PROSES PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN BANK SAMPAH ( Suatu Studi Pada Bank Sampah Masyarakat Peduli Sampah Sejahtera Kapuk Muara) Risky Banu Saputro Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok 16242, Indonesia) Email:
[email protected]
Abstrak Skripsi ini membahas mengenai proses partisipasi dan faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan bank sampah (studi deskriptif bank sampah MAPESS, Kapuk Muara). Agar dapat menjelaskan hal tersebut maka pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan gambaran proses partisipasi mulai dari perencanaan, sosialisasi, dan implementasi serta faktor yang mendukung dan menghambat partisipasi nasabah dalam kegiatan bank sampah MAPESS. .
Community Participation Procces In Waste Bank (A Study Of Masyarakat Peduli Sampah Sejahtera Waste Bank Kapuk Muara) Abstract This thesis discusses about the processes and factors that influencing community participation in waste management (descriptive study waste bank of MAPESS, Kapuk Muara). In order to illustrate these points, the research method used in this study is qualitative with descriptive approach. The results will showing the processes of community partisipation that start from planning, socialisation, to implementation, and factors that affecting participation and community participation in waste bank of MAPESS
Keywords: Community Participation, partisipation Process, Waste Management, and Community
1. Pendahuluan Pembangunan dan pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat dari hari kehari tentunya akan mempengaruhi banyak hal. Sejalan dengan teori pertumbuhan maka laju pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan tingkat konsumsi penduduk yang juga turut meningkat, dampak langsungnya berupa meningkatnya jumlah limbah seperti sampah yang dihasilkan oleh manusia setiap harinya. Adi (2005)
menjelaskan bahwa berkembangnya masalah lingkungan berupa sampah ini bukan hanya dialami oleh negara negara yang sudah berkembang saja namun juga banyak dialami oleh negara negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Adi ( 2005) juga turut menyatakan bahwa salah satu masalah yang muncul terkait dengan pembangunan dan tingginya tingkat migrasi adalah masalah sampah, tumpukan sampah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari hari masyarakat.
Proses partisipasi…, Risky Banu Saputro, FISIP UI, 2013
Bencana banjir yang diakibatkan penumpukan sampah memang sudah sering terjadi bahkan sudah menjadi ‘teman’ setiap tahun yang rajin ‘mengunjungi’ warga masyarakat yang tinggal di bantaran sungai. Tetapi sampah sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari hari mereka sehingga mereka tidak merasa janggal dengan penumpukan sampah di tempat mereka, meskipun setiap tahun selalu mengalami kebanjiran. Perilaku masyarakat yang belum menyadari betul mengenai kesadaran lingkungan tentunya akan menimbukan kerugian bagi masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu dalam rangka menumbuhkan kesadaran maka diperlukan partisipasi dari masyarakat itu sendiri untuk memperbaiki lingkunganya. Seperti yang dinyatakan oleh Mikkelsen dalam Adi (2005) bahwasanya partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara sukarela dalam perubahan yang ditentukan sendiri oleh masyarakat. Di Jakarta sendiri sering kita liat fenomena tumpukan sampah di tempat-tempat umum seperti di terminal, stasiun, pasar, bahkan di sekitar lingkungan tempat tinggal penduduk. Dinas Kebersihan DKI Jakarta selalu kerepotan untuk mengelola sampah yang dihasilkan oleh warga karena setiap hari produksi sampah yang dihasilkan warga Jakarta mencapai 6.500 ton atau setara dengan 28 ribu meter kubik. Jika diasumsikan penduduk Jakarta berjumlah 10 juta orang, maka setiap warga Ibukota menghasilkan sampah sekitar 0,65 kg setiap hari. Sumber sampah terbesar berasal dari rumah tangga: 54%, disusul sampah dari perkantoran (15%), pasar tradisional (10%), industri (15%), dan fasilitas umum sebesar (2 %) (Metropolitan., “Sampah Bukan Masalah Sepele.” 16 Mei 2012, www.metropolitan.inilah.com) Pengolahan sampah sentral DKI Jakarta berada di Bantar Gebang yang telah didirikan sejak tahun 1986. Lokasi lahan berada di Kabupaten Bekasi sehingga Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta membayar tipping fee kepada Pemda Bekasi sebesar Rp 60 juta per ton sampah. TPA Bantar Gebang dikelola dengan penerapan sistem tumpukan yang dilengkapi dengan IPAS (Instalasi Pengolahan Air Sampah) dan sistem drainage. Sistem drainage ini untuk menampung air buangan atau lindi hitam (leachate) ke dalam IPAS dan membuangnya ke sungai terdekat. Ada beberapa cara pengelolaan sampah yang ada di DKI Jakarta ini, di antaranya dengan cara dikeluarkannya Perda No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah yang ada di Jakarta dan Permedagri No. 33 tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah. Dengan adanya perda yang mengatur tentang pengelolaan sampah diharapkan para warga Jakarta bisa lebih bijak dalam membuang dan memanfaatkan sampah karena tidak semua sampah
adalah barang yang tidak berguna, karena ada beberapa jenis sampah yang bisa di daur ulang dan bila diolah dengan sedikit kreativitas akan menghasilkan barang yang berguna dan bisa mempunyai nilai jual. Dalam mengatasi masalah sampah tidak hanya menjadi kewajiban pemerintah saja namun juga menjadi kewajiban semua pihak yang dapat berperan aktif seperti sektor dunia usaha dan masyarakat, sesuai dengan konsep People, Profit, Planet yang terdapat dalam pedoman pelaksanaan ISO 26000 mengenai Guidance On Social Responsibility. Dalam hal ini perusahaan dan masyarakat memegang peranan penting dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Banyak hal yang dapat didukung oleh perusahaan dalam menjaga kelestrasian lingkungan, misalnya saja melalui program program CSR seperti Jakarta Clean and Green dari PT Unilever Indonesia Tbk dan Bank Sampah MAPESS Pertamina Persero. Salah satu contoh penanganan sampah oleh dunia usaha misalnya Jakarta Clean and Green yang merupakan program pemberdayaan masyarakat, melalui sosialisasi manajemen pengelolaan sampah dan lingkungan dengan tujuan menjadikan Jakarta kota yang hijau dan bersih. Implementasi Jakarta Green and Clean membidik struktur lingkungan terkecil di wilayah Jakarta. Dan untuk menjawab kebutuhan akan lingkungan yang hijau dan bersih maka aplikasi program pun dilakukan dalam Lomba Kebersihan dan Penghijauan Lingkungan (LKPL) Tingkat RT seJakarta. Intinya, bagaimana seharusnya sampah diolah, baik menjadi kompos maupun barang-barang kerajinan yang memiliki nilai ekonomis tinggi, sehingga sampah bisa di manfaatkan secara maksimal dan tidak lagi menjadi masalah yang berarti di kota Jakarta ( Pemprov DKI Jakarta ), terkait dengan hal tersebut maka diperlukan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah yang ada di Kota Jakarta. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah diwujudkan dalam bentuk Bank Sampah. Bank Sampah merupakan bentuk inisiatif masyarakat lokal dalam upaya menangani permasalahan sampah. Partisipan yang selama ini telah aktif misalnya Bank Sampah yang ada di Banjarsari Cilandak yang merupakan inisiatif murni dari masyarakat di Kelurahan Cilandak Barat. Dengan strategi pengolahan sampah 3R (reduce, reuse dan recycle) yang berbasis masyarakat tersebut telah mampu mengubah imajinasi sebagian banyak orang terhadap sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi. Hadirnya Bank Sampah sebagai pengelolaan sampah berbasis masyarakat memunculkan suatu ide mengenai reward yang dapat diberikan dengan menabung sampah berupa uang. Guru Besar Universitas Lambung Mangkurat menjelaskan bahwa Bank Sampah adalah salah satu strategi penerapan pemilahan dalam upaya pembatasan
