LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS
Pelatihan Merancang Media Audio Visual Berbasis Performance Assesment dalam Pelaksanaan Layanan Informasi Bimbingan Konseing Bagi Mahasiswa Jurusan BK FIP Undiksha
Oleh: 1.
Putu Ari Dharmayanti, S.Pd.,M.Pd (Ketua) NIP. 198501232008122004
2.
Dr. Ketut Gading, M.Psi (Anggota) NIP. 195912311984031009
3.
Luh Putu Sri Lestari, S.Pd., M.Pd (Anggota) NIP. 198605192008122003
BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2016 1
Abstrak: Tujuan P2M ini adalah Meningkatkan pemhaman guru BK SMA/SMK di Kota singaraja mengenai langkah-langkah dalam merancang media audio visual berbasis performance assesment dalam pelaksanaan layanan informasi BK Serta Meningkatkan kemampuan guru BK SMA/SMK merancang media audio visual berbasis performance assesment dalam pelaksanaan layanan informasi BK. Kegiatan P2M diselenggarakan di ruang seminar FIP dengan melibatkan guruguru bimbingan konseling SMA/ SMK di kota singaraja yang berjumlah 30 orang. Kegiatan dilaksanakan selama dua hari yaitu tanggal 29-30 Juli 2016. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam P2M ini adalah metode ceramah, diskusi dan juga pelatihan (merancang meda audio visual dan refleksi) yang dilaksanakan dalam bentuk seminar dan workshop. Keberhasilan kegiatan pelatihan ini akan dievaluasi melalui: 1) Evaluasi proses: dilihat dari aktifitas peserta mengikuti kegiatan pelatihan, hal ini ditunjukan dengan partisipasi pesrta dalam diskusi (mengajukan atau menjawab pertanyaan), kehadiran peserta dalam kegiatan, kerjasama peserta dalam kegiatan (mau melaksanakan instruksi yang diberikan oleh narasumber maupun ketua pelaksana). Evaluasi proses dilaksanakan selama kegiatan P2M dilaksanakan. 2) Evaluasi
hasil/produk:
dilakukan
terhadap
kemampuan
peserta
dalam
merancang media audio visual dalam kegiatan layanan informasi BK. dan juga penilaian terhadap produk media yang dihasilkan maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan P2M berhasil, karena rancangan yang dibuat sesuai dengan indikator dan tagihan yang diminta oleh pelaksana dan juga peserta sudah menunjukan keseriusannya dalam membuat rancangan tersebut. Kata kunci: Media BK, Performance Assessment, Layanan Informasi,
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator, dan instruktur (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6). Kesejajaran posisi ini tidaklah berarti bahwa semua tenaga pendidik itu tanpa keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja. Demikian juga konselor memiliki keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja yang tidak persis sama dengan guru. Hal ini mengandung implikasi bahwa untuk masing-masing kualifikasi pendidik, termasuk konselor, memerlukan upaya pembentukan kualifikasi akademik dan kompetensi berdasar kepada konteks tugas dan ekspektasi kinerja masing-masing. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 27 Th. 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor (Pasal 1) secara tegas menyebutkan bahwa untuk dapat diangkat sebagai konselor, seorang wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor yang berlaku secara nasional. Selanjutnya penyelenggara pendidikan yang satuan pendidikannya memperkerjakan konselor wajib menerapkan standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor. Penguasaan keterampilan konseling bagi konselor memungkinkan terselenggaranya pelayanan konseling yang professional dan memandirikan serta menghindarkan tercederainya praktik profesi konselor. Salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki konselor adalah kemampuan menggunakan dan
mengoperasionalkan media bimbingan dan
konseling. Kemampuan ini diperlukan karena dalam kegiatannya seorang konselor hendaknya mampu merancang, menggunakan, dan mengevaluasi efektivitas penggunaan media dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
Melalui
perencanaan yang baik akan memperoleh kejelasan arah penggunaan media bimbingan dan konseling dan memudahkan untuk mengontrol kegiatan yang dilaksanakan. Lebih lanjut, Briggs (dalam Sadiman, dkk, 2002) menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar dan atau menerima layanan bimbingan dan 3
konseling. Definisi tersebut mengarahkan kita untuk menarik suatu simpulan bahwa media adalah segala jenis (benda) perantara yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada orang yang membutuhkan informasi Lebih lanjut, dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling dikenal pula istilah media bimbingan dan konseling. Suyitno (1997) menyatakan bahwa media bimbingan dan konseling adalah suatu peralatan baik berupa perangkat lunak maupun perangkat keras yang berfungsi sebagai alat bantu bimbingan dan alat bantu mengajar. Sebagai alat bantu dalam
kegiatan layanan bimbingan dan
konseling, maka media bimbingan ini akan disesuaikan dengan karakteristik masing-masing materi bimbingan dan konseling yang akan disajikan juga memperhatikan karakteristik siswa. Untuk melihat aktifitas guru BK SMA/SMK dalam merancang media audio visual BK maka pemantauan ini meliputi proses maupun hasil, maka diperlukan asesmen yang digunakan, dimana dalam asesmen yang dilakukan tersebut harus terdapat suatu umpan balik yang efektif, baik efektif dalam arti mengoptimalkan hasil maupun efektif dalam arti membangun tanggungjawab belajar pada diri mahasiswa.oleh karena itu pelatihan ini menggunakan Performance assessment adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian dilakukan terhadap unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi mahasiswa. Performance assessment digunakan untuk menilai kemampuan mahasiswa melalui penugasan. Penugasan tersebut dirancang khusus untuk menghasilkan respon (lisan atau tulis), menghasilkan karya (produk), atau menunjukkan penerapan pengetahuan. Tugas yang diberikan kepada mahasiswa harus sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dan bermakna bagi mereka (Setyono,2005:3). Sedangkan menurut Majid (2006:88) performance assessment merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi di mana peserta diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan mengaplikasikan pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Jadi dapat dikatakan bahwa performance assessment adalah suatu penilaian yang meminta peserta untuk mendemostrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria-kriteria yang diinginkan. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat 4
disimpulkan bahwa performance assessment dalam penelitian ini adalah suatu bentuk penilaian untuk mendemostrasikan atau mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh oleh mahasiswa dan menggambarkan suatu kemampuan mahasiswa melalui suatu proses, kegiatan, atau unjuk kerja. Karakteristik performance assesment menurut Norman (dalam Siti Mahmudah, 2000:18) adalah (1) tugas-tugas yang diberikan lebih realistis atau nyata; (2) tugas-tugas yang diberikan lebih kompleks sehingga mendorong siswa untuk berpikir dan ada kemungkinan mempunyai solusi yang banyak;(3) waktu yang diberikan untuk asesmen lebih banyak; (4) dalam penilaiannya lebih banyak menggunakan pertimbangan. Hal senada juga diungkapkan oleh Setyono (2005:3) bahwa performance assesment digunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui penugasan yang berupa aspek pembelajaran kinerja dan produk, sedangkan Hutabarat (2004:16) berpendapat bahwa performance assesment lebih tepat untuk menilai kemampuan siswa dalam menyajikan lisan, pemecahan masalah dalam suatu kelompok, partisipasi siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran, kemampuan siswa dalam menggunakan peralatan laboratorium serta kemampuan siswa mengoperasikan suatu alat. Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam membuat dan menggunakan performance assessment adalah 1) identifikasi semua langkah penting atau aspek yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir; 2) menuliskan
kemampuan-kemampuan
khusus
yang
diperlukan
untuk
menyelesaikan tugas; 3) mengusahakan kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak sehingga semua dapat diamati; 4) mengurutkan kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang akan diamati; 5) bila menggunakan skala rentang, perlu menyediakan kriteria untuk setiap pilihan (Hutabarat, 2004: 17) sedangkan Majid (2006: 88) mengemukakan langkah-langkah membuat dan menggunakan performance assessment adalah 1) melakukan identifikasi terhadap langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir (output yang terbaik); 2) menuliskan perilaku kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan dan menghasilkan output yang terbaik; 3) membuat dan menggunakan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur, jengan terlalu banyak sehingga semua kriteria- kriteria tersebut dapat 5
diobservasi selama siswa melaksanakaan tugas; 4) mengurutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati; 5) kalau ada periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria-kriteria kemampuan yang dibuat sebelumnya oleh orang lain. Untuk menentukan validitas dan reliabilitas dalam performance assessment ada beberapa langkah yang harus diperhatikan yaitu 1) menentukan tujuan penilaian yang jelas sebelum memulai; 2) mengajar siswa dengan kinerja yang diinginkan, dan 3) memberitahukan kepada siswa tentang kriteria-kriteria kinerja yang akan dipertimbangkan (Airasian, 1991:299301).
