GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU WANITA USIA 25-50 TAHUN MENGENAI KONTRASEPSI HORMONAL JENIS SUNTIK DI RUMAH BERSALIN GIZAR CIKARANG PADA BULAN AGUSTUS TAHUN 2010
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH : Hartika Safitri 107103000016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 4 Oktober 2010
Hartika Safitri
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU WANITA USIA 25-50 TAHUN MENGENAI KONTRASEPSI HORMONAL JENIS SUNTIK DI RUMAH BERSALIN GIZAR CIKARANG PADA BULAN AGUSTUS TAHUN 2010
Laporan Penelitian Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Oleh: Hartika Safitri 107103000016
Pembimbing
Ratna Pelawati Mbiomed
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan Penelitian berjudul GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU WANITA USIA 25-50 TAHUN MENGENAI KONTRASEPSI HORMONAL JENIS SUNTIK DI RUMAH BERSALIN GIZAR CIKARANG PADA BULAN AGUSTUS TAHUN 2010 yang diajukan oleh Hartika Safitri (NIM: 107103000016), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 6 Oktober 2010. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter. Jakarta, 6 Oktober 2010
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang dan Pembimbing
Penguji
Ratna Pelawati, Mbiomed
dr. Nurul Hiedayati, PhD
PIMPINAN FAKULTAS
DEKAN FKIK UIN
Prof. Dr.(hc) dr. MK. Tadjudin, SpAnd
Kaprodi PSPD FKIK UIN
dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.RM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb Segala puji bagi Allah SWT yang Maha segalanya. Karena akhirnya penyusunan Laporan Penelitian Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Wanita Usia 25-50 Tahun Mengenai Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010 ini dapat saya selesaikan. Sholawat serta salam tak lupa kami sampaikan pada baginda Rasulullah SAW yang membawa umatnya ke jalan yang diridoi oleh Allah SWT. Dalam proses penyusunan Laporan penelitian ini, saya mendapat banyak bantuan, petunjuk, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada : 1. Orang Tua tercinta yang telah mendukung dari berbagai hal. 2. Bapak Prof. Dr (hc).dr. M. K. Tajudin, Sp. And sebagai Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. dr Syarief Hasan Lutfie, Sp. RM sebagai Kepala Program Studi Kedokteran. 4. Ibu Ratna pelawati M Biomed selaku dosen pembiming akademik yang telah memberikan waktu, arahan, dan pengembanganpengembangan
pemikiran
kepada
tim
penyusun
demi
terselesaikannya penyusunan Laporan Penelitian ini. 5. dr. Slamet Susanto, Sp. OG selaku kepala Rumah Bersalin Gizar yang telah berkenan menerima dan membantu saya dalam melakukan penelitian. 6. Seluruh bidan Rumah Bersalin Gizar yang telah banyak membantu. 7. Seluruh mahasiswa PSPD 2007 yang telah banyak membantu. Terakhir, tim penyusun berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Ciputat, 4-10-2010
Hartika Safitiri
i
ABSTRAK Hartika Safitri. PSPD. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Wanita usia 25-50 tahun Mengenai Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010. Tujuan dari keluarga berencana adalah untuk mencegah ledakan penduduk, menurunkan angka kematian ibu melahirkan dan kematian bayi, meningkatkan status gizi ibu dan anak serta meningkatkan perkembangan otak anak. Sehubungan dengan kondisi di atas peneliti ingin mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku wanita usia 2550 tahun terhadap penggunaan kontrasepsi hormonal jenis suntik. Jenis penelitian ini adalah survey yang bersifat deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Rumah Bersalin Gizar, Cikarang pada bulan Agustus 2010. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuisioner. Dalam analisis dan interpretasi data, digunakan analisis univariat dengan metode deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian dari 25 sampel, jumlah wanita yang memiliki pengetahuan kurang mengenai kontrasepsi suntik sebanyak 19 orang (76%), wanita yang memiliki sikap buruk mengenai kontrasepsi suntik sebanyak 20 orang (36%), wanita yang memiliki perilaku buruk mengenai kontrasepsi suntik sebanyak 24 orang (96%). Kata Kunci : Pengetahuan, sikap, perilaku, kontrasepsi suntik.
ABSTRACT Hartika Safitri. PSPD. Descriptive of Knowledge, attitudes and behavior for women aged 25-50 years against the use of inject-able hormonal contraceptives types in the Maternity Hospital Gizar, Cikarang in August 2010. The purpose of family planning is to prevent population explosion, reduce maternal mortality and infant mortality, improving nutritional status of mothers and children and children's brain development. Due to these conditions, the researcher wishes to know the level of knowledge, attitude and behavior of women aged 25-50 years against the use of inject-able hormonal contraceptives types. To have better understanding of knowledge, attitudes, and behavior of women regarding the use of injectable hormonal contraception types. The study was a descriptive survey using a cross sectional design. This research was conducted in the maternity hospital Gizar, Cikarang in August 2010. The instrument used in data collection is questionnaires. In the analysis and interpretation of data, univariate analysis was used in conjunction with descriptive methods. Based on research results from 25 samples, the number of women who were less informed about contraceptives injection was 19 people (76%), women who had awful demeanor toward contraceptives injection was 20 people (80%), women who have foul attitude about the contraceptives injection was 24 people (96%). Key Words : Knowledge, attitudes, behavior, contraceptive injections.
ii
DAFTAR ISI Lembar Pernyataan………..………………………………………………………... Kata Pengantar……………………………………………………………………..i Abstrak…..………………………………………………………………………...ii Daftar Isi…..……………………………………………………………………...iii Daftar Tabel………………………………………………………………………..v
Bab 1 : Pendahuluan 1.1 .Latar Belakang………………………………...……………………………...1 1.2 .Rumusan Masalah…………………………………………………………….3 1.3 .Tujuan………………………………………………...……………………….3 1.4 .Manfaat……………...……………………………………………………......3
Bab 2 : Tinjauan Pustaka 2.1 .Kerangka/ landasan teori 2.1.1 Keluarga Berencana………………………………………………...…..5 2.1.2 Tinjauan Umum Tentang Alat Kontrasepsi…………………...………..5 2.1.2.1 .Kontrasepsi Hormonal jenis Suntik…………………………….....8 2.1.3 Karakteristik Wanita yang Menggunakan Kontrasepsi……………….10 2.2 .Kerangka Konsep……………………………………………………………15 2.3 .Definisi Operasional…………………………………………………………16
BAB 3 : Metodologi 1.1 .Desain Penelitian……………..…………………………………………….19 1.2 .Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………………….19 1.3 .Populasi dan Sampel………………………...……………………………...19 1.4 .Cara Kerja………….…………………………………………………….....21 1.5 .Manajemen Data….………………………………………………………...22 BAB 4 : Hasil dan Pembahasan………………………………………………….23
iii
BAB V Simpulan dan Saran 5.1 .Simpulan…………………………………………………………………….35 5.2 .Saran…………………………………………………………………………36 Daftar Pustaka……………………………………………………………………… Lampiran……………………………………………………………………………
iv
DAFTAR TABEL Table 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Usia wanita yang Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik
di
Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010. Table 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Wanita yang Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik
di
Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010 Table 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Wanita yang Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik
di
Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010 Table 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Perbulan Wanita yang Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik
di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan
Agustus 2010 Table 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak yang dimiliki Wanita yang Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010
Table 4.6
Distribusi Responden Berdasarkan Peran Suami dalam Penentuan
Jenis
Kontrasepsi
yang
dimiliki
Wanita
Pengguna Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010 Table 4.7
Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Dalam Penyuluhan Keluarga pada Wanita Pengguna Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik
Berencana di Rumah Bersalin
Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010 Table 4.8
Distribusi Responden BerdasarkanSumber Informasi yang Paling Berkesan Mengenai Keluarga Berencana di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010
Tabel 4.9
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Wanita tentang Kontrasepsi Hormonal jenis suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010 v
Tabel 4.10
Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Wanita tentang Kontrasepsi Hormonal jenis suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010
Tabel 4.11
Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Wanita tentang Kontrasepsi Hormonal jenis suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010
