MANAJEMEN KELEMBAGAAN PASAR LELANG DALAM MEMFASILITASI PEMASARAN CABAI KELOMPOK TANI LAHAN PASIR PANTAI DI KECAMATAN PANJATAN, KABUPATEN KULON PROGO Eksa Rusdiyana *) Program Studi Agribisnis, Universitas Pasir Pengaraian *)
[email protected] Alamat Kampus : Jl. Tuanku Tambusai, Kumu Desa Rambah Kecamatan Rambah Hilir Fax: 076291663 Kode Pos 28557 *)
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan mendiskripsikan manajemen kelembagaan pasar lelang di Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan strategi pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, serta kajian dokumen dan arsip. Untuk mengukur kesahihan data informasi yang diperoleh digunakan triangulasi sumber data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasar lelang cabai di Kecamatan Panjatan, Kulon Progo merupakan bentuk kelembagaan ekonomi petani hasil pengembangan kelompok tani cabai yang sudah ada sebelumnya. Efektifitas fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pengelola pasar lelang membuat petani memilih pasar lelang sebagai saluran pemasaran utama untuk memasarkan cabainya. Efektifitas tersebut didukung dengan adanya sistem manajemen yang meliputi perencanaan produk, sistem penetapan harga, distribusi fisik, periklanan dan promosi, serta penjualan. Berdasarkan alur tersebut sistem manajemen telah diatur menurut standar operasional dan prosedur (SOP) pasar lelang. Kata kunci: Cabai, Kelembagaan, Manajemen, Pasar Lelang
di
PENDAHULUAN Petani
sering
permainan
harga
manakala
hendak
panennya
secara
Kecamatan
Panjatan,
Kabupaten
menghadapi
Kulon Progo, Yogyakarta yang pada
tengkulak
akhirnya membentuk pasar lelang untuk
dari
menjual personal
hasil
memasarkan
cabainya
secara
(Deptan,
berkelompok. Menurut penelitian dari
2003). Bagi petani yang sedang terdesak
Kuntadi (2011) keberadaan pasar lelang
oleh kebutuhan, pada akhirnya harga
cabai
berapapun akan diterimanya. Dalam hal
memberikan selisih keuntungan sebesar
pemasaran,sebenarnya
Rp 61.945.009,27/hektar permusim jika
keberadaan
di
Kulon
kelompok tani memberikan pengaruh
dibandingkan
agar petani memiliki posisi tawar yang
saluran pemasaran yang lain.
kuat dihadapan pembeli produk mereka.
dengan
Progo
mampu
menggunakan
Mulyadi (2011) menyebutkan
Kondisi seperti ini menjadi pengalaman
bahwa
petani
memiliki
beberapa
kelompok tani cabai lahan pasir pantai
pertimbangan dalam memilih saluran
49
Jurnal Sungkai Vol. 3 No. 2, Edisi Agustus 2015 Hal : 49-64
pemasaran, diantaranya petani perlu
c Sifat pesaing, petani yang menjual
mempertimbangkan (1) sifat pembeli,
cabainya melalui pasar lelang tidak
(2) sifat produk usaha taninya, (3) sifat
memiliki pesaing karena petani lain
pesaing,
serta
pemasaran.
(4)
Sifat
sifat
perantara
yang juga memasarkan melalui pasar
pembeli
berkaitan
lelang akan memperoleh harga yang
dengan kebiasaan membeli, frekuensi pembelian serta letak geografis pembeli. Pertimbangan digunakan konsumen
sama. d Sifat perantara pemasaran (pasar
sifat
produk
akan
lelang), petani yang memilih pasar
sebagai
ukuran
bagi
lelang menganggap pasar
untuk
menilai
kualitas
barang, ukuran serta harga. Sifat pesaing
lelang
merupakan saluran pemasaran yang paling efektif.
perlu diperhatikan karena berkaitan dengan kemampuan untuk menjangkau kebutuhan
pasar
untuk
kepuasan
konsumen.
memenuhi
Pertimbangan
Fungsi dilakukan
pemasaran
oleh
Kecamatan
pasar
Panjatan
yang
lelang
Kulon
di
Progo
perantara pemasaran akan menentukan
menjadikan pasar lelang sebagai salah
saluran pemasaran yang paling efektif.
satu
Petani lelang
yang
sebagai
komoditas
memilih
saluran
cabainya
bentuk
kelembagaan
ekonomi
pasar
petani yang berkembang. Hal ini sesuai
pemasaran
yang diungkapkan oleh Hariadi (2011)
telah
bahwa kelompok tani sejatinya harus
memilih
terus berkembang menjadi kelembagaan
pasar lelang sebagai saluran pemasaran
ekonomi yang memperkuat perilaku
cabainya. Pertimbangan tersebut antara
berkelompok. Sejak berdiri pada tahun
lain:
2004 (berusia lebih dari 10 tahun)
a Sifat pembeli, petani telah memilih
keberadaan pasar lelang cabai terus
pembeli dengan segmentasi pembeli
dikembangkan oleh patani cabai lahan
utama (pembeli yang membeli cabai
pasir pantai di Kulon Progo, dimana
dalam jumlah banyak)
pada saat ini telah berdiri pasar lelang
mempertimbangkan
b Sifat
produk,
komoditas
tentu
alasan
cabai
merupakan
hortikultura
yang
sebanyak 14 pasar. Di tengah kondisi kelembagaan
kelompok
stagnan
pasar
mengembangkan diri menjadi lembaga
maupun
pemasaran yang lain
saluran
belum
yang
memiliki sifat tetap baik dijual di lelang
dan
tani
bisa
ekonomi bagi petani, keberadaan pasar
50
Manajemen kelembagaan pasar ……
lelang menjadi menarik untuk dilihat
dokumen dan arsip. Observasi dilakukan
tentang manajemen kelembagaannya.
