GEMA REDAKSI
Hari Keluarga Nasional Para pembaca yang budiman,
B
ULAN lalu Universitas Negeri Malang (UM) yang dipimpin oleh Rektornya Prof Dr Suparno, menggelar Acara Pembekalan dan melepas 1929 mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya yang menghasilkan ribuan Posdaya di Kabupaten Blitar, Malang Raya dan sekitarnya. Acara itu berlangsung sangat meriah dan dihadiri oleh para petinggi perguruan tinggi yang sedang marak tersebut. Para Dekan, Dosen Pembimbing, Direktur, Wakil-wakil dari berbagai perguruan tinggi lain di Kota Malang ikut hadir sebagai mitra kerja terpercaya. Acara itu dihadiri juga oleh Wakil-wakil Bank UMKM, BPD dan Bank Bukopin untuk membantu pembangunan di pedesaan. Universitas Negeri Malang bergabung dalam gerakan pemberdayaan keluarga sejak lama dan ternyata maju sekali. Rektor tidak mengharuskan mahasiswa wajib ikut KKN Tematik Posdaya, tetapi boleh memilih. Ternyata 90 persen mahasiswa semester 7 memilih KKN tersebut sebagai mata kuliah yang memperoleh kredit. Para mahasiswa merasa mendapat manfaat, dan dosen pendampingnya juga sangat terbantu dengan kasus-kasus lapangan yang perlu dicarikan pemecahannya melalui pendalaman teori dan bahkan melahirkan gagasan-gagasan baru yang menghasilkan karya ilmiah yang bisa diterapkan di banyak negara berkembang lain. Pengalaman Universitas Negeri Malang itu tidak merupakan kasus unik dalam lingkungan perguruan tinggi. Di Kota Malang, tidak kurang dari 32 Perguruan Tinggi telah menanda tangani kesepakatan dengan Walikota Malang menggerakkan program kunjungan lapangan setiap dua minggu. Dalam kegiatan itu Walikota didampingi oleh seluruh SKPD, dosen dan mahasiswa mengadakan peninjuan dan dialog dengan rakyat untuk menampung kebutuhan dan menyusun program dan kegiatan nyata. Program itu ternyata membawa manfaat dan rakyat menyambutnya dengan antusiasme
yang sangat tinggi. Program terpadu dengan mudah dapat dirumuskan dan dilaksanakan dengan partisipasi yang tinggi. Program seperti itu kiranya ikut memberi dukungan terhadap upaya Pemerintah melalui BKKBN dan aparatlainnya dalam membangun keluarga di seluruh Indonesia. Hari Keluarga Nasional yang diperingati tahun ini menjadi momentum membangun keluarga lengkap dengan delapan fungsi utamanya, yaitu fungsi keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, fungsi penghargaan terhadap budaya bangsa, fungsi kecintaan terhadap sesama, fungsi perlindungan, utamanya kepada keluarga lemah, fungsi kesehatan dan KB, fungsi pendidikan, fungsi wirausaha dan fungsi lingkungan yang memberi kesejukan dan manfaat kepada setiap keluarga. Kebersamaan antara mahasiswa KKN dan PLKB, diperkuat masuknya organisasi sosial kemasyarakatan yang tergabung dalam DNIKS, LK3S, K3S, PWRI di provinsi dan kabupaten ikut mempercepat proses pemberdayaan di pedesaan. Meningkatnya peran Bank atau lembaga keuangan dengan sikap yang luwes akan memberikan dukungan yang kuat terhadap upaya penanggulangan kemiskinan bagi kelompok yang tergabung dalam Posdaya atau Koperasi dalam lingkungan Posdaya. Selamat Hari Keluarga Nasional 2014.
Meningkatnya peran Bank atau lembaga keuangan dengan sikap yang luwes memberikan dukungan yang kuat terhadap upaya penanggulangan kemiskinan bagi keluarga-keluarga yang tergabung dalam Posdaya atau Koperasi dalam lingkungan Posdaya. [FOTO: ADE S]
Haryono Suyono Pemimpin Umum Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
3
DAFTAR ISI
Pemimpin Umum: Prof. Dr. H. Haryono Suyono Wakil Pemimpin Umum: Dr. Subiakto Tjakrawerdaja dr. Loet Affandi, SpOG Penasehat: Sudwikatmono Bambang Trihatmodjo Pemimpin Perusahaan: Drs. TP Suparta, MBA Pemimpin Redaksi/Penanggungjawab: Drs. Dadi Parmadi, MA Redaktur Pelaksana: Dede Haeruddin Redaktur Senior/Koordinator Liputan Daerah: H Harun Nurochadi Staf Redaksi: Rahmawati Hari Setyowanto Haris Fadillah Irwan Riduan Fotografer: Tirto Andayanto, POV Kontributor Foto: Drs. Fajar Wiryono Naziruddin (Rudi) Lubis Designer: S Herman Ade Sudrajat H. M. Nizar
LAPORAN UTAMA
40
Posdaya Bantu Bentuk Keluarga Berkualitas Keluarga merupakan komunitas atau bagian terkecil dari masyarakat. Dari keluarga yang baik akan muncul pula masyarakat yang baik dan berkualitas. Dengan melaksanakan delapan fungsi keluarga, Posdaya membantu keluarga Indonesia keluarga menjadi berkualitas.
Sekretaris Redaksi: Ari Yusnita, SE Gemari On-Line: Donni A Hanafie Abdurrahman Fadil Binnur, S. Kom Konsultan Ahli: Dr. Moch. Soedarmadi Dr. Mazwar Noerdin Dr. Sugito Suwito, MA Dr. Rohadi Haryanto, MSc Drs. Made Are Subrata Manajer Iklan dan Promosi: Dr. Mulyono D Prawiro Staf Tata Usaha dan Umum: Hendro B Setiadi, SE, Ak Irwan Febriansyah, SE Sandra Amelia, SE Produksi: Sidik Nurhidayat Sirkulasi dan Distribusi: Drs. FX Riswadi, Johari, Sulaeman. Alamat Redaksi: Jl. Pengadegan Barat No. 4 Jakarta Selatan 12770 Telp. (021) 794 3120 Fax. (021) 794 2802 E-Mail:
[email protected], http:// www.gemari.or.id. Penerbit: Yayasan Dana Sejahtera Mandiri Pelaksana Penerbitan: Yayasan Anugerah Kencana Buana Percetakan: PT. Citra Kharisma Bunda Isi di luar tanggung jawab percetakan
4
CERITA SAMPUL
43
«Piye Kabare?» Tanya Pak Harto, Kerinduan «Wong Cilik» “Piye kabare...? Penak zamanku tho…” (Bagaimana kabarnya...? Masih enak zamanku toh…)” Kalimat ini menjadi kian fenomenal di saat jutaan rakyat Indonesia merindukan sosok pemimpin yang merakyat. Jelang pemilihan presiden (Pilpres) 2014 ini, tidak salahnya kita mengingat kembali bagaimana kepemimpinan almarhum HM Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia kedua dalam menjalankan roda pemerintahan, sehingga sampai saat ini sosoknya masih tetap dirindukan. Gambar Pak Harto sedang melambaikan tangan sambil tersenyum khas, disertai kalimat satir di atas mengingatkan kita bagaimana dekatnya pribadi beliau dengan masyarakat di desa-desa terpencil. Stiker-stiker yang terpasang bukan di gedunggedung perkantoran yang menjulang tinggi, tapi banyak terpasang di warung-warung kelontong, gerobak bakso, mobil angkot, truk angkut barang, kaos-kaos eceran di jalan melalui pedagang kaki 5 dan lain-lain. Intinya, kerinduan itu datang dari wong cilik.
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
LAPORAN DAERAH
PENDIDIKAN
62
Radio BAINA FM Indramayu Reportase Langsung Panen Perdana Rumput Laut
53
Damandiri Rangkul Universitas Trilogi Sukseskan CoopTV Informasi tentang koperasi sekarang bisa disaksikan masyarakat luas di stasiun CoopTV. Televisi khusus koperasi ini sudah mengudara sejak 15 April 2014 lalu. Tujuannya untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya gerakan koperasi. Terutama dalam menghadapi ekonomi terbuka ASEAN tahun 2015 nanti, akan terjadi persaingan antarnegara, antarunit usaha.
Informasi menjadi sesuatu yang penting dan strategis. Penyampaian informasi yang berimbang, membangun dan produktif menjadi mitra pembangunan. Tugas tersebut seperti halnya dilakukan radio komunitas BAINA FM untuk pembangunan di Indramayu, Jawa Barat.
7
Gema Redaksi
3
Damandiri Ajak Ibu-ibu Posdaya se-Kota Bekasi Praktek Buat Tahu Tanpa Limbah
Surat Pembaca
6
POSDAYA MASYARAKAT
Dari bahan kacang kedelai bukan hanya bisa dijadikan makanan olahan seperti tahu, tapi ampas tahunya juga bisa dimanfaatkan menjadi makanan lezat. Seperti, perkedel, bakso, risol kering, nuget, roti, donat dan lain-lain. Pengolahan tahu sehat ini didemontrasikan Ir Anna Murnijati, MMA dari Yayasan Damandiri di hadapan para pengelola Pos Pemberdayaan keluarga (Posdaya) se-Kota Bekasi di ruang serbaguna STMIK Bani Saleh, Bekasi, Jawa Barat beberapa waktu lalu.
Redaksi menerima artikel via Pos, Faximile atau E-mail:
[email protected] yang sesuai dengan misi Majalah Gemari. Artikel diketik 2 (dua) spasi di atas kertas folio, antara 1,5 - 3 halaman. Redaksi berhak merubah tulisan tanpa merubah isi artikel. Karya yang dimuat diberikan imbalan.
Posdaya Perguruan Tinggi
13
Posdaya Pemerintah
26
Posdaya Organisasi Sosial
34
Konvensi Posdaya
37
Kolom Khusus
46
Aneka Peristiwa
56
Forum Kita
58
DNIKS
64
www.gemari.or.id F o t o S a m p u l : Repro Buku Pak Harto The Untold Stories
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
5
SURAT PEMBACA Setiap surat yang dikirim harus disertai identitas diri antara lain KTP/SIM atau lainnya.
LOMBA PENULISAN TABUR PUJA Inilah Kampus Universitas Trilogi (Untri) Jakarta, yang bukan saja menjadi tempat para mahasiswa menimba ilmu juga menjadi sarana aktivitas masyarakat seJabodetabek, salah satunya saat sosialisasi Kredit Tabur Puja yang digagas Yayasan Damandiri. [FOTO: DOK]
I
NI kabar menarik. Mulai 2014 ini, mahasiswa Universitas Trilogi Jakarta akan diikutsertakan mengikuti lomba menulis skripsi yang merujuk Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) dari para penerima Kredit Tabur Puja. Secara tidak langsung, mereka akan berhadapan dengan ibu-ibu Posdaya yang akan menjadi dosen pembimbing tingkat desa. Ide ini mencuat saat sosialisasi Tabur Puja se-Jabodetabek di Kampus Universitas Trilogi (Untri) Jakarta, beberapa waktu lalu. Gagasan Ketua Yayasan Damandiri, yang juga Pembina Yayasan Pengembangan Pendidikan Indonesia Jakarta (YPPIJ) Prof Dr Haryono Suyono, ini untuk melombakan kegiatan ibu-ibu Posdaya penerima Tabur Puja dalam bentuk skripsi dan tesis mahasiswa
Untri. Sebab itu, kata Rektor Untri Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, ini ide yang luar biasa Lomba skripsi dan tesis Posdaya ini didedikasikan untuk mempelajari sampai di mana program ini memberi manfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu, tidak hanya laporan berbentuk opini, tapi juga berbasis analisis scientific. Untuk mahasiswa program S-1 karena hanya ada jurusan akutansi dan manajemen, penelitian lebih mendalam pada tingkat manajemen dan akutansi sederhana. Sementara mahasiswa program S-2, penelitian lebih pada efek dan dampaknya pada masyarakat. Lomba penulisan berbasis Tabur Puja ini akan mulai digelar bulan September 2014 untuk mahasiswa S-1 semester delapan. Tentu saja ada ha-
diah untuk karya terbaik. Bisa dalam bentuk pemberian jangka pendek, yaitu uang cash, pemberian jangka menengah berupa kuliah S-2. Lomba menulis skripsi dan tesis ini juga diarahkan bagaimana membangun ekonomi biru, ekonomi Pancasila dan ekonomi kerakyatan. Tabur Puja suatu sarana untuk membangun keluarga, bukan sarana bisnis biasa. Tabur Puja sudah dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur melalui Bank UMKM dan sudah menyalurkan dana sebesar Rp 500 miliar. Menurut Prof Haryono, sementara di DKI Jakarta sudah menyalurkan dana sebesar Rp 9,5 miliar untuk 3.300 nasabah yang menjadi anggota Posdaya di Jabodetabek. Gagasan Ketua Yayasan Damandiri Prof Haryono untuk melombakan kegiatan ibu-ibu Posdaya penerima Tabur Puja dalam bentuk skripsi dan tesis oleh mahasiswa Untri ini harus kita sambut baik. Sebab, mencerdaskan para kaum muda (mahasiswa) tentang pemberdayaan keluarga. Semoga hal ini terealisir. Aamiin. Terima aksih dimuatnya surat pembaca ini. Syahrir Heriyanto Jl Gandaria I Kebayoran Lama Selatan Jakarta Selatan.
Formulir Berlangganan
N a m a : ........................................................................................................ Alamat Lengkap : .............................................................................................................................................................. ............................................................ Kode Pos: ........................... Telp.: ....................................... Sebagai pelanggan tetap mulai nomor: ......... s/d. ........... Sebanyak: .............. eksemplar. Pembayaran dimuka melalui Yayasan Anugerah Kencana Buana Rekening Bank Central Asia (BCA) Irwan Febriansyah No. Rek.: 375 135 6941 Kantor Cabang Pembantu (KCP) Graha Inti Fauzi Pelanggan, (.....................…………….) 6
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
POSDAYA MASYARAKAT
Damandiri Ajak Ibu-ibu Posdaya se-Kota Bekasi
Praktek Buat Tahu Tanpa Limbah Dari bahan kacang kedelai bukan hanya bisa dijadikan makanan olahan seperti tahu, tapi ampas tahunya juga bisa dimanfaatkan menjadi makanan lezat. Seperti, perkedel, bakso, risol kering, nuget, roti, donat dan lain-lain. Pengolahan tahu sehat ini didemontrasikan Ir Anna Murnijati, MMA dari Yayasan Damandiri di hadapan para pengelola Pos Pemberdayaan keluarga (Posdaya) se-Kota Bekasi di ruang serbaguna STMIK Bani Saleh, Bekasi, Jawa Barat beberapa waktu lalu.
T
AHU sehat yang diterapkan pada pelatihan tidak menggunakan bahan pengawet atau pewarna. Rasa dan teksturnya lebih lembut dan tidak oplosan seperti tahu yang biasa dijual di pasaran. “Bisa bikin, harus bisa jual dan bisa untung. Kalau bisa bikin tidak bisa jual, tidak untung pula, untuk apa? Susu kedelai kalau dijual paling laku,” tukas Anna mengawali kegiatan pelatihan hari itu. Pelatihan yang sempat diwarnai kepenatan karena salah satu alat penggiling kacang kedelai tidak berfungsi dengan baik ini, akhirnya berjalan sukses. Ibu-ibu yang mengikuti pelatihan ini datang dari 25 Posdaya yang tersebar di Kota Bekasi. Mereka umumnya antusias dan ingin segera tahu proses pembuatan tahu tanpa limbah. Hadir dalam acara ini Ketua LPM STMIK Bani Saleh Bekasi Asri
Ma’Arif, SE, MM, Msi, Kantor Pemberdayaan Masyarakat (Kapermas) Bekasi Indra Nugraha dan Pengurus Himpaudi se-Kota Bekasi Tine Mulyaningsih, SPd, yang terus mendampingi hingga selesai pelatihan. Mesin penggiling kacang kedelai yang digunakan merupakan bantuan dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) ini bisa dibeli para pengurus Posdaya seharga Rp 6,5 juta untuk ibu-ibu pemberdayaan mikro. “Alhamdulillah…kalau memang melalui kredit Tabur Puja kita bisa membeli mesin giling ini,” tutur Tine yang juga pengurus Posdaya Bunga Tanjung. Dalam pembuatan tahu sehat ‘ala Damandiri, dibutuhkan 3 kg kacang kedelai yang sudah disortir (dipilih) dan direndam selama delapan jam. “Jangan masuk satu jam pertama, delapan jam kemudian baru dicuci. Usahakan
Ir Ana Murnijati, MMA (tengah) bersama ibu-ibu kader Posdaya sedang menikmati hasil pelatihan tahu tanpa limbah.
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
7
Ibu-ibu kader Posdaya sedang mempraktekkan penggunaan mesin giling kacang kedelai. [FOTO: RAHMA]
sebanyak mungkin dicuci, ganti air. Waktu ganti air, sambil gosok-gosok kacang kedelai, yang mengapung dibuang. Jangan dibuang ke dalam got. Ambil saringan, masukkan ke kantong plastik. Kalau tidak, akan bau,” tutur Anna.
8
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
Kacang kedelai perlu dicuci bersih, kata Anna, karena pada biji kedelai ada lembaga hitam cokelat mengandung asam lenoleat, kalau bereaksi dengan air akan menyebabkan nyeri lambung. Proses pematangan tahu pun jangan terlalu, karena kalau terlalu panas, hasil tahunya akan langu atau berbau kurang sedap. Panci berisi delapan liter air mendidih dengan 1 kg kacang kedelai dimasukkan ke mesin penggiling. Semasa penggilingan, dilakukan pemisahan susu kedelai dari ampas. Dari 3 kg kacang kedelai ini akan menjadi 120 liter susu kedelai. Bahan kacang kedelai giling untuk pembuatan tahu ini kemudian dipanasi sampai mendidih. Apabila telah terjadi penggumpalan diberi garam unigari, lalu di cetak dan di press (tekan). “Orang Indonesia dan Amerika tidak suka bau amis. Tapi bagi Jepang dan China, tidak masalah. Makanya orang kita suka mencampur susu kedelai dengan moca, strawbery, vanili dan lainlain supaya tidak amis susu kedelainya. Itu semua tidak salah, tapi basisnya harus bagus. Pasalnya, pasta moca tidak benar-benar moca, ada campuran lain. kalau saya lebih suka rasa vanili.” Ditambahkan Anna, turunan dari susu kedelai bisa dibuat macam-macam puding dengan protein tinggi, rendah kolesterol. Berbagai resep dan olahan dari ampas kacang kedelai ini sudah disiapkan untuk diujicoba di hadapan pengurus Posdaya. Tapi sayangnya hanya 5 resep saat itu yang berhasil dipraktekkan, yaitu tahu, susu kedelai, perkedel, kecap dan wedang jahe. Meskipun begitu, ibu-ibu terlihat begitu senang karena bisa membawa pulang hasil olahan mereka dan mendapat ilmu yang bisa diterapkan di kelompoknya masing-masing. Selamat mencoba! RW
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Cemara Galakkan Budidaya Rumput Laut Budidaya rumput laut dewasa ini semakin digalakkan terutama kelompok-kelompok Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di berbagai daerah di tanah air. Pelaksanaannya baik secara intensif maupun ekstensif dengan memanfaatkan lahan yang ada. Kini, budidaya rumput laut tidak hanya dilakukan di perairan pantai tetapi juga sudah mulai digalakkan pengembangannya di perairan payau atau tambak.
M
INAT petambak ikan dan udang di Desa Cemara Wetan, Kecamatan Cantigi menanam rumput laut mulai tumbuh, seiring dengan membaiknya hasil panen rumput laut pada areal tambak milik masyarakat. Tanaman rumput laut seluas 3,5 Hektar (Ha) milik warga Desa Cemara, Kamis (22/5) tumbuh subur dan dipanen Bupati Indramayu Hj Anna Sophana dengan hasil sebanyak 80 ton. Secara umum, budidaya rumput laut tersebut kata Cayam dan Iwan dilakukan dengan sederhana. Namun demikian keduanya mengingatkan ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam budidaya rumput laut di tambak, yang juga dapat menentukan keberhasilan budidaya itu sendiri. Budidaya rumput laut di tambak merupakan salah satu cara pemanfaatan lahan untuk memenuhi permintaan rumput laut yang semakin meningkat, terutama untuk rumput laut jenis Gracillaria sp. Budidaya rumput laut di tambak memiliki lebih banyak keunggulan daripada budidaya di perairan pantai (laut). Keuntungan itu an-
tara lain, tanaman rumput laut agak terlindungi dari pengaruh lingkungan yang kurang sesuai, serta juga memungkinkan untuk dilakukan pemupukan, termasuk kemudian mengontrol kualitas air, khususnya salinitas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya rumput laut di tambak di antaranya. 1. Pemilihan lokasi Lokasi untuk budidaya rumput laut di tambak harus memenuhi beberapa persyaratan, di mana persyaratan yang harus dipenuhi hampir sama dengan tambak untuk budidaya udang. Syarat-syarat tersebut seperti: • Gelombang dalam tambak (akibat pengaruh angin) tidak terlalu besar. • Areal pertambakan sebaiknya melandai • Pasang surut yang baik berkisar antara 1.52.5 m. • Tersedia air tawar untuk mengatur salinitas • Kualitas air yang dibutuhkan dengan salinitas berkisar antara 12-30 permil, dengan kadar ideal 20-25 permil; suhu berkisar 18-30oC dengan suhu optimum 20-25oC; pH berkisar 6-9 dengan kisaran Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
9
Dengan bangga Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Bupati Indramayu Hj Anna Sophanah menunjukkan rumput laut hasil budadaya Posdaya Cemara. [FOTO-FOTO: HARI]
Petani rumput laut Posdaya Cemara Indramayu menunjukkan hasil budidaya rumput laut yang dikembangkan di tambak air payau.
10
optimum 6.8-8.2; oksigen berkisar 3-8 ppm. Selain itu, air tidak mengandung atau membawa lumpur. • Dekat dengan rumah penduduk (untuk akses tenaga kerja). • Aksesibilitas jalan untuk transportasi, dan kebutuhan lainnya. 2. Sistem distribusi air Sistem distribusi yang baik sangat diperlukan untuk dapat mengatur kualitas air, khususnya melalui penggantian air yang teratur dan berulang-ulang.
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
3. Konstruksi tambak Konstruksi tambak yang dibangun harus dapat menjawab kebutuhan untuk kegiatan budidaya yang dilakukan. Hal yang perlu diperhatikan terkait konstruksi tambak adalah bentuk tambak, pematang, pintu air, dan juga saluran air. 4. Persiapan penanaman Sebelum dilakukan penanaman, tanah dasar terlebih dahulu dinaikkan ke pematang. Setelah kering, tanah kemudian dimasukkan lagi. Untuk mempercepat pertumbuhan Gracillaria sp, tanah dapat dipupuk dengan menggunakan urea tiga kg per hektar, atau 1-2 ton pupuk kandang per hektar. Sedang untuk bibit yang digunakan dapat diperoleh dari maupun usaha budidaya. 5. Penanaman bibit Penanaman bibit menggunakan broadcast method, di mana bibit tanaman ditebar di seluruh bagian tambak. Bibit yang ditebar adalah bagian thallus yang masih muda, yang diperoleh dengan jalan membuang bagianbagian pangkalnya. Sedang untuk bagian ujungnya dapat ditebar ke dalam tambak, karena bibit yang berasal dari bagian ujung lebih baik daripada bagian pangkalnya. 6. Perawatan selama pemeliharaan Perawatan pada budidaya rumput laut di tambak hampir sama dengan budidaya di laut. Perlu juga diperhatikan kondisi air, dan hama dan gulma yang menyerang seperti lumut dari jenis Enteromorpha in Limnea glabra Muller yang biasanya menyerang dengan membelit rumput laut, sehingga memperlambat pertumbuhan rumput laut. 7. Pemanenan Rumput laut biasanya dapat dipanen bila usia pemeliharaan sudah mencapai 45-60 hari (sekitar 2 bulan) dengan berat biasanya berkisar antara 500-600 gram. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa pemanenan juga dapat dilakukan setiap tujuh hari sekali. Untuk penanganan pasca panen hampir sama dengan yang telah dijelaskan pada budidaya rumput laut di perairan pantai atau laut. 8. Pengeringan hasil panen Penanganan pasca panen, termasuk pengeringan yang tepat sangat perlu, mengingat pengaruh langsungnya terhadap mutu dan harga penjualan di pasar. HARI
POSDAYA MASYARAKAT
Membuat Susu Kedelai Ala Kader Posdaya Kader Posdaya kini sudah mampu mengolah bahan makanan menjadi panganan. Dengan kreativitas yang didapatnya selama mengikuti pelatihan yang diselenggarakan Yayasan Damandiri bersama berbagai perguruan tinggi, kader Posdaya bisa memenuhi kebutuhan susu dari bahan dasar kedelai.
S
USU kedelai merupakan sumber protein yang sangat baik sebagai makanan pengganti susu hewani, daging merah, makanan laut dan makanan berlemak berkolesterol tinggi. Susu kedelai merupakan makanan yang penuh dengan protein nabati, mengandung 8 Asam Amino yang terkenal sebagai zat yang sangat baik untuk tubuh. Kandungan protein yang terdapat di susu kedelai 40 persen lebih tinggi daripada tumbuhan yang belum diproses dan makanan berdaging. Cara Membuat Susu Kedelai atau susu yang terbuat dari kacang kedelai murni sangatlah mudah, di mana kandungan gizi dan nutrisinya sudah tidak diragukan lagi. Proses pembuatannya sederhana hanya membutuhkan bahan berupa kacang kedelai dan air, kadar air disesuaikan menurut kekentalan yang diinginkan. Adapun penambahan daun pandan atau vanili, gula dan garam biasa digunakan untuk meminimalisir rasa langu dari kedelai. Sedangkan dalam upaya untuk menambah khasiat dan menghasilkan rasa yang enak dan variasi, biasa juga ditambah dengan bahan-bahan seperti serai, jahe cengkih, kayu
manis, bubuk coklat, teh bubuk dan lain sebagainya. Proses membuat susu kedelai murni di antaranya;
Kader Posdaya, peserta pelatihan tengah mengolah kedelai yang sudah dibleneder untuk dijadikan susu [FOTO-FOTO: HARI]
Hasil susu kedelai olahan aneka rasa yang sudah dikemas menarik dan siap dipasarkan (foto bawah).