Proses partisipasi…, Risky Banu Saputro, FISIP UI, 2013
sampah yang merupakan bagian penting dalam pengelolaan sampah di tingkat masyarakat dengan pola insentif ( Bank Sampah Hasilkan, 2011, par.3). Hal tersebut dapat memberikan motivasi dan alasan kepada masyarakat untuk menabung sampah serta peduli terhadap lingkungan mereka. Selain itu juga dapat memberikan keuntungan timbal balik baik kepada Bank Sampah sebagai upaya penyelamatan lingkungan dari sampah dan kepada masyarakat yang menabung sampah karena mendapat imbalan berupa uang. Organisasi seperti Bank Sampah seperti ini sangat bermanfaat dan memiliki nilai yang baik dalam hal menggerakan masyarakat untuk turut berpartisipasi secara aktif dalam pengelolaan sampah dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan. Hingga saat ini pemprov DKI baru memiliki 94 Bank Sampah yang aktif dimanfaatkan untuk warga (Pemprov DKI) Jakarta Utara sebagai daerah di ujung DKI Jakarta juga memiliki permasalahan sampah sendiri karena merupakan muara dari berbagai sungai yang ada di Jakarta, dimana kebanyakan sampah hanyut melalui aliran sungai, diantaranya Kali Ciliwung dan Kali Angke. Produksi sampah di Jakarta Utara per hari mencapai 1500 ton, selain itu penuhnya tempat pembuangan sampah yang ada mengakibatkan wilayah ini menjadi langganan banjir setiap tahunnya, oleh karena itu diperlukan solusi tersendiri untuk mengatasi masalah sampah yang ada. (Utara Jakarta., “Pemkot Jakarta Utara Gelar PSN Serentak.” 08 Juli 2013, www.utarajakarta.go.id) Keberadaan Bank Sampah terbukti mampu membantu mengatasi masalah sampah di lingkungan pemukiman penduduk. Selain itu hasil dari olahan Bank Sampah juga bisa menambah pendapatan masyarakat sekitar. Untuk itu Pemkot Administrasi Jakarta Utara menginstruksikan kepada seluruh Lurah dan RW untuk mendirikan Bank Sampah dilingkungannya masingmasing agar bisa dimanfaatkan masyarakat. (Berita Jakarta., “Bank Sampah Untuk Ekonomi Masyarakat.” 29 November 2011, www.BeritaJakarta.com) Salah satu Bank Sampah yang berada di wilayah Kapuk Muara ini diawali dari Komunitas MAPESS (Masyarakat Peduli Sampah Sejahtera) yang didirikan pada awal tahun 2011 ini semula merupakan organisasi sosial kemasyarakatan, anak organisasi dari Karang Taruna dan Bale Mangrove Kapuk Muara yang bergerak dibidang lingkungan khususnya permasalahan sampah di DKI Jakarta yang tak ada habisnya, karena pertumbuhan penduduk DKI Jakarta sangatlah pesat. Hal ini sangat mempengaruhi faktor lingkungan di sekitar kita dan pada akhirnya BPLHD (Badan Pengelola Lingkungan Hidup DKI), CSR Pertamina dan LPPM IPB (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Pertanian
Bogor) berinisiasi untuk melakukan pendampingan satu aksi untuk Ciliwung dan sebagai aksi nyata CSR Pertamina dan LPPM IPB mendirikan Bank Sampah MAPESS. Bank Sampah ini dipelopori oleh Munir selaku pemuda penggiat lingkungan setempat dengan dibantu oleh Teddy. Lokasi Bank Sampah MAPESS ini berada dekat dengan kali Angke yang bersinggungan langsung dengan sungai Ciliwung, kiranya inilah korelasinya dengan program CSR Satu Aksi Untuk Ciliwung. Di RW 05 terdapat I RT sebagai pilot project dengan target seluruhnya 6 RT. Walaupun konsep Bank Sampah ini sudah banyak diadopsi oleh beberapa lokasi di Jakarta namun implementasi di lapangan kiranya dapat dilihat sebagai sesuatu yang menarik. Berawal dari kecintaan dan kesadaran untuk membenahi lingkunganya yaitu Kelurahan Kapuk Muara, wilayah yang berada di sekitar Kali Angke yang dekat dengan pesisir pantai ini memang akrab dengan sampah. Di parit parit sepanjang Kelurahan, sampah banyak berserakan sehingga wilayah di sudut Jakarta Utara ini terlihat kumuh. Menyadari bahwa perilaku masyarakat yang belum peduli terhadap lingkungan maka sebagai penggerak Bank Sampah MAPESS, mencetuskan ide membentuk Bank Sampah karena menurutnya Bank Sampah adalah solusi terbaik untuk masyarakt terbaik untuk masyarakat Kapuk Muara. Selain untuk membantu peran pemerintah dalam menyelesaikan masalah sampah, Bank Sampah juga dapat menjadi sarana dalam perekonomian masyarakat agar dapat mandiri dan yang terpenting ialah mengubah perilaku masyarakat Kapuk Muara agar lebih peduli lingkungan. Terdapat sejumlah penelitian yang terkait dengan sampah, salah satunya adalah dari Yunizar (2001) mengenai pasrtisipasi masyarakat terkait pengolahan sampah yang ada di kota Binjai. Tingkat partisipasi yang ada dalam penelitian ini ialah tingkat keterlibatan masyarakat dalam mencapai tujuan.. Dari hasil penelitian tersebut didapati masyarakat dengan partisipasi sangat tinggi sebesar 17%, tinggi 31%, sedang 18%, rendah 18%. Sedangkan dalam penelitian tersebut faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kota Binjai adalah umur, pendidikan, lama menetap, luas pekarangan rumah, Peraturan Daerah, bimbingan dan penyuluhan, pendapatan, bangunan fisik, Fitria (2003) turut meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam program pengelolaan sampah terpadu. Pada penelitian yang diadakan di Kelurahan Cilandak Barat tersebut didapatkan hasil bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah masyarakat merasa kegiatan yang mereka lakukan
Proses partisipasi…, Risky Banu Saputro, FISIP UI, 2013
dapat membuat perbedaan, dengan berpartisipasi dalam program, masyarakat diberi bimbingan dan kepercayaan, program cukup sederhana dan mudah dipahami dan masyarakat dilibatkan dalam membuat suatu rencana dan keputusan. Penelitian lainnya adalah Kartini (2009), yang menjelaskan secara kuantitatif faktor-faktor yang mendorong masyarakat Dusun Badegan, Yogyakarta menabung sampah di Bank Sampah. Dalam penelitian tersebut disebutkan beberapa faktor berdasarkan, jenis pekerjaan ibu, keaktifan dalam organisasi, usia, jumlah anggota keluarga, jarak rumah ke Bank Sampah dan penyuluhan dari Bank Sampah. Sedangkan manfaat yang didapat dari Bank Sampah yaitu manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan . Penelitian oleh Faizal Ahmad (2012) secara kualitatif menjelaskan bahwa peran Bank Sampah Poklili yang memang digagas dan dibentuk oleh masyarakat secara mandiri sangatlah penting dalam mendorong ataupun menguatkan pasrtisipasi warga/nasabah Bank Sampah dalam kegiatan pengelolaah sampah. Peran Bank Sampah tersebut dalam memunculkan partisipasi adalah dengan memberikan sosialisasi maupun dengan memberikan pelatihan yang mudah diterima oleh masyarakat serta senantiasa selalu membimbing masyarakat kearah perubahan yang lebih baik. Berbeda dengan sejumlah penelitian diatas, penelitian ini menggambarkan proses partisipasi masyarakat pada Bank Sampah dan faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat. Hal Mengingat kegiatan Bank Sampah MAPESS sudah menunjukan perkembangan yang positif yang ditandai dengan meningkatnya jumlah nasabah dan jumlah yang sampah yang ditabung oleh masyarakat.
