KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM BANK SAMPAH
ADE WULANDARI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kepemimpinan dan Partisipasi Masyarakat dalam Program Bank Sampah adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing skripsi dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2016
Ade Wulandari NIM I34120162
v
ABSTRAK ADE WULANDARI. Kepemimpinan dan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Sampah. Di bawah bimbingan LALA M KOLOPAKING Bank sampah adalah kegiatan masyarakat untuk mengelola sampah melalui pemilahan, pengumpulan, dan mendaur ulang sampah yang masih bernilai ekonomi. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara sarana pengendalian yang diterapkan pemimpin dengan partisipasi nasabah di bank sampah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik survei ditemukan bahwa partisipasi masyarakat menentukan efektivitas pengembangan bank sampah. Berdasarkan 50 orang dari 120 orang total nasabah bank sampah yang dijadikan responden menunjukkan bahwa partisipasi nasabah memiliki hubungan dengan kepemimpinan dari ketua bank sampah. Selain itu, penelitian ini juga menemukan jenis pengendalian yang diterapkan ketua bank sampah adalah pengendalian utiliter (penawaran keuntungan) dan jenis partisipasi dari nasabah yaitu partisipasi kalkulatif (orientasi keuntungan). Dalam mengembangkan program bank sampah dengan pengendalian utiliter dapat lebih membangun partisipasi masyarakat dalam bank sampah karena efektif untuk mengajak khususnya perempuan atau ibu rumah tangga yang cenderung ingin mendapatkan keuntungan. Kata kunci : Bank sampah, ketua bank sampah, partisipasi masyarakat, sarana pengendalian ABSTRACK ADE WULANDARI. Leadership and Community Participation in Garbage Bank Program. Advisory by LALA M KOLOPAKING Garbage bank is the programs of community to manage the garbage by sorting, collecting and recycling. The purpose of this research is to analyze the relationship between the leader’s authority with community participation in garbage banks. This research used quantitative approach with survey techniques found that community participation can determine the effectiveness of the development of the garbage bank. This research took 50 people of the 120 total garbage bank customers whose used the respondent indicated that the participation of customers affected by the leadership of the leader of garbage bank. Those, this study also found the authority that used by leader of garbage bank is utilitarian (offers advantages) and the kind of participation from bank customer is the calculative (profit orientation). In order to developing the program of garbage bank with the utilitarian control can increase community participation in garbage banks because it is effective to encourage women or housewives who tend to want benefit. Key words: Garbage bank, garbage bank’s leader, community participation, authority
vi
vii
KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM BANK SAMPAH
ADE WULANDARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
viii
x
xi
PRAKATA Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kepemimpinan dan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Sampah" dengan baik. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Topik yang penulis angkat dalam skripsi didasari karena keingintahuan lebih tentang bank sampah. Oleh karena itu, penulis ingin mengaitkan faktor kepemimpinan dalam penelitian mengenai bank sampah maka terbentuklah skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Lala M Kolopaking MS sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan masukan dan saran selama proses penulisan hingga penyelesaian laporan Studi Pustaka ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Pengurus dan Nasabah Bank Sampah Asri Mandiri yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data, ibu dan ayah tercinta, saudara-saudara kandung penulis, teman-teman seperjuangan selama kuliah, Kharin, Fina, Syifa, Nabila, Nella, Nurin, dan Sofian Hadi Prasetyo atas perhatian dan doa yang tidak pernah putus, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Agustus 2016
Ade Wulandari NIM. I34120162
xii
xiii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Kepemimpinan dan Sarana Pengendalian Partisipasi Masyarakat Pengelolaan Sampah Bank Sampah Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian PENDEKATAN LAPANGAN Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Pengumpulan Data Teknik Penentuan Responden dan Informasi Teknik Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional GAMBARAN DESA BENTENG SEBAGAI LOKASI BANK SAMPAH Kondisi Geografis Pengembangan Bank Sampah Asri Mandiri Profil Ketua Bank Sampah Asri Mandiri Karakteristik Responden SARANA PENGENDALIAN, JENIS PARTISIPASI, DAN BENTUK PARTISIPASI NASABAH Sarana Pengendalian yang Diterapkan Ketua Bank Sampah Jenis Partisipasi Masyarakat Bentuk Partisipasi Nasabah Di Bank Sampah Asri Mandiri Ikhtisar HUBUNGAN SARANA PENGENDALIAN KETUA BANK SAMPAH DAN JENIS PARTISIPASI MASYARAKAT DI BANK SAMPAH Hubungan Sarana Pengendalian Koersif dengan Partisipasi Alienatif Hubungan Sarana Pengendalian Utiliter dengan Partisipasi Kalkulatif
xv xv xv 1 1 2 3 3 5 5 5 6 8 8 9 10 11 11 11 12 12 13 21 21 24 26 27 29 29 32 34 36 37 37 37
xiv
xv
Hubungan Sarana Pengendalian Normatif dengan Partisipasi Moral Ikhtisar HUBUNGAN JENIS PARTISIPASI DAN BENTUK PARTISIPASI NASABAH DI BANK SAMPAH Hubungan Partisipasi Kalkulatif dengan Keikutsertaan Dalam Sosialisasi Hubungan Partisipasi Kalkulatif dengan Frekuensi Mengumpulkan, Memilah, Menabung, dan Mengolah Sampah Hubungan Partisipasi Kalkulatif dengan Keikutsertaan dalam Pelatihan Pengolahan Sampah Hubungan Partisipasi Moral dengan Keikutsertaan Dalam Sosialisasi Hubungan Partisipasi Moral dengan Frekuensi Mengumpulkan, Memilah, Menabung, Dan Mengolah Sampah Hubungan Partisipasi Moral dengan Keikutsertaan dalam Pelatihan Pengolahan Sampah Ikhtisar SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
39 40 41 41 42 43 45 46 47 48 49 49 49 51 55 67
xvi
xvii
DAFTAR TABEL 1. 2. 3.
Pengendalian organisasi dan ciri-ciri kepatuhan anggotanya Jenis pemanfaatan lahan di Desa Benteng di tahun 2014 Jumlah dan persentase penduduk menurut jenis pekerjaan di Desa Benteng pada tahun 2014 4. Jumlah dan Persentase masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Benteng tahun 2014 5. Daftar harga sampah sesuai jenisnya di Bank Sampah Asri Mandiri 6. Jumlah dan persentase tingkat penilaian responden terhadap pengendalian yang diterapkan ketua bank sampah menurut jenis pengendalian 7. Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin berdasarkan kategori penilaian pengendalian yang diterapkan ketua bank sampah 8. Jumlah dan persentase responden berdasarkan kategori tingkat partisipasi menurut jenis partisipasi 9. Jumlah dan persentase menurut jenis pekerjaan 10. Jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan bentuk partisipasi dalam bank sampah 11. Jumlah dan persentase korelasi tingkat penawaran keuntungan (utiliter) yang digunakan ketua dan tingkat keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) di Bank Sampah Asri Mandiri 12. Jumlah dan persentase korelasi tingkat kesamaan pandangan (normatif) dengan tingkat kesertaan karena kesamaan gagasan (moral) di Bank Sampah Asri Mandiri 13. Jumlah dan persentase korelasi antara tingkat keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) dengan bentuk partisipasi nasabah di Bank Sampah Asri Mandiri 14. Jumlah dan persentase korelasi antara tingkat keikutsertaan karena kesamaan gagasan (moral) dengan bentuk partisipasi nasabah di Bank Sampah Asri Mandiri
7 21 22 23 26
29 31 32 33 34
38
39
41
45
DAFTAR GAMBAR 1. 2.
Kerangka Pemikiran Piramida penduduk Desa Benteng tahun 2014
10 23
DAFTAR LAMPIRAN 1. Peta Desa Benteng 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian 3. Jumlah penduduk Desa Benteng berdasarkan agama yang dianut
56 57 58
xviii
xix
4. Hasil uji korelasi rank spearman antara sarana pengendalian koersif dengan partisipasi alienatif 5. Dummy Table 6. Catatan Lapang 7. Kerangka Sampling Penelitian 8. Dokumentasi
59 60 61 63 66
PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia bertambah dari tahun ke tahun sehingga berdampak terhadap tingkat kehidupan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 sampai 2010 mengalami peningkatan dari 206.264.595 jiwa menjadi 237.641.326 jiwa. Jumlah penduduk yang bertambah banyak akan mengakibatkan meningkatkan jumlah konsumsi. Bertambahnya jumlah konsumsi maka akan meningkatkan jumlah sampah yang dibuang. Pengelolaan sampah diperlukan untuk sampah yang terus bertambah sehingga tidak menimbulkan dampak yang buruk bagi manusia. Apabila peningkatan jumlah sampah tidak diimbangi dengan pengelolaan sampah yang benar akan menimbulkan dampak yang negatif. Menurut Riswan et al. (2011), sampah yang tidak dikelola dengan baik akan berpengaruh terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitarnya. Dampak yang akan terjadi akan sangat merugikan makhluk hidup termasuk manusia itu sendiri. Sehingga diperlukan pengelolaan sampah yang baik, benar, serta optimal untuk menghindari dampak tersebut. Berdasarkan Bab II Pasal 3 Peraturan Daerah Kota Bogor Tahun 2012 Nomor 3 Seri E menyebutkan bahwa tujuan adanya pengelolaan sampah yaitu untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, kualitas lingkungan, dan menjadikan sampah sebagai sumber daya yang bermanfaat secara ekonomis. Pengelolaan sampah dapat berjalan lancar apabila terjadi perubahan pandangan masyarakat bahwa sampah bukanlah hal yang tidak bernilai dan akan selalu berakhir di Tempat Penampungan Sampah (TPS). Penanganan sampah yang dilakukan melalui pengelolaan dari level individu sangat dibutuhkan, salah satunya memilah sampah berdasarkan jenisnya. Sampah yang sudah dipilah dapat didaur ulang atau disetorkan pada tempat penampungan sampah seperti bank sampah. Selain terciptanya lingkungan yang bersih, masyarakat juga akan mendapatkan keuntungan. Bank sampah menjadi salah satu alternatif untuk dapat merubah pandangan masyarakat bahwa sampah adalah hal yang bernilai. Konsep bank sampah terdiri dari lima kegiatan (5M) diantaranya mengurangi sampah, memilah sampah, memanfaatkan sampah, mendaur ulang sampah, dan menabung sampah. Menurut Saputro (2013) Bank Sampah merupakan bentuk inisiatif masyarakat lokal dalam upaya menangani permasalahan sampah. Salah satu contoh bentuk inisiatif masyarakat untuk menangani masalah sampah yaitu Bank Sampah Asri Mandiri yang terletak di Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Bank sampah ini memiliki jumlah nasabah 120 orang dan sudah berdiri selama dua tahun. Bank sampah ini sudah sampai tahap pengelolaan sampah plastik yang dijadikan kerajinan tangan seperti tas, dompet, dan kerajinan lainnya. Pengelolaan sampah yang merupakan inti dari bank sampah tidak dapat dilakukan oleh satu pihak. Menurut Artiningsih (2008) tanpa adanya peran serta masyarakat semua program pengelolaan sampah yang direncanakan akan sia-sia. Hal tersebut tidak akan berjalan sia-sia jika ada partisipasi dari masyarakat itu sendiri. Menurut Mujibuurahmad dkk (2014), partisipasi aktif masyarakat dalam
2
proses pengelolaan sampah selain dapat mengurangi beban lingkungan mengenai bahaya sampah yang ada, juga dapat mendatangkan nilai keuntungan ekonomis bagi masyarakat apabila sampah dapat dirubah menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat seperti kerajinan atau barang seni, pupuk organik dan lain sebagainya. Sayangnya tidak semua masyarakat mau berpartisipasi dalam mengelola sampah. Slamet (1985) menyatakan bahwa terdapat tiga unsur pokok yang dapat mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya partisipasi diantaranya: (1) Adanya kemauan yang diberikan kepada individu untuk berpartisipasi, (2) Adanya kesempatan individu untuk berpartisipasi, dan (3) Adanya kemampuan kita untuk berpartisipasi. Untuk dapat menumbuhkan dan mengembangkan partisipasi diperlukan seorang pemimpin. Menurut Mujiburrahman et al. (2014) kepemimpinan yang tidak mampu menumbuhkan partisipasi masyarakat tidak akan membawa proses pembangunan mancapai hasil secara maksimal. Pemimpin diperlukan untuk mengajak masyarakat agar lebih peduli dengan lingkungannya khususnya tentang masalah kebersihan. Sosok ini yang akan menjadi agen penggerak masyarakat lainnya untuk ikut dalam pengelolaan sampah. Pemimpin ini memerlukan jiwa kepemimpinan karena akan menjadi panutan bagi masyarakatnya. Menurut Fadli (2010) sosok sebagai figur panutan biasanya diperoleh seseorang melalui berbagai cara yang secara otomatis dilekatkan oleh masyarakat setempat, seperti karena pengaruh kewibaannya, kepandaiannya, kekayaannya, keberaniannya, atau karena kekuasaannya. Jika seseorang telah mendapatkan predikat sebagai panutan maka biasanya menjadi sumber segala perhatian masyarakat, yang secara emosional menjadi acuan sikap dan perilakunya. Seperti dengan adanya pengendalian yang diterapkan oleh seorang pemimpin. Pengendalian ini bisa menjadi suatu panutan apabila partisipasi masyarakat meningkat. Sarana pengendalian diperlukan untuk menarik perhatian masyarakat agar berpartisipasi di bank sampah. Sarana pengendalian dilakukan seorang pemimpin dalam organisasi agar anggotanya bekerja dengan giat untuk mencapai hasil yang maksimal dan dapat terpenuhinya kepentingan organisasi maupun perseorangan. Peran pemimpin dibutuhkan agar bank sampah dapat mencapai tujuannya, seperti yang dilakukan oleh ketua bank sampah. Ketua bank sampah ini yang dijadikan sebagai sosok pemimpin dan pengatur jalannya bank sampah. Sarana pengendalian dibutuhkan untuk mengatur anggotanya agar tercapainya visi dan misi yang sudah disepakati bersama. Berdasarkan uraian tersebut maka menarik untuk mengetahui lebih dalam terkait jenis sarana pengendalian yang dipakai oleh pemimpin untuk meningkatkan partisipasi masyarakat di bank sampah. Masalah Penelitian Berjalannya suatu program tergantung partisipasi dari masyarakat. Timbulnya keinginan masyarakat untuk berpartisipasi salah satunya ditentukan oleh sosok dari pemimpin program tersebut. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Fadli (2010) sosok sebagai figur panutan biasanya diperoleh seseorang melalui berbagai cara yang secara otomatis dilekatkan oleh masyarakat setempat, seperti karena pengaruh kewibaannya, kepandaiannya, kekayaannya, keberaniannya, atau karena kekuasaannya. Pengendalian yang dilakukan oleh pemimpin didapatkan dengan beragam cara. Sarana pengendalian inilah yang
3
dapat dijadikan kekuatan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. Oleh sebab itu pertanyaan mengenai bagaimana hubungan sarana pengendalian yang digunakan seorang pemimpin terhadap partisipasi masyarakat? Akan dikaji dalam penelitian ini. Partisipasi sangat dibutuhkan untuk menjalankan suatu program, salah satunya program bank sampah. Partisipasi masyarakat ini dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara. Bentuk partisipasi yang dilakukan masyarakat biasanya dipengaruhi oleh kemampuan, kemauan, dan kesempatan yang ada. Oleh sebab itu pertanyaan mengenai bagaimana bentuk partisipasi nasabah dalam pengelolaan sampah di bank sampah? Akan dikaji dalam penelitian ini. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di bank sampah dipengaruhi oleh seorang pemimpin. Pemimpin ini mempunyai peran penting dalam mengarahkan masyarakat di bank sampah. Apabila fungsi pemimpin dapat berjalan dengan baik, memungkinkan untuk terjadinya peningkatan jumlah masyarakat yang berpartisipasi. Peningkatan jumlah partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh jenis pengendalian yang digunakan oleh seorang pemimpin. Menurut Setiawaty et. al (2014) pengendalian diperlukan agar proses pengorganisasian yang dilakukan pemimpin berjalan dengan semestinya, dalam hal ini pemimpin di bank sampah. Oleh sebab itu, penelitian ini akan mengkaji apakah jenis pengendalian yang diterapkan oleh pemimpin di bank sampah menyebabkan suatu jenis partisipasi tertentu? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut : 1. Menganalisis hubungan sarana pengendalian seorang pemimpin dengan partisipasi masyarakat. 2. Mengidentifikasi bentuk partisipasi nasabah dalam pengelolaan sampah di bank sampah. 3. Mengidentifikasi jenis pengendalian yang dapat menyebabkan suatu jenis partisipasi di bank sampah. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang ilmu kepemimpinan dan partisipasi. Selain itu, penelitian ini juga dapat digunakan sebagai literatur tambahan mengenai sarana pengendalian dan jenis partisipasi yang digunakan untuk menulis penelitian lanjutan. 2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi para pemimpin untuk memahami hubungan sarana pengendalian yang diterapkan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dan mengakui hak masyarakat untuk berpartisipasi dalam suatu program. 3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah.
