LAPORAN
PRAKTIK TINJAU LAPANGAN PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. UNIT TARJUN, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN (Praktik Mata Kuliah Konservasi Flora dan Fauna)
Oleh Abdullah F2A114012
PROGRAM STUDI ILMU KEHUTANAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2015
PRAKATA
Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT, yang mana atas berkat limpahan rahmatNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan laporan hasil praktik tinjau lapangan mata kuliah konservasi flora dan fauna yang dilaksanakan di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Unit Tarjun, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Laporan ini berisi tentang hasil pengamatan pada saat praktik, yang mana ditemukan adanya sebuah usaha CSR perusahaan yang dilakukan dengan mengkonservasi kehidupan beberapa flora dan fauna yang langka baik dengan cara konservasi ex-situ maupun in-situ.
Dalam areal P3M milik PT. Indocement
ditemukan adanya suatu kegiatan penangkaran terhadap beberapa jenis satwa, yang mana ada 3 jenis satwa yang termasuk dalam status langka seperti Rusa Sambar, Bekantan dan Owa-owa.
Selain itu juga ditemukan jenis flora langka
seperti ulin, rambai gunung, jejantik dan kasturi. Dalam kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih yang setinggitingginya kepada pihak PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Unit Tarjun Kalimantan Selatan yang telah memfasilitasi kegiatan praktik yang dilaksanakan. Bapak Dr. H. Abdi Fithria, S. Hut., MP. selaku dosen pengampu mata kuliah Konservasi Flora dan Fauna yang telah mengarahkan jalannya praktik, juga kepada teman-teman Pascasarjana Program Studi Ilmu Kehutanan Unlam. Penulisan laporan hasil praktik ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan sekali adanya sebuah masukan atau kritik dari para pembaca sekalian untuk menjadikan laporan ini menjadi lebih baik lagi. Semoga laporan ini bisa memberikan informasi dan menambah wawasan kita semua mengenai konservasi flora dan fauna yang dilakukan oleh PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tarjun, Kalimantan Selatan.
Banjarbaru, Juni 2015
Penulis
i
DAFTAR ISI Halaman PRAKATA ....................................................................................................
i
DAFTAR ISI .................................................................................................
ii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................
1
A. Latar Belakang .................................................................................. B. Batasan Masalah............................................................................... C. Tujuan Praktik ...................................................................................
1 2 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................
3
A. B. C. D.
PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. ............................................ Corporate Social Responsibility (Csr) ................................................ Penangkaran Satwa .......................................................................... Flora Dan Fauna ...............................................................................
3 4 7 10
BAB III. METODE PRAKTIK .......................................................................
12
A. Waktu dan Tempat ............................................................................ B. Obyek dan Peralatan Praktik ............................................................. C. Prosedur Praktik................................................................................
12 12 12
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................
13
A. Corporate Social Responsibility (Csr) PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Pabrik Unit Tarjun, Kabupaten Kotabru, Kalimantan Selatan ...........................................................................
13
B. Pusat Pelatihan & Pemberdayaan Masyarakat (P3m) dan Konservasi Flora dan Fauna ................................................................................
14
BAB V. PENUTUP .......................................................................................
22
A. Kesimpulan ....................................................................................... B. Saran/rekomendasi ...........................................................................
22 22
DAFTAR PUSTAKA DOKUMENTASI
ii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Kapasitas produksi Indocement ........................................................
4
2. Jumlah desa binaan pada lokasi pabrik di Indonesia .........................
13
3. Desa binaan di lokasi pabrik Tarjun, Kalimantan Selatan ..................
14
4. Kegiatan pemberdayaan desa binaan di lokasi pabrik tarjun .............
14
5. Satwa di sekitar area P3M-CSR Tarjun .............................................
18
6. Flora atau tumbuhan di sekitar area P3M-CSR Tarjun ......................
18
iii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Pusat pelatihan pemberdayaan masyarakat (P3M) PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Unit Tarjun Kalimantan Selatan ....................
16
2. Lahan P3M PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Unit Tajun Kalimantan Selatan .................................................................................
16
3. Prasasti peresmian penangkatan Rusa Sambar................................
17
4. Seekor kera sedang melakukan aktivitas harian................................
19
5. Spanduk ajakan untuk menyelematkan hutan mangrove desa Langadai, Kotabaru Kalimantan Selatan .....................................................
20
iv
1
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Site Tarjun Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu cabang perusahaan pabrik pembuat semen di Indonesia. PT. Indocement Site Tarjun ini merupakan unit ke-12 yang dibangun oleh PT. Indocement Indonesia setelah sebelumnya mereka banyak membangun pabrik di wilayah Jawa dan sekitarnya. PT Indocement site Tarjun ini berdiri pada tahun 2000 dengan kapasitas produksi 2,6 juta ton/tahun dengan produk berupa Portland Composite Cement (PCC). Perusahaan ini berdiri berdasar pada SK AMDAL Nomor 60/M/I/1995, dan sudah memilki dokumen RKL dan RPL (Revisi) Nomor 388.46/016/Bapedalda/2007 sebagai usaha mereka melaksanakan rencana pengelolaan lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Undang-Undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) telah mengatur bahwa setiap PT yang ada di Indonesia wajib melaksanakan corporate social responsibility (csr) terhadap warga sekitar perusahaan.
