bagi Masyarakat - Reputasi dan citra perusahaan yang lebih - Peningkatan pengetahuan baik - Lisensi untuk beroperasi secara sosial - Bisa memanfaatkan pengetahuan dan - Peningkatan keterampilan: tenaga kerja local kompetisi teknis dan personal - Keamanan yang lebih besar individual atau masyarakat, keahlian komersial - Infrastrtuktur dan lingkungan sosial - Peluang ekonomi: penciptaan ekonomi yang lebih baik kesempatan kerja, pengalaman - Menarik dan menjaga personel yang kerja dan pelatihan pendanaan kompeten untuk memiliki komitmen yan tinggi - Menarik tenaga kerja, pemasok, pemberi - Pelestarian lingkungan: jasa dan mungkin pelanggan local yang reboisasi, pencegahan bencana, bermutu dan penyuluhan tentang green - Laboratorium pembelajaran untuk inovasi life organisasi
Kerangka Pemikiran Salah satu bentuk aktualisasi CSR adalah pengembangan masyarakat atau Community Development (CD). Selanjutnya, salah satu prinsip pengembangan masyarakat yang paling penting adalah partisipasi. Partisipasi dalam pengembangan komunitas harus menciptakan peran serta yang maksimal dengan tujuan agar semua orang dalam masyarakat tersebut dapat terlibat secara aktif pada proses dan kegiatan program (Nasdian 2006). Penelitian tentang partisipasi masyarakat dalam program CSR PT PLN (PERSERO) dan tingkat manfaatnya ini akan dilakukan dengan meninjau tiga dari empat tingkat partisipasi masyarakat sebagaimana diutarakan Cohen dan Uphoff (1977) bahwa partisipasi terdiri dari tahapan pengambilan keputusan, pelaksanaan, dan evaluasi. Tingkat partisipasi peserta program berhubungan dengan faktor internal dan eksternal peserta program. Variabel-variabel faktor internal yang diteliti dalam penelitian ini adalah tingkat umur, tingkat pendidikan, lama tinggal, dan tingkat pendapatan. Keseluruhan faktor tersebut diduga memiliki hubungan dengan tingkat keaktifan peserta program dalam berpartisipasi. Selain itu, akan dilihat juga faktor eksternal yang mempengaruhi tingkat partisipasi yang meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola program, dalam hal ini CSR PT PLN (PERSERO) dan
13
pengurus program Bank Sampah Bintang Mangrove, dengan sasaran yaitu masyarakat Kelurahan Gunung Anyar Tambak. Diduga hubungan ini dapat mempengaruhi tingkat partisipasi karena peserta program akan dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan dan pelayanan pihak pengelola positif dan menguntungkan bagi peserta. Selanjutnya dilakukan analisa untuk melihat sejauh mana tingkat manfaat program yang dapat dirasakan oleh peserta setelah mengikuti program tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan tersebut. Beberapa manfaat yang dapat dirasakan oleh peserta program antara lain, peningkatan pengetahuan dan ketrampilan peserta, peningkatan kebersihan lingkungan, dan peluang ekonomi.
Karakteristik Individu Peserta 1. Tingkat Umur 2. Tingkat Pendidikan 3. Lama Tinggal 4. Tingkat Pendapatan Faktor Eksternal 1. Hubungan antara pihak pengelola CSR PT PLN (PERSERO) dan Pengurus BSBM dengan masyarakat sasaran program
Tingkat Partisipasi
Tingkat Manfaat Program
1. Tingkat Partisipasi pada Tahap Perencanaan 2. Tingkat Partisipasi pada Tahap Pelaksanaan 3. Tingkat Partisipasi pada Tahap Evaluasi
Keterangan: Berhubungan
1. Tingkat Pengetahuan 2. Tingkat Keterampilan 3. Tingkat Kebersihan Lingkungan 4. Tingkat Peluang Ekonomi
Secara Kuantitatif
Secara Kualitatif
Gambar 1 Kerangka pemikiran
14
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan tingkat partisipasi peserta program bank sampah. 2. Terdapat hubungan antara tingkat partisipasi peserta program bank sampah dengan tingkat manfaat program.
Definisi Operasional Untuk mempermudah pengukuran variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini maka penting untuk merumuskan definisi operasional sebagai berikut: Tabel 2 Definisi operasional No Variabel Definisi Operasional 1
2
3
Tingkat umur
Lama waktu hidup responden dari sejak lahir sampai pada saat diwawancarai, diukur dalam jumlah tahun berdasarkan sebaran rata-rata usia responden yang ditemui di lapang. < 26 Tahun = Muda 26 Tahun - 48 Tahun = Sedang > 48 Tahun = Tua Tingkat Jenjang pendidikan terakhir yang pendidikan berhasil ditamatkan oleh responden, diukur berdasarkan jenjang pendidikan formal ratarata responden. SD / Sederajat = Rendah SMP / Sederajat = Sedang SMA / Sederajat, dst. = Tinggi Lama tinggal Lama waktu tinggal responden di lokasi penelitian sampai saat responden diwawancarai. Lama atau barunya waktu tinggal diukur berdasarkan jumlah tahun ratarata lama tinggal responden. < 23 Tahun = Baru 23 Tahun – 44 Tahun = Sedang > 44 Tahun = Lama
Indikator Muda = 1 Sedang = 2 Tua = 3
Jenis Data - Ordinal
Rendah = 1 Sedang = 2 Tinggi = 3
- Ordinal
Baru =1 Sedang = 2 Lama = 3
- Ordinal
15
4
Tingkat pendapatan
5
Tingkat partisipasi tahap perencanaan
6
Tingkat partisipasi tahap pelaksanaan
7
Tingkat partisipasi tahap evaluasi
Tingkat rata-rata jumlah hasil kerja berupa uang yang diperoleh responden setiap bulan, diukur secara emik dalam satuan rupiah berdasarkan besaran rata-rata upah peserta program. < Rp 500 000 = Rendah Rp 500 000 - Rp 1 000 000 = Sedang > Rp 1 000 000 = Tinggi Keterlibatan responden dalam rapat dan proses perencanaan atau pengambilan keputusan dalam penyelenggaraan program Bank Sampah, baik bersifat teknis maupun non-teknis. Diukur berdasarkan jumlah kehadiran dan keaktifan peserta selama proses perencanaan kegiatan. Aspek kehadiran dilihat berdasarkan jumlah kehadiran peserta pada rapat-rapat yang diadakan selama proses perencanaan kegiatan, intensitas rapat akan diketahui di lapangan (emik). Adapun aspek keaktifan dalam rapat akan dilihat melalui keaktifan peserta dalam bertanya, memberikan usulan, dan diterima atau tidaknya usulan. Keikutsertaan peserta program Bank Sampah dalam pelaksanaan program. Diukur dengan melihat keanggotaan, kehadiran dalam kegiatan-kegiatan yang ada, dan keaktifan sebagai nasabah dalam mengumpulkan tabungan sampah serta membayar kredit jika meminjam di Bank Sampah. Keikutsertaan peserta program Bank Sampah dalam mengevaluasi kekurangan atau kesalahan pelaksanaan program. Partisipasi pada tahap ini diukur
Rendah = 1 Sedang = 2 Tinggi = 3
- Ordinal
Skor 5-7 = Rendah Skor 8-11 = Sedang Skor 12-15 = Tinggi
- Ordinal
Skor 5-7 = Rendah Skor 8-11 = Sedang Skor 12-15 = Tinggi
- Ordinal
Skor 6-9 = Rendah Skor 10-13 = Sedang Skor 14-18
- Ordinal
16
8
Tingkat pengetahuan
9
Tingkat keterampilan
10
Tingkat kebersihan lingkungan
berdasarkan keikutsertaan dalam memberikan saran dan kritik, kehadiran dalam rapat/kumpul evaluasi, membuat laporan secara lisan ataupun tulisan, serta keaktifan dalam membantu proses evaluasi. Tinggi rendahnya pengetahuan peserta program seputar sampah. Dalam konteks ini juga termasuk perubahan pengetahuan peserta dari tidak tahu menjadi tahu. Tingkat pengetahuan diukur berdasarkan pengetahuan peserta tentang jenis sampah, tiga strategi pengelolaan sampah (reduce, reuse, recycle), manfaat yang bisa diperoleh dari sampah, serta dampak negatif sampah. Tinggi rendahnya keterampilan peserta, termasuk perubahan kemampuan peserta dari tidak bisa menjadi bisa setelah berpartisipasi dalam program. Peningkatan keterampilan yang dilihat terkait pengelolaan sampah seperti pengumpulan sampah, pemilahan sampah, pengeringan sampah, manfaat sampah menjadi pernak-pernik atau kerajinan yang bernilai ekonomis, dan strategi pengelolaan sampah. Tinggi rendahnya kualitas kebersihan suatu lingkungan, dalam konteks ini termasuk perubahan kualitas kebersihan antara sebelum dan sesudah beroperasinya program CSR PT PLN (PERSERO). Perubahan tingkat kebersihan dilihat dari lingkungan yang banyak sampah menjadi sedikit atau bahkan tidak ada lagi, tingkat kematian
= Tinggi
Skor 8-13 = Rendah Skor 14-18 = Sedang Skor 19-24 = Tinggi
- Ordinal
Skor 7-11 = Rendah Skor 12-16 = Sedang Skor 17-21 = Tinggi
- Ordinal
- Skor 11-17 - Ordinal = Rendah Skor 18-25 = Sedang Skor 26-33 = Tinggi
17
11
Tingkat peluang ekonomi
mangrove akibat sampah berkurang, luas taman bertambah, dan lingkungan menjadi lebih asri. Diukur berdasarkan perubahan-perubahan aspek lingkungan tersebut. Tingkat kesempatan untuk Skor 5-7 = menghasilkan sesuatu yang Rendah bernilai ekonomis dari Skor 8-11 = keberadaan program Bank Sedang Sampah. Dapat diukur dari: Skor 12-15 peluang peserta program bank = Tinggi sampah memiliki tabungan sampah yang dapat dikonversi menjadi uang, tabungan yang dapat digunakan untuk membiayai berbagai kebutuhan, peluang bagi peserta meminjam uang dari Bank Sampah untuk modal usaha dengan pengembalian kredit menggunakan sampah, peluang pengembagan kerajinan tangan jasa terkait dengan keberadaan pengunjung.
- Ordinal
18
19
PENDEKATAN LAPANG
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh pendekatan kualitatif. Untuk pendekatan kuantitatif digunakan metode survey, dimana kuisioner sebagai instrumen utama dalam mengumpulkan data dari responden. Pengertian survey dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi (Singarimbun dan Effendi 1995). Data yang dikumpulkan terkait dengan hubungan antara karakteristik individu peserta program Bank Sampah Bintang Mangrove, Kelurahan Gunung Anyar Tambak, Surabaya dengan tingkat partisipasi peserta program serta hubungannya dengan tingkat manfaat program. Pendekatan kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam. Metode ini dipilih karena mampu memberikan pemahaman yang mendalam dan terperinci. Metode wawancara digunakan untuk memperoleh informasi terkait faktor eksternal yang diduga mempengaruhi tingkat partisipasi peserta program. Termasuk juga untuk mencari informasi-informasi yang dapat memperkaya data yang dihasilkan secara kuantitatif. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini diadakan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak, Kecamatan Gunung Anyar, Kota Surabaya. Bank Sampah Bintang Mangrove yang merupakan binaan CSR PT PLN (PERSERO) berada di kelurahan ini. Sebelum menentukan lokasi, peneliti telah melakukan observasi melalui penelusuran informasi melalui internet, surat kabar, tayangan televisi serta beberapa narasumber yang memberikan informasi mengenai Bank Sampah Bintang Mangrove. Pemilihan lokasi kemudian dilakukan secara sengaja dengan alasan bahwa Bank Sampah ini merupakan salah satu yang terbaik dari sekian banyak bank sampah binaan CSR PT PLN lainnya di kota Surabaya dan di berbagai kota lainnya. Lokasi Bank Sampah Bintang Mangrove ini berada dekat dari bibir pantai dimana terdapat banyak pohon mangrove. Sebelum beroperasinya bank sampah, pohon mangrove tersebut banyak dipenuhi sampah. Karena implementasi program Bank Sampah ini pula kemudian PT PLN berhasil menerima Indonesia Green Awards 2013 yang diberikan oleh “LA TOFI” School of CSR bekerjasama dengan Kementerian Kehutanan dan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Menarik kemudian bagi peneliti untuk melihat sejauh mana tingkat partisipasi dan tingkat manfaat program pada salah satu bank sampah terbaik binaan CSR PT PLN (PERSERO) ini.
20
Penelitian ini berlangsung mulai dari bulan Maret sampai Agustus 2014. Untuk proses pengumpulan data di lapangan, peneliti menetap di kelurahan Gunung Anyar selama 3 minggu pada bulan April – Mei 2014 lalu. Penelitian ini telah dijadwalkan seperti berikut. Tabel 3 Jadwal pelaksanaan penelitian Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 Penyusunan proposal skripsi Kolokium Perbaikan proposal skripsi Pengambila n data lapang Pengolahan dan analisis data Penulisan draft skripsi Sidang skripsi Perbaikan skripsi
Teknik Pemilihan Responden dan Informan Subjek penelitian terbagi menjadi dua tipe yaitu responden dan informan. Responden dipilih dengan menerapkan teknik simple random sampling (sampel acak sederhana). Teknik ini dipilih karena populasi penelitian termasuk homogen dilihat dari stratifikasi keanggotaan/kenasabahan di Bank Sampah Bintang Mangrove. Populasi atau universe didefinisikan sebagai jumlah keseluruhan unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga (Singarimbun dan Effendi 1995). Populasi penelitian adalah seluruh peserta program Bank Sampah Bintang Mangrove yang berjumlah 182 orang. Unit analisa responden yang digunakan adalah individu, yaitu peserta atau nasabah Bank Sampah Bintang Mangrove. Sampel yang dipilih sebanyak 61 reponden. Responden dipilih setelah membuat kerangka sampling yang diperoleh di lapangan, berupa daftar nama seluruh nasabah Bank Sampah Bintang Mangrove. Adapun informan dipilih berdasarkan kepemilikan informasi yang mendalam seperti
21
pengurus Bank Sampah Bintang Mangrove, Lurah Gunung Anyar Tambak, dan tokoh masyarakat.
Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pendekatan kuantitatif dengan menerapkan metode survey. Setelah responden terpilih selanjutnya peneliti mendatangi rumah responden untuk melakukan wawancara berdasarkan pertanyaan yang telah disiapkan dalam kuisioner. Adapun data kualitatif dari informan diperoleh melalui pengamatan berperanserta dan wawancara mendalam. Hasil dari pengamatan dan wawancara di lapangan dituangkan dalam catatan harian dalam bentuk uraian rinci dan atau kutipan langsung. Data sekunder diperoleh dari penelusuran literatur-literatur berupa dokumen tertulis yang memuat informasi dan data yang dibutuhkan untuk mendukung fokus penelitian. Seperti dokumen profil kelurahan, profil bank sampah, dokumen nasabah dan kegiatan bank sampah, dan dokumen terkait CSR PT PLN (PERSERO).
Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data kuantitatif yang terkumpul diolah dengan memanfaatkan Microsoft Excel 2007 dan SPSS for Windows versi 20. Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam microsoft excel 2007 untuk selanjutnya dilakukan proses pengkodean. Kemudian data akhir yang dihasilkan dimasukkan ke dalam SPSS for Windows versi 20 untuk dilakukan analisis data dengan uji statistik non-parametrik rank spearman (untuk data berbentuk ordinal). Uji rank spearman digunakan untuk melihat hubungan antara karakteristik individu peserta program dengan tingkat partisipasi, dan hubungan antara tingkat partisipasi dengan tingkat manfaat program. Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahapan metode yaitu: pertama, metode reduksi data, berupa tahap pemilihan data, pemusatan perhatian, dan penyederhanaan data. Kedua, tahap penyajian data secara deskriptif. Ketiga, menarik kesimpulan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Data kualitatif disajikan secara deskriptif untuk mendukung dan memperkuat analisis kuantitatif.
22
23
PROFIL KELURAHAN GUNUNG ANYAR TAMBAK
Kelurahan Gunung Anyar Tambak terdapat di Kecamatan Gunung Anyar, Kota Surabaya dengan luas wilayah mencapai 1 129.4 Ha, berada dalam kisaran 5 M diatas permukaan laut. Kelurahan ini terbagi ke dalam 2 Rukun Warga dan 5 Rukun Tetangga. Penduduk Gunung Anyar Tambak berjumlah 7 850 jiwa per Desember 2013 yang terdiri dari 3 970 jiwa laki-laki dan 3 644 jiwa perempuan dan jumlah kepala keluarga (KK) mencapai 1 854 KK. Kondisi sosial masyarakat cukup beragam, dilihat dari agama yang dianut masyarakat dan etnis masyarakat, dimana artinya heterogenitas masyarakat cukup tinggi. Kelurahan Gunung Anyar Tambak merupakan kawasan yang dekat dengan laut lepas, tepatnya selat madura. Tanah pada umumnya mengandung kadar garam yang tinggi sehingga tanaman pertanian sulit untuk tumbuh di wilayah ini, jika pun tumbuh akan kurang baik hasilnya. Sehingga tidak ada warga Gunung Anyar Tambak yang berprofesi sebagai petani tanaman pangan. Terdapat tambak yang terbilang luas di kelurahan ini karena dekat dari laut. Tambak-tambak tersebut dimanfaatkan untuk budidaya ikan, udang, dan ciput.Banyak dari masyarakat yang memilih bekerja di sektor yang tidak berkaitan denga laut, justru lebih memilih pekerjaan yang terdapat di kota seperti buruh pabrik, satpam, pembantu rumah tangga, pekerja bangunan, pedagang, dan pekerjaan informal lainnya. Nelayan perahu kecil yang berasal dari Madura yang justru banyak mencari tangkapan ikan di laut lepas dekat Gunung Anyar Tambak. Masyarakat terlihat sangat berorientasi materi dan uang serta individualis. Terdapat kesenjangan yang cukup lebar antara penduduk miskin dengan penduduk kaya yang kebanyakan bertempat tinggal di kawasan perumahan. Untuk aspek pendidikan, kebanyakan masyarakat hanya lulusan SD atau sederajat. Hanya sedikit masyarakat yang lulus perguruan tinggi, bahkan ada 24 orang yang tidak tamat SD atau sederajat dan kebanyakan dari mereka yang hanya lulusan SD adalah kaum perempuan.
Kondisi Geografi dan Demografi Kelurahan Gunung Anyar Tambak merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di Kecamatan Gunung Anyar, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Pada awalnya Kelurahan Gunung Anyar Tambak termasuk dalam kecamatan Rungkut secara administratif, tapi dalam perkembangannya Gunung Anyar mekar menjadi kecamatan baru. Luas wilayah Gunung Ayar Tambak mencapai 1 129.4 ha, berada dalam kisaran 5 m diatas permukaan laut dengan tinggi curah hujan 2 000 mm/tahun dan jumlah bulan hujan selama 5 bulan. Kelurahan ini terbagi ke dalam 2 Rukun Warga dan 5 Rukun Tetangga. Batas wilayah kelurahan antara lain: (a) sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Medokan Ayu; (b) sebelah selatan berbatasana dengan
24
Kelurahan Tambak Oso; (c) sebelah timur berbatasan dengan Selat Madura; (c) sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Gunung Anyar. Adapun jarak kantor kelurahan dari pusat Pemerintahan Kecamatan Gunung Anyar yaitu 2 km, jarak dari pusat Pemerintahan Kota Surabaya yaitu 15 km, dan jarak dari pusat Pemerintahan Provinsi yaitu 18 km. Penduduk Kelurahan Gunung Anyar Tambak sampai pada bulan Desember 2013 berjumlah 7 850 jiwa yang terdiri dari 3 970 jiwa laki-laki dan 3 644 jiwa perempuan. Adapun jumlah kepala keluarga (KK) mencapai 1 854 KK.
Kondisi Sosial dan Ekonomi Wilayah Gunung Anyar Tambak termasuk daerah pinggiran dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Sidoarjo, namun kondisi sosial masyarakatnya cukup beragam. Dapat dilihat dari jenis agama dan etnis masyaratnya seperti dijelaskan pada Tabel 4 dan Tabel 5. Keberagaman agama dan etnis masyarakat disebabkan wilayah Gunung Anyar Tambak termasuk daerah urban dengan tingkat mobilitas masyarakat cukup tinggi. Selain itu, banyak perumahan-perumahan baru didirikan di sekitar kawasan Gunung Anyar Tambak dimana kebanyakan penghuninya merupakan pendatang. Tabel 4 Jumlah dan persentase masyarakat Gunung Anyar Tambak berdasarkan agama pada tahun 2013 Agama Islam Kristen Katolik Budha Hindu Total
Jumlah 5 237 1 725 737 88 63 7 850
% 66.7 22.0 9.4 1.1 0.8 100
Sumber: Profil Kelurahan Gunung Anyar Tambak 2013 (diolah)
Tabel 5 Jumlah dan persentase masyarakat Gunung Anyar Tambak berdasarkan etnis pada tahun 2013 Etnis Jawa China Madura Pattae Ambon Bali Batak Total
Jumlah 6 524 1 034 161 40 39 26 26 7 850
Sumber: Profil Kelurahan Gunung Anyar Tambak 2013 (diolah)
% 83.2 13.2 2.0 0.5 0.5 0.3 0.3 100
25
Struktur mata pencaharian masyarakat juga beragam. Kebanyakan masyarakat bekerja di sektor industri menengah dan besar sebagai buruh dan selebihnya bekerja di berbagai sektor yang terbilang beragam. Tabel berikut merupakan penjelasan tentang jumlah masyarakat Kelurahan Gunung Anyar Tambak berdasarkan sektor mata pencaharian. Tabel 6 Jumlah dan persentase masyarakat Gunung Anyar Tambak berdasarkan sektor mata pencaharian pada tahun 2013 Sektor Mata Pencaharian Sektor industri menengah dan besar Sektor jasa Sektor perikanan dan nelayan Sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga Sektor peternakan Total
Jumlah 1 438 574 112 70 3 2 197
% 65.5 26.1 5.1 3.2 0.1 100
Sumber: Profil Kelurahan Gunung Anyar Tambak 2013 (diolah)
Kelurahan Gunung Anyar Tambak merupakan kawasan yang dekat dengan laut, tepatnya Selat Madura, sehingga tanah pada umumnya mengandung kadar garam yang tinggi. Tanaman pertanian sulit untuk tumbuh di wilayah ini, jika pun tumbuh akan kurang baik hasilnya. Wajar jika tidak ada warga Gunung Anyar Tambak yang berprofesi sebagai petani tanaman pangan. Cukup banyak warga yang berprofesi sebagai nelayan karena dekat dengan laut. Di kawasan timur wilayah kelurahan ini terdapat tambak-tambak yang cukup luas. Cukup banyak pula warga yang menggantungkan sumber penghidupannya dari tambak-tambak ini dengan berprofesi sebagai pengusaha tambak maupun sebagai buruh tambak. Disebabkan berbatasan langsung dengan laut lepas dan juga dilewati sebuah sungai yang merupakan bagian hilir, terdapat hutan mangrove yang cukup luas di wilayah Gunung Anyar Tambak. Tercatat dalam profil kelurahan bahwa luas hutan mangrove mencapai 47.9 ha. Mangrove ini juga telah dikembangkan menjadi sumber perekonomian masyarakat dengan dijadikan sebagai kawasan pelestarian mangrove sekaligus kawasan ekowisata mangrove. Sumber daya alam yang tergolong kaya dan beragam tersebut belum dapat dioptimalkan sebagai sumber pendapatan utama oleh seluruh masyarakat Gunung Anyar Tambak. Banyak dari masyarakat yang memilih bekerja di sektor lain terutama pekerjaan yang terdapat di kota seperti buruh pabrik, satpam, pembantu rumah tangga, pekerja bangunan, pedagang, dan pekerjaan informal lainnya. Justru nelayan perahu kecil yang berasal dari Madura yang banyak mencari tangkapan ikan di laut lepas dekat Gunung Anyar Tambak. Namun karena jauh jika kembali ke Madura, maka banyak dari nelayan-nelayan tersebut yang tinggal di kelurahan Gunung Anyar Tambak, mereka mengontrak rumah dan tinggal bersama-sama. Biasanya nelayannelayan tersebut pulang ke Madura sekali dalam sebulan namun tidak dengan perahu, melainkan lewat jalur darat dengan menumpangi bis. Alasan kenapa banyak warga asli meninggalkan profesi nelayan dijelaskan sekilas oleh Pak Asy’ari, warga asli
26
yang pernah menjadi nelayan, namun sekarang lebih memilih menjadi satpam di perumahan Gunung Anyar. “Warga disini ini mas, pada malas ke laut. Karena capek mas, panas, trus butuh modal sebelum ngelaut. La iya toh, untuk beli minyak, beli rokok, untuk makanan di laut. Sedangkan hasilnya ya nggak banyak-banyak amat. Trus banyak istri yang takut mas, ombak nya loh gede. Makanya warga asli pada malas ngelaut.” (Asy‟ari, 39 tahun, warga asli - mantan nelayan)
Berdasarkan hasil pengamatan di lapang, hampir seluruh masyarakat Gunung Anyar Tambak telah terdedah dengan kehidupan kota. Masyarakat juga terlihat sangat berorientasi materi dan uang. Selain itu, masyarakat juga lebih individualis. Terlihat dari sedikitnya aktivitas masyarakat dikerjakan secara berkelompok atau bersamasama. Seperti kerja bakti, gotong royong, pengajian, dsb. Terdapat kesenjangan kesejahteraan yang cukup lebar antara warga yang tergolong kaya dan miskin. Indikator paling jelas yang menunjukkan kesenjangan ini adalah aspek papan atau tempat tinggal. Terdapat dua kategori tempat tinggal di Gunung Anyar Tambak. Pertama, tempat tinggal yang terdapat di perumahan-perumahan real estate yang banyak terdapat di kelurahan ini. Dulunya kavling-kavling tanah perumahan ini adalah milik masyarakat lokal, namun dalam 10 tahun terakhir banyak developer yang membeli tanah-tanah tersebut lalu dijadikan komplek-komplek perumahan. Kebanyakan warga yang tinggal di perumahan-perumahan tersebut adalah pendatang dan bekerja di kota Surabaya. Kedua, tempat tinggal yang terdapat di rumah-rumah biasa. Tempat tinggal kategori ini beragam, ada yang bagus namun sedikit jumlahnya, ada yang lumayan bagus dan jumlahnya juga sedikit, dan banyak yang tergolong jelek. Biasanya yang tinggal di rumah-rumah biasa ini adalah masyarakat asli. Tabel 7
Jumlah dan persentasi masyarakat Gunung Anyar Tambak berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2013
Tingkat Pendidikan Sedang SD / Sederajat Tamat SD / Sederajat Tamat SLTP / Sederajat Sedang SLTP / Sederajat Tamat SLTA / Sederajat Sedang SLTA / Sederajat Sedang Diploma Tamat Diploma Tamat Perguruan Tinggi / S.2 Sedang Perguruan Tinggi / S.1 Tamat Perguruan Tinggi / S.1 Tidak Tamat SD / Sederajat Tamat Perguruan Tinggi / S.3 Sedang Perguruan Tinggi / S.2 Total Sumber: Profil Kelurahan Gunung Anyar Tambak 2013 (diolah)
Jumlah 1 402 1 194 911 572 497 413 141 102 75 61 58 24 11 5 5 466
% 25.6 21.8 16.7 10.4 9.1 7.6 2.6 1.9 1.4 1.1 1.1 0.4 0.2 0.1 100
27
Kondisi pendidikan masyarakat Gunung Anyar Tambak berdasarkan tingkat penidikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Terlihat kebanyakan masyarakat hanya lulusan SD atau sederajat. Hanya sedikit masyarakat yang lulus perguruan tinggi dan kebanyakan dari mereka yang mengenyam pendidikan tinggi adalah pendatang. Bahkan ada 24 orang yang tidak tamat SD atau sederajat. Menurut pengakuan salah seorang warga, kebanyakan masyarakat yang lulusan SD adalah kaum perempuan. Seperti diungkapkan Ibu Sarokah, salah seorang pengurus Bank Sampah Bintang Mangrove. “Ibu-ibu seumuran saya yang disini ini kebanyakan lulusan SD mas. Saya juga termasuk cuma lulus SD. Habis, dulu sekolah itu sulit mas. Jauh dari sini. Belum lagi biayanya, dulu ya nggak ada mas untuk ngelanjut SMP” (Ibu Sarokah, 48 tahun)
28
29
PROGRAM BANK SAMPAH BINTANG MANGROVE
Bank Sampah Bintang Mangrove (selanjutnya disingkat BSBM) adalah salah satu kegiatan CSR PT PLN (PERSERO), mulai beroperasi pada bulan april 2012. Sebelumnya CSR PT PLN (PERSERO) juga memiliki program penanaman dan pelestarian Mangrove di sekitar bibir pantai dekat Gunung Anyar Tambak. BSBM mengalami kemajuan yang cukup baik dalam perkembangannya, meskipun tetap menghadapi berbagai macam permasalahan dan kesulitan. Seperti rendahnya perhatian dan tingkat partisipasi masyarakat di masa-masa awal, ketua RT yang tidak mendukung, dan salah paham sejumlah warga terhadap keberadaan BSBM dan pengurusnya. Strategi BSBM untuk meningkatkan partisipasi masyarakat yaitu lewat pembuktian bahwa BSBM benar-benar mendatangkan manfaat bagi lingkungan. Seperti dapat menambah penghasilan ekonomis bagi masyarakat dan pelayanan memuaskan yang diberikan bagi nasabah BSBM. Pelayanan tersebut antara lain, tabungan sampah, bayar listrik dengan sampah, pinjaman/kredit modal, harga sampah yang lebih tinggi, serta lewat kegiatan-kegiatan bernafaskan kepedulian sosial dan lingkungan.