4
5
PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Kepemimpinan dan Sarana Pengendalian Kepemimpinan memiliki beragam pengertian yang dirumuskan oleh para ahli. Menurut Kadarman et al. (1992) dalam Sutanto dan Setiawan (2000) kepemimpinan didefinisikan sebagai seni atau proses untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang lain agar mereka mau berusaha untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai kelompok. Menurut Sutanto dan Setiawan (2000) kepemimpinan adalah kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi dan mengarahkan orang lain untuk tercapainya suatu tujuan tertentu. Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kepemimpinan terdapat usaha mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan dan pemimpin memiliki pengertian yang berbeda. Pemimpin yaitu merujuk pada seseorang sedangkan kepemimpinan yaitu merujuk pada sifat yang dimiliki seseorang. Pemimpin ini adalah seseorang yang dapat menguatkan rasa empati masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dapat membawa umpan balik yang positif. Setiap pemimpin punya cara yang berbeda dalam menumbuhkan rasa empati masyarakat seperti dalam gaya kempemimpinan. Lippitt dan White dalam Soekarso (2015) terdapat tiga gaya dalam kepemimpinan diantaranya : 1) gaya kepemimpinan otoriter, 2) gaya kepemimpinan demokratis, dan 3) gaya kepemimpinan Laissez Faire. Gaya kepemimpinan otoriter memiliki arti bahwa pemimpin memusatkan segala keputusan , pembagian tugas, tanggung jawab di tangannya dan bawahan hanya dapat melaksanakan tugas yang sudah diberikan. Gaya kepemimpinan demokratis yaitu kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara melakukan kegiatan yang dilakukan bersama. Lalu gaya kepemimpinan laissez faire yaitu kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama dengan cara berbagai kegiatan dilakukan lebih banyak diserahkan pada bawahan. Selain gaya kepemimpinan terdapat sarana pengendalian yang digunakan seorang pemimpin untuk mempengaruhi masyarakatnya. Menurut Etzioni (1982) terdapat tiga jenis pengendalian seorang pemimpin terhadap organisasi yaitu coersive, utilitarian, dan normative. Coersive yaitu pengendalian yang menggunakan hukuman fisik atau paksaan. Utilitarian yaitu pengendalian dengan menggunakan material seperti imbalan, keuntungan, atau manfaat untuk mencapai suatu tujuan. Normative yaitu pengendalian yang didasarkan sistem norma yang berlaku. Ketiga jenis pengendalian dapat dipakai salah satunya oleh seorang pemimpin untuk mempengaruhi masyarakat. Menurut Lunenberg (2012) beberapa organisasi menggunakan ketiga jenis pengendalian, tetapi kebanyakan hanya menekankan hanya satu pengendalian dan tidak bergantung oleh dua pengendalian lainnya. Adapun beberapa macam power yang dapat diterapkan oleh pemimpin untuk membuat masyarakat patuh. Menurut Etzioni (1969) diantaranya coercive power yaitu kekuatan yang bersifat memaksa dengan
6
menggunakan ancaman, sanksi fisik, atau rasa sakit, remunerative power yaitu kekuatan yang memberikan keuntungan seperti gaji, upah, atau manfaat, dan normative power yaitu kekuatan yang memersuasi menggunakan manipulasi simbol atau perasaan. Menurut Etzioni (1982) dalam Nasdian (2015) sarana pengendalian dibedakan atas tiga kategori atau disebut jugabasis otoritas organisasi yaitu: 1. Sistem pengendalian yang menerapkan sarana fisik yang memaksa (seperti penggunaan senjata, penjara), disebut coercive-authority (wewenang mutlak); 2. Sistem pengendalian yang menerapkan ganjaran material (seperti ganjaran uang atau barang lain), disebut utilitarian-authority (wewenang utiliter) yang mengutamakan pertimbangan untung dan rugi; 3. Sistem pengendalian yang menerapkan simbol-simbol atau ganjaran nilai (seperti prestise, tanda jasa, atau tanda penghargaan), disebut normativeauthority. Sedangkan ganjaran dalam bentuk cinta-kasih atau “penerimaan” yang menggunakan kekuatan sosial. Partisipasi Masyarakat Partisipasi merupakan kunci keberhasilan dari suatu program karena dengan partisipasi dapat memperlancar berjalannya suatu program. Menurut Paul (1987) dalam Nasdian (2014) partisipasi yaitu proses aktif dimana penerima manfaat mempengaruhi arah dan pelaksanaan proyek-proyek pembangunan bukan hanya menerima bagian dari keuntungan proyek. Partisipasi masyarakat seharusnya melibatkan masyarakat di semua tahap dalam suatu program. Partisipasi masyarakat tergantung dengan kondisi-kondisi yang ada dalam program. Menurut Nasdian (2014) terdapat lima kondisi yang dapat diciptakan agar masyarakat mau berpartisipasi dalam suatu program diantaranya berikut ini: 1) warga komunitas akan berpartisipasi kalau mereka memandang penting isu-isu atau aktivitas tertentu, 2) warga komunitas akan berpartisipasi apabila mereka merasa tindakannya akan membawa perubahan, khususnya di tingkat rumah tangga atau individu, kelompok, dan komunitas, 3) perbedaan bentuk-bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai, 4) orang harus dimungkinkan untuk berpartisipasi dan didukung dalam partisipasinya, dan 5) struktur dan proses partisipasi hendaknya tidak bersifat menjauhkan. Partisipasi juga dibagi ke dalam beberapa jenis. Menurut Etzioni (1982) terdapat tiga jenis partisipasi atau macam kepatuhan diantaranya : 1. Partisipasi dengan ciri kepatuhan alienatif (alienative) seperti halnya hubungan orang asing yang bermusuhan, dimana di satu pihak ingin memaksakan dan memanipulasi kepentingannya dari pihak lainnya atau keikutsertaan karena terpaksa. 2. Partisipasi dengan ciri kepatuhan kalkulatif (calculative), keikutsertaan yang berorientasi pada hubungan keuntungan, seperti kontak-kontak bisnis. 3. Partisipasi dengan ciri kepatuhan moral, keikutsertaan yang berorientasi pada kesesuaian komitmen-komitrnen atau gagasan berdasarkan internalisasi normanorma dan identifikasi kewibawaan atau karena dengan dasar mengemban dan menghargai atau rela membantu organisasi.
7
Tabel 1. Pengendalian organisasi dan ciri-ciri kepatuhan anggotanya Sarana Ciri-ciri Kepatuhan Alienative Calculative Moral Pengendalian Coercive Utilitarian Normative Sumber : Sosiologi Umum (2015) Tabel 1 di atas menggambarkan ciri kepatuhan atau partisipasi anggota yang ideal dari ketiga sarana pengendalian. Sarana pengendalian koersif umumnya diikuti oleh ciri kepatuhan alienatif, sarana pengendalian utiliter umumnya diikuti oleh ciri kepatuhan kalkulatif, dan sarana pengendalian normatif umumnyadiikuti oleh ciri kepatuhan moral. Menurut Lunenberg (2012) beberapa organisasi menggabungkan dua atau bahkan tiga jenis pengendalian dan partisipasi, contohnya guru menggunakan kedua pengendalian utilitarian dan normatif untuk mendapatkan kepatuhan dari murid. Menurut Saputro (2013) terdapat bentuk partisipasi masyarakat di dalam suatu organisasi seperti bank sampah diantaranya: 1. Keikutsertaan dalam sosialisasi bank sampah kepada masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat untuk terlibat dalam diskusi yang diadakan saat sosialisasi oleh bank sampah. 2. Keikutsertaan dalam mengumpulkan, memilah, dan menabung sampah adalah kesediaan masyarakat untuk memberikan sumbangan dengan usaha mengumpulkan, memilah dan menabung sampah untuk mencapai tujuan kelompok. 3. Keikutsertaan dalam pelatihan pengelolaan sampah adalah kesediaan masyarakat untuk mulai belajar mengelola sampah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi dan nilai guna. Hal-hal yang disebutkan diatas merupakan bentuk nyata partisipasi masyarakat di bank sampah agar mencapai tujuan bersama. Partisipasi dilakukan dengan beberapa tahapan untuk mencapai tujuan. Cohen dan Uphoff (1979) dalam Rosyida dan Nasdian (2011) membagi partisipasi dalam beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud disini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu program. 2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek. 3. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya. 4. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin
8
besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran. Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah merupakan bagian dari kegiatan yang ada di bank sampah. Menurut Wardi (2008) dalam Mujiburrahmad (2014), pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Lalu dalam UU No 18 Tahun 2008 khususnya dalam Pasal 19 bahwa pengelolaan sampah rumah tangga atau sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas pengurangan sampah dan penanganan sampah. Dari kedua pengertian di atas maka inti dari pengelolaan sampah adalah pengurangan dan penanganan sampah. Namun pada kenyataannya hal tersebut belum berjalan secara optimal. Menurut Suyanto et al. (2015) selama ini pengelolaan sampah yang banyak dilakukan hanya terpusat pada Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) saja tanpa memikirkan untuk mengolah pada sumbernya melalui pola 3R yaitu Reduce, Reuse, dan Recycle. Departemen Pekerjaan Umum (2007) menjelaskan bahwa prinsip 3R dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Prinsip pertama adalah reduce atau reduksi sampah, yaitu upaya untuk mengurangi timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan. Setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara mengubah pola hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi hemat/efisien dan hanya menghasilkan sedikit sampah. 2. Prinsip kedua adalah reuse yang berarti menggunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses pengolahan), seperti menggunakan kertas bolak balik, menggunakan kembali botol bekas minuman untuk tempat air, dan lain-lain. Dengan demikian reuse akan memperpanjang usia penggunaan barang melalui perawatan dan pemanfaatan kembali barang secara langsung. 3. Prinsip ke tiga adalah recycle yang berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna menjadi bahan lain atau barang yang baru setelah melalui proses pengolahan. Beberapa sampah dapat didaur ulang secara langsung oleh masyarakat dengan menggunakan teknologi dan alat yang sederhana, seperti mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos. Berdasarkan Pasal 22 UU No 18 Tahun 2008 diuraikan lima aktivitas utama dalam penyelenggaraan kegiatan penanganan sampah yang meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Cara mengatasi hal tersebut dengan melakukan pengelolaan sampah melalui pembentukan kegiatan yang efisien dan terprogram. Bank Sampah Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012, bank sampah adalah tempat untuk memilah dan mengumpulkan sampah yang masih bisa di daur ulang dan/atau digunakan ulang dan masih memiliki nilai ekonomi. Program Bank Sampah menurut Kementerian Lingkungan Hidup dalam
9
Buku:Profil Bank Sampah Indonesia (2013) merupakan kegiatan bersifat social engineering yang mengajarkan masyarakat untuk memilah sampah serta menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam pengolahan sampah secara bijak dan mengurangi sampah yang diangkut ke TPA. Pengolahan sampah merupakan salah satu upaya dalam implementasi 3R (reuse, reduce, recycle). Implementasi tersebut dilakukan melalui mekanisme kerja bank sampah seperti pemilahan sampah, kemudian berlanjut pada penyerahan sampah yang telah dipilah ke bank sampah. Di bank sampah, sampah tersebut ditimbang dan dicatat hasil penjualan sampah yang dibawa dalam buku tabungan masing-masing milik anggota. Dilaksanakan sistem bagi hasil penjualan sampah yang telah ditabung antara nasabah dan pengelola bank sampah. Kerja sama antara masyarakat dengan pemerintah perlu dilakukan agar kegiatan ini dapat berkembang. Adanya Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, memberikan bukti bahwa pemerintah juga memperhatikan soal sampah yang terus meningkat. Menurut Purwanti et al. (2015) salah satu usaha yang ditetapkan pemerintah untuk meningkatkan kepedulian pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah, yaitu dengan mewajibkan Kota/Kabupaten untuk mengadopsi konsep Bank Sampah sebagai salah satu persyaratan dalam penilaian penghargaan lingkungan bagi Kota/Kabupaten yaitu Piala Adipura. Konsep bank sampah terdiri dari lima kegiatan (5M) diantaranya mengurangi sampah, memilah sampah, memanfaatkan sampah, mendaurulang sampah, dan menabung sampah. Lalu adanya Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle Melalui Bank Sampah sudah memberikan bukti bahwa pemerintah juga memperhatikan masalah sampah. Kerangka Pemikiran Kepemimpinan adalah salah satu hal yang dapat mempengaruhi partisipasi dari masyarakat. Kepemimpinan dapat dilihat dari pengendalian yang diterapkan oleh pemimpin untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, dalam hal ini adalah bank sampah. Pemimpin di bank sampah atau ketua bank sampah dapat menerapkan satu atau lebih pengendalian agar tujuan dapat tercapai. Jenis pengendalian yang dapat diterapkan ketua bank sampah diantaranya tingkat menggunakan paksaan (coersive), tingkat penawaran keuntungan (utilitarian), dan tingkat kesamaan pandangan (normative). Penerapan salah satu pengendalian akan diikuti dengan jenis partisipasi. Jenis partisipasi adalah suatu bentuk respon dari masyarakat akan pengendalian yang diterapkan pemimpin. Jenis partisipasi tersebut diantaranya tingkat partisipasi karena terpaksa (alienative), tingkat partisipasi karena menguntungkan (calculative), dan tingkat partisipasi karena kesamaan gagasan (moral). Partisipasi tersebut yang mendasari masyarakat melakukan kegiatan yang ada di bank sampah dapat terlihat dari keikutsertaan dalam sosialisasi , frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengelola sampah, dan keikutsertaan dalam kegiatan pelatihan pengolahan sampah.
10
Sarana Pengendalian Jenis Partisipasi Tingkat penawaran keuntungan (utilitarian)
Tingkat partisipasi karena menguntungkan (calculative)
Tingkat menggunakan paksaan (coersive)
Tingkat partisipasi karena terpaksa (alienative)
Tingkat kesamaan pandangan (normative)
Tingkat partisipasi karena kesamaan gagasan (moral)
Partisipasi Nasabah dalam Bank Sampah - Tingkat kehadiran dalam sosialisasi - Frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengelola sampah - Tingkat kehadiran dalam kegiatan pelatihan pengolahan sampah
Gambar 1. Kerangka pemikiran Keterangan :
Hubungan
Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut: 1. Diduga terdapat hubungan antara tingkat penawaran keuntungan (utilitarian) dan tingkat partisipasi karena menguntungkan (calculative). 2. Diduga terdapat hubungan antara tingkat menggunakan paksaan (coersive) dan tingkat partisipasi karena terpaksa (alienative). 3. Diduga terdapat hubungan antara tingkat kesamaan pandangan (normative) dan tingkat partisipasi karena kesamaan gagasan (moral). 4. Diduga terdapat hubungan antara partisipasi (calculative, alienative, moral) dengan bentuk partisipasi dalam bank sampah (tingkat kehadiran dalam sosialisasi, frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengelola sampah, dan tingkat kehadiran dalam kegiatan pelatihan pengolahan sampah).
11
PENDEKATAN LAPANGAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Bank Sampah Asri Mandiri yang berada di RW06 Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Bank Sampah Asri Mandiri merupakan salah satu program yang diciptakan untuk mengatasi masalah sampah yang berserakan sehingga terciptanya lingkungan yang bersih, indah, dan nyaman. Bank Sampah Asri Mandiri adalah kegiatan yang dikembangkan atas usulan salah satu pengurus RW ketika dilangsungkan pertemuan rutin RW. Lokasi penelitian ini dipilih dengan dasar adalah salah satu bank sampah yang pengelolaannya tergolong baik dan sudah sampai pada pengelolaan sampah plastik menjadi kerajinan (Pemerintah Kabupaten Ciampea 2015). Selain itu, masyarakat yang menjadi nasabah bank sampah bertempat tinggal di Desa Benteng yang homogen dari segi bahasa, kepercayaan, dan adat-istiadatnya. Masyarakat di Desa Benteng ini yang tinggal di RW 06 dan menjadi nasabah bank sampah cenderung pada tingkat ekonomi yang baik. Penelitian dilaksanakan selama lima bulan yang dimulai dari minggu keempat bulan Maret sampai minggu pertama bulan Mei. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data lapangan, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian pada Lampiran 1. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data sekunder dan data primer. Data sekunder adalah data yang didapatkan secara tidak langsung melalui data-data ataupun literatur yang berkaitan dengan topik penelitian seperti profil desa, gambaran wilayah dan penduduk, serta data-data pendukung lainnya. Lalu data primer yaitu data yang diperoleh dari observasi dan pengambilan data langsung di lapangan dengan wawancara dan kuesioner dengan responden maupun informan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang hasilnya didukung oleh analisis data kualitatif. Metode dalam penelitian kuantitatif ini dilakukan dengan menetapkan konsep terlebih dahulu yang kemudian dijadikan variabel. Variabel tersebut ditetapkan indikator-indikator pengukurnya dan dibuat dalam bentuk kuesioner dengan pilihan jawaban dan skor yang telah ditetapkan oleh peneliti. Sedangkan metode yang dilakukan untuk mengasilkan data kualitatif adalah dengan cara indepth interview (wawancara mendalam) pada beberapa informan seperti pengurus bank sampah, aparat desa dan masyarakat. Kuesioner diujikan terlebih dahulu kepada 10 orang nasabah Bank Sampah Asri Mandiri di luar dari responden yang akan diteliti. Pengujian tersebut dimaksudkan untuk menguji validitas dan reliabilitas kuesioner yang digunakan sebagai instrumen pengumpulan data kuantitatif. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat mengukur apa yang ingin diukur sementara reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih (Singarimbun dan Effendi 2006).