Sebagai sebuah
perseroan, PT. Indocement telah melaksanakan tanggung jawabnya sebagai perseroan terbatas yang mematuhi UU No. 40/2007 tentang PT diatas dengan cara melaksanakan program CSR untuk masyarakat yang bermukim di sekitar perusahaan. Dalam pembinaan desa PT. Indocement melakukan pemberdayaan 10 desa yang tersebar di sekitar perusahaan.
Dalam CSR tersebut dilakukan
berbagai kegiatan pemberdayaan, pengembangan dan masyarakat sekitar perusahaan.
pembangunan terhadap
Dalam CSR tersebut perusahaan juga
mengkombinasikan dengan kegiatan konservasi terhadap berbagai flora dan fauna yang sudah mengalami ambang kepunahan (langka).
2
Berdasarkan uraian diatas perlu kiranya dilakukan sebuah praktik tinjau lapangan untuk mengetahui seperti apa praktik konservasi flora dan fauna yang dilakukan oleh PT. Indocement Tarjun dalam usaha CSR yang dilakukan.
B. BATASAN MASALAH Lokasi CSR PUSAT PELATIHAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (P3M) yang menjadi fokus praktik di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Unit 12 Tarjun Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.
C. TUJUAN PRAKTIK Tujuan praktik ini adalah: 1. Menginventarisir flora dan fauna yang berkaitan dengan pengembangan perlindungan dan pembudidayaan di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tarjun Kotabaru, Kalimantan Selatan 2. Mengetahui konservasi flora dan fauna secara ex-situ dan in-situ.
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk merupakan perusahaan industri semen yang termasuk
dalam
perusahaan semen terbesar
di Indonesia.
Perusahaan ini memilki tiga lokasi pabrik yang tersebar di dua Provinsi yakni Jawa Barat dan Kalimantan Selatan.
Di Provinsi Jawa Barat terdapat di Citeureup
(Bogor) dan Palimanan (Cirebon), sedangkan di Provinsi Kalimantan Selatan terletak di Tarjun Kabupaten Kotabaru (PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tarjun, 2015). PT.
Indocement
Tunggal
Prakarsa
dalam
menjalankan
kegiatan
perusahaannya memegang visi sebagai pemimpin pasar semen dan agregar yang berkualitas di dalam negeri. Untuk mencapai visi tersebut perusahaan menjalankan misi dengan berkecimpung dalam bisnis penyediaan papan, semen dan bahan bangunan yang terkait serta jasa terkait yang bermutu dengan harga kompetitif (bersaing) dan tetap memperhatikan pembangunan berkelanjutan yang sesuai dengan motto perusahaan “turut membangun kehidupan bermutu” Kotabaru (PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tarjun, 2015). Perusahaan Indocement pada pabrik-pabrik yang tersedia memiliki tujuh jenis produk yang dipasarkan yang terdiri atas: (1) Portland Composite Cement (PCC); (2) Ordinary Portland Cement (OPC); (3) Oil Well Cement (OWC); (4) White Cement; (5) White Mortar; (6) Ready-Mix Concrete; dan (7) Agregat. Produksi dari masing-masing pabrik yang dimiliki oleh Indocement memiliki kapasitas yang berbeda dalam setahunnya Kotabaru (PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tarjun, 2015). Masing-masing pabrik memiliki kapasitas produksi seperti pada tabel berikut:
4
Tabel 1. Kapasitas Produksi Indocement No 1
Tahun Pabrik berdiri Ke1975
Lokasi
Produk
1
Citeureup, Jawa PCC/OPC Tipe Barat II 2 1976 2 Citeureup, Jawa PCC/OPC Tipe Barat II 3 1979 3 Citeureup, Jawa PCC Barat 4 1980 4 Citeureup, Jawa OPC Barat 5 1981 5 Citeureup, Jawa OWC/WC/OPC Barat Tipe V 6 1983 6 Citeureup, Jawa PCC Barat 7 1984 7 Citeureup, Jawa PCC Barat 8 1986 8 Citeureup, Jawa PCC Barat 9 1991 9 Palimanan, Cirebon, PCC Jawa Barat 10 1996 10 Palimanan, Cirebon, PCC Jawa Barat 11 1999 11 Citeureup, Jawa PCC Barat 12 2000 12 Tarjun, Kotabaru, PCC Kalimantan Selatan 13 2014 13 Citeureup, Jawa PCC Barat Jumlah Seluruh Sumber : Data Sekunder PT. Indocement 2015
Kapasitas Produksi Semen (Juta ton/tahun) 0,7 0,6 1,1 1,1 0,2 1,6 1,9 2,05 2,05 2,6 2,6 2,6 2,6 21,2
B. CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) Corporate Social Responsibility (“CSR”) dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Pada bab V Pasal 74 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”) mengatur mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, dimana Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan tersebut (Widyana, 2012). Wikipedia (2015) mendefinisikan tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi,
5
khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang di antaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh karena itu, CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", yakni suatu organisasi, terutama perusahaan, dalam melaksanakan aktivitasnya
harus
mendasarkan
keputusannya
tidak
semata
berdasarkan
dampaknya dalam aspek ekonomi, misalnya tingkat keuntungan atau deviden, tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan lingkungan yang timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka yang lebih panjang. Dengan pengertian tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak (minimisasi dampak negatif dan maksimisasi dampak positif) terhadap seluruh pemangku kepentingannya. Berdasarkan Pasal 74 ayat (1) UUPT terdapat 2 (dua) kriteria sektor kegiatan yang mewajibkan Perusahaan untuk melaksanakan CSR tersebut, yaitu: 1. Perseroan yang menjalankan usahanya di bidang sumber daya alam Perseroan menjalankan usahanya di bidang sumber daya alam adalah Perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam. 2. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya berkaitan dengan sumber daya alam. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya berkaitan dengan sumber daya alam adalah Perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam.
