JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5
1
“Manajemen Risiko Proyek Publik yang Dibiayai Swasta” (Studi Kasus : Proyek Penyediaan Air Minum di Wilayah X) ”Heidy Anggraini Putri, Nugroho Priyo Negoro, Yudha Andrian S.” Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected] Abstrak— Jumlah penduduk daerah X dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan sehingga kebutuhan akan air bersih pun turut meningkat. Hal ini mendorong pihak Pemerintah Daerah X melalui PDAM X untuk memperbaiki kualitas layanan di bidang penyediaan air. Namun, berdasarkan data dari PDAM X tahun 2000, PDAM X hanya memiliki kapasitas produksi sebesar 720 liter/detik (Tjahyono, 2002). Kapasitas tersebut hanya mampu melayani 17,17% dari total kebutuhan air minum yang dibutuhkan masyarakat. Guna mengatasi kekurangan pasokan air tersebut, pihak PDAM X harus menambah jumlah instalasi pengolahan air (IPA) ataupun menambah kapasitas produksi dari IPA yang telah ada. Namun, melaksanakan proyek pembangunan IPA membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit. Karena keterbatasan dana yang dimiliki oleh pihak PDAM X, maka pihak PDAM X mengadakan proyek publik yang dibiayai swasta berupa proyek penyediaan air minum. Adanya kerjasama dengan pihak lain, tentu saja akan memperbesar risiko yang mungkin muncul selama proyek penyediaan air minum. Oleh karena itu, penelitian ini akan melakukan proses manajemen risiko proyek mulai dari mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi risiko-risiko yang muncul pada proyek RUOT di proyek air minum PDAM X menggunakan severity index dan probability impact grid. Kemudian mengalokasikan risiko-risiko tersebut kepada pihak-pihak yang terkait dalam kerjasama tersebut menggunakan analisis statistika deskriptif, lalu memberikan rekomendasi mitigasi risiko yang harus dilakukan oleh kedua pihak, baik pihak PDAM X maupun pihak swasta. Kata Kunci : Manajemen Risiko Proyek, Proyek Kerjasama Pemerintah Swasta, Severity Index, Probability Impact Grid, Analisis Statistika Deskriptif
1
PENDAHULUAN
Jumlah penduduk daerah X dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Bertambahnya penduduk di daerah X juga diikuti dengan semakin meningkatnya konsumsi air dimana air merupakan kebutuhan pokok manusia. Peningkatan kebutuhan air bersih mendorong pihak Pemerintah Daerah X melalui PDAM X untuk memperbaiki kualitas layanan infrastruktur di bidang penyediaan air. Namun, berdasarkan data dari PDAM X tahun 2000, PDAM X hanya kapasitas produksi sebesar 720 liter/detik [1]. Hal ini didukung dengan adanya deklarasi Millenium Development Goal’s yang merupakan sebuah kesepakatan untuk menciptakan kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat di tahun 2015. Berdasarkan status pencapaian MDGs Indonesia, dapat diketahui bahwa akses air minum perkotaan baru mencapai 30,8% sedangkan target yang harus dicapai pada tahun 2015 adalah 67,7%. Akses air minum pedesaan baru mencapai 9%, sedangkan target yang harus dicapai sebesar 52,8%. [2] Guna mengatasi kekurangan pasokan air tersebut, pihak PDAM X harus menambah jumlah instalasi pengolahan air (IPA) ataupun menambah kapasitas produksi dari IPA yang
