WAHANA INOVASI
VOLUME 3 No.1
JAN-JUNI 2014
ISSN : 2089-8592
LATAR BELAKANG SEJARAH BERDIRINYA SERDANG BEDAGAI SEBAGAI KABUPATEN DI PROVINSI SUMATERA UTARA Hadiani Fitri Dosen Kopertis Wilayah I dpk FKIP UISU Medan Jl. Paduan Tenaga, Medan ABSTRAK Nama “Serdang” berasal dari nama sebuah pohon, Serdang daunnya dipergunakan untuk atap rumah. Sewaktu terjadinya perang suksesi dalam perebutan tahta di Deli sekitar tahun 1720, maka salah seorang putera dan TUANKU PANGLIMA PADERAP, bernama TUANKU UMAR DJOHAN PAHLAWAN ALAMSJAH bergelar kedjeruan Djundjongan (17031782) tidak berhasil merebut haknya atas tahta Deli dalam perebutan dengan saudaranya Panglima Gandar Wahid, maka ia bersama ibunya, Tuanku Puan Sampali, dan mendirikan Kampung Besar (Serdang) disekitar tahun 1723. Salah seorang turunan Sen Paduka yang lain, Tuanku Tawar (Arifin) gelar kedjeruan Santu, membuka pula negeri di Denai dan kemudian meluas sampai ke serbadjadi mengungsi ke Deli. Kata Kunci : Sejarah, Serdang Bedagai PENDAHULUAN Adapun kampung Kelambir dan kampung Durian (semua disepanjang sungai Serdang) didirikan semasa dengan Pulau Pinang kurang lebih tahun 1786. Tuanku Umar ini berputera 3 orang yaitu yang tertua bernama Tuanku Malim (menolak menjadi raja dan tidak kawin), Tuanku Ainan Djohan Alamsjah dan Tuanku Sabdjana (Pangeran Kampung Kelambir). Sejak mangkatnya Tuanku Umar (Makamnya di Sampali) ia digantikan oleh puteranya Tuanku Ainan Djohan Alamsjah sebagai raja Serdang (1767-1817) dan Sabdjana sebagai Raja Muda. Di masa pemerintahannya Serdang menerima kerjasama dengan kerajaan Siak. Karena ia ingin berdiri sendiri, Serdang diserang angkatan perang Siak ditahun 1815. Dimasa pemerintahannya kerajaan Serdang meluaskan wilayahnya sampai ke
Sungai Tuan, Batang Kwis, Perbaungan dan Tanjung Morawa. Dia pun mengirim pasukan ke Langkat untuk menakiukan Punggei. Puteranya yang tertua, T. Besar (Jam Tuan Muda) Tuanku Zainal Abidin, telah tewas bersama 40 orang Panglima Serdang di dalam salah satu pertempuran di Punggei tahun 1814, yang kemudian di kenal dengan “Marhom Mangkat di Punggei” atas jasanya. Penambahan daerah tidak selalu dilakukan dengan peperangan, tetapi juga sering dengan damai melalui perkawinan seperti halnya dengan Perbaungan yang Dipertuan Pandjang dan Perbaungan berasal dari minangkabau yang kemudian masuk menjadi bagian dari kerajaan Serdang karena perkawinan Tuanku Djohan Pahiawan Alamsjah dengan Tuanku Puan Sen Alam, saudara dan Sutan Usalli, raja Perbaungan yang berkedudukan di Sungai Air Hitam (Pantai Cermin). Setelah Tuanku Ainan Djohan tersebut mangkat ditahun 1817, maka ia digantikan puteranya yang kedua, Tuanku Thaf Sinar. Ia ini memperoleh gelarnya juga dan Siak, Suthan Thaf Sinar