Magz Hari Listrik Nasional
Ajang Mendulang Prestasi
Edisi Oktober 2013
Edisi Oktober 2013
SOSOK u 4 Wisnoe Satrijono
“Magang Munculkan Kompetensi Leadership saya”
LAPORAN UTAMA u 8 Ajang Mendulang Prestasi, Mengabdi untuk Negeri Dari serangkaian acara Hari Listrik Nasional ke-68, PLN kembali menorehkan tinta emas, dengan melahirkan ratusan inovator melalui karya-karyanya yang bermutu dan teruji. Meski belum seluruhnya karya-karya inovasi yang dilahirkan para pegawai PLN itu mendapatkan hak paten, tapi setidaknya, karya-karya inovasi itu telah memberikan manfaat besar bagi perusahaan.
Galeri u 22
Cakrawala u 12 l CSR PLN Sahabat Alam l CorpU di Distribution and
Academy
Magang Memimpin PLN Pusdiklat yang besar dan sudah sangat kompleks, tentu bukan perkara mudah. Apalagi, dalam masa kepemimpinannya selama dua minggu itu, ia harus mampu mendiagnosis beragam persoalan dan menemukan solusinya dari persoalan yang dinilainya paling strategis bagi pengembangan kemajuan PLN Pusdiklat ke depannya. Lantas, persoalan strategis apa yang berhasil ia temukan selama menjadi KPusdiklat selama dua minggu
l Workshop Excellence CorpU Values l Perayaan Hari Raya Idul Adha dan
Commerce
Pemotongan Hewan Qurban l Magang “Twente” Belanda
Pembina : Suharto • Pemimpin Redaksi : A Kristianto • Wakil Pemimpin Redaksi : Dedi Ruspendi • Sekretaris Redaksi : Dyah Prasetyanti, Ujang Subagja• Redaktur Pelaksana : Novianto • Redaktur : Roy Hadinata Sijabat, Satria Indraprasta• Reporter : Pranesti Novitasari, Febriana Budhi • Fotografer : Nano Subiantoro • Kontributor : Sri Heny Purwanti, Ridho Hutomo, Ratna Putri Mindasa, Teguh Tyas Santoso, Ikhfan, Tony Widiatmoro, Riska Setiawan, Reza Hardiansyah • Promosi : Khoirur Rohmat, Fitriana Budiarti • Koresponden: DM Pengajaran Udiklat • Alamat : Jln. HR. Harsono RM. No. 59, Ragunan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, 12550 Telp. (021) 7811292, 7811293, 7800832, Faks. (021) 7811294, 7811295 e-mail :
[email protected]
salam
Ajang Prestasi
P
erayaan Hari Listrik Nasional (HLN) tak sekedar seremonial. Aktivitas yang dilakukan terbukti justru mendorong lahirnya karyakarya fenomenal. Tengok saja pada rangkaian kegiatan HLN ke-68. Diantaranya, bisa dilihat pada KNIFE (Knowledge, Norm Discussion Forum, Innovation Contest, Festival and Exhibition) 2013, yang berlangsung dari 9 – 11 Oktober 2013. Di ajang itu, setidaknya 211 karya inovasi dilahirkan, hasil karya sendiri, karya pegawai PLN. Berdasarkan data PLN Litbang, melalui ajang Lomba Karya Inovasi PLN, dari tahun ke tahun karya inovasi ini terus dilahirkan. Jumlahnya pun terus bertambah. Tercatat, sejak diselenggarakan dari 1999 – 2013, sebanyak 2000 lebih karya inovasi dihasilkan. Itu menunjukkan bahwa HLN sangat kondusif dalam mendorong lahirkan karya-karya fenomenal. Juga dengan beragam aktivitas produktif lainnya yang digelar di ajang KNIFE 2013, seperti Knowledge Sharing, Forum Diskusi, Forum Sosialisasi PLN Corporate University, Olimpiade Sain dan Teknologi dan Pameran Karya Inovasi. Semuanya sarat pengetahuan, sarat prestasi. Kita memang ingin melahirkan dan membentuk budaya pengetahuan yang mampu menghasilkan produk inovasi di lingkungan PLN. Sebagai bagian dari keluarga besar PLN, tentu kita turut bangga atas prestasi yang telah diraih pegawai PLN itu. Akan tetapi, tentu saja, kita ingin kebanggaan itu tidak hanya berhenti sebatas karena menjadi bagian dari keluarga besar PLN. Melainkan, bangga jika kita mampu turut berkontribusi dalam kemajuan perusahaan yang ditunjukan lewat karya -karya nyata, karya-karya inovatif. Pegawai PLN, sudah selayaknya memanfaatkan momentummomentum semacam di HLN, menjadi ajang meraih prestasi. Sebagai pegawai yang bekerja di perusahaan listrik negara, yang melayani kebutuhan masyarakat luas, jika kita berprestasi maka atas prestasi yang kita raih itu tentu saja tidak sekedar akan bermanfaat bagi perusahaan. Karena ujungnya, kelak akan sangat bermafaat bagi bangsa dan negara. Berprestasi melalui karya inovasi berarti mengabdi untuk kemajuan negeri. Selamat membaca ! A. Kristianto
e-Magz PLN Pusdiklat l Oktober 2013
3
sosok Wisnoe Satrijono, Manajer Udijklat Jakarta
Magang Munculkan Kompetensi Leadership saya
L
incah, ramah dan suka kelakar. Bahkan, pada orang cleaning service, ia pun tak sungkan untuk menyapa dengan panggilan Bos saat berpapasan atau memerlukan sesuatu. Itulah Wisnoe Satrijono, sang Manajer Udiklat Jakarta yang kini telah bertransformasi menjadi Leadership Academy. Kita akan dibuat betah berlama-lama saat berbincang-bincang dengan sarjana Lulusan Psikologi UGM tahun 1993 dan Lulus Magister Bisnis Administrasi dan Teknologi dari ITB tahun 2002 ini. Nah, belum lama ini, dari 16-27 September 2013, pria kelahiran Kediri 21 Juni 1967 ini harus memimpin PLN Pusdiklat sebagai PLH. Keharusan ini merupakan Program Pemagangan sebagai program tambahan yang wajib ia ikuti sebagai peserta pembelajaran Executive Education 1 (EE1) untuk calon pemangku jabatan level Manajemen Atas di PLN, yang diberlakukan sejak PLN mengimplementasikan Corporate University. Memimpin PLN Pusdiklat yang besar dan sudah sangat kompleks, tentu bukan perkara mudah. Apalagi, dalam masa kepemimpinannya selama dua minggu itu, ia harus mampu mendiagnosis beragam persoalan dan menemukan solusinya dari persoalan yang dinilainya paling strategis bagi pengembangan kemajuan PLN Pusdiklat ke depannya. Lantas, persoalan strategis apa yang berhasil ia temukan selama menjadi KPusdiklat selama dua minggu itu, berikut wawancaranya yang berlangsung pada pertengahan Oktober 2013 lalu, di 4 e-Magz PLN Pusdiklat l Oktober 2013
sela-sela kesibukannya yang hari itu ia harus menghadiri dua acara sekaligus di Kantor Induk dan di Udiklat Jakarta. Bagaimana persisnya program pemagangan yang harus Anda ikuti ini? Program ini program tambahan, program baru untuk pembelajaran EE1. Dulu sudah ada, ketika namanya KMA (Kursus Manajemen Atas), program yang namanya shadowing. Jadi setelah orang itu ikut LMT, ICT dan Assesment Centre, ia harus ikut pemagangan. Bedanya dengan yang dulu, program pemagangan kali ini sekaligus mendevelop dua hal. Pertama, memberi kesempatan pejabat existing untuk mengikuti program LCDP (Leadership Capability Development Program). Jadi seperti KPusdiklat existing pak Suharto, GM PLN Riau, GM S2JB dan beberapa pejabat lain, mereka di training selama dua minggu di National University of Singapore (NUS). Kedua, selama posisi tersebut ditinggalkan pejabat existing, dipakailah buat magang bagi teman-teman peserta EE1 Batch 5 selama dua minggu tersebut. Berarti Anda tidak sendiri pada saat mengikuti program pemagangan ini? Ya. Yang satu angkatan dengan saya ada 15 orang, program magang EE1 angkatan 5 tahun 2013. Mereka tersebar di beberapa tempat. Ada juga beberapa teman saya yang Batch 5, mereka itu sudah PLT seperti Ahmad Ikhsan di Ambon tidak perlu magang, karena dia
