MANAJEMEN MASJID AT-TAQWA BADAN PERTANAHAN NASIONAL (BPN) KABUPATEN BEKASI DALAM MENCIPTAKAN SUASANA KEAGAMAAN DIKALANGAN PEGAWAI BPN
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Prasyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh Oma Saeful Anwar NIM: 105053001831
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M/1930 H
ABSTRAK Oma Saeful Anwar MANAJEMEN MASJID AT-TAQWA BADAN PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN BEKASI DALAM MENCIPTAKAN SUASANA KEAGAMAAN DIKALANGAN PEGAWAI BPN Masjid merupakan salah satu tempat yang memungkinkan mencetak orang-orang yang taat beribadah sebagai realisasi iman dan taqwa, baik dalam prilaku individu maupun lingkungan masyarakat. Masjid bukan hanya simbol agama yang sakral akan tetapi harus mempunyai dampak terhadap perbaikan umat. Supaya kualitas umat semakin mumpuni dan mampu mendalaminya dalam rangka menjalankan ritual keagamaan secara kaffah. Sebab masjid mempunyai nilai dan makna yang sangat suci kedudukannya dari zaman dahulu hingga sekarang. Masjid at-Taqwa merupakan salah satu masjid terbesar di lingkungan kawasan Lippo Cikarang. Masjid ini berada persis disamping pusat perbelanjaan dan perkantoran yang sangat ramai. Ini merupakan salah satu bukti konkrit dari perbedaan zaman serta kebutuhan sarana ibadah yang hadir di tengah-tengah masyarakat yang berkomunitas bisnis dan industri. Keadaan ni sangat bertolak belakang dengan zaman Nabi Saw dahulu, namun perbedaan ini dapat dimunimalisir dengan kecanggihan teknologi dan trik-trik dalam proses menanamkan nilai-nilai agama. Pendirian masjid at-Taqwa menjawab berbagai keluhan khususnya para pegawai BPN dan umumnya masyarakat yang ada di sekitar masjid itu akan minimnya sarana peribadatan yang hanya tersedia cukup minim, maka perubahan dari musollah ke masjid menjadi alternatif yang jitu untuk menjawabnya. Masjid at-Taqwa yang berdiri kokoh selain sebagai simbol kantor BPN juga simbol kesakralan agama Islam yang makmur walaupun di lingkungan perdagangan industri dan perkantoran. Dengan cara aktualisasi religius yang kental, sehingga masjid at-Taqwa akan mampu memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan syiar Islam. Akan tetapi, simbol saja tidak cukup perlu adanya esensi, aktivitas, nuansa religius serta manajemen yang handal. Keunikan nuansa keagamaan yang ditawarkan terletak pda keseriusan para pengurus menjaga nilai-nilai subtansi dari agama. Ketika waktu shalat setengah jam lagi pengurus sudah memberikan tanda dengan pemutaran kaset murotal sebagai tanda menjelang waktu shalat, sert sarana-sarana pemenuhan pengetahuan keislaman baik berupa mushaf dan terjemahnya maupun buku-buku ilmiah keagmaan agar jamaah betah sambil menunggu waktu shalat tiba.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat tak terhingga kepada kita sekalian selaku hamba yang dhoif. Shalawt serta salam semoga senatiasa tercurah dan terlimpah kepada Nabi Muhammad Saw yang telah memperjuangkan predikat manusia menjadi mulia dibanding mahluk yang lain sampai kepada keluarga beliau, sahabat serta umatnya yang selalu anut pada ajarannya dinul Islam sampai akhir masa. Tidak ada kata-kata yang bisa terucap dan terlintas dibenak pikiran selain duakata yang penuh makna dan haru yakni terima kasih kepada semua elemen dan unsur yang telah mendukung terselesaikannya skripsi ini. Baik itu bantuan materil maupun moril, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Arif Subhan, MA selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Kominikasi. 2. Drs. Sugiharto, MA selaku pembimbing dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih atas segala upaya bimbingannya. Semoga Allah SWT senantiasa menjadikan kebaikannya menjadi ladang amal dan pahala yang tak terhingga untuk selamanya. 3. Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah yang telah banyak meluangkan waktunya untuk penulis menyelesaikan berbagai administrasi khususnya dalam proses penyususnan skripsi ini. Semoga ilmu dan kebaiknnya menjadi kebaikan yang terus bertambah dan
ii
terus diangkat derajatnya. Penulis tidak bisa membalas apa-apa kecuali ta’dziman watakriman kepada beliau. 4. Drs. Mulkanasir, MA, Selaku Sekertaris Jurusan Manajemen Dakwah. 5. Bpk Oman dan Ibu Minah tersayang selaku orang tua yang selalu mendoakan siang dan malam, dan kasih sayangnya baik moril maupun materil yang tak terhingga. Semoga keduanya menjadi orang tua yang selalu istiqomah mengarakan anak-anaknya untuk menjadi lebih baik. 6. Aa Nacep, Teh Omsih, Aa Aban serta saudara-saudara penulis yang telah memberikan motivasi untuk terselesaikannya skripsi ini. 7. Istri tercinta dan tersayang Eca Nurhasanah yang terus mendukung dalam segala hal baik moril maupun materil, lahir dan batin. Semoga menjadi Istri yang shalehah yang mampu menjadi ibu bagi anak-anaknya dan tercapai cita-citanya untuk membahagiakan orang tua dan suaminya. 8. Keluarga Besar Bpk H. Mian (almarhum) dan Hj. Item selaku kakek dan nenek yang terus memberikan motivasi untuk penulis menjadi lebih baik. 9. Keluarga besar Bpk. Jailan (alamarhum) dan ibu Nonih (almarhum) semoga keduanya mendapat tempat yang mulia di hadapan Allah SWT. 10. Keluarga Besar Bpk H. Hasan dan Istri yang telah membantu penulis baik materil maupun moril. Semoga tetap berada dalam naungan Allah SWT dan semoga menjadi Haji mabrur dan Hajjah mabrurah. 11. Segenap para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunkasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengaruhnya kepada penulis seutuhnya.
iii
12. Keluarga Besar Manajemen Dakwah angkatan 2005-2006. 13. Keluarga Besar Isdah Daar El-Hikam khususnya Abi K.H Bahrudin, S.Ag dan santri-santinya (Mat Sani, Iwan Dokter, Harid Sos.I, Sopya BIO, Andi BIO, Rahmat Hidayat Lurah, Rahmat kabir, Ahmada, Ahmad Fathoni, Ifdhol, Llu, Chairul Malik, Syahroni (ma’ma encrot), Mahatir, Abu B (korlap), Ues, Maki, Firman, Aziz, Hendro, dan Hasan Korlap demo and all santri Daar Elhikam. 14. Semua pihak yang telah mendukung baik moril maupun materoil dalam penulisan skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih semoga semuanya mendapat balasan yang setimpal sesuai dengan apa yang diusahakannya. Penulis menyadari akan kedhoifan dan kekurangannya yang jauh dari sempurna. Semoga karya Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan jurusan Manajemen Dakwah dan umumnya semua orang yang sempat membacanya.
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK .......................................................................................................i KATA PENGANTAR......................................................................................ii DAFTAR ISI....................................................................................................v BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................1 B. Perumusan dan Pembatasan Masalah.....................................................8 C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................................8 D. Metodologi Penelitian ...........................................................................9 E. Tinjauan Pustaka....................................................................................13 F. Sistematika Penulisan.............................................................................14 BAB
II
TINJAUAN TEORI
A. Manajemen 1. Pengertian Manajemen .....................................................................16 2. Prinsip-prinsip Manajemen...............................................................21 3. Fungsi-fungsi Manajemen ................................................................22 4. Unsusr-unsur Manajemen.................................................................36 B. Manajemen Masjid 1. Pengertian Masjid.............................................................................39 2. Macam-macam Masjid .....................................................................42 3. Bagian-Bagian Masjid ......................................................................46 4. Manfaat dan Tujuan Masjid.............................................................48 5. Pengertian Manajemen Masjid .........................................................55
v
6. Fungsi Manajemen Masjid ...............................................................57 C. Suasana Keagamaan 1. Pengertian Suasana Keagamaan.......................................................60 2. Ciri-ciri Suasana Keagamaan............................................................62 BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG MASJID AT-TAQWA
BADAN PERTANAHAN NASIONAL (BPN) KABUPATEN BEKASI A. Sejarah Berdirinya Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan Masjid At-Taqwa BPN Kabupaten Bekasi. 1.
Sejarah Berdirinya Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi............................................................................66
2.
Sejarah Berdirinya Masjid At-Taqwa Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi.................................................................67
B. Visi dan Misi..........................................................................................70 C. Letak Geografis......................................................................................71 D. Struktur Kepengurusan...........................................................................72 E. Gambaran Suasana Keagamaan..............................................................73 BAB IV
ANALISIS MANAJEMEN MASJID AT-TAQWA BADAN
PERTANAHAN DALAM
NASIONAL
MENCIPTAKAN
(BPN)
KABUPATEN
SUASANA
BEKASI
KEAGAMAAN
DI
KALANGAN PEGAWAI BPN A. Manajemen Masjid 1. Perencanaan (Planing)..........................................................................76 2. Pengorganisasian (Organization).........................................................77
vi
3. Penggerakan (Actuiting)......................................................................78 4. Pengawasan (Controlling)................................................................84 B. Dampak Suasana Keagamaan Terhadap Pegawai Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi.......................................................86 BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan..........................................................................................104
B.
Saran-saran..........................................................................................104
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Masjid merupakan tempat disemaikannya berbagai nilai kebajikan dan
kemaslahatan umat baik yang berdimensi ukhrawi maupun duniawi, selain itu juga masjid menjadi tempat pengkaderan yang efektif karena di masjid memungkinkan terbentuknya akhlak qurani sebagai pusat kegiatan keIslaman.1 Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam al-Quran surat at-Taubah ayat 18 :
Artinya: Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orangorang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah. Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. Tidak terlepas dari ayat al-Quran yang tersebut di atas masjid juga tempat yang suci bagi umat Islam, tempat bersujud kepada Allah SWT sebagai bukti realisasi taqwa kepada sang pencipta Allah SWT dan yang membangunnya pun akan mendapatkan balasan setimpal.2 Oleh karena itu, pemanfaatan masjid untuk menyembah selain Allah SWT merupakan sesuatu yang amat terlarang. Sebagaimana Allah berfirman dalam al-Quran surat al-Jin ayat 18 :
1 2
Abdullah Faruk, Mimbar Ceramah Kultum (Surabaya: Amalia, 2005) h. 152 Ibid h. 43
1
2
Artinya: Dan Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. Maka dari itu keberadaan masjid seharusnya menjadi jembatan terbentuknya berbagai aktivitas manusia yang berdasarkan al-Quran dan hadist yang mencerminkan suasana keagamaan yang kental yang selalu dicintai dan dinaungi oleh rahmat Allah SWT. Berkaitan dengan yang diuraikan di atas mengenai suasana keagamaan sebagai realisasi dari kegiatan keagamaan berupa pembinaan umat, agar masjid mampu menjalankan fungsinya secara utuh. Maka perlu adanya manajemen untuk menujang kegiatan yang dilakukan di masjid. Karena salah satu peran masjid adalah sebagai pembentuk karakter jamaahnya.3 Bukan hanya manajemen akan tetapi sarana dan prasarana masjid pun harus mendukung ritual keagamaan yang dilakukan di masjid. Bisa kita lihat dari hal terkecil pembentukan karakter yang terjadi di masjid adalah ketika orang ingin masuk masjid maka hal yang pertama dilakukan adalah melepaskan alas kakinya baik sandal atau pun sepatu, entah pejabat atau rakyat biasa, entah miskin atau kaya, semuanya sama menghargai masjid sebagai tempat suci yang harus dijaga kebersikannya dari kotoran sekecil apapun. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 222 :
Artinya : ..... Sesungguhnya Allah SWT mencintai orang-orang yang bertobat dan orang-orang yang mensucikakan diri. 3
Drs. H. Ahmad Yani dan Dr. Achmad Satori Ismail, Menuju Masjid Ideal (Jakarta: LP2SI Harmain, 2001) h. 19
3
Dari ayat di atas nampak jelas bahwa Allah SWT mencintai kebersihan dan hendaknya setiap masjid mampu mencerminkan ayat tersebut sebagai suatu tempat yang sangat dicintai Allah. Selain yang disebutkan di atas, dalam hal ini masjid juga harus berperan sebagai wadah pemersatu umat yang memperkokoh persatuan dan kesatuan atas dasar persamaan agama dan Ukhuwah Islamiah. Oleh karena itu, perlu upaya peningkatan mutu/kualitas kegiatan masjid khususnya kegiatan pembinaan umat melalui berbagai kegiatan dakwah. Kegiatan-kegiatan dakwah melalui masjid sebenarnya tercakup pula dalam kegiatan-kegiatan dalam rangka pembinaan umat, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan sahabat-sahabatnya yang menggunakan masjid sebagai tempat pengajaran, pendidikan Islam, tempat peradilan, tempat sidang dua badan penasehat khalifah, tempat musyawarah, tempat pemilihan khalifah, tempat pernikahan dan sebagainya.4 Masjid di setiap zaman hendaknya harus menjadi tempat seutuhnya pembinaan umat sehingga dalam era reformasi ini pun harus tetap dapat berperan sebagai pendorong pemenuhan kebutuhan spiritual umat, mewujudkan pelayanan sosial, berupa kesehatan, pendidikan, pembinaan anak dan remaja, serta penyaluran bakat dalam bidang seni dan olah raga, bahkan sampai kepada pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat pun bisa dilakukan di masjid. Dengan kata lain masjid harus tetap dapat berperan sebagai pusat pembinaan umat yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Dengan hal ini, tentunya suasana keagamaan pun akan tercipta secara spontan dengan adakanya kegiatan-kegiatan tersebut.
4
Nana Rukmana, Masjid dan Dakwah ( Jakarta: Al-Mawardi 2002) h. 52
4
Sebagaimana dimaklumi bahwa globalisasi dibidang ekonomi yang melahirkan liberalisasi perdagangan memungkinkan setiap negara dapat menjual hasil-hasil produksinya ke negara lain dan pada akhirya menghasilkan persaingan yang amat ketat yakni pasar bebas.5 Dalam hal ini, sesuai fungsinya masjid harus mampu mengarahkan umat untuk menghadapi era tersebut dalam upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga dapat terwujud. Selain masalah di atas, kondisi saat ini masjid-masjid sering kali materi dakwah yang disajikan hanya terbatas pada satu pilihan materi yang sangat membosankan jamaah.6 Nampaknya perlu ditiru dan dikembangkan beberapa masjid besat Timur Tengah seperti masjid al-Haram dan masjid al-Azhar yang selalu menghadirkan sekian banyak penceramah pada tiap kegiatan yang dilakukan di masjid dengan berbagai materi yang kompleks, sehingga jamaah tidak jenuh terhadap materi yang telah disajikan oleh masjid yang pada akhirnya setiap materi mampu memberikan motivasi spritual bagi jamaah.
Materi dakwah
yang tidak disusun secara sistematis seringkali menimbulkan kejenuhan, kebosanan dan kekecewaan jamaah. Bahkan ditambah lagi dengan kondisi masjid yang kotor, tidak terawat, suasananya tidak tenang, tidak nyaman dan kurang aman, maka masjid akhirnya secara bertahap akan ditinggalkan oleh jamaah. Maka disinilah letak pentingnya mengemas dakwah agar tidak membosankan jamaah, di samping itu juga dakwah yang dikemas dengan baik akan memberi input positif bagi jamaah. Sehingga diharapkan pelaksanaan dakwah yang dilakukan masjid dapat tepat sasaran dan efektif.
5 6
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005) h. 231 Dra. Raudonah, dkk. Qiro’ah Ibadah dan Dakwah (Jakarta: FDK UIN, 2004)
5
Dari uaraian di atas dapat ditarik bahwa masjid dan dakwah merupakan dua faktor yang tidak bisa dipisahkan seperti sebuah gudang dan barangnya. Apabila salah satunya tidak ada maka hal tersebut tidak mencerminkan fungsinya lagi. Masjid diibaratkan adalah sebuah gudang dan jamaah adalah barangnya. Jika hanya ada gudangnya saja barangnya tidak ada maka akan disebut gudang kosong. Seperti halnya pula, pada barang jika tidak ada tempat menyimpannya maka barang tersebut akan berserakan tidak teratur dan sulit untuk dikumpulkan sehingga akan mudah rusak, mengalami gangguan, baik dari yang mencuri ataupun penjarah. Begitulah keterkaitan antara dakwah dan masjid yang tidak bisa dipisahkan karena masing-masing memberikan pengaruh. Selain yang diuraikan di atas mengenai dakwah, bahwa masjid yang makmur disamping diukur dari ramainya jamaah dan maraknya kegiatan, juga dilihat dari kualitas kesatuan jamaahnya. Jamaah yang baik dan berkualitas akan lebih efektif dalam memakmurkan masjid. Oleh karena itu, peningkatan kualitas jamaah sangat penting dalam upaya peningkatan kualitas baik itu kemakmurannya atau pengelolaan (manajemen) masjid itu sendiri. Peningkatan kualitas jamaah ini menyangkut pemahaman dan penghayatan agama di satu pihak dan aspek pengalaman ajaran di pihak lain. Oleh karena itu, di dalamnya tercakup aspek ilmu
(pemahaman),
aspek
iman
(pengejawantahan) dalam perspektif
(penghayatan),
dan
aspek
amal
agama. Dengan kualitas jamaah yang
bertambah baik dari waktu ke waktu perbaikan kualitas dan kemakmuran masjid pun dapat berjalan seiring. Adapun materi pelajaran yang harus diprioritaskan dalam pembinaan jamaah ini adalah berupa Aqidah Islamiah, Akhlakul Karimah,
6
Syariah, Ibadah Ijtimaiyah Islamiah dan Ukhuwah Islamiah, wawasan perkembangan dunia Islam.7 Terkait dengan berbagai macam problematika dalam rangka pembinaan umat, sebenarnya fasilitas peribadatan baik itu masjid atau pun rumah ibadah merupakan salah satu tuntunan kebutuhan jamaah yang akan melaksanakan kewajibannya (ibadah) sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan dalam masing-masing ajaran agama. Dengan demikian elemen kegiatan keagamaan adalah juga merupakan pernyataan dari suatu tuntutan kebutuhan utama jamaah umumnya. Menyadari akan pentingnya fasilitas peribadatan sebagai salah satu kebutuhan jamaah, Clarence A. Perry di dalam konsepnya ”Neighborhood Unit” telah menempatkan fasilitas peribadatan (Gereja) sebagai salah satu komponen lingkungan. Dalam hal ini, fungsi kegiatan keagamaan secara fisik di dalam struktur dalam lingkungan bagi jamaah khususnya yakni sebagai berikut:8 1) Elemen kegiatan keagamaan sebagai unsur pengikat jamaah dari suatu lingkungan. 2) Elemen kegiatan keagamaan sebagai suatu struktur fisik dominan (Land Mark) dari suatu lingkungan. 3) Elemen kegiatan keagamaan sebagai suatu unsur estetika lingkungan. Dari elemen-elemen tersebut yang erat kaitanya dengan kegiatan dakwah yang dilakukan di masjid. Pada dasarnya dakwah bukan hanya masalah yang
7 8
Nana Rukmana, Masjid dan Dakwah ( Jakarta: Al-Mawardi 2002) h. 148 Ibid, hal 48
7
terjadi di masjid sebagai pusat kegiatan keagamaan.9 Akan tetapi, seluruh aktivitas yang dilaksanakan di masjid haruslah berorentasi pada zikrullah dan apa pun bentuk aktivitas yang menghalang-halangi manusia yang hendak menyebut Allah di dalam masjid merupakan sesuatu yang amat aniaya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 114:
Artinya: Dan siapakah yang lebih aniaya dari pada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (masjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat. Oleh karena itu dakwah ini dipandang penting sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan syiar Islam dan kehidupan beragama dalam masyarakat. Kegiatan-kegiatan dakwah melalui masjid sebenarnya tercakup pula kegiatankegiatan pembinaan umat serta proses menciptakan suasana keagamaan sebagai realisasi dari pembinaaan umat itu sendiri. 10 Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : MANAJEMEN MASJID AT-TAQWA BADAN PERTANAHAN
9
NASIONAL
(BPN)
KABUPATEN
BEKASI
DALAM
Drs. A. Yani dan S. Ismail, Menuju Masjid Ideal (Jakarta: LP2SI Harmain, 2001) h. 10 Ibid, hal 57
10
8
MENCIPTAKAN SUASANA KEAGAMAAN DIKALANGAN PEGAWAI BPN.