telah ada. Namun, melaksanakan proyek pembangunan IPA membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit. Adanya keterbatasan pendanaan yang dimiliki PDAM X, sementara di sisi lain memiliki kewajiban untuk memenuhi pelayanan akan barang publik, maka PDAM X mengadakan proyek penyediaan air minum di wilayah X dengan pembiayaan dari sektor swasta. Proyek publik yang dibiayai swasta tersebut direalisasikan dalam bentuk proyek uprating operate transfer (RUOT) [2] dengan perusahaan swasta. Kerjasama tersebut diharapkan dapat membantu pihak PDAM X dalam hal pembiayaan proyek penyediaan air minum di daerah X sehingga permasalahan mengenai kekurangan pasokan air bersih dapat diatasi. Istilah project financing biasanya merujuk pada penyusunan hutang dan ekuitas untuk pembangunan fasilitas spesifik yang menghasilkan revenue pada perusahaan [4]. Pembiayaan proyek tersebut dapat diwujudkan melalui kerjasama pihak pemerintah dengan pihak swasta. Rehabilitation Uprating Operate Transfer (RUOT) atau hanya biasa dikenal dengan Rehabilitation Operate Transfer (ROT) merupakan variasi bentuk dari skema build operate transfer (BOT) yang banyak digunakan dalam proyek-proyek KPS lainnya [5]. Pada proyek RUOT, pihak swasta akan mendanai proses rehabilitasi (perbaikan/perawatan) terhadap fasilitas instalasi yang ada termasuk juga bangunan penunjangnya, menjamin pasokan air dengan meningkatkan kapasitas produksi dari IPA (uprating), serta mengoperasikan fasilitas IPA sampai batas waktu tertentu sebelum diserahkan kembali kepada pihak pemerintah. Salah satu hal yang paling penting dilakukan untuk mencapai keberhasilan dalam kerjasama pemerintah dan swasta adalah melakukan manajemen risiko yang efektif yang berhubungan dengan kompleksitas dalam hal finansial, hukum, dan peraturan, organisasi sosio-politik, dan alokasi risiko yang proporsional dari pihak-pihak yang terlibat yang masing-masing mempunyai persepsi dan aspirasi yang berbeda [6]. Penelitian tugas akhir ini akan melakukan proses manajemen risiko proyek kerjasama pemerintah dan swasta penyediaan air minum berdasarkan kasus di daerah X. Metode yang digunakan pada penelitian tugas akhir ini adalah severity index dan probability impact grid untuk tahap asesmen risiko, serta analisis statistika deskriptif untuk tahap alokasi risiko. Hasil penelitian diharapkan akan dapat memberikan gambaran mengenai risiko-risiko yang mungkin akan terjadi selama masa kerjasama proyek penyediaan air minum antara PDAM X dengan pihak swasta, bagaimana alokasi risiko yang dapat dilakukan oleh masing-masing pihak serta rekomendasi mitigasi risiko yang dapat diberikan kepada masing-masing pihak. Selain itu, hasil penelitian ini akan dapat dipergunakan pula sebagai bahan bagi masing-masing pihak untuk mempersiapkan diri, guna meletakkan dasar yang lebih baik dalam mengestimasi dan merencanakan kerjasama antara pemerintah dan swasta selanjutnya, maka penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 2
METODE PENELITIAN
2.1
Tahap Identifikasi Masalah Tahap ini bertujuan untuk memahami permasalahan yang akan diteliti yaitu proyek KPS (kerjasama pemerintah swasta) penyediaan air minum di daerah X, penetapan tujuan dan manfaat dari penelitian ini, serta konsep yang berkaitan dengan project financing, public private partnership, dan manajemen risiko proyek. Gambaran mengenai proyek penyediaan air minum di wilayah X juga dibutuhkan dalam rangka mengidentifikasi kebutuhankebutuhan dalam melakukan manajemen risiko proyek KPS penyediaan air minum di wilayah X. 2.2
Tahap Pengumpulan Data Dalam tahap ini akan dilakukan proses pengumpulan data yang menunjang dalam penelitian. Tahapan ini terdiri dari identifikasi risiko, desain sampling, penyusunan kuesioner, uji validitas dan reliabilitas, pengumpulan dan rekapitulasi data. 2.2.1
Identifikasi Risiko
