LAPORAN PENELITIAN
COSEN MUDA
I
IDENTIFIKASI DAN PREDIKSI EKSPANSIVITAS TANAH LEMPUNG DESA PENUJAK OENGAN ALAT ODOMETER Oleh: Ir. Ismail Hoesain M., MT. Ir. Mil~o Eniarti, MT.
Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidlkan Nasional, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian No111or : 01 O/SP~H.'PP/DP2M/lll/2007 tanqqal 29 Mar9t 2007
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MATARAM NOPEMBER 2007
LAPORAN PENELITIAN
COSEN MUDA
I
IDENTIFIKASI DAN PREDIKSI EKSPANSIVITAS T ANAH LEMPUNG DESA PENUJAK OENGAN ALAT ODOMETER Oleh: Ir. Ismail Hoesain M., MT. Ir. Miko Eniarti, MT.
Dlbiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, sesuai dengan Surat Perjanjian Petaksanaan Hibah Penelitian Nomor: 010/SP2H/PP/DP2M/lll/2007 tanggal 29 Maret 2007
FAKUL TAS TEKNIK UNIVERSITAS MATARAM NOPEMBER 2007
DOKWUENT.AS;
& AR.SIP
BAPPENAS Acc. No. : Cla ·s :
~%· · ~ . ~ ~ -·-···-·--··:J.e ···,;!S.;...
-0 ·········--·········· .. ---·---
c~~cked : :. .. _q.,f?.~••. _9.!.:..~- dOjQ
L---·
·- -
QMd•_..
,
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN DOSEN MUDA
1.
Judul Penelitian
2.
Bidang Ilmu Penelitian : Teknologi Ketua Peneliti a. Nama dan Gelar : Ir. lsmail Hoesain M., MT. b. Jenis Kelamin : Laki-laki c. Pangkat/Golongan/NIP : Penata Tk I /IIla/132 089 464 d. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli e. Fakultas/Jurusan : Teknik/Teknik Sipil Jumlah Anggota Peneliti : I Orang Anggota Peneliti : lr. Miko Eniarti, MT. Lokasi Penelitian : Laboratorium Geoteknik - Fakultas Teknik Bila penclitian ini merupakan kerjasama kelembagaan a. Nama Instansi b. Alamat Jangka Waktu Penelitian : 8 bulan Biaya yang diperlukan : Rp. l0.000.000,(Sepuluh Juta Rupiah)
4. 5.
6.
6. 7.
: ldentifikasi dan Prediksi Ekspansivitas Tanah Lempung desa Penujak dengan Alat Odometer
Mataram, November 2007
. /J;r (Ir. Ismail Hoesain M, MT.) NIP. 132 089 464
IDENTIFIKASI DAN PREDIKSI EKSPANSIVITAS TANAH LEMPUNG DESA PENUJAK DENGAN ALAT ODOMETER oleh : ismail hoesain m. miko eniarti
RINGKASAN Desa Penujak, salah satu desa di pulau Lombok, sebagian besar tanahnya terdiri dari lempung hitam. Tanah lempung ini mengembang bila kadar air bertambah dan menyusut bila kadar air berkurang. Lempung jenis ini disebut lempung ekspansive. Sifat kembang susut ini dapat mengakibatkan kerusakan bangunan di atasnya.
Untuk mengetahui sifat kembang susut tanah ini dilakukan uji pengembangan dengan alat.: Odometer (konsolidometer). Pengujian pengembangan pada tanah tak terusik menggunakan alat oedometer pada tekanan efektif 6,9 kPa selanjutnya digenangi air dan dibiarkan mengembang hingga seimbang untuk selanjutnya dikonsolidasi Potensi pengembangan merupakan persentase dari pengembangan pada tekanan efektif 6,9 kPa dan tekanan pengembangan diperoleh dari tekanan yang dibutuhkan untuk mengembalikan sampel ke tinggi semula setelah pengembangan. Hasil pengujian laboratorium menunjukan sampel tanah teramsuk klasifikasi CH yaitu lempung plastisitas tinggi dan dari uji pengembangan termasuk potensi pengembangan sangat tinggi yaitu 12, 15% sampai 22, 75% dan tekanan pengembangan 160 kPa sampai 425 kPa. Kata kunci: tanah mengembang, identifikasi, konsolidasi, odometer, potensi pengembangan, tekanan pengembangan.
*)
**)
Penelitian ini dibiayai oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional sesuai dengan Surat Perjanjian No. 010/SP2H/PP/DP2M/lll/2007 date 29 Maret 2007 Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram
11
IDENTIFICATION AND PREDICTION of EXPANSIVITY SOIL from PENUJAK VILAGE WITH ODOMETER by : Ismail Hoesain M, Miko Eniarti
.SUMMARY Penujak vilage, one vilages in Lombok Island, where some area s covered by clays. This soil have significant volume change based on their moisture content. These soils are known as expansive soils. Expansive soils have several characteristics. They probably contain clay minerals that exhibit high volume change upon wetting. As a result, the large volume change of swelling soils upon wetting may cause extensive damage on construction structure, particularly, light building and road. The purpose of this research is to identify the swell potential and swelling pressure of the expansive soils from Penujak village. Swelling test is performed using odometer on undisturbed samples under vertical stress of 6. 9 kPa. The samples are inundated and allowed to swell until reach equilibrium condition before being consolidated. Swell potential is defined as the percentage of swell under a vertical stress of 6.9 kPa and swelling pressure is derived from pressure required to return the specimen back to its original state after swelling. The result shows, the soils included CH group from the result of the swelling test, the swelling percentage ranges from 12, 15 to 22,75%, whereas swelling pressure ranges from 160 kPa to 425 kPa.
Key words: expansive soils, identification, consolidation, oedometer, swell potential, swelling pressure
*) **)
This research was funded by Directrate General of High Educacation Ministry of National Education No. 010/SP2H/PP/DP2M/lll/2007 date 29 Maret 2007 Lecturer of Civil Engineering Dept of Engineering Faculty of Mataram University
lll
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala Iirnpahan rahmad dan hidayahNya, sehingga penyusunan laporan penelitian dapat terselesaikan. Laporan akhir pelaksanaan penelitian ini disusun dengan maksud memberikan pertanggungjawaban atas telah dilaksanakannyakegiatan penelitian. Penelitianyang dimaksud berjudul "ldentifikasi dan Pediksi Eksapnsivitas Tanah Lempung Desa Penujak dengan Alat Odometer". Selama persiapan, pelaksanaan dan pembuatan laporan penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu ucapan terima kasih dan penghargaanyang setulusnya penulis sampaikan kepada : 1.
Direktur Penelitian& Pengabdiankepada Masyarakat.
2.
Ketua LembagaPenelitianUniversitas Mataram.
3.
Dekan FakultasTeknik UniversitasMataram.
4. Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Mataram. 5.
Ketua LaboratoriumStruktur Fakultas Teknik Universitas Mataram.
6. Desy lndah Yuliana dan Dian Mayasari yang ter1ibat dalam kegiatan penelitian. 7. Semua pihak yang telah membantuter1aksananyapenelitian ini. Menyadari sepenuhnya keterbatasan yang dimiliki oleh penulis maka saran dan kritik sangat diharapkan guna kesempumaan penelitian ini. Akhimya semoga tidak berlebihanbila penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Mataram, Nopember2007
Tim Peneliti
IV
DAFTAR ISi
HALAMANPENGESAHAN RINGKASAN
ll
SUMMARY
iii
KA TA PEN GANT AR
IV
DAFTARISI
v
DAFTAR TABEL
Vll
DAFT AR GAMBAR
Vlll
BABIPENDAHULUAN l. I Latar Belakang
1
1.2 Perumusan Masalah
2
BAB II TINJAUAN PUST AKA 2.1 Lempung
3
2.2 Sifat Fisis Tanah
4
2.3 Klasifikasi Tanah
7
2.4 Unsur Mineral dan Kimia Lempung
9
2.5 Uji Pemgembangan
13
2.6 Potensi Pengembangan
18
2.7 Tekanan Pengembangan
24
BAB III TUJUAN DAN MANF AA T PENELITIAN 3.1 Tujuan Penelitian
26
3.2 Manfaat Penelitian
26
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian
27
v
4.2 Metode Penelitian
27
4.3 Bahan dan Alat
27
4.3. l Bahan
27
4.3.2 Alat
28 28
4.4 Langkah-langkah Penelitian 4.4.1 Pengambilan Contoh Tanah
28
4.4.2 Pengujian Sifat-sifat Fisis Tanah Lempung
29
4.4.3 Pengujian Komposisi Mineral dan Kimia
35
4.4.4 Pengujian Sifat Mekanik Tanah
35 41
4.5 Bagan Alir Penelitian
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian
42
5.1.1 Pemeriksaan Tanah Lempung
42
5.1.2 Pengujian Komposisi Kimia dan Mineral
46
5.1.3 Analisa Ekspansiftas
48
Lempung
5.1.4 Pengujian Utama
50
5.2 Pembahasan 5.2.1
53
Hubungan sifat fisis tanah terhadap potensi dan tekanan pengembangan
5.2.1.1
Hubungan Kandungan Mineral Tanah
53 58
5.2.2 Hubungan Angka Pori
60
5.2.3 Hubungan Berat Volume Kering (Dry Density)
61
BAB VI KESIMOULAN
DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
63
6.2 Saran
63
DAFTAR PUSTAKA
65
VI
DAFTAR TABEL Tabel 2.1
Berat Jenis Tanah
5
Tabel 2.2
Klasifikasi Menurut USCS (unified soil clasification system)
8
Tabel 2.3
Klasifikasi Tanah Menurut Standar AASHTO
9
Tabel 2.4
Metode Langsung Pengukuran Secara Kuantatif Perubahan Volume Tanah Ekspansif
15
Tabel 2.5
Tipikal Klasifikasi Tanah Espansif
19
Tabel 2.6
Aktivitas Mineral Lempung
20
Tabel 2.7
Klasifikasi Derajat Ekspansi
22
Tabel 2.8
Klasifikasi Potensi Pengembangan Menurut Chen
22
Tabel 2.9
Estimasi Tekanan Pengembangan
25
Tabel 5.1
Karakteristik Tanah Lempung
43
Tabel 5.2
Hasil Analisis Kimia Berdasarkan Persen Berat
47
Tabel 5.3
Hasil Analisis Mineral Berdasarkan Persen Berat
48
Tabel 5.4
Hasil Analisa Tanah Ekspansif Bandara Lombok Baru
49
Tabel 5.5
Hasil Potensi Pengembangan Terhadap Titik Lokasi Pada Areal
Tabel 5.6
Bandara
51
Hasil Tekanan Pengembangan Diareal Bandara
52
VII
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1
Diagram Fase Tanah
4
Gambar2.2
Batas-batas Atterberg
6
Gambar2.3
Diagram Skematik Struktur Kaolinite Dan Struktur Atom 11
Kaolinite Gambar2.4
Diagram Skematik Struktur Montmorillonite Dan Struktur Atom Montmorillonite
12
Gambar2.5
Diagram Skematik Struktur Lllite
Gambar2.6
Alat Uji Pengembangan
13 '. ~ 14
Gambar2.7
Hasil Uji Pengembangan Volume Konstan/CVS
17
Gambar 2.8
Hasil Uji Pengembangan/MSO
18
Gambar2.9
Variasi Indeks Plasitisitas Dengan Persentase Fraksi Lempung
20
Gambar 2.10 Diagram Klasifikasi Potensi Pengembangan Gambar 2.11
21
Grafik Hubungan Antara Potensi Pengembangan Dan Indeks Plastisitas
23
Gambar4.l
Lokasi Pengambilan Sampel Tanah
27
Gambar 5. I
Hasil Specific Gravity(GS)
43
Gambar 5.2
Hasil Batas Konsistensi
44
Gambar 5.3
Hasil Distribusi Ukuran Butiran
45
Gambar 5.4
Hasil Analisa Ekspansifitas Menurut Seed Dkk
50
Gambar 5.5
Hasil Uji Pengembangan Tanah Penujak
51
Gambar 5.6
Hasil Uji Tekanan Pengembangan Tanah Di Penujak
52
Gambar 5.7
Hubungan Antara Tekanan Pengembangan Dan Angka Pori
53
Gambar 5.8
Pengaruh Kadar Terhadap Potensi Pengembangan
54
Gambar 5.9
Pengaruh Nilai Batas Cair Terhadap Potensi Pengembangan
55
Gambar 5.10 Hubungan Antara Nilai LL Dengan Tekanan Pengembangan
56
Gambar 5. I I Hubungan Antara Persentase Lempung Dengan Potensi 57
Pengembangan
viii
Gambar 5.12 Hubungan Antara Persentse Lempung Terhadap Tekanan 58
Pengembangan Gambar 5.13 Pengaruh Mineral Montmorillonite Terhadap Potensi Pengembangan
59
Gambar 5.14 Pengaruh Mineral Montmorilloniite Terhadap Tekanan Pengembangan
59
Gambar 5.15 Pengaruh Mineral Montmorilloniite Terhadap Perubahan Volume
60
Gambar 5.16 Hubungan Kadar Air Dengan Angka Pori
61
Gambar 5.17 Hubungan Berat Volume Kering Dengan Potensi Pengembangan
62
Gambar 5.18 Hubungan Berat Volume Kering Dengan Tekanan Pengembangan
62
ix
Bab 1. 1.1
Pendahuluan Latar Belakang
Propinsi Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu propinsi di Indonesia , terdiri dari dua pulau besar yaitu pulau Sumbawa dan pulau Lombok. Dari kedua pulau ini, pulau Lombok
merupakan pulau terpadat penduduknya
sehingga pembangunan fisik seperti jalan raya, perumahan, perhotelan sudah mulai pada daerah-daerah sulit seperti pada daerah perbukitan, daerah tepi pantai dengan rawa-rawanya ataupun daerah dengan tanahnya mengandung lempung hitam (black clay) yang rnempunyai sifat kembang susut yang besar. Sifat ini bila tidak diperlakukan secara khusus akan merugikan bangunan di atasnya ( Chen, 1975 ). Salah satu daerah di pulau Lombok , yaitu desa Penujak di Kabupaten Lombok Tengah , sebagian besar tanahnya terdiri dari lempung hitam. Jenis lempung ini, apabila rnusim hujan (kadar air tinggi), tanah ini akan mengembang (swelling) dan di musim kemarau (kadar air rendah) tanah ini akan menyusut. Jenis tanah seperti ini disebut tanah lempung ekspansif. Fenomena kembang susut ini dapat merusak bangunan di atasnya seperti, retaknya permukaan jalan aspal, tembok-ternbok rumah penduduk di daerah Penujak dan bangunan-bangunan irigasi. Kerusakan yang terjadi ini, sering dianggap sebagai suatu hal yang biasa karena hampir setiap tahun terjadi, sehingga biaya rutin pemeliharaan bangunan setiap tahun ada. Supriyono (1993) melakukan
penelitian tekanan pengembangan
lempung ekspansif di 11 (sebelas) lokasi di pulau Jawa dengan alat Geonor,
l
2
menunjukkan bahwa tekanan
pengembangan untuk tanah tak terganggu
58,81kg/cm2. Rawiana (1998) dalam penelitian Karakteristik Tanah Ekspansif
.
terhadap Perilaku Pembebanan juga meneliti tekanan pengembangan tanah lempung tak terusik dengan alat Geonor, menunjukkan semakin kecil kadar air semakin besar tekanan pengembangan. Tekanan pengembangan terbesar pada kadar air
16,51 % sebesar
38, 12 kg/cm2 dan Muchtaranda (2003) meneliti
stabilisasi tanah lempung dari desa Penujak.
