PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA TARUBATANG KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI DALAM RANGKA PENINGKATAN NILAI TAMBAH EKONOMI DAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU Dwi Anto Teguh Widodo, 2Prabang Setyono dan 2I Gusti Ayu KRH 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2 Staf Pengajar Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 1
Abstrak Ekosistem hutan Taman Nasional Gunung Merbabu memiliki nilai tambah ekonomi yang bermanfaat penting bagi kehidupan manusia. Tekanan terhadap kelestarian hutan dapat menurunkan daya dukung lingkungan. Program pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan daya dukung lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui tingkatan partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan masyarakat di Desa Tarubatang Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali; (2) mengetahui peningkatan nilai tambah ekonomi dan pelestarian daya dukung lingkungan di Taman Nasional Gunung Merbabu melalui program pemberdayaan masyarakat di Desa Tarubatang Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali; (3) merumuskan strategi peningkatan nilai tambah ekonomi dan daya dukung lingkungan di Taman Nasional Gunung Merbabu. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode survei. Lokasi penelitian di Desa Tarubatang Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, yang dikumpulkan melalui metode wawancara, kuisoner, observasi dan simak dokumen (document study). Pemeriksaaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi data dan sumber. Analisis data menggunakan metode interaktif dan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkatan partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan masyarakat adalah tingkatan partisipasi bertindak bersama (acting together). Program pemberdayaan masyarakat di Desa Tarubatang dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi dan pelestarian daya dukung lingkungan di Taman Nasional Gunung Merbabu. Strategi utama yang dapat dilakukan guna peningkatan nilai tambah ekonomi dan daya dukung lingkungan di Taman Nasional Gunung Merbabu adalah dengan meningkatkan keberlanjutan program pemberdayaan masyarakat. Kata kunci: taman nasional, nilai tambah, daya dukung lingkungan, pemberdayaan masyarakat. 24
Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 2 | Juli 2014
Program Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Tarubatang
Pendahuluan Lingkungan hidup yang baik merupakan kebutuhan mutlak bagi semua makhluk hidup yang ada di bumi ini guna melangsungkan kehidupan. Lingkungan dapat memberikan segala kebutuhan berupa bahan atau materi yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk kehidupan. Konperensi internasional yang diselenggarakan UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) di Seville Spayol pada bulan Maret 1995 telah menghasilkan “Strategi Seville”. Strategi Seville berisi rekomendasi bagi pengembangan cagar biosfer pada abad 21. Cagar Biosfer didefinisikan sebagai suatu kawasan yang terdiri dari ekosistem asli, ekosistem unik, dan atau ekosistem yang telah mengalami degradasi yang keseluruhan unsur alamnya dilindungi dan dilestarikan bagi kepentingan penelitian dan pendidikan. Taman Nasional merupakan suatu kawasan pelesatarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Ekosistem hutan di Taman Nasional memberikan nilai tambah ekonomi yang bermanfaat bagi masyarakat desa sekitar hutan maupun masyarakat yang berada di daerah hilir. Manfaat yang terkandung di dalam ekosistem hutan Taman Nasional berupa barang maupun jasa ekologis yang bernilai penting bagi kehidupan. Sumber daya hutan menyediakan bahan materi yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup khususnya kehidupan manusia. Taman Nasional Gunung Merbabu adalah 1 diantara 50 Taman Nasional yang ada di Indonesia. Taman Nasional Gunung Merbabu merupakan kawasan konservasi yang memiliki nilai penting bagi keberlangsungan kehidupan. Taman Nasional merupakan kawasan
Dwi Anto Teguh Widodo, Prabang Setyono dan I Gusti Ayu KRH
konservasi yang memiliki fungsi ekologi, ekonomi dan sosial. Dalam pengelolaan Taman Nasional selalu mengedapankan keterlibatan masyarakat sebagai subjek dalam pengelolaan. Seiring dengan pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan industrialisasi tekanan terhadap sumber daya alam meningkat. Hal tersebut akibat dari peningkatan kebutuhan sumber daya alam baik kuantitas maupun kualitas. Taman Nasional Gunung Merbabu memiliki 36 desa penyangga yang letaknya berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu yang pada umumnya termasuk dalam kategori desa tertinggal dan miskin. Masyarakat desa pada umumnya mempunyai tingkat perekonomian relatif rendah dengan ketergantungan yang tinggi terhadap kawasan hutan. Mata pencaharian masyarakat desa sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu adalah sebagai petani sekaligus memelihara ternak. Ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya hutan cukup tinggi. Kondisi tersebut dapat berdampak pada fungsi dan kelestarian ekosistem Taman Nasional Gunung Merbabu. Balai Taman Nasional selaku pihak pemerintah berkewajiban untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat desa sekitar kawasan. Upaya untuk mensejahterakan masyarakat telah dilaksanakan pengelola Taman Nasional Gunung Merbabu melalui program pemberdayaan masyarakat. Program tersebut dilakukan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat desa sekitar kawasan dan kelestarian kawasan. Pendekatan pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu wujud pembangunan alternatif yang menghendaki agar masyarakat mampu mandiri dan memiliki keberdayaan. Dalam program pemberdayaan masyarakat daerah penyangga, masyarakat mendapatkan kewenangan untuk mengelola
Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 2 | Juli 2014
25
Program Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Tarubatang
semua kegiatan secara mandiri dan partisipatif. Masyarakat terlibat dalam setiap tahapan kegiatan mulai dari sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, pelestarian dan pengembangan kegiatan. Selain itu masyarakat mendapat pendampingan dari petugas lapangan, dukungan dari pengelola Taman Nasional Gunung Merbabu serta terdapat kelembagaan berupa Kelompok Tani. Program pemberdayaan masyarakat desa sekitar kawasan Taman Nasional berupa kegiatan peningkatan usaha ekonomi produktif. Jenis kegiatan usaha itu diantaranya adalah budidaya ternak domba di Desa Tarubatang Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. Keberhasilan tujuan program pemberdayaan masyarakat ditentukan oleh besar kecilnya partisipasi masyarakat. Program pemberdayaan masyarakat telah dapat dilaksanakan oleh masyarakat, namun demikian terkait dengan peningkatan nilai tambah ekonomi dan daya dukung lingkungan di Taman Nasional Gunung Merbabu belum diketahui dengan pasti. Permasalahan Berdasarkan paparan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah tingkatan partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan masyarakat di Desa Tarubatang Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali ?; 2. Apakah program pemberdayaan masyarakat di Desa Tarubatang Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali meningkatkan nilai tambah ekonomi dan pelestarian daya dukung lingkungan di Taman Nasional Gunung Merbabu ?; 3. Bagaimanakah strategi peningkatan nilai tambah ekonomi dan daya dukung lingkungan di Taman Nasional Gunung Merbabu ?.
