GEMA REDAKSI
Hari Keluarga Nasional Para pembaca yang budiman,
A
KHIR bulan lalu Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang yang dipimpin oleh Rektornya Prof Dr H Muhibbin, MAg, mengirim ratusan mahasiswa ke desa-desa di Kabupaten Temanggung melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya. Para mahasiswa melakukan pendataan seluruh keluarga pada Posdaya yang dibentuknya di setiap desa. Setelah pendataan diselesaikan, mereka menempatkan seluruh keluarga menurut posisinya dalam suatu roadmap menuju kepada keluarga sejahtera. Keluarga dibagi menjadi keluarga prasejahtera, keluarga sejahtera I, sejahtera II, sejahtera III dan sejahtera III plus. Kepada keluarga sejahtera III dan III plus dihimbau membantu keluarga prasejahtera menyelesaikan masalahnya. Kepada keluarga prasejahtera, dengan bantuan dan pendampingan mahasiswa bekerja cerdas dan keras mengikuti roadmap berusaha bangkit menjadi keluarga yang sejahtera. Bergabungnya Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo dalam kegiatan KKN Tematik Posdaya sudah cukup lama dan mereka merasa mengambil manfaat yang tinggi baik bagi mahasiswa maupun perguruan tinggi yang maju tersebut. Bagi mahasiswa kegiatan KKN menjadi tantangan tersendiri karena mahasiswa dihadapkan pada kenyataan lapangan sebelum mereka lulus dari pendidikan tingginya. Bagi UIN merupakan pengalaman yang berharga guna mendapatkan masukan langsung bagi perbaikan kurikulum maupun isi materi kuliah bagi mahasiswa yang baru. Pada KKN kali ini para mahasiswa menghasilkan kejutan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Setelah mereka melakukan pendataan dan menempatkan keluarga dari suatu Posdaya dalam peta, mereka bisa melihat dengan jelas gambaran keluarga di seluruh Posdaya yang dipetakan. Kalau keluarga prasejahtera masih banyak, maka dengan jelas peta itu seakan berubah menjadi petunjuk gunung meletus karena banyak tanda-tanda keluarga di Posdaya itu berwarna merah. Wakil Bupati Temanggung, Irawan Prasetyadi, SSi. yang mewakili Bupati, Drs HM Bambang Sukarno, yang hadir lengkap bersama para Camat, Kepala Desa dan perangkat kabupaten lainnya, merasa senang dan sangat terbantu dengan kerja nyata para mahasiswa tersebut. Secara spontan meminta kepada Rektor untuk mengirim lebih banyak mahasiswa membantu aparat desa dan aparat pembangunan lainnya melakukan pendataan, pemetaan dan sarasehan guna membantu keluarga prasejahtera yang ada untuk meningkat menjadi
keluarga yang lebih mandiri dan sejahtera. Dalam waktu yang bersamaan para Petugas Lapangan KB yang tergabung dalam IPeKB di beberapa kabupaten di Jawa Tengah dan daerah lainnya bergabung dan menyatakan diri menjadi petugas lapangan untuk menggelar pelaksanaan dan pencapaian target-target MDGs. Sebagian besar dari anggota IPeKB di dusun dan desa masing-masing siap menjadi tuan rumah dan mendampingi para mahasiswa yang datang ke desa membangun dan mengisi kegiatan Posdaya. Para PLKB yang berpengalaman dalam mengembangkan pemetaan keluarga menjadi mitra para mahasiswa dalam melakukan pemetaan keluarga sebagai bahan pengembangan roadmap bagi keluarga prasejahtera membangun diri menjadi keluarga yang lebih mandiri. Kebersamaan antara mahasiswa KKN dan PLKB diperkuat dengan masuknya organisasi sosial kemasyarakatan yang tergabung dalam DNIKS, LK3S dan K3S di provinsi dan kabupaten serta para pensiunan yang tergabung dalam PWRI. Lebih dari itu Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Jatim, yaitu Bank UMKM di seluruh kabupaten dan beberapa Bank lainnya siap membantu keluarga prasejahtera yang tergabung dalam Posdaya memberi modal pinjaman tanpa agunan dalam Skim Tabur Puja. Di samping itu, guna menyambut Hari Keluarga Nasional, teman-teman dari BKKBN Kabuparen Malang bersama beberapa Perguruan Tinggi sedang mengembangkan IT untuk Survelan yang akan diumumkan guna menyambut Hari Keluarga Nasional tanggal 29 Juni 2015. Selamat Hari Keluarga Nasional 2015.
Menyambut Hari Keluarga Nasional, BKKBN bersama beberapa perguruan tinggi sedang mengembangkan IT untuk Survelan yang akan diumumkan guna menyambut Hari Keluarga Nasional tanggal 29 Juni 2015. [FOTO: MULYONO]
Haryono Suyono Pemimpin Umum Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
3
DAFTAR ISI
Pemimpin Umum: Prof. Dr. H. Haryono Suyono Wakil Pemimpin Umum: Dr. Subiakto Tjakrawerdaja dr. Loet Affandi, SpOG Penasehat: Sudwikatmono Bambang Trihatmodjo Pemimpin Perusahaan: Drs. TP Suparta, MBA Pem impin Redaksi: Drs. Dadi Parmadi, MA Wakil Pemimpin Redaksi: Hari Setiyowanto Redaktur Pelaksana: Dede Haeruddin Redaktur Senior/Koordinator Liputan Daerah: H Harun Nurochadi Staf Redaksi: Rahmawati Haris Fadillah Irwan Riduan Fotografer: Tirto Andayanto, POV Kontributor Foto: Drs. Fajar Wiryono Naziruddin (Rudi) Lubis Designer: S Herman Ade Sudrajat H. M. Nizar
LAPORAN UTAMA
Posdaya Solusi Meningkatan Kesejahteraan Keluarga Kemiskinan menjadi persoalan serius dalam masyarakat Indonesia. Optimalisasi berbagai upaya perlu dilakukan untuk mengentaskan kemiskinan. Mengentaskan kemiskinan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja. Partisipasi seluruh elemen bangsa, termasuk Posdaya melalui berbagai kegiatannya berkewajiban memberikan solusi ikut ambil perannya mengentaskan kemiskinan.
Sekretaris Redaksi: Ari Yusnita, SE Gemari On-Line: Donni A Hanafie Abdurrahman Fadil Binnur, S. Kom Konsultan Ahli: Dr. Moch. Soedarmadi Dr. Mazwar Noerdin Dr. Sugito Suwito, MA Dr. Rohadi Haryanto, MSc Drs. Made Are Subrata Manajer Iklan dan Promosi: Dr. Mulyono D Prawiro Staf Tata Usaha dan Umum: Hendro B Setiadi, SE, Ak Irwan Febriansyah, SE Sandra Amelia, SE Produksi: Sidik Nurhidayat Sirkulasi dan Distribusi: Drs. FX Riswadi, Johari, Sulaeman. Alamat Redaksi: Jl. Pengadegan Barat No. 4 Jakarta Selatan 12770 Telp. (021) 794 3120 Fax. (021) 794 2802 E-Mail:
[email protected], http:// www.gemari.or.id. Penerbit: Yayasan Dana Sejahtera Mandiri Pelaksana Penerbitan: Yayasan Anugerah Kencana Buana Percetakan: PT. Citra Kharisma Bunda Isi di luar tanggung jawab percetakan
4
42
CERITA SAMPUL
45
In Memoriam Pak Harto Negarawan yang Membumi Jenderal Besar TNI (Purn) Haji Muhammad Soeharto yang wafat pada Minggu, 27 Januari 2008 pukul 13.10 WIB di Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta, sepanjang hidupnya hanya memikirkan bagaimana menyejahterakan rakyat. Jauh dari kesan hidup mewah. Bahkan, almarhum Pak Harto (demikian beliau biasa disapa) memilih tinggal di rumah sederhananya di Tapos, Bogor agar tetap menyatu dengan rakyat. Begitulah ciri negarawan sejati yang selalu ingin membumi dengan kehidupan rakyat jelata. Mengenang kelahiran almarhum Pak Harto, Presiden Republik Indonesia ke2 yang lahir di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, DI Yogyakarta, 8 Juni 1921 ini, Majalah Gemari mewawancarai beberapa tokoh nasional yang sangat faham akan keseharian almarhum. Di antaranya, Letjen TNI (Purn) Ir Azwar Anas, Prof Dr Haryono Suyono dan Dr Subiakto Tjakrawerdaja.
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
LAPORAN DAERAH PENDIDIKAN
PWRI Peringati Halun Sejak Oktober 2014
56
Wakil Rektor III UGM Prof Dr Suratman Perlu Ada Laboratorium Pembangunan Posdaya Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) telah mengakar kuat di setiap perguruan tinggi di seluruh Indonesia, sehingga perlu ada Laboratorium Pembangunan Posdaya di masing-masing Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Perguruan Tinggi. Usulan ini disampaikan Wakil Rektor III Universitas Gadjah Mada Prof Dr Suratman pada acara pelatihan Posdaya Angkatan 91 di Siti Padmirah Silver College, Jakarta.
POSDAYA MASYARAKAT
62
7
Posdaya Masjid Taqwa Kota Metro Lampung Angkat Kesehatan dan Kesejahteraan Kota Metro Gebyar Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang digelar Pemerintah Kota Metro, Provinsi Lampung pada Minggu pagi 17 Mei 2015 lalu melahirkan berbagai peristiwa penting. Bukan saja mencatatkan nama Pemkot Kota Metro sebagai terbaik nasional peserta Senam Keluarga Indonesia yang diikuti 14.229 warganya oleh MURI. Namun juga pengukuhan Posdaya Masjid Taqwa Kota Metro. Keberadaannya diharapkan mampu mengangkat derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat sekaligus memotivasi pengembangan Posdaya di seluruh Kota Metro.
Redaksi menerima artikel via Pos, Faximile atau E-mail:
[email protected] yang sesuai dengan misi Majalah Gemari. Artikel diketik 2 (dua) spasi di atas kertas folio, antara 1,5 - 3 halaman. Redaksi berhak merubah tulisan tanpa merubah isi artikel. Karya yang dimuat diberikan imbalan.
Kurangnya rasa kepedulian sebagian masyarakat terhadap para lanjut usia dan penyandang disabilitas, mendorong seluruh anggota Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) untuk menggaungkan Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional (GAUN). Gaung GAUN ini akan terus bergema dalam rangka menyambut Hari Lanjut Usia Nasional pada 29 Mei 2015.
Gema Redaksi
3
Surat Pembaca
6
Posdaya Perguruan Tinggi
10
Posdaya Pemerintah
19
Posdaya Lembaga Keuangan
38
Stop Press
41
Kolom Khusus
48
Tasyakuran
50
Forum Kita
60
In Memoriam Pak Harto
64
www.gemari.or.id F o t o S a m p u l : Dokumen Kharisma
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
5
SURAT PEMBACA Setiap surat yang dikirim harus disertai identitas diri antara lain KTP/SIM atau lainnya.
PAYUNG HUKUM KEPRES TENTANG DNIKS
S
AAT ini Kemensos tengah mempersiapkan upaya payung hukum bagi organisasi sosial. Selain itu, Kemensos juga siap bersinergi dengan DNIKS, BK3S, LKKS, serta organisasi sosial kemasyarakatan lainya untuk pengentasan kemiskinan di daerahdaerah. Demikian diungkapkan Menteri Sosial Republik Indonesia, Khofifah Indar Parawansa ketika menjadi pembicara kunci Konferensi Nasional Kesejahteraan Sosial (KNKS) VIII yag berlansung sejak 1820 April 2015, di Kota Padang, Sumatera Barat. Kementerian Sosial siap bersinergi dengan Dewan Nasional Untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS), Badan Koordinasi Kesejahteraan Sosial (BK3S), Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial (LKKS), serta organisasi sosial kemasyarakatan lainya untuk pengentasan kemiskinan di daerah-daerah, katanya. Konferensi yang diikuti tidak kurang dari 500 peserta dari unsur lembaga kesejahteraan sosial nasional, perguruan tinggi, serta BK3S/L3S provinsi dan LK2S kabupaten/Kota. Mereka yang hadir datang dari Provinsi Nangro Aceh Darussalam, Suma-
tera Barat, Riau Kepulauan. Pr ovinsi Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimatan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat. Mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan ini menegaskan, saat ini Kementerian Sosial sedang mengupayakan adanya payung hukum berupa Peraturan Presiden atau Keputusan Presiden (Kepres) agar DNIKS secara legal mendapat dukungan dana dari APBN, sebagai lembaga koordinator kesejahteraan sosial tingkat nasional.
Sontak saja pernyataan Menteri Sosial Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo ini pun mendapat sambutan hangat seluruh peserta konferensi yang hadir memenuhi auditorium Hotel Inna Muara Kota Padang dengan tepuk tangan meriah. Karena nampaknya hal itu menjadi harapan dari seluru h peserta KNKS. Mengingat bahwa Perpres tersebut sangat penting untuk segera direalisasikan. “Perlunya legalitas payung hukumnya, karena beberapa sinergi yang harus dilakukan DNIKS dengan LKS-LKS lainnya didaerah untuk penanganan fakir miskin selain jejaring yang sudah dimiliki Prof Haryono tidak sebagai Ketua Umum DNIKS, Pr of Haryono sebagai Ketua Yayasan Damandiri dan Prof Haryono sebagai pribadi. Sehingga kalau nanti mendapat penguatan dari APBN maka maksimalisasinya lebih cepat,” ujarnya seperti dikutip Majalah Gemari belum lama ini. Menurut Khofifah, dalam pananganan kemiskinan perlu dipetakan. Kemensos sudah punya peta yang lebih detil di mana wilayah garapan yang bisa diintervensi oleh DNIKS, LKKS, BK3S, dinas sosial dan seterusnya. Selamat dan sukses Bu Khofifah. Ita Novelita Kawasan Krakatau Steel, Banten.
Formulir Berlangganan
N a m a : ........................................................................................................ Alamat Lengkap : .............................................................................................................................................................. ............................................................ Kode Pos: ........................... Telp.: ....................................... Sebagai pelanggan tetap mulai nomor: ......... s/d. ........... Sebanyak: .............. eksemplar. Pembayaran dimuka melalui Yayasan Anugerah Kencana Buana Rekening Bank Central Asia (BCA) Irwan Febriansyah No. Rek.: 375 135 6941 Kantor Cabang Pembantu (KCP) Graha Inti Fauzi Pelanggan, (.....................…………….) 6
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Masjid Taqwa Kota Metro Lampung
Angkat Kesehatan dan Kesejahteraan Kota Metro Gebyar Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang digelar Pemerintah Kota Metro, Provinsi Lampung pada Minggu pagi 17 Mei 2015 lalu melahirkan berbagai peristiwa penting. Bukan saja mencatatkan nama Pemkot Kota Metro sebagai terbaik nasional peserta Senam Keluarga Indonesia yang diikuti 14.229 warganya oleh Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). Namun juga pengukuhan Posdaya Masjid Taqwa Kota Metro. Keberadaannya diharapkan mampu mengangkat derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat sekaligus memotivasi pengembangan Posdaya di seluruh Kota Metro.
Prof Dr Haryono Suyono bergambar bersama Walikota Metro Hi Lukman Hakim, SH, MM dan Dra Hj Netty Herawati, M, KH Abdul Hakim dan pimpinan Pemkot Metro lainnya saat meresmikan papan nama Posdaya Masjid Taqwa Metro. [FOTO-FOTO: ADE S]
A
CARA pengukuhan langsung dipimpin Walikota Metro Hi Lukman Hakim, SH, MM. Disaksikan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Kabulog Era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Ir Sutarto Alimoeso, MM, Anggota Komisi V DPR RI asal Lampung KH Abdul Hakim, mantan Dirjen Kemasyakatan Dr Adi Soejatno SH, MH dan sejumlah pejabat teras Kota Metro. Tak pelak, pengukuhan yang berlangsung di halaman Masjid Taqwa Kota Metro Jl AR Prawiranegara No 1 Kota Metro, Lampung, ini tampak penuh khidmat dan berkesan. Sebelum pengukuhan, Walikota Metro Hi Lukman Hakim, SH, MM, menanyakan kepada seluruh Pengurus Posdaya Masjid Taqwa seputar kesanggupan dan kesiapan untuk dikukuhkan sebagai pengurus. “Apakah
saudara-saudara bersedia untuk dikukuhkan sebagai Pengurus Posdaya Masjid Taqwa Kota Metro?” tanya Walikota Metro Hi Lukman Hakim, SH, MM. “Bersedia…,” jawab seluruh Pengurus Posdaya Masjid Taqwa Kota Metro yang dipimpin langsung Ketua TP PKK Kota Metro Lampung Dra Hj Netty Herawati, MM. “Dengan memohon ridho Allah SWT, dengan mengucapkan bismillaahirrohmaanirrohiim, saya Walikota Metro dengan ini mengukuhkan Pengurus Posdaya Masjid Taqwa Kota Metro. Semoga saudara-saudara bisa melaksanakan amanah ini dengan sebaikbaiknya dan mudah-mudahan Allah SWT selalu memberi kekuatan serta ridho-Nya. Aamiin Allaahumma Aamiin,” ujar Walikota Metro Hi Lukman Hakim, SH, MM. Dirinya berharap, Posdaya Masjid Taqwa Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
7
Prof Dr Haryono Suyono bergambar bersama Walikota Metro Hi Lukman Hakim, SH, MM dan Dra Hj Netty Herawati, MM serta pejabat Pemkot Metro lainnya dan Ketua STAIN Prof Dr Hj Enizar MAg (kanan).
Prof Dr Haryono Suyono bersama Walikota Metro Hi Lukman Hakim, SH, MM dan Direktur Tabur Puja Ir Sutarto Alimoeso, MM memberi ucapan selamat kepada para Pengurus Posdaya Masjid Taqwa Kota Metro.
8
Kota Metro yang dikukuhkannya beriringan dengan turunnya hujan menjadi pertanda keberkahan dan ridho Allah SWT. “Mudahmudahan langkah yang kita lakukan seperti ini diiringi cucuran air hujan yang menyertai acara pengukuhan mendapat berkah dan ridho-Nya. Dan semoga segala permohonan kita diqobul Allah SWT. Aamiin,” ungkap Hi Lukman Hakim, SH, MM di hadapan para Pengurus Posdaya Masjid Taqwa Kota Metro. Berdayakan balita hingga lansia Ketua TP PKK Kota Metro Lampung Dra Hj Netty Herawati, MM, yang juga Ketua Posdaya Masjid Taqwa Kota Metro mengungkapkan rasa syukur atas bergulirnya Posdaya di bumi Kota Metro tertutama Posdaya Berbasis Masjid yang diresmikan pada Minggu pagi 17 Mei 2015 lalu bersamaan dengan pagelaran Gebyar
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
Posdaya Kota Metro. “Alhamdulillah, karena ini adalah Posdaya atau Pos Pemberdayaan Keluarga Masjid Taqwa Kota Metro, massanya mulai dari balita hingga lansia ada. Kondisi itulah yang menginspirasi kami mendirikan Posdaya Berbasis Masjid ini,” tutur istri Walikota Kota Metro Hi Lukman Hakim, SH, MM ini. Ke depan, lanjutnya, di samping pelayanan kesehatan, pendidikan, agama melalui kekgiatan TPA anakanak dan lansia juga penanganan masalah lingkungan serta ekonomi masjid. “Kami nantinya akan serius mengurus lingkungan masjid seperti kebersihan toilet, penghijauan sekitar masjid dan lainnya. Selain itu, kami juga akan mendirikan warung Posdaya Masjid Taqwa untuk menjual aneka kebutuhan masjid sekaligus mendukung kegiatan berbagai kegiatan Posdaya Masjid Taqwa,” tutur Dra Hj Netty Herawati, MM semangat. “Insya Allah, setelah kegiatan ini selesai, kita akan menjabarkan program lebih mendetail lagi per bidang-bidang. Yang jelas, kita di bidang kesehatan, bagaimana mempromosikan pelayanan kesehatan, bagaimana memeriksakan kesehatannya, dari mulai balita hingga lansia. Untuk pendidikan, kita akan serius membimbing belajar Iqro mulai dari balita hingga lansia,” jelas Dra Hj Netty Herawati, MM. Sedangkan untuk bidang lingkungan, lanjut Hj Netty Lukman Hakim, dirinya bersama seluruh anggota yang menangani bagian lingkungan akan mengurus seputar kebersihan masjid termasuk kegiatan penghijauan lingkungan masjid. “Jadi, usai kegiatan Gebyar Posdaya ini kami akan di bagian lingkungan akan mengembalikan kebersihan dan keasrian masjid. Begitupun masalah penghijauan di sekitar lingkungan masjid,” tegasnya. Untuk bidang ekono-
mi, lanjut Hj Netty Lukman Hakim, dirinya akan meminta salah satu bangunan di sekitar Masjid Taqwa Kota Metro ini untuk dijadikan Warung Posdaya Masjid. “Toko Posdaya Masjid Taqwa ini sebagai bagian dari upaya peningkatan ekonomi masjid sekaligus mendukung berbagai kegiatan Posdaya Masjid,” jelasnya seraya menambahkan upaya seperti juga akan dikembangkan di seluruh Kota Metro bahkan di beberapa daerah sudah ada yang duluan. “Insya Allah, peluncuran Posdaya Masjid Taqwa ini juga akan kami kembangkan ke seluruh Kota Metro. Bahkan beberapa daerah lain sudah ada yang duluan eksis, seperti Posdaya Masjid Al Manar, Posdaya Masjid Al Amin dan yang lainnya,” ujarnya. “Nah, Posdaya Masjid Taqwa ini sengaja kami luncurkan sebagai pusat dari kegiatan Posdaya Masjid di Kota Metro. Karena Masjid Taqwa ini adalah masjid di pusat Kota Metro yang banyak didatangi masyarakat dari berbagai pelosok Kota Metro. Selain itu, posisinya yang tidak jauh dari pasar Kota Metro, sehingga nantinya para jamaah dan pedagang di pasar itu termasuk keluarganya selain untuk ibadah juga bisa melakukan berbagai pasilitas yang diadakan para pengurus Posdaya Masjid Taqwa, seperti pemeriksaan kesehatan,” jelas Hj Netty Lukman Hakim. Selain itu, lanjutnya, Posdaya Masjid Taqwa juga menggelar kegiatan santunan bagi anak yatim dan dhuafa juga menangani anakanak terlantar. “Jadi, mereka nantinya selain mendapat santunan juga kami didik mereka. Kami bimbing dan didik mereka baik kegiatan pengajian maupun ekonominya,” tukas Hj Netty Lukman Hakim seraya menegaskan semua itu dilakukan sebagai bagian dari upaya membantu Pemerintah Kota Metro untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Diakui Hj Netty Lukman Hakim, dirinya optimis keberadaan Posdaya di Kota Metro betul-betul mampu menjamah keluarga untuk lebih sehat dan
sejahtera melalui penerapan delapan fungsi keluarga. “Insya Allah, keberadaan Posdaya Masjid Taqwa Kota Metro ini komplit ya. Karena bisa menangani seluruh lapisan masyarkat, mulai dari balita hingga lansia. Begitu pun bidang kegiatannya, mulai dari agama, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Oleh karena itu, dirinya mengimbau dan mengajak seluruh masyarakat Kota Metro agar berlomba-lomba mendirikan Posdaya di setiap masjid atau di setiap lembaga masyarakat di daerahnya. “Insya Allah, kalau Posdaya ini bisa didirikan di setiap masjid atau lembaga masyarakat, maka keluarga-keluarga prasejahtera, para dhuafa, orang-orang yang tidak bisa sekolah dan anak-anak terlantar semuanya bisa diangkat menjadi lebih baik. Mereka bisa lebih sehat, pintar dan sejahtera dengan balutan iman dan taqwa,” tegas Hj Netty. ADE S
Walikota Metro Hi Lukman Hakim, SH, MM saat melantik para Pengurus Posdaya Masjid Taqwa Kota Metro.
Ketua Posdaya Masjid Taqwa Metro Dra Hj Netty Herawati, MM bergambar bersama para pengurus Posdaya Masjid Taqwa Metro.
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
9
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
UIN Walisongo Semarang Kembangkan Desa Binaan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Jawa Tengah, Prof Dr H Muhibbin, MA mengakui pihaknya sudah mempunyai desa binaan di sejumlah daerah. Misalnya di Tegal, menurutnya sudah luar biasa bagus. “Jadi, ekonominya sudah meningkat. Waktu itu kita berikan bantuan modal, yakni untuk mengembangkan ekonomi mereka. Alhamdulillah sekarang sudah berkembang bagus,” katanya, yang ditemui Majalah Gemari di Desa Wonokerso, Kecamatan Tembarak, Kabupaten Temanggung, Jateng, 20 Mei 2015 lalu.
Rektor UIN Walisongo Prof Dr H Muhibbin, MA (kiri) mendampingi Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat mengunjugi sarasehan di Desa Wonokerso, Kecamatan Tembarak, Kabupaten Temanggung, Jateng, 20 Mei 2015 lalu. [FOTO-FOTO: DEDE H]
S
ELAIN desa binaan, diakui juga ada madrasah binaan, sekolah dan pesantren binaan. “Kita sudah melakukan itu, dan desa binaan sudah beralih menjadi berkembang. Pernah di Kabupaten Semarang, tepatnya Kabupaten Kendal, sudah berjalan dan sudah kita tinggal dan beralih ke desa yang lain,” papar Prof Dr H Muhibbin, MA. “Dan sekarang ini kita lihat, sekaligus kita evaluasi apa diperlukan kelanjutan dalam bentuk desa binaan, atau kalau sudah dianggap cukup, kita mengembangkan desa yang lain,” tambah Rektor UIN Walisongo Semarang, Jawa Tengah, ini seraya tersenyum. Ditanya berapa mahasiswa yang diterjunkan dalam KKN kali ini, Prof Dr H Muhibbin menjawab saat ini total sekitar 948 mahasiswa. Dan kali ini diterjunkan dalam KKN Tematik Posdaya Berbasis Masjid. “Jadi fokusnya KKN Posdaya Berbasis Masjid,” ujarnya. Diakuinya, dalam KKN Tematik Posdaya Berbasis Masjid ini, selain pemberdayaan 10
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
bidang agama juga memperhatikan berbagai aspek lain seperti aspek kesehatan, pendidikan, ekonomi dan lingkungan. “Seperti jambanisasi itu merupakan kebutuhan mendesak. Kalau masyarakat tidak sadar tentang kesehatan misalnya tidak punya jamban, ini perlu disadarkan,” dalih Prof Dr H Muhibbin. “Pemerintah kadang-kadang hanya membangun jamban, tetapi tidak dirawat kemudian rusak dan tidak dipakai. Jadi kita kalangan perguruan tinggi, tidak hanya membangun tetapi juga menyadarkan masyarakat. Kalau mereka baru memiliki jamban umum harus dirawat dengan bagus. Tetapi kalau per keluarga bisa punya jamban masing-masing akan lebih bagus,” harapnya. Ditanya lagi tentang ada permintaan dari Pak Wakil Bupati untuk meng-cover seluruh wilayah, bagaimana tanggapan Pak Rektor, ia menjawab. “Ya itu tadi, kita katakan tadi inginnya seluruhnya kita cover atau kita garap. Tapi keterbatasan, nanti kita koordinasi LPPM,
lalu koordinasi dengan antar LPPM Perguruan Tinggi di Jawa Tengah untuk berbagi wilayah. Seluruhnya bekerja sama dengan Posdaya, kemudian membagi wilayah sehingga semua terjamah,” paparnya. “Jadi tidak UIN saja. Ada UNES, UNS, UNDIP dan lain-lain. Kita nanti berbagi seperti itu sehingga semua terjamah. Selama ini tidak ada koordinasi. Supaya terjamah semua, bisa saja semester ini ke desa ini, semester berikutnya ke desa yang lain dan seterusnya,” jelas Rektor UIN Walisongo ini. Ketika disinggung kalau di Jatim Jambanisasi agak mendesak, apa di Jateng juga sudah mendesak? “Kalau di Jawa Tengah kan rata-rata sudah bagus soal kesehatannya. Ya kita menemukan beberapa dan Alhamdulillah dari aspek kesehatan sudah cukup bagus. Demikian juga bidang pendidikan, tidak terlalu banyak yang raportnya merah ,” jawabnya singkat. Diakuinya jika masalah pendidikan di Jateng juga tidak terlalu banyak persoalan. “Jadi aspek-aspek yang merah ada yang dari pendidikannya atau lainnya. Tadi dari sepuluh hanya ada satu dari masalah pendidikan ini. Kesehatan juga hanya beberapa. Bukan masalah,” paparnya yakin. “Kalau tanpa data, misalnya ada Raskin dan lain lain akan repot. Bicara Semarang saja Pak Walikota yang dulu, pernah mengeluh kepada saya. Karena dulu ada Raskin, ada Bantuan Tunai Mandiri, ada BLT (Bantuan Langsung Tunai-red), kadang yang menerima bukan yang berhak,” ujarnya seraya menambahkan, “ada yang lurahnya dikalungi arit, sambil berucap saya dikasih apa tidak? Kalau tidak ini. Ini terjadi dan riil. Maka kalau ada data murni, pemerintah akan mudah diketahui, ini yang perlu dibantu misalnya, ini yang tidak dan seterusnya. Maka data akurat sangat penting.” Maka, lanjutnya,
Rektor UIN Walisongo Prof Dr H Muhibbin, MA (kiri) menjabat erat Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono usai penandatanganan MoU disaksikan Wakil Bupati Temanggung Irawan Prasetyadi, Ssi
yang terpenting pemberdayaan masyarakat itu sistem lelang. Itu yang sudah biru (Keluarga Sejahtera-red) kan banyak itu. Bagaimana kesadaran yang kaya membantu yang miskin, meski hanya satu sak semen kalau beberapa orang kan bisa. Kita harapkan seperti ini. Timbul kepedulian, rasa empati sesama anggota masyarakat. Yang kaya jangan mentang- mentang kaya, yang miskin supaya bisa terangkat,” harapnya. “Kita melakukan pemberdayaan masyarakat seperti itu dari dulu. Kalau ini sudah tidak mampu kita baru keluar. Tapi kalau pemberdayaan mengandalkan orang luar terus, tidak akan berdaya,” tandasnya. Ditanya apakah dukungan dari perusa-
Penandatanganan kesepahaman (MoU) antara Yayasan Damandiri dengan UIN Walisongo Semarang Jateng. Tampak dilakukan Rektor UIN Walisongo Prof Dr H Muhibbin, MA disaksikan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Wabup Temanggung Irawan Prasetyadi, Ssi.
