No. Katalog BPS :12182.12.008
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011
Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai
1
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
Nomor Publikasi
: 12182.12.008
Katalog BPS
: 4102004.1218
Ukuran Buku
: 21 cm x 28 cm
Jumlah Halaman
: vi + 39
Penanggung Jawab
: Kepala BPS Kabupaten Serdang Bedagai
Naskah
: BPS Kabupaten Serdang Bedagai
Gambar Kulit
: Seksi Statistik Sosial
Penulis
: Dame Magdalena
Diterbitkan Oleh
: Badan Pusat Statistik Sosial Kabupaten Serdang Bedagai
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya
KATA PENGANTAR
Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai merupakan publikasi tahunan BPS Kabupaten Serdang Bedagai yang menyajikan data tentang tingkat kesejahteraan rakyat Kabupaten Serdang Bedagai antar waktu. Data publikasi “Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011” bersumber dari Proyeksi Penduduk, Susenas, dan Serdang Bedagai Dalam Angka. Dimensi kesejahteraan mencakup aspek-aspek kehidupan yang sangat luas dan tidak semua dapat diukur. Menyadari hal tersebut, publikasi ini hanya mencakup pada aspek-aspek yang dapat diukur dan tersedia datanya. Oleh karena keterbatasan data maka data kemiskinan masih memakai data Tahun 2010. Untuk memudahkan interpretasi, perubahan tingkat kesejahteraan dikaji menurut berbagai bidang yang menjadi acuan dalam upaya peningkatan kualitas hidup. Bidang-bidang tersebut adalah kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, kemiskinan, pola komsumsi, perumahan dan lingkungan dan sosial lainnya. Publikasi ini terwujud berkat kerja keras tim penyusun dari Seksi Statistik Sosial BPS Kabupaten Serdang Bedagai. Kepada pihak lain yang secara aktif memberikan sumbangsih hingga terbitnya publikasi ini, kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Akhirnya, kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan publikasi serupa di masa mendatang.
Sei Rampah, Oktober 2012 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai
Ir. Ida Suswati, M. Si. Nip. 196602281992032002
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
ii
DAFTAR ISI
Halaman Kata Pengantar
ii
Daftar Isi
iii
Daftar Tabel
iv
Daftar Grafik
v
I.
Kependudukan
1
II. Kesehatan dan Gizi
11
III. Pendidikan
18
IV. Kemiskinan
23
V. Pola Komsumsi
30
VI. Perumahan dan Lingkungan
33
VII. Sosial Lainnya
37
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
iii
DAFTAR TABEL
Halaman KEPENDUDUKAN 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5.
2
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2011 Penduduk Menurut Jenis Kelamin Berdasarkan Kecamatan Tahun 2011 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan Tahun 2011 Komposisi Penduduk (%) dan Angka Beban Ketergantungan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 dan 2011 Persentase Wanita Berusia 10 Tahun Keatas Yang Pernah Kawin Tahun 2010 dan 2011
4 5 7 8
KESEHATAN DAN GIZI 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6.
12
Persentase Penduduk Yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 dan 2011 Persentase Penduduk Yang Menderita Sakit Selama Sebulan Yang Lalu Menurut Jumlah Hari Sakit Tahun 2010 dan 2011 Persentase Balita Yang Pernah Imunisasi Tahun 2010 - 2011 Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2007 - 2011 Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama dan terakhir Tahun 2010 dan 2011 Persentase Penduduk Yang Mengobati Sendiri Selama Sebulan Terakhir dan Jenis Obat Yang Digunakan Tahun 2010 dan 2011
12 14 15 16 17
PENDIDIKAN 3.1. 3.2.
20
Persentase Penduduk Yang Masih Sekolah Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 dan 2011 Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2011
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
21
iv
KEMISKINAN 4.1. 4.2. 4.3.
25
Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 - 2010 Garis Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 - 2010 Indeks Kedalaman (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Tahun 2008 - 2010
27 28
POLA KOMSUMSI 5.1.
Rata-Rata Pengeluaran/Kapita/Bulan Dan Persentase Pengeluaran /Kapita/Bulan Tahun 2010 dan 2011
Rata-Rata
31
Persentase Rumah Tangga Menurut Beberapa Indikator Kualitas Perumahan dan Daerah Tempat Tinggal Tahun 2010 - 2011 Persentase Rumah Tangga Menurut Beberapa Indikator Fasilitas Perumahan dan Daerah Tempat Tinggal Tahun 2010 - 2011
34
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN 6.1. 6.2.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
35
v
DAFTAR GRAFIK
Halaman GRAFIK 1.1.
Angka Beban Ketergantungan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 dan 2011
6
1.2.
Angka Lahir Hidup (ALH) dan Angka Anak Yang Masih Hidup (AMH) Tahun 2010 dan 2011
9
2.1.
Rata-Rata Pemberian ASI dan Pemberian ASI Eklusif Tahun 2010 dan 2011
13
3.1.
Angka Melek Huruf dan Buta Huruf Penduduk 10 Tahun ke Atas Tahun 2010 dan 2011
19
5.1.
Persentase Komposisi Pengeluaran per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran Tahun 2010 – 2011
31
6.1.
Persentase Rumah Tangga Yang Menggunakan Penerangan Listrik Tahun 2011
36
7.1.
Persentase Rumah Tangga Yang Mempunyai Akses Teknologi Komunikasi dan Informasi Menurut Jenis Alat Komunikasi dan Informasi 2010 dan 2011
38
7.2.
Persentase Rumah Tangga Yang Mendapatkan Pelayanan Gratis dan Jenis Kartu Yang Digunakan Tahunn 2010 dan 2011
39
7.3.
Persentase Rumah Tangga Yang Membeli Beras Murah/Beras Miskin Selama 3 Bulan Tahun 2010 dan 2011
40
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
vi
Kependudukan
Kependudukan
1
Penduduk merupakan salah satu faktor yang sangat dominan dalam proses pembangunan, karena dengan kemampuannya mereka dapat mengelola sumber daya alam sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup untuk diri sendiri, keluarga bahkan orang lain secara berkesinambungan. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi suatu potensi bagi suatu Negara atau daerah namun dapat juga menjadi beban bagi proses pembangunan itu sendiri jika penduduk yang tersedia berkualitas rendah. Oleh sebab itu, untuk menangani masalah kependudukan yang menunjang keberhasilan pembangunan nasional maupun pembangunan daerah, pemerintah tidak saja mengarahkan pada upaya pengendalian jumlah penduduk tetapi juga menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Selain itu, program perencanaan pembangunan sosial di segala bidang harus mendapat prioritas utama untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Oleh karena itu pemerintah dalam menetapkan penajaman kebijakan kependudukan yang diarahkan pada peningkatan kualitas penduduk dan pengendalian laju pertumbuhan penduduk untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Dalam menyusun perencanaan dan evaluasi kegiatan program-program pembangunnan bidang kesejahteraan, aspek dan dinamika kependudukan merupakan bahan pertimbangan yang sangat penting. Profil Persebaran Penduduk dan Kepadatan Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2011 adalah 599.941 jiwa, yang tersebar merata di 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai. Luas Kabupaten Serdang Bedagai 1.900,22 km2, dimana kecamatan yang paling luas yaitu Kecamatan Dolok Masihul 237,417 km2 dan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
1
posisi kedua Kecamatan Tebing Tinggi 182,291 km2 sedangkan kecamatan yang paling kecil luas wilayahnya yaitu Kecamatan Serba Jadi 50,69 km2 yang tidak berselisih jauh dengan Kecamatan Silinda yaitu 56,74 km2. Tabel 1.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2011
(Luas Wilayah)