1.2 Analisis Situasi Salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki guru BK adalah kemampuan merancang media BK. Kemampuan ini diperlukan karena Melalui perencanaan yang baik akan memperoleh kejelasan arah penggunaan media bimbingan dan konseling dan memudahkan untuk mengontrol kegiatan yang dilaksanakan. Oleh karena itu dalam penggunaan media bimbingan dan konseling seorang konselor perlu memperhatikan berbagai hal sebagai berikut ini: (a) analisis kebutuhan/permasalahan siswa (b) penentuan tujuan yang akan dicapai (c) analisis situasi dan kondisi sekolah (d) penentuan jenis kegiatan yang akan dilakukan (e) penentuan personel-personel yang akan melaksanakan, (f) perkiraaan biaya yang dimiliki sekolah, (g) mengantisipasi kemungkinan hambatan dalam penggunaan media bimbingan dan konseling, dan (i) waktu dan tempat untuk digunakannya media bimbingan dan konseling. Seringkali ditemui dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling disekolah, konselor/guru pembimbing menyampaikan materi bimbingan dan konseling kepada siswa hanya dengan mempergunakan cara-cara yang “kuno”. Dalam arti bahwa konselor/guru pembimbing hanya sebatas menjelaskan atau memberi ceramah kepada siswa. Keterbatasan metode ini akan membuat dan menggunakan siswa merasa cepat bosan walaupun materi yang diberikan oleh konselor/guru pembimbing sebenarnya sangat menarik.Kegiatan belajar dan kegiatan layanan bimbingan dan konseling di kelas pada dasarnya adalah proses komunikasi. Hal ini menunjukkan bahwa konselor/guru pembimbing sebagai 6
sumber informasi memiliki kebutuhan untuk menyampaikan informasi (materi BK) kepada siswa sebagai penerima informasi. Penyampaian informasi ini dapat melalui cara-cara biasa seperti berbicara kepada siswa, atau melalui perantara yang disebut sebagai media. Penggunaan media BK perlu disadari bahwa berbeda dengan guru bidang studi lain karena sifat tugasnya, maka konselor hendaknya mampu mengalokasikan kegiatan yang ada di dalam kelas dan di luar kelas dengan media yang dapat mendukung kegiatan dimaksud
sehingga kegiatan
berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil observasi dalam studi pendahuluan didapatkan bahwa guru BK di SMA/SMK menyatakan belum memahami dan belum mampu untuk menginternalisasi keterampilan merancang media BK
kedalam pelaksanaan
layanan informasi bimbingan konseling. Hasil wawancara menunjukkan mereka masih terkendala dengan penguasaan teknologi dalam membuat media, selain itu mereka juga tidak paham harus memulai dari mana untuk merancang naskah media yang akan digunakan dalam layanan informasi. Untuk melihat aktifitas mahasiswa dalam merancang media audio visual BK maka pemantauan ini meliputi proses maupun hasil, maka diperlukan asesmen yang digunakan, dimana dalam asesmen yang dilakukan tersebut harus terdapat suatu umpan balik yang efektif, baik efektif dalam arti mengoptimalkan hasil maupun efektif dalam arti membangun tanggungjawab belajar pada diri mahasiswa.oleh karena itu pelatihan ini menggunakan Performance assessment adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian dilakukan terhadap unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi mahasiswa. Performance assessment digunakan untuk menilai kemampuan mahasiswa melalui penugasan. Penugasan tersebut dirancang khusus untuk menghasilkan respon (lisan atau tulis), menghasilkan karya (produk), atau menunjukkan penerapan pengetahuan . Pelayanan bimbingan dan konseling akan berjalan lebih baik dan menyenangkan apabila disertai dengan pemanfaatan media bimbingan dan konseling yang baik, terarah dan sistematis. Hal ini merupakan manifestasi dan akumulasi kinerja konselor, dan pada gilirannya akan memberikan kesan bahwa konselor bekerja secara profesional dan cakap, efektif, dan efisien, dan tidak gagap teknologi. 7
1.3
Identifikasi dan Perumusan masalah Berdasarkan analisis kebutuhan yang telah diuraikan di atas, dapat
diidentifikasi bahwa secara umum, masalah yang hendak ditanggulangi dalam P2M ini adalah kurangnya pemahaman merancang media audio visual berbasis performance assesment dalam pelaksanaan layanan informasi BK. Berdasarkan identifikasi tersebut, maka rumusan masalah dapat dinyatakan sebagai berikut: 1.3.1 Apakah
guru BK SMA/SMK di Kota Singaraja telah memiliki
pemahaman bagaimana langkah-langkah dalam merancang media audio visual berbasis performance assesment dalam pelaksanaan layanan informasi BK 1.3.2 Apakah guru BK SMA/SMK di Kota Singaraja dapat merancang media audio visual berbasis performance assesment dalam pelaksanaan layanan informasi BK
1.4
Tujuan Kegiatan Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan diatas, maka tujuan P2M ini adalah 1.4.1 Meningkatkan
guru BK SMA/SMK di Kota Singaraja mengenai
langkah-langkah dalam merancang media audio visual berbasis performance assesment dalam pelaksanaan layanan informasi BK 1.4.2 Meningkatkan kemampuan guru BK SMA/SMK di Kota Singaraja merancang media audio visual berbasis performance assesment dalam pelaksanaan layanan informasi BK
1.5 Manfaat kegiatan P2m ini diharapkan bermanfaat bagi: 1.5.1 Guru
bimbingan
konseling,
yaitu
dengan
meningkatnya
pemahaman serta dapat merancang media audio visual berbasis performance assesment dalam pelaksanaan layanan informasi BK 1.5.2 Pelaksana P2M, yaitu akan diperoleh kesempatan melakukan diseminasi hasil penelitian dan pengalaman sebagai bahan refleksi untuk peningkatan kualitas dan kuantitas kampus 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Performance Assesment 2.1.1 Pengertian Performance Assesment Dalam buku pedoman penilaian kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994: 3), dikemukakan bahwa:"Penilaian adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh dosen untuk mem-berikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh ten-tang proses dan hasil belajar yang telah dicapai mahasiswa. Nana Sudjana mengatakan penilaian merupakan proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. seperti yang sudah kita ketahui bahwa penilaian terdiri dari tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor, yang masing-masing ranah terdiri dari sejumlah aspek yang saling berkaitan. Alat dan penilaiannya untuk setiap ranah tersebut mempunyai karakteristik tersendiri sebab setiap ranah berbeda dalam cakupan dan hakikat yang terkandung didalamnya. Performance assesment adalah suatu asesmen alternatif berdasarkan tugas jawaban terbuka (open-ended task) atau kegiatan hands-on yang dirancang untuk mengukur kinerja mahasiswa terhadap seperangkat kriteria tertentu. Tugas-tugas asemen
kinerja
keterampilan,
menuntut
konsep,
dan
mahasiswa
menggunakan
pengetahuan.