SOSOK sudah PLT. Selama memimpin dua minggu, improvisasi atau ada panduannya? Saya diberi panduan apa yang harus saya lakukan. Yaitu, harus melaksanakan tugas rutin harian, melakukan coaching baik kepada Manajer Senior maupun fungsional ahli yang ada di unit masing-masing, namun pada saat implementasinya diserahkan kepada peserta magang dan disesuaikan dengan kondisi unit masing-masing. Di Pusdiklat selain melaksanakan tugas harian saya juga harus sharing knowledge, menginspirasi pegawai, dan semuanya harus dilaporkan kepada pejabat pemberi tugas magang (Direktur SDM dan Umum PT PLN Persero). Lebih kongkritnya, seperti apa tugas yang Anda emban selama dua minggu itu? Jadi ada lima tugas yang
harus saya lakukan. Pertama, melaksanakan tugas harian; Kedua, coaching dengan Manajer Senior dan fungsional Ahli dibawah KPusdiklat langsung; Ketiga, menginspirasi pegawai; Keempat, sharing knowledge; dan Kelima, membuat saran rekomendasi / peningkatan kinerja unit. Sebagai manajer Udiklat tiba-tiba Anda harus memimpin di Kantor Induk, sementara di Kantor induk banyak yang senior dan menjadi atasan Anda. Kemungkinan ada hambatan psikologis, bagaimana Anda mensiasati ini? (Tertawa). Ya, coaching yang memang paling susah. Karena saya kan lebih yunior (muda), sebenarnya ada hambatan psikologis. Berbeda mungkin kalau magangnya di unit yang lain, yang orang-orangnya tidak saya kenal sebelumnya. Saya manajer Udiklat Jakarta kemudian magang yang masih di Kantor Induknya. Di situ ada pak Kris, ada pak Hadi dan ada Pak Toto yang sudah senior dan sudah mengikuti EE1 sebelumnya. Jadi, ya, pinter-pinternya kita melakukan pendekatan pada bapak-bapak tersebut. Termasuk pejabat fungsional yang sudah senior seperti pak Sri Wahyudi, pangkatnya di atas saya (Integration). Beruntungnya, dulu saya pernah menjadi Direktur SDM dan Administrasi di PJBS, anak perusahaan PJB (cucunya PLN), pernah punya pengalaman yang sama yaitu punya anak buah yang lebih senior, demikian juga ketika menjadi Deputi Manajer di Unit Pembangkitan Gresik. Jadi terbiasalah dengan situasi seperti itu. Jadi walaupun ada hambatan psikologis, bisa di atasi karena pengalaman. Kecuali kalau belum punya pengalaman mungkin agak bingung. Pengalaman itu yang membantu saya bisa mengatasi hambatan psikologis. Selama dua minggu, Anda dibolehkan untuk mengambil kebijakan strategis? Tidak boleh mengambil keputusan terkait Kebijakan strategis, terutama yang
sosok
menyangkut masalah pengeluaran uang, tanda tangan kontrak atau memindahkan orang. Lalu, kebijakan strategis yang Anda lakukan seperti apa? Sebenarnya ini bisa dibilang tidak strategis, yaitu men-launching program Work Life Balance di Pusdiklat Kantor Induk yang sebelumnya didahului dengan melakukan survei minat karyawan, yang kedua saya ingin mengintegrasikan seluruh dokumen aplikasi penting terkait kinerja unit di Pusdiklat seperti ISO, SMK3, GCG dan Malcolm Baldrige. Tadi disebutkan Anda harus membuat rekomendasi. Nah, selama dua minggu itu rekomendasi masalah strategis apa yang Anda lihat sebagai persoalan dan memerlukan langkah perbaikan? Di Pusdiklat setiap akan ada audit dibuat tim seperti tim ISO datang ke saya meminta tanda tangan dokumen aplikasi, setelah itu dilakukan audit. Kemudian tim Malcolm Baldrige ngadep lagi, minta tanda tangan 6 e-Magz PLN Pusdiklat l Oktober 2013
lagi aplikasi Malcolm Baldrige. Kemudian audit lagi. Saya amati, ternyata yang menghadap saya orang yang berbeda. Saya berpikir kenapa tidak menjadi satu. Dokumen-dokumen aplikasi itu kan dibuat untuk memenuhi requirement assessment saja. Setelah itu barangkali tidak di eksekusi OFI-nya. Kalau kita sibuk membuat dokumen kemudian di asses kemudian bikin dokumen lagi demikian seterusnya setiap tahun, kenapa ini tidak mulai diinventarisir kebutuhannya. Saya ingin, sekali bikin dokumen tapi sudah memenuhi semua requirement, entah itu ISo, SMK 3, GCG dan Malcom Badgrige. Kita kan sering diaudit, kenapa itu tidak sekaligus. Sekali bikin tapi memenuhi semuanya, dalam satu penanganan dalam satu dokumen, tidak berdiri sendiri-sendiri. Nah, itu yang saya usulkan sebagai rekomendasi. Itu salah satu persoalan yang saya temukan ketika magang. Sudah pernah dicoba untuk mendiskusikan tentang masalah ini? Saya sudah mencoba mengumpulkan beberapa tim itu untuk berdiskusi dan mengajak untuk mulai menginventarisir daftar requirement masing-masing standard ekselensi tersebut. Tapi waktu pingin ketemu rupanya agak susah untuk ngumpul. Persoalan lain? Lebih berkaitan dengan persoalan koordinasi dan komunikasi. Ada kejadian, dari bidang yang lain minta tanda tangan mengundang GM untuk mengikuti pembelajaran Corporate Finance di Batam. Kemudian, bidang lainnya mengajukan surat mengundang GM yang sama, untuk mereview kinerja unit kaitannya dengan hasil survai kepuasan pelanggan di Semarang. Jadi, GM yang sama diundang Pusdiklat pada hari yang sama untuk di dua tempat yang berbeda. Karena suratnya saya yang neken, saya ditegur Direktur SDM. Nah masalah koordinasi tentang undangan-undangan rapat semacam itu banyak sekali di Pusdiklat, terutama sekarang ini mempunyai LC dan LSC yang banyak. Kalau tidak segera dibuat basic communication-nya, masalah serupa terjadi lagi di masa yang akan datang. Saya bayangin, semenjak menjadi CorpU ekspektasi pada Learning Center dan Academy akan meningkat. Karenanya harus dipisah, mana kegiatan yang sifatnya pembelajaran (akademi) dan mana yang bukan pembejaran seperti menghandle rapat dan sebagainya. Saya merekomendasi, yang rapat-rapat sebaiknya dihandle EO (Event Organizir) yang berada
SOSOK
PLH KPusdiklat Wisnoe Satrijono saat memberikan materi pada pembelajaran EE1 Angkatan 7 tahun 2013