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
11
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Mahasiswa UIN Walisongo Ajarkan Warga Wirausaha Apa pendapat para mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Jawa Tengah, yang mengikuti KKN Tematik Posdaya di Temanggung, Jawa Tengah?
Mahasiswa UIN Walisongo menjelaskan kepada Prof Haryono dan Wabup Temanggung tentang Pendataan Keluarga di Kabupaten Teamnngung. [FOTO-FOTO: DEDE H]
12
mulai KKN sejak 7 April 2015 lalu, dan berKKN sudah 44 hari.
ANYAK sekali manfaatnya, kita bisa tahu kehidupan sesungguhnya itu seperti apa. Karena kita biasanya hanya terpusat di kehidupan kampus, sehingga hanya terpusat di buku-buku. Kalau di sini kita terjun ke lapangan jadi bisa merasakan bagaimana kehidupan nyata sesungguhnya. Apalagi di sini lingkungan pedesaan,” kata Wiwit, mahasiswi semester 8 UIN Walisongo Semarang, yang
Ditanya rencana KKN berapa lamanya, ia menjawab, ini hari terakhir. Besok sudah kembali ke Semarang. “Jadi Cuma 45 hari,” kata Wiwit yang diwawancarai Majalah Gemari di lapangan Desa Wonokerso, Kecamatan Tembarak, Kabupaten Temanggung, Jateng. Dalam KKN Tematik Posdaya UIN Walisongo Semarang, Jawa Tengah, diakuinya tercatat terdapat 84 Posko. Per Posko ada 12 orang. Dosen juga diterjunkan sebagai Dosen Pembimbing Lapangan. Jumlah dosen sekitar 40. Di sini KKN Posdaya Berbasis Masjid. Menurut Masriani, dari Semester 8 jurusan PAI (Pendidikan Agama Islam) UIN Walisongo Semarang, yang merupakan teman Wiwit dalam KKN, dalam KKN terbagi menjadi lima divisi. Ada kewirausahaan, lingkungan, pendidikan, kesehatan dan keagamaan. Setiap Posko mempunyai lima divisi. Setiap Posko ada 12 mahasiswa. Kemudian setiap Posko dibagi menjadi 5 divisi. Misal Posko Keagamaan, tambahnya, ada pengajian, yasinan, tahlil, dengan para jamaah. Posko Pendidikan mengajar bimble, mengajar SD dan MI dan lain-lain. Begitu juga Posko
haan-perusahaan besar tidak ada, ia menjawab, selama ini kayaknya belum. “Selama ini kita kalau keluar masih menjaga atau mengandalkan dari bupati juga camat. Kita terbatas. Kita juga punya bantuan tetapi tidak terlalu banyak,” dalihnya. Ditanya sejak kapan kerja sama Yayasan Damandiri dengan UIN Wali Songo Semarang, Jawa Tengah, menurut Prof Dr H Muhibbin, melakukan kerja sama sejak tahun 2012. “Dan ini sudah perpanjangan tiga tahun, dan prospeknya bagus. Setiap KKN sekarang kami beri nama KKN Tematik Posdaya,” ujarnya sambil menambahkan, ”beberapa tahun lalu kita sudah bekerja sama dengan Damandiri dan sudah ada MoU sejak beberapa tahun lalu, dan MoU yang tadi
dilaksanakan adalah perpanjangan.” Lalu harapan Pak Rektor terkait Posdaya dan Damandiri? “Damandiri selama ini sudah bagus, hanya saya melihat masih tergantung dengan figur Pak Prof Dr Haryono Suyono. Kita berharap ada kaderisasi dan sekaligus semacam tidak bergantung pada Pak Haryono Suyono. Saya khawatir kalau nanti tergantung Pak Haryono Suyono, Pak Haryono Suyono sudah sepuh, kalau sudah tidak mampu lagi jangan jangan mandeg. Selama ini yang tampil kan Pak Haryono Suyono saja. Jadi single fighter. Ini saya khawatir saja. Mudah-mudahan beliau diberi kekuatan, umur panjang. Tetapi namanya manusia kan terbatas,” jawabnya penuh harap. HNUR/DH
“B
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
Kesehatan ada Posyandu, sosialisasi kesehatan reproduksi, PLBS, Posko Kewirausahaan. “Kebetulan Posko kami menyelenggarakan budidaya jamur. Menggerakkan pemuda-pemudi yang kebetulan di tempat kami KKN, pemuda-pemudinya sekolahnya hanya SMP dan SMA. Mereka memang tidak terbelakang, hanya motivasi untuk melanjutkan ke perguruan tinggi minim. Sehingga setelah lulus sekolah mereka terjun ke sawah,” papar Masriani. Di situ kita melakukan pelatihan budidaya jamur, supaya mereka bisa berwirausaha. Seperti jamur tiram. “Budidaya jamur, media dari bekatul, terus dari pembakaran. Jadi usahanya adalah mengembangkan bibit jamur, bukan bagaimana menggoreng jamur. Entah kemudian nanti akan diolah apa, kami belum tahu,” kilahnya. Baik Masriani dan Wiwit dan yang lain ketika ditanya apa harapannya dengan KKN ini, Wiwit menjawab, “Harapan kami kerja sama antara mahasiswa dan warga masyarakat saling simbiosis mutualisme. Masyarakat semakin termotivasi, ekonominya meningkat, pendidikannya meningkat, kadar keagamaannya semakin meningkat dan mahasiswa yang kini menekuni pendidikan setelah terjun ke masyarakat dapat membawa pengalamannya ke desa masing-masing,” harapnya. Sebelumnya sudah pernah KKN? “Belum, ini baru pertamakali KKN. KKN dimulai dari 7 April sampai 21 Mei 2015,” urainya. Lalu, ada rasa nggak enaknya KKN Tematik Posdaya? Ya enak nggak enak, tapi banyak enaknya. Enggak enaknya, desa itu kan luas, banyak dusundusunnya. Kalau ada dusun yan tidak tersentuh ada rasan-rasan (omongan-red) dari masyarakat misal: “Kok KKN tidak sampai sini?” Sebagai mahasiswa ia merasa tidak enak, “Kok tidak bisa menyentuh secara keseluruhan.” Apa usulannya ke dosen pembimbing? “Usulannya adalah bagaimana mahasiswanya bisa terarah agar KKN dapat memfokus ke semua, sehingga seluruh warga desa tersentuh. Berapa yang digarap, yang pasti satu Posko satu desa,” jawabnya seraya mengatakan, KKN kali ini berjumlah 84 desa dari 6 kecamatan di Kabupaten Temanggung antara lain Kecamatan Tembara, Tlogomulyo, Mbulu, Kecamatan Wonoboyo, Candiroto dan Jumo. “Saya KKN di desa Tawangsari, Kecamatan Tembara,” jelasnya. Bagaimana tanggapan warga desa?
“Alhamdulillah tanggapan warga desa garapan Posko atau kelompok kami baik. Mereka senang didatangi mahasiswa KKN, sehingga kemajuan yang diperoleh. Terutama bidang ekonomi yang mereka itu selama ini hanya sekedar bertani di sawah, terutama tani tembakau. Dari situ muncul inovasi baru untuk mengembangkan kreasinya. Kebetulan di situ ada pengembangan pengolahan sampah yang dikembangkan Posdaya bidang lingkungan,” urainya. HNUR/DH
Wiwit (kiri), mahasiswi semester 8 UIN Walisongo Semarang, yang mulai KKN sejak 7 April 2015 lalu, dan ber-KKN sudah 44 hari bersama teman-temannya.
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
13
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Unirow Siap Meneruskan Program Posdaya Setiap tahun Universitas Ronggolawe (Unirow) Tuban, Jawa Timur, menerjunkan mahasiswa KKN tidak kurang dari 2000 orang. Dalam setia kegiatan KKN banyak Posdaya berhasil didirikan maupun diperkuat sebagai wujud pengadian perguruan tinggi kepada masyarakat dalam membantu membangun peningkatan kesejahteraan masyarakat sekaligus mendukung program pemerintah daerah menangani masyarakat miskin.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menandatangani papan nama Posdaya Langgeng Jaya. [FOTO-FOTO: HARI]
14
M
Melalui program kuliah kerja nyata (KKN) Tematik Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya), Univeritas Ronggolawe Tuban selaku salah satu mitra Yayasan Damandiri secara rutin setiap tahun melepas ribuan mahasiswanya ke berbagai desa di wilayah Tuban, Jawa Timur. Selain itu, mahasiswa-mahasiswa KKN juga ditugaskan melaksanakan kegiatan KKN di daerahnya masing-masing asal tempat kampung mahasiswa. Rektor Universitas Ronggolawe (Unirow), Dr Hadi Tugur, MPd, MM, mengatakan, perguruan tingginya siap meneruskan program Posdaya. “Keterlibatan PT Holcim Indonesia Tbk Pabrik Tuban menjadi energi baru bagi Universitas Ronggolawe dalam menjalankan program Posdaya,” katanya disela-sela acara Talk Show dan Gebyar Posdaya yang dikemas dalam Siaran TVRI Jawa Timur saat Launching 26 Posdaya binaan PT Holcim di Pendopo Krido Manunggal Tuban baru-baru ini. Hadi Tugur menambahkan, Universitas
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
Ronggolawe mempunyai motivator dengan adanya Holcim yang bergabung dalam kegiatan pemberdayaan yang lebih baik dan Unirow akan berperan dari segi skillnya. “Sehingga Posdaya yang ada di Tuban bisa mengangkat keluarga prasejahtera menjadi sejahtera satu, sejahtera dua dan seterusnya,” tuturnya. Lebih lanjut Hadi Tugur mengungkapkan, di Unirow ada pengembangan program kecapakan hidup live skill. Mahasiswa tidak hanya mendalami tetapi diberikan skill alternatif atau pengembangan live skill baik perusahaan maupun yang punya kapal di lingkungan perikanan. Ke depan, kata Hadi Tugur, Unirow akan terus mengembangkan kewirausahaan bukan yang besar-besar tetapi yang kecil-kecil. Kegiatan ini terus berjalan seperti mengolah bandeng tanpa duri, yang hasilnya bisa dijual ke tetangga sendiri maupun ke pasar. “Ini yang akan menjadi gararapan dan akan ditekuni di Unirow, karena di sini ada inkubasi wirausaha atau pengembangan wirausaha untuk masyarakat kecil, seperti membuat tempe kripik atau pisang sele sekaligus memanfaatkan potensi lokal,” katanya. Rektor Unirow menyebut, setiap tahun perguruan yang dipimpinnya menerjunkan KKN tidak kurang dari 2000 mahasiswa. Hadi Tugur berharap kehadiran Holcim akan menjadi mitra yang baik dan mempunyai komitmen untuk membangun masyarakat kecil. Begitu juga dengan adanya program daerah “menangani masyarakat miskin” yang bukan memberikan carity tetapi memberikan pemberdayaan melatih masyarakat untuk mandiri. Selama ini, kata Hadi Tgur, Unir o telah memberikan suntikan peternakan ayam dan kambing kepada masyarakat miskin. “Perlu diketahui bahwa Posdaya ini sudah menjadi
milik kita semua, sementara Universitas Ronggolawe memberikan motivator agar semua bisa diakses oleh keluarga prasejahtera,” katanya. Selain itu, Hadi Tugur selaku Rektor Unirow mengucapkan terima kasih kepada PT Holcim maupun Yayasan Damandiri serta rekan-rekan dari perguruan tinggi lain baik UniversitasAirlangga maupun Unirow karena konsep pemberdayaan yang dilakukan dalam rangka desain Posdaya ini dalam rangka pengentasan kemiskinan kemudian pengembangan ekonomi dan sosial. “Kami juga memperbanyak program pemberdayaan melalui Posdaya, baik melalui program APBD maupun sinergis dengan programnya SCR yang sekarang dirintis oleh Holcim,” tuturnya. Di Tuban ada forum CSR dan forum CSR ini akan diberikan motivasi untuk mengangkat kemiskinan di dalam program melalui Posdaya yang berasal dari CSR Holcim maupun perusahaan lain. “Kemitraan dan sinergitas semua pihak memang harus terus dibangun dan dikembangkan sebagai wujud pengabdian dan kepdulian kepada masyarakat, khususnya masyarakat setempat dan masyarakat yang lebih luaspada umumnya,” imbuh Rektor Unirow Hadi Tugur. Sementara itu Ketua Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Unirow Dra Tabitha Sri Wulandari, MSc menjelaskan, Univeritas Ronggolawe Tuban sebagai salah satu mitra Yayasan Damandiri melalui program kuliah kerja nyata tematik Posdaya, setiap tahun secara rutin melepas ribuan mahasiswanya ke berbagai desa di wilayah Tuban, Jawa Timur. Namun demikian ada pula mahasiswa-mahasiswa KKN yang melaksanakan kegiatan KKN di daerahnya masing-masing asal tempat kampung mahasiswa. “Mereka melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan mahasiswa lainnya di wilayah Tuban ini. Di kampungnya,mahasiswa juga melakukan pendampingan dan kegiatan pemberdayaan sekaligus mengenalkan perguruan tinggi tempatnya kuliah kepada masyarakat di kampungnya,” kata Tabitha demikian biasa disapa. Tabitha menambahkan, LPMnya juga sudah melakukan pelatihan pada kader Posdaya binaannya. Beberapa waktu lalu kader-kader Posdaya di
Prof Dr Haryono Suyono hadir diacara launching Posdaya Langgeng Jaya, selain kader Posdaya, anak-anak PAUD pun turut serta.
wilayah Tuban dilatih pendataan dan pemetaan keluarga. “Hasilnya kini, Posdaya sudah bisa mendata dan memetakan kondisi keluarga di wilayah tempatnya melakukan kegiatan, seperti yang terlihat dalam Gebyar Pemetaan Posdaya Unirow di Pendopo Kabupaten Tuban, ” ujarnya. Hasil pendataan dan pemetaan ini selanjutnya, oleh Posdaya menjadi acuan untuk melakukan berbagai kegiatan pemberdayaan meningkatkan kelas keluarga yang masih pra sejahtera menjadi sejahtera I dan seterusnya, selain hasil pendataanya juga diserahkan sebagai acuan pemerintah daerah setempat, dalam hal ini kantor desa yang selanjutnya diteruskan ke kecataman hingga pemerintah daerah kabupaten. HARI
Prof Haryono melihat langsung Kebun Bergizi yang dikelola Posdaya Langgeng Jaya.
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
15
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
KKN Posdaya STAIN Purwokerto
Tingkatkan Fungsi Masjid Program kegiatan KKN mahasiswa STAIN Purwokerto terbilang cukup istimewa. Karena untuk pertama kalinya mengusung metode baru KKN Tematik Posdaya berbasis masjid.
Gedung Rektorat STAIN Purwokerto berdiri megah sebagai kebanggaan pusat pendidikan.
16
P
OSDAYA (Pos Pemberdayaan Keluarga) merupakan pendekatan baru kegiatan KKN yang lebih berorientasi terhadap proses pemberdayaan masyarakat. Melalui kegiatan pemberdayaan ini diharapkan masyarakat memiliki inisiatifinisiatif mandiri yang secara berkesinambungan dilaksanakan dalam kerangka memberi solusi atas persoalan-persoalan yang terjadi. Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto terbilang cukup istimewa. Karena untuk pertama kalinya mengusung metode baru KKN Tematik Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) berbasis masjid. Masjid digunakan tidak hanya untuk tempat ibadah
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
saja, namun direvitalisasi menjadi pusat penggerakan masyarakat terutama bidang ekonomi, pendidikan, dan lingkungan. P3M sebagai badan penyelenggara KKN sebelumnya telah melakukan training dan OST (Observation Study Tour) kepada Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) mengenai KKN Posdaya Berbasis Masjid. Selain itu, mahasiswa juga telah mendapatkan pembekalan KKN selama seminggu sebelum pemberangkatan. Waktu pelepasan bertempat di Pendopo Sipanji Kabupaten Banyumas, Bupati Banyumas yang diwakili Asisten Bidang Pemerintahan, namun saat penutupan Bupati berkenan hadir menutup kegiatan mahasiswa KKN STAIN Purwokerto angkatan 33 yang berjumlah 444 mahasiswa. Bertempat di Pendopo Sipanji Kabupaten Banyumas, Bupati Banyumas melepas mahasiswa KKN STAIN Purwokerto angkatan 33 yang berjumlah 444 mahasiswa. Kegiatan KKN ini belokasi di 3 kecamatan yaitu Rawalo, Kebasen, dan Purwojati. Hadir pula para Dosen Pembimbing Lapangan, serta beberapa pejabat di lingkungan Pemda Banyumas dan camat serta kepada desa yang menjadi lokasi KKN. “Para mahasiswa agar menjadi agen perubahan di masyarakat dimana mereka KKN. selain itu juga harus menjaga nama baik almamater di mata masyarakat. Selain itu, saya berpesan agar mahasiswa dapat menjadi teladan bagi masyarakat, menggali potensi-potensi di daerah masing-masing untuk dapat digunakan sebagai modal dalam menyejahterakan warga,” kata Ketua STAIN Purwokerto, Dr A Luthfi Hamidi, MAg, dalam sambutannya. Bupati Banyumas Ir Achmad Husein mengatakan, dengan KKN diharapkan mahasiswa dapat membentuk, mengisi dan memberdayakan posdaya secara sistematis. “KKN Posdaya Berbasis Masjid memiliki kelebihan karena telah memiliki modal utama yaitu jamaah masjid,”Katanya.
Bupati Banyumas berharap, mahasiswa KKN Posdaya Berbasis Masjid benar-benar bisa memberi warna perubahan yang berarti dan memberi kontribusi positif terhadap pembangunan daerah Banyumas umumnya dan lokasi KKN masing-masing khususnya. Sementara itu Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) STAIN Purwokerto, Drs M Irsyad MPd I menyebut, mahasiswa lebih berfungsi sebagai katalisator sekaligus memfasilitasi masyarakat dalam upaya memelopori pembangunan inisiatif tersebut. Lebih lanjut Irsyad menegaskan, pendekatan pemberdayaan ini dipilih sebagai alternatif pemahaman desa secara partisipatif. Persoalan klasik yang hingga kini belum terurai secara komprehensif adalah kemiskinan. Menurut dia, program-program yang dirancang untuk mereduksi kemiskinan terbilang sudah cukup banyak. Di antaranya adalah Bantuan Langsung Tunai (BLT), Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin), Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan lain-lain. Namun demikian, kata Ridwan, program-program tersebut belum memberikan kontribusi secara signifikan bagi kondisi kemiskinan yang dirasakan masyarakat. “Persoalan yang ditengarai menjadi sebab mandegnya progres program reduksi kemiskinan adalah perilaku masyarakat yang cenderung konsumtif. Pendekatan program yang berorientasi proyek menjadi salah satu yang mendorongnya. Hal ini diperparah dengan tidak berfungsinya institusi-institusi sosial yang secara tradisional memberi jaminan kepada masyarakat,” tuturnya. Situasi inilah yang menurut Ridwan kemudian menjadi dasar bagi STAIN Purwokerto untuk mencoba pendekatan lain agar masyarakat mempunyai kemampuan secara mandiri dan memiliki inisiatif-inisiatif atas persoalan yang berkembang. “Pendekatan pemberdayaan melalui penyadaran dan assessment partisipatif menjadi pilihan pendekatan KKN STAIN Purwokerto,” katanya seraya menambahkan, salah satu institusi sosial yang menjadi sasaran KKN STAIN Purwokerto
adalah masjid. Kegiatan KKN Posdaya Berbasis Masjid ini diharapkan akan menjadikan masjid lebih dapat difungsikan secara optimal. Pasalnya, masjid di banyak tempat mengalami penurunan fungsi terutama dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Masjid lebih banyak difungsikan sebagai tempat peribadatan, sementara fungsi-fungsi lain sudah mulai banyak ditinggalkan. Kondisi ini, lanjut dia, tentu saja berbeda dengan situasi sosio-historis keberadaan masjid bagi umat Islam. “Masjid selain sebagai tempat ibadah, dalam sejarah Islam menjadi tempat strategis yang difungsikan sebagai ruang publik untuk memperbincangkan persoalan-persoalan keumatan seperti ekonomi dan politik,” ungkapnya. Dalam kerangka merevitalisasi fungsi masjid inilah KKN Posdaya Berbasis Masjid STAIN Purwokerto dirancang. “Masjid adalah ruang publik yang harus dimanfaatkan masyarakat sebagai media pembangunan inisiatif dalam rangka memberi solusi atas persoalan yang berkembang”, jelasnya. Salah satu inisiatif yang dikembangkan adalah mencari sumber-sumber keswadayaan yang dibutuhkan untuk mengatasi persoalan secara cepat. “Jalan rusak misalnya, tidak perlu menunggu anggaran pemerintah karena pasti lama. Melalui inisiatif masyarakat kemudian mengorganisasikan keswadayaan sehingga persoalan cepat selesai”, tambah Irsyad. Selain di wilayah Banyumas, STAIN Purwokerto juga mengirim mahasiswanya mengikuti KKN Posdaya Berbasis Masjid di Kabupaten Purbalingga. Mereka difokuskan di 25 desa di Kecamatan Kutasari dan Padamara.
Suasana pelepasan di pendopo Kabupaten Banyumas dihadiri mahasiswa peserta KKN Posdaya berbasis masjid STAIN Purwokerto. [FOTO-FOTO: HARI]
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
17
Bupati Banyumas Ir Achmad Hussein secara simbolis berkenan mengenakan jaket aklmamater ke mahasiswa KKN STAIN Purwokerto.
18
Rektor IAIN Purwokerto, Ahmad Lutfi Hamidi, saat penyerahan Mahasiswa KKN di di Pendapa Dipokusumo, Purbalingga, mengatakan pada zaman Rasululloh, fungsi masjid pertama didirikan sebagai tempat ibadah. Fungsi yang kedua pada saat itu, dijadikan penampungan pengungsi kaum Anshor dari Mekkah ke Madinah. Fungsi-fungsi tersebut, saat ini semakin hilang. ”Untuk itu, KKN Posdaya berbasis masjid diharapkan mampu mengembalikan fungsi-fungsi yang selama ini hilang dari kesadaran masyarakat. Selain itu peserta KKN juga diminta untuk memakmurkan masjid, karena diharapkan, masjid menjadi sumber kemakmuran masyarakat, khususnya spiritual,” tuturnya. Semenatar itu Bupati Purbalingga Sukento Rido Marhaendrianto, meminta agar peserta KKN memberikan edukasi kepada masyarakat, terutama di bidang religi. Hal ini sesuai program Pemkab Purbalingga, yaitu membangun masyarakat berakhlakul karimah. Selain itu dengan pelaksanaan KKN, dapat membawa masyarakat Purbalingga menjadi Purbalingga Emas. ”Purbalingga yang ekonominya maju, manajemen yang baik, aman, dan sejahtera. Selain itu masyarakatnya memiliki akhlak yang baik,” katanya. Di sisi lain, bupati berpesan agar para mahasiswa untuk terus belajar, tekun dan fokus. Sehingga lulus tidak hanya pada ilmu, tetapi harus bisa mengaplikasikan ilmu di masyara-
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
kat. ”Saya minta kepada anda semua, manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Tolong masyarakat diberi edukasi, mengenai ilmu yang anda terima di bangku kuliah,” pintanya. Seperti selalu disampaikan penggagas program Posdaya, Prof Dr Haryono Suyono bahwa Posdaya berbasis masjid bergerak dalam bidang kesehatan melalui Posyandu yang dibentuk di sekitar masjid. Tidak jarang Posyandunya memanfaatkan halaman Masjid untuk kegiatan penimbangan balita dan pelayanan KB secara mandiri. Posdaya mempergunakan halaman dan fasilitas Masjid untuk menggelar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sekaligus mengajarkan pemahaman AlQur’an dan kewajiban keagamaan lain secara rutin. Mereka mengadakan pelatihan ketrampilan serta membantu anggota melakukan usaha ekonomi secara gotong royong. Orang tua yang mengantar anak balitanya ke sekolah PAUD memperoleh kesempatan untuk memperdalam pengetahuan agama di ruangan lain di Masjid. Sambil menunggu anaknya sekolah di PAUD, di samping pendalaman keagamaan mereka juga belajar ketrampilan seperti menanam tanaman yang berguna untuk gizi anak-anaknya. Mereka belajar memelihara ternak dan belajar mengolah kolam untuk ditebar dengan ikan dan lele. Melalui pembinaan keluarga secara gotong royong bersama keluarga yang lebih mampu, keluarga muda yang kurang terampil bisa belajar ketrampilan menjahit dan membuat produksi makanan kecil yang dengan mudah dijajakan di warung-warung di kampung. Mereka juga belajar mengubah jajanan makanan kecil yang biasanya harus habis dimakan satu hari menjadi jajanan yang tahan lama dan bisa dipasarkan ke wilayah yang lebih jauh dari kampungnya. Ternyata, sungguh banyak kegiatan pemberdayaan yang dapat dikembangkan di luar masjid. Selain ibadah, ada kegiatan lain yang kegiatan ketrampilan, pendidikan dan usaha ekonomi mikro yang dilakukan di masjid-masjid. Sehingga Posdaya Masjid pun akan menjadi anutan gerakan pemberdayaan keluarga dan pengentasan kemiskinan. HARI
POSDAYA PEMERINTAH
Posdaya Solusi Kurangi Kemiskinan Masyarakat Tuban Untuk mengentaskan kemiskinan tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah saja. Namun, juga menjadi tanggungjawab semua elmen masyarakat, termasuk Posdaya. Sebagai solusi mengentaskan kemiskinan, Posdaya diharapkan mampu memberdayakan masyarakat yang kurang mampu di Kabupaten Tuban.