B.
Perumusan dan Pembatasan Masalah 1. Pembatasan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penulis membatasi masalah yang diteliti hanya pada kegiatan keagmaan para pegawai. 2. Perumusan Masalah Untuk
memperjelas
masalah
dalam
pembahasan
ini
maka
dirumuskan masalah-masalah penelitian sebagai berikut : a) Bagaimana manajemen masjid at-Taqwa Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi ? b) Bagaimana dampak suasana keagamaan terhadap pegawai?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari skripsi ini, yaitu: 1) Untuk mengetahui manajemen Masjid at-Taqwa Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi. 2) Untuk mengetahui dampak suasana keagamaan terhadap pegawai Badan Pertanahan Nasional (BPN) kabupaten Bekasi.
9
2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut: 1) Untuk memperkaya khasanah
keilmuan Manajemen Dakwah
khususnya dan umumnya para mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2) Memeberikan subansi keilmuan tentang Manajemen Masjid. 3) Menambah wawasan bagi peneliti dan pembaca dalam rangka mengimplementasikan Manajemen Masjid dalam kegiatan dakwah berupa suasana keagamaan. 4) Sebagai acuan dalam proses menciptakan suasana keagamaan dikalangan para pegawai pada masjid-masjid instansi lain pada umumnya.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode kuantitatif deskriftif yaitu dengan penelitian yang menghasilkan data-data dari orang yang diamati. Taylor dalam bukunya Suharsini Arikunto mendefinisikan pendekatan kuantitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilakan datadata berupa angka-angka, tulisan, prilaku orang yang diamati secara langsung.11
11
Suharsisni Arikunto, Prosedur Penelitian Sebuah Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1993) h. 202
10
2. Subyek dan Obyek penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah masjid at-Taqwa Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi, para pengurus serta para pegawai Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi. Obyek penelitian ini adalah manajemen masjid at-Taqwa Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi dalam menciptakan suasana keagamaan dikalangan pegawai BPN. 1. Teknik Pengumpulan data a) Jenis Data 1) Data primer, yaitu data-data yang diperoleh dari sumber utama dalam hal ini sumbernya adalah masjid at-Taqwa Badan Pertahanan Nasional (BPN) Republik Indonesia Kabupaten Bekasi. 2) Data sekunder, yaitu data-data yang diperoleh dari literaturliteratur atau bacaan yang berhubungan dengan penelitian ini. b) Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang akan digunakan adalah penelitian lapangan (Field reseach) berupa : 1) Observasi yakni mengumpulkan data dimana peneliti mengamati langsung terhadap obyek yang diteliti.12 2) Wawancara, yaitu proses memperoleh informasi melalui tanya jawab dan bertatap muka dengan pihak yang bersangkutan. 3) Dokumentasi, yakni mencari hal-hal berupa catatan, transkip, surat kabar, majalah, agenda, notulen rapat, dan sebagainya.
12
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah (Bandung: Tarsito, 1980) h.102
11
4) Angket adalah pengumpulan data dalam bentuk pertanyaanpertanyaan yang harus di isi dan dijawab oleh responden. Dalam penelitian ini, peneliti memberikan angket kepada responden yaitu pegawai BPN kabupaten Bekasi agar memperoleh data yang dibutuhkan. Angket ini menggunakan kuisioner tertutup, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya sudah ditentukan dan disusun terlebih dahulu sehingga responden tidak mempunyai kebebasan untuk memilih jawaban kecuali jawaban yang sudah disediakan.13 Penelitian
ini
menggunakan
dua
instrumen
dengan
pernyatan tertutup dengan skala jawaban, pertama sangat setuju (SS), setuju (S), ragu (R), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Kedua, sangat sering (SS), sering (S), kadang-kadang (K), pernah (P), dan tidak pernah (TP) dalam peroses pengumpulan data, peneliti memberikan angket secara langsung kepada 35 anggota yang dijadikan sample kemudian peneliti menunggu sampai pengisian angket selesai. 2. Metode Analisis Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriftif kuantitatif, yaitu analisis yang dilakukan terhadap data yang terwujud angka dengan cara mengklasifikasikan, mentabulasikan dan dilakukan dengan perhitungan data statistik, secara garis besar.
13
h. 220
Masri Singaribun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survey (Jakarta: LP3ES, 1995)
12
Pekerjaan analisis data meliputi 3 langkah: a. Persiapan, meliputi mengecek kelengkapan indentitas pengisi dan memeriksa jawabannya kemudian meneliti kembali catatan yang sudah terkumpul untuk mengetahui data itu cukup baik dan dapat segera disiapkan untuk keperluan proses berikutnya.14 b. Tabulasi, yaitu mentabulasikan atau memindahkan jawaban-jawaban responden dalam bentuk tabel, kemudian prosentasenya untuk dianalisa. Selanjutnya perhitungan statistik yang digunakan adalah variasi kelompok, dimana statistik ini mendapat nilai rata-rata responden. Adapun rumus yang digunakan yaitu rumus prosentase.15 P = F x 100% N Ket : P
: Prosentase
F
: Frekuensi
N
: Jumlah data yang dimaksud
c. Analisa dan interpretasi, yaitu membunyikan data kuantitatif dalam bentuk verbal (kata-kata), sehingga menjadi bermakna. Teknik yang digunakan penulis ini berpedoman pada ”Buku Pedoman Penuliasn Karya Ilmiah (skripsi, tesis, desirtasi) yang disusun oleh Hamid Nasuhi ddk, diterbitkan oleh CeQDA (Centre for Quality
14
Suharsimi Ari Kunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Bina Aksara, 1989) h. 191 15 Anas Sargono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1997) h. 40
13
Devloment and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007 cetakan ke-1. 3. Waktu dan lokasi Penelitian Penelitian akan di mulai pada akhir Maret 2009 sampai Februari 2010. Bertempat di masjid at-Taqwa Badan Pertahanan Nasional Republik Indonesia Lipppo Cikarang Kabupaten Bekasi Jl. Daha blok B4 No.1 Lippo Cikarang telepon (021) 89906937.
E.
Tinjauan Pustaka Dalam pembahasan mengenai manajemen masjid ini, penulis telah meneliti buku-buku, skripsi-skripsi, makalah-makalah, yang sangat erat kaitannya dengan materi yang hampir sama dengan sekripsi ini, antara lain; 1. Chairul Anshory, Manajemen Majlis Taklim Darus Salam Cilandak Timur Jakarta selatan jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi tahun 1427/2006 M. Skripsi ini namun hanya menitik beratkan
manajemen
secara
umum
dari
mulai
perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. 2. Ir. H. Nana Rukmana, Masjid dan dakwah. Dalam Buku ini banyak membahas hal tentang aspek penting terkait kerangka manajemen masjid dan pelaksanaan mewujudkan masjid yang ideal dalam peningkatan kualitas jamaah. 3. Drs. Hasanudin, MA. Manajemen Dakwah. Dalam buku ini banyak membahas masalah manajemen dakwah namun erat kaitan dengan manajemen belum dibahas.
14
Dari data-data di atas, penulis tidak menemukan secara eksplisit maupun implisit satu tulisan pun tentang manajemen masjid dikalangan pegawai negeri khususnya perkantoran Badan Pertahanan Nasional (BPN) kabupaten Bekasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis akan membahas dan memfokuskan mengenai Manajemen Masjid atTaqwa Badan Pertahanan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi dalam menciptakan suasana keagamaan dikalangan pegawai BPN.
F. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka penulis membaginya dalam lima bab dengan perincian sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Dalam bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Teori Dalam bab ini penulis akan mengemukakan tentang pengertian Manajemen, Prinsip-Prinsip Manajemen, Fungsi-fungsi Manajemen, Unsur-unsur Manajemen, Pengertian Masjid, Macam-macam Masjid, Bagian-Bagian Masjid, Manfaat dan Tujuan
Masjid,
Pengertian
Manajemen Masjid, Fungsi Manajemen Masjid, Pengertian Suasana Keagamaan, Ciri-ciri Suasana Keagamaan. Bab III Gambaran Umum Manajemen Masjid At-Taqwa Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi
15
Bab ini penulis akan mengemukakan tentang sejarah berdirinya Badan Pertanahan Nasional (BPN) kabupaten Bekasi dan Masjid atTaqwa Badan Pertahanan Nasional Kabupaten Bekasi, Letak Geografis BPN dan Masjid at-Taqwa, Visi dan misi Masjid at-Taqwa Badan Pertahanan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi Gambaran dan Struktur Bangunan Masjid, Struktur Kepengurusan Organisasi, Gamabaran suasana kegamaan dikalangan pegawai Badan Pertahanan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi. Bab IV Analisis Manajemen Masjid At-Taqwa Badan Pertanaha Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi Dalam bab ini penulis akan mengemukakan tentang Manajemen Masjid
(Perencanaan/Planing,
Penggerakan/Actuiting,
Pengorganisasian/Organization,
Pengawasan/Controling),
Dampak
suasana
keagamaan terhadap pegawai BPN Kabupaten Bekasi. Bab V Penutup Dalam bab ini terdapat kesimpulan dan saran-saran sehubungan dengan pelaksanaan manajemen masjid dalam menciptakan suasana keagamaan, penulis juga melampirkan daftar pustaka dan lampiranlampiran.
BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen Manajemen sebagai salah satu disiplin ilmu, sangat memegang peran penting dan strategis dalam pembangunan ekonomi setiap bangsa.1 Sebab setiap negara atau bangsa yang baik pasti mempunyai manajemen yang baik pula, untuk keberlangsungan penyelengaraan kenegaraan. Adapun sifat yang khas yang dimilki manajemen adalah intergrasi dan penerapan ilmu serta pendekatan analitis yang dikembangkan oleh banyak disiplin.2 Selain itu pula manajemen tidak terlepas dari setiap kegiatan yang mengandung unsur kedisiplinan yang mengajarkan hidup serba teratur secara terstruktur dan terencana.
1. Pengertian Manajemen Manajemen
secara
etimologi
berasal
dari bahasa
Inggris
yaitu
“management” yang berasal dari kata manag (to manag) yang artinya mengurus, mengatur, melaksanakan dan mengelola.3 Adapun pengertian manajemen secara istilah banyak ahli manajemen yang mendefinisikannya, yakni sebagai berikut:
1
T. Hani Handoko, Manajemen (BPFE: Yogyakarta, 2003) h. 10 Stephen P. Robbin, Essential of Management (terjemah Ignatius Hadi Soeprobo (Jakarta:Erlangga, 1993) h. 4 3 Jhon M Echol dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta:Gramedia,1996) h. 372 2
16
17
G.R Terry yang dikutip oleh Zaini Muktarom mendefinisikan manajemen sebagai proses yang khas terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan menggunakan tenaga manusia dan sumber lainnya.4 James A. F Stoner yang dikutip oleh A. M Kadarman dan Yusuf Udayana dalam bukunya Pengantar Manajemen memberikan definisi bahwa manajemen adalah proses merencanakan, pengorganisasian, memimpin dan mengendalikan sebagai upaya organisasi guna tercapainya tujuan organisasi yang telah ditentukan.5 Manajemen menurut R. W Morrel I dalam bukunya Mangement Ends and Means yang dikutip oleh Soewarno Hadayaningrat menuliskan bahwa manajemen adalah aktivitas dalam organisasi terdiri dari penentuan tujuan-tujuan sasaran suatu organisasi dan penentuan sarana-sarana untuk mencapai sasaran secara efektif.6 Haiman mendefinisikan manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain yaitu mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan bersama.7 Robert
Kreitener
dari
Arizona
State
University
mendefinisikan
manajemen: “Manajemen is the proces of working with and through other to achieve organizational objectives in changing enviroment. Control to this proces is the effektive and efficent use limited resources (manajemen adalah proses bekerja 4
Zaini Muktarom, Dasar-dasar manajemen (Yogyakarta, al-Amin Press, 1996) h. 37 M. Manulang, Dasar-dasar Manajemen (Jakarta: Ghalia Indonesia,1996) h. 14 6 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994) h. 11 7 A. D Gayatri, Ekonomi Media Profesional (Surakarta: Mediatama, 2003) h. 28 5
18
dengan melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam lingkungan yang berubah.8 Proses ini berpusat pada penggunaan secara efektif dan efisien terhadap sumberdaya yang terbatas. Menurut Koonzt C. O Donnel manajemen adalah usaha pertambahan fungsi-fungsi kegiatan untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Hadi Satya Graha, Ph. D. mengatakan manajemen adalah aktivitas manusia dalam organisasi secara efektif dan efisien untuk memperoleh, mengalokasi, dan menggunakan berbagai sumber daya manusia dan non-manusia untuk mencapai sasaran tertentu. Sebenarnya masih banyak para fakar manajemen mendefinisikan tentang apa yang dimaksud dengan manajemen. Ada yang melihat manajemen dalam tiga sudut pandang yakni, sebagai proses, manajemen sebagai kolektivitas, dan manajemen sebagai seni dan ilmu.9 Dari berbagai definisi di atas dapat dilihat bahwa manajemen menghendaki terciptanya segala sesuatu dengan teratur dan rapi, dan ditinjau dari segi waktu pun efektif dan efisien. Untuk memperoleh pengertian manajemen dengan tepat yakni sebagai berikut ;10 Pertama, menyuruh orang lain untuk mengerjakan sesuatu tetapi tanggung jawab tetap pada yang menyuruh. Tampak disini bahwa persoalan manajemen adalah persoalan tanggung jawab (mas’uliyah responsibility). Kedua, manajemen mengutamakan pembagian kerja dan kegiatan kerja (activitivies) pada setiap organisasi, baik organisasi laba maupun nirlaba.
8
Drs. Hasanudin, Manajemen Dakwah (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005) h. 5 M. Manulang, Dasar-dasar Manajemen (Jakarta: Ghalia Indonesia,1996) h. 14 10 Drs. Hasanudin, Manajemen Dakwah (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005) h. 6 9
19
Ketiga, manajemen menitik beratkan bagaimana mencari kombinasi yang efektif dan efisisen dari 5M, agar berdaya guna dan berhasil guna. Seperti ajaran Islam yang mengajarkan segala sesuatu adanya keteraturan dan adanya pengelolaan serta adanya nilai efektifitas dan efisien. Banyak ayat alQuran yang meyinggung masalah yang erat kaitannya tentang manajemen, diantaraya mengenai tanggung jawab, pembagian kerja, dan efesiensi. 1. Tanggung Jawab Mengenai tanggung jawab Allah SWT berfirman dalam surat al-Zalzalah ayat 7-8 ;
, Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.
Dalam ayat lain yang terdapat dalam surat al-Isra ayat 36 ;
Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu diminta pertanggung jawabannya. 2. Pembagian Kerja Mengenai pembagian kerja Allah SWT berfirman dalam surat al-An’am ayat 165 ;
20
Artinya: Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaa-Nya dan sungguh Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dalam ayat lain Allah SWT berfirman dalam surat al-Mudatsir ayat 38 ;
….. Artinya: Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas yang ia telah diperbuatnya. 3. Efesiensi Mengenai efesiensi Allah SWT berfirman dalam surat al-Furqon ayat 67 ;
Artinya: Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak pula kikir, dan adalah (membelanjaan itu) di tengahtengah antara yang demikian. Nabi Muhamad Saw banyak berpesan melalui hadistnya mengenai yang erat sekali kaitannya dengan manajemen yakni tentang mempergunakan waktu untuk sebaik-baiknya. Perihal manajemen para ulama pun tidak kalah ketinggalan berdasarkan petunjuk dari al-Quran dan al-Hadist yang berkaitan dengan manajemen menggunakannya sebagai dalil-dalil yang disebutkan diatas dalam permasalahan idarah (manajemen), khilafah (pemerintahan) buyu’ (perdagangan) dan akhlak
21
(etika) semuanya relevan dan cukup representatif mengenai dalil manajemen. Jelaslah bahwa kegiatan, tindakan atau prilaku manusia dan fungsi-fungsi manajemen itu adalah proses pengaturan (habluminananas) yang merupakan salah satu perintah Allah SWT sebagai manivestasi iman terhadap-Nya.11 Dari beberapa pengertian di atas yang dikemukakan oleh beberapa fakar manajemen dapat diambil kesimpulan, manajemen merupakan suatu kegiatan atau aktivitas serta proses yang disalurkan lewat seni dan berdasarkan ilmu pengetahuan atau tata cara tertentu utnuk mencapai tujuan dan sasaran dengan menjalankan setiap fungsi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan agar tujuan dan aktivitas yang dijalankan itu berjalan dengan baik dan dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Dalam proses pencapaian tujuan dari kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya, maka perlu adanya fungsi manajemen yang harus diperhatikan. Sebab fungsi-fungsi manajemen menopang manajemen itu sendiri.
2. Prinsip-Prinsip Manajemen Menurut Henry Fayol ada 14 prinsip manajemen yang perlu diterapakan dalam pelaksanaan tugas namun bersifat fleksibel, yaitu pembagian kerja, kekuasaan/wewenang dan tanggung jawab, pembagian kerja, disiplin, kesatuan perintah, kepentingan individu dibawah kepentingan umum, pembayaran upah yang adil, pemusatan, rantai skala, tata tertib, keadilan, stabilitas pegawai, inisiatif, dan jiwa kesatuan. 11
Efendi Muktar. Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam (Jakarta: Bhatara Karya Aksara, 1996) h. 10-13
22
3. Fungsi-fungsi Manajemen G. R. Terry dalam bukunya Principles of Management yang dikutip oleh Sukarno merumuskan fungsi-fungsi manajemen yang sering disingkat dengan POAC yakni sebagai berikut :12 a. Planning (perencanaan) b. Organizing (pengorganisasian) c. Actuating (Penggerakan) d. Controlling (pengawasan) Mengenai penjelasannya akan diuraikan dibawah ini.
a. Planning (perencanaan) 1. Pengertian Perencanaan Planning berarti memilih dan menghubung-hubungi kenyataan dalam membayangkan dan merumuskan tindakan-tindakan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil yang diinginkan.13 Setiap kegiatan yang dilakukan seseorang atau organisasi hendaknya mempunyai tujuan, dengan menentukan tujuan. Selanjutnya untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu adanya perencanaan dan perlu kita ketahui juga bahwa tujuan dan perencanaan tidakalah sama. Jika tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai, sedangkan perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan tujuan atau sasaran tersebut.