vi
1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program Keluarga Berencana Nasional telah diawali dan dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 1974. Walaupun program tersebut telah ada sejak lama, tetapi pada saat ini Indonesia masih menghadapi dua permasalahan yang cukup besar berkaitan dengan kurang berhasilnya program keluarga berencana, yaitu tingginya jumlah penduduk serta tingginya tingkat kematian ibu dan anak. Permasalahan pertama yaitu jumlah penduduk yang terus meningkat akan menimbulkan banyak permasalahan dalam berbagai bidang, terutama di bidang sosial dan ekonomi. Pertambahan penduduk yang tidak terkendali dapat menyebabkan peledakan penduduk, dan pada akhirnya akan timbul kesulitan dalam pemerataan kemakmuran dalam masyarakat. Dampak pertambahan penduduk yang cepat antara lain adalah dalam bidang pendidikan (semakin banyak anak yang tidak mendapatkan pendidikan yang memadai), bidang pelayanan kesehatan (banyak masyarakat yang tidak mendapat pelayanan kesehatan yang mencukupi), bidang tenaga kerja (banyaknya angka pengangguran karena terbatasnya lapangan pekerjaan), bidang sosial ekonomi (pendapatan per kapita masyarakat yang rendah), serta bidang lingkungan hidup (keseimbangan alam akan terganggu). Lembaran Data Populasi Dunia pada tahun 2000 menunjukkan Indonesia berada pada peringkat kelima dalam hal jumlah penduduk terbanyak, yaitu sebesar 237.500.000 jiwa (Hartanto, 2003). Sedangkan permasalahan yang kedua yaitu masih tingginya tingkat kematian ibu dan anak di Indonesia jika dibandingkan dengan negaranegara ASEAN. Berdasarkan data SDKI tahun 2007, tingkat kematian ibu di Indonesia 228 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi adalah 34 per 1000 kelahiran hidup . Pengaruh terhadap angka kematian ibu melahirkan dan kematian bayi dapat dirasakan secara langsung karena ibu yang mengatur kehamilannya dengan tepat dapat terhindar dari risiko tinggi akibat terlalu muda atau terlalu tua melahirkan,
2
sering melahirkan dan mempunyai banyak anak. Ibu yang mengatur jarak kelahiran anaknya tentu akan dapat merawat kehamilannya dengan baik sehingga gizi bagi bayinya dapat tercukupi(BKKBN, 1999). Program Nasional Keluarga Berencana di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas tahun 2015”. Metode yang digunakan untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah dengan penggunaan alat kontrasepsi oleh pasangan suami istri., dengan tujuan untuk menekan angka kehamilan dan laju pertambahan penduduk (Mochtar, 1998). Pemakaian
metode
kontrasepsi
suntik
memperlihatkan
kecenderungan peningkatan pada beberapa kurun waktu terakhir ini. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI) pada tahun 2009, pola pemakaian kontrasepsi terbesar yaitu suntik sebesar 12,562,106, pil sebesar 5,611,936, IUD sebesar 2,223,291, implant 687,689, kondom sebesar 162,252, kontap wanita (Medis Operasi WanitaMOW) sebesar 972,959 dan kontap pria (Medis Operasi Pria-MOP) sebesar 102,166, cara tradisional 329,644(Data Statistic Indonesia, 2009). Dari hasil survey di atas, diketahui bahwa pengguna kontrasepsi terbanyak adalah jenis suntik sehingga pengguna kontrasepsi jenis ini memiliki peranan yang cukup besar dalam menunjang keberhasilan dari program keluarga berencana, Walaupun pengguna kontrasepsi sudah cukup banyak, namun tujuan dari program keluarga berencana belum berhasil. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku wanita usia 25-50 tahun mengenai kontrasepsi jenis suntik di Rumah Bersalin Gizar pada bulan Agustus 2010, sehingga dapat diketahui sejauh mana pemahaman dan aplikasi penggunaan kontrasepsi oleh para pemakainya.
3
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimana gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku wanita usia 25-50 tahun mengenai kontrasepsi hormonal jenis suntik?
1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku wanita mengenai penggunaan kontrasepsi hormonal jenis suntik. 1.3.2 Tujuan Khusus Diketahuinya karakteristik wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal jenis suntik yang meliputi usia, jumlah anak, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan sumber informasi di Rumah Bersalin Gizar, Ciputat.
1.4
Manfaat Penelitian Bagi akseptor KB Akseptor mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku mengenai kontrasepsi hormonal jenis suntik. Sehingga, apabila pengetahuan, sikap dan perilaku mereka terbukti kurang dapat diberikan edukasi untuk memperbaikinya. Bagi rumah bersalin: Sebagai masukan untuk bahan informasi dalam melaksanakan edukasi dalam bidang kesehatan kepada masyarakat yang dalam hal ini adalah penggunaan alat kontrasepsi yang dianggap aman dan dapat dipertanggung jawabkan. Bagi pemerintah : Sebagai sumber data karakteristik pengguna kontrasepsi jenis suntik.
4
Bagi institusi Mewujudkan Tridarma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan,
pengabdian kepada masyarakat dan penelitian, sebagai masukan untuk bahan dalam melaksanakan penyuluhan dalam bidang kesehatan. Bagi peneliti Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah didapatkan saat kuliah, meningkatkan kemampuan berkomunikasi langsung dengan masyarakat serta menimbulkan minat dan pengetahuan peneliti.
5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka / Landasan Teori 2.1.1
Keluarga Berencana Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan
peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk Indonesia(BKKBN, 1999; 2008). Keluarga berencana yang dibolehkan syariat adalah usaha pengaturan atau penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga.
2.1.2
Tinjauan Umum Tentang Alat Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau
‘melawan’ dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau
mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma (Sarwono,2008). Terdapat 2 jenis metode kontrasepsi yaitu metode sederhana dan metode efektif. Metode sederhana adalah suatu cara yang dapat dikerjakan sendiri oleh peserta keluarga berencana, tanpa pemeriksaan medis terlebih dahulu. Hasil yang diperoleh dengan cara ini umumnya kurang efektif dibandingkan dengan cara-cara yang lain. Dibawah ini adalah contoh dari kontrasepsi dengan metode sederhana:
Senggama terputus yaitu senggama yang dilakukan sebagaimana biasa tetapi pada puncak sanggama, kemaluan pria (zakar) dikeluarkan dari vagina, sehingga mani keluar dari vagina. Cara ini tidak berbahaya, baik
6
secara fisik maupun mental. Namun cara ini tidak dapat diandalkan karena memerlukan penguasaan diri yang kuat dan kemungkinan kegagalan cukup besar.
Pantang berkala ialah tidak melakukan sanggama pada masa subur seorang wanita yaitu sekitar waktu terjadinya ovulasi (Sarwono, 2008).
Metode amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apa pun lainnya serta dalam keadaan ibu yang belum haid setelah melahirkan (Saiffudin, 2006).
Sedangkan metode kontrasepsi efektif adalah metode yang dalam penggunaannya keefektifan relatif lebih tinggi dan angka kegagalan lebih rendah. Cara kerja metode ini adalah dengan menghalangi pertemuan sel telur dengan sel sperma, mengusahakan tidak terjadi ovulasi dan melumpuhkan sperma. Di bawah ini adalah macam-macam dari jenis kontrasepsi efektif : a. Kontrasepsi mekanik
Diagfragma vaginal terbuat dari cincin karet yang tebal dan di atasnya diletakkan selembar karet yang tipis yang berbentuk mangkuk dengan per elastis pada pinggirnya. Diagfragma dimasukkan ke dalam vagina sebelum koitus untuk menjaga jangan sampai sperma masuk ke dalam uterus (Sarwono, 2008).
7
Sumber : http://metodoscontraceptivos.wordpress.com
Gambar 2.1 Diagfragma vaginal
Cervical cap dibuat dari karet atau plastik, dan mempunyai bentuk mangkuk yang dalam dengan pinggirnya terbuat dari karet yang tebal (Sarwono,2008).
Sumber : http://library/healthguide
Gambar 2.2 Cervical cap b. Kontrasepsi hormonal
Implant yaitu susuk ditanamkan di dalam kulit, biasanya di lengan atas. Implan mengandung progesterone yang akan terlepas secara perlahan dalam tubuh. Efektifitas mencapai 99 %. Keuntungan dari metode implant ini antara lain tahan sampai 3 tahun (Baziat A, 2008).
8
KB adalah pil yang mengandung sintetik estrogen dan preparat progestin yang mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung telur) melalui penekanan hormon LH dan FSH, mempertebal lendir mukosa servikal (leher rahim), dan menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium (Sarwono,2008).
Kontrasepsi suntik memiliki cara kerja sama dengan pil. Efektifitasnya mencapai 99%. Keuntungan metode ini antara lain disuntikkan setiap satu sampai tiga bulan sekali, efektif, dan tahan lama (Sarwono,2008).
Kontrasepsi dengan AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan serbukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma (Sarwono, 2008).
Kontrasepsi Mantap (Tubektomi) adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seseorang perempuan Dengan mengoklusi tuba falopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum ( Sarwono, 2008).
