LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN PENERAPAN MODEL PENGEMBANGAN MUTU PENDIDIKAN (PENGABDIAN PM-PMP) TAHUN ANGGARAN 2012
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU SMA MELALUI PENDAMPINGAN TERPADU BERBASIS KAJI TINDAK PEMBELAJARAN DI KABUPATEN BADUNG; TABANAN; DAN KODYA DENPASAR PROVINSI BALI OLEH: Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si. (NIDN: 0031125821) Drs. Jajang Suryana, M.Sn. (NIDN: 0025105905) Prof. Dr. A.A.I. Ngurah Marhaeni, M.A. (NIDN: 0026036403) Prof. Dr. I Wayan Santyasa, M.Si. (NIDN: 0019126106) Prof. Dr. Nengah Suparta, M.Si (NIDN: 0011076503) Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat Penerapan Model Pengembangan Mutu Pendidikian (PMPMP) Bagi Dosen Perguruan Tinggi Tahun 2012 N0:094/SP2H/KPM/Dit.litabmas/IX/2012 Tanggal 11 September 2012
FAKULTAS MIPA LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA DESEMBER 2012 1
HALAMAN PENGESAHAN 1. Judul PM-PMP
: Peningkatan Kompetensi Guru SMA melalui Pendampingan Terpadu Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran di Kabupaten Badung; Tabanan; dan Kodya Denpasar Provinsi Bali
2. Ketua Tim PM-PMP a. Nama Lengkap b. Jenis Kelamin c. NIDN d. Jabatan Struktural e. Jabatan Fungsional f. Bidang Keahlian g. Fakultas/Jurusan h. Perguruan Tinggi i. Tim PM-PMP No 1 2
3 4
NIDN
: Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si. : Laki-laki : 0031125821 : Dekan FMIPA Undiksha : Guru Besar : Pendidikan Biologi : FMIPA/Jurusan Pendidikan Biologi : LPM Universitas Pendidikan Ganesha Nama
0025105905 Drs. Jajang Suryana, M.Sn. 0026036403 Prof. Dr. A.A.I. Ngurah Marhaeni, M.A. 0019126106 Prof. Dr. I Wayan Santyasa, M.Si. 0011076503 Prof. Dr. Nengah Suparta, M.Si
Bidang Keahlian Pendidikan Seni Rupa Pendidikan Bahasa Inggris Pendidikan Fisika Pendidikan Matematika
Fakultas/ Jurusan Fak. Bahasa dan Seni Fak. Bahasa dan Seni
Perguruan tinggi Undiksha
Fak. MIPA
Undiksha
Fak. MIPA
Undiksha
Undiksha
3. Jangka Waktu PM-PMP : 5 bulan (Agustus – Desember 2012) 4. Pembiayaan a. Jumlah biaya yang diajukan ke DIT. LITABMAS: Rp 82.500.000,00 (delapan puluh dua juta lima ratus ribu rupiah) b. Jumlah biaya dari sumber pembiayaan lain: Rp Singaraja, 14 Desember 2012 Mengetahui Ketua Tim PM-PMP, Dekan, Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si. NIDN: 0031125821
Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si. NIDN: 0031125821
Menyetujui Ketua LPM Universitas Pendidikan Ganesha Prof. Dr. Ketut Suma, M.S NIDN: 0001015913 2
ABSTRAK
Hasil Penelitian Pemetaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan (PPMP) tahun 2011di tiga Kabupaten/Kota yaitu: Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan, dan Kodya Denpasar menunjukkan bahwa dari 12 mata pelajaran yang di-UN-kan di SMA tahun 2008; 2009; dan 2010 yaitu pada mata pelajaran IPA-Bahasa indonesia, IPA-Bahasa Inggris, IPA-Matematika, IPA-Fisika, IPA-Kimia, IPA-Biologi, IPS- Bahasa Indonesia, IPS-Bahasa Inggris, IPSMatematika, IPS-Ekonomi, IPS-Sosiologi, dan IPS-Geografi menunjukkan bahwa pada semua mata pelajaran ini siswa belum mencapai ketuntasan sesuai yang diharapkan yaitu lebih dari 90%. Oleh karena itu diusulkan untuk dilakukan upaya peningkatan kompetensi guru SMA melalui pendampingan terpadu berbasis kaji tindak pembelajaran di Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar. Tujuan yang ingin dicapai dalam PM-PMP adalah: (1) Meningkatkan penguasaan guru terhadap kompetensi pedagogi dan kompetensi professional, (2) Meningkatkan penguasaan pengawas sekolah dan kepala sekolah terhadap pengetahuan pedagogi, dan teknik-teknik supervisi, (3) Meningkatkan kualitas perangkat pembelajaran dan proses pembelajaran melalui kegiatan Lesson Study (LS). Teknik yang digunakan untuk menncapai tujuan tersebut adalah melalui pendampingan terpadu berbasis kaji tindak pembelajaran. Yang dibagi menjadi dua kegiatan yaitu kegiatan diklat yang dilakukan di Undiksha dan kegiatan pendampingan berbasis LS. Hasil yang dicapai adalah (1) meningkatnya kompetensi pedagogik, terutama dalam penysunan rencana pembelajaran, menerapkan model-model pembelajaran inovatif dan asesmen, pengelolaan kelas, dan keterampilan melaksanaan pembelajaran yang berpusat pada siswa, (2) meningkatnya kompetensi profesional, terutama terkait materi yang sulit dan sulit dibelajkarkan pada siswa, (3)guru menguasai teknik LS, dan (4) guru dilatih berkolaborasi dengan sesama guru dalam MGMP, dan guru menjadi terbiasa diamati dan diberikan masukan saat membelajarkan murid. Kata Kunci : kompetensi guru; pendampingan terpadu; kaji tindak pembelajaran
3
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widi Wasa) karena berkat rahmat-Nya program PM-PMP yang berjudul “PeningkatanKompetensi Guru SMA melalui Pendampingan Terpadu Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran di Kabupaten Badung; Tabanan; dan Kodya Denpasar Provinsi Bali” dapat diselesaikan pada waktunya. Melalui kesempatan ini kami sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1)
Yang terhormat Direktur Dit. Litabmas Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional yang telah menyediakan dana untuk penelitian ini.
2)
Yang terhormat Rektor Undiksha melalui Ketua Lembaga Penelitian Undiksha telah memberikan kesempatan untuk mengguakan dana ini.
3)
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Provinsi Bali; Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan, dan Kodya Denpasar
yang telah memberikan dukungan terhadap
terselenggaranya pengabdian ini. 4)
Yang saya hormati Kepala Sekolah sampel yaitu Kepala: SMA N1 Kuta Utara, Kepala SMA N 1 Mengwi, SMA Thomas Aquino, SMA TP 45 Tabanan, SMA N 1 Tabanan, SMA N 2 Tabanan, SMA N 1 Denpasar, SMA N 3 Denpasar, dan Kepala SMA Dwijendra Denpasar, yang telah memberikan fasilitas untuk melaksanakan pengabdian di sekolah tersebut.
5)
Yang saya hormati para pengawas, kepala sekolah, dan guru dari Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar yang menjadi sampel dalam pengabdian ini
6)
Pihak lain yang saya tidak dapat sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan terhadap terlaksananya pengabdian ini. Kami menyadari kualitas pengabdian ini masih belum sempurna yang disebabkan karena
sempitnya waktu pelaksanaan penelitian (Agustus s.d Nopember 2012, dan baru dapat dilaksnakan pada bulan Nopember 2012), maka kami sangat mengharapkan masukan dan saran dari semua pihak untuk penyempurnaan pengabdian ini. Semoga hasil pengabdian ini ini dapat dijadikan dasar dalam mengambil kebijakan dalam rangka perbaikan pelaksanaan pendidikan di Bali khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Ketua Pengabdian
4
DAFTAR ISI Hal. HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................
ii
ABSTRAK .............................................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
iv
DAFTAR ISI .........................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ..................................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................
viii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................
1
1. 1 Analisis Situasi .............................................................................
1
1. 2 Permasalahan Wilayah ........................................................................
10
1.3 Pembatasan Masalah ...........................................................................
11
1.4 Tujuan ..........................................................................................
11
1.5. Solusi yang Ditawarkan ....................................................................
12
1.6 Target Luaran
13
BAB II. PELAKSANAAN PM-PMP ....................................................................
14
2.1 Lokasi PM-PMP .........................................................................
14
2.2 Pihak yang Terlibat ......................................................................
15
2.3 Peranan Setiap Pihak yang Terlibat ....................................................
16
2.4 Tahapan Aktivitas atau Kegiatan yang Dilakukan .............................
16
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN PM-PMP ...............................................
21
3.1 Model yang Dikembangkan ................................................................
21
3.2 Uji Model ..................................................................................
27
3.2.1 Bimbingan Teknis di Kabupaten. .............................................
27
3.2.2 Pelaksanaan Kaji tindak Pembelajaran (Lesson Study) ..................
33
3.2.3 Focus group discussion (FGD) .......................................................
41
BAB IV 4.1 Simpulan .........................................................................................
43
4.2 Saran-Saran .....................................................................................
43
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................
44
LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................................
46
5
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1: Kemampuan yang Diujikan Mengalamai Mengalami Masalah pada Mata Pelajaran yan KD/Kemampuan yang Diujikan Mengalami Masalah pada Mata Pelajaran yang Di-UN-kan tahun 2008; 2009; dan 2010 di Kabupaten Badung .................................................................................. Tabel 1.2: KD/Kemampuan yang Diujikan Mengalami Masalah pada Mata Pelajaran yang Di-UN-kan tahun 2008; 2009; dan 2010 di Kabupaten Tabanan ........................................................................................................
4
4
Tabel 1.3: KD/Kemampuan yang diujikan Mengalami Masalah pada Mata Pelajaran yang Di-UN-kan tahun 2008; 2009; dan 2010 di Kodya Denpasar .......................................................................................... Tabel 2.1 : Pihak yang Terlibat dalam Kegiatan PM-PMP .....................................
5 15
Tabel 2.2: Rancangan Materi Diklat, Narasumber, dan Peserta ....................................
18
Tabel 3.1: Susunan Acara Diklat PM-PMP Undiksha (Gelombang I) ..........................
22
Tabel 3.2: Susunan Acara Diklat PM-PMP Undiksha (Gelombang II) .........................
28
Tabel 3.3: Peserta Diklat Gelombang I ..........................................................................
29
Tabel 3.4: Peserta Diklat Gelombang II ........................................................................
31
Tabel 3.5: Rincian Kaji Tindak pembelajaran di Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar ....................................................................................
33
6
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.2: Histogram Peta KD Materi Pelajaran yang Mengalami Masalah di Kabupaten Badung ................................................................................
4
Gambar 1 2: Histogram Peta KD Materi Pelajaran yang Mengalami Masalah di Kabupaten Tabanan ...............................................................................
5
Gambar 1.3: Histogram Peta KD Materi Pelajaran yang Mengalami Masalah di Kodya Denpasar ...................................................................................
6
Gambar 2.1: Lokasi Kabupaten Bdung, Tabanan, dan Kodya Denpasar di Pulau Bali. .................................................................................................
14
7
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1:
Kuisioner Pelaksanaan Diklat ................................................................
Lampiran 2:
Hasil Penjaringan Pendapat Guru terkait Pelaksanaan Bimbingan
46
Teknik .....................................................................................................
48
Lampiran 3:
Instrumen Pengamatan Pelaksanaan LS .................................................
50
Lampiran 4:
Instrumen Penilaian Pelaksanaan LS oleh Siswa, ..................................
51
Lampiran 5: Contoh Hasil LS PERMAPEL (Kabupaten Badung) .............................
52
Lampiran 6: Draf Artikel Ilmiah ..................................................................... .............
71
8
9
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) yang berlangsung secara eksponensial perlu direspon oleh pemerintah dengan menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang professional dan bermutu tinggi. SDM yang bermutu tinggi hanya dapat dihasilkan oleh pendidikan bermutu tinggi pula. Dilihat dari mutu SDM, berbagai survey internasional menempatkan Indonesia sebagai negera dengan mutu SDM yang relatif rendah. The Global Competitiveness Report 2008-2009 dari Word Economic Forum (Martin dkk, 2008) menempatkan Indonesia pada urutan ke 55 dari 134 negara yang disurvey dalam hal pencapaian Competitiveness Index (CI). Hasil penelitian United Nation for Development Programme dalam Human Development Report 2007/2008 menempatkan Indonesia pada posisi ke-107 dari 155 negara dalam hal pencapaian Human Development Indek (HDI). Pendidikan merupakan salah satu dimensi yang menentukan HDI. Jadi, gambaran rendahnya mutu SDM yang ditunjukkan oleh kedua survey di atas dapat disebabkan oleh rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga dapat dilihat dari hasil studi Trends in International Mthematics and Science Study (TIMSS) yang menempatkan Indonesia pada urutan ke 39 dari 49 negara dalam literasi matematik dengan sekor 405 dibawah skor rata-rata internasional. Sedangkan untuk literasi sains berada di urutan 35 dari 49 negara dengan skor 433 dibawah skor rata-rata internasional (Martin, dkk, 2008). Senada dengan itu hasil studi Program for International Student Assessment (PISA) tahun 2003, menempatkan Indonesia dalam literasi pada urutan ke 38 dari 40 negara peserta (OECD, 2004).
10
Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mutu pendidikannya sangat penting untuk ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata UN SMA selama tiga tahun (2008; 2009; dan 2010) (hasil penelitian PPMP, tahun 2011) menunjukkan bahwa semua mata pelajaran yang di-UN-kan masih bermasalah atau belum tuntas. Terutama di tiga Kabupaten/Kota yaitu: Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar. Di tiga Kabupaten/Kota ini semua mata pelajaran yang di-UN-kan di SMA bermasalah terlebih lagi pada pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Sosiologi, dan Geografi. Oleh karena itu, sangat penting dilakukan perbaikan melalui peningkatan mutu pelaksanaan pendidikan terkait dengan delapan standar pendidikan (Arnyana, I.B.P. dkk., 2011). Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Badung, Tabanan, dan Denpasar untuk meningkatkan mutu pendidikan. Beberapa upaya yang telah dilakukan adalah: (1) perbaikan kurikulum, (2) meningkatkan standar proses pembelajaran, (3) meningkatkan kompetensi lululusan, (4) meningkatkan standar pendidik dan kependidikan, (5) meningkatkan kualitas sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan pendidikan, (7) peningkatan anggaran pendidikan, dan (8) meningkatkan kualitas proses penilaian pembelajaran. Walaupun telah diupayakan perbaikan sistem pendidikan di Kabupaten Badung; Tabanan dan Kota Denpasar, namun ketuntasan semua mata pelajaran yang di-UNkan masih tuntas. Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten di Bali dengan batas-batas: sebelah Utara Babupaten Buleleng, sebelah Timur Kabupaten Gianyar dan Kota denpasar, sebelah Selatan Samudra India, dan sebelah Barat Kabupaten Tabanan (lihat Gambar 01) . Kabupaten ini terletak pada 08o14’17” -08o50’57” LS dan 115o05’02”-115o15’09”BT. Luas daerah Kabupaten Badung 418,52 km2, dengan jumlah penduduk 543.332 jiwa, terbagi menjadi 6 kecamatan yaitu: Kecamatan Petang, Abiansemal, Mengwi, Kuta, Kuta Utara, dan Kuta selatan. Jarak dari kota Singaraja (lokasi Undiksha) sekitar 70 km. Program
pembangunan
pendidikan
Kabupaten
Badung
tahun
2012
guna
meningkatkan kualitas pendidikan meliputi (Rencana Pembangunan Pendidikan Kabupaten Badung Tahun 2012): • peningkatan aksesibilitas serta kualitas pendidikan • peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, • program pendidikan anak usia dini, • program wajib belajar pendidikan dasar, • program pendidikan menengah, dan 11
• peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan. Kabupaten Tabanan juga merupakan salah satu kabupaten di Bali dengan batas-batas sebelah utara Kabupaten Buleleng, sebelah timur Kabupaten Badung, sebelah selatan Samudra India, serbelah barat kabupaten Jembrana (lihat Gambar 01). Kabupaten ini terletak pada 814’30”-830’70” LS dan 114o54’52”-115o12’57” BT. Luas daerah 839,33 km2. Jumlah penduduk 431.162 jiwa. Kabupaten ini terbagi menjadi
8 kecamatan yaitu: Kecamatan
Baturiti, Marga, Tabanan, Selemadeg Barat, Selemadeg, Pupuan, kerambitan, dan Kecamatan Kediri. Jarak dari kota Singaraja sekitar 65 km. Program pembangunan pendidikan di Kabupaten Tabanan meliputi (RPJM Dinas pendidikan Kabupaten Tabanan): • peningkatan pelayanan terhadap pendidikan luar sekolah • percepatan pengembangan RSBI • pendidikan terjangkau hingga SMA/SMK (Wajar 12 tahun) • peningakat kualifikasi guru dan kesejahteraannya • pemberdayaan sanggar kegiatan belajar • peningakatan keimanan dan ketaqwaan penduduk Tabanan, dan • memperkuat budaya sebagai muatan lokal. Kota Denpasar merupakan salah satu Kabupaten/Kota di Bali dengan batas-batas: sebelah utara Kabupaten Badung, sebelah timur Kabupaten Gianyar, sebelah selaran Samudra India, dan sebelah barat Kabupaten Badung (lihat Gambar 01). Kabupaten ini terletak pada 08o35’31”-08o44’49” LS dan 115o10’23”-115o16’27” BT. Luas daerah 127,78 km2 yang terbagi menjadi 3 kecamatan yaitu Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar Timur, dan Kecamatan Denpasar Barat. Jumlah Penduduk 522.381 jiwa. Jarak dari kota Singaraja sekitar 74 km. Program pendidikan Kota Denpasar tahun 2012 meliputi
(Program Kerja
Pembangunan Daerah Kota Denpasar tahun 2012): •
Program pendidikan anak usia dini
•
Program wajib belajar sembilan tahun
•
Program pendidikan menengah
•
Program pendidikan informal dan internal
•
Peningkatan mutu pendidikan terkait 8 standar
•
Program manajemen pelayanan pendidikan 12
•
Program pengembangan budaya baca. Pemetaan profil penguasaan siswa SMA terhadap Kemampuan yang diujikan (KD)
dilihat dari materi yang belum tuntas (≤60%) di tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar dapat disampaikan dalam Rata-rata (persen) selama tiga tahun yaitu tahun 2008; 2009; 2010 seperti pada Tabel 1.1; 1.2; dan 1.3. (Arnyana, dkk, 2011). Tabel 1.1: KD/Kemampuan yang Diujikan Mengalami Masalah pada Mata Pelajaran yang
Di-UN-kan tahun 2008; 2009; dan 2010 di Kabupaten Badung No.
Mata Pelajaran yang DiUN-kan
1 2 3 4 5
IPA-Bahasa Indonesia IPA -Bahasa Inggris IPA-Matematika IPA -Fisika IPA-Kimia
6
IPA-Biologi IPS-Bahasa Indonesia IPS-Bahasa Inggris IPS-Matematika IPS-Ekonomi IPS-Sosiologi IPS-Geografi
7 8 9 10 11 12
Persentase materi yang mengalami masalah (%) 2008 2009 2010 24 36 36 6 16 14 2.5 0.25 8 25 7.5 3 10 5 7.5 40 24 7.5 12.5 15 40
8 24 12 3 10 25 23
10 12 24.4 7.5 22.5 8 24
Ratarata (%) 32.00 12.00 0.92 13.33 5.83 8.33 25.33 20.13 5.83 15.00 16.00 28.83
Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat dibuat Histogram seperti pada Gambar 1.2 berikut
13
Gambar 1.1: Histogram Peta KD Materi Pelajaran yang Mengalami Masalah di Kabupaten Badung Tabel 1.2: KD/Kemampuan yang Diujikan Mengalami Masalah pada Mata Pelajaran yang Di-UN-kan tahun 2008; 2009; dan 2010 di Kabupaten Tabanan
No.
Mata Pelajaran yang Di-UN-kan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
IPA-Bahasa Indonesia IPA -Bahasa Inggris IPA-Matematika IPA -Fisika IPA-Kimia IPA-Biologi IPS-Bahasa Indonesia IPS-Bahasa Inggris IPS-Matematika IPS-Ekonomi IPS-Sosiologi IPS-Geografi
Persentase materi yang mengalami masalah 2008 2009 2010 14 18 21 12 12 2.5 5 22.5 10 3.75 5 7.5 2.5 8 10 12 26 15 22 14 16 2.5 8 2.5 5 8 25 20 35 21 37 10 25
RataRata (%) 17.67 8.00 2.50 12.08 4.17 6.67 17.67 17.33 4.17 12.50 25.33 24.00
Berdasarkan tabel 1.2 di atas dapat dibuat histogram seperti pada Gambar 1.3 berikut.
Gambar 1.2: Histogram Peta KD Materi Pelajaran yang Mengalami Masalah di Kabupaten Tabanan
14
Tabel 1.3: KD/Kemampuan yang diujikan Mengalami Masalah pada Mata Pelajaran yang Di-UN-kan tahun 2008; 2009; dan 2010 di Kodya Denpasar
No.
Mata Pelajaran yang DiUN-kan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
IPA-Bahasa Indonesia IPA -Bahasa Inggris IPA-Matematika IPA -Fisika IPA-Kimia IPA-Biologi IPS-Bahasa Indonesia IPS-Bahasa Inggris IPS-Matematika IPS-Ekonomi IPS-Sosiologi IPS-Geografi
Persentase materi yang mengalami masalah 2008 2009 2010 20 28 25 18 10 6 0 2.5 10 25 7.5 10 6.25 15 5 10 30 32 28 8 16 15 5 5 2.5 10 7.5 21.25 23 20 22 13 37.5 23
Rata-rata (%) 24.33 11.33 0.83 14.17 5.42 10.00 30.00 13.00 4.17 12.92 21.50 24.33
Berdasarkan tabel 1.3 di atas dapat dibuat histogram seperti pada Gambar 1.4 berikut.