12
Soekarno, Dasar-dasar Manajemen (Jakarta: Miswar, 1992) h. 71 J. Panglaikim dan Hazil Tanzil, Manajemen Suatu pengantar (Jakarta: Ghalia Indo, 1960) h. 78 13
23
Secara umum perencanaan merupakan penetapan dari pertanyaanpertanyaan berikut ; 1) Apa yang akan dilakukan ? 2) Mengapa kegiatan dilakukan ? 3) Dimana kegiatan itu dilakukan ? 4) Kapan kegiatan itu dilakukan ? 5) Siapa yang melakukan kegiatan itu? 6) Bagaimana cara melakukan kegiatan itu? Melihat dari berbagai pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan dengan proses yang sistematis untuk menggambarkan dan merumuskan apa yang harus dilakukan dan dikerjakan pada masa depan dalam suatu organisasi. Proses perencanaan menurut Abdul Rasyad Shaleh dalam bukunya Manajemen Dakwah Islam, terdiri dari beberapa langkah, yaitu : 1) Perkiraan dan penetuan masa depan (forcasting) 2) Penentuan dan perumusan sasaran dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3) Penetapan tindakan-tindakan dari prioritas pelaksanaannya. 4) Penetapan metode 5) Penetapan penjadwalan waktu 6) Penetapan lokasi 7) Penetapan biaya, fasilitas, dan faktor lainya yang diperlukan.
24
2. Macam-macam Perencanaan Proses perencanaan untuk menghasilkan rencana-rencana dapat di lihat dari sisi jangka waktu serta fungsinya, yaitu dari sisi strategis dan operasional. a). Sisi Jangka Waktu Pada umumnya dikenal tiga bentuk perencanaan, dilihat dari waktu yang digunakan untuk pengaplikasian suatu rencana, yaitu: 1) Perencanaan Jangka Panjang, rencana ini berkisar antara 20-30 tahun ke depan. Perencanaan ini tidak dapat langsung dipakai sebagai pedoman kerja sehingga masih perlu dijabarkan dalam bentuk perencanaan jangka menengah. 2) Perencanaan Jangka Menengah, rencana ini berkisar antara 3-5 tahun ke depan. Sifat perencanaan ini lebih konkret dan sasaran yang harus dicapai jelas. Negara kita menggunakan rencana 5 tahun yang termasuk dalam perencanaan jangka menengah yang disebut Pembangunan Lima Tahun (PELITA). 3) Perencanaan Jangka Pendek. Biasanya akan menjangkau waktu paling lama lima tahun, bahkan dapat dibuat bulanan, kwartalan, atau tengah tahunan. Perencanaan ini lebih konkret dan lebih rinci, lebih terukur dan lebih jelas sasarannya, termasuk dalam hal penggunaan sumberdaya, metode pelaksanaan serta waktu mulai dan selesainya tiap kegiatan yang masuk dalam rencana tersebut. 4. Unsur-unsur Perencanaan Adapun unsur-unsur perencanaan terbagi dalam empat, yaitu:
25
1) Pemikiran yang rasional terhadap dugaan untuk masa yang akan datang. 2) Fakta-fakta yang obyektif kebenarannya. 3) Sebagai persiapan untuk kegiatan masa yang akan datang. 4) Tujuan. Dari pemaparan di atas perencanaan yang baik hendaklah melalui proses kegiatan sebagai berikut ; 1). Forecasting Forecasting adalah suatu penaksiran atau perkiraan suatu yang akan terjadi didalam istilah manajemen diartikan sebagai suatu perkiraan yang sistematis yang paling mungkin memperoleh sesuatu dimasa yang akan datang, dengan dasar taksiran adalah akan memberikan informasi yang dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam membuat keputusan. 2). Objective Objective di sini diartikan sebagai tujuan, sedangkan yang dimaksud tujuan disini adalah nilai-nilai yang tercapai atau yang diinginkan oleh seseorang atau badan usaha dengan tujuan yang jelas. Karena dengan tujuan yang jelas realitas dapat diketahui oleh semua yang terlibat didalamnya, supaya mereka dapat mengerjakan atau ikut berpartisifasi dengan penuh kesadaran. 3). Policies Policies berarti rencana kegiatan, policies juga diartikan sebagai suatu tuntunan pedoman atau pedoman yang diadakan oleh suatu badan untuk menentukan kegitan yangditujuserta langkah dalam kegiatan yang relatif
26
permanen dan terus menerus, setidaknya dalam mata penyelengaraan perencanaan dibuat dan berjalan.14 4). Programme Programme adalah suatu rentetan kegiatan yang digambarkan untuk melaksanakan policies dalam mencapai tujuan. Suatu rentetan kegiatan yang menjadi tuntunan dalam pelaksanaan suatu policies.15 5). Jadwal (schedules) Schedules adalah pembagian program menurut waktu tertentu yang menujukan suatu kegiatan harus diselesaikan. 6). Prosedur (procedure) Procedure adalah rencana yang merupakan metode yang biasa dipakai dalam mengenal kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan.16 7). Budget Budget adalah suatu usaha yang akan berjalan degan lancar, bilamana didukung oleh tenaga-tenaga yang handal , juga harus tersedia biaya yang cukup, fasilitas dan alat-alat perlengkapan yang diperlukan.
b. Organizing (pengorganisasian) Istilah organisasi berasal dari kata organum,17 yang berarati alat, bagian atau komponen-komponen. Dalam pendekatan manajemen istilah organisasi 14
Drs. Hasanudin, MA. Manajemen Dakwah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005) h. 108-
109 15
Muktar Efendy. Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam (Jakarta: Bhatara Karya Aksara, 1996) h. 80-81 16 A.M Kadarman dan Yusuf Udayana, Pengantar Ilmu Manajemen, Buku Panduan Mahasiswa (Jakarta: PT. Gramedia Utama, 1994) h. 58 17 Pius A Partanto, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994) h. 547
27
mempunyai dua arti umum. Arti pertama mengacu kepada suatu lembaga (institusi) atau kelompok fungsional. Arti kedua mengacu kepada proses pengorganisasian, yaitu cara pengaturan pekerjaan dan pengalokasian pekerjaan diantara anggota organisasi, sehingga organisasi diharapakan melaksanakan fungsi penting untuk membantu ketidak maupun anggota sebagai individu dalam rangka mencapai tujuan yag sulit atau bahkan tidak mungkin dicapai sendiri. Dibawah ini beberapa pengertian mengenai unsur pengorganisasian: Adapun menurut G. R. Terry pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang sehingga mereka bekerja sama secara efisien dan dengan demikian akan memperoleh kepuasan pribadi da lam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu juga mencapai tujuan atau sasaran tertentu. Menurut H. Malayu Hasibuan, pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang perlu dilakukan untuk mencapai tujauan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas aktivitas tersebut.18
18
H. Malayu Hasibuan, Manajemen dasar, Pengertian, dan Masalah (Jakarta: Bumi Aksara, 2001) h. 118
28
1. Langakah-langkah Pengorganisasian Secara garis besar langkah-langkah pengorganisasian dimulai dari merencanakan, melaksanakan dan mementau kerja organisasi. Secara garis besar adalah:19 1) Merinci seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan organisasi agar sesuai dengan misi dan visinya. 2) Membagi beban kerja kedalam aktivitas-aktivitas yang secara logis dan memadai dapat dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang. 3) Mengkombinasikan pekerjaan anggota organisasi dengan cara yang logis dan efisisen. 4) Menetapkan mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan anggota organisasi dalam satu kesatuan yang harmonis. 5) Memantau efektifitas organisasi dan mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk mempertahankan atau meningkatkan efektivitas. 2. Tujuan Pengorganisasian Sebagaimana fungsi manajemen yang lain pengorganisasian juga mempunyai tujuan yaitu, mempermudah pekerjaan, mempermudah tanggung jawab, mempermudah koordinasi, meningkatkan spesialisasi, mengetahui jumlah orang dalam organisasi tersebut, adanya kepastian tentang apa yang harus dikerjakan. Perlu diketahui ada sejumlah faktor spesifk yang menentukan struktur organisasi, diantaranya pemakaian teknologi, lingkungan organisasi dan
19
Husein Umar, Business an Introduction (Jakarta:Gramedia Pustaka utama, 2003) h. 60
29
pandangan hidupa para anggotanya. Jadi, tidak ada satu pun cara terbaik untuk merancang struktur yang dapat diterapkan bagi semua organisasi. Struktur yang paling sesuai adalah sesuatu yang bersifat khusus dan akan berbeda dari suatu organisasi dengan organisasi lain.
c. Actuating (Penggerakan) Sebelum masuk dalam istilah actuating,20 di dalam bahasa Inggris ada lima istilah yang hampir sama tetapi maknanya berbeda untuk pengertian actuating “menggerakan orang lain” seperti yang dijelaskan berikut ini. 1) Directing, yakni menggerakan
orang-orang lain dengan memberikan
pengarahan. 2) Actuating, yakni menggerakan orang lain dalam arti umum. 3) Leading, yakni menggerakan orang lain dengan cara menempatkan diri di muka orang-orang yang digerakan, membawa mereka kesuatu tujuan tertentu serta memberikan contoh-contoh. 4) Commanding, yakni menggerakan orang lain disertai unsur paksaan. 5) Motivating, yakni menggerakan orang lain dengan terlebih dahulu memberikan alasan-alasan mengapa hal itu harus dikerjakan. Banyak arti yang dikemukakan para ahli manajemen mengenai fungsi ketiga manajemen diatas, yaitu actuating (penggerakan). Arifin mencoba menjabarkan secara khusus dan merangkumnya menjadi suatu definisi yakni sebagai beriktu:
20
AD Gayatri, Ekonomi Media Profesional (Surakarta: Mediatama, 2003) h. 34
30
“Penggerakan pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk menggerakan orang atau orang-orang untuk suka dan dapat bekerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.”21
1. Fungsi Penggerakan Fungsi pokok penggerakan dalam manajemen meliputi: 1) Mempengaruhi
seseorang
(orang-orang)
supaya
bersedia
menjadi
pengikut. 2) Menaklukan daya tolak seseorang (orang-orang). 3) Membuat seseorang (orang-orang) suka mengerjakan tugas dengan lebih baik. 4) Mendapatkan, memelihara dan memupuk kesetiaan pada pimpinan, tugas dan organisasi tempat mereka bekerja. 5) Menanamkan, memelihara dan memupuk rasa tanggung jawab seseorang (orang-orang) terhadap Tuhannya, negara serta masyarakat. 2 Prinsip-prinsip Penggerakan Adapun prinsip-prinsip penggerakan meliputi kal-hal berikut: 1) Memperlakukan anggota dengan sebaik-baiknya. 2) Memberikan motivasi untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki para pegawai melalui ide, gagasan, dan hasil karyanya. 3) Menghargai setiap karya yang baik dan sempurna yang dihasilkan para pegawai. 4) Mengusahakan adanya keadilan dan bersikap bijaksana kepada setiap anggota tanpa pilih kasih. 21
Husein Umar, Business an Introduction (Jakarta: Gramedia Pustaka utama, 2003) h. 78
31
5) Mendorong pertumbuhan dan perkembangan bakat dan kemampuan para anggota tanpa menekan daya kreasinya. 6) Menanamkan semangat para
anggota
agar mau terus berusaha
meningkatkan bakat dan kemampuannya. 3. Sasaran dan Tujuan Penggerakan 1) Sasaran guna memperoleh data seberapa besar kerelaan dan semangat kerja anggota dalam menyelesaikan tugasnya dengan rasa tanggung jawab tanpa menuggu perintah atasnya. 2) Tujuan agar proses manajemen dapat berhasil sesuai dengan rencana yang diharapkan secara efektif dan efisien.
d. Controlling (Pengawasan) Pengawasan manajemen adalah usaha sistematis untuk menetapkan standar prestasi dan perencanaan sasarannya guna mendesain sistem informasi umapn balik, membandingkan sistem kerja tadi dengan standar yang telah ditetapkan lebih dulu, menentukan apakah ada penyimpangan dan mencatat besarkecil penyimpangan ini, serta mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa semua sumber perusahaan/organisasi dimanfaatkan secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi. Dari pengertian diatas, pengawasan dibagi atas empat langkah, yaitu:22 Pertama
: Penetapan standar dan metode untuk mengukur prestasi
Kedua
: Mengukur pretasi
22
Husein Umar, Business an Introduction (Jakarta: Gramedia Pustaka utama, 2003) h. 91
32
Ketiga
: Membandingkan prestasi kerja dengan standar yang ada
Keempat
: Mengambil tindakan korektif
1. Macam-macam Pengawasan Pengawasan dapat ditinjau dari beberapa sudu, yakni:23 1. Dari Objeknya Pengawasan dipandang dari segi objeknya terbagi dalam empat pengawasan, yaitu pengawasan produksi, pengawasan orang, pengawasan waktu, dan pengawasan uang. 2. Dari Subjeknya Adapun pengawasn jika dipandang dari segi subyeknya terbagi dalam lima, yaitu, pengawasan internal, pengawasn formal, pengawasan informal, pengawasn langsung, dan pengawasn tidak langsung. 3. Dari Waktu Lain halnya jika ditinjau dari segi waktu pengawasan terbagi dalam tiga, yaitu pengawasan preventif, pengawasan improses, dan pengawasan represif. 4. Dari Bidang Kerjanya Pengawasan ditinjau dari bidang kerjanya terutama dalam perusahaan yang menghasilkan barang terbagi dalam lima, yaitu pengawasan bidang penjualan, pengawasan bidang keuangan, pengawasan perbekalan, pengawasan kepegawaian, dan pengawasan distribusi.
23
A.D Gayatri, Ekonomi Media Profesional (Surakarta: Mediatama, 2003) h. 34-35.
33
2. Fungsi Pengawasan Pengawasan di dalam manajemen memilki berbagai fungsi pokok, yakni: 1. Mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan atau kesalahan dengan melakukan pengawasan secara rutin disertai ketegasanketegasan dalam pengawasan, yaitu dengan pemberian sanksi mestinya terhadap penyimpangan yang terjadi. 2. Memperbaiki berbagai penyimpangan. Jika penyimpangan terjadi hendaknya pengawasan dapat mengusahakan cara-cara untuk tindakan perbaiakan agar tidak berlarut-larur. 3. Mendinamisasikan organisasi. Dengan adanya pengawasan diharapkan dapat dicegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan sedini mungkin, sehingga setiap unit organisasi selalu dalam keadaan bekerja efisien dan efektif. 4. Mempertebal rasa tanggungjawab. Dengan adanya pengawasan rutin, setiap unit organisasi berikut karyawannya akan bekerja dengan benar atas semua tugaas yang diberikan, sehingga tindakan yang salah dalam pelaksanaan tugas akan sulit muncul. Jika tindakan yang salah tidak dapat dihindari, maka wajib untuk memberikan laporn tertulis mengenai penyimpangan itu. Denagan cara-cara seperti ini diharapkan rasa tanggung jawab kepada pekerjaan makin lama makin tebal. 3 Prinsip Dasar Pengawasan Agar fungsi pengawasan berjalan dengan baik maka perlu adanya prinsip dasar dalam pengawasan diantaranya adalah:
34
1) Pengawasan hendaknya direncanakan dengan baik agar paling tidak dapat mengukur apakah proses pengendalian yang dilakukan berhasil atau tidak. 2) Dapat mereflesikan sifat pengawasan yang unik pada bidang-bidang yang diawasi. 3) Pelaporan penyimpangan dilakukan dengan segera. 4) Pengawasan harus bersifat fleksibel, dinamis dan ekonomis. 5) Dapat mereflesikan pola kerja unit organisasi, misalnya mengenai sttandar biaya. Jika suatu kegiatan menghabiskan biaya melebihi standar, maka pola kerja unit ini sudah tidak wajar. 6) Dapat menjamin diberlakukannya tindakan korektif yaitu segera diketahui apa yang salah, dimana terjadinya kesalahan itu dan siapa yang bertanggung jawab. 4. Sistem Pengawasan yang Efektif Sistem pengawasan yang dapat diandalakan dan efektif mempunyai karakteristik tertentu yang relatif. Artinya relatif ini berbeda-beda, tergantung pda situasinya masing-masing, tetapi sebagian besar sistem pengawasan diperkuat oleh ciri-ciri: 1) Akurat, informasi tentang hasil prestasi kerja harus akurat. Mengevaluasi ketetapan informasi yang diterima merupakan sala satu tugas pengawasan paling penting yang dihadapi manajer. 2) Tepat waktu, informasi hendaknya segera dimanfaatkan untuk mengambil tindakan yang tepat terhadap suatu masalah agar dihasilkan perbaikan.
35
3) Obyektif dan komprenhsif,
informasi yang akan digunakan untuk
pengawasan harus dapat dipahami dan dianggap obyektif. Sistem informasi yang sulit dipahami akan mengakibatkan kesalahan yanh sbenarnya tidak perlu terjadi. 4) Dipusatkan pada titik pengawasan strategis, pengawasan hendaknya dipusatkan pada area dimana dimungkinkan terjadinya penyimpangan relatif banyak, juga pada area dimana tindakan koreksi dilaksanakan tepat waktu serta tempatnya sehingga efektif. 5) Ekonomis, biaya pengawasan hendaknya lebih sedikit atau paling banyak sama dengan keuntungan yang diperoleh dalam sistem itu. Caranya, pengeluaran hendaknya minimal dengan hasil optimal. 6) Realistis dari sisi organisasi, sistem pengawasan harus dapat digabungkan denagan realitas organisasi. 7) Fleksibel, dewasa ini hampir semua organisasi berada pada lingkungan yang tidak stabil sehingga perlu mengantisipasi perubahan-perubahan. Bentuk antisipasi ini perlu didampingi pengawasan agar jalanya organisasi tetap sesuai harapan. 8) Prespektif dan operasional, sistem pengawasan yang efektif harus dapat mengindentifikasikan tindakan korektif yang perlu diambil. Informasi harus sampai dalam bentuk yang biasa ditangan orang-orang bertanggung jawab untuk mengambil tindakan yang diperlukan. 9) Diterima oleh anggota organisasi. Adapun yang ideal ialah jika sistem pengawsan dapat dihasilkan prestasi kerja yang tinggi dikalangan anggota
36
organisasi dengan membangkitkan perasaan bahwa mereka memiliki otonomi, tanggung jawab dan kesempatan untuk mencapi kemajuan. Terlalu banyak pengawasan ketat kerap kali mengakibatkan berkurangnya kepuasan maupun motivasi para karyawan. Efek negatif semacam ini harus diperhatikan, jika efesiaensi dalam sistem pengawasan telah tercapai. 5. Tujuan Pengawasan Berdasarkan bukunya AD Gayatri Media Prefesional pengawasan mempunyai lima hal tujuan, yaitu mencari sebab-sebab yang menimbulkan kegagalan,
mengadakan pencegahan dan perbaiakan,
mencegah adanya
penyimpangan, mendidik pekerja agar lebih bertanggung jawab, dan mendapatkan efesiensi dan efektifitas.