berbagai
Performance
assesment
macam tidak
dimaksudkan untuk menguji ingatan faktual, melainkan untuk mengases penerapan pengetahuan faktual dan konsep-konsep ilmiah pada suatu masalah atau tugas yang realistik. Asesmen tersebut meminta mahasiswa untuk menjelaskan “mengapa atau bagaimana” dari suatu konsep atau proses. Performance assesment merupakan suatu komponen penting dari suatu asesmen autentik. O’Malley & Pierce (Nur, 2003) menyatakan performance assesment adalah:
Bentuk
asesmen
dimana
mahasiswa
menunjukkan
atau
mendemonstrasikan suatu respon secara lisan, tertulis, atau menciptakan suatu karya. Respon mahasiswa tersebut dapat diperoleh dosen dalam konteks asesmen formal atau informal atau dapat diamati selama pengajaran di kelas atau seting di 9
luar pembelajaran. Meminta mahasiswa untuk “menyelesaikan tugas-tugas kompleks dan nyata dengan mengerahkan pengetahuan awal, pembelajaran yang baru diperoleh, dan keterampilan-keterampilan yang relevan untuk memecahkan masalah realistik atau autentik” Memungkian mahasiswa menggunakan bahanbahan atau melakukan kegiatan hands-on dalam mencapai pemecahan masalah. Contohnya adalah laporan-laporan lisan, contoh-contoh tulisan, proyek individual atau kelompok, pameran, atau demonstrasi. Hibbard (1995) menyatakan performance assesment merupakan: Suatu realistik yang terkait dengan tujuan pendidikan sains Komponen utama program pendidikan
bertujuan:
(1)
menanamkan
konsep
dan
informasi;
(2)
mengembangkan proses ilmiah, seperti eksperimen, membuat dan menggunakan keputusan, membangun model, dan penemuan mesin; (3) mengembangkan keterampilan memecahkan masalah yang melibatkan ilmu pasti dan informasi untuk mendukung metode ilmiah; (4) mengembangkan keterampilan komunikasi untuk membantu mahasiswa menanamkan hal-hal lain secara efektif apa yang mereka telah pelajari atau apa yang menjadi saran mereka sebagai solusi masalah; (5) menanamkan kebiasaan bekerja dengan baik, seperti bertanggungjawab secara individu,keterampilan bekerja sama, tekun, memperhatikan keakuratan dan kualitas, jujur, memperhatikan keamanan, dan rapi. Suatu sistem untuk menilai proses dan produk Performance assesment merupakan suatu sistem untuk menilai kualitas penyelesaian tugastugas yang diberikan mahasiswa. Adapun komponen sistem performance assesment termasuk: (1) tugas-tugas yang menanyakan mahasiswa untuk menggunakan dan proses mereka yang telah dipelajari; (2) cheklist untuk mengidentifikasi elemen kinerja atau hasil pakerjaan; (3) Rubrik (perangkat yang mendeskripsikan proses dan atau kesatuan penilaian kualitas) berdasarkan skor total; (4) contoh-contoh terbaik sebagai model kerja yang akan dikerjakan. Kadang-kadang tes tradisional digunakan untuk menjamin bahwa mahasiswa telah cukup memiliki informasi akurat untuk menggunakan performance assesment. Dilain pihak, performance assesment digunakan sebagai strategi untuk mengaktifkan mahasiswa dalam pembelajaran. Performance assesment merupakan salah satu penilaian dimana dosen mengamati dan membuat 10
dan menggunakan pertimbangan tentang demonstrasi mahasiswa dalam hal kecakapan dan kompetensi dalam hal menghasilkan suatu produk. Untuk mengukur kinerja mahasiswa, dapat digunakan daftar cek (ceklist ), skala penilaian (Rating–scale ), dan rubrik. Penilaian kerja ialah penilaian kerja yang dilandaskan pada pengamatan selama proses peragaan kemampuan atau pada evaluasi penciptaan produk yang dihasilkan. Dalam pedoman penilaian di perguruan tinggi, dinyatakan bahwa tes kinerja adalah tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan proses penilaiannya dilakukan sejak mahasiswa melakukan persiapan, melaksanakan tugas sampai dengan hasil akhir. Penilaian kerja ialah penilaian kerja yang dilandaskan pada pengamatan selama proses peragaan kemampuan atau pada evaluasi penciptaan produk yang dihasilkan. Performance assessment pada prinsipnya lebih di tekankan pada proses keterampilan dan kecakapan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Cara penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya. Bersdasarkan cara melaksanakannya Performance assessment mahasiswa dapat di kelompokkan menjadi tiga yaitu: 1) Performance assesment klasikal digunakan untuk mengases kinerja mahasiswa secara keseluruhan 2) Performance assesment kelompok untuk mengakses kinerja mahasiswa secara berkelompok 3) Performance assesment individu untuk mengangses kinerja mahasiswa individu. Disamping itu pada penilaian terdapat prinsip-prisipnya yang meliputi; validitas, reliabilitas, menyeluruh, berkesinambungan, obyektif dan mendidik. Ranah penilaian dalam kurikulum 2013 merupakan penjabaran dari standar isi dan standar kompetensi lulusan. Didalamnya memuat kompetensi secara utuh yang merefleksikan pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai karakteristik masingmasing materi pelajaran. Adapun hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam Performance assessment ialah: a)
Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi 11
b)
Kelengkapan dan ketetapan aspek yang akan di nilai dalam kinerja tersebut
c)
Kemampuan
–kemampuan
khusus
yang
di
perlukan
untuk
menyelesaikan tugas d)
Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat diamati
e)
Kemampuan
yang
akan
dinilai
diurutkan
berdasarkan
urutan
pengamatan.
2.1.2 Teknik Penilaian Performance Assesment Teknik Penilaian pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen berikut: 1)
Daftar Cek (Check-list) Pengambilan data penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya-tidak). Peserta didik mendapat nilai bila kinerja penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai. Daftar cek dapat digunakan untuk mengamati dan menilai kinerja mahasiswa di luar Kelemahan cara ini ialah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamatidan tidak dapat diamati, dengan demikian tidak terdapat nilai tengah. Namun nilai cek lebih praktis di gunakan mengamati subyek dalam jumlah besar.
2)
Skala Penilaian (Rating Scale) Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai
ujian memberi nilai tengah
terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 1= tidak kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 = kompeten dan 4 = sangat kompeten. 3)
Rubik adalah pedoman penskoran. Rubrik analitik adalah pedoman untuk menilai berdasarkan beberapa kriteria yang di tentukan. Dengan menggunakan rubrik ini dapat dianalisa kelemahan dan kelebihan sseorang mahasiswa terletak pada kriteria yang mana. Rubrik holistik adalah 12
pedoman untuk menilai berdasarkan kesan keseluruhan atau kombinasi smua kriteria untuk rubrik ini salah satu penyebutan yang di gunakan adalah tingkat 1 (tidak memuaska) 2 (cukup memuaskan dengan banyak kekurangan), 3 (memuaskan dengan sedikit kekurangan) dan 4 (superior). Pada tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama cendrung memakai rubrik analitik dan rubik holistik di guanakan pada tingkat sekolah menengah tingkat atas. Rubrik performansi merupakan suatu rubrik yang berisi komponen-komponen suatu performansi ideal, dan deskriptor dari setiap komponen tersebut. Cara Performance assessment ada tiga, yaitu (1) holistic scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan impresi penilai secara umum terhadap kualitas performansi; (2) analytic scoring, yaitu pemberian skor terhadap aspek-aspek yang berkontribusi terhadap suatu performansi; dan (3) primary traits scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan beberapa unsur dominan dari suatu performansi. Rubrik biasanya digunakan untuk menskor respon / jawaban mahasiswa tterhadap pertanyaan open ended. Rubrik juga dapatt digunakan untuk menilai kinerja mahasiswa. Menurut hidden dan Spears, rubrik merupakan skala tingkatan yang digunakan skala tingkatan yang digunakan untuk menilai ulisan mahasiswa terhadap open ended. Adapun
hal-hal
yang
harus
diperhatikan
dalam
membuat
dan
menggunakan rubrik penilaian unjuk kerja yaitu: 1. Jenis kriteria Perlu di pertimbangkan bahwa terlalu banyak kriteria yang di pertimbangkan akan banyak memakan waktu untuk penyekoran. Tetapi jika kriteria yang diinginkan terlalu sedikit, mungkin hasil yang diperoleh tidak akan cukup unyuk memberikan informasi dalam memperbaiki unjuk kerja mahasiswa. 2. Sub kriteria 3. Skala penilaian. Dalam skala penilaian perlu dipertimbangkan bahwa semakin besar skala akan banyak memakan waktu. Untuk tujuan penilaian umumnya skala
13
genap lebih disarankan. Skala ganjil memuat nilai tengah yang nyata. Skala penilaian yang disarankan adalah 5 (1-5) atau skala 6 (1-6) 4. Membagi skala untuk batasan memenuhi dan tidak memenuhi Misalnya pada skala 5 (1-5), skala 1&2 dapa dianggap sebagai unjuk kerja yang tidak memenuhi, 3 cukup memenuhi, 4 -5 baik dan 6 sangat baik. 5. Deskripsi untuk tingkat penampilan yang berbeda baik dalam bahasa yang digunakan maupun deskripsi semua sub kriteria 6. Menghitung skor. Berdasarkan rubrik yang sudah dibuat dapat di nilai tugas unjuk kerja mahasiswa. Skor yang di peroleh masih harus di rubah dalam skala angka yang di terapkan (misal dalam bentuk 0-100, ada hal yang harus di perhatikan ialah bobot pertanyaan, apakah bobot dari masing-masing penampilan atau pertanyaan sama atau berbeda? Dan cara menghitung, bagaimana menghitung skor dari yang di peroleh.
2.1.3 Langkah-Langkah Pelaksanaan Penilaian. Penetapan indikator pencapaian hasil belajar. Indikator merupakan ukuran, karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau proses yang berkontribusi/menunjukkan keercapaian suatu kompetensi dasar. Indikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat di ukur, seperti: mengidenttifikasi, menghitung, membedakan,
menyimpulkan,
menceritakan
kembalai,
mempraktekkan,
mendemonstrasikan dan mendeskripsikan. Indikator pencapaian hasil belajar dikembangkan oleh dosen dengan memperhatikan perkembangan dan kemampuan setiap peserta didik. Setiap kopentensi dasar dapat di kembangkan menjadi dua atau lebih indikator pencapaian hasil belajar, hal ini sesuai dengan keluasan dan kedalaman kompetensi dasar tersebut. Indikator-indikator pencapain hasil belajar dari setiap kompetensi dasar merupakan acuan yang digunakan untuk melakukan penilaian. Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengembangkan metode ini adalah: kejelasan karakter penampilan yang akan dinilai, pengembangan tugas atau latihan (sifat, materi, jumlah), dan prosedur pen-skoran meliputi teknik, pencatatan hasil, identifikasi dan keterampilan penilaian. Sebagai contoh, aspekaspek kinerja mahasiswa apa saja yang akan dinilai? Sifatnya individual atau 14
kelompok? Prosedur penyekorannya meng-gunakan skala, rubrik atau catatan harian? Bagaimana kriteria penilaian dari masing-masing aspek kinerja mahasiswa? Selain itu sangat dibutuhkan pelibatan mahasiswa secara penuh mulai dari perencanaan, pengembangan dan peng-gunaannya Selain pengukuran yang konsisten, diperlukan juga alat ukur yang sahih (valid). Validitas (kesahihan) alat ukur berkaitan dengan kesesuaian antara alat ukur dengan aspek-aspek yang hendak diukur. Menurut Wayan Nurkancana (1986:127) alat ukur dapat dikatakan sahih apabila alat ukur tersebut dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur.