Penduduk
(Km2)
(Jiwa)
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
(2)
(3)
(4)
1.900,22
599.941
315,72
KOTARIH
78,024
8.035
102,98
SILINDA
56,74
8.384
147,76
BINTANG BAYU
95,586
10.651
111,43
DOLOK MASIHUL
237,417
48.642
204,88
50,69
19.686
388,36
145,259
31.829
219,12
120,6
17.131
142,05
TEBINGTINGGI
182,291
40.616
222,81
TEBING SYAHBANDAR
120,297
32.423
269,52
BANDAR KHALIPAH
116
24.949
215,08
TANJUNG BERINGIN
74,17
37.151
500,89
SEI RAMPAH
198,9
63.955
321,54
SEI BAMBAN
72,26
43.165
597,36
TELUK MENGKUDU
66,95
41.469
619,40
PERBAUNGAN
111,62
101.278
907,35
PEGAJAHAN
93,12
27.063
290,63
PANTAI CERMIN
80,296
43.514
541,92
Kecamatan (1)
SERDANG BEDAGAI
SERBAJADI SIPISPIS DOLOK MERAWAN
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
2
Sumber : BSP, Proyeksi Penduduk 2011
Walaupun wilayah Kecamatan Serba Jadi dan Kecamatan Silinda paling kecil wilayahnya namun penduduk yang paling padat di Kabupaten Serdang Bedagai adalah Kecamatan Perbaungan dimana kepadatan penduduk di kecamatan ini rata-rata 907,35 jiwa per kilometer. Sedangkan Kecamatan Sei Rampah walaupun merupakan ibukota Kabupaten Serdang Bedagai kepadatan penduduknya hanya 321,54 jiwa per kilometer yang hampir sama dengan rata-rata kepadatan penduduk untuk Kabupaten Serdang Bedagai sendiri yaitu : 315,72 jiwa per kilometer. Kecamatan yang kepadatan penduduknya paling rendah adalah Kecamatan Kotarih yaitu 102,98 jiwa perkilometer yang diikuti dengan Kecamatan Bintang Bayu yaitu 111,43 jiwa perkilometer. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) Rasio jenis kelamin (RJK) adalah perbandingan antara jumlah penduduk lakilaki dengan jumlah penduduk perempuan di suatu daerah pada waktu tertentu, dan biasanya dinyatakan sebagai jumlah laki-laki per 100 perempuan. Besar kecilnya rasio jenis kelamin dipengaruhi oleh pola mortalitas dan migrasi penduduk suatu daerah. Jika rasio jenis kelamin di atas 100, artinya jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada penduduk perempuan di daerah tersebut. Besarnya Rasio Jenis Kelamin penduduk Serdang Bedagai tahun 2011 adalah 100,95. Ini berarti rasio perbandingan jumlah penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan adalah lebih kurang terdapat 101 orang penduduk laki-laki diantara 100 penduduk perempuan dengan kata lain penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan. Bila dilihat menurut kecamatan di masing-masing kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai, pada tahun 2011, rasio jenis kelamin tertinggi adalah Kecamatan Tanjung Beringin yaitu 104,47, kemudian Kecamatan Sipispis yaitu sebesar 104,12 sedangkan rasio jenis kelamin terendah terdapat di dua kecamatan yaitu :Kecamatan Dolok Masihul 97,79 dan Kecamatan Serba Jadi yaitu : 97,77 kemudian Kecamatan Bandar Khalipah sebesar 98,92 yang diikuti dengan Kecamatan Tebing Tinggi sebesar 99,50.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
3
Tabel 1.2. Penduduk Menurut Jenis Kelamin Berdasarkan Kecamatan Tahun 2011
Laki‐laki
Jenis Kelamin Perempuan
Total
(2)
(3)
(4)
301.386
298.555
599.941
KOTARIH
4.071
3.964
8.035
SILINDA
4.221
4.163
8.384
BINTANG BAYU
5.393
5.258
10.651
DOLOK MASIHUL
24.049
24.593
48.642
SERBAJADI
9.732
9.954
19.686
SIPISPIS
16.236
15.593
31.829
DOLOK MERAWAN
8.610
8.521
17.131
TEBINGTINGGI
20.257
20.359
40.616
TEBING SYAHBANDAR
16.264
16.159
32.423
BANDAR KHALIPAH
12.407
12.542
24.949
TANJUNG BERINGIN
18.982
18.169
37.151
SEI RAMPAH
32.248
31.707
63.955
SEI BAMBAN
21.588
21.577
43.165
TELUK MENGKUDU
20.904
20.565
41.469
PERBAUNGAN
50.777
50.501
101.278
PEGAJAHAN
13.683
13.380
27.063
PANTAI CERMIN
21.964
21.550
43.514
Kecamatan (1)
SERDANG BEDAGAI
Sumber : BPS, Proyeksi Penduduk 2011
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
4
Tabel 1.3. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan Tahun 2011
Kecamatan
Laki‐laki
Perempuan
Rasio Jenis Kelamin (RJK)
(1)
(2)
(3)
(4)
301.386
298.555
100,95
KOTARIH
4.071
3.964
102,70
SILINDA
4.221
4.163
101,39
BINTANG BAYU
5.393
5.258
102,57
DOLOK MASIHUL
24.049
24.593
97,79
SERBAJADI
9.732
9.954
97,77
SIPISPIS
16.236
15.593
104,12
DOLOK MERAWAN
8.610
8.521
101,04
TEBINGTINGGI
20.257
20.359
99,50
TEBING SYAHBANDAR
16.264
16.159
100,65
BANDAR KHALIPAH
12.407
12.542
98,92
TANJUNG BERINGIN
18.982
18.169
104,47
SEI RAMPAH
32.248
31.707
101,71
SEI BAMBAN
21.588
21.577
100,05
TELUK MENGKUDU
20.904
20.565
101,65
PERBAUNGAN
50.777
50.501
100,55
PEGAJAHAN
13.683
13.380
102,26
PANTAI CERMIN
21.964
21.550
101,92
SERDANG BEDAGAI
Sumber : BPS, Proyeksi Penduduk 2011
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
5
Angka Beban Ketergantungan Perbandingan antara jumlah penduduk usia di bawah 15 tahun dan penduduk usia 65 tahun ke atas dengan jumlah penduduk usia 15 – 64 tahun sering juga disebut dengan Rasio Ketergantungan (RK). Keberhasilan pembangunan bidang kependudukan diantaranya dapat tercermin dengan semakin rendahnya proporsi penduduk usia tidak produktif, khususnya kelompok umur 0 – 14 tahun, yang berarti pula semakin rendahnya angka beban ketergantungan. Semakin kecil angka beban ketergantungan akan semakin memberikan kesempatan bagi usia produktif (15 – 64 tahun) untuk meningkatkan kualitas dirinya karena semakin kecil beban yang harus ditanggung terhadap penduduk usia tidak produktif Grafik 1.1. Angka Beban Ketergantungan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 dan 2011
61,71 62 61
59,74
60 59
57,78
58 56,42 57
55,9 55,38
56
2010 2011
55 54 53 52 Laki‐laki
Perempuan
Laki‐laki + Perempuan
Sumber : BSP, Susenas 2010 dan 2011
Bila dibandingkan angka beban ketergantungan tahun 2010 dengan 2011 Kabupaten Serdang Bedagai terjadi penurunan angka beban ketergantungan di tahun
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
6
2011. Ini berarti bahwa pada tahun 2011 dari 100 orang usia produktif harus menanggung sebanyak lebih kurang 56 orang tidak produktif sedangkan tahun 2010 dari 100 orang usia produktif harus menanggung lebih kurang 60 orang tidak produktif. Walaupun terjadi penurunan angka beban ketergantuan di tahun 2011 bila dibandingkan dengan angka beban ketergantunan di 2010, hal ini perlu ledbih ditingkatkan kembali karena apabila semakin kecil angka beban ketergantungan maka akan berdampak kepada keberhasilan pembangunan suatu daerah. Tabel 1.4. Komposisi Penduduk (%) dan Angka Beban Ketergantungan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 dan 2011 Jenis Kelamin
2010 65+
RK
0 ‐ 14
15 ‐ 64
65+
RK
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Laki‐laki
34,25 61,84
3,91
61,71 32,76
63,93
3,31
56,42
Perempuan
31,79 63,38
4,83
57,78 30,80
64,36
4,84
55,38
Laki‐laki + Perempuan
33,03 62,60
4,37
59,74 31,78
64,15
4,08
55,90
(1)
0 ‐ 14 15 ‐ 64
2011
(2)
Sumber : BSP, Susenas 2010 dan 2011
Bila dilihat dari struktur usia, penduduk Kabupaten Serdang Bedagai pada kelompok usia 0 – 14 tahun yang hanya sebesar 33,03 persen pada tahun 2010 terjadi sedikit penurunan menjadi 31,78 persen pada tahun 2011. Sedangkan untuk kelompok usia 15 – 64 tahun terjadi peningkatan yang pada tahun 2010 sebesar 62,60 menjadi 64,15 persen pada tahun 2011 , hal inilah yang menyebabkan angka beban ketergantungan untuk tahun 2011 menjadi sedikit lebih menurun bila dibandingkan pada tahun 2010 Umur Perkawinan Pertama dan Fertilitas Usia perkawinan pertama merupakan salah satu “variabel antara”
yang
berpengaruh langsung terhadap fertilitas. Ini dikarenakan pada saat perkawinan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
7