12
Teknik Penentuan Responden dan Informasi Responden dalam penelitian ini adalah anggota nasabah Bank Sampah Asri Mandiri. Jumlah nasabah Bank Sampah Melati yaitu 121 orang. Unit analisis yang digunakan adalah rumah tangga yang dilihat dari partisipasi per KK dalam pemilahan, penyetoran sampah ke bank sampah, dan pengelolaan sampah menjadi kerajinan. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 50 orang. Penentuan responden dilakukan dengan teknik acak sederhana (simple random sampling) menggunakan Microsoft Excel. Teknik ini dilakukan karena karakteristik responden yang cenderung homogen yaitu dominan ibu rumah tangga. Penggunaan teknik ini dilakukan agar seluruh masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sebagai responden. Selain responden, sumber pengumpulan data dalam penelitian ini juga mencakup informan yang dapat memberikan tambahan data mengenai Bank Sampah Melati. Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah masyarakat (nasabah), ketua bank sampah, pengurus, dan Rukun Tetangga (RT)/ Rukun Warga (RW). Teknik Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis, yaitu data kuantitatif dengan unit analisis rumah tangga dan data kualitatif. Pengolahan data kuantitatif diolah dengan memanfaatkan Microsoft Excel 2007 dan SPSS for Windows versi 20. Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam microsoft excel 2007 untuk selanjutnya dilakukan proses pengkodean. Kemudian data akhir yang dihasilkan dimasukkan ke dalam SPSS for Windows versi 20 untuk dilakukan analisis data dengan uji statistik non-parametrik rank spearman (untuk data berbentuk ordinal). Lalu data kuantitatif akan diolah dengan uji korelasi rank Spearman untuk melihat hubungan antar dua variabel yaitu sarana pengendalian yang digunakan pemimpin dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengelolaan sampah di bank sampah. Perhitungan data dilakukan menggunakan Microsoft Excel. Setelah data dihitung dalam tabel, masukkan ke dalam rumus uji korelasi Spearman : rs = 1- 6∑d2 n(n2-1) Keterangan: Ρ atau rs : koefisien korelasi Spearman rank d : determinan n : jumlah data atau sampel Setelah mendapatkan hasil perhitungan tersebut, nilai korelasi Spearman hitung (rs) diperbandingkan dengan Spearman tabel (rs tabel). Keputusan dapat diambil dari perbandingan tersebut. jika rs > rs tabel, H0 ditolak dan H1 diterima begitupun sebaliknya. Artinya, terdapat hubungan antara variabel x dengan y. Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Pertama ialah proses reduksi data dimulai dari proses pemilihan, penyederhanaan, abstraksi, hingga transformasi data hasil wawancara
13
mendalam, observasi, dan studi dokumen. Tujuan dari reduksi data ini ialah untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak perlu. Reduksi data dilakukan menurut data kualitatif yang diperoleh. Kedua ialah penyajian data yang berupa menyusun segala informasi dan data yang diperoleh menjadi serangkaian kata-kata yang mudah dibaca ke dalam sebuah laporan. Penyajian data berupa narasi. Verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah pada tahap reduksi. Verifikasi dilakukan dengan mendiskusikan hasil olahan data kepada responden, informan, dan dosen pembimbing. Seluruh hasil penelitian pada akhirnya dituliskan dalam laporan skripsi. Definisi Operasional Sarana Pengendalian Sarana pengedalian merupakan usaha pemberian imbalan kepada anggota dari suatu kelompok yang menaati dan pemberian hukuman kepada mereka yang tidak menaati peraturan sehingga dapat efektif dalam mencapai tujuan organisasi. Sarana pengendalian dibedakan menjadi utilitarian, coercive, dan normative. Dalam mengukur sarana pengendalian Ketua bank sampah, digunakan beberapa tanda yang memiliki indikator. Indikator – indikator tersebut merupakan variabel yang akan diukur dengan menggunakan skala Likert, yaitu: Sangat setuju (skor 4) Setuju (skor 3) Tidak setuju (skor 2) Sangat tidak setuju (skor 1) Tingkat Penawaran Keuntungan (Utilitarian) Pengendalian utiliter yaitu pemimpin menggunakan sarana material untuk tujuan mengendalikan pengikutnya yang mencerminkan kekuatan utiliter (utilitarian). Sarana pengendalian ini ditandai dengan memberikan imbalan yang berbentuk barang atau jasa. Misalnya dengan pemberian uang yang kepada seseorang dapat memperoleh suatu barang atau jasa. Sarana pengendalian utiliter ditandai dengan : 1. Pemimpin memberi imbalan kepada warga yang berpartisipasi Pemimpin mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam bank sampah dengan cara memberi imbalan. Indikator yang digunakan untuk mengukur pemimpin memberi imbalan agar warga berpartisipasi di bank sampah adalah : Ketua bank sampah menjelaskan keuntungan yang akan didapat apabila warga berpartisipasi Ketua bank sampah menjanjikan barang atau jasa kepada warga yang berpartisipasi Ketua bank sampah menjanjikan imbalan kepada nasabah yang mengikuti sosialisasi
14
Ketua bank sampah menjanjikan imbalan kepada nasabah yang mengikuti pelatihan pengolahan sampah
2. Pemimpin memberikan balasan kepada anggota Pemimpin mengakui kerja anggotanya agar anggota merasa dihargai dan tidak sia-sia pekerjaannya. Indikator yang digunakan untuk mengukur pemimpin menghargai kerja anggotanya adalah : Ketua bank sampah mengadakan acara untuk para nasabah Ketua bank sampah memberi pujian kepada nasabah yang rajin mengumpulkan sampah Ketua bank sampah selalu menanggapi keluhan atau masukan dari nasabah 3. Pemimpin menggunakan reward untuk memotivasi anggota Pemimpin memberikan penghargaan kepada kepada anggota yang memenuhi kriteria tertentu agar anggota lain merasa lebih termotivasi. Indikator yang digunakan untuk mengukur memotivasi anggota dengan menggunakan reward adalah : Ketua bank sampah memberikan reward kepada nasabah yang mengumpulkan sampah terbanyak Ketua bank sampah memberikan reward kepada nasabah yang mengumpulkan sampah terbanyak Ketua bank sampah memberikan reward kepada nasabah yang menyetorkan sampah yang sudah dirapikan Berdasarkan total indikator yang digunakan, variabel sarana pengendalian utiliter yang diterapkan Ketua Bank Sampah dapat dikategorikan menjadi: Rendah : jumlah < 33 (skor 1) Sedang : 38 < jumlah > 33 (skor 2) Tinggi : jumlah > 38 (skor 3) Tingkat Menggunakan Paksaan (Coersive) Pengendalian koersif yaitu pemimpin menggunakan penerapan sarana fisik yang disebut kekuatan memaksa (coercive). Sarana pengendalian ini dicirikan dengan penggunaan senjata, cambuk, ancaman-ancaman atau pemaksaan yang bisa berupa sanksi fisik. Sarana pengendalian koersif ditandai dengan : 1. Pemimpin memaksa untuk berpartisipasi Pemimpin mengajak dengan cara memaksa agar berpartisipasi. Indikator yang digunakan untuk mengukur pemimpin mengajak warga untuk berpartisipasi dengan cara memaksa adalah : Ketua bank sampah membujuk warga untuk berpartisipasi dengan memaksa
15
Ketua bank sampah mengharuskan nasabah menaati semua peraturan yang ada di bank sampah Ketua bank sampah membuat nasabah melakukan kegiatan yang ada di bank sampah dengan terpaksa
2. Pemimpin menggunakan ancaman Pemimpin menggunakan ancaman untuk mengajak warga berpartisipasi dalam bank sampah dan anggota agar patuh pada pemimpinnya. Indikator yang digunakan untuk mengukur pemimpin menggunakan ancaman untuk menertibkan anggotanya adalah : Ketua bank sampah mengancam agar warga mau berpartisipasi dalam bank sampah Ketua bank sampah memberi ancaman agar keluar dari nasabah menjadi patuh Ketua bank sampah ditakuti oleh para nasabah 3. Pemimpin memberi hukuman Pemimpin menggunakan hukuman untuk anggotanya agar anggota menuruti semua perintah dari pemimpin. Indikator yang digunakan untuk mengukur pemimpin memberikan hukuman kepada anggotanya adalah :
Ketua bank sampah memberi hukuman kepada nasabah yang tidak menaati aturan yang ada di bank sampah Ketua merasa perlu untuk memberi hukuman kepada nasabah yang tidak menaati aturan Ketua bank sampah membuat nasabah menjadi takut mengeluarkan pendapat Ketua bank sampah membuat nasabah tidak betah bergabung di bank sampah
Berdasarkan total indikator yang digunakan, variabel sarana pengendalian utiliter yang diterapkan Ketua Bank Sampah dapat dikategorikan menjadi: Rendah : jumlah < 13 (skor 1) Sedang : 15 < jumlah > 13 (skor 2) Tinggi : jumlah > 15 (skor 3) Tingkat Kesamaan Pandangan (Normative) Pengendalian normatif yaitu pemimpin menggunakan simbol-simbol atau kesamaan pandangan untuk tujuan pengendalian yang disebut kekuatan normatif (normative). Sarana pengendalian normatif ditandai dengan : 1. Pemimpin menggunakan sarana pengajian untuk melakukan sosialisasi Pemimpin menggunakan kegiatan rutin keagaman seperti pengajian untuk mensosialisasikan tentang bank sampah kepada warga. Indikator yang digunakan untuk mengukur pemimpin menggunakan saran pengajian adalah :
16
Ketua bank sampah mensosialisasikan rutin setiap ada kegiatan pengajian Ketua bank sampah menggunakan ajaran agama dalam memimpin
2. Pemimpin menggunakan pendekatan tokoh-tokoh agama Pemimpin menggunakan pendekatan melalui tokoh-tokoh agama untuk mensosialisasikan bank sampah kepada warga. Indikator yang digunakan untuk mengukur pemimpin menggunakan pendekatan dengan tokoh-tokoh agama adalah : Ketua bank sampah meminta tolong kepada tokoh agama untuk berceramah yang berkaitan dengan sampah Ketua bank sampah meminta bantuan kepada tokoh agama sekitar untuk mengajak warga berpartisipasi di bank sampah Ketua bank sampah mempengaruhi tokoh-tokoh agama sekitar untuk berpartisipasi di bank sampah 3. Pemimpin memberikan contoh Pemimpin memberikan contoh kepada warga dengan mengikuti kagiatan yang ada di bank sampah. Indikator yang digunakan untuk mengukur pemimpin memberikan contoh adalah : Ketua bank sampah menjadi anggota bank sampah Ketua bank sampah rutin menyetorkan sampah ke bank sampah Ketua bank sampah selalu hadir dalam sosialisasi tentang bank sampah Ketua bank sampah terlibat dalam pelatihan pengelolaan sampah Ketua bank sampah memilki rumah yang bersih Berdasarkan total indikator yang digunakan, variabel sarana pengendalian normatif yang diterapkan Ketua Bank Sampah dapat dikategorikan menjadi: Rendah : jumlah < 20 (skor 1) Sedang : 22 < jumlah > 20 (skor 2) Tinggi : jumlah > 22 (skor 3)
Jenis Partisipasi Masyarakat Jenis partisipasi masyarakat yaitu macam-macam keterlibatan masyarakat dalam menentukan arah, strategi dalam kebijakan kegiatan, memikul beban dalam pelaksanaan kegiatan, dan memetik hasil dan manfaat kegiatan secara merata. Dalam mengukur jenis partisipasi masyarakat, digunakan beberapa tanda yang memiliki indikator. Indikator – indikator tersebut merupakan variabel yang akan diukur yaitu: Ya (skor 2) Tidak (skor 1)
17
1. Tingkat Partisipasi karena Menguntungkan (Kalkulatif) Tingkat partisipasi karena menguntungkan adalah Seberapa besar dorongan untuk berpartisipasi yang berorientasi pada hubungan keuntungan, seperti kontak-kontak bisnis. Partisipasi ini didasari oleh keinginan untuk memperoleh keuntungan dengan ikut berpartisipasi. Jenis partisipasi kalkulatif ditandai dengan : Warga berpartisipasi karena ingin mendapatkan keuntungan Warga berpartisipasi karena diberi imbalan Warga ingin berpartisipasi jika ada imbalan yang didapat Warga berpartisipasi karena ingin mendapatkan prestise Warga berpartisipasi di bank sampah karena ada tabungan uang yang dapat membantu perekonomiannya Berdasarkan total indikator yang digunakan, variabel partisipasi kalkulatif dapat dikategorikan menjadi: Rendah : jumlah < 6 Sedang : 7 ≤. jumlah > 6 (skor 2) Tinggi : jumlah > 7 (skor 3) 2. Tingkat Partisipasi karena Terpaksa (Alienatif) Tingkat partisipasi karena terpaksa adalah seberapa besar dorongan untuk berpartisipasi karena keterpaksaan, yang dimana satu pihak ingin memaksakan dan memanipulasi kepentingannya dari pihak lainnya. Partisipasi ini didasari oleh keterpaksaan dari pihak yang diajak untuk berpartisipasi. Jenis partisipasi alienatif ditandai dengan : Warga merasa terpaksa untuk berpartisipasi Warga dipaksa oleh pemimpin untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan Warga berpartisipasi bukan murni keinginan dirinya sendiri Warga berpartisipasi karena ancaman dari pemimpinnya Warga takut mendapat hukuman apabila tidak berpartisipasi dalam suatu kegiatan Berdasarkan total indikator yang digunakan, variabel partisipasi alienatif dapat dikategorikan menjadi: Rendah : jumlah < 5 (skor 1) Sedang : 5 (skor 2) Tinggi : jumlah > 5 (skor 3) 3. Tingkat Partisipasi karena Kesesuaian Gagasan (Moral) Tingkat kesertaan karena kesesuaian gagasan adalah Seberapa besar dorongan untuk berpartisipasi karena berorientasi pada komitmen-komitmen berdasarkan internalisasi norma-norma dan identifikasi kewibawaan atau
18
karena tekanan kelompok-kelornpok sosial. Jenis partisipasi moral ditandai dengan : Masyarakat berpartisipasi karena sadar akan kebersihan lingkungan Masyarakat berpartisipasi karena kebersihan itu sebagian dari iman Masyarakat berpartisipasi karena merasa kebersihan adalah tanggung jawab bersama Masyarakat berpartisipasi karena tidak ingin dianggap berbeda oleh yang lain Masyarakat berpartisipasi karena murni keinginan diri sendiri dan tidak ada maksud negatif Berdasarkan total indikator yang digunakan, variabel partisipasi moral dapat dikategorikan menjadi: Rendah : jumlah < 7 (skor 1) Sedang : 8 < jumlah > 7 (skor 2) Tinggi : jumlah > 8 (skor 3) Partisipasi Nasabah dalam Bank Sampah Partisipasi nasabah dalam bank sampah yaitu keikutsertaan nasabah dalam kegiatan yang ada di bank sampah. Kegiatan tersebut berupa mengumpulkan, memilah, dan menabung sampah, keikutsertaan dalam sosialisasi, dan keikutsertaan dalam kegiatan pelatihan pengolahan sampah. Dalam mengukur partisipasi masyarakat dalam bank sampah, digunakan beberapa tanda yang memiliki indikator. Indikator – indikator tersebut merupakan variabel yang akan diukur yaitu: Ya (skor 2) Tidak (skor 1) 1. Tingkat Kehadiran dalam Sosialisasi Tingkat kehadiran dalam sosialisasi adalah seberapa sering masyarakat hadir atau berpartisipasi pada kegiatan diskusi yang diadakan saat sosialisasi oleh bank sampah. Tingkat kehadiran dalam sosialisasi ditandai dengan : Jumlah kehadiran dalam sosialisasi Motivasi mengikuti bank sampah salah satunya dipengaruhi melalui sosialisasi Sosialisasi membantu untuk lebih mengerti tentang bank sampah Sosialisasi itu penting Banyak ilmu yang bisa didapatkan dari sosialisasi Berdasarkan total indikator yang digunakan, variabel Tingkat kehadiran dalam sosialisasi dapat dikategorikan menjadi: Rendah : jumlah < 7 (skor 1) Sedang : 9 < jumlah > 7 (skor 2) Tinggi : jumlah > 9 (skor 3)
19
2. Frekuensi Mengumpulkan, Memilah, Menabung, dan Mengolah Sampah Frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah yaitu Intensitas waktu dan jumlah dalam melakukan kegiatan mengumpulkan, memilah, dan menabung sampah. Mengumpulkan sampah adalah kegiatan pengambilan sampah mulai dari tempat pewadahan/penampungan sampah. Memilah sampah adalah memisahkan sampah ke dalam kelompok atau berdasarkan jenis yang sama. Menabung sampah adalah memberikan sampah yang sudah dipilah dan dikumpulkan kepada bank sampah terdekat untuk dicatat dalam buku tabungan. Mengolah sampah adalah membuat sampah menjadi barang yang mempunyai nilai ekonomi atau estetika. Frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah ditandai dengan : Sampah yang dikumpulkan harus terkumpul banyak sebelum disetorkan Sampah dipilah berdasarkan jenisnya Sampah disetorkan rutin yaitu satu minggu sekali Sampah dibersihkan sebelum disetorkan Mengolah sampah menjadi barang yang bisa digunakan kembali seperti tas atau dompet Berdasarkan total indikator yang digunakan, variabel frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah dapat dikategorikan menjadi: Rendah : jumlah < 7 (skor 1) Sedang : 8 < jumlah > 7 (skor 2) Tinggi : jumlah > 8 (skor 3)
3. Tingkat Kehadiran dalam Kegiatan Pelatihan Pengelolaan Sampah Tingkat kehadiran dalam kegiatan pelatihan pengelolaan sampah adalah seberapa sering masyarakat hadir atau berpartisipasi pada kegiatan yang bertujuan untuk memberikan praktek dan keterampilan mengenai daur ulang sampah menjadi hal-hal yang bernilai. Tingkat kehadiran dalam kegiatan pelatihan pengelolaan sampah ditandai dengan : Jumlah kehadiran dalam pelatihan pengelolaan sampah Waktu diselenggarakannya pelatihan pengelolaan sampah Materi yang diajarkan dalam pelatihan dapat menarik minat Manfaat yang didapatkan dari mengikuti pelatihan pengelolaan sampah Penerapan ilmu dari pelatihan di kehidupan sehari-hari Berdasarkan total indikator yang digunakan, variabel Tingkat kehadiran dalam kegiatan pelatihan pengelolaan sampah dapat dikategorikan menjadi: Rendah : jumlah < 5 (skor 1) Sedang : 7 < jumlah > 5(skor 2) Tinggi : jumlah > 7 (skor 3)
20
21
GAMBARAN DESA BENTENG SEBAGAI LOKASI BANK SAMPAH Kondisi Geografis Desa Benteng merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah 248,5 Ha yang terdiri dari 82 Ha areal persawahan dan 152,2 Ha tanah darat. Sebelah utara Desa Benteng berbatasan dengan Desa Ranca Bungur, sebelah timur berbatasan dengan Kampus IPB Dramaga, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bojong Rangkas dan Desa Cibanteng, daan sebelah barat berbatasan dengan Desa Ciampea. Desa Benteng terletak pada jarak satu kilometer dari pusat pemerintahan Kecamatan Ciampea. Perjalanan yang ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor menghabiskan sepuluh hingga 15 menit dari kampus IPB Dramaga. Adapun jarak dari Desa Benteng ke pusat pemerintahan kabupaten sebesar 40 km, jarak dengan pusat pemerintahan provinsi sebesar 133 km, dan jarak Desa Benteng dengan pusat pemerintahan negara sebesar 60 km. Tabel 2. Jenis pemanfaatan lahan di Desa Benteng di tahun 2014 Luas Pemanfaatan Luas Lahan (Ha) Persentase (%) 77.5 Pemukiman 91.5 Pertanian 12 10.2 Perikanan 2 1.7 Prasarana umum lain 12.5 10.6 Total 118 100.0 Sumber : Data Monografi Desa Benteng 2014 (diolah)
Lahan di Desa Benteng sudah lebih banyak dimanfaatkan untuk pemukiman dan prasarana umum lainnya. Berdasarkan Tabel 2 luas lahan pemukiman merupakan pemanfaatan paling besar dengan persentase sebesar 77.5 persen dan prasarana umum lainnya sebesar 10.6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pemukiman yang semakin luas mengakibatkan tempat untuk pembuangan akhir sampah menjadi terbatas. Pemukiman semakin luas akibat bertambahnya jumlah penduduk. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor mencatat jumlah penduduk Desa Benteng pada tahun 2012 sampai 2014 mengalami peningkatan dari 12.086 jiwa menjadi 12.517 jiwa. Artinya semakin padatnya jumlah penduduk maka luas lahan pemukiman akan terus bertambah. Padatnya jumlah penduduk juga mengakibatkan bervariasinya struktur mata pencaharian yang ada di Desa Benteng. Struktur mata pencaharian di Desa Benteng sangat beragam. Penduduk berdasarkan mata pencahariannya dapat dilihat pada Tabel 2. Mata pencaharian mayoritas warga Desa Benteng adalah buruh migran dengan persentase sebesar 44.2 persen (Tabel 3). Banyaknya buruh migran di Desa Benteng karena banyak laki-laki yang sudah berumah tangga dan perempuan yang belum menikah memilih bekerja di luar Bogor. Mereka biasanya pulang ke rumah pada hari
22
KecamataLuas libur seperti sabtu atau minggu. Lalu mata pencaharian minoritas salah satunya adalah petani sebesar 1.3 persen. Padahal luas lahan pertanian di Desa Benteng cukup luas. Hal tersebut bisa disebabkan karena pengaruh masuknya modernisasi sehingga menyebabkan banyak masyarakat yang tidak mau menjadi petani. Tabel 3. Jumlah dan persentase penduduk menurut jenis pekerjaan di Desa Benteng pada tahun 2014 Jenis Pekerjaan Jumlah % Petani 40 1.3 Buruh Tani 286 9.2 Buruh Migran 1372 44.2 Pegawai Negeri Sipil 438 14.1 Pengrajin Industri Rumah Tangga 10 0.3 Pedagang Keliling 79 2.5 Peternak 12 0.4 Montir 3 0.1 Dokter Swasta 2 0.1 Bidan Swasta 2 0.1 Perawat Swasta 39 1.3 Pembantu Rumah Tangga 88 2.8 TNI 49 1.5 POLRI 8 0.3 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 227 7.3 Pengacara 2 0.1 Dukun Kampung Terlatih 5 0.2 Jasa Pengobatan Alternatif 3 0.1 Dosen Swasta 2 0.1 Karyawan Perusahaan Pemerintah 438 14 Jumlah 3.105 100.0 Sumber: Profil Desa Benteng 2014 (diolah).