1.2
Perumusan Masalah Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa kerusakan bangunan
dapat terjadi karena peristiwa mengembangnya suatu tanah, khususnya pada tanah lempung expansive. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
besamya
potensi
pengembangan
dan
besamya
tekanan
pengembangan yang dipengaruhi oleh kadar air serta mineral dan sifat kimia yang mempengaruhi pengembangan dari tanah lempung Penujak tersebut.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Lempung Lempung terdiri dari partikel mikroskopis dan submikrokopis yang
berbentuk lempengan-lempengan pipih dan merupakan partikel-partikel dari mika, mineral-mineral lempung dan mineral-mineral lain yang sangat halus yang berukuran kurang
dari
0,002 mm. Menurut Grim (1953) dalam Das (1998),
tanah lempung adalah tanah yang mempunyai mineral-mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air. Menurut Chen (1975) mineral lempung terdiri dari 3 komponen utama yaitu
montmorillonite,
illite
dan
kaolinite.
Diantara
ketiga
mineral
ini,
montmorillonite yang paling halus sehingga mempunyai luas permukaan paling besar dan sangat mudah menyerap air dalam jumlah banyak. Tanah yang mempunyai kepekaan terhadap pengaruh air akan sangat mudah mengembang.
Yufiet (2001 ), dalam penelitian studi perilaku mengembang dengan metoda ASTM D 4546-96 lempung montmorillonite Karangnunggal didapatkan hasil indeks dengan berat jenis sebesar 2,567, kadar air rata-rata sebesar 50,08%, Hasil batas konsistensi menunjukkan batas cair rata-rata sebesar 95%, batas plastis sebesar 42, 17% dan batas susut sebesar 24,65%, dari hasil uji difraksi sinar X dan analisa kimia didapatkan kandungan mineral montmorillonite sebesar 56,02% dan kristobalit sebesar 43,96%. Dengan menggunakan kriteria shrinkage limit maka tanah mempunyai perilaku mengembang yang rendah. Dari hasil uji mengembang dengan metode ASTM D 4546-96 didapatkan persentase mengembang berkisar antara 1-2% dan tekanan pengembangan berkisar antara 40-80 kPa yang menunjukkan potensi pengembangan yang rendah.
3
4
2.2
Sifat Fisis Tanah
Untuk
menyatakan
dan
membedakan
berbagai
tanah,
diperlukan suatu klasifikasi yang dimaksudkan untuk memberikan
.
keterangan mengenai sifat-sifat fisik dari suatu material tanah. Sedikit banyak, sifat-sifat tanah selalu tergantung pada ukuran butirannya (wesley, 1977). Adapun sifat-sifat tanah dapat dilihat dari parameter tanah sebagaiberikut: a. KadarAirTanah
1,.~
Suatu gumpalan tanah dapat terdiri dari dua atau tiga bagian. Dalam tanah yang kering, hanya akan terdiri dari dua bagian yaitu: butir-butir tanah dan pori-pori udara. Dalam tanah yang jenuh juga terdapat dua bagian yaitu; bagian padat atau butiran dan air pori. Dalam keadaan tidak jenuh, tanah terdiri dari tiga bagian yaitu: bagian padat atau butiran, pori-pori udara, dan air pori. Bagian tanah dapat digambarkan dalam bentuk diagram fase seperti ~itunjukkan pada Gambar 2.1
Va
Vv
Vs (a)
(b)
Gambar 2.1 Diagram Fase tanah (Hardiyatmo,2002) Gambar 2.1 a memperlihatkan elemen tanah yang mempunyai volume
M
dan berat total (VV). Sedangkan Gambar 2.1 b menunjukkan hubungan
berat dan volumenya. Berdasarkan hubungan berat dan volume tanah tersebut, kadar air (w) adalah perbandingan antara berat air 0/VW) dengan berat butiran padat (YVs) dalam tanah tersebut yang dinyatakan dalam persen.
5
Ww
w = Ws x 100%
(2-1)
dengan:
w
= Kadar air (%),
Ww= Berat air (gram), Ws
= Berat butir tanah (gram).
Kadar air suatu tanah adalah salah satu karakteristik yang paling berarti dalam mempengaruhi sifat-sifat tanah, khususnya untuk tanah berbutir halus yang konsistensinya sangat tergantung pada kadar air (tanah dalam keadaan cair, plastis atau padat). Selain itu kapasitas dukung dan kemungkinan pemampatan tanah tergantung terutama pada kadar air dari tanah.
b.
Spesifiv Gravity (Gs) Specific Gravity tanah adalah perbandingan antara berat volume butiran padat ( Ys) dengan berat volume air ( r; ) dan tidak berdimensi. Berat jenis tanah dapat dirumuskan sebagai berikut : Gs=-
rs
(2-2)
yw
Adapun nilai specific gravity dari berbagai tanah Tabel 2.1 T abel 2.1 Berat Jenis T anah
Jenis tanah
Specific Gravity
Kerikil Pasir Lanau Organik Lempung Organik Lempung Anorganik Humus Gambut
(Sumber : Hardiyatmo, 2002)
2,65-2,68 2,65-2,68 2,62-2,68 2,58-2,65 2,68-2,75 1,37 1,25-1,80
ditunjukkan pada
6
c. Batas Atterberg (Konsistensi) T anah Konsistensi tanah lempung pada keadaan kering akan bersifat padat. Jika tanah lempung tersebut bertambah kadar aimya, maka air akan mengisi rongga yang terdapat dalam tanah lempung tersebut sampai penuh atau sering dikatakan jenuh. Pada saat lempung tersebut mulai mengembang maka kepadatan tanah lempung tersebut mulai berkurang seiring dengan penambahan kadar aimya. Atterberg mengembangkan suatu metode untuk menjelaskan slfat konsistensi tanah berbutir halus pada kadar air yang bervariasi. Tanah dapat dipisahkan ke dalam empat dasar yaitu: padat, semi padat, plastis dan cair. Batas-batas antara wujud tanah tersebut dikenal dengan batas Atterberg yang terdiri atas : 1) Batas Gair ( Liquid Limit) Batas cair di definisikan sebagai kadar air tanah pada batas antara keadaan cair dan keadaan plastis, yaitu batas atas dari daerah plastis. 2) Batas Plastis (Plastic Limit) Batas Plastis (PL) didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara daerah plastis dan semi padat. 3) Batas Susut (Shrinkage Limit) Batas susut (SL) didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara daerah semi padat dan padat. Batas-batas konsistensi diatas ditunjukkan dalam Gambar 2.2
Padat
Semi Padat
Batas Susut
Plastis
Batas Plastis
Cair
Kadar Air Bertambah
Batas Cair
Garnbar 2.2 Batas-batas Atterberg (Sumber : Das B.M., 1993).
7
4) lndeks Plastisitas (Plasticity Index) lndeks Plastisitas (Pl) merupakan interval kadar air dimana tanah masih bersifat plastis. Jika tanah mempunyai Pl tinggi, maka tanah mengandung banyak butiran lempung. Pl
= LL -·PL
..
..
(2-3)
Dengan: Pl
= lndeks Plastisitas (%),
LL
= Batas Cair (%),
PL
=Batas Plastis (%).
1J d. Analisa Ukuran Butiran Sifat-sifat tanah sangat bergantung pada ukuran butirannya. Besamya butiran dijadikan dasar untuk pemberian nama dan klasifikasi tanah. Analisis ukuran butiran adalah penentuan persentase berat butiran pada satu unit saringan, dengan ukuran diameter lubang tertentu. Penetuan ukuran butiran dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 1) Ukuran butiran yang kasar (c::0,075 mm) dipakai cara analisa saringan Adapun analisa saringan yaitu tanah dikeringkan dan disaring pada serangkaian saringan dengan ukuran lubang tertentu, mulai dari kasar sampai halus, dengan demikian butiran tanah tanah terpisah menjadi beberapa bagian dengan batas-batas ukuran yang diketahui.
2) Ukuran butiran halus (S 0,075 mm) dipakai cara analisa hydrometer. Analisa hidrometer didasarkan pada prinsip sedimentasi (pengendapan).
2.2.3
Klasifikasi Tanah Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis
tanah yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompokkelompok dan subkelompok berdasarkan pemakaiannya. (Das, B.M., 1993). Umumnya klasifikasi tanah didasarkan atas ukuran partikel yang diperoleh dari saringan, Uji sedimentasi dan plastisitas. Terdapat dua sistem klasifikasi yang sering digunakan antara lain USCS (Unified Soil Clasification System) dan AASHTO (American Association of State Highway and Transportation Officials).
8
a.
Klasifikasi Tanah Menurut USCS (Unified Soil Classification System) Pada sistem Unified, tanah diklasifikasikan ke dalam tanah berbutir kasar (kerikil dn pasir) jika kurang dari 50% lolos saringan nomer 200, dan sebagai tanah berbutir halus (lanau/lempung) jika tebih dari 50% lolos saringan nomer 200.Selanjutnya diklasifikasikan dalam sejumlah kelompok dan subkelompok yang dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Klasifikasi menurut USCS (Untied Soil Clasification System)
~-· ... ·r:r """"
OMll
Ullln•
H~ .I ..
I
Slmbol Kelompok
GW
!s e ,:c~ le §1. ~~ 1a JI e
h!~
kandu"I"• tunnl\alc
oc
Ur
Koclkil (wo
SN
it j~ 1~
{!..
HI? """"'· " .
.r .I
·~
h ~Ii
i~ H JI!
H
t
•H
Ur
-
Kerl
............
.....,
GP G ..
Un.udan~ bllncafr>SO'lo
r....._._
-
.. pasir·kodldl.
hffl lh1~
~--Pl'i°'""-g
......-........,.,.......
....... poa ....... -
....
!I~;·~ lid•• ~~~"'t
-~---...._ ___ ~---. i•
.! .. ~~-
--'"""""" ... _
..........
_
............
....... -... .......... ~----('ca11ct.,..1
,.,_.
OL
~--
......... -O
_•n
.....
l.Mllll t11ii ~
••
OI
P,
s.u..-
................
•;oM
-
.........
--· .......... ......... _, -. . . . . . Olpl>ll--Mdong,._
._,.
~. lanau
.._
~
"'-"OVC""'(la(~
!WW -
w. ._
Cpaoll .., -
--*JllW.
(D..J'
8.n
to
C".•%.;>' C,•£5c '~ ;, . ~ B•tat.•bttH
Attetbett di
a.t.•beln Anefbecg di atn p1'&AetauPl>7
~ ........ u........,.. ....... ,.., ..... hllY,...,..,._...,,._..,_ :
...
-.
.........
i
e,
10
....,.._
-.Jdonl
Td ... tNmenuhi~llrCetiaunCblcSN
Mrw.Wit•t..............
• ,. : •
dart dMgtam .. .- .. rat. d4>otafdobol line.I dliereh llla ... atsir
garloA....,Pl>f
c IO ~ .,_.....,.,.,. ~,.,..._.. ............. NU_........,._,....._ )0
tH-·-·
di
di ....
btvr4hgarraAatauF1c•
·ll
a&«m.14an)
._....,....,.ow
-g
t~di r~ 2}
(",,•~
Bat&1·b1t11 Anerb•r1 btMhprilA-.Pl"'.t
-~•1111<.f>llO--•-li
--........._..........-
CL
Til•• .............
iU
SM SC
IJ~ C".•ir,;:•I,
.... kn
SP
OH
..,_.,...
_
•:l::t~J _...,... ....... i~~ 21i j~t·
.......·~
i.-
.......
-
NamaJtnfs
Pool' .-..
Ml. laiwuNn~ liRtaQW~at.ltll
-
-----~-
•d• bwUr111
... ~ _....,...
--.... --.-~-_.,__ ----
/
°'"' /
10
"'
--
l!illl-Allcd>ofV bofodto di dltfah 11t.11 dari dllQfam plastltltu. JMka dlpaltll
v
A . . "'. . ...
.... uu.,.,
.......
10
at
., .,
1CD
0a1tA;Pl•G.1lfU·3>t
..:am...,..
Manual vntutt kten«iklti ASTM o..lgnotioo 0.2488
daiplt dlhal cl
(Sumber : Hardiyatmo, 2002)
b.
Sistem Klasifikasi AASHTO (American Associates of State Highway and Transportation Officials Classification) Sistem klasifikasi AASHTO tanah
untuk
perencanan
timbunan
berguna untuk menentukan kualitas jalan,
subbase,subgrade.
Sistem
klasifikasi AASHTO membagi tanah ke dalam 8 kelompok, A-1 sampai A-8 termasuk sub-sub kelompok. Tanah-tanah dalam tiap-tiap ketompoknya yang dihitung dengan rumus-rumus empiris. Pengujian yang digunakan adalah analisa saringan dan batas-batas Atterberg. Sistem klasifikasi ASSHTO dapat dilihat dalam Tabel 2.3
9
Tabel 2.3 Klasifikasi tanah menurut standar AASHTO
Analisis sarlngan (i lolos)
oms
A-7 ·
A·2
A-I
Klasifikasi tdompot
2,00 mm (no. 10) 0,425 mm (no. 40) mm (no. 200)
Tanah-tanah lanau-!empung (>35% lolos saringan no. 200)
M2tcrial granulcr (<3S" lolos saringan oo. 200)
Klasilik.asi Ull1llll
A4
A-3
A-6 A-7-S/A-7-6
A-2..(i A-2-7
A-2-4 A-2-S
A-1-a A-1-b
A-S
..
so imp
-
30 makso. so males IS mah 25 maks
. SI min !Omah
.
. .
.
3S mah 3S mah
.
.
.
.
.
.
.
.
.
3S mah
36min
36min
36min
36min
40maks 41 min IOmaks IOmaks
40 mah IImin
41 min II min
Smaks
16maks
20mab
.
3S maks
-
SifJ! fraksi lolos Aringan
no.40 Baw cair (lL) lndeks p!Jstis (Pl) lndcb kcloqxi (G) Tipe material ymg potok pada umumnya
.
.
.
6mah
Np
0
0
Pcahan batu, t.crikil clan pasir
Pasir halus
Pcnilaian 1111N111 scbagai tanahdam
40 mah 41 min 10 mats 10 mah
40 maks 4 I min It min II min
0
4maks
Kctikil bcrlanau atau bcrlcmpung dan pasir
S:ingat baik sampai baik
12maks
Tanah bcrlanau
Tanah bcrlcmpung
Sclang sampai buruk
Catatan:
Kclompol: A-7 dibagi atas A-7-S dan A-7-6 bcrgantung pada batas plastisnya (PL) Untul: PL> 30, Klasifil:asinyaA-7-S; Untuk PL < 30, klasifil:asinyaA·7-6. Np= nonp!Jstis
(Sumber: Hardiyatmo, 2002)
2.2.4 Unsur Mineral dan Klmla Lempung a. ldentifikasi Mineral dam Kimia •
Suspensi Dapat dicontohkan dengan suatu benda uji tempung dicampuri air
tawar untuk membentuk suatu pasta (adonan) dan kemudian disebar dalam air tawar, partikel-partikel yang umumnya tebih kecil daripada 1 µ (10-3) akan tersisa dalam suspensi (melayang-layang) hampir tidak jelas dan dipertimbangkan sebagai koloidal. •
Electron Microscope Dengan atat ini akan dapat dilihat partikel-partiket sekitar 1 µm (10--0
mm). Untuk mengidentifikasi jenis tempung digunakan bentuk kristat.