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
11
Septiana, peserta pelatihan siap memblender kedelai sebelum diolah menjadi bahan susu. [FOTO: HARI]
• Pertama-tama adalah mencuci kacang kedelai dengan air bersih lalu rendam 10 jam atau semalaman hingga ukurannya membesar dan empuk. Setelah itu, bersihkan kulit arinya. • Masukkan dalam blender kedelai dengan air kira-kira 1 : 3, jika 1 mangkuk kedelai campurkan dengan 3 mangkuk air. Blender hingga halus lalu saring dengan kain putih atau kain kasa atau saringan yang
Resep Varian Minuman Susu Kedelai Bahan yang digunakan: • 2 cangkir susu kedelai • 8 kantong teh putih rasa peach • 3 cangkir irisan buah persik beku • 1/4 cangkir madu Cara membuat: • Panaskan susu kedelai sambil diaduk sampai hangat (jangan sampai mendidih). Tambahkan teh celup dan masukkan ke dalam susu kedelai, diamkan selama 5 menit. • Buang teh celup, masukkan campuran susu kedelai dalam lemari es selama 15-20 menit sampai dingin. • Masukkan susu kedelai dingin, persik dan madu ke dalam blender atau food processor. Blender dengan kecepatan tinggi sekitar 1 menit atau sampai halus, tuang ke dalam gelas lalu sajikan. HAR 12
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
lubangnya kecil. Dapat juga dilakukan blender dan penyaringan berulang dari 3 bagian air agar sari kedelai keluar lebih banyak. • Berikutnya adalah perebusan yang bertujuan untuk menyeterilkan dari kuman, beraroma, menambah khasiat bagi tubuh serta mengurangi aroma kedelai yang masih langu. Rebus dengan api sedang sambil diaduk-aduk agar susu tidak pecah. Pada perebusan ini kita dapat menambahkan bahanbahan sesuai keinginan, misalnya daun pandan atau vanili, jahe, bubuk coklat, gula, sedikit garam atau lainnya. Jika menggunakan vanili, jangan kebanyakan memasukkan vanili, akan menyebabkan rasa pahit. • Minuman ini cocok di sajikan selagi hangat maupun didinginkan dahulu di kulkas. Resep susu kedelai Berikut salah satu kreasi resep susu kedelai yang enak dan sederhana. Bahan : • 250 gram kacang kedelai, cuci bersih • 1,5 liter air • 150 gram gula pasir • 3 lembar daun pandan, ikat • 3 lembar daun jeruk Cara membuat susu kedelai: • Rendam kedelai dengan air hangat semalaman. Setelah mekar, cuci bersih dan buang kulit arinya. • Blender dengan air sampai benar-benar halus lalu saring. • Rebus dengan api sedang dicampur dengan gula, daun pandan dan daun jeruk. Aduk-aduk terus sampai mendidih, jaga jangan sampai meluap. • Setelah dingin saring dengan kain katun yang bersih. Sajikan hangat atau dingin sesuai selera. HAR
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Universitas Negeri Malang
Berangkatkan 1.929 Mahasiswa KKN Tematik Posdaya Universitas Negeri Malang (UM) sangat peduli dan menaruh perhatian terhadap Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang merupakan bagian integritas, membangun SDM generasi masa depan bangsa Indonesia. KKN merupakan salah satu skema pengembangan kepribadian masa depan generasi bangsa Indonesia. “Itulah sebabnya, kami terjemahkan apa yang telah diprakarsai oleh Prof Dr Haryono Suyono yang disebut KKN Tematik Posdaya,” urai Rektor Universitas Negeri Malang Prof Dr H Suparno saat membuka Acara Pemberangkatan KKN Semester Pendek 2013/2014.
R
EKTOR Universitas Negeri Malang Prof Dr H Suparno juga mengungkapkan, “Mahasiswa adalah harapan masa depan bangsa, calon-calon sumberdaya manusia yang kami banggakan. Pandanglah KKN ini sebagai peluang emas. Dalam upaya membangun masa depan, kami juga selalu meningkatkan kapasitas institusi supaya kualitas tetap terjaga dan dapat ditingkatkan apabila kapasitas institusi dapat memadai.” Yang menarik, dalam kesempatan itu juga diadakan Kuliah Tamu oleh Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono pada 19 Mei 2014 di Gedung Graha Cakrawala Jl Cakrawala Kompleks Kampus Induk UM, Malang, Jawa Timur. Lebih lanjut Prof Dr H Suparno mengatakan, KKN Tematik Posdaya ini sebagai salah
satu mata kuliah pilihan. Ini penting karena harus didesain secara akademis untuk memprospek masa depan generasi yang mengikuti program KKN ini. Dan sebagai mata kuliah itu sebagai ujian sejauh mana KKN ini diniatkan dari hati nurani para mahasiswa. “Marilah kita menyadari bahwa KKN ini sebagai bagian managemen universitas yang kami kawal dengan sungguh-sungguh. KKN Tematik Posdaya menjadi prinsip mendasar bagi hidup kami yang kami terjemahkan ke dalam program-program KKN dalam tema besar MDGs,” ucapnya dengan penuh semangat. Hadir pada acara tersebut Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Rektor Universitas Negeri Malang Prof Dr H Suparno, Ketua
Prof Dr Haryono Suyono memberikan presentasi di hadapan Rektor, Dosen dan Mahasiswa Universitas Negeri Malang pada acara Pelepasan KKN Tematik Posdaya. [FOTO: SULAEMAN]
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
13
Rektor Universitas Negeri MalangProf Dr H Suparno menyerahkan cinderamata kepada Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat memberikan pembekalan KKN Tematik Posdaya di hadapan ribuan mahasiswa Universitas Negeri Malang.
14
LPPM Universitas Merdeka Malang Prof Ir Agus Suprapto, MSc PhD, Ketua LPPM UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Dr Hj Mufidah Ch MAg, Koordinator Pelaksana Posdaya Perguruan Tinggi mitra Universitas Negeri Malang, Bank UMKM Jawa Timur, Bank Bukopin, dan undangan lainnya. Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono yang menjadi keynote speaker pada acara tersebut menyampaikan, dengan kepercayaan diri yang penuh para mahasiswa akan mendampingi rakyat. Lebih dari kegiatan-kegiatan biasa tetapi kegiatan membelajari rakyat, mendampingi rakyat dan sekaligus memberi contoh. Jadi ini salah satu ke-
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
giatan mahasiswa bersama dosen yang bukan basabasi. Ini suatu kegiatan yang nyata yang kalau dilaksanakan sekian ribu mahasiswa dari tahun ke tahun dan mendapat dukungan pemerintah daerah ini akan memakmurkan rakyat. Mantan Menko Kesra dan Taskin era Presiden BJ Habibie tersebut juga menjelaskan, tidak saja menjadi guru bangsa, tidak saja menjadi guru rakyat di desa. Sebagai calon guru bangsa, sebagai calon pemimpin bangsa saudara harus bisa bekerja bersama rakyat. Karena bersama rakyat tersebut memerlukan apa yang dinamakan percaya diri. Lima syarat untuk bekerja bersama rakyat. Pertama, bekerja bersama rakyat harus percaya diri. Percaya bahwa dirinya telah menempuh pendidikan di Universitas Negeri Malang dari para dekan, dari para guru besar, dari para dosen dengan penuh kesungguhan. Bahkan KKNnya termasuk mata kuliah pilihan yang diberikan nilai. Kedua, saudara harus percaya kepada temannya. Jangan sampai menjelek-jelekkan temannya, karena pertemanan adalah awal dari persatuan dan kesatuan bangsa. Pertemanan adalah awal dari persahabatan. Pertemanan adalah awal dari didirikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Kita harapkan saudara-saudara tidak saja menjadi guru bangsa tetapi akan meningkatkan kesejahteraan rakyat di desa. Oleh karena itu kalau mereka nanti butuh kredit, bank-banknya sudah siap untuk membantu mahasiswa melakukan Kuliah Kerja Nyata di desa. Ketiga, memberi kepercayaan kepada institusinya. Jangan sampai saudara ada di
desa menjelek-jelekkan Universitas Negeri Malang. Sudah lulus atau belum lulus saudara harus memberikan penghargaan kepada institusinya. Kalau mendapatkan sesuatu di desa kirim ke institusinya dalam bentuk skripsi, dalam bentuk tesis, dalam bentuk disertasi. Sehingga institusinya nanti akan penuh dengan buku-buku ilmiah. Keempat, saudara harus bertindak dengan kepercayaan diri dan bantuan temantemannya sehingga saudara dipercaya oleh masyarakat di mana saudara berada. Jangan sampai saudara kembali dari KKN masyarakatnya tidak ada yang mengeluelukan. Yang kelima, saudara harus menjadi insani, seorang mahasiswa yang bermutu dan laku jual. Jangan sampai saudara nanti lulus mondar-mandir mencari pekerjaan. Saudara harus menjadi lulusan Universitas Negeri Malang sebagai seorang sarjana yang laku jual. Prof Dr Haryono Suyono juga menegaskan, dosen dan mahasiswa membuat KKN Tematik Posdaya ini sebagai bagian dari apa yang dinamakan Tri Darma Perguruan Tinggi. KKN ini sekaligus menempatkan tanggung jawab sosial perguruan tinggi kepada masyarakat. Guru keluaran Universitas Negeri Malang adalah guru yang mengajar muridnya menjadi lebih pintar dan membanggakan gurunya. “Jadi saudara-saudara masuk desa bukan menyebarkan kemiskinan tapi saudarasaudara mengentaskan penduduk dari kemiskinan. Saudara-saudara membuat dari yang miskin menjadi kurang miskin, dari kurang miskin akhirnya jadi tidak miskin,” ujar pria kelahiran Pacitan, 6 Mei 1938. Pria yang genap berusia 76 tahun ini juga menjelaskan, para mahasiswa membuat salah satu desa menjadi desa binaannya baik semasa KKN maupun setelah KKN. Dosen pembimbing bersama mahasiswa untuk menjajaki di setiap desa siapa yang kiranya menjadi pemimpin Posdaya. Tidak dibiarkan rakyat sendiri memilih. Kemudian saudara-saudara mengadakan pertemuan di antara rakyat
untuk menentukan siapa yang menjadi pengurus Posdaya. Mantan Kepala BKKBN era Presiden HM Soeharto menguraikan, dalam KKN ini tujuan yang diharapkan adalah yang pertama Maton, artinya bahwa seluruh rakyat di desa harus mempunyai keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa. “Oleh karena kita Pancasilais, saudara-saudara harus mengajar dan mengajak rakyat desa untuk menghormati lansia. Bukan menempatkannya di panti asuhan atau membuat lansia tidak berdaya dan tidak berguna. Lansia harus diajak tetap aktif dan cinta kepada tiga generasi,” ujarnya. Tujuan dari KKN Posdaya berikutnya adalah Waras. Waras itu artinya sehat. Sehingga dalam KKN nanti saudara-saudara harus mengajarkan, mendidik dan membuat tingkah laku masyarakat untuk hidup sehat. Yaitu lakukan revitalisasi Posyandu untuk menolong ibu hamil dan balita. Berikutnya adalah Wasis, saudara harus membuat penduduk desa itu pintar. Jangan segan bahwa di desa itu saudara tidak mengajarkan ilmu secara tuntas tetapi yang saudara ajarkan melekat di hati rakyat dan merubah bukan saja sikap bukan saja kesadaran tetapi tingkah laku masyarakat desa pintar, cerdas. Anak balita keluarga miskin harus diajak masuk PAUD. Jangan PAUD hanya diikuti anak keluarga kaya saja. Selanjutnya adalah Wareg, artinya kita harus membantu rakyat desa mengentaskan kemiskinan, diberi pelajaran keterampilan, bikin keripik, mengolah lele menjadi abon, mengolah lele menjadi keripik, nuget dan sebagainya. Dan yang terakhir adalah Mapan. Jangan sampai ada halaman rumah yang dibiarkan kosong, jangan sampai ada halaman rumah yang tidak ditanami sayur. SUL/DH
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro berfoto bersama dengan Rektor dan Pimpinan Universitas Negeri Malang.
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
15
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Posdaya Ajak Masyarakat Memberdayakan Ekonomi Pada kesempatan Acara Pemberangkatan KKN Semester Pendek 2013/2014, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Negeri Malang Prof Dr Toto Nusantara MSi memaparkan, dilaksanakannya KKN Tematik Posdaya Semester Pendek tahun 2013/2014 utamanya memberi bekal kepada mahasiswa.
Suasana Pelepasan KKN Mahasiswa Semester Pendek Tahun 2013-2014 Universitas Negeri Malang.
16
“M
AKANYA kita undang Prof Haryono Suyono karena beliau orang yang peduli terhadap masyarakat melalui program Posdayanya. Kita selama ini sudah melaksanakan program Posdaya, ada di Lumajang, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang. Tahun 2014 ini ada MoU dengan Pemerintah Kota Malang,” ucapnya. Ia berharap, “Kehadiran Prof Dr Haryono Suyono makin memberikan motivasi kepada kami bahwa program yang selama ini kita kerjakan mendapat dukungan yang berarti bagi kami dan memberikan semangat yang lebih bagi kami untuk bekerja kepada masyarakat.” “Tujuan kuliah umum ini dalam rangka peningkatan kapasitas Kuliah Kerja Nyata dengan mendatangkan pakarnya dan yang kedua dalam rangka menyambut Lustrum ke 12 Universitas Negeri Malang yang ke-60 sebagai kado bagi kami atas kehadiran Prof Haryono Suyono di Kota Malang ini,” kata Prof Dr Toto Nusantara Msi.
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
“Yang diberangkatkan untuk KKN ini sebanyak 1.929 mahasiswa terdiri dari berbagai fakultas dan jurusan yang ada di Universitas Negeri Malang ini. Mereka akan ditempatkan di Kabupaten Malang, Kabupaten Blitar dan Kota Malang yang mencakup 19 kecamatan, 91 desa/kelurahan serta di beberapa lokasi khusus di sekolah ada 6 Taman Kanak-kanak dan 9 Sekolah Luar Biasa di Malang Raya,” urainya. Menurutnya, untuk program Posdaya secara khusus disampaikan pada tahun 2013 kegiatan Posdaya LP2M Universitas Negeri Malang difokuskan di wilayah Kabupaten Malang, Kabupaten Blitar serta Kabupaten Lumajang. Kemudian setelah ada nota kesepahaman antara Walikota Malang dengan Rektor Universitas Negeri Malang tentang Posdaya, mulai tahun 2014 kegiatan Posdaya juga dilaksanakan program-programnya di Kota Malang. Sehingga untuk Kota Malang LP2M di samping tetap melaksanakan kegiatan KKN yang berbasis pada lembaga pendidikan atau sekolah sebagai bagian utama
Haryono Show Sebuah acara khas yang mengupas, mengulas dan mengkritisi berbagai persoalan, mulai dari masalah sosial, kesehatan, UKM, kependudukan, pendidikan, bersama Prof Dr H Haryono Suyono, dipandu Riri Wijaya Lewat kemasan yang sangat dialogis Anda dan Keluarga Indonesia dapat mengetahui pemikiran-pemikiran kreatif dan inovatif dari
Prof Dr H Haryono Suyono. Simak acaranya
Setiap Rabu Jam 08.00 – 09.00 WIB. Hanya di juga melaksanakan KKN Tematik Posdaya yang memiliki nilai strategis di dalam hal pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian program Millennium Development Goals. Prof Dr Toto Nusantara MSi juga menguraikan, kegiatan KKN keseluruhannya selama tiga bulan, satu bulan pertama memberi pembekalan di kampus, bekal-bekal keilmuan bagaimana berhadapan dengan masyarakat dan juga teknologi tepat guna sederhana yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Selama satu bulan mahasiswa orientasi ke desa untuk menyusun program-program yang kira-kira nanti bisa diimplementasikan di daerah. Mulai tanggal 20 Mei mereka akan diberangkatkan ke daerah sampai dua bulan berikutnya. “Mengenai pelaksanaan kegiatan KKN, KKN kami tematik, ada tema-tema yang dikembangkan di sana dan fokusnya bagaimana pemberdayaan masyarakat dan pendidikan kemasyarakatan. Kami tidak berorientasi kepada pembangunan fisik. Kami lebih bagaimana mengajak masyarakat lebih berdaya melalui pendidikan masyarakat. Bagaimana ada pembentukan PAUD, bagaimana mengajak masyarakat hidup sehat dengan penanaman toga dan penghijauan,” cetus Toto Nusantara seraya menambahkan, “untuk penghijauan
tahun lalu konsentrasi Posdaya kami dengan pengadaan bibit-bibit buah-buahan yang ditanam di masyarakat.” “Kami berharap ke depan program berikutnya, tahun ini sudah kita coba di desa tempat kita KKN pembangunan semacam biogas. Kami ingin limbah kotoran sapi selain bisa dimanfaatkan untuk pupuk mungkin diserap dulu energinya, sisanya malah lebih baik setelah dari biogas. Kaitannya dengan Posdaya, kami mengajak masyarakat bagaimana supaya lebih berdaya ekonominya. Posdaya yang ada juga memberdayakan masyarakat untuk mengikis kemiskinan. Dari KKN sekarang dan sebelumnya kami memasukkan KKN Tematik Posdaya yang harus dikerjakan oleh mahasiswa,” harapnya. SUL/DH
Mahasiswa Universitas Negeri Malang sangat antusias menyambut kehadiran Prof Dr Haryono Suyono.
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
17
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
KKN Transformatif Posdaya Berbasis Masjid IAIN Surakarta
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo Lepas 842 Mahasiswa IAIN Surakarta mengirim 842 mahasiswa KKN Transformatif Posdaya Berbasis Masjid ke desa-desa di Kecamatan Nogosari, Simo dan Sambi, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Dari 344 masjid, diharapkan akan terbentuk 172 kelompok Posdaya Berbasis Masjid.
Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo, SH disaksikan Prof Dr Haryono Suyono berdialog dengan dua mahasiswi peserta KKN Transformatif Posdaya Berbasis Masjid IAIN Surakarta. [FOTO: HARI]
18
G
UBERNUR Jawa Tengah H Ganjar Pranowo, SH merasa bangga dengan kemantapan dan kesiapan 842 mahasiswa peserta kuliah kerja nyata (KKN) bertema Transformatif Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) Berbasis Masjid Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta. Tahun 2014 ini, IAIN Surakarta mengirim mahasiswa KKN ke Kabupaten Boyolali. Hal itu diungkapkan pada saat pelepasan mahasiswa KKN ini yang dikemas sebagai acara tayangan variety show Arumdalu TVRI Jawa Tengah, di kampus IAIN Surakarta. Sekitar delapan ratus empat puluh dua mahasiswa peserta KKN ini akan disebar ke 344 masjid di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Nogosari, Simo dan Sambi. Mereka diharapkan akan membentuk 172 Posdaya Berbasis Masjid. “Saya sangat mengapresiasi kesanggupan mahasiswa IAIN Surakarta yang akan melakukan kegiatan di desa selama 40 hari. Bersama masyarakat desa mereka akan melakukan
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
berbagai kegiatan pemberdayaan, seperti Posdaya,” ujar Ganjar Pranowo yang namanya cukup berkibar di kalangan legislatif periode 2009-2014 karena daya kritisnya yang membangun. Gubernur Jateng yang satu ini pun, menilai Posdaya sebuah gerakan pemberdayan yang bagus. Posdaya yang digagas dan dimotori Prof Dr Haryono Suyono yang juga Ketua Yayasan Damandiri dinilainya sebagai sebuah gerakan pemberdayaan yang diciptakan bekerja sama dengan perguruan tinggi dari sisi kedispilinan ilmunya merupakan gerakan yang bagus. “Posdaya itu sebuah gerakan yang bagus banget. Gerakan pemberdayaan yang sebenarnya pintu masukya bisa ke mana-mana. Seperti, IAIN Surakarta mengambil basisnya ada di masjid, dan kegiatan pemberdayaannya dilakukan di masyarakat di lingkungan sekitar masjid tersebut. Gerakan pemberdayaan melalui masjid ini inline dengan yang saya mimpikan. Yang saya mimpikan itu, saya berbicara pada desa sebagai intentitas kewilayahan itu musti berdikari dan mandiri,” kata gubernur muda kelahiran Karanganyar, 28 Oktober 1968, yang menjalani masa kecil hingga remajanya di Kutoarjo, Purworejo. Lebih lanjut suami Hj Siti Atikoh Supriyanti STP MT MPP menambahkan, kalau kemudian apa yang ada di sana masyarakat bisa mandiri, bisa memenuhi pangan sendiri, dia bekerja di situ dan tidak perlu pergi meningggalkan desanya. Kalau begitu daya masyarakat makin kuat. “Kalau energi bisa dipenuhi sendiri. Tadi saya lihat anak-anak muda membuat bioenergi. Luar biasa. Mau recycling (mendaur ulang) di desa. Nah kalau itu bisa dilakukan dengan menurunkan, menerjunkan tenaga-tenaga mahasiswa ke desa-desa melalui kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) yang dulu dinamakan PPN. Tenaga-tenaga mahasiswa ini didorong dan digulirkan, semua perguruan tinggi terlibat. Wah kami sangat terbantu sekali,” tutur Ganjar.
Memang, ujar Ganjar, terkait kegiatan gerakan pemberdayaan APBD belum memberikan dukungan. Kami masih melihat dulu, outcome-nya seperti apa. Kalau outcome-nya bagus, bukan tidak mungkin akan didukung, akan dichanelling dengan sektor terkait. Menurut lulusan S2 Jurusan Ilmu Politik Pascasarjana UI (2013) ini, gerakan pemberdayaan Posdaya yang dimotori anak-anak muda, mahasiswamahasiswa yang menyuntikan energi positif ini sangat luar biasa, sehingga diharapkan dapat menjadikan desa bisa mandiri dan berdikari. Dengan tenaga-tenaga muda turun ke desa, mudahmudahan kreasi-kreasinya turun di sana. “Maka, dengan adanya stimulant tenagatenaga muda penuh kreasi, seperti mahasiswa KKN IAIN Surakarta ini akan mendorong semakin muncul dan tumbuhnya partisipasi. “Apalagi kalau teman-teman mahasiswa bisa membantu setiap persoalan dan permasalahan yang dihadapi masyarakat desa, maka hasilnya akan bagus banget. Itu tinggal kita replikasi aja”. Dengan semakin banyak mahasiswa turun ke desa-desa, Gubernur Ganjar Pranowo pun siap menyambut gerakan Posdaya di banyak desa di Jateng. Ia beruntung karena Wakil Gubernur Heru Sudjatmoko yang mantan Bupati Purbalingga ini telah berpengalaman mengembangkan gerakan pemberdayaan Posdaya di Purbalingga bahkan beberapa kali tampil meraih anugerah penghargaan Damandiri Award, termasuk pada Damandiri Award 2014 lalu di Yogyakarta. Tekad Ganjar menggegapgempitakan gerakan pemberdayaan seperti Posdaya ini tentu akan mendapat dukungan dari banyak bupati. Setidaknya ada beberapa bupati yang daerahnya telah meraih anugerah penghargaan Damandiri Award tingkat Nasional, sebut saja Kabupaten Cilacap dengan bupatinya H Tatto Suwarto Pamuji. Sedangkan Purbalingga sejak Bupati Drs Triyono Budi Sasongko, MSi, Drs H Heru Sudjatmoko MSi dan terkini Drs H Sukento Ridho Marhaendrianto, MM. Begitu pun dengan Posdayanya. Ada Posdaya Bukateja Purbalingga, Ketapang Damai RW X, Kelurahan Kebonmanis, Kecamatan Cilacap Utara dan Posdaya Mawar Merah Kabupaten Cilacap, Posdaya Cahaya Desa Gatak, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Klaten, Posdaya Ketapang Damai juga Posdaya Kusuma Jaya RW VI Kelurahan
Muktiharjo Kidul, Kecamatan Pedurungan, Semarang. Untuk menggelorakan gerakan pemberdayaan Posdaya, banyak perguruan tinggi negeri maupun swasta di Jawa Tengah yang sudah aktif melakukannya melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya. Seperti dilakukan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Universitas Negeri Semarang (Unnes), IAIN Sultan Agung, IAIN Surakarta. Universitas Muria Kudus, IKIP Veteran Semarang, IKIP PGRI Semarang, Universitas Pancasakti Tegal, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, beberapa Sekolah Tinggi Agama Islam di kabupaten serta Universitas Tamansiswa dan masih banyak lainnya. Ganjar menilai, dengan dukungan tenagatenaga mahasiswa dari banyak perguruan tinggi tersebut, sehingga diharapkan bisa terwujud masyarakat desa mandiri dan berdikari. Hal ini tentu menjadikan pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota akan sangat terbantu sekali dalam menjalankan pembangunannya. “Satu yang membanggakan saya adalah dengan gerakan pemberdayaan ini membuktikan bahwa budaya gotong royong ternyata masih kuat dan terus tumbuh di dalam masyarakat kita,” kata Gubenur Ganjar Pranowo bangga.
Usai penandatanganan kesepahaman, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Prof Dr Haryono Suyono, KH Masdar F Mas’udi, Agung Siswanto dan Dr Imam Sukardi menyatukan tangan simbol sepakat. [FOTO: IMAJI INDONESIA]
Prosesi gaya masa kini Suguhan musik rok yang ditampilkan sejumlah mahasiswa dan mahasiswi IAIN Surakarta dalam acara Pelepasan Mahasiswa KKN Transformatif Posdaya itu membuat nilai baru sekaligus menunjukkan kepada masyaGemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
19
Ketua TP PKK Provinsi Jateng Hj Siti Atikoh Supriyanti, ST, MT, MPP berdialog langsung dengan dua mahasiswa dan dosen pendamping peserta KKN Transformatif Posdaya IAIN Surakarta. [FOTO: HARI]
20
rakat, meskipun kuliah di lingkungan pendidikan berbasis agama Islam tetapi mampu menguasai dan mengikuti perkembangan zaman, tidak fanatik terhadap persoalan keIslaman saja. Decak kagum tersbut terlontar dari mantan Menko Kesra Prof Dr Haryono Suyono, serta kalangan akademisi dan juga Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Kampus yang semula kampus jauh IAIN Walisongo Semarang, dan mandiri menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Surakarta pada tahun 1997 dan kemudian berubah menjadi IAIN tahun 2011 itu, baru pertama kali dikunjungi Gubernur Jawa Tengah. Prosesi pelepasan mahasiswa KKN ini penuh warna. Undangan datang dari berbagai kalangan, baik birokrat, akademisi, masyarakat maupun organisasi sosial kemasyarakat. Sehinga dekorasi maupun suguhan paduan suara (koor) maupun sejumlah seni tari, sengaja menampilkan seni budaya dari Sumatera Utara dan tarian tradisional pulau lainnya. Namun tetap, alunan ayat Illahi berkumandang mewarnai acara “Pelepasan KKN Tematik Posdaya Berbasis Masjid” tersebut. Hadir pada acara itu, selain Gubernur Jawa Tengah dan Ketua TP PKK Provinsi Jawa Tengah Ny Hj Siti Atikoh Supriyanti STP MT MPP, Ketua Yayasan Damandiri sekaligus Mantan Menko Kesra, Prof Dr Haryono Suyono, Wakil Ketua Umum PP Dewan Masjid Indonesia (DMI), KH Masdar F Mas’udi, Bupati Boyolali Seno Samodro, Rektor IAIN Surakarta Dr Imam Sukardi, MAg, Ketua LP2M IAIN Surakarta Herry Setiyatna, MPd, dan sejumlah pejabat. Kegiatan di kampus IAIN Surakarta itu diliput oleh TVRI Jawa Tengah dan ditayangkan pada 7 Mei 2014. Suasana pun semakin menarik, karena berbagai pihak bisa menyam-
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
paikan sambutannya secara singkat dan penuh humor. Hingga acara selesai, semua undangan tetap tak bergeming karena pembawa acara yang langsung dilakukan Prof Haryono, bersama presenter TVRI Semarang, Iin, mampu menarik perhatian para undangan. Pada kesempatan tersebut bersama presenter Iin, host Prof Haryono Suyono mendekati Bupati Boyolali, Seno Samodro, mempertanyakan seberapa jauh keinginan setelah menerima 841 mahasiswa ber-KKN di wilayahnya. Tanpa sungkan-sungkan, Seno Samodro pun, langsung akan menyediakan dana untuk seluruh kegiatan mahasiswa yang ber-KKN di wilayahnya. “Semua dana kita siapkan untuk mahasiswa ini, demi menyejahterakan masyarakat,” kata Seno, disambut tepuk tangan meriah para undangan. Tiap Kelompok Dua Posdaya Suasana pertemuan itu pun semakin meriah, ketika Seno Samodro, memberikan hadiah kepada dua mahasiswa masing-masing Rp 500.000, bagi yang berani maju ke depan untuk ditanya-tanya. Dua mahasiswa yang akan mengampanyekan program KB dan kependudukan, serta mengembangkan PAUD, setelah membentuk Posdaya, juga membuat lega pimpinan wilayah itu. Pihak Kemenag juga menyatakan akan memberikan dana sepenuhnya kepada mahasiswa yang akan melakukan penelitian ke luar negeri. Selain itu, Direktur Pemasaran Bank Jateng Agung Siswanto, menyatakan dukungan bagi anggota Posdaya, yang dibentuk mahasiswa ini. Usaha yang akan dirintis anggota Posdaya, diberikan kredit murah tanpa agunan masing-masing Rp2 juta dan bagi kelompok akan diberikan kredit Tabur Puja, sebesar Rp100 juta. Sementara itu, Rektor IAIN Surakarta, Dr Imam Sukardi, MAg, berharap seluruh peserta KKN Transformatif Posdaya, yang diterjunkan ke 344 masjid di 42 desa di Kabupaten Boyolali, bisa membentuk dua Posdaya, setiap kelompok. “Rincian program yang diusung adalah pemberdayaan fungsi agama, KB, pendidikan, kewirausahaan, dan lingkungan. Kepedulian terhadap lansia dan balita juga kita masukkkan ke dalamnya,” tuturnya. HARI
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Universitas Trilogi Gelar Pelatihan Kader Posdaya
Mengolah Kedelai Tanpa Limbah Tahu dan tempe. Nama ini tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dari anak kecil sampai orang dewasa dan dari orang kaya sampai orang miskin pasti sudah mengenal dan merasakannya.