2.1.2.1 Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntikan Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan di Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya praktis, harganya relatif murah dan aman. Cara ini mulai disukai masyarakat kita dan diperkirakan setengah juta pasangan memakai kontrasepsi suntikan untuk mencegah kehamilan (1983). Penelitian lapangan kontrasepsi suntikan dimulai tahun 1965, dan sekarang di seluruh dunia diperkirakan berjuta-juta
wanita
(BAPPENAS, 2009).
memakai
cara
ini
untuk
tujuan
kontrasepsi
9
Terdapat 2 macam kontrasepsi suntikan antara lain yaitu suntikan progestin dan campuran. Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung
progestin,
yaitu
Depo
Medroksiprogesteron
Asetat(Depoprovera), mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular (di daerah bokong) dan Depo noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg Noretinedron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara di suntik intramuscular. Cara kerja kontrasepsi ini adalah mencegah ovulasi, mengentalkan lender serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi dan menghambat transportasi gamet oleh tuba. Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan-tahun, asal penyuntikannya secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. Keuntungan pemakaian kontrasepsi jenis ini adalah sangat efektif untuk pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak mengandung esterogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung maupun pembekuan darah, tidak memiliki pengaruh terhadap ASI serta akseptor tidak perlu menyimpan obat suntik. Sedangkan kerugian penggunaan kontrasepsi ini adalah sering ditemukannya gangguan haid berupa siklus haid yang memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak, tidak haid sama sekali, akseptor sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntikan), kontrasepsi ini tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut,
menimbulkan peningkatan berat
badan, tidak menjamin
perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian. Akseptor yang diperbolehkan untuk menggunakan kontrasepsi jenis ini adalah orang yang berada dalam usia reproduksi, nulipara dan yang telah memiliki anak, menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas
10
tinggi, menyusui dan yang membutuhkan kontrasepsi yang sesuai dan sering lupa menggunakan pil kontrasepsi. Sedangkan yang tidak diperbolehkan untuk menggunakannya adalah wanita hamil atau dicurigai hamil dan wanita yang mengalami perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. Suntikan
kombinasi
mengandung
25
mg
Depo
Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali (Cyclofem), dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali. Cara kerja, keuntungan, kerugian, indikasi dan kontraindikasi kontrasepsi ini sama seperti suntikan progestin. Hanya saja suntikan kombinasi tidak boleh diberikan pada wanita yang sedang menyusui bayinya karena kandungan esterogen dalam suntikan ini akan menekan produksi ASI. Kontrasepsi jenis suntik dapat diberikan di bokong maupun daerah lengan atas (Saiffudin, 2006). 2.1.3
Karakteristik
Wanita
yang
Menggunakan
Kontrasepsi
Hormonal Jenis Suntik serta Pengetahuan, Sikap dan Perilaku akseptor KB .
Umur Umur dipandang sebagai suatu keadaan yang menjadi dasar
kematangan dan perkembangan seseorang. Kematangan individu dapat dilihat langsung secara objektif dengan periode umur, sehingga berbagai proses pengalaman, pengetahuan, keterampilan, kemandirian terkait sejalan dengan bertambahnya umur individu (Muchsin, 1996). Setionegoro (1979) mengatakan bahwa umur <20 tahun adalah umur belum dewasa, 21–29 tahun dewasa muda, sedangkan umur 30 – >40 tahun adalah dewasa penuh. Pada umumnya umur akan mempengaruhi seseorang dalam menentukan pemilihan alat kontrasepsi karena biasanya ibu dengan usia
11
muda (baru pertama kali menggunakan alat kontrasepsi) akan cenderung memilih alat kontrasepsi yang kebanyakan orang pakai. Wanita muda cenderung menggunakan cara suntik, pil dan implant sementara mereka yang lebih tua cenderung memilih alat atau cara kontrasepsi jangka panjang seperti AKDR, sterilitas wanita dan sterilitas pria (Ardiyan, 2008).
Pendidikan Pendidikan adalah salah satu faktor penentu pada gaya hidup dan
status kehidupan seseorang dalam masyarakat. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki mempunyai pengaruh yang kuat pada perilaku reproduksi dan penggunaan alat kontrasepsi. Pemakaian kontrasepsi meningkat seiring dengan tingkat pendidikan, wanita berstatus kawin yang tidak sekolah menggunakan cara kontrasepsi modern dan meningkat hingga jenjang pendidikan berpendidikan tamat SMTA keatas (BKKBN, 2010). Pemakai kontrasepsi modern yang berpendidikan lebih tinggi lebih banyak memperoleh informasi mengenai efek samping atau masalah dari metode yang digunakan, tindakan perlu diambil jika mengalami efek samping, dan metode lain yang dapat digunakan dibandingkan dengan wanita yang berpendidikan lebih rendah (SDKI, 2007).
Pekerjaan Berdasarkan SDKI 2002-2003 alat kontrasepsi pil terbanyak
digunakan oleh wanita dari golongan menengah atas yaitu 15,4%; alat kontrasepsi susuk KB atau implant lebih sering digunakan oleh wanita dari golongan menengah bawah dan terbawah, sebesar masing-masing 6,4%; pada golongan menengah sebesar 4,2%; golongan menengah atas sebesar 2,9%; dan golongan teratas sebesar 1,6%; kontrasepsi suntik banyak digunakan oleh wanita dari golongan menengah yaitu 32,4% dan alat kontrasepsi kondom banyak digunakan oleh golongan teratas yaitu 2,2%. Sedangkan alat kontrasepsi spiral lebih sering digunakan oleh wanita dari
12
golongan teratas, sebesar 13,7%, pada golongan terbawah sebesar 3,1%, pada golongan menengah kebawah sebesar 5,1%, pada golongan menengah sebesar 4,7%; dan golongan menengah atas sebesar 4,2% (SDKI,2003).
Tingkat pendapatan Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat
konsumsi. Biasanya makin tinggi tingkat pendapatan, tingkat konsumsi makin tinggi. Karena ketika pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi makin besar. Atau mungkin juga pola hidup menjadi makin konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik (Notoadmojo, 1997).
Jumlah Anak Berdasarkan SENSUS 1990 dan SUPAS 1995, proporsi pemilikan
anak pada wanita usia muda cenderung memiliki jumlah anak kecil lebih besar, semakin bertambah umur semakin berkurang untuk memiliki anak. Kemampuan seorang wanita untuk melahirkan atau fertilitas merupakan aspek demografis yang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, diantaranya kontrasepsi(Iskandar, 1977). Pada wanita usia muda penggunaan kontrasepsi cenderung mengarah pada kontrasepsi jangka pendek, seperti pil, kondom atau suntik, hal ini disebabkan mereka masih menginginkan tambahan anak. Sedangkan kontrasepsi jangka panjang seperti Intra Uterine Device (IUD), Implant dan Medis Operasi Wanita (MOW/sterilisasi wanita) serta Medis Operasi Pria (MOP/sterilisasi pria) digunakan oleh kelompok wanita yang sudah tidak menginginkan anak lagi. Hal ini berlawanan dengan hasil SDKI 1991 dan SDKI 1994 yang menunjukkan jumlah wanita yang menggunakan kontrasepsi jangka pendek tetap besar meskipun jumlah anak mereka bertambah. Sedangkan yang menggunakan jangka panjang makin berkurang, khususnya IUD (Biro Pusat Statistik, 1998).
13
Peran suami Pembicaraan antara suami dan isteri mengenai KB tidak selalu
menjadi prasyarat dalam penerimaan KB, namun tidak adanya diskusi tersebut dapat menjadi halangan terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Berdasarkan SDKI 2002-2003, 57% wanita mendiskusikan KB dengan pasangannya paling sedikit satu kali selama setahun terakhir. Wanita usia 20-34 tahun cenderung lebih sering membicarakan KB dengan suami dibandingkan dengan wanita pada kelompok umur lainnya. Dan 43% wanita tidak pernah membicarakan KB dengan pasangannya. Data yang lain juga menyebutkan bahwa 2% wanita setuju menggunakan alat kontrasepsi tetapi suaminya tidak setuju dan hanya 1% wanita yang tidak setuju tetapi suaminya setuju. Jadi perbedaan pendapat tentang KB antara suami dan isteri di Indonesia relatif rendah yaitu 2% (SDKI,2003).
Keikutsertaan Dalam Kegiatan Penyuluhan KB Berdasarkan penelitian BKKBN 2001, keaktifan isteri dalam
perkumpulan atau organisasi KB tidak dapat menjamin bahwa seseorang dapat mengerti dan melaksanakan program KB. Keikutsertaan KB pada keluarga kecil sebesar 46% yang ternyata lebih rendah daripada keikutsertaan KB pada keluarga besar yaitu sebesar 54%. Persentase terbesar pada keluarga kecil adalah pada kelompok keluarga muda, sehingga sebaiknya sasaran program diarahkan pada mereka yang masih keluarga muda, baik pada keluarga kecil maupun keluarga besar (BKKBN 2001).
Sumber informasi Sumber informasi sangat berperan terhadap tingkat pengetahuan,
sikap dan perilaku seseorang. Materi informasi yang sederhana, metode yang terarah dan diberikan oleh orang atau petugas yang berkompeten dalam hal tersebut akan lebih mudah diserap oleh seseorang sehingga akan berpengaruh pula terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku.
