i
MAKNA SIMBOLIS TARI SINDHUNG LENGGER DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN WONOSOBO
SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana program studi pendidikan seni tari
oleh Dewi Selfiyani 2502407002 Pend. Seni Tari
JURUSAN SENDRATASIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011
ii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FBS UNNES pada tanggan 29 Juli 2011. Panitia: Ketua
Sekretaris
Dra. Malarsih, M.Sn NIP.196106171988031002
Drs. Eko Raharjo, M.Hum NIP.196510181992031001 Penguji I
Dr. Wahyu Lestari, M.Pd NIP.196008171986012001 Penguji/Pembimbing I
Penguji/Pembimbing II
Drs. R. Indriyanto, M.Hum NIP.196509231990031001
Moh. Hasan Bisri, S.Sn, M.Sn NIP.196601091998021001
ii
iii
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya: Nama
: DEWI SELFIYANI
NIM
: 2502407002
Jurusan
: Sendratasik
Program Studi : Pendidikan Seni Tari S1 Fakultas
: Bahasa dan Seni UNNES
Judul Skripsi
: “Makna Simbolis dan Fungsi Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo”
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil penelitian saya sendiri, dan sepengetahuan saya tidak berisi materi yang dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain, atau telah digunakan sebagai persyaratan penyelesaian studi di universitas lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan. Bila pernyataan ini terbukti tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Semarang,
2011
Yang menyatakan,
DEWI SELFIYANI NIM. 2502407002
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO 1. Kita seharusnya tidak menunggu inspirasi dalam melakukan sesuatu, tindakan selalu melahirkan inspirasi, sedangkan inspirasi jarang diikuti dengan tindakan. (Frank Tibolt) 2. “Hai orang-orang yang beriman takutlah kamu kepada Allah dan carilah jalan kepadanya dan berjuanglah pada jalannya, mudah-mudahan kamu mendapat kemenangan (sukses)” (Q.S Al Maidah Ayat 35)
PERSEMBAHAN Karya ini saya persembahkan kepada: 1. Untuk Ibu dan Bapak sebagai rasa baktiku 2. Untuk Adikku yang kusayangi 3. Untuk Mas.Ito yang selalu mendukungku 4. Untuk Almamater sebagai rasa terima kasihku
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat serta inayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Makna Simbolis dan Fungsi Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo”. Skripsi ini tentu tidak diselesaikan tanpa keterlibatan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang telah memberikan ijin dalam penulisan skripsi ini. 2. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang telah memberikan kemudahan perijinan dan dorongan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini. 3. Drs. Shahrul Syah Sinaga, M.Hum, Ketua Jurusan Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik (Sendratasik) Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang telah memberikan kemudahan perijinan dan dorongan kepada penulis untuk menyusun skripsi. 4. Drs. R. Indriyanto, M.Hum, dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 5. Moh. Hassan Bisri, S.Sn, M.Sn, dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
v
vi
6. Dr. Wahyu Lestari, M.Pd, dosen penguji yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 7. Ibu Sulistriyaningsih, MBA, pencipta tari Sindhung Lengger. 8. Bapak Dwi Pranyoto, Fernias, Dian, Tatak, pengrawit dan penari Tari Sindhung Lengger sekaligus narasumber dalam objek penelitian. 9. Drs. M. Aziz Wijaya, M.Si, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo. 10. Segenap Dosen Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini. 11. Ibu dan Bapak serta seluruh keluarga yang selalu mendukung dan memberi semangat dalam proses pembuatan skripsi. 12. Mas. Ito yang selalu memberi semangat dalam proses pembuatan skripsi hingga skripsi ini selesai. 13. Teman-teman Seni Tari Angkatan 2007 Ora Ono Matine yang telah membantu dan memberi semangat sehingga skripsi ini cepat selesai. 14. Teman-teman Be-Happy Kost semuanya yugi, tias, dephi, liska, tika, pophy, ari, lina, pipit dan dyah yang selalu memberi semangat. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Penulis berharap, skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca semuanya. Semarang,
2011
Penulis
vi
vii
SARI Dewi Selfiyani. 2011. Makna Simbolis dan Fungsi Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo. Skripsi. Pembimbing I Drs. R. Indriyanto, M.Hum, Pembimbing II Moh. Hassan Bisri, S.Sn,M.Sn. Sendratasik Universitas Negeri Semarang. Kata kunci: tari, sindhung lengger, simbolis. Makna simbolis merupakan sebuah kajian yang mengupas tentang makna-makna yang disimbolkan oleh tari Sindhung Lengger serta mengungkap fungsi tari Sindhung Lengger meliputi fungsi hiburan, fungsi tontonan dan fungsi pendidikan. Tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis makna simbolis dan fungsi tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Sumber data dalam penelitian adalah pencipta tari Sindhung Lengger, di bawah naungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo.Pengambilan data dengan cara metode observasi, metode wawancara dan dokumentasi yang datanya terkumpul selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Tahap-tahap yang ditempuh dalam analisis data penelitian ini menggunakan konsep Adshead meliputi mengenali dan mendeskripsikan komponen-komponen pertunjukan, memahami hubungan antara komponen-komponen pertunjukan dalam perjalanan ruang dan waktu, melakukan intepretasi, dan melakukan evaluasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa makna simbolis gerak tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo adalah: menggambarkan kelincahan, keceriaan, kegembiraan, kehangatan dan keharuman dalam menyambut tamu. Makna simbolis dari tata rias dan busana tari Sindhung Lengger merupakan pembentukan karakter penari agar penari wanita terlihat cantik dan penari pria terlihat gagah. Makna simbolis properti yang berupa bunga tabur dalam cobek menggambarkan keharuman. Tari Sindhung Lengger berfungsi sebagai hiburan, sebagai tontonan, dan tari sebagai media pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa makna simbolis tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo adalah tema, gerak, iringan, serta tata rias dan busana. Fungsi tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo meliputi fungsi hiburan, fungsi pertunjukan atau tontonan dan fungsi pendidikan. Saran-saran yang perlu diberikan adalah (1) Bagi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan hendaknya selalu menjaga kelestarian tari Sindhung Lengger dengan cara menampilkan tari Sindhung Lengger pada setiap kesempatan. (2) Bagi masyarakat ikut berperan dalam menjaga kelestarian tari Sindhung Lengger seperti dengan cara bergabung menjadi penari tari Sindhung Lengger, sehingga tidak memudarkan makna simbolis yang terkandung dalam tari Sindhung Lengger.
vii
viii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii PERNYATAAN .................................................................................................. iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv KATA PENGANTAR ....................................................................................... v SARI ................................................................................................................... vii DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii DAFTAR FOTO ................................................................................................. xiii BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 3 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4 1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4 1.5 Sistematika Skripsi ........................................................................................ 5 BAB II. LANDASAN TEORI 2.1 Makna Simbolis Kesenian.............................................................................
7
2.2 Fungsi Kesenian ............................................................................................ 10 2.3 Kerangka Berpikir ......................................................................................... 16
viii
ix
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Pendekatan Penelitian .............................................................. 18 3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian ...................................................................... 19 3.2.1 Lokasi Penelitian ............................................................................... 19 3.2.2 Sasaran Penelitian .............................................................................. 19 3.3 Sumber Data ................................................................................................. 20 3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 20 3.4.1 Teknik Observasi ............................................................................... 20 3.4.2 Teknik Wawancara ............................................................................ 22 3.4.3 Teknik Dokumentasi ......................................................................... 24 3.5 Teknik Keabsahan Data ............................................................................... 25 3.6 Teknik Analisis Data .................................................................................... 26 BAB IV.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Penelitian ....................................................................... 28 4.1.1 Lokasi Kabupaten Wonosobo............................................................. 28 4.1.2 Penduduk ........................................................................................... 28 4.1.3 Potensi Wisata, Budaya dan Seni ...................................................... 30 4.2 Asal-Usul Tari Sindhung Lengger .............................................................. 33 4.3 Unsur-Unsur Pertunjukan Tari Sindhung Lengger ..................................... 35 4.3.1 Pelaku ................................................................................................ 35 4.3.2 Gerak ................................................................................................. 36 4.3.3 Iringan Tari ........................................................................................ 45 4.3.3.1 Instrumentasi .......................................................................... 45
ix
x
4.3.3.2 Garap ...................................................................................... 46 4.3.3.3 Reportoir Lagu ....................................................................... 48 4.3.4 Tata Rias dan Busana ........................................................................ 49 4.3.4.1 Tata Rias Wajah ..................................................................... 49 4.3.4.2 Tata Busana ........................................................................... 56 4.3.4.3 Tempat Pementasan atau Panggung ...................................... 63 4.3.4.4 Lighting .................................................................................. 63 4.3.4.5 Properti .................................................................................. 64 4.4 Makna Simbolis Tari Sindhung Lengger .................................................... 64 4.4.1 Tema .................................................................................................. 65 4.4.2 Pemain ............................................................................................... 65 4.4.3 Gerak ................................................................................................. 66 4.4.4 Iringan atau Musik ............................................................................. 75 4.4.5 Tata Rias dan Busana ....................................................................... 76 4.5 Fungsi Tari Sindhung Lengger ................................................................... 83 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ...................................................................................................... 88 5.2 Saran ............................................................................................................. 89 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 90 LAMPIRAN ....................................................................................................... 93
x
xi
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1: Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin ...................................... 29 Tabel 2: Deskripsi gerakan tari Sindhung Lengger ............................................ 36 Tabel 3: Peralatan Rias Tari Sindhung Lengger ................................................ 50 Tabel 4: Alat dan Bahan Tata Rias Rambut ....................................................... 55 Tabel 5: Tata Rias Busana Penari Putri .............................................................. 57 Tabel 6: Tata Rias Busana Penari Putra ............................................................. 60 Tabel 7: Makna Simbolis Gerak Tari Sindhung Lengger .................................. 69
xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Peta Kabupaten Wonosobo ........................................................... 94 Lampiran 2: Pedoman Wawancara ................................................................... 95 Lampiran 3: Daftar Biodata Narasumber .......................................................... 97 Lampiran 4: Laporan Hasil Wawancara ........................................................... 106
xii
xiii
DAFTAR FOTO Halaman Foto 1: Bunga Tabur .......................................................................................... 64 Foto 2: Gerak Berpasangan ................................................................................ 67 Foto 3: Alat-Alat Rias Tari Sindhung Lengger .................................................. 77 Foto 4: Busana Penari Lengger .......................................................................... 79 Foto 5: Busana Pengibing .................................................................................. 81
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Wonosobo yang dikenal sebagai kota budaya memang memiliki beragam kesenian dan kebudayaan. Kesenian merupakan perwujudan kebudayaan yang mempunyai peranan tertentu bagi masyarakat yang menjadi ajangnya. Kesenian merupakan salah satu jenis kebutuhan manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk yang sepanjang hidupnya mengenal keindahan, karena itu manusia tidak dapat dipisahkan dari keindahan. Seni merupakan ekspresi budaya manusia yang senantiasa hadir sebagai ekspresi pribadi atau ekspresi kelompok sosial masyarakat manusia berdasarkan budaya yang diacunya, sehingga dapat digunakan atau dimanfaatkan oleh perorangan atau kelompok sosial masyarakat manusia sebagai sarana interaksi sosial. Interaksi sosial adalah suatu hubungan sosial manusia, baik individuindividu dan kelompok-kelompok atau individu dengan kelompok dengan ditujukan adanya suatu ciri telah terjadi suatu aksi dan reaksi diantara individu atau kelompok yang berhubungan. Kesenian tersebar di pelosok pedesaan yang semuanya memiliki corak, ciri dan fungsi yang berbeda sesuai dengan kondisi lingkungan masyarakat pendukungnya. Seperti halnya dengan salah satu jenis kesenian yang terdapat di Kabupaten Wonosobo yaitu Tari Sindhung Lengger.
1
2
Tari Sindhung Lengger merupakan peristiwa sosial yang mempunyai fungsi sebagai sarana hiburan dan pertunjukan serta sebagai sarana komunikasi antara seniman dan masyarakat, dimana kesenian tersebut tumbuh dan berkembang. Demikian pula yang terjadi pada bentuk kesenian rakyat khususnya Tari Sindhung Lengger, kemunculannya tidak terlepas dari adat istiadat daerah lebih hidup di alam pedesaan dan akrab dengan masyarakat. Ciri-ciri seni pertunjukan rakyat antara lain tumbuh di lingkungan pedesaan, dimainkan oleh orang daerah setempat dan yang bermain karena senang. Tari Sindhung Lengger yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Wonosobo merupakan hasil budaya yang memiliki ciri khas masyarakat Kabupaten Wonosobo. Tari Sindhung Lengger merupakan perkembangan dari Tari Topeng Lengger yang menceritakan citra dan jati diri dari wanita pedesaan dengan kepolosannya mengajak laki-laki untuk hanyut dalam kebersamaan untuk menyatu, berandai-andai akan indahnya persahabatan, berbagi rasa serta bermakna untuk mengingatkan manusia kepada pencipta alam, hampa sesaat untuk kemudian menatap dan memohon ke-Agungan Tuhan Yang Maha Esa dalam kesedihan maupun kegembiraan agar tetap memberi keselamatan serta perlindunganNya kepada seluruh umat manusia di bumi. Tari Sindhung Lengger bertahan hidup di Kabupaten Wonosobo dan mampu tumbuh dan berkembang dengan baik. Oleh masyarakat di Kabupaten Wonosobo, Tari Sindhung Lengger sering dipertunjukan untuk berbagai acara seperti pada acara peresmian gedung baru, penyambutan tamu di Pendopo Kabupaten Wonosobo dan pernah pula dipentaskan di TMII pada tanggal 20
3
November 2004. Tari Sindhung Lengger sering difungsikan sebagai tarian penyambutan. Bentuk gerakan Tari Sindhung Lengger masih tradisional dan terlihat didominasi oleh gerakan kaki, tangan dan gerakan kepala, semuanya dilakukan dengan penuh semangat, patah-patah dan enerjik. Tari Sindhung Lengger termasuk dalam tarian berpasangan, namun bisa juga ditarikan secara kelompok maupun masal. Pada Tari Sindhung Lengger setiap gerakan-gerakan yang ditarikan memiliki makna simbolis. Tari Sindhung Lengger juga mempunyai bermacam-macam fungsi diantaranya adalah fungsi sebagai sarana hiburan dan pertunjukan. Keunikan Tari Sindhung Lengger terlihat dari gerakan dan makna simbolis yang ada di dalam gerakan tari Sindhung Lengger. Makna simbolis terkait dengan tema, gerak dan bentuk penyajiannya serta berfungsi sebagai sarana hiburan dan pertunjukan. Oleh sebab itu peneliti tertarik meneliti lebih jauh melalui penelitian di lapangan. Selain itu peneliti juga menunjukkan bahwa Tari Sindhung Lengger Dinas Priwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo tersebut tetap eksis, dapat dikenal masyarakat luas dan generasi selanjutnya, sehingga kesenian ini tidak punah begitu saja.
1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini secara garis besar sebagai berikut:
4
1.2.1 Bagaimana makna simbolis Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo? 1.2.2 Bagaimana fungsi Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo?
1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah diungkap dalam permasalahan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1.3.1 Menemukan makna simbolis Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo. 1.3.2 Mengungkapkan fungsi Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian tentang Tari Sindhung Lengger yaitu: 1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi pembaca, serta bagi para peneliti selanjutnya yang membutuhkan informasi tentang makna simbolis dan fungsi Tari Sindhung Lengger.
5
1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Bagi peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan tentang makna simbolis dan fungsi Tari Sindhung Lengger dari berbagai sudut pandang. 1.4.2.2 Bagi masyarakat Kabupaten Wonosobo Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai data untuk memberikan informasi kepada masyarakat umum, khususnya generasi muda agar mengenal dan melestarikan kesenian Tari Sindhung Lengger baik dalam makna simbolis maupun fungsinya. 1.4.2.3 Bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Penelitian
ini
diharapkan
bermanfaat
bagi
Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata untuk informasi tentang kesenian yang ada di Kabupaten Wonosobo. 1.4.2.4 Bagi pelaku tari Sindhung Lengger Penelitian ini diharapkan dapat menambah rasa kecintaan pelaku tari Sindhung Lengger baik itu penari, pengrawit dan sinden terhadap tari Sindhung Lengger baik sekarang maupun dimasa yang akan datang.
1.5 Sistematika Skripsi Skripsi ini terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi dan bagian penutup. Bagian awal skripsi terdiri atas halaman judul, halaman
6
pengesahan, halaman pernyataan, sari, moto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel dan daftar lampiran. Bagian isi skripsi ini terdiri atas lima bab, yaitu: 1.5.1 Bab I Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika skripsi. 1.5.2 Bab II Landasan Teori, menguraikan tentang Tari Sindhung Lengger, Makna Simbolis kesenian dan Fungsi kesenian. 1.5.3 Bab III Metode Penelitian, yang berisi tentang pendekatan penelitian, lokasi dan sasaran penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. 1.5.4 Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, menguraikan gambaran umum objek penelitian serta membahas tentang Tari Sindhung Lengger di Kabupaten Wonosobo, meliputi makna simbolis dan fungsi Tari Sindhung Lengger bagi masyarakat. 1.5.5 Bab V Penutup, yang memaparkan tentang kesimpulan dan saran. Bagian akhir skripsi ini adalah bagian penutup yang terdiri atas daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang mendukung penelitian ini.
7
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Makna Simbolis Kesenian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:864), makna merupakan maksud pembicara atau penulis, pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Simbol berarti lambang yaitu tanda yang menyatakan suatu hal atau mengandung maksud. Makna mengandung arti atau maksud, suatu pengertian yang diberikan kepada sesuatu untuk kebahasan. Simbolis berarti perlambang, sedangkan kata “makna”
mengandung
(Poerwadarminta,
pengertian
1976:624).
tentang
Simbol
arti
merupakan
atau
maksud
bentuk
tertentu
lahiriah
yang
mengandung maksud, sedangkan makna adalah arti yang terkandung di dalam lambang tertentu. Simbol dan makna merupakan dua unsur yang berbeda tetapi saling berkaitan bahkan saling melengkapi. Kesatuan makna dan simbol akan menghasilkan suatu bentuk yang mengandung maksud (Suharto, 1990:9). Richard Waterman dalam artikelnya tentang peran tari dalam masyarakat insani, menekankan bahwa semua pola-pola tari memiliki makna, apakah tersusun menurut sistem tertentu, dinamakan dan ditetapkan makna denotatifnya. Pola-pola itu mengkomunikasikannya dalam struktur yang lebih lentur dan dengan cara lebih langsung, dalam mengirimkan pesan yang mengharukan dengan perkakas gerak tubuh yang membangkitkan respon empatetik bagi penontonnya. Ini adalah
7
8
pemantapan komunikasi empatik sub-liminal yang dilakukan tari dengan lebih baik dibandingkan dengan setiap kegiatan insani (dalam Widaryanto, 2007:212). Makna tari merupakan subjek yang diperlakukan hanya secara mengesankan pada masa lalu. Kita mungkin membatasi ekspresi dalam berbagai ragam cara. Paling mudah, ekspresi itu menunjuk pada makna dimana isi diekspresikan. Kita mungkin menganggapnya sebagai medium transmisi (Widaryanto, 2007:214). Anderson dalam Widaryanto (2007:214) menyatakan bahwa tari bukanlah semata-mata seni visual namun merupakan kinestetika juga, yang menarik pada pemahaman gerak yang melekat. Beragam saluran yang digunakan dalam tari, yang menunjuk pada tari sebagai fenomena multidimensional yang diarahkan pada modalitas inderawi. Menurut Herusatoto (2003:11) kata simbol berasal dari bahasa Yunani symbolos yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seorang atau orang lain. Menurut Badudu (1996:132) simbolis adalah pemakaian atau pengemukaan simbol-simbol dalam gerakan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:1066), simbolisme adalah perihal pemakaian simbol (lambang) untuk mengekspresikan ide-ide. Pada seni tari tindakan simbolis memenuhi hampir seluruh gerak langkah serta pola-pola tarian. Setiap rangkaian gerak tarian merupakan simbol dari suatu pekerjaan dan setiap seseorang dalam seni tari dinamakan ekspresi (Herusatoto, 2003:104).