H
AL itu diungkapkan Wakil Bupati Kabupaten Tuban, JawaTimur, Ir H Noor Nahar Hussein, MSi, saat launching 26 Posdaya Mandiri Tuban hasil kemitraan dan sinergi kebersamaan antara PT Holchim Indonesia Tbk Pabrik Tuban, Yayasan Damandiri, Universitas Airlangga dan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban, di Pendopo Krido Manunggal Tuban, Jawa Timur, Selasa, 26 Mei 2015 lalu. “Posdaya sebagai solusi untuk mengurangi dan mengentaskan kemiskinan masyarakat di Kabupaten Tuban,” kata Wakil Bupati Noor Nahar Hussein. Noor Nahar Husaien yakin Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) mampu mengurangi jumlah keluarga miskin di Kabupaten Tuban. Pasalnya, Posdaya termasuk program yang sasarannya langsung kepada keluarga, utamanya di pedesaan dan di sejumlah tempat terlah terbukti ampuh. Menurutnya, untuk mengentaskan kemiskinan tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah saja. Namun, juga menjadi tang-
gungjawab semua elemen masyarakat. “Kita berharap Posdaya ini lebih giat melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bersifat ekonomi kerakyatan. Sehingga, mampu menjadi stimulus masyarakat untuk mengembangkan ekonomi,” ujar Noor Nahar Hussein. Lebih lanjut, Wabub mengatakan, yang tak kalah penting untuk meningkatkan ekonomi kerakyatan harus meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) nya terlebih dahulu. ”Saat ini baru ada 26 kelompok Posdaya yang dibina Holcim. Dari 26 kelompok ini diharapkan mampu bekerja secara maksimal mengajak masyarakat lain untuk berwirausaha. Selain itu, juga diharapkan berdiri lebih banyak lagi Posdaya-Posdaya baru,” katanya. Noor Nahar Hussein menambahkan dengan adanya partisipasi dari PT Holcim dan perusahaan lain yang mendukung dan memberikan kontribusi program Posdaya dalam pengentasan kemiskinan serta pengembangan sumberdaya manusia yang unggul, maka Tuban yang masih memiliki 17 persen penduduk miskin akan lebih cepat teratasi.
Wakil Bupati Kabupaten Tuban, JawaTimur, Ir H Noor Nahar Hussein, MSi memberikan tanggapannya pada Prof Dr Haryono Suyono bahwa Posdaya sebagai solusi pengentasan kemiskinan Kabupaten Tuban. [FOTO-FOTO: HARI]
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
19
Penandatangan kemitraan pengembangan Posdaya antara Pemkab Tuban oleh Wakil Bupati Kabupaten Tuban, GM PT Holchim Indonesia Pabrik Tuban, Ir Sidik Daruslistyo, MBA, dan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono.
Prof Dr Haryono Suyono mleihat dan berdialog langsung dengan kader Posdaya pada Gelar Dagang di Pendopo Kabupaten Tuban.
20
“Melalui pemberdayaan keluarga inilah yang merupakan salah satu ujung tombak untuk mensejahterakan masyarakat kita. Pendapatan perkapita penduduk Tuban, kata Bupati sudah Rp 30 juta per tahun, bahkan yang diatas Rp 30 juta juga banyak,” kata Nahar Hussein. Oleh karena itu, imbuh Wabup Tuban, kalau semuanya peduli terhadap konsep Posdaya maka kalau satu saja orang kaya mengangkat 10 orang miskin, setengah kaya mengangkat 5 orang miskin maka untuk mengangkat keluarga prasejahtera menjadi sejahtera satu tidak memakan waktu terlalu
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
lama. Berkat keseriusan dan komitmennya mengentaskan kemiskinan dan upayanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Kabupaten Tuban pun berhak meraih penghargaan dari pemerintah pusat dan negara. Tuban memperoleh penghargaan Samkaryanugraha Parasamya Purnakarya Nugraha atas prestasinya dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sementara itu, Ketua Yayasan Damandiri, Prof Dr Haryono Suyono yang juga penggagas Posdaya mengatakan, pemerintah daerah Tuban harus bersyukur memiliki mitra PT Holcim Indonesia yang peduli pada pemberdayaan keluarga. Menurutnya, sinergi Pemda Tuban dan PT Holcim dalam membentuk Posdaya merupakan kekuatan luar biasa dalam program pengentasan kemiskinan. “Sokongan pemerintah dan perusahaan swasta melalui CSR memperkuat Posdaya,” katanya seraya mengingatkan bahwa dalam membantu bukan dengan uang, karena itu akan menjadikan ketergantungan. Hadir dalam launching 26 Posdaya yang digabungkan dengan Gebyar Pemetaan Posdaya Univeristas Ronggolawe Tuban, Dialog Intesifikasi Posdaya, serta Gelanggang Dagang Posdaya yang juga direkam sebagai dalam program Gemari Show – Semanggi TVRI Surabaya, Jawa Timur ini, antara lain GM PT Holchim Indonesia Pabrik Tuban, Ir Sidik Daruslistyo, MBA, Kepala Cabang Bank UMKM Jatim Cabang Tuban, selain untuk Kepala SKDP, camat, kepala desa, tokoh masyarakat, kader Posdaya. Sedangkan dari Yayasan Damandiri, selain Prof Dr Haryono Suyono, nampak Di-
rektur Pelaksana Dr Moch Soedarmadi, Deputi Bidang Umum Dr Mulyono D Prawiro serta 2 orang Asisten Deputi, Drs Dadi Parmadi, MA dan Fadil Binur, SKom. Sedangkan dari perguruan tinggi, hadir Ketua LPPM Universitas Negeri Surabaya (Unessa) Prof Dr Wayan Susila, Konsultan Posdaya Unair Surabaya, Dr Bagong yang menjadi mitra PT Holchim Tuban dalam bidang pemberdayaan masyarakat. Dari Unirow hadir, Rektor Drs Hadi Tugur, MPd, MM serta Ketua LPM Unirow Dra Tabitha Sri Wulandari, MSc bersama dosen-dosen pendamping lapangan. Kegiatan yang berlangsung di Pendopo Krido Manunggal Tuban ini juga dimeriahkan dengan berbagai sajian seni budaya local, termasuk sajian Mars Gemari yang dikemas apik dalam satu kolaborasi menarik antara anak-anak OMJ Budoyo dari Desa Leran Kulon, Kecamatan Palang pimpinan Mas Teguh, serta grup vocal Dosen LPM Unirow Tuban.
Sajian seni budaya lokal kolabrasi anak-anak OMJ Budoyo dari Desa Leran Kulon, Kecamatan Palang dengan grup vocal Dosen LPM Unirow Tuban.
berkelanjutan bagi masyarakat. “Harapan kami Posdaya mampu berperan dalam membantu masyarakat lokal di wilayah ring satu menciptakan keluarga yang sejahtera dan mandiri,” katanya. HARI
Posdaya mampu berperan Menanggapi diterimanya program pemberdayaan masyarakat melalui Posdaya oleh Pemkab Tuban dan masyarakat, General Manager PT Holcim Indonesia Pabrik Tuban, Sidik Darusulistyo mengucap syukur Alhamdulillah. “Posdaya sebagai sebuah gerakan yang mengusung kemandirian, dan pemanfaatan sumberdaya, serta potensi lokal sebagai sumber segala solusi ini dikembangkan Holchim sebagai sebuah perusahaan melalui program CSR sebagai salah satu sarana meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang hanya bisa diharapkan melalui penguatan fungsi keluarga secara terpadu,” ujarnya. Hal ini, kata mantan GM PT Holchim Pabrik Cilacap yang juga sukses mengembangkan Posdaya di Cilacap ini, sejalan dengan visi Holcim untuk menyediakan solusi Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
21
POSDAYA PEMERINTAH
DPRD Kabupaten Seluma, Bengkulu
Siap Sosialisasikan Posdaya DPRD Kabupaten Seluma, Bengkulu sepakat akan bekerjasama dengan Yayasan Damandiri dan Universitas Trilogi Jakarta untuk menerapkan konsep Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di daerahnya. Sebagai kabupaten penyangga kota, Posdaya diyakini sangat cocok diterapkan dalam rangka peningkatan sumber daya desa.
Kunjungan anggota DPRD Kabupaten Seluma ke kampus Universitas Trilogi,mendapat sambutan positif dewan pembina Universitas Trilogi. [FOTO-FOTO: RAHMA]
22
H
AL tersebut disampaikan Ketua DPR Kabupaten Seluma, Bengkulu, Husni Tamrin, saat melakukan kunjungan ke Universitas Trilogi, Jakarta bersama seluruh anggota DPRD nya dalam rangka bimbingan teknis. Kedatangan mereka diterima langsung oleh Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Asep Saepudin didampingi Dewan Pembina Universitas Trilogi yaitu Prof Dr Haryono Suyono dan Guru Besar IPDN Prof Dr Koswara Kertapradja, MA. “Apa yang disampaikan sangat menarik dan nantinya akan menjadi bahan renungan bagi kami dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Seluma,” ungkap Ketua DPRD Kabupaten Seluma usai mendengarkan paparan bonus demografi yang disampaikan Dewan Pembina Universitas Trilogi Prof Dr Haryono Suyono selaku keynote speak dalam kunjungan ini. Husni juga akan menindaklanjuti hasil pertemuan ini sebagai pedoman DPRD dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
anggota DPRD. Terlebih, APBD tahun 2015 senilai Rp 768 milyar sudah tersedot untuk gaji PNS sebesar Rp 445 milyar. Sehingga hanya tersisa beberapa milyar saja yang dapat digunakan dalam rangka peningkatan infrastruktut dan program pembangunan di Kabupaten Seluma. “Ini sangat kecil apabila dibandingkan dengan kabupaten lain. Tetapi dengan dana yang kecil ini, kita sudah berupaya untuk melihat program apa saja yang langsung menyentuh akar permasalahan sosial yang ada di Kabupaten Seluma. Harapan kami dengan dana sekecil ini akan terus diupayakan tepat sasaran, efektif dan efisien,” jelasnya. Untuk menyiasati hal ini, pemerintah Kabupaten Seluma menganggarkan untuk pembangunan infrastruktur sebanyak 80 persen atau sekitar Rp 86 milyar. Dan sisanya untuk meningkatkan daya saing kabupaten dari segi sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang menyokong pembangunan kabupaten. Sementara untuk pengentasan kemiskinan
dialokasikan dana sekitar Rp 58 milyar, dimana per desa mendapat sekitar Rp 350 juta, ditambah dana sekitar Rp 35 milyar dari APBN dalam rangka mengatasi permasalahan yang ada di desa. Dana tersebut tidak semua desa memiliki alokasi dana yang sama, tergantung luas wilayah dan hitungan rumus tertentu yang ditetapkan BPKAD dalam rangka peningkatan sumberdaya desa. “Ada satu desa yang mendapat Rp 1 milyar,” cetusnya. Kedatangan seluruh anggota DPRD Kabupaten Seluma ini ibarat gayung bersambut. Karena, guna memecahkan permasalahan yang ada di desa, Universitas Trilogi telah memiliki Tim Klinik Desa yang bisa membantu program pemerintah daerah agar fungsi pemda di kabupaten berjalan dengan baik. Terutama dalam membantu masalah akutansi, rencana strategi desa, peningkatan pendapatan anggaran daerah dan pendalaman ilmu pengetahuan teknologi. “Kami pun ingin melanjutkan kerjasama ini dengan pemda agar ada MoU berkaitan kerjasama fungsi-fungsi DPRD dalam legislasi, anggaran pemda dan pengawasan pemda. Apalagi di Universitas trilogi, ada satu program studi khusus yaitu manajemen pemerintahn dan pembangunan daerah yang dipimpin Prof Koswara. Saat ini kami sudah kerjasama dengan Kabupaten Lombok Timur sebagai angkatan pertama, dan selanjutnya Kabupaten Seluma sebagai angkatan kedua,” ungkap prof Asep saat membuka acara pertemuan ini. Selaku keynote speaker, Prof Haryono Suyono juga menegaskan perlu adanya kerja sama yang baik antara anggota DPRD dengan bupati. Proyek-proyek pembangunan yang ada di Kabupaten Seluma harus dipilih orang-orang yang tepat sehingga para anggota DPRD dan pemda mampu mendorong pengembangan ilmu pengetahuan dalam proses pemberdayaan pada tingkat kecematan dan pedesaan. “Kalau perlu kita akan mengundang camat
Ketua DPRD Kabupaten Seluma Husni Tamrin, Dewan Pembina Universitas Trilogi Prof Dr Haryono Suyono dan Guru Besar IPDN Prof Dr Koswara Kertapradja, MA, saling bertukar informasi dan berbagi pengalaman.
untuk sama-sama membahas mengembangjan satu lembaga tingkat kecamatan, kemudian mengembangkan Posdaya di desa-desa.” imbaunya. Prof Haryono Suyono juga memberikan gambaran tentang ekonomi masa depan yang diciptakan Gunter Pauli. Pengembangan pembangunan bisnis tanpa uang dan pengalaman, hanya bertumpu pada pemanfaatan sumber daya lokal dan keahlian lokal. Bengkulu yang kaya akan bebatuan misalnya, bisa diubah menjadi penghasil batu akik. Begitu pula dengan daerah pertanian kehutanan bisa diciptakan sesuatu yang dapat dikembangkan menjadi ekonomi yang dibutuhkan oleh rakyat banyak di luar Provinsi Bengkulu. “Dengan adanya Posdaya, akan menciptakan entrepreneur baru di desa. dan nantinya akan memberi kontribusi pada APBD yang tadinya tidak ada,” tegasnya. RW
Pengurus DPRD Kabupaten Seluma menyatakan siap bersinergi dengan Bupati Seluma untuk sosialisasikan Posdaya.
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
23
POSDAYA PEMERINTAH
Gebyar Posdaya Kota Metro Lampung
Raih Rekor MURI Terbaik Nasional Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang kini merambah di berbagai daerah di tanah air terus menuai manfaat. Keberadaannya mampu mengembalikan maraknya budaya gotong royong, peduli sesama, persatuan dan kesatuan di antara masyarakat. Kondisi inilah yang dirasakan Pemerintah Kota Metro, Provinsi Lampung, saat menggelar Gebyar Posdaya Kota Metro pada Minggu pagi 17 Mei 2015 lalu. Mengawali kegiatan dengan Senam Posdaya Keluarga Indonesia yang antusias diikuti 14.229 warga Kota Metro. Tak pelak, Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) pun mencatat peristiwa itu sebagai rekor terbaik nasional.
Dari kiri ke kanan: KH Abdul Hakim, Dr Adi Soejatno SH, MH, Prof Dr Haryono Suyono, Ir Sutarto Alimoeso, MM, Dra Hj Netty Herawati, MM, Hi Lukman Hakim, SH, MM, Damian Arwan Rahargo dan Faozan Alfikri, SH, MKM, usai menerima piaga Muri. [FOTO-FOTO: ADE S]
A
CARA yang terselenggara atas kerja sama Pemerintah Kota Metro dan Yayasan Damandiri ini menarik perhatian seluruh masyarakat Kota Metro. Apalagi kegiatan itu bukan saja diikuti Walikota Metro Hi Lukman Hakim, SH, MM dan Ketua TP PKK Kota Metro Lampung Dra Hj Netty Herawati, MM serta seluruh pejabat teras Kota Metro namun sejumlah tokoh nasional. Di antaranya Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, termasuk Ir Sutarto Alimoeso, MM, mantan Kabulog pada Era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Anggota Komisi V DPR RI asal Lampung KH Abdul Hakim turut serta mengikuti kegiatan itu. Tak heran, bila acara yang berlangsung di halaman Masjid Taqwa Kota Metro dan seputar jalan taman Kota Metro Jl AR Prawiranegara No 1 Kota Metro, Lampung, ini tampak semarak. Pagi yang sejuk dan sedikit mendung, tak
24
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
menyurutkan ribuan warga Kota Metro untuk mengikuti kegiatan Senam Posdaya Keluarga Indonesia. Walaupun di tengah acara berlangsung sempat terjadi turun hujan yang cukup deras, namun tak mengendurkan semangat ribuan warga Kota Metro. Mereka dengan semangat mengikuti gerakan Senam Keluarga Indonesia. Tak pelak, acara yang dikemas melalui sajian Talk Show TVRI Lampung itu bukan saja membuat bangga dan haru jajaran Pemkot Kota Metro namun juga membuat decak kagum Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono yang juga penggagas Posdaya dan sejumlah tokoh nasional lainnya dari Jakarta. Penghargaan MURI pun langsung diserahkan Deputi Manajer MURI Damian Arwan Rahargo kepada Walikota Metro Hi Lukman Hakim, SH, MM dan Ketua TP PKK Kota Metro Hj Netty Lukman Hakim. Selain itu, penghargaan Rekor MURI diserahkan juga kepada
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono sebagai Penggagas Posdaya. Tampak Ir Sutarto Alimoeso, MM, KH Abdul Hakim, mantan Dirjen Kemasyarakatan Dr Adi Soejatno SH, MH dan sejumlah pejabat teras Kota Metro turut mendampingi penerimaan penghargaan itu. Acara Senam Keluarga Indonesia yang diikuti ribuan para kader Posdaya ini juga sekaligus menyemarakkan pencanangan Posdaya di Kota Metro. Di saat yang bersamaan Walikota Metro pun meresmikan Posdaya Masjid Taqwa Kota Metro. Kegiatan ini pun menjadi momen penting dengan dilaksanakannya penandatanganan MoU antara Pemkot Metro dan Yayasan Damandiri dengan sejumlah perguruan tinggi di Kota Metro. Di antaranya Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kota Metro, Universitas Muhammadiyah Metro (UMM) Lampung dan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Dharma Wacana Kota Metro. Deputi Manajer MURI Damian Arwan Rahargo yang menyaksikan langsung kegiatan ini mengungkapkan kekagumannya atas semangatnya keluarga Kota Metro. Melalui berbagai kegiatan yang dipelopori para kader Posdaya Kota Metro mampu memotivasi semangat seluruh warganya. “Kegiatan senam seperti ini belum pernah terjadi. Baru kali ini terjadi di Kota Metro. Peristiwa inilah yang terbaik secara nasional, bahkan bisa menjadi rekor dunia dengan peserta lebih dari 14 ribu orang,” ujar Deputi Manajer MURI Damian Arwan Rahargo saat menyerahkan penghargaan MURI ke Walikota Metro Lukman Hakim, Ketua TP PKK Kota Metro Hj Netty Lukman Hakim dan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono sebagai Penggagas Posdaya. Pada kesemapatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengungkapkan kekaguman sekaligus apresiasi terhadap Walikota Metro dan masyarakat Kota Metro. Dirinya mengakui Senam Keluarga Indonesia yang digelar Pemkot Metro terbaik, karena kegiatan Senam Posdaya Keluarga Indonesia dalam Gebyar Posdaya yang sama saat digelar di kabupaten lain di Indonesia paling tinggi hanya 5.000 hingga 7.000 peserta. “Kota Metro Lampung hari
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono bersama Walikota Metro Hi Lukman Hakim, SH, MM dan Ketua TP PKK Kota Metro Dra Hj Netty Herawati, MM, melepas balon peresmian acara Gebyar Posdaya Kota Metro, Lampung.
ini menjadi juara nasional, karena mampu mengembangkan Senam Keluarga Indonesia dengan peserta 14.229. Ini sungguh luar biasa, karena daerah dan kabupaten lain harus menyaingi Kota Metro. Ini rekor yang cukup berat untuk disaingi, karena kabupaten lain sampai saat ini baru bisa mencapai 5000 hingga 7000 peserta, tetapi mendadak Waliota Metro Lampung mengangkat rekor menjadi 14.229 peserta,” ujar pria kelahiran Pacitan, Jatim, 6 Mei 1938 ini seraya mengajak seluruh masyarakat Metro untuk terus bersemangat membangun Metro dan mengembangkan Posdaya. Menko Kesra dan Taskin era Presiden HM Soeharto dan BJ Habibie ini juga memuji kinerja Lukman Hakim. Menurutnya, Walikota Metro Lampung ini memang luar biasa dan sosok walikota yang telaten. Mulai dari camat, kemudian menjadi sekda hingga kemudian
Ribuan warga Kota Metro bersama pimpinan Yayasan Damandiri, pimpinan Pemkot Metro dan tokoh masyarakat Kota Metro dengan penuh semangat mengikuti gerakan Senam Posdaya Keluarga Indonesia.
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
25
ujar Hi Lukman bangga seraya menambahkan semua itu karena keluarga dan masyarakat Kota Metro sangat merasakan manfaat dari Posdaya. Menurutnya, berbagai kegiatan pembinaan mulai dari pelatihan hingga kegiatan lomba hasilnya sangat menggembirakan dan kini sudah dirasakan masyarakat Kota Metro. Terutama dalam meningkatkan status keluarga dari prasejahtera menjadi sejahtera I bahkan menjadi keluarga yang lebih sejahtera lagi. Diakui H Lukman, program Posdaya sangat sesuai dengan misi menjadi walikota. “Nah, setelah walikota ini Kota Metro yaitu “Mewujudkan Kota Metro Acara Talk Show Gebyar rupanya akan saya jadikan Presiden Posdaya. Sebagai Kota Pendidikan Yang Unggul dan Posdaya Kota Metro Karena Walikota Metro ini special, bukan saja Masyarakat Sejahtera”. Oleh karena itu, di biyang dipandu langsung dekat dengan rakyatnya, namun juga dengan dang kependudukan dan ketahanan keluarga jajaran perguruan tinggi. Buktinya, hari ini tiga terus menjadi sikap bagi kami untuk ditingProf Haryono dan host perguruan tinggi diperbaharui dengan penan- katkan seoptimal mungkin, seperti mengenTVRI Lampung Nana. datanganan MoU,” cetus Prof Haryono yang dalikan jumlah penduduk, program Keluarga Tampak keduanya saat langsung mendapat sambutan hangat dari Berencana (KB). Sehingga dalam sensus mewawancari Walikota penduduk tahun 2013 lalu TFR Kota Metro seluruh hadirin. Metro Hi Lukman Hadir dalam acara ini Walikota Metro Hi mencapai 2,08,” cetusnya. Hakim, SH, MM, Ketua “Dengan berbagai gebrakan yang dilakukan Lukman Hakim, SH, MM, Ketua TP PKK Kota TP PKK Kota Metro Metro Lampung Dra Hj Netty Herawati, MM, Prof Haryono, sehingga kini di Indonesia telah Lampung Dra Hj Netty Direktur Tabur Puja Ir Sutarto Alimoeso, MM, mencapai jumlah 45.000 Posdaya. Dan ini akan Herawati, MM. mantan Dirjen Kemasyakatan Dr Adi Soejatno terus berkembang untuk meningkatkan keseSH, MH, Ketua STAIN Prof Dr Hj Enizar MAg, jahteraan masyarakat di Negara Republik Rektor Universitas Muhammadiyah Metro Indonesia,” tambah Lukman Hakim seraya me(UMM) Lampung Prof Dr Karwono MPd, negaskan langkah itu kini menjadi upaya Ketua Sekolah T inggi Ilmu Pertanian (STIP) Pemerintah Kota Metro bersama masyarakat yang terus berkomitmen pentingnya pemberdaDharma Wacana Metro Ir Rahmiyati, MPA. Tampak pula Kabag Kesra yang juga panitia yaan keluarga dan masyarakat di masa datang. Maka dari itu, lanjutnya, berdasar tugas unpenyelenggara Gebyar Posdaya Kota Metro Drs Masnuni, MPdI, Asisten Deputi Pelatihan dan tuk meningkatkan ketahanan kesejahteraan Pengembangan Posdaya Yayasan Damadiri keluarga dan masyarakat maka masing-maFaozan Alfikri, SH, MKM, Asisten Deputi Pe- sing SKPD akan selalu mengedepankan kogirencanaan dan Monitoring Yayasan Damandiri munikasi dan konsultasi agar terjadi siner ogram yang satu dengan program Fadil Binnur, SKom pimpinan PWRI Bandar tas antar pr Kota Metro dan Bandar Lampung, seluruh yang lain. “Dengan adanya MoU, dia berharap us jajaran SKPD Kota Metro, para tokoh masya- bukan hanya sekedar seremonial, tetapi har diwujudkan secara nyata,” imbuh H Lukman rakat serta undangan lainnya. Sedangkan Walikota Metro Hi Lukman Hakim optimis. Acara semakin menarik dengan sajian Hakim, SH, MM, mengungkapkan rasa syukur dan bangganya atas partisipasi masyarakat aneka produk para kader Posdaya se-Kota Selain itu, aksi para penyandang disMetro yang sangat tinggi terhadap kegiatan Metro. Gebyar Posdaya yang digelarnya. “Terbukti abilitas yang memperlihatkan kemahirannya setiap kegiatan positif yang membangun ma- kian menambah meriahnya acara. Bukan itu syarakat memiliki antusias yang cukup baik saja, sejumlah door prize yang disediakan termasuk aktivitas Posdaya yang kini berkem- panitia penyelenggara dengan aneka hadiah bang di Kota Metro. Jika tidak turun hujan, menarik pun menambah antusias ribuan mungkin pesertanya bisa mencapai 50 ribuan,” warga Kota Metro. Selamat! ADE S 26
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
POSDAYA PEMERINTAH
Hari Kebangkitan Nasional
Pemkab Temanggung Bangkit Entaskan Kemiskinan “Hari ini adalah Hari Kebangkitan Nasional,” ucap Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menjadi host pada acara talkshow Arumdalu di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, 20 Mei 2015 lalu. “Kita bersama-sama Rektor UIN Walisongo Semarang Prof Dr H Muhibbin, MA, juga bersama Wakil Bupati Temanggung Irawan Prasetyadi, Ssi beserta ibu, dan seluruh jajaran Pemerintah Kabupaten Temanggung bersama dengan para mahasiswa dan masyarakat, kita bangkit mengentaskan kemiskinan,” tambahnya yang disambut hangat para audiens ketika syuting di lapangan Kecamatan Tembarak, Temanggung, Jateng. Rektor UIN Walisongo Semarang Prof Dr H Muhibbin, MA, bersama Wakil Bupati Temanggung Irawan Prasetyadi, Ssi melakukan MoU dengan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat syuting acara talkshow Arumdalu di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, 20 Mei 2015 lalu. [FOTO-FOTO: DEDE H]
“S
ETUJU?” tanya Prof Dr Haryono Suyono, yang kemudian dijawab para hadirin, “Setuju.” Saat itu pula Prof Haryono menganjak Wakil Bupati Temanggung Irawan Prasetyadi, SSi untuk tampil di atas pentas agar tayangan televisi nantinya semakin semarak. Menurut Prof Haryono yang sebelum tampil syuting sempat berkeliling melihat hasil Pendataan Keluarga di sejumlah stand di lapangan cukup luas itu, ia sudah menyaksikan hasil pemetaan dengan warna-warna sesuai pendataan. “Tadi kita sudah berkeliling ya Bapak Wakil Bupati, dan kita sudah melihat bahwa di beberapa desa sudah ada warna biru, yang artinya sudah sejahtera. Juga ada yang warna Hijau juga artinya sejahtera, tetapi ada juga yang warna merah, artinya belum sejahtera atau Pra Sejahtera,” ucap Menko Kesra dan Taskin di era Presiden BJ Habibie ini. “Nah, dalam rangka Hari Kebangkitan
Nasional ini mungkin bapak bisa kasih instruksi kepada seluruh camat dan lurah untuk mengadakan sarasehan,” harap Prof Haryono. “Betul sekali Pak. Dan ini merupakan sebuah acara yang sangat bagus sekali. Dan pemerintah Kabupaten Temanggung sangat apresiasi sekali dengan program Posdaya ini. Dengan data-data yang baru tadi saya lihat, memang ada yang biru, hijau, dan juga ada yang merah. Sesuai instruksi dari Bapak Haryono Suyono bahwa harus ada koordinasi antara para mahasiswa dengan bapak camat, dan pak Lurah. Informasi ini jangan hanya sekedar informasi saja, tapi harus segera ditindaklanjuti,” kata Wakil Bupati Temanggung Irawan Prasetyadi. “Ini kan tanggal 20 pak, tadi banyak yang lantainya masih harus segera dibenahi. Saya mengambil pancingan pak. Saya menyumbang 20 zak semen pak, nanti pak Wakil Bupati juga menyumbang kan pak,” kata Prof Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
27
Tukar cinderamata anatara Wakil Bupati Temanggung Irawan Prasetyadi, SSi dengan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono.