6
Ketentuan Pasal 74 UU No 40/2007 Tentang Undang-Undang Perseroan Terbatas (UUPT) bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan Perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan ini merupakan
kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Peraturan-peraturan mengenai CSR selain diatur dalam Pasal 74 UUPT juga diatur di dalam Pasal 15 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (“UUPM”). Pada UUPM resiko hukum bagi Perseroan yang tidak melaksanakan CSR diatur dalam Pasal 34 UUPM yaitu dikenakan sanksi administratif berupa: 1. Peringatan tertulis; 2. Pembatasan kegiatan usaha; 3. Pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau 4. Pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal. Sedangkan,
dalam
UUPT
ketentuan
sanksi
bagi
Perseroan
yang
tidak
melaksanakan kewajiban CSR tidak diatur secara spesifik, melainkan diserahkan dan dikenai sanksi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang terkait, yaitu dikenai segala bentuk sanksi yang diatur dalam peraturan perundangundangan tersebut. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas (Widyana, 2012).
7
C. PENANGKARAN SATWA Penangkaran adalah upaya perbanyakan melalui pengembangbiakan dan pembesaran tumbuhan dan satwa liar dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya. Penangkaran tumbuhan dan satwa liar berbentuk : 1. Pengembangbiakan satwa, 2. Pembesaran satwa, yang merupakan pembesaran anakan dari telur yang diambil dari habitat alam yang ditetaskan di dalam lingkungan terkontrol dan atau dari anakan yang diambil dari alam (ranching/rearing), 3. Perbanyakan tumbuhan secara buatan dalam kondisi yang terkontrol (artificial propagation) (BKSDA Bali, 2015). Pengembangbiakan satwa adalah kegiatan penangkaran berupa perbanyakan individu melalui cara reproduksi kawin (sexual) maupun tidak kawin (asexual) dalam lingkungan
buatan
dan
atau
semi
alami
serta
terkontrol
dengan
tetap
mempertahankan kemurnian jenisnya. Pembesaran satwa adalah kegiatan penangkaran yang dilakukan dengan pemeliharaan dan pembesaran anakan atau penetasan telur satwa liar dari alam dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya.