Gambar 1.3: Histogram Peta KD Materi Pelajaran yang Mengalami Masalah di Kodya Denpasar Berdasarkan data pada Tabel 1.1; 1.2; dan 1.3 serta histogram pada Gambar 1.2; 1.3; dan 1.4 nampak bahwa secara umum semua mata pelajaran masih mengalami masalah. Profil pemetaan penguasaan siswa SMA terhadap Kemampuan yang diujikan (KD) dilihat dari materi yang belum tuntas (≤60%) di tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Badung, Tabanan, dan 15
Kodya Denpasar dapat disampaikan dalam rata-rata (persen) selama tiga tahun yaitu tahun 2008; 2009; 2010 sebagai berikut. a)
Rata-rata materi yang belum tuntas di Kabupaten Badung: (1) IPA-Bahasa Indonesia 32.00%; (2) IPA -Bahasa Inggris 12.00%; (3) IPA-Matematika 0.92%; (4) IPA –Fisika 13.33%); (5) IPA-Kimia 5.83%; (6) IPA-Biologi 8.33%; (7) IPS-Bahasa Indonesia 25.33%; (8) IPS-Bahasa Inggris 20.13%; (9) IPS-Matematika 5.83%: (10) IPS-Ekonomi 15.00%; (11) IPS-Sosiologi 16.00%; dan (12) IPS-Geografi 28.83%.
b) Rata-rata materi yang belum tuntas di Kabupaten Tabanan: (1) IPA-Bahasa Indonesia 17.67%; (2) IPA -Bahasa Inggris (8.00); (3) IPA-Matematika 2.50%; (4) IPA –Fisika 12.08%; (5) IPA-Kimia 4.17%; (6) IPA-Biologi 6.67%; (7) IPS-Bahasa Indonesia 17.67%; (8) IPS-Bahasa Inggris 17.33%; (9) IPS-Matematika 4.17%; (10) IPS-Ekonomi 12.50%; (11) IPS-Sosiologi 25.33%; (12) IPS-Geografi2 4.00%. c)
Rata-rata materi yang belum tuntas di Kota Madya Denpasar: IPA-Bahasa Indonesia 24.33%; IPA -Bahasa Inggris 11.33%; IPA-Matematika 0.83%; IPA –Fisika 14.17%; IPA-Kimia 5.42%; IPA-Biologi10.00%; IPS-Bahasa Indonesia 30.00%; IPS-Bahasa Inggris 13.00%; IPS-Matematika 4.17%; IPS-Ekonomi 12.92%; IPS-Sosiologi 21.50%; IPS-Geografi 24.33%. Faktor penyebab dominan yang mempengaruhi belum tuntasnya siswa dilihat dari
hasil belejar siswa dapat disampaikan bahwa: (1) guru tidak mengembangkan sendiri silabus dan RPP dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, karena guru tidak berusaha mencapai semua indikator yang ada dalam silabus/RPP, pelaksanaan pembelajaran kurang sesuai dengan skenario yang ada dalam RPP. Oleh karena itu pembelajaran yang dilakukan kurang terkontrol oleh rencana yang ada, (2) pembelajaran yang dilakukan guru kurang inovatif, berpusat pada guru, dan kurang kontekstual. Oleh karena itu siswa kurang mengkaji materi yang dipelajarinya. Akibatnya siswa kurang terlatih melakukan analisis, evaluasi, dan merangsang kreatifitas terhadap materi dan permasalahan yang terkait dengan materi tersebut. Hasil akhirnya pamahaman siswa rendah termasuk retensinya juga rendah, (3) sekitar 10% materi pelajaran tidak dikuasai dengan baik oleh guru. Akibatnya dapat terjadi miskonsepsi pada siswa, dan pembelajaran yang dilakukan tidak mencapai sasaran yang benar, (4) sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan pembelajaran masih rendah. Permasalahan yang juga dialami sekolah terkait sarana dan prasarana adalah sumber belajar berupa buku. Walaupun ada internet (siswa mudah mengakses materi di internet) keberadaan buku ajar masih sangat penting, (5) peranan kepala sekolah sebagai sopervisor dan juga 16
peranan pengawas sekolah sebagai pengontrol pelaksanaan pembelajaran kurang berperan dengan baik. Para kepala sekolah hampir tidak pernah melaksanakan supervisi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh para gurunya. Demikian juga para pengawas sekolah hanya mensupervisi persiapan mengajar guru. Sangat jarang para pengawas melakukan supervisi ke dalam kelas. Sehingga saran perbaikan yang semestinya didapatkan oleh guru terkait pelaksanaan pembelajaran hampir tidak ada. Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan focus group discusion terungkap Faktorfaktor penyebab dominan yang mempengaruhi rendahnya penguasaan kompetensi siswa SMA di Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan, dan Kodya Denpasar dilihat dari delapan standar adalah sebagai berikut. (1) Standar Isi meliputi: Kriteria Ketuntasan Minimal masih rendah, Silabus tidak dibuat oleh guru melainkan dibuat bersama dalam satu kecamatan dan bahkan di kabupaten, dan indikakator dipetakan dengan tidak mengacu pada kisi-kisi UN. (2) Standar Proses meliputi: 50% pembelajaran tidak didukung oleh silabus dan RPP; <50% RPP yang dikembangkan oleh guru, banyak guru tidak mengembangkan RPP, melainkan RPP dikembangkan bersama dalam satu kabupaten, pemantauan proses pembelajaran oleh Kasek ≤1 kali/semester, aspek yang disupervisi Kasek persiapan saja atau proses saja, penyampaian hasil supervisi oleh Kasek ≤1 kali/semester, implementasi tindak lanjut ≤1 kali/semester, guru menggunakan IT dalam proses pembelajaran 2-3 kali/bulan, Pembelajaran berpusat pada guru artinya sangat konvensional, dan pembelajaran kurang kontekstual yaitu kurang mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan dunia nyata. (3) Standar Kompetensi Lulusan: guru tidak melaksanakan program pembiasaan mencari informasi lebih dari berbagai sumber belajar, guru melaksanakan 1 kegiatan yang memanfaatkan lingkungan, artinya siswa kurang peka terhadap permasalahan yang ada di lingkungan mereka, guru tidak melaksanakan kegiatan yang dapat menghasilkan karya kreatif, guru tidak melaksanakan kegiatan yang dapat mengarahkan siswa untuk memperoleh keterampilan menyimak, membaca, dan berbicara dalam bahasa Indoesia, guru sangat kurang melaksanakan kegiatan untuk mengembangkan IPTEK, pembelajaran kurang melatih keterampilan proses sains dan sikap ilmiah, pembelajaran kurang membina pembentukan karakter bangsa, dan siswa kurang mampu mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan keterampilan atau skill yang ada di masyarakat.
17
(4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan meliputi: 10% materi pelajaran kurang dikuasai oleh guru, sehingga guru tidak, dapat membelajarakan siswa dengan baik pada materi tersebut, penguasaan guru akan pembelajaran inovatif masih rendah, penguasaan guru akan asesmen otentik masih rendah, penguasaan guru akan IT masih rendah teritama pada guru-guru tua, dan jumlah tenaga kependidikan di setiap sekolah di Badung belum memadai untuk medukung pelayanan terhadap kegiatan sekolah. (5)
Standar Sarana Prasarana meliputi: kegunaan ruang laboratorium untuk prakatikum Kimia, Fisika, dan Biologi; 3-5 kali dalam satu semester, peralatan laboratorium kurang dan sangat jarang diadakan peremajaan alat lab, pengadaan bahan habis lab juga sangat terbatas, kurangnya buku-buku pendukung mata pelajaran yang di UN-kan, belum semua guru memiliki laptop sebagai sarana yang mendukung pekerjaan mereka, sarana IT terutama internet di sekolah masih terbatas,
(6) Standar Pengelolaan meliputi: sekolah hanya memiliki dan melaksanakan satu program pengawasan yang disosialisasikan kepada pendidik dan tenaga kependidikan, sekolah hanya melaksanakan satu kali kegiatan evaluasi program kerja setiap tahun atau sesuai dengan kebutuhan, sekolah melaksanakan satu kali program kegiatan evaluasi kinerja pendidik dan tenaga kependidikan tiap semester atau sesuai kebutuhan, belum semua sekolah menerapkan sistem jaminan mutu pendidikan,
dan kegiatan supervisi
pembelajaran oleh kepala sekolah dan pengawas masih sangat tebatas karena belum banyak tersedia pengawas bidang studi. (7) Standar Pembiayaan meliputi: dana untuk pengadaan alat lab dan pengadaan buku, masih sangat terbatas dan tidak tersedianya dana untuk peningkatan kompetensi guru, seperti untuk mengikuti kegiatan ilmiah, mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional, dan ikut pelatihan lainnya untuk mengembangkan profesionalitas guru. (8)
Standar Penilaian meliputi: rancangan kriteria penilaian pada silabus tidak pernah diinformasikan kepada siswa di awal semester, teknik penilaian silabus kurang sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi dasar, instrument dan pedoman penilaian kurang sesuai dengan bentuk dan teknik penilaian, <50% penilaian hasil belajar besifat otentik, semua tes tertulis yang digunakan guru adalah multiple choise, tingkat taksonomi Bloom yang digunakan pada tes tulis <50% soal tes termasuk katagori berpikir tinggi (C4-C6), guru mata pelajaran <50% mengolah dan menganalisis hasil
18
penilaian untuk mengetahui kemajuan dan kesulitan belajar siswa, dan guru <50% memberikan balikan hasil kerja siswa diserati masukan/komentar yang mendidik.
1.2 Permasalahan Wilayah Berdasarkan analisis situasi di atas nampak bahwa semua mata pelajaran yang di-UNkan belum mencapai ketuntasan sesuai yang diharapkan. Permasalahan tersebut muncul akibat belum tercapainya delapan standar pendidikan. Dari delapan standar yang bermasalah beberapa diantaranya merupakan masalah mendesak untuk ditangani yaitu: 1) Standar isi: selama ini silabus tidak dibuat oleh guru melainkan dibuat bersama dalam satu kecamatan dan bahkan di kabupaten, dan indikakator dipetakan dengan tidak mengacu pada kisi-kisi UN. Pelaksanaan pembelajaran di kelas tidak mengacu pada rencana pembelajaran yang digunakan. Pembelajaran lebih mengacu pada buku yang digunakan sebagai pegangan oleh guru. Oleh karena itu guru harus dibiasakan dan ditingkatkan keterampilannya untuk mengembangkan perangkat pembelajarannya sendiri, dan pembejaran yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusunnya. 2) Standar proses: selama ini 50% pembelajaran tidak didukung oleh silabus dan RPP; <50%. Pemantauan proses pembelajaran oleh Kasek ≤1 kali/semester, aspek yang disupervisi oleh kepala sekolah hanya persiapan mengajarnya saja atau proses saja. Demikian juga supervisi yang dilakukan pengawas hanya terbatas pada persiapan mengajarnya saja. Sangat jarang pengawas datang melakukan supervisi tentang pelaksanaan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, para guru hampir tidak pernah mendapatkan pembinaan tentang pelaksanaan pembelajarannya di kelas. Pembelajaran yang dilaksanakan berpusat pada guru artinya sangat konvensional, dan pembelajaran kurang kontekstual yaitu kurang mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan dunia nyata. Oleh karena itu, pembelajaran yang dilakukan lebih pada meningkatkan kognitif tingkat rendah siswa. Siswa kurang dilatih untuk menganalisis, mensintesis materi yang dipejarainya. Disamping itu para guru tidak secara sadar melatih keterampilan berpikir siswa. Penyampaian hasil supervisi oleh Kasek ≤1 kali/semester, implementasi tindak lanjut ≤1 kali/semester, guru menggunakan IT dalam proses pembelajaran 2-3 kali/bulan. Untuk itu 19
para guru kurang mendapatkan pembinaan dan penyegaran oleh pengawas maupun oleh pimpinan sekolah. 3) Standar pendidik dan tenaga kependidikan. Kompetensi pedagogik dan profesional guru masih bermasalah. Terkait kompetensi profesional guru, 10% materi pelajaran kurang dikuasai oleh guru, sehingga guru tidak dapat membelajarakan siswa dengan baik pada materi tersebut, pembelajarn yang dilakukan akan menimpulkan miskonsepsi pada siswa terutama pada materi yang kurang dikuasai guru. Terkait kompetensi pedagogik, penguasaan guru akan pembelajaran inovatif masih rendah, penguasaan guru akan asesmen otentik masih rendah, penguasaan guru akan IT masih rendah terutama bagi guruguru tua, dan jumlah tenaga kependidikan di setiap sekolah di Badung belum memadai untuk medukung pelayanan terhadap kegiatan sekolah. Tenaga kependidikan yaitu pengawas dan kepala sekolah, kurang memahami tugasnya sebagai seorang supervisor dalam pelakasaan pembelajaran oleh guru. Keterampilan pengawas dan kepala sekolah dalam memberikan bimbingan dalam melaksanakan pembelajaran masih relatif rendah. Oleh karena itu pengawas dan kepala sekolah masih enggan untuk mendampingi para guru di kelas. 4) Standar penilaian. Penilaian yang dilakukan lebih pada penilaian secara konvensional, dan bukan penilaian otentik. Penilaian yang dilakukan hanya pada saat akhir pelajaran dengan menggunakan tes obyektif. Penilaian yang dilakukan kurang terbuka, artinya guru tidak menyampaikan tentang bagaimana caranya guru menilai siswa.
1.3. Pembatasan Masalah Begitu luasnya permasalahan yang dialami oleh daerah yang menjadi kajian dari pengabdian ini, maka masalah yang ditangani perlu dibatasi. Maka masalah yang ditangani dalam pengabdian ini di Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar adalah sebagai berikut . (1) Penguasaan guru terhadap kompetensi pedagogi dan kompetensi professional perlu ditingkatkan. (2) Penguasaan pengawas sekolah terhadap pengetahuan pedagogi, dan teknik-teknik supervisi masih perlu ditingksatkan. (3) Penguasaan kepala sekolah terhadap pengetahuan dan keterampilan manajemen sekolah perlu ditingkatkan. 20
(4) Kualitas perangkat pembelajaran yang digunakan guru masih rendah. (5) Kualitas proses dan evaluasi pembelajaran di kelas masih rendah.
1.4 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam PM-PMP yang dilaksanakan di Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar adalah sebagai berikut . (1) Meningkatkan penguasaan guru terhadap kompetensi pedagogi dan kompetensi professional (2) Meningkatkan penguasaan pengawas sekolah terhadap pengetahuan pedagogi, dan teknik-teknik supervisi. (3) Meningkatkan penguasaan kepala sekolah terhadap pengetahuan dan keterampilan manajemen sekolah. (4) Meningkatkan kualitas perangkat pembelajaran yang digunakan guru. (5) Meningkatkan kualitas proses dan evaluasi pembelajaran di kelas.
1.5 Solusi Yang Ditawarkan Bertolak dari latar belakang di atas, model peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan yang dapat diusulkan adalah ” Peningkatan Kompetensi Guru SMA melalui Pendampingan Terpadu Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran di Kabupaten Badung; Tabanan; dan Kodya Denpasar Provinsi Bali”. Model Peningkatan Kompetensi Guru, Melalui Bimbingan Teknik Terintegrasi Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran ini adalah suatu model peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan Kinerja Guru, yang juga melibatkan Kepala Sekolah, dan Pengawas melalui kaji tindak pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan. Model ini melibatkan kepala sekolah, guru, pengawas, dan MGMP. Program-program yang akan dilaksanakan dalam Peningkatan Kompetensi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas SMA Melalui Bimbingan Teknik Terintegrasi Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) Peningkatan penguasaan guru terhadap kompetensi pedagogi dan kompetensi professional. (2) Peningkatan penguasaan pengawas terhadap pengetahuan pedagogi, dan teknikteknik supervisi. 21
(3) Peningkatan penguasaan kepala sekolah terhadap pengetahuan dan keterampilan manajemen sekolah. (4) Peningkatan kualitas perangkat pembelajaran yang digunakan guru. (5) Peningkatan kualitas proses dan evaluasi pembelajaran di kelas. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan program-program di atas adalah: (1) Pendidikan dan Latihan (Diklat) Peningkatan Kompetensi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas; (2) Kaji Tindak Pembelajaran, dalam bentuk Lesson Study (LS). (1) Diklat Peningkatan Kompetensi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas SMA Peserta Diklat Peserta dari diklat ini adalah guru-guru mata pelajaran yang di-UN-kan, kepala sekolah, dan pengawas SMA dari Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar Provinsi Bali.
(2) Kaji Tindak Pembelajaran Untuk menerapkan pengetahuan konten dan pedagogik guru, pengetahuan manajemen kepala sekolah, dan pengetahuan supervisi akademik pengawas, digunakan metode Kaji Tindak pembelajaran yang dalam hal ini menggunakan model Lesson Study (LS). Tahapan LS yang dilakukan adalah plan (merencanakan), do (melaksanakan), dan see (merefleksikan).
1.6 Target Luaran Target luaran Luaran PM-PMP adalah sebagai berikut. Model pengembangan mutu pendidikan yang telah terverifikasi di tiga Kabupaten/Kota, yaitu: Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar Bukti hasil pengembangan berupa laporan pengabdian yang dilakukan di tiga Kabupaten/Kota, yaitu: Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar Publikasi Karya Ilmiah Hasil PM-PMP melelui Jurnal Nasional Terakreditasi.
22
BAB II PELAKSANAAN PM-PMP
2.1 Lokasi PM-PMP Lokasi tempat pelaksanaan PM-PMP di tiga Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan, dan Kodya Denpasar Provinsi Bali. Letak ketiga Kabupaten/Kota di Bali itu seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1: Lokasi Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan dan Kodya Denpasar di Pulau Bali Jarak dari perguruan tinggi Universitas pendidikan Ganesha terhadap tempat kegiatan PM-PMP adalah: (1) jarak Buleleng (Singaraja) terhadap Kabupaten Badung sekitar 70 km, (2) jarak Buleleng (Singaraja) terhadap Kabupaten Tabanan sekitar 90 km, dan (3) jarak Buleleng (Singaraja) terhadap Kota Denpasar sekitar 78 km. Semua lokasi tempat PM-PMP dijangkau dengan kendaraan bermotor. Jumlah sekolah yang dilibatkan dalam program PM-PMP ini sebanyak 9 sekolah dengan rincian Kabupaten Badung tiga sekolah, Kabupaten Tabanan tiga sekolah, dan Kodya Denpasar sebanyak tiga sekolah.
23
2.2 Pihak yang Terlibat Pihak yang terlibat dalam program PM-PMP ini seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Pihak yang Terlibat dalam Kegiatan PM-PMP No.
Institusi
Jabatan Dosen Pengabdi
Jumlah (Orang) 5
Narasumber
13
Panitia pendukung
5
Kepala Dinas
1
Kepala Dinas
1
3.
Dinas pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Badung
Pengawas Sekolah
3
Kepala Dinas
1
4.
Dinas pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Tabanan
Pengawas Sekolah
3
5.
Dinas pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten
6.
SMA N 1 Denpasar
7.
SMA N 3 Denpasar
8.
SMA Dwijendra Denpasar
9.
SMA N 1 Kuta Utara
10.
SMA N 1 Mengwi
11.
SMA N Thomas Aquino
12.
SMA N 1 Tabanan
13.
SMA N 2 Tabanan
14.
SMA N TP 45 Tabanan
Kepala Dinas Pengawas Sekolah Kepala Sekolah Guru Bidang Studi yang di UN-kan Kepala Sekolah Guru Bidang Studi yang di UN-kan Kepala Sekolah Guru Bidang Studi yang di UN-kan Kepala Sekolah Guru Bidang Studi yang di UN-kan Kepala Sekolah Guru Bidang Studi yang di UN-kan Kepala Sekolah Guru Bidang Studi yang di UN-kan Kepala Sekolah Guru Bidang Studi yang di UN-kan Kepala Sekolah Guru Bidang Studi yang di UN-kan Kepala Sekolah Guru Bidang Studi yang di UN-kan
1.
Undiksha Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Provinsi Bali
2
Jumlah
1 3 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 125
2.3 Peranan setiap pihak yang terlibat Peran setiap pihak yang terlibat: (1) Guru-guru berperan dalam mengikuti diklat di kabupaten (di Undiksha) dan melakukan pembelajaran (pembelajaran berbasis pada kaji tindak-pembelajaran) . Dalam diklat ini mereka diharapkan menguasai tentang model-model pembelajaran inovatif, menguasai berbagai teknik asement, menguasai tentang pelaksanaan 24
kaji tindak pembelajaran (lesson study), dan menguasai materi yang dianggap sulit. Dalam kegiatan pembelajaran, para guru merancang kegiatan pembelajaran dan menerapkan di dalam kelas. (2) Kepala sekolah berperan dalam kegiatan diklat, yaitu diharapkan memahami tentang materi: model pembelajaran inovarif, teknik asesmen, kaji tindak pembelajaran, supervisi pembelajaran, manajemen sekolah. Dalam kegiatan di sekolah, kepala sekolah berperan sebagai supervisor, yaitu mengawasi pelaksanaan pembelajaran, memberikan refleksi, swerta memberikan saran masukkan kepada guru. (3) Pengawas peranannya hampir sama dengan kepala sekolah, yaitu: memahami materi model pembelajaran inovarif, teknik asesmen, kaji tindak pembelajaran, supervisi pembelajaran, manajemen sekolah, serta terampil melakukan supervisi di kelas dan memberikan masukkan pada guru. Peranan Dinas dalam kegiatan ini adalah lebih meningkatkan upayanya dalam (1) meningkatkan kualitas pelaksanaan pendidikan, khususnya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dengan meningkatkan kualitas guru, dan (2) diharapkan dapat meningkatkan upayanya dalam memberikan dukungan terhadap penyediaan sarana dan prasarana pembelajaran di sekolah. Peran Dinas yang membawahi Pendidikan di Kabupaten perannya juga tidak dapat dikesampingkan, terutama dalam mengkondisikan peran masing-masing pihak (guru, kepala sekolah, dan pengawas) untuk dapat berjalannya kegiatan pembelajaran dengan basis kaji tindak-pembelajaran. Peranan dosen (Undiksha) adalah (1) mengkoordinasikan pelaksanaan PM-PMP ini, (2) memberikan materi diklat, (3) dan memantau kegiatan kaji tindak pembelajaran di sekolah. 2.4 Tahapan Aktivitas atau kegiatan yang Dilakukan Bertolak dari latar belakang di atas, model peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan yang dapat diusulkan adalah ” Peningkatan Kompetensi Guru SMA melalui Pendampingan Terpadu Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran di Kabupaten Badung; Tabanan; dan Kodya Denpasar Provinsi Bali”. Model Peningkatan Kompetensi Guru, Melalui Bimbingan Teknik Terintegrasi Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran ini adalah suatu model peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan Kinerja Guru, yang juga melibatkan Kepala Sekolah, dan Pengawas melalui kaji tindak pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan.
Model ini melibatkan Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota kepala sekolah, guru, pengawas, dan MGMP. 25
Program-program yang akan dilaksanakan dalam Peningkatan Kompetensi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas SMA Melalui Bimbingan Teknik Terintegrasi Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran adalah sebagai berikut. (1) Peningkatan penguasaan guru terhadap kompetensi pedagogi dan kompetensi professional. (2) Peningkatan penguasaan pengawas terhadap pengetahuan pedagogi, dan teknikteknik supervisi. (3) Peningkatan penguasaan kepala sekolah terhadap pengetahuan dan keterampilan manajemen sekolah. (4) Peningkatan kualitas perangkat pembelajaran yang digunakan guru. (5) Peningkatan kualitas proses dan evaluasi pembelajaran di kelas. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan program-program di atas adalah: (1) Pendidikan dan Latihan (Diklat) Peningkatan Kompetensi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas; (2) Kaji Tindak Pembelajaran dalam bentuk Lesson Study; dan (3) FGD yang melibatkan dosen Undiksha, Kepala Sekolah dari sekolah sasaran, kepala Dinas kabupaten/Kota dan Kepala Dinas Provinsi Bali. 1) Diklat Peningkatan Kompetensi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas SMA Peserta Diklat Peserta dari pelatihan ini adalah guru-guru mata pelajaran yang di-UN-kan, kepala sekolah, dan pengawas SMA. Dalam pelatihan ini dilibatkan tiga sekolah pada setiap kabupaten, di tiga kabupaten yaitu Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar, dan 9 mata pelajaran yang di-UN-kan. Oleh karena itu melibatkan 71 orang guru, 9 kepala sekolah, dan 9 orang Pengawas SMA dari Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kota Denpasar. Distribusi peserta adalah sebagai berikut (a) untuk Kabupaten Badung pelajaran, 3 kepala sekolah, dan 3 orang pengawas yang
dilibatkan 27 guru mata
terdistribusi pada SMA N 1
Mengwi, SMA N Kuta Utara, dan SMA Thomas Aquino, (b) untuk Kabupaten Tabanan melibatkan 27 guru, tiga kepala sekolah, dan tiga orang pengawas, yang terdistribusi pada SMA N 1 Tabanan, SMA N 2 Tabanan, dan SMA TP 45 Tabanan, dan (c) Kota Denpasar dilibatkan 71 orang guru, tiga orang pengawas, dan tiga orang kepala sekolah yang terdistribusi pada SMA N 1 Denpasar, SMA N 3 Denpasar, dan SMA Dwijendra. Dalam kegiatan diklat juga dilibatkan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga dari tiga 26
kabupaten/kota
tersebut serta Kabid SMA-nya masing-masing. Rencana kegiatan ini
disampaikan dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2: Rancangan Materi Diklat, Narasumber, dan Peserta No. 1.