10
•
X-ray Difraction Digunakan untuk mengidentifikasi sampai sekitar 1 o-s mm (1 angstrom,
A= 10-1 mm), dengan benda uji mineral dihaluskan berupa tepung. ~rafik hasil pengujian dapat mengungkapkan hubungan panjang gelombarig radiasi dan sudut rotasi 9 sampai d, dimana d adalah jarak khusus yang diatur pada bidang kristal, untuk mengidentifikasi mineral.
•
Diferential Thermal Analyzer
Digunakan untuk mengukur temperatur dan perubahan besaran eksotermik dan endodermik yang terjadi pada suatu .qontoh ketika dipanaskan pada tingkatan yang seragam. Pengukuran dilakukan dengan thermocouples yang ditancapkan pada benda uji dan perubahan yang terjadi pada benda uji selama pemanasan akan dicatat pada grafik. Bentuk kurva yang dihasilkan adalah karakteristik untuk variasi jenis lempung. (Hendarsin S. L, 2003)
b. Mineral lempung Menurut Chen (1975) mineral lempung terdiri dari 3 komponen utama yaitu montmorillonite,
illite dan kaolinite. Diantara ketiga mineral ini,
montmorillonite yang paling halus sehingga mempunyai luas permukaan paling besar dan sangat mudah menyerap air dalam jumlah banyak. Tanah yang mempunyai kepekaan terhadap pengaruh air akan sangat mudah mengembang dan menimbulkan permasalahan. Menurt Hardiyatmo, yang digolongkan kedalam kelompok mineral lempung anatara lain:
a). Kaolinite Adapun ciri-ciri mineral ini antaara lain: •
Terdiri dari satu lembar silika dan satu lembar aluminium.
•
Satuan susunan setebal 7,2 A (1 angstrom (A")= 10-10 m.
•
Mineral ini stabil dan air tidak dapat masuk diantara lempengan
•
Berbentuk pelat-pelat.
11
1
I
.u ... w.. )
~IUb
I /
SU~
-
I
I
.U••illi..
7~A·
"
~w )
>- .
]
\.
~
cz:::e:::;' I
I I (.)
0
oi..i:-
E)
llidrobil
•
Alu.min1am •
Sllil<<>•
Gambar 2.3 : (a) Diagram skematik struktur Kaolinite (Lambe, 1953). (b) Sturktur atom Kaolinite (Grim, 1959)
b). Montmorillonite Adapun karakteristik mineral Montmorillonite : •
Disebut juga smectite.
•
Dibentuk oleh dua silika dan satu lembar alluminium.
•
Kristal montmoril/onite sangat kecil, tetapi pada waktu tententu mempunyai gaya tarik yang kuat terhadap air.
•
Tanah
yang
mengandung
montmorillonite
sangat
mudah
mengembang oleh tambahan kadar air. •
Tekanan pengembangan yang dihasilkan dapat merusak struktur ringan dan perkerasan jalan.
12
I
;:.~
/
) SM:•
............
--- ( ( --.
~
.-
o~
~
e..... ..... o::....~
~
~
'"'"" (a)
:;;::;'
(b)
Gambar 2.4.a Diagram Skematik Struktur Montmori/lonite (Lambe, 1953 dalam Das). 2.4.b Struktur atom Montmorillonite (Grim, 1959 dalam Das, 1993)
c). lllite •
Bentuk susunan dasamya terdiri dari sebuah lembaran aluminium oktahedra yang terikat diantara dua lembaran silika tetrahedra.
•
lkatan-ikatan dengan ion kalium (K+} lebih lemah daripada ikatan hidrogen yang mengikat satuan kristal kaolinite, tapi sangat . kuat daripada ikatan ionik yang membentuk kristal montmorillonite.
•
Susunan illite tidak mudah mengembang oleh air diantara lembaranlembarannya.
13
~
I
K:
Silika Alandnhua
Silika ,-
)
~-I
K ;
(
Gambar 2.5 Digram skematik struktur I/lite (Hardiyatmo, 2002)
c. Unsur Kimia Lempung ·.
Penggolongan untuk lempung dapat dilakukan pada basa-basa kation
yang diserap pada permukaan-permukaan mineral partikel (H, C, K, Mg atau Na) (Hendarsin, 2003).
2.2.5 Uji Pengembangan Cara untuk menggambarkan sifat tanah ekspansif adalah potensi pengembangan (swell potentiaf) yang umumnya pengujian dilakukan dengan uji pengembangan
dengan
alat
konsolidometer
pengembangan dapat dilihat pada Gambar 2.6
(Oedometer').
Alat
uji
14
Manometer Pembacaan Penurunan
Beban
Air
Gambar 2.6 Alat Uji Pengembangan {Coduto, 1994) (Sumber : Hardiyatmo, 2002)
Awalnya, contoh tanah kering dibebani dengan tekanan terbagi rata, dan kemudian direndam air. Contoh tanah mengembang secara vertikal dan perubahan tinggi dibagi
tinggi
awal
adalah
potensi
pengembangannya,
sedangkan tekanan yang diberikan untuk mengembalikan ke tinggi semula atau awal disebut tekanan pengembangan. Untuk menentukan pengembangan dan tekanan pengembangan dari tanah tak terganggu {Undisturbed) dan terganggu (remoulded) telah dilakukan beberapa variasi prosedur pengujian pengembangan yang telah dipublikasikan yang ditunjukkan Tabet 2.4
15
Tabet 2.4 Metode langsung pengukuran secara kuantatif perubahan volume tanah ekspansif Metode
Deskripsi
Navy Method
Pengujian oedometer pada sampel remolded atau undistrobed menentukan deformasi dengan variasi beban tambahan diwkur hingga berkembang pada kurva penambahan beban vs persen pengembangan. Kurva penambahan beban vs persen pengembangan terkait dengan kurva kedalaman lempung vs kurva persen pengembangan dari besamya perubahan volume yang merupakan kurva kalkulasi di daerah tersebut.
Potential vertical rice (PVR)
Uji oedometer pada sampel yang dipadatkan secara statis (totalnya 4, 2 sampel kadar air awal pada 2 tekanan beban tambahan) untuk mengukur deformasi. Mengulang korelasi data untuk menentukan besar perubahan volume dengan petukaran beban dan kondisi kadar air awal.
Noble method
Uji o edometer dengan pertakuan 2 sampel undisturbed bersebelahan yang berbeda kondisi pembebanannya. Satu sampel dibanjiri dan dibiarkan mengembang hingga seimbang, kemudian diuji konsolidasi mengikuti prosedur biasa. Sampel kedua diuji konsolidasi sesuai prosedur biasa pada kadar air natural (NMC). Porsi virgin dari kurva NMC disesuaikan bersamaan waktu dengan kurva swellconsolidation, dan hubungan dari teori konsolidasi digunakan untuk memperkirakan perubahan volume.
Double oedometer
Simple oedometer
Sampson, Schuster, Budge
Korelasi pengukuran volumetric swe(( pada sampel triaxial (semua sisi dengan tekanan 1 psi) dengan klasifikasi data pengujian (gabungan LL, Pl, SR, dan persen tanah) untuk menentukan nomor kelompok (korelasi penentuan awal) untuk tanah. Tekanan vertical pada titik tengah dari s rata dikalkulasi dan digunakan sebagai penghubung dengan kurva family untuk mendapatkan persen volumetrik · pengembangan pada kondisi beban actual pada setiap strata. Pengembangan linier diambil sepertiga dari pengembangn volumetric yang merupakan jumlah komulatif untuk mengkalkulasi potensi kenaikan vertikal.
dan
Uji oedometer dengan menggunakan satu sampel undisturbed yang dibebani tekanan overburden tapangan, kemudian di unloaded hingga kedudukan beban, dibanjiri dan dibiarkan mengembang hingga seimbang, setelah itu dikonsolidasi sesuai prosedur. Prosedur analisa sama dengan metoda double oedometer. Ujii oedometer dengan 2 sampel undisturbed atau remoulded dengan kondisi pembebanan yang berbeda. Satu sampel dibebani pada testing machine capacity (32 tsf) dikonsolidasi hingga seimbang, dibanjiri, unloaded hingga 0, 1 tsf dan dibiarkan mengembang hingga kondisi seimbang. Sampet kedua dibebani pada tekanan overburden, dibanjiri, unloaded hingga beban rencana srtuktur dan dibiarkan mengembang hingga seimbang. lndeks pengembangan dan perubahan angka pori dan teori konsolidasi digunakan untuk menentukan jumlah perubahan volume.
16
dan
Lambe Whitman
Sullivan dan McClelland (constant volume swell)
Komomik, Wiseman, dan Ben Yaaacob
Uji oedometer dengan sampel undisturbed atau remoulded diuji konsolidasi sesuai prosedur biasa termasuk rebound. Tegangan efektif dikalkulasi sebelum dan sesudah pengujian, dan hubungan perubahan angka pori dihitung. Dari .e/1 + eO atau .H/H * vs kedalaman kurva diplotkan. Besamya perubahan volume adalah sama dengah area pada kurva. · Uji oedometer dengan sampel undisturbed dibebani pada tekanan overburden lapangan, dibanjiri dan pengukuran tekanan pengembangan dengan menjaga volumenya konstan, kemuadian di unloaded hingga beban rendah dan pengembangan diukur. Perubahan angka pori diperoleh dari hubungan kurva dari awal hingga akhir kondisi tegangan efektif dari tanah lapangan. Teori konsolidasi digunakan untuk memperkirakan perubahan volume. Uji oedometer pada sampel undisturbed dengan pengembangan yang diukur pada hubungan tekanan overburden untuk menghasilkan kurva kedalaman vs persen swell. Besamya perubahan volume sama dengan area pada kurva.
Sama dengan prosedur sebelumnya kecuali terdapat tambahan yaitu dimasukkan beban tambahan sama dengan pore water suction pada kondisi hydrostatic. Prosedur analisa sama juga.
Wong dan Yong Expansion Index
Uji oedometer pada sampel yang dipadatkan perubahan volume pada beban tambahan 1 psi.
untuk mengukur
(Orange Conly) Third cycle expansion pressure test
Digunakan hubungan standar uji R~value.Tekanan pengembangan diukur pada akhir pertiga cycle dari pengembangan perubahan volume (seperti tekanan pengembangan yang dikembangkan dan dibebaskan dua kali, kemudian diukur setelah mengembang hingga 3 kali.
lie = perubahan angka pori : eO = angka pori awal: .H = penbahan tinggi: A = tinggl
(Sumber : Snethen dkk, dalam Syawal 2004) Johnson dan Stroman (1976, dalam Hardiyatmo,2002) memberikan 2 buah teori uji pengembangan, yaitu: a. Uji Pengembangan Volume Konstan ( Constant Volume Swell I CVS) Dalam uji ini, contoh tanah dipertahankan tetap dengan memberikan
beban
tambahan
sehingga
contoh
tanah
tidak
mengembang. Setelah mencapai tekanan pengembangan maksimum,
17
berangsur-angsur beban dilepas sampai lebih kecil dari beban awal atau kurang dari tekanan overburden di tempat.
.
Pembasahan
Tekanan Pengembangan
Tegang1m Dltemp;it <
(<JS)
Teg;ing;in Nolllllll ,
Gambar 2.7
CJ
(Skala log}
Hasil uji pengembangan volume konstan/ CVS
(Johnson dan Stroman, 1976) ( Sumber : Hardiyatmo, 2002)
b. Uji Pengembangan di Modifikasi Contoh tanah dalam alat konsolidometer diterapkan beban awal, kemudian digenangi air dan dibiarkan mengembang selama 24 jam atau mencapai kecepatan mengembang 0,001 " I jam. Sesudah pengembangan
selesai
tambahkan
beban
pada
contoh
tanah
berangsur-angsur, sampai tanah kembali ke volume awal (tinggi awal). Tekanan pada volume asli tersebut adalah tekanan pengembangan yang ditentukan.
18
J c:
(ti
Ol
c:
rc
.0
E
c (1J s:
d)
Ol .C: d)
a. c:
rc
Ol
l1
c: re
Ol d)
a:: l
~
Tegangan . di tempat (a)
Tekanan pengembangan, cr,
Tegangan normal, o (skala log) Gambar 2.8 Hasil uji overburden pengembangan/ MSO (Johnson dan Stroman, 1976). (Sumber : Hardiyatmo, 2002)
2.2.6 Potensi Pengembangan •
Metode Snethen Potensi pengembangan adalah keseimbangan perubahan volume
vertikal atau deforrnasi contoh benda uji dengan menggunakan tipe konsolidometer, dinyatakan dalam persen dari tinggi awal pada contoh tanah tak terganggu (undisturb), dengan kadar air dan kepadatan di alam pada kedudukan jenuh di bawah beban yang ekivalen dengan tekanan overburden di tempat (Snethen, 1984, dalam Hardiyatmo 2002). Snethen (1984 dalam Hardiyatmo, 2002) menyarankan bahwa beban yang diterapkan harus mempertimbangkan kemungkinan adanya beban luar, seperti beban pondasi.
Dengan menggunakan
kriteria
pengujian, Snethen mengklasifikasikan potensi pengembangan menjadi 3 bagian yaitu sebagaimana terlihat dalam tabel 2.5
19
Tabel 2.5 Tipikal klasifikasi tanah ekspansif didasarkan pada benda uji beban pengembangan pada tekanan overburden Potensi
Klasifikasi
Penqembanqan
Pengembangan
< 0,5
Rendah
0,5 -1,5
Sedang
>1,5
Tinggi
(Sumber : Hardiyatmo, 2002)
•
Metode Seed, Woodward, dan Lundgren (1962) Menurut
Seed
dkk.
(1962)
dalam
Chen
(1975),
potensi
pengembangan adalah persentase pengembangan dari contoh tanah terendam yang terkekang pada arah lateral di bawah tekanan 6,9 kPa, dengan contoh tanah dipadatkan pada kadar cair optimum sehingga mencapai berat volume kering maksimum menurut pemadatan standart AASHTO.
s (%) = -Ml
Ho
x 100%
(2-4)
Dengan: S fl. H
Ho
= Potensi pengembangan (%) = Vertikal pengembangan (cm) = Tebal sampel mula-mula (cm)
Didasarkan pada hasil pengujian-pengujiannya, potensi pengembangan dinyatakan oleh persamaan: S
=
(3,6 x 1 o-s) x A 2•44 x C
3•44
(2-5)
Dengan: S
=
Potensi pengembangan (persen pengembangan aksial akibat tekanan 6,9 kPa)
C = Persen fraksi lempung (persen ) A
= Aktivitas
20
PI
(2-6)
A= % fraksi ukuran lemounz (2 um)
$00
400
s
',;1
~
i I
300 r:
200
-----
U)Q
-.
