MAKNA SIMBOLIK IDENTITAS TERHADAP PENAMAAN LA ODE DAN WA ODE (STUDI KECAMATAN KATOBU, DURUKA DAN LOHIA KAB. MUNA) Oleh : *Wa Ante** La Tarifu** La Iba.* Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo 085241953565
[email protected]
ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah apa makna simbolik yang terkandung dalam identitas penamaan La Ode di depan nama pria dan Wa Ode di depan nama wanita pada masyrakat etnik Muna.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa makna simbolik yang terkandung dalam identitas penamaan La Ode di depan nama pria dan Wa Ode di depan nama wanita pada masyrakat etnik Muna.Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling artinya informan ditentukan berdasarkan pertimbangan tertentu yang dianggap representif untuk memperoleh data yang berkaitan dengan penggunan identitas penamaan La Ode dan Wa Ode. Sedangkan informan dalam penelitian ini adalah 15 orang yang terdiri dari Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat, dan Masyarakat Umum. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa makna simbolik identitas penamaan La Ode dan Wa Ode adalah: “arti simbol Identitas La Ode dan Wa Ode adalah : La Ode terbentuk dari dua kata dari filologi huruf arab. La adalah singkatan kata simbol dari “Laillaha Illallah” sedangkan Wa Ode singkatan dari Wa yaitu simbol dari “Washadu anna Muhammadah Rasulullah” (jadi La bukan penggalan tapi simbolik dari Lailallaha Ilallah) sedangkan Ode adalah berarti bangsawan yang ditemukan dalam literatur bahasa arab yang tua. La Ode artinya adalah orang yang mulia atau terpuji di Depan Allah selain itu juga makna symbol penamaan La Ode dan Wa Ode adalah: ‘Makna simbolik dari nama La Ode dan Wa Ode merupakan ciri khas sebagai calon pemimpin menurut masyarakat Muna. Dan penamaan La Ode dan Wa Ode berasal dari kata KAOMBO yang artinya bahwa kemuka dan mempunyai makna baris ke depan dan berhak menjadi calon pemimpin nantinya. Dan La Ode mempunyai simbol tersendiri di masyarakat Muna yaitu La Ode berarti Lanahari yang atinya malam dan mempunyai makna simbol dia adalah seorang laki – laki. Dan Wannahari yang artinya siang berati Wa Ode jadi antara La Ode dan Wa Ode harus saling melengkapi dan merupakan dua hal terpeting bagi kehidupan. 1
Kata Kunci: Makna Simbol Identitas Penamaan La Ode dan Wa Ode. ABSTRACT The problem in this study is what the symbolic meaning contained in the identity naming La Ode in front of men and Wa Ode name before the name of the woman in society Muna. ethnic aimed to find out what the symbolic meaning contained in naming La Ode identity before the name of the man and Wa Ode in front of female names on Muna.Penelitian ethnic society is a qualitative research that is by using purposive sampling means that the informant is determined based on certain considerations that are considered representif to obtain data relating to the use of identity naming La Ode and Wa Ode. While the informants in this study were 15 people consisting of Traditional Leaders, Community Leaders, and the public. Based on research shasil obtained that the symbolic meaning of the identity of the naming La Ode and Wa Ode is: "Identity La Ode meaning of symbols and Wa Ode is: La Ode formed from two words of Arabic philology letter. He stands for the word symbol of "Laillaha Illallah" while Wa Ode stands Wa is a symbol of "Washadu anna Muhammadah Messenger" (so he is not a fragment but symbolic of Lailallaha Ilallah) while the Ode is meant nobility found in the literature Arabic old. La Ode means noble person or praised in front of God but it is also the meaning of the symbol naming La Ode and Wa Ode is: 'Symbolic meaning of the name La Ode and Wa Ode is a hallmark as a potential leader of the community according to Muna. And naming La Ode and Wa Ode is derived from the word KAOMBO which means that prominent and has meaning to the front row and would become leaders of the future. And La Ode has its own symbol in society Muna namely La Ode means atinya Lanahari the night and have the meaning of the symbols he is a man - men. And that means lunch Wannahari means Wa Ode so between La Ode and Wa Ode should complement each other and are two things terpeting for life Keywords: Symbol Meaning Identity Naming La Ode and Wa Ode.
