DESAIN AGROFORESTRY SEBAGAI TINDAKAN KONSERVASI VEGETATIF UNTUK PENGELOLAAN DAS BAUBAU BERKELANJUTAN (DESIGNING AGROFORESTRY SYSTEM AS A VEGETATIF CONSERVATION METHOD FOR SUSTAINABLE BAUBAU WONCO WATERSHED MANAGEMENT)
Oleh :
SAFRIL KASIM LA ODE MIDI
Latar Belakang Perubahan penggunaan lahan hutan Penurunan kualitas lingkungan
Terganggunya fungsi hidrologis DAS (DAS Baubau Wonco) Kelas Kemampuan Lahan
Konservasi DAS Metode D&D
Model Agroforestry
Terganggunya fungsi hidrologis DAS, menurunnya produktivitas lahan akibat degradasi lahan, peningkatan erosi dan sedimentasi serta bertambah luasnya lahan kritis.
Hasil Peneltian Di DAS Baubau Wonco (Kasim &Midi, 2012 ) : 1. laju sedimentasi telah mencapai 7.424, 24 Ton Ha-1 2. Ratio antara Debit Minimum dan Debit Maksimum mencapai 243,929
(terdegradasi berat)
FLUKTUASI DEBIT SUNGAI (KASIM & MIDI, 2012)
TINGKAT BAHAYA EROSI DAN SEDIMENTASI (KASIM, 2012, 2013)
SEDIMENTASI :
7.424,24 ton/tahun.
PETA LERENG
PETA TINGKAT BAHAYA EROSI
Mengetahui karakteristik lahan dan menyusun perencanaan penggunaan lahan yang proporsional dan berkelanjutan dengan menggunakan pendekatan klasifikasi kemampuan lahan.
TUJUAN Mendesain implementasi pola tanam agroforestry sebagai tindakan konservasi vegetatif DAS pada lahan-lahan dengan kelas kemampuan yang berkesesuaian.
METODOLOGI Waktu
2013 dan 2014
Lokasi
DAS Baubau Wonco sebagai
Bahan
Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 50.000, Peta Geologi Sulawesi Tenggara Skala 1 : 250.000, Peta Tanah Tinjau Daerah Sulawesi Tenggara Skala 1 : 250.000, Peta Penggunaan Lahandalam DAS Baubau Skala 1 : 50.000
ALat
Buku Munsell Soil-Colour Chart, pH meter, Kompas, Clinometer, GPS, Altimeter, ATK, Auger / Bor Tanah tipe Belgia, Pisau Lapang, Sekop, Tali Ukur, parang, Pacul dan Roll meter, dan buku panduan pengamatan profil tanah di lapangan yang dikeluarkan oleh lembaga Guideline for soil descripsion.
Prosedur Penelitian Pembuatan Peta
Penentuan Sampel Area
Metode Rapid Rural Appraisal (RRA) dan Focus Group Discussion (FGD) Pengambilan Sampel Tanah dan Pengamatan Vegetasi Existing
Survey sosial ekonomi
Analisa Data
Analisis Kelas Kemampuan Lahan
Diagnostic Tools of Agroforesry ; ICRAF
Hasil Karakteristik Lahan DAS Baubau Wonco Kemiringan Lerang 1. 2. 3. 4. 5.
0-8% seluas 2548,58 Ha 8-15% seluas 2452,01 Ha, 15-25 % seluas 392, 98 Ha Kelas Kelerengan 25 -45 % seluas.612,29. > 45% seluas 2628, 15 Ha
Tanah
1. Jenis Tanah ; Litosol, atosol dan mediteran 2. Solum; DalamDangkal
Penggunaan Lahan
Lahan hutan (23,96%), kebun campuran, tegalan, semak belukar, sawah dan pemukiman.
Iklim
1. Curah hujan tertinggi ; Bulan Desember dengan intensitas 272,00 mm dgn jumlah hari hujan sebanyak 20 hari 2. Curah hujan terendah terjadi pada Bulan Desember dengan intensitas 9,5 mm with dengan jumlah hari hujan sejumlah hari (Stasiun Metereologi Betoambari, 2013).