pertama, secara formal seorang wanita diasumsikan akan memasuki kehidupan seksual, yang berarti pula dimulainya masa menghadapi resiko melahirkan. Seorang wanita yang berusia kurang dari 16 tahun dianggap belum siap untuk menghadapi kehidupan berumahtangga dan seksual. Fertilitas tidak hanya berhubungan dengan banyaknya penduduk perempuan yang pernah kawin tapi juga dipengaruhi oleh umur perkawinan pertama penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas yang pernah kawin. Umur perkawinan pertama merupakan salah satu indikator untuk menggambarkan kondisi fertilitas, karena semakin muda seseorang melakukan perkawinan maka akan semakin panjang masa reproduksinya sehingga akan semakin besar peluangnya untuk melahirkan anak. Dengan demikian memungkinkan terjadinya tingkat fertilitas yang lebih tinggi. Penundaan usia perkawinan serta kehamilan yang pertama merupakan salah satu cara untuk membatasi jumlah kelahiran anak. Salah satu yang diduga telah mempengaruhi penurunan tingkat fertilitas adalah penundaan usia perkawinan pertama wanita yang berdampak memperpendek masa usia subur mereka. Tabel 1.5. Persentase Wanita Berusia 10 Tahun Keatas Yang Pernah Kawin Tahun 2010 dan 2011 Tahun Umur (Tahun) 2010
2011
(1)
(2)
(3)
10 - 16
11,72
8,95
17 - 18
22,68
21,81
19 - 24
51,09
53,48
25 - 34
13,64
14,75
35 +
0,87
1,02
Rata-Rata Umur Perkawina Pertama
20,39
20,66
Sumber : BSP, Susenas 2010 dan 2011
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
8
Bila dilihat perbandingan antara tahun 2010 dengan 2011 terjadi penurunan umur perkawinan pertama untuk kelompok umur 10 – 16 tahun, pada tahun 2010 hanya 11,72 persen dan pada tahun 2011 menurun menjadi 8,95 persen. Sedangkan pada kelompok umur 17 – 18 tahun terjadi penurunan dari tahun 2010 sebesar 22,68 persen menjadi 21,81 persen pada tahun 2011. Fertilitas dan Mortalitas Dua komponen utama yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk di suatu wilayah secara alamiah adalah fertilitas. Fertilitas (kelahiran) merupakan faktor alamiah yang mempengaruhi jumlah penduduk secara positif. Sementara mortalitas (kematian) mempengaruhi pertumbuhan penduduk secara negatif. Maksudnya, peningkatan fertilitas tanpa memperhatikan faktor lain akan menyebabkan jumlah penduduk bertambah, sedangkan mortalitas akan mengurangi jumlah penduduk. Grafik 1.2. Angka Lahir Hidup (ALH) dan Angka Anak Yang Masih Hidup (AMH) Tahun 2010 dan 2011 3,47 3,5
3,37
3,4 3,3 3,1
3,2
3,08
2010 2011
3,1 3 2,9 2,8 ALH
AMH
Sumber : BSP, Susenas 2010 dan 2011
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
9
Hasil Susenas yang dilaksanakan di Serdang Bedagai menggambarkan bahwa anak yang dilahirkan hidup oleh wanita pada tahun 2011 adalah 3,31. Bila dibandingkan dengan tahun 2010 terjadi sedikit penurunan dimana tahun 2010 sebesar 3,47. Sedangkan perbandingan antara jumlah anak yang masih hidup dengan jumlah anak yang dilahirkan hidup pada tahun 2011 sebesar 3,08 persen dan terjadi sedikit penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebesar 3,11 persen.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
10
Kesehatan & Gizi
Kesehatan & Gizi
2
Kesehatan dan gizi merupakan bagian dari indikator kesejahteraan penduduk dalam hal kualitas fisik dimana angka kematian bayi dan angka harapan hidup sebagai indikator utamanya. Sementara untuk melihat gambaran tentang kemajuan upaya peningkatan dan status kesehatan masyarakat dapat dilihat dari penolong persalinan bayi, ketersedian sarana kesehatan dan jenis pengobatan yang dilakukan. Pemerintah
telah
melakukan
berbagai
upaya
yang
ditujukan
untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memelihara mutu pelayanan kesehatan. Diantaranya dengan memberikan penyuluhan kesehatan agar semua anggota keluarga berperilaku sehat, penyediaan berbagai fasilitas umum, seperti puskesmas, posyandu, pos obat desa, pondok bersalin sehat serta penyediaan fasilitas air minum bersih. Derajat dan Status Kesehatan Penduduk Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik karena penyakit akut, penyakit kronis (meskipun selama sebulan terakhir tidak mempunyai keluhan), kecelakaan, kriminal atau hal lain. Status kesehatan memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan penduduk pada waktu tertentu. Status kesehatan memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan penduduk pada waktu tertentu. Referensi waktu yang digunakan dalam Susenas adalah sebulan yang lalu.
Tabel 2.1. menyajikan persentase penduduk yang mempunyai keluhan
kesehatan menurut jenis kelamin, dimana pada tahun 2011 terjadi peningkatan persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan bila dibandingkan tahun 2010. Bila dilihat pada tahun 2011 persentase keluhan kesehatan menurut jenis kelamin
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
11
penduduk laki-laki yang sakit (38,82) tidak berbeda jauh dengan penduduk berjenis kelamin perempuan (39,85). Tabel 2.1. Persentase Penduduk Yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 dan 2011 Jenis Kelamin
2010
2011
(1)
(2)
(3)
Laki‐laki
36,09
38,82
Perempuan
35,70
39,85
Laki‐laki +Perempuan
35,90
39,33
Sumber : BSP, Susenas 2010 dan 2011
Sedangkan bila dilihat persentase penduduk yang menderita sakit menurut jumlah hari sakitnya maka pada umumnya penduduk mengalami keluhahan sakit paling lama 1 – 3 hari yaitu 58,02 persen baik itu untuk laki-laki atau perempuan maupun secara keseluruhan jumlah penduduk yang menderita sakit. Lamanya terganggu tidak merujuk yang terberat saja, melainkan mencakup jumlah hari semua keluhan kesehatan anggota rumah tangga dalam 1 bulan terakhir. Tabel 2. 2. Persentase Penduduk Yang Menderita Sakit Selama Sebulan Yang Lalu Menurut Jumlah Hari Sakit Tahun 2010 dan 2011 Jumlah Hari Sakit
2010
(1)
Lakilaki (2)
1-3
2011
Perempuan (3)
Laki-laki + Perempuan (4)
Laki-laki (5)
Perempuan (6)
Laki-laki + Perempuan (7)
62,95
60,20
61,61
59,64
56,17
58,02
4-7
28,68
29,93
29,28
30,05
34,66
32,21
8 - 14
3,45
3,53
3,49
3,28
3,57
3,42
15 - 21
3,09
1,89
2,50
3,47
2,88
3,20
22 - 30
1,84
4,47
3,11
3,55
2,71
3,16
Sumber : BSP, Susenas 2010 dan 2011
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
12
Pemberian ASI dan Imunisasi Air Susu Ibu (ASI) merupakan zat makanan yang paling ideal terutama bagi pertumbuhan bayi dan dapat mempercepat perkembangan berat badan bayi. ASI juga mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi dalam jumlah yang cukup, zat pembentukan, dan kekebalan terhadap penyakit. Oleh karena itu, semakin lama anak disusui akan semakin baik tingkat pertumbuhan dan kesehatannya. Pada tahun 2010, rata-rata pemberian ASI sebanyak 14,02 bulan. Angka ini naik bila dibandingkan pada tahun sebelumnya yang rata-rata hanya 13,93 bulan. Walaupun kenaikan rata-rata pemberian dari tahun 2010 ke tahun 2011 hanya naik tipis namun hal ini merupakan hal yang positif, mengingat pemberian ASI sangat penting bagi perkembangan dan kesehatan balita yang mana nantinya balita inilah yang akan menjadi penerus bangsa ini. Grafik 2.1. Rata-Rata Pemberian ASI dan Pemberian ASI Eklusif Tahun 2010 dan 2011
13,93
14,02
16 14 12 10 2010
8 3,48
6
3,03
2011
4 2 0 Rata‐Rata Pemberian ASI (Bulan)
Rata‐Rata Pemberian ASI Eksklusif (bulan)
Sumber : BPS, Susenas 2010 dan 2011
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
13
