LAPORAN TAHUNAN 2013
1
LAPORAN TAHUNAN 2013
2
LAPORAN TAHUNAN 2013
3
LAPORAN TAHUNAN 2013
PENGANTAR Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu terbentuk pada tanggal 14 Juni 2001 sesuai SK. Menteri Pertanian RI No.350/Kpts/OT.210/6/ 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPTP. Sebelum menjadi BPTP instansi ini dulunya berasal dari Proyek Informasi Pertanian (PIP) Bengkulu sejak tahun 1985 yang merupakan Proyek dari Badan DIKLATLUH yang di koordinir oleh Kantor Wilayah Departemen Pertanian Propinsi Bengkulu. PIP kemudian berubah menjadi Balai Informasi Pertanian (BIP) sesuai dengan SK. Mentan No.26/Kpts/OT.210/I/92 tanggal 17 Juni 1992 tentang Organisasi dan Tata kerja Balai Informasi Pertanian. Perubahan nama kembali terjadi dari BIP menjadi Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IPPTP) dengan SK. Mentan No.798/Kpts/OT.210/12/94 tanggal 13 Desember 1994 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai dan Loka Pengkajian Teknologi Pertanian. Keberadaan BPTP ini membuka peluang yang lebih besar bagi tersedianya teknologi maju untuk mendukung pembangunan pertanian di Propinsi Bengkulu yang sesuai dengan kebijakan, kondisi sumberdaya alam dan sumberdaya riset, sosial ekonomi pertanian dan budaya masyarakat setempat. Untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan pertanian di Provinsi Bengkulu, BPTP Bengkulu selama Tahun Anggaran (TA) 2013 telah melaksanakan berbagai kegiatan pengkajian untuk mendapatkan paket teknologi spesifik lokasi. Selain melaksanakan pengkajian, BPTP juga melakukan kegiatan diseminasi hasil pengkajian dan mempercepat transfer teknologi kepada pengguna melalui kegiatan seminar, lokakarya, workshop, temu lapang, ekspose atau pameran serta publikasi di media cetak dan elektronik. Laporan tahunan ini juga menyajikan informasi mengenai kegiatan yang dilakukan selama tahun 2013 dengan pembiayaan dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) BPTP Bengkulu No.018.09.2.633996/2013 tanggal 5 Desember 2012 Laporan ini sekaligus juga menyajikan ringkasan hasil-hasil pengkajian dan diseminasi selama TA. 2013. Terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi aktif dalam pembuatan laporan ini. Bengkulu,
Desember 2013
Kepala Balai,
Dr. Ir. DEDI SUGANDI, MP NIP. 19590206 198603 1002
4
LAPORAN TAHUNAN 2013
DAFTAR ISI
PENGANTAR .......................................................................................... DAFTAR ISI ........................................................................................... DAFTAR TABEL ...................................................................................... I.
Halaman i ii iv
PENDAHULUAN ................................................................................ 1.1. Gambaran Umum...................................................................... 1.2. Sumberdaya Pengkajian dan Diseminasi..................................... 1.3. Visi, Misi dan Strategi Utama...................................................... 1.4. Sasaran Utama dan Tujuan........................................................ 1.5. Program Utama BPTP Bengkulu..................................................
1 1 2 4 6 6
II. REFORMASI BIROKRASI.................................................................... 2.1. Pengembangan Kapasitas Lembaga…………................................. 2.2. Kondisi dan Kompetensi Sumber Daya Manusia........................... 2.3. Budaya Kerja............................................................................
89 9 10 17
III. SARANA DAN PRASARANA................................................................. 3.1. Barang Tidak Bergerak.............................................................. 3.2. Barang Bergerak.......................................................................
32 21 21 21
IV. KINERJA HASIL KERJASAMA DAN PELAYANAN PENGKAJIAN ................ 4.1. Urusan Pelayanan Pengkajian....................................................... 4.1.1. Laboratorium tanah......................................................... 4.1.2. Perpustakaan.................................................................. 4.1.3. Laboratorium Diseminasi.................................................. 4.1.4. Laboratorium Pascapanen................................................ 4.1.5. Laboratorium Rumah Kaca................................................ 4.2. Kerjasama Pengkajian dan Diseminasi........................................ 4.3. Urusan Perencanaan dan Program.............................................. 4.4. Evaluasi dan Pelaporan..............................................................
23 23 34 23 25 26 29 31 31 35 36
V. ANGGARAN.......................................................................................
38
VI. INTISARI HASIL KEGIATAN............................................................... 6.1. Kegiatan Pengkajian.................................................................. 6.1.1. Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian Kabupaten Bengkulu Tengah Skala 1 : 50.000.................................... 6.1.2. Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian Peningkatan Produksi Padi Melalui SL-PTT di Provinsi Bengkulu.............. 6.1.3. Integrasi Tanaman Kopi Dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong................................................................ 6.1.4. Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Aneka Produk Tanaman Pangan dan Hortukultura Lokal Unggulan Pangan dan Hortikultura Lokal Unggulan Bengkulu.............
40 40
5
40 43 49 53
LAPORAN TAHUNAN 2013
6.1.5. Pengkajian Teknologi Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Provinsi Bengkulu...................................... 6.1.6. Pengelolaan Sumberdaya Genetik..................................... 6.1.7. Pengkajian Pengelolaan Lahan Sub Optimal Untuk Mendukung Swasembada Pangan di Provinsi Bengkulu....... 6.1.8. Model Akselerasi Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan (M-AP2RL) dengan Pendekatan Analisis Modelling Mendukun Desentralisasi Rencana Aksi (Decentralized Action LAN/DAP) Peningkatan Produksi Padi di Provinsi Bengkulu.................................................. 6.1.9. Mapping Potensi BBI dan BBU dalam Penyediaan Benih Berkualitas di Provinsi Bengkulu........................................ 6.1.10. Model Pengembangan Pertanian Perdesaan (MP3MI) Berbasis Jeruk di Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu...... 6.2. Kegiatan Diseminasi.................................................................. 6.2.1. Komunikasi (Sosialisasi, Temu Informasi, Pameran, Melatih di BPP)................................................................ 6.2.2. Penyusunan Bahan Diseminasi dan Publikasi Hasil Penelitian dan Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi lalui Siaran TV, Radio, Cetakan......................................... 6.3. Kegiatan Pendampingan............................................................ 6.3.1. Demfarm Kedelai............................................................. 6.3.2. Kalender Tanam Terpadu ................................................ 6.3.3. Pendampingan SL-PTT Padi di Provinsi Bengkulu............... 6.3.4. Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari MKRPL) pada Berbagai Agroekosistem di Provinsi Bengkulu... 6.3.5. Model Pengembangan Pertanian Pedesaan melalui Inovasi (M-P3MI) Komoditas Kentang Merah................................. 6.3.6. Diseminasi Model Pengembangan Pertanian Pedesaan melalui Inovasi (m-P3MI) Berbasis Integrasi Sapi-Padi di Provinsi Bengkulu......................................................... 6.3.7. Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Provinsi Bengkulu............................................................ 6.3.8. Pendampingan Swasembada Daging Sapi Kerbau di Provinsi Bengkulu............................................................ 6.3.9. Penyediaan dan Percepatan Penyebaran VUB Melalui UPBS di Provinsi Bengkulu.........................................................
57 61 65
66 70 73 75 75 83 85 85 87 89 91 94 100 105 108 112
VII. PENUTUP..........................................................................................
115
VIII. KINERJA HASIL..............................................................................
116
6
LAPORAN TAHUNAN 2013
DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Program Pengkajian dan Pengembangan Pertanian BPTP Bengkulu Tahun 2013.................................................................................. 7 2. Keragaan Pegawai BPTP Bengkulu Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2013.................................................................................. 11 3. Pengembangan SDM BPTP Bengkulu Pelaksanaan Diklat Fungsional, Peneliti, Penyuluh dan lain-lain tahun 2013..................................... 11 4. Keikutsertaan dalam Workshop/Simposium/Seminar/Sosialisasi sampai dengan 31 Desember 2013................................................. 12 5. PNS BPTP Bengkulu yang sedang mengikuti program pendidikan jangka panjang sampai dengan Desember 2013 ............................. 16 6. Rekaputulasi Hasil Pengolahan Data Rinci Dibedakan Berdasarkan laki-laki dan perempuan................................................................. 18 7. Rekapitulasi Barang Tidak Bergerak................................................ 22 8. Rekapitulasi Barang Bergerak......................................................... 22 9. Koleksi Buku Perpustakaan BPTP Bengkulu per 31 Desember 2013............................................................................................ 26 10. Rekapitulasi Produksi Media Cetak laboratorium Diseminasi Tahun 2013............................................................................................ 28 11. Judul, Materi dan Narasumber pengisi Siaran Perdesaan.................. 34 12. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Belanja Tahun 2013............ 38 13. Judul leaflet yang dicetak pada Tahun 2013.................................... 83 14. Evaluasi dan Analisis Akuntansi Kinerja Tahun 2013......................... 117
7
LAPORAN TAHUNAN 2013
I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Tugas pokok BPTP Bengkulu adalah melaksanakan pengkajian dan perakitan teknologi tepat guna spesifik lokasi. Adapun fungsi dari BPTP Bengkulu adalah: 1) Inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian, 2) Pengkajian dan perakitan teknologi pertanian, 3) Penyiapan paket teknologi untuk penyuluhan pertanian, 4) Pelayanan teknik kegiatan pengkajian dan 5) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai. Pengkajian dilaksanakan berdasarkan identifikasi kebutuhan teknologi dan diprioritaskan pada komoditas unggulan nasional dan daerah. Pengkajian dan diseminasi hasil pengkajian dilaksanakan secara sinergis, efektif dan efisien sesuai dengan kondisi agroekosistem dan sosial budaya masyarakat Bengkulu. Tujuan dari diseminasi adalah
untuk mempercepat adopsi dan
difusi inovasi teknologi yang dihasilkan. Manfaat dari adopsi dan difusi teknologi adalah peningkatan produktivitas, produksi dan nilai tambah produk pertanian secara berkelanjutan, sehingga berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat tani. Kondisi lingkungan internal maupun ekternal
selalu berubah dan
dinamis seiring dengan perjalanan waktu. BPTP Bengkulu telah mengemban rencana strategis untuk mengantisipasi perubahan dan dinamika lingkungan dalam kurun waktu 2010-2014. Rencana strategis diperlukan sebagai panduan dalam pelaksanaan seluruh program dan kegiatan BPTP Bengkulu dalam mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Rencana strategis disusun secara rasional, ringkas, jelas, akurat, terukur, dan dapat dicapai pada kurun waktu tertentu (5 tahun). Struktur rencana strategis secara komprehensif dijabarkan dalam visi, misi, strategi utama, sasaran utama, tujuan dan program serta indikator kinerja utama tahunan. Sebagai wujud dari pertanggung jawaban pelaksanaan rencana
8
LAPORAN TAHUNAN 2013
kerja tahunan 2013, disusun laporan tahunan dengan rincian sebagai berikut: (i) pendahuluan meliputi gambaran umum kinerja sumberdaya pengkajian, diseminasi, visi dan misi dan program utama tahun 2013, (ii) reformasi birokrasi, (iii) sarana dan prasarana, (iv) kinerja hasil kerjasama dan pengkajiana, (v) anggaran dan (vi) intisari hasil kegiatan tahun 2013. 1.2. Sumberdaya Pengkajian dan Diseminasi BPTP Bengkulu dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 16/Permentan/OT.140/3/2006 tanggal 1 Maret 2006. BPTP Bengkulu dikoordinir secara langsung oleh Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP). BPTP Bengkulu dipimpin oleh pejabat struktural Eselon IIIa sebagai Kepala Balai dan dibantu oleh dua pejabat struktural Eselon IVa yaitu Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Kepala Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP). Wilayah kerja BPTP Bengkulu meliputi 9 kabupaten dan kota, yaitu Kabupaten Mukomuko, Lebong, Bengkulu Utara, Rejang Lebong, Kepahiang, Bengkulu Tengah, Seluma, Bengkulu Selatan, Kaur dan Kota Bengkulu. Keberadaan BPTP Bengkulu membuka peluang yang lebih besar bagi tersedianya teknologi spesifik lokasi untuk mendukung pembangunan pertanian di Provinsi Bengkulu yang sesuai dengan kebijakan, kondisi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, sosial ekonomi dan budaya masyarakat Bengkulu. Kekuatan Ketersediaan
SDM
dan
fasilitas`pendukung
yang
berupa
alat
transportasi, laboratorium, perpustakaan, rumah kaca dan klinik agribisnis memainkan peran yang sangat strategis dalam mendukung program pembangunan pertanian daerah dan nasional. Kelengkapan database wilayah yang penting seperti peta AEZ dan status kesuburan lahan, paket rekomendasi teknologi, serta sumber referensi digital, memposisikan BPTP 9
LAPORAN TAHUNAN 2013
sebagai salah satu pilar sumber informasi perkembangan teknologi pertanian di Provinsi Bengkulu. Dengan
program
peningkatan
kompetensi
SDM
yang
terus
ditingkatkan, keberadaan BPTP Bengkulu semakin diperhitungkan oleh Pemerintah Daerah Bengkulu yang tercermin dengan semakin bertambahnya peran strategis dalam pengawalan dan pendampingi program strategis nasional dan daerah seperti pendampingan program SL-PTT, PSDSK, dan kawasan hortikultura. Kelemahan Ketersediaan SDM yang berkualitas, dana yang memadai, dan managemen yang baik merupakan komponen penting dalam pelaksanaan pengkajian dan perakitan teknologi tepat guna spesifik lokasi serta diseminasi hasil pengkajian. Tiga komponen tersebut saling mengunci satu dengan yang lainnya, sehingga jika ada salah satu komponen yang kurang optimal akan berpengaruh terhadap kinerja dari komponen lainnya. Kurang tersedianya SDM dan dana merupakan komponen yang paling sering menjadi faktor pembatas dalam pelaksanaan dan pencapaian tugas suatu intisari di BPTP Bengkulu sebagai berikut 14 orang peneliti, 6 orang penyuluh, 16 orang calon peneliti dan 2 orang calon penyuluh, 2 orang teknisi dan 38 orang administrasi. Wilayah kerja BPTP Bengkulu yang luas dengan keragaman agroekosistem, sosial-ekonomi dan budaya masyarakat menuntut tersedianya SDM dan dana yang cukup besar. Anggaran Belanja BPTP Bengkulu tahun 2013
sebesar
Rp.11.119.309.000,
dengan
komposisi
belanja
gaji
Rp.4.296.708.000, barang Rp.4.966.691.000, dan modal Rp.1.855.910.000. Kondisi ini dirasakan masih belum proporsional sehingga masih perlu ditingkatkan
guna
tercapainya
harapan
(stakeholders di daerah).
10
para
pemangku
kebijakan
LAPORAN TAHUNAN 2013
Isu-Isu Strategis Pekembangan isu strategis yang berpeluang dalam peningkatan peran BPTP Bengkulu diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Perhatian Pemerintah Daerah terhadap kemajuan pembangunan pertanian di Bengkulu semakin meningkat seiring dengan program otonomi dan pemekaran daerah. 2. Kegiatan sektor pertanian di Bengkulu belum sepenuhnya mengadopsi teknologi yang telah dihasilkan/direkomendasikan oleh BPTP Bengkulu. 3. Pesatnya perkembangan teknologi informasi, memungkinkan proses produksi dan distribusi inovasi pertanian dapat dilakukan lebih cepat dan tepat sasaran. Isu-isu strategis lainnya juga memberikan tantangan bahkan ancaman bagi pengkajian dan diseminasi ke depan diantaranya adalah: 1. Sebagai UPT Pusat di daerah, BPTP bertugas melakukan pendampingan program strategis KEMENTAN yang cenderung meningkat, selain melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. 2. Pertambahan penduduk berimplikasi pada meningkatnya kebutuhan produk pertanian yang harus dihasilkan dari lahan yang semakin terbatas, sehingga memerlukan penyesuaian strategi pengkajian dan diseminasi inovasi yang lebih baik. 3. Diratifikasinya piagam ASEAN (ASEAN Charter) oleh DPR-RI pada tanggal 8 Oktober 2008 berdampak pada peningkatan persaingan kualitas, kuantitas dan harga produk-produk pertanian, sehingga diperlukan inovasi teknologi untuk meningkatkan daya saing. 4. Perubahan iklim global berdampak langsung pada produksi pertanian sehingga menuntut penataan ulang sistem pertanian. 1.3. Visi, Misi dan Strategi Utama 1.3.1. Visi Sejalan dengan Visi Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian tahun 2010-2014, untuk menjadi lembaga pengkajian
11
LAPORAN TAHUNAN 2013
dan pengembangan inovasi pertanian tepat guna bertaraf internasional, maka visi BPTP Bengkulu adalah: “Pada Tahun 2013 BPTP Bengkulu menjadi lembaga pengkajian terdepan penghasil dan penyedia teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi untuk menunjang pembangunan pertanian di Bengkulu”. 1.3.2. Misi 1. Menghasilkan dan menyediakan teknologi pertanian spesifik lokasi kepada pengguna. 2. Meningkatkan kemitraan dengan pemerintah daerah/kabupaten, intitusi terkait dan swasta dalam pemberdayaan petani 3. Meningkatkan kapasitas SDM dan fasilitas pendukung pengkajian dan diseminasi. 4. Memberikan bahan masukan kepada Pemerintah Daerah dalam penyusunan kebijakan pertanian. 5. Mempercepat transfer teknologi pertanian kepada pengguna dan memperoleh umpan balik kepada stakeholders bagi penajaman program pengkajian teknologi pertanian berikutnya. 1.3.3. Strategi Utama Beranjak dari visi dan misi yang ada, strategi utama BPTP Bengkulu Optimalisasi sumberdaya internal/eksternal untuk peningkatan kapasitas institusi. Meningkatkan intensitas dan efektifitas koordinasi antara BPTP dengan BBP2TP, Puslit/BB/LRPI dan Balit serta dengan berbagai lembaga penelitian pertanian dari dalam dan luar negeri; -
Mendapatkan dan mendistribusikan inovasi teknologi dan kelembagaan untuk mendukung pembangunan pertanian Provinsi Bengkulu. Membangun sistem manajemen mutu untuk semua lini kegiatan.
12
LAPORAN TAHUNAN 2013
1.4. Sasaran Utama dan Tujuan 1.4.1. Sasaran Utama Sasaran utama BPTP Bengkulu pada tahun 2013 yang ingin dicapai adalah: 1. Tersedianya teknologi pertanian unggulan spesifik lokasi. 2. Meningkatnya penyebarluasan (diseminasi) teknologi pertanian. 3. Meningkatnya kerjasama nasional dan internasional (di bidang pengkajian, diseminasi dan pendayagunaan inovasi pertanian). 4. Meningkatnya sinergi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian. 5. Meningkatnya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian. 1.4.2. Tujuan 1. Meningkatkan ketersediaan teknologi pertanian unggulan spesifik lokasi. 2. Meningkatkan penyebarluasan teknologi pertanian unggulan spesifik lokasi. 3. Meningkatnya kapasitas dan kompetensi pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi. 1.5. Program Utama BPTP Bengkulu Untuk mencapai sasaran utama dan tujuan di atas, pada tahun 2013 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu merencanakan 6 program utama: 1) Penelitian, pengkajian dan pengujian inovasi pertanian spesifik lokasi Bengkulu; 2) Pengkajian dan penelitian inovasi pertanian unggulan Provinsi Bengkulu; 3) Percepatan pengembangan sumberdaya informasi, komunikasi, diseminasi dan penjaringan umpan balik inovasi pertanian spesifik lokasi; 4) Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian Berbasis inovasi Pertanian; 5) Kerjasama kemitraan penelitian, pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi; 6) Pendampingan program strategis pembangunan pertanian.
13
LAPORAN TAHUNAN 2013
Program tersebut dijabarkan dalam 8 sub program sebagaimana diuraikan dalam langkah operasional. Langkah Operasional Agar program utama dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan maka ditetapkan
kebijakan operasional sebagai
berikut: 1) Rayonisasi dalam proses perencanaan, monitoring dan evaluasi; 2) Pembentukan tim pendukung manajemen sesuai kebutuhan; dan 3) Penetapan indikator kinerja utama untuk masing-masing program. Langkah operasional dari program pengkajian dan pengembangan pertanian dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Program Pengkajian dan Pengembangan Pertanian BPTP Bengkulu Tahun 2013. No
Program
Sub Program
Indikator Kinerja Utama Informasi dan umpan balik dari calon pengguna yang menjadikan penelitian di BPTP Bengkulu lebih fokus. Paket hasil penelitian dan pengkajian spesifik lokasi yang siap didiseminasikan. Menghasilkan paket rekomendasi teknologi unggulan Provinsi Bengkulu.
1.
Penelitian, pengkajian dan pengujian inovasi pertanian spesifik lokasi Bengkulu.
Peneltian, pengkajian dan pengujian spesifik lokasi yang lebih dibutuhkan petani.
2.
Pengkajian dan penelitian inovasi pertanian unggulan Provinsi Bengkulu.
3.
Percepatan pengembangan sumberdaya informasi, komunikasi, diseminasi dan penjaringan umpan balik inovasi pertanian spesifik lokasi.
Peningkatan pengkajian dan penelitian inovasi pertanian unggulan Provinsi Bengkulu. Optimasi pengembangan sistem informasi diseminasi inovasi pertanian. Pengembangan diseminasi partisipatif.
4.
Analisis kebijakan pembangunan
Optimasi penyebaran benih/bibit, dan jasa analisis/uji. Analisis kebijakan pembangunan 14
Makin beragamnya media diseminasi yang digunakan BPTP. Kegiatan diseminasi yang lebih efektif dalam mensosialisasikan hasil pengkajian. Nilai PNBP BPTP meningkat dua kali lipat sampai tahun 2014. Opsi kebijakan pembangunan pertanian wilayah yang
LAPORAN TAHUNAN 2013
No
Program pertanian berbasis inovasi pertanian
5.
Pendampingan program strategis pembangunan pertanian
Sub Program pertanian yang bersifat antisipatif dan responsif. Pendampingan program strategis kementerian pertanian dan program pembangunan pertanian daerah.
15
Indikator Kinerja Utama antisipatif dan responsif. Integrasi program BPTP dengan program Kemtan semakin baik. Integrasi program BPTP dengan program daerah semakin baik.
LAPORAN TAHUNAN 2013
II. REFORMASI BIROKRASI 2.1. Pengembangan Kapasitas Lembaga Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan berkualitas BPTP Bengkulu sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Litbang Pertanian berkewajiban melaksanakan kebijakan reformasi birokrasi yang telah diimplementasikan secara nasional baik di lembaga-lembaga maupun instansi pemerintah secara berkelanjutan. Sesuai dengan semangat reformasi dan birokrasi setiap UPT dituntut untuk memiliki standar performance sesuai standar mutu dalam bidang pelayanan publik, BPTP Bengkulu telah melaksanakan reformasi birokrasi sejak 1 Juli 2010 atas arahan Badan Litbang Pertanian untuk menerapkan sertifikasi ISO 9001 : 2008. Reformasi birokrasi menuntut adanya perubahan kultur dalam budaya bekerja, salah satunya adalah disiplin pegawai dalam kehadiran dengan mentaati jam kerja yang telah disepakati. Untuk mendukung hal tersebut, BPTP Bengkulu telah menerapkan sistem absensi mesin hand key untuk meningkatkan disiplin kerja. Hasil absensi secara berkala dilaporkan ke BBP2TP dan Badan Litbang Pertanian. Pelaksanaan disiplin pegawai Negeri Sipil (PNS) juga mengacu kepada Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Pasal 3 butir 11 “ Setiap Pegawai Negeri Sipil (PNS) wajib masuk kerja dan mentaati jam kerja”. Komitmen Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 juga diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 06/PERMENTAN/OT.140/1/2010 tanggal 22 Januari 2010 tentang pedoman peningkatan disiplin pegawai. PNS adalah abdi Negara diharapkan dapat memiliki sikap, tindakan dan perilaku yang dapat menginisiasi terciptanya aparatur negara efisien, hemat dan disiplin tinggi serta anti KKN.
16
LAPORAN TAHUNAN 2013
2.2. Kondisi dan Kompetensi Sumber Daya Manusia Sumberdaya manusia sebagai salah satu input dalam indikator kinerja BPTP Bengkulu memiliki peran yang sangat strategis dalam mendukung kinerja BPTP menuju institusi yang akuntabel. Perencanaan, pembinaan dan pengembangan SDM. BPTP Bengkulu yang berkualitas akan memberikan dampak langsung terhadap perbaikan potensi, kinerja dan dorongan untuk meningkatkan kompetensi institusi. Keberhasilan pengembangan SDM ini pada akhirnya akan meningkatkan kinerja pelaksanaan pengkajian dan diseminasi serta manajemen institusi. BPTP Bengkulu perlu didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas agar mampu melaksanakan tugas dan fungsi untuk melakukan pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian sesuai dengan tugas dan fungsi serta Visi dan Misi BPTP sebagai lembaga pengkajian terdepan. BPTP Bengkulu pada tahun 2013 didukung oleh 78 orang pegawai yang terdiri dari 14 orang peneliti, 6 orang penyuluh, 16 calon peneliti, 2 orang teknisi dan 38 orang staf (administrasi, kebersihan, pengemudi dan keamanan). Keragaan SDM BPTP berdasarkan pendidikan disajikan pada tabel 2 dengan sebaran terbesar tingkat pendidikan Pegawai BPTP Bengkulu didominasi pada tingkat strata 1 (S1) 34.61 % dengan komposisi sebagai tenaga kelas,
fungsional penyuluh pertanian, peneliti pertama dan peneliti non selanjutnya
jabatan
non
fungsional atau
tenaga
administrasi
didominasi oleh tingkat SLTA (35.90 %) sebagai tenaga administrasi dan ketatausahaan, sebaran keragaan PNS BPTP seperti pada Tabel 2.
17
LAPORAN TAHUNAN 2013
Tabel 2. Keragaan Pegawai BPTP Bengkulu Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2013. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Pendidikan
Jumlah (orang)
Persen (%)
4 10 27 6 28 3 78
5.13 12.82 34.61 7.70 35.90 3.84 100
S3 S2 S1 D4 D3 SLTA SLTP Jumlah
Peningkatan
kualitas
dan
pembinaan
manajemen
sumberdaya
manusia BPTP Bengkulu dilakukan melalui kegiatan 1) Perencanaan dan pengembangan pegawai antara lain: pelatihan jangka panjang (sekolah biaya Negara dan biaya sendiri), pelatihan jangka pendek, Ujian Dinas/persamaan Ijazah, Penerimaan pegawai dan pemutakhiran database SIMPEG. 2) Mutasi Kepegawaian meliputi: Kenaikan pangkat regular maupun fungsional, pemrosesan DP3 pegawai, Penyesuaian Ijazah, impassing gaji dan proses cuti. Dalam rangka peningkatan kompetensi dan pengalaman karyawan BPTP Bengkulu pada tahun 2013 telah mengikutsertakan kepada pegawai untuk mengikuti berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan jangka pendek seperti kursus, seminar, lokakarya dan symposium yang diadakan oleh Badan Litbang Pertanian maupun institusi-institusi lain (LIPI). Tabel 3. Pengembangan SDM BPTP Bengkulu Pelaksanaan Diklat Fungsional, Peneliti, Penyuluh dan lain-lain Tahun 2013. No 1. 2. 3. 4. 5.
