LAPORAN MONITORING KONVENSI HASIL SIDANG INTERNATIONAL MARITIME ORGANIZATION (IMO) PERIODE JANUARI DAN FEBRUARI TAHUN 2013 International Maritime Organization (IMO) dalam kurun waktu Januari sampai dengan februari 2013 telah melakukan 4 kali kegiatan sidang international yang berlokasi di London, Inggris. Adapun Sidang IMO yang telah diselenggarakan adalah sebagai berikut: 1. Sub-committee on fire Protection (FP) telah diselenggarakan dari tanggal 07 s/d 11 Januari 2013 di London, Inggris dan sebagai ketua delegasi dari Indonesia adalah Capt.Sahattua P.Simatupang. Dalam sidang ini membahas tentang “ Development to prevent explosions on oil and chemical tankers transporting low-flash point cargoes” Adapun tindakan yang dipersyaratkan pada saat sidang sub-committee ini adalah a. Klarifikasi tentang Inert Gas System (IGS) dan perubahan guidelines untuk Inert Gas System (IGS). b. Telah disetujui draft amandemen SOLAS reg II-2/4.5.5 yaitu 1) Inert Gas Systems diterapkan untuk kapal tanker dengan DWT 20.000 tonnes atau diatasnya dan bahwa untuk melindungi tangki-tangki muatan dari kebakaran dan ledakan maka harus dipasang dengan fixed Inert Gas Systems 2) Untuk kapal dengan DWT 8.000 tonnes dan diatasnya yang membawa muatan-muatan yang disebutkan dalam regulasi 1.6.1 dan 1.6.2 maka untuk melindungi tangki-tangki muatan dari kebakaran dan ledakan harus di pasang dengan fixed inert gas systems sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam Fire Safety Systems Code. 3) Kapal-kapal tanker yang mengoperasikan pembersihan tangki dengan menggunakan crude oil atau minyak mentah harus dipasang dengan IGS sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam Fire Safety System Code. 4) Kapal-kapal tanker yang dipersyaratkan untuk memiliki IGS di atas kapal harus memenuhi standard konstruksi yang telah dipersyaratkan. c. Telah disetujui draft amandemen SOLAS tentang penambahan paragraph baru 16.3.3 setelah paragraph 16.3.2 yaitu tentang pengoperasian Inert Gas System.
1
d. Disetujui proposal amandemen untuk Fire Safety System Code (FSS Code) chapter 15 yaitu tentang Inert Gas Systems yang mengatur tentang kemampuan Inert gas system untuk mampu melakukan inerting dimana kadar oxygen di dalam tangki kosong tidak lebih dari 8 % by volume dan pada keadaan tekanan positif (positive pressure) selama kapal berada di laut maupun di pelabuhan kecuali di perlukan untuk gas free. Pada saat inert gas system di operasikan maka kadar oxygen hantar ke tangki muatan tidak lebih dari 5% by volume. Pada bab ini juga dibahas tentang persyaratan-persyaratan untuk flue gas dan inert gas generator systems dan Nitrogen generator systems e. Penerapan draft amandemen SOLAS regulation II-2 /4.5.5 untuk kapal-kapal gas tanker. f. Draft amandemen untuk IBC Code sehubungan dengan perkembangan untuk mengambil tindakan dalam pencegahan ledakan pada kapal minyak product dan kapal tangki kimia yang mengangkut muatan jenis low-flashpoint cargoes. g. Direkomendasikan bahwa laporan kecelakaan yang menyebabkan kehilangan lima jiwa manusia pada”Maharshi Krishnatreya” harus disebarluaskan lebih awal sehingga dapat di analisa dan di ambil tindakan yang sesuai. Keuntungan hasil sidang sub-committee ini bagi Negara Indonesia yaitu dengan adanya aturan aturan tersebut maka akan mengurangi kecelakaan transportasi laut terutama untuk kapal-kapal jenis tanker product, kapal tangki kimia dan kapal gas sehingga bahaya ledakan dan kebakaran di kapal jenis tersebut dapat di atasi.