Ir Anna Murnijati, MMA, memberikan arahan kepada kader Posdaya peserta pelatihan. [FOTO: HARI]
M
AKANAN yang terbuat dari kedele ini sangat diminati kebanyakan masyarakat karena memiliki kandungan gizi yang tinggi. Namun, tidak semua masyarakat bisa membuatnya. Tahu mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Dengan tahu bisa menghidupi keluarga serta tidak sedikit menampung tenaga kerja. Univeritas Trilogi Jakarta memberi kesempatan kepada kader-kader kelompok Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang ada di DKI Jakarta untuk mengikuti pelatihan mengolah kedelai dibuat tahu, susu kedelai, perkedel, kecap dan lain-lain tanpa limbah yang baru-baru ini dilakukan di kampus Kalibata, Jakarta Selatan. Asisten Deputi Direktur Pengumpulan
dan Pemanfaatan Data Yayasan Damandiri, Ir Murnijati MMA, sebagai nara sumber dalam “Work Shop Mengolah Kedelai Tanpa Limbah” yang diselenggarakan Universitas Trilogi Jakarta itu yang perlu diperhatikan adalah soal kebersihan dari alat-alat yang dipergunakan, seperti mesin giling, air mendidih hingga 100 drajat, saringan dan alat-alat penunjang lainnya. Anna demikian biasa disapa, mengingatkan dalam mengolah kedelai baik menjadi tahu dan lain-lainnya tidak boleh dicampuri dengan bahan-bahan pengawet yang berbahaya. “Jauh-jauh bahan pengawet berbahaya harus kita hindari seperti menggunakan boraks, obat pemutih atau pengawet bahaya lainnya,” katanya. Lanjut diungkapkan Anna, yang perlu Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
21
Hisworo ramdani STP, MSi ikut terlibat langsung dalam kegiatan pelatihan bersama kader Posdaya. [FOTO-FOTO: HARI]
Farida dari LPM Universitas Pancasila ikut terjun praktek bersama peserta pelatihan Posdaya.
22
dingat bahwa orang memberikan pengawet dengan bahan berbahaya itu tidak diperbolehkan karena akan merusak organ tubuh manusia ciptaan Tuhan dan itu adalah dosa. Pembuatan tahu nir limbah atau tidak ada limbah yang selama ini dikenal dengan ekonomi biru b“lue economy”. “Selama ini ampas tahu digunakan untuk pakan ternak
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
karena dianggap ampas tahu sudah tidak ada proteinnya lagi, padahal ampas tahu itu masih ada protein sekitar 40%. Sayang sekali kalau dibuang karena bisa dibuat berbagai macem makanan seperti, perkedel, nuget, bakso, kue kering, roti dan jenis makanan lainnya,” imbuhnya. Menurut Ibu Anna, demikian dia sering dipanggil, membuat Tahu tapa limbah tidak susah. Pertama bahan baku kedele sesuai ukuran direndam air selama 8 jam. Selama direndam sering dilakuan ganti air. Setiap ganti air rendam kedele sambil dogosokgosok agar bersih dari kulit dan kotoran lainnya, sementara kedele yang mengapung dibuang. Setelah kedele bersih kemudian dicampur dengan air panas dan digilling dengan mesin khusus. Hasil gilingan berupa cairan kedele yang disebut susu kedele. Dari susu kedele itu dapat dibuat macam-macam makanan atau minuman sesuai kreasi masing-masing. Sementara Dosen Bidang Teknologi Pangan Universitas Trilogi Jakarta, Hisworo Ramdani, STP, Msi yang sejak awal mengikuti proses gelar pelatihan tersebut mengatakan tujuan diadakannya latihan membuat bahan-bahan makanan dari kedelai seperti tahu tanpa limbah ini adalah agar nantinya dijadikan usaha-usaha di Posdaya binaan Universitas Trilogi
dan perguruan tinggi mitra lainnya di sekitar wilayah Jakarta. Sebelum ini, kata Hisworo, kampusnya juga menggelar pelatihan tentang skim Tabungan dan Kredit Pundi Kesejahteraan (Tabur Puja). Tabur Puja, kata Hisworo, yang selama ini pelaksanaan dan pelayanannya dilakukan oleh Koperasi Sudara Indra termasuk bagus. Tetapi rencananya ada pengalihan dari Koperasi Sudara Indra ke Koperasi Primer yang baru dibentuk di beberapa tempat, seperti Bekasi. Di Jakarta Selatan Tabur Puja juga sudah digulirkan memperkuat kegiatan wirausaha kelompok usaha yang tergabung dalam Posdaya. Dalam pelaksanaan skim Tabur Puja tersebut, Hisworo menambahkan, perlu sangat hati-hati karena mengelola Posdaya ini tidak formal dan unsur bisnisnya itu harus dibelakangkan tetapi persahabatan dan persaudaraan yang kita kedepankan. “Pelatihan ini juga dalam rangka memanfatkan Kridit Taburpuja. Kalau nanti mereka usahanya sudah ada dan perlu dana mereka bisa mengajukan ke Taburpuja yang tiap dapat Rp 2 juta tanpa agunan,” ujar Hisworo lagi. Menurut dia, program ini cukup bagus dan mengena sekali. Yang selalu kita lakukan pendekatan ini bagaimana para ibuibu ini senang. “Selama dua tahun ini Tabur Puja berjalan baik tetapi dengan adaya kebijakan baru ini kami perlu hati-hati dan kerja keras,” katanya. Lebih dari 25 orang pimpinan Posdaya bersama kadernya ikut menjadi peserta pelatihan membuat olahan pangan berbahan dasar kedelai tanpa limbah. Dengan penuh antusias peserta pelatihan memanfaatkan alat dan sarana mesin pembuat produk berbahan kedelai tersebut dengan antusias. Diharapkan, selesai mengikuti pelatihan ilmunya akan dibagikan kepada anggota
kader Posdaya sedang membuat perkedel dari bahan kedelai.
Posdayanya,” papar Dosen Bidang Teknologi Pangan Universitas Trilogi Jakarta, selain bisa membuat tahu sendiri dengan lebih higienis atau bersih dan bisa langsung dimakan. HARI
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
23
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
STMIK Bani Saleh Bekasi
Siap Salurkan Kredit Tabur Puja Kredit Tabur Puja kian diminati para pelaku ekonomi di kelompok-kelompok Posdaya di Kota Bekasi, Jawa Barat. Melalui binaan Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Sekolah Tinggi Manajemen dan Ilmu Komputer (STMIK) Bani Saleh, Bekasi, seluruh anggota Posdaya se-Kota Bekasi yang menjadi nasabah kredit Tabur Puja ini beberapa waktu lalu mendapat pelatihan mengolah limbah tahu menjadi makanan bergizi.
Ketua LPM STMIK Bani Saleh Asri Ma'arif (kemeja biru) bersama Kapermas Bekasi Indra Nugraha (kirinya) dan Ir Ana Murnijati, MMA usai pelatihan foto bersama ibu-ibu Posdaya. [FOTO: RAHMA]
24
“K
AMI selalu melakukan pendekatan-pendekatan, supaya secara administratif para anggota Posdaya ini jangan dibebankan atau sulit mengambil kredit tabur puja. Itu yang sedang kita pikirkan bersama, di samping pelatihan-pelatihan dalam rangka memanfaatkan kredir Tabur Puja,” ujar Ketua LPM STMIK Bani Saleh Bekasi Asri Ma’Arif, SE, MM, Msi di sela-sela acara pelatihan. Pelatihan tersebut, kata Asri, bisa memudahkan kelompok-kelompok Posdaya untuk memulai usaha bila nanti membutuhkan modal kerja. “Usaha sudah ada, dia bisa mengajukan ke Tabur Puja yang difasilitasi Koperasi Sudara Yayasan Indra. Masing-masing mendapat Rp 2 juta per orang dengan usaha berkelompok,” tegasnya. Dia juga menilai program Tabur Puja yang sudah berlangsung hampir dua tahun itu cukup bagus dan mengena sasaran di bawah. “Pendekatan kita bagaimana supaya ibu-ibu ini senang. Jadi kalau dibebankan pikiran dan menjadi masalah di rumahtangganya itu, pembayaran kredit pun bisa berantakan, sementara
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
uang kita ada di tangan mereka.” Itu sebabnya, LPM STMIK Bani Saleh Bekasi juga siap memberikan bimbingan kepada kelompokkelompok Posdaya bila ada permasalahan dalam pengaturan keuangan. Mereka juga bekerjasama dengan Tim Kapermas dan Pemda Bekasi untuk menjadi narasumber dalam berbagai kegiatan pelatihan yang diadakan STMIK Bani Saleh. Meskipun tidak ada program Kuliah Kerja Nyata (KKN), STMIK Bani Saleh juga menerjunkan mahasiswanya ke kelompok-kelompok Posdaya bersama dosen pembimbing. “Memang tidak ada tema khusus. Pendekatan yang kami gunakan adalah pendekatan kekeluargaan sesuai kebutuhan di masyarakat, bukan orientasi bisnis. Bahkan pendekatan seperti ini, terkadang kita dilayani berlebihan.” Dari 384 Posdaya yang ada di Kota Bekasi, mahasiswa “semi KKN” STMIK Bani Saleh ini sudah menyebar di 30 persen Posdaya Kota Bekasi. Selain itu, STMIK Bani Saleh juga kerap menggelar pelatihan khusus untuk guru PAUD yang bukan latar belakang pendidik, umumnya relawan. Pelatihan tersebut dalam bentuk workshop. Kegiatan pengolahan tahu tanpa limbah ini juga kata Asri, diharapkan bisa dilakukan di masing-masing Posdaya sebagai unit usaha. “Kalau dia butuh modal bisa hubungi Tabur Puja. Suatu saat kita sudah rencanakan dengan Pemda tentang perkulakan memasarkan produk dari Posdaya.” RW
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
25
POSDAYA PEMERINTAH
Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo, SH
Siap Mengisi Posdaya untuk Entaskan Kemiskinan Keberadaan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) terus menjadi perhatian berbagai kalangan. Baik pihak masyarakat, perguruan tinggi, organisasi sosial, lembaga keuangan maupun pemerintah daerah. Tak terkecuali, para pemimpin kepala daerah yang baru menjabat. Buktinya, pada Sabtu siang 10 Mei 2014 lalu Gubernur Jawa Tengah yang kini dijabat H Ganjar Pranowo, SH memberi perhatian khusus terhadap Posdaya saat pertemuannya dengan pimpinan Yayasan Damandiri dan perguruan tinggi di Semarang, Jawa Tengah. Dirinya pun siap untuk mengisi Posdaya dengan berbagai program untuk mengentaskan kemiskinan di wilayah Jawa Tengah.
Ketua Umum Hipprada Prof Dr Haryono Suyono yang juga Ketua Yayasan Damandiri saat berbincang dengan Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo, SH di Rumah Dinas Gubernur Jateng, di Puri Gedeh Semarang. [FOTO-FOTO: ADE S]
26
A
CARA yang diprakarsai Yayasan Damandiri bekerja sama Univesitas Dipenogoro, Universitas Negeri Semarang dan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Veteran Semarang, Himpunan Pandu dan Pramuka Wreda (Hipprada) dan Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) ini mendapat perhatian khusus dari Gunernur Jateng. Apalagi pertemuan dipimpin langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan para rektor ketiga perguruan tinggi itu. Tak pelak, acara yang berlangsung di Puri Gedeh Semarang, Rumah Dinas Gubernur Jawa Tengah, ini berlangsung akrab dan penuh kekeluargaan. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono yang juga Ketua Umum Himpunan Pandu dan Pramuka Wreda (Hipprada) menyampaikan rencana langkah dalam mengisi Posdaya. ”Kita ajak di
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
tempat Pos-pos Pemberdayaan Keluarga itu Pramuka bersama anggota PWRI menyatu membentuk Gerakan Pramuka Berbasis Wilayah. “Para pensiunan ini (anggota PWRI, red) tersebar di setiap desa di pelosok tanah air. Anggota PWRI itu kini berjumlah sebanyak 3,2 juta di seluruh Indonesia,” ujar Prof Dr Haryono Suyono yang juga Ketua Umum PWRI sejak 2011 lalu saat berbincang dengan Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo, SH. Sejak itu, lanjut Prof Haryono, mengimbau seluruh anggota PWRI agar peduli kepada tiga generasi yaitu generasi anak-anak, generasi remaja dan keluarga muda serta generasi sesama lansia. “Saat itu saya anjurkan kepada seluruh anggota PWRI agar jangan peduli kepada sesama pensiunan saja, tetapi harus peduli kepada generasi anak-anak juga generasi remaja dan keluarga muda,” ucap Prof Haryono kepada Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, SH. Selama lima tahun terakhir konsentrasi dari jajaran perguruan tinggi seperti Universitas Dipenogoro (Undip), IKIP Veteran, Unnes, Unsoed dan perguruan tinggi lainnya adalah membentuk kelompok-kelompok Posdaya melalui KKN Tematik Posdaya. “Alhamdulillah, saat ini untuk daerah Jawa Tengah sudah terbentuk sebanyak 10 ribu Posdaya. Sedangkan untuk di seluruh Indonesia, Posdaya sudah terbentuk sebanyak 35 ribu Posdaya,” tutur Prof Haryono yang langsung mendapat ungkapan rasa kagum dari Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo. Posdaya ini, lanjut Prof Haryono, tidak untuk menyaingi lembaga-lembaga pemerintah yang sudah ada seperti PKK. “Justru ke-
beradaan Posdaya untuk memperkuat lembaga PKK,” ujar Prof Haryono. Kalau selama lima tahun ini fokus dalam membentuk Posdaya, tambah Prof Haryono, untuk lima tahun ke depan kita fokus untuk mengisi Posdaya ini. “Sekarang kita lagi fokus dalam mengisi Posdaya itu terutama di daerah-daerah pesisir membudidayakan penanaman rumput laut. Kita sudah kembangkan di beberapa kabupaten di Jawa Tengah seperti di Brebes, Tegal dan Jepara. Di Kabupaten untuk daerah Jawa Barat dan di Kabupaten Pacitan untuk daerah Jawa Timur,” ucap Prof Haryono. Selain itu, lanjut Prof Haryono, untuk kelompok-kelompok Posdaya yang berada di daerah jauh dari pesisir atau daerah daratan dikembangkan budidaya ternak kambing. “Jadi budiaya kambing oleh kelompok-kelompok Posdaya itu akan menjadi salah satu pasokan daging khususnya saat Hari Raya Qurban,” tutur Prof Haryono. Upaya lainnya dalam mengisi Posdaya ini, tambah Prof Haryono, pihaknya telah memulai di tiga kabupaten yang ada di Jateng dan Jatim untuk menghidupkan warung-warung pedesaan. “Bahkan di banyak kabupaten di Indonesia kita sudah memulai memberikan kredit tanpa agunan kepada keluarga miskin dengan maksimal pinjaman sebesar Rp 2 juta. Mereka semuanya belum punya usaha, bukan pengusaha kecil,” ujar Prof Haryono seraya menambahkan Jawa Timur termasuk daerah yang seluruh kabupatennya mempunyai prestasi terbaik dari pada Jawa Tengah yang hanya tiga kabupaten saja yang sudah maju pesat yaitu, Kabupaten Brebes, Purbalingga dan Cilacap. “Jadi, prinsipnya kita buat orang-orang miskin yang tidak mempunyai usaha itu dilatih kemudian digabungkan dengan orang yang tidak miskin dengan sistem tanggung renteng dengan jumlah anggota 10 orang. Sehingga di saat orang miskin ini harus membayar cicilan di waktu jatuh tempo cicilan, kalau belum sempat ada untuk membayar cicilan misalnya di hari Senin, namun baru ada di hari Selasa, maka cicilan itu dibayarkan terlebih dulu oleh anggota kelompok lain yang kaya ini. Baru hari Selasanya orang miskin ini membayar kepada anggota yang menalangi cicilannya pada saat jatuh tempo,” papar Prof Haryono.
Alhamdulillah, lanjut Prof Haryono, hingga saat ini pihaknya telah menggelontorkan dana pancingan sebesar Rp 500 milyar. “Namun yang cukup membanggakan, NPL (Non Performing Loan, red) nol. Artinya cicilan yang dilakukan orang-orang miskin yang digabungkan dengan orang tidak miskin dalam kelompok Posdaya dengan sistem tanggung renteng ini berhasil membayar cicilan setiap jatuh tempo tanpa ada tunggakan,” ungkap Prof Haryono bangga. Budidaya rumput laut Diakui Prof Haryono, lima tahun lebih setelah Program Posdaya ini digagas memang memfokuskan untuk membentuk sebanyakbanyaknya Posdaya. Namun untuk lima tahun ke depan ini pihaknya akan lebih memfokuskan untuk mengisi Posdaya ini. Salah satunya membudidayakan rumput laut oleh para anggota Posdaya khususnya mereka yang tinggal di daerah-daerah pesisir atau pantai. “Kami bekerja sama dengan Universitas Pancasakti (UPS) Tegal, Jateng, telah mengembangkan rumput laut jenis Gracilaria. Saat ini kami mempunyai bibit rumput laut sebanyak 1000 ton,” ungkap Prof Haryono. Saat ini, lanjut Prof Haryono, dari 1000 ton itu baru dilempar ke daerah-daerah Jawa Timur hingga ke Kabupaten Sidoarjo, Probolinggo dan Pacitan, di Jawa Baratnya sudah dikembangkan di Indramayu dan di Jateng ini sudah dikembangkan di Kabupaten Rembang dan Jepara. “Masing-masing kabupaten ini maksimal kami serahkan sebanyak 20 ton. Jadi Bapak bayangkan, kami selama enam bulan ini belum habis 100 ton untuk mendistribusikan bibit rumput laut. Dan semua itu untuk pendistribusian sampai di tempat pembudi-
Suasana pertemuan Pimpinan Yayasan Damandiri, PWRI, Hipprada dan sejumlah perguruan tinggi se-Jateng dengan Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo, SH di ruang tamu Rumah Dinas Gubernur Jateng di Puri Gedeh Semarang, Jawa Tengah.
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
27
Kedatangan Ketua Umum Hipprada Prof Dr Haryono Suyono dan Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja serta rombongan disambut hangat Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo, SH. [FOTO: ADE S]
28
dayaan kami yang tanggung. Selanjutnya diserahkan pihak pimpinan di kabupaten dan jajarannya,” ucap Prof Haryono. Padahal, tambah Prof Haryono, budidaya rumput laut ini sangat mudah, tidak membutuhkan banyak biaya, justru menghasilkan keuntungan yang luar biasa kalau serius dikembangkan. “Bahkan pembudidayaan rumput laut ini bisa dilakukan tumpang sari dengan pembudidayaan ikan bandeng. Hasilnya luar biasa, rumput laut bisa berkembang dengan pesat, ikan bandengnya pun tanpa diberi makan bisa tumbuh pesat karena ada makanan dari rumput laut. Jadi, dalam sekali panen rumput laut dalam kurun waktu dua bulan, sekaligus panen ikan bandeng,” papar Prof Haryono seraya menambahkan dalam memaksimalkan upaya itu pihaknya telah bekerja sama dengan Kementerian Perikanan dan Kelautan untuk menggelar berbagai pelatihan pengolahan dengan bahan dasar ikan. “Jadi, dari bahan dasar ikan ini kami olah. Ada yang buat naget, kripik, abon dan jenis makanan lainnya. Sehingga ada istilah, kucing-kucing mulai berdemo, karena gak kebagian. Pasalnya bahan dasar ikan mulai dari kulit, daging hingga durinya semuanya diolah,” ungkap Prof Haryono berkelakar yang sontak menghangatkan suasana. Berbagai upaya itu, lanjut Prof Haryono, sebagai bagian dari langkah-langkah untuk mengisi lima tahun ke depan dalam mengisi Posdaya dengan berbagai bidang, baik pendidikan, perdagangan, lingkungan, indsutri dan sebagainya. Hadir pada acara ini Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo, SH, Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Rektor IKIP Veteran Dr H Bambang Triono, MM, Rektor
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
Universitas Dipenogoro (Undip) Prof Sudharto P Hadi, MES, PhD, Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes), Prof Dr Fathur Rokhman MHum, Ketua Pengurus Pusat Hipprada Paulus Tjakrawan, Sekretaris Umum Pengurus Pusat Hipprada Ibnu Kartiko, Pimpinan Pengurus PWRI Semarang, Konsultan Posdaya Wilayah Jateng I Wien Sukarsi, para pimpinan LPPM dari Undip, Unnes dan IKIP Veteran Semarang serta undangan lainnya. Sedang Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo, SH mengungkapkan rasa syukur dan terima kasihnya kepada rombongan Prof Haryono Suyono atas berbagai sumbangan pemikiran dalam memajukan sekaligus mengentaskan kemiskinan di Jawa Tengah. Menurutnya karakter kemiskinan di wilayah Jateng ini mayoritas dari kalangan para nelayan, petani dan mereka tidak mau berbuat sesuatu alias tidak berdaya. Diakui Ganjar, berbagai program yang ditawarkan Prof Haryono dan rombongan sangat menarik dalam upaya mengentaskan kemiskinan di wilayahnya. Hal itu sesuai dengan misinya untuk mengangkat kesejahteraan masyarakat Jawa Tengah. “Program-program yang ditawarkan Prof Haryono sangat menarik. Pertama, ada kredit sebagai akes untuk permodalan yang tanpa agunan. Kedua, upaya itu dilakukan dengan bekerja sama perguruan tinggi sebagai pendampingan,” ucap H Ganjar Pranowo, SH, sumringah. Selain itu, lanjut Ganjar, dibutuhkan yang ketiga yaitu kemandirian. “Ketika mau memberdayakan, konsepnya adalah tidak boleh gandulan (ketergantungan, red) terus. Pada titik tertentu dia akan disapih (dibiarkan mandiri, red). Dan itu harus diukur. Jadi, saya membayangkan kalau program-program dalam upaya mengisi Posdaya yang digagas Prof Haryono ini dikawinkan dengan apa yang kami punya, tentu ini akan memberi manfaat yang besar bagi masyarakat Jateng,” ungkapnya. Pertemuan ini pun menghasilkan kesepakatan yang menggembirakan. Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo, SH dan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono bersama seluruh rombongan dari berbagai perguruan tinggi di Jateng menyepakati kerja sama untuk mengisi Posdaya yang kini berkembang di Jawa Tengah dengan berbagai program pemberdayaan. Kabupaten Blora atau Kendal menjadi sasaran perdana untuk mendeklarasikan langkah ini. Selamat! ADE S
POSDAYA PEMERINTAH
Bupati Indramayu dan Prof Haryono Suyono
Panen Perdana 80 Ton Rumput Laut Kelompok petani Posdaya Cemara, Desa Cemara Wetan, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, Jabar, mengukir prestasi. Hasil perdana rumput laut air payau seberat 80 ton dari tambak seluas 3,5 hektar sangat membanggakan sebagai buah dari kerja gotong royong.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Bupati Indramayu Hj Anna Sophanah beserta jajaran dan petani tambak Posdaya Cemara memperlihatkan hasil panen rumput laut dari tambak air payau. [FOTO: HARI]
P
AGI menjelang siang, matahari tersenyum di atas Desa Cemara Wetan yang terletak sekitar 1 jam perjalanan dari ibukota Kabupaten Indramayu, Jawa barat. Panas teriknya terasa meneduhkan. Karena masyarakat, khususnya kelompok petani Posdaya Cemara hari itu, Kamis, 22 Mei lalu memanen perdana rumput laut. Panennya pun tergolong istimewa. Pasalnya, bukan saja dihadiri Bupati Hj Anna Sophanah, mantan Bupati Indramayu Irianto yang akrab disapa Yance dan Sekretaris Daerah Indramayu H Ahmad Bachtiar, SH, tetapi hadir pula mantan Menko Kesra dan Taskin Prof Dr Haryono Suyono yang sudah lama akrab dengan masyarakat di pesisir pantai utara Jawa Barat ini. Raihan panen perdana rumput laut ini, dinilai Bupati Hj Anna Sophanah merupakan buah dari kebersamaan dan kegotongroyongan masyarakat Desa Cemara Wetan, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, Jabar. “Panen ini merupakan keberhasilan gotong royong yang ditunjukkan masyarakat petani Posdaya Cemara. Semoga hasil panen rumput laut dan ikan akan dapat membuat masyarakat yang masih mayoritas warga
miskin, secara berangsur-angsur perekonomian keluarga mulai membaik,” kata istri Yance didampingi Prof Dr Haryono Suyono yang selama ini mensupport daerah miskin tersebut dengan Posdaya yang kini sudah mulai memberikan harapan. Panen rumput laut pagi itu menjadi awal dari perubahan kehidupan ekonomi masyarakat Desa Cemara khususnya dan Indramayu umumnya. Perubahan ini terjadi setelah Yayasan Damandiri, yang dipimpin Prof Dr Haryono Suyono dan Dr (HC) Subiakto Tjakrawerdaja, memberikan bantuan bibit rumput laut dan memberikan kredit Tabur Puja sebesar Rp3 miliar. Hasilnya, tanaman rumput laut yang dikombinasikan dengan udang dan ikan yang mampu memetik hasil panen memuaskan. Rumput laut, yang ditanam di atas lahan seluas 3,5 hektar, dipanen, kemudian sebagian di antaranya ditanam kembali untuk lahan yang lebih luas yang sudah dipersiapkan di sebelahnya. Sebagian lagi, rumput laut dipasarkan di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Ikut hadir dalam panen perdana rumput laut tersebut selain, bupati, mantan bupati, Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
29
Bupati Indramayu Hj Anna Sophanah memberikan sambutan usai panen perdana rumput laut. [FOTO-FOTO: HARI]
Petani tambak Posdaya Cemara selain panen rumput laut juga panen bandeng dan udang yang berkualitas baik dan bernilai jual.