Jenis Diklat/Pelatihan Pelatihan bahasa Inggris klas IBT Preparation Tingkat Intermediate Diklat Fungsional Peneliti Tk. Pertama kelas IPA Diklat Fungsional Peneliti Tk. Pertama kelas IPA Gel. III Diklat Teknis perencanaan bagi Petugas Angkatan I dan II Diklat Fungsional Peneliti Tk. Pertama kelas IPA
Tanggal Pelaksanan 17 Februari s/d 18 April 2013 (2 bulan) 17 Februari s/d 9 Maret 2013 (8 minggu ) 28 Februari s/d 21 Maret 2013 (3 minggu) 11 s/d 20 Maret 2013 (1 minggu) 24 Maret s/d 13 April 2013 (3 minggu)
18
Tempat
Jumlah
Bogor
1 orang
Bogor
2 orang
Bogor
1 orang
Bogor
1 orang
Bogor
2 orang
LAPORAN TAHUNAN 2013
6.
Diklat Fungsional Penyuluh Ahli
7.
Pelatihan Manajemen Sistem Produksi Padi Berkelanjutan bagi Penyuluh Mengikuti TOEFL IBT Pelatihan Bahasa Inggris
8. 9. 10. 11. 12. 13.
Diklat Fungsional Peneliti Tk. Pertama klas IPS Diklat Fungsional Tk.I klas IPA/IPS IPT tahun 2013 Diklat Analisis Kepegawaian Tingkat Keahlian dan Ketermpilan Diklat Analisis Kepegawaian Tingkat Terampil
22 April s/d 11 Mei 2013 (2 minggu) 24 April s/d 4 Mei 2013 (1 minggu)
Bogor
1 orang
Bogor
1 orang
26 s/d 28 Mei 2013 3 September s/d 30 Oktober 2013 8 s/d 28 September 2013 24 Nopember s/d 14 Desember 2013 14 s/d 27 Nopember 2013 22 Nopember s/d 4 Desember 2013
Jakarta Bogor
1 orang 1 orang
Bogor
2 orang
Bogor
1 orang
Bogor
1 orang
Bogor
1 orang
Tabel 4. Keikutsertaan dalam Workshop/Simposium/Seminar/Sosialisasi sampai dengan 31 Desember 2013. No
Jenis Kegiatan
1.
Rekonsiliasi BMN SM.II TA. 2012
2.
Rekonsiliasi Data SAI dengan SAU periode Desember 2012 Pertemuan Kelompok Wanita Tani MKRPL Pelaksanaan Ujian Kenaikan Pangkat Penyesuaian Ijazah Rakernas PERHIPTANI tahun 2013
3. 4. 5. 6. 7. 8.
Panen Raya Padi Sawah Musim Tanam 2012/2013
10.
Sosialisasi Pengembangan Jabatan Fungsional Pengembangan Mutu Hasil Pertanian (PMHP) Sosialisasi Pengembangan Jabatan Fungsional Pengembangan Mutu Hasil Pertanian (PMHP) Pembukaan dan Nara Sumber Sekolah Lapang Iklim 2 (SL12) Workshop Pengembangan SDM dan Revitalisasi Kebun Percobaan Lingkup BBP2TP
11. 12. 13.
Bengkulu
1 orang
3 Januari 2013
Bengkulu
1 orang
21 Februari 2013
Kota Bengkulu Bogor
1 orang
Jakarta
1 orang
Medan Sumut Bogor
10 orang
Palembang
1 orang 1 orang
10 April 2013
Kelurahan Kandang Limun Bengkulu Bengkulu
10 April 2013
Bengkulu
1 orang
9 April 2013
Bengkulu
4 orang
17 April s/d 20 April 2013
Bangka Belitung
4 orang
18 s/d 23 Februari 2013 19 s/d 24 Februari 2013 20 s/d 24 Februari 2013 11 s/d 20 Maret 2013 9 April s/d 11 April 2013 9 April 2013
Pertemuan Regional Peneliti, Penyuluh dan Perekayasa tahun 2013 Diklat Teknis Perencanaan bagi Petugas Angkatan I dan II Apresiasi PUAP 2013
9.
Tanggal Pelaksanaan 2 Januari 2013
19
Tempat
Jumlah
1 orang
1 orang
2 orang
LAPORAN TAHUNAN 2013
14. 15.
16. 17. 18. 19.
20.
21.
Evaluasi Proposal Kegiatan UK/UPT TA.2014 Lingkup Badan Litbang Pertanian Acara Joint Workshop Penyusunan Centralized Action Plan (DAP) untukPengembangan Model Perencanaan Pertanian Ramah Lingkungan (M-P3RL) Pembinaan SPIP Lingkup KEMTAN untuk wilayah Indonesia Bagian Barat Diklat Teknisi Penulisan KTI konsultasi Pengelolaan Tanaman Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS) Koordinasi dan Sinkro nisasi Tata Kelola PNBP menuju Pengelolaan Keuangan Negara Yang Lebih Berkualitas - Penyusunan RKAKL, Pagu Indikatif - Mengikuti sosialisasiPMK tentang penyusunan penelaahan RKAKL penelaahan RKAKL dan Finalisasi RKAKL TA.2014 Lingkup Badan Litbang Pertanian Ujian Dinas Tk. I
13 s/d 15 Mei 2013
Sukabumi Jabar
1 orang
8 s/d 11 Mei 2013
Sukabumi
1 orang
22 s/d 24 Mei 2013 16 s/d 21 Juni 2013 18 s/d 20 Juni 2013 18 s/d 20 Juni 2013 Juni 2013
Bandung
1 orang
Bengkulu
4 orang
Yogyakarta
1 orang
Yogyakarta
2 orang
24 s/d 25 Juni 2013
Badan Litbang Pertanian
2 orang
24 s/d 28 Juni 2013 2 s/d 4 Juli 2013
Bogor
2 orang
Balitpa Sukamandi Jawa Barat Bandung
1 orang
BBP2TP Bogor Bogor
4 orang
BPTP Sumbar Padang Bogor
3 orang
Jakarta
1 orang
Bogor
1 orang
Bogor
1 orang
22.
Open House dalam rangka Temu Teknologi padi
23.
Pertemuan Gabungan Komisi Nasiona Sumberdaya Genetik Pertemuan Regional TPK-BPTPWilayah Bogor Workshop Akselarasi Pelaksanaan Kegiatan SMARTD Kerjasama Diseminasi Hasil dengan BPTP Sumatera Barat
3 s/d 8 Juli 2013
Konsultasi Kegiatan M-P3MI Jeruk dan mengikuti Temu Teknis Jabatan Fungsional Non Peneliti Pelantikan Pejabat Struktural Badan Litbang Pertanian Rapat Kerja Khusus Badan Litbang Pertanian Workshop Tengah Tahun Kegiatan Strategis Lingkup Balai Besar Pengkajian Open House dan Seminar Inovasi Teknologi Florikultura Expo Nasional Inovasi Perkebunan
20 s/d 23 Agustus 2013
24. 25. 26. 27.
28. 29. 30. 31. 32.
4 s/d 8 Juli 2013 11 s/d 13 Juli 2013 22 s/d 24 Juli 2013
21 s/d 22 Agustus 2013 23 s/d 25 Agustus 2013 26 s/d 28 Agustus 2013 29 Agustus 2013
1 orang
1 orang
1 orang
Cianjur Jawa 1 orang Barat 30 Agustus s/d 2 Jakarta 1 orang
20
LAPORAN TAHUNAN 2013
33. 34. 35.
36.
37. 38.
39.
(ENIP) 2013
September 2013
Workshop Tengah Tahun Kegiatan Strategis Lingkup Balai Besar Pengkajian Koordinasi Rencana Pelaksanaan LIPI Science Fair, Raflesia Beach Festival dan Bengkulu Expo Pelatihan bagi Petugas pendamping dan Pengurus Kelompok P2KP Kabupaten Bengkulu Selatan mengenai pemanfaatan pekarangan dg konsep kawasan Rumah Pangan Lestari di BP3K kecamatan Sulau yang akan dilaksanakan tanggal 11 September 2013 Forum Koordinasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pertanian dengan tema “Evaluasi Implementasi Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian” FGD
26 s/d 28 Agustus 2013
Convention Center Cisarua Bogor
3 September 2013
Pemda Bengkulu
1 orang
11 September 2013
Sulau Kab. Kaur
4 orang
11 s/d 14 September 2013
Bekasi
1 orang
19 s/d 20 September 2013 19 s/d 20 September 2013
Bogor
1 orang
Bengkulu
3 orang
UNSRI Palembang Yogyakarta
2 orang
semiloka tentang Status Riset dan Pengajaran Hutan dan Perubahan Iklim serta pengembangan Jejaring Kerja Universitas dan Lembaga Penelitian regional Sumatera, di Bengkulu Seminar Nasional Lahan Suboptimal
19 s/d 22 September 2013 2 s/d 4 Oktober 2013
40.
International Conference on Tropical Horticulture (ICTH)
41.
Workshop AEZ, Konsultasi Hasil Monitoring kegiatan Pengkajian BBP2TP
16 s/d 19 oktober 2013
42.
Pengurusan kontrak sertifikasi ISO 9001:2008 dan mengikuti Diklat Fungsional Peneliti Tingkat Pertama Kelas IPS di Pusbindiklat Peneliti LIPI Workshop tentang Pemantapan Implementasi M-P3MI dan Finalisasi Struktur Dinamika Sistem untuk MAP2RL2 Penyusunan RKAKL Pagu Defenitif
17 Oktober s/d 8 November 2013
43.
44.
21
5 orang
3 orang
Depok dan BBP2TP Bogor Bogor
1 orang
23 s/d 26 Oktober 2013
Semarang Jawa Tengah
2 orang
22 s/d 28 Oktober 2013
BBP2TP Bogor dan Litbang Pertanian
1 orang
1 orang
LAPORAN TAHUNAN 2013
45.
Penyusunan RKAKL Pagu Defenitif
22 s/d 28 Oktober 2013
46.
Mengikuti penyusunan RKAKL Pagu Defenitif
26 s/d 28 Oktober 2013
47.
Workshop Konsorsium Pengawalan SITT dan PSDSK Workshop Konsorsium Pengawalan SITT dan PSDSK Koordinasi dan Sinkronisasi Perencanaan Penganggaran Berbasis Kinerja di UPT Kemtan TA.2014 Koordinasi dan Sinkronisasi Perencanaan Penganggaran Berbasis Kinerja di UPT Kementerian Pertanian TA. 2014 Sertifikasi Propesi Penyuluh Pertanian PNS Lingkup Badan Litbang Pertanian thn 2013 Padu Padan Pengawalan/ pendampingan SL-PTT Padi, Jagung dan kedelai 2013 Mengikuti Kegiatan Seminar Nasional Sains & Teknologi
3 s/d 5 November 2013 3 s/d 6 November 2013
Dalam rangka memperkokoh jaringan kerja (networking) serta meningkatkan solidaritas Satlak IP Narasumber dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lebong Pelaksanaan Mempromosikan Hasilhasil Litkaji Diseminasi BPTP Bengkulu melalui Pekan Pertanian Spesifik Lokasi II Training of Trainer (TOT) Analisis Sosek Kegiatan Diseminasi Hasil Litkaji bagi Penyuluh Pertanian Lingkup BBP2TP Tahun 2013 Tenaga Pendamping pada Workshop Penyelesaian Laporan Akhir Model Akselarasi Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan Lestari (MAP2RI.2), Sosialisasi Corporate Manajemen System (CMS) dan Analisis Kebijakan (ANJAK) Pembinaan Percepatan
48.
49.
50. 51. 52. 53. 54.
55.
56.
57.
58.
22
BBP2TP Bogor dan Badan Litbang Pertanian BBP2TP Bogor dan badan Litbang Pertanian Puslitbangn ak Bogor Puslitbangn ak Bogor
2 orang
1 orang
1 orang 1 orang
6 s/d 9 November 2013
Yogyakarta
1 orang
12 s/d 15 November 2013
Cinagara
1 orang
14 s/d 16 November 2013
Bogor
1 orang
18 s/d 21 November 2013
Bandar Lampung
1 orang
19 s/d 21 November 2013
Cianjur Jabar
2 orang
19 Nov 2013
Kabupaten Lebong
1 orang
19 s/d 22 November 2013
Sulawesi Tenggara
1 orang
30 November s/d 9 Desember 2013
Yogyakarta
2 orang
1 s/d 6 Desember 2013
Tanjung Pinang
1 orang
2 s/d 5
IPB Bogor
1 orang
LAPORAN TAHUNAN 2013
59.
60.
61. 62.
Pemberantasan Korupsi”Komitmen Anti Korupsi Menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) lingkup Kementan Pembinaan Percepatan Pemberantasan Korupsi ”Komitmen Anti Korupsi Menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) lingkup Kementerian Pertanian” Workshop Penyelesaian Laporan Akhir Model Akselarasi Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan Lestari (m-AP2RL.2), Sosialisasi Corporate Management System (CMS) dan Analisis Kebijakan (Anjak) Magang Diseminasi Pengembangan Kampung Ternak Unggas
Desember 2013
Magang Pengelolaan Situs Web BPTP Bengkulu
5 s/d 7 Desember 2013
2 s/d 5 Desember 2013
IPB Bogor
1 orang
2 s/d 6 Desember 2013
Pontianak Kalbar
1 orang
3 s/d 7 Desember 2013
Balitnak Ciawi Bogor Badan Litbang pertanian
1 orang 1 orang
Selain meningkatkan kompetensi melalui pendidikan jangka pendek, BPTP Bengkulu hingga tahun 2013 juga telah mengirimkan bebarapa pegawai untuk mengikuti pendidikan jangka panjang (tugas belajar) beasiswa program Strata 2 (S2) dan strata 3 (S3) serta pendidikan atas biaya sendiri. PNS BPTP yang sedang mengikuti program pendidikan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. PNS BPTP Bengkulu Mengikuti Program Pendidikan Jangka Panjang hingga Desember 2013. No
Nama / NIP
Program/ jurusan
Universitas
Tahun Rencana Selesai
1.
Andi Ishak, A.Pi, M.Si S3/ 197311211999031003 Sosek
IPB Bogor
2016
2.
Shannora Yuliasari, S3/ STP, MP Ilmu 197407312003122001 Pangan
IPB Bogor
2014
3.
Ir. Miswarti S2/Ilmu 196508202000032001 Pertanian
UNPAD Bandung
2014
23
Keterangan
Beasiswa Badan Litbang Pertanian Beasiswa Badan Litbang Pertanian Beasiswa Badan Litbang Pertanian
LAPORAN TAHUNAN 2013
4.
Harwi Kusnadi, S.Pt S1/ UGM 197611182008011007 Peternakan Yogyakarta
2014
5.
Rizal Efendi 197206052000031001 Bastian 197404021999031002 Adianto, A.Md 197201031998031004 Waluyo, A.Md 197601112000031001 Sudarwati 197605192007012001 Heryan Iswadi 198310102008121002 Johardi 197201102007011001 Robiyanto 19800103200710001 Hendri Suyanto 197401012007011001
2014
Beasiswa Badan Litbang Biaya sendiri
2014
Biaya sendiri
2014
Biaya sendiri
2014
Biaya sendiri
2015
Biaya sendiri
2015
Biaya sendiri
2015
Biaya sendiri
2015
Biaya sendiri
2015
Biaya sendiri
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
S1/ Ekonomi S1/ Ekonomi S1/Teknik Informatika S1/Teknik Informatika S1/ Agribisnis S1/ Agribisnis S1/ Agrbisnis S1/ Peternakan S1/ Agribisnis
UMB Bengkulu UMB Bengkulu UMB Bengkulu UMB Bengkulu UMB Bengkulu UMB Bengkulu UMB Bengkulu UMB Bengkulu UMB Bengkulu
2.3. Budaya Kerja BPTP Bengkulu pada tahun 2013 telah melaksanakan budaya kerja terhadap disiplin kehadiran pegawai sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Pasal 3 butir 11 “Setiap Pegawai Negeri Sipil (PNS) wajib masuk kerja dan mentaati jam kerja”. Berdasarkan hasil rekapitulasi kehadiran pegawai dengan menggunakan system absensi elekronik terlihat peningkatan kedisiplinan pegawai terhitung sejak bulan Februari 2013 dengan rata-rata persentase kehadiran sebelum jam 7.30 yaitu 72.67. Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan perilaku pegawai sebagai aparatur Negara agar dapat meningkatkan produktivitas dan kreativitas kerja guna menghadapi berbagai tantangan dan masa mendatang. Rekapitulasi Pengukuran IPNBK aparatur BPTP Bengkulu Tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 6. Upaya BPTP Bengkulu dalam melakukan perubahan dalam budaya kerja adalah melakukan Survey Evaluasi Indek Penerapan Nilai Dasar Budaya 24
LAPORAN TAHUNAN 2013
Kerja (IPNBK) terhadap seluruh pegawai BPTP Bengkulu untuk tahun 2013. Survei dilakukan dengan menyebarkan kuisioner untuk diisi oleh seluruh PNS. Kuisioner Pengukuran Indek Nilai Dasar Budaya Kerja (IPNBK) Aparatur Negara lingkup Departemen Pertanian berdasarkan Keputusan Menteri Pendayaan Aparatur Negara No. 25/Kep/M.PAN/4/2002. Berdasarkan hasil rekapitulasi pengolahan data pengukuran IPNBK aparatur BPTP Bengkulu tahun 2013, rata-rata IPNBK pegawai BPTP Bengkulu adalah 3,24 dengan nilai kualitas budaya kerja 81.08. Capaian nilai IPNBK pada tahun 2013 lebih baik dibandingkan dengan IPNBK pada tahun 2013 yang berada pada angka 3,24 dengan nilai kualitas budaya kerja 68,80. Artinya IPNBK pegawai BPTP Bengkulu masuk dalam kategori 68,01-84,00 dengan predikat baik. Secara rinci nilai IPNBK pegawai BPTP Bengkulu disajikan pada Tabel 6 dan Diagram pengolahan data pengukuran IPNBK aparatur BPTP Bengkulu tahun 2013 disajikan dengan model sarang laba-laba seperti pada Gambar 1. Secara umum IPNBK BPTP Bengkulu pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang signifikan dengan nilai diatas rata-rata (3,24),sehingga rencana tindak lanjut adalah mempertahan nilai IPNBK serta memperbaiki pada tahun 2013. Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data Rinci Dibedakan Berdasarkan Laki-Laki dan Perempuan. No
KOMPONEN
LAKI-LAKI
PERTANYAAN
PEREMPUAN
NILAI
KONVERSI
NILAI
KONVERSI
1.
Komitmen
1.1 –1.15
3.00
75.00
3.03
75.71
2.
Keteladanan
2.1. 2.10
3.00
75.00
3.13
78.21
3.
Profesionalisme
3.1 – 3.5
2.75
68.75
3.10
77.50
4.
Integritas
4.1 – 4.8
3.14
78.57
3.01
75.36
5.
Disiplin
5.1 – 5.9
3.00
75.00
3.21
80.18
NILAI KUALITAS BUDAYA KERJA
2.98
74.46
3.10
77.39
KLASIFIKASI KUALITAS BUDAYA KERJA
B (BAIK)
25
B (BAIK)
LAPORAN TAHUNAN 2013
Analisis hasil pengolahan data responden pimpinan dan pegawai BPTP Bengkulu: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nilai IPNBK ......... BPTP Bengkulu laki-laki = 2.98 Nilai IPNBK ......... BPTP Bengkulu (perempuan) = 3.10 Nilai IPNBK konversi ... BPTP Bengkulu (laki-laki) = 74.46 Nilai IPNBK konversi ... BPTP Bengkulu (perempuan) = 77.39 Klasifikasi Kualitas Budaya Kerja BPTP Bengkulu = Baik Diagram sarang laba-laba menunjukkan nilai dari 5 komponen, yaitu; Laki-laki Komitmen
Disiplin
3.20 3.00 2.80 2.60 2.40
Keteladanan
Integritas
Profesionalisme
Perempuan Komitmen
Disiplin
3.30 3.20 3.10 3.00 2.90
Keteladanan
Integritas
Gambar 1.
A.
Profesionalisme
Diagram model sarang laba-laba pengukuran IPNBK aparatur BPTP Bengkulu tahun 2013.
Nilai laki-laki 1. Nilai tertinggi pada laki-laki = 3.20 pada komponen integritas 2. Nilai terendah pada laki-laki = 2.40 pada komponen profesionalisme
26
LAPORAN TAHUNAN 2013
B.
Nilai Perempuan 1. Nilai tertinggi pada perempuan= 3.30 pada komponen disiplin 2. Nilai terendah pada perempuan = 2,90 pada komponen integritas Evaluasi IPNBK di BPTP Bengkulu merupakan salah satu upaya
komitmen organisasi untuk melakukan perubahan dan perbaikan system organisasi yang mengarah keprofessional dan kemampuan aparatur untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada para stakeholders.
27
LAPORAN TAHUNAN 2013
III. SARANA DAN PRASARANA Dalam rangka mendukung Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu diperlukan adanya sarana dan prasarana serta sumber dana yang mencukupi. Dukungan sarana dan prasarana akan sangat menunjang kegiatan pengkajian dan administrasi yang dilakukan oleh BPTP Bengkulu. Pengadaan inventaris sarana dan prasarana BPTP Bengkulu diperoleh dari hibah dan pembelian melalui anggaran DIPA BPTP. Dalam pengelolaan dan pemanfaatan barang inventaris Barang Milik Negara (BMN) tersebut meliputi barang-barang tidak bergerak dan barang bergerak, BPTP Bengkulu dalam mempertanggungjawabkan barang-barang tersebut melalui proses yang mengacu pada Modul Sistem Akuntansi Barang Milik Negara. 3.1. Barang Tidak Bergerak Barang tidak bergerak berupa tanah dan bangunan yang berlokasi di Jalan Irian Km 6,5 Kelurahan Semarang Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu. Dengan kondisi sebagai berikut: Luas lahan seluruhnya 22.874 m2, yang digunakan untuk bangunan gedung perkantoran, Gedung Rumah Kaca, Perpustakaan, Garasi/pool, Klinik Teknologi, Mess/guest house dan perumahan dinas. Barang-barang bangunan kantor BPTP Bengkulu berasal dari Eks Balai Informasi Pertanian (BIP). Rekaputulasi barang tidak bergerak disajikan pada Tabel 7. 3.2. Barang Bergerak Inventaris barang bergerak dibagi menjadi barang inventaris alat angkutan dan inventaris peralatan kantor. Tahun 2013 BPTP Bengkulu memiliki kendaraan roda 4 (empat) sebanyak 6 unit dan kendaraan roda 2 (dua) sebanyak 8 unit. Rekapitulasi barang bergerak disajikan pada Tabel 8. Tabel 7. Rekapitulasi Barang tidak Bergerak. 28
LAPORAN TAHUNAN 2013
No
Jumlah (m2)
Jenis
1.
Luas Lahan
22.874
2.
Gedung Perkantoran
694
3.
Rumah Kaca
129
4.
Laboratorium Tanah
130
5.
Gedung Pasca panen
129
6.
Laboratorium Diseminasi
65
7.
Klinik Teknologi(etalase bibit)
76
8.
Garasi/pool kendaraan
170
9.
Perpustakaan
500
10.
Gedung Utama
160
11.
Pos Jaga
24
12.
Unit Procesing Unit
129
13.
Gudang Arsip
25
14.
Mess/guest house
210
15.
Rumah Dinas
910
Tabel 8. Rekapitulasi Barang Bergerak. No 1.
2.
Jenis Kendaraan Roda 4
Kendaraan Roda 2
Jenis Kendaraan
Jumlah (unit)
1.Toyota Kijang
3
2.Mitsubishi Kuda
1
3.Toyota Kijang Innova
1
4.Toyota Hillux
1
1.Honda Mega Pro
4
2.Honda GL Pro 3.Honda Supra Fit
3 1
29
LAPORAN TAHUNAN 2013
IV. KINERJA HASIL KERJASAMA DAN PELAYANAN PENGKAJIAN 4.1. Urusan Pelayanan Pengkajian Sarana dan peralatan untuk melaksanakan penelitian dan pengkajian dalam
menghasilkan
teknologi
yang
dapat
direkomendasikan
sangat
diperlukan. BPTP Bengkulu saat ini memiliki 1 unit gedung utama, yang digunakan untuk ruang kerja Kepala, Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian, unit program dan keuangan, 1 unit gedung Auditorium, 1 unit gedung pustaka, 1 unit gedung laboratorium tanah, 1 unit Laboratorium Diseminasi, 2 unit rumah kaca, 1 unit gedung workshop, 1 unit garasi, 1 unit gudang dan 1 unit mushalla, 1 unit klinik teknologi. Disamping itu, juga terdapat rumah jabatan/dinas sebanyak 18 unit dan 1 unit mess, 1 unit procesing padi yang berada dikomplek perkantoran BPTP Bengkulu. Mobilitas aktivitas kantor didukung oleh tersedianya kendaraan operasional yang terdiri atas 6 (enam) unit mobil minibus dan 8 (delapan) unit sepeda motor. 4.1.1. Laboratorium Tanah Laboratorium Tanah merupakan salah satu sarana penelitian/ pengkajian yang digunakan untuk mendukung penelitian/pengkajian dasar dan terapan, serta melayani pengguna untuk analisis tanah, tanaman, air dan pupuk. Laboratorium tanah berfungsi untuk melayani permintaan analisis dari peneliti baik dari BPTP maupun dari luar seperti: perguruan tinggi, perusahaan Swasta dan instansi pemerintah serta petani. Laboratorium Tanah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu berdiri sejak tahun 2003 dan mulai operasional pada tahun 2004.
30
LAPORAN TAHUNAN 2013
Gambar 2,3,4. Aktifitas laboran pada saat analisis tanah di laboratorium.
Peralatan yang dimiliki laboratorium tanah BPTP Bengkulu antara lain adalah Digestion System untuk distruksi unsur, alat Destilasi untuk pengukuran nitrogen, Laboratory Drying Oven, Mufle Furnance dan lain-lain. Adapun jenis layanan analisis Laboratorium Tanah BPTP Bengkulu antara lain: 1) Analisis Tanah meliputi kadar air, tekstu 3 fraksi, ph air dan KCl, bahan organik (C dan N), P dan K potensial, P dan K tersedia, nilai tukar kation (kapasitas tukar kation, Ca-dd, Mg-dd, K-dd, Na-dd), dan kemasaman ditukar (Al-dd dan H-dd), 2) Analisis Tanah untuk tujuan khusus meliputi; serapan P, retensi P, fraksionasi P, fraksionasi bahan organik, Al dan Fe, ekstrak ditionit oksalat, pirofosfat, 3) Analisis Tanaman meliputi; unsur makro dan mikro (N, P, KCa, Mg, S, Fe, Al, Mn, Cu, Zn, B dan Mo), unsur logam berat (Pb, Cd, Co, Cr, Ni, Ag, As, Se, Sn, 4) Analisis Air irigasi dan 5) Analisis Pupuk dan Amelioran. Untuk analisis tanah dan analisis tanaman (unsur makro) dilakukan di laboratorium BPTP Bengkulu, sedangkan untuk jenis analisis lainnya dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanah, Bogor.