di level Kantor Induk, yang tidak mengganggu pak Toto, Pak Hadi. Karena mereka mengeksekusi kegiatan pembelajaran yang sifatnya strategis yang ditunggu “impact”-nya oleh Unit, yaitu peningkatan kinerja korporat. Apa nilai tambah dari program magang yang Anda rasakan? Saya sepakat dengan Direktur SDM, bahwa leadership development program itu tidak bisa kita develop hanya melalui pembelajaran di kelas saja, terus orang itu jadi leader yang bagus. Leadership justru dibangun dari seberapa banyak orang tersebut bisa mengatasi situasi krisis dan dia selalu siap dalam menghadapi situasi krisis itu. Nah, dalam magang ini, peserta dilatih dengan situasi krisis untuk dapat mengcapture masalah Unit, lalu diminta merekomendasikan usulan perbaikan dengan waktu yang terbatas. Menurut pak Eddy (DirSDM), di dalam diklat EE dahulu, setelah lolos assessment peserta langsung Project Assigment (PA), selesai. Setelah itu dapat sertifikat. Pada saat membuat PA peserta masih terkungkung pada masalah pinter-pinteran menulis
tentang bagaimana membuat rekomendasi perbaikan unit yang sifatnya strategik. Cara seperti ini nuansa akademisnya sangat kental, tapi jadinya seperti lomba karya tulis. Kompetensi yang terasah hanya pada menganalisa, merekomendasikan, membuat kajian, lalu dipresentasikan di depan Direksi. Jadinya lomba pinterpinteran. Justru dengan magang inilah yang mengelaborasi kompetensi leadership capability seseorang; bagaimana harus berhadapan dengan orang, coaching, inspiring, memotivasi orang dan sebagainya. Jadi kompetensi leadership saya muncul dengan magang selama dua minggu ini. Menurut saya, kalau yang dituju adalah Leadership Capability Development maka program magang ini sebaiknya menjadi tambahan content yang harus ada; bagaimana peserta harus meng-capture persoalan di unit yang dipimpinnya dalam waktu yang terbatas, akan menjadi pengalaman yang menurut saya menarik dan membekas. Bahasa CorpU-nya membatin atau phenomenal, bagi yang bersangkutan ketika benar-benar ditunjuk sebagai leader di masa yang akan datang. l e-Magz PLN Pusdiklat l Oktober 2013
7
laporan utama
Hari Listrik Nasional ke-68
Ajang Mendulan Mengabdi untuk
S
Suasana dalam Gedung Pertemuan PLN Kantor Pusat yang berada di lantai 4, sore itu, tiba-tiba gaduh, penuh sorak sorai dan tepuk tangan. Harap maklum. Sore itu, Jumat 11 Oktober 2013, panitia tengah mengumumkan para jawara inovator Lomba Karya Inovasi (LKI) PLN XVI dan para jawara Olimpiade Sains dan Teknologi Tingkat
8 e-Magz PLN Pusdiklat l Oktober 2013
Nasional. Sorak sorai kegembiraan dan tepuk tangan pun menjadi tak terhindarkan, tatkala secara berurutan panitia lomba mengumumkan para pemenangnya. Sesaat, suasana sempat mencekam, tatkala panitia akan mengumumkan Sang Juara Umum. Melalui sebuah atraksi berbasis digital nama Sang Juara umum itu diumumkan. Akibatnya, membuat para jawara inovator
laporan utama
g Prestasi, Negeri dan pengunjang yang hadir menjadi tak sabar. Atraksi itu menarik dan atraktif tapi sekaligus membuat mereka berdebar tak karuan, lantaran atraksinya berlangsung lumayan lama. Dan puncaknya, ketika nama PLN Distribusi Jawa Timur (PLN Disjatim) muncul di layar keluar sebagai Sang Juara Umum, kegaduhan pun kembali menjadi tak terelakan, sebuah kegaduhan ekspresi kegembiraan dan
rasa syukur. Posisi Juara Umum memang layak diraih Tim Inovator PLN Disjatim. Pasalnya, dari empat Tim Inovator yang diturunkan di ajang LKI PLN XVI itu, tiga di antaranya mampu menyabet posisi sebagai Juara I, dan satu Tim lainnya menduduki Juara II. Untuk Juara I, karya inovasi yang dipertandingkan berkaitan dengan Bidang Transmie-Magz PLN Pusdiklat l Oktober 2013
9
laporan utama
“
Iklim inovasi yang ada di tengah-tengah lingkungan pegawai PLN telah menjadi bagian dari budaya perusahaan
“
si dan Distribusi, mengusung karya Cubicle Report (CR7) dan CSDW (Conductor Suport for Danger Work), peralatan yang dapat membantu pekerjaan dalam keadaan bertegangan (PDKB). Sementara yang satunya lagi, pada kategori Supporting Non Teknis, yaitu Aplikasi Manajemen Surat (AMS). Sedangkan di Juara II-nya, PLN Disjatim mengusung karya inovasi Mr. Been. Diurutan berikutnya, sebagai Juara II dan III diraih Tim Inovator dari Indonesia Power. Untuk Juara II Bidang Pembangkitan, Tim Inovator Indonesia Power mengusung karya inovasi “Reverse engineering Intermediate Liner sebagai Upaya Percepatan Recovery.” Sedangkan 10 e-Magz PLN Pusdiklat l Oktober 2013
di Juara III-nya, diraih pada kategori Bidang Pembangkitan (“Peningkatan Keandalan Pulverizer melalui Proses Re-engineering Rotary Throat Ring”), Bidang Manajemen (“Meningkatkan kesejahteraan komunitas masyarakat melalui konservasi terumbu karang”) dan Bidang Technical Support ( “PORTEJO_Tool Mempercepat Waktu Pemulihan Gangguan High Pressure Heater”). Sedangkan diurutan ketiga, posisi itu diraih Tim Inovator PLN Wilayah Papua dan Papua Barat. Karya inovasinya berjudul “Qo-Qc” atau Quick Open LBS Motorized To Quick Closer PMT pada Bidang Transmisi dan Distribusi. Selain itu, PLN WP2B juga meraih Juara III untuk Bidang Non Technical Supporting Aplikasi dengan karya inovasi Sistem Pembacaan Meter “Cater Pinter”. Beragam Acara Begitulah. Kegaduhan sebagai ekspresi kegembiraan itu merupakan puncak dari Knowledge Norm Innovation Festival and Exibition (KNIFE) 2013, sebuah kegiatan bagian dari rangkaian acara perayaan Hari Listrik Nasional (HLN) ke-68. KNIFE itu sendiri merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan setahun sekali, bagian
laporan utama
dari rangkaian HLN. Untuk di 2013 ini merupakan penyelenggaraan KNIFE ke-4. Beragam acara digelar di ajang KNIFE ke-4 itu. Untuk tahun ini, selain Lomba Karya Inovasi, beragam kegiatan digelar diajang yang amat bergengsi itu. Mulai dalam bentuk Forum Diskusi, Olimpiade Sains dan Teknologi, Pameran maupun Sosialisasi. Kegiatan dalam bentuk diskusi misalnya, KNIFE ke-4 membahas tentang Standard of Electric Vehicle Charger; Its Prospect and The Future dengan mengundang tiga pakar teknologi. Ketiga pakar itu adalah Anil Bhatia (Business Development Manager PT ABB Sakti Industri), Takayuki Kano (President Director PT NEC Indonesia) dan Handry Satriago (Director PT GE Indonesia). Dalam bentuk Knowledge Sharing, KNIFE menghadirkan Avanti Fontana, dari School of Innovation. Dosen Pasca Sarjana Bidang Manajemen UI ini mengulas soal “Efektivitas Inovasi untuk Meningkatkan Kinerja Perusahaan”. Selain menghadirkan Dosen Pasca Sarjana UI itu, Knowledge Sharing juga berbagi pengetahuan soal mobil listrik ZBEE dengan tema “Clean Motion Around the World”, yang disampaikan oleh Jenny