dengan melihat: (1) aktifitas perilaku petani dalam pemsaran cabai di pasar lelang, (2) aktifitas pemasaran di pasar
METODE PENELITIAN Penelitian
merupakan
lelang, serta (3) manajemen pengelolaan
yang
pasar lelang. Pencatatan serta kajian
mendiskripsikan atau menggambarkan
dokumen dan arsip dilakukan dengan
suatu fenomena
atau suatu kejadian
mendokumentasikan data-data penting
berdasarkan fakta atau data yang ada,
seperti data profil kelompok lelang,
kemudian mengkaji permasalahan yaitu
produksi cabai, rekap penyetoran dan
mengkaji
menggambarkan
penjualan cabai, pencatatan keuangan,
keberadaan dan manajemen pasar lelang
dan hasil musyawarah kelompok lelang.
di Kecamatan Panjatan, Kulon Progo.
Sedangkan
Sifat dari penelitian ini adalah menggali,
dengan menentukan informan sesuai
menelusuri berdasarkan fakta-fakta yang
dengan kebutuhan informasi yang akan
ada kemudian menganalisanya. Data
digali.
dikumpulkan dengan cara observasi,
penelitian ini disajikan dalam Tabel 1.
penelitian
ini kualitatif
dan
wawancara
Adapun
informan
dilakukan
dalam
wawancara, pencatatan, serta kajian
Tabel 1. Informan dalam Penelitian No
Informan
1
Petani Cabai
2 3
Ketua Asosiasi Pasar (ASPARTAN) Pengelola Pasar Lelang
4
Dinas Pertanian
5
Ketua Kelompok Lelang
6
Pedagang (Peserta lelang)
7
Penyuluh Pertanian (PPL)
Informasi yang digali
Tani
Perilaku petani: perilaku produksi, perilaku mengikuti kegiatan kelompok lelang Sejarah pemasaran cabai, sejarah pasar lelang, Manajemen pasar lelang Manajemen pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pengelola Data produksi cabai di Kulon Progo, Keberadaan pasar lelang di mata pemerintah, peran Dinas Pertanian Perilaku petani, pemasaran cabai petani, peran ketua kelompok lelang Kebutuhan pedagang, alasan memilihpasar lelang, jaringan pasar Peran penyuluh pertanian
Sumber : Data Lapangan, 2014
51
Jurnal Sungkai Vol. 3 No. 2, Edisi Agustus 2015 Hal : 49-64
Uji validitas data yang telah
informasi
yang
diperoleh
dari
berhasil digali, dikumpulkan dan
wawancara, observasi, serta kajian
dicatat dalam kegiatan penelitian
dokumen
dilakukan
dipertanggungjawabkan
dengan
menggunakan
triangulasi
sumber.
Dengan
menggunakan
triangulasi
sumber,
dan
arsip
bisa
kesahihannya.
Informan 1 Wawancara
Informan 2 Informan - n
Content analysis
Data
Dokumen/Arsip dan pencactatan
Observasi
Aktivitas
Gambar 1. Triangulasi Sumber Data (Sugiyono, 2011)
HASIL DAN PEMBAHASAN
tahun 2010, petsai/sawi meningkat 45,88
Produksi Cabai di Kabupaten Kulon
%, serta bawang merah meningkat
Progo
sebesar 35, 63 %. Produksi cabai Cabai, petsai/sawi dan bawang
didominasi oleh wilayah Kecamatan
merah merupakan komoditas sayuran
Temon, Panjatan, dan Wates. Produksi
utama yang dihasilkan oleh sektor
cabai di Kulon Progo yang mencapai
pertanian di Kabupaten Kulon Progo.
107.226
Pada
Kecamatan Temon sebesar
tahun
2011
produksi
cabai
kuintal
disuplai
oleh 60.580
mencapai 10.722,6 ton , petsai/sawi
kwintal, Kecamatan Panjatan 26.754
mencapai 4.613,2 ton, serta bawang
kwintal, serta Kecamatan Wates 9.683
merah mencapai 2.522,3 ton. Produksi
kwintal, sedangkan sisanya tersebar ke 8
cabai
kecamatan lainnya dalam jumlah yang
meningkat
sebesar
45,47
%
apabila dibandingkan dengan produksi
lebih kecil.