Jumlah penduduk di Desa Benteng sebesar 12.517 jiwa dengan 2782 KK. Total jumlah penduduk terdiri dari 5.640 laki-laki dan 6.887 perempuan (Gambar 2). Berdasarkan data pada Gambar 2, dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk terbanyak mempunyai rentang usia 40-49 tahun. Terlihat bahwa penduduk usia tua jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan penduduk usia muda (Gambar 2). Rendahnya angka kelahiran di Desa Benteng mencirikan bahwa desa tersebut memiliki masyarakat yang sudah maju. Dengan jumlah penduduk yang akan terus bertambah maka akan berdampak langsung pada jumlah sampah yang dihasilkan per harinya. Sampah yang terus bertambah dapat di hindarkan dampak negatifnya salah satunya dengan mendirikan bank sampah. Bank sampah mempunyai tujuan untuk memanfaatkan sampah menjadi barang yang bernilai dan terjaga kebersihan lingkungan.
23
Gambar 2. Piramida penduduk Desa Benteng tahun 2014
Sumber : Data Demografi Desa Benteng 2014 (diolah).
Mayoritas penduduk di Desa Benteng memeluk agama Islam sebesar 9.805 orang dan agama-agama lain seperti Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Khong Hu Cu seperti yang dijelaskan pada lampiran. Selain agama, tingkat pendidikan masyarakat di Desa Benteng tergolong baik. Tabel 4. Jumlah dan Persentase masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Benteng tahun 2014 Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase Tamat SD/Sederajat 1407 34.7 Tamat SMP/Sederajat 820 20.2 Tamat SMA/Sederajat 1394 34.4 Tamat D-1/Sederajat 86 2.12 Tamat D-2/Sederajat 80 1.9 Tamat D-3/Sederajat 78 1.9 Tamat S-1/Sederajat 126 3.1 Tamat S-2/Sederajat 49 1.2 Tamat S-3/Sederajat 5 0.1 Tamat SLB A 2 0.04 Tamat SLB B 5 0.34 Total 4052 100.0 Sumber : Data Demografi Desa Benteng 2014 (diolah)
Kondisi masyarakat di Desa Benteng berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan data yang ada pada Tabel 3 terlihat bahwa tingkat pendidikan mayoritas masyarakat di Desa Benteng adalah lulusan SD sebesar 34.7 persen dan lulusan SMA atau sederajat sebesar 34.4 persen. Terlihat dari data tersebut jumlah masyarakat yang lulusan SD hampir sama dengan masyarakat yang lulusan SMA. Artinya, banyak dari warga yang sudah sadar akan pendidikan sehingga mereka menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, tetapi juga masih banyak belum terlalu sadar akan pentingnya
24
pendidikan. Hal ini disebabkan karena pendapatan yang tidak mencukupi untuk biaya sekolah. Pengembangan Bank Sampah Asri Mandiri Bank Sampah Asri Mandiri merupakan ide yang dicetuskan oleh salah satu pengurus RW bernama YT. Berbekal kesuksesan beliau mengelola bank sampah di Depok yang membuat beliau ingin mencoba di Desa Benteng. Awalnya pada rapat pengurus RW membahas tentang masalah sampah. Saat sedang berjalannya diskusi tersebut, ada seorang ibu bernama YT yang mengusulkan untuk membuat bank sampah. Kebetulan beliau adalah mantan lurah di daerah Depok yang mendirikan bank sampah juga. Berbekal pengalamannya mendirikan bank sampah disana dan berhasil, beliau mengusulkan agar di RW 06 Desa Benteng juga ada bank sampah. Ide tersebut disetujui oleh semuanya dan akhirnya direalisasikan pada tanggal 1 Desember 2013. Bank sampah ini diciptakan untuk mengatasi sampah agar tidak menimbulkan dampak yang negatif bagi warga disana dan terciptanya lingkungan yang bersih, indah, dan nyaman. Tujuan lain diciptakannya bank sampah ini adalah untuk menjadi kawasan bebas sampah atau Zero Waste dan dapat menfasilitasi warga dalm mengelola sampah rumah tangga secara mandiri dengan basis 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Bank Sampah Asri Mandiri berada di RW06 Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Bank Sampah Asri Mandiri adalah satu-satunya bank sampah yang ada di Kecamatan Ciampea. Sejak awal diresmikannya Bank Sampah Asri Mandiri, warga di sekitar antusias dan segera mendaftar menjadi nasabah. Terbukti sampai saat ini tercatat jumlah nasabah sudah mencapai 121 orang. Hal tersebut dapat terjadi karena ada sosialisasi sebelumnya tentang bank sampah. Strategi awal bank sampah untuk menarik warga agar mau berpartisipasi adalah melalui sosialisasi yang dibarengi dengan acara-acara besar disana seperti senam bersama sekaligus acara peresmian bank sampah yang dihadiri oleh Bapak Camat. Hal tersebut ternyata mampu menarik minat warga untuk ikut berpartisipasi. Sosialisasi lainnya juga dilakukan di gedung serbaguna dengan menyebar undangan untuk semua warga RW06. Sosialisasi tersebut membantu warga agar lebih mengerti tentang bank sampah seperti manfaatnya, pengelolaanya, dan dampak positif dari adanya bank sampah. Menjelang satu tahun berjalan, bank sampah ini sudah mempunyai 107 nasabah dengan jumlah tabungan sebesar delapan juta rupiah. Jumlah nasabah terus bertambah walaupun tidak signifikan. Bertambahnya jumlah nasabah ini membuktikan bahwa warga peduli terhadap masalah sampah dan ingin menyelesaikan bersama karena hal tersebut merupakan tanggung jawab semua. Hal tersebut juga dikarenakan banyak warga yang masih peduli terhadap lingkungannya sehingga ingin berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh RW seperti bank sampah. “Kebanyakan memang orang-orang disini kalau ada program atau kegiatan dari RW pasti pada ikut biar sukses. Apalagi ibuibu kalau disuru jadi pengurus pada semangat”. (SHI, 46 tahun, warga RW06.)
25
Bank sampah ini juga memiliki program pengolahan sampah menjadi kerajinan seperti dompet atau tas yang terbuat dari sampah plastik bekas deterjen, kopi, pewangi pakaian, dan lain-lain. Ibu-ibu yang mengelola pembuatan kerajinan tersebut dengan bermodalkan pelatihan oleh ahli yang didatangkan dari luar desa. Sayangnya dalam hal pemasaran, kerajinan ini belum maksimal dikarenakan strategi yang kurang pas dan promosi yang kurang gencar sehingga tidak berjalan lancar. Bank sampah ini memiliki pengurus-pengurus yang secara sukarela mengelolanya. Keakraban yang ada antar pengurus dijadikan semangat untuk membuat bank sampah ini terus maju. Lalu berkaitan dengan pengolahan sampah, bank sampah sudah melakukan kegiatan pengolahan sampah plastik bekas seperti bungkus deterjen, pewangi, kopi, dan lain-lain. Sampah tersebut diolah menjadi kerajinan seperti dibuat menjadi dompet atau tas. Hasil kerajinan tersebut kemudian dipasarkan di lingkup kecil terlebih dahulu yaitu RW 06. Banyak ibu-ibu yang membeli kerajinan tersebut karena bentuknya yang unik. Pembuatan kerajinan dilakukan oleh ibu-ibu yang ada di RW 06. Ibu-ibu yang membantu dalam proses pembuatan kerajinan ini memperoleh upah dari tiap bagian pekerjaannya. “Lumayan neng kalau ikut yang bikin tas sama dompet itu dapet keuntungan dari tiap tas yang kita kerjain, misalnya 300 perak/resleting buat upah jait resletingnya. Kalau kita jait puluhan dapet lumayan”. (YL, 51 tahun, nasabah). Selain kegiatan pengolahan sampah menjadi kerajinan, bank sampah juga melakukan kegiatan sosial Bank sampah Asri Mandiri juga melakukan kegiatan sosial dalam bidang pendidikan untuk anak-anak yaitu mendirikan Taman Bacaan Masyarakat Mutiara yang memanfaatkan buku-buku sumbangan dari warga RW 06 untuk anak SD dan SMP. Taman bacaan masih ada sampai kepengurusan sekarang dan tetap dirawat agar anak-anak selalu bisa membaca buku disana. Setelah dua tahun kepengurusan bank sampah, saatnya pergantian kepengurusan. Ketua bank sampah sebelumnya Pak Rizal digantikan dengan Pak Koko yang sebelumnya menjabat sebagai wakil ketua bank sampah. Beliau-beliau bergantian posisi, Pak Koko menjadi ketua dan Pak Rizal menjadi wakilnya. Pada kepengurusan yang baru ini Pak Koko ingin memperbaiki dan menambahkan dari program yang terdahulu. Beliau ingin bank sampak semakin baik dan berkembang. Hal-hal yang ingin ditambahkan diantaranya pemasaran dari kerajinan seperti tas dan dompet yang akan diperbaiki dengan menjualnya di tempat yang lebih umum seperti di kantor bank sampah karena sebelumnya kerajinan tersebut dipasarkan di salah satu rumah pengurus bank sampah jadi tidak banyak orang yang tahu tentang produk kerajinan tersebut, mengolah sampah-sampah organik menjadi kompos sehingga kompos bisa dijual, dan meningkatkan sosialiasi tentang bank sampah seperti lewat ceramah atau tokohtokoh agama agar semua warga di RW 06 berpartisipasi di bank sampah karena belum semua warga yang berpartisipasi. Hal tersebut dilakukan agar terwujudnya RW06 yang bebas sampah. Jenis-jenis sampah yang bisa disetorkan ke Bank Sampah Asri Mandiri adalah sampah anorganik yang nanti akan dibeli oleh para pengepul. Harga dari
26
sampah tergantung dari jenisnya. Harga dari jenis sampah bisa berubah tergantung harga yang ditetapkan oleh pengepul. Tabel 5 di bawah ini adalah jenis-jenis sampah yang bisa disetorkan ke Bank Sampah Asri Mandiri disertai dengan harga perkilonya . Tabel 5. Daftar harga sampah sesuai jenisnya di Bank Sampah Asri Mandiri Jenis Barang Harga / kg Gelas Aqua (GA) bersih 4,500.00 Gelas Aqua (GA) kotor 2.400,00 Gelas warna (MONTI) 2.000,00 Botol Aqua (BODONG) bersih 2.400,00 Botol Aqua (BODONG) kotor 1.000,00 Bodong Warna 1.000,00 Botol kaca/ beling 200,00 Kaleng minuman (POCARI) 8.000,00 Kaleng lainnya 150,00 Kardus 900,00 Duplek 700,00 Koran 1,500.00 Buku/ Majalah 800.00 Emberan 1,400.00 Besi Super 1,600.00 Besi Campur/ baja ringan/ stalbes 900.00 Alumunium 8,000.00 Tembaga 33,000.00 Campuran 600.00 Ban Motor 1,500.00 Ban Mobil 400.00 Sumber : Profil Bank Sampah Asri Mandiri 2013
Profil Ketua Bank Sampah Asri Mandiri Ketua Bank Sampah Asri Mandiri bernama KKM. Beliau berumur 58 tahun. Beliau sudah pensiun dari pekerjaannya. Pekerjaan dahulu adalah seorang peneliti di Litbang Pertanian selama 38 tahun. Beliau sangat menyukai pekerjaannya di bidang ini dan mendapatkan banyak ilmu tentang pengelolaan limbah. Berbekal pengetahuannya di bidang pengelolaan limbah inilah yang membuat KO semakin peduli dengan lingkungan dan ingin berbuat sesuatu yang lebih agar lingkungan semakin bersih. Salah satunya dengan menjadi ketua Bank Sampah Asri Mandiri. Perannya sebagai ketua dianggap beliau sebagai andil dalam mengatasi masalah sampah yang terus bertambah. Beliau ingin lingkungan khususnya di RW 06 bebas dari permasalahan yang timbul dari sampah. Beliau juga mendirikan rumah kompos di RT 06 yang merupakan kawasan tempat tinggal beliau. Rumah kompos ini sudah berjalan dua tahun lebih dan berdampak positif yaitu lingkungan RT 06 bebas sampah. Sampah organik dikelola menjadi kompos dan sampah anorganik disetorkan ke bank sampah. Beliau mengharapkan ke depannya RW 06 juga menjadi lingkungan yang bebas sampah.
27
Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah nasabah Bank Sampah Asri Mandiri. Jumlah nasabah yang ada di Bank Sampah Asri Mandiri sebanyak 121 orang yang terdiri dari 104 perempuan dan 17 laki-laki. Jumlah nasabah yang dijadikan sebagai responden penelitian ini adalah sebanyak 50 nasabah yang terdiri dari 43 responden perempuan dan 7 responden laki-laki. Nasabah di bank sampah ini didominasi oleh perempuan. Hal ini disebabkan karena banyaknya laki-laki atau suami yang bekerja di luar jadi hanya perempuan atau istri yang menjadi nasabah bank sampah. Nasabah perempuan di bank sampah mayoritas adalah ibu rumah tangga tetapi ada juga yang bekerja sebagai PNS. Nasabah lakilaki di bank sampah hampir semuanya adalah pensiunan dan sudah tidak bekerja lagi.