(A • 0,0)
--~____,_-~IA•
0.311)
0
Gambar 2.9 Variasi indeks plastisitas- dengan persentase fraksi lempung (skempton, 1953, dalam Hardiyamo, 2002).
T erlihat bahwa aktivitas tanah merupakan fungsi dari macam mineral lempung
yang
dikandungnya.
Aktivitas
digunakan
untuk
mengidentifikasikan kemampuan mengembang dari tanah lempung. Nilai dari aktivitas untuk berbagai mineral lempung dapat dilihat pada Tabet 2.6
Tabet 2.6 Aktivitas Mineral Lempung Mineral
Activity
Kaolinite
0,33-0,46
lllite
0,9
Montmorillonite (Ca)
1,5
Montmorillonite (Na) 7 ,2 (Sumber: Nelson D.N dkk., 1992)
21
Hasil statistik menunjukkan bahwa potensi pengembangan dan perubahan volume berkaitan dengan kadar lempung dan aktivitas. Sesual dengan diagram antyara . plastistas
dengan
persen fraksi · lempung
(Gambar 2.11).
~?:-
•:;
TI
~
2
:;.~~-~~--~-~~--------'------' II
1:
:t::O
:;::
4J
so
1;::
;11
K::
~'
111:;
Percent Clay Finer (Finer than 0,002 mm)
Gambar 2.10
Diagram Klasifikasi Potensi Pengembangan (Seed dkk.,1962 dalam Chen, 1975).
Menurut seed dkk., (1962, dalam Chen, 1975) juga memberikan hubungan potensi pengembangan
dengan
indeks plastisitas tanah
sebagai berikut : S
= K x (60) x (Pl)
2•44
••• ••• ••• ••••• ••• ••• ••• ••• ••• ••• ••• ••• •••
(2.7)
Dengan: K
= 3 ' 6 x 10-s
Sehingga potensi pengembangan dapat dinyatakan oleh: S Dimana:
= (2, 16 x 10-
3)
(Pl)2•44
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••
(2.8)
22
= Potensi pengembangan (%), Pl = lndeks Plastisitas tanah (%). S
Seed dkk., 1962 menyarankan klasifikasi derajat ekspansi (degref3 of expansion) yang ditunjukkan dalam Tabel 2.7 Tabel 2.7 Klasifikasi derajat ekspansi (Seed dkk, 1962) Potensi Pengembangan, S (
Derajat Ekspansi
%)
Rendah
0-1,5 1,5-5
Sedang Ii
Tinggi
5-25 > 25
Sangat tinggi (Sumber : Hardiyatmo, 2002)
•
Metode Chen Metode
Chen merupakan
suatu cara yang
menggunakan
beberapa ukuran diantaranya persentase lolos ayakan no. 200, batas cair, standard Penetrasi dan hasil dari uji pengembangan dengan alat oedometer. Untuk pengklasifikasian serta derajat ekspansi ditunjukkan pada Tabel 2.8 Tabel 2.8 Klasifikasi potensi pengembangan Menurut Chen, 1975 : Laboratorium dan Data
Kemung-
Tekanan
Derajat
kinan
Pengem-
Ekspansi
Lapangan Persentas
Liquid
Lolos
Limit,
e
SPT
Ekspansi bang an
saringan no.200
Persen
Ksf
>95
> 60
> 30
> 10
> 20
60 - 95
40 - 60
20 - 30
3 - 10
5-20
Sang at Tinggi Tinggi
23
30-60
30 - 40
10 - 20
1 - 5
3-5
Sedang
< 30
< 30
<30
<1
1
Rend ah
(Sumber : Chen, 1975)
Chen (1975) juga memberikan suatu hubungan antara indeks plastistas dan potensi pengembangan dari berbagai peneliti seperti pada Gambar2.7
10
9 8
~
7
I
..I
st-
6
b
~
% i..J
2
IO
~5
20
Pl..AST1C1TV
25
!O
se
40
INOE:)( (%)
Gambar 2.11 Grafik hubungan antara potensi pengembangan dan indeks plastisitas (Chen, 1975)
•
Metode Ranganatham dan Satyanaravana Ranganatham dan Satyanarayana (1965, dalam Hardiyatmo (2002)
menyarankan korelasi potensi pengembangan yang sama seperti pada Seed dkk. (1962). Korelasinya didasarkan pada indeks susut (SI), Aktivitas
24
Pengembangan (SA) dan persentase fraksi ukuran lempung (C). Dalam hal ini, aktivitas pengembangan, SA (Swell Activity) didefinisikan sebagai: SA=
8(SI)
(2.10) ·
8C
·
Korelasi untuk potensi pengembangan (S) menurut Ranganatham dan Satryanarayana (1965), dinyatakan oleh persamaan: S
= (4,57 x 10-s) (SA)
S
= (41,13x10-s) (Sl)2'67
2•67
(2.11a)
C2•44
(2.11b)
2.2.7 Tekanan Pengembangan Tekanan pengembangan (swelling pressure) adalah besamya tekanan
yang
diperlukan
untuk
menahan
pemuaian
dari
tanah
sehubungan dengan pengaruh air atau tekanan yang diperlukan untuk memampatkan tanah yang mengalami pemuaian hingga kembali pada kondisi semula. Chen (1975) mengklasifikasikan tekanan pengembangan seperti pada Tabel 2.9 Pada umumnya pengerasan jalan atau pembangunan gedung dilaksanakan pada musim panas, sehingga tanah permukaan pada kondisi kering. Bangunan yang menutup tanah mencegah penguapan, sehingga tanah dibawah bangunan bertambah kadar airnya oleh akibat kapiler yang menyebabkan tanah lempung mengembang. Jika tekanan yang ditahan oleh perkerasan atau bangunan kurang dari tekanan pengembangan (swelling pressure) maka permukaan tanah akan naik dan akibatnya bangunan yang ada di atasnya rusak (Hardiyatmo, 2002).
25
Tabel 2.9 Estimasi Tekanan Pengembangan
% lewat saringan No.
(Chen, 1975).
Liquid Limit
Tekanan
Derajat
(%)
Pengem-
Penqernbanqan
.
bangan (ksf)
200
-
> 60
>20
Very High
60-90
40-60
5-20
High
30-60
30-40
3-5
Medium
< 30
< 30
1
Low
95
. (Sumber : Chen, 1975) \.\
BAB Ill TUJU.AN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1
TujuanPenelitian Tujuan penelitian ini bertuiuan untuk mengetahui besamya tekanan dan
potensi pengembangan tanah lempung ekspansif tak terganggu yang dikaitkan dengan kadar air, mineralogi dan kimianya.
3.2
ManfaatPenelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah mengetahui
karakteristik tanah lempung ekspansif di desa Penujak khususnya sifat kembang susutnya. Penelitian ini juga
diharapkan
dapat dijadikan
sebagai
bahan
perbandingan dalam penelitian-penelitian lain di bidang tanah lempung ekspansif di daerah lain.
26
BABIV
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian Sampel tanah diambil dari desa Penujak di daerah rencana kawasan bandara Lombok Baru dan pengujian mengenai uji sifat fisis dan pengujian utama yakni uji pengembangan dilakukan di Laboratorium Geoteknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Mataram. Pada pengujian analisa kimia dilakukan di Laboratorium Matematika dan llmu Pengetahuan Alam (MIPA) Seksi Analitis Universitas Mataram. Untuk analisa mineral dilakukan dengan mengirimkan sampel tanah untuk diuji di Laboratorium Keramik Besar Bandung.
I I I
I I
Gambar 4.1 Lokasi Pengambilan Sampel Tanah
3.2 Metode penelitian Metode penelitian yang dipergunakan yaitu pengujian eksperimental di Laboratorium Fakultas Teknik dengan metode standard yaitu ASTM (American Society For Testing and Material.
3.3 Bahan dan Alat 3.3.1 Bahan Menggunakan contoh tanah tak terganggu (Undisturb) untuk uji utama dan tanah terganggu (disturb) untuk uji sifat yang diambil dari 5 titik pengamatan di ">7
28
areal pembangunan Bandara Lombok Baru dan daerah sekitamya, Desa Penujak Kabupaten Lombok Tengah.
3.3.2 Alat Adapun peralatan yang digunakan untuk pengujian ekperimental di Laboratorium, meliputi : 1. Alat pengambilan sampel tanah. 2. Satu set alat uji kadar air. 3. Satu set alat uji berat jenis (ATSM D 854-92). 4. Satu set alat uji batas-batas konsistensi (Atterberg) (ASTM D4318-95a). 5. Satu set saringan standard dan alat hidrometer D 422-93). 6. Satu set alat Oedometer yaitu untuk alat uji pengembangan. 7. Alat-alat pendukung diantaranya: alat pengeluar contoh tanah (ekstruder"), karung, palu karet, oven, timbangan, stopwatch, thermometer, desikator, Plastik bungkus, pasir, (pelumas) vaselin, kertas saring, kertas kerja, alat tulis dan lain-lain.
3.4 Langkah-langkah penelitian 3.4.1 Pengambilan Contoh Tanah Contoh tanah asli ( Undisturb) Contoh tanah tak terganggu diambil dengan adanya usaha-usaha yang dilakukan untuk melidungi struktur asli dari tanah. Pengambilan contoh dilakukan yaitu: 1) Pembuatan sumur uji (Test Pits). 2) Kemudian setelah kedalaman tertentu, masukkan alat tabung contoh kedalam lubang lalu tekan dengan alat bor dengan hati-hati sampai tanah mengisi penuh tabung. 3) Tutup ujung tabung sampel tanah dengan lilin setelah didapatkan sampet tanah asli dalam tabung, 4) Contoh tanah dibawa ke Laboratorium untuk di uji.
Contoh Tanah tidak Asli (Disturb) Contoh tanah terganggu (disturb) diambil dengan tanpa adanya usahausaha untuk melindungi struktur asli tanah. Tanah disturb digunakan untuk
29 pengujian sifat-sifat fisis
tanah.
Pengambilan
contoh
dilakukan
dengan
mengambil sampel tanah kira-kira sebanyak 5 kg dari titik sekitar pengambilan tanah asli, yang dibungkus dalam karung untuk dibawa ke laboratorium Geoteknik Fakultaltas Teknik Universitas Mataram untuk di uji.
3.4.2 Pengujian Sifat-sifat Fisis Tanah Lempung 1. Pengujian Kadar Air Prosedur pengujian Adapun prosedur pengujian kadar air adalah sebagai berikut : 1) Bersihkan dan keringkan cawan bersama tutupnya, kemudian timbang dan catat massanya (=W1) 2) Masukkan contoh tanah
(basah) kedalam cawan,
kemudian
bersama tutupnya ditimbang (=W2) 3) Masukkan, cawan
bersama tanah
dengan
keadaan
terbuka
kedalam oven selama 16-24 jam. 4) Ambil cawan dengan tanah kering dari oven, lalu dinginkan dalam desikator. Setelah dingin cawan ditutup. 5) Timbang cawan bersama tanah kering (=W3). Kemudian hitung kadar aimya. 6) Pemeriksaan kadar air dilakukan secara Ouplo, yaitu digunakan dua benda uji dengan 2 cawan. 7) Gambar alat dan prosedur pengujian dapat dilihat pada Lampiran
Prosedur Perhitungan Kadar air dapat dihitung sebagai berikut : w=
(W2 -W3)
(WJ -W.)
x100%
dengan:
w
= Kadar air(%),
W1
= Berat cawan (gram),
W2
= Berat cawan + tanah basah (gram),
W3
.= Berat cawan + tanah kering (gram).
30
2. Pengujian Berat Jenis (Spesific Gravity) Pengujian berat jenis mengacu pada ASTM D 854-92 Prosedur oengujian: 1) Siapkan alat dan benda uji sampel tanah yang lolos saringan nomor
1 O sebanyak ± 15 gram. 2) Bersihkan piknometer
luar dalam dan dikeringkan, kemudian
ditimbang (=W1) 3) Hancurkan
contoh
tanah
dalam
cawan
porselen
dengan
menggunakan pastel, kemudian dikeringkan dalam oven. 4) Ambit tanah kering oven dan langsung dinginkan dalam desikator. Setelah djngin, dari desikator
segera/ langsung dimasukkan
kedalam piknometer sebanyak kira-kira 15 gram. 5) Timbang piknometer dengan tutupnya berisi tanah (=W2) 6) lsikan air hingga sampel tanah terendam seluruhnya lalu biarkan 210 jam. 8) Tambahkan air destilasi sampai kira-kira setengah/ dua pertiga penuh. Selanjutnya direbus dengan hati-hati untuk membantu keluamya udara. Kemudian piknometer +sampel tanah+air diperam selama ± 24 jam. 9) Tambahkan air destilasi pada Piknometer + tanah sampai penuh dan ditutup. Setelah itu timbang piknometer berisi tanah dan air (=W3). 10) Kosongkan dan dibersihkan piknometer, kemudian isi dengan air destilasi bebas udara, kemudian piknometer ditutup. timbang piknometer penuh air (=W4). Kemudian hitung berat jenis dari tanah. 11) Gambar alat dan prosedur pengujian dapat dilihat pada Lampiran
Prosedur Perhitungan :
1. Berat jenis contoh dapat dihitung sebagai berikut:
<w.-Wi) Gs=
{(Wi-w.)-{W4-~
x 100 %
31
dengan: W 1 = Berat piknometer ( gram), W2
= Berat piknometer dengan tanah kering
(gram),
W3 = Berat piknometer + tanah kering +Air (gram), W 4 ·-= Berat piknometer dan air (gram).
3. Pengujian Batas-Batas Konsistensi Pengujian batas-batas konsistensi meliputi : batas cair (ASTM D 431895a), batas plastis (ASTM D4318-95a), batas susut a. Pengujian Batas Cair Tanah (Liquid Limit} Prosedur Pengujian 1) Siapkan alat dan bahan yang di perlukan dalam pengujian batas cair. 2) Campur sampel tanah lolos ayakan
no. 40 dengan air
secukupnya dan diaduk hingga benar-benar rata dalam cawan porselen. 3) Masukkan benda uji yang t~lah dicampur air kedalam mangkok cassagrande menggunakan spatel untuk mencegah adanya gelembung udara. 4) Ratakan pennukaan tanah dan buat mendatar dengan ujung terdepan tepat pada ujung terbawah mangkok. Sehingga tebal tanah didalam sebesar 1 cm. 5) Buat alur lurus dengan alar pembarut pada garis tengah mangkok searah dengan sumbu alat. 6) Segera gerakkan pemutar, ketukkan dihentikkan sampai kedua bagian tanah bertemu kira-kira 13 mm. Selah secara arah melintang sampel yang menyatu dengan menggunakan spatel. Lalu masukkan kedalam cawan, catat ketukannya dan hitung kadar airnya. 7) Percobaan dilakukan sebanyak 4 kali dengan jumlah ketukan antara 15-45 ketukan. Sebaiknya percobaan dilakukan dimulai dengan ketukan paling maksimum.