Stenbeck, Managing Director Clean Motion Asia Pte. Ltd, Sweden. Sedangkan di ajang pameran, KNIFE ke-4 memamerkan produk-produk inovasi pegawai PLN. Pameran ini diikuti 13 Unit dan anak perusahaan PLN. Dalam kesempatan ini, PLN Pusdiklat turut ambil bagian di dalamnya. Masih di ajang pameran, PLN juga menggelar pameran mobil listrik. Setidaknya, dua kendaraan listrik dipamerkan; ada yang sebesar Alphard, Mobil Evina, dan ada yang mirip Bajaj. Kedua kendaraan tersebut merupakan produk Swedia tapi pembuatannya di Banyuwangi, Jawa Timur. Di ajang lomba, selain Lomba Karya Ilmiah, KNIFE juga menyelenggarakan Lomba Olympiade Science and Technology dalam bahasa Inggris tingkat Nasional. Pesertanya juga diikuti pegawai PLN dari berbagai unit. Kegiatan ini menjadi ajang untuk meningkatkan kompetensi pegawai dalam bahasa Inggris. Mereka diharapkan nantinya dapat berbicara dalam forum-forum internasional. Dari rangkaian kegiatan yang diselenggarakan, seluruhnya tampak sarat dengan pengetahuan. PLN memang merancang, “KNIFE sebagai ajang berbagi pengetahuan dan sebagai ajang pemberian penghargaan bagi pegawai-pegawai PLN yang kreatif dan inovatif. Melalui e-Magz PLN Pusdiklat l Oktober 2013 11
laporan utama
Dirut PLN Nur Pamudji (kanan) dan Sekretaris Menristek, Hari Purwanto (kiri), saat konferensi pers pada pembukaan Knife 2013
KPusdiklat Suharto (tengah) foto bareng bersama dengan Panitia Pameran di Stan Pameran PLN Corporate University
KNIFE dan berbagai aktivitas yang menyertainya, diharapkan dapat membentuk budaya pengetahuan yang menghasilkan produk inovasi di lingkungan PLN,” kata Direktur Utama PLN Nur Pamudji dalam sambutannya saat membuka acara KNIFE 2013 yang diselenggarakan dari tanggal 9 – 11 Oktober 2013.
persen AMS sudah diimplementasikan di seluruh UnitUnit PLN di seluruh Indonesia. Dengan berbagai karya inovasi yang telah dihasilkan itu, merupakan sebuah prestasi yang layak dibanggakan sebagai karya bermutu produk sendiri. Tentu saja, kenyataan itu tak terlepas dari kesungguh-sungguhan manajemen PLN dalam menciptakan suasana yang kondusif dalam memacu para pegawainya untuk terus berinovasi dan berprestasi. Terbukti, dari waktu ke waktu PLN terus mampu melahirkan inovator. Jumlahnya pun tak berkurang malah terus bertambah. Menurut Falanu, sejak diselenggarakan dari 1999 – 2013, tercatat 2082 karya inovasi telah dihasilkan. “Ini menunjukkan bahwa iklim inovasi yang ada di tengah-tengah lingkungan pegawai PLN telah menjadi bagian dari budaya perusahaan,” ujarnya. Direktur SDM dan Umum PLN Eddy D Erningpraja memang menghendaki, bahwa ajang lomba dan berbagai kegiatan lainnya di HLN ini tidak sekedar menjadi ajang keramaian. Lebih dari itu, bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. Untuk itulah, kata Eddy, rencananya PLN akan mempertimbangkan pada para pegawainya yang telah berprestasi melalui karya inovasi yang dilahirkannya. Salah satunya, dengan memasukan mereka sebagai bagian dari para ahli atau ekspert PLN. “Tentu saja, kepada mereka akan diberikan kompensasi tersendiri, sebagai bentuk penghargaan perusahaan atas prestasi mereka,” jelas Eddy yang disampaikan pada acara penutupan KNIFE 2013. Tinggal kini semuanya kembali pada pegawai PLN. Dengan segenap dukungan yang diberikan, maka sesungguhnya HLN bisa menjadi ajang bagi pegawai dalam mendulang prestasi sebagai bentuk pengabdian pada negeri. l
Ajang Prestasi Yang pasti, dari serangkaian acara Hari Listrik Nasional ke-68, PLN kembali menorehkan tinta emas, dengan melahirkan puluhan inovator melalui karyakaryanya yang bermutu dan teruji. Menurut Kepala PLN Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang), Satri Falanu, di 2013 ini sedikitnya ada 211 karya inovasi yang dilombakan. Dari jumlah itu kemudian terseleksi pada Lomba Karya Inovasi Tingkat Regional, sehingga pada Tingkat Nasional setidaknya ada 40 karya inovasi yang masuk sebagai finalis. Meski belum seluruhnya karya-karya inovasi yang dilahirkan para pegawai PLN itu mendapatkan hak paten, tapi setidaknya, karya-karya inovasi itu telah memberikan manfaat besar bagi perusahaan. Lihat saja pada karya inovasi seperti Aplikasi Manajemen Surat (AMS) misalnya, yang telah mengantarkan Tim Inovatornya menyabet posisi Juara Umum. Seperti dikemukakan Yahya Hariadi, Ketua Tim Pembina Karya Inovasi PLN Disjatim, kepada e-Magz ia mengatakan, AMS ini bukan saja mendapat pujian Direktur Utama PLN Nur Pamudji, lantaran telah memudahkan pekerjaannya yang berurusan dengan surat menyurat. Lebih dari itu, aplikasi itu telah mampu mengefisienkan urusan surat menyurat yang berlangsung di Kantor PLN Pusat menjadi terintegrasi dan lebih tertata. Bahkan, kata Yahya, saat ini sekitar 50 12 e-Magz PLN Pusdiklat l Oktober 2013
laporan utama
KPusdiklat Suharto mendampingi pegawai PLN CorpU saat menjelaskan keunggulan Simulator Udiklat Suralaya pada Sekretaris Menristek Hari Purwanto di Stan Pameran PLN CorpU
Sosialisasi CorpU
K
NIFE 2013 dalam rangka Hari Listrik Nasional ke-68 menjadi event istimewa. Di event ini seluruh inovator PLN hadir semua. Begitu pula dengan masyarakat luas yang ingin menyaksikan berbagai keunggulan produkproduk karya inovasi pegawai PLN yang dipamerkan dalam event pameran KNIFE 2013. Melihat momen yang sangat penting itu, PLN Pusdiklat pun turut ambil bagian dalam momen tersebut. Salah satunya, bersama dengan 13 Unit dan anak perusahaan PLN lainnya, PLN Pusdiklat turut ambil bagian dalam ajang pameran yang digelar. Yaitu, dengan menghadirkan Stan Pameran Kantor Induk dan salah satu akademinya: Transmission and Live Maintenance Acade-
my (TLM Academy). Di stan Kantor Induk, PLN Pusdiklat menampilkan secara visual program-program pembelajaran yang kini seluruhnya sudah berbasis Corporate University dan sudah sangat didukung oleh IT canggih berbasis Learning Management System. Sementara di stan TLM Academy, menampilkan salah satu keunggulan laborotorium akademi tersebut berupa simulator pembangkitan 600 MW dan menampilkan “Pikri” sebagai hasil karya inovasi pegawai TLM Academy. Selain itu, yang tak kalah pentingnya juga, di ajang KNIFE 2013, PLN Pusdiklat memperoleh kesempatan mensosialisasikan pentingnya pegawai PLN memahami dengan diimplementasikannya Corporate