52
Manajemen kelembagaan pasar ……
Menurut data dari Sub Dinas Sayuran
dan
Tanaman
Obat
Kecamatan Panjatan lebih rendah jika dibandingkan
dengan
produktifitas
(Hortikultura) Kulon Progo tahun 2012,
tanaman cabai di Kecamatan Temon.
luas
di
Berikut tersaji tabel luas lahan, luas
mencapai 463
panen serta produksi cabai di Kabupaten
tanaman
sayuran
Kecamatan Panjatan hektar
(peringkat
cabai
kedua
setelah
Kecamatan Temon; 493 Hektar). Namun
Kulon
Progo
yang
dirinci
per
kecamatan.
demikian produktifitas tanaman cabai di Tabel 2. Luas Lahan dan Produksi Tanaman Cabai di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012 No
Kecamatan
Luas lahan Cabai (Hektar)
Produksi Total (Ton)
Rata-Rata Produksi (Ton/Ha)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Temon 502 5.368,80 Wates 203 1.209,80 Panjatan 432 3.568,40 Galur 187 868,10 Lendah 5 11,60 Sentolo 19 101,00 Pengasih 30 258,30 Kokap 7 33,90 Girimulyo 5 17,30 Nanggulan 10 69,80 Kalibawang 17 34,40 Samigaluh 5 40,20 Kabupaten 1.437 11.581,60 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Kulon Progo , 2012 Berdasarakan Tabel
10,89 6,05 7,71 5,02 3,87 3,89 7,38 4,84 4,33 6,98 2,29 5,03 8,60
2 tersebut
memiliki tingkat produktifitas cabai
tiga besar kecamatan di Kabupaten
yang cukup tinggi yaitu mencapai 6,05-
Kulon Progo yang menghasilkan cabai
10,9
adalah Kecamatan Temon, Kecamatan
dibandingkan
dengan
Panjatan
sebelumnya,
produksi
serta
Kecamatan
Wates,
ton
perhektar.
Apabila tahun-tahun cabai
di
dimana ketiganya merupakan kecamatan
Kabupaten Kulon Progo cenderung
yang
meningkat, hal ini bisa dilihat dalam
memiliki
lahan pasir
pantai.
Bahkan ketiga kecamatan tersebut juga
Tabel 3. berikut.
53
Jurnal Sungkai Vol. 3 No. 2, Edisi Agustus 2015 Hal : 49-64
Tabel 3. Luas Lahan, Produksi, serta Rata-Rata Produksi Cabai di Kulon Progo Tahun 2008-2012 Tahun N Luas Panen (Ha) Produksi Total Rata-Rata Produksi o (Ton) (Ton/Ha) 2008 1 965 7708,62 7,988 2009 2 968 7806 8,064 2010 3 908 7371,2 8,118 2011 4 1.278 10.722,60 8,390 2012 5 1.434 11.581,60 8,076 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Kulon Progo , 2012 Berdasarkan Tabel 3. tersebut
bahwa petani memiliki keuntungan yang
selama periode 2010-2012 luas lahan
besar ketika melakukan usaha tani cabai.
cabai cenderung mengalami peningkatan luas maupun peningkatan hasil panen,
Sejarah Munculnya Pasar Lelang
namun secara produktifitas mengalami
Kabupaten Kulon Progo memiliki
fluktuasi. Pada tahun 2014 diprediksi
lahan pasir pantai seluas 116-120 Hektar
jumlah lahan serta produksi cabai di
per desa yang tersebar di Kecamatan
Kulon Progo akan menurun terutama di
Wates (Desa Karangwuni), Kecamatan
wilayah Kecamatan Temon yang banyak
Panjatan (Desa Garongan, Desa Bugel,
mengalami pengurangan lahan tanam
Desa Pleret), Kecamatan Galur (Desa
maupun produksi.
Karangsewu) serta Kecamatan Trisik
Tanaman cabai di lahan pasir
(Desa Banaran). Lahan pasir pantai di
pantai memiliki produksi rata-rata per
Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon
batang mencapai ± 0,6 Kg, apabila
Progo tersebar di tiga desa yaitu Desa
dalam 1 hektar terdapat ± 35.000 batang
Bugel, Desa Garongan serta Desa Pleret.
maka akan menghasilkan 21.000 kg
Keberadaan lahan pasir pantai mulai
cabai merah setiap hektarnya. Apabila
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai
harga cabai mencapai Rp 10.000,00 Kg
lahan pertanian produktif pada awal
maka
tahun 1980an.
petani
akan
memperoleh
pendapatan sebesar Rp 210.000.000,00
Pada tahun 1980 masyarakat di
per hektarnya. Dengan perkiraan biaya
pesisir pantai selatan Kabupaten Kulon
produksi yang mencapai Rp 75.684.400,
Progo
00 maka petani akan memperoleh
Kecamatan
pendapatan
Rp
memanfaatkan keberadaan lahan pasir
134.315.600, 00 per hektar per musim
pantai sebagai salah satu lahan produktif
tanam. Perhitungan ini menunjukkan
untuk
bersih
sebesar
khususnya
pertanian
yang
Panjatan
dengan
berada
di
mulai
komoditas
54
Manajemen kelembagaan pasar ……
berupa cabai, melon dan semangka.