Basansjah (1790-1850), atau lebih dikenal Suthan Besar, yang dinobatkan pam wazin selaku Suthan Serdang dan pengangkatannya dibacakan oleh orang kaya Sunggal selaku “Ulun Djandji”. Menurut Schadee, Sejak berdirinya, serdang sering bertikai dengan Deli tidak lain soal perebutan daerah-daerah seperti Denai dan Percut, Dibawah pemerintahan baginda Serdang dalam kemakmuran. Perdagangan dengan Penang dan Malaka dan lain-lain daerah sangat ramai. Luas kerajaan bertambah sampai ke Serbadjadi, percut, Dolok, (berkas kerajaan Timur), Padang, Bedagai dan Senambah bahkan pegaruhnya sampai ke Tanah Alas dan Singkel. Dengan Aceh dan Siak, Serdang dapat mengikat tali hubungan yang erat sehingga masa itu tidak pernah sampai
121 Hadiani Fitri : Latar Belakang Sejarah Berdirinya Serdang Bedagai Sebagai .………………... terjadi penyerangan langsung atas daerah dan kedaulatannya. PEMBAHASAN 1. Latar Belakang Sejarah Adapun yang ditemui Anderson di dalam perlawatannya ke Serdang ditahun 1823 itu ialah Suthan Besar ini. Menurut Anderson, di dalam memegang tampuk pemerintahan umum ini baginda dibantu oleh beberapa orang besarnya seperti pangeran Muda Sri Dradja Mattakir sebagai Raja Muda, Tuanku Ali Usman (glr. Panglima Besar Negen Serdang) di Sungai Tuan (Kampung Kelambir) Tuanku Tunggal (glr. Sri Maha Raja) di kampung Durian dan Datuk Achirrullah glr. Pekerma Taja Tg. Morawa. Sulthan Besar ini berusia waktu itu kira-kira 32 tahun, berbadan gemuk, kulitnya putih dan bertubuh agak pendek. Ia berkarakter baik sebagai seorang raja yang lembut dan bijaksana memerintah. Baginda juga sangat banyak memperoleh untung dan perdagangan karena mempunyai banyak perahu-perahu dagang sendiri, di samping itu sangat gemar dan rajin belajar. Menurut kisah Suthan Besar ini juga turut membantu dengan mengirimkan beberapa jumlah prajurit dan Panglima Serdang membantu Suthan Kedah, Suthan Tadjuddin Halimsjah-II, ditahun 1838 sewaktu Suthan Kedah itu berkelana mencari bantuan ke daerah-daerah pantai timur Sumatera, untuk membebaskan Kedah dan penjajahan Siam diutusnya ditahun 1838 itu puteranya T. Abdullah dan kemanakannya Tengku Mohd. Said ke daerah sini. Zaman pemerintahan Suthan Besar ini dikenal dengan zaman ketentraman. Serdang karena kemakmurannya dikenal di negeri-negeri lain sampai ke Semenandjung Tanah Melayu. Banyak daerah mendapat proteksi atas kekuatan bala tentaranya, seperti Padang, Bedagai dan Senambah. Di dalam salah satu naskah perjanjian yang tersimpan di istana Serdang (telah terbakar dizaman Revolusi), tercantum pernyataan bersatu antara Suthan Besar ini dengan Suthan Panglima Mangedar Alam dan deli yang berbunyi sebagai berikut: 1. Kedua kerajaan ini masingmasing berdaulat, merdeka dan berdiri sendiri .