Lanjutan HASIL Kelas Kemampuan Lahan dalam Wilayah DAS Baubau Wonco Tabel. 1. Kelas Kemampuan Lahan di DAS Bau-Bau Kawasan
Kelas Kemampuan
Unit lahan
1
III
2
No
Faktor Penghambat
Luas (Ha)
%
APL
HP
HL
5-7 dan 21
271.70
29.43
-
Drainase, permeabi-litas, dan erosi
301.14
3.68
IV
22
-
2.48
-
Erosi
2.48
0.03
3
VI
30 & 37
-
5.20
146.49
Lereng
151.69
1.85
4
VII
54-59& 71-73
1032.69
1577.06
307.11
Lereng dan Erosi
2916.85
35.60
5
VIII
1-4, 8-20, 23-53, 60-70, & 74-76
3019.12
686.81
1085.88
Tekstur dan Lereng
4.791,82
58,49
6
Sungai
29.22
0.36
8193.21
100
Jumlah
4323.51
(Sumber: Hasil analisis GIS dalam Kasim dan Midi, 2014)
2300.98
1539.49
Peta Kelas Kemampuan Lahan
(Sumber : Hasil analisis GIS, 2014)
Arahan Pemanfaatan Lahan Tabel2. Rekomendasi Arahan Pemanfaatan Lahan Di Wilayah DAS Bau-Bau No
Rekomendasi
Penggunaan Lahan Existing
Kemampuan Lahan
1 2
Agroforestry Pertanian lahan basah
Kebun campuran Sawah
III III
3
Dibiarkan hutan
Hutan
III, VI, VII, dan VIII
4
Dihutankan dengan Pola Reboisasi
Semak belukar dan Tanah terbuka
5
6 7 8
Dihutankan kembali dengan pola reboisasi Pertanian lahan kering dan Pengembangan Agroforestry
Pertanian lahan kering dan Kebun campuran
Pertanian lahan kering
Tanaman pekarangan dalam Pola Agroforestry Lahan terbangun Sungai Sungai Jumlah
Sumber: Hasil Analisis Overlay, 2014
Kawasan APL
HP
10.64
9.77
16.73
-
632.95
1776.54
1486.99
7.40
VIII 1140.70
502.03
VII dan VIII
244.33
Unit Lahan
HL
5.24
- 5 - 7 4, 9, 21, 30, 36, 37, 1522.97 48, 52-54, 56, 57, 71, dan 76 2, 3, 10, 12, 13, 15, 17, 18, 24, 26, 28, - 29, 31, 32, 38-41, 46, 51, 63, 64, 67, dan 69 1, 8, 19, 23, 33-35, 42, 44, 45, 49, 50, 16.51 55, 58-61, 65, 66, 70, dan 72-75
6 dan 22 791.16
-
4323.51
2300.98
%
20.42 16.73
0.25 0.20
3932.46
48.00
1494.40
18.24
1659.25
20.25
249.57
3.05
791.16 29,22 8.193,21
9.66 0.36 100,00
-
III dan IV VIII
Luas (Ha)
- 11, 14, 16, 20, 25, 27, 43, 62, dan 68 1539.49
Analisis dan Desain Pengembangan Agroforestry Tabel 3. Sistem Agroforestry dan Jenis Tanaman/Ternak yang Diusahakan No Sistem Agroforestry 1 Agrisilvicultur
2
Agrosilvopastura
Jenis Tanaman Pola Tanam Mahoni, Jati Lokal, Jarak tanam tidak teratur (Mixed Jagung dan Padi cropping), Tanaman Mahoni sebagai Ladang tanaman pagar, Tanaman Jati ditanam secara mengelompok, Tanaman padi ladang dan jagung sebagai tanaman utama. Mahoni, Bitti, Jati, Jarak tanam tidak teratur (Mixed Jagung, Padi Ladang, cropping), Tanaman Mahoni sebagai dan Ternak Sapi tanaman pagar, Tanaman Jati ditanam secara mengelompok, Tanaman padi ladang dan jagung sebagai tanaman utama.