31
LAPORAN TAHUNAN 2013
4.1.2. Perpustakaan Hasil-hasil pengkajian yang telah diperoleh BPTP Bengkulu, perlu dikemas dan dipublikasikan kepada pengguna. Unit Sarana dan Hasil Pengkajian
mempunyai
tugas
untuk
membantu
kepala
Balai
dalam
melakukan penyiapan bahan informasi dan dokumentasi, penyebarluasan dan pendayagunaan hasil-hasil pengkajian serta penyiapan bahan laporan.
Gambar 5. Tampilan perpustakaan digital BPTP Bengkulu.
Dalam melaksanakan tugasnya, BPTP Bengkulu telah dilengkapi dengan satu unit perpustakaan yang melayani buku dan publikasi di bidang ilmu pertanian dan ilmu pengetahuan umum yang terkait dengan pertanian serta hasil-hasil penelitian BPTP Bengkulu. Pengguna perpustakaan terdiri dari peneliti, teknisi, dan karyawan lingkup BPTP, serta masyarakat umum dan perguruan tinggi. Pada Unit Perpustakaan masih diperlukan tenaga yang profesional untuk mengelola perpustakaan dalam rangka meningkatkan pengetahuan sumber daya manusia melalui kegiatan pelatihan/kursus. Selama
tahun
2013,
perpustakaan
BPTP
Bengkulu
mendapatkan
penambahan beberapa koleksi buku yang berasal dari pengadaan dan hasilhasil penelitian. Koleksi buku pustaka disajikan pada Tabel 9. 32
LAPORAN TAHUNAN 2013
Tabel 9. Koleksi Buku Perpustakaan BPTP Bengkulu per 31 Desember 2013. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis Koleksi
Judul
Exemplar
Buku teks Prosiding Majalah/Buletin/Jurnal Bibliografi khusus Brosur Liptan/leaflet/folder Laporan Lain-lain (surat kabar) CD
2.150 199 161 37 95 278 174 2 18
5.311 207 1.102 37 156 712 185 720 18
Jumlah
3.114
8.448
Mulai tahun 2009 BPTP Bengkulu telah memiliki website. Website BPTP Bengkulu disajikan dalam berbentuk 2 versi bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. 4.1.3. Laboratorium Diseminasi Laboratorium Diseminasi dibentuk untuk meningkatkan kapasitas kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu dalam melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal. Menyadari bahwa baik dokumen maupun bahan informasi sejatinya menjadi keharusan dalam penyampaian atau penyajiannya sudah dalam bentuk dikemas dengan baik, maka diperlukan upaya dan penanganan secara baik pula dan dipandang perlu ditangani secara profesional. Tidak dipungkiri bahwa kualitas kemasan dokumen maupun produk diseminasi lainnya tidak kalah pentingnya perlu diperhatikan, selain kualitas data maupun informasi yang dikemas. Kedua aspek tersebut (isi dan kemasan) merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan dan ikut menentukan citra dan tampilan BPTP Bengkulu dimata luar. Di tahun 2013, pelayanan Laboratorium Diseminasi telah cukup memberikan andil besar bagi pelaksanaan tugas dan fungsi Balai. Banyak
33
LAPORAN TAHUNAN 2013
kegiatan administrasi dan lapangan yang membutuhkan suplay bahan cetakan yang bersifat segera telah dapat dilayani dengan baik. Sampai akhir tahun kegiatan tahun 2013, pelayanan Laboratorium Diseminasi telah diupayakan maksimal dan terbukti semua kebutuhan Balai menyangkut produk Laboratorium Diseminasi dapat dipenuhi pada saat dibutuhkan. Selain menyangkut produk media tercetak sendiri, Laboratorium Diseminasi juga memberikan andil besar dalam kelancaran pelaksanaan setiap kegiatan dengan penanggulangan sementara beban pembiayaannya. Hal ini mengingat sistem keuangan di Balai yang pemenuhan biaya/anggaran direalisasikan oleh bendahara pengeluaran setelah kegitan fisik selesai dilaksanakan. Untuk itulah, dirasakan sangat diperlukan Laboratorium Diseminasi menyediakan dana taktis operasional dalam bentuk pengelolaan keuangan kas sendiri. Sampai akhir tahun 2013 kebutuhan tersebut telah dapat ditangani secara mandiri oleh Laboratorium Diseminasi. Peran Laboratorium Diseminasi lainnya dalam pelaksanaan tugasnya, selain melakukan pelayanan internal Balai, selama tahun 2013 juga telah dapat melayani instansi lingkup pertanian di Provinsi Bengkulu diantaranya; 1) Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu, 2) Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu, 3) Balai Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu, dan 4) Badan Pelaksanan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Mukomuko. Dalam upaya lebih meningkatkan lagi kinerja Laboratorium Diseminasi di tahun 2013, diperlukan upaya-upaya melengkapi kebutuhan peralatan dan penyempurnaan manajemen operasional ke arah yang lebih proporsional dan profesional sehingga pelayanan dapat dilakukan dengan lebih baik lagi. a. Aktivitas Laboratorium Diseminasi Tahun 2013 Pelaksanaan
pelayanan/produksi
media
cetak
Diseminasi dalam tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 10. 34
Laboratorium
LAPORAN TAHUNAN 2013
Tabel 10. Rekapitulasi Produksi Media Cetak Laboratorium Diseminasi Tahun 2013. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Jenis Publikasi
Jumlah
Spanduk Leaflet Buku Plang Merek Mini banner Amplop Piagam Baliho X-banner Kartu Cd-Cover CD Poster Map Kemasan produk Stiker Jilid Proposal, laporan,dll Umbul-umbul Jumlah
75 5.600 870 34 9 500 1.033 9 31 221 32 405 900 1.213 485 711 160 12.288
b. Pelayanan Internal/BPTP Pelayanan Laboratorium Diseminasi untuk keperluan penyediaan bahan tercetak BPTP Bengkulu sendiri mencakup; cetak/penggandaan, jilid laporan dan proposal, penyiapan bahan informasi berupa buku dan leaflet, pembuatan spanduk, plang merk, amplop, piagam, baliho, X-banner, mini banner, kartu, Cd-cover Cd, poster, map, kemasan produk, stiker, umbulumbul, pembuatan bahan Seminar dan Expose Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Hasil Pengkajian Penelitian Pengembangan dan Penerapan Badan Litbang Pertanian tanggal 9 – 10 Desember 2013. Kegiatan pelayanan internal yang menonjol di tahun 2013 adalah memenuhi kebutuhan kelengkapan acara Produk yang dilayani meliputi pembuatan leaflet, piagam seminar, banner, spanduk dan baliho. c. Pelayanan Ekternal/Instansi lain Instansi
lain
yang
memanfaatkan
Diseminasi di tahun 2013 adalah: 35
jasa
layanan
Laboratorium
LAPORAN TAHUNAN 2013
1. 2. 3. 4.
Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu Balai Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Badan Pelaksanan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Mukomuko Jenis produk yang umumnya dilayani berupa pembuatan leaflet,
desain banner, baliho dan spanduk serta penggandaan laporan. Laboratorium diseminasi BPTP Bengkulu juga telah menjadi penyedia utama kebutuhan baliho, spanduk, leaflet pada acara Pekan Daerah (PEDA) KTNA ke XIV di Kabupaten Mukomuko. 4.1.4. Laboratorium Pascapanen Laboratorium Pascapanen BPTP Bengkulu memiliki dua unit sarana bangunan, yaitu unit pengolahan hasil pertanian dan unit produksi beras. Kedua unit tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Unit pengolahan pangan berfungsi untuk mengembangkan teknologi pengolahan hasil pertanian melalui serangkaian ujicoba. Sementara itu, unit produksi beras berfungsi untuk memproduksi beras dan melayani jasa penggilingan padi bagi masyarakat sekitar. Secara umum, sarana dan prasarana unit Laboratorium Pascapanen sudah lengkap.
Gambar 6. Aktifitas pelayanan pendukung pengkajian di laboratorium Pascapanen
36
LAPORAN TAHUNAN 2013
Unit pengolahan hasil pertanian dilengkapi dengan sarana bangunan yang cukup memadai, dengan peralatan yang lengkap. Peralatan pada unit ini terbagi menjadi alat-alat pengolahan pangan, mesin pertanian, alat penyimpanan,
pengemasan,
alat
pengukuran,
dan
perlengkapan
pameran/ekspose. Kondisi peralatan tersebut dalam keadaan baik, namun beberapa diantaranya perlu dimodifikasi agar dapat beroperasi secara maksimal. Selain itu, beberapa alat mesin (alsin) pertanian seperti alat pengupas kopi (pulper) dan alat pencuci lendir (washer) yang dipinjamkan kepada kelompok tani di Desa Imigrasi Permu, Kabupaten Kepahiang sudah ditarik kembali. Sementara alsin pencacah tongkol jagung yang masih dimanfaatkan olah kelompok tani di Desa Air Meles, Kabupaten Rejang Lebong. Harapan ke depan, Laboratorium Pascapanen dilengkapi dengan instrumen analisis mutu fisik dan kimia komoditas pertanian sehingga produk-produk yang dihasilkan dapat dievaluasi mutunya agar sesuai dengan standar mutu yang ada. Selain itu, diperlukan sarana bangunan yang lebih luas untuk menyimpan peralatan yang ada. Peralatan yang sudah ada juga dioptimalkan dalam hal penggunaan dan perawatannya. Perawatan juga dibutuhkan dalam menangani alsin pada unit produksi beras yang telah dilengkapi dengan dua unit perontok padi (power thresser), satu unit penggiling padi (rice milling), satu unit mesin sosoh dan lantai jemur padi. Sarana dan prasarana tersebut selain digunakan untuk memproduksi beras juga dimanfaatkan oleh Unit Produksi Benih/Bibit Sumber (UPBS). Sejauh ini, peralatan tersebut masih bisa beroperasi dengan baik kecuali satu unit perontok padi (power thresser) yang tidak dapat digunakan. Oleh karena itu, bangunan unit produksi beras perlu disempurnakan lagi, dilengkapi dengan plafon, jaring-jaring penutup ventilasi, dan kanopi penghalang hujan. Selain itu, teknis koordinasi perlu diperjelas lagi karena saat ini unit produksi padi berada dikoordinir oleh koordinator Laboratorium
37
LAPORAN TAHUNAN 2013
Pascapanen, namun secara operasional ditangani oleh Unit Alih Teknologi dan UPBS. Kegiatan yang dilaksanakan di Unit Laboratorium Pascapanen Bengkulu meliputi; a. b. c. d.
Pelayanan Konsultasi Teknologi Pascapanen Alih teknologi Pengkajian Pascapanen Komoditas Pertanian Spesifik Lokasi Pameran dan ekspose
4.1.5. Laboratorium Rumah Kaca Instalasi Rumah Kaca/screen house merupakan sumber daya yang sangat penting bagi pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan serta diseminasi inovasi teknologi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. Oleh karena itu pengelolaan Rumah Kaca perlu mempertimbangkan optimalisai penggunaan dan pemanfaatannya untuk mendukung keberhasilan program Kementerian Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu pada saat ini mempunyai 2 unit rumah kaca dengan luas lahan lebih kurang 1962 M2. Kegiatan pengelolaan Rumah Kaca bertujuan adalah: 1) Meningkatkan profesinalisme sumber daya manusia (peneliti, penyuluh, teknisi litkayasa) BPTP Bengkulu melalui kegiatan penelitian/pengkajian mandiri, 2) Display Komponen teknologi/paket teknologi secara berkelanjutan selama 12 bulan melalui kegiatan diseminasi seperti plot teknologi. 4.2. Kerjasama Pengkajian dan Diseminasi Kerjasama penelitian dengan berbagai pihak baik pemerintah maupun swasta dilaksanakan dalam upaya peningkatan efektifitas dan efesiensi penelitian. Selain itu, melalui kerjasama dapat saling memanfaatkan potensi yang dimiliki masing-masing pihak dengan tujuan saling memberi dan menerima informasi yang bermanfaat dalam upaya menentukan arah dan
38
LAPORAN TAHUNAN 2013
langkah kebijakan dibidang pembangunan pertanian berikutnya. Kerjasama pengkajian dan diseminasi telah dilakukan dengan berbagai pihak antara lain: a.
b.
Universitas Bengkulu dalam kegiatan “Model Pengembangan Pertanian Pedesaan Melalui Inovasi (MP3MI) Berbasis Jeruk di Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu”. Kerjasama dengan persaudaraan Muslimah (SALIMAH) Kabupaten Bengkulu Tengah dalam kegiatan “Percepatan, Perluasan, dan Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Melalui kerjasama dengan mitra.
Gambar 7. Workshop Daerah Salimah dalam rangka kerjasama pelaksanaan kegiatan.
Gambar 8. Pelaksanaan kegiatan KRPL, bimbingan penyemaian.
c.
Kerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Mukomuko dalam pelaksanaan PEDA KTNA ke XIV, BPTP Bengkulu membuat Desain dan pembangunan lahan seluas 2,2 hektar yang tidak produktif menjadi lahan yang produktif dengan 68 komoditas pertanian.
39
LAPORAN TAHUNAN 2013
Gambar 9. Lahan gambut yang telah menjadi produktif di kabupaten Mukomuko sebagai ekspo pada PEDA KTNA ke XIV.
d.
Kerjasama dengan Biro Sumber Daya Alam Sekretariat Daerah Provinsi Bengkulu untuk Desain dan pembangunan pusat edukasi kebun PKK Provinsi Bengkulu.
Gambar 10. Pusat Edukasi Kebun PKK Provinsi Bengkulu.
e.
Kerjasama dengan BB Padi dalam kegiatan “Uji daya Hasil Padi Dataran tinggi. 40
LAPORAN TAHUNAN 2013
Gambar 11. Pelaksanaan kegiatan Uji Daya Hasil Padi Dataran Tinggi.
f.
Kerjasama dengan Radio Republik Indonesia (RRI) Bengkulu untuk penyebaran informasi pertanian pada siaran pedesaan. Tabel 11. Judul Materi dan Narasumber pengisi Siaran Pedesaan. Bulan Januari Februari Maret April Mei Mei Mei Mei Juli September November November
g.
Judul Materi Mulsa Plastik Hitam Perak Pada Tanaman Cabai Hama Ulat Pemakan Daun Sawit dan Pengendaliannya Teknik Penyiapan Lahan dengan Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak Pada Tanaman Cabai Pemeliharaan ternak ayam dan ikan dengan sistem longyam Cara Membuat Mesin Penetas Telur Pemeliharaan Tanaman Kakao Tumpang Sari Pada Tanaman Cabe Pengenalan Lab. Tanah Budidaya Padi SRI Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa Sawit Pemeliharaan dan Pengendalian OPT Tanaman Kopi Pemanfaatan Hasil Sampingan Buah Kopi Sebagai Pakan Ternak Sapi Potong
Kerjasama dengan SMK pertanian dan Fakultas Pertanian Universitas Dehasen dan Universitas Bengkulu. Selama tahun 2013 telah dilaksanakan bimbingan terhadap 39 siswa praktek kerja industry, 5 siswa praktek kerja usah dan 5 mahasiswa magang. 41
LAPORAN TAHUNAN 2013
Gambar 12. Siswa magang bersama pembimbing dari BPTP dan pembimbing dari SMK/ pihak sekolah.
4.3. Urusan Perencanaan dan Program Urusan
perencanaan
dan
program
meliputi
penyiapan
bahan
penyusunan rencana dan program pengkajian serta diseminasi, melakukan penyiapan bahan penyusunan anggaran pengkajian dan diseminasi serta menyusun database dan SIM. Menyiapkan pengkajian/diseminasi,
bahan
pembahasan
menghimpun,
rencana
mengolah
dan
program
menyajikan
data
pelaksanaan program pengkajian dalam Data Base Sistem Informasi Manajemen
Program (SIMPROG). Menyiapkan
bahan penyusunan dan
pembahasan rencana dan program pengkajian. Menyiapkan bahan usulan dan perhitungan anggaran pengkajian. Menyiapkan bahan pendukung pembahasan anggaran Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dari aspek komponen kegiatan pengkajian. Mengusulkan, mengolah dan menyiapkan bahan para daftar isian pelaksanaan anggaran dan lembaran kerja (RKA-KL) berdasarkan satuan tiga. Menyiapkan bahan dan menyelesaikan naskah serta rencana operasional kegiatan. Disamping itu juga mendapatkan umpan balik
42
LAPORAN TAHUNAN 2013
bagi kegiatan pengkajian maupun diseminasi. Urusan Perencanaan dan Program juga melaksanakan seminar ROPP/RODHP, Temu Informasi Teknologi serta seminar hasil pengkajian. 4.4. Evaluasi dan Pelaporan Monitoring dan evaluasi (Monev) kegiatan pengkajian dan diseminasi tahun anggaran 2013 telah dilakukan oleh Tim Monitoring dan Evaluasi yang terdiri dari pejabat struktural, Ketua Kelompok Pengkaji dan staf program. Monev kegiatan pengkajian dan diseminasi BPTP Bengkulu TA. 2013 bertujuan untuk mengevaluasi/menilai kegiatan pengkajian dan diseminasi dan memberikan saran sebagai masukan dalam perbaikan kegiatan dan laporan.
Gambar 13,14. Monitoring ke lokasi kegiatan pengkajian dan diseminasi.
Monev tersebut dilakukan terhadap administrasi dan pelaksanaan kegiatan penelitian/pengkajian dan diseminasi di lapangan yang terdiri dari 15 kegiatan pengkajian dan 2
kegiatan diseminasi. Monev administrasi
dilakukan dengan mengevaluasi kesesuaian dan kelengkapan kegiatan pengkajian dan diseminasi secara administrasi mulai dari RPTP/RDHP, ROPP/RPTP dan Juknis/Juklak, Sedangkan monev lapangan dilakukan dengan
43
LAPORAN TAHUNAN 2013
membandingkan ROPP/RODHP dan Juknis/Juklak dengan pelaksanaan kegiatan di lapangan.
44
LAPORAN TAHUNAN 2013
V. ANGGARAN Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu sebagai lembaga pengkajian pusat yang berada di daerah memiliki tugas dan fungsi melakukan kegiatan pengkajian serta perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. Untuk menjalankan aktivitas tersebut, BPTP Bengkulu mengelola anggaran pembiayaan tahunan untuk kepentingan berbagai kegiatan selama satu tahun. Dalam melaksanakan tupoksinya sebagai unit pelaksana teknis dibidang pengkajian dan pengembangan Satker BPTP Bengkulu pada TA. 2013 didukung oleh sumber dana yang berasal dari Dana APBN dalam bentuk Rupiah Murni (RM). Anggaran Satker Susunan Surat Pengesahan Daftar Isian Anggaran (DIPA) BPTP Bengkulu TA. 2013 tanggal 5 Desember 2012 sebesar Rp.11.663.874.000, revisi Rp.11.119.309.000, Realisasi Rp.10.785.240.247 (97 %) sisa Rp.334.068.753 (3 %), SSBP Rp.65.459.289. Dana tersebut dialokasikan untuk melaksanakan program-program Badan Litbang Pertanian dalam
mendukung
Program
Kementerian
Pertanian.
Capaian
Kinerja
Keuangan Berdasarkan Belanja Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 12. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Belanja Tahun 2013. No
Jenis Belanja
Pagu DIPA (Rp)
Realisasi (Rp)
Sisa Dana (Rp)
Realisasi (%)
1
Pegawai
4.296.708.000
4 .214.856.719
1.851.281
98,10
2
Barang
4.930.691.000
4.690.336.028
240.354.972
95,13
3
Modal
1.891.910.000
1.880.047.500
11.862.500
99,37
11.119.309.000
10.785.240.247
334.068.753
Jml DIPA 4
SKPA.1
70.000.000
70.000.000
-
5
SKPA.2
362.550.000
362.472.100
77.900
97 100 99.86
Realisasi belanja dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan dan efisiensi, namun tetap menjamin terlaksananya kegiatankegiatan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Anggaran 45
LAPORAN TAHUNAN 2013
Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL). Realisasi keuangan Satker BPTP Bengkulu atas dasar SP2D sampai dengan akhir TA. 2013 mencapai Rp.10.785.240.247 (97 %) dari total anggaran yang dialokasikan dalam DIPA 2013. Realisasi
anggaran
tertinggi
pada
belanja
modal
sebesar
Rp.1.880.047.500 (99,37). Realisasi anggaran terendah pada belanja barang, yaitu sebesar Rp.4.690.336.028 (95,13 %). Sisa anggaran tahun 2013, yaitu sebesar sebesar Rp.334.068.753 atau 3 %. Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang dihasilkan oleh BPTP Bengkulu pada tahun 2013 diperoleh dari penerimaan umum dan penerimaan fungsional. Estimasi PNBP yang dialokasikan pada Satker BPTP Bengkulu sesuai DIPA tahun anggaran 2013 adalah sebesar Rp.20.137.824,- yang terdiri sari estimasi
penerimaan umum
sebesar Rp.7.137.824,- dan
penerimaan fungsional sebesar Rp.13.000.000,- Realisasi penerimaan umum dan
pada tahun 2013 sebesar Rp.31.003.431,-estimasi PNBP pada tahun
2013 mengalami surplus sebesar Rp.23.865.607,- atau mencapai434,35 %. Sedangkan realisasi penerimaan fungsional pada tahun 2013 dari estimasi Rp.13.000.000,- realisasi sebesar Rp.36.316.000,- atau mengalami surplus sebesar Rp.23.316.000,- atau mencapai 279,35 %. Berdasarkan kategorinya, penerimaan umum diperoleh dari penerimaan pendapatan sewa rumah dinas/negara, penerimaan kembali belanja pegawai pusat TAYL, dan pendapatan anggaran lain-lain (tunjangan fungsional peneliti). Pendapatan fungsional diperoleh dari pendapatan info penerbitan dan hasil cetak
di
Laboratorium Diseminasi, jasa analisis tanah di Laboratorium Tanah, pendapatan penjualan hasil pertanian berupa benih padi dari Unit Pengelolaan Benih Sumber (UPBS) dan pendapatan penjualan hasil pertanian kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL).
46
LAPORAN TAHUNAN 2013
VI. INTISARI HASIL KEGIATAN 6.1. Kegiatan Pengkajian 6.1.1. Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian Kabupaten Bengkulu Tengah Skala 1:50.000 Provinsi Bengkulu memiliki potensi sumberdaya alam yang terbatas, sehingga sangat diperlukan upaya pemanfaatan lahan secara optimal. Dari luas wilayah provinsi 1.978.870 ha, hanya 1.000.913 ha (51,58%) yang dapat digolongkan sebagai kawasan budidaya. Selebihnya merupakan kawasan hutan dengan topografi bergelombang hingga berbukit/bergunung. Oleh sebab itu dalam pengembangan usaha pertanian, kebijakan yang diperlukan adalah mewujudkan optimalisasi penggunaan lahan, melakukan usaha
intensifikasi
teknologi
pertanian
dan
penggunaan
komoditas
unggulan/spesifik lokasi pada lahan-lahan yang telah dimanfaatkan. Permasalahan utama yang dihadapi khususnya dalam pengembangan komoditas
pertanian
unggulan
yang
berkaitan
dengan
pemanfaatan
sumberdaya lahan, yaitu belum dipetakannya tingkat kesesuaian lahan yang menunjukkan keunggulan komparatif. Pengembangan komoditas pertanian unggulan harus didukung oleh daya dukung agroekologi, artinya bahwa komoditas tersebut untuk dapat tumbuh dan berproduksi tinggi harus didukung oleh kondisi biofisiknya (tanah dan iklim), teknologi, dan sosial budaya petani. Selain itu komoditas pertanian tersebut harus mempunyai permintaan yang tinggi baik di pasar dalam maupun di luar daerah tersebut yang merupakan keunggulan kompetitif.
47
LAPORAN TAHUNAN 2013
Gambar 15. Peta Kabupaten Bengkulu Tengah.
Untuk memenuhi kebutuhan informasi sumberdaya lahan Provinsi Bengkulu yang masih terbatas, tahun 2013 BPTP Bengkulu melakukan kegiatan penyusunan peta pewilayahan komoditas pertanian di Kabupaten Bengkulu
Tengah.
Kegiatan
ini
dilaksanakan
mendukung
program
pembangunan pertanian Propinsi Bengkulu dalam pengembangan kawasan sentra produksi dan agribisnis. BPTP Bengkulu sudah melaksanakan pemetaan satuan lahan dan pewilayahan komoditas tahun 2002-2004 dengan skala 1 : 50.000 di Kecamatan Arga Makmur dan Padang Jaya (Kabupaten Bengkulu Utara), Kecamatan Curup, Bermani Ulu dan Selupu Rejang (Kabupaten Rejang Lebong) serta Kecamatan Manna dan Seginim (Kabupaten Bengkulu Selatan) (Gunawan, at al. 2004).