32
8) Gambar alat dan prosedur pengujian dapat dilihat pada Lampiran
Prosedur Perhitungan : 1) Setiap data hi.Jbunganantar kadar air tanah dan jumlah pukulan merupakan satu titik dalam grafik, dengan jumlah pukulan sebagai absis ( dengan skala log) dan kadar air sebagai ordinat (dalam persen dengan skala biasa). 2) T arik garis lurus penghubung terbaik dari titik-titik yang diperoleh. Batas cair tanah adalah kadar air yang diperoleh \.\
pada perpotongan garis penghubung tersebut dengan garis vertical 25 pukulan.
b. Pengujian Batas Plastis Prosedur Pengujian : 1) Siapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pengujian batas plastis. 2) Campur sampel tanah lolos ayakan no. 40 sebanyak ± 15 gr 20 gr air secukupnya dan diaduk hingga benar-benar rata dan homogen serta dapat dengan mudah dibentuk dalam cawan porselen. 3) Remas dan bentuklah bola-bola dengan diameter ± 13 mm. Lalu gilinglah benda uji pada plat kaca dengan kecepatan tiap 2 detik tiga kali gerakan maju mundur. 4) Bila pada penggilingan diameter batang telah menjadi 3,2 mm dan temyata batang masih licin, ambil dan potong-potong menjadi 6 atau 8 bagian, kemudian remas seluruhnya dengan ibu jari kedua tangan sampai homogen, selanjutnya giling lagi seperti tadi sampai batang tanah tampak retak-retak dan tidak dapat digiling lagi menjadi batang yang lebih kecil meskipun belum mencapai diameter 3,2 mm. 5) Kumpulkan tanah yang retak-retak tersebut dan segera periksa kadar air tanah.
33
Prosedur Perhitungan: 1) Batas
plastis
adalah
kadar
air
yang
diperoleh
pada
pemeriksaan tersebut di atas yang dinyatakan dalam persen. 2) Hitung indeks platisitas tanah yaitu selish dari bats cair dan batas plastisriya. IP= LL-PL
c. Pengujian Batas Susut Prosedur pengujian : 1) Persiapkan a lat dan bahan yang diperlukan untuk pengujian batas susut. 2) Campur sampel tanah lolos ayakan no. 40 sebanyak ± 15 gr 20 gr dengan air secukupnya dan aduk hingga benar-benar rata dan
homogen
dalam
cawan
porselen.
Banyaknya
air
sedemikan, sehingga bila benda uji plastis maka kadar air sebaiknya lebih dari 1 O % dari batas cair. 3) Bersihkan cawan kemudian timbang dan catat beratnya. 4) lsilah cawan dengan tanah sekitar sepertiga volumenya. Pukulpukul lagi sehingga memadat dan semua udara bergerak ke permukaan. Tambahkan tanah terus pukul-pukul, sehingga terisi penuh. 5) Timbang cawan berisi tanah. Biarkan tanah mengering di udara sampai tanah berubah wama. Kemudian keringkan dalam oven, dinginkan dalam desikator dan catat beratnya. 6) Tentukan volume kering dengan cara keluarkan tanah dari cawan, kemudian celupkan dalam air raksa dalam mangkok gelas. Mula-mula
letakkan
mangkok gelas dalam cawan
porselen, isilah mangkok dengan air raksa sampai melimpah. Hapuslah air raksa yang melekat di luar mangkok, kemudian tempatkan mangkok dalam cawan porselen kosong. 7) Tekanlah dengan hati-hati tanah kering kedalam air raksa dengan gelas berpaku di atas mangkok. Timbang air raksa yang tumpah pada cawan porselen. Volume tanah kering sama dengan berat air raksa dibagi berat jenis tanah.
34
8) Analisa batas susut sampel tanah. 9) Gambar alat dan prosedur pengujian dapat dilihat pada Lampiran
4. Pengujian DistribusiUkuran Butiran Tanah Pengujian distribusi ukuran butiran tanah meliputi analisis hidrometer (ASTM D 421-85) dan analisa saringan (ASTM D 422-63). a. Analisis Hidrometer Untuk menentukan pembagian ukuran butiran tanah yang berbutir halus atau memiliki ukuran butiran lebih kecil dari 0,075 mm (lolos ayakan no. 200). Prosedur Pengujian : 1) Siapkan alat yang diperlukan dalam pengujian hidrometer. 2) Campur tanah lolos ayakan no. 10 sebanyak ± 60 gram dengan air sebanyak 125 ml ditambah reagent 2,5 gram, kemudian diperam selama 24 jam. 3) Selanjutnya aduk sampel tanah+air+reagent dengan menggunakan Mixer
(alat
pengaduk
suspensi)
hingga
merata
dengan
menambahkan air secukupnya. 4) Setelah itu masukkan hasil pengadukan kedalam tabung slinder ukuran 1000 ml dengan ditambah air sampai ukuran tabung tersebut. 5) Sediakan silinder berisi larutan air ditambah reagent disamping silinder isi suspensi tersebut,. 6) Bolak-balik Silinder berisi tanah, reagent dan air di sekitar 60 kali. Setelah itu letakkan pada meja dan bersamaan dengan berdirinya silinder, jalankan stopwa watch. 7) Pembacaan hidrometer dilakukan pada t dan
1440
menit.
Kira-kira
hidrometer dicelupkan
15
hati-hati
= 0, 2, 5,
menit sampai
15, 30, 60, 240,
sebelum mencapai
pembacaan, kedalaman
sekitar taksiran skala yang akan terbaca. 8) Setelah pembacaan hidrometer terakhir dilakukan ( t = 1440 menit), suspensi dituang ke dalam saringan no.200 semuanya sampai tidak ada yang butir yang tertinggal. Kemudian cuci dengan air suling
35
sampai air yang mengalir di bawah saringan menjadi jernih dan tidak ada lagi butir halus yang tertinggal. 9} Pindahkan butir-butir tanah yang tertahan saringan ke dalam cawan, kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 105°C selama 16-24 jam. 10) Dinginkan tanah dari oven kemudian timbang. 11) Gambar alat dan prosedur pengujian dapat dilihat pada Lampiran
b. Analisis Saringan Sampel tanah pada pengujian analisis saringan menggunakan '• ~
tanah sisa hidrometer
yang
tertahan
saringan
no. 200, yang
sebelumnya di oven selama 24 jam. Pada awalnya tanah dimasukkan di atas satu set saringan ukuran 10, 20, 40, 60, 80, 100, 140 dan 200. selanjutnya tanah
yang
tertahan
saringan
pada masing-masing
saringan ditimbang dan dicatat beratnya. Hasil pengujian analisis hidrometer dan analisis saringan diplotkan dalam grafik semilogaritma
untuk menentukan komposisi partikel
berdasarkan ukuran dan persentase kandungan butiran. 3.4.3 Pengujian Komposisi Mineral dan Kimia a. Analisa Kimia Tujuan pengujian ini yaitu untuk mengetahui komposisi kimia dandan mineral yang terkandung dalam suatu tanah. Pengujian komposisi kimia dilakukan di Laboratorium kimia MIPA seksi analitis Universitas Mataram. dengan cara AA Spectroatomik (AAS} dan Gravimetri. b. Analisa Mineral Analisis mineral dilakukan dengan mengirimkan sarnpel tanah ke Laboratorium Balai Besar Keramik, Bandung. Adapun analisis mineral dilakukan secara difraksi sinar X ( X-ray Difraction). 3.4.4 Pengujian Sifat Mekanik Tanah Pengujian sifat mekanik tanah dalam hal ini pengujian utama yaitu uji pengembangan.
Pada
pengembangan dan uji
pengujian
utama
konsolidasi.
terdapat
dua
Uji pengembangan
tahap
yakni
uji
bertujuan untuk
mengetahui besarnya pengembangan (percent swelf) dan dilanjutkan dengan uji
36
konsolidasi yang bertujuan untuk mengetahui besar tekanan pengembangan yang diperlukan untuk mengembalikan tanah pada kondisi semula. Semua pengujian dilakukan dengan menggunakan standar pengujian 04546-96 (Standard Test Methods For One-Dimensional Swell or Settlement Potential of Cobesive Soils) dan 02435-96 metode B (Standard Test Method For One-Dimensional Consolidation Properties of Soils). Tekanan awal yang diberikan adalah 6,9 kPa atau 1 psi (Seed dkk., 1992, Holt dan Gibbs, 1969 dan Chen, 1988) termasuk batu pori dan blok tekanan kemudian dibiarkan mengembang untuk beberapa waktu. Prosedur uji pengembangan sebagai berikut :
'·"'
1. Persiapkan dan periksa alat yang dipertukan dalam uji pengembangan. 2. Siapkan benda uji dengan mengeluarkan sampel tanah dari tabung dengan alat pengeluar contoh tanah (ekstruder), bersamaan dengan itu, tekan cincin cetak sehingga tanah mengisi penuh cincin cetak. Sebelumnya timbang cincin cetak dan ukur diameter dan tinggi cincin. 3. Periksa kadar air awal sampel tanah segera setelah dikeluarkan dari tabung. :.4. Siapkan alat oedometer, atur agar posisi lengan beban seimbang. 5. Siapkan batu pori atas dan bawah dengan membersihkannya setiap kali pengujian dari sisi-sisa tanah dan vselin yang dapat menutup pori-pori batu. Pembersihan dapat dilakukan dengan merendam batu pori ke dalam air dan direbus beberapa waktu. 6. Keringkan batu pori agar pada saat pengujian tidak terjadi pengembangan awal sebelum waktu tercatat. 7. Timbang batu pori atas, blok tekanan dan serta tentuikan tekanannya (1,335 kPa), selanjutnya menjadi patokan sebagi kondisi awal sampel. 8. Ring oedometer
ditimbang
dan
benda
uji
yang telah
dipersiapkan
dimasukkan ke dalamnya, selanjutnya ring dan tanah dimbang kembali dan dicatat. 9. Meletakkan cincin berisi benda uji di atas batu pori dan kertas saring, selanjutnya ditutup kertas saring dan dipasang batu pori di atasnya.
10. Kunci ring oedometer dengan menggunakan ring pengunci dan dibaut kuatkuat sehingga yang terjadi adalah pengembangan arah vertikal. 11. Letakkan blok tekanan di atas batu pori dan posisikan semuanya ke alat oedometer.
37
12. Atur lengan beban pada posisi (ratio beban 1: 10) mendatar dengan m,emperkirakan besamya pengembangan sehingga lengan beban tidk tidak mencapai posisi maksimum yang dapat mengganggu proses pengembangan.
13. Kunci sampel pada loading steam dan dial gauge diatur agar posisi jarum dapat mencapai posisi maksimum. 14. Berikan tekanan awal (Surcharge Pressure) sebesar 6,9 kPa (termasuk batu pori dan blok tekan). Apabila beban blok pori dan blok tekan tidak mencapai 6,9 kPa maka ditambah dengan beban pasir. Dial gauge diatur pada posisi nol. Lengan beban dilepaskan selama 5 menit dan catat deformasi yang terjadi. 15. Setelah pencatatan, dial gauge diposisikan kembali pada kedudukan nol dan segera genangi dengan air sambil dicatat deformasi yang terjadi pada T=6; 12; 30 ; detik; 1; 2; 4; 8; 15; 30 menit; 1; 2; 4; 8 jam; 1; 2; 3; 4; 5 hari. Setelah uji pengembangan selesai dilakukan, dilanjutkan dengan uji konsolidasi dengan prosedur sebagai berikut: 1.
Mengunci lengan beban terlebih dahulu sebelum beban diberikan.
2. Meletakkan beban pada penggantung beban, selanjutnya lengan beban dilepas dan dicatat deformasi pada waktu T= 0.09; 0,25; 0,49; 1; 2,25; 4; 6,25; 9; 12,25; 16; 20,25; 25; 36; 49; 64; 81; 100; 121; 144; 225; 400; dan 1440 menit. 3. Tekanan yang diberikan untuk setiap tahap pembebanan menggunakan UR ( Load lncreament Ratio)= 1 yaitu 12,5, 25, 50, 100, 200, 400, 800 kPa diluar tekanan awal (6,9 kPa). 4. Tekanan dihentikan hingga deformasi sampel kembali keposisi semula dan selesai hingga waktu 1444 menit. 5. Setelah selesai pengujian, sampel beserta ring oedometer ditimbang dan dicatat, kemudian sampel tanah diletakkan kedalam cawan yang telah diketahui beratnya. Selanjutnya dikeringkan dalam oven selama 1444 menit. 6. Berat tanah kering diperoleh sehingga pada akhimya dipergunakan untuk mengetahui angka pori, kadar air awal dan akhir, dan derajat kejenuhannya. 7. Garnbar alat dan prosedur pengujian dapat dilihat pada Lampiran
38
Prosedur Perhitungan :
1)
Tebal Bagian Padat (Hs)
Ws (GsxA)
Hs= ---
Dimana: Hs
= Tebal bagian padat (cm)
Ws
= Massa benda uji setelah dikeringkan
Gs
= Berat Jenis tanah
A
= Luas Penampang benda uji (cm2)
2) Angka Pori awal ( e0 e=
)
(H-Hs) Hs
Dimana: e
= Angka pori
H
= Tinggi awal sampel (cm)
Hs
= Tebal bagian padat (cm)
3) Derajat Kejenuhan Sa = (waxG) ea Dimana: Sa
= Derajat kejenuhan (%)
Wo
= kadar air awal (%)
G
= Beraj jenis T anah
ea
= Angka Pori awal
4) Pengembangan (Swelling) Swelling= Pembacaan dial x kalibrasi proving ring (cm)
39
5) Perubahan tinggi Sampel LlH= r
1-
r0
Dimana: LlH
= Perubahan tinggi sampel (cm)
r1
= Tinggi
r0
= Tinggi sampel pada pembacaan sebelumnya (cm)
sampel pembacaan pada menit ke- (cm)
6) Perubahan angka Pori (Lle) .,fie=
Ml Hs
Dimana: Lle
= Perubahan Angka Pori
LlH
=
Hs
= Tebal bagian padat (cm)
Perubahan tinggi sampel (cm)
7) Tinggi Akhir Sampel Ht= H-LlH Dimana: Ht
= Tinggi
H
= Tinggi awal sampel (cm)
LlH
= Perubahan tinggi sampel (cm)
akhir Sampel
8) Regangan (Strain) E
= (H -Ho) x 100% Ho
Dimana: E
= Regangan (%)
H
;:;;: Tinggi sampel pada pembacaan ke- (cm)
Ho
= Tinggi sampel mula-mula (cm)
9) Perubahan volume l).V
= v1 -Vo
40
Dimana: /J.V
= perubahan volume ( cm3)
V1
=Volume sampel pada pembacaan ke- (cm3)
Vo
=Volume sampel mula-mula (cm3)
10) Persen Pengembangan Persen pengembangan diperoleh dari perbandingan antara selisih tinggi akhir sampel terhadap tinggi awalnya atau selisih antara angka pori awal dengan angka pori akhimya. sesuai dengan persamaan 4.1
s : -Ml X 100 : h0
e -e VO O I +e0
X
100
(4-1)
Dimana: S
= Persen Pengembangan (%)
Llh
= Perubahan tinggi sampel (cm)
h,
= tinggi awal sampel (cm),
e.0
= angka pori setelah pegembangan pada tekanan vertikal 6,9 kPa,
e0
= angka pori awal.