Sumber : Data Primer diolah, 2014
Tabel 4. Tujuan, Alokasi Sumberdaya, Teknologi yang Diterapkan & Strategi Produksi Masyarakat Sekitar DAS Baubau Wonco dalam Mengembangkan Sistem Agroforestry
No
Tujuan
Teknologi yang Diterapkan
1
Tanaman Kehutanan : Mencukupi Kebutuhan Kayu sebagai Bahan Baku Pembuatan Rumah, Pagar dan Kebutuhan alat rumah tangga Dijual kepada masyarakat sekitar yang membutuhkan. Dijual kepada pengusaha meubel dari Kota Baubau. Tanaman Jangka Panjang untuk kebutuhan masa depan keluarga
2
Tanaman Pangan : Untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga. Untuk dijual dimana hasilnya digunakan untuk membiayai kebutuhan rumah tangga lainnya (pendidikan, kesehatan, dll)
Alokasi Sumberdaya
Sumber bibit dibuat sendiri atau dari pemerintah Kota Baubau Pembersihan gulma dilakukan oleh tenaga kerja rumah tangga (suami, isteri dan anak). Tidak ada tindakan pengolahan
Sumber benih dari kebun sendiri. Tidak ada tindakan pemupukan. Tidak ada penggunaan Pestisida Panen dilakukan oleh tenaga kerja keluarga. Tidak ada tindakan pengolahan
Strategi Produksi
Tenaga Kerja Metode produksi tradisional (tanam dan Domestik menunggu panen). Modal dari pendapatan rumah tangga. Tidak ada sarana produksi yang dibeli
Tenaga kerja adalah tenaga kerja domestik. Sumber modal pendapatan lain keluarga.
Pembersihan gulma dilakukan secara semi intensif. Jarak tanam tidak teratur. Tidak ada tindakan pengendalian hama dan penyakit.
Tanaman Hortikultura Dijual dimana hasilnya digunakan untuk membiayai kebutuhan rumah tangga lainnya (pendidikan, kesehatan, dll) Digunakan sendiri
Sumber benih untuk tanaman sayuran dibeli di Toko Tani Kota Baubau Sumber bibit untuk tanaman buah diperoleh dari bantuan Dinas Pertanian atau dibuat sendiri. Tidak ada Teknologi Pemupukan. Panen dilakukan oleh tenaga kerja sendiri
Tenaga kerja adalah tenaga kerja domestik. Sumber modal pendapatan lain keluarga.
Pembersihan gulma dilakukan secara semi intensif. Jarak tanam tidak teratur. Tidak ada tindakan pengendalian hama dan penyakit.
Sumber bibit dari bantuan Dinas Pertanian atau dari Perguruan Tinggi (Program ). Tidak ada teknologi kandangnisasi Tidak ada penyediaan obat-obatan
Tenaga kerja adalah tenaga kerja domestik. Sumber modal pendapatan lain keluarga.
Tidak ada lahan khusus untuk ditanami pakan. Kotoran ternak tidak ada yang dimanfaatkan.
Komoditas Ternak Dijual dimana hasilnya digunakan untuk membiayai kebutuhan rumah tangga lainnya (pendidikan, kesehatan, dll) Digunakan untuk komoditas jangka panjang untuk masa depan keluarga
•Sumberr : Data Primer diolah, 2014
Tabel 5. Masalah, Tantangan dan Keterbatasn Petani dalam Pengembangan Sistem Agroforestry di DAS Bauabau Wonco. No
1
Masalah a.Luas Lahan yang terbatas. b.Sumber dan ketersediaan air yang terbatas. c.Terbatasnya sumber dan ketersediaan benih/ bibit. d.Terbatasnya sarana pembibitan
Tantangan a. Minimnya Pembinaan dari penyuluh pertanian/kehutanan. b. Tidak adanya sarana irigasi atau embung (sarana penampungan air pada puncak musim hujan untuk kebutuhan tanaman dan minuman ternak) c. Terbatasnya akses modal usaha tani. d. Terbatasnya bantuan bibit/benih unggul dari pemerintah. e. Terbatasnya bantuan pupuk dan pestisida dari pemerintah. f. Retribusi yang dikenakan oleh pemerintah untuk penjualan hasil tanaman kehutanan (kayu) g. Harga yang fluktuatif (rendah pada musim panen)
Sumber : Data Primer diolah, 2014
Keterbatasan a.Minimnya pendidikan petani, b.Rendahnya keterampilan dalam budidaya sistem agroforestry. c.Rendahnya keterampilan manajemen usaha tani d.Rendahnya pengetahuan dan keterampilan dalam mengakses modal usaha tani. e.Rendahnya motivasi dalam mengusahakan tanaman jangka panjang (kehutanan). f.Rendahnya motivasi dalam memanfaatkan kotoran ternak yang diusahakan untuk diolah menjadi barang yang bernilai ekonomi (pupuk organik, biogas, dll)
Tabel 6. Model Pengembangan Agroforestry dan Intervensi yang Dilakukan pada Kawasan Hutan Terdegradasi di DAS Baubau Wonco.