2. Cukai pelabuhan Labuhan Delli dibagi dua antara Serdang dan Deli. Setelah baginda mangkat di gelarlah “Marhom Katja Pun” dan makamnya ada di kampung besar Serdang. Almarhum digantikan oleh puteranya yang tertua, Suthan Basjaruddin Sjaiful Alamsjah (1809-1880), yang diperkuat dengan pengakuan Mahor Tjap Sembilan dan Suthan Ibrahim Mansjursjah Aceh. Ibundanya bernama Tuanku Puan Sri Indra Kuala, saudari dan Suthan Enen Mahmudsjah, Raja Perbaungan ke-3, Suthan Basjaruddin ini nikah dengan Tuanku Puan Zabra, puteri dan Suthan Rachmadsjah, Raja Perabaungan ke-4 yang terakhir dan keturunan langsung. Zaman pemerintahan Baginda dipenuhi dengan peperang untuk perluasan daerah terutama berhadapan dengan Deli dalam perebutan daerah Percut, Denai, Senambah, Padang dan Bedagai. Kebetulan ia bertemu dengan imbangnya yang piawai yaitu Suthan Osman dan Deli dan kemudian Raja Muda Sulaiman dan Deli. Di dalam menghadapi pengaruh belanda yang mulai makin kuat menanamkan pengaruhnya di pantai Timur Sumatera ini, Baginda memihak Aceh, sehingga ditahun 1854 diberi gelar oleh Suthan Aceh, “Wazir Suthan Aceh” dengan Mahor Tjap Sembilan dan wilayah mulai batas langkat sampai Asahan, yang dipakainya sewaktu kedatangan expedisi belanda yang dipimpin Netseher ditahun 1862 itu. Sulthan Basjaruddin ini adalah seorang penganut agama islam yang taat setiap hari ia menghabiskan waktunya dengan bersembahyang dan mengaji qur’an. Karena sangat pemurah sering pemerintahan dibiarkannya diurus kedalam tangan orang-orang besar dan orang-orang tua di Serdang. Kadangkadang kesempatan ini dipergunakan mereka-mereka itu untuk melakukan tindakan-tindakan yang kurang baik. Antara lain, yang paling uatama adalah Pangeran Raja Muda Serdang yang berbaik dengan Deli, dimana ia mempunyai hubungan kekeluargaan, dan menikah di Serdang sering menimbulkan ketegangan terhadap Belanda. Raja-raja di Deli, Langkat dan Serdang mempercayainya dan oleh karena itu perang dan damai diantara kerajaan-kerajaan itu sering sebahagian besar berada dalam tangan-
122 Hadiani Fitri : Latar Belakang Sejarah Berdirinya Serdang Bedagai Sebagai .………………... nya. Peperangan Serdang merebut Deli kembali kemungkinan besar oleh sebab itu. Sewaktu Aceh mengirim expedisi perang sebanyak 200 buah perahu perang yang dipimpin oleh Tuanku Pangeran Husin di tahun 1854, untuk menghukum Deli dan Pangeran Langkat. Sulthan Basjaruddin ini berdiri di pihak Aceh. Baginda di dalam pemerintahan didampingin oleh orang-orang besar dan wazir serta raja-raja jajahan dan taklukan. Tetapi selama pemerintahannya yang begitu banyak masalah itu, sering terjadi pertukaran orang-orang besar dan wazir-wazir. Dimasa baginda memerintah pernah terjadi insiden penyitaan sebuah kapal dagang Inggris kepunyaan James Carnegy oleh Pangeran Muda Sen Diradja Serdang yang menghebohkan dunia perdagangan masa itu di Penang, karena pemilik kapal itu tidak mau membayar hutang-hutangnya pada pedagang-pedagang di Serdang. Insiden ini mengakibatkan Gubernur Inggris di Penang mengirim protes kepada Belanda yang kata-katanya berkuasa di Sumatera, tetapi yang tak dapat berbuat apa-apa. Gubernur Penang lalu mengirimkan sebuah kapal perang Inggris, HMS :Hoogly” ke Serdang yang maksudnya untuk menghukum Serdang tetapi tidak berhasil. Akhirnya setelah diadakan perdamaian ganti rugi, kapal dagang itu dikembalikan. Sewaktu dizaman pemerintahan Suthan Abdul