Tahapan ini terdiri dari identifikasi risiko-risiko yang berhubungan dengan proyek air minum yang diperoleh melalui studi literatur pada penelitian terdahulu. Risiko yang digunakan pada penelitian mengadopsi variabel-variabel risiko pada proyek kerjasama pemerintah-swasta di bidang distribusi air bersih di Indonesia yang digunakan oleh Pribadi dan Pangeran [7] dan Wibowo dan Mohammed [8]. Variabel-variabel tersebut digunakan kembali pada penelitian ini dengan diverifikasi terlebih dahulu. Berikut adalah 41 variabel risiko yang digunakan pada penelitian ini: Kode Variabel Risiko Risiko Risiko Politik R1 Perubahan Undang-Undang yang berlaku Umum R2 Diskriminasi pada perubahan undang-undang R3 Perubahan spesifik pada undang-undang R4 Nasionalisasi/Pengambilalihan R5 Ketidaktersediaan valuta asing R6 Larangan transfer-ability pada valuta asing R7 Larangan exchange-ability pada valuta asing R8 Pelanggaran kontrak oleh pemerintah R9 Pemutusan hubungan dini oleh pemerintah Risiko Makroekonomi R10 Fluktuasi Inflasi R11 Fluktuasi valuta asing R12 Fluktuasi tingkat bunga Risiko Operasional R13 Kenaikan biaya operasi dan maintenance R14 Peralatan cacat karena gangguan R15 Ketidaktersediaan bahan baku air R16 Kebocoran teknis selama distribusi R17 Pemadaman listrik R18 Protes lingkungan akibat gangguan R19 Manipulasi meteran air R20 Rendahnya Kualitas bahan baku air R21 Jaminan/Insurance Risiko Bisnis R22 Pengaturan tarif bersifat tidak pasti R23 Pelanggaran kontrak oleh operator/pihak swasta R24 Pemutusan hubungan dini oleh operator/pihak
2 Kode Risiko
Variabel Risiko
swasta R25 Penyalahgunaan wewenang oleh pejabat pemerintah R26 Kegagalan pada penutupan keuangan R27 Kegagalan dalam pembiayaan kembali R28 Permintaan bersifat tidak pasti R29 Masuknya kompetitor baru R30 Tunggakan tagihan oleh konsumen Risiko Konstruksi R31 Eskalasi/Kenaikan Biaya Konstruksi R32 Kenaikan harga tanah R33 Penundaan waktu konstruksi R34 Negosiasi harga tanah yang berlarut-larut R35 Desain/Pengembangan Risiko yang Tidak Dapat Dihindari (Force Major) R36 Bencana alam R37 Bencana karena ulah manusia R38 Pernyataan perang R39 Kerusuhan R40 Serangan Teroris R41 Pemogokan karyawan
Proses verifikasi terhadap variabel-variabel risiko proyek ini dilakukan melalui wawancara dan penyebaran kuesioner. Setelah memperoleh data hasil wawancara dan penyebaran kuesioner, variabel-variabel risiko proyek yang relevan diperoleh melalui konsep pareto. 2.2.2
Desain Sampling
Pada tahap ini dilakukan penyusunan kuesioner risiko berdsarkan hasil identifikasi risiko yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Kuesioner disusun berdasarkan data yang ingin diperoleh. Ada tiga macam kuesioner yang dibuat untuk penelitian ini, pertama merupakan kuesioner untuk melakukan verifikasi risiko, kedua untuk melakukan asesmen risiko, dan ketiga merupakan kuesioner untuk melakukan alokasi risiko. 2.2.3
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu alat ukur itu mengukur apa yang ingin diukur [9]. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software excell dengan formulasi Pearson. Sedangkan uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan/menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama [9]. Uji reliabilitas ini dilakukan menggunakan software statistika. 2.2.4
Pengumpulan dan Rekapitulasi Data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data dan rekapitulasi data risiko. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadaptasi metode delphi dengan alat bantu berupa kuesioner. Tujuan pengumpulan data ini adalah untuk memperoleh data mengenai probabilitas terjadinya risiko dan dampak yang dihasilkan bila risiko yang relevan terjadi pada proyek KPS air minum di daerah X. Setelah dilakukan pengumpulan data, selanjutnya dilakukan rekapitulasi hasil pengumpulan data. 2.3
Tahap Manajemen Risiko Proyek Data-data yang sudah dikumpulkan akan diolah dalam kerangka manajemen risiko proyek. Berikut adalah langkahlangkah dalam manajemen risiko proyek:
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1. 2.