5. Unsur-unsur Manajemen Seperti yang telah kita ketahui bahwa untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien, maka sangat diperlukan sekali adanya fasilitas atau sarana-sarana alat kerja yang disebut juga sumber atau unsur-unsur manajemen. Unsur-unsur manajemen yang kita kenal berupa, man (manusia), money (uang), material (bahan), mechine, methode, market yang biasa disingkat dengan 6M. 1. Man (manusia) Unsure man atau manusia merupakan unsur imajinatif karena dalam diri manusia terdapat potensi berupa akal, daya fakir, daya hayal, dan berbagai
37
daya yang memungkinkan akan terbentuknya berbagai macam insfirasi.24 Selain dari pada itu dalam manajemen manusia sebagai pelaku karena tanpa adanya campur tangan manusia dapat tercapai tjuan sesuai dengan harapan. 2. Money (uang) Menurut A. C Piqou uang merupakan alat tukar, sedangkan menurut R. G Thomas mendefinisikan uang adalah sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya dan bagi pembayaran hutang. Unsur uang dalam setai saat sangat diperlukan karena setiapaktivitas manusia sekarang ini membutuhkan uang, apalagi manajemen yang tidak lepas dari bugeting dalm setiap kegiatan. Tanpa adanya uang kegiatan akan lambat dan cendrung mandeg yang mengakibatkan kegiatan tidak berjalan sebagaimana mestinya. 3. Material (bahan) perlengkapan Dalam proses pelaksanaan kegiatan manusia membutuhkan bahan-bahan seperti sumberdaya alam, dengan adanya sumberdaya alam maka proses operasional guna auntuk menghasilkan barang atau jasa untuk dijual dapat terlaksana. 4. Mechine (mesin), di zaman serba canggih teknologi menjadi teman sejati manusia sebagai pembantu.25 Sama halnya, dalam menopang manajemen mesin menjadi pembantu dalam terselenggaranya kegiatan manjemen. 24 25
Yayat M Herujito, Dasar-dasar Manajemen (Jakarta: Grasindo, 2001) h. 6 Www. Google.Com -Manfaat Teknologi Bagi Manusia (Cikarang: 12 Desember, 2009)
38
Tanpa adanya mesin saat proses manajemen akan berjalan lambat dan susah diwujudkan sebab mesin penjadi pengganti tenaga manusia yang lebih efektif dan efisien. 5. Methode (cara) Metode berarti cara yang teratur dan sigtimatis untuk pelaksanaan sesuatu; cara kerja26. Sedangkan pengertian lain menyebutkan metode adalah cara yang digunakan dalam mewujudkan rencana yang telah ditentukan sebelumnya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode atau cara sangat menentukan kelancaran roda manajemen dalam suatu organisasi. Dengan metode yang tepat akan mengahasilakan output yang bagus sehingga menguntungkan bagi yang menggunakannya. Metode yang tepat adalah metode yang memiliki jiwa ilmiah dalam arti mengandung dua aspek, yakni analisis dan kontruksi. Analisis berarti pemilihan yang dilakukan manajemen, sedangkan kontruksi berarti penambahan yang dilakukan manajemen dari hal baru yang dihadapi oleh manajemen itu sendiri. 27 6. Market (pasar) Pasar merupakan tempat bertemunya antara pedagang dan penjual barangbarang yang dihasilkan dari dari suatu produsen tentunya harus segera dijual, menjual tersebut mebutuhkan tempat maka pasar disitu dapat berperan aktif sebagai fungsinya. Selain pasar dalam proses pemasaran pun harus benar-benar jeli membaca peluang yang ada. Hendaknya 26
Pius A. Partanto, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1999) h 460 Drs. Hery Noer & Drs. Munzir S, Watak Pendidikan Islam (Jakarta: Friska Agung Insani, 2000) h. 20 27
39
menetukan pemasaran harus dimulai dengan segmentasi, positioning, targeting pasar suapaya barang yang dituju untuk konsumen tertentu dapat diterima.
B. Manajemen Masjid 1. Pengertian Masjid Masjid adalah salah satu tempat yang disakralkan oleh umat Islam. Sebab dalam sejarah peradaban yang dibangun oleh Nabi Muhammad Saw, ketika menerima perintah suci yaitu shalat dimulai dari masjid ke masjid. Dari kejadian itu dapat disimbolkan nilai kesakralan masjid sebagai pusat penerimaan wahyu Tuhan. Seperti yang tertera dalam surat al-Isra ayat 1:
Artinya: Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari al-Masjidil Haram ke al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tandatanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Selain itu masjid juga sebagai tempat pemenuhan kebutuhan spiritual dan sebenarnya masjid bukan hanya berfungsi sebagai tempat shalat saja, akan tetapi juga merupakan pusat kegiatan sosial kemasyrakatan, seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw yakni kegiatan-kegiatan sebagi berikut:28 1. Sebagai pusat pendidikan dan pengajaran.
28
Nana Rukmana, Masjid dan Dakwah (Jakarta: al-Mawardi Prima, 2002) h. 63-64
40
2. Sebagai tempat mengadakan pertemuan-pertemuan resmi dengan utusan negara lain. 3. Sebagai tempat itikaf, terutama pada bulan ramadhan. 4. Sebagai tempat membagi-bagikan harta rampasan perang dan hadiah dari sahabat-sahabatnya (berfungsi sebagai baitul maal) 5. Sebagai tempat mengumumkan keputusan kenegaraan. 6. Sebagai tempat peradilan. 7. Sebagai tempat mengadakan konsultasi mengatur strategi perang. 8. Sebagai tempat berkonsultasi tentang hal-hal penting yang berhubungan denganpolitik dan militer (Pusat administrasi dan urusan-urusan politik). 9. Sebagai tempat menghimpun hasanah ilmu pengetahuan (perpustakaan). 10. Sebagai tempat sahabat dalam membela nabi terhadap musuh-musuhnya dengan membacakan sajak (deklamasi) dimasjid, dan lain-lain. Adapun jika fungsi sosial sangat kurang sekali diperankan oleh masjid bahkan tidak dilakukan sama sekali, kecuali hanya untuk menampung kebutuhan shalat saja, maka jelaslah pendirian masjid yang terlalu luas akan membawa pemborosan lahan saja.29 Di dalam al-Quran kata masjid diulang kurang lebih sebanyak dua puluh delapan kali, ini menandakan peran mesjid sangat sentral bagi umat. Di tinjau dari segi bahasa masjid berasal dari bahasa arab yakni sajada-yasjudu-sujudan yang berarti patuh, taat, serta tunduk dengan penuh rasa hormat dan takdim. Dan sala satu makna lainya adalah mengikuti maupun menyesuaikan diri dengan ketetapan 29
73.
H. M. Fatwa, Profil Masjid Ibu Kota (Jakarta: Koordinasi Dakwah Islam DKI, 1977) h.
41
Allah yang berkaitan dengan alam raya (sunatullah).30 Sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Tirmizi dari Abi al-Khudri bahwa setiap potong tanah itu adalah masjid. Dalam al-Quran surat al-Jin ayat 18 Allah SWT berfirman:
Artinya: Dan Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. Dari ayat al-Quran di atas dikatakan bahwa seluruh jagat raya adalah masjid, yang fungsinya tak lain untuk tempat sujud ibadah yakni menghambakan diri pada Allah SWT sang pencipta sebagai bukti rasa syukur. Meletakan dahi, kedua tangan, serta lutut menyentuh tanah merupakan gambaran dari maknamakna yang dilakukan ritual di dalam masjid. Hal itulah mengapa bangunan itu disebut dengan masjid yang karena tempat orang melakukan sujud memohon ridho dan karunia-Nya. Sujud merupakan bergeraknya fisik, sedangkan dalam dimensi batin sujud berarti pengabdian.31 Dalam perkembangannya, kata-kata masjid sudah mempunyai pengertian khusus yakni suatu bangunan yang dipergunakan sebagai tempat mengerjakan shalat, baik shalat lima waktu maupun untuk shalat Jumat dan hari raya. Kata masjid di Indonesia sudah menjadi istilah baku, maka jika orang menyebut masjid maka yang dimaksud adalah masjid tempat diselnggarakannya shalat Jumat.
30
Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran (Bandung: Mizan, 1997) h. 459 Sidi Ghazalba, Masjid Pusat Peribadatan dan Pusat Kebudayaan (Jakarta: Pustaka alHusna 1994) h. 118 31
42
Adapun tempat-tempat shalat lain yang tidak digunakan untuk shalat Jumat diberi nama dengan istilah berbeda sesuai dengan kebiasaan daerah masingmasing. Di Jawa biasanya disebut Langgar, di daerah Pasundan lazim disebut dengan Tajuk, di Minang Kabau biasa disebut dengan Suarau, di Aceh diberi nama Madrasah. Namun, istilah yang sangat umum digunakan di Indonesia yang tidak digunakan untuk digunakan shalat jumat ialah Musolla.
2. Macam-macam Masjid berdasarkan Hiraraki Adapun macam-macam masjid sesuai hiraikinya meliputi:32 1) Masjid Kota 2) Masjid Wilayah 3) Masjid Kecamatan 4) Masjid Lingkungan 5) Masjid Lokal (langgar/musolla) 1). Masjid Kota Masjid kota ini jelas harus berlokasi dipusat kota, mengingat pusat mempunyai aksesibilitas yang sanagt tinggi terhadap penduduk diseluruh wilayah kota. Pusat kota merupakan jantung dari kehidupan masyarakat kota, dimana orang datang berkumpul untuk berbelanja, berdagang, berekreasi, mengadakan aktivitas kebudayaan, administratif dan pemerintahan. Penempatan masjid pada pusat aktivitas ini diharapkan dapat memudahkan penduduk/masyarakat dalam melaksanakan berbagai kegiatan.
32
Nana Rukmana, Masjid dan Dakwah (Jakarta: al-Mawardi Prima, 2002) h. 86
43
Faktor lingkungan juga harus diperhatikan agar dapat dijaga kehormatan masjid (tidak terlalu dekat dengan tempat-tempat hiburan yang bertentangan dengan ajaran agama. Namun, mengingat aktivitas hiburan komponen dari aktivitas yang ada dikota maka perlu ada penyekat (pembatas)antara masjid dengan aktivitas tersebut. 2). Masjid Wilayah Masjid wilayah berfungsi melayani penduduk di daerah perumahan dalam skala shalat sehari-hari. Oleh karenanya dalam menentukan lokasi masjid wilayah harus dipertimbangkan hal-hal berikut: 1. Jaringan jalan 2. Lintas angkuutan umum 3. Land use (tata guna lahan) 4. Lokasi pusat aktivitas yang telah ada Untuk menentukan lokasi masjid wilayah secara lebih tepat lagi dapat digunakan methoda “Breaking Point Formula (BPF)“. Penggunaan metode BPF untuk menilai daerah pelayanan masjid-masjid wilayah, atas dasr adanya daya tarik masjid wilayah ini terhadap jamaah pada daerah yang sama, kemudian dibandingkan dengan daerah pelayanan berdasarkan hasil survey lapangan. Pengguna metode BPF untuk mengukur batas pelayanan tiap masjid wilayah ini sebenarnya memberikan interpretasi bahwasanya sebagai faktor penentu yang melakukan gaya tarik terhadap jamaah adalah hanya luas bangunan utama masjid.
44
Pada kenyataannya tidak demikian, karena faktor penceramah/khotib serta kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan didalam setiap masjid cukup besar pengaruhnya untuk menarik jamaahnya, demikian pula dengan faktor fisik dari bangunan masjid. Akan tetapi besarnya pengaruh dari faktor-faktor ini dalam menarik jamaahnya akan sangat ditentukan oleh besarnya kemampuan masjid tersebut di dalam menampung jamaahnya. 3). Masjid Kecamatan Pada prisifnya masjid kecamatan ini dibangun untuk melayani penduduk Islam yang berada disekitar kecamatan tersebut terutama dalam melaksanakan shalat Jumat, shalat hari raya serta kegiatan-kegiatan sosial masyarakat. Disamping itu juga digunakan untuk shalat sehari-hari (lima waktu) bagi mereka yang berada di sekitar masjid tersebut. Fungsi lain yang harus diperankan oleh masjid kecamatan ini adalah mengkordinir masjid-masjid lingkungan yang ada di bawahnya (setingkat lebih rendah dari masjid kecamatan ) dalam rangka mengintensifkan fungsi dan peranan masjid-masjid lingkungan sebagai pusat kegiatan peribadatan dan pembinaan mental agama umat Islam.33 4). Masjid Lingkungan Lokasi masjid lingkungan ini lebih beroreintasi ke daerah perumahan, karena fungsinya hanya melayani penduduk didalam daerah pelayanannya untuk melaksanakan shalat sehari-hari, shalat jumat serta kegiatan keagamaan lainya. Lokasinya harus aksesibel dalam arti jarak dan waktu pencapaian dengan jalan
33
Nana Rukmana, Masjid dan Dakwah (Jakarta: al-Mawardi Prima, 2002) h. 88
45
kaki bagi jamaahnya dalam keadaan menyenangkan (convenience desirable) serta dalam waktu yang tepat. Hal ini juga berlaku bagi masjid wilayah dan masjid kecamatan, akan tetapi pengukurannya bukan lagi dengan jalan kaki tapi dengan kendaraan bermotor. 5). Masjid Lokal (Musolla/Langgar) Musolla/langgar ini hanya dipergunakan untuk melaksankan shalat lima waktu saja, tidak untuk shalat jumat. Namun tidak menutup kemungkinan hal itu bisa terjadi seperti di kompleks perkantoran, rumah sakit, sekolah, tempa-tempat peristirahatan biasanya musolla/langgar dijadikan untuk slat juamt karena mengingat wkatu yang tidak memungkinkan bila melaksanakan shalat Jumat di masjid Jami’. Mushalla/langgar ini biasanya berukuran berkisar 100-150 m. Setelah mengetahui macam-macam masjid berdasarkan hirarkinya, sebenarnya seperti apa masji yang dapat berperan secara baik. Sebuah masjid dikatakan berperan secara baik apabila memilki ruangan dan peralatan yang memadai untuk:34 1. Ruang shalat dan ruang thaharah (bersuci) yang memenuhi syarat kesehatan/kenyamanan. 2. Ruang-ruang khusus bagi wanita yang memungkinkan mereka keluar tanpa bercampur dengan pria dan digunakan untuk shalat dan PKK. 3. Ruang pertemuan lengkap dengan peralatan dan buku-buku bcaan yang dibutuhkan oleh orang tua dan muda. 4. Ruang poliklinik dan ruang memandikan dan mengkafankan mayat.
34
Nana Rukaman, Masjid dan Dakwah (Jakarta: al-Mawardi Prima, 2002) h. 104-105
46
5. Ruang bermain, olahraga, dan latihan bagi remaja.
3. Bagian-Bagian Masjid Selain hal yang diatas ada sejumlah ruangan perlu ada pada masjid-masjid modern guna menghadapi tantangan perkembangan hidup dimassa datang. 1. Bangunan Utama Bangunan utama dalah ruang yang disediakan untuk peribadatan. seperti shalat, dengan tikar/karpet yang bersih, dalm setiap shaf diberi tanda agar shaf lurus, podium/mimbar untuk khatib, sound sistem yang terletak diluar dan didalam masjid, penerangan yang memadai, temapt menyimapan mushaf, ventilasi udra sehingga ketika berada dimesjid tidak merasa pengap. 2. Bangunan pelengkap Bangunan pelengkap terdiri dari beberapa tempat yaitu sebagai berikut; 1). Tempat Thaharah Tempat thaharah meliputi ; 1. Tempat wudhu yang baik dan bersih, dengan standar minimal 1 tempat wudhu (0,72 m) untuk 40 orang jamaah. 2. Tempat mandi dengan standar minimal 1 tempat mandi (8 m) untuk 150 orang jamaah atau sekitar 0,02 m per orang. 3. Tempat buang hajat, dengan standar minimal satu wc (2 m) untuk 100 orang atau sekitar 0,02 m perorang dan urinoir (1 m) untuk 100 orang jamaah atau sekitar 0,01 m per orang. 4. Air yang mencukupi dalam jumlah, suci dan hygenis.
47
5. Penyimpanan alat-alat pembersih. Mutlaklah bagi setiap masjid mempunyai tempat berwudu untuk memudahkan para jamaah berwudu. Tempat berwudu yang nyaman dan bersih mencerminkan kebersihan masjid, namun jika tempat berwudhunya kotor dan tidak nyaman akan mengakibatkan jamaah tidak nyaman untuk melaksanakan shalat di masjid tersebut. Jelaslah kebersihan dalam Islam sangat dipandang penting karena kebersihan lahir dapat mencerminkan kebersihan jiwa. 2). Tempat Penitipan Sepatu dan Sandal Di masjid sering kita dengar orang kehilangan sandal tertukar sepatu dan sebagainya. Jika fasilitas penitipan sandal diberlakukan hal tersebut tidak akan terjadi sehingga jamaah bisa dengan khusu’ melaksanakan peribadatan tanpa takut sepatu, sandal dan barangbarangnya hilang. 3). Kantor Pengurus Masjid ( Sekretariat) Kegiatan administrasi terkait dengan pengelolaan pengurus masjid haruslah didukung dengan misalnya komputer, meja tulis,, dan kursi, lemari, untuk menyimpan arsip, dokumen, dan perlengakapn masjid, meja dan kursi tamu, jam dinding,papan tulis putih (white board) untuk informasi. Selain tempat-tempat yang dipaparkan diatas, maka masjod perlu merencanakan ruangan-ruangan untuk kegiatan muamalah berupa, ruang perpustakaan, ruang belajar/pendidikan, ruang serba guna, ruang
48
pelayanan umum (konsultasi agama), ruang asrama, ruang dana usaha, gudang, dan halaman parkir.
4. Manfaat dan Tujuan Masjid 1). Manfaat Masjid Dalam proses pembangunan masjid orang bersama-sama bahu membahu mengupayakan terbangunnya masjid. Mulai dari sumbangan donatur sampai kerumah-rumah. Hal tersebut dilakukan agar pembangunan masjid dapat terlaksana. Setelah masjid terbangun menjadi bangunan kokoh yang menggambarkan kesakralan dan kesucian hendaklah hal selanjutnya yang dilakukan adalah memakmurkan masjid dan syiar di dalamnya meliputi diantaranya, sebagai pusat pendidikan dan pengajaran, sebagai tempat mengadakan pertemuan-pertemuan, tempat itikaf, tempat perlindungan, tempat pengobatan/kesehatan sosial, dan pengikat anggota masyarakat. 2). Tujuan Masjid Adapun tujuan utama masjid dalam rangka fasilitas peribadatan ini mempunyai dua tujuan yakni sebagai berikut : 1. Tujuan utama menyangkut tentang fungsinya sebagai pemenuh kebutuhan kehidupan keagamaan. 2. Tujuan lainya adalah bahwa pernyataan fisisknya juga harus mempunyai kemampuan sebagai suatu simbol keagamaan dari suatu kepercayaan kepada Tuhan, sebagai suatu elemen pengikat dari suatu lingkungan, dimana kekompakan lingkungan akan tercermin dan juga sebagai suatu
49
elemen yang secara fisik memberikan gairah visual terhadap alam lingkungan.35 Masjid dalam fungsi dan perannya harus mampu melayani keperluan jamaah/umat dari berbagai aspek manfaat, minimal ada enam aspek didalamnya, yakni: a.
Aspek ibadah
b. Aspek kehidupan sosial, ekonomi dan pemberdayaan sumberdaya (muamalah). c.