Perkembangan Bank Sampah Bank Sampah Bintang Mangrove terletak di Kelurahan Gunung Anyar Tambak, Kecamatan Gunung Anyar, Kota Surabaya. BSBM merupakan salah satu program CSR PT PLN (PERSERO). Mulai beroperasi pada Bulan April 2012 setelah diresmikan secara langsung oleh Wali Kota Surabaya, Ibu Tri Rismaharini. BSBM mulai digagas pada Bulan Desember 2011 oleh staff CSR PT PLN (PERSERO) PERSERO Distribusi Jawa Timur yang sebelumnya juga memiliki program penanaman dan pelestarian Mangrove di sekitar bibir pantai dekat Gunung Anyar Tambak. Penggagasan program ini dilaksanakan bersama dengan tokoh-tokoh yang dianggap memiliki pengaruh di kelurahan tersebut. Salah satunya yang banyak memiliki peran adalah Ibu Chusniyati, 37 tahun, warga asli Gunung Anyar Tambak, seorang kader posyandu dan telah lama berkonsentrasi menangani permasalahan lingkungan di sekitar rumahnya. Seperti menanggulangi sampah yang dibuang sembarangan dan membuat pekarangan atau taman yang dulu jarang sekali ada di Kelurahan Gunung Anyar Tambak bagian timur yang dekat dengan muara sungai dan bibir pantai, karena tanahnya terbilang asin maka tanaman-tanaman pekarangan sulit untuk tumbuh. Ibu Chusniyati sangat banyak berkontribusi dalam tahap perencanaan dan pembentukan BSBM. Seperti menjadikan rumahnya sebagai tempat berkumpul, sebagai pusat kegiatan pendirian BSBM, beliau juga banyak berperan dalam mengajak dan mempersuasi warga sekitar agar ikut berpartisipasi dalam pembentukan
30
BSBM. Pada awalnya banyak warga yang tidak tertarik menjadi nasabah BSBM karena dianggap tidak terlalu menguntungkan, dalam artian tidak dapat memberikan pendapatan berupa uang, khususnya bagi nasabah yang hanya mengumpulkan sampah rumah tangga. Lewat kegigihan Ibu Chusniyati memberikan pemahaman kepada warga dengan berbagai cara akhirnya warga mulai menyadari bahwa yang terpenting dari menjadi nasabah BSBM adalah bagaimana agar dapat menjaga kebersihan lingkungan dari sampah. Gagasan mendirikan BSBM berangkat dari banyaknya tanaman mangrove yang ditanami oleh CSR PT PLN (PERSERO) mati akibat lilitan sampah yang banyak dibuang ke sungai, sehingga mangrove yang masih kecil-kecil dan belum memiliki akar yang kuat mudah terbawa arus. Sebelum BSBM didirikan biasanya sampah-sampah tersebut dibersihkan melalui kerja bakti dengan cara membayar warga setempat, atau pembersihan oleh dinas terkait. Namun cara ini dianggap tidak berhasil dan membutuhkan dana yang banyak untuk membayarkan fee tertentu secara terus menerus, maka Tim CSR Bina Lingkungan PT PLN (PERSERO) melakukan pendekatan kepada warga untuk merintis berdirinya BSBM di tepi sungai secara partisipatif. Agar mangrove yang ditanam dapat terus tumbuh besar sekaligus sebagai upaya untuk menjaga kebersihan lingkungan dari sampah. Pertama diresmikan pada April tahun 2012 lalu ada 23 orang yang menjadi pengurus BSBM dan nasabah awal sebanyak 59 orang. Adapun saat ini, pada april 2014 tercatat pengurus yang masih aktif tersisa delapan (8) orang dan nasabah mencapai 182 nasabah.
Gambar 3 Bank Sampah Bintang Mangrove Gunung Anyar Tambak BSBM menunjukkan perkembangan cukup baik setelah 6 bulan beroperasi. Setiap bulannya sekitar 700-900 Kg sampah dapat diangkat oleh nelayan dari sungai dan bibir pantai. Bahkan beberapa warga yang semula berprofesi sebagai nelayan beralih menjadi “nelayan sampah” yang melaut hanya untuk mencari sampah menggunakan perahu. Sehingga kondisi sungai dan bibir pantai perlahan berubah bertambah bersih. Selain itu, animo masyarakat setempat terlihat cukup baik menerima kehadiran BSBM, terlihat dari jumlah nasabah yang terus bertambah dan sampah yang masuk ke BSBM terus meningkat. Meskipun tergolong masih baru, namun perkembangan BSBM terbilang cepat dan berjalan baik. Apresiasi yang datang ke BSBM sangat positif. Tercatat sudah dua kali BSBM dikunjungi oleh
31
tamu-tamu dari mancanegara dalam rangka studi banding untuk melihat langsung pola perubahan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola sampah. Pertama, Tim JICA (Japan International Corporation Agency). Kedua, Tim JICA bersama perwakilan kota-kota dari negara-negara ASEAN. Bahkan pada bulan Januari 2014 lalu, BSBM mendapat apresiasi positif dari media televisi nasional. BSBM dan tokoh utamanya, Ibu Chusniyati menjadi narasumber di acara bincang inspirasi Kick Andy di MetroTV. Dalam perkembangannya BSBM tidak luput dari berbagai masalah. Salah satunya adalah ketidaksepahaman antara warga, pengurus BSBM, dan tokoh masyarakat. Beberapa orang warga mengira BSBM menjadi lahan mencari uang bagi pengurusnya saja. Padahal, berdasarkan hasil pengamatan penulis selama tinggal di Gunung Anyar Tambak dan hasil interaksi dengan berbagai pihak, penulis dapat menyimpulkan jika BSBM dikelola sebagai sebuah lembaga sosial yang ditujukan untuk kepentingan warga Gunung Anyar Tambak secara umum, khususnya pada aspek lingkungan. Sebagian besar keuntungan BSBM digunakan kembali untuk pengembangan BSBM sendiri. Seperti untuk memperbagus bangunan BSBM, membeli bibit berbagai macam bunga dan tanaman pekarangan yang juga banyak dibagi-bagikan kepada masyarakat, membeli tong sampah dan dibagikan kepada beberapa warga serta diletakkan di beberapa titik tertentu, membangun MCK permanen, memperbaiki jembatan, dsb. Delapan orang pengurus yang masih aktif saat ini memang memperoleh gaji dari BSBM, namun gaji itu disesuaikan berdasarkan kinerja mereka di BSBM setiap bulannya. Seperti ikut mengangkut sampah, atau memilah dan mengeringkan sampah, atau menjual sampah ke pengepul. Masalah lain yang dihadapi BSBM dan pengurusnya adalah ketiadaan dukungan tokoh masyarakat struktural yaitu ketua RT dimana BSBM berada. RT tersebut meminta jatah sejumlah uang per bulan sebagai bentuk iuran BSBM. Padahal jelas bahwa BSBM adalah lembaga yang banyak memberikan manfaat bagi kebersihan lingkungan. Selanjutnya, BSBM baru bisa menampung sampah-sampah tertentu yang dapat dijual ke pengepul. Ada beberapa jenis sampah yang tidak dapat disetor ke BSBM, seperti sampah popok, pembalut, plastik biasa, dan sampah organik. Sehingga banyak masyarakat tetap saja membuang jenis sampah tersebut sembarangan karena tidak laku dijual. Adapun sampah-sampah yang dapat dijual biasanya akan disimpan atau dipungut dan kemudian ditabung.
