LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN PENERAPAN MODEL PENGEMBANGAN MUTU PENDIDIKAN (PENGABDIAN PM-PMP) TAHUN ANGGARAN 2012 PENINGKATAN KOMPETENSI GURU, KEPALA SEKOLAH DAN PENGAWAS SMA MELALUI BIMBINGAN TEKNIK TERINTEGRASI BERBASIS KAJI TINDAK PEMBELAJARAN DI KABUPATEN GIANYAR DAN BANGLI PROVINSI BALI Oleh: Prof. Dr. Ketut Suma, M.S., dkk ABSTRAK Analisis terhadap hasil ujian nasional dari tahun 2008 sampai 2010 di tiga SMA negeri di kabupaten Gianyar dan tiga SMA negeri di kabupaten Bangli menunjukkan bahwa masih terdapat kompetensi dasar mata pelajaran yang diUNkan yang Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)nya<60%. Faktor-faktor penyebab belum tercapainya KKM tersebut tersebar pada kedelapan standar nasional pendidikan. Namun demikian, faktor-faktor yang dianggap dominan adalah yang berasal dari standar isi, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan serta standar penilaian. Bertolak dari temuan tersebut telah dirancang Model Peningkatan Kompetensi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas SMA Melalui Bimbingan Teknik Terintegrasi Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran. Model ini diterapkan dalam bentuk Pengabdian Penerapan Model Pengembangan Mutu Pendidikan (PM-PMP) pada tahun 2012. Tujuan dari pengabdian PM-PMP ini adalah: (1) menghasilkan model pengembangan mutu pendidikan yang telah terverifikasi, (2) mengungkap efektivitas model peningkatan mutu pendidikan di kabupaten Gianyar dan Bangli, (3) meningkatkan mutu pendidikan di kabupaten Gianyar dan Bangli. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam PM-PMP ini adalah: (1) Pendidikan dan Latihan Peningkatan Kompetensi Guru, Kepala Sekolah, dan pengawas SMA, (2) Kaji Tindak Pembelajaran melalui lesson study, (3) Focus Group Discussion perumusan tindak lanjut kebijakan pengembangan mutu pendidikan. Pengabdian PM-PMP ini dilakukan di tiga sekolah di Kabupaten Gianyar yaitu SMA Negeri 1 Gianyar, SMA N 1 Blahbatuh, dan SMA N 1 Payangan dan tiga sekolah di Kabupaten Bangli yaitu SMA N 1 Kintamani, SMA N 1 Bangli dan SMA N 1 Tembuku. Hasil pengabdian PM-PMPMP menunjukkan bahwa: (1) para guru di Kabupoaten Gianyar dan Bangli dapat melaksanakan kegiatan lesson study dengan tahapan-tahapan yang sesuai dengan hakikat lesson study, (2) para pengawas dan kepala sekolah memeiliki mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan supervisi akademik berbasis kaji tindak pembelajaran, (3) Guru-guru model dapat melaksanakan pembelajaran di kelas secara efektif, (4) siswa-siswa memberi respon positif terhadap poembelajaran yang diikutinya, (5) guru-guru memberi respon yang sangat positif terhadap pelaksanaan bimbingan teknik dan kaji tindak pembelajaran melalui lesson study. Bertolak dari hasil-hasil pengabdian PM-PMP ini kepada dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gianyar dan Bangli serta Universitas pendidikan Ganesha direkomendasikan untuk menerapkan model Bimbingan Teknik Berbasis
1
Kaji Tindak Pembelajaran ini sebagai model peningkatan profesionalisme guru secara kolaboratif. Kata kunci: Bimbingan Teknik Terintegrasi, Standar Nasional Pendidikan, Kompetensi, Kaji Tindak Pembelajaran.
2
LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN PENERAPAN MODEL PENGEMBANGAN MUTU PENDIDIKAN (PENGABDIAN PM-PMP) TAHUN ANGGARAN 2012 PENINGKATAN KOMPETENSI GURU SMA MELALUI PENDAMPINGAN TERPADU BERBASIS KAJI TINDAK PEMBELAJARAN DI KABUPATEN BADUNG; TABANAN; DAN KODYA DENPASAR PROVINSI BALI Oleh: Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si., dkk ABSTRAK Hasil Penelitian Pemetaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan (PPMP) tahun 2011di tiga Kabupaten/Kota yaitu: Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan, dan Kodya Denpasar menunjukkan bahwa dari 12 mata pelajaran yang di-UN-kan di SMA tahun 2008; 2009; dan 2010 yaitu pada mata pelajaran IPA-Bahasa indonesia, IPA-Bahasa Inggris, IPA-Matematika, IPA-Fisika, IPA-Kimia, IPA-Biologi, IPSBahasa Indonesia, IPS-Bahasa Inggris, IPS-Matematika, IPS-Ekonomi, IPSSosiologi, dan IPS-Geografi menunjukkan bahwa pada semua mata pelajaran ini siswa belum mencapai ketuntasan sesuai yang diharapkan yaitu lebih dari 90%. Oleh karena itu diusulkan untuk dilakukan upaya peningkatan kompetensi guru SMA melalui pendampingan terpadu berbasis kaji tindak pembelajaran di Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar. Tujuan yang ingin dicapai dalam PM-PMP adalah: (1) Meningkatkan penguasaan guru terhadap kompetensi pedagogi dan kompetensi professional, (2) Meningkatkan penguasaan pengawas sekolah dan kepala sekolah terhadap pengetahuan pedagogi, dan teknik-teknik supervisi, (3) Meningkatkan kualitas perangkat pembelajaran dan proses pembelajaran melalui kegiatan Lesson Study (LS). Teknik yang digunakan