28
29
SARANA PENGENDALIAN, JENIS PARTISIPASI, DAN BENTUK PARTISIPASI NASABAH Sarana Pengendalian yang Diterapkan Ketua Bank Sampah Sarana pengendalian yang diterapkan oleh pemimpin dibagi menjadi tiga macam diantaranya sarana pengendalian bersifat koersif (coercive power), sarana pengendalian bersifat utiliter (utilitarian power), dan sarana pengendalian normatif (normative power). Ketiga sarana pengendalian tersebut dapat diterapkan dengan tujuan untuk mempengaruhi nasabah di Bank Sampah Asri Mandiri dan masyarakat khususnya warga RW 06 Desa Benteng agar meningkatnya partisipasi di bank sampah. Sarana pengendalian yang koersif berarti intinya memaksa atau menggunakan ancaman bahkan kekerasan. Menurut Etzioni (1982) penggunaan kekuatan koersif ini lebih bersifat menekankan subjeknya sehingga menjadi tunduk. Sarana pengendalian utiliter adalah sarana pengendalian yang memberikan keuntungan agar terpengaruh. Biasanya dengan menggunakan simbol seperti uang agar subjeknya dapat terpengaruh. Sarana pengendalian normatif adalah Seorang pemimpin, dalam hal ini adalah seorang ketua bank sampah, dapat menerapkan lebih dari satu sarana pengendalian. Namun, pasti ada satu sarana pengendalian yang paling dominan dalam hal untuk meningkatkan partisipasi warga ataupun nasabah. Warga atau nasabah dapat merasakan dan menilai sarana pengendalian yang diterapkan ketua bank sampah. Berikut adalah penilaian dari responden terhadap pengendalian yang diterapkan ketua bank sampah. Tabel 6. Jumlah dan persentase tingkat penilaian responden terhadap pengendalian yang diterapkan ketua bank sampah menurut jenis pengendalian Jenis Pengendalian yang Tinggi Sedang Rendah Total Diterapkan Ketua Bank n % n % n % n % Sampah Asri Mandiri Pengendalian Koersif
0
0.0
0
0.0
50
100.0
50
100.0
Pengendalian Normatif
16
32.0
12
24.0
22
44.0
50
100.0
Pengendalian Utiliter
37
74.0
6
12.0
7
14.0
50
100.0
Berdasarkan Tabel 6, proporsi penilaian responden relatif menunjukkan jenis pengendalian yang diterapkan ketua bank sampah adalah cenderung pengendalian utiliter. Persentase lebih tinggi pada kategori tinggi di pengendalian utiliter sebesar 74 persen, pengendalian normatif sebesar 32 persen, dan pengendalian koersif sebesar 0 persen. Artinya, hampir sebagian besar responden menilai bahwa ketua cenderung menerapkan pengendalian utiliter. Pengendalian
30
utiliter dilakukan dengan menawarkan keuntungan yang akan didapatkan apabila berpartisipasi di bank sampah. Pengendalian normatif juga dilakukan oleh ketua dengan memberikan contoh kepada yang lain. Penawaran keuntungan dilakukan dengan memberitahu rincian harga perkilo dari setiap barang yang bisa disetorkan ke bank sampah. Hal tersebut dilakukan pada saat sosialisasi dengan membagikan selembaran berisi harga sampah. Cara menawarkan keuntungan yang lainnya adalah dengan memberi kalimat persuasif yang dikaitkan dengan keuntungan. Misalnya dengan memberi tahu kepada warga bahwa akan ada tabungan yang bisa diambil setahun sekali. Hal tersebut dilakukan agar warga mendapat uang yang sudah terakumulasi selama satu tahun penyetoran sehingga akan merasa senang sesudah mendapat uang yang cukup banyak dari hasil menjual sampah. Pengendalian utiliter ini juga dilakukan ketua dengan menghargai nasabah dan memberi penghargaan kepada nasabah yang memenuhi syarat tertentu. Ketua menghargai nasabah dengan cara mengadakan acara untuk nasabah. Acara tersebut biasanya dilakukan saat memperingati ulang tahun bank sampah. Acara diisi dengan bazar, senam pagi, dan membagikan uang tabungan para nasabah. Hal tersebut juga sama dengan pernyataan responden berikut. “.....iya bank sampah disini mah suka ngadain acara pas ulang tahun bank sampah sekalian ngebagiin uang tabungan Neng. Biasanya kaya acara bazar gitu ato senam pagi yang waktu itu didatengin sama Pak Camat...” (R, 43 Tahun, Nasabah) Lalu ketua juga memberi penghargaan kepasa nasabah yang memenuhi kriteria. Kriteria tersebut diantaranya nasabah mengumpulkan sampah terbanyak selama setahun, menyetorkan sampah yang paling bersih dan rapih, dan menyetorkan sampah paling rutin selama setahun. Pernyataan responden berikut juga sejalan dengan pernyataan diatas bahwa bank sampah memberikan hadiah kepada nasabah yang memenuhi syarat tersebut. “.....oh iya Neng kalo pas ulang tahun bank sampah suka ada hadiah buat yang ngumpulin sampah terbanyak, paling sering, sama paling bersih dan rapih. Saya buktinya pernah dapet hadiah gara-gara ngumpulin sampah terbanyak. Saya mah apa aja yang bisa dikiloin disetorin Neng. Lumayan kan...” (H, 50 Tahun, Nasabah) Pernyataan-pernyataan di atas menunjukkan bahwa pengendalian utiliter yang diterapkan oleh ketua Bank Sampah Asri Mandiri. Terlihat dari jumlah dan persentase yang ada pada Tabel 6. Pengendalian normatif juga diterapkan oleh ketua bank sampah tetapi tidak terlalu dominan. Pengendalian normatif ketua bank sampah yaitu dengan memberi contoh kepada yang lain bahwa ketua juga menyetorkan sampah. Sarana pengendalian normatif juga memiliki jumlah dan persentase tertinggi setelah utiliter dengan nilai indeks delapan dari total kategori sangat setuju dan setuju. Indikator yang memiliki nilai indeks paling tinggi di sarana pengendalian normatif yaitu ketua memberikan contoh kepada nasabah. Artinya, responden setuju bahwa ketua bank sampah memberikan contoh kepada nasabah seperti ketua menjadi nasabah, ketua juga menyetorkan sampah, ketua
31
hadir dan terlibat dalam sosialisasi dan pelatihan, dan rumah ketuatergolong bersih. Hal tersebut juga sejalan dengan pernyataan responden berikut. “.....Pak Koko juga jadi nasabah ko Neng, beliau kalo nyetorin ga rutin emang, itu karena kalo nyetor rekeningnya digabungin sama semua yang ada di RT 06. Terus kalo sosialisasi beliau pasti hadir kecuali yang di arisan gabungan karna semuanya ibu-ibu...” (A, 48 Tahun, Nasabah) Pada kategori rendah yang memiliki penilaian terbanyak yaitu sarana pengendalian koersif dengan persentase 100 persen (Tabel 6). Hal tersebut menunjukkan bahwa responden setuju ketua tidak memaksa warga untuk berpartisipasi di bank sampah, tidak mengancam warga agar berpartisipasi, dan tidak memberlakukan hukuman kepada nasabah. Keikutsertaan warga di bank sampah tersebut secara sukarela tanpa adanya paksaan dari pihak lain. Hal ini diperkuat dengan pernyataan responden yang ditemui di lapangan. “....Boro-boro ngancem Neng, dipaksa aja kan ga pernah. Disini mah bebas mau ikut bank sampah atau gak, kesadaran masing-masing aja buat ikut mah....”. (HSN, 51 Tahun, nasabah). Tabel 7. Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin berdasarkan kategori penilaian pengendalian yang diterapkan ketua bank sampah Jenis Sarana Laki-laki Perempuan Total Pengendalian n % n % n % Koersif 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Normatif 4 8.0 12 24.0 16 32.0 Utiliter 3 6.0 34 68.0 37 74.0 Tabel 7 menunjukkan jumlah persentase responden berdasarkan jenis kelamin yang menilai tentang sarana pengendalian yang diterapkan oleh ketua bank sampah. Terlihat dari tabel bahwa jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Persentase ketua menerapkan sarana pengendalian utiliter mendapat persentase teringgi yaitu sebesar 74 persen yang terdiri dari 6 persen laki-laki dan 68 persen perempuan (Tabel 7). Persentase tertinggi kedua yaitu pada sarana pengendalian normatif sebesar 32 persen yang dipilih oleh 24 persen responden perempuan dan 8 persen responden laki-laki (Tabel 7). Total nasabah laki-laki yang menjadi responden sebanyak 6 orang atau 12 persen dari jumlah responden. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan yang lebih banyak menjadi nasabah bank sampah dan menilai bahwa ketua menggunakan pendekatan keuntungan. Artinya, pendekatan utiliter yang dilakukan oleh ketua bank sampah efektif untuk menarik partisipasi dari warga khususnya perempuan atau ibu rumah tangga karena ibu rumah tangga cenderung berorientasi untuk mendapatkan keuntungan. Selain itu, perempuan (ibu rumah tangga) juga yang paling sering berada di rumah dan paling sering membuang sampah rumah tangga setiap hari.
32
Perempuan ini yang mempunyai banyak waktu di rumah, sehingga mereka yang bisa berpartisipasi di bank sampah. Jenis Partisipasi Masyarakat Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat dalam menentukan arah, strategi dalam kebijakan kegiatan, memikul beban dalam pelaksanaan kegiatan, dan memetik hasil dan manfaat kegiatan secara merata. Dalam hal ini adalah partisipasi masyarakat dalam bank sampah atau motivasi yang mendasari warga untuk ikut dalam bank sampah. Partisipasi tersebut dapat dilihat melalui tiga jenis diantaranya partisipasi karena ingin mendapat keuntungan (kalkulatif), partisipasi karena ingin terpaksa (alienatif), dan partisipasi karena komitmen (moral). Partisipasi yang bersifat kalkulatif adalah berpartisipasi yang didasari oleh keinginan untuk memperoleh keuntungan dengan ikut berpartisipasi. Partisipasi yang bersifat alienatif adalah partisipasi ini didasari oleh keterpaksaan dari pihak yang diajak untuk berpartisipasi. Partisipasi yang bersifat moral adalah berpartisipasi karena berorientasi pada komitmen-komitmen berdasarkan internalisasi norma-norma dan identifikasi kewibawaan atau karena tekanan kelompok-kelornpok sosial. Tabel-tabel berikut memaparkan persentase partisipasi warga RW 06 Desa Benteng berdasarkan indikator partisipasi masyarakat dalam bank sampah. Tabel 8. Jumlah dan persentase responden berdasarkan kategori tingkat partisipasi menurut jenis partisipasi Tinggi Sedang Rendah Total Jenis Partisipasi Nasabah
n
%
n
%
n
%
n
%
Partisipasi Alienatif
0
0.0
0
0.0
50
100.0
50
100.0
Partisipasi Kalkulatif
36
72.0
8
16.0
6
12.0
50
100.0
Partisipasi Moral
27
54.0
19
38.0
4
8.0
50
100.0
Berdasarkan tabel di atas, partisipasi warga di bank sampah cenderung kalkulatif yang berada di kategori tinggi dan mendapatkan persentase tertinggi yaitu sebesar 72 persen (Tabel 8). Artinya, hampir sebagian besar responden yang berpartisipasi di bank sampah cenderung untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang didapatkan berasal dari sampah yang disetorkan ke bank sampah. Banyaknya uang tabungan tergantung pada banyaknya dan juga jenis sampah yang disetorkan. Harga sampah termahal yaitu besi-besi bekas, tembaga, dan sejenisnya. Pernyataan tersebut sesuai dengan responden berikut. “...lumayan Neng ikut bank sampah, bisa nambah-nambah uang buat di dapur. Dapet uangnya juga dari jual sampah yang biasanya kita buang, jadi lumayan Neng walaupun ngambil uangnya setahun sekali, ga kerasa tau-taunya dapet uang yang
33
lumayan banyak. Ibu pernah tuh nyetor besi bekas terus dapet uangnya lumayan...”. (E, 43 tahun, nasabah). Pernyataan responden tersebut menunjukkan bahwa banyak warga yang tertarik ikut berpartisipasi di bank sampah salah satunya karena ada uang yang akan didapatkan dari hasil penjualan sampah. Sampah yang biasanya langsung dibuang dan tidak ada nilainya, kini menjadi berharga dan dapat ditukar dengan uang. Tabel 9. Jumlah dan persentase reponden menurut jenis pekerjaan Nasabah Jenis Pekerjaan n % Ibu Rumah Tangga 40 80.0 Pensiunan 6 12.0 PNS 4 8.0 Total 50 100.0 Mayoritas responden yang berpartisipasi di bank sampah karena ingin mendapatkan keuntungan adalah ibu rumah tangga (Tabel 9). Persentase responden yang berstatus ibu rumah tangga sebesar 80 persen (Tabel 9). Terlihat bahwa jumlah ibu rumah tangga mendominasi di bank sampah ini. Hal ini menunjukkan bahwa ibu rumah tangga berpartisipasi dalam kegiatan bank sampah karena dapat menghasilkan uang. Kegiatan bank sampah yang dapat menghasilkan uang adalah menyetorkan sampah ke bank sampah dan mengikuti pembuatan kerajinan tas dari sampah. Persentase tertinggi kedua pada kategori tinggi berdasarkan penilaian responden relatif menunjukkan partisipasi moral dengan persentase tertinggi kedua pada kategori tinggi yaitu sebesar 54 persen . Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian responden berpartisipasi dalam bank sampah karena sadar akan kebersihan lingkungan. Selain untuk mendapatkan keuntungan nasabah juga ingin menjaga kebersihan lingkungan. Kebersihan lingkungan ini sangat penting untuk dijaga agar tidak menimbulkan dampat negatif kedepannya. Hal ini sejalan dengan pernyataan responden yang setuju bahwa nasabah berpartisipasi karena ingin menjadikan lingkungannya selalu bersih. “...kalau ibu ikut bank sampah karena memang peduli sama lingkungan, gak suka liat sampah numpuk, jadi mending ibu setorin ke bank sampah biar jadi bersih. Ibu juga suka bikin kompos sendiri dari daun-daun yang udah jatoh dan rencananya juga kalo kesampean ibu mau coba buat biogas dek...”. (SFR, 43 tahun, nasabah). Partisipasi nasabah di bank sampah ini dimotivasi oleh keingingan untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang didapatkan berasal dari sampah yang disetorkan dan mengikuti pengolahan sampah yaitu pembuatan tas dompet dari plastik bekas makanan atau minuman. Selain untuk mendapatkan keuntungan,
34
sebagian dari responden juga ingin menjaga kebersihan lingkungan agar daya dukung lingkungan tidak melebihi batasnya. Kedua motivasi tersebut dapat berjalan dengan baik karena keduanya dapat hubungan timbal balik yang positif. Partisipasi alienatif atau partisipasi karena keterpaksaan mendapatkan persentase tertinggi di kategori rendah yaitu sebesar 100 persen (Tabel 9). Hal ini menggambarkan bahwa semua warga yang berpartisipasi dalam bank sampah tidak ada yang secara terpaksa. Tidak ada rasa keterpaksaan dari nasabah untuk melakukan kegiatan yang ada di bank sampah seperti mengumpulkan sampah, menyetorkan ke bank sampah, mengikuti sosialisasi, dan mengikuti kegiatan pengolahan sampah. Keinginan untuk ikut bank sampah adalah niat dari nasabah pribadi yang ingin berpartisipasi atau secara sukarela. Pernyataan tersebut sejalan dengan penilaian warga bahwa tidak ada yang merasa terpaksa dalam berpartisipasi di bank sampah. “....Disini tidak pernah ada ketuanya atau pengurus yang maksa warga buat ikut bank sampah. Warganya aja yang mau sendiri atau sadar sendiri ikut partisipasi di bank sampah biar sukses programnya sama lingkungannya bersih....”. (SHI, 46 Tahun, nasabah). Bentuk Partisipasi Nasabah Di Bank Sampah Asri Mandiri Partisipasi nasabah dalam bank sampah adalah keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan yang ada di bank sampah. Kegiatan tersebut berupa keikutsertaan dalam sosialisasi, mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah, dan keikutsertaan dalam kegiatan pelatihan pengolahan sampah. Keikutsertaan dalam sosialisasi dinilai dari intensitas kehadiran, pentingnya mengikuti sosialisasi, dan manfaat yang diterima setelah adanya sosialisasi. Frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah dapat dinilai dari intensitas, jumlah, dan kerapihan. Lalu keikutsertaan dalam kegiatan pelatihan pengolahan sampah dapat dinilai dari intensitas, waktu, dan manfaat yang diterima. Tabel 10. Jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan bentuk partisipasi dalam bank sampah Bentuk Partisipasi Tinggi Sedang Rendah Total Nasabah n % n % n % n % Keikutsertaan dalam Sosialisasi Mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah Keikutsertaan dalam Pelatihan Pengolahan Sampah
36
72.0
9
18.0
5
10.0
50
100.0
35
70.0
9
18.0
6
12.0
50
100.0
24
50.0
11
22.0
14
28.0
50
100.0
35
Partisipasi warga dalam kegiatan pelatihan pengolahan sampah sangat diperlukan agar dapat berhasil dan membantu perekonomian warga. Tingkat keikutsertaan dalam kegiatan pelatihan pengolahan sampah adalah keterlibatan masyarakat pada kegiatan yang bertujuan untuk memberikan praktek dan keterampilan mengenai daur ulang sampah menjadi hal-hal yang bernilai. Berdasarkan Tabel 10, persentase penilaian responden yang tertinggi pada kategori tinggi sebesar 72 persen yaitu pada tingkat keikutsertaan dalam sosialisasi. Hal tersebut dikarenakan bahwa sosialisasi ditujukan agar warga mengetahui lebih dalam tentang suatu program. Sosialisasi sudah dilakukan sebanyak tiga kali secara resmi dan biasanya dilakukan pada waktu tertentu seperti sebelum diresmikan bank sampah, saat peresmian bank sampah, dan secara tidak resmi biasanya pada saat acara yang ada di RW seperti arisan gabungan. Sosialiasasi bank sampah ini mendapat respon yang positif walaupun tidak semua warga hadir. Warga yang hadir biasanya termotivasi karena ingin mengetahui tentang bank sampah sehingga warga dapat termotivasi untuk berpartisipasi bank sampah. Pernyataan responden yang memperkuat data diatas sebagai berikut. “...Ibu dateng tuh ke sosialisasi yang di gedung serbaguna sana. Ibu dateng karna pengen tau bank sampah teh apa terus apa manfaatnya buat kita terus juga kenapa kita harus ikut bank sampah. Lumayan Neng nambah-nambah ilmu juga kan jadi itu penting dilakuin Neng...”. (MY, 48 tahun, nasabah). Persentase tertinggi kedua berdasarkan penilaian responden yaitu pada frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah yaitu sebesar 70 persen (Tabel 10). Artinya, sebagian besar nasabah melakukan kegiatan mengumpulkan sampah lalu dipilah dan ditabung di bank sampah. Nasabah juga mengikuti kegiatan mengolah sampah menjadi kerajinan. Tetapi penyetoran sampah tidak dilakukan secara rutin karena sampah yang bisa disetorkan tidak selalu banyak setiap harinya. Maka dari itu nasabah mengumpulkan sampai banyak terlebih dahulu lalu disetorkan. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan salah seorang responden. “...Kan saya kalo nyetor sampah ga tiap minggu jadi dikumpulin dulu sampe banyak baru disetorin. Terus kalo lagi sempet bersihin sampah, pasti dibersihin tapi kalo ga keburu atau males yauda setorin aja langsung, gapapa dapet uangnya dikit juga Neng...”. (RS, 43 tahun, nasabah). Partisipasi warga dalam kegiatan pelatihan pengolahan sampah diperlukan agar dapat berhasil dan membantu perekonomian warga. Tingkat keikutsertaan dalam kegiatan pelatihan pengolahan sampah adalah keterlibatan masyarakat pada kegiatan yang bertujuan untuk memberikan praktek dan keterampilan mengenai daur ulang sampah menjadi hal-hal yang bernilai. Bank Sampah Asri Mandiri baru mulai mendaur ulang sampah anorganik saja seperti bungkus kopi, deterjen, mi instan, dan lain-lain. Plastik tersebut diolah sedemikian rupa dengan tahap-
36
tahap yang terstruktur menjadi sebuah kerajinan seperti tas dan dompet. Namun untuk pemasaran tas dan dompet tersebut masih mengalami kendala yaitu minimnya pemasaran tentang produk dan belum ada kerja sama dengan pihak lain untuk memperluas pemasaran ke tempat lain. Selain itu, minimnya kreasi dari kerajinan tersebut menyebabkan tidak banyak orang yang tertarik membeli dikarenakan tas atau dompet terlihat seperti barang daur ulang. Berdasarkan Tabel 10, tingkat keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah paling tinggi berada di kategori tinggi yaitu sebanyak 50 persen. Artinya, sebagian dari nasabah bank sampah yang mengikuti pelatihan pengolahan sampah. Pelatihan pengolahan sampah Pelatihan ini dilakukan setiap minggunya yaitu pada hari rabu jam 13.00-15.00. Nasabah yang mengikuti pelatihan ini semuanya adalah ibu-ibu rumah tangga. Nasabah mengikuti kegiatan ini karena ingin mengisi waktu luang sekaligus mendapatkan keahlian baru yang menguntungkan. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan seorang responden sebagai berikut. “...abisnya neng daripada Ibu di rumah aja ga ngapa-ngapain mending ibu ikutan. Nanti kan jadi bisa buat kerajinan terus lumayan dapet uang juga kan Neng dari upah jait ato masang resleting...”. (E, 43 tahun, nasabah). Ikhtisar Sarana pengendalian yang diterapkan oleh ketua Bank Sampah Asri Mandiri adalah pengendalian utiliter. Pengendalian utiliter adalah pengendalian yang menggunakan pendekatan keuntungan. Pengendalian ini diterapkan karena mayoritas dari nasabah adalah ibu-ibu rumah tangga yang berorientasi untuk mendapatkan keuntungan. Selain pengendalian utiliter, ketua juga menerapkan pengendalian normatif. Pengendalian normatif yang dilakukan ketua seperti dengan memberi contoh diantaranya dengan ketua menjadi nasabah bank sampah dan menyetorkan sampah juga.Lalu sebagian besar responden relatif berpartisipasi di bank sampah karena ingin mendapatkan keuntungan (kalkulatif) dengan cara menyetorkan sampah dan ikut membuat kerajinan tangan dari sampah plastik. Tetapi hampir sebagian dari responden juga berpartisipasi di bank sampah karena sadar akan pentingnya kebersihan lingkungan untuk kelangsungan hidup masa depan. Lalu adapun bentuk-bentuk dari kegiatan yang ada di bank sampah diantaranya kegiatan mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah, kegiatan sosialisasi bank sampah, dan kegiatan pelatihan pengolahan sampah. Bentuk partisipasi nasabah yang paling dominan berdasarkan jawaban responden adalah kegiatan mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah karena hanya dengan menyetorkan sampah yang tidak ada nilainya dan sekarang menjadi bernilai ekonomi.
