Daftar Isi
Dari Redaksi Salam hangat para pembaca Geospasial, Akhir tahun 2011 Majalah Geospasial memberikan informasi lokal dan internasional, serta pemikiran alumni geografi dalam memberikan input terhadap pengetahuan. Kunjungan mahasiswa Geografi ke Sydney sebagai refleksi kesempatan pergi ke Australia dalam nuansa akademik dan wisata, sekaligus memberikan info menarik untuk kelanjutan program kerjasama Dept. Geo UI dan Univ of Sydney di tahun 2012. Selain ke Sydney, mahasiswa Geografi UI juga ke Denver di Amerika, dalam rangka pertemuan dunia pemetaan berbasis partisipasi masyarakat dengan bantuan teknologi internet. Hal ini juga menjadi batu pijakan bagi Dept. Geografi yang mulai mengembangkan materi kuliah yang berbasis Web, terutama Web GIS dan ikut terlibat aktif dalam sosialisasi dan pengembangan pemetaan berbasis partisipasi dengan media web. Tidak lupa kunjungan mahasiswa Geo UI ke Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah dalam rangka kuliah lapang 2 diinfokan, agar Indonesia tetap menjadi pusat perhatian dalam semangat perbandingan kondisi dalam dan luar negeri. Pengabdian masyarakat dari staf pengajar Departemen Geografi edisi Majalah Geospasial kali ini menampilkan kerjasama dengan Pemda Kota Depok khususnya Dinas Pertanian dan Pelatihan bagi Guru-guru SMA Kota Bogor, semoga pengabdian ini terus berjalan rutin agar kesinambungan antara masyarakat, akademisi dan birokrasi terus terwujud. Edisi kali ini juga menayangkan tulisan alumni geografi UI, agar ide pemikiran dan pekerjaan yang telah dilakukan tersosialisasi sehingga menjadi ragam info bagi segenap keluarga besar alumni geografi dan pembaca setia Majalah Geospasial. Selamat akhir tahun 2011, dan Selamat Tahun baru 2012, Semoga tetap sukses selalu.
Salam Redaksi
RETURN FIELD SCHOOL: Pengalaman Transportasi Umum di Sydney 4 Pelatihan Guru-guru SMA Kota Bogor: Memanfaatkan Teknologi GIS Sebagai Media Pembelajaran Di Kalangan Sekolah 8 Prinsip Kebijakan Pengelolaan Sampah
10
Report Konferensi State of The Map 2011 dan FOSS4G 2011 di Denver, Colorado 17 Kebumen dan Metode Penelitian Geografi 20 Ilmu Geografi dan Kerangka Pikir Sistem 21 Pengmas GEO UI: Sistem Informasi Pertanian Sebagai Media Mempertahankan Eksistensi Pertanian Kota Depok 23 Seminar Nasional Dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Geograf Indonesia Di Provinsi Bali 29 PENASEHAT: Dr. Rokhmatuloh, M.Eng REDAKSI: Adi Wibowo, Iqbal Putut, Laju Gandharum, Ratri Candra, Weling Suseno, Rendy P., Ardiansyah STAF AHLI: Astrid Damayanti, Sugeng Wicahyadi, Supriatna, Triarko Nurlambang ADMINISTRASI: Ashadi Nobo ALAMAT REDAKSI: Gd. Departemen Geografi, FMIPA Universitas Indonesia KAMPUS UI DEPOK Telp. (021) 7721 0658, 702 4405 Fax. (021) 7721 0659
Redaksi menerima artikel / opini / pendapat dan saran dari pembaca, utamanya yang berkaitan dengan masalah keruangan. Kirimkan tulisan ke alamat redaksi atau email dengan disertakan nama, alamat lengkap, nomor telepon serta Biografi. Diterbitkan oleh: Forum Komunikasi Geografi Universitas Indonesia
Go International
RETURN FIELD SCHOOL Pengalaman Transportasi Umum di Sydney Oleh Riangga Sujatmiko – Mahasiswa Geografi 2008 (G0804UI) Kegiatan program Return Field School diawali dengan adanya kerjasama antara Geoscinece Universitas Sydney dengan geografi Universitas indonesia dalam bentuk kegiatan Field School mahasiswa geoscience Universitas Sydney pada Januari 2011 di Ciwidey, Bandung. Kegiatan Return Field School dikelola oleh mahasiswa geoscience yang melakukan kegiatan field school pada Januari lalu, dalam kegiatan Return Field School ini mereka mengundang (kami) mahasiswa geografi UI untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Adapun peserta yang dapat mengikuti kegiatan Return Field School sebanyak 7 mahasiswa geografi angkatan 2008 yakni Nadya, Emir, Vasanthi, Adityo, Salira, dan Riangga.
lokasi tersebut kami sempat mengadakan diskusi dengan salah seorang senator dengan topik mengenai AusAID. Selama di Australia kami tinggal bersama mahasiswa geoscinece Universitas Sydney, dan karena beberapa alasan kami harus berpindahpindah tempat tinggal dari rumah mahasiswa yang satu ke yang lainnya. Saya sendiri telah tinggal bersama 5 keluarga mahasiswa geoscinece, yakni pertama di rumah Alex Ray di Matraville selama 5 hari (bersama Adityo), selanjutnya di rumah keluarga Mohamad Assoum di Auburn selama 3 hari (ber tujuh), berikutnya di rumah Kate Mitchell selama 2 hari di Blue Mountains (ber tujuh) , lalu di rumah keluarga Vivian honnan di Ashfield selama 2 hari (bersama Adityo, nurintan, nadya, salira), dan di rumah keluarga Shaun Lambert selama 2 hari di northbridge (bersama Adityo, vasanthi, dan emir). Sedangkan selama di Canberra kami semua menginap di Canberra City Youth Hostel.
Tak seperti kota DKI Jakarta yang sepertinya tidak pernah mati selama 24 Jam, Kota Sydney cenderung lebih sepi pada malam hari (diatas jam 8 malam), kebanyakan dari penduduk Sydney mereka cenderung pulang ke rumah untuk berkumpul bersama keluarga dan makan malam bersama di rumah daripada melakukan aktivitas di luar rumah. Oleh karena itu situasi Sydney pada malam hari cukup berbeda dengan Jakarta di malam hari, dan saya memerlukan beberapa waktu untuk beradaptasi terutama agar tidak membuat berbagai keributan di rumah yang saya tinggali. Pengalaman Menggunakan Transportasi Umum Selama berada di Sydney, biasanya kami menggunakan transportasi umum untuk bermobilisasi. Transportasi umum di Sydney terdapat beberapa macam pilihan moda diantaranya adalah bus dan kereta. Selain itu juga terdapat kapal ferry penyeberangan dan term di
beberapa wilayah. Untuk dapat menggunakan moda transportasi ini dapat digunakan kartu langganan atau pembelian tiket sekali jalan (single trip), untuk tiket sekali jalan biayanya tergantung jarak tempuh yang dituju, untuk bus sekitar 2 – 3 AUD, untuk kereta dari 2 – 4 AUD (bahkan bisa lebih tergantung jarak). Akan tetapi akan lebih baik jika menggunakan kartu langganan karena dapat lebih hemat, bahkan bisa hemat mencapai 100 AUD dalam 1 bulan. Untuk langganan transportasi juga terdapat berbagai pilihan paket yang disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya ada paket “My Bus” yang dapat digunakan untuk menggunakan bus selama 1 kali naik, 10 kali naik, dan lainnya, ada juga paket “My Train”, dan paket transportasi lainnya. Namun jika kita harus menggunakan berbagai moda transportasi seperti kapal ferry, kereta, dan bus maka akan lebih baik jika menggunakan paket “My Multi” yang berlaku selama 1 minggu.
Situasi jalan di depan Universitas Sydney, terlihat bus dalam kota, halte, dan penyebrang jalan, Foto oleh : emir Hartato
Kegiatan ini dilakukan untuk dapat memberitahukan informasi dan pandangan mengenai budaya dan kehidupan di Sydney, Australia. Berbagai kegiatan yang terdapat dalam program ini diantaranya adalah ikut berpartisipasi dalam beberapa kegiatan pembelajaran mahasiswa geoscience di Universitas Sydney termasuk kegiatan perkuliahan dan kelompok diskusi. Selain itu juga terdapat berbagai kegiatan kebudayaan, maksudnya adalah peserta mahasiswa Indonesia dapat mengetahui kebudayaan masyarakat di Sydney karena selain ke tujuh mahasiswa Indonesia tinggal bersama keluarga mahasiswa di Sydney juga terdapat kegiatan kunjungan di sekitar Sydney diantaranya adalah berkunjung ke wilayah perbelanjaan, Kegiatan Makan Malam Bersama Keluarga Shaun Lambert, Foto: Emir Hartato paddys market, Sydney Observatory, Botanical Garden, Darling Harbour, Auburn, Northbridge, Berdasarkan pengamatan saya, kehidupan di La paraose, Ashfield, dan lokasi-lokasi lainnya. Australia lebih cenderung apa adanya dan tidak banyak yang melakukan “basa-basi”, mereka Selain di Sydney, kami juga berkunjung ke ibukota cenderung mengungkapkan apa yang ada di negara Australia, yakni Canberra. sebagai sebuah pikiran mereka, jika mereka tidak suka sesuatu kota, Canberra adalah memang sebuah kota maka mereka akan mengataknnya secara yan direncanakan sebagai pusat pemerintahan langsung, akan tetapi perlu diingat bahwa mereka Australia. Tujuan utama ke Canberra adalah untuk juga memiliki rasa menghormati dan menghargai dapat berkunjung ke parliament house dimana di yang baik.