untuk menncapai tujuan tersebut adalah melalui pendampingan terpadu berbasis kaji tindak pembelajaran. Yang dibagi menjadi dua kegiatan yaitu kegiatan diklat yang dilakukan di Undiksha dan kegiatan pendampingan berbasis LS. Hasil yang dicapai adalah (1) meningkatnya kompetensi pedagogik, terutama dalam penysunan rencana pembelajaran, menerapkan model-model pembelajaran inovatif dan asesmen, pengelolaan kelas, dan keterampilan melaksanaan pembelajaran yang berpusat pada siswa, (2) meningkatnya kompetensi profesional, terutama terkait materi yang sulit dan sulit dibelajkarkan pada siswa, (3)guru menguasai teknik LS, dan (4) guru dilatih berkolaborasi dengan sesama guru dalam MGMP, dan guru menjadi terbiasa diamati dan diberikan masukan saat membelajarkan murid. Kata Kunci : kompetensi guru; pendampingan terpadu; kaji tindak pembelajaran
3
LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN PENERAPAN MODEL PENGEMBANGAN MUTU PENDIDIKAN (PENGABDIAN PM-PMP) TAHUN ANGGARAN 2012
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU SMA MELALUI PENDAMPINGAN TERPADU BERBASIS KAJI TINDAK PEMBELAJARAN DI KABUPATEN KLUNGKUNG DAN KARANGASEM PROVINSI BALI Oleh: Dr. I Nyoman Suardana, M.Si., dkk ABSTRAK Mutu pendidikan pada jenjang SMA di Kabupaten Klungkung dan Karangasem masih rendah. Hal ini tercermin dari hasil capaian ujian nasional yang belum optimal, yaitu beberapa kompetensi siswa < 60. Untuk meningkatan mutu pendidikan ini dilakukan Penerapan Model Pendampingan Terpadu Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran. Sasaran progam pengabdian PM-PMP ini meliputi guru-guru mata pelajaran SMA yang di-UN-kan, kepala SMA, dan pengawas SMA di Kabupaten Klungkung dan Karangasem. Model pendampingan ini mencakup empat kegiatan pokok, yaitu: (1) diklat pendalaman materi pelajaran, pembelajaran inovatif dan asesmen, lesson study, manajemen sekolah, dan supervisi pendidikan; (2) lesson study di sekolah sampel; (3) evaluasi keefektivan model; dan (4) FGD tindak lanjut pengembangan mutu pendidikan. Hasil penerapan model ini adalah sebagai berikut. Guru, kepala sekolah, dan pengawas memberi respon positif terhadap pelaksanan diklat dan lesson study. Guru-guru dapat melaksanakan lesson study dengan baik. Guru-guru sudah mulai terbuka dengan pembelajaran yang dilakukan. Mereka sangat merasakan manfaat lesson study bahwa pembelajaran yang dirancang dan direfleksikan secara bersama-sama akan lebih baik dibandingkan apabila dilakukan sendiri. Efektivitas pembelajaran, juga ditunjukkan oleh respon positif dari sebagian besar siswa. Melalui lesson study, kepala sekolah dan pengawas dapat mengadakan supervisi langsung terhadap dokumen perangkat pembelajaran dan pembelajaran riil di kelas. Untuk itu, direkomendasikan agar model ini dapat dilanjutkan dan diperluas sasarannya mencakup pendidikan dasar dan menengah. Kata-kata kunci: pendampingan terpadu, kaji tindak pembelajaran, mutu pendidikan
4
LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN PENERAPAN MODEL PENGEMBANGAN MUTU PENDIDIKAN (PENGABDIAN PM-PMP) TAHUN ANGGARAN 2012
PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA PENDIDIK SMA MELALUI BIMBINGAN TEKNIK TERPADU BERBASIS KAJI-TINDAK PEMBELAJARAN DI KABUPATEN BULELENG DAN JEMBRANA PROVINSI BALI Oleh: Prof. Dr. I Nengah Suparta, M.Si., dkk ABSTRAK Berdasarkan hasil penelitian PPMP tahun 2011 diperoleh hasil bahwa penguasaan kompetensi siswa beberapa SMA di Kabupaten Buleleng dan Jembrana masih perlu ditingkatkan untuk sejumlah mata pelajaran yang di-UN-kan. Beberapa faktor penyebabnya telah diidentifikasi berdasarkan delapan standar nasional pendidikan. Memperhatikan faktor-faktor penyebab permasalahan yang diidentifikasi tersebut, secara garis besar disimpulkan bahwa penanganan permasalahan proses pembelajaran merupakan tindakan yang sangat urgen untuk dilaksanakan. Selanjutnya disimpulkan bahwa dalam upaya meningkatkan penguasaan siswa untuk mata-mata pelajaran yang di-UN-kan, proses pembelajaran seyogyanya dievaluasi pelaksanaannya secara terpadu oleh guru, pengawas, dan kepala sekolah berdasarkan prinsip-prinsi kesejawatan dan berkelanjutan. Untuk dapat menunaikan tugas-tugas dari setiap komponen sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut, diimplementasikan model bimbingan teknis terpadu kepada tenaga pendidik: guru, pengawas, dan kepala sekolah secara terintegrasi berbasiskan pada kaji tindak-pembelajaran. Berdasarkan hasil implementasi model dibuktikan bahwa implementasi bimbingan teknis terintegrasi berbasis kaji tindak pembelajaran memberikan dampak positif pada upaya peningkatan kualitas kinerja guru, kepala sekolah, dan pengawas, yang pada akhirnya bermuara pada meningkatnya kualitas hasil belajar siswa yang dibelajarkan. Kata Kunci: Bimbingan Teknik Terpadu, Kaji-tindak pembelajaran.