Memanjatkan doa sebelum memasuki †πœ di Desa Wonokerso, Kecamatan Tembarak, Kabupaten Temanggug, Jateng.
28
Haryono seraya tertawa. “Siap pak,” kata Wabup ini seraya tertawa sumringah. “Jadi saya menyumbang 20 zak semen untuk program lantainisasi di Kabupaten Temanggung. Cocok pak nggih?” tanya Prof Haryono. “Cocok pak,” jawab Wabup lagi. “Saya tidak berani melewati Pak Haryono, sama saja pak,” dalih Wabup Irawan Prasetyadi kembali tertawa. Langsung saja Prof Haryono tertawa bahagia sebab Wabup langsung ikut menyumbang pula 20 zak semen. “Semoga saja ada instansi lain yang mengikuti ya pak,” kata Iin, host wanita dari Stasiun TVRI Jateng menimpali. “Apa ada dari Dinas Pendidikan barang-
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
kali hadir pak?” tanya Prof Haryono. “Apa dari Dinas Pendidikan ada yang hadir?” tanya Wabup Irawan Prasetyadi, Ssi kepada jajarannya. Ternyata yang ditanyakan tidak hadir, maka Prof Haryono meminta kehadiran seorang camat. “Dari pak Camat diharapkan kehadirannya,” pinta Wabup saat itu. Camat yang hadir ternyata seorang pria bertubuh gemuk, tinggi besar, maka Prof Haryono menyebut sang camat: “Ini camat yang berbobot pak, monggo kemari pak camat,” Camat tersebut pun hadir di depan podium yang langsung disyut oleh awak teve dari sejumlah arah. “Pak camat, tadi kan ada juga masalah yang berkait dengan masalah pendidikan. Kalau boleh mengikuti instruksi Wakil Bupati dan koordinasi pak, apakah rapat bapak berikutnya berkenan rapat dengan Dinas Pendidikan pak?” tanya Prof Haryono. “Siap pak,” jawab camat bertubuh tinggi besar itu. “Lalu apakah anak-anak yang belum bersekolah Paket A, Paket B dan Paket C itu diserahkan kepada Dinas Pendidikan?” tanya Prof Haryono lagi. “Sudah dilaksanakan pak,” jawab camat itu. “Sudah dilaksanakan? Bukan main. Mari kita tepuk tangan yang meriah,” ujar Prof Haryono semangat, yang lalu semua hadirin bertepuk tangan secara serempak. Tanah lapang seluas lapangan sepak bola itu pun semarak dengan gemuruh tepuk tangan yang demkikian meriah. “Terkait adanya warna merah hasil Pendataan Keluarga, artinya masih banyak keluarga Pra sejahteranya, apa yang dilakukan pihak kecamatan untuk solusi hal tersebut, apa yang harus dilakukan untuk
kegiatan ini?” tanya host wanita TVRI Studio Jateng secara tiba-tiba. “Kita sudah melakukan sosialisasi, terutama Keluarga yang Sejahtera III pak, untuk membantu keluarga yang masih Pra Sejahtera,” jawab camat tersebut tak kalah semangat. “Jadi keluarga Sejahtera III yang biru sudah dikumpulkan untuk membantu mereka pak?” tanya Prof Haryono tandas. “Sudah kita kumpulkan pak untuk membantu mereka yang termasuk Keluarga Pra Sejahtera,” jawab camat lagi. “Bukan main pak camat. Mari kita tepuk tangan meriah,” kata Prof Haryono yang disambut tepuk tangan meriah para hadirin. “Apakah di antar penonton di sini ada pak Lurah pak?” Prof Haryono kembali bertanya. “Nah ini bapak Lurah Wonorejo pak,” kata camat tersebut seraya menunjuk seorang lurah yang sedang menyaksikan acara itu. “Pak Lurah, tadi sudah dirapatkan oleh pak camat, dan juga diinstruksikan oleh bapak Wakil Bupati bahwa ada warna yang merahmerah. Ini pak camatnya berbobot, pak lurahnya belum berbobot (maksudnya agak kurus dibanding camatnya-red) tapi sehat ya pak? Putranya berapa pak lurah?” tanya Prof Haryono seraya berkelakar. “Putra kami baru dua pak,” jawab pak lurah. “Baru dua pak?” tanya Prof Haryono. “Baru dua atau sudah dua pak?” tanya Prof Haryono lagi. “Saya ini pensiunan Kepala BKKBN pak. Jadi anak sudah dua ya pak. Laki-laki atau perempuan kan sama saja,“ urai Prof Haryono. “Ya pak sudah dua,” ujar lurah itu tertawa seraya tersipu malu. “Jadi ketanggor saya ya pak, pensiunan kepala BKKBN pak,” dalih Prof Haryono tertawa. “Jadi istri saya satu, anaknya dua pak,” ucap lurah itu sambil tersenyum. Tentang istri lurah yang diajak berbincang-bincang dalam syuting acara tayangan teve tersebut, wanita beranak dua itu mengaku
sebagai pemimpin PKK di kelurahannya juga aktif mengadakan pelatihan. Tak lain, pelatihan untuk kemajuan kaum perempuan di desanya. Acara yang berlangsung hingga siang hari itu, Prof Haryono juga mengajak Rektor UIN Walisongo Semarang Prof Dr H Muhibbin, MA untuk tampil ke pentas bersama sejumlah mahasiswa UIN Walisongo Semarang, yang berhasil mengadakan pendataan dan pemetaan keluarga di sejumlah desa di Temanggung. Di kabupaten Temanggung itu Prof Haryono berharap seluruh jajaran Pemkab dan masyarakat berhasil mengentaskan para Keluarga Pra Sejahtera yang dalam pemetaan berwarna merah. Menurut Prof Haryono, mereka harus di-“biru”-kan. DH
Sejumlah mahasiswa UIN Walisongo Semarang, yang berhasil mengadakan pendataan dan pemetaan keluarga di sejumlah desa di Temanggung tengan diwawancarai host Prof Haryono.
Anak-anak hasil binaan mahasiswa UIN Walisongo Semarang tengah unjuk kebolehan di depan Prof Haryono dan rombongan tamunya.
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
29
POSDAYA PEMERINTAH
Batik Bungo Melanglang sampai 4 Negara Masyarakat Kabupaten Bungo, Jambi, merasa bangga memiliki “Ibu Bungo”. Julukan ini diberikan kepada isteri Bupati Bungo, Drg Hj Eni Wardani Sudirman yang dikenal sangat merakyat namun tetap bersikap keras dan tegas. Pasalnya, banyak prestasi yang diraih Kabupaten Bungo sejak isteri bupati ini menjadi Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Bungo.
Ketua TP PKK Kabupaten Bungo Drg Hj Eni Wardani Sudirman terlihat sumringah, didampingi sekretarisnya, Hj Yuzimar Rasyid, SPd. [FOTO-FOTO: ADE S]
30
D
ULU banyak anak-anak Bungo yang tidak sekolah sudah dinikahkan oleh orangtuanya. Tamat SMP tidak melanjutkan sekolah, hanya diam di rumah. “Sejak ada Ibu Bungo banyak kemajuan yang dicapai. Para anak dan orangtua diberi pengajian sehingga anak-anak sekarang berbondongbondong sekolah, bahkan banyak yang melanjutkan ke perguruan tinggi di Jakarta, Padang dan Sumut,” ujar Hj Yuzimar Rasyid, SPd, Sekretaris TP PKK Kabupaten Bungo saat mendampingi isteri Bupati Bungo bertandang ke Haryono Suyono Center (HSC) Jakarta guna mengikuti pelatihan Posdaya. Sebagai Ketua TP PKK Kabupaten Bungo, Eni mengaku cukup bangga dengan partisipasi
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
kader PKK. Terutama melihat semangat sekretarisnya, Hj Yuzimar, yang telah 27 tahun mengabdi dan kini berusia 70 tahun masih setia memompa semangatnya untuk ikut menggerakkan para kadernya memberikan penerangan kepada warga terutama ibu-ibu yang memiliki anak-anak usia sekolah harus sekolah. Untuk memotivasi mereka, tidak sedikit diantaranya diberikan beasiswa untuk melanjutkan sekolah bagi siswa kurang mampu. Apalagi, setelah adanya Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat (PDPM), tidak ada lagi anak usia sekolah tidak sekolah. Pendidikan dini selalu diberi pengarahan bagaimana berkarya supaya tidak nakal, diadakan lomba karya tulis dan drama. “Bapak bupati sangat perhatian terhadap dunia pendidikan. Ada 68 PAUD yang didirikan bapak selama aktif menjadi Bupati Bungo tahun 2011. Ini sangat dirasakan betul oleh anak-anak Bungo. Karena jarak Bungo ada yang jauhnya sampai 90 kilo bisa merasakan PAUD. Bahkan sampai ke dusun sekarang sudah ada SMA. Kalau dulu hanya di kabupaten saja, Bapak memang pemerhati pendidikan,” ungkap Eni bangga. Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini mengenal suaminya, Sudirman Zaini (Bupati Bungo) setelah selesai kuliah di Universitas Gadjah Mada lalu bekerja dan tinggal di Jakarta. Meski orangtua Eni berdarah Jawa (ibu dari Kranggan dan bapak dari Rembang), namun suaminya justru sangat fasih bahasa Jawa karena lama tinggal di Yogyakarta selama 10 tahun. Sebagai seorang dokter gigi, sebenarnya ia memiliki obsesi menjadi dokter gigi di desa. Tetapi orangtua melarang. Namun takdir ber-
bicara lain, dia menikah dengan orang Bungo. Setiap kali ke Bungo, ia sering disuruh ceramah sebagai dokter gigi sekaligus periksa gigi secara gratis. Dan setiap kali pulang ke kampung suami, ia adakan lombalomba seperti mewarnai gambar, panjat pinang dan sebagainya. Sehingga warga kampung disana sangat senang, apalagi dengan adanya hadiah-hadiah dari kota berupa kaos, buku, tas dan lain-lain. “Kalau pergi ke dusundusun biasanya saya bawa sikat gigi, pasta gigi, mengajarkan mereka untuk memeriksakan gigi setiap enam bulan sekali. Pencegahannya mulai dari bayi, para ibunya diajarkan membersihkan gigi bayi dengan lap kain kasa,” ujar dokter gigi ini. Kerja sama yang baik dengan ibu-ibu koordinator PKK ini juga yang mendorong Kabupaten Bungo beberapa kali meraih prestasi membanggakan. Seperti, juara 2 Lingkungan Bersih dan Sehat 2000 dan lomba yang sama pada 2015 ini meraih juara 4. Juara 2 lomba PIK KDRT tingkat nasional. Juara I lomba batik Bungo tingkat Provinsi Jambi. Juara Harapan lomba UP2K tingkat Provinsi Jambi. Juara 2 KB pada Jambore PKK tingkat nasional. Juara 1 Lomba Deville baris berbaris pada Jambore PKK tingkat nasional.tahun 2014. Juara sekolah berwawasan lingkungan (sekolah adiwiyata) pada 2014 yaitu di SD 131, SMA 1 Plepat Ilir. Juara 2 gerak dan lagu guru-guru PAUD pada Gebyar PAUD tingkat nasional 2012. Dan masih banyak lagi. Majukan batik bungo Kabupaten Bungo sebenarnya memiliki motif batik yang cantik. Salah satu ciri khas batiknya adalah motif buah-buahan. Semua itu terinspirasi dari potensi buah-buahan yang ada di Kabupaten Bungo seperti durian, manggis, duku dan kelapa sawit. Tetapi yang paling banyak dipromosikan adalah motif buah manggis. Selain menarik, motif buah manggis juga memiliki filosofi tinggi. “Manggis buah yang sangat banyak manfaatnya. Maka saya mendirikan Rumah Pintar Manggis. Kebetulan saya suka ungu, jadi semua ungu. Semua guru PAUD memakai batik manggis,” cetus Eni. Awalnya batik Bungo memang tidak banyak yang melirik, apalagi membeli. Guna melestarikan batik Bungo, ia memberikan uang kepada
sejumlah pembatiknya yang sebagian besar transmigran Jawa untuk membuat batik bungo sebanyak-banyak. Setelah terkumpul banyak, diadakanlah festifal batik bungo. Putera-puteri Batik Bungo yang diambil dari siswa SMA tampil dalam peragaan fashion show yang dihadiri seluruh pejabat daerah, sekaligus launching batik bungo. Selain siswa SMA, fashion show juga dilakukan oleh guru-guru PAUD, kepala sekolah SD, SMP. Ada pula lomba perca batik bungo di SD untuk jadi sandal, tas, tempat tisu, bros, kalung. Juga ada songket, tenun, batik, anyaman, batu untuk berbagai pameran inacraft. “Saya bawa ke Brunei, langsung habis,” ujar wanita yang hobi memakai baju batik seragam dengan sandal dan tas dari bahan batik yang sama. Batik Bungo juga sudah melanglang sampai ke Australia, Belanda dan Malaysia. Harga per meter dijual Rp 60 ribu. Kalau sebelumnya pusat kerajinan batik ada di Desa Kuamang Kuning, kini sudah bermunculan di desa-desa lainnya di Kecamatan Plepat Ilir yang dikembangkan oleh orang transmigrasi dari Jawa. Ada pula yang mengembangkan songket dan tenun di Kecamatan Plepat dan Kecamatan Danau Wuluh. Terkait Posdaya, rencananya akan menjadikan Ikatan Muslim Kuamang Kuning (IMKK) sebagai pilot project Posdaya berbasis masjid. IMKK merupakan daerah transmigrasi yang berhasil. Maklum, masyarakat Kabupaten Bungo hampir 40 persennya adalah transmigran Jawa, sedang 60 persen adalah penduduk lokal. Mereka mengadakan pengajian seminggu sekali dengan berganti-ganti masjid berdasar unit di Kuamang. Ikatan yang sudah terjalin sejak 13 tahun lalu ini memiliki 19 unit Kuamang, sehingga dalam setahun bisa 151 kali pengajian dengan cara berpindah-pindah. RW/HANUR
Kehadiran Bupati Bungo kian mengokohkan komitmen pemerintah daerah terhadap Posdaya.
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
31
POSDAYA PEMERINTAH
Konsistensi Kabupaten Gorut Kembangkan Posdaya Program Yayasan Damandiri yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan keluarga, memperoleh perhatian dari masyarakat Indonesia. Termasuk di Kabupaten Gorontalo Utara (Gorut), program Posdaya diterima sebagai program dari masyarakat dan pemerintah daerah.
Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja membacakan sambutan Ketua Yayasan Damandiri di hadapan Bupati dan Wakil Bupati serta Ketua DPRD Kabupaten Gorontalo Utara (Gorut), Propinsi Gorontalo, pada Hari Ulang Tahun (HUT) ke 8 kabupaten tersebut, tepat pada 27 April 2015 lalu. [FOTO-FOTO: HARI]
32
Y
AYASAN Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri) yang sejak awal didirikan bergerak di bidang sosial dan kemanusiaan serta berkomitmen untuk membantu keluarga Indonesia, terutama keluarga pra sejahtera melalui gotong royong mewujudkan tingkat kesejahteraan sejati dan taraf hidup yang mandiri. Sudah 19 tahun Damandiri konsisten menjalankan komitmennya membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan semakin dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dibanyak kabupaten/kota di Indonesia. Melalui fokus kegiatan, Damandiri mengajak masyarakat dan berbagai kalangan bersama perguruan tinggi dan pemerintah daerah untuk membangun Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). “Posdaya merupakan forum silaturahmi, advokasi, komunikasi, informasi, edukasi, dan sekaligus bisa dikembangkan menjadi wadah koordinasi kegiatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu,” kata Dr Subiakto Tjakrawerdaja dalam sambutannya di hadapan Bupati dan Wakil Bupati serta Ketua DPRD Kabupaten Gorut, Provinsi Gorontalo, pada Hari Ulang Tahun (HUT) ke 8 kabupaten tersebut, tepat pada 27 April 2015 lalu. Kabupaten Gorut, termasuk salah satu kabupaten
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
muda. Letaknya dekat dengan ibu kota Provinsi Gorontalo. Sekretaris Yayasan Damandiri yang hadir di Gedung DPRD Kabupaten Gorut, tempat HUT tersebut dilaksanakan menambahkan, program-program Posdaya saat ini ditujukan pada upaya untuk meningkatkan kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat. Hingga saat ini Damandiri sudah berhasil bekerja sama dengan sekitar 200 kabupaten dan kota, 300 universitas dan perguruan tinggi negeri dan swasta di seluruh Indonesia, dan telah berhasil membangun sekitar 45.000 kelompok Posdaya. Masalah kesehatan masyarakat menjadi fokus perhatian Damandiri, kata Menteri Koperasi era tahun 1993 hingga 1998 pada Kabinet Pembangunan VI dan Kabinet Pembangunan VII pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, karena hanya masyarakat yang sehat jasmani dan rohanilah yang akan sanggup membangun dirinya. “Dalam hubungan ini, maka Posdaya diharapkan dapat merevitalisasi kembali fungsi Posyandu, dan mendorong masyarakat untuk memanfaatkan program Jaminan Kesehatan Nasional,” ujarnya. Demikian pula di bidang pendidikan,
Damandiri tangani mulai sejak pendidikan dini, karena pendidikan dini akan membawa pengaruh yang sangat besar bagi anak-anak untuk menimba pengetahuan di masa depan. Melalui pendidikan dini ini disiplin, kebiasaan untuk belajar, dan menerima pandangan dari luar untuk menggugah kreatifitas dan inovasi akan ditumbuhkan. “Untuk itu, Posdaya diharapkan perannya minimal di setiap desa dibangun satu PAUD. Dan semua anak-anak berusia 2-4 tahun, terutama anak dari keluarga pra sejahtera, harus masuk PAUD. Sementara itu, ibu-ibu mereka dapat diberi latihan tentang keterampilan kewirausahaan,” kata mantan birokrat kelahiran Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, 30 Juli 1944 silam ini. Dalam pada itu, kata Subiakto, upaya untuk meningkatkan kesehatan dan pendidikan merupakan langkah yang strategis karena semuanya itu merupakan modal utama bagi pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). SDM yang menjadi salah satu sarana utama untuk mengolah Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat melimpah anugrah dari Allah SWT kepada bangsa Indonesia. “Program lain yang sangat strategis untuk meningkatkan kesejahteraan sekaligus meningkatkan kemandirian, dilakukan dengan cara mendorong masyarakat untuk melakukan pekerjaan yang produktif dengan cara mengolah hasil SDA yang dimiliki oleh daerah setempat,” tuturnya. Menurut dia, untuk daerah seperti halnya Gorontalo Utara yang banyak menghasilkan jagung, misalnya dapat menerapakan konsep
Direktur Skim Tabur Puja Yayasan Damandiri Ir Sutarto Alimoeso, MM (kiri) bersama Dr Subiakto Tjakrawerdaja hadir di antara tokoh masyarakat, pemuka agama dan udangan lainnya.
ekonomi biru, dari Prof Gunter Pauli. “Dengan konsep zero waste industry petani didorong untuk tidak sekedar hanya mengolah jagung menjadi jagung pipilan, tetapi menjadi tepung jagung, roti jagung, serta camilan,” ujarnya. Sedangkan daun dan pelepahnya dapat diproses menjadi makanan ternak yang dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi peternak untuk memelihara ternak daging dan susu yang sekarang importnya masih besar. Disamping itu, imbuh Subiakto, kotoran ternak tersebut dapat diolah menjadi pupuk organik yang dapat meningkatkan produktivitas jagung. Dengan konsep seperti diuraikan diatas maka lingkungan yang bersih (langit biru ) akan terjaga, serta lapangan kerja yg besar dan luas bagi keluarga pra sejahtera
Pimpinan dan anggota DPRD Kabupaten Gorut bersama masyarakat dan tokoh daerah hadir dalam HUT Kabupaten Gorut ke-8.
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
33
Peserta tampak antusias mengikuti rangkai acara.
34
yang sangat diperlukan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemandiriannya akan tercipta. Sekterais Yayasan Damandiri ini juga berharap program skim Tabur Puja yang akan segera disalurkan di Kabupaten Gorontalo Utara, yang merupakan kabupaten ke-12 dan koperasi yang ke-12 akan terus memperoleh dukungan yang kuat dari Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara, sehingga masyarakat akan dapat segera menerima kredit tersebut. Karena menurutnya, dengan diterimanya kredit Tabur Puja tersebut, maka keluarga anggota Posdaya yang tidak feasible dan bankable usahanya terutama keluarga pra sejahtera yang akan memulai usahanya akan dengan mudah dan relatif murah mendapatkan modal. Jumlah bantuan modal kredit Tabur Puja dengan maximum plafond Rp 2 juta, yang dilakukan tanpa agunan tetapi diberikan dengan tata cara tanggung renteng. Tata cara tanggung renteng merupakan upaya cerdas kita untuk menyediakan modal untuk semua (financial inclusion) dengan cara merevitalisasi modal sosial bangsa warisan luhur dan benilai tinggi nenek moyang bangsa kita sendiri yaitu nilai gotong royong. Melalui tanggung renteng, penanggung jawab risiko pinjaman adalah seluruh anggota kelompok dari Posdaya. Diharapkan modal kredit Tabur Puja dengan maximum plafond Rp 2 juta tersebut akan dapat digunakan untuk mulai belajar sambil berusaha. Selanjutnya apabila usahanya telah berkembang tentu saja plafond kreditnya dapat ditambah menjadi Rp 5 juta
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
dan seterusnya. “Dengan dilaksanankannya program kredit Tabur Puja ini, maka lengkaplah upaya strategis kita untuk mewujudkan Posdaya sebagai kelompok sosial ekonomi berbasis keluarga yang tangguh dan siap menghadapi persaingan global (superteam), dan Posdaya ini selanjutnya akan menjadi pilar-pilar yang kuat dari koperasi Indonesia,” jelasnya. Hadir pada HUT 8 Kabupaten Gorut, antara lain Bupati Hi Indra Yasin, SH, MH, Wakil Bupati Roni Imran, ketua dan pimpinan DPRD, perguruan tinggi, kepala-kepala dinas, pimpinan instansi terkait, Direktur Yayasan Indra Ir Sutarto Alimoeso, MM, tokoh masyarakat, pemuka agama dan undangan lainnya. Tak lupa, pada kesempatan tersebut Sekretaris Yayasan Damandiri juga menyampaikan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya atas undangan yang diberikan kepada Damandiri dalam peringatan Hari Ulang Tahun yang ke-8 Kabupaten Gorontalo Utara yang terkenal dengan keindahan alam serta kesuburan tanahnya. “Rasa terima kasih kami terasa bertambah besar lagi, karena kami diberi kesempatan untuk berbicara di depan Sidang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang sangat terhormat ini,” ujarnya. Penghargaan yang diberikan oleh Kabupaten Gorontalo Utara ini, Subiakto menilainya sebagai penghargaan kepada Yayasan Damandiri, yang didirikan dan dibangun oleh Bapak Haji Mohammad Soeharto, Presiden RI yang kedua, dan yang saat ini dipimpin oleh Prof Dr Haryono Suyono. Sekretais Damandiri berharap pula, dengan kerja sama yang erat dan dukungan serta komitmen yang kuat dari Bupati dan seluruh aparat Pemda Kabupaten Gorontalo Utara, Yayasan Damandiri akan dapat melaksanakan program-programnya dalam membantu pemerintah daerah untuk mengurangi kemiskinan, menyejahterakan, dan memandirikan masyarakat akan berjalan dengan lancar dan sukses. HARI
POSDAYA PEMERINTAH
Hasil Pendataan dan Pemetaan Keluarga
Jadi Acuan Pengentasan Kemiskinan Verifikasi, pendataan, pemetaan dan validasi data sangat menentukan keberhasilan program-program peningkatan kesejahteraan masyarakat. Keseriusan menurunkan angka kemiskinan dan meningkakan kesejahteraan masyarakat akan bisa menghilangkan momok kemiskinan dalam masyarakat.
Disaksikan Wakil Bupati Tuban, Prof Dr Haryono Suyono memberi arahan kader Posdaya cara melakukan pendataan dan pemetaan keluarga yang sebagian besar sudah dilakukan dengan baik oleh kader Posdaya. [FOTO-FOTO: HARI]
P
EMERINTAH saat ini mengusung konsep Nawa Cita (sembilan cita-cita) yang ingin memberantas kemiskinan demi kesejahteraan rakyat. Masih ba nyak keluarga dalam keadaan miskin. Kemiskinan menjadi persoalan serius yang harus ditangani dengan upaya nyata yang dilakukan secara keberlanjutan dan partisipatif. Upaya pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengoptimalkan pemberantasan kemiskinan dimulai dari penyiapan data valid tentang angka penduduk miskin. Pada April lalu, Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) telah memulainya dengan menggelar rapat koordinasi nasional (Rakornas) tentang verifikasi dan validasi data kemiskinan tahun 2015. Menurut Menko PMK Puan Maharani, verifikasi dan validasi data sangat menentukan keberhasilan program-program peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Data kemiskinan di Indonesia yang hingga kini masih berbeda-beda dan amburadul. Karena itu pemerintah akan melakukan verifikasi dan validasi ulang data kemiskinan yang pada
masa akan datang akan dilakukan secara berkala,” katanya saat membuka Rakornas Verifikasi dan Validasi Data Kemiskinan Tahun 2015, pada April lalu, di Jakarta. Menko PMK juga mengatakan, verifikasi dan validasi angka kemiskinan penting agar ada data tunggal yang valid untuk dijadikan acuan. Sebab, pemerintahan Joko WidodoJusuf Kalla menggunakan data untuk menetapkan sasaran program-program penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat seperti Program Indonesia Sehat, Program Indonesia Pintar, Program Keluarga Sejahtera dan juga Beras untuk Rakyat Miskin alias Raskin. Tekad pemerintah menurunkan angka kemiskinan dan meningkakan kesejahteraan masyarakat akan bisa menghilangkan momok kemiskinan dalam masyarakat. Apalagi berbagai upaya telah dilakukan sejak lama untuk mengentaskan kemiskinan, tetapi angka kemiskinan tidak turun secara signifikan. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2015 diprediksi mencapai 30,25 juta orang atau sekitar 12,25 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Kenaikan jumlah penduduk miskin ini Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
35
disebabkan beberapa faktor, termasuk kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak) yang fluktuatif, selain inflasi dan pelemahan dolar. Akibat kolaborasi ketiga faktor tersebut bisa menambah angka kemiskinan sebesar satu persen. Jika berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin pada tahun 2014, presentase penduduk miskin di Indonesia mencapai 11,25 persen atau 28,28 juta jiwa, maka pada 2015 ada tambahan penduduk miskin sekitar 1,9 juta jiwa.