30
Posdaya membawa berkah Melihat kondisi guyub warganya saat mengembangkan rumput laut di Desa Cemara, Bupati Indramayu, Hj Anna Sophanah, mengaku bangga. Bahkan, kehadiran mantan Menko Kesra Prof Dr Haryono Suyono, pun, dianggap berkah. Karena mampu memberikan pencerahan bagi perekonomian keluarga masyarakat di desa itu. Tanaman rumput laut ini pun akan dikembangkan lagi di desa sekitarnya, yang sudah menyiapkan lahan air payau. Saat ini luas lahan tambak di Desa Cemara Kesekda, juga Kepala Dinas Kelautan dan Per- camatan Cantigi seluas 1.200 hektar namun ikanan Indramayu Abdul Rashid Hakim, yang baru ditanami rumput laut seluas 3,5 Camat Cantigi Edi Kusnaedi, Kepala Desa hektar dengan panen perdana mencapai 80 Fakhrudin, SPd. Ikut pula menyaksikan ton. Sedangkan petani tambak yang berminat Kapolres dan Dandim 0616 Indramayu, Ketua mengembangkan usaha rumput laut ini Pengadilan, dan undangan lainnya. berjumlah sebanyak 36 orang dan luas lahan Nampak pula, Direktur Pelaksana dan yang siap tanam sebanyak 92 hektar. Deputi Umum Yayasan Damandiri, Dr Much “Indramayu itu daerah pesisir dan pertaSoedarmadi dan Dr Mulyono D Prawiro serta nian. maka selain tetap mempertahankan sebaAsisten Deputi Direktur Pengumpulan dan gai lumbung padi wilayah Jabar, kita terus Pemanfaatan Data Yayasan Damandiri, Ir kembanhgkan rumput laut dan ikan serta Anna Murnijati MMA, Perwakilan dari udang. Faktanya, semua ini berkat bantuan Universitas Pancasakti Tegal, Tabrani. Yayasan Damandiri,” kata Hj Anna Sophanah. Dibalik keberhasilan, memanen rumput laut, Bupati Anna, sempat mengkhawatirkan soal buyer rumput laut. Oleh karena itu, Anna meminta berbagai kalangan membantu bidang pemasaran, agar memiliki pangsa pasar yang luas sehingga mempercepat pengentasan kemiskinan di sana. Bupati Anna, juga sangat serius, menanggapi saran Haryono Suyono, dalam pengembangan rumput laut antara orang kaya dan yang miskin. “Kita akan apresiasi, bagi warga miskin, akan diberikan sebagian hasil panen kemudian dititipkan kepada orang kaya yang memiliki lahan payau. Hasilnya, bisa dibagi sesuai dengan komitmen yang disepakati. Kita akan memberikan dukungan baik melalui APBD atau kegiatan lain,” tuturnya. Sebelumnya, masyarakat Desa Cemara, juga diberikan bantuan dan pelatihan oleh BUMN dan kementerian dalam mengembangkan sirup terbuat dari tanaman mangrov. namun masyarakat lebih antusias mengembangkan Posdaya dan rumput laut. “Kita
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
sudah sipakan lahan 92 hektar untuk rumput laut ini. Maka bantuan dan dorongan masih diperlukan dalam memberdayakan masyarakat Indramayu,” ujarnya. Dalam acara panen perdana rumput laut, seorang petani, Iwan, yang sudah memiliki lahan sekitar 3 hektar, mengaku rumput laut yang dikombinasikan dengan ikan dan udang lebih menguntungkan. “Kita nggak perlu memberi makan ikan atau udang itu,” kata Iwan. Hasil panen rumput laut, sudah ada yang membelinya. Artinya, pembeli, sudah banyak yang datang ke desanya untuk memanfaatkan tanaman rumput laut di wilayah lain. Setiap satu kilogram rumput laut basah, dijual Rp1.000 dan rumput laut yang kering harganya Rp 7.000. “Petani yang memanen pun, bukan dibayar harian melainkan diberikan komisi sesuai dengan hasil kerja. Setiap satu kilo petani pemetik diberikan upah Rp200/Kg, rumput laut basah dan kalau kering diberikan upah Rp1.700,” jelasnya. Selain itu, budidaya rumput laut juga ternyata tidak mengganggu budidaya bandeng dan udang yang sudah ada sebelumnya. Namun dengan adanya rumput laut justru bandeng dan udang yang ada di bawahnya semakin bagus bahkan bisa dipanen secara bersamaan. “Kegiatan ini merupakan harapan baru bagi masyarakat di Desa Cemara karena akan semakin meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena dengan menanam rumput laut hasil yang dicapai cukup besar dan cukup menjanjikan karena selain harga yang relatif stabil serta peluang ekspor yang sangat terbuka,” kata bupati. Sementara, Prof Dr Haryono, yang tampak berseri saat memanen rumput laut di lahan payau milik Iwan, berjanji akan terus memberikan bantuan kepada masyarakat miskin. Baik bantuan bibit rumput laut, pelatihan berbagai kegiatan lainnya, serta mendukung penambahan modal bagi usaha kecil yang tergabung dalam Posdaya.”Ternyata, kredit murah untuk pengusaha kecil itu, NPL-nya nol. Artinya, tidak ada kredit macet atau ngemplang utang,” jelasnya. Ketua Yayasan Damandiri menyambut
baik usulan dari Bupati Indramayu agar masyarakat miskin menjadi pengelola lahan tambak dengan pola kemitraan dengan pemilik tambak. Setiap kali panen, hasilnya harus disumbangkan kepada warga miskin sehingga pendapatannya bisa mengalami peningkatan dengan kata lain warga miskin juga memiliki saham di budi daya rumput laut tersebut. “Saat ini jika dikelola dengan baik maka budidaya rumput laut ini akan menghasilkan juragan-juragan baru yang berasal dari warga miskin. Maka ini secara langsung akan berdampak bagi perkembangan ekonomi di desa itu,” tegas mantan kepala BKKBN ini. Selain mengembangkan Posdaya dan penguatan modal bagi masyarakat yang hendak melakukan kegiatan usaha, Prof Haryono, berjanji akan mendirikan senkudaya (sentra perkulakan Posdaya). Sentra ini, sama halnya dengan pusat grosir atas berbagai kebutuhan masyarakat. “Nantinya, warung-warung kecil bisa mengambil berbagai barang kebutuhan sehari-hari di senkudaya dengan harga murah, agar tidak lagi kulakan di perkotaan,” tambahnya. Usai memanen, Prof Dr Haryono Suyono didampingi stafnya, serta sejumlah pejabat Pemkab Indramayu, termasuk, mantan Bupati Indramayu, Irianto (Yance) melepas hasil panen rumput laut ke wilayah Probolinggo, Jawa Timur. Melihat hasil panen rumput laut yang ditanam pada Desember 2013 lalu melegakan, Bupati Anna Sophanah pun berujar, “Posdaya telah membawa berkah dan kemajuan signifikan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di Indramayu”. HARI
Panen rumput laut perdana di Kabupaten Indramayu, Jabar, mendapat perhatian berbagai kalangan mulai dari pejabat Pemda, perguruan tinggi, Bank Bukopin Cabang Cirebon, PWRI serta undangan lainnya.
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
31
POSDAYA PEMERINTAH
Bupati Pinrang Berminat Kembangkan Posdaya Program Posdaya sebagai gerakan pemberdayaan masyarakat semakin menarik banyak kepala daerah untuk mengadopsinya. Bukan saja di Jawa, Sumatera, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Timur, Kalimantan, tetapi juga Sulawesi. Setelah Boalemo, Gorontalo Utara, Palu, Makasar, Goa, Bupati Pinrang, Sulawesi Selatan pun sangat berminat mengembangkannya.
Bupati Pinrang H Andi Aslam Patonangi, SH, MSi (ketiga dari kiri) didampingi Kepala KB dan PP Kabupaten Pinrang Drs H Hamzah Sibadu (kanan) saat beraudiensi Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono yang didampingi Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi. [FOTO: HARI]
32
Pada Prof Haryono yang didampingi Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Much Soedarmadi, , Bupati Pinrang menyampaikan bahwa 70 persen penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dalam konteks . Perihal kondisi masyarakat di Kabupaten Pinrang dan upaya yang sudah dilakukan pemerintah daerah. Dalam pertemuan tersebut Prof Haryono memaparkan kegiatan gerakan pemberdayaan melalui Posdaya (Pos PemUPATI Pinrang, Sulawesi Selatan, H berdayaan Keluarga). Bupati Aslam Patonangi Andi Aslam Patonangi, SH, MSi yang menjadi Kepala Daerah Pinrang periode didampingi Kepala Badan KB dan PP 2014-2018, sebagai jabatan kedua kalinya ini Kabupaten Pinrang Drs H Hamzah menuturkan, pemberdayaan dengan konsep Sibadu menemui Prof Dr Haryono Suyono, Posdaya bisa diterapkan di Pinrang. Ketua Yayasan Damandiri. “Posdaya sebagai gerakan pemberdayaan Usai beraudensi, kepada Hari Setiyowanto mengedepankan partisipasi masyarakat, dari Majalah Gemari, Andi Aslam menuturkan pemerintah daerah hanya sebagai fasilitamaksud kedatangannya beraudensi dengan tornya,” ujar Bupati Andi Aslam. pakar penggagas Posdaya yang juga mantan Kabupaten Pinrang terletak 185 km dari menko Kesra itu. “Maksud kedatangan kami Makassar arah utara yang berbatasan dengan adalah bersilahturahmi dan menawarkan diri Kabupaten Polawali Mandar Provinsi Sulaweagar program Posdaya juga dikembangkan di si Barat, luas wilayah 1.961,77 km2 yang terKabupaten Pinrang, dan alhamdulillah beliau bagi ke dalam 12 kecamatan, meliputi 68 desa menyambut baik,” katanya. dan 39 kelurahan yang terdiri dai 86 lingAndi Aslam menyebut, ada beberapa kungan dan 189 dusun. konsep yang dibicarakan dengan Prof Haryono, Kabupaten Pinrang juga memiliki garis yaitu pertama bagaimana memberdayakan pantai sepanjang 93 Km sehingga terdapat masyarakat untuk mengembangkan komunitas areal pertambakan sepanjang pantai, pada daperikanan termasuk rumput laut dan sebagai- taran rendah didominasi oleh areal persanya. Kedua, bagaimana mengembangkan wahan, bahkan sampai perbukitan dan peprogram-program dalam konteks pemberda- gunungan. Kondisi ini mendukung Kabupaten yaan yang lebih bernuansa pada blue economy Pinrang sebagai daerah Potensial untuk sektor untuk membuat limbah-limbah yang ada pertanian dan memungkinkan berbagai menjadi bernilai ekonomis. “Kami juga sedang komoditi pertanian, seperti tanaman pangan, membuat satu buah desa di sana menjadi desa perikanan, perkebunan dan peternakan untuk mandiri energy,” ujarnya. dikembangkan.
B
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
Bupati Pinrang mengungkapkan, pemerintah daerahnya sekarang ini sedang berupaya dan bekerja keras untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dalam rangka mencapai kondisi penduduk tumbuh seimbang pada tahun 2015. “Yaitu, yang ditandai dengan tercapainya total Fertility Rate (TFR) 2,1% dan Reproductive Rate (NRR)sama dengan 1 seiring dengan upaya untuk memenuhi target MDGs di tahun 2015 mendatang,” katanya. Dengan mengupayakan sesering mungkin melakukan pertemuan, Bupati Andi Aslam mengharapkan petugas PLKB, PKB bersama PPKBD dan Sub PPKBD yang berkedudukan di desa maupun kelurahan agar melaksanakan dan mengelola program keluarga berencana di lini lapangan, yang senantiasa menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk ber KB. Selain itu, kata Andi Aslam juga membina keluarga agar tidak berhenti menjadi peserta KB aktif (DO), menggalang kemitraan untuk melaksanakan dan mengadvokasi masyarakat di pedesaan untuk menjadi peserta KB. Untuk menjadikan Pinrang lebih baik, Bupati Andi Aslam bersyukur Prof Haryono Suyono selaku penggagas Posdaya berkenan dirinya mengadopsi dan mengembangkan Posdaya sebagai model pembangunan pemberdayaan keluarga di daerahnya. “Kami akan mengirim utusan yang unsurnya berasal dari masyarakat, karena kami tidak akan mengirim PNS (pegawai negeri sipil) mengikuti pelatihan Posdaya dan peninjauan
H Andi Aslam Patonangi, SH, MSi dan Bastaman saat dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati Pinrang 20142019 oleh Gubernur Sulawesi Selatan.
beberapa lokasi yang telah mengembangkan Posdaya dengan baik sebagai percontohan kami,” papar Andi Aslam yang beralasan tidak mengirim PNS karena Posdaya merupakan gerakan pemberdayaan yang mengedepankan partisipasi masyarakat, sedangkan pemerintah hanya betindak sebagai falisitator saja. Lebih lanjut, Bupati Pinrang Andi Aslam mengatakan, sebelum bulan Ramadhan, atau sekitar tanggal 11 Juni, Prof Haryono Suyono berkenan Bupati Pinrang mengirim perwakilannya mengikuti kegiatan Observation Study Tour (OST) Posdaya di Haryono Suyono Center dan peninjauan Posdaya. “Ini kesempatan yang bagus diberikan Prof Haryono Suyono pada perwakilan kami mengikuti OST dan peninjauan Posdaya. Saya sangat berterima kasih, sehingga secepatnya setelah mengikuti kegiatan tersebut dapat mengembangkan Posdaya di Pinrang,” tuturnya. HARI
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
33
POSDAYA ORGANISASI SOSIAL
Dari Musda Hipprada Jateng 2014
≈Hipprada BaruΔ Kembangkan Gudep Wilayah Berbasis Masyarakat melalui Posdaya Himpunan Pandu dan Pramuka Wreda (Hipprada) dalam Rapat Pimpinan (Rapim) Pengurus Pusat (PP) Hipprada telah sepakat menggagas “Hipprada Baru” guna mengembangkan Gugus Depan (Gudep) wilayah berbasis masyarakat. Kolaborasi Hipprada, Gerakan Pramuka dan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) menjadi fokus utama guna merealisasikan hal itu. Ide ini dicetuskan Ketua Umum Hipprada Prof Dr Haryono Suyono dalam acara Musyarawah Daerah (Musda) Hipprada Jawa Tengah (Jateng) 2014 pada Sabtu pagi 10 Mei 2014 lalu.
Ketua Umum Hipprada Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan paparannya di hadapan peserta Musda Hipprada. [FOTO-FOTO: ADE S]
34
L
ANGKAH itu dideklarasikan sebagai wujud nyata dari gerakan masyarakat yang dibentuk almarhum Sri Sultan Hamengkubuwono IX ini untuk memberi dukungan terhadap Gerakan Pramuka sekaligus menanamkan jiwa kepanduan atau kepramukaan kepada generasi muda. Hipprada dibentuk sebagai wadah anggota Pramuka dan masyarakat umum untuk mengabdi kepada masyarakat dalam rangka mempertahankan jiwa dan semangat kebersamaan, dapat dipercaya, dinamis dan peduli terhadap sesamanya. Sehingga melahirkan gagasan dan kreativitas yang digali dari sumber daya lokal dan diolah dengan kemampuan serta digali dalam suatu kebersamaan dengan saling mengisi dan menjadikannya milik bersama sehingga memberi kebanggaan tiada tara.
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
Acara yang mengangkat tema “Mengembangkan Budi Luhur Darma Bakti” ini terselenggara atas kerja sama Hipprada Jateng, Kwartir Daerah Jateng dan Pemerintah Provinsi Jateng. Puluhan pimpinan cabang Hipprada dari berbagai kabupaten di Jateng antusias mengikuti kegiatan ini. Apalagi dengan menghadirkan langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono yang juga Ketua Umum Hipprada. Tak pelak, acara yang berlangsung di Lt 4 Aula Gedung Kwarda Gerakan Pramuka Jateng, Jl Pahlawan No 8 Semarang, Jateng ini tampak semarak dan berkesan. Pada kesempatan itu, Prof Dr Haryono Suyono mengungkapkan rasa syukurnya setelah pada Rapim I dan II PP Hipprada pada tanggal 3 Januari dan 3 Mei 2014 lalu yang juga dihadiri Ka Kwarnas Dr Adhyaksa Dault, bisa kembali
berkumpul. Dirinya pun merasa terharu atas dukungan yang luar biasa dari jajaran Hipprada Jateng untuk mewujudkan gagasan “Hipprada Baru”. “Saya sangat terharu, gagasan itu bukan saja mendapat dukungan yang luar biasa dari seluruh anggota Hipprada Jateng. Namun yang membanggakan, Hipprada Jateng justru telah berhasil membentuk lebih dari 91 Gugus Depan wilayah berbasis masyarakat dengan segala kegiatan yang menakjubkan,” ucap pria kelahiran Pacitan, Jatim, 6 Mei 1938 ini di hadapan puluhan anggota Hipprada Jateng. Dalam mengembangkan “Hipprada Baru” itu, ujar Prof Haryono, dirinya megajak seluruh anggota Hipprada untuk membangun komitmen dan dukungan pada kekompakan manajemen internal yang kuat serta kerja sama yang luas dan akrab dengan sesama anggota pengurus. “Saya minta jajaran Hipprada kerja sama dengan sebanyak mungkin organisasi masyarakat dan perorangan, utamanya yang mempunyai jiwa, semangat, mengemban misi dan melaksanakan program yang sama,” pintanya. Dijelaskannya, kerja sama itu sangat diperlukan untuk membangun sinergi agar usaha memberdayakan anak bangsa, bisa diselesaikan dengan baik. “Oleh karena itu, melalui pemberdayaan dengan pendidikan dan pengajaran yang tepat menggunakan jiwa dan semangat kepanduan atau kepramukaan, maka Indonesia akan terjamin menjadi negara yang kuat, jaya, adil dan makmur,” tegas Prof Haryono.
dan kebaikan sesama anak bangsa dalam lomba marathon membangun generasi muda yang memiliki karakter luhur. “Dalam istilah saya adalah transformasi kearifan Hipprada,” tukas Prof Haryono. Kerja sama organisasi kemasyarakatan serta segala perangkatnya itu, tutur Prof Haryono, dirinya yakin akan menjadi model pembangunan ke depan. Karena bukan lagi dilakukan oleh seorang “Superman” yang serba mampu untuk menyelesaikan masalah seorang diri, tetapi dikerjakan dalam suasana persatuan dan kesatuan seperti diamanatkan oleh palsafah bangsa yaitu Pancasila. “Generasi muda, sejak dini disiapkan menjadi pemuda tangguh yang sanggup membentuk “Super Tim” yang kuat dan dinamik, di mana penghargaan dan kebanggaan sesama teman serta kejujuran akan makin memperkokoh persatuan dan kesatuannya,” tegasnya.
Bentuk “Super Tim” Menurut Prof Haryono, misi “Hipprada Baru” lainnya juga ingin fokus memberi perhatian kepada tiga generasi, yairu generasi remaja, generasi muda dan generasi lanjut usia. “Kearifan para anggota Hipprada yang syarat akan pengalaman pantas diteruskan secara estafet kepada generasi muda dan remaja, di samping diperkuat melalui sharing sesama anggota Hipprada yang mayoritas generasi dewasa dan lansia,” tegasnya. Proses saling berbagi itu, tambahnya, diharapkan mempertajam dan meningkatkan mutu kearifan untuk lebih berbagi kepedulian
Hipprada delegasi Indonesia Hipprada Baru yang dicetuskan telah memberikan berbagai motivasi dan inovasi kepada seluruh anggota Hipprada dan Gerakan Pramuka dalam membina jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan seluruh anak bangsa. Tak pelak, berbagai terobosannya kerap mendapat perhatian masyarakat pramuka mancanegara. Hipprada pun mendapat kehormatan menjadi tamu undangan dari World Bureau of ISGF (International Scout and Guide Fellowship) pada 11 sampai dengan 15 Oktober 2014 mendatang di Sydney, Australia. “Program-program yang saya sebutkan tadi, akan menjadi bekal bagi
Acara Musda Hipprada yang berdekatan dengan Hari Ulang Tahun Prof Dr Haryono Suyono ke-76 pada 6 Mei 2014 lalu menarik perhatian seluruh peserta. Tampak seluruh peserta bergantian memberi ucapan selamat kepada Prof Dr Haryono Suyono.
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
35
Suasana hangat, kekeluargaan, semangat namun tetap penuh khidmat mewarnai berlangsungnya acara Musda Hipprada.
Hipprada sebagai delegasi Indonesia pada Wolrd Conference of ISGF 2014 di Sydney, Australia. Sehingga pada pertemuan di Sydney yang akan datang akan muncul gagasan dari delegasi Indonesia bukan hanya banyaknya orang saja, akan tetapi muncul gagasan cemerlang yang disampaikan oleh para sesepuh yang tetap Pramuka sejak muda hingga akhir zaman,” ujar Prof Haryono seraya mengajak seluruh anggota Hipprada untuk mengikutinya. TOT dan Semiloka Hipprada sebagai pendukung utama Gerakan Pramuka, lanjut Prof Haryono, dirinya mengajak seluruh anggota Hipprada untuk melakukan kegiatan Training of Trainers (TOT, pelatihan untuk pelatih, red) dan Semiloka dalam rangka pendirian Gudep Wilayah berbasis Masyarakat. ”Untuk itu, saya mengharapkan pelatihan tersebut dilaksanakan dengan baik, tersebar luas di banyak kabupaten/kota se-Jawa Tengah. Mampu diikuti tidak saja kalangan Pramuka, tetapi juga oleh unsur masyarakat, organisasi masyatakat seperti Posdaya, PKK, dan kelompok perguruan tinggi yang menggelar KKN Tematik Posdaya,” tukasnya. “Kolaborasi, Hipprada, Gerakan Pramuka dan Posdaya serta organisasi lainnya menjadi bukti hidupnya kembali budaya gotong royong di masyarakat luas. Kerja sama Hipprada dengan tiga generasi menempatkan generasi muda sebagai agen pembangunan berkarakter dan terpercaya,” tegas Prof Haryono. Kegiatan yang membudaya itu, tambahnya, akan merangsang anak muda dan keluarga remaja menjadikan karakter kepanduan
36
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
atau kepramukaan sebagai budaya bangsa, mencintai dan berpartisipasi dalam Gerakan Pramuka,” pungkasnya seraya menegaskan transisi kepemimpinan Hipprada di Jateng harus dilakukan dengan secara kekeluargaan dan kebersamaan. Hadir dalam acara ini Sekretaris Dinas Pemuda dan Olahraga Jateng Drs H Tri Karsono, MM, Ketua Pengurus Pusat Hipprada Paulus Tjakrawan, Sekretaris Umum Pengurus Pusat Hipprada Ibnu Kartiko, Ketua Hipprada Jateng Dr H Soekardi,MPd, Hernowo dari Kwarda Jateng, Gerakan Pramuka 11 Wakil Daerah Jateng, para anggota Hipprada se-Jateng dan undangan lainnya. Sedangkan Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo, SH dalam sambutannya yang dibacakan Sekretaris Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Jateng Drs H Tri Karsono, MM, menyampaikan apresiasi terhadap kepedulian Hipprada pada generasi muda terutama yang tergabung dalam Gerakan Pramuka. Menurutnya Hipprada dan Gerakan Pramuka memiliki nilai historis yang sama. Dalam sambutannya Ganjar berharap, Hipprada tetap konsisten dalam mendukung Gerakan Pramuka. “Keberadaan Hipprada diharapkan mampu memberikan dukungan moril maupun materil kepada Gerakan Pramuka. Sehingga dengan demikian Hipprada masih dalam rumah besar Gerakan Pramuka,” tutur Drs H Tri Karsono, MM, saat membacakan sambutan Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo, SH. Sementara itu, Ketua Hipprada Jateng Dr H Soekardi,MPd, mengungkapkan rasa syukur dan leganya setelah sukses mengemban amanah sebagai Ketua Pengurus Hipprada Jateng masa bakti 2009-2014. “Tiada terasa sudah lima tahun kami melangkahkan kaki mengarungi riak dan ombak organisasi. Alhamdulillah, keberhasilan demi keberhasilan dalam melaksanakan tugas sudah kami rasakan. Sehingga ditandai dengan Penghargaan Tergiat Nasional pada Munas 2012 lalu,” ungkap Soekardi bersyukur seraya mengharap arahan dari seluruh peserta dan sesepuh bagi kepengurusan berikutnya. Selamat! ADE S
KONVENSI POSDAYA
Dari Seminar Nasional dan Talkshow Semanggi di Unmer Malang
DMI Siap Jamin Posdaya di Daerah-daerah Dies Natalis ke-50 Universitas Merdeka (Unmer) Malang, Jawa Timur, menyelenggarakan seminar nasional sekaligus talkshow Semanggi tayangan TVRI Jatim. Acara yang dihadiri ratusan penonton itu menampilkan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono yang juga menjadi host didampingi penyiar TVRI. Tampak pula Rektor Unmer Malang Prof Dr Anwar Sanusi, SE, Bupati Malang Rendra Kresna, Bupati Kulon Progo dr H Hasto Wardoyo, Sp.OG(K), dan Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Malang DR Drs H Shofwan, SH, MSi juga sejumlah tamu dari perbankan, antara lain Direktur Utama Bank UMKM Jawa Timur R Soeroso, SE, MM.
S
ETELAH lagu Indonesia Raya ciptaan WR Supratman mengawali pertemuan dinyanyikan bersama-sama, syuting talkshow Semanggi pun dimulai dengan menampilkan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono yang juga menjadi host acara pagi hingga siang hari itu, didampingi penyiar TVRI Jatim. Sejumlah tokoh tampil di podium, termasuk paduan suara Universitas Merdeka (Unmer) Malang, Jawa Timur, yang sesekali menyajikan lagu-lagu merdunya. Rektor Unmer Malang Prof Dr Anwar Sanusi, SE membuka acara dengan mengungkapkan berbagai hal menarik, juga tentang kemajuan Posdaya yang digarapnya. Dalam Talkshow yang menghadirkan sejumlah kalangan dari Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) dari kota dan Kabupaten Malang dan sekitarnya itu, menampilkan pula para pengurus juga anggota Posdaya. Tak kepalang tanggung, Prof Haryono menuruni
podium dan mendatangi sejumlah tamunya untuk diwawancarai. “Terima kasih atas kesempatan ini,” kata seorang wanita penggiat Posdaya ketika dimintai komentar oleh Prof Haryono saat tampil sebagai host. “Sekaligus ingin saya sampaikan kepada Prof Haryono bahwa dua minggu yang lalu, Posdaya yang dibawah STIE Malang Kota Malang, ada 98 Posdaya yang berbasis RW. Juga kami mengumpulkan perbankan di Malang, ada dari Bank UMKM, BRI dan Bank Jatim, juga hadir dari Pemkot. Kita saling berdiskusi kira-kira agenda apa saja yang bisa menjadi prioritas tahun ini. Kita berkumpul di kelurahan, kebetulan kami fokus di Kota Malang dengan beberapa kabupaten termasuk Kota Batu,” kata wanita yang mengaku aktif menjadi anggota Posdaya itu. Tentu saja disambut hangat Prof Haryono atas ucapan wanita tadi. Tak pelak, Prof Haryono pun mengajak tepuk tangan memberi
Acara yang dihadiri ribuan penonton itu menampilkan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono yang juga menjadi host didampingi penyiar TVRI Jawa Timur Shinta Nova. [FOTO-FOTO: DEDE H]
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
37
Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmaditampil di pentas acara mendampingi Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat penyerahan piagam penghargaan dari MURI.