5
LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN PENERAPAN MODEL PENGEMBANGAN MUTU PENDIDIKAN (PENGABDIAN PM-PMP) TAHUN ANGGARAN 2012
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DAN KUALITAS PEMBELAJARAN MELALUI PELATIHAN PENGUATAN DAN PENDAMPINGAN BERBASIS KAJI TINDAK PEMBELAJARAN PADA PARA GURU SMA DI PROVINSI BALI Oleh: Prof. Dr. Ni Ketut Suarni, M.S, Kons., dkk ABSTRAK Temuan penelitian pemetaan terhadap penguasaan kompetensi dasar pada mata pelajaran yang di UN-kan di SMA Secara umum memang nilai rata-rata UN siswa SMA di Provinsi Bali tergolong tinggi bahkan berada di atas rata-rata nasional, namun secara lebih rinci ditemukan masih terdapat pencapaian penguasaan kompetensi dasar siswa SMA pada beberapa indikator capaian tergolong rendah (>/=60) pada semua bidang studi yang di-UN-kan. Adapun mata pelajaran yang di UN-kan yaitu (1) Bahasa Indonesia, (2) Bahasa Inggris, (3) Matematika, (4) Kimia, (5) Fisika, (6) Biologi, (7) Sosiologi, (8) Geografi dan (9) Ekonokomi. Temuan penelitian tahun 2011 mengisyaratkan banyak indikator capaian dari mata pelajaran yang di UN-kan masih tergolong rendah. Beberapa factor penyebab dapat diidentifikasi dari penelitian PPMP tahun 2011, meliputi kelemahan pada beberapa aspek yang telah ditetapkan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Di antara aspek-aspek tersebut dapat dikelompokan kedalam standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, dan pengelolaan. Dari aspek-aspek yang difokuskan tersebut dalam PM-PMP ini akan disasar pada peningkatan kompetensi Guru pada proses pembelajaran. Hal ini dilakukan karena proses pembelajaran merupakan sumber yang menjadi dasar untuk pencapaian peningkatan kualitas mutu pendidikan. Melalui pelatihan penguatan dan pendapingan bagi para guru SMA yang mengasuh mata pelajaran yang di-UN-kan dan kepala sekolah serta pengawas dengan berbasis kaji tindak pembelajaran, diharapkan peningkatan kualitas mutu pendidikan tercapai secara maksimal. Kata kunci:
pelatihan penguatan, pendampingan berbasis kaji tindak pembelajaran, kompetensi guru dan kualitas pembelajaran
6
IPTEK BAGI MASYARAKAT (IbM) KELOMPOK SADAR WISATA DALAM UPAYA MENINGKATKAN GERAKAN PEMASARAN DESA WISATA MENYALI KECAMATAN SAWAN, KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI Oleh: I Gede Budasi, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan Ganesha I.G.A. Lokita Purnamika Utami, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan Ganesha, Made Suardana, Jurusan Bahasa Inggris Pariwisata Universitas Pendidikan Ganesha Made Windu Antara Kesiman, Jurusan Informatika Fakultas Teknik Universitas Pendidikan Ganesha
ABSTRAK Tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat (PPM) ini, yaitu memberikan pelatihan Iptek bagi Masyarakat (IbM) yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata Desa Menyali (KSWDM) Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Provinsi Bali yang telah mengembangkan desanya sebagai desa wisata. Pelatihan yang dimaksud meliputi: pembuatan sarana promosi berupa slide show objek wisata yang telah berhasil disusun berdasarkan laporan kegiatan PPM Budasi dkk (2011) serta penggunakan panduan objek wisata dan slide show yang telah berhasil mereka susun, pembuatan media promosi desa wisata, pembuatan rancangan website tentang potensi wisata Desa Menyali, pembuatan daftar kalender budaya (Callender of event) yang berfungsi sebagai strategi daya menahan para tamu agar berkenan lebih lama tinggal di Desa Menyali, dan pembuatan serta penggunaan formulir reservasi, alat kontrol reservasi, dan formulir registrasi dalam homestay dan program trekking. Metode pelatihan adalah dengan studi banding, cermah, diskusi, dan pelatihan. Hasil P2M ini menunjukkan seluruh peserta telah mengikuti pelatihan dengan tekun. Secara umum mereka telah memahami cara pembuatan dan bisa pemanfaatan atau menggunakan sarana promosi, seperti: website dan slide show, serta penggunaan formulir administrasi pengelolaan homestay yang dilatihkan. Luaran dalam kegiatan IbM ini dijadikan sebagai indikator keberhasilan dalam program ini. Luaran yang dimaksud adalah KSWDM telah berhasil membuat sarana promosi seperti slide showdan buku panduan wista, website, brosur pondok wisata (home stay) dan program trekking ‘Bali Narture Explorer’, peta wisata, kalender budaya, dan formulir penunjang pengelolaan home stay dan trekking.. Kata kata kunci: kelompok sadar wisata, iptek bagi masyarakat.
7
LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PROGRAM IPTEKS BAGI INOVASI DAN KREATIFITAS KAMPUS Oleh: Dr.rer.nat. I Wayan Karyasa, M.Sc., dkk
RINGKASAN DAN SUMMARY Unit Usaha Batubarak adalah sebuah Program Ipteks bagi Inovasi dan Kreatifitas Kampus (IbIKK) Pigmen Anorganik Alami dan Industri Kreanova Turunannya. Program ini di UNDIKSHA merupakan program pembelajaran kewirausahaan bagi akademisi perguruan tinggi yang berbasis penelitian. Unit Usaha Batubarak bertujuan memberi nilai tambah terhadap batu merah (Bali: batubarak) yang ada di Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng menjadi bubuk pigmen anorganik alami dan produk-produk turunannya. Sebagai sebuah pembelajaran, maka Unit Usaha Batubarak selama tiga tahun (2010 – 2012) merupakan sebuah starting-up industri dengan target pada akhir tahun ketiga telah siap menjadi sebuah industri inovatif yang siap berjalan sesuai dengan prinsipprinsip bisnis dan kewirausahaan dan atau dialihkan dengan dukungan investor menjadi industri mandiri dimana UNDIKSHA memiliki sebagian hak yang proporsional. Unit Usaha Batubarak dimulai dengan pembangunan instalasi penggilingan batubarak pada tahun 2010 di lokasi penambangan (Desa Tajun) dengan investasi mesin hammer mill (hak guna pakai hasil kerjasama dengan BPPT UPT Denpasar), dengan bangunan 88 m2 di atas tanah sewa milik perorangan dan berkembang dengan kantor di Gedung Sportmart depan Rektorat Universitas Pendidikan Ganesha dan unit produksi yang akan dikembangkan menjadi Singaraja Ceramic Centre (SCC) di Desa Petandakan sekitar 3 km dari kampus. Selain pigmen anorganik alami, usaha ini juga mengembangkan