Menko PMK Puan Maharani saat membuka Rakornas Verifikasi dan Validasi Data Kemiskinan Tahun 2015, beberapa waktu lalu di Jakarta.
36
Peta Keluarga Posdaya Agar upaya dalam Posdaya terfokus pada pemberdayaan keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I, mulai tahun 2015 setiap Posdaya segera mengembangkan penelitian atau observasi sederhana guna membuat peta keluarga yang memantau anggota Posdaya seluruhnya. Hal itu diungkapkan Menko Kesra di era Kabinet Pembangunan dan Kabinet Reformasi Pembangunan, Prof Dr Haryono Suyono, saat menerima kunjungan rombongan DPRD Kabupaten Madiun, Jawa Timur, di ruang Rapat Yayasan Damandiri, Jakarta, belum lama ini. “Peta itu disusun berdasarkan posisi setiap keluarga sesuai tahapan perkembangannya. Selanjutnya peta itu dijadikan pedoman bersama untuk membantu keluarga prasejahtera mengikuti kegiatan pemberdayaan sesuai dengan kebutuhan dan usaha untuk mengubah posisi keluarganya. Keluarga prasejahtera atau keluarga tertinggal diberdayakan menuju kepada kondisi keluarga yang lebih sejahtera, dalam bidang kesehatan, pendidikan maupun peningkatan kemampuan ekonominya melalui upaya secara sistematis,” paparnya. Kepala BKKBN di era Presiden HM
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
Soeharto yang sukses membawa program keluarga berencana (KB) ini, menambahkan, seperti diketahui, proses pembuatan dan pengembangan peta keluarga atau peta tahapan keluarga, sejak tahun 1990-an dilakukan oleh BKKBN berdasarkan indikator global bersama puluhan ahli-ahli berbagai bidang, termasuk petunjuk dari para guru besar perguruan tinggi ternama. Menurut Prof Haryono, dengan beradaan peta tersebut kegiatan pemberdayaan keluarga dalam lingkungan Posdaya makin bisa difokuskan pada usaha untuk menolong dan mendorong keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I berkembang secara bertahap menjadi keluarga sejahtera II, III dan akhirnya menjadi keluarga sejahtera III plus. “Keluarga sejahtera III plus diajak berbagi kepada keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I yang ada dalam Posdayanya,” katanya. Pakar kependudukan ini menyebut, biasanya proses pemberdayaan itu berjalan lamban karena sasarannya adalah keluarga sederhana yang mungkin saja tidak tamat sekolah dasar atau miskin. Lebih lanjut dikatakan, tinggi rendahnya tingkat kesejahteraan suatu keluarga ditentukan oleh hasil interaksi berbagai faktor penyebab. Pada dasarnya faktor-faktor penyebab tersebut berasal dari 2 (dua) sumber, yaitu dari dalam keluarga itu sendiri (faktor mikro) dan dari luar keluarga (lingkungan makro). Yang termasuk ke dalam faktor penyebab mikro, kata Prof Haryono, antara lain adalah rendahnya derajat kesehatan, sempitnya ilmu pengetahuan, kurang memadainya keterampilan, terbatasnya penguasaan teknologi, terbatasnya kesempatan kerja, serta terbatasnya kepemilikan modal. Yang dikategorikan sebagai faktor lingkungan makro, sebut tokoh nasional kelahiran Pacitan, 6 Mei 1938 silam ini, adalah kurangnya peluang untuk mengakses pelayanan kesehatan, pendidikan dan usaha meningkatkan pendapatan, masih adanya nilai-nilai dan unsur-unsur budaya yang kurang mendukung upaya peningkatan kualitas keluarga, terbatasnya akses kepada sumber-sumber pembangunan dan pelayanan pembangunan serta persaingan
global yang makin dahsyat. Penerima anugerah penghargaan Bintang Republik Indonesia dari Negara RI ini menambahkan, dalam proses pemberdayaan, keluarga yang sudah pada posisi keluarga sejahtera II, III, dan III plus, ditambah partisipasi kekuatan pembangunan lainnya seperti kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) mahasiswa, para pengurus Posdaya, anggota dan pengurus PKK, tokoh masyarakat dan siapa saja yang dianggap bisa menjadi pendamping, diharapkan fokus mendampingi keluarga prasejahtera sebagai pamong, tutor, pendamping atau pendukung agar keluarga sasaran itu menjadi fokus. “Keluarga sasaran tersebut dibantu dalam proses pemberdayaan keluarga mereka, sehingga yang bersangkutan bisa berpartisipasi secara aktif,” ujarnya. Agar dicapai hasil yang bisa diberlakukan sebagai contoh, kata Prof Haryono, maka proses itu selalu harus dimulai dari keluarga prasejahtera yang mudah diajak dan mempunyai minat untuk berubah. Keberhasilan pilihan untuk menjadi keluarga awal akan memicu keluarga lain ikut serta dalam proses pemberdayaan atau ikut dalam Posdaya. “Prinsip utamanya adalah bahwa keluarga yang dijadikan sasaran awal harus bisa berkata “aku bisa”,katanya. Melalui proses dukungan pemberdayaan, ujar Ketua Yayasan Damandiri ini, sebuah keluarga prasejahtera berkembang menjadi lebih sejahtera secara tahap demi tahap. “Oleh karena itu perlu dilakukan upaya yang sungguh-sungguh dengan mengajak berpikir positif, antar anggota Posdaya tumbuh saling percaya, saling menghargai dan saling peduli,” ujarnya. Tidak boleh ada anggapan bahwa yang memberdayakan lebih kuasa atau lebih
Seorang kader Posdaya tengah menerangkan hasil pendataan dan pemetaan keluarga.
pandai, demikian pula sebaliknya keluarga prasejahtera dan sejahtera I harus bersedia diberdayakan melalui kerja cerdas dan keras. Prof Haryono menegaskan, karena keluarga prasejahtera perlu ditingkatkan menjadi keluarga sejahtera I, maka petunjuk yang diberikan kepada keluarga sasaran berupa ajakan mengerjakan kegiatan sederhana dan mudah agar setiap keluarga prasejahtera bisa melakukan dengan baik. Keluarga sasaran tidak boleh digantikan oleh tutor atau pembimbingnya. Karena itu masukan pemberdayaan tidak boleh bersifat melompat-lompat karena pelaku utamanya adalah keluarga sederhana yang sedang berkembang. “Proses tahapan pemberdayaan itu seumpama mengirim seorang anak sekolah, harus mulai dari kelas taman kanak-kanak, melaju ke tingkat SD dan seterusnya. Oleh karena itu para pendamping pemberdayaan tidak perlu tergesa-gesa dan harus dengan sabar melakukannya. Pedomannya adalah “SIS”, sabar, ikhtiar dan bersyukur karena hasilnya akan langsung dirasakan oleh masing-masing keluarga sasaran yang sekaligus bertindak sebagai pelaku pemberdayaan,” paparnya. HARI
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
37
POSDAYA LEMBAGA KEUANGAN
Program CSR Holcim Tuban Bina 26 Posdaya Setelah PT Holcim Indonesia Tbk, Pabrik Cilacap dan Bogor, melalui program CSR Holcim Pabrik Tuban melaunching 26 Posdaya di 6 desa, di 3 kecamatan sekitar wilayah ring 1. Posdaya dikembangkan sebagai salah satu sarana meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
GM PT Holchim Indonesia Tbk, Pabrik Tuban Ir Sidik Darusulistyo, MBA, bersama Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, dan Wakil Bupati Kabupaten Tuban Ir H Noor Nahar Hussein, MSi usai menandatangan MoU kemitraan pengembangan Posdaya. [FOTO-FOTO: HARI]
38
Cilacap ini menyebut, Posdaya sendiri merupakan suatu forum silaturahmi, advokasi, komunikasi, informasi dan edukasi. Wahana pemberdayaan fungsi keluarga secara terpadu, utamanya fungsi kesehatan, fungsi pendidikan, fungsi ekonomi dan fungsi lingkungan. “Penguatan fungsi-fungsi utama tersebut diharapkan memungkinkan setiap keluarga makin mampu membangun dirinya menjadi keluarga sejahtera, keluarga yang mandiri dan keluarga yang sanggup menghadapi tantangan masa depan dengan lebih baik,” ujar lulusan teknik elektro Universitas Gajah Mada Yogyakarta (1996) dan Master of Business dari NUS Singapura ini. Pembentukan Posdaya, kata Sidik, bertujuan mengembangkan potensi yang ada di tengah masyarakat, termasuk pula menekankan pentingnya berorganisasi. Tujuannya agar organisasi yang dibentuk ENERAL Manager (GM) PT Holcim masyarakat mampu menjadi organisasi sosial Indonesia Tbk, Pabrik Tuban Ir Sidik yang memiliki peran penting ditengah Darusulistyo, MBA mengatakan pos masyarakat, agar masyarakat menjadi mandiri pemberdayaan keluarga (Posdaya) dalam menyelesaikan permasalahan terutama yang digagas Yayasan Damandiri pimpinan dalam pengentasan kemiskinan. Prof Dr Haryono Suyono sebagai sebuah geKeberadaan program Posdaya nampaknya rakan yang mengusung kemandirian, dan telah menarik pimpinan salah satu perusahaan pemanfaatan sumberdaya, serta potensi lokal semen terkemuka untuk menyalurkan program sebagai sumber segala solusi. Corporate Social Responsibility (CSR). Setelah hal Posdaya dikembangkan sebagai salah satu itu dilakukan saat memimpin PT Holcim sarana meningkatkan kualitas hidup masya- Indonesia Tbk Pabrik Cilacap, Jawa Tengah. rakat yang hanya bisa diharapkan melalui Berbekal dari pengalamannya di Cilacap penguatan fungsi keluarga secara terpadu. “Hal beberapa tahun lalu, tepatnya sejak 2009 PT ini sejalan dengan visi Holcim untuk me- Holcim Indonesia Tbk Pabrik Cilacap memulai nyediakan solusi berkelanjutan bagi masyara- pendekatan baru tentang kebijakan CSR-nya kat. Harapan kami Posdaya mampu berperan melalui Posdaya, maka langkah sama pun dalam membantu masyarakat lokal di wilayah diambil untuk Tuban. ring 1 menciptakan keluarga yang sejahtera dan “Karena ternyata Posdaya memiliki promandiri,” katanya disela-sela acara Talk Show gram yang sifatnya button up (langkah inisiatif dan Gebyar Posdaya yang dikemas dalam yang di mulai dari masyarakat kalangan Siaran TVRI Jawa Timur saat Launching 26 bawah). Nah, inisiatif-inisiatif seperti inilah Posdaya binaan PT Holcim di Pendopo Krido yang memang disukai PT Holcim dalam kebiManunggal Tuban, Jawa Timur baru-baru ini. jakan CSR-nya. Karena dengan ini PT Holcim GM yang telah berpengalaman dalam bisa mendapat akses langsung ke masyamempimpin PT Holchim Indonesia pabrik rakat,” ungkap Sidik demikian biasa disapa.
G
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
Menurut Sidik, dengan Posdaya pihaknya mendapatkan data yang riil karena bisa bersentuhan langsung dengan masyarakat. “Di situlah kami bisa mendapat informasi seputar jumlah penduduk miskin yang berada di dekat wilayah perusahaan PT Holcim Indonesia Tbk, sehingga dengan demikian kami bisa menargetkan dalam jangka waktu dan radius wilayah tertentu, masyarakat yang berdekatan dengan perusahaan harus sudah tidak ada lagi anak-anak usia sekolah yang putus sekolah atau tidak sekolah karena disebabkan ketidakmampuan biaya, dan lain sebaginya,” tutur GM PT Holcim yang mengawali karier di pabrik semen Holcim di Narogong ini. Jika di Cilacap, Sidik berhasil membentuk 36 Posdaya di 19 desa binaan, dengan keterlibatan masyarakat sebanyak 8.219 orang pada 248 aktivitas, dan di Tuban dengan support Dr Bagong dari Universitas Airlangga Surabaya, PT Holchim Indonesia Tbk pabrik Tuban telah melaunching 26 Posdaya di 6 desa sekitar wilayah ring 1 sekitar pabrik. Sebagai catatan, saat memimpimpin Holcim pabrik Cilacap, Sidik telah membangun jejaring dengan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto. Ketika itu, pabrik yang dipimpinnya melalui program CSR. Di antaranya, sebanyak 12.215 siswa telah mendapatkan bantuan pendidikan melalui program Gerakan Orang Tua Asuh (GOTA) PT Holcim Indonesia Tbk, 1.200 terlibat aktif di PAUD, 1.132 di TPQ serta 75 aktif taman bacaan. Selain itu, Posdaya juga dijadikan sebagai pusat pelatihan ketrampilan untuk ibu-ibu guna menambah pendapatan keluarga. Di antaranya melalui pelatihan olahan makanan, pelatihan hantaran pengantin dan pelatihan kain flanel. Tercatat tak kurang dari 584 orang terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi ini dengan total KUB terbentuk sebanyak 77. Sementara itu di bidang kesehatan, melalui keterlibatan mahasiswa Unsoed dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya, aneka pelatihan kesehatan bisa dilangsungkan guna meningkatkan kesehatan masyarakat. Sehingga sebanyak 2.771 orang aktif dalam kegiatan di 32 Posyandu lansia dan 2.452 anak aktif dalam 34 Posyandu balita. Demikian pula pada bidang lingkungannya, di bawah kepemimpinan Sidik, kegiatan pengelolaan lingkungan mahasiswa KKN Tematik Posdaya berdampak kepada ekonomi masyarakat. Mulai dari kerja bakti membersihkan lingkungan, budaya lingkungan bersih,
pemanfaatan lahan untuk TASI dan tanaman obat keluarga. Meski sudah 3 tahun berada di Tuban, tapi baru 2015 ini Sidik mewujudkan program nyata CSR melalui 26 Posdaya di Tuban, khususnya di wilayah ring satu. Bukan terlambat tetapi pada upaya mempersiapkan secara matang dan detil agar program CSRnya benarbenar sesuai sasaran dan mendatangkan manfaat bagi masyarakat penerimanya. Menurutnya, dalam setiap pengguliran program CSR yang disupport dana cukup besar perlu dihitung luasnya dampak menyentuh jumlah penerima manfaat, keterlibatan yang tinggi dari masyarakat, meningkatnya kualitas hidup masyarakat seperti ekonomi/ kemiskinan, pengangguran, kesehatan, pendidikan, angka harapan hidup dan lainnya. Serta kegiatan CSR yang berkelanjutan sehingga diharapkan akan bisa menurunnya ketergantungan terhadap perusahaan, kegiatan usaha yang sehat, namun rasa memiliki dari masyarakat semakin meningkat. “Kami selalu berusaha mewujudkan masyarakat sejahtera mandiri melalui kemitraan yang harmonis antara perusahaan, pemerintah daerah dan lembaga swadaya masyarakat, sehingga kami bisa mendorong kemandirian masyarakat dalam mengembangkan aset ekonomi dan mengembangkan sumber daya alam, lingkungan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia,” paparnya. Sidik mengungkapkan, CSR adalah merupakan komponen yang mendasar dalam institusi perusahaan. Setidaknya ada enam pilar
Kader Posdaya binaan Holcim Tuban yang tergabung dalam koperasi memamerkan hasil kebun bergizinya.
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
39
Security PT Holchim Indonesia Tbk Tuban unjuk kemampuan menampilkan kesenian hadroh.
40
untuk CSR. Pilar pertama, adalah memastikan bahwa operasi Holcim memegang dedikasi yang tinggi dan bagaimana mengelola bisnis yang tinggi. Pilar kedua, memastikan bahwa karyawan harus mendapatkan keuntungan. Pilar ketiga, adalah kenyamanan bekerja merupakan hal yang utama untuk kegiatan operasi harus dijaga. Keempat, komitmen membangun untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di sekitarnya. Kelima, menjaga pelanggan selaku pengguna produk dan keenam monitoring dengan semua pemangku kepentingan termasuk pengembangannya ke depan. “Program CSR itu penting, karena ikut memperhatikan kehidupan sosial di sekitarnya. Tanpa ada itu maka perusahaan itu tidak ada artinya. Oleh karena itu kami membangun pabrik Semen di Tuban ini bersama masyarakat juga,” ujarnya. Peraih S2 (MBA) di Singapura ini merasa bersyukur program CSR yang digulirkan di Tuban dengan membina 26 Posdaya yang berada di 7 desa di 3 kecamatan, telah mendapat
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
restu Pemerintah Kabupaten Tuban. “Saya sangat bersyukur dan mengucap alhamdulillah, dengan dilaunchingnya 26 Posdaya yang kami bina oleh Wakil Bupati, Bapak Ir H Noor Nahar Hussein, MSi serta dihadiri penggagas Posdaya yang juga Ketua Yayasan Damandiri, Bapak Prof Dr Haryono Suyono yang saya kagumi sekaligus saya hormati ini, pada 26 Mei 2015 ini, di Pendopo Krido Manunggal Tuban,” katanya dengan wajah berbinar. Dengan dilaunchingnya 26 Posdaya di Tuban oleh Wakil Bupati dan disaksikan langsung penggagas Posdaya, berati seorang Sidik Darusulistyo telah menorehkan prestasi tambahan bagi perusahaannya dalam hal penyaluran kepeduliannya melalaui Posdaya. Setelah Cilacap bersama perguruan tinggi Unsoed dan mendapat restu Bupati Cilacap, dan di Bogor bersama P2SDM Institut Pertanian Bogor, kini teranyar di Tuban bersama Universitas Airlangga Surabaya. Seperti selalu ditegaskan Ketua Yayasan Damandiri, Prof Dr Haryono Suyono yang mengatakan, pemerintah daerah harus bersyukur memiliki mitra PT Holcim Indonesia yang peduli pada pemberdayaan keluarga. Menurutnya, sinergi Pemda Tuban dan PT Holcim dalam membentuk Posdaya merupakan kekuatan luar biasa dalam program pengentasan kemiskinan. “Sokongan pemerintah dan perusahaan swasta melalui CSR memperkuat Posdaya,” katanya. HARI
STOP
PRESS
Wong Ndeso (Orang Desa) Sedulur... Dino iki aku lan kowe kabeh padha kumpul. Rembuge gayeng koyo kumbang kang lagi mbrengengeng.
Saudara... Hari ini aku dan kamu semua berkumpul. Pembicaraan ramai meriah bersemangat seperti ramai/riuhnya suara kumbang yang sedang bertemu.
N
ANGING... aku seneng. Paribasan nganti pating pethentheng, amrih warege weteng. Sedulur... Ana unen unen ngudari Gumbala ruwet...Tegese ngudari bolah ruwet... karepe. Sadengah perkara bisa dipecahke lan nggolek pramayoga amrih padhange. Pancen Sedulur... Wong ndesa mono bebasan adoh ratu cedak watu, cekelane garu luku, mangane mung karon tahu, ra patia kenal karo buku, lan ra tau nganggo sepatu, kathok klambine paling akeh telu, mrena-mrene sangune lintingan diwadhahi plastik milih sing kaku. Ewa semono. Watake lugu lan mituhu, kabeh dhawuh digugu, senadyan duwene duwit mung limang ewu diselehke kethu, parandene pikirane ayem, sumeleh, mula ambleg anggone turu. Nanging... Eling den elinga.... Jaman semana andhile gedhe kanggo Negara, ngopeni tentara, melu gerilya, korban jiwa raga lan nyawa. Ugo dadi pandelikane wong kutha. Mula.. ayo sedulur, Aja wegah, aja sayah, lan tanganmu aja seneng mlumah. Apa-apa nyalahke Pemerintah. Pumpung ana Posdaya, ya dimanfaatake ben berdaya. Mara delengen. Galo. Bang bang wetan wis trontong trontong. Sumirat abang pratanda meh padhang, Karo ndonga lan terus tumandang. Mendhung kang peteng kae bakal sumilak. Ayo padha sesanti. Jaya jaya wijayanti suka basuki kang pinanggih. Tetapi... saya senang. Ibaratnya sampai pada tegang, supaya perut menjadi kenyang. Saudara... Ada ungkapan mengurai jenggot yang kusut/ruwet/amburadul. Artinya melepas/mengurai benang yang kusut, maksudnya. Setiap permasalahan bisa dipecahkan dan mencari persetujuan agar menjadi terang. Memang saudara... Orang desa itu ibarat jauh dari raja dekat dengan batu/gunung, pegangannya garu dan luku-alat untuk bertani, makannya hanya sederhana/asal saja, tidak begitu mengenal dengan buku, dan tidak pernah pakai sepatu,
Celana dan bajunya paling banyak tiga, Ke sana kemari berbekal lintingan/gulungan di tempatkan di plastik memilih yang kaku/ keras. Meski demikian. Perwatakkannya lugu dan penurut, semua perintah didengar, diperhatikan dan dilaksanakan. Meski uang yang dimiliki hanya lima ribu dan ditempatkan di sela topinya. Meski demikian pikirannya tenteram, berserah diri, maka kalau tidur bisa pulas. Tetapi... ingat... dan ingatlah... Di jaman/masa lalu andilnya besar untuk negara, melayani dan memelihara militer, ikut bergerilya, berkorban jiwa raga dan nyawa. Juga menjadi tempat berlindungnya/ ngumpet orang-orang kota. Maka ayo marilah saudaraku semua, jangan tidak mau, jangan lelah, dan tanganmu jangan mudah menengadah/meminta-minta. Apa-apa menyalahkan pemerintah. Mumpung/selagi ada Posdaya. Mari dimanfaatkan supaya berdaya. Maka lihatlah. Itu lihatlah, sinar memerah di ujung timur sudah mulai terlihat bersinar. Bersinar memerah pertanda mulai terang/siang. Dengan berdoa dan kemudian bekerja/bergiat. Mendung yang gelap itu akan tersisihkan. Mari kita bermunajat dan berdoa. Berjuang untuk kesuksesan hingga kita menemukan kebahagiaan sejati lahir dan batin. Djangkah Pandoyo /HNUR Aamiin.
Pumpung ana Posdaya, ya dimanfaatake ben berdaya. Mumpung ada Posdaya, Mari dimanfaatkan supaya berdaya. [FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
41
LAPORAN UTAMA
Posdaya Solusi Meningkatan Kesejahteraan Keluarga Kemiskinan menjadi persoalan serius dalam masyarakat Indonesia. Optimalisasi berbagai upaya perlu dilakukan untuk mengentaskan kemiskinan. Mengentaskan kemiskinan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja. Partisipasi seluruh elemen bangsa, termasuk Posdaya melalui berbagai kegiatannya berkewajiban memberikan solusi ikut ambil perannya mengentaskan kemiskinan.
Posdaya mengusung kemandirian dan pemanfaatan sumberdaya serta potensi lokal sebagai sumber segala solusi. [FOTO: ADE S]
U
PAYA pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengoptimalkan pemberantasan kemiskinan dimulai dari penyiapan data valid tentang angka penduduk miskin. Pada April lalu, Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) telah memulainya dengan menggelar rapat koordinasi nasional (Rakornas) tentang verifikasi dan validasi data kemiskinan tahun 2015. Menurut Menko PMK Puan Maharani, verifikasi dan validasi data sangat menentukan keberhasilan program-program peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Verifikasi dan validasi angka kemiskinan penting agar ada data tunggal yang valid untuk dijadikan acuan. Sebab, pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla menggunakan data untuk menetapkan sasaran program-program penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat seperti Program Indonesia Sehat, Program Indonesia Pintar, Program Keluarga Sejahtera dan juga Beras untuk Rakyat Miskin alias Raskin, ” katanya saat membuka Rakornas Verifikasi dan Validasi Data Kemiskinan Tahun 2015, pada April lalu, di Jakarta.