9
Simbol dapat pula dibuat dengan gerak suara, bunyi atau lagu tertentu, diantara jenis-jenis kesenian simbol yang paling banyak digunakan dalam seni tari, dimana setiap gerak mengandung arti tertentu. Gerak-gerak isyarat yang dimainkan dengan kepala, lengan, tangan, kaki dan jari dalam wujud gerak yang menarik dan sesuai dengan iringan dapat memukau perhatian penonton, bila dilakukan sungguh-sungguh dan keterampilan yang tinggi (Djelantik, 1994:143144). Simbol sarat dengan makna dan persepsi. Sebuah simbol dapat memberikan berbagai dimensi makna yang berbeda. Sebuah makna yang sama dapat diungkapkan melalui berbagai simbol yang berlainan, dengan adanya berbagai simbol, hidup manusia tidak saja dipenuhi oleh berbagai mitos tetapi juga dipenuhi oleh berbagai simbol (Zefferi, 1998:31-32). Pada kehidupan sehari-hari manusia memerlukan santapan-santapan estetis yang berwujud seni. Namun perhatian antara orang yang satu dengan orang yang lain berbeda. Ada yang lebih senang kepada seni lukis, seni musik, seni drama dan seni tari. Kesenian sebagai salah satu aktivitas budaya masyarakat dalam hidupnya tidak pernah berdiri sendiri, segala makna dan fungsinya berkaitan erat dengan masyarakat tempat kesenian itu tumbuh, hidup dan berkembang (Wadiyo, 2008:25). Pada seni tari, keindahan simbolis memenuhi hampir seluruh gerak langkah serta pola-pola setiap tarian. Setiap rangkaian gerak dalam tari merupakan penghalusan atau gerak-gerak simbolis dari suatu pekerjaan dan sikap seseorang dalam menghadapi berbagai permasalahan. Tindakan simbolis dalam tari tersebut
10
salah satunya disebut dengan istilah teknik, dalam seni tari yaitu ekspresi (Herusatoto, 1983:116). Makna simbolis dalam seni tari tidak hanya pada ekspresi gerak atau bentuknya saja, namun pada keseluruhan bentuk utuh dari sebuah perwujudan tari yang mencakup gerak, iringan, tata rias busana, serta segala aspek pendukungnya. Teori yang telah dijelaskan di atas akan digunakan untuk mengkaji tentang makna simbolis yang terdapat dalam Tari Sindhung Lengger, yang mencakup gerak, iringan, tata rias dan busana, serta segala aspek yang mendukung dari pertunjukan Tari Sindhung Lengger itu sendiri.
2.2 Fungsi Kesenian Koentjaraningrat (1984:54) mengatakan bahwa fungsi adalah suatu perbuatan yang bermanfaat dan berguna bagi suatu kehidupan masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian fungsi adalah suatu hal, peran sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas. Dua kategori yang diajukan oleh Hanna lebih disepakati denga perilaku tari sebenarnya. Ia melihat dua dimensi pada fungsi sosio-psikologis tari, sisi kognitif dan afektif (Hanna dalam Widaryanto, 1975:10). Menunjuk pada kenyataan bahwa tari mengkomunikasikan beberapa jenis informasi dan seperti kode-kode budaya yang lain serta interksi-interaksi terpola, tari adalah sebuah cara pengaturan dan penggolongan pengalaman. Kebalikannya fungsi afektif, merupakan untuk memberikan sebuah pengalaman kualitatif, kehadiran, kesertamertaan dan penyelubungan dari hal-hal yang menyentuh hati.
11
Kata fungsi menunjukkan pengaruh terhadap sesuatu yang lain, tidak berdiri sendiri, tetapi justru dalam hubungan tertentu. Apa yang dimaksud fungsional bukan merupakan sesuatu yang lepas dari konteksnya, melainkan harus dipandang secara keseluruhan. Fungsi kesenian yaitu bahwa kegiatan kesenian tersebut mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat (Soekanto, 1989:6). Kesenian dalam kaitannya dengan fungsi, bagaimana suatu kesenian yang diciptakan oleh masyarakat dapat mempunyai makna dan arti penting bagi masyarakatnya, dengan demikian kesenian yang hidup dalam kelompok masyarakat tertentu memiliki fungsi tertentu pula (Sedyawati, 1983:138). Keberadaan suatu bentuk kesenian selalu berkaitan dengan fungsinya. Kesenian bukan hanya merupakan suatu sarana hiburan saja, tetapi berperan serta dalam segi agama, persembahan atau sebagai wujud ungkapan dari rasa syukur maupun bentuk ekspresi dari masyarakat pendukungnya. Menurut Peursen (dalam Djazuli, 1994:36) dijelaskan bahwa fungsi selalu menunjukkan terhadap sesuatu yang lain, apa namanya fungsional adalah sesuatu yang tidak dapat berdiri sendiri namun apabila dihubungkan dengan yang lain dalam hal ini seni tari, maka akan memperoleh arti dan maknanya. Sebagai salah satu unsur kebudayaan, kesenian memiliki fungsi sebagai acuan pedoman bertindak bagi pendukungnya, dalam upaya memenuhi kebutuhan estetikanya. Sebagai sistem budaya, kesenian menjadi pengatur, penata, pengendali atau pedoman bagi para pendukungnya dalam kegiatan kesenian baik dalam tataran berkreasi maupun dalam apresiasi. Hal ini terbukti terutama dalam bentuk kesenian tradisional (Triyanto, 1994:179).
12
Menurut Jazuli (1994:43) fungsi tari dalam kehidupan manusia diantaranya: 1) Untuk kepentingan upacara, 2) Untuk hiburan, 3) Sebagai media pertunjukkan, 4) Sebagai media pendidikan. 2.2.1 Tari untuk kepentingan upacara Kepercayaan yang selalu dipelihara dan dilindungi secara turun-temurun demi suatu keselamatan dalam hidupnya dengan cara mengadakan upacaraupacara sebagai upaya menjalin hubungan spiritual kepada dewa atau leluhurnya. Pada pelaksanaan upacara tersebut kesenian mempunyai peranan penting, hal itu terdapat dalam setiap upacara selalu dilengkapi dengan tari-tarian, bunyi-bunyian demi menambah kesakralan dan menghadirkan daya magis. Adapun ciri khas tari upacara menurut Jazuli (2008:57) adalah sebagai berikut: a) Gerakkannya imitative yaitu meniru gerak alam sekitarnya, seperti bintang dan tumbuh-tumbuhan. b) Ungkapan geraknya banyak didominir oleh kehendak jiwa. c) Ada suasana mistik atau religius, dan sering mengandung kekuatan magis serta keramat. d) Perwujudan tarinya erat hubungannya dengan peristiwa-peristiwa hidup yang menjadi tujuannya. e) Perbendaharaan gerak tari terbatas, sederhana dan sering diulang-ulang. f) Pelaksanaannya dilakukan secara kolektif/bersama. g) Musik iringannya sangat sederhana dan berkesan monoton (konstan). h) Penyelenggaraannya dilaksanakan di tempat-tempat terbuka. i) Tidak terikat oleh waktu (sering berubah-ubah menurut kondisi alam), baik dalam penyelenggaraan maupun lamanya pertunjukan.
13
2.2.2 Tari sebagai hiburan Tari sebagai hiburan merupakan tarian yang bermaksud untuk memeriahkan
atau
mengaitkan
keakraban
pertemuan
atau
memberikan
kesempatan serta menyalurkan bagi mereka yang mempunyai kegemaran akan menari. Bagi pelakunya (penari) mungkin hanya sekedar untuk menyalurkan hobi (kesenangan), mengembangkan ketrampilan atau tujuan-tujuan yang kurang menekan nilai seni (komersial). Menurut Ratih (dalam Jazuli, 2001:67) tari sebagai sarana hiburan dimaksudkan untuk memeriahkan atau merayakan suatu pertemuan. Tari yang disajikan dititik beratkan bukan pada keindahan geraknya melainkan pada segi hiburan. Tari hiburan pada umumnya merupakan tari pergaulan. Ciri-ciri tari hiburan pada umumnya menurut Supardjan (1983:33) adalah: Perasaan yang bergembira ria adalah faktor utama. Unsur-unsur gerak tari sederhana dan memungkinkan seseorang untuk mengembangkannya. Relatif mudah dipelajari. Sikap dan gerak tari memungkinkan orang mudah menyusunnya sesuai dengan spontanitas yang tiba-tiba timbul. Ritme pada umumnya sangat mudah, jelas dan merangsang. Pelakunya pasangan pria dengan wanita atau kelompok. Karena sifatnya bukan seni untuk pertunjukan maka bentuk komposisinya selalu menutup. Gampang melibatkan peserta. Iringan musik vokal atau instrumental sangat praktis, kadangkala hanya berupa tepuk tangan atau nyanyian belaka. Pakaian tari bebas bahkan sering dipergunakan pakaian seharihari. Tata panggung dengan segala proporsinya jarang mendapatkan perhatian khusus dan bisa diselenggarakan dimana saja asal ada ruangan. Pada umumnya
14
tarian ini sangat mudah mengikuti perkembangan jaman, hanya ada daerah-daerah yang mengalami hambatan-hambatan seperti di beberapa daerah di Indonesia. 2.2.3 Tari sebagai seni pertunjukan atau tontonan Menurut Jazuli (1994:60) tari sebagai seni pertunjukan penyajiannya selalu
mempertimbangkan
nilai-nilai
artistik,
sehingga
penikmat
dapat
memperoleh pengamatan estetis dari hasil pengamatan. Tari sebagai seni pertunjukan juga bisa disebut sebagai tari tontonan, maka faktor penonton di sini tidak dilupakan. Menurut Jazuli (2008:39) menyatakan bahwa tari sebagai seni pertunjukan memerlukan pengamatan yang lebih serius daripada sekedar untuk hiburan. Untuk itu tari yang tergolong sebagai seni pertunjukan/tontonan dinamakan performance atau concert, karena pertunjukan tarinya lebih menggunakan bobot nilai seni daripada tujuan lainnya. Tari-tarian pertunjukan pada umumnya mempunyai ciri-ciri tertentu antara lain sebagai berikut: Pola garapannya merupakan penyajian yang khusus untuk pertunjukan (performing art), dengan usaha mengembangkan seluruh kaidah-kaidahnya. Adanya faktor imajinatif/kreativitas. Adanya ide yang mengandung dan mengarahkan kepada bentuk pementasan yang profesional (spesialisasi keahlian dalam bidang tertentu). Kadangkala pementasan hanya menghendaki penonton tertentu dengan harapan adanya evaluasi yang apresiatif yang dijalankan dengan undang-undang. Lokasi pementasan di tempatkan yang khusus atau teater, baik tempat itu berupa gedung pertunjukan tradisional, modern, panggung terbuka ataupun tertutup.
15
2.2.4 Tari sebagai media pendidikan Menurut Jazuli (1994:61) tari sebagai media pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kepekaan estetis melalui kegiatan berapresiasi dan pengalaman berkarya kreatif. Menurut Soedarsono (1990,167-169), fungsi kesenian tradisional ada dua, yaitu fungsi primer dan fungsi sekunder. 2.2.5 Fungsi primer Fungsi primer dari seni pertunjukkan adalah apabila seni tersebut jelas penikmatnya. Seni pertunjukan bertujuan untuk dinikmati bukan untuk kepentingan lain. Soedarsono membagi fungsi primer menjadi tiga yaitu sarana ritual yang penikmatnya adalah kekuatan-kekuatan yang tidak kasat mata, sebagai hiburan pribadi yang penikmatnya adalah pribadi-pribadi yang melibatkan diri dalam pertunjukan, sebagai presentase estetis yang pertunjukanya harus dipresentasikan ataupun disajikan penonton. 2.2.6 Fungsi sekunder Fungsi sekunder dari seni pertunjukan adalah seni pertunjukan tersebut bertujuan bukan untuk dinikmati tetapi untuk kepentingan lain. Soedarsono membagi fungsi sekunder menjadi sembilan yaitu : sebagai pengikat solidaritas sekelompok masyarakat, sebagai pembangkit rasa solidaritas bangsa, sebagai media komunikasi massa, sebagai media propaganda keagamaan, sebagai media politik, sebagai media program-program pemerintahan, sebagai media meditasi, sebagai sarana terapi, dan sebagai sarana perangsang produktifitas.
16
Berdasarkan teori-teori yang sudah diuraikan di atas mengenai fungsi tari akan digunakan untuk mengetahui fungsi Tari Sindhung Lengger yang ada di Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo, antara lain fungsi sebagai sarana hiburan dan fungsi pertunjukan.
2.3 Kerangka Berpikir Sindhung Lengger merupakan suatu tarian yang menceritakan tentang citra diri seorang wanita pedesaan dengan kepolosannya mengajak laki-laki untuk hanyut dalam kebersamaan untuk menyatu, berandai-andai akan indahnya persahabatan berbagi rasa serta bermakna untuk mengingatkan manusia kepada pencipta alam, hampa sesaat kemudian menatap dan memohon ke-Agungan Tuhan Yang Maha Esa dalam kesedihan maupun senang agar tetap memberi keselamatan serta perlindunganNya kepada seluruh umat manusia di bumi. Makna merupakan maksud pembicara atau penulis. Simbol berarti lambang yaitu tanda yang menyatakan suatu hal atau mengandung maksud tertentu. Penelitian yang mendukung dalam penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian dari Lina Maryati (2007) dengan judul Bentuk Pertunjukan dan Fungsi Tari Sindhung Lengger Kabupaten Wonosobo, dalam penelitian didapatkan hasil bahwa bentuk pertunjukan tari Sindhung Lengger adalah gerak, iringan, tata rias dan busana, tempat pementasan dan lighting. Penelitian lain yang juga mendukung dalam penelitian ini adalah penelitian dari Waket Prasudi Puger (2010) dengan judul Pertunjukan Kesenian Barongan Dalam Upacara Ritual Bulan Sura Di Desa Giyanti, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo
17
(Kajian Struktur dan Fungsi), pada penelitian ini mendapatkan hasil bahwa struktur pertunjukan kesenian Barongan adalah ragam gerak, iringan, tata rias dan busana, serta waktu dan tempat pementasan. Pada penelitian kali ini peneliti akan mengkaji tentang makna simbolis dari tari Sindhung Lengger dilihat dari tema, gerak, iringan serta tata rias dan busana. Fungsi penyajian bermacam-macam diantaranya adalah fungsi sebagai hiburan, fungsi sebagai upacara, fungsi sebagai sarana pertunjukan dan fungsi sebagai pendidikan. Kerangka berpikir tersebut apabila diwujudkan dalam skema sebagai berikut:
Tari Sindhung Lengger
Fungsi
Makna Simbolis
Meliputi: tema, gerak, iringan, serta tata rias dan busana
Meliputi: fungsi hiburan, fungsi tontonan atau pertunjukan dan fungsi pendidikan
Makna simbolis dan fungsi Tari Sindhung Lengger
18
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu pendekatan yang mengungkapkan atau menguraikan data-data yang diperoleh di lapangan dengan kalimat-kalimat bukan diungkapkan dengan angka-angka. Endraswara (2003:1415) mengungkapkan bahwa pendekatan penelitian kualitatif biasanya mengejar data verbal yang lebih mewakili fenomena. Penelitian kualitatif mengutamakan data yang diperoleh dari lapangan, biasanya tidak terstruktur dan relatif banyak sehingga
memungkinkan
peneliti
untuk
menata,
mengkritisi
dan
mengklasifikasikan agar lebih menarik. Metode penelitian berasal dari kata “metode” yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu, dan “logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi metodologi penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang terucapkan secara lisan dan tertulis serta perilaku orang-orang yang dapat diamati (Cholid, 2000:1). Jazuli (2001:19) bahwa maksud dari penelitian kualitatif adalah berupa kata-kata dan gambar yang berasal dari naskah, hasil wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi maupun resmi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif, karena permasalahan yang dibahas dalam hal ini bertujuan untuk menggambarkan atau menguraikan tentang makna simbolis
18
19
dan fungsi Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan struktural, karena peneliti akan melihat dan mengetahui pertunjukan kesenian dari segi struktur pertunjukannya. Menurut Royce (dalam Suharto, 1987:1) struktur adalah seperangkat tata hubungan antar bagian dalam bentuk satu kesatuan. Berkaitan dengan penelitian yang akan dikaji tentang struktur makna simbolis dan fungsi Tari Sindhung Lengger, maka untuk mengetahui tentang makna simbolis dan fungsi Tari Sindhung Lengger akan dikaji melalui aspek-aspek pertunjukkan yang meliputi aspek gerak, aspek iringan serta aspek tata rias dan busana.
3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo. Penelitian mengambil lokasi di Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo dengan pertimbangan bahwa Dinas Pariwisata adalah satusatunya lembaga pemerintah yang masih melestarikan Tari Sindhung Lengger sampai saat ini dan sebagai tempat lahirnya Tari Sindhung Lengger. 3.2.2 Sasaran Penelitian Sasaran dalam penelitian ini adalah: 3.2.2.1 Makna simbolis Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo. 3.2.2.2 Fungsi Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo.
20
3.3 Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo, pencipta Tari Sindhung Lengger (narasumber), para penari Sindhung Lengger, serta tempat atau lokasi yang dijadikan sebagai objek penelitian. Lokasi ini yaitu Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo dengan objek atau sasaran penelitiannya adalah makna simbolis dan fungsi Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo.
3.4 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan keterangan, atau informasi yang benar dan dipercaya. Pengumpulan teknik dan alat pengumpul yang tepat memungkinkan data objektif (Arikunto, 1998:142). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan tiga metode yaitu: 3.4.1 Teknik Observasi Teknik observasi digunakan dalam penelitian ini dengan maksud untuk mendapatkan informasi dan data secara langsung dari lokasi penelitian, yaitu untuk melihat secara langsung bagaimana makna simbolis dan fungsi Tari Sindhung Lengger bagi masyarakat Kabupaten Wonosobo. Menurut Arikunto (1998:146) memberikan pengertian observasi adalah pengamatan yang meliputi perbuatan pemantauan terhadap suatu objek yang menggunakan seluruh indera atau pengamatan langsung. Observasi dalam penelitian ini menggunakan cara langsung terhadap observasi yang relevan dengan kondisi lingkungan di lokasi penelitian yang diamati.