4
Vo l u m e 9 / N o . 3 / D e s e m b e r
2 0 11
Vo l u m e 9 / N o . 3 / D e s e m b e r 2 0 11
5
Paket “My Multi” pun juga ada jenis nya ada “My Multi 1”, “My Multi 2”, dan “My Multi 3”, hal ini dibedakan berdasarkan jangkaun seperti misalnya paket “My Multi 1” hanya dapat digunakan di sekitar kota Sydney nya saja, sedangkan tiket “My Multi 3” dapat digunakan hingga Blue Mountains, tentunya harga paketnya pun juga. Untuk My Multi 1 sekitar 41 AUD, sedangkan My Multi 3 57 AUD. Kedua jenis paket ini memiliki masa berlaku selama minggu, memang cenderung mahal, akan tetapi penggunaan paket transportasi dapat lebih hemat tergantung kebutuhan dari pengguna untuk memilih paket mana yang lebih sesuai dan cocok serta lebih hemat bagi pengguna nya.
Hal yang saya amati berikutnya adalah mengenai fasilitasnya, secara keseluruhan fasilitas transportasi di Sydney tidak semuanya mewah dan modern, ada beberapa yang memang terlihat mewah dan modern akan tetapi ada juga yang terlihat biasa saja, bahkan banyak terdapat halte yang hanya terdapat 1 bangku ukuran sedang dan tiang dengan jadwal bus tanpa ada atapnya. Selain itu masyarakat juga selalu menunggu bus di halte yang disediakan, dan mereka berjalan kaki menuju halte terdekat dan memang karena jarak dari 1 halte ke halte berikutnya memang tidak terlalu jauh. Untuk dapat menaiki bus di halte setiap calon penumpang harus memberikan tanda kepada supir bus agar bus berhenti, sedangkan untuk berhenti penumpang harus menekan tombol berhenti sehingga supir bus akan berhenti di halte selanjutnya, jika tidak bus tidak akan berhenti, kecuali jika bus melewati halte yang cukup besar seperti halte di central station.
Pengguna transportasi umum disana juga memiliki keunggulan, diantaranya adalah lampu penyebrang jalan, ketika sesorang ingin menyebrang maka kita tinggal menekan tombol saja, dan menunggu beberapa saat hingga lampu penyebrang jalan berwarna hijau dan kendaraan bermotor lainnya berhenti, setelah itu kita dapat menyebrang dengan aman. Selain itu zebra cross yang terdapat di Sydney memiliki “keistimewaan” tersendiri, artinya ketika seseorang berada di pinggir zebra cross, maka kendaraan bermotor lainnya akan berhenti sehingga kita juga dapat menyebrang di zebra cross tanpa takut-takut seperti di Jakarta. Pengalaman menarik berikutnya adalah garansi bagi pengguna transportasi, maksudnya adalah pada waktu saya menggunakan kereta api dan ingin berhenti di stasiun Ashfield, pada saat itu semua kereta tidak dapat berhenti di stasiun tersebut karena adanya perbaikan jaringan rel dan perbaikan lainnya, sehingga saya terpaksa berhenti
di stasiun strathfield. Tentunya jarak dari stasiun strathfield dan stasiun ashfield memang tidak jauh, akan tetapi sebagai pendatang saya tidak tahu bagaimana cara menuju stasiun strathfield ke stasiun ashfield selain menggunakan kereta api. Ternyata, pengelola kereta api di Sydney juga menyediakn city rail bus untuk menggantikan layanan kereta api ke stasiun-stasiun yang sedang mengalami perbaikan, dan sebagai penumpang saya merasa bahwa tindakan yang dilakukan oleh pengelola sangat tepat. Tentunya setelah berkunjung ke Sydney, saya berharap bahwa kondisi transportasi di Indonesia semakin membaik, karena setibanya saya berada di Jakarta saya benar-benar merasakan perbedaan antara penggunaan transportasi di Jakarta dan di Sydney, tentunya permasalahan transportasi harus melibatkan berbagai peran baik dari pemerintah, masyrakata, maupun pihak pengelola transportasi. (rgga)
Kartu Mymulti 1 Foto: Nurintan Cynthia Bus dalam Kota Sydney, Foto oleh : Nurintan Cynthia
Foto Bersama di Sekitar Darling Harbour, Foto Oleh : Salira Vidyan
6
Vo l u m e 9 / N o . 3 / D e s e m b e r
2 0 11
Vo l u m e 9 / N o . 3 / D e s e m b e r 2 0 11
7
Pelatihan
Pelatihan Guru-guru SMA Kota Bogor: Memanfaatkan Teknologi GIS Sebagai Media Pembelajaran Di Kalangan Sekolah Oleh: Ardiansyah
Tanggal 28-30 Juli 2011, Departemen Geografi FMIPA-UI mengadakan Pelatihan Membaca Peta Digital Untuk Guru-Guru SMA Kota Bogor. Acara ini terselenggara dari kegiatan Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Universitas Indonesia yang secara rutin digelar setiap tahunnya. Sekitar 24 guru geografi dari berbagai SMA Kota Bogor baik itu swasta maupun negeri berpartisipasi dalam acara kegiatan bermanfaat ini.
peraga untuk mengajar kepada anak didik mereka. Para guru terlihat sangat antusias dalam mengikuti sesi praktikum tersebut, alasannya karena softwere Google Earth ini merupakan satu-satunya peta berbentuk 3 Dimensi dimana sangat berguna sebagai media visual untuk menggambarkan roman muka bumi.
Tentunya kesulitan para guru dalam mengajar geografi adalah memberikan visualisasi atau Adapun materi yang disampaikan adalah gambaran mengenai bentang alam. Bagaimanakah mengenai dasar-dasar pemetaan (kartografi) yang bentuk patahan, lipatan, tipe kawah, atau disampaikan oleh Drs. Hari Kartono dan materi kenampakan geologi lainnya merupakan hal yang mengenali bentang alam oleh Drs. Djamang sulit untuk dideskripsikan jika tidak ada media Ludiro. Selanjutnya, Hari kedua (tanggal 29 visualisasinya. Akhirnya para murid pun diajak Juli 2011), dilanjutkan dengan praktikum di untuk menginterpretasi atau membayangkan Lab Komputer Departemen Geografi. Pada sesi sendiri kenampakan bentang alam tersebut praktikum tersebut guru-guru diajari mengenal didalam benak mereka masing-masing terlepas bentang alam dengan memanfaatkan teknologi benar apa tidaknya. Dengan memanfaatkan Peta pengindraan jauh dan peta digital. Penulis yang dan Citra Digital tentunya ini dapat menjadi pada sesi tersebut bertindak sebagai pengajar, media peraga oleh para guru geografi untuk juga mengenalkan teknologi softwere Google memberikan gambaran atau visualisasi sehingga Earth sebagai tools yang diharapkan nanti dapat murid-murid dapat dengan mudah memahami dimanfaatkan oleh guru-guru sebagai media dan mengenali bentang alam yang dimaksud. Teknik overlay peta geologi kedalam Google Earth (Lokasi: Gunung Tangkuban Perahu) dengan perspektif tampilan 3 dimensi.
Hari ketiga (30 Juli 2011), dilanjutkan dengan studi lapang ke Gunung Tangkuban Perahu. Setelah mempelajari dan menginterpretasi roman muka bumi dari peta dan citra digital di lab komputer, selanjutnya para guru diajak ke lapangan untuk melihat bentukan alam yang sebenarnya. Pada kegiatan lapang ini, Departemen Geografi mengundang Bapak T. Bachtiar (Peneliti Cekungan Bandung) sebagai interpreter dan guide untuk menjelaskan seputar geologi serta prosesnya yang terjadi di Gunung Tangkuban Perahu dan sekitarnya. Beliau menjelaskan mengenai geologi di seputaran patahan lembang dan proses terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu yang diawali dari pembentukan Gunung Sunda.
Pemaparan mengenai proses pembentukan Gunung Tangkuban Perahu.
Tentunya, kegiatan ini diharapkan agar para guru dapat memanfaatkan teknologi GIS sebagai media mengajar .Selain itu, dengan memanfaatkan teknologi yang sedemikian maju, diharapkan menumbuhkan minat murid sekolah untuk mencintai bidang geografi.
Para guru yang mengikuti studi lapang di punggungan kawah Gunung Tangkuban Perahu.