2.2 Media BK 2.2.1 Keterampilan Media BK Kata “media” berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata “medium”. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar. Menurut Heinich, (1993) media merupakan alat saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata "medium" yang secara harfiah berarti "perantara" yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Media bisa dipertimbangkan sebagai media Bimbingan dan Konseling jika membawa pesan-pesan (messages) dalam rangka mencapai tujuan Bimbingan dan Konseling. Media Bimbingan dan Konseling selalu terdiri atas dua unsur penting, yaitu unsur peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsur pesan yang dibawanya (message/software). Dengan demikian, media Bimbingan dan Konseling memerlukan peralatan untuk menyajikan pesan, namun yang terpenting bukanlah peralatan itu, tetapi pesan atau informasi yang dibawakan oleh media tersebut. Perangkat lunak (software) adalah informasi atau bahan bimbingan dan konseling itu sendiri yang akan disampaikan kepada siswa atau klien, sedangkan perangkat keras (hardware) adalah sarana atau peralatan yang digunakan untuk menyajikan pesan/bahan bimbingan dan konseling tersebut. Untuk lebih jelasnya, sebaiknya perhatikan contoh sederhana berikut ini: Pesawat televisi yang tidak me-ngandung pesan/bahan belum bisa disebut media bimbingan dan konseling, itu 15
hanya peralatan saja atau perangkat keras saja. Agar dapat disebut sebagai media bimbingan dan konseling maka pesawat televisi tersebut harus mengandung informasi atau pesan atau bahan yang akan disampaikan. Dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa (a) media bimbingan dan konseling merupakan wadah dari pesan, (b) materi yang ingin disampaikan adalah pesan bimbingan dan konseling, (c) tujuan yang ingin dicapai ialah proses bimbingan dan konseling. Selanjutnya penggunaan media secara kreatif akan memperbesar kemungkinan bagi siswa/ klien untuk belajar lebih banyak, mencamkan apa yang dipelajarinya lebih baik, dan meningkatkan penampilan dalam melakukan keterampilan sesuai dengan yang menjadi tujuan bimbingan dan konseling. Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu, Edgar Dale mengadakan klasifikasi menurut tingkat dari yang paling kongkrit ke yang paling abstrak.
Klasifikasi
tersebut
kemudian dikenal
dengan
nama
“kerucut
pengalaman” dari Edgar Dale dan pada saat itu dianut secara luas dalam menentukan alat bantu yang paling sesuai untuk pengalaman belajar maupun bimbingan dan konseling.
Gambar 01. Kerucut pengalaman Edgar Dale 2.2.2 Manfaat Media Perolehan pengetahuan siswa seperti yang digambarkan oleh Kerucut Pengalaman Edgar Dale bahwa pengetahuan akan semakin abstrak apabila pesan hanya disampaikan melalui kata verbal. Hal ini memungkinkan terjadinya verbalisme.
Artinya siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami dan 16
mengerti makna yang terkandung didalamnnya. Hal semacam ini akan menimbulkan
kesa-lahan persepsi siswa. Oleh sebab itu, sebaiknya siswa
memiliki pengalaman yang lebih konkrit, pesan yang ingin disampaikan benarbenar dapat mencapai sasaran dan tujuan. Secara umum media mempunyai kegunaan: 1. memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis. 2. mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra. 3. menimbulkan gairah/ minat siswa, interaksi lebih langsung antara murid dengan guru bimbingan dan konseling (guru BK). 4. memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya. 5. memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan persepsi yang sama. 6. Proses Layanan Bimbingan dan Konseling dapat lebih menarik 7. Proses Layanan Bimbingan dan Konseling menjadi lebih interaktif 8. Kualitas Layanan Bimbingan dan Konseling dapat ditingkatkan 9. Sikap positif siswa terhadap materi Layanan Bimbingan dan Konseling
2.2.3 Fungsi Media BK Dalam kaitannya dengan fungsi media bimbingan dan konseling, dapat ditekankan beberapa hal berikut ini: 1. Penggunaan media bimbingan dan konseling bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi bimbingan dan konseling yang lebih efektif. 2. Media bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari keseluruhan pro-ses layanan bimbingan dan konseling. Hal ini mengandung pengertian bahwa media bimbingan dan konseling sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi
yang
diharapkan. 3. Media bimbingan dan konseling dalam penggunaannya harus relevan dengan tujuan/ kompetensi yang ingin dicapai dan isi layanan bimbingan 17
dan konseling itu sendiri. Fungsi ini mengandung makna bahwa penggunaan media dalam bimbingan dan konseling harus selalu melihat kepada kompetensi atau tujuan dan bahan atau materi bimbingan dan konseling. 4. Media bimbingan dan konseling bukan berfungsi sebagai alat hiburan, dengan demikian tidak diperkenankan menggunakannya hanya sekedar untuk permainan atau memancing perhatian siswa/ klien semata. 5. Media bimbingan dan konseling bisa berfungsi untuk mempercepat proses bimbingan dan konseling. Fungsi ini mengandung arti bahwa dengan media bimbingan dan konseling siswa dapat menangkap tujuan dan bahan yang disajikan lebih mudah dan lebih cepat. 6. Media bimbingan dan konseling berfungsi untuk meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling. Pada umumnya hasil bimbingan dan konseling yang diperolah siswa dengan menggunakan media bimbingan dan konseling akan tahan lama mengendap.
2.2.4 Pengelompokan Media Bimbingan Dan Konseling Dilihat dari bentuk penyajian dan cara penyajiannya, maka
media
bimbingan dan konseling dapat diklasifikasikan sebagai berikut, yaitu (a) kelompok kesatu; grafis, bahan cetak, dan gambar diam, (b) kelompok kedua; media proyeksi diam, (c) kelompok ketiga; media audio, (d) kelompok keempat; media audio, (e) kelompok kelima; media gambar hidup/ film, (f) kelompok keenam; media televisi, dan (g) kelompok ketujuh; multi media. 1. Kelompok: 2. Film (Motion Pictures) Film disebut juga gambar hidup (motion pictures), yaitu serangkaian gambar diam (still pictures) yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan sehingga menim-bulkan kesan hidup dan bergerak. Film merupakan media yang menyajikan pesan audiovisual dan gerak. Oleh karenanya, film memberikan kesan yang impresif bagi pemirsanya.
18
Ada beberapa jenis film, diantaranya film bisu, film bersuara, dan film gelang yang ujungnya saling bersambungan dan proyeksinya tak memerlukan penggelapan ruangan. Kelebihan Media Film 1) Memberikan pesan yang dapat diterima secara lebih merata oleh siswa. 2) Sangat bagus untuk menerangkan suatu proses. 3) Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. 4) Lebih realistis, dapat diulang-ulang dan dihentikan sesuai dengan kebutuhan. 5) Memberikan kesan yang mendalam, yang dapat mempengaruhi sikap siswa. Kelemahan Media Film 1) Harga produksinya cukup mahal. 2) Pembuatannya memerlukan banyak waktu dan tenaga. 3) Memerlukan operator khusus untuk mengoperasikannya. 5. Kelompok: Multi Media Pengertian multi media sering dikacaukan dengan pengertian multi image. Multi media merupakan suatu sistem penyempaian dengan menggunakan berbagai jenis bahan belajar yang membentuk suatu unit atau paket. Contohnya suatu modul belajar yang terdiri atas bahan cetak, bahan audio, dan bahan audiovisual. Sedangkan multi image merupakan gabungan dari beberapa jenis proyeksi visual yang diga-bungkan lagi dengan komponen audio yang kuat, sehingga dapat diselenggarakan pertunjukan
besar yang cocok untuk penyajian di suatu
auditorium yang luas. Kelebihan Multi Media 1) Siswa memiliki pengalaman yang beragam dari segala media. 2) Dapat menghilngkan kebosanan siswa karena media yang digunakan lebih bervariasi. 3) Sangat baik untuk kegiatan belajar mandiri. Kelemahan Multi Media 1) Biayanya cukup mahal. 2) Memerlukan perencanaan yang matang dan tenaga yang profesional. 19
6. Media Objek Media objek merupakan media tiga dimensi yang menyampaikan informasi tidak dalam bentuk penyajian, melainkan melalui ciri fisiknya sendiri, seperti ukur-annya, bentuknya, beratnya, susunannya, warnanya, fungsinya, dan sebagainya. Media objek ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu media objek sebenarnya dan media objek pengganti. Media objek sebenarnya dibagi dua jenis, yaitu media objek alami dan media objek buatan. Media objek alami dapat dibagi ke dalam dua jenis yaitu oblek alami yang hidup dan objek alami yang tidak hidup. Media cetak kelompok ke dua terdiri atas benda-benda tiruan yang dibuat untuk mengganti benda-benda yang sebenarnya. Objek-objek pengganti dikenal dengan sebutan replika, model, dan benda tiruan. Replika dapat didefinisikan sebagai reproduksi statis dari suatu objek dengan ukuran yang sama dengan benda yang sebenarnya. Model merupakan sebuah reproduksi yang kelihatannya sama, tapi biasanya diperkecil atau diperbesar dalam skala tertentu. Benda tiruan ada dua macam, yaitu pertama merupakan bangunan yang dibuat kurang lebih menyerupai suatu benda yang besar
7. Media Interaktif Karakteristik terpenting kelompok media ini adalah bahwa siswa tidak hanya memperhatikan media atau objek saja, melainkan juga dituntut untuk berinteraksi selama mengikuti layanan bimbingan dan konseling. Sedikitnya ada dua macam interaksi. Interaksi yang pertama ialah yang menunjukkan siswa berinteraksi dengan sebuah program, misalnya siswa diminta mengisi isian angket atau inventory pada program aplikasi tertentu, misalnya program pemahaman minat, program pengem-bangan diri. Bentuk interaksi yang kedua ialah mengatur interaksi antara siswa secara teratur; sebagai contoh berbagai permainan atau dinamika kelompok yang digunakan pada bimbingan kelompok, bimbingan klasikal dan konseling kelompok. Dalam hal ini siswa harus dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang timbul karena tidak ada batasan yang kaku mengenai jawaban yang benar.