kepada
Komoditas cabai pada akhirnya menjadi
berkumpul untuk ditentukan siapa yang
komoditas
banyak
berhak memperolehnya dengan tawaran
dibudidayakan oleh petani. Pada musim
secara lelang tertutup. Pembeli yang
panen cabai para pembeli mencari petani
menang adalah pembeli yang membeli
cabai ke lahan maupun ke rumah-rumah
dengan harga yang paling tinggi. Sistem
petani. Pedagang yang satu dengan
lelang tertutup seperti ini terbukti
pedagang yang lain bervariasi dalam
memberikan keuntungan kepada petani
memberikan harga, dan pada kondisi
dimana mereka tidak lagi menjadi
seperti ini ketua kelompok tani selalu
sasaran permainan harga serta harga
memperoleh
yang
cabai bisa mencapai maksimal. Dengan
paling tinggi jika dibandingkan dengan
melihat tuntutan agar pasar lelang
harga
petani-petani
dikelola secara profesional, maka para
lainnya. Perolehan harga yang berbeda
petani yang terhimpun dalam kelompok
ini membuat petani berinisiatif untuk
tani pada akhirnya mulai membentuk
menitipkan cabainya agar ikut dijualkan
pengurus pasar lelang serta aturan-
oleh ketua kelompok tani dengan tujuan
aturan yang disepakati bersama terkait
agar memperoleh harga jual cabai yang
kepengelolaan pasar lelang. Pengelola
lebih tinggi.
atau pengurus pasar lelang terdiri atas
yang
utama
harga
yang
penjualan
diperoleh
Akhirnya petani semakin banyak yang menitipkan cabainya kepada ketua kelompok tani tersebut.
Akibatnya
para
pembeli
yang
sudah
koordinator, sekretaris, bendahara serta 4 orang tenaga. Seiring
berjalannya
waktu,
ketua kelompok tani menjadi sasaran
kuantitas cabai yang dititipkan ke pasar
rebutan dari para pembeli cabai yang
lelang di Garongan semakin banyak,
ingin memperoleh cabai dalam jumlah
kondisi ini menimbulkan ide untuk
yang banyak. Ketua kelompok tani
membuat pasar lelang di wilayah yang
mulai bingung dengan kondisi ini
lain. Akhirnya kuantitas cabai hasil
terutama jika ia akan menentukan
panen ikut menentukan jumlah pasar
pembeli yang berhak memperoleh cabai
lelang yang diperlukan oleh petani di
yang dijualnya.
Kondisi inilah yang
sepanjang pantai selatan Kulon Progo.
memunculkan ide untuk
Pada tahun 2007 keberadaan pasar
membuat sistem lelang (Tahun 2004) di
lelang bertambah menjadi 14 kelompok
Desa Garongan. Cabai yang terkumpul
pasar lelang yang tersebar di 5 desa dan
di ketua kelompok tani kemudian dijual
4 kecamatan di wilayah pesisisr Kulon
kemudian
55
Jurnal Sungkai Vol. 3 No. 2, Edisi Agustus 2015 Hal : 49-64
Progo. Dengan keberadaan pasar lelang
cabai petani sebanyak ± 70% sedangkan
yang semakin bertambah dan manfaat
30%
positif yang dirasakan oleh petani pada
pedagang lokal.
cabai
petani
dijual
melalui
tahun 2008 dibentuk suatu organisasi sebagai wadah dan persatuan pasar tani
Pasar Lelang di Kecamatan Panjatan
di bawah pendampingan Dinas Pertanian
Desa Bugel (Bugel 1, Bugel 2),
Kabupaten Kulon Progo dengan nama
Pleret (Pleret 1, Pleret 2, Pleret 3) dan
Asosiasi
(ASPARTAN)
Garongan (Garongan 1, Garongan 2,
Karyo Manunggal. Pada perkembangan
Garongan 3) merupakan wilayah yang
selanjutnya, pada tahun 2009 bertambah
memiliki wilayah orbitasi laut sehingga
menjadi 21 kelompok pasar lelang,
hanya wilayah ini pula yang memiliki
hingga pada tahun 2013 berkembang ke
lahan pasir pantai. Periode awal para
35 kelompok tani di lahan pasir pantai di
petani menanam cabai di lahan pasir
sepanjang Kulon Progo dengan jumlah
pantai, masyarakat di 8 dusun ini saja
mencapai
yang mengelola lahan pasir pantai.
Pasar
25
Tani
pasar
lelang.
Sistem
penyebaran pasar lelang berkembang
Namun
dengan cara manakala ada kelompok
masyarakat
tani yang ingin membuka pasar lelang
menyewakan lahan pasir milik mereka
yang baru maka kelompok tersebut akan
ke
mengirimkan
pengurusnya
Keanggotaan kelompok tani maupun
untuk belajar pada pasar lelang pertama
kelompok lelang akhirnya diperluas
atau pasar lelang yang sudah ada
bukan
sebelumnya.
kewilayahan tempat tinggal (kesamaan
7
orang
Tahun 2014 ini luas lahan pasir pantai yang dimanfaatkan oleh petani
pada
petani
periode
di
8
dari
hanya
selanjutnya
dusun
dusun
mulai
lainnya.
berdasarkan
satu
dusun) akan tetapi pada kepemilikan lahan garap (termasuk sewa).
mencapai ± 1500 hektar di sepanjang
Keberadaan pasar lelang yang
pesisir Kulon Progo dengan hasil rata-
pertama kali lahir tahun 2004 di Dusun
rata berkisar 15-20 ton/hektar, serta ±
Bugel 2 dan Garongan 1 mulai menular
150 hektar di lahan persawahan dengan
ke kelompok tani yang lain yang
hasil panen berkisar 5-8 ton/hektar.
akhirnya turut membentuk pasar lelang.