8
Vo l u m e 9 / N o . 3 / D e s e m b e r
2 0 11
Vo l u m e 9 / N o . 3 / D e s e m b e r 2 0 11
9
Penelitian
Prinsip Kebijakan Pengelolaan Sampah Oleh: Ujang Solihin Sidik
Latar Belakang Secara umum pola penanganan sampah di Indonesia hanya melalui tahapan paling sederhana, yaitu kumpul, angkut, dan buang. Selama puluhan tahun pola penanganan tersebut telah berlangsung dan terpatri menjadi kebijakan yang umum dilaksanakan pemerintah. Pola pengelolaan sampah tersebut berjalan karena dilandasi oleh mindset bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak berguna sehingga harus dibuang. Sehingga pendekatan yang dijalankan adalah pendekatan melalui penyelesaian di akhir (end of pipe). Pada 8 Mei 2008, Pemerintah menetapkan Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Amanat utama pengelolaan sampah dalam UU No. 18/2008 adalah mengubah paradigma pengelolaan sampah dari kumpulangkut-buang menjadi pengurangan di sumber (reduce at source) dan daur ulang sumberdaya (resources recycle). Pendekatan yang tepat menggantikan pendekatan end of pipe yang selama ini dijalankan adalah dengan mengimplementasikan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle), extended producer responsiblity (EPR), pemanfaatan sampah (waste utilisation), dan pemrosesan akhir sampah di TPA yang environmentally sound manner. Penerapan prinsip-prinsip tersebut dilaksanakan sejak dari hulu pada saat barang dan kemasan belum dimanfaatkan dan menjadi sampah, sampai dengan hilir pada saat barang dan kemasan mencapai akhir masa gunanya (end of life). UU No. 18 Tahun 2008 selanjutnya mengamanatkan perlunya perubahan yang mendasar dalam pengelolaan sampah yang selama ini dijalankan. Sesuai amanat Pasal 19 undang-undang tersebut, pengelolaan sampah dibagi dalam dua kegiatan pokok, yaitu pengurangan sampah dan penanganan sampah. Tiga aktivitas utama dalam penyelenggaraan kegiatan pengurangan sampah, yaitu pembatasan timbulan sampah, pendauran-ulang sampah
10
langsung, proses daur-ulang, atau proses lainnya. Sampah sebagai sumber daya alternatif antara lain dapat di daur ulang menjadi produk baru, dapat dimanfaatkan melalui proses biologi (kompos, biogas dll) dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Sampah yang selama ini hanya dibuang, dalam ketentuan ini dapat dimanfaatkan sebagai pengganti sumber daya alami (virgin resources) sehingga dapat menghemat penggunaan sumber daya sebagai upaya nyata penerapan prinsip resource efficiency.
dan pemanfaatan kembali sampah. Ketiga kegiatan tersebut merupakan perwujudan dari prinsip pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan. Kegiatan pengurangan sampah tersebut bermakna agar seluruh lapisan masyarakat, baik pemerintah, kalangan dunia usaha maupun masyarakat luas pada umumnya melaksanakan tiga kegiatan dimaksud melalui upaya-upaya yang cerdas, efisien dan terprogram. Upaya pengurangan sampah yang merupakan langkah awal sejak sebelum suatu produk dan/atau kemasan menjadi sampah sampai dengan upaya untuk mengolah dan memanfaatkan sampah selama berada di sumber-sumber sampah, diakui merupakan suatu rangkaian kegiatan yang belum banyak dikenal masyarakat dan selama ini baru sebagian kecil yang telah dilaksanakan. Upaya pengurangan sampah ini sangat penting dilaksanakan jika kita semua bangsa di Asia, termasuk Indonesia tidak ingin mengalami krisis sampah (garbage crisis) pada 2030 sebagaimana yang diramalkan oleh hasil studi The Asian Development Bank (ADB). Lima aktivitas utama dalam penyelenggaraan kegiatan penanganan sampah adalah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Kegiatan penanganan sampah bermakna agar pada saatnya nanti seluruh lapisan masyarakat dapat terlayani dan seluruh sampah yang timbul dapat dipilah, dikumpulkan, diangkut, diolah dan ditransfer ke tempat pemrosesan akhir. Seluruh rangkaian kegiatan penanganan sampah semestinya dilakukan dengan baik, sehingga gangguan terhadap kesehatan dan dampak lingkungan yang timbul dapat diminimalisir mengingat kondisi penanganan sampah pada saat ini masih jauh dari harapan. Seluruh lapisan masyarakat harus merubah pandangannya dan memperlakukan sampah sebagai sumberdaya alternatif yang sejauh mungkin dimanfaatkan kembali, baik secara
Vo l u m e 9 / N o . 3 / D e s e m b e r
2 0 11
Gambar 1. Filosofi penerapan prinsip 3R
Prinsip 3R Secara sederhana filosofi penerapan prinsip 3R dalam pengelolaan sampah dapat digambarkan melalui life cycle analisys seperti terdapat pada Gambar 1. Dengan analisis tersebut didapatkan fakta bahwa, prinsip 3R sesungguhnya mengandung arti yang sangat luas, tidak sesederhana sebagaimana dipahami sebagian besar masyarakat. Prinsip 3R dalam pengelolaan sampah erat kaitannya dengan prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development), khususnya dalam pelaksanaan penghematan sumber daya (resource efficiency) dan penghematan energi (energy efficiency). Dengan menjalankan prinsip 3R maka terjadi upaya pengurangan ekstraksi sumber daya karena sebagian bahan baku dapat terpenuhi dari sampah yang didaur-ulang dan sampah yang diguna-ulang. Sebagai tambahan, penggunaan bahan baku daur ulang untuk menghasilkan suatu produk telah terbukti menggunakan lebih sedikit energi dibandingkan menggunakan bahan baku alami (virgin material). Sehingga penerapan prinsip 3R adalah solusi cerdas atas semakin terbatasnya sumber daya alam dan kelangkaan energi. Di sektor energi sendiri, sampah adalah sumber energi alternatif pengganti energi fosil. Pemanfaatan sampah sebagai pembangkit energi merupakan hal yang lazim di beberapa negara maju dengan menggunakan berbagai metode, antara lain insinerasi, methane capture, biomass, dan refuse-derived fuel (RDF). Dari sisi lingkungan, penerapan prinsip 3R merupakan langkah nyata upaya pengendalian dan pencemaran lingkungan karena dengan melakukan 3R maka akan terjadi pengurangan beban pencemar (pollutant load) yang dibuang ke lingkungan, baik pencemar air, tanah maupun udara. Bahkan, terkait perubahan iklim, implementasi 3R adalah usaha nyata mitigasi perubahan iklim karena dengan melaksanakan 3R dalam pengelolaan sampah dapat mengurangi emisi gas metana (CH4), yaitu salah satu gas rumah kaca (GRK) yang daya rusaknya terhadap lapisan ozon 21 kali lebih Vo l u m e 9 / N o . 3 / D e s e m b e r 2 0 11
11
kuat dibanding karbondioksida (CO2). Kebijakan Pengelolaan Sampah Nasional Guna menindaklanjuti dan melaksanakan amanat UU No. 18 Tahun 2008 maka perlu disusun kebijakan pengelolaan sampah nasional. Kebijakan nasional tersebut dilandasi atas 5 pilar utama, yaitu: 1. Pengurangan sampah; 2. Penanganan sampah; 3. Pemanfaatan sampah; 4. Peningkatan kapasitas; dan 5. Pengembangan kerjasama international.
Salah satu bentuk pengaturan dalam pengurangan sampah yang penting ditekankan adalah penerapan kebijakan pelabelan produk dan/atau kemasan dan penerapan mekanisme extended producer responsibility (EPR) untuk kalangan produsen, importir, dan retailer.
Sampah yang berasal dari kemasan dan wadah, khususnya untuk pangan, berkontribusi cukup signifikan terhadap total jumlah timbulan sampah. Kontribusi sampah kemasan dan wadah terhadap komposisi timbulan sampah menurut data 2008 antara 15-20%. Meningkat cukup Prinsip pertama kebijakan pengurangan tinggi dibanding data 2000 yang sekitar 10sampah adalah mengembangkan regulasi untuk 15%. Jika tidak diantisipasi, peningkatan jumlah menghindari dan membatasi timbulnya sampah sampah ini akan menjadi beban bagi lingkungan. pada saat mendisain produk dan kemasan serta Sesungguhnya, sebagian besar sampah kemasan
Gambar 3. Diagram Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah
Sementara itu, EPR adalah strategi yang didisain dalam upaya mengintegrasikan biaya-biaya lingkungan ke dalam seluruh proses produksi suatu barang sampai produk itu tidak dapat dipakai lagi (life cycle produk tersebut) sehingga biaya-biaya lingkungan menjadi bagian dari komponen harga pasar produk tersebut. Dengan mekanisme EPR tersebut, para produsen harus bertanggungjawab terhadap seluruh life cycle produk dan/atau kemasan dari produk yang mereka hasilkan. Gambar 2. Transformasi kebijakan pengelolaan sampah
pada saat memanfaatkan produk dan kemasan. Prinsip kedua adalah mengembangkan peraturan untuk mendorong pelaksanaan daur ulang sampah, baik skala individu, skala komunal, skala kawasan maupun skala industri. Sehingga target pengurangan sampah nasional melalui daur ulang dan pemanfaatan sampah sebesar 7% per tahun dapat tercapai. Tujuan akhir dari kebijakan ini adalah menciptakan iklim green business, green procurement dan green purchasing serta mewujudkan green life style.
12
dan wadah adalah barang reusable dan recyclable sehingga dapat didayagunakan untuk mengurangi beban lingkungan. Dengan menerapkan label pada produk, kemasan dan wadah, dapat memberikan informasi sekaligus pemahaman kepada setiap dan semua orang bahwa, produk, kemasan dan wadah bekas adalah barang yang tidak layak dibuang tapi harus didaur-ulang. Label juga menjadi entry point untuk memberikan guidance bagi setiap orang untuk melakukan pemilahan sampah.