21
Kegiatan observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terbagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pertama berupa observasi awal (survey) yang berisi dengan kegiatan pengecekan lokasi dan sasaran penelitian dan tahap kedua sebagai penelitian inti dengan kegiatan pengumpulan data dan bahan yang dibutuhkan dalam pembahasan masalah. Objek yang diamati atau diobservasi meliputi: 3.4.1.1 Kondisi fisik lokasi penelitian, yang meliputi letak dan kondisi geografis desa beserta pembagian wilayah dan jumlah penduduknya. Kegiatan observasi dimulai dengan melakukan survey awal atau pengecekan lokasi pada tanggal 3 Januari 2011 dengan menggunakan teknik pengamatan tertutup yaitu tanpa diketahui oleh para subjek. Pengamatan selanjutnya dilakukan pada bulan Februari, dengan menggunakan teknik terbuka yaitu diketahui oleh subjek-subjek. Subjek-subjek disini adalah ketua Dinas Pariwisata dan pencipta Tari Sindhung Lengger. 3.4.1.2 Kondisi sosial budaya masyarakat Kabupaten yang meliputi pendidikan, mata pencaharian masyarakat, kehidupan seni dalam masyarakat, dan kehidupan keagamaan. Proses observasi dimulai dengan melakukan survei awal yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap masyarakat Kabupaten Wonosobo dan dilanjutkan dengan kegiatan pengumpulan subjek yang berkaitan dengan objek atau sasaran penelitian. 3.4.1.3 Masyarakat dan pelaku seni, yang meliputi tokoh masyarakat, pencipta Tari Sindhung Lengger, dan para penari Sindhung Lengger. Observasi dimulai dengan mencari informasi tentang Tari Sindhung Lengger dan
22
keberadaannya dalam berbagai acara. Selanjutnya peneliti melakukan pengecekkan
ke
lokasi
penelitian
dengan
cara
menemui
dan
mewawancarai subjek penelitian sesuai dengan materi yang dikaji dalam penelitian. 3.4.2 Teknik Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan pihak yang diwawancarai (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut (Moleong, 2002:135). Wawancara harus dilakukan dengan efektif, artinya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dapat diperoleh data sebanyak-banyaknya. Bahasa harus jelas, terarah, suasana harus tetap rileks agar data yang diperoleh dan yang objektif dan dapat dipercaya (Arikunto, 1998:129). Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah interview bebas terpimpin yaitu pewawancara membawa pedoman yang merupakan garis besar tentang hal yang akan diteliti. Pertanyaan itu secara khusus ditujukan kepada informan penelitian, yakni para seniman, pencipta tari dan kepala Dinas Pariwisata. Wawancara dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengungkapkan bagaimana makna simbolis Tari Sindhung Lengger, dan bagaimana fungsi Tari Sindhung Lengger bagi masyarakat Kabupaten Wonosobo. Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam teknik wawancara adalah:
23
1. Menentukan lokasi. 2. Menentukan informan yang akan dijadikan sebagai sumber informasi. 3. Menentukan waktu wawancara. 4. Membuat daftar pertanyaan wawancara, yang memuat hal-hal yang perlu ditanyakan kepada sumber/informan. Dalam memilih informan yang dianggap menguasai dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang jelas, informan yang dipilih adalah pencipta tari Sindhung Lengger, karena secara umum pencipta tari Sindhung Lengger menguasai tentang makna simbolis dan fungsi Tari Sindhung Lengger. Wawancara dilakukan dengan responden yang meliputi: 1. Petugas Badan Pusat Statistik, materi wawancara seputar kondisi fisik yang meliputi letak dan kondisi geografis, jumlah penduduk, pendidikan penduduk, mata pencaharian penduduk, dan kehidupan keagamaam masyarakat. Proses wawancara dimulai dengan mempersiapkan materi wawancara, kemudian menemui semua informan. 2. Pencipta tari yaitu Ibu Sulistriyaningsih, materi wawancara seputar kehidupan sosial budaya dan kehidupan kesenian masyarakat yang meliputi asal-usul dan latar belakang Tari Sindhung Lengger. 3. Para seniman tari, materi wawancara seputar faktor-faktor yang mendorong dalam kehidupan berkesenian serta berapa lama terjun dalam dunia seni. 4. Kepala Dinas Pariwisata, materi wawancara seputar perkembangan tari Sindhung Lengger di Kabupaten Wonosobo.
24
3.4.3 Teknik Dokumentasi Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengambil peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat teori, dalil-dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian (Rahman, 1993:31). Dokumen merupakan data yang diperoleh dari penelitian yang berupa dokumen (foto) dan informasi dari masyarakat yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu mengambil gambar (foto) saat pertunjukan dan merekam hasil wawancara menggunakan media visual. Pada penelitian ini, dokumentasi yang digunakan adalah foto, karena foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan pada penelitian-penelitian kualitatif, serta merupakan sumber data yang stabil dan akurat. Proses dokumentasi dilakukan dalam waktu pengumpulan data, yang diantaranya dilakukan dengan cara menanyakan kepada seniman tari tentang kapan diadakan pertunjukan Tari Sindhung Lengger, kemudian mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan, baru pada saat pementasan peneliti ikut datang dalam pementasan tersebut untuk mengambil gambar yang diperlukan. Data-data yang dikumpulkan melalui teknik pengumpulan data dokumentasi pada penelitian ini yaitu dokumen data geografis dan demografis tempat yang menjadi lokasi penelitian.
25
3.5 Teknik Keabsahan Data Sebelum menganalisis data lebih lanjut perlu diperiksa keabsahan data yang dikumpulkan. Teknik keabsahan data adalah teknik yang digunakan penulis dalam penelitian untuk memperoleh data yang benar-benar absah. Seperti yang diungkapkan Moleong dalam bukunya Metode Penelitian Kualitatif (2002:178), yang mengungkapkan bahwa pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan melalui beberapa cara satu diantaranya adalah dengan teknik Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data ulang untuk mendapatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data. Teknik triangulasi meliputi tiga unsur yaitu sumber, metode dan teori. 3.5.1 Sumber Mengecek kembali data yang diperoleh dengan informasi dokumen serta sumber informasi untuk mendapatkan derajat kepercayaan adanya informasi dan kesamaan pandang serta pemikiran 3.5.2 Metode Metode digunakan untuk mendapatkan keabsahan dalam penulis hasil penelitian, dalam pemerolehan data peneliti mendapatkan dari beberapa informasi, maka dari itu perlu adanya pengabsahan data yang didapat agar dapat dipertanggung jawaban kebenarannya. 3.5.3 Teori Penggunaan teori dalam bentuk Triangulasi berdasarkan anggapan fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaan dengan satu teori. Hal ini tidak mungkin dilakukan peneliti yang hanya menggunakan satu teori. Pada penelitian
26
ini digunakan beberapa sumber buku sebagai acuan teoritis (referensi), sehingga benar-benar dapat dibandingkan antara teori yang satu dengan teori yang lain sekaligus dapat menambah wawasan pengetahuan sebagai faktor pendukung dalam menyelesaikan skripsi. Membandingkan dari beberapa teori serta didukung data yang ada, sehingga peneliti dapat melaporkan hasil peneliti dapat melaporkan hasil penelitian yang disertai penjelasan-penjelasan sebagaimana ditentukan. Dengan demikian akan menambah derajat kepercayaan data yang ada. Diantara ketiga sumber di atas, penulis terapkan hanya pada sumber untuk memeriksa keabsahan data. Hal ini dilakukan dengan mencocokkan data dari beberapa sumber, antara lain penulis mencoba menggali tentang fungsi Tari Sindhung Lengger dari beberapa sumber seperti sumber primer dari pemain maupun mencari teori dari beberapa sumber yang lain . Peneliti melihat gerakan tari Sindhung Lengger secara utuh, lalu menanyakan nama-nama tiap gerakan pada tari Sindhung Lengger, peneliti dibantu dengan pencipta tari Sindhung Lengger menguraikan satu-persatu gerakan dari tari Sindhung Lengger, setelah itu baru ditemukan makna simbolis yang terdapat dalam tari Sindhung Lengger, akan tetapi tidak semua gerakan dalam tari Sindhung Lengger memiliki makna simbolis.
3.6 Teknik Analisis Data Analisi data menggunakan konsep Adshead. Menurut Adshead dkk (dalam Murgiyanto, 2002:9-10), dalam bukunya Dance Analysis: Teory and Practice, membagi proses analisi tari menjadi empat tahap sebagai berikut:
27
3.6.1 Mengenali dan mendeskripsikan komponen-komponen pertunjukan seperti gerak, penari, aspek visual dan elemen-elemen auditif. 3.6.2 Memahami hubungan antara komponen-komponen pertunjukan dalam perjalanan ruang dan waktu: bentuk dan struktur koreografi. 3.6.3 Melakukan intepretasi berdasarkan konsep dan latar belakang sosial, budaya, konteks pertunjukan, gaya dan genre, tema atau isi tarian dan konsep intepretasi spesifik. 3.6.4 Melakukan evaluasi berdasarkan: 3.6.1.1 Nilai-nilai yang berlaku di dalam kebudayaan dan masyarakat pendukung tarian. 3.6.1.2 Nilai-nilai yang terkait dengan gaya dan genre, isi dan pesan tari. 3.6.1.3 Konsep-konsep spesifik yang mencakup efektivitas koreografi dan efektivitas pertunjukan.
28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Penelitian 4.1.1 Lokasi Kabupaten Wonosobo Kabupaten Wonosobo terletak pada posisi 7º lintang selatan (LS) serta antara 109-110º Bujur Timur (BT). Luas wilayah kabupaten Wonosobo adalah 984,68 km². Lokasi Kabupaten Wonosobo (seluruh wilayah) terletak pada ketinggian 270-2.250 meter di atas permukaan laut. Sebagai ibu kota Kabupaten, Wonosobo terletak pada 772 meter di atas permukaan laut dan sebagian kontur tanahnya berbukit, luas Kabupaten Wonosobo adalah 984,64 kilometer persegi atau 98.467.965 meter. Posisi Kabupaten Wonosobo berada di bagian tengah propinsi Jawa Tengah dan berbatasan dengan beberapa Kabupaten tetangga di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kendal dan Batang, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Magelang, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Purworejo dan Kebumen, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara dan Kebumen. 4.1.2 Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Wonosobo berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010 adalah sejumlah 719.946 jiwa.
28
29
Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin
Jumlah penduduk
Perempuan
361.564 jiwa
Laki-laki
359.382 jiwa
(Data Monografi Kabupaten Wonosobo 2010) Rata-rata kepadatan penduduk adalah 731 jiwa per kilometer persegi. Sedangkan tingkat pertumbuhan penduduk tahun 2010 adalah 1,49 persen. Sebagian besar penduduk Kabupaten Wonosobo bermata pencaharian sebagai petani. Akan tetapi ada juga penduduk yang bermata pencaharian sebagai peternak, pegawai negeri sipil, pengusaha, pelayan, buruh, pedagang, tukang dan lain sebagainya. Rata-rata para penari Sindhung Lengger merupakan pelajar SMP dan SMA. Penduduk Kabupaten Wonosobo adalah penduduk yang memiliki keanekaragaman budaya, demikian juga dengan agama/kepercayaan yang dianutnya. Agama/kepercayaan yang dianut oleh penduduk Kabupaten Wonosobo adalah Islam, Katholik, Kristen, Hindhu dan Budha. Namun sebagian besar penduduk Kabupaten Wonosobo menganut agama Islam. Penduduk Kabupaten Wonosobo yaitu penduduk yang berbineka tunggal ika, walaupun agama yang dipeluk berbeda-beda tetapi mereka dapat hidup secara berdampingan dalam satu kedamaian, saling menghormati dan bekerja sama antara agama yang satu dengan agama yang lain. Penduduk Kabupaten Wonosobo termasuk dalam penduduk yang sudah bebas buta aksara. Pencanangan wajib belajar Sembilan tahun oleh pemerintah
30
sebagai pendidikan dasar, program yang dijalankan oleh pemerintah yaitu program-program belajar seperti kejar paket A, kejar paket B, dan kejar paket C yang diadakan untuk masyarakat yang tidak dapat melanjutkan sekolahnya. Kejar paket di Kabupaten Wonosobo sangat membantu masyarakat dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Masyarakat Kabupaten Wonosobo termasuk masyarakat yang mencintai kesenian. Pementasan-pementasan seni menjadi indikasi dari kelompok-kelompok seni yang ada, baik itu wayang kulit, kesenian karawitan, kesenian embleg/kuda kepang, kesenian lengger, barongan, tari sindhung lengger, tari lengger sulasih, campursari, dan masih banyak lagi kesenian yang lainnya. Acara pementasan seni biasanya dilaksanakan oleh perseorangan dalam rangka acara syukuran, maupun oleh sekelompok orang dan pemerintah Kabupaten dalam acara-acara tertentu. Tari Sindhung Lengger terkenal di Kabupaten Wonosobo. Menurut narasumber Tari Sindhung Lengger ini diciptakan pertama kali pada tahun 2002 dengan perlengkapan yang sangat sederhana dan sampai sekarang sudah direkonstruksi sampai tiga kali. 4.1.3 Potensi Wisata, Budaya dan Seni Kesenian merupakan salah satu unsur yang senantiasa ada pada setiap kebudayaan, kesenian erat kaitannya dengan kebutuhan manusia yang mendasar untuk memenuhi kebutuhannya akan keindahan. Kesenian juga telah menyertai kehidupan manusia, kesenian menyertai dimanapun dan kapanpun manusia itu berada.
31
Berkesenian merupakan salah satu bagian kehidupan masyarakat Kabupaten Wonosobo. Berdasarkan data yang tercatat di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, terdapat 582 kelompok kesenian yang tersebar di seluruh pelosok Kabupaten Wonosobo. Sampai saat ini masyarakat di Kabupaten Wonosobo masih terus melestarikan berbagai jenis kesenian yang ada sangat beragam, mulai dari kuda kepang/embleg, lengger, angguk, daweng, kethoprak, campursari, rebana, gambus, sindhung lengger, lengger sulasih, bambu runcing, barongan dan barongsai. Biasanya kesenian tradisional dipentaskan pada acara-acara tertentu seperti hari-hari besar nasional seperti Peringatan Kemerdekaan RI yang diadakan di alun-alun kota Wonosobo, festival di TMII pada tanggal 20 November 2004, peringatan hari jadi Wonosobo yang diadakan di alun-alun kota Wonosobo maupun di gedung Adipura, dan hari-hari penting lainnya. Tidak jarang kesenian tradisional juga ditampilkan di hotel-hotel berbintang untuk memenuhi pesanan wisatawan asing seperti embleg/kuda kepang, lengger, campursari, kethoprak, tari sindhung lengger. Desa Giyanti merupakan salah satu desa yang mampu melestarikan seluruh potensi kesenian yang ada di Kabupaten Wonosobo sehingga desa Giyanti disebut sebagai desa budaya, di desa Giyanti ini kita akan menemukan berbagai macam kesenian tradisional Kabupaten Wonosobo dari kesenian kuda kepang yang oleh masyarakat Wonosobo disebut dengan embleg sampai kesenian kethoprak.
32
Potensi wisata yang terdapat di Kabupaten Wonosobo mencakup taman rekreasi kalianget yang berada di Kalianget, waduk wadaslintang yang berada di desa Wadaslintang, telaga menjer yang berada di desa Menjer Kecamatan Garung, telaga warna dan gua semar yang berada di komplek candi Dieng. Kesenian tradisional yang berada di Kabupaten Wonosobo adalah: 1. Lengger, lengger merupakan tari berpasangan yang menceritakan kisah percintaan antara Raden Panji Asmara Bangun dengan Dewi Sekartaji. Pada pementasannya biasanya tari lengger diawali dengan tari-tarian seperti gambyong lengger, sulasih, kinayakan, bribil, samiran dan seterusnya. 2. Campursari merupakan suatu perkumpulan musik yang memadukan instrument elekronik dengan instrument gamelan. Lagu-lagu yang dibawakan biasanya lagu dengan syair Jawa, keroncong, pop maupun lagu-lagu yang masih popular saat ini. 3. Kethoprak merupakan sejenis sandiwara tradisional Jawa yang biasanya memainkan cerita-cerita lama dengan iringan musik gamelan disertai dengan tari-tarian dan tembang. Namun saat ini kethoprak di wilayah Wonosobo sudah tidak eksis lagi atau sudah jarang sekali dipentaskan. Kethoprak lebih banyak dijumpai di desa Kalimendong Kecamatan Leksono Kabupaten Wonosobo. Masyarakat di desa Kalimendong ini melestarikan kethoprak sampai saat ini. 4. Tari angguk adalah sebuah tarian yang menggambarkan cerita menal (pahlawan Arab) ataupun cerita Omar-Amir, Imam Suwongso, Wong Agung Jayengrono
dan
sebagainya.
Bentuk
tarian
dipengaruhi
unsur-unsur
33
keagamaan, sedangkan kostum yang dikenakan merupakan kostum wayang orang. Alat-alat yang digunakan yaitu: rebana, bedug kecil (jidor) dan kendang, sedangkan lagu yang dibawakan bernafaskan Islam. Dinamakan angguk karena gerakan yang mereka bawakan mengutamakan leher yang selalu mengangguk-angguk. 5. Rebana merupakan suatu perkumpulan kesenian yang berciri Islam dengan menyanyikan shalawat dan puji-pujian yang diambil dari Al-Barzanzi dengan iringan musik rebana seperti organ, ketipung serta drum. Kesenian rebana banyak kita jumpai di desa Drewel Kecamatan Watumalang dan di desa Kalibeber Kecamatan Mojotengah Kabupaten Wonosobo, di kedua desa tersebut melestarikan kesenian rebana karena masyarakatnya berlatar belakang pesantren. Dari beberapa kesenian yang ada di Kabupaten Wonosobo, ada salah satu tarian yang sangat menarik perhatian penulis yaitu Tari Sindhung Lengger. Tari Sindhung Lengger hidup dan berkembang di DIPARBUD Kabupaten Wonosobo yang bertempat di pusat kota Kabupaten Wonosobo. Tari sindhung lengger merupakan tari berpasangan yang mengadopsi dari kesenian tradisional lengger.
4.2 Asal-Usul Tari Sindhung Lengger Tari Sindhung Lengger merupakan salah satu jenis tarian berpasangan yang diciptakan oleh seorang seniman yang bernama ibu Sulistriyaningsih pada tahun 2002. Latar belakang lahirnya Tari Sindhung Lengger yaitu keinginan untuk tetap terus melestarikan dan terus mengembangkan tari di Kabupaten Wonosobo.