42
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
Jumlah penduduk miskin pada tahun 2015 diprediksi mencapai 30,25 juta orang atau sekitar 12,25 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Kenaikan jumlah penduduk miskin ini disebabkan beberapa faktor, termasuk kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak) yang fluktuatif, selain inflasi dan pelemahan dolar. Akibat kolaborasi ketiga faktor tersebut bisa menambah angka kemiskinan sebesar satu persen. Jika berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin pada tahun 2014, presentase penduduk miskin di Indonesia mencapai 11,25 persen atau 28,28 juta jiwa, maka pada 2015 ada tambahan penduduk miskin sekitar 1,9 juta jiwa. Akibat kondisi tersebut membuat banyak keluarga sangat rentan kondisinya untuk menjadi keluarga miskin. Kemiskinan akan menjadi kendala bagi setiap keluarga. Momen peringatan Hari Keluarga. Hari Keluarga yang diperingati setiap tanggal 29 Juni merupakan momen penting yang menjadi ruang bersama meneguhkan upaya meningkatkan komitmen dalam melanjutkan dan mengembangkan pembangunan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Melalui keluarga yang bermutu dan kuat akan menjadi wahana pembangunan bangsa yang sangat efektif. Keluarga adalah bagian terkecil dari struktur organisasi di masyarakat. Keluarga merupakan stage awal kehidupan individu manusia berasal. Keluarga merupakan cerminan dari kepribadian kita terhadap keluasan pengetahuan atau ilmu yang dimiliki. Oleh karena itu, seseorang dikatakan berhasil dalam hidupnya karena juga didukung oleh keluarga yang berhasil mengantarkan dirinya menjadi berhasil. Indonesia hingga saat ini masih sebagai negara ke 4 dengan penduduk terbesar di dunia. Jumlah penduduk yang besar bisa menjadi modal pembangunan, namun sekaligus juga bisa menjadi beban. Karena negara harus memikirkan makan, pendidikan, kesehatan, perumahan, dan pekerjaan bagi mereka. Jumlah penduduk yang besar akan menjadi modal pembangunan bangsa yang amat berarti, mana kala mereka dalam kondisi yang sehat jasmani dan rohaninya, mempunyai pendidikan dan keterampilan yang baik, dan akhlak yang baik pula. Berbicara tentang penduduk sama artinya berbicara keluarga. Pasalnya, dalam setiap keluarga terdiri dari beberapa penduduk. Di dalam keluarga Indonesia biasanya terdiri dari bapak, ibu dan anak. Meskipun ada pula dalam keluarga ditambah kakek, nenek maupun anggota keluarga lainnya. Momen Hari Keluarga 2015 ini selain menjadi momentum strategis untuk menguatkan budaya silaturahmi dan kebersamaan sebagai sebuah keluarga, juga menjadi waktu tepat mengevaluasi, bergerak sekaligus mengajak masyarakat membagi kepedulian dalam pengentasan keluarga miskin, seperti yang dilakukan melalui pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya). Gerakan Posdaya yang lahir dari, untuk dan oleh masyarakat ini, bukan saja melalui pembinaan keluarga secara gotong royong bersama keluarga yang lebih mampu, keluarga muda yang kurang terampil bisa belajar ketrampilan menjahit dan membuat produksi makanan kecil yang dengan mudah dijajakan di warung-warung di kampung, tetapi sebagai sebuah gerakan, Posdaya mengusung kemandirian, dan pemanfaatan sumberdaya, serta potensi lokal sebagai sumber segala solusi. Bukti bahwa Posdaya dikembangkan sebagai salah satu sarana meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang hanya bisa diharap-
kan melalui penguatan fungsi keluarga secara terpadu telah dilakukan dan dinilai manfaatnya oleh kepala-kepala daerah maupun ketua-ketua lembaga organisasi social masyarakat. Adalah Bupati Solok Drs H Syamsu Rahim, MM saat ditemui di acara pembukaan Munas KNKS di Kota Padang, Sumatera Barat mengungkapkan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Solok, Sumatera Barat (Sumbar) menggiatkan Pos PemberPuan Maharani dayaan Keluarga (Posdaya) dalam rangka meningkatkan taraf kesejahteraan hidup masyarakat daerah tersebut. “Kegiatan Posdaya menjadi forum bagi keluarga-keluarga di jorong-jorong untuk musyawarah merancang dan melaksanakan kegiatan-kegiatan pemberdayaan yang diinginkan sesuai kebutuhan masyarakat agar tercapai peningkatan kesejahteraan keluargakeluarga di sana,” kata pria kelahiran Paninjauan, Kabupaten Solok, 6 Maret 1956 ini. Syamsu Rahim mengakui, program Posdaya telah mampu memberikan pencerahan baru, dalam upaya mengembalikan jati diri sifat masyarakat Indonesia yang peduli terhadap sesama, lebih mengedepankan pendekatan pemberdayaan keluarga, menyentuh bidang kesehatan, pendidikan, kesejahteraan ekonomi, kelestarian lingkungan, sosial budaya dan agama. “Posdaya juga sejalan dengan tungku tigo sajarangan tigo tali sapilin, yaitu kegiatan silaturahmi dari tiga kelompok masyarakat adat tanah minang yaitu dari sisi cerdik pandai seperti perguruan tinggi, sisi kekuasaan seperti pemerintah daerah dan dari unsur masyarakat dalam rangka menyegarkan kembali sifat gotong royong dan peduli terhadap sesama anak bangsa yang secara intensif digalakkan kembali Pemkab Solok sejak 2011 lalu, setelah sekian lama hampir luntur di masyarakat Sumatera Barat,” papar Ketua DPRD Kota Sawahlunto yang menjabat dua periode 1999-2004 dan 2004-2009 ini. ”Tingginya partisipasi masyarakat dalam mengembangkan Posdaya sampai ke tinggkat jorong sudah membawakan hasil, kami berharap masa yang akan datang Posdaya mampu membantu mensejahterakan masyarakat,” tuturnya. Drs H Syamsu Rahim, MM Keberadaan Posdaya sebagai Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
43
forum silaturahmi dan komunikasi masyarakat, imbuhnya, ternyata kian dirasakan manfaatnya dalam upaya pendekatan pemberdayaan keluarga guna mengentaskan kemiskinan. Saat ini, kata lulusan APDN Bukittinggi tahun 1981 ini, jumlah Posdaya di Kabupaten Solok yang sudah terbentuk sebanyak 217 unit, dengan rincian 128 unit Posdaya tingkat jorong, 74 unit Posdaya tingkat nagari, 14 unit Posdaya tingkat kecamatan dan satu unit Posdaya tingkat dr Mundjirin, SpOG Kabupaten. “Adapun untuk Posdaya di Kabupaten Solok dikemas dalam berbagai bidang seperti kesehatan, pendidikan, ekonomi, lingkungan, agama, sosial, dan budaya dalam mengembangkan keluarga sejahtera untuk seluruh lapisan masyarakat,” seraya menjelaskan Posdaya Kabupaten Solok diresmikan Prof Dr Haryono Suyono, selaku Ketua Yayasan Damandiri, pada tanggal 16 Februari 2011 silam. Menurut Bupati Syamsu Rahim, semenjak diresmikan, Kabupaten Solok sudah memperoleh berbagai penghargaan, di antaranya tahun 2011 penghargaan Damandiri Award untuk Bupati Solok dan Wali Nagari TaruangTaruang Kecamatan X Koto Sengai Lasi, kemudian tahun 2012 penghargaan untuk Ketua Posdaya Kabupaten Solok dan Posdaya Limpur Jaya Nagari Batu Bajanjang Kecamatan Lembang Jaya. Selanjutnya tahun 2013, imbuh suami Hj Erlinda Syamsu Rahim, SSos, penghargaan Damandiri Award untuk Bupati Solok kali yang kedua beserta empat orang camat yaitu Camat Kubung, Camat Lembang Jaya, Camat Payung Sekaki dan Camat Junjung Sirih. Keberadaan Posdaya sebagai forum silaturahmi dan komunikasi masyarakat yang telah dirasakan manfaatnya dalam upaya pendekatan pemberdayaan keluarga guna mengentaskan kemiskinan juga diakui Bupati Semarang dr Mundjirin. Sebagai penerima Damandiri Award 2014, Bupati Semarang dr Mundjirin mengakui, program Posdaya yang diinisiatifi Yayasan Damandiri telah berkontribusi menurunkan angka kemiskinan di daerah yang dipimpinnya. “Kemiskinan Kabupaten Semarang dulu 10,3 persen. Sekarang, angkanya turun menjadi 8,3 persen,” kata Bupati Semarang dr Mundjirin. 44
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
Program Posdaya, kata Mundjirin, sangat membantu pemda dalam melakukan pekerjaan besar memberdayakan masyarakat yang memang belumlah paripurna. Keberadaan Posdaya di Kabupaten Semarang berkat kegiatan Universitas Negeri Semarang (Unnes) dan Universitas Darul Ulum Islamic Center (Undaris) Semarang. Keduanya, telah berkontribusi dengan baik membantu mengentaskan kemiskinan ) di Kabupaten Semarang melalui program Posdaya yang dimotori Yayasan Damandiri pimpinan Prof Dr Haryono Suyono. Selain dengan menerjunkan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN), dua perguruan tinggi itu juga selalu siap mendukung melalui riset. Riset diperlukan terutama agar masyarakat dapat mengembangkan potensi alam dan sosial yang dimilikinya sehingga lebih sejahtera. Mundjirin menilai, Posdaya merupakan program pemberdayaan yang sangat bagus. Di Posdaya untuk melaksanakan kegiatannya sangat fleksibel, karena bisa dilakukan di mana saja, termasuk memanfaatkan halaman sekitar masjid. Sehingga, tidak jarang Posyandunya memanfaatkan halaman masjid untuk kegiatan penimbangan balita dan pelayanan KB secara mandiri. Posdaya mempergunakan halaman dan fasilitas masjid untuk menggelar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sekaligus mengajarkan pemahaman AlQur’an dan kewajiban keagamaan lain secara rutin. “Mereka para kader juga bisa mengadakan pelatihan ketrampilan serta membantu anggota melakukan usaha ekonomi secara gotong royong,” ujarnya. Di Posdaya, orang tua yang mengantar anak balitanya ke sekolah PAUD memperoleh kesempatan untuk memperdalam pengetahuan agama di ruangan lain di masjid. Sambil menunggu anaknya sekolah di PAUD, di samping pendalaman keagamaan mereka juga belajar ketrampilan seperti menanam tanaman yang berguna untuk gizi anak-anaknya. Mereka belajar memelihara ternak dan belajar mengolah kolam untuk ditebar dengan ikan mujair, lele dan lain-lain. “Melalui pembinaan keluarga secara gotong royong bersama keluarga yang lebih mampu, keluarga muda yang kurang terampil bisa belajar ketrampilan menjahit dan membuat produksi makanan kecil yang dengan mudah dijajakan di warung-warung di kampungnya,” ujarnya. HARI
CERITA SAMPUL
In Memoriam Pak Harto
Negarawan yang Membumi Jenderal Besar TNI (Purn) Haji Muhammad Soeharto yang wafat pada Minggu, 27 Januari 2008 pukul 13.10 WIB di Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta, sepanjang hidupnya hanya memikirkan bagaimana menyejahterakan rakyat. Jauh dari kesan hidup mewah. Bahkan, almarhum Pak Harto (demikian beliau biasa disapa) memilih tinggal di rumah sederhananya di Tapos, Bogor agar tetap menyatu dengan rakyat. Begitulah ciri negarawan sejati yang selalu ingin membumi dengan kehidupan rakyat jelata.
M
ENGENANG kelahiran almarhum Pak Harto, Presiden Republik Indonesia ke-2 yang lahir di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, DI Yogyakarta, 8 Juni 1921 ini, Majalah Gemari mewawancarai beberapa tokoh nasional yang sangat faham akan keseharian almarhum. Di antaranya, Letjen TNI (Purn) Ir Azwar Anas, Prof Dr Haryono Suyono dan Dr Subiakto Tjakrawerdaja. Saking ingin menyejahterakan rakyat, yayasan-yayasan yang almarhum Pak Harto pernah dirikan semata-mata hanya untuk rakyat. Seperti, Yayasan Supersemar memberikan beasiswa untuk meningkatkan pendidikan anak bangsa. Yayasan Gotong Royong untuk membantu korban bencana alam. Yayasan Dharmais untuk membantu pantipanti asuhan dan orang jompo. Yayasan Amal Bhakti Pancasila (YAMP) untuk membantu pembangunan masjid. Dan Yayasan Damandiri giat membantu pemberdayaan masyarakat mulai dari akar rumput. Bahkan sampai detik terakhir kepergiannya, almarhum Pak Harto masih berucap doa dengan suara terbata-bata, “Semoga rakyat Indonesia, orang-orang muda supaya cepat dapat pekerjaan, dan masyarakat Indonesia bisa makmur.” Ketulusan almarhum Pak Harto dalam mengentaskan kemiskinan rakyatnya ini juga terekam dalam ingatan sahabatnya, Azwar Anas (84 tahun), yang pernah dipercaya menjadi Gubernur Sumatera Barat dan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat era Kabinet Pembangunan. “Sejak pertama kali kenal almarhum Pak Harto itu saya masih di Perindustrian Angkatan Darat sebagai pemegang PT Purna Cadana Pendad. Karena saat itu saya tinggal dengan kakak saya yang Kepala Staf Angkatan
Darat Jenderal Sofyar. Di situlah saya melihat bagaimana almarhum Pak Harto memiliki potensi luar biasa sebagai pemimpin,” kenang Azwar Anas. Selama ia bertugas sampai selesai tugas tahun 2001, Azwar Anas melihat kalau Pak Harto itu bukan saja sebagai pemimpin tetapi
Jenderal Besar TNI (Purn) HM Soeharto saat panen raya. [FOTO: DOK]
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
45
Pak Harto, hidupnya sangat sederhana. Seperti kediamannya di Tapos, tempatnya tidak mewah tetapi sederhana sebagaimana di desa. [FOTO-FOTO: ISTIMEWA]
46
seorang negarawan. Banyak keistimewankeistimewaan almarhum Pak Harto yang tidak dimiliki banyak orang. Di antaranya adalah, keistimewaan banyak mendengar. “Kalau umpanya kita ingin bertemu beliau, beliau akan mendengar dulu. Tetapi sebaliknya kalau beliau yang mengundang kita, kita harus mendengar beliau. Kemudian setiap dari apa yang kita sampaikan itu sangat sederhana tetapi tetap tepat dan konsisten. Kejadian apapun kalau sudah dipercayakan, beliau akan tetap menghormati dan menghargai. Walau banyak suara-suara yang masuk, beliau tidak terpengaruh.” Keistimewaan lainnya adalah kesederhanaan beliau. “Selama beberapa puluh tahun saya mengikuti Pak Harto, hidupnya sangat sederhana. Umpamanya kita di Tapos, tempatnya tidak mewah tetapi sederhana sebagaimana di desa. Juga dalam masalah kehidupan, fokus beliau adalah terhadap pembangunan bangsa dan negara ini. Kalau saya lihat, saya dulu hanya pergi pagi pulang malam beberapa tahun, beliau itu sampai 32 tahun begitu.” Keistimewaan Almarhum Pak Harto juga karena memiliki konsep yang kontinue dan betul-betul konsisten dalam melaksanakan amanah rakyat. “Sistem demokrasi kita bukan sistem ala demokrasi seperti sekarang yang dipenuhi gaya liberal. Demokrasi kita adalah demokrasi Pancasila yang kerakyatan itu dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan serta permusyawaratan perwakilan,” tandasnya. Hal senada juga disampaikan Dr Subiakto Tjakrawerdaja yang memandang almarhum Pak Harto sebagai Bapak Pembangunan Demokrasi Pancasila. Lelaki flamboyan yang pernah menjadi Menteri Koperasi dan UKM ini juga menolak anggapan bahwa almarhum Pak Harto adalah seorang diktaktor dan otoriter.
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
“Orde baru itu pemerintahan yang punya visi mengamalkan Pancasila secara murni dan konsekuen. Selama 32 tahun beliau (almarhum Pak Harto) melaksanakan pemilihan umum (Pemilu) secara tertib. Dan itu baru pertama kali dalam sejarah terjadi.” Hal tersebut, kata Subiakto, sangat sesuai dengan Pancasila. Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang dibuat berdasar keputusan rakyat pun selalu dilaksanakan dengan baik oleh almarhum Pak Harto selaku Presiden RI dan dipertanggungjawakan di hadapan MPR setelah 5 tahun. “Itulah mekanisme kepemimpinan nasional lima tahun. Lalu, di mana diktaktornya?” Ia juga menyayangkan dihapusnya Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) yang dianggap sebagai indoktrinasi Pak harto. “Pembangunan lima dekade itu pengamalan pancasila di dalam GBHN itu jelas pembangunan sebagai pengamalan Pancasila. Jadi keliru kalau ada anggapan bahwa P4 itu untuk memperkokoh dia jadi presiden lagi. Karena pembangunan nasional untuk mengentaskan kemiskinan sebagai bagian dari pengamalan Pancasila,” jelasnya. Baginya, pembangunan nasional yang diemban almarhum Pak Harto meliputi seluruh aspek kehidupan, baik pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, lingkungan, wirausaha dan sebagainya. “Hingga akhirnya saya berkesimpulan bahwa almarhum Pak Harto adalah bapak Pembangunan Demokrasi Pancasila. Beliau adalah anak ideologi Bung Karno dan Bung Hatta,” tandasnya. Tidak sembarang pilih Berdasar penuturan Prof Haryono Suyono, almarhum Pak Harto selalu memberi kepercayaan kepada staf dan orang-orang yang dipilihnya. Tidak seperti yang terjadi saat ini dilakukan sistem lelang dan test segala macam. “Tetapi beliau ikuti dan mengirim orang-orang dekatnya untuk menyelidiki orang-orang yang dipandang bisa menjadi pemimpin bangsa. Contohnya Pak Azwar Anas. Saya pernah ditugasi Pak Harto untuk melihat Pak Azwar Anas itu sebagai gubernur di Sumatera Barat. Ternyata langkah-langkahnya bagus, strategis dan bersemangat tetapi beliau belum banyak keliling ke lapangan. Sehingga,
saya dipesan agar supaya Pak Azwar Anas itu mau dan lebih sering pergi ke lapangan mendekati rakyat, baik melalui program KB, program pertanian dan sebagainya,” kenang Prof Haryono Suyono. Pada suatu ketika, lanjut Prof Haryono, almarhum Pak Harto memanggil Azwar Anas yang saat itu masih menjadi Gubernur Sumatera Barat, kemudian ditanya tentang cita-citanya dan sebagainya. “Tetapi saat itu saya tidak tahu bahwa saya itu ditugasi bukan saja untuk mendorong Pak Azwar Anas ke desa, tetapi untuk melihat apakah kedekatan beliau dengan rakyat itu diterima.” Ternyata apa yang dilihat dan dilaporkan Prof Haryono berimbas pada kelaikan Azwar Anas ditetapkan menjadi menteri yang mengurusi kepentingan rakyat yaitu Menteri Perhubungan. “Saya memberi laporan kepada almarhum Pak Harto bahwa kedekatan Pak Azwar Anas dengan rakyat itu bukan kedekatan biasa. Bahkan Pak Azwar Anas pernah berkata kepada saya waktu saya menginap di rumah kediaman gubernur, beliau katakan: ‘Pak Haryono jangan tunggu sarapan di sini, cobalah keliling ke kampung-kampung itu. Nanti menurut pengalaman saya, Pak Haryono akan diundang oleh orang kampung itu untuk diajak minum kopi dan sarapan.’ Begitulah budaya orang Minang.” Pilihan almarhum Pak Harto terbukti benar. Semasa menjabat sebagai Menteri Perhubungan, Azwar Anas membuat pagarpagar di jalan kereta api dengan warna biru dan putih. Sehingga infrastruktur perhubungan itu juga menarik untuk rakyat, melayani rakyat dan menarik untuk rakyat. Tidak hanya kasus Azwar Anas. Prof Haryono Suyono pun kerap ditugasi almarhum Pak Harto secara diam-diam untuk terjun ke masyrakat mengamati kinerja bupati yang ada di sana, apakah mau mengurusi rakyat atau tidak. “Apapun laporan yang kita bawa itu dicatat dalam satu buku tersendiri yang isinya nama-nama orang dan trackrecord-nya berasal dari sumber-sumber yang sifatnya resmi maupun yang tidak resmi,” jelasnya. Jadi jelas, dalam memilih pembantunya, almarhum Pak Harto itu tidak saja percaya kepada satu laporan resmi, tetapi juga mengutus dan meminta pendapat dari orangorang yang mempunyai hubungan. Dan orang orang itu dianggap satu sama lain nanti akan memberikan pembanding, cek and recek.
Diakuinya, almarhum Pak Harto juga percaya pada networking dan memberi kepercayaan kepada orang-orangnya sebagai satu jaringan, tetapi bukan sembarang orang. Tetapi orang yang dipilih secara obyektif. Pertama, punya kredibilitas dan wibawa. Kedua, dekat dengan rakyat. Kedekatan dengan rakyat itu bukan basa-basi, tetapi kedekatan bahwa rakyatnya juga dekat dengan orang yang akan ditunjuknya itu. Itulah sebabnya pada zaman itu, gerakan Pak Harto itu sekali dikasih instruksi maka para jaringan yang ada di daerah-daerah di tingkat provinsi, kabupaten, mulai dari tingkat menteri itu menyatu. Dan menyatunya itu dekat dengan rakyat. Sehingga apa yang dilakukan oleh bawahan itu mempunyai roh. “Rohnya itu bukan sekedar peduli terhadap rakyat, tetapi menurut terjemahan saya, Pak Harto itu ingin bekerja bersama rakyat,” tegasnya. Proses menempatkan rakyat menjadi pemeran pembangunan ini kelihatan dalam hampir segala bidang. Waktu menanam padi, rakyat didampingi oleh PPL tetapi rakyatnya diajari dengan sungguh-sungguh bagaimnana menanam secara teratur dengan pupuk yang baik. Bahkan Pak Harto tidak segan-segan terjun ke sawah untuk memberi contoh memberi teladan kepada petani. Dan apakah itu petani ngerti atau tidak ngerti, Pak Harto sangat terbuka. Pak Harto mempunyai kebiasaan datang ke desa, menggelar pertemuan dengan rakyat desa dan menanggapi permintaan atau usulan rakyat secara langsung. Ini memberi kepercayaan kepada rakyat bahwa Pak Harto itu mengerti masalah yang baru dikerjakan rakyat. RW/HANUR
Pak Harto selalu menempatkan rakyat menjadi pemeran dalam pembangunan hampir di segala bidang.
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
47
KOLOM KHUSUS
Prof Dr Haryono Suyono*)
Kejutan Sosial Di Temanggung Bulan lalu Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo di Semarang, Prof Dr H Muhibbin, MAg, didampingi Wakil Bupati Temanggung, Irawan Prasetyadi, SSi, yang mewakili Bupati Drs HM Bambang Sukarno, selama lebih dari tiga jam telah berada di Desa Wonokerso, Kecamatan Tembarak, Kabupaten Temanggung, bersama para Pimpinan dan anggota Posdaya serta puluhan mahasiswa UIN Walisongo Semarang. Mereka membaur bersama rakyat dalam acara Gebyar Posdaya yang sangat mengejutkan.
P
ARA mahasiswa yang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya telah berhasil mengadakan pendataan keluarga dan sekaligus menuangkannya dalam Peta Keluarga sederhana di pedesaan. Dari Peta Keluarga itu para mahasiswa menggerakkan kegiatan “Sarasehan” antar anggota Posdaya dan mengajak para anggota yang mampu untuk saling berbagi. Keluarga yang termasuk prasejahtera dianalisis kebutuhan paling pokok yang segera harus dibantu untuk naik dari posisi prasejahtera menjadi posisi keluarga sejahtera I. Dalam pendataan ternyata kebanyakan keluarga masuk dalam kategori prasejahtera disebabkan
Proses “lelang kepedulian” itu menjadi garapan nyata di mana keluarga anggota Posdaya secara gotong royong membebaskan keluarga prasejahtera melepaskan diri dari kemiskinan dan mengangkat keluarganya menjadi keluarga yang lebih sejahtera. [FOTO: DEDE H]
48
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
keadaan rumahnya yang memprihatinkan. Lantainya dari tanah liat biasa, tidak diplester atau berlantai keras yang mencegah anakanaknya tidak merangkak di lantai kotor yang membawa penyakit. Pada umumnya bergenteng bocor atau becek manakala hujan. Atau mempunyai dinding yang tertutup rapat sehingga tidak ada udara segar yang masuk dalam rumahnya. Atau begitu pengap sehingga penghuninya tidak bisa menghirup udara segar dan mudah jatuh sakit. Keadaan rumah seperti itu, apabila sebuah keluarga mempunyai anak balita, dengan mudah anak balitanya jatuh sakit dan berakibat menghabiskan harta bendanya yang terbatas karena membiayai pengobatan. Keluarga
prasejahtera dengan kasus seperti ini bisa dibantu secara gotong royong oleh sesama tetangga melalui sumbangan dari tetangga lainnya. Persoalan kedua yang menonjol adalah bahwa sebuah keluarga menjadi prasejahtera karena hanya memiliki satu pakaian untuk segala keperluan. Kasus seperti ini sesungguhnya mudah diatasi apabila keluarga yang lebih mampu berbagi baju atau pakaian yang layak pakai kepada keluarga prasejahtera yang bersangkutan. Karena itu, melalui pendataan tersebut, proses meningkatkan status keluarga prasejahtera ketingkat yang lebih tinggi bisa dilakukan tanpa harus keluar uang yang berlebihan. Kasus lain yang menonjol adalah karena keluarga yang bersangkutan belum bisa mengirim anak-anaknya ke sekolah karena berbagai alasan. Salah satunya adalah karena keperluan anaknya untuk sekolah belum bisa dicukupi. Untuk itu, dalam Sarasehan yang dilakukan bersama anggota Posdaya, disepakati agar keluarga yang lebih mampu secara suka rela berbagi bagi anak keluarga yang belum sekolah agar segera dapat bersekolah. Proses pengentasan keluarga prasejahtera secara sederhana yang dilakukan secara mandiri itu menjadi kejutan bagi khalayak di Temanggung. Para mahasiswa UIN Walisongo mengajarkan kepada para anggota Posdaya untuk mengadakan “lelang kepedulian” sesama anggotanya. Yang dilelang adalah kesediaan untuk berbagi bagi keluarga prasejahtera, kesediaan untuk berbagi bagi anak-anak keluarga prasejehatera dan kesediaan berbagi tanpa pamrih karena semuanya adalah bagian dari amal ibadah kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Proses lelang sendiri menarik untuk disimak. Dalam lingkungan Posdaya dibentuk sebuah Panitia, seperti Panitia Masjid saat Idul Qurban, yang dibagi atas seksi-seksi, yaitu Seksi Kesehatan, Seksi Pendidikan, Seksi Kewirausahaan, dan Seksi Lingkungan. Masing-masing Seksi mempelajari hasil pendataan dan membuat ringkasan posisi keluarga prasejahtera dan masalah yang dihadapi. Dari ringkasan itu setiap seksi memberikan prioritas yang perlu dilelang kepada khalayak anggota Posdaya lainnya. Setelah itu prioritas itu disampaikan dalam kesempatan bertemu dengan para anggota Posdaya. Sebelum digelar
pertemuan, Keluarga Sejahtera III dan Keluarga Sejahtera III telah diajak bicara dan yang berminat menyumbang diajak mengambil keluarga mana yang ingin dibantu. Melalui pendahuluan itu, proses lelang menjadi lancar karena merupakan “peresmian” atas kesepakatan yang dibangun dalam perundingan tidak resmi sebelumnya. Setelah kesepakatan awal dicapai, segera digelar pertemuan “lelang” sesungguhnya. Suasana lelang menjadi ajang yang menarik karena setiap keluarga bisa menambah iuran sumbangan bersama secara gotong royong untuk menyelesaikan masalah keluarga prasejahtera yang ada di desanya. Karena suasananya gotong royong, keluarga prasejahtera tidak perlu malu atau dipermalukan. Semua mendukung agar keluarganya bisa maju dan terbebas dari lembah kemiskinan. Begitu juga tidak ada satu keluarga kaya yang perlu merasa sombong karena keluarga lain ikut serta memberi bantuan sekadarnya. Proses “lelang kepedulian” itu menjadi garapan nyata di mana keluarga anggota Posdaya secara gotong royong membebaskan keluarga prasejahtera melepaskan diri dari kemiskinan dan mengangkat keluarganya menjadi keluarga yang lebih sejahtera. *) Penulis adalah Ketua Umum DNIKS, Ketua Umum PB PWRI, mantan Menko Kesra dan Taskin, Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN, sangat mencintai anak bangsanya – www.haryono.com.
Para mahasiswa UIN Walisongo mengajarkan kepada para anggota Posdaya untuk mengadakan “lelang kepedulian” sesama anggotanya. Yang dilelang adalah kesediaan untuk berbagi bagi keluarga prasejahtera, kesediaan untuk berbagi bagi anak-anak keluarga prasejehatera dan kesediaan berbagi tanpa pamrih karena semuanya adalah bagian dari amal ibadah kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
49
TASYAKURAN
HUT Prof Dr Haryono Suyono ke-77
Tetap Sehat dan Bermanfaat bagi Rakyat Indonesia Bertambahnya usia kerap menjadi momen bersejarah bagi setiap insan. Ungkapan syukur atas karunia Allah SWT itu seringkali menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam setiap perayaannya. Kondisi itulah yang dirasakan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat melangsungkan tasyakuran Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 tahun pada Rabu siang 6 Mei 2015 lalu. Dirinya bersyukur di usia yang tidak lagi muda namun masih segar, sehat dan tetap bermanfaat bagi rakyat Indonesia terutama keluarga-keluarga prasejahtera.
Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja saat menyampaikan sambutan di acara tasyakuran HUT Prof Haryono ke-77 tahun. [FOTO-FOTO: DOK GEMARI]
T
ASYAKURAN yang berlangsung di Ruang Rapat Yayasan Damandiri Gedung Damandiri Lt 11, Jl HR Rasuna Said Blok X – I Kav 8 – 9, Kuningan, Jakarta ini dirayakan dengan sederhana. Dihadiri Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Ketua Dewan Pengawas Yayasan Damandiri Dr Fuad Bawazier, seluruh pengurus dan karyawan Yayasan Damandiri. Tak ketinggalan sejumlah mitra kerja Yayasan Damandiri, para karyawan dan wartawan Majalah Gemari, Radio DFM 103,4 dan tamu undangan lainnya. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menuturkan, beberapa hal penting mengenai makna HUT yang disyukurinya. “Pertama, merupakan evaluasi apa yang saya kerjakan untuk rakyat Indonesia selama ini terutama untuk keluarga-keluarga prasejahtera,” tutur pria kelahiran Pacitan, Jawa Timur, 6 Mei 1938 ini di sela tasyakuran ultahnya yang ke-77. Kedua, lanjut Prof Haryono, dirinya 50
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
bersyukur di usianya yang ke-77 tahun masih dalam keadaan sehat walafiat. “Alhamdulillah, di usia 77 tahun saya merasa segar dan apa yang kita kerjakan selama ini mulai kelihatan hasil-hasilnya. T eman-teman dari lembagalembaga lain maupun pemerintah tidak lagi merasa segan, merasa jijik, merasa kita ini orangnya Pak Harto tidak perlu dipakai tetapi pandangan itu saya rasakan sudah hilang,” ungkap ayah empat anak (Ria Indrastuti, Dewi Pujiastuti, Fajar Wiryono dan Rina Mardiana) ini buah pernikahannya dengan Ibu Hj Astuti Hasinah Haryono. Diakui Prof Haryono, hampir setiap hari, ada saja bupati, rektor atau lembaga-lembaga datang langsung ke Yayasan Damandiri untuk mengajak bekerja sama. “Sehingga kita tidak bisa lagi sekarang menetapkan universitas yang bergabung itu berapa. Tidak hanya 325 perguruan tinggi yang sudah bergabung tetapi terus bertambah banyak lagi,” ujar Prof Haryono bangga. “Pertambahan ini bergerak sangat dinamis,
sehingga orang-orang boleh bilang kalau satu rektor saja bisa dibujuk, tetapi kalau sudah hampir 350 perguruan tinggi itu tentu susah membujuknya dan itu merupakan penghargaan. Begitu juga dengan bupati tidak segan-segan mengirim tidak saja 10, 20 tetapi sudah ratusan aparatnya untuk mengikuti pelatihan Observation Study Tour (OST) di Haryono Suyono Center (HSC),” kata Menko Kesra dan Taskin era Presiden HM Soeharto dan BJ Habibie ini sumringah. Setelah mengikuti pelatihan mereka itu, tambahnya, tanpa komando dari Yayasan Damandiri mulai mengembangkan Posdaya di daerahnya masingmasing. “Oleh karena itu, saya sangat bersyukur bahwa Tuhan masih memberikan kesempatan kepada saya dan teman-teman– teman di Damandiri yang rata-rata usia sepuh untuk tetap bergerak,” ungkapnya penuh syukur. “Ya, memang kadang-kadang capek tetapi setelah istirahat semangatnya timbul kembali. Begitu juga saya melihat teman-teman wartawan tetap setia memberikan apa yang kita kerjakan seakan-akan programnya sendiri,” ujarnya kepada Ade Sudrajat, Wartawan Majalah Gemari, di sela merayakan Ultahnya. “Apa yang dikatakan Pak Subiakto tadi tepat, kita tidak pernah berfikiran, aku punya, tetapi begitu mereka sudah mengaku program itu miliknya kita mundur lalu kita membuat jaringan untuk menolong yang sudah mengambil alih itu. Dan kemudian pada saat terakhir mereka itu berjasa, mereka itu menulis piper, mereka dapat jaringan yang lain dan kita tidak merasa ngiri,” tegasnya. Tampak hadir dalam acara ini Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi, Anggota Dewan Pengawas Yayasan Damandiri dr Loet Affandi, SpOG, Deputi Direktur Kewi-
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menyerahkan potongan tumpeng tasyakuran Ultahnya kepada Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja didampingi Ary Yunita (kanan) staf Yayasan Damandiri.
rausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, Direktur PT Sudara Indra Ir Sutarto Alimoeso, MM, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, para pengurus dan karyawan Yayasan Damandiri, para wartawan media mitra Yayasan Damandiri dan tamu undangan lainnya. Sebelumnya, Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja yang membuka acara ini mengatakan, dirinya mewakili pimpinan dan karyawan Yayasan Damandiri sengaja HUT Prof Dr Haryono Suyono pada 6 Mei 2015 ini tidak ingin dirayakan secara besar-besaran karena sudah diagendakan pada 9 Mei 2015 di Kampus Universitas Trilogi Jakarta dengan menggelar berbagai kegiatan. Namun demikian, lanjut Dr Subiakto, seluruh pimpinan dan karyawan Yayasan Damandiri lainnya ingin juga merayakan, walaupun hanya sekedar memotong tumpeng. “Kami mewakili seluruh Jajaran Yayasan
Jajaran pengurus Yayasan Damandiri dengan seksama mengikuti acara tasyakuran HUT Prof Haryono ke-77.
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
51
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono bergambar bersama para wartawan Majalah Gemari usai menyerahkan cinderamata.
52
Subiakto. Diakuinya, keteladanan Prof Haryono tidak hanya berbentuk gagasan-gagasan yang selalu visioner tetapi juga semangat juangnya. “Usianya kini sudah 77 tahun, tetapi beliau hampir tidak pernah di rumah dan ter us memutar ke seluruh Indonesia. Bahkan pekerjaan seperti ini telah dilakukan sejak menjabat menjadi Kepala BKKBN dan tidak pernah berhenti hingga kini. Ini yang luar biasa dan menjadi teladan yang memotivasi kita bersama,” ungkap Dr Subiakto kagum seraya menambahkan ditunjang fisik Prof Haryono yang luar biasa, sehingga sampai hari ini Prof Haryono dalam keadaan sehat walafiat. Sedangkan Ing madyo mangun karso, lanjutnya, Prof Haryono selalu Damandiri merasa berbahagia Pak Haryono menggalang kerja sama, membuat jaringan, dapat memperingati Hari Ulang Tahunnya membangun team work yang kuat, membayang ke-77 dalam keadaan sehat walafiat. ngun super tim dalam melaksanakan pekerBahkan dikatakan oleh Pak Fuad Bawazier, jaan. usia 77 Tahun kok masih menteles (sehat Dan tut wuri handayani, ujar Dr Subiakto, walafiat, red) begini,” kata Menteri Koperasi artinya memberikan kewenangan kepada era Presiden HM Soeharto ini. seluruh jajarannya untuk bekerja sebaik Dirinya merasa sangat berbangga mempu- mungkin dan Prof Haryono hanya mengawasi nyai sosok Prof Haryono yang mampu untuk mencapai sasaran-sasaran yang ditemenjadi seorang pemimpin yang memberikan tapkan. “Semua ini menunjukkan bahwa teladan dan inspirasi bagi semua kalangan. beliau mempunyai sifat kepemimpinan yang “Kita termotivasi oleh beliau dan beliau selalu baik, pemimpin yang handal dan hebat,” mengatakan “saya tidak menggunakan teori ungkapnya bangga. kepemimpinan dari orang asing seperti Burt Untuk itu, mantan Menteri Koperasi ini Nanus dan Alfin Tofler, yang saya pakai adalah mengajak, untuk mendo’akan Prof Haryono lokal wisdom dari sifat-sifat baik dari seorang agar tetap sehat walafiat dan terus berjuang pemimpin nasional yang baik yaitu Ki Hajar memimpin seluruh jajarannya. “Karena perDewantara,” tutur Dr Subiakto menirukan juangannya masih jauh dan kondisi bangsa ucapan Prof Haryono. kita tidak bertambah baik tetapi tambah jelek Menurutnya, kalau dipelajari dengan baik sehingga tantangan ke depan tambah berat teori Ki Hajar Dewantara tidak kalah dengan sehingga kepemimpinan Pak Haryono masih teori pemimpin bangsa lain. “Beliau betul- dibutuhkan. “Kami semuanya di sini siap betul pemimpin yang telah memenuhi sifat untuk bekerja bersama-sama membuatteam sorang pemimpin yang luar biasa, yaitu apa work yang kuat untuk menyelesaikan peryang kinal dengan Triloginya Pak Ki Hajar juangan kita,” pungkasnya. Dewantara, yaitu “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Acara semakin khidmat dengan menggelar Madyo Mangun Karso, Tuwuri Handayani, ” jelas doa bersama untuk Prof Dr Haryono Suyono. Dr Subiakto. Pemberian cinderamata dari wartawan dan Dijelaskannya, sebagai pemimpin Prof karyawan Majalah Gemari semakin berkeHaryono selalu ing ngarso sung tulodo. “Beliau sannya acara. Segenap pimpinan, staf redaksi sangat visioner, pandangan dan gagasannya dan karyawan Majalah Gemari mengucapkan mampu melewati zaman. Beliau selalu men- selamat atas ultah Prof Haryono. Semoga Allah jadi teladan bagi kita. Selalu memberikan SWT senantiasa melimpahkan curahan rahinspirasi dan gagasannya, bagaimana kita be- mat, kesehatan, panjang umur, bimbingan dan kerja untuk kepentingan masa depan,” ujar Dr perlindungan. Aamiin! ADE/HNur
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
TASYAKURAN
Dari Acara Family Gathering Ultah Prof Haryono ke-77
Berjuang Demi kesejahteraan Keluarga Indonesia Alhamdulillaahirabbil’aalamiin. Demikian ucapan syukur yang diungkapkan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat tasyakuran Ulang Tahun (Ultah) ke-77 pada Sabtu pagi 9 Mei 2015 lalu. “Hari ini adalah hari di mana kita semua bersatu padu. Hari ini adalah hari luar biasa yang saya mohon kita semua membulatkan tekad untuk tetap berjuang. Berjuang demi kebahagiaan dan kesejahteran keluarga di seluruh Indonesia.”
Suasana khidmat saat doa bersama tasyakuran HUT Prof Haryono ke77 yang dipimpin cucu Prof Haryono, Karva Dimas Bima Putra Wiryono, putra pertama pasangan Drs Fajar Wiryono dengan Karsuvini Rosa Delima . [FOTO-FOTO: ADE S]
D
EMIKIAN ungkapan isi hati Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan sambutan dalam acara tasyakuran ultahnya. Sajian acara yang dikemas dalam tajuk Family Gathering ini tampak sangat berkesan di mata Prof Haryono yang didampingi istri tercinta Ibu Hj Astuti Hasinah Haryono. Pasalnya, acara itu menjadi ajang pertemuan keluarga besar Prof Haryono bersama Pengurus Yayasan Damandiri dan seluruh mitra sebagai wahana hiburan sekaligus untuk lebih mempererat kekeluargaan. Acara yang diprakarsai keluarga besar Prof Haryono, pengurus Yayasan Damandiri dan para mitra Yayasan Damandiri ini mendapat sambutan hangat dari berbagai pihak. Bukan saja dihadiri seluruh Pengurus Yayasan Damandiri, namun juga sejumlah petinggi perguruan tinggi dari berbagai daerah di tanah air, sejumlah tokoh nasional, para pejabat negara dan
kerabat. Selain itu, para mitra Yayasan Damandiri mulai dari Haryono Suyono Center (HSC), Majalah Gemari, Cherry Salon, Imaji, Wings Studio, Radio DFM, Buana Kids, Buana Log, Mahesa Cakra Buana, Bright Property, LPPM Universitas Trilogi, Citra Kharisma Bunda, Rumah Kebon, Facto, Tabloid Wanita Indonesia dan Spectra Performa turut larut dalam suasana bahagia. Ditambah lagi
Kue Ultah Prof Haryono ke-77 kian menambah suasana bahagia seluruh keluarga besar Prof Haryono.
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
53
Prof Haryono didampingi istri tercinta Ibu Hj Astuti Hasinah Haryono bergambar bersama anak-anak peserta lomba acara ‘Family Gathering’ .
Prof Haryono bergambar bersama Keluarga pasangan Drs Fajar Wiryono dengan Karsuvini Rosa Delima usai mengikuti Senam Keluarga Indonesia (foto atas). Ratusan peserta dengan penuh semangat mengikuti Senam Keluarga Indonesia (foto bawah kiri).
sejumlah wartawan dari media ibukota melengkapi suasana penuh syukur itu. Tak pelak, acara yang berlangsung di Aula Kampus Universitas Trilogi, Jl Taman Makam Pahlawan Kalibata No 1 Jakarta ini tampak meriah dan berkesan. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono suyono menyatakan, tidak ada kata kata lain yang ingin disampaikannya kecuali ucapan terima kasih atas seluruh perhatian yang diberikan. “Saya ucap-
Direktur Tabur Puja Yayasan Damandiri Ir Sutarto Alimoeso, MM dan Nyonya saat mengikuti lomba masak (foto bawah kanan).
54
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
kan terima kasih yang sebesar besarnya atas doa restu Bapak-Ibu sekalian sehingga hari ini terasa baru berumur 17 tahun. Mudah-mudahan saya diberi umur panjang, dan isteri saya yang tercinta Ibu Astuti , rasa-rasanya kita kaya baru saja menikah. Sehingga pada hari-hari ini saya dengan isteri seakan akan sedang melakukan honeymoon,” tutur pria kelahiran Pacitan, Jawa Timur, 6 Mei 1938 ini yang didampingi istri tercinta Ibu Hj Astuti Hasinah Haryono sumringah. “Hari ini adalah hari di mana kita semua bersatu padu. Hari ini adalah hari luar biasa yang saya mohon kita semua membulatkan tekad untuk tetap berjuang. Berjuang demi kebahagiaan dan kesejahteran keluarga di seluruh Indonesia,” ujar ayah empat anak (Ria Indrastuti, Dewi Pujiastuti, Fajar Wiryono dan Rina Mardiana) ini buah pernikahannya dengan Ibu Hj Astuti Hasinah Haryono “Saudara siap berjuang..?” tanya Prof Haryono. “Siaaap...,” jawab hadirin. “Are you ready?” tanya Prof Haryono. “Ready...,” jawab hadirin semangat. “Siaap...,” Tanya Prof Haryono lagi. “Siap...,” timpal hadirin lagi serempak. Tampak hadir dalam acara ini Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja, KaKwarnas Dr Adhyaksa Dault, SH, MSi, Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi, Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, Ketua Skim Tabur Puja Yayasan Damandiri Ir Sutarto Alimoeso, MM, Dirut PT Citra Kharisma Bunda HM Djaelani, seluruh keluarga besar Prof Haryono, para pengurus Yayasan Damandiri dan undangan lainnya. Sedangkan Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, sebagai tuan rumah tempat pelaksana mengungkapkan rasa syukurnya atas limpahan karunia Tuhan YME khususnya kepada Prof Dr Haryono Suyono yang pada 6 Mei 2015 lalu genap berusia 77 tahun. “Alhamdulillaah hari ini, kita berkumpul bersilaturahim dan bersyukur atas bertambahnya usia Bapak kita, Bapak Prof Dr Haryono Suyono. Kami atas nama civitas akademika Universitas Trilogi mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kepercayaan diberikan kepada kami untuk menjadi tuan rumah pelaksanaan
kegiatan ini,” tutur Prof Dr Asep. Menurutnya, Prof Dr Haryono Suyono sebagai sesepuh, tokoh nasional dan tokoh pemberdayaan di negeri ini adalah sosok yang patut diteladani. “Sampai saat ini sosok Prof Dr Haryono Suyono sebagai sesepuh yang konsisten dalam memberdayakan masyarakat Indonesia belum ada yang bisa menggantikan,” ujar Prof Asep bangga. Selain itu, lanjut Prof Asep, sebagai Pembina Universitas Trilogi, Prof Haryono Suyono pun konsiten dalam memajukan dunia pendidikan. “Untuk itu, kepada Profesor Haryono Suyono dan Ibu Astuti Hasinah Haryono serta seluruh keluarga besarnya, kami atas nama civitas akademika Universitas Trilogi mengucapkan selamat ulang tahun. Semoga Bapak selalu sehat, terus memberi inspirasi dan inovasi kepada kami sebagai generasi muda,” tutur Prof Asep seraya mengungkapkan kekagumannya atas semangat dan kepedulian Prof Haryono Suyono yang tak mengenal lelah setiap saat untuk memberi inspirasi dan inovasi. Acara makin meriah dengan berbagai kegiatan yang digelar mulai dari Senam Keluarga Indonesia, lomba menyanyi dengan tema ulang tahun. Dilanjutkan dengan lomba memasak yang diikuti langsung pimpinan Yayasan Damandiri. Selain itu, lomba mewarnai yang diikuti anak-anak kian meriahnya acara. Acara makin menarik dengan aneka hiburan dan door prize yang disediakan panitia. Para peserta yang hadir pun menerima berbagai hadiah menarik. Acara semakin khidmat dengan menggelar doa bersama untuk Prof Dr Haryono Suyono yang dipimpin cucunya. Segenap pimpinan, staf redaksi dan karyawan Majalah Gemari mengucapkan selamat atas ultah Prof Haryono. Semoga Allah SWT melimpahkan curahan rahmat, kesehatan, panjang umur, bimbingan dan perlindungan. Aamiin! ADE/HNur
Berbagai kegiatan dan kehadiran sejumlah pejabat negara, tokoh nasional serta ratusan undangan kian menambahkan berkesannya acara Ultah Prof Haryono ke-77. [FOTO-FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
55
PENDIDIKAN
Wakil Rektor III UGM Prof Dr Suratman
Perlu Ada Laboratorium Pembangunan Posdaya Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) telah mengakar kuat di setiap perguruan tinggi di seluruh Indonesia, sehingga perlu ada Laboratorium Pembangunan Posdaya di masing-masing Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Perguruan Tinggi. Usulan ini disampaikan Wakil Rektor III Universitas Gadjah Mada Prof Dr Suratman pada acara pelatihan Posdaya Angkatan 91 di Siti Padmirah Silver College, Jakarta.
Dari kanan ke kiri: Wakil Rektor III UGM Prof Dr Suratman, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Sekretaris Direktorat UGM Dr Novi Siti Kussuji I, MHum dan Asisten Deputi Informasi dan Advokasi Yayasan Damandiri Drs Dadi Parmadi, MA. [FOTO: DOK GEMARI]
“P
OSDAYA mengakar kuat karena tertanam secara kelembagaan di masing-masing LPPM perguruan tinggi di seluruh Indonesia, ini ilmu yang tidak gampang. Tetapi beliau (Prof Haryono Suyono, red) telah tunjukkan dengan kebijaksanaan beliau, kearifan beliau, dengan sikap kebapakan beliau, yang sungguh dapat kita jadikan sebagai keteladanan selaku Bapak Posdaya Indonesia,” tukas Prof Suratman menyanjung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, yang disambut dengan tepuk tangan meriah para peserta pelatihan yang datang dari sejumlah perguruan tinggi di DI Yogyakarta. Posdaya tidak hanya ramai diperbincangkan di kalangan perguruan tinggi, tetapi juga di media sosial di mana Prof Haryono Suyono terlibat aktif di dalamnya. “Saya hampir tiap pagi melihat WA (what’s App) beliau, itu menyejukkan. Kemudian saya tularkan kepada isteri, anak dan saudara-saudara saya. Jadi 56
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
Posdaya ini membuat Indonesia guyub rukun. Ini mahal. Bayangkan kalau negeri “zaman” itu sekarang ini sedang bertengkar. Kalau ada Posdaya pasti beres he he he,” ungkapnya. Melalui pelatihan Posdaya, kata Prof Suratman, tidak sekadar menimba ilmu tetapi memiliki kemampuan membina, membimbing mahasiswa KKN dengan sentuhan leadership, kemanusiaan, enterpreneurship dan sosial. “Oleh karena itu di dalam forum ini tidak ada pembelajaran ala kampus. Kurikulum di sini adalah kurikulum istimewa untuk bangsa kita. Sehingga mohon kurikulum Posdaya ini ditransfer menjadi soft skill oleh para ketuaketua LPPM,” jelasnya. Pelatihan Posdaya yang diselenggarakan Haryono Suyono Center (HSC) ini memang cukup banyak diikuti oleh sejumlah pengurus LPPM perguruan tinggi dari daerah. Ada sekitar 69 pengurus LPPM perguruan tinggi yang hadir, diantaranya 12 perguruan tinggi dari Sumatera Barat, 10 perguruan tinggi dari
DI Yogyakarta, Bengkulu, Pontianak dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Menurut Prof Suratman, dari sekian banyak model KKN yang dikelolanya, hanya model KKN Posdaya yang sangat akademik, membangun dan penuh inovasi. “Kemarin saya terenyuh ada pendataan mulai dari merah, kuning, hijau, cokelat, yang tertinggi adalah warna biru. Beliau menyarankan kalau biru itu warga yang sudah kaya tetapi hatinya mulia. Jadi ini menunjukkan bahwa sikap enterpreneur, leader, dan manager masuk dalam teori pewarnaan,” tandasnya. Dari model pendataan inilah Prof Suratman berharap masing-masing LPPM memiliki Laboratorium Pembangunan Posdaya. “Karena kami berpikir, kami sedang melakukan perubahan. Posdaya di Yogyakarta adalah Posdaya Istimewa untuk Nusantara. Karena, kearifan lokal kami adalah istimewa,” jelasnya. Gerakan yang sama juga diharapkan diikuti LPPM perguruan tinggi di daerah lain. “Bengkulu dengan gaya Bengkulu. NTB, Sumatera Barat dengan gaya masing-masing. Sehingga ini akan menakutkan dunia,” cetusnya. Salah satu alasan Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UGM ini ingin mengembangkan Laboratorium Pembangunan Posdaya karena saat ini penilaian dunia sudah bergeser dari Millennium Development Goals (MDGs) menuju Suistanable Development Goals (SDGs). Posdaya sudah mengawali itu semua dengan mengacu pada 8 indikator MDGs. “Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian adalah patriot global education. Kalau nanti ada cerita sukses Posdaya dari Lombok, Bengkulu, Sumatera akan kita kemas dalam bahasa Inggeris atau film, saya siap membawa ke UNESCO. Itu akan cukup menakutkan dunia. Karena kita tidak bisa dihancurkan oleh kapitalisme, kita tidak bisa dihancurkan debadisme. Karena basis Posdaya adalah kerakyatan. Ini adalah ilmu yang betul-betul gotong royong,” ungkap Prof Suratman yang belum lama ini baru saja mengikuti mimbar Education for Sustanable Developmen ini secara berapi-api dan mendapat tepukan para peserta.
Implementasi dari Laboratorium Pembangunan Posdaya adalah menjadi laboratorium pembelajaran pembangunan. Ketua-ketua Posdaya binaan LPPM Perguruan Tinggi ini lah yang akan menjadi dosen laboratorium. “Jadi Ketua Posdaya bisa mengajar di kampus. Kalau di kampus yang mengajar hanya dosen, kita akan mandul. Tolong karakter Laboratorium Pembangunan Posdaya itu berbasis ciri perguruan tinggi dan ciri masyarakatnya. Sehingga nanti akan berbeda deversitas model laboratoriumnya.” Selain menjadikan ketua-ketua Posdaya sebagai dosen laboratorium, kata Prof Suratman, kampus juga bisa mendatangkan pengusaha, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh partai dalam bingkai trans akademik. “Kalau kita sudah mono akademik, kita akan kalah. Mari kita lipatgandakan model trans akademik. Saya sudah kepingin “mbok saya diundang ke Bengkulu”. Nanti kita dirikan di sana sesuatu hal untuk Indonesia. Prof Haryono Suyono juga bisa datang ke UGM untuk cerita tentang Bengkulu. Persaudaraan demikian ditakuti oleh dunia,” paparnya. Dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, Posdaya memiliki posisi strategis. Untuk itu Prof Suratman berharap Yayasan Damandiri dapat membantu hak paten dari pelaku Usaha-usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang kualitasnya bagus. “Kalau tidak, produk Posdaya kita bisa diambil Malaysia, Singapura dan kita bisa punah. Produk Posdaya adalah karya masyarakat, demi masyarakat global, itu perlu dipatenkan. Saya lihat produk-produk Posdaya sudah siap bertempur menyongsong MEA,” tandasnya. Tim Gemari
Pengurus Yayasan Damandiri bergambar bersama peserta Observation Study Tour (OST) Angkatan ke-91 dari LPPM UGM. [FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
57
PENDIDIKAN
Universitas Trilogi Gelar Sosialisasi 4 Pilar MPR RI
Kokohkan Rasa Kebangsaan Warga Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekonologi dewasa ini ternyata tidak seiring dengan semakin meningkatnya semangat kebangsaan warga di tanah air. Bahkan yang terjadi justru sebaliknya, kesadaran nasionalisme warga negara kian memudar. Apalagi diperparah berbagai problematika kebangsaan yang terjadi mulai dari kalangan elit bangsa hingga masyarakat kecil di pedesaan. Kondisi itulah yang menarik perhatian Civitas Akademika Universitas Trilogi Jakarta dengan menggelar Sosialisasi Empat Pilar Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) pada Rabu, 27 Mei 2015 lalu.
Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc saat menyerahkan cinderamata ke Wakil Ketua Badan Sosiasilasi MPR RI Prof Dr Bachtiar Aly. [FOTO-FOTO: HUMAS TRILOGI]
Pimpinan Universitas Trilogi bersama sejumlah anggota MPR RI dan para mahasiswa saat Menyanyikan Lagu Indonesia Raya sebelum acara berlangsung.
58
A
CARA yang diprakarsai Unit Kegiatan Kemahasiswaan As-Salam Universitas Trilogi ini menarik perhatian berbagai kalangan. Puluhan mahasiswa dan pimpinan Universitas Trilogi antusias mengikuti kegiatan ini. Acara yang langsung dibuka Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc ini juga menghadirkan dua
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
pembicara dari anggota MPR RI. Mereka adalah Prof Dr Bachtiar Aly yang juga Wakil Ketua Badan Sosialiasi MPR RI dan H Abd Malik Harmain Anggota MPR RI. Tak pelak, acara yang berlangsung di Auditorium Kampus Universitas Trilogi Jl Taman Makam Pahlawan Kalibata No 1 Jakarta, ini tampak meriah dan berkesan. Tak diragukan lagi, salah satu cara untuk memperkuat kesadaran berbangsa dan bernegara itu adalah dengan cara memasyarakatkan kembali Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Keempat komponen itulah yang kini dikenal dengan istilah Empat Pilar MPR RI. Upaya itulah yang kini kembali digaungkan guna mengembalikan rasa kebangsaan warga negara yang kokoh. Pada kesempatan itu, Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc menuturkan, pilar
ini merupakah hal yang besar. “Kita harus bangga memiliki empat pilar MPR RI. Agar bangsa ini menjadi bangsa yang besar dan semakin di hargai. Karena secara kuantitas kita sudah merupakan bangsa yang besar,” ucap Guru Besar bidang statistika ini. Tampak hadir dalam acara ini Direktur Akademik Universitas Trilogi Dr Aam Bastaman, SE, sejumlah anggota MPRI RI. jajaran senat mahasiswa Untri, para mahasiswa dan undangan lainnya. Sedangkan Wakil Ketua Badan Sosialiasi MPR RI Prof Dr Bachtiar Aly menyatakan pentingnya empat pilar MPRI ini untuk kembali mewarnai dalam setiap aktivitas kehidupan warga negara. Dirinya berharap, melalui sosialiasi ini bisa memperkuat jati diri bangsa dan mampu menjadi manusia yang berintegritas. Terkait integritas, lanjut pakar komunikasi ini, dirinya merasa senang dan memberi apresiasi yang tinggi terhadap pilar Universitas Trilogi yang mempunyai kepedulian tentang kondisi bangsa. “Itu merupakan bentuk integritas. Integritas inilah yang akan kita bangun,” tegas Prof Dr Bachtiar Aly semangat. Lebih lanjut, diharapkannya melalui kegiatan sosialisasi ini, peserta akan punya pemahaman. “Paling tidak bisa untuk memperkuat jati diri sebagai anak bangsa. Apalagi di tengah arus informasi yang begitu cepat dan tanpa filter masuk ke Indonesia,” ungkapnya. Sementara itu pelaksana kegiatan Sepriyanto berharap sebagai generasi muda bisa berbuat lebih banyak dan lebih semangat untuk kemajuan bangsa. “Sehingga identitas diri sebagai mahasiswa atau pemuda yang melekat pada diri bisa menjadi solusi menyelesaikan masalah bangsa. Bukan sebaliknya menambah beban Negara,” cetus Sepriyanto. “Empat Pilar MPR RI ini harus diinternalisasikan, khususnya di sini oleh generasi muda atau mahasiswa. Agar kita tidak menjadi beban bagi bangsa di tengah polemik kebangsaan yang telah kita saksikan, bahkan sudah kita rasakan bersama dampak polemik itu,” ujar mahasiswa Fakultas Ekonomi Pembangunan Universitas Trilogi ini yang juga didaulat menjadi moderator acara.