2. Metode Penelitian Pendeketan Kualitatif. Menurut Moleong (2005), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini karena bermaksud untuk memahami proses partisipasi masyarakat dan faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan Bank Sampah MAPESS dimana masyarakat disini sebagai subjek penelitian. Jenis Penelitian. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dimana menurut Neuman, penelitian deskriptif menyediakan gambaran detail mengenai suatu situasi, seting sosial, atau hubungan didalamnya (Neuman, 2006). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana proses partisipasi masyarakat dan faktor yang mempengaruhi proses partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan sampah berbasis komunitas melalui program Bank Sampah MAPESS. Waktu dan Lokasi Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2013 – Juni 2013. Lokasi penelitian dilakukan di Bank Sampah MAPESS ( Masyarakat Peduli Sampah Sejahtera) yang beralamat di Jl. Vikamas Tengah II No. 1A Rt.002/03 Kapuk Muara Jakarta Utara Teknik Pemilihan Informan. Dalam penelitian ini, informan ditentukan dengan menggunakan metode non-probability sampling. Menurut Neuman metode non-probability sampling merupakan metode sampling yang setiap individu atau unit dari populasi tidak memiliki kemungkinan (non-probability) yang sama untuk terpilih (Neuman, 2006). Informan utama dalam penelitian ini merupakan nasabah bank sampah MAPESS yang merasakan dan berpartisipasi langsung dalam berbagai kegiatan yang dilakukan bank sampah MAPESS.. Selain itu pengurus bank sampah MAPESS sebagai pihak yang memahami proses terbentuk dan pengelolaan bank sampah MAPESS juga menjadi informan dalam penelitian ini. Untuk mendukung informasi yang dibutuhkan maka informan lain seperti pihak Kelurahan, Pertamina, serta IPB juga menjadi informan terkait dengan penelitian yang dilakukan Teknik Pengumpulan Data. Langkah-langkah analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Moleong, 2005): (1) wawancara mendalam, (2) Studi Kepustakaan, (3) Observasi. Teknik Analisa Data. Menurut Miles dan Huberman (2010), teknik analisis data dengan model interaktif terdiri atas empat tahapan yang harus dilakukan yaitu pengumpulan data, reduksi data, display data dan tahap penarikan kesimpulan dan/atau verifikasi. Teknik Meningkatkan Kualitas Penelitian. Untuk meningkatkan kualitas penelitian digunakan teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Dalam penelitian ini yang dilakukan adalah triangulasi sumber. Patton menjelaskan bahwa triangulasi dengan sumber berarti membandingan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Terkait keabsahan data strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah credibility dan conformability.
Proses partisipasi…, Risky Banu Saputro, FISIP UI, 2013
3. Hasil dan Pembahasan Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan proses partisipasi masyarakat dalam kegiatan bank sampah MAPESS dan factor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatanya. A. Temuan Lapangan. Pada bagian ini akan memaparkan temuan lapangan yang diperoleh dari pengumpulan data yang teribuagi menjadi dua bagian besar yaitu gambaran proses partisipasi masyarakat itu sendiri, serta faktor yang mendukung dan menghambat partisipasi masyarakat. 1. Proses Partisipasi Masyarakat Perencanaan merupakan proses awal dan tidak terlepas dari latar belakang berdirinya Bank Sampah MAPESS di Kapuk Muara ini. Sebagian besar perencanaan dilakukan oleh pengurus Bank Sampah MAPESS. Selain itu, dalam proses perencanaan yang dilakukan, temuan lapangan juga menunjukan bahwa ada proses assessment yang dilakukan oleh penggagas Bank Sampah MAPESS terhadap kondisi lingkungan sekitar. Selain ditemukan adanya assessment yang dilakukan oleh penggagas Bank Sampah MAPESS, temuan lapangan juga menunjukan adanya proses pemformulasian rencana aksi yang dilakukan. Penggagas bank sapah telah menilai keadaan lingkungan yang ada kemudian memformulasikan rencana program terkait masalah yang ada yaitu dengan kegiatan Bank Sampah yang kemdian didukung oleh pihak CSR Pertamina dan Kelurahan a. Implementasi Sosialisasi kepada masyarakat. awal mula kegiatan dari Bank Sampah MAPESS ini ialah sosialisasi kepada warga masyarakat mengenai pengelolaan sampah yang ada di lingkungan sekitar oleh trainer dari pihak IPB dan pengurus Bank Sampah MAPESS. Keikutsertaan masyarakat dalam sosialisasi ini juga merupakan bentuk partisipasi dalam implementasi. Dalam proses sosialisasi masyarakat dikumpulkan untuk diberikan pengetahuan mengenai pengelolaan sampah dan informasi program yang akan dijalankan Mengumpulkan, Memilah Dan Menabung Sampah. kegiatan utama nasabah terkait dengan proses partisipasinya ialah dengan mengumpulkan sampah dan menabungnya melalui petugas Bank Sampah MAPESS. Partisipasi ini ialah yang paling umum dan merupakan kegiatan utama Bank Sampah MAPESS. Melalui kegiatan ini nasabah mengumpulkan sampah disekitar rumah mereka untuk kemudian ditabung melalui petugas bank sampah yang dating 2 minggu sekali secara door to door. Kemudian hasil penimbangan sampah dikonversikan ke dalam bentuk yang berupa tabungan.
Pelatihan Pengelolaan Sampah, merupakan bentuk partisipasi nasabah yaitu berupa mengikuti kegiatan pelatihan pengolahan sampah, khususnya dalam mengolah sampah menjadi kompos dan kerajinan tangan. Pelatihan ini khususnya diberikan kepada ibu ibu PKK yang merupakan nasabah dengan harapan bisa menularkan kepada warga masyarakat lain yang tinggal dekat dengan mereka 2. Faktor Pendukung Partisipasi. a. Factor Insentif / Manfaat Manfaat Lingkungan. motivasi untuk memperbaiki lingkungan di sekitar mereka juga turut mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan Bank Sampah MAPESS ini. Dengan kegiatan pengumpulan sampah untuk ditabung ini, nasabah berharap dapat memperbaiki keadaan lingkungan mereka yang kotor, banyak sampah dan rawan banjir. Hingga kini sudah sulit menemukan sampah berserakan di sekitar tempat tinggal nasabah, khususnya sampah yang bernilai ekonomi seperti plastic, kardus dan botol kaca. Manfaat Ekonomi. dari segi ekonomi pengolahan sampah yang teorganisir melalui Bank Sampah menimbulkan manfaat ekonomi bagi masyarakat yaitu uang dari hasil menabung sampah dapat digunakan oleh nasabah, hal tersebut juga mempengaruhi masyarakat untuk turut berpartisipasi. Setiap warga yang menabung sampah kemudian mendapat rewards Berupa uang tabungan yang menurut mereka cukup bermanfaat dan dapat dirasakan sebagai suatu tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari rumah tangga. Selain berbentuk uang, manfaat ekonomi dalam bentuk lain yang didapat nasabah ialah mendapatkan gula dan minyak yang diberikan kepada nasabah yang aktif. Gula dan minyak tersebut didapat dari hasil keuntungan Bank Sampah MAPESS dari hasil kegiatan pengelolaan sampahnya. Memperoleh Keterampilan Dan Pengetahuan Daur Ulang Sampah. terdapat manfaat lain yang dirasakan oleh warga yang turut mempengaruhi partisipasi, yaitu manfaat yang di dapat dari hasil pelatihan pengelolaan sampah yang diadakan oleh Bank Sampah MAPESS. Setelah nasabah mengikuti keterampilan pengelolaan sampah seperti misalnya bubur kertas dan produksi kompos, para nasabah hal ini juga menjadi manfaat positif yang mereka rasakan untuk diri mereka sendiri. b. Adanya Ajakan Teman Dan Tetangga Dalam proses partisipasi masyarakat pada kegiatan Bank Sampah MAPESS ini juga seringkali perekrutan berasal dari ajakan ajakan dari individu lain yang memang mereka sudah dikenal secara pribadi sebelumnya, sehingga ada fungsi jaringan sosial sebagai jaringan perekrutan. Jaringan sosial yang
Proses partisipasi…, Risky Banu Saputro, FISIP UI, 2013