Identifikasi risiko. Asesmen risiko. Proses asesmen dilakukan secara kualitatif. Pertama, memberi nilai pada probabilitas dan dampak dengan menggunakan severity index. Kemudian dipetakan dalam probability impact grid. Berikut merupakan rumus yang digunakan untuk menentukan severity index (SI) [10]: SI =
4
�𝑖𝑖=0 a i x i 4 ∑4𝑖𝑖=0 𝑥𝑥 𝑖𝑖
(100%)
Keterangan: ai = konstanta penilaian xi = probabilitas responden i = 0, 1, 2, 3, 4,..., n Probability Impact Grid (PIG) digunakan untuk mengukur tingkat risiko. Tingkat risiko merupakan perkalian dari skor probability dan skor impact yang didapat dari responden. Untuk mengukur risiko menggunakan rumus [11] R=PxI Keterangan: R = Tingkat Risiko P = Kemungkinan (probability) risiko yang terjadi I = Tingkat dampak (impact) risiko yang terjadi Setelah mengetahui tingkat risiko, selanjutnya risiko tersebut dapat diplotkan dalam matriks probability dan impact untuk mengetahui risiko mana yang kemungkinan terjadinya besar dan berdampak besar bagi proyek. Berikut adalah contoh matriks probability-impact:
3 3
HASIL DAN DISKUSI
3.1
Identifikasi Risiko Pada penelitian ini digunakan 41 variabel risiko yang diperoleh dari penelitian terdahulu, yaitu variabel risiko yang digunakan oleh Pribadi dan Pangeran [7] dan Wibowo dan Mohammed [8]. Namun, untuk mengetahui apakah variabel risiko tersebut relevan dengan proyek kerjasama pemerintah (KPS) penyediaan air minum di wilayah X, dilakukan verifikasi terlebih dahulu dengan menggunakan konsep pareto. Hasilnya diperoleh terdapat 27 variabel risiko yang dinyatakan relevan dan 14 variabel sisanya dianggap tidak relevan. 27 variabel yang dianggap relevan kemudian dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas, sehingga diperoleh 20 variabel risiko yang dianggap valid dan reliabel untuk dapat digunakan pada proses pengolahan data selanjutnya. Risiko-risiko tersebut antara lain: perubahan spesifik pada undang-undang (R3), fluktuasi inflasi (R10), fluktuasi valuta asing (R11), fluktuasi tingkat bunga (R12), kenaikan biaya operasi dan maintenance (R13), peralatan cacat karena gangguan (R14), ketidaktersediaan bahan baku air (R15), kebocoran teknis selama distribusi (R16), pemadaman listrik (R17), rendahnya kualitas bahan baku air (R20), pengaturan tarif bersifat tidak pasti (R22), pelanggaran kontrak oleh operator/pihak swasta (R23), pemutusan hubungan dini oleh operator/pihak swasta (R24), penyalahgunaan wewenang oleh pejabat pemerintah (R25), desain/pengembangan (R35), bencana alam (R36), dan bencana karena ulah manusia (R37). 3.2
Asesmen Risiko Tahap asesmen risiko terdiri dari dua tahap, pertama adalah tahap analisis risiko, kedua adalah tahap pemetaan risiko. 3.2.1 Analisis Risiko
2.4
Tahap Analisis dan Interpretasi Data Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam penelitian ini setelah melakukan pengumpulan dan pengolahanan data. Hasil dari pengolahanan data dianalisis dan diinterpretasikan secara lebih mendalam. 2.5
Tahap Kesimpulan dan Saran Setelah semua langkah-langkah pengumpulan, pengolahanan, analisis, dan interpretasi data dilakukan, maka ditarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan alokasi risiko yang harus ditanggung serta langkah mitigasi yang harus dilakukan oleh masing-masing pihak, dalam hal ini pihak-pihak tersebut adalah PDAM X dan pihak swasta. Selain itu akan ada saran untuk rekomendasi penelitian kedepannya yang bertujuan untuk menyempurnakan proses manajemen risiko proyek publik yang dibiayai swasta pada proyek air minum.