No
1
Unit Lahan/Luas Lahan (ha) 5/ 9,77
Skenario Pengembangan
Penggunaan Lahan Existing Kebun Campuran
Intervensi
Sistem Agrisilvicultur Tananaman Hutan : Mahoni, Bitti dan Jati
Tanaman Pertanian: Jagung, Padi Gogo
Mengatasi Masalah Tanaman Hortikultura : Sayur-sayuran dan BuahBuahan
-
-
-
2
6/ 5,24
Pertanian Lahan Kering
Tananaman Hutan : Mahoni, Bitti dan Jati
Tanaman Pertanian: Jagung, Padi Gogo
Tanaman Hortikultura : Sayur-sayuran dan BuahBuahan
-
-
-
Sumber : Data Primer diolah, 2014
Aplikasi Pupuk Organik (kotoran ternak sapi) Pembuatan Embung (menampung kelebihan air dimusim hujan dan mengatasi kekurangan air dimusim kemarau Bantauan Benih dan Bibit dari Pemerintah Kota dan Provinsi Aplikasi Pupuk Organik (kotoran ternak sapi) Pembuatan Embung (menampung kelebihan air dimusim hujan dan mengatasi kekurangan air dimusim kemarau Bantauan Benih dan Bibit dari Pemerintah Kota dan Provinsi
Mengatasi Keterbatasan
Mengatasi Tantangan
Peningkatan pengetahuan dan Keterampilan Budidaya dalam pola agrisilvicultur Peningkatan keterampila manajemen usaha tani Peningkatan intensitas -penyuluhan
- Bantuan Modal Usaha - Peningkatan aksesibilitas modal usaha melalui perbankan - Perlindungan harga pada musim panen - Subsidi Pupuk - Bantuan sarana dan prasarana produksi (pembibitan, pengolahan, dll)
- Peningkatan pengetahuan dan Keterampilan Budidaya dalam pola agrisilvicultur - Peningkatan keterampila manajemen usaha tani - Peningkatan intensitas penyuluhan
- Bantuan Modal Usaha - Peningkatan aksesibilitas modal usaha melalui perbankan - Perlindungan harga pada musim panen - Subsidi Pupuk - Bantuan sarana dan prasarana produksi (pembibitan, pengolahan, dll)
-
-
-
Tabel 7. Model Pengembangan Agrosilvopastura pada Areal Penggunaan Lain dalam Kawasan DAS Baubau Unit Lahan/Lua No s Lahan (ha) 5 (luas 0,64), 6 & 22 (Luas 244,33) 11,14,16,2 0,25,27,43 ,62, & 68 (Luas: 791,16 Ha)
Model Pengembangan
Pengguna an Lahan Existing
Kebun Campuran Pertanian Lahan Kering Lahan Pekaranga n
Sistem Agrosilvopastura
Tananaman Hutan : Jati, Bitti& Sengon, Mahoni
Sumber : Data Primer diolah 2014
Tanaman Ternak : Pertanian: Jagung Sapi dan Jahe, Sayur- Potong sayuran dan buah-buahan Tanaman Pakan Ternak : Kaliandra dan Gamal
Intervensi Mengatasi Masalah
- Pembuatan Demplot Model Agrosilvopastura - Aplikasi Pupuk Organik (kotoran ternak sapi) - Aplikasi Biogas sebagai sumber energi alternatif - Pembuatan sumur mengatasi kekurangan air dimusim kemarau - Pembuatan Benih/Bibit pada kelompok tani - Bantauan Benih dan Bibit dari Pemerintah Kota dan Provinsi
Mengatasi Keterbatasan
- Need Assesment - Pembentukan Kelompok Tani - FGD - Pelatihan Peningkatan pengetahuan dan Keterampilan Budidaya dalam pola agrisilvicultur - Pelatihan Peningkatan keterampila manajemen usaha tani - Peningkatan intensitas kunjungandan penyuluhan (Akademisi & Penyuluh)
Mengatasi Tantangan
- Bantuan Modal Usaha - Peningkatan aksesibilitas modal usaha melalui perbankan - Perlindungan harga pada musim panen - Bantuan sarana dan prasarana produksi (pembibitan, sarana aplikasi biogas, bantuan bibit ternakteknologi pengolahan, dll)
Kesimpulan & Saran Terdapat 5 (lima) Kelas Kemampuan Lahan dalam wilayah DAS Baubau yaituKelasKemampuan III denganluas 301,14 Ha (3,68 %), KelasKemampuan IV denganluas 2,48 Ha (0,03 %), KelasKemampuan VI denganluas 151,69 Ha (1,85 %), KelasKemampuan VII denganluasan 2916,85 Ha (35,60 %), kelaskemampuan VIII denganluasan 4.791,82 Ha (58,49 %).