34
Sindhung Lengger berasal dari kata Sindhung dan Lengger. Sindhung atau ndhung yang berarti gadis atau seorang anak perempuan. Sindhung berasal dari kata ndhung/gendhung yaitu sebutan atau panggilan untuk seorang anak perempuan di desa di daerah Wonosobo (DIPARBUD, 2003). Lengger merupakan akronim dari bahasa Jawa yaitu Leng dan Ngger. Leng dalam bahasa Jawa yang berarti lubang yang sering diidentikkan dengan alat kelamin seorang wanita, sedangkan Jengger merupakan tanda kelamin pada ayam jantan yang melambangkan sifat jantan bagi seorang laki-laki. Jadi yang dimaksud dengan kata Lengger merupakan seorang yang dikira wanita akan tetapi ternyata adalah seorang laki-laki. Memang pada awalnya tari lengger ditarikan oleh penari laki-laki yang berbusana wanita. Menurut ibu Sulistriyaningsih, “Sindhung Lengger berasal dari kata gendhung atau ndung yang merupakan panggilan mbak atau anak perempuan yang ada di daerah Kabupaten Wonosobo, sedangkan lengger dari penyebaran para wali yang meyebutkan “elingo ngger”. Kata tersebut mempunyai maksud agar kita selalu mengingat akan kuasa Tuhan.” Tari Sindhung Lengger menceritakan tentang citra diri dari seorang gadis desa yang dengan kepolosannya mengajak laki-laki untuk ikut hanyut dan menyatu dalam kebebasan, berandai-andai akan indahnya persahabatan, berbagi rasa serta mengingatkan manusia akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, menatap dan memohon keagungan Tuhan dalam setiap kesedihan maupun senang/gembira agar selalu diberi keselamatan serta perlindungan-Nya kepada seluruh umat manusia di bumi. Tari Sindhung Lengger diciptakan pada tahun 2002 dan digarap oleh berbagai unsur komunitas sosial dan elemen-elemen masyarakat Wonosobo
35
seperti seniman tradisional, guru, mahasiswa sampai pada tingkat birokrasi Pembina kebudayaan daerah. Ibu Sulistriyaningsih sebagai pencetus ide garapan tari Sindhung Lengger dibantu dengan para seniman Kabupaten Wonosobo mengembangkan gerakan tari Topeng Lengger diganti dengan gerakan yang lebih mudah untuk dipelajari oleh anak dipadu padankan sehingga menjadi sebuah tarian yang layak untuk dinikmati oleh penonton. Untuk menyatukan persepsi dari tiap seniman, dengan menguraikan makna gerak dan irama kehidupan yang berakar dari tradisi dan kesenian asli rakyat pedesaan yang bisa dipentaskan dalam setiap kesempatan.
4.3 Unsur-Unsur Pertunjukan Tari Sindhung Lengger 4.3.1 Pelaku Pelaku pada Tari Sindhung Lengger terdiri atas penari lengger yang terdiri atas penari lengger dan pengibing, pengrawit, sindhen (penyanyi). a. Penari Penari Sindhung Lengger terdiri atas penari putra yang disebut sebagai pengibing dan penari putri yang disebut sebagai lengger. Keduanya tidak dapat terpisahkan karena saling terkait satu sama lain. Tari Sindhung Lengger ditarikan secara berpasangan oleh penari putri dan putra. Jumlah penari pada Tari Sindhung Lengger tidak dibatasi sesuai dengan kebutuhan penyajiannya. Penari Sindhung Lengger di Kabupaten Wonosobo ada sekitar 10 orang. Diantaranya bernama Dian sebagai lengger seorang siswa SMP kelas VIII dan Tatak sebagai pengibing seorang siswa SMA kelas X. Dian dan Tatak ikut menjadi penari Sindhung
36
Lengger karena kecintaannya terhadap kesenian yang ada di daerah Wonosobo khususnya tari sindhung lengger dan ingin mengembangkannya sehingga tari sindhung lengger ini tidak punah begitu saja. b. Pengrawit Pengrawit pada Tari Sindhung Lengger ada sekitar 6 orang. Bapak Hartoyo sebagai pengendang, Bapak Iswanto yang menabuh bonang barung, Bapak Minwari yang menabuh boning penerus, Bapak Dwi yang menabuh bendhe, Bapak Edi yang bertugas menabuh gong, serta Bapak Haris sebagai penabuh peking. c. Sindhen (Penyanyi) Sindhen pada pertunjukkan Tari Sindhung Lengger biasanya berjumlah 2 orang yaitu Ibu Lis dan Ibu Tarmi sebagai pesindhen. Sindhen bertugas untuk menyanyikan syair-syair lagu yang dibutuhkan pada saat pertunjukkan Tari Sindhung Lengger berlangsung. 4.3.2 Gerak Danceskrip Tari Sindhung Lengger Tabel 2. Danceskrip Gerakan Tari Sindhung Lengger
NO. 1.
RAGAM GERAK
DESKRIPSI
KETERANGAN
Lumaksono
Kaki melangkah sesuai irama Geraknya lembut
Lembehan sampur.
diawali dengan kaki kanan. Tangan kiri menthang dengan sampur dililitkan, tangan kanan lembehan.
37
2.
Singgetan-sindir
Sampur kanan dilempar ke atas, Geraknya
patah-
kaki kiri silang di depan kaki patah kanan, sampur uncal di tangan kiri dan kaki kanan silang di depan kaki kiri, ukel karno kiri seblak kanan.
3.
Tranjalan putar
Maju kaki kiri lalu tangan Geraknya
patah-
kanan ukel di depan wajah patah secara bergantian kanan dulu lalu kiri. Bila yang maju kaki kiri maka yang ukel tangan kanan.
4.
Singgetan-sindir
Sampur kanan dilempar ke atas, Geraknya
patah-
kaki kiri silang di depan kaki patah kanan, sampur uncal di tangan kiri dan kaki kanan silang di depan kaki kiri, ukel karno kiri seblak kanan.
5.
Sembahan lambung.
ogek Kedua tangan menangkup di Geraknya depan dada, lalu duduk setelah patah itu berdiri dengan kedua tangan masih menangkup di depan dada.
6.
Singgetan.
Tangan
ukel
mlumah
njijil Geraknya
seblak sampur, kaki kanan maju mengalun
patah-
38
7.
Atur-atur maju.
Kedua
tangan
menangkup Geraknya
(sembahan) di depan dada, kaki mengalun kanan maju di depan kaki kiri sambil ogek lambung.
8.
Singgetan-sindir.
Sampur kanan diuncal ke atas, Geraknya
patah-
kaki kiri silang di depan kaki patah kanan, sampur uncal di tangan kiri dan kaki kanan silang di depan kaki kiri, ukel karno seblak kanan.
9.
Entrakan.
Kaki kanan maju sedangkan Geraknya kaki
kiri
tetap
berada
di patah
belakang ketika tangan kanan ukel. Tangan kiri di pinggang, tangan kanan ukel di depan pusar lalu seblak sampur.
10.
Singgetan-srisig
Sampur kanan dilempar ke atas Geraknya
indroyo.
lalau tangan kanan digeser ke mengalun kiri tangan kiri menthang, kaki kiri silang di depan kaki kanan lalu berputar jalan jinjit kecilkecil.
11.
Permohonan/
Kedua
tangan
menangkup Geraknya
Sembahan
(sembahan) duduk, berdiri lalu mengalun maju kaki kiri mancat kaki kanan, lalu tangan trap bokor
patah-
39
kanan, ngleyek,
jejer-kaki
kanan/kiri
tangan
kanan
menthang gejuk kaki kanan, trap bokor kiri srisig hadap kiri menthang tangan kanan, kaki kiri gejug kenser putar seblak sampur.
12.
Kebaran Trap
Kedua tangan ukel atas bawah Geraknya
sumping.
di depan telinga kanan, posisi mengalun kaki kanan berada di depan dan kaki kiri di belakang kaki kanan, begitu sebaliknya.
13.
Trap jamang.
Kedua tangan ukel di depan Geraknya jamang,
lalu
tangan
patah-
kanan patah
ngrayung di depan dada, begitu sebaliknya. Kaki kanan maju di depan kaki kiri.
14.
Singgetan-sindir.
Sampur kanan uncal ke atas Geraknya
patah-
dibarengi kaki kiri silang di patah depan kaki kanan, lalu sampur uncal ke tangan kiri dan kaki kanan silang di depan kaki kiri, ukel karno seblak kanan.
15.
Trap boro.
Tangan kanan ukel ke samping Geraknya kiri, tangan kiri di pinggang, mengalun kaki kanan maju mengikuti tangan ke arah kiri lalu kedua
lembut
40
tangan di pinggang dan hadap kanan.
16.
Ngilo asto-sengok Kedua telapak tangan silang di Geraknya geraknya di sambung nacah- depan wajah lalu tangan kiri patah-patah ngecek.
menthang ke depan dan tangan kanan ditekuk di atas kepala, setelah itu tangan kanan ukel di atas kepala sambil berputar dan pinggul digoyang.
17.
Srisig.
Berjalan
kecil-kecil
sambil Geraknya lembut
berputar, dengan kedua tangan memegang sampur di samping kanan.
18.
Berpasangan.
Penari putra masuk panggung Geraknya
Srisig-
dengan gerak kaki berjalan mengalun
berpasangan.
lumaksono
lembean
untuk
mencari pasangan, penari putraputri srisig bersama berjalan kecil-kecil sambil berputar.
19.
Tawing kanan-kiri Gerakan seblak sampur.
berlawanan
antara Geraknya
penari putra dan putri. Penari patah putri tawing kanan (telapak tangan kiri berada di depan dada kanan) lalu seblak sampur kiri, penari putra tawing kiri (telapak tangan kiri berada di depan dada kiri) lalu seblak
patah-
41
sampur kanan.
20.
Srisig.
Berjalan kecil-kecil
berputar Geraknya lembut
sambil kedua tangan memegang sampur.
21.
Tumpang tali ogek Kedua penari menyebar, penari Geraknya lambung.
putri
tumpang
patah-
tali(kedua patah
telapak tangan dikibas-kibaskan ke samping kanan dan kiri) lalu ogek lambung diikuti kepala lenggut
posisi
kaki
kanan
berada di depan kaki kiri, penari
putra
menthang
dan
tangan
kanan
tangan
kiri
ditekuk lalu ogek lambung, posisi kaki tanjak kiri.
22.
Srisig.
Berjalan kecil-kecil
berputar Geraknya lembut
sambil kedua tangan memegang sampur.
23.
Tranjal (putri)
pundak Kaki kanan berada di depan Geraknya kaki kiri melangkah berputar patah
Tranjal bopongan sambil kedua tangan berada di (putra).
pundak kemudian kaki kiri maju diikuti kedua tangan di pinggang. Penari putra bergerak di belakang penari putri, dengan kedua kaki ditekuk merendah dan kedua tangan berada di
patah-
42
depan
ditekuk
seperti
mau
bopong.
24.
Srisig.
Berjalan kecil-kecil
berputar Geraknya lembut
sambil kedua tangan memegang sampur.
25.
Tawing
penthang Penari putri tangan kiri di depan Geraknya
egol, kaki loncat.
patah-
dada kanan dan tangan kanan patah ngelit
sampur
lalu
seblak
sampur kanan diikuti kaki kiri loncat di belakang kaki kanan. Penari putra loncat ke kiri lalu tangan bapang dan kaki loncat lagi ke kanan dan kedua tangan di pinggang.
26.
Srisig.
Berjalan kecil-kecil
berputar Geraknya lembut
sambil kedua tangan memegang sampur.
27.
Tranjal ukel cethik Kaki kanan maju di depan kaki Geraknya kanan-kiri.
kiri sambil tangan ukel dicethik mengalun secara bergantian. Penari putra bergerak di belakang penari putrid mengikuti gerak yang sama.
28.
Srisig.
Berjalan kecil-kecil
berputar Geraknya lembut
sambil kedua tangan memegang sampur.
43
29.
Ngecek (egol)
Kedua tangan ukel di depan Geraknya
tangan trap
jamang (di depan dahi), kaki patah
jamang.
melangkah kecil-kecil namun memberi
efek
geolan
patah-
pada
pantat.
30.
Srisig.
Berjalan kecil-kecil
berputar Geraknya lembut
sambil kedua tangan memegang sampur.
31.
Tawing
entrag Penari
kanan-kiri.
putri
tawing
kanan Geraknya
(tangan kiri di depan dada mengalun kanan) dan tangan kanan di pinggang
sambil
kepala
bergerak ke kanan-kiri. Penari putra kaki tanjak dengan kaki kanan berada di depan kaki kiri, tangan tawing kiri(tangan kanan berada di dada kiri) dan tangan kiri di pinggang.
32.
Srisig.
Berjalan kecil-kecil
berputar Geraknya lembut
sambil kedua tangan memegang sampur.
33.
Egol panthat.
Pantat diegol sambil kedua Geraknya tangan miwir sampur setelah itu mengalun kedua tangan di atas pundak. Kaki melangkah ke kanan-kiri, kedua tangan menthang sambil miwir
sampur
lalu
kebyok
44
kanan-kiri.
34.
Srisig.
Berjalan kecil-kecil
berputar Geraknya lembut
sambil kedua tangan memegang sampur.
35.
Sembahan.
Penari putri sembahan kedua Geraknya tangan ditangkupkan di depan mengalun dada sambil jongkok, penari putra berdiri di belakang penari putri
sambil
tangan
kanan
menthang ke atas dan tangan kiri di pinggang. Kemudian jalan maju, hormat kepada penonton.
Gerak tari dalam Tari Sindhung Lengger memanfaatkan hampir seluruh anggota badan untuk bergerak menampakkan keindahan gerak Tari Sindhung Lengger mulai dari kepala, leher, badan, lambung, pantat, tangan dan kaki. Sebelum pementasan berlangsung biasanya para penari Sindhung Lengger melakukan proses latihan terlebih dahulu, dan menyesuaikan waktu pada saat pertunjukkannya. Gerakan pada Tari Sindhung Lengger cenderung lembut, mengalun akan tetapi tetap enerjik dan ada kalanya tegas dan patah-patah. Tari Sindhung Lengger lebih menonjolkan pada gerakan kaki, tangan serta permainan properti yaitu sampur, sedangkan gerak kepala serta pantat merupakan efek dari gerakan yang dibawakan oleh penari.
45
Penari Sindhung Lengger menggunakan ragam gerak yang sudah pasti atau sudah dibakukan seperti gerak sembahan, kebyok sampur, lembehan, seblak sampur, trap jamang, srisig, serta tumpang tali, gerakan antara penari putra dan penari putri biasanya penari putri keluar dahulu sambil menari memberikan ucapan selamat datang kepada para pengunjung baru kemudian penari putra keluar dan berpasang-pasangan. Gerak berpindah tempat merupakan sebuah gerak penghubung yang terdapat dalam sebuah tarian. Pada Tari Sindhung Lengger gerakan penghubung atau berpindah tempat terdapat pada gerakan srisig dan singgetan-sindir. 4.3.3 Iringan Tari 4.3.3.1 Instrumentasi Instrumen yang digunakan untuk mengiringi Tari Sindhung Lengger yaitu gendhing pembuka dan gendhing iringan tari. Perangkat gamelan yang digunakan pada penyajian Tari Sindhung Lengger yaitu: dua buah kendhang ciblon, satu rankak atau satu rancak bonang barung, satu rankak bonang penerus, lima buah kempul, dua buah gong suwukan, satu gong ageng, bendhe, serta dua orang penyanyi dan atau sindhen. Lagu-lagu yang dinyanyikan pada Tari Sindhung Lengger kebanyakan berisi tentang promosi pariwisata Kabupaten Wonosobo hal ini merupakan bentuk misi yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, sehingga lagulagunya berisi tentang promosi pariwisata dan menceritakan tentang kekayaan alam yang dimiliki oleh Kabupaten Wonosobo serta kekhasan dari alam lingkungan Kabupaten Wonosobo. Adapun bentuk gending dan syair lagu yang sering digunakan antara lain sebagai berikut:
46
4.3.3.2 Garap I. INTRO KD . (7) · 7 6 5
3 5 6 7
· · · ·
7 3 · 7
5 6 7 ·
· · · ·
7 6 6 5
5 5 3 ·
· · · 2
3 5 6 7
7 5 6 7
2 2 2 ·
2 2 2 ·
2 3 5 6
7 5 6 7
6 5 3 (2)
II. KETAWANG DEDONGA Lrs Pl Br · 6 · 7
· 3 · 2
· 3 · 5
· 6 · (7)
· 3 · 2
· 7 · 6
· 7 · 5
· 3 · (2)
· 5 · 6
· 7 · 6
· 7 · 5
· 6 · (7)
· 3 · 5
· 6 · 3
· 6 · 5
· 3 · (2)
III. 3 3 · · KETAWANG DEDONGA Monggo adedonga marang gusti ingkang kuasa Wonosobo lestari widodo mugi kalis sambekolo Brug gletak trasi kawak sedonak ora enak Setan ora doyan dedemit ora ndulit (Mari berdoa kepada Tuhan Yang Kuasa Supaya Wonosobo sejahtera Selamanya tidak ada hambatan)
47
IV. LADRANG CANGKLAK Lrs Pl Br 5 6 5 3
5 6 5 2
5 6 5 3
2 7 5 6
2 3 2 7
5 2 3 5
6 5 7 6
7 5 3 (2)
V. GANGSARAN (2) VI. LANCARAN ANGGER DENOK Lrs Pl Br · 6 · 5
· 3 · 2
· 3 · 5
· 6 · (5)
· 6 · 5
· 3 · 3
· 3 · 5
· 6 · (5)
· 7 · 6
· 7 · 6
· 7 · 6
· 5 · (3)
· 3 · 2
· 3 · 2
· 3 · 5
· 6 · (5)
VII. LANCARAN INTRO Lrs Pl 5 5 · ·
6 3 6 5
6 6 5 4
2 1 6 (5)
5 5 · ·
6 3 6 5
6 6 5 4
2 1 6 (5)
· 2 3 5
· 2 3 5
· 3 6 5
3 2 1 (2)
1 1 · ·
1 2 3 1
· 5 6 7
5 3 2 (1)
7 5 7 6
7 5 7 6
7 5 7 6
7 5 2 (3)
7 5 7 6
7 5 7 6
7 5 7 6
7 5 2 (3)
6 6 · ·
3 5 6 7
6 5 3 2
3 1 2 (3)
48
4.3.3.3 Reportoir Lagu I. Sugeng rawuh sadaya para pamirso Amriksani beksan kebudayaan jawi Kita marsudi murih lestari Endah edipeni Wonosobo ASRI (Selamat datang para pemirsa Melihat kebudayaan Jawa Kita pertahankan supaya abadi Indahnnya Wonosobo ASRI)
II. Kutha Wonosobo papane wisata Endahing Dieng kaloka manca Negara Wayang ubrul embleg tari lengger Ja lali mi ongklok jamur lan teh Tambi (Kota Wonosobo tempat wisata Indahnya Dieng terkenal sampai manca negara Wayang umbrul, embleg, tari lengger Jangan lupa mi ongklok, jamur dan teh Tambi)
Taman rekreasi Kalianget Tlaga Menjer Wadhuk Wadaslintang tlaga werno gua semar Tuk bima lukar suran suradilaga Wujud kang senyata Wonosobo kota wisata
49
(Taman rekreasi Kalianget, tlaga menjer Waduk Wadaslintang telaga warna gua semar Tuk bima lukar suran suradilaga Bentuk nyata Wonosobo kota wisata)
4.3.4 Tata Rias dan Busana 4.3.4.1 Tata Rias Wajah Tata rias yang digunakan pada pementasan Tari Sindhung Lengger menggunakan rias korektif. Pada pementasan Tari Sindhung Lengger unsur rias sangat mendukung penampilan penari karena fungsi rias untuk menonjolkan karakteristik dari tarian yang dibawakan dalam hal ini adalah Tari Sindhung Lengger. Alat rias yang digunakan untuk menunjang penampilan dalam Tari Sindhung Lengger adalah: pembersih, penyegar, pelembab, bedak dasar, bedak tabur, eye shadow, blush-on, lipstik, pensil alis. Rias yang digunakan dalam penari Sindhung Lengger bertujuan untuk menambah penampilan penari dalam pentas agar kelihatan lebih cantik, sehingga rias yang digunakan penari dapat digolongkan sebagai rias pertunjukan. Fungsi rias yaitu untuk menambah daya tarik penonton dan untuk menegaskan karakter penari. Peralatan rias atau make-up yang digunakan pada Tari Sindhung Lengger adalah:
50
Tabel 3. Peralatan Rias Tari Sindhung Lengger NO 1.