Pada tahap analisis risiko ini, dilakukan penilaian terhadap masing-masing variabel risiko. Nilai risiko diperoleh melalui penyebaran kuesioner asesmen risiko dan wawancara. Setelah memperoleh penilaian risiko berdasarkan persepsi responden, selanjutnya data tersebut dihitung dengan menggunakan severity index (SI).
Klasifikasi dari skala penilaian nilai probabilitas dan dampak adalah sebagai berikut [12]: Very Low : 0,00 ≤ SI ˂ 12,5 % Low : 12,5% ≤ SI ˂ 37,5% Medium : 37,5% ≤ SI ˂ 62,5% High : 62,5% ≤ SI ˂ 87,5% Very High : 87,5% ≤ SI ˂ 100% 3.2.2 Pemetaan Risiko Setelah melakukan analisis risiko dan diperoleh nilai probabilitas dan dampak masing-masing risiko, dilakukan pemetaan risiko. Pada tahap ini, setiap variabel risiko dipetakan berdasarkan nilai probabilitas dan dampak dengan menggunakan Probability Impact Grid (PIG). Berikut adalah hasil pemetakan variabel risiko berdasarkan nilai probabilitas dan dampak:
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5
4 Kode Risiko
R12
R13
Keterangan: : Risiko Tinggi : Risiko Medium : Riko Rendah
R15
3.3
Risk Response Pada bagian ini akan dilakukan usulan tindakan respon terhadap risiko yang terdiri dari pengalokasian risiko kepada pihak yang paling tepat dalam menangani risiko dan penanganan atau mitigasi risiko.
R17
R20
3.3.1 Alokasi Risiko Tujuan dari tahap ini adalah melakukan alokasi risiko terhadap masing-masing variabel risiko kepada pihak pemerintah dan swasta. Risiko-risiko yang digunakan adalah risiko yang telah dianggap valid pada proses pengolahan data sebelumnya. Pengalokasian risiko dilakukan berdasarkan lima kriteria, yaitu mengontrol sumber terjadinya risiko, menangani terjadinya risiko, menanggung risiko bila risiko tidak dapat dikendalikan, mengelola risiko dengan biaya yang paling murah, dan menanggung konsekuensi bila risiko terjadi [13]. Dari hasil pengalokasian risiko dapat diketahui bahwa setiap pihak, pemerintah dan swasta memperoleh alokasi risiko masing-masing sebanyak 10 risiko. Salah satu contoh risiko yang dialokasikan ke pemerintah adalah risiko perubahan spesifik pada undangundang, sedangkan risiko yang dialokasikan kepada pihak swasta salah satunya adalah risiko fluktuasi inflasi.
