Lius’ Report from Konferensi Guru Nusantara 2011 Pendidikan Karakter Siswa Abad 21 Kongres Guru Nusantara 2011 16-17 November 2011
Pendidikan Karakter perlu diinspirasi dari nilai ke-Indonesia-an & tetap melihat kondisi contextual dan universal atas nilai tersebut. Refleski pribadi: we should think globally and act locally
Prof. Dr. Komaruddin Hidayat's session : Topic: Urgensi Pendidikan Karakter Menjawab Perubahan Jaman 1. Pendidikan Seni dinilai kurang diterapkan di sekolah sehingga penghalusan perasaan sedikit terhambat. 2. Pendidikan Olah Raga sangat berguna meningkatkan kepercayaan diri karena harus berkompetisi di depan banyak orang, khususnya para pendukung tim sekolah. 3. Terdapat miskonsepsi di dunia pendidikan yg terlalu menonjolkan pendidikan logic (matematika), padahal pendidikan logic bukanlah satu-satunya jenis pendidikan. 4. Banyak manusia yg hanya mengikuti common sense atau opini publik. Namun ada 1 hal penting yg perlu disadari bahwa ketika diri pribadi mengungkapkan hal benar yang tidak sama dengan common sense atau opini publik yg ada, maka common sense atau opini publik tsb dapat dipatahkan. Contohnya: teori bahwa angsa itu putih dipatahkan dgn ditemukannya 1 angsa hitam. 5. Civic education (PKN) perlu menjadi salah satu pendidikan yg difokuskan u/mendidik anak sebagai bangsa Indonesia. 6. Untuk meningkatkan kemampuan bahasa seorang anak: a) setiap hari meminta anak u/menulis kejadian penting dlm hari tersebut b) setiap minggu meminta anak u/membuat 1 karangan bebas c) setiap bulan meminta anak u/menyampaikan pidato singkat dengan tema bebas 7. Untuk menikmati dan mensyukuri ciptaan Tuhan, diperlukan sebuah ilmu dan guru perlu memotivasi siswa untuk mencari ilmu terus menerus sehingga mereka bisa menikmati ciptaan Tuhan dan mensyukurinya. Misalnya, guru bisa menceritakan
υ
Lius’ Report from Konferensi Guru Nusantara 2011 kisah orang sukses 5 menit sebelum pelajaran usai setiap harinya (tambahan saya: sangat baik menceritakan kesaksian orang-orang yang telah menjalani hidup bersama Tuhan) 8. Di dalam abad 21, para siswa juga perlu diajarkan untuk mengenalkan diri dan kemampuan yang dimilikinya untuk meningkatkan self-confidence sehingga tidak berlaku lagi paham diam itu emas (Tambahan saya: ketika mengenalkan diri dan kemampuannya, para siswa juga perlu menceritakan bahwa segala yang dia miliki merupakan pemberian Tuhan yang perlu disyukuri dan digunakan sebaik mungkin ) Motto: “Bila guru berhenti belajar, berhentilah mengajar”
Mohammad Zaini Alif’s Session: Topic: Pengajaran Dalam Mainan dan Mainan Rakyat Sebagai Media Pengembangan Keingintahuan Intelektual 1. Permainan tradisional Indonesia merupakan permainan yang memiliki arti filosofis yang sangat berkaitan erat dengan perkembangan diri seorang anak 2. Permainan tradisional yang dimiliki Indonesia lebih dari 500 jenis permainan yang dimiliki juga oleh Negara lain. Contohnya: Congklak, taplak, dsb dimiliki dan dimainkan juga oleh Negara china, Ghana, dsb. 3. Di dalam permainan tradisional yang dimiliki oleh Indonesia, seorang anak akan belajar untuk menghargai diri, alam, dan Tuhan. Mereka menggunakan alam untuk menjadi alat bermain mereka dan belajar dari permainan tersebut. Oleh karena itu, konsep bermain adalah belajar merupakan hal penting pada saat dahulu. Sebenarnya arah pendidikan Indonesia kembali ke cara pendidikan jaman dahulu dengan menggunakan permainan dan aktifitas sehingga munculah konsep belajar sambil bermain. Namun, konsep pendidikan belajar sambil bermain memisahkan antara kegiatan belajar dan bermain karena bermain dianggap hanya sebagai permainan dan bukanlah suatu pendidikan atau pembelajaran. Padahal dalam bermain, banyak sekali hal yang dapat dipelajari oleh anak-anak. Contohnya: ketika bermain congklak, anak-anak diajarkan untuk menggunakan harta yang mereka miliki dengan baik-baik setiap harinya (7
φ