11) Tekanan Pengembangan Buat grafik hubungan antara regangan (sebagai ordinat dengan skala tinier) dengan tekanan (a) sebagai absis dengan skala logaritma. Hubungan tersebut akan didapatkan nilai tekanan pengembangan sebagai absis, dimana nilainya ditentukan sampai regangan kembali pada keadaan semula.
12) lndeks Pemampatan Buat grafik hubungan antara angka pori e ( sebagai ordinat dengan ska la linier) dengan tekanan (a) sebagai absis dengan skala logaritma akan didapatkan harga indeks kompresi (Cc) yang merupakan bagian lurus dari grafik e - logo. Sehingga dirumuskan dengan : Cc=
~
Alog p'
=
~-~ log Pi - log p1'
=----
~-~
log( Pi' IP\ )
41
3.5 Bagan Alir Penelitian
Mulai
Studi Pustaka
Data-data Sekunder Data Mineral Data Analisa Kimia
Pengambilan Sampel Tanah Lempunq
Persiapan Alat dan Bahan
Pengujian Sifat-sifat Fisis Tanah Lempung - w, Gs, Gradasi dan Atterberg Limit
Analisa Ekpansifitas
Uji Potensi dan Tekanan Pengembangan Dengan Alat Oedometer
Analisa Hasil Penelitian
Laporan
Selesai
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil Penelitian
5.1.1
PemeriksaanTanahLempung Pemeriksaan tanah lempung dimaksudkan untuk mengetahui sifat-
sifat tanah baik dari secara visual maupun sifat-sifat fisis tanah lempunq di areal pembangunan Bandara Lombok Baru. Tanah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tanah lempung yang diambil dari 5 titik di desa Penujak, dimanan akan di bangun Bandara Lombok Baru dan daerah sekitamya, Kabupaten Lombok Tengah Pengamatan secara visual, secara umum tanah lempung di areal rencana pembangunan Bandara Lombok Baru berwarna hitam pada kondisi basah dan tampak halus, tetapi apabila kering terlihat retak-retak dan wama tanah tampak berwarna hitam keabu-abuan. Pengamatan secara fisik tanah Bandara Lombok Baru dan daerah sekitamya memiliki tekstur keras yang tidak mudah diremas oleh tangan, tetapi bila diberikan air maka akan menimbulkan kesan licin dan lengket ditangan
sehingga
akan
mudah
dibentuk
dan
menimbulkan kesan plastis. Untuk mengetahui sifat-sifat fisis tanah lempung dilakukan pengujian di Laboratorium Geoteknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Mataram. Hasil penelitian untuk sifat fisis tanah Lempung tercantum dalam lampiran dan secara ringkas ditunjukkan adalah pada Tabel 5.1
42
43
Tabel 5.1 Karakteristik Tanah Lempung Karakteristik Fisis Tanah Batas-batas Atterberg : 1. Batas Cair (%) 2. Batas Plastis (%) 3. lndeks Plastis (%f 4. Batas Susut (%) Specific Gravity {Gs) Distribusi Butiran Tanah: 1. Butiran Laios Saringan 200 (%) 2. Prosentase Lempung (%) 3. Prosentase Lanau 4. Prosentase Pasir Klasifikasi Menurut USCS KlasifikasiMenurut AASHTO
Hasil Pengujian Titik 3 Titik4
Titik 5
Titik 1
Titik 2
173.10 36.51 136,58 10,34 2,74
161.78 38,66 123,11 10,74 2,72
159.27 39.89 119,38 10,93 2,72
135,68 41,67 94,14 11,10 2,71
'117.13 32,61 84,52 11, 15 2,70
93,96
93,68
93,59
93,06
75,50
52,37 41,58 6,04 CH A7-6
52,18 41,5 6,32 CH A7-6
51,92 41,67 6,41 CH A7-6
46,42 46,64 .6,94 CH A7-6
41,28 34,27 24,45 CH A7-6
Sumber : (Hasil Perhitungan, 2007}
a.
Hasil Specific Gravity (Gs) Hasil pemeriksaan sampel tanah pada 5 titik lokasi pembangunan
Bandara Lombok Baru dan daerah s~kitamya mengenai berat jenis tanah (specific gravity} menunjukkan bahwa nilai berat jenis untuk titik 1 yaitu 2,74. Untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan Gambar 5.1
r-----2.7-5 --.-----------------.........,
(/)'
2.73
0 '-'
c ... 0
t;:
ell
u t;:
·ucu
2.71 2.69
0. r/)
2.67
L
Tltik 1
Tltik2
Tltik 3
Tltik4
Titik Lokasi
Gambar 5.1 Hasil Specific Gravity (Gs)
Tltik 5
'.
44
b.
Hasil BatasKonsistensi Berdasarkan pengujian-pengujian batas konsistensi, tanah lempung
Bandara Lombok Baru dan daerah sekitamya, untuk titik 1 didapatkan hasil batas '
cair (LL) sebesar 173,10%, Batas Plastis (PL) sebesar 36,51%. Hasil batas konsistensi terhadap titik lokasi dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan Gambar 5.2
I
1~
Ii
t::
-c
"'
~
CQ
180~~~~~~~~~~~~~~~~~-~~ 160-t-t~~J-----n;;n------...-----------l 140+-Uiiill----::=---i~ll------i~r.f---~-~~--~-l 120 -l-l'il--" 100 -H'lll!l---1 80 +-Hiif.-~ 60 40 +-fli&---1
I 2~ Trtik 4 Trtik 5 I Trtik 1 Trtll< 2 Trtik 3 ' Titik Lokasi ILJ . . a Ba~~:_~air m Batas Plastis (PL) o Batas Susut o lndeksPlastisitas (Pl) r -------------------
-----
Gambar 5.2 Hasil batas konsistensi (Sumber: Hasil Penelitian 2007)
c.
Hasil PengujianDistribusiUkuran Butiran Hasil pengujian distribusi ukuran butiran untuk sampel tanah pada 5
titik lokasi di areal pembangunan Bandara Lombok Baru dan daerah sekitamya. diperoleh hasil butiran yang lolos saringan nomor 200 sebesar 93,96% dengan komposisi lempung yaitu 52,37 %, lanau 46,64 %, dan sedikit kandungan pasir yaitu 6,32%. Untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Gambar
4.3
45
-
100
- - <,
,.._ ,,,,__ -
!
,-~~
'
•t-t-
90
'r---
I 80
"'~.. c
..,, ..... ..
- ~~~
70
Li: c
60
0..
I
I
'
\
I:
I
1
~ \~ I'-....
I
Ii
50
I
l \ \I\iI
;I
I
I
I:!
I
I ,
I I
II
11'
~
I
I
~ "'" il- '._,._
~
I
40 I
30 10.00
I·.
, __
,_
. ,~I--
,.._-
._ ~
i
Ii
I
0.10 Grain Size (mm)
1.00 [-Tllll<
0.00
0.01
1 --.--Trtik2 -+-Tllik3 - -...- -Tllik4-Tllll<5
!
Gambar 5.3 Hasil distribusi ukuran butiran
d.
Klasifikasi Tanah
•
Menurut
uses
(Unified Soil Clasification System)
Sistem
uses
(Unified Soil Clasification System) memperlihatkan
bahwa jika tanah 50% atau lebih lolos saringan nomor 200, maka termasuk dalam tanah berbutir halus. Apabila dilihat dari hasil pengujian sifat-sifat fisis tanah di Laboratorium, maka sampel tanah di semua titik lokasi di areal pembangunan Bandara dan daerah sekitarnya tergolong tanah berbutir halus. Berdasarkan diagram platisitas (ASTM - Designation 2488) tanah
lempung
di
areal
pembangunan
Bandara
Lombok
Baru
diklasifikasikan ke dalam jenis tanah CH yaitu lempung dengan plastisitas tinggi. Klasifikasi tanah lempung semua titik lokasi di areal pembangunan Bandara Lombok Baru dan daerah sekitarnya menurut USCS (Unified Soil Clasification System) secara lengkap ditunjukkan pada tabel 5.1
46
•
Menurut AASHTO
(American Associates of State Highway and
Transportation Officials Classification}
.
Mengacu pada tabel 3.2 mengenai klasifikasi Standart AASHTO (American ~ssociates of State Highway and Transportation Officials Classification}
tanah
lempung
pada
semua
titik
lokasi
di
areal
pembangunan Bandara Lombok Baru dan daerah sekitarnya merupakan tanah berlempung dengan penilaian sedang sampai buruk. Hal tersebut dikarenakan butiran sampel tanah lolos saringan nomor 200 > 35 dan memiliki nilai indeks plastisias (Pl) > 30%. Klasifikasi tanah Bandara Lombok Baru dan daerah sekitarnya menurut AASHTO ditunjukkan secara lengkap pada tabel 4.1
5.1.2 Pengujian Komposisi Kimia dan Mineral a. Pengujian Komposisi Kimia Pengujian komposisi kimia tanah dilakukan di Laboratorium MIPA Kimia Seksi Analitis Universitas Mataram. Pengujian dilakukan pada sampel tanah di areal rencanan pem,bangunan areal Bandara Lombok Baru dan daerah sekitarnya, khususnya pada titik
1, titik 2, dan titik 5.
Untuk hasil
selengkapnya analisis kimia tanah di areal pembangunan Bandara Lombok baru dapat dilihat pada tabel 4.2 dan Lampian 2.1
47
Tabel 5.2 Hasil Analisis Kimia berdasarkan Persen Berat Titik Lokasi
Unsur Kimia Komponen Si02
Deskripsi
-Silika Dioksida
Titik 1
Titik 2
Titik5
31,59
29,45
40,89
Fe203
Oksida Besi
6,78
4,86
3,68
Cao
Kalsium Oksida
2,58
0,91
9,17
MgO
Magnesium Oksida
1,00
0,72
0,50
Na20
Natrium Oksida
0,39
0,46
0,31
K20
Kalium Oksida
0,32
0,39
0,25
(Sumber: Laboratorium MIPA Seksi Analitis Kimia Universitas Mataram)
b. Pengujian Komposisi Mineral Pengujian analisis mineral dilakukkan di Lobaratorium Balai Besar Keramik Bandung. Metode yang digunakan yaitu dengan menggunakan alat X-Ray Diffraction. Adapun tujuan dari pengujian mineral dengan alat ini yaitu untuk kandungan mineral lempung dalam suatu tanah. Pengujian dilakukan pada sampel tanah di areal rencanan pembangunan areal Bandara Lombok Baru dan daerah sekitamya, khususnya pada titik 1, titik 2. Adapun hasil analisis pengujian mineral secara lengkap dijabarkan pada Tabel 5.3 dan Lampiran.
48
Tabel 5.3 Hasil analisis mineral berdasarkan persen berat Titik 1
Komposisi Mineral
Titik 2
% Berat Montmorillonite
19,48
16,45
Halloysite
38,11
45,60
Alpha Quartz
13,24
13,09
Feldspar
29,17
24,86
-
(Sumber: Laboratorium Balai Besar Keramik Bandung,.2007)
5.1.3
Analisa Ekspansiftas Tanah Lempung Hasil pengujian sifat-sisat fisis tanah lempung pada semua titik lokasi
rencana pembangunan Bandara Lombok baru dan daerah sekitamya, dapat diketahui tingkat ekspansifitasnya yakni berdasarkan peneliti-peneliti terdahulu, antara lain: a.
Metode Chen, 1975 Berdasarkan hasil indeks plastisitas (Pl), batas cair
(LL), dan
persentase lolos saringan nomor 200, seperti terlihat pada tabel 2.8 yang kemudian dihubungkan dengan hasil pengujian sifat fisis tanah lempung (tabel 4.1) menunjukkan semua titik lokasi Bandara Lombok Baru dan daerah
sekitamya
merupakan
tanah
ekpansif
dengan
derajat
pengembangan yang sangat tinggi. b.
Metode Seed, Woodward, dan Lundgren (1962)
Menurut Seed dkk. potensi pengembangan dinyatakan dengan persamaan 2.6, untuk sampel titik 1 dihasilkan aktivitas sebesar A= 2,608. Hasil tersebut apabila disesuaikan dengan tabel 2.6 aktivitas mineral, maka
49
tanah lempung pada titik 1 di areal Bandara tergolong mineral CaMontmorillonite. Hal tersebut sesuai dengan sifat mineral lempung dimana mempunyai tingkat pengembangan
yang tinggi apabila mengandung
.
mineral montmorillonite. · Hasil perhitungan nilai potensi pengembangan yang mengacu pada persamaan 2.8 kemudian dihubungkan dengan tabel 2. 7 dan Gambar 2.11 klasifikasi derajat pegembangan, maka semua titik lokasi tanah dari semua titik lokasi di areal Bandara Lombok Baru dan .daerah sekitarnya merupakan
tanah
lempung
ekspansif
yang
mempunyai
derajat
pengembangan yang sangat tinggi. Untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.4 dan Gambar 5.4 Tabel 5.4 Hasil Analisa Tanah Ekspansif Bandara Lombok Baru Menurut Seed. dkk .• 1962 Pl (lndeks
·. c
A
S (Potensi
Plastisitas)
(%Lempung)
(Aktivitas)
Pengembangan)
Titik 1
136,58
52,37
2,608
350,6
Titik 2
123,11
52,18
2,359
272,1
Titik 3
119,38
51,92
2,299
252,5
Titik4
94,14
46,42
2,028
141,5
Titik 5
84,52
41,28
2,047
108,7
Lokasi
(Sumber : Hasil Perhitungan 2007)
50
~ ?:' ·;; TI
<
2
1:
~·::•
:>::
41
!~I
Ii::
.'II
H::
1R'
111::
Clay(%) '
Gambar 5.4 Hasil analisa ekspansifitas menurut Seed dkk, 1962
5.1.4
PengujianUtama Pengujian utama yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu uji
pengembangan (Swelling) yang kemudian dilanjutkan dengan uji tekanan pengembangan. Pada pengujian utama ini menggunakan alat konsolidometer (Oedometer) dan menggunakan sampel tanah tak terganggu (Undisturb). Pada persiapan benda uji, diusahakan agar kondisi tanah tidak terganggu baik dari kondisi kadar air maupun kepadatan tanah, dengan tujuan agar kondisi sampel sama dengan kondisi asli di tapangan. a.
Uji Pengembangan Untuk uji pengembangan diberikan tekanan efektif (tekanan awal)
yaitu sebesar 6,9 kPa (1 psi} sesuai dengan percobaan yang dilakukan oleh
51
Seed dkk., 1962). Pada uji pengembangan tanah dibiarkan mengembang selama 5 hari setelah digenangi air dimana pembacaan dial atau defonnasi tanah tidak terlalu besar dari pengembangan sehari sebelumnya (mendekati konstan). Hasil
penelitian
secara
langsung
dengan
alat
konsolidometer
(Oedometer") didapatkan hasil yaitu untuk titik 1 dengan kadar air 47.80 % diperoleh potensi pengembangan sebesar 22, 72%. Untuk hasil selengkapnya pada titik-titik lokasi Bandara Lombok Baru da daerah sekitarnya dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Gambar4.5 Tabel 5.5 Hasil Potensi Pengembangan terhadap Titik Lokasi Pada Areal Bandara Titik Lokasi Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5
Nilai Batas Cair (%) 173.10 161.78 159.27 135.80 117.13
Kadar Air Awai(%) 47.86 47.32 55.22 52.32 43.18
Potensi Pengembangan (%) 22.72 19.42 16.49 14.21 12.15
Sumber : Hasil Penelitian 2007
,__ ,_r:---t-1I I i! ~ u
sI! as
>--
_ l_
Rl--
T
I
25
I
I
,v 17 I
I I
-
30
I
11· !