26
Dwi Anto Teguh Widodo, Prabang Setyono dan I Gusti Ayu KRH
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tingkatan partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan masyarakat di Desa Tarubatang Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali; 2. Untuk mengetahui peningkatan nilai tambah ekonomi dan pelestarian daya dukung lingkungan di Taman Nasional Gunung Merbabu melalui program pemberdayaan masyarakat di Desa Tarubatang Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali; 3. Merumuskan strategi peningkatan nilai tambah ekonomi dan daya dukung lingkungan di Taman Nasional Gunung Merbabu. Studi Pustaka Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Taman Nasional didefinisikan sebagai kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Soemarwoto (2001) mengartikan taman nasional sebagai daerah yang dilindungi dan dikembangkan untuk pariwisata, penelitian, dan pendidikan. Menurut Mac Kinnon dan Mac Kinnon dalam terjemahan Amin (1993) batasan pengertian taman nasional adalah suatu kawasan luas yang relatif tidak terganggu, mempunyai nilai alam yang menonjol dengan kepentingan pelestarian yang tinggi, potensi rekreasi besar, mudah dicapai oleh pengunjung dan manfaat yang jelas bagi daerah setempat. Dari beberpa definisi taman nasional di atas dapat disederhanakan bahwa taman nasional adalah suatu kawasan pelestarian alam yang memiliki ciri khas khusus dengan sisitem pengelolaan sesuai
Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 2 | Juli 2014
Program Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Tarubatang
blok masing-masing dan karakternya dan memiliki fungsi ekologi, ekonomi dan sosial. Dalam hal ini taman nasional memiliki nilai tambah yang penting bagi pembangunan kehidupan. Pengelolaan taman nasional bertujuan untuk mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam dan ekosistemnya untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia (UU No. 5 Tahun 1990) taman nasional dikelola untuk memberikan nilai tambah baik ekonomi maupun ekologi bagi kesejahteraan manusia. Taman Nasional dibagi dalam beberapa zona sesuai dengan peruntukannya antara lain: zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan, dan atau zona lain yang ditetapkan oleh menteri atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan kreteria. (PP No. 28 Tahun 2011). Daya dukung lingkungan menunjukkan besarnya kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya pada suatu luasan lahan (Soemarwoto, 2001). Darsono (1995) mengutarakan bahwa daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan yang ada di dalamnya. Apabila daya dukung lingkungan terlampaui maka manusia akan mengalami berbagai kesulitan. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, mendefinisikan daya dukung lingkungan hidup sebagai kemampuan untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar keduanya. Daya dukung lingkungan memeliki batas kemampuan untuk menyedia barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia, sehingga upaya pelestarian supaya daya dukung tersebut tetap mampu berfungsi secara ekologi dan ekonomi. Perlindungan terhadap kelestarian kawasan konservasi merupakan
Dwi Anto Teguh Widodo, Prabang Setyono dan I Gusti Ayu KRH
upaya untuk menjaga dan memelihara kemampuan suatu kawasan supaya tetap mampu mendukung kelangsungan kehidupan. Perlindungan hutan adalah bagian dari perlindungan lingkungan (Handayani, 2012). Memelihara kelestarian hutan merupakan salah satu upaya untuk memelihara lingkungan. Undang–Undang Nomor 41 Tahun 1999 menjelaskan bahwa upaya menjaga dan fungsi memelihara kawasan hutan supaya dapat eksis berfungsi sebagai sistem penyagga kehidupan dengan cara melakukan rehabilitasi hutan. Rehabilitasi hutan dan lahan dilakukan guna pemulihan serta pengembangan fungsi sumber daya hutan dan lahan, baik fungsi produksi maupun fungsi lindung dan konservasi. Rehabilitasi hutan dan lahan diselenggarakan melalui kegiatan reboisasi, penghijauan, pemeliharaan, pengkayaan tanaman, atau penerapan teknik konservasi tanah secara vegetatif dan sipil teknis pada lahan kritis dan tidak produktif (pasal 41 UU No. 41 Tahun 1999). Masyarakat desa hutan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ekosistem hutan. Menurut Darusman (2000) fakta membuktikan bahwa ada masyarakat yang hidup di dekat dan di dalam hutan, baik bermukim (menetap) maupun nomaden (berpindah-pindah) baik asli/turun-temurun maupun pendatang. Simon (1999) menyatakan bahwa petani hutan sebagai satu lapisan sosial yang relatif paling bawah pada umumnya tidak memiliki lahan dan akses petani hutan terhadap sumber daya hutan juga tertutup. Proses pemberdayaan masyarakat merupakan upaya yang sengaja dilakukan untuk memfasilitasi masyarakat dalam merencanakan, memutuskan dan mengelola sumber daya lokal yang dimiliki melalui collective action dan networking sehingga pada akhirnya mereka memilliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial (Subejo
Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 2 | Juli 2014
27
Program Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Tarubatang