2. Sub-committee on Radiocommunications and Search and Rescue (COMSAR) telah diselenggarakan dari tanggal 21 s/d 25 Januari 2013 di London, Inggris dan sebagai ketua delegasi dari Indonesia adalah Capt.Sahattua P.Simatupang. Hasil sidang Sub-committee on COMSAR yaitu: a. Annex 1 sesuai dengan revised MSC.1/Circ 1382 yaitu tentang questionnaire on shore-based facilities on the global maritime distress and safety system (GMDSS) yang berisi sebagai berikut: 1) Annex 1 tentang status of shore-based facilities for the GMDSS dalam bentuk table.
2
2) Annex 2 yaitu tentang sea area A1 (dalam jarak shore-based VHF-DSC coverage) 3) Annex 3 yaitu tentang sea area A2 (dalam jarak shore-based MF-DSC coverage) 4) Annex 4 yaitu tentang sea area A3 (di luar sea area A2) 5) Annex 5 yaitu tentang Inmarsat Facilities. 6) Annex 6 yaitu tentang Rescue Coordination Centres (RCCs) using Ship Earth Stations (SESs) 7) Annex 7 yaitu tentang 518 kHZ NAVTEX Service, 490 kHZ NAVTEX Service, 4209,5 kHZ Service, IMO Resolution A.801(19), annex 4, paragraph 3 tentang criteria ketika dilengkapai dengan NAVTEX Service. 8) Annex 8 yaitu tentang International safetyNET service 9) Annex 9 yaitu tentang HF Narrow Band Direct Printing (NBDP) MSI Broadcast service. 10) Annex 10 yaitu tentang Cospas-Sarsat MCC and LUT 11) Annex 11 yaitu tentang EPIRB registration data 12) Annex 12 yaitu tentang Maritime Mobile Service Identities (MMSI) b. Annex 2 tentang draft revision of the recommendations on the promulgation of maritime safety information yang bertujuan untuk menetapkan organisasi, standard dan metode dimana harus dipergunakan untuk mengumumkan atau menyebarkan dan menerima informasi keselamatan dalam dunia kemaritiman. c. Annex 3 tentang draft revision of the IMO /IHO world-wide Navigational warning service guidance document yang dimaksudkan untuk menyediakan petunjuk khusus dalam penyebaran NAVAREA yang berkoordinat
internasional dan
peringatan-peringatan dari stasiun pantai. d. Annex 4 tentang draft guidance on the validity of radiocommunications equipment installed and used in ship’s dengan tujuan untuk memberikan perhatian bahwa kemungkinan adanya ketidaksesuaian diantara pemasangan alat-alat radio komunikasi di atas kapal dan di tinjau kemballi tentang susunan frekuensi dan saluran komunikasi untuk HF (high frequency) dan VHF (very high frequency)
3
e. Annex 5 tentang preliminary draft IMO position on WRC-15 agenda items concerning matters relating to maritime services untuk memastikan bahwa apabila ada penambahan frekuensi baru yang telah diidentifikasi untuk IMT tidak akan mempengaruhi pelayanan kemaritiman. f. Annex 6 tentang draft liaison statement to ITU-R working parties 5A,5B,5D and joint task group 4-5-6-7. g. Annex 7 tentang liaison statement to ITU-R 4A and cirm, di tinjau kembali resolusi 902 (WRC-2003) di mana akan dipertimbangkan untuk perubahan pada WRC15 dan keterangan ketentuan bahwa batas penggunaan ESVs ke 125 km untuk Ku band dan 300 km untuk C band. h. Annex 8 tentang TOR for the ninth meeting of the joint IMO /ITU experts group on maritime radiocommunication matters yang mempunyai tujuan untuk saran dalam perkembangan persyaratan-persyaratan dimasa yang akan datang tentang radio komunikasi maritime yang persyaratan operasionalnya digambarkan oleh IMO dan ITU i.
Annex 9 tentang Draft SN circular information on the display of AIS-SART, AIS Manoverboard on EPIRB-AIS Devices diterbitkan perkembangan-perkembangan alat-alat yang menggunakan teknologi AIS
j.