2
PENDAHULUAN Istilah identitas merupakan hal yang fundamental dalam setiap interaksi sosial. Pertanyaan siapa tentang diri kita, sebenarnya selalu tertuju pada upaya mengungkap identitas seseorang dan selanjutnya menentukan bentuk interaksi sosialnya, bahwa setiap individu memerlukan identitas untuk memberinya sense of belonging dan eksistensi sosial. identitas individu yang tampil dalam setiap interaksi sosial disebut identitas etnik , yaitu bagian dari konsep diri individu yang terbentuk karana kesadaran individu sebagai anggota suatu kelompok sosial dimana didalamnya mencakup nilai – nilai penting yang melekat dalam diri individu sebagai anggota etniknya. Di dalam masyarakat sendiri secara hirarkis terstruktur kategori – kategori sosial yang merupakan penggolongan orang menurut negara, ras, kelas sosial, pekerjaan, jenis kelamin, etnik, agama, dan lain sebagainya. Di dalam masingmasing kategori sosial tersebut melekat suatu kekuatan, status dan martabat yang pada akhirnya memunculkan suatu stuktur sosial yang khas dalam masyarakat, yaitu struktur yang menentukan kekuatan dan status hubungan antar induvidu dan antar kelompok. Setiap daerah memiliki keragaman etnik atau kelompok etnik yang ditandai masing – masing ciri- ciri khasnya, baik kondisi sosial budaya, ekonomi pandangan hidupnya dan sebagainya, dalam suatu identitas yang menampilkan perbedaan
adat, adat kebiasaan, wilayah, sejarah, sikap yang kemudian
diwujudkan secara khusus yang membentuk identitas etnik.
3
Dalam pandangan masyarakat keinginan untuk memiliki identitas etnik dipandang sebagai ciri dari anggota etnik. Hal tersebut berlangsung melalui proses yang dipandang sebagai cara untuk menentukan posisi dan status identitas etniknya, proses social comparasion merupakan serangkain pembandingan dengan orang / kelompok lain secara subjektif membantu individu membuat penilaian khusus tentang identitas etniknya dibanding identitas etnik yang lain begitupun dengan identitas etnik Muna. Kabupaten Muna merupakan salah satu kabupaten yang ada di Sulawesi Tenggara. Dan sala satu ciri khas identitas etnik yang paling melekat pada etnik Muna adalah identitas penamaan La Ode di depan nama pria dan Wa Ode di depan nama wanita, dengan hal tersebut maka penyebutan nama untuk penduduk atau keturunan masyarakat yang berdiam di Jazirah Muna menjadi bermakna lebih ganda. Makna yang dimaksud adalah pesan dari tujuan yang diharapkan orang tua mereka dalam menggapai hikma kehidupan. Sehingga penggunaan kata depan identitas etnik dalam penamaan La Ode dan Wa Ode menjadi pembeda dengan masyarakat lain di nusantara bahkan pada skala dunia. Terkait dengan hal tersebut, pada aplikasinya penggunaan identitas penamaan La Ode dan Wa Ode menujukan fenomena bahwa penyandang nama tersebut merupakan masyarakat yang berada di jazirah Muna. Identitas etnik penamaan La Ode dan Wa Ode pada masyarakat Muna terdapat 225 penyandang La Ode sedangkan untuk penyandang Wa Ode berjumlah 170 orang
yakni, kecamatan duruka untuk seluruh desanya penulis
menemukan ada 125 orang yang menggunakan identitas nama La Ode di depan
4
nama pria dan 100 orang untuk pengguna identitas nama Wa Ode di depan nama Wanita. Untuk kecamatan Lohia dari seluruh Desa Penulis menemukan ada 80 orang pengguna identitas La Ode sedangkan pengguna identitas Wa Ode terdapat 50 0rang. Sementara pengguna identitas La Ode dan Wa Ode yang berada di Kota Yakni kecamatan katobu itu terdapat 50 orang untuk identitas La Ode dan 20 untuk identitas pengguna nama Wa Ode di depan nama wanita. Namun dari beberapa banyak jumlah pengguna identitas La Ode dan Wa Ode itu hanya sekitar 10% yang mengetahui apa makna sebenarnya dari identitas penamaan La Ode di depan nama pria dan Wa Ode di depan nama wanita. Sebab generasi sekarang lebih senang menggunakan nama – nama baru seperti John, Bram dan Titania sehingga