dan Narimo (2004) dalam Mardikanto dan Soebianto 2012). Pemerintah dan pemerintah daerah harus melakukan pengelolaan daerah penyangga melalui pembinaan fungsi daerah penyangga. Pembinaan daerah penyangga tersebut dengan cara: (1). peningkatan pemahaman masyarakat terhadap konservasi sumber daya hayati dan ekosistemnya; (2). peningkatan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya; dan (3). peningkatan produktivitas lahan (PP 28 Tahun 2011). Tujuan pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat di Desa Tarubatang Kecamatan Selo Kabupaten adalah: (1) Menambah/ meningkatkan pendapatan masyarakat; (2) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam konservasi kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu sehinggga daya dukung kawasan meningkat (BTNGMb, 2008). Partisipasi masyarakat merupakan wujud kesadaran dan kepedulian serta tanggung jawab masyarakat terhadap pentingnya pembangunan yang bertujuan untuk memperbaiki mutu-hidupnya (Mardikanto dan Soebiato, 2012). Dalam pasal “70” ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan lingkungan Hidup, masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. peran masyarakat tersebut dilakukan untuk: (1) Meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; (2) Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat dan kemitraan; (3) Menumbuh-kembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat; (4) Menumbuhkembangkan ketanggap-segeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial; (5) Mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup. Wilcox (1988) dalam Mardikanto 28
Dwi Anto Teguh Widodo, Prabang Setyono dan I Gusti Ayu KRH
dan Soebiato (2012) terdapat 5 (lima) tingkatan partisipasi masyarakat yaitu; (1) Memberikan informasi (information); (2) Konsultasi (concultation); (3) Pengambilan keputusan bersama (deciding together); (4) Bertindak bersama (acting together); (5) Memberikan dukungan (supporting independent community interest). Dalam hal partisipasi, partsipasi mayarakat di tempat yang berbeda tentunya akan terdapat perbedaan. Hal ini dikarenakan keragaman karakter dan budaya masyarakat. Nilai tambah ekonomi ekosistem adalah kapasitas proses-proses alami dan komponen-komponennya untuk menyediakan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung (De Groot, 2007). Ekosistem mengadung materi yang dapat digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ekosistem alami menyediakan sangat banyak barang nyata dan jasa termasuk serat, air kualitas tinggi dan produk non kayu. Selain itu ekosistem juga berfungsi sebagai pengatur sirkulasi karbon (Daily et al., 1997 dalam Djayadiningrat et al., 2011). Ekonomi lingkungan adalah kesadaran untuk memilih meningkatkan lingkungan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan sosial bagi hal-hal yang telah ditetapkan (Djayadiningrat et al., 2011). Ekonomi menyangkut pilihan dari berbagai pilihan yang berhubungan dengan situasi ketika manusia mempunyai pilihan utama pada beberapa pilihan dengan keterbatasan penghasilan. Terdapat 2 (dua) jenis nilai ekosistem yaitu nilai guna (Use Value) dan nilai bukan guna (Non Use Values). Nilai guna (Use Value) terdiri dari nilai guna langsung, nilai guna tidak langsung dan nilai guna pilihan. Sedangkan nilai bukan guna yaitu nilai eksistensi. Menurut Bann (2002) dalam dalam Djayadiningrat et al. (2011) nilai ekonomi total (Total Ecomic Valuation) adalah penjumlahan nilai guna (use value)
Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 2 | Juli 2014
Program Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Tarubatang
dan nilai bukan penggunaan (non use value). Untuk mengetahui nilai ekonomi total (Total Ecomic Valuation) digunakan rumus sebagai berikut:
Dwi Anto Teguh Widodo, Prabang Setyono dan I Gusti Ayu KRH
Metode Penelitian Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama satu semester (6 bulan) pada bulan Mei
TEV = UV+ NUV = DUV + IUV + OV + XV Keterangan : TEV
= total economic value (nilai ekonomi total)
UV
= use value (nilai penggunaan)
NUV
= non use value (nilai bukan penggunaan)
DUV
= direct use value (nilai guna langsung)
IUV
= indirect use value (nilai guna tidak langsung)
OV
= option value (nilai pilihan)
XV
= existensi value (nilai eksistensi)
Menurut King dan Mazzota (2004) dalam Djayadiningrat et,al (2011) penilaian nilai ekonomi ekosistem berbasis dolar atau moneter terdiri dari 8 yaitu: (1) Metode Harga Pasar (Market Price Method); (2) Metode Produktifitas (Productivity Method); (3) Metode Harga Hedonik (Hedonic Pricing Method); (4) Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method); (5) Metode Menghindarkan Biaya Kerusakan (Damage Cost Avoided), Biaya Penempatan Kembali (Replecement Cost) dan Metode Biaya Pengganti (Subtitute Cost Method); (6) Metode Penilaian Ketidaktentuan (Contingent Valuation Method); (7) Metode Pilihan Ketidaktentuan (Contingent Choice Method); (8) Metode Perpindahan Manfaat (Benefit Transfer). Analisis strategi SWOT adalah sebuah metode analisis dengan mengkaji kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunities) dan ancaman (threats) (Rahardjo, 2005).