Perbanyakan
tumbuhan
(artificial
propagation)
adalah
kegiatan
penangkaran yang dilakukan dengan cara memperbanyak dan menumbuhkan tumbuhan di dalam kondisi yang terkontrol dari material seperti biji, potongan (stek), pemencaran rumput, kultur jaringan, dan spora dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya (BKSDA Bali, 2015). Tujuan penangkaran adalah untuk : 1. Mendapatkan spesimen tumbuhan dan satwa liar dalam jumlah, mutu, kemurnian jenis
dan
keanekaragaman
genetik
yang
terjamin,
untuk
kepentingan
pemanfaatan sehingga mengurangi tekanan langsung terhadap populasi alam,
8
2. Mendapatkan kepastian secara administratif maupun secara fisik bahwa pemanfaatan spesimen tumbuhan atau satwa liar yang dinyatakan berasal dari kegiatan penangkaran adalah benar-benar berasal dari kegiatan penangkaran (BKSDA Bali, 2015). Dalam rangka menjamin kemudahan kontrol hasil penangkaran, maka setiap anakan harus dipisahkan dari induk-induknya. Pemisahan anakan dari induk harus dapat dilakukan untuk membedakan antar generasi dimana generasi pertama (F1) harus dapat dibedakan dengan generasi-generasi berikutnya. Dalam rangka menjaga kemurnian jenis satwa liar, unit penangkaran dilarang melakukan pengembangbiakan silang (hibrida) baik antar jenis maupun antar anak jenis, bagi jenis-jenis yang dilindungi yang bersasal dari habitat alam. Hal ini dikecualikan untuk mendukung pengembangan budidaya peternakan atau perikanan. Untuk menjaga keanekaragaman genetik jenis satwa, penangkaran satwa dilakukan dengan jumlah paling sedikit dua pasang atau bagi jenis-jenis satwa yang poligamous minimal dua ekor jantan. Dan dilakukan dengan menghindari penggunaan induk-induk satwa yang mempunyai hubungan kerabat atau pasangan yang berasal dari satu garis keturunan (BKSDA Bali, 2015). Pelaksana penangkaran wajib melakukan penandaan dan sertifikasi terhadap indukan maupun hasil penangkarannya. Penandaan pada hasil penangkaran merupakan pemberian tanda yang bersifat permanen pada bagian tumbuhan maupun satwa dengan menggunakan teknik tagging/banding, cap (marking), transponder, pemotongan bagian tubuh, tattoo dan label yang mempunyai kode berupa nomor, huruf atau gabungan nomor dan huruf. Penandaan bertujuan untuk membedakan antara induk dengan induk lainnya, antara induk dengan anakan dan antara anakan dengan anakan lainnya serta antara spesimen hasil penangkaran dengan spesimen dari alam. Untuk memudahkan penelusuran asal usul (tracking) spesimen tumbuhan atau satwa, penandaan dilengkapi dengan sertifikat. Bagi jenis-
9
jenis yang karena sifat fisiknya tidak memungkinkan untuk diberi tanda hanya dilakukan pemberian sertifikat. Dalam rangka perdagangan luar negeri, unit penangkaran jenis-jenis Appendix I CITES, yang dilakukan melalui kegiatan pengembangbiakan satwa di dalam lingkungan terkontrol (captive breeding) dan perbanyakan
tumbuhan
secara
buatan
dalam
kondisi
terkontrol
(artificial
propagation), wajib diregister pada sekretariat CITES. Registrasi hanya dapat diajukan oleh unit penangkaran yang telah memenuhi standar kualifikasi penangkaran (BKSDA Bali, 2015). Otoritas Keilmuan (Scientific authority), sesuai dengan ketentuan CITES Resolusi Conf. 10.3 wajib memberikan saran dan rekomendasi kepada Direktur Jenderal PHKA selaku pelaksana Otoritas Pengelola CITES di Indonesia, mengenai keberhasilan suatu unit penangkaran untuk dapat mengekspor hasilnya sesuai dengan Article VII paragraph 4 dan paragraph 5 CITES mengenai ketentuan ekspor hasil pengembangbiakan satwa dan perbanyakan tumbuhan secara buatan. Dalam pelaksanaannya Otoritas Keilmuan melakukan pembinaan kepada para penangkar tumbuhan dan satwa liar. Otoritas Pengelola wajib melakukan pembinaan kepada unit penangkaran mengenai penandaan, sistem pencatatan dan pelaporan yang benar serta pengendalian pemanfaatan hasil penangkaran (KSDA Sulsel, 2015). Dalam rangka pengendalian pemanfaatan hasil penangkaran, Kepala Balai KSDA melakukan pemeriksaan silang terhadap laporan bulanan, buku catatan harian, penandaan dan fisik tumbuhan dan satwa liar di dalam penangkaran. Pemeriksaan silang dilakukan secara berkala paling sedikit satu kali dalam enam bulan, atau apabila karena sesuatu hal dipandang perlu. Berdasarkan hasil pembinaan dan pengendalian Kepala Balai membuat Catatan Kinerja unit Penangkaran. Kepala Balai wajib menyampaikan laporan kepada Direktur Jenderal mengenai hasil pemeriksaan dan Catatan Kinerja Unit Penangkaran (KSDA Sulsel, 2015).
10
Setiap unit penangkaran tumbuhan dan satwa liar wajib membuat buku induk (Stud book) dan buku catatan harian (Log book) mengenai perkembangan seluruh tumbuhan atau satwa di dalam penangkaran. Buku catatan harian harus terbuka bagi petugas dalam rangka pembinaan dan kontrol serta bagi auditor dalam rangka penilaian pemenuhan standar kualifikasi. Setiap unit penangkaran tumbuhan dan satwa liar wajib menyampaikan laporan bulanan mengenai perkembangan seluruh tumbuhan atau satwa di dalam penangkaran. Laporan tersebut berisi perubahan (mutasi), pada hasil penangkaran termasuk diantaranya kelahiran, perbanyakan, kematian, penjualan untuk setiap generasi dan induk-induknya (KSDA Sulsel, 2015).