produk-produk turunannya untuk memberi nilai tambah dan mengendalikan penambangan. Produk yang telah dikembangkan adalah souvernir patung keramik Ganesha, batubarak potong, bata bata unggul berbantukan pigmen batubarak, dan souvernir lainnya yang terbuat dari batubarak. Pendekatan kewirausahaan yang menyelaraskan orientasi keuntungan dengan membangun komunitas, memberdayakan dan mencerdaskan masyarakat sekitar, serta berorientasi pada lingkungan dan usaha keberlanjutan, telah dijalankan hampir tiga tahun (2010-2012). Perkembangan unit usaha Batubarak dapat dilihat dari perkembangan omzet, saldo tahunan sebagai keuntungan, modal investasi dan biaya operasional mandiri. Total omzet dalam tiga tahun (2010-2012) sebesar: Rp. 545.211.500,00 dengan rincian tiap tahun berturut-turut sebagai berikut: Rp. 144.337.500,00 (tahun I, per Oktober 2010), Rp. 161.664.000,00 (tahun II, per Oktober 2011) dan Rp. 239.170.000,00 (tahun III, per Oktober 2012). Saldo per Oktober berturut-turut sebagai berikut: Rp. 27.243.472,00 (per Oktober 2010), Rp. 53.602.363,00 (per Oktober 2011), dan Rp. 54.415.894,00 (per Oktober 2012). Perkembangan modal investasi perlatan dan bangunan fisik dengan total tiga tahun (2010-2012) adalah Rp. 211.640.255,00, dengan rincian tiap tahun (per Oktober) berturut-turut adalah Rp. 111.056.055,00 (Desember 2010); Rp. 42.184.200,00 (Desember 2011), dan Rp. 58.400.000 (Oktober, 2012). Biaya operasional mandiri (di luar bantuan Ditlitabmas
8
dan institusi Undiksha) dalam tiga tahun (hingga Oktober 2012) adalah Rp. 490.795.606,00 dan menunjukkan peningkatan dengan rincian berturut-turut sebagai berikut: Rp. 142.097.118,00 (Desember 2010); Rp. 159.472.019,00 (Desember 2011), dan 189.226.469,00 (Oktober 2012). Gambaran umum ini menunjukkan bahwa Unit Usaha Batubarak memiliki keberlangsungan usaha yang baik dan potensi yang layak untuk dikembangkan. Pelaksanaan program ini telah berdampak signifikan dalam memberi nilai tambah batubarak Tajun yang dikembangkan menjadi produk-produk bernilai ekonomis sehingga berdampak pada peningkatan aktivitas usaha kecil di lingkungan penambangan batubarak, meningkatkan kesejahteraan para penambang dan pemilik lahan tambang, dan pengendalian penambangan batubarak sehingga lebih aman terhadap penambang dan lingkungan. Program IbIKK ini juga berdampak pada peningkatan minat dosen UNDIKSHA lainnya untuk mengusulkan program IbIKK sehingga pada tahun 2012 telah berhasil lolos dua program IbIKK yaitu Boga Ganesha dan Wisata Relegi. Kata-kata kunci: pigmen, batubarak, keramik, bata merah.
9
UNIT USAHA BOGA GANESHA: PRODUK MAKANAN TRADISIONAL BALI DAN PRODUK MAKANAN INOVATIF DAN KREATIF KHAS UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA Risa Panti Ariani 1,2, Ni Made Suriani, Nyoman Trisna Herawati, I Wayan Karyasa, Ni Wayan Rati 11 Program IbIKK Boga Ganesha 2 Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga-Tata Boga, Universitas Pendidikan Ganesha, Bali,
[email protected]
RINGKASAN EKSEKUTIF Program Ipteks bagi Inovasi dan Kreatifitas Kampus (IbIKK) Boga Ganesha merupakan unit usaha berbasis penelitian yang bertujuan memberi nilai tambah terhadap makanan tradisional Bali dan produk-produk makanan inovatif dan kreatif. Hal yang menjadi inspirasi dari kegiatan IbIKK Boga Ganesha adalah: (1) bersumber dari Filosofi Hindu (kearifan lokal), karena makanan sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Ada tiga jenis makanan yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu boga Tamas, Rajas dan Satwam; (2) kesadaran masyarakat akan kebutuhan mengkonsumsi makanan sehari-hari yang berkualitas, bersih dan sehat (tanpa tambahan bahan kimia); (3) mengeksplorasi kuliner tradisional Bali yang mulai ada di tepi jaman (baliqui) dengan citarasa khas, didukung pengolahan dan penyajian makanan berkelas; (4) pemilihan bahan makanan yang berkualitas dan tersedia disekitar dengan mengutamakan bahan makanan lokal untuk membantu petani sekitar; dan (5) meningkatkan kecintaan pada produk dalam negeri melalui konsumsi makanan lokal. Produk Boga Ganesha terdiri dari (1) produk makanan tradisional Bali “Tim Tum Boga Ganesha” yang terdiri dari Nasi Moran Gading, Oong Kara, Tim Ayam Kampung, Tum be pasih, Urap Paku dan sambal bongkot (menu paket bervariasi); (2) produk makanan inovatif dan kreatif Boga Ganesha berbahan makanan lokal seperti singkong (casava), ubi jalar (ipomea), sukun (artocarpus), rumput laut dan bahan makanan lainnya. Produk jajanan yang dihasilkan seperti Chiffon Cake, Brownies Rumla (Rumput Laut), Roll Cake, Cup cake, Nugget Rumla, dll. Metode implementasi dilaksanakan terpadu dengan pembelajaran kewirausahaan produk makanan khas Boga Ganesha adalah (1) Uji coba produk makanan tradisional Bali dilakukan sebelum dimulainya usaha, sedangkan produk baru yang inovatif dan kreatif diuji coba sebelum dipasarkan. (2) Kualitas produk makanan diuji secara berkala melalui uji kualitas produk dengan metode organoleptik oleh 3 orang panelis terlatih sesuai kriteria setiap produk makanan. (3) pameran produk untuk pengenalan dan uji pasar, dan (4) penjalinan mitra usaha produksi melalui in-house training pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Anturan dan pemasok bahan makanan lokal dari Desa Pemaron. (5) pemasaran dilakukan melalui kerjasama dengan Pemda Buleleng dan BNI 46, serta promosi pada sivitas Undiksha dan instansi lainnya dengan penyebaran brosur dan Voucher Makan. Produk Boga Ganesha mendapat respon positif dari pengunjung Pameran dan ditanggapi sangat baik oleh pasar sebagai makanan khas Undiksha. Keberlanjutan
10
produksi dilaksanakan melalui jalinan kemitraan dengan sivitas Undiksha, kantinkantin dan pengadaan Gerai Boga Ganesha. Selain itu juga memanfaatkan peralatan di Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga - Tata Boga yang berasal dari bantuan World Bank tahun 1984 yang kemudian diperbaiki/service oleh Jurusan Elektro. Kegiatan ini memberikan dampak sosial dan tumbuhnya jiwa kewirausahaan di kalangan sivitas Undiksha, serta memberikan pembelajaran entrepreuneur yang sangat berarti bagi pelaksana kegiatan ini.