20
2.2.5 Prosedur Pemilihan Media. Dalam penggunaannya, media tidak dapat di gunakan begitu saja oleh guru. Menrut Gagne (Gerlach & Ely, 1980) mengemukakan bahwa tidak ada satu mediapun yang cocok untuk mencapai semua tujuan. Prosedur pemilihan media menurut Kearsley (1984): 1. Identifikasi ciri-ciri media sesuai kondisi, performance / tingkat tujuan yang diinginkan. 2. Identifikasi karakteristik siswa. 3. Identifikasi pertimbangan-pertimbangan praktis yang memungkinkan media mana yang akan di gunakan. 4. Identifikasi faktor ekonomi. Kriteria-Kriteria Pemilihan Media menurut Gerlach & Ely ( 1980 ) : 1.
Kesesuaian. Kita harus mengetahui apa yang akan kita sampaikan dan apa yang diperlukan oleh siswa. Sehingga, kita harus memilih media mana yang sesuai.
2.
Biaya. Besar kecilnya yang di keluarkan perlu dipertimbangkan. Yang penting diperhatikan adalah keuntungan yang diperoleh melalui penggunaan media.
3.
Ketersediaan. Kita perlu memperhatikan ketersediaan media yang akan digunakan dalam layanan bimbingan dan konseling. Apabila media yang kita gunakan tidak ada, kita perlu mencari media penggantinya.
4.
Kualitas teknis. Media yang kita gunakan hendaknya media yang berkualitas tinggi. Artinya media tersebut dapat dilihat, spesifikasi gambar dan suara harus jelas, dan ukuran gambar sesuai ruang kelas.
2.2
Kerangka pemecahan masalah Paradigma berpikir pemecahan masalah dalam kegiatan ini adalah seperti
ditunjukan pada gambar 01 dibawah ini: 21
Fasilitas
Guru BK SMA/SMK dikota Singaraja yang belum dapat merancang dan menggunakan media audio visual berbasis performance assesment dalam layanan BK
Guru BK SMA/SMK dikota
Pelatihan merancang dan menggunakan media audi visual berbasis performance assesment
Singaraja dapat dan audio
menggunakan visual
layanan BK
Gambar 01. Paradigma pelaksanaan kegiatan
Seperti yang ditunjukan gambar 01 di atas, pelatihan merancang dan menggunakan media Audio visual berbasis performance assesment ini bermaksud mengembangkan kompetensi guru BK SMA/SMK di Kota Singaraja sebagai agar dapat merancang dan menggunakan media dalam pelaksanaan pemberian layanan
22
media berbasis
performance assesment dalam
TIM P2M Undiksha (Nara sumber dan 3 fasilitator pelatihan)
informasi bimbingan konseling di sekolah
merancang
BAB III METODE PELAKSANAAN
3.1 Khalayak Sasaran Sesuai yang telah diuraikan pada bagian pendahuluan maupun bagian analisis situasi, maka khalayak sasaran strategis P2M ini adalah guru BK SMA/SMK di Kota Singaraja yang teridentifikasi belum dapat merancang media audio visual berbasis performance assesment dalam pelaksanaan layanan informasi BK. Guru BK SMA/SMK yang menjadi sasaran pelaksanaan pelatihan ini diperkirakan berjumlah 30 orang yang selain guru BK SMA/SMK juga ada pengawas BK, Ketua MGBK, dan juga mahasiswa jurusan BK FIP Undiksha
3.2 Keterkaitan Kegiatan P2M diselenggarakan di ruang seminar FIP Undiksha dengan melibatkan guru-guru bimbingan konseling SMA/SMK di Kota Singaraja Kegiatan P2M ini, selain mengundang guru-guru BK SMA/SMK, juga turut mengundang pihak-pihak terkait seperti ketua LPM Undiksha, kepala sekolah dan pengawas BK kabupaten buleleng, dan juga melibatkan mahasiswa jurusan BK Undiksha. Pelibatan mahasiswa BK dimaksudkan disini karena mereka juga nantinya sebagai calon guru BK di sekolah harus mengetahui permasalahan yang ada dilapangan dan belajar untuk menyelesaikan permasalahaan terebut dengan menggunakan pendekatan maupun teknik yang ada dalam bimbingan konseling , 3.3 Metode Kegiatan Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam P2M ini adalah metode ceramah, diskusi dan juga pelatihan (merancang media audio visual dan refleksi) yang dilaksanakan dalam bentuk seminar dan workshop. Gabungan metode tersebut diharapkan mampu meningkatkan pemahaman guru-guru bimbingan konseling SMA/SMK tentang pentingnya merancang media audio visual dalam pelaksanaan layanan Informasi BK. Gambaran kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
23
1. Persiapan a.
melakukan penjajagan ke Sekolah SMA/SMK di Kota Singaraja
b.
melakukan
koordinasi dengan LPM Undiksha, pengawas SMK BK
kabupaten Buleleng, dan ketua MGBK Kabupaten Buleleng mengenai kegiatan P2M yang akan dilaksanakan c.
Melakukan koordinasi sekaligus memohon izin dengan Wakil Dekan II FIP Undiksha, memohon bantuan untuk kerjasama dalam peminjaman gedung ruang seminar FIP dan fasilitas kegiatan
d.
Membuat surat undangan dan menyebarkannya pada undangan yang sudah ditetapkan dalam hal ini sebagai peserta adalah guru BK SMA N 1- 4 Singaraja dan guru SMK N 1-3Singaraja, perwakilan mahasiswa jurusan BK Undiksha, sedangkan undangan dalam kegiatan ini adalah ketua LPM, Pengawas BK di kabupaten Buleleng, ketua MGBK kabupaten Buleleng
e.
Menyiapkan narasumber dan moderator, dalam hal ini dilakukan juga koordinasi aagar narasumber menyiapkan materi dan memberikan materi sebelum kegitan dilaksanakan agar dapat diperbanyak untuk diberika pada peserta dan undangan, dalam kegiatan ini yang menjadi narasumber adalah Ibu Dewi Arum, beliau dalam kegiatan ini mengangkat tema “ pentingnya media BK dalam pelaksanaan layanan informasi BK”, moderator dalam kegiatan ini adalah Luh Putu Sri Lestari, S.Pd.,M.Pd
f.
Menyiapkan materi dan fasilitas kegiatan, dalam hal ini fasilitas yang dimaksud adalah tempat pelaksanaan kegiatan dan juga kelengkapannya seperti LCD, miks, saundsystem dan lain-lain. kegiatan ini berpusat di ruang Seminar FIP Undiksha, setelah tempat kegiatan selanjutnya menyiapkan materi pelatihan (meminta dari narasumber yang ditunjuk), meyiapkan Atk untuk peserta seperti MAP, Bolpoint, kertas, dan lainnya, menyiapkan piagam peserta, konsumsi peserta, dan spanduk kegiatan
2. Pelaksanaan Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan dalam dua hari yaitu tanggal 29-30 Juli 2016, namun dalam penentuan hari kegitan tersebut terkendala bnayak hal misalnya kegiatan sekolah yang berbenturan dengan pelaksanaan ujian untuk 24
kelas XII bak itu ujian nasional maupun sekolah setelah itu terbentur juga dengan kegiatan ulangan umum dan akreditasi jurusan BK FIP Undiksha. Kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: a.