Acara ini pun mendapat respon positif dari seluruh hadirin. Sejumlah mahasiswa Univesitas Trilogi pun terlibat tanya jawab dengan para narasumber. Tak pelak, sosialisasi 4 Pilar MPR RI yang juga mengikutsertakan mahasiswa baru Universtas Trilogi 2015 ini berlangsung semarak dan berkesan. Semoga generasi muda terutama kalangan para mahasiswa mampu kembali memperkokoh semangat kepribadian kebangsaan di negeri ini. Selamat! ADE S
Suasana diskusi Sosialisasi Empat Pilar MPR RI yang dipandu moderator Sepriyanto (kiri).
POSDAYA KITA Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran kecil. Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran besar. Ada Posyandu, ada BKB, ada PAUD-nya Ada Koperasi, ada BKL, Kebun Bergizi Posdaya, Posdaya, Posdaya milik kita Posdaya, Posdaya, Keluarga Sejahtera.
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
59
FORUM KITA
Dr Mulyono D Prawiro *)
Dampak Positif Adanya Posdaya Saat ini proses pemberdayaan keluarga melalui Posdaya mulai menggeliat dan mendapatkan perhatian yang sangat positif dari berbagai kalangan, utamanya dari perguruan tinggi, pemerintah daerah dan masyarakat luas. Adanya Posdaya di desa-desa akhir-akhir ini telah mampu merubah paradigma upaya pengentasan kemiskinan yang selama ini dianggap sukar dan hanya dalam angan-angan, berubah menjadi sesuatu yang menyenangkan dan ada hasilnya. Kepedulian antar warga mulai muncul dan budaya bangsa, yaitu budaya gotongroyong yang selama proses reformasi berjalan terlihat mengendor, telah mampu dibangkitkan kembali. Orang kaya yang biasanya tidak peduli kepada tetangganya mulai berubah menjadi peduli dan perhatian.
Dampak positif Posdaya adalah mampu menggerakan para pimpinan lembaga, baik lembaga pemerintah maupun perguruan tinggi dan rakyat di desadesa untuk besama-sama peduli dan perhatian kepada keluarga-keluarga yang kurang beruntung untuk bergerak maju, mandiri dan membangun bangsa. [FOTO: ADE S]
D
I dalam Posdaya bukan hanya silaturahmi yang dikembangkan, tetapi juga kepedulian yang tinggi, sehingga ada perasaan malu bila di wilayahnya ada banyak keluarga miskin atau keluarga prasejahtera. Dalam upaya untuk mengetahui, apakah di wilayah itu tingkat kemiskinannya tinggi atau rendah, di dalam Posdaya akhirakhir ini dibantu oleh para mahasiswa yang melakukan KKN Tematik Posdaya, telah mengadakan suatu pendataan dan pemetaaan keluarga atau mapping, yaitu dengan mendata setiap keluarga yang tergabung dalam Posdaya dan hasilnya dipaparkan pada suatu pertemuan atau sarasehan di desa. Para pimpinan daerah banyak yang terkejut, terutama para camat atau pun kepala desa. 60
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
Dengan adanya pemetaan dan pendataan keluarga dalam Posdaya, keluarga-keluarga di wilayah itu akan diketahui secara riil, berapa jumlah keluarga miskin atau prasejahtera di wilayahnya. Para kepala desa juga merasa senang, karena bisa secara langsung mengetahui kondisi warganya secara pasti, karena memiliki data yang akurat dan tahu persis siapa saja keluarga yang tergolong prasejatera. Setelah diketahui, maka fokus utama untuk mendapat perhatian untuk diberdayakan adalah merekamereka yang tergolong keluarga prasejahtera atau miskin. Dengan mengetahui warga yang miskin atau prasejahtera, mereka “dijual atau dilelang” kepada keluarga yang kaya dan peduli, agar kemiskinan di daerah itu bisa dikurangi
ataupun dientaskan. Di sinilah gotong-royong antar warga mulai bangkit kembali, dan mereka saling peduli satu sama lain. Yang kaya peduli kepada yang miskin dan yang miskin dengan dorongan masyarakat sekitar dalam wadah Posdaya, mereka diharapkan tidak tinggal diam, tetapi diajak bekerja keras untuk memulai usaha kecil-kecilan sebagai langkah awal yang sederhana untuk membangun kesejahteraan. Bila keluarga prasejahtera memiliki usaha meskipun kecil, langkah ini merupakan awal yang baik dalam proses pemberdayaan, agar mereka mendapatkan manfaat guna untuk meningkatkan kesejahteraannya. Pengalaman di beberapa daerah menunjukan hasil yang menggembirakan, hal seperti ini disebut dengan lelang kepedulian, menjual orang miskin untuk dientaskan dari lembah kemiskinan. Bantuan yang diberikan bukan berupa charity atau belas kasihan, tetapi pemberdayaan yang paripurna dan berkelanjutan. Kalau sasaran pengentasan kemiskinan yang selama ini kurang terfokus, dengan adanya pemetaan dan pendataan keluarga, maka sasarannya akan lebih jelas dan terfokus. Peran mahasiswa sungguh luar biasa dalam hal ini, karena para mahasiswa dalam KKN tersebut ikut memberikan semangat dan dorongan agar warga mulai membentuk Posdaya dan mengisikan dengan berbagai kegiatan yang membawa manfaat bagi keluarga di desa. Isian tersebut dengan dorongan dari para mahasiswa dan dosen pembimbing lapangan, sudah mulai banyak rakyat yang dulunya belum pernah memiliki usaha, diajari untuk berkreasi merubah bahan-bahan lokal yang tidak berharga menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual yang tinggi. Mengolah bahan makanan lokal yang jumlahnya melimpah dan belum dimanfaatkan dengan baik, dijadikan makanan ringan dan siap untuk dijual. Kreativitas baru muncul dari keluarga miskin atau prasejahtera di pedesaan ini gara-gara ada Posdaya. Selain itu gara-gara Posdaya, hubungan antar perguruan tinggi juga semakin erat, bahkan ada semacam kompetisi dan saling membagi pengalaman dalam memberdayakan rakyat di desa-desa. Pengalaman perguruan tinggi satu dengan yang lain kadang-kadang berbeda, karena mereka memiliki ciri-ciri tersendiri dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat. Ada yang berbasis masjid, Posyandu, koperasi, PAUD dan masih banyak yang lainnya, sehingga menjadi satu kesatuan
utuh dalam proses memberdayakan keluarga. Meskipun pendekatannya berbeda-beda, tetapi satu tujuan yaitu memberdayakan keluarga sesuai dengan 8 fungsi keluarga. Hubungan antara perguruan tinggi dengan pemerintah daerah, yang biasanya kurang harmonis, gara-gara Posdaya hubungan tersebut mampu mencair, bahkan saling bekerja sama dalam memberdayakan keluarga dan masyarakat di daerah tersebut. Hubungan SKPD dengan perguruan tinggi juga semakin erat, dan kadangDr Mulyono D Prawiro kadang dalam waktu-waktu tertentu mereka bersama-sama terjun ke desa membantu rakyat di desa. Perpaduan kepentingan tersebut, membuat rakyat, khususnya rakyat yang kurang mampu merasa diperhatikan, dan bakti perguruan tinggi dalam ikut serta memberdayakan rakyat menjadi sangat penting. Tidak jarang para pimpinan daerah seperti Bupati/Walikota mengadakan MoU atau kesepakatan kerja sama dengan para pimpinan perguruan tinggi yang berada di wilayahnya untuk bersama-sama membantu rakyat dan memberdayakan mereka di dalam kelompok Posdaya. Lembaga pemerintah dan lembaga perguruan tinggi merasa terhormat bisa mendapatkan kesempatan untuk bersamasama dan sinergi membantu rakyat, khususnya rakyat miskin atau keluarga sejahtera untuk diberdayakan agak meningkat menjadi keluarga yang lebih sejahtera. Dengan demikian dampak positif Posdaya adalah mampu menggerakan para pimpinan lembaga, baik lembaga pemerintah maupun perguruan tinggi dan rakyat di desa-desa untuk besamasama peduli dan perhatian kepada keluargakeluarga yang kurang beruntung untuk bergerak maju, mandiri dan membangun bangsa. Bila kita semua memiliki kepedulian dan perhatian yang tinggi kepada saudara kita yang masih tertinggal dan mau membantunya, bukan dengan pemberian sesuatu secara cuma-cuma atau charity, tetapi dengan penuh kasih sayang memberikan proses pemberdayaan dan membuat mereka bisa mampu mandiri dan sejahtera. Dengan demikian bangsa ini akan maju dan Indek Pembangunan Manusia Indonesia akan meningkat dengan sangat membanggakan. *) Penulis adalah Dosen Pascasarjana dan Anggota Senat Universitas Satyagama, Jakarta. Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
61
LAPORAN DAERAH
PWRI Peringati Halun Sejak Oktober 2014 Kurangnya rasa kepedulian sebagian masyarakat terhadap para lanjut usia dan penyandang disabilitas, mendorong seluruh anggota Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) untuk menggaungkan Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional (GAUN). Gaung GAUN ini akan terus bergema dalam rangka menyambut Hari Lanjut Usia Nasional pada 29 Mei 2015.
Para pensiunan pegawai negeri sipil yang tergabung dalam PWRI tampak tertawa gembira dalam peringatan Hari Lanjut Usia Nasional. [FOTO-FOTO: RAHMA]
62
“K
ITA akan mencoba memperingati Hari Lanjut Usia Nasional mulai 20 Oktober 2014 sampai 1 Oktober 2015 yang merupakan Hari Lanjut Usia Internasional. Pada puncak peringatan Hari Lanjut Usia Nasional tanggal 29 Mei ba’da shalat Jum’at akan dilakukan deklarasi GAUN di kampus Universitas Trilogi Jakarta,” ungkap Ketua Umum Pengurus Besar PWRI saat merayakan peringatan Hari Lanjut Usia Nasional di Gedung PWRI Jakarta pada 27 Mei 2015 lalu. Hadir dalam acara tersebut para tokoh nasional seperti Ir Azwar Anas mantan Menko Kesra, Museno mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Fuad Bawazier mantan Menteri Keuangan yang juga salah satu ketua di PWRI yang menangani organisasi. Hadir pula tokoh nasional wanita, Prof Dr Saparinah Sadeli dan Sri Hartati Pandi. Sekretaris PWRI Progo Nur Jaman, Ketua GAUN Rochadi dan Ketua Senam Tera Indonesia Drs Soedarmadi ikut melengkapi seluruh tamu undangan yang hadir. Bahkan organisasi perempuan seperti Kowani dan Darma Wanita juga memeriahkan acara. Gerakan GAUN ini juga akan diikuti
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
langkah-langkah Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) mengundang banyak sukarelawan untuk segera mendaftar. Masing-masing sukarelawan ini nantinya akan mendapat kartu anggota. “Dengan kepemilikan kartu anggota GAUN ini, kalau ada orangtua tidak di kasih tempat duduk di dalam bus atau kereta, tunjukkan kartu untuk mengingatkan yang muda,” jelasnya. Menurut Ketua Umum DNIKS ini, GAUN merupakan gerakan simpati terhadap lansia dan disabelitas, dalam rangka mengembalikan Pancasila Indonesia sebagai bangsa beradab. “Tanpa diminta akhirnya dengan sendirinya yang muda memberi tempat kepada para lansia dan disabilitas,” tandasnya. Sejak didaulat menjadi Ketua Umum PB PWRI pada 2011, Prof Haryono Suyono selalu meminta PWRI jangan dianggap sebagai sisasisa usia yang tidak berguna. Di bawah pimpinannnya, PWRI secara bertahap mulai mendekati remaja dan anak-anak. Penggolongan lansia pun dibagi menjadi tiga kategori; lansia muda usia 60 – 70 tahun, lansia dewasa usia 70 -80 lansia dewasa dan lansia paripurna usia 80 tahun ke atas. Penggolongan lansia ini telah
disepakati oleh Wakil Presiden RI Budiyono saat PWRI diundang ke istana pada 2012 lalu. Sejak saat itu pula PWRI diajak untuk mengadakan konsolidasi ke seluruh Indonesia, meresmikan cabang-cabang PWRI di daerah sehingga kegiatannya makin gegap gempita. Apalagi tahun 2015, peringatan Hari Lanjut Usia Nasional sudah dimulai sejak 20 Oktober 2014. “Ini akan menjadi suatu kebiasaan bahwa peringatan Hari Lanjut Usia Nasional dimulai Oktober sampai sampai akhir Juni bertepatan Harganas 29 Juni,” jelasnya. Gagasan tersebut, kata Prof Haryono Suyono, bertujuan agar lansia bangkit sebagai kekuatan pembangunan. Tetapi akan tetap berada dalam lingkungan keluarga. Sehingga, tidak dianjurkan lansia disisihkan ke panti jompo maupun panti wreda. “Kalau kemiskinan 12 persen, jumlah lansia 24 juta, berarti hanya 4 juta lansia yang miskin dan tidak mampu karena sakit. Selebihnya, para lansia ini tidak bisa disepelekan, meski tidak kepengen menjadi menteri atau pun presiden,” tukasnya. Pada 20 – 24 Oktober 2014 lalu, para lansia dari seluruh Indonesia telah melakukan tour ke Banda Aceh mengadakan bakti sosial menyambangi panti-panti asuhan dan mendapat sambutan dari wakil gubernur Aceh. Karena itu, mulai 20 Oktober setiap tahunnya direncanakan akan mengunjungi daerah-daerah yang gubernur dan wakil gubernurnya siap memberi sambutan. “Sejak tiga hari lalu saya telah mengadakan peringatan lansia. Mewakili Jawa Tengah di Temanggung, para lansia dan generasi remaja mengadakan lelang kepedulian di desa-desa. Walau yang dilelang adalah keluarga miskin, ternyata laku keras. Dan ada desa yang tidak usah menunggu seratus tahun kemiskinan akan habis. Tapi dijanjikan oleh masyarakatnya 2 tahun desa itu bebas dari keluarga miskin,” ungkap Prof Haryono Suyono yang terus melakukan ke-
giatan semacam ini. Selain di Temanggung, TVRI Yogyakarta sudah lebih dulu menayangkannya dalam siaran Plengkung Gading yang di isi tarian tiga generasi. Selanjutnya, PWRI juga mengadakan Hari Lanjut Usia Nasional dengan Bupati Tuban, Jawa Timur. ”Kita jual 26 Posdaya desa kepada PT Holcim, sehingga pengarahan keluarga miskin di 26 desa mulai kemarin diambil over oleh PT Holcim. Dari dana CSR yang digarap PT Holcim adalah desa-desa sekeliling pabrik yang biasanya memperoleh tebu. Jadi bukan hanya tebu yang mereka terima, tetapi dana pengentasan kemiskinan yang luar biasa,” tutur Prof Haryono Suyono yang pada hari itu juga akan melanjutkan perjalanan ke Semarang memperingati Hari Lanjut Usia di stasiun TVRI Semarang dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang. RW
Aktris papan atas Paramitha Rusadi ditetapkan sebagai Duta Lansia 2015 pada acara puncak peringatan Hari Lansia Nasional yang diadadakan Yayasan Swastisvarna, 29 Mei 2015 di Kampus Universitas Trilogi, Jakarta.
Penampilan anak-anak PAUD menjadi simbol pasrtisipasi tiga generasi.
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
63
IN MEMORIAM PAK HARTO
Pesan Pak Harto:
Semoga Rakyat Banyak Dapat Pekerjaan, Indonesia Jaya dan Makmur Tanggal 8 Juni 2015, merupakan Haul ke 94 almarhum HM Soeharto. Lahir di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, 8 Juni 1921, dan meninggal di Jakarta, 27 Januari 2008 pada usia 86 tahun. Ada satu pesan mulia menjelang wafatnya.
Letkol CPM (Purn) TNI I Gusti Nyoman Sweden (kiri) menyalami Mbak Titik Soeharto dalam satu kegiatan kunjungan di Posdaya Ontoseno, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. [FOTO-FOTO: HARI]
64
H
AJI Mohammad Soeharto adalah Presiden kedua Republik Indonesia (RI), setelah Ir Soekarno sebagai Presiden RI pertama. Jabatan Presiden dan Kepala Negara RI dari tahun 1967 sampai 1998. HM Soeharto, di dunia internasional, populer disebut dengan “The Smiling General” (“Sang Jenderal yang Tersenyum”) karena raut mukanya yang selalu tersenyum. Menjelang mantan Presiden Republik Indonesia Jenderal Besar (Purn) TNI H Mohammad Soeharto menghembuskan nafasnya yang terakhir, 27 Januari 2008 silam, konon ada sebuah pesan yang disampaikan dan sempat didengar oleh beberapa orang yang hadir di kamar rawat Soeharto di RSPP, Jakarta. ”Sekarang ini, semoga rakyat ini banyak dapat pekerjaan, dan semoga Indonesia jaya dan makmur. Amin!” Itulah pesan yang disampaikan HM Soeharto seperti ditirukan ajudannya Letnan Kolonel CPM (Purn) TNI I Gusti Nyoman Sweden. Pesan mantan Presiden Republik Indonesia kedua itu didengar banyak orang yang ada di
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
kamar perawatan. ”Itu ada banyak yang denger. Setelah itu, beliau terus langsung pingsan dan ditidurkan,” Sweden yang selama 28 tahun mengabdi dan ditugaskan menjadi ajudan HM Soeharto menambahkan. Ajudan yang dikenal setia ini berharap masyarakat Indonesia dapat mempercayai cerita yang diungkapkannya itu. Selama bertugas sebagai ajudan selama 20 tahun, Lektol CPM (Purn) I Gusti Nyoman Sweden, yang akrab disapa Pak Sweden ini merasakan kelembutan hati dari seorang Jenderal yang ditugaskan negara untuk memimpin jalannya pemerintahan dan keberlangsungan pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sweden terkesan sekali akan kearifan dan betapa besar rasa kasih sayang seorang HM Soeharto kepada seluruh rakyat Indonesia, terlebih para petani yang selalu mendapat perhatian besar darinya. Menurut Sweden, Pak Harto itu pribadi yang sabar dan ngewongke wong. “Seorang pemimpin, beliau itu selalu memikirkan dan berbuat yang terbaik untuk kesejahteraan rakyatnya. Kepiawaian seorang pemimpin bangsa bukan saja ditunjukkan dengan mengelola dan memanaj negara dan bangsa, tetapi juga akan terus berupaya yang terbaik bagi rakyatnya. Karena rakyat telah menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Pun demikian dengan almarhum HM Soeharto, mantan Presiden yang selama 32 tahun memimpin bangsa dan rakyat negeri ini,” tutur Sweden. Sweden yang usai purna tugas kini menjadi pimpinan PT Granadi, sebuah perusahaan yang menangani dan mengelola gedung Granadi yang terletak di kawasan Jalan HR
Rasuna Said berlantai 12, Jakarta Selatan. Menteri Panglima Angkatan Darat Sejarah mencatat, Jenderal Besar TNI HM Soeharto di masa pengabdiannya pada bangsa, sejak 27 Maret 1968 – 21 Mei 1998 menjabat sebagai Presiden RI kedua. Selama menjadi Presiden didampingi beberapa Wakil Presiden. Mereka adalah, Sri Sultan Hamengkubuwono IX (1973-1978), Adam Malik (1978-1983), Umar Wirahadi Kusuma (1983-1988), Sudharmono (1988-1993), Try Sutrisno (1993-1998). Suami Siti Hartinah Soeharto dan bapak dari Siti Hardijanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hedijati Harijadi, Hutomo Mandala Putra dan Siti Hutami Endang Adiningsih ini, pernah dilantik Presiden Soekarno dilantik sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat, tepatnya pada 14 Oktober 1965. HM Soeharto menjadi presiden sesuai hasil Sidang Umum MPRS (Tap MPRS No XLIV/ MPRS/1968) pada 27 Maret 1968. Selain sebagai presiden, ia juga merangkap jabatan sebagai Menteri Pertahanan/Keamanan. Ketika menjadi Presiden RI, HM Soeharto dibantu para menterinya yang diberi nama Kabinet Pembangunan. Pencana pembangunannya dikenal dengan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Pada awal pemerintahannnya yang pertama, tepatnya pada 15 Juni 1968, Presiden Soeharto membentuk Tim Ahli Ekonomi Presiden yang terdiri atas Prof Dr Widjojo Nitisastro, Prof Dr Ali Wardhana, Prof Dr Moh Sadli, Prof Dr Soemitro Djojohadikusumo, Prof Dr Subroto, Dr Emil Salim, Drs Frans Seda, dan Drs Radius Prawiro. Mantan ajudan presiden kedua RI, Sweden menuturkan, setiap hari Pak Harto bangun pukul 3 dini hari, mandi, dan 20 menit sebelum pukul 4 dini hari, maka dirinya harus sudah berada di kamar Jenderal Besar. Sebagai ajudan, ia menjaga, merawat dan menemaninya hingga pukul 21:00. “Bahkan, kadang-kadang lebih,” ungkap Sweden. Sweden dengan penuh kebanggan menuturkan sosok mantan orang nomor satu di Indonesia yang dikaguminya. ”Pak Harto adalah sosok yang patut diikuti dan dipanuti. Kenapa? Karena beliau itu, di mata saya tidak ada cacatnya,” katanya. Soeharto, kata Sweden, bukanlah orang yang suka becanda, namun ia tak pernah melihatnya marah-marah. Kalau marah pun, Pak Harto hanya diam.
Menurut Sweden lagi, masa-masa Pak Harto sebelum masuk rumah sakit, dihabiskan dengan kegiatan-kegiatan rutin, seperti shalat subuh, melakukan shalat tahajjud, dan ibadah shalat lainnya. Itu pun dilakukan di atas kursi, karena Pak Harto sudah tidak bisa lagi melakukannya sambil berdiri. Kemudian, selepas beribadah Pak Harto mengisi pagi hari dengan sarapan dan minum kopi non-kafein. Sesekali memang, imbuh Sweden Pak Harto memintanya untuk membawanya ke luar rumah. “Karena saya tidak punya pengawal, kalau saya mau keluar dengan Pak Harto, saya lapor pada putra-putrinya, terutama Mbak Tutut (putri sulung Soeharto).” Yang jelas, ke mana pun mantan Presiden kdeua RI ini, di situ harus ada Sweden. Apabila atasannya itu ingin berjalan-jalan keluar rumah, Sweden harus mengusahakannya sendiri. “Tak ada protokoler, jadi saya harus usaha sendiri, sehingga aman di jalan.” Sebagai ajudan orang nomor satu negeri berpenduduk lebih dari 200 juta jiwa ini ini menuturkan pengalaman hidupnya. Saat menjadi pengawal pribadi Bapak Soeharto yang waktu masih menjadi Presiden Republik Indonesia, pangkatnya masih Capa (Calon Perwira).
Letnan Kolonel CPM (Purn) TNI I Gusti Nyoman Sweden (kiri) bersama Brigjen Pol (Purn) Anton Tabah (kanan) saat menerima buku Pak Harto karya OC Kaligis.
Perlindungan semaksimal mungkin Dengan intonasi suara seorang mantan prajurit yang tegas dan berat, mengungkapkan kisahnya seraya menerawang kembali “catatan memori” yang tersimpan rapi dalam ingatannya yang sangat begitu tajam. Pada tahun Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
65
Mbak Titik Soeharto terus aktif melanjutkan kegiatan pemberdayaan keluarga-keluarga miskin agar bisa sejahtera seperti yang selama ini sudha dilakukan bapaknya HM Soeharto.
66
1982, saat berpangkat Capa, mendapat tugas dari Puspom (Pusat Polisi Militer) menjabat sebagai komandan peleton pada Yon 1 Pomad (Polisi Militer Angkatan Darat) Para di Cendana, Menteng, Jakarta Pusat, tempat kediaman pribadi Presiden Soeharto. Itupun sudah di Paspampres (Pasukan Pengamanan Presiden) pada waktu itu namanya belum Paspampres tetapi masih Satgas (Satuan Tugas) Pomad, kemudian Paswalpres (Pasukan Pengawal Presiden). “Pada kurun waktu berikutnya, tepatnya saat berpangkat Letnan Dua, jika sebelumnya sebagai komandan peleton, digeser posisinya sebagai komandan kawal, di mana setiap laporan disampaikan langsung kepada Presiden,” ujarnya, dari situlah awalnya Sweden mulai dekat dengan Presiden. Pada tahun 1984 dengan pangkat Letnan Satu, ia menjadi komandan kompi, dan menjadi Danplek (Komandan Komplek) di Cendana. Pada posisi ini pun mengharuskannya memberikan laporan langsung seputar komplek Cendana kepada Presiden. Dan pada tahun 1986, terpilih menjadi Dantim Walpri (Komandan Tim Pengawal Pribadi) Presiden, yang bertanggung jawab atas keselamatan Presiden. ”Kalau Presiden ketembak dan saya selamat, saya yang salah. Selaku petugas pengawal pribadi harus benar-benar memberikan perlindungan semaksimal mungkin kepada Presiden, meskipun nyawa sebagai taruhannya. Saya merupakan tameng hidup Presiden,” jelas bapak tiga anak dan kakek dari lima orang cucu yang selalu mengikuti setiap tugas Presiden Soeharto baik di dalam negeri dan luar negeri kala itu. Kemudian saat berpangkat kapten, ada sebuah peristiwa mendebarkan sekaligus
Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015
membahagiakan. Ketika baru tiba dari Jepang, Presiden Soeharto memerintahkan Sweden untuk memanggil Komandan Grupnya, Pak Rasyid (sekarang sudah Mayor Jenderal). ”Kalau Sweden saya jadikan pangkat mayor bisa tidak?” demikian ia mengutip pertanyaan Pak Harto kepada komandan grupnya, seraya menyebutkan, pada waktu itu Komandan Paspampresnya Mayjen Soegiono. Kemudian, ia mendapat persetujuan naik menjadi mayor. Dengan berpangkat Mayor, ia naik menjadi Danden (Komandan Detasemen) Pengamanan Khusus. Sebagai pengawal pribadi memberi kesempatan ”kedekatan” nya dengan Presiden sesuai tugas, prinsip, aturan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sebagai ajudan yang setia, pada saat Presiden HM Soeharto lengser, tepatnya Mei 1998, Sweden masih berada di sampingnya. Dirinya mendapat perintah dari Panglima ABRI (sekarang TNI) Jenderal Wiranto (kini telah purnawirawan) ditugaskan untuk tetap mengamankan Cendana. Terserang stroke Dengan jabatan Wakil Komandan, di mana Komandannya Kolonel Dirman, dan 113 orang anak buah bertugas mengamankan rumah kediaman mantan Presiden HM Soeharto yang saat itu masa transisi, dan hujan hujatan ditujukan kepada mantan orang nomor satu republik ini. ”Tugas kami adalah mengamankan Pak Harto, putra-putri dan semua keluarga dan rumah kediaman beliau,” ujarnya. Seiring dengan waktu dan pertambahan usia, Pak Harto mulai terkena penyakit, yaitu terserang stroke. Pada waktu Pak Harto kena stroke itu, dirinya mulai ditugskan di dalam rumah kediaman untuk mengurusi keadaan Jenderal Bintang Lima TNI itu. Sweden pun harus merawat, meskipun bukan seorang perawat sesungguhnya, karena dia sekarang prajurit TNI dari Korps Polisi Militer. Dalam tugas kesehariannya mengharuskan dia membantu dan merawat dengan segala sesuatunya Pak Harto. ”Yang jelas, saya itu melakukan semua itu dengan rasa pengabdian yang betul-betul mengabdikan diri. Jadi, tidak berpikir jadi apa dan mau apa. Tidak. Tetapi tulus murni pengabdian, khususnya selaku mahluk sosial ciptaan Tuhan,” tutur Purnawirawan Letnan Kolonel CPM TNI AD ini penuh haru. HARI