Samad di Selangor (Malaysia) terjadi perang saudara antara kekuatan raja Mahdi dan Raja Abdullah di tahun 1866 (dikenal dengan nama perang Kelang), maka Suthan Basjaruddin mengirimkan Panglima Djumat dan Perbaungan ke Kelang dan berhasil digelar imam perang oleh pihak raja Mahdi dan Wak Tandolok dan Rantau Panjang (asal Bugis dan Siak dipihak raja Abdullah), juga dan Denai Tengku Mahmud, yang berdiri dipihak Raja Abdullah dan kemudian bersatu dengan Tegku Dhiauddin (Vice roy Selangor) telah biasa memenangkan peperangan dan memulihkan keamanan kembali di Selangor. Di tahun 1878 Tengku Mahmud kemudian setelah itu dipanggil kembali oleh Suthan Sulaiman Sjaiful Alamsjah ke Serdang untuk menjabat Hoofd van Denai, selain mendapat pengakuan dari Aceh Suthan Basjaruddin pun mendapat pengakuan
dari Belanda pada tanggal 16 agustus 1862. Suthan Basjaruddin Sjaiful Alamsjah mangkat bertepatan pada tanggal 7 Muharram 1279 (1880 Masehi) di istana Bogak, (Rantau Panjang Serdang) dan dimakamkan tidak jauh dari stasiun Serdang sekarang ini karena letaknya yang agak ketinggian disebut comlex makam busut Baginda digelar Marhom Kota Baru (makam berkandang Batu). Di zamannya serdang pernah jaya dan besar tetapi sejarah telah menghendaki bahwa baginda di tahun-tahun yang penuh cobaan (1862-1865) bahumembahu bersama Aceh Tamiang dan Batu Bara melawan beberapa kekuatan yang ada terhadap penetrasi Kolonial Belanda, sebagai ganjarannya Baginda hampir diturunkan Belanda dari tahta dan sebagai hukuman satu persatu daerahdaerah Percut (satupai Sei Kera Medan), Padang, Bedagai, sebagian Senambah dan akhirnya Denai dirampas Belanda pada tahun 1865, oleh karena ia bersekutu dengan Aceh pada saat kedatangan expedisi Aceh ditahun 1863 dengan 3 perahu perang yang dipimpin oleh T. Tjut Latief Raja Muda Meuredue. Di dalam surat pernyataannya yang ada pernah tersimpan di istana Serdang, Suthan Deli mengaku membayar setiap tahun sebesar seribu ringgit kepada Suthan Serdang. Pembayaran ini dilakukan pada tiap hari raya idul fitri di istana Serdang dimulai Suthan Mahmud, Suthan Maknium Alrasjid dimulai Suthan Mahmud, Suthan Makniun Alrasjid dan Suthan Amaluddin Sani. Pada tahun 84, Deli mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Nachoda Rahmat Panglima Hitam Lakim dan Nachoda Djafar untuk menyerang dan merebut Begadai untuk Deli. Setelah raja Sjafdanah dan Raja Graha Marahkun tunduk ke Serdang, maka Serdang lalu mengalahkan dan menawan Raja Mucla Mustafa (Bandar Chalifah) dan Nachoda Gundak (Raja Muda Begadai) lalu mereka dibawa ke serdang anak dan Nachoda Gundak ini bernama Panglima Hitam Lakim, ia ke Deli dan meminta bantuan. Suthan Panglima Mengedar Alam Deli lalu mengirim expedisi maka terjadi Pertempuran di Begadai dengan pasukan Serdang yang dipimpin oleh Datuk Menteri Temenggong dan Panglima Djawa. Pasukan serdang dapat dipukul mundur
123 Hadiani Fitri : Latar Belakang Sejarah Berdirinya Serdang Bedagai Sebagai .