membuat identitas etnikya teralienasi dari kehidupan sosialnya. ( data BMKG Raha kabupaten Muna) La Ode/Wa ode dengan La Ode/Wa Ode pada zaman dulu dan zaman sekarang itu tampak berbeda jelas salah satu contoh yang penulis jumpai pada saat observasi awal dan data awal itu adalah untuk identitas penamaan La Ode dan Wa Ode pada zaman dulu saat itu Muna masih di pimpin oleh raja La Ode Dika itu mereka sangat bangga bisa menyandang identitas La Ode dan Wa Ode karena mereka termasuk orang yang sangat dihormati dan disegani oleh masyarakatnya. Sadangkan untuk La Ode/Wa ode sekarang mereka kebanyakan tidak digunakannya meskipun sudah disandangnya dengan alasan bahwa mereka merasa sangat tidak senang dan malu, sebab apabila digunakan dikalangan umum itu akan diketahui suku aslinya. Dan juga tidak digunakan identitas La Ode dan
5
Wa Odenya mereka tidak mau memamerkan dirinya sebagai keturunan bangsawan. Berdasarkan uraian diatas terlihat bahwa dari aspek identitas etnik, setiap etnik memeliki identitas yang berbeda terutama dalam hal pola dan gaya atau cara hidup yang diatur berdasarkan norma dan adat istiadat setempat, perbedaan antar etnis tesebut khususnya dalam masyrakat etnik muna. Dengan demikian uraian di atas terlihat bahwa dalam memahami identitas etnik dituntut untuk mengetahui ciri khas yang dimiliki oleh suatu kelompok etnis yang antara lain dapat kita lihat dari aspek budaya/ adat – istiadatnya, sistem, kekerabatanya, bahasanya, gaya, hidupnya atau pandangan hidupnya serta prilakunya di lingkungan masyarakat. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang ” Makna simbolik identitas terhadap penamaan La Ode dan Wa Ode. Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang akan diteliti adalah “Apa makna simbolik yang terkandung dalam identitas penamaan La Ode di depan nama pria dan Wa Ode di depan nama wanita pada masyarakaat etnik muna.” Dengan tujuan untuk mengetahui makna simbolik yang terkandung dalam identitas penamaan La Ode di depan nama pria dan Wa Ode di depan nama wanita pada masyarakaat etnik muna. Dan hasil penelitian ini diharapkan untuk memberikan informasi penting dan bermanfaat tentang mekanisme perwujudan identitas etnik, dan penggunaan identitas etnik orang muna dalam masyarakat setempat.
6
Teori Negosiasi Identitas Menurut Teori Negosiasi Identitas (Stella Ting- Toomey) identitas seseorang selalu dihasilkan dari interaksi sosial. Identitas atau gambaran refleksi– diri dibentuk
melalui negosiasi ketika kita menyatakan, memodifikasi, atau
menantang identifikasi-identifikasi diri kita atau orang lain. Hal ini bermula dalam kehidupan keluarga, ketika kita mulai memperoleh berbagai identitas pribadi dan sosial. Misalnya saja, kita memulai hubungan untuk pertama kalinya dengan berbagai identitas sosial kelompok seperti budaya, jenis kelamin, dan usia. Perkembangan permulaan identitas gender juga terjadi dalam keluarga, kemudian menjadi bagian identitas sosial yang sangat penting. Identitas pribadi merupakan karateristik yang lebih unik yang kita hubungkan dengan diri kita masing- masing, yang pada awalnya juga dipelajari dalam interaksi keluarga. Identitas kebudayaan dan etnik sangat penting, dan seperti yang lainnya, dipelajari dalam interaksi sosial. Khususnya, identitas kebudayaan dikaitkan pada beberapa rasa keterkaitan pada kelompok kebudayaan yang lebih besar golongan kegamaan, wilayah suatu negara, anggota organisasi tertentu. Identitas etnik terdiri dari gabungan keturunan atau sejarah kelompok dari satu generasi lainnya. Termasuk di dalamnya, negara, asal, ras, agama, dan bahasa. Identitas etnik bisa menjadi bagian penting dalam menentukan siapa diri anda sebenarnya. Identitas etnik ditandai oleh nilai isi (value content) Dan ciri khas (salienc). Nilai isi terdiri dari macam-macam evaluasi yang dibuat berdasarkan pada
kepercayaan-kepercayaan
budaya.