ALAT Spons basah
BAHAN Alas bedak
CARA PEMAKAIAN Alas bedak diratakan di wajah dengan
menggunakan
spons
diratakan
wajah
basah.
2.
Saput bedak
Bedak
Bedak
di
menggunakan saput bedak.
3.
Pensil alis
Pensil alis
Pensil alis digariskan sesuai dengan alis asli.
4.
Saput eye-shadow
Eye-shadow
Eye-shadow kelopak
mata
disapukan
ke
menggunakan
saput eye-shadow.
5.
Kuas blush-on
Blush-on
Blush-on disapukan ke tulang pipi menggunakan kuas blushon.
6.
Lem bulu mata
Bulu mata palsu
Bulu mata palsu ditempelkan segaris dengan bulu mata asli setelah diberi lem bulu mata.
7.
Kuas lipstik
Lipstik
Lipstik
disapukan
ke
bibir
menggunakan kuas lipstik.
8.
Kuas eye-liner
Eye-liner
Eye liner digariskan di atas bulu mata palsu menggunakan kuas eye liner.
51
9.
Kapas kecantikan
Pembersih
Pembersih digunakan dengan cara
diusapkan
ke
wajah
sebelum dan setelah memakai riasan
untuk
membersihkan
wajah dengan menggunakan kapas kecantikan.
10.
Kapas kecantikan
Penyegar
Penyegar
digunakan
setelah
memakai
pembersih
dengan
cara dituang dalam kapas lalu diusapkan ke wajah agar wajah bersih sempurna. (Sumber: Sulistriyaningsih, 5 Februari 2011) Warna coklat sebagai bayangan pada kanan dan kiri batangan hidung dimaksudkan untuk memperoleh kesan agar hidungnya menjadi mancung, terlebih lagi bila ujung batang hidung diberi warna kuning muda. Teknik tata rias wajah Tari Sindhung Lengger, untuk penari lengger menggunakan tata rias korektif sedangkan untuk penari putra atau pengibingnya menggunakan rias gagah. Tata rias menyesuaikan dengan tokoh yang diperankannya. Fungsi tata rias adalah untuk mempercantik penampilan penari yang dapat menimbulkan rasa percaya diri, untuk merubah karakter pribadi menjadi karakter tokoh yang sedang dibawakan untuk memperkuat ekspresi dan menambah daya tarik penampilan. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, yaitu dengan melakukan wawancara dengan Ibu Sulistriyaningsih, bahwa pada prinsipnya fungsi tata rias pada Tari Sindhung Lengger adalah:
52
1. Mempertegas raut wajah 2. Menambah percaya diri dalam penampilan 3. Menambah kecantikan dan kegagahan Tata rias wajah penari sangat mempengaruhi penampilan para penari di atas panggung, oleh sebab itu ada proses rias wajah yang dilakukan oleh para penari Sindhung Lengger, adapun deskripsi rias wajah penari Sindhung Lengger putri yaitu: 1. Wajah dibersihkan terlebih dahulu menggunakan susu pembersih dan penyegar berfungsi untuk membersihkan kotoran yang menempel di wajah, dengan cara mengusapkan susu pembersih ke wajah menggunakan kapas kecantikan setelah itu dilanjutkan dengan memakai penyegar agar wajah lebih bersih. 2. Setelah wajah dibersihkan lalu dilanjutkan dengan memakai pelembab wajah berfungsi untuk melembabkan wajah agar tidak terlalu kering, dengan cara diusapkan ke wajah secara merata. 3. Selanjutnya memakai alas bedak/foundation agar wajah terlihat halus dengan cara diusapkan ke wajah secara merata menggunakan spons basah khusus alas bedak. 4. Langkah selanjutnya adalah memakai bedak tabur dan bedak padat agar riasan terlihat lebih halus, yaitu dengan cara mengusapkan bedak dengan menggunakan spon bedak secara merata ke wajah. 5. Setelah memakai bedak, selanjutnya membentuk alis dengan menggunakan pensil alis.
53
6. Selanjutnya adalah membuat bayangan hidung dengan menggunakan eyeshadow warna coklat, berfungsi agar hidung terlihat lebih mancung, dengan cara menyapukan eye-shadow warna coklat di samping kanan-kiri batangan hidung lalu dibaurkan dengan saput agar tidak terlihat garisnya. 7. Setelah itu menggunakan eye-shadow, dengan cara menyapukan eye-shadow pada kelopak mata menggunakan saput eye-shadow, warna yang digunakan disesuaikan dengan warna baju penari. 8. Selanjutnya adalah memasang bulu mata palsu agar mata terlhat lebih indah, dengan cara memasang bulu mata palsu yang sudah diolesi lem bulu mata sesuai dengan bulu mata asli. 9. Setelah bulu mata terpasang dengan baik selanjutnya adalah member eye-liner agar mata terlihat lebih tajam, dengan cara menggariskan eye-liner segaris dengan bulu mata palsu untuk garis mata bagian atas. 10. Langkah berikutnya adalah memakai pemerah pipi atau blush-on difungsikan untuk memperoleh kesan pipi yang tirus yaitu dengan cara menyapukan pemerah pipi menggunakan kuas khusus pemerah pipi pada tulang pipi si penari. 11. Langkah terakhir adalah pemakaian lipstik, berfungsi untuk memperindah warna bibir, yaitu dengan cara menyapukan lipstik menggunakan kuas lipstik pada bibir penari. Deskripsi rias wajah penari Sindhung Lengger putra yaitu: 1. Pertama kali wajah dibersihkan dengan menggunakan susu pembersih dan penyegar berfungsi untuk membersihkan kotoran yang menempel di wajah,
54
yaitu dengan cara mengusapkan susu pembersih terlebih dahulu ke wajah lalu dibersihkan dengan kapas setelah itu diberi penyegar agar lebih bersih. 2. Lalu memakai pelembab wajah berfungsi untuk melembabkan wajah agar tidak terlalu kering, dengan cara mengusapkan pelembab pada wajah secara merata menggunakan jari tangan. 3. Selanjutnya adalah memakai
alas bedak/foundation berfungsi
untuk
menyamarkan noda pada wajah agar terlihat bersih dan halus, yaitu dengan cara mengusapkan alas bedak pada wajah menggunakan spons basah khusus alas bedak secara merata di wajah. 4. Kemudian memakai bedak tabur dan bedak padat untuk memaksimalkan riasan dan memperhalus wajah, dengan cara menyapukan bedak ke wajah secara merata ke wajah menggunakan spons bedak. 5. Setelah itu membentuk alis, alis dibuat agak besar berfungsi memberikan kesan gagah bagi penari putra, dengan cara menggariskan pensil alis ke alis yang asli dan dibuat agak lebar. 6. Selanjutnya membuat bayangan hidung, berfungsi untuk mengesankan hidung terlihat lebih mancung, yaitu dengan cara menyapukan eye-shadow warna coklat di sebelah kanan-kiri batangan hidung. 7. Kelopak warna diberi eye-shadow warna coklat tua, berfungsi untuk membuat kesan gagah pada penari putra, yaitu dengan cara menyapukan eye-shadow pada kelopak mata menggunakan saput eye-shadow. 8. Kemudian bagian pipi diberi pemerah pipi, berfungsi untuk memberi kesan tirus pada wajah penari, dengan cara mengusapkan pemerah pipi pada tulang pipi menggunakan kuas pemerah pipi.
55
9. Lalu memakai pemerah bibir atau lipstik, berfungsi untuk memperindah bibir, yaitu dengan cara mengusapkan lipstik pada bibir menggunakan kuas lipstik. 10. Terakhir adalah membuat godeg, berfungsi untuk member kesan lebih gagah untuk penari putra, yaitu dengan cara membentuk godeg menggunakan pensil alis warna hitam dibawah godeg yang asli sehingga godeg terlihat lebih besar. Tata rias rambut pada tari Sindhung Lengger untuk penari putri tidak memerlukan sanggul pasangan, rambut penari hanya disisir rapi lalu dijepit sebelah kanan dan kirinya dengan menggunakan jepit rambut, setelah itu bari diberihiasan jamang lengger agar terlihat indah. Penari putra juga tidak memerlukan tata rias rambut yang berlebih, rambut hanya disisir rapi lalu diberi hiasan iket agar kelihatan lebih rapi dan menarik. Tata rias rambut untuk sinden menggunakan sanggul Jawa yang diberi sunggar lalu diantara sunggar dan sanggul diberi hiasan bunga melati, sedangkan untuk pengrawit sendiri hanya menggunakan blangkon saja. Alat dan bahan untuk tata rias rambut adalah: Tabel 4. Alat dan Bahan Tata Rias Rambut NO. 1.
BAHAN Hair-spray
ALAT Sisir sasak
CARA PEMAKAIAN Hair-spray
disemprotkan
ke
rambut setelah rambut diikat dan disasak agar rapi dan mudah diatur menggunakan sisir sasak.
2.
Subal
Jepit rambut
Subal di pasang diantara rambut yang diikat dan disasak lalu dijepit
dengan
menggunakan
rambut jepit
asli
rambut,
setelah itu rambut yang sudah
56
disasak
digunakan
untuk
menutupi subal dengan disisir ke belakang.
3.
Sanggul Jawa
Jepit rambut dan Sisa harnal
rambut
menggunakan
dirapikan harnet
lalu
sanggul di pasang dikaitkan dengan
rambut
asli
menggunakan jepit dan harnal agar kencang dan tidak jatuh.
4.
Jamang lengger
Jepit rambut
Setelah
rambut
disisir
rapi,
jamang dipasang diikat dengan tali yang sudah terpasang dan bagian
samping
dijepit
menggunakan jepit rambut.
5.
Iket
Iket
dibentuk
dan
diikat
menggunakan sisa ujung iket dibagian belakang kepala.
6.
Blangkon
Sisir
Setelah rambut disisir rapi lalu blangkon
di
pakai
seperti
memakai topi. (Sumber: Sulistriyaningsih, 5 Februari 2011) 4.3.4.2 Tata Rias Busana Busana yang digunakan oleh penari putri pada tari Sindhung Lengger yaitu: kain jarik, setagen, baju rompi golek, sabuk, sampur, jamang lengger, klat bahu, kalung, sumping, gelang.
57
Tabel 5. Tata Rias Busana Penari Putri NO 1.
BAHAN Kain jarik
ALAT Tali ravia
CARA PEMAKAIAN Kain
dililitkan
di
pinggang
memanjang sampai mata kaki, lalu kain yang di pinggang diikat dengan tali ravia biar kencang.
2.
Setagen
Peniti
Setagen dililitkan di pinggang menutupi kain jarik sampai dada, lalu dipeniti bagian ujungnya agar tidak lepas.
3.
Rompi golek
Peniti
Rompi
golek
dipakai
seperti
biasa layaknya memakai baju, lalu bagian depan dikancing dan diberi peniti agar tidak lepas.
4.
Sabuk
Jarum pentul
Sabuk dililitkan di pinggang setelah memakai rompi golek, lalu diberi jarum pentul agar tidak lepas.
5.
Sampur
Peniti
Sampur dikalungkan di leher memanjang sampai atas mata kaki, lalu pada bagian belakang dipeniti dengan rompi golek agar tidak mlorot.
6.
Jamang lengger
Jepit rambut
Jamang
lengger
diikatkan
di
kepala lalu bagian samping kanan
58
dan kiri dijepit dengan rambut.
7.
Sumping
Jepit rambut
Sumping dikaitkan dengan daun telinga
lalu
jamang
lengger
kencang
dijepit
dengan
agar
lebih
menggunakan
jepit
rambut.
8.
Klat bahu
Tali
Klat bahu diikatkan di lengan bagian atas penari menggunakan tali yang sudah terpasang di klat bahu.
9.
Kalung
Peniti
Kalung dililitkan di leher dan bagian belakang kalung dipeniti agar tidak lepas.
10.
Gelang
Gelang dililitkan di pergelangan tangan penari, agar tidak lepas dikaitkan dengan pengait yang sudah terpasang di gelang. (Sumber: Sulistriyaningsih, 5 Februari 2011)
1.
Kain jarik, berbentuk persegi panjang dengan motif parang gunung yang berukuran 2 meter berfungsi untuk menutup bagian tubuh dari pusar sampai mata kaki, cara pemakaiannya dengan dililitkan di pinggang dengan diberi variasi wiru besar di samping kanan.
2. Setagen, berbentuk persegi panjang tanpa motif atau polos berukuran 2,5 meter berfungsi untuk mengencangkan kain jarik agar tidak lepas dan rapi, memakainya dengan cara dililitkan ke pinggang sampai dada.
59
3. Rompi golek, berbentuk baju rompi dari kain bludru dengan motif dari payet berukuran sedang tidak terlalu besar berfungsi untuk menutup sebagian tubuh dari leher sampai pinggang, cara pemakaiannya seperti layaknya orang memakai baju rompi diberi kancing pada bagian depan. 4. Sabuk, berbentuk persegi panjang seperti sabuk atau ikat pinggang berbahan bludru dengan motif garis dari payet berukuran 1 meter berfungsi untuk mengencangkan baju agar terlihat lebih indah, cara memakainya dengan dililitkan di pinggang dipakai setelah memakai baju rompi. 5. Sampur, berbentuk persegi panjang yang memanjang pada bagian ujung sampur diberi motif daun dan bunga dari payet berukuran 1,25 meter berfungsi sebagai properti dan pelengkap kostum, pemakaiannya dengan cara dikalungkan di leher memanjang sampai bawah. 6. Jamang lengger, berbentuk lingkaran seperti mahkota yang terbuat dari kulit yang bermotif bunga di bagian depan ada hiasan bentuk burung dan dihiasi bulu berwarna merah muda menjulang ke atas berdiameter 30 centimeter berfungsi sebagai hiasan kepala, memakainya dengan cara diikatkan di kepala. 7. Klat bahu, berbentuk lingkaran seperti gelang dan ada hiasannya berbentuk burung terbuat dari kulit berfungsi untuk menghias lengan atas penari berukuran 15 centimeter memanjang, pemakaiannya dengan cara diikatkan di lengan atas penari. 8. Kalung, berupa perhiasan dari logam berbentuk lingkaran dengan motif dan bentuk bunga berukuran 25 centimeter memanjang berfungsi sebagai hiasan leher, memakainya dengan cara mengalungkannya di leher.
60
9. Sumping, berbentuk seperti telinga dengan motif lancip pada bagian ujung sebelah atas berukuran 10 centimeter yang berfungsi untuk menghias telinga, memakainya dengan cara diselipkan pada daun telinga lalu dijepitkan ke jamang menggunakan jepit rambut. 10. Gelang, berbentuk lingkaran dengan motif daun yang lebar dan panjang disampingnya berdiameter 10 centimeter berfungsi untuk memperindah pergelangan tangan penari sebagai hiasan, memakainya dengan cara dililitkan pada pergelangan tangan. Busana yang digunakan oleh pengibing atau penari putra pada Tari Sindhung Lengger yaitu: baju surjan, celana pendek, kain jarik, setagen, boro samir, setagen cinde, sabuk, sampur, keris, iket kepala, binggel. Tabel 6. Tata Rias Busana Penari Putra NO. BAHAN 1. Baju surjan
ALAT Peniti
CARA PEMAKAIAN Baju surjan dipakai seperti biasa layaknya orang memakai baju lalu dikancingkan dan diberi peniti agar kancingnya tidak lepas.
2.
Celana pendek
Tali
Celana pendek dipakai seperti biasa layaknya orang memakai celana lalu pada bagian perut diberi tali agar lebih kencang.
3.
Kain jarik
Tali ravia
Kain jarik ditekuk lalu dililitkan di pinggang sampai setengah paha jangan sampai menutupi celana, lalu pada bagian pinggang diikat menggunakan tali ravia agar lebih kencang.
4.
Setagen
Peniti
Setagen dililitkan di pinggang menutupi sisa kain yang ada di pinggang agar lebih rapi, lalu sisa setagen dipeniti agar tidak lepas.
61
5.
Boro samir
Peniti
Boro samir dikaitkan dengan setagen lalu diberi peniti agar tidak lepas.
6.
Setagen cinde
Peniti
Setagen cinde dililitkan di pinggang setelah memakai setagen, lalu dipeniti agar tidak lepas.
7.
Sabuk
Jarum pentul
Sabuk dililitkan di pinggang setelah memakai setagen cinde, dikencangkan lalu diberi jarum pentul agar tisak lepas.
8.
Sampur
Peniti
Sampur diikat di pinggang, lalu bagian samping kanan kiri dicantolkan ke sabuk dan diberi peniti.
9.
Keris
Setagen cinde
Keris diselipkan di setagen cinde dan dikaitkan dengan sampur.
10.
Iket
11.
Binggel
Iket dibentuk dan di pakai di kepala dengan cara diikat pada bagian belakangnya. Binggel dipakai di pergelangan kaki dengan cara ujung-ujung binggel dikancingkan. (Sumber: Sulistriyaningsih, 5 Februari 2011)
1. Baju surjan, berbentuk baju lengan panjang dengan motif polos berukuran sedang berfungsi untuk menutup bagian tubuh dari leher sampai pinggang, memakainya dengan cara memasukkan kedua lengan pada lengan baju lalu mengancing bagian depan baju. 2. Celana pendek, berbentuk celana pendek sampai lutut tanpa motif namun pada bagian ujung celana diberi hiasan warna emas berukuran sedang berfungsi untuk menutup bagian tubuh dari pusar sampai lutut, memakainya dengan cara kedua kaki dimasukkan pada lengan celana lalu diikat.