………………... dari Nachoda Rahmat dapat menduduki Tanjung Beningin. Kemudian atas jasajasanya ia dianugerahi Deli gelar Sjahbandar putera Raja Negeri Deli. Ia meninggal dunia dalam tahun 1851 dan digantikan oleh anaknya Mohammad Basir sebagai raja Begadai. Di tahun 1852 Sutham Osman Deli nikah dengan tengku Raja Siti yaitu Putera Raja ini dari Asahan. Asahan memberi syarat agar Begadai dihibabkan kepada putera Raja Siti Tengku Sulung Laut, tetapi hal ini belum dapat terlaksana sepenuhnya karena kekuasaan Deli hanya disekitar Tanjung Beringin saja. Setelah mendengar perjanjian ini, Mohammad Basin tidak merasa senang lalu meminta perlindungan Serdang. Tetapi belum sempat bantuan datang, hal ini telah di dengar oleh Deli yang di dalam tahun 1853 lalu segera mengirimkan expedisi dibawah pimpinan Panglima Daud (ia ini sempat berhasil membunuh Marah Titim dari Padang) untuk menyerang Padang dan bekerjasama dengan expedisi Deli yang dipimpin oleh Raja Sulaiman (Kelak menjadi Raja Muda Deli) bergabung mengusir kekuatan Serdang dan Pangurawan. Expedisi ini berhasil rupanya menghalau Mohammad Basin. Deli lalu menetapkan Panglima Daud dan kemudian digantikan oleh Raja Sulaiman, menjadi Wazir Deli di Bedagai (Tanjung Beningin) itu. Tetapi sewaktu expedisi Deli ini mendekati Pagurawan, ia akhirnya terpukul mundur di dalam suatu perang laut yang dahsyat oleh perahuperahu perang Serdang dan Bedagai yang dipimpin oleh Datuk Setia Raja dan orang kaya Setia Maharadja dari Tanjung Beringin (Begadai). Sewaktu armada Aceh terdiri dari lebih 200 buah perahu perang, dipimpin oleh Tuanku Pangeran Husin, menyerang dan menaklukkan Deli di dalam tahun 1854, Serdang lalu mengambil kesempatan mengirimkan pula pasukannya dan menduduki serta menaklukkan padang dan Begadai. Atas usul Mohammad Basin, maka oleh Sutha Basjaruddin Serdang, didudukkan adiknya Datuk Ahmad Juda dan diberi gelar Datuk Raja Negeri Serdang Wazir Begadai. Datuk Ahmad Juda Putera Raja Negeri Serdang ini tewas sebagai ratna, menentang expedisi colonial Belanda yang dipimpin oleh Netscher di dalam tahun 1863 itu di Begadai. Karena Serdang dianggap me-
lawan Belanda, maka Begadai dirampas dari Serdang di tahun 1865. Kemudian Begadai diserahkan Belanda kepada Deli yang dipimpin Raja Sulaiman waktu itu dan Suthan Deli kemudian mengangkat Datuk Setia Maharaja Mohammad Arief menjadi Wazir Begadai tahun 1866 dan kemudian diganti pula dengan Tengku Soelong Laoet sebagai Pangeran Begadai bergelar Pangeran Kelana (1872-1894) ia meninggal pada tanggal 21-3-1914. 2. Dasar Hukum Nama Serdang Bedagai diambil dari dua Kesulthan yang pernah memerintah di daerah ini yakni Kesulthanan Serdang dan Padang Bedagai. Keinginan untuk dimekarkannya Kabupaten Deli Serdang sebenarnya telah cukup lama muncul dikalangan masyarakat Kabupaten Deli Serdang dan tahun 1992 hal tersebut telah menjadi kajian tersendiri bagi pemerintahan Kabupaten Deli Serdang Bedagai adalah luas wilayah dan jumlah penduduk yang begitu besar untuk satu kabupaten. Kajian terhadap pemekaran daerah Kabupaten Deli Serdang pada masa itu telah satu pada dikeluarkannya keputusan DPRD Kabupaten Deli Serdang Nomor O2IDPRDI1 992 tanggal 17 februari 1992 tentang persetujuan pemekaran daerah Kabupaten Deli Serdang menjad dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Deli dan Kabupaten Serdang. Perencanaan pemekaran tersebut terhenti dan kembali bergulir pada saat reformasi terjadi pada tahun 1998. Lahirnya undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan di daerah dan peraturan pemerintah nomor 129 tahun 2000 tentang persyaratan pembentukan dan kriteria pemekaran, penghapusan dua penggabungan Daerah, memberikan ruang yang semakin terbuka terhadap keinginan masyarakat untuk melakukan pemekaran. Beberapa kelompok masyarakat yang terbentuk dalam upaya pemekaran Kabupaten Deli Serdang yakni: a. Badan Pendukung Pemekaran Kabupaten Deli Serdang (BPPKDS) tahun 1992. b. Panitia Pembentukan Pemekaran Kabupaten Serdang Bedagai (P3KSB) tahun 2002. BPPKDS merencanakan kabupaten Deli Serdang dibagi menjadi dua Kabu-