University. KPusdiklat Suharto selaku Chief Learning Officer menyampaikan langsung sosialisasi CorpU tersebut dengan materi “Peran Corporate University dalam Mengakselerasi Peningkatan Kinerja Perusahaan”. Dalam forum sosialisasi itu, Suharto menyatakan, masyarakat khususnya para pegawai PLN perlu mengetahui dan memahami proses pembelajaran yang kini tengah dibangun di PLN. Terutama, memahami semangatnya dari diimplementasikannya CorpU. Semangat yang dimaksudkan adalah bahwa pembelajaran PLN kini tidak lagi hanya sekedar menekankan pada aspek peningkatan kompetensi pegawai semata, melainkan bagaimana pembelajaran yang dihasilkan bisa berdampak pada peningkatan kinerja Unit maupun perusahaan. Tentu saja, kata Suharto, untuk mencapai tahap itu prosesnya tidak sebentar. Sebab Corporate University merupakan satu alat stratejik yang berfungsi mengintegrasikan semua sumberdaya pembelajaran, proses dan orang (people) di perusahaan. Melalui proses integrasi itulah, memungkinkan terwujudnya kinerja terbaik tentu saja dengan terus menerus meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku orang dalam lingkungan ekosistem bisnis. Oleh karena itu, kata Suharto, dukungan semua pegawai sangat dibutuhkan. “Dengan memiliki persepsi yang sama, maka akan sangat memudahkan untuk mewujudkan PLN menjadi organisasi pembelajaran.” l e-Magz PLN Pusdiklat l Oktober 2013 13
cakrawala Pengembangan Simulator PLTU Primary Energy and Power Generation Academy
I
Terobosan Menjawab Permintaan
ngin belajar tentang pembangkitan, datang saja ke Primary Energy and Power Generation (PE & PG) Academy. Di akademi ini, Anda bisa belajar teori sekaligus praktek. Kemampuan akademi ini dalam melahirkan para ekspert di bidang pembangkitan tak perlu diragukan. Ini lantaran, sebagai akademi, PE & PG Academy memiliki pengalaman panjang dalam bidang pembelajaran pembangkitan. Pengalaman panjang itu, sudah dibangunnya sejak awal berdirinya, pada 1988. Ketika itu PE & PG Academy berstatus Unit Pendidikan dan Pelatihan (Udiklat) Suralaya. Akan tetapi, dari sejak awal berdirinya, Udiklat Suralaya sudah mengorientasikan pembelajarannya berfokus pada bidang pembangkitan. Itu sebabnya, ketika PLN Pusdiklat bertransformasi menjadi PLN Corporate University (CorpU), Udiklat Suralaya ditetapkan sebagai pusat pembelajaran PLN dalam bidang pembangkitan. Dari pusat pembelajaran inilah, PE & PG Academy diharapkan bisa menghasilkan dan mengembangkan para expertise di bidang pembangkitan dan energi primer; serta sebagai pusat solusi (learning solution) terhadap bisnis isu bidang pembangkitan dan energi primer melalui proses pengembangan dan pembelajarannya.
14 e-Magz PLN Pusdiklat l Oktober 2013
Tiga Unit Simulator Sebagai pusat pembelajaran yang berfokus pada bidang pembangkitan, keunggulan PE & PG Academy terletak antara lain pada fasilitas Simulator yang dimilikinya. Simulator inilah yang digunakan peserta atau siswa pembelajar untuk meningkatkan keterampilannya dalam mengoperasikan pembangkit listrik. Saat ini PE & PG Academy, setidaknya, memiliki tiga unit Simulator Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Yaitu Simulator PLTU 400 MW (Panel Based), Simulator PLTU 600 MW (DCS) dan Simulator PLTU 100 MW CFB (DCS). Simulator PLTU 400 MW yang dimiliki PE & PG Academy itu merupakan replika sistem kontrol dari PLTU Suralaya Unit 1 berkapasitas 400 MW. Simulator PLTU 600 MW, replika sistem kontrol dari PLTU Unit 5 berkapasitas 600 MW, dan Simulator PLTU 100 MW merupakan replika sistem kontrol dari PLTU Tarahan Unit 1 berkapasitas 100 MW. Ada dua keuntungan yang diperoleh, belajar dengan menggunakan simulator. Pertama, peserta dapat belajar mengoperasikan unit pembangkitan. Mulai dari start dingin (colt start), start hangat (warm start) dan start panas (hot start) hingga unit pembangkitan berbeban dan sinkron terhadap sistem
yang ada dengan baik dan benar. Tak perlu takut terjadi kesalahan operasi yang akan mengakibatkan trip, belajar menggunakan simulator. Lantaran, kalaupun terjadi kegagalan pengoperasian, tidak akan menimbulkan gangguan di sistem interkoneksi. Kedua, peserta atau siswa dapat melakukan trouble shooting. Yaitu, melakukan penanggulangan gangguan yang terjadi pada unit pembangkitan, dengan melakukan analisis dan langkahlangkah agar gangguan tersebut tidak sampai membuat Unit trip. Selain itu, ada dua pilihan yang tersedia belajar pembangkitan di PE & PG Academy. Untuk peserta yang Unit Pembangkitannya menggunakan sistem kontrol hard panel maka pelatihannya bisa menggunakan simulator hard panel. Sedangkan untuk peserta yang Unit Pembangkitannya sudah dengan sistem kontrol soft panel (computerized), peserta tersebut pelatihannya bisa menggunakan simulator soft panel atau yang dike-
cakrawala nal dengan istilah DCS (Distributed Control System) Pengembangan Simulator Dari ketiga simulator tersebut, saat ini PE & PG Academy terus mengembangkan dan memodifikasi simulator 600 MW yang berbasis DCS, dimana software simulasi yang digunakan ProTRax Simulation Software. Di dalam simulator ini menampilkan proses display yang diambil dari PLTU Suralaya, maka digunakan software emulator yang dinamakan BSEM (Bailey Screen Emulator). Simulator PLTU 600 MW tersebut digunakan untuk melatih operator boiler, operator turbin, dan juga untuk pelatihan pelacakan gangguan (trobleshooting). Setelah siswa melakukan prakter simulator PLTU 600 MW, diharapkan siswa dapat memahami filosofi pengoperasian PLTU, serta dapat melakukan analisa dan trobleshooting pada pengoperasian simulator PLTU den-
gan teknologi boiler PC (Pulverized Coal) Tujuan pengembangan Simulator PLTU 600 MW, untuk mengantisipasi permintaan kursus Simulator PLTU berbasis DCS yang makin meningkat. Salah satu penyebabnya adanya program percepatan diversifikasi energi 10.000 MW yang membutuhkan banyak sekali tenaga operator baru yang terampil dalam mengoperasikan Unit PLTU. Melihat pada perkembangan tersebut, maka pengembangan yang dilakukan antara lain, pertama, memperbanyak jumlah komputer simulator dari yang tadinya hanya 7 unit sekarang menjadi 40 unit; kedua, memodifikasi software simulator; dan ketiga, melacak dan mengatasi gangguan pada software simulator. Software Simulator PLTU 600 MW yang bernama ProTRax Simulation Software bekerja dengan melakukan beberapa fungsi, seperti membuat model dari setiap proses