14
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Seorang yang memiliki pengetahuan baik akan cenderung memilih
alat kontrasepsi yang sesuai dan cocok digunakannya. Karena dengan pengetahuan yang baik seseorang akan lebih mudah menerima informasi terutama tentang alat kontrasepsi. Sejalan pendapat dari Nursalam dan Siti Priyani (2002) yang mengatakan bahwa pada umumnya pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh pendidikan yang pernah diterima, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Sikap adalah reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Dalam penentuan sikap yang utuh; pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Notoadmojo, 2003). Pengukuran perilaku dapat secara langsung yaitu dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden, atau secara tidak langsung melalui wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu.
15
2.2
Kerangka Konsep
Gambar 2.3 Kerangka konsep
16
2.3
Definisi Operasional
Tabel 2.1. Definisi operasional No. 1.
Variabel Umur
2.
Pendidikan
3
Jumlah Anak
4
Keikutsertan dalam penyuluhan KB
5
Peran Suami
Definisi Lamanya hidup responden yang dihitung dalam tahun sejak lahir sampai saat penelitian berlangsung Pendidikan formal tertinggi yang pernah ditamatkan oleh responden
Cara Ukur Wawancara
Alat Ukur Kuesioner
Skala Rasio
Wawancara
Kuesioner
Ordinal
Banyaknya anak kandung saat ini Keaktifan responden dalam mengikuti penyuluhan KB Suami ikut menentukan jenis kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor
Wawancara
Kuisioner
Ordinal
Wawancara
Kuisioner
Ordinal
1. Sering 2. Pernah 3. Tidak Pernah
Wawancara
Kuisioner
Ordinal
1. Suami ikut berperan 2. Suami tidak ikut berperan
1. 2. 3. 4. 5.
Hasil Ukur 25-30 th 21-35 th 36 – 40 th 41-45 th 46 -50 th
1. Buta huruf/ tidak pernah sekolah 2. Tidak tamat SD 3. Tamat SD 4. Tamat SMP 5. Tamat SMU dan yang sederajat. 6. Tidak tamat perguruan tinggi 7. Tamat perguruan tinggi 1. Kurang dari 2 anak 2. Lebih dari 2 anak
17
Tabel 2.1 (Sambungan) 6.
Pekerjaan
7.
Tingkat penghasilan keluarga
8.
Sumber informasi
Kegiatan rutin yang dilakukan dalam upaya mendapatkan penghasilan untuk pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. Dikelompokkan menurut ratarata upah/ gaji/ pendapatan pekerja perbulan perprovinsi menurut Biro Pusat Statistik Agustus 2008 dan 2009 untuk Provinsi Banten Segala media yang menjadi sumber pengetahuan bagi penerima informasi.
Wawancara
Kuesioner
Nominal
1. Ibu rumah tangga 2. Karyawan 3. Guru 4. Bidan/ petugas kesehatan 5. Wiraswasta 6. Lain-lain
Wawancara
Kuesioner
Ordinal
1. Rendah : < Rp. 1.118.000 2. Sedang : anatar a Rp. 1.118.000 – Rp. 1.202.749 3. Tinggi : > Rp. Rp. 1.202.749
Wawancara
Kuesioner
Nominal
1. Rumah sakit 2. Puskesmas 3. Bidan posyandu 4. Klinik bidan atau klinik dokter 5. Media elektronik, yaitu televisi, radio, dan internet 6. Media bacaan (Majalah, brosur, koran)
18
Tabel 2.1. (Sambungan) No
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Skala
Hasil Ukur
9.
Pengetahuan
Fakta atau ide yang didapat melalui proses observasi, belajar, atau penelitian.
Wawancara
Kuesioner
Ordinal
Total skor : 30 1. Baik : jika jawaban yang benar > 80% (total skor > 24) 2. Sedang : jika jawaban yag benar antara 6080% (total skor 18-24) 3. Buruk : jika jawaban yang benar < 60% (total skor < 18) (Arikunto, 1998)
10.
Sikap
Kecenderun gan yang dipelajari untuk bertingkah laku secara konsisten terhadap seseorang, sekelompok orang, suatu objek.
Wawancara
Kuesioner
Ordinal
Total skor : 35 1. Baik : jika jawaban yang benar > 80% (total skor > 28) 2. Sedang : jika jawaban yang benar antara 60%-80% (total skor 21-28) 3. Buruk : jika jawaban yang benar < 60% (total skor < 21)
11.
Perilaku
Hal-hal yang telah dilakukan responden berkenaan dengan pengetahuan yang telah didapat.
Wawancara
Kuesioner
Ordinal
Total skor : 35 1. Baik : jika jawaban yang benar > 80% (total skor > 28) 2. Sedang : jika jawaban yag benar antara 6080% (total skor 21-28) 3. Buruk : jika jawaban yang benar < 60% (total skor < 21)
19
19
BAB 3 METODOLOGI
3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah survey yang bersifat deskriptif (observasional) dengan menggunakan desain cross
sectional karena
pengukuran variable hanya dilakukan pada satu saat tertentu (Sudigdo S, 2008). 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Rumah Bersalin Gizar, Cikarang. Waktu penelitian adalah pada bulan Agustus 2010.
3.3 Populasi dan Sample
Populasi target adalah semua wanita usia 25-50 tahun yang menggunakan kontrasepsi hormonal jenis suntik.
Populasi terjangkau adalah wanita usia 25-50 tahun yang menggunakan kontrasepsi hormonal jenis suntik di Cikarang.
Sampel adalah 25 wanita usia 25-50 tahun yang menggunakan kontrasepsi hormonal jenis suntik di Rumah Bersalin Gizar, Cikarang pada bulan Agustus pada tahun 2010.
Cara pemilihan sample dengan menggunakan purposive accidental sampling dilakukan dengan mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia.
Kriteria Inklusi penelitian ini adalah wanita usia 25-50 tahun yang menggunakan kontrasepsi hormonal jenis suntik.
Kriteri Eksklusi penelitian ini adalah subyek yang menolak berpartisipasi.
Pengambilan sample dilakukan dengan teknik purposive accidental sampling.
20
Pengambilan sampel ini dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia. Besar sample adalah 25 orang sesuai dengan jumlah pengguna kontrasepsi suntik di Rumah Bersalin Gizar, Cikarang.
21
3.4 Cara Kerja Wanita usia 25-50 tahun yang menggunakan kontrasepsi hormonal jenis suntik
Pengisian inform persetujuan dan kuisioner
Variabel bebas :
Variabel terikat:
1. Umur
1. pengetahuan
2. Pendidikan
2. sikap 3. perilaku
3. Penghasilan 4. Peran serta suami
Skoring dari hasil pertanyaan kuisioner.
5. Keikutsertaan dalam penyuluhan Uji validasi
program KB 6. Jumlah anak 7. Sumber informasi
Analisis SPSS untuk mengetahui frekuensi sebaran.
Penyajian data dalam bentuk makalah.
Penyebaran kuisioner ulang berdasarkan hasil uji validasi
Analisis SPSS untuk mengetahui frekuensi tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku.
22
3.5 Manajemen Data Pengumpulan Data Penelitian ini akan dilaksanakan bila telah memperoleh persetujuan setelah penjelasan atau informed consent dari subjek penelitian. Data dikumpulkan dengan cara menyebarkan kuesioner. Pengolahan dan Penyajian Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 16,0 dan Microsoft Excel 2007. Data disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular. Analisis Data Dalam analisis dan interpretasi data, digunakan analisis univariat dengan metode deskriptif.Analisis ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan proporsi dari masing-masing variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat).
23
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Gambaran Karakteristik dan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal jenis suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang pada bulan Agustus 2010.
4.1 Gambaran Usia Responden Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Wanita yang Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010
Usia Responden 25-30 tahun 31-35 tahun 36-40 tahun 41-45 tahun 46-50 tahun Total
Jumlah 15 4 4 2 0 25
Persentase (%) 60.0 16.0 16.0 8.0 0.0 100.0
Sumber : Data Primer
Tabel di atas menunjukkan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal jenis suntik paling banyak berusia antara 25-30 tahun yaitu sebanyak 15 orang (60%). Sedangkan, tidak ada pengguna kontrasepsi jenis suntik pada usia 46-50 tahun(0%). Pada tahun 1992/1993 lebih dari separuh yaitu 57,61% pesera KB baru adalah berusia antara 20-29 tahun, persentase ini menjadi 57,84% pada tahun 1993/1994. Kelompok umur tersebut harus diperhatikan dengan cermat, karena secara alamiah mempunyai fertilitas yang tinggi, sehingga harus diusahakan untuk sesegera mungkin menggunakan kontrasepsi yang efektif (BKKBN, 1995). Menurut data SDKI 2009 frekuensi pengguna kontrasepsi hormonal jenis suntik pada wanita usia 15-19 tahun (223,810), usia 20-24 tahun (1,806,4222), usia 25-29 tahun (2,903,811), usia 30-34 tahun (2,964,838),
24
usia 35-39 tahun (2,381,297), usia 40-44 tahun (1,510,513), usia 45-49 tahun (650,629), dan usia 50-54 (120,704). Pengguna KB hormonal jenis suntik didominasi wanita kelompok usia 30 sampai 34 tahun dengan jumlah 2,964,838 (SDKI,2009). Pada umumnya umur akan mempengaruhi seseorang dalam menentukan pemilihan alat kontrasepsi karena biasanya ibu dengan usia muda (baru pertama kali menggunakan alat kontrasepsi) akan cenderung memilih alat kontrasepsi yang kebanyakan orang pakai (Ardiyan, 2008). Maka, dilihat dari data BKKBN 1993 dan data SDKI 2009, hasil penelitian ini memiliki gambaran karakteristik umur yang tidak jauh berbeda, yaitu penggunaan kontrasepsi suntik kebanyakan digunakan oleh wanita muda usia 25-30 tahun.