7
Misalnya
beberapa
kebudayaan
mempengaruhi anggotanya agar menilai komunitas atau kelompok di atas individu.
METODE PENELITIAN Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat Umum, Tokoh Mayarakat, dan Toko adat yang mengetahui tentang pengunaan identitas penamaan La Ode dan Wa Ode, yang bertempat tinggal, di Kecamatan Duruka, Kecamatan Lohia dan Kecamatan Katobu Kabupaten Muna. Yang mewakili secara proporsional berdasarkan jumlah masyarakat Muna yakni ditetapkan sebanyak 15 orang. Sedangkan objek penelitian ini adalah masyarakat Muna. Teknik Pengunpulan Data Penelitian
ini menggunakan empat teknik pengumpulan data
yaitu:
observasi secara langsung mengenai lokasi yang akan diteliti, wawancara, studi pustaka, dan dokumentasi. 1. Observasi Mengadakan observasi secara langsung mengenai lokasi yang akan diteliti. 2. Wawancara Perolehan data yang digunaakan dalam penelitian ini dengan menggunakan wawancara dengan informan yaitu Masyarakat sekitar, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Adat yang telah ditetapkan oleh peneliti.
8
3. Studi Pustaka Perolehan data yang digunakan melalui perpustakaan dan literatur yang menyangkut tantang identitas Etnik 4. Dokumentasi Teknik ini digunakan untuk memperoleh keterangan atau data yang bersifat dokumentatif, misalnya foto, arsip, letak geografis, catatan-catatan yan terkait dengan obyek penelitian. Teknik analisis data Data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan mendeskripsikan dan menguraikan hasil penelitian berdasarkan observasi langsung dilapangan selanjunya diberi penafsiran dan kesimpulan. Data kualitatif ini diuraikan dengan menggunakan kalimat secara logis dan kemudian merelevansikannya dengan teori yang mendukung.
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Penelitian ini membahas tentang makna siimbolik identitas terhadap penamaan La Ode dan Wa Ode pada masyarakat Muna, dan sesuai dengan observasi dan hasil wawancara di lapangan maka makna simbolik La Ode dan Wa Ode adalah: “arti simbol Identitas La Ode dan Wa Ode adalah : La Ode terbentuk dari dua kata dari filologi huruf arab. La adalah singkatan kata simbol dari “Laillaha Illallah” sedangkan Wa Ode singkatan dari Wa yaitu simbol dari “Washadu anna Muhammadah Rasulullah” (jadi La bukan penggalan tapi
9
simbolik dari Lailallaha Ilallah) sedangkan Ode adalah berarti bangsawan yang ditemukan dalam literatur bahasa arab yang tua. La Ode artinya adalah orang yang mulia atau terpuji di Depan Allah. Berangkat dari kata ini maka hendaknya laah para bangsawan (anak-anak) menjaga lidah, dan semua indera. Karena awalnya La Ode itu tidak diberikan kepada anak turunan hanya diberikan kepada sultan terpilih. Kemudian terjadi perubahan policy oleh siolimbona (sebelumnya 8 orang, kemudian untuk mempermudah voting ditambah 1 orang lagi jadi 9). Keputusan untuk memberikan nama La Ode da Wa Ode untuk anak turunan bangsawan adalah untuk melakukan indentifikasi kepada anak turunan para anak siapa tau di kemudian hari ditemukan bibit kepemimpinan pada diri mereka. Sedangkan kemunculan kata Ode pada nama bangsawan bermula pada ketika raja Muna Sangia La Tugho membayar nazarnya pada tahun 1712 M, bahwa yang penting permaisurinya Wa Sope dapt melahiirkan seorang anak, maka bayi yang akan di panggil “ Ode”. Sehingga kata ini juga kemudian ikut digunakan kepada bagsawan yang hidup saat itu. Oleh karena itu raja yang menggunakan nama Ode yaitu anak Sangia La Tugho yang diberi nama La Ode Husain.sehinga dari saat itulah samapai sekarang