Kata-kata kunci: boga ganesha, tradisional, tim tum, inovatif dan kreatif.
EXECUTIVE SUMMARY Science and technology telecommunication Program for Innovation and Creativity Campus (IbIKK) Boga Ganesha is a unit-based research aimed at adding value to the traditional Balinese food and food products which are innovative and creative. The inspiration of the activities IbIKK Boga Ganesha are: (1) derived from Hindu philosophy (wisdom), because the food is very influential on a person's behavior. There are three types of foods affect human behavior they are boga Tamas, Rajas and Satwam, (2) public awareness of the need to consume daily quality food, clean and healthy (without chemical additives), (3) explore the traditional Balinese culinary start at the edge of time (baliqui) with distinctive flavor, backed by classy food processing and presentation, (4) the selection and quality of food that is available priorities around the local surroundings to help local farmers, and (5) increasing the love to domestic products through consumption of local foods. Boga Ganesha Products consist of (1) the traditional Balinese food products "Tim Tum Boga Ganesha " consisting of Nasi Moran, Oong Kara, Tim Ayam Kampung, Tum be pasih, Urap Paku and sambal Bongkot (various package menu), (2) innovative and creative food products Boga Ganesha made from local food such as cassava, sweet potato (Ipomea), breadfruit (Artocarpus), seaweed and other foodstuffs. Products produced snacks sucj as Chiffon Cake, Brownies Rumla (Seaweed), Roll Cake, Cup cake, Nugget Rumla, etc.. Implementation methods implemented integrated with learning entrepreneurship products Boga Ganesha are (1) trial of traditional Balinese food products made before the commencement of the business, while new products are innovative and creative tested prior to be sold. (2) The quality of food products tested regularly by testing the quality of the product with organoleptic method by 3 trained panelists according to the criteria of any food product. (3) introduction and exhibition of products to test the market, and (4) interlacing production business partners through in-house training at the local Women Farmer Groups (KWT) Village Anturan and suppliers of local food from the village Pemaron. (5) marketing is done in cooperation with the Government of Buleleng and BNI 46, as well as the promotion of the civitas Undiksha and other agencies with the distribution of brochures and Launch Voucher. Boga Ganesha products gets a positive response from visitors and Exhibition responded very well by the market as a typical food Undiksha. Sustainability of
11
production is carried out through a partnership with the civitas Undiksha, canteens and procurement front Boga Ganesha. In addition, use of equipment in the Department of Home Economic Education which came from the World Bank in 1984 and then repaired / service by the Department of Electrical. These activities provide social impact and growth of entrepreneurial spirit among the civitas Undiksha, as well as provide learning entrepreuneur crucial to implementing these activities. Key words: boga ganesha, traditional, tim tum, innovative and creative.
12
Pembinaan Ekonomi Kreatif Warga Belajar melalui Keaksaraan Usaha Mandiri di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng Oleh: Drs. Dewa Bagus Sanjaya, M.Si., dkk
Abstrak Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) ini bertujuan untuk: (1) memantapkan keaksaraan warga belajar melalui pembelajaran, (2) memberikan latihan keterampilan usaha mandiri warga belajar sesuai dengan potensi yang dimiliki. Khalayak sasaran strategis dalam pelaksanaan KKN-PPM ini adalah masyarakat di Kecamatan Kubutambahan, khususnya warga belajar yang ada di Desa Bulian dan Desa Depeha Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng. Pelaksanaan KKN-PPM ini diawali dengan pembekalan kepada mahasiswa terkait dengan (1) silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (2) materi kewirausahaan dan ekonomi kreatif, sosial budaya, teknologi tepat guna, dan sanitasi dan kesehatan lingkungan. Setelah pembekalan, mahasiswa melakukan pengamatan real lapangan, dalam rangka analisis situasi, dilanjutkan dengan identifikasi masalah, need assessment. Kegiatan KKN-PPM ini dilaksanakan dengan mempergunakan metode ceramah, tanyajawab, dan diskusi. Proses keaksaraan usaha mandiri ini dapat dibagi ke dalam dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Pelaksanaan proses pembelajaran terhadap warga belajar dilakukan melalui beberapa kegiatan yakni: (1) latihan merangkai kata menjadi kalimat yang bermakna, (2) latihan membaca dan komunikasi bahasa indonesia, (3) latihan mengaplikan angka dan menghitung, (4) latihan proses pemasaran, (5) penilaian portofolio kemampuan setiap warga belajar, (6) pengayaan atau remidial, (7) evaluasi kolektif. Pada tahap persiapan mahasiswa dilatih menyusun perangkap pembelajaran dalam bentuk Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), media, dan evaluasi. Pada tahap pelaksanaan keaksaraan usaha mandiri ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan yakni: (1) mengidentifikasi warga belajar dan jumlah warga belajar, (2) menganalisis kemampuan warga belajar, (3) menentukan materi pembelajaran, (4) penyusunan rencana penbelajaran dan latihan keterampilan, (5) penyusunan jadwal pembelajaran dan latihan keterampilan, (6) penetapan tempat dan waktu pembelajaran warga belajar, (7) penyiapan alat tulis pembelajaran, (8) rencana pembelajaran tindak lanjut dan latihan keterampilan. Kata-kata kunci: Keaksaraan usaha mandiri, warga belajar.