4. 2
Gambaran Pendidikan Responden Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Wanita yang Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010 Pendidikan Responden tidak tamat SD tamat SD tamat SMP tamat SMU dan sederajat tidak tamat perguruan tinggi tamat perguruan tinggi Total
Jumlah
Persentase (%)
1 4 4 9
4.0 16.0 16.0 36.0
3
12.0
4
16.0
25
100.0
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas, menunjukan bahwa wanita yang paling banyak menggunakan kontrasepsi jenis suntik adalah wanita yang berpendidikan tamat SMU dan sederajat yaitu sebanyak 9 orang (36%) dan yang paling sedikit menggunakan kontrasepsi jenis suntik ini adalah wanita yang tidak tamat SD yaitu sebanyak 1 orang (1%).
25
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnya sesuatu hal, termasuk pentingnya keikutsertaan dalam KB. Ini disebabkan seseorang yang berpendidikan tinggi akan lebih luas pandangannya dan lebih mudah menerima ide dan tata cara kehidupan baru (BKKBN, 1980). Menurut survei, terdapat perbedaan akan pengetahuan kontrasepsi dengan pendidikan. Proporsi
wanita
yang mengetahui mengenai
kontrasepsi meningkat berdasarkan tingkat pengetahuan. Sebagai contoh, 87 persen wanita tanpa edukasi pernah mendengar metode modern kontrasepsi. Proporsi meningkat sampai 96 persen diantara wanita yang lulus SD dan sampai 100 persen di antara wanita dengan pendidikan lebih tinggi (Demografic and Health Survey, 1994). Hubungan antara pendidikan dengan pola pikir, persepsi dan perilaku masyarakat memang sangat signifikan, dalam arti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin rasional dalam pengambilan berbagai keputusan. Termasuk dalam pengambilan keputusan untuk memakai kontrasepsi. Peningkatan tingkat pendidikan akan menghasilkan tingkat kelahiran yang rendah karena pendidikan akan mempengaruhi persepsi negatif terhadap nilai anak dan akan menekan adanya keluarga besar. Orang tua dalam keluarga tentu saja menginginkan agar anaknya berkualitas dengan harapan dikemudian hari dapat melanjutkan cita-cita keluarga, berguna bagi masyarakat dan negara. Untuk sampai pada citacita tersebut tentu saja tidak mudah, dibutuhkan strategi dan metode yang baik. Tidak mungkin menciptakan anak yang berkualitas di tengah waktu yang terbatas, karena kesibukan bekerja, dan tidak mungkin menciptakan anak berkualitas di tengah kondisi keuangan atau pendapatan yang terbatas(BKKBN, 1999). Pernyataan ini sejalan dengan hasil penelitian, yaitu wanita dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD, tamat SD, dan tamat SMP memiliki proporsi yang lebih rendah jika dibandingkan wanita dengan tingkat pendidikan SMU.
26
Berdasarkan data SDKI 2009, tingkat pendidikan penduduk Indonesia yang paling banyak adalah tingkat SMU sebanyak 5,316,044 orang dan SMK sebanyak 3,249,850 orang (SDKI,2009). Hal inilah yang menyebabkan jumlah wanita pengguna kontrasepsi suntik lebih banyak pada tingkat pendidikan SMU atau sederajat dibandingkan dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi. 4. 3
Gambaran Pekerjaan Responden Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Wanita yang Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010 Jenis Pekerjaan Ibu rumah tangga Karyawan Guru Bidan atau petugas kesehatan Wiraswasta Lain-lain Total
Jumlah 10 11 0 1
Persentase (%) 40.0 44.0 0 4.0
2 1 25
8.0 4.0 100.0
Sumber : Data Primer
Persentase pemakaian alat kontrasepsi berdasarkan pekerjaan menurut SDKI 1999 pada wanita bekerja sebesar 55,4% dan yang tidak bekerja sebesar 44.6%. Wanita yang bekerja memiliki nilai waktu yang mahal sehingga kesempatan untuk mengurus anak lebih sedikit dibanding wanita yang tidak bekerja, sehingga wanita yang bekerja akan cenderung membatasi jumlah anak (SDKI 1999). Selain itu, wanita yang mempunyai latar belakang pendidikan relatif tinggi dan bekerja akan mempunyai kecenderungan berpikir secara rasional. Dengan ukuran keluarga kecil menjadi suatu keluarga yang lebih lincah (Himpunan Pidato Kepala BKKBN, 1990). Penggunaan kontrasepsi suntik lebih didominasi oleh wanita yang bekerja karena mereka memilih kontrasepsi dengan tingkat efektifitas yang lebih baik dengan menghindari faktor lupa apabila dibandingkan dengan menggunakan kontrasepsi jenis pil (BKKBN, 1999). Hasil penelitian ini mendukung pernyataan diatas, karena berdasarkan
tabel
didapatkan
bahwa
wanita
yang
menggunakan
27
kontrasepsi suntik jenis hormonal paling banyak memiliki pekerjaan sebagai karyawan yaitu sebanyak 11 orang (44%) dibandingkan jenis perkerjaan lainnya.
4. 4
Gambaran Penghasilan Perbulan Responden Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Perbulan Wanita yang Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010 Penghasilan Perbulan Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah 6 5 14 25
Persentase (%) 24.0 20.0 56.0 100.0
Sumber : Data Primer
Ketika pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi makin besar. Atau mungkin juga pola hidup menjadi makin konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik. Saat ini standar UMR adalah Rp 1.118.000. Karena penghasilan yang cukup akan memotivasi seseorang memilih alat kontrasepsi yang lebih baik pula yaitu kontrasepsi suntik (Notoadmojo, 1997). Penggunaan
alat
kontrasepsi
yang
efektif
mengurangi
ketidakpastian tentang kapan melahirkan anak dan dapat memberi kesempatan untuk memanfaatkan waktu dan tenaga pada peran ekonomi dalam keluarga (BKKBN, 1995). Pernyataan di atas mendukung hasil dari penelitian ini yang dapat dilihat pada tabel, yaitu wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal jenis suntik paling banyak memiliki pendapatan perbulan yang tinggi adalah sebanyak 14 orang (56%). Hal ini bisa saja disebabkan oleh semakin tingginya tingkat penghasilan membuat akseptor menuntut jenis kontrasepsi yang lebih efektif yaitu kontrasepsi jenis suntik, walaupun harus membayar lebih mahal dibandingkan kontrasepsi jenis pil.
28
4. 5
Gambaran Jumlah Anak Responden Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak yang Dimiliki Wanita yang Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010 Jumlah Anak <2 anak >2 anak Total
Jumlah 15 10 25
Persentase (%) 60.0 40.0 100.0
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas, menunjukan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi suntik jenis hormonal paling banyak memiliki anak kurang dari 2 yaitu sebanyak 15 orang (60%). Data SDKI 2002 – 2003 menyatakan bahwa, pemakaian kontrasepsi meningkat pesat sejalan dengan jumlah anak yang masih hidup. Terdapat peningkatan sebesar 7% pada wanita yang tidak memiliki anak, 67% pada wanita dengan 1-2 anak, 38% pada wanita yang memiliki 3-4 anak dan turun menjadi 49% pada wanita dengan 5 anak atau lebih (SDKI,2003). Pasangan usia subur (PUS) dengan paritas rendah menjadi prioritas penggarapan gerakan KB nasional dalam upaya menurunkan tingkat kelahiran. Keadaan jumlah peserta KB baru menurut jumlah anak hidup dari tahun 1999-1994 menunjukkan bahwa peserta KB baru yang terbanyak adalah PUS dengan jumlah anak 0-2, yang persentasenya mengalami kenaikan setiap tahun. Sebaliknya PUS dengan jumlah anak 3-3+ terus mengalami penurunan setiap tahun (BKKBN, 1994). Hal ini menunjukkan bahwa wanita pengguna kontrasepsi jenis suntik yang memiliki jumlah anak kurang dari 2 sedang dalam masa perencanaan jumlah anak. Sedangkan wanita yang telah memiliki jumlah anak lebih dari 2 cenderung memilih kontrasepsi mantap yang lebih efektif daripada kontrasepsi suntik.