Hari ke-1 (Jumat, 29 Juli 2016) Pembukaan (kata sambutan dari ketua LPM dalam hal ini diwakili oleh Pengawas BK kabupaten buleleng,), pemberian ceramah oleh narasumber, dilanjutkan dengan diskusi yang dilakukan
oleh peserta dan narasumber, kegiatan diakhir dengan
pembacaan hasil diskusi dan perjanjian untuk datang pada kegiatan selanjutnya pada hari berikutnya b.
Hari ke-2 (Sabtu, 30 Juli 2016) kegiatan dibuka pengawas BK dan juga didampingi ketua pelaksana, selanjutnya acara kegitana dilanjutkan dengan pengarahan kembali oleh ketua pelaksana, meminta peserta membentuk kelompok dan melkasanakan pelatihan mulai dari merancang, membuat naskah dan juga mempresentasikannya.
kegiatan ditutup dengan
pemberian pesan dan kesan mengenai pelaksanaan kegiatan P2M oleh peserta Untuk susunan acara secara lengkap, dapat dilihat pada lampiran
3.4 Rancangan evaluasi Keberhasilan kegiatan pelatihan ini akan dievaluasi melalui: 1.
Evaluasi proses: dilihat dari aktifitas peserta mengikuti kegiatan pelatihan, hal ini ditunjukan dengan partisipasi pesrta dalam diskusi (mengajukan atau menjawab pertanyaan),
kehadiran peserta dalam kegiatan, kerjasama
peserta dalam kegiatan ( mau melaksanakan instruksi yang diberikan oleh narasumber maupun ketua pelaksana). Evaluasi proses dilaksanakan selama kegiatan P2M dilaksanakan 2.
Evaluasi hasil/produk: dilihat dari hasil implementasi pelatihan dimana untuk menentukan indikator keberhasilannya digunakan instrumen berupa panduan observasi yang dibuat berdasarkan tiga keterampilan yang ingin dilihat dari mahasiswa, ketiga keterampilan tersebut nantinya akan diukur dengan menggunakan rubrik. Ketiga keterampilan yang dimaksud adalah sebagai berikut: 25
a. Keterampilan merancang perencanaan membuat media b. Keterampilan merancang naskah media BK yang disesuaikan dengan tujuan dan juga sasaran dari pelaksanaan layanan BK c. Keterampilan membuat media BK sesuai dengan naskah yang telah dibuat d. Keterampilan mempresentasikan media BK yang telah dibuat Ketiga keterampilan tersebut kemudian dituangkan dalam form pedoman observasi seperti berikut ini: Tabel 2. Form pedoman observasi keterampilan membuat dan menggunakan media BK No
Ket. yang dinilai
Aspek Penilaan
1
Keterampilan merencanakan pemilihan media
2
Keterampilan Isi naskah sesuai dengan membuat naskah tujuan dan sasaran layanan media BK BK Penggunaan bahasa sesuai dengan EYD Tata penulisan sudah sistematik Keterampilan Dibuat sesuai dengan membuat media perencanaan BK Dibuat sesuai naskah media BK Keterampilan Mampu mempresentasikan mempresentasikan dengan bahasa yang lugas media BK yang Mampu menanggapi telah dibuat pertanyaan saat presentasi
3
4
Menentukan tujuan dari pemilihan media BK yang akan dibuat Menentukan sasaran sesuai dengan karakteristik mahasiswa Menentukan karakteristik jenis media yang akan digunakan Menentukan waktu pelaksanaan Menganalisis kemungkinan hambatan dalam penggunaan media BK
26
1
Mutu Praktik 2 3 4
Ket 5
Berdasarkan form yang dibuat maka langkah selanjutnya adalah membuat dan menggunakan rubrik penilaian untuk dijadikan acuan dalam menentukan skala rentangan nilai yang diberikan pada mahasiswa saat melakukan unjuk kerja, rubrik dapat disajikan seperti dibawah ini:
Tabel 3: Rubrik Penilaian Keterampilan merancang Media BK Deskriptor Penilaian Perencanaan media BK disusun sangat lengkap, dengan butir-butir penilaian operasional sbb: mampu dengan sangat baik merumuskan tujuan, sasaran sesuai dengan karakteristik mahasiswa, serta menentukan karakteristik media yang akan digunakan, sangat tepat dalam menentukan waktu pelaksanaan dan biaya yang diperlukan dan sangat baik dalam menganalisa ketersediaan bahan dalam membuat media BK Perencanaan media BK disusun, dengan butir-butir penilaian operasional sbb: mampu dengan baik merumuskan tujuan, sasaran sesuai dengan karakteristik mahasiswa, serta menentukan karakteristik media yang akan digunakan, tepat dalam menentukan waktu pelaksanaan dan biaya yang diperlukan dan juga mampu dengan baik dalam menganalisa ketersediaan bahan dalam membuat media BK Perencanaan media BK disusun, dengan butir-butir penilaian operasional sbb: kurang baik dalam merumuskan tujuan, sasaran sesuai dengan karakteristik mahasiswa, serta menentukan karakteristik media yang akan digunakan, kurang tepat dalam menentukan waktu pelaksanaan dan biaya yang diperlukan dan masih dapat dengan baik dalam menganalisa ketersediaan bahan dalam membuat media BK Perencanaan media BK disusun, dengan butir-butir penilaian operasional sbb: kurang baik dalam merumuskan tujuan, sasaran sesuai dengan karakteristik mahasiswa, serta menentukan karakteristik media yang akan digunakan, kurang tepat dalam menentukan waktu pelaksanaan dan biaya yang diperlukan dan tidak tepat dalam menganalisa ketersediaan bahan dalam membuat media BK Perencanaan media BK disusun, dengan butir-butir penilaian operasional sbb: tidak tepat dalam merumuskan tujuan, sasaran sesuai dengan karakteristik mahasiswa, serta menentukan karakteristik media yang akan digunakan, tidak tepat dalam menentukan waktu pelaksanaan dan biaya yang diperlukan dan tidak tepat dalam menganalisa ketersediaan bahan dalam membuat media BK
Skor 5
4
3
2
1
Tabel 4: Rubrik Penilaian Keterampilan Membuat dan menggunakan Naskah Media Skor Deskriptor Penilaian Naskah Media disusun sangat lengkap, dengan butir-butir penilaian operasional sbb: naskah yang disajikan sangat sesuai dengan tujuan dan 5 sasaran layanan BK, sangat sesuai dengan penulisan EYD dan penulisan sudah sangat sistematis, akurat, menunjukkan pemahaman yang utuh, tulisan sangat lancar dan bermakna 27
Naskah Media disusun dengan lengkap, dengan butir-butir penilaian operasional sbb: naskah yang disajikan sesuai dengan tujuan dan sasaran layanan BK, sesuai dengan penulisan EYD dan penulisan sudah sistematis, akurat, menunjukkan pemahaman yang utuh, tulisan sangat lancar dan bermakna Naskah Media disusun kurang lengkap, dengan butir-butir penilaian operasional sbb: naskah yang disajikan kurang sesuai dengan tujuan dan sasaran layanan BK, namun sesuai dengan penulisan EYD dan penulisan kurang sistematis, menunjukkan pemahaman yang utuh, tulisan sangat lancar dan bermakna. Naskah Media disusun kurang lengkap, dengan butir-butir penilaian operasional sbb: naskah yang disajikan kurang sesuai dengan tujuan dan sasaran layanan BK, kurang sesuai dengan penulisan EYD dan penulisan kurang sistematis, menunjukkan pemahaman yang utuh, tulisan kurang bermakna.. Naskah Media disusun tidak lengkap, dengan butir-butir penilaian operasional sbb: naskah yang disajikan tidak sesuai dengan tujuan dan sasaran layanan BK, tidak sesuai dengan penulisan EYD dan penulisan tidak sistematis, belum menunjukkan pemahaman yang utuh, tulisan tidak bermakna.