7
Materi Diklat Kebijakan peningkatan mutu pendidikan Model pembelajaran inovatif dan asesmen Kaji tindak pembelajaran (lesson study) Manajemen sekolah Supervisi pendidikan Materi pelajaran Matematika Materi pelajaran Kimia
8
Materi pelajaran Fisika
9
Materi pelajaran Biologi
10
Materi pelajaran Bahasa Indonesia Materi pelajaran Bahasa Inggris Materi pelajaran Ekonomi Materi pelajaran Geografi Materi pelajaran Sosiologi
2. 3.
4. 5. 6.
11 12 13 14
Nara Sumber Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Bali Dosen/Pakar dari Undiksha
Peserta Semua peserta (guru, pengawas, kepala sekolah) Semua peserta
Dosen/Pakar dari Undiksha (pakar nasional)
Semua peserta
Dosen/pakar dari Undiksha Dosen/pakar dari Undiksha Dosen Jurdik Matematika Undiksha Dosen Jurdik Kimia Undiksha Dosen Jurdik Fisika Undiksha Dosen Jurdik Biologi Undiksha Dosen Bahasa Indonesia Undiksha Dosen Jurdik Bahasa Inggris Undiksha Dosen Jurusan Ekonomi Undiksha Dosen Jurdik Geografi Undiksha Dosen Fak IPS Undiksha
Kepala sekolah dan pengwas Kepala sekolah dan pengawas Guru matematika Guru kimia Guru fisika Guru biologi Guru bahasa Indonesia Guru Bahasa Inggris Guru ekonomi Guru Geografi Guru sosioligi
2) Kaji Tindak Pembelajaran (Lesson Study) Untuk menerapkan pengetahuan konten dan pedagogik guru, pengetahuan manajemen kepala sekolah, dan pengetahuan supervisi akademik pengawas, digunakan metode Kaji Tindak pembelajaran yang dalam hal ini menggunakan model Lesson Study (LS.) Tahapan LS yang dilakukan adalah plan (merencanakan), do (melaksanakan), dan see (merefleksikan).
Tahap 1: Perencanaan (Plan/LS) Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan pembelajaran yang diyakinin dapat membelajarkan siswasecara efektif serta membangkitkan partisipasi siswa dalam belajar. Kegiatan plan ini dilaksanakan dalam kegiatan workshop saat diklat, yautu setelah 27
pendalaman materi pelajaran dilakukan. Guru bidang studi dari satu Kabupaten/Kota berkumpul membuat plan berupa satu RPP kecil dengan alokasi waktu satu jam pelajaran. Pada saat plan ini aktivitas guru didampingi oleh pengabdi. Rencana/plan ini disempurnakan lagi di sekolah tempat LS dilaksanakan.
Tahap 2: Pelaksanaan (Do) Tujuan
tahap
pelaksanaan
ini
adalah
untuk
mengimplementasikan
rancangan
pembelajaran yang disusun saat plan. Pada saat ini seorang guru bertindak sebagai guru model dan yang lain sebagai pengamat (observer). Obeserver mengamati aktivitas pembelajaran mengamati aktivitas belajar siswa.
Tahap 3 Refleksi (See) Tujuan refleksi adalah untuk menemukan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan ini diawali dengan penyampaian kesan oleh guru model dan selanjutnya oleh observer. Dalam kegiatan ini semua peserta menemukan bagaimana pembelajaran harus dilakukan sehingga semua siswa belajar.
(3) Evaluasi terhadap Diklat dan Kaji Tindak Pembelajaran Evaluasi keefektifan diklat dilakukan dengan mengamati keseriusan peserta dalam mengikuti kegiatan diklat. Evaluasi terhadap kaji tindak pembelajaran dilakukan berdasarkan hasil pengamatan dengan menggunakan instrumen: (a) lembar observasi pembelajaran dalam kegiatan LS, (b) lembar kegiatan pembuatan action plan, dan (b) lembar observasi respon siswa terhadap pembelajaran. 3) Focus Group Discussion (FGD) FGD dilaksanakan di Kampus Undiksha yang diikuti oleh Kepala Sekolah dari sekolah sasaran, kepala Dinas pendidikan Pemuda dan Olah Taga Kabupaten Kota, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Provinsi Bali,
28
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN PM-PMP
3.1 Model yang Dikembangkan Model yang telah dikembangkan pada tahun 2011 ini dilakukan uji melalui program PM-PMP. Adapun model yang dikembangkan adalah sebagai berikut. “Peningkatan Kompetensi Guru SMA Melalui Pendampingan Terpadu Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran di Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar Provinsi Bali”
1) Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) yang berlangsung secara eksponensial perlu direspon oleh pemerintah dengan menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang professional dan bermutu tinggi. SDM yang bermutu tinggi hanya dapat dihasilkan oleh pendidikan bermutu tinggi pula. Dilihat dari mutu SDM, berbagai survey internasional menempatkan Indonesia sebagai negera dengan mutu SDM yang relatif rendah. The Global Competitiveness Report 2008-2009 dari Word Economic Forum (Martin dkk, 2008) menempatkan Indonesia pada urutan ke 55 dari 134 negara yang disurvey dalam hal pencapaian Competitiveness Index (CI). Hasil penelitian United Nation for Development Programme dalam Human Development Report 2007/2008 menempatkan Indonesia pada posisi ke-107 dari 155 negara dalam hal pencapaian Human Development Indek (HDI). Pendidikan merupakan salah satu dimensi yang menentukan HDI. Jadi, gambaran rendahnya mutu SDM yang ditunjukkan oleh kedua survey di atas dapat disebabkan oleh rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Beberapa upaya yang telah dilakukan adalah: (1) perbaikan kurikulum, (2) meningkatkan standar proses pembelajaran, (3) meningkatkan kompetrensi lululusan, (4) meningkatkan standar pendidik dan kependidikan, (5) meningkatkan kualitas sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan pendidikan, (7) peningkatan anggaran pendidikan, dan (8) meningkatkan kualitas proses penilaian pembelajaran. Walaupun telah diupayakan perbaikan sistem pendidikan di Indonesia, kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat penting untuk ditingkatkan. 29
Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan salah satu jenjang pendidikan di Indonesia yang mendidik anak-anak yang telah tamat SMP untuk menjadi sumber daya manusia yang siap untuk didik di perguruan tinggi, baik tingkat diploma maupun sarjana. Kualitas pendidikan SMA di Bali saat ini boleh dikatakan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil UN selama tiga tahun terakhir. Walaupun hasil UN SMA di Bali boleh dikatakan cukup baik, masih banyak kendala yang dialami oleh siswa sehingga hasil belajar (dilihat dari UN) mencapai dibawah standar (< dari 60%) Kendala yang dialami sesuai dengan survey tahun 2008, 2009, dan 2010, diperoleh informasi kendala atau faktor yang menyebabkan masih rendahnya hasil belajar siswa adalah sebagai berikut. 1.
Standar Isi •
Kriteria Ketuntasan Minimal masih rendah
•
Silabus tidak dibuat oleh guru, melainkan dibuat bersama dalam satu kecamatan dan bahkan di kabupaten.
•
Indikakator dipetakan dengan tidak mengacu pada kisi-kisi UN
2. Standar Proses •
50% pembelajaran didukung oleh silabus
•
<50% RPP dikembangkan oleh guru, banyak guru tidak mengembangkan RPP, melainkan RPP dikembangkan bersama dalam satu kabupaten.
•
<50% pembelajaran mengacu pada RPP, pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan situasi.
•
Pemantauan proses pembelajaran oleh Ksek ≤1 kali/semester
•
Aspek yang disupervisi Kasek persiapan saja atau proses saja.
•
Penyampaian hasil supervisi oleh Kasek ≤1 kali/semester
•
Implementasi tindak lanjut ≤1 kali/semester.
•
Guru menggunakan IT dalam proses pembelajaran 2-3 kali/bulan.
•
Pembelajaran berpusat pada guru artinya sangat konvensional
•
Pembelajaran kurang kontekstual, artinya kurang mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan dunia nyata
30
3. Standar Kompetensi Lulusan •
Guru tidak melaksanakan program pembiasaan mencari informasi lebih dari berbagai sumber belajar
•
Guru melaksanakan 1 kegiatan yang memanfaatkan lingkungan, artinya siswa kurang peka terhadap permasalahan yang ada di lingkungan mereka.
•
Guru tidak melaksanakan kegiatan yang dapat menghasilkan karya kreatif
•
Guru tidak melaksanakan kegiatan yang dapat mengarahkan siswa untuk memperoleh keterampilan menyimak, membaca, dan berbicara dalam bahasa Indoesia.
•
Guru melaksanakan 1 kegiatan untuk mengembangkan IPTEK.
•
Pembelajaran kurang melatih keterampilan proses sains dan sikap ilmiah
•
Pembelajaran kurang membina pembentukan karakter bangsa.
•
Siswa kurang mampu mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan keterampilan atau skill yang terkait yang ada di masyarakat.
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan •
10% materi pelajaran kurang dikuasai oleh guru, sehingga guru tidak dapat membelajarakan siswa dengan baik pada materi tersebut.
•
Penguasaan guru akan pembelajaran inovatif masih rendah
•
Penguasaan guru akan asesmen otentik masih rendah.
•
Penguasaan guru akan IT masih rendah teritama pada guru-guru tua.
•
Jumlah tenaga kependidikan di setiap sekolah di Badung belum memadai untuk medukung pelayanan terhadap kegiatan sekolah.
5.
Standar Sarana Prasarana •
Kegunaan ruang laboratorium untuk prkatikum Kimia, Fisika, dan Biologi 3-5 kali dalam satu semester.
•
Peralatan laboratorium kurang. Sangat jarang diadakan peremajaan alat lab.
•
Pengadaan bahan habis lab juga sangat terbatas.
•
Kurangnya buku-buku pendukung mata pelajaran yang di UN-kan
•
Belu semua guru memiliki laptop sebagai sarana yang mendukung pekerjaan ereka. 31
•
Sarana IT terutama internet di sekolah masih terbatas.
6. Standar Pengelolaan •
Sekolah memiliki dan melaksanakan 1 program pengawasan yang disosialisasikan kepada pendidik dan tenaga kependidikan.
•
Sekolah hanya melaksanakan 1 kali kegiatan evaluasi program kerja sekolah setiap tahun/sesuaidengan kebutuhan
•
Sekolah melaksanakan 1 kali program kegiatan evaluasi kinerja pendidik dan tenaga kependidikan tiap semester /sesuai kebutuhan.
•
Belum semua selkolah menerapkan sistem jaminan mutu pendidikan.
•
Kegiatan supervisi pembelajaran oleh kepala sekolah dan pengawas masih sangat tebatas. Hal ini belum banyak tersedia pengawas bidang studi di sekolah.
7. Standar Pembiayaan •
Dana untuk mpengadaan alat lab dan pengadaan buku, masih sangat terbatas
•
Tidak tersedianya dana untuk peningkatan kompetensi guru, seperti untuk mengikuti kegiatan ilmiah, ikut pelatihan, dll.
8. Standar Penilaian •
Rancangan criteria penilaian pada silabus tidak pernah diinformasikan kepada siswa di awal semester
•
Teknik penilaian silabus kurang sesuai dengan indicator pencapaian kompetensi dasar.
•
Instrument dan pedoman penilaian kurang sesuai dengan bentuk dan teknikpenilaian.
•
<50% penilaian hasil belajar besifat otentik
•
Semua tes tertulis yang digunakan guru adalah multiple choise.
•
Tingkat taksonomi Bloom yang digunakan pada tes tulis <50% soal tes termasuk katagori berpikir tinggi (C4-C6)
•
Guru mata pelajaran <50% mengolah dan menganalisis hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan dan kesulitan belajar siswa. 32
•
Guru <50% memberikan balikan hasil kerja siswa diserati masukan/komentar yang mendidik
2) Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat disampaikan rumusan masalah ”bagaimanakan alternatif pengembangan upaya pemecahan masalah sebagai upaya mengatasi faktor-faktor penyebab yang dominan berpengaruh terhadap rendahnya penguasaan terhadap kompetensi yang diujikan (KD) pada mata pelajaran yang di-UN-kan?” 3) Tujuan Tujuan dari penyusunan model ini” menyampaikan alternatif pengembangan upaya pemecahan masalah sebagai upaya mengatasi faktor-faktor penyebab yang dominan berpengaruh terhadap rendahnya penguasaan terhadap kompetensi yang diujikan (KD) pada mata pelajaran yang di-UN-kan” 4) Sasaran Sasaran kegiatan ini adalah: (1) Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olag Raga Kabupaten/Kota, (3) Pengawas Sekolah/Bidang Studi, (4) Kepala Sekolah SMA , (4) Guru Bidang Studi yang di UN-kan. Upaya yang yang dilakukan adalah dengan mengembangkan model pembinaan dengan judul: “Peningkatan Kompetensi Guru SMA melalui Pendampingan Terpadu Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran di Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar Provinsi Bali” dengan kegiatan seperti di bawah ini.
I. Pola Pembinaan atau Bimbingan Terpadu Pola pembinaan dibagi menjadi dua bagian yaitu (1) pembinaan di kabupaten, dan (2) pembinaan di sekolah.
1. Bimbingan Teknis di Kabupaten Bimbingan Teknis di Kabupaten meliputi:
33
• Penyamaan persepsi bersama: dosen (pengabdi), Kepala Dinas, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah tentang pembinaan sekolah untuk mencapai delapan standar pendidikan, pengelolaan sekolah, sarana dan prasarana, serta menentukan kebijakan yang akan dilakukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. • Bimbingan teknis pada guru mata pelajaran yang di-UN-kan, kepala sekolah, dan pengawas (sekolah dan mata pelajaran) meliputi: Manajemen sekolah, Supervisi pendidikan, Pembelajaran inovatif dan asesmen Lesson Study Penyusunan silabus Penyusunan RPP Work shoop materi pelajaran sulit yang belum dikuasai dengan baik oleh guru, work shoop pembelajaran inovatif,
2. Bimbingan Teknis di Sekolah Bimingan teknis di sekolah dilakukan untuk guru dengan melibatkan kepala sekolah dan pengawas sekolah/mata pelajaran. Bimbingan teknis di sekolah meliputi sebagai berikut. • Bimbingan teknis bagi guru dilaksanakan di MGMP Sekolah dalam bentuk lesson study. Ini dilakukan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru. Pengawas sekolah/mata pelajaran dan kmengajar guru dapat ditingkatkan. II.
Hasil yang Diharapkan Hasil yang diharapkan dari pola pembinaan ini adalah sebagai berikut. 1) Guru terampil memetakan indikator hasil belajar, terampil menyusun silabus, dan terampil membuat RPP 2) Guru terampil melaksanakan pembelajaran inovati atau pembelajaran berpusat pada siswa. 3) Guru terampil mengembangkan alat evaluasi otentik 4) Guru terampil mengembangkan standar kompetensi lulusan 5) Guru menguasai pembelajaran inovatif, asesmen otentik, dan menguasai kembali materi pelajaran yang dianggap sulit atau belum dikuasai. 34
6) Kepala sekolah dan pengawas dapat melakukan supervisi dengan baik dan dapat bekerjasama dengan guru dalam memperbaiki peroses pembelajaran. 7) Kepala dinas, dan kepala sekolah, memahami betapa pentingnya sarana prasarana pembelajaran sehingga sekolah dan pemerintah daerah (melalui kepala dinas) mau menyediakan dana untuk sarana pendidikan. Hasil dari semua ini adalah perbaikan daya serap siswa. Siswa menguasai hasil belajar kognitif, psikomotor, dan afektif
3.2 Uji Model Untuk menguji model yang dirancang dapat dilakukan sebagai berikut. 3.2.1 Bimbingan Teknis di Kabupaten Bimbingan teknis di Kabupaten/Kota dilaksanakan di kampus Undiksha. Diklat dilaksanakan di kampus Undiksha dalam dua gelombang, dengan waktu, materi diklat, dan narasumber seperti pada susunan acara pada Tabel 3.1 dan 3.2. Para Peserta adalah Guru dari Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar. Peserta diklat yang hadir disampaikan pada Tabel 3.3 dan Tabel 3.4. Tabel 3.1 Susunan Acara Diklat PM-PMP Undiksha Tahun 2012 (Gelombang I) Hari/Tanggal/ Peserta
No 1
Jumat, 9 -112012 (Ruang 1) Dengan Peserta: • Kepala Sekolah • Pengawas • Semua guru
2
3 4 5 6
Acara Presensi Peserta + Kudapan Pembukaan • Laporan Ketua Panitia • Sambutan Kepala Dinas Provinsi • Sambutan Rektor sekaligus membuka acara Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan Penjelasan Umum Kegiatan PM-PMP Model Pembelajaran Inovatif dan Asesmen Makan Malam
Waktu
Pelaksana
12.45 – 13.00
Panitia
13.00 - 13.30
Panitia
13.30 – 15.00 15.00 – 16.00 16.00 - 19.00 19.00 - 20.00
Kepala Dinas Provinsi Prof. Dr. Ida Bagus Arnyana, M.Si Prof. Dr. Ketut Suma, M.S Panitia 35
Sabtu, 10-112012 (Ruang 1) Dengan peserta: • Kepala Sekolah • Pengawas Ruang 2 Dengan peserta • Guru matematika
Ruang 3 Dengan peserta Guru Fisika
Ruang 4 Dengan peserta Guru Kimia
Ruang 5 Dengan peserta Guru Biologi
7
Kaji Tindak Pembelajaran
1
Manajemen Sekolah
2
Kudapan
3
Supervisi Pendidikan
1
Pendalaman Materi Matematika
2
Kudapan
3
Pendalaman Materi Matematika
1
Pendalaman Materi Fisika
2
Kudapan
3
Pendalaman Materi Fisika
1
Pendalaman Materi Kimia
2
Kudapan
3
Pendalaman Materi Kimia
1
Pendalaman Materi Biologi
2
Kudapan
3
Pendalaman Materi Biologi
20.00 – 22.00 08.00 – 10.00 10.00 – 10.30 10.30 – 12.30 08.00 – 10.00 10.00 – 10.30 10.30 – 12.30 08.00 – 10.00 10.00 – 10.30 10.30 – 12.30 08.00 – 10.00 10.00 – 10.30 10.30 – 12.30 08.00 – 10.00 10.00 – 10.30 10.30 – 12.30
Prof. Dr. Putu Budi Adnyana, M.Si. Prof. Dr. Nyoman Natajaya, M.Pd. Panitia Prof. Dr. I Nyoman Natajaya, M.Pd. Prof. Dr. I Nengah Suparta, M.Si Panitia Prof. Dr. I Nengah Suparta, M.Si Prof. Dr. I Wayan Santiyasa, M.Si Panitia Prof. Dr. I Wayan Santiyasa, M.Si Dr. I Nyoman Suardana, M.Si. Panitia Dr. I Nyoman Suardana, M.Si. Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si. Panitia Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si.
Tabel 3.2 Susunan Acara Diklat PM-PMP Undiksha Tahun 2012 (Gelombang II) Hari/Tanggal
No 1
Sabtu, 10 -112012 (Ruang 1) Dengan pesera Semua guru
Minggu, 11-112012 (Ruang 2)
Acara Presensi Peserta + Kudapan
4
Penjelasan Umum Kegiatan PM-PMP Model Pembelajaran Inovatif dan Asesmen Makan Malam
5
Kaji Tindak Pembelajaran
2 3
1 2
Pendalaman Materi Bahasa Indonesia Kudapan
Waktu 13.30 – 14.00 14.00- 15.00 15.00 - 18.00 18.00 - 19.00 19.00 – 21.00 08.00 – 10.00 10.00 –
Pelaksana Panitia Prof. Dr. Ni Ketut Suarni, M.S Prof. Dr. Ketut Suma, M.S Panitia Prof. Dr. Putu Budi Adnyana, M.Si. Drs. Nyoman Merdana, M.Pd. Panitia 36
Dengan peserta Guru Bahasa Indonesia Ruang 3 Dengan peserta Guru Bahasa Inggris
Pendalaman Materi Bahasa Indonesia Pendalaman Materi Bahasa Inggris
3 1 2
Kudapan Pendalaman Materi Bahasa Inggris Pendalaman Materi Sosiologi
3 1
Ruang 4 Dengan peserta Guru Sosiologi
2
Kudapan Pendalaman Materi Sosiologi Pendalaman Materi Ekonomi
3 1 Ruang 5 Dengan peserta Guru Ekonomi
2
Kudapan Pendalaman Materi Ekonomi Pendalaman Materi Geografi
3 1 Ruang 6 Dengan peserta Guru Geografi
2
Kudapan
3
Pendalaman Materi Geografi
10.30 10.30 – 12.30 08.00 – 10.00 10.00 – 10.30 10.30 – 12.30 08.00 – 10.00 10.00 – 10.30 10.30 – 12.30 08.00 – 10.00 10.00 – 10.30 10.30 – 12.30 08.00 – 10.00 10.00 – 10.30 10.30 – 12.30
Drs. Nyoman Merdana, M.Pd. Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi, M.A. Panitia Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi, M.A. Drs. I Wayan Mudana, M.Si. Panitia Drs. I Wayan Mudana, M.Si. Dr. I Wayan Bagia, M.Si Panitia Dr. I Wayan Bagia, M.Si Prof. Dr. I Gede Astra Wesnawa M.Si Panitia Prof. Dr. I Gede Astra Wesnawa M.Si
Guru peserta diklat dari Kabupaten Badung, Tabanan, dan kodya Denpasar disajikan pada Tabel 3.3. dan Tabel 3.4 Tabel 3.3: Peserta Diklat Gelombang I No .
Nama
Jabatan
Asal instansi
1
I Nyoman Rama
Pengawas
Disdikpora kab. Badung
2
Drs. I Wayan Nhata
Pengawas
Disdikpora kab. Badung
3
Drs. I Nyoman Suara
Pengawas
Disdikpora kab. Badung
4
Kadek Praniyogi, S.Si.
Guru
SMAN 1 Kuta Utara
5
I Putu Duryana, S.Pd., M.Pd.
Guru
SMAN 1 Kuta Utara
6
Drs. Nanang Agus Budi Radsanaka, M.Pd.
Guru
SMAN 1 Kuta Utara
7
I Ketut Sudi Sutama, S.Pd.
Guru
SMAN 1 Kuta Utara
8
Dr. Drs. I Ketut Kerta, M.Pd.
Kepala Sekolah
SMAN 1 Kuta Utara
9
I Nengah Suwika, S.Pd.
Guru
SMAN 1 Mengwi 37
10
Ni Nyoman Dayitri Pendit, M.Pd.
Guru
SMAN 1 Mengwi
11
Drs. I Wayan Makrawan
Guru
SMAN 1 Mengwi
12
I Made Sena Yudana, S.Pd.
Guru
SMAN 1 Mengwi
13
Drs. I Made Oka Haryana
Kepala Sekolah
SMAN 1 Mengwi
14
Ni Putu Ayu Mudiani,S.Pd
Guru
SMA Dwijendra Denpasar
15
Ir.I Putu iriantono,M.Pd
Guru
SMA Dwijendra Denpasar
16
Ni Ketut Wiryadi,S.Pd, M.Pd
Guru
SMA Dwijendra Denpasar
17
Ni Made Sariani,S.Pd
Guru
SMA Dwijendra Denpasar
18
Cok Gede Anom Wiratmaja, S.Pd.