Vo l u m e 9 / N o . 3 / D e s e m b e r
2 0 11
kaitannya dengan kebijakan penanganan sampah. Dengan kebijakan ini diharapkan menciptakan peluang kepada dunia usaha untuk mengembangkan bisnis pemanfaatan sampah untuk pengembangan pertanian organik dan sumber energi alternatif sebagai wujud daur ulang energi (energy recovery) dengan menggunakan berbagai teknologi yang ada.
Prinsip kebijakan peningkatan kapasitas dan pengembangan kerjasama internasional adalah perwujudan dari upaya terus-menerus dalam Untuk penerapan kebijakan penanganan sampah rangka meningkatkan kapasitas dan kinerja wajib berlandaskan pada prinsip peningkatan pengelolaan sampah melalui penyediaan kinerja pelayanan penanganan sampah oleh anggaran, penyediaan sarana dan prasarana, pemerintah daerah sejak pemilahan, pengumpulan pengembangan peraturan, pendidikan dan dan pengangkutan, pengolahan, serta pemrosesan pelatihan, pengawasan dan penegakan hukum, akhir di TPA, dengan memperhatikan persyaratan alih pengetahuan dan teknologi, kerjasama lingkungan yang ditetapkan. Salah satu kebijakan bantuan teknis serta penggalian sumber-sumber penanganan sampah yang sangat penting dan pendanaan. harus implementatif pada 2013 adalah kebijakan pelarangan TPA dengan sistem pembuangan Pemilahan Sampah Kunci 3R terbuka (open dumping). Sebagai upaya ‘membumikan’ perubahan paradigma tentang sampah tersebut, praktek Kebijakan pemanfaatan sampah sangat erat mengolah dan memanfaatkan sampah harus Vo l u m e 9 / N o . 3 / D e s e m b e r 2 0 11
13
menjadi langkah nyata baru kita dalam mengelola sampah, meninggalkan cara lama yang hanya membuang sampah. Tindakan nyata mengelola sampah dengan benar dapat dilakukan mulai dari yang paling sederhana, yaitu mengubah sampah menjadi kompos di rumah-rumah kita, sampai dengan mengolah dan memanfaatkan sampah dalam skala bisinis yang besar dengan menggunakan teknologi tinggi. Prinsip utama mengelola sampah yang benar adalah mencegah timbulnya sampah, mengguna-ulang sampah, dan mendaur-ulang sampah. Itulah prinsip 3R (reduce, reuse, recycle). Jika prinsip tersebut dijalankan dengan konsisten, maka akan mendatangkan manfaat yang sangat banyak bagi kehidupan karena mampu mengurangi beban polutan bagi lingkungan hidup, mengurangi resiko kesehatan, menghemat penggunaan sumber daya alam dan energi, serta mendatangkan benefit ekonomi bagi banyak orang.
bagaimana memilah sampah yang luar biasa rinci hingga 518 jenis item . Jerman juga memiliki cerita sukses mengenai pentingnya memilah sampah. Pada 1990, Jerman hanya mampu mendaur-ulang sampah hanya sebesar 13% dengan memilah sampah hanya terbatas pada jenis bio-waste, kertas, dan gelas. Tahun 2004 angka persentase daur ulang meningkat tajam menjadi 56%. Sukses tersebut dihasilkan karena Jerman menambah satu item sampah wajib pilah, yaitu kemasan, dan menjalankan prosedur pemilahan dengan ketat dan konsisten.
Kesuksesan terkait pemilahan sampah sebetulnya bukan milik negara lain saja. Indonesia dengan caranya sendiri bahkan melahirkan ide inovatif yang cerdas tentang bagaimana caranya mengajak masyarakat memilah sampah. Dengan cara cerdas ini akhirnya masyarakat terdidik untuk memilah Namun demikian, pelaksanaan prinsip kelola sampah dengan kesadaran sendiri. Praktek Bank sampah dengan 3R belum menjadi budaya dan Sampah yang berkembang saat ini di Kabupaten kebiasaan orang kebanyakan. Kegiatan daur Bantul DI Jogjakarta yang dipelopori oleh ulang dan pemanfaatan sampah lebih banyak jadi Bambang Suwerda adalah cerita sukses orang wacana, bukan tindakan nyata. Salah satu kendala Indonesia memilah sampah. utama penyebab rendahnya tingkat guna ulang, daur ulang, dan pemanfaatan sampah adalah Bank sampah adalah salah satu strategi masyarakat kita tidak terbiasa memilah sampah, penerapan 3R dalam pengelolaan sampah di baik di sumber maupun di tempat penampungan tingkat masyarakat. Pelaksanaan bank sampah sementara. Para ahli dan praktisi 3R meyakini pada prinsipnya adalah satu rekayasa sosial bahwa penentu 50% keberhasilan kegiatan daur (social engineering) untuk mengajak masyarakat ulang adalah ditentukan oleh pemilahan sampah. memilah sampah. Mengajak masyarakat Rumus umum para pelaku daur ulang menyatakan memilah sampah adalah pekerjaan yang sangat bahwa sampah yang dicampur, apalagi dalam sulit karena menyangkut kebiasaan, budaya, keadaan kotor (mixed and dirty) nilainya adalah dan ketidakpedulian sebagian besar masyarakat nol. Nilai sampah akan melonjak berlipat-lipat yang sangat rendah. Melalui bank sampah, ketika sampah dipilah sesuai jenisnya dan dalam akhirnya ditemukan satu solusi inovatif untuk keadaan bersih. ‘memaksa’ masyarakat memilah sampah. Dengan menyamakan sampah serupa uang atau barang Keberhasilan Jepang dalam daur ulang di tingkat berharga yang dapat ditabung, masyarakat rumah tangga yang mencapai 70-80% ditentukan akhirnya terdidik untuk menghargai sampah oleh sangat baiknya prosedur pemilahan sesuai jenis dan nilainya sehingga mereka mau dan pengumpulan sampah yang dilakukan memilah sampah. masyarakat. Di Jepang umumnya sampah dipilah menjadi sampah yang dapat didaur- Peran Dunia Usaha (Produsen, Importir, dan ulang (recyclable) seperti PET botol dan kaleng Retailer) minuman (can), kertas, serta yang dapat dibakar Spirit utama dari UU 18/2008 tentang (combustible). Namun Pemerintah Yokohama Pengelolaan Sampah adalah secara revolusioner City membuat buku panduan kepada warganya mengubah paradigma pengelolaan sampah
14
Vo l u m e 9 / N o . 3 / D e s e m b e r
2 0 11
dari end of pipe menjadi reduce at souces and resources recycle. Dengan paradigma baru tersebut, pengelolaan sampah harus bertumpu pada, pertama, pembatasan (timbulan) sampah sejak dari sumbernya karena jika tidak terkelola baik, sampah berpotensi menjadi polutan yang membahayakan lingkungan dan manusia. Kedua, pemanfaatan sampah sebagai sumber daya atau sumber energi sehingga dapat mendatangkan manfaat yang lebih banyak.
Producer Responsibility (1990) cukup komprehensif, yaitu: “Extended Producer Responsibility is an environmental protection strategy to reach an environmental objective of a decreased total environmental impact from a product, by making the manufacturer of the product responsible for the entire life-cycle of the product and especially for the take-back, recycling and final disposal of the product. The Extended Producer Responsibility is implemented through administrative, economic Maka, terkait dengan upaya pengurangan and informative instruments. The composition of sampah, peran dan tanggung jawab masyarakat these instruments determines the precise form of dan dunia usaha menjadi sangat penting. Pasal the Extended Producer Responsibility”. 14 dan 15 UU 18 Tahun 2008 secara tegas mengamanatkan peran dan tanggung jawab Secara lebih sederhana Organisation for Economic produsen dalam pengelolaan sampah. Kedua Co-operation and Development (OECD) pasal tersebut menjadi landasan hukum bagi mengartikan EPR sebagai strategi yang didisain Pemerintah untuk menuntut peran dan tanggung dalam upaya mengintegrasikan biaya-biaya jawab produsen dalam upaya pengurangan dan lingkungan ke dalam seluruh proses produksi penanganan sampah, karena produsen, melalui suatu barang sampai produk itu tidak dapat produk dan kemasan produk yang dihasilkan, dipakai lagi (life cycle) produk tersebut sehingga adalah salah satu sumber penghasil sampah. biaya-biaya lingkungan menjadi bagian dari komponen harga pasar produk tersebut (OECD • Pasal 14: Setiap produsen harus 1999, dapat diakses pada http://en.wikipedia. mencantumkan label atau tanda yang org/wiki/Extended_producer_responsibility). berhubungan dengan pengurangan dan Dengan strategi EPR tersebut, para produsen penanganan sampah pada kemasan dan/atau harus bertanggungjawab terhadap seluruh life produknya. cycle produk dan/atau kemasan dari produk • Pasal 15: Produsen wajib mengelola kemasan yang mereka hasilkan. Ini artinya, perusahaan dan/atau barang yang diproduksinya yang yang menjual dan/atau mengimpor produk dan tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam. kemasan yang potensi menghasilkan sampah wajib bertanggungjawab, baik secara financial Pasal 15 UU No. 18 Tahun 2008 adalah landasan maupun fisik, terhadap produk dan/atau kemasan hukum diwajibkannya (mandatory basis) yang masa pakainya telah usai. penerapan extended producer responsibility (EPR) untuk produk atau kemasan yang akan Mekanisme EPR yang biasa digunakan adalah ditentukan lebih lanjut. Kendaraan bermotor, melalui penarikan kembali produk dan/atau peralatan listrik dan barang elektronik serta kemasan yang habis masa pakainya (take-back kemasan produk tertentu adalah contoh lazim schemes), jaminan/pembayaran kembali (deposit/ dalam penerapan EPR di negara maju. Dari sisi refund systems), dan biaya penanganan sampah praktis, penerapan EPR akan berbeda di tiap di TPA (disposal fee programs). Penanganan lebih negara, namun terdapat beberapa prinsip dasar lanjut atas produk dan/atau kemasan yang terkena yang harus menjadi bagian tidak terpisahkan dari kewajiban EPR dapat berupa daur urang material pengembangan strategi penerapan EPR. Berikut (material recovery) dan daur ulang sampah adalah kerangka strategy implementaion EPR. menjadi energi (energy recovery). Seluruh proses ini dapat dilaksanakan sendiri oleh produsen/ Terdapat beberapa pengertian terkait dengan perusahaan atau mendelegasikan tanggung jawab EPR, namun penjelasan dari Thomas Lindhqvist tersebut ke pihak ketiga, dimana pihak ketiga dan Karl Lidgren dalam Models for Extended tersebut dibayar untuk mengumpulkan dan Vo l u m e 9 / N o . 3 / D e s e m b e r 2 0 11
15
mengelola produk dan/atau kemasan mereka.