terlihat mempengaruhi partisipasi masyarakat ialah melalui ibu ibu anggota PKK. Beberapa diantara nasabah yang telah berpartisipasi kemudian turut mengajak dan mempengaruhi orang yang mereka kenal untuk turut serta dalam kegiatan Bank Sampah MAPESS. c. Petugas Yang Ramah Dan Dekat Dengan Warga Petugas bank sampah MAPESS dinilai oleh nasabah dan warga sekitar sebagai orang yang ramah dan dikenal baik oleh warga sehingga turut meyakinkan warga untuk berpartisipasi dalam kegiatan bank sampah mapess. Selain itu petugas juga merupakan anggota masyarakat local yang sudah menjalin hubungan baik dengan warga dalam waktu yang cukup lama, petugas juga menerapkan nilai nilai kekeluargaan dalam pelaksanaan kegiatanya. d. Sistem Menabung Sampah Yang Mudah Dan Proaktif Sistem menabung sampah dimana petugas melakukan penjemputan sampah keliling secara door to door juga mempengaruhi warga untuk ikut menabung sampah karena dinilai tidak merepotkan mereka saat harus menabung sampahnya. Setiap 2 minggu sekali petugas berkeliling ke rumah para nasabah dengan menggunakan gerobak motor sampah untuk menimbang jumlah sampah yang sudah dikumpulkan nasabah. Dalam hal ini nasabah merasa dimudahkan karena tidak harus repot repot membawa sampah yang mereka kumpulkan ke lokasi bank sampah MAPESS secara langsung. e. Tersedianya Sarana Dan Prasarana Selain dukungan yang sifatnya berasal dari masyarakat, ditemukan juga dukungan eksternal dari pihak luar khususnya Pertamina yaitu berupa sarana dan prasarana yang mempengaruhi kegiatan yang dilakukan Bank Sampah MAPESS. CSR Pertamina telah memberikan bantuan berupa infrastruktur bank sampah (gedung) dan alat alat pendukung (motor gerobak, alat pencacah plastic, alat pembuatan kompos) yang dapat digunakan dan dirasakan langsung oleh nasabah. Nasabah dapat melihat, menggunakan dan merasakan langsung sarana dan prasarana yang ada sehingga mempengaruhi mereka untuk berpartisipasi. Selain dukungan tersebut, pihak CSR Pertamina juga beberapa kali melaksanakan beberapa program seperti buka puasa bersama kepada para nasabah. Pihak kelurahan juga memberikan dukungan berupa pemberian tanah fasilitas umum seluas 800m untuk dipergunakan sebagai lahan berdirinya gedung bank sampah MAPESS. 3. Factor Penghambat Partisipasi a. Persaingan Industry Pengelolaan Sampah
Persaingan industri pengelolaan sampah yang memang berorientasi profit menjadi salah faktornya, dengan berdirinya industry pengolahan sampah lain mempengaruhi warga untuk menjual / menabung sampah yang sudah mereka kumpulkan khususnya sampah yang bernilai tinggi dengan jumlah banyak seperti misalnya kardus. Selain bank sampah mapess juga terdapat pengumpul sampah lain yang bersedia untuk membeli sampah yang sudah dikumpulkan warga yang memiliki nilai ekonomi, sehingga dalam hal ini beberapa nasabah ada yang kemudian menjual sampah kepada pengumpul sampah lainya, oleh karena itu bank sampah mapess harus senantiasa memberikan harga yang kompetitif bagi para nasabahnya. b. Kurangnya Sumberdaya Manusia Pengelola masalah nyata yang dihadapi ialah kurangnya SDM bank sampah mapess sehingga seringkali terjadi keterlambatan dalam melakukan penjemputan sampah para nasabah. Hal ini kemudian banyak dikeluhkan oleh para nasabah bahwa sampah yang mereka kumpulkan sudah terlalu banyak menumpuk dirumah mereka dan menimbulkan kesan kumuh. Sedangkan petugas tak kunjung datang atau telat dalam menimbang sampah sampah tersebut. Hal ini disebabkan oleh kurangnya SDM bank sampah mapess yang aktif dalam melayani nasabahnya. c. Keengganan Anggota Masyarakat Untuk Mengumpulkan Sampah. Masih terdapat anggota masyarakat yang enggan untuk mengumpulkan sampah karena menurut mereka sampah bukanlah hal yang baik untuk dijadikan tambahan penghasilan. Sebagaian dari warga juga berpebdapat bahwa sampah merupakan barang yang kotor sehingga tidak layak untuk diolah. Disamping itu juga masih ada anggota masyarakat yang merasa malas untuk berpartisipasi dalam mengumpulkan sampah yang ada disekitar mereka, rasa malas ini timbul akibat tidak adanya kesadaran mereka untuk memperbaiki lingkungan. B. Analisa. Pada analisa ini akan dibahas korelasi dan rasionalisasi temuan lapangan berdasarkan teori-teori yang telah ada pada bab sebelumnya. Dalam hal ini analisa bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian, yaitu menggambarkan proses partisipasi warga dan faktor yang mempengaruhi partisipasi yang dilakukan masyarakat dalam kegiatan Bank Sampah MAPESS 1. proses partisipasi masyarakat Perencanaan. Dalam perencanaan yang dilakukan, latar belakang didirikannya Bank Sampah MAPESS merupakan ide dari penggerak Bank Sampah yang sekaligus saat itu merupakan anggota Karanag Taruna Kelurahan Kapuk Muara. Dikarenakan masalah sampah yang ada di sekitar Kapuk Muara maka
Proses partisipasi…, Risky Banu Saputro, FISIP UI, 2013
penggerak tersebut merumuskan konsep Bank Sampah sebagai solusi terkait permasalahan sampah yang ada di sekitar Kapuk Muara. Konsep Bank Sampah tersebut kemudian ditanggapi oleh CSR Pertamina, serta didukung oleh Kelurahan Kapuk Muara, untuk kemudian diimplementasikan ke dalam sebuah program yang berbentuk Bank Sampah , dimana sarana dan prasarana akhirnya disediakan oleh pihak Pertamina maupun dukungan Kelurahan. Dalam kasus partisipasi warga saat perencanaan kegiatan Bank Sampah MAPESS, terdapat temuan lapangan yang menunjukan bahwa warga tidak diikutsertakan dalam beberapa momen perencanaan kegiatan. Walaupun dalam temuan lapangan pun menunjukan adanya diskusi diskusi informal yang dilakukan pengurus Bank Sampah MAPESS kepada masyarakat maupun dengan pihak Kelurahan mengenai rencana Bank Sampah yang akan dibuat. Dalam pemikiran Ife mengenai kondisi yang mendorong partisipasi masyarakat, terdapat satu kondisi dimana struktur dan proses tidak boleh mengucilkan. Temuan lapangan diatas menunjukan bahwa masih ada proses mengucilkan yang dilakukan oleh pengurus Bank Sampah MAPESS terhadap warga karena masyarakat belum dilibatkan secara langsung pada saat perencanaan program Bank Sampah MAPESS. Perencanaan program Bank Sampah yang dilakukan cenderung hanya melibatkan pengurus, pihak Pertamina dan pihak Kelurahan. Namun selain itu, dalam temuan lapangan diatas terdapat tahap pemformulasian rencana aksi sesuai dengan konsep yang dikemukakan Adi,pada tahap ini pelaku perubahan yang merupakan penggerak utama Bank Sampah MAPESS membantu masyarakat untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada yaitu Bank Sampah. Temuan lapangan menunjukan bahwa pengkajian kegiatan Bank Sampah MAPESS memang dilakukan oleh anggota masyarakat tertentu. Dalam hal ini merupakan pengurus dan penggagas kegiatan Bank Sampah MAPESS yang juga merupakan anggota masyarakat lokal. Namun dalam temuan lapangan tersebut juga melihatkan ada tokoh masyarakat yang terkait yaitu Lurah Kapuk Muara. Pemikiran. Adi menyatakan bahwa pengkajian (assessment) yang dilakukan pada suatu komunitas dapat dilakukan secara individual melalui tokoh tokoh masyarakat ataupun anggota masyarakat tertentu. Temuan lapangan tersebut menunjukan bahwa assessment yang dilakukan oleh pelaku perubahan dilakukan secara individual tanpa melalui tokoh masyarakat tertentu. Adi juga menyatakan bahwa pada tahap ini petugas sebagai pelaku perubahan berusaha mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dalam hal ini