124 Hadiani Fitri : Latar Belakang Sejarah Berdirinya Serdang Bedagai Sebagai .………………... paten sesuai dengan konsep pemekaran tahun 1992 dengan usulan ibu kota kabupaten pemekaran antara lain: Dolok Masihul, Sei Rampah dan Perbaungan. PPKD lebih menekankan pada pembentukan kabupaten baru yakni kabupaten Deli dengan ibu kota Patumbak, sehingga tujuan dari diadakannya pemekaran tidak terlihat, tetapi lebih pada keinginan untuk memisahkan diri dan kabupaten Deli Serdang. P3KSB mengajukan konsep pemekaran kabupaten Deli Serdang menjadi dua yaitu: Kabupaten Deli Serdang sebagai Kabupaten induk, dan Kabupaten Serdang Bedagai sebagai kabupaten pemekaran dengan ibukota Sei Rampali. Keinginan yang begitu besar dari rakyat disikapi dengan bijaksana oleh pemerintahan Kabupaten Deli Serdang dengan menyusun konsep dasar pemekaran kabupaten dan melakukan kajiankajian dalam rangka pemekaran tersebut. Berdasarkan penelitian dan masukan dari berbagai elemen masyarakat, pemerintah Kabupaten Deli Serdang mengusulkan Kabupaten Deli Serdang dimekarkan menjadi tiga yaitu Kabupaten Deli Serdang sebagai Kabupaten Induk, Kabupaten Deli dan Kabupaten Serdang Bedagai sebagai Kabupaten Pemekaran. Perjalanan panjang proses berdirinya atau pemekaran Kabupaten Deli Serdang secara hukum dimulai dan ditetapkannya keputusan DPRD Kabupaten Deli Serdang Nomor: 13/KP/Tahun 2002 tanggal 2 agustus 2002 tentang persetujuan Pembentukan/Pemekaran Kabupaten Deli Serdang Selanjutnya DPRD Provinsi Sumatera Utara melalui keputusan Nomor: 18/K/2002 tanggal 21 Agustus 2002 menetapkan persetujuan pemekaran Kabupaten Deli Serdang. DPRD Kabupaten Deli Serdang melalui Keputusan Nomor 261K/DPRD/2003 tanggal 10 maret 2003 menetapkan Persetujuan Usul Rencana Pemekaran Kabupaten Deli Serdang menjadi dua Kabupaten yaitu Kabupaten Deli Serdang sebagai Kabupaten Induk dan Kabupaten Serdang Bedagai Sebagai Kabupaten Pemekaran dengan ibukota Sei Rampah. Pertimbangan nama Kabupaten Serdang Bedagai didasarkan pada sejarah dimana daerah ini dahulu berada dalam kekuasaan Suthan Serdang dan Kesulthanan Padang Bedagai. Menindak lajuti keputusan yang ada, Gubernur Sumatera Utara melalui
surat nomor: 136/6777 tanggal 30 Agustus 2002 meneruskann usul Pemekaran Kabupaten Deli Serdang, Nias dan Toba Samosir kepada Menteri Dalam Negeri di Jakarta. Berdasarkan persetujuan DPR RI, Presiden Rebuplik Indonesia menerbitkan UU No. 36 tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di provinsi Sumatera Utara. Setelah sekian tahun diproses, akhirnya Permendagri No. 29 tahun 2007 tentang batas daerah Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara akhirnya diterbitkan pada tanggal 20 juni 2007. Pro dan kontra sudah terjadi sejak awal pembentukan pemekaran Kabupaten Serdang Bedagai (UU No. 36 tahun 2003) dan ada bagian daerah Serdang Bedagai yang masih ngotot untuk tetap masuk dalam daerah induk (Kabupaten Deli Serdang). Kabupaten Serdang Bedagai dibentuk berdasarkan UU.No 36 tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Provinsi Sumatera Utara. Sesuai dengan pasal 4 poin I UU No. 36 tahun 2003 disebutkan bahwa kecamatan Bangun Purba yang terletak di sebelah