impotir, dan/atau penjual memasukkan biaya pengelolaan sampah ke dalam harga produk Jadi, EPR memindahkan sebagian tanggung jawab mereka (Hanisch 2000, diakses pada http:// pemerintah dalam pengelolaan sampah kepada en.wikipedia.org/wiki/Extended_producer_ pelaku usaha, dimana mengharuskan produsen, responsibility).
Go International
Report Konferensi State of The Map 2011 dan FOSS4G 2011 di Denver, Colorado Oleh : Vasanthi dan Emir
Kompetisi OpenStreetMap (OSM) telah berakhir bulan Agustus yang lalu! Nama-nama pemenang pun telah diumumkan. Selamat untuk Dimas Rahardjo (Universitas Indonesia), Irwan Abdul Rohman (Institut Teknologi Bandung), Irwan Maryon (Universitas Andalas), Andriya Gunartono (Institut Tekhnologi Sepuluh November), dan Bakhtiar Arif Mujianto (Universitas Gadjah Mada), kelimapemenang ini berkesempatan berkunjung ke Denver, Colorado, USA dalam rangka menghadiri konferensi tahunan OpenStreetMap State of The Map (SoTM) dan juga konferensi Free Open Source Software for Geospatial (FOSS4G) yang diselenggarakan oleh OSGeo. Mereka berangkat bersama Vasanthi dan Emir Hartato dari Departemen Geografi Universitas Indonesia, yang sebelumnya telah berpartisipasi pada pilot project OpenStreetMap di Indonesia. State of The Map 2011 berlangsung di Kampus Auraria, Colorado University, Denver pada 9-11 September 2011. Dari 7 mahasiswa yang berkesempatan datang ke conference ini, 4 diantaranya tidak dapat hadir pada State of The Map karena masalah visa. Namun 4 mahasiswa tersebut akhirnya dapat menghadiri konferensi FOSS4G.
Gambar 4. Contoh penerapan EPR di Kanada
Menurut keynote speech dari Steve Coast, peserta SoTM berjumlah 250 orang, 150 orang diantaranya berasal dari Amerika Serikat, yang lainnya berasal dari 34 negara berbeda, dan pada konferemsi ini terdapat 50 sesi presentasi. Para peserta yang hadir sangat ramah, mereka juga bersemangat karena dapat berjumpa dengan komunitas yang berasal dari seluruh penjuru dunia. Kami juga berjumpa dengan peraih beasiswa lainnya antara lain Guensmork Alcindari dari Haiti, Parveen Arora dari India, Maning Sambale dari Filipina, dan Humberto Yances dari Kolombia. Setiap orang memiliki keperluan yang berbedabeda dalam menggunakan OpenStreetMap. Diantara para peserta tersebut terdapat orang-
16
Vo l u m e 9 / N o . 3 / D e s e m b e r
2 0 11
orang yang berasal dari latar belakang yang berbeda pula. Ada yang merupakan kartografer, dan banyak pula yang merupakan developer; mereka menggunakan OpenStreetMap untuk menghasilkan produk-produk tertentu. Namun ada pula beberapa dari mereka yang hadir hanya untuk hiburan dan bersosialisasi dengan anggota komunitas OpenStreetMap lainnya. Pada sesi terakhir SoTM diadakan sesi penutup, seluruh hadirin diajak untuk mengikuti lelang barangbarang yang telah digunakan selama acara, mulai dari poster hingga laptop yang digunakan untuk registrasi pun dilelang dengan sukses. Konferensi State of The Map dibuka oleh Richard Weait dengan tema Be a Mapper! (slide presentasi dapat dilihat di weait.com/sotm11keynote/keynote-sotm2011.html). Setelah itu sesi umum yang berlangsung hingga coffee break menampilkan beberapa pembicara yang umumnya menjelaskan berbagai tips dan trik bagaimana membuat sebuah produk software dengan menggunakan data dari OpenStreetMap. Mulai dari menambahkan nilai produk oleh Coleman McCormick (presentasi dapat dilihat di ustream.tv/recorded/17163302), penjelasan konsep landmark oleh Stephen Winter, dan juga OpenStreetMap untuk entrepreneur oleh William A. Rutledge (presentasi dapat dilihat di ustream. tv/recorded/17164297). Setelah sesi umum, kemudian konferensi berlangsung di dua tempat sesuai dengan topik dan tema yang berbeda-beda. Ada suatu sesi yang menarik yaitu sesi Lightning Talks. Seperti namanya, sesi presentasi ini bervariasi dari cara mengumpulkan data (misalnya menggunakan Walking Papers) hingga menjadikan data (misalnya menjadi Pretty Maps), dan berlangsung dalam sesi kecil dan cepat dan dipresentasikan dari berbagai negara (misalnya dari Inggris, Tunisia, Haiti, Indonesia, Georgia, dan Filipina). Sebagian besar memberikan presentasi mengenai perkembangan dan berbagai masalah yang dihadapi pada komunitas OpenStreetMap di Negara masing-masing.
Vo l u m e 9 / N o . 3 / D e s e m b e r 2 0 11
17
Sesi favorit saya adalah sesi mengenai metode penelitian yang disebut dengan citizen science. Dasar dari metode ini adalah demokratisasi dari riset sains yang melibatkan masyarakat dan scientists atau peneliti amatir. Pada sesi ini, pembicara merupakan perwakilan dari Public Laboratory dan Grassroots Jerusalem, serta Muki Haklay. Public Laboratory telah melakukan pekerjaan yang luar biasa dengan mamanfaatkan hardware dan software sehingga berguna dan mudah bagi siapapun untuk memperoleh datanya sendiri. Pada State of The Map ini, mereka fokus pada pemetaan murah menggunakan foto udara yang dibuat dengan menggunakan kamera yang diterbangkan menggunakan layang-layang dan balon. Yang paling terkenal, teknik ini telah digunakan untuk memetakan tumpahan minyak di TelukMeksiko. Sedangkan Grassroots Jerusalem telah memetakan kota Jerusalem dengan cara yang kolaboratif.
oleh OSGeo yang tahun 2011 di selenggarakan di Denver, setelah tahun-tahun sebelumnya diselenggarakan di Barcelona, Sydney, dan Cape Town. Acara FOSS4G ini bekerjasama dengan GITA (THE Geospatial Information and Technology Association) yang telah memiliki banyak sekali pengalaman merancang berbagai konferensi geospasial. Atmosfer FOSS4G agak sedikit berbeda dengan SoTM. Jauh lebih banyak developer software dan sesi-sesi acaranya diisi dengan materi-materi yang bersifat lebih teknis. Beberapa tahun terakhir telah terjadi berbagai perubahan substansial pada industri geospasial. Salah satu perubahan substansial yang dimaksud adalah hingga saat ini telah terjadi pertumbuhan pesat pada kematangan dan adopsi dari konsep free and open source software. Bahkan dalam beberapa kasus, organisasi menggunakan gabungan dari konsep terbuka dan tertutup (open and closed solutions). Dengan pertumbuhan minat pada solusi menggunakan konsep open Setelah acara konferensi selesai, peserta diajak source, seperti yang sudah diduga sekitar 1000 untuk menyaksikan pertandingan baseball antara orang menghadiri konferensi ini. tim tuan rumah Rockies melawan Cincinnati di stadion Coors Field. Beberapa poin penting dari konferensi FOSS4G 2011 ini antara lain: Satu hari berselang setelah SoTM 2011 berakhir, • Mapnik. Hampir di semua sesi paling tidak kami pun mengikuti konferensi lainnya yaitu menggunakan beberapa komponen Mapnik. FOSS4G, FOSS4G (Free and Open Source Mapnik seperti telah menjadi “mesin Software for Geospatial) merupakan konferensi kartografi” dari GIS. Inovasinya berkembang yang sangat besar yang memiliki fokus pada sangat cepat dan Mapnik merupakan pilihan penyediaan software-software geospasial yang utama bagi siapapun yang ingin membuat open source sehingga dapat dimanfaatkan peta yang berguna dan tampak indah. oleh semua orang. FOSS4G diselenggarakan • PostGIS — PostGIS 2.0 akan diluncurkan
pada kuarter awal tahun 2012 dan sepertinya desktop komputer mereka. QGIS (Quantum akan mengalahkan database spasial lainnya. GIS) digunakan hampir oleh semua orang Seperti halnya Mapnik, sebagian besar di konferensi ini. Pada beberapa tahun belakangan, QGIS telah bertransformasi sesi yang ada pada FOSS4G menggunakan menjadi aplikasi yang layak untuk dijadikan semacam komponen PostGIS. • Desainer. Satuhal yang telah familiar, pilihan utama dalam mengolah data GIS. “GIS tradisional” didesain by scientists for Mengkombinasikan QGIS dan Mapnik juga dapat menghasilkan kartografi yang sangat scientists. Bisa dibilang masih sulit digunakan oleh orang awam. Namun pada konferensi indah yang sulit ditandingi dengan yang lainnya. FOSS4G 2011 ini, banyak perusahaanperusahaan yang mempekerjakan desainer • JavaScript not Flex/Silverlight — Bukan untuk memastikan bahwa produk aplikasi dan merupakan suatu kejutan bahwa pengguna peta yang mereka hasilkan dapat digunakan open source tidak banyak yang menggunakan dengan mudah oleh siapapun. Flex atau Silverlight, namun aplikasi-aplikasi web HTML5 mendominasi pada konferensi • QGIS — Paling tidak di Amerika Utara, QGIS telah menjadi salah satu menu utama pada ini.