4
3
2
1
Tabel 5. Rubrik Penilaian Keterampilan membuat media BK Deskriptor Penilaian Media BK yang dibuat sangat sesuai dengan perencanaan yang dibuat dan jelas serta sangat sesuai dengan naskah media yang disusun Media BK yang dibuat sesuai dengan perencanaan yang dibuat dan jelas serta sesuai dengan naskah media yang disusun Media BK yang dibuat kurang sesuai dengan perencanaan yang dibuat serta kurang sesuai dengan naskah media yang disusun Media BK yang dibuat tidak sesuai dengan perencanaan yang dibuat serta kurang sesuai dengan naskah media yang disusun Media BK yang dibuat menyimpang dari seluruh perencanaan yang telah dibuat dan juga naskah media yang telah dibuat
Skor 5 4 3 2 1
Tabel 5. Rubrik Penilaian keterampilan dalam menyajikan media BK yang telah dibuat Deskriptor penilaian Sangat piawai dalam mempresentasikan dan menanggapi berbagai pertanyaan yang muncul saat presentasi (jawaban sangat logis, sangat sesuai dengan topik diskusi, lugas dan fleksibel dalam menjawab, menunjukkan kestabilan suasana psikologisnya) Cukup piawai dalam menanggapi berbagai pertanyaan yang muncul saat presentasi (jawaban cukup logis, sesuai dengan topik diskusi, cukup lugas dan fleksibel dalam menjawab, menunjukkan kestabilan suasana psikologisnya) Kurang piawai dalam menanggapi berbagai pertanyaan yang muncul saat presentasi (jawaban kurang logis, kurang sesuai dengan topik diskusi, kurang lugas dan kurang fleksibel dalam menjawab, menunjukkan suasana psikologis yang kurang stabil) Tidak piawai dalam menanggapi berbagai pertanyaan yang muncul saat presentasi (jawaban tidak logis, tidak sesuai atau menyimpang dengan topik diskusi, tidak lugas dan tidak fleksibel dalam menjawab, menunjukkan suasana 28
Skor
5
4
3
2
psikologis yang tidak stabil) Tidak menunjukkan respon/aktivitas yang berarti dalam menjawab pertanyaan yang muncul dalam diskusi. 1
Data obsesrvasi keterampilan merancang media BK, dianalisis secara deskriptif berdasarkan skor rata-rata ( X ), mean ideal (MI) dan standar deviasi ideal (SDI). Data tersebut dikumpulkan dengan lembar observasi pada saat kegiatan. Skor rata-rata ditentukan dengan rumus :
X
X N
keterangan: X
= jumlah skor keterampilan media BK
N
= banyaknya guru BK SMA/SMK
Data aspek keterampilan media BK terdiri dari 5 item dengan skor maksimal masing-masing item adalah 5 dan skor terendah adalah 1.Skor tertinggi ideal adalah 60 dan skor terendah ideal adalah 12. Dengan demikian perhitungan mean ideal dan standar deviasi adalah sebagai berikut. MI
= ½ (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal)
SDI
=1/6 (skor tertinggi ideal - skor terendah ideal)
Dari perhitungan diperoleh: MI
= ½ (60+12) = 36
SDI
= 1/6 (60-12) = 24
Nilai yang diperoleh dikonversikan ke pedoman konversi dengan menggunakan acuan penilaian (PAP)
29
TINGKAT PENGUASAAN (DALAM %)
KRITERIA
85-100
Sangat Baik
70-84
Baik
55-69
Cukup baik
40-54
Kurang bak
0-39
Sangat Kurang baik
Pelatihan dikatakan berhasil apabila skor merancang media BK audio visual berada pada criteria baik berdasarkan capaian tingkat penguasaan secara kelompok
30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Kegiatan P2M Pelaksanaan P2M diawali dengan pra kegiatan yang bertujuan untuk memberikan pemahaman awal kepada guru BK SMA/SMK yang akan ikut pelatihan, pemahan yang diberikan meliputi tujuan pelaksanaan, manfaat pelaksanaan kegiatan, topic kegiatan P2M, hal apa yang akan dilakukan dalam pelatihan, dan terakhir meminta guru membuat pra rancangan media audio visual dalam pelaksanaan layanan informasi bimbingan konseling untuk didiskusikan pada saat kegiatan berlangsung. Pra rancangan yang dibuat diberikan ramburambunya, sehingga semua guru memiliki keseragaman sistematika pra rancangan media audio visual yang dibuat. Selama pelaksanaan pelatihan terlihat sangat antusias dan aktif
kegiatan P2M peserta
baik dalam bertanya maupun
menjawab pertanyaan selama diskusi berlangsung. Kegiatan yang dilakukan saat pelaksanaan P2M ada dua yaitu seminar dan workshop, pada saat pelaksanaan seminar guru BK sangat antusias dalam mendengarkan narasumber menjelaskan pentingnya media dalam pelaksanaan layanan informasi BK. Pada saat kegiatan seminar, diadakan sesi diskusi, semua guru berpatisipasi aktif dalam pelaksanaan kegiatan diskusi, mereka berbagi informasi mengenai kendala yang mereka hadapi saat akan melaksanakan layanan informasi dengan memanfaatkan media, dalam kegiatan seminar itu juga mereka diberiakan trik dan juga kiat-kiat dalam melaksanakan layanan informasi dengan menggunakan media agar layanan yang mereka lakukan dapat efektif dan tepat sasaran. Untuk kegiatan workshop, mereka diminta untuk membuat dua kelompok, dimana kelompok pertama terdiri dari guru SMK, yang tergabung dalam kelompok ini adalah guru SMK N 1 Singaraja dan guru SMK N 3 Singaraja, sementara kelompok dua adalah kelompok yang terdiri dari guru SMA N 1, 2, dan 4 Singaraja. kegiatan pertama melatih keterampilan merencanakan pemilihan media dimana dalam aspek ini ada beberapa hal yang dilihat yaitu menentukan tujuan dari pemilihan media BK yang akan dibuat, menentukan sasaran sesuai 31
dengan karakteristik mahasiswa, menentukan karakteristik jenis media yang akan digunakan, menentukan waktu pelaksanaan, menganalisis hambatan dalam pelaksanaan media BK, selanjutnya kegiatan kedua melihat Keterampilan membuat dan menggunakan naskah media BK yang disesuaikan dengan tujuan dan juga sasaran dari pelaksanaan layanan BK, selanjutnya kegiatan ketiga keterampilan membuat media BK sesuai dengan perencanaan dan naskah yang telah
dibuat,
lalu
kegiatan
terakhir
adalah
melatih
keterampilan
mempresentasikan media BK yang telah dibuat dilihat dari sistematika naskah yang dibuat dan juga kemampuan menyajikan materi serta menanggapi pertanyaan saat presentasi. 4.1 Tabel Skor pelaksanaan pelatihan merancang media Audio Visual Guru BK SMA/SMK No
Kelompok
Guru
Skor
Katagori
1
Kelompok 1
Guru SMK N 1 dan 3
80
Baik
2
Kelompok 2
Guru SMA N 1, 2 dan 4
83
Baik
Dalam
pelaksanaan
kegiatan,
klompok
guru
SMA
belum
dapat
menentukan/merumuskan tujuan secara realistik mengapa media BK dibuat, sehingga untuk langkah selanjutnya mereka terhambat seperti menentukan karakteristik dan juga terhambat dalam menentukan waktu pelaksanaan sementara kelompok guru SMK belum mampu membuat naskah media dengan baik karena, naskah media yang mereka buat tidak didasarkan pada perencanaan, malah mereka membuat naskah dengan tujuan bahkan sasaran yang berbeda, mereka hanya melihat pada layanan yang didapat, selain itu baik kelompok guru SMA maupun SMK dalam membuat media mereka langsung mengambil vidio dari youtobe tanpa disesuaikan dengan perencanaan dan naskah yang mereka buat Berdasarkan temuan-temuan observasi tersebut, maka pada sesi evaluasi kegiatan, beberapa rekomendasi yang perlu diperbaiki dalam perencanaan berikutnya yaitu: (1) mengulang kembali konsep materi sehingga kelompok guru SMA maupun SMK mampu memahami pentingnya pelaksanaan metode ini untuk meningkatkan kwalitas media BK audi visual yang dibuat (2) meminta kelompok guru SMA dan SMK untuk lebih serius dan fokus dalam melaksanakan setiap 32
langkah dari kegiatan yang dilakukan, agar kegiatan ini berhasil (3) meminta kelompok guru SMA dan SMK untuk merumuskan tujuan pembuatan media secara realistik sehingga untuk perumusan selanjutnya dapat lebih mudah dilakukan. Hal positif yang dapat diambil hikmahnya pada proses pelaksanaan di kelompok guru SMA dan SMK ini adalah, mereka terlihat mampu bekerjasama secara baik dalam kelompok dan saling bantu membantu apabila ada diantara mereka yang belum memahami materi, terlihat saat kegiatan mereka memberikan saran dan masukan pada kelompok lain, ada yang bahkan rela melakukan perbaikan atau membenahi vidio yang dianggap kurang menarik, sehingga mereka dapat memperbaiki bersama, mereka selalu mencoba dan berusaha secara serius dan semaksimal mungkin untuk mencapai perubahan yang lebih baik lagi. Demikian
hasil
observasi
pelaksanaan
kegiatan
kelompok
guru
SMA/SMK, kemudian hasil kerja kelompok ini dipresentasikan pada peserta lain, dan peserta lain memberikan pendapat terkait produk tesebut, setelah itu salah satu guru BK dalam kelompok itu mempresentasikan rancangan kegiatan tersebut dengan melibatkan mahasiswa. Melihat rancangan yang dihasilkan maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan P2M berhasil, karena rancangan yang dibuat sesuai dengan indikator dan tagihan yang diminta oleh pelaksana dan juga peserta sudah menunjukan keseriusannya dalam membuat rancangan tersebut.