Namun berdasarkan anjuran kesehatan, balita seharusnya diberi ASI selama 24 bulan (2 tahun). Grafik 2.1. menunjukkan bahwa selama 2010-2011, rata-rata lama balita diberi ASI belum pernah mencapai angka yang dianjurkan. Oleh karena itu perlu adanya upaya nyata yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya ASI bagi balita dengan harapan setiap balita di Serdang Bedagai mendapatkan ASI sesuai anjuran kesehatan. Selain kekebalan yang dimiliki sejak dalam kandungan, bayi juga memerlukan kekebalan buatan yang diperoleh melalui imunisasi. Imunisasi bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Pada umur satu tahun, bayi semestinya telah diimunisasi secara lengkap, yaitu satu kali BCG dan Campak, tiga kali DPT dan Polio. Di samping itu masih terdapat imunisasi lain yang tidak wajib namun sebaiknya juga diberikan kepada bayi seperti HIB dan PRP-OMP untuk usia 2 bulan atau lebih, serta imunisasi lainnya. Namun yang dibahas pada bab ini adalah balita yang pernah mendapat minimal satu kali imunisasi. Tabel 2.3. Persentase Balita Yang Pernah Imunisasi Tahun 2010 - 2011 Jenis Imunisasi
2010
2011
(1)
(2)
(3)
BCG
92,52
88,87
DPT
90,39
85,14
POLIO
87,78
82,90
CAMPAK
74,05
71,81
HEPATITIS B
81,46
78,84
% Balita Yang Pernah Diimunisasi
93,93
90,26
Sumber : BSP, Susenas 2010 dan 2011
Secara umum selama kurun waktu dua tahun (2010 – 2011), persentase balita yang pernah mendapatkan minimal satu kali imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak dan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
14
Hepatitis B, mengalami sedikit Penurunan. penurunan terlihat juga dari persentase balita yang pernah diimunisasi yaitu sebesar 93,93 persen pada tahun 2010 menjadi 90,26 persen pada tahun 2011. Penurunan persentase balita yang mendapatkan imunisasi perlu mendapat perhatian dari pemerintah maupun bagi orang tua mengingat pentingnya imunisasi untuk menjaga kekebalan tubuh balita. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Ketersediaan serta keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan merupakan salah satu faktor penentu terwujudnya peningkatan derajat dan status kesehatan penduduk. Rumah sakit, rumah bersalin, puskesmas dan posyandu merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan karena dapat menjangkau penduduk sampai di pelosok. Namun, ketersediaan dan kualitasnya masih dirasakan sangat kurang dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada saat ini. Pada tabel 2.4. disajikan perkembangan jumlah Rumah sakit, rumah bersalin, puskesmas dan posyandu yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2007 – 2011. Tabel 2. 4. Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2007 - 2011 Fasilitas Kesehatan
2007
2008
2009
2010
2011
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1. Rumah Sakit
6
6
6
6
7
2. Rumah Bersalin
11
11
7
8
8
3. Puskesmas
17
17
20
20
20
4. Posyandu
745
678
863
863
863
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai
Ketersediaan puskesmas selama periode 2007 – 2008 tidak mengalami penambahan, yaitu sebanyak 17 unit namun pada tahun 2009 meningkat menjadi 20 unit. Dimana keberadaan puskesmas hanya ada 1 unit untuk masing masing kecamatan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
15
kecuali di Kecamatan Tebing Tinggi, Sei Rampah dan Perbaungan yang terdiri dari 2 unit puskesmas. Selain peningkatan fasilitas kesehatan yang tidak kalah pentingnya adalah tersedianya tenaga medis khususnya tenaga penolong persalinan yang memadai baik jumlah, keahlian, maupun keterjangkauannya. Hal ini berkaitan dengan upaya menurunkan angka kematian bayi dan kematian ibu saat melahirkan, dimana pemerintah mengupayakan agar para ibu hamil dapat melahirkan dengan selamat, demikian pula bayi yang dilahirkannya. Tabel 2.5. Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama dan terakhir Tahun 2010 dan 2011 Penolong Waktu Lahir
2010
2011
Kelahiran Pertama (2)
Kelahiran Terakhir (3)
Kelahiran Pertama (4)
Kelahiran Terakhir (5)
Dokter
8,1
11,42
5,99
14,93
Bidan
83,78
86,05
80,99
80,50
0
0,31
0,85
0,85
Dukun
6,71
1,91
9,55
2,93
Famili
1,42
0,31
2,61
0,79
0
0
0
0
(1)
Tenaga Medis Lainnya
Lainnya
Sumber : BSP, Susenas 2010 dan 2011
Selama periode 2010 – 2011 terlihat bahwa proses kelahiran yang ditolong oleh tenaga medis menurun baik penolong kelahiran pertama maupun penolong kelahiran terakhir. Bila pada tahun 2010 penolong kelahiran pertama yang ditolong oleh tenaga medis 91,88 persen namun pada tahun 2011 penolong kelahiran pertama turun menjadi 87,83 persen. Begitu juga untuk penolong kelahiran terakhir yang pada tahun 2010 97,78 persen yang ditolong oleh tenaga medis namun pada tahun 2011 turun menjadi 96,28 persen. Penurunan penolong kelahiran yang dibantu oleh tenaga medis perlu mendapatkan perhatian bagi pemerintah.karena untuk menurunkan angka kematian
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
16
bayi maupun angka kematian ibu dengan lebih meningkatkan program-program pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Tabel 2.6. Proporsi Penduduk Yang Mengobati Sendiri Selama Sebulan Terakhir dan Jenis Obat Yang Digunakan Tahun 2010 dan 2011 Tahun
Laki_laki
(1)
Tradisional (2)
2010 2011
Perempuan
Laki-laki + Perempuan TradiLainsional Modern nya (10) (11) (12)
Modern (3)
Lainnya (4)
Tradisional (6)
Modern (7)
Lainnya (8)
15,61
97,28
2,44
21,45
93,75
3,03
18,45
95,57
2,73
21,36
92,00
2,69
19,23
93,30
1,92
20,27
92,66
2,29
Sumber : BPS, Susenas 2010 dan 2011
Berdasarkan jenis obat/cara pengobatan yang digunakan, jenis obat modern merupakan pilihan utama penduduk yang berobat sendiri, baik untuk jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Namun demikian, penduduk yang berobat dengan obat modern mengalami penurunan dari 95,57 persen pada tahun 2010 menjadi 92,66 persen pada tahun 2001. Sebaliknya bagi penduduk yang menggunakan obat tradisional mengalami peningkatan dari 18,45 persen pada tahun 2010 menjadi 20,27 persen pada tahun 2011.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
17
Pendidikan
3
Pendidikan Pendidikan
merupakan
sarana
untuk
meningkatkan
kecerdasan
dan
keterampilan manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kebijakan di bidang pendidikan. Salah satu contoh kebijakan di bidang pendidikan adalah pemerataan pendidikan, yang dimaksudkan untuk menyediakan kesempatan pendidikan bagi setiap penduduk usia sekolah dengan kualitas bermutu dan relevan dengan pembangunan yang dikelola secara efisien. Pemerataan pendidikan diupayakan melalui penyediaan sarana dan prasarana belajar seperti pembangunan gedung sekolah, gedung laboratorium, gedung perpustakaan dan tambahan tenaga pengajar mulai dari pendidikan merupakan konsep “link and match, yaitu pendekatan atau strategi meningkatkan relevansi sistim pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja. Kualitas pendidikan adalah menghasilkan manusia terdidik yang bermutu dan handal sesuai dengan tuntutan zaman. Sedangkan efisiensi pengelolaan pendidikan dimaksudkan bahwa pendidikan diselenggarakan secara berdaya guna dan berhasil guna. Angka putus sekolah yang masih tinggi, kesenjangan mendapatkan kesempatan pendidikan antar kelompok penduduk dan antar daerah, serta kualitas pendidikan yang belum biasa memenuhi kebutuhan lapangan kerja yang semakin kompetitif, merupakan beberapa permasalahan mendasar pendidikan yang memerlukan solusi secara cepat. Tingkat pencapaian program pembangunan pendidikan dalam meningkatkan taraf pendidikan masyarakat secara umum biasa diukur melalui perubahan dan perkembangan tingkat pendidikan masyarakat yang berhasil dicapai masyarakat pada periode waktu tertendu. Hasil pembangunan pendidikan masyarakat dapat dilihat melalui beberapa indikator output pendidikan, antara lain Angka Melek Huruf (AMH),
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
18