Gambar 2.Peserta FOSS4G dari Indonesia bersama perwakilan dari AIFDR dan Humanitarian OpenStreetMap Team
Gambar 1.Peserta State of The Map 2011 yang berasal dari 34 negara berbeda.
18
Vo l u m e 9 / N o . 3 / D e s e m b e r
2 0 11
Vo l u m e 9 / N o . 3 / D e s e m b e r 2 0 11
19
Opini
Kampusiana
Kebumen dan Metode Penelitian Geografi Nurul Sri Rahatiningtyas
[email protected]
Tanggal 21-25 November 2011, Departemen Geografi FMIPA UI kembali mengadakan kegiatan Kuliah Kerja Lapang (KKL). Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa Geografi angkatan 2009 dan didampingi oleh 4 orang dosen yaitu Pak Sobirin, Ibu Tuty Handayani, Mas Adi Wibowo, dan Mas Andry Rustanto. Kegiatan ini merupakan KKL yang kedua untuk mahasiswa angkatan 2009.
diwakili oleh 4 kelompok.
Lokasi yang dipilih dalam kegiatan ini adalah Kabupaten Kebumen. Adapun lokasi basecamp yang dipilih adalah Kampus LIPI di Karangsambung. Para peserta KKL 2 dibagi kedalam 16 kelompok yang berada pada 4 kecamatan yaitu Sadang, Karanggayam, Pejagoan, dan Karangsambung. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Masingmasing kelompok melakukan penelitian sesuai dengan tema telah ditentukan. Setiap kecamatan
Selain melakukan survey lapang, para peserta KKL 2 juga mendengarkan paparan dari salah satu peneliti di Kampus Geologi LIPI ini mengenai gambaran umum Karangsambung dan Kebumen. Di bagian akhir kegiatan ini, para peserta KKL 2 mempresentasikan sedikit gambaran mengenai hasil akhir penelitian ini di depan perwakilan pemerintah daerah.
Selama di lapangan, setiap kelompok mempraktekan pengetahuan mereka mengenai metode penelitian geografi melalui survey lapang. Baik penelitian geografi fisik (geologi, geomorfologi, dan hidrologi), geografi manusia (sosial ekonomi masyarakat), maupun teknis pemetaan.
Ilmu Geografi dan Kerangka Pikir Sistem Oleh: Nuzul Achjar
Kerangka pikir sistem dalam ilmu geografi sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru. Ketika masih bergelut sebagai mahasiswa sekitar akhir awal tahun 1980an, di Perpustakaan LAPAN saya menemukan sebuah buku berjudul “Urban and Regional Analysis” yang ditulis oleh Alan Wilson. Kalau dilihat dari ukuran mahasiswa pada jaman itu, saya kira buku tersebut boleh dikatakan sangat advanced. Banyak sekali penjelasan tentang interaksi menggunakan matematika dan skema-skema yang saya tidak begitu paham.
kemampuan investasi, dan dan investasi akan mempengaruhi output, dan seterusnya. Ada proses umpan balik (feedback) dalam system dynamic.
Berkaitan dengan kerangka pikir sistem, sebuah buku berjudul “Anthropogenic Geomorphology: Subject and System” menarik untuk disimak. Buku yang dieditori oleh Jozsef Szabo (2006) tersebut tidak berbicara tentang applikasi dari model system dynamic, tetapi lebih pada cara berpikir sistem dalam memahami fenomena Baberapa tahun terakhir, dalam berbagai geomorfologi atau perubahan lanskap muka kesempatan secara agak intens terlibat dalam bumi. Pandangan Szabo memperkuat apa yang penelitian empiris ataupun diskusi tentang disampaikan kampiun geomorfologi sekaliber pendekatan spatial dynamic, ingatan saya Alacantara bahwa persoalan kebencanaan adalah kembali melayang ke masa lalu ketika pertama persoalan manusia dan orientasi riset dalam kali membaca buku Alan Wilson yang kemudian geomofologi sudah berubah banyak. membawa saya pada sebuah keyakinan bahwa konsepsi system dynamic sangat berguna untuk Pada awal tulisannya, Szabo menulis: memahami persoalan spasial secara lebih Today the human agent is equal in importance komprehensif dan terpadu. Apalagi ilmu geografi to other geomorphic factors. Although the concern dengan interaksi antara lingkungan fisik energy released by human society is insignificant dan manusia, lebih khusus lagi tentang konsep compared to the endogenic forces of the pembangunan berkelanjutan. Earth (tectonic movements, volcanic activity,
earthquakes), human impact is not only commeasurable to the influence of exogenic processes but even surpasses their efficiency. Exponential population increase involved higher demands and the energy made available to meet the demands resulted in large-scale reworking of surface materials – at an even more rapidly growing rate, a process which is likely to be continued in the future.
Dulu orang hanya percaya bahwa produksi pertanian ditentukan oleh faktor iklim semata, dan faktor iklim tidak dipengaruhi oleh produksi pertanian. Dewasa ini argumentasi tersebut telah terbantahkan bahwa kegiatan manusia termasuk kegiatan pertanian dan industri pengolahan akan mempengaruhi iklim dan iklim mempengaruhi produksi pertanian, dan produk pertanian boleh jadi akan mempengaruhi output industri manufaktur yang dalam proses produksinya The subject of anthropogenic geomorphology is the description of the wide and ever-widening mengeluarkan emisi. range of surface landforms, extremely diverse in Konsepsi system dynamic berbeda dengan dengan origin and in purpose, created by the operation misalnya ekonometrika yang mengatakan bahwa of human society. In a broader sense, artificially output perekonomian adalah fungsi dari stok created landforms have manifold influences on kapital dan tenaga kerja. Dalam system dynamic, the environment (e.g. alterations in meso- and pertumbuhan output memerlukan input dari microclimate, biota, etc.) and modify natural stok sumber daya alam. Berkurangnya sumber processes. daya alam yang pada gilirannya mempengaruhi
20
Vo l u m e 9 / N o . 3 / D e s e m b e r
2 0 11
Vo l u m e 9 / N o . 3 / D e s e m b e r 2 0 11
21
Dalam konteks Indonesia, buku Szabo seyogyanya dapat memberi inspirasi atau barangkali semangat bahwa geographical geomorphology atau geomorfologinya orang geografi ternyata tidaklah sesempit apa yang mungkin pernah kita kenal tentang pelajaran geomorfologi tradisional. Mungkin sudah terlanjut terekam dalam memori bahwa geomorfologi sebagai sesuatu yang “kering”, itu ke itu saja tanpa innovasi.”
Ada persoalan pengembangan keilmuan oleh institusi pendidikan tinggi geografi. Dan persoalan institusi pendidikan tinggi geografi adalah persoalan kompentesi dalam pengajaran dan pengembangan keilmuan. Kompetensi pengajaran dan pengembangan ilmu geografi terkait dengan, antara lain penguasaan filsafat ilmu geografi itu sendiri.