– Oktober 2013 di Desa Tarubatang Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: peneliti sebagai key instrument, pedoman wawancara dan kuisoner, laporan pemberdayaan masyarakat, statistik BPS Boyolali, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup, kamera foto, recorder, kertas, papan jalan, bolpoin, pensil, dan komputer. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi, simak dokumen terhadap dokumen terkait yang sudah ada (existing document study) dan penyebaran kuisoner, satu dengan yang lain saling melengkapi. Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan 2 teknik analisis data yaitu teknik analisis interaktif dan analisis SWOT. Teknik analisis interaktif digunakan
Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 2 | Juli 2014
29
Program Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Tarubatang
untuk mengetahui tingkatan partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan masyarakat dan peningkatan nilai tambah ekonomi dan daya dukung lingkungan sebagai dampak program pemberdayaan masyarakat. Sedangkan untuk merumuskan strategi peningkatan nilai tambah ekonomi dan daya dukung lingkungan menggunakan analisis strategi SWOT. Hasil Dan Pembahasan A. Tingkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pemberdayaan Masyarakat Perubahan paradigma pemberdayaan masyarakat menuju pemberdayaan ekonomi adalah langkah yang ditempuh Balai Taman Nasional Gunung Merbabu. Melalui kegiatan peningkatan usaha ekonomi masyarakat desa sekitar kawasan diharapkan masyarakat dapat berdaya mandiri dan sejahtera. Salah satu faktor keberhasilan sebuah kegiatan atau program adalah besar kecilnya peran para pihak. Pelaksanaan program peningkatan usaha ekonomi diawali dengan rangkaian survei penentuan lokasi serta sumber daya pendukung. Kegiatan ini dinamakan pengambilan data potensi sumber daya calon lokasi kegiatan. Pengambilan data calon lokasi dilakukan oleh Balai Taman Nasional Gunung Merbabu. Setelah didapat data terkait sumber daya calon lokasi, selanjutnya disusun draft rancangan peningkatan usaha ekonomi masyarakat desa sekitar kawasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat yang aktif dalam menyampaikan usulan sebanyak 50% (25) orang dan yang ikut dalam penggalian gagasan sejumlah 40% (20) orang. Masyarakat menilai bahwa kehadiran mereka dalam pertemuan untuk memberikan masukan, ide, dan gagasan adalah penting. Menurut Slamet (1994) tanpa kehadiran seseorang tidak 30
Dwi Anto Teguh Widodo, Prabang Setyono dan I Gusti Ayu KRH
mungkin dapat berpartisipasi di dalam perencanaan. Dalam hal ini disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam hal perencanaan program pemberdayaan masyarakat cukup tinggi. Dalam hal pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, antusias masyarakat untuk berpartisipasi sangat tinggi. Sejumlah 50 responden (100%) ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat. Partisipasi tersebut dalam bentuk tenaga/ waktu. Masyarakat harus meluangkan waktu dan tenaganya untuk mendapatkan pakan ternak domba, memberi minum, dan sebagainya. Masyarakat menilai, partisipasi tersebut akan menguntungkan dirinya dan meyakini bahwa dengan ikut melaksanakan budidaya ternak domba akan mendapatkan hasil yang cukup besar. Budidaya ternak menghasilkan 2 (dua) keuntungan yang nyata, yaitu hasil perkembangbiakan ternak dan pupuk kandang. Pupuk kandang merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi masyarakat. Hal ini dikarenakan mata pencaharian masyarakat adalah petani, sehingga pupuk kandang tersebut dapat mengurangi biaya pemupukan pada lahan pertaniannya.Semua penerima manfaat ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan program pemberdayaan. Roger et al. (2008) dalam Nurhaeni et al. (2011) menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat meningkatkan keberlanjutan, ketika masyarakat terlibat dalam pengambilan keputusan, masyarakat merasa memiliki dan termotivasi untuk mempertahankannya, namun memakan waktu, sumber daya, logistik dan organisasinya merepotkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkatan partisipasi masyarakat Desa Tarubatang pada tingkatan bertindak bersama (acting together). Masyarakat ikut berpartisipasi aktif dari mulai tahapan perencanaan, sampai dengan pelaksanaan program.
Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 2 | Juli 2014
Program Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Tarubatang
B. Pelestarian Daya Dukung Lingkungan Lingkungan Perlindungan daya dukung lingkungan meliputi upaya melalui cara menjaga dan memelihara kuantitas maupun kualitas lingkungan. Upaya tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menjaga fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya penurunan atau kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh perbuatan manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat ikut berpartisipasi dalam upaya pelestarian kawasan. Upaya yang dilakukan merupakan implementasi MoU (perjanjian kerjasama) dari program pemberdayaan masyarakat yaitu kewajiban berpartisipasi dalam menjaga dan memelihara kelestarian kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% (50) responden menjawab ikut berpartisipasi dalam pelestarian kawasan. Upaya masyarakat dalam pelestarian daya dukung lingkungan berupa kegiatan Pamswakarsa atau pengamanan hutan mandiri dan pengkayaan jenis tanaman asli setempat (endemik) dengan swadaya. Dalam hal pengamanan hutan mandiri, masyarakat setempat memiliki peraturan lokal disepakati bersama yang wajib ditaati oleh setiap warga. Peraturan tersebut yaitu setiap warga yang ketahuan menebang pohon maka yang bersangkutan didenda dengan menamam pohon sebanyak 50 batang dan memeliharanya sampai pohon tersebut besar. Partisipasi masyarakat dalam memelihara kelestarian daya dukung lingkungan diwujudkan dalam bentuk kegiatan penanaman pohon di dalam kawasan hutan. Masyarakat dengan gotong royong membuat bibit tanaman untuk ditanam di dalam kawasan hutan. Jenis tanaman yang ditanam adalah jenis-jenis tanaman yang sudah ada di dalam kawasan. Hal ini karenakan pada prinsipnya di
Dwi Anto Teguh Widodo, Prabang Setyono dan I Gusti Ayu KRH
dalam kawasan Taman Nasional dilarang memasukkan jenis tanaman yang bukan endemik lokal. Metode penanaman tersebut dinamakan kegiatan pengayaan jenis tanaman. Kegiatan penanaman dimaksud dilakukan supaya fungsi ekonomi dan ekologi hutan tetap lestari. Masyarakat menamakan kegiatan penanaman tersebut dengan istilah “adopsi pohon”. Adopsi pohon yang dimaksud adalah pemelihara pohon yang ditanam adalah orang yang menanam pohon tersebut. Orang yang menanam pohon tersebut wajib menjaga dan memelihara pohon tanamannya sampai besar. C. Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi dan Daya Dukung Lingkungan Ekosistem hutan Taman Nasional Gunung Merbabu memiliki nilai tambah ekonomi yang bermanfaat besar bagi kehidupan masyarakat. Ekosistem hutan mengandung manfaat berupa barang maupun jasa ekologis. Untuk mengetahui peningkatan nilai tambah ekonomi dan daya dukung lingkungan di lokasi penelitian dilakukan pendekatan dengan perhitungan nilai ekonomi total (total economic value) ekosistem hutan. Nilai ekonomi total (total economic value) hutan Taman Nasional Gunung Merbabu penjumlahan dari nilai guna langsung (direct use value), nilai guna tidak langsung (indirect use value), nilai pilihan (option value) dan nilai eksistensi (existensi value). Nilai guna langsung (direct use value) yang dimanfaatkan masyarakat terdiri dari hasil rumput pakan ternak dan kayu bakar. Sedangkan untuk nilai guna tidak langsung (indirect use value) hutan Taman Nasional Gunung Merbabu adalah sebagai cadangan carbon (CO2). Nilai pilihan (option value) dari sumber daya hutan Taman Nasional Gunung Merbabu adalah nilai keanekaragaman hayati. Sedangkan nilai eksistensi (existensi value) Taman Nasional Gunung Merbabu sebagai nilai keindahan, budaya dan religi.
Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 2 | Juli 2014
31
Program Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Tarubatang
Untuk mengetahui peningkatan nilai ekonomi dan daya dukung lingkungan di Taman Nasional Gunung Merbabu dilakukan pendekatan dengan menghitung nilai ekonomi total (total economic value) hutan. Berdasarkan hasil penilitian didapatkan data atas nilai masing jenis penggunaan adalah sebagai berikut : 1. Nilai Penggunaan Langsung (direct use value) Jenis nilai penggunaan langsung (direct use value) dari hutan adalah pakan ternak dan kayu bakar. Masyarakat memperoleh pakan rumput berasal dari Zona Tradisional (Perumputan) yaitu zona yang diperuntukan untuk keperluan tradisional berupa pengambilan rumput. Sedangkan untuk jenis kayu bakar yang dimanfaatkan masyarakat adalah ranting kering dari jenis pohon akasia dekuren (Acacia decurrens) dan Pinus (Pinus merkusii). Kayu bakar tersebut digunakan untuk keperluan rumah tangga sendiri yaitu memasak dan perapian. Dengan pendekatan jumlah pengambilan kayu bakar oleh masyarakat diketahui rata-rata pengambilan kayu bakar dalam setahun adalah 12 ikat per KK. Harga pasaran untuk kayu bakar adalah Rp. 20.000,- per ikat. Dari kebutuhan kayu bakar per tahun per KK tersebut dapat diketahui jumlah total hasil kayu bakar yang dimanfaatkan masyarakat Desa Tarubatang sebanyak = 12 ikat per tahun x 702 KK = 8.424 ikat per tahun. Sehingga nilai guna langsung kayu bakar per tahun
Dwi Anto Teguh Widodo, Prabang Setyono dan I Gusti Ayu KRH