Lius’ Report from Konferensi Guru Nusantara 2011 lubang = 7 hari) dan menyisihkan harta yang dimilikinya sebagai tabungan (1 lubang di ujung kiri = tabungan). Mereka juga diajarkan untuk berbagi (berjiwa social dan berbagi kasih) kepada sesamanya dari harta yang mereka punya setiap harinya dengan baik (7 lubang di sisi yang berlawanan = 7 hari berbagi), tetapi tidak boleh memberi uang kepada orang lain untuk disimpan / ditabung (tidak memberi uang tetapi memberi pekerjaan) sehingga 1 lubang di sisi kanan tidak boleh di isi. 4. Pada hakekatnya permainan adalah sesuatu yang serius bagi anak-anak karena apabila seseorang di dalam permainan melanggar peraturan, maka permainan akan terhenti dan membuat rugi semua yang bermain. Namun, orang dewasa melihat permainan yang dilakukan oleh anak-anak hanyalah sebuah permainan belaka. Contohnya: sebelum bermain, kita pasti akan mengucapkan “Hong Ping Pa Ala Hu Yung Gambreng” (maaf kalau pengejaannya salah tetapi yang saya yakin betul, saya hitamkan). Sebenarnya pada waktu dulu ini dijadikan sebuah doa sebelum permainan dan dengan melakukan hal ini, setiap anak diajarkan untuk berserah kepada Tuhan. Hong = Tuhan, Ping Pa = senang atau susah, kalah / menang berserah saja, Hu: Tuhan, Gambreng = ajakan untuk mengingat. Oleh karena itu artinya adalah senang atau susah / menang atau kalah, selalu berserah kepada Tuhan, Hei ingat!! 5. Dengan permainan tradisional, konsep pendidikan yang terjadi adalah mengasihi diri, mengasihi alam, dan mengasihi Allah/ Tuhan. Bagaimana seorang anak bisa mengasihi alam kalau dia tidak bisa mengasihi dirinya sendiri dan bagaimana dia bisa dikatakan mengasihi Allah bila tindakan yang dilakukan anak tersebut merusak diri dan alamnya.
Kathryn Tahap pembangunan karakter membutuhkan tiga karakter utama: 1. Courage (Keberanian) Para siswa memerlukan keberanian untuk: a. Berani untuk sekolah b. Berani bicara dan belajar
χ
Lius’ Report from Konferensi Guru Nusantara 2011 c. Berani membuat kesalahan d. Berani bertanggun jawab atas pendidikannya sendiri e. Berani mengambil keputusan f. Berani membela yang benar walaupun mengalami kesulitan 2. Positive Attitude (Sikap positif) Para pendidik perlu mendorong siswa untuk memiliki sikap positif seperti: a. Antusias dan penuh rasa ingin tahu untuk mencoba b. Jangan katakana bahwa “Saya tidak bisa” c. dsb 3. Respect (Menghargai) Para siswa perlu diajarkan untuk menghargai dirinya sendiri melalui dukungan dari para guru dengan cara: a. Mengatakan “Good Job” “Well Done” bagi para siswa yang berhasil menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan b. Mengatakan “ayo kamu pasti bisa melakukan yang lebih baik” apabila para siswa mengalami kegagalan dalam melaksanakan tugas yang telah diberikan. c. dsb
Prof. Thomas Lickona, PhD. (Terlampir pada attachment / file setelah file ini)
DR. G. Bambang Nugroho 1. Problem guru bukan profesionalisme-nya tetapi pada personality-nya Para guru bisa bekerja professional dengan hadir dan mengumpulkan tugas tepat waktu tetapi masalahnya adalah bagaimana guru menjaga cara menghadapi masalah yang dialami di dalam pekerjaannya. 2. Pendidikan karakter harus dimulai dari guru 3. Profesi guru adalah panggilan jiwa dan tidak semua orang bisa menjadi guru 4. Guru tidak hanya mentransfer ilmu tetapi juga kepribadian dan tingkah lakunya
ψ
Lius’ Report from Konferensi Guru Nusantara 2011 5. Sistem pendidikan di Indonesia perlu direvitalisasi untuk memberikan perhatian pada soft skill dan tidak hanya pada hard skill saja karena untuk mendidik karakter perlu mensinergikan hard skill dan soft skill 6. Bagaimana karakter dihidupi? a. Moral Knowing : tahu arti kebaikan b. Moral feeling
: cinta berperilaku baik
c. Moral action
: melakukan hal yang baik secara berkelanjutan
Anis Bazwedan Karakter yang harus dibangun untuk menjadi world class leader: 1. Religion dan Good Attitude 2. World Class – competence 3. Professionalism dan high expertise 4. Leadership 5. Foreign language ability 6. Communication skill 7. Networking 8. Optimum of skill-mix 9. Openness dan creativity
ω