Timur sungai Buaya Merupakan daerah Kabupaten Serdang Bedagai. Selanjutnya daerah yang masih ngotot untuk tetap masuk dalam daerah induk (Kabupaten Deli Serdang) tersebut dibentuk menjadi kecamatan silindak Kabupaten Serdang Bedagai. Berdasarkan pasal 6 UU No. 36 tahun 2006 disebutkan bahwa Kabupaten Serdang Bedagai sebelah Barat berbatasan dengan sungai Ular dan Sungai Buaya. Sesuai dengan fakta lapangan, letak posisi daerah yang terdiri 9 desa yang masih ngotot untuk tetap masuk dalam daerah induk tersebut berada di antara Sungai Buaya dan Sungai Bane. Karena 9 desa tersebut sebelah barat masing-masing dengan Sungai Buaya dan sebelah timur dengan Sungai Bane. Sungai Bane ini bermuara di Sungai Buaya yang menjadi batas alam kecamatan Bangun Purba dengan Kecamatan Kotarih (daerah Kabupaten Serdang Bedagai) Karena itu Kecamatan Bangun Purba yang terletak di sebelah Timur dan Sungai Buaya dan Kecamatan Galang yang terletak di Sebelah Timur dan Sungai
125 Hadiani Fitri : Latar Belakang Sejarah Berdirinya Serdang Bedagai Sebagai .………………... Ular merupakan bagian dari daerah Kabupaten Serdang Bedagai. Selanjutnya kepada pasal 6 ayat 4 UU no. 36 tahun 2003 dinyatakan bahwa penentuan batas daerah Kabupaten Serdang Bedagai secara pasti di lapangan ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. Menindak lajuti amanat pasal 6 ayat 4 UU no. 36 tahun 2003 telah diterbitkan Permendagri no. 29 tahun 2007 tentang Penegasan Batas Daerah antara Kabupaten Deli Serdang dengan Kabupaten Serdang Bedagai tanggal 20 juni 2007. Permendagri tersebut akan segera diserahkan dalam waktu dekat kepada Pemrintahan Kabupaten Serdang Bedagai dan Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang. Namun demikian dalam prosesnya ada aspirasi masyarakat 9 desa tersebut di daerah Kecamatan Silmda yang tidak ingin bergabung dengan Kabupaten Serdang Bedagai dan tetap berada dalam kawasan daerah Kabupaten Deli Serdang dengan alasan utamaya adalah terpecahnya masyarakat adat, padahal batas daerah administrasi tidak bermaksud untuk secara eksklusif mengelompokkan masyarakat adat/etnis tertentu. Kepada perwakilan masyarakat 9 desa tersebut di wilayah kecamatan Silinda yang datang ke Ditjen PUM akhir juli 2007 telah dijelaskan bahwa jika ada perubahan batas daerah, sesuai dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah pasal 7 ayat 2 ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Tanggal 6 Januari 2004 Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Keputusan Nomor : 131.21-26 tahun 2004 tentang pengangkatan pejabat Bupati Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara dan mengangkat bapak Drs. H. Chairullah S. IP, MAP sebagai pejabat Bupati Serdang Bedagai. Atas nama Menteri Dalam Negeri tanggal 15 Januari 2004 Gubernur Sumatera Utara Bapak T. Rizal Nurdin melantik bapak Drs. H. Chairullah S. IP, MAP sebagai pejabat Bupati Serdang Bedagai. Setelah masa transisi satu tahun diangkat kembali pejabat Bupati Drs. H. Kasim Siyo, M.Si pada tanggal 3 maret 2005 yang ditugaskan untuk melaksanakan pemilihan kepala daerah (PILKADA) secara langsung maka terpililah Ir. H. T. Erry Nuradi, MBA menjadi bupati dan Ir. Soekirman menjadi wakil bupati Serdang