= 8.424 x Rp. 20.000,- = Rp. 84.240.000,per tahun. Terkait dengan nilai penggunaan langsung (direct use value) jenis pakan ternak diketahui rata-rata pengambilan pakan rumput adalah 1.896 kg per tahun. Harga untuk pakan hijauan ternak di pasaran adalah Rp. 150,- per kg. Sehingga nilai penggunaan lansung pakan ternak sebesar Rp. 150,- x 150 KK x 1.896 = Rp. 42.660.000,- per tahun. Menurut data pemerintah Desa Tarubatang jumlah KK yang memilki ternak sejumlah 150 KK. Dari perhitungan nilai penggunaan langsung dari 2 jenis barang tersebut maka didapat total nilai penggunaan langsung hutan Taman Nasional Gunung Merbabu sebesar = Rp. 84.240.000,- + Rp. 42.660.000,- = Rp.126.900.000,-. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 1. Nilai Penggunaan Tidak Langsung (indirect use value) Manfaat tidak langsung dari ekositem hutan Taman Nasional Gunung Merbabu adalah sebagai serapan karbon (CO2). Berdasarkan penelitian Natural Resoures Management (NRM), USAID (1998) dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2012 tentang Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Hutan bahwa hutan konservasi mempunyai nilai serapan karbon (CO2) US$ 5/ha/tahun. Luas hutan di Blok Desa Tarubatang adalah seluas 125,30 hektar sehingga berdasarkan pada nilai tersebut, jumlah nilai cadangan karbon (CO2) hutan di Blok Desa
Tabel 1. Nilai Penggunaan Langsung (direct use value) No 1
Jenis Barang
Harga Pasar
Kayu bakar 20.000/ikat Rumput pa2 150/kg kan ternak Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, 2013 32
Jumlah Pengguna (KK) 702
Rata-Rata Penggunaan per KK 12 ikat
Nilai Penggunaan Langsung (direct use value) Rp.84.240.000/th
150
1.896 kg
Rp.42.660.000/th Rp.126.900.000/th
Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 2 | Juli 2014
Program Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Tarubatang
lokasi penelitian senilai US$ 626,5 per tahun. Jumlah tersebut merupakan hasil perkalian nilai karbon (CO2) per hektar per tahun dengan luas hutan di Blok Desa Tarubatang. Dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar adalah Rp. 12.000 (pada tanggal 15 Oktober 2013) maka didapat nilai guna tidak langsung sebesar Rp. 7.518.000/tahun. Hasil serapan karbon di Blok Desa Tarubatang terbesar disumbang dari jenis-jenis vegetasi pohon alam. Jenis tegakan yang terdapat di hutan blok lokasi penelitian yaitu akasia dekuren (Acacia decurrens), dempul (Glochihidion sp.), pasang (Quercuss picata), picis (Nauclea lanceolata), puspa (Schima noronhae), sowo (Engelhardia serrata), wilodo (Ficus fistula), bintami (Podocarpus sp.),dan cemara gunung. Potensi tegakan di lokasi penelitian cukup bagus, berbagai jenis pohon tumbuh subur. Nilai penggunaan tidak langsung (indirect use value) secara rinci dapat dilihat pada tabel 2.
Dwi Anto Teguh Widodo, Prabang Setyono dan I Gusti Ayu KRH
keanekaragaman hayati. Dalam hal penilaian terhadap nilai pilihan pada penilitian ini menggunakan metode penilaian ketidaktentuan (Contingent Valuation Method). Teknik mengumpulkan nilai pilihan hutan Taman Nasional Gunung Merbabu didapatkan dari jawaban masyarakat dalam kaitannya dengan kesedian membayar (williness to pay-WTP) konservasi keanekaragaman hayati untuk dapat tetap lestari demi kegunaan generasi yang akan datang. Hasil penelitian menunjukkan rata-rat besaran nilai kesediaan masyarakat untuk membayar (WTP) sebagai partisipasi dalam mengawetkan keanekaragaman didapatkan rata-rata kesediaan membayar sebesar Rp. 202.000,- per tahun. Sehingga didapat diperhitungkan nilai pilihan (option value) sebesar Rp. 141.804.000,per tahun. Angka ini didapat dari hasil perkalian antara besaran nilai rata-rata kesediaan membayar dengan jumlah total
Tabel 2. Nilai Penggunaan Tidak Langsung (indirect use value) No 1
Jenis Jasa
Harga Jasa (Rp/ha)
Luas Hutan (ha)
60.000
125,30
Serapan karbon
Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, 2013 Nilai Pilihan (option value) Hutan Taman Nasional Gunung Merbabu berfungsi sebagai pengawetan
No 1
Nilai Penggunaan Tidak Langsung (indirect use value) Rp. 7.518.000/th Rp. 7.518.000/th
kepala keluarga (KK) penduduk Desa Tarubatang. Nilai pilihan (option value) secar rinci dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Nilai Pilihan (option value) Rata- Rata Jumlah Nilai Pilihan (option Jenis Jasa (WTP) KK value) Keanekaragaman Hayati 202.000 702 Rp. 141.804.000/th
Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, 2013
Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 2 | Juli 2014
Rp. 141.804.000/th
33
Program Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Tarubatang
Nilai Keberadaan (existence value) Taman Nasional Gunung Merbabu merupakan sebuah taman nasional gunung yang memiliki ciri khas khusus yang cukup unik. Taman Nasional Gunung Merbabu memiliki 3 tipe ekosistem hutan yaitu ekosistem hutan hujan tropis musim pegunungan bawah (1.000 – 1.5000 m dpl), ekosistem hutan hujan tropis musim pegunungan tinggi (1.500 - 2.400 m dpl), Ekosistem hutan tropis musim subalpin (2.400 – 3.142 m dpl). Keindahan pemandangan di Taman Nasional Gunung Merbabu cukup bagus. Tumbuhan yang hijau menghiasi permukaan Gunung Merbabu. Selain itu Gunung Merbabu memilki sejarah spiritual bagi masyarakat sekitar kawasan. Rata-rata kesediaan membayar (williness to pay-WTP) tentang keberadaan Taman Nasional Gunung Merbabu sebesar Rp.192.000,- per tahun. Nilai kesediaan membayar masyarakat Desa Tarubatang untuk nilai keberadaan Taman Nasional Gunung Merbabu dari nilai keindahan, budaya dan religi senilai Rp. 134.784.000,per tahun. Nilai keberadaan (existence value) merupakan hasil pengkalian antara rata-rata kesedian membayar (WTP) responden dengan jumlah kepala keluarga (KK). Nilai keberadaan (existence value) Taman Nasional Gunung Merbabu secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.