38
aplaus kepada ibu-ibu berusia sekitar 30 tahun itu. “Mari kita sambut dengan tepuk tangan, “ ajak Prof Haryono yang langsung suasana gedung pertemuan pun bergemuruh suara tepuk tangan meriah. Bupati Malang Rendra Kresna mengungkapkan, jika di Malang ini terdapat 57 kelurahan dibantu dengan 32 perguruan tinggi yang ada di Malang Raya. “Semua kita petakan potensinya dan kita isi dengan pembentukan Posdaya, juga dengan kegiatan-kegiatan terkait empat pilar atau tambah satu menjadi lima pilar. Yaitu, kegiatan ekonomi, pendidikan, lingkungan, kesehatan, dan tambah satu yakni agama. “Jadi, Alhamdulillah Posdaya di sini berjalan. Juga kami koordinasikan baik dengan Pemda Kota Malang maupun dengan Pemda Kabupaten Malang, semua untuk koordinasi antara perguruan tinggi dengan tokoh masyarakat. Ini terkait juga dengan sentra kulakan,” paparnya. Dengan demikian, lanjutnya, sentra kulakan ini disosialisasikan juga dengan tokoh-tokoh masyarakat dan masyarakat sekitar supaya mereka tahu produk-produk yang ada di daerah ini dan mau membelinya. “Sehingga, uangnya tidak keluar tetapi tetap beredar di daerah itu,” ucap bupati Malang. Prof Haryono pun menyambut hangat ucapan bupati Malang. “Bela Malang beli Malang yang dilakukan oleh pak bupati ini,” kata Prof Haryono. “Mari kita sambut tepuk tangan meriah,” ucap mantan Menko Kesra dan Taskin era Presiden BJ Habibie yang tetap aktif dengan pemberdayaan keluarga di berbagai pelosok Nusantara ini. Ketua LPM UIN Maliki Malang Dr Hj Mufidah Ch, MAg yang diminta komentarnya menguraikan tentang Posdaya berbasis Masjid. “Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh,” kata Dr Hj Mufidah Ch, MAg
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
yang aktif pada kegiatan Posdaya berbasis Masjid ini mengawali sambutannya, yang kemudian dijawab langsung oleh host dan para penonton. “Terima kasih Prof Haryono, UIN Malang sudah menginisiasi 3 tahun ini. UIN Malang sudah memasuki tahun keempat untuk KKN Posdaya berbasis Masjid. Kami sudah punya 250 Posdaya di UIN Malang. Selaku koordinator perguruan tinggi di Jawa Timur sudah punya anggota 21 perguruan tinggi (PT) Islam. Ditambah beberapa di tempat lain, misalnya seperti UIN di luar Jawa juga sudah mulai melaksanakan kegiatan ini. Jadi di Jawa Timur sudah seribu lebih Posdaya berbasis Masjid ini,” katanya. “Mari kita tepuk tangan yang meriah, lebih dari seribu Posdaya yang dibangun di Jawa Timur,” kata Prof Haryono menyambutnya. “Yang akan datang akan bertambah terus sebab ada pertambahan perguruan tinggi yang mau bergabung. Yang sudah kita latih juga tambah mahasiswa untuk ikut ber-KKN Posdaya. Termasuk kerja sama dengan berbagai pihak, misal Bank UMKM, Pemda, juga basisbasis keagamaan termasuk dari Dewan Masjid Indonesia (DMI) yang kita sudah melaksanakan MoU-nya antara Pak rektor dengan Prof Haryono selaku Ketua Yayasan Damandiri, juga dengan PP DMI Pusat,” kata Dr Hj Mufidah. “Insya Allah ke depan untuk kegiatankegiatan ini akan dijamin oleh DMI di daerahdaerah,” urai Dr Hj Mufidah semangat. Saat itu pula Prof Haryono langsung bertepuk tangan menyambut ucapan Ketua LPM UIN Maliki Malang, Jatim, ini. Pada bagian lain Prof Haryono mewawancarai tokoh dari SKPD. “Bapak Haris dari SKPD. Selaku Ketua Satgas dan Kabag Ekonomi Kota Malang apa saja yang sudah dilakukan atas kerja sama dengan 32 Perguruan tinggi, juga kendala-kendalanya?” “Kami, setelah mengadakan penandatanganan MoU yang juga disaksikan oleh Bapak Prof Dr Haryono Suyono, telah menindaklanjuti dengan berkoordinasi baik dengan beberapa perguruan tinggi (PT) maupun dengan SKPD di Kota Malang. Intinya bagaimana program-program yang ada di Posdaya kami padukan
dengan program-program di SKPD dalam APBD Kota Malang,” ucap pria satu ini. “Sebagai contoh, PT dengan mengadakan inisiasi di masyarakat, kemudian masalah pemasaran atau mungkin pelatihan misalnya. Kami di Pemerintah Kota Malang juga memfasilitasi dalam bentuk program dan kegiatan. Tapi dalam bentuk program kegiatan, bukan bentuk uang. Kami juga mengadakan pelatihan, juga ada bantuan sarana prasarana yang kami programkan di SKPD,” tambahnya. “Kemudian juga di PT, kami mohon ijin, ada juga Iptek bagi wilayah yang anggarannya kurang lebih Rp 100 juta. Kami dari Pemerintah Kota Malang mengimbangi dengan dana sharing minimal Rp 100 juta,” papar Haris. “Jadi ada sharing anggaran untuk kemajuan bersama-sama begitu pak,” ucapnya semangat. Saat itu pula tepuk tangan kembali meriah yang disyuting oleh kamera awak TVRI Jatim dari sejumlah penjuru. “Tentang kendala, justru kita menyelesaikan dengan berbagai solusi. Alhamdulillah di Kota Malang ini karena sudah bergandengan dengan 32 PT itu, memang tugasnya adalah memberikan pembinaan dan pendampingan kepada teman-teman Posdaya yang ada di masing-masing kelurahan, baik Posdaya yang berbasis RT maupun berbasis Masjid,” jelasnya.
“Terkait dengan perbankan, kami terima kasih juga kepada Bank UMKM. Karena terus terang pada saat blusukan di lapangan, kami tidak hanya menyerahkan buku tabungan, tapi juga ada sekaligus akad kredit dari Bank UMKM yang ditandatangani langsung oleh Posdaya. Kemarin itu ada sampai Rp 10 juta, juga ada yang Rp 2 juta. Dan itu langsung di depan bapak walikota. Jadi bukan sekedar janji tapi justru langsung ada bukti,” ucap Haris sumringah. “Terima kasih pak Haris,” ucap Prof Haryono sambil kembali bertepuk tangan dan menyambangi sejumlah penonton talkshow sekaligus mewawancarainya. DH
Prof Haryono mewawancarai audiens saat menjadi host talkshow Semanggi menanyakan tentang kegiatan Posdaya.
Penghargaan MURI untuk Damandiri
Y
AYASAN Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri) yang dipimpin Prof Dr Haryono Suyono mendapat piagam penghargaan dari Musium Rekor Dunia Indonesia (MURI). Prestasi tersebut tercatat atas rekor penyelenggara MOU antara Walikota dengan perguruan tinggi terbanyak, hingga mencapai 32 Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta (PTN/PTS) se-Indonesia. Penghargaan rekor Indonesia itu diterima langsung oleh Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono pada acara Dies Natalis ke-50 Universitas Merdeka (Unmer) Malang, Jatim, di akhir acara Seminar Nasional dan Talkshow Semanggi di kampus Unmer Malang pada Senin pagi 26 Mei 2014 lalu. DH Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
39
LAPORAN UTAMA
Posdaya Bantu Bentuk Keluarga Berkualitas Keluarga merupakan komunitas atau bagian terkecil dari masyarakat. Dari keluarga yang baik akan muncul pula masyarakat yang baik dan berkualitas. Dengan melaksanakan delapan fungsi keluarga, Posdaya membantu keluarga Indonesia keluarga menjadi berkualitas.
Dengan berbekal pelatihan kader Posdaya dapat meningkatkan ekonomi keluarga dengan membuka usaha produktif. [FOTO-FOTO: HARI]
T
AHUN ini tepat menjadi peringatan nasional ke 21 dari Hari Keluarga Nasional. Pemerintah sejak tahun 1993, tepatnya tanggal 29 Juni menetapkan sebagai hari keluarga secara nasional. Peringatan Hari Keluarga yang dulu dikenal dengan Hari Keluarga Nasional (Harganas) diadakan untuk mengajak seluruh keluarga Indonesia agar melakukan introspeksi dan berbenah diri guna berbuat yang terbaik bagi keluarganya. Peringatan Hari Keluarga sebagai upaya mengingatkan akan peran sentral keluarga dalam kehidupan baik sebagai pribadi, sebagai anggota keluarga, dan sebagai warga bangsa. Di dalam keluarga, setiap anggota keluarga lahir dan tumbuh. Di dalam keluarga, setiap anggota keluarga dibentuk sebagai pribadi, sebagai manusia. Keluarga adalah tempat berseminya kasih sayang, saling asih, saling asah, saling asuh, sikap dan perilaku saling menghormati, singkatnya tempat tumbuhnya nilai-nilai luhur kemanusiaan. Di dalam keluargalah, kualitas manusia warga suatu bangsa dibentuk. Maka benarlah, kualitas keluarga menentukan kualitas bangsa. Dan dari sejarah bangsa-bangsa
40
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
bahwa kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas manusianya. Sungguh betapa pentingnya kualitas keluarga dalam menentukan kemajuan bangsa. “Keluarga sebagai komunitas atau bagian terkecil dari masyarakat. Dari keluarga yang baik akan muncul pula masyarakat yang baik dan berkualitas. Baik dari segi rohani dan jasmaninya. Keluarga mempunyai peran dalam masyarakat,” kata Bupati Indramayu Hj Anna Sophanah. Lebih lanjut disampaikan Anna Sophanah, pembentukan keluarga berkualitas menjadi penting. Pembentukan itu dilakukan dengan mengintensifkan delapan fungsi keluarga, seperti yang dilakukan oleh Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga). Delapan fungsi yang dimaksud adalah yaitu Berketuhanan Yang Maha Esa, mendukung budaya bangsa, cinta kasih sesamanya, melindungi keluarganya, berKB dan menganut budaya hidup sehat, memperkuat pendidikan anak-anaknya, mempersiapkan diri untuk mengembangkan wirausaha serta memelihara lingkungan yang damai untuk keluarga yang hidup bahagia dan sejahtera. “Dengan melaksanakan delapan fungsi keluarga, maka kegiatan gerakan pemberdayaan
Posdaya membantu keluargakeluarga membentuk keluarga berkualitas,” ujar istri Yance yang tokoh masyarakat dan mantan Bupati Indramayu. Anna juga menyebut, peringatan Hari Keluarga menjadi momentum untuk pembangunan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Seluruh keluarga diajak bersatu menjadi bagian dari keluarga nasional yang hidup rukun pada lingkungan keluarga, masyarakat bahkan pada yang lebih luas negara kesatuan Republik Indonesia dengan memperkuat delapan fungsi keluarga tadi. Bupati Indramayu menguatkan pendapat penggagas Hari Keluarga, Prof Dr Haryono Suyono. Mantan Menko Kesra dan Kepala BKKBN Pusat ini mengungkapkan, bahwa pembangunan keluarga sejahtera yang dimulai tahun 1970 melalui upaya memperkecil ukuran keluarga Indonesia dengan program KB tidak digubris. Namun, akhirnya dalam sebuah Rapat Koordinasi beberapa tahun silam, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat dan Menteri Kesehatan RI sebagai pembina menaruh perhatian dan menganjurkan agar program dan kegiatan di masa lalu perlu diteruskan. Haryono yang saat ini Ketua Yayasan Damandiri menandaskan, tidak perlu malu mempergunakan program dan kegiatan masa lalu sebagai upaya fasilitasi gerakan karena sesungguhnya program KB telah menjadi gerakan masyarakat yang tidak boleh dipersempit menjadi program rutin yang hanya dilakukan oleh kalangan terbatas. Penggagas gerakan pemberdayaan Posdaya ini menambahkan, program awal gerakan KB yang difokuskan pada upaya memperkecil ukuran keluarga, secara resmi telah selesai pada tahun 1989, yaitu ketika Presiden RI HM Soeharto memperoleh penghargaan UN Population Award dari PBB sebagai negara dengan program yang terbaik di dunia. Gerakan memperkecil ukuran anggota keluarga itu berubah menjadi gerakan pembangunan keluarga sejahtera yang kemudian didukung dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992, tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. UU dan gerakan itu menjadi acuan
dunia sejak Konperensi Kependudukan Dunia tahun 1994 di Kairo, Mesir. Dengan tetap gigih memperkecil ukuran keluarga Indonesia, sejak awal tahun 1990, beberapa bulan setelah penghargaan PBB diterima, gerakan Pembangunan Keluarga secara tidak resmi di mulai. Kepada komunitas yang KB-nya berhasil diberikan penghargaan berupa hadiah komunitas (coomunity incentive) untuk membantu keluarga yang sudah ber-KB membangun keluarga sejahtera. Para peserta KB diajak membangun ekonomi mikro dalam kelompoknya, diberi kelapa hibrida agar anaknya yang tumbuh dewasa bisa panen dan berpendapatan cukup untuk biaya sekolah anaknya atau untuk hidup sejahtera. Insentif komunitas diberikan kepada kelompok keluarga untuk membuka usaha ekonomi produktif agar keluarga miskin mempunyai usaha ekonomi dalam kelompoknya. “Pada tahun 1993, Hari Keluarga Nasional ditetapkan sebagai momentum untuk pembangunan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Keluarga Indonesia diajak bersatu menjadi bagian dari keluarga nasional yang hidup rukun dalam negara kesatuan RI dengan memperkuat delapan fungsi keluarga,” tuturnya. Delapan fungsi keluarga juga dengan konsiten dikembangkan dan dilaksanakan dalam kegiatan gerakan pemberdayaan Posdaya. Haryono menjelaskan, pemberdayaan keluarga dalam Posdaya itu dilakukan secara cermat dengan mengajak setiap keluarga berkembang secara mandiri dari keluarga pra sejahtera menjadi keluarga sejahtera I, keluarga sejahtera II, keluarga sejahtera III dan akhirnya keluarga sejahtera III Plus yang tidak saja bahagia dan sejahtera, tetapi peduli terhadap
Kelompok Posdaya Mulyosari Dusun Soge, Ngadirojo, Pacitan panen udang Vannamei yang dibudidayakannya di Busmetik secara gotong royong mampu meningkatkan derajat kesejahteraan ekonomi keluarga.
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
41
sesamanya, utamanya kepada keluarga pra sejahtera. “Gerakan pembangunan keluarga Posdaya ini dilakukan dengan tetap gigih memperjuangkan upaya memperkecil jumlah tanggungan dalam setiap keluarganya.” Menurut Haryono, gerakan pemberdayaan keluarga melalui Posdaya yang dikembangkan bersama perguruan tinggi melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya di mana-mana. Moto dua anak cukup Hj Anna Sophanah dalam program KB diganti dan keyakinan keluarga kecil akan memperoleh akses usaha ekonomi melalui insentif komunitas diputus, sehingga keluarga Indonesia melirik tambahan anak sebagai upaya menyelamatkan keluarganya menghadapi kemiskinan. Dalam Posdaya, ujar Haryono yang hingga saat ini masih diberi amanah memimpin banyak organisasi sosial kemasyarakatan seperti PWRI, DNIKS, Hipprada dan lainnya, dukungan untuk memperkuat delapan fungsi keluarga, termasuk pendidikan dan wirausaha, agar jumlah keluarga yang kecil benar-benar bisa dikembangkan menjadi keluarga yang bahagia dan sejahtera, sepenuhnya dijalankan dengan baik oleh seluruh kader Posdaya. Sehingga upaya pembangunan keluarga, termasuk pengentasan kemiskinan bisa membuahkan hasil yang baik, baik dalam mempertahankan ukuran keluarga maupun dalam mengantar keluarga yang berukuran kecil menKelompok petani Posdaya jadi keluarga yang bahagia dan sejahtera. Cemara, Desa Cemara “Posdaya sebagai upaya pemberdayaan Wetan, Indramayu, Jabar keluarga dengan memperkuat delapan fungsi saat panen rumput laut. keluarga yang sesungguhnya adalah sasaran [FOTO: HARI] pembangunan keluarga yang paripurna,”
42
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
katanya. Seluruh keluarga-keluarga yang tergabung dalam Posdaya juga terus memberikan partisipasinya dalam menyukseskan pembangunan abad Millennium – Millenium Development Goals (MDGs). Pilar pendidikan karakter Keluarga sebagai tempat berseminya kasih sayang, saling asih, saling asah, saling asuh, sikap dan perilaku saling menghormati, dan tempat tumbuhnya nilai-nilai luhur kemanusiaan. Keluarga juga menjadi tempat utama dan pertama dalam pendidikan karakter anak. “Keluarga itu adalah pilar di mana pendidikan karakter itu dimulai. Kalau keluarga bisa membentuk, mulai memberikan kesantunan, budi pekerti, itulah fungsi utama di keluarga. Karakter anak terbentuk dari keluarga,” kata Gubernur DKI Jakarta Ir Joko Widodo. Mantan walikota Surakarta ini menambahkan, setelah mendapatkan pendidikan dari keluarga maka kemudian pendidikan itu dilanjutkan di sekolah. Pihak sekolah berfungsi untuk mengawasi perilaku anak-anak didiknya. Selain itu sekolah juga memberikan pembinaan dan pendidikan lebih baik, jika ada anak didiknya yang berpilaku tidak baik. “Sekolah memberikan isian budi pekerti dan perilaku yang baik. Artinya sekolah harus selalu mengontrol, manajemen pengawasan dilakukan,” katanya. Suami Iriana ini menilai pendidikan budi pekerti dan kesantunan, sangat penting ditanamkan kepada anak-anak sejak usia dini. Hal tersebut untuk mencegah anak-anak mudah bersikap emosional dan arogan. Menurutnya, bukan cuma urusan pendidikan matematika, IPA, IPS saja. Saya kira pendidikan budi pekerti sangat penting sekali. “Di sinilah pentingnya keluarga. Sebab pendidikan budi pekerti dan kesantunan terhadap anak, berawal dari keluarga,” ujarnya. Ia menambahkan, jika di rumah maupun di sekolah seorang anak mendapat pendidikan seimbang antara budi pekerti dan ilmu pengetahuan lainnya, maka akan terbentuk karakter anak yang tidak arogan dan emosional. “Pendidikan di keluarga penting sekali. Apalagi kalau sudah jadi pemimpin, dimulai dari keluarga,” katanya. HARI
CERITA SAMPUL
«Piye Kabare?» Tanya Pak Harto, Kerinduan «Wong Cilik» “Piye kabare...? Penak zamanku tho…” (Bagaimana kabarnya...? Masih enak zamanku toh…)” Kalimat ini menjadi kian fenomenal di saat jutaan rakyat Indonesia merindukan sosok pemimpin yang merakyat. Jelang pemilihan presiden (Pilpres) 2014 ini, tidak salahnya kita mengingat kembali bagaimana kepemimpinan almarhum HM Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia kedua dalam menjalankan roda pemerintahan, sehingga sampai saat ini sosoknya masih tetap dirindukan.
G
AMBAR Pak Harto sedang melambaikan tangan sambil tersenyum khas, disertai kalimat satir di atas mengingatkan kita bagaimana dekatnya pribadi beliau dengan masyarakat di desa-desa terpencil. Stiker-stiker yang terpasang bukan di gedung-gedung perkantoran yang menjulang tinggi, tapi banyak terpasang di warungwarung kelontong, gerobak bakso, mobil angkot, truk angkut barang, kaos-kaos eceran di jalan melalui pedagang kaki 5 dan lain-lain. Intinya, kerinduan itu datang dari wong cilik. Mengutip perkataan Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Muhammad Nazib Azca, kerinduan orang terhadap Soeharto bukanlah hal aneh, jika dilihat dalam konteks kondisi Indonesia yang sedang berada dalam masa transisi. “Fenomena seperti itu acap terjadi dalam negara yang sedang mengalami masa fase transisi, di mana pada satu titik tertentu ada kejenuhan, di mana proses demokratisasi yang berlangsung menemui kegagalankegalan dan orang menengok ke masa lalu. Dan pada saat seperti itu, orang melihat figur masa lampau yang pernah menyediakan ketertiban dan kesejahteraan,” jelas Najib. Hal senada, pemerhati budaya dan dosen Ilmu Sejarah Universitas Sebelas Maret Tundjung W Sutirto mengatakan, fenomena tersebut bagi sebagian masyarakat bisa menjadi simbol protes sosial. Masyarakat protes dengan membuat komparasi antar periode kekuasaan yang notabene belum tentu kekuasaan pada masa lalu itu juga enak. Tetapi, simbol-simbol protes itu semakin mendapat tempat di hati masyarakat tatkala logikalogika kondisi berbangsa dan bernegara secara kontemporer semakin resisten. Dari hari ke hari resistensi sosial terhadap politik semakin jelas dengan semakin banyaknya warga yang memilih menjadi bagian dari golongan putih
(golput) - tak menggunakan hak pilih – pada setiap pemilihan umum, termasuk pemilihan kepala daerah. Ketika di setiap pemilihan gubernur atau pilgub angka golputnya tinggi, sudah pasti ada resistensi yang tinggi dan hal ini tidak dapat dianggap sebuah masa yang enak jika dibandingkan pada zaman Pak Harto dulu. Konstruksi pemikiran masyarakat yang gandrung Pak Harto dengan memasang gambar berwujud stiker tersebut jelas logika yang berbalik
Almarhum HM Soeharto saat masih menjabat Presiden Republik Indonesia kedua. [FOTO: ISTIMEWA]
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
43
Gambar Pak Harto sedang melambaikan tangan sambil tersenyum khas, disertai kalimat “Piye le kabare? Penak jamanku to?” yang kini jadi tren masyarakat Indonesia dalam bentuk stiker yang ditempel di kendaraan maupun pakaian.