Bedagai masa bakti 2005-2009. Tokoh yang memprakasai berdirinya Kabupaten Serdang Bedagai salah satunya adalah Drs. H. Chairullah S. IP, MAP. Kabupaten Serdang Bedagai pada saat didirikan terdiri dari 11 Kecamatan sebagai berikut: 1. Kecamatan Kotari 2. Kecamatan Dolok Masihul 3. Kecamatan Sipispis 4. Kecamatan Dolok Merawan 5. Kecamatan Tebing Tinggi 6. Kecamatan Bandar Khalipah 7. Kecamatan Tanjung Beringin 8. Kecamatan Sei Rampah 9. Kecamatan Teluk Mengkudu 10. Kecamatan Perbaungan 11. Kecamatan Pantai Cermin Berdasarkan Perda No. 6 tahun 2006 dan Perda No. 10 Tahun 2006 tanggal 17 oktober 2006, Kabupaten Serdang Bedagai dimekarkan menjadi 17 kecamatan sebagai berikut: 1. Kecamatan Kotari 2. Kecamatan Dolok Masihul 3. Kecamatan Sipispis 4. Kecamatan Dolok Merawan 5. Kecamatan Tebing Tinggi 6. Kecamatan Bandar Khalipah 7. Kecamatan Tanjung Beringin 8. Kecamatan Sei Rampah 9. Kecamatan Teluk Mengkudu 10. Kecamatan Perbaungan 11. Kecamatan Pantai Cermin 12. Kecamatan Silinda 13. Kecamatan Bintang Baru 14. Kecamatan Serbajadi 15. Kecamatan Tebing Syahbandar 16. Kecamatan Sei Bamban 17. Kecamatan Pegajahan. KESIMPULAN Kabupaten Serdang Bedagai memiliki luas wilayah 1.900,22 km persegi, terbagi dalam 17 kecamatan dan 237 desa dan 6 kelurahan, didiami oleh penduduk dari beragam etnis/suku bangsa, agama dan budaya. Dimana suku tersebut antara lain Karo, Melayu, Tapanuli, Simalungun, Jawa, Banjar dan lain-lain. Potensi sumber daya alam yang ada di kabupaten Serdang Bedagai yang paling menonjol diantaranya: sektor pertanian, perkebunan dan perikanan serta sektor kepariwisataan. Sejak terbentuknya pemerintahan daerah yag baru, sei rampah merupakan ibukota kabupaten Serdang
126 Hadiani Fitri : Latar Belakang Sejarah Berdirinya Serdang Bedagai Sebagai .………………... Bedagai sebagai pusat pemerintahan. Jaraknya dengan kota-kota kecamatan sangat bervariasi antara 7 km sampai dengan 51 km. Disamping itu kecamatan Sei Rampah sebagai pusat kota, kecamatan Perbaungan juga merupakan kota pusat perdagangan di Kabupaten Serdang Bedagai yang diandalkan dimana kedua kecamatan ini menjadi indikator keberhasilan pertumbuhan pembangunan yang dilaksanakan. Kota-kota kecamatan yang relative jauh (di atas 50 km) antara lain kecamatan Dolok Merawan, kecamatan-kecamatan lain jaraknya berkisar 7 sampai dengan 32 km. Adanya wacana pemekaran daerah kecamtan, dimungkinkan beberapa kecamatan yang masih memiliki daerah cukup luas berpeluang untuk dimekarkan. Diantaranya: kecamatan perbaungan, sei rampah dan dolok masihul. Hal ini sejalan dengan upaya untuk percepatan proses pelaksanaan pembangunan di daerah. Jadinya Kabupaten Serdang Begadai diperingati setiap tanggal 7 januari. “Tanah Bertuah Negeri Beradat” adalah motto dan Kabupaten Serdang Bedagai yang bermakna kabupaten Serdang Bedagai adalah Kabupaten yang Bertuah/Beruntung dari masyarakatnya adalah masyarakat yang Beradat/Berbudi pekerti luhur. DAFTAR PUSTAKA BAPPEDA Serdang Bedagai. Serdang Bedagai In Briep 2007. Bintarto. R. 1989. Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya. Jakarta: Ghalia Indonesia BPS. 2008. Kabupaten Serdang Bedagai. Hadjisaroso. 1994. Konsep Dasar Pengembangan Wilayah di Indonesia, Datum Prisma No. 8 Agustus. Kanto Humas Serdang Bedagai. Latar Belakang Berdiri dan Berkembangnya Kabupaten Serdang Bedagai. Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta; PT. Gramedia
Sinar. T. Lukman. 1971. Sari Sadjarah Serdang. Tanpa Penerbit. Medan. Suradini, Ermaya. 1995. Peranan Kepala Wilayah Dalam Analisis Masalah dan Potensi Wilayah. Bandung: CV. Ramadhan Bandung.