62
3. Kain jarik, berbentuk persegi panjang dengan motif parang gunung berukuran panjang 2 meter berfungsi untuk menutupi sebagian celana namun ujung celana tetap terlihat, memakainya dengan cara dililitkan di pinggang dengan diberi variasi wiru besar. 4. Setagen, berbentuk persegi panjang berukuran 2,5 meter tanpa motif/polos berfungsi untuk mengencangkan celana dan kain jarik agar tidak lepas, cara memakainya dengan dililitkan di pinggang sampai perut. 5. Boro samir, berbentuk persegi panjang yang pada ujungnya lancip dan bermotif garis payet berukuran 15 centimeter memanjang berfungsi sebagai hiasan dan pelengkap kostum, cara memakainya dengan disambungkan ke setagen. 6. Setagen cindhe, berbentuk persegi panjang motif lurik berukuran 1,5 meter berfungsi untuk menutup setagen dan tempat untuk menyelipkan keris digunakan di lapisan yang paling luar agar sambungan antara setagen dengan boro-samir tidak terlihat, cara memakainya dengan dililitkan. 7. Sabuk, berbentuk persegi panjang seperti sabuk dengan bahan bludru bermotif garis menggunakan payet berfungsi untuk memperindah kostum, cara memakainya dengan dililitkan. 8. Sampur, berbentuk persegi panjang dengan motif polos berukuran 1,25 meter berfungsi sebagai properti dan pelengkap kostum, memakainya dengan cara diikatkan di pinggang. 9. Keris, berbentuk persegi panjang dengan ujung kesir kecil berukuran 30 centimeter berfungsi sebagai hiasan dan pelengkap kostum, cara memakainya dengan diselipkan di setagen cindhe dan dikelitkan dengan sampur,
63
10. Iket kepala, berbentuk persegi dengan motif garis berukuran 50 centimeter berfungsi untuk menutup bagian kepala, cara memakainya dengan diikatkan di kepala. 11. Binggel, berbentuk lingkaran tanpa motif/polos berdiameter 20 centimeter berfungsi sebagai hiasan kaki, cara memakainya dengan dilingkarkan di pergelangan kaki. Busana yang dipakai oleh pengrawit biasanya mereka hanya memakai baju surjan dengan motif lurik, kain jarik yang dipakai memanjang sampai mata kaki, dan blangkon sebagai hiasan kepala. Busana yang digunakan oleh sindhen juga tidak terlalu mencolok, mereka biasanya memakai kebaya, kain jarik yang dipakai memanjang sampai mata kaki, setagen, selendang yang diselempangkan di pundak, serta menggunakan rias korektif dan sanggul tekuk (sanggul Jawa) sebagai hiasan kepala. 4.3.4.3 Tempat Pementasan atau Panggung Pada sebuah pertunjukan atau pementasan suatu bentuk kesenian, baik itu seni drama, seni tari, seni musik maupun rupa selalu memerlukan suatu tempat atau ruangan untuk menyelenggarakan pertunjukan seni. Tari Sindhung Lengger biasanya dipentaskan di lapangan terbuka, panggung, pendopo maupun di dalam gedung, sesuai dengan dalam rangka acara apa Tari Sindhung Lengger dipentaskan. 4.3.4.4 Lighting (Tata Cahaya) Tata cahaya pada pertunjukan Tari Sindhung Lengger menyesuaikan waktu dan tempat pertunjukkannya. Pertunjukan Tari Sindhung Lengger pada
64
siang hari dan di tempat yang terbuka biasanya menggunakan cahaya matahari, akan tetapi bila pertunjukan diadakan pada malam hari dan di atas panggung biasanya menggunakan bantuan lampu pijar. 4.3.4.5 Properti Properti yang digunakan dalam pertunjukan Tari Sindhung Lengger selain sampur yaitu penari membawa cobek yang terbuat dari tanah liat dan berisi taburan bunga mawar merah dan mawar putih serta daun pandan yang diiris kecilkecil seperti tampak pada foto no.1. Properti ini digunakan pada saat penari masuk panggung sambil menabur bunga.
Foto 1. Bunga Tabur (Foto: Dewi, Januari 2011)
4.4 Makna Simbolis Tari Sindhung Lengger Makna simbolis yang terkandung dalam Tari Sindhung Lengger tidak hanya terdapat pada aspek gerak saja, akan tetapi terdapat pula dalam aspek-aspek yang lain, diantaranya adalah tema, gerak, iringan, pemain, tata rias dan busana, serta segala aspek pendukung dari Tari Sindhung Lengger, sebagai berikut:
65
4.4.1 Tema Tema dari tari Sindhung Lengger sesuai dengan latar belakang sejarah yang mendasari awal mula ide penciptanya. Tari Sindhung Lengger merupakan perkembangan dari tari tradisional Topeng Lengger, yang menggambarkan suka cita, kegembiraan dalam kebersamaan persahabatan sesama umat manusia, menari bersama menghadirkan kehangatan namun selalu mengingat akan kuasa Tuhan YME. Tema ini diwujudkan dengan menghadirkan gerak-gerak yang sederhana tetapi menarik. Tema yang terkandung dalam Tari Sindhung Lengger adalah pergaulan, dengan makna simbolis yaitu dimana dalam Tari Sindhung Lengger selalu menonjolkan kebersamaan dan kekeluargaan. Tari Sindhung Lengger yang dikenal
dengan
sebagai
sebuah
tarian
penyambutan
memang
selalu
menggambarkan kebersamaan dan kekeluargaan, kegembiraan serta segala keceriaan dalam setiap penampilannya dalam acara apa pun dan dimanapun. 4.4.2 Pemain Dilihat dari komposisinya, tari Sindhung Lengger merupakan tari berpasangan, yang terdiri atas: penari lengger, penari pengibing dan 6 orang pemain musik. Tari Sindhung Lengger dipentaskan secara utuh dan kebersamaan antara penari, pengrawit dan penyanyi (sindhen). Penari adalah orang yang menggerakkan seluruh anggota badannya mengikuti musik/iringan yang dimainkan. Seperangkat pengrawit (pemusik) adalah sekelompok orang yang memainkan seperangkat gamelan atau alat musik untuk mengiringi suatu bentuk
66
tarian
atau
pertunnjukkan.
Penyanyi
(sindhen)
adalah
seseorang
yang
membawakan syair-syair di dalam sebuah tari, biasanya sinden hanya sebagai pelengkap dalam tari Sindhung Lengger. 4.4.3 Gerak Gerak tari dalam Tari Sindhung Lengger memanfaatkan hampir seluruh anggota tubuh untuk bergerak menampakkan keindahan gerak Tari Sindhung Lengger mulai dari kepala, leher, badan, tangan, lambung, pantat, dan kaki. Sebelum pementasan berlangsung biasanya para penari Sindhung Lengger latihan terlebih dahulu dan menyesuaikan waktu pada saat pertunjukkannya, biasanya Tari Sindhung Lengger berdurasi antara 10-15 menit, namun saat ini karena kepentingan penyambutan, Tari Sindhung Lengger berdurasi 5 menit. Penari Sindhung Lengger menggunakan ragam gerak yang sudah pasti atau sudah dibakukan seperti gerak sembahan, kebyok sampur, lembehan, seblak sampur, trap jamang, srisig, serta tumpang tali, gerakan antara penari putra dan putri biasanya penari putri keluar dahulu sambil menari memberikan ucapan selamat datang kepada para pengunjung baru kemudian penari putra keluar dan berpasang-pasangan.
67
Foto 2. Gerakan Berpasangan (Foto: DIPARBUD, Januari 2011) Berdasarkan hasil (wawancara dengan Ibu Sulistriyaningsih pada tanggal 15 Februari 2011), menjelaskan bahwa: “makna simbolis gerak dari Tari Sindhung Lengger dibagi menjadi tiga bagian yaitu gerak gambyongan, gerak doa dan gerak berpasangan.” Foto no.2 merupakan ragam gerak lumaksono lembehan yang memiliki makna kebersamaan. 4.4.1.1 Gerak Gambyongan/Penyambutan Gerakan gambyongan terdapat pada awal pertunjukkan mulai dari penari masuk ke panggung menabur bunga sampai gerakan singgetan-sindir. Makna simbolis dalam gerak yang tergabung dalam gerak gambyongan adalah: 1. Gerakan tabur bunga yang dilakukan pada awal penari masuk panggung dengan berjalan kecil-kecil, tangan kiri memegang cobek yang berisi bunga tabur dan
68
tangan kanan menaburkan bunga, gerak ini memiliki maksud simbol keharuman, 2. Gerak lumaksono lembehan sampur dan tranjalan putar, kaki kiri maju bersamaan dengan tangan kanan ukel di depan dagu, tangan kiri menthang ke samping ngrayung, memiliki simbol menghaturkan selamat datang kepada para tamu yang datang, sebagai wujud atau pencerminan keramah tamahan dari masyarakat Wonosobo, menyambut dengan hangat dan penuh suka cita. 4.4.1.2 Gerak Doa Makna simbolis dari gerakan doa yaitu gerakan sembahan, kedua telapak tangan menangkup di depan dada duduk, berdiri lalu maju kaki kiri mancat kaki kanan, lalu tangan trap bokor kanan, kedua kaki jejer dan ngleyek, tangan kanan menthang gejug kaki kanan, trap bokor kiri srisig hadap kiri menthang tangan kanan, kaki kiri gejug kenser putar lalu seblak sampur. Gerakan ini mempunyai maksud untuk mengingatkan kepada masyarakat agar selalu ingat kepada sang pencipta alam agar manusia tetap selalu diberi perlindungan. Sesuai dengan pengertian dari lengger itu sendiri yang berarti elingo ngger merupakan sebuah ungkapan agar kita selalu mengingat kuasa dan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. 4.4.1.3 Gerak Berpasangan Makna simbolis dari gerakan berpasangan diawali dengan penari putri menjemput penari putra lalu menari bersama. 1. Gerak srisig berpasangan, penari putra masuk berjalan kecil-kecil kedua tangan lembehan dijemput oleh penari putri yang juga berjalan kecil-kecil dengan kedua tangan lembehan, gerakan ini memiliki maksud bahwa dalam kehidupan bermasyarakat kita tidak akan dapat hidup sendiri dan pasti membutuhkan orang lain agar mencapai sebuah
69
kebersamaan dan keceriaan. 2. Tawing kanan-kiri seblak sampur, gerakan berlawanan antara penari putra dan penari putri, penari putri tawing kanan (telapak tangan kiri berada di depan dada kanan) lalu seblak sampur kanan, penari putra tawing kiri (telapak tangan kanan berada di depan dada kiri) lalu seblak sampur kiri, gerakan ini mengandung maksud bahwa antara manusia yang satu dengan yang lain saling melengkapi dalam hidup bermasyarakat. Gerak berpasangan lebih banyak mengandung makna simbolis tentang kehidupan sosial bermasyarakat. Tabel 7. Makna Simbolis Gerak Tari Sindhung Lengger KETERA MAKNA NGAN Kaki melangkah sesuai Geraknya Menyambut irama diawali dengan lembut tamu kaki kanan. Tangan kiri dengan suka menthang dengan cita. sampur dililitkan, tangan kanan lembehan.
NO
RAGAM GERAK
DESKRIPSI
1.
Lumaksono Lembehan sampur.
2.
Singgetan-sindir
Sampur kanan dilempar Geraknya ke atas, kaki kiri silang patahdi depan kaki kanan, patah sampur uncal di tangan kiri dan kaki kanan silang di depan kaki kiri, ukel karno kiri seblak kanan.
3.
Tranjalan putar
Maju kaki kiri lalu Geraknya tangan kanan ukel di patahdepan wajah secara patah bergantian kanan dulu lalu kiri. Bila yang maju kaki kiri maka yang ukel tangan kanan.
4.
Singgetan-sindir
Sampur kanan dilempar Geraknya ke atas, kaki kiri silang patahdi depan kaki kanan, patah sampur uncal di tangan kiri dan kaki kanan
70
silang di depan kaki kiri, ukel karno kiri seblak kanan. 5.
Sembahan lambung.
ogek Kedua tangan Geraknya menangkup di depan patahdada, lalu duduk setelah patah itu berdiri dengan kedua tangan masih menangkup di depan dada.
6.
Singgetan.
Tangan ukel mlumah Geraknya njijil seblak sampur, mengalun kaki kanan maju
7.
Atur-atur maju.
Kedua tangan Geraknya menangkup (sembahan) mengalun di depan dada, kaki kanan maju di depan kaki kiri sambil ogek lambung.
8.
Singgetan-sindir.
Sampur kanan diuncal Geraknya ke atas, kaki kiri silang patahdi depan kaki kanan, patah sampur uncal di tangan kiri dan kaki kanan silang di depan kaki kiri, ukel karno seblak kanan.
9.
Entrakan.
Kaki kanan maju Geraknya sedangkan kaki kiri patahtetap berada di belakang patah ketika tangan kanan ukel. Tangan kiri di pinggang, tangan kanan ukel di depan pusar lalu seblak sampur.
10.
Singgetan-srisig indroyo.
Sampur kanan dilempar Geraknya ke atas lalau tangan mengalun kanan digeser ke kiri tangan kiri menthang, kaki kiri silang di depan kaki kanan lalu berputar jalan jinjit kecil-kecil.
Menghaturk an selamat datang kepada para tamu yang datang.
71
11.
Permohonan/ Sembahan
Kedua tangan Geraknya menangkup (sembahan) mengalun duduk, berdiri lalu maju kaki kiri mancat kaki kanan, lalu tangan trap bokor kanan, jejer-kaki kanan/kiri ngleyek, tangan kanan menthang gejuk kaki kanan, trap bokor kiri srisig hadap kiri menthang tangan kanan, kaki kiri gejug kenser putar seblak sampur.
Menunduk untuk memohon perlindunga n dari yang maha kuasa.
12.
Kebaran Trap sumping.
Kedua tangan ukel atas Geraknya bawah di depan telinga mengalun kanan, posisi kaki kanan berada di depan dan kaki kiri di belakang kaki kanan, begitu sebaliknya.
Mempersiap kan segala sesuatu dengan cermat.
13.
Trap jamang.
Kedua tangan ukel di Geraknya depan jamang, lalu patahtangan kanan ngrayung patah di depan dada, begitu sebaliknya. Kaki kanan maju di depan kaki kiri.
Mempersiap kan segala sesuatu dengan cermat.
14.
Singgetan-sindir.
Sampur kanan uncal ke Geraknya atas dibarengi kaki kiri patahsilang di depan kaki patah kanan, lalu sampur uncal ke tangan kiri dan kaki kanan silang di depan kaki kiri, ukel karno seblak kanan.
15.
Trap boro.
Tangan kanan ukel ke Geraknya samping kiri, tangan kiri lembut di pinggang, kaki kanan mengalun maju mengikuti tangan ke arah kiri lalu kedua tangan di pinggang dan hadap kanan.
16.
Ngilo asto-sengok Kedua telapak tangan Geraknya di sambung nacah- silang di depan wajah geraknya ngecek. lalu tangan kiri patah-
Mempersiap kan segala sesuatu dengan baik dan cermat.
Berdandan sebagai sebuah
72
menthang ke depan dan patah tangan kanan ditekuk di atas kepala, setelah itu tangan kanan ukel di atas kepala sambil berputar dan pinggul digoyang.
kebiasaan yang dilakukan oleh seorang gadis.
17.
Srisig.
Berjalan kecil-kecil Geraknya sambil berputar, dengan lembut kedua tangan memegang sampur di samping kanan.
18.
Berpasangan. Srisigberpasangan.
Penari putra masuk Geraknya panggung dengan gerak mengalun kaki berjalan lumaksono lembean untuk mencari pasangan, penari putraputri srisig bersama berjalan kecil-kecil sambil berputar.
Dalam kehidupan selalu membutuhk an orang lain (kebersama an).
19.
Tawing kanan-kiri Gerakan berlawanan Geraknya seblak sampur. antara penari putra dan patahputri. Penari putri patah tawing kanan(telapak tangan kiri berada di depan dada kanan) lalu seblak sampur kiri, penari putra tawing kiri(telapak tangan kiri berada di depan dada kiri) lalu seblak sampur kanan.
Walaupun kebutuhan berbeda akan tetapi manusia selalu membutuhk an orang lain.
20.
Srisig.
21.
Tumpang tali ogek Kedua penari menyebar, Geraknya lambung. penari putri tumpang patahtali(kedua telapak patah tangan dikibas-kibaskan ke samping kanan dan kiri) lalu ogek lambung diikuti kepala lenggut posisi kaki kanan berada di depan kaki kiri, penari putra tangan
Berjalan kecil-kecil Geraknya berputar sambil kedua lembut tangan memegang sampur. Jangan pernah membedabedakan manusia satu dengan yang lain karena manusia semua
73
kanan menthang dan tangan kiri ditekuk lalu ogek lambung, posisi kaki tanjak kiri. 22.
Srisig.
23.
Tranjal pundak Kaki kanan berada di Geraknya (putri) Tranjal depan kaki kiri patahbopongan (putra). melangkah berputar patah sambil kedua tangan berada di pundak kemudian kaki kiri maju diikuti kedua tangan di pinggang. Penari putra bergerak di belakang penari putri, dengan kedua kaki ditekuk merendah dan kedua tangan berada di depan ditekuk seperti mau bopong.
24.
Srisig.
25.
Tawing penthang Penari putri tangan kiri Geraknya egol, kaki loncat. di depan dada kanan patahdan tangan kanan ngelit patah sampur lalu seblak sampur kanan diikuti kaki kiri loncat di belakang kaki kanan. Penari putra loncat ke kiri lalu tangan bapang dan kaki loncat lagi ke kanan dan kedua tangan di pinggang.
26.
Srisig. Berjalan kecil-kecil Geraknya Tranjal ukel cethik berputar sambil kedua lembut kanan-kiri. tangan memegang sampur. Kaki kanan maju di depan kaki kiri sambil tangan ukel dicethik secara
adalah sama.
Berjalan kecil-kecil Geraknya berputar sambil kedua lembut tangan memegang sampur.
Berjalan kecil-kecil Geraknya berputar sambil kedua lembut tangan memegang sampur.
Saling membantu dalam kehidupan sosial. Dalam hidup harus saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
74
bergantian. Penari putra bergerak di belakang penari putrid mengikuti gerak yang sama. 27.
Srisig.
28.
Ngecek tangan jamang.
29.
Srisig.
30.
Berjalan kecil-kecil Geraknya berputar sambil kedua mengalun tangan memegang sampur. (egol) Kedua tangan ukel di Geraknya trap depan jamang (di depan lembut dahi), kaki melangkah kecil-kecil namun memberi efek geolan pada pantat.
Berjalan kecil-kecil berputar sambil kedua tangan memegang sampur. Tawing entrag Penari putri tawing kanan-kiri. kanan (tangan kiri di depan dada kanan) dan tangan kanan di pinggang sambil kepala bergerak ke kanan-kiri. Penari putra kaki tanjak dengan kaki kanan berada di depan kaki kiri, tangan tawing kiri (tangan kanan berada di dada kiri) dan tangan kiri di pinggang.
Kebersamaa n
Geraknya patahpatah Geraknya lembut
31.
Srisig.
Berjalan kecil-kecil Geraknya berputar sambil kedua mengalun tangan memegang sampur.
32.
Egol panthat.
Pantat diegol sambil Geraknya kedua tangan miwir lembut sampur setelah itu kedua tangan di atas pundak. Kaki melangkah ke kanankiri, kedua tangan menthang sambil miwir sampur lalu kebyok kanan-kiri.
Bercanda dan berbagi keceriaan adalah lebih baik untuk mencapai sebuah kebahagiaan hidup.
75
33.
Srisig.
34.
Sembahan.
Berjalan kecil-kecil berputar sambil kedua tangan memegang sampur.