13
PENERAPAN PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW) DI KECAMATAN NUSA PENIDA KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2012 I Nyoman P Suwindra1, I Ketut Suma 1, I Kade Suardana 1, I Ketut Yoda 2, Ketut Widnyana3, I Wayan Bagia4, dan Risa Panti Ariani5 1
2
FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja 3 Fakultas Pertanian, Universitas Mahasaraswati, Denpasar 4 Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja 5Fakultas Teknik Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja
Ringkasan Ekskutif Program Ipteks bagi Wilayah (IbW) di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung tahun 2012 ditujukan untuk memberdayakan potensi yang ada di masyarakat. Sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemberian bantuan Iptek dari Perguruan Tinggi, dukungan Pemda, serta peran partisipasi masyarakat menjadi hal yang sangat penting. Bidang-bidang yang menjadi fokus perhatian dalam program ini adalah bidang pendidikan, pertanian-peternakan, industri rumahan, infrastruktur, dan lingkungan hidup. Desa lokasi program IbW Nusa Penida adalah Desa Suana, Desa Batukandik, dan Desa Sakti. Program ini dilaksanakan melalui metode/model: Partisipatory Rural Apprasial (PRA), Enthrepreneurship Capasity Building (ECB), Technology Transfer (TT), dan Information Technology (IT), dalam berbagai bentuk kegiatan seperti pendidikan dan pelatihan (diklat), pembinaan dan pendampingan, penyuluhan, percontohan (demplot), dan penghijauan. Adapun hasil dari kegiatan ini adalah; (1) meningkatnya pengetahuan dan keterampilan dalam bidang komputer bagi staf desa, kecamatan, dan guru-guru SD; (2) meningkatnya pengetahuan dan keterampilan bagi anggota kelompok Sari Gading bidang pembuatan VCO; (3) membuat demplot biogas bagi petani; (4) meningkatkan keterampiran proses pembelajaran bagi bagi guru-guru PAUD; (5) meningkatnya keterampilan masyarakat sesuai minatnya sambil mereka belajar membaca dan berhitung; (6) meningkatkan keterampilan membuat media pembelajaran IPA berbasis lokal; (7) meningkatkan kualitas batako dan dampak lingkungan; (8) meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang cara pembibitan dan menanam pohon penghijauan sekitar 2.000 pohon jati dan karet setiap desa; (9) pengembangan budidaya jarak kepyar bekerjasama dengan Kimia Farma yang melibatkan sekitar 400 petani. Kata-kata Kunci: pemberdayaan, masyarakat, partisipatif, biogas, VCO.
14
BALINISASI MASAKAN VEGETARIAN Oleh: I Wayan Suja, Nyoman Retug, Wayan Cipta, dan Putu Agus Mayuni Universitas Pendidikan Ganesha FMIPA Undiksha, Jalan Udayana,
[email protected]. Ringkasan Eksekutif Kesadaran masyarakat untuk beralih kepada makanan alami, termasuk makanan vegetarian, sesungguhnya memberikan peluang bisnis bagi mereka yang bergerak dalam bidang usaha kuliner. Peluang tersebut semula hanya dimanfaatkan oleh warga keturunan dengan menyediakan masakan Cina, yang selain terasa aneh di lidah, juga tergolong mahal. Untuk itu, dipandang perlu untuk membalinisasi masakan vegetarian bekerja sama dengan mitra lokal yang bergerak dalam bidang usaha kuliner vegetarian. Dua mitra telah dilibatkan, yaitu Depot Vegetarian Bhoga Laksmi dan Depot Vegetarian Bu Krisna, yang masing-masing berlokasi di sebelah Timur dan Barat kota Singaraja, Bali. Dari wawancara dan observasi awal ditemukan bahwa kedua mitra masih perlu diberikan pemahaman berkaitan dengan seluk-beluk vegetarian dan dilatih membuat masakan vegetarian khas Bali, termasuk penggunaan bumbu-bumbu Bali (basa genep). Kegiatan IbM ini dilaksanakan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan mitra dalam membuat masakan vegetarian dengan nuansa Bali menggunakan bahan-bahan dan bumbu lokal dan alami. Kegiatan dilakukan dengan metode pelatihan, yang meliputi diskusi dan praktek. Hasil kegiatan berupa pemahaman dan kemampuan mitra untuk mengkomunikasikan makanan vegetarian semakin mantap, serta terampil membalinisasi masakan vegetarian. Masakan vegetarian yang dihasilkan dalam kegiatan IbM ini memiliki karakteristik sebagai berikut. Pertama, jenis masakannya mengikuti makanan tradisional Bali atau sudah diadaptasi dalam khasanah budaya kuliner Bali. Jenis-jenis masakan tersebut, meliputi lawar, tum, sate, urutan, be siap sitsit, be kuah, rawon, ati, syobak, plecing, dan lain-lainnya. Kedua, menurut konsumen tekstur masakan vegetarian yang dibuat sudah sangat mirip dengan masakan produk daging hewani. Ketiga, bumbu yang digunakan merupakan produk sendiri menggunakan bahan-bahan alami lokal. Penggunaan bumbu lokal tersebut (terutama basa gede/basa genep) menyebabkan masakan vegetarian yang dihasilkan memiliki aroma dan rasa sesuai dengan selera masyarakat Bali. Ketiga spesifikasi tersebut merupakan keunggulan masakan vegetarian khas Bali yang dihasilkan, sebagai produk usaha kreatif untuk membalinisasi masakan vegetarian. Inovasi produk dan peningkatan pelayanan kepada pelanggan telah berdampak positif terhadap penghasilan harian mereka. Semula penghasilan per hari kedua mitra masing-masing berkisar antara Rp.150 – 200 ribu, setelah pelatihan mencapai Rp. 275 – 400 ribu rupiah. Kata-kata kunci : vegetarian khas Bali, basa genep.