yang ada di PLTU, menentukan parameter-parameter yang digunakan pada model tersebut, dan juga menjalankan model-model yang telah dibuat tadi. Jika pada sistem DCIS PLTU Suralaya Unit 5-7, semua PCU (Proces Control Unit) diinput ke dalam suatu card PLC (Programmable Logic Control), maka untuk software simulasi ini PCU dibuat dalam bentuk model yang dapat disimpan di dalam hard disk komputer. Belakangan ini, tidak sedikit dari Unit-unit Operasional yang minta supaya pembelajaran bisa diselenggarakan di Unit Operasional (in house training). Tujuannya barangkali, untuk meminimalisir anggaran biaya serta agar operator dan pegawai yang ikut pembelajaran tetap standby di Unit sehingga apabila terjadi permasalahan dapat ditangani sesegera mungkin. Berkaitan dengan kebutuhan IHT itu, PE & PG Academy melakukan langkah terobosan dengan mengadakan kelas praktek simulasi pengoperasian PLTU di Unit Operasional. Cara yang dilakukan, dengan menginstal program simulator ke dalam laptop. Setelah diuji coba, ternyata simulator yang dinstal di laptop tersebut dapat berjalan dengan baik sama seperti simulator yang dinstal di komputer PC, maka dengan adanya simulator laptop (portable) tersebut, siswa tetap dapat merasakan praktek simulasi pengoperasian PLTU tanpa harus berangkat ke Udiklat Suralaya. Hingga saat ini, pembelajaran IHT yang pernah diselenggarakan di antaranya adalah di PLTU Rembang (Jawa Tengah), PLTU Indramayu (Jawa Barat), PLTU Paiton (Jawa Timur) dan PLTU Tanjung Balai Karimun (Riau). l e-Magz PLN Pusdiklat l Oktober 2013 15
cakrawala CorpU di Distribution and Commerce Academy
Mendongkrak Kinerja Unit Menjawab Tuntutan Pelanggan berpatner dengan bumn lain, leadership academy menyiapkan pemimpin yang layak diperhitungan bumn lain
cakrawala
T
iga gedung baru nan megah bergaya minimalis berdiri kokoh di antara gedung-gedung lainnya. Ketiga gedung tersebut merupakan gedung laboratorium – terdiri dari Laboratorium A, B dan C – milik Distribution and Commerce Academy (DCA) yang tampaknya, baru saja selesai dibangun. Ketika e-Magz berkunjung ke salah satu Unit Pembelajaran PLN Corporate University (CorpU) itu pada pertengahan Oktober 2013 lalu, dan berkesempatan melihat-lihat ke dalam gedung tersebut, tampak isinya sedang ditata. Banyak peralatan laboratorium lama dan baru di sana, baik yang bertalian dengan bidang Distribusi maupun yang berhubungan dengan bidang Niaga. Sedangkan di beberapa lokasi sudah digunakan untuk kelas pembelajaran teori dan praktek, dan di ruang depan seperti di Gedung Laboratorium A digunakan untuk ruang evaluasi pembelajaran. “Kami memang sedang menatanya,” kata Manajer Distribution and Commerce Academy, Koesdianto. Sejak bertransformasi dari Unit Pendidikan dan Pelatihan (Udiklat) menjadi akademi, sesuai SK 481.K/DIR/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja CorpU PT PLN (Persero), DCA yang berlokasi di jalan Surabaya, Malang, KM 50 Pandaan Pasuruan ini memang terus berbenah diri. Salah satu diantaranya dengan membangun fasilitas gedung laboratorium yang layak, agar para siswa yang belajar di akademi ini bisa berpraktikum dalam suasana nyaman. Selain fasilitas gedung, tidak kalah pentingnya, berhubungan dengan fasilitas peralatan laboratorium. Menurut Koesdianto, berbagai fasilitas itu secara bertahap akan terus ditingkatkan, seperti menyediakan simulator-simulator distribusi outdoor dan indoor, alat peraga maupun alat penguji. Dengan tersedianya simulator, membuat mereka yang belajar di sini seperti melakukan yang sebenarnya seperti ketika mereka di lapangan. Begitu pula untuk tenaga pengajar, DCA juga memberikan perhatian lebih. Selain banyak melibatkan tenaga pengajar lama yang telah mumpuni yang berasal dari internal PLN, bila diperlukan tenaga pengajar dari luar negeri pun akan didatangkan. Seperti ketika pertama kali akademi ini di launching pada Maret 2013 lalu, untuk pembelajaran materi sistem meter pra bayar misalnya, DCA mendatangkan tenaga pengajar dari Afrika. Menjawab tantangan Ditunjuknya Udiklat Pandaan menjadi Distribution and Commerce Academy, tentu saja bukan tanpa alasan. Sejak dibangun pada 1975 dan mulai beroperasi pada
1976, pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan di sana, sejak awal sudah berorientasi pada bidang Distribusi dan Niaga. Bahkan, sebelum Kantor Induk mengimplementasikan CorpU, Udiklat Pandaan juga sudah lebih dulu berubah menjadi akademi, dengan dilaunchingnya Distribution Academy pada 20 Juni 2012. “Jadi infrastrukturnya sudah sangat siap. Termasuk, kita memiliki tower SUTT 150 kV dan tower SUTET 500 kV yang bisa digunakan untuk pelatihan PDKBTT/TET dan pelatihan Tower Climbing,” jelas Koesdianto. Dengan melihat pada latar belakang historis dan potensi yang dimiliki, tak heran, ketika mengimplentasikan CorpU, Direksi PLN menetapkan Udiklat Pandaan menjadi Distribution and Commerce Academy. Harapannya, dari akademi ini, kelak akan mampu berkembang menjadi pusat pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi SDM dan berkontribusi pada peningkatan kinerja perusahaan dan unit, khususnya di bidang Distribusi dan Niaga, membentuk para expert di bidang distribusi dan niaga yang diakui secara nasional dan internasional, serta mnjadi pusat rujukan untuk pemecahan permasalahan operasional dan berkontribusi dalam mencapai kinerja unggul. Namun demikian, penetapan Udiklat Pandaan menjadi DCA, yang utama adalah tak terlepas dari tantang-an yang tengah dan akan terus dihadapi PLN di
Salah satu gedung laboratorium Distribution and Commerce Academy
e-Magz PLN Pusdiklat l Oktober 2013 17
cakrawala dah diterapkan hampir di seluruh unit di Indonesia. Program ini menggantikan program-program lokal yang dirasakan masih belum memenuhi kaidah Revenue Assurance. Kemajuan lain, dalam mengelola tenaga listrik, PLN juga telah mampu meminimalisasi tingkat kebocoran (Leakage) baik dari sisi pemakaian energi maupun dari jumlah rupiah yang diterima sebagai pendapatan (revenue). Untuk menekan kebocoran ini PLN menginplementasikan Program Revenue Assurance.