No 1
Nilai Ekonomi Total (TEV) Hutan Taman Nasional Gunung Merbabu di Blok Desa Tarubatang senilai Rp. 411.006.000/tahun. Nilai terbesar adalah nilai pilihan sebesar Rp. 141.804.000/tahun (51,17%). Kedua nilai keberadaaan adalah Rp. 134.784.000,-/ tahun (39,80 %), ketiga nilai penggunaan langsung (direct use value) sebesar Rp. 126.900.000/tahun (3,50%) dan terakhir nilai penggunaan tidak langsung (indirect use value) Rp. 7.518.000,-/tahun (5,54%). Hal ini menggambarkan bahwa kesadaran masyarakat akan pentingnya fungsi kawasan konservasi bagi kehidupan tinggi. Terbukti nilai ekonomi terbesar adalah nilai pilihan (option value). Masyarakat bersedia membayar dengan nilai uang yang cukup besar untuk nilai konservasi kenekaragaman hayati di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu. Selain itu pola pemanfaatan lestari tetap ditaati oleh masyarakat, terbukti nilai penggunaan langsung (direct use value) memiliki nilai lebih kecil dari nilai pilihan. Dalam hal ini menggambarkan bahwa nilai kerusakan hutan akibat pemanfaatan ekosistem masih pada ambang batas wajar dan dapat diterima. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelestarian lingkungan yang terjadi adalah salah satu dampak dari keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Filho (1999) dalam Nurhaeni et.al (2011)
Tabel 4. Nilai Keberadaan (existence value) Rata- Rata Jumlah Nilai Pilihan (option Jenis Jasa (WTP) KK value) Keindahan, Budaya, Religi 192.000 702 Rp. 134.784.000/th
Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, 2013
Nilai Ekonomi Total (Total Economic Valuation) Nilai ekonomi total hutan Taman Nasional Gunung Merbabu merupakan penjumlahan dari nilai-nilai manfaat yang sudah diidentifikasi dan dikuantifikasi. 34
Dwi Anto Teguh Widodo, Prabang Setyono dan I Gusti Ayu KRH
Rp. 134.784.000/th
bahwa beberapa alasan yang membuat seseorang tertarik untuk berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan, antara lain, hal yang dianggap relevan oleh individu, selain itu partisipasi individu tersebut dipandang sebagai pembuat perbedaan,
Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 2 | Juli 2014
Program Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Tarubatang
kemudian motivasi, selanjutnya manfaat finansial, sosial, perbaikan infrastruktur, keuntungan langsung dan kepedulian terhadap lingkungan. Isu utama yang memberi hasil positip dalam pelestarian lingkungan adalah, penyediaan informasi karena seseorang untuk berpartisipasi perlu mengetahui mengapa, apa dan untuk apa inisiatif pelestarian lingkungan tersebut. Dengan meningkatnya partisipasi masyarakat dalam memelihara dan menjaga kelestarian hutan maka akan terjadi penambahan nilai tambah ekonomi dan daya dukung lingkungan Taman Nasional Gunung Merbabu yang pada akhirnya akan berimbas pada peningkatan kesejateraan masyarakat dan mutu kehidupan. Nilai ekonomi total (TEV) secara rinci dapat dilihat pada gambar 1.
Dwi Anto Teguh Widodo, Prabang Setyono dan I Gusti Ayu KRH
kebutuhan hidup yang layak berdampak pada ketergantungan terhadap sumber daya hutan. Ketergantungan tersebut dapat berpotensi pada kerusakan dan penurunan daya dukung lingkungan. Tekanan masyarakat desa sekitar kawasan terhadap sumber daya hutan jika tidak disikapi dengan tepat akan berdampak pada terhentinya penyaluran manfaat ekologi dan ekonomi hutan. Kondisi tersebut harus dicarikan solusi supaya ekosistem hutan Taman Nasional Gunung Merbabu tetap memberikan nilai tambah ekonomi dan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan. Untuk lebih mengetahui bagaimana strategi yang dapat dilakukan dengan berdasar pada potensi dan permasalahan dalam pengelolaan Taman
Sumber: Data Primer Diolah, 2013 Gambar 1. Diagram Nilai Ekonomi Total (Total Economic Valuation) Rp/Tahun Hutan Taman Nasional Gunung Merbabu Strategi Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi dan Daya Dukung Lingkungan di Taman Nasional Gunung Merbabu Ekosistem hutan Taman Nasional Gunung Merbabu memiliki nilai tambah ekonomi dan daya dukung lingkungan yang tinggi. Nilai tambah tersebut sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Kurang berdayanya masyarakat untuk memenuhi
Nasional Gunung Merbabu maka dibuatlah sebuah analisis dengan menggunakan alat analisis SWOT. Berdasar pada potensi dan kendala serta permasalahan yang ada dapat dirumuskan strategi penanganan yang sesuai, terutama terkait dengan konsep keberlanjutan pengelolaan kawasan. Analisis SWOT berdasarkan potensi dan kendala untuk menghasilkan strategi yang tepat disajikan pada tabel 4.12.