48
LAPORAN TAHUNAN 2013
Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi sumberdaya lahan di Kabupaten Bengkulu Tengah serta menyusun peta kesesuaian lahan dan peta pewilayahan komoditas pertanian unggulan berdasarkan zona agroekologi skala 1 : 50.000 di Kabupaten Bengkulu Tengah. Penyusunan peta dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: inventarisasi sumberdaya lahan berupa penyusunan peta dasar, analisis satuan lahan, verifikasi lapangan berupa pengumpulan data primer dan data sekunder meliputi data biofisik (pengamatan tanah, pengambilan contoh tanah, penyusunan satuan evaluasi lahan) dan data sosial ekonomi pertanian, dan evaluasi sumberdaya lahan. Evaluasi sumberdaya lahan didasarkan pada karakteristik lahan yang bersumber dari data/peta satuan lahan hasil analisis terrain yang dilengkapi dengan data tanah dan iklim, serta data sosial ekonomi dan budaya. Pendekatan evaluasi lahan dilakukan dengan menggunakan program SPKL 1.0 yang disusun oleh tim Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP). Pewilayahan menghasilkan
komoditas
arahan
pertanian
penggunaan
lahan
merupakan untuk
kegiatan
pertanian
yang dengan
mempertimbangkan daya dukung lahan (kesesuaian lahan), penggunaan lahan saat ini (existing landuse), kondisi sosial ekonomi (kompetitif dan komperatif), tabel prioritas tanaman unggulan daerah, dan peta status kawasan hutan. Pewilayahan komoditas Kabupaten Bengkulu Tengah terdiri dari 12 zona, yaitu Pertanian lahan basah, tanaman pangan (IV/Wfs) untuk komoditas padi sawah, umbi-umbian, sayuran seluas 3.940 ha (3,77%),
Pertanian lahan kering, tanaman tahunan/perkebunan, tanaman pangan (IV/Dfsei dan III/Dfsei) komoditas kelapa sawit, karet, padi gogo, jagung, umbi-umbian seluas 31.598 ha (30,22%) dan 15.879 ha (15,19%). Pertanian
lahan kering, tanaman pangan, tanaman hortikultura (IV/Dfuf) komoditas ubi jalar, pisang seluas 1.193 ha (1,14%). Pertanian lahan kering, tanaman
49
LAPORAN TAHUNAN 2013
tahunan/perkebunan (II/Dei) komoditas karet, kelapa sawit, kopi robusta, durian seluas 8.932 ha (8,54%). Pertanian lahan kering, tanaman kehutanan (II/Dej dan I/Dej) komoditas durian, sengon, kayu bawang seluas 10.823 ha (10,35%) dan 2.063 ha (1,97%). Hutan lindung (HL) seluas 27.607 ha (26,41%). Lain-lain berupa bukit terjal (X.1) seluas 1.133 ha (1,08%), Pemukiman (X.2) seluas 851 ha (0,81%), Badan air/danau (X.3) seluas 360 ha (0,34%) dan Areal tambang (X.5) seluas 170 ha (0,16%). Luas Kabupaten Bengkulu Tengah berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu tahun 2010 adalah 104.549 ha. Dari
hasil
evaluasi
kesesuaian
lahan
beberapa
komoditas
menunjukkan bahwa lahan yang dapat dikembangkan untuk komoditas pertanian di Kabupaten Bengkulu Tengah seluas 76.942 ha (73,59%), sedangkan sisanya seluas 27.607 ha (26,41%) tidak dapat dikembangkan untuk pertanian dikarenakan kondisi biofisik lahan tidak memungkinkan. Apabila lahan-lahan tersebut dipaksakan untuk dikelola/ dikembangkan untuk pertanian, maka kemungkinan akan terjadi degradasi lahan dan kerusakan lingkungan. Lahan-lahan tersebut diarahkan sebagai kawasan konservasi. Kesimpulan kegiatan ini adalah: 1. Pewilayahan komoditas Kabupaten Bengkulu Tengah terdiri atas 12 zone, dengan dominasi pertanian lahan kering, tanaman tahunan/perkebunan, tanaman pangan untuk komoditas kelapa sawit, karet, padi gogo, jagung, umbi-umbian (30,22 % atau 31.598 ha). 2. Lahan yang dapat dikembangkan untuk komoditas pertanian di Kabupaten Bengkulu Tengah seluas 76.942 Ha (73,59%). 6.2.2. Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian Peningkatan Produksi Padi Melalui SL-PTT di Provinsi Bengkulu Analisis kebijakan diarahkan untuk memfasilitasi adopsi teknologi, pengembangan agribisnis, serta mendukung pembangunan pertanian wilayah dan
perdesaan.
Sintesa
kebijakan
50
diharapkan
mampu
memecahkan
LAPORAN TAHUNAN 2013
permasalahan teknis, sosial, dan ekonomi pembangunan pertanian wilayah dalam arti luas, baik yang bersifat responsif maupun antisipatif.
Gambar 16,17. Olah tanah dan pemupukan yang dilakukan petani.
Peningkatan produksi padi di Provinsi Bengkulu lebih dipengaruhi oleh peningkatan luas areal panen, bukan oleh peningkatan produktivitas. Kondisi ini menunjukkan bahwa pelaksanaan SL-PTT belum mampu meningkatkan produktivitas secara signifikan.
Gambar 18,19. Pelaksanaan survey dengan kelompok tani di Kabupaten Seluma
Upaya dan strategi untuk meningkatkan produktifitas dan produksi mutlak diperlukan melalui implementasi inovasi teknologi. Untuk itu perlu dilakukan analisis yang berkaitan dengan kebijakan dan pelaksanaan SL-PTT
51
LAPORAN TAHUNAN 2013
yang difokuskan untuk mengevaluasi tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Permasalahan-permasalahan
dalam upaya peningkatan
produktivitas bersifat kompleks, menyangkut koordinasi dan tupoksi lintas institusi, sehingga seringkali sulit diselesaikan secara permanen. Untuk itu perlu dicari solusi dan akar permasalahan. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari permasalahan yang berulang dalam upaya peningkatan produksi yang ditekankan melalui peningkatan produktivitas. Permasalahan yang sering muncul dalam upaya peningkatan produktivitas adalah; pemanfaatan benih unggul, masalah pupuk, masalah irigasi, masalah iklim dan bencana alam, masalah ledakan OPT, pasca panen dan masalah harga. Tujuan dari pelaksanaan pengkajian analisis kebijakan pembangunan pertanian peningkatan produksi padi melalui SL-PTT di Provinsi Bengkulu adalah: 1. Mengkaji kinerja program SLPTT terhadap peningkatan produksi padi di Provinsi Bengkulu. 2. Menyusun alternatif rekomendasi perbaikan pelaksanaan program SLPTT di Provinsi Bengkulu. Analisis Kebijakan Peningkatan Produksi Padi melalui SL-PTT di Provinsi Bengkulu dilakukan dengan metode survei untuk mengetahui kinerja program
SL-PTT
terhadap
peningkatan
produksi
padi.
Kegiatan
ini
dilaksanakan sebagai suatu bentuk evaluasi yang dilakukan dari hasil kegiatan SL-PTT. Metode evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi summatif yaitu setelah suatu kegiatan selesai dilaksanakan. Kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten Seluma, Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah dan Lebong. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui kegiatan survei melalui wawancara terhadap para pemangku kebijakan tingkat provinsi (Dinas Pertanian, Bakorluh, BPTP), tingkat kabupaten (Dinas Pertanian, Bapeluh, LO BPTP), dan pelaksana SLPTT di tingkat lapangan (PPL, petani) serta lembaga pendukung benih dan
52
LAPORAN TAHUNAN 2013
pupuk. Wawancara terhadap pemangku kebijakan diarahkan untuk menilai pelaksanaan Permentan 45 tahun 2011. Salah satu indikator keberhasilan SL-PTT adalah peningkatan produksi dan produktivitas padi. Produksi padi dalam 5 tahun terakhir Provinsi Bengkulu meningkat rata-rata 5,74 %/tahun, dari 484.594 ton GKG pada tahun 2009 menjadi 600.282 ton GKG pada tahun 2013 (ARAM II) sedangkan laju peningkatan produktivitas mencapai 2,34 %/tahun
dan luas panen
meningkat rata-rata 3,25 %/tahun. Peningkatan produksi tidak terlepas dari peran program SL-PTT. Sebelum ada program SL-PTT produksi sebesar 484.594
ton
(2009)
menjadi
550.792
ton
(2012)
atau
mengalami
peningkatan sebesar 13,66%. Peningkatan produksi padi di Provinsi Bengkulu terjadi karena meningkatnya produktivitas padi di tingkat petani. Peningkatan produktivitas disebabkan para petani sudah banyak yang mengadopsi teknologi
PTT
misalnya
pemakaian
benih
varietas
unggul
bermutu
produktivitas tinggi termasuk benih padi inbrida dan hibrida dan penanganan panen. Secara umum jumlah input yang digunakan oleh petani SL-PTT lebih sedikit bila dibandingkan dengan petani non SL-PTT. Peningkatan produksi dan penurunan biaya input tentu saja mengakibatkan jumlah pendapatan petani SL-PTT lebih tinggi dibandingkan dengan petani non SL-PTT karena jumlah produksi dan jumlah biaya input merupakan faktor utama penentu besar kecilnya pendapatan usahatani. Produksi dan jumlah input petani peserta SL-PTT bila dibandingkan dengan produksi dan jumlah input yang mereka gunakan pada saat sebelum mengenal program SL-PTT ternyata juga menunjukkan perbedaan yang nyata. Nilai R/C ratio usahatani padi sawah yang
diusahakan
dibandingkan
dengan
dengan
menerapkan
sebelum
komponen
menerapkan
PTT
komponen
lebih PTT.
tinggi Artinya
usahatani padi sawah yang dikelola dengan menerapkan komponen PTT lebih
53
LAPORAN TAHUNAN 2013
layak
dan
menguntungkan
dibandingkan
dengan
tidak
menerapkan
komponen PTT. Secara umum semua komponen PTT telah diketahui dan dilaksanakan oleh semua petani peserta SL-PTT (> 50%) walau memang tidak semua komponen PTT yang diketahui mereka terapkan dalam usahatani. Tidak diterapkannya komponen PTT yang diketahuinya tersebut disebabkan oleh berbagai faktor seperti ketersediaan sarana dan prasarana, modal usaha serta kendala teknis. Komponen dasar yang diketahui petani namun banyak tidak mereka laksanakan adalah penggunaan pupuk berimbang. Hal ini disebabkan karena penghitungan kebutuhan pupuk tanaman dan status hara tanah hanya dapat dilakukan dengan menggunakan Bagan Warna Daun (BWD), Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) atau diuji langsung di Laboratorium Tanah. Keterbatasan alat yang dimiliki oleh petani dan jauhnya akses ke laboratorium membuat petani melakukan pemupukan sesuai dengan inisiatifnya sendiri dan sesuai dengan dana yang dimilikinya. Komponen
pilihan
yang
diketahui
namun
tidak
dilaksanakan
terbanyak adalah penggunaan bibit muda. Komponen PTT ini sulit diterapkan karena menurut petani bila bibit ditanam terlalu muda maka akan terjadi serangan hama keong yang dapat merusak tanaman mereka. Namun demikian komponen pilihan untuk pengelolaan panen dan pasca panen. Penanganan panen dan pasca panen menurut mereka akan memberikan hasil yang optimal karena dengan penanganan yang baik akan mengurangi kehilangan hasil produksi. Luas sebaran SL-PTT komoditas padi di Provinsi Bengkulu sebanyak 69.200 ha yang tersebar di 9 kabupaten dan 1 kota. Jumlah sebaran SL-PTT di Provinsi Bengkulu sudah mencapai 68,41 % dari total luas lahan sawah baku di Provinsi Bengkulu. Kabupaten yang paling luas sebaran SL-PTT adalah
Kabupaten Seluma dan Bengkulu Utara dengan masing-masing
sebaran mencapai 12.800 ha dan 12.300 ha. Disamping itu juga kedua
54
LAPORAN TAHUNAN 2013
kabupaten tersebut merupakan kabupaten yang paling luas lahan sawah bakunya yaitu 20.150 ha dan 15.300 ha. Di Provinsi Bengkulu sudah terbentuk kelembagaan baik untuk tim pembina maupun tim pelaksana yang mengacu pada pelaksanaan Permentan No. 45 Tahun 2011. Masing-masing dinas/instansi masih melaksanakan tupoksinya secara parsial, sehingga koordinasi dan sinergitas belum berjalan secara optimal. pelaksanaan tugas sesuai dengan permentan 45 tahun 2011 dari masing-masing instansi sudah mencapai rata-rata 55 %. Lemahnya koordinasi antar penentu kebijakan berdampak pada pelaksanaan SL-PTT di tingkat lapangan. Sinergitas yang harmonis akan berdampak terhadap meningkatnya kinerja yang signifikan dari masing-masing dinas/institusi maupun tim dalam mewujudkan pertumbuhan dan peningkatan produksi padi di Provinsi Bengkulu. berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Pelaksanaan Program SL-PTT di Provinsi Bengkulu telah mampu meningkatkan produksi padi sebanyak 13,66% atau dari 484.594 ton (2009) menjadi 550.792 ton (2012).
2.
Jumlah sebaran SL-PTT di Provinsi Bengkulu sudah mencapai 68,41 % dari total luas lahan sawah baku di Provinsi Bengkulu.
3.
Kinerja Kelembagaan Penentu Kebijakan Tingkat Provinsi dan Kabupaten dalam mendukung SL-PTT rata-rata mencapai 55 %.
4.
Rekomendasi alternatif arah kebijakan untuk perbaikan pelaksanaan SLPTT di Provinsi Bengkulu adalah 1) mengoptimalkan koordinasi antar kelembagaan
penentu
kebijakan
baik
ditingkat
provinsi
maupun
kabupaten perlu dioptimalkan dalam mendukung program SL-PTT, 2) Peningkatan produksi sebagai akibat dari kegiatan SL-PTT padi sawah perlu dipertahankan dan ditingkatakan sehingga dapat memenuhi target produksi di Provinsi Bengkulu, 3) peningkatan difusi inovasi perlu ditingkatkan dengan cara mendorong petani terutama oleh penyuluh
55
LAPORAN TAHUNAN 2013
untuk mensosialisasikan keunggulan teknologi SL-PTT kepada petani lain. 6.1.3. Integrasi Tanaman Kopi Dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong Pengkajian integrasi tanaman kopi dengan ternak sapi dilaksanakan di Kabupaten Rejang Lebong dengan dua subkegiatan yaitu pemberian pakan tambahan terhadap induk sapi bali selama dua bulan sebelum dan sesudah melahirkan dan pemberian pupuk kompos berbahan dasar kotoran ternak. Tujuan dari pelaksanaan pengkajian integrasi tanaman kopi dengan ternak sapi di Kabupaten Rejang Lebong pada tahun 2013 adalah 1) Mendapatkan formula pakan flushing untuk ternak sapi di Kabupaten Rejang Lebong, 2) Mendapatkan dosis pupuk kompos untuk tanaman kopi. Keluaran yang diharapkan adalah formula pakan flushing untuk ternak sapi di Kabupaten Rejang Lebong dan dosis pupuk kompos untuk tanaman kopi. Rancangan acak kelompok dengan tiga perlakuan, setiap perlakuan diulang 7 kali ulangan. Rata-rata bobot lahir anak sapi bali yang diberikan pakan tambahan berupa kulit kopi yang difermentasi ditambah dengan dedak padi, ubi kayu maupun tidak , dapat menambah bobot lahir anak sapi bali yaitu perlakuan I : 14,9 kg, perlakuan II: 18 kg perlakuan III: 17,7 kg. Konsumsi hijauan dan pakan tambahan induk sapi sejak dua bulan sebelum melahirkan dan tiga perlakuan yang berbeda yaitu perlakuan I : Hijauan 40 kg, perlakuan II: hijauan 29,5 kg/ekor/hari dan pakan tambahan 3,2 kg/ekor/hari, perlakuan III : hijauan 30 kg/ekor/hari dan pakan tambahan 3,5kg/ekor/ hari. Sedangkan rata-rata produksi awal tanaman kopi petani di Desa air Meles Bawah masih rendah, berkisar antara 4,22 sampai dengan 4,47 kg/batang/musim. Berdasarkan uji statistic, bobot lahir anak sapi bali pada perlakuan kedua memberikan perbedaan yang nyata (P<0,05) bila dibandingkan
56
LAPORAN TAHUNAN 2013
dengan bobot lahir anak sapi bali yang tidak diberikan tambahan pakan. Pemberian pakan tambahan dua bulan sebelum melahirkan menambah bobot lahir anak sapi. Kesimpulan yang diperoleh adalah formula pakan yag terbaik untuk diberikan pada induk sapi bali dengan metode flushing di Kabupaten Rejang Lebong yaitu rumput lapangan/jerami 10 % dari berat badan ditambah pakan tambahan yag terdiri dari kulit kopi fermentasi 2,4 kg/ekor/hari ditambah dedak padi 1,6 kg/ekor/hari yang dapat menghasilkan rata-rata bobot lahir anak sapi bali 18,0 kg. Sedangkan dosis pupuk organik yang terbaik dari pengomposan kotoran ternak sapi untuk tanaman kopi di Kabupaten Rejang Lebong untuk sementara adalah 10 kg/batang, tapi produksi buah kopi belum dapat diketahui karena tanaman kopi belum menghasilka sampai laporan ini di buat. Pengkajian Integrasi tanaman kopi dengan ternak sapi dilaksanakan di Kabupaten Rejang Lebong dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan, setiap perlakuan diulangi sebanyak 7 ulangan untuk perlakuan pada ternak sapi yaitu: (P1)Pakan rumput lapangan/jerami 10% dari berat badan, (P2) Formula pakan terdiri dari rumput lapangan/jerami 10% dari berat badan + pakan tambahan (kulit kopi fermentasi 2,4 kg/ekor/hari + dedak padi 1,6 kg/ekor/hari) dan (P3) Formula pakan terdiri dari rumput lapangan/jerami 10% dari berat badan + pakan tambahan (kulit kopi fermentasi 2,4 kg/ekor/hari + dedak padi 0,8 kg/ekor/hari + ubi kayu 0,8 kg/ekor/hari). Pengkajian pemberian pupuk kompos pada tanaman kopi yang sudah produksi dirancang dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga perlakuan, setiap perlakuan diulangi sebanyak (7) tujuh ulangan yaitu: (P1) Tanaman tidak dipupuk dengan kompos sapi, (P2) Tanaman dipupuk dengan kompos sapi 5 kg/pohon dan (P3) Tanaman dipupuk dengan kompos sapi 10 kg/pohon. Tiap ulangan ada 10 batang tanaman. Parameter yang diukur
57
LAPORAN TAHUNAN 2013
adalah bobot lahir anak, konsumsi pakan, produksi tanaman kopi dan kesehatan ternak sapi.
Gambar 20. Proses pembuatan pupuk kompos kotoran sapi.
Hasil analisa uji proksimat fermentasi kulit kopi menunjukan kandungan protein kasar 12,87%, kadar abu 7,25%, serat kasar 42,09%, lemak 0,73%, kadar air 12,16%, energi 3830 kkal, ca 0,58%, P 0,12%. Hasil analisis laboratorium kompos kotoran ternak sapi dan kulit kopi menunjukan kandungan kadar air 11,20%, Nitrogen 2,85%, Pospor 8,32%, Kalium 0,48%, C-organik 1,33%, pH H2O 7,52%. Rata-rata bobot lahir anak sapi Bali yang diberikan pakan tambahan berupa kulit kopi yang difermentasi ditambah dengan dedak padi, ubi kayu maupun yang tidak, dapat menambah bobot lahir anak sapi Bali yaitu perlakuan I : 14,9 kg, perlakuan II : 18,0 kg, perlakuan III : 17,7 kg. Rata-rata konsumsi hijauan dan pakan tambahan induk sapi sejak dua bulan sebelum melahirkan sampai induk sapi melahirkan dari tiga perlakuan yang berbeda yaitu perlakuan I: hijauan 40kg, perlakuan II: hijauan 29,5 kg/ekor/hari dan pakan tambahan 3,2 kg/ekor/hari, perlakuan III: hijauan 30 kg/ekor/hari dan pakan tambahan 3,5 kg/ekor/hari. Rata-rata produksi awal
58
LAPORAN TAHUNAN 2013
tanaman kopi petani di Desa Air Meles Bawah masih rendah, berkisar antara 4,22 sampai dengan 4,47 kg/batang/musim. Berdasarkan uji statistik yang dilakukan menunjukkan bahwa bobot lahir anak sapi Bali pada perlakuan kedua memberikan perbedaan yang nyata (P<0,05) bila dibandingkan dengan bobot lahir anak sapi Bali yang tidak diberikan pakan tambahan perlakuan pertama/kontrol. Begitu juga dengan bobot lahir anak sapi pada perlakuan ketiga memberikan pengaruh nyata (P<0,05) bila dibandingkan dengan bobot lahir anak sapi Bali pada perlakuan pertama/kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pakan tambahan dua bulan sebelum melahirkan menghasilkan bobot lahir anak sapi Bali yang lebih berat dari pada bobot lahir anak sapi pada perlakuan kontrol. Pemberian pakan tambahan membantu pemenuhan kebutuhan induk sapi yang sedang bunting terhadap nutrisi zat makanan karena kandungan zat gizi dari pakan tambahan (protein dan energy metabolism) yang tinggi dibandingkan dengan kandungan zat gizi dari hijauan saja. Bobot lahir anak sapi Bali pada perlakuan kedua tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan ketiga. Tetapi bobot lahir anak sapi Bali pada perlakuan kedua lebih tinggi bila dibandingkan dengan bobot lahir anak sapi Bali pada perlakuan ketiga. Hal ini disebabkan karena kandungan nutrisi protein kasar dan energi metabolis dari pakan tambahan pada perlakuan kedua lebih tinggi dari pada kandungan nutrisi protein kasar dan energy metabolis dari pakan tambahan pada perlakuan ketiga. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah: 1. Kandungan proksimat fermentasi kulit kopi adalah protein kasar 12,87%, kadar abu 7,25%, serat kasar 42,09%, lemak 0,73%, kadar air 12,16%, energi 3830 kkal, Ca 0,58% dan P 0,12%. 2. Kandungan kompos kotoran ternak sapi dan kulit kopi adalah kadar air 11,20%, Nitrogen 2,85%, pospor 8,32%, Kalium 0,48%, C-organik 1,33% dan Ph H2O 7,52%. 3. Pemberian pakan tambahan dua bulan sebelum melahirkan meningkatkan bobot lahir anak sapi. 59
LAPORAN TAHUNAN 2013
6.1.4. Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Aneka Produk Tanaman Pangan dan Hortikultura Lokal Unggulan Bengkulu Di provinsi Bengkulu terdapat beberapa komoditas tanaman pangan dan hortikultura lokal unggulan yang mempunyai potensi nilai ekonomi yang cukup baik bila diberi sentuhan teknologi pengolahan untuk meningkatkan nilai tambahnya, seperti jagung, jeruk Gerga Lebong, pisang Curup, labu kuning (prenggi), kentang merah, terung dan tomat, yang tersedia sepanjang musim dengan harga di tingkat petani yang masih sangat rendah. Sentra produksi komoditas jagung, pisang Curup, dan prenggi terdapat di kabupaten Rejang Lebong sedangkan sentra buah jeruk Gerga Lebong terdapat di kabupaten Lebong. Namun komoditas tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagai contoh, jagung yang saat ini lebih banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sementara pisang Curup yang bertekstur lembut mengalami proses pematangan yang cepat serta mudah terkena infeksi dan penyakit pascapanen sehingga memiliki daya simpan yang rendah, dan labu kuning yang masih banyak terbuang karena hasil yang melimpah dengan nilai komoditas yang rendah. Jeruk Gerga Lebong pemasarannya sudah cukup luas. Namun, terdapat permasalahan budidaya jeruk Gerga Lebong yakni banyaknya buah yang rontok akibat berbagai faktor salah satunya pengaruh iklim. Peristiwa rontok buah sebesar ±20% sehingga menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi petani produsen. Dengan luas areal pertanaman jeruk Gerga Lebong sekitar 500 ha dan masih dilakukan pengembangan areal tanam oleh pemerintah daerah setempat hingga menjadi 6000 ha dalam kurun 5 tahun kedepan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pemanfaatan jagung dan pisang Curup serta mengurangi kerugian pada budidaya jeruk yaitu adanya kerontokan buah jeruk Gerga Lebong, maka dilakukan pengolahan komoditas tersebut menjadi aneka produk olahan. Pengolahan komoditas tanaman
60
LAPORAN TAHUNAN 2013
pangan dan hortikultura lokal unggul Provinsi Bengkulu ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah aneka produk jagung lokal, jeruk Gerga Lebong, dan pisang Curup. Tujuan dari kegiatan Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Aneka Produk Tanaman Pangan dan Hortikultura Lokal Unggulan Bengkulu adalah: 1. Mengidentifikasi berbagai jenis produk olahan tanaman pangan dan hortikultura lokal unggulan Bengkulu. 2. Meningkatkan diversifikasi produk olahan tanaman pangan dan hortikultura lokal unggulan Bengkulu. 3. Mengkaji dan menganalisis nilai tambah aneka produk olahan tanaman pangan dan hortikultura lokal unggulan Bengkulu. 4. Mendiseminasikan hasil kajian ke stakeholder dan pengguna.
Gambar 21. Berbagai hasil olahan produk tanaman pangan dan hortikultura.
Pengkajian
dilaksanakan
di
Kelompok Pengolah Hasil/Kelompok
tani. Pengkajian diawali dengan ujicoba pembuatan produk di Laboratorium Pascapanen BPTP Bengkulu dan hasil formula produk yang tebaik diintroduksikan kepada kelompok tani di lokasi pengkajian Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Lebong. Ruang lingkup kegiatan meliputi pengkajian pendahuluan berupa identifikasi produk olahan tanaman pangan dan hortikultura di Propinsi Bengkulu dan formulasi produk, dan pengkajian
61
LAPORAN TAHUNAN 2013
utama yang mencakup kegiatan introduksi teknologi ke kelompok tani. Selanjutnya dilakukan analisis nilai tambah produk olahan tanaman pangan dan hortikultura lokal unggulan Bengkulu. Hasil kegiatan pengkajian menunjukkan bahwa Propinsi Bengkulu memiliki potensi produk tanaman dan hortikultura unggulan yang sebagian besar sudah ada diipasaran dan identifikasi hasil produk olahan tersebut meliputi produk olahan jagung berupa marning, dan produk olahan komoditas hortikultura yang paling banyak ditemukan di pasaran seperti keripik pisang, lempuk durian, manisan terong, dan manisan tomat. Selain itu, sudah dilakukan diversifikasi pengolahan tanaman pangan sehingga dihasilkan produk olahan tanaman pangan seperti stik ubi jalar, macaroni ubi jalar, dan kare-kare. Sementara, produk olahan hortikultura juga sudah beraneka ragam, terdiri dari permen pepaya, dodol terong, dodol pepaya, permen tomat, keripik bayam. Hasil pengkajian diperoleh formulasi terbaik produk tortilla jagung, selai jeruk Gerga, dan es krim pisang Curup. Sejauh ini sudah dilakukan introduksi
teknologi
pengolahan
produk
tersebut
kepada
kelompok
pengolahan hasil di Kabupaten Rejang Lebong dan kelompok tani di Kabupaten Lebong. Pengolahan jagung menjadi tortilla jagung menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 28.000,00. Sementara pengolahan jeruk Gerga menjadi selai dan pisang Curup menjadi es krim meningkatkan nilai tambah masing-masing komoditas sebesar Rp. 22.500,00 dan Rp. 31.200,00. Kegiatan introduksi teknologi pengolahan tortilla jagung, selai jeruk Gerga, dan es krim pisang Curup tidak hanya terbatas pada lokasi pengkajian, tetapi juga dilakukan pelatihan kepada kelompok lain diluar kelompok pengkajian dengan tujuan mempercepat transfer teknologi kepada pengguna. Kesimpulan kegiatan pengkajian ini adalah: 1. Jenis produk olahan tanaman pangan dan hortikultura lokal unggulan di Provinsi Bengkulu adalah keripik pisang, sale pisang kering dan basah,
62
LAPORAN TAHUNAN 2013
2.
3.
4.
5.