29
4. 6
Gambaran Peran Suami dalam Penentuan Jenis Kontrasepsi Responden Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Peran Suami Dalam Penentuan Jenis Kontrasepsi yang dimiliki Wanita Pengguna Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010 Peran Suami Dalam Menentukan Jenis Kontrasepsi
Jumlah
Persentase (%)
Suami ikut menentukan kontrasepsi Suami tidak berperan menentukan kontrasepsi Total
19
76.0
6
24.0
25
100.0
Sumber : Data Primer
Berdasarkan SDKI 2002-2003, 57% wanita mendiskusikan KB dengan pasangannya paling sedikit satu kali selama setahun terakhir. Wanita usia 20-34 tahun cenderung lebih sering membicarakan KB dengan suami dibandingkan dengan wanita pada kelompok umur lainnya. Dan 43% wanita tidak pernah membicarakan KB dengan pasangannya. Data yang lain juga menyebutkan bahwa 2% wanita setuju menggunakan alat kontrasepsi tetapi suaminya tidak setuju dan hanya 1% wanita yang tidak setuju tetapi suaminya setuju. Jadi perbedaan pendapat tentang KB antara suami dan isteri di Indonesia relatif rendah yaitu 2%(SDKI,2003). Data SDKI tersebut mendukung hasil penelitian ini karena berdasarkan data dari tabel di atas, suami responden ikut menentukan pemilihan kontrasepsi yang digunakan yaitu sebanyak 19 orang (76%). Artinya, suami juga ikut berperan dalam merencanakan jumlah anak sehingga tujuan keluarga berencana dalam mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera dapat segera tercapai.
30
4. 7
Gambaran Keikutsertaan Responden Dalam Penyuluhan Keluarga Berencana Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Dalam Penyuluhan Keluarga Pada Wanita Pengguna Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik Berencana di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010 Keikutsertaan Responden Dalam Penyuluhan Keluarga Berencana
Jumlah
Persentase (%)
Sering Pernah Tidak Pernah Total
1 4 20 25
4.0 16.0 80.0 100.0
Sumber : Data Primer
Kegiatan
penerangan
dan
motivasi
keluarga
berencana
dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kesadaran, pengetahuan, sikap dan praktek masyarakat dalam ber-KB. Dengan telah besarnya jumlah peserta KB, maka pelaksanaan program ini perlu makin ditingkatkan kualitasnya. Sehubungan dengan itu, maka pesan-pesan penerangan KB akan tetap diarahkan kepada pemakaian alat kontrasepsi yang lebih efektif dengan tingkat perlindungan kehamilan yang lebih tinggi. Kegiatan penerangan juga meliputi penerangan medis yang bertujuan meningkatkan pengetahuan mengenai alat-alat kontrasepsi (BKKBN, 1990). Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar responden tidak pernah mengikuti penyuluhan program keluarga berencana (80%). Hal ini bisa saja disebabkan karena daerah penelitian adalah Cikarang yang memiliki kepadatan penduduk cukup padat akibat tingkat urbanisasi yang tinggi di wilayah industri tersebut, sehingga penyuluhan program keluarga berencana belum mencakup untuk seluruh lapisan masyarakat. Namun, untuk pembuktiannya diperlukan penelitian lebih lanjut.
31
4. 8
Gambaran Sumber Informasi yang Paling Berkesan Mengenai Keluarga Berencana yang Didapatkan oleh Responden Tabel 4.8 Distribusi Responden BerdasarkanSumber Informasi yang Paling Berkesan Mengenai Keluarga Berencana di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010 Sumber informasi yang paling berkesan Rumah Sakit Puskesmas Posyandu Kinik bidan atau klinik dokter Media elektronik (TV) Bahan bacaan (Majalah) Total
Jumlah
Persentase (0%)
0 4 1 20
0 16.0 4.0 80.0
0 0 25
0 0 100.0
Sumber : Data Primer
Dari tabel di atas didapatkan bahwa sumber informasi yang paling berkesan bagi wanita pengguna kontrasepsi jenis suntik di RB Gizar adalah berasal dari klinik bidan atau klinik dokter dengan jumlah 20 orang (80%), sedangkan menurut mereka sumber informasi dari rumah sakit, media elektronik dan bahan bacaan tidak berkesan. Berdasarkan data, kebanyakan wanita mendapatkan informasi mengenai keluarga berencana dari pusat-pusat kesehatan (37%). Bidan merupakan sumber informasi yang paling popular (16%).
Posyandu
adalah pilihan primer untuk pelayanan keluarga berencana (13%). Radio dan televisi yang menampilkan drama dan dikusi mengenai keluarga berencana juga merupakan salah satu sumber informasi. Wanita dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi lebih mudah menerima sumber informasi dari berbagai macam media sebagai sumber informasi mengenai keluarga berencana dibandingkan wanita dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah. Pada akhirnya, sumber informasi sangat berperan terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang (Demografic and Health Survey, 1995).
32
Pernyataan di atas, mendukung hasil dari penelitian ini, bahwa sumber informasi yang responden dapatkan paling banyak berasal dari pusat kesehatan yaitu klinik bidan atau klinik dokter. 4. 9
Gambaran Pengetahuan Responden Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Wanita tentang Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010 Gambaran Pengetahuan responden
Jumlah
Persentase (%)
Baik
1
4.0
Sedang
5
20.0
Buruk
19
76
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas, dari 10 pertanyaan yang diajukan mengenai pengetahuan pada 25 responden yang menggunakan kontrasepsi jenis suntik diperoleh bahwa, jumlah wanita yang memiliki pengetahuan kurang mengenai kontrasepsi suntik sebanyak 19 orang (76%). Sedangkan wanita yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 5 orang (20%) dan jumlah wanita yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 1 orang (4%). Berdasarkan hasil survei daerah sekitar Jawa dan bali , DKI Jakarta memiliki level tertinggi dalam pengetahuan mengenai lingkaran biru (keluarga berencana) dengan persentase 88%, diikuti dengan Yogyakarta 70%, Kalimantan Timur (66%), Bali (65%) dan daerah Jawa Barat 60%. (Demografic Health Survey, 1995). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan mengenai kontrasepsi hormonal jenis suntik di daerah Cikarang, Jawa Barat masih rendah.
33
4. 10
Gambaran Sikap Responden Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Wanita Mengenai Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010 Gambaran Sikap Responden
Jumlah
Persentase (%)
Baik
1
4.0
Sedang
4
16.0
Buruk
20
80.0
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas, dari 5 pertanyaan yang diajukan mengenai pengetahuan pada 25 responden yang menggunakan kontrasepsi jenis suntik diperoleh bahwa jumlah wanita yang memiliki sikap buruk mengenai kontrasepsi suntik sebanyak 20 orang (80%).Sedangkan wanita yang memiliki sikap sedang sebanyak 4 orang (16%). Dan jumlah wanita yang memiliki sikap baik sebanyak 1 orang (4 %). Sikap adalah reaksi atau respons seseorang yang masih tertututp terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb menyatakan bahwa sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksanaan motif tertentu. (Notoatmojo, 2003) Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki sikap yang baik dalam penggunaan kontrasepsi suntik maka memiliki kecenderungan untuk memiliki perilaku yang baik pula dalam penggunaannya.
34
4. 11
Gambaran Perilaku Responden Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Wanita tentang Kontrasepsi Hormonal jenis suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010 Gambaran Perilaku Responden Baik Sedang Buruk
Jumlah
Persentase (%)
0 1 24
0 4.0 96.0
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas, dari 5 pertanyaan yang diajukan mengenai perilaku pada 25 responden yang menggunakan kontrasepsi jenis suntik diperoleh bahwa jumlah wanita yang memiliki perilaku buruk mengenai kontrasepsi suntik sebanyak 24 orang (96%).Sedangkan wanita yang memiliki sikap sedang sebanyak 1 orang (4%). Dari data di atas tidak ada wanita yang memiliki perilaku baik. Perilaku adalah hal-hal yang telah dilakukan seseorang berkenaan dengan pengetahuan yang telah didapat. (Notoatmojo,2003) Maka, pengetahuan akan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam penggunaan
kontrasepsi. Apabila pengetahuan sesorang kurang maka
orang tersebut akan memiliki kecenderungan memiliki sikap dan perilaku yang buruk, dalam hal ini adalah penggunaan kontrasepsi hormonal jenis suntik.