penggerak Bank Sampah yang telah menemukan masalah yang ada di sekitar Kapuk Muara yaitu masalah sampah dimana solusi yang direncanakan ialah berupa program Bank Sampah. Temuan lapangan menunjukan bahwa pengurus Bank Sampah yang juga penggerak berhasil mewujudkan proposal program yang didasari atas assessment-nya teradap permasalahan yang dihadapi Kapuk Muara yaitu sampah. Adi menyatakan bahwa bantuan petugas mengenai perencanaan program sangat diperlukan bagi kelompok yang belum pernah mengajukan proposal program sebelumnya, terkait dengan konsep tersebut memang pengurus Bank Sampah telah berhasil mewujudkan proposal program mereka dan ditindak lanjuti oleh pihak Pertamina namun peran petugas yang penting ini tidak dibarengi oleh perencanaan yang sama sama kuat antara petugas dan masyarakat karena peran petugas di kegiatan ini masih sangat dominan sehingga masyarakat hanya memiliki peran pasif dan informal. a.Implementasi Sosialisasi kepada masyarakat. Berdasarkan temuan lapangan, awal mula kegiatan dari Bank Sampah MAPESS ini ialah sosialisai kepada warga masyarakat mengenai pengelolaan sampah yang ada di lingkungan sekitar oleh trainer dari pihak IPB dan Bank Sampah MAPESS. Paul dalam Ife mengemukakan bahwa partisipasi harus mencakup kemampuan rakyat mengikuti kegiatan kegiatan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kesejahteraanya, kaitannya dengan sosialisasi ialah kemampuan masyarakat untuk turut serta dalam proses sosialisasi yang diberikan oleh Bank Sampah MAPESS. Dalam hal ini kegiatan yang diikuti oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraanya ialah dengan menghadiri sosialisasi yang diadakan oleh Bank Sampah MAPESS dimana dalam sosialisasi ini masyarakat diberikan pengetahuan dan kesadaran dalam hal mengelola sampah yang dapat bermanfaat bagi mereka. Sistem yang dibentuk oleh Bank Sampah MAPESS kemudian digulirkan ke masyarakat, kesetujuan maupun ketidaksetujuan masyarakat dalam hal ini menjadi penting. Apabila masyarakat setuju akan keputusan yang akan diambil maka akan diminta saran agar lebih aspiratif, apabila masyarakat tidak setuju maka MAPESS meminta masukan dari masyarakat yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan Bank Sampah serta masyarakat. Bank Sampah MAPESS juga meyakini bahwa masyarakatlah yang lebih mengetahui mengenai masalah yang mereka hadapi. Untuk menjelaskan partisipasi masyarakat dalam proses pembuatan keputusan, terdapat beberapa pendapat mengenai partisipasi itu sendiri sebagaimana terdapat dalam buku Ife. Uphoff dan Cohen menekankan pada rakyat memiliki peran dalam
Proses partisipasi…, Risky Banu Saputro, FISIP UI, 2013
pembuatan keputusan. Yang dimaksudkan dalam definisi partisipasi diatas adalah Masyarakat sebagai subjek dari partisipasi itu sendiri melalui keterlibatannya untuk dapat mengambil bagian dalam mempengaruhi atau ikut dalam memutuskan suatu kegiatan atau program. Sedangkan, tujuan partisipasi untuk mempengaruhi atau terlibat dalam memutuskan suatu kegiatan atau program sebagai bentuk upaya pendistribusian kekuasaan menjadi lebih seimbang. Sesuai dengan temuan lapangan terdapat relevansi dengan konsep partisipasi yang dijabarkan diatas. Masyarakat diposisikan sebagai subjek dari partisipasi dengan cara dilibatkan dalam hal pengambilan keputusan yang dalam kegiatan Bank Sampah MAPESS dilakukan pada proses sosialisasi. Keputusan masyarakat menjadi sangat penting dalam menjalankan kegiatan Bank Sampah MAPESS ini karena pengurus menyadari betul tanpa adanya keputusan dari masyarakat maka artinya tidak ada partisipasi masyarakat dengan kata lain kegiatan Bank Sampah MAPESS ini tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Namun keputusan yang diberikan oleh masyarakat pada saat sosialisasi ini tidak bersifat mutlak melainkan hanya formalitas saja, karena keputusan mengenai didirikanya Bank Sampah MAPESS dilakukan pada saat perencanaan dimana masyarakat tidak banyak dilibatkan maka dapat dikatakan bahwa proses pengambilan keputusan tidak sepenuhnya ada di tangan masyarakat dan belum ada pendistribusian kekuasaan yang seimbang antara pengurus dan masyarakat. Temuan lapangan menunjukan bahwa masyarakat terlibat dalam diskusi diskusi yang diadakan saat sosialisasi oleh Bank Sampah MAPESS. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Mikkelsen dalam Adi Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat dalam suatu proyek (pembangunan), tetapi tanpa mereka ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Dalam temuan lapangan, ditemukan bahwa memang benar masyarakat melakukan kontribusi secara sukarela namun mereka belum ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan, yang dilakukan saat sosialisasi melalui diskusi diskusi kelompok bukanlah murni suatu proses pengambilan keputusan oleh masyarakat melainkan hanya meminta persetujuan yang sifatnya lebih kepada sosialisasi program Bank Sampah MAPESS. Keputusan tersebutlah yang kemudian menjadi bahan pertimbangan bagi Bank Sampah MAPESS dalam melakukan kegiatannya walaupun keputusan tersebut tidak mempengaruhi teribuentuknya Bank Sampah MAPESS tersebut. Terkait dengan temuan lapangan diatas, terdapat konsep yang dikemukakan Adi, Partisipasi adalah proses membuat masyarakat menjadi lebih peka dalam rangka menerima dan merespons beribuagai proyek
pembangunan Cara yang dilakukan oleh Bank Sampah MAPESS dalam menimbulkan kepekaan dan respon masyarakat salah satunya adalah dengan cara melibatkan masyarakat dalam proses sosialisasi, sehingga pada saat sosialisai mengenai Bank Sampah dan pengolahan sampah berbasis masyarakat, warga turut diundang untuk dimintai pendapatnya mengenai kesediaan untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan Bank Sampah ini Dengan cara ini, diharapkan masyarakat bisa menjadi lebih peka dalam rangka menerima dan merespon proyek pembangunan yang dalam ini ialah kegiatan pengolahan sampah dengan konsep Bank Sampah. Konsep yang dinyatakan oleh Mikkelsen dalam Adi, partisipasi adalah suatu proses menjembatani dialog antara komunitas lokal dan pihak penyelenggaran kegiatan yang memungkinkan masyarakat untuk turut serta baik dalam persiapan, pengimplementasian, pemantauan dan evaluasi. Dalam temuan lapangan belum menunjukan adanya proses yang menjembatani dialog dengan komunitas lokal (dalam hal ini masyarakat) pada saat persiapan, jembatan dialog yang ada lebih terlihat pada saat implementasi kegiatan Bank Sampah MAPESS yaitu saat sosialisasi diadakan. Mengumpulkan, memilah dan menabung sampah Partisipasi masyarakat juga dapat digambarkan melalui bentuk partisipasi yang mereka berikan terhadap kegiatan pengelolaan sampah dari hasil keseluruhan temuan lapangan yang ada, bentuk partisipasi yang umumnya mereka lakukan adalah mengumpulkan sampah untuk ditabung dan dipilah di Bank Sampah MAPESS. Hal tersebut karena memang dalam kegiatan yang disosialisasikan oleh para pengurus Bank Sampah MAPESS yang paling utama adalah pemilahan sampah serta menabung sampah. Berdasarkan temuan lapangan diatas sesuai dengan analisis yang disajikan oleh Oakley, mengenai partisipasi sebagai tujuan. Dimana apa yang sudah dilakukan oleh masyarakat dalam berpartisipasi bertujuan untuk mengembangkan masyarakat secara aktif dan jangka panjang dan berkesinambungan. Berdasarkan temuan lapangan, apa yang sudah dilakukan oleh warga masyarakat dalam rangka mengelola masalah sampah merupakan suatu proses jangka panjang karena hasilnya tidak dapat langsung terlihat, yaitu berupa peribuaikan kondisi lingkungan. Temuan lapangan juga dapat dianalisa dengan konsep yang diungkapkan oleh Davis dalam Sastropoetro, bahwa partisipasi masyarakat saat implementasi yaitu mengumpulkan dan menabung sampah tersebut merupakan salah satu unsur kesediaan memberikan sumbangan kepada usaha mencapai tujuan kelompok, dalam hal ini ialah berjalanya kegiatan Bank Sampah MAPESS sehingga dalam jangka panjang dapat memperibuaiki masalah lingkungan di sekitar Kapuk
Proses partisipasi…, Risky Banu Saputro, FISIP UI, 2013