Hubungan Pengurus Bank Sampah Bintang Mangrove dengan Masyarakat CSR PT PLN (PERSERO) sudah memiliki program bina lingkungan yang melibatkan sejumlah warga Kelurahan Gunung Anyar Tambak sebelum BSBM berdiri. Program tersebut adalah program konservasi dan ekowisata mangrove di sepanjang muara sungai dan bibir pantai dekat wilayah Gunung Anyar Tambak. Pada saat itu pernah dibentuk Kelompok Nelayan Pengurus Mangrove (KNPM). Namun kelompok tersebut tidak berlanjut dan tidak bertahan lama. Menurut salah seorang anggota KNPM Pak Kisbiyanto, 40 tahun, hal tersebut terjadi sebab beberapa anggota KNPM terutama jajaran pengurus inti sangat berorientasi materi. Beberapa bantuan
32
yang diberikan oleh CSR PT PLN (PERSERO) tidak dimanfaatkan sesuai fungsinya, justru terjadi tindakan-tindakan yang hanya menguntungkan sejumlah kecil orang saja. Alasan itu kemudian memicu terjadi konflik sesama anggota hingga akhirnya KNPM dibubarkan. Setelah KNPM bubar perawatan terhadap mangrove-mangrove yang ditanam menjadi terbengkalai. Pihak CSR PT PLN (PERSERO) telah berupaya memfasilitasi agar KNPM dapat berfungsi lagi, namun tidak berhasil. Gagasan mendirikan bank sampah timbul untuk menjaga keberlanjutan konservasi mangrove. Untuk merealisasikan gagasan tersebut pihak CSR kemudian mengajak dan memfasilitasi beberapa orang mantan anggota KNPM yang dianggap jujur, bersih, dan memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Diantaranya adalah Pak Kisbiyanto, Pak Suyikno, dan Ibu Chusniyati. Serta beberapa tokoh masyarakat yang dianggap berpengaruh seperti ketua RT dan RW serta Kepala Lurah. Beberapa orang warga biasa juga diajak untuk ikut dan berpartisipasi dalam proses perencanaan BSBM, namun hanya sedikit dari warga biasa yang mau berpartisipasi. Hingga akhirnya BSBM diresmikan, tercatat hanya ada 23 orang warga yang ikut serta dalam proses pembentukan BSBM. Pada proses tersebut pihak CSR PT PLN (PERSERO) bertindak sebagai fasilitator, pendamping, dan pengawas. Dapat dikatakan bahwa seluruh proses dari perencanaa hingga peresmian BSBM semuanya dilakukan dan dikerjakan oleh warga yang termasuk ke dalam 23 orang tersebut. STRUKTUR PENGURUS BANK SAMPAH BINTANG MANGROVE PEMBINA CSR PLN Distribusi Jatim Camat Gunung Anyar Lurah Gunung Anyar Tambak
KETUA Ahmad Sunaryo
SEKRETARIS Chusniyati
Seksi Pemasaran Lutfia
KOORDINATOR Suyikno
Seksi Kebersihan Samiran
Seksi Transportasi Kisbianto
BENDAHARA Nur Chakimah
Seksi Sosial Alfiyah
Gambar 4 Struktur pengurus Bank Sampah Bintang Mangrove Dua puluh tiga orang tersebut kemudian didaulat menjadi pengurus BSBM pada awal BSBM diresmikan. Namun seiring berjalannya waktu, satu persatu pengurus tersebut berhenti. Pengurus berhenti disebabkan berbagai alasan. Ada disebabkan malas. Ada pula yang ingin memperoleh gaji dari status sebagai pengurus
33
namun malas bekerja. Tentu tidak disetujui oleh pengurus lain yang memang benarbenar bekerja demi mengurusi lingkungan. Akhirnya pengurus yang berorientasi bayaran tadi keluar dari struktur kepengurusan BSBM dan hanya tersisa delapan orang saja saat ini (lihat Gambar 4). Delapan orang inilah yang banyak berperan dalam mengembangkan BSBM. Seperti Ibu Chusniyati, beliau banyak berjasa dalam mensosialisasikan BSBM kepada Ibu-Ibu di Gunung Anyar Tambak lewat pengajian, arisan, berkunjung dari rumah ke rumah, teras ke teras hingga akhirnya mempersuasi mereka agar menjadi nasabah BSBM dan ambil bagian dalam mengumpulkan sampah agar tidak dibuang sembarangan lagi. Ada Pak Kisbiyanto yang rela menjadi penjemput sampah-sampah warga. Pak Sunaryo, warga pendatang yang justru menjadi ketua BSBM. Meskipun bukan warga asli Gunung Anyar Tambak, namun beliau siap berlelah-lelah untuk mengurusi BSBM. Masyarakat Gunung Anyar Tambak yang semula hanya menunjukkan perhatian dalam porsi sangat kecil terhadap BSBM akhirnya perlahan-lahan mulai meningkat. Di masa-masa awal berdirinya BSBM sejumlah masyarakat menyangsikan keberlanjutan BSBM. Bahkan kepala RT 3 justru meminta uang iuran per bulan dari BSBM untuk dimasukkan ke iuran kas RT. Sejumah pihak menganggap jika BSBM dijadikan oleh para pengurusnya sebagai alat untuk menghasilkan keuntungan (uang). Padahal tidak demikian, apa yang peneliti temukan di lapangan bahwa benar BSBM memang diagendakan untuk membawa perubahan bagi kebersihan dan keasrian lingkungan Gunung Anyar Tambak. Namun orangorang yang memiliki pandangan serupa dengan kepala RT 3 jumlahnya tidaklah sedikit, cukup banyak warga yang menunjukkan pandangan negatif, kecurigaan, dan ketidaksukaan terhadap BSBM dan pengurus BSBM, terutama yang tersisa delapan orang saat ini. Pengurus-pengurus ini terkadang menerima gunjingan, obrolan tidak enak, bahkan pernah dijelek-jelekkan. Saat hal ini ditanyakan kepada Ibu Chusniyati, beliau menanggapi dengan menjawab demikian: “Ya mau gimana mas. Kalau kita dianggap jelek, tapi pada kenyataannya kita tidak begitu, ya kita terima aja mas. Kita tunjukkan jawaban sebenarnya kepada orang-orang itu dengen bekerja mas. Kita tidak mau menanggapi omongan-omongan mereka dengan omongan-omongan juga. Tapi kita kasi bukti lewat BSBM ini mas. Ya Alhamdulillah sekarang lingkungan sini itu sudah semakin bersih mas, pekarang-pekarangan di sekitar rumah juga sudah mulai banyak. Nasabah BSBM juga bertambah terus. Omset di BSBM juga semakin banyak. Ya semoga mereka-mereka itu mau melihat dan tidak menutup mata mas” (Ibu Chusniyati, 37 tahun). Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan responden-responden di lapangan, peneliti menemukan kesimpulan bahwa BSBM dan CSR PT PLN (PERSERO) telah memberikan pelayananan yang terbaik dan terus berupaya memperbaiki pelayanan terhadap nasabah. Upaya-upaya seperti memberikan harga beli sampah yang lebih tinggi, BSBM hanya mengambil sedikit keuntungan. Menyediakan layanan jemputan sampah ke rumah warga, tanpa dikenakan biaya
34
jemput. Selain itu BSBM juga memberikan pelayanan seperti bank sampah binaan CSR PT PLN (PERSERO) lainnya. BSBM melayani antara lain: Pertama, tabungan sampah. Warga yang telah menjadi nasabah dapat menyetorkan sampah ke BSBM, setelah ditimbang kemudian dikonversi menjadi sejumlah uang sesuai dengan harga jenis-jenis sampah yang sudah ditentukan (dapat dilihat pada Lampiran), kemudian dicatat pada buku tabungan sebagai tabungan nasabah. Semua warga yang menjadi nasabah akan diberikan buku tabungan BSBM. Namun jika tidak ingin dijadikan tabungan, nasabah dapat langsung menerima uang sejumlah sampah yang disetorkan. Kedua, pembayaran listrik dengan sampah. Layanan ini merupakan salah satu strategi PLN untuk menarik partisipasi masyarakat agar ikut aktif berpartisipasi dalam BSBM, khususnya dalam mengumpulkan dan menyetorkan sampah. Lewat layanan ini nasabah BSBM mendapat kemudahan dalam hal pembayaran iuran rekening lisrik karena tidak perlu lagi pergi ke loket pembayaran yang berada di pusat kecamatan. Dengan demikian nasabah dapat menghemat waktu serta ongkos atau biaya perjalanan. Di BSBM, nasabah cukup membawa bukti iuran bulanan, kemudian mencocokkan dengan jumlah nominal tabungan. Jika jumlah tabungan kurang atau tidak mencapai jumlah iuran listrik maka nasabah tinggal membayarkan kekurangannya. Ketiga, pemberian kredit/pinjaman modal usaha dan cara pengembalian pinjaman dengan sampah. Nasabah-nasabah yang sedang tidak punya uang dapat meminjam ke BSBM. Jika pinjaman tersebut berupa pinjaman biasa maka nominal yang dapat diberikan tidak terlalu besar, antara Rp 100 000 – Rp 200 000. Namun jika pinjaman tersebut untuk modal usaha, maka jumlah yang diberikan dapat lebih besar, mencapai kisaran Rp 1 000 000 – Rp 2 000 000. Beberapa kegiatan sosial juga dilakukan BSBM dalam menjaga hubungan dengan nasabahnya, selain layanan tersebut diatas. Seperti mengunjungi nasabah ketika jatuh sakit atau sedang ditimpa musibah. Biasanya ketika berkunjung pengurus BSBM akan membawa sejumlah bantuan berupa sembako dan atau uang untuk diberikan kepada nasabah yang dalam kesusahan. Adapun dana untuk keperluan tersebut diambil dari dana kas BSBM yang dikumpulkan dari keuntungan BSBM. Keuntungan tersebut dihasilkan dari menjual sampah yang terkumpul di BSBM ke pengepul besar. Sebagian keuntungan BSBM juga dimanfaatkan untuk hal-hal yang berkaitan dengan pelestarian dan pengindahan lingkungan seperti membuat tamantaman kecil, membeli tong sampah, membanun MCK, memperbaiki fasilitas umum seperti jembatan, dan membeli bibit aneka bunga yang kemudian dibagikan kepada para nasabah. Semua bentuk layanan tersebut diperuntukkan agar keikutsertaan masyarakat untuk menjadi nasabah dapat terus meningkat, tingkat partisipasi meningkat, dan turut berperan serta dalam upaya melestarikan lingkungan.
35
,.
Gambar 5 Dokumentasi Bank Sampah Bintang Mangrove
36
37
KARAKTERISTIK INDIVIDU RESPONDEN Karakteristik individu responden merupakan faktor internal dari masingmasing responden yang menjadi nasabah pada Bank Sampah Bintang Mangrove. Karakteristik responden menurut Pangestu (1995) adalah faktor internal yang dapat mempengaruhi partisipasi individu dalam sebuah kegiatan sosial, faktor tersebut adalah tingkat umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan lama tinggal di suatu daerah atau lingkungan sosial. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa kebanyakan responden memiliki karakteristik individu sebagai berikut: (1) tingkat umur sedang (57%), (2) tingkat pendidikan rendah (60%), (3) lama tinggal sedang (54%), dan (4) tingkat pendapatan sedang (57%).
Tingkat Umur Pengkategorian tingkat umur responden pada penelitian ini ditentukan secara emik yaitu dengan berpatokan pada kondisi dan sudut pandang dari responden sendiri. Tingkat umur dibagi ke dalam tiga kategori berdasarkan rataan umur seluruh responden, yaitu umur < 28 tahun dikategorikan sebagai tingkat umur muda, umur 28 tahun - 46 tahun dikategorikan sebagai tingkat umut sedang, dan umur > 46 tahun dikategorikan sebagai tingkat umur tua. Tabel 8 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat umur pada tahun 2014 Tingkat Umur < 28 tahun (Umur Muda) 28 tahun – 46 tahun (Umut Sedang) > 46 tahun (Umur Tua) Total
Jumlah 7 35 19 61
% 12 57 31 100
. Berdasarkan pengamatan di lapangan, hal demikian terjadi disebabkan warga Kelurahan Gunung Anyar Tambak pada komposisi tingkat umur sedang memang jumlahnya paling banyak jika dibandingkan dari dua tingkat umur lainnya. Kemudian, kebanyakan warga pada tingkat umur muda bekerja sebagai karyawan perusahaan atau buruh di Kota Surabaya, biasanya mereka belum menikah dan masih tinggal bersama orang tua, sehingga keinginan serta dorongan untuk menjadi nasabah Bank Sampah Bintang Mangrove terbilang rendah. Sebab sampah-sampah rumah tangga biasanya diurusi oleh orang tua, dalam hal ini biasanya Ibu yang berperan, sehingga ibu-ibu rumah tangga yang tergolong pada tingkat umur sedang dan tua yang banyak menjadi nasabah di Bank Sampah Bintang Mangrove. “Kebanyakan nasabah Bank Sampah ini yang usianya sudah agakagak tua dan yang tua mas. Biasanya yang sudah berkeluarga. Nah yang tua-tua, biasanya yang sudah tidak bekerja lagi, jadi sambil-
38
sambilan ngumpulin sampah baru disetor gitu mas. Kalau yang muda nasabahnya sedikit mas. Enggak tau kenapa eee, mungkin kerna belum berkeluarga kali ya mas.” (Ibu Chusniyati, 37 tahun) Kutipan diatas adalah sedikit penjelasan yang saya kutip dari hasil wawancara mendalam dengan Ibu Chusniyati, 37 tahun. Penjelasan ini dapat menguatkan data tentang tingkat umur responden yang diperoleh di lokasi penelitian.
Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh responden. Tingkat rendah, sedang, dan tingginya pendidikan responden ditentukan dengan menerapkan pendekatan emik. Tingkat pendidikan dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan rataan pendidikan responden, yaitu SD atau sederajat dikategorikan sebagai tingkat pendidikan rendah, SMP atau sederajat dikategorikan seagai tingkat pendidikan sedang, dan SMA atau sederajat dan atau jenjang seterusnya dikategorikan sebagai tingkat pendidikan tinggi.
Tabel 9 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2014 Tingkat Pendidikan SD/sederajat (Pendidikan Rendah) SMP/sederajat (Pendidikan Sedang) ≥ SMA/sederajat (Pendidikan Tinggi) Total
Jumlah 40 8 13 61
% 66 13 21 100
Secara umum tingkat pendidikan nasabah BSBM terbilang rendah. Demikian juga dengan masyarakat Gunung Anyar Tambak secara keseluruhan. Data profil kelurahan pun menjelaskan demikian, dapat dilihat pada Tabel 7 di atas, bahwa 25% masyarakat Gunung Anyar Tambak berpendidikan rendah. Hal demikian terjadi sebab daerah kelurahan Gunung Anyar Tambak dahulu adalah daerah yang tertinggal, disebabkan berada pada wilayah terpinggir dari Kota Surabaya yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sidoarjo dan laut lepas Selat Madura. Ketertinggalan pada masa lalu tersebut berujung pada kemiskinan. Kemiskinan ini yang menyebabkan banyak anak-anak usia sekolah putus sekolah, hanya tamat SD atau sederajat dan tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Wajar jika nasabah Bank Sampah Bintang Mangrove yang kebanyakan tergolong dalam tingkat umur sedang dan tua hanya mengenyam pendidikan formal pada tingkat yang rendah.Wawancara mendalam dengan Lurah Gunung Anyar Tambak menguatkan penjelasan di atas. Demikian kutipan wawancara bersama Pak Lurah. “Benar mas. Kebanyakan warga asli kelurahan Gunung Anyar Tambak yang sudah tua maupun yang diatas 35 tahunan, tingkat
39
pendidikan formalnya rendah. Sebab kondisi ekonomi masyarakat dulu belum sesejahtera seperti saat ini, selain itu minat untuk bersekolah pun mungkin masih rendah. Alhasil banyak yang hanya lulusan SD. Tapi untuk saat ini, Alhamdulillah, minat serta kemampuan masyarakat untuk menuntut ilmu di jenjang lebih tinggi ada peningkatan” (Jaelani, 53 tahun, Lurah Gunung Anyar Tambak).