Guru
SMAN 1 Denpasar
19
Ni Made Sudiarti,S.Pd,M.Si
Guru
SMAN 1 Denpasar
20
Ni Putu Nadi Sarniti, S.Pd
Guru
SMAN 3 Denpasar
21
Drs. Ketut Sukarwata, M.Pd
Guru
SMAN 3 Denpasar
22
Ni Kadek Anggreni, S.Pd
Guru
SMAN 3 Denpasar
23
Dra. I.A. Km Ari Sugiantini
Guru
SMAN 3 Denpasar
24
Drs. I Made Suistna Adiputra, M.Pd.
Pengawas
25
I Nyoman Ngardika, S.Pd., M.M
Pengawas
26
Drs. Ketut Sukalaksana, M.Pd.
Pengawas
27
Drs. I Wayan Sutarnaja
Guru
SMA TP45 Tabanan
28
Drs. I Nyoman Suartama
Guru
SMA TP45 Tabanan
29
A. A.Sagung. Rai Kusmadewi,S.Pd.
Guru
SMA TP45 Tabanan
30
Kusnani, S.Pd
Guru
SMA TP45 Tabanan
31
Ni Wayan Kompiang Kusumawati, S.Si.,M.Pd
Guru
SMAN 1 Tabanan
32
Drs. I Nyoman Sadmaya
Guru
SMAN 1 Tabanan
33
Drs. I Ketut Subagia
Guru
SMAN 1 Tabanan
34
Dra. Luh Putu Sri Mahendratni
Guru
SMAN 1 Tabanan
35
I Made Nurata, S.Pd.
Guru
SMAN 2 Tabanan
36
Veronika Sose Fahek, S.Pd.
Guru
SMAN 2 Tabanan
37
Si Luh Nyoman Supartini, S.Pd., M.Pd.
Guru
SMAN 2 Tabanan
38
Drs. I Made Sudanta
Guru
SMAN 2 Tabanan
Diskdikporabud kab. Tabanan Diskdikporabud kab. Tabanan Diskdikporabud kab. Tabanan
38
Tabel 3.4: Peserta Diklat Gelombang II No.
Nama
Jabatan
Asal instansi
1
Dra. Ni Nyoman Supini
Guru
SMAN 1 Kuta Utara
2
Drs. I Nyoman Murda, M.Si
Guru
SMAN 1 Kuta Utara
3
Drs. I Wayan Beratha
Guru
SMAN 1 Kuta Utara
4
K. Adhi Sucipta, SE., M.Pd
Guru
SMAN 1 Kuta Utara
5
Drs. I Made Rai Mukiatna
Guru
SMAN 1 Kuta Utara
6
Drs. I Wayan Wirawan
Guru
SMAN 1 Mengwi
7
I Ketut Janastawa, S.Pd
Guru
SMAN 1 Mengwi
8
Drs. I Nyoman Widia
Guru
SMAN 1 Mengwi
9
I Made Suarta, SE., M.Pd
Guru
SMAN 1 Mengwi
10
Drs. I Wayan Sudika
Guru
SMAN 1 Mengwi
11
Drs. I Made Oka Antara,M.Hum
Guru
SMA Dwijendra Denpasar
12
I Nyoman Sudema, S.Pd., SH., M.Pd
Guru
SMA Dwijendra Denpasar
13
Ni Luh Made Pancanadi,S.H.
Guru
SMA Dwijendra Denpasar
14
Dra.Endang Anekawati
Guru
SMA Dwijendra Denpasar
15
Drs. I Wayan Artha
Guru
SMA Dwijendra Denpasar
16
Dra.Elly Susiana
Guru
SMAN 1 Denpasar
17
Agung Ayu Putu Juliariani, S.Pd., M.Pd
Guru
SMAN 1 Denpasar
18
M. Rida,S.Pd,M.Pd.
Guru
SMAN 1 Denpasar
19
Drs. I Ketut Suastika
Guru
SMAN 1 Denpasar
20
Dra. Siti Sundari
Guru
SMAN 3 Denpasar
21
I.A. Krishna Wiweka, S.S
Guru
SMAN 3 Denpasar
22
Dra. Ni Putu Yuniati
Guru
SMAN 3 Denpasar
23
Dra. Made Sumadi
Guru
SMAN 3 Denpasar
24
Kadek Adiana Putra, S.Pd
Guru
SMAN 3 Denpasar
25
Ni Putu Mas Asri,S.Pd.
Guru
SMA TP45 Tabanan
26
Drs. A.A.Raka Wirawan
Guru
SMA TP45 Tabanan
27
Drs. I Wayan Sukerta
Guru
SMA TP45 Tabanan
28
Ika Savitri,S.E.
Guru
SMA TP45 Tabanan
29
Drs. I Wayan Nadiartha
Guru
SMA TP45 Tabanan 39
30
Dra. Ida Ayu Mas Nuarini
Guru
SMAN 1 Tabanan
31
Dra. Ni Ketut Nurmini,M.Pd
Guru
SMAN 1 Tabanan
32
Drs. I Gede Putu Hastra Wijaya
Guru
SMAN 1 Tabanan
33
Dra. Ni Made Hariyati
Guru
SMAN 1 Tabanan
34
Ni Luh Putu Indrawati,S.Pd
Guru
SMAN 1 Tabanan
35
Drs. I Wayan Sutanaya
Guru
SMAN 2 Tabanan
36
Putu Gde Perdanana Sugihartha, S.Pd.
Guru
SMAN 2 Tabanan
37
I Ketut Subanda Pendit, S.Pd.
Guru
SMAN 2 Tabanan
38
I Wayan Kawi Suara, SE
Guru
SMAN 2 Tabanan
39
Dra. Ni Made Yudani
Guru
SMAN 2 Tabanan
Pelaksanaan diklat dapat disampaikan sebagai berikut. a. Kesesuaian Rencana dan Pelaksanaan Diklat Seperti ditunjukkan pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2, materi diklat yang diberikan, pelaksanaan diklat sesuai dengan rencana, yaitu: kepala sekolah, pengawas, dan semua guru diberikan materi: Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan di Bali, Model pembelajaran Inovatif dan Asesmen, dan kajitindak Pembelajaran. Materi Manajemen Sekolah, Supervisi Pendidikan diberikan pada kepala sekolah dan pengawas, materi bidang studi yang di UNkan diberikan masing-masing pada guru yang sesuai. Oleh karena itu, pemilihan materi dan pesert yang mengikuti telah sesuai dengan rencana. b. Kesesuaian Rencana Peserta dengan Peserta yang Hadir. Peserta yang direncanakan dan diundang dari Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar : Kepal Sekolah 8 orang, Pengawas 3 orang, dan
guru mata pelajaran
yang di UN-kan sebanyak 81 orang. Namun yang hadir : Kepala Sekolah 3 orang, Pengawas 6 orang, dan guru 68 orang. Sehingga peserta yang hadir ada 78%. Diliah dari kuantitas yang hadir, kehadiran 78% tergolong baik, namun dilihat dari kualitas , jumlah kepala sekolah yang hadir cukup rendah yaitu 33%, dan pengawas cukup baik yaitu 67%. Kehadiran kepala sekolah yang rendah dalam diklat ini, ditutupi dengan penyampaian materi diklat pada kepala sekolah yang tidak hadir. Sehingga saat dilaksanakan kaji tindak pembelajaran di sekolahnya mereka dapat mengikuti dengan baik. 40
Diklat dilaksanakan dengan baik, dimana peserta mengikuti diklat ini dengan baik. untuk mengetahui kualitas pelaksanaan diklat dilihat dari penguasaan materi diklat, pada akhir diklat diberikan kuisioner seperti pada Lampiran 1, dan hasilnya disampaikan pada Lampiran 2. Hasil pengukuran dengan kuisioner seperti pada Lampiran 2, secara umum sebagai berikut. •
terjadi peningkatan penguasan pembelajaran inovatif dan asesmen,
•
terjadi peningkatan penguasaan lesson study,
•
terjadi peningkatan penguasaan penyusunan perangkat pembelajaran,
•
terjadi peningkatan penguasaan materi pelajaran yang dianggap sulit, dan
•
Saat mengajar siap untuk diobservasi oleh orang lain.
Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner tersebut tampak bahwa diklat yang dilaksanakan menjadi bermakna bagi guru. Kebermaknaan ini harus dilihat pada aplikasi saat melaksanakan pembelajaran di sekolah.
3.2.2 Plaksanaan Kaji Tindak Pembelajaran (Lesson Study/LS) Kaji tindak pembelajaran yang dilaksanakan berupa lesson study di Kabupaten Badung, Tabanan dan Kodya Denpasar dengan rincian seperti Tabel 3.5 di bawah ini Tabel 3.5: Rincian Pelaksanaan Kaji Tindak Pembelajaran di Kabupaten Badung, Tabanan dan Kodya Denpasar Kabupaten/Kota
Badung
Lokasi
SMA N 1 Mengwi
SMA N 1 Kuta Utara
SMA TP 45
Mata pelajaran Kimia Fisika Biologi Sosiologi Ekonomi Geografi Matematika Bahasa Indonesia Bahasa Inggris
Sosiologi Ekonomi
Guru model Made Sena I Wayan Makrawan Ni Nyoman Dayitripendit Nyoman Widia I Made Suwartha I Wayan Sudika Budi Nyoman Murda Made Rai Mugiatna
Wayan Sukertha Ika Savitri
Sekolah peserta • SMA N 1 Menwi • SMA N1 Kuta Utara • SMA Thomas Aquino • SMA N 1 Menwi • SMA N1 Kuta Utara • SMA Thomas Aquino • SMA TP 45
41
Tabanan
Tabanan
Geografi
Nadiartha
SMA N 1 Tabanan
Matematika
Nyoman Sadnaya Kompyang Kusumwati Kt Subagia Supartini I Wayan Sutanaya
Fisika
SMA N 2 Tabanan
Kodya Denpasar
Biologi Kimia Bahasa Indonesia Bahasa Inggris
Putu gede Perdana
Kimia Fisika Biologi Bahasa Indonesia
Ni Made Sudiarti Cok Gd Anom Wiratmaja Putu Guntur Elly Susiana
SMA N 3 Denpasar
Bahasa Inggris Matematika
Belum Belum
SMA Dwijendra
Sosiologi Ekonomi Geografi
SMA N 1 Denpasar
Belum Belum Belum
Tabanan • SMA N1 Tabanan • SMA N 2 Tabanan • SMA TP 45 Tabanan • SMA N1 Tabanan • SMA N 2 Tabanan • SMA TP 45 Tabanan • SMA N1 Tabanan • SMA N 2 Tabanan • SMA N 1 Denpasar • SMA N 3 Denpasar • SMA Dwijendra • SMA N 1 Denpasar • SMA N 3 Denpasar • SMA Dwijendra • SMA N 1 Denpasar • SMA N 3 Denpasar • SMA Dwijendra
Penilaian pelaksanaan LS yang dilakukan oleh pengamat (guru bidang studi sejenis, pengawas, kepala sekolah, dan dosen) diukur dengan menggunakan instrumen Lampiran 3 (pengamatan oleh observer) dan instrumen Lapiran 4 (pengamatan oleh siswa). Pelaksanaan LS pada setiap mata pelajaran di setiap Kabupaten /Kota disampaikan pada Lampiran 5. Berdasarkan hasil kajian yang seperti pada Lampiran 5 pada setian mata pelajaran di tiga Kabupaten /Kota dapat disampaikan sebagai berikut. 1) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 42
Kegiatan kaji tindak pembelajaran pada bahasa Indonesia cukup efektif. Kegiatan plan yang dilaksanakan saat diklat menghasilkan draf yang selanjutnya disempurnakan di sekolah oleh guru-guru bahasa Indinesia di Kabupaten Badung. Rencana pembelajaran yang dihasilkan ini diterapkan di dalam kelas oleh guru Bahasa Indonesia. Sebagai pengamat adalah pengawas, guru bahasa indonesia dari sekolah lain pengawas, serta dosen pengabdi. Kegiatan do ini dilanjutkan dengan kegiatan see (refleksi). Kegiatan Lesson Study (LS) yang dilaksanakan dapat mengubah pelaksanaan pembelajaran dari pembelajaran berpusat pada guru ke pembelajaran berpusat pada siswa. Pembelajaran yang dilaksanan membuat siswa aktif dalam belajar. Guru berperan sebagai fasilitator dan selalu membantu setiap siswa dalam belajar. Oleh karean ini saat kegiatan do dilaksanakan hampir tidak ada siswa yang tidak belajar. Kegiatan see yang dilakukan diawali dengan refleksi yang dilakukan guru model. Secara umum, komentar guru model, bahwa mereka awalnya grogi karena diamati oleh banyak guru, pengawas, dan dosen. Namun atas dorongan dari semua peserta, maka guru model menjadi sangat percaya diri dan dapat memimpin pembelajaran dengan baik. Hasil penilaian observer menunjukkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia brjalan dengan baik. Komentar dari para pengamat secara umum bahwa, pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan sangat baik. Semua siswa dilihat belajar dengan baik. Secara umum, Hasil penilaian siswa sangat baik. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran berjalan dengan baik
2) Mata Pelajaran Bahasa Inggris Kegiatan LS yang dilaksanakan pada Bahasa Inggris, diawali dengan penyusunan perencanaan pembelajaran saat kegiatan diklat. Perencanaan pembelajaran ini disempurnakan lagi di sekolah oleh kelompok guru bahasa Inggris yang mengikuti diklat. Perencanaan pembelajaran yang dihasilkan ini diterapkan dalam kegiatan Do oleh Guru model. Sebagai obesrver adalah guru, dosen, pengawas, dan kepala sekolah. Secara umum dalam kegiatan do ini semua siswa aktif. Guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator. Semua siswa aktif belajar. Peranan pengamat sangat baik, yaitu mengamati semua siswa dalam belajar. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan selama 1 x 45 menit ini berlangsung sangat menyenangkan. Siswa tidak merasa terganggu oleh kahadiran para pengamat. Malah siswa belajar lebih serius, kemungkinan disebabkan oleh hadirnya banyak orang di kelasnya.
43
Kegiatan see atau refleksi yang diawali oleh refleksi oleh guru model. Menurut guru model, pembelajaran yang dilaksanakan tampak berjalan dengan baik. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh persiapan yang lebih baik, dan hadirnya banyak orang di dalam kelas. Komentar dari para pengamat menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilihatnya itu menunjukkan secara
umum semua siswa aktif belajar
dan mencapai tujuan belajar.
Komentar siswa melalui instrumen yang diberikan pada siswa menunjukka bahwa mereka secara umum senang dalam mengikuti pelajaran bahasa Inggris, dan mereka mencapai tujuan belajar dengan baik. 3) Mata Pelajaran Matematika Kegiatan LS yang dilaksanakan pada mata pelajaran Matematika secara umum berjalan dengan baik, diawali penyusunan perencanaan pembelajaran saat diklat yang menghasilkan draf rencana pembelajaran, yang selanjutnya disempurnakan lagi di sekolah oleh guru Matematika yang mengikuti diklat. Rencana pembelajaran yang dihasilkan ini diterapkan di kelas (Do). Pengamat terdiri dari guru matematika, pengawas, kepala sekolah, dan dosen. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan menunjukkan bahwa hapir semua siswa terlibat dalam pembelajaran. Kegian See yang yang diawali oleh guru model yang menyatakan pembelajaran matematika berjalan dengan baik. Penilaian pengamat secara umum menyatakan siswa telah mengikuti pelajaran dengan baik. Pembelajaran yang dilaksanakan sudah berpusat pada siswa bukan berpusat pada guru. Guru memperlihatkan keterampilan mengajarnya. Hasil penilaian siswa menunjukkan bawa pembelajaran yang diikutinya berjalan dengan baik. pembelajaran yang diikutinya sangat menantang mereka untuk menyelesaikan soal-soal, dan guru membantu siswa dalam belajar.
4) Mata Pelajaran Fisika Kegiatan LS yang dilaksanakan diawali penyusunan draf rencana pembalajaran saat diklat. Draf ini disempurnakan lagi oleh guru-guru Fisika dari Badung yang mengikuti diklat. Rencana pembelajaran ini diterapkan (Do) oleh guru model. Observer yang hadir adalah guru, pengawas, kepala sekolah, dan dosen. Pembelajaran yang dilaksnakan secara umum berpusat pada siswa, Pembelajaran yang terjadi menunjukkan semua siswa aktif dalam mengamati, berdiskusi, dan aktif dalam presentasi kelas. Dari kegiatan ini tampak bahwa pembelajaran yang dilaksnakan berjalan dengan baik.
44
Refleksi yang diawali oleh guru model menyatakan bahwa pembelajaran yang dilaksnakannya dirasa sangat baik. Hasil penilaian pengamat menynjukkan bahwa pembelajaran berlangsung dengan baik, pembelajaran berpusat pada siswa, dan tampak siswa senang belajar. Komentar dari dosen menyatakan bahwa secara umum pembelajaran berjalan dcengan baik. Siswa dengan mudah dapat menguasai pelajaran. Hasil penilain siswa menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan berjalan dengan baik.
5) Mata Pelajaran Kimia Kegiatan pembelajaran Kimia yang dilaksnakan berjalan dengan baik. Kegiatan plan diawali dalam kegiatan diklat yaitu menyusun draf rencana pembelajaran. Draf rencana pembelajaran ini disempurnakan di sekolah. Rencana pembelajaran ini diterapkan (Do) oleh guru model. Dalam pembeklajaran, secara umum siswa aktif mengeksplor konsep-konsep berdasarkan LKS yang disediakan guru. Konsep yang diperoleh itu dikembangkan lagi melalui elaborasi. Siswa bekerja secara berkelompok. Siswa aktif berdiskusi dalam kelompok. Peranan guru sebagai fasilitator, pembimbing dan sebagai nara sumber pada akhir pelajaran. Kegiatan refleksi yang diawali oleh guru model, menyatakan bahwa pembelajaran yang dipimpinnya dirasakan berjalan dengan baik. Semua siswa belajar dengan baik dan tujuan belajar dirasakan tercapai dengan baik. Menurut pengamat, secara umum pembelajaran kimia ini berjalan dengan baik. Hal ini dinilai akibat guru mempersiapkan pembelajaran dengan baik, dan dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu pembelajaran yang dilaksanakan walaupun dengan tidak pada program LS seharusnya berjalan dengan baik, dan semua siswa belajar dengan baik. Oleh karena itu guru harus selalu mempersiapkan pembelajarannya dengan baik, mulai dari RPP, media/bahan praktikum, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi. Tanpa guru mempersiapkan dengan baik mustahil pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Komentar siswa disampaikan pada tabel berikut. Sementara siswa menilai pembelajaran yang diikuti berjalan dengan baik.
6) Mata Pelajaran Biologi Kegiatan LS yang dilaksnakan pada mata pelajaran Biologi diawali penyusunan rencana pelajaran (Plan) saat diklat. Rencana pelajaran ini disusun oleh guru kimia di Badung yang 45
mengikuti diklat. Rencana pelajaran ini diterapkan oleh guru model. Pembelajaran yang dilaksanakan berjalan denghan baik. hampir semua siswa belajar. Kegiatan refleksi yang diawali oleh guru model menyatakan bahwa baru kali ini aktivitas belajar siswa seperti itu, padahal kelas yang dipilih merupakan kelas yang biasanya paling pasif. Menurutnya hal ini kemungkinan disebabkan oleh banyaknya orang masuk ke kelasnya. Oleh karena itu, dia ingik kegiatan LS ini sering dilaksnakan terutama di kelas yang umumnya pasif. Komentar pengamat menyatakan, aktivitas belajar siswa dapat dikatakan baik disebabkan oleh guru yang menguasai pembelajaran inovatif ini dengan baik, dibuatnya persiapan mengajar dengan baik (meliputi RPP dan LKS berdasrkanmasalah aktual di sekitar siswa). Oleh karena itu mereka menyarankan dalam pelaksnaan pembelajaran sebaiknya guru dalam bentuk team teaching. Siswa menyatakan mereka termotivasi uintuk belajar karena masalah yang diajukan guru terkait dengan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari mereka (kontekstual). 7) Mata Pelajaran Sosiologi Kegiatan LS pada mata pelajaran Sosiologi secara umum berjalan dengan baik. Rencana pelajaran (Plan) dibuat dengan baik, diawali pembuatan draf saat dilklat dan dilanjutkan dengan penyempurnaan yang dilakukan di sekolah. Rencana pelajaran ini diterapkan oleh guru model. Semua pelaksanaan pembelajaran menggunakan model siklus belajar, diwali dengan kegiatan eksplorasi menggali fakta-fakta terkait materi secara berkelompok. Selanjutnya fakta yang telah digali itu dikembangkan dan dibahas di dalam kelompok dan dibuat laporannya secara berkelompok pula. Salah satu kelompok siswa mempresentasi hasil diskusinya dan ditanggapi oleh kelas. Guru berperan sebagai narasumber melengkapi materi yang didiskusikan. Dari hasil pelaksanaan pembelajaran (Do), tampak bahwa pembelajaran sosiologi secara umum berjalan dengan baik. Refleksi yang diawali oleh guru model menyatakan bahwa semua siswa belajar engan baik, dan tujuan belajar tercapai. Pengamat menyatakan secara umum pembelajaran berjalan dengan baik, walaupun ada siswa yang menyatakan bahwa media yang digunakan kurang, dan tes belum sempat diberikan karena waktu yang digunakan 45 menit. Namun secara umum pembelajaran berjalan dengan baik.
sementara itu penilaian siswa secara umum
mereka menikmati pelajaran dan mereka senang belajar. 46
8) Mata Pelajaran Geografi Kegiatan LS yang dilaksnakan pada mata pelajaran Geografi berjalan dengan baik. Seperti mapel yang lain draf rencana pembelajaran (Plan) dibuat saat diklat dan disempurnakan lagi di sekolah oleh kelompok guru tim LS Geografi. Rencana itu selanjutnya diterapkan oleh guru model.
Pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan semua
menggunakan siklus belajar (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi). Di awal pembelajaran kelompok siswa menggali fakta-fakta terkait materi yang dipelajari dan selanjutnya menjelaskan fakta yang diperoleh. Kegiatan ini dilaksanakan dalam kelompok. Siswa tampak antusias berdiskusi terkait materi yang sedang dipelajarinya. Selanjutnya satu kelompok siswa mempresentasi hasil diskusinya. Siswa lain menanggapi. Peranan guru sebagai fasilitaor dan sebagai ranasumber saat siswa mengalami masalah dalam diskusi. Pembelajaran yang terjadi berjalan dengan baik. Refleksi yang diawali oleh guru model menyatakan bahwa pembelajaran yang dilaksnakannya sudah berjalan dengan baik. Para pengamat memberikan komentar seperti pada tabel berikut. Komentar pengamat, bahwa pembelajaran berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang direncanakan dalam rencana pembelajaran, walaupun ada beberapa hal yang masih perlu ditingkatkan. Namun semua siswa aktif belajar yang ditunjukkan semua siswa ambil bagian dalam kegiatan diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Hal ini kemungkinan disebabkan karena materi yang diangkat terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Oleh karena itu, disamping telah menggunakan smodel siklus belajar akan sangat baik pendekatan yang dipilih pendekatan kontekstual. Secara umum penilaian siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran menunjukkan bahwa pembelajaran berjalan dengan baik, walaupun ada beberapa yang masih perlu ditingkatkan, seperti penggunaan media yang lebih baik dan kontekstual. Mereka juga menilai pembelajaran
yang diikutinya sangat menyenangkan
karena terkait masalah
riil
kehidupannya.