Hasil lelang rata-rata berkisar antara 2,5-
Pengelola
4 ton cabai merah per hari pada setiap
struktur yang berada dibawah kelompok
kelompok lelang. Hingga saat ini pasar
tani,
lelang telah menampung pemasaran
anggotanya lebih banyak dari kelompok
pasar
meskipun
lelang
secara
merupakan
keanggotaan
56
Manajemen kelembagaan pasar ……
tani. Dari 8 dusun dan memiliki 9
pasar lelang dengan keanggotaan pasar
kelompok tani, saat ini baru terdapat 7
lelang sebagai berikut.
Tabel 4. Pasar Lelang di Kecamatan Panjatan No
Pasar Lelang Wilayah Anggota 1 Garongan 1 Garongan 1 2 Garongan 2 Garongan 2 3 Garongan 3 Garongan 3 4 Pleret 1 Pleret 1, Pleret 2 5 Pleret 3 Pleret 3, Pleret 2 6 Bugel 1 Bugel 1 7 Bugel 2 Bugel 2 Sumber: Analisis Data Primer, 2014
Dari 7 dusun yang memiliki
Usia (Tahun) 10 4 4 4 4 4 10
Manajemen
pemasaran dapat
orbitrasi laut dan memiliki lahan pasir
dicapai melalui program terpadu yang
pantai, hanya dusun Pleret 2 saja yang
berkaitan dengan perencanaan produk,
belum memiliki pasar lelang sendiri.
penetapan
Meskipun demikian, petani di Dusun
periklanan, penjualan, dan promosi.
harga,
distribusi
fisik,
Pleret 2 tetap menjual cabainya di pasar lelang, baik di pasar lelang yang ada di
1. Perencanaan Produk
Dusun Pleret 3 maupun pasar lelang di
Produk utama yang disepakati di
dusun Pleret 1. Selain itu karena adanya
pasar
lahan pasir pantai yang mulai disewakan
varietas lado, kyo dan heliks. Pilihan
maupun dimiliki oleh masyarakat di luar
varietas ini didasarkan pada cabai yang
7 dusun tersebut, keanggotaan kelompok
banyak dibudidayakan oleh petani serta
lelang pun akhirnya berkembang ke
sesuai kebutuhan pasar. Sebenarnya
dusun lain seperti Dusun Garongan 6.
tidak ada ketentuan terkait dengan
Hal
varietas
inilah
yang
menyebabkan
lelang
cabai
adalah
ini,
cabai
namun
dengan
karena
keanggotaan kelompok lelang lebih
penjualan cabai dilakukan secra kolektif
banyak
dengan
di pasar lelang (cabai akan dicampur
anggota kelompok tani lahan pasir
berdasarkan varietas dengan yang lain),
pantai.
maka varietas cabai yang belum banyak
jika
dibandingkan
dibudidayakan petani Manajemen Pasar Lelang
Pemasaran
Cabai
di
secara
umum
maka jumlahnya jika akan dijual secara kolektif pasti akan sedikit sehingga tidak
57
Jurnal Sungkai Vol. 3 No. 2, Edisi Agustus 2015 Hal : 49-64 bisa dilelangkan. Lado. Kyo dan Helix
(ASPARTAN)
merupakan
mampu
pengelolaan pasar lelang di Kulon Progo
tumbuh dengan baik di lahan pasir
telah memiliki perhitungan waktu untuk
pantai Kulon Progo. Petani beberapa
menentukan pembukaan pasar lelang di
kali memperoleh penawaran varietas
masing-masing
yang lain namun berdasarkan uji coba
tersosialisasi dengan baik di masing-
demplot maupun penenaman sendiri
masing kelompok tani. Sehingga waktu
oleh petani varietas lain tidak mampu
buka
tumbuh secara baik.
bukanya telah matang
varietas
yang
pasar
sebagai
wilayah
lelang
wadah
dan
beserta
telah
jadwal
diatur oleh
Selain ada ketentuan dalam
ASPARTAN dan kelompok tani lahan
perencanaan produk cabai di pasar
pasir pantai. Apabila terjadi panen cabai
lelang, kelompok tani juga memiliki
yang berbeda dengan kondisi awal
kesepakatan terkait dengan waktu untuk
(mundur/lebih panjang) maka jadwal
memulai penanaman cabai serta waktu
buka
pembukaan penanaman
pasar cabai
akan
ditinjau
ulang
untuk
lelang.