Lama Tinggal Lama tinggal dalam penelitian ini diukur dengan melihat lama waktu responden tinggal dan berdomisili di lokasi penelitian, Kelurahan Gunung Anyar Tambak, hingga waktu diwawancarai. Tingkat rendah, sedang, dan lama tinggal responden ditentukan dengan pendekatan emik, yaitu berdasarkan rataan data responden keseluruhan. Lama tinggal dibagi menjadi tiga kategori, yaitu < 23 tahun dikategorikan sebagai lama tinggal rendah, 23 tahun – 44 tahun dikategorikan sebagai lama tinggal sedang, dan > 44 tahun dikategorikan sebagai lama tinggal tinggi. Tabel 10 Jumlah dan persentase responden berdasarkan lama tinggal pada tahun 2014 Lama Tinggal < 23 tahun (Lama Tinggal Rendah) 23 – 44 tahun (Lama Tinggal Sedang) > 44 tahun (Lama Tinggal Tinggi) Total
Jumlah 9 33 19 61
% 15 54 31 100
Berdasarkan pengamatan di lapangan seluruh dari responden yang termasuk ke dalam kategori sedang dan tinggi adalah warga asli kelurahan Gunung Anyar Tambak. Responden yang berlabel pendatang tercakup dalam 15% responden kategori lama tinggal rendah. Padahal kelurahan Gunung Anyar Tambak termasuk ke dalam wilayah administratif kotamadya, dimana banyak berdiri perumahanperumahan kelas menengah sampai atas yang dibangun di sebagian wilayah kelurahan ini. Artinya tingkat mobilitas atau migrasi penduduk baik masuk dan keluar terbilang tinggi di kelurahan ini. Dari data hasil survey ini dapat dipahami bahwa kebanyakan dari pendatang tersebut tidak ikut andil dan berpartisipasi aktif dalam program BSBM. Umumnya wilayah urban banyak dikembangkan oleh developer-developer menjadi tempat tinggal bagi orang-orang yang bekerja di kota dan memiliki tingkat penghasilan serta tingkat kesejahteraan menengah ke atas. Potret demikian pun terjadi di Kelurahan Gunung Anyar Tambak. Sayangnya kemajuan secara fisik tersebut justru membawa dampak yang kurang baik bagi masyarakat di sisi lain. Seperti semakin tingginya tingkat kesenjangan, bertambah tingginya tingkat kemiskinan relatif di kalangan warga asli, dan terjadinya eksklusifikasi warga pendatang dari warga asli, sebab kebanyakan dari pendatang tinggal di perumahan dan kurang
40
berbaur dengan masyarakat asli. Salah satu realita sosial ketidakberbauran ini dapat dilihat dari rendahnya tingkat partisipasi warga pendatang secara jumlah di BSBM. Meskipun ada warga pendatang yang ikut berpartisipasi di dalam program BSBM, namun menurut catatan penulis, lima orang dari sembilan responden pendatang tersebut hampir sama seperti warga asli, khususnya pada aspek pekerjaan, tingkat kesejahteraan ekonomi, dan lima orang tersebut adalah pendatang yang tidak tinggal di kawasan perumahan.
Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan dalam penelitian ini diukur dengan melihat jumlah pendapatan responden dalam satu bulan terakhir. Kategori tinggi, sedang, dan rendah ditentukan dengan pendekatan emik. Tingkat pendapatan dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu pendapatan < Rp 500 000 dikategorikan sebagai tingkat pendapatan rendah, Rp 500 000 – Rp 1 000 000 dikategorikan sebagai tingkat pendapatan sedang, dan > Rp 1 000 000 dikategorikan sebagai tingkat pendapatan tinggi. Tabel 11 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan pada tahun 2014 Tingkat Pendapatan < Rp 500 000 (Rendah) Rp 500 000 – Rp 1 000 000 (Sedang) > Rp 1 000 000 (Tinggi) Total
Jumlah 20 35 6 61
% 33 57 10 100
Dari Tabel 11 dapat dipahami bahwa mayoritas responden berpendapatan menengah ke bawah. Responden dengan tingkat pendapatan menengah ke bawah kebanyakan berprofesi sebagai pekerja informal seperti berdagang, menjadi satpam, pembantu rumah tangga, pekerja bangunan, bahkan menjadi pemulung sampah. Biasanya para responden tersebut melakukan pekerjaan sambilan yaitu mencari sampah. Seperti menjadi pembantu rumah tangga, maka sampah-sampah dari rumah majikannya tidak akan dibuang melainkan dikumpulkan untuk kemudian dibawa pulang. Ada yang menjadi satpam, biasanya setelah beres bekerja responden tersebut akan keliling perumahan untuk mencari sampah, bahkan ada yang menjadi seperti tukang pengangkut sampah, sepakat dengan pemilik rumah untuk membuangkan sampah-sampah rumah tangga di perumahan tempat mereka bekerja. Seperti yang dilakukan Pak Abdul Asy’ari, 39 tahun. Beliau bekerja sebagai satpam di Perumahan Gunung Anyar Indah, sekaligus bekerja sebagai pencari sampah setiap harinya setelah bekerja. “Sehari-hari saya bekerja sebagai satpam mas di perumahan yang dekat kelurahan. Nah, setelah bekerja atau kadang pas sambil bekerja saya sambil ngumpulin sampah mas. Kadang ada warga kompleks yang mau buang sampah, saya bantu buangnya, tapi yang
41
bisa-bisa untuk disetor ke BSBM saya kumpulkan” (Abdul Asy‟ari, 39 tahun, nasabah BSBM). Untuk memperkuat data tentang tingkat pendapatan maka disajikan data pekerjaan responden pada Tabel 12. Dapat dilihat bahwa kebanyakan responden bekerja pada sektor-sektor informal yang tidak memberikan pendapatan cukup tinggi. Bahkan sebanyak 30% responden berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga yang artinya mengandalkan pendapatan dari suami. Dengan menjadi nasabah di Bank Sampah Bintang Mangrove, responden-responden yang sejatinya tidak bekerja di sektor produktif tersebut dapat menciptakan pendapatan, meskipun jumlahnya tidak seberapa. Tabel 12 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan pada tahun 2014 Jenis Pekerjaan Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Nelayan Guru Kader Posyandu Pemulung Petani Tambak Satpam Tukang Pijit Pembantu Rumah Tangga Pelajar PNS Total
Jumlah 25 18 4 2 2 2 2 2 1 1 1 1 61
% 41 30 6 3 3 3 3 3 2 2 2 2 100
42
43
PARTISIPASI RESPONDEN
Menurut Cohen dan Uphoff (1977) tingkat partisipasi terbagi ke dalam empat tahap yaitu partisipasi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi, dan tahap menikmati hasil. Dalam penelitian ini tingkat partisipasi responden secara umum disimpulkan dari tiga tahapan partisipasi saja. Tingkat partisipasi responden rendah mencapai 49%, kondisi tersebut disebabkan Bank Sampah Bintang Mangrove yang baru memasuki tahun ketiga usianya memang belum dapat diterima oleh masyarakat Kelurahan Gunung Anyar Tambak secara keseluruhan. Bahkan pada tahap-tahap perencanaan dan pengambilan keputusan sebelum Bank Sampah Bintang Mangrove diresmikan, perhatian masyarakat terbilang sangat rendah.
Tingkat Partisipasi Tingkat partisipasi responden dalam penelitian ini dilihat dengan menggunakan tingkat partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1977) yang dibagi ke dalam empat kategori yaitu: tingkat partisipasi pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi, dan tahap menikmati hasil. Untuk melihat tingkat partisipasi responden secara umum, variabel partisipasi tahap menikmati hasil tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Karena peneliti melihat bahwa manfaat program pada hakikatnya adalah realisasi dari pada bentuk partisipasi tahap menikmati hasil, dimana variabel ini dibahas secara mendalam pada bab manfaat program. Seluruh data dari setiap kategori partisipasi yang diperoleh di lapangan dikumpulkan untuk kemudian ditarik menjadi sebuah kesimpulan, yaitu tingkat partisipasi responden secara umum. Cara menarik kesimpulan dengan menjumlahkan nilai jawaban responden dari seluruh pertanyaan yang terdapat pada kuesioner yaitu sebanyak 16 pertanyaan. Total nilai lalu dibagi menjadi tiga interval nilai, dan tingkat partisipasi dibagi ke dalam tiga kategori berdasarkan tiga interval nilai tersebut, yaitu jika nilai responden antara 16-26 maka tingkat partisipasi dikategorikan rendah, 2737 maka tingkat partisipasi dikategorikan sedang, dan 38-48 maka tingkat partisipasi dikategorikan tinggi. Tabel 13 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat partisipasi pada tahun 2014 Tingkat Partisipasi 16 - 26 (Rendah) 27 - 37 (Sedang) 38 - 48 (Tinggi) Total
Jumlah 30 20 11 61
% 49 33 18 100
Tabel 13 menjelaskan bahwa kebanyakan responden memiliki tingkat partisipasi rendah dan responden dengan tingkat partisipasi tinggi adalah yang paling
44
sedikit. Tingkat partisipasi responden rendah yang mencapai 49% disebabkan Bank Sampah Bintang Mangrove yang baru memasuki tahun ketiga usianya memang belum dapat diterima oleh masyarakat Kelurahan Gunung Anyar Tambak secara keseluruhan. Bahkan pada tahap-tahap perencanaan dan pengambilan keputusan sebelum Bank Sampah Bintang Mangrove diresmikan, perhatian masyarakat terbilang sangat rendah. Wajar bila partisipasi nasabah pada tahap perencanaan terbilang sangat rendah.
Perkembangan Tingkat Partisipasi Setelah Bank Sampah Bintang Mangrove beroperasi, sedikit demi sedikit masyarakat mulai terdedah, tertarik, lalu mulai ikut serta menjadi nasabah. Setelah beberapa orang masyarakat mampu menghasilkan uang lewat menabung sampah dengan, perlahan-lahan jumlah nasabah pun mulai meningkat. Masyarakat mulai menyadari bahwa keberadaan Bank Sampah Bintang Mangrove mendatangkan manfaat, tidak saja bagi lingkungan namun juga bagi perekonomian masyarakat setempat. Baru kemudian partisipasi masyarakat sedikit demi sedikit meningkat, namun itu sudah pada tahap pelaksanaan dan evaluasi. Dimana artinya partisipasi pada tahap perencanaan tergolong rendah. Penjelasan ini diperkuat hasil wawancara dengan Lurah Gunung Anyar Tambak. “Saat Bank Sampah Bintang Mangrove baru berdiri, partisipasi warga sangat rendah mas, apalagi pada proses-proses awal pendirian. Banyak masyarakat yang diajak untuk membahas pendirian Bank Sampah Bintang Mangrove ini, tapi Cuma sedikit yang mau hadir untuk berpartisipasi. Kenapa demikian? Mungkin karena tidak diberikan uang mas... ...Warga disini itu banyak yang sudah berorientasi materi. Sedikit-sedikit tanya, ada uangnya nggak?.... ....Tapi untuk saat ini warga sudah mulai care dengan program ini, warga sudah mulai menyadari bahwa Bank Sampah Bintang Mangrove ini memang mendatangkan manfaat” (Jaelani, 53, Lurah Gunung Anyar Tambak) Pada tahap perencanaan dan perintisan Bank Sampah Bintang Mangrove banyak masyarakat yang merasa enggan untuk ikut terlibat secara aktif. Karena masyarakat sudah terbiasa hidup dalam lingkungan dimana terdapat sampah-sampah yang tidak dikelola dengan baik. Masyarakat terlanjur memahami bahwa sampah adalah sesuatu yang minim atau bahkan tidak memiliki nilai ekonomis, sehingga ketika diajak untuk ikut serta menggagas sebuah program yang akan merubah pemahamam tersebut masyarakat tetap enggan, karena belum terlihat wujud nyata dari pada program itu. Namun saat program sudah beroperasi dan terdapat wujud nyata program yang dapat dilihat, dirasakan hasilnya, maka masyarakat pun tergerak untuk ikut terlibat. Meskipun secara keaktifan partisipasi responden kebanyakan terbilang rendah dalam Bank Sampah Bintang Mangrove, tapi setidaknya keinginan dan kesiapan menjadi nasabah adalah sebuah perkembangan yang cukup baik.
45
HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU RESPONDEN DENGAN TINGKAT PARTISIPASI
Pembahasan pada bab ini menguraikan hasil survey yang dilakukan di lapangan. Pembahasan spesifik pada hubungan karakteristik individu responden Bank Sampah Bintang Mangrove (Selanjutnya disingkat BSBM) dengan tingkat partisipasi responden. Menurut Pangestu (1995) faktor internal yang mencakup karakteristik individu dapat mempengaruhi partisipasi individu dalam sebuah kegiatan sosial, faktor tersebut adalah tingkat umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan lama tinggal di suatu daerah atau lingkungan sosial. Keempat karakteristik tersebut diduga memiliki peran bagi individu dalam menentukan pandangan, pilihan, sikap, serta tindakan untuk ikut atau tidak dalam sebuah kegiatan sosial. Menarik kemudian untuk dilihat, bagaimana hubungan karakteristik individu dengan tingkat partisipasi responden BSBM. Uji hipotesis menghasilkan kesimpulan jika H0 diterima dan H1 ditolak, yang artinya tidak terdapat hubungan antara karakteristik individu peserta program (tingkat umur, tingkat pendidikan, lama tinggal, dan tingkat pendapatan) dengan tingkat partisipasi peserta program CSR PT PLN (PERSERO). Hasil demikian diperoleh karena setiap variabel dari karakteristik individu tidak menunjukkan adanya hubungan dengan tingkat partisipasi.
Hubungan Tingkat Umur dengan Tingkat Partisipasi Hubungan tingkat umur dengan tingkat partisipasi responden diuji dengan menggunakan uji statistik korelasi non-parametrik rank spearman karena kedua variabel tersebut memiliki data dengan skala ordinal. Aturan nilai dalam menentukan lemah atau kuatnya hubungan adalah sebagai berikut: 0,00 (tidak ada hubungan), 0,01-0,09 (hubungan kurang berarti), 0,10-0,29 (hubungan lemah), 0,30-0,49 (hubungan moderat), 0,50-0.69 (hubungan kuat), 0,70-0,89 (hubungan sangat kuat), > 0,9 (hubungan mendekati sempurna). Tabel 14
Uji korelasi rank spearman tingkat umur dengan tingkat partisipasi responden
TINGKAT UMUR Correlation Coefficient 1.000 TINGKAT UMUR Sig. (1-tailed) . N 61 Correlation Coefficient -.184 TINGKAT Sig. (1-tailed) .078 PARTISIPASI N 61 *Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed)
TINGKAT PARTISIPASI -.184 .078 61 1.000 . 61
46
Hasil uji statistik yang diperoleh menunjukkan nilai korelasi antara variabel tingkat umur dengan tingkat partisipasi sebesar -0,184. Dapat dilihat juga nilai signifikan hitung sebesar 0.078>α (0.05). Artinya hubungan kedua variabel adalah lemah dan terbalik. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat umur peserta program dengan tingkat partisipasi peserta program BSBM binaan CSR PT PLN (PERSERO). Kesimpulan tersebut sesuai dengan hasil penelitian Tesis Tamarli pada tahun 1994 yang menyatakan bahwa jika semakin tua seseorang, relatif berkurang kemampuan fisiknya dan keadaan tersebut akan mempengaruhi partisipasi sosialnya, sebaliknya semakin muda umur seseorang, semakin tinggi tingkat partisipasinya dalam suatu kegiatan atau program tertentu. Meskipun jika dilihat dari jumlah fisik nasabah yang berumur muda lebih sedikit dibandingkan responden yang berumur sedang dan tua, seperti dijelaskan pada Tabel 8, namun untuk tingkat partisipasi responden yang berumur muda lebih tinggi dibanding responden yang berumur sedang dan tua.