LC Distribution and Commerce Academy, Murtaqi Syamsuddin saat memberikan Kuliah Umum
masa mendatang. Sejalan dengan meningkatnya tuntutan pelanggan yang dipicu dengan meningkatnya kegiatan bisnis, menjadikan penyediaan tenaga listrik sebagai sesuatu yang amat diperlukan. Sebagai salah satu perusahaan yang memperoleh kepercayaan dari pemerintah dalam penyediaan tenaga listrik, tentunya PLN dituntut untuk selalu berusaha dapat memenuhi tuntutan pelanggan tersebut, berupa keandalan dan kualitas produk maupun tingkat pelayanannya. Sejauh ini, dalam memenuhi tuntutan pelanggan itu, berbagai upaya telah dilakukan PLN dan mengalami kemajuan signifikan. Berdasarkan data 2011, dalam bluebook PLN CorpU, di bidang Distribusi, PLN berhasil menekan susut jaringan hingga 9,2 %, SAIDI mencapai 390 menit per pelanggan, SAIFI 6,4 kali per pelanggan, dan meningkatnya jumlah pelanggan pra bayar yang mencapai kurang lebih 2 juta pelanggan. Dalam bidang Niaga, pada 2012, PLN telah menstandarisasi pelayanan pelanggannya serta menjamin terwujudnya transparansi di bidang tersebut. Itu ditunjukan dengan diimplementasikannya Aplikasi Pelayanan Keluhan Pelanggan Terpadu (APKT) dan Contact Centre dan ditetapkan sebagai program unggulan. Disamping itu, PLN juga mengimplementasikan single aplikasi dan single database yang disebut dengan Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T) yang su18 e-Magz PLN Pusdiklat l Oktober 2013
Peningkatan kapabilitas dan kontinyunitas Akan tetapi, dengan berbagai kemajuan itu, penerapan proses bisnis di bidang Distribusi dan Niaga tidak dapat berjalan lancar apabila tidak didukung oleh pegawai sesuai dengan kompetensinya dan tersedia secara berkelanjutan. Pasalnya, menurut Koesdianto, pelanggan paling banyak dilayani dari Distribusi, sementara ekspert-ekspert distribusi tidak banyak. “Karena seorang ahli distribusi pensiun ya pensiun saja. Kaderisasinya tidak banyak. Oleh karena itu, diperlukan kaderisasi secara berkesinambungan bagi ahli-ahli distribusi, karena menyangkut pelanggan yang banyak,” jelasnya. Dan pada kenyataannya, kondisi yang ada saat ini, pegawai masih memerlukan peningkatan kapabilitas yang cukup untuk dapat menjalankan proses bisnis Distribusi dan Niaga, antara lain ditunjukan dengan nilai ILP yang masih dibawah Angka Tujuh, tingginya jumlah tunggakan, dan masih adanya komplain pelanggan terkait pasang baru dan perubahan daya serta kinerja Distribusi yang masih memerlukan peningkatan kompetensi SDM. Di wilayah commerce, ke depan tantangannya juga tidak kecil. Yaitu keharusan mengikuti perkembangan kemajuan teknologi. Bisa dibayangkan kalau commerce tidak mengikuti perkembangan teknologi. Dulu belum ada meter pra bayar sekarang ada. Dulu belum ada meter dibaca dari kantor sekarang ada dengan AMR (automatic Meter Reading). Jadi tantangan di commerce, bagaimana pemanfaatan teknologi dipakai bagi kemudahan pelayanan PLN. “Orang bayar rekening sekarang jarang ngantri di loket.
cakrawala
Menghasilkan Beberapa Angkatan
Sejak dilaunching menjadi akademi pada Maret 2013 lalu, Distribution and Commerce Academy (DCA) mengelola dua pembelajaran sekaligus: pembelajaran bidang DIstribusi dan Commerce. Pembelajaran Bidang Distribusi meliputi perencanaan, operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi, serta program peningkatan efisiensi, mutu dan keandalan pasokan energi. Sedangkan pembelajaran bidang Niaga, diawali dari proses
Pelayanan Pelanggan sampai dengan Pengendalian Piutang, termasuk di dalamnya pengembangan kompetensi untuk merancang sistem pentarifan, perhitungan subsidi, yang berhubungan dengan pemegang saham (Pemerintah). Seperti akademi-akademi lainnya, DCA pun kini tengah menyelenggarakan Action Learning. Pesertanya, ada yang hasil Kelas Perdana, dan beberapa di antaranya merupakan permintaan dari Unit
Sekarang mereka bisa membayar lewat ATM, lewat bank, atau di mana saja. Itu semua karena mengikuti kemajuan teknologi.” Melihat pada latar belakang itu, kata Koesdianto, maka pembelajaran bidang Distribusi dan Niaga yang berjalan sampai dengan saat ini dirasakan masih perlu peningkatan Alignment dengan Business Concern PLN yang berkembang. Untuk itu perlu dilakukan akselerasi
Operasional dalam upaya menjawab persoalan yang kini tengah dihadapi Unit tersebut. Dengan demikian, untuk satu materi pembelajaran, DCA telah menyelenggarakan untuk beberapa angkatan. Untuk materi Pengenalan SCADA Distribusi misalnya, setidaknya telah menghasilkan lima angkatan. Dan untuk materi Desain dan Pengawasan Pekerjaan Konstruksi Jaringan Distribusi telah menghasilkan empat angkatan yang diselenggarakan dalam waktu berbeda. Selain itu, kata Koesdianto, dari materi-materi pembelajaran yang diselenggarakan, DCA selalu updating. Upaya itu dilakukan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan Unit dan perkembangan teknologi. Seperti materi Analisa Kondisi Trafo dan Master Plan Sistem Distribusi misalnya, keduanya merupakan materi yang sama sekali baru. Kedua materi itu diselenggarakan mengingat tingginya permintaan Unit yang membutuhkan adanya pembelajaran tersebut, yang nantinya akan diimplementasikan di Unit bersangkutan. “Kedua materi pembelajaran itu kita sudah action learning. Jadi kita sudah menghasilkan lulusan dari DCA,” pungkas Koesdianto. l
dan transformasi sistem pembelajaran untuk lebih meningkatkan kompetensi dan mendorong pencapaian kinerja organisasi. Atas dasar itu pula, rencananya, peralatan laboratorium DCA diupayakan selalu lebih dari yang dimiliki Unit-unit Operasional. “Sehingga ketika seseorang yang mau belajar di akademi ini, dia akan memperoleh banyak hal terutama bagi pengembangan sistem Distribusi dan Commerce.” l e-Magz PLN Pusdiklat l Oktober 2013 19