Aspek bagi keluarga, lingkungan masyarakat.
d. Aspek bagi generasi muda e. Aspek taklim dan pendidikan f.
Aspek dakwah Adapun uraiannya sebagai berikut;
a. Aspek Ibadah Tujuan dibangunnya masjid tak lain adalah salah satunya untuk sarana ibadah yang sesuai dengan petnjuk Allah dalam al-Quran dan sunah rasul-Nya dalam hadist. Ibadah akan semakin khusu’ jika keadaan masjid terasa tentram, tenang, sejuk, nyaman yang akan semakin menambah giroh (semangat dalam beribadah) bukan sebaliknya suasana yang bising, ribut, dan kotor orang akan merasa tidak nyaman dengan keadaan masjid seperti itu, yang akibatnya jamaah enggan melaksanakan ritual ibadah dimasjid. b. Aspek Kehidupan Sosial, Ekonomi dan Pemberdayaan Sumberdaya Manusia.
35
Nana Rukmana, Masjid dan Dakwah (Jakarta: al-Mawardi Prima, 2002) h. 62.
50
Ditinjau dari aspek sosial memang masjid menjadi tempat komunikasi antar pribadi, karena memungkinkan pertemuan yang dilakukan di masjid baik berupa shalat berjamaah ataupun zikir bersama interaksi sosial pasti terjadi, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Hujarat ayat 13: Dari aspek ekonomi, apabila masjid mampu menawarkan solusi ekonomi masyarakat baik berupa koperasi masjid tau dana usaha bersama untuk meningkatkan ekonomi masyarakat pastilah peran masjid sangat sentral dalam masyarakat yang imbasnya masyarakat senang terhadap masjid. Dalam kegiatan sosial, ekonomi dan pemberdayaan sumberdaya manusia masyarakat bukan hanya menjadi penonton dari kegiatan yang dilakukan oleh pengurus masjid akan tetapi ikut terlibat di dalamnya. Sehingga keberadaan masjid itu bukan hanya sebatas bangunan yang melambangkan kesakralan tempat ibadah akan tetapi menjadi pengayom kehidupan manusia baik dari dimensi ibadah, maupun dimensi muamalah. c. Aspek Bagi Keluarga Keluarga merupakan salah satu unsur dalam lingkungan. Dalam lingkungan masyarakat primitif keluarga menjalankan proses pengembangan social dimasyarakat berupa keterampilan nilai-nilai yang berlaku di dalam kehidupan komunitas.36
Keluarga juga disebut madrasatul ula (pendidikan
pertama) bagi para anggotanya. Karena di keluarga memungkinkan adanya pembinaaan umat, yang sala satunya mengarahkan anggotanya untuk senantiasa beramal sholeh, amal sholeh tersebut bisa berupa memakmurkan masjid baik
36
Drs Hery Noer & Drs. Munzir MA, Watak Pendidikan Islam (Jakarta: Friska Agung Insani, 2000) h. 202
51
melalui shalat berjamaah atau kegiatan lainya yang erat kaitannya dengan keagamaan. Dengan melakukan shalat berjamaah di masjid akan memungkinkan terjalinya silaturahim antar keluarga adan akan membuka pintu-pintu rahmat seperti doa yang sering kita baca ketika memasukinya. Adapun dampak positif lain adalah lingkungan akan nyaman, damai, persaudaraan antar lingkungan akan terjalin semakin erat. Yang akhirnya akan tercipta dilingkungan masyarakat yaitu rasa marhamah (kasih sayang). d. Aspek Generasi Muda Generasi Muda merupakan generasi penerus yang akan menyambung nilai-nilai kemasjidan para pendahulunya melalui pembinaan. Hendaknya program yang direncanakan
masjid, anak mudalah yang menjadi motor
penggerak tujuannya tak lain supaya kemakmuran masjid dapat terus terjaga. Seperti sabda Rasulullah dimana ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah SWT pada hari kiamat diantaranya anak muda yang hatinya selalu terkait dengan masjid yang artinya senang memakmurkan masjid. Walaupun dimasa sekarang pembinanaan generasi muda di masjid sangat memperihatinkan lebih-lebih generasi muda semakin jauh dengan masjid. Sehingga banyak menimbulkan peyimpangan-penyimpangan yang dilakukan generasi muda, hendaknya dalam setiap masjid jangan sampai terjadi kekosongan pembinaan terhadap generasi muda. Karena jika itu terjadi dampak negatif akan menimpa generasi mudauntuk generasi selanjutnya. e. Aspek Taklim dan Pendidikan
52
Ilmu merupakan segalanya, tanpa ilmu orang akan susah membedakan mana yang hak dan mana yang batil. Dalam surat at-Taubah ayat 122 Allah SWT berfirman:
Artinya: Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. Salah satu dalam proses meraih ilmu adalah pendidikan, pendidikan bisa dilakukan di lingkungan keluarga, di madrasah (sekolah), perguruan tinggi, dan dimasjid. Pendidikan merupakan urat nadi kehidupan individu dan masyarakat. Sebesar apa yang diberikan pendidikan disetiap pusat pendidikan, sebesar itu pula nilainya dalam mendidik manusia dan membentuk kepribadiannya.37 Adapun pendidikan dalam Islam secara umum meliputi, pendidikan keimanan, pendidikan amaliah, pendidikan ilmiah, pendidikan akhalak, dan pendidikan sosial. 38 Dari tujuan umum pendidikan Islam yang berpusat pada ketakwaaan dan kebahagian tersebut dapat digali tujuan-tujuan khusus sebagai berikut:39
37
Drs. Hery Noer Ali dan Drs. Munzir S, Watak Pendidkan Islam (Jakarta: Priska Agung Insani , 2000) h. 199 38 Ibid, h. 69-97 39 Ibid, h. 43-144
53
1) Mendidik individu yang saleh dengan memperhatikan segenap dimensi perkembangannya: rohaniah, emosional, sosial, intelektual, dan fisik. 2) Mendidik anggota kelompok sosial yang saleh, baik dalam keluarga maupun masyarakat muslim. 3) Mendidik manusia yang saleh bagi masyarakat insani yang besar. Dalam mendidik individu yang saleh, pendidkan Islam berupaya agar ia mampu menjalin hubungan secara terus-menerus dengan Allah. Dalam pendidikan aspek rohani, sebagian ahli ilmu jiwa mengesampingkannya dan berpendapat bahwa pertumbuhan hanya terdapat empat aspek, yaitu emosional, sosial, intelektual, dan fisik. Dalam pendidikan aspek emosional Islam berupaya mengantar individu untuk mencapai kematangan emosional. Dalam pendidikan aspek sosial Islam berupaya mendidik individu agar insyaf akan hak-hak. Individu akan dimintai pertanggungjawaban sehubungan dengan sikap dan tindakannya terhadap hak-hak itu. Dalam pendidikan aspek intelektual Islam berupaya agar individu memilki intelektualitas yang sehat. Selanjutnya pada pendidikan jasmani termasuk salah satu aspek yang mendapat perhatian Islam dalam mendidik individu. Berkaitan dengan pendidikan yang dilakukan di masjid hendaknya program-program yang direncanakan menawarkan kegiatan belajar mengajar yang menarik dan berbeda sehingga mempunyai ciri khas tersendiri dalam proses pendidikannya.
54
Dari semua uraian mengenai pendidikan di atas masjid memang memeggang peran penting dalam rangak pembinaan umat khususnya melalui pendidikan. e. Aspek Dakwah Dakwah merupakan kewajiban kita semua sebagai umat yang terbaik. Dakwah berasal dari bahasa arab yakni da’aa-yad’u-da’wata yang berarti seruan, ajakan, undangan, dan memanggil. Sedang secara istilah dakwah adalah menyeru manusia agara menempuh jalan kebaikan dan menghindari jalan kesesatan (amar ma’ruf nahi munkar). Dalam pengertian ini dakwah mencangkup pengertian tablig (mengajak kepada jalan Allah), jihad (berjuang menegakan agama Allah), khotbah (berpidato/ceramah tentang ajaran Allah), amar ma’ruf nahi munkar ( memerintah kepada kebaikan, melarang melakukan kejahatan), menasehati dan berwasiat. Menurut Syeikh Ali Makhfudz dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin memberikan definisi dakwah adalah mendorong manusia agar memperbuat kebaikan dan menurut petunjuk, menyeru mereka berbuat kebaikan dan melarangnya dari perbuatan munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu dakwah adalah proses „al-tahuwwul al-taghayyur“ (transformasi dan perubahan) dari sesuatu yang tidak baik menuju yang baik atau dari sesuatu yang sudah baik menuju yang lebih baik. Pada intinya dakwah adalah mengajak manusia ke jalan Allah agar mereka bahagia dunia dan akhirat.40
40
DR. Ahmad Mubarok MA, Psikologi Dakwah. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999) h. 19.
55
Sesuai dengan definisi diatas dalam al-Quran kita diseru untuk berdakwah yakni tertera dalam surat an-Nahl ayat 125:
Artinya: Serulah (manusia) kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Dialah yang lebih mngetahui tentang siapa yang tersesat dari jaln-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Setelah mengetahui definisi tentang dakwah yakni mengajak kepada jalan Allah, yakni salah satunya adalah mengajak masyarakat untuk mencintai masjid dan memakmurkannya. Mencintai masjid berarti meramaikan masjid dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat seperti, dakwah mimbar, halaqah, zikir, baksos, kerja bakti dan sebagainya. Apabila hal semua yang disebutkan tadi dapat terlaksana dengan sendirinya masjid akan menjadi pusat segala aktivitas umat yang berprioritas akhirat.
5. Pengertian Manajemen Masjid Manajemen masjid yang sering disebut dengan Idarah Masjid merupakan hal penting dalam rangka menjadikan masjid yang ideal sesuai dengan kebutuhan jamaah. Menurut Drs. Moh. E. Ayub dalam bukunya Manajemen Masjid mendefinisikan Idarah Masjid adalah merealisasikan fungsi-fungsi masjid sebagaimana mestinya.
56
Lain halnya dengan Ir. H. Nana Rukmana D.W. MA Idarah masjid lebih menitik beratkan kepada prinsip profesionalisme, serta kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai pengelola masjid. Tidak terlepas dari uraian diatas dapat dirumuskan bahwa idarah masjid adalah suatu proses atau usaha mencapai kemakmuran masjid yang ideal yang dilakukan oleh seorang pemimpin pengurus masjid bersama staff dan jamaahnya melalui berbagai aktivitas positif. Sebuah masjid apabila kepengurusanya baik maka setidaknya banyak hal manfaat yang akan dicapai, yaitu berupa: 1. Tujuan dan target kemakmuran tercapai karena terrelisasinya perencanaan. Karena pondasi utama dalam manajemen adalah perencanaan. 2. Usaha yang dilakukan untuk memakmurkan masjid dilakukan secara bersama-sama sehingga terjalin kerjasama yang solid dan akan memperingan pekerjaan masing-masing lini walaupun bekerja sesuai dengan jobdescriptionnya masing-masing. 3. Tugas-tugas dapat dilaksanakan tepat waktu artinya dapat terlaksana secara efektif dan efisien. 4. Pengawasan dan evalusasi dapat dilaksanakan secara menyeluruh karena menggunakan standar atau tolak ukur yang jelas dan tepat. Dalam pelaksanaan idarah masjid secara garis besar dibagi dalam dua bagian, yaitu: 1. Idarah Binail Maadiy (Phiscal Management) yakni manajemen secara fisik yang meliputi kepengurusan masjid, pengaturan pembangun, penjagaan
57
kehormatan, keamanan, tata tertib, pengaturan keuangan dan administrasi masjid serta pemeliharan fasilitas yang menyangkut penataan masjid yang bersifat fisik. 2. Idarah Binail Ruhiy (funcsional Mangement) yakni pengaturan tentang pelaksanaan fungsi masjid sebagai wadah pembinaan umat, pembentukan karakter,
pembinaan
mental
spiritual,
untuk
menciptakan
dan
meberdayakan ekonomi umat sehingga kesejahteraan umat dapat tercipta secara utuh. Dalam menciptakan idarah-idarah tersebut perlu adanya mekanisme yang tersusun dan terprogram yakni sebuah organisasi sebagai wadah penampung aspirasi sehingga output yang dihasilkan baik dan profesional. Untuk mencapai profesioanalitas perlu adanya koordinasi secara matang dari semua lini tanpa adanya koordinasi semuanya akan sia-sia, sebab akan memancing timbulnya konflik internal dalam organisasi yang berlebihan. Konflik yang berlebihan akan mengancam organisasi tersebut.41
6. Fungsi Manajemen Masjid Berbicara manajemen sebenarnya tidak lepas dari Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling (POAC). Begitu pula dalam manajemen masjid tidak lepas dari hal tadi namun ada pengkhususan yakni yang dibahas mengenai POAC masjid. 1). Perencanaan 41
Gibson Ivancevich Donnelly, Organisasi Prilaku Struktur dan Proses (Jakarta: Erlangga) h. 279
58
Perencanaan adalah penentuan segala sesuatu sebelum dilakukan kegiatan-kegiatan yang akan dilanjutkan untuk masa yang akan datang dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.42 AM Widjaya dalam bukunya, Perencanaan
sebagai
Fungsi
Manajemen
dalam
proses
perumusan
perencanaan akan dibahas hal-hal apa saja yang menjadi acuan dan prioritas untuk mencapai tujuan dalam hal ini kemakmuran masjid. Perencanaan masjid memilki arti yang sangat penting yakni: 43 1. Aktivitas pemakmuran masjid bisa berjalan lebih terarah dan teratur. 2. Memungkinkan dipilihnya tindakan-tindakan yang tepat sesuai dengan situasi kondisi yang dihadapi pada saat upaya pemakmuran masjid dilaksankan. 3. Dapat dipersiapkan terlebih dahulu tenga-tenaga pelaksana dalam pemakmuran masjid begitu juga dengan pendanaan sasarannya. 4. Perencanaan
juga
akan
memudahkan
pengurus
masjid
untuk
melaksanakan pengwasan dan penilaian terhadap jalannya aktivitas pemakmuran masjid. 2). Pengorganisasian Pengorganisasian masjid adalah pengelompokan, penyatuan, pengaturan untuk menciptakan kesatuan kerja sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Dalam pengorganisasian masjid hendaknya memuat beberapa langkah antara lain, pertama membagi atau mengelompokan aktivitas pemakmuran masjid dalam satu kesatua. Kedua, menetukan tugas serta tanggung jawab struktur 42
A. D.Gayatri S, Ekonomi Media Profesional (Surakarta: Mediatama, 2003) h. 29 Ahmad Yani, Ahmad Satori Islami. Menjuju Masjid Ideal (Jakarta: LP2I Harmain, 2001) h. 28 43
59
kepengurusan masjid. Ketiga, memberi wewenang dan tanggung jawab yang penuh dari pimpinan kepada staff-staff dan pelaksanaanya. Keempat, menciptakan jalinan kerja yang baik sehingga memilki kerja yang solid mengarahkan seluruh potensi pengurus untuk beraktivitas sesuai. 3). Pelaksanaan Fungsi pelaksanaan dalam manajemen masjid merupakan upaya membimbing dan mengarahkan seluruh potensi pengurus untuk beraktivitas sesuai dengan dan tanggung jawab masing-masing. Pemimpin pengurus masjid harus memberikan motivasi kepada para pengurus supaya dapat melaksanakan tugasnya dengan tepat dan rasa tanggung jawab. Selain itu, pemimpin juga harus selalu meningkatkan kemampuan kerja staf-staf dan memberikan penghargaan atas prestasi yang dicapainya.44 Dengan memberikan reward berupa penghargaan maka motivasi kerja akan semakin tinggi. 4). Pengawasan Pengawasan merupakan fungsi pimpinan supaya kegiatan mencapai sasran dan tujuan untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan yang tidak diharapkan. Pengawasan terhadap manajemen masjid sangat dibutuhkan, bukan hanya untuk tujuan organisasi tetapi juga untuk menciptakan keyakinan yang kental dari masyarakat terhadap pengelola kekayaan dan harta masji serta umat. Masjid yang sesuai fungsinya adalah masjid yang di dirikan atas dasar ketaqwaan kepada Allah SWT, sebagaimana tertulis dalam QS. at-Taubah ayat 108:
44
Zaini Mukhtarom, Dasar-dasar Manajemen (Yogyakarta, al-Amin Press, 1996) h. 105
60
Artinya: Janganlah kamu bersembahyang dalam masjid itu selamalamanya. sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. di dalamnya masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. Dengan dasar taqwa masjid akan memerankan fungsinya secara utuh dan masjid yang sadar akan tujuannya diidrikan akan mudah diawasi baik, pengawasan internal lingkungan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) atau pun pengawasan yang dilakukan masyarakat sekitar yang menjadi subyek dalam pemakmuran masjid itu sendiri.
E. Pengertian Suasana Keagamaan 1. Pengertian Suasana Keagamaan Suasana secara bahasa berarti keadaan, iklim, suhu.45 Sedangkan suasana secara istilah adalah keadaan yang menunjukan pada satu saat tertentu. Suasana lebih diartikan kepada dalam aspek lahir, lain halnya ketika suasana di artikan dalam aspek rohani atau batin. Keagamaan berasal dari kata agama yang ditambah awalan ke- dan akhiran –an. Dalam ensiklopedi Islam kata “agama“ dalam bahasa indonesia sama dengan kata din dalam bahasa arab, kata din berarti menguasai, memudahkan,
45
Pius A Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1999) h. 728.
61
patuh, utang, batasan, dan kebiasaan. Sedangkan dalam kamus ilmiah populer arti agama adalah keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan; akidah.46 Menurut Quraish Shihab konteks keagamaan tidak hanya sebatas berorientasi pada bentuk-bentuk peribadatan yang bersifat superfisial atau menekankan aspek luar akan tetapi dengan aspek-aspek dalam yaitu batin. Erat kaitannya dengan keagamaan yang dikutip oleh Djamaludin Ancok menurut Glock dan Stark ada enam dimensi keagamaan: 1) Dimensi keyakinan yang berisi pengharapan-pengharapan dimana orang beragama berpegang teguh pada teologis tertentu dan mengakui doktrindoktrin tersebut. 2) Dimensi praktek agama, mencangkup prilaku pemujaan dan ketaatan yang dilakukan seseorang untuk menunjukan komitmen terhdap agama yang dianutnya. 3) Dimensi pengalaman, berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama memandang pengharapan-pengahrapan tertentu persepsi dan sensasi yang dialami seseorang. 4) Dimensi pengetahuan agama, mengacu pada harapan bahwa orang yang sudah beragama tidak memilki sejumlah pengetahuan dasar-dasar keyakinan ritus dan tradisi. Pada dasarnya dimensi pengalaman konsekuensinya mengacu
kepada
indentifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, prilaku, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari kehari.
46
Ibid h. 8.
62
Dengan demikian dapat didefinisikan suasana keagamaan adalah keadaan dimana individu atau kelompok dalam suatu hal tertentu yang berhubungan dengan keyakinan pada sebuah lembaga-lembaga keagamaan dalam ruang lingkup tertentu.