6.
tepung singkong, stik ubi jalar, makaroni ubi jalar, kare-kare ubi jalar, lempuk durian, emping melinjo, marning, manisan terong, manisan tomat, dodol terong, dodol tomat, dodol pepaya. Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Aneka Produk Tanaman Pangan dan Hortikultura Lokal Unggulan Bengkulu di kabupaten Rejang Lebong dan Lebong cukup memiliki potensial untuk diterapkan dan dikembangkan oleh kelompok tani, karena bahan baku cukup mudah didapatkan di pasar dan harganya cukup murah. Diversifikasi produk berupa paket teknologi produk olahan tanaman pangan dan hortikultura lokal unggulan Bengkulu yaitu es krim pisang Curup, tortila jagung, selai Jeruk Gerga lebon Peningkatan nilai tambah paket teknologi aneka Produk Tanaman Pangan dan Hortikultura Lokal unggulan Bengkulu untuk Pengolahan jagung menjadi tortilla jagung menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 28.000,00. Sementara pengolahan jeruk Gerga menjadi selai dan pisang Curup menjadi es krim meningkatkan nilai tambah masing-masing komoditas sebesar Rp. 22.500,00 dan Rp. 31.200,00. Penerapan pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Aneka Produk Tanaman Pangan dan Hortikultura Lokal Unggulan Bengkulu di kabupaten Rejang Lebong dan Lebong di tingkat petani perlu dukungan dengan memberikan pembinaan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam memproses pembuatan aneka produk tanaman pangan dan hortikultura lokal unggul mulai dari penanganan buah segar sebagai bahan baku, sortasi buah, persiapan mulai dari pengupasan, pengirisan, perendaman, pemasakan hingga pengemasan agar produk yang dihasilkan berkualitas tinggi dan dapat diterima konsumen. Kegiatan Ekspose Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Aneka Produk Tanaman Pangan dan Hortikultura Lokal Unggulan Bengkulu merupakan salahsatu cara untuk mendiseminasikan teknologi pengolahan aneka produk tanaman pangan dan hortikultura lokal unggulan Bengkulu sebagai salah satu pemanfaatan hasil komoditas lokal unggulan daerah dan dapat meningkatkan nilai tambah produk kepada pengunjung ekspose. Hasil perhitungan nilai tambah dan kelayakan ekonomi (Tabel 12),
menunjukkan bahwa pengolahan jagung menjadi tortilla menghasilkan nilai 63
LAPORAN TAHUNAN 2013
tambah sebesar Rp. 28.000,00, sementara pengolahan jeruk Gerga menjadi selai memberikan nilai tambah sebesar Rp. 22.500,00. Nilai tambah yang lebih tinggi yakni sebesar Rp. 31.200,00 diperoleh dari pengolahan pisang Curup menjadi es krim. Hal ini karena harga bahan baku pisang Curup lebih rendah daripada produk yang lain. Selain itu, proses pembuatan es krim juga relatif lebih mudah, hanya membutuhkan waktu dan tenaga kerja yang lebih sedikit dibandingkan pembuatan tortilla jagung dan es krim pisang Curup. Selain itu, usaha pengolahan tortilla jagung, selai jeruk Gerga, dan es krim pisang Curup memiliki nilai R/C ratio masing-masing sebesar 1.59, 1.52 dan 1,75. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap pengeluaran sebesar 1 rupiah akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 1.59 pada proses pembuatan tortilla jagung, Rp 1.52 pada proses pembuatan selai jeruk Gerga, dan Rp. 1,75 pada pembuatan es krim pisang Curup. Walaupun ketiga produk tersebut memiliki nilai R/C ratio > 1 namun usaha es krim pisang Curup lebih layak dikembangkan dibandingkan dengan tortilla jagung dan selai jeruk Gerga. Berdasarkan hasil perhitungan titik impas, BEP pengolahan tortilla jagung, selai jeruk Gerga, dan es krim pisang Curup akan tercapai apabila masing-masing produk telah terjual sebanyak 93.54 kg dengan penerimaan sebesar Rp.4.665.094,00 untuk proses pembuatan tortilla jagung, dan 135.33 kg dengan penerimaan sebesar Rp.4.446.428,00 untuk proses pembuatan selai jeruk Gerga, serta 7800 cup es krim pisang Curup dengan penerimaan sebesar Rp.15.600.000,00. 6.1.5. Pengkajian Teknologi Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Provinsi Bengkulu Sektor perkebunan di Provinsi Bengkulu menyumbang devisa negara cukup tinggi setelah tanaman pangan. Kakao merupakan salah satu komoditas andalanyang cukup prospektif di Provinsi Bengkulu karena
64
LAPORAN TAHUNAN 2013
didukung oleh kesesuaian agroekosistem dan kondisi sosial masyarakat petani yang mengusahakannya. Luas areal perkebunan Kakao di Bengkulu saat ini mencapai 14.363 hektar dengan produksi 3.959 ton (produktivitas rata rata 0,8 ton/ha) dan jumlah petani yang mengusahakannya sebanyak 22.667 KK. Sebaran perkebunan kakao rakyar hampir merata di semua Kabupaten yaitu di Kabupaten Bengkulu Selatan 1.437 hektar, Bengkulu Utara 2.424 ha, Kepahiang 6.040 ha dan Kaur 1.454 hektar. Perkebunan terluas saat ini berada di Kabupaten Kepahiang yang mencapai 42% dari luas perkebunan kakao di Provinsi Bengkulu. Pesatnya pertambahan luasan di Kabupaten Kepahiang karena pada tahun2005 Pemerintah daerah Kabupaten Kepahiangmengembangkan tanaman Kakao sebanyak 4 juta batang untuk petani dengan luas mencapai 2000 ha. Dilihat darisegi produktivitas yang baru mencapai rata-rata 0,8 ton/ha/th, maka kondisi ini masih jauh dari potensi tanaman yangt bisa mencapai
diatas 2 ton/ha/th. Permasalahan utama yang dihadapi adalah
adanya serangan hama Penggerek Buah Kakao (PBK) yang hampir menyerang semua pertanaman. PBK merupakan hama penting kakaoyang menyerang buah tanamanyang mengakibatkan pertumbuhan buah dan biji tidak normal. Serangan PBK ini dapat menurunkan produksi lebih dari 80%. Disamping produksi menurun juga mengakibatkan mutu tanaman sangat rendah yang berakibat pada harga jual sangat juga rendah, sehingga pendapatan petani kakao turun drastis.
65
LAPORAN TAHUNAN 2013
Gambar 22, 23. Lokasi Kegiatan Pengkajian Pengendalian hama PBK .
Beratnya serangan yang disebabkan oleh PBK serta peningkatan luas areal terserang memerlukan pengendalian yang harus segara dilakukan. Sebagai daerah yang sedang melakukan pengembangan kakao dalam skala yang cukup besar diharapkan terbebas dari hama PBK. Sehingga pengkajian mengenai pengendalian spesifik lokasi perlu dilakukan agar serangan PBK dapat
ditekan
sekecil
mungkin.
Komponen
teknologi
pengendalian
Pengandalian Penggerek Buah Kakao (PBK) dari Badan Litbang Pertanian saat ini sudah tersedia antara lain: 1) pemangkasan; 2) frekuensi panen sering; 3) sanitasi dan system rampasan; 4) pengendalian hayati; 5) pengendalian kimiawi;dan sarungisasi buah kakao. Tujuan kegiatan pengkajian teknologi pengendalian hama penggerek buah kakao (PBK) di Provinsi Bengkulu tahun 2013 adalah: 1. 2.
Mendapatkan paket teknologi pengendalian hama PBK pada perkebunan kakao rakyat. Evaluasi penerapan petani terhadap teknologi pengendalian hama PBK. Pengkajian dilaksanakan di Desa Suro Bali Kecamatan Ujan Mas
Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu pada bulan Januari sampai Desember 2013. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan di lapangan dan melalui survei. Pengkajian dilaksanakan menggunakan
66
LAPORAN TAHUNAN 2013
Rancangan
Acak
Kelompok
(RAK)
dengan
4
perlakuan
yaitu;
1)
penyemprotan kimia, 2) penyemprotan pestisida nabati, 3) penyarungan buah kakao dan 4) pemeliharaan tanaman yang biasa dilakukan petani sebagai kontrol. Pemeliharaan tanaman lain yang dilakukan pada masingmasing perlakuan adalah pemangkasan tanaman kakao dan tanaman naungan, panen sering, pengendalian gulma serta pemupukan. Pengamatan dilakukan 3 Bulan Setelah Aplikasi (BSA). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf 5%. Hasil pengujian statistik dengan menggunakan Uji Duncan pada taraf 5% menunjukkan perbedaan nyata terhadap persentase serangan hama PBK pada masing-masing pengamatan. Perlakuan penyarungan buah kakao menunjukkan hasil berbeda nyata terhadap perlakuan penyemprotan kimia, pestisida
nabati
dan
kontrol.
Perlakuan
penyarungan
buah
kakao
menurunkan serangan dari 78,57% menjadi 40,00% dengan intensitas sebelum perlakuan 62,50% (intensitas serangan berat) menjadi 5,84% (intensitas
serangan
ringan).
Berdasarkan
hasil
tersebut,
perlakuan
penyarungan buah kakao menunjukkan hasil yang lebih efektif dibandingkan penyemprotan pestisida kimia dan pestisida nabati. Berdasarkan hasil kajian, maka penggunaan sarung dapat direkomendasikan sebagai teknologi untuk penghendalian hama penggerek buah kakao di Kabupaten Kepahiang. Tingkat pemahaman petani terhadap paket pengendalian hama PBK cukup tinggi yang diindikasikan dengan aplikasi lapangan secara berkelanjutan dan diikuti oleh petani lainnya. Kesimpulan dari pengkajian ini adalah sebagai berikut: 1.
Berdasarkan hasil pengkajian paket teknologi pengendalian hama PBK (Pemangkasan, panen sering, sanitasi, penyarungan, pengendalian nabati dan penyemprotan kimia), maka metode penyarungan buah lebih efektif menurunkan intensitas serangan berat (50%) menjadi intensitas
67
LAPORAN TAHUNAN 2013
2.
ringan (5,84%). Metode penyarungan dapat direkomendasi sebagai teknologi pengendalian hama PBK di Kabupaten Kepahiang. Tingkat pemahaman petani terhadap paket pengendalian hama PBK cukup tinggi yang diindikasikan dengan aplikasi lapangan secara berkelanjutan dan diikuti oleh petani lainnya.
6.1.6. Pengelolaan Sumberdaya Genetik Sumber daya genetik tanaman merupakan bahan yang dapat dimanfaatkan secara langsung atau tidak langsung untuk mendukung ketahanan pangan. Pemanfaatan langsung SDG tanaman berupa budidaya langsung untuk memenuhi kebutuhan tanpa memerlukan perbaikan tanaman melalui pemuliaan. Pemanfaatan SDG secara tidak langsung, yaitu memanfaatkan keanekaragaman bahan genetik yang terdapat di dalam SDG tanaman untuk merakit variertas unggul baru melalui kegiatan pemuliaan tanaman. Informasi keanekaragaman serta Indonesia pengelolaan
sangat dan
diperlukan pemanfaatan
kesejahteraan masyarakat.
sebagai SDG
keberadaan SDG tanaman di dasar
penyusunan
pertanian
untuk
kebijakan
mewujudkan
Informasi dapat diperoleh melalui serangkaian
kegiatan inventarisasi SDG tanaman, baik melalui inventarisasi SDG tanaman yang berada di lahan pekarangan rumah petani, lahan petani maupun hutan. Hasil inventarisasi keanekaragaman SDG tanaman dapat memberikan informasi tingkat keberagaman/diversitas dan potensi pemanfaatan serta sumber keberadaannya berupa peta sebaran secara spatial. Provinsi Bengkulu memiliki berbagai sumber daya genetik baik dari tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, kentang merah), aneka buah (jeruk, mangga, durian, pisang, manggis), tanaman hias (anggrek Vanda hokeriana, bunga raflesia), tanaman perkebunan (melinjo), ikan, maupun hewan (kerbau Enggano).
68
LAPORAN TAHUNAN 2013
Peran BPTP dalam pengelolaan SDG sangat strategis dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam pengembangan teknologi spesifik lokasi. Kegiatan pengelolaan SDG diarahkan pada upaya identifikasi, eksplorasi, karakterisasi, penyelamatan, pemanfaatan, dan pengembangan sumberdaya lokal spesifik Bengkulu. Sumberdaya genetik dengan keunggulan lokal perlu dilestarikan dan dikembangkan sebagai sumber plasma nutfah untuk perbaikan sumber daya genetik tanaman maupun hewan. Tujuan dari kegiatan ini adalah: 1. Mendorong dan menstimulasi kinerja Komda SDG Provinsi Bengkulu. 2. Meningkatkan pemahaman pemangku kepentingan (stakeholders) tentan arti penting dan manfaat dari sumberdaya genetik lokal spesifik Bengkulu. 3. Mengidentifikasi dan karakterisasi SDG (flora dan fauna) spesifik Bengkulu. 4. Menyelamatan, memanfaatkan, dan mengembangkan sumberdaya genetik lokal spesifik Bengkulu, khususnya komoditas pangan dan hortikultura. Kegiatan pengelolaan SDG dilaksanakan di 7 Kabupaten dan Kota, yang meliputi Kabupaten Rejang Lebong, Lebong, Bengkulu Utara, Kaur, Bengkulu Tengah, Mukomuko, dan Kota Bengkulu. Kegiatan dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan Desember 2013. Tahapan kegiatan adalah: 1) Koordinasi, 2) Sosialisasi dan apresiasi, 3) Eksplorasi dan 4) Membangun kebun koleksi. Sejak terbentuknya kepengurusan Komda SDG tahun 2011sampai awal 2013 belum ada kegiatan yang dilaksanakan. BPTP Bengkulu mengambil inisiatif dengan mengundang ketua Komda SDG Propinsi Bengkulu membahas mengenai kinerja komda SDG. BPTP Bengkulu menawarkan untuk mensinergikan kegiatan SDG BPTP Bengkulu dengan Komda SDG Provinsi Bengkulu agar aktifitas Komda SDG berjalan. Komda SDG Bengkulu melakukan pembaharuan kepengurusan yang diketuai oleh Kepala Badan Penelitian Pengembangan dan Statistik Daerah (BPP Stada) 69
LAPORAN TAHUNAN 2013
Provinsi Bengkulu, dengan sekretaris Kepala BPTP Bengkulu. Kepengurusan Komda SDG pembaharuan ini terdiri dari Pembina (Gubernur Bengkulu), Tim Pengarah (Ketua: Sekretaris Daerah), Pelaksana Harian (Ketua : Kepala BPP Stada) dan 5 Komisi. Beberapa aktivitas yang sudah dilakukan oleh KOMDA SDG Propinsi Bengkulu antara lain Rapat Koordinasi, Rapat Koordinasi Penyusunan rencana kerja, Sosialisasi SDG dan Pemanfaatannya untuk daerah di Prop. Bengkulu dan rapat Kerja Komda SDG Propinsi Bengkulu. Dari program program yang sudah dilakukan Komda SDG Propinsi Bengkulu pada intinya menekankan pentingnya upaya untuk melestarikan kekayaan sumber daya genetika yang ada di Propinsi Bengkulu, Potensi dan peluang dari masing-masing komoditi dan Peluang daerah dalam memanfaatkan SDG yang unik. Sosialisasi melalui pertemuan dengan stakeholders di tingkat provinsi dan kabupaten. Pada acara
sosialisasi
disampaikan
hal
yang
berkaitan
dengan
rencana
pelaksanaan kegiatan Pengelolaan sumber daya genetic (SDG) spesifik Bengkulu. Pada tahun 2013, BPTP Bengkulu melaksanakan kegiatan Pengelolaan SDG yang difokuskan pada komoditas tanaman buah tahunan. Diberitahukan juga bahwa BPTP Bengkulu merencanakan pembuatan kebun koleksi khusus untuk tanaman hortikultura. Stakeholders menyambut baik dan akan mendukung kegiatan tersebut dengan memberikan informasi lokasi, komoditas dan bahan koleksi.
Gambar 24. Pelaksaan FGD penguatan daya saing komoditas kopi. 70
LAPORAN TAHUNAN 2013
Inventarisasi dalam bentuk FGD di BPTP Bengkulu dihadiri oleh 25 orang yang
berasal dari Universitas Bengkulu, Universitas Hazairin,
Universitas Muhammadiyah Bengkulu, Balitbangda Provinsi Bengkulu, BPSB Provinsi Bengkulu,
Bappeda Provinsi Bengkulu dan BPTP Bengkulu.
Inventarisasi mencakup, komoditas, kolektor/peneliti, institusi, bentuk koleksi dan lokasi. Hasil inventarisasi tanaman pangan 8 aksesi, sayuran 6 aksesi, Hortikultura 11 aksesi, perkebunan 3 aksesi, tanaman obat 3 aksesi dan bunga 2 aksesi. Karakterisasi sumberdaya genetik yang sudah dilakukan dengan metode survey, mengunjungi lokasi yang memiliki plasma nutfah spesifik pada 7 Kabupaten/Kota. Karakterisasi yang dilakukan meliputi : Pendataan tentang komoditi, lokasi geografis dan administratif, nama kolektor dan pemanfaatan tanaman yang bersangtkutan bagi masyarakat. Tanaman hortikultura yang sudah di Karakterisasi adalah Sawo pusaka, Durian bentara, Durian tebal jeribing, Mangga Bengkulu, jeruk kalamansi, pisang curup, manggis lebong, dan jeruk gerga lebong. Inventarisasi lahan pekarangan dilaksanakan di Desa Padang Jaya Kecamatan Padang Jaya dan desa Batu Layang Kecamatan Hulu Palik Kabupaten Bengkulu Utara. Dari kedua desa di survey 10 sampel petani yang mempunyai karagaman SDG di lahan pekarangannya. Tanaman yang diinventarisasi
adalah
semua
jenis
tanaman
serta
jumlah/luas,
penggunaan/pemanfaatan serta letak koordinat dari masing masing lahan pekarangan petani. Dari survey tersebut didapatkan sebanyak 64 jenis tanaman pekarangan dan 2 jenis tanaman di luar pekarangan. Tanaman pekarangan yang diusahakan petani sangat beragam dari tanaman tua (tahunan), hortikultura dan sayuran. Untuk tanaman diluar pekarangan yang terdapat agak jauh dari rumah terdiri dari 2 jenis tanaman tahunan yaitu Karet dan kelapa sawit. Pembuatan kebun koleksi di BPTP Bengkulu dengan penanaman tanaman buah spesifik Bengkulu. Penanaman dilakukan di tanah pekarangan 71
LAPORAN TAHUNAN 2013
dan tabulampot. Tanaman hortikultura unggul yang sudah dikoleksi dikoleksi adalah Manggis Lebong, Jeruk Kalamansi, Pisang Curup, Mangga Bengkulu, Jeruk Gerga Lebong, Sawo Pusaka, Durian Bentara, Mangga madu, dan Kelengkeng. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah: 1. Kegiatan SDG di BPTP Bengkulu telah dapat menstimulasi aktivitas dan kinerja KOMDA SDG Provinsi Bengkulu. 2. Sosialisasi dan kordinasi mampu meningkatkan pemahaman stakeholders terhadappentingnya SDG untuk kesejahteraan masyarakat. 3. Telah diinventarisasi 8 aksesi tanaman pangan, 6 aksesi tanaman sayuran, 11aksesi tanaman hortikultura, 3 aksesi tanaman perkebunan, 3 aksesi taman obat dan tanaman hias sebanyak 2 aksesi. 4. Terdapat 64 jenis tanaman pekarangan yang diinventarisir di Povinsi Bengkulu. 5. Telah terbentuk kebun koleksi mini berbagai tanaman buah unggul (mangga, manggis, durian, sawo, jeruk) Bengkulu dan screen house. 6.1.7. Pengkajian Pengelolaan Lahan Sub Optimal Untuk Mendukung Swasembada Pangan di Provinsi Bengkulu Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan produktivitas lahan rawa melalui penerapan paket teknologi system tanam dan varietas adaptif. Dengan keluaran adalah rekomendasi paket teknologi pengolahan lahan rawa melalui penerapan paket teknologi system tanam dan varietas adaptif.
Gambar 25, 26. Lokasi pengkajian dan pelaksanaan analisis hara dengan alat uji hara tanah rawa. 72
LAPORAN TAHUNAN 2013
Kesimpulan yang didapatkan adalah dengan menerapkan komponen teknologi PTT lahan rawa terjadi peningkatan produksi dari 2-3 ton/hektar menjadi 4,5-5,5 ton/hektar. Varietas padi rawa yang adaptif adalah inpara 2, inpara 1 dan inpara 3. Lebih lengkapnya paket rekomendasi untuk lahan rawa bergambut adalah: a. b. c. d.
e. f. g.
Pengolahan lahan; membuat/membersihkan saluran sekunder dan tersier (cacaing) yang masuk kelahan. Membersihkan lahan (sanitasi) dengan herbisida atau lainnya tapi tidak boleh di bakar. Olah lahan dengan cangkul atau hand traktor kura-kura, dapat dilakukan 2-3 kali lalu beri dolomite. Pemupukan harus sesuai kebutuhan tanaman dapat diketahui dengan alat PUTR pada wilayah kegiatan rekomendasi pupuk adalah: urea 300kg/ha, SP 36 50 kg/ha, KCL 125 kg/ha dan kapur 500-1000 kg/ha. Pupuk dasar umur 7-14 hst (33 % urea+100% SP36). Susulan 1 umur 21-30 hst (33 % urea + 50% KCL) susulan 2 pada umur 35-45 hst (33% +50% KCL). Persemaian basah dengan jumlah benih 25 kg, umur bibit 25-30 HST bibit tanam 2-3 batang. Gunakan jajar legowo 2:1. Lakukan panen 80 % daun bendera mongering dan penjemuran sampai kadar air 12 %.
6.1.8. Model Akselerasi Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan (M-AP2RL) dengan Pendekatan Analisis Modelling Mendukung Desentralisasi Rencana Aksi (Decentralized Action LAN/DAP) Peningkatan Produksi padi di Provinsi Bengkulu Padi merupakan komoditas pangan utama. Komoditas ini merupakan salah satu komoditas unggulan yang termasuk dalam program empat sukses kementerian pertanian. Program ini bertujuan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional. Beras sebagai bahan utama di Indonesia dibutuhkan lebih dari 90% penduduk. Kebutuhan beras dewasa ini belum dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. 73
LAPORAN TAHUNAN 2013
Inte ns it as Per tanam an
Lahan s uboptim al
Curah hujan
Kete rs e diaan air -
+
Jar ingan + irigas i
Luas tanam padi +
+ +
+
(-)
+
Saw ah irigas i
+
+
+
Pupuk
+ +
Saw ah nonirigas i +
Luas s aw ah +
(-) Bencana Alam
-
+
Penyuluhan
+
M e kanisas i
-
+
OPT
+
Produk si padi
Alih fungs i lahan -
Regulas i Pem er intah
+
+
Ce tak s aw ah
+
+
Benih
Produk tivitas padi
-
Los se s pra pane n
Ek spor padi Tenaga k er ja per tanian
-
Sos ial-budaya
+ +
+
Jum lah penduduk
(+)
Per tam bahan jum lah penduduk
+
Gambar 27. Causal loop diagram sistem produksi padi Provinsi Bengkulu.
Upaya peningkatan produksi beras telah dilakukan sejak lama. Namun, dalam beberapa tahun belakangan ini, masalah kecukupan pangan menjadi isu penting karena permintaan beras terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Optimasi produktivitas padi di lahan sawah merupakan salah satu peluang peningkatan produksi gabah nasional. Hal ini sangat dimungkinkan bila dikaitkan dengan hasil padi pada agroekosistem ini masih beragam antar lokasi dan belum optimal. Rata-rata hasil 4,7 t/ha, sedangkan potensinya dapat mencapai 6 – 7 t/ha. Berdasarkan agroekosistem dan kesesuaian lahannya, tanaman padi mempunyai potensi dan peluang yang besar untuk dikembangkan di Provinsi Bengkulu. Provinsi Bengkulu memiliki lahan sawah seluas 105.177 ha dengan produktivitas yang masih rendah (4,03 t/ha). Peluang untuk meningkatkan 74
LAPORAN TAHUNAN 2013
produksi padi di Provinsi Bengkulu masih terbuka melalui intensifikasi dan efisiensi penggunaan lahan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan aplikasi system
modeling pada studi dan analisis pengembangan bahan rekomendasi kebijakan peningkatan produksi padi di Provinsi Bengkulu dan melakukan koordinasi analisis pengembangan kebijakan peningkatan produksi padi (decentralized
action
plan)
dengan
pendekatan
model
Perencanaan
Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan (M-P3RL) . Data yang digunakan dalam kegiatan ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer akan dikumpulkan dari petugas lapang dan petani, sedangkan data sekunder dari dinas pertanian, PU, transmigrasi dan sosial, BMKG, BPS serta BPSB. Data yang dikumpulkan antara lain: alih fungsi lahan, luas sawah, petugas lapang, sarana irigasi, benih, pupuk, OPT, laju pertumbuhan penduduk, tingkat konsumsi beras, susut hasil dan pengolahan lahan. Setelah pengumpulan data dilakukan indetifikasi sistem, pembuatan struktur model, uji validasi
dan uji sensitivitas untuk mengetahui tingkat
kepekaan variabel-variabel yang mempengaruhi. Data kemudian diolah dengan menggunakan program komputer dan selanjutnya dilaporkan secara deskriptif. Dari hasil simulasi data eksisting yang dilanjutkan dengan menguji sensitivitas diketahui bahwa variabel yang mempengaruhi produksi padi di Provinsi Bengkulu adalah: konversi lahan, Cetak sawah baru, Pemanfaatan lahan
suboptimal,
Ketersediaan
jaringan
irigasi,
Pengelolaan
air,
Pengendalian OPT, Intensitas Penyuluhan, Rekomendasi benih, Rekomendasi pupuk , Losses dan Mekanisasi Pertanian. Dengan mensimulasi variabel-variabel diatas, diperoleh beberapa skenario kebijakan: 1 . Adopsi Rekomendasi pupuk dari 35% menjadi 70% melalui penjaminan ketersediaan pupuk tepat waktu.
75
LAPORAN TAHUNAN 2013
2 . Optimalisasi Lahan marjinal hingga 12.000 Ha untuk meningkatkan luas lahan sawah. 4. Peningkatan penggunaan VUB berkualitas dari 25% menjadi 60% melalui program bantuan benih. 5. Peningkatan intensitas penyuluhan dari 10 % menjadi 30%. 6. Peningkatan Indeks Pertanaman (IP) dari 120 menjadi 200. Peningkatan penggunaan pupuk dari 35% menjadi 70% dari rekomendasi, dapat dilaksanakan jika ada jaminan ketersediaan pupuk yang memenuhi 6 tepat (Waktu, Jenis, Dosis, Lokasi, Jumlah dan Harga). Pemanfaatan lahan sub optimal juga berperan dalam peningkatan produksi padi di provinsi Bengkulu. Lahan sub optimal yang ada di Provinsi Bengkulu terdiri atas rawa Lebak dangkal dan pantai. Optimalisasi lahan-lahan tersebut dapat meningkatkan produksi secara signifikan. VUB sudah diakui menjadi salah satu titik ungkit dalam peningkatan produktivitas. Penggunaan VUB secara luas dari 25% menjadi 60% dan didukung dengan peningkatan penyuluhan akan menaikkan produksi padi di Provinsi Bengkulu. Peningkatan produktivitas belum menjamin peningkatan produksi jika luas panennya berkurang. Peningkatan luas panen dapat dilakukan melalui peningkatan Indeks Pertanaman.Peningkatan Produksi padi di Provinsi Bengkulu akan dicapai melalui peningkatan IP dari 120 menjadi 200. Penyediaan fasilitas dan perangkat pendukung pengembangan system Produksi padi perlu dilakukan khususunya pada sistem usahatani antara lain penggunaan varietas unggul baru dan aspek penyuluhan. Kesimpulan yang dapat dirumuskan di dalam kajian penelitian dan pengkajian ini adalah: 1. Adopsi rekomendasi pupuk dari 35% menjadi 70% melalui penjaminan ketersediaan pupuk tepat waktu. 2. Optimalisasi Lahan marjinal hingga 12.000 Ha untuk meningkatkan luas lahan sawah.