Muara. Berdasarkan hal tersebut pasrtisipasi yang diberikan saat impelentasi ini secara rinci ialah keinginan untuk mulai belajar memilah sampah, tenaga untuk mengumpulkan sampah dan barang barang ( dalam hal ini sampah) merupakan bentuk fisik dari sumbangan yang diberikan warga terhadap tujuan program Dalam temuan lapangan dapat dilihat bahwa partisipasi yang dilakukan oleh nasabah dalam mengumpulkan sampah yang ada di sekitar lingkungan juga berpengaruh terhadap anggota keluarga lainya khususnya anak anak. Dengan itu, maka sejak dini anak anak sudah mulai belajar berpartisipasi dalam rangka usaha memperbaiki lingkungan yang ada di sekitar mereka . Pelatihan pengelolaan sampah. Temuan lapangan menyebutkan bahwa partisipasi yang diberikan oleh para nasabah selanjutnya ialah mengenai pelatihan pengolahan sampah. Hal tersebut juga dapat dianalisa melalui konsep yang diberikan oleh Davis dalam Sastropoetro mengenai unsur unsur yang penting dalam partisipasi. Unsur kedua yaitu kesediaan memberikan sumbangan kepada usaha mencapai tujuan, sumbangan tenaga dan kesediaan nasabah untuk mengikuti pelatihan pengolahan sampah tentunya selain bermanfaat bagi individu itu sendiri juga merupakan sumbangan kepada usaha mencapai tujuan utama yaitu pengolahan sampah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi dan nilai guna. Masyarakat secara sukarela dan sadar untuk turut serta dalam pelatihan ketrampilan pengolahan sampah 2. Faktor Pendukung Partisipasi. a. Factor Insentif / Manfaat Manfaat Lingkungan Temuan lapangan menunjukan bahwa terdapat kondisi pendorong partisipasi warga yang berdasarkan keinginan mereka untuk merubah lingkungan menjadi lebih baik serta menjadi bersihnya lingkungan yang mereka tinggali saat ini. Terdapat pemikiran Ife, bahwa salah satu kondisi yang dapat memunculkan partisipasi masyarakat adalah jika mereka yakin apabila keikutsertaan mereka dapat menciptakan perubahan positif. Dalam kegiatan pengelolaan sampah Bank Sampah MAPESS dimana warga melakukan pemilahan sampah mulai dari tingkat rumah tangga, warga merasa terdapat perubahan yang positif pada lingkungan. Perubahan dalam lingkungan yang dirasakan oleh warga yang juga mendorong warga untuk turut berpartisipasi didasari oleh keinginan untuk meperibuaiki lingkungan di sekitar mereka. Manfaat yang dirasakan ialah lingkungan menjadi bersih dan nasabah berharap secara jangka panjang juga dapat mengatasi permasalahan banjir yang sering menimpa mereka. Dengan temuan lapangan tersebut warga merasa yakin akan keikutsertaan mereka berpartisipasi
akan menciptakan suatu perubahan yang positif bagi lingkungan mereka sendiri. Berdasarkan temuan lapangan tersebut, apabila dikaitkan dengan konsep yang dikemukakan oleh ife mengenai kondisi yang mendorong partisipasi. Masyarakat sudah berfikir bahwa isu atau aktivitas mereka terkait dengan masalah sampah tersebut ialah penting dan mereka sudah mampu menentukan sendiri apakah hal tersebut penting bagi mereka atau tidak. Temuan lapangan menunjukan bahwa isu tersebut penting karena berpengaruh terhadap kondisi lingkungan mereka oleh karena itu, kondisi tersebutlah yang kemudin juga mendorong mereka untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan Bank Sampah MAPESS Manfaat ekonomi Temuan lapangan menunjukan bahwa manfaat ekonomi berupa tambahan penghasilan yaitu uang hasil mereka mengumpulkan dan menabung sampah kepada Bank Sampah MAPESS turut mempengaruhi partisipasi yang mereka lakukan. Terdapat 3 konsep yang dikemukakan oleh Ife terkait manfaat ekonomi yang dirasakan masyarakat. Yang pertama ialah masyarakat akan berpartisipasi bila merasa bahwa isu dan aktivitas yang mereka lakukan tersebut penting, dalam hal ini masyarakat merasa bahwa aktivitas menabung sampah yang mereka lakukan ialah penting karena dapat mendatangkan manfaat ekonomi bagi mereka yaitu tambahan penghasilan. Ife juga menjelaskan bahwa beribuagai bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai, nasabah yang menabung sampah bentuk pengakuan dan penghargaanya ialah status mereka sebagai nasabah dan uang yang mereka dapatkan dari hasil kegiatan menabung sampah yang mereka lakukan. Dan yang terakhir, orang harus merasa aksi mereka akan membuat perubahan, masyarakat mungkin telah menentukan pekerjaan sebagai prioritas utama dalam hal ini kebanyaan nasabah ialah ibu rumah tangga tetapi bila warga merasa bahwa aktivitas yang mereka lakukan tidak berimplikasi pada prospek peluang kerja lokal maka akan kecil insenif untuk berpartisipasi, temuan lapangan menunjukan bahwa karena para nasabah merasa bahwa ada prospek peluang kerja yaitu mengumpulkan sampah yang dapat dikonversi menjadi uang membuat mereka ikut untuk berpartisipasi dalam kegiatan Bank Sampah MAPESS ini.ditambah lagi temuan lapangan yang menunjukan insentif berupa gula dan minyak yang diterima oleh nasabah juga turut mendorong mereka untuk terus berpartisipasi. Memperoleh Keterampilan Dan Pengetahuan Daur Ulang Sampah.. Selain manfaat lingkungan dan ekonomi tersebut, manfaat lain yang dirasakan warga dengan berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan sampah adalah keterampilan dan pengetahuan mengenai
Proses partisipasi…, Risky Banu Saputro, FISIP UI, 2013
pengelolaan sampah. nasabah mendapat keterampilan dan pengetahuan baru mengenai pengelolaan sampah salah satunya adalah pelatihan daur ulang kertas serta produksi kompos. Mengacu pada konsep yang dikemukakan oleh Soetrisno mengenai kaitan erat antara partisipasi dan insentif disebutkan bahwa insentif tidak selalu bersifat materi melainkan juga hal hal lain yang mampu memberikan manfaat bagi msayarakat, sejalan dengan hal tersebut nasabah mendapatkan manfaat berupa tambahan ketarampilan dan pengetahuan mengenai pengelolaan sampah menjadi barang yang berguna yaitu bubur kertas dan kompos. Adanya Ajakan Teman Atau Tetangga Temuan lapangan menunjukan bahwa ada pengaruh jaringan sosial terhadap partisipasi yang dilakukan oleh warga masyarakat. Beberapa informan menyatakan bahwa mereka pernah mengajak dan mensosialisasikan kegiatan Bank Sampah ini kepada anggota masyarakat lain yang mereka kenal, sehingga informan lain juga menyatakan bahwa dirinya ikut berpartisipasi karena secara tidak langsung terpengaruh oleh ajakan orang yang mereka sudah kenal. Wandersman dan Giamartino pada menemukan bahwa integrasi dalam jaringan sosial ini terkait dengan keterlibatan masyarakat dan fungsi jaringan sosial sebagai jaringan perekrutan. Mereka menemukan partisipasi yang sering muncul dari jaringan interpersonal. Warga yang terintegrasi dalam jaringan sosial lebih mungkin untuk berpartisipasi karena mereka diajak untuk melakukannya lebih sering dari jaringan-jaringan di luar mereka. . Ibu ibu PKK menjadi sasaran utama yang diajak untuk berpartisipasi oleh Bank Sampah MAPESS karena mempunyai pengaruh terhadap ibu ibu yang berada di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka. Bentuk jaringan social berupa tetangga dimana rumah mereka saling berdekatan dan masih dalam wilayah RT yang sama lebih memungkinkan untuk berpartisipasi karena mereka diajak untuk melakukanya lebih sering dari jaringan jaringan diluar mereka. Petugas Yang Ramah Dan Dekat Dengan Warga Temuan temuan lapangan menunjukan bahwa petugas Bank Sampah MAPESS ialah petugas yang dikenal ramah oleh warga, menanamkan nilai kekeluargaan dan secara umum sudah dikenal dengan baik oleh masyarakat. Bila dikaitkan dengan konsep yang dikemukakan oleh Ife bahwa orang harus bisa berpartisipasi dan didukung dalam partisipasinya, yang ditunjukan temuan lapangan bahwa petugas sudah dikenal ramah oleh warga, dekat dengan warga dan berusaha menanamkan nilai nilai kekeluargaan dalam kegiatanya merupakan faktor pendukung yang turut mendorong warga untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan menabung sampah di Bank Sampah MAPESS. Walaupun hal tersebut sifatnya internal,