Kesimpulan
Pengembangan penggunaan lahan dari penggunaan lahan kebun campuran dan pertanian lahan kering menjadi lahan agroforestry direkomendasikan pada lahan kelas III dan Kelas IV, unit lahan 5, 6 dan 22, baik pada kawasan hutan maupun pada Areal Penggunaan Lain.
Model pengembangan agroforestry sebagai metode konservasi vegetatif DAS yang dirumuskan adalah model agrisilviculture dan agrosilvopastura dengan intervensi pada mengurangi masalah-masalah yang terkait dengan sistem budidaya dan mengatasi setiap kendala pada setiap satuan lahan serta perbaikan manajemen usaha tani yang dihadapi petani, mengatasi keterbatasan pada diri petani dan keluarganya, serta meminimalisir hambatan-hambatan eksternal yang dihadapi oleh petani.
Saran
Penelitian lanjutan tentang uji interaksi ekologi antar komponen tanaman penyusun sistem agroforestry, khususnya dalam memperbaiki fungsi hidrologis DAS Baubau Wonco dan uji interaksi ekonomi dari model agroforestry yang dirumuskan sehingga alternatif kombinasi pola tanam yang diterapkan merupakan kombinasi komoditas yang memiliki nilai ekonomi paling tinggi dan mempunyai kesesuaian sosial dengan masyarakat lokal
Referensi Agus, F., M. Van Noordwijk, dan S. Rahayu. 2004.Dampak Hidrologis Hutan, Agroforestri, dan Pertanian Lahan Kering sebagai Dasar Pemberian Imbalan Kepada Penghasil Jasa Lingkungan di Indonesia.Prosiding Lokakarya di Padang/Singkarak, Sumatera Bukhari dan I.G. Febryano.2009. Desain Agroforestry pada Lahan Kritis (Studi Kasus di Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar). Jurnal Perrenial 6(1): 53-59 Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Kasim, S., Aminuddin, MK.,Kahirun. 2007. Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS Baubau secara Terpadu. Kerjasama Bappeda Kota Baubau dan Program Studi Manajemen Hutan Fak. Pertanian Unhalu. Kendari. Kasim, S. 2011. Studi Struktur dan Komposisi Vegetasi di Hutan Lindung Wakonti Daerah Tengah DAS Baubau Wonco. Lembaga Penelitian Unhalu Kendari. Kasim, S. Midi, LD. 2012. Dampak Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Fungsi Hidrologis DAS Baubau Wonco. Lembaga Penelitian Unhalu Kendari. Lerner, D.N., and B. Harris. 2009. The relationship between land use and groundwater resources and quality. Journal of Land Use Policy 265 (2009) S265-S273.. Published by Elsevier Ltd, All rights reserved. Maltima, J.M., J.M. Olson, S.M. Mugatha, S. Magisha, and T. Mutie. 2010. Land use changes, impacts and option for sustaining productivity and livelihood in the basin of Lake Victoria. Journal of Sustainable Development in Africa. Volume 12, No. 3, 2010. Clarion University of Pennsylvania, USA. Moore I.D. and J.P. Wilson. 1992. Length-slope factors for the revised universal soil loss equation: simplified method of estimation. Journal of Soil and Water Conservation. 47(5): 423-428. Muta’ali. L, 2012.DayaDukungLingkunganUntukPerencanaanPengembanganWilayah.BadanPenerbitFakultasGeografi. UniversitasGadjahMada. Yogyakarta. Panhalkar S, 2011. Land Capability Classification for Integrated Watershed Development by applying Remote Sensing and GIS techniques. Journal of Agricultural and Biological Science. Vol.6 No.4. April 2011. Pages 46-55. ISSN. 1990-6145. Asian Publicing Network (ARPN) Sitorus, S.R.P, 1995. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Tarsito. Bandung, Indonesia. Stasiun Metereologi Betoambari, 2013. Data Iklim Kota Baubau. Baubau. Van Noordwijk., Agus F., Didik, S., Kurniatun, H., Pasya, G., Bruno, V., Farida. 2004. Peranan Agroforestry dalam Mempertahankan Fungsi Hidrologis Daerah Aliran Sungai. Jurnal Agrivita Volume 26 No. 1, 2004. Universitas Brawijaya Malang. ISSN: 0126-0537. Wilson J. P. and J. C. Gallant. 2000. Terrain Analysis: Principles and Applications. John Wiley and Sons, New York. pp. 87-131