Upaya untuk lebih memperkuat penguasaan dan Dalam bahasa yang lebih benderang, Szabo seperti memberi nilai tambah terhadap ilmu geografi ingin mengatakan bahwa geomorfologinya orang pada institutsi pendidikan tinggi antara lain geografi tidak sekedar berhenti hanya pada pada adalah dengan sedapat mungkin menghindar dari istilah stalagtit, stalagmit, patahan, dome, dan proses “in breeding” dalam mencetak pengajar berbagai istilah geomorfologi tradisonal yang yang kelak mendapat amanah mengembangkan sudah dikenal dan dihapal luar kepala oleh ilmu pengetahuan geografi. Ke depan kita sangat mahasiswa atapun lulusan geografi d Indonesia. memerlukan gen pengajar dan peneliti yang lebih Tentu bukan karena beberapa istilah seperti baik dari generasi yang sudah-sudah. Sangat montanogenic landscape, industrogenic disarankan untuk meraih ilmu dari pusaran utama landforms dan lainnya nya yang digunakan Szabo perkembangan ilmu geografi yang dinamis. dalam pandangannya tentang anthropogenic geomorphology, tetapi lebih proses terjadinya Spatial dynamic idealnya adalah bagian dari perubahan lanskap serta arah applikasinya di domain yang perlu dikuasai oleh seorang geograf berbagai bidang: pertanian, industri, maritim, professional melalui pengembangan Geographical pariwisata, militer, transportasi, pengelolaan Information Science (GIScience), di antaranya sungai (fluvial) dsb, selain di bidang manajemen memahami konsep cellular automata misalnya. lingkungan dan mitigasi bencana sebagaimana Jika geograf masih saja berkutat pada GIS dan sudah banyak diketahui. peta tematik sebagai andalan utama, maka geograf Indonesia sendirilah yang membuat gap Catatan singkat tentang buku “Anthropogenic itu melebar. Geomorphology: Subject and System” hanyalah sebagai faktor pemicu untuk memperbincangkan Dan gap itu adalah gagap dalam merespon langkah stragetis apa yang perlu dilakukan oleh setiap dinamika perubahan yang terjadi. Geograf institusi pendidikan tinggi di Indonesia. Indonesia terlalu sering terlambat bereaksi tanpa mampu mengantisipasi. Institusi pendidikan Dengan memperhatikan kondisi yang ada saat ini tinggi geografi terlalu asik bermain pada zona serta tantangan ke depan, penguasaan berbagai aman (comfort zone) dan tidak mau tau atau bidang ilmu geografi tampaknya tidak bisa lagi mungkin pura-pura tidak tau kalau kita sudah mengikuti jalur “business as usual” karena gap lama memasuki zona kompetitif (competitive antara “supply” SDM lulusan geografi dengan zone). “demand” terhadap kompetensi yang dibutuhkan akan semakin lebar. Bojong Gede, Minggu 19 Feb 2012.
22
Vo l u m e 9 / N o . 3 / D e s e m b e r
2 0 11
Kampusiana
Pengmas GEO UI: Sistem Informasi Pertanian Sebagai Media Mempertahankan Eksistensi Pertanian Kota Depok Oleh: Ardiansyah (Angkatan 2007)
Kota Depok : Kota Penyangga DKI Jakarta vs Dilihat dari aspek lingkungan, tentunya Kota Pembangunan Wilayah Berbasis Konservasi Depok harus membatasi lahan terbangun dan tetap mempertahankan keberadaan Ruang Terbuka Melihat status Kota Depok sebagai kota Hijau (RTH). Sebagai kawasan penyanga ibukota, penyangga DKI jakarta, tentunya perkembangan usaha konservasi harus didukung sepenuhnya. lahan pemukiman yang pesat menjadi hal yang Para pemukim tentunya menginginkan suasana lumrah dan wajar adanya. Depok menjadi asri di lingkungan tempat tinggalnya dan bebas wilayah strategis untuk tempat tinggal bagi para dari bencana banjir. Fungsi daerah resapan air commuters atau pekerja yang mencari nafkah (recharge area) tentu juga harus diperhitungkan di ibu kota karena letaknya yang berdekatan agar ketersediaan air tanah tercukupi. langsung dengan ibu kota. Lahan permukiman pun mendominasi sebagian besar tanah di KOTA Sistem Informasi Pertanian Sebagai Media DEPOK. Setiap tahunnya, alih fungsi lahan Untuk Promosi dan Untuk Membangun yang terjadi di Kota Depok sangat besar. Para Kualitas dan Kuantitas Lahan Pertanian di pengembang perumahan pun melihat tanah- Kota Depok tanah di Kota Depok sebagai peluang investasi bisnis yang sangat luar biasa tinggi. Berdasarkan permasalahan yang terjadi, maka perlu usaha-usaha untuk dapat mempertahankan Namun di balik itu semua, terjadi konflik keberadaan lahan-lahan pertanian di Kota pemanfaatan lahan. Alih fungsi lahan yang Depok. Rencana Tata Ruang Depok pun juga terjadi ternyata membuat para petani di Kota harus memperhatikan keberadaan lahan-lahan Depok menjerit. Betapa tidak? Lahan yang pertanian dan tetap dipertahankan sebagai biasanya mereka garap selama bertahun-tahun usaha konservasi lahan. Oleh karena itu, Dinas untuk mencari nafkah, kini telah di-urug untuk Pertanian dan Perikanan (Distankan) Kota Depok dijadikan kluster perumahan. Akibatnya, mereka sebagai institusi yang menangani lahan pertanian pun kehilangan mata pencaharian mereka. di Kota Depok perlu meningkatkan eksistensinya Permasalahan ini menjadi sangat rumit, karena dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas sebagian besar tanah pertanian di Kota Depok pertanian. Salah satu hal yang perlu diperhatikan merupakan tanah garapan yang dimiliki oleh adalah perlunya pembangunan sistem infomasi pengembang. Dari tahun ke tahun, lahan-lahan pertanian. pertanian di Kota Depok semakin berkurang dan beralih fungsi menjadi kluster-kluster Sistem Informasi pertanian yang terdiri dari datapermukiman. Berdasarkan data BPS, dari sekitar data pertanian merupakan hal penting untuk 1.300 hektare tahun 2000, menjadi tinggal 932 memperlihatkan eksistensi keberadaan produk hektar tahun 2009 (29 % penyusutan). Akibatnya, pertanian di Kota Depok. Dengan terbangunnya kini produk hasil pertanian Kota Depok pun sistem informasi pertanian yang di-publish sudah jarang kita jumpai, produktivitasnya lewat jaringan internet, maka dapat memberikan pun juga sudah sangat kecil. Ambillah contoh kemudahan bagi siapa saja untuk mencari produk belimbing yang menjadi maskot Kota Depok atau data dan informasi pertanian. Tentunya, yang saat ini sulit untuk kita dapatkan. sistem yang dibangun harus berbasiskan GIS, karena lokasi merupakan informasi yang sangat Vo l u m e 9 / N o . 3 / D e s e m b e r 2 0 11
23
penting. Misalkan, seorang konsumen yang berdomisili diluar depok ingin mencari produk belimbing, maka mereka tak perlu kesulitan dalam mencari, cukup membuka Sistem informasi Pertanian via internet, maka ia pun akan mendapatkan informasi lokasi si produsen, nomor telepon, jumlah produksi, produktivitas,dll yang berkait dengan data pertanian. Selain itu, sistem ini juga dapat digunakan oleh para petani dalam mencari kebutuhan untuk pertanian mereka. Misalkan seorang petani ingin membeli pupuk, maka ia tak perlu susah-susah membeli pupuk jauh di luar depok, karena ternyata terdapat beberapa produsen pupuk berlokasi di depok. Tentunya hal tersebut akan menghemat biaya pengeluaran dan lebih efisien bagi si petani. Maka dapat dikatakan, sistem ini juga dapat digunakan sebagai media promosi bagi produk pertanian depok sehingga diharapkan mampu membantu memasarkan produk hasil petani Kota Depok. Kegiatan Pengabdian Masyarakat Geografi UI : Peningkatan Kualitas Data Pertanian dalam Mendukung Pembangunan Pertanian Perkotaan di Kota Depok Peluang inilah yang kemudian di lirik oleh salah satu dosen geografi UI, Dr. Rokhmatuloh M.Eng, untuk mengajukan proposal dengan topik “Pembangunan Sistem Informasi Pertanian Kota Depok” dalam program Pengabdian Masyarakat (PENGMAS) UI tahun 2011. Alhamdullilah, proposal beliau pun diterima dan masuk dalam kategori Ipteks Bagi Wilayah (Ibw). Program ini sangatlah bermanfaat karena Universitas Indonesia sebagai institusi akademis
yang memang berlokasi di Depok, tentunya harus mempunyai andil dalam membangun wilayahnya sendiri. Tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah membangun sistem informasi pertanian yang mampu mendukung proses perumusan kebijakan pertanian yang dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas data pertanian yang ada di Kota Depok. Program PENGMAS yang diusung dilatarbelakangi dari permasalahan yang dihadapi yakni : 1. Kurang lengkapnya data pertanian di Kota Depok. 2. Tidak adanya staff di Dinas Pertanian yang memiliki kemampuan di bidang pemetaan. 3. Lahan pertanian yang semakin tahun semakin berkurang Untuk tahap pertama, Tim PENGMAS membantu Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan) untuk mengumpulkan data spasial beberapa produk pertanian di Kota Depok yakni Belimbing, Ikan Hias, dan Ternak (tahun pertama). Data yang diambil meliputi lokasi absolut produk tersebut, luas areal, Jumlah dan Produksi, serta Produktivitas. Survei dilakukan dengan melibatkan beberapa mahasiswa geografi UI yang sebagian diantaranya memilih topiktopik di bidang pertanian untuk tugas akhir mereka. Adapun ke-5 surveyor tersebut adalah Dewi Susiloningrum (angkatan 2008), Tika Yulianidar (angkatan 2008), Arum Nawang Wulan (angkatan 2008), Nurintan Cynthia (angkatan 2008), dan Osmar Shalih (angkatan 2008).