Geraknya mengalun
Penari putri sembahan Geraknya kedua tangan lembut ditangkupkan di depan dada sambil jongkok, penari putra berdiri di belakang penari putri sambil tangan kanan menthang ke atas dan tangan kiri di pinggang. Kemudian jalan maju, hormat kepada penonton. (Sumber : Sulistriyaningsih, 5 Februari 2011)
Mengahatur kan terima kasih kepada semua penonton yang datang.
4.4.4 Iringan atau Musik Iringan yang digunakan untuk mengiringi Tari Sindhung Lengger yaitu gendhing pembuka dan gendhing iringan tari. Perangkat gamelan yang digunakan pada penyajian Tari Sindhung Lengger antara lain: dua buah kendhang ciblon, satu rankak atau satu rankak bonang barung, satu rankak bonang penerus, lima buah kempul, dua buah gong suwukan, satu gong ageng, bendhe serta dua orang penyanyi dan atau sindhen. Makna simbolis dari lagu-lagu yang dinyanyikan pada Tari Sindhung Lengger kebanyakan berisi tentang promosi pariwisata Kabupaten Wonosobo hal ini merupakan bentuk misi dari Dinas Pariwisata untuk memperkenalkan kekayaan alam Kabupaten Wonosobo kepada masyarakat luas, selain itu juga memiliki pesan agar kita selalu mengingat akan kebesaran Tuhan YME. Gendhing Ketawang Dedonga memiliki makna simbolis bahwa kita sebagai manusia harus selalu mengingat akan kebesaran Tuhan agar kita selalu dilindungi oleh yang maha kuasa. Lagu dengan lirik “taman rekreasi kalianget tlaga menjer, wadhuk
76
wadaslintang tlaga werna gua semar, tuk bima lukar suran suradilaga wujud kang senyata Wonosobo kutha wisata”, memiliki makna simbolis bahwa Wonosobo memiliki banyak tempat wisata yang patut untuk dikunjungi. 4.4.5 Tata Rias Wajah dan Tata Rias Busana Pada pementasan Tari Sindhung Lengger unsur rias sangat mendukung penampilan penari karena fungsi rias untuk menonjolkan karakteristik dari tarian yang dibawakan dalam hal ini adalah Tari Sindhung Lengger. Alat rias yang digunakan untuk menunjang penampilan dalam Tari Sindhung Lengger adalah: pembersih, penyegar, pelembab, bedak dasar, bedak tabur, bedak padat, eye shadow, blush-on, lipstik, pensil alis. Rias yang digunakan dalam penari Sindhung Lengger bertujuan untuk menambah penampilan penari dalam pentas agar kelihatan lebih cantik, sehingga rias yang digunakan penari dapat digolongkan sebagai rias pertunjukan. Fungsi rias yaitu untuk menambah daya tarik penonton dan untuk menegaskan karakter penari. Teknik tata rias Tari Sindhung Lengger, untuk penari lengger menggunakan tata rias korektif sedangkan untuk penari putra atau pengibingnya menggunakan rias gagah. Tata rias menyesuaikan dengan tokoh yang diperankannya. Fungsi tata rias adalah untuk mempercantik penampilan penari yang dapat menimbulkan rasa percaya diri, untuk merubah karakter pribadi menjadi karakter tokoh yang sedang dibawakan untuk memperkuat ekspresi dan menambah daya tarik penampilan. Alat-alat rias yang digunakan untuk memaksimalkan rias wajah penari tampak pada foto no.3. Pada prinsipnya fungsi tata rias pada Tari Sindhung Lengger adalah:
77
1. Mempertegas raut wajah 2. Mengikuti karakter dan peran penari 3. Menambah percaya diri dalam penampilan 4. Menambah kecantikan dan kegagahan 5
7
4 3 2
8
6
1
10
9 Foto 3. Alat-Alat Rias Tari Sindhung Lengger (Foto: Dewi ,Januari 2011)
Keterangan foto: 1. Bedak
6. Pensil alis
2. Blush-on
7. Susu pembersih
3. Lipstik
8. Penyegar
4. Eye-shadow
9. Alas bedak
5. Kuas eye-shadow
10. Saput alas bedak dan bedak
Setiap jenis tari mempunyai bentuk busana yang berbeda-beda sesuai dengan sifat dan tema dari tarian. Tata busana Tari Sindhung Lengger untuk memperindah penampilan penari.
78
1. Busana Lengger Busana tari Sindhun Lengger dapat dilihat pada foto no.4 dan dijelaskan sebagai berikut: 1. Rompi lengger, rompi lengger di desain agak berbeda dengan rompi golek. Pada rompi lengger bagian bahu lebih lebar dan lancip, hal ini dimaksud untuk menutupi kekurangan dari bentuk tubuh si penari supaya apabila lengan bagian atas penari agak besar bisa tertutupi dan tidak kelihatan besar sekali. 2. Kain jarik, kain jarik yang digunakan untuk Tari Sindhung Lengger sekarang sudah dipatenkan dengan menggunakan kain jarik motif parang gunung. Kain jarik motif parang gunung sebagai simbol atau ciri khas dari Kabupaten Wonosobo. 3. Rompi lengger warna merah bermakna bahwa tari Sindhung Lengger ini gerakannya lincah dan semangat. 4. Sampur berwarna kuning, dikalungkan di leher digunakan sebagai properti sekaligus pelengkap busana. 5. Jamang lengger, jamang dengan hiasan bulu ayam berwarna pink memang sudah menjadi ciri khas dari jamang lengger di Kabupaten Wonosobo sehingga tidak bisa dirubah lagi, jamang lengger memiliki maksud keindahan dan kesederhanaan. 6. Aksesoris, seperti gelang, kalung, giwang _dan klat bahu. Aksesoris digunakan untuk memaksimalkan penampilan penari Sindhung Lengger.
79
5
3 1 6 4 7
2
Foto 4. Busana Penari Lengger (Foto: Dewi, Januari 2011) \ Keterangan foto: 1. Rompi lengger
5. Jamang lengger
2. Kain jarik
6. Sumping
3. Sampur
7. Bokor
4. Sabuk
80
Busana Pengibing a. Baju surjan berwarna kuning, agar penari terlihat semakin gagah karena gerakan tariannya lincah dan semangat, b. Kain Jarik memakai motif parang gunung yang merupakan motif batik Wonosobo yang menjadi simbol dari Kabupaten Wonosobo, c. Sabuk berwarna hitam dengan payet warna emas, agar busana semakin menarik dan terlihat lebih gagah. d. Ikat kepala, melambangkan kesederhanaan, e. Sampur digunakan sebagai properti sekaligus pelengkap busana agar semakin menawan, f. Boro dan samir, dimaksudkan sebagai pelengkap busana, g. Binggel atau gelang kaki, asesoris yang digunakan di pergelangan kaki agar kaki tidak terlihat kosong sehingga diberi asesoris. Warna-warna yang dipilih untuk busana Tari Sindhung Lengger kebanyakan adalah warna-warna yang menyala seperti warna merah dan kuning, hal ini dikarenakan masyarakat Wonosobo lebih senang dengan warna-warna yang menyala karena akan memberikan kesan lebih semangat dan penuh keceriaan.
81
1 2 3 8 4
9
5 6 7
Foto 5. Kostum Pengibing (Foto: Dewi, Januari 2011)
Keterangan Foto: 1. Iket
6. Kain jarik
2. Baju surjan
7. Binggel
3. Setagen cinde
8. Keris
4. Sabuk
9. Celana pendek
5. Sampur Cara mengenakan busana berhubungan erat dengan kegunaan busana dan tidak lepas dari kegunaan (fungsi) gerak tari. Nilai simbolis busana berkaitan erat dengan warna. Setiap warna memiliki nilai simbolis dan psikologis, hal yang penting dalam pemilihan warna busana yaitu adanya dominasi satu warna yang sesuai dengan watak tariannya. Pada foto no.5, baju surjan warna dominan kuning memiliki makna simbolis keceriaan. Pada foto no.4, baju rompi golek warna merah memiliki makna simbolis semangat.
82
Berhubungan dengan nilai simbolis dan fungsi busana Tari Sindhung Lengger ada beberapa hal yang dijadikan sebagai acuan oleh penata tari Sindhung Lengger sendiri yaitu Ibu Sulistriyaningsih dalam pemilihan jenis-jenis busana yang akan digunakan antara lain: 1. Lipatan-lipatan busana yang melintang tubuh akan menghasilkan garis-garis melintang, sehingga memberi kesan tenang, stabil, mantap dan badan penari nampak lebih gemuk. 2. Lipatan-lipatan busana yang tegak (vertikal) arahnya akan menghasilkan garis-garis tegak pula, sehingga memberi kesan tinggi atau langsing penarinya. 3. Lipatan-lipatan busana yang arahnya miring (diagonal) akan memberi kesan lebih dinamis dari pada lipatan arah mendatar atau tegak. Lipatan busana yang arahnya miring dapat membantu gerak-gerak yang lincah. Properti yang digunakan pada Tari Sindhung Lengger selain sampur adalah sebuah cobek yang terbuat dari tanah liat dan diisi dengan bunga mawar merah dan mawar putih. Bunga ditabur pada saat awal mulai menari sebagai penyambutan. Tabur bunga memiliki makna keharuman, serta keramah tamahan agar penonton tetap merasa nyaman. Makna simbolis kostum Tari Sindhung Lengger tidak terdapat kejelasan yang pasti karena dari narasumber sendiri tidak menerangkan secara jelas tentang adanya makna simbolis dari kostum Tari Sindhung Lengger.
83
4.5 Fungsi Tari Sindhung Lengger Setiap kesenian sudah pasti memiliki fungsi dalam kehidupan masyarakat, fungsi tari satu dengan tari yang lain memiliki perbedaan sesuai dengan isi dari tarian tersebut. Tari Sindhung Lengger mempunyai fungsi di dalam kehidupan manusia antara lain: 4.5.1 Tari sebagai hiburan Tari sebagai hiburan merupakan tarian yang bermaksud untuk memberikan tontonan atau sajian sebagai hiburan. Hiburan merupakan suatu kebutuhan bagi setiap orang yaitu dapat menghilangkan rasa stres dan rasa capek. Menikmati hiburan yang ada seperti mendengarkan musik maupun melihat taritarian, akan dapat menghibur seseorang meskipun hanya untuk hiburan sesaat. Tari sebagai hiburan disajikan untuk memeriahkan suatu acara, merayakan sesuatu ataupun untuk acara penyambutan tamu. Pementasan tari sebagai hiburan tidak menitik beratkan pada makna gerakannya melainkan tari disajikan sebagai sebuah kesenangan. Tari sebagai hiburan pada umumnya juga merupakan sebuah tari pergaulan. Tari sebagai hiburan ditampilkan untuk memberikan kesenangan kepada penonton. Menurut Siswandi ketika diwawancarai mengenai Tari Sindhung Lengger pada acara sedekah bumi di Desa Kembaran tanggal 11 Januari 2011 mengatakan bahwa, “Pada pementasan tari Sindhung Lengger saya sebagai penonton tidak hanya sekedar menikmati tarian dengan menonton saja dari bangku penonton, akan tetapi saya dan penonton yang lain juga bisa ikut menari bersama walaupun kami tidak bisa menari tari Sindhung Lengger.”
84
Pernyataan Bapak Siswandi tersebut menegaskan bahwa Tari Sindhung Lengger sebagai hiburan yang ditampilkan untuk memberikan kesenangan kepada penonton karena pada pementasannya, penonton dapat ikut menari bersama-sama penari mengikuti irama gendhing yang dimainkan. Akan tetapi gerakannya sesuai dengan kemampuan penonton yang ikut menari itu sendiri tidak harus mengikuti gerakan penari yang asli. Berdasarkan hasil wawancara dengan penonton yang lain pada acara yang sama yaitu acara sedekah bumi yang diadakan di Balai Desa Desa Kembaran yaitu Ibu Sumiyati, beliau mengatakan bahwa, “penari yang menari Tari Sindhung Lengger cantik-cantik karena mereka memakai riasan di wajah, sehingga kami senang melihatnya”. Berdasarkan pernyataan dari Ibu Sumiyati tadi, jelas terlihat bahwa Tari Sindhung Lengger berfungsi sebagai sebuah hiburan karena pada pementasannya penari cenderung mementingkan kecantikan dan ekspresi wajah agar penonton merasa tertarik dan senang melihat pertunjukan Tari Sindhung Lengger. Menurut penuturan Dian ketika diwawancarai pada tanggal 11 Januari 2011 menegaskan bahwa, “Tari Sindhung Lengger tidak hanya sebagai hiburan bagi orang yang menyaksikannya saja, akan tetapi dapat menjadi sebuah hiburan bagi saya sendiri sebagai penari Tari Sindhung Lengger, karena pada saat saya menari Tari Sindhung Lengger saya sebagai penarinya merasa senang karena gerakannya yang lincah dan penuh rasa semangat sehingga saya merasa senang.” Dari pernyataan Dian dapat disimpulkan bahwa Tari Sindhung Lengger tidak hanya menjadi hiburan bagi para penonton yang datang saja namun menjadi hiburan bagi para penarinya sendiri.
85
4.5.2 Tari sebagai Pertunjukkan atau Tontonan Tari sebagai sebuah seni pertunjukan, pada penyajiannya selalu mempertimbangkan makna gerak dan
nilai-nilai artistik, sehingga penonton
dalam menyaksikan dapat memperoleh pengalaman selama pertunjukan berlangsung dan penari itu sendiri biasanya dalam menampilkan tariannya ingin mendapatkan sesuatu yang terbaik. Menurut hasil wawancara dengan pencipta Tari Sindhung Lengger yaitu Ibu Sulistriyaningsih beliau mengatakan, “Tari Sindhung Lengger dikatakan sebagai seni pertunjukan atau tontonan dikarenakan gerak yang ditampilkan mengandung maknamakna tertentu dan mempunyai nilai-nilai artistik yang terdapat pada tema, gerak, tata rias dan busana, lantunan lagu yang dinyanyikan, serta iringan yang digunakan untuk mengiringi Tari Sindhung Lengger.” Tari sebagai pertunjukan biasanya ditampilkan pada acara-acara tertentu, misalnya acara HUT Kabupaten Wonosobo yang diperingati setiap tanggal 23 Juli di depan pendopo Kabupaten sampai di alun-alun biasanya tari Sindhung Lengger digunakan untuk menyambut kedatangan rombongan arak-arakan, HUT RI yang diperingati setiap tanggal 17 Agustus yang diadakan di alun-alun kota Wonosobo biasanya tari Sindhung Lengger ini berwujud parade atau tarian masal, maupun tanggapan untuk berbagai keperluan misalnya acara pernikahan atau acara sedekah bumi yang diadakan di desa-desa untuk menghibur warga. Tari Sindhung Lengger pernah dipentaskan secara masal oleh 100 orang penari pada tanggal 23 Juli 2006 di alun-alun kota Wonosobo untuk memperingati hari jadi kota Wonosobo.
86
4.5.3 Tari sebagai Media Pendidikan Tari sebagai media pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kepekaan estetis melalui kegiatan berapresiasi dan pengalaman berkarya yang kreatif. Tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan manusianya sendiri, melalui pendidikan orang dapat berbagi jenis ilmu pendidikan bukan hanya dalam sekolah saja melainkan di luar sekolah orang juga bisa mendapatkan pendidikan. Tari sebagai media pendidikan diharapkan mampu membentuk moral seseorang dalam bergaul dan dapat mengembangkan kepekaan seseorang dalam berkarya dan berapresiasi. Tari Sindhung Lengger sebagai media pendidikan dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu kepada masyarakat. Pesan-pesan kepada masyarakat disampaikan melalui syair-syair yang ditembangkan pada saat pertunjukan berlangsung. Syair-syair yang ditembangkan berisi ajakan kepada penonton untuk tetap mempertahankan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Kabupaten Wonosobo. Misalnya saja untuk syair yang berbunyi : “Kutha Wonosobo papane wisata, Endahing Dieng kaloka manca Negara, Wayang umbrul embleg tari lengger, Ja lali mi ongklok jamur lan teh Tambi, taman rekreasi Kalianget tlaga menjer, wadhuk wadaslintang tlaga werna gua semar tuk bima lukar suran suradilaga wujud kang senyata Wonosobo kota wisata” (Kota Wonosobo tempat wisata, Indahnya Dieng terkenal sampai manca Negara, Wayang umbrul, Embleg, Tari Lengger, jangan lupa mi ongklok, jamur dan teh Tambi, taman rekreasi Kalianget, tlaga menjer, waduk wadaslintang, telaga warna gua semar, tuk bima lukar suran suradilaga, bentuk nyata Wonosobo kota wisata.) Lirik lagu yang terdapat pada iringan tari Sindhung Lengger berfungsi untuk memperkenalkan wisata dan hasil kebudayaan yang ada di Kabupaten Wonosobo, sehingga bisa dikenal sampai diseluruh pelosok negeri.
87
Tari sebagai
media
pendidikan diharapkan
masyarakat
mampu
menguasai dan mengenal kebudayaan yang dimiliki olah daerahnya masingmasing maupun kebudayaan nasional serta kebudayaan mancanegara, sehingga masyarakat dapat menghargai dan ikut serta dalam pelestarian kebudayaan. Menurut Herlina ketika diwawancarai pada tanggal 25 Januari 2011 mengatakan bahwa, “Saya sering menggunakan Tari Sindhung Lengger sebagai salah satu materi bahan ajar di kelas untuk Standar Kompetensi Tari Daerah Setempat Berpasangan atau Kelompok untuk kelas VII semester dua.” Pernyataan dari Ibu Herlina lebih menegaskan bahwa Tari Sindhung Lengger juga difungsikan sebagai media pendidikan karena tari Sindhung Lengger digunakan untuk materi bahan ajar di sekolah. Tari Sindhung Lengger difungsikan sebagai media pendidikan karena Tari Sindhung Lengger sering digunakan oleh para guru tari di Kabupaten Wonosobo sebagai materi bahan ajar di kelas dan pernah digunakan sebagai materi lomba pekan seni untuk materi tari berkelompok di tingkat Kabupaten.
88
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian pada Tari Sindhung Lengger maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 5.1.1 Makna simbolis dari Tari Sindhung Lengger adalah tema, tema dari Tari Sindhung Lengger adalah pergaulan; gerak, meliputi gerakan gambyongan, berdoa, serta berpasangan; iringan, iringan untuk Tari Sindhung Lengger cenderung memaparkan tentang kekayaan alam yang dimliki oleh Kabupaten Wonosobo sebagai ajang promosi wisata; tata rias dan busana, tata rias yang digunakan oleh penari Sindhung Lengger yaitu rias korektif untuk penari putri dan rias gagah untuk penari putra atau pengibing, sedangkan busana yang digunakan penari cenderung memilih warna yang menyala karena warna-warna yang menyala akan memberi kesan penari menjadi semangat sehingga menarik perhatian penonton. 5.1.2 Tari Sindhung Lengger mempunyai fungsi sebagai hiburan, fungsi sebagai pertunjukan/tontonan, dan fungsi sebagai media pendidikan.