9) Mata Pelajaran Ekonomi Kegiatan LS ini diawali dengan memnyusun draf prencanaan pembelajaran (Plan) yang dilakukan saat diklat. Selanjutnya rencana pembelajaran (action plan) ini disempurnakan di 47
sekolah tempat LS dilaksanakan oleh guru sejenis yang mengikuti diklat. Rencana pembelajaran yang telah disusun diterapkan (Do) oleh guru model. Pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan baik dan semua siswa belajar. Sehingga pembelajaran dikatakan berpusat pada siswa. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah semuanya menggunakan siklus belajar (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi). Kegiatan see diawali dengan refleksi oleh guru model yang mengungkapkan bahwa pembelajaran yang dilaksnakan sudah mengupayakan agar semua siswa belajar. Pengamat menyatakan bahwa dengan strategi sikluas belajar semua siswa belajar. Ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan yaitu agar dalam pelaksanaan pembelajaran engangkat masalahmasalah riil yang ada dalam lingkungan siswa. Komentar dosen menyatakan bahwa secara umum pembelajaran berlangsung dengan baik. komentar siswa menyatakan bahwa pembelajaran yang diikuti sangat menyenangkan dan mereka belajar dengan baik. Berdasarkan rangkuman dari semua mata pelajaran di tiga kabupaten/kota yang disampaikan pada Lampiran 5 tampak bahwa: • • •
Rencana pelajaran yang disusun cukup baik Pemilihan model pembelajaran cukup inovatif Pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik dan pembelajaran berpusat pada siswa sehingga peranan guru sebagai fasilitator. • Pembelajaran yang diselenggarakan menyenangkan bagi siswa. • Guru menjadi senang diamati orang lain dan tidak sungkan atau ogah diamati oleh orang lain. Berdasarkan atas uraian di atas, tampak bahwa peningkatan kopmpetensi guru melalui pendampingan terpadu berbasis kaji tindak pembelajaran (lesson study/LS) merupakan metode yang cukup baik untuk dugunakan. Melalui kegiatan ini guru diberikan penyegaran tentang model-model pembelajaran inovatif dan asesmen, pengkajian tentang materi yang dianggap sulit, diberikan pelatihan tentang LS. Suatu hal yang baru bagi guru adalah bahwa setelah mereka didiklat, mereka dipantau ke sekolah ditempat mereka bertugas. Saat mereka dipantau, yang dilibatkan secara intensif adalah kepala sekolah dan pengawas sekolah. Mereka diberikan bimbingan lagi oleh kepala sekolah, pengawas, dan oleh para pakar dari kampus. Pemantauan yang dilakukan setelah para guru mengikuti diklat merupakan sesuatu yang jarang mereka dapatkan. Karena selama ini, setelah kegiatan diklat dilakukan, saat itu juga kegiatan itu selesai. Sangat jarang sampai dipantau dan diikuti ke sekolah. Berdasarkan atas uraian di atas bimbingan teknis yang diberikan pada guru melalui kaji tindak pembelajaran tampaknya dapat meningkatkan kompetensi guru terutama dalam: 48
• Kompetensi
pedagogik,
terutama
dalam
penysunan
rencana
pembelajaran,
menerapkan model-model pembelajaran inovatif dan asesmen, pengelolaan kelas, dan keterampilan melaksanaan pembelajaran yang berpusat pada siswa. • Kompetensi profesional, terutama terkait materi yang sulit dan sulit dibelajkarkan pada siswa. • Menguasaai teknik LS • Guru dilatih berkolaborasi dengan sesama guru dalam MGMP, dan guru menjadi terbiasa diamati dan diberikan masukan saat membelajarkan murid. Berdasarkan hasil ini, kaji tindak pembelajaran seharusnya dibudayakan dalam meningkatkan kompetensi guru. Oleh karena itu, lembaga/instansi yang bertugas untuk meningkatkan kompetensi guru dapat menggunakan program LS sebagai model untuk meningkatkan kompetyensi guru.
3.2.3 Pelaksnaan FGD Untuk melengkapi atau menyempurnakan model yang dikembangkan, diadalak kegiatan Focus Group Dicussion (FGD) yang dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi, Kepala Dinas pendidikan Kabupaten/Kota, serta para kepala sekolah yang menjadi sasaran pelatihan. Kegiatan FGD dilaksnakan pdi Undiksha pada hari/tanggal Sabtu/14 Desember 2014. FGD yang dilaksanakan dihadiri oleh: rektor yang diwakili oleh Ketua LPM Undiksha. semua kepala dinas diwakili oleh salah seorang staf dari instansinya masing-masing, dan para Kepala sekolah yang juga diwakili oleh wakaseknya. Dalam FGD ini dibahas tentang upaya dalam meningkatkan kualitas pelaksanaan pendidikan di kabupaten/Kota serta meninghkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Para peserta sepakat untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui: •
Peningkatan sarana dan prasara pendidikan di sekolah melalui pengalokasian dana baik dari APBD maupun anggaran komite sekolah,
•
Sepakat dalam meningkatkan kompetensi guru dilaksnakan “model peningkatan kompensi guru melalui pendampingan terpadu melalui kaji tindak pembelajaran (LS).
Karena yang hadir dalam FGD ini bukan pimpinan yang berhak memutuskan kebijakan, maka rencana kerja sama antara Undiksha dengan semua Kepala Dinas dan Kepala sekolah dalam rangka meningkatkan kompetensi guru melalui kaji tindak pembelajaran tidak dapat 49
ditandatangi. Walaupun demikian pesert FGD berkomitmen untuk meningkatkan kompetensi guru melalui kaji tindak pembelajaran.(1) Undiksha akan menyediakan skim P2M untuk meningkatkan kompetensi guru melalui kaji tindak pembelajaran, (2) pihak dinas akan mengusulkan hal serupa dengan undiksha, dan (3) pihak sekolah akan melaksanakan LS dan tentu mengusulkan pakar dari Undiksha sebagai pendampingnya.
50
BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Simpulan yang dapat diambil dari kegiatan PM-PMP ini adalah sebagaii berikut. 1) Program PM-PMP yang dilaksanakan berjalan dengan baik yang ditunjukkan dengan program diklat berjalan dengan baik dan dilanjutkan pendampingan teknis di sekolah berupa kaji tindak pembelajaran berjalan dengan baik pula, dan FGD yang cukup baik. 2) Model peningkatan kompetensi guru SMA melalui pendampingan terpadu berbasis kaji tindak pembelajaran di kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya denpasar berjalan dengan baik dan model ini dapat digunakan sebagai model untuk meningkatkan kompetensi guru dalam pembelajaran.
4.2 Rekomendasi Rekomendasi yang dapat disampaikan berdasarkan hasil uji model adalah sebagai berikut. 1) Model peningkatan kompetensi guru melalui pendampingan terpadu berbasis kaji tindak pembelajaran dapat diterapkan oleh berbagai instansi yang dalam hal ini: (1) Dinas Pendidikan Provinsi, (2) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, (3) LPMP Provinsi, (4) lembaga lain yang memiliki tugas meningkat kualitas guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah 2) Kepada Undiksha agar menyediakan skim P2M untuk meningkatkan kompetensi guru melelui pendampingan terpadu berbasis kaji ntindak pembelajaran. 3) Kepada Semua sekolah SMA di Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya denpasar dapat menerapkan teknik LS untuk meningkatkan kompetensi para gurunya.
51
DAFTAR PUSTAKA Arnyana, I. B.P. dkk. 2011. Profil dan Pengembangan Penguasaan Kompetensi Dasar terhadap Mata Pelajaran yang di-UN-kan pada Siswa SMA di Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar, Provinsi Bali. Hasil Penelitian PPMP (Tidak Dipublikasi) Singaraja: Universitas pendidikan Ganesha. Cox, A. J. and Junkin, W. F. 2002. Enhance Student Learning in The Introductory Physisn Laboratory. J. Physic Education. Vol. Januari. Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rineka Cipta DPR RI. 2005. Undang Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Grant, G, et al. 1979. On Competence: A Critical Analysis of Competence-Based Reform in Higher Education. San Francisco, CA: Jossey-Bass Publihser. Lardizabal, A.S, et al. 2000. Principles and Method of Teaching. (3rd edition). Quezon City: Phonix Publishing House, Inc. McNiff. 1992. Action Research: Principles and Practice. Lpndon: Routledge. Martin, M.O., Mullis, Ina V., dan Chrostowski, Steven J. (2008). TIMSS 2007. International Scince Report. Chetsnul Hill, MA; Boston College. Makmun, Abin Syamsudin. 1996. Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga Kependidikan. Bandung : Program Pasca Sarjana IKIP Bandung Martin, X.S, et al. 2008. The competitiveness: Measuring the Productive Potential of Nations. Dalam the Global Report 2008-2009. Diretrieved dari hpp:/www.weforum.org/pdf/gcr/2008/ranking.pdf. tanggal 30 Mei 2011. Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Rosdakarya. Mulyasa, E. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Konsep, Strategi, dan Implementasi. Bandung: Rosdakarya. OECD. (2004). Learning for Tomorrow’s World: First Result from PISA 2003. Paris France. OECD. OECD. (2005). PISA 2003. Data Analysis Manual. Paris, France. OECD. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dan Permendiknas No 23 Tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan satuan pendidikan dasar dan menengah, Jakarta. 52
2006 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta, 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 23 tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta, 2006. Safari. 2008. Penulisan Butir Soal Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional Sanjaya Wina, 2005. Pembelajaran dalam Implementasi, Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media Scheerens, Jaap and Jan van Ravens, eds. 2011. Perspectives on Educational Quality Illustrative Outcomes on Primary and Secondary Schooling in the Netherlands. London, New York: Springer Dordrecht Heidelberg Tim BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan Wlodkowski, R.J and Rudith H. Jaynes. 2004. Hasrat Untuk Belajar (membantu Anak-Anak Termotivasi dan Mencintai Belajar). Terjemahan oleh Nur Setyo Budi Widarto. Yoygyakarta: Pustaka Pelajar Undang Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta, 2005.
53
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1: Kuisioner Pelaksanaan Diklat Nama Guru: Asal Sekolah:
Kuisioner Untuk guru yang ikut bimbingan teknik Peningkatan Kompetensi Petunjuk Di bwah ini terdapat sejumlah pertanyaan tentang respon bapak/ibu terhadap bimbingan teknik yang bapak/ibu ikuti. Jawablah kuisioner ini dengan sejujur-jujurnya. Kejujuran jawaban bapak/ibu akan akan dapat membantu kami dalam merancang model peningkatan kompetensi guru di masa yang akan datang. Pertanyaan 1. Setelah saya mengikuti pelatihan pengetahuan saya tentang teori-teori pembelajaran bertambah. a. Sangat setuju b. Setuju c. tidak setuju d. sangat tidak setuju 2. Setelah mengikuti pelatihan pengetahuan saya tentang model-model pembelajaran inovatif bertambah a. Sangat setuju b. setuju c. tidak setuju d. sangat tidak setuju 3. Setelah mengikuti pelatihan pengetahuan saya tentang asesmen inovatif bertambah a. Sangat setuju b. setuju c. tidak setuju d. sangat tidak setuju 4. Setelah mengikuti pelatihan pengetahuan saya tentang penyusunan RPP bertambah a. Sangat setuju b. setuju c. tidak setuju d. sangat tidak setuju 5. Setelah mengikuti pelatihan pengetahuan saya bertambah tentang lesson study a. Sangat setuju b. setuju c. tidak setuju d. sangat tidak setuju 6. Setelah mengikuti pelatihan pengetahuan saya tentang konsep-konmsep esensial pada mata pelajaran yang saya ajarkan bertambah a. Sangat setuju b. setuju c. tidak setuju d. sangat tidak setuju 7. Setelah saya mendapat pelatihan tentang pendalaman materi mata pelajaran yang saya ajarkan saya merasa lebih percaya diri akan dapat mengajarkan materi mata pelajaran dengan benar. a. Sangat setuju b. setuju c. tidak setuju d. sangat tidak setuju 8. Setelah mengikuti pelatihan kepercayaan diri saya bertambah dalam menerapkan teori pembelajaran dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran di kelas a. Sangat setuju b. setuju c. tidak setuju d. sangat tidak setuju 9. Setelah mengikuti pelatihan kepercayaan diri saya bertambah dalam merancang dan menerapkan asesmen yang sesuai dengan indikator pembelajaran. a. Sangat setuju b. setuju c. tidak setuju d. sangat tidak setuju 54
10. Setelah mengikuti pelatihan kepercayaan diri saya bertambah dalam hal membuat rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan standar proses. a. Sangat setuju b. setuju c. tidak setuju d. sangat tidak setuju. 11. Setelah mengikuti pelatihan saya merasa lebih yakin akan dapat melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP a. Sangat setuju b. setuju c. tidak setuju d. sangat tidak setuju. 12. Pelatihan yang saya ikuti telah menyadarkan saya akan kekurangan/kelebihan saya dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran a. Sangat setuju b. setuju c. tidak setuju d. sangat tidak setuju. 13. Pelatihan yang saya ikuti lebih menyadarkan saya akan hakikat guru sebagai life long learner. a. Sangat setuju b. setuju c. tidak setuju d. sangat tidak setuju 14. Pelatihan yang saya ikuti telah menginpirasi saya untuk menjadi guru yang lebih inovatif. a. Sangat setuju b. setuju c. tidak setuju d. sangat tidak setuju. 15. Pelatihan yang saya ikuti telah meningkatkan motivasi saya untuk meningkatkan kompetensi saya. a. Sangat setuju b. setuju c. tidak setuju d. sangat tidak setuju
55
Lampiran 2: Hasil Penjaringan Pendapat Guru terkait Pelaksanaan Bimbingan Teknik
Pertanyaan Tanggapan Guru (Persen/%) 1 2 3
No.
Pertanyaan
1
Setelah saya mengikuti pelatihan pengetahuan saya tentang teori-teori pembelajaran bertambah.
3
94
3
2
Setelah mengikuti pelatihan pengetahuan saya tentang model-model pembelajaran inovatif bertambah
5
90
5
3
Setelah mengikuti pelatihan pengetahuan saya tentang asesmen inovatif bertambah
85
12
3
4
Setelah mengikuti pelatihan pengetahuan saya tentang penyusunan RPP bertambah
5
90
5
5
Setelah mengikuti pelatihan pengetahuan saya bertambah tentang lesson study
87
10
3
6
Setelah mengikuti pelatihan pengetahuan saya tentang konsep-konmsep esensial pada mata pelajaran yang saya 3 ajarkan bertambah
90
7
Setelah saya mendapat pelatihan tentang pendalaman materi mata pelajaran yang saya ajarkan saya merasa lebih percaya diri akan dapat mengajarkan materi mata pelajaran dengan benar.
5
90
5
Setelah mengikuti pelatihan kepercayaan diri saya bertambah dalam menerapkan teori pembelajaran dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran di kelas
3
89
8
Setelah mengikuti pelatihan kepercayaan diri saya bertambah dalam merancang dan menerapkan asesmen yang sesuai dengan indikator pembelajaran.
3
84
13
Setelah mengikuti pelatihan kepercayaan diri saya bertambah dalam hal membuat rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan standar proses.
3
84
13
Setelah mengikuti pelatihan saya merasa lebih yakin akan dapat melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
3
76
21
7
8
9
10
11
4
56
RPP 12
Pelatihan yang saya ikuti telah menyadarkan saya akan kekurangan/kelebihan saya dalam melaksanakan tugastugas pembelajaran
3
76
30
13
Pelatihan yang saya ikuti lebih menyadarkan saya akan hakikat guru sebagai life long learner.
3
76
21
14
Pelatihan yang saya ikuti telah menginpirasi saya untuk menjadi guru yang lebih inovatif.
7
80
13
15
Pelatihan yang saya ikuti telah meningkatkan motivasi saya untuk meningkatkan kompetensi saya.
5
90
5
Keterangan 1. Sangat setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju
57
Lampiran 3: Instrumen Pengamatan Pelaksanaan LS
Instrumen Monitoring Kegiatan Do Mata Pelajaran Sekolah Lokasi/Ruang Topik Materi Nama Guru Model Hari dan tanggal pelaksanaan Waktu pelaksanaan Jumlah guru yang hadir Jumlah siswa
: : : : : : : : :
Petunjuk Berilah tanda centang (√) pada kolom “Ya” atau “Tidak” dan berikan keterangan pada kolom komentar jika diperlukan. No. Kegiatan Ya Tidak 1 Apakah semua anggota Tim LS hadir? 2 Apakah Tim LS dan observer membawa RPP? 3 Apakah pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP? 4 Apakah terjadi interaksi multiarah? 5 Apakah semua siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran? 6 Apakah pembelajarannya inspriratif? 7 Apakah suasana pembelajaran menyenangkan? 8 Apakah tugas-tugas atau pertanyaan yang diberikan menantang? 9 Apakah guru model dapat memotivasi siswa belajar? 10 Apakah guru model menguasai materi yang dibelajarkan? 11 Apakah media pembelajaran digunakan secara efektif? 12 Apakah tujuan pembelajaran dapat dicapai? * Jika kolom komentar tidak cukup, dapat ditulis pada kertas lain **Lampirkan daftar hadir dan foto kegiatan
Catatan Tambahan (misalnya seting perkuliahan, strategi pembelajaran, dll) …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………. …………………….,…………………………..2012 Yang Memmonitor ……………………………………………… 58
Lampiran 4: Instrumen Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran oleh Siswa Instrumen Respons Siswa Terhadap Pembelajaran a. Identitas Mata Pelajaran Kelas Nama Guru Model Topik Materi Hari/Tanggal
: : : : :
.............................................................................. .............................................................................. .............................................................................. .............................................................................. ..............................................................................
b. Petunjuk 1. Isilah kuesioner ini secara jujur dan sesuai dengan fakta. Pengisian kuesioner ini tidak ada hubungannya dengan nilai yang Anda peroleh dalam mata pelajaran. 2. Baca setiap pertanyaan dan pilihlah jawaban “Ya” atau “Tidak” dengan memberi tanda centang (√) pada kolom yang disediakan. 3. Setelah selesai mengisi kuesioner, kumpulkanlah pada guru yang bertugas sebagai observer atau monev. c. Pernyataan dan Respons Siswa Tabel 2. Pertanyaan dan Respons Siswa No. Butir Pertanyaan Ya Tidak 1 Apakah pembelajaran yang telah dilaksanakan menarik? 2 Apakah pembelajaran menyenangkan? 3 Apakah pembelajaran mudah dimengerti? 4 Apakah Anda termotivasi untuk belajar? 5 Apakah pembelajaran mendorong Anda untuk bekerjasama dengan teman? 6 Apakah pembelajaran mendorong Anda dalam kemandirian belajar? 7 Apakah media yang digunakan menarik? 8 Apakah media yang digunakan dapat membantu untuk memahami materi yang dibelajarkan? 9 Apakah bahan ajar yang tertulis dalam LKS membantu Anda dalam belajar? 10 Apakah bahan ajar yang tertulis dalam LKS mudah dipahami? 11 Apakah tugas-tugas dalam LKS memberi tantangan belajar? 12 Apakah asesmen dan evaluasi dilaksanakan secara transparan? 13 Apakah asesmen sesuai dengan materi yang dibelajarkan? 14 Apakah instrumen asesmen mudah dipahami maksudnya? 15 Apakah menurut Anda instrumen asesmen sesuai dengan kompetensi yang dituntut?
Alasan
59
Lampiran 5: Contoh Hasil LS Per MAPEL (Kabupaten Badung)
MAPEL Bahasa Indonesia A. Model Pemecahan Masalah yang Diimplementasikan pada PM-PMP Peningkatan kompetensi guru SMA melalui pendampingan terpadu berbasis kaji tindak pembelajaran di Kabupaten Badung B. Bukti Efektifitas Model Kegiatan diklat yang dilakukan di Undiksha bagu guri bahasa Indonesia sangat efektif, karena guru dapat mempelajari berbagai model pembelajaran, asesmen, lesson study, dan materi pembelajaran. Narasember dalam kegiatan ini adalah para pakar dari Undiksha. Hasil yang diperoleh dari diklat ini adalah draf rencana pembelajaran dengan berbagai model pembelajaran. Di samping itu para kepala sekolah dan pengawas mendapatkan penyegaran materi model-model pembelajaran inovatif, sesmen, lesson study, supervisi pendidikan, dan manajemen sekolah. Kegiatan kaji tindak pembelajaran dilaksanakan di SMA Negeri Kuta Utara Kabupaten Badung. Kegiatan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia cukup efektif. Kegiatan plan yang dilaksanakan saat diklat menghasilkan draf yang selanjutnya disempurnakan di sekolah oleh guru-guru bahasa Indinesia di Kabupaten Badung. Rencana pembelajaran yang dihasilkan ini diterapkan di dalam kelas oleh guru bahasa Indonesia bernama I Nyoman Murda dari SMA Negeri Kuta Utara. Sebagai pengamat adalah seorang pengawas, dan 2 orang guru bahasa indonesia dari sekolah lain yaitu Thomas Aquino, dan SMA Negeri 1 Mengwi, sato orang pengawas, serta oleh dua orang dosen pengabdi. Kegiatan do ini dilanjutkan dengan kegiatan see (refleksi). Kegiatan Lesson Study (LS) yang dilaksanakan dapat mengubah pelaksanaan pembelajaran dari pembelajaran berpusat pada guru ke pembelajaran berpusat pada siswa. Pembelajaran yang dilaksanakan dengan materi membuat puisi, semua siswa aktif membuat puisi dan beberapa siswa membacakan puisinya di hadapan kelas. Guru berperan sebagai fasilitator dan selalu membantu setiap siswa dalam belajar. Oleh karean ini saat kegiatan do dilaksanakan tidak ada siswa yang tidak belajar. Saat siswa membacakan puisinya dihadapan kelas, mereka benar-benar menhayati dan dapat menuangkan perasaannya sesuai dengan tema puisi yang meraka buat. Pembelajaran yang dilaksanakan cukup menyenangkan. Kegiatan see yang dilakukan diawali dengan refleksi yang dilakukan guru model. Komentar guru model, bahwa mereka awalnya grogi karena diamati oleh banyak guru, pengawas, dan dosen. Namun atas dorongan dari semua peserta, maka guru model menjadi sangat bpercaya diri dan dapat memimpin pembelajaran dengan baik. Menurutnya, baru kali ini melihat semua siswanya dalam satu kelas ini belajar dengan serius. Hasil pengamatan dari observer disampaikan dalam tabel berikut
60
Tabel Hasil Penilaian Observer (5 orang observer) No.
Jumlah pengamat yang menjawab ya/tidak (orang) Ya Tidak 5 1 4
Kegiatan
1 2
Apakah pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP? Apakah terjadi interaksi multiarah?
3
Apakah semua siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran? Apakah pembelajarannya inspriratif? Apakah suasana pembelajaran menyenangkan? Apakah tugas-tugas atau pertanyaan yang diberikan menantang? Apakah guru model dapat memotivasi siswa belajar? Apakah guru model menguasai materi yang dibelajarkan? Apakah media pembelajaran digunakan secara efektif? Apakah tujuan pembelajaran dapat dicapai?