Angkat Partisipasi Kasar (APK), Angkat Partisipasi Murni (APM), tingkat/jenjang pendidikan yang ditamatkan, angka putus sekolah, dan rata-rata lama sekolah. Angka Melek Huruf Angka melek huruf merupakan salah satu indikator sederhana yang dapat digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang kemajuan pendidikan suatu bangsa, serta adanya pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan. Semakin besar angka melek huruf orang dewasa, berarti semakin banyak penduduk yang mampu dan mengerti baca tulis. Angka melek huruf yang dibahas dalam Bab ini adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya. Grafik 3.1. Angka Melek Huruf dan Buta Huruf Penduduk 10 Tahun ke Atas Tahun 2010 dan 2011 97,60
96,88 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Melek Huruf Buta Huruf 3,12
2010
2,40
2011
Sumber : BPS, Susenas Tahun 2010 dan 2011
Angka melek huruf di Serdang Bedagai pada tahun 2010 meningkat bila dibandingkan satu tahun sebelumnya, yaitu dari
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
96,88 persen pada tahun 2010,
19
menjadi 97,60 persen pada tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan penduduk yang mampu dan mengerti baca tulis dari tahun sebelumnya. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Indikator yang biasa digunakan untuk mengetahui tingkat partisipasi penduduk khususnya anak usia sekolah dalam proses kegiatan formal/sekolah adalah Angka Partisipasi Sekolah (APS). APS juga bisa digunakan untuk melihat seberapa besar tingkat kemampuan lembaga pendidikan formal (sekolah) dalam menyerap warga belajar terutama anak usia sekolah. Meningkatnya angka partisipasi sekolah berarti menunjukkan adanya keberhasilan di bidang pendidikan, utamanya yang berkaitan dengan upaya memperluas jangkauan pelayanan pendidikan. Secara umum dari total penduduk kelompok umur 7 – 12 tahun (usia ideal di jenjang pendidikan SD) sebesar 99,25 persen. Artinya 99,25 persen dari total penduduk telah mengenyam pendidikan. Sedangkan APS untuk penduduk 13 – 15 tahun (usia ideal di jenjang pendidikan SMP) sebesar 89,29 persen dan 54,74 persen untuk penduduk yang berusia 16 – 18 tahun. Tabel 3.1. Persentase Penduduk Yang Masih Sekolah Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 dan 2011 Laki-laki
Kelompok Umur
Perempuan
Laki-laki + Perempuan
2010
2011
2010
2011
2010
2011
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
7 - 12
98,73
99,09
99,26
99,45
98,97
99,25
13 - 15
92,48
88,39
93,36
90,04
92,89
89,29
16 - 18
63,55
51,08
49,88
58,01
56,73
54,74
19 - 24
1,63
7,93
5,55
3,07
3,59
5,73
7 - 15
96,60
95,91
97,21
95,91
96,88
95,91
7 - 24
66,26
62,95
62,76
,65,12
64,58
64,01
Sumber : BPS, Susenas 2010 dan 2011
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
20
Berdasarkan jenis kelamin, dari tabel 3.1. terlihat bahwa APS anak perempuan usia 7 – 12 tahun di Serdang Bedagai tidak berbeda jauh dengan APS anak laki-laki pada kelompok usia yang sama, yaitu 99,45 persen berbanding 99,09 persen. APS untuk jenis kelamin laki-laki untuk kelompok umur 16 – 18 tahun mengalami penurunan pada tahun 2011 bila dibandingkan dengan tahun 2010 dimana pada tahun 2010 APS anak laki-laki kelompok umur 16 – 18 tahun 63,55 persen namun pada tahun 2011 turun menjadi 51,08 persen. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) APK adalah persentase jumlah siswa pada jenjang pendidikan tertentu dibandingkan dengan penduduk kelompok usia tertentu. Semangkin tinggi APK berarti semangkin banyak anak usia sekolah tertentu bersekolah di tingkat pendidikan tertentu. Nilai APK bisa lebih besar dari 100 persen karena adanya siswa di luar usia sekolah.
Tabel 3.2. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2011
Jenjang Pendidikan
APK
APM
Laki‐ laki
Perempuan
(2)
(3)
(4)
SD
97,51
104,80
SMP
97,38
SMTA DIPLOMA/SARJANA
(1)
Perempuan
Laki‐laki + Perempuan
(5)
(6)
(7)
100,88
86,45
92,69
89,33
75,19
85,17
65,54
60,57
62,81
73,67
86,09
80,22
47,84
52,38
50,24
6,20
6,67
6,41
5,13
1,82
3,64
Sumber : BPS, Susenas Tahun 2011
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
Laki‐laki + Laki‐ Perempuan laki
21
APK untuk Kabupaten Serdang Bedagai untuk tahun 2010 di
jenjang
pendidikan SD diatas 100 persen yaitu 100,88 persen, ini berarti bahwa masih ada penduduk yang di atas usia sekolah di jenjang pendidikan sekolah dasar (usia 7 – 12 tahun) yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Ini berlaku untuk penduduk usia sekolah yang berjenis kelamin perempuan (104,80 persen). APM adalah proporsi jumlah anak pada kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang bersangkutan. Sebagai gambaran dalam hal ini adalah APM untuk tingkat SD merupakan proporsi jumlah murid SD yang berusia 7 – 12 tahun terhadap jumlah seluruh anak yang berusia 7 – 12 tahun. APM umumnya digunakan untuk melihat proporsi penduduk usia sekolah yang dapat bersekolah tepat waktu. Jika APM mencapai 100 persen artinya semua anak usia sekolah telah bersekolah tepat waktu. Sebaliknya, jika hanya sebagian anak usia sekolah yang dapat bersekolah tepat waktu, maka nilai APM akan lebih kecil dari 100 persen. Potret pendidikan di Serdang Bedagai dapat dilihat dari sisi APM, terdapat keadaan unik dimana pada APM laki-laki kelompok usia SD (86,45 persen) dan SMTA (47,84 persen) dibandingkan APM perempuan SD (92,69 persen) dan SMTA (52,38 persen), dimana APM untuk penduduk berjenis kelamin perempuan lebih tinggi dibandingkan APM penduduk berjenis kelamin laki-laki. Hal ini berbeda dengan APM penduduk berjenis kelamin laki-laki untuk kelompok usia SMP (65,54 persen) dan Diploma/Sarjana ( 5,13 persen) sedangkan APM untuk jenis kelamin perempuan kelompok usia SMP (60,57 persen) dan Diploma/Sarjana (1,82 persen) dimana APM laki-laki lebih tinggi dibandingkan APM penduduk berjenis kelamin perempuan untuk jenjang pendidikan SMP dan Diploma/Sarjana.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
22
Kemiskinan
Kemiskinan
4
Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi penanggulangan kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Pengukuran kemiskinan yang dapat dipercaya dapat menjadi instrument tangguh bagi pengambil kebijakan dalam menfokuskan perhatian pada kondisi hidup orang miskin. Data kemiskinan yang baik digunakan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan, membandingkan kemiskinan antar waktu, serta menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi penduduk miskin itu sendiri. Badan Pusat Statistik (BPS) pertama kali melakukan penghitungan jumlah dan persentase penduduk miskin pada tahun 1984. Pada saat itu penghitungan jumlah dan persentase penduduk miskin mencakup periode 1976-1981 dengan menggunakan data modul konsumsi Survei Sosial Ekonomi (Susenas). Sejak tahun 1984, setiap tiga tahun sekali BPS secara rutin mengeluarkan data jumlah dan persentase penduduk miskin. Sampai dengan tahun 1987, informasi mengenai jumlah dan persentase penduduk miskin hanya disajikan untuk tingkat nasional yang dipisahkan menurut daerah perkotaan dan perdesaan. Pada tahun 1990, informasi mengenai penduduk miskin sudah dapat disajikan sampai tingkat provinsi meskipun beberapa provinsi masih digabung. Provinsi-provinsi gabungan tersebut antara lain: Provinsi Jambi, Bengkulu, Timor Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua. Selanjutnya sejak tahun 1993, informasi mengenai jumlah dan persentase penduduk miskin sudah dapat disajikan untuk seluruh provinsi. Selanjutnya, BPS menyajikan data dan informasi kemiskinan untuk tingkat kabupaten/kota dengan menggunakan data Susenas Kor (kecuali tahun 2008).