15
IbM KERAJINAN Oleh: Drs. Ketut Supir, M.Hum., dkk ABSTRAK Di Desa Banyuning, sampai saat ini, ada dua pengelola usaha kerajinan gerabah yang meperkerjakan 17 orang pengerajin. Usaha kerajinan gerabah ini adalah usaha mikro dengan manajeman dikelola keluarga. Permasalahan kedua pengelola kerajinan gerabah dibidang produksi, manajemen, maupun pemasaran. Dalam bidang produksi, permasalahannya adalah peralatan yang dimiliki terutama alat putar sangat terbatas, pengerajin belum memiliki rak pengeringan gerabah yang belum dibakar, juga mereka belum memiliki rak pajang gerabah yang sudah dibakar. Dalam bidang manajemen, pengerajin tidak memiliki pembukuan dan manajemen keuangan yang tidak jelas. Dalam bidang pemasaran, barang produksinya dipasarkan di sekitar kota Singaraja saja, belum pernah pernah memasarkannya melali pameran atau melaui jaringan internet. secara ketiga pengerajin tidak pernah diikutsertakan dalam pameran. Terkait dengan permasalahan yang dihadapi oleh pengerajin, solusi yang dapat dilakukan dalam program IbM ini, seperti (1) menambah alat putar agar pengerajin bisa memproduksi dalam jumlah lebih banyak, pengadaan rak pengeringan gerabah, pengadaan rak pajang untuk memajang gerabah yang telah selesai, pengadaan alat cetak gerabah (dua dan tiga dimensional), satu set komputer; (3) pelatihan variasi atau penganekaragaman desain produk kerajinan sesuai tuntutan pasar, sehingga target pasarnya semakin lebih luas; (4) pelatihan manajemen usaha berbasis komputer terhadap mitra untuk meningkatkan profesionalisme dalam hal manajemen usahanya; dan perancangan dan pembuatan website atau ecommerce sebagai media promosi dan took online, agar lingkup pasar menjadi global. Pemberian alat, pelatihan desain, dan pelatihan manajemen usaha berbasis komputer sangat membantu pengerajin dalam mengembangkan usahanya ke depan. Pengerajin diharapak semakin peka terhadap desain yang dibutuhkan oleh pasar. Perangkat komputer yang telah dimiliki dapat dimanfaatkan pengerajin merancang desain produk gerabah dan melacak pesanan melalui Web Site.
16
IBM PUPUK KOMPOS DAN BIORIN Oleh; Drs. Nyoman Subratha, M.Pd., dkk Abstrak Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas pemahaman dan keterampilan petani ternak sapi Desa Ambengan dalam hal cara pemeliharaan ternak sapi, pengolahan limbah peternakan, utamanya kotoran sapi menjadi pupuk kompos dan pengolahan kencing sapi menjadi pupuk biourin dengan teknik permentasi menggunakan EM-4. Metoda pelaksnaan kegiatan ini secara bertahap, yaitu: (1) pembekalan pemahaman melalui kegiatan informasi dan diskusi, (2) demontrasi dan praktek cara pembuatan pupuk kompos dan biourin menggunakan teknik permentasi menggunakan EM-4, dan (3) kegiatan pasca pelatihan, yaitu pendampingan dan monitoring terhadap kegiatan peserta pelatihan setelah mengikuti pelatihan. Hasil kegiatan IbM ini menunjukan bahwa: (1) pada saat pemberin informasi, diskusi dan tanya jawab peserta sangat antusias mengikuti, (2) latihan/praktek membut pupuk kompos dan pupuk biorin peserta sangat semangat dan antusias melakukan latihan. Pupuk kompos dan pupuk biorin yang dihasilkan cukup bagus, dan (3) Respon peserta pelatihan secara umum sangat baik. Kata Kunci: Pupuk Kompos dan Pupuk Biourin, Permentasi dengan EM-4.
17
KERAJINAN WAYANG KACA DAN “SAAB MOTE” Oleh: Drs. Rai Sujanem, M.Si., dkk
Abstrak Desa Nagasepaha merupakan pusat berbagai kerajinan seperti kerajinan perak, kayu, seruling, tenun, “saab mote”, dan lukisan kaca. Dari sejumlah kerajinan tersebut, kerajinan “saab mote” dan lukisan kaca merupakan “ciri khas yang unik” dan sekaligus kerajinan andalan Desa Nagasepaha. Produk kerajinan lukisan wayang kaca banyak diminati para seniman karena keunikan lukisan wayang Nagasepaha ini. Keunikannya yang terletak pada unsur kepribadian Buleleng gaya dekoratif dan naturalistiknya. Lukisan wayang kaca tidak saja diminati oleh para seniman, tetapi juga diminati oleh para kolektor seni baik dari dalam Negeri maupun dari manca negara. Untuk kerajinan “saab mote” banyak dipesan untuk hiasan dinding dan cindra mata. Masalah utama dalam bidang produksi dan managemen. Untuk bidang produksi wayang kaca dan “saab mote” adalah berkaitan dengan fasilitas penunjang produksi yang mencakup meja standar, aneka warna, alat pemotong kaca, dan aneka kuas, dan variasi desain. Untuk kerajian saab mote, permasalahan yang dihadapi yaitu masalah kain bludru, daun lontar, aneka warna, aneka baut, dan variasi bentuk. Dalam bidang managemen masalah yang dihadapi adalah belum tersusunnya pembukuan dengan baik, serta masalah dalam pemasaran produksinya. Untuk mengatasi permasalahan yang muncul pada pengerajin ini, maka dilaksanakan kegiatan IbM Kerajinan Wayang Kaca dan “Saab Mote”. Melalui kegiatan IbM ini, beberapa alat dan bahan penunjang produksi seperti meja standar, aneka warna, alat pemotong kaca, dan aneka kuas, dan variasi desain. Untuk kerajinan “saab mote“ , telah diadakan kain bludru, daun lontar, aneka warna, aneka baut, dan variasi bentuk. Setelah pengadaan bahan dat alat penunjang bidang produksi, selanjutnya dilakukan pembinaan dan pelatihan pembuatan berbagai disain kerajinan. Dalam bidang managemen telah diberi pembinaan pembuatan pembukuan dengan baik. Di samping telah dibuatkan sebuah website dengan alamat http://lukisan.kaca-nagasepaha.com. Pada website tersebut ditampilkan produk kerajinan wayang kaca dan “saab mote”. Website ini sekaligus digunakan sebagai sarana promosi dan sekaligus pemasaran produk kerajinan wayang kaca dan “saab mote”. Kata kunci: lukisan wayang kaca, saab mote.