4.2 Pembahasan Hasil
kegiatan
ini
menemukan
bahwa
implementasi
assesment
performance dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa membuat media BK. Peningkatan tersebut dapat diamati saat proses kerja kelompok berlangsung, gur BK SMA/SMK sudah mampu menunjukan keterampilan dalam merencanakan pemilihan media yang akan dibuat, keterampilan membuat dan menggunakan naskah media BK yang disesuaikan dengan tujuan dan juga sasaran dari pelaksanaan layanan BK, keterampilan membuat dan menggunakan media BK sesuai dengan perencanaan dan juga naskah yang telah dibuat, dan Keterampilan menggunakan media BK dengan cara mempresentasikan media BK yang telah dibuat. Penyelenggaraan kegiatan ini dilaksanakan dengan menggunakan prinsip 33
performance assesmen dimana penilaian ini menanamkan kebiasaan bekerja dengan baik, seperti bertanggungjawab secara individu maupun kelompok, keterampilan bekerja sama, tekun, memperhatikan keakuratan dan kualitas, jujur, memperhatikan keamanan, dan rapi.
Selain itu performance assesment juga
dilihat sebagai suatu sistem untuk menilai proses dan produk serta menilai kualitas penyelesaian produk pada Guru BK SMA/SMK Media bimbingan dan konseling dalam penggunaannya harus relevan dengan tujuan/ kompetensi yang ingin dicapai dan isi layanan bimbingan dan konseling itu sendiri. Hal ini mengandung makna bahwa penggunaan media dalam bimbingan dan konseling harus selalu melihat kepada kompetensi atau tujuan dan bahan atau materi bimbingan dan konseling. Penggunaan media bimbingan dan konseling bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi bimbingan dan konseling yang lebih efektif. Proses pemilihan media menjadi penting karena kedudukan media yang strategis untuk keberhasilan layanan Bimbingan Konseling. Alasan pokok pemilihan media dalam Bimbingan Konseling, karena didasari atas konsep bahwa Bimbingan Konseling sebagai sebuah sistem yang di dalamnya terdapat suatu totalitas yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan. Tujuan utama layanan Bimbingan konseling adalah membantu siswa mencapai perkembangan yang optimal. Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut agar mudah tercapai, maka tujuan tersebut diperinci menjadi tugas-tugas perkembangan. Pencapaian tugas perkembangan akan lebih mudah berhasil bila ditunjang oleh media yang sesuai dengan materi, strategi yang digunakan, dan karakteristik siswa. Penggunaan media akan meningkatkan kebermaknaan (meaningful learning ) hasil Bimbingan Konseling. Dengan demikian pemilihan media menjadi penting artinya dan ini menjadi alasan teoritis mendasar dalam pemilihan media. Secara teoritis diharapkan menjadi dasar alasan mengapa kita perlu melakukan pemilihan terhadap media, agar memiliki kesesuaian dengan tugas perkembangan siswa, kesesuaian dengan isi, strategi bimbingan dan konseling, dan waktu yang tersedia. Alasan praktis berkaitan dengan pertimbangan34
pertimbangan dan alasan si pengguna seperti guru BK mengapa menggunakan media dalam bimbingan konseling. Terdapat beberapa penyebab orang memilih media, menurut Arif Sadiman (1996:84) ada empat alasan yaitu demonstration, familiarity, clarity dan aktifkan siswa. Di bawah ini diuraikan keempat alasan tersebut. 1. Demonstration. Dalam hal ini media dapat digunakan sebagai alat untuk mendemonstrasikan
sebuah
konsep,
alat,
objek,
kegunaan,
cara
mengoperasikan dan lain-lain. Beberapa alasan tersebut sering melandasi pengguna
dalam
menggunakan
media
yaitu
bertujuan
untuk
mendemonstrasikan atau memperagakan sesuatu. 2. Familiarity. Pengguna media bimbingan dan konseling memiliki alasan pribadi mengapa ia menggunakan media, yaitu karena sudah terbiasa menggunakan media tersebut, merasa sudah menguasai media tersebut, jika menggunakan media lain belum tentu bisa dan untuk mempelajarinya membutuhkan waktu, tenaga dan biaya, sehingga secara terus menerus ia menggunakan media yang sama. 3. Clarity.
Alasan
ketiga
ini
mengapa
guru
Bimbingan
Konseling
menggunakan media adalah untuk lebih memperjelas pesan bimbingan dan konseling yang disampaikan dan dapat memberikan penjelasan yang lebih konkrit.
Di sinilah banyak pengguna media, memiliki alasan bahwa
menggunakan media
adalah untuk membuat informasi lebih jelas dan
konkrit sesuai kenyataan. 4. Aktifkan siswa/ konseli. Media dapat berbuat lebih dari yang bisa dilakukan oleh guru BK. Salah satu aspek yang harus diupayakan oleh guru BK dalam proses bimbingan konseling adalah siswa / konseli harus berperan secara aktif baik secara fisik, mental, dan emosional. Berdasarkan pembahasan hasil kegiatan
P2M tersebut di atas, sangat
penting bagi dosen, untuk berdedikasi membantu meningkatkan keterampilan guru merancang media BK yang salah satunya dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan. Pelayanan bimbingan dan konseling dapat berjalan lebih baik dan menyenangkan karena disertai dengan pemanfaatan media bimbingan dan konseling yang baik, terarah dan sistematis. Hal ini nantinya akan berdampak 35
pada manifestasi dan akumulasi kinerja guru BK, yang pada gilirannya akan memberikan kesan bahwa guru BK bekerja secara profesional, cakap, efektif, dan efisien,
serta tidak gagap teknologi. Harapannya kegiatan ini mampu
dilaksanakan secara continue mengingat saat ini, dosen dituntut bersikap kreatif dan inovatif dengan cara-cara yang tepat dan efektif dalam memberikan sebuah layanan pengabdian pada masyarakat.
36
BAB V PENUTUP 1.1
Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai
berikut: 1.1.1 Kegiatan P2M dapat meningkatkan pemahaman guru BK mengenai media BK khususnya media Audio Visual dalam pelaksanaan layanan informasi Bimbingan Konseling 1.1.2 Kegiatan P2M dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru BK dalam merancang media BK audio visual dalam pelaksanaan layanan informasi BK 1.1.3 Antusiasme Guru BK sebagai peserta sangat baik dalam mengikuti kegiatan pelatihan dari awal kegiatan hingga akhir
1.2
Saran Berdarkan hasil kesimpulan , maka saran yang dapat diajukan adalah
sebagai berikut: 1.2.1 Bagi guru BK yang menjadi peserta kegiatan ini, diharapkan agar dapat mengaplikasikan pengalaman yang telah didapat dalam kegiatan P2M di sekolah masing-masing dan
setelah ini dapat menyempurnakan
rancangan media BK Audio Visual sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan siswa yang ada disekolah 1.2.2 Bagi kepala sekolah, Pengawas BK, ketua MGBK agar terus memperhatikan
peningkatan
pemberian kesempatan
profesionalisme
guru
BK
melalui
mereka untuk mengikuti pelatihan-pelatihan
guna menunjang profesionalisme guru BK 1.2.3 Bagi para pelaksana kegiatan P2M, model seminar dan workshop seperti ini perlu dilakukan juga terhadap guru BK SMA/SMK di wilayah Kabupaten Buleleng dan tentunya diwilayah propinsi Bali sehingga sehingga hal ini dapat memberikan pemahaman yang sama
37
pada guru BK dan tentunya dengan pelkasanaan layanan informasi yang menyenangkan permasalahan siswa dapat dibantu untuk diselesaikan
38
DAFTAR PUSTAKA
Airasian,Peter.W. 1991. Classroom Assessment. USA: McGraw-Hill. Hutabarat, O. R. 2004. Model-model Penilaian Berbasis Kompetensi PAK. Bandung: Bina Media Informasi. Iryanti, Puji. 2004. Penilaian Unjuk Kerja. Yogyakarta: Depdiknas. Mahmudah, S.2000. Penerapan Penilaian Kinerja Siswa (performance Assessment) pada Pembelajaran Sub Konsep Jaringan Hewan. Bandung:UPI Majid, A. 2006. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Popham, W. 1995. Classroom Assessment. Boston: Allyn and Bacon. Setyono, Budi.2005. Penilaian Otentik dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (dalam jurnal pengembangan pendidikan). Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan (LP3) Universitas Jember. Sutrisno, Hadi. 2006. Metodologi Research. Yogyakarta: PT Andi Ofset. Stiggin, R.J.1994. Student-Centered Classroom Assessment. New York: Mac Millan College Publishing Company. Zainul, Asmawi. 2001. Alternative Assessment. Jakarta: Universitas Terbuka.
39
LAMPIRAN-LAMPIRAN
40
Lampiran 01. Dokumentasi Kegiatan Pembukaan P2M
Dokumentasi Penyajian Dari Narasumber
41
Dokumentasi Sesi Diskusi
42
Dokumentasi Sesi Pelatihan Dalam Kelompok
43
Lampiran 02 daftar Hadir
44
45
46
47
48
49
Lampiran 03. Piagam
50