76
LAPORAN TAHUNAN 2013
3. Peningkatan penggunaan VUB berkualitas dari 25% menjadi 60% melalui program bantuan benih. 4. Peningkatan intensitas penyuluhan dari 10 % menjadi 30%. 5. Peningkatan IP dari 1,2 menjadi 2. 6.1.9. Mapping Potensi BBI dan BBU dalam Penyediaan Benih Berkualitas di Provinsi Bengkulu Swasembada beras dipengaruhi oleh pemanfaatan varietas unggul, peningkatan kualitas sarana dan prasarana pertanian (khususnya jaringan irigasi), teknik budidaya, dan rekayasa kelembagaan. Penggunaan varietas padi unggul yang berdaya hasil tinggi, responsif terhadap pemupukan dan toleran terhadap serangan hama penyakit utama telah terbukti dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi produksi, dan kecukupan pangan. Di Provinsi Bengkulu, penggunaan benih unggul bersertifikat secara mandiri masih relatif rendah. Salah satu penyebab dari rendahnya pemanfaatan benih unggul bermutu adalah lemahnya peran kelembagaan perbenihan dalam pembinaan (penyediaan, informasi, dan distribusi) ke petani. Kesadaran petani untuk membeli VUB di kios pertanian masih rendah, sehingga jika tidak ada bantuan VUB dari pemerintah, para petani menggunakan benih yang dihasilkan dari pertanamannya sendiri. Sistem perbenihan yang tangguh (produktif, efisien, berdaya saing, dan berkelanjutan) sangat diperlukan untuk mendukung upaya peningkatan penyediaan benih padi dan peningkatan produksi beras nasional. Peran BBI dan BBU sangat penting dalam penyediaan benih berkualitas yang sesuai dengan preferensi petani.
77
LAPORAN TAHUNAN 2013
Gambar 28. Lahan produksi bibit padi dan jagung di kab.Rejang Lebong.
Tujuan dari pelaksanaan pengkajian mapping potensi BBI dan BBU dalam penyediaan benih berkualitas di Provinsi Bengkulu pada tahun 2013 adalah: 1. 2. 3. 4.
Menginventarisir potensi, kinerja, dan permasalahan kelembagaan perbenihan padi di Provinsi Bengkulu. Membuat peta/mapping potensi dan kinerja kelembagaan perbenihan padi di Provinsi Bengkulu. Mengkaji sinergisitas kinerja perbenihan di Provinsi Bengkulu. Mendapatkan alternatif strategi dalam pengembangan kelembagaan perbenihan di Provinsi Bengkulu. Pengkajian dilaksanakan di 10 kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu
dari bulan April - Juni 2013. Pengumpulan data dilakukan melalui survey dan FGD. Survey dan FGD dilakukan untuk menghimpun data potensi dan kinerja lembaga perbenihan yang ada di Provinsi Bengkulu dengan menggunakan daftar/blanko isian yang sudah disiapkan. Survey terhadap petani penangkar dilakukan pada 100 orang petani penangkar di 10 kabupaten/kota dan FGD terhadap lembaga perbenihan dilakukan pada lembaga perbenihan di Kota
78
LAPORAN TAHUNAN 2013
Bengkulu, Kabupaten Rejang Lebong, Lebong, dan Mukomuko. Data yang diperoleh ditabulasi selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Sistem kelembagaan perbenihan di Provinsi Bengkulu belum tangguh (produktif, efisien, berdaya saing, dan berkelanjutan). Kondisi dan kinerja lembaga perbenihan pemerintah (BBI/BBU) belum optimal yang ditunjukkan oleh rendah dan lemahnya produksi benih, sarana prasarana, SDM, infrastruktur, struktur organisasi, dan sistem pembiayaan.
Gambar 29. Peralatan prosesing benih.
Kebutuhan benih padi di Provinsi Bengkulu cukup tinggi yaitu 3.442,93 ton per tahun dan belum dapat terpenuhi oleh penangkaran lokal. Kelompok petani penangkar di Provinsi Bengkulu
cukup banyak yaitu 41
kelompok dengan jumlah anggota sebanyak 1.168 orang, namun aktivitasnya masih tergantung dari keberadaan program dari pemerintah dan swasta. Alasan dari rendahnya aktivitas petani penangkar disebabkan oleh harga, pemasaran, keterbatasan sarana dan prasarana serta modal menjadi alasan utama bagi petani penangkar. Masing-masing lembaga perbenihan di kabupaten dan provinsi masih terkesan menjalankan tupoksi lembaga masing-masing tanpa atau dengan kadar koordinasi dan integrasi yang minim secara parsial dan belum terjalin
79
LAPORAN TAHUNAN 2013
networking yang baik. Hal ini ditunjukkan dari asal benih sumber dan promosinya yang belum berjalan dengan baik. Peran lembaga perbenihan sebagai penyediaan benih padi dan pengungkit peningkatan produksi beras secara regional maupun nasional perlu dibangun dengan komitmen yang baik dari berbagai pihak. Berdasarkan hasil FGD yang dilakukan di Kota Bengkulu, Kabupaten Rejang Lebong, Lebong, dan Mukomuko disimpulkan bahwa: 1. Benih berkualitas diakui menjadi syarat utama dalam peningkatan produktivitas dan produksi padi. 2. Lembaga perbenihan di daerah perlu direvitalisasi. 3. Dinas Pertanian kabupaten akan berinisiatif untuk meningkatkan peran lembaga perbenihan melalui dana APBD. 4. Perlu disampaikan ke pemerintah pusat untuk meninjau regulasi dan mekanisme bantuan benih. 5. Tindakan antisipatif daerah diperlukan dalam penyediaan benih berkualitas. 6. Perlu sinergisme dan integrasi program antar lembaga perbenihan di Provinsi Bengkulu. 6.1.10. Model Pengembangan Pertanian Perdesaan (MP3MI) Berbasis Jeruk di Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu Tujuan
kegiatan
MP3MI
berbasis
jeruk
adalah
untuk
mengintroduksikan inovasi teknologi pengolahan erpadu kebun jeruk sehat (PTJKS) dan pasca panen jeruk kepada pengguna di kawasan pengembangan jeruk, menimbulkan minat pengguna terhadap teknologi tersebut dan memperoleh umpan balik dari stake holder dan pengguna untuk memperoleh model pengembangan MP3MI berbasis jeruk yang spesifik lokasi.
80
LAPORAN TAHUNAN 2013
Gambar 30, 31. Lokasi perkebunan jeruk dan pelaksanaan temu lapang bersama anggota kelompok tani jeruk.
Keluaran tahun 2013 adalah terintruduksinya paket inovasi teknologi jeruk
dari
Badan
Litbang
Pertanian
kepada
pengguna
di
kawasan
pengembangan jeruk; 2) peningkatan minat pengguna terhadap teknologi PTJKS dan pasca panen jeruk dan 3) draft model pengembangan MP3MI berbasis jeruk yang spesifik lokasi yang berdasrkan hasil umpan balik dari stake holder dan pengguna di kawasan pengembangan jeruk. Dari hasil kegiatan MP3MI di Kabupaten Lebong diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) Mengintroduksikan paket inovasi teknologi jeruk dari Badan Litbang Pertanian dapat meningkatkan pengetahuan petani dan petugas tentang PTKJS dari 15 % menjadi 31,7 %; 2) Menumbuhkan dan meningkatkan minat petani terhadap teknologi PTKJS dari 10 % menjadi 90 % ;3) Dapat memperoleh rancangan sementara model pengembangan pertanian pedesaan berbasis jeruk di Kabupaten Lebong berupa model inovasi teknologi, model diseminasi teknologi dan model kelembagaan yang disusun berdasarkan hasil umpan balik dari stakeholder dan pengguna.
81
LAPORAN TAHUNAN 2013
Model inovasi teknologi yaitu teknologi PTJKS dengan penyesuain pad teknologi
pemupukan,
pemangkasan
dan
pengendalian
OPT.
model
diseminasi inovasi teknologi dan kelembagaan dengan menggunakan metode komunikasi langsung seperti demfarm, demonstrasi cara, pertemuan, temu lapang kunjungan/anjangsana dengan menggunakan saluran instansi terkait( dinas pertanian, BP3K, Balitjestro, kelurahan, dan kecamatan) dan tokoh masyarakat serta KTNA, serta pemakaian media elektronik (audiovisual) yang didukung dengan media cetak. Model kelembagaan masih perlu dikaji lebih mendalam pada tahun yang akan datang. Untuk sementara kelembagaan melibatkan kelembagaan petani (gapoktan,poktan KTNA), tokoh masyrakat, kelembagaan
pemerintah
(dinas
pertanian
dan
ketahanan
pangan,
BPTH,BPSB, BBIH,BP4K,PPL, kelurahan/kecamatan, BPTP/Balitjestro) yang didukung oleh mitra usaha (swasta, koperasi, BUMN dan BUMD) 6.2. Kegiatan Diseminasi 6.2.1.
Komunikasi (Sosialisasi, Temu Informasi, Pameran, Melatih di BPP)
1. Sosialisasi Hasil Penelitian dan Pengkajian TA. 2013 ke Stakeholders di Provinsi dan Kabupaten/Kota Sosialisasi Hasil Penelitian dan Pengkajian TA. 2013 ke Stakeholders di Provinsi dan Kabupaten/Kota dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2013 bertempat di Hotel Santika, Jl. Jati Kota Bengkulu. Peserta yang hadir pada acara ini adalah sebanyak 30 orang yang terdiri dari Kepala Dinas/Badan lingkup pertanian di provinsi dan di kabupaten/kota, serta peneliti/penyuluh BPTP Bengkulu.
82
LAPORAN TAHUNAN 2013
Gambar 32, 33. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi hasil pengkajian dan penelitian 2013.
Sebagai narasumber pada acara Sosialisasi
Hasil Penelitian dan
Pengkajian TA. 2013 adalah Kepala BPTP Bengkulu Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP. Materi yang disampaikan adalah hasil-hasil pengkajian dan diseminasi TA. 2013 dan rencana judul-judul pengkajian dan diseminasi TA. 2014. Narasumber berikutnya adalah Kepala Balitbang dan Statistika Daerah Ir. Diah Iriani, M.Si yang menyampaikan program kegiatan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Statistika Daerah dan rencana kegiatan penelitian dan pengembangan daerah pada tahun 2014. 2. Pameran LIPI Expo dan Bengkulu Expo Pameran dilaksanakan di Kawasan Sport Center Pantai Panjang Bengkulu pada tanggal 26 – 30 September 2013. Bekerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), SKPD se-Provinsi Bengkulu, dan Swasta menyelenggarakan pameran ilmu pengetahuan "LIPI Expo 2013" pada 26 hingga 30 September 2013 di Kota Bengkulu. Kegiatan ini adalah pameran LIPI yang keempat, namun yang pertama kali diadakan di luar 83
LAPORAN TAHUNAN 2013
Jakarta. Pameran tersebut merupakan perhelatan tahunan sebagai upaya LIPI dalam membangun masyarakat Indonesia untuk mengenal pengetahuan dan teknologi yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Gambar 34, 35. Penampilan produk inovasi teknologi pertanian dari BPTP Bengkulu.
Dalam rangkaian acara Expo 2013, BPTP Bengkulu ikut serta dalam acara pameran dan talkshow. Dalam pameran BPTP Bengkulu menampilkan produk inovasi teknologi yang telah dihasilkan dan produk-produk olahan pasca panen serta bahan publikasi seperti leaflet, banner dan mini banner. Produk-produk yang ditampilkan adalah: tanaman cabai merah, kubis ungu, kubis hijau, kucai, seledri, terong, telor ayam KUB. Produk olahan makanan 84
LAPORAN TAHUNAN 2013
dari Laboratorium Pascapanen diantaranya adalah sari buah tomat, sari buah bembam, kue tat Bengkulu, sari buah jeruk gerga, dan es krim ubi jalar. Media cetak produksi Laboratorium Pascapanen adalah: Leaflet berjumlah 5 judul: 1) Peningkatan produktivitas lahan sub-optimal dengan VUB padi spesifik lokasi, 2) Budidaya bawang merah spesifik dataran rendah, 3) Ayam KUB, 4) PTT Padi sawah, 5)Peningkatan produksi padi melalui sistem jarwo. Mini Banner sebayak 9 buah berjudul: 1) Prospek budidaya bawang merah dataran rendah di pekarangan, 2) Perangkat Uji Pupuk, 3) Perangkat Uji Tanah Kering, 4) Perangkat Uji Tanah Rawa, 5) Perangkat Uji Tanah Sawah, 6) Sari buah jeruk Gerga,7) Sari buah tomat, 8) Es krim ubi jalar, 9) Tortilla burger. Banner sebanyak 7 buah berjudul: 1) Caplak roda, 2) Kalender tanam terpadu, 3) Varietas jagung, 4) VUB kacang tanah, 5) VUB padi rawa, 6) VUB padi sawah irigasi. Selain pameran, LIPI juga menyelenggarakan Seminar Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Lokal untuk Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Bengkulu dan beragam pemaparan hasil penelitian LIPI. Lembaga tersebut mengadakan seminar hasil penelitian LIPI di Kantor Gubernur Bengkulu serta beberapa diskusi interaktif di area LIPI Expo Pantai Panjang. 3. Pameran Hari Pangan Sedunia ke-33 di Padang Sumbar Pameran Hari Pangan Sedunia ke-33 di Padang dilaksanakan di lokasikawasan TVRI Stasiun Sumatera Barat pada tanggal Oktober 2013. Pameran hari pangan sedunia atau world food day tahun 2013 mengangkat tema “Sustainable food systems for food security and nutrition”. Di Indonesia, peringatan Hari Pangan Sedunia dilaksanakan di Provinsi Sumatera Barat dengan tema nasional “Optimalisasi Sumberdaya Lokal melalui Diversifikasi Pangan Menuju Kemandirian Pangan dan Perbaikan Gizi Masyarakat”. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam HPS adalah Gelar 85
LAPORAN TAHUNAN 2013
Teknologi Pertanian yang tidak lain adalah media alih pengetahuan dan teknologi secara langsung kepada pengguna. Gelar teknologi diharapkan dapat
dimanfaatkan
oleh
masyarakat
atau
petani
sebagai
upaya
meningkatkan produksi, guna menjawab ketersediaan pangan dan menekan kelaparan. Lahan pertanian yang tersedia harus dimanfaatkan melalui penerapan teknologi tepat guna, sehingga produksi dan pendapatan petani terus meningkat yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan.
Gambar 36, 37. Produk unggulan Bengkulu di tampilkan dalam pameran Hari Pangan Sedunia.
Pameran yang dilaksanakan pada lokasi gelar teknologi ini BPTP Bengkulu menampilkan 2 judul leaflet yaitu: corn chips, marmalade selai jeruk Gerga, buah jeruk Gerga 20 kg dan bibit tanaman jeruk Gerga umur 6 bulan sebanyak 14 batang, buah Mangga Bengkulu 10 kg dan bibit Mangga Bengkulu umur 1 tahun sebanyak 10 batang dan leaflet 2 judul. Produk olahan makanan yang dipamerkan yaitu sari buah jeruk Kalamansi, sari buah jeruk Gerga, kue tat selai jeruk Gerga dan corn chips.
86
LAPORAN TAHUNAN 2013
4. Pameran Pekan Pertanian Spesifik Lokasi II (PPSL II) di Kendari Sulawesi Utara Pameran PPSL II dilaksanakan pada tanggal 20 – 25 November 2013 bertempat di arena Eks MTQ Kendari. Pameran menampilkan berbagai inovasi teknologi spesifik lokasi Badan Litbang Pertanian, Perguruan Tinggi, Pemda, maupun lembaga penelitian non kementerian (BPPT, LIPI, Batan) dan swasta (lisensor inovasi Badan Litbang Pertanian). Konsep penyajian inovasi teknologi spesifik lokasi didasarkan atas 8 kluster Agroekosistem dalam bentuk pameran maupun gelar teknologi di lokasi utama. Pameran dari BPTP Bengkulu pada agroekosistem lahan sawah ditampilkan model caplak roda dan dua buah banner tentang system tanam jajar legowo 4 : 1 dengan menggunakan caplak roda, dan banner caplak roda. Untuk di agroekosistem lahan kering dataran rendah iklim basah ditampilkan mangga Bengkulu, sari buah bembam dan manisan bembam, serta banner mangga Bengkulu. Untuk diagroekosistem lahan kering dataran tinggi iklim basah ditampilkan buah jeruk gerga, kentang merah, sari buah jeruk gerga, kue tat selai jeruk gerga, keripik kentang merah dan banner Jeruk Gerga dan banner kentang merah
87
LAPORAN TAHUNAN 2013
Gambar 38, 39. Pameran PPSL II di Kendari Sulawesi Utara.
5. Pameran Pekan Inovasi Peternakan Ramah Lingkungan (PIP-RL) dan Ekspose pada Kebun Percobaan Gowa-Bajeng Makasar Sulawesi Selatan Tujuan dari acara Pameran Pekan Inovasi Peternakan Ramah Lingkungan Dan Seminar Nasional (PIP-RL) untuk memudahkan masyarakat pengguna untuk mengakses teknologi yang dibutuhkan sehingga informasi mengenai teknologi terkini dapat dengan cepat diketahui oleh calon pengguna
teknologi,
implementatif
dalam
Menghimpun mendukung
ide/gagasan program
yang
informatif
swasembada
daging
dan dan
pengembangan industri perternakan, Sebagai forum pertukaran informasi mengenai teknologi perternakan yang spesifik lokasi serta ajang sosialisasi teknologi secara nasional.
88
LAPORAN TAHUNAN 2013
Gambar 40, 41. Produk yang di pamerkan di Gowa-Bajeng Makasar SULSEL.
Pada stan pameran BPTP Bengkulu menampilkan leaflet, buku, banner dan produk-produk pakan ternak sapi hasil inovasi teknologi produk teknologi perternakan unggulan Bengkulu. Judul leaflet antara lain: Sistem Perkandangan Sapi Poton, Perkawinan Yang Tepat Pada Sapi Potong, Teknologi Pemanfaatan Limbah Ternak Untuk Pembuatan Pupuk Organik, Formulasi Pakan Murah Dari Kulit Kopi, Tatalaksana Pemeliharaan Sapi Potong, Teknologi Inseminasi Buatan (IB) Sapi Potong, Membantu Proses Kelahiran Dan Penanganan Pedet, Teknologi Fermentasi Jerami Padi Untuk Pakan Ternak. Buku berjumlah 2 judul
yaitu Pemanfaatan Kotoran Ternak Untuk
Pembuatan Biogas dan Pupuk Kompos dan buku Teknologi Pengawetan Hijauan Makanan Ternak (HMT) Dan Limbah Pertanian. Pada stan BPTP Bengkulu juga menampilkan produk perternakan berjumlah 3 Jenis yaitu: 1. 2. 3.
Kulit kopi fermentasi berjumlah 4 Bungkus @ 1 Kg Solid fermentasi berjumlah 4 Bungkus @ 1 Kg Kompos berbahan baku kulit kopi berjumlah 4 Bungkus @ 1 Kg 89
LAPORAN TAHUNAN 2013
6.2.2. Penyusunan Bahan diseminasi dan Publikasi Hasil Penelitian dan Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi Melalui Siaran TV, Radio, Cetakan) Selama tahun 2013 telah tersusun media informasi bahan diseminasi dan publikasi hasil penelitian dan pengkajian teknologi pertanian spesifik lokasi berupa: 1. Publikasi dalam bentuk media cetak terdiri atas: -
-
-
Publikasi di Tabloid SinaTani sebanyak 1 kali dengan judul Expo dan r Seminar Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi (Exsitek) Mendukung Empat Sukses Program Strategis Kementerian Pertanian tanggal 14 – 15 Desember 2012 dipublikasi pada Tabloid Sinar Tani Edisi 26 Desember 2012 tanggal 1 Januari 2013 No. 3488 Tahun XLIII. Buku sebanyak 4 judul antara lain: 1) 68 inovasi Badan Litbang Pertanian, 2) Teknologi Produksi Tanaman Jeruk, 3) Pengendalian Hama dan Penyakit, 4) Prosiding Prosiding Seminar Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Empat Sukses Kementerian Pertanian di Provinsi Bengkulu Tanaman Jeruk. leaflet sebanyak 22 judul.
Tabel 13. Judul leaflet yang dicetak pada Tahun 2013. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Judul Perkawinan yang Tepat Pada Sapi Potong Teknologi Fermentasi Jerami Padi untuk Pakan Ternak Formulasi Pakan Murah dari Kulit Kopi Membantu Proses Kelahiran dan Penanganan Pedet Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Potong Bunting Teknologi Pemanfaatan Limbah Ternak untuk Pembuatan Pupuk Organik Sistem Perkandangan Sapi Potong Inseminasi Buatan Sapi Potong Budidaya Cabe Keripik Wortel Budidaya Kol Bunga Peningkatan Lahan Sub Optimal dengan VUB Padi Spesifik Lokasi Teknologi Pemanfaatan Limbah Ternak untuk Pembuatan Pupuk Organik Manisan Terung Manisan Kering Tomat 90
Jumlah (eksemplar) 25 25 25 25 25 25 25 25 100 100 100 100 100 100 100
LAPORAN TAHUNAN 2013
16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
2.
Marmalade Selai Gerga Teknologi Pengolahan Tortilla Chips Teknologi Budidaya sayuran Vertikultur Aplikasi Trichoderma pada Pembuatan Kompos dan Pengendalian Penyakit Tanaman Jeruk Pengenalan dan Pengendalian Penyakit CVPD Pembiakan Agen Hayati Trichoderma sp. Untuk Pengendalian Penyakit Pada Tanaman Jeruk Pembuatan Bubur Kalifornia untuk Pengendalian Hama dan Penyakit Pada Tanaman Jeruk
100 100 100 50 50 58 75
Publikasi dalam bentuk media elektronik terdiri atas: publikasi hasil penelitian dan pengkajian teknologi spesifik lokasi melalui siaran radio sebanyak judul 12 judul dan publikasi melalui siaran TV dengan judul dengan judul “Etalase Pemanfaatan Lahan Gambut di Kabupaten Mukomuko”. Publikasi ini dirilis dalam rangka mendukung kegiatan Pekan Daerah XIV Mukomuko yang dilasanakan pada bulan Juni 2013. Dalam publikasi
ini
melibatkan
Kepala
Balai
Besar
Pengkajian
dan
Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) DR. Agung Hendriadi, M. Eng. sebagai narasumber.
Gambar 42. Pengambilan gambar/syuting bersama TVRI.
91
LAPORAN TAHUNAN 2013
Gambar 43. Wawancara TVRI dengan stakeholder yaitu PEMDA Bengkulu Utara di lokasi kegiatan MKRPL.
6.3. Kegiatan Pendampingan 6.3.1. Demfarm Kedelai Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya akan protein yang memiliki arti penting dalam industri pangan dan pakan. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan dan murah harganya. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kebutuhan bahan industri olahan pangan. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan kedelai cenderung meningkat.
92
LAPORAN TAHUNAN 2013
Gambar 44. Tanaman kedelai pada lokasi denfarm.
Melalui kegiatan Demfarm diharapkan terjadi perbaikan pemahaman petani dan kelompok tani mengenai pentingnya penerapan inovasi teknologi dengan benar untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usahataninya. Salah satu cara untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan petani adalah melalui demplot tanaman di lahan. Demfarm merupakan salah satu media diseminasi yang cukup efektif dilapangan, dapat langsung dilihat petani yang diharapkan dapat langsung menerapkan di areal usaha taninya sendiri. Tujuan
kegiatan
Demfarm
Kedelaipada
tahun
2013
adalah
menyebarluaskan varietas unggul spesifik lokasi kepada petani serta mempercepat adopsi komponen teknologi budidaya tanaman kedelai di Provinsi Bengkulu. Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah tersebarluasnya varietas unggul spesifik lokasi pada tingkat petani dan teradopsinya secara luas komponen teknologi budidaya tanaman kedelai di Provinsi Bengkulu. Kesimpulan dari kegiatan adalah: 1.
Keragaan pertumbuhan dan hasil demfarm pada Kabupaten Seluma menunjukkan bahwa varietas anjasmoro, Argomulyo, dan Tanggamus 93
LAPORAN TAHUNAN 2013
2.
3.
mempunyai potensi dan peluang untuk dikembangkan secara luas di Provinsi Bengkulu. Produktivitas varietas Anjasmoro yaitu 0,5-1,8 ton/ha dan varietas Argomulyo 0,4-0,6 ton/ha. Sedangkan untuk varietas Tanggamus 1,1 ton/ha. Dari 11 komponen teknologi PTT kedelai, 9 komponen (81,8%) telah diadopsi. Sedangkan yang belum sebanyak 2 komponen (18,2 %) yaitu teknologi pengendalian OPT secara terpadu dan pemberian bahan organik.
6.3.2. Kalender Tanam Terpadu Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 45/2011 tentang Tata Hubungan Kerja Antara Kelembagaan Teknis, Penelitian dan Pengembangan, dan Penyuluhan Pertanian dalalm mendukung Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN), pada dasarnya terkait dengan; a) pengembangan dan penerapan Kalender Tanam (Katam) Terpadu, baik dalam penyusunan, maupun sosialisasi dan validasi/verifikasi lapang, dan b) mendukung upaya adaptasi
perubahan
iklim
dalam
pengamanan/penyelamatan
atau
pengurangan resiko, pemantapan pertumbuhan produksi, dan mengurangi dampak sosial-ekonomi. Untuk mengimplementasikan Permentan No. 45/2011, Badan Litbang Pertanian telah menyusun Sistem Kalender Tanam Terpadu yang menjadi rujukan dalam menyusun rencana pengelolaan pertanian tanaman pangan di daerah.
Informasi
tersebut
meliputi
estimasi
awal
tanam
kedepan
berdasarkan prediksi iklim, yang dilengkapi dengan informasi iklim lainnya, serta rekomendasi teknologi berupa varietas, benih dan pemupukan berimbang. Sistem Kalender Tanam Terpadu dapat diakses melalui website Badan Litbang Pertanian (litbang.deptan.go.id).
94
LAPORAN TAHUNAN 2013
Gambar 45. Sosilisasi Kalender tanam di Kabupaten Kaur.