88
89
5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan saransaran sebagai berikut: 5.2.1 Bagi masyarakat Kabupaten Wonosbo khususnya generasi muda untuk selalu ikut berperan serta dalam menjaga kelestarian Tari Sindhung Lengger, dengan cara mau ikut mempelajari tari Sindhung Lengger sehingga kelestarian dari tari Sindhung Lengger benar-benar terjaga. 5.2.2 Bagi Dinas Pariwisata untuk selalu menjaga dan melestarikan tari Sindhung Lengger, dengan cara selalu menampilkan tari Sindhung Lengger pada berbagai acara di Kabupaten Wonosobo sebagai tari penyambutan. 5.2.3 Bagi penari Sindhung Lengger untuk selalu menjaga kelestarian tari Sindhung Lengger, dengan cara menampilkan tari Sindhung Lengger di setiap kesempatan dan benar-benar meresapi isi dari tar Sindhung Lengger ini sehingga tidak memudarkan makna simbolis dan fungsi yang terdapat pada tari Sindhung Lengger.
90
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini. 1983. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Aksara. Bastomi, Suwaji. 1985. Seni Rupa Dalam Pergelaran Tari.Toko “Dewi”: “Aji Jaya” Offset. Djelantik, A A M. 1994. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Depdikbud. 2001. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. -----------. Ensiklopedi Tari Indonesia (Seri I). Jakarta: Depdikbud. Endraswara, Suwandi. 2003. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press. Herusatoto, Budiono. 2003. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia. Indriyanto. 2002. Lengger Banyumasan: Kontinuitas dan Pembahasannya. Semarang: Unnes Press. Jazuli, M. 1994. Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang: IKIP Semarang Press. -----------. 2008. Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni. Surabaya: UNNESA University Press. Kayam, Umar. 1981. Seni Tradisi Masyarakat. Jakarta: Balai Pustaka. Koentjaraningrat. 1993: Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali. Maryati, Lina. 2007: Bentuk Penyajian dan Fungsi Tari Sindhung Lengger di Kabupaten Wonosobo, Skripsi. Semarang: UNNES. Moleong, Lexy J. 2002: Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. Murgiyanto, Sal. 2002. KRITIK TARI Bekal dan Kemampuan Dasar. Jakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Narbuko, Cholid. 2000. Metodologi Penelitian. Jakata: PT. Bumi Aksara. Puger, Waket Prasudi. 2010. Pertunjukan Kesenian Barongan Dalam Upacara Ritual Bulan Sura Di Desa Giyanti, Kecamatan Selomerto, Kabupaten
91
Wonosobo, Skripsi. Sukoharjo: Universitas Veteran Bangun Nusantara. Rochman,Maman. 1993. Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian. Semarang: IKIP Semarang. Rohidi, Tjetjep R. 2007: Pendekatan Sistem Sosial Budaya Dalam Pendidikan. Semarang: IKIP Press. -----------. 1992: Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia. Sachari, Agus. 2002. ESTETIKA Makna, Simbol dan Daya. Bandung: ITB. Sedyawati, Edi. 1983. Seni Dalam Masyarakat Indonesia. Jakarta: Bunga Rampai. -----------. 2001: Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah. Jakarta: PT. Raja Harpindo Persada. Soedarsono, R. M. 1990. Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari. Yogyakarta: Akademi Seni Tari Indonesia. -----------. 2002. Seni Pertunjukkan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Soekanto,Soerjono. 1989. Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi Baru. Jakarta: Rajawali Eka Press. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suhartati, dkk. 2007. Fungsi dan Makna Simbolis Genta di Jawa Tengah. Semarang: DEPDIKBUD Jawa Tengah. Suharto,Ben. 1990. Estetika Tari II. Kumpulan Karya Ilmiah I. 1 Mei Yogyakarta: Institut Seni Indonesia. Sukardi. 2006. Penelitian Kualitatif-Naturalistik Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Usaha Keluarga.
Sulistriyaningsih. 2002. Deskripsi Tari Sindhung Lengger. Wonosobo: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo. Supardjan. 1983. Pengantar Pengetahuan Tari. Jakarta: Depdikbud. Triyanto. 1994. Seni Sebagai Sistem Budaya: Bahasa Teoritis Dalam Seni Tradisional. Media FPBS No.1 Tahun XVII. Semarang: IKIP Semarang.
92
Wadiyo. 2008. SOSIOLOGI SENI (Sisi Pendekatan Multitafsir). Semarang: UNNES Press. Widaryanto, F X. 2007. Antropologi Tari. Bandung: Sunan Ambu Press STSI Bandung. Zeffery. 1998. Manusia Mithos dan Mithologi. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
93
LAMPIRAN
94
PETA KABUPATEN WONOSOBO
95
PEDOMAN WAWANCARA
A. Tujuan Wawancara Wawancara dilakukan untuk mengetahui makna simbolis dan fungsi Tari Sindhung Lengger bagi masyarakat Kecamatan Wonosobo Kabupaten Wonosobo.
B. Hal-Hal Yang Diwawancarai Dalam melaksanakan wawancara, peneliti membatasi materi pada: 1. Sejarah tari Sindhung Lengger. 2. Iringan yang digunakan untuk mengiringi tari Sindhung Lengger. 3. Perkembangan tari Sindhung Lengger. 4. Makna simbolis dan fungsi tari Sindhung Lengger. 5. Hambatan yang dialami penari pada saat mempelajari tari Sindhung Lengger.
C. Informan Peneliti mengajukan pertanyaan kepada informan berdasarkan pembatasan pedoman wawancara, antara lain: 1. Pencipta tari Sindhung Lengger dan Pencipta Iringan Menanyakan tentang sejarah tari Sindhung Lengger, makna simbolis yang terkandung dalam tari Sindhung Lengger dan fungsi tari Sindhung Lengger, serta bagaimana iringan yang digunakan pada tari Sindhung Lengger.
96
Contoh : a. Bagaimana sejarah atau asal-usul terbentuknya tari Sindhung Lengger? b. Bagaimana makna simbolis tari Sindhung Lengger (tema, gerak, iringan, tata rias dan busana)? c. Bagaimana fungsi tari Sindhung Lengger bagi masyarakat? d. Bagaimana iringan yang digunakan untuk mengiringi tari Sindhung Lengger? e. Alat musik apa saja yang digunakan untuk mengiringi tari Sindhung Lengger? f. Bagaimana perkembangan tari Sindhung Lengger sampai saat ini? 2. Penari Menanyakan tentang adakah hambatan yang dirasakan oleh penari dalam mempelajari tari Sindhung Lengger. Contoh : a. Sudah berapa lama anda menjadi penari tari Sindhung Lengger? b. Apakah anda mengalami kesulitan dalam mempelajari tari Sindhung Lengger?
97
DAFTAR BIODATA NARASUMBER
1. Nama
: Sulistriyaningsih
Umur
: 42 tahun
Alamat
: Leksono
Pekerjaan : Seniman/ PNS/Pencipta tari Sindhung Lengger 2. Nama
: Dwi Pranyoto
Umur
: 28 tahun
Alamat
: Giyanti, Selomerto
Pekerjaan : Seniman/Pengrawit 3. Nama
: Siswandi
Umur
: 47 tahun
Alamat
: Kembaran, Kertek
Pekerjaan : Guru 4. Nama
: Sumiyati
Umur
: 45 tahun
Alamat
: Kembaran, Kertek
Pekerjaan : Pedagang 5. Nama
: Herlina
Umur
: 32 tahun
Alamat
: Leksono
Pekerjaan : Guru SMP
98
6. Nama
: Dian
Umur
: 14 tahun
Alamat
: Kauman Selatan
Pekerjaan : Pelajar/Penari Sindhung Lengger 7. Nama
: Tatak
Umur
: 17 tahun
Alamat
: Bugangan
Pekerjaan : Pelajar/Penari Sindhung Lengger 8. Nama
: Inna
Umur
: 17 tahun
Alamat
: Sirandu
Pekerjaan : Pelajar/Penari Sindhung Lengger 9. Nama
: Fernias
Umur
: 19 tahun
Alamat
: Sidojoyo
Pekerjaan : Pedagang/Penari Sindhung Lengger 10. Nama
: Drs. M. Azis Wijaya, M.Si
Umur
: 47 tahun
Alamat
: Perum. Limas Garden
Pekerjaan : PNS/ Kepala DIPARBUD Wonosobo
99
LAPORAN HASIL WAWANCARA
1. Wawancara dengan Ibu Sulistriyaningsih selaku pencipta tari Sindhung Lengger. Tanya : Bagaimana sejarah terbentuknya tari Sindhung Lengger? Jawab : “awalnya pada tahun 2002, saya disuruh untuk membuat sebuah tari garapan baru karena pada saat itu Wonosobo belum punya tarian penyambutan atau welcome dance, lalu saya mulai berpikir untuk membuat sebuah tari garapan baru, mengingat ciri khas Wonosobo adalah kesenian lengger, maka saya mengadopsi dari kesenian lengger yang sudah ada, lalu saya garap lagi bersama dengan temanteman seniman yang lain yang juga ikut memberikan masukan. Kemudian saya rangkum dan memadu padankan semua gerakan yang sudah ada, menyusun menjadi sebuah tarian garapan baru, proses pembuatan tari sindhung lengger ini kurang lebih tiga bulan. Untuk nama tarinya sendiri saya pilih sindhung lengger, karena kalau orang Wonosobo memanggil anak perempuan itu dengan sebutan ndhung atau sindhung dan lengger sendiri itu mengambil dari kesenian lengger yang sudah ada jadi agar lebih akrab saja di telinga masyarakat Wonosobo.” Tanya : Bagaimana perkembangan tari Sindhung Lengger? Jawab : “untuk perkembangan tari Sindhung Lengger ini sendiri cukup baik ya di Wonosobo, semakin hari semakin meningkat dan apabila ada
100
acara-acara tertentu di pendopo atau dimana selalu menampilkan tari Sindhung Lengger sebagai tarian penyambutannya.” Tanya : Bagaimana makna simbolis tari Sindhung Lengger dilihat dari tema, gerak, iringan, tata rias dan busananya? Jawab : “sebelum mengarah ke tema mungkin saya jelaskan dulu judul tariannya, dulu awal mulanya tarian ini namane gambyong lengger tapi setelah dipikir-pikir kalau gambyong kan sudah milik Surakarta jadi saya berpikir lagi apa ya nama yang pas untuk tarian ini lalu saya menemukan ide untuk judul saya mengambil nama sindhung lengger dengan alasan kalau orang Wonosobo memanggil anak perempuan dengan sebutan ndhung atau sindhung dan lengger itu sendiri mengambil dari kesenian tradisional lengger, dengan nama sindhung lengger ini adalah gambaran dari anak-anak Wonosobo saya berharap untuk lebih mengakrabkan kepada masyarakat Wonosobo. Tema dari tari sindhung lengger sendiri adalah tari pergaulan karena tarian ini berpasangan. Untuk geraknya saya tidak mengharuskan tiap gerak harus ada maknanya, namun untuk gerakan tabur bunga itu sendiri memiliki makna keharuman gambaran keharuman kehangatan dengan suasana Wonosobo, lalu gerak penyambutan memiliki makna keramah tamahan rasa hormat kepada tamu, gerak selanjutnya adalah gerakan doa intinya untuk keselamatan, gerak selanjutnya berpasangan menggambarkan si penyaji itu menyambut dengan suka cita untuk kita lebur jadi satu
101
disini menari tidak harus dengan sesama penari namun bisa juga dengan penonton yang hadir. Lalu untuk lagu, kita memang yang nggarap dari dinas pariwisata maka banyak lagu-lagu yang berisi pesan tentang pariwisata, kemudian untuk iringan kita kolaborasi dengan iringan lengger yang asli, kita mengambil kekhasan kalau Wonosobo kan ciri khas nya menggunakan bendhe. Tata rias busana menggunakan rias yang natural, dan busananya untuk baju pada bagian pundak dibuat agak lancip hal ini untuk menutupi kekurangan penari, kalau anak Wonosobo biasanya kan pendek dan gemuk maka untuk menutupi kekurangannya itu dan lung-lungannya itu berbeda dengan yang dari Surakarta, kemudian untuk kainnya kita memakai kain motif parang-parang dan sekarang sudah saya patenkan untuk memakai kain motif parang gunung yaitu kain batik khas Wonosobo.” Tanya : Bagaimana fungsi tari Sindhung Lengger? Jawab : “ya itu tadi untuk hiburan, pendidikan, tontonan. Namun utamanya adalah untuk tarian penyambutan.” Tanya : Tari Sindhung Lengger ditampilkan dalam acara apa saja? Jawab : “biasanya itu untuk acara-acara di pendopo Kabupaten ya misalnya ada tamu dari luar untuk sambutannya memakai tari Sindhung Lengger, untuk acara peringatan HUT RI dan HUT Wonosobo juga, untuk memeriahkan di acara mantenan juga sering menampilkan tari Sindhung Lengger.”
102
Tanya : Berapa jumlah penari dalam tari Sindhung Lengger? Jawab : “untuk jumlah penari saya tidak membatasi ya tergantung kebutuhan saja bisa 8 bisa 12 atau lebih, namun pada umumnya bila untuk acara-acara penyambutan tamu kita memakai penari 8 yaitu 4 orang penari putri dan 4 orang penari putra.”
2. Wawancara dengan pencipta iringan tari Sindhung Lengger yang diwakili oleh Bp. Dwi Pranyoto. Tanya : Apa pada penyajian tari Sindhung Lengger ada lagu khusus yang harus dinyanyikan? Jawab : “iya lagu-lagunya khusus, karena yang menciptakan iringan tari Sindhung Lengger ini adalah dari dinas pariwisata maka lagulagunya juga mengandung pesan tentang pariwisata atau promosi pariwisata.” Tanya : Berapa jumlah alat musik yang digunakan? Jawab : “jumlah alat musik yang kita pakai itu ada kurang lebih 6 buah ya.” Tanya : Apa nama-nama alat musik yang digunakan? Jawab : “alat musik yang digunakan biasa seperti kesenian lengger pada umumnya menggunakan gamelan namun tidak lengkap hanya memakai demung, saron, kendhang, bonang, peking, gong. Itu saja pada awalnya kita tidak menggunakan bonang, dan peking juga tidak pokok.”
103
Tanya : Bagaimana iringan tari Sindhung Lengger? Jawab : “iringan dari tari Sindhung Lengger juga mengadopsi dari iringan kesenian tradisional lengger yang asli namun digarap lagi dan lagulagunya juga diganti, musiknya biasanya kan kalau tari tradisi itu monoton ya jadi kita buwat sedemikian rupa biar tidak monoton, dengan lagunya yang menarik.”
3. Wawancara dengan penari tari Sindhung Lengger a. Wawancara dengan Dian Tanya : Sudah berapa lama anda menjadi penari tari Sindhung Lengger? Jawab : “saya sudah lama menjadi penari tari Sindhung Lengger ya kirakira 1 tahunan ini lah.” Tanya : Anda butuh berapa lama untuk bisa menguasai tari Sindhung Lengger? Jawab : “nggak lama ko mbak, ya sekitar 3-4 kali pertemuan lah saya sudah bisa hafal semua geraknya.” Tanya : Apakah anda mengalami kesulitan dalam menarikan tari Sindhung Lengger? Jawab : “Alhamdulillah tidak mbak karena gerakan dari tari Sindhung Lengger tergolong mudah jadi tidak kesulitan.” Tanya : Gerakan apa yang paling anda sukai pada tari Sindhung Lengger? Jawab : “itu mbak yang gerakan ngilo asto sengok, saya suka gerakan itu karena bagus.”
104
Tanya : Apakah anda merasa senang pada saat menari tari Sindhung Lengger? Jawab : “iya saya senang karena gerakannya yang lincah, ceria dan semangat jadi saya terbawa dalam gerakannya itu saya bisa senyum dengan lepas pada saat menari tari Sindhung Lengger ini.” b. Wawancara dengan Tatak Tanya : Sudah berapa lama anda menjadi penari tari Sindhung Lengger? Jawab : “saya belum terlalu lama jadi penari tari Sindhung Lengger mbak baru beberapa bulan ini.” Tanya : Anda butuh berapa lama untuk bisa menguasai gerakan tari Sindhung Lengger? Jawab : “tidak begitu lama si mbak ya 2 kali pertemuan saya bisa gerakannya tapi untuk hafalnya ya sekitar 4 kali pertemuan lah mbak.” Tanya : Apakah anda mengalami kesulitan dalam menarikan tari Sindhung Lengger? Jawab : “nggak si mbak soale gerakan tari Sindhung Lengger itu nggak terlalu susah jadi ya nggak ada masalah.” Tanya : Gerakan apa yang paling anda sukai pada tari Sindhung Lengger? Jawab : “saya itu paling suka dengan gerakan tumpang tali ogek lambung itu lho mbak, soale ya bagus si gerakane.”
105
Tanya : Apakah anda merasa senang pada saat menari tari Sindhung Lengger? Jawab : “iya mbak saya senang soale gerakane semangat sekali pokoke ceria lah senang.” c. Wawancara dengan Fernias Tanya : Sudah berapa lama anda menjadi penari tari Sindhung Lengger? Jawab : “sudah lumayan lama ya sekitar 2 tahunan lah mbak.” Tanya : Anda butuh berapa lama untuk bisa menguasai gerakan tari Sindhung Lengger? Jawab : “kalau saya si nggak begitu lama ya mbak sekitar 4 kali pertemuan lah saya sudah bisa semua gerakane dan sudah mulai hafal urut-urutan gerake.” Tanya : Apakah anda mengalami kesulitan dalam menari tari Sindhung Lengger? Jawab : “nggak ada si mbak, Cuma kalau saya kadang lupa gerakane kalau nggak itu kadang nggak pas sama musike” Tanya : Gerakan apa yang paling anda sukai dalam tari Sindhung Lengger? Jawab : “saya paling suka dengan gerakan ngilo asto-sengok, soalnya gerakannya bagus dan tidak susah juga.” Tanya : Apakah anda merasa senang saat menari tari Sindhung Lengger? Jawab : “iya saya senang karena gerakane yang lincah dan penuh semangat membuat saya menjadi senang saat nari, saya juga tidak merasakan capek malah saya bisa senyum dengan lepas.”
106
4. Wawancara dengan penonton a. Wawancara dengan Bapak Siswandi Tanya : Apakah anda mengetahui tari Sindhung Lengger? Jawab : “iya saya tahu itu tarian yang tadi ditampilkan untuk membuka acara di kantor kepala desa hari ini.” Tanya : Apakah anda pernah melihat tari Sindhung Lengger? Jawab : “iya pernah beberapa kali.” Tanya : Apakah anda menyukai tari Sindhung Lengger? Jawab : “saya suka tarian itu karena bagus gerakane musiknya juga semarak sekali.” b. Wawancara dengan Ibu Sumiyati Tanya : Apakah anda mengetahui tari Sindhung Lengger? Jawab : “iya saya tahu mbak.” Tanya : Apakah anda pernah melihat tari Sindhung Lengger? Jawab : “saya pernah melihat mbak, tadi juga saya lihat waktu di kantor kepala desa waktu acara pembukaan.” Tanya : Apakah anda menyukai tari Sindhung Lengger? Jawab : “iya saya suka, soalnya gerakane bagus yang nari juga cantik dan ganteng.”