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi responden diuji dengan menggunakan uji statistik korelasi non-parametrik rank spearman karena kedua variabel tersebut memiliki data dengan skala ordinal. Tabel 15 Uji korelasi rank spearman tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi responden Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient TINGKAT Sig. (1-tailed) PARTISIPASI N Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed) TINGKAT PENDIDIKAN
TINGKAT PENDIDIKAN 1.000 . 61 -.174 .090 61
TINGKAT PARTISIPASI -.174 .090 61 1.000 . 61
Hasil uji statistik yang diperoleh menunjukkan nilai korelasi antara variabel tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi sebesar -0,174. Dapat dilihat juga nilai signifikan hitung sebesar 0.090>α (0.05). Artinya hubungan kedua variabel adalah lemah dan terbalik. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan peserta program dengan tingkat partisipasi peserta program BSBM binaan CSR PT PLN (PERSERO). Dari pengamatan di lapangan diperoleh beberapa faktor yang berpengaruh terhadap ketiadaan hubungan tersebut. Pertama, responden dan atau nasabah BSBM yang berpendidikan rendah kebanyakan bekerja pada sektor-sektor informal yang pola dan waktu kerjanya tidak tetap. Sehingga ketika ada acara-acara seperti
47
pertemuan, kumpul, pelatihan atau rapat nasabah BSBM maka banyak dari nasabahnasabah ini yang dapat hadir dan berpartisipasi. Salah satu alat ukur tingkat partisipasi responden adalah intensitas kehadiran responden pada kegiatan-kegiatan BSBM seperti pada tahap perencanaa, pelaksanaan dan evaluasi. Adapun responden dengan tingkat pendidikan tinggi biasanya bekerja di sektor-sektor formal yang telah ditentukan jam kerjanya. Seperti menjadi PNS, guru, karyawan perusahaan swasta, dsb. Sehingga tidak banyak dari mereka yang dapat berpartisipasi pada kegiatankegiatan BSBM. Meskipun responden-responden berpendidikan tinggi ini tercatat sebagai nasabah BSBM namun kebanyakan dari mereka hanya aktif pada kegiatan menabung dan menyetor sampah saja. Kedua, setoran dan tabungan sampah responden berpendidikan tinggi biasanya lebih sedikit dari pada responden berpendidikan rendah dan sedang. Sebab secara tingkat perekonomian dan kesejahteraan, reponden berpendidikan tinggi biasanya lebih sejahtera dan lebih mapan. Kegiatan mengumpulkan, menyetor dan menabung sampah bukanlah sumber penghasilan prioritas, sehingga wajar sampah yang dikumpulkan hanyalah sampah rumah tangga yang tidak terlalu banyak jumlahnya. Berbeda dengan responden berpendidikan sedang, apalagi rendah, BSBM cukup diharapkan untuk menyumbang pendapatan sehingga responden berpendidikan rendah tidak saja mengumpulkan sampah rumah tangga, juga berkeliling mencari sampah-sampah di wilayah sekitar Gunung Anyar Tambak, bahkan ada yang sampai mencari sampah ke bibir pantai dekat laut lepas. Hubungan Lama Tinggal dengan Tingkat Partisipasi Peserta Hubungan lama tinggal dengan tingkat partisipasi responden diuji dengan menggunakan uji statistik korelasi non-parametrik rank spearman karena kedua variabel tersebut memiliki data dengan skala ordinal. Tabel 16
Uji korelasi rank spearman lama tinggal dengan tingkat partisipasi responden
LAMA TINGGAL
TINGKAT PARTISIPASI
Correlation Coefficient
LAMA TINGGAL 1.000
TINGKAT PARTISIPASI -.245
Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient
. 61 -.245
.028 61 1.000
.028 61
. 61
Sig. (1-tailed) N Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
48
Hasil uji statistik yang diperoleh menunjukkan nilai korelasi antara variabel lama tinggal dengan tingkat partisipasi sebesar -0,245. Artinya hubungan kedua variabel adalah lemah dan terbalik. Adapun nilai signifikan hitung sebesar 0.028<α (0.05) yang artinya hubungan adalah nyata. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara lama tinggal peserta program dengan tingkat partisipasi peserta program BSBM binaan CSR PT PLN (PERSERO). Hasil wawancara mendalam peneliti dengan Pak Sunaryo, 35 tahun, Ketua BSBM memberikan informasi yang dapat memperkuat kesimpulan peneliti terkait ketidakberhubungannya lama tinggal dengan tingkat partisipasi responden. Sedikit ucapan informan yang peneliti kutip sebagai berikut: “Kalau untuk ngejaga lingkungan warga asli sini itu malas-malas mas. Saya sendiri pendatang disini mas, saya aslinya dari Sidoarjo, malah saya yang jadi ketua BSBM. Termasuk Pak Suyikno 8 dan Pak Kisbiyanto9 mereka juga pendatang mas disini. Tapi ya kami ini yang dulu banyak bekerja menggagas agar BSBM ini terbentuk dan jadi seperti saat ini. Dulu sebelum ada BSBM lingkungan sini itu, apalagi RT 3 dan RT 2 ini bisa dikatakan kumuh mas. Warganya pada malas ngebersihin, sampah-sampah dibuang ke sungai. Makanya dulu banyak yang mati mangrove yang ditanami PLN itu.” (Sunaryo, 35 tahun, ketua BSBM) Kesimpulan dalam penelitian ini berbeda dengan kesimpulan yang dinyatakan Murray dan Lappin (1967) dalam Febriana (2008), bahwa faktor internal lama tinggal mempengaruhi partisipasi dengan asumsi semakin lama tinggal di suatu tempat, semakin besar rasa memiliki dan perasaan dirinya sebagai bagian dari lingkungannya, sehingga timbul keinginan untuk selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan di lingkungan tempat tinggalnya. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi Peserta Hubungan tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi responden diuji dengan menggunakan uji statistik korelasi non-parametrik rank spearman karena kedua variabel tersebut memiliki data dengan skala ordinal. Hasil uji statistik yang diperoleh menunjukkan nilai korelasi antara variabel tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi sebesar -0,067. Dapat dilihat juga nilai signifikan hitung sebesar 0.304>α (0.05). Artinya hubungan kedua variabel adalah lemah dan terbalik. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendapatan peserta program dengan tingkat partisipasi peserta program BSBM binaan CSR PT PLN (PERSERO).
8 9
Salah seorang pendiri dan pengurus BSBM yang aktif, berasal dari Klaten, Jawa Tengah. Salah seorang pendiri dan pengurus BSBM yang aktif, berasal dari Jombang, Jawa Timur.
49
Tabel 17 Uji korelasi rank spearman tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi responden TINGKAT PENDAPATAN Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient TINGKAT Sig. (1-tailed) PARTISIPASI N Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). TINGKAT PENDAPATAN
1.000 . 61 -.067 .304 61
TINGKAT PARTISIPASI -.067 .304 61 1.000 . 61
Uji Hipotesis Setelah mengetahui nilai hubungan dari setiap variabel karakteristik individu (tingkat umur, tingkat pendidikan,lama tinggal, dan tingkat pendapatan) dengan tingkat partisipasi seperti telah dijelaskan di atas, maka hipotesis yang ada dapat diuji. Hasil uji hipotesis dijelaskan seperti dibawah ini: H0: Tidak terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan tingkat partisipasi peserta program CSR PT PLN (PERSERO). H1: Karakteristik individu berhubungan dengan tingkat partisipasi peserta program CSR PT PLN (PERSERO). Setiap variabel dari keempat variabel karakteristik individu menunjukkan hubungan yang lemah dan terbalik dengan tingkat partisipasi responden, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik individu responden dengan tingkat partisipasi responden. Dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak.
50
51
HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI DENGAN TINGKAT MANFAAT PROGRAM Bab ini membahas hubungan antara tingkat partisipasi dengan tingkat manfaat program BSBM oleh responden. Tingkat partisipasi seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, adapun manfaat merupakan sebuah upaya, cara atau proses untuk memanfaatkan. Tingkat manfaat program berarti sejauh mana jenjang proses memanfaatkan yang dilakukan atas sebuah program, dimana proses memanfaatkan tersebut akan mendatangkan manfaat. Rogovsky (2000) dalam Dewani (2009), menyusun konsep manfaat keterlibatan masyarakat dalam implementasi program CSR yaitu peningkatan pengetahuan, peningkatan keterampilan, peningkatan peluang ekonomi, dan pelestarian lingkungan. Untuk variabel pelestarian lingkungan peneliti modifikasi menjadi peningkatan kebersihan lingkungan, hal ini menjadi lebih spesifik dan berhubungan langsung dengan konteks bank sampah yang berfokus pada pembersihan lingkungan. Tingkat partisipasi menunjukkan nilai hubungan yang kuat dengan tiga dari empat variabel tingkat manfaat program, serta hubungan yang sangat kuat dengan satu variabel tingkat manfaat program. Dengan demikian disimpulkan jika H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya tingkat partisipasi berhubungan dengan tingkat manfaat program.
Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Pengetahuan Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini diukur berdasarkan pengetahuan responden tentang jenis sampah yang termasuk organik, anorganik, dan sampah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Pengetahuan tentang kegiatan yang bersifat reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), dan recycle (mendaur ulang) sampah. pengetahuan tentang potensi ekonomis dari sampah, seperti sampah yang dapat dijadikan kerajinan tangan dan dapat dijual. Serta dampak negatif sampah seperti dapat mematikan tanaman mangrove jika dibuang ke bibir pantai, bahaya sampah yang dibakar, dan macam penyakit yang dapat diakibatkan oleh sampah. Peneliti menggunakan perangkat lunak SPSS melalui uji statistik nonparametik yaitu dengan uji korelasi rank spearman untuk menguji hubungan pada kasus ini dan kasus-kasus berikutnya. Variabel tingkat partisipasi sebagai variabel pengaruh (X) dengan tingkat pengetahuan sebagai variabel terpengatuh (Y). Data yang diperoleh tentang hubungan kedua variabel tersebut kemudian dijelaskan dan diintervalkan menjadi 3 kelas yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Dari Tabel 18 diperoleh nilai koefisien korelasi (correlation coefficient) sebesar 0,666, bahkan korelasi signifikansi pada interval keyakinan (alpha) yang lebih teliti yaitu 0,000 untuk uji dua sisi. Aturan nilai dalam menentukan lemah atau kuatnya hubungan adalah sebagai berikut: 0,00 (tidak ada hubungan), 0,01-0,09 (hubungan kurang berarti), 0,10-0,29 (hubungan lemah), 0,30-0,49 (hubungan
52
moderat), 0,50-0.69 (hubungan kuat), 0,70-0,89 (hubungan sangat kuat), > 0,9 (hubungan mendekati sempurna). Berdasarkan aturan tersebut maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang kuat. Tabel 18 Uji korelasi rank spearman tingkat partisipasi dengan tingkat pengetahuan TINGKAT PARTISIPASI
TINGKAT PARTISIPASI
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
TINGKAT PENGETAHUAN PESERTA PROGRAM Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
1.000 . 61 .666 .000 61
TINGKAT PENGETAHUAN PESERTA PROGRAM .666 .000 61 1.000 . 61
Gambar 6 Grafik jumlah responden berdasarkan hubungan tingkat partisipasi dengan tingkat pengetahuan Pada Gambar 6 dapat dilihat jumlah responden berdasarkan kategori tingkat partisipasinya serta tingkat pengetahuannya. Dari grafik terlihat jelas hubungan yang kuat. Jika tingkat partisipasi responden rendah maka tingkat pengetahuan responden pun akan rendah. Meskipun ada responden pencilan dengan tingkat partisipasi rendah tapi memiliki tingkat pengetahuan sedang dan tinggi, namun itu hanya sedikit jumlahnya. Demikan halnya dengan kategori tingkat partisipasi sedang dan tinggi. Menunjukkan hubungan yang kuat antara tingkat partisipasi dengan tingkat
53
pengetahuan. Sekali lagi peneliti tegaskan, meskipun terdapat responden pencilan pada setiap kategori tingakt partisipasi namun itu hanya sedikit jumlahnya sehingga tidak mempengaruhi hubungan kuat yang terlihat pada kedua variabel. Selama di lapangan peneliti berhasil memperoleh setidaknya dua alasan yang dapat memperkuat kesimpulan kasus ini. Pertama, beberapa kali BSBM melaksanakan kumpul nasabah yang diisi dengan kegiatan sosialisasi, penyuluhan atau pelatihan. Dari kegiatan-kegiatan tersebut nasabah dapat memperoleh banyak pengetahuan baru khususnya yang terkait dengan sampah. Salah satu variabel yang diukur dalam menentukan tingkat partisipasi responden adalah variabel partisipasi pada tahap pelaksanaan, dimana salah satu alat ukurnya adalah jumlah kehadiran dalam kegiatan-kegiatan kumpul. Maka wajar apabila tingkat partisipasi responden rendah maka tingkat pengetahuannya pun akan rendah dan sebaliknya. Kedua, di dalam bangunan BSBM terdapat beberapa poster informatif yang berisikan beberapa informasi penting seputar hal yang berkaitan dengan sampah. Kemudian terdapat display contoh-contoh jenis sampah yang tergolong sebagai anorganik dan B3. Terdapat pula perpustakaan kecil dimana terdapat beberapa buku dan majalah yang berisikan pengetahuan seputar sampah. Semua media-media pembelajaran sederhana tersebut pada intinya dapat meningkatkan pengetahuan dan memperluas wawasan para responden yang sering berkunjung ke BSBM. Responden yang sering berkunjung ke BSBM biasanya adalah mereka yang sering menyetor tabungan sampahnya, biasanya mereka itu adalah responden yang tingkat partisipasinya tergolong tinggi.
Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Keterampilan Peserta Tingkat keterampilan responden dalam penelitian ini diukur dengan melihat kemampuan reponden dalam proses mengumpulkan sampah, memisahkan atau memilah sampah, dan mengeringkan sampah. Kemampuan responden membuat kerajinan tangan dari sampah, seperti tas, kotak pensil, hiasan, asbak, dsb. Kemudian reponden dalam mengimplementasikan reduce, reuse, dan recycle sampah. Kebiasaan responden membuang sampah, apakah ke sembarang tempat, sungai atau bibir pantai, tumpukan sampah yang ditemui, tong sampah, atau tempat khusus untuk kemudian dikumpulkan, dipilah, dikeringkan, lalu ditabung ke BSBM. Tabel 19 Uji korelasi rank spearman tingkat partisipasi dengan tingkat keterampilan
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient TINGKAT Sig. (1-tailed) KETERAMPILAN N Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). TINGKAT PARTISIPASI
TINGKAT PARTISIPASI 1.000 . 61 .702 .000 61
TINGKAT KETERAMPILAN .702 .000 61 1.000 . 61
54
Pada Tabel 19 disajikan hasil uji korelasi rank spearman antara tingkat partisipasi responden (X) dengan tingkat keterampilan responden (Y). Diperoleh nilai kofisien korelasi (correlation coefficient) sebesar 0.702. Bahkan korelasi signifikansi pada interval keyakinan (alpha) yang lebih teliti yaitu 0.000 untuk uji dua sisi. Dengan mengikuti aturan nilai dalam menentukan lemah atau kuatnya hubungan seperti yang telah dijelaskan pada kasus sebelumnya, jika nilai berada antara nilai 0.70-0.89 maka dapat dikatakan bahwa tingkat partisipasi memiliki hubungan sangat kuat dengan tingkat keterampilan.
Gambar 7 Grafik jumlah responden berdasarkan tingkat partisipasi dan tingkat keterampilan Pada Gambar 7 disajikan banyak jumlah responden berdasarkan kategori tingkat partisipasinya dan tingkat keterampilannya. Dari grafik terlihat jelas bahwa terdapat hubungan sangat kuat. Jika tingkat partisipasi responden tinggi maka tingkat keterampilan responden pun akan tinggi pula. Sebaliknya ketika tingkat partisipasi rendah maka tingkat keterampilan juga akan rendah. Meskipun ada responden pencilan dengan tingkat partisipasi rendah tapi memiliki tingkat keterampilan sedang dan tinggi, atau responden dengan tingkat partisipasi tinggi tapi tingkat keterampilannya justru rendah. Namun itu hanya sedikit jumlahnya. Sehingga tidak mempengaruhi hubungan sangat kuat yang terlihat pada kedua variabel sebagaimana telah dibuktikan lewat uji korelasi rank spearman. Intensitas kehadiran responden pada kumpul-kumpul nasabah BSBM yang diisi dengan kegiatan sosilisasi, penyuluhan atau pelatihan akan sangat mempengaruhi tingkat keterampilan responden. Sebab pada saat kegiatan-kegiatan kumpul tersebut biasanya akan ada praktek langsung materi-materi yang dilatihkan. Seperti keterampilan membuat kerajinan tangan dari sampah, nasabah yang hadir dalam kegiatan pelatihan biasanya difasilitasi untuk mempraktikkan langsung.
55
Kembali ke intensitas kehadiran, siapa yang sering hadir maka akan memiliki tingkat keterampilan yang lebih tinggi dibanding responden yang jarang hadir atau bahkan tidak pernah hadir. Kemudian untuk beberapa keterampilan seperti tidak membuang sampah sembarangan, melainkan dibuang ke tong sampah atau yang lebih baik dikumpulkan di tempat khusus untuk dapat ditabungkan. Pada beberapa kesempatan, pada pengurus BSBM melakukan aksi-aksi demikian untuk memberikan contoh. Seperti yang dilakukan oleh Ibu Chusniyati dan beberapa pengurus BSBM lainya. Ibu Chusniyati menaruh dua jenis tong sampah di depan rumahnya, keduanya dibedakan dengan diberi tulisan sebagai penanda tempat untuk sampah organik dan sampah anorganik. Dalam kesehariannya, Ibu Chusniyati dan anggota keluarganya akan membuang sampah ke tong sampah tersebut sesuai jenisnya. Tong sampah tersebut sengaja ditaruh tepat di halaman depan rumah agar dapat dilihat oleh siapa saja. Contoh lainnya, Ibu Chusniyati dan beberapa pengurus pernah memilah sampah di tumpukan sampah dimana warga biasanya membuang sampah. Mereka membedakan mana sampah plastik, botol, aluminium, dedaunan, dsb. Sampah yang dapat dijual di BSBM kemudian dibawa ke BSBM, adapun sampah-sampah organik tetap dibawa untuk disebar ke sekitar tanaman-tanaman dan taman-taman pekarangan milik BSBM maupun beberapa pengurus BSBM. Pada masa-masa awal ada beberapa warga yang hanya memperhatikan apa yang dilakukan oleh Ibu Chusniyati dan pengurus lainnya, bahkan ada yang mencemooh. Namun perlahan-lahan warga mulai sadar dan mengikuti perilaku memilah sampah tersebut, sampai akhirnya saat ini sudah tidak ada lagi tumpukan sampah di tempat pembuangan tersebut.
Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Kebersihan Lingkungan Variabel tingkat kebersihan lingkungan dalam penelitian ini ditekankan untuk melihat kualitas kebersihan di sekitar rumah responden. Tingkat kebersihan lingkungan diukur dengan melihat seberapa banyak sampah yang bertebaran di sekitar lingkungan rumah responden, ada atau tidak bau sampah yang tercium di sekitar rumah responden, berapa kali terjadi banjir dalam 6 bulan terakhir, dan sampah rumah tangga yang dibakar. Keberadaan taman di pekarangan responden, perasaan responden secara umum apakah sekitar lingkungan rumah dan atau Gunung Anyar Tambak bertambah bersih, asri dan sejuk, dan ada tidaknya sampah yang menumpuk pada tanaman mangrove. Pada Tabel 20 disajikan hasil uji korelasi rank spearman antara tingkat partisipasi responden (X) dengan tingkat kebersihan lingkungan (Y). Diperoleh nilai kofisien korelasi (correlation coefficient) sebesar 0.679. Bahkan korelasi signifikansi pada interval keyakinan (alpha) yang lebih teliti yaitu 0.000 untuk uji dua sisi. Dengan mengikuti aturan nilai dalam menentukan lemah atau kuatnya hubungan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, jika nilai berada antara nilai 0.50-0.69 maka dapat dikatakan bahwa tingkat partisipasi memiliki hubungan kuat dengan tingkat kebersihan lingkungan.
56
Tabel 20 Uji korelasi rank spearman tingkat partisipasi dengan tingkat kebersihan lingkungan TINGKAT PARTISIPASI Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient TINGKAT Sig. (1-tailed) KEBERSIHAN N LINGKUNGAN Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). TINGKAT PARTISIPASI
1.000 . 61 .679 .000 61
TINGKAT KEBERSIHAN LINGKUNGAN .679 .000 61 1.000 . 61
Pada Gambar 8 dapat dilihat jumlah responden berdasarkan tingkat partisipasi dengan tingkat kebersihan lingkungan di sekitar rumah responden. Data hasil survey ini menunjukkan jika tingkat partisipasi berbanding lurus dengan tingkat kebersihan yang dirasakan oleh responden. Menurut peneliti hubungan tersebut wajar. Mengingat tingkat partisipasi berhubungan kuat dengan tingkat pengetahuan dan berhubungan sangat kuat dengan tingkat keterampilan, maka dengan tingkat kebersihan pun akan berhubungan positif, sebab tingkat kebersihan yang terbentuk pada responden akan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan tingkat keterampilan pula. Jika partisipasi responden rendah, maka wajar pula jika tingkat kebersihan lingkungan di sekitar rumah responden juga rendah, sebab tingkat pengetahuan dan tingkat partisipasi responden juga cenderung rendah.
Gambar 8 Grafik jumlah responden berdasarkan tingkat partisipasi dan tingkat kebersihan lingkungan Selama proses wawancara dengan responden, peneliti cukup banyak mendengar langsung jawaban dari beberapa responden yang tingkat partisipasinya
57
rendah mengatakan bawah setelah berdirinya BSBM tidak ada perubahan sama sekali pada aspek kebersihan lingkungan. “Bersihnya ya gitu-gitu aja mas, tetap aja kotor kaya dulu mas”, demikian ucapan salah satu responden yang peneliti masih ingat. Namun ucapan sebaliknya biasanya akan diberikan oleh responden yang tingkat partisipasinya tinggi, atau jawaban yang cenderung moderat oleh responden dengan tingkat partisipasi sedang. Jawaban dari kedua kategori responden yang memiliki tingkat partisipasi berbeda ini memperjelas bahwa terdapat hubungan yang kuat antara tingkat partisipasi dengan tingkat kebersihan lingkungan.
Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Peluang Ekonomi Tingkat peluang ekonomi dalam penelitian ini diukur dengan melihat nilai tabungan responden di BSBM, berapa kali responden menarik uang tunai dari tabungan, berapa kali memperoleh pinjaman dari BSBM, dan diguanakn untuk apa saja uang yang diperoleh dari BSBM. Membayar tagihan listrik, membiayai sekolah anak, membeli kebutuhan rumah tangga, modal usaha, dll. Diukur juga dari keuntungan yang diperoleh dari menjual kerajinan-kerajinan tangan yang dibuat dari sampah, serta peluang usaha atau kerja yang dapat dikembangkan lewat keberadaan pengunjung ke BSBM. Seperti usaha warung makan, warung oleh-oleh kuliner, penginapan, jasa transportasi, guiede tour, dsb. Pada Tabel 21 disajikan hasil uji korelasi rank spearman antara tingkat partisipasi responden (X) dengan tingkat peluang ekonomi (Y). Diperoleh nilai kofisien korelasi (correlation coefficient) sebesar 0.592. Bahkan korelasi signifikansi pada interval keyakinan (alpha) yang lebih teliti yaitu 0.000 untuk uji dua sisi. Dengan mengikuti aturan nilai dalam menentukan lemah atau kuatnya hubungan seperti yang telah dijelaskan, jika nilai berada antara nilai 0.50-0.69 maka dapat dikatakan bahwa tingkat partisipasi memiliki hubungan kuat dengan tingkat peluang ekonomi. Tabel 21 Uji korelasi rank spearman tingkat partisipasi dengan tingkat peluang ekonomi TINGKAT PARTISIPASI Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient TINGKAT Sig. (1-tailed) PELUANG N EKONOMI Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). TINGKAT PARTISIPASI
1.000 . 61 .592 .000 61
TINGKAT PELUANG EKONOMI .592 .000 61 1.000 . 61
58
Pada Gambar 9 disajikan grafik jumlah responden berdasarkan kategori tingkat partisipasi dan tingkat peluang ekonomi. Dari grafik terlihat jelas bahwa terdapat hubungan kuat Antara kedua variabel tersebut. Jika tingkat partisipasi responden tinggi maka tingkat peluang ekonomi responden pun akan tinggi pula. Sebaliknya ketika tingkat partisipasi rendah maka tingkat peluang ekonomi juga turut rendah. Meskipun ada responden pencilan dengan tingkat partisipasi rendah tapi memiliki tingkat peluang ekonomi sedang dan tinggi, atau responden dengan tingkat partisipasi tinggi tapi tingkat peluang ekonominya justru rendah. Namun itu hanya sejumlah kecil yang tidak signifikan. Sehingga tidak mempengaruhi hubungan kuat yang terlihat pada kedua variabel sebagaimana telah dibuktikan lewat uji korelasi rank spearman.
Gambar 9 Grafik jumlah responden berdasarkan tingkat partisipasi dan tingkat peluang ekonomi Hubungan antara tingkat partisipasi dengan tingkat peluang ekonomi memang kuat, namun pada kondisi nyata tingkat peluang ekonomi yang dihadirkan oleh BSBM tergolong masih rendah. Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa tingkat peluang ekonomi tinggi hanya dirasakan oleh 4 responden, tingkat peluang ekonomi sedang dirasakan oleh 15 responden, dan selebihnya tidak merasakan atau belum terimbas peluang ekonomi dari keberadaan BSBM yaitu sebanyak 42 responden. Menurut hasil pengamatan peneliti di lapangan. Hal ini terjadi sebab fokus utama tujuan BSBM didirikan bukanlah pada aspek peningkatan kesejahteraan atau pengembangan perekonomian masyarakat. Melainkan lebih kepada aspek pelestarian lingkungan. Jika pun ada manfaat ekonomis yang diperoleh, khususnya nasabah BSBM, maka itu adalah tujuan turunan dari tujuan utama BSBM. Kebanyakan jumlah dan nilai tabungan responden tidak terlalu tinggi, sebab sampah rumah tangga yang dapat dikumpulkan jumlahnya tidak seberapa. Responden dan nasabah lainnya dapat mengumpulkan sampah dalam jumlah cukup banyak jika
59
mereka turut mengumpulkan sampah selain sampah dari rumah tangga sendiri. Seperti responden yang bekerja sebagai satpam di perumahan, mengumpulkan sampah-sampah dari perumahan. Atau yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Ada pula yang denga sengaja berkeliling untuk mencari sampah, baik itu ke wilayahwilayah lain di sekitaran Kecamatan Gunung Anyar, atau pun yang mencari sampah ke sekitaran bibir pantai. Dengan kecilnya jumlah tabungan sampah yang dapat dihasilkan mayoritas responden, maka nilai uang yang mereka peroleh pun terbilang kecil dan pengaruhnya dalam membantu penghasilan pun tidak seberapa. Meskipun demikian, cukup banyak responden yang menyatakan itu lebih baik dari pada sampah terbuang sembarangan dan tidak terurus. Setidaknya ada manfaat dari sampahsampah yang dulu, sebelum berdirinya BSBM, dianggap tidak bernilai sama sekali. Kegiatan seperti membuat keterampilan dari sampah belum dapat berjalan optimal, sehingga tidak terlalu menghasilkan keuntungan. Sebab belum ada tempat untuk menjual berbagai jenis kerajinan tersebut. Biasanya, hanya pengunjung yang datang ke BSBM saja yang mau membeli, namun itu jumlahnya tidak seberapa, karena pengunjung yang datang ke BSBM kebanyakan bukanlah wisatawan melainkan pengunjung dari instansi-instansi tertentu yang bermaksud melakukan kunjungan studi banding saja. Alasan tersebut yang membuat kegiatan pembuatan kerajinan tersebut yang tidak dapat berkelanjutan. Selain itu, peluang kerja atau usaha yang dapat dikembangkan dengan keberadaan pengunjung pun tidak terlalu banyak. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kebanyakan pengunjung bukanlah wisatawan, melainkan mereka-mereka yang ingin belajar dari BSBM.