dengan suatu keadaan di era sekarang. Pada masa Pak Harto soal pilgub tidak serumit saat ini. Pilgub zaman Pak Harto dulu amat sederhana, tidak seperti sekarang ketika setiap pemilihan kepala daerah penuh dengan trik, intrik dan kepalsuan. Hasil pemilihan kepala daerah saat sekarang di samping menghabiskan energi juga kemudian malah melahirkan raja-raja kecil yang merasa lebih berkuasa daripada presiden. Mungkin tingginya angka golput di setiap pilgub di seluruh provinsi di Indonesia menjadi logika pembenaran bahwa zaman Pak Harto dulu lebih enak. Bagi masyarakat yang gandrung masa Pak Harto juga merekonstruksi fakta bahwa tata hubungan bermasyarakat dan berbangsa lebih enak dulu daripada sekarang. Dalam kurun waktu 20 tahun pemerintahan Pak Harto (1978-1998), jarang terjadi keributan antar suku, antargeng, antarpreman apalagi antar kampung, tawuran pelajar, pembakaran masjid, sampai soal teroris. Premanisme, anarkisme, brutalisme pada zaman Pak Harto jelas ”digebug” (istilah yang dipakai Pak Harto dulu) dan diproses sekalipun dilakukan secara tertutup. Sedangkan tindakan vigilante (pembangkangan sipil) pasti ditangani secara represif. Pada masa Pak Harto juga ada korupsi. Tetapi, mungkin dipaksa bungkam atau entah sebab yang lain. Yang jelas, korupsi tidak vulgar, tidak terjadi secara masif dan “berjamaah” atau bergerombolan seperti saat ini. Zaman sekarang justru menjadi lebih enak bagi koruptor karena sekalipun tertangkap tangan masih bisa dengan enak tersenyum dan melambaikan tangan. Vonis pidananya amat ringan, bahkan dengan berbagai dalil koruptor
[FOTO: ISTIMEWA]
44
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
bisa bebas atau setidaknya tidak tidur di penjara. Banyak kaum muda seusia Gayus H Tambunan yang lihai bermain jurus-jurus korupsi. Ukuran enak di zaman Pak Harto tentu soal ekonomi dan kebutuhan sandang. Harga dan bahan-bahan kebutuhan pokok relatif aman, terjamin dan terkendali. Meskipun penghasilan rata-rata pada masa Pak Harto masih kecil, namun dibandingkan dengan harga-harga masih terjangkau. Kondisi itu terbalik dengan sekarang. Meskipun gaji dan penghasilan rata-rata sudah naik, ternyata lebih besar lagi kenaikan harga-harga sehingga daya beli rupiah terhadap kebutuhan pokok menjadi lemah. Pada zaman Pak Harto posisi Indonesia dalam soal hubungan dalam kawasan regional maupun internasional disegani kawan dan lawan. Indonesia saat itu memiliki politisi dan negarawan ulung yang dikenang sepanjang masa oleh kawan dan lawan baik di dalam maupun luar negeri. Tidak seperti sekarang, negara menghadapi ancaman separatisme dalam negeri dan pelecehan oleh negara tetangga. Penerus Pak Harto Tanggal 8 Juni merupakan hari kelahiran Presiden RI kedua yaitu HM Soeharto. Perayaan ulang tahun ke 92 Pak Harto tahun 2014 ini juga menandai rasa syukur atas keberhasilan Siti Hediati Hariyadi, SE atau dikenal dengan Mbak Titiek Soeharto melenggang ke Senayan sebagai anggota parlemen. Kehadiran penerus Pak Harto ini mengundang harapan rakyat banyak, khususnya masyarakat Yogya agar aspirasi mereka khususnya wong cilik bisa lebih didengar pada kepemimpinan era baru hasil Pilpres 2014. Mbak Titiek yang juga Ketua DPP Partai Golkar Bidang Tani Nelayan ini mengaku sebenarnya enggan mengomentari fenomena “Piye Kabare”. Namun menurutnya, jika mau jujur, masyarakat memang pantas merindukan zaman kepemimpinan Soeharto. “Bayangkan saja, sekarang ini harga daging melejit. Demikian juga harga kedelai terus naik. Bagi rakyat kecil, ini pasti pukulan berat. Jadi, masyarakat merasa zaman Orba lebih baik,” cetusnya. Dia menegaskan, slogan itu bukan rekayasa dari keluarga Cendana, melainkan datang dari kalangan masyarakat sendiri yang menginginkan hidup tenteram seperti saat Soeharto berkuasa. “Saya justru terkejut mendapati fakta tiba-tiba masyarakat banyak yang kembali mengelu-elukan bapak (Soeharto). Masyarakat sengaja membuat kaus, stiker dan
sebagainya yang intinya memuji mendiang Bapak,” ujar Mbak Titiek. Titiek Soeharto meyakini, masyarakat sekarang sudah mulai terbuka matanya menyikapi fakta yang terjadi setelah Soeharto tidak berkuasa. “Dulu ayah di caci maki dan saya kira itu ulah sejumlah kalangan yang berhasil meluaskan provokasi. Kini buktinya setelah masyarakat merasakan hidup di era baru, sosok Soeharto kembali dinantikan,” tegasnya. Titiek Soeharto juga mewarisi Presiden Soeharto dalam upaya menghargai penjaga-penjaga kultural Nusantara yang di antaranya para pemimpin pondokpondok pesantren, komunitas-komunitas kreatif, maupun tokoh-tokoh kultural lainnya. Tanpa diiringi publisitas, Titiek Soeharto tidak jarang berada di tengah-tengah komunitas itu untuk memberi support kepada masyarakat dan para tokoh-tokoh kultural untuk berjuang membangun masyarakatnya. Melalui kinerjanya di parlemen nanti, Titiek berjanji ingin mengembalikan swasembada pangan, kedaulatan pangan di tangan rakyat dan tidak lagi tergantung kepada impor yang justru merugikan petani. “Tanah pertanian kita sangat luas dan subur. Harus ada keberpihakan kepada rakyat agar kedaulatan pangan dapat diraih kembali,” ujarnya. Slogan ampuh Berawal dari jalanan Yogyakarta, “Piye Kabare” menjadi gaung nasional. Dari sebuah kalimat biasa dalam kaus, lalu muncul stickernya di mana-mana yang ditawarkan oleh banyak orang di lampu merah hingga menjadi tagline di baliho serta spanduk kampanye sejumlah caleg parpol. Pencetus kalimat tersebut bisa jadi sedang membandingkan dengan zaman Soeharto lengkap dengan senyuman dan lambaian tangan yang khas. Ia hanya ingin mempersonifikasikan sebuah zaman yang terasa nyaman yakni Orde Baru. Diakui banyak pihak, slogan ini muncul di masa, tempat dan waktu yang tepat. Masa di mana rakyat kecil semakin terhimpit dengan harga pangan, BBM dan didekap sejumlah masalah sosial serta terorisme. Berada di tempat yang tepat yakni Yogyakarta yang memiliki keterikatan nyata dan kuat dengan Soeharto. Lalu berada di waktu yang tepat yakni di ujung pemerintahan mendekati Pemilu. Hingga saat ini, bagi sebagian besar rakyat Indonesia yang pada waktu itu kelahiran
tahun 70-an sudah dewasa – berumah tangga – merasakan betapa enaknya hidup di era kepemimpinan beliau. Mencari nafkah mudah dan rupiah sungguh tinggi daya belinya. Bahan makanan mudah diperoleh dan murah, karena suksesnya swasembada pangan. Sandang (pakaian) dan Sembako di produksi secara lokal. Era 1990-an Indonesia, di bawah pimpinan Soeharto merupakan ‘Macan Ekonomi Asia’. Tidak ada rasa was-was saat berpergian dengan angkutan umum, darat, laut mau pun udara, baik pada siang hari hingga malam hari, bahkan sampai subuh. Ongkos bus, kereta api, angkutan pinggir kota sangat murah, terjangkau oleh masyarakat kalangan ekonomi lemah. Karena para penjahat – pelaku kriminal – ditindak tegas. Setiap tahun, tidak ada perselisihan tentang penetapan: awal Ramadhan, Iedul Fitri dan Iedul Adha, semua golongan Islam serempak melaksanakan lebaran bersama. Tidak ada golongan Islam yang berani ngeyel dengan penetapan tersebut. Pantas saja bila masyarakat mulai sadar dan rindu akan kepemimpinan Soeharto yang sederhana dan merakyat, jauh dari hiruk pikuk kaum politisi yang mengejar ambisi untuk kepentingan sesaat. Adalah sesuatu hal yang hilang dari akhlaq para pemimpin kita di era Reformasi, yang sudah berjalan lebih 14 tahun, namun gagal mengembalikan kejayaan Indonesia sebagai Macan Asia. Semoga pemilihan presiden 2014, tepatnya tanggal 9 Juli 2014 mendatang memberi harapan baru bagi jutaan rakyat Indonesia menjadi sejahtera, seperti yang diimpikan para pendiri bangsa ini. RW/berbagai sumber
Kedekatan Pak Harto dengan keluarga Indonesia saat masih menjabat Presiden RI kerap didambakan keluarga-keluarga Indonesia saat ini. [FOTO: HNUR]
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
45
KOLOM KHUSUS
Prof Dr Haryono Suyono*)
Menyongsong Hari Keluarga Nasional Dalam suasana pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI untuk memimpin pembangunan bangsa dan negara tercinta ini, BKKBN dan rekan-rekan kerjanya dari seluruh Indonesia pada tanggal 14 Juni konon akan memusatkan Peringatan Hari Keluarga Nasional ke XXI di Surabaya. Direncanakan Peringatan Hari Keluarga Nasional kali ini dihadiri oleh Presiden SBY, yang secara kebetulan beliau adalah anak mantan Kepala BKKBN Kabupaten Pacitan.
Momentum Hari Keluarga patut menjadi renungan bahwa pembangunan keluarga harus menjadi keterpaduan pengaturan jumlah anak terpadu dengan pembangunan seluruh anggotanya secara paripurna, meningkatkan kesehatan anak dan ibunya. [FOTO: ADE S]
46
K
EHADIRAN Presiden diharapkan bisa dijadikan momentum untuk mengingatkan kita semua bahwa pembangunan akan efektif apabila pemeran dan penerima pembangunan itu, yaitu keluarga, dipersiapkan melalui usaha pemberdayaan yang paripurna. Pemberdayaan itu dimulai melalui ajakan mengatur keluarga dengan jumlah anak secara ideal, dua orang saja, laki-laki atau perempuan sama saja. Selanjutnya, kedua anak itu dipelihara kesehatannya, di kirim ke sekolah sejak dini, diberdayakan secara sungguh-sungguh agar dengan semangat tinggi bisa bekerja atau membuka usaha serta didukung dengan lingkungan hidup yang sehat dan menye-
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
nangkan sehingga setiap anak tumbuh dalam suasana aman dan tentram. Keluarga menjadi sasaran pembangunan yang makin cerdas karena anak-anaknya, dalam proses pembangunan, secara bertahap tumbuh menjadi pelaku pembangunan yang paripurna. Pembangunan akan bergerak dalam dukungan masyarakat yang cerdas karena berada dalam suasana yang nyaman dengan harapan masa depan yang cerah dan lebih pasti. Oleh karena itu, kita gembira bahwa akhirnya moto dan judul Peringatan kali ini dikembalikan sebagai Peringatan Hari Keluarga Nasional, karena pembangunan keluarga perlu menjadi prioritas nasional yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Kita mengetahui bahwa tanggal 29 Juni secara simbolis mengacu pada peristiwa di mana keluarga Indonesia yang berjuang di gunung, desa dan kampungkampung, pada tanggal 29 Juni 1949, secara simbolis, setelah berhasil kembali merebut Ibukota RI yang diduduki Kolonial Belanda, berkumpul kembali dengan keluarganya. Setelah proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, pada bulan 19 Desember 1948, Belanda melakukan serangan ke Ibukota RI, pada waktu itu mengungsi ke Yogyakarta. Memenangi agresi itu, Belanda menyatakan bahwa RI yang diproklamasikan sebagai Negara merdeka sudah tidak ada lagi. Sejak itulah tentara, rakyat dan
pemuda pejuang di seluruh Indonesia melakukan perang gerilya untuk merebut kembali Ibukota RI sebagai simbul kebanggaan bersama. Perjuangan yang gigih di semua lini lapangan itu, antara lain berhasil merebut Ibukota RI pada tanggal 1 Maret 1949 selama enam jam. Mulai saat itu gerilya tentara dan pejuang muda bangsa tidak henti-hentinya melakukan perlawanan gerilya sehingga pada tanggal 22 Juni 1949 Kolonial Belanda menyerah dan mengembalikan Ibukota RI kepada Indonesia. Pada tanggal 29 Juni 1949, secara resmi Ibukota RI diserah terimakan kepada Pemerintah RI. Bersamaan dengan hari yang bersejarah itu, berbondong-bondong keluarga, lengkap dengan anak cucunya yang mengungsi di desa, pegunungan dan tempattempat sembunyi, kembali ke rumah masingmasing berkumpul dengan sanak keluarga lainnya, menangis gembira, dan menyiapkan diri untuk membangun kembali keluarga yang berantakan karena gangguan musuh yang memporak porandakan segala sesuatu yang ada dalam keluarganya. Secara sungguh-sungguh pemerintah mulai menata pemerintahan dengan berusaha keras mempersatukan anak bangsa yang dipecah dengan politik devide et empera, saling curiga siapa pernah ikut Kolonial Belanda, siapa yang tetap berjiwa Republiken dan berjuang bersama rakyat dengan segala penderitaannya. Kecurigaan antar sesama anak bangsa tidak mudah dihapuskan sehingga pemerintahpun jatuh bangun karena tidak dipercaya rakyat atau tidak bisa menawarkan program untuk rakyat yang sedang berusaha keras melepaskan diri dari penderitaannya. Sambil menunggu pemerintah mencari jalan yang terbaik untuk membantu membangun kesejahteraan keluarga, rakyat membangun dalam kesederhanaan. Rakyat menghitung anak dan cucunya yang hilang karena gugur dalam perjuangan. Anak muda yang menunda pernikahan karena adanya gejolak bangsa tiba-tiba berani menikah dan cepat mempunyai anak. Hari Keluarga Nasional kali ini, 29 Juni 2014, mempunyai kemiripan dengan peristiwa di tahun 1950-an. Keluarga Indonesia, dalam suasana reformasi merasa mendapat “kebebasan”. Boleh ber-KB dan boleh tidak ber-KB. Dua anak lebih baik yang diterjemahkan sebagai dua anak lebih..., baik-baik saja. Keluarga yang tiba-tiba merasa mendapat
kesempatan “reformasi” berlomba menikah pada usia relatif muda dan segera mempunyai anak dengan jumlah tidak terbatas. Rakyat yang belajar demokrasi sebagai kebebasan cenderung kembali mempunyai anak tanpa batas. Kementerian Kesehatan yang dulu mengajak dokter dan bidan terjun ke desa menolong rakyat secara langsung untuk tetap sehat diacarakan menunggu “penduduk sakit” di Klinik dan Puskesmas. Rakyat tidak diajak untuk mempersiapkan diri untuk tetap sehat tetapi diiming-imingi pengobatan gratis kalau sakit. Petugas KB bukan mengajak keluarga muda segera be-KB tetapi petugas diberi target penggunaan kontrasepsi mantap untuk mendapatkan pujian. Akibatnya peserta KB ratarata usianya tinggi dan jumlah anaknya sudah terlanjur banyak. Momentum Hari Keluarga patut menjadi renungan bahwa pembangunan keluarga harus menjadi keterpaduan pengaturan jumlah anak terpadu dengan pembangunan seluruh anggotanya secara paripurna, meningkatkan kesehatan anak dan ibunya, mengirim semua anak sekolah dan akhirnya menjamin bahwa setiap anak bangsa memperoleh pekerjaan yang wajar atau kesempatan membuka usaha yang baik untuk menjamin masa depan yang lebih baik. *) Penulis adalah Ketua Umum DNIKS, Ketua Umum PB PWRI, mantan Menko Kesra dan Taskin, Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN, sangat mencintai anak bangsanya – www.haryono.com.
Hari Keluarga Nasional kali ini, 29 Juni 2014, mempunyai kemiripan dengan peristiwa di tahun 1950-an. Keluarga Indonesia, dalam suasana reformasi merasa mendapat “kebebasan”. Boleh ber-KB dan boleh tidak ber-KB. Dua anak lebih baik yang diterjemahkan sebagai dua anak lebih..., baikbaik saja.
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
47
PENDIDIKAN
Rakor Posdaya Wilayah Jawa Tengah I di Undip
Persiapkan Lomba Posdaya Tingkat Wilayah Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Diponegoro dan Yayasan Damandiri menyelenggarakan Rapat Koordinasi (Rakor) Posdaya Wilayah Jawa Tengah I di Gedung Widya Puraya LPPM Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, pada 3 Juni 2014. Dalam acara Rakor dipaparkan hasil capaian yang sudah dilakukan LPPM perguruan tinggi di wilayah Jawa Tengah I selama periode tahun 2013. Dalam kesempatan itu juga membahas target dan capaian untuk tahun 2014 serta mempersiapkan lomba Posdaya pada tingkat wilayah.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan rombongan saat sharing program Posdaya dengan Ketua LPPM Undip Semarang, Jawa Tengah. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
48
S
ELAIN membahas target dan capaian untuk tahun 2014, serta mempersiapkan lomba Posdaya pada tingkat wilayah dilanjutkan sampai tingkat regional, dan puncaknya pada tingkat nasional bertepatan dengan peringatan ulang tahun Yayasan Damandiri ke-19 tahun 2015. Hadir dalam Rakor tersebut Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Ketua LPPM Universitas Diponegoro Prof Dr Ocky Karna Radjasa, MSc, Konsultan Posdaya Wilayah Jawa Tengah I Wien Sukarsi. Ketua LPPM Universitas Diponegoro Prof Dr Ocky Karna Radjasa, MSc dalam sambutannya mengatakan, ini merupakan Rapat Koordinasi yang kedua untuk tahun 2014. “Kami siap untuk berkoordinasi dan berinteraksi dengan teman-teman. Prof Haryono Suyono menyampaikan beberapa hal terkait dengan kemungkinan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam bidang pesisir dan laut, kami siap membantu agar program itu
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
bisa berjalan bersamasama dengan mitra LPPM perguruan tinggi Jateng Wilayah I. Mudah-mudahan kita dapat menghasilkan titik temu untuk mendukung program kita dalam rangka memberdayakan masyarakat,” urainya. Sementara itu Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dalam paparannya mengungkapkan, “Posdaya kita ini pada kegiatan Kuliah Kerja Nyata tidak saja mendatangi Posdaya yang ada tetapi juga membentuk Posdaya yang ada. Karena instruksi Presiden nomor 3 tahun 2010 mestinya harus selesai pada tahun 2015. Apa yang menjadi ciri MDGs? Ciri MDGs baru pada tahun 2015 adalah penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga. Jadi semua kegiatan kita itu diukur dari partisipasi keluarga, lalu pemberdayaan masyarakat, dan munculnya usaha mikro dan kecil jadi bukan usaha besar.” Prof Haryono menyatakan bahwa dirinya ingin berbagi kepada semua pihak, terutama di wilayah Jawa Tengah I bagian utara. “Karena beberapa waktu yang lalu saya bersama Rektor Undip dan Rektor Unes telah diterima oleh Gubernur Jawa Tengah Bapak Ganjar Pranowo. Beliau sangat tertarik dengan usaha kita bahkan siap untuk mendeklarasikan kegiatan Posdaya di seluruh Jawa Tengah. Gubernur menghendaki agar daerah-daerah yang sangat kumuh itu mendapat prioritas yang sangat utama. Saya katakan kalau daerah yang kumuh itu mendapat perhatian maka
selama lima tahun daerah yang sangat kumuh itu belum akan selesai,” paparnya. “Seperti orang ujian,” katanya. “Kalau soalnya 100, kalau kita konsentrasi dalam waktu satu jam atau dua jam ujian itu soal yang paling sukar pasti kita tidak lulus. Karena soal yang sukar itu walau kita kerjakan satu atau dua jam belum tentu selesai. Saya ingin membagi kepada saudara-saudara prinsip itu sebagai gerakan untuk membangun Posdaya,” urai pria kelahiran Pacitan, 6 Mei 1938. Menurut mantan Menko Kesra dan Taskin era Presiden BJ Habibie ini, apa yang menjadi sasaran di tahun 2014 adalah membentuk, membina dan mengisi Posdaya. Karena Posdaya itu seperti juga gerakan bisa muncul dan mudah hilang. Sehingga pembentukan Posdaya pada tingkat pertama adalah mengganti Posdaya yang istirahat atau non aktif. Kemudian harus menambah jaringan yang lebih luas agar pelayanannya lebih luas. Karena ukuran keberhasilan dari nilai-nilai MDGs atau HDI (Human Development Index) itu adalah banyaknya yang ikut bukan kualitas. Dengan banyaknya yang ikut itu maka nilai HDI itu bagus. Yang ketiga adalah mendekatkan pelayanan kepada keluarga. Berikutnya menampung keinginan masyarakat untuk mandiri. Prof Dr Haryono Suyono juga mengatakan, “KKN mahasiswa dan dosen pembimbing kita harapkan setiap kali menjajaki setiap desa siapa yang pantas menjadi pengurus Posdaya. Kemudian secara serentak dilakukan rapatrapat yang diatur oleh dosen pembimbing maupun mahasiswa untuk membentuk Posdaya. Jaringan yang ada di KKN di pedesaan harus diperluas. Kita arahkan peresmian itu dilakukan oleh bupati, kalau tidak oleh camat, kalau tidak bisa lagi oleh lurah, kalau tidak bisa juga oleh mahasiswa
KKN. Supaya kita tidak dianggap orang asing dengan adanya Posdaya di desa, oleh karena itu kalau kita memberikan program-program tidak dianggap saingan. Oleh karena itu sebaiknya program-program itu diresmikan atau diketahui oleh pejabat yang ada di daerah,” imbuhnya. Pada waktu kita datang ke suatu desa membawa program-program Posdaya, dalam pidato kita boleh mendengarkan aspirasi masyarakat tetapi tidak perlu seluruh aspirasi itu dipenuhi. Yang dipenuhi adalah aspirasi yang cocok dengan indikator untuk lulus. Dalam hal ini lulus MDGs, lulus Human Development Index (HDI). Dosen dan mahasiswa dalam waktu enam bulan konsentrasi di samping membentuk dan membina Posdaya adalah mengisi program-program dengan pendekatan yang lebih solid dan pendekatan-pendekatan pendampingan. “Dalam proses itu apa yang kita siapkan untuk lomba Posdaya. Lomba Posdaya itu menyangkut pembentukan, perluasan ke desa sekitar, partisipasi pemda dan jajarannya, pengisian di bidang kesehatan dan juga wirausaha serta partisipasi lembaga keuangan dari lingkungan-lingkungan Posdaya di desa,” katanya. SUL/DH
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menyampaikan paparan program Posdaya di hadapan peserta Rakor Posdaya Wilayah Jawa Tengah I.
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
49
PENDIDIKAN
Dari Kongres Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan II di UGM Yogya
Perlu PP tentang Aktualisasi Pancasila Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta belum lama ini mengadakan Kongres Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan II dengan tema ”Memperkokoh Format Pendidikan Nasional yang Berkepribadian dan Berlandaskan Pancasila di Era Global”, di Balai Senat Universitas Gajah Mada (UGM) Bulaksumur, Yogyakarta. Acara yang berlangsung hangat itu dibuka oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono IX, dan tampil pembicara Prof Dr Haryono Suyono dari Yayasan Damandiri, Ketua Umum Majelis Luhur Taman Siswa Prof Dr Sri Edi Swasono serta sejumlah pakar lainnya.
Kongres Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan II berlangsung di Balai Senat Universitas Gajah Mada (UGM) Bulaksumur, Yogyakarta, saat dibuka oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono IX. [FOTO-FOTO: DEDE H]
50
M
ENURUT Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, berbeda jauh dengan suasana zaman Ki Hajar Dewantara, pada hari ini hampir semua jenjang pendidikan telah ada di Indonesia. Pada tingkat dasar, pemerintah telah menetapkan bahwa fasilitas pendidikan anak usia dini perlu diadakan di semua desa. “Oleh karena itu, jajaran pemerintah pada tingkat kabupaten dan kota sedang berusaha agar tidak saja fasilitas itu ada tetapi dilengkapi guru, sarana serta kurikulum yang baku agar anak didik suka bersekolah dan memperoleh pengayaan serta bisa melanjutkan dengan mulus ke tingkat pendidikan dasar selanjutnya,” ucap Menko Kesra dan Taskin era Presiden BJ Habibie ini di hadapan ratusan peserta kongres pada 5 Mei 2014 lalu. Pada tingkat pendidikan SD, SMP dan SMA partisipasi anak didik mendapat perhatian yang tinggi, karena masih terjadi bahwa makin tinggi tingkatannya, makin kecil partisipasinya.
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
Karena itu, lanjut Prof Haryono, dengan berbagai cara dicari upaya pemecahannya, antara lain dengan mengeluarkan anggaran bantuan untuk sekolah agar semua anak didik tidak terpaksa keluar di tengah jalan karena harus membantu orangtua bekerja di sekitar rumah atau sawah ladang. “Hanya sayangnya pengelolaan pendidikan tingkat dasar itu, dalam proses otonomi daerah, diserahkan kepada setiap daerah. Karena “kekayaan daerah” dalam bentuk APBD berbeda-beda, dukungan pemerintah daerah juga berbeda-beda. Akibatnya, pemerataan pendidikan dengan mutu yang wajar pada tingkat dasar tidak terjadi. Fasilitas pendidikan, yang menyangkut dukungan guru upaya peningkatan kualitasnya tidak terjamin pemerataannnya. Pada kabupaten dan kota dengan tingkat pendapatan tinggi, Pemda bisa memberikan dukungan yang maksimal. Tetapi di daerah dengan tingkat pendapatan rendah, tidak mungkin diberikan dukungan yang memadai,”ucapnya, yang acara itu dihadiri Rektor UGM Prof Dr Pratikno, Soc, Sc. Contoh yang sangat jelas adalah program sertifikasi guru. “Ada kejadian pada 10 kabupaten di Jawa Barat, ternyata sertifikasi guru menghasilkan ratusan guru yang tidak lulus sertifikasi, Akibatnya guru-guru itu seperti kehilangan kredibilitasnya, di samping itu juga tidak diperoleh jaminan pendapatan yang memadai. Karena di daerah yang pendapatannya rendah, guru-guru belum lulus, dan bisa
mengikuti kursus tambahan, tidak memperoleh kesempatan mempersiapkan diri mengikuti kursus, dan akhirnya terkatungkatung, biarpun sudah tahunan mengajar tidak lulus juga dalam sertifikasi,” dalihnya. “Dalam kondisi seperti itu kita melihat bahwa perjuangan bangsa sudah semakin kompleks. Sejak zaman perjuangan Ki Hajar Dewantara keadaan dunia sudah sangat berubah. Keadaan umum bangsa Indonesia juga sudah semakin maju. Tingkat pendidikan juga semakin maju. Bahkan, biarpun kualitas pendidikan belum merata, rakyat sudah hampir bisa menikmati pendidikan dasar yang makin merata,” papar Prof Haryono, yang ke UGM Yogya bersama Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi beserta rombongan dari Jakarta. Ia mengungkapkan, lebih dari separo sudah menikmati pendidikan menengah atas. Sisa-sisa anak didik yang belum mengenyam pendidikan dasar dan menengah sedang digarap dengan intensif di seluruh pelosok tanah air. Anak-anak muda makin banyak yang berhasil memasuki jenjang pendidikan tinggi pada berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Revolusi Kultural Sebelumnya, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang membuka kongres pendidikan ini mengatakan, dewasa ini dijumpai semakin banyak warga masyarakat yang bersikap sinis, melecehkan kekuatan bangsa, serta menjauhkan diri dari nilai-nilai Pancasila. Pendidikan Pancasila di lembaga pendidikan dianggap gagal dalam memperbaiki kondisi masyarakat. Terbukti banyak yang terjebak dalam perilaku penyimpangan dan kejahatan kerah putih. Organisasi sosial dan politik hampir tak pernah membicarakan aktualisasi nilainilai Pancasila, karena politik lebih ditujukan untuk mencapai kekuasaan dan kekayaan. ‘ “Bahkan banyak oknum elite yang secara sistematis menjauhkan diri dan menolak Pancasila, karena sudah menganut paham asing yang dianggapnya lebih relevan. Pancasila diterima hanya sebagai alat (tool) saja. Mereka memiliki sikap yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Gaya hidup liberal telah berkembang dan menjadi bagian dari hubunganhubungan sosial. Paham individualisme dan hedonisme semakin kuat dan menjadi ancaman bagi pola kehidupan bangsa yang berbasis spiritual dan kultural. Ternyata, di negara Pancasila juga berdiri sebuah enclave ideologi kapitalisme-
liberal yang justru berseberangan dengan Pancasila,” ungkap Sri Sultan. Ia menilai, peminpin dan elite bangsa jarang menjadi tokoh figuratif pemberi teladan dalam mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila. Ada kesenjangan antara moralitas dengan perilaku. Menampilkan diri sebagai sosok moralis, namun menjadi pelaku korupsi uang rakyat. Tindak kejahatan KKN yang sejak awal reformasi harus disingkirkan tidak lagi dinyatakan sebagai sesuatu yang buruk, kotor, dan bertentangan dengan ajaran agama. Banyak kaum elite tidak menyesal dan merasa malu akan perbuatannya, karena tindakan bertanggung jawab bukan zamannya lagi, dan memandang Tuhan YME tidak akan memerlukannya. Bahkan bahwa Tuhan pun dikiranya dapat ditukar dengan uang. Kesemuan makna telah berkembang di berbagai lini kehidupan. Bahkan, lanjutnya, kaum intelektual pun ikut terjebak pada kesemuan berkomitmen terhadap kebenaran, kebaikan, kejujuran dan keadilan. Sejumlah Profesor, doktor, dan magister ikut tejebak ke dalam kesemuan makna-makna kehidupan dan moralitas, sehingga mereka harus mendekam di dalam penjara. “Kita perlu melakukan revolusi kultural untuk menghambat masuknya dampak negatif budaya global. Diperlukan kejernihan pikiran, kejujuran, keikhlasan, dan kesiapan berkorban untuk mengembalikan nilai-nilai moral Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” dalih Gubernur DIY ini.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono IX, bersama Prof Dr Haryono Suyono dari Yayasan Damandiri, Ketua Umum Majelis Luhur Taman Siswa Prof Dr Sri Edi Swasono serta Rektor UGM Prof Dr Pratikno, Soc, Sc dan sejumlah pakar lainnya.
Aktualisasi Pancasila Dalam kesempatan itu Sri Sultan Hamengku Buwono IX menguraikan, aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua hal yaitu aktualisasi obyektif dan subyektif. Aktualisasi Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
51
Suasana Kongres Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan II dengan tema ”Memperkokoh Format Pendidikan Nasional yang Berkepribadian dan Berlandaskan Pancasila di Era Global”, di Balai Senat Universitas Gajah Mada (UGM) Bulaksumur, Yogyakarta.