35
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal jenis suntik paling banyak berusia antara 25-30 tahun yaitu sebanyak 15 orang (60%). Berdasarkan hasil penelitian, wanita yang paling banyak menggunakan kontrasepsi jenis suntik adalah wanita yang berpendidikan tamat SMU dan sederajat yaitu sebanyak 9 orang (36%) Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal jenis suntik memiliki tingkat pendapatan yang tinggi yaitu lebih dari Rp 1.202.749 (56%). Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar responden memiliki jumlah anak kurang dari 2 orang (60%). Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa sumber informasi yang paling berkesan bagi wanita pengguna kontrasepsi jenis suntik di RB Gizar adalah berasal dari klinik bidan atau klinik dokter dengan jumlah 20 orang (80%),
Berdasarkan hasil penelitian, jumlah wanita yang memiliki pengetahuan kurang mengenai kontrasepsi suntik sebanyak 19 orang (76%).Sedangkan wanita yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 5 orang (20%). Dan jumlah wanita yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 1 orang (4%).
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa jumlah wanita yang memiliki sikap buruk mengenai kontrasepsi suntik sebanyak 20 orang (36%).Sedangkan wanita yang memiliki sikap sedang sebanyak 4 orang (56%). Dan jumlah wanita yang memiliki sikap baik sebanyak 1 orang (4 %). Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa jumlah wanita yang memiliki perilaku
buruk
mengenai
kontrasepsi
suntik
sebanyak
24
orang
36
(96%).Sedangkan wanita yang memiliki sikap sedang sebanyak 1 orang (4%). Dari hasil penelitian, tidak ada wanita yang memiliki perilaku baik.
5.2
Saran
Diperlukan penggalakan program keluarga berencana di daerah Cikarang karena 20 dari 25 responden mengaku tidak pernah mengikuti penyuluhan kelarga berencana. Selain itu, diperlukan penyampaian informasi yang lebih lengkap dari para tenaga kesehatan maupun media penunjang informasi lainnya kepada wanita pengguna kontrasepsi, sehingga diharapkan kedepannya pengetahuan pengguna kontrasepsi semakin meningkat dan secara langsung juga memberikan dampak yang lebih baik pada sikap dan perilaku dalam penggunaan kontrasepsi.
Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar di daerah Cikarang, sehingga didapatkan gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku wanita penggguna kontrasepsi jenis suntik yang lebih representatif daripada penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. KB Itu Mengatur Keturunan. Diakses hari rabu tanggal 29 September 2010. Diunduh dari www. bkkbn.go.id
Anonim. 2009. Tujuan Program Keluarga Berencana. Diakses hari rabu tanggal 29 September 2010. Diunduh dari http://www.bkkbn.go.id
Anonim. 2009. Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik. Diakses hari kamis tanggal 16 September 2010. Diunduh dari http ://www. Bappenas.go.id.
Anonim. 2010. Pencapaian MDG Hadapi Kendala. Diakses hari jumat tanggal 1 Oktober 2010. Diunduh dari http : //www. bkkbn.go.id
Arikunto, Suharsimi: Prosedur Penelitian ( Suatu Pendekatan dan Praktik ), Rieneka Cipta, Jakarta, 1998, p24.
Ardiyan, Kundi. Hubungan antara Tingkat pengetahuan tentang KB dan Metode Kontrasepsi di Kelurahan Sumber Sari. Diakses tanggal 14 Agustus 2010. Diunduh dari: http://www. University of Jember.com.
Biro Pusat Statistik: Indonesia Demographic and Health Survey 1997, BPS. Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN, Dep.Kes, Demographic and Health Surveys Macro Internatioanal Inc, Jakarta. 1998, 87-9.
BKKBN: Himpunan Pidato Kepala Bkkbn Tentang Pembangunan Sumberdaya Manusia Melalui Gerakan KB Nasional, Membangun Keluarga Mandiri yang Berpotensi. Kantor Mentri Negara Kependudukan BKKBN State Ministry for population/NFCB, Jakarta, 1990,p15-17.
BKKBN: Gerakan keluarga berencana nasional dalam grafik dan gambar. Kantor Mentri Negara Kependudukan BKKBN State Ministry for population/NFCB, Jakarta, 1994, p70.
BKKBN: Gerakan keluarga berencana nasional dalam grafik dan gambar. Kantor Mentri Negara Kependudukan BKKBN State Ministry for population/NFCB, Jakarta, 1995, p502.
BKKBN: Gerakan keluarga berencana nasional dalam grafik dan gambar. Jakarta : Kantor
Mentri
Negara
Kependudukan
BKKBN
State
Ministry
for
population/NFCB,1999,p80-4.
BKKBN: Gerakan keluarga berencana nasional dalam grafik dan gambar. Kantor Mentri Negara Kependudukan BKKBN State Ministry for population/NFCB, Jakarta, 2000, p345
BKKBN: Gerakan keluarga berencana nasional dalam grafik dan gambar. Kantor Mentri Negara Kependudukan BKKBN State Ministry for population/NFCB, Jakarta, 1999, p557.
BKKBN. 2008. Gerakan keluarga berencana nasional dalam grafik dan gambar. Jakarta : Kantor Mentri Negara Kependudukan BKKBN State Ministry for population/NFCB.
Central Bureau of Statistic Jakarta: Demographic and Health Survey. Calverton, Maryland: CBS and MI, 1995, p115-20
Direktorat Statistik dan Kependudukan. 1999;2003;2007. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Biro Pusat Statistik. www.datastatistik_indonesia.com. . Diakses tanggal 10 September 2010.
Hartanto H, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2003, p46 – 50.
Irwati T,Lolong D.B, Isnawati, Hzartanto W, et al: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003. BPS, BKKBN, DepKes, ORC, Jakarta, 2003, p88-9.
Iskandar N: Demografi Tehnik. Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1997, p20-3.
Mochtar,R: Sinopsis Obstetri Jilid II. EGC, Jakarta, 1998, p249 – 254.
Notoatmodjo,Soekidjo: Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta, Jakarta, 1997, p44-6
Notoatmodjo, Soekidjo: Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta, 2003, p50-60.
Royston, Erica: Pencegahan Kematian Ibu Hamil. Bina Rupa Aksara, Jakarta, 1994, p345.
Saifudin: Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, ed.1, Cetakan ke-4. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 2006b.
Sudigdo, S : Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, edisi 3. Sagung Seto, Jakarta, 2008, p92-103.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2009. Wanita Berumur 10-54 Tahun yang Berstatus Kawin menurut Alat atau Cara KB yang Sedang Digunakan dan Golongan Umur, Indonesia. Diunduh dari www.datastatistik_indonesia.com. Diakses tanggal 10 September 2010.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2009. Wanita Berumur 10-54 Tahun yang Berstatus Kawin menurut Alasan Utama Tidak Menggunakan Alat/Cara KB dan Golongan Umur, Indonesia. Diunduh dari www.datastatistik_indonesia.com. Diakses tanggal 10 September 2010.
Prawirohardjo S: Ilmu Kandungan. Tridasa Printer, Jakarta, 2008, p 532-53.
Lampiran Persetujuan Penelitian
Persetujuan Partisipasi dalam Penelitian
PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU WANITA USIA 25-50 TAHUN TENTANG PENGGUNAAN KB HORMONAL JENIS SUNTIK PADA BULAN AGUSTUS TAHUN 2010 Kami ingin meminta kesediaan Anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Silakan membaca lembar persetujuan ini. Jika ada pertanyaan, tidak perlu merasa sungkan atau ragu untuk menanyakannya. Penelitian ini mengharapkan ketulusan Anda untuk berpartisipasi. Penelitian ini nantinya diharapkan bermanfaat untuk Subjek mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku wanita tentang penggunaan KB hormonal jenis suntik. Penelitian ini tidak memiliki risiko yang akan membahayakan Anda secara fisik. Kerahasiaan Anda akan kami jaga. Kami tidak akan menyebutkan nama Anda. Kami hanya akan memberikan nama samaran. Semua informasi yang Anda berikan akan kami jaga kerahasiaannya sehingga identitas Anda tetap kami lindungi. Hasil penelitian ini akan dipublikasikan sebagai skripsi. Saya memahami semua informasi di atas dan dengan ini menyatakan kesediaan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
_______________________ Tanda Tangan Partisipan
________________ Tanggal
Saya telah menjelaskan penelitian ini kepada partisipan/subjek di atas sebelum meminta persetujuannya untuk terlibat dalam penelitian ini.
____________________
________________
Tanda tangan Peneliti
Tanggal
Lampiran Persetujuan Penelitian
Lampiran Lembar Kuisioner
LEMBAR KUISIONER KONTRASEPSI DENGAN MENGGUNAKAN KONTRASEPSI HORMONAL JENIS SUNTIK
I
IDENTITAS RESPONDEN Nama : Umur : 1. 25-30 tahun 2. 31-35 tahun 3. 36- 40 tahun 4. 41-45 tahun 5. 46 – 50 tahun Pendidikan : 1. buta huruf/ tidak pernah sekolah, 2. tidak tamat SD 3. tamat SD 4. tamat SMP 5. tamat SMU dan yang sederajat. 6. tidak tamat perguruan tinggi. 7. tamat perguruan tinggi Pekerjaan : 1. Ibu rumah tangga 2. Karyawan 3. Guru 4. Bidan/ petugas kesehatan 5. Wiraswata 6. Lain-lain. Penghasilan perbulan : 1. Kurang dari Rp. 1.118.000 2. Antara Rp. 1.118.000 – 1.202.749 3. Lebih dari Rp. 1.202.749
Rp.