2. Ciri-ciri Suasana Keagamaan Sebelum kita masuk dalam ciri-ciri suasana keagamaan maka perlu diketahui faktor pokok dalam proses penciptaan suasana keagmaan tersebut. Pada prinsipnya ada enam sarana pokok yang diperlukan untuk menciptakan iklim keagamaan atau suasana keagamaan, yakni sebagi berikut ;47 1. Adanya sarana fisik yang cukup memadai agar umat beragama umumnya dan umat islam padakhususnya dapat menjalankan ibadah dengan segala syari’at secara sebaik-baiknya, antara lain media dakwah, tempat-tempat pengajian, majlis taklim, madrasah dan sebagainya. 2. Adanya kelembagaan yang memberi wadah bagi kegiatan-kegiatan keagamaan. 3. Adanya suasana keagamaan atau iklim yang menunjang gairah perkembangan kegiatan-kegiatan ibadah dan keagamaan secara umum. 4. Adanya kebijaksanaan dan program terarah untuk mewujudkan suasana keagamaan yang dikehendaki itu serta pembiayaan yang
47
Nana Rukmana, Masjid dan Dakwah (Jakarta: al-Mawardi Prima, 2002) h. 43-44.
63
memungkinkan penciptaan suasana keagmaan dapat ditunjang secara sebaik-baiknya. 5. Kehidupan keagamaan para personalia pemerintah dalam kehidupa sehar-hari yang dapat menjadi suritauladan bagi masyarakat. 6. Suasana keagamaan dan pelaksanaan ibadah ini harus nyata dikaitkan dengan usaha peningkatan kualitas hidup di dalam masyarakat dalam arti yang seluas-luasnya. Dari keenam sarana pokok yang dikemukakan diatas, jelaslah kiranya bahwa untuk mewujudkan suasana keagamaan dimana pun baik di desa maupun di kota diperlukan sarana fisik yang cukup memadai serta pembinaan terhadap manusianya. Kedua faktor tersebut akan saling mempengaruhi, dimana keadaan lingkungan akan dapat mempengaruhi manusianya, demikian pula sebaliknya. Setelah kita mengetahui enam sarana pokok untuk mmenunjang kegiatan keagamaan. Kita akan masuk kedalam ciri-ciri suasana keagamaan, yakni sebagai berikut: 1.
Faktor Keimanan Keimanan dalam Islam merupakan penentu kualitas diri seseorang. Sebab
keimanan memegang peran terhadap terbentuknya akhlak yang terpuji. Orang beriman akan selalu merasa diawasi dimana pun ia berada. Salah satu lkarakteristik orang beriman yang sejati adalah dapat mengaktualisasikan keimanan dalam keidupan sehari. Salah satu bukti konkrit ciri orang beriman adalah sesuai dengan ayat al-Quran surat al-Anfal ayat 2 :
64
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. Dari ayat di atas jelaslah bahwa keimanan akan menentukan sikap seseorang baik prilaku maupun ucapan. Prilaku akan menimbulkan sikap yang agamis, sikap agamis tersebutlah akan menimbulkan nuansa keagamaan di lingkungannya. 2.
Faktor Akhlak Ahklak menjadi pondasi penopang setelah iman. Dengan akhlak orang
akan dihargai orang, dengan akhlak pula seseorang akan di cemoohkan orang. Teramat pentingnya akhlak Nabi Saw diutus semata untuk menyempurnakan akhlak. Akhlak akan selalu menjadi ciri khas seseorang, seseorang akan mendapat derajat kemulaian dengan akhlaknya. Akhlak terpuji akan menimbulkan sifat rahman rahim. Sifat ini akan melahirkan prilaku tentram di masyarakat. Sehingga prilaku yang demikian akan menciptakan suasan yang kondusif yang didambakan oleh setiap orang. 3.
Faktor Ibadah Ibadah merupakan aktualisasi dari taqwa. Orang bertakwah akan senang
melaksanakan ibadah, baik itu yang bersifat mahdoh maupun goir mahdoh. Taqwa akan melahirkan sifat wara’, dengan sifat wara’ itulah lingkungan masyarakat akan mencerminkan suasana keagamaan.
65
4.
Faktor Muamalah Muamalah pada dasarnya menghendaki keselarasan antara hubungan
vertikal dan horisontal. Hubungan horisontal dengan manusia berupa komunikasi, jual beli, dan perkawinan pokonya segala sesuatu yang berhubungan habluminanas yang bersifat sosial. Hubungan vertikal yakni dengan Allah SWT berupa pengabdian melalu berbagai cara. Salah satunya yakni dengan membiasakan dan menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam agama dalam keidupan sehari-hari. Sehingga tercipta suasana kegamaan yang diinginkan.
BAB III GAMBARAN
UMUM
TENTANG
BADAN
PERTANAHAN
NASIONAL (BPN) KABUPATEN BEKASI DAN MASJID ATTAQWA
BADAN PERTANAHAN NASIONAL (BPN)
KABUPATEN BEKASI
A. Sekilas Sejarah Berdirinya Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi Dan Masjid At-Taqwa BPN Kabupaten Bekasi 1. Sekilas Sejarah Berdirinya Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi BPN merupakan kependekan dari Badan Pertanahan Nasional yang merupakan salah satu instansi pemerintah yang melayani masyarakat yakni di bidang pertanahan khususnya mengurusi hal yang berkaitan dengan pertanahan. Adapun BPN kabupaten Bekasi seperti BPN pusat lahir untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat akan hal-hal yang berkaitan dengan pertanahan. BPN kabupaten Bekasi sebelumnya berada di daerah kota Bekasi yakni Bulak Kapal. Pada awal tahun 1997 setelah terbangunnya akses jalan dan pembangunan diwilayah Cikarang Selatan. Atas dasar prakarsa Drs. Shaleh Manaf (mantan kepala kantor) yang juga mantan Bupati Kabupaten Bekasi, kantor BPN berpindah ke area sebelah selatan kantor sekarang kira-kira 200 m. Kemudian pindah lagi ke area yang berdampingan dengan Hypermarket hingga sekarang. Pendirian BPN
66
67
kabupaten Bekasi tercatat pada tanggal 25 Januari tahun 2002 yang diresmikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia yang waktu itu di jabat oleh Dr. Hamza Haz sebagai perwakilan dari pihak pemerintah.
2. Sejarah Berdirinya Masjid At-Taqwa Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi. Seperti halnya masjid yang lain masjid at-Taqwa ini didirikan karena kebutuhan umat akan sarana ibadah untuk menunjang ritual keagamaan1. Masjid ini berdiri atas banyak permasalahan karena letaknya yang sangat strategis dengan pusat kegiatan orang bekerja. Selain itu di lingkungan masjid At-Taqwa ini penduduk muslim dengan non muslimya hampir berbanding sama yakni (50% muslim dan 50% non muslim). Sehingga waktu pendiriannya banyak menimbulkan kontroversi. Masjid ini merupakan masjid terbesar di lingkungan Lippo Cikarang karena di daerah Lippo Cikarang hanya terdapat dua masjid yang salah satunya adalah masjid at-Taqwa BPN. Awal mulanya masjid at-Taqwa hanya berupa musolla yang berukuran kurang lebih 200 m yang kemudian menglami pelebaran setelah banyaknya jamaah yang shalat di masjid ini terutama ketika pelaksanaan shalat Jumat berlangsung. Atas prakasa ketua kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) kabupaten Bekasi yakni bapak Prof Dr. Ir. H. M Kurpatra Nadargatal masjid ini mengalami pelebaran sekitar 750% hingga mencapai
1
Ust. Tgk. H. Munzir Yahya S. Ag Wawancara Pribadi (Cikarang: tgl 2 juni 2009)
68
1500 m. Dengan jerih payah para pendirinya masjid ini yang tadinya hanya tempat shalat Jumat khusus karyawan BPN tapi sekarang sudah menjadi masjid wilayah yang bisa menampung jamaah kurang lebih lima ribu jamaah dan bukan hanya karyawan BPN saja yang melakukan shalat di masjid at-Taqwa ini. Dalam area masjid juga terdapat area pendopo yang bisa menampung jamaah dua ratus orang yang biasa selain digunakan untuk shalat juga digunakan untuk musyawarah dan acara-acara keagamaan (Maulid Nabi Saw Ira’a Mi’raj, Tahun Baru Muharram dll), area majlis taklim pria yang bisa menampung jamaaah seribu orang, dan majlis taklim wanita yang bisa menampung seribu lima ratus jamaah. Ditambah lagi dengan area parkir yang cukup luas yang memungkinkan menampung jamaah yang lebih banyak. Masjid ini diresmikan langsung oleh bupati Bekasi yang waktu itu dijabat oleh H. Wikanda Darmawijaya pada hari Jumat
tanggal 3
Desember tahun 1999 M dan bertepatan pada 25 Sya’ban 1420 H. Masjid ini merupakan masjid yang paling startegis diantara masjid yang lain selain bangunannya yang memikat hati kontruksinya pun terbuat dari bahan-bahan berkualitas dan bernilai estetika, adapun uraiannya sebagai berikut;2 a. Bahan yang digunakan 1. Lantai: Ubin marmer yang berukuran 50 cm x 50 cm
2
Ust Bino Sek. Perlengkapan , Wawancara Pribadi (Cikarang: 24 mei 2009)
69
2. Kramik 3. Plester dan cor Penutup atap
: Tembok beton yang dilapisi oleh genteng warna
hijau. Finishing dinding b. Konstruksi utama
: Cat krem kuning bergaris putih-putih : Rangka atap dari besi siku untuk bangunan masjid
dan kayu jati untuk pendopo yang diukir. c. Struktur utama
: Pondasi cakar ayam dan batu kali dengan
kedalaman 1,5 m dan bercor. d. Site Plan 1. Bangunan masjid:
1500,00 m
2. Bangunan pertemuan (musyawarah):
500,00 m
3. Bangunan wudhu:
200,00 m
4. Bangunan Administrasi:
15,05 m
5. Bangunan serbaguna lobi:
200,00 m
6. Bangunan kantin:
700,00 m
7. Pos penjaga: 8. Taman dan kolam ikan: 9. Parkir mobil + motor:
4,00 m 10,00 m 3500,00 m
e. Landscape 1. Lantai diperluas dengan keramik warna marmer bergaris batu cicin. 2. Daerah taman ditanami pohon jambu dan kolam ikan mas serta lele. 3. Jenis rumput
70
- Rumput gajah - Adam eva dan blue eye f. Detail bangunan 1. Struktur bangunan:
Beton bertulang
2. Pondasi:
batu kali beton
3. Balok utama:
Kayu jati lurus
4. Rangka atap:
Kontruksi besi
5. Penutup atap:
Genteng jati wangi cat hijau
g. Konteksi lingkungan Konteksi lingkungan (perkotaan, pedesaan dan lain-lain) lokasi perkantoran BPN, penentuan ini di dasarkan pada rencana awal untuk pelayanan terhadap para pegawai BPN untuk melaksanakan ibadah shalat. Berada pada tingkat kecamatan Cikarang Selatan dan daerah Tingkat II kabupaten Bekasi. h. Simbolisme Menara dengan ketinggian 25 m selain berfungsi penempatan pengeras suara kesegala arah, juga berbentuk mirip bangunan menara masjid Demak yang menyimbolkan toleransi antar umat beragama.
B. Visi dan Misi Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua Dewan Kemakmuran Masjid at-Taqwa BPN Kabupaten Bekasi yang diwakili oleh imam masjidnya mengatakan bahwa misi yang diemban oleh masjid ini adalah memungkinkan
71
“Terciptanya ukhuwah Islamiah yang baik diantara jamaah umat Islam dilingkungan Lippo Cikarang“.3 Sedangkan misi yang diemban oleh masjid at-Taqwa adalah pembinaan jamaah di lingkungan Lippo Cikarang dan pembinaan jamaah khususnya karyawan BPN.4
C. Letak Geografis Adapun letak geografis masjid at-Taqwa berada di jalan Daha blok B4 No. Lippo Cikarang Kecamatan Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi. Masjid ini diapit oleh kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan Hipermarket Lippo Cikarang yang sangat strategis. Di sebelah timur masjid terdapat Hypermarket Lippo Cikarang dan perumahan elit Lembah Hijau, disebelah barat berdampingan dengan pusat pertokoan berupa ruko Tamrin, rumah sakit Hosana, Bank BCA, Bank Danamon, Bank BRI, Bank Syariah Mandiri, tempat permainan anak Homepimpa dan lain-lain. Lain halnya disebelah utara berbatasan dengan Bank Lippo, rumah sakit Siloam, Waterbum Lippo Cikarang, dan hotel Syahid. Sedangkan disebelah selatan berdampingan dengan kawasan industri Hyundai yakni PT. LG, PT. Delvi, PT Panasonic, PT Huang Do, dan PT Scot, PT Hung A, PT Epson, PT Musasi, dan PT lainnya.
3 4
Ust. Tgk. H. Munzir Yahya S. Ag), Wawancara Pribadi (Cikarang: tgl 25 April 2009) Ust. Tgk. H. Munzir Yahya S. Ag), Wawancara Pribadi (Cikarang: tgl 25 April 2009)
72
D. Struktur Kepengurusan Struktur diartikan sebagai susunan, bangunan. Karena struktur mendeskrifsikan hirarki susunan kekuasaan yang ada pada tiap organisasi, begitu pula organisasi yang ada di masjid at-Taqwa. Kepengurusan dalam masjid at-Taqwa ini bersifat otonom yakni dibawah kantor BPN yang dipimpin langsung oleh kepala kantor. Adapun jangka waktu jabatan berdasarkan mutasi kepegawaian.
Struktur Pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid AtTaqwa Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi Pelindung Kepala Kantor
Ketua
Sekretaris
Seksi Perlengkapan
Seksi Ibadah & Dakwah
Sekretaris
Seksi Pelaksana Harian
Marbot
Susunan Kepengurusan Kepala Pertanahan Kabupaten Bekasi : Drs. Purwosasmito, M. Si. Ketua Dewan Kemakmuran Masjid
: Ir. H. Moch. Rahmat
Seksi Perlengkapan
73
Imam Masjid
: Ust. Tgk. H. Munzir. Yahya, S. Ag
Bendahara
: Drs. Darwanto.
Sekretaris
: Dangsep M. Nurdjamil
Seksi Ibadah dan Dakwah
: Ust. Sona’i a Rahman, Lc
Seksi Sosial
: Ust. Hafidz Paroda, MSc
Seksi Pelaksana Harian
: Ust Reffi dan H Endang
Seksi Perlengkapan
: Ust Agus dan Ust Bino
E. Gambaran Suasana Keagamaan Badan Pertahanan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi. Masjid at-Taqwa yang didrikan atas dasar taqwa sama seperti masjid yang lainnya menawarkan sejuta pesona. Pesona itu timbul baik dari sisi luar maupun sisi dalam. Sisi luar berupa kegiatan aktivitas dimasjid tersebut, sedangkan sisi dalam terlihat dari nuansa agamis para pegawai. Suasana keagamaan yang paling khas dari masjid at-Taqwa ini adalah aura nyaman, tentram dan suasana keislamaannya terasa dari lingkungan masjidnya berupa banyaknya orang yang melakukan i’tikaf, banyaknya orang yang melakukan tadarus al-Quran dan aktivitas keagamaan lainnya. Dari sisi para pegawai nuansa keagamaan terlihat ketika waktu shalat 30 menit lagi para pegawai sudah berjejal memadati masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah, ini menandakan suasana keagamaan di masjid ini sangat kental
74
karena jamaah merasa nyaman. Jamaah merasa nyaman disebabkan oleh 5K suasana yang ada di masjid at-Taqwa BPN Kabupaten Bekasi, yakni:5 1. Ketertiban Ketetiban terlihat dari sisi luar yakni sarana parkir yang memadai dan tempat bersuci yang cukup bagus. 2. Keamanan Keamanan terlihat dari pintu masuk yang dijaga dua orang security dan para pengunjung diberi tanggungan untuk membayar uang parkir sebesar Rp.1000,- demi menjamin keamaan sampai kapan pun. 3. Kebersihan Kebersihan terlihat dari mulai pintu masuk sampai kedalam masjid, pendopo, majlis taklim, tempat wudu semuanya menimbulakn aroma wangi dan lantai yang mengkilat dan bersih untuk dilihat. 4. Keindahan Keindahan terlihat dari adanya pohon yang rindang, taman yang cukup luas yang didalamnya terdapat ikan gold dan ikan lele jumbo yang menarik dilihat mata. 5. Kenyamanan Kenyamanan terlihat dari semua tempat baik masjid, majlis taklim, pendopo, dan tempat wudhu, taman, dan tempat parkir semuanya menawarkan kenyamanan, baik dilihat mata maupun dirasakan jiwa.
75
Apabila 5K tersebut ada dan terlaksana dalam setiap masjid maka dapat dikatakan masjid tersebut suasananya benar-benar sesuai dengan harapan jamaah. Jamaah akan merasa senang melaksanakan shalat di masjid tersebut. Akibatnya masjid akan selalu ramai oleh orang-orang yang ibadah didalamnya.
BAB IV ANALISIS MANAJEMEN MASJID AT-TAQWA BADAN PERTANAHAN NASIONAL (BPN) KABUPATEN BEKASI DALAM MENCIPTAKAN SUASANA KEAGAMAAN DIKALANGAN PEGAWAI BPN
A. Manajemen Masjid 1. Perencanaan (planning) Secara etimologis perencanaan menurut Abduh Salim dalam bukunya Manajemen Pengantar, yakni sebgai berikut: Perencanaan adalah pekerjaan mental dan memerlukan kecakapan tertentu, pengalaman dan pengetahuan manajer diperlukan untuk dapat melihat dan menilai fakta-fakta yang ada, daya imajinasi dan kecerdasan berfikir serta kemampuan melihat ke depan sangat diperlukan. Oleh karena itu perencanaan sangatlah berkaiatan dengan kegiatan pada masa yang akan datang, maka dengan perencanaan kita dapat melihat masa depan yang akan terjadi nanti sehingga kita akan lebih berhati-hati dan dapat mempersiapkan diri dalam melakukan sesuatu. Adapun perencanaan yang dibuat oleh para pengurus masjid atTaqwa BPN kabupaten Bekasi meliputi 3 perencanaan, yaitu perencanaan janka panjang, perencanaan jangka menengah, perencanaan jangka pendek. 1)
Perencanaan Jangka Panjang Pelaksanaan
Salat
Jamaah
Bersama
(PELATJAMA).
Pelaksanaan shalat jamaah ini merupakan perencanaan jangka
76
77
panjang yang diharapkan oleh para pengurus khususnya para karyawan BPN dan umumnya masyarakat sekitar minimal dalam shalat lima waktu selalu berjamaah. 2)
Perencanaan Jangka Menengah Membuat citra di masyarakat pegawai BPN agamamis dan modern. Membuat pelaksanaan minimal setelah tiga tahun bekerja sebagai karyawan BPN mampu menjadi imam shalat yang baik bagi keluarga karena dilatih terus dalam salat perjamaah.
3)
Perencanaan Jangka Pendek Perencanaan jangka pendek
biasanya akan menjangkau
waktu paling lama lima tahun, bahkan dapat dibuat bulanan, kwartal, atau tengah tahunan. Perencanaan ini lebih konkret dan lebih rinci, lebih terukur dan lebih jelas sasarannya, termasuk dalam hal penggunaan sumberdaya, metode pelaksanaan serta waktu mulai dan selesainya tiap kegiatan yang masuk dalam rencana tersebut. Adapun perencanaan jangka pendek yang ada di manajemen masjid at-Taqwa BPN Kabupaten Bekasi ini adalah berupa rencana memberlakukan pelaksanaan shalat berjamaah oleh semua pegawai, khususnya pelaksanaan shalat Dzuhur dan shalat Jumat.
2. Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian yang dilakukan oleh manajemen masjid atTaqwa BPN kabupaten Bekasi yakni diserahkan kepada masing-masing seksi terahadap rencana yang ada. Sistemnya bersifat kepercayaan dari
78
tiap-tiap pihak. Pengorganisasian ini merupakan upaya pengelompokan kegiatan-kegiatan.
Kegiatan-kegiatan
dikelompokan
berdasarkan
keterkaitan kegiatan tersebut, yakni seperti yang telah disebutkan diatas yakni oleh masing-masing seksi atau masing-masing bidang.
3. Penggerakan (Actuating) Penggerakan adalah suatu pembimbingan, pengarahan, pemeberian motivasi
pimpinan
dan
penggerakan
orang-orang
yang
menjadi
bawahannya agar kelompok orang itu dengan senang hati, suka dan mau bekerja secara sadar dan penuh tanggung jawab terhadap tugas yang harus diselesaikan tanpa menunggu atasan.1 Penggerakan/pelaksanaan manajemen yang dilakukan oleh masjid at-Taqwa BPN Kabupaten Bekasi dilakukan oleh kepala kantor yakni Drs. Purwosasmito, MSi dan menugaskanya kepada Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) yaitu Ir. H. Moch Rahmat, dan mendelegasikannya lagi kepada
imam masjid yakni Ustadz H. Tgk. Munzir Yahya, S. Ag.
Diharapkan dengan adanya penggerakan/pelaksanaan yang dilakukan para pimpinan baik dari segi jasmani maupun rohani kualitas kerja dan kualitas umat dapat terus ditingkatkan. Penggerakan khususnya pembinaan yang dilakukan para pengurus masjid terhadap pegawai BPN selain dengan terus membina mental keagamaannya setiap hari dengan menyediakan fasilitas peribadatan juga
1
A. D Gayatri, Ekonomi Media Profesional (Surakarta: Mediatama, 2003) h. 32
79
dilakukan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan keilmuan dibidang agama salah satunya pengajian.2 Pengajian rutin (masalah aqidah, ibadah, akhalaq tafsir al-quran dan hadist) No 1 2 3 4 5
Waktu dan hari Senin malam selasa Sabtu bada ashar Malam sabtu Malam minggu Jumat pekan ke-I
Judul kajian Bahasa Arab Tafsir Ibnu Katsir Umum Umum Pengajian kantor
Keterangan Untuk umum Untuk umum Untuk umum Untuk umu Khusus pegawai BPN
Tabel Data jumlah jamaah pada tiap pengajian pada bulan juli 2009 Data jumlah jamaah pengajian Pekan Ke-I3 No
B. Arab
SMS SBA MS MM JP Jumlah
23 22 11 11 13 78
Tafsir Ibnu Katsir 20 16 23 18 23 100
Umum
Umum
18 21 34 10 34 117
18 43 17 14 21 113
JUMLAH (orang) 79 102 85 53 91
Data jumlah jamaah pengajian Pekan Ke-II No SMS SBA MS MM JP Jumlah
B. Arab
Tafsir Ibnu Katsir
Umum
Umum
15 12 23 30 46 120
43 12 10 29 20 114
12 12 24 20 22 90
33 27 17 16 18 111
Jumlah (orang) 103 63 74 95 106
2
Drs. Darwanto (Bendahara Masjid), Wawancara Pribadi (Cikarang: 22 September
3
Absensi Pengajian Mingguan (Cikarang: Juli 2009)
2009)
80
Data Jumlah Jamaah Pengajian Pekan Ke-III No
B. Arab
Tafsr Ibnu Katsir
Umum
Umum
22 11 25 22 33 113
32 32 10 10 21 105
17 31 36 13 11 108
25 17 15 18 23 98
SMS SBA MS MM JP Jumlah
Jumlah (orang) 96 91 86 63 78
Data Jumlah Jamaah Pengajian Pekan Ke-IV No
B. Arab
Tafsir Ibnu Katsir
Umum
Umum
SMS SBA MS MM JP Jumlah
37 28 22 12 15 114
33 26 16 21 18 114
13 22 34 22 20 111
14 13 17 25 24 93
Jumlah (orang) 97 89 88 80 77
Keterangan : SMS : Senin Malam Selasa SBA
: Sabtu Ba’da Ashar
MS
: Malam Sabtu
MM
: Malam Minggu
JP
: Jumat Pekan ke-3
JML
: Jumlah Berdasarkan data yang tersaji di atas menujukan bahwa pengajian yang
mendapatkan respon atau kehadiran jamaah paling banyak yakni pada Senin Malam Selasa (SMS) yakni setelah dikalkulasikan selama satu bulan berjumlah 375 orang. Sedangkan terbanyak kedua yakni pada pengajian Sabtu Jumat Pekan ke-3 (JP) yakni berjumlah 352 orang.
81
Sedangakan pengajian terbesar ketiga Sabtu ba’da Ashar (SBA) berjumlah 345 orang. Terbesar keempat yakni pada pengajain Malam Sabtu (MS) berjumlah 333 orang. Dan yang kelima jumlah kehadiaran jamaah pada pengajian pada Malam Minggu (MM) yang berjumlah 291 orang. Selain analisis dan data di atas pada orientasi pengajian sebagai proses penggerakan dalam bidang rohani ini, menurut analisis penulis masih kurang terutama untuk kajian fiqh yang tidak dimasukan kedalam program pengajian khusus. Padahal kalau ditinjau dari urgensinya pengajian fiqh ini sangat perlu karena dalam fiqh dibahas hal-hal menyangkut peribadahan dan berkenaan dengan muamalah sehingga ibadah makin lebih sempurna.
Aplikasi Program Keagamaan Tiap Seksi di Masjid At-Taqwa Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi Program kegiatan masjid merupakan uraian secara teknis dalam upaya merealisasikan peran dan fungsi masjid sekaligus sebagai upaya mencapai tujuan dari keberadaan masjid itu sendiri.4 1). Seksi Ibadah dan Dakwah
4
No
Rencana kegiatan
Realisasi Kegiatan
Keterangan
1.
Menyusun jadwal imam, Terlaksana khotib, dan muadzin, untuk masa tertentu
Cukup baik
2.
Mengangkat dan Terlaksana memecahkan permasalahan
Kurang baik karena tersendat faktor
Ahmad Yani, Panduan Memakmurkan Masjid, Kajian Praktis Bagi Aktivis Masjid (Jakarta: Dea Press, 2000) h. 25
82
3.
4
5
6
7
Mengawasi perkembangan keagamaan dilingkungan masjid Membangkitkan, menggerakan, mendorong, dan mengarahkan jamaah masjid dngan aktivitasnya masing-masing. Menjadikan jamaah masjid bukan hanya menjadi mustami/pendengar akan tetapi jadi vionir dakwah minimal dilingkugan keluarga Mengkordinir dan mengarahkan guna meningkatkan kualitas dan kuantitas jamaah. Mengadakan taklim untuk karyawan BPN dan masyarakat sekitar setiap satu ahad sekali.
-
perbedaan maszhab yang urgen -
Terlaksana
Cukup baik
-
-
Terlaksana
Cukup baik
Terlaksana
Cukup baik
2. Seksi Sosial No
Rencana kegiatan
1.
Menyelengarakan PHBI (Isra Mi’raj, Maulid, Tahun Baru Hijriah) Menyelengarakan santunan anak yatim, orang jompo, fakir, dan miskin.
2.
3. 4.
Sunatan massal Menerima menyalurkan qurban
Realisasi kegiatan Terlaksana
Terlaksana
dan hewan
Terlaksana
Keterangan Cukup baik
Cukup baik namun banyaknya peserta sehingga banyak yang tidak mendapatkan santunan. Cukup baik
83
3). Seksi Pelaksanaaan Harian No
Rencana Kegiatan
1.
Menghubungi imam tidak tetap pada waktu shalat jumat dan siap untuk menggantikannya bila imam yang diundang tidak hadir Menjadi khotib pada pelaksanaan shalat jumat Mengisi kultum pada setiap shalat lima waktu.
2. 3.
4.
Memelihara kenyamanan dan ketertiban di masjid
Realisasi Kegiatan Terlaksana
Keterangan Cukup baik
Terlaksana
Cukup baik
Terlaksana
Cukup baik
Terlaksana
Cukup baik
4). Seksi Perlengkapan No
Rencana kegiatan
1
Menginventaris seluruh peralatan rumah tangga masjid serta menjaga memelihara menertibkan pemakaian peralatan rumah tangga masjid.
2.
Mewujudkan terciptanya kebersihan, kenyamanan, dan keindahan masjid. Membeli perlengkapan/rumahtanga masjid yang diperlukan
3.
Realisasi Kegiatan Terlaksana
Keterangan Cukup baik
Terlaksana
Cukup baik
Terlaksana
Cukup Baik
Berdasarkan data yang tersaji diatas jelaslah banyak program masjid At-Taqwa BPN Kabupaten Bekasi ini yang terealisasi namun hanya sedikit yang kurang terealisasi. Kebanyakan rencana kegiatan yang tidak terealisasi adalah program massa yang membutuhkan banyak partisifasi masyarakat dan koordinasi dari luar organisasi. Dari jumlah
84
rencana kegiatan sebanyak 18 macam rencana kegiatan, dapat dikatakan rencana kegiatan masjid at-Taqwa ini hampir 90% terlaksana dan cukup baik. Perhitungan statistik yang digunakan adalah variasi kelompok dimana statistik ini mendapat nilai rata-rata. Adapun rumus yang digunakan, yakni rumus prosentase:5 P = F x 100% N Prosentase = F(Rencana kegiatan tidak terlaksana) x 100% N(Jumlah rencana kegiatan) Pro = 3 rencana x 100% 18 rencana = 18% rencana kegiatan terlaksana = 100-18 = 82% rencana kegiatan terlaksana Jadi jumlah rencana kegiatan yang terlaksana secara terperinci dalam jumlah prosentase yakni 82,33%. Fakta ini membuktikan bahwa rencana kegiatan dapat terlaksana dengan baik walaupun tidak mencapai 100 %.
4.
Pengawasan ( Controlling) Pengawasan diartikan sebagai menilai kembali apa yang telah dilaksanakan dan apabila perlu menetapkan tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana-rencana yang telah ditentka sebelumnya. Pengawasan manajemen masjid at-Taqwa BPN Kabupaten Bekasi dilakukan oleh para pegawai BPN khususnya umumnya masyarakat sekitar. 5
Anas Sargono, Pengantar Statistik (Jakarta: PT Grapindo Persada, 1999)h. 40
85
Jadi pengawasan di masjid at-Taqwa BPN Kabupaten Bekasi ini dapat dikategorikan sebagai dua pengawasan, yaitu:6 1)
Pengawasan Internal Pengawasan yang dilakukan terhadap manajemen masjid at-Taqwa BPN Kabupaten Bekasi ini mengacu pada pengawasan internal yakni pengawasannya dilakukan oleh orang-orang didalam organisasi itu sendiri. Pengawasan seperti ini sulit untuk mendapat masukan dari luar organisasi karena orang-orang diluar organisasi tidak dilibatkan.
2)
Pengawasan Eksternal Pengawasan yang kedua yang dilakukan masjid at-Taqwa BPN Kabupaten Bekasi ini menggunakan pengawasan internal karena orang diluar organisasi mampu memberikan saran dan kritikan terhadap kinerja manajerial masjid. Pengawasan seperti ini memungkinkan akan terciptanya terus perbaikan dalam setiap waktu karena pengawasan ini melibatkan masyarakat umum. Akan tetapi sesuai dengan point satu terhadap pengawasan internal walaupun mampu memberikan saran dan kritik para jamaah hanya sebatas memberikan saran namun follow up tetap saja berada pada kebijakan yang dilakukan para pengurus masjid. Pengawasan eksternal memungkinkan berbagai pihak berbuat banyak terhadap perkembangan dan kemajuan masjid itu sendiri.
6
Ir. H. Moch. Rahmat, Wawancara Pribadi (Cikarang: tgl 30 april 2009)
86
C.
Dampak Suasana Keagamaan terhadap Pegawai Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi. Suasana keagamaan seperti yang kita tahu tidak terlepas dari empat hal, yaitu keimanan, akhlak ibadah, muamalah dan ibadah. Untuk menganalisis bagaimana dampak suasana keagamaan berpengaruh terhadap pegawai maka empat hal tadi perlu diadakan angket sebagai bahan analisi yang obyektif. Adapun sebelum menganalis empat hal tadi perlu dilihat dari profil responden yang dijadikan obyek penelitian dengan indikator jenis kelamin dan usia responden. Dari hasil analisis mengenai profil responden diperoleh data mengenai responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah berdasarkan jenis kelamin dan usia responden . Adapun jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 1.1 Indentitas Responden Bedasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin responden Laki-laki Perempuan Jumlah
Frekuensi 22 13 35
Prosentase (%) 63 37 100
Berdasarkan tabel 1.1 di atas terlihat bahwa identitas responden berdasarkan jenis kelamin mayoritas adalah laki-laki dengan jumlah 22 orang, sedangkan responden perempuan berjumlah 13 orang dengan data tersebut maka dapat diketahui bahwa laki-laki lebih mendominasi.
87
Adapun frekuensi jumlah responden didasarkan pada perbedaan jenis usia terlihat pada tabel 1.2 di bawah ini. Tabel 1.2 Indentitas Responden Berdasarkan Usia Usia Responden 20-30 31-35 36-40 41-50 Jumlah
Frekuensi 7 4 10 14 35
Prosentase (%) 20 11 29 40 100
Berdasarkan tabel 1.2 di atas dapat terlihat bahwa identitas responden berdasarkan usia ternyata lebih didominasi oleh pegawai BPN kabupaten Bekasi yang berusia 41-50. Adapun dampak suasana keagamaan terhadap pegawai akan dianalisis di bawah ini: Tabel 1.3 Indentitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Responden S2 S1 D3 SMA SLTP Jumlah
Frekuensi (f)
Prosenase (%)
10 15 6 4 0 35
29 43 17 11 0 100
Berdasarkan tabel 1.3 di atas menunjukan bahwa indentitas responden berdasarkan pada tingkat pendidikan perguruan tinggi jenjang S2 berjumlah 10 orang, S1 berjumlah 15 orang, D3 berjumlah 6 orang dan responden yang berlatar belakang pendidikan SMA berjumlah 4 orang. Hal ini menunjukan tingkat
88
pendidikan di kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi sudah tinggi tingkat pendidikannya. Tabel 1.4 Indentitas Responden Berdasarkan Pekerjaan Tingkat Pendidikan Responden Pegawai Negeri Sipil (PNS) Honorer/pegawai Jumlah
Frekuensi (f) 31 4 35
Prosentase (%) 89 11 100
Berdasarkan tabel 1.4 menunjukan bahwa sebagian besar pegawai Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi adalah PNS. Sedangkan 11 % berprofesi sebagai pegawai honorer. Dengan demikian bahwa profesi PNS lebih mendominas. Tabel 1.5 Tiada Tuhan Selain Allah SWT Jawaban Responden SS S R TS STS Jumlah
Jumlah Responden 33 2 0 0 0 35
Prosentase (%) 94 6 0 0 0 100
Berdasarkan tabel 1.5 menunjukan bahwa 89% responden menyatakan sangat setuju, 6% responden menyatakan setuju. Sedangkan 5% responden tidak menjawab. Dari uraian di atas maka sebagian besar responden menyatakan sangat setuju bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT.
89
Tabel 1.6 Nabi Muhammad SAW adalah Utusan Allah SWT Jawaban Responden SS S R TS STS Jumlah
Jumlah Responden 31 4 0 0 0 35
Prosentase (%) 89 11 0 0 0 100
Berdasarkan tabel 1.6 menunjukan bahwa 89% responden menyatakan sangat setuju, 11% responden menyatakan setuju. Dari uraian diatas maka sebagian besar responden menyatakan sangat setuju bahwa responden menyatakan Nabi Muhammad Saw adalah utusan Allah SWT. Tabel 1.7 Allah SWT Menciptakan Mahluk Yang bernama Malaikat Jawaban Responden SS S R TS STS Jumlah
Jumlah Responden 14 7 11 1 1 35
Prosentase (%) 40 20 31 3 3 100
Berdasarkan tabel 1.7 menunjukan bahwa 40% responden menyatakan sangat setuju (SS), 20% responden menyatakan setuju (S), 31% menyatakan ragu (R), 3% responden menyatakan tidak setuju (TS) dan 3% menyatakan sangat tidak setuju (STS). Dari uraian di atas maka sebagian besar responden menyatakan setuju (S) bahwa responden menyatakan Allah SWT menciptakan mahluk bernama malaikat.
90
Tabel 1.8 Malaikat adalah Mahluk Allah Yang Taat Jawaban Responden SS S R TS STS Jumlah
Jumlah Responden 22 5 3 5 0 35
Prosentase (%) 63 14 9 14 0 100
Berdasarkan tabel 1.8 menunjukan bahwa 63% responden menyatakan sangat setuju (SS), 14% responden menyatakan setuju (S), 9% menyatakan ragu (R), dan 14% menyatakan sangat tidak setuju (STS). Dari uraian di atas maka sebagian besar responden menyatakan sangat setuju (SS) bahwa responden menyatakan malaikat adalah mahluk Allah yang taat. Tabel 1.9 Allah menurunkan Kitab Pada Setiap Nabi Jawaban Responden SS S R TS STS Jumlah
Jumlah Responden 10 11 3 7 4 35
Prosentase (%) 28 31 9 20 11 100
Dari tabel 1.9 menunjukan bahwa 31% responden menyatakan setuju (S), 28% responden menyatakan sangat setuju (SS), 20% responden menyatakan tidak seuju (TS), 11% responden menyatakan sanagat tidak setuju (STS), dan 9% responden menyatakan ragu (R). Dari uraian di atas sebagaian besar responden menyatakan setuju (S) dengan demikian respnden setuju Allah menurunkan kitab pada setiap nabi.
91
Tabel 1.10 Al-Quran adalah Penyempurna Kitab-kitab Suci Sebelumnya Jawaban Responden SS S R TS STS Jumlah
Jumlah Responden 19 12 2 2 0 35
Prosentase (%) 54 34 6 6 0 100
Berdasarkan tabel 1.10 menunjukan bahwa 54% responden menyatakan sangat setuju (SS), 34% responden menyatakan setuju (S), 6% responden menyatakan ragu (R), dan 6% responden menyatakan tidak setuju (TS). Dari uraian di atas responden sebagaian besar menyatakan sanagat setuju dengan demikian responden menyatakan sangat setuju al-Quran adalah penyempurna kitab-kitab sebelumnya. Tabel 1.11 Hari Akhir Pasti Akan Datang Jawaban Responden SS S R TS STS Jumlah
Jumlah Responden 28 6 1 0 0 35
Prosentase (%) 80 17 3 0 0 100
Dari tabel 1.11 dapat dilihat bahwa 80% responden menyatakan sangat setuju (SS), 17% responden menyatakan setuju (S), 3% responden menyatakan ragu. Dari data di atas menunjukan bahwa sebagian besar responden menyatakan sangat setuju (SS) terhadap peryataan bahwa hari akhir pasti akan datang.