52
obyektif atau institusionalisasi ditujukan pada kelembagaan negara, legislatif, eksekutif dan yudikatif. Mated aktualisasinya secara yuridisformal dikenakan pada bidang-bidang politik, ekonomi, dan hukum, terutama penjabarannya dalam undang-undang, haluan negara, pemerintahan, pertahanan keamanan, pendidikan, sosial budaya, dan bidang-bidang lainnya. Aktualisasi subyektif, menurutnya, adalah internalisasi nilai-nilai Pancasila, agar menjadi perilaku bagi setiap individu dalam aspek moral. Aktualisasi subyektif ditujukan bagi warganegara biasa dan aparat penyelenggara negara, terutama kalangan elite politik dan pemerintahan’. “Sesungguhnya ideologi Pancasila memuat tiga tataran nilai-nilai (values). Pertama, nilai dasar, bersifat abstrak dan tetap, yang terlepas dari pengaruh perubahan waktu dan tempat dengan kandungan kebenaran bagaikan aksioma. Dari segi kandungan nilainya, nilai dasar berkenaan dengan eksistensi sesuatu yang mencakup cita-cita, tujuan, tatanan dasar dan ciri khasnya, yang bersumber dari para Pendiri Negara, terutama dari Penggali Pancasila, Bung Karno,” ucapnya. Kedua, tambah Sri Sultan, nilai instrumental, nilai kontekstual yang merupakan penjabaran nilai dasar, sebagai arahan untuk kurun waktu dan kondisi tertentu. Nilai instrumental ini harus disesuaikan dengan tuntutan zaman. Namun harus tetap mengacu pada nilai dasar sebagai sumbernya. Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif-dinamik dalam bentuk-bentuk baru dalam batas-batas nilai dasar yang dimungkinkan. Dari kandungan isinya, nilai instrumental merupakan kebijakan, strategi, organisasi, sistem, rencana, atau program yang menindaklanjuti nilai dasar tersebut. Lembaga negara yang berwenang menyusun nilai
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
instrumental ini adalah MPR, Presiden, dan DPR. Ketiga, nilai praksis, terkandung dalam kenyataan sehari-hari, berupa cara bagaimana rakyat mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila. Dari segi kandungan isinya, nilai praktis merupakan gelanggang pertarungan antara nilai-nilai ideal dan aktual. Dan, sesungguhnya pada nilai praksislah ditentukan tegak atau tidaknya nilai dasar dan nilai instrumental itu. Ringkasnya bukan pada rumusan abstrak, dan bukan juga pada kebijakan, strategi, rencana, atau program terletak batu ujian terakhir dari nilai yang dianut, tetapi pada kualitas aktualisasinya di lapangan. “Untuk sebuah ideologi, yang paling penting adalah bukti pengamalannya atau aktualisasinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bemegara. Suatu ideologi dapat mempunyai rumusan yang ideal dengan ulasan yang logis serta konsisten pada tahap nilai dasar dan nilai instrumentalnya. Akan tetapi, jika pada nilai praksisnya rumusannya tidak dapat diaktualisasikan, maka ideologi tersebut akan kehilangan legitimasi,” dalih Hamengku Buwono IX ini. Tantangan terbesar bagi suatu ideologi, menurut Gubernur DIY ini, adalah menjaga konsistensi antara nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praksisnya tersebut. Untuk menjaga konsistensi dalam mengaktualisasikan niiai Pancasila ke dalam praktik, maka Pancasila formal yang abstrak-umum-universal itu perlu ditransformasikan menjadi rumusan Pancasila yang riil-spesifik-kolektif, bahkan bersifat individual. “Artinya, Pancasila menjadi sifat-sifat dari subyek kelompok dan individu, sehingga menjiwai perilaku dalam lingkungan praksisnya di bidang kenegaraan, politik, dan kehidupan pribadi. Driyarkara menjelaskan proses pelaksanaan ideologi Pancasila dengan gambaran gerak transformasi Pancasila formal sebagai kategori tematis (berupa konsep, teori) menjadi kategori imperatif (berupa norma-norma) dan kategori operatif (berupa praktik hidup),” jelasnya. “Mengingat betapa arti pentingnya internalisasi dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila agar menjadi ideologi yang hidup (living ideology), dan light star yang memandu kehidupan masyarakat-bangsa, tampaknya diperlukan adanya Peraturan Pemerintah (PP, red) tentang Aktualisasi Pancasila,” ungkap Sri Sultan Hamengku Buwono IX panjang lebar. DH
PENDIDIKAN
Damandiri Rangkul Universitas Trilogi Sukseskan CoopTV Informasi tentang koperasi sekarang bisa disaksikan masyarakat luas di stasiun CoopTV. Televisi khusus koperasi ini sudah mengudara sejak 15 April 2014 lalu. Tujuannya untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya gerakan koperasi. Terutama dalam menghadapi ekonomi terbuka ASEAN tahun 2015 nanti, akan terjadi persaingan antarnegara, antarunit usaha.
“K
ALAU kita tidak menyiapkan diri dari sekarang, akan menjadi bangsa pecundang permanen. Kita sering saksikan betapa besarnya kesempatan tapi betapa lemahnya kemampuan memanfaatkan kesempatan hingga kesempatan itu hilang. Artinya penyadaran pada masyarakat tentang pentingnya wirausaha menjadi lebih dipertimbangkan,” ungkap Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan, saat meresmikan peluncuran CoopTV. Dia juga berharap Coop TV bisa menampilkan kisah-kisah sukses untuk menjadi inspirasi pelaku ekonomi lain sehingga bisa menggerakkan masyarakat menghadapi persaingan masa depan. “Saya doakan televisi ini bisa mendapat sambutan masyarakat, bisa berkembang, menjadi
instrumen penceramah bagi ekonomi bangsa, menjadi bangsa mandiri, bermartabat. Kita semua harus bangkit menyongsong keterbukaan ekonomi.” Di sela acara peluncuran yang dihadiri ratusan ibu-ibu anggota Induk Koperasi Wanita Indonesi (Inkowapi) ini, juga digelar talk show yang dipandu Ketua Inkowapi Ir Hj Sharmila, MSi, selaku pendiri CoopTV. Sebagai pembicara, hadir Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, anggota DPR/MPR RI Marwah Daud Ibrahim dan Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Adi Sasono. “Antara saya dan Bu Marwah memiliki banyak kesamaan. Bu Marwah sama-sama sekolah di Amerika. Bu Marwah punya program mengatur dirinya sendiri supaya
Penandatanganan naskah kerja sama antara Rektor Universitas Trilogi dengan CoopTV disaksikan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono. [FOTO: RAHMA]
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
53
Menteri Koperasi dan UKM Syarif Hasan saat meresmikan peluncuran CoopTV bersama Ketua Inkowapi Ir Hj Sharmila, MSi.
Banyak tokoh-tokoh perkoperasian Indonesia menghadiri acara peluncuran Stasiun CoopTV.
54
sukses karena tujuannya jelas. Saya belajar, bekerja keras agar bagaimana memberikan waktu dan kepandaian saya untuk orang banyak, yang tidak dapat KUR agar dapat KUR. Persamaan lainnya, Bu Marwah calonkan diri jadi presiden, saya juga. Dan sama-sama tidak terpilih,” ujar Prof Haryono Suyono saat berbicara di hadapan ratusan ibuibu. Demikian halnya, koperasi dengan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Koperasi memiliki lambang peduli kepada tetangganya. Oleh karena itu, bagi mereka yang belum menjadi anggota koperasi harus peduli terhadap tetangganya yang belum mendapat Kredit Usaha Rakyat (KUR) tetapi sudah me-
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
menuhi syarat usaha dan bisa dikontrol Bank BRI. Dikatakannya, Posdaya merupakan prinsip dari koperasi. Yaitu, mereka yang kaya peduli terhadap yang belum kaya. Dalam persatuan itu mulai menetapkan rancangan bahwa hidup itu harus takwa, menguasai budaya bangsa, pancasila dan gotong royong, seperti rumus 2M + 3W yaitu maton (beriman), waras (sehat), wasis (pandai), wareg (kenyang) dan mapan. Ia juga menyambut baik keberadaan CoopTV yang dipelopori oleh koperasikoperasi wanita. “Untuk pertama kalinya kaum ibu memiliki media komunikasi. Media yang penuh kekuatan akan memberikan satu kesempatan untuk mengadakan dialog, pendidikan dan pelatihan, untuk memamerkan produk-produknya melalui media televisi. Oleh karena itu sejak hari ini para pengasuh koperasi harus berani tampil dengan tangguh. Karena televisi berbeda dengan radio. Radio hanya didengar suara, tidak bisa lihat muka, senyum, televisi akan menangkap muka kita,” imbaunya. Koperasi, kata Prof Haryono Suyono, memerlukan syarat yang akan menempatkan seluruh anggota sebagai sahabat yang bekerja secara gotong royong. Koperasi tidak memperlakukan anggotanya sebagai bawahan tapi mitra yang sangat dipercaya. “Oleh karena itu koperasi sebagai lembaga ekonomi kerakyatan adalah lembaga yang falsafah dasarnya gotong royong, peduli terhadap anggotanya, lembaga yang kalau bisa sejak awal untungnya sudah dibagi langsung kepada anggotanya. Jangan menunggu berapa tahun baru membagi sisa hasil usaha (SHU). Sejak awal anggota koperasi harus berani menjual produknya dengan harga murah karena untungnya langsung dibagi anggotanya,” tandasnya. Dalam kesempatan itu ia
juga mengajak Rektor Universitas Trilogi Prof Asep Saefuddin, PhD, untuk menandatangani kerja sama dengan CoopTV. “Dengan demikian, TV ini akan menempatkan saudara-saudara bergabung. Karena dari situ, para dosen berbagai perguruan tinggi di Jakarta yang dikoordinasikan Universitas Trilogi akan menjadi dosen saudara-saudara melalui CoopTV.” Lebih jauh, ibu-ibu penggerak ekonomi ini akan diangkat menjadi mahasiswa melalui CoopTV. Mereka akan diberikan caracara melalui kuliah sederhana sehingga CoopTV akan jadi universitas terbuka untuk para anggota koperasi. “Anggota koperasi yang berhasil bisa tampil untuk memberi kuliah pada temannya. Ajak dan berbagi pada teman-temannya, jangan menunggu Menteri Koperasi, karena hanya 5 tahun menjadi menteri. Sekali punya koperasi akan menjadi koperasi selamanya. Kalau koperasi berhasil, tidak hanya diikuti anggotanya, tapi seluruh cinta kasih rakyat akan bergabung.” Sekilas tentang CoopTV Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan penopang ekonomi Indonesia di masa kini dan mendatang. Keampuhannya sudah teruji. Demokrasi ekonomi bisa terwujud bila koperasi dan UMKM menjadi motor penggerak ekonomi serta pemerintah memberi keberpihakan pada ekonomi kerakyatan. Saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6 persen. Tapi pertumbuhan yang membanggakan itu hanya dinikmati segelintir orang, mengingat rasio juga meningkat 0, 45 persen, angka yang mengkhawatirkan. Memanfaatkan momentum Hari Kartini, Cooptv hadir sebagai penggerak koprasi dan UMKM agar terus maju tumbuh berkembang untuk perekonomian Indonesia yang adil dan merata. Menjangkau seluruh nusantara dan menjadi satu-satunyanya TV Koperasi di Indonesi Guna semakin menyadarkan masyarakat Indonesia tentang keberadaan koperasi dan UKM, Induk Koperasi Wanita Pengusaha Indonesia (Inkowapi) meluncurkan Coop TV yang mengkhususkan diri mengangkat
program inovatif seputar dunia koperasi dan profil pelaku UKM, terutama dari pelosok daerah di Indonesia. “Saya berharap keberadaan televisi ini dapat menjadi media yang membuka mata masyarakat dan pemerintah untuk lebih paham bahwa koperasi dan UKM merupakan kekuatan dahsyat dari sistem perekonomian Indonesia,” kata Ketua Inkowapi Sharmila. Sharmila menambahkan keberadaan Coop TV dapat menjadi sarana edukasi sekaligus kampanye positif pentingnya keberadaan koperasi. Coop TV dapat diakses secara berlangganan dan dilengkapi 32 saluran menarik lainnya. RW
Pemberian cendera mata CoopTV kepada para tokoh yang telah memberi inspirasi lahirnya CoopTV.
POSDAYA KITA Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran kecil. Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran besar. Ada Posyandu, ada BKB, ada PAUD-nya Ade Koperasi, ada BKL, Kebun Bergizi Posdaya, Posdaya, Posdaya milik kita Posdaya, Posdaya, Keluarga Sejahtera. Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
55
ANEKA PERISTIWA
Pimpinan Yayasan Damandiri bergambar bersama jajaran Pemkab Bone Bolango, Gorontalo, dan pimpinan Bank Sulut Cabang Bone Bolango usai penandatanganan MoU di Lt II Gedung Granadi Kuningan, Jakarta. [FOTO-FOTO: MULYONO]
Kabupaten Bone Bolango
Siap Entaskan Kemiskinan melalui Posdaya
K
EBERADAAN Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) terus mendapat perhatian pimpinan pemerintah daerah. Kali ini Pemerintah Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo yang menyatakan siap mengembangkan Posdaya sebagai upaya mengentaskan kemiskinan sekaligus pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) di wilayahnya. Langkah ini diwujudkan Pemkab Bone Bolango bersama Yayasan Damandiri dan Bank Sulawesi Utara (Sulut) Cabang Suwawa, Bone Bolango pada 4 Juni 2014 lalu dengan menandatangani MoU guna mengembangkan Posdaya melalui financial inclusion. Naskah kerja sama pun langsung ditandatangani Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Bupati Bone Bolango Provinsi Gorontalo H Hamim Pou, SKom, MH, dan Kepala Bank Sulut Cabang Suwawa, Bone Bolango Yusuf Husain. Disaksikan pengurus teras Yayasan Damandiri dan Staf Pemkab Bone Bolango. Tak pelak, acara yang berlangsung di Ruang Rapat Yayasan Damandiri, Lantai 11 Gedung Granadi, Jl HR Rasuna Said Blok X – 1 Kav 8 9, Kuningan, Jakarta ini penuh kesan dan makna.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Bupati Bone Bolango H Hamim Pou, SKom, MH (kanan), dan Kepala Bank Sulut Cabang Suwawa, Bone Bolango Yusuf Husain (kiri) saat penandatangan MoU disaksikan Drs FX Riswadi (berdiri) dari Yayasan Damandiri.
56
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
Hadir dalam acara ini Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi, Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Staf Pemkab Bone Bolango dan pengurus Yayasan Damandiri lainnya. Langkah ini sebagai wujud keinginan bersama dari Pemkab Bone Bolango, Yayasan Damandiri dan Bank Sulut Cabang Bone Bolango. untuk saling menunjang dalam pelaksanaan pembangunan bangsa dan Negara Indonesia. Melalui kerja sama ini diharapkan mampu mewujudkan financial inclusion sebagai upaya untuk memperluas akses masyarakat terhadap jasa keuangan. Sehingga diharapkan mampu mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia sekaligus sebagai upaya pencapaian MDGs. Kerja sama ini juga diharapkan mampu meningkatkan dan memperkuat kemampuan keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I terutama yang tergabung dalam kelompok Posdaya. Apalagi mereka yang memiliki usaha produktif diharapkan mudah untuk mengakses sumberdaya ekonomi terutama permodalan. Dan upaya itu kini bisa ditanggulangi melalui Skim Tabungan dan Kredit Pundi Sejahtera atau Skim Tabur Puja Yayasan Damandiri yang segera bisa dimanfaatkan masyarakat Bone Bolango. Selamat! ADE S/HNur
Optimalkan Fungsi Keluarga, Wujudkan Keluarga Berkualitas
G
EBYAR Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (KKBS) yang digelar Badan PemGebyar Keluarga Kecil berdayaan Masyarakat, Bahagia Sejahtera Perempuan dan Keluarga dimeriahkan dengan Berencana (BPMPKB) pembagian hadiah dan Provinsi DKI Jakarta pada doorprize. Minggu pagi, 25 Mei 2014 [FOTO-FOTO: RAHMA] lalu berlangsung meriah. Sekitar 2000 keluarga di seluruh DKI Jakarta tampak memadati Tugu Patung Sudirman untuk mengikuti funwalk (jalan kaki bersama) dalam rangka memperingati Hari Keluarga Nasional (Harganas). Kepala BPMPKB Provinsi DKI Jakarta Dr HR Deded Tak kalah menariknya, Gebyar KKBS ini juga diramaikan Sukandar, SH, MH, bahwa bangunan berkualitas akan ledengan beragam aksi panggung dan hadiah untuk para bih kokoh apabila didukung oleh tiga pilar. Yaitu, keluarga peserta yang telah berpartisipasi memeriahkan acara ini. kecil, keluarga bahagia dan keluarga sejahtera. Kekuatan Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan tiga pilar utama ini sangat dipengaruhi oleh ketahanan dan Keluarga (KPSPK) Badan Kependudukan dan Keluarga kesejahteraannya. Berencana Nasional (BKKBN), Dr H Soedibyo Alimoeso “Salah satu upaya kita membangun tiga pilar ini adalah yang hadir pada saat itu mengaku “kecolongan” karena dengan melakukan gerak jalan bersama,mengajak keluarga BPMPKB Provinsi DKI Jakarta sudah mencuri start. “DKI Indonesia khususnya DKI Jakarta untuk betul-betul meJakarta, salah satu daerah yang sudah mencuri start, sudah manfaatkan moment Harganas diimplementasikan dengan memulai dengan kegiatan funwalk. Saya kira ini bagus pentingnya KB. Dengan adanya keluarga yang direncanakan untuk pemanasan menuju puncak Hari Keluarga Nasional. baik, anak tidak mungkin tawuran, narkoba, karena menPentingnya mencuri perhatian dari Pilpres (pemilihan dapat kasih sayang yang utuh dari orangtuanya. Makanya, presiden) ini, supaya meskipun ada Pilpres, gema Hari hari keluarga itu penting diperingati,” tuturnya. Keluarga ini muncul,” tandasnya. “Kalau tidak kita rem sekarang, kapan lagi. DiperkiKegiatan jalan kaki bersama yang diikuti oleh keluarga rakan tahun 2040 kalau sekarang penduduk Indonesia ada dan remaja se-DKI Jakarta ini, kata Soedibyo, akan dilakukan 230 juta lebih, pada 2040 ada 400 juta. Dari mana? Tidak pula pada puncak peringatan Hari Keluarga Nasional, 29 mungkin orang itu sejahtera kalau tidak dari sekarang. Juni 2014 nanti yang dipusatkan di Kota Surabaya, Jawa Oleh karena itu kita harus mengurangi dalam rangka Timur. “Tiap-tiap peserta akan mengantisipasi ledakan penduduk memakai kostum masing-masing itu.” daerah sehingga makin semarak.” Sedang penduduk DKI Jakarta saat Semarak Harganas ini, lanjut ini jumlah penduduk sekitar 9.607.787 Soedibyo, intinya adalah untuk medan LPP 1,42, maka pertambahan penngingatkan kembali keluarga duduk setiap tahun sekitar 136.430 Indonesia tentang pentingnya fungsi jiwa dengan kepadatan penduduk keluarga diterapkan secara optimal. 14.523 per km2. “Insya Allah KB di “Kita tahu persis keluarga itu bisa meJakarta lebih baik, tapi perlu kita laksanakan fungsinya secara optimal, dorong, kita tingkatkan, kita dorong kejahatan-kejahatan seksual terhadap dan kita beri motivasi lagi,” jelasnya. anak pasti berkurang. Karena keluarga Sesuai tema Harganas XXI tahun melindungi, mengajarkan hal yang 2014, “Dengan Hari keluarga kita baik kepada anaknya. Sehingga ketingkatkan kualitas keluarga menuju mungkinan bisa terhindar dari hal-hal Indonesia yang sejahtera”, dihaseperti itu,” tegasnya. rapkan fungsi keluarga bisa dilaksaDr H Soedibyo Alimoeso Hal senada juga disampaikan nakan secara optimal. RW/HNur Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
57
FORUM KITA
Dr Mulyono D Prawiro *)
Pertandingan Semakin Seru Menjelang Pilpres tahun 2014 yang tepatnya akan digelar bulan depan ini, berbagai persiapan telah dilakukan pemerintah dan KPU agar pelaksanaan Pilpres nanti berjalan dengan lancar dan aman. Para Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden serta para tim suksesnya akhirakhir ini terus-menerus melakukan berbagai upaya pendekatan untuk mempengaruhi hati rakyat agar rakyat mau menjatuhkan pilihan pada pasangan yang diusungnya pada saat Pilpres nanti. Meskipun secara resmi belum diumumkan masa berlakunya kampanye Capres/Cawapres, tetapi secara informal kampanye itu telah dimulai.
Tokoh impian rakyat adalah orang yang lebih mampu, lebih berpengalaman dan lebih memiliki jaringan yang luas baik di dalam negeri maupun luar negeri, bahkan memiliki jaringan sampai ke desa-desa serta memiliki track-record yang mumpuni. [FOTO: ADE S]
P
ILPRES tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, karena calonnya hanya 2 saja, sedangkan Pilpres sebelumnya calonnya cukup banyak, sehingga rakyat memiliki kesempatan untuk memilih capres yang dianggapnya tepat sesuai dengan keinginannya. Untuk Pilpres tahun ini, mau tidak mau kita dihadapkan pada 2 pilihan saja. Impian rakyat untuk mengusung capres di luar Parpol untuk kali ini dianggap tidak mungkin lagi, meskipun sebenarnya ada tokoh lain yang diharapkan rakyat yang lebih mampu, lebih berpengalaman dan lebih memiliki jaringan yang luas di luar negeri, bahkan di dalam negeri jaringannya sampai ke desa-desa dan tentunya memiliki trackrecord yang mumpuni. Karena pilihannya terbatas hanya 2 saja, mau tidak mau, suka tidak suka ya itu yang akan dipilih. Kita tidak bisa berharap lagi pada pilihan yang lain, yang mungkin selama ini kita gadang-gadang untuk 58
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
dijadikan calon pemimpin bangsa. Kalau kita perhatian, upaya yang dilakukan oleh Capres/Cawapres, khususnya oleh tim suksesnya adalah dengan menggunakan sarana media massa, baik televisi maupun media-media lainnya, karena media merupakan alat yang sangat ampuh untuk mempengaruhi hati rakyat. Saat ini zaman sudah semakin modern dan komunikasi sudah semakin meluas sampai ke pelosok desa. Dengan menggunakan media massa, maka informasi dengan cepat bisa sampai ke rakyat yang jauh di pedesaan. Penggunaan media kadangkadang terkesan berlebihan ataupun di luar tata krama dan etika serta kesopanan adat timur. Munculnya kritikan tajam dan saling menjatuhkan lawan politik sehingga terjadi perang media yang luar biasa. Dengan menyodorkan visi dan misi para capres, yang kita tahu semuanya mengarah pada upaya perbaikan taraf hidup rakyat dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat serta membangun Indonesia lebih baik dari sebelumnya. Tidak ada satu visi dan misi pun yang dirasa tidak bagus, semuanya bagus untuk masa depan bangsa dan negara. Namun yang perlu diperhatikan adalah, yang membuat visi dan misi itu adalah tim yang tergabung dalam berbagai disiplin ilmu dan para pakar yang memiliki pengalaman yang sangat luas. Jadi visi dan misi itu bukan capres secara perorangan yang membuatnya, tetapi tim ahli dan tokoh-tokoh kompeten dalam bidangnya masing-masing. Bisa jadi salah satu timnya bisa sama antara yang membuat visi-misi capres yang satu dengan capres yang lain. Jadi kita tidak perlu terkecoh dengan visi dan misi sang capres, dan yang paling penting adalah memilih sesuai dengan hati nurani. Semua capres memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing, tetapi setidak-tidaknya kita telah mengetahui serpak-terjangnya selama ini. Ada yang telah mempersiapkan sejak awal dan ingin menjadi pemimpin bangsa, ada pula yang secara instan lagi naik daun dan tidak mempersiapkan diri sebelumnya tetapi didaulat untuk menjadi calon pemimpin bangsa. Salah satu upaya yang menarik dilakukan oleh para capres adalah menggandeng para artis terkenal, baik artis masa lalu maupun artis yang sedang naik daun untuk dijadikan tim suskes atau penggerak yang handal dan dianggap memiliki massa dan simpatisan yang relatif banyak. Bukan hanya para artis terkenal, tokohtokoh nasional yang selalu tampil di media massa dan dianggap memiliki pengaruh langsung kepada rakyat diajak dan dirayu agar mau bersama-sama mempengaruhi hati rakyat. Tokoh-tokoh agama pun tidak luput dari ajakannya, karena mereka memiliki pengaruh yang luar biasa. Tentunya hal ini dilakukan bukan secara cuma-cuma atau pun dengan cara suka rela, tetapi dengan janji-janji politik yang biasanya dengan deal-deal tertentu dan menggunakan posisi tawar yang menggiurkan. Tidak ada yang namanya gratisan dalam politik, semua memerlukan posisi tawar atau bargaining politik dan agar mendapatkan keuntungan secara politis. Posisi tawar memang diperlukan untuk mendulang dukungan, meskipun pada akhirnya bisa saja ditinggalkan. Manis di depan bisa jadi pahit di belakang, itulah politik. Tokoh-tokoh nasional yang dulunya bersatu, gara-gara Pilpres mereka bisa saja
pecah mencari jalannya sendirisendiri. Ada yang berpihak ke capres A dan ada yang ke capres B. Di sini mulai terlihat bahwa selama ini persahabatannya terlihat akrab, gara-gara berbeda pandangan politik, hubungan yang semula harmonis menjadi terganggu. Setelah diketahui bahwa capresnya hanya ada 2 saja, maka orang-orang politik mulai mencari ancang-ancang dan berusaha mendekati capres mana yang kira-kira prospeknya bagus. Hitungan-hitungan politik mulai dikalkulasi dan saatnya Dr Mulyono D Prawiro menjatuhkan pada capres yang dianggap berpotensi untuk berpeluang. Dengan perhitungan dan keuntungan politik, mereka hampir tidak mempertimbangkan lagi kawan-kawannya yang selama ini berjuang dalam 1 partai, karena partainya sendiri sudah pecah dan tidak satu suara lagi. Debat terbuka di media Televisi pun hampir setiap saat diperlihatkan, tujuannya agar para penonton TV melihat dan mempertimbangkan pilihannya pada pilpres mendatang. Saling serang dan adu argumentasi yang sengit dipertontonkan, bagaikan menonton pertandingan sepak bola yang semakin hari semakin sengit dan menarik. Keunggulan calonnya dipuji-puji setinggi langit dan kelemahan lawan dibuka dan dibeberkan, bahkan masalah pribadi pun diungkitnya. Sudah tidak ada lagi yang namanya etika berpolitik, yang ada hanyalah upaya menjatuhkan lawan politik dan berusaha untuk menang, meskipun itu menyimpang dan diluar kewajaran. Seolah tidak peduli lagi dan tidak menghargai lawan politik, meskipun sebenarnya mereka adalah kawan akrab, tetapi tetap saja adu argumentasi dan saling memojokan satu sama lain. Rakyat dibuatnya bingung, kalau tidak hati-hati rakyat enggan dan tidak ikut memilih karena kebingungan untuk menentukan pilihannya. Dalam konsisi seperti itu, ada baiknya dibuat peraturan yang lebih santun dan mendidik agar rakyat dengan suka rela menentukan pilihan sesuai dengan hati nuraninya, bukan dengan cara-cara terpaksa atau yang penting bisa menang. Pendidikan bagi rakyat sangatlah diperlukan, terutama pendidikan sopan santun sebagai ciri khas bangsa Indonesia yang telah ditanamkan oleh nenek moyang pendiri bangsa. *) Penulis adalah Dosen Pascasarjana dan Anggota Senat Universitas Satyagama, Jakarta. Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
59
FORUM KITA
Drs Pranowo Adi, MSi dan Yulaecha Padma Ichwanny, SPsi, MAPS *)
Program «Top Down» Kurang Efektif Posdaya Jadi Pilihan Sebagai salah satu upaya percepatan pencapaian tujuan-tujuan pembangunan milenium (Millennium Development Goals, MDGs), khususnya untuk pengentasan kemiskinan, maka dirasa perlunya peran serta instansi pemerintah dan masyarakat dalam membangun dan mengembangkan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Kendati program Posdaya ini bukan murni berasal dari Pusat dalam arti Pemerintah, namun peran serta dan dukungan Pemerintah tetap diperlukan. Sejak Orde Baru berbagai program pembangunan yang sasarannya peningkatan kesejahteraan masyarakat telah dilakukan. Fakta yang ada di lapangan membuktikan sebagus apapun program yang diluncurkan Pemerintah bahkan dengan sosialisasi yang katanya menyentuh lapisan masyarakat paling bawah, kurang mendapat dukungan penuh dari masyarakat. Akibatnya program seperti itu terkesan sia-sia tanpa memberikan dampak posisitf bagi kemajuan kesejahteraan masyarakat luas.