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
23
Penjelasan Teknis dan Sumber Data BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach) untuk mengukur kemiskinan. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan pedesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilo kalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan
47 jenis komoditi di
pedesaan. Penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk mengurangi penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan dan mencegah terjadinya kemiskinan baru. Potret kemiskinan di Sumatera Utara selama tiga tahun terakhir disajikan pada tabel 4.1. Dalam analisis kemiskinan dikenal beberapa indikator penting. Diantaranya Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), Indeks Keparahan Kemiskinan (P2), dan Garis Kemiskinan. Indeks Kedalaman Kemiskinan menjelaskan rata-rata jarak taraf hidup pendudukk miskin dengan garis kemiskinan, yang dinyatakan sebagai suatu rasio dari kemiskinan. Namun demikian, indeks ini tidak sensitive terhadap distribusi pendapatan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
24
di antara penduduk miskin, sehingga dibutuhkan indikator lain guna mengukur tingkat keparahan kemiskinan (P2). Tabel 4.1. Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 - 2010 Kabupaten (1) Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Barat Samosir Serdang Bedagai Batu Bara Padang Lawas Utara Padang Lawas Labuhan Batu Selatan Labuhan Batu Utara Nias Utara Nias Barat Kota Sibolga Kota Tanjung Balai Kota Pematang Siantar Kota Tebing Tinggi Kota Medan Kota Binjai Kota Padang Sidempuan Kota Gunungsitoli
Jumlah Penduduk Miskin 2008 2009 2010 (2) (3) (4) 25,19 22,57 19,98 14,46 13,02 12,6 13,77 12,67 11,96 19,35 17,83 16,74 14,15 13,1 12,5 11,62 10,07 10,15 10,76 9,85 10,67 12,89 12,09 11,42 14,75 12,67 10,73 11,07 10,03 9,97 12,86 11,42 11,02 5,16 5,17 5,34 14,81 12,75 10,85 24,36 22,19 20,73 12,99 11,31 10,61 15,02 13,99 13,81 18,76 17,55 16,51 10,61 9,51 10,59 13,64 12,87 12,29 0 11,83 11,19 0 11,9 11,13 0 15,58 0 12,32 0 31,94 0 30,89 17,67 15,82 13,91 18,35 17,1 16,32 13,36 12,25 11,72 16,5 14,58 13,06 10,43 9,58 10,05 8,12 7,04 7,33 11,61 9,77 10,53 0 0 33,87
Perubahan (5) -5,21 -1,86 -1,81 -2,61 -1,65 -1,47 -0,09 -1,47 -4,02 -1,1 -1,84 0,18 -3,96 -3,63 -2,38 -1,21 -2,25 -0,02 -1,35 -0,64 -0,77 0 0 0 0 -3,76 -2,03 -1,64 -3,44 -0,38 -0,79 -1,08 0
Sumber : BPS, Susenas 2008 - 2010
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
25
Bila dibandingkan persentase penduduk miskin Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2008 - 2010 terjadi penurunan sebesar 0.02 persen, yaitu 10,61 persen tahun 2008 menjadi 10,59 persen pada tahun 2010. Kenaikan dan penurunan penduduk miskin setiap tahunnya terjadi pergeseran tipis, hal ini berlaku juga untuk tahun 2009 ke tahun 2010. Persoalan kemiskinan tidak hanya mengurangi jumlah dan persentase penduduk miskin, namun juga perlu memperhatikan jarak terhadap batas miskin (tingkat kedalaman kemiskinan) dan ketimpangan antar penduduk miskin (tingkat keparahan kemiskinan). Perubahan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) selama tahun 2008 – 2010 menunjukkan pola yang sama. Garis Kemiskinan Besar kecilnya penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selama tahun 2008-2010, Garis Kemiskinan naik sebesar 27,77 persen, yaitu dari Rp. 194.387,- per kapita per bulan pada tahun 2008 menjadi Rp. 248.363,- per kapita per bulan pada tahun 2010. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM).
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
26
Tabel 4.2. Garis Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 - 2010 Kabupaten (1) Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Barat Samosir Serdang Bedagai Batu Bara Padang Lawas Utara Padang Lawas Labuhan Batu Selatan Labuhan Batu Utara Nias Utara Nias Barat Kota Sibolga Kota Tanjung Balai Kota Pematang Siantar Kota Tebing Tinggi Kota Medan Kota Binjai Kota Padang Sidempuan Kota Gunungsitoli
Garis Kemiskinan (Rp/Kap/Bulan) 2008 2009 (2) (3) 203.882 214.244 180.164 210.060 188.158 221.497 210.534 216.405 183.605 211.814 209.255 213.848 193.743 223.935 174.787 202.180 201.811 210.265 165.193 196.523 236.371 257.833 182.786 216.408 216.320 221.625 164.154 170.227 184.341 187.938 142.420 159.142 156.352 181.619 194.387 223.753 189.552 232.538 191.446 191.357 224.259 258.135 233.772 234.091 241.238 285.863 237.294 254.387 240.319 297.478 223.697 229.639 228.382 229.921 -
2010 (4) 233.876 229.308 241.793 240.457 235.356 237.369 244.455 224.417 233.391 218.138 286.191 241.274 247.090 185.825 208.826 176.830 201.595 248.363 253.846 208.989 208.891 247.824 263.914 258.680 254.429 286.825 259.838 317.304 282.366 331.659 256.025 250.989 248.577
Sumber : BPS, Susenas 2008 - 2010
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
27
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Tabel 4.3. Indeks Kedalaman (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Tahun 2008 - 2010
Kabupaten (1) Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Barat Samosir Serdang Bedagai Batu Bara Padang Lawas Utara Padang Lawas Labuhan Batu Selatan Labuhan Batu Utara Nias Utara Nias Barat Kota Sibolga Kota Tanjung Balai Kota Pematang Siantar Kota Tebing Tinggi Kota Medan Kota Binjai Kota Padang Sidempuan Kota Gunungsitoli
2008 (2) 3,90 2,17 1,46 3,96 1,73 2,35 1,65 2,03 2,39 1,72 4,47 0,95 2,97 2,78 1,90 2,23 2,72 1,87 1,76 2,46 2,20 2,19 2,32 1,87 1,17 1,95 -
P1 (%) 2009 (3) 5,23 1,95 1,57 2,80 1,50 1,19 1,38 1,96 1,93 1,63 1,32 0,53 1,67 3,48 1,80 1,29 2,02 1,25 1,64 1,93 1,67 2,36 3,42 1,53 2,10 1,40 1,08 1,92 -
2010 (4) 4,15 1,53 1,25 2,86 2,12 1,64 2,25 1,53 1,80 1,30 1,52 0,45 1,92 2,51 1,62 1,33 2,69 1,69 1,89 1,78 1,42 2,53 2,02 5,23 7,23 1,77 2,65 1,55 1,87 1,57 1,06 1,79 11,57
2008 (5) 0,86 0,46 0,25 0,95 0,32 0,63 0,43 0,47 0,63 0,36 1,64 0,27 0,76 0,56 0,43 0,51 0,54 0,52 0,34 0,52 0,45 0,54 0,53 0,46 0,30 0,61 -
P2 (%) 2009 (6) 1,76 0,46 0,32 0,65 0,27 0,26 0,33 0,54 0,48 0,36 0,23 0,09 0,36 0,81 0,47 0,24 0,38 0,22 0,34 0,48 0,36 0,56 1,06 0,35 0,55 0,35 0,21
2010 (7) 1,27 0,32 0,20 0,75 0,50 0,38 0,62 0,35 0,49 0,26 0,31 0,07 0,51 0,48 0,41 0,20 0,67 0,39 0,48 0,43 0,27 0,64 0,55 1,35 2,52 0,36 0,72 0,31 0,41 0,42 0,27 0,50
0,55 5,06
Sumber : BPS, Susenas 2008 - 2010
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
28
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode 2009 – 2010, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kenaikan. Indeks Kedalaman Kemiskinan pada tahun 2009 adalah 1,25 persen dan pada tahun 2010 naik menjadi 1,69 persen. Demikian juga dengan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) yang pada tahun 2009 hanya sekitar 0,22 persen naik menjadi 0,35 persen pada tahun 2010.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
29
Pola Komsumsi
Pola Komsumsi
5