Jumlah anak kandung saat ini : 1. Kurang dari 2 anak 2. Lebih dari 2 anak Apakah saat ini Ibu menggunakan Kontrasepsi jenis suntik? 1. Ya 2. Tidak Dimanakah Ibu pernah mendapatkan informasi mengenai KB? 1. Rumah sakit 5. Media elektronik(TV) 2. Puskesmas 6. Bahan bacaan (Majalah) 3. Posyandu 4. Klinik Bidan atau Klinik Dokter
SKOR
Lampiran Lembar Kuisioner
(lanjutan)
PENGETAHUAN RESPONDEN Apakah yang Ibu ketahui tentang keluarga berencana (KB)? (jawaban boleh lebih dari satu) 1. Perencanaan kehamilan sehingga kehamilan hanya terjadi pada waktu yang diinginka 2.
Usaha untuk merencanakan jumlah anak
3. Usaha untuk mengatur jarak kehamilan. 4.
Tidak tahu
Menurut Ibu apakah tujuan dari program KB? 1. Agar kehamilan tidak terjadi pada usia terlalu dini 2. Agar kehamilan tidak terjadi pada usia tua 3. Agar jarak antara kehamilan tidak terlalu dekat 4.
Tidak tahu
Apakah yang Ibu ketahui mengenai manfaat dari kontrasepsi? 1. Menjarangkan kehamilan 2. Menunda kehamilan 3. Mengatur jarak kehamilan 4. Tidak tahu. Kontrasepsi jenis apakah yang Ibu ketahui selain kontrasepsi jenis suntik? (jawaban boleh lebih dari satu) 1. Pil 2. spiral (IUD) 3. Kondom 4. Tidak tahu Apakah Ibu mengetahui kapan seharusnya kontrasepsi suntik harus diberikan? (jawaban boleh lebih dari satu) 1. Setiap 1 bulan 2. Setiap 3 bulan 3. Tidak tahu Sejauh yang Ibu tahu, apa sajakah yang merupakan kerugian dari penggunaan kontrasepsi suntik? (jawaban boleh lebih dari satu) 1. Penambahan berat badan 2. Perubahan pola menstruasi 3. Tergantung pada dokter atau bidan untuk menyuntikkan KB 4. Tidak tahu
(lanjutan)
Sejauh yang Ibu tahu, apa sajakah keuntungan dari penggunaan kontrasepsi suntik? (jawaban boleh lebih dari satu) 1. Tidak terpengaruh "faktor lupa" dari pemakai (tidak seperti memakai PIL KB) 2. Kontrasepsi jangka panjang dibandingkan pil kontrasepsi 3. Anda tidak perlu menyimpan obat suntik kb di rumah 4. Tidak tahu Menurut Ibu, wanita yang boleh menggunakan kontrasepsi suntik adalah… 1. Wanita yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang dibandingkan dengan penggunaan kontrasepsi pil. 2. Wanita yang telah punya banyak anak 3. Wanita yang sering lupa minum pil kontrasepsi 4. Tidak tahu Menurut Anda kapankah penggunaan kontrasepsi suntik dapat dihentikan? 1. Ketika ingin mengganti dengan kontrasepsi jenis yang lain. 2. Ketika ingin hamil kembali 3. Ketika timbul gangguan kesehatan akibat suntik kontrasepsi 4. Tidak tahu Sejauh yang Ibu tahu, dibagian tubuh manakah penyuntikan Kontrasepsi jenis suntik diberikan? 1. Pantat/Bokong 2. Lengan bagian atas 3. Tidak tahu SIKAP RESPONDEN Apakah ibu setuju bahwa alat kontrasepsi suntik dapat mencegah kehamilan ? 1. 2. 3. 4. 5.
Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat tidak setuju
Apakah ibu setuju bahwa kontrasepsi suntik adalah
(lanjutan)
alat kontrasepsi yang aman dan efektif? 1. 2. 3. 4. 5.
Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat tidak setuju
Apakah ibu setuju bahwa kontrasepsi suntik lebih praktis daripada alat kontrasepsi pil dalam hal penggunaan? 1. 2. 3. 4. 5.
Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat tidak setuju
Menurut ibu, apakah wanita yang sedang memberikan bayinya ASI eksklusif (pemberian ASI selama 6 bulan pertama) harus menggunakan kontrasepsi suntik untuk mencegah kehamilan? 1. 2. 3. 4. 5.
Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat tidak setuju
Menurut Ibu, apakah suami harus turut berperan dalam penentuan jenis kontrasepsi? 1. Sangat setuju 2. Setuju 3. Netral 4. Tidak Setuju 5. Sangat tidak setuju PERILAKU RESPONDEN Sudah berapa lamakah Ibu Kontrasepsi jenis suntik? 1. ≤ 6 bulan 2. 1 – 3 tahun 3. 4 tahun 4. Lebih dari 5 tahun
menggunakan
(lanjutan)
Apakah alasan Anda menggunakan kontrasepsi jenis suntik? (boleh lebih dari satu) 1. Sebagai perencanaan kehamilan untuk menjarangkan jangka waktu kelahiran 2. Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri 3. Harga yang lebih ekonomis 4. Pemakaiannya praktis 5. Tidak tahu Apakah Anda pernah mengikuti perkumpulan atau organisasi atau penyuluhan keluarga berencana? 1. Sering 2. Pernah 3. Tidak pernah Kegiatan sosial apa saja yang ibu ikuti selama 6 bulan terkhir ini? 1. PKK 2. Posyandu 3. Penyuluhan 4. Kegiatan Agama (Pengajian atau ceramah) 5. Arisan Apakah Anda pernah menganjurkan kepada ibuibu ain untuk ikut menggunakan kontrasepsi? 1. Sering 2. Pernah 3. Tidak pernah
(lanjutan)
Lampiran data spss
umur
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
25-30 tahun
15
60.0
60.0
60.0
31-35 tahun
4
16.0
16.0
76.0
36-40 tahun
4
16.0
16.0
92.0
41-45 tahun
2
8.0
8.0
100.0
25
100.0
100.0
Total
pendidikan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak tamat SD
1
4.0
4.0
4.0
tamat SD
4
16.0
16.0
20.0
tamat SMP
4
16.0
16.0
36.0
tamat SMU dan sederajat
9
36.0
36.0
72.0
tidak tamat perguruan tinggi
3
12.0
12.0
84.0
tamat perguruan tinggi
4
16.0
16.0
100.0
25
100.0
100.0
Total
pekerjaan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
ibu rumah tangga
10
40.0
40.0
40.0
karyawan
11
44.0
44.0
84.0
1
4.0
4.0
88.0
wiraswasta
2
8.0
8.0
96.0
lain-lain
1
4.0
4.0
100.0
25
100.0
100.0
bidan atau petugas kesehatan
Total
Lampiran data spss
penghasilan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
<1118000
6
24.0
24.0
24.0
1118000-1202749
5
20.0
20.0
44.0
>1202749
14
56.0
56.0
100.0
Total
25
100.0
100.0
jumlah_anak
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
<2 anak
15
60.0
60.0
60.0
>2 anak
10
40.0
40.0
100.0
Total
25
100.0
100.0
informasi_KB Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
puskesmas
4
16.0
16.0
16.0
posyandu
1
4.0
4.0
20.0
20
80.0
80.0
100.0
25
100.0
100.0
klinik bidan atau klinik dokter Total
Lampiran data spss
tingkat pengetahuan
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
baik
1
4.0
4.0
4.0
sedang
5
20.0
20.0
24.0
kurang
19
76.0
76.0
100.0
Total
25
100.0
100.0
sikap_responden Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
baik
1
4.0
4.0
4.0
sedang
4
16.0
16.0
20.0
buruk
20
80.0
80.0
100.0
Total
25
100.0
100.0
perilaku responden
Frequency Valid
sedang
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
4.0
4.0
4.0
buruk
24
96.0
96.0
100.0
Total
25
100.0
100.0
Lampiran Skor Kuisioner
HASIL SKOR I. TINGKAT PENGETAHUAN RESPONDEN NO
Jawaban yang diharapkan
Skor
Jika jawaban
1
a,b,c
3
Benar 3
2
Benar 2
1
Benar 1
0
D
3
Benar 3
2
Benar 2
1
Benar 1
0
D
3
Benar 3
2
Benar 2
1
Benar 1
0
D
3
Benar 3
2
Benar 2
1
Benar 1
0
D
A,b
3
Benar 2
a/b
2
Benar 1
2
3
4
5
A,b,c
A,b,c
A,b,c