37
HUBUNGAN SARANA PENGENDALIAN KETUA BANK SAMPAH DAN JENIS PARTISIPASI MASYARAKAT DI BANK SAMPAH Pembahasan pada bab ini menjelaskan tentang hasil survey yang dilakukan di lapang terkait sarana pengendalian yang diterapkan ketua bank sampah dengan jenis partisipasi masyarakat, dalam hal ini adalah nasabah Bank Sampah Asri Mandiri. Hubungan Sarana Pengendalian Koersif dengan Partisipasi Alienatif Hubungan sarana pengendalian koersif yang digunakan ketua bank sampah dan partisipasi alienatif menunjukkan tidak adanya hubungan antara sarana pengendalian koersif dengan partisipasi alienatif (Lampiran 3). Hal ini terlihat karena tidak ada nasabah yang merasa dipaksa oleh ketua untuk berpartisipasi di bank sampah dan terpaksa ikut dalam bank sampah. Hal ini menunjukkan bahwa ketua bank sampah tidak menerapkan sarana pengendalian koersif dan tidak menyebabkan partisipasi yang bersifat alienatif dari warga. Pernyataan ini juga didukung oleh hasil uji korelasi rank spearman yang dilakukan terhadap kedua variabel tersebut (Lampiran 2). Hasil uji korelasi rank spearman antara sarana pengendalian koersif dengan partisipasi alienatif menunjukkan koefisien korelasi nol (Lampiran 3). Artinya, variabel sarana pengendalian koersif dengan partisipasi alienatif tidak memiliki hubungan karena responden semua menyetujui bahwa sarana pengendalian koersif dan partisipasi alienatif tidak terjadi di bank sampah. Hasil uji korelasi rank spearman sesuai dengan fenomena yang terjadi di lapang. Ketua bank sampah tidak memaksa warga untuk berpartisipasi di bank sampah dan warga pun tidak merasa terpaksa untuk berpartisipasi di bank sampah. Mereka berpartisipasi secara sukarela dan atas kemauan diri sendiri. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan responden berikut. “...disini mah ga pernah ada yang dipaksa sama Pak Koko buat ikut bank sampah, semuanya secara sukarela. Kalo yang mau ikut mah hayu, kalo ga mau juga gapapa...”. (ER, 51 tahun, nasabah). Hubungan Sarana Pengendalian Utiliter dengan Partisipasi Kalkulatif Hubungan tingkat penawaran keuntungan (utiliter) dengan tingkat keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) responden diuji dengan menggunakan uji statistik korelasi non-parametrik rank spearman karena kedua variabel tersebut memiliki data dengan skala ordinal. Berikut adalah hipotesis dalam penelitian ini : H0 =
Tidak terdapat hubungan antara tingkat penawaran keuntungan (utiliter) yang diterapkan ketua bank sampah dengan tingkat keikutsertaan warga karena menguntungkan (kalkulatif) pada program bank sampah
38
H1 =
Terdapat hubungan antara tingkat penawaran keuntungan (utiliter) yang diterapkan ketua bank sampah dengan tingkat keikutsertaan warga karena menguntungkan (kalkulatif) pada program bank sampah
Hasil uji korelasi rank spearman diperoleh nilai korelasi antara variabel sarana pengendalian utiliter dengan partisipasi kalkulatif sebesar 0.643. Nilai tersebut menunjukkan hubungan kedua variabel tersebut merupakan hubungan yang kuat. Dilihat juga dari nilai signifikan hitung sebesar 0.000 < α (0.05). Hasil tersebut menunjukkan hubungan antar dua variabel tersebut nyata dan signifikan karena nilai α lebih kecil dari 0.05. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, terdapat hubungan antara tingkat penawaran keuntungan (utiliter) yang diterapkan ketua bank sampah dengan tingkat keikutsertaan warga karena menguntungkan (kalkulatif) pada program bank sampah. Hubungan sarana pengendalian utiliter yang digunakan ketua bank sampah dan partisipasi kalkulatif dapat dilihat pada tabulasi silang di bawah ini. Tabel 11. Jumlah dan persentase korelasi tingkat penawaran keuntungan (utiliter) yang digunakan ketua dan tingkat keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) di Bank Sampah Asri Mandiri Sarana Pengendalian Utiliter Partisipasi Rendah Sedang Tinggi Total Kalkulatif n % n % n % n % 3 6.0 3 6.0 0 0.0 6 12.0 Rendah 0 0.0 4 8.0 4 8.0 8 16.0 Sedang 3 6.0 0 0.0 33 66.0 36 72.0 Tinggi 6 12.0 7 14.0 37 74.0 50 100.0 Total Ket : α = 0.000 rs = 0.643** Jumlah dan persentase yang tertera pada Tabel 11 menunjukkan bahwa 66 persen responden yang menyatakan bahwa ketua bank sampah yang menerapkan pengendalian utiliter cenderung dominan akan mengakibatkan partisipasi yang kalkulatif yang cenderung tinggi. Ketua menggunakan motif ekonomi untuk mengajak warga berpartisipasi dan pendekatan yang ketua lakukan ternyata efektif untuk ibu-ibu rumah tangga yang cenderung ingin mendapatkan keuntungan. Hal tersebut dilakukan ketua bank sampah dengan memberitahukan keuntungan yang harga dari setiap jenis sampah yang bisa disetorkan dan cara tersebut secara tidak langsung memberitahukan kepada nasabah keuntungan yang akan didapatkan jika menyetorkan jenis sampah tertentu pada saat berlangusungnya sosialisasi. Sehingga nasabah bisa menghitung sendiri harga tiap sampah yang disetorkan. Pernyataan responden juga menguatkan data tersebut. “...Iya Neng, kita semua dikasi selebaran harga jenis sampah perkilonya pas sosialisasi jadi kita bisa tau harga sampah yang paling mahal atau murah itu yang mana aja. Jadi kita bisa ngitung sendiri kita bisa dapet berapa...”. (RS, 43 tahun, nasabah).
39
Hasil dari Tabel 11 dapat ditarik kesimpulan bahwa pengendalian utiliter yang diterapkan ketua bank sampah relatif akan mengakibatkan partisipasi yang kalkulatif. Hubungan Sarana Pengendalian Normatif dengan Partisipasi Moral Hubungan tingkat kesamaan pandangan (normatif) dengan tingkat kesertaan karena kesamaan gagasan (moral) responden diuji dengan menggunakan uji statistik korelasi non-parametrik rank spearman karena kedua variabel tersebut memiliki data dengan skala ordinal. Berikut adalah hipotesis dalam penelitian ini : H0 = H1 =
Tidak terdapat hubungan antara tingkat kesamaan pandangan (normatif) dengan tingkat kesertaan karena kesamaan gagasan (moral) pada program bank sampah Terdapat hubungan antara tingkat kesamaan pandangan (normatif) dengan tingkat kesertaan karena kesamaan gagasan (moral) pada program bank sampah
Hasil uji korelasi rank spearman diperoleh nilai korelasi antara sarana pengendalian normatif dengan partisipasi moral sebesar 0.367. Nilai tersebut menunjukkan hubungan kedua variabel tersebut mempunyai korelasi yang rendah. Dilihat dari nilai signifikan hitung sebesar 0.009 < α (0.05). Hasil tersebut menunjukkan hubungan antar kedua variabel tersebut nyata dan signifikan. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulan yang dapat ditarik yaitu terdapat hubungan antara tingkat kesamaan pandangan (normatif) dengan tingkat kesertaan karena kesamaan gagasan (moral) pada program bank sampah. Hubungan sarana pengendalian normatif yang digunakan ketua bank sampah dan partisipasi moral dapat dilihat pada tabulasi silang di bawah ini. Tabel 12. Jumlah dan persentase korelasi tingkat kesamaan pandangan (normatif) dengan tingkat kesertaan karena kesamaan gagasan (moral) di Bank Sampah Asri Mandiri Sarana Pengendalian Normatif Rendah Sedang Tinggi n % n % n % 3 6.0 1 2.0 0 0.0 Rendah 8 16.0 11 22.0 0 0.0 Sedang 11 22.0 0 0.0 16 32.0 Tinggi 22 44.0 12 24.0 16 32.0 Total Ket : α = 0.009 rs = 0.367** Partisipasi Moral
n 4 19 27 50
Total % 8.0 38.0 54.0 100.0
Tabel 12 menunjukkan bahwa sarana pengendalian normatif yang relatif tinggi responden mempunyai partisipasi moral pada kategori tinggi sebesar 32 persen, sedangkan responden yang menilai ketua menerapkan sarana pengendalian normatif yang rendah sebesar 11 persen. Lalu pada 8 persen total responden yang memiliki partisipasi moral rendah sebesar 6 persen menurun menjadi 2 persen ketika sarana pengendalian normatif pada kategori sedang. Tabel 11 menunjukkan
40
persentase yang cenderung menurun. Hal ini menunjukkan semakin tingginya sarana pengendalian normatif yang diterapkan ketua bank sampah belum tentu mengakibatkan partisipasi moral dari warga akan semakin tinggi juga. Hasil uji korelasi rank spearman sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapang. Tingginya kesadaran warga akan kebersihan lingkungan membuat warga berpartisipasi di bank sampah. Lalu ketua juga selalu mengingatkan tentang kebersihan lingkungan dan melakukan hal-hal positif untuk lingkungan sehingga ketua dijadikan contoh oleh para nasabah. Sikap ketua diterima baik oleh warga. Warga pun memang sudah punya kesadaran untuk berpartisipasi agar kebersihan lingkungan dapat meningkat karena kebersihan adalah tanggung jawab bersama. Hal ini sejalan dengan pernyataan responden berikut. “...Bapak ikut bank sampah karena bapak peduli sama lingkungan dan mau menyukseskan program RW. Program ini kan bermanfaat juga buat kita warga disini supaya lingkungan kita terbebas dari bencana yang disebabkan sama sampah yang terus bertambah, jadi bank sampah merupakan salah satu solusinya...”. (ER, 51 tahun, nasabah). Ikhtisar Bab ini membahas hubungan antara sarana pengendalian dan jenis partisipasi. Pengendalian utiliter memiliki hubungan dengan partisipasi kalkulatif sebesar 0.643 dan merupakan korelasi yang kuat. Pengendalian utiliter yang relatif dominan akan mengakibatkan partisipasi yang kalkulatif yang cenderung tinggi. Pengendalian utiliter ini dilakukan ketua bank sampah melakukan pendekatan atau motif ekonomi sehingga warga khususnya ibu-ibu rumah tangga yang dominan berpartisipasi karena ingin mendapatkan keuntungan. Ketua melakukan pendekatan utiliter dengan memberi daftar harga sampah perkilo sesuai dengan jenisnya sehingga nasabah bisa menghitung sendiri jumlah uang yang didapat saat sampah disetorkan dan juga memberikan penghargaan untuk memotivasi nasabah. Lalu pengendalian normatif juga memiliki hubungan dengan partisipasi moral sebesar 0.367 dan merupakan korelasi yang rendah. Ketua juga menerapkan pengendalian normatif yang tertinggi kedua setelah pengendalian utiliter dan disambut oleh partisipasi normatif yang cenderung tinggi sebesar 32 persen. Hal ini disebabkan karena warga tersebut sebenarnya memang sudah sadar akan kebersihan lingkungan sehingga warga berpartisipasi di bank sampah sehingga kebersihan tetap terjaga. Lalu pengendalian koersif tidak memiliki hubungan dengan partisipasi alienatif karena ketua tidak memaksa warga untuk berpartisipasi dan warga pun tidak merasa terpaksa untuk barpartisipasi di bank sampah.