Waktu
menentukan waktu buka lelang kembali.
dilakukan
secara
Dalam
menentukan
terebut
serentak pada musim ke sembilan
kelompok
(mangsa kasanga) yang biasanya jatuh
penentuan waktu buka pasar lelang.
di
sekitar
bulan
maret.
lelang
waktu melakukan
rapat
Waktu
Dengan kata lain manejemen
penanaman dilakukan secara serentak
perencanaan produk cabai di pasar
berdasarkan
telah
lelang akan berkaitan dengan penentuan
disepakati, dimana musim tanam tahun
jenis varietas cabai, pengelolaan masa
2014 ini disepakati mulai tanggal 1
tanam serentak, serta penentuan waktu
Maret 2014. Petani yang melakukan
buka serta jadwal buka pasar lelang
penanaman sebelum tanggal tersebut
yang
maka
ASPARTAN
waktu
akan
yang
dijatuhi
sanksi
berupa
pencabutan tanaman yang ada di lahan. Untuk
menentukan
tanggal
tersebut
ASPARTAN
kelompok
tani
kesemuanya dan
dibahas
oleh
kelompok
lelang
melalui forum pertemuan.
tanam maupun
melakukan
2. Sistem Penetapan Harga
rapat
penentuan musim tanam.
Manajemen
penetapan
harga
akan berkaitan dengan penentuan harga
Panen cabai secara langsung
jual
serta
potongan
harga
untuk
akan menentukan waktu buka untuk
operasional pasar lelang yang dilakukan
pasar
melalui musyawarah kelompok lelang.
lelang.
Asosiasi
Pasar
Tani
58
Manajemen kelembagaan pasar ……
Dalam sistem lelang, penetapan harga
apabila mencapai Rp 10.000,00- Rp
jual
15.000,
produk
lelang
diserahkan
serta
Rp
500,00
di
atas
Rp
sepenuhnya pada mekanisme lelang
mencapai
secara
Potongan tersebut
tertutup
(Murdjoko,
2012).
apabila
15.000,00.
digunakan untuk
Dalam proses penentuan harga yang
biaya operasional pasar lelang serta gaji
dilakukan oleh para pedagang yang
pengurus pasar lelang.
mengikuti
lelang
cabai
tidak
ada
intervensi dari pihak manapun termasuk pengelola
pasar
lelang
kompromi
antar
pedagang.
3. Distribusi Fisik
maupun
Pasar lelang sebagai salah satu
Para
bentuk saluran pemasaran melakukan
pedagang telah memiliki informan pasar
fungsi pemasaran yaitu menghimpun,
dari berbagai daerah yang menjadi
penyimpanan
jaringan pemasaran mereka. Informan
penjualan,
inilah
namun tidak melakukan fungsi distribusi
yang
informasi
berperan
perkiraan
memberikan
dan
sortasi,
pengemasan
cabai,
kepada
fisik. Distribusi fisik dapat dibedakan
pedagang yang mengikuti proses lelang.
menjadi dua, yaitu distribusi cabai dari
Sehingga tidak heran apabila pada saat
lahan ke pasar lelang serta distribusi
pasar
cabai dari pasar lelang ke pedagang.
lelang
mulai
pedagang
mulai
informasi
pasar
harga
(sementara),
dibuka,
sibuk
para
mengakses
(khususnya
harga)
Distribusi
yang
sepenuhnya
pertama
oleh
dilakukan
petani
dengan
melalui telepon maupun SMS dengan
menggunakan kendaraan pribadi petani
jaringan informannya. Harga tertinggi
seperti sepeda motor maupun sepeda.
dalam
Selain
lelang
tertutup
merupakan
itu
petani
pemenang lelang yang berhak memiliki
memanfaatkan
cabai tersebut.
pengangkutanyang
juga
bisa sarana
dimiliki
oleh
Selain penetapan harga jual
kelompok tani sebagai sarana untuk
cabai melalui proses lelang tersebut,
mengangkut panen cabai tersebut secara
juga disepakati potongan harga yang
gratis.
akan diterima oleh petani sebagai biaya
layanan pengangkutan maka pengelola
atas jasa yang dilakukan oleh pengelola
pasar lelang juga memberikan layanan
pasar lelang. Ketentuan terkait potongan
tersebut.
Apabila
petani
memerlukan
harga tersebut antara lain potongan
Distribusi fisik yang berikutnya
sebesar Rp 200,00/ kg apabila harga
adalah pengangkutan cabai dari pasar
lelang mencapai Rp 7.000,00, Rp 300,00
lelang
kepada
pedagang
pemenang
59
Jurnal Sungkai Vol. 3 No. 2, Edisi Agustus 2015 Hal : 49-64 lelang. Distribusi fisik dari lokasi pasar
lelang telah memiliki daftar pedagang
lelang
oleh
tetap yang menjadi peserta lelang,
pedagang besar selaku pemenang lelang.
namun tidak semua pedagang tetap
Setelah cabai dikemas oleh pengelola
tersebut
pasar
kemudian
proses lelang. Adakalanya pedagang
cabai
yang bersangkutan telah memperoleh
langsung
lelang,
langsung
dilakukan
pedagang
mendistribusikan
selalu
dalam
berpartisipasi
jumlah
dalam
tersebut ke daerah yang menjadi pangsa
cabai
cukup
atau
pasarnya. Dalam hal ini distribusi fisik
kebutuhan di pasar wilayahnya sedang
cabai dari pasar lelang ke pedagang
tidak memerlukan tambahan stok cabai.