D. FLORA DAN FAUNA Flora dan Fauna disebut juga dengan tanaman serta satwa liar. Flora dan Fauna adalah istilah kolektif, dimana pada keduanya itu merujuk kepada suatu kelompok dari suatu tanaman dan juga satwa liar yang berada disuatu wilayah tertentu. Dari segi bahasa Flora berasal itu dari bahasa latin yakni "Flora", dimana dapat diartikan ialah sebagai "alam tumbuhan atau juga nabatah" dimana flora itu menyangkut pada semua aspek tentang macam jenis tumbuhan serta tanaman, dan biasanya didalam penggunaanya itu akan selalu diberi imbuhan dengan nama "geografis", misalnya contoh nabatah Asia atau nabatah Eropa.
Fauna apabila
dilihat dari segi bahasa berasal dari bahasa latin yaitu "Fauna", serta dapat di artikan ialah sebagai "alam hewan" yang menyakup ke segala jenis serta juga macam hewan dan kehidupannya yang berada pada wilayah serta pada masa tertentu (Anonim, 2015). Flora, fauna dan juga kehidupan lainnya seperti fungi yang hidup bersamasama di dalam wilayah serta waktu yang sama dapat di sebut dengan
11
"Biota". Sama halnya dengan "flora", fauna itu juga sering di tulis dengan imbuhan nama geografis pada belakangnya. Misalnya contoh alam hewan Asia, atau alam hewan Australia (Anonim, 2015). Anonim (2015) menyatakan bahwa dalam ilmu Biologi keberadaan dari flora serta fauna di suatu wilayah itu biasanya digunakan untuk mempelajari gen serta spesies tanaman dan juga hewan, pertumbuhan serta perkembangbiakannya, hubungan diantara satu dengan yang lain yang berada pada wilayah yang sama. Selain itu lingkungan itu juga dapat membantu lebih lanjut tentang klarifikasi flora serta fauna. Misalnya, flora dan juga fauna yang hidup pada suatu wilayah akan merujuk kepada keberadaan dari tanaman dan hewan yang hidup di kedalaman air ataupun juga lingkungan sekitar dari wilayah geografis itu.
12
BAB III. METODE PRAKTIK
A. WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIK Praktik Konservasi Flora dan Fauna dilaksanakan pada hari Minggu 19 April 2015. Tempat pelaksanaan praktik di kawasan lokasi CSR PUSAT PELATIHAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (P3M) PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Unit 12 Tarjun Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.
B. OBYEK DAN PERALATAN PRAKTIK 1. Obyek praktik Obyek dalam praktik ini merupakan flora dan fauna yang berada dalam lokasi pusat pelatihan pemberdayaan masyarakat (P3M) PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Unit 12 Tarjun Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan 2. Peralatan praktik Peralatan yang digunakan dalam praktik ini berupa alat tulis dan kamera yang digunakan dalam kegiatan dokumentasi kegiatan praktik.
C. PROSEDUR PRAKTIK Praktik konservasi flora dan fauna dilaksanakan dengan cara observasi (tinjauan) lapangan. Dalam tinjauan lapangan ini dilakukan pengamatan terhadap kegiatan CSR perusahaan Indocement yang tergabung dalam kegiatan P3M perusahaan.
P3M sendiri salah satunya melakukan penangkaran terhadap
beberapa hewan (fauna) yang dilindungi di Indonesia, selain itu juga melakukan penanaman flora (tumbuhan) di areal P3M yang dimiliki oleh perusahaan dengan luasan sekitar 7 Ha.
13
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. PABRIK UNIT TARJUN, KABUPATEN KOTABRU, KALIMANTAN SELATAN Coporate Social Responsibility (CSR) merupakan sebuah tanggung jawab sosial yang harus dilaksanakan oleh setiap perusahaan terhadap masyarakat yang bermukim di desa-desa sekitar perusahaan beroperasi. CSR sendiri bagi dunia usaha bertujuan sebagai komitmen yang berkontribusi pada peningkatan ekonomi yang berkelanjutan, pembangunan lingkungan, karyawan dan keluarga, serta masyarakat sekitar, untuk peningkatan kualitas hidup. Pembangunan masyarakat dalam kegiatan CSR menggunakan 5 pillar yang terdiri atas (pillar pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya, agama budaya dan organisasi, serta pillar keamanan), ditambah juga