92
Tabel 1.12 Hari Akhir adalah Hari Keguncangan Yang Amat Dahsyat Jawaban Responden SS S R TS STS Jumlah
Jumlah Responden 22 11 1 1 0 35
Prosentase (%) 63 31 3 3 0 100
Berdasarkan tabel 1.12 dapat dilihat bahwa 63% responden menyatakan sangat setuju(SS), 31% responden menyatakan setuju (S), 3% responden menyatakan ragu (R), dan 3% responden menyatakan tidak setuju (TS). Dari uraian di atas sebagain besar responden menyatakan sangat setuju (SS), dengan demikian responden sangat setuju (SS) dengan pernyataan hari akhir dalah hari keguncangan yang amat dahsyat. Tabel 1.13 Allah SWT Menentukan Ketentuan Baik dan Buruk Pada Tiap Orang Jawaban Responden SS S R TS STS Jumlah
Jumlah Responden 20 10 3 1 1 35
Prosentase (%) 57 28 9 3 3 100
Berdasarkan tabel 1.13 dapat di lihat bahwa 57% responden menyatakan sangat setuju(SS), 28% responden menyatakan setuju (S), 9% responden menyatakan ragu (R),3% responden menyatakan tidak setuju (TS), dan 3% responden menyatakan sangat tidak setuju. Dari uraian di atas sebagain besar responden menyatakan sangat setuju (SS), dengan demikian responden sangat
93
setuju (SS) dengan pernyataan Allah SWT menentukan ketentuan baik dan buruk pada tiap orang. Tabel 1.14 Ketentuan Buruk Datangnya Bukan Dari Syaitan Jawaban Responden SS S R TS STS Jumlah
Jumlah Responden 7 10 5 8 5 35
Prosentase (%) 20 28 14 23 14 100
Berdasarkan tabel 1.14 dapat dilihat bahwa 20% responden menyatakan sangat setuju(SS), 28 responden menyatakan setuju (S), 14% responden menyatakan ragu (R), dan 23% responden menyatakan tidak setuju (TS), dan 14% responden menyatakan sanagt tidak setuju (STS). Dari uraian di atas sebagian besar responden menyatakan setuju (S), dengan demikian responden setuju (S) dengan pernyataan ketentuan buruk datangnya bukan dari syaitan. Tabel 1.15 Saya Melaksanakan Shalat Berjamaah Jawaban Responden SS S K P TP Jumlah
Jumlah Responden 10 10 13 2 0 35
Prosentase (%) 29 29 37 5 0 100
Berdasarkan tabel 1.15 dapat dilihat bahwa 29% responden menyatakan sangat sering (SS) dan sering (S), 37% responden menyatakan kadang-kadang (K), dan 5% responden menyatakan pernah menyatakan shalat berjamaah.
94
Tabel 1.16 Saya Melaksanakan Shalat Tepat Pada Waktunya Jawaban Responden SS S K P TP Jumlah
Jumlah Responden 8 8 16 3 0 35
Prosentase (%) 23 23 46 2 0 100
Berdasarkan tabel 1.16 dapat dilihat bahwa 23% responden menyatakan sangat sering (SS), 23% responden menyatakan sering (S), 46% responden menyatakan kadang-kadang (K), dan 2 % responden menyatakan pernah (P). Dengan demikian responden menyatakan kadang-kadang dalam melksanakan shalat tepat pada waktunya. Tabel 1.17 Saya Melaksanakan Shalat Sunat Rawatib Jawaban Responden SS S K P TP Jumlah
Jumlah Responden 7 6 17 2 3 35
Prosentase (%) 20 17 49 5 9 100
Berdasarkan tabel 1.17 dapat dilihat bahwa 20% responden menyatakan sangat sering (SS), 17% responden menyatakan sering (S), 49% responden menyatakan kadang-kadang (K), 5% responden menyatakan pernah (P) dan 9% responden menyatakan tidak pernah (TP). Dengan demikian responden menyatakan kadang-kadang (K) dengan pernyataan saya melaksanakan shalat sunat rawatib.
95
Tabel 1.18 Saya Melaksanakan Puasa Sebulan Penuh Pada Tiap Bulan Ramadhan Jawaban Responden SS S K P TP Jumlah
Jumlah Responden 8 10 3 2 12 35
Prosentase (%) 23 29 9 5 34 100
Berdasarkan tabel 1.18 dapat dilihat bahwa 23% responden menyatakan sangat sering (SS), 29% responden menyatakan sering (S), 9% responden menyatakan kadang-kadang (K), 5% responden menyatakan pernah (P) dan 12% responden menyatakan tidak pernah (TP). Dengan demikian responden menyatakan tidak pernsh (TP) dengan pernyataan saya melaksanakan puasa sebulan penuh pada tiap bulan ramadhan. Tabel 1.19 Saya Melaksanakan Puasa Sunat Jawaban Responden SS S K P TP Jumlah
Jumlah Responden 7 3 20 2 3 35
Prosentase (%) 20 9 57 5 9 100
Berdasarkan tabel 1.19 dapat dilihat bahwa 20% responden menyatakan sangat sering (SS), 9% responden menyatakan sering (S), 57% responden menyatakan kadang-kadang (K), 5% responden menyatakan pernah (P), dan 9% responden menyatakan tidak pernah (TP). Dengan demikian 57% responden menyatak kadang-kadang (K) dengan pernyataan saya melaksanakan puasa sunat.
96
Tabel 1.20 Saya Berdoa Sesudah Shalat Jawaban Responden SS S K P TP Jumlah
Jumlah Responden 15 9 5 3 3 35
Prosentase (%) 42 26 14 9 9 100
Berdasarkan tabel 1.20 dapat dilihat bahwa 42% responden menyatakan sangat sering (SS), 26% responden menyatakan sering (S), 14% responden menyatakan kadang-kadang (K), 9% responden menyatakan pernah (P), dan 9% responden menyatakan tidak pernah (TP). Dengan demikian 42% responden menyatakan sangat sering (SS) dengan pernyataan saya berdoa sesudah shalat. Tabel 1.21 Saya melaksanakan Wirid Sesudah Shalat Jawaban Responden SS S K P TP Jumlah
Jumlah Responden 10 8 10 4 3 35
Prosentase (%) 29 23 29 10 9 100
Berdasarkan tabel 1.21 dapat dilihat bahwa 29% responden menyatakan sangat sering (SS), 23% responden menyatakan sering (S), 29% responden menyatakan kadang-kadang (K), 10% responden menyatakan pernah (P), dan 9% responden menyatakan tidak pernah (P). Dengan demikian 29% responden menyatakna kadang-kadang (K) dengan pernyataan saya melaksanakan wirid sesudah shalat.
97
Tabel 1.22 Saya Memberi Santunan Anak Yatim Jawaban Responden SS S K P TP Jumlah
Jumlah Responden 12 6 10 3 4 35
Prosentase (%) 34 17 29 9 11 100
Berdasarkan tabel 1.22 dapat dilihat bahwa 34% responden menyatakan sangat sering (SS), 17% responden menyatakan sering (S), 29% responden menyatakan kadang-kadang (K), 9% responden menyatakan pernah (P), 11% responden menyatakan tidak pernah (TP). Dengan demikian 34% responden menyatakan sangat sering (SS) dengan pernyataan saya memberi santunan anak yatim. Tabel 1.23 Saya Memberi Sumbangan Kepada Pengemis Jawaban Responden SS S K P TP Jumlah
Jumlah Responden 10 9 11 4 1 35
Prosentase (%) 29 26 31 11 3 100
Berdasarkan tabel 1.23 dapat dilihat bahwa 29% responden menyatakan sangat sering (SS), 26% responden menyatakan sering (S), 31% responden menyatakan kadang-kadang (K), 11% responden menyatakan pernah (P), da 3% responden menyatakan tidak pernah (TP). Dengan demikian 31% responden
98
menyatakan kadang-kadang dengan pernyataan saya memberi sumbangan kepada pengemis. Tabel 1.24 Saya Mengeluarkan Zakat Tepat Pada Waktunya Jawaban Responden SS S K P TP Jumlah
Jumlah Responden 9 12 10 2 2 35
Prosentase (%) 26 34 29 6 6 100
Berdasarkan tabel 1.24 dapat dilihat bahwa 26% responden menyatakan sangat sering (SS), 34 % responden menyatakan sering (S), 29% responden menyatakan kadang-kadang (K), 6% responden menyatakan pernah (P), dan 6% responden menyatakan tidak pernah (TP). Dengan demikian 34 responden menyatakan sering (S) dengan pernyataan saya mengeluarkan zakat tepat pada waktunya. Tabel 1.25 Saya Melakukan Perbuatan Yang Dicintai Allah SWT Jawaban Responden SS S K P TP Jumlah
Jumlah Responden 10 12 10 2 1 35
Prosentase (%) 29 34 29 6 3 100
Berdasarkan tabel 1.25 dapat dilihat bahwa 29% responden menyatakan sangat sering (SS), 34% responden menyatakan sering (S), 29% responden menyatakan kadang-kadang (K), 6% responen menyatakan pernah (P), dan 3%
99
responden menyatakan tidak pernah (TP). Dengan demikian 34% responden menyatakan sering (S) dengan pernyataan saya sering melakukan perbuatan yang dicintai Allah SWT. Tabel 1.26 Saya Berpakaian Sopan Rapih dan Bersih Ketika Beribadah Jawaban Responden SS S K P TP Jumlah
Jumlah Responden 15 10 7 3 0 35
Prosentase (%) 32 29 20 9 0 100
Berdasarkan tabel 1.26 dapat dilihat bahwa 32% responden menyatakan sangat sering (SS), 29% responden menyatakan sering (S), 20% responden menyatakan kadang-kadang (K), 9% responden menyatakan pernah (P). Dengan demikian 32% responden menyatakan sangat sering (SS) dengan pernyataan saya berpakaian sopan rapih dan bersih ketika beribadah. Tabel 1.27 Saya Berkata Jujur Jawaban Responden SS S K P TP Jumlah
Jumlah Responden 9 13 10 3 0 35
Prosentase (%) 26 37 29 9 0 100
Berdasarkan tabel 1.27 dapat dilihat bahwa 26% responden menyatakan sangat sering (SS), 37% responden menyatakan sering (S), 29% responden menyatakan kadang-kadang (K), 9% responden menyatakan pernah. Dengan
100
demikian 37% responden menyatakan sering (S) dengan pernyaan saya berkata jujur. Tabel 1.28 Saya Membantu Perekonomian orang tua dan mendoakannya Jawaban Responden SS S K P TP Jumlah
Jumlah Responden 11 15 7 2 0 35
Prosentase (%) 31 42 21 6 0 100
Berdasarkan tabel 1.25 dapat dilihat bahwa 31% responden menyatakan sangat sering (SS), 42% responden menyatakan sering (S), 21% responden menyatakan kadang-kadang (K), 6% responden menyatakan pernah (P). Dengan demikian 42% responden menyatakan sering dengan pernyataan saya membantu perekonomian orang tua dan mendoakannya. Tabel 1.29 Saya membuang Sampah Pada Tempatnya Jawaban Responden SS S K P TP Jumlah
Jumlah Responden 13 11 9 2 0 35
Prosentase (%) 37 31 26 6 0 100
Berdasarkan tabel 1.29 dapat dilihat bahwa 37% responden menyatakan sangat sering (SS), 31% responden menyatakan sering (S), 26% responden menyatakan kadang-kadang (K), 6% responden menyatakan pernah (P). Dengan
101
demikian 31% responden menyatakan sering (S) dengan pernyataan saya membuang sampah pada tempatnya. Tabel 1.30 Saya Menghargai Pendapat Orang Lain Jawaban Responden SS S K P TP Jumlah
Jumlah Responden 10 16 5 2 2 35
Prosentase (%) 29 46 13 6 6 100
Berdasarkan tabel 1.30 dapat dilihat bahwa 29% responden menyatakan sangat sering (SS), 46% responden menyatakan sering (S), 13% responden menyatakan kadang-kadang (K), 6% responden menyatakan pernah (P), dan 6% responden menyatakan tidak pernah (TP). Dengan demikian 46 responden menyatakan sering dengan pernyataan saya mengahrgai pendapat orang lain. Tabel 1.31 Saya Menyayangi Setiap Orang Tanpa Membedakan SARA (suku, ras dan agama) Jawaban Responden SS S K P TP Jumlah
Jumlah Responden 10 14 7 2 3 35
Prosentase (%) 29 40 13 6 9 100
Berdasarkan tabel 1.31 dapat dilihat bahwa 29% responden menyatakan sangat sering (SS), 40% responden menyatakan sering (S), 13% responden menyatakan kadang-kadang (K), 6% responden menyatakan pernah (P), 9% responden menyatakan tidak pernah (TP). Dengan demikian 40% responden
102
menyatakan sering dengan pernytaan saya menyanyangi orang tanpa membedakan SARA (suku, ras dan agama). Tabel 1.32 Saya Beramal dengan Ikhlas Jawaban Responden SS S K P TP Jumlah
Jumlah Responden 15 10 6 2 2 35
Prosentase (%) 42 29 12 6 6 100
Berdasarkan tabel 1.32 dapat dilihat bahwa 42% responden menyatakan sangat sering (SS), 29% responden menyatakan sering (S), 12% responden menyatakan kadang-kadang (K), 6% responden menyatakan pernah (P), dan 6% responden menyatakan tidak pernah (TP). Dengan demikian 42% responden menyatakan sangat sering (SS) dengan pernytaan saya beramal dengan ikhlas. Tabel 1.33 Saya Menjaga dan Memelihara Lingkungan Sekitar Jawaban Responden SS S K P TP Jumlah
Jumlah Responden 13 12 6 2 1 35
Prosentase (%) 37 34 12 6 3 100
Berdasarkan tabel 1.33 dapat dilihat bahwa 37% responden menyatakan sangat sering (SS), 34% responden menyatakan sering (S), 12% responden menyatakan kadang-kadang (K), 6% responden menyatakan pernah (P) dan 3% responden menyatakan tidak pernah (TP). Dengan demikian 34% responden
103
menyatakan sering dengan pernyataan saya menjaga dan memelihara lingkungan sekitar. Berdasarkan data hasil analisis angket diatas menunjukan bahwa kualitas keimanan para pegawai Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi sangat baik ini ditandai dengan hampir 80% pernyataan angket mengenai keimanan pegawai menjawab sangat setuju. Sedangkan kualitas akhlak para pegawai berdasarkan data angket diatas mununjukan bahwa kualitas akhlak pegawai kurang baik karena dari pernyataan sangat sering hanya menghasilkan dibawah 50%. Mengenai kualitas ibadah para pegawai menunjukan bahwa berdasarkan angket yang telah dianalis,kualitas ibadah para pegawai sangat rendah ini dilihat dari prosentase yang telah dianalisis hanya dibawah 50%. Adapun kualitas muamalah berdasarkan data yang telah dianalisi mennjukan bahwa jawaban pegawai hanya dibawah 50%. Semua data diatas menunjukan bahwa masjid atTaqwa Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi belum mampu menciptakan nilai-nilai keagamaan yang terkandung di masjid untuk ditularkan kepada para pegawai sehingga sangat minim kemungkinan akan terbentuk suasana keagamaan seperti yang diteliti oleh penulis.
BAB V A.
Kesimpulan Berdasarkan uraian dan pemaparan bab demi bab dalam pembahasan mengenai skripsi ini maka penulis menyimpulkan beberapa hal sebagi berikut: 1. Manajemen masjid at-Taqwa Badan Pertanahan (BPN) Kabupaten Bekasi dalam menciptakan suasana keagamaan dapat dilihat dari adanya tujuan, visi dan misi dari masjid at-Taqwa BPN itu sendiri, selain itu juga dengan adanya pasilitas ibadah yang memadai, dengan adanya berbagai program pengajian, dan pembinaan terhadap jamaah baik secara langsung maupun tidak langsung. 2. Berdasarkan data yang tersaji dalam bab empat mengenai dampak suasana kegamaan setelah dianalisis oleh penulis dapat disimpulkan bahwa masjid at-Taqwa belum mampu menciptakan suasana keagamaan dikalangan pegawai BPN secara utuh, berbeda dengan apa yang digambarkan oleh penulis berdasarkan hasil pengamatan.
B. Saran-saran 1. Masjid at-Taqwa merupakan sarana pembentukan karakter yang efektif dan strategis, untuk menyampaikan nasehat-nasehat, gagasan, dan informasi sosial keagamaan demi kemajuan umat. Masjid harus mampu melaksanakan fungsinya secara utuh. Oleh karena itu, guna tercapainnya tujuan tersebut sangat dibutuhkan masjid yang tidak hanya terlihat dari bangunannya saja.
104
105
2. Hendaknya masjid memperhatikan segi pelayanan jamaah terutama membuat panduan baku dari segi kajian-kajian yang berkaitan dengan pelayanan harian untuk jamaah. Supaya dapat lebih memberikan servis yang memuaskan terutama tempat penitipan sandal dan barang-barang jamaah. 3. Untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna dimasa yang akan datang, disarankan agar permasalahan mendasar yang dapat diatasi perlu penggalangan sumber dana demi mengektifitaskan kegiatan yang telah ada terutama diadakannya donatur tetap. 4. Dalam pergantian kepengurusan hendaknya dibatasi oleh kurun waktu bukan di batasi oleh mutasi pegawai.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Faruk. Mimbar Ceramah Kultum. Surabaya: Amalia. 2005 Anas, Sargono. Pengantar Statistik Pendidikan Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1997. Ayubb, Moh. E. Manjemen Masjid. Jakarta: Gema Insani Press, 1996. D Gayatri. Ekonomi Media Profesional. Surakarta: Mediatama, 2003. David H & Thomas L.W. Manajemen Strategi. Yogyakarta, Andi. 2003 Donelly, I Gibson. Organisasi Prilaku Struktur dan Proses. Jakarta: Erlangga, 2004. Efendy, Mochtar. Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Agama Islam. Jakarta: Bhatar Karya Aksara, 1986. Fatwa, HM. Profil Masjid Ibu Kota. Jakarta: Koordinasi Dakwah Islam, 1997. Ghazalba, Sidi. Masjid Pusat Ibadah Dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1989. Hasibuan, Malayu SP. Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003. Kartini, Kartono. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994. Manulang. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta: Ghalia Indonesia 1996. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya, 2000. Mubaraok, Ahmad. Psikologi Dakwah. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999. Muchtarom, Zaini. Dasar-dasar Manajemen Dakwah. Yogyakarta: al-Amin Press, 1996. Noer, Heri. Watak Pendidikan Islam. Jakarta: Friska agung Insani, 2007. Partanto, Pius. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Ariloka, 1994. Rukmana, Nana. Masjid dan Dakwah. Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002.
Saputra, Wahidin. Masjid: Pusat Kebudayaan Islam. Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan. Juli 2000. Sarwato, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998. Shihab, Quraisyh. Wawasan Al-Quran. Bandung: Mizan, 1997. Syani, Abdul. Manajemen Organisasi. Jakarta: Bina Aksara, 1992. Tantowi, Jawahir. Unsur-Unsur Manajemen Menurut Al-Quran. Jakarta: Pustaka al-Husna. Umar, Husein. Bussines an Introduction. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007. Warsito, Herman. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakrta: Gramedia Pustaka Utama, 1992. Widjaya, A.W. Administrasi Kepegawaian Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press, 1990. Www. Goole.Com Yani, Ahmad. Menuju Umat Terbaik. Jakarta: Lembaga Pengkajian dan pengembangan Dakwah (LPPD) Khairul Umah, 1996.