diserahkan sepenuhnya kepada masing-
Pedagang yang telah terdaftar di
masing pedagang yang memenangkan
pasar lelang, maka pada saat akan
lelang.
dilakukan lelang pada hari tersebut mereka akan memperoleh pesan SMS
4. Periklanan dan promosi Periklanan
sebagai
informasi jumlah dan varietas cabai
sarana sosialisasi dan promosi kepada
yang akan dilelang pada waktu tersebut.
publik
jumlah
Pesan SMS yang memberikan informasi
pembeli. Namun dalam manajemen
cabai ini sangat diperlukan oleh para
pasar lelang, periklanan disini tidak
pedagang
secara lugas harus dilakukan dengan
memperkirakan akan mengikuti lelang
mengiklankan
lelang
atau tidak ataupun menentukan bidikan
tersebut karena keberadaan pasar lelang
pada pasar lelang mana mereka harus
ini dengan sendirinya tersebar secara
memenangkan lelang agar memperoleh
mouth
cabai yang dibutuhkan.
untuk
to
berperan
dari pengelola pasar lelang terkait
meningkatkan
tentang
mouth.
pasar
Sebagaimana
sehingga
mereka
bisa
sejarahnya, pasar lelang dimulai dengan mengundang para pedagang besar yang
5. Penjualan
berminat untuk membeli cabai petani
Penjualan suatu
berkaitan komoditas
dengan
secara lelang. Dengan cara ini pada
bagaimana
akhirnya tersebar dan pedagang mulai
menyangkut tempat, harga, saluran dan
memahami jika ingin membeli cabai di
sebagainya.
pasar lelang harus melalui mekanisme
tempat
lelang dimana para pedagang harus
dilakukan melalui mekanisme lelang.
terdaftar terlebih dahulu ke pengelola
Manajemen
Pasar
penjualan
lelang
menjadi
cabai
penjualan
dijual,
yang
dilakukan
pasar lelang. Sekalipun pengelola pasar
60
Manajemen kelembagaan pasar ……
dengan
cara
menghimpun
cabai
petani untuk dijual bersama-sama
kapan mereka harus mengumpulkan cabainya ke pasar lelang.
melalui lelang sehingga para petani akan
memperoleh
yang
maka manajemen pemasaran dalam
seragam. Masing-masing kelompok
pasar lelang telah memenuhi standar
tani
kesepakatan
fungsi pemasaran yang disebutkan
berkaitan dengan jadwal hari buka
oleh Firdaus (2008) yang meliputi
pasar lelang beserta jam bukanya.
atas fungsi pertukaran, fisis, serta
Adanya jadwal ini membuat petani
penyediaan sarana prasarana. Model
juga mampu memperkirakan waktu
manajemen ini dapat digambarkan
telah
memiliki
harga
Berdasarkan uraian tersebut
sebagai berikut. Pengelol a Pasar Lelang 1. Perencanaan produk 2. Layanan Distribusi Penj ual (Petani produsen)
Penyerahan barang
Penimbangan Pencatatan Sortir & grading
Penyerahan hasil penjualan
Pem bayaran Penyeraha n barang
Pem beli (pedagang)
3. Iklan & promosi 4. Penjualan 5. Penetapan harga (Deal Transaksi) Packing Transaksi Keuangan
Gambar 2. Skema Manajemen Pemasaran Cabai di Pasar Lelang
61
Jurnal Sungkai Vol. 3 No. 2, Edisi Agustus 2015 Hal : 49-64
Berdasarkan tersebut
dapat
operasional
gambar
diuraikan
2.
menginformasikan lokasi pasar
standar
lelang serta jumlah panen cabai
dan prosedur (SOP)
masing-masing
varietas.
pengelolaan pasar lelang sebagai
Sedangkan pengelola pasar lelang
berikut.
yang
1. Petani
mengumpulkan
panen
lain
mempersiapkan
keperluan untuk proses lelang.
cabainya dari lahan ke pasar
Perlengkapan
lelang setelah terlebih dahulu
meliputi:
cabai dipisahkan menurut varietas
a. Papan untuk menuliskan harga
dan
dilakukan
penyortiran.
Apabila diperlukan, petani bisa
proses
lelang
lelang
masing-masing
pedagang
meminta bantuan atau layanan
b. Kertas, alat tulis serta kotak
pengangkutan kepada pengelola
untuk mengumpulkan lelang
pasar lelang.
harga dari pedagang
2. Cabai yang tiba di pasar lelang selanjutnya
ditimbang
oleh
4. Proses penjualan cabai dilakukan dengan sistem lelang tertutup.
petugas dan dilakukan pencatatan
Setelah
oleh
lelang.
mengumpulkan kertas yang berisi
disimpan
harga lelang maka selanjutnya
sekretaris
Selanjutnya
pasar
cabai
semua
sementara di aula pasar lelang
dilakukan
sesuai
pemenang
dengan
varietasnya.
pedagang
pengumuman lelang.