dengan sustainable development program (program pembangunan berkelanjutan). Untuk mewujudkan misi perusahaan, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Menjadikan sebanyak 35 desa berlokasi berdekaan dengan unit operasionall perusahaan menjadi desa binaan program CSR. 35 desa tersebut terbagi atas 4 lokasi pabrik seperti yang terlihat pada tabel 2. Tabel 2. Jumlah Desa Binaan Pada Setiap Lokasi Pabrik di Indonesia No Lokasi Pabrik Desa Binaan 1 Citeureup 12 2 Cirebon 6 3 Tarjun 10 4 Non-plant 7 Total 35 Sumber Data: PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. 2015 Lokasi pabrik indocement di Tarjun kotabaru sendiri terdiri atas 10 desa yang terbagi di sekitar lokasi kegiatan produksi. Nama-nama dari 10 desa tersebut dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
14
Tabel 3. Desa Binaan di Lokasi Pabrik Tarjun, Kalimantan Selatan No Desa Binaan Kecamatan 1 Sungai Kupang Kelumpang Hilir 2 Sidomulyo Kelumpang Hilir 3 Cantung Kiri Hilir Kelumpang Hilir 4 Pulau Panci Kelumpang Hilir 5 Simpang Tiga Kelumpang Hilir 6 Tegalrejo Kelumpang Hilir 7 Serongga Kelumpang Hilir 8 Langadai Kelumpang Hilir 9 Tarjun Kelumpang Hilir 10 Sungai Dua Kelumpang Hilir Sumber Data: PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Sepuluh desa binaan yang diberdayakan oleh pabrik Indocement yang berlokasi di Tarjun diberdayakan dengan beberapa kegiatan yang mengusung 5 pillar dan SDP yang telah dijelaskan diatas. Kegiatan-kegiatan tersebut terdiri atas: Tabel 4. Kegiatan pemberdayaan desa binaan di lokasi pabrik Tarjun No Pillar Kegiatan 1 Pendidikan Sarana dan prasarana pendidikan, beasiswa dan pelatihan 2 Kesehatan Pusling, sarana kesehatan, penyuluhan kesehatan 3 Ekonomi Kredit kecil (mikro), pelatihan UMKM 4 Sosial Prasarana umum, olahraga, seni, budaya 5 Keamanan Poskamling, pelatihan linmas 6 SDP Pelatihan P3M, UPK, Energy Crops, IWEC Sumber data: PT. Indocement Tarjun, 2015 Kegiatan diatas telah dilaksanakan oleh perusahaan dengan adanya harapan keberlanjutan yang mandiri berupa dalam bidang pendidikan (guru dan sekolah mandiri), kesehatan (kader posyandu teladan, sekolah sehat, sekolah hijau dan sekolah adiwiyata), ekonomi (UMKM mandiri), Sosial (Rumah Seni dan Budaya, Kampung Bersih dan Hijau, dan Mangrove), SDP (Kelompok ternak sapi dan kambing, bank sampah dan IWEC).
B. PUSAT PELATIHAN & PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (P3M) DAN KONSERVASI FLORA FAUNA Pusat Pelatihan & Pemberdayaan Masyarakat (P3M) didirikan di Citeureup, Cirebon, dan Tarjun dengan tujuan untuk mengembangkan masyarakat guna memberdayakan dirinya dalam bidang pertanian, perikanan dan peternakan dan
15
IWEC (Indocement Wildlife Education Center). P3M dibangun diatas lahan ekstambang dan lahan lainnya yang berada di area perusahaan.
P3M dijalankan
dengan pola kerjasama perusahaan dengan institusi pendidikan dan dinas pemerintahan terkait. P3M milik pabrik PT. Indocement di Tarjun, Kotabaru dibangun diatas lahan dengan luas kurang lebih 7 ha. Di atas lahan 7 ha ini perusahaan membangun berbagai jenis kegiatan untuk mengembangkan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan seperti pembangunan penangkaran satwa-satwa yang dilindungi oleh negara seperti Bekantan (Nasalis larvatus), Owa-owa (Hylobates muelleri), Rusa Sambar (Cervus unicolor).
Selain itu juga dilakukan kegiatan
peternakan seperti pemeliharaan Sapi Bali (Bos sondaicus), Kambing Pe(Capra hircus), dan Ayam (Gallus gallus). Selain penangkaran dan peternakan juga, P3M di pabrik PT. Indocement Tarjun juga membangun Gazebo Pelatihan, Pertanian dan Perkebunan serta Biogas.
Di dalam areal P3M ini juga dilakukan penanaman
beberapa jenis flora (tumbuhan) yang sudah terancam kepunahannya seperti ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.), Kasturi (Mangifera kasturi) juga tanaman lain yang berfungsi menjadi naungan seperti Trembesi (Samanea saman) dan tumbuhan lainnya.