4 5 6 7 8 9 10
5
-
5 5 5
-
5 5 5 5
-
Komentar
Membuat puisi sangat individual
Hasil penilaian observer menunjukkan nbahwa pembelajaran Bahasa Indonesia brjalan dengan baik. dalam hal ini tidak tedak terjadi interaksi multi arah. Ini dinilai wajar karena membuat puisi sangat individual. Komentar dari para pengamat secara umum bahwa, pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan sangat baik. Semua siswa dilihat belajar dengan baik. Salah seorang guru pengamat berkomentar dia mau menjadi guru model dalam kegiatan LS. Penilaian siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran seperti pada tabel berikut. Tabel Hasil Penilaian Siswa (10 orang siswa) No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Butir Pertanyaan Apakah pembelajaran yang telah dilaksanakan menarik? Apakah pembelajaran menyenangkan? Apakah pembelajaran mudah dimengerti? Apakah Anda termotivasi untuk belajar? Apakah pembelajaran mendorong Anda untuk bekerjasama dengan teman? Apakah pembelajaran mendorong Anda dalam kemandirian belajar? Apakah media yang digunakan menarik? Apakah media yang digunakan dapat membantu untuk memahami materi yang dibelajarkan? Apakah bahan ajar yang tertulis dalam LKS membantu Anda dalam belajar? Apakah bahan ajar yang tertulis dalam LKS mudah dipahami? Apakah tugas-tugas dalam LKS memberi tantangan belajar? Apakah asesmen dan evaluasi dilaksanakan secara transparan?
Jumlah pengamat yang menjawab ya/tidak (orang) Ya Tidak 10
-
10 10 9
1
7
3
10
-
10
-
10
-
10
-
10
-
10
-
10
-
Alasan
Siswa bekerja secara individual.
61
13
Apakah asesmen sesuai dengan materi yang dibelajarkan?
10
-
14
Apakah instrumen asesmen mudah dipahami maksudnya?
10
-
15
Apakah menurut Anda instrumen asesmen sesuai dengan kompetensi yang dituntut?
10
Asesmen puisi yang berhasil dibuat
Hasil penilaian siswa sangat baik. ini menunjukkan bahwa pembelajaran berjalan dengan baik Simpulan yang dapat diambil dari kegiatan ini adalah guru merasa pembelajaran bahasa indonesia berjalan dengan baik.
MAPEL Bahasa Inggris A. Model Pemecahan Masalah yang Diimplementasikan pada PM-PMP Peningkatan kompetensi guru SMA melalui pendampingan terpadu berbasis kaji tindak pembelajaran di Kabupaten Badung B. Bukti Efektifitas Model Kegiatan diklat yang dilakukan di Undiksha bagi guru Bahasa Inggris sangat efektif, karena guru dapat mempelajari berbagai model pembelajaran, asesmen, lesson study, dan materi pembelajaran. Narasember dalam kegiatan ini adalah para pakar dari Undiksha. Hasil yang diperoleh dari diklat ini adalah draf rencana pembelajaran dengan berbagai model pembelajaran. Di samping itu para kepala sekolah dan pengawas mendapatkan penyegaran materi model-model pembelajaran inovatif, sesmen, lesson study, supervisi pendidikan, dan manajemen sekolah. Kegiatan LS yang dilaksanakan yang diawali dengan penyusunan perencanaan pembelajaran saat kegiatan diklat. Materi yang dipilih dalam kegiatan LS ini adalah short function text “giving an announcement”. Perencanaan pembelajaran ini disempurnakan lagi di sekolah oleh kelompok guru bahasa Inggris dari Kabupaten Badung yang mengikuti diklat. Perencanaan pembelajaran yang dihasilkan ini diterapkan dalam kegiatan Do di SMA Negeri Kuta Utara. Guru model: I Made Rai Mukiatna. Sebagai obesrver ada 2 orang guru, satu orang dosen, dan satu orang pengawas, dan satu orang kepala sekolah. Dalam kegiatan do ini semua siswa aktif latihan membuat pengumuman, dan hasilnya disampaikan di hadapan kelas. Guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator. Semua siswa aktif belajar. Peranan pengamat sangat baik, yaitu mengamati semua siswa dalam belajar. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan selama 1 x 45 menit ini berlangsung sangat menyenangkan. Siswa tidak merasa terganggu oleh kahadiran para pengamat. Malah siswa belajar lebih serius, kemungkinan disebabkan oleh hadirnya banyak orang di kelasnya. Kegiatan see atau refleksi yang diawali oleh refleksi oleh guru model. Menurut guru model, pembelajaran yang dilaksanakan tampak sangat baik dibandingkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan saat bukan LS. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh persiapan yang lebih baik, dan hadirnya banyak orang di dalam kelas. Hasil penilaian pengamat disampaikan dalam Tabel berikut. 62
Tabel Hasil Penilaian Observer (5 orang observer) No.
Jumlah pengamat yang menjawab ya/tidak (orang) Ya Tidak 5 5 4 1
Kegiatan
1 2 3
Apakah pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP? Apakah terjadi interaksi multiarah? Apakah semua siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran?
4 5 6
5 5 5
-
7
Apakah pembelajarannya inspriratif? Apakah suasana pembelajaran menyenangkan? Apakah tugas-tugas atau pertanyaan yang diberikan menantang? Apakah guru model dapat memotivasi siswa belajar?
4
1
8 9 10
Apakah guru model menguasai materi yang dibelajarkan? Apakah media pembelajaran digunakan secara efektif? Apakah tujuan pembelajaran dapat dicapai?
5 5 5
-
Komentar
Ada satu orang siswa yang kurang serius
Adabeberapa siswa yang kurang dimotivasi
Komentar dari para pengamat menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilihatnya itu menunjukkan semua siswa aktif belajar dan mencapai tujuan belajar. Sementara penilaian siswa ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel Hasil Penilaian Siswa (10 orang siswa) No.
Butir Pertanyaan
Jumlah pengamat yang menjawab ya/tidak (orang) Ya Tidak
Alasan
9
1
2 3
Apakah pembelajaran yang telah dilaksanakan menarik? Apakah pembelajaran menyenangkan? Apakah pembelajaran mudah dimengerti?
10 10
-
4
Apakah Anda termotivasi untuk belajar?
8
2
Adabeberapa diantara kami tidak dimotivasi
10
-
Kerja kelompok
8
2
Kerja kelompok
10
-
10
-
10
-
10
-
10
-
10
-
10
-
1
5 6 7 8 9 10 11 12 13
Apakah pembelajaran mendorong Anda untuk bekerjasama dengan teman? Apakah pembelajaran mendorong Anda dalam kemandirian belajar? Apakah media yang digunakan menarik? Apakah media yang digunakan dapat membantu untuk memahami materi yang dibelajarkan? Apakah bahan ajar yang tertulis dalam LKS membantu Anda dalam belajar? Apakah bahan ajar yang tertulis dalam LKS mudah dipahami? Apakah tugas-tugas dalam LKS memberi tantangan belajar? Apakah asesmen dan evaluasi dilaksanakan secara transparan? Apakah asesmen sesuai dengan materi yang
63
dibelajarkan? 14
Apakah instrumen asesmen mudah dipahami maksudnya?
10
15
Apakah menurut Anda instrumen asesmen sesuai dengan kompetensi yang dituntut?
10
-
Asesmen tugas yang berhasil dibuat
Komentar siswa melalui instrumen yang diberikan pada siswa menunjukka bahwa mereka sangat senang dalam mengikuti pelajaran bahasa Inggris, dan mereka mencapai tujuan belajar dengan baik. walaupun ada siswa yang menilai kurang termotivasi, namun sebagaian besar (80% siswa menyatakan termotivasi. Simpulan yang dapat disampaikan dalam kegiatan LS ini adalah, pembelajaran yang dilaksnakan sangat menyenangkan dan pembelajaran yang dilaksanakan berpusat pada siswa dan bukan pada guru.
MAPEL Matematika A. Model Pemecahan Masalah yang Diimplementasikan pada PM-PMP Peningkatan kompetensi guru SMA melalui pendampingan terpadu berbasis kaji tindak pembelajaran di Kabupaten Badung B. Bukti Efektifitas Model Kegiatan diklat yang dilakukan di Undiksha bagi guru Matematika sangat efektif, karena guru dapat mempelajari berbagai model pembelajaran, asesmen, lesson study, dan materi pembelajaran. Narasember dalam kegiatan ini adalah para pakar dari Undiksha. Hasil yang diperoleh dari diklat ini adalah draf rencana pembelajaran dengan berbagai model pembelajaran. Di samping itu para kepala sekolah dan pengawas mendapatkan penyegaran materi model-model pembelajaran inovatif, sesmen, lesson study, supervisi pendidikan, dan manajemen sekolah. Kegiatan LS yang dilaksanakan sangat baik diawali penyusunan perencanaan pembelajaran saat diklat yang menghasilkan draf rencana pembelajaran, yang selanjutnya disempurnakan lagi di sekolah di SMA Negeri Kuta Utara oleh guru matematika dari Badung yang mengikuti diklat. Rencana pembelajaran yang dihasilkan ini diterapkan di kelas (Do) oleh guru model N.A. Budi Ratsongko. Pengamat terdiri dari 2 orang guru matematika, satu orang pengawas, kepala sekolah, dan satu orang dosen. Topik materi yang dipilih adalah matrik. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan menunjukkan bahwa hapir semua siswa terlibat dalam pembelajaran, namun ada satu orang siswa yang kurang serius. Namun akhirnya siswa yang kurang serius ini menjadi perhatian utama guru model, dan akhirnya siswa ini belajar dengan baik. sampai akhir pelajaran, siswa dapat mebgerjakan soal-soal latihan yang diberikan guru. Walaupun demikian ada beberapa murid yang masih salah mengerjakan soal. Dengan bantuan guru maka merekapun dapat menyelesaikan soal latihannya dengan baik. Kegian See yang yang diawali oleh guru model mengakui bahwa ada satu orang siswa yang kurang serius belajar, namun dengan perhatian lebih dari guru model maka mereka mengikuti pelajaran dengan baik. Penilaian dari para pengamat ditunjukkan pada Tabel berikut. 64
Tabel Hasil Penilaian Observer (5 orang observer) No.
Jumlah pengamat yang menjawab ya/tidak (orang) Ya Tidak 5 5 4 1
Kegiatan
1 2 3
Apakah pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP? Apakah terjadi interaksi multiarah? Apakah semua siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran?
4 5 6
5 5 5
-
7
Apakah pembelajarannya inspriratif? Apakah suasana pembelajaran menyenangkan? Apakah tugas-tugas atau pertanyaan yang diberikan menantang? Apakah guru model dapat memotivasi siswa belajar?
4
1
8 9 10
Apakah guru model menguasai materi yang dibelajarkan? Apakah media pembelajaran digunakan secara efektif? Apakah tujuan pembelajaran dapat dicapai?
5 5 5
-
Komentar
Ada dua orang siswa yang kurang serius
Ada satu orang siswa yang kurang dimotivasi
Pengamatpun mengakui siswa tersebut mengikuti pelajaran dengan baik. Pembelajaran yang dilaksanakan sudah berpusat pada siswa bukan berpusat pada guru. Guru memperlihatkan keterampilan mengajarnya. Komentar yang disampaikan oleh siswa melalui kuisioner yang diisinya disampaikan pada tabel berikut. Tabel Hasil Penilaian Siswa (10 orang siswa) No.
Butir Pertanyaan
Jumlah pengamat yang menjawab ya/tidak (orang) Ya Tidak 10
-
2
Apakah pembelajaran yang telah dilaksanakan menarik? Apakah pembelajaran menyenangkan?
10
-
3
Apakah pembelajaran mudah dimengerti?
8
2
4
Apakah Anda termotivasi untuk belajar? Apakah pembelajaran mendorong Anda untuk bekerjasama dengan teman? Apakah pembelajaran mendorong Anda dalam kemandirian belajar? Apakah media yang digunakan menarik? Apakah media yang digunakan dapat membantu untuk memahami materi yang dibelajarkan? Apakah bahan ajar yang tertulis dalam LKS membantu Anda dalam belajar? Apakah bahan ajar yang tertulis dalam LKS mudah dipahami? Apakah tugas-tugas dalam LKS memberi tantangan belajar? Apakah asesmen dan evaluasi dilaksanakan secara transparan? Apakah asesmen sesuai dengan materi yang
10
-
10
-
8
2
10
-
10
-
10
-
10
-
10
-
10
-
10
-
1
5 6 7 8 9 10 11 12 13
Alasan Pelajaran dianggap sulit Materi pelajaran dianggap sulit
Kerja kelompok
65
14 15
dibelajarkan? Apakah instrumen asesmen mudah dipahami maksudnya? Apakah menurut Anda instrumen asesmen sesuai dengan kompetensi yang dituntut?
10
-
10
Hasil penilaian siswa menunjukkan bawa pembelajaran yang diikutinya berjalan dengan baik. pembelajaran yang diikutinya sangat menantang mereka untuk menyelesaikan soal-soal, dan guru membantu siswa dalam belajar. Simpulan yang dapat disampaikan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan sangat baik. hal ini tidak terlepas dari kegiatan diklat yang dilaksanakan dan dukungan dari guru tim LS ini.
MAPEL Fisika A. Model Pemecahan Masalah yang Diimplementasikan pada PM-PMP Peningkatan kompetensi guru SMA melalui pendampingan terpadu berbasis kaji tindak pembelajaran di Kabupaten Badung B. Bukti Efektifitas Model Kegiatan diklat yang dilakukan di Undiksha bagi guru Fisika sangat efektif, karena guru dapat mempelajari berbagai model pembelajaran, asesmen, lesson study, dan materi pembelajaran. Narasember dalam kegiatan ini adalah para pakar dari Undiksha. Hasil yang diperoleh dari diklat ini adalah draf rencana pembelajaran dengan berbagai model pembelajaran. Di samping itu para kepala sekolah dan pengawas mendapatkan penyegaran materi model-model pembelajaran inovatif, sesmen, lesson study, supervisi pendidikan, dan manajemen sekolah. Kegiatan LS yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Mengwi dalam pelajaran Fisika dapat berjalan dengan baik. yang diawali penyusunan draf rencana pembalajaran saat diklat. Draf ini disempurnakan lagi di di SMA N 1 Mengwi oleh guru-guru Fisika dari Badung yang mengikuti diklat. Rencana pembelajaran ini diterapkan (Do) oleh guru model Pak Makrawan. Observer yang hadir adalah 2 orang guru, satu orang pengawas dan dua orang dosen. Pembelajaran yang dilaksnakan berpusat pada siswa, dimana siswa secara berkelompok melakukan praktikum terkait hukum Newton dan dilanjutkan melakukan elaborasi terkait fakta yang diperoleh. Pembelajaran yang terjadi menunjukkan semua siswa aktif dalam mengamati, berdiskusi, dan aktif dalam presentasi kelas. Dari kegiatan ini tampak bahwa pembelajaran yang dilaksnakan oleh Pak Makrawan berjalan dengan baik. Refleksi yang diawali oleh guru model menyatakan bahwa pembelajaran yang dilaksnakannya dirasa sangat baik. Tampak bawa semua siswa belajar. Hanya ada satu orang kurang kooperatif saat
66
diskusi kelompok. Namun atas kepiawaian guru mereka dapat memotivasi siswa tersebut dengan baik dengan selalu mendekati siswa itu. Penilaian pengamat ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel Hasil Penilaian Observer (5 orang observer) No. 1 2 3
Jumlah pengamat yang menjawab ya/tidak (orang) Ya Tidak 5 5 5 -
Kegiatan
7
Apakah pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP? Apakah terjadi interaksi multiarah? Apakah semua siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran? Apakah pembelajarannya inspriratif? Apakah suasana pembelajaran menyenangkan? Apakah tugas-tugas atau pertanyaan yang diberikan menantang? Apakah guru model dapat memotivasi siswa belajar?
8 9 10
Apakah guru model menguasai materi yang dibelajarkan? Apakah media pembelajaran digunakan secara efektif? Apakah tujuan pembelajaran dapat dicapai?
4 5 6
5 5 5
-
4
1
5 5 5
-
Komentar
Ada satu orang siswa yang kurang dimotivasi
Hasil penilaian pengamat menynjukkan bahwa pembelajaran berlangsung dengan baik, pembelajaran berpusat pada siswa, dan tampak siswa senang belajar. Kelas yang diikuti oleh 26 siswa ini dapat belajar dengan baik, dan tujuan belajar dapat dicapai degan baik. Komentar dari dosen menyatakan bahwa secara umum pembelajaran berjalan dcengan baik. Siswa dengan mudah dapat menguasai pelajaran. Namun ada satu saran yang disampaikan oleh dosen agar guru memberikan tugas sebagai tugas madiri terstruktur agar siswa dapat menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam masalah lain. Penilaian siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel Hasil Penilaian Siswa (10 orang siswa) No.
Butir Pertanyaan
Jumlah pengamat yang menjawab ya/tidak (orang) Ya Tidak 10
-
2
Apakah pembelajaran yang telah dilaksanakan menarik? Apakah pembelajaran menyenangkan?
10
-
3
Apakah pembelajaran mudah dimengerti?
8
2
4
Apakah Anda termotivasi untuk belajar? Apakah pembelajaran mendorong Anda untuk bekerjasama dengan teman? Apakah pembelajaran mendorong Anda dalam kemandirian belajar? Apakah media yang digunakan menarik? Apakah media yang digunakan dapat membantu
10
-
10
-
8
2
10 10
-
1
5 6 7 8
Alasan
Materi pelajaran dianggap sulit
Kerja kelompok
67
9 10 11 12 13 14 15
untuk memahami materi yang dibelajarkan? Apakah bahan ajar yang tertulis dalam LKS membantu Anda dalam belajar? Apakah bahan ajar yang tertulis dalam LKS mudah dipahami? Apakah tugas-tugas dalam LKS memberi tantangan belajar? Apakah asesmen dan evaluasi dilaksanakan secara transparan? Apakah asesmen sesuai dengan materi yang dibelajarkan? Apakah instrumen asesmen mudah dipahami maksudnya? Apakah menurut Anda instrumen asesmen sesuai dengan kompetensi yang dituntut?
10
-
10
-
10
-
10
-
10
-
10
-
10
Hasil peniolain siswa menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan berjalan dengan baik. walaupun ada siswa yang menganggap pelajaran sulit, hal ini wajar karena fisika merupakan pelajaran sulit bagi yang bukan berbakat pada sins. Namun secara umum pembelajaran berjalan dengan baik. Simpulan yang dapat diambil dari kegiatan pembelajaran ini adalah pembelajaran Fisika yang dilaksnakan berjalan dengan menyenangkan, berpusat pada siswa, tujuan belajar tercapai dengan baik. Saran penyempurnaan agar guru memberikan tugas terstruktur mandiri untuk memantapkan konsep yang telah dipelajari siswa.
MAPEL Kimia A. Model Pemecahan Masalah yang Diimplementasikan pada PM-PMP Peningkatan kompetensi guru SMA melalui pendampingan terpadu berbasis kaji tindak pembelajaran di Kabupaten Badung
B. Bukti Efektifitas Model Kegiatan diklat yang dilakukan di Undiksha bagi guru Kimia sangat efektif, karena guru dapat mempelajari berbagai model pembelajaran, asesmen, lesson study, dan materi pembelajaran. Narasember dalam kegiatan ini adalah para pakar dari Undiksha. Hasil yang diperoleh dari diklat ini adalah draf rencana pembelajaran dengan berbagai model pembelajaran. Di samping itu para kepala sekolah dan pengawas mendapatkan penyegaran materi model-model pembelajaran inovatif, sesmen, lesson study, supervisi pendidikan, dan manajemen sekolah. Kegiatan pembelajaran Kimia yang dilaksnakan di SMA N 1 Mengwi berjalan dengan baik. Kegiatan plan diawali dalam kegiatan diklat yaitu menyusun draf rencana pembelajaran pada materi hukum dasar kimia dan penerapannya. Draf rencana pembelajaran ini disempurnakan di SMA Negeri 1 Mengwi. Rencana pembelajaran ini diterapkan (Do) oleh guru Kimia Pak Made Sena. Pembelajaran yang dilaksnakan menggunakan model siklus belajar (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi). Siswa 68
aktif mengeksplor konsep-konsep berdasarkan LKS yang disediakan guru. Konsep yang diperoleh itu dikembangkan lagi melalui elaborasi tentang penerapan hukum itu. Siswa bekerja secara berkelompok. Siswa aktif berdiskusi dalam kelompok. Peranan guru sebagai fasilitator, pembimbing dan sebagai nara sumber pada akhir pelajaran. Kegiatan refleksi yang diawali oleh guru model, menyatakan bahwa pembelajaran yang dipimpinnya dirasakan berjalan dengan baik. Semua siswa belajar dengan baik dan tujuan belajar dirasakan tercapai dengan baik. Penilaian para pengamat disampaikan pada tebel berikut. Tabel Hasil Penilaian Observer (5 orang observer) No.
Jumlah pengamat yang menjawab ya/tidak (orang) Ya Tidak 5 5 4 1
Kegiatan
1 2 3
Apakah pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP? Apakah terjadi interaksi multiarah? Apakah semua siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran?
4 5 6
5 5 5
-
7
Apakah pembelajarannya inspriratif? Apakah suasana pembelajaran menyenangkan? Apakah tugas-tugas atau pertanyaan yang diberikan menantang? Apakah guru model dapat memotivasi siswa belajar?
4
1
8 9 10
Apakah guru model menguasai materi yang dibelajarkan? Apakah media pembelajaran digunakan secara efektif? Apakah tujuan pembelajaran dapat dicapai?
5 5 5
-
Komentar
Ada dua orang siswa kurang serius
Ada 2 siswa yang kurang mendapat perhadian guru.
Menurut pengamat, secara umum pembelajaran kimia ini berjalan dengan baik. Hal ini dinilai akibat guru mempersiapkan pembelajaran dengan baik, dan dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu pembelajaran yang dilaksanakan walaupun dengan tidak pada program LS seharusnya berjalan dengan baik, dan semua siswa belajar dengan baik. Oleh karena itu guru harus selalu mempersiapkan pembelajarannya dengan baik, mulai dari RPP, media/bahan praktikum, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi. Tanpa guru mempersiapkan dengan baik mustahil pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Komentar siswa disampaikan pada tabel berikut. Tabel Hasil Penilaian Siswa (10 orang siswa) No.
Butir Pertanyaan
Jumlah pengamat yang menjawab ya/tidak (orang) Ya Tidak 10
-
2
Apakah pembelajaran yang telah dilaksanakan menarik? Apakah pembelajaran menyenangkan?
10
-
3
Apakah pembelajaran mudah dimengerti?
8
3
4
Apakah Anda termotivasi untuk belajar?
9
1
5
Apakah pembelajaran mendorong Anda untuk
10
-
1
Alasan
Materi pelajaran dianggap sulit Ada dua siswa yang kurang termotivasi
69
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
bekerjasama dengan teman? Apakah pembelajaran mendorong Anda dalam kemandirian belajar? Apakah media yang digunakan menarik? Apakah media yang digunakan dapat membantu untuk memahami materi yang dibelajarkan? Apakah bahan ajar yang tertulis dalam LKS membantu Anda dalam belajar? Apakah bahan ajar yang tertulis dalam LKS mudah dipahami? Apakah tugas-tugas dalam LKS memberi tantangan belajar? Apakah asesmen dan evaluasi dilaksanakan secara transparan? Apakah asesmen sesuai dengan materi yang dibelajarkan? Apakah instrumen asesmen mudah dipahami maksudnya? Apakah menurut Anda instrumen asesmen sesuai dengan kompetensi yang dituntut?
8
2
10
-
10
-
10
-
10
-
10
-
10
-
10
-
10
-
Kerja kelompok
10
Penilaian pengamat menyatakan bahwa siswa belajar dengan baik, menyenangkan dan tujuan belajar tercapai dengan baik. Simpulan yang dapat diambil dari kegiatan pembelajaran kimia ini, bahwa pembelajaran melalui program LS dapat berjalan dengan baik. walaupun tanpa program LS pembelajaran yang dilaksnakan harus selalu berjalan dengan baik, dan semua siswa harus belajar.