Bagian ini berisi proses mitigasi risiko atau biasa dikenal dengan penanganan risiko, dimana risiko-risiko yang akan dimitigasi adalah risiko-risiko yang dianggap valid. Pada penelitian ini, mitigasi risiko yang dilakukan adalah sebatas rekomendasi mitigasi, tidak sampai pada implementasi mitigasi risiko. Proses mitigasi risiko dilakukan melalui wawancara dan studi literatur pada penelitian-penelitian terdahulu. Pada penelitian ini, variabel-variabel risiko akan diklasifikasikan terlebih dahulu ke dalam dua jenis risiko, yaitu risiko internal dan risiko ekternal. Berikut adalah usulan mitigasi risiko untuk risiko eksternal: Variabel Risiko
Klasifikasi Mitigasi Risiko
R3
Perubaha n spesifik pada undangundang
Menerima risiko
R10
Fluktuasi Inflasi
Menerima risiko
R11
Fluktuasi valuta
Mencegah risiko
R28
R29
R36
3.3.2 Mitigasi Risiko
Kode Risiko
R25
Usulan Mitigasi Risiko
_
Melakukan manajemen persediaan bahan baku berbasis perubahan inflasi Menetapkan nilai hedging yang optimal
Variabel Risiko
Klasifikasi Mitigasi Risiko
Usulan Mitigasi Risiko
asing Fluktuasi tingkat bunga Kenaikan biaya operasi dan maintena nce Ketidakte rsediaan bahan baku air
Menerima risiko
Memonitor perkembangan tingkat suku
Mengurangi dampak terjadinya risiko
Membuat skenario anggaran biaya operasi dan maintenance (kondisi pesimis, moderat, dan optimis)
Mentransfer risiko
Koordinasi dengan Perum Jasa Tirta terkait penyediaan bahan baku air
Pemadam an listrik
Mengurangi dampak terjadinya risiko
Penyediaan gen set untuk supply listrik cadangan
Mentransfer risiko
Koordinasi dengan Perum Jasa Tirta terkait kualitas bahan baku air
Mengurangi probabilitas terjadinya risiko
Peningkatan kualitas proses produksi
Rendahny a Kualitas bahan baku air Penyalah gunaan wewenan g oleh pejabat pemerinta h Permintaa n bersifat tidak pasti Masukny a kompetito r baru Bencana alam
Menerima risiko
Mengurangi dampak terjadinya risiko Mengurangi dampak terjadinya risiko Menerima risiko
_
Membuat proyeksi permintaan konsumsi air
Mempertahankan kualitas air yang diproduksi _
Sedangkan usulan mitigasi untuk risiko internal adalah sebagai berikut: Kode Risiko
R8
R14
R16
R23
Variabel Risiko Pelanggara n kontrak oleh pemerintah Peralatan cacat karena gangguan Kebocoran teknis selama distribusi Pelanggara n kontrak oleh operator/pi hak swasta
Klasifikasi Mitigasi Risiko Mengurangi probabilitas terjadinya risiko Mengurangi probabilitas terjadinya risiko Mengurangi probabilitas terjadinya risiko Mengurangi probabilitas terjadinya risiko
Usulan Mitigasi Risiko Komunikasi secara berkala antara pihak PDAM X dan Perusahaan A. Preventive maintenance peralatan secara berkala Preventive maintenance pipa distribusi secara berkala Komunikasi secara berkala antara pihak PDAM X dan Perusahaan A.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5
Kode Risiko
R22
R24
Variabel Risiko Pengaturan tarif bersifat tidak pasti Pemutusan hubungan dini oleh operator/pi hak swasta
Klasifikasi Mitigasi Risiko Mengurangi probabilitas terjadinya risiko
Komunikasi secara berkala antara pihak PDAM X dan Perusahaan A.
[9]
Mengurangi probabilitas terjadinya risiko
Komunikasi secara berkala antara pihak PDAM X dan Perusahaan A.