16
Gambar 1. Pusat Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat (P3M) PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Unit Tarjun Kalimantan Selatan
PENANGKARAN RUSA SAMBAR
GAZEBO PELATIHAN
PERTANIAN PERKEBUNAN & BIOGAS
PENANGKARAN OWA-OWA
PENANGKARAN BEKANTAN
PERIKANAN
PETERNAKAN KAMBING
PTERNAKAN SAPI
Gambar 2. Lahan P3M PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Unit Tarjun Kalimantan Selatan Gambar 1 dan 2 di atas menunjukkan lokasi kegiatan P3M yang digunakan oleh PT. Indocement pabrik unit Tarjun yang menggunakan luasan lahan (tanah)
17
seluas 7 ha. Tempat P3M tersebut digunakan oleh perusahaan Indocement dalam melaksanakan kewajiban mereka sebagai perusahaan yang memiliki kewajiban untuk memberdayakan masyarakat sekitar perusahaan juga tanggung jawab lain dalam melakukan konservasi terhadap flora dan fauna yang sudah mengalami kelangkaan seperti Bekantan, Owa-owa dan Rusa sambar. Tanggung jawab perusahaan terhadap konservasi terhadap flora dan fauna dilakukan oleh perusahaan dengan cara ex-situ dan ada pula yang dilakukan dengan cara in situ. Konservasi dengan cara ex-situ dilakukan perusahaan dengan melakukan penangkaran terhadap satwa berupa owa-owa, bekantan dan rusa sambar di areal P3M milik mereka, selain itu juga melakukan penanaman flora langka seperti ulin, kasturi yang juga dilakukan penanamannya d areal P3M. Untuk melakukan penangkaran flora dan fauna yang dilindungi, setiap orang/kelompok yang melakukan penangkaran harus mendapatkan izin dari instansi terkait seperti pihak BKSA dan/atau Jenderal PHKA selaku pelaksana Otoritas Pengelola CITES di Indonesia. Hal ini sudah dilakukan oleh pihak PT. Indocement dengan ditandatanganinya prasasti perizinan sekaligus penangkaran terhadap Rusa Sambar oleh Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kementerian Kehutanan seperti yang terlihat pada gambar 3 dibawah.
Gambar 3. Prasasti peresmian penangkaran Rusa Sambar
18
Selain melakukan penangkaran beberapa satwa dan melakukan penanaman beberapa jenis tumbuhan langka yang telah disebutkan diatas, P3M PT. Indocement Tarjun juga melakukan penangkaran dan penanaman beberapa satwa dan tumbuhan yang terdapat di dalam areal P3M, seperti yang tersaji pada tabel 4 dan 5. Tabel 5. Satwa di sekitar area P3M-CSR Tarjun No Satwa Kategori 1 Rusa sambar Langka 2 Bekantan Langka 3 Owa-owa Langka 4 Sapi Ternak 5 Kambing Ternak 6 Ikan haruan/gabus Ikan budaya 7 Ikan Papuyu/Betok Ikan budaya 8 Ikan Nila Ikan budaya 9 Ikan Patin Ikan budaya 10 Ikan Bawal Air Tawar Ikan budaya 11 Burung Merpati Ternak 12 Burung Bangau Pantai Satwa liar 13 Burung Pipit Satwa liar 14 Burung Kacer Satwa Liar 15 Burung Kutilang Satwa Liar 16 Burung Pialing Satwa Liar 17 Burung Belibis Satwa Liar Sumber: PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Unit Tarjun 2015 Tabel 6. Flora atau tumbuhan di sekitar area P3M-CSR Tarjun No Tanaman/Pohon Kategori 1 Ulin Langka 2 Kasturi Langka 3 Rambai Gunung Langka 4 Jejantik Langka 5 Gaharu Komersil 6 Ketapi Tanaman hutan 7 Kujajing Tanaman hutan 8 Halaban/alaban Tanaman hutan 9 Trembesi Tanaman penghijauan 10 Ketapang Tanaman penghijauan 11 Nyamplung Tanaman bioenergi 12 Mengkudu hutan Tanaman hutan 13 Pucuk merah Tanaman hias 14 Mangga Tanaman buah 15 Gamal Tanaman penghijauan 16 Durian Tanaman buah
Jumlah 9 5 4 0 12 100 2000 5000 300 400 6 1 3 2 2 1 10
Jumlah 5 3 5 3 3 5 2 5 10 15 2 2 5 40 50 5
19
Lanjutan tabel 6. Flora atau tumbuhan di sekitar area P3M-CSR Tarjun 17 Rambutan Tanaman buah 18 Buah naga Tanaman buah 19 Pisang Tanaman buah Sumber: PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Unit Tarjun 2015
40 30 50
Konservasi in-situ juga dilakukan dengan cara membangun sebuah hutan mangrove konservasi yang dibangun dengan melakukan kerjasama dengan pihak pemerintah desa dan juga masyarakat desa Langadai, Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan. Hutan Mangrove Desa Langadai sendiri merupakan sebuah hutan mangrove yang berada di luar dari cagar alam atau areal penggunaan lain. Akibat dari adanya kebiasaan masyarakat yang dulunya suka menggunakan hutan mangrove mengakibatkan keberadaan hutan mangrove yang ada di Desa Langadai terancam keberadaannya. Untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan masyarakat Desa Langadai bekerjasama dengan PT. Indocement Tarjun dengan program CSRnya berinisiatif untuk membuat sebuah areal konservasi hutan mangrove seluas +/- 20 Ha yang diresmikan oleh Bupati Kotabaru pada tahun 2014. Menurut informasi yang diberikan oleh kepala desa Langadai, areal konservasi hutan mangrove ini menjadi habitat bagi Bekantan dan Kera dan beberapa jenis burung lainnya. Dalam tinjau lapangan yang dilakukan berkeliling di areal hutan mangrove tersebut, tidak ditemukan adanya bekantan diakibatkan karena sudah terlalu siang, namun sempat ditemukkan adanya kera di areal hutan mangrove tersebut.