cakrawala CSR PLN Sahabat Alam
Hijau, Lestari, Menghidupi
K
Pusdiklat Suharto meletakkan pohon Tanjung setinggi setengah meter itu ke dalam lubang di taman Gedung Olah Raga (GOR) Ragunan, Pasar Minggu. Disaksikan Camat Pasar Minggu, Dandim, Kapolres Ragunan dan para Lurah di lingkungan Kecamatan Pasar Minggu, dengan cekatan Suharto lalu memacul tanah di pinggiran lubang yang telah diberi pupuk kandang dan mengisinya ke dalam lubang tersebut hingga membentuk gundukan yang membuat pohon Tanjung itu tegak berdiri. Lalu, ia menyiram pohon tersebut hingga tampak segar yang membuat mata sedap memandangnya lantaran menambah keasrian taman GOR Ragunan. Penanaman pohon kemudian dilanjutkan berturut-turut oleh Camat, Dandim dan Kapolsek Pasar Minggu. Rangkain kegiatan penanaman pohon yang dilakukan PLN Pusdiklat bersama dengan pemerintah Kecamatan setempat, yang berlangsung pada Jum’at 18 Oktober 2013 itu, sesungguhnya merupakan kegiatan simbolis dari kegiatan penghijauan yang akan dilakukan di wilayah Kecamatan Pasar Minggu. Dalam kegiatan ini, PLN memberikan bantuan sebanyak 400 pohon, yang umumnya merupakan pohon produktif, seperti pohon mangga
20 e-Magz PLN Pusdiklat l Oktober 2013
harum manis, jambu air, lengkeng, durian monthong, sawo, alpukat dan masih banyak lagi. Rencananya, selain di taman
GOR Ragunan, ke 400 pohon itu akan ditanam tersebar di semua wilayah dalam lingkup Kecamatan Pasar Minggu. Sebanyak 100 pohon
program CSR dalam bentuk penghijauan, selain di Pandaan dan Pasar Minggu, rencananya juga akan dilakukan di wilayah Udiklat Suralaya sebanyak 200 pohon dan di wilayah Udiklat Banjarbaru sebanyak 100 pohon. Dengan demikian, total pohon yang akan ditanam mencapai 1000 pohon.
KPusdiklat Suharto (Kaos Biru) bersama Camat Pasar Minggu beserta Staf dan Kapolsek Pasar Minggu saat pelaksaan CSR PLN Sahabat Alam
di tanam di wilayah Kelurahan Ragunan, sementara di wilayah kelurahan lain seperti Kelurahan Pejaten Barat, Pejaten Timur, Kelurahan Pasar Minggu, Kelurahan Kebagusan, Kelurahan Jati Padang dan Cilandak Timur, masing-masing ditanam sebanyak 50 pohon. Secara simbolis, KPusdiklat Suharto menyerahkan langsung bantuan pohon tersebut kepada Camat Pasar Minggu, RM Amien Haji. 1000 pohon Kegiatan penanaman pohon itu sesungguhnya sebagai wujud kepedulian PLN Pusdiklat terhadap masalah penghijauan di lingkungan sekitar. Seperti dikemukakan Suharto dalam kata sambutannya pada pelaksanaan program CSR PLN Sahabat Alam yang berlangsung di Taman GOR Ragunan, melalui penanaman ini, bagaimana PLN bisa lebih dekat
dengan lingkungan, bagaimana PLN bisa ikut melestraikan alam. “Mengupayakan agar alam kita makin tertata, makin terlihat hijau, bersama dengan pemerintah setempat, kami ingin berkontribusi dalam kegiatan ini,” kata Suharto. Sementara itu, Deputi Manajer Hukum dan Humas PLN Pusdiklat, Liany Fatmasari menjelaskan, penanaman pohon yang berlangsung di wilayah Kecamatan Pasar Minggu merupakan salah satu saja dari rangkain pelaksanaan program CSR PLN Sahabat Alam yang diselenggarakan PLN Pusdiklat bertepatan dengan pelaksanaan Hari Listrik Nasional ke-68 yang jatuh pada 27 Oktober 2013. Sebelumnya, penanaman serupa sebanyak 300 pohon juga telah dilakukan di lingkungan salah satu Unit PLN Pusdiklat di Udiklat Pandaan Jawa Timur yang berlangsung pada 21 September 2013. Untuk tahun ini, kata Liany,
CSR PLN Sahabat Alam Program CSR Sahabat Alam merupakan program PLN yang peduli terhadap masalah lingkungan yang rusak disebabkan oleh pola kehidupan dan pembangunan yang tidak ramah lingkungan. Tujuan diselenggarakan kegiatan ini adalah untuk mewujudkan lingkungan yang hijau bersih dan asri; mengurangi dampak pemanasan global; mencegah longsor dan banjir di musim hujan; serta menumbuhkan rasa kepedulian terhadap lingkungan untuk masa depan yang lebih baik. Adapun sasaran yang dituju dari kegiatan CSR PLN Sahabat Alam ini adalah lingkungan sekitar PLN Pusdiklat beserta Unit-Unitnya yang masih kurang penghijauannya. Kemudian, menghijaukan sekolah-sekolah yang masih gersang. Kegiatan ini rencananya akan berlangsung rutin satu tahun sekali. Dan pelaksanaannya akan disesuaikan bertepatan dengan Hari Kelistrikan Nasional. l e-Magz PLN Pusdiklat l Oktober 2013 21
galeri
Workshop. Transmission and Live Maintenance Academy menyelenggarakan Workshop Execelennce Awareness pada 21 September 2013 di Semarang. Manajer Senior Pembelajaran Non Teknik Hadi Supriyanto membuka acara yang diikuti oleh seluruh pegawai di Akademi tersebut.
Pemotongan Hewan Kurban. Usai melaksanakan shalat Ied Adha bersama, manajemen dan pegawai PLN Pusdiklat melaksanakan pemotongan hewan kurban pada 15 oktober 2013.
22 e-Magz PLN Pusdiklat l Oktober 2013
galeri
Magang. Pelajar dari Belanda melakukan pemagangan di PLN CorpU. Dalam kunjungan awalnya yang berlangsung pada 25 September 2013 itu mereka diterima PLH KPusdiklat Wisnoe Sartrijono, Ms Pembelajaran Teknik Toto.
SERTIJAB. Serah terima jabatan Manajer Assessment Center dari Andri Yunaldi ke Evie Supriyatni pada 19 Oktober 2013, yang berlangsung di lantai 4 Kantor Induk PLN CorpU.
e-Magz PLN Pusdiklat l Oktober 2013 23
PT PLN (Persero) Pusdiklat Jln. HR. Harsono RM. No. 59, Ragunan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, 12550 Telp. (021) 7811292, 7811293, 7800832, Faks. (021) 7811294, 7811295 E-mail:
[email protected] website:http//www.pln.co.id/pusdiklat