MAPEL Biologi A. Model Pemecahan Masalah yang Diimplementasikan pada PM-PMP Peningkatan kompetensi guru SMA melalui pendampingan terpadu berbasis kaji tindak pembelajaran di Kabupaten Badung
B. Bukti Efektifitas Model Kegiatan diklat yang dilakukan di Undiksha bagi guru Biologi sangat efektif, karena guru dapat mempelajari berbagai model pembelajaran, asesmen, lesson study, dan materi pembelajaran. Narasember dalam kegiatan ini adalah para pakar dari Undiksha. Hasil yang diperoleh dari diklat ini adalah draf rencana pembelajaran dengan berbagai model pembelajaran. Di samping itu para kepala sekolah dan pengawas mendapatkan penyegaran materi model-model pembelajaran inovatif, sesmen, lesson study, supervisi pendidikan, dan manajemen sekolah. Kegiatan LS yang dilaksnakan pada mata pelajaran Biologi di Badung khususnya di SMA N 1 Mengwi ini belajan dengan baik diawali penyusunan rencana pelajaran (Plan) dengan baik rencana pelajaran ini disusun oleh guru kimia di Badung yang mengikuti diklat. Rencana pelajaran ini diterapkan oleh guru model Ibu Ni Nyoman Dayitri Pendit. Pembelajaran menggunakan model 70
belajar berdasarkan masalah (problem based learning). Pembelajaran dengan materi lingkungan membuat siswa aktif memecahkan masalah yang disampaikan guru (melalui LKS) secara berkelompok. Semua kelompok aktif belajar. Hasil kerja kelompok dipresentasikan oleh satu kelompomk dihadapan kelas dan ditanggapi secara antusias oleh semua siswa. Hapir semua siswa ingin menyampaikan pendapatnya. Kegiatan refleksi yang diawali oleh guru model menyatakan bahwa baru kali ini aktivitas belajar siswa seperti itu, padahal kelas yang dipilih merupakan kelas yang biasanya paling pasif. Menurutnya hal ini kemungkinan disebabkan oleh banyaknya orang masuk ke kelasnya. Oleh karena itu, dia ingik kegiatan LS ini sering dilaksnakan terutama di kelas yang umumnya pasif. Komentar para pengamat disampaikan pada tebel berikut. Tabel Hasil Penilaian Observer (5 orang observer) No.
Jumlah pengamat yang menjawab ya/tidak (orang) Ya Tidak 5 5 4 1
Kegiatan
1 2 3
Apakah pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP? Apakah terjadi interaksi multiarah? Apakah semua siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran?
4 5 6
5 5 5
-
7
Apakah pembelajarannya inspriratif? Apakah suasana pembelajaran menyenangkan? Apakah tugas-tugas atau pertanyaan yang diberikan menantang? Apakah guru model dapat memotivasi siswa belajar?
4
1
8 9 10
Apakah guru model menguasai materi yang dibelajarkan? Apakah media pembelajaran digunakan secara efektif? Apakah tujuan pembelajaran dapat dicapai?
5 5 5
-
Komentar
Ada dua orang siswa kurang serius
Ada 2 siswa yang kurang mendapat perhadian guru.
Komentar pengamat menyatakan, aktivitas belajar siswa dapat dikatakan baik disebabkan oleh guru yang menguasai pembelajaran inovatif ini dengan baik, dibuatnya persiapan mengajar dengan baik (meliputi RPP dan LKS berdasrkanmasalah aktual di sekitar siswa). Oleh karena itu mereka menyarankan dalam pelaksnaan pembelajaran sebaiknya guru dalam bentuk team teaching. Komentar siswa disaqmpaikan pada tabel berukut. Tabel Hasil Penilaian Siswa (10 orang siswa) No.
1 2 3 4 5 6
Butir Pertanyaan Apakah pembelajaran yang telah dilaksanakan menarik? Apakah pembelajaran menyenangkan? Apakah pembelajaran mudah dimengerti? Apakah Anda termotivasi untuk belajar? Apakah pembelajaran mendorong Anda untuk bekerjasama dengan teman? Apakah pembelajaran mendorong Anda dalam
Jumlah pengamat yang menjawab ya/tidak (orang) Ya Tidak 10
-
10 10 10
-
10
-
8
2
Alasan
Kerja kelompok
71
7 8 9 10 11 12 13 14 15
kemandirian belajar? Apakah media yang digunakan menarik? Apakah media yang digunakan dapat membantu untuk memahami materi yang dibelajarkan? Apakah bahan ajar yang tertulis dalam LKS membantu Anda dalam belajar? Apakah bahan ajar yang tertulis dalam LKS mudah dipahami? Apakah tugas-tugas dalam LKS memberi tantangan belajar? Apakah asesmen dan evaluasi dilaksanakan secara transparan? Apakah asesmen sesuai dengan materi yang dibelajarkan? Apakah instrumen asesmen mudah dipahami maksudnya? Apakah menurut Anda instrumen asesmen sesuai dengan kompetensi yang dituntut?
10
-
10
-
10
-
10
-
10
-
7
3
7
3
10
-
Belum diberikan tes Idem
10
Siswa menyatakan mereka termotivasi uintuk belajar karena masalah yang diajukan guru terkait dengan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari mereka (kontekstual). Simpulan yang dapat disampaikan bahwa kegiatan pembelajaran dalam program LS ini berjalan dengan baik, dengan saran masalah yang diangkat dalam pembelajaran adalah masalah kontekstual terkait dengan kehidupan riil siswa.
MAPEL Sosiologi A. Model Pemecahan Masalah yang Diimplementasikan pada PM-PMP Peningkatan kompetensi guru SMA melalui pendampingan terpadu berbasis kaji tindak pembelajaran di Kabupaten Badung B. Bukti Efektifitas Model Kegiatan diklat yang dilakukan di Undiksha bagi guru Sosiologi sangat efektif, karena guru dapat mempelajari berbagai model pembelajaran, asesmen, lesson study, dan materi pembelajaran. Narasember dalam kegiatan ini adalah para pakar dari Undiksha. Hasil yang diperoleh dari diklat ini adalah draf rencana pembelajaran dengan berbagai model pembelajaran. Di samping itu para kepala sekolah dan pengawas mendapatkan penyegaran materi model-model pembelajaran inovatif, sesmen, lesson study, supervisi pendidikan, dan manajemen sekolah. Kegiatan LS pada mata pelajaran Sosiologi di SMA N 1 Mengwi berjalan dengan baik. Rencana pelajaran (Plan) dibuat dengan baik, diawali pembuatan draf saat dilklat dan dilanjutkan dengan penyempurnaan yang dilakukan di sekolah. Rencana pelajaran ini diterapkan oleh guru model I Nyoman Widia. Pelaksanaan pembelajaran dengan materi “Interaksi Sosial” diwali dengan kegiatan eksplorasi menggali fakta-fakta terkait materi secara berkelompok. Selanjutnya fakta yang telah digali itu dikembangkan dan dibahas di dalam kelompok dan dibaut laporannya secara berkelompok pula. Salah satu kelompok siswa mempresentasi hasil diskusinya dan ditanggapi oleh kelas. Guru 72
berperan sebagai narasumber melengkapi materi yang didiskusikan. Dari hasil pelaksanaan pembelajaran (Do), tampak bahwa pembelajaran sosiologi berjalan dengan baik. Refleksi yang diawali oleh guru model menyatakan bahwa awalnya mereka deg-degan dalam melaksanakan pembelajaran. Namun setelah siswa memberikan tanggapan yang sangat baik, artinya semua siswa aktif maka timbul kesenangan guru dalam membelajarkan murid. Menurutnya pelaksnaan pembelajaran yang dipimpinnya bejalan dengan baik. Komentar para pengamat disampaikan pada tabel berikut. Tabel Hasil Penilaian Observer (5 orang observer) No.
Jumlah pengamat yang menjawab ya/tidak (orang) Ya Tidak 5 5 4 1
Kegiatan
1 2 3
Apakah pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP? Apakah terjadi interaksi multiarah? Apakah semua siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran?
4 5 6
Apakah pembelajarannya inspriratif? Apakah suasana pembelajaran menyenangkan? Apakah tugas-tugas atau pertanyaan yang diberikan menantang?
5 5 4
1
7
Apakah guru model dapat memotivasi siswa belajar?
4
1
8 9 10
Apakah guru model menguasai materi yang dibelajarkan? Apakah media pembelajaran digunakan secara efektif? Apakah tujuan pembelajaran dapat dicapai?
5 5 5
-
Komentar
Ada tiga orang siswa kurang serius
Tugas yang diberikan tergolong mudah Ada 2 siswa yang kurang mendapat perhadian guru.
Pengamat menyatakan bahwa pembelajaran sosioliogi berjalan dengan baik. Ada saran dari pengamat agar guru memberikan tugas untuk menggali masalah sosial di sekitar kehidupan siswa. Karena di sekitar siswa selalu ada masalah yang selalu pula purlu dipecahkan oleh siswa. Komentar siswa disampaikan pada tabel berikut. Tabel Hasil Penilaian Siswa (10 orang siswa) No.
1 2 3 4 5 6 7
Butir Pertanyaan Apakah pembelajaran yang telah dilaksanakan menarik? Apakah pembelajaran menyenangkan? Apakah pembelajaran mudah dimengerti? Apakah Anda termotivasi untuk belajar? Apakah pembelajaran mendorong Anda untuk bekerjasama dengan teman? Apakah pembelajaran mendorong Anda dalam kemandirian belajar? Apakah media yang digunakan menarik?
Jumlah pengamat yang menjawab ya/tidak (orang) Ya Tidak
Alasan
10
-
10 10 10
-
10
-
8
2
Kerja kelompok
8
2
Guru kurang menggunakan media yang ada
73
dalam kehidupan sihari-hari 8 9 10 11 12 13 14 15
Apakah media yang digunakan dapat membantu untuk memahami materi yang dibelajarkan? Apakah bahan ajar yang tertulis dalam LKS membantu Anda dalam belajar? Apakah bahan ajar yang tertulis dalam LKS mudah dipahami? Apakah tugas-tugas dalam LKS memberi tantangan belajar? Apakah asesmen dan evaluasi dilaksanakan secara transparan? Apakah asesmen sesuai dengan materi yang dibelajarkan? Apakah instrumen asesmen mudah dipahami maksudnya? Apakah menurut Anda instrumen asesmen sesuai dengan kompetensi yang dituntut?
8
2
10
-
10
-
10
-
7
3
7
3
10
-
idem
Belum diberikan tes Idem
10
Pengamat menyatakan secara umum pembelajaran berjalan dengan baik, walaupun ada siswa yang menyatakan bahwa media yang digunakan kurang, dan tes belum sempat diberikan karena waktu yang digunakan 45 menit. Namun secara umum pembelajaran berjalan dengan baik. Simpulan yang dapat diambil dari pembelajaran ini adalah pembelajaran dalam program LS berjalan dengan baik. guru hendaknya memberikan tugas-tugas tambahan untuk menerapkan konsep yang telah mereka pelajari.
MAPEL Geografi
A. Model Pemecahan Masalah yang Diimplementasikan pada PM-PMP Peningkatan kompetensi guru SMA melalui pendampingan terpadu berbasis kaji tindak pembelajaran di Kabupaten Badung
B. Bukti Efektifitas Model Kegiatan diklat yang dilakukan di Undiksha bagi guru Geografi sangat efektif, karena guru dapat mempelajari berbagai model pembelajaran, asesmen, lesson study, dan materi pembelajaran. Narasember dalam kegiatan ini adalah para pakar dari Undiksha. Hasil yang diperoleh dari diklat ini adalah draf rencana pembelajaran dengan berbagai model pembelajaran. Di samping itu para kepala sekolah dan pengawas mendapatkan penyegaran materi model-model pembelajaran inovatif, sesmen, lesson study, supervisi pendidikan, dan manajemen sekolah. Kegiatan LS yang dilaksnakan berjalan dengan baik. Seperti mapel yang lain draf rencana pembelajaran (Plan) dibuat saat diklat dan disempurnakan lagi di sekolah oleh kelompok guru tim LS Geografi. Rencana itu selanjutnya diterapkan oleh guru model I Wayan Sudika di SMA N 1 Mengwi. 74
Materi yang diangkat adalah sumber daya alam. Pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan siklus belajar (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi). Di awal pembelajaran kelompok siswa menggali fakta-fakta terkait materi yang dipelajari dan selanjutnya menjelaskan fakta yang diperoleh. Kegiatan ini dilaksanakan dalam kelompok. Siswa tampak antusias berdiskusi terkait materi yang sedang dipelajarinya. Selanjutnya satu kelompok siswa mempresentasi hasil diskusinya. Siswa lain menanggapi. Peranan guru sebagai fasilitaor dan sebagai ranasumber saat siswa mengalami masalah dalam diskusi. Pembelajaran yang terjadi berjalan dengan baik. Refleksi yang diawali oleh guru model menyatakan bahwa pembelajaran yang dilaksnakannya sudah berjalan dengan baik. Para pengamat memberikan komentar seperti pada tabel berikut. Tabel Hasil Penilaian Observer (5 orang observer) No.
Jumlah pengamat yang menjawab ya/tidak (orang) Ya Tidak 5 5 4 1
Kegiatan
1 2 3
Apakah pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP? Apakah terjadi interaksi multiarah? Apakah semua siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran?
4 5 6
Apakah pembelajarannya inspriratif? Apakah suasana pembelajaran menyenangkan? Apakah tugas-tugas atau pertanyaan yang diberikan menantang?
5 5 4
1
7
Apakah guru model dapat memotivasi siswa belajar?
4
1
8 9 10
Apakah guru model menguasai materi yang dibelajarkan? Apakah media pembelajaran digunakan secara efektif? Apakah tujuan pembelajaran dapat dicapai?
5 5 5
-
Komentar
Ada dua orang siswa kurang serius
Tugas yang diberikan kurang menantang (mudah) Ada 1 siswa yang kurang mendapat perhadian guru.
Komentar pengamat, bahwa pembelajaran berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang direncanakan dalam rencana pembelajaran, walaupun ada beberapa hal yang masih perlu ditingkatkan. Namun semua siswa aktif belajar yang ditunjukkan semua siswa ambil bagian dalam kegiatan diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Hal ini kemungkinan disebabkan karena materi yang diangkat terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Oleh karena itu sangat baik menggunakanpendekatan kontekstual dalam pembelajaran. Komentar siswa disampaikan dalam tabel berikut. Tabel Hasil Penilaian Siswa (10 orang siswa) No.
1 2 3
Butir Pertanyaan Apakah pembelajaran yang telah dilaksanakan menarik? Apakah pembelajaran menyenangkan? Apakah pembelajaran mudah dimengerti?
Jumlah pengamat yang menjawab ya/tidak (orang) Ya Tidak 10
-
10 10
-
Alasan
75
4 5 6
7
8 9 10 11 12 13 14 15
Apakah Anda termotivasi untuk belajar? Apakah pembelajaran mendorong Anda untuk bekerjasama dengan teman? Apakah pembelajaran mendorong Anda dalam kemandirian belajar?
Apakah media yang digunakan menarik?
Apakah media yang digunakan dapat membantu untuk memahami materi yang dibelajarkan? Apakah bahan ajar yang tertulis dalam LKS membantu Anda dalam belajar? Apakah bahan ajar yang tertulis dalam LKS mudah dipahami? Apakah tugas-tugas dalam LKS memberi tantangan belajar? Apakah asesmen dan evaluasi dilaksanakan secara transparan? Apakah asesmen sesuai dengan materi yang dibelajarkan? Apakah instrumen asesmen mudah dipahami maksudnya? Apakah menurut Anda instrumen asesmen sesuai dengan kompetensi yang dituntut?
10
-
10
-
8
2
Kerja kelompok
8
2
Guru kurang menggunakan media yang ada dalam kehidupan sihari-hari
8
2
idem
10
-
10
-
10
-
7
3
7
3
10
-
10
-
Belum diberikan tes Idem
Secara umum penilaian siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran menunjukkan bahwa pembelajaran berjalan dengan baik, walaupun ada beberapa yang masih ditingkatkan, seperti penggunaan media yang lebih baik dan kontekstual. Mereka juga menilai pembelajaran yang diikutinya sangat menyenangkan karena terkait masalah riil kehidupannya. Simpulan yang dapat diambil dari kegiatan pembelajaran ini yaitu pembelajaran berjalan dengan baik pembelajaran ini tidak terlepas dari persiapan guru yang baik, penguasaan guru terhadp strategi pembelajaran, dan keluasan wawasan guru terhadap materi pembelajaran. Disamping itu, materi yang dipelajari diusahakan mengaiktkan dengan masalah-masalah kehidupan riil siswa.
MAPEL Ekonomi A. Model Pemecahan Masalah yang Diimplementasikan pada PM-PMP Peningkatan kompetensi guru SMA melalui pendampingan terpadu berbasis kaji tindak pembelajaran di Kabupaten Badung
B. Bukti Efektifitas Model Kegiatan diklat yang dilakukan di Undiksha bagi guru Ekonomi sangat efektif, karena guru dapat mempelajari berbagai model pembelajaran, asesmen, lesson study, dan materi pembelajaran. Narasember dalam kegiatan ini adalah para pakar dari Undiksha. Hasil yang diperoleh dari diklat ini 76
adalah draf rencana pembelajaran dengan berbagai model pembelajaran. Di samping itu para kepala sekolah dan pengawas mendapatkan penyegaran materi model-model pembelajaran inovatif, sesmen, lesson study, supervisi pendidikan, dan manajemen sekolah. Kegiatan LS ini diawali dengan memnyusun draf prencanaan pembelajaran (Plan) yang dilakukan saat diklat. Selanjutnya rencana pembelajaran (action plan) ini disempurnakan di di SMA N 1 Mengwi oleh guru sejenis yang mengikuti diklat. Rencana pembelajaran yang telah disusun diterapkan (Do) di SMA N1 mengwi dengan guru model I Made Suarta. Pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan baik dan semua siswa belajar. Sehingga pembelajaran dikatakan berpusat pada siswa. Materi yang diangkat adalah angkatan kerja. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah kooperatif jigsaw. Dengan strategi terssebut pembelajaran yang dilaksnakan menuntut setiap siswa memiliki tanggung jawab salaing membelajarkan sesama siswa. Kegiatan see diawali dengan refleksi oleh guru model yang mengungkapkan bahwa pembelajaran yang dilaksnakan sudah mengupayakan agar semua siswa belajar. Oleh karena itu dipilih strategi kooperatif jigsaw. Para mengamat memberikan komentar seperti pada tabel berikut. Tabel Hasil Penilaian Observer (5 orang observer) No.
Jumlah pengamat yang menjawab ya/tidak (orang) Ya Tidak 5 5 4 1
Kegiatan
1 2 3
Apakah pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP? Apakah terjadi interaksi multiarah? Apakah semua siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran?
4 5 6
Apakah pembelajarannya inspriratif? Apakah suasana pembelajaran menyenangkan? Apakah tugas-tugas atau pertanyaan yang diberikan menantang?
5 5 4
1
7
Apakah guru model dapat memotivasi siswa belajar?
4
1
8 9 10
Apakah guru model menguasai materi yang dibelajarkan? Apakah media pembelajaran digunakan secara efektif? Apakah tujuan pembelajaran dapat dicapai?
5 5 5
-
Komentar
Ada dua orang siswa kurang serius
Tugas yang diberikan kurang menantang (mudah) Ada 1 siswa yang kurang mendapat perhadian guru.
Pengamat menyatakan bahwa dengan strategi kooperatif jigsaw semua siswa belajar, bekerjasama, dan dituntut tanggung jawab untuk salaing embelajarkan teman. Oleh karena itu pembelajaran seperti ini perlu diteruskan dan kooperatif ini cocok utuk dipilih dalam pembelajaran. Komentar dosen menyatakan bahwa secara umum pembelajaran berlangsung dengan baik. yang perlu ditingkatkan kualitasnya adalah bagaimana siswa ahli lebih intensip dalam membelajarkan tem,annya. Sementara komentar siswa ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel Hasil Penilaian Siswa (10 orang siswa) No.
Butir Pertanyaan
Jumlah pengamat yang menjawab ya/tidak (orang)
Alasan
77
2 3
Apakah pembelajaran yang telah dilaksanakan menarik? Apakah pembelajaran menyenangkan? Apakah pembelajaran mudah dimengerti?
4
Apakah Anda termotivasi untuk belajar?
1
5 6
7
8 9 10 11 12 13 14 15
Apakah pembelajaran mendorong Anda untuk bekerjasama dengan teman? Apakah pembelajaran mendorong Anda dalam kemandirian belajar?
Apakah media yang digunakan menarik?
Apakah media yang digunakan dapat membantu untuk memahami materi yang dibelajarkan? Apakah bahan ajar yang tertulis dalam LKS membantu Anda dalam belajar? Apakah bahan ajar yang tertulis dalam LKS mudah dipahami? Apakah tugas-tugas dalam LKS memberi tantangan belajar? Apakah asesmen dan evaluasi dilaksanakan secara transparan? Apakah asesmen sesuai dengan materi yang dibelajarkan? Apakah instrumen asesmen mudah dipahami maksudnya? Apakah menurut Anda instrumen asesmen sesuai dengan kompetensi yang dituntut?
Ya
Tidak
10
-
10 10
-
8
2
10
-
8
2
Kerja kelompok
8
2
Guru kurang menggunakan media yang ada dalam kehidupan sihari-hari
8
2
idem
10
-
10
-
10
-
7
3
7
3
10
-
10
-
Ada 2 siswa yang kurang dimotivasi
Belum diberikan tes Idem
Penngamat menyatakan bahwa secara umum pembelajaran berjalan dengan baik. pembelajaran berpusat pada siswa, materi dikuasai dengan baik oleh siswa. Simpulan yang dapat diambil dari pembelajaran ini yaitu pembelajaran melalui LS ini berjalan dengan baik. Oleh karena itu dapat diharapkan hasil belajar siswa dapat menjadi lebih baik.