Gambar 4. Seekor kera sedang melakukan aktivitas harian.
20
Gambar 5. Spanduk ajakan untuk menyelamatkan hutan mangrove Desa Langadai, Kotabaru Kalimantan Selatan Gambar 5 diatas mengajak masyarakat untuk menyelamatkan hutan mangrove yang ada di Desa Langadai. Menurut informasi yang didapatkan bahwa hutan mangrove desa Langadai menjadi habitat beberapa satwa seperti berbagai jenis burung dan bekantan serta satwa lain seperti monyet. Bekantan menjadi salah satu hewan yang telah dilindungi oleh pemerintah berdasarkan UU Nomor 5 Tahun tentang konservasi SDA hayati dan ekosistemnya, UU nomor 7 tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan satwa, SK Menhut No 301/Kpts-II/1991 tentang daftar satwa yg dilindungi di Indonesia.
Selain itu Bekantan juga terdaftar di catatan
merah (IUCN) dengan status endangered (hampir punah), Bekantan juga termasuk satwa yang tidak boleh diperdagangkan dalam perdagangan internasional (CITES) dengan kategori Appendix I (tidak boleh diperdagangkan). P3M CSR PT. Indocement Unit Tarjun Kotabaru telah melakukan tanggung jawabnya sebagai perusahaan yang menjalankan amanat UU Nomor 47 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas yang mewajibkan setiap perusahan (PT) untuk menjalankan tanggung jawab sosial mereka terhadap masyarakat dengan menjalankan berbagai kegiatan pengembangan terhadap 10 desa yang berada di
21
sekitar kawasan perusahaan, selain itu juga telah melakukan penangkaran terhadap beberapa satwa langka yang dilindungi oleh negara baik dengan cara ex-situ (P3M) maupun secara in-situ dengan membangun areal konservasi hutan mangrove di Desa Langadai Kotabaru.
22
BAB V. PENUTUP
A. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan ini adalah: 1. Di areal P3M PT. Indocement Tarjun teridentifikasi sebanyak 17 jenis satwa, 3 jenis dengan status langka dan dilindungi yakni Rusa Sambar, Owa-owa dan Bekantan 2. Jenis tumbuhan teridentifikasi sebanayk 19 jenis, 4 jenis dengan status langka yakni ulin, kasturi, rambai gunung dan jejantik 3. Konservasi secara ex-situ dilakukan dengan membuat penangkaran terhadap satwa langka dan
penanaman tumbuhan langka di areal P3M, sedangkan
konservasi in-situ dilakukan dengan melakukan konservasi hutan mangrove Desa Langadai yang menjadi ekosistem berbagai jenis flora dan fauna, termasuk bekantan yang tergolong ke dalam satwa langka dan dilindungi.
B. SARAN/REKOMENDASI Perlu dilakukan sebuah penelitian tentang kondisi/keadaan dari aktivitas harian (pergerakan, makan, bermain) dari berbagai jenis satwa langka yang ada di penangkaran (ex-situ) atau yang berada pada kawasan konservasi mangrove (insitu) sehingga bisa diketahui keadaan dari kehidupan satwa tersebut apakah sesuai dengan kondisi habitat mereka terutama Bekantan dan Owa-owa yang berada di penangkaran.
Jika nantinya diketahui ketidaksesuaian tempat tinggal (habitat)
mereka bisa saja dilepas ke alam liar seperti ke kawasan konservasi hutan mangrove Desa Langadai.
23
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2015. Pengertian Flora dan http://www.pendidikanku.net/2015/04/pengertian-flora-dan-faunaterlengkap.html. Diakses tanggal 6 Juni 2015.
Fauna.
BKSDA Bali. 2015. Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar. http://www.ksdabali.go.id/konservasi-ex-situ/penangkaran-tumbuhan-dan-satwa-liar/. Diakses tanggal 6 Juni 2015. BKSDA Sulsel. 2015. Penangkaran. http://www.ksdasulsel.org/penangkaran. Diakses tanggal 6 Juni 2015. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tarjun. 2015. (Hasil Presentasi staf perusahaan). Widyana. 2012. Corporate Social Responsibility. http://www.hukumperseroanterbatas.com/2012/04/13/corporate-socialresponsibility-oleh-perseroan-terbatas/. Diakses tanggal 6 Juni 2015. Wikipedia. 2015. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. http://id.wikipedia.org/wiki/Tanggung_jawab_sosial_perusahaan. Diakses tanggal 6 Juni 2015.
24
DOKUMENTASI
Welcome Oleh Pt. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Unit Tarjun Kalimantan Selatan
25
Pusat Pelatihan Dan Pemberdayaan Masyarakat (P3M) PT. INDOCEMENT TARJUN.
Penangkaran Bekantan
26
Konservasi In-Situ Bekantan Di Hutan Mangrove Desa Langadai.