I I
I
I
~ t~
/
L.-'-' • 20 la
1. -·
I/
··-'"" " . . "v"" t.> 1, ,,, v~~
~rt
../
_i.-
I/
Lo
15
•
l I ..-",.-/
10
1.-
5
[/' v
0
I
.__~~~~........_~.....___.__._._._._.._._,____,___,__,__.1.-J....1..J...LI..~-'--'---'---'---'--'-'-~~-'--~~.._._._.~ 0.10
1.00
10.00
100.00 Time,min-
--+--Till< I (w"'48.118%);(U.•173.10%) •- Till< 4 (w"52.32%);(llol3,.80%)
--__
1000.00
(L09)
Tlilk2 (w"47.32%);(U."161.78%)
lll<, (w"43,81%), (LL•l 17,13"')
---
lilt 3 (w"55.22%);(U.•15Q,27"')
Gambar 5.5 Hasil uji pengembangan tanah Penujak
10000.00
52
b.
Uji Tekanan Pengembangan Hasil pengujian tekanan pengembangan dengan alat Oedometer
didapatkan hasil yaitu titik 1 mempunyai tekanan pengembangan y~ng paling tinggi dimana hasiJ penelitian menunjukkan dengan Liquid Limit (LL) sebesar 173, 10% dan kadar air 47,88%, diperoleh tekanan pengembangan sebesar 22,72%. Hasil selengkapanya untuk titik-titk lokasi di areal Bandara dan daerah sekitarnya dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.6 Tabel 5.6 Hasil Tekanan Pengembangan Di Areal Bandara
Titik
Derajat Kejenuhan Awai 93,81 % 94,73 % 98,98 % 96,67 % 87,22 %
Tekanan Pengembangan
Kadar air
46,86% 425 kPa 290 kPa 47,20 % 55,52 % 225 kPa 180 kPa 52,37 % 43,81 % 160 kPa 5 Sumber : Hasil Perhitungan 2007
1 2 3 4
~T ~
--
I I
-
>--- -f-i-
I
I
I
I !
f J '-
I!
I
'"-....
·I
I
' i
-
~!
--..;.
-,
-,
t-,
-c ;
I
15
r-. f'.I
.
<,
!
I
I
I
11
I
I
'" ~ •,, , " 1' '\ 1\ ),
I
10
""'
1'
I
i
r-1
'
•.
I
I
20
"!'--~
I
; l
II ! I
I
I
.
i
~!
I
I
...I
Ll
I
>---
-
z .
'
-
1
I~ :
I
>----
.
rm------_
I4
I
-
----------,
I ::I
j
-~,0 i.\ [\ "';.'\ ;.
\
~
I 0.10
1.00
10.00
---
100.00
1 --Tlkz-....l3 -•· T4 --ms
Gambar 5.6 Hasil Uji Tekanan Pengembangan Tanah di Penujak (Sumber : Hasil Perhitungan, 2007).
0
I\
I\
I\
"
-5
·1 1000,00
53
2
1.8
I
. . . . . . . . . . . . J..
t,._
O'
~
·i:: 0 0.,
~
"'
'
"'
.I(
"°c: "'
! 1,
----
I
I
"'-
II
T---
·.~·
\
~.1
·. .Jt·!-..-1 ·,_1
----+--..---...-·-+-! -. ·
_JJ_~-'- '-+-WJ.~~1-- -~~~l 10
iI
LOO
·1.~·
1.4
i.z
11!
1..._._.....t
1000
Tekanan, kPa
-
..__ --+-Trtik1
.-
-- --
-- -
...
~
Tltik2
-----------------------~
Gambar 4. 7 Hubungan antara tekanan pengembangan dan angka pori 5.2
Pembahasan
5.2.1
Hubungan Sifat Fisis Tanah terhadap Potensi dan tekanan
Pengembangan a.
Pengaruh Kadar Air Terhadap Potensi dan Tekanan Pengembangan.
Potensi dan tekanan pengembangan dipengeraruhi oleh kadar air awal sampel,
hal
tersebut
dapat
dilihat
dari
peneliti-peneliti
terdahulu
diantaranya yang dihasilkan oleh Rayadi (2005) semakin kecil kadar air akan meningkatkan potensi dan tekanan pengembangan tanah. Secara umum hasil pengujian terhadap tanah Bandara Lombok Baru dan daerah sekitarnya didapatkan bahwa kadar air awal (Liquid Limit) pada pengujian
54
pengembangan cenderung mempengaruhi nilai potensi dan tekanan pengembangan, semakin kecil kadar air awal maka potensi dan tekanan pengembangan semakin meningkat dan sebaliknya Penelitian ini memberikan hasil bahwa kadar air tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil yang pengujian pengembangan. Hal tersebut dapat terjadi karena rentang kadar air awal yang digunakan tidak besar dan cukup tinggi. Potensi dan tekanan pengembangan yang dapat juga disebabkan karena jenis tanah yang berbeda badan kandungan mineral dan lain-lain yang akan dibahas selanjutnya. Pada titik 5, dengan kadar air yang lebih rendah dari yang lain terjadi pengembangan yang sangat kecil. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh kadar lempung, liquid Limit (LL) yang lebih sedikit dan kandungan pasir yang lebih banyak serta pada persiapan benda uji, terdapat butiran-butiran kasar.
Seperti
pada
pengujian
Chen, 1975,
sifat-sifat
fisis
tanah
mempempengaruhi tingkat pengembangan. Pengaruh kadar ini dapat dilihat dari Tabet 5.5, Tabel 5.6 dan Gambar 5.8
r---------- ------
25 -.--~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
i
~ 20 +------i. t!, c
~c 15
+------i:
n
.£1
~ 10 (I
c(I
."
Q.
5
c (I
~ 0 43.81
46.86
47.32
52.32
55.22
Kadar air(%)
Gambar 4.8 Pengaruh kadar terhadap potensi pengembangan
55
b.
Pengaruh
Nilai
Batas
Cair
Terhadap
Potensi
dan
Tekanan
Pengembangan. Hasil pengujian sifat fisis tanah lempung di 5 titik lokasi di areal '
pembanqunan Bandara Lombok Baru mengenai batas cair kecendrunganb semakin tinggi nilai batas cair maka potensi dan tekanan pengembangan semakin besar. Hal tersebut sesuai dengan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Chen, 1975, bahwa nilai batas cair mempengaruhi tingkat pengembangan tanah ekspansif. Untuk hubungan Liquid Limit (LL) dan potensi pengembangan lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.9 26 -- --- --~
-
---
24+-~+-~+-~-+-~~-~-+-~-+-~-+~-+--'-'~""'-'--
o
c:
co C)
c: co ..c
E Q)
en c: Q)
0.. II)
c:
.....
Q)
0 0..
117_13
135.80 159.27 Batas Cair (LL) (%)
161.78
173.10
Gambar 5.9 Pengaruh nilai batas cair terhadap potensi pengembangan Untuk hubungan
antara
nilai
Liquid
Limit
pengembangan dapat dilihat dari Gambar 4.1 O
(LL) terhadap
tekanan
56
~
a
I
Oii
& ia
~ e-;.
450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 100
'.
~
r
/
~-
120
140
160
18
Liquid Limit (LL) %
Gambar 5.10 Hubungan antara nilai LL dengan tekanan pengembangan
b. Pengaruh Distribusi Ukuran Butiran Terhadap Nilai Potensi dan Tekanan Pengembangan Hasil pengujian sifat fisis tanah lempung di 5 titik lokasi di areal pembangunan Bandara Lombok Baru mengenai gradasi butiran dapat diketahui bahwa semakin banyak butiran yang lolos saringan nomor 200 atau kandungan lempungnya maka tanah berpotensi mengembang lebih besar bila dibandingkan dengan tanah yang mempunyai kornposisi lempung yang sedikit atau lolos saringan nomor 200. Begitu pula pada pengaruh komposisi lempung terhadap tekanan pengernbangan yang berbanding lurus dengan potensi pengembangan. Potensi dan tekanan pengembangan
dari sarnpel tanah titik 5
mengalami penegembangan yang sangat kecil dengan kadar air yang rendah. juga dipengaruhi oleh persentase komposisi pasir yang banyak. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chen, 1975 dan Seed dkk., 1962, bahwa persentase tanah lolos saringan nomor 200
57
mempengaruhi
tingkat
pengembangan.
Mengenai
hubungan
antara
persentase lempung terhadap potensi pengembangan dapat dilihat pada Gambar 5.11 26-.---.....--........--·--,---..-
--,---
24 +--+---t---+------t-----t----+--+---+~.L.l.l,l.U---j 22+--+---t---+------t-----+----+-------+--+
20-i---t--;----r---t-
..............
-t---1---t
18-+---+------<~~~_,_--+---1-16+---t---+---+---t---t 14 +---t---+--r:~"l---+--1
12 +--r:::;;:;;;;:r--t--1 10+---'-"'::=:!'---4--L-"-=--'--+--L--"=--'---4-__J_!.2..:;:J._--+-L-:.:::..:L__,
41.28
46.42
51.92
51.92
52.18
Persentase Lempung (%) ------------~-
Gambar 5.11
------------~
Hubungan Antara Persentase Lempung Oengan Potensi
Pengembangan
Mengenai
pengaruh
persentase
lempung
pengembangan dapat dilihat pada Gambar 5.12
terhadap
tekanan
58
450 IJ
"'
~ ..:..: i:: cd
400 ,.
350
eo i::
"'8
.0
300
I
-
eo 250
Cl)
\
i::
Cl)
~
"'=
150
E-
100 40.00
"'
..:..: Cl)
~
200
i::
-
-
42.00
44.00
46.00
48.00
50.00
52.00
54.00
Persentase Lempung % Gambar 5.12 Hubungan antara persentase lempung terhadap tekanan pengembangan 5.2.1.1
Hubungan Kar.dungan Mineral tanah Komposisi mineral suatu tanah tidak dapat dipisahkan dengan
perilaku pengembangan lempung, sepeti yang telah dikemukakan oleh Chen, (1975),
bahwa mineral montmorillonite
mempunya
pengaruh yang besar
terhadap tanah mengembang. Untuk mendapatkan suatu fakta yang mendukung, selanjutnya ditelaah hubungan antara mineral montmorillonite terhadap potensi pengembangan, tekanan pengembangan dan perubahan volume yang diperoleh dari pengujian. Hubungan mineral montmorillonite terhadap persen pengembangan, tekanan pengembangan dan perubahan volume untuk setiap nilai Liquid Limit (ll)disajikan dalam Gambar 4.13 sampai dengan Gambar 4.15.
Dari gambar
terlihat bahwa terjadi kecenderungan peningkatan potensi pengembangan, tekanan pengenbangan dan perubahan volume terhadap kenaikan mineral montmorillonite.
59
23
Rc
22
IO Ol
c
IO
..Q
21
E (I}
Ol
c(I}
20
(L
'iii
c(I}
00.
19 15
-----
-------·-
16
1 -~~~~-r_a~ _:o_n_tm_o_ri_ll:_:_it_e .(_'X_o)__
----
Gambar 4.13 Pengaruh Mineral Montmorillonite
_9
_j
terhadap potensi
Pengembangan
I
500- - - ~----------==--------===========-----=---=---=--=~
(<:$
I 0..
' I
'
..;,::
c::~
(<:$
00
' c:: (<:$
I .D
~E i 00 '
Q.)
I~c::
:~~ . ·~·~~-~I 200
---------------
-------
----------i
-1
I
I
i II i
100
(<:$
c:: (<:$
..;,:: Q.)
r-
0 -1------------,------,-------i 16 17 18 19 20
-------·-------
-
Mineral Montmorillonite
(%)
Gambar 4.14 Pengaruh Mineral Montmorillonite Pengembangan
_J terhadap tekanan
60
6.4 6.2 6
~ v" El .E ~
5.8 5.6
ta
-a
.0
5.4 5.2
~
16 L_
_____
17
18
19
20
Mineral Montmorillonite (%)
Gambar 4.15 Pengaruh Mineral Montmori/lonite terhadap Perubahan Volume
5.2.2 Hubunganangka pori Hasil perhitungan angka pori dengan kadar air dan dari beberapa titik lokasi yang berbeda dapat diketahui bahwa terjadi kecenderungan apabila kadar air awal meningkat maka angka pori naik,hal tersebut dapat dilihat dari Gambar 4.16. Dari hasil penelitian sampel tanah Bandara Lombok Baru nilai Cc berada pada rentang 0.46 hingga 0,51, hasil tersebut mirip dengan hasil yang didapatkan oleh Suartini (1999) untuk sampel Desa Penujak Lombok Tengah yang bearada pada rentang 0,34 sampai 0,54. Umumnya nilai Cc yang dimiliki suatu jenis tanah hanya satu, tetapi tidak menutup kemungkinan memiliki nilai yang berbeda. Perbedaan ini dapat dimungkinkan akibat ketidakhomogenan tanah, ketebalan tiap lapisan yang tidak sama atau kerusakan struktumya. (Suartini,1999).
61
·;:: 0
a. cu
.lll: CD
c:
<
0.52 0.51 0.5 0.49 0.48 0.47 0.46 0.45
• 40
45
50
55
60
Kadar Ajr Gambar 4.16 Hubungan Kadar Air Dengan Angka Pori
5.2.3 Hubungan Berat Volume Kering (Dry Density) Dari hasil pengujian tanah Bandara dan daerah sekitarnya, maka dapat diketahui · bahwa
berat
kering
tanah
cenderung
mempengaruhi
tingkat
pengembangan tanah. Semakin padat atau tinggi nilai berat volume kering tanah maka semakin besar tingkat pengembangan tanah. Hal tersebut sesuai dengan penyataan Chen (1975), bahwa ketika berat volume kering awal (initial dry density) meningkat, maka akan diikuti dengan peningkatan potensi dan tekanan pengembangan. Pada titik 5 dengan kepadatan yang cukup tinggi mengalami potensi dan tekanan pengembangan yang kecil, hal tersebut dapat terjadi karena hal-hal yang telah dikemukakan senelumnya antara lain kandungan banyak butiran kasar, liquid limit (LL). Hubungan antara berat volume kering dengan potensi dan tekanan pengembangan disajikan pada Gambar 5.17 dan Gambar 5.18
62
-
25.00
~ ~ c cu C) c cu .c
20.00 15.00
EQ)
C)
10.00-
cQ)
0.
·c;;
5.00
cQ)
0
0.
0.00
L
1.743
1.761
1.808
1.815
1.819
Yd
', ~
Gambar 5.17 Hubungan berat volume kering dengan potensi pengembangan
r-·---- ----- -- - - ·1
~-
.
~ ] ~ ~ ~ ~ ::"
I~
:~~
i
- -- ·-- -- ------------~
-----
350 +----------300 -t-----------------==----t 250 1----200 150 100 50 0 I---'-'-=-"---~-'-'=-=-""--~---'1.743 1.761 1.808
I
1.819
- ---- - - __ r_::_
l - -
Gambar
1.815
5.18
Hubungan
berat
pengembangan
I
I
_J volume
kering
dengan
tekanan
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal yaitu : 1.