41
HUBUNGAN JENIS PARTISIPASI DAN BENTUK PARTISIPASI NASABAH DI BANK SAMPAH
Pembahasan pada bab ini menjelaskan tentang hasil survey yang dilakukan di lapang. Penjelasan spesifik mengenai hubungan jenis partisipasi dengan bentuk partisipasi nasabah di Bank Sampah Asri Mandiri. Berikut adalah tabulasi silang antara jenis partisipasi dan bentuk partisipasi nasabah di bank sampah. Tabel 13. Jumlah dan persentase korelasi antara tingkat keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) dengan bentuk partisipasi nasabah di Bank Sampah Asri Mandiri Partisipasi Kalkulatif Keikutsertaan Rendah Sedang Tinggi Total dalam Sosialisasi n % n % n % n % 1 2.0 1 2.0 3 6.0 5 10.0 Rendah 0 0.0 2 4.0 7 14.0 9 18.0 Sedang 5 10.0 5 10.0 26 52.0 36 72.0 Tinggi Total 6 12.0 8 16.0 36 72.0 50 100.0 Mengumpulkan, Rendah Sedang Tinggi Total Menyetorkan, Menabung, dan n % n % n % n % Mengolah Sampah 3 6.0 0 0.0 3 6.0 6 12.0 Rendah 0 0.0 6 12.0 3 6.0 9 18.0 Sedang 3 6.0 2 4.0 30 60.0 35 70.0 Tinggi Total 6 12.0 8 16.0 36 72.0 50 100.0 Keikutsertaan Rendah Sedang Tinggi Total dalam Pelatihan % n % n % n % Pengolahan Sampah n 3 6.0 1 2.0 10 20.0 14 28.0 Rendah 0 0.0 4 8.0 7 14.0 11 22.0 Sedang 3 6.0 3 6.0 19 38.0 25 50.0 Tinggi Total 6 12.0 8 16.0 36 72.0 50 100.0 Hubungan Partisipasi Kalkulatif dengan Keikutsertaan Dalam Sosialisasi Hubungan tingkat keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) dengan tingkat keikutsertaan dalam sosialisasi bank sampah diuji dengan menggunakan uji statistik korelasi non-parametrik rank spearman karena kedua variabel tersebut memiliki data dengan skala ordinal. Berikut adalah hipotesis dalam penelitian ini :
42
H0 = H1 =
Tidak terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) dengan tingkat keikutsertaan dalam sosialisasi bank sampah Terdapat tingkat hubungan antara keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) dengan tingkat keikutsertaan dalam sosialisasi bank sampah
Jumlah dan persentase yang tertera Tabel 12 menunjukkan sebanyak 72 persen dari responden yang keikutsertaan dalam sosialiasasinya tinggi dan keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) tergolong tinggi sebesar 52 persen. Peningkatan persentase juga terlihat dari 4 persen menjadi 14 persen. Hal ini menunjukkan semakin tingginya partisipasi karena menguntungkan (kalkulaif) semakin tinggi juga keikutsertaan dalam sosialisasinya menjadi tinggi. Hasil uji korelasi rank spearman antara partisipasi kalkulatif dengan keikutsertaan dalam sosialisasi bank sampah menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0.007 dan bernilai positif. Artinya, variabel partisipasi kalkulatif dengan keikutsertaan dalam sosialisasi hampir tidak berkorelasi. Selain itu, signifikansi atau p value sebesar 0.962 dan lebih besar dari α (0.05). Artinya, H0 diterima dan H1 ditolak. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara keikursertaan warga karena menguntungkan (kalkulatif) dengan tingkat keikutsertaan dalam sosialisasi bank sampah. Hasil uji korelasi sesuai dengan kenyataan yang ditemukan di lapangan. Nasabah yang berpartisipasi di bank sampah dengan tujuan utama ingin mendapatkan keuntungan, cenderung hadir dalam sosialisasi yang diadakan bank sampah walaupun tidak selalu hadir. Hal tersebut dikarenakan sebelum berpartisipasi di bank sampah, warga ingin mengetahui keuntungan yang akan didapat apabila berpartisipasi. Nasabah yang tidak datang dalam sosialisasi bisa disebabkan karena nasabah mempunyai urusan lain atau kesibukan yang harus dilakukan sehingga tidak bisa hadir pada saat sosialisasi dilaksanakan. Hal tersebut didukung oleh pernyataab responden berikut. “...kalo ada sosialisasi ibu ga selalu dateng tuh tapi pernah dateng sekali yang di pas di gedung serbagunan situ. Ibu ga bisa dateng ke sosialisasi karena ada acara lain misalnya waktu itu karena ada kondangan...”. (D, 43 tahun, nasabah). Hubungan Partisipasi Kalkulatif dengan Memilah, Menabung, dan Mengolah Sampah
Frekuensi
Mengumpulkan,
Hubungan tingkat keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) dengan frekuensi mengumpulkan, menyetorkan, menabung, dan mengolah sampah diuji dengan menggunakan uji statistik korelasi non-parametrik rank spearman karena kedua variabel tersebut memiliki data dengan skala ordinal. Berikut adalah hipotesis dalam penelitian ini : H0 =
Tidak terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) dengan frekuensi mengumpulkan, menyetorkan, menabung, dan mengolah sampah
43
H1 =
Terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) dengan frekuensi mengumpulkan, menyetorkan, menabung, dan mengolah sampah
Jumlah dan persentase yang tertera Tabel 12 menunjukkan sebanyak 70 persen dari responden yang memiliki partisipasi kalkulatif dan frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah pada kategori tinggi sebesar 60 persen. Terlihat dalam Tabel 12 persentase cenderung meningkat. Hal tersebut menunjukkan semakin tingginya partisipasi kalkulatif menyebabkan frekuensi dalam mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah menjadi tinggi juga. Hal itu dikarenakan tergantung pada individu masing-masing. Hasil uji korelasi rank spearman antara partisipasi kalkulatif dengan frekuensi mengumpulkan, menyetorkan, menabung, dan mengolah sampah menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0.430 dan bernilai positif. Nilai tersebut menunjukkan korelasi yang tergolong sedang. Selain itu, signifikansi atau p value sebesar 0.002 dan lebih kecil dari α (0.05). Artinya, H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara keikursertaan warga karena menguntungkan (kalkulatif) dengan frekuensi dalam mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah. Hasil uji korelasi sesuai dengan kenyataan yang ditemukan di lapangan. Nasabah yang berpartisipasi karena ingin mendapatkan keuntungan memiliki partisipasi yang tinggi dalam kegiatan-kegiatan yang ada di bank sampah. Motif ekonomi ini yang membuat nasabah antusian untuk menyetorkan sampah ke bank sampah walaupun waktu menyetorkan sampahnya tidak rutin. Hal tersebut dikarenakan tidak banyak sampah yang bisa disetorkan sehingga harus dikumpulkan sampai banyak terlebih dahulu sebelum disetorkan dan memerlukan waktu yang relatif lama. Hampir sebagian besar nasabah melakukan hal yang sama yaitu mengumpulkan sampah terlebih dahulu sampai banyak. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan responden berikut. “...ibu mah kalo nyetorin sampah gitu ga rutin karna sampahnya harus kekumpul banyak dulu baru disetorin tapi kadang-kadang kalo ada besi nganggur ibu langsung setorin aja soalnya lumayan banget nyetorin besi Neng. Terus ibu juga ga ikut yang bikin-bikin kerajinan itu soalnya ibu ada kegiatan lain jadi gak bisa ikut ...”. (M, 51 tahun, nasabah). Hubungan Partisipasi Kalkulatif dengan Keikutsertaan dalam Pelatihan Pengolahan Sampah Hubungan tingkat keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) dengan keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah diuji dengan menggunakan uji statistik korelasi non-parametrik rank spearman karena kedua variabel tersebut memiliki data dengan skala ordinal. Berikut adalah hipotesis dalam penelitian ini :
44
H0 = H1 =
Tidak terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) dengan keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah Terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) dengan keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah
Jumlah dan persentase yang tertera Tabel 11 menunjukkan responden yang memiliki partisipasi kalkulatif pada kategori tinggi dan keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah yang tergolong tinggi sebesar 38 persen. Terjadi peningkatan dari 6 persen menjadi 38 persen. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan mayoritas responden mempunyai partisipasi kalkulatif yang relatif tinggi maka cenderung mengakibatkan keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah yang tinggi. Hasil uji korelasi rank spearman antara tingkat keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) dengan keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0.037 dan bernilai positif. Nilai tersebut menunjukkan hubungan kedua variabel itu hampir tidak ada korelasi. Selain itu, signifikansi atau p value sebesar 0.799 dan lebih besar dari α (0.05). Artinya, H0 diterima dan H1 ditolak. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) dengan keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah. Hasil uji korelasi sesuai dengan kenyataan yang ditemukan di lapangan. Nasabah yang berpartisipasi di bank sampah salah satunya karena ingin mandapatkan keuntungan mengikuti kegiatan pengolahan sampah yang berupa pembuatan tas dan dompet dari plastik bekas makanan atau minuman. Nasabah mengikuti kegiatan ini biasanya memiliki waktu luang dan ingin mengisinya dengan kegiatan positif yang menguntungkan. Pernyataan responden berikut memperkuat hasil yang ada. “...ibu ikut tuh Neng yang buat tas itu daripada ibu nganggur di rumah, mending ibu ikut aja kan sekalian bisa ngobrol ama ibuibu lain terus lumayan dapet tambahan uang juga...”. (IY, 40 tahun, nasabah).
45
Tabel 14. Jumlah dan persentase korelasi antara tingkat keikutsertaan karena kesamaan gagasan (moral) dengan bentuk partisipasi nasabah di Bank Sampah Asri Mandiri Partisipasi Moral Keikutsertaan Rendah Sedang Tinggi Total dalam Sosialisasi n % n % n % n % 1 2.0 2 4.0 2 4.0 5 10.0 Rendah 0 0.0 3 6.0 6 12.0 9 18.0 Sedang 3 6.0 14 28.0 19 38.0 36 72.0 Tinggi Total 4 8.0 19 38.0 27 54.0 50 100.0 Mengumpulkan, Rendah Sedang Tinggi Total Menyetorkan, Menabung, dan n % n % n % n % Mengolah Sampah 0 0.0 2 4.0 4 8.0 6 12.0 Rendah 3 6.0 4 8.0 2 4.0 9 18.0 Sedang 1 2.0 13 26.0 21 42.0 35 70.0 Tinggi Total 4 8.0 19 38.0 27 54.0 50 100.0 Keikutsertaan Rendah Sedang Tinggi Total dalam Pelatihan Pengolahan n % n % n % n % Sampah 2 4.0 5 10.0 7 14.0 14 28.0 Rendah 1 2.0 5 10.0 5 10.0 11 22.0 Sedang 1 2.0 9 18.0 15 30.0 25 50.0 Tinggi Total 4 8.0 19 38.0 27 54.0 50 100.0 Hubungan Partisipasi Moral dengan Keikutsertaan Dalam Sosialisasi Hubungan tingkat keikutsertaan karena kesamaan gagasan (moral) dengan tingkat keikutsertaan dalam sosialisasi bank sampah diuji dengan menggunakan uji statistik korelasi non-parametrik rank spearman karena kedua variabel tersebut memiliki data dengan skala ordinal. Berikut adalah hipotesis dalam penelitian ini : H0 = H1 =
Tidak terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena kesamaan gagasan (moral) dengan tingkat keikutsertaan dalam sosialisasi bank sampah Terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena kesamaan gagasan (moral) dengan tingkat keikutsertaan dalam sosialisasi bank sampah
Jumlah dan persentase yang tertera Tabel 13 menunjukkan sebanyak 36 orang atau 72 persen dari responden yang memiliki partisipasi moral yang tinggi dan keikutsertaan dalam sosialisasi yang tergolong tinggi sebanyak 38 persen. Sedangkan, sebanyak 5 orang atau 10 persen responden diantaranya memiliki partisipasi moral yang rendah dan keikutsertaan dalam sosialisasinya tergolong rendah sebesar 2 persen. Dilihat dari data pada Tabel 13 partisipasi moral dan
46
keikutsertaan dalam sosialisasi cenderung meningkat. Artinya, semakin tinggi partisipasi karena kesamaan gagasan (moral) dari warga maka cenderung semakin tinggi pula keikutsertaan dalam sosialisasi bank sampah dikarenakan warga ingin mengetahui tentang bank sampah. Hasil uji korelasi rank spearman antara tingkat keikutsertaan karena kesamaan gagasan (moral) dengan tingkat keikutsertaan dalam sosialisasi bank sampah menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0.869. Selain itu, signifikansi atau p value sebesar 0.868 dan lebih besar dari α (0.05). Artinya, H0 diterima dan H1 ditolak. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena kesamaan gagasan (moral) dengan tingkat keikutsertaan dalam sosialisasi bank sampah. Berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan, hal tersebut sesuai dengan yang terjadi. Banyak dari nasabah yang berpartisipasi karena ingin menjaga kebersihan lingkungan dan mengikuti sosialisasi walaupun tidak selalu hadir. Kehadiran nasabah dalam sosialisasi karena ingin mendapatkan informasi yang lebih tentang bank sampah. Sosialisasi juga dapat menambah pengetahuan baru tentang pengelolaan sampah. Pernyataan responden berikut memperkuat data yang didapatkan. “...ibu ikut bank sampah karna pengen ikut program RW terus juga kan bisa sama-sama mengurangi masalah dari sampah sama ngejaga kebersihan lingkungan juga makanya ibu ikut sosialisasi biar jadi tau tentang bank sampah itu apa terus gimana pengelolaannya, ya kalo uang tabungan bank sampah itu mah bonus dek...”. (SR, 53 tahun, nasabah). Hubungan Partisipasi Moral dengan Frekuensi Mengumpulkan, Memilah, Menabung, Dan Mengolah Sampah Hubungan tingkat keikutsertaan karena kesamaan gagasan (moral) dengan frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah diuji dengan menggunakan uji statistik korelasi non-parametrik rank spearman karena kedua variabel tersebut memiliki data dengan skala ordinal. Berikut adalah hipotesis dalam penelitian ini : H0 = H1 =
Tidak terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena kesamaan gagasan (moral) dengan frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah Terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena kesamaan gagasan (moral) dengan frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah
Jumlah dan persentase yang tertera pada Tabel 13 menunjukkan adanya hubungan antara partisipasi moral dengan frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah. Hal ini terlihat jumlah persentase pada partisipasi moral dan frekuensi mengumpulkan, menyetorkan, menabung, dan mengolah sampah berada di kategori tinggi yaitu sebesar 42 persen. Lalu pada kategori sedang dan tinggi cenderung meningkat dari 26 persen menjadi 42
47
persen. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar partisipasi warga karena kesamaan gagasan (moral) semakin besar pula frekuensinya dalam mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah. Hasil uji korelasi rank spearman antara partisipasi moral dari warga dan frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0.264 dan bernilai positif. Artinya, variabel partisipasi moral dengan frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah memiliki korelasi rendah. Selain itu, signifikansi atau p value sebesar 0.064 dan lebih besar dari α (0.05). Artinya, H0 dierima dan H1 ditolak. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena kesamaan gagasan (moral) dengan frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah. Hasil uji korelasi rank spearman sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Nasabah yang berpartisipasi di bank sampah karena kesadaran akan kebersihan lingkungan akan terus melakukan kegiatan mengumpulkan sampah lalu memilahnya, setelah itu disetorkan ke bank sampah. Walaupun frukuensi dalam menyetorkannya tidak sering karena sampah yang dapat disetorkan tidak setiap hari ada. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu responden. “...Ngumpulin sampah ibu mah emang ngumpulin tapi nyetorinnya ga rutin Neng karna kan harus dikumpulin sama dipilih-pilih dulu sampe banyak sampahnya, trs dibersiin baru disetorin kalo bank sampah buka...”. (S, 52 tahun, nasabah). Hubungan Partisipasi Moral dengan Keikutsertaan dalam Pelatihan Pengolahan Sampah Hubungan tingkat keikutsertaan karena kesamaan gagasan (moral) dengan keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah diuji dengan menggunakan uji statistik korelasi non-parametrik rank spearman karena kedua variabel tersebut memiliki data dengan skala ordinal. Berikut adalah hipotesis dalam penelitian ini : H0 = H1 =
Tidak terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena kesamaan gagasan (moral) dengan keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah Terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena kesamaan gagasan (moral) dengan keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah
Jumlah dan persentase yang tertera Tabel 13 menunjukkan sebanyak 30 responden memiliki partisipasi moral dan keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah pada kategori tinggi. Terlihat dari tabel bahwa persentase cenderung mengalami kenaikan seperti dari 18 persen menjadi 30 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi partisipasi moral dari nasabah maka semakin tinggi pula tingkat keikutsertaan dalam pengolahan sampah. Hasil uji korelasi rank spearman antara partisipasi moral dari nasabah dan tingkat keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0.348 dan bernilai positif. Artinya, variabel partisipasi moral
48
dengan tingkat keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah memiliki korelasi rendah. Selain itu, signifikansi atau p value sebesar 0.013 dan lebih kecil dari α (0.05). Artinya, H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena kesamaan gagasan (moral) dengan tingkat keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah. Hasil yang didapatkan dari uji korelasi sesuai dengan yang ada di lapangan. Hampir setengah dari responden yang termasuk berpartisipasi karena sadarnya akan kebersihan lingkungan mengikuti kegiatan pelatihan pengolahan sampah. Hal tersebut dikarenakan keinginan pribadi untuk mengisi waktu luang dengan melakukan sesuatu yang bermanfaat. Kegiatan ini didominasi oleh ibu-ibu dilaksanan rutin setiap seminggu sekali. Nasabah yang mengikuti pelatihan pengolahan sampah ini juga peduli terhadap lingkungan. Tapi tidak semua yang mengikuti selalu rutin datang. Nasabah yang tidak bisa hadir dalam pelatihan bisa disebabkan oleh berbagai hal. Diantaranya ada acara lain, menjemput anak sekolah, ataupun sibuk memasak, dan lain-lain. Hal ini yang menyebabkan walaupun nasabah berpartisipasi karena ingin menjaga kebersihan lingkungan tetap saja keikutsertan dalam pelatihan pengolahan sampah tidak rutin. Pernyataan responden berikut memperkuat hasil yang ditemukan di lapangan. “...Oh iya ibu ikut yang bikin tas-tas gitu, awalnya mah kita diajarin dulu sama ibu-ibu dari luar desa terus kita undang kesini buat ngajarin. Setiap rabu Neng biasanya kita mulai buat kerajinannya. Ibu-ibunya mah ga semua rutin dateng, ada juga yang kadang-kadang aja datengnya, itu mah gimana mereka aja Neng ...”. (SFR, 52 tahun, nasabah). Ikhtisar Bab ini menjelaskan hubungan antara jenis partisipasi dengan bentuk partisipasi nasabah di Bank Sampah Asri Mandiri. Partisipasi kalkulatif memiliki hubungan dengan kegiatan mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah dengan koefisien korelasi sebesar 0.430. Partisipasi kalkulatif yang tergolong tinggi juga cenderung menyebabkan keikutsertaan dalam sosialiasi, frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah, dan keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah yang relatif tinggi. Hal tersebut dikarenakan nasabah memiliki motif ekonomi sehingga berusaha keras untuk mendapatkan keuntungan. Partisipasi moral memiliki hubungan dengan keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah dengan koefisien korelasi sebesar 0.348. Semakin tinggi partisipasi moral maka cenderung keikutsertaan dalam sosialisasi, lalu frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah, dan keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah relatif tinggi. Hal tersebut dikarenakan kesadaran yang tinggi dari nasabah akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan melalui kegiatan bank sampah.
49
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kepemimpinan yang dikembangkan oleh ketua bank sampah dengan menerapkan pengendalian utiliter cenderung dapat mendorong efektivitas bank sampah karena dapat meningkatkan partisipasi dari nasabah. Dalam konteks ini Teori Etzioni terbukti benar. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang kepemimpinan dan partisipasi masyarakat di Bank Sampah Asri Mandiri dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Sarana pengendalian utiliter yang diterapkan oleh ketua bank sampah memiliki hubungan dengan peningkatan partisipasi kalkulatif dari nasabah. Ketua Bank Sampah Asri Mandiri yang menerapkan pengendalian utiliter tersebut efektif untuk mendorong ekonomi rumah tangga dari golongan perempuan khususnya ibu rumah tangga sebagai nasabah bank sampah yang paling dominan. 2. Bentuk partisipasi nasabah di Bank Sampah Asri Mandiri cenderung pada keikutsertaan dalam sosialisasi, kegiatan mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah. Partisipasi dalam keikutsertaan pelatihan pengolahan sampah masih rendah. Hal ini karena waktu dari kegiatan pelatihan tidak sesuai dengan ketersediaan waktu dari para nasabah. Sedangkan kegiatan pengolahan sampah yang membuat kerajinan seperti tas dan dompet tidak memberikan hasil yang memadai karena terkendala pada pemasaran produknya dan inovasi dari produk tersebut. 3. Pengendalian utiliter yang diterapkan ketua bank sampah dan mendorong partisipasi kalkulatif ,sebenernya diikuti juga oleh pengendalian normatif yang diikuti oleh partisipasi moral. Hal tersebut terlihat dari nilai korelasi yang diperoleh dan kenyataan yang terjadi di lapangan yaitu warga yang sudah memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan dan ketua yang selalu mengingatkan tentang kebersihan lingkungan melakukan hal-hal positif untuk lingkungan sehingga ketua dijadikan contoh oleh para nasabah. Pendekatan tersebut dapat dikatakan berhasil karena sesuai dengan teori Etzioni (1982). Saran
1.
2.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka disarankan agar : Ketua bank sampah tetap mempertahankan pendekatan yang menggunakan pengendalian utiliter karena hal tersebut efektif untuk meningkatkan partisipasi kalkulatif warga khususnya ibu rumah tangga sebagai nasabah yang cenderung ingin mendapatkan tambahan pendapatan untuk keluarga. Pengurus bank sampah perlu memperhatikan perbaikan pemasaran dari produk bank sampah dan perlu inovasi bentuk-bentuk kerajinan seperti membuat bungkus plastik bekas menjadi hiasan dinding yang orang tidak mengira hiasan tersebut terbuat dari plastik bekas.
50
3.
Pengurus bank sampah perlu menjalin kerjasama dengan pihak lain untuk perluasan lingkup pemasaran produk kerajinan sehingga bisa dijadikan salah satu sumber pendapatan dari bank sampah.