Pengelola
Pengelola pasar lelang melakukan
bertugas menyebutkan harga dari
sortasi
pedangan
dan
grading
ulang
terhadap cabai yang disetorkan. 3. Sekretaris merekap semua cabai yang
terkumpul
pada
waktu
yang
sementara
lain
bertugas
menuliskannya
di
pengelola untuk papan.
Penetapan harga jual diberikan
tersebut. Pengelola pasar lelang
kepada
yang
menawarkan harga paling tinggi.
lain
menyampaikan
pedagang
informasi melalui SMS kepada
Pedagang
pedagang yang akan mengikuti
lelang secara sah telah melakukan
pasar
lelang.
Pesan
yang
yang
memenangkan
SMS
62
Manajemen kelembagaan pasar ……
deal transaksi dengan pengelola pasar lelang. 5. Setelah
Model seperti yang terjadi di pasar lelang cabai di Kecamatan
diketahui
pemenang
Panjatan, Kulon progo, mendekati
lelang, pengelola pasar lelang
konsep teori pertukaran. Basrowi dan
mengemas cabai ke dalam wadah
Soenyono
(2004)menyebutkan
untuk selanjutnya diangkut ke truk
bahwa
siatem
atau kendaraan pedagang yang
terdapat konsep pengorbanan dan
memenangkan
ganjaran. Pengorbanan karena petani
lelang
untuk
dalam
langsung didistribusikan ke mitra
perlu
dagang mereka.
menghidupkan pasar lelang melalui
6. Pedagang
yang
ikut
pertukaran
berpartisipasi
memenangkan
kepatuhannya terhadap apa yang
lelang membayarkan uang sesuai
telah diatur pengelola pasar lelang.
dengan
Ganjaran
harga
yang
telah
ditetapkan.
karena
petani
pada
akhirnya memperoleh jaminan harga
7. Bendahara pasar lelang setelah
jual
cabai
yang
lebih
tinggi
menerima uang dari pemenang
dibandingkan dijual pada saluran
lelang
pemasaran yang lain.
selanjutnya
mendistribusikan uang tersebut
Adanya selisih keuntungan
untuk pembayaran kepada petani
(ganjaran) yang lebih besar dari
serta potongan operasional pasar
pengorbanan yang diberikan oleh
lelang.
petani tersebut, membuat petani akan tetap
menjadikan
pasar
lelang
SOP pasar lelang tersebut
sebagai saluran pilihan utama untuk
berlaku seragam untuk semua pasar
memasarkan cabainya. Implikasi dari
lelang yang menjadi anggota asosiasi
kondisi ini adalah bahwa pengelola
pasar tani (ASPARTAN). Namun
pasar
demikian,
memberikan
terkadang yang
setiap
pasar
memberikan
berbeda-beda,
lelang
lelang
harus
mampu
layanan
fungsi
pelayanan
pemasaran terbaik kepada petani
tergantung
melalui sistem manajemen yang
dengan pengalaman dan kemampuan
semakin matang dan terstandar.
memberikan pelayanan.
63
Jurnal Sungkai Vol. 3 No. 2, Edisi Agustus 2015 Hal : 49-64
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik simpulan: 1. Pasar lelang cabai merupakan bentuk petani
kelembagaan yang
ekonomi
merupakan
hasil
pengembangan dari kelompok tani yang sudah ada. 2. Manajemen kelembagaan yang dilakukan oleh pengelola pasar lelang
dalam
memfasilitasi
pemasaran cabai petani antara lain melalui
perencanaan
produk,
sistem penetapan harga, distribusi fisik, periklanan dan promosi, serta penjualan. Alur tersebut telah dipatenkan dalam bentuk standar operasional dan prosedur (SOP) pasar lelang.
DAFTAR PUSTAKA
Basrowi, M. dan Soenyono, 2004, Teori Sosial dalam Tiga Paradigma, V de Press, Surabaya Departemen Pertanian, 2003, Program Nasional Pengembangan Penyuluhan
Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta. Dinas Pertanian Kabupaten Kulon Progo, 2012. Luas Lahan, Produksi, serta Rata-Rata Produksi Cabai di Kulon Progo Tahun 20082012 Firdaus, M, 2008. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara. Jakarta Hariadi, S.S, 2011, Dinamika Kelompok Teori dan Aplikasinya untuk Analisis Keberhasilan Kelompok Tani sebagai Unit Belajar, Kerjasama, Produksi, dan Bisnis, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Kuntadi, E.B, 2011, Efisiensi Pemasaran Cabai Merah Lahan Pasir Pantai Melalui Pasar Lelang di Daerah Istimewa Yogyakarta, Tesis S2 Magister Manajemen Agribisnis Tidak dipublikasikan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Mardjoko, T, 2004, “Pasar Lelang Harapan Baru Memperbaiki Posisi Tawar Petani”. Diakses melalui: www.bappebti.go.id, diakses 15 Agustus 2014 Mulyadi, 2011, Akuntansi Biaya, Aditya Media, Yogyakarta Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methode), Alfabeta, Bandung
64