dapat disimpulkan bahwa
penggunaan kata La Ode bagi laki – laki dan Wa Ode bagi perempuan dipercaya sebagai nama – nama bangsawan dan yang bersumber dari Al-Qur’an yakni kalimat syahadat dan dipercaya sebagai manusia paling mulia di masyarakatnya. Jadi hasil dari wawancara makna simbolik tentang identitas penamaan La Ode di depan pria dan Wa Ode di depan nama wanita bersumber dari Al- Qur’an yakni dua kalimat syahadat dan La Ode dan Wa Ode juga merupakan anak
10
bangsawan akan tetapi identitas La Ode dan Wa Ode juga merupakan ciri khas bagi masyrakatnya karena dari identitasnya sudah diketahui suku aslinya tanpa ada perkenalan lagi. Dan juga makna simbol dari penamaan identitas La Ode dan Wa Ode pada zaman kesultanan La Ode Husein yang penyandang La Ode dan Wa Ode awalnya tidak diberikan kepada anak turunan hanya diberikan kepada sultan terpilih. Kemudian ada perubahan bahwa penyandang La Ode dan Wa Ode akan diberlakukan kepada semua keturunannya apabila keturunan ayahnya itu La Ode akan tetapi apabila keturunan ayahnya bukan La Ode maka tidak berhak untuk menyandang La Ode karena untuk menyandang La Ode harus keturunan seorang ayah bukan seorang pibu. Makna simbolik dari nama La Ode dan Wa Ode merupakan ciri khas sebagai calon pemimpin menurut masyarakat Muna. Dan penamaan La Ode dan Wa Ode berasal dari kata KAOMBO yang artinya bahwa kemuka dan mempunyai makna baris ke depan dan berhak menjadi calon pemimpin nantinya. Dan La Ode mempunyai simbol tersendiri di masyarakat Muna yaitu La Ode berarti Lanahari yang atinya malam dan mempunyai makna simbol dia adalah seorang laki – laki. Dan Wannahari yang artinya siang berati Wa Ode jadi antara La Ode dan Wa Ode harus saling melengkapi dan merupakan dua hal terpeting bagi kehidupan”. Identitas
La Ode/Wa Ode merupakan sapaan simbolik yang
umum
sebagaimana dengan kata “Abu” untuk sapaan bagi anak orang–orang Arab. Lebih jauh lagi, kata depan La Ode/ Wa Ode
yang melekat pada nama mereka
menggambarkan bahwa mereka bagian dari pengaruh budaya suku daratan yang didominasi oleh pengaruh Kerajaan Majapahit. Ini dapat terbukti pada akhir masa
11
keemasan Kerajaan Majapahit, dimana Pati Gajah Mada melakukan pelayaran ke wilayah timur. Dengan kata lain, pemaknaan identitas kata La Ode dan Wa Ode dapat dipahami lebih bijak sekaligus semakin mempererat kebersamaan yang utuh masyarakat suku Muna dalam lingkungan sosial yang heterogen.” Asal kata Ode merupakan bahasa hidup yang berasal dari bahasa arab, dimana serangkaiannya dengan Kata La/Wa juga dari bahasa arab, sehingga dua kata tersebut menjadi bahasa/huruf hidup (La/Wa+Ode). Secara etimologi (nahwu) kata “Ode” berasal dari kata (maaf maunya ditulis dengan huruf arab tapi belum ada programnya menulis dengan huruf arab) : Wa Ode yang berarti orang yang telah berjanji, dimana huruf “Wa” pada kata “Ode” secara tata