18
IMPLEMENTASI IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW) MUNTIGUNUNG DAN PEDAHAN TAHUN 2011 Oleh: I Wayan Sadia , I Wayan Rai , Ida Bagus Putu Arnyana1, I Wayan Karyasa1 dan Ketut Widnyana2 1,3
1
Ringkasan Eksekutif Wilayah Muntigunung dan Pedahan yang terletak di Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem (35 km dari Kota Singaraja, sejak dahulu hingga sekarang dikenal masyarakat Bali, nasional dan bahkan internasional sebagai daerah asal dari gelandangan dan pengemis (gepeng) yang tersebar di pelosok Pulau Bali. Permasalahan gepeng ini menjadi momok Pemda Karangasem dan Pemprop Bali di balik berbagai keberhasilan dan kemajuan Karangasem dan Bali yang telah dicapai. Berdasarkan hasil pantauan Departemen Sosial Propinsi Bali tahun 1994, jumlah gepeng asal wilayah Muntigunung dan Pedahan sebanyak 26 keluarga gepeng, 11 keluarga asal Muntigunung dan 15 keluarga asal Pedahan. Sejak itu, peningkatan gepeng terhitung sangat tajam. Pada tahun 2009, jumlah KK gepeng dari Muntigunung sebanyak 53 KK, dan dari Pedahan 72 KK. Permasalahan pokok wilayah Muntigunung dan Pedahan yang menginspirasi kegiatan ini adalah masalah gelandangan dan pengemis (gepeng) dari wilayah ini yang tetap resisten dan bahkan selalu meningkat dari tahun ke tahun. Permasalahan pokok lainnya adalah pendidikan masyarakat yang rendah, kemiskinan dan pendapatan yang rendah, dan ketahanan pangan yang memprihatinkan, serta kualitas kesehatan yang rendah. Akar masalah dari permasalahan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi empat hal:(1) Rendahnya sikap mental dan kesadaran masyarakat untuk membangun diri, masyarakat dan lingkungannya. (2) Rendahnya keterampilan hidup yang dimiliki masyarakat yang mampu menjamin hidup dan mengembangkan kesejahteraan berbasis sumberdaya alam yang ada. (3) Keadaan geografis yang kurang menguntungkan, sementara potensi sumber daya alam di balik keadaan geografis yang demikian belum diolah dan dikelola dengan baik. (4) Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan di wilayah ini belum terintegrasi secara sistemik, memberdayakan dan berkelanjutan. Metode yang diterapkan untuk mencapai memecahkan permasalahan ini adalah metode sistem tindakan dan pembelajaran yang partisipatif yang dikenal sebagai metode PALS (participatory action and learning system). Dengan metode PALS ini, proses dan evaluasi dilaksanakan secara partisipatif. Evaluasi program dilakukan terhadap proses, outcome, dan stakeholder. Implementasi dari strategi, pendekatan dan metode pemecahan masalah yang diuraikan di atas diterjemahkan dalam Program IPTEKS bagi Wilayah (IbW) Muntigunung dan Pedahan yang meliputi berbagai aktivitas-aktivitas yang terukur kinerjanya. Aktivitas-aktivitas yang diusulkan selama tiga tahun (2011-2013) diarahkan mampu mengubah pola pikir dan pola tindak untuk memutus rantai gepeng dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki. Aktivitas-aktivitas yang akan dikerjakan adalah sebagai berikut. (1) Peningkatan kesadaran potensi diri dan potensi kemasyarakatan di wilayah Muntigunung dan Pedahan dengan pengubahan paradigma manusia pasif menjadi
19
manusia aktif dan kreatif. (2) Peningkatan keterampilan hidup untuk menghasilkan masyarakat produktif dan mampu mengolah dan mengelola sumber daya alam sekitar. (3) Pemberdayaan secara intensif dan terpadu warga penggepeng dan keluarganya dan perintisan dan pengembangan rumah singgah yang mendidik dan memberdayakan. (4) Peningkatan ketahanan pangan dan pembinaan keluarga harapan dan keluarga miskin. (5) Peningkatan perencanaan dan implementasi program-program pembangunan desa terpadu melalui peningkatan kapasitas desa dinas, banjar/dusun dan desa pekraman bahkan banjar pekraman. (6) Pengentasan buta aksara, peningkatan pendidikan TK, SD, SMP, SMA/SMK dan perguruan tinggi serta pembinaan spiritualitas generasi muda. Produk utama kegiatan IbW Muntigunung dan Pedahan tahun pertama (2011) adalah (1) peta masalah dan alternatif solusi gepeng dan (2) Komoditas unggulan yang akan dikembangkan: yaitu kerajinan berbasis lontar (produk: gula rendah kalori (gula kristal), dan kerajinan daun lontar, kerajinan lidi lontar). Hasil kegiatan IbW Muntigunung dan Pedahan menunjukkan bahwa (1) Telah terjadi penurunan jumlah warga yang menggepeng secara signifikan, karena mereka telah memiliki keterampilan hidup yaitu keterampilan membuat ingka, membuat gula kristal, dan kerajinan (jejahitan) untuk upakara berbasis daun lontar; (2) Kualitas produk ingka, jejahitan daun lontar, dan gula kristal cukup baik dan diterima pasar; (3) Kendalan yang dihadapi adalah masalah pemasaran produk. Kata Kunci: IbW Muntigunung dan Pedahan, gepeng, keterampilan hidup, ingka, gula kristal
20