segala bentuk dukungan harus dipertimbangkan sehingga hal hal yang menghambat keinginan untuk berpartisipasi dapat dikurangi Sistem Menabung Sampah Yang Mudah Dan Proaktif Sistem menabung sampah dimana petugas melakukan penjemputan sampah keliling secara door to door sehingga dinilai tidak merepotkan dan sangat memudahkan bagi warga.. Temuan lapangan juga menunjukan sebuah dukungan yang mendorong warga untuk turut berpartisipasi seperti apa yang dijelaskan oleh Ife bahwa dalam berpartisipasi masyarakat haruslah didukung, bentuk dukunganya dalam hal ini ialah berupa sistem menabung yang mempermudah warga saat proses pengambilan sampah yang sudah dikumpulkan, sehingga hal ini turut mendorong warga untuk berpartisipasi dalam menabung sampah di Bank Sampah MAPESS. Tersedianya Sarana Dan Prasarana Selain dukungan yang sifatnya berasal dari masyarakat, ditemukan juga dukungan eksternal dari pihak luar khususnya Pertamina yang mempengaruhi kegiatan yang dilakukan Bank Sampah MAPESS. Dukungan tersebut beribuentuk penyediaan fasilitas, sarana dan sarana pendukung operasional Bank Sampah MAPESS Temuan lapangan juga menunjukan sebuah dukungan yang mendorong warga untuk turut berpartisipasi seperti apa yang dijelaskan oleh Ife bahwa dalam berpartisipasi masyarakat haruslah didukung. Bentuk dukunganya adalah sarana dan prasarana yang lengkap yang secara nyata dapat dirasakan oleh nasabah. Nasabah dapat secara langsung melihat dan menggunakan sarana dan prasarana Bank Sampah yang sudah cukup lengkap sehingga membuat warga mnejadi yakin dan mempengaruhi partisipasi mereka. 3. Factor Penghambat Partisipasi a. Persaingan Industri Pengelolaan Sampah Adanya persaingan industri pengelolaan sampah yang memang berorientasi profit, dengan berdirinya industry pengolahan sampah lain tentunya akan mempengaruhi warga untuk menjual / menabung sampah yang sudah mereka kumpulkan khususnya sampah yang bernilai tinggi dengan jumlah banyak seperti misanya kardus . Dengan adanya persaingan maka harga menabung sampah yang diberikan oleh Bank Sampah haruslah kompetitif namun bagaimanapun juga Bank Sampah MAPESS tidak khawatir dengan persaingan yang ada karena merasa bahwa Bank Sampah memiliki kelebihan dan sudah lebih dekat secara emosional dengan warga. c. Kurangnya SDM Pengelola Selain dari segi persaingan bisnis ada juga hambatan internal yang berasal dari organisasi Bank Sampah MAPESS sendiri yang mulai dirasakan oleh
Proses partisipasi…, Risky Banu Saputro, FISIP UI, 2013
masyarakat yang sudah berpartisipasi yaitu kurangnya SDM dalam mengangkut sampah langsung dari rumah rumah warga. Kurangnya SDM ini mulai dirasakan saat saat ini karena banyaknya sampah yang dikumpulkan oleh warga, sedangkan bagi Bank Sampah MAPESS sendiri masih mengalami kesulitan untuk merekrut SDM yang benar benar mau berkomitmen dan mau bekerja dalam bidang ini. Sehingga bila dikaitkan dengan konsep yang dikemukakan oleh Ife belum adanya dukungan yang cukup dalam Bank Sampah MAPESS demi mendukung partisipasi yang dilakukan oleh warga, dukungan yang dimaksudkan dalam bagian ini ialah dukungan dari sumber daya manusia dalam proses operasional Bank Sampah MAPESS. c. Keengganan Sebagian Masyarakat Untuk Mengumpulkan Sampah Selain hambatan diatas, dalam temuan lapangan menunjukan masih ada individu warga yang acuh mengenai permasalahan sampah dan belum ada kesadaran mengenai lingkungan. Seperti yang diungkapkan Davis dalam Sastropoetro bahwa partisipasi sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, sehingga warga yang masih acuh dalam penanganan masalah sampah khususnya kegiatan yang diseleggarakan oleh Bank Sampah MAPESS ini memang belum memiliki keterlibatan baik secara mental maupun perasaan terhadap lingkungan sekitarnya sehingga hal ini mempengaruhi mereka untuk tidak turut serta dalam kegiatan yang didadakan oleh Bank Sampah MAPESS
4. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Proses Partisipasi Masyarakat Bank Sampah MAPESS merupakan organisasi komunitas lokal yang didukung oleh CSR Pertamina dan IPB yang bergerak pada bidang pengelolaan sampah dengan konsep Bank Sampah. Kegiatan yang mereka lakukan berada pada tingkat rumah sehingga penting bagi Bank Sampah MAPESS agar warga berpartisipasi dalam kegiatanya. Pada proses perencanaanya masyarakat kurang dilibatkan dalam perencanaan program karena mayoritas perencanaan dilakukan oleh petugas bekerja sama dengan Pertamina dan Kelurahan. Dalam hal ini juga telah dilakukan assessment oleh pengurus dan pendiri Bank Sampah MAPESS terhadap kondisi masalah lingkungan yang ada sebelum terbentuknya Bank Sampah MAPESS. Pada proses implementasi terdapat tiga kegiatan pokok yang dilakukan warga terkait partisipasinya sebagai nasabah.yang pertama ialah sosialisasi, pada proses sosialisasi terbagi menjadi dua yaitu sosialisasi kepada masyarakat yang dilakukan di awal kegiatan Bank Sampah dengan tujuan memberikan pengetahuan kepada warga mengenai pengolahan sampah yang baik
serta bermanfaat bagi warga maupun lingkungan, selain itu juga memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pembentukan Bank Sampah MAPESS. Pada saat sosialisasi tersebut warga diajak dan diturutsertakan dalam diskusi untuk kemudian dimintai persetujuanya mengenai kegiatan yang akan dilakukan Bank Sampah MAPESS selanjutnya. Yang kedua ialah kegiatan mengumpulkan, memilah serta menabung sampah kepada Bank Sampah mapess untuk kemudian dijadikan tabungan dalam bentuk uang. Kegiatan lainya saat implementasi ialah pelatihan pengolahan sampah menjadi barang dengan nilai guna dan nilai ekonomi bagi para nasabah Bank Sampah MAPESS. Pelatihan in dilakukan di lokasi Bank Sampah MAPESS dan pesertanya merupakan nasabah Bank Sampah MAPESS yang berpartisipasi. Factor yang mendukung partisipasi masyarakat Prinsip Insentif Dan Manfaat Manfaat yang diperoleh masyarakat mempengaruhi masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan Bank Sampah MAPESS. Manfaat pertama ialah pada bidang lingkungan dimana warga mengharapkan adanya perbaikan lingkungan yang ada di sekitar tempat tinggal mereka selain itu juga secara langsung lingkungan menjadi bersih karena kegiatan Bank Sampah MAPESS ini. Di sisi lain manfaat ekonomi berupa tambahan penghasilan menjadi faktor yang turut mendorong warga berpartisipasi dalam kegiatan Bank Sampah MAPESS. Selain kedua manfaat diatas manfaat lainya yang mendorong nasabah untuk berpartisipasi ialah manfaat pengetahuan dan keterampilan dalam mendaur ulang sampah menjadi barang yang lebih berguna. Manfaat yang didapat dari hasil pelatihan keterampilan pengolahan sampah kemudian mendorong masyarakat untuk turut berpartisipasi Adanya Ajakan Dari Teman Atau Tetangga Adanya jaringan sosial yang berperan dalam proses perekrutan. Nasabah yang sudah aktif khususnya ibu ibu PKK turut mensosialisasikan kegiatan Bank Sampah kepada warga lain sehingga hal ini juga mendorong warga untuk menjadi nasabah Bank Sampah MAPESS. Petugas Yang Ramah Dan Dekat Dengan Warga Petugas Bank Sampah MAPESS yang ramah dan dekat dengan warga menjadikan warga tidak segan serta percaya untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan Bank Sampah MAPESS dan menjadi nasabah. Selain itu petugas juga menanamkan nilai nilai kekeluargaan dalam membina hubungan antara nasabah dan petugas Sistem Menabung Sampah Yang Mudah Sistem menabung sampah dengan cara door to door yaitu petugas berkeliling ke rumah rumah nasabah untuk menimbang dan mengumpulkan dinilai nasabah
Proses partisipasi…, Risky Banu Saputro, FISIP UI, 2013
tidak merepotkan dan memudahkan mereka sehingga turut mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan menabung Bank Sampah MAPESS.
belum dilakukan oleh para nasabah, evaluasi yang dilakukan hanya bersifat informal kepada pengurus Bank Sampah MAPESS.