bahasa arab menjadi kesatuan dari kata ode itu sendiri yang berarti janji (asal katanya/kata dasar) yang diartikan huruf “wa” tidak mempunyai makna (bukan bermakna “dan”), sehinga kata ode adalah janji yang dikenakan pada subyek (orang) yang telah berjanji. Dengan hal tersebut, maka kata “Ode” berarti seseorang yang telah berjanji. Dengan menggunakan kata depan La/Wa menjadi La Ode dan Wa Ode diartikan sebagai seorang laki- laki yang telah berjanji (La Ode) dan demikian juga untuk perempuan (Wa Ode) dengan penulisan kata terpisah
KESIMPULAN Makna simbolik identitas penamaan La Ode dan Wa Ode dapat disimpulkan bahwa: La Ode terbentuk dari dua kata dari filologi huruf arab. La
12
adalah singkatan kata simbol dari Laillaha Illallah sedangkan Wa Ode singkatan dari Wa yaitu simbol dari Washadu anna Muhammadah rasulullah (jadi La bukan penggalan tapi simbolik dari Lailallaha Ilallah) sedangkan Ode adalah berarti bangsawan yang ditemukan dalam literatur bahasa arab yang tua. La Ode artinya adalah orang yang mulia atau terpuji di Depan Allah. Berangkat dari kata ini maka hendaknya laah para bangsawan (anak-anakku) menjaga lidah, dan semua indera. Karena awalnya La Ode itu tidak diberikan kepada anak turunan hanya diberikan kepada sultan terpilih. Kemudian terjadi perubahan policy oleh siolimbona (sebelumnya 8 orang, kemudian untuk mempermudah voting ditambah 1 orang lagi jadi 9/sio). Keputusan untuk memberikan nama La Ode untuk anak turunan bangsawan adalah untuk melakukan indentifikasi kepada anak turunan para anak siapa tau di kemudian hari ditemukan bibit kepemimpinan pada diri mereka.
DAFTAR PUSTAKA Sumber Pustaka Hanafi, La Ode Ali. La Ode Kuara. 2008. Sejarah dan Kebudayaan Muna (karya tulis). La Fariki. 2005. Sejarah islam Penamaan di Sulawesi Tenggara. Kendari: UNHALU Press La Yani 2008 . Sejarah dan Kebudayaan Muna (Karya Tulis). Lilliweri, Alo. 2011. Dasar – Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Littlejohn, Stepan W., dan Foss Karen A. 2009. Teori komunikasi. Jakarta : Selemba Humanika
13
Malleang . 2000. Metode penelitian kulitatif. PT. Remaja Pusda Karya, : Bandung. Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : Rosdakarya Mulyana , Deddy., Rakhmat, Jalaluddin. 2006. Komunikasi Antarbudaya. Bandung ; Rosdakarya Setiadi, Elly M, dkk. 2007, ilmu sosial dan Budaya Dasar, jakarta; kencana Simatupang , Lono Lastoro, 2006. Metode , teori, teknik kebudayaan,: pustaka Widyatama Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung : Rosdakarya. Suprianto, La Niampe, La Ode Syukur, Moh. Anwar. 2009. Sejarah Kebudayaan Islam Sulawesi Tenggara. Universitas Muhamadiyah Kendari. Sumber Elektronik (https://sejarahwuna.wordpress.com/2012/12/28/asal-muasal-penggunaan-katadepan- La Ode-dan-Wa Ode-untuk-nama-masyarakat-di-jazirah-muna-/) Diakses 18 Januari 2016 http://rajawaligarudapancasila.blogspot.com./2011/05/konsep-simbol-dalam persfektif_31html//09:02 wita Diakses 18 Januari 2016 (repository.usu.ac.id./ bitstream / 123456789/ 29403/5/ Chapter/ 201. Pdf oleh SL Zulham -2011// 9.25 wita 18 januari 2016.) http://wunabarakati.blogspot.co.id/2007/10/type-your-summary-here-type-restof_25.html Diakses 18 Januari 2016
14