[11]
Konsultasi dengan kontraktor terkait desain instalasi pengolahan air yang sesuai Memberikan peringatan kepada operator dan penekanan kepatuhan terhadap SOP (Standard Operation Procedure)
R35
Desain/Pen gembangan
Mengurangi probabilitas terjadinya risiko
R37
Bencana karena ulah manusia/hu man error
Mengurangi probabilitas terjadinya risiko
4
Usulan Mitigasi Risiko
KESIMPULAN/RINGKASAN
Dari 41 variabel risiko yang digunakan pada penelitian ini, terdapat 27 variabel risiko yang dianggap relevan dengan proyek KPS penyediaan air minum di wilayah X. Namun, hanya 20 variabel yang dianggap valid dan reliabel yang dapat digunakan untuk proses pengolahan data selanjutnya. Pada tahap asesmen risiko, terdapat 7 risiko yang tergolong risiko tinggi, 7 risiko tergolong risiko medium, dan 6 risiko tergolong risiko rendah. Selanjutnya, pada tahap alokasi diperoleh hasil berupa 10 risiko dialokasikan ke pihak pemerintah dan 10 risiko sisanya dialokasikan ke pihak swasta. Kemudian pada tahap mitigasi risiko, diperoleh usulan mitigasi risiko untuk variabel risiko eksternal dan internal.Risiko 5
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak karyawan PDAM X dan Perusahaan A yang telah memberi dukungan dan membantu kelancaran terselesaikannya penelitian. Serta kepada dosen pembimbing dan ko-pembimbing yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA [1]
[2] [3]
[4]
[5]
[6]
[7]
5
Tjahyono, Agoes Boedi. 2002. Peningkatan Kualitas Pelayanan Perusahaan Air Minum dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment (Studi Kasus: Perusahaan Daerah Air Minum X). Laporan Thesis Program Studi Teknik Industri. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Stalker, P. 2008.Millenium Development Goal’s.Diakses pada 20 Maret 2012.
Perpamsi. Kepmendagri No. 43/2000/Kerjasama PDAM, diakses pada tanggal 12 Maret 2012, Tiong, Robert L.K., Yeo, K.T. 1993. Project Financing as A Competitive Strategy in Winning Overseas Job. International Journal of Project Management, vol 11, No. 2. Butterworth – Heinemann Ltd. Negoro, Nugroho P. 2011. Model Masa Konsesi Kerjasama Pemerintah Swasta pada Proyek Penyediaan Air Minum (Studi Kasus: IPA Krikilan, Gresik). Laporan Thesis. Jurusan Teknik Sipil ITS. Ozdoganm, Irem Dikmen., Birgonul, M. Taldad. 2000. A Decision Support Framework for Project Sponsors In The Planning Stage of Build-Operate-Transfer (BOT) Project, Construction Management and Economic. Pribadi, Krishna S., Pangeran, M. Husnullah. 2007. Important Risks on Public-Private Partnership Scheme in Water Supply Investment in
[8]
[10]
[12]
[13]
Indonesia. The 1st International Conference of European Asian Civil Engineering Forum. Universitas Pelita Harapan, Indonesia. Wibowo, Andreas dan Mohamed, Sherif. 2010. Risk Criticality and Allocation in Privatised Water Supply Projects in Indonesia. International Journal of Project Management, vol 28, hal. 504-513. Kusrini, D. E. 2006. Diktat Metode Riset Sosial. Surabaya: Jurusan Statistika FMIPA ITS. Al Hammad, A.M. 2000. Common Interface Problems Among Various Construction Parties. Journal of Performance of Constructed Facilitates, Vol. 14, No. 2, Hal 71-74. Majid, M.Z.A., Caffer, R.M. 1997. Discussion Assessment of Work Performance of Maintenance Contractors in Saudi Arabia. Journal of Management in Engineering, ASCE. Hillson, D. 2002. Extending The Risk Process to Manage Opportunities. International Journal of Project Management, Vol. 20, Hal 235-240. Wardani, Retno,D.K. 2006. Analisis Risiko dalam Sistem Kerjasama Build Operate Transfer pada Pembangunan Terminal Terpadu Merak Kota Cilegon. Laporan Thesis. Jurusan Teknik Sipil ITS