Tersedianya Sarana Dan Prasarana Dukungan eksternal dari pihak luar khususnya Pertamina yaitu berupa sarana dan prasarana yang mempengaruhi kegiatan yang dilakukan Bank Sampah mapess, Sarana dan prasarana yang sudah diberikan oleh CSR Pertamina tersebut dinilai warga turut meyakinkan mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan Bank Sampah MAPESS. Selain itu dukungan pemerintah berupa penunjukan tanah fasilitas umum untuk dipergunakan sebagai infrastruktur Bank Sampah MAPESS menjadi faktor yang turut mempengaruhi partisipasi nasabah karena Bank Sampah menjadi memiliki lokasi resmi yang dapat dipergunakan oleh nasabah Bank Sampah MAPESS.
Dengan adanya warga yang masih enggan untuk berpartisipasi perlu diadakan sosialisasi secara rutin dan direncanakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga partisipasi masyarakat meningkat. Sosialisasi dapat dilakukan dengan menyelenggarakan suatu acara khusus untuk sosialisasi terhadap warga di area tertentu maupun juga dapat dilakukan dengan sistem door to door oleh petugas, selain itu petugas juga dapat memberikan materi sosialisasi kepada nasabah aktif dengan harapan dapat menyebarkan kepada warga lain yang belum terlibat secara peer to peer.
Faktor Penghambat Partisipasi Persaingan Industri Pengolahan Sampah Persaingan industri pengolahan sampah yang berorientasi profit menjadi salah faktornya yang menghambat partisipasi warga. Dengan berdirinya industri pengolahan sampah lain mempengaruhi warga untuk menjual / menabung sampah yang sudah mereka kumpulkan khususnya sampah yang bernilai tinggi dengan jumlah banyak seperti misanya kardus. Kurangnya Sumber Daya Manusia Bank Sampah Mapess Selain dari segi persaingan bisnis ada juga hambatan internal yang berasal dari organisasi Bank Sampah mapess sendiri yang mulai dirasakan oleh masyarakat yang sudah berpartisipasi yaitu kurangnya SDM dalam mengangkut sampah langsung dari rumah rumah warga Hambatan Internal Individu Hambatan internal individu berupa pemahaman warga mengenai mengumpulkan sampah dan rasa malas mereka untuk mengelola sampah yang ada di sekitar mereka mempengaruhi partisipasi mereka untuk menjadi nasabah Bank Sampah MAPESS
Saran Dalam upaya meningkatkan partisipasi warga dalam pengelolan sampah di Bank Sampah MAPESS, perlu diadakan rapat rutin yang diikuti tidak hanya oleh pengurus Bank Sampah akan tetapi juga oleh nasabah Bank Sampah MAPESS. Rapat rutin tersebut juga dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan lain seperti misalnya acara ibu ibu PKK atau diadakan secara berkala sesuai dengan waktu yang disepakati antara pengurus dan nasabah. Rapat rutin tersebut tidak hanya berguna sebagai penyampaian informasi, tetapi juga sebagai sarana perencanaan kegiatan dan evaluasi kegiatan yang melibatkan warga sebagai anggota Bank Sampah karena selama ini evaluasi secara formal
Perlunya perekrutan sumber daya manusia di Bank Sampah MAPESS, sehingga proses operasional Bank Sampah MAPESS menjadi lancar dan tidak dikeluhkan oleh nasabah. Perekrutan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan pihak Karang Taruna yang didalamnya terdapat pemuda pemuda yang memiliki minat dan keinginan untuk memperbaiki lingkungan dengan sistem Bank Sampah. Perlu adanya kegiatan keterampilan dari olahan sampah yang spesifik dan terstandarisasi dengan baik, misalnya produksi kompos yang khusus dilakukan oleh Bank Sampah MAPESS beserta para nasabahnya. Untuk itu perlu dibentuk kelompok nasabah yang melakukan produksi kompos secara swadaya dengan menggunakan fasilitas yang ada di Bank Sampah MAPESS. Dengan kegiatan ini diharapkan hasil produksi kompos dapat menghasilkan profit tersendiri.
5. Daftar Pustaka Buku Adi, Isbandi R. 2008. Intervensi Komunitas: Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers. Budimanta, Arif. (2004). Corporate Social Responsibility (Jawaban Bagi Model Pembangunan Indonesia Masa Kini). Jakarta : Indonesia Center for Sustainable Development (ICSD) Coble, Y., Coussens, C., & Quinn, K. 2009. Environmental Health Sciences Decision Making: Risk Management, Evidence, and Ethics. Washington, D.C.: The National Academies Press Craig, William J., Harris Trevor M., and Weiner Daniel. 2002. Community Participation and Geographic Information System. New York: Taylor & Francis
Proses partisipasi…, Risky Banu Saputro, FISIP UI, 2013
Davis, Mackenzie L. and Cornwell, David A. 2008. Introduction to Environmental Engineering (4th ed.). New York: McGraw Hill Environmental Service Program. 2011. Modul Pelatihan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Jakarta: ESP Franchetti, Matthew J. 2009. Solid Waste Analysis and Minimization: A System Approach. USA: McGraw Hill Ife, Jim dan Tesoriero, Frank. 2008. Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi (edisi ke-3.). Indonesia: Pustaka Pelajar. Kaho, Josef Riwu. 2002. Prospek Otonomi Daerah Di Negara Republik Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers Matthew B. Miles, A. Michael Huberman. 1994. Qualitative Data Analysis : An Expanded Sourcebook. USA: Sage Midgley, James. 2005. Pembangunan Sosial: Perspektif Pembangunan Sosial dalam Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Ditperta Depag RI Mikkelsen, Britha. (1999). Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan: sebuah buku pegangan bagi para praktisi lapangan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Miles, M.B. & Huberman, A.M. (1994). Qualitative data analysis: An expanded sourcebook. New York: SAGE Publications Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Neuman, W Lawrence. 2007. Social Research Methode: Qualitative and Quantitative Approach (2nd ed.). Boston: Pearson Education. Percy, Susan and Buckingham, Percy. 1999. Constructing Local Environmental Agenda: People, Place and Participation. London: Routledge Sastropoetro, Santoso R.A. 1988. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi, dan Disiplin Dalam Pembangunan Nasional. Bandung: Alumni.
Jurnal Arnstein, Sherry. 1969. A Ladder of Citizen Participation. Journal of the American Planning Association, Volume 35, No. 4, Juli 1969. Laurian, Lucie. 2004. Public Participation in Environmental Decision Making: Findings from Communities Facing Toxic Waste Cleanup. Journal of the American Planning Association, Volume 70.1, 2004: 53-65 Karya Ilmiah Fitria. 2003. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi partisipasi Masyarakat dalam Program Pengelolaan Sampah Terpadu. Skripsi Program Sarjana Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Kartini. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat Menabung Sampah Serta Dampak Keberadaan Bank Sampah Gemah Ripah: Kasus Masyarakat Dusun Badegan, Yogyakarta. Skripsi Program sarjana Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Yunizar. 2001. Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Pengelolaan Sampah di Kota Binjai. Tesis Program pascasarjana Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan USU. Faizal, Ahmad. 2012. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas Lokal (Studi Deskriptif Bank Sampah “Poklili”, Kota Depok). Skripsi Program Sarjana Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Sumber Lain: Dinas Kebersihan Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta. 2011. Kondisi Sistem Pengelolaan Sampah DKI Jakarta 2010-2011 Data Kelurahan Kapuk Muara 2011 Kota Megapolitan Jakarta Dengan Populasi Kurang Lebih 10 Juta, Memproduksi Sampah Per Hari Sebanyak 6500 Ton (JBIC SAPROV 2007),
Soetrisno, Loekman. 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Zastrow, Charles. 2008. Introduction to Social Work and Social Welfare: Empowering People (9th ed.). USA: Thompson Brooks/Cole
Proses partisipasi…, Risky Banu Saputro, FISIP UI, 2013
Proses partisipasi…, Risky Banu Saputro, FISIP UI, 2013
Proses partisipasi…, Risky Banu Saputro, FISIP UI, 2013