Sumber : Data Primer Diolah, 2013 Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 2 | Juli 2014
35
Program Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Tarubatang
Dwi Anto Teguh Widodo, Prabang Setyono dan I Gusti Ayu KRH
Tabel 5. Analisis Strategi SWOT
Eksternal Strategic factors Analisys Summary (EFAS)
Alternatif Strategy
O (Opportunity) 1. Kebijakan program pemberdayaan masyarakat 2. Kelestarian hutan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
T (Threat) 1. Konsistensi program pemberdayaan masyarakat 2. Penurunan daya dukung lingkungan
Internal Strategic factors Analisys Summary (IFAS) S (Strength) W (Weakness) 1. Nilai ekonomi 1. Tekanan masyarakat ekosistem hutan TN pada kawasan. Gunung Merbabu 2. Masyarakat desa yang potensial. sekitar kawasan yang 2. Partisipasi masyarakat kurang berdaya. dalam pelestarian kawasan tinggi Strategi WO: Strategi SO: Pelatihan usaha Peningkatan partisipasi ekonomi produktif masyarakat dalam dengan pemberdayaan konservasi kawasan masyarakat guna melalui program menambah pendapatan pemberdayaan masyarakat masyarakat untuk menambah nilai tambah ekonomi dan daya dukung lingkungan guna peningkatan kesejahteraan masyarakat Strategi ST: Meningkatkan keberlanjutan program pemberdayaan masyarakat guna meningkatkan nilai tambah ekonomi dan daya dukung lingkungan
Strategi WT: Menciptakan sumber energi alternatif untuk mengurangi penurunan daya dukung lingkungan dan mengurangi ketergantungan terhadap kawasan
Dari hasil analisis berdasarkan pembobotan dengan pemberdayaan masyarakat guna dan rating, didapat urutan strategi sesuai menambah pendapatan masyarakat; 4. Peningkatan partisipasi masyarakat rangking adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan keberlanjutan program dalam pelestarian kawasan melalui pemberdayaan masyarakat guna program pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi dan menambah nilai tambah ekonomi dan daya lingkungan guna peningkatan kesejahteraan daya dukung dan lingkungan; 2. Menciptakan sumber energi alternatif masyarakat. untuk mengurangi penurunan daya dukung lingkungan dan mengurangi tekanan Kesimpulan 1. Tingkatan partisipasi masyarakat dalam terhadap kawasan; 3. Pelatihan usaha ekonomi produktif program pemberdayaan di Desa Tarubatang 36 Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 2 | Juli 2014
Program Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Tarubatang
tergolong pada tingkatan bertindak bersama (acting together). 2. Program pemberdayaan masyarakat di Desa Tarubatang dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi dan pelestarian daya dukung lingkungan di Taman Nasional Gunung Merbabu. 3. Strategi utama yang dapat dilakukan guna peningkatan nilai tambah ekonomi dan daya dukung lingkungan di Taman Nasional Gunung Merbabu adalah dengan meningkatkan keberlanjutan program pemberdayaan masyarakat. Ucapan Terima Kasih Kami mengucapakan banyak terima kasih kepada Dr. Prabang Setyono, S.Si., Msi selaku pembimbing I dan Dr. I Gusti Ayu KRH, SH., MM selaku pembimbing II yang telah membimbing kami dalam proses penelitian dari awal sampai akhir sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar. Daftar Pustaka Balai Taman Nasional Gunung Merbabu, 2008. Rancangan Peningkatan Usaha Ekonomi Masyarakat di Desa Tarubatang Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. Darusman D. 2000. Bila Hutan Ingin Selamat, Mari Rubah Sikap Kita. Majalah Surili Edisi 18/2000 Dinas Kehutanan Jawa Barat. Darsono, V, 1995. Pengantar Ilmu Lingkungan. Yogyakarta. Universitas Admajaya De Groot, R., Hein,L. 2007. Concept and Valuation of Landscape Functions at Different Scales, Environmental Systems Analysis Group, Waginingen University, Natherlands. Djayadiningrat, S.T, Hendriani, Y., Famiola, M. 2011. Ekonomi Hijau/ Green Economy. Cetakan Pertama. Rekayasa Sains. Bandung.
Dwi Anto Teguh Widodo, Prabang Setyono dan I Gusti Ayu KRH
Handayani, I Gusti Ayu Ketut Rachmi. 2012. The Influence Of Strukture, Subtance And Culture To The Forest Law Enforcement In Indonesia. International Jurnal Of Business, Ekonomics and Law, Vol.1, hlm. 104-107. Mac Kinnon dan Kathy Mac Kinnon. 1993. Pengelolaan Kawasan yang Dilindungi di Daerah Tropika. Terjemahan Harry Harsono Amin. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Mardikanto T, Soebianto P, 2012. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik. Alfabeta, Bandung. Nurhaeni, Ismi Dwi Astuti. Suntoro. Setyono, Prabang. 2011. Penguatan Partisipasi Perempuan Dalam Rehabilitasi Lahan di Daerah Lereng Gunung Lawu Untuk Mendukung Revitalisasi Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo. Surakarta:UNS. (Laporan Penelitian Hibah Dikti). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 15 Tahun 2012 tentang Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Hutan. Rahardjo, B. 2005. Ekoturisme Berbasis Masyarakat dan Pengelolaan Sumberdaya Alam. LATIN. Bogor. Slamet, Y. 1994. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Soemarwoto, Otto. 2001. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan: Jakarta. Simon H. 1993. Hutan Jati dan Kemakmuran, Problematika dan Strategi Pemecahannya. Aditya Media: Yogyakarta.
Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 2 | Juli 2014
37
Program Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Tarubatang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
38
Dwi Anto Teguh Widodo, Prabang Setyono dan I Gusti Ayu KRH
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 2 | Juli 2014