Gambar 10 Display jenis sampah, kerajinan tangan dari sampah, memilah sampah
Uji Hipotesis Setelah mengetahui nilai korelasi antara tingkat partisipasi dengan setiap variabel tingkat manfaat program seperti telah dijelaskan di atas, maka hipotesis yang ada dapat diuji. Hasil uji hipotesis dijelaskan seperti di bawah ini:
60
H0: H1:
Tidak terdapat hubungan antara tingkat partisipasi peserta program CSR PT PLN (PERSERO) dengan tingkat manfaat program. Terdapat hubungan antara tingkat partisipasi peserta program CSR PT PLN (PERSERO) dengan tingkat manfaat program.
Bahwa tingkat partisipasi menunjukkan nilai hubungan yang kuat dengan tiga dari empat variabel tingkat manfaat program, serta hubungan yang sangat kuat dengan satu variabel tingkat manfaat program. Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima.
61
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dideskripsikan pada profil Kelurahan Gunung Anyar Tambak, Program Bank Sampah Bintang Mangrove, karakteristik individu responden, tingkat partisipasi responden, hubungan karakteristik individu responden dengan tingkat partisipasi, dan hubungan tingkat partisipasi dengan tingkat manfaat program maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Tidak terdapat hubungan antara karakteristik individu (tingkat umur, tingkat pendidikan, lama tinggal, dan tingkat pendapatan) dengan tingkat partisipasi nasabah Bank Sampah Bintang Mangrove binaan CSR PT PLN (PERSERO). 2. Terdapat hubungan antara tingkat partisipasi nasabah Bank Sampah Bintang Mangrove binaan CSR PT PLN (PERSERO) dengan tingkat manfaat program (tingkat pengetahuan, tingkat keterampilan, tingkat kebersihan lingkungan, dan tingkat peluang ekonomi).
Saran Berdasarkan hasil penelitian ini maka peneliti mencoba merumuskan beberapa saran dan masukan bagi beberapa pihak terkait. Saran tersebut sebagai berikut: 1. Pendampingan dari CSR PT PLN (PERSERO) terhadap pengurus Bank Sampah Bintang Mangrove perlu dioptimalkan. Mengingat belum terbentuk solidaritas yang kuat diantara para pengurus. 2. CSR PT PLN (PERSERO) sebaiknya memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang bersifat meningkatkan kapasitas pengurus, terutama dalam aspek kemampuan soft skill seperti kemamapuan leadership, manajemen organisasi, manajemen bisnis, dan lain sebagainya. 3. Bank Sampah Bintang Mangrove masih kekurangan sumber daya pengurus, terutama pengurus yang memiliki komitmen tinggi dalam menjalankan tugas dan peran sebagai pengurus. Maka CSR PT PLN (PERSERO) berkewajiban untuk memfasilitasi proses pencarian pengurus baru yang berkomitmen. 4. Bank Sampah Bintang Mangrove sebaiknya terus didorong agar bertransformasi menjadi sebuah lembaga sosial yang memiliki rangkaian tata cara, aturan, dan prosedur yang jelas. Mengingat Bank Sampah Bintang Mangrove baru berdiri dua tahun dan belum menemukan pola kelembagaan yang terbaik. 5. Bank Sampah Bintang Mangrove perlu diberikan alat-alat pendaur ulang sampah, misalnya seperti mesin pemotong plastik. Sehingga kapasitas Bank Sampah Bintang Mangrove yang baru mampu sebatas mengumpulkan sampah-sampah dari masyarakat saja kemudian dijual ke pengepul, dapat
62
meningkat ke tingkat yang lebih tinggi yaitu memberi nilai tambah bagi sampah. 6. CSR PT PLN (PERSERO), Pengurus Bank Sampah Bintang Mangrove, dan Pemerintah diharapkan dapat berkolaborai dan bersinergi dalam merumuskan serta mengimplementasikan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan partisipasi masyarakat. 7. Salah satu faktor yang dapat menarik tingkat partisipasi masyarakat adalah peluang ekonomi yang diperoleh dari Bank Sampah Bintang Mangrove, namun hal tersebut masih terbilang rendah. Maka penting memberikan perhatian khusus pada faktor ini dalam upaya meningkatkan pasrtisipasi masyarakat. 8. Peran pemerintah yang lebih intensif dibutuhkan dalam mengembangkan Bank Sampah Bintang Mangrove.
63
DAFTAR PUSTAKA
Ambadar J. 2008. CSR dalam Praktik di Indonesia. Jakarta (ID): PT Elex Media Komputindo. Cohen, Uphoff. 1977. Rural Development: Concept and Measures for Project Design, Implementation, and Evaluation. New York (US): Cornel University. Dewani AP. 2009. Kebijakan, Implementasi, dan Komunikasi CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Febriana YD. 2008. Partisipasi Masyarakat dalam Program Corporate Social Responsibility “Kampung Siaga Indosat” (Studi Kasus: RW 04, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ife J, Tesoriero F. 2008. Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi Edisi ke-3. Penerjemah: Sastrawan Manullang, dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. [KLH] Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Jakarta (ID): KLH. Diunduh pada tanggal 6 Februari 2014 dari www.menlh.go.id/DATA/PP_NO_81_TAHUN_2012.pdf [KBUMN] Kementerian Badan Usaha Milik Negara. 2007. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Jakarta (ID): KBUMN. Diunduh pada tanggal 29 Mei 2014 http://www.bumn.go.id/data/uploads/files/1/PER-07-MBU-2013 PERUBAHAN%20KETIGA%20ATAS%20PERATURAN%20MENTERI% 20%20NEGARA%20BADAN%20USAHA%20MILIK%20NEGARA%20N OMOR%20PER05MBU2007%20%20TENTANG%20PROGRAM%20KEMITRAAN%20%2 0(3).PDF. Maulana MR. 2009. Peranan CSR PT Rekayasa Industri dalam Upaya Pengembangan Masyarakat. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nasdian FT. 2006. Pengembangan Masyarakat (Community Development). Bogor (ID): Bagian Sosiologi pedesaan dan Pengembangan Masyarakat Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor.
64
Nursahid F. 2006. CSR BUMN: Analisis terhadap Model Kedermawanan Sosial PT Krakatau Steel, PT Pertamina dan PT Telekomunikasi Indonesia. Depok (ID): Piramedia. Pangestu MHT. 1995. Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Kegiatan Perhutanan Sosial (Studi Kasus: KPH Cianjur, Jawa Barat). [Tesis]. Bogor (ID): Pascasarjana IPB. Pemerintah Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Jakarta (ID): Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Diunduh pada tanggal 31 Desember 2013 http://www.esdm.go.id/batubara/doc_download/6-undang-undang-nomor-40tahun-2007.html Rosyida I, Nasdian FT. 2011. Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya Terhadap Komunitas Perdesaan. Junal Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan. 05 (01): 52-70. [Internet]. Diunduh pada 16 Oktober 2013 dari http://jurnalsodality.ipb.ac.id/jurnalpdf/4%20Isma%20Rosyida.pdf. Sajogyo. 1998. Menuju Kemandirian Masyarakat. Prisma No.1 Tahun XVII. Jakarta (ID): PT Pustaka LP3ES Indonesia. Silaen SBJ. 1998. Partisipasi Anggota Kelompok Masyarakat Desa Tertinggal pada Kegiatan Proyek Inpres Desa Tertinggal (IDT). [Skripsi]. Bogor (ID). Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Singarimbun M, Effendi S. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta (ID): PT Pustaka LP3ES Indonesia. Suharto E. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat “Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial”. Bandung (ID): PT Refika Aditama. Sukada S, Wibowo P, Ginano K, Jalal, Kadir I, Rahman T. 2006. Membumikan Bisnis Berkelanjutan. Memahami Konsep dan Praktik CSR Perusahaan. Jakarta (ID): Indonesia Business Links. Tamarli. 1994. Partisipasi Petani dalam Penyuluhan dan Penerapan Program Supra Insus. [Tesis]. Bogor (ID): Program Pascasarjana IPB. Wibisono Y. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility). Gresik (ID): Fascho Publishing.
65
LAMPIRAN Lampiran
1.
Peta
wilayah
Kelurahan
Gunung
Anyar
Tambak
66
Lampiran 2. Daftar Harga Sampah di Bank Sampah Bintang Mangrove pada Tahun 2014 Jeni Minyak Jelantah Kuningan Aluminium
Besi
Kertas
Botol
Plastik Lembaran
Plastik Botol dan Keras
Kualitas Jelantah Super Jelantah Campur Plat Siku Panci dan Wajan Kaleng Aluminium Perunggu Super Grabang/Greed Kaleng Seng Kertas Duplek Kardus Kertas Buku Burem Kertas Putihan (HVS/Buku Tulis Bersih) Koran Sak Semen Botol Sirup Kecap/Saos Besar Bensin Botol Kecil (Beling) Plastik Putih Bening Plastik Kresek Plastik Sablon Tebal (Molto, Softener, dll) Plastik Sablon Tipis Aqua Gelas Bersih Aqua Gelas Kotor Botol Putih Bersih Botol Putih Kotor Botol Minuman Warna Bersih Botol Minuman Warna Kotor Tutup Galon/Aqua Botol Bak Campur Tanpa Bekas Bak Hitam Plastik Keras Kulit Kabel
Harga/Kg (Stabil) Rp 2 500 Rp 2 000 Rp 30 000 Rp 12 000 Rp 14 000 Rp 10 000 Rp 10 000 Rp 7 500 Rp 3 400 Rp 2 500 Rp 2 000 Rp 1 700 Rp 400 Rp 1 200 Rp 800 Rp 1 500 Rp 1 700 Rp 1 200 Rp 100/biji Rp 500/biji Rp 400/biji Rp 200/kg Rp 800 Rp 400 Rp 1 000 Rp 200 Rp 5 000 Rp 4 000 Rp 4 000 Rp 3 000 Rp 3 000 Rp 2 000 Rp 2 500 Rp 2 000 Rp 1 100 Rp 500 Rp 1 000
67
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sidikalang, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara pada tanggal 29 Mei 1991 sebagai anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Sadar Berampu dan Jamilah Sagala. Penulis menempuh pendidikan formal di SD Negeri Jumantuang pada tahun 1998-2002, dilanjutkan di SD Karya Bhakti Medan pada tahun 2002-2004, MTs PP. Raudhatul Hasanah Medan pada tahun 2004-2007, MA PP. Raudhatul Hasanah Medan pada tahun 2007-2010. Penulis berkesempatan melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) di Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Di tengah kesibukan menjalani perkuliahan di IPB penulis pernah aktif dalam beberapa organisasi baik di dalam maupun luar kampus, diantaranya BEM FEMA IPB sebagai staf Departemen Sosial Lingkungan pada tahun 2011, CSS MoRA IPB sebagai Kepala Departemen Sosial Lingkungan pada tahun 2012, dan CSS MoRA Nasional sebagai Kepala Divisi Penelitian dan Pengembangan pada tahun 2013. Penulis juga pernah menjadi ketua pelaksana beberapa kegiatan mahasiswa, diantaranya SAMISAENA (Desa Mitra Mahasiswa Ekologi Manusia) pada tahun 2012, Bina Pesantren CSS MoRA IPB pada tahun 2012, dan lain sebagainya. Saat ini penulis menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Sosiologi Pedesaan. Selain itu, penulis juga tercatat sebagai kru di GreenTV IPB. Penulis yang pernah nyantri di salah satu Pondok Pesantren di Kota Medan ini memiliki beberapa prestasi di tingkat lokal dan nasional. Penulis merupakan penerima beasiswa santri berpretasi dari Kementerian Agama RI untuk melanjutkan pendidikan di IPB. Pada tahun 2010 penulis menjadi delegasi IPB pada lomba debat bahasa Arab mahasiswa tingkat nasional di UPI Bandung dan berhasil menjadi juara ke-3. Pada tahun 2011 penulis menjadi juara 1 pada MTQ Mahasiswa IPB cabang debat bahasa Arab. Di tahun yang sama penulis menjadi delegasi IPB pada MTQ Mahasiswa Nasional XII cabang debat bahasa Arab yang diadakan di UMI Makassar. Pada tahun 2013 penulis kembali mewakili IPB pada cabang debat bahasa Arab pada MTQ Mahasiswa Nasional XIII yang diadakan di UNP dan UNAND Padang.