Salah satu indikator untuk menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk adalah tingkat kecukupan gizi yang disajikan dalam unit kalori dan protein. Jumlah komsumsi kalori dan protein dihitung berdasarkan jumlah dari hasil kali antara kuantitas setiap makanan yang dikomsumsi dengan besarnya kandungan kalori dan protein dalam setiap makanan tersebut. Kecukupan kalori dan protein untuk tingkat komsumsi seharihari berdasarkan Widyakarya Pangan dan Gizi ke-8 tahun 2004, masing-masing sebesar 2000 kkal dan 52 gram. Pengeluaran Rumah Tangga Secara umum data komsumsi/pengeluaran Susenas dibagi menjadi dua kelompok, yaitu komsumsi/pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan. Tingkat kebutuhan permintaan (demand) terhadap kedua kelompok pengeluaran tersebut pada dasarnya berbeda. Dalama kondisi pendapatan terbatas, kita akan mendahulukan pemenuhan kebutuhan makanan, sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan. Seiring dengan peningkatan pendapatan maka lambat laun akan terjadi pergeseran pola pengeluaran, yaitu penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan dan peningkatan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk bukan makanan. Dengan demikian, pola pengeluaran dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk, dimana perubahan komposisinya digunakan sebagai petunjuk perubahan tingkat kesejahteraan. Determinan dari kesejahteraan ekonomi adalah kemampuan daya beli penduduk. Bila kemampuan daya beli penduduk mengalami penurunan akan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
30
mengurangi kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Selama periode 20102011 berdasarkan Data Susenas, pengeluaran per kapita per bulan mengalami kenaikan yang pada tahun 2010 hanya Rp. 493.624,- naik menjadi Rp. 597.894,- pada tahun 2011 untuk pengeluran makanan dan non makanan. Ini berarti ada peningkatan sebesar 21,12 persen pengeluran/kapita/Bulan untuk pengeluaran makanan dan non makanan, hal ini mengindikasikan adanya peningkatan kemampuan daya beli penduduk selama tahun 2010 – 2011 baik itu untuk pengeluaran makanan maupun pengeluran bukan makanan. Tabel
5.1. Rata-Rata Pengeluaran/Kapita/Bulan Dan Pengeluaran /Kapita/Bulan Tahun 2010 dan 2011
Pengeluaran/Kapita/Bulan
Persentase
Rata-Rata
Kenaikan Nominal Setahun
2010
2011
Makanan
320.827
347.666
8,36
Bukan Makanan
172.797
250.228
44,81
Jumlah
493.624
597.894
21,12
Sumber : BPS, Susenas 2010 dan 2011
Pada tabel 5.1. menyajikan komposisi pengeluaran yang dilakukan penduduk Kabupaten Serdang Bedagai. Persentase pengeluaran untuk makanan pada tahun 2011 naik sebesar 8,36 persen bila dibandingkan tahun sebelumnnya sedangkan untuk pengeluaran non makanan naik sebesar 44,81 persen bila dibandingkan tahun 2010 dengan tahun 2011. Bila dilihat perbandingan pengeluaran makanan dengan non makanan
ada
kecenderungan bahwa komsumsi makanan masih merupakan prioritas penduduk dalam membelanjakan uangnya selama tahun 2011. Meskipun pada tahun 2011, komsumsi makanan meningkat, akan tetapi selisih pengeluaran penduduk untuk makanan dan bukan makan masih terbilang besar. Semakin besar perbedaan pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan menunjukkan tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk belum baik.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
31
Grafik 5.1. Persentase Komposisi Pengeluaran per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran Tahun 2010 – 2011
70 60 50 Makanan
40
Bukan Makanan
30 20 10 0 2010
2011
Sumber : BPS, Susenas 2010 dan 2011
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
32
Perumahan & Lingkungan
Perumahan &
Lingkungan
6
Manusia dan alam lingkungannya baik lingkungan fisik maupun sosial merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Lingkungan fisik bisa berupa alam sekitar yang alamiah dan yang buatan manusia. Untuk mempertahankan diri dari keganasan alam, maka manusia berusaha membuat tempat perlindungan, yang pada akhirnya disebut rumah atau tempat tinggal. Manusia sebagai makhluk sosial selalu ingin hidup bersama dengan orang lain dan berinteraksi antara satu dengan lainnya, sehingga satu persatu bangunan rumah tinggal bermunculan sampai terbentuk suatu pemukimam rumah penduduk. Sepanjang kehidupannya, manusia selalu membutuhkan rumah yang merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup selain sandang dan pangan. Dengan kata lain, rumah merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi untuk dapat terus bertahan hidup. Apabila rumah sebagai salah satu kebutuhan pokok tersebut tidak dapat terpenuhi maka manusia akan sulit untuk hidup secara layak. Saat ini keberadaan rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung tetapi rumah sudah menjadi bagian dari gaya hidup dan simbol status bahkan juga menunjukkan identitas pemiliknya. Secara umum, kualitas rumah tinggal menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga, dimana kualitas tersebut ditentukan oleh fisik rumah yang dapat terlihat dari fasillitas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai fasilitas yang mencerminkan kesejahteraan rumah tangga tersebut dapat dilihat dari jenis lantai terluas, jenis atap, jenis dinding, sumber air minum dan fasilitas buang air besar rumah tangga.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
33
Kualitas Rumah Tangga Rumah dikatakan layak sebagai bangunan tempat tinggal apabila rumah tersebut telah memiliki atap, lantai dan dinding. Di samping itu kualitas ketiga unsur tersebut juga dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan penghuninya. Berdasarkan data Susenas 2011, rumah yang berlantaikan bukan tanah di Kabupaten Serdang Bedagai menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2010 yaitu dari 94,41 persen menjadi 97,20 persen pada tahun 2011. Tabel 6.1.
Persentase Rumah Tangga Menurut Beberapa Indikator Kualitas Perumahan dan Daerah Tempat Tinggal Tahun 2010 - 2011 Indikator Kualitas Perumahan
2010
2011
(1)
(2)
(3)
Lantai Bukan Tanah
94,41
97,20
Atap Layak (atap beton,genteng,sirap,seng dan asbes)
91,02
95,20
Dinding Permanen (tembok & kayu)
84,66
86,97
Luas Lantai Perkapita
18,91
18,84
Sumber : BPS, Susenas 2010 dan 2011
Indikator lain yang digunakan untuk melihat kualitas perumahan untuk rumah tinggal adalah penggunaan atap dan dinding. Dari hasil Susenas 2010, rumah tinggal dengan atap layak 91,02 persen dan pada tahun 2011 naik menjadi 95,20 persen. Untuk dinding permanen juga mengalami peningkatan yang pada tahun 2010 sebesar 84,66 persen naik menjadi 86,97 persen pada tahun 2011. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) salah satu kriteria rumah sehat adalah rumah tinggal yang memiliki luas lantai per orang minimal 10 m2. Bila dilihat dari tabel 6.1. menunjukkan bahwa luas lantai per kapita di Kabupaten Serdang Bedagai telah memenuhi kriteria rumah sehat Badan Kesehatan Dunia. Rata-rata luas lantai perkapita di Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2011 yaitu 18,84 m2 per kapita. Luas lantai per kapita ini mengalami sedikit saja penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2010, dimana pada tahun 2010 sebesar 18,91 m2 per kapita.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
34
Selain dilihat dari kondisi fisik bangunan, kualitas perumahan juga ditentukan oleh fasilitas yang ada di dalamnya. Fasilitas pokok yang penting agar suatu rumah menjadi nyaman dan sehat untuk ditinggali adalah tersedianya air minum bersih untuk minum serta jamban yang dimiliki sendiri. Tabel 6.2. Persentase Rumah Tangga Menurut Beberapa Indikator Fasilitas Perumahan dan Daerah Tempat Tinggal Tahun 2010 - 2011 Indikator Kualitas Perumahan
2010
2011
(1)
(2)
(3)
Air Minum ledeng, Kemasan dan Isi Ulang
13,31
20,09
Sumber Air Minum (*)
45,75
45,23
Jamban Sendiri
82,93
80,99
Sumber : BPS, Susenas 2010 dan 2011