78
Lampiran 6: Artikel Pengabdian
Peningkatan Kompetensi Guru SMA melalui Pendampingan Terpadu Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran di Kabupaten Badung; Tabanan; dan Kodya Denpasar Provinsi Bali
Oleh:
Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si.; Drs. Jajang Suryana, M.Sn. Prof. Dr. A.A.I. Ngurah Marhaeni, M.A.; Prof. Dr. I Wayan Santyasa, M.Si. Prof. Dr. Nengah Suparta, M.Si Universitas Pendidikan Ganesha E-mail:
[email protected]
ABSTRAK
Hasil Penelitian Pemetaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan (PPMP) tahun 2011di tiga Kabupaten/Kota yaitu: Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan, dan Kodya Denpasar menunjukkan bahwa dari 12 mata pelajaran yang di-UN-kan di SMA tahun 2008; 2009; dan 2010 yaitu pada mata pelajaran IPA-Bahasa indonesia, IPA-Bahasa Inggris, IPA-Matematika, IPA-Fisika, IPA-Kimia, IPA-Biologi, IPS- Bahasa Indonesia, IPS-Bahasa Inggris, IPSMatematika, IPS-Ekonomi, IPS-Sosiologi, dan IPS-Geografi menunjukkan bahwa pada semua mata pelajaran ini siswa belum mencapai ketuntasan sesuai yang diharapkan yaitu lebih dari 90%. Oleh karena itu diusulkan untuk dilakukan upaya peningkatan kompetensi guru SMA melalui pendampingan terpadu berbasis kaji tindak pembelajaran di Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar. Tujuan yang ingin dicapai dalam PM-PMP adalah: (1) Meningkatkan penguasaan guru terhadap kompetensi pedagogi dan kompetensi professional, (2) Meningkatkan penguasaan pengawas sekolah dan kepala sekolah terhadap pengetahuan pedagogi, dan teknik-teknik supervisi, (3) Meningkatkan kualitas perangkat pembelajaran dan proses pembelajaran melalui kegiatan Lesson Study (LS). Model yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendampingan terpadu berbasis 79
kaji tindak pembelajaran. Yang dibagi menjadi dua kegiatan yaitu kegiatan diklat yang dilakukan di Undiksha dan kegiatan pendampingan berbasis LS. Hasil yang dicapai adalah (1) meningkatnya kompetensi pedagogik, terutama dalam penysunan rencana pembelajaran, menerapkan model-model pembelajaran inovatif dan asesmen, pengelolaan kelas, dan keterampilan melaksanaan pembelajaran yang berpusat pada siswa, (2) meningkatnya kompetensi profesional, terutama terkait materi yang sulit dan sulit dibelajkarkan pada siswa, (3)guru menguasai teknik LS, dan (4) guru dilatih berkolaborasi dengan sesama guru dalam MGMP, dan guru menjadi terbiasa diamati dan diberikan masukan saat membelajarkan murid. Kata Kunci : kompetensi guru; pendampingan terpadu; kaji tindak pembelajaran
Pendahuluan
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) yang berlangsung secara eksponensial perlu direspon oleh pemerintah dengan menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang professional dan bermutu tinggi. SDM yang bermutu tinggi hanya dapat dihasilkan oleh pendidikan bermutu tinggi pula. Dilihat dari mutu SDM, berbagai survey internasional menempatkan Indonesia sebagai negera dengan mutu SDM yang relatif rendah. The Global Competitiveness Report 2008-2009 dari Word Economic Forum (Martin dkk, 2008) menempatkan Indonesia pada urutan ke 55 dari 134 negara yang disurvey dalam hal pencapaian Competitiveness Index (CI). Hasil penelitian United Nation for Development Programme dalam Human Development Report 2007/2008 menempatkan Indonesia pada posisi ke-107 dari 155 negara dalam hal pencapaian Human Development Indek (HDI). Pendidikan merupakan salah satu dimensi yang menentukan HDI. Jadi, gambaran rendahnya mutu SDM yang ditunjukkan oleh kedua survey di atas dapat disebabkan oleh rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga dapat dilihat dari hasil studi Trends in International Mthematics and Science Study (TIMSS) yang menempatkan Indonesia pada urutan ke 39 dari 49 negara dalam literasi matematik dengan sekor 405 dibawah skor rata-rata internasional. Sedangkan untuk literasi sains berada di urutan 35 dari 49 negara dengan skor 433 dibawah skor rata-rata internasional (Martin, dkk, 2008). Senada dengan itu hasil studi Program for International Student Assessment (PISA) tahun 2003, menempatkan Indonesia dalam literasi pada urutan ke 38 dari 40 negara peserta (OECD, 2004). 80
Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mutu pendidikannya sangat penting untuk ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata UN SMA selama tiga tahun (2008; 2009; dan 2010) (hasil penelitian PPMP, tahun 2011) menunjukkan bahwa semua mata pelajaran yang di-UN-kan masih bermasalah atau belum tuntas. Terutama di tiga Kabupaten/Kota yaitu: Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar. Di tiga Kabupaten/Kota ini semua mata pelajaran yang di-UN-kan di SMA bermasalah terlebih lagi pada pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Sosiologi, dan Geografi. Oleh karena itu, sangat penting dilakukan perbaikan melalui peningkatan mutu pelaksanaan pendidikan terkait dengan delapan standar pendidikan (Arnyana, I.B.P. dkk., 2011). Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Badung, Tabanan, dan Denpasar untuk meningkatkan mutu pendidikan. Beberapa upaya yang telah dilakukan adalah: (1) perbaikan kurikulum, (2) meningkatkan standar proses pembelajaran, (3) meningkatkan kompetensi lululusan, (4) meningkatkan standar pendidik dan kependidikan, (5) meningkatkan kualitas sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan pendidikan, (7) peningkatan anggaran pendidikan, dan (8) meningkatkan kualitas proses penilaian pembelajaran. Walaupun telah diupayakan perbaikan sistem pendidikan di Kabupaten Badung; Tabanan dan Kota Denpasar, namun ketuntasan semua mata pelajaran yang di-UNkan masih tuntas. Berdasarkan analisis situasi di atas nampak bahwa semua mata pelajaran yang di-UNkan belum mencapai ketuntasan sesuai yang diharapkan. Permasalahan tersebut muncul akibat belum tercapainya delapan standar pendidikan. Dari delapan standar yang bermasalah beberapa diantaranya merupakan masalah mendesak untuk ditangani yaitu: (1) Standar isi: selama ini silabus tidak dibuat oleh guru melainkan dibuat bersama dalam satu kecamatan dan bahkan di kabupaten, dan indikakator dipetakan dengan tidak mengacu pada kisi-kisi UN. Pelaksanaan pembelajaran di kelas tidak mengacu pada rencana pembelajaran yang digunakan. Pembelajaran lebih mengacu pada buku yang digunakan sebagai pegangan oleh guru. Oleh karena itu guru harus dibiasakan dan ditingkatkan keterampilannya untuk mengembangkan perangkat pembelajarannya sendiri, dan pembejaran yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusunnya. (2) Standar proses: selama ini 50% pembelajaran tidak didukung oleh silabus dan RPP; <50%. Pemantauan proses pembelajaran oleh Kasek ≤1 kali/semester, aspek yang disupervisi oleh kepala sekolah hanya persiapan mengajarnya saja atau proses saja. Demikian juga supervisi yang dilakukan pengawas hanya 81
terbatas pada persiapan mengajarnya saja. Sangat jarang pengawas datang melakukan supervisi tentang pelaksanaan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, para guru hampir tidak pernah
mendapatkan
pembinaan
tentang
pelaksanaan
pembelajarannya
di
kelas.
Pembelajaran yang dilaksanakan berpusat pada guru artinya sangat konvensional, dan pembelajaran kurang kontekstual yaitu kurang mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan dunia nyata. Oleh karena itu, pembelajaran yang dilakukan lebih pada meningkatkan kognitif tingkat rendah siswa. Siswa kurang dilatih untuk menganalisis, mensintesis materi yang dipejarainya. Disamping itu para guru tidak secara sadar melatih keterampilan berpikir siswa. Penyampaian hasil supervisi oleh Kasek ≤1 kali/semester, implementasi tindak lanjut ≤1 kali/semester, guru menggunakan IT dalam proses pembelajaran 2-3 kali/bulan. Untuk itu para guru kurang mendapatkan pembinaan dan penyegaran oleh pengawas maupun oleh pimpinan sekolah. (3) Standar pendidik dan tenaga kependidikan. Kompetensi pedagogik dan profesional guru masih bermasalah. Terkait kompetensi profesional guru, 10% materi pelajaran kurang dikuasai oleh guru, sehingga guru tidak dapat membelajarakan siswa dengan baik pada materi tersebut, pembelajarn yang dilakukan akan menimpulkan miskonsepsi pada siswa terutama pada materi yang kurang dikuasai guru. Terkait kompetensi pedagogik, penguasaan guru akan pembelajaran inovatif masih rendah, penguasaan guru akan asesmen otentik masih rendah, penguasaan guru akan IT masih rendah terutama bagi guru-guru tua, dan jumlah tenaga kependidikan di setiap sekolah di Badung belum memadai untuk medukung pelayanan terhadap kegiatan sekolah. Tenaga kependidikan yaitu pengawas dan kepala sekolah, kurang memahami tugasnya sebagai seorang supervisor dalam pelakasaan pembelajaran oleh guru. Keterampilan pengawas dan kepala sekolah dalam memberikan bimbingan dalam melaksanakan pembelajaran masih relatif rendah. Oleh karena itu pengawas dan kepala sekolah masih enggan untuk mendampingi para guru di kelas. (4) Standar penilaian. Penilaian yang dilakukan lebih pada penilaian secara konvensional, dan bukan penilaian otentik. Penilaian yang dilakukan hanya pada saat akhir pelajaran dengan menggunakan tes obyektif. Penilaian yang dilakukan kurang terbuka, artinya guru tidak menyampaikan tentang bagaimana caranya guru menilai siswa. Begitu luasnya permasalahan yang dialami oleh daerah yang menjadi kajian dari pengabdian ini, maka masalah yang ditangani perlu dibatasi. Maka masalah yang ditangani dalam pengabdian ini di Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar adalah sebagai berikut . (1) Penguasaan guru terhadap kompetensi pedagogik dan kompetensi professional perlu ditingkatkan. (2) Penguasaan pengawas sekolah terhadap pengetahuan pedagogi, dan teknik-teknik 82
supervisi masih perlu ditingksatkan. (3) Penguasaan kepala sekolah terhadap pengetahuan dan keterampilan manajemen sekolah perlu ditingkatkan. (4) Kualitas perangkat pembelajaran yang digunakan guru masih rendah. (5) Kualitas proses dan evaluasi pembelajaran di kelas masih rendah.
Metode Model peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan yang diusulkan adalah ”
Peningkatan Kompetensi Guru SMA melalui Pendampingan Terpadu Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran di Kabupaten Badung; Tabanan; dan Kodya Denpasar Provinsi Bali”. Model Peningkatan Kompetensi Guru, Melalui Bimbingan Teknik Terintegrasi Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran ini adalah suatu model peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan Kinerja Guru, yang juga melibatkan Kepala Sekolah, dan Pengawas melalui kaji tindak pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan. Model ini melibatkan kepala sekolah, guru, pengawas, dan MGMP. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan program-program di atas adalah: (1) Pendidikan dan Latihan (Diklat) Peningkatan Kompetensi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas; (2) Kaji Tindak Pembelajaran, dalam bentuk Lesson Study (LS). Peserta dari diklat ini adalah guru-guru mata pelajaran yang di-UN-kan, kepala sekolah, dan pengawas SMA dari Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar Provinsi Bali. Untuk menerapkan pengetahuan konten dan pedagogik guru, pengetahuan manajemen kepala sekolah, dan pengetahuan supervisi akademik pengawas, digunakan metode Kaji Tindak pembelajaran yang dalam hal ini menggunakan model Lesson Study (LS). Tahapan LS yang dilakukan adalah plan (merencanakan), do (melaksanakan), dan see (merefleksikan). Jumlah sekolah yang dilibatkan dalam program PM-PMP ini sebanyak 9 sekolah dengan rincian Kabupaten Badung tiga sekolah, Kabupaten Tabanan tiga sekolah, dan Kodya Denpasar sebanyak tiga sekolah. Jumlah peserta yang diharapkan adalah: guru sebanyak 81 orang, kepala sekolah 9 orang, dan pengawas 9 orang. Diklat dilaksnakan di Undiksha dengan materi: kebijakan umum pendidikan di Bali, pembelajaran inovatif dan asesmen, lesson studi, supervisi pendidikan, manajemen sekolah, dan materi yang di UN-kan. LS dilaksnakan di sekolah yang diikuti oleh guru bidang studi yang sejenis, pengawas sekolah, dan kepala sekolah. Disamping melaksanakan diklat dan LS, juga dilaksanakan FGD. FGD dilaksanakan di
Kampus Undiksha yang diikuti oleh Kepala Sekolah dari sekolah sasaran, kepala Dinas 83
pendidikan Pemuda dan Olah Taga Kabupaten Kota, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Provinsi Bali, Hasil dan Pembahasan
Model yang telah dikembangkan pada tahun 2011 ini dilakukan uji melalui program PM-PMP. Adapun model yang dikembangkan adalah sebagai berikut. “Peningkatan Kompetensi Guru SMA Melalui Pendampingan Terpadu Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran di Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar Provinsi Bali” 1) Pelaksanaan Diklat
Diklat dilaksanakan di kampus Undiksha dalam dua gelombang, yaitu tanggal 9 Nopember sampai dengan 11 Nopember 2012, dengan materi diklat: kebijakan peningkatan mutu pendidikan, pembelajaran inovatif, manajemen sekolah, supervisi pendidikan, dan semua materi yang di-UN-kan. Materi diklat yang diberikan, pelaksanaan diklat sesuai dengan rencana, yaitu:
kepala sekolah, pengawas, dan semua guru diberikan materi: Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan di Bali, Model pembelajaran Inovatif dan Asesmen, dan kajitindak Pembelajaran. Materi Manajemen Sekolah, Supervisi Pendidikan diberikan pada kepala sekolah dan pengawas, materi bidang studi yang di UN-kan diberikan masing-masing pada guru yang sesuai. Oleh karena itu, pemilihan materi dan pesert yang mengikuti telah sesuai dengan rencana. Peserta yang direncanakan dan diundang dari Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar : Kepal Sekolah 8 orang, Pengawas 3 orang, dan
guru mata pelajaran
yang di UN-kan sebanyak 81 orang. Namun yang hadir : Kepala Sekolah 3 orang, Pengawas 6 orang, dan guru 68 orang. Sehingga peserta yang hadir ada 78%. Diliah dari kuantitas yang hadir, kehadiran 78% tergolong baik, namun dilihat dari kualitas , jumlah kepala sekolah yang hadir cukup rendah yaitu 33%, dan pengawas cukup baik yaitu 67%. Kehadiran kepala sekolah yang rendah dalam diklat ini, ditutupi dengan penyampaian materi diklat pada kepala sekolah yang tidak hadir. Sehingga saat dilaksanakan kaji tindak pembelajaran di sekolahnya mereka dapat mengikuti dengan baik. Diklat dilaksanakan dengan baik, dimana peserta mengikuti diklat ini dengan baik. untuk mengetahui kualitas pelaksanaan diklat dilihat dari penguasaan materi diklat, pada akhir diklat diberikan kuisioner. Hasil pengukuran dengan kuisioner secara umum sebagai 84
berikut. (1) terjadi peningkatan penguasan pembelajaran inovatif dan asesmen, (2) terjadi peningkatan penguasaan lesson
study, (3) terjadi peningkatan penguasaan penyusunan
perangkat pembelajaran, (4) terjadi peningkatan penguasaan materi pelajaran yang dianggap sulit, dan (5) Saat mengajar siap untuk diobservasi oleh orang lain. Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner tersebut tampak bahwa diklat yang dilaksanakan menjadi bermakna bagi guru. Kebermaknaan ini harus dilihat pada aplikasi saat melaksanakan pembelajaran di sekolah.
2) Pelaksanaan LS
Kaji tindak pembelajaran yang dilaksanakan berupa lesson study di Kabupaten Badung, Tabanan dan Kodya Denpasar. LS dilaksanakan pada sembilan sekolah di tiga kabupaten/Kota. Mata pelajaran yang di LS-kan sebanyak 9 mata pelajaran yaitu: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Sosiologi, Geografi, dan Ekonomi.
Berdasarkan rangkuman dari semua mata pelajaran di tiga kabupaten/kota yang dilakukan, tampak bahwa: (1) rencana pelajaran yang disusun cukup baik, (2) pemilihan model pembelajaran cukup inovatif, (3) pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik dan pembelajaran berpusat pada siswa sehingga peranan guru sebagai fasilitator, (4) pembelajaran yang diselenggarakan menyenangkan bagi siswa, (5) guru menjadi senang diamati orang lain dan tidak sungkan atau ogah diamati oleh orang lain. Berdasarkan atas uraian di atas, tampak bahwa peningkatan kopmpetensi guru melalui pendampingan terpadu berbasis kaji tindak pembelajaran (lesson study/LS) merupakan metode yang cukup baik untuk dugunakan. Melalui kegiatan ini guru diberikan penyegaran tentang model-model pembelajaran inovatif dan asesmen, pengkajian tentang materi yang dianggap sulit, diberikan pelatihan tentang LS. Suatu hal yang baru bagi guru adalah bahwa setelah mereka didiklat, mereka dipantau ke sekolah ditempat mereka bertugas. Saat mereka dipantau, yang dilibatkan secara intensif adalah kepala sekolah dan pengawas sekolah. Mereka diberikan bimbingan lagi oleh kepala sekolah, pengawas, dan oleh para pakar dari kampus. Pemantauan yang dilakukan setelah para guru mengikuti diklat merupakan sesuatu yang jarang mereka dapatkan. Karena selama ini, setelah kegiatan diklat dilakukan, saat itu juga kegiatan itu selesai. Sangat jarang sampai dipantau dan diikuti ke sekolah. 85
Berdasarkan atas uraian di atas bimbingan teknis yang diberikan pada guru melalui kaji tindak pembelajaran tampaknya dapat meningkatkan kompetensi guru terutama dalam: • Kompetensi
pedagogik,
terutama
dalam
penysunan
rencana
pembelajaran,
menerapkan model-model pembelajaran inovatif dan asesmen, pengelolaan kelas, dan keterampilan melaksanaan pembelajaran yang berpusat pada siswa. • Kompetensi profesional, terutama terkait materi yang sulit dan sulit dibelajkarkan pada siswa. • Menguasaai teknik LS • Guru dilatih berkolaborasi dengan sesama guru dalam MGMP, dan guru menjadi terbiasa diamati dan diberikan masukan saat membelajarkan murid. Berdasarkan hasil ini, kaji tindak pembelajaran seharusnya dibudayakan dalam meningkatkan kompetensi guru. Oleh karena itu, lembaga/instansi yang bertugas untuk meningkatkan kompetensi guru dapat menggunakan program LS sebagai model untuk meningkatkan kompetyensi guru.
3) Pelaksnaan FGD
Untuk melengkapi atau menyempurnakan model yang dikembangkan, diadalak kegiatan Focus Group Dicussion (FGD) yang dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi, Kepala Dinas pendidikan Kabupaten/Kota, serta para kepala sekolah yang menjadi sasaran pelatihan. Kegiatan FGD dilaksnakan pdi Undiksha pada hari/tanggal Sabtu/14 Desember 2014. FGD yang dilaksanakan dihadiri oleh: rektor yang diwakili oleh Ketua LPM Undiksha. semua kepala dinas diwakili oleh salah seorang staf dari instansinya masing-masing, dan para Kepala sekolah yang juga diwakili oleh wakaseknya. Dalam FGD ini dibahas tentang upaya dalam meningkatkan kualitas pelaksanaan pendidikan di kabupaten/Kota serta meninghkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Para peserta sepakat untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui: •
Peningkatan sarana dan prasara pendidikan di sekolah melalui pengalokasian dana baik dari APBD maupun anggaran komite sekolah,
•
Sepakat dalam meningkatkan kompetensi guru dilaksnakan “model peningkatan kompensi guru melalui pendampingan terpadu melalui kaji tindak pembelajaran (LS).
86
Karena yang hadir dalam FGD ini bukan pimpinan yang berhak memutuskan kebijakan, maka rencana kerja sama antara Undiksha dengan semua Kepala Dinas dan Kepala sekolah dalam rangka meningkatkan kompetensi guru melalui kaji tindak pembelajaran tidak dapat ditandatangi. Walaupun demikian pesert FGD berkomitmen untuk meningkatkan kompetensi guru melalui kaji tindak pembelajaran.(1) Undiksha akan menyediakan skim P2M untuk meningkatkan kompetensi guru melalui kaji tindak pembelajaran, (2) pihak dinas akan mengusulkan hal serupa dengan undiksha, dan (3) pihak sekolah akan melaksanakan LS dan tentu mengusulkan pakar dari Undiksha sebagai pendampingnya.
Penutup
Simpulan yang dapat diambil dari kegiatan PM-PMP ini adalah sebagaii berikut. (1) Program PM-PMP yang dilaksanakan berjalan dengan baik yang ditunjukkan dengan
program diklat berjalan dengan baik dan dilanjutkan pendampingan teknis di sekolah berupa kaji tindak pembelajaran berjalan dengan baik pula, dan FGD yang cukup baik. (2) Model peningkatan kompetensi guru SMA melalui pendampingan terpadu berbasis kaji tindak pembelajaran di kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar berjalan dengan baik dan model ini dapat digunakan sebagai model untuk meningkatkan kompetensi guru dalam pembelajaran. Rekomendasi yang dapat disampaikan berdasarkan hasil uji model adalah sebagai berikut. (a) Model peningkatan kompetensi guru melalui pendampingan terpadu berbasis kaji tindak pembelajaran dapat diterapkan oleh berbagai instansi yang dalam hal ini: (1) Dinas Pendidikan Provinsi, (2) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, (3) LPMP Provinsi, (4) lembaga lain yang memiliki tugas meningkat kualitas guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah (b) Kepada Undiksha agar menyediakan skim P2M untuk meningkatkan kompetensi guru melelui pendampingan terpadu berbasis kaji ntindak pembelajaran. (c) Kepada Semua sekolah SMA di Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya denpasar dapat menerapkan teknik LS untuk meningkatkan kompetensi para gurunya. Daftar Pustaka
Arnyana, I. B.P. dkk. 2011. Profil dan Pengembangan Penguasaan Kompetensi Dasar terhadap Mata Pelajaran yang di-UN-kan pada Siswa SMA di Kabupaten 87
Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar, Provinsi Bali. Hasil Penelitian PPMP (Tidak Dipublikasi) Singaraja: Universitas pendidikan Ganesha. Cox, A. J. and Junkin, W. F. 2002. Enhance Student Learning in The Introductory Physisn Laboratory. J. Physic Education. Vol. Januari. Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rineka Cipta DPR RI. 2005. Undang Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Grant, G, et al. 1979. On Competence: A Critical Analysis of Competence-Based Reform in Higher Education. San Francisco, CA: Jossey-Bass Publihser. Lardizabal, A.S, et al. 2000. Principles and Method of Teaching. (3rd edition). Quezon City: Phonix Publishing House, Inc. McNiff. 1992. Action Research: Principles and Practice. Lpndon: Routledge. Martin, M.O., Mullis, Ina V., dan Chrostowski, Steven J. (2008). TIMSS 2007. International Scince Report. Chetsnul Hill, MA; Boston College. Makmun, Abin Syamsudin. 1996. Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga Kependidikan. Bandung : Program Pasca Sarjana IKIP Bandung Martin, X.S, et al. 2008. The competitiveness: Measuring the Productive Potential of Nations. Dalam the Global Report 2008-2009. Diretrieved dari hpp:/www.weforum.org/pdf/gcr/2008/ranking.pdf. tanggal 30 Mei 2011. Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Rosdakarya. Mulyasa, E. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Konsep, Strategi, dan Implementasi. Bandung: Rosdakarya. OECD. (2004). Learning for Tomorrow’s World: First Result from PISA 2003. Paris France. OECD. OECD. (2005). PISA 2003. Data Analysis Manual. Paris, France. OECD. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dan Permendiknas No 23 Tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan satuan pendidikan dasar dan menengah, Jakarta. 2006 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta, 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 23 tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta, 2006. 88
Safari. 2008. Penulisan Butir Soal Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional Sanjaya Wina, 2005. Pembelajaran dalam Implementasi, Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media Scheerens, Jaap and Jan van Ravens, eds. 2011. Perspectives on Educational Quality Illustrative Outcomes on Primary and Secondary Schooling in the Netherlands. London, New York: Springer Dordrecht Heidelberg Tim BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan Wlodkowski, R.J and Rudith H. Jaynes. 2004. Hasrat Untuk Belajar (membantu Anak-Anak Termotivasi dan Mencintai Belajar). Terjemahan oleh Nur Setyo Budi Widarto. Yoygyakarta: Pustaka Pelajar Undang Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta, 2005.
89