Annex 10 tentang technical working group advice for the drafting group on development of a mandatory code for ship’s operating in polar waters yang mensyaratkan: 1) Kapal-kapal yang beroperasi di daerah perairan kutub harus: a) Mempunyai alat komunikasi suara dua arah yang dapat dipercaya dan data komunikasi pada poin-poin sepanjang rute daerah operasi dimaksud. b) Dapat dipercaya maksudnya adalah RCCs memungkinkan untuk segera memulai komunikasi dua arah. c) Komunikasi yang sesuai untuk operasi pengawalan dan iring-iringan kapal. d) Komunikasi on-scene voice. 2) Sebagai tambahan berikut ini berlaku: a) Alat-alat komunikasi yang diwajibkan untuk penggunaan di lifeboat dan rescue boat harus mampu untuk beroperasi paling sedikit lima hari pada
4
keadaan cuaca -30ºc, sebagai tambahan harus dilengkapi dengan pengganti battery cadangan atau replacable battery. b) Semua lifeboat dan rescue boat apabila di luncurkan harus membawa alat yang sesuai untuk peringatan bahaya, penempatan posisi dan on-scene communications. c) Survival craft apabila di luncurkan, diharuskan mempunyai system penempatan posisi.
3. Sub-committee on Bulk Liquids and Gases (BLG) telah diselenggarakan dari tanggal 04 s/d 08 Februari 2013 di London, Inggris dan sebagai ketua delegasi dari Indonesia adalah Capt.Sahattua P.Simatupang. Dalam sidang ini membahas tentang “Evaluation of safety and pollution hazards of chemicals and preparation of consequential amendments” Adapun tindakan yang dipersyaratkan pada saat sidang sub-committee ini adalah a. Annex 1 tentang evaluasi minyak products baru yaitu: 1) tall oil soap, crude 2) Alkanes (c10-c26), linear and branched ( FP ≤ 60° C) b. Annex 2 tentang cargo tank cleaning additives evaluated and found to meet the requirements of regulation 13.5.2 of Marpol annex II yaitu provisions on the control of discharge of noxious liquid substances yang menyatakan bahwa ”when small amounts of cleaning additives (detergent product) are added to water in order to facilitate tank washing, no additives containing pollution category X components shall be used except those components that are readily biodegradable and present in total concentration of less than 10 percent of the cleaning additive. No restrictions additional to those applicable to the tank due to the previous cargo shall apply. c. Annex 3 tentang table references to related information and recommendations for ascertaining the carriage requirements for products shipped in bulk. d. Annex 4 tentang evaluation of list 3 trade-named mixtures yaitu untuk nama product surfom CS 5015 polusi category X, methoxypolyglycol basic (MPG Basic) polusi category Y dan MP Cresol 45 polusi category Y.
5
e. Annex 5 tentang amendments to the revised guidelines and specifications for oil discharge monitoring and control systems for oil tankersuntuk jenis muatan individual bio-fuel blends containing 75 % atau lebih kandungan minyak petroleum. f. Annex 6 tentang guidance on the timing of replacement of existing certificates as a consequence of the entry into force of amendments to the IBC Code tentang penggantian sertifikat International certificate of fitness for the carriage of dangerous chemicals in bulk, meninjau kembali sertifikat penerbitan yang dipersyaratkan sebagai akibat dari amandemen untuk International Code for the Construction and equipment of Ship Carrying Dangerous chemical in bulk (IBC Code) g. Annex 7 tentang proposed future work programme for the ESPH Working group yang mencakup antara lain: 1) evaluasi tentang product-product baru. 2) evalusi tentang cleaning additive-additive baru. 3) Meninjau kembali tentang klasifikasi sementara “ Zat kimia cair yang di angkut dalam curah cair dan hal-hal lain yang berhubungan.
4. Sub-committee on Stability and Load Lines and on Fishing Vessels safety (SFL) telah diselenggarakan dari tanggal 18 s/d 22 Februari 2013 di London, Inggris.
6