Catatan : 1) Sumber air minum (pompa/sumur/mata air) Ke tempat penampungan kotoran/tinja > 10 m Air minum bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap umat manusia dalam kehidupan sehari-hari. Ketersediaan dalam jumlah yang cukup terutama untuk keperluan minum dan masak merupakan tujuan dari program penyediaan air minum bersih yang terus menerus diupayakan oleh pemerintah. Pada 2010, rumah tangga di Serdang Bedagai yang menggunakan air minum ledeng, kemasan dan isi ulang hanya 13,31 persen dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 20,09 persen. Sementara rumah tangga yang jarak sumber air minum (pompa/sumur/mata air) >10 meter mengalami penurunan, yang pada tahun 2010 berkisar 45,73 persen turun menjadi 45,23 persen pada tahun 2011. Sistem pembuangan kotoran manusia sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan dan resiko penularan suatu penyakit, khususnya penyakit saluran pencernaan. Masalah kondisi lingkungan tempat pembuangan kotoran manusia tidak terlepas dari aspek kepemilikan terhadap sarana yang digunakan terutama dikaitkan dengan tanggung jawab dalam pemeliharaan dan kebersihan sarana. Fasilitas rumah tinggal yang berkaitan dengan hal tersebut adalah ketersediaan jamban sendiri.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
35
Dari tabel 6.2. terlihat bahwa di Serdang Bedagai pada 2010 tercatar 82,93 persen memiliki jamban sendiri namun pada tahun 2011 turun menjadi 80,99 persen saja yang memiliki jamban sendiri. Grafik 6.1. Persentase Rumah Tangga Yang Menggunakan Penerangan Listrik Tahun 2011
0,1 0 1,07
0,81
Listrik PLN Listrik Non PLN 98,02
Aladin/Petromak Pelita/Sentir/Obor Lainnya
Sumber : BPS, Susenas 2009 dan 2010
Fasilitas lainnya yang tidak kalah penting adalah penerangan. Sumber penerangan yang ideal berasal dari listrik, karena cahaya listrik lebih terang dibandingkan sumber penerangan lainnya. Grafik 6.1. menunjukkan bahwa 98,02 persen rumah tangga sudah menikmati penerangan listrik PLN. Ini menunjukkan bahwa hampir semua penduduk telah menikmati penerangan dengan listrik PLN, baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
36
Sosial Lainnya
Sosial Lainnya
7
Indikator sosial lainnya yang tidak kalah penting dibandingkan dengan keenam indikator yang telah dibahas di depan adalah indikator persentase penduduk yang memiliki media teknologi komunikasi dan informasi seperti telepon, telepon selular dan computer, persentase rumah tangga yang mendapatkan pelayanan gratis, serta persentase rumah tangga yang membeli beras murah/miskin (raskin). Akses pada Teknologi Komunikasi dan Informasi Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, sarana komunikasi tidak kalah pesat perkembangannya. Penggunaan telepon seluler sebagai sarana atau alat komunikasi pada saat ini lebih popular di kalangan masyarakat dibandingkan dengan telepon biasa, meskipun harga telepon seluler maupun pulsanya masih mahal. Telepon seluler banyak diminati karena lebih praktis dibawa ke mana saja sehingga memudahkan pengguna berkomunikasi di manapun berada dengan ditunjang oleh jangkauan jaringan yang semakin meluas. Pada grafik 7.1. tampak bahwa rumah tangga yang sudah menguasai Hp pada 2011 telah 84,90 persen, dimana terjadi peningkatan signifikan bila dibandingkan dengan tahun 2010 yang hanya 73,36 persen. Hal ini menunjukkan kebutuhan masyarakat akan teknologi informasi tidak hanya untuk wilayah kota tapi juga sudah sampai di daerah pedesaan. Hal ini juga diduga yang menyebabkan kebutuhan masyarakat akan telepon rumah yang semakin menurun yaitu 3,31 persen pada tahun 2010 persen turun menjadi 3,29 pada tahun 2011 karena telepon rumah tergantikan dengan HP dimana HP dianggap lebih praktis dan ekonomis dibandingkan telepon rumah.. Rumah tangga yang menguasai komputer hanya 3,30 persen pada tahun 2010 juga mengalami penurunan menjadi 2,30 persen pada tahun 2011, hal ini juga sebagai
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
37
indikasi ciri kehidupan modern dimana masyarakat lebih memilih kehidupan praktis. Diduga pengguna computer yang menurun, beralih menjadi menggunakan notebook dimana pengguna notebook pada tahun 2010 sebesar 2,26 persen naik menjadi 3,36 persen pada tahun 2011. Grafik7.1. Persentase Rumah Tangga Yang Mempunyai Akses Teknologi Komunikasi dan Informasi Menurut Jenis Alat Komunikasi dan Informasi 2010 dan 2011
Telepon Rumah
3,29 3,31 3,36
Notebo ok
2,26 2011
2,30 PC
2010
3,30 84,9
HP
67,89 0
20
40
60
80
100
Sumber : BPS, Susenas 2010 dan 2011
Pelayanan Kesehatan Gratis Pelayanann
kesehatan
gratis
adalah
pemeriksaan
kesehatan/berobat,
pemeriksaan KB, pemasangan alat KB, melahirkan, termasuk rawat inap yang tidak dikenakan pungutan biaya atau hanya dikenakan biaya administrasi saja. Pelayanan kesehatan gratis ini sangat membantu masyarakat khususnya kelas ekonomi bawah untuk dapat memanfaatkan sarana dan prasarana kesehatan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
38
Berdasarkan Grafik 7.2. dapat diketahui bahwa rumah tangga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan gratis mengalami peningkatan pada periode 2010 – 2011, bila pada tahun 2010 sebesar 8,22 persen naik menjadi 10,76 persen pada tahun 2011. Dari 10,76 persen rumah tangga yang mendapatkan pelayanan gratis pada tahun 2011, terdapat 56,34 persen diantaranya menggunakan askeskin, 5,38 persen menggunakan kartu sehat, 5,56 persen menggunakan surat miskin dan 32,71 persen menggunakan kartu lainnya.
Grafik 7.2. Persentase Rumah Tangga Yang Mendapatkan Pelayanan Gratis dan Jenis Kartu Yang Digunakan Tahunn 2010 dan 2011 56,34 60
50,82
50 32,71
40 28,99 30
2010
20 10
10,76
2011
12,52
8,22
5,38
7,67
5,56
0 Pelayanan Gratis
Askeskin
Kartu Sehat
Surat Miskin
Lainnya
Sumber : BPS, Susenas 2010 dan 2011
Beras Murah/Raskin Salah satu program pengentasan kemiskinan adalah dengan cara penjualan beras murah/raskin yang disediakan oleh Bulog/Dolog untuk rumah tangga miskin. Program ini bertujuan agar keluarga yang dikategorikan sebagai keluarga miskin dapat
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
39
memenuhi kebutuhan pangan atau karbohidrat. Kenyataannya, beras murah/raskin tidak hanya dibeli oleh keluarga miskin tetapi mereka yang bukan kategori miskin pun menikmati program tersebut. Pada grafik 7.3. terlihat bahwa selama periode 2010 – 2011 terjadi peningkatan persentase rumah tangga yang pernah membeli beras murah/raskin, yaitu dari 42,86 persen pada tahun 20 naik menjadi 46,22 persen pada tahun 2011. Hal ini diikuti dengan rumah tangga miskin yang membeli beras murah/raskin
maksimal 10 kg
selama 3 bulan juga mengalami peningkatan yang bila pada tahun 2010 sebesar 77,00 persen naik menjadi 80,30 persen pada tahun 2011. Namun pembelian beras murah/raskin 11 – 30 kg selama 3 bulan mengalami penurunan yaitu sebesar 22,58 persen turun menjadi 19,23 persen pada tahun 2011. Grafik 7.3. Persentase Rumah Tangga Yang Membeli Beras Murah/Beras Miskin Selama 3 Bulan Tahun 2010 dan 2011
90
80,30
80 70
77,00
60 50 40 30
46,22 2010
42,86
2011
22,58
20 19,23
10 0 Ruta Pembeli Maksimal 10 Kg Raskin (%)
11 ‐ 30 Kg
0,47 0,42 31 Kg Lebih
Sumber : BPS, Susenas 2010 dan 2011
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011
40
Data Mencerdaskan Bangsa
Badan Pusat Stastisik Kabupaten Serdang Bedagai Jl. Negara Medan Tebing Tinggi Kompleks Instansi Vertikal Sei Rampah Telp. (061) 441805; Fax (061) 441806 Email :
[email protected]