51
DAFTAR PUSTAKA Artiningsih NKA. 2008. Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus di Simpangan dan Jomblang, Kota Semarang). Jurnal UNTAG Semarang. [Internet].[Diunduh 6 Maret 2016]. Tersedia pada http://eprints.undip.ac.id/18387/1/Ni__Komang__Ayu__Artiningsih.pdf Badan Pusat Statistik. 2000. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2000 Badan Pusat Statistik. 2010. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2012. Kabupaten Bogor dalam Angka Tahun 2012 Bina Lingkungan Masyarakat Sejahtera. 2015. Bank Sampah. [Internet]. [Diunduh pada 27 Januari 2015]. Tersedia pada www.binalingkunganms.or.id/files/Bank%20Sampah.pdf [DPU] Dinas Pekerjaan Umum. 2007. Pedoman Umum 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Pemukiman. Jakarta (ID): Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Etzioni, Amitai. 1969. Readings on Modern Organization. New Jersey: Prentice Hall, Inc., Engelwood Cliffs. Etzioni, Amitai. 1982. Organisasi-Organisasi Modern (terjemahan). UI Press. Jakarta Fadli GM. 2010. Kepemimpinan dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa di Kawasan Perbatasan Indonesia – Malaysia (Kasus Pembangunan Kesehatan di Desa Nangan Bayan, Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat). [Tesis]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Lunenberg FC. 2012. Compliance Theory and Organizational Effectiveness. International Journal Of Scholarly Academic Intellectual Diversity. [Internet]. [Diunduh pada 4 Agustus 2016]. Tersedia pada www.exeter.ac.uk/codebox/exeterevents/download.php?id Mujiburrahmad, Firmansyah. 2014. Hubungan Faktor Individu Dan Lingkungan Sosial Dengan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Kasus Kampung Sengked, RT 03/RW 03 Desa Babakan Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor). Agrisep. [Internet]. [Diunduh pada 23 November 2015]. Tersedia pada http://jurnal.unsyiah.ac.id/agrisep/article/view/2092 Nasdian FT. 2014. Pengembangan Masyarakat. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta Nasdian FT. 2015. Sosiologi Umum. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta [Peraturan Daerah] Peraturan Daerah Kota Bogor Tahun 2012 Nomor 3 Seri E [Peraturan Menteri] Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012 [Peraturan Pemerintah] Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
52
[Undang-Undang] Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah Purwanti WS, Sunartono, Haryono BS. 2015. Perencanaan Bank Sampah Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Di Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang. Jurnal Reformasi. [Internet]. [Diunduh pada 30 Desember 2015]. Tersedia pada jurnal.unitri.ac.id/index.php/reformasi/article/download/72/69 Riswan, Sunoko HR, Hadiyarto A. 2011. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kecamatan Daha Selatan. Jurnal Ilmu Lingkungan. [Internet]. [Diunduh pada 23 November 2015]. Tersedia pada http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/ilmulingkungan/article/view /2085/1834 Rosyida I, Nasdian FT. 2011. Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder Dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya Terhadap Komunitas Perdesaan. Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. [Internet]. [Diunduh pada 30 Desember 2015]. Tersedia pada http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article /view/5832/4497 Saputro RB. 2013. Proses Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan Bank Sampah (Suatu Studi Pada Bank Sampah Masyarakat Peduli Sampah Sejahtera Kapuk Muara. [Internet]. [Diunduh pada 2 Februari 2016]. Tersedia pada http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/201509/S45868Risky%20Banu%20Saputro Setiawaty T, Musa FT, Tanipu F. 2014. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat (Suatu Penelitian di Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo). [Internet]. [Diunduh pada 31 Juli 2016]. Tersedia pada kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIS/article/download/7036/6929 Singarimbun M, Effendi S. 2006. Metode Penelitian Survai. Jakarta (ID): LP3ES. 336 hal. Slamet M. 1985. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembanguan Pedesaan. Jakarta: Dikjen Dikti. Soekarso, Putong I. 2015. Kepemimpinan: Kajian Teoritis dan Praktis. Mitra Wacana Media. Bogor Sutanto EM, Setiawan B. 2000. Peranan Gaya Kepemimpinan yang Efektif dalam Upaya Meningkatkan Semangat dan Kegaiirahan Kerja Karyawan di Toserba Sinar Mas Sidoarjo. Jurnal Ekonomi Manajemen. [Internet]. [Diunduh pada 15 Desember 2015]. Tersedia pada repository.petra.ac.id/15487/1/MAN00020203.pdf Suyanto E, Soetarto E, Sumardjo, Hardjomidjojo H. 2015. Model Kebijakan Pengelolaan Sampah Berbasis Partisipasi “Green Community” Mendukung Kota Hijau. MIMBAR. [Internet]. [Diunduh pada 13 Desember 2015]. Tersedia pada http://download.portalgaruda.org/article.php?article=324856&val=158 8&title=Model%20%20%20Kebijakan%20Pengelolaan%20Sampah% 20Berbasis%20Partisipasi%20Green%20Community%20%20Menduk ung%20Kota%20Hijau
53
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Pengelolaan Sampah. 7 Mei 2008. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69. Jakarta.
54
55
LAMPIRAN
56
Lampiran 1. Peta Desa Benteng
U
PETA DESA BENTENG Desa Ranca Bungur Desa Ciampea
Desa Cibanteng Desa Bojongrangkas
Lokasi : Desa Benteng RW06
Keterangan: Nama Wilayah: Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.
57
Lampiran 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan Penyusun an proposal skripsi Kolokium Pengambi lan data lapangan Pengolaha n dan analisis data Penulisan draft skripsi Sidang skripsi Perbaikan laporan penelitian
Feb Mar 3 4 1 2 3
April Mei Juni Juli Agus 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Keter angan
58
Lampiran 3. Jumlah penduduk Desa Benteng berdasarkan agama yang dianut No 1. Islam Kristen 2. 3. 4. 5. 6.
Agama
Katolik Hindu Budha Khong Hu Cu Jumlah
Laki-Laki 4773
Perempuan 5032
391
244
368
272
74
68
132
124
171 5.640
167 6446
59
Lampiran 4. Hasil uji korelasi rank spearman antara sarana pengendalian koersif dengan partisipasi alienatif Koersif Spearman's Koersif rho
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Alienatif Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Alienatif .
.
. 50
. 50
.
.
. 50
. 50
60
Lampiran 5. Dummy Table Sarana Pengendalian Jenis Partisipasi Koersif Utiliter Normatif Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi 50 0 0 50 0 0 50 0 0 Rendah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Alienatif Sedang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Tinggi 50 0 0 3 3 0 6 14 0 Rendah 0 0 0 0 4 4 6 22 0 Kalkulatif Sedang 0 0 0 3 0 33 2 0 0 Tinggi 50 0 0 2 3 0 3 1 0 Rendah 0 0 0 0 16 2 8 11 0 Moral Sedang 0 0 0 1 19 7 11 0 16 Tinggi
61
Lampiran 6. Catatan Lapang CATATAN HARIAN KE-1 Kepemimpinan Dan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Sampah (Kasus Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
Topik
:
Bertemu Bu Asih dan wawancara responden
Metode
:
Wawancara Mendalam
Informan/Partisipan
:
Sekretaris bank sampah dan responden
Hari & Tanggal
:
Selasa, 5 April 2016
Waktu & Durasi
:
10.00 & 2 jam
Tempat
:
Desa Benteng RW06
Kondisi & Situasi
:
DESKRIPSI Hari kedua saya pergi ke desa untuk mengambil data. Hari ini saya ditemani oleh teman saya Kharin. Pertama-tama saya bertemu dengan Ibu Asih untuk menanyakan responden yang kira-kira bisa diwawancarai hari ini. Beliau menyarankan untuk mewawancarai pemilik-pemilik warung karena sebagian besar dari mereka adalah nasabah. Lalu saya mendatangi pemilik-pemilik warung yaitu Ibu Mariyam dan Pak Rangkuti. Pertama saya mewawancarai Ibu Mariyam, beliau sudah menjaedi nasabah sekitar 2 tahun lebih. Alasan beliau ikut bank sampah karena banyaknya sisa-sisa kardus di warung yang terbuang percuma akhirnya beliau tertarik untuk menyetorkan bank sampah. Responden selanjutnya yang saya wawancarai adalah Pak Rangkuti. Beliau sudah menjadi nasabah sekitar 2 tahun lebih. Beliau aktif di bank sampah tetapi bukan sebagai pengurus. Beliau ingin mengambil banyak ilmu dengan bergabung di bank sampah seperti tentang pengelolaan sampahnya. Beliau juga merasa lingkungan semakin bersih dengan adanya bank sampah. Beliau juga memaparkan tidak semua warga disana ikut bank sampah dikarenakan suami istri sibuk bekerja, karena merasa sudah berkecukupan dalam segi ekonomi, dan ada juga yang merasa bahwa hal tersebut merupakan rezeki untuk pemulung. INTERPRETASI Melakukan wawancara dengan tiga responden yang terdiri dari dua perempuan dan satu laki-laki. Dominan perempuan ikut dalam kegiatan pengelolaan sampah menjadi kerajinan dan laki-laki tidak ada yang terlibat dalam hal
62
tersebut. Rata- rata mereka menyetorkan sampah tidak rutin seminggu sekali, mereka mengumpulkan sampah sampai banyak terlebih dahulu lalu menyetorkannya ke bank sampah. Warga diajak untuk ikut bank sampah tidak dengan dipaksa, kesadaran pribadi yang mendorong mereka untuk ikut.
63
Lampiran 7. Kerangka Sampling Penelitian
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Nama AB BE IY RZ KO WH HT KD IH DE SN SG HS AS MW PR MS DR RG YN SY KU EHJ MY UT IS SN YT WI DT HW EP BB EN DD SS MS HR NH
Alamat Jl. Kemuning Blok A7 No. 24 Rt02/Rw06 Jl. Dahlia Blok C6 No. 6 Rt05/Rw06 Jl. Tulip Blok A18 No. 3 Rt02/Rw06 Rt 06/Rw06 Jl. Anyelir Blok D3 No. 16 Rt04/Rw06 Jl. Soka 2 Bolk D8 No.14 Rt03/Rw06 Jl. Gladiol Blok D1 No. 4 Rt04/Rw06 Jl. Dahlia Blok C5 No. 2 Rt05/Rw06 Jl. Flamboyan Blok B No.17 Rt07/Rw06 Jl. Kemuning Blok A8 No. 12 Jl. Soka 2 Blok D8 No. 11 Rt03/Rw06 Jl. Melati Blok D5 No. 4 Rt04/Rw06 Jl. Dahlia Blok C5 No. 14 Rt05/Rw06 Rt 06/Rw06 Jl. Flamboyan Blok B No.27 Rt07/Rw06 Rt01/Rw06 Jl. Kladion Blok A6 No. 16 Rt02/Rw06 Jl. Flamboyan Blok D1 No.8 Rt03/Rw06 Rt05/Rw06 Rt06/Rw06 Rt07/Rw06 Jl. Melati Blok D4 No.11 Rt04/Rw06 Rt02/Rw06 Ciampea Indah Rw06/Rt06 Jl. Anyelir Blok D4 No. Rt04/Rw06 Jl. Melati Blok D4 No. 13 Rt 04/Rw06 Jl. Melati Blok D5 No. 6 Rt04/Rw06 Jl. Melati Blok D5 No. 1 Rt04/Rw06 Jl. Kemuning Blok A7 No. 30 Rt02/Rw06 Jl. Gladiol Blok D2 No. 12 Rt04/Rw06 Jl. Kladion Blok A6 No. 4 Rt02/Rw06 Blok C Rt05/rw06 Jl. Soka 2 No.15 Rt03/Rw06 Jl. Askar Blok A8 No. 31 Rt03/Rw06 Jl. Soka 2 Blok D9 No. 17 Rt04/Rw06 Jl. Flamboyan Blok D1 No. 7 Rt 03/Rw06 Jl. Kladion Blok A6 No. 3 Rt02/Rw06 Mawar Asri Rt01/Rw06
64
No. 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81
Nama EK HM HY SD LF RD AL RD SN KR EZ SF TA KN YL SN SY IM MR SU RA NR YO DN MT RS ID US WN FR RO TN MS IM TU AS IY HS RK BG ED IH
Alamat Jl. Kemuning A18 Rt02/Rw06 Jl. Kemuning A19 Rt02/Rw06 Jl. Soka 2 Blok D8 No. 11 Rt03/Rw06 Jl. Flamboyan Blok D12 No.5 Rt03/Rw06 Jl. Anyelir Blok D4 No. 5 Rt04/Rw06 Jl. Kemuning Blok A7 No. 20 Rt02/Rw 06 Jl. Soka Rt04/Rw06 Jl. Mawar Rt 07/Rw06 Jl. Gladiol Blok D3 No.8 Rt04/Rw06 Jl. Soka 2 Blok D9 No. 6 Rt 04/Rw06 Jl. Soka 1 Blok D1 No. 14 Rt04/Rw06 Jl. Galdiol Blok D2 No.14 Rt04/Rw06 Blok B11 Rt07/Rw06 Jl. Raya Ciampea Asri Blok C No.3 Rt05/Rw06 Jl. Flamboyan Blok D8 No. 1 Rt03/Rw06 Jl. Flamboyan Blok D8 No. 16 Rt03/Rw06 Jl. Flamboyan Blok D1 No. 3 Rt03/Rw06 Jl. Soka 2 Blok D9 No.8 Rt04Blok C Rt04/rw06 Blok C Rt05/rw06 Jl. Kladion Blok A7 No.11 Rt02/Rw06 Jl Mawar Asri Rt01/Rw06 Mawar Asri Rt01/Rw06 Blok C Rt05/rw06 Jl. Seroja Blok A No.23 Rt02/Rw06 Jl. Kemuning Blok A8 No.6 Rt02/Rw06 Jl. Anyelir No.18 Rt04/Rw06 Blok D2 No.10 Rt04/Rw06 Jl. Gladiol Blok D3 No.2 Rt04/Rw06 Jl. Anyelir Blok D4 No. 1 Rt04/Rw06 Jl. Gladiol Blok D3 No.3 Rt04/Rw06 Jl. Kemuning No. 23 Rt02/Rw06 Jl. Kladiol Blok A6 No. 6 Rt02/Rw06 Jl. Anyelir Blok D3 No.13 Rt03/Rw06 Jl. Soka Blok D8 No.13 Rt03/Rw06 Jl. Aster Blok A8 No. 25 Rt03/Rw06 Jl. Kemuning Blok A8 No. 4 Rt02/Rw06 Jl. Dahlia No.15 Rt05/Rw06 Jl. Raya Rt07/Rw06 Jl. Flamboyan No.11 Rt03/Rw06 Jl. Flamboyan Blok A9 No.12 Rt03/Rw06 Jl. Soka Blok D9 No. 12 Rt04/Rw06 Jl. Flamboyan Rt03/Rw06
65
No. 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121
Nama TR KN RS IT PU HN SH BL AP AF IR BU ON IW SL AN AD IY WT DD AL KS KR NG HM AT RI GT ZN SM EK YL AN RS DF IM KM SK FD PO
Alamat Jl. Raya Blok B Rt07/Rw06 Jl. Bougenvil Rt05/Rw06 Rt02/Rw06 Jl. Mawar Asri Rt01/Rw06 Blok C Rt05/rw06 Mawar Asri Rt01/Rw06 Blok B Rt07/Rw06 Jl. Kladion Blpk A No.75 Rt02/Rw06 Jl. Aster No.21 Rt03/Rw06 Mawar Asri Rt01/Rw06 Bugenvile Rt05/Rw06 Jl.Gladiol Rt04/Rw06 Jl. Ciampea Indah Rt06/Rw06 Blok A Rt07/Rw06 Blok A Rt02/Rw06 Jl. Kladion Blok A7 No.14 Rt02/Rw06 Jl. Kemuning Blok A Rt02/Rw06 Jl. Galunggung Blok D Rt06/Rw06 Jl. Mawar Asri Rt01/Rw06 Jl. Aster Blok A9 No.2 Rt03/Rw06 Jl. Mawar Asri Rt01/Rw06 Blok C Rt05/rw06 Ciampea Indah Rw06/Rt06 Jl. Anyelir Rt04/Rw06 Jl. Bugenvil Blok B No.4 Rt07/Rw06 Jl. Soka 1 Blok D2 No. 7 Rt04/Rw06 Mawar Asri Rt01/Rw06 Jl. Anyelir Rt04/Rw06 Jl. Flamboyan Rt03/Rw06 Jl. Aster Rt03/Rw06 Jl. Gladion Blok A7 No.3 Rt02/Rw06 Jl. Gladion Blok A7 No.10 Rt02/Rw06 Mawar Asri Rt01/Rw06 Jl. Soka 2 Rt04/Rw06 Jl. Flamboyan Rt03/Rw06 Blok B Rt07/Rw06 Ciampea Indah Rw06/Rt06 Blok C Rt05/rw06 Blok C Rt05/rw06 Ciampea Indah Rw06/Rt06
66
Lampiran 8. Dokumentasi
Gambar 1. Logo Bank Sampah Asri Mandiri
Gambar 2. Penimbangan sampah
Gambar 3. Pencatatan Hasil Timbangan Sampah
Gambar 5. Pengurus Bank Sampah
Gambar 4. Buku tabungan
Gambar 6. Ketua bank sampah
67
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Palembang pada tanggal 10 Juli 1993. Penulis merupakan anak ke empat dari lima bersaudara. Orang tua penulis bernama Achmad Mizan dan Zinarti. Penulis memiliki tiga kakak kandung bernama Putri Indah Larasati, Ratih Ayu Anisa, dan Meutia Utami dan satu adik kandung bernama Muhamad Nugraha Ganta. Penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2005 di SD Negeri Polisi 1, Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2008 di SMPN 3 Bogor, dan Sekolah Menengah Atas pada tahun 2011 di SMAN 4 Bogor. Setelah lulus Sekolah Menengah Atas, penulis melakukan bimbingan kursus selama satu tahun di Bimbingan Belajar Nurul Fikri Baranangsiang Bogor. Penulis melanjutkan studi di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2012. Penulis aktif dalam kepengurusan HIMASIERA (Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Warga) dalam Divisi Community Development pada periode 2013/2014 dan periode 2014/2015.