Hasil pengujian tanah asli diperoleh hasil sebagai berikut : nilai specific gravity 2,70 - 2,74, batas cair 117, 13-173, 10%, indeks plastisitas 84,52% - 136,58%, fraksi lempung 41,28 - 52,37%.
2.
Menurut klasifikasi sistem Unified, semua sampel merupakan tanah lempung hitam dan termasuk kelompok CH yaitu lempung dengan plastisitas tinggi dan menurut AASHTO termasuk kelompok A-7-6.
3.
Nilai aktifitas semua sampel tanah 2,05 - 2,61, jika dihubungkan dengan kadar lempung, jenis tanah termasuk lempung potensial > 25% (tinggi) dengan kandungan monmorilonit tinggi.
4.
Nitai hasil uji potensi pengembangan 12, 15% - 22,75% termasuk potensi pengembangn tinggi samapi sangat tinggi. Bila dikaitkan dengan perubahan kadar air potensi pengembangan tidak menunjukan perbedaan yang besar dikarenakan perbedaan kadar air kecil.
5.
Hasil tekanan pengembangan 160 kPa-425 kPa. (1 kPa = 100 kg/m2). Hasil ini menujukan tekanan pengembangan yang sangat besar ± 40 ton/m2.
6.2
Saran Penelitian lanjutan perlu dilakukan dengan mencaba memvariasikan
kadar air yaitu dengan mengambil sampel pada saat musim hujan maupun
63
64 musim kemarau, demikian juga kedlaman pengambilan divariasikan untuk mengengtahui pengarauh tekanan overburden tanah terhadap potensi maupun tekan pengembangan.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1997, Annual Book of ASTM Standarts, section 4, volume Q4.08, Philadelphia, USA Chen, F.H., 1975, Foundation on Expansive Soil, Else vier Scientific Publishing Company, New York. Das, B.M., 1998, Principles of Geotechnical Engineering, PWS-KENT Publishing Company, Boston. Das, B.M., 1992, Soil Mechanics Laboratory Manual, PWS-KENT Publishing Company, Boston. Hardiyatmo, H.C.,2002,Mekanika Tanah I, Gadjah Mada University Press, Jogyakarta. Kovacks, W.D., dan Holtz,R.D., 1981, An Introduction to Geotechnical Engineering, Prentice Hall Inc., New Jersey. Lambe, T.W., dan Whitman, R.D., 1969, Soil Mechanics, John Wiley & Sons, New York. Muchtaranda, l.H., 2003, Variasi Penembahan Serbuk Batu Apung dan Kapur sebagai Bahan Stabilisasi Tanah Lempung dari Desa Penujak, Thesis, Jogyakarta. Supriyono, 1993, Studi Tekanan Pengembangan Tanah dengan Alat Geonor, Thesis, Bandung. Rawiana, S., 1999, Karakteristik
Tanah Ekspansif terhadap Perilaku
Pembebanan,Thesis, Jogyakarta.
LAMP IRAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS MATARAM
R.I.
LEMBAGA PENELITIAN JI. Pendidikan No.37 Mataram NTB,Tip.(0370) 641552, 638265 Fax.(0370) 63S265, e-mail:
[email protected]
SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PENELITIAN DOSEN MUDA. TAHUN ANGGARAN 2007 . Nomor:
193b/H18.12.2/PU2007
Pada hari ini Senin tanggal dua bulan April tahun dua ribu tujuh, kami yang bertanda tangan di bawah ini: 1.
tr. H. Yusuf Akhyar Sutaryono, Ph.D.
Dalam hal ini bertindak selaku Ketua Lembaga Penelitian Universitas Mataram selanjutnya disebut,. p~HAK PERT AMA
2.
Ir. Ismail Hoesain M.,MT
Dalam hal ini bertindak selaku Ketua Pelaksana Penelitian, selanjutnya disebut PIHAK KEOUA.
Kedua belah pihal< bersama-sama telah sepakat mengadal
Pasal4 Segala sesuatu yang berkaltan dengan Pajak berupa PPn dan/atau PPh menjadi tanggungjawab PIHAK KEDUA dan harus disertorkan ke kas Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang bertaku.
Pasal 5 a.
b.
c. c.
d.
Bersama-sama dengan PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA berkewajiban rnenqupayakan dan/atau menindak. lanjuti penelitian seperti termasuk. dalam pasal 1 untuk memperoleh paten dan/atau publikasi ilmiah dalam jumal Nasional/internasional dan/atau tek.nologi tepat guna atau rek.ayasasosial dan atau buku ajar. PIHAK KEDUA berkewajiban membuat laporan akhir penelitian untuk disampaikan kepada Lembaga Penelitian Universitas Mataram. PlHAK KEDUA menyampaikan database penelitian kepada pihak pertama sesuai format buku panduan yang disediakan PlHAK PERT AMA. PlHAK KEDUA harus/memastikan dapat mempresentasikan hasil penelitiannya pada seminar yang akan dilaksanakan oleh PIHAK PERTAMA dan/atau Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. '.~ PIHAK KEDUA wajib memberikan data, informasi, dan keterangan secara benar dan jujur kepada Tim Monitoring dan Evaluasi {monev) yang berasal dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas dan/atau Tim Monev yang dibentuk oteh lembaga Penelitian Universitas Mataram. Pasal 6
.
1 ). Apabila PIHAK KEDUA, karena satu dan lain hal bermaksud merubah pelaksanaan, judul, jangka waktu, lokasi penelitian, dan/atau Ketua Peneliti dari pelaksana penelitian yang telah disepakati dalarn Surat Perjanjian ini, PIHAK KEDUA harus mengajukan permohonan perubahan tersebut kepada PIHAK PERTAMA. 2). Perubahan Pelaksanaan Penelitian tersebut pada ayat 1 Pasal 6 dalam Surat Perjanjian ini dapat dibenarkan bila telah mendapat persetujuan lebih dahulu dari PIHAK PERT AMA. Pasal 7 1. PIHAK KEDUA harus menyelesaikan penelitian yang dimaksud dalam pasal 1 selambatlamta~nya, tanggal 1 Oesember 2007; 2. PIH t(. KEDUA harus menyerahkan laporan akhir Hasil Pelaksanaan Penelitian kepada PIH K PERTAMA dalam bentuk hard copy sebanyak 8 (delapan) eksemplar dan dalam bentuk soft copy (CD dalam format MS Word) sebanyak 2 {dua) copy CD disertai dengan Ringkasan/Summary {abstrak) dalam Bahasa Indonesia maupun Saha~ lngt)eris sebanyak 2-3 halaman dan artikel ilmiah yang terpisah dari laporan sebanyak 4 (empat) eksemplar. Pasat8 (1) Pli-lAK KEDUA wajib membuat loog book kegiatan penelitian dan log book penggunaan dana penelitian (2) Loog book -sebaqairnana dimaksud pada ayat (1) harus diserahk.an kepada PIHAK PERTAMA bersama-sama dengan laporan akhir penelitian dan dokumen-dokumen lain sebagaimana disebutkan pada pasat 7 ayat (2) (3) Penyerahan loog book penggunaan dana penelitian oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA disertai dengan tanda bukti/kwitansi penggunaan dana penelitian dan pajakpaja~ yang harus dibayarkan kepada kas Negara.
(4) Apabila PIHAK KEDUA tidak melakukan sebagaimana disebutkan pada ayat (3), rnaka P(HAK PERTAMA berhak mengambil 15% dari total dana penelitian PIHAK PERTAMA untuk pembayaran pajak yang akan disetorkan ke kas Negara. Pasal9 Laporan hasil penelitian dalam bentuk "hard copy"' tersebut pada pasal 7 di atas harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. Bentuk/ukuran kertas kuarto; b. Warna cover (disesuaikan dengan ketentuan yang ditetapkan); c. Dibagian bawah kulit ditu~is : Dibiayai oleh Direktor-at Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian Nomor: 01 O/SP2H/PP/DP2M/lll/2007 tanggal 29 Maret 2007 Pasal 10 1. ,,~
Dalam hal Ketua Pelaksana Penelitian yang tersebut dalam pasal 1 tidak dapat menyelesaikan pelaksanaan penelitian ini sepenuhnya, maka PIHAK KEDUA harus menunjuk penggantinya yang berasal dari anggota Tim peneliti atau yang berkompoten dalam bidang ilmu tersebut atas persetujuan PIHAK PERTAMA.
2.
Apabila batas waktu habisnya masa Penelitian ini PIHAK KEDUA belum juga menyerahkan hasil pekerjaan seluruhnya kepada PIHAK PERTAMA, maka PIHAK KEDUA dikenakan denda sebesar 1/1000 (satu pennil) setiap hart ketertambatan terhitung dari tanggal jatuh tempo yang telah ditetapkan sampai setinggi-tingginya 5% (lima persen) dari nilai surat perjanjian pelaksanaan penelitian;
3.
Dalam hal PIHAK KEDUA tidak dapat memenuhi Perjanjian Pelaksanaan Penelitian ini hingga tanggal 15 Desember 2007, maka PIHAK KEDUA wajib mengembalikan dana penelitian yang telah diterimanya kepada PIHAK PERTAMA untuk selanjutnya disetorkan kembali ke Kas Negara
4.
Apabila waktu penelitian seperti tersebut pada pasal 7 (1) tidak dapat dipenuhi, maka untuk selanjutnya P1HAK PERTAMA akan mempertimbangkan usul-usul penelitian berikutnya yang berasal d~ri oenetlti yang bersangkutan.
5.
Apabila dikemudian hari terbukti bahwa judul-judul penelitian sebagaimana tersebut pada pasal 1 terdapat duplikasi, maka penelitian tersebut dinyatakan batal dan PIHAK KEDUA wajib mengembalikan dana penelitian yang telah diterimanya kepada PIHAK PERTAMA untuk selanjutnya disetor kembali ke Kas Negara. Pasal 11
Hak Kekayaan lntelektual yang dihasilkan dari pelaksanaan penelitian tersebut diatur dan dikelola sesuai dengan peraturan dan per undang-undangan yang berlaku.
Pasal12 Hasil penelitian berupa peralatan dan/atau alat yang dibeli dari kegiatan penelitian ini adalah milik Negara yang dapat dihibahkan kepada Perguruan Tinggi pihak kedua atau Lembaga Pemenntah lain melalui Surat Keterangan Hibah.
Pasal 13 Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian dibuat rangkap 3 (tiga), 1 (satu) rangkap dibubuhi meterai Rp. 6.000,- (enam ribu rupiah) yang biaya meterainya dibebankan kepada PIHAK KE DUA. Pasal14 Hal yang betum diatur dalam perjanjian ini, akan ditentukan kemudian oleh kedua belah pihak secara musyawarah. PIHAKKEDUA
Ketua elaksana Penelitian,
Ir. Ismail Hoesain M.,MT NIP. 132089464
CURRICULUM VITAE Ketua Peneliti 1. Nama Lengkap dan Gelar
: Ir. Ismail Hoesain M., MT.
Tempat dan Tanggal Lahir : Denpasar, 17 Juli 1965. 2. Pendidikan Universitas I lnstiut dan Gelar Tahun Selesai Lokasi a. Fakultas Teknik IR 1990 UNIBRAW b. Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil UGM MT 2004
Bidang Studi Teknik Sipil I~
Geologi Teknik
3. Pengalaman kerja dan pengalaman profesional serta kedudukan saat ini No. lnstitusi Jabatan Periode kerja 1. Fak. Teknik UN RAM, Dosen 1994 - Sekarang Jurusan Teknik Sipil 4. Pengalaman Penelitian dan Karya llmiah a. Stabilisasi Tanah Kapur sebagai Bahan Perkerasan Jalan Sub Base, Penelitian Starter Grant, 1998. b. Pengaruh Penambahan Batu Pecah pada Kekuatan Bahan Paving, Penelitian Matching Grant, 1999. c. Variasi Penambahan Serbuk Batu Apung dan Kapur sebagai Bahan Stabilisasi T anah Lempung dari Desa Penujak, Penelitian Swadana Fakultas Teknik UGM, 2003. d. Pengaruh Penambahan Abu Terbang terhadap Sifat-sifat Pengembangan Tanah Lempung Ekspansif Praya, Penelitian SPP/ OPP Unram, Maret 2004. e. Kuat Lentur Plat Lantai Komposit Kayu Beton Agregat Ringan dengan campuran Serat ljuk, Penelitian SPP/DPP Unram, Agustus 2005. f. Pemanfaatan Serat Serabut Kelapa pada Plat Komposit Kayu Seton Ringan dengan Agregat Pumice, Penelitian Dosen Muda 2006.
CURRICULUM
VITAE
Anggota Peneliti 1. Nama Lengkap dan Gelar : Ir.Miko Eniarti, MT. Tempat dan Tanggal Lahir : Blitar, 15 Maret tahun 2. Pendidikan · Universitas I lnstitut dan Gelar Tahun Lokasi Selesai a.FakultasTeknik IR 1989 UNIBRAW b. Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil ITS MT 2001
1965. Bidang Studi T eknik Sipil
Struktur
3. Pengalaman kerja dan pengalaman profesional serta kedudukan saat ini No. lnstitusi Jabatan Periode kerja 1. Fak. Teknik UNRAM, Dosen 1991 Jurusan Teknik Sipil Seka rang 4. Pengalaman Penelitian dan Karya llmiah a. Kapasitas Lentur Kolom Seton Mutu Tinggi, ORYZA Vol. IV I No. 16, Januari 1999. :_. b. Retak Lentur Balok Komposit Beton Mutu Tinggi, Jurnal Teknik Rekayasa, Fak. Teknik UNRAM, Vol. 1. No. 3, Juni 2001 c. Pengaruh Taburan Pasir pada Coating Tulangan Terhadap Kuat Lekat Tulangan Bambu, Penelitian SPP/DPP Unram, November 2002. d. Pengaruh Penggunaan Agregat Batu Apung pada Campuran Beton terhadap Laju Korosi Tulangan Baja di Lingkungan Agresif, Penelitian Swadana Fakultas Teknik UNRAM, 2003. e. Karakterisrik Seton Bertulang pada Perlindungan Katodik di Lingkungan Air Laut , Penelitian Hibah Pekerti April 2004. f. Pengaruh Abu Sekam Padi terhadap Durabilitas Beton Beragregat Kasar Batu Apung di Lingkungan Agresif, Penelitian Swadana Fakultas Teknik UNRAM, 2004. g. Kuat Lentur Plat Lantai Komposit Kayu Seton Agregat Ringan dengan campuran Serat ljuk, Penelitian SPP/DPP Unram, Agustus 2005. h. Pemanfaatan Campuran Abu Sekam Padi sebagai Pengganti Semen, Penelitian Dosen Muda 2005. i. Pemanfaatan Serat Serabut Kelapa pada Plat Komposit Kayu - Seton Ringan dengan Agregat Pumice, Penelitian Dasen Muda 2006. j. Pengaruh Taburan Pasir pada Coating Tulangan Terhadap Kuat Lentur Balok Tulangan Bambu Pilinan dengan Agregat Pumice, Penelitian Swadana, April 2006.
""·
-........... ·;_-~
.
....