Berbagai materi pelatihan seperti Posdaya, MDGs, strategi pendampingan Posdaya oleh sektoral, perguruan tinggi, pengembangan kebun bergizi serta Filosofi Posdaya merupakan sumber pengetahuan dan rujukan dalam pola pengembangan Posdaya di berbagai daerah. [FOTO: ADE S]
60
M
UNCULNYA gagasan Posdaya yang diprakarsai Yayasan Damandiri dengan motor penggeraknya adalah Haryono Suyono Center, boleh jadi menjadi pilihan model pengembangan pembangunan kesejahteraan masyarakat yang berasal dari masyarakat, dilakukan oleh masyarakat dan hasilnyapun untuk masyarakat. Ide cemerlang yang gagas oleh Profesor Doktor Haryono Suyono yang juga mantan menteri koordinator kesejahteraan rakyat (Menkokesra), dan Kepala BKKBN ini, telah disampaikan kepada para stakeholder, mitra kerja, kalangan perguruan tinggi, serta para pemangku kepentingan dan kebijakan dari seluruh tanah air. Sejak Posdaya diluncurkan pada bulan Juli 2011, HSC telah melatih sebanyak 4.600 peserta didik Training of Trainer Pos Pemberdayaan Keluarga (TOT
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
Posdaya) dalam 40 angkatan. Tidak ada kepentingan politis, ekonomi apalagi sekedar popularitas, walaupun untuk membiayai pelatihan dan Observasi Study Tour (OST) mulai dari akomodasi, konsumsi maupun OST-nya diyakini tidak sedikit. Hanya niat tulus dan obsesi ingin meningkatkan kesejahteraan melalui pemberdayaan masyarakat serta mempersiapkan peran serta instansi pemerintah dan masyarakat dalam upaya percepatan pencapaian tujuantujuan pembangunan millenniumlah yang mendasari Yayasan damandiri menyelenggarakan pelatihan dan OST Posdaya ini. Posdaya dibentuk karena ada kerisauan yang berkaitan dengan banyaknya jumlah keluarga miskin di Indonesia. Data BPS yang disampaikan oleh Apriliani menunjukkan bahwa terjadi perlambatan dalam penurunan keluarga miskin, sehingga sampai saat ini kita masih memiliki sekitar 70 juta rakyat miskin. Data BPS memperlihatkan tingginya Gini Ratio antara penduduk kaya-miskin, yakni sebesar 0,42. Oleh karena itu, maka tema besar pendirian Posdaya adalah: Upaya mewujudkan kesejahteraan umum sesuai cita-cita para pendiri bangsa yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 serta Kemandirian bangsa, dalam hal pangan dan energi. Yang membuat miris adalah saat ini kita masih mengimport sembako. Ini berarti dalam perang ekonomi yang
kita hadapi saat ini, kita masih sangat tergantung secara ekonomi. Kemandirian berarti kemerdekaan. Kita kalah jauh dibanding Brazil yang mampu menghemat sumber energi yang dimilikinya dengan memanfaatkan ampas tebu sebagai biogas. Kini 80% energi yang digunakan di Brazil adalah biogas dari ampas tebu. Posdaya digagas sebagai program percepatan pemberdayaan masyarakat. Dengan hadirnya Posdaya diharapkan agar pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan daerah dapat memberdayakan masyarakat. Akan tetapi, pendekatan dari pemerintah saja tidak cukup, harus ada upaya dan partisipasi aktif dari masyarakat. Hal ini dapat dinalar dengan analogi matematika; 1 x 0 = 0 dan 100 x 0 = 0, yang berarti betapa pun besar usaha dari pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bila tanpa ada usaha dan partisipasi dari rakyat, maka hasilnya nol besar. Oleh sebab itu, Posdaya berupaya mengintegrasikan upaya dari pemerintah dan masyarakat melalui kerja keras dan kerja cerdas. Dalam kerja cerdas inilah perguruan tinggi berperan. Posdaya juga ditujukan untuk mempromosikan ekonomi biru (blue economy) yang dicetuskan oleh Gunther Pauli. Ekonomi biru merupakan kelanjutan dari ekonomi hijau (green economy). Ekonomi hijau merupakan upaya untuk meminimalisir sampah atau sisa pemanfaatan barang oleh manusia yang terkenal dengan semboyan reduce (kurangi penggunaan bahan plastik), reuse (manfaatkan kembali bahan-bahan yang masih bisa digunakan), dan recycle (daur ulang bahan-bahan yang telah digunakan). Sementara ekonomi biru artinya ekonomi tanpa sisa (zero waste), karena semua limbah diolah dan didaur ulang. Ekonomi biru disebut juga ekonomi kerakyatan. Sejumlah lokasi OST seperti Rukodaya RW 08 Kelurahan Kramat Kecamatan Senen Jakarta Pusat Posdaya Sejahtera Bubulak Bogor serta Posdaya Kenanga Situgede Bogor danTaman Buah Mekarsari Cileungsi Bogor diharapkan menjadi sumber inspirasi bagi semua peserta pelatihan, sehingga dapat “ditularkan” kepada masyarakat disekitarnya. Seperti kata pepatah “pengalaman adalah guru yang baik” maka hasil mengikuti pelatihan dan OST ini merupakan pengalaman yang sangat berharga dan sangat langka. Sebelumnya sudah ada sejumlah pejabat maupun istri pejabat Pemerintahan kabupaten maupun kota yang juga diundang mengikuti kegiatan seperti ini. Harapannya adalah agar para pejabat ini dapat memprakarsai serta mendorong terbentuknya Posdaya di daerah masing-masing. Banyak potensi yang sebenarnya
dapat dikembangkan yang antara lain dilakukan dengan memfasilitasi dan menginisiasi pembentukan kegiatan kemasyarakatan serta merevitalisasi lembaga kemasyarakatan yang sudah ada seperti PAUD, BKB, BKR, dan Posyandu. Saat ini tengah dikembangkan Posdaya berbasis masjid untuk memakmurkan masjid. Memang diakui sampai saat ini belum terlihat hasil yang menggembirakan. Yayasan damandiri pun mengaku tidak bisa melakukan intervensi, mengingat output dari kegiatan Posdaya ini adalah tergantung pada daerah masing-masing. Oleh karenanya pola pelatihan dan kemitraan Posdaya kini juga dikembangkan dengan menggandeng pihak Perguruan Tinggi yang diharapkan akan dapat mengembangkan pola ini di Perguruan Tinggi masing-masing, seperti melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) maupun praktikum dan sebagainya. Berbagai materi pelatihan seperti Posdaya, MDGs, dan Indikator Keberhasilannya, Strategi Pendampingan Posdaya oleh Sektoral, Strategi Pendampingan Posdaya oleh Perguruan Tinggi, Pengembangan Peternakan Terpadu dan Pakan Ternak secara Fermentasi, Pengembangan Kebun Bergizi dengan MKRPL serta Filosofi Pos Pemberdayaan Keluarga merupakan sumber pengetahuan dan rujukan dalam pola pengembangan Posdaya di berbagai daerah. Adalah Prof Dr Haryono Suyono sendiri sebagai penggagas memandang Kesalahan utama program-program kemasyarakatan yang dicanangkan oleh pemerintah selama ini ada yang tidak memperoleh dukungan sehingga program tersebut, yang akhirnya tidak berjalan. Sebaliknya banyak hal yang tidak seharusnya dikerjakan, justru dikerjakan; sementara banyak hal yang seharusnya dikerjakan, malah tidak dikerjakan. Oleh karena itu seperti yang diungkapkan Profesor Haryono Suyono tidak ada istilah terlambat untuk berbuat sesuatu yang positif, asalkan ada komitment dan niat yang tulus dari semua pihak untuk berbuat dan terus berbuat demi kemaslahatan kehidupan masyarakat Indonesia. *) Penulis adalah Analis Bidang Latbang BKKBN Kalbar dan Kepala Subbidang Penetapan Parameter BKKBN Kalbar.
Drs Pranowo Adi, MSi (kiri) dan Yulaecha Padma Ichwanny, SPsi, MAPS (kanan). [FOTO: DOKPRI]
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
61
LAPORAN DAERAH
Radio Komunitas BAINA FM Indramayu
Reportase Langsung Panen Perdana Rumput Laut Informasi menjadi sesuatu yang penting dan strategis. Penyampaian informasi yang berimbang, membangun dan produktif menjadi mitra pembangunan. Tugas tersebut seperti halnya dilakukan radio komunitas BAINA FM untuk pembangunan di Indramayu, Jawa Barat.
Sunardi dan Bawon dari BAINA FM tengah wawancara langsung dengan Bupati Indramayu Hj Anna Sophanah didampingi Sekda Pemkab Indramayu. [FOTO-FOTO: HARI]
E
KSPRESI Kegembiraan Bupati Indramayu Hj Anna Sophanah dan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat panen perdana rumput laut di Desa Cemara Wetan, Kecamatan Cantigi diinfokan secara komunikatif dan menarik oleh personel BAINA 107,9 FM – sebuah radio komunitas - Radionya Petani Indramayu ke udara Ibukota Jakarta dan sekitarnya melalui Radio DFM 103,4 Jakarta . Era global, Era kemajuan teknologi menjadi sebuah pintu kemudahan bagi penyampaian informasi secara cepat, akurat, efektif dan informatif. Kemudahan akses informasi sangat dibutuhkan masyarakat. Sungguh menarik melihat personel radio komunikasi yang banyak tumbuh dan berkembang di pedesaan, seperti halnya di Indramayu. Salah satunya BAINA yang menggunakan kanal frekuensi 107,9. Bersama Sunardi dan Bawon, lengkap dengan seragam kerjanya melakukan tugas liputan jurnalistik reportase radionya yang tak kalah menarik dengan rekan reporter radio komersial. 62
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
Di tengah terik panas sengatan matahari dan uap hangat udara pesisir pantai utara Indramayu yang lembab, tak meluruhkan semangat kedua crew BAINA FM mengejar calon-calon narasumber yang bakal diwawancarai. Dengan penuh kearifan, kedua crew mitra Radio DFM 103,4 Jakarta ini meminta masukan pada Hari Setiyowanto selaku Produser Siaran Program Yayasan Damandiri yang sejak pagi sudah mendampinginya. Tanpa kesulitan, setelah mendapat masukan, kedua crew BAINA FM Indramayu ini pun dengan lancar menggali berbagai keberhasilan program pemberdayaan Posdaya di Indramayu baik pada Bupati, Kepala Desa maupun pada tokoh masyarakat yang juga mantan Bupati Indramayu Irianto atau akrab disapa Yance. Melalui para narasumber yang diwawancarai dan dilaporkan secara live lewat Radio DFM 103,4 Jakarta, Posdaya di Kabupaten Indramayu terus bergema dan semakin dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. “Buah dari Posdaya itu, masyarakat Desa
Cemara, Kecamatan Cantigi menikmati manisnya hasil panen rumput laut sebanyak 80 ton dari luas area tambak air payau seluas 3,5 hektar, telah ditanam pada bulan Desember 2013 yang lalu,” kata Bupati Indramayu Hj Anna Sophanah yang diwawancarainya. Bupati Anna Sophanah bersama Ketua Yayasan Damandiri Prof Haryono Suyono dan masyarakat setempat melakukan panen perdana rumput laut dilahan seluas 3,5 hektar, Kamis (22/5). Saat ini luas lahan tambak di Desa Cemara, Kecamatan Cantigi seluas 1.200 hektar namun yang baru ditanami rumput laut seluas 3,5 hektar dengan panen perdana mencapai 80 ton. Sedangkan petani tambak yang berminat mengembangkan usaha rumput laut ini berjumlah sebanyak 36 orang dan luas lahan yang siap tanam sebanyak 92 hektar. Dalam wawancara langsungnya tersebut pada reporter BAINA FM, Bupati Indramayu Hj Anna Sophanah mengungkapkan, warga Desa Cemara sangat menyambut baik bantuan bibit rumput laut yang telah diberikan oleh Yayasan Damandiri beberapa waktu lalu. Bantuan yang diberikan tersebut kini telah membuahkan hasil yang cukup menggembirakan. Pembudidayaan rumput laut di tambak air payau yang selama ini dipakai untuk budidaya bandeng maupun udang ternyata tidak menganggu. Bandeng dan udang yang sudah ada sebelumnya justru tumbuh dengan lebih baik. Dengan adanya rumput laut justru bandeng dan udang yang ada dibawahnya semakin bagus bahkan bisa dipanen secara bersamaan. “Panen perdana rumput laut ini merupakan harapan baru bagi masyarakat di Desa Cemara Wetan karena akan semakin meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena dengan menanam rumput laut hasil yang dicapai cukup besar dan cukup menjanjikan karena selain harga yang relatif stabil serta peluang ekspor yang sangat terbuka,” kata
Bawon tengah menghubungi studio DFM Jakarta untuk bersiap melakukan wawancara dengan Bupati Indramayu Hj Anna Sophanah dan Prof Dr Haryono Suyono.
bupati. Selain bupati, reporter BAINA FM juga berhasil menggali informasi dari Pembina Posdaya sekaligus Kepala Desa Cemara Wetan Zaenudin, SPd. Pada reporter BAINA FM yang memberikan live repot-nya untuk Radio DFM Jakarta, Zainuddin menuturkan sejak ada Posdaya terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat secara signifikan. Selain itu ikap hidup kebersamaan dan gotong royong pun semakin tumbuh dan berkembang dengan subur. “Posdaya telah mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat di Cemara Wetan, sehingga dengan kegiatan Posdaya kesadaran masyarakat meningkat. Dengan demikian maka berkat kebersamaan yang terbangun di Posdaya akhirnya dapat mengubah kondisi masyarakat yang tadinya dikenal miskin kini sudah mulai tumbuh menjadi sejahtera,” paparnya. Dalam wawancara live nya tersebut, Kepala Desa Cemara Wetan juga mencontohkan keberhasilan panen perdana rumput laut dan panen bandeng menjadi bukti kebersamaan dalam mengembangkan kegiatan pemberdayaan di Posdaya. Hasil panen ini juga akan menambah income masyarakat, yang pada akhirnya mendongkrak derajat kesejahteraan di Cemara Wetan naik. Didampingi Hari Setiyowanto, Produser Siaran Program Damandiri, D-Listener, Sunardi dan Bawon BAINA FM melaporkan langsung dari Desa Cemara Wetan Indramayu, dan kembali ke studio. HARI Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
63
DNIKS
Maklumat Bersama Tegakkan Kedaulatan Sosial Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap tanggal 20 Mei jadi momen penting dalam mengawali setiap upaya perjuangan anak bangsa. Semangat nasionalisme yang melandasinya seringkali menjadi senjata ampuh membangkitkan para pejuang di seluruh pelosok tanah air. Langkah inilah yang kini ditempuh para pimpinan organisasi sosial nasional (orsosnas) yang tergabung dalam Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS). Bertepatan dengan Peringatan Hari Kebangkitan Nasional Tanggal 20 Mei 2014 lalu, mereka mengikrarkan “Maklumat Bersama” guna menegakkan kedaulatan sosial di Indonesia.
Ketua Umum DNIKS Prof Dr Haryono Suyono bergambar bersama pengurus DNIKS dan para pimpinan orsosnas serta para penyandang disabilitas sambil memperlihatkan bukti tanda tangan menyepakati “Maklumat Bersama” dari seluruh pengurus dan pimpinan orsosnas. [FOTO-FOTO: ADE S]
64
A
CARA yang diprakarsai DNIKS bekerja sama para pimpinan pengurus orsosnas dan Yayasan Damandiri ini menarik perhatian berbagai kalangan terutama pemerhati masalah sosial. Tercatat puluhan pimpinan orsosnas dan para penyandang disabilitas dari berbagai daerah di Indonesia antusias mengikuti deklarasi ini. Dikomando langsung Ketua Umum DNIKS Prof Dr Haryono Suyono dan seluruh Pengurus Pusat DNIKS. Tak pelak, acara yang berlangsung di Gedung DNIKS, Jl Tanah Abang Timur No 15 Jakarta, ini tampak penuh kesan dan bermakna. Pada kesempatan itu Ketua Umum DNIKS Prof Dr Haryono Suyono, menyatakan pentingnya momen peringatan Hari Kebangkitan Nasional untuk dijadikan tonggak sejarah bangkitnya kedaulatan sosial di Indonesia. “Saya ingin Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap tanggal 20 Mei ini bukan sekadar hari yang kita peringati, tetapi menjadi momentum hari kebangkitan kita semua
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
khususnya dari kawan-kawan DNIKS untuk membangun kedaulatan sosial di dalam masyarakat Indonesia,” ungkap Prof Dr Haryono Suyono yang juga Ketua Yayasan Damandiri ini di hadapan puluhan pimpinan orsosnas dari seluruh Indonesia. Diakui Prof Haryono, kebangkitan nasional ini ternyata tidak memberikan kepada seluruh pimpinan dan pengurus orsosnas serta penyandang disabilitas rasa rendah diri, tetapi justru memberi rasa kepercayaan diri. “Kebangkitan nasional mampu memotivasi kita rasa percaya kepada diri kita sendiri, kepada rekan-rekan kita dengan tanpa membedakan perbedaan suku bangsa, bahasa dan agama, namun semuanya tergabung dalam kebersamaan dengan semangat gotong royong berlandaskan Pancasila,” tutur pria kelahiran Pacitan, Jatim, ini yang pada 6 Mei 2014 lalu genap berusia 76 tahun. Deklarasi ini, tambah Prof Haryono, merupakan tekad bersama dari Pengurus Pusat DNIKS dan seluruh jajaran organisasi anggo-
tanya dari berbagai daerah di Indonesia untuk Kebangkitan Nasional ini sebagai konsolidasi memperingati Hari Kebangkitan Nasional. dari organisasi-organisasi sosial di daerah. “Se“Langkah ini sengaja kami cetuskan sebagai hingga dalam dua tahun ke depan kita akan momen untuk kebangkitan bersama. Pertama, berkumpul di Padang, Sumatera Barat, untuk bangkit untuk mengadakan konsolidasi orga- menyelenggarakan satu musyawarah bersama nisasi. Kedua, menyerukan kepada pemerintah membagi apa yang sudah kita lakukan untuk memberi perhatian kepada pemba- bersama-sama,” jelas Prof Haryono. ngunan sosial dan kedaulatan sosial yang sama dan sejajar dengan pembangunan ekonomi Jadi perhatian capres maupun politik,” cetus Prof Haryono. Momentum Hari Kebangkitan Nasional Ketiga, lanjut Prof Haryono, membawa pada 20 Mei 2014 ini kebetulan bersamaan pembangunan sosial ini tidak dalam bentuk dengan tahun politik khususnya menjelang charity, tetapi dalam bentuk memenuhi hak- pemilihan Presiden dan Wakil Presiden hak azasi manusia. Keempat, membangun Republik Indonesia. Tak pelak, momentum itu kedaulatan sosial ini pada tingkat pedesaan. “Sehingga “MAKLUMAT BERSAMA” kedaulatan social ini memberi pemerataan kepada berbagai Yang bertanda tangan di bawah ini Kami Pimpinan/ pembangunan sosial pada Pengurus Organisasi Sosial Nasional, Organisasi Sosial tingkat pedesaan tanpa memFederatif dan Organisasi Sosial yang tergabung dalam bedakan apakah dia penyanLembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial (LKKS) Nasional. dang cacat, miskin, kaya, berBertepatan dengan Peringatan Hari Kebangkitan Nasional bagai suku bangsa yang berTanggal 20 Mei 2014, kami menyatakan dan mengajukan beda. Namun, dengan serentak adanya perhatian sebagai hal-hal berikut: komitmen ini didukung penuh 1. Bahwa Pembangunan Kesejahteraan Sosial dalam oleh seluruh anggota pengurus Pembangunan Nasional di Indonesia pada periode tahun pusat DNIKS maupun pim2014 dan tahun-tahun selanjutnya sudah waktunya pinan dan pengurus orsosnas,” untuk mendapatkan perhatian dengan kedudukan dan peran yang sejajar dengan pembangunan di bidang ekonomi, politik, pertahanan keamanan dan sebagainya. jelas Prof Haryono. Kedudukan dan peran yang sejajar ini kami harapkan terwujud dalam penetapan skala Programnya, tukas Prof prioritas, alokasi anggaran dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Haryono, pertama, mengunTingkat Nasional maupun Daerah serta bentuk-bentuk dukungan lainnya yang diberikan dang tenaga-tenaga ahli dari oleh Pemerintah dan Wakil Rakyat di Parlemen. berbagai perguruan tinggi un2. Bahwa Paradigma Pembangunan Kesejahteraan Sosial antara lain dalam wujud program tuk mengadakan paparan dan Bhakti Sosial yang selama ini berupa pemberian alau bersifat charitas. kami minta dengan seminar. “Mereka nantinya pertimbangan lebih rasional dan memberikan sifat mendidik agar dapat diubah dengan akan memberi masukan kependekatan yang bersifat pemberdayaan dan didasarkan kepada pemenuhan hak azasi pada pengurus orsosnas sepumanusia. Untuk memenuhi hak azasi ini maka pemberian bantuan lebih diutamakan tar reperensi-reperensi terbaru kepada golongan masyarakat miskin, penyandang disabilitas dan golongan rentan mengenai masalah-masalah lainnya. yang akurat dan terbaru dalam 3. Bahwa untuk terciptanya pembangunan sosial yang merata dan menjangkau seluruh pengelolaan organisasi sosial,” lapisan masyarakat Indonesia, maka kami meminta perhatian dan dukungan agar jelas Prof Haryono. Pemerintah dan Masyarakat dalam memberikan perhatian dalam pemberdayaan Kedua, tambah Prof masyarakat di tingkat akar rumput dalam pembangunan sosial diarahkan untuk Haryono, mengundang para mewujudkan kedaulatan sosial melalui pemberdayaan di bidang kesehatan, pendidikan, pengurus orsosnas sekaligus kewirausahaan, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang lebih meminta untuk mengirim bermartabat, mampu mandiri dan berkelanjutan. tenaga profesionalnya untuk 4. Bahwa pemyataan yang kami tuangkan dalam “Maklumat Bersama” ini kami harapkan menjadi perhatian dan diterima sebagai komitmen dari para calon pimpinan nasional turun ke desa-desa membantu yang saat ini sedang berjuang untuk memperoleh mandat dan ingin menjadi pemegang keluarga-keluarga di sana yang kekuasaan pemerintahan yang akan datang. Apabila gagasan kami ini disepakati dan mempunyai anggota penyanpernyataan kami diterima sebagai komitmen, maka kami seluruh peserta yang dang disabilitas, lansia maumenyatakan “Maklumat Bersama” akan berpihak dan memilih calon pemimpin nasional pun penyandang masalahyang memahami dan menyatakan tekad untuk melaksanakan gagasan ini. masalah khusus. Ketiga, lanjut Prof Haryono, Jakarta, 20 Mei 2014 pihaknya sengaja ingin mengKami Para Pimpinan/Pengurus Orsosnas gunakan momentum Hari Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
65
Para pimpinan dan pengurus dari berbagai orsosnas saat membubuhkan tanda tangan sebagai bukti menyepakati “Maklumat Bersama.
Suasana saat Ketua Umum DNIKS Prof Dr Haryono Suyono menyampaikan paparan pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional dan penandatangan “Maklumat Bersama” yang antusias diikuti puluhan pimpinan dan pengurus orsosnas di Indonesia.
66
menjadi perhatian khusus jajaran Pengurus Pusat DNIKS dan seluruh jajaran anggotanya di berbagai pelosok di tanah air. Wujudnya, mereka melakukan deklarasi “Maklumat Bersama” untuk disodorkan kepada calon presiden yang kini tengah berjuang untuk memperoleh mandat pemegang kekuasaan. Menurut Prof Haryono, “Maklumat Bersama” ini nantinya akan disodorkan kepada para calon presiden yang kini tengah berjuang memikat perhatian rakyat agar pada pemilihan presiden 9 Juli 2014 mendatang mendapat suara mayoritas. “Pada akhirnya kami memutuskan “Maklumat Bersama” ini akan disampaikan kepada kedua calon presiden dan wakil presiden serta para pendukungnya agar bisa diperhatikan oleh pemerintah yang akan datang,” ungkapnya. Dijelaskan Prof Haryono, kongkritnya yang diperjuangkan DNIKS dan seluruh jajaran anggota orsos, agar pembangunan sosial ini jangan dianaktirikan. “Jadi, jangan sampai alokasi anggaran untuk pembangunan ekonomi sampai 90 persen. Sedangkan untuk pemba-
Gemari Edisi 161/Tahun XV/Juni 2014
ngunan sosial cukup sepuluh persen, itupun kalau sempat. Ini yang ingin kami perjuangkan kepada pemerintah mendatang,” tegasnya seraya mengungkapkan pihaknya telah melakukan masukkan kepada pemerintah seputar kesamaan kesempatan bagi para penyandang disabilitas untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi sesuai kemapuannya. Hadir pada acara ini Wakil Ketua Umum DNIKS Siswadi, MBA, Ketua Bidang Pembinaan Organisasi DNIKS Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Sekretaris Jenderal DNIKS Dr Rohadi Haryanto, MSc, Ketua Bidang Pendidikan dan Latihan Dr H Tjuk Kasturi Sukiadi, SE, Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan DNIKS Ny BRAy Dr Mooryati Soedibyo dan Dr Dewi Motik Pramono, MSi, yang juga Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani), para pengurus pusat DNIKS, para pimpinan dan pengurus orsosnas dari seluruh Indonesia, para penyandang disabilitas serta undangan lainnya. Sedangkan Sekjen DNIKS Dr Rohadi Haryanto, MSc memaparkan seputar minimnya anggaran bidang sosial dan kesejahteraan sosial. “Dari dana bantuan sosial Rp 91,8 triliun yang dianggarkan pemerintah hanya sebesar Rp 4,5 triliun atau 4,9 persen dialokasikan untuk PKH (Program Keluarga Harapan, red) dan RTSM (Rumah Tangga Sangat Miskin, red). Dana ini merupakan bagian dari anggaran Kemensos sebesar Rp 7,683 triliun yang sifatnya charitas dan tentu jumlahnya masih jauh dari mecukupi,” tuturnya. Oleh karena itu, lanjutnya, melalui “Maklumat Bersama” ini berharap pemerintah mendatang lebih memperhatikan anggaran bidang sosial dan kesejahteraan sosial. “Melalui dukungan seluruh pimpinan dan pengurus serta anggota orsosnas anggaran bidan sosial dan kesejahteraan sosial mendapat porsi yang lebih signifikan dari pemerintah mendatang,” cetus Dr Rohadi optimis. ADES