Tahap selanjutnya adalah melakukan pelatihan GIS Tingkat Dasar untuk para staff Distankan Depok. Pelatihan diadakan selama 5 hari, dari tanggal 17 sampai 21 Oktober 2011 dengan tempat pelaksanaan di Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok. Peserta pelatihan berasal dari staf Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok yang berjumlah 20 orang. Di dalam pelatihan ini yang bertindak sebagai pemateri dan instruktur adalah para dosen dan asisten dosen di Departemen Geografi FMIPA UI. Pemateri pelatihan adalah Drs. Tjiong Giok Pin, M.Si dan Andry Rustanto, S.Si, M.Sc. Sedangkan sebagai instruktur di dalam pelatihan ini adalah Ardiansyah, S.Si (Penulis), Nurlatipah (Mahasiswi Angkatan 2008) dan Rendy Pratama, S.Si (Mahasiswa Angkatan 2007). Diharapkan, beberapa staff Distankan mampu menguasai teknik pemetaan dari data yang didapat dari hasil survei yang mereka lakukan sehingga pembaharuan data spasial pertanian dapat berjalan dengan baik. Data pertanian yang bersifat spasial tentunya dapat digunakan dalam penyusunan rencana pembangunan pertanian perkotaan berbasis potensi daerah. Selain itu, permasalahan yang terjadi adalah
belum adanya data lahan pertanian eksisting di Kota Depok untuk tahun terbaru. Selain itu, data pertanian pun masih bersifat data tabular, hanya berupa data statistik luas lahan pertanian di tiap administrasi wilayah dan bukan berupa data spasial (area, line, titik). Tentunya data spasial lahan pertanian eksisting inilah yang perlu ada dan sangat penting untuk digunakan sebagai referensi penyusunan rencana tata ruang depok. Jika Distankan menginginkan lahan pertanian untuk dipertahankan dalam rencana tata ruang depok, maka mereka harus menunjukkan lahanlahan pertanian eksisting yang masih ada di Kota Depok. Lalu menentukan lahan mana yang strategis untuk dipertahankan berdasarkan nilai ekonomis dan ekologisnya. Oleh karena itu, melihat situasi tersebut, penulis membantu pihak Distankan untuk mendeliniasi lahan pertanian bereferensi dari Citra Quickbird yang tersedia di dalam Google Earth. Hasil kegiatan ini menghasilkan data spasial komoditaskomoditas pertanian yang bersumber dari data tabular serta mental map dari petugas lapangan Distankan yang telah melakukan survei.
Pelatihan GIS bagi para Staff Dinas Pertanian dan Perternakan Kota Depok Survei yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa untuk mencari data pertanian. Ketersediaan dan kualitas data merupakan kunci dalam merumuskan kebijakan pertanian yang tepat sasaran.
24
Vo l u m e 9 / N o . 3 / D e s e m b e r
2 0 11
Vo l u m e 9 / N o . 3 / D e s e m b e r 2 0 11
25
Data statistik komoditas per administrasi kelurahan Mental Map petugas lapangan
Lokasi Kelurahan
Deliniasi
Interpretasi Citra Quickbird
Data spasial region setiap komoditas
Alur proses pembuatan data spasial pertanian dan proses updating
Tampilan muka web Sistem Informasi Pertanian Kota Depok beserta data-data yang telah dikumpulkan.
Peta Komoditas Pertanian Depok Tahun 2010 hasil kegiatan pemetaan Tahap terakhir adalah membangun Sistem Informasi Pertanian berbasis Web GIS. Data yang diupload adalah data-data hasil survey dan data rekapitulasi dari Dinas Pertanian dan Perikanan yang telah dispasialkan. Sistem Informasi ini dibangun menggunakan PostgreSQL. Dari berbagai perangkat lunak aplikasi database berbasis opensource yang tersedia saat ini, PostgreSQL menjadi pilihan dengan beberapa pertimbangan, antara lain, kelengkapan fitur, kemampuan mendukung multiproses dan dukungan link dengan sistem informasi geografis. Meskipun masih kalah populer dengan MySQL namun dari sisi pengembangan dan dukungan jangka panjang pengelolaan database yang diintergrasikan dengan sistem informasi geografis maupun database perkantoran dan web pada umumnya perangkat lunak ini dikenal lebih handal, stabil dan cepat.
26
Vo l u m e 9 / N o . 3 / D e s e m b e r
2 0 11
Sebaran belimbing
Vo l u m e 9 / N o . 3 / D e s e m b e r 2 0 11
27
Kampusiana
Seminar Nasional Dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Geograf Indonesia Di Provinsi Bali Oleh Adi Wibowo
Sebaran produk ternak kota Depok
Lokasi sebaran produk belimbing di Kota Depok beserta informasi Attributnya Sistem informasi yang telah terbangun diharapkan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin, sehingga diharapkan melahirkan kebijakan-kebijakan yang tepat sasaran. Dan walau konflik kepentingan tanah sulit untuk dihindari, tentunya kita tidak boleh melupakan manfaat dari tanah itu sendiri...yakni... “Tanah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat....”
28
Vo l u m e 9 / N o . 3 / D e s e m b e r
2 0 11
Tahun 2011 pelaksanaan Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) IGI dan Seminar Nasional dilaksanakan di Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial, Singaradja, Provinsi Bali. Acara ini berlangsung pada tanggal 11 – 12 November 2011. Pembukaan PIT IGI dan Seminar Nasional ini juga dihadiri oleh pimpinan UNDIKSHA serta pemda setempat. Acara di awali dengan pembukaan oleh Ketua IGI Pusat sekaligus dilanjutkan dengan presentasi oleh Prof. Dr. Suratman, M.Sc dan Kepala Bapeda Kab. Singaraja yang berakhir sekitar puluk 17.00 WIT. Setelah istirahat pada pukul 19.00 WITA. Acara kemudian dilanjutkan dengan PIT yang dibagi ke dalam dua ruangan. Pada ruang satu dipresentasikan paper yang berjudul: Problematika Penamaan Wawasan Kegeografian (Univ. Gresik), Analisis Lingkungan Berbagai Alternatif Pengelolaan Sampah (UNDIKSHA, Singaraja), Strategi Pedagang Kaki Lima Kota Semarang Menghadapi Penggusuran (Studi Kasus PKL. Jalan Kartini Geografi Kota Semarang) (UNES, Semarang), Penginderaan Jauh dengan pengembangan metode kualitatif dan kuantitatif serta kombinasinya (Bakosurtanal), Peranan Geografi dalam Pembangunan (UNDANA, Kupang, NTT). PIT di ruang dua dipresentasikan paper dengan judul: Kaitan Penggunaan Lahan Perkotaan dengan Banjir (Studi Kasus di Provinsi Jakarta) (UI, Depok), Strategi Petani dalam Menentukan Arah Perubahan Pemanfaatan Lahan Sawah di DIY (UGM, Yogya), Pertimbangan Kearifan Lokal dalam Penataan Ruang Berkelanjutan di Bali (UNDIKSHA, SIngaraja), dan Model Perencanaan Wilayah Terbangun dengan SMCA (UI, Depok). Acara PIT ini berakhir sekitar pukul 11.00 WITA.
Model Spasial Tata Hutan Ergonomis untuk Membangun Hutan Kawasan Muria (HKM) (UNES, Semarang), Tipologi Pertumbuhan Spasial Wilayah Perkotaan Kota-Kota di Jawa dan Bali (UGM, Yogyakarta), Pola Mobilitas Spasial dan Remiten Migran Pedagang Sayur di DKI Jakarta (UI, Depok), Kajian Tipologi Wilayah Pertanian Subsektor Tanaman Pangan Untuk Pengembangan Agroindustri Di Kabupaten Gresik (UNESA, Surabaya). Sedangkan di ruang dua dipresentasikan paper yang berjudul: Strategi Penyediaan Lahan dalam Pengembangan Transmigrasi Swakarsa Mandiri (Tsm) (UGM, Yogyakarta), Tipologi Pedogeomorfik Untuk Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor Lahan (UMS, Solo), Desentralisasi, Otonomi, Pemekaran Daerah dan Pola Perkembangan Wilayah di Indonesia (UI, Depok), Migrasi Internasional Perempuan Pedesaan: Respon Terhadap Kemiskinan Dan Penguasaan Lahan Di Pedesaan Kabupaten Karawang Dan Purwakarta-Jawa Barat (UNJ, Jakarta), Kajian Potensi Breksi Batuapung Menggunakan RS Dan GIS Di DAS Pesing Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul (UMS, Solo). Selain makalah yang disampaikan secara oral atau dipresentasikan total jumlah paper yang masuk sebanyak 49 paper dari seluruh Indonesia. Hanya sayangnya sebagian besar paper berasal dari kalangan universitas saja, hanya sedikit sekali dari kalangan profesional. Artinya ajang PIT IGI belum menjadi yang menarik minat para peneliti untuk ambil bagian dalam perkembangan keilmuan geografi.
Acara pada hari kedua berakhir sekita pukul 13.00 WITA ditutup oleh ketua IGI Pusat, dan dilanjutkan dengan acara foto bersama. PIT Acara hari kedua dimulai sejak pukul 9.00 WITA berikutnya akan diadakan di Kota Solo pada dengan paper yang dipresentasikan di ruang satu tahun 2012 dengan perkiraan agenda acara sekitar yakni Peluang dan Tantangan Penelitian Geografi bulan oktober atau November. Semoga acara di Terapan dalam Pengurangan Risiko Bencana di Kota Solo bisa lebih meriah dan mendatangkan Indonesia (UGM, Yogyakarta), Silvofarming: para penleiti dari kalangan profesi. Vo l u m e 9 / N o . 3 / D e s e m b e r 2 0 11
29