Untuk lebih mengefektifkan penerapan Permentan ini, maka perlu kiranya diadakan koordinasi dan komunikasi kepada stakeholder. Oleh sebab itu, dalam penerapannya, peranan BPTP di masing-masing daerah menjadi strategis dan menentukan dalam mensosialisasikan dan advokasi program sistem informasi kalender tanam terpadu ini. Tujuan dari pelaksanaan pengawalan kalender tanam terpadu pada tahun 2013 adalah; 1) Melaksanakan sosialisasi dan verifikasi sistem informasi kalender tanam terpadu kepada stakeholder, 2) Membuat rekomendasi sistem informasi kalender tanam terpadu yang spesifik lokasi. Keluaran dari kegiatan ini adalah terlaksananya sosialisasi dan verifikasi system
informasi
kalender
tanam
terpadu
kepada
stakeholder
dan
rekomendasi sistem informasi kalender tanam terpadu yang spesifik lokasi. Kesimpulan dari kegiatan adalah: 1.
Kegiatan sosialisasi kalender tanam terpadu MT.II tahun 2013 dan MT I tahun 2013/2014 telah dilaksanakan pada 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu yang meliputi; a) Zona timur adalah Kabupaten Kepahiang, Rejang Lebong dan Lebong, yang telah dilaksanakan pada tanggal 8-11 April 2013, b) Zona utara adalah Kabupaten Benteng, Bengkulu Utara
95
LAPORAN TAHUNAN 2013
2.
dan Muko-muko yang telah pada tanggal 8-11 april 2013, c) Zona Selatan yaitu Kabupaten seluma, Bengkulu Selatan, dan Kaur yang dilaksanakan pada tanggal 16-18 april 2013. Diperolehnya rekomendasi system informasi kalender tanam terpadu spesifik lokasi terdiri dari; a) Rekomendasi varietas padi sawah, jagung dan kedelai, b) Rekomendasi pupuk tunggal dan pupuk majemuk untuk padi sawah, c) Informasi serangan OPT untuk tanaman padi sawah, jagung dan kedelai.
6.3.3. Pendampingan SL-PTT Padi di Provinsi Bengkulu Padi merupakan tulang punggung pembangunan subsektor tanaman pangan dan berperan penting terhadap pencapaian ketahanan pangan. Padi juga memberikan kontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional (Damardjati, 2006; Dirjen Tanaman Pangan, 2008; Sembiring dan Abdulrahman, 2008).Untuk mewujudkan ketahanan pangan
nasional, pada
tahun 2011 Kementerian Pertanian telah menetapkan target produksi sebesar 70,60 juta ton GKP. Sampai dengan tahun 2014 pertumbuhan produksi padi ditargetkan meningkat sebesar 5,22% per tahun (Kementerian Pertanian, 2011). Provinsi Bengkulu memiliki lahan sawah seluas 105.177 ha dengan produktivitas yang masih rendah (4,06 t/ha). Produktivitas padi, jagung, dan kacang tanah di Bengkulu masih relatif rendah yang berturut-turut adalah: 4,06 t/ha, 3,60 t/ha dan 0,99 t/ha (BPS Provinsi Bengkulu, 2010), sedangkan potensi hasilnya dapat mencapai 6,5 t/ha untuk padi, 5,0 t/ha untuk jagung, dan 2,0 t/ha untuk kacang tanah. Penyebabnya antara lain adalah penggunaan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan benih bersertifikat di tingkat petani masih relatif rendah (sekitar 40-50%), penggunaan pupuk yang belum rasional dan efisien, penggunaan pupuk organik yang belum populer dan budidaya spesifik lokasi masih belum diadopsi dan terdifusi secara baik. Upaya dan strategi untuk meningkatkan produktifitas dan
96
LAPORAN TAHUNAN 2013
produksi
mutlak
diperlukan
melalui
implementasi
inovasi
teknologi
(Kustiyanto, 2001).
Gambar 46. Lokasi pendampingan yang telah menerapkan legowo.
Luas SL-PTT Padi tahun 2013 adalah 4.625.000 ha, yang dialokasikan pada kawasan pertumbuhan (padi pasang surut, padi rawa lebak, padi lahan kering dan padi sawah) seluas 297.900 ha, kawasan pengembangan (padi sawah, padi hibrida dan padi lahan kering) seluas 589.700 ha dan luas kawasan pemantapan (padi sawah dan padi lahan kering) seluas 3.737.400 ha. Dalam SL-PTT petani dapat belajar langsung di lapangan melalui pembelajaran dan penghayatan langsung (mengalami), mengungkapkan, menganalisis,
menyimpulkan
dan
menerapkan
(melakukan/mengalami
kembali), menghadapi dan memecahkan masalah-masalah terutama dalam hal teknik budidaya dengan mengkaji bersama berdasarkan spesifik lokasi. Melalui
penerapan
SL-PTT
petani
akan
mampu
mengelola
sumberdaya yang tersedia secara terpadu dalam melakukan budidaya dilahan usahataninya berdasarkan spesifik lokasi sehingga petani menjadi lebih terampil serta mampu mengembangkan usahataninya dalam rangka peningkatan produksi padi dan jagung. Namun demikian wilayah diluar SLPTT harus tetap dilakukan pembinaan, pendampingan dan pengawalan sehingga produksi dan produktivitas tetap dapat meningkat. 97
LAPORAN TAHUNAN 2013
Tujuan pendampingan SL-PTT pada tahun 2013 adalah: 1. Mempercepat adopsi komponen teknologi PTT padi di Provinsi Bengkulu. 2. Mengevaluasi efektivitas pendampingan SL-PTT padi yang dilaksanakan oleh stakeholders. Keluaran yang diharapkan pada kegiatan ini adalah tersebarluasnya adopsi komponen teknologi di Provinsi Bengkulu dan informasi kinerja pendampingan SL-PTT padi yang efektif di Provinsi Bengkulu. Kesimpulan dari kegiatan adalah: 1. Komponen teknologi PTT padi telah diadopsi di 10 kabupaten/Kota Provinsi Bengkulu melalui metode diseminasi; a) Display VUB telah dilaksanakan di 10 kabupaten/kota di Privinsi Bengkulu seluas 50 hektar, b) Sosialisasi dan temu lapang telah dilaksanakan di 10 kabupaten dan kota, c) Menjadi nara sumber dalam rangka mendukung kegiatan pendampingan, d) Distribusi bahan informasi di 10 Kabupaten/Kota seperti buku, juklak, brosur, leaflet, banner sebanyak 2.250 eksemplar dan caplak roda sebanyak 5 buah untuk mendukung implementasi jajar legowo. 2. Efektifitas pendampingan SL-PTT padi telah berdampak pada peningkatan produktivitas di 10 kabupaten/kota Provinsi Bengkulu yaitu rata 4,5 -5,2 ton GKP/ha menjadi 4,8 – 6,5 GKP/ ha. 6.3.4. Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (mKRPL) pada Berbagai Agroekosistem di Provinsi Bengkulu Provinsi Bengkulu memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah yang tersedia baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Ketersediaan jenis pangan dan rempah yang beraneka ragam, berbagai jenis tanaman pangan seperti padipadian, umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur, buah, dan pangan dari hewani banyak dijumpai di daerah ini. Demikian pula berbagai jenis tanaman rempah dan obat-obatan dapat tumbuh dan berkembang dengan mudah di wilayah kita ini. Namun demikian realisasi konsumsi masyarakat masih dibawah anjuran pemenuhan gizi, yang ditunjukkan dengan skor PPH provinsi Bengkulu 2010 sebesar 74 (BKP, 2010). Oleh karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatkan 98
LAPORAN TAHUNAN 2013
sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut ialah memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga. Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan kegiatan pemanfaatan Lahan
Pekarangan
menunjukkan
(m-KRPL,maupun
bahwa
perhatian
P2KP,
petani
dan
terhadap
program
lainnya),
pemanfaatan
lahan
pekarangan relatif masih terbatas, sehingga pengembangan berbagai inovasi yang
terkait
dengan
lahan
pekarangan
belum
banyak
berkembang
sebagaimana yang diharapkan. Demplot yang dilakukan serta pelatihan teknis budidaya sangat mempercepat masyarakat untuk mencontoh cara pengelolaan lahan dan pemeliharaan tanaman secara benar. Pengalaman petani pelaksana menunjukkan bahwa dari kecukupan kebutuhan sayuran berdampak berkurangnya pengeluaran keluarga. Hal ini mendorong masyarakat yang belum ikut dalam kelompok timbul keinginan masyarakat khususnya di perkotaan untuk mencoba secara mandiri. Kondisi ini membawa keuntungan bagi pengelola KBD melalui penjualan bibit tanaman. Beberapa manfaat yang telah dirasakan ini, maka pada tahun 2013 Model KRPL perlu dikembangkan di seluruh kabupaten dan kota. Tujuan dari pelaksanaan Pengkajian Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) pada Berbagai Agroekosistem di Provinsi Bengkulu pada Tahun 2013 adalah: 1. Mengembangkan model Rumah Pangan Lestari spesifik dataran rendah dan dataran tinggi di 10 Kabupaten dan Kota. 2. Meningkatkan keterampilan dan minat petani dalam pemanfaatan lahan pekarangan sesuai potensi wilayah daerahnya. 3. Menghemat pengeluaran konsumsi rumah tangga dan meningkatkan pendapatan petani melalui penjualan hasil, serta peningkatan Pola Pangan Harapan (PPH). 4. Mengembangkan Kebun Bibit Inti (KBI) melalui produks ibenih sayuran, ubi jalar, ganyong, buah-buahan, dan ayam kampung unggul (KUB) untuk keberlanjutan KBD dan Rumah Pangan Lestari (RPL). 5. Meningkatkan peran dan fungsi Kebun Bibit Desa (KBD).
99
LAPORAN TAHUNAN 2013
Keluaran dari kegiatan ini adalah: 1. Berkembangnya model KRPL spesifik dataran rendah dan dataran tinggi di 10 Kabupaten dan kota. 2. Meningkatnya keterampilan an minat petani dalam pemanfaatan lahan pekarangan melalui sosialisasi, ekspose, pameran. 3. Meningkatnya pendapatan petani dan keluarganya melalui penghematan pengeluaran konsumsi rumah tangga dan penjualan hasil di lokasi baru, serta PPH. 4. Dihasilkannya benih sayuran (cabe,tomat, terung, bayam, sawi) serta benih papaya merahdelima, ubijalar, ganyong, dan ayam KUB untuk keberlanjutan KBD dan Rumah Pangan Lestari (RPL). 5. Tumbuhnya pelaku usaha bibit di perdesaan/perkotaan melalui penumbuhan Kebun Bibit Desa (KBD).
Gambar 47. Lokasi KRPL di Padang Jaya.
Kesimpulan kegiatan ini adalah: 1. 2.
Terbentuknya 20 unit M-KRPL spesifik dataran rendah dan dataran tinggi di 10 kabupaten/kota. Kegiatan sosialisasi, ekspose/pameran secara deskriptif dapat meningkatkan keterampilan dan minat petani dalam mengusahakan lahan pekarangan.
100
LAPORAN TAHUNAN 2013
3.
4.
5.
6.
Hasil survai rumah tangga menunjukkan bahwa tujuan utama petani mengembangkan RPL adalah dapat meningkatkan pendapatan rumahtangga dan meningkatkan ketersediaan pangan keluarga. Kebun Bibit Inti (KBI) telah memproduksi benih sayuran (tomat, cabe, bawang merah, pare belut, caisim, gambas), papaya kalifornia namun belum mampu mensuplay kebutuhan KBD. KBI telah memproduksi DOC ayam KUB dan telah didistribusikan di sebagian KBD untuk keberlanjutan Rumah Pangan Lestari (RPL) serta anggota masyarakat. Sebagian KBD yang terbentuk (80%) telah mampu menjual bibit dan tanaman sayuran dan menjadi motivasi anggota untuk tetap mengembangkan KBD.
6.3.5. Model Pengembangan Pertanian Pedesaan melalui Inovasi (m-P3MI) Komoditas Kentang Merah Perkembangan pembangunan nasional dan perubahan lingkungan strategis yang terjadi akhir-akhir ini mendorong Kementerian Pertanian untuk terus meningkatkan peran serta yang lebih proaktif dan sistematis, khususnya dalam mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat tani, dan umumnya dalam
memecahkan
berbagai masalah pembangunan
pertanian. Guna mendukung pembangunan pertanian menuju terwujudnya pertanian unggulan berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, daya saing, eksport, dan kesejahteraan petani, salah satu aktivitas Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian adalah Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI). Konsep Model m-P3MI berada dalam koridor tupoksi Badan Litbang Pertanian sesuai Kepres Nomor:
177/2000 dan Kepmentan Nomor:
01/Kpts/OT.210/1/2001. Meskipun arahnya menuju perluasan jangkauan penggunaan inovasi, akan tetapi fokus m-P3MI tetap pada model percontohan, dan bukan pada pemasalan inovasi.
101
LAPORAN TAHUNAN 2013
Model inovasi teknologi yang diuji cobakan dalam unit percontohan m-P3MI yaitu komponen teknologi budidaya kentang merah seperti: a) jarak tanam dalam bedengan 35 dan 40 cm untuk mendapatkan umbi kentang berukuran besar, b) pupuk kimia majemuk (NPK Phonska) dan pupuk tunggal SP-36. Komponen teknologi ini merupakan komponen teknologi yang matang dan siap digunakan pada skala pengembangan serta mempunyai potensi untuk memberikan dampak terutama dampak produksi yang tinggi.
Gambar 48. Lokasi tanaman kentang pada saat panen pertama.
Implementasi Percontohan
program
berskala
tersebut di lapangan berbentuk unit
pengembangan
berwawasan
agribisnis.
Unit
percontohan bersifat holistik dan komprehensif meliputi aspek perbaikan teknologi produksi, pasca panen, pengolahan hasil, aspek pemberdayaan masyarakat tani, aspek pengembangan dan penguatan kelembagaan sarana pendukung agribisnis. Dengan demikian diharapkan proses pembelajaran dan diseminasi teknologi berjalan secara simultan, sehingga spektrum diseminasi menjadi semakin meluas. Unit percontohan m-P3MI itu sekaligus berfungsi sebagai laboratorium lapang, juga sebagai ajang kegiatan pengkajian, untuk perbaikan teknologi
102
LAPORAN TAHUNAN 2013
dan perekayasaan kelembagaan pendukung usaha agribisnis. Dukungan pengkajian ini dibutuhkan untuk mengantisipasi perubahan lingkungan biofisik dan sosial ekonomi yang berkembang sangat dinamis. Selama proses ujicoba atau pengkajian diharapkan mendapat umpan balik (feedback) untuk penyempurnaan model pengembangan. Tujuan pelaksanaan kegiatan pengkajian diseminasi m-P3MI berbasis kentang merah pada tahun 2013 adalah: a. Mendiseminasikan inovasi teknologi Kentang Merah. b. Pembinaan kelompok tani, melalui pertemuan petani. c. Mendorong petani menanam kentang merah sebagai tanaman spesifik lokasi Kabupaten Rejang Lebong. Pengkajian dilaksanakan pada bulan Januari-Desember 2013 di Kabupaten Rejang Lebong. Ruang lingkup kegiatan yang dilakukan meliputi: a. Menentukan desa petani sasaran yang kelompok taninya banyak menanam kentang merah b. Menetapkan salah satu dari kelompok tani menjadi lokasi petak percontohan c. Melakukan pertemuan petani d. Identifikasi wilayah sebaran penanaman kentang merah e. Kunjungan pembinaan teknologi pertanian f. Analisis tanah, analisis tanaman, dan analisis kompos g. Pelaksanaan petak percontohan penanaman kentang merah Parameter yang diukur dalam kegiatan pengkajian adalah: 1. 2. 3. 4. 5.
Jumlah kelompok tani yang mengunjungi petak percontohan Adopsi teknologi Peningkatan pendapatan petani Minat petani terhadap disemimasi teknologi Pengamatan komponen pertumbuhan dan komponen hasil tanaman kentang merah. Dengan adanya kegiatan m-P3MI dan penerapan komponen teknologi
pada petak percontohan, beberapa dari anggota kelompok tani lain yang ingin mengetahui kondisi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kentang 103
LAPORAN TAHUNAN 2013
merah melakukan kunjungan ke lapangan untuk mengetahui secara langsung. Berdasarkan informasi dari petani pelaksana petak percontohan, ada 20 orang dari 4 kelompok yang mengunjungi petak percontohan. Petani yang mengunjungi petak percontohan biasanya petani yang respon terhadap inovasi teknologi dan masih berumur produktif (rata-rata 42,3 tahun). Jumlah
petani
yang mengunjungi petak percontohan penanaman
kentang merah sebanyak 20 orang dari 4 kelompok tani. Jumlah petani yang sedikit ini karena petani beranggapan bahwa teknologi yang diterapkan pada petak percontohan sama dengan teknologi yang mereka terapkan selama ini. Mereka beranggapan bahwa apa yang selama ini dilakukan petani sudah sesuai dengan teknologi anjuran, dimana petani yang biasa menanam kentang merah sebagian besar merupakan kelompok tani yang telah mendapat bantuan dari Dinas Pertanian Kabupaten Rejang Lebong. Menurut BPTP Bengkulu (2012), hasil survey yang dilakukan pada petani kentang merah di lokasi kegiatan pada tahun 2012, tingkat pendidikan petani rata-rata 8,01 tahun. Deskripsi responden tersebut menggambarkan bahwa rata-rata tingkat pendidikan petani masih rendah karena belum mencapai pendidikan dasar/wajib belajar yang ditetapkan pemerintah (9 tahun). Oleh karena itu kemampuan untuk menganalisa inovasi teknologi masih sangat rendah. Biasanya kalau produksi/produktivitas yang dicapai tinggi, baru petani akan mempercayai teknologi tersebut. Namun demikian, belum tentu petani akan menerapkan teknologi tersebut secara utuh, karena petani cenderung mengurangi semua biaya usahatani karena takut gagal dalam usahatani kentang merah yang penggunaan input tinggi dan biaya besar. Teknologi yang diaplikasikan di lapangan pada
petak percontohan
merupakan teknologi yang dapat diaplikasikan dengan mudah oleh petani. Dengan adanya petak percontohan, teknologi yang diterapkan diharapkan diadopsi oleh petani. Apabila petani mengembangkan usahatani kentang
104
LAPORAN TAHUNAN 2013
mengikuti anjuran teknologi (penggunaan pupuk sesuai kebutuhan, jarak tanam, dan penggunaan pestisida yang efisien), produksi yang akan dicapai menjadi lebih tinggi, dan keuntungan akan semakin besar. Berdasarkan hasil pengkajian tahun 2012 di lokasi yang sama dengan kegiatan m-P3MI, penerapan teknologi seperti yang diterapkan mP3MI tahun 2013, produktivitas kentang merah mencapai 22,5 t/ha. Pada tahun 2013 ini produktivitas yang dicapai menurun menjadi hanya 5,06 t/ha, jauh di bawah produktivitas kentang merah di Kabupaten Rejang Lebong yang 13,65 tn/ha (Bahar, 2009). Hal ini disebabkan oleh gangguan iklim yang sangat ekstrim pada saat itu. Pada saat tanaman mencapai umur 55 hst, terjadi badai selama satu minggu berturut-turut, selanjutnya reda selama tiga hari kemudian badai lagi selama satu minggu. Akibatnya tanaman terputar-putar yang ditunjukkan oleh lubang yang mengelilingi tanaman. Peningkatan pendapatan petani sangat dipengaruhi oleh besarnya biaya input yang digunakan dan produksi dengan harga jual pada saat panen. Harga kentang sedikit bervariasi yang dipengaruhi oleh supply dan
demand serta kondisi tertentu. Namun demikian fluktuasi harga kentang tidak terlalu besar seperti komoditas lain (cabe atau bawang merah/putih). Penanaman
kentang merah di lokasi kegiatan m-P3MI (kentang
merah maupun kentang granola), memerlukan biaya yang relatif tinggi terutama biaya bibit dan pestisida yang digunakan. Pada saat malam maupun pagi hari yang berembun, biasanya penggunaan fungisida oleh petani sangat tinggi dengan intensitas penyemprotan mencapai dua hari sekali. Akibatnya input untuk penanaman kentang menjadi tinggi. Penggunaan biaya input rendah dan harga jual pada saat panen yang tinggi selalu menjadi sesuatu yang diinginkan petani. Sementara harga kentang sedikit bervariasi yang dipengaruhi oleh supply dan demand serta kondisi tertentu seperti bulan Ramadhan menjelang lebaran. Berdasarkan
105
LAPORAN TAHUNAN 2013
harga jualnya, harga kentang dipengaruhi juga oleh ukuran umbi yang dihasilkan. Ada tiga jenis kualitas yang ada dalam perdagangan Kentang Merah maupun Kentang Kuning yaitu: 1. Kualitas A : kentang berukuran kecil 2. Kualitas B : kentang berukuran menengah, 3. Kualitas C : kentang berukuran super. Kentang ini adalah kualitas kentang yangterbesar, biasanya harga jualnya lebih mahal dari kentang ukuran menengah (selisih harga Rp 500,- sampai Rp1.000,-/kg). Namun demikian fluktuasi harga kentang ini tidak terlalu besar seperti komoditas lain (cabe atau bawang merah/putih). Kegiatan lain yang dilakukan untuk penyebaran inovasi teknologi dilakukan dengan melakukan pertemuan petani. Dari setiap undangan yang dilakukan pada pertemuan petani, selalu dihadiri oleh petani sebanyak jumlah undangan yang diberikan, bahkan kalau dibolehkan, petani lain yang tidak diundang juga ingin hadir pada setiap pertemuan. Salah satu media diseminasi yang cukup efektif dalam penyampaian inovasi teknologi kepada petani yaitu pertemuan petani. Biasanya petani yang diundang akan selalu hadir untuk mengikuti pertemuan yang diselenggarakan. Ini menunjukkan minat petani terhadap inovasi teknologi yang diselenggarakan melalui pertemuan petani sangat tinggi. Selama
pelaksanaan
kegiatan
m-P3MI
tahun
2013,
dilakukan
pertemuan petani sebanyak tiga kali. Melalui pertemuan petani disampaikan materi berupa: Kebijakan pemerintah daerah terhadap komoditas kentang merah, Model
Pengembangan
Pertanian
Perdesaan
Melalui
Inovasi
(m-P3MI), Kelembagaan Petani, Peluang Pasar Kentang Merah, Pembinaan Kelompok,
Pertanian Ramah Lingkunan,
Pengendalian Penyakit Penting
pada Tanaman kentang merah, dan Praktek Pembuatan Pupuk Organik. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah: a.
Diseminasi inovasi teknologi kentang merah telah dilakukan pada kelompok tani kooperator dan petani sekitar melalui unit percontohan/demplot dan pertemuan petani. Pada pertemuan petani 106
LAPORAN TAHUNAN 2013
b.
c.
dijelaskan inovasi teknologi yang diterapkan dan hasil yang pernah dicapai pada tahun sebelumnya yang tinggi. Pembinaan petani telah dilakukan melalui 3 kali pertemuan petani, sehingga informasi kegiatan dan perkembangan lapangan m-P3MI kentang merah di Kabupaten Rejang Lebong diketahui oleh stakeholder dan kelompok tani di sekitar lokasi kegiatan. Materi yang dibahas pada 3 kali pertemuan petani yaitu: a) kebijakan pemerintah daerah terhadap komoditas kentang merah, b) Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI), c) kelembagaan petani, d) peluang pasar kentang merah, e) pembinaan kelompok, f) pertanian ramah lingkunan, g) pengendalian penyakit penting pada tanaman kentang merah, dan h) praktek pembuatan pupuk organik. Petani selalu didorong menanam kentang merah sebagai tanaman spesifik lokasi Kabupaten Rejang Lebong agar komoditas tersebut tidak punah. Untuk meyakinkan petani bahwa produktivitas tinggi dapat dicapai pada kentang merah, ditunjukkan dengan data hasil yang pernah dicapai pada tahun sebelumnya.
6.3.6. Diseminasi Model Pengembangan Pertanian Pedesaan melalui Inovasi (m-P3MI) Berbasis Integrasi Sapi-Padi di Provinsi Bengkulu Pembangunan pertanian pedesaan difokuskan kepada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan produksi sumberdaya pertanian, untuk mencapai hal tersebut harus dimulai dengan menyusun rancangan inovasi teknologi yang akan diterapkan melalui pendekatan integrasi sapi-padi dengan sasaran efisiensi penggunaan sumberdaya pertanian secara terpadu dan pengembangannya berdasarkan prinsip zero waste dengan pemanfaatan potensi limbah tanaman sebagai sumber pakan ternak dan pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk organik, penciptaan lapangan kerja baru di pedesaan dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam mewujutkan usaha agribisnis berdaya saing dan ramah lingkungan.
107
LAPORAN TAHUNAN 2013
Gambar 49, 50. Fermentasi jerami dan pemberian pakan jerami pada sapi.
Gambar 51, 52. Kegiatan pertemuan dan pendampingan kelompok tani dan peternak di kabupaten seluma.
Model Pengembangan Pertanian Perdesan Melalui Inovasi (m-P3MI) merupakan suatu model pengembangan pertanian melalui inovasi dalam suatu kawasan berbasis sumberdaya lokal dengan pendekatan agribisnis atau kegiatan
berbasiskan
diselenggarakan
komoditas
unggulan
di
perdesaan
yang
secara partisipatif melalui pemberdayaan masyarakat
petani. Pengembangan inovasi teknologi berbasis integrasi ternak sapitanaman padi sebagai upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani, maka diperlukan suatu model yang dapat mendiseminasikan inovasi
108
LAPORAN TAHUNAN 2013
teknologi serta praktek langsung di lapangan dengan melakukan komunikasi langsung antara perakit dan pengguna teknologi. Diseminasi m-P3MI berbasis integrasi sapi-padi merupakan suatu model yang berpeluang dikembangkan dalam proses mempercepat transfer dan adopsi teknologi pertanian untuk mempertemukan petani dengan peneliti,
penyuluh,
petugas
pelayanan
di Provinsi
Bengkulu
melalui
penggunaan berbagai saluran diseminasi baik itu berupa percontohan, pertemuan, diskusi, media elektronik dan media cetak maupun implementasi langsung oleh pengguna yang sekaligus dapat meningkatkan pengetahuan, pendapatan dan perekonomian masyarakat serta model kelembagaan integrasi yang disesuaikan dengan kondisi wilayah dan sumberdaya tersedia secara lebih luas. Tujuan pelaksanaan kegiata diseminasi m-P3MI berbasis integrasi sapi-padi di Provinsi Bengkulu Tahun 2013, antara lain untuk: 1. 2. 3. 4.
Penyebaran teknologi melalui implementasi inovasi integrasi ternak sapitanaman padi. Mendiseminasikan inovasi teknologi integrasi sapi-padi pada wilayah sentra tanaman padi. Implementasi inovasi teknologi pakan ternak sapi memanfaatkan limbah tanaman padi. Implementasi inovasi teknologi peningkatan produktivitas lahan sawah melalui pupuk organik kompos berbahan baku kotoran sapi. Kegiatan diseminasi hasil pengkajian m-P3MI berbasis integrasi sapi-
padi Tahun 2013 dilaksanakan di wilayah Rimbo Kedui, Kecamatan Seluma Selatan sebagai sentra pengembangan padi sawah di Kabupaten Seluma. Merupakan kegiatan lapangan dengan model rancangan kegiatan melalui penerapan dan tingkat adopsi teknologi serta pembinaan kelompoktani berupa:
1)
Percontohan
teknologi
pemupukan
organik
pada
lahan
pertanaman padi seluas 2,5 ha untuk memperbaiki kesuburan tanah, membantu mengefisienkan pemupukan; 2) Penerapan teknologi pengolahan
109
LAPORAN TAHUNAN 2013
dan pemanfaatan jerami sebagai pakan sapi di wilayah sentra padi; 3) Melakukan pembinaan pada kelompoktani melalui berbagai pertemuan dengan cara diskusi terfokus (FGD) untuk pemecahan permasalahan dan umpan balik; 4) Pengembangan inovasi integrasi sapi-padi dan tingkat adopsi petani peternak dan peningkatan jumlah petani maupun kelompoktani binaan sebagai usaha pengembangan teknologi. Capaian diseminasi hasil kajian yang di kembangkan menggunakan analisis secara deskriptif dengan membandingkan produktivitas yang dicapai dengan produktivitas pada deskripsi maupun produktivitas dari petani sekitar atau produktivitas sebelum pelaksanaan kegiatan diseminasi hasil serta besarnya
peningkatan pendapatan keluarga dihitung berdasakan analisis
usahatani dan hasil inovasi integrasi yang juga akan diukur berdasarkan Pengukuran Indikator Kinerja m-P3MI (Badan Litbang Pertanian, 2013). Hasil percontohan inovasi kompos 2 ton/ha pada lahan sawah memberi dampak pada peningkatan produktivitas padi sawah diberi pupuk organik memanfaatkan limbah kotoran sapi yang dikomposkan (5,2 ton/ha GKP) dibandingkan dengan tidak menggunakan pupuk organik atau kompos (3,5
ton/ha
GKP).
Kondisi
ini
memperlihatkan
adanya
peningkatan
produktivitas (provitas) padi sawah sebesar 48,57% yang dianalisis menggunakan pengukuran indikator kinerja m-P3MI. Bila dihitung bedasarakan analisa usahatani terhadap peningkatan produksi padi yang dihasilkan memberikan kontribusi pada peningkatan pendapatan petani belum menggunakan pupuk organik Rp. 8.276.300,-/ha meningkat menjadi Rp. 12.653.700,-/ha dari penggunaan pupuk organik pada kegiatan m-P3MI
integrasi
sapi-padi,
sehingga
terlihat
adanya
peningkatan
pendapatan petani padi sawah sebesar Rp. 4.377.400,-/ha (52,89%) dihitung berdasarkan analisis pengukuran indikator kinerja m-P3MI. Selain itu penggunaan pupuk kompos ini juga memberikan dampak pada pengoptimalan pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi serta
110
LAPORAN TAHUNAN 2013
mengurangi pencemaran lingkungan akibat bau yang ditimbulkan maupun gas methan yang merupakan sumber emisi gas rumah kaca (GRK), sekaligus mewujudkan akselerasi pembangunan pertanian ramah lingkungan. Diseminasi inovasi pemanfaatan limbah jerami baru pada tahap inovasi pengolahan jerami fermentasi yang dapat dimanfaatkan dan disimpan dalam jangka waktu lama sebagai pakan ternak sapi, yaitu merupakan wujud diseminasi
inovasi
komponen
teknologi
integrasi
sapi-padi
dalam
memanfaatkan limbah jerami padi untuk pakan sapi sekaligus dapat disimpan lama dan dapat meningkatan kecernaan maupun kandungan protein kasarnya (PK) sampai menjadi 7 – 8% dari kandungan PK sebelumnya hanya 4,3%. Melalui pendampingan dan diseminasi inovasi terhadap pembinaan 10 kelompoktani yang tergabung dalam Gapoktan Rimbo Jaya, difokuskan pada penyampaian inovasi integrasi sapi padi dari berbagai tayangan video integrasi sapi-padi (SIPT) terdahulu, meperlihatkan adanya peningkatan pengetahuan petani peternak sebesar 61,40% dihitung berdasarkan indikator kinerja m-P3MI (Pemahaman komponen teknologi sebelum pendampingan sebesar 27,67 per 100 dibandingkan setelahnya mencapai 72,33 per 100). Disamping itu melalui pendampingan kelembagaan juga di analisis gambaran kondisi dan kepemilikan uahatani anggota kelompok, dimana dari 252 orang petani peternak yang tergabung dalam 10 kelompoktani didapat gambaran petani padi 234 orang (92,85%); petani padi/ternak 78 orang (30,85%); peternak sapi 84 orang (33,33%); petani padi pemakai kompos 52 orang (20,63%); dan petani palawija/sayuran 10 orang (3,97%). Sehingga dengan gambaran kondisi dan kepemilikan petani peternak tersebut didapat arahan gambaran model diseminasi dan kelembagaan integrasi sapi-padi spesifik wilayah yang akan dikembangkan mengarah pada model integrasi sapi-padi dengan kombinasi m-P3MI integrasi sapi-padi: 1) Petani padi-memiliki ternak sapi; 2)
111
LAPORAN TAHUNAN 2013
Petani padi-peternak sapi; 3) Kelompoktani padi-kelompok ternak sapi; 4) Kelompoktani-peternak sapi; dan 5) Petani padi-kelompok ternak sapi. Bahasan hasil kajian diseminasi m-P3MI injtegrasi sapi-padi Tahun 2013 memberikan simpulan, sbb: 1.
2.
3.
4.
Melalui pendampingan kelompok memberikan indikasi penyebaran teknologi intergrasi sapi padi telah terinformasikan pada 10 kelompoktani, diikuti dengan peningkatan pengetahuan petani peternak sebesar 61,40% dihitung berdasarkan indikator kinerja m-P3MI (Pemahaman komponen teknologi sebelum pendampingan inovasi sebesar 27,67 per 100 dibandingkan setelahnya meningkat menjadi 72,33 per 100). Pengembangan model kelembagaan integrasi sapi-padi spesifik wilayah di Bengkulu mengarah pada kombinasi model integrasi; 1) Petani padimemiliki ternak sapi; 2) Petani padi-peternak sapi; 3) Kelompoktani padi-kelompok ternak sapi; 4) Kelompoktani-peternak sapi; dan 5) Petani padi-kelompok ternak sapi. Diseminasi inovasi integrasi sapi-padi melalui aplikasi pengolahan dan penerapan penggunaan pupuk organik 2 ton/ha memanfaatkan limbah kotoran sapi, memberikan peningkatan produktivitas padi sebesar 48,57% (tidak menggunakan kompos 3,5 ton/ha GKP, setelah menggunakan kompos meningkat menjadi 5,2 ton/ha GKP). Peningkatan pendapatan petani sebesar Rp.4.377.400,-/ha (52,89%) untuk setiap ha usahatani padi sawah (hasil analisa usahatani tidak menggunakan kompos sebesar Rp.8.276.300,-/ha, setelah menggunakan kompos meningkat menjadi Rp.12.653.700,-/ha).
6.3.7.
Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Provinsi Bengkulu Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) terkait dengan
Program P2KP ini dilatarbelakangi beberapa permasalahan antara lain belum optimalnya pemanfaatan pekarangan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga, pengelolaan KBD sebagai sumber bibit untuk peremajaan tanaman dan sumber pendapatan, upaya masyarakat menuju kesejahteraan
112
LAPORAN TAHUNAN 2013
keluarga, menciptakan lingkungan hijau, bersih dan sehat. Ketahanan Pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua decade ini termasuk di Indonesia.
Gambar 53, 54. Instruktur dari BPTP dalam pelatihan teknik penanaman dan pemanfaatan pekarangan.
Gambar 55. Peserta Pelatihan teknik penanaman dan pemanfaatan pekarangan.
113
LAPORAN TAHUNAN 2013
Berdasar Undang-undang no 7 tahun 1996 tentang Pangan bahwa“ Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. “ Berdasar definisi tersebut terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga merupakan tujuan sekaligus sebagai sasaran dari ketahanan pangan di Indonesia. Terkait dengan hal ini, pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga merupakan salah satu alternative untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga. Tujuan
Kegiatan
pendampingan
KRPL
di
provinsi
Bengkulu
bertujuanuntuk: 1) Mendampingi kegiatan KRPL di provinsi Bengkulu yang dilaksanakanolehBadanKetahananPanganProvinsi
Bengkulu
dan
P2KP
Kabupaten Kota di Provinsi Bengkulu, 2) Menyebarkan/mendiseminasikan inovasi teknologi pertanian pemanfaatan pekarangan melalui kegiatan sosialisasi, gelar teknologi, dan pelatihan-pelatihan di 3 kabupaten di provinsi Bengkulu Keluaran yang diharapkan Pendampingan ini diharapkan dapat mewujudkan KRPL untuk memenuhi kebutuhan, ketahanan, kemandirian pangan dan pendapatan keluarga dengan: mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan untukl estari; meningkatkan kemampuan keluarga dalam pengelolaan pekarangan; membangun dan mendampingi pengelolaan KBD untuk kelestariannya, dan menumbuhkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dalam upaya mewujudkan kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan hijau bersih ans ehat secara mandiri. Kesimpulan
dari
kegiatan
ini
adalah:
Terlaksananya
kegiatan
pendampingan KRPL di 3 kabupaten di provinsi Bengkulu melalui sosialisasi sebanyak 2 kali di kabupaten Lebong dan Kabupaten Seluma, Pelatihan bagi petugas pendamping dan pengurus kelompok P2KP sebanyak 2 kali di kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Selatan.
114
LAPORAN TAHUNAN 2013
Dari hasil pelaksanaan kegiatan pelatihan bagi petugas pendamping P2KP, dan sosialisasi serta apresiasi kegiatan pendampingan KRPL, bahwa tingkat adopsi kelompok terhadap inovasi teknologi yang di deseminasikan cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari respon petani saat melaksanakan pelatihan, sosialisasi dan apresiasi. Motivasi dalam hal pelaksanaan kegiatan juga terrcermin saat pelaksanaan apresiasi dengan tingginya semangat untuk mengembangkan kegiatan
tersebut
serta
kemampuan
peserta
dalam
menyampaikan
pengalaman dan manfaat yang mereka rasakan sehingga dapat menambah motivasi bagi peserta yang lain. Penyebaran
inovasi
teknologi
pemanfaatan
pekarangan
selain
dilakukan dengan sosialisasi, pelatihan-pelatihan dan apresiasi, dilakukan pula dengan penyebaran dengan media informasi seperti leaflet dan brosur. Leaflet dan brosur inovasi teknologi yang disebarkan meliputi; leaflet budidaya tomat di pekarangan, budidaya cabe, budidaya kangkung darat, budidaya kol bunga, budidaya buncis, budidaya bayam, pemeliharaan ternak kambing dan brosur budidaya tomat serta pembuatan kompos. 6.3.8. Pedampingan Swasembada Daging Sapi Kerbau di Provinsi Bengkulu Pada tahun 2013 program pendampingan PSDS/K dilakukan pada 2 kabupaten yaitu kabupaten Bengkulu Tengah dan Kabupaten Kepahiang, yang terdiri dari 6 kelompok tani ternak demplot penggemukan ternak sapi bali jantan melalui teknologi yang memanfaatkan bahan pakan lokal seperti solid, pelepah sawit, kulit kopi dan onggok. Tujuan; 1.
Meningkatkan pemahaman petugas (penyuluh lapang dan inseminator) tentang teknologi penggemukan sapi potong melalui pelatihan/apresiasi/ temu lapang.
115
LAPORAN TAHUNAN 2013
2. 3.
Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan peternak tentang teknologi penggemukan sapi potong melalui pembinaan secara partisipatif. Meningkatkan produktivitas ternak sapi potong melalui teknologi penggemukan sapi potong. Permasalahan utama yang dihadapi untuk pengembangan usaha
ternak diprovinsi Bengkulu adalah Sumber Daya Manusia (SDM) peternak yang masih sangat terbatas sehingga potensi sumber daya alam (SDA) yang ada belum termanfaatkan dengan maksimal, bahkan belum dimanfaatkan oleh peternak misalnya limbah pertanian, limbah rumah tangga, limbah pabrik pengolahan prodak perkebunan dan sebagainya tidak sedikit pula para peternak yang menolak teknologi baru yang di sampaikan oleh petugas pemerintah seperti penyuluh dari BPP, mantri hewan dari Pos Kesehatan Hewan. Berdasarkan hasil survey tim PSDS/K BPTP Bengkulu di 2 Kabupaten yaitu kabupaten Bengkulu Tengah dan Kabupaten Kepahiang, pada bulan September 2013 bahwa peternak di provinsi Bengkulu pada umumnya berpendidikan SD dan sangat sedikit sekali yang berpendidikan SLTP bahkan tidak sedikit juga yang tidak tamat SD. Hal inilah yang menjadi penyebab lambannya perkembangan perternakan sapi di provinsi Bengkulu. Masalah lain yang juga turut berperan dalam pengembangan perternakan adalah; -
Masih sulitnya peternak memperoleh bibit/bakalan yang unggul. Kurangnya permodalan peternak Sulitnya memperoleh kredit usaha perternakan dari bank Masih terbatasnya petugas perternakan dari pemerintah sehingga sulit untuk menjangkau perternak secara keseluruhan untuk menyampaikan inovasi teknologi kepada peternak dan stakeholder lainnya
116
LAPORAN TAHUNAN 2013
Gambar 56, 57. Proses fermentasi untuk pembuatan pakan dari limbah pertanian (kulit kopi dan solid).
Potensi pakan ternak untuk sapi potong masih cukup tersedia dan tersebar di seluruh kabupaten di Provinsi Bengkulu. Pakan ternak berupa hijauan makanan ternak (HMT) masih cukup tersedia demikian pula lahan untuk pengembangan kebun HMT. Selain itu juga limbah pertanian seperti limbah tanaman jagung (tongkol, kelobot dan batang/daun jagung), jerami padi, limbah tanaman kacang-kacangan, limbah kulit kopi dan limbah sayursayuran masih cukup melimpah. Potensi pakan konsentrat yang banyak tersedia diantaranya dedak padi, limbah pabrik tahu, limbah kulit kopi dan solid. Peluang lain yang perlu mendapat perhatian khusus di provinsi Bengkulu untuk mendukung pengembangan usaha perternakan adalah: a. Sumber daya alam yang cukup memadai seperti lahan dan air di propinsi Bengkulu sangat mendukung Pengembangan usaha pengembangbiakan dan penggemukan sapi potong. b. Usaha penggemukan ternak sapi dengan system integrasi ternaktanaman seperti, sapi yang di integrasikan dengan tanaman kelapa sawit, sapi yang di integrasikan dengan tanaman kopi, kakao, padi, jagung. c. Usaha perternakan khusus pengembangan sapi betina produktif dalam upaya untuk penambahan populasi ternak di provinsi Bengkulu. 117
LAPORAN TAHUNAN 2013
d. Peluang pasar untuk produksi daging yang sangat menjanjikan berdasarkan hasil survey/informasi yang dilakukan bahwa harga daging sapi di Bengkulu berkisar antara Rp.80.000,- sampai dengan Rp.110.000,-. Kegiatan pendampingan program PSDSK merupakan kegiatan yang menunjang 4 sukses pembangunan pertanian di Kementerian Pertanian yaitu swasembada dan swasembada berkelanjutan. Untuk mencapai swasembada daging sapi/kerbau pada tahun 2014 maka dilakukan kegiatan Pendampingan Program PSDSK di Provinsi Bengkulu. Pada tahun 2013 pendampingan PSDS/K pada kelompok peternak sapi Bali sebanyak 6 kelompok ternak pada 2 kabupaten, inovasi teknologi yang diberikan adalah: a. b.
c. d. e.
Memberikan pelatihan teknologi tentang tata laksana perkandangan, kwalitas Hijauan Makanan Ternak (HMT). Demplot pakan tambahan dengan pemanfaatan limbah tanaman perkebunan seperti kelapa sawit (solid), kopi (kulit biji dan kulit buah kopi)dan limbah ubi kayu (onggok). Menyebarluaskan teknologi melalui kegiatan sosialisasi, temu lapang. Melaksanakan apresiasi teknologi bagi penyuluh dan petani/peternak. Bimbingan khusus dan penerapan teknologi penunjang dalam usaha penggemukan sapi potong.
Kesimpulan dari kegiatan Pendampingan PSDS/K tahun 2013 adalah: 1. Pendampingan PSDSK telah meningkatkan pemahaman petugas (penyuluh lapang dan inseminator) tentang teknologi penggemukan sapi potong melalui pelatihan dan sosialisasi. 2. Pendampingan PSDSK juga telah meningkatkan keterampilan dan pengetahuan peternak dalam memanfaatkan limbah pertanian untuk pakan ternak melalui kegiatan demplot penggemukan. 3. Melalui kegiatan temulapang pendampingan PSDSK petani tanaman perkebunan, peternak dan petugas lapangan mengetahui bahwa limbah samping dari tanaman sawit, tanaman kopi dan hasil sampingan dari pengolahan tepung tapioka (onggok) dapat diolah menjadi pakan berkualitas bagi ternak sapi. 118
LAPORAN TAHUNAN 2013
4. Selain menggunakan HMT sebagai pakan ternak sapi potong sebagian peternak di provinsi Bengkulu juga memanfaatkan limbah perkebunan kulit kopi, dedak padi, solid dan onggok sebagao pakan tambahan. 5. Pemberian pakan, berbahan baku pakan lokal dapat memperbaiki performan ternak sapi potong dan dapat meningkatkan produktifitas usaha penggemukan ternak sapi potong. 6.3.9. Penyediaan dan Percepatan Penyebaran Vub Melalui UPBS di Provinsi Bengkulu Varietas unggul dan bermutu merupakan komponen teknologi utama dalam
pendekatan
pengelolaan
tanaman
dan
sumberdaya
terpadu
(Puslitbangtan, 2009; Sembiring dkk., 2008). Tidak semua varietas mampu tumbuh dan berkembang pada berbagai agroekosistem. Dengan kata lain, tiap varietas akan memberikan hasil yang optimal jika ditanam pada lahan yang sesuai (Kustiyanto, 2001). Penggunaan varietas yang adaptif dan spesifik
lokasi
sangat
diperlukan
dalam
mendukung
peningkatan
produktivitas dan produksi padi di Provinsi Bengkulu.
Gambar 58. Penyeraha Benih padi pada petani.
Tujuan kegiatan penyediaan dan percepatan penyebaran VUB melalui UPBS di Provinsi Bengkulu pada tahun 2013 adalah:
119
LAPORAN TAHUNAN 2013
1. 2.
3.
4.
Menginventarisir kebutuhan benih, varietas, sebaran/distribusi varietas padi, jagung dan kedelai di Provinsi Bengkulu. Menyediakan benih sumber VUB tanaman pangan strategis (padi, jagung dan kedelai) spesifik lokasi yang disesuaikan dengan kebutuhan, permintaan, preferensi, karakteristik agroekosistem dan sosial-budaya masyarakat Bengkulu. Mempercepat penyebarluasan dan adopsi VUB tanaman pangan strategis (padi, jagung dan kedelai) spesifik lokasi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian. Menginventarisir aktivitas, peran dan dukungan kelembagaan perbenihan dalam penyediaan dan penyebarluasan VUB di Provinsi Bengkulu.
Keluaran pada tahun 2013: 1. 2.
3.
4.
Data base kebutuhan benih, varietas, sebaran/distribusi varietas padi, jagung dan kedelai di Provinsi Bengkulu. VUB tanaman pangan strategis spesifik lokasi yang dihasilkan oleh UPBS BPTP Bengkulu, khususnya untuk padi, dapat tersebar dan diadopsi di seluruh Kabupaten/Kota melalui kegiatan diseminasi, promosi, dan komersialisasi, sedangkan untuk komoditas jagung dan kedelai dapat terdistribusi dan diadopsi pada sentra-sentra produksi. UPBS BPTP Bengkulu mampu menyediakan sebagian besar kebutuhan benih sumber untuk komoditas padi di Provinsi Bengkulu dan pada sentra-sentra produksi jagung dan kedelai sesuai dengan kebutuhan, permintaan, preferensi, karakteristik agroekosistem dan sosial-budaya masyarakat Bengkulu. Data base dan alternatif rekomendasi dalam optimalisasi peran dan dukungan kelembagaan perbenihan dalam penyediaan dan penyebarluasan VUB di Provinsi Bengkulu.
Kesimpulan dari kegiatan ini: 1.
2.
Kebutuhan benih padi di Provinsi Bengkulu 3.443 ton dan didominasi oleh varietas Mekongga dan Cigeulis. Kebutuhan benih jagung 5,7823 ton dan didominasi oleh varietas Hibrida, sedangkan kebutuhan kedelai 9,0120 ton dan didominasi oleh varietas Anjasmoro. UPBS mampu mendukung penyediaan benih sumber VUB baru dengan produksi benih padi (28 ton), jagung (2 ton) dan kedelai (1 ton) untuk
120
LAPORAN TAHUNAN 2013
3.
4.
mewujudkan 6 tepat (waktu, varietas, jumlah, mutu, lokasi dan harga) perbenihan. UPBS telah berperan dalam mempercepat adopsi VUB Badan Litbang dengan menditribusikan benih padi 2.381 kg, kedelai 1.515 kg, dan jagung (425 kg belum terdistribusikan) serta sosialisasi perbenihan terhadap 246 penangkar. Provinsi Bengkulu memiliki 7 BBI/BBU dengan kondisi infrastruktur, peralatan dan laboratorium yang masih sederhana. Kinerja lembaga perbenihan belum optimal, memiliki permasalahan yang komplek dan perlu kebijakan dan pendanaan khusus.
121
LAPORAN TAHUNAN 2013
VII. PENUTUP Laporan tahunan ini
menyampaikan hasil yang telah dicapai pada
T.A. 2013 serta kelebihan dan kekurangan yang dialami. Keberhasilan ini tidak terlepas dari perhatian dan bantuan yang besar dari Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang didukung oleh perhatian dan bantuan Pemerintah Propinsi Bengkulu beserta Pemerintah Kabupaten dan Kota, Dinas dan Instansi terkait serta Komisi Teknologi dan Tim Teknis pengkajian yang telah banyak memberikan bantuan, saran masukan dalam menyusun rencana, pelaksanaan pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian. Disadari bahwa pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi yang sudah dilakukan masih belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat. Oleh karena itu, Balai Pengkajian
Teknologi
Pertanian
Bengkulu
terus
berupaya
untuk
meningkatkan kinerja atau kemampuannya agar bisa memenuhi kebutuhan teknologi pengguna (petani dan peternak), sehingga dapat berperan dalam percepatan pembangunan pertanian di Bengkulu di masa yang akan datang.
122
LAPORAN TAHUNAN 2013
VIII. KINERJA HASIL Hasil yang telah dicapai pada tahun 2013 yaitu: 1) inovasi teknologi spesifik
lokasi
sebanyak
6
kegiatan,
2)
Jumlah
teknologi
yang
didiseminasikan ke pengguna sebanyak 7 kegiatan, 3) rekomendasi kebijakan mendukung
empat
sukses
Kementerian
Pertanian
program
strategis
nasional/daerah kegiatan sebanyak 2 rekomedasi, 4) dokumen perencanaan dan evaluasi kegiatan serta administrasi keuangan, kepegawaian dan sarana prasarana sebanyak 3 dokumen, 5) penerapan ISO 9001 : 2008 sebanyak 1 dokumen, 6) peningkatan kompetensi SDM sebanyak 14 orang, dan 7) upload website dan database secara berkelanjutan sebanyak 1 website. Anggaran yang tersedia sebesar Rp.11.119.309.000,- yang terserap sebesar Rp.10.785.240.247,- atau 97 %, sedangkan dana yang tidak terserap sebesar
Rp. 334.068.753 atau 3 %. Dana tersebut dialokasikan
untuk melaksanakan program-program Badan Litbang Pertanian dalam mendukung Program Kementerian Pertanian. Kendala-kendala yang masih dihadapi dalam pencapaian sasaran adalah keterbatasan SDM (peneliti, penyuluh dan teknisi) ditinjau dari segi bidang keilmuan dan jumlahnya, serta keterbatasan sarana dan prasarana penunjang. Langkah-langkah yang telah dilakukan untuk mengatasi kendalakendala
tersebut
adalah:
1)
mengoptimalkan
SDM
yang
ada
dan
meningkatkan kapasitas SDM melalui training jangka pendek, 2) melakukan perbaikan rencana kegiatan dan RKA-KL, meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan pihak terkait, serta penambahan sarana dan prasarana yang sangat dibutuhkan. Evaluasi dan analisis akuntabilitas kinerja Tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 14.
123
LAPORAN TAHUNAN 2013
Tabel 14. Evaluasi dan Analsis Akuntasi Kinerja Tahun 2013. Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
1 2 3 1. Tersedianya inovasi 1. Jumlah inovasi pertanian 6 Pertanian unggulan unggulan spesifik lokasi teknologi 2. Meningkatnya 1. Jumlah teknologi yang 6 penyebarluasan didiseminasikan ke teknologi (diseminasi) pengguna teknologi pertanian 2. Laporan kegiatan 3 pendampingan model laporan spectrum diseminasi multi chanel dan program strategis nasional/daerah 3. Jumlah rekomendasi 1 kebijakan mendukung rekomendasi empat sukses Kementerian Pertanian program strategis nasional/daerah 3. Meningkatnya 1. Jumlah laporan kerjasama 1 laporan kerjasama nasional pengkajian, dan internasional pengembangan dan (dibidang pemanfaatan inovasi pengkajian, pertanian diseminasi dan pendayagunaan inovasi pertanian. 4. Meningkatnya 1. Jumlah sinergi operasional 1 laporan sinergi operasional pengkajian dan pengkajian dan pengembangan inovasi pengembangan pertanian inovasi pertanian 2. Jumlah Juklak/juknis 2 juknis/ juklak 5. Meingkatnya 1. Jumlah dokumen 3 dokumen manajemen perencanaan dan evaluasi pengkajian dan kegiatan serta administrasi pengembangan keuangan, kepegawaian inovasi pertanian dan sarana prasarana. 2. Jumlah BPTP yang 1 satker menerapkan ISO 9001 :2008 3. Jumlah SDM yang 12 orang meningkat kompetensinya 4. Jumlah publikasi bertaraf 10 artikel nasional/internasional 5. Jumlah website dan data 1 database base yang terupdate secara berkelanjutan
124
Realisasi
%
4 6 teknologi 6 teknologi
5 100,00
3 laporan
100,00
1 rekomendasi
100,00
1 laporan
100,00
1 laporan
100,00
2 juknis/ Juklak 3 dokumen
100,00
1 satker
100,00
12 